reaksi redoks 1

Upload: monica-wijaya

Post on 17-Jul-2015

1.834 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Di dalam ilmu kimia, kita tentunya telah mengenal reaksi asam dan basa sebagai proses transfer proton. Tapi ternyata di dalam ilmu kimia juga dikenal reaksi yang berkaitan dengan transfer elektron, yang dikenal dengan reaksi oksidasi dan reduksi atau disingkat reaksi redoks. Pada awal peristiwa oksidasi reduksi hanya dikaitkan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen. Tetapi pada perkembangan seluruhnya, oksidasi reduksi dikaitkan dengan penangkapan dan pelepasan elektron dan kemudian dikaitkan dengan perubahan bilangan oksidasi. Hal ini dimaksud untuk memberikan cakupan yang lebih luas bagi jenis reaksi tersebut. Reaksi redoks banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contohnya adalah perkaratan besi, reaksi pembakaran oksidasi makanan dalam sel, fotosintesis dan peleburan bijih besi, aki, baterai dan berbagai proses elektrolisis seperti penyepuhan, juga berdasarkan reaksi redoks. Dari sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses di mana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses di mana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain di mana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron disusun orang. Secara organik, oksidasi berarti perubahan gugus fungsi suatu senyawa yang rendah ke gugus fungsi yang lebih tinggi. Misalnya seperti alkohol dapat dioksidasi menjadi aldehid. Sedangkan reduksi sebaliknya, perubahan gugus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah.

Berdasarkan hal di atas, penting mempelajari reaksi redoks yang terjadi pada senyawa organik beserta dengan mekanisme reaksinya, oleh karena itu dilakukan percobaan ini.

1.2 Tujuan Percobaan Mengamati hasil reaksi antara minyak goreng dan KMnO4 Mengamati hasil reaksi antara butanol dengan KMnO4 dalam suasana asam Mengamati hasil reaksi yang terbentuk antara glukosa dengan KMnO4

1.3 Prinsip Percobaan 1.3.1 Oksidasi Gugus Fungsi Percobaan ini didasarkan kepada kemampuan senyawa

asetaldehid, butanol, asam asetat dan glukosa dapat dioksidasi oleh KMnO4, di mana pada prosesnya gugus fungsi senyawa-senyawa tersebut menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, ditandai dengan tereduksinya MnO41- menjadi MnO2, endapan coklat. Namun, pada senyawa asam asetat tidak terjadi reaksi, ditandai dengan tidak ada perubahan yang terjadi.

1.3.2

Redoks dalam Suasana Asam-Basa Percobaan ini didasarkan pada kemampuan senyawa butana dioksidasi oleh KMnO4, di mana reaksi terjadi dalam suasana asam dan dihasilkan Mn2+ yang ditandai dengan perubahan larutan menjadi warna coklat tua dan air yang lebih banyak daripada yang dihasilkan dalam suasana basa di mana dihasilkan MnO42- yang merupakan endapan berwarna hijau (MnO4-).

1.3.3

Oksidasi pada Minyak Goreng Percobaan ini didasarkan pada reaksi redoks yang terjadi antara KMnO4 dengan minyak goreng di mana pada akhir reaksi terdapat

endapan coklat. Minyak goreng merupakan senyawa yang mengandung rantai karbon yang panjang dan menyebabkan reaksi berjalan lambat, ketika direaksikan dengan oksidator KMnO4 dalam suasana netral, di mana minyak goreng mengalami oksidasi dan bertindak sebagai reduktor, ikatan rangkap pada minyak terputus dan mengikat atom O, uji positif pada reaksi ini adalah terbentuknya endapan terbentuk gelombanggelombang berwarna ungu yang lama kelamaan berubah menjadi endapan coklat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAAlkohol (ROH) dan eter (ROR) begitu erat berhubungan kehidupan manusia sehari-hari sehingga orang awampun kenal akan istilah-istilah ini, dietil eter (eter) digunakan sebagai pemati rasa (anesthetic). Etanol, alkohol tapi atau cukup alkohol digunakan dalam minuman keras. 2-propanol (isopropil alkohol atau alkohol gosok) digunakan sebagai zat pembunuh kuman (bakteriosida). Metanol (metil alkohol atau alkohol kayu), komponen utama dalam spiritus, digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut. Dalam laboratorium dan industri semua senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Alkohol dan eter mempunyai ikatan yang mirip air. Dalam ketiga kasus ini, oksigen berada dalam keadaan hibrida sp3. Dua orbital sp3 (dari) atom oksigen terikat pada atom lain, dan dua orbital sp3 lainnya terisi masing-masing dengan sepasang elektron. Alkohol dan eter terdiri dari molekul polar. Dalam kedua tipe senyawa ini, oksigen mengemban muatan negatif parsial. Momen dipol senyawa berikut menunjukkan berkurangnya polaritas dalam deret H2, ROH dan ROR. Karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulmolekulnya, maka titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter, yang bobot molekulnya sebanding. Tabel berikut membandingkan titik didih alkohol dan halida organik yang sama kerangka karbonnya: Alkohol CH3OH CH3CH2OH CH3CH2CH2OH HOCH2CH2OH Titik Didih 64,5 C 78,3 C 97,2 C 197 C Kloroetana CH3Cl CH3CH2Cl CH3CH2CH2Cl ClCH2CH2Cl Titik Didih -24 C 13 C 46 C 83,5 C

Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan alkil halida padanannya tidak larut. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (hydrophobic) yakni menolak molekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah kelarutan alkohol dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofob ini dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil. Alkohol berkarbon tiga, 1- dan 2-propanol, bercampur (misable) dengan air, sedangkan hanya 8,3 gram 1-butanol larut dalam 100 gram air. Percabangan meningkatkan kelarutan dalam air. Meskipun 1-butanol hanya sedikit larut, t-butil alkohol, (CH3)3COH, dapat campur dengan air. Ini disebabkan oleh lebih kompak dan kurang hidrofobnya gugus t-butil, dibandingkan dengan gugus n-butil. Bertambah banyaknya gugus OH menaikkan hidrofisitas dan kelarutan. Sukrosa (gula pasir) mempunyai 12 karbon, tetapi molekul ini juga mempunyai delapan gugus hidroksil dan mudah larut dalam air. Pada umumnya zat pengoksidasi laboratorium mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat dan alkohol sekunder menjadi keton.

Beberapa zat pengoksidasi yang khas untuk oksidasi ini ialah: 1. Kalium permanganat basa : KMnO4 + OH2. HNO3 pekat dan panas 3. Asam kromat : H2CrO4 (dibuat insitu dari CrO3 atau Cr2O7 dengan H2SO4 dalam air) (reagensia Jones) 4. Kromium trioksida (CrO3) yang dikomplekskan dengan piridina atau piridina dengan HCl. (Fessenden, 1986)

Alkohol primer mula-mula dioksidasi dulu menjadi aldehida. Aldehida lebih mudah dioksidasi daripada alkohol, oleh karena itu biasanya oksidasi tidak berhenti, melainkan terus sampai terbentuk asam karboksilat (atau anion karboksilat dalam larutan basa). Jika aldehida zat antara itu mudah menguap, aldehida ini dapat disuling keluar dari campuran reaksi sebelum teroksidasi menjadi asam karboksilat. Rendemen aldehida biasanya rendah dengan metode ini, oleh karena itu nilai sintetiknya terbatas. Reagensia yang lebih baik untuk mengoksidasi suatu alkohol primer menjadi aldehida adalah kompleks trioksidapiridina atau piridinium klorokromat. Reagensia ini tidak mengoksidasi menjadi asam karboksilat. Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton dengan sangat bagus oleh zat proksidasi standar (biasanya digunakan kondisi asam karena keton dapat teroksidasi lebih lanjut dalam suasana basa). Alkohol tersier tak teroksidasi dalam suasana basa. Jika dicoba oksidasi dalam larutan asam, alkohol tersier mengalami dehidrasi dan kemudian alkenanya teroksidasi. Banyak reaksi oksidasi yang tidak sepenuhnya dipahami mekanismenya. Karena bentuk tereduksi dari mangan atau kromium (bentuk oksidasi Mn(VII) dari MnO4- dam Cr(VI) dari CrO42-) beraneka ragam, maka mekanismemekanisme itu cenderung sangat rumit. Dalam beberapa reaksi, zat pengoksidasi agaknya membentuk ester anorganik dengan alkohol dan dengan geseran elektron dan proton yang tepat, dihasilkan produk oksidasi (Fessenden, 1986) Yang dimaksud dengan lemak di sini ialah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksil alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang

mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Pada umumnya, lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidroksil yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu, dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi, dan adanya bakteri perusak adalah faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak. (Poedjiadi, 1994) Aldosa sederhana diturunkan dari gliseraldehid yakni dengan memasukkan atom karbon kiral terhidroksilasi (CHOH) di antara karbon C-1 dan C-2 pada molekul gliseraldehid. Misalnya, dua macam molekul tetrosa terbentuk ketika CHOH dimasukkan ke dalam D-gliseraldehid. Ada dua kelompok aldosa sederhana, yaitu kelompok D dan kelompok L. Untuk menentukan di kelompok mana suatu aldosa tergabung, adalah dengan memperhatikan atom karbon kiral yang paling dekat dengan gugus pereduksi membandingkannya dengan gliseraldehid. Aldotetrosa memiliki dua pusat kiral, aldopentosa memiliki tiga pusat kiral dan aldoheksosa memiliki empat pusat kiral. Setiap pusat kiral ini memberikan aktivitas optik. Aktivitas optik total tergantung pada besarnya kontribusi dari tiap pusat kiral. (Ngili, 2010) Kalium permanganat telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7. (Underwood, 2002)

Kalium permanganat, KMnO4. Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air yang merupakan ciri khas untuk ion permanganat. Kalium permanganat merupakan zat pengoksid yang kuat, yang bekerja berlainan menurut pH dari medium. a) Dalam larutan asam ion permanganat direduksi menurut proses limaelektron, bila bilangan oksidasi mangan berubah dari +7 ke +2: MnO4- + 8H+ + 5 Mn2+ + 4H2O b) Dalam larutan netral atau sedikit basa permanganat direduksi menjadi mangan dioksida, bila dalam suatu proses tiga-elektron keadaan oksidasi mangan berubah dari +7 ke +4: MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O c) Dalam larutan basa kuat (pada pH 13 atau lebih) permanganat dapat direduksi menjadi manganat dalam suatu proses satu-elektron MnO4- + MnO42Bilangan oksidasi mangan dalam manganat adalah +6 ion MnO42- menunjukkan suatu warna hijau yang khas. Bila permanganat dipanasi dengan basa terjadi reduksi semacam itu dan terbentuk oksigen: 4MnO42- + 4OH- 4MnO42- + 2H2O + O2 (Svehla, 1986) Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat. Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). (Svehla, 1986) Pembakaran hidrokarbon, contohnya pada mesin pembakaran dalam menghasilkan air, karbondioksida, sebagian kecil karbon monoksida, dan energi panas. Oksidasi penuh bahan-bahan yang mengandung karbon-karbon akan menghasilkan karbon dioksida. Dalam kimia organik, oksidasi selengkap (stepwise oxidation) hidrokarbon menghasilkan air dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton, asam karboksilat dan kemudian peroksida (Ridwan, 1989)

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Tabung reaksi Rak tabung reaksi Pipet tetes Gelas beaker Sikat tabung

3.1.2

Bahan Minyak goreng Butanol KMnO4 H2SO4 NaOH Glukosa Asetaldehid Asam asetat Kertas label

3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Reaksi oksidasi pada Gugus Fungsi (suasana netral)

3.2.1.1 Asetaldehid Dimasukkan 1 pipet asetaldehid ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 3 tetes KMnO4 Dikocok dan diamati

3.2.1.2 Butanol Dimasukkan 1 pipet butanol ke dalam tabung reaksi

-

Ditambahkan 3 tetes KMnO4 Dikocok dan diamati

3.2.1.3 Asam asetat Dimasukkan 1 pipet asam asetat ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 3 tetes KMnO4 Dikocok dan diamati

3.2.1.4 Glukosa Dimasukkan 1 pipet glukosa ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 3 tetes KMnO4 Dikocok dan diamati

3.2.2

Redoks dalam suasana Asam-Basa

3.2.2.1 Suasana Asam Dimasukkan 1 pipet butanol ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 4 tetes H2SO4 Ditambahkan 3 tetes KMnO4 Dikocok dan diamati

3.2.2.2 Suasana Basa Dimasukkan 1 pipet butanol ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 4 tetes NaOH Ditambahkan 3 tetes KMnO4 Dikocok dan diamati

3.2.3

Oksidasi pada Minyak Goreng Dimasukkan 1 pipet minyak goreng ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 4 tetes KMnO4 Dikocok dan diamati

3.3 Flowsheet Percobaan 3.3.1 Oksidasi Gugus Fungsi

3.3.1.1 Asetaldehid1 pipet asetaldehid ditambah 3 tetes KMnO4 dikocok dan diamati Endapan coklat

3.3.1.2 Butanol1 pipet butanol ditambah 3 tetes KMnO4 dikocok dan diamati Larutan merah kecoklatan, endapan merah

3.3.1.3 Glukosa1 pipet glukosa ditambah 3 tetes KMnO4 dikocok dan diamati Endapan coklat

3.3.1.4 Asam Asetat1 pipet asam asetat ditambah 3 tetes KMnO4 dikocok dan diamati Larutan ungu

3.3.2

Oksidasi dalam Suasana Asam-Basa

3.3.2.1 Dalam suasana Asam1 pipet butanol ditambah 4 tetes H2SO4 Campuran ditambah 4 tetes KMnO4 dikocok dan diamati Larutan coklat tua

3.3.2.2 Dalam suasana Basa1 pipet butanol ditambah 4 tetes NaOH Campuran ditambah 4 tetes KMnO4 dikocok dan diamati Endapan hijau

3.3.3

Oksidasi pada Minyak Goreng1 pipet minyak goreng ditambah 4 tetes KMnO4 dikocok dan diamati Endapan coklat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Tabel Pengamatan Perlakuan a. Oksidasi Gugus Fungsi 1 pipet asetaldehid + 3 tetes KMnO4 1 pipet butanol + 3 tetes KMnO4 1 pipet asam asetat + 3 tetes KMnO4 1 pipet glukosa + 3 tetes KMnO4 coklat Larutan merah kecoklatan Larutan ungu coklat Pengamatan

b. Redoks dalam suasana Asam-Basa 1 pipet butanol + 4 tetes H2SO4 + 4 tetes KMnO4 1 pipet butanol + 4 tetes NaOH + 4 tetes KMnO4 c. Oksidasi pada Minyak Goreng 1 pipet minyak goreng + 3 tetes KMnO4 coklat hijau Larutan coklat tua

4.2 Reaksi 4.2.1 Oksidasi Gugus Fungsi Asetaldehid + KMnO4 (netral) CH3CHO CH3COOH CH3CHO + H2O CH3COOH CH3CHO + H2O CH3COOH + 2H+ CH3CHO + H2O CH3COOH + 2H+ + 2 (oksidasi)

MnO4- MnO2 MnO4- MnO2 + 2H2O MnO4- + 4H+ MnO2 + 2H2O

(reduksi)

MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O CH3CHO + H2O CH3COOH + 2H+ + 2 MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2 H2O 3CH3CHO + 3H2O 3CH3COOH + 6H+ + 6 2MnO4- + 8H+ + 6 2MnO2 + 4H2O 3CH3CHO + 2MnO4- + 2H+ 3CH3COOH + 2MnO2 + H2O Reaksi lengkap: 3CH3CHO + 2KMnO4 + 2H+ 3CH3COOH + 2MnO2 + H2O + 2K+ |x3 |x2

-

Butanol + KMnO4 (netral) C4H10O C4H8O2 C4H10O + H2O C4H8O2 C4H10O + H2O C4H8O2 + 4H+ C4H10O + H2O C4H8O2 + 4H+ 4 MnO4- MnO2 MnO4- MnO2 + 2H2O MnO4- + 4H+ MnO2 + 2H2O MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O C4H10O + H2O C4H8O2 + 4H+ + 4 MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O |x3 |x4 (oksidasi)

(reduksi)

3C4H10O + 3H2O 3C4H8O2 + 12H+ + 12 4MnO4- + 16H+ + 12 4MnO2 + 8H2O 3C4H10O + 4MnO4- 3C4H8O2 + 4MnO2 + 5H2O Reaksi lengkap: 3C4H10O + 4KMnO4 3C4H8O2 + 4MnO2 + 5H2O + 4K+ CH3COOH + KMnO4

-

Glukosa + KMnO4 C6H12O6 C6H12O7 C6H12O6 + H2O C6H12O7 C6H12O6 + H2O C6H12O7 + 2H+ C6H12O6 + H2O C6H12O7 + 2H+ + 2 MnO4- MnO2 MnO4- MnO2 + 2H2O MnO4- + 4H+ MnO2 + 2H2O MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O C6H12O6 + H2O C6H12O7 + 2H+ + 2 MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O 3C6H12O6 + 3H2O 3C6H12O7 + 6H+ + 6 2MnO4- + 8H+ + 6 2MnO2 + 4H2O 3C6H12O6 + 2MnO4- + 2H+ 3C6H12O7 + 2MnO2 + H2O Reaksi lengkap: 3C6H12O6 + 2KMnO4 + 2H+ 3C6H12O7 + 2MnO2 + H2O + 2K+ |x3 |x2 (oksidasi)

(reduksi)

4.2.2

Redoks dalam suasana Asam-Basa Suasana Basa C4H10O C4H8O2 C4H10O C4H8O2 + H2O C4H10O + 4OH- C4H8O2 + 3H2O C4H10O + 4OH- C4H8O2 + 3H2O + 4 MnO4- MnO42MnO4- + MnO42C4H10O + 4OH- C4H8O2 + 3H2O + 4 4MnO4- + 4 4MnO42C4H10O + 4OH- + 4MnO4- C4H8O2 + 3H2O + 4MnO42Reaksi lengkap: C4H10O + 4NaOH + 4KMnO4 C4H8O2 + 3H2O + 4MnO42- + 4K+ + 4Na+ (oksidasi)

(reduksi)

-

Suasana Asam C4H10O C4H8O2 C4H10O + H2O C4H8O2 C4H10O + H2O C4H8O2 + 4H+ C4H10O + H2O C4H8O2 + 4H+ 4 MnO4- Mn2+ MnO4 Mn + 4H2O MnO4- + 8H+ Mn2+ + 4H2O MnO4- + 8H+ + 5 Mn2+ + 4H2O C4H10O + H2O C4H8O2 + 4H+ + 4 MnO4 + 8H + 5 Mn + 4H2O+ 2+ 2+

(oksidasi)

(reduksi)

|x5 |x4

5C4H10O + 5H2O 5C4H8O2 + 2OH+ + 20 4MnO4- + 32H+ + 20 4Mn2+ + 16H2O 5C4H10O + 4MnO4- + 12H+ 5C4H8O2 + 4Mn2+ + 11H2O Reaksi lengkap: 5C4H10O + 4KMnO4 + 6H2SO4 5C4H8O2 + 4MnSO4 + 2K2SO4 + 11H2O

4.2.3

Oksidasi pada Minyak Goreng

4.3 Pembahasan Secara umum, pengertian oksidasi adalah: Pengikatan oksigen oleh suatu senyawa Pelepasan hidrogen oleh suatu senyawa Pelepasan elektron oleh suatu senyawa Meningkatnya bilangan oksidasi

Sedangkan pengertian reduksi adalah: Pelepasan oksigen oleh suatu senyawa Pengikatan hidrogen oleh suatu senyawa Penangkapan elektron oleh suatu senyawa

-

Menurunnya bilangan oksidasi

Pengertian oksidasi secara organik adalah perubahan suatu gugus fungsi senyawa organik menjadi lebih tinggi. Contoh: Alkohol primer Alkohol sekunderaldehid

asam karboksilat

keton

Pengertian reduksi secara organik adalah perubahan suatu gugus fungsi senyawa organik menjadi lebih rendah. Contoh: Asam karboksilat direduksi menjadi aldehid, aldehid dapat direduksi menjadi alkohol primer. Keton dapat direduksi menjadi alkohol sekunder.

Butanol merupakan alkohol primer yang dapat dioksidasi oleh KMnO4. Gugus OH pada butanol dioksidasi menjadi COH, gugus aldehid. KMnO4 tereduksi menghasilkan endapan MnO2 karena reaksi terjadi dalam suasana netral. Selanjutnya, dimasukkan 1 pipet asam asetat ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 3 tetes KMnO4, hasilnya larutan berwarna ungu. Warna ungu merupakan warna KMnO4. Tidak terjadi reaksi antara kedua senyawa, karena asam asetat merupakan asam karboksilat. Asam karboksilat tidak dapat dioksidasi, karena asam karboksilat merupakan gugus yang tertinggi, sehingga tidak dapat mengalami penambahan oksigen lagi dan tidak ada atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Selanjutnya, dimasukkan 1 pipet glukosa ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 3 tetes KMnO4. Hasilnya terdapat endapan coklat di dasar tabung. Glukosa merupakan aldosa, yaitu memiliki gugus aldehid CHO, oleh karena itu glukosa dapat dioksidasi dan gugusnya menjadi COOH. KMnO4 tereduksi menghasilkan endapan coklat MnO2, karena reaksi terjadi dalam suasana netral. Percobaan selanjutnya adalah redoks dalam suasana asam-basa. Pertama, dimasukkan 1 pipet butanol ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 4 tetes H2SO4. Penambahan H2SO4 dilakukan untuk membuat suasana menjadi asam. Setelah itu ditambahkan 4 tetes KMnO4, hasilnya terbentuk larutan coklat tua. Butanol merupakan alkohol primer yang dapat dioksidasi oleh KMnO4, di mana

gugus OH pada butanol dioksidasi menjadi COH, sedangkan MnO4- tereduksi menjadi Mn2+, sehingga terbentuk larutan coklat tua karena reaksi terjadi dalam suasana asam. Selanjutnya, dimasukkan 1 pipet butanol ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 4 tetes NaOH. Penambahan NaOH dilakukan untuk membuat suasana basa. Setelah itu, ditambahkan 4 tetes KMnO4, terbentuk endapan hijau. Butanol mengalami oksidasi, di mana OH menjadi COH. Dalam suasana basa, MnO4- tereduksi menjadi MnO42-. Percobaan selanjutnya adalah oksidasi pada minyak goreng, dimasukkan 1 pipet minyak goreng ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 3 tetes KMnO4, terbentuk endapan coklat. Kalium permanganat, KMnO4. Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganat. Kalium permanganat merupakan zat pengoksid kuat, yang bekerja berlainan menurut pH dari medium. a) Dalam larutan asam ion permanganat direduksi menurut proses limaelektron, bila bilangan oksidasi mangan berubah dari +7 ke +2: MnO4- + 8H+ + 5 Mn2+ + 4H2O Beberapa oksidasi yang penting yang menggunakan ion permanganat adalah sebagai berikut: MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O b) Dalam larutan netral atau sedikit basa permanganat direduksi menjadi mangan dioksida, bila dalam suatu proses tiga-elektron keadaan oksidasi mangan berubah dari +7 ke +4: MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O MnO2 merupakan endapan coklat gelap. c) Dalam larutan basa kuat (pada pH 13 atau lebih) permanganat dapat direduksi menjadi manganat dalam suatu proses satu-elektron MnO4- + MnO42Pada percobaan dilakukan oksidasi gugus fungsi, redoks dalam suasana asam-basa, dan oksidasi pada minyak goreng. Percobaan pertama adalah oksidasi

gugus fungsi. Sampel yang digunakan antara lain asetaldehid, butanol, asam asetat dan glukosa. Dimasukkan 1 pipet asetaldehid ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 3 tetes KMnO4, hasilnya terdapat endapan coklat. Asetaldehid merupakan aldehid, yaitu senyawa yang memiliki gugus CHO. KMnO4 adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dalam pH netral, asam dan basa. Asetaldehid teroksidasi oleh KMnO4 menjadi asam asetat, gugus CHO pada aldehid teroksidasi menjadi gugus COOH. Reaksi terjadi dalam suasana netral, dalam suasana netral MnO4- tereduksi menghasilkan endapan MnO2 yang berwarna coklat. Selanjutnya dimasukkan 1 pipet butanol lalu ditambahkan 3 tetes KMnO4, hasilnya terdapat endapan merah kecoklatan. Minyak goreng merupakan trigliserida yang tak jenuh, karena memiliki ikatan rangkap dua. Dengan KMnO4, minyak teroksidasi menjadi asam lemak yang jenuh, terjadi pemutusan ikatan rangkap oksigen. MnO4- tereduksi menjadi MnO2 yang berupa endapan warna coklat, karena reaksi terjadi dalam suasana netral. Dalam percobaan redoks dalam suasana asam basa, butanol dalam suasana asam dengan KMnO4 mengandung lebih banyak air daripada dalam suasana basa. Hal ini karena H2SO4 dalam larutan terion menjadi H+ dan SO42-, ion H+ nantinya bereaksi dengan OH- dari butanol menghasilkan air, sedangkan NaOH terion menjadi Na+ dan OH-, ion OH- bereaksi dengan OH- juga menghasilkan air, namun dengan jumlah yang sedikit dibandingkan dengan dalam suasana asam. Fungsi perlakuan: Digunakan KMnO4 karena KMnO4 adalah oksidator kuat dengan warna yang khas dan dapat bereaksi dalam suasana asam, basa, netral. Pada percobaan, glukosa dengan KMnO4 dibiarkan dalam waktu yang lama baru diamati, hal ini karena perlu waktu yang cukup lama untuk mengoksidasi glukosa. Faktor kesalahan pada percobaan ini adalah kesalahan dalam memakai pipet, pemakaian bersama yang dapat merusak reagen, serta pengamatan yang tidak terlalu lama sehingga mungkin reaksi belum terjadi.

BAB 5 KESIMPULAN5.1 Kesimpulan Hasil reaksi antara minyak goreng dengan KMnO4 adalah endapan coklat menandakan terjadinya reaksi redoks Hasil reaksi antara butanol dengan KMnO4 dalam suasana asam adalah terbentuk larutan coklat tua dengan air lebih banyak Hasil reaksi antara glukosa dengan KMnO4 adalah terbentuknya endapan coklat

5.2 Saran Sebaiknya pada percobaan digunakan reagen lain seperti etanol, yang lebih mudah didapatkan.

DAFTAR PUSTAKAFessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Erlangga Ngili, Yohanes. 2010. Biokimia Dasar. Jakarta : Erlangga Poedjiadi, Anna, dan Titin, Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta : UI-Press Svehla, G. 1986. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : Kalman Media Pusaka Ridwan, S. 1989. Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara