upaya khusus khusus... · daftar tabel daftar gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79...

47
41

Upload: hoangduong

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

41

Page 2: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

i

UPAYA KHUSUS PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN

Disusun oleh:

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

PANDUAN PENARGETAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS WILAYAH

Tulisan dan data dalam publikasi ini dapat direproduksi selama mencantumkan sumber yang dikutip. Dilarang mereproduksi untuk tujuan komersial.

Saran untuk mengutip: TNP2K, (2014), “Upaya Khusus Penurunan Tingkat Kemiskinan: Panduan Penargetan Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Wilayah”, Jakarta: TNP2K.

Page 3: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

ii

Cetakan Kedua, April 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

©2014 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Foto Cover: TNP2K

Korespondensi:

Page 4: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

iii

KATA PENGANTAR

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga yang

tercermin dari naiknya tingkat pendapatan masyarakat. Pada saat yang sama, fenomena

tingginya inflasi yang tercermin dari tingginya tingkat harga komoditas sebagai representasi

pengeluaran rumah tangga akan semakin menambah beban hidup rumah tangga. Kombinasi

diantara keduanya sangat mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat.

Pemerintah perlu memastikan seluruh program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan

dengan efektif sehingga mampu mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat agar

tidak jatuh dalam kemiskinan. Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan perlu

dilakukan dengan tepat sasaran. Ketepatan sasaran program penanggulangan kemiskinan

dapat ditempuh dengan melaksanakan dua prinsip dasar yaitu tepat individu dan tepat

wilayah. Tepat individu berarti pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan diberikan

kepada penduduk miskin yang benar-benar membutuhkan dan sesuai dengan cakupan

program. Sementara tepat wilayah artinya pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan

seyogyanya juga memperhatikan aspek kesejahteraan wilayah yang tercermin dalam dimensi

kemiskinan konsumsi dan non-konsumsi rumah tangga.

Buku ini merupakan panduan identifikasi wilayah prioritas (geographic targeting) atau

kantong kemiskinan, yang dapat digunakan untuk menentukan basis wilayah prioritas

pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Di wilayah prioritas ini, seluruh program

penanggulangan kemiskinan dari Pemerintah Pusat maupun Daerah seharusnya dipastikan

berjalan efektif. Pemanfaatan Indeks Kesejahteraan Wilayah (IKW) ini seyogyanya juga tidak

hanya untuk program penanggulangan kemiskinan, namun juga dapat digunakan oleh semua

program dan kegiatan Pemerintah Pusat maupun Daerah. Target RPJMN angka kemiskinan 8-

10 persen bukan mustahil untuk dicapai apabila tercipta sinergi dalam penargetan individu

maupun penargetan wilayah, di kantong-kantong kemiskinan ini.

Jakarta, Desember 2013

Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan/Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Page 5: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Bagian 1. Perkembangan Indikator Perekonomian 1.1. Pertumbuhan Ekonomi 1.2. Inflasi 1.3. Kemiskinan Bagian 2. Upaya Pemerintah 2.1. Target Pengurangan Tingkat Kemiskinan 2.2. Penargetan Individu 2.2.1. Basis Data Terpadu 2.2.2 Kartu Perlindungan Sosial 2.2.3 Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial Bagian 3. Upaya Penajaman Penanggulangan Kemiskinan 3.1. Penargetan Wilayah Prioritas 3.2. Basis Wilayah Prioritas 3.2.1. Kerangka Pemikiran 3.2.2 Variabel, Indikator dan Faktor Komposit IKW 3.3. Pemilihan Wilayah Prioritas 3.3.1. Dasar Pemilihan Wilayah Prioritas 3.3.2. Perbandingan Pilihan Skenario Wilayah Prioritas 3.3.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Pada Wilayah Prioritas 3.4. Wilayah Prioritas Berdasarkan IKW

iii iv v vi 1 2 4 8 11 12 13 13 14 15 19 20 21 21 22 26 26 27 36 37

Page 6: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Target Jumlah dan Pengurangan Penduduk Miskin, Maret 2014 dan September 2014

Tabel 2. Distribusi Program Menurut Jenjang Administrasi Wilayah Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Sasaran Program

Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Rumah Tangga dan Individu, 2013 Tabel 4. Jumlah Desa dan Kecamatan Menurut Jumlah Program Penanggulangan

Kemiskinan yang Diterima, 2013 Tabel 5. Skenario Penargetan Wilayah Prioritas Tabel 6. Faktor, Variabel dan Indikator Kesejahteraan Wilayah Tabel 7. Perbandingan Indikator Kemiskinan di 100 Kabupaten Wilayah Prioritas Tabel 8. Perbandingan Distribusi Wilayah dengan Berbagai Skenario Tabel 9. Kabupaten dan Kota Prioritas Berdasarkan Indeks Kesejahteraan

Wilayah

11 15 16 17 20 23 31 34 36

Page 7: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi, 2004-2013 Gambar 2. Pertumbuhan pengeluaran tahunan 2008-2012 menurut 100

kelompok penduduk Gambar 3. Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan PDB (y-o-y) September

2010 – September 2013 Gambar 4. Perkembangan Inflasi, Januari 2003-Desember 2013 (persen, y-o-y) Gambar 5. Perbandingan Inflasi menurut Kelompok Barang, Desember 2009

dan Desember 2013 Gambar 6. Perkembangan Harga Harian Beberapa Komoditas Bahan Pangan

Utama, Januari – Desember 2013 (dalam Rupiah per Kg) Gambar 7. Inflasi Umum (IHK) dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2003-2013 (y-o-y) Gambar 8. Pergerakan inflasi Umum dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2005-2013 Gambar 9. Jumlah Penduduk Miskin dan Angka Kemiskinan, 2004-2013 Gambar 10. Tingkat Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Tingkat Keparahan

Kemiskinan (P2), 2004-2013 Gambar 11. Contoh Kartu Perlindungan Sosial Gambar 12. Kerangka Pemikiran Penyusunan IKW Gambar 13. Faktor Komposit IKW Gambar 14. Dasar Pemilihan Wilayah Prioritas Berdasarkan IKW Gambar 15. Perbandingan Tingkat Kemiskinan (P0) dengan Berbagai Skenario

Wilayah Prioritas Gambar 16. Perbandingan Kedalaman Kemiskinan (P1) dengan Berbagai

Skenario Wilayah Prioritas Gambar 17. Perbandingan Keparahan Kemiskinan (P2) dengan Berbagai Skenario

Wilayah Prioritas Gambar 18. Sebaran Wilayah Prioritas Gambar 19. Perbandingan Cakupan Program Nasional dan Wilayah Prioritas

3 3 4 5 5 6 7 7 8 8 13 22 24 26 27 28 29 33 35

Page 8: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

1

Bagian 1. Perkembangan Indikator Perekonomian

BAGIAN 1

PERKEMBANGAN INDIKATOR

PEREKONOMIAN

‘Perlambatan pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok

berpotensi mengurangi efektivitas penanggulangan kemiskinan’

Page 9: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

2

Dalam upaya terus menerus untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia, sangat penting

untuk secara teratur memperhatikan perkembangan indikator kemiskinan. Kemiskinan

didefinisikan sebagai suatu situasi di mana pengeluaran rumah tangga berada di bawah garis

minimal yang disebut garis kemiskinan. Karena itu tingkat kemiskinan sangat dipengaruhi oleh

dua hal. Pertama adalah tingkat kesejahteraan yang menentukan besarnya pengeluaran

rumah tangga. Kedua adalah beban hidup rumah tangga yang dicerminkan oleh tingkat harga

komoditas yang menjadi pengeluaran rumah tangga. Dalam perkembangan antarwaktu,

tingkat kesejahteraan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, sementara beban

hidup rumah tangga dapat terlihat dalam perkembangan inflasi. Pertumbuhan ekonomi akan

meningkatkan daya beli, sementara inflasi akan menurunkan daya beli. Perkembangan dua

indikator ini diuraikan di bagian berikut.

1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Sejak 2004 hingga 2013, perekonomian Indonesia tumbuh di atas 5 persen, kecuali pada tahun

2009 akibat krisis keuangan global. Sejalan dengan membaiknya perekonomian global,

pertumbuhan ekonomi Indonesia juga membaik dan mencapai angka 6,49 persen di tahun

2011. Setelah itu terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, meskipun masih cukup tinggi di

tingkat sekitar 6 persen (lihat Gambar 1).

Tingkat pertumbuhan sebesar ini telah pula memberikan dampak kepada seluruh kelompok

ekonomi. Kelompok miskin maupun kaya secara nyata menikmati peningkatan pengeluaran.

Namun demikian harus diakui bahwa peningkatan pengeluaran selama 2008-2012 tidak

merata untuk seluruh kelompok masyarakat. Sekitar 40 persen kelompok penduduk dengan

kondisi sosial-ekonomi terendah hanya mengalami pertumbuhan pengeluaran riil sebesar 2

persen per tahun, sementara rata-rata Indonesia selama periode tersebut adalah 4,87 persen

per tahun (lihat Gambar 2). Hanya sekitar 20% kelompok masyarakat terkaya mengalami

pertumbuhan pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Hal ini telah

menyebabkan ketimpangan meningkat di perekonomian.

Page 10: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

3

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi, 2004-2013

Gambar 2. Pertumbuhan Pengeluaran Tahunan 2008-2012 menurut 100 Kelompok Penduduk

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Susenas, diolah oleh TNP2K

Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,78 persen, lebih rendah

dibandingkan dengan target APBN-P 2013 sebesar 6,13 persen. Perlambatan pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2013 disebabkan karena perlambatan pertumbuhan sektor industri

pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan rumah makan. Pertumbuhan sektor konstruksi

melambat sesuai dengan perlambatan pertumbuhan investasi di sektor bangunan.

Sementara itu, pertumbuhan sektor jasa tetap kuat, tetapi sub-sektor terbesar yaitu

perdagangan, hotel dan rumah makan mengalami perlambatan (lihat Gambar 3). Perlambatan

pertumbuhan ekonomi ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu kondisi keuangan

internasional yang lebih ketat, akibat rencana tapering di Amerika Serikat, dan melambatkan

pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang seperti Cina dan India. Harga komoditas

dunia mengalami tekanan, dan pada gilirannya mempengaruhi ekspor Indonesia. Indonesia

mengalami peningkatan suku bunga domestik serta depresiasi Rupiah, dan keseluruhannya

menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di 2013.

5,03

5,69 5,5

6,356,01

4,63

6,226,49

6,235,78

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

4.87

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

1 15 29 43 57 71 85 99

An

nu

al

gro

wth

ra

te %

Percentiles

2008-2012 growth Growth in mean

Page 11: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

4

Gambar 3. Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan PDB (y-o-y) September 2010 – September 2013

Secara umum, pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang diuraikan di atas telah meningkatkan

pengeluaran seluruh kelompok penduduk, termasuk di dalamnya kelompok miskin. Namun

demikian, peningkatan daya beli tersebut harus berhadapan dengan peningkatan harga

komoditas, dan secara khusus harga komoditas yang dikonsumsi oleh kelompok masyarakat

miskin. Bagian berikut akan menguraikan hal tersebut.

1.2 Inflasi

Peningkatan harga dapat ditunjukkan oleh indikator inflasi. Gambar 4 menunjukkan

perkembangan inflasi yang fluktuatif dan cenderung tidak stabil selama kurun waktu 10 tahun

terakhir. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa pada Desember 2013 inflasi tahunan

(y-o-y) mencapai 8,38 persen. Angka inflasi tahunan tertinggi setelah periode September 2008

adalah pada Agustus 2013 yang mencapai angka sebesar 8,79 persen. Hal ini terjadi setelah

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13

Pe

rse

nta

se

Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan

Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Konstruksi

Jasa lainnya PDB

Page 12: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

5

peningkatan harga BBM yang berdekatan dengan Hari Raya Idul Fitri 2013 di sekitar Juni-Juli

2013.

Gambar 4. Perkembangan Inflasi, Januari 2003-Desember 2013 (persen, y-o-y)

Gambar 5. Perbandingan Inflasi menurut Kelompok Barang, Desember 2009 dan Desember 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Pada tahun 2013, inflasi tahunan (y-o-y) teratas untuk kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan yaitu sebesar 15,36 persen. Sedangkan kelompok inflasi tertinggi kedua adalah

bahan makanan sebesar 11,35 persen. Di sisi lain, inflasi terendah terdapat pada kelompok

sandang, dengan inflasi yang hanya sekitar 0,52 persen (y-o-y).

Berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS, pada Desember 2013 terjadi inflasi bulanan sebesar

0,55 persen. Dari 66 kota IHK, tercatat 61 kota mengalami inflasi dan 5 kota lainnya mengalami

deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado 2,69 persen dan inflasi terendah terjadi di

Palembang dan Tangerang masing-masaing 0,04 persen. Di sisi lain, deflasi tertinggi terjadi di

Padang Sidempuan 0,44 persen dan terendah terjadi di Kendari 0,05 persen.

Kelompok masyarakat miskin memiliki komposisi konsumsi yang berbeda dengan kelompok

masyarakat yang lebih tinggi status ekonominya. Konsumsi kelompok masyarakat miskin

terkonsentrasi pada jenis komoditas pangan. Sementara itu, komoditas pangan pada

umumnya memiliki harga yang lebih fluktuatif (karena produksi yang sifatnya musiman) dan

inflasi yang lebih tinggi. Beberapa komoditi pangan utama seperti beras, kedelai, bawang

8,74

18,38

12,14

6,84

8,79

8,38

Jan

-03

Sep

-03

Mei

-04

Jan

-05

Sep

-05

Mei

-06

Jan

-07

Sep

-07

Mei

-08

Jan

-09

Sep

-09

Mei

-10

Jan

-11

Sep

-11

Mei

-12

Jan

-13

Sep

-13

3,88

7,81

1,83

6,00

3,89 3,89

-3,67

11,35

7,456,22

0,52

3,73,91

15,36

Bah

an M

akan

an

Mak

anan

Jad

i, M

inu

man

, Ro

kok,

dan

Tem

bak

au

Pe

rum

ahan

, Air

, Lis

trik

, Gas

, dan

Bah

an b

akar

San

dan

g

Kes

ehat

an

Pe

nd

idik

an, R

ekre

asi,

dan

Ola

hra

ga

Tran

spo

r, K

om

un

ikas

i, d

an J

asa

Keu

anga

n

2009 2013

Page 13: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

6

merah, maupun daging sapi, mengalami pergerakan inflasi yang cukup signifikan di tahun 2013

(lihat Gambar 6).

Gambar 6. Perkembangan Harga Harian Beberapa Komoditas Bahan Pangan Utama, Januari – Desember 2013 (dalam Rupiah per Kg)

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2014

Komposisi pengeluaran kelompok miskin yang lebih terkonsentrasi kepada komoditas pangan

menjadikan kelompok miskin menghadapi inflasi yang berbeda dibandingkan inflasi umum

(lihat Gambar 7 dan 8). Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

Harga Konsumen (IHK) dan inflasi garis kemiskinan memiliki tren pergerakan yang mirip,

namun inflasi garis kemiskinan selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi umum. Artinya,

80.000

90.000

100.000

Jan

uari

Fe

bru

ari

Ma

ret

Ap

ril

Me

i

Jun

i

Juli

Ag

ustu

s

Se

pte

mb

er

Okto

ber

Novem

ber

Desem

ber

Daging Sapi

8.000

8.100

8.200

8.300

8.400

8.500

8.600

8.700

Jan

uari

Fe

bru

ari

Ma

ret

Ap

ril

Me

i

Jun

i

Juli

Ag

ustu

s

Se

pte

mb

er

Okto

ber

Novem

ber

Desem

ber

Beras Medium

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

Jan

uari

Fe

bru

ari

Ma

ret

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Ag

ustu

s

Se

pte

mb

er

Okto

ber

Novem

ber

Desem

ber

Bawang Merah

9.000

10.000

11.000

Jan

uari

Fe

bru

ari

Ma

ret

Ap

ril

Me

i

Jun

i

Juli

Ag

ustu

s

Se

pte

mb

er

Okto

ber

Novem

ber

Desem

ber

Kedelai

Kedelai Impor Kedelai lokal

Page 14: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

7

kelompok masyarakat miskin menghadapi peningkatan harga yang lebih tinggi dibandingkan

inflasi yang dihadapi masyarakat umum. Pada 2012, inflasi garis kemiskinan berada 3,29 titik

persen (percentage points) lebih tinggi dibandingkan inflasi secara umum. Demikian pula pada

2013, inflasi garis kemiskinan berada 1,06 titik persen (percentage points) lebih tinggi di atas

inflasi IHK. Gambar 8 lebih lanjut menunjukkan bahwa perbedaan antara inflasi umum dan

inflasi garis kemiskinan ternyata makin melebar dari waktu ke waktu.

Gambar 7. Inflasi Umum (IHK) dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2003-2013 (y-o-y)

Gambar 8. Pergerakan inflasi Umum dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2005-2013

Sumber: Hasil Estimasi Menggunakan Susenas

Berdasarkan inflasi tahun 2013 yang cukup tinggi, garis kemiskinan pada 2014 diperkirakan

akan semakin meningkat. Hal ini berarti beban biaya hidup yang lebih tinggi bagi kelompok

masyarakat miskin. Jika tidak diimbangi dengan intervensi untuk meningkatkan daya beli,

maka upaya penanggulangan kemiskinan melalui program penanggulangan kemiskinan tidak

akan optimal.

0

5

10

15

20

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13A

nn

ual

In

flat

ion

(M

arch

Yo

Y)

%

Poverty Basket CPI

0

50

100

150

200

250

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

Ind

ex

(20

05

=10

0)

Poverty Basket CPI

Page 15: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

8

1.3 Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi dan pergerakan tingkat harga akan mempengaruhi jumlah penduduk

yang hidup di bawah garis kemiskinan. Selama periode 2004-2013, terlihat adanya tren

penurunan jumlah orang miskin maupun angka kemiskinan. Pada September 2013, terdapat

28,55 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan yang berarti angka kemiskinan sebesar

11,47 persen.

Gambar 9. Jumlah Penduduk Miskin dan Angka Kemiskinan, 2004-2013

Gambar 10. Tingkat Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Tingkat Keparahan Kemiskinan (P2), 2004-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Selama periode 2006-2009, tingkat kemiskinan turun lebih dari 1 titik persen (percentage

points) setiap tahunnya. Namun dalam periode 2010-2013 terjadi perlambatan penurunan

tingkat kemiskinan. Pengumuman jumlah penduduk miskin dan angka kemiskinan di

September 2013 menunjukkan perlambatan yang sangat mengkhawatirkan. Antara Maret

2012-Maret 2013, masih terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 1,06 juta jiwa.

Namun dalam periode September 2012-September 2013 penurunan jumlah penduduk miskin

tersebut hanyalah sejumlah 50 ribu jiwa. Perlambatan yang sama juga terjadi dalam hal

36,1535,10

39,0537,17

34,97

32,5331,02

30,02 29,13 28,60 28,07 28,55

16,66 15,9717,75

16,5815,42

14,15 13,33 12,49 11,96 11,66 11,37 11,47

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

Mar

-12

Sep

-12

Mar

-13

Sep

-13

Populasi Penduduk Miskin (Juta Jiwa)

Persentase Penduduk Miskin (%)

2,89 2,78

3,43

2,99

2,77

2,50

2,21 2,08 2,05

1,88 1,90 1,75

1,89

0,78 0,76

1,00 0,84

0,76 0,68

0,58 0,55 0,53 0,47 0,49 0,43 0,48

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

Mar

-11

Sep

-11

Mar

-12

Sep

-12

Mar

-13

Sep

-13

Kedalaman Kemiskinan

keparahan Kemiskinan

Page 16: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

9

perubahan angka kemiskinan. Antara Maret 2012-Maret 2013, terjadi penurunan angka

kemiskinan sebesar 0,58 titik persen (percentage point). Namun dalam periode September

2012-September 2013 penurunan angka kemiskinan tersebut hanyalah 0,19 titik persen

(percentage point).

Indikator kedalaman kemiskinan (P1) dan keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami tren

penurunan dalam periode 2006-2013. Tren penurunan indikator kedalaman kemiskinan (P1)

menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga miskin semakin mendekati garis

kemiskinan. Sementara itu, tren penurunan indikator keparahan kemiskinan (P2) berarti

kesenjangan pengeluaran antarpenduduk miskin makin mengecil. Namun demikian, tren

perlambatan penurunan juga terlihat sangat jelas untuk kedua indikator ini.

Perlambatan tren penurunan indikator kemiskinan ini akan mempengaruhi pencapaian target

angka kemiskinan sebesar 8-10 persen pada tahun 2014. Diperlukan penguatan berbagai

upaya yang telah berjalan selama ini, dan lebih dari itu diperlukan upaya khusus untuk

menurunkan angka kemiskinan ini. Oleh karena itu, secara progresif pemerintah pusat melalui

kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah sangat perlu mengoptimalkan dan

mensinergikan berbagai progam penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan. Salah satu

upaya yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan sistem pemantauan terpadu

terhadap berbagai program tersebut dengan target pencapaian output yang terukur dan tepat

waktu, tepat jumlah serta tepat sasaran dalam implementasi program.

Page 17: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

10

Page 18: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

11

BAGIAN 2

UPAYA PEMERINTAH

‘Upaya penurunan tingkat kemiskinan dilakukan dengan meningkatkan penargetan

individu bagi seluruh program penanggulangan kemiskinan’

Page 19: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

12

2.1 Target Pengurangan Tingkat Kemiskinan

Berdasarkan RPJMN 2009-2014 pemerintah menetapkan target penurunan tingkat

kemiskinan secara bertahap dari 14,15 persen pada 2009 menjadi 8 persen (target bawah)

atau 10 persen (target atas) pada 2014. Pada bulan September 2013, angka kemiskinan adalah

11.47 persen dengan sekitar 28,55 juta penduduk miskin. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-

2035 yang telah dikeluarkan oleh Bappenas memperkirakan bahwa penduduk Indonesia pada

pertengahan tahun 2014 adalah sebesar 252,165 juta jiwa. Dengan demikian dapat

diperkirakan jumlah penduduk pada bulan Maret dan September 2014. Untuk mendapatkan

target atas angka kemiskinan 10% pada bulan September 2014, maka diperlukan pengurangan

jumlah penduduk miskin sebesar 3,27 juta jiwa antara September 2013 sampai dengan

September 2014.

Tabel 1. Target Jumlah dan Pengurangan Penduduk Miskin, Maret 2014 dan September 2014

Target Jumlah Penduduk Miskin

(juta jiwa)

Target Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Sejak Sept 2013

(Juta jiwa)

Target Bawah

8%

Target Atas 10%

Target Bawah

8%

Target Atas 10%

Maret 2014 20,08 25,10 8.47 3.45 September 2014 20.22 25.28 8.33 3.27

Catatan:

Asumsi jumlah penduduk: 251,05 juta (Maret 2014) dan 252,78 juta (Sept 2014)

Target di atas tidak mudah untuk selesaikan, terutama jika melihat perlambatan penurunan

jumlah penduduk miskin maupun perlambatan penurunan angka kemiskinan seperti yang

diuraikan di Bagian 1. Karena itu dalam waktu 6 bulan ke depan Pemerintah perlu lebih

meningkatkan sinergi melalui penargetan program-program penanggulangan kemiskinan

secara tepat. Dua dimensi penargetan harus mendapat perhatian penuh, yaitu ketepatan

penargetan individu dan juga ketepatan penargetan secara wilayah.

Page 20: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

13

Ketepatan penargetan individu dilakukan dengan pemanfaatan Basis Data Terpadu,

pelaksanaan Program Percepatan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) dengan Kartu

Pelindungan Sosial (KPS). Diperlukan instrumen pemantauan yang ketat terhadap

implementasi program penanggulangan kemiskinan di lapangan untuk memastikan ketepatan

sasaran, ketepatan jumlah dan ketepatan waktu pelaksanaan progam. Hal ini akan diuraikan

pada Bagian 2 ini. Sementara itu, ketepatan penargetan secara wilayah akan diuraikan lebih

lanjut di Bagian 3 setelah ini.

2.2 Penargetan Individu

Sejak awal pemerintahan SBY-Boediono, Pemerintah telah meletakkan dasar bagi peningkatan

efektivitas penargetan individu bagi seluruh program penanggulangan kemiskinan yang

dijalankan. Satu hal yang telah dilakukan adalah pembentukan Basis Data Terpadu (BDT) hasil

Program Pendataan Perlindungan Sosia (PPLS) 2011 yang kemudian dikelola sebagai sumber

data penerima bagi seluruh program penanggulangan kemiskinan Pemerintah yang memiliki

target individu dan rumah tangga. Pada tahun 2013, Pemerintah meluncurkan Program

Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) disertai penggunaan Kartu Perlindungan

Sosial (KPS) sebagai upaya untuk meningkatkan ketepatan individu dan rumah tangga

penerima program.

2.2.1. Basis Data Terpadu

Basis Data Terpadu (BDT) yang saat ini dikelola oleh Sekretariat Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) berisikan nama dan alamat individu yang termasuk

dalam 40 persen rumah tangga dengan status sosial-ekonomi terendah. BDT merupakan hasil

PPLS 2011 yang telah mengalami perbaikan metodologi pendataan (dibandingkan dengan

pendataan PSE 2005 maupun PPLS 2008). Berbagai kegiatan verifikasi data yang telah

dilakukan (melalui spot-checks maupun penggunaan data bagi program) yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa BDT memiliki tingkat akurasi yang tinggi.

BDT dikelola sebagai basis data yang dapat dipergunakan oleh program Pemerintah Pusat

maupun Daerah baik untuk kegiatan penargetan maupun untuk kegiatan perencanaan

program. Sekretariat TNP2K menyediakan bantuan teknis untuk penggunaan BDT tersebut.

Akses data untuk kegiatan perencanaan dapat dilakukan secara on-line melalui

www.tnp2k.go.id. Di samping itu, data nama dan alamat dapat dipergunakan oleh Program

Pemerintah Pusat dan Daerah yang memiliki target sasaran individu maupun rumah tangga.

Page 21: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

14

2.2.2. Kartu Perlindungan Sosial

Kartu Perlindungan Sosial (KPS) adalah kartu yang diterbitkan pemerintah dalam rangka

pelaksanaan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S). KPS memuat

informasi Nama Kepala Rumah Tangga, Nama Pasangan Kepala Rumah Tangga, Nama Anggota

Rumah Tangga Lain, Alamat Rumah Tangga, Nomor Kartu Keluarga, dilengkapi dengan kode

batang (barcode) beserta nomor identitas KPS yang unik. Bagian depan bertuliskan Kartu

Perlindungan Sosial dengan logo Garuda, dan masa berlaku kartu sampai dengan tahun 2014.

Gambar 11. Contoh Kartu Perlindungan Sosial

Sumber: TNP2K

Berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT), diputuskan bahwa KPS diberikan kepada 25 persen

Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah. Mengingat jumlah penduduk yang

hidup di bawah garis kemiskinan pada bulan September 2012 adalah 11,66 persen, berarti

pemberian KPS tidak hanya mencakup mereka yang miskin namun juga mereka yang berada

diatas garis kemiskinan/rentan.

Melalui KPS, rumah tangga bersangkutan dapat mengakses seluruh manfaat Program P4S.

Syarat dan ketentuan dari penggunaan KPS adalah sebagai berikut:

1. Kepala Rumah Tangga pemegang KPS beserta seluruh Anggota Rumah Tangganya

berhak menerima Program Perlindungan Sosial.

2. Kartu ini ditunjukkan pada saat pengambilan manfaat Program Perlindungan Sosial.

Ketidaksesuaian nomor Kartu Keluarga asli dengan nomor Kartu Keluarga yang ada di

KPS, tidak menghapus hak Rumah Tangga atas manfaat program.

Page 22: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

15

3. Kartu ini tidak dapat dipindahtangankan.

4. KPS harus disimpan dengan baik, kehilangan atau kerusakan kartu menjadi tanggung

jawab pemegang kartu.

Mekanisme penyaluran kartu dirumuskan oleh TNP2K berkoordinasi dengan Kementerian dan

Lembaga terkait dan dilaksanakan sepenuhnya oleh PT. Pos Indonesia. Tugas utama PT. Pos

Indonesia adalah mendistribusikan KPS ke RTS tanpa dikenai biaya apapun, didampingi oleh

aparat desa/kelurahan, dan TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan). Selain itu, PT. Pos

Indonesia juga berkewajiban mendata KPS yang kembali (retur) dikarenakan berbagai alasan,

seperti Rumah Tangga tercatat ganda; Rumah Tangga pindah; Rumah Tangga tidak ditemukan;

dan Rumah Tangga yang seluruh anggotanya telah meninggal.

Selama proses distribusi kartu, TKSK memfasilitasi pencatatan jumlah KPS yang kembali per

Desa/Kelurahan, selanjutnya direkapitulasi di tingkat kecamatan yang menjadi wilayah

kerjanya. TKSK menginformasikan jumlah kartu yang kembali pada masing-masing

desa/kelurahan sebagai bahan pelaksanaan Musyawarah Desa atau Kelurahan untuk

menentukan rumahtangga pengganti.

2.2.3. Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial

Pemerintah meluncurkan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) pada

pertengahan tahun 2013 dalam rangka pengalihan subsidi BBM yang sebagian besar dinikmati

oleh 20 persen kelompok terkaya di Indonesia menjadi program bantuan sosial berbasis

rumah tangga. Program ini juga bertujuan untuk mempertahankan daya beli kelompok rumah

tangga miskin dan rentan. P4S menjangkau 15,5 juta rumah tangga atau kurang lebih 62 juta

jiwa. Cakupan P4S ini adalah 25 persen rumah tangga dengan kondisi sosial-ekonomi

terendah, yang ditandai dengan penyaluran KPS. Dalam pendistribusian program bantuan

sosial, pemerintah tidak mengalokasikannya secara spesifik di daerah tertentu. Program

didistribusikan berdasarkan anggaran yang tersedia dan tingkat kemiskinan suatu wilayah.

Semakin tinggi tingkat kemiskinan suatu wilayah, semakin banyak program bantuan sosial

yang dilaksanakan di wilayah tersebut. P4S sendiri merupakan pengintegrasian berbagai

program bantuan sosial yang sudah lama dilaksanakan, seperti Raskin, Bantuan Siswa Miskin

(BSM), Program Keluarga Harapan (PKH), Jamkesmas dan Program Percepatan Pembangunan

Infrastruktur dan Air Bersih, serta Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). BLSM

hanya dilakukan dalam empat bulan, yaitu pada bulan Juli-Oktober 2013 dengan dua kali

pembayaran di bulan Juli dan September.

Page 23: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

16

P4S merupakan salah satu program pemerintah yang didesain secara terintegrasi bagi rumah

tangga sasaran penerima program perlindungan sosial. Desain terintegrasi yang dimaksud

adalah menggunakan satu KPS yang dapat digunakan untuk pengambilan manfaat dari

beberapa program bantuan sosial. Dengan desain terintegrasi diharapkan dapat lebih

mempercepat penurunan kemiskinan selain upaya mengefektifkan program penanggulangan

kemiskinan lainnya yang telah berjalan.

Tabel 2 menyajikan cakupan program-program tersebut secara nasional menurut jenjang

administrasi wilayah. Program Raskin dan BSM merupakan program yang telah menjangkau

seluruh desa. Cakupan Raskin mencapai 15,15 juta rumah tangga, atau 24,7 persen dari jumlah

penduduk. Sementara itu, cakupan BSM sekitar 10 persen penduduk, khususnya untuk

anggota rumah tangga pemegang KPS pada usia sekolah. Kuota program ini sekitar 16,6 juta

siswa yang terdiri dari jenjang pendidikan SD/MI sekitar 10,2 juta siswa, SMP/MTs sekitar 4,1

juta siswa dan jenjang SMA/SMK/MA sekitar 2,3 juta siswa. Cakupan Program Jamkesmas juga

sangat besar, mencapai lebih dari 90% dari total desa, dengan total penerima manfaat sebesar

21 juta rumah tangga atau 86,4 juta penduduk.

Tabel 2. Distribusi Program Menurut Jenjang Administrasi Wilayah

PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA

NAMA PROGRAM Jumlah 33 497 6727 78,024

Program Jamkesmas* Jumlah 31 457 6,186 71,238

% 93.94 91.95 91.96 91.30

Program RASKIN Jumlah 33 497 6,727 78,024

% 100.00 100.00 100.00 100.00

Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)

Jumlah 33 497 6,727 78,024

% 100.00 100.00 100.00 100.00

Program Keluarga Harapan (PKH)

Jumlah 25 120 1,459 16,897 % 75.76 24.14 21.38 21.61

Sumber: Basis Data Terpadu, TNP2K, 2013 Keterangan: Persen terhadap total unit wilayah administrasi.

* Tidak termasuk Provinsi Papua dan Papua Barat.

Program yang cakupan wilayahnya masih relatif kecil adalah PKH, yakni baru menjangkau 22

persen desa dan kecamatan yang tersebar di 120 kabupaten/kota dan 25 provinsi, dan

menyasar sekitar 7 persen jumlah rumah tangga. Sampai dengan pembayaran tahap ke empat

Page 24: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

17

tahun 2013, jumlah penerima manfaat program PKH adalah 2,32 juta rumah tangga atau

setara dengan 10,06 juta jiwa.

Dalam konteks penargetan, diharapkan bahwa rumah tangga yang paling miskin mendapatkan

seluruh program penanggulangan kemiskinan dan P4S yang diluncurkan oleh Pemerintah.

Karena PKH adalah program dengan cakupan kepesertaan yang paling sedikit, maka seluruh

peserta PKH seyogyanya mendapatkan BSM (untuk anak yang bersekolah), Raskin (untuk

rumah tangga), dan menjadi penerima bantuan iuran program Jaminan Kesehatan (untuk

seluruh anggota rumah tangga). Dengan bantuan program yang komprehensif tersebut maka

diharapkan RT yang paling miskin dapat memperbaiki kondisi hidupnya.

Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Rumah Tangga dan Individu, 2013

Cakupan Penerima Program RASKIN

Program Keluarga Harapan

Program BSM

Program Jamkesmas*

Rumah tangga (juta) 15,5 1,9 15,5 21,8

Individu anggota RT (juta) 10,9 16,6 86,4

Sumber: TNP2K

Keseluruhan program tersebut secara kumulatif seharusnya mempunyai dampak yang nyata

terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Namun, seperti dikemukakan sebelumnya, laju

penurunan tingkat penduduk miskin secara aktual masih belum mampu mencapai target

tingkat kemiskinan yang ditetapkan RPJMN 2010-2014.

Distribusi cakupan wilayah yang luas dan jumlah rumah tangga penerima manfaat program

yang besar merupakan modal dasar bagi pemerintah untuk mencapai target tingkat

kemiskinan sesuai dengan rencana. Namun demikian, kenyataan yang ada menunjukkan

bahwa tingkat kemiskinan yang terjadi belum sesuai dengan target yang ditentukan. Oleh

karena itu, efektivitas pelaksanaan berbagai program terurai di atas perlu dipertajam.

Page 25: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

18

Tabel 4. Jumlah Desa dan Kecamatan Menurut Jumlah Program Penanggulangan Kemiskinan yang Diterima, 2013

Jumlah program Jumlah

(% terhadap total Nasional)

DESA KECAMATAN

1 Program 7,624 570 9.49 8.32

2 Program 20,136 147 25.06 2.14

3 Program 40,073 4,754 49.88 69.36

4 Program 12,503 1,383 15.56 20.18

Total 80,336 6,854

Sumber: TNP2K

Keterangan: [1] Wilayah yang hanya menerima salah satu dari program Raskin, BSM, Jamkesmas dan PKH [2] Wilayah yang menerima 2 program yang terdiri dari kombinasi antara Raskin, BSM, Jamkesmas dan PKH [3] Wilayah yang menerima 3 program yang terdiri dari kombinasi antara Raskin, BSM, Jamkesmas dan PKH [4] Wilayah yang menerima 4 program dan terdiri dari Raskin, BSM, Jamkesmas dan PKH

Dimensi lain dari distribusi program penanggulangan kemiskinan tersebut adalah dengan

melihatnya menurut desa dan kecamata. Data menunjukkan bahwa sebagian besar

kecamatan dan desa menerima lebih dari satu program. Jumlah kecamatan dan desa yang

hanya menerima satu jenis program masing-masing persentasenya hanya 8 persen dan 9

persen. Jumlah kecamatan dan desa yang menerima sekaligus 3 program, masing-masing

mencapai 49 persen dan 69 persen. Penajaman penargetan wilayah ini akan diuraikan di

Bagian 3 berikut.

Page 26: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

19

BAGIAN 3

UPAYA PENAJAMAN

PENANGGULANGAN

KEMISKINAN

‘Diperlukan penajaman fokus dengan penargetan berbasis wilayah untuk

meningkatkan efektivitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan’

Page 27: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

20

3.1 Penargetan Wilayah Prioritas

Pemerintah perlu memastikan bahwa seluruh program penanggulangan kemiskinan yang

dilakukan berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan

pemantauan terhadap efektivitas pelaksanaan seluruh program penanggulangan kemiskinan,

terutama bagi program-program berbasis individu dan rumah tangga, di wilayah-wilayah

prioritas kantong kemiskinan. Upaya ini dirasa cukup realistis untuk dilakukan, karena dapat

dilakukan berbasiskan program-program yang sudah ada, dan Pemerintah tidak perlu

menciptakan program penanggulangan kemiskinan baru.

Penargetan wilayah prioritas kantong kemiskinan sebenarnya bukanlah merupakan hal baru

dalam program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Di masa lalu, program Inpres Desa

Tertinggal (IDT) misalnya, merupakan program pemerintah yang telah menggunakan

pendekatan target kewilayahan atau geographical targeting. Pada batasan tertentu,

pelaksanaan program PNPM Mandiri, juga telah mengadopsi pendekatan ini.

Upaya penajaman penanggulangan kemiskinan melalui penargetan wilayah prioritas kantong

kemiskinan disusun berdasarkan berbagai pertimbangan: pertama, masa tugas Kabinet

Indonesia Bersatu II (KIB II) tersisa kurang dari satu tahun. Kedua, efisiensi pemanfaatan

sumberdaya dengan memfokuskannya pada wilayah prioritas. Ketiga, fokus pemantauan

terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dapat lebih efektif. Keempat,

pengukuran target pencapaian dapat lebih terkontrol. Dan kelima, dapat dijadikan sebagai

dasar perluasan pada program-program terkait lainnya (scaling-up prototype).

Pelaksanaan program percepatan penurunan tingkat kemiskinan berdasarkan penargetan

wilayah ini menuntut adanya koordinasi dan sinergi yang kuat antar-Kementerian/Lembaga

maupun antar-tingkatan pemerintahan, serta dukungan berbagai kekuatan sosial. Pada saat

yang sama, penajaman penargetan wilayah yang dilaksanakan berbarengan dengan

mekanisme sistem pemantauan yang terkontrol hingga tingkat desa/kelurahan, akan mampu

menjamin efektivitas pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang pada

akhirnya diharapkan akan berdampak besar terhadap percepatan penurunan jumlah

penduduk miskin dan tingkat kemiskinan.

Page 28: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

21

3.2 Basis Wilayah Prioritas

3.2.1. Kerangka Pemikiran

Upaya dan program penanggulangan kemiskinan yang telah dijalankan masih memerlukan

penguatan, yang dilakukan dengan cara memberikan perhatian lebih berupa pemantauan

terhadap pelaksanan program penanggulangan kemiskinan di wilayah prioritas kantong

kemiskinan. Paling tidak terdapat empat skenario yang dapat dimanfaatkan sebagai

pendekatan dalam menentukan basis wilayah prioritas. Keempat skenario tersebut adalah

berdasarkan: (i) jumlah penduduk miskin, (ii) jumlah penduduk yang termasuk 10 persen

terendah (desil 1 di Basis Data Terpadu), (iii) jumlah rumah tangga penerima KPS, dan (iv)

pemanfaatan Indeks Kesejahteraan Wilayah (IKW) berbasis kemiskinan multidimensi.

Tabel 5. Skenario Penargetan Wilayah Prioritas

Skenario Dasar

Penentuan Identifikasi pemilihan 100 wilayah

prioritas Sumber Data

1 Jumlah Penduduk

Miskin

Wilayah dengan jumlah penduduk miskin tertinggi adalah wilayah prioritas

Badan Pusat Statistik, Publikasi Kemiskinan

2 Jumlah Penduduk di Desil 1 BDT

Wilayah dengan penduduk desil 1 tertinggi adalah wilayah prioritas.

Basis Data Terpadu, TNP2K

3 Jumlah Penerima KPS

Wilayah dengan jumlah rumah tangga penerima KPS tertinggi merupakan wilayah

prioritas.

Basis Data Terpadu dan Kartu Perlindungan Sosial,

TNP2K

4 IKW berbasis kemiskinan

multidimensi

Berdasarkan komposit indeks multi-dimensi yang terkait langsung atau tidak langsung dalam menentukan tingkat kesejahteraan.

Wilayah dengan indeks kesejahteraan wilayah terendah merupakan wilayah

prioritas.

Berbagai sumber dengan melakukan estimasi dan

dekomposisi

Tiga dasar penentuan yang pertama adalah indikator-indikator terkait erat dengan tingkat

kemiskinan dan pelaksanaan program. Ketiga indikator tersebut pada dasarnya merupakan

varian dari indikator kemiskinan berbasiskan pengeluaran atau konsumsi rumah tangga.

Jumlah penduduk miskin ditentukan oleh tingginya garis kemiskinan yang direpresentasikan

oleh sejumlah pengeluaran minimum yang diperlukan rumah tangga untuk memenuhi

Page 29: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

22

pengeluaran makanan dan non-makanan minimum. Jumlah penduduk di Desil 1 BDT

didapatkan dari pemeringkatan kondisi sosial-ekonomi rumah tangga, berbasiskan model

proxy-means testing yang juga dibangun berdasarkan pengeluaran atau konsumsi rumah

tangga. Jumlah penerima KPS pada prinsipnya juga ditentukan oleh hasil pemeringkatan

rumah tangga, namun pada jumlah cakupan yang lebih tinggi dibandingkan indikator kedua.

Jika Desil 1 menggunakan batasan (cut-off) 10 persen peringkat terendah, maka cakupan KPS

menggunakan batasan (cut-off) sebesar 25 persen peringkat terendah.

Indeks Kesejahteraan Wilayah (IKW) dibangun dengan memasukkan berbagai dimensi non-

konsumsi, terutama variabel-variabel yang dapat lebih mencerminkan kondisi kemiskinan di

wilayah yang bersangkutan. Perumusan IKW didasari oleh kenyataan bahwa permasalahan

kemiskinan tidak hanya tercermin dari rendahnya tingkat konsumsi masyarakat, melainkan

juga terkait dengan permasalahan infrastruktur wilayah, pendidikan, kesehatan, perumahan,

ketenagakerjaan dan dimensi lainnya. Penggunaan IKW untuk memilih dan menentukan

wilayah prioritas yang menjadi kantong kemiskinan, dapat digunakan baik dari tingkat

kabupaten/kota hingga tingkat desa/kelurahan. Beberapa faktor yang diduga berperan kuat

sebagai pendorong maupun penghambat terhadap kemajuan atau ketertinggalan suatu

wilayah, antara lain 1) Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, 2) Kondisi kesehatan

masyarakat, 3) Kondisi pendidikan masyarakat, 4) Kondisi infrastruktur masyarakat, 5) Kondisi

perumahan masyarakat, dan 6) Kondisi ketenagakerjaan masyarakat. Keseluruhan variabel,

indikator dan metode pembentukan indeks akan diuraikan di bawah ini.

3.2.2. Variabel, Indikator dan Faktor Komposit IKW

Indeks Kesejahteraan Wilayah (IKW) yang mencerminkan tingkat kemiskinan (dan juga tingkat

kesejahteraan) suatu wilayah dibentuk dari dua faktor komposit (lihat Gambar 12). Faktor

komposit pertama adalah komponen non-konsumsi rumah tangga yang merupakan gabungan

dari berbagai variabel sumberdaya dan infrastruktur masing-masing wilayah di dalamnya.

Faktor komposit non-konsumsi menggambarkan kondisi kesejahteraan suatu wilayah, dengan

tanpa memperhatikan tingkat kemiskinan penduduknya. Wilayah dengan sumberdaya dan

infrastruktur yang terbatas dapat dikategorikan sebagai wilayah kurang sejahtera. Enam

variabel utama pembentuk faktor komposit komponen non-kemiskinan terdiri dari variabel

ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur, perumahan dan ketenagakerjaan, di mana

masing-masing variabel dibentuk dari beberapa indikator penjelas lainnya. Tabel 6

menguraikan seluruh indikator penjelas yang digunakan dalam faktor komposit non-konsumsi.

Faktor komposit kedua adalah komponen kemiskinan konsumsi rumah tangga yang

merupakan komposit dari indikator kemiskinan di setiap wilayah. Komponen kemiskinan

Page 30: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

23

rumah tangga identik dengan kemiskinan pada level individu dan rumah tangga. Beberapa

komponen variabel atau indikator yang termasuk dalam komponen kemiskinan adalah jumlah

penduduk miskin, tingkat kemiskinan (P0), kedalaman kemiskinan (P1) dan keparahan

kemiskinan (P2).

Gambar 12. Kerangka Pemikiran Penyusunan IKW

Page 31: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

24

Tabel 6. Faktor, Variabel dan Indikator Kesejahteraan Wilayah

KOMPONEN NON-KONSUMSI

FAKTOR 1 Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Harga Konstan;

FAKTOR 2 Kondisi Pendidikan Masyarakat

1. Jumlah Sarana Sekolah Dasar (SD/MI);

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD);

2. Jumlah Sarana Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs);

3. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK);

3. Jumlah Sarana Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/MTs);

4. Indeks Kapasitas Fiskal (IKF); 4. Rasio Guru/Murid (Per-100 siswa);

5. Jumlah Koperasi; 5. Angka Partisipasi Sekolah; 6. Bank Umum dan Kredit 6. Angka Melek Huruf

FAKTOR 3 Kondisi Kesehatan Masyarakat

1. Jumlah Dokter/1000 Penduduk;

FAKTOR 4 Kondisi Infrastruktur Wilayah

1. Penerangan Utama di Jalan;

2. Tingkat Kesakitan (Morbidity Rate);

2. Telepon Desa

3. Jumlah Rumah Sakit; 3. Wartel/Warnet; 4. Jumlah Posyandu; 4. Kantor Pos/Poskel; 5. Jumlah Praktek Kesehatan 5. Permukaan Jalan Utama

Aspal/Beton/Kerikil; 6. Permukaan Jalan Terluas

Aspal/Beton/Kerikil

FAKTOR 5 Kondisi Perumahan Masyarakat

1. Rasio Elektrifikasi; FAKTOR 6 Kondisi Ketenaga-kerjaan Masyarakat

1. Tingkat Pengangguran Terbuka;

2. Persentase Rumah Tangga dengan Air Minum Layak;

2. Persentase Pekerja yang Bekerja Selama Kurang dari 14 Jam Seminggu;

3. Persentase Rumah Tangga dengan Lantai Keramik, Semen, Ubin;

3. Persentase Pekerja yang Bekerja Selama Kurang dari 35 Jam Seminggu;

4. Persentase Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak;

4. Persentase Keluarga Sektor Pertanian;

5. Persentase Rumah Tangga dengan Bahan Bakar Listrik, Minyak Tanah dan Gas;

5. Persentase Keluarga Buruh Pertanian

6. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Aset Berharga;

7. Persentase desa dengan Permukiman Kumuh;

KOMPONEN KONSUMSI Kondisi Kemiskinan Masyarakat

1. Jumlah Penduduk Miskin; 2. Tingkat kemiskinan (P0); 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1); 4. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Page 32: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

25

Model yang digunakan dalam pembentukan faktor komposit IKW adalah discriminant analysis

dengan memanfaatkan tools statistik faktor atau PCA – Principal Component Analysis.

Pendekatan yang digunakan adalah dengan membuat komposisi pembobotan (weighting)

yang setara antara dimensi kemiskinan non-konsumsi dan dimensi kemiskinan konsumsi yang

dilakukan dengan cara membuat scoring pada masing-masing faktor dimensi.

Gambar 13. Faktor Komposit IKW

Pada saat yang sama, setiap komponen faktor pembentuk IKW diberi bobot yang sama,

dengan asumsi tidak ada satupun komponen faktor yang dianggap lebih memiliki kemampuan

(prioritas) dalam mempengaruhi tingkat kesejahteraan suatu wilayah. Gambar 13 menjelaskan

bahwa faktor-faktor di bawah dimensi kemiskinan non-konsumsi mempunyai kesetaraan

bobot yang saling terkait satu-sama lain. Pada sisi lain, dimensi kemiskinan konsumsi hanya

mempunyai komponen pembentuk faktor.

Faktor Komposit Dimensi Non-Konsumsi

Faktor EkonomiFaktor

PendidikanFaktor

KesehatanFaktor

InfrastrukturFaktor

PerumahanFaktor Tenaga

Kerja

Faktor Dimensi Konsumsi

Jumlah Penduduk Miskin Tingkat KemiskinanIndeks Kedalaman

KemiskinanIndeks Keparahan

Kemiskinan

Indeks

Kesejahteraan

Wilayah (IKW)

Page 33: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

26

3.3 Pemilihan Wilayah Prioritas

3.3.1. Dasar Pemilihan Wilayah Prioritas

Peringkat kesejahteraan wilayah disajikan dengan pola urutan nilai IKW dari nilai indeks

terendah sampai tertinggi (0-100). Suatu wilayah dengan nilai komposit indeks mendekati 0

(nol) merupakan wilayah yang perlu mendapatkan prioritas dalam pemantauan pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan. Sebaliknya, wilayah dengan nilai komposit indeks

mendekati 100 merupakan wilayah yang lebih sejahtera.

Langkah awal penentuan wilayah prioritas dilakukan dengan cara mengurutkan nilai IKW

seluruh kabupaten/kota yang diperoleh dari normalisasi scoring faktor, yang terbentuk dari

faktor komposit dimensi non-konsumsi dan konsumsi, dari nilai terkecil sampai terbesar.

Berdasarkan nilai IKW yang sudah diurutkan tersebut, kemudian dipilih 100 kabupaten/kota

yang terendah sebagai basis wilayah prioritas.

Pemilihan wilayah prioritas dilakukan atas dasar ketersediaan biaya dan target yang akan

dicapai. Saat ini, jumlah wilayah prioritas untuk tingkat nasional hanya dipilih sebanyak 100

kabupaten/kota tertinggal. Jumlah kabupaten/kota terpilih yang terbatas tersebut didasari

oleh beberapa alasan, yaitu:

1. Jangka waktu pemantauan yang pendek (±6 bulan).

2. Efisiensi biaya dan sumberdaya.

3. Lebih fokus dalam implementasi dan efektifitas pemantauan program

penanggulangan kemiskinan.

4. Pengukuran target pencapaian yang lebih terkontrol.

5. Dapat dijadikan sebagai dasar perluasan (Scaling-Up Protoype).

Pendekatan yang sama juga dapat dilakukan ketika akan memilih wilayah prioritas untuk

tingkat kecamatan dan desa. Kecamatan prioritas diidentifikasi di dalam wilayah prioritas

kabupaten/kota. Dengan menggunakan pendekatan yang sama, desa/kelurahan yang terpilih

haruslah merupakan desa/kelurahan yang berada di wilayah prioritas kecamatan. Secara

teknis, penentuan wilayah kabupaten/kota prioritas didasarkan pada IKW di tingkat nasional.

Data yang digunakan untuk menyusun indeks komposit IKW adalah data outcome yang

mewakili supply dan demand side pada masing-masing kelompok indikator.

Page 34: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

27

Gambar 14. Dasar Pemilihan Wilayah Prioritas Berdasarkan IKW

Penentuan target IKW tingkat kecamatan dan desa dilakukan di tingkat kabupaten/kota

terpilih. Untuk tingkat kecamatan dan desa, indikator yang digunakan adalah proxy dari

indikator yang dipakai pada tingkat kabupaten/kota, dengan beberapa tambahan indikator

yang mencerminkan ketertinggalan wilayah. Oleh karena itu, sebagian besar data yang

digunakan pada tingkat kecamatan dan desa adalah data Potensi Desa (Podes) tahun 2011

yang telah memasukkan dimensi kualitas dan beberapa indikator lain yang bersumber dari

Sensus Penduduk Tahun 2010.

3.3.2. Perbandingan Pilihan Skenario Wilayah Prioritas

Upaya penajaman penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah melalui

pemantauan terhadap pelaksanaan seluruh program penanggulangan kemiskinan di 100

kabupaten/kota yang termasuk dalam wilayah prioritas, yang idealnya juga harus

mengikutsertakan kegiatan pemantauan dan evaluasi yang telah dilakukan oleh masing-

masing program penanggulangan kemiskinan (bantuan sosial) yang sudah ada demi

tercapainya tujuan dari setiap program.

Untuk menjaga agar program penanggulangan kemiskinan berjalan sesuai dengan rencana,

serta mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap percepatan penurunan tingkat

kemiskinan di tingkat nasional, perlu dilakukan evaluasi (perbandingan) terhadap basis

wilayah prioritas berdasarkan keempat skenario pemilihan wilayah prioritas yang sudah

ditentukan. Hasil evaluasi akan memberi konfirmasi awal berupa seberapa robust (mampu

Thresholds

KOMPOSIT INDEKS KABUPATEN KOTA

100 KABUPATEN/KOTA

PRIORITAS 100 Wilayah

KOMPOSIT INDEKS KECAMATAN

2.382 KECAMATAN PRIORITAS

40% Wilayah

KOMPOSIT INDEKS DESA

28.232 DESA

PRIORITAS

Mean + StdDev

39 Variabel

49 Variabel

47 Variabel

Proxy Variabel

Agregasi

Page 35: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

28

memberi dampak yang signifikan) basis wilayah prioritas yang dihasilkan berdasarkan

pendekatan IKW dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Evaluasi akan dilakukan

terhadap indikator-indikator kemiskinan, antara lain tingkat kemiskinan, kedalaman dan

keparahan kemiskinan, serta jumlah orang miskin.

Tingkat Kemiskinan

Dengan menggunakan referensi tingkat kemiskinan nasional sekitar 11,66 persen (September

2012), Skenario 1 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan pada wilayah prioritas adalah

sebesar 16,41 persen, sedangkan pada wilayah non-prioritas sebesar 7,56 persen. Sementara

dengan menggunakan Skenario 2, tingkat kemiskinan di wilayah prioritas adalah sebesar 12,20

persen, dan 9,08 persen pada wilayah non-prioritas.

Gambar 15. Perbandingan Tingkat Kemiskinan (P0) dengan Berbagai Skenario Wilayah Prioritas

Sumber: Hasil Estimasi Susenas September 2012

Hasil evaluasi Skenario 3 terhadap wilayah prioritas kantong kemiskinan menunjukkan jika

tingkat kemiskinan di wilayah prioritas adalah sebesar 11,29 persen, sedangkan wilayah non-

prioritas sebesar 11,73 persen. Sementara penerapan Skenario 4 menghasilkan gambaran

tentang tingkat kemiskinan pada wilayah prioritas jauh lebih tinggi, yaitu 20,4 persen,

sedangkan pada wilayah non-prioritas adalah sebesar 9,83 persen.

7,569,08

11,299,83

16,41

12,20 11,73

20,40

11,66

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4

Non-Prioritas Prioritas Angka Nasional

Page 36: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

29

Dari keseluruhan hasil evaluasi pemilihan skenario wilayah prioritas berdasarkan tingkat

kemiskinan, dapat ditunjukkan jika wilayah prioritas pada Skenario 4 memiliki tingkat

kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan skenario lain. Dengan kata lain,

pemantauan terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang efektif di

wilayah prioritas berdasar Skenario 4 diharapkan akan mampu memberi dampak yang besar

terhadap penurunan tingkat kemiskinan.

Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (P1 dan P2)

Dengan menggunakan referensi tingkat kedalaman kemiskinan nasional pada bulan

September 2012 sebesar 1,90 persen, Skenario 1 menunjukkan bahwa tingkat kedalaman

kemiskinan di di wilayah prioritas jauh lebih tinggi 2 kali lipat dibandingkan dengan rata-rata

nasional maupun wilayah non-prioritas. Sementara dengan menggunakan Skenario 2, tingkat

kedalaman kemiskinan pada wilayah prioritas lebih besar dibandingkan dengan wilayah non-

prioritas, dan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata nasional.

Gambar 16. Perbandingan Kedalaman Kemiskinan (P1) dengan Berbagai

Skenario Wilayah Prioritas

Sumber: Hasil Estimasi Susenas September 2012

Hasil evaluasi Skenario 3 menunjukkan tingkat kedalaman kemiskinan di wilayah prioritas dan

non-prioritas relatif sama, bahkan lebih tinggi tingkat kedalaman kemiskinan pada wilayah

1,18

1,46

1,94

1,55

2,74

1,99 1,90

3,61

1,90

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4

Non-Prioritas Prioritas Angka Nasional

Page 37: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

30

non-prioritas. Sementara itu, Skenario 4 memberi gambaran jika kedalaman kemiskinan pada

wilayah prioritas lebih dari 2 kali wilayah non-prioritas.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa wilayah prioritas berdasarkan pendekatan IKW

merupakan wilayah dengan rata-rata pengeluaran per kapita rumah tangga cukup jauh dari

garis kemiskinan. Artinya Pemerintah perlu untuk memberikan perhatian lebih kepada wilayah

prioritas yang terpilih berdasarkan penerapan Skenario 4 mengingat wilayah-wilayah tersebut

terbukti lebih miskin dibanding wilayah lainnya.

Dalam konteks keparahan kemiskinan, angka nasional yang digunakan sebagai referensi

adalah sebesar 0,49 persen (September 2012). Hasil pendekatan Skenario 1 menunjukkan jika

tingkat keparahan kemiskinan wilayah prioritas ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan

wilayah non-prioritas, dan masih lebih tinggi dibanding angka nasional. Dengan menggunakan

Skenario 2, wilayah prioritas memiliki tingkat keparahan kemiskinan lebih tinggi dibandingkan

dengan wilayah non-prioritas, yaitu 0,51 berbanding 0,39.

Gambar 17. Perbandingan Keparahan Kemiskinan (P2) dengan Berbagai Skenario Wilayah Prioritas

Sumber: Hasil Estimasi Susenas September 2012

0,30

0,39

0,53

0,38

0,70

0,51 0,48

0,98

0,49

0,00

0,30

0,60

0,90

1,20

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4

Non-Prioritas Prioritas Angka Nasional

Page 38: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

31

Penggunaan Skenario 3 menunjukkan tingkat keparahan wilayah non-prioritas yang lebih

tinggi dibandingkan dengan wilayah prioritas, yaitu 0,53 dibanding 0,48. Hal ini menunjukkan

bahwa wilayah yang menjadi prioritas merupakan wilayah dengan ketimpangan per kapita

rumah tangga lebih rendah terhadap garis kemiskinan dibandingkan dengan wilayah non-

prioritas. Sementara, hasil penerapan Skenario 4 menunjukkan hal yang lebih kontras, dimana

tingkat keparahan kemiskinan di wilayah prioritas hampir 3 kali lipat lebih besar dibanding

wilayah non-prioritas, dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tiga skenario sebelumnya.

Dengan kata lain, wilayah prioritas yang dihasilkan oleh pendekatan IKW merupakan wilayah

dengan ketimpangan pendapatan per kapita rumah tangga terhadap garis kemiskinan yang

paling tinggi. Sehingga upaya khusus Pemerintah yang dilakukan di wilayah-wilayah terpilih

berdasarkan penerapan Skenario 4 diharapkan akan mampu memperkecil ketimpangan

pendapatan per kapita antar rumah tangga.

Jumlah Penduduk Miskin

Dengan menggunakan referensi jumlah penduduk miskin pada September 2012 sekitar 28,6

juta, ternyata wilayah-wilayah prioritas pada Skenario 4 memiliki jumlah penduduk miskin

sebanyak 8,67 juta yang jauh lebih kecil dibanding dengan tiga skenario lainnya. Hal ini dapat

dipahami mengingat pendekatan IKW tidak mendasarkan pilihan wilayah prioritas hanya

dengan menggunakan dimensi kemiskinan konsumsi (ekonomi) saja, tetapi juga

mengikutsertakan dimensi kemiskinan non-konsumsi (sosial, infrastruktur, dan lain

sebagainya). Artinya, wilayah-wilayah yang terpilih berdasarkan Skenario 4 merupakan

wilayah yang memiliki tingkat kompleksitas permasalahan kemiskinan (ekonomi dan non-

ekonomi) yang lebih besar dibanding wilayah lain.

Kecilnya jumlah penduduk miskin di wilayah-wilayah yang terpilih berdasarkan Skenario 4,

sedikit banyak juga mengkonfirmasi ketaatan penerapan prinsip penargetan individu (tepat

sasaran) seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Selain karena jumlah penduduk miskin tidak

merepresentasikan relatif kemiskinan di suatu wilayah karena sangat tergantung pada

banyaknya jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut. Dengan kata lain, program

penanggulangan kemiskinan selain tepat menyasar wilayah-wilayah dengan tingkat

kesejahteraan terendah, juga hanya akan diberikan kepada penduduk miskin tertentu yang

benar-benar membutuhkan, sehingga program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan

dengan efektif.

Dari keseluruhan hasil evaluasi (perbandingan) pilihan skenario penargetan wilayah,

pemanfaatan IKW (Skenario 4) terbukti lebih unggul dalam mengidentifikasi wilayah prioritas

Page 39: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

32

kantong kemiskinan. Pendekatan IKW dikatakan lebih unggul mengingat wilayah-wilayah

prioritas yang terpilih berdasarkan pendekatan IKW terbukti memiliki karakteristik (i) tingkat

kemiskinan yang lebih tinggi dibanding wilayah prioritas yang dihasilkan dengan menggunakan

pendekatan lain, (ii) perbedaan jarak pendapatan rumah tangga terhadap garis kemiskinan

yang lebih besar dibanding wilayah prioritas yang dihasilkan dengan menggunakan

pendekatan lain, (iii) ketimpangan pendapatan rumah tangga yang lebih besar dibanding

wilayah prioritas yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan lain, serta (iv) jumlah

penduduk miskin yang lebih sedikit dibanding wilayah prioritas yang dihasilkan dengan

menggunakan pendekatan lain.

Tabel 7. Perbandingan Indikator Kemiskinan di 100 Kabupaten Wilayah Prioritas1

Deskripsi Nasional

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 Jumlah Penduduk

Miskin Desil 1 PPLS 2011 KPS 2013 IKW

Non-Prioritas

Prioritas Non-

Prioritas Prioritas

Non-Prioritas

Prioritas Non-

Prioritas Prioritas

Jumlah Provinsi 33 33 12 33 13 33 13 33 26 Jumlah Penduduk Miskin (Juta)

28.60 9.94 18.66 3.82 24.77 3.95 24.64 19.93 8.67

Perkotaan (Juta) 10.51 5.74 4.77 0.69 9.82 0.64 9.87 9.75 0.76 Perdesaan (Juta) 18.09 4.20 13.89 3.14 14.95 3.31 14.77 10.18 7.90

Tingkat Kemiskinan 11.66 7.56 16.41 9.08 12.20 11.29 11.73 9.83 20.40 Perkotaan (%) 8.60 6.41 14.60 4.34 11.94 5.38 8.95 8.24 19.66

Perdesaan (%) 14.70 10.00 17.15 9.24 15.46 14.33 14.79 12.06 20.48 Kedalaman Kemiskinan 1.90 1.18 2.74 1.46 1.99 1.94 1.90 1.55 3.61

Perkotaan 1.38 1.01 2.41 0.72 1.91 0.95 1.43 1.31 3.51 Perdesaan 2.42 1.55 2.87 1.48 2.56 2.45 2.41 1.87 3.62

Keparahan Kemiskinan 0.49 0.30 0.70 0.39 0.51 0.53 0.48 0.38 0.98 Perkotaan 0.36 0.26 0.62 0.21 0.50 0.28 0.36 0.34 0.98

Perdesaan 0.61 0.38 0.74 0.38 0.65 0.65 0.60 0.45 0.98 Distribusi Penduduk Miskin (%)

Perkotaan (%) 36.75 57.74 25.57 17.99 39.64 16.15 40.05 48.90 8.80 Perdesaan (%) 63.25 42.26 74.43 82.01 60.36 83.85 59.95 51.10 91.20

Sumber: Hasil Estimasi Susenas September 2012

1 IKW berangkat dari kabupaten/kota; contoh: jika 1 provinsi terdiri atas 5 kabupaten/kota dimana 2 termasuk daerah IKW, maka

provinsi tersebut disebut provinsi prioritas (2 kabupaten/kota) dan juga non prioritas (3 kabupaten/kota). Jika suatu provinsi tidak memiliki daerah yang masuk dalam kategori IKW, maka bisa dikatakan daerah tersebut sebagai provinsi non-prioritas.

Page 40: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

33

Cakupan dan Distribusi Wilayah Prioritas

Hasil perbandingan wilayah prioritas berdasarkan keempat skenario menunjukkan adanya

perbedaan sebaran persentase dan jumlah daerah (provinsi) untuk setiap skenario, seperti

tersaji dalam mapping sebaran wilayah prioritas pada Gambar 18.

Dengan menggunakan Skenario 1, diperoleh gambaran bahwa distribusi wilayah prioritas

secara nasional hanya terdapat di 12 provinsi dan terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan Provinsi

Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagai prioritas utama. Dari 100 wilayah

(kabupaten/kota) yang diprioritaskan, 82 kabupaten/kota prioritas berada di Pulau Jawa dan

13 kabupaten/kota prioritas berada di Pulau Sumatera, sedangkan 5 kabupaten/kota prioritas

sisanya berada di luar kedua pulau tersebut. Besarnya jumlah penduduk di kedua pulau

tersebut telah menyebabkan terjadinya konsentrasi wilayah prioritas pada kedua pulau ini.

Dengan menggunakan Skenario 2 atau pendekatan jumlah penduduk yang berada pada desil

1, diperoleh gambaran sebaran wilayah prioritas yang relatif sama dengan Skenario 1, dimana

wilayah prioritas hanya mencakup 13 provinsi. Dari 100 wilayah yang dijadikan prioritas, 80

kabupaten/kota diantaranya berada di Pulau Jawa dan 13 kabupaten/kota lainnya berada di

Pulau Sumatera. Hal ini mengindikasikan jumlah penduduk miskin pada kedua pulau tersebut

ternyata proporsional terhadap jumlah penduduk yang termasuk dalam kelompok desil 1 atau

10 persen kelompok terbawah. Skenario 3 atau pemilihan wilayah berdasarkan sebaran rumah

tangga penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda

dibandingkan dengan dua skenario sebelumnya. Sekali lagi, distribusi wilayah prioritas masih

cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera dan hanya tersebar di 13 provinsi.

Gambaran tentang sebaran wilayah prioritas yang hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa dan

sebagaia Pulau Sumatera berdasarkan Skenario 1 sampai dengan 3, tidak ditemui lagi jika

penentuan wilayah prioritas menggunakan pendekatan IKW. Dengan menggunakan Skenario

4, wilayah prioritas tersebar hampir di seluruh provinsi. Provinsi Papua, Papua Barat, Aceh,

Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi-provinsi dengan jumlah

kabupaten/kota prioritas pemantauan terbanyak. Dengan demikian, upaya khusus

penanggulangan kemiskinan berbasis wilayah dengan menggunakan pendekatan IKW akan

meningkatkan pengurangan tingkat kemiskinan yang lebih merata di seluruh wilayah

Indonesia. Distribusi detail wilayah prioritas pada tingkat kabupaten/kota berdasarkan

keempat skenario tersaji secara lengkap pada Tabel 8 berikut.

Page 41: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

34

Gambar 18. Sebaran Wilayah Prioritas

Wilayah Non-PrioritasWilayah Prioritas

Wilayah Non-PrioritasWilayah Prioritas

Wilayah Non-PrioritasWilayah Prioritas

Skenario 1: Jumlah Penduduk

Miskin

Skenario 2: Jumlah Penduduk

Desil 1

Skenario 3: Jumlah Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS)

Skenario 4: Indeks Kesejahteraan Wilayah

Page 42: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

35

Tabel 8. Perbandingan Distribusi Wilayah dengan Berbagai Skenario

Provinsi Jumlah

Kabupaten/Kota

Prioritas Skenario

Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk Desil 1

Jumlah Rumah Tangga KPS

Indeks Kesejahteraan Wilayah

Daerah % Daerah % Daerah % Daerah %

Aceh 23 1 4.35 1 4.35 1 4.35 9 39.13

Sumatera Utara 33 2 6.06 3 9.09 4 12.12 3 9.09

Sumatera Barat 19 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 5.26

Riau 12 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 8.33

Jambi 11 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Sumatera Selatan 15 5 33.33 2 13.33 2 13.33 0 0.00

Bengkulu 10 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 10.00

Lampung 14 5 35.71 6 42.86 5 35.71 5 35.71

Bangka Belitung 7 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Kepulauan Riau 7 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

DKI Jakarta 6 0 0.00 3 50.00 2 33.33 0 0.00

Jawa Barat 26 19 73.08 18 69.23 19 73.08 4 15.38

Jawa Tengah 35 27 77.14 28 80.00 27 77.14 12 34.29

DI Yogyakarta 5 3 60.00 4 80.00 3 60.00 3 60.00

Jawa Timur 38 29 76.32 26 68.42 28 73.68 6 15.79

Banten 8 4 50.00 4 50.00 4 50.00 1 12.50

Bali 9 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Nusa Tenggara Barat

10 3 30.00 3 30.00 3 30.00 5 50.00

Nusa Tenggara Timur

21 1 4.76 1 4.76 1 4.76 12 57.14

Kalimantan Barat 14 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 7.14

Kalimantan Tengah

14 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 7.14

Kalimantan Selatan

13 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 7.69

Kalimantan Timur 14 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 7.14

Sulawesi Utara 15 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 20.00

Sulawesi Tengah 11 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 27.27

Sulawesi Selatan 24 0 0.00 1 4.17 1 4.17 0 0.00

Sulawesi Tenggara 12 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 8.33

Gorontalo 6 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 33.33

Sulawesi Barat 5 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 20.00

Maluku 11 1 9.09 0 0.00 0 0.00 8 72.73

Maluku Utara 9 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 33.33

Papua Barat 11 0 0.00 0 0.00 0 0.00 5 45.45

Papua 29 0 0.00 0 0.00 0 0.00 7 24.14

Total Nasional 497 100 20.12 100 20.12 100 20.12 100 20.12

Page 43: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

36

3.3.3. Program Penanggulangan Kemiskinan pada Wilayah Prioritas

Wilayah terpilih merupakan wilayah (kabupaten/kota) prioritas yang akan dijadikan target

pemantauan secara intensif dan lebih terukur dalam mencapai tujuan pemantauan. Kegiatan

utama yang dilakukan di wilayah prioritas pemantauan hanya memanfaatkan program yang

sudah ada dan sedang berjalan. Demikian pula halnya dengan instrumen dan petugas yang

akan bekerja di lapangan adalah dengan mengunakan (mamaksimalkan) perangkat yang sudah

ada. Dengan kata lain, tidak ada program baru yang akan dilaksanakan di wilayah prioritas.

Hal baru yang mungkin dilakukan di wilayah prioritas pemantauan adalah adanya koordinasi

yang solid antar penyelenggara program penanggulangan kemiskinan. Koordinasi harus

dilakukan dengan lebih baik serta di bawah kendali suatu unit lembaga yang mempunyai

pengalaman, tugas dan tanggung jawab dalam pengawasan dan penilaian kinerja

kementerian/lembaga. Hal ini menjadi sangat penting mengingat besar kemungkinan satu

wilayah prioritas memiliki (dilaksanakan) lebih dari satu program penanggulangan kemiskinan.

Gambar 19. Perbandingan Cakupan Program Nasional dan Wilayah Prioritas

Sumber: Hasil Analisis Podes 2011

Dalam konteks bantuan sosial, kombinasi program Raskin, BSM, PKH, dan Jamkesmas,

sebagian besar desa di 100 kabupaten/kota prioritas telah menerima sedikitnya 3 (tiga)

program atau sebanyak 14.556 desa dari total 21.917 desa (66,4 persen). Hanya sekitar 32

persen (2.456 dari 7.624) wilayah prioritas yang menerima 1 (satu) program, dan sekitar 24

persen (4.905 dari 20.136) wilayah prioritas yang menerima sedikitnya 2 (dua) program. Rata-

rata tertimbang dari keempat kombinasi program sekitar 27 persen dari keseluruhan program

bantuan sosial yang menjadi target pemantauan terutama untuk program Raskin, BSM, PKH

dan Jamkesmas.

Page 44: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

37

3.4. Wilayah Prioritas Berdasarkan IKW

Program penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan secara tepat sasaran, tepat jumlah,

tepat harga, dan tepat waktu. Dalam koneksitas ini, Pemerintah memiliki peran besar dalam

memastikan bahwa program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan dapat berjalan

sesuai dengan rencana.

Wilayah prioritas yang ditentukan berdasarkan IKW akan digunakan sebagai basis pelaksanaan

pemantauan program penanggulangan kemiskinan yang efektif. 100 wilayah prioritas

(kabupaten/kota) yang perlu dipantau secara intensif adalah sebagaimana dalam tabel

berikut.

Tabel 9. Kabupaten dan Kota Prioritas Berdasarkan Indeks Kesejahteraan Wilayah

No Kabupaten/Kota Provinsi Jumlah

Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk

Desil 1

Jumlah Rumah Tangga Penerima KPS

Indeks Kesejahteraan

Wilayah

(Ribu) (Ribu) (Ribu) (0-100)

1 Aceh Barat Aceh 42,5 35,7 15,4 55,1

2 Aceh Besar Aceh 66,3 63,4 25,7 54,2

3 Aceh Jaya Aceh 15,6 11,2 5,9 59,6

4 Aceh Utara Aceh 124,7 113,6 50,7 53,3

5 Bener Meriah Aceh 32,2 28 12,9 58,6

6 Bireuen Aceh 76,3 76 33,8 57,4

7 Pidie Aceh 90,4 86,5 40,3 56,6

8 Pidie Jaya Aceh 34,8 32,7 12,6 35,6

9 Simeulue Aceh 19 16,4 6,9 47,9

10 Pandeglang Banten 117,6 149,1 109 60,1

11 Bengkulu Selatan Bengkulu 32,8 31,4 12,4 46,2

12 Bantul D.I. Yogyakarta 159,4 148,1 88,6 59,7

13 Gunung Kidul D.I. Yogyakarta 157,1 174,2 80,2 50,6

14 Kulon Progo D.I. Yogyakarta 92,8 95 43 57,2

15 Gorontalo Gorontalo 77,9 58,1 39,5 47,7

16 Pohuwato Gorontalo 28,5 21,5 9,6 61,8

17 Bogor Jawa Barat 470,5 424,3 155,9 54,8

18 Cianjur Jawa Barat 306,6 322,4 211,1 58,3

19 Cirebon Jawa Barat 328,6 411,8 176,7 59,6

20 Indramayu Jawa Barat 272,1 298,3 174 60,1

21 Banjarnegara Jawa Tengah 177,3 146,6 69,6 59,2

22 Banyumas Jawa Tengah 328,5 260,3 124,4 41,8

23 Brebes Jawa Tengah 394,4 508,6 166,6 31,1

24 Cilacap Jawa Tengah 282 283,8 140,9 58,5

Page 45: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

38

No Kabupaten/Kota Provinsi Jumlah

Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk

Desil 1

Jumlah Rumah Tangga Penerima KPS

Indeks Kesejahteraan

Wilayah

(Ribu) (Ribu) (Ribu) (0-100)

25 Demak Jawa Tengah 192,5 224,1 98,9 58,2

26 Grobogan Jawa Tengah 227,8 240,1 119,3 61,6

27 Kebumen Jawa Tengah 279,4 270,3 107,5 43,8

28 Klaten Jawa Tengah 203,1 214,8 108,5 49,5

29 Pemalang Jawa Tengah 261,2 277,1 110,1 55,9

30 Purbalingga Jawa Tengah 196 219,6 80,4 59,9

31 Wonogiri Jawa Tengah 146,4 149,3 70,6 57,1

32 Wonosobo Jawa Tengah 183 156,9 69,9 40,8

33 Bangkalan Jawa Timur 239,5 204,8 85,1 46,9

34 Bojonegoro Jawa Timur 212,9 200,7 118,4 57,2

35 Pamekasan Jawa Timur 167,9 183,2 86,4 51,3

36 Probolinggo Jawa Timur 259,2 243,6 139,1 44,4

37 Sampang Jawa Timur 267,5 254,1 108,6 30

38 Sumenep Jawa Timur 242,5 225,7 116,4 60,1

39 Kapuas Hulu Kalimantan Barat 23,8 17,7 14,3 82,2

40 Tanah Bumbu Kalimantan Selatan 16,9 16 9,5 88,8

41 Barito Timur Kalimantan Tengah 9,2 7,4 3 87,8

42 Malinau Kalimantan Utara 8,3 9,9 3,5 75,2

43 Lampung Selatan Lampung 177,7 178,3 72,6 60,8

44 Lampung Tengah Lampung 187 172,5 89,3 60,5

45 Lampung Timur Lampung 189,5 191,9 85,5 55

46 Lampung Utara Lampung 155,8 143 56,1 22,9

47 Pesawaran Lampung 77,1 83,8 38,1 59,8

48 Buru Maluku 24,7 19,8 11,2 45,6

49 Kepulauan Aru Maluku 27 27 7,5 34,5

50 Maluku Barat Daya Maluku 25,2 25,8 9,1 17,9

51 Maluku Tengah Maluku 94,1 80,4 32 34,2

52 Maluku Tenggara Maluku 27,2 28,1 7,9 34,5

53 Maluku Tenggara Barat Maluku 32,8 31,3 8,5 57,1

54 Seram Bagian Barat Maluku 45,5 48,3 14,2 35,3

55 Seram Bagian Timur Maluku 28,6 28,5 9 28,5

56 Halmahera Barat Maluku Utara 13,4 14 9,4 85,9

57 Halmahera Tengah Maluku Utara 10 10,8 4 59,7

58 Pulau Morotai Maluku Utara 6,3 5,8 3,2 92,8

59 Lombok Barat Nusa Tenggara Barat 119,6 133,3 70,8 63,8

60 Lombok Timur Nusa Tenggara Barat 243,1 228,8 138 54

61 Lombok Utara Nusa Tenggara Barat 79,5 64,7 30,7 3,9

62 Sumbawa Nusa Tenggara Barat 83,4 78,9 30,9 44,4

63 Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat 23,1 19,5 9,2 22,6

64 Alor Nusa Tenggara Timur 38,9 43,3 17,7 72,5

Page 46: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

39

No Kabupaten/Kota Provinsi Jumlah

Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk

Desil 1

Jumlah Rumah Tangga Penerima KPS

Indeks Kesejahteraan

Wilayah

(Ribu) (Ribu) (Ribu) (0-100)

65 Ende Nusa Tenggara Timur 54,5 53,8 22,2 58,4

66 Kupang Nusa Tenggara Timur 61 49,9 29,1 47,8

67 Lembata Nusa Tenggara Timur 30,5 28,6 11,8 55,3

68 Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur 63,5 56,9 23,5 62

69 Rote Ndao Nusa Tenggara Timur 38,2 38,4 13 5,9

70 Sabu Raijua Nusa Tenggara Timur 29,5 32,4 10,6 14,8

71 Sumba Barat Nusa Tenggara Timur 34,1 30,4 11,7 44,9

72 Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur 82,2 80,7 32,5 49,8

73 Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur 20,6 19,7 7,8 48,1

74 Sumba Timur Nusa Tenggara Timur 71,5 68,1 26,2 0

75 Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur 122,3 130,2 53,5 35,5

76 Deiyai Papua 31 36,8 14,2 27,1

77 Intan Jaya Papua 17,9 23,7 7,4 56,7

78 Mamberamo Raya Papua 7,1 10,8 2,6 53,7

79 Paniai Papua 63,4 85,5 28 47,4

80 Puncak Jaya Papua 43,6 54,3 22,7 43,3

81 Waropen Papua 9,6 10 3,6 69,9

82 Yahukimo Papua 74,7 88,6 34,9 55

83 Manokwari Papua Barat 66,7 60,3 21,6 33,7

84 Maybrat Papua Barat 13,9 19,5 5,4 57

85 Tambrauw Papua Barat 2,8 3,6 1,2 47

86 Teluk Bintuni Papua Barat 26 23 7,1 0

87 Teluk Wondama Papua Barat 12,1 11,8 3,5 55,7

88 Kepulauan Meranti Riau 63,6 63,2 23,2 1,2

89 Kolaka Sulawei Tenggara 56,9 49,7 26,2 53,4

90 Mamasa Sulawesi Barat 21,7 22,9 11 83,6

91 Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah 31,8 27 12,3 59,7

92 Morowali Sulawesi Tengah 39,8 34 14,9 47

93 Tojo Una Una Sulawesi Tengah 31,5 27,1 12,4 48

94 Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara 14,9 15,5 10,7 88,4

95 Kepulauan Talaud Sulawesi Utara 8,5 8,9 9,1 92,8

96 Siau Tagulandang Biaro Sulawesi Utara 6,7 5,3 2,5 89,9

97 Kepulauan Mentawai Sumatera Barat 14,6 8,3 10,3 52,5

98 Nias Sumatera Utara 25,4 34,1 9,7 74,3

99 Nias Barat Sumatera Utara 24,2 30,8 9,1 47,6

100 Nias Utara Sumatera Utara 39,1 46,8 16,5 45,5

Sumber: Hasil Estimasi Indeks Kesejahteraan Wilayah

Page 47: UPAYA KHUSUS Khusus... · Daftar Tabel Daftar Gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3 3 4 5 5 ... Gambar 7 menunjukkan bahwa inflasi umum yang diwakili oleh Indeks

42

SEKRETARIAT TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Grand Kebon Sirih Lt. 4 Jl. Kebon Sirih Raya No. 35 Jakarta Pusat 10110, Indonesia Telp : 021 – 3912 812 Faks : 021 – 3912 511 Website : www.tnp2k.go.id