reaksi aldehid

23
TUGAS MAKALAH ALDEHID DAN KETON OLEH: KELOMPOK 4 SHIFT B1 ABDULLAH AKMAL (03031181320030) PUTRI NURUL ILMI (03031181320006) APRILIA SULISTIANINGSIH (03031281320020) FADHLURRACHMAN MUFLIH (03031281320022) CO-SHIFT: ANISSA NURUL BADRIYAH LABORATORIUM DASAR BERSAMA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

Upload: oktavianna-winda-pakpahan

Post on 08-Nov-2015

79 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hhh

TRANSCRIPT

  • TUGAS MAKALAH

    ALDEHID DAN KETON

    OLEH:

    KELOMPOK 4

    SHIFT B1

    ABDULLAH AKMAL (03031181320030)

    PUTRI NURUL ILMI (03031181320006)

    APRILIA SULISTIANINGSIH (03031281320020)

    FADHLURRACHMAN MUFLIH (03031281320022)

    CO-SHIFT: ANISSA NURUL BADRIYAH

    LABORATORIUM DASAR BERSAMA

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2013

  • APRILIA SULISTIANINGSIH

    Keton

    Gugus keton

    Salah satu contoh keton: Aseton

    Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil (O=C) yang

    terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang mengandung gugus karbonil.

    Keton memiliki rumus umum:

    R1(CO)R2.

    Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam karboksilat,

    aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya. Ikatan ganda gugus karbonil

    membedakan keton dari alkohol dan eter. Keton yang paling sederhana adalah aseton (secara

    sistematis dinamakan 2-propanon).

    Atom karbon yang berada di samping gugus karbonil dinamakan karbon-. Hidrogen yang melekat pada karbon ini dinamakan hidrogen-. Dengan keberadaan asam katalis, keton mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat menghasilkan enolat.

    Tatanama

    Secara umum, keton dinamakan dengan tatanama IUPAC dengan menggantikan sufiks -a pada

    alkana induk dengan -on. Untuk keton yang umumnya dijumpai, nama-nama tradisional digunakan,

    seperti pada aseton dan benzofenon, nama-nama ini dianggap sebagai nama IUPAC yang

    dipertahankan walaupun beberapa buku kimia menggunakan nama propanon.

    Okso adalah tatanama IUPAC resmi untuk gugus fungsi keton. Namun prefiks lainnya juga

    digunakan dalam berbeagai buku dan jurnal. Untuk senyawa-senyawa yang umum (terutama pada

    biokimia), keto atau okso adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan gugus fungsi keton

    (juga dikenal dengan nama alkanon). Okso juga merujuk pada atom okesigen tunggal yang

    berkoordinasi dengan logam transisi (okso logam).

    Sifat-sifat fisika

    Contoh-contoh keton, dari kiri: aseton, digunakan sebagai pelarut; oksaloasetat, salah satu senyawa

    pada proses metabolisme glukosa; asetilaseton dalam bentuk (mono) enol (enol ditandai dengan

    warna biru); sikloheksanona, terkandung pada nilon; muskon, dan tetrasilin, sebuah antibiotik.

    Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan senyawa keton polar. Gugus karbonil akan

    berinteraksi dengan air melalui ikatan hidrogen, sehingga keton larut dalam air. Ia merupakan

  • akseptor ikatan hidrogen, dan bukannya donor, sehingga ia tidak akan membentuk ikatan hidrogen

    dengan dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih mudah menguap daripada alkohol dan asam

    karboksilat.

    Pengelompokan keton

    Keton dikelompokkan berdasarkan substituen mereka. Salah satu klasifikasi keton membagi

    senyawa ini menjadi keton simetris dan keton tidak simetris tergantung dari kemungkinan 2

    substituen organik bergabung ke pusat karbonil. Aseton dan benzofenon (C6H5C(O)C6H5) termasuk

    keton simetris. Asetofenon (C6H5C(O)CH3) adalah contoh keton tidak simetris. Di ilmu stereokimia,

    keton tidak simetris dikenal karena bersifat prokiral.

    Keasaman

    Hidrogen- keton lebih asam (pKa 20) daripada hidrogen alkana biasa (pKa 50). Hal ini disebabkan oleh stabilisasi resonansi ion enolat yang terbentuk ketika berdisosiasi. Keasaman relatif

    hidrogen- sangatlah penting dalam reaksi enolisasi keton dan senyawa karbonil lainnya.

    Sifat-sifat spektroskopi

    Spektroskopi adalah salah satu cara yang penting untuk mengidentifikasi keton. Keton dan aldehida

    akan menunjuukkan puncak yang signifikan pada spektroskopi inframerah di sekitar 1700 cm1

    (agak tinggi atau rendah, bergantung pada lingkungan kimiawi).

    Sintesis

    Terdapat beberapa metode untuk pembuatan keton dalam laboratorium:

    Keton dapat dihasilkan dengan oksidasi alkohol sekunder. Proses ini memerlukan oksidator

    kuat seperto kalium permanganat, kalium dikromat, atau senyawa lain yang mengandung

    Cr(VI). Alkohol dioksidasi dengan pemanasan refluks pada larutan asam. Sebagai contoh, 2-

    propanol dioksidasi menjadi aseton.

    H3C-CH(OH)-CH3 H3C-CO-CH3

    Dua atom hidrogen dilepas, menjadikan atom oksigen berikatan ganda dengan atom karbon.

    Keton juga bisa dihasilkan dari hidrolisi halida gem.

    Alkuna dapat diubah menjadi enol melalui reaksi hidrasi dengan keberadaan asam dan

    HgSO4. Tautomerisme enol-keto enol yang dihasilkan akan menghasilkan keton. Reaksi ini

    akan selalu menghasilkan keton, bahkan untuk alkuna terminal, dan Sia2BH diperlukan

    apabila diinginkan aldehida.

    Keton aromatik dapat dibuat dengan reaksi Friedel-Crafts, reaksi Houben-Hoesch dan

    penataan ulang Fries.

    Pada penataan ulang KornblumDeLaMare keton dibuat dari peroksida dan basa. Pada siklisasi Ruzicka, keton siklik dibuat dari asam dikarboksilat.

    Pada reaksi Nef, keton terbentuk dari hidrolisis garam dari senyawa nitro.

    Pada penggandengan Fukuyama, keton terbentuk dari tioester dengan sebuah senyawa

    organoseng.

    Keton juga dibuat dari reaksi asil klorida dengan senyawa organolitium atau senyawa

    organotembaga.

  • Reaksi

    Keton terlibat dalam berbagai macam reaksi organik:

    Adisi nukleofilik. Reaksi keton dengan nukleofil menghasilkan senyawa adisi karbonil

    tetrahedral.

    o reaksi dengan anion alkuna terminal menghasilkan hidroksialkuna

    o reaksi dengan amonia atau amina primer menghasilkan imina dan air

    o reaksi dengan amina sekunder menghasilkan enamina dan air

    o reaksi dengan reagen Grignard menghasilkan magnesium alkoksida dan setelahnya

    alkohol tersier

    o reaksi dengan reagen organolitium juga menghasilkan alkohol tersier

    o reaksi dengan alkohol, asam atau basa menghasilkan hemiketal dan air, reaksi lebih

    jauh menghasilkan ketal dan air. Ini adalah bagian dari reaksi pelindung karbonil.

    o reaksi RCOR' dengan natrium amida menghasilkan pembelahan dengan

    pembentukan amida RCONH2 dan alkana R'H, reaksi ini dikenal sebagai reaksi

    Haller-Bauer (1909).

    Adisi elektrofilik, reaksi dengan sebuah elektrofil menghasilkan kation yang distabilisasi

    oleh resonansi.

    reaksi dengan ilida fosfonium pada reaksi Witting menghasilkan alkena

    reaksi dengan air menghasilkan diol geminal

    reaksi dengan tiol menghasilkan tioasetal

    reaksi dengan hidrazina atau turunan hidrazina menghasilkan hidrazon

    reaksi dengan logam hidrida menghasilkan logam alkoksida, kemudian dengan air

    menghasilkan alkohol

    reaksi enol dengan halogen menghasilkan haloketon- reaksi pada karbon- keton dengan air berat menghasilkan keton-d berdeuterium fragmentasi pada fotokimia reaksi Norrish

    reaksi dengan halogen dan basa metil keton pada reaksi haloform

    reaksi 1,4-aminodiketon menjadi oksazola dengan hidrasi pada sintesis Robinson-Gabriel

    reaksi aril alkil keton dengan sulfur dan amina menghasilkan amida pada reaksi Willgerodt

    Aplikasi

    Keton sering digunakan pada parfum dan cat untuk menstabilisasi ramuan lainnya sehingga tidak

    berdegradasi dengan cepat. Kegunaan lainnya adalah sebagai pelarut dan zat antara dalam industri

    kimia.

    Pengertian aldehid dan keton

    Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus

    karbonil sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid dan keton termasuk senyawa yang sederhana jika

    ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat

    langsung pada atom karbon di gugus karbonil seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-

    asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.

    Contoh-contoh aldehid

    Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya bersama dengan

    salah satu dari gugus berikut:

    atom hidrogen lain

    atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil atau gugus yang

    mengandung sebuah cincin benzen.

    Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan menyinggung tentang aldehid yang mengandung cincin

    benzen.

  • Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung molekul yang sama persis.

    Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat. Jika kita menuliskan rumus

    molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus aldehid (gugus karbonil yang mengikat atom

    hidrogen) selalunya dituliskan sebagai -CHO dan tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena

    itu, penulisan rumus molekul aldehid terkadang sulit dibedakan dengan alkohol. Misalnya etanal

    dituliskan sebagai CH3CHO dan metanal sebagai HCHO.

    Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam rantai

    terpanjang termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada gugus samping yang

    terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus karbonil harus selalu

    dianggap sebagai atom karbon nomor 1.

    Contoh-contoh keton

    Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbon yang terikat padanya. Sekali

    lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung cincin benzen. Disini kita

    hanya akan berfokus pada keton yang mengandung gugus alkil untuk menyederhanakan

    pembahasan. Perlu diperhatikan bahwa pada keton tidak pernah ada atom hidrogen yang terikat

    pada gugus karbonil.

    Propanon biasanya dituliskan sebagai CH3COCH3. Diperlukannya penomoran atom karbon

    pada keton-keton yang lebih panjang harus selalu diperhatikan. Pada pentanon, gugus karbonil bisa

    terletak di tengah rantai atau di samping karbon ujung menghasilkan 3-pentena atau 2-pentanon.

    Ikatan dan Kereaktifan

    Ikatan pada gugus karbonil

    Atom oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga memiliki kecenderungan

    kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat dalam ikatan C=O kearahnya sendiri. Salah satu

    dari dua pasang elektron yang membentuk ikatan rangkap C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah

    oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap C=O sangat polar.

    Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil

    Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa diserang oleh nukleofil.

    Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion sianida, CN-), atau bagian yang

    bermuatan negatif dari sebuah molekul (misalnya, pasangan elektron bebas pada sebuah atom

    nitrogen dalam molekul amonia NH3).

  • Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan

    ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti dengan hilangnya

    sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi-eliminasi atau kondensasi.

    Dalam pembahasan tentang aldehid dan keton anda akan menemukan banyak contoh reaksi adisi

    sederhana dan reaksi adisi-eliminasi. Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil. Ini

    berarti bahwa reaksi keduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan gugus karbonilnya.

    Perbedaan aldehid dan keton

    Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada

    gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi. Sebagai contoh, etanal,

    CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat, CH3COOH, atau ion etanoat,

    CH3COO-.

    Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton hanya

    bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki kemampuan untuk

    memutus ikatan karbon-karbon. Oksidasi aldehid dan keton juga dibahas dalam modul belajar

    online ini pada sebuah halaman khusus di topik aldehid dan keton.

    Sifat-sifat fisik Titik didih

    Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21C), dan etanal

    memiliki titik didih +21C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang mendekati suhu

    kamar. Aldehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin meningkat

    apabila molekul semakin besar. Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-

    molekul.

    Gaya dispersi van der Waals

    Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki lebih

    banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol temporer yang

    terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai

    juga meningkat baik pada aldehid maupun pada keton.

    Gaya tarik dipol-dipol van der Waals

    Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti halnya

    gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada molekul-molekul

    yang berdekatan. Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih

    hidrokarbon yang berukuran sama yang mana hanya memiliki gaya dispersi.

    Mari kita membandingkan titik didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar

    molekul yang mirip. Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah

    elektronnya juga mirip (walaupun tidak identik).

    molekul tipe titik didih (C)

    CH3CH2CH3 alkana -42

    CH3CHO aldehid +21

    CH3CH2OH alkohol +78

    Pada tabel di atas kita bisa melihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik dipol-dipol dan

    gaya tarik dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari alkana berukuran sebanding yang

    hanya memiliki gaya dispersi. Akan tetapi, titik didih aldehid lebih rendah dari titik didih alkohol.

  • Pada alkohol, terdapat ikatan hidrogen ditambah dengan dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya

    (gaya-tarik dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi). Walaupun aldehid dan keton merupakan molekul

    yang sangat polar, namun keduanya tidak memiliki atom hidrogen yang terikat langsung pada

    oksigen, sehingga tidak bisa membentuk ikatan hidrogen sesamanya.

    Kelarutan dalam air

    Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya

    berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh, metanal, etanal dan

    propanon yang merupakan aldehid dan keton berukuran kecil dapat bercampur dengan air pada

    semua perbandingan volume. Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam air

    adalah bahwa walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya, namun

    keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.

    Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa

    tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari sebuah aldehid

    atau keton untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen.

    Tentunya juga terdapat gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara aldehid atau keton

    dengan molekul air. Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu menyuplai

    energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid atau keton satu sama lain

    sebelum bisa bercampur. Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari

    molekul-molekul (semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai mengalami proses

    di atas.

    Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon tersebut

    memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa menggantinya dengan

    ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan

    berkurang.

    PUTRI NURUL I LMI

    Pembuatan Aldehid dan Keton

    Oksidasi alkohol untuk membuat aldehid dan keton secara umum

    Agen pengoksidasi yang digunakan dalam reaksi-reaksi ini biasanya adalah sebuah larutan

    natrium dikromat (VI) atau kalium dikromat (VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer. Jika

    oksidasi terjadi, larutan oranye yang mengandung ion-ion dikromat (VI) direduksi menjadi sebuah

    larutan berwarna hijau yang mengandung ion-ion kromium (III).

  • Efek murni yang ditimbulkan adalah bahwa sebuah atom oksigen dari agen pengoksidasi

    melepaskan satu atom hidrogen dari gugus -OH pada alkohol dan satu lagi hidrogen dari karbon

    dimana gugus -OH tersebut terikat.

    Penulisan [O] sering digunakan untuk mewakili atom oksigen yang berasal dari sebuah agen

    pengoksidasi. R dan R adalah gugus-gugus alkil atau hidrogen. Keduanya juga bisa berupa gugus-

    gugus yang mengandung sebuah cincin benzen, tapi disini kita tidak akan membahas cincin benzen

    untuk menyederhanakan pembahasan. Jika sekurang-kurangnya satu dari gugus ini adalah atom

    hidrogen, maka diperoleh aldehid. Jika keduanya adalah gugus alkil maka diperoleh keton. Jika

    ditinjau dari molekul baku yang dioksidasi, maka akan diperoleh sebuah aldehid jika bahan baku

    yang digunakan memiliki rumus struktur seperti berikut:

    Dengan kata lain, jika digunaka alkohol primer sebagai bahan baku, maka akan diperoleh aldehid.

    Keton akan diperoleh jika molekul baku yang digunakan memiliki rumus struktur seperti berikut:

    dimana R dab R keduanya adalah gugus alkil. Alkohol sekunder dioksidasi menghasilkan keton.

    Pembuatan aldehid

    Aldehid dibuat dengan cara mengoksidasi alkohol primer, akan tetapi, ada sedikit masalah

    pada oksidasi ini. Aldehid yang dihasilkan bisa dioksidasi lebih lanjut menjadi sebuah asam

    karboksilat oleh larutan kalium dikromat (VI) asam yang digunakan sebagai agen pengoksidasi.

    Untuk menghentikan reaksi ketika aldehid telah terbentuk, maka reaksi dengan larutan kalium

    dikromat (VI) harus dicegah terjadi.

    Untuk menghentikan oksidasi setelah aldehid terbentuk, ikuti petunjuk berikut:

    gunakan alkohol yang berlebih. Ini berarti bahwa tidak ada agen pengoksidasi yang cukup untuk

    melakukan tahap kedua dan mengoksidasi aldehid yang terbentuk menjadi sebuah asam

    karboksilat.

  • pisahkan aldehid dengan distilasi segera setelah terbentuk. Pemisahan aldehid segera setelah

    terbentuk berarti bahwa aldehid tidak tinggal dalam campuran untuk dioksidasi lebih lanjut.

    Jika yang digunakan sebagai alkohol primer adalah etanol, maka akan dihasilkan aldehid

    etanal, CH3CHO. Persamaan lengkap untuk reaksi ini cukup rumit, dan anda perlu memahami

    tentang persamaan setengah-reaksi untuk bisa menuliskannya.

    Dalam kimia organik, versi sederhana dari reaksi ini sering digunakan dengan fokus utama

    terhadap apa yang terjadi pada zat-zat organik. Untuk menyederhanakan reaksi ini, oksigen dari

    sebuah agen pengoksidasi dituliskan sebagai [O]. Dengan penulisan ini, persamaan reaksinya

    menjadi lebih sederhana:

    Alkohol sekunder

    Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Tidak ada reaksi lebih lanjut yang terjadi seperti

    pada oksidasi alkohol primer. Sebagai contoh, jika anda memanaskan alkohol sekunder 2-propanol

    dengan natrium dikromat (VI) atau kalium dikromat (VI), maka akan terbentuk propanon.

    Mengubah-ubah kondisi reaksi tidak akan merubah produk yang terbentuk.

    Dengan menggunakan persamaan versi sederhana, reaksinya bisa dituliskan sebagai berikut:

    Adisi hidrogen sianida pada aldehid dan keton

    Reaksi

    Hidrogen sanida akan masuk ke ikatan rangkap C=O pada aldehid dan keton menghasilkan

    senyawa yang dikenal sebagai hidroksinitril. Senyawa-senyawa ini biasa juga disebut sebagai

    sianohidrin. Sebagai contoh, jika hidrogen sianida diadisi ke etanal (sebuah aldehid) maka diperoleh

    2-hidroksipropananitril:

    Jika diadisi ke propanon (sebuah keton) maka diperoleh 2-hidroksi-2-metil propananitril:

    Reaksi ini tidak biasanya dilakukan dengan menggunakan hidrogen sianida saja, karena

    hidrogen sianida merupakan sebuah gas yang sangat beracun. Olehnya itu, aldehid dan keton

    dicampur dengan sebuah larutan natrium atau kalium sianida dalam air yang telah ditambahkan

    sedikit asam sulfat. pH larutan disesuaikan menjadi sekitar 4 sampai 5 karena pada pH ini reaksi

    berlangsung paling cepat. Reaksi terjadi pada suhu kamar.

  • Larutan ini akan mengandung hidrogen sianida (hasil dari reaksi antara natrium atau kalium sianida

    dengan asam sulfat), tetapi juga masih mengandung beberapa ion sianida bebas. Ini penting untuk

    mekanisme reaksi.

    Kegunaan reaksi

    Molekul-molekul produk yang terbentuk mengandung dua gugus fungsional, yaitu:

    gugus -OH yang berperilaku sebagai sebuah alkohol sederhana dan bisa digantikan dengan spesies

    lain seperti klorin, yang selanjutnya bisa diganti lagi menghasilkan, misalnya, gugus -NH2;

    gugus -CN yang mudah diubah menjadi sebuah gugus asam karboksilat -COOH.

    Sebagai contoh, hidroksinitril yang dibuat dari sebuah aldehid bisa digunakan untuk

    menghasilkan molekul yang relatif rumit dengan mudah, misalnya molekul asam 2-amino, asam

    amino yang digunakan untuk menyusun protein.

    Adisi natrium hidrogensulfit pada aldehid dan keton

    Natrium hidrogensulfit biasa juga dikenal sebagai natrium bisulfit, bahkan pada beberapa

    buku-teks organik masih digunakan nama natrium bisulfit.

    Reaksi

    Reaksi ini hanya berlangsug dengan baik untuk aldehid. Untuk keton, salah satu gugus

    hidrokarbon yang terikat pada gugus karbonil harus berupa gugus metil. Gugus-gugus besar yang

    terikat pada gugus karbonil terlibat dalam proses reaksi yang berlangsung.

    Aldehid atau keton dikocok dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit dalam

    air. Jika produk telah terbentuk, produk tersebut akan terpisah sebagai kristal putih.

    Untuk etanol, persamaan reaksinya adalah:

    dan untuk propanon, persamaan reaksinya adalah:

    Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini jarang diberi nama secara sistematis, dan biasanya

    dikenal sebagai senyawa adisi "hidrogensulfit (atau bisulfit)".

    Kegunaan reaksi

    Reaksi adisi natrium hidrogensulfit pada aldehid dan keton biasanya digunakan dalam

    pemurnian aldehid (dan keton dimana reaksi ini berlangsung baik). Senyawa adisi yang dihasilkan

    bisa diurai dengan mudah untuk menghasilkan kembali aldehid atau keton dengan

    memperlakukannya dengan asam encer atau basa encer.

    Misalnya, jika kita ingin memurnikan aldehid yang tidak murni, kita bisa mengocoknya

    dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit untuk menghasilkan kristal. Kristal-kristal

    ini bisa disaring dengan mudah dan dicuci untuk menghilangkan setiap zat pengotor. Adisi asam

  • encer, misalnya, selanjutnya dapat menghasilkan kembali aldehid awal. Tentunya aldehid ini masih

    perlu dipisahkan dari asam yang berlebih dan berbagai macam produk anorganik dari reaksi.

    Pengertian pereaksi Grignard

    Pereaksi Grignard memiliki rumus umum RMgX dimana X adalah sebuah halogen, dan R

    adalah sebuah gugus alkil atau aril (berdasarkan pada sebuah cincin benzen). Pada pembahasan

    halaman ini, kita menganggap R sebagai sebuah gugus alkil. Pereaksi Grignard sederhana bisa

    berupa CH3CH2MgBr.

    Pembuatan pereaksi Grignard

    Pereaksi Grignard dibuat dengan menambahkan halogenalkana ke dalam sedikit magnesium

    pada sebuah labu kimia yang mengandung etoksietana (umumnya disebut dietil eter atau hanya

    "eter"). Labu kimia dihubungkan dengan sebuah kondensor refluks, dan campuran dipanaskan di

    atas penangas air selama 20 hingga 30 menit.

    Segala sesuatunya akan mengering sempurna karena pereaksi Grignard bereaksi dengan air (lihat

    berikut). Setiap reaksi yang menggunakan pereaksi Grignard dilakukan dengan campuran yang

    dihasilkan dari reaksi di atas. Digunakan campuran sebab pereaksi Grignard tidak bisa dipisahkan.

    Reaksi-reaksi pereaksi Grignard dengan aldehid dan keton

    Reaksi-reaksi yang terjadi antara pereaksi Grignard dengan aldehid dan keton tidak lain

    adalah reaksi ikatan rangkap C=O, sehingga aldehid dan keton bereaksi dengan mekanisme yang

    persis sama yang membedakan hanya gugus-gugus yang terikat pada ikatan rangkap C=O.

    Apa yang terjadi pada reaksi ini jauh lebih mudah dipahami dengan mencermati persamaan

    umumnya (menggunakan gugus "R" bukan gugus tertentu). Setelah anda memahami dengan gugus

    R barulah bisa diganti dengan gugus yang sesungguhnya jika diperlukan. Gugus "R" bisa berupa

    hidrogen atau alkil dalam kombinasi apapun.

    Pada tahap pertama, pereaksi Grignard diadisi ke ikatan rangkap C=O:

    Asam encer selanjutnya ditambahkan untuk menghidrolisisnya.

    Alkohol terbentuk. Salah satu kegunaan penting dari pereaksi Grignard adalah kemampuannya

    untuk membuat alkohol-alkohol kompleks dengan mudah. Jenis alkohol yang dihasilkan tergantung

    pada senyawa karbonil yang digunakan, dengan kata lain, gugus R dan R yang dimiliki.

    Reaksi antara pereaksi Grignard dengan metanal

    Pada metanal, kedua gugus R adalah hidrogen. Metanal merupakan aldehid paling sederhana

    yang bisa terbentuk.

  • Dengan mengasumsikan bahwa anda memulai dengan CH3CH2MgBr dan menggunakan persamaan

    reaksi umum di atas, maka alkohol yang diperoleh akan selalu dalam bentuk berikut:

    Karena kedua gugus R adalah atom hidrogen, maka produk akhirnya akan menjadi:

    Sebuah alkohol primer terbentuk. Sebuah alkohol primer hanya memiliki satu gugus alkil

    terikat pada atom karbon yang mengikat gugus -OH. Jika anda menggunakan pereaksi Grignard

    yang berbeda, maka akan terbentuk alkohol primer yang berbeda pula.

    Reaksi antara pereaksi Grignard dengan aldehid-aldehid lain

    Aldehid setelah metanal adalah etanal. Salah satu dari gugus R nya adalah hidrogen dan yang

    lainnya adalah CH3.

    Untuk memudahkan, anggap kembali gugus-gugus ini sebagai gugus R dan R pada persamaan

    umum. Alkohol yang terbentuk adalah:

    Jadi kali ini produk akhir memiliki satu gugus CH3 dan satu gugus hidrogen terikat padanya:

    Sebuah alkohol sekunder memliki dua gugus alkil (bisa sama atau berbeda) terikat pada atom

    karbon yang mengikat gugus -OH.

    Anda bisa merubah sifat dari alkohol sekunder ini dengan salah satu cara berikut:

    Mengubah sifat-sifat pereaksi Grignard yang mana akan mengubah gugus CH3CH2 menjadi

    beberapa gugus alkil yang lain;

    mengubah sifat-sifat aldehid yang mana akan mengubah gugus CH3 menjadi beberapa gugus alkil

    lainnya.

  • Reaksi antara pereaksi Grignard dengan keton

    Keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada ikatan rangkap C=O. Keton yang paling

    sederhana adalah propanon.

    Kali ini, jika gugus R diganti pada rumus umum untuk alkohol yang terbentuk, maka akan

    dihasilkan alkohol tersier.

    Alkohol tersier memiliki tiga gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang mengikat gugus -OH.

    Ketiga gugus alkil tersebut bisa sama atau berbeda.

    Anda bisa mengatur perubahan pada produk dengan cara:

    mengubah sifat-sifat pereaksi Grignard yang mana akan merubah gugus CH3CH2 menjadi

    beberapa gugus alkil yang lain;

    mengubah sifat-sifat keton yang mana akan mengubah gugus-gugus CH3 menjadi gugus-gugus

    alkil lain sesuai dengan gugus pada keton yang digunakan.

    Dasar-dasar reaksi

    Agen-agen pereduksi

    Meskipun kedua agen pereduksi yang digunakan memiliki nama yang cukup rumit, namun

    struktur dari kedua agen pereduksi ini sangat sederhana. Pada masing-masing pereduksi ada empat

    hidrogen ("tetrahidrid") mengelilingi aluminium atau boron pada sebuah ion negatif (ditunjukkan

    dengan akhiran "at" pada namanya).

    Angka romawi "(III)" menunjukkan bilangan oksidasi dari aluminium atau boron, dan sering

    tidak dituliskan karena unsur-unsur ini memang hanya menunjukkan bilangan oksidasi +3 dalam

    senyawa-senyawanya. Olehnya itu pada penjelasan selanjutnya angka romawi (III) tidak lagi

    dituliskan.

    Rumus molekul untuk kedua agen pereduksi ini masing-masing adalah LiAlH4 dan NaBH4.

    Strukturnya ditunjukkan pada gambar berikut:

    Pada masing-masing ion negatif, salah satu dari ikatan-ikatan yang ada adalah ikatan

    kovalen kordinat (kovalen datif) yang menggunakan pasangan elektron bebas pada sebuah

    ion hidrogen (H-) untuk membentuk sebuah ikatan dengan sebuah orbital kosong pada

    aluminium atau boron.

  • Reaksi secara keseluruhan

    Reduksi aldehid

    Untuk reduksi aldehid, produk organik yang diperoleh akan sama persis baik agen pereduksi

    yang digunakan adalah litium tetrahidridoaluminat atau natrium tetrahidriborat.

    Sebagai contoh, reduksi etanal akan menghasilkan etanol:

    Perlu diperhatikan bahwa persamaan reaksi di atas adalah persamaan yang disederhanakan.

    [H] menunjukkan atom hidrogen dari sebuah agen pereduksi.

    Secara umum, reduksi sebuah aldehid akan menghasilkan sebuah alkohol primer.

    Reduksi keton

    Pada reduksi keton, produk yang dihasilkan tetap sama untuk kedua agen pereduksi.

    Sebagai contoh, reduksi propanon akan menghasilkan propan-2-ol:

    Reduksi sebuah keton akan menghasilkan sebuah alkohol sekunder.

    Rincian reaksi

    Litium tetrahidridaluminat (litium aluminium hidrida) sebagai agen pereduksi

    Litium tetrahidridaluminat jauh lebih reaktif dibanding natrium tetrahidridborat. Agen

    pereduksi ini bereaksi hebat dengan air dan alkohol, sehingga setiap reaksi yang

    menggunakan litium tetrahidridaluminat tidak boleh melibatkan pelarut air maupun alkohol.

    Reduksi keton biasanya dilakukan dalam larutan dalam sebuah eter yang dikeringkan dengan

    hati-hati seperti etoksietana (dietil eter). Reaksi terjadi pada suhu kamar, dan berlangsung

    dalam dua tahapan terpisah.

    Pada tahap pertama, sebuah garam yang mengandung ion aluminium kompleks terbentuk.

    Persamaan-persamaan reaksi berikut menunjukkan apa yang terjadi jika digunakan aldehid

    atau keton sederhana yang umum. R dan R bisa berupa kombinasi dari hidrogen atau gugus

    alkil.

    Produk yang terbentuk selanjutnya diperlakukan dengan asam encer (seperti asam sulfat

    encer atau asam hidroklorat encer) untuk melepaskan alkohol dari ion kompleks.

    Alkohol yang terbentuk bisa direcovery dari campuran dengan metode distilasi fraksional.

    Natrium tetrahidridborat (natrium borohidrida) sebagai agen pereduksi

  • Natrium tetrahidridborat merupakan sebuah reagen yang lebih lemah (sehingga lebih aman)

    dibanding litium tetrahidridaluminat. Reagen ini bisa digunakan dalam larutan dalam

    alkohol atau bahkan larutan dalam air selama larutan itu bersifat basa.

    Kami sedikit menemukan kendala dalam menjelaskan kondisi-kondisi reaksi untuk agen

    pereduksi ini, karena agen pereduksi ini digunakan dengan berbagai cara yang berbeda-beda.

    Rincian praktis yang ditemukan di berbagai situs universitas sangat bervariasi, dan tidak

    harus sesuai dengan sumber teori yang ada.

    Berikut kami memilih salah satu dari berbagai metode yang ada. Kami memilih kondisi

    reaksi berikut utamanya karena kami berpikir bahwa kami memahami proses yang

    berlangsung.

    Padatan natrium tetrahidridborat dimasukkan ke dalam sebuah larutan aldehid atau keton

    dalam sebuah alkohol seperti metanol, etanol atau 2-propanol. Campuran ini bisa dipanaskan

    di bawah refluks atau dibiarkan beberapa waktu pada suhu kamar. Prosedur yang dipilih

    berbeda-beda tergantung pada sifat-sifat aldehid atau keton.

    Pada akhir prosedur, terbentuk sebuah kompleks yang mirip dengan kompleks yang

    terbentuk jika digunakan agen pereduksi litium tetrahidridaluminat.

    Pada tahap-kedua reaksi, air ditambahkan dan campuran dididihkan untuk melepaskan

    alkohol dari kompleks yang terbentuk.

    Alkohol kembali terbentuk dan bisa direcovery dari campuran dengan metode distilasi

    fraksional.

  • ABDULLAH AKMAL

    Tata nama Keton

    a. IUPAC

    1) Pemberian nama keton dilakukan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan on.

    2) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang mengandung

    gugus karbonil.

    Contoh :

    3) Tentukan substituen yang terdapat dalam rantai utama.

    Contoh :

    4) Penomoran substituen dimulai dari ujung yang terdapat gugus karbonil (-CO-) dengan nomor

    atom C paling rendah.

    Contoh :

    5) Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda, dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad

    huruf pertama nama substituen.

    Contoh :

    6) Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan

    awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan dalam

    penentuan urutan abjad.

    Contoh :

  • b. Trivial (Nama Umum)

    1) Tentukan gugus-gugus alkil (substituen) yang mengikat gugus karbonil (-CO-).

    Contoh :

    2) Tambahkan akhiran keton setelah nama-nama subtituen.

    Contoh :

    3) Penulisan substituen alkil tidak harus menurut urutan abjad.

    TATANAMA ALDEHIDA

    A . IUPAC

    1) Pemberian nama aldehida dilakukan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

    Contoh :

    2) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang terdapat gugus

    karbonil.

    Contoh :

    3) Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.

    Contoh :

  • 4) Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karbonil.

    Contoh :

    5) Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad

    huruf pertama nama substituen.

    Contoh :

    6) Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan

    awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan dalam

    penentuan urutan abjad.

    Contoh :

    B . TRIVIAL

    1) Aldehida tak bercabang

    Berikut ini daftar nama trivial beberapa aldehida yang tidak bercabang:

    2) Aldehida bercabang

    a) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang terdapat gugus

    karbonil.

    Contoh :

    b) Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.

    Contoh:

  • c) Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang mengikat gugus karbonil dengan huruf , , .

    Contoh :

    FADHLURRACHMAN MUFLIH

    Sifat fisik dan kimia

    Sifat Fisik Keton

    a. Keton dengan 3-13 atom karbon berupa cairan dengan bau sedap.

    b. Keton dengan atom karbon lebih dari 13 berupa padatan.

    c. Suku rendah golongan keton dapat larut dalam air.

    d. Suku tinggi golongan keton tidak larut air.

    Sifat Kimia Keton

    a. Oksidasi

    Oksidasi keton dengan campuran natrium bikarbonat dan asam sulfat akan menghasilkan asam

    karboksilat, air, dan karbondioksida.

    Contoh :

    b. Reduksi

    Reduksi keton dengan katalis litium alumunium hidrida akan menghasilkan alkohol sekunder.

    Contoh :

    c. Reaksi dengan phosfor pentaklorida

    Reaksi antara aseton dengan phosfor pentaklorida akan menghasilkan alkil dihalida.

    Contoh :

    d. Reaksi dengan pereaksi Grignard

    Hidrolisis hasil reaksi keton dan pereaksi Grignard menghasilkan alkohol tersier.

  • Contoh :

    e. Kondensasi aldol

    Dalam suasana basa, keton dapat mengalami kondensasi dengan katalis seng(II) klorida.

    Contoh :

    f. Reaksi dengan halogen

    Keton dapat mengalami reaksi substitusi jika bereaksi dengan halogen. Substitusi terjadi pada H.

    Contoh :

    g. Reaksi dengan asam sianida

    Keton dapat bereaksi adisi dengan asam sianida membentuk suatu senyawa sianohidrin.

    Contoh :

    h. Reaksi dengan natrium bisulfit

    Keton dapat bereaksi adisi dengan natrium bisulfit menghasilkan suatu keton bisulfit.

    Contoh:

    i. Reaksi dengan hidroksilamin

    Keton bereaksi dengan hidroksilamin membentuk senyawa oksim, dan air.

    Contoh :

    j. Reaksi dengan fenilhidrazin

    Keton bereaksi dengan fenilhidrazin menghasilkan senyawa fenilhidrazon dan air.

    Contoh :

  • Sifat-sifat Aldehid

    1) Senyawa-senyawa aldehide dengan jumlah atom C rendah (1 s.d. 5 atom C) sangat

    mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C lebih dari 5

    sukar larut dalam air.

    2) Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya.

    3) Aldehid dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol primernya.

    Contoh :

    a) CH3CHO + H2 CH3CH2OH Etanal Etanol

    b) CH3CH2CHO + H2 CH3CH2CH2OH Proponal Propanol

    Kegunaan Aldehid Senyawa aldehid yang paling banyak digunakan dalam kehidupan adalah Formal

    dehid dan Asetaldehid antara lain sebagai berikut :

    1) Larutan formaldehid dalam air dengan kadar 40% dikenal dengan nama formalin. Zat

    ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dalam laboratorium musium.

    2) Formaldehid juga banyak digunakan sebagai :

    a) Insektisida dan pembasmi kuman

    b) Bahan baku pembuatan damar buatan

    c) Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit dan Bakelit

    3) Asetaldehid dalam kehidupan sehari-hari antara lain digunakan sebagai :

    a) Bahan untuk membuat karet dan damar buatan

    b) Bahan untuk membuat asam aselat (Asam Cuka)

    c) Bahan untuk membuat alkohol

    REAKSI-REAKSI ALDEHIDA

    Aldehida adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-CHO. Beberapa reaksi

    yang terjadi pada aldehida antara lain:

    a. Oksidasi

    Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-oksidator lemah.

    Perekasi Tollens dan pereaksi Fehling adalah dua contoh oksidator lemah yang merupakan pereaksi

    khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam karboksilat. Pereaksi

    Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat dengan cara menetesi larutan

    perak nitrat dengan larutan amonia sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk

    larut kembali. Pereaksi Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag2O). aldehida dapat

    mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaaskan unsur perak (Ag).

    Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis sebagai berikut

    Bila reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang terbentuk akan melapisi bejana,

    membentuk cermin. Oleh karena itu, reaksi ini disebut reaksi cermin perak.

  • Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. fehling A adalah larutan

    CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.

    Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu

    larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+

    terdapat sebagai ion kompleks.

    Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Reaksi Aldehida dengan pereaksi Fehling

    menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.

    Pereaksi Fehling dipakai untuk identifikasi adanya gula reduksi (seperti glukosa) dalam air kemih

    pada penderita penyakit diabetes (glukosa mengandung gugus aldehida).

    b. Adisi Hidrogen (Reduksi)

    Ikatan rangkap C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi oleh gas hidrogen membentuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan penurunan bilangan oksidasi atom karbon gugus

    fungsi. Oleh karena itu, adisi hidrogen tergolong reduksi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2013. Pengertian Aldehid. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/09/pengertian-

    aldehid-sifat-kegunaan-sintesis.html. (diakses pada tanggal 8 November 2013).

    Clark, Jim. 2007. Aldehid dan Keton. http://www.chem-is-

    try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_dan_keton/mengenal_aldehid_dan_keton/.

    (diakses pada tanggal 7 November 2013).

    Hartika, Rolif. 2013. Senyawa Keton. http://rolifhartika.wordpress.com/kimia-kelas-xii/senyawa-

    karbon/d-keton/sifat-fisik-dan-kimia/. (diakses pada tanggal 7 November 2013).

    Putranto, Dody. 2009. Senyawa Aldehid. http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/senyawa-

    aldehida.html. (diakses pada tanggal 8 November 2013).

    Sundus, Maria. 2011. Aldehida. http://kimia-asyik.blogspot.com/2011/01/aldehida.html. (diakses

    pada tanggal 7 November 2013).