ustek metodologi sid sawah

36
Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah Geojaya Teknik Page 4/1 BAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN 4.1 PENDEKATAN TEKNIS DALAM PERLUASAN SAWAH Kegiatan perluasan sawah diarahkan pada lahan irigasi, lahan rawa dan lahan tadah hujan dengan mengikuti norma, standar teknis, prosedur dan criteria. Pendekatan teknis akan tergambar secara jelas pada tahapan pelaksanaan pekerjaan. Secara sederhana tahapan pelaksanaan pekerjaan SID Perluasan Sawah meliputi : 1. Survey dan Investigasi. 2. Pelaksanaan Desain a. Pembuatan Peta Situasi Lokasi b. Pekerjaan Pengukuran dan Pembuatan Peta Dasar Teknis c. Pembuatan Peta Topografi d. Pembuatan Peta Rancangan (Desain) skala 1 : 1000. 3. Spesifikasi teknis Perluasan Sawah 4. Perhitungan Biaya Konstruksi Peluasan Sawah 4.2 KETENTUAN DALAM PERLUASAN SAWAH 4.2.1 Perluasan Sawah Pada Lahan Beririgasi a. Norma Perluasan sawah pada lahan beririgasi merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi baik irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi desa yang sudah mempunyai jaringan irigasi sampai pada tingkat tersier atau akan dibangun jaringan tersebut yang selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak. Pembukaan lahan baru ini dilakukan dalam satu hamparan sehingga dapat terairi seluruhnya. Lahan harus berada pada kawasan budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.

Upload: ogynamyra

Post on 19-Jan-2016

473 views

Category:

Documents


91 download

DESCRIPTION

Metodologi Pelaksanaan SID Cetak Sawah

TRANSCRIPT

Page 1: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/1

BAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 PENDEKATAN TEKNIS DALAM PERLUASAN SAWAH

Kegiatan perluasan sawah diarahkan pada lahan irigasi, lahan rawa dan lahan tadah hujan dengan mengikuti norma, standar teknis, prosedur dan criteria. Pendekatan teknis akan tergambar secara jelas pada tahapan pelaksanaan pekerjaan.

Secara sederhana tahapan pelaksanaan pekerjaan SID Perluasan Sawah meliputi : 1. Survey dan Investigasi. 2. Pelaksanaan Desain

a. Pembuatan Peta Situasi Lokasi b. Pekerjaan Pengukuran dan Pembuatan Peta Dasar Teknis c. Pembuatan Peta Topografi d. Pembuatan Peta Rancangan (Desain) skala 1 : 1000.

3. Spesifikasi teknis Perluasan Sawah 4. Perhitungan Biaya Konstruksi Peluasan Sawah 4.2 KETENTUAN DALAM PERLUASAN SAWAH

4.2.1 Perluasan Sawah Pada Lahan Beririgasi

a. Norma Perluasan sawah pada lahan beririgasi merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi baik irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi desa yang sudah mempunyai jaringan irigasi sampai pada tingkat tersier atau akan dibangun jaringan tersebut yang selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak. Pembukaan lahan baru ini dilakukan dalam satu hamparan sehingga dapat terairi seluruhnya. Lahan harus berada pada kawasan budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.

Page 2: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/2

b. Standar Teknis Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan irigasi adalah : Berada pada satu hamparan dengan luas > 10 hektar. Lebih diutamakan / diperioritaskan pada lahan dengan kemiringan lahan <

5%. Dekat dari pemukiman.

c. Prosedur

Prosedur perluasan sawah pada lahan irigasi adalah : Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL). Survei/ Investigasi. Penetapan Lokasi. Desain. Konstruksi (Land Clearing dan Land Leveling). Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.

d. Kriteria

Kriteria perluasan sawah pada lahan irigasi adalah : Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup minimal untuk satu kali musim

tanam. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah berdasarkan ketentuan dan kriteria

yang berlaku. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. Apabila belum ada

kelompok tani, para petani tersebut bersedia untuk membentuk kelompok tani kegiatan perluasan sawah.

Status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak sengketa/tumpang tindih dengan program/kegiatan lainnya.

Luas kepemilikan lahan maksimum 2 Ha/ KK. Petugas penyuluh pertanian lapangan sudah ada. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa. Diutamakan pada lahan bervegetasi ringan atau sedang.

4.2.2 Perluasan Sawah Lahan Rawa

a. Norma

Perluasan Sawah pada lahan rawa merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan di daerah rawa yang sudah mempunyai dan atau rencana pengembangan jaringan drainase sampai pada tingkat tersier. Lahan

Page 3: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/3

harus berada pada kawasan budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.

b. Standar Teknis

Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan rawa adalah : Berada pada satu hamparan. Luas satu hamparan ≥ 10 hektar. Lahan dengan kedalaman pirit dengan kisaran minimal antara 50-60 cm. Dekat dengan pemukiman.

c. Prosedur

Prosedur perluasan sawah pada lahan rawa adalah : Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL). Survei/ Investigasi. Penetapan Lokasi. Desain. Konstruksi (Land Clearing, Land Leveling). Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru.

d. Kriteria

Kriteria perluasan sawah pada lahan rawa adalah : Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah rawa pasang surut dan atau

lebak berdasarkan ketentuan dan criteria yang berlaku. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. Status petani jelas bisa pemilik penggarap atau penggarap.

Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum 2 Ha/ KK. Petugas lapangan sudah ada.

Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

4.2.3 Perluasan Sawah Tadah Hujan

a. Norma

Perluasan sawah tadah hujan merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah tadah hujan yang belum dimanfaatkan dan mempunyai curah hujan yang cukup untuk pertumbuhan tanaman padi serta potensi sumber-sumber air lainnya yang dapat dikembangkan untuk mendukung pengairan pada lokasi tersebut. Lahan harus berada pada kawasan budidaya dan bukan berada pada kawasan hutan lindung.

Page 4: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/4

b. Standar Teknis

Standar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah : Berada pada satu hamparan. Luas satu hamparan > 10 hektar. Lebih diutamakan / diperioritaskan pada lahan dengan kemiringan lahan <

5%. Dekat dari pemukiman.

c. Prosedur

Prosedur perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah : Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL). Survei/ Investigasi. Penetapan lokasi Desain Konstruksi Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru

d. Kriteria

Kriteria perluasan sawah pada lahan tadah hujan adalah : Mempunyai bulan basah > 3 bulan terutama yang tersedia air untuk 1 kali

tanam setahun. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah tadah hujan berdasarkan

ketentuan dan kriteria yang berlaku. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. Status petani jelas bisa sebagai pemilik penggarap atau penggarap. Luas lahan pemilik dan penggarap maksimum 2 Ha/ KK. Petugas lapangan sudah ada. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa (dapat dilalui oleh kendaraan

roda 4)

4.3 SURVEY DAN INVESTIGASI

Survey Investigasi Desain (SID) Percetakan Sawah dilaksanakan setelah dilakukan survey inventarisasi sehingga calon lokasi pengembangan sudah dipilih . Data yang diperlukan dalam pekerjaan ini meliputi data primer dan data sekunder.

Page 5: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/5

4.3.1 Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder

Data primer atau data lapangan didapatkan dari pengukuran secara langsung di lapangan baik dengan memakai alat ukur maupun tidak. Metode pengumpulan data primer disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi : 1. Data Koordinat Bumi. Data koordinat bumi yang dibutuhkan dalam pekerjaan yaitu :

system koordinat geografis (derajat, menit , detik), system koordinat geografis ( derajat decimal) dan system koordinat UTM (jarak). Pengambilan dan pengukuran titik- titik koordinat pad pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System).

2. Data Pengamatan Topografi dan Morfologi. 3. Data Pengamatan Geologi dan Litologi. 4. Pengambilan Dokumentasi Foto 5. Data Sosial Ekonomi ; data kependudukan , perhubungan dan transportasi,

kepemilikan tanah dan perundangan. 6. Data Kuisioner ; data kuisioner perlu disiapkan secara ringkas tetapi jelas. Pengisisan

data kuisioner dapat dilakukan melalui wawancara dengan petani dan observasi langsung dilapangan. Kuisioner yang dibuat berisikan data-data antara lain sebagai berikut : a. Nama pemilik lahan dan penggarapnya. b. Keadaan umum lahan calon lokasi. c. Keadaan jalan dan jembatan. d. Prasarana usahatani (jalan usahatani, jembatan, jalan dan gorong-gorong). e. Kelembagaan pertanian (BPP, P3A, PPL, KUD, dan kelompok tani). f. Peranan PPL

Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber khususnya dari instansi-instansi terkait serta dari berbagai pustaka yang relevan dengan penelitian baik berupa laporan peenelitian sebelumnya, data statistik, peta dan berbagai informasi lainnya. Data-data sekunder yang diperlukan antara lain adalah : 1. Data Vektor ; data sekunder yang bersifat vector atau grafis adalah peta, baik itu peta

topografi maupun peta tematik lainnya. Sumber data bisa didapatkan pada Bakosurtanal, Bappeda dan dinas terkait. Peta-peta dasar yang dikumpulkan antara lain : a. Peta Administrasi b. Peta Topografi c. Peta Geologi d. Peta Penggunaan Lahan. e. Dan peta-peta lainnya.

Page 6: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/6

2. Data Tekstual ; didapatkan pada dinas terkait seperti: Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Metereologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pekerja Umum (PU), Dinas Pertanian. Data yang dibutuhkan antara lain yaitu : a. Data curah hujan, temperature dan hari hujan. b. Data kependudukan. c. Data potensi desa dan kecamatan d. Daftar harga satuan dan bahan upah setempat. e. Data laporan kegiatan terdahulu (bila ada ). f. Informasi kegiatan fisik yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum termasuk

keadaan jaringan tata air.

3. Kebijakan/Regulasi/Pengatuaran meliputi : a. Kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian. b. Kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan tata ruang wilayah.

4.3.2 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun sekunder diolah dulu sebelum masuk dalam tahap analisis. Data hasil pengukuran di lapangan dengan menggunkan alat GPS akan menghasilkan titik-titik koordinat bumi. Selanjutnya titik-titik Koordinat Geografis dan Koordinat UTM tersebut akan diolah guna menghasilkan peta lokasi pekerjaan, peta percetakan sawah dan peta-peta lainnya. Tahapan pembuatan peta adalah sebagai berikut : 1. Permodelan SIG (Sistem Informasi Geografis)

Permodelan SIG (Sistem Informasi Geografis) atau GIS ( Geographic Information System) dilakukan untuk penyusunan item-item guna membangun basis data dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan analisis. Dengan demikian perancangan basis data akan memperhatikan kerangka analisis serta permodelannya.

Komponen perangkat lunak SIG pad umumnya berfungsi sebagai pemasukan data, pengelolaan basis data, penyajian output data, transformasi data, dan pelacakan informasi (query). Perangkat lunak untuk membangun database SIG akan menggunakn system operasi Microsoft Windows (MS) versi Xp yang didukung oleh perangkat lunak (software) aplikasi sebagai berikut : a. Arc View Versi 3.3 dan MapInfo versi 6.0 , perangkat lunak aplikasi ini akan

digunakan untuk Query database yang telah terbentuk. b. Ms Access dan Ms Excel. Perngkat lunak ini kan digunkan untuk membangun

database program aplikasi data tekstual.

Page 7: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/7

c. Autocad Map 2004 dan Surfer Versi 8 , perangkat lunak ini digunakan dalam proses akhir pekerjaan untuk menghitung keakuratan luas lahan dan pembuatan gambar desain.

2. Langkah –langkah Permodelan SIG Pekerjaan ini meliputi : a. Digitasi, yaitu membuat layer peta dalam bentuk data vector, yang disebut

coverange. b. Editing, yaitu memperbaiki (mengedit) hasil digitasi untuk mengeliminir

kesalahan. c. Membangun Topologi, yaitu membangun hubungan antara data spasial dan

atributnya. d. Tranformasi data digital ke dalam data visual.

4.3.3 Tahapan Pelaksanaan Survey/Investigasi Perluasan Sawah Tahapan pelaksanaan survey/investigasi perluasan sawah adalah sebagai berikut : A. Identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)

1. Identifikasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-1) untuk kegiatan perluasan sawah dikeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, proses identifikasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

2. Calon lokasi yang akan di tetapkan sedapat mungkin berasal dari usulan petani. 3. Identifikasi dilakukan berdasarkan data, informasi dan pengamatan lapangan

yang bertujuan untuk menentukan lokasi perluasan sawah yang secara umum peruntukannya sesuai dengan RTRW, standar teknis dan kriteria yang telah ditetapkan. Pemilihan lokasi diutamakan pada lahan dengan tingkat kesulitan terkecil. Identifikasi di lakukan oleh petugas Dinas Pertanian daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dengan dibantu oleh masyarakat/ aparat setempat.

4. Identifikasi dilakukan juga terhadap calon petani. Petani penerima kegiatan perluasan sawah sedapat mungkin petani yang memang membutuhkan lahan sawah sebagai sumber pendapatan utama keluarga.

5. Penetapan calon petani dilakukan oleh aparat setempat (Kepala Desa/ Camat) bersama dengan petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berdasarkan hasil identifikasi calon lokasi perluasan sawah.

B. Survei dan Investigasi

1. Survei dan investigasi a. Survei dan investigasi idealnya dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-1)

untuk kegiatan perluasan sawah dikeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan

Page 8: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/8

penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, proses survei dan investigasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

b. Survei/investigasi calon lokasi ialah kegiatan penelitian pada calon lokasi perluasan sawah baik pada Daerah Irigasi, lahan rawa maupun tadah hujan yang bertujuan untuk memperoleh calon lokasi yang layak untuk sawah.

c. Calon lokasi yang dapat dinyatakan layak untuk perluasan sawah ialah calon lokasi yang memenuhi 8 (delapan) syarat pokok yaitu : Jaringan irigasi/drainase sudah dibangun atau akan dibangun yang

selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak kecuali sawah tadah hujan.

Air tersedia cukup untuk menjamin pertumbuhan padi sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

Kondisi tanah sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi. Status kepemilikan tanah jelas, misalnya : tanah milik atau tanah rakyat

(marga) atau tanah negara yang diijinkan untuk di garap oleh petani. Batas pemilikan tanah jelas (tidak sengketa). Calon lokasi tidak tumpang tindih dengan program/ proyek lain. Petani ada dan berdomisili di desa calon lokasi atau berdekatan dengan

calon lokasi serta berkeinginan untuk bersawah. Prasarana penunjang dan kelengkapan lainnya tersedia.

2. Tahapan Survei/Investigasi sebagai berikut :

a. Persiapan berupa penggandaan peta situasi, peta rancangan jaringan irigasi, irigasi rawa, bahan, peralatan, pembuatan daftar pertanyaan dan tabel-tabel untuk pelaksanaan maupun pengolahan data. Selain itu dipersiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dilapangan.

b. Sosialisasi dan koordinasi dengan instansi terkait dan masyarakat terhadap rencana persiapan pelaksanaan kegiatan perluasan lahan sawah pada calon lokasi yang akan dikembangkan. Koordinasi terutama dilakukan dengan Bappeda untuk kepastian RTRW, Dinas Kehutanan untuk kepastian kawasan, BPN untuk kejelasan status kepemilikan dan Dinas Pengairan untuk koordinasi system jaringan pengairan di lokasi yang direncanakan.

c. Pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer berupa parameter dan karakteristik lahan yang akan digunakan sebagai acuan penentuan kriteria kesesuaian lahan, debit air, sifat fisik tanah, kedalaman gambut, nilai ekonomis vegetasi, kesediaan petani, daftar nama petani dan luas lahan, pengukuran dan pemetaan lokasi. Data sekunder berupa pola usahatani, analisis usahatani, penyediaan saprotan, pemasaran hasil, luasan lahan padi sawah di lokasi dan curah hujan baik harian atau bulanan selama satu tahun.

Page 9: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/9

d. Tabulasi dan pengolahan data hasil survei. Data hasil survei ditabulasi dan diolah untuk pembuatan laporan hasil survei yang bertujuan untuk menentukan kelayakan calon lokasi dan pembuatan desain.

e. Pembuatan laporan kegiatan survei sebagai dasar penetapan lahan sawah yang akan dikonstruksi. Hasil survei calon lokasi perluasan sawah nantinya berupa buku laporan dan daftar lokasi petak tersier yang dinyatakan layak untuk didesain yang selanjutnya dicetak menjadi sawah dan daftar lokasi yang tidak layak untuk didesain. Untuk setiap daerah irigasi (DI) dibuat satu buku laporan yang bertujuan untuk menyusun dan mengumpulkan hasil kegiatan yang mudah dibaca dan diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan tersebut.

3. Penetapan Calon Lokasi dan Lokasi Perluasan Sawah Penetapan calon lokasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-1) sedangkan penetapan lokasi dilakukan pada tahun bersamaan, setelah DIPA untuk kegiatan perluasan sawah dikeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, penetapan calon lokasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Penetapan calon lokasi perluasan sawah ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, sedangkan untuk Penetapan lokasi perluasan sawah ditanda tangani oleh Bupati/Walikota. Hal ini bertujuan untuk memperoleh jaminan bahwa sawah yang baru dicetak tidak dialihkan untuk peruntukan lainnya, sehingga investasi yang cukup besar untuk perluasan sawah dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penetapan lokasi baru dapat dilakukan jika menurut hasil Survey dan Investigasi calon lokasi layak dikembangkan untuk perluasan sawah baru. Penetapan lokasi harus didukung oleh dokumen berikut : a. Data calon petani yang membutuhkan perluasan sawah dan bersedia

menggarap sawah yang dicetak secara optimal. b. Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan koordinasi yang dilakukan

dengan Bappeda, Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan dan Dinas Pengairan.

c. Peta-peta yang terkait lokasi yang akan dikerjakan yang terdiri dari : Peta Situasi Lokasi. Peta Topografi. Peta Kepemilikan Lahan. Peta Vegetasi. Peta Desain Sawah.

Page 10: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/10

4.4 DESAIN PETA SAWAH

Peta rancangan (desain) sawah pada lokasi pekerjaan merupakan hasil akhir dari seluruh pekerjaan laporan SID Perluasan Sawah (pencetakan sawah). Peta sawah ini akan menampilkan pembagian luas rencana lahan sawah secara keseluruhan dan pembagian petak sawahnya dengan menampilkan system koordinat bumi serta dimensi yang terukur dalam satuan luas lahan m dan Ha, di sajikan dalam ukuran kertas kerja A3. Beberapa hal yang diperhatikan dalam proses pembuatannya.

1. Desain hanya di lakukan pada lokasi yang berdasarkan hasil survey investigasi telah di nyatakan layak untuk pencetakan sawah.

2. Desain adalah rancangan petak sawah dibuat untuk dipergunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kontruksi pencetakan sawah.

3. Pembuatan Desain hanya dilakukan pada calon lokasi yang berdasarkan hasil survey/investigasi dinyatakan layak untuk perluasan sawah.

4. Sebelum dilaksanakan pembuatan desain terlebih dahulu dilakukan penyuluhan dan para petani pemilik lahan diminta untuk memasang patok patok pemilihan lahan.

5. Pola pelaksanaan kegiatan desain perluasan sawah bisa dilakukan dengan pola kontraktual ataupun swakelola, disesuaikan dengan kemampuan anggaran dan kemampuan teknis sumber daya manusia yang tersedia. Sedangkan metodologi pelaksanaan kegiatan desain perluasan sawah bias dilakukan dengan metode pengukuran terestrial atau metode penginderaan jauh ataupun kombinasi dari metode terrestrial dan penginderaan jauh, disesuaikan dengan luas dan tingkat kesulitan lapangan.

6. Peta harus di buat dalam multiyear dengan warna dan legenda yang berbeda pada setiap layernya.

5. Peta dapat di tampilkan secara digital [peta digital] dalam cakram data [hard copy] yang siap di operasikan untuk berbagai kebutuhan segera dan mendadak.

4.4.1 Jenis-jenis Kegiatan dalam Pekerjaan Desain

Jenis-jenis kegiatan dalam pekerjaan desain perluasan sawah meliputi :

1. Pembuatan Peta Situasi Lokasi

Peta situasi lokasi perluasan sawah dibuat diatas peta penggunaan lahan dengan skala 1 : 1000. Peta situasi lokasi ini memuat data sebagai berikut : Peruntukan lahan, misalnya persawahan, hutan lindung dan sebagainya. Jaringan kerangka dasar, titik ikat, garis kontur, titik ketinggian, dll. Batas administrasi pemerintahan, kampung, desa, kecamatan, dll. Batas tataguna lahan/vegetasi lahan.

Page 11: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/11

Seluruh alur sungai, tata letak jaringan pengairan, bangunan irigasi, drainase dan bangunan lainnya

Tata letak jaringan jalan yang ada terutama jalan negara, jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kecamatan, jalan desa, dan jalan setapak ke lokasi perluasan sawah.

Batas petak tersier, lokasi perluasan sawah dan lahan yang tidak dapat dicetak menjadi sawah.

Batas pemilikan lahan setiap petani sebelum dirancang yang direncanakan menjadi petak-petak sawah.

2. Pembuatan Peta Dasar Teknis

Peta dasar teknis, yang merupakan dasar dalam pembuatan peta topografi dan peta rancangan (desain), dibuat dalam skala 1 : 1000. Didalamnya memuat titik-titik hasil pekerjaan pengukuran yang mempunyai nilai koordinat (tiga dimensi) dan terikat pada titik ikat dasar yang berorientasi pada sistem koordinat global/nasional.

3. Pembuatan peta topografi per hamparan lahan ≥ 10 Ha

Peta topografi pada daerah irigasi dibuat per blok hamparan yang di dasarkan pada kemiringan lahan (slope). Peta topografi pada daerah rawa dibuat per blok hamparan yang didasarkan pada blok tersier daerah yang bersangkutan. Dalam pembuatan peta topografi harus memuat data sebagai berikut : o Garis kontur, dengan interval kontur yang disesuaikan dengan kebutuhan desain,

skala peta dan bentuk muka tanah. o Batas-batas alam : desa, sawah yang ada, areal yang dapat dikembangkan dan areal

yang tidak dapat dikembangkan beserta vegetasi lahan. o Jalan usahatani dan jaringan irigasi yang sudah ada dan yang akan direncanakan. o Batas pemilikan lahan setiap petani, nomor urut petani pemilik dan luas

pemilikannya. o Jaring-jaring ukur (poligon) utama serta titik-titik hasil pengukuran yang

dilengkapi dengan elevasinya.

4. Pembuatan Peta Rancangan (Desain) Skala 1 : 1000

Pembuatan peta rancangan (desain) pada daerah irigasi harus memuat data sebagai berikut : Tata letak petak-petak sawah yang akan dirancang sedapat mungkin sejajar dengan

garis kontur. Rancangan petak-petak sawah dibuat sesuai dengan batas pemilikan tanah dengan

memperhatikan keinginan petani. Rancangan (desain) petak-petak sawah dibuat maksimal 50 x 100 m pada daerah

yang datar.

Page 12: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/12

Tata letak jaringan irigasi dalam hamparan perluasan sawah dengan memperhatikan sistem tata air di lokasi tersebut (jika ada atau direncanakan untuk daerah irigasi), sebagai titik ikat dapat digunakan tinggi muka air pada pintu saluran tersier.

Tata letak jalan usahatani dalam hamparan perluasan sawah. Nomor petak tersier, nomor urut petani pemilik sawah, nomor petakan sawah per

petani dan luas petakan sawah. Elevasi setiap sudut petak-petak sawah yang sudah dirancang. Batas jenis vegetasi antara hutan berat, hutan ringan, tegalan dan alang-alang dan

batas penggunaan lahan. Potongan melintang rencana land leveling. Pembuatan peta rancangan (desain) pada daerah rawa harus memuat data sebagai berikut : a. Tata letak (lay out) petak-petak sawah yang dirancang sesuai dengan batas

pemilikan tanah dengan memperhatikan keinginan petani dan memperhatikan tinggi muka air pasang variasi rata-rata harian dan pasang tertinggi pada bulan purnama, sehingga dapat diperkirakan lokasi tersebut dapat diairi tetapi tidak tergenang.

b. Tata letak (lay out) jaringan drainase tersier dan kuarter lengkap dengan saluran drainasenya, di dalam hamparan perluasan sawah. Jika tata letak jaringan tersier dan kuarter belum ada, maka harus dibuat rancangan tata letaknya lengkap dengan saluran drainase dan pintu–pintu bagi maupun gorong-gorong.

c. Tata letak (lay out) jalan usahatani di dalam hamparan perluasan sawah dengan ketentuan jalan usahatani dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya berfungsi sebagai jalan, tetapi juga berfungsi sebagai tanggul pengaman air pasang. Untuk itu lebar jalan minimal 3 m dengan kemampuan daya dukung atas beban lebih kurang 1 ton.

5. Pembuatan Daftar Petani Pemilik/Penggarap

Pembuatan daftar petani pemilik penggarap/ penggarap berdasarkan jenis vegetasi (semak belukar, hutan ringan, hutan sedang, hutan berat) dan kemiringan lahan dengan luas per hamparan > 10 Ha. Daftar nama petani pemilik dibuat pada setiap petak sawah yang memuat :

a. Nomor urut petani per petak tersier sesuai yang tercantum dalam peta topografi dan peta rancangan petak-petak sawah.

b. Luas pemilikan lahan setiap petani.

c. Jumlah dan luas petak-petak sawah yang dirancang setiap petani.

d. Rincian jenis vegetasi per pemilikan lahan

Page 13: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/13

6. Spesifikasi Teknis Perluasan Sawah.

Pembuatan spesifikasi teknis bertujuan untuk memudahkan pembuatan rencana biaya,

pembacaan gambar di lapangan dan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok

(RUKK).

7. Perhitungan biaya konstruksi perluasan sawah.

Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam rencana biaya konstruksi yaitu :

a. Biaya land clearing yang disesuaikan dengan jenis vegetasi lahan. b. Biaya land leveling, antara lain terdiri dari biaya penyisihan dan pengembalian top

soil, galian timbunan, pemadatan dan perataan tanah yang disesuaikan dengan topografi lahan.

c. Pembuatan Galengan. d. Pembuatan jalan usaha tani di dalam hamparan perluasan sawah. e. Pembuatan jaringan irigasi/ drainase/ tata air mikro di dalam hamparan perluasan

sawah. f. Biaya pembuatan pematang batas pemilikan. g. Biaya untuk pekerjaan penunjang lainnya

4.5 KONSTRUKSI PERLUASAN SAWAH

Dalam pelaksanaan konstruksi diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Persiapan Petani b. Persiapan Administrasi c. Persiapan Lapangan d. Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

4.5.1 Persiapan Petani

Persiapan petani diperlukan dalam rangka memperlancar pelaksanaan konstruksi perluasan areal sawah, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha sebagai berikut : a. Sosialisasi kepada Petani.

Sosialisasi kepada petani peserta perluasan sawah dilakukan untuk memberikan pengertian terhadap kegiatan perluasan sawah, tata cara dan pentahapan pelaksanaan kegiatan konstruksi perluasan areal sawah serta pemanfaatan lahan sawah baru yang nantinya dilaksanakan oleh petani sendiri. Dengan demikian diharapkan petani dapat lebih berpartisipasi didalam pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan

Page 14: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/14

pemanfaatannya. Sosialisasi kepada petani ini dilaksanakan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten atau PPL.

b. Pendaftaran Ulang Petani. Mengingat adanya tenggang waktu antara pelaksanaan desain dengan pelaksanaan konstruksi yang memungkinkan adanya perubahan-perubahan terhadap status pemilikan tanah dan vegetasi lahan pada calon lokasi perluasan sawah, maka masih diperlukan pendaftaran ulang petani peserta. Dengan pendaftaran ulang ini akan diperoleh kepastian nama-nama petani dan status pemilikan tanah serta jenis vegetasinya. Pendaftaran ulang petani ini dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten dan dibantu oleh PPL.

c. Pengajuan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan Petani. Petani mengajukan Surat Permohonan dan Pernyataan Kesanggupan melaksanakan kegiatan perluasan sawah kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani kegiatan perluasan sawah. Petani yang diperkenankan mengajukan surat Permohonan hanyalah petani pemilik penggarap/penggarap yang berdomisili di dalam desa atau daerah Kecamatan dari lokasi dengan mata pencaharian utamanya dari usahatani. Surat ini dibuat untuk masing- masing petani dengan data-data lokasi, foto copy keterangan identitas, pernyataan permohonan dan kesanggupan serta tanda tangan petani yang bersangkutan.

4.5.2 Persiapan Administrasi

Kegiatan konstruksi perluasan sawah pada tahun 2012 dilakukan dengan pola pelaksanaan transfer uang ke rekening kelompok dengan mengacu kepada pedoman pengelolaan dana bantuan sosial yang dilekuarkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian. Hal penting dalam penggunaan MAK Bantual Sosial dengan pola transfer uang ini adalah Pembuatan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK). Dalam pembuatan RUKK harus sudah meperhitungkan secara rinci seluruh kegiatan pencetakan sawah sampai kepada kebutuhan akan saprotan dan tanam, mengingat anggaran untuk kegiatan pencetakan sawah TA. 2012 merupakan satu paket (dana kontruksi dan dana saprotan disatukan). Seandainya dari perhitungan RUKK petani, yang dipandu oleh Tim Teknis/ Koordinator lapangan dengan mendasarkan pada hasil Desain, Anggaran yang disiapkan dalam DIPA kurang untuk kegiatan perluasan areal sawah, maka kekurangannya menjadi tanggung jawab kelompok dan pemerintah daerah setempat. Selanjutnya untuk pekerjaan yang diluar kemampuan petani, maka kelompok berdasarkan hasil musyawarah dengan anggota diperkenankan untuk menyewa alat berat yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan jenis tanahnya.

Page 15: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/15

4.5.3 Persiapan Lapangan

a. Penyediaan direksi kit/ Saung Tani Tujuan pembuatan direksi kit atau tempat lainnya yang sejenis dilokasi adalah untuk tempat persiapan dan penyimpanan peralatan dalam menunjang kelancaran kegiatan di lapangan.

b. Pemeriksaan lapangan Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Koordinator Lapang/Tim Teknis dari Dinas lingkup pertanian yang menangani perluasan areal sawah di Kabupaten bersama Camat, Kepala Desa dan Petani Pemilik Penggarap/ Penggarap dengan berpedoman pada Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK) dan desain perluasan sawah guna mencocokkan dengan keadaan sesungguhnya dilapangan. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan lokasi antara lain : Batas-batas areal lokasi yang akan dikerjakan. Batas-batas dan luas pemilikan lahan yang akan dikerjakan. Nama-nama petani dan keadaan vegetasi.

c. Pemasangan patok-patok batas pemilikan

Dalam pemasangan patok-patok dilakukan oleh : Pemasangan patok batas pemilikan dilakukan oleh Petani sendiri dengan

disaksikan oleh petugas Dinas Pertanian Kabupaten, Camat dan Petani Pemilik Penggarap/ Penggarap serta Kepala Desa. Apabila patok-patok batas pemilikan lahan hilang, maka harus dipasang patok-patok baru batas pemilikan lahan tersebut oleh petani yang bersangkutan.

Setelah pekerjaan konstruksi selesai, maka patok-patok tersebut dipasang kembali dengan disaksikan oleh petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten, Camat, Kepala Desa dan Petani.

Lokasi yang telah selesai dikonstruksi diperiksa dan diukur ulang oleh Koordinator lapang/ Tim Teknis bersama petani untuk mendapatkan gambaran yang pasti terhadap luasannya.

d. Pembuatan Dokumentasi (Foto dan Video) Kelompok Tani pelaksana yang dibantuan oleh Tim Teknis/ Koordinator lapangan harus membuat foto atau video yang menggambarkan : Lokasi sebelum pekerjaan konstruksi perluasan sawah dilaksanakan. Pada saat tahap pekerjaan konstruksi perluasan sawah di laksanakan. Pada saat pekerjaan konstruksi perluasan sawah baru selesai di laksanakan.

Page 16: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/16

e. Pembuatan Rencana Kerja Kelompok Tani harus membuat rencana kerja mingguan dan bulanan yang disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) setelah mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis/Koordinator Lapangan dengan mendasarkan kepada Jadual pelaksanaan kegiatan (Bab G).

4.5.4 Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

A. Pekerjaan Kontruksi Perluasan Sawah pada Daerah Irigasi dan Tadah Hujan

Ketentuan-ketentuan pekerjaan konstruksi perluasan sawah sebagai berikut : i) Konstruksi perluasan sawah terdiri dari land clearing dan land leveling, pembuatan

pematang batas pemilikan, pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan drainase, pembuatan pintu–pintu bagi tersier, pintu klep dan pembuatan jalan usahatani serta prasarana lain yang bersifat pelayanan umum.

ii) Pelaksanaan konstruksi tidak diperbolehkan merusak fasilitas lingkungan yang sudah ada misalnya, jalan desa, sungai, areal pompa air, saluran yang sudah ada dan lain sebagainya. Bila terjadi kerusakan sebagai akibat pelaksanaan konstruksi atau pekerjaaan konstruksi/ prasarana lain, maka perbaikannya menjadi tanggung jawab kelompok.

iii) Pekerjaan konstruksi perluasan sawah harus dilaksanakan dalam satu hamparan yang mengelompok, sehingga memudahkan dalam usahataninya.

iv) Pembangunan prasarana lain yang menunjang kegiatan perluasan sawah dapat dilaksanakan apabila kegiatan tersebut bersifat mendesak (betul-betul diperlukan) menyangkut kepentingan umum seperti pembuatan talang, gorong-gorong dan lain-lain.

v) Pelaksanaan pekerjaan perluasan sawah dapat melibatkan petani diluar wilayah tersebut sejauh jumlah tenaga kerja yang ada masih kurang dengan mendasarkan kepada kesepakatan bersama kelompok tersebut (musyawarah kelompok).

vi) Kegiatan land clearing antara lain dapat dirinci sebagai berikut : a. Pembabatan / Penebasan semak belukar.

Tujuan dilakukannya pembabatan/penebasan semak belukar termasuk pohon-pohon kecil yang berdiameter kurang dari 10 cm dan tumbuhan strata bawah berketinggian 1 m, untuk membuka area serta membuat ruang pandang pada pekerjaan berikutnya.

b. Penebangan/ Penumbangan pohon-pohonan. Penebangan/ Penumbangan dilakukan terhadap pohon-pohon yang berdiameter

lebih dari 10 cm dengan masih menyisakan tunggul. Sedangkan pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm dapat dilakukan dengan penumbangan atau perobohan.

Page 17: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/17

c. Pemotongan/ perencekan dan pengumpulan batang, cabang dan ranting. Untuk memudahkan pembersihan hasil penebangan, maka dilakukan

pemotongan/ perencekan pohon, cabang dan ranting-rantingnya. Sisa-sisa pemotongan/ perencekan dikumpulkan pada suatu tempat yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh kelompok atau masyarakat sekitarnya.

d. Pembersihan lahan. Semua sisa-sisa hasil pembabatan, pemotongan/ perencekan, pencabutan akar

dan sampah-sampah yang ada di lokasi harus dibersihkan/ disingkirkan dari lokasi yang akan dicetak.

vii) Kegiatan land leveling dapat dirinci sebagai berikut :

a. Penggalian dan penimbunan tanah. Dalam upaya mendapatkan lahan yang datar untuk memudahkan konstruksi

perluasan sawah, maka lahan-lahan yang mengalami kemiringan harus dilakukan perataan dengan melakukan penggalian pada daerah yang lebih tinggi dan penimbunan pada daerah yang lebih rendah dengan memperhatikan aspek kesuburan lahan (hindari kerusakan aspek kesuburan lahan akibat penggalian dan penimbunan)

b. Perataan tanah.

Untuk memperoleh lahan yang datar, maka setelah dilakukan penggalian dan penimbunan dilakukan perataan dan pemadatan sederhana terutama pada bagian timbunan. Perataan tanah dilakukan sesuai dengan kemiringan yang diperbolehkan dan lahan tersebut sudah siap untuk dicetak.

c. Pemadatan lereng talud teras. Untuk mencegah terjadinya erosi tanah pada lahan yang telah dicetak, maka pada lereng talud teras dilakukan pemadatan.

d. Pembuatan jalan usahatani (JUT). Pembuatan jalan usahatani pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk

memudahkan pengangkutan saprodi, alat mesin dan hasil panen dari atau ke lokasi perluasan sawah.

e. Pembuatan jaringan irigasi

Pembuatan jaringan irigasi dan pintu-pintu bagi tersier pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk menyalurkan air dari atau ke lokasi perluasan sawah untuk memenuhi kebutuhan air dalam pengelolaan sawah.

Page 18: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/18

f. Pembuatan pematang batas pemilikan. Untuk memudahkan penentuan kepemilikan lahan antar petani, dibuat suatu

pematang atau pembatas antar petak-petak sawah petani yang telah dicetak. Hal ini bertujuan agar jangan terjadinya kekeliruan atau kerancuan dalam kepemilikan dan pengolahan lahan yang telah dicetak.

g. Penyiapan lahan siap tanam.

Penyiapan lahan melalui pengolahan tanah dimaksudkan untuk memudahkan petani dapat menanam segera setelah sawah selesai dicetak, agar sawah tidak menyemak kembali.

B. Pekerjaan kontruksi perluasan sawah pada daerah rawa

Ketentuan-ketentuan pekerjaan kontruksi perluasan sawah : a. Kontruksi perluasan sawah pada daerah rawa terdiri dari Land Clearing, pengerjaan

lahan, pembuatan saluran pembuang, pembuatan tata air mikro (diusahakan perluasan sawah pada lokasi yang sudah ada tata air mikronya), pembuatan pintu air klep sederhana, tanggul pengamanan dan pematang batas pemilikan lahan.

b. Kontruksi perluasan sawah di daerah rawa dapat berupa sistem surjan atau sistem lain tergantung pada kebutuhan/ kemauan petani.

c. Pelaksanaan kontruksi tidak diperbolehkan merusak fasilitas lingkungan yang sudah ada misalnya, jalan desa, saluran pembuang dan lain sebagainya. Bila terjadi kerusakan sebagai akibat pelaksanaan kontruksi perluasan sawah, maka perbaikannya menjadi tanggung jawab kelompok.

d. Pekerjaan konstruksi Perluasan Sawah harus dilaksanakan dalam hamparan yang mengelompok, sehingga memudahkan dalam usahataninya.

e. Kegiatan land clearing antara lain dapat dirinci sebagai berikut : Pembabatan/ Penebasan semak belukar.

Tujuan dilakukannya pembabatan/ penebasan semak belukar termasuk pohon-pohon kecil yang berdiameter kurang dari 10 cm dan tumbuhan strata bawah berketinggian 1 m, untuk membuka area serta membuat ruang pandang pada pekerjaan berikutnya.

Penebangan/ Penumbangan pohon-pohonan. Penebangan dilakukan terhadap pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 10 cm dengan masih menyisakan tunggul. Sedangkan pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm dapat dilakukan dengan penumbangan atau perobohan.

Pemotongan/perencekan dan pengumpulan batang, cabang dan ranting. Untuk memudahkan pembersihan hasil penebangan, maka dilakukan pemotongan/ perencekan pohon, cabang dan ranting-rantingnya. Sisa-sisa

Page 19: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/19

pemotongan/ perencekan dikumpulkan pada suatu tempat yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh atau masyarakat sekitarnya.

Pencabutan tunggul dan akar-akarnya. Tunggul pohon yang masih tersisa hasil penebangan harus dibongkar/ dicabut sampai keakar-akarnya supaya nanti tidak merusak/ mengganggu pelaksanaan konstruksi dan pengolahan sawah yang dicetak nantinya. Sedangkan untuk tunggul pohon yang berdiameter > 30 cm dengan kedalaman akar lebih dari satu meter dapat dibiarkan lapuk tanpa harus dicabut. Pencabutan tunggul dan akar-akar pohon dapat tidak dilakukan apabila disekitar zona perakaran diketahui terdapat senyawa pirit dan atau senyawa racun lainnya. Pencabutan tunggul dan akar pada kondisi ini akan membuat senyawa pirit mengalami oksidasi yang akan menyebabkan problem kemasaman pada lahan.

Pembersihan lahan. Semua sisa-sisa hasil pembabatan, pemotongan/ perencekan, pencabutan akar dan sampah-sampah yang ada di lokasi harus dibersihkan/ disingkirkan dari lokasi yang akan dicetak.

f. Kegiatan pengerjaan lahan dapat dirinci sebagai berikut : Penggalian dan penimbunan tanah untuk sawah sistem surjan.

Untuk memudahkan konstruksi terutama pada galian dan timbunan pada lahan rawa, maka dibuat konstruksi sawah sistem surjan. Pemadatan tanah.

Untuk memperoleh lahan yang datar, maka setelah dilakukan penggalian dan penimbunan dilakukan perataan dan pemadatan sederhana terutama pada bagian timbunan.

Pembuatan tata air mikro Pembuatan tata air mikro pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk mengatur air dari atau ke lokasi perluasan sawah dalam memenuhi kebutuhan air untuk sawah.

Pembuatan gorong-gorong.

Pembuatan gorong-gorong bertujuan untuk menyalurkan air dari atau ke lokasi perluasan sawah dalam memenuhi kebutuhan air untuk sawah.

Pembuatan pintu klep. Pembuatan pintu klep bertujuan untuk mengatur debit air dan tinggi muka air di dalam sistem tata air mikro sesuai dengan yang diinginkan.

Page 20: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/20

Pembuatan tanggul pengaman. Pembuatan tanggul pengaman bertujuan sebagai penahan air banjir atau pasang tinggi dan penahan air asin dari luar agar tidak masuk dalam lokasi perluasan sawah.

Pembuatan jalan usahatani (JUT). Pembuatan jalan usahatani pada hamparan perluasan sawah bertujuan untuk memudahkan pengangkutan saprodi, alat mesin dan hasil panen dari atau ke lokasi perluasan sawah.

Pembuatan pematang batas pemilikan. Untuk memudahkan penentuan kepemilikan lahan antar petani, dibuat suatu pematang atau pembatas antar petak-petak sawah petani yang telah dicetak. Hal ini bertujuan agar jangan terjadinya kekeliruan atau kerancuan dalam kepemilikan dan pengolahan lahan yang telah dicetak.

Penyiapan lahan siap tanam. Penyiapan lahan melalui pengolahan tanah dimaksudkan untuk memudahkan petani bercocok tanam segera setelah sawah selesai dicetak, agar tidak menyemak (tumbuh semak) kembali.

4.6 PEKERJAAN TOPOGRAFI

Pekerjaan topografi merupakan bagian dari survey detail yang sangat vital, sebagai dasar dari kegiatan perencanaan atau desain sawah baru. Kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari pekerjaan topografi yaitu : 1. Investigasi Topografi (Topographical Investigation) 2. Pelaksanaan Pemetaan Topografi 3. Prosedur Persiapan Peralatan Pengukuran 4. Prosedur Pemeriksaan Alat Ukur 5. Prosedur Pelaksanaan Pengukuran 6. Prosedur Hitungan dan Peralatan Pada Pengukuran Bench Mark 7. Metode Hitungan Dan Peralatan Pada Pengukuran Traverse 8. Prosedur dan Penggambaran Potongan Melintang 9. Prosedur dan Penggambaran Potongan Memanjang 10. Prosedur Penggambaran Peta Teristis

Page 21: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/21

4.6.1 Topographical Investigation

Sesuai dengan kondisi sitenya, untuk pekerjaan SID Perluasan Sawah lingkup pekerjaan Survey Topografi adalah sebagai berikut :

1. Peta situasi topografi Derah irigasi dengan persyaratan sebagai berikut: a) Skala peta :

1) Skala peta 1 : 5.000 untuk tata letak detail 2) Skala peta 1 : 10.000 untuk peta ikhtisar 3) Skala peta 1 : 10.000 unruk peta O & P 4) Skala peta 1 : 25.000 untuk tata letak umum

b) Peta harus mencakup dan menunjukkan :

1) Nama desa, kampung beserta batas-batasnya 2) Batas petak tersier 3) Batas sawah irigasi, sawah tadah hujan, dataran yang dapat diairi dan yang tidak

dapat diairi 4) Jalan (Propinsi, Kabupaten, Desa), jalan inspeksi 5) Titik triangulasi dan titik kontrol lainnya (BM) & garis grid dan diskripksi BM 6) Letak stasiun hujan, AWLR dan stasiun Klimatologi 7) Letak saluran induk, saluran sekunder terpasang dan arah pengambilan tersier. 8) Letak saluran pembuang terpasang. 9) Letak saluran bangunan yang penting (bendung, bangunan bagi/sadap, jembatan

siphon dan talang) pada saluran induk dan sekunder 10) letak bendung, sungai, embung dan sumber lainnya 11) Skala garis numeris dan petunjuk arah Utara 12) Keterangan notasi gambar, petunjuk blad, titik referensi 13) Titik tinggi baik pada saluran, bangunan batas DI. dan tersier maupun pada lahan. 14) Hal-hal lain yang diperlukan

c) Pada lembar peta skala 1 : 10.000 dilengkapi dengan jaringan yang memuat nama dan luas petak tersier serta tata letaknya, untuk memudahkan membaca petak tersebut. Peta tersebut akan disempurnakan pada waktu kegiatan.( system planning).

d) Semua perhitungan luas areal harus berdasarkan dari peta dasar 1 : 5.000, tidak boleh

berdasarkan peta ikhtisar skala 1 : 10.000 2. Skema Jaringan Irigasi (Terpasang untuk yang telah ada )

a) Gambar skema jaringan irigasi, skema bangunan yang ada dibuat tanpa skala (sementara) dan akan disempurnakan pada kegiatan system planning.

Page 22: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/22

b) saluran induk/sekunder dan saluran suplesi digambar dengan garis lurus sesuai keperluan

c) Skema harus mencakup : 1) Nama saluran Induk/Sekunder 2) Pada setiap bangunan sadap bagi, bagi sadap dan bnagunan pelengkap lainnya

agar dicantumkan hanya dari titik nol. Titik nol pada saluran induk dihituing dari bendung, sedangkan saluran sekunder dihitung dari bangunan pangkal saluran sekunder yang bersangkutan.

3) Pada kotak peta tersier ditulis : (a) Nama petak tersier (b) debit rencana (1/dt) (c) Luas sawah irigasi sekarang (fungsional) 4) Nama bagunan (bagi,sadap, sadap lengkap) sesuai dengan kode nomenklatur yang

terpasang. 5) Pada saluran induk/sekunder disetiap bangunan bagi tertulis berapa hektar

arealnya, debit rencana, panjang saluran dan dimensi saluran.

d) Pada skema jaringan irigasi di gambar juga batas daerah kerjanya juru dan pengamat pengairan

e) Hal-hal tersebut diatas sifatnya sementara dan akan disempurnakan pada kegiatan system planning

3. Langkah dan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Kumpulkan dan periksa semua peta yang ada dan terutama data-data sbb : 1) Titik Referensi 2) System Proyeksi 3) Ketelitian yang dicapai 4) Peralatan yang dipakai 5) daftar titik kontrol BM (XYZ) & Diskripsi BM 6) Peta lokasi dan batas pengukuran 7) Informasi tambahan lainnya misal batas wilayah administrasi Desa &

Kecamatan

b) Melakukan peninjauan lapangan 1) Memeriksa, mengecek elevasi dan Koordinat serta memperbaiki BM yang

ada. 2) Identifikasi data irigasi 3) Identifikasi Topografi

Page 23: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/23

c) Titik referensi dan proyeksi yang dipakai harus sama dengan titik referensi pengukuran terdahulu, apabila tidak ada dapat dipakai referensi lokal yang dikaitkan dengan peta rupa bumi sesuai persetujuan Direksi.

4.6.2 Pelaksanaan Pemetaan Topografi

Persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan pemetaan topografi mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut : a. Persiapan (Orientasi Umum)

Orientasi Umum adalah persiapan dasar yang harus dilakukan. Orientasi ini meliputi orientasi kerja dan orientasi lapangan dari areal yang akan dipetakan.

Tujuan dari orientasi ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kondisi nyata yang ada di lapangan serta untuk mendapatkan informasi tambahan yang akan sangat berguna bagi persiapan rencana kerja yang lebih mantap.

b. Penentuan Titik Referensi

Titik referensi yang akan digunakan sebagai dasar pemetaan topografi ini adalah titik-titik Bench Mark dari pengukuran terdahulu yang masih dalam kondisi baik.

Apabila titik-titik tersebut sudah rusak, hilang atau ditemukan lagi di lapangan, akan diusulkan untuk memakai koordinator dan elevasi lokal, dengan menganggap salah satu titik BM mempunyai nilai tertentu.

c. Pengukuran Titik Kontrol Horisontal (x-y)

Pengukuran horisontal kontrol dimaksudkan untuk mendapatkan data posisi horisontal yaitu titik-titik koordinat dalam membentuk kerangka peta secara horisontal. Metode pengukuran dapat dilakukan dengan cara poligon.

Peralatan pengukuran berupa Theodolite berketelitian 1 detik (Wild T-2 atau sederajat). Set up alat menggunakan metode centering PKSA (force centering method). Pengukuran

sudut horisontal dilakukan sebanyak 1 (satu) seri ganda, atau dengan mengukur 1/2 (setengah) seri sudut dalam dan 1/2 (setengah) seri sudut luar.

Pengetesan awal adalah 00000’00”. Bila rata-rata sudut melebihi 5 detik, diamati seri

berikutnya. Sudut vertikal diamati pada keadaan teropong biasa dan luar biasa, atau pada keadaan teropong biasa tetapi memperhitungkan salam kolimasi alat.

Page 24: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/24

Jarak diukur pergi pulang menggunakan alat ukur EDM, dan selanjutnya menggunakan jarak rata-rata pada saat pengolah data poligon.

Pita ukur digunakan bila jarak ukur kurang dari 50 m. Salah penutup susut akan memenuhi 10 N (N = jumlah titik poligon) atau lebih baik. Salah linier adalah 1 : 10.000 atau lebih baik.

Pengamatan matahari dilaksanakan pada salah satu Bench Mark ke Bench Mark lainnya

yang saling kelihatan. Bila tidak saling melihat terget bidikan adalah patok tetap pembantu. Pengamatan dilaksanakan pada saat udara cerah, pada pagi hari ± pukul 08.00 atau sore hari ± 16.00

Jumlah seri pengamatan adalah 3 (tiga) seri ganda, dilakukan terus menerus secara tepat. Selisih waktu antara satu bacaan dengan bacaan berikutnya tidak melebihi 1 (satu) menit.

d. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal (z)

Maksud dari pengukuran titik kontrol vertikal (z) leveling adalah untuk mendapatkan posisi titik-titik dalam arah vertikal. Metode pengukuran dapat dilakukan dengan metode/alat Waterpass dengan ketentuan sebagai berikut : - Pengukuran dilakukan melalui route yang menghubungkan ke lokasi Bench Mark

dan dalam route harus membentuk loop atau jaringan yang tertutup. Rencana route pengukuran leveling harus mendapatkan persetujuan Pihak Direksi terlebih dahulu dan sedapat mungkin tidak jauh dari route saluran penghantar (waterway).

- Bila digunakan alat sipat datar maka pengukuran dilakukan pergi dan pulang. - Ketelitian yang diminta untuk perseksi adalah penutupnya tidak boleh lebih dari 10

mm D , dimana D = jarak dalam km. - Posisi alat diusahakan ditengah-tengah antara dua rambu atau jumlah jarak kemuka

dan jarak ke belakang pada satu seksi ukuran mempunyai jarak yang sama. - Rambu ukur harus dilengkapi dengan NIVO (level) dari penyimpangan rambu

terhadap kedudukan lurusnya tidak boleh lebih dari 6 mm. - Bila digunakan alat sipat datar maka setiap hari sebelum pengukuran dilaksanakan,

harus dilakukan pengecekan kolimasi/garis bidik, dimana tidak boleh lebih besar dari 0,1 mm/m.

e. Pemasangan Bench Mark

Yang dimaksud adalah memasang benh mark yakni suatu tanda di lapangan untuk mendapatkan titik kontrol baik koordinat maupun elevasi yang berguna untuk pekerjaan staking dan construktion nantinya. - Penempatan Bench Mark harus sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan

untuk titik kontrol. - Dipasang ditempat aman sehingga tidak mudah hilang. - Dibuatkan Bench Marknya.

Page 25: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/25

- Ukuran Bench Mark 20 x 20 x 100 cm dilengkapi batu kuningan dan nomor Bench Mark sari marmer.

f. Pengukuran batas, luas dan Plotting Data Irigasi

1) Pindahkan data irigasi dari peta yang ada (peta saluran induk sampai dengan peta petak tersier) ke peta pendahuluan (peta lama atau sketsa)

2) Pindahkan data irigasi lainnya yang tidak tercakup diatas peta berdasarkan identifikasi atau informasi lainnya dari pengamat/juru pengairan dan data lapangan.

3) Pemindahan data irigasi termasuk semua batas petak tersier harus dilakukan pengecekan pengukuran untuk mendapatkan luas & letak yang benar dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Kedua ujung poligon harus terikat pada BM yang sudah ada dan atau tertutup (b) Pengukuran sudut menggunakan theodolit T -2 atau alat yang sederajat (c) Jarak poligon digunakan jarak datar hasil pengukuran dengan rantai ukur atau

EDM (d) Sudut diukur dengan satu seri yang dikontrol dengan bacaan azimuth,

sehingga mendapatkan tiga sudut (e) Pada setiap titik poligon alat ukur harus berdiri tegak.

g. Pengukuran /Plotting Detail Topographi

Untuk mengetahui apakah lahan daerah irigasi dapat diairi dari saluran dan bangunan terpasang, diperlukan pemeriksaan ketinggian (spot heigt) yang dikaitkan dengan ketinggian saluran dan bangunan. Pengukuran Situasi dilakukan sebagai berikut : 1) Kerapan titik ukur :

(a) Daerah irigasi yang sudah sawah. Jumlah titik ukur sebaiknya tiap sudut petak sawah atau min. 50% dari jumlah titik ukur peta baru.

(b) Daerah irigasi bukan sawah. Jumlah titik ukur minimum 4 titik/ha 2) Poligon harus bertutup 3) Disetiap titik poligon alat ukur harus berdiri tegak 4) Pengukuran sudut menggunakan alat theodolit T - 0 5) Jarak poligon digunakan jarak datar dari hasil Pengukuran dua pita ukur dikontrol

dengan bacaan optis 6) Sudut diukur dengan satu seri yang dikontrol dengan bacaan azimuth, sehingga

mendapatkan 3 (tiga) sudut 7) Poligon terikat pada dua buah BM yang ada, semua titik ukur harus diplot dalam

peta

Page 26: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/26

4.6.3 Prosedur Persiapan Peralatan Pengukuran

Peralatan pengukuran topografi dapat dikelompokan sebagai berikut : Alat untuk pengukuran sudut - Alat untuk pengukuran jarak, dan Alat untuk pengukuran ketinggian. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran sudut adalah theodolite. Peralatan ini setelah dibawa dalam perjalanan jauh atau setelah mobilisasi, mungkin ketelitiannya akan memburuk. Oleh karena itu sebelum menggunakan peralatan tersebut terlebih dahulu harus diperiksa ketelitiannya. Apabila perlu, kalibrasi atau perbaikan harus dilakukan.

4.6.4 Prosedur Pemeriksaan Alat Ukur

1) Alat ukur theodolite

Kesalahan yang terdapat dalam alat ukur ini yang harus diperiksa dan dikalibrasi adalah salah kolimasi dan salah indeks.

Prosedur pemeriksaan salah kolimasi a. Atur alat ukur benar-benar mendatar, dan gelembung nivo kotak diatur agar berada

tepat ditengah. b. Teropong diarahkan ke ujung benda yang lancip, pada jarak yang jauh seperti ujung

penangkal petir, atau obyek lancip lainnya. Setelah itu benang silang diimpitkan pada obyek tersebut.

c. Baca skala lingkaran mendatar, dengan posisi teropong ‘face right’ (r). d. Putar teropong melalui sumbu horisontal, dan arahkan teropong ke obyek yang

sama. Impitkan benang silang pada obyek tersebut. Baca skala lingkaran mendatar, dengan posisi teropong ‘face left’ (1).

e. Salah kolimasi diperoleh dari : 1/2 ( r + 1 )

f. Bila mendekati nol, kalibrasi tidak perlu diberikan. Tetapi bila kesalahan ini lebih besar dari yang diijinkan, maka alat tersebut harus dikalibrasi.

g. Kesalahan kolimasi ini dikoreksikan ke pembacaan skala mendatar, dalam posisi teropong face left, dengan menggunakan pen koreksi.

h. Himpitkan benang silang ke target dengan teropong pada posisi face left. i. Pada posisi face left ini, baca skala lingkaran mendatar (1). j. Putar teropong melalui sumbu horisontal, dan arahkan teropong ke obyek yang

sama. Impitkan benang silang pada obyek tersebut. Baca skala lingkaran mendatar, dengan posisi teropong face right (r).

k. Periksa kembali kesalahan kolimasi, apabila perlu berikan koreksi ke bacaan skala horisantal dengan keadaan teropong tetap pada face right.

Page 27: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/27

l. Ulangi tahap mulai (c) hingga (k) sampai kesalahan kolimasi ini menjadi nol atau mendekati nol.

Prosedur pemeriksaan kesalahan indeks : a. Atur alat ukur benar-benar mendatar, dan gelembung nivo kotak diatur agar berada

tepat ditengah. Baca skala lingkaran tegak dengan posisi teropong face right ( r ). b. Putar teropong melalui sumbu horisontal, dan arahkan teropong ke obyek yang

sama. Impitkan benang silang pada obyek tersebut. Baca skala lingkaran tegak dengan posisi teropong face left ( 1 ).

c. Kesalahan Indexs diperoleh dari : z = 1/2 (r -) - 360 z = 1/2 (r +) - 180

d. Setelah kesalahan indeks ini diperoleh, nilai ini dimasukkan kebacaan skala lingkaran tegak.

e. Benang silang diimpitkan kembali kearah target dengan menggunakan pen koreksi. f. Ulangi pekerjaan tersebut diatas sampai nilai kesalahan indeks lebih kecil dari batas

yang diijinkan.

2). Alat ukur sipat datar Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketinggian adalah alat ukur sipat datar. Tingkat ketelitian alat ukur ini ditentukan dalam spesifikasi teknis. Kesalahan yang akan diperiksa adalah kesalahan garis bidik. Cara pemeriksaan kesalahan ini menggunakan metode “ two-peg adjustment”

Prosedur pemeriksaan a. Atur alat ukur diantara dua buah titik dengan jarak ke masing-masing titik 30 m (D1

and A2). Seperti tampak pada gambar 2. b. Baca benang tengah ke arah rambu belakang (a1) dan kearah rambu muka (a2). Beda

tinggi yang sesungguhnya. c. Pindahkan alat ukur ke tempat sejarak 5 m kearah salah satu rambu. Apabila rambu

tersebut adalah rambu belakang, maka bacaan kearah rambu belakang (a3). Bacaan kearah rambu depan (a4) sedangkan jarak kearah rambu depan menjadi 55 m. Apabila E (kesalahan) = (a3-a4) - (a1-a2) = 0, alat ukur ini dalam keadaan baik.

Apabila selisih ini sangat besar, maka kalibrasi atas garis bidik harus dilaksanakan. Dengan menggunakan pen koreksi, ubah bacaan kearah rambu maka dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

- E tan A = ------------------- D4 - D3

Page 28: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/28

maka nilai bacaan kearah rambu depan adalah, Bacaan baru = a4 - D5. tan A

4.6.5 Prosedur Pelaksanaan Pengukuran

1). Prosedur pemasangan patok Bench Mark.

Pemasangan patok beton dilaksanakan sebelum pengukuran dimulai. Patok beton ini dipasang dengan cara dicor langsung ditempat. Berikut ini adalah metode pelaksanaan pemasangan patok beton. a. Patok beton ini dipasang pada tempat-tempat tertentu yang dipilih sepanjang jalur

pengukuran. b. Untuk memperoleh koordinat patok beton ini, dilakukan pengukuran jarak dan sudut

dari titik traverse yang lalu. c. Tempat patok beton yang akan dipasang, digali dengan ukuran 15 cm x 15 cm dan

tinggi 100 cm.

2). Prosedur pengukuran sipat datar a. Jalur pengukuran sipat datar Bench Mark dibuat melalui jalur sungai yang akan

diukur. b. Atur alat ukur pada tempat dimana bacaan kearah rambu belakang kira-kira sama

dengan ke arah rambu depan untuk keseimbangan jarak. Kemudian atur gelembung nivo kotak pada posisi tengah.

c. Letakkan rambu diatas titik, dan atur gelembung nivo agar berada ditengah. d. Arahkan teropong ke rambu belakang, bacaan ke arah rambu dilakukan melalui

benang tengah. e. Putar teropong ke arah rambu muka, dan bacaan kearah rambu, dilakukkan melalui

benang tengah. f. Pindahkan alat ukur ketempat lain sepanjang jalur untuk mengambil bacaan rambu

pada titik berikutnya. g. Ulangi tahap mulai (b) sampai dengan (f), sehingga pengukuran mencapai Bench

Mark berikutnya, atau ketitik bantu sementara, untuk mengakhiri satu seksi pengukuran.

h. Prosedur diatas diulang dengan arah pengukuran yang berlawanan, untuk memeriksa ketelitian ukuran dan untuk memperoleh salah penutup ukuran.

3). Prosedur pengukuran traverse

a. Jaringan titik kontrol utama, dipilih pada daerah sepanjang jalur yang akan dipetakan, sedangkan jumlah titik utama ini dibuat seminimal mungkin serta

Page 29: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/29

diusahakan melalui titik utama pada potongan melintang. Apabila hal ini tidak mungkin dilaksanakan maka perlu diadakan penambahan titik bantu.

b. Theodolite diatur diatas titik traverse, dan gelembung nivo kotak diatur agar berada ditengah.

c. Teropong di arahkan ke titik belakang. Bacaan skala mendatar dan tegak dilakukan pada posisi teropong face right. Oreantasi skala lingkaran mendatar dibuat mendekati nol derajat. Baca skala mendatar dalam kondisi ini.

d. Putar teropong melalui sumbu tegak kearah titik muka, baca skala mendatar dan skala tegak.

e. Putar teropong melalui sumbu mendatar dan arahkan teropong ke titik muka. Baca skala mendatar dan tegak pada posisi teropong face left.

f. Putar teropong melalui sumbu tegak, arahkan ke titik belakang dan baca skala mendatar dan tegak.

g. Dalam keadaan teropong tetap pada posisi left, oreantasi skala lingkaran mendatar diubah menjadi mendekati 270. Baca skala mendatar dalam kondisi ini.

h. Putar teropong melalui sumbu tegak, arahkan ke titik belakang dan baca skala mendatar tegak.

i. Putar teropong melalui sumbu mendatar dan arahkan teropong ke titik muka. Baca skala mendatar pada posisi teropong face left.

j. Putar teropong melalui sumbu mendatar dan arahkan teropong ke titik belakang. Baca skala mendatar pada posisi teropong face left.

k. Setelah menyelesaikan bacaan skala mendatar dan tegak, baca jarak ke arah rambu muka. Sebagai kontrol ukuran baca jarak kearah rambu belakang.

4). Prosedur pengukuran potongan memanjang

a. Jalur potongan memanjang dibuat dengan memperhatikan penempatan titik untuk pengukuran potong melintang.

b. Atur alat ukur diatas titik traverse, putar teropong ke arah rambu muka, dan bacaan kearah rambu dilakukan melalui benang atas, benang bawah dan benang tengah.

c. Pasang titik potongan melintang dengan kelipatan 50 m pada jalur tersebut. d. Baca data jarak dan sudut vertikal semua titik termasuk titik detail untuk potongan

memanjang. e. Pindahkan alat ukur ketempat berikutnya di sepanjang jalur untuk mengambil

bacaan rambu pada titik berikutnya. f. Ulangi tahap mulai b ke f sampai pengukuran mencapai titik akhir.

5). Prosedur pengukuran potongan melintang

a. Pengukuran potongan melintang dilaksanakan pada titik-titik utama sepanjang jalur, dengan selang antara dua titik 50 m.

Page 30: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/30

b. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur theodolite 20” seperti Wild T0 atau yang sejenis.

c. Alat ukur diatur pada titik tempat potongan melintang yang akan diukur. d. Jarak dari titik utama ke arah titik rinci topografi, diukur dengan menggunakan

metode tachimetri. e. Hasil pengukuran segera dicatat pada buku ukur.

6). Prosedur pada pengukuran pemetaan teristis

a. Titik utama yang dipakai pada pengukuran pemetaan teristis, adalah hasil pengukuran traverse. Hal ini bertujuan agar titik utama ini mempunyai koordinat.

b. Alat ukur theodolite diatur diatas titik utama. c. Arahkan teropong ke titik utama yang lain dan atur pembacaan mendekati nol. Baca

data sudut horisontal. d. Arahkan teropong ke titik rinci yang akan diukur. Jarak dari titik utama ke titik detail

diukur dengan menggunakan metode tachimetri. e. Bacaan tentang jarak miring, sudut horisontal dan sudut miring, segera dicatat pada

buku ukur. f. Setelah selesai pekerjaan pengukuran dilapangan, surveyor segera menghitung jarak

datar dan beda tinggi titik detail tersebut. 4.6.6 Prosedur Hitungan dan Peralatan Pada Pengukuran Bench Mark

Pengukuran sipat datar dimulai dari titik acuan yang diketahui ketinggiannya, dan dihubungkan dengan titik yang lain atau Bench Mark baru, dengan menggunakan metode pengukuran pergi-pulang.

Berdasarkan hasil ukuran lapangan, beda tinggi antara titik dihitung dan dikumpulkan ke dalam suatu tabel hitungan.Metode hitungan dan peralatan atas kesalahan penutup, adalah seperti berikut ini : - Dalam satu seksi ukuran, akan diperoleh dau buah niali beda tinggi. Yang satu diperoleh

dari hasil ukur pergi, dan yang satu dari ukuran pulang. Bila beda tinggi ukuran pergi sebesar Hf, dan beda tinggi ukuran pulang sebesar Hb maka besarnya salah ukur :

Ea = Hf – Hb

- Kesalahan ukur sebesar Ea dibagi rata dengan jumlah stand seperti berikut : Ea Ei = --------------------- Jumlah stand

Page 31: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/31

4.6.7 Metode Hitungan Dan Peralatan Pada Pengukuran Traverse

a. Hitungan sudut Hitungan sudut diperoleh dari hitungan atas hasil ukuran yang dicatat pada buku ukur

lapangan. b. Hitungan jarak Pada buku ukur, koreksi kemiringan dan koreksi cuaca diberikan terhadap jarak ukuran

sehingga diperoleh jarak mendatar. c. Pada hitungan traverse, metode hitungan yang digunakan adalah metode Bowditch. Pemberian koreksi hasil pengukuran lapangan dibuat berdasarkan rumus berikut : Ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Hasil penjumlahan antara azimut awal Ea.1 dengan jumlah sudut ukur ai harus sama

dengan azimut akhir pada ukuran tersebut. en.n+1 n.180 { Ea I} = en.n+1 - 0.1 - {ai}1

n n.180 dimana :

Eai = Salah penutup sudut e = Azimuth n = jumlah titik ai = sudut mendatar ke I I = 1,2, ........................ n.

2. Jumlah hasil kali jarak datar dengan sinus azimut arah yang bersangkutan harus sama dengan selisih absis antara absisi titik awal dengan absis titik akhir.

Xn-X1 = {(di.i+1+Ddi.i+1)sin(ei.i+1+ei.i+1)}i=1i=n-1

dimana : d = jarak datar I = 1,2, ...................... n. X = absis

3. Jumlah hasil kali antara jarak datar dengan cosinus azimuth yang bersangkutan harus sama dengan selisih ordinat antara ordinat titik awal dengan ordinat titik akhir :

Yn-Y1 = {(di.i+1+Ddi.i+1)cos(ei.i+1+ei.i+1)}i=1i=n-1

dimana :

Page 32: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/32

d = jarak datar I = 1,2, ...................... n. Y = ordinat

a. Salah penutup ukuran ta dibagi rata kepada semua titik dan azimut sisi traverse dihitung dari sudut yang telah dikoreksi.

b. Dengan menggunakan : Xi + 1 - Xi = di.i + 1 sin ei.i + 1 Yi + 1 - Yi = di.i + 1 cos ei.i + 1

Koreksi dibagikan sebanding terhadap jarak sisi di.i + 1 dan berbanding terbalik terhadap jumlah jarak traverse.

4.6.8 Prosedur dan Penggambaran Potongan Melintang

a. Penggambaran potongan melintang menggunakan kertas gambar kalkir yang berkualitas baik.

b. Jarak antara titik-titik rinci dari potongan melintang tersebut digambar dalam skala 1 : 200

c. Ketinggian titik-titik rinci digambar dalam skala 1 : 100 d. Garis referensi acuan ditentukan sebelum pengeplotan titik-titik rinci dilaksanakan. e. Penggambaran potongan melintang, menggunakan legenda yang telah ditentukan. f. Jarak lanjut dihitung dari jarak bagian dan dimulai dari titik ujung kiri. g Dalam satu lembar gambar, potongan melintang yang digambar tidak lebih dari tiga

buah.

4.6.9 Prosedur Penggambaran Potongan Memanjang

a. Potongan memanjang digambar pada kertas gambar kalkir yang berkualitas baik. b. Jarak antara titik-titik rinci dari potongan memanjang tersebut diganbar dalam skala 1 :

1000 c. Ketinggian titik-titik rinci digambar dalam skala 1 : 100 d. Garis referensi acuan ditentukan sebelum pengeplotan titik-titik rinci dilaksanakan. e. Jarak lanjut dihitung dari jarak bagian dan dimulai dari titik ujung kiri. f. Dalam satu lembar gambar, potongan memanjang yang digambar tidak lebih dari satu

buah. 4.6.10 Prosedur Penggambaran Peta Teristis

a. Peta teristis digambar dengan menggunakan kertas gambar kalkir yang berkualitas baik b. Pada peta, garis grid di plot pada jarak setiap 10 cm

Page 33: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/33

c. Semua titik rinci topografi digambar dengan menggunakan simbol/legenda yang lazim dipakai.

d. Garis ketinggian (countour) digambar dengan interval 1 m, dan pada interval kelipatan 5 m, digambar dengan garis tebal.

4.7 PENGAWASAN DAN PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN

Pengawasan dan penyerahan hasil pekerjaan konstruksi perluasan lahan sawah yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh kelompok tani itu sendiri dan disupervisi oleh Tim Teknis/Koordinator Lapangan, sebagai berikut : 1. Pengawasan/ Supervisi Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

a. Pengawasan pekerjaan konstruksi pembukaan lahan dilakukan oleh Tim Teknis/Koordinator Lapangan yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten.

b. Ruang lingkup dan pelaksanaan pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator Lapangan meliputi : Memeriksa patok-patok batas areal yang akan dikonstruksi, patok-patok

batas pemilikan lahan dan luasnya. Hal ini dilakukan bersama-sama dengan kelompok tani dengan disaksikan Camat dan atau Lurah/ Kepala Desa wilayah tersebut.

Melakukan penyesuaian/ perbaikan desain pembukaan lahan, apabila dijumpai ketidak sesuaian antara keadaan di lapangan dengan desain pembukaan perlusan areal. Penyesuaian desain ini digambarkan langsung pada peta desain yang ada dan ditanda tangani oleh Tim Teknis/ Koordinator Lapangan serta disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten.

Memeriksa hasil pekerjaan Kelompok tani yang didasarkan atas Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) dan perjanjian kerja sama pekerjaan konstruksi pembukaan lahan.

Memberikan petunjuk dan arahan teknis kepada kelompok tani pelaksana konstruksi perluasan areal sawah dan tembusannya disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani perluasan areal sawah.

Membuat Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan yang berisi tentang : (1) Luas lahan yang selesai di konstruksi, (2) Nama-nama petani yang lahannya sudah selesai di konstruksi dan (3) Kemajuan pekerjaan yang tergambar di dalam desain perluasan areal sawah yang menunjukkan bahwa areal tersebut sudah selesai dikonstruksi maupun yang sedang dalam pelaksanaan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh Tim Teknis/Koordinator Lapangan dan Kelompok Tani (dalam hal ini Ketua Kelompok) serta diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Selaku Kuasa Pengguna Anggaran.

Page 34: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/34

2. Hasil Pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator Lapangan a. Hasil pengawasan pekerjaan dibuat dalam suatu Berita Acara. b. Berita Acara supervisi pekerjaan tersebut dibuat sesuai dengan prestasi pekerjaan

yang dicapai oleh kelompok tani. 3. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator Lapangan Oleh Pejabat

Pembuat Komitmen. a. Pemeriksaan hasil pekerjaan Tim Teknis/ Koordinator lapangan dilakukan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen. b. Pejabat Pembuat Komitmen ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten. 4. Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

Setelah Berita Acara Pengawasan Pekerjaan ditanda tangani, selanjutnya diajukan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani perluasan areal untuk dipergunakan sebagai dasar dalam pembuatan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah. Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah baru ditanda tangani oleh Kelompok Tani dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang menangani perluasan areal.

5. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah Pembayaran hasil pekerjaan untuk pelaksanaan konstruksi perluasan sawah mengikuti ketentuan sebagai berikut : a. Transfer uang ke rekening kelompok dapat dilakukan setelah RUKK disetujui

oleh KPA (Kuasa Pengguna Anggaran), sesuai dengan tahapan di dalam RUKK tersebut.

b. Pencairan selaku uang muka kerja pada rekening kelompok dapat dilakukan setelah petani telah mulai siap melaksanakan pekerjaan dilapang, berdasarkan laporan tim teknis/ koordinator lapangan yang dinyatakan dalam berita acara hasil pemeriksaan tim teknis/ coordinator lapangan.

c. Pencairan Uang di rekening kelompok/ Pembayaran hasil pekerjaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan prestasi pekerjaan yang dicapai, yang dinyatakan dengan Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah.

4.7.1 Pemanfaatan Sawah Baru

Pemanfaatan lahan sawah yang baru dicetak merupakan kegiatan yang sangat perlu diperhatikan, mengingat pada lahan tersebut sangat mudah menyemak kembali. Oleh karena itu petani perlu dibina secara intensif dan difasilitasi dengan bantuan sarana produksi, pertanian agar petani dapat segera mengusahakan lahan sawah tersebut secara berkelanjutan meliputi : 1. Lahan sawah baru yang telah selesai dicetak harus segera dimanfaatkan/ditanami oleh

petani dengan tanaman padi. Alokasi anggaran untuk kegiatan pemanfaatan sawah baru (penyediaan Saprotan antara lain benih, pupuk, pestisida dan juga dapat berupa alat

Page 35: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/35

mesin pertanian) menjadi satu kesatuan dengan kegiatan konstruksi. Bila dimungkinkan dari anggaran saprotan yang tersedia, diarahkan untuk pengadaan alat mesin pertanian (hand traktor), sedangkan untuk benih, pupuk, dan pestisida diharapkan dari swadaya masyarakat atau sumber pembiayaan lainnya.

2. Bantuan saprotan berdasarkan kesepakatan petani dapat digunakan untuk penguatan kelembagaan dan pemberdayaan petani.

3. Kegiatan pemanfaatan lahan sawah baru meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pemeliharaan prasarana.

4. Dalam melaksanakan pemeliharaan prasarana tersebut dibuat rencana pemeliharaan mulai dari pemeliharaan saluran irigasi, batas, galengan, batas pemilikan dan bangunan pelengkap. Selain itu dibuat jadwal pemeliharaan mulai dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan ringan, pemeliharaan berat, perbaikan jika terjadi bencana dan pemeliharaan tanaman.

4.7.2 Indikator Kinerja Perluasan Sawah

Dalam rangka menunjang peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, dukungan sarana perluasan sawah diharapkan dapat memberikan hasil dan dampak bagi penerima manfaat. Secara kualitatif indikator kinerja kegiatan perlusan areal sawah adalah sebagai berikut : a. Indikator Masukan (Input)

Dalam pelaksanaan perluasan sawah beberapa hal pokok yang merupakan masukan / input meliputi antara lain : o Penyedian anggaran baik yang berasal dari pemerintah (APBN,APBD), bantuan

luar negeri, swasta maupun masyarakat sendiri. o Data potensi lahan sawah pada berbagai tipologi lahan. o Hasil monitoring dan pelaporan pada berbagai wilayah. o Hasil koordinasi dengan instansi terkait.

b. Indikator Keluaran (Output)

Indikator keluaran yang diharapkan dari perluasan sawah antara lain sebagai berikut : o Tersedianya data dan informasi hasil survei/investigasi dan desain. o Terwujudnya sawah–sawah baru dalam upaya mendukung peningkatan produksi

tanaman pangan. o Bertambahnya luas baku lahan sawah sesuai dengan kemampuan anggaran yang

tersedia.

c. Indikator Hasil (Out Come) Indikator hasil yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain :

Page 36: Ustek Metodologi SID Sawah

Proposal Teknik Survey Investigasi dan Desain (SID) Perluasan Sawah

Geojaya Teknik Page 4/36

o Meningkatnya pemahaman stake holder (pemerintah daerah, swasta, BUMN, koperasi dan masyarakat petani) terhadap pentingnya pembukaan lahan/ sawah baru.

o Bertambahnya areal tanam khususnya padi pada wilayah-wilayah bukaan sawah baru.

d. Indikator Manfaat (Benefit)

Indikator manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain: o Terciptanya dukungan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat petani dalam

perluasan sawah. o Terwujudnya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi pada wilayah

bukaan baru.

e. Indikator Dampak (Impact) Indikator dampak yang diharapkan dari pelaksanaan perluasan sawah antara lain: o Terwujudnya dukungan dalam penyediaan kecukupan pangan nasional. o Meningkatnya kesejahteraan dan pendapatan petani dengan adanya tambahan luas

areal sawah baru yang selesai dicetak dan diusahakannya sesuai dengan luasan yang dimilikinya.