reaktor pip 3 kb
DESCRIPTION
hahahaTRANSCRIPT
PERALATAN INDUSTRI PROSES 2REAKTOR
DOSEN PENGAMPU : Ir. Mustain Zamhari, M.Si
Kelompok 3 :
Andari Yuta Palwa (0613 3040 0319)
Miranda Aristy (0613 3040 0323)
Nyayu Halimah Tussakdiah (0613 3040 0329)
Kelas : 3 KB
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar BelakangDalam industry kimia reactor memiliki peranan penting untuk kelangsungan reaksi yang
terjadi menjadi sebuah produk yang diinginkan. Reaktor adalah suatu alat proses tempat di
mana terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan
secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya,
perubahannya ada yang terjadi secara spontan alias terjadi dengan sendirinya atau bisa juga
butuh bantuan energi seperti panas (contoh energi yang paling umum). Perubahan yang
dimaksud adalah perubahan kimia, jadi terjadi perubahan bahan bukan fase misalnya dari air
menjadi uap yang merupakan reaksi fisika.Banyak jenis reactor yang berdasarkan pada
fungsi juga umpan yang digunakan atau berdasarkan kelangsungan reaksi yang terjadi
didalam reactor dan dibahas di bab berikutnya.
2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah pengertian dari reactor
sendiri juga berbagai jenis reactor berdasarkan bentuk, katalis, dan sebagainya
3. Tujuan
Untuk menambah wawasan pembaca tentanng industri kimia khususnya reactor.
BAB 2PEMBAHASAN
A. REAKTOR
2.1. Pengertian
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik
itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu
bahan berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara spontan alias
terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas (contoh energi
yang paling umum). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kimia, jadi terjadi
perubahan bahan bukan fase misalnya dari air menjadi uap yang merupakan reaksi fisika.
Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan
dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia, yaitu :
Waktu tinggal
Volume (V)
Temperatur (T)
Tekanan (P)
Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3, ...,Cn)
Koefisien perpindahan panas (h, U)
2.2. Tujuan pemilihan reaktor adalah :
1. Mendapat keuntungan yang besar
2. Biaya produksi rendah
3. Modal kecil/volume reaktor minimum
4. Operasinya sederhana dan murah
5. Keselamatan kerja terjamin
6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya
2.3. Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh :
1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reactor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk perpindahan
panas.
2.4. Aksesoris Reaktor
Untuk mendukung agar reaktor dapat berfungsi maksimal dan aman terkendali, maka
diperlukan sistem pengendalian proses yang menggunakan beberapa alat tambahan.
Beberapa contoh dari aksesoris tersebut umumnya adalah :
1. Level Controller (LC), suatu alat yang menjaga agar volum (isi) reaktor tetap terjaga,
tidak kehabisan reaktan ataupun kelebihan yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan.
Cara kerja dari alat ini adalah dengan terus mendeteksi ketinggian permukaan bahan
dalam reaktor, jika kurang dari toleransi yang diberikan (set point) maka kran keluaran
(output) akan mengecil sampai ketinggian mencapai tinggi yang telah di set. Sebaliknya
jika melebihi kran keluaran akan dibuka lebih lebar untuk mengurangi bahan dalam
reaktor.
2. Pressure Controller (PC), Suatu alat yang bertugas untuk menjaga agar tekanan dalam
reaktor masih berada pada kisaran yang ditetapkan. Biasanya diterapkan pada reaktor
yang memakai reaktan berfase gas. Cara kerjanya mirip dengan LC yaitu dengan
membuka dan menutup kran.
3. Temperature Controller (TC), suatu alat yang bertugas agar suhu di dalam reaktor
masih berada dalam kisaran suhu operasinya. TC juga bekerja dengan membuka dan
menutup kran, namun kran yang diintervensi adalah kran utilitas. Misalnya CSTR
berpemanas, jika suhu drop maka kran koil uap panas (steam) akan diperbesar sehingga
steam yang masuk akan lebih banyak yang akhirnya suplai panas pun bertambah dan
akhirnya suhu reaktor akan bertambah dan suhu reaktor pun dapat kembali ke suhu yang
normal. Sebaliknya jika suhu reaktor bertambah.
2.5. Jenis-Jenis Reaktor
Pada dasarnya secara umum terbagi atas beberapa bagian yakni :
A. Berdasarkan bentuknya
1. Reaktor Tangki (Tank Reactor)
2. Reaktor Pipa (Pipe Reactor)
B. Berdasarkan prosesnya
1. Reaktor Batch (Batch Reactor)
2. Reaktor Kontinyu Alir (Continue Flow Reactor)
C. Jenis reaktor berdasarkan keadaan operasinya
1. Reaktor Isotermal
2. Reaktor Adiabatis
D. Reaktor Gas dengan Katalis Padat
1. Packed/Fixed Bed Reactor (PBR)
2. Fluidizied Bed Reactor (FBR)
3. Slurry Reactor
4. Trickle Bed Reactor (TBR)
Berdasarkan Bentuk
I. Tank Reactor (Reaktor Tangki)
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga komposisi dan
suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat dipakai untuk proses batch, semi batch,
dan proses alir.
II. Reaktor Pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir Pipa. Dikatakan ideal
bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir didalam pipa dengan arah sejajar sumbu
pipa.
Berdasarkan Proses
I. Reaktot Batch
adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang berlangsung
dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang berpasangan dengan persamaan
kesetimbangan dan stoikiometri.
Beberapa ketetapan menggunakan reactor tipe Batch :
Selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan temperature
Pengadukan dilakukan dengan sempurna,
konsentrasi di semua titik dalam reaktor adalah
sama atau homogen pada waktu yang sama Reaktor ideal
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja reator batch adalah sebagai berikut :
- Reaktan dimasukkan kedalam reaktor,terjadi reaksi dalam waktu tertentu,
- setelah itu produk(hasil)akan dikeluarkan dari reaktor.pada saat reaksi berlangsung tidak
ada reaktan yang masuk dan produk yang keluar.didalam reaktor terjadi pengadukan yang
sempurna,sehingga konsentrasi disetiap titik dalam reaktor sama pada waktu yang sama.
Penggunaan Batch Reactor
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas kecil
misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi ,kristalisasi, ekstraksi
cair- Batch distillation kimia, cair, polimerisasi, farmasi dan fermentasi.
Konstruksi Reaktor Batch
Konstruksi Batch reactor bisa tersusun oleh sebuah tangki dengan pengaduk serta sistem
pendingin atau pemanas yang menyatu dengan reaktor. Tangki ini memiliki ukuran yang
bervariasi mulai dari < 1 L sampai > 15.000 L tergantung kebutuhan. Batch reactor biasanya
terbuat dari baja, stainless steel atau baja berlapis kaca.
Keuntungan reactor batch:
- Lebih murah dibanding reactor alir
- Lebih mudah pengoperasiannya
- Lebih mudah dikontrol
- Terjadi pengadukan sempurna sehingga konsentrasi disetiap titik dalam reaktor sama
pada waktu yang sama.
- Pada reaktor batch dengan volume berubah, maka perubahan volume dapat dianggap
linier terhadap konversi.
Kerugian reactor batch:
o Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada lubang
pengaduk)
o Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian, pemanasan zat
pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reactor, waktu reaksi)
o Tidak dapat dijalankan pada proses-proses yang sulit,karena harus diubah menjadi
proses kontinue.
o Saat terjadi reaksi tidak ada reaktan yang masuk dan produk yang keluar
o Kurang baik untuk fase gas,karena reaktor akan bocor an banyak waktu yang
terbuang.
II. Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (Continuous Stirred Tank Reactor)
Reaktor alir tangki berpengaduk hampir sama dengan reaktor batch tetapi umpan
dan produk mengalir secara kontinyu dan pada reaktor CSTR dilengkapi dengan alat
penambahan zat pereaksi dan pengambilan produk secara kontinyu.
RATB adalah salah satu reaktor ideal yang berbentuk tangki alir
berpengaduk .Atau suatu reaktor yang paling sederhana
terdiri dari suatu tangki untuk reaksi yang menyederhanakan
liquid. RATB sering disebut juga dengan Continuousn
stirred Tank Reaktor (CSTR) atau Mixed Flow Reaktor.
RATB digunakan untuk reaksi cair dan dijalankan secara
batch ,semi batch/ kontinyu. RATB sering atau biasa
digunakan untuk reaksi homogen (reaksi yang berlangsung
dalam satu fase saja).
Reaktor ini dipanaskan baik menggunakan sistim tertutup di dalam tangki atau jaket yang mengelilingi tangki. Pada tangki pencampur yang digunakan pada reaktor kimia, dua fluida atau lebih direaksikan bersama untuk menghasilkan suatu fluida yang berbeda dari fluida sebelumnya. Reaksi ini terjadi pada temperatur tertentu yang harus dipertahankan tetap besarnya atau konstans agar dapat dihasilkan temperatur dan jenis fluida keluaran yang diinginkan.
Keuntungan:
Suhu dan komposisi campuran dalam rerraktor sama
Volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat pereaksi lebih lama
bereaksi di reactor.
Terdapat pengaduk sehingga suhu dan komposisi campuran adalah reaktor yang
selalu homogen bisa terpenuhi.
Pengontrolan suhu mudah sehingga kondisi operasi yang isotermal bisa terpenuhi.
Mudah dalam melakukan pengontrolan secara otomatis sehingga produk lebih
konsisten dan biaya operasi lebih rendah.
Kerugian:
Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan tinggi.
Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP
Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan RATB lebih besar
dari RAP.
Reaksinya berlangsung isotermal sehingga dipakai katalisator yang aktifitasnya
rendah dan butir katalisator kecil sehingga tidak ada tahanan perpindahan panas.
Mekanisme Kerja
Pada RATB prosesnya berlangsung secara kontinyu, pengadukan adalah yang terpenting dalam reaktor ini karena dengan pengadukan menjadikan reaksinya menjadi homogen. Di RATB, satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan bersamaan dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reaktor. Pengaduk dirancang sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan diharapkan reaksi berlangsung secara optimal. Waktu tinggal dapat diketahui dengan membagi volum reaktor dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk reaktor. Dengan perhitungankinetika reaksi, konversi suatu reaktor dapat diketahui.
Beberapa hal penting mengenai RATB:
- Reaktor berlangsung secara ajeg, sehingga jumlah yang masuk setara dengan jumlah yang ke luar reaktor, jika tidak tentu reaktor akan berkurang atau bertambah isinya.
- Perhitungan RATB mengasumsikan pengadukan terjadi secara sempurna sehingga semua titik dalam reaktor memiliki komposisi yang sama. Dengan asumsi ini, komposisi keluar reaktor selalu sama dengan bahan di dalam reaktor.
- Seringkali, untuk menghemat digunakan banyak reaktor yang disusun secara seri daripada menggunakan reaktor tunggal yang besar. Sehingga reaktor yang di belakang akan memiliki komposisi produk yang lebih besar dibanding di depannya.
III. Plug Flow ReactorPlug flow reactor adalah suatu alat yang digunakan untuk mereaksikan suatu reaktan
dalam hal ini fluida dan mengubahnya menjadi produk dengan cara mengalirkan fluida tersebut
dalam pipa secara berkelanjutan (continiuous). Biasanya reaktor ini dipakai untuk mempelajari
berbagai proses kimia yang penting seperti perubahan senyawa kimia, reaksi termal dan lain-lain.
dimana katalis diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan baku
seperti air melewati sela-sela pasir pada saringan.
Plug flow reactor biasa digunakan untuk mempelajari beberapa proses penting seperti reaksi
termal dan reaksi kimia plasma dalam aliran gas yang cepat serta daerah katalis. Dalam beberapa
kasus, hasil yang didapat hanya membantu kita dalam memahami karakteristik prose-proses
kimia, tetapi juga dapat memberikan kita pengertian praktis dari proses-proses kimia yang
penting. Model reaktor alir pipa (RAP) atau plug flow reactor (PFR) merupakan reaktor dimana
reaksi kimia berlangsung secara kontinu sepanjang system aliran. Reaktor alir pipa sering juga
disebut sebagai reaktor alir sumbat atau Continuous Tubular Recators (CST). Reaktor alir pipa
ini digunakan untuk memperkirakan sifat-sifat reaktor kimia sehingga variable kunci reaktor
seperti dimensi reaktor bisa dihitung.
Reaktor ini memiliki karakteristik dalam mekanisme reaksi. Pada umumnya karakteristik
reaktor alir pipa pada kondisi ideal yaitu:
1. Reaktor ini biasanya berupa tube (tabung) yang bereaksi dengan aliran fluida
2. Diasumsikan tidak terjadi pengadukan (mixing)
3. Aliran plug merupakan jenis aliran yang terjadi pada reaktor ini (reaktor alir)
4. Sebagian besar mixing dari jenis reaktor ini beroperasi pada level intermediet
5. Pencampuran sempurna dalam dimensi radial (konsentrasi seragam)
6. Tidak ada pencampuran pada aliran aksial atau tidak terjadi disperse aksial (aliran
terpisah)
1. Prinsip Kerja Plug flow reactor
Reaktor alir pipa merupakan reaktor dimana cairan bereaksi dan mengalir dengan cara
melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi pembentukan arus putar pada
aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakekatnya hampir sama dengan pipa dan relative cukup
mudah dalam perancangannya. Reaktor ini biasanya dilengkapi dengan selaput membrane untuk
menambah yield produk pada reaktor. Produk secara selektif ditarik dari reaktor sehingga
keseimbangan dalam reaktor secara kontinu bergeser membentuk lebih banyak produk.
Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator. Seperti sebagian besar
reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan katalisator secara signifikan pada suhu layak
(standar). Dalam PFR, satu atau lebih reaktan dipompakan kedalam suatu pipa. Biasanya reaksi
yang digunakan pada reaktor ini adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa
sehingga semakin panjang pipa maka konversi yield akan semakin tinggi. Namun tidak mudah
untuk menaikkan konversi karena didalam PFR konversi terjadi secara gradien. Pada awalnya
kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah panjang pipa tertentu atau pipa
bertambah panjang maka jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih
lambat dan akan semakin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi
100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
Beberapa hal penting dalam reaktor alir pipa adalah:
a. Perhitungan dalam model PFR mengasumsikan tidak terjadinya pencampuran (mixing)
dan reaktan bergerak secara aksial bukan radial
b. Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik masukan dimana
katalisator ini diharapkan dapat mengoptimalkan reaksi dan terjadi penghematan daya dan
kondisi operasi juga bisa diminimalkan sehingga produk yang dihasilkan akan menjadi lebih
banyak lagi. Hal ini yang sangat menguntungkan penggunaan PFR ini sehingga reaktor ini
banyak digunakan.
c. Umumnya PFR memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan reaktor alir
tangki berpengaduk (RATB) dalam volume yang sama. Artinya, dengan waktu tinggal yang
sama reaktor alir pipa memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan RATB.
Didalam reaktor alir pipa, fluida mengalir dengan perlakuan yang sama sehingga waktu tinggal (τ) sama untuk semua elemen fluida. Fluida sejenis yang mengalir melalui reaktor ideal ini disebut dengan plug. Saat plug mengalir sepanjang reaktor alir pipa, fluida bercampur sempurna dalam arah radial bukan dalam arah axial (dari arah depan atau belakang). Setiap plug dengan volume berbeda dinyatakan sebagai kesatuan yang terpisah-pisah (hampir seperti batch reaktor) dimana plug mengalir turun melalui pipa reaktor ini.
Reaktor alir pipa juga dikenal sebagi reaktor aliran piston atau reaktor aliran turbular.
Reaktor-reaktor tersebut memiliki persamaan diferensial biasa, dimana pemecahan persamaan
tersebut dapat diselesaikan jika boundary condition diketahui. Model reaktor alir pipa
digunakan untuk berbagi jenis fluida, seperti: cairan, gas, dan slurry. Walaupun aliran turbulen
dan difusi aksial menyebabkan pencampuran arah axial pada berbagai reaktor namun pada
reaktor alir pipa kondisi ini memiliki efek yang kecil dan diabaikan. Pada kasus model reaktor
alir pipa yang paling sederhana, beberapa asumsi pokok harus dibuat untuk menyederhanakan
masalah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua asumsi ini perlu, namun pemindahan asumsi
ini menambah kerumitan masalah.
Model reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda (multiple reaction) serta reaksi
yang melibatkan perubahan suhu, tekanan dan densitias fluida. Walaupun kerumitan ini
diabaikan, namun selalu relevan dalam proses industri. Adapun asumsi yang diguanakan pada
model reaktor ini sebagai berikut:
1. Aliran plug (plug flow)
2. Keadaan steady state
3. Densitas fluida konstan (untuk cairan dan juga berlaku untuk gas yang tidak mengalami
penurunan tekanan, perubahan mol dan perubahan temperatur).
4. Diameter pipa konstan
5. Reaksi tunggal (single reaction)
6. Zat mengalir di dalam pipa dengan distribusi kecepatan datar
7. Kecepatan pengadukan ke arah radial berlangsung sangat cepat sehingga pada setiap
penampang pipa R, T,P dan komposisi fluida selalu uniform (seragam), dan perbedaan terjadi di
sepanjang pipa R
8. Setiap partikel fluida yg mengalir mempunyai waktu tinggal sama
9. Fluida dalam fasa gas berlangsung pada tekanan tetap dan fluida dalam fasa cair
berlangsung pada volume dan tekanan tetap
Dalam aplikasinya, reaktor alir pipa digunakan pada reaksi:
a. Reaksi skala besar
b. Reaksi cepat
c. Reaksi homogen atau heterogen
d. Reaksi kontinu
e. Reaksi pada temperatur tinggi
2. Perbedaan CSTR dengan Reaktor Alir Pipa
Secara umum ada dua tipe reaktor yang digunakan pada industry kimia yaitu Continous Stirred
Tank Reaktor (CSTR) dan Plug flow reactor (PFR) dimana masing-masing reaktor ini memiliki
perbedaan dalam mekanisme kerja alat. Perbedaannya terletak pada dasar asumsi konsentrasi
komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi. CSTR adalah model reaktor berupa tangki
berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tanki sangat sempurna sehingga
konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari
reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi homogen di mana semua bahan baku dan
katalisnya berfasa cair atau reaksi antara cair dan gas dengan katalis cair.
Untuk reaksi heterogen, misalnya antara bahan baku gas dengan katalis padat umumnya
menggunakan model reaktor alir pipa. Reaktor alir pipa mirip saringan air dari pasir. Katalis
diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan baku seperti air melewati
sela-sela pasir pada saringan. Asumsi yang digunakan adalah tidak ada perbedaan konsentrasi
tiap komponen yang terlibat di sepanjang arah jari-jari pipa.
Reaktor alir pipa mempunyai ketinggian volumetrik pada unit konversi, dapat digunakan pada
jangka waktu yang lama dan kecepatan transfer panas dapat dioptimasikan dengan menggunakan
banyak tube tipis atau sedikit tube yang lebih tebal yang disusun sejajar. Kerugian reaktor alir
pipa ini adalah suhu yang sangat tinggi pada pipa yang dapat menghasilkan kemiringan suhu
yang tidak diinginkan sehingga pemeliharaan reaktor alir pipa juga lebih mahal daripada
pemeliharaan CSTR.
3. Sistem Pengoperasian Reaktor
Pada reaktor alir pipa, reaktan diinjeksikan ke dalam lintasan tengah, sementara itu gas
inert disalurkan melalui dinding pipa. Kita berasumsi bahwa hanya pada dasar pipa terdapat
endapan, akibat kondisi pipa yang panas. Jika cairan bergerak melewati pipa atau saluran besar
dengan bilangan Renolds yang cukup besar, maka tidak ada variasi kecepatan aksial di sepanjang
pipa. Dengan asumsi fluida yang mengalir di sepanjang reaktor alir pipa inilah maka dikenal
sebagai aliran plug flowdimana tidak ada kemiringan konsentrasi atau temperature di koordinat
radial. Karena kecepatan gas adalah sama dimana-mana maka terjadi jalur arus secara konveksi
dan difusi dengan arah yang berbeda. Transport sepanjang jalur arus terjadi akibat konveksi,
sementara sepanjang tegak lurus arus terjadi akibat difusi. Setelah melalui proses pemanasan ,
kemudian produk yang diinginkan akan keluar menuju exhaust.
Berbeda dari CSTR, umpan steril pada reaktor alir pipa secara otomatis menunjukkan
konsentrasi nol biommasa pada aliran plug flow yang mencegah sebagian fluida berpindah
sepanjang pipa. Satu cara untuk mencegah masalah ini adalah dengan mendaur ulang kembali
(recycle) aliran dengan cara aliran yang masuk disuntik sebelum memasuki pipa. Untuk reaksi
tunggal dengan kinetika biasa, reaktor alir pipa memiliki konversi substrat yang tinggi dan
konsentrasi produk tinggi daripada CSTR untuk volume setara. Kebalikannya jika kinetikanya
merupakan autocatalytic (laju reaksi yang tinggi seiring dengan berkurang konsentrasi substrat).
Untuk proses mikrobial, reaktor alir pipa biasanya terdiri dari effluent konsentrasi produk yang
besar. Tetapi syaratnya adalah inokulasi secara terus-menerus dan sulit pada proses pertukaran
gas.
4. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan PFR
Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan kecepatan yang sama
diseluruh penampang pipa.
Keuntungan menggunakan PFR adalah reactor ini memberikan volume yang lebih kecil daripada
RATB, untuk konversi yang sama.
Kerugian dari penggunaan PFR adalah:
1. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
2. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
3. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot” (bagian yang suhunya sangat
tinggi) pada tempat pemasukan . Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor.
Reaktor Gas dengan Katalis Padat
B. Fluidized Bed Reactor (FBR)Pengertian
Fluidized Bed Reaktor adalah adalah jenis reaktor kimia yang dapat digunakan
untuk mereaksikan bahan dalam keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini menggunakan
fluida (cairan atau gas) yang dialirkan melalui katalis padatan (biasanya berbentuk
butiran-butiran kecil) dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolak
sedemikian rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan sebagai fluida juga.
Proses ini, dinamakan fluidasi.
Fluidisasi adalah metode pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair
maupun gas. Dengan metode ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat seperti
fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel
padat berbentuk bola. Pada laju alir yang cukup rendah butiran padat akan tetap diam karena
gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan
partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun diam.
Katalis pada FBR biasanya berbentuk padatan, biasanya berbentuk seperti pasir.
Ukuran katalis pada FBR biasanya berukuran 10-300 microns, dengan tujuan agar partikel
katalis dapat mudah difluidisasikan. Apabila ukuran katalis yang digunakan terlalu besar
partikel akan sulit difluidisasikan disebabkan massa katalis yang terlalu berat , sehingga
katalis tidak dapat mengalir saat umpan atau reaktan dialirkan. .
Mekanisme Kerja Fluidized Bed Reactor
Reaktan dimasukkan dari bagian bawah reaktor
Sebagian kecil katalis disuspensikan oleh reaktan yang berwujud gas ke dalam fluidized
bed
Sebagian padatan kecil dari katalis dapat lepas dari atas reaktor
Padatan terlepas dari reaktor dipisahkan dengan menggunakan siklon untuk membuang
padatan
Kemudian gas tersebut digunakan kembali ke dalam reaktor
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari Fluidized Bed Reactor yakni:
Reaktor mempunyai kemampuan untuk memproses fluida dalam jumlah yang besar
Pengendalian temperatur lebih baik
Pencampuran (mixing) yang bagus untuk katalis dan reaktan
Kelemahan dari Fluidized Bed Reactor yakni:
Partikel mengalami keausan yang dapat menyebabkan mengecilnya ukuran partikel yang
berada di dalam reaktor dan ikut mengalir bersama aliran gas sehingga perlu digunakan
alat cyclone separators dan aliran listrik yang disambungkan pada garis antara reaktor dan
generator.
Adanya peningkatan keabrasivan dimana penyebabnya adalah partikel padat di dalam
proses cracking pada fluidized bed.
Tidak mempunyai fleksibilitas terhadap perubahan panas.
Ciri-Ciri Fluidized Bed Reactor
Reaktor dimana katalisnya terangkat oleh aliran gas reaktan.
Operasinya: isotermal.
Perbedaan dengan Fixed bed: pada Fluidized bed jumlah katalis lebih sedikit dan katalis
bergerak sesuai kecepatan aliran gas yang masuk serta FBR memberikan luas permukaan
yang lebih besar dari PBR
Aplikasi Fluidized Bed Reactor
1. Gasifikasi Batubara
Di bidang teknik kimia, gasifikasi digunakan sebagai teknik untuk mengkonversi
bahan bakar padat menjadi gas. Gas yang dihasilkan pada gasifikasi disebut gas produser
yang kandungannya didominasi oleh gas CO, H2, dan CH4. Bahan bakar yang umum
digunakan pada gasifikasi adalah bahan bakar padat, salah satunya adalah batubara. Jika
ditinjau dari produk yang dihasilkan, pengolahan batubara dengan gasifikasi lebih
menguntungkan dibandingkan pengolahan dengan pembakaran langsung. Dengan teknik
gasifikasi, produk pengolahan batubara lebih bersifat fleksibel karena dapat diarahkan
menjadi bahan bakar gas atau bahan baku industri kimia yang tentunya memiliki nilai
jual yang lebih tinggi.
Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu suatu reaktor. Reaktor tersebut
dikenal dengan nama gasifier. Ketika gasifikasi dilangsungkan, terjadi kontak antara
bahan bakar dengan medium penggasifikasi di dalam gasifier. Kontak antara bahan bakar
dengan medium tersebut menentukan jenis gasifier yang digunakan. Diantara jenis
gasifier yang biasa digunakan adalah gasifier jenis fluidized bed (reaktor gasifikasi
unggun terfluidakan).
Gambar 3. Salah satu reaktor gasifikasi unggun terfluidakan di sebuah pembangkit listrik dari batubara.
Gasifikasi unggun terfluidakan dioperasikan dengan cara memfluidisasi partikel
bahan bakar dengan gas pendorong yang berupa udara/oksigen, baik dicampur dengan
kukus maupun tidak dicampur. Gas pendorong tersebut memiliki dua fungsi, yaitu
sebagai reaktan dan sebagai medium fluidisasi. Pada gasifikasi unggun terfluidakan, gas
pendorong yang umum digunakan adalah udara. Pada gasifier jenis ini, udara dan bahan
bakar tercampur pada unggun yang terdiri dari padatan inert berupa pasir. Keberadaan
padatan inert tersebut sangat penting karena berfungsi sebagai medium penyimpan panas.
Gasifikasi unggun terfluidakan dioperasikan pada temperatur relatif rendah, yaitu
800 – 1000 °C. Temperatur operasi tersebut berada di bawah temperatur leleh abu
sehingga penghilangan abu yang dihasilkan pada gasifikasi jenis ini lebih mudah. Hal
inilah yang menyebabkan gasifikasi unggun terfluidakan dapat digunakan pada
pengolahan bahan bakar dengan kandungan abu tinggi sehingga rentang penerapan
gasifikasi unggun terfluidakan lebih luas daripada gasifikasi jenis lainnya. Gasifier
unggun terfluidakan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan gasifier jenis
lainnya, yaitu:
Rentang penanganan jenis bahan bakar lebar.
Tingkat perpindahan panas dan massa bahan bakar tinggi.
Nilai pemanasan tinggi.
Kadar arang rendah.
C. Trickle Bed Reactor (TBR)
Pengertian
Reaktor trickle bed adalah reaktor dengan packing katalis dimana fasa cair dan
gas mengalir searah ke bawah yang mengalami interaksi pada katalis padatan. Reaktor ini
banyak digunakan pada industri perminyakan dan aplikasinya dalam bidang proses kimia,
petroleum, industry biokimia dan pengolahan limbah. Kata “trickle” mendeskripsikan
karakteristik operasional reactor ini dimana liquid mengalir secara bertahap melewati
katalis solid dalam bentuk film, anak air ataupun droplet. Biasanya, partikel padatan
katalis di pak secara acak didalam bed dimana fase gas dan liquid mengalir. Dalam
sebagian besar industri reactor trickle bed, partikel katalis yang digunakan biasanya
berpori dan berbentuk bermacam-macam seperti bola, silinder, ektrudat, trilobe, atau
multilobe seperti pada gambar berikut :
Reaktor trickle bed memberikan performa yang lebih baik dalam pengontakan
gas-liquidsolid dengan memberikan efisiensi yang tinggi dibandingkan oleh reactor
lain seperti stirred slurry reactors yang memberikan keterbatasan pengaplikasisan
pada system reaksi yang cepat membutuhkan muatan katalis yang rendah dengan
tekanan operasi rendah dan volume sedang seperti bahan kimia khusus dan kecil,
ejector loop reactors digunakan untuk reactor cepat yang menyirkulasikan slurry
menggunakan tekanan tinggi mempunyai keterbatasan dalam mengatasi pemuatan
solid, Bubble column slurry reactors dan packed bubble bed reactors memberikan
pengadukan kembali didalam reactor yang bisa menyebabkan konversi rendah dan
memicu terbentuknya produk samping.
Konfigurasi reactor trickle bed diklasifikasikan menjadi tiga tipe :
1. Reaktor trickle bed konvensional : berisikan partikel katalis berpori secara acak
didalam packed bed.
2. Reaktor trickle bed semi-struktur : berisikan partikel yang di pak teratur atau
katalis yang dilapiskan pada packing terstruktur.
3. Reaktor trickle bed-mikro : berisikan beberapa saluran-mikro yang di pak dengan
partikel katalis.
Ketiga tipe ini ditampilkan secara skematik dalam gambar di bawah ini :
Reaksi yang terjadi dalam reactor trickle bed seringkali bersifat eksotermis dan
melepaskan 3 energy dikarenakan reaksi kimia yang terbawa oleh aliran komponen gas
dan liquid.Pengontrolan temperature bed merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
reactor trickle bed baik menggunakan jaket eksternal ataupun koil internal. Dalam
beberapa kasus, aliran gas dan/atau liquid direcycle agar meningkatkan kecepatan efektif
fluida untuk mengontrol temperature dan memanipulasi besarnya konversi yang
diinginkan.
Reactor trickle bed terstruktur dapat digunakan pada kekuatan katalis yang kurang
baik dan memberikan pressure drop yang rendah. Pengaturan pelepasan 3energi tanpa
menyebabkan efek yang tidak diinginkan pada performa alat merupakan hal terpenting
dalam desain reactor trickle bed. Performa reactor trickle bed bergantung pada beberapa
hal seperti karakteristik bed katalitis (konfigurasi packing, porositas, ukuran
partikel/ketebalan pelapisan), distribusi aliran yang tidak merata, pembasahan partikel
katalis, panas interfase lokal, laju transfer massa, massa intrapartikel, perpindahan panas,
dan kinetika reaksi.
Konfigurasi dan karakteristik bed katalitis mempengaruhi dinamika fluida
didalam reactor dimana dinamika fluida membuat scale-up dan scale-down reactor
menjadi susah. Dalam reaktor trickle bed, secara teknis reaktan gas dapat mencapai
permukaan katalis dengan melewati fase liquid ataupun kontak langsung bergantung pada
derajat pembasahan. Difusi intrapartikel dari gas terlarut, adsorpsi pada permukaan
katalis dan reaksi kimia terjadi secara simultan di dalam partikel katalis. Fraksi volume
liquid didalam reactor trickle bed biasanya dikarakterisasi sebagai dynamic liquid holdup
dan static liquid holdup, kuantitas perubahan terhadap keduanya digunakan untuk
menentukan residence time distribution didalam reactor trickle bed. Laju alir fase gas dan
liquid menentukan pemberkuan flow regime dimana perbedaan flow regime memberikan
perbedaan pengontakkan dan karakteristik pengadukannya. Saat reaktan gas dan liquid
melewati bed katalis, terjadi proses berskala makro (macro-scale) yakni pada skala bed,
meso-scale (terjadi pengelompokan partikel), dan micro-scale (terjadi pada sisi (A) (B)
katalis dan menghubungkan termodinamika, reaksi dan step perpindahan) pada waktu
dan skala panjang yang berbeda. Skematik dari proses ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Teknik Reaksi pada Reaktor Trickle Bed
Hal – hal yang mempengaruhi performa proses dengan reactor trickle bed adalah :
1. Homogenitas bed, distribusi liquid, dan factor geometri.
2. Cara operasi : aliran gas-liquid secara concurrent atau countercurrent, aliran recycle,
pembasahan partikel katalis, distribusi aliran, pengadukan axial dan radial
3. Transfer massa : gas-liquid, fluid-particle.
4. Kinetika laju reaksi : persamaan laju reaksi, deaktivasi katalis.
5. Efek non-isotermal : reaksi eksoterm atau endoterm, penguapan solvent reaktan.
Untuk reaksi bimolecular A(g) + v B(l) produk, dimana mekanisme reaksi
ini digambarkan dalam Gambar 5 :
laju reaksi dapat dideskripsikan dalam langkah sebagai berikut :
4. Transfer perpindahan fase gas reaktan A dari fase gas ke bulk liquid.
5. Transfer A dan B dari bulk liquid ke permukaan katalis.
6. Difusi intrapartikel A dan B dengan pori katalis.
7. Adsorpsi A dan B pada sisi katalis dan reaksi permukaan kimia dari A dan
B teradsorbsi untuk menghasilkan produk.
8. Desorpsi produ, ke fase bulk liquid. Karakterisasi Reaktor Trickle Bed
Objek utama dalam mendesain reactor trickle bed adalah untuk
meningkatkan kontak secara efektif dari reaktan fase gas dan liquid
dengan sisi katalis aktif.
Faktor – factor yang didesain untuk operasi pada reaktor trickle bed adalah :
1. Pressure drop : biaya operasi reactor trickle bed secara langsung dihubungkan dengan
pressure drop sepanjang bed. Untuk mendapatkan pressure drop yang diinginkan, dapat
memanipulasikan struktur bed.
2. Luas permukaan spesifik : efektif pengontakkan reaktan dengan katalis dan efisiensi
perpindahan panas maupun massa ditentukan oleh luas permukaan spesifik.
3. Residence Time Distribution (RTD) : untuk mendapatkan RTD yang diinginkan dapat
dilakukan dengan memanipulasikan struktur bed juga dan memaipulasi metode packing.
4. Pengadukan : pengadukan mempengaruhi efektivitas utilitas dari pak katalis, adanya dead
zone dapat menurunkan efektivitas utilitas dari pak katalis maka struktur bed harus
didesain untuk memperkecil dead zone.
5. Liquid holdup : tingginya liquid holdup biasanya dimanipulasi untuk mencapai liquid
holdup yang tinggi untuk meningkatkan efisiensi laju perpindahan massa dan laju reaksi.
6. Perpindahan panas dan perpindahan massa : Perpindahan panas dan perpindahan massa
menjadi penting saat reaksi terjadi pada perpindahan massa yang terbatas atau reaksi
yang sensitive terhadap temperature.
Mekanisme reaktor :
Trickle bed reactor melibatkan proses hydrotreating, misalnya: hydrodesulfurisasi
dan hydrocracking.
Pada unit hydrodesulfurisasi, umpan dimasukan ke dalam menara destilasi dalam
fase uap. Kemudian digunakan Hidrogen berlebihan untuk mempertahankan fase
uap dan mencegah terbentuknya deposit cake
Lalu gas dengan kecepatan rendah dimasukan sehingga umpan dapat tersebar
merata dengan hidrogen.
Sebagai katalis biasanya digunakan katalis padatan berbentuk mikroporous yang
disusun pada posisi tetap. Aliran cairan dalam sebuah regime trickling akan
membasahi permukaan luar katalis namun menyisakan ruang kosong yang akan
diisi oleh aliran gas.
Hubungan kecepatan regime pada trickle lebih rendah dari kecepatan rata-rata
pada gas dan cairan. Dimana fase gas terus berlanjut dan fase cairan tersebar.
Hydrocraking perengkahan rantai-rantai karbon yang panjang menjadi rantai-
rantai karbon yang pendek pada temperatur tinggi dengan bantuan katalist.