ready fasa ( kimfis) tp

38
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fasa adalah bagian dari sistem yang komposisi kimia dan sifat sifat fisiknya seragam, yang terpisah dari bagian system lainnya oleh adanya bidang batas. Perilaku fasa yang dipunyai suatu zat murni adalah sangat beragam dan rumit, akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan dan kemudian dengan termodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan. Pemahaman mengenai perilaku-perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat dimilki komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu, biasanya pada fasa cair dan uapnya. Selama ini pembahasan perubahan mutual antara tiga wujud materi difokuskan pada keadaan cair. Dengan kata lain, perhatian telah difokuskan pada perubahan cairan dan padatan, dan antara cairan dan gas dalam membahas keadaan kritis zat akan lebih cepat menangani tiga wujud zat secara simultan, bukan membahas dua dari tiga wujud zat. Untuk system satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus – Clapeyron menghubungkan 1

Upload: panrio-barca

Post on 22-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

kimfis

TRANSCRIPT

Page 1: Ready Fasa ( kimfis) TP

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Fasa adalah bagian dari sistem yang komposisi kimia dan sifat sifat

fisiknya seragam, yang terpisah dari bagian system lainnya oleh adanya

bidang batas. Perilaku fasa yang dipunyai suatu zat murni adalah sangat

beragam dan rumit, akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan dan

kemudian dengan termodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan.

Pemahaman mengenai perilaku-perilaku fasa berkembang dengan adanya

aturan fasa Gibbs.

Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat dimilki

komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu,

biasanya pada fasa cair dan uapnya. Selama ini pembahasan perubahan

mutual antara tiga wujud materi difokuskan pada keadaan cair. Dengan

kata lain, perhatian telah difokuskan pada perubahan cairan dan padatan,

dan antara cairan dan gas dalam membahas keadaan kritis zat akan lebih

cepat menangani tiga wujud zat secara simultan, bukan membahas dua dari

tiga wujud zat.

Untuk system satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus –

Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan

perubahan suhu.

Sedangkan pada system dua komponen, larutan ideal mengikuti

hukum Raoult. Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti hukum

Henry.

1

Page 2: Ready Fasa ( kimfis) TP

1.1 Rumusan Masaalah

Apakah yang dimaksud dengan kesetimbanga fasa dan

pembahasannya serta manfaat kesretimbangan fasa ?

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah

pengetahuan tentang kesetimbangan fasa dan diharapkan dapat bermanfaat

bagi kita semua.

1.3 Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang digunakan pada pembuatan

makalah ini sebagai berikut:

1. Metode kajian buku yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-

data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Melakukan Browsing internet untuk mengumpulkan data-data yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam makalah ini hanya dibatasi pada

system kesetimbangan fasa dua komponen.

2

Page 3: Ready Fasa ( kimfis) TP

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fasa

Fasa adalah bagian sistem yang komposisi kimia dan sfat-sifat fisiknya

seragam, yang terdapat dari bagian sistem lainnya oleh adanya bidang batas.

Perilaku fasa yang dipunyai suatu zat murni adalah sangat beragam dan rumit,

akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan dan kemudian dengan

teermodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan. Pemahaman mengenai perilaku

fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Persamaan Claussius dan

persamaan Clausius-Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan

kesetimbangan dengan pengaruh suhu.

2.2.Definisi Komponen

Jumlah komponen dalam suatu system merupakan jumlah minimum dari

spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi

setiap fasa dalam system tersebut.

Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari

spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi

setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan jumlah

komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia dalam system

dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat

terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut. Contoh:

CaCO3 CaO + CO2

komponen reaksi diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

                  C = S – R   = 3 – 1 = 2

3

Page 4: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.3. Definisi Derajat Kebebasan

Dalam membicarakan kesetimbangan fasa, kita tidak akan meninjau

variabel ekstensif yang bergantung pada massa dari setiap fasa tetapi meninjau

variabel-variabel intensif seperti suhu, tekanan, dan komposisi (fraksi mol).

Jumlah variabel intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan

suatu system disebut derajat kebebasan dari sistem tersebut.

Derajat kebebasan f,(kadang-kadang disebut varians, v ) dari suatu system

setimbang merupakan jumlah variable intensif independen yang diperlukan untuk

menyatakan keadaan system tersebut.

2.4. Aturan Fasa

Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan sederhana antara jumlah

fasa setimbang, jumlah komponen, dan jumlah besaran intensif bebas yang dapat

melukiskan keadaan sistem secara lengkap. Menurut Gibbs,

.......................................... (3.1)

dimana υ = derajat kebebasan

c = jumlah komponen

p = jumlah fasa

γ = jumlah besaran intensif yang mempengaruhi sistem (P, T)

Derajat kebebasan suatu sistem adalah bilangan terkecil yang

menunjukkan jumlah variabel bebas (suhu, tekanan, konsentrasi komponen –

komponen) yang harus diketahui untuk menggambarkan keadaan sistem. Untuk

zat murni, diperlukan hanya dua variabel untuk menyatakan keadaan, yaitu P dan

T, atau P dan V, atau T dan V. Variabel ketiga dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan gas ideal. Sehingga, sistem yang terdiri dari satu gas

atau cairan ideal mempunyai derajat kebebasan dua (υ = 2).

4

Page 5: Ready Fasa ( kimfis) TP

Bila suatu zat berada dalam kesetimbangan, jumlah komponen yang

diperlukan untuk menggambarkan sistem akan berkurang satu karena dapat

dihitung dari konstanta kesetimbangan. Misalnya pada reaksi penguraian H2O.

H2O(g) H2(g) + ½ O2(g)

............................................. (3.2)

Dengan menggunakan perbandingan pada persamaan 3.2, salah satu konsentrasi

zat akan dapat ditentukan bila nilai konstanta kesetimbangan dan konsentrasi

kedua zat lainnya diketahui.

Kondisi fasa – fasa dalam sistem satu komponen digambarkan dalam

diagram fasa yang merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.

Gambar 3.1. Diagram fasa air pada tekanan rendah

Titik A pada kurva menunjukkan adanya kesetimbangan antara fasa – fasa

padat, cair dan gas. Titik ini disebut sebagai titik tripel. Untuk menyatakan

keadaan titik tripel hanya dibutuhkan satu variabel saja yaitu suhu atau tekanan.

Sehingga derajat kebebasan untuk titik tripel adalah nol. Sistem demikian disebut

sebagai sistem invarian.

5

Page 6: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.5. Diagram Fasa

Diagram fase adalah sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan

kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama.

Dalam matematika dan fisika, diagram fase juga mempunyai arti sinonim dengan

ruang fase.

Komponen-komponen umum diagram fase adalah garis kesetimbangan

fase, yang merujuk pada garis yang menandakan terjadinya transisi fase.

2.6. Kesetimbangan Fasa Dua Komponen

Sistem Dua Komponen

Sistem dua komponen disebut sistem biner.Untuk sistem dua

komponen,c=2, sehingga aturan fasa f=c-p+2 menjadi f=4-p.Untuk sistem satu

fasa p=1 dan f menjadi sama dengan 3,jadi ada 3 variabel intensif independen

yang di perlukan untuk menyatakan keadaan sistem tersebut,yakni T,P dan fraksi

mol.Biasanya,satu dari ketiga variabel tersebut dibuat tetap ,sehingga kedua

variabel sisanya dapat digambarkan dalam diagram fasa dua dimensi.Variabel

yang biasa dipilih tetap adalah P atau T.

2.7.Kesetimbangan Uap – Cair dari Campuran Ideal Dua Komponen

Jika campuran dua cairan nyata (real) berada dalam kesetimbangan

dengan uapnya pada suhu tetap, potensial kimia dari masing – masing komponen

adalah sama dalam fasa gas dan cairnya.

............................................. (3.20)

Jika uap dianggap sebagai gas ideal, maka

..................................... (3.21)

dimana Po adalah tekanan standar (1 bar). Untuk fasa cair,

......................................... (3.22)

6

Page 7: Ready Fasa ( kimfis) TP

Persamaan 3.20 dapat ditulis menjadi

.................................. (3.23)

Dari persamaan 3.23 dapat disimpulkan bahwa

........................................... (3.24)

.................................................. (3.25)

Persamaan 3.25 menyatakan bahwa bila uap merupakan gas ideal, maka aktifitas

dari komponen i pada larutan adalah perbandingan tekanan parsial zat i di atas

larutan (Pi ) dan tekanan uap murni dari zat i (Pio).

Pada tahun 1884, Raoult mengemukakan hubungan sederhana yang dapat

digunakan untuk memperkirakan tekanan parsial zat i di atas larutan (Pi ) dari

suatu komponen dalam larutan. Menurut Raoult,

................................................ (3.26)

Pernyataan ini disebut sebagai Hukum Raoult, yang akan dipenuhi bila

komponen – komponen dalam larutan mempunyai sifat yang mirip atau antaraksi

antar larutan besarnya sama dengan interaksi di dalam larutan (A – B = A – A = B

– B). Campuran yang demikian disebut sebagai campuran ideal, contohnya

campuran benzena dan toluena. Campuran ideal memiliki sifat – sifat

ΔHmix = 0

ΔVmix = 0

ΔSmix = - R Σni ln xi

Tekanan uap total di atas campuran adalah:

7

Page 8: Ready Fasa ( kimfis) TP

.................................... (3.27)

Karena x2 = 1 – x1, maka

......................................... (3.28)

Persamaan di atas digunakan untuk membuat garis titik gelembung (bubble

point line). Di atas garis ini, sistem berada dalam fasa cair. Komposisi uap pada

kesetimbangan ditentukan dengan cara:

................................................... (3.29)

Keadaan campuran ideal yang terdiri dari dua komponen dapat digambarkan

dengan kurva tekanan tehadap fraksi mol berikut.

Gambar 3.3. Tekanan total dan parsial untuk campuran benzena – toluena

pada 60oC

8

Page 9: Ready Fasa ( kimfis) TP

Gambar 3.4. Fasa cair dan uap untuk campuran benzena – toluena pada

60oC

Garis titik embun (dew point line) dibuat dengan menggunakan persamaan

....................................... (3.30)

Di bawah garis ini, sistem setimbang dalam keadaan uap.

Pada tekanan yang sama, titik – titik pada garis titik gelembung dan garis

titik embun dihubungkan dengan garis horisontal yang disebut tie line (lihat

gambar 3.4). Jika diandaikan fraksi mol toluena adalah x, maka jumlah zat yang

berada dalam fasa cair adalah

.......................................... (3.31)

Sedangkan jumlah zat yang berada dalam fas uap adalah

.......................................... (3.32)

Penentuan jumlah zat pada kedua fasa dengan menggunakan persamaan 3.31 dan

3.32 disebut sebagai Lever Rule.

9

Page 10: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.8. Tekanan Uap Campuran Non Ideal

Tidak semua campuran bersifat ideal. Campuran – campuran non ideal

ini mengalami penyimpangan / deviasi dari hukum Raoult. Terdapat dua

macam penyimpangan hukum Raoult, yaitu

a. Penyimpangan positif

Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam

masing – masing zat lebih kuat daripada antaraksi dalam campuran zat

( A – A, B – B > A – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi

campuran (ΔHmix) positif (bersifat endotermik) dan mengakibatkan

terjadinya penambahan volume campuran (ΔVmix > 0). Contoh

penyimpangan positif terjadi pada campuran etanol dan n – hekasana.

Gambar 3.5. Penyimpangan positif hukum Raoult

b. Penyimpangan negatif

Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila antaraksi dalam

campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing – masing zat

( A – B > A – A, B – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi

campuran (ΔHmix) negatif (bersifat eksotermik) mengakibatkan

terjadinya pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0).. Contoh

penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.

10

Page 11: Ready Fasa ( kimfis) TP

Gambar 3.6. Penyimpangan negatif hukum Raoult

Pada gambar 3.5 dan 3.6 terlihat bahwa masing – masing kurva memiliki

tekanan uap maksimum dan minimum. Sistem yang memiliki nilai maksimum

atau minimum disebut sistem azeotrop. Campuran azeotrop tidak dapat

dipisahkan dengan menggunakan destilasi biasa. Pemisahan komponen 2 dan

azotrop dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat. Tetapi, komponen 1 tidak

dapat diambil dari azeotrop. Komposisi azeotrop dapat dipecahkan dengan cara

destilasi pada tekanan dimana campuran tidak membentuk sistem tersebut atau

dengan menambahkan komponen ketiga.

2.9 Hukum Henry

Hukum Raoult berlaku bila fraksi mol suatu komponen mendekati satu.

Pada saat fraksi mol zat mendekati nilai nol, tekanan parsial dinyatakan dengan

................................................ (3.33)

yang disebut sebagai Hukum Henry, yang umumnya berlaku untuk zat terlarut.

Dalam suatu larutan, konsentrasi zat terlarut (dinyatakan dengan subscribe 2)

biasanya lebih rendah dibandingkan pelarutnya (dinyatakan dengan subscribe 1).

Nilai K adalah tetapan Henry yang besarnya tertentu untuk setiap pasangan pelarut

– zat terlarut.

11

Page 12: Ready Fasa ( kimfis) TP

Tabel 3.1. Tetapan Henry untuk gas – gas terlarut pada 25oC (K2 / 109 Pa)

GasPelarut

Air Benzena

H2 7,12 0,367

N2 8,68 0,239

O2 4,40

CO 5,79 0,163

CO2 0,167 0,0114

CH4 4,19 0,569

C2H2 0,135

C2H4 1,16

C2H6 3,07

Kelarutan gas dalam cairan dapat dinyatakan dengan menggunakan

tetapan Henry. Hukum Henry berlaku dengan ketelitian 1 – 3% sampai pada

tekanan 1 bar. Kelarutan gas dalam cairan umumnya menurun dengan naiknya

temperatur, walaupun terdapat beberapa pengecualian seperti pelarut amonia cair,

lelehan perak, dan pelarut – pelarut organik. Senyawa – senyawa dengan titik

didih rendah (H2, N2, He, Ne, dll) mempunyai gaya tarik intermolekular yang

lemah, sehingga tidak terlalu larut dalam cairan. Kelarutan gas dalam air biasanya

turun dengan penambahan zat terlarut lain (khususnya elektrolit).

12

Page 13: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.10. Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif (colligative properties) berasal dari kata colligatus (Latin)

yang berarti ”terikat bersama”. Ketika suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam

pelarut murni A, fraksi mol zat A, xA, mengalami penurunan. Penurunan fraksi

mol ini mengakibatkan penurunan potensial kimia. Sehingga, potensial kimia

larutan lebih rendah daripada potensial pelarut murninya. Perubahan potensial

kimia ini menyebabkan perubahan tekanan uap, titik didih, titik beku, serta

terjadinya fenomena tekanan osmosis. Sifat koligatif diamati pada larutan sangat

encer, dimana konsentrasi zat terlarut jauh lebih kecil dari pada konsentrasi

pelarutnya (x2 <<< x1). Perubahan sifat – sifat koligatif tersebut dapat dilihat pada

gambar 3.7.

Gambar 3.7. Sifat koligatif larutan

13

TbTf

pelarut

larutan

TbTf TboTf

o

P

T

P

Po

P

Page 14: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.11. Penurunan Tekanan Uap (P)

Bayangkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah

menguap (involatile solute). Kondisi ini umumnya berlaku untuk zat terlarut

berupa padatan, tetapi tidak untuk zat cair maupun gas. Tekanan uap larutan (P)

kemudian akan bergantung pada pelarut saja (P1). Sehingga penurunan tekanan

uap dapat dinyatakan sebagai:

P = P1o – P1 ………………………..…. (3.34)

Jika nilai P1 disubstitusi dengan persamaan 3.26, maka

…………….……….... (3.35)

……………………………. (3.36)

dimana: x1 = fraksi mol pelarut

x2 = fraksi mol zat terlarut

Fraksi mol (xi) adalah perbandingan jumlah mol zat i (ni) terhadap jumlah mol

total (ntotal) dalam larutan. Untuk larutan yang sangat encer, n2 << n1. Sehingga,

.......................................... (3.37)

Dengan demikian,

P = P1o . ……………………. (3.38)

P = P1o . ………………………..... (3.39)

14

Page 15: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.12. Kenaikan Titik Didih (Tb) dan Penurunan Titik Beku (Tf)

Titik didih (boiling point / Tb) normal cairan murni adalah suhu dimana

tekanan uap cairan tersebut sama dengan 1 atm. Penambahan zat terlarut yang

tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap larutan. Sehingga, dibutuhkan

suhu yang lebih tinggi agar tekanan uap larutan mencapai 1 atm. Hal ini

mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut

murninya.

Dari persamaan 3.36, penurunan tekanan uap (P) dapat dinyatakan

sebagai P1o – P1 = P1

o . x2 ....................................

(3.40)

x2 = …………………………… (3.41)

Menurut persamaan Clausius – Clapeyron,

ln = ………………………....

(3.42)

Bila : P2 = P1 dan T2 = Tb

P1 = P1o T1 = Tb

o

maka persamaan Clausius – Clapeyron dapat ditulis menjadi

ln = …………………….…. (3.43)

ln = ……………….…......

(3.44)

Pada larutan encer, sangat kecil, sehingga

15

Page 16: Ready Fasa ( kimfis) TP

ln = - ……………..….......….. (3.45)

Karena Tb sangat kecil, maka Tb Tbo

- = ……………...……… (3.46)

- x2 = ……………...……... (3.47)

= - ………………….. (3.48)

…….............................. (3.49)

dengan w1 dan M1 masing – masing adalah berat dan massa molar pelarut, serta w2

dan M2 adalah berat dan massa molar zat terlarut. Jika w1 dianggap 1000 gram,

…………………………..... (3.50)

m2 . M1 = - …………………….... (3.51)

Tb = - . m2 ...................................... (3.52)

Tb = Kb . m2 .......................................... (3.53)

Penambahan zat terlarut juga mengakibatkan terjadinya penurunan titik

beku (freezing point / Tf). Dengan menggunakan cara yang sama, didapat

Tf = Kf . m2 ........................................... (3.54)

16

Page 17: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.13. Tekanan Osmosis ()

Pendekatan tekanan osmosis dapat dijelaskan sebagai berikut. Suatu

larutan terpisah dari pelarut murninya oleh dinding semi permiabel, yang dapat

dilalui oleh pelarut, tetapi tidak dapat dilalui oleh zat terlarutnya. Karena potensial

kimia larutan lebih rendah, maka pelarut murni akan cenderung bergerak ke arah

larutan, melalui dinding semi permiabel.

Gambar 3.8. Tekanan osmosis

Pada kesetimbangan, tekanan di bagian kiri adalah P dan tekanan di

bagian kanan adalah P + π. Π adalah perbedaan tekanan dari kedua sisi yang

dibutuhkan untuk menghindari terjadinya aliran spontan melalui membran ke

salah satu sisi.

Menurut hubungan Maxwell,

dG = - S dT + V dP ............................................. (3.55)

d = - dT + dP ………………………... (3.56)

dμ = - S dT + dP …………………………..... (3.57)

Karena = , maka

17

pelarut murni

larutan

dinding semi permiabel

Page 18: Ready Fasa ( kimfis) TP

dμ = ……………………………..

(3.58)

Bila V dianggap tidak bergantung pada tekanan, maka

= ……………………………… (3.59)

Menurut kesetimbangan kimia,

= + RT ln ………………………….. (3.60)

- = RT ln …….……………..……... (3.61)

= - RT ln ………………………… (3.62)

dimana P = P1 = tekanan uap larutan

Po = P1o = tekanan uap pelarut murni

Jika persamaan 3.59 disamakan dengan persamaan 3.62, maka

- RT ln = ………………………….….. (3.63)

Menurut Hukum Raoult:

x1 = ………………..……….……... (3.64)

x1 = (1 – x2) …………………………… (3.65)

Sehingga, persamaan 3.63 menjadi

- RT ln = ……………………………... (3.66)

- RT ln x1 = ……………………………... (3.67)

18

Page 19: Ready Fasa ( kimfis) TP

= - ln (1 – x2) ......................... (3.68)

Pada larutan sangat encer, x2 sangat kecil sehingga ln (1 – x2) - x2.

= - (- x2) ..................................... (3.69)

= . ………………………... (3.70)

= R.T.C2 ............................................. (3.71)

dimana C2 adalah konsentrasi zat terlarut.

2.14. Sistem Dua Komponen dengan Fasa Padat – Cair

Sistem biner paling sederhana yang mengandung fasa padat dan cair

ditemui bila komponen – komponennya saling bercampur dalam fas cair tetapi

sama sekali tidak bercampur pada fasa padat, sehingga hanya fasa padat dari

komponen murni yang akan keluar dari larutan yang mendingin. Sistem seperti itu

digambarkan dalam diagram fasa Bi dan Cd berikut.

Gambar 3.9. Kurva pendinginan dan diagram fasa suhu – persen berat

untuk sistem Bi – Cd

19

Page 20: Ready Fasa ( kimfis) TP

Bila suatu cairan yang mengandung hanya satu komponen didinginkan,

plot suhu terhadap waktu memiliki lereng yang hampir tetap. Pada suhu

mengkristalnya padatan yang keluar dari cairan, kurva pendingina akan mendatar

jika pendinginan berlangsung lambat. Patahan pada kurva pendinginan

disebabkan oleh terlepasnya kalor ketika cairan memadat. Hal ini ditunjukkan

pada bagian kiri gambar 3.9, yaitu cairan hanya mengandung Bi (ditandai dengan

komposisi Cd 0%) pada suhu 273oC dan cairan yang hanya mengandung Cd

(ditandai dengan komposisi Cd 100%) pada suhu 323oC.

Jika suatu larutan didinginkan, terjadi perubahan lereng kurva pendinginan

pada suhu mulai mengkristalnya salah satu komponen dari larutan, yang

kemudian memadat. Perubahan lereng ini disebabkan oleh lepasnya kalor karena

proses kristalisasi dari padatan yan gkeluar dari larutan dan juga oleh perubahan

kapasitas kalor. Hal ini dapat terlihat pada komposisi 20% dan 80% Cd. Untuk

komposisi 40% Cd pada suhu 140oC, terjadi pertemuan antara lereng kurva

pedinginan Bi dan Cd yang menghasilkan garis mendatar. Pada suhu ini, Bi dan

Cd mengkristal dan keluar dari larutan, menghasilkan padatan Bi dan Cd murni.

Kondisi dimana larutan menghasilkan dua padatan ini disebut titik eutektik, yang

hanya terjadi pada komposisi dan suhu tertentu. Pada titik eutektik terdapat tiga

fasa, yaitu Bi padat, Cd padat dan larutan yang mengandung 40% Cd. Derajat

kebebasan untuk titik ini adalah 0, sehingga titik eutektik adalah invarian.

Eutektik bukan merupakan fasa, tetapi kondisi dimana terdapat campuran yang

mengandung dua fasa padat yang berstruktur butiran halus.

20

Page 21: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.15. Sistem Dua Komponen Cair-Cair

 

Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam jumlah yang

terbatas, dan demikian pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah yang terbatas.

Bentuk yang paling umum dari diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan tetap,

biasanya 1 atm (seperti gambar diatas). Diagram diatas dapat diperoleh secara

eksperimen dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan murni lain pada

tekanan tertentu dengan variasi suhu.

Cairan B murni yang secara bertahap ditambahkan sedikit demi sedikit

cairan A pada suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan

bergerak kea rah kanan secara horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari

titik C ke titik D diperoleh satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B).

Di titik D diperoleh kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1.

Penambahan A selanjutnya akan menghasilkan sistem dua fasa (dua

lapisan), yaitu lapisan pertama (L1) larutan jenuh A dalam B dengan komposisi

XA,1 dan lapisan kedua (L2) larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2.

Kedua lapisan ini disebut sebagai lapisan konyugat ( terdapat bersama-sama di

daerah antara D dan F). Komposisi keseluruhan ada diantara titik D dan F. Di titik

E komposisi keseluruhan adalah XA,3. Jumlah relatif kedua fasa dalam

kesetimbangan ditentukan dengan aturan lever. Di titik E lapisan pertama lebih

21

Page 22: Ready Fasa ( kimfis) TP

banyak dari lapisan kedua. Penambahan A selanjutnya akan mengubah komposisi

keseluruhan semakain ke kanan, sementara komposisi kedua lapisan akan tetap

XA,1 dan XA,2.

Perbedaan yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak

pada jumlah relative lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah

relative lapisan pertama akan berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah.

Di titik F cairan A yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A

membentuk larutan jenuh B dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu

fasa. Dari F ke G, penambahan A hanya merupakan pengenceran larutan B dalam

A. Untuk mencapai titik G di perlukan penambahan jumlah A yang tak terhingga

banyaknya atau dengan melakukan percobaan mulai dari zat A murni yang

kemudian di tambah zat B sedikit demi sedikit sampai di capai titik F dan

seterusnya.

Jika percobaan dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan

yang berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarytan masing-masing komponen satu

sama lain meningkat, sehingga daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan

pada akhirnya bertemu disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau disebut juga

suhu kelarutan kritis (Tc). Di atas titik Tc cairan saling melarut sempurna dalam

berbagaikomposisi. .

2.16. Pembentukan Senyawa

Komponen – komponen pada sistem biner dapat bereaksi membentuk

senyawa padat yang berada dalam kesetimbangan dengan fas cair pada berbagai

komposisi. Jika pembentukan senyawa mengakibatkan terjadinya daerah

maksimum pada diagram suhu – komposisi, maka disebut senyawa bertitik lebur

sebangun (congruently melting compound). Contoh senyawa ini dapat dilihat

pada diagram fas Zn – Mg pada gambar 3.10.

22

Page 23: Ready Fasa ( kimfis) TP

Gambar 3.10. Diagram fasa Zn – Mg

Selain melebur, senyawa juga dapat meluruh membentuk senyawa lain dan

larutan yang setimbang pada suhu tertentu. Titik leleh ini disebut titik leleh tak

sebangun (incongruently melting point) dan senyawa yang terbentuk disebut

senyawa bertitik lebur tak sebangun. Hal ini terjadi pada bagian diagram fasa

Na2SO4 – H2O yang menunjukkan pelelehan tak sebangun dari Na2SO4.10H2O

menjadi kristal rombik anhidrat Na2SO4.

Gambar 3.11 Bagian diagram fasa Na2SO4 – H2O

23

Page 24: Ready Fasa ( kimfis) TP

2.17. Larutan Padat

Pada umumnya, padatan murni bisa didapatkan pada saat larutan

didinginkan. Tetapi, pada beberapa sistem, bila larutan didinginkan, maka larutan

padatlah (solid solution) yang akan keluar. Contoh sistem yang membentuk

larutan padat adalah sistem Cu – Ni.

Gambar 3.12. Diagram fasa Cu – Ni

Pada gambar 3.12, terlihat adanya daerah dimana terdapat fasa cair

(larutan) dan fasa padat (larutan padat) yang berada dalam kesetimbangan. Garis

yang berbatasan dengan fasa cair disebut sebagai garis liquidus, sedangkan garis

yang berbatasan dengan fasa padat disebut garis solidus. Larutan padat pada

sistem ini disebut sebagai fasa α. Komposisi masing – masing fasa dapat

ditentukan dengan menggunakan lever rule. Kondisi fasa – fasa yang ada dalam

sistem pada berbagai suhu dapat dilihat pada gambar 3.13.

24

Page 25: Ready Fasa ( kimfis) TP

Gambar 3.13. Kondisi fasa – fasa dalam sistem Cu – Ni pada berbagai suhu

25

Page 26: Ready Fasa ( kimfis) TP

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Adapun dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem yang dapat

dipisahkan secara mekanik, serbasama dalam hal komposisi kimia dan

sifat – sifat fisika.

2. Penentuan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total

spesi kimia dalam sistem dikurangi dengan jumlah reaksi – reaksi

kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat – zat yang ada

dalam sistem tersebut.

3. Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variabel

intensif yang harus dipilih agar keberadaan variabbel intensif dapat

ditetapkan.

4. Sistem dua komponen disebut sistem biner.Untuk sistem dua

komponen,c=2, sehingga aturan fasa f=c-p+2 menjadi f=4-p.

4.2 SARAN

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu memberikan

informasi tentang kesetimbangan fasa. Apabila terdapat kekurangan dalam

makalah ini kami berharap makalah ini dapat lebih disempurnakan lagi untuk

selanjutnya.

26

Page 27: Ready Fasa ( kimfis) TP

DAFTAR PUSTAKA

Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika Jilid 1 ( Terjemahan Irma I. Kartomiharjo), Edisi

Keempat. Jakarta : Erlangga.

Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika Jilid 2 ( Terjemahan Irma I. Kartomiharjo), Edisi

Keempat. Jakarta : Erlangga.

Findley, A., “The Phase Rule”. Chapter 7, Dover Publications, New York

( 1951).

Rohman, Ijang.2000.Kimia Fisika I.Bandung : UPI.

27