prak 4 surveying poligon

Upload: alamkiki

Post on 06-Jul-2015

335 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

GD 2151 SURVEYING1 DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

LAPORAN PRAKTIKUM MODUL KE-4PENGUKURAN JARAK DAN SUDUT POLIGON TERIKAT SEMPURNA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4a ANGGOTA : 1. ADITYA GUNAWAN 2. CASIMIN ( 15103015 ) ( 15103053 )

ASISITEN 1. Bpk. DUDI 2. Up. DEDE 3. YULIANA HERMAN 4. BUDHI HANDOYO 5. AHMAD BASYAR

Institut Teknologi Bandung

2004 BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Kita dapat melakukan pengukuran koordinat suatu titik terhadap suatu titik lainnya. Dalam setiap kali kegitan survey terutama survey terestis kita diharuskan datang langsung kelapangan dan melihat titik-titik mana yang akan diukur. Dan masalahnya adalah ada sebagian besar titik yang ingin diketahui koordinatnya tetapi tidak dapat terlihat dengan satu kali pengukuran dengan alat optis ( seperti theodolit ) atau dengan alat yang menggunakan gelombang ( EDM ). Untuk mengatasi hal tersebut maka kita dapat menggunakan titik bantu untuk dapat mengukur sampai mengenai target. Dengan begitu semua titik yang akan ditentukan koordinatnya dapat diukur. Pengukuran yang digunakan untuk menentukan koordinat banyak titik itu dikenal dengan nama Pengukuran Poligon. Prinsip dari poligon ini adalah bahwa suatu titik yang belum mempunyai koordinat dapat ditentukan koordinatnya dari titik yang telah mempunyai koordinat dengan terlebih dahulu diketahui jaraknya dan besar sudut azimutnya. alam kegiatan ini kita bisa mengetahui besarnya koordinat suatu titik terhadap titik lainnya yang sudah diketahui koordinatnya terlebih dahulu. Pengukuran Poligon ini dibagi kedalam : Poligon terbuka, poligon tertutup, poligon bercabang, dan poligon kombinasi. Tetapi pada kesempatan praktikum kali ini kita akan lebih difokuskan kepada poligon terbuka. Pada pengukuran poligon terbuka ini terbagi menjadi dua bagian juga, yaitu : poligon terbuka terikat sempurna dan poligon terbuka terikat tidak sempurna. Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang koordinat awal dan akhir dalam pengukurannya itu diketahui. Sedangkan pada poligon terbuka terikat tidak sempurna koordinat yang diketahuinya hanya pada awal atau akhirnya saja, tidak semuanya diketahui. Pada umumnya poligon dimulai dan diakhiri pada titi-titik tertentu dan diikatkan pada kedua ujung sudut jurusan tertentu Dalam pengukuran poligon ini kita harus bisa menentukan poligon mana yang akan kita gunakan apakah poligon terbuka atau tertutup. Pemilihan jenis poligon ini juga tergantung dari kondisi titik yang akan diukur. Yang terpenting adalah dengan poligon apapun kita dapat menentukan koordinat suatu titik yang kita itu dengan kesalahan yang sekecil mungkin.

2

1.2 Maksud Praktikum Maksud dari praktikum Pengukuran Jarak dan Sudut Poligon terikat Sempurna ini adalah agar para peserta mata kuliah GD 2151 SURVEYING 1 mengetahui konsep tentang posisi suatu koordinat yang diperoleh dari hubungan sudut dan jarak. Dengan hanya diketahui koordinat satu titik, peserta kuliah diharapkan dapat menentukan koordinat titik-titik yang lainnya dan dapat menjadikan titik-titik yang telah diketahui koordinatnya sebagai acuannya ( pusatnya ). Maksud lain dari praktikum modul ke-4 ini adalah agar mahasiswa peserta kuliah GD 2151 Surveying 1 ini dapat lebih lancar dan teliti lagi dalam menggunakan theodolit dan dapat lebih mengenal berbagai macam alat survey terestis tersebut dan mengoperasikannya dengan baik Selain itu diharapkan pula setelah praktikum yaitu pada pengolahan data, para mahasiswa peserta mata kuliah ini mampu mengolah data dengan baik dan dapat menentukan hasil yang ingin diketahui.

1.3 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum modul ke-4 Pengukuran Jarak dan Sudut oligon terikat sempurna ini adalah : Dapat mengukur jarak antar satu titik dengan titik yang lainnya dengan menggunakan pita ukur

Para mahasiswa peserta mata kuliah GD 2151 Surveying 1 ini bisa Dapat menentukan koordinat suatu titik terhadap titik acuan yang Dapat menentukan besarnya koreksi sudut , selisih absis dan

membaca sudut dengan menggunakan theodolith dengan lebih lancar lagi. sudah diketahui koordinatnya. ordinat dari data lapangan dan menentukan koordinat dari suatu titik yang telah mendapatkan berbagai macam koreksi

1.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum Modul ke-1, Pengenalan Alat Theodolith yang dilaksanakan oleh kelompok 4 ini dilaksanakan pada : Hari Tanggal Waktu Tempat : Rabu - Kamis : 06 Otober 2004 : Pukul 10.30 15.00 : Lap. Parkir Seni Rupa, Gerbang ITB, lap Volley ITB

3

1.5 Peralatan Yang Digunakan Praktikum Modul ke-4, Pengukuran jarak dan sudut Poligon terikat Sempurna yang dilaksanakan oleh kelompok 4 ini menggunakan peralatan :

o Theodolith NIKON NT 2Ao o o o o o Pita Ukur Statif Unting unting 2 buah Kaki tiga 2 buah Jalon Form pengukuran sudut mendatar dan form Hitungan koordinat titik polygon untuk pencatatan data.

4

BAB II DASAR TEORI

Teori dasar dari praktikum modul ke 4, Pengukuran jarak dan sudut Poligon terikat sempurna Sudut Horizontal dengan metode repetisi dan reitrasi ini adalah :

1. Antara dua titik yang mempunyai koordinat yang berbeda dapat diketahuijaraknya. Dengan rumus : D = (Xa-Xb)2 + (Ya-Yb)2 2. Jika Diketahui koordinat suatu titik, maka kita dapat menentukan koordinat titik lainnya, asalkan diketahui besar jarak dan sudutnya. Dalam rumus dituliskan : Jika diketahui koordinat titik B (Xb,Yb) Xa = Xb + Dab Sin Ya = Yb + Dab Cos Dengan

ab ab

ab adalah sudut yang dibentuk antara titik A dan titik B

3. Antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya daapaat dicari besar sudutnya, dengan hubungan sbb:

ab = arc tan

[( Xb-Xa ) : ( Yb-Ya )] + kuadran untuk kuadran 1 + 0o

dengan kuadran :

untuk kuadran 2 + 180o untuk kuadran 3 + 180o untuk kuadarn 4 + 360o

5

BAB III LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUMLangkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum modul ke-4,Pengukuran Jarak dan sudut Poligon terikat sempurna ini adalah :

1.

Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum, antara lain : theodolith, statif, kaki tiga, unting-unting dan pita ukur. Kaki tiga dipasangi unting-unting digunakan sebagai targetnya.

2.3.

Pasang statif dengan mengendorkan ketiga mur yang menempel pada kakikakinya. Buka theodolit dari tempatnya, kemudiaan pasangkan theodolit itu pada statifnya, dengan mengencangkan mur yang ada dibawah piringan statif ke kiap theodolith.

4.

Sentingkan theodolit tersebut pada sentring yang ada di bawah statif sampat pas, kemudian datarkan Nivo kotak yang ada pada theodolit sehingga pos pada tengah-tengah bundarannya. Caranya adalah naik turunkan kaki statifnya, lihat sampai nivo bulatan pada nivo tabungnya pas ditengah-tengah.

5.

setelah

itu

jangan

lupa

datarkan

pula

Nivo

tabungnya,

dengan

cara

memutarkan mur yang ada pada kiap pada arah yang berlawanan antara satu mur dengan mur yang lainnya.

6.7.

Setelah sentring sudah pas, nivo kotak dan nivo tabung sudah datar maka kita tinggal mencari target yang akan dibidik. Setelah theodolith dan target sudah siap maka kita sudah bisa melakukan pengukuran. Sketsa jalur pengukuran jarak dan sudut Poligon terikat sempurna

A

C B D E

6

Pada pengukuran Pertama theodolith berdiri di titik B

8.

Setelah theodolith dalam keadaan siap dititik B. Bidikkan teropong ke target yang akan diukur dengan mempergunakan pencari target yang ada diatas/dibawah teropong, dalam hal ini adalah target dititik A Teropong dalam keadaan biasa.

9.

Sesudah terpong pas mengenai terget maka kuncilah teropong dengan penguci vertikal dan pengunci horizontal. Lihat apakah tergetnya sudah terlihat dengan jelas atau belum. Kalau belum maka fokuskan teropongnya. Dan lihat juga apakah benangnya sudah pas dengan target atau belum.

10.

Jika belum paskan benang halus pada target, untuk ke kiri dan ke kanan dengan menggunakan gerak halus horizontal dan untuk keatas/kebawah dengan gerak haalus vertikal

11. 12.

Kalau sudah pas maka tinggal kita baca sudutnya. Pembacaan sudut ke target B dilakukan sebanyak 2 kali secara berurutan. Sesudah target A, maka arahkan teropong ke target C, teropong masih dalam keadaan biasa. Bidikkan teropong pas ke target C, kuncilah semua kunci ketika teropong sudah mengenai target C

13.

Apabila belum pas maka paskan teropong ke target dengan gerak halus vertikal dan gerak halus horizontal. Lihat apakah targetnya sudah terlihat ( fokus ) kalau belum fokus, fokuskan dulu sampai target terlihat denga jelas. Lalu lihat lagi apakah benang halusnya sudah kelihatan? kalau belum, atur fokus benang halus sampai kelihatan dengan jelas.

14.

Sesudah benang halus sejajar dengan target, maka kita tinggal melihat berapa besarnya sudut yang dihasilkan. Caranya lihat ke teropong bacaan sudut atur sedemikian rupa agar angkanya bisa terlihat jelas. Pembacaan sudut pada target C dengan kedudukan teropong biasa dilakukan sebanyak 2 kali

15.

Target A dan C telah dibidik dengan keadaan teropong biasa, maka sesudah itu ulangi bidik target A tetapi teropongnya dalam keadaan luar biasa. Caranya sama seperti langkah 8-11. sesudah target A dengan cara luar biasa maka tinggal target C dengan cara luar biasanya

16.

Sesudah sudutnya didapat, maka kita tinggal mengukur besarnya jarak dari B ke A dan jarak dari B ke C dengan menggunakan pita ukur. Pengukuran jaraknya dilakukan sebanyak 5 kali untuk dicari jarak rata-ratanya.

Pada pengukuran kedua theodolith berdiri di titik 1

17.

Sesudah kita melakukan pengukuran pertama dengan kedudukan teodolith di titik B, maka pada pengukuran kedua theodolith dipindahkan ke titik 1 untuk

7

membidik target B dan C dengan kedudukan teropong bisa dan luar biasa masing-masing sebanyak 2 kali 18. sebelum membidik B dan C pastikan teodolith dalam keadaan sentring dengan nivo tabung pas pada bulatan dan nivo kotak dalam keadaan datar

19. 20.

Sesudah theodolith sentring

maka pada waktu kita sudah berdiri di titik 1

maka yang pertama kita lakukan adalah membidik target B. Caranya sama yaitu Bidikkan teropong ke target yang akan diukur dengan mempergunakan pencari target yang ada diatas/dibawah teropong, dalam hal ini adalah target titik B , teropong dalam keadaan biasa.

21.

Sesudah terpong pas mengenai terget maka kuncilah teropong dengan penguci vertikal dan pengunci horizontal. Lihat apakah tergetnya sudah terlihat dengan jelas atau belum. Kalau belum maka fokuskan teropongnya. Dan lihat juga apakah benangnya sudah kelihatan atau belum ?. Kalau belum maka fokuskan benang halus dengan fokus benang halus. Lihat juga apakah benang halusnya sudah vertikal pas dengan target atau belum. Kalau belum paskan kekiri/kekanan dengan gerak halus horizontal dan keatas/kebawah dengan gerak halus

22. 23.

Kalau sudah pas maka tinggal kita baca sudutnya. Pembacaan sudut ke target B dilakukan sebanyak 2 kali secara berurutan. Dan dilanjutkan ke target C Target B dan C telah dibidik dengan keadaan teropong biasa, maka sesudah itu ulangi bidik target B tetapi teropongnya dalam keadaan luar biasa. Caranya sama seperti langkah 20-23. sesudah target B dengan cara luar biasa maka tinggal target C dengan cara luar biasanya.

24.

Sesudah sudutnya didapat, maka kita tinggal mengukur besarnya jarak dari 1 ke B dan jarak dari 1 ke C dengan menggunakan pita ukur. Pengukuran jaraknya dilakukan sebanyak 5 kali untuk dicari jarak rata-ratanya

Pada pengukuran ketiga theodolith berdiri di titik c Langkahnya sama dengan pengukuran kedua dari No.17 s.d 24 tetapi targetnya saja yang dirubah. Yaitu dari C membidik target 1 dan target D

8

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATADATA YANG DIPEROLEH 1. Pengukuran sudut mendatarPENGUKURAN SUDUT MENDATARDIUKUR OLEH PENULIS ALAT UKUR KEDUDUKAN TEMPAT : ADITYA GUNAWAN : : NIKKON NT-2A TEROPONG BIDIKAN BACAAN SKALA LINGKARAN MENDATAR I (-o -' -.-'') 4 299 52 40 031 35 20 119 52 30 211 35 10 023 29 10 231 53 40 203 29 10 051 53 40 289 45 00 087 27 20 109 45 00 267 27 20 (-o II -' -.-'') 5 299 52 30 031 35 20 119 52 20 211 35 10 023 29 15 231 53 35 203 29 10 051 53 40 289 45 00 087 27 10 109 45 10 267 27 20 Rata-rata (-o -' -.-'') 6 299 52 35 031 35 20 119 52 25 211 35 10 023 29 15 231 53 35 203 29 10 051 53 40 289 45 00 087 27 15 109 45 05 267 27 20

1

2 B

ARAH 3

ALAT

ITB 026 ITB 093 ITB 026 ITB 093 ITB 023 ITB 092 ITB 023 ITB 092 ITB 093 GPS 3 ITB 093 GPS 3

ITB 023

B LB LB B

ITB 093

B LB LB B

ITB 092

B LB LB

2.

Jarak mendatar yang diukur dengan menggunakan pita ukur sebanyak 5 kali ; Jarak antara titik B (ITB 023) dengan titik A (ITB 026) adalah dAB = ( 65.5 + 67 .0 + 69.8 + 69.2 + 65.9 ) / 5 = 67.48 meter Jarak antara titik B (ITB 023) dengan titik 1 (ITB 093) adalah dB1 = (45.5 + 46.1 + 45.6 + 45.5 + 46.2 ) / 5 = 45.78 meter Jarak antara titik C (ITB 092) dengan titik 1 (ITB 093) adalah dC1 = (30.0 + 30.4 + 30.2 + 30.3 + 30.0 ) / 5 = 30.18 meter Jarak antara titik C (ITB 092) dengan titik D (GPS 3) adalah dCD = (52.1 + 51.4 + 50.8 + 52.1 + 53.9 ) / 5 = 52.06 meter Nama Jarak dAB ( ITB 023 ke ITB 026 ) dB1 ( ITB 023 ke ITB 093 ) dC1 ( ITB 092 ke ITB 093 ) dCD ( ITB 092 ke GPS 3 ) Besarnya 67.48 meter 45.78 meter 30.18 meter 52.06 meter

9

Koordinat dari titik Banch Mark (BM) yang telah diketahui Nama titik ITB 026 ITB 023 ITB 093 ITB 092 GPS 3 X ( meter ) 788478.590 788485.427 788531.147 788558.674 788610.663 Y ( meter ) 9237401.559 9237334.568 9237337.778 9237325.358 9237361.557 Titik A B1

C D

PENGOLAHAN DATA

A. Menghitung besarnya sudut luar biasa - sudut biasa rata-rata untuk didapatsudut ITB 92 Sudut a = ( 031o 35 20 - 299o 52 35 ) + 360o = - 268o 17 15 + 360o = 92o 42 45 Sudut b = (211o 35 10 - 119o 52 25 ) = 92o 42 50 Sudut rata-ratanya = (92o 42 50 + 92o 42 45 ) / 2 = 92o 42 50 ITB 93 Sudut a = ( 231o 53 35 - 023o 29 15 ) = 208o 24 20 Sudut b = (051o 53 40 - 203o 29 10 ) + 360o = - 151o 35 30 + 360o = 208o 24 30 Sudut rata-ratanya = (208o 24 20 + 208o 24 30 ) / 2 = 208o 24 25 ITB 092 Sudut a = (087o 27 15 - 289o 45 0 ) + 360o = -202o 17 45 + 360o = 157o 42 15 Sudut b = (267o 27 20 - 109o 45 05 ) = 157o 42 15 Sudut rata-ratanya = (157o 42 15 + 157o 42 15 ) / 2 = 157o 42 15

10

aA B

aB 1 B

1 a1C

C aC D

B.

Melakukan perhitungan koreksi sudut

1. AB = arc tan [( Xb - Xa) : (Yb Ya)] + Kuadran= arc tan [( X23 - X26) : (Y23 Y26)] + Kuadran = arc tan [( 6.837) : (-66.991)] + 180o = - ( 5o 49 38.44 )+ 180o = 174o 10 21.5

CD = arc tan [( Xd Xc) : (Yd Yc)] + Kuadran= arc tan [( Xgps3 X92) : (Ygps3 Y92)] + Kuadran = arc tan [( 51.989) : (-1.801)] + 180o = - ( 88o 0 57.44 )+ 180o = 91o 59 2.56 2. Menentukan besarnya Koreksi Sudut awal

-

akhir

= n.180o + fB = ( CD - AB

fB

) - n.180o (91o 42 45 + 208o 24 20

= ( 91o 59 2.56 174o 10 21.5 ) + 157o 42 15) + 540o

= (- 082o 11 18.94 457o 49 20 ) + 540o = (- 540o 00 38.94 + 540o 00 00 ) fB = - 00o 00 38.94

11

3. Menentukan besarnya Koreksi Sudut sebenarnya

fB = fB /n= (- 00o 00 38.94 ) / 3

fB = - 00o 00 12.98 B = B + fB = 091o 42 45 + ( - 00o 00 12.98 ) = 091o 42 32 1 = 1 + fB = 208o 24 20 + ( - 00o 00 12.98 ) = 208o 24 07 c = c + fB = 157o 42 15 + ( - 00o 00 12.98 ) = 157o 42 02

4. Menghitung sudut jurusan sisi polygon AB = arc tan [( Xb - Xa) : (Yb Ya)] + Kuadran= arc tan [( X23 - X26) : (Y23 Y26)] + Kuadran = arc tan [( 6.837) : (-66.991)] + 180o = - ( 5o 49 38.44 )+ 180o = 174o 10 21.5

B1 = AB + B - 180o= 174o 10 21.5 + 91o 42 32 180o = 85o 52 53.5

1c = B1 + 1 - 180o= 85o 52 53.5 + 208o 24 07 180o = 114o 17 05

CD = 1C + c - 180o= 114o 17 05 + 157o 42 02 180o = 91o 59 2.5 Didapat

CD yang sama antara perhitungan ke 1 dan ke 4 yaitu 91o 59 2.5

5. Menghitung selisih absis dan ordinat X = d sin

B1

Y = d cos

B1

XB1 = dB1 x sin

YB1 = dB1 x cos

= 45.78 x sin 85o 52 53.5 = 45.662 m X1c = d1c x sin

= 45.78 x cos 85o 52 53.5 = 3.288 m Y1c = d1c x cos

1c

1c

= 30.10 x sin 114o 17 05 = 27.437 m d sin = 73.099 m

= 30.10 x cos 114o 17 05 = -12.379 m d cos = -9.091 m

12

Koreksi Absis

Koreksi ordinat

akhir - awal - = d sin + fxfx = ( Xc Xb ) ( d sin

akhir - awal = d cos + fxfY = ( Yc Yb ) ( d cos

) )

) )

= ( X092 - X023) ( d sin

= (Y092 - Y023 ) ( d cos

= (73.247 m) (73.009 m) = 0.238 m

= (-9.210 m) (-9.091 m) = -0.119 m

Menghitung koreksi absis dan ordinat yang benar Absis ( X )XB1 = XB1 + [( dB1/ d ) x fx] = 45.662 + [(45.78/228.9)x 0.238] = 45.662 + 0.048 = 45.710 m X1c = X1c + [( d1c / d ) x fx] = 27.437 + [(30 /150.5)x 0.238] = 27.437 + 0.047 = 27.484 m

Ordinat ( Y )YB1 = YB1 + [( dB1/ d ) x fx] = 3.288 + [(45.78/228.9)x -0.119] = 3.288 0.024 = 3.264 m Y1c = Y1c + [( d1c / d ) x fx] =-12.42 + [(30/150.5)x -0.119] = -12.42 - 0.024 = -12.444 m

6.

Koordinat Yang dicari yaitu itb 93 ( X1 ,Y1 )

X1 = XB + XB1 = 788485.427 + 45.710 X1 = 788531.137 m X1 = XC - X1c = 788558.674 -27.484 X1 = 788531.190 m X1 = 788531.164 meter

Y1 = YB + YB1 = 9237334.568 + 3.264 Y1 = 9237337.832 m Y1 = YC - YC1 = 9237325.358 (-12.444) Y1 = 9237337.802 m Y1 = 9237337.817 meter

Dari titik B ITB 023 Dari titik C ITB 092 Rata rata Dari B dan C

13

Maka dari pengolahan data diatas didapat koordinat 1 (ITB 093) yang besarnya adalah : X ITB 093 = 788531.164 m Y ITB 093 = 9237337.817 m Perbedaan antara koordinat titik 1 ( ITB 093 ) yang didapat dari perhitungan diatas dengan referensi yang telah ditetapkan adalah X1 = 788531.164 788531.147 = Y1 = 9237337.817 9237337.778 = 0.017 m 0.039 m

14

BAB V ANALISISAditya Gunawan 15103015 Pada pengukuran sudut yang dilakukan di ITB 092 didapat sudut pengukuran biasa dan luar biasa ke 1 sebesar 92o

a

dari

42 45 sedangkan pada

pengukuran biasa dan luar biasa kedua didapat sudut a sebesar 92o 42 50. Disini dapat kita lihat bahwa perbedaannya kecil yaitu sebesar 5. Begitu pula pada pengukuran sudut yang dilakukan di titik ITB 093 dan titik ITB 023 perbedaan sudut yang diperoleh dari pengukuran biasa dan luar biasa ke satu dan keduanya itu kecil, berkisar antara 5 sampai 10 detik. Adanya perbedaan sudut antara pengukuran biasa dan luar biasa ke 1 dan kedua ini mungkin diakibatkan, karena adanya berbagai faktor yaitu diantaranya adalah faktor manusianya yang tidak teliti dalam mempergunakan alat. Dalam pengukuran jarak antara dua titik yang dilakukan sebanyak 5 kali dengan menggunakan pita ukur juga terdapat selisih yang lumayan besar. Seperti pada pengukuran jarak dari titik ITB 023 ke titik ITB 026 dalam setiap pengukurannya didapat selisih yang lumayan besar yaitu dari 1.5 m sampai 2 m. Selisih ini disebabkan karena jarak antara dua titiknya berjauhan dan tidak dapat diukur dengan satu langkah, melainkan harus disambung-sambung sehingga terjadi selisih karena tidak pas dalam mengukur titik sambungnya. Tetapi selisih pengukuran itu dapat diatasi dengan dicari panjang rata-ratanya. Setelah data lapangan didapat, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Dalam pengolahan data ini kita bersaha mengetahui koordinat titik ITB 093 yang pura-puranya belum diketahui koordinatnya. Caranya adalah dengan menggunakan rumus jarak dan perbandingan sudut antara dua titik. Langkah pertama pengolahan data adalah menentukan besarnya sudut dan

AB

CD. Disini tidak ada masalah yang terlalu berat, karena hanya memasukkan AB dan CD. Selanjutnya adalah

koordinat ( X dan Y ) dari titik awal dan titik akhir polygon, untuk dicari sudut nya. Disini kita akan langsung mendapatkan sudut

mencari besarnya koreksi sudut. Koreksi sudut yang kami dapat adalah sebesar -00o 00 38.94, sedangkan untuk koreksi sudut sebenarnya adalah 00o 00 28.94 dibagi dengan banyaknya tempat alat berdiri yaitu dalam hal ini 3 kali. Maka didapat koreksi sudut sebenarnya adalah sebesar -00o 00 12.98. Untuk koreksi sudut ini mungkin sudah cukup wajar, karena masih dalam satuan detik ()

15

Guna dari koreksi sudut ini adalah untuk menentukan besarnya sudut jurusan sisi polygon yang benar ( yang sudah dikoreksi dengan koreksi sudut ). Kami disini mendapatkan besarnya sudut

B, 1 dan C..

Setelah melakukan berbagai pengolahan data yang menyangkut perhitungan sudut jurusan sisi polygon, menghitung selisih absis dan ordinat, menghitung selisih absis dan ordinat yang sebenarnya . Maka kami sampai kepada perhitungan koordinat titik ITB 093. Perhitungan untuk absisnya adalah X093 = XB + besarnya koreksi absis. Disini didapat besarnya X093 dari dua titik yang berdekatan dengan titik ITB 093 ini, yaitu dari titi ITB 023 adalah sebesar 788531.137 m dan dari titik ITB 092 sebesar 788531.190 m. Dari sini pun kita mendapatkan perbedaan besarnya X093 sebesaar 0.053 m. Ordinatnya juga didapat dari dua titik yang berdekatan dengan titik ITB 093 ,yaitu dari titik ITB 023 adalah sebesar 9237337.832 m dan dari titik ITB 093 sebesar 9237337.802 m yang berarti mempunyai selisih sebesar 0.030 meter. Maka untuk mendapatkan koordinat ITB 093 sebenarnya dari perhitungan, koordinat titik ITB 093 yang dihitung dari titik ITB 023 dan titik ITB 092 itu harus di rata ratakan. sebenarnya dari perhitungan dengan sebesar 0.039 m Disinilah yang harus kita cermati, seharusnya koordinat titik yang ingin diketahui koordinatnya itu harus sama jika dihitung dari titik manapun. Dalam kasus ini seharusnya titik ITB 093 koordinatnya sama jika diukur dari titik manapun Hal yang harus kita susuri adalah mulai dari koreksi absis dan ordinatnya, karena apabila koreksi absis dan ordinatnya salah otomatis koordinat yang akan dihitung juga salah, kemudian hitung lagi koreksi sudutnya mungkin saja ada kesalahan. Tetapi pada kasus yang dialami dari perhitungan ini adalah mungkin saja karena kesalahan pada waktu pengukurannya, karena kita salah mengambil data maka pada waktu pengolahannya pun sangat sulit. Pengukuran dengan menggunakan polygon ini mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah dengan menggunakan polygon maka kita dapat menentukan koordinat banyak titik kedalam satu rangkaiian polygon yang berikatan. Misalnya ada suatu titik yang ingin diketahui koordinatnyaa terhadap titik yang sudah diketahui koordinatnya tetapi dalam pengukurannya terhalang / tidak kelihatan, maka kita bisa menggunakan polygon sebagai titik bantunya. Sedangkan kerugiannya adalah apabila pemakaian / penempatan poligonnya tidak tepat ( berlebihan ) maka dalam perhitungannya kita akan mengalami kesulitan. Maka oleh sebab itu harus diusahakan dalam penempatan polygon Koordinat titik ITB 093 ITB 093 yang telah diketahui / referensi

terdapat perbedaan sebesar absisnya ( X ) sebesar 0.017 m dan ordinatnya (Y)

16

diusahakan sesedikit mungkin, tetapi dapat menjangkau semua titik yang inginm kita ukur koordinatnya., Selain itu juga pengambilan datanya harus teliti karena apabila ada data yang salah, maka data yang salah itu akan terus dibawa keperhitungan selanjutnya, sehingga kalau ada salah maka salahnya itu akan merambat.

17

BAB VI KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN

Poligon digunakan untuk menentukan koordinat banyak titik. Adakalanya dalam setiap kegiatan survey yang kita lakukan itu target yang ingin kita ukur tidak terlihat secara langsung dari tempat pengukuran/tempaty alat berdiri. Oleh sebab itu maka untuk mengatasi masalah itu ada yang disebut dengan poligon. Inti / prinsip dari poligon ini adalah poligon dapat digunakan sebagai titik bantu untuk dapat menentukan koordinat titik lainnya yang ingin kita ketahui. Dalam pemakaian poligon kita tidak boleh asal, Poligon yang baik itu adalah poligon yaang sedikit titiknya tetapi mampu menjangkau area yang akan kita ukurdaerahnya. Alangkah baiknya apabia sebelum turun kelapangan membuat poligon kita menentukan dulu kerangkanya, daerah mana-mana saja yang akan kita buat poligonnya. Yang terpenting adalah dalam pengolahan data untuk menentukan koordinat suatu titik dengan poligon, yang harus diperhatikan itu adalah koreksinya. Karena apabila koreksi sudut, koreksi absis dan ordinatnya salah maka kesananya juga akan mengalami kesalahan . Diusahakan sebelum melangkah kelangkah pengolah data yang lebih jauh lagi kita sudah yakin bahwa koreksi sudut, koreksi absis dan koreksi ordinatnya itu sudah benar. Terdapat perbedaan besarnya koordinat titik ITB 093 yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan poligon yang diikatkan kepada titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan pengukuran GPS yang dilakukan oleh kami, dengan besarnya titik ITB 093 referensi. Perbedaan tersebut harus dijadikan dasar perbaikan, karena perbedaan itu terjadi karena ada salah satu hasil yang tidak benar.

18

SARAN Dalam setiap pengukuran poligon kita harus bisa membuat bagaimana jalur poligon yang baik yang hanya dengan sedikit titik poligon tanpa poligon bantu kita dapat mengukur banyak titik yang ingin kita ketahui koordinatnya. Kita juga harus bisa mengetahui bagaimana melakukan pengolahan data yang didapat dilapangan Kita juga harus bertindak dengan teliti, terutama dalam sentring alat, karena apabila kita tidak teliti dan malah buru - buru dan alat tidak senting maka secara otomatis posisi dari suatu titik yang akan kita bidik dan yang akan kita tentukan koordinatnya itu akan bergeser. Maka disana kita dianggap telah melakukan suatu kesalahan. Dalam setiap pengukuran baik pengukuran poligon, pengukuran beda tinggi, yang harus diperhatikan dengan seksama itu adalah alatnya ( Sudah berdiri dengan benar atau belum ) Yang paling penting agar survey kita berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti adalah kita harus mengenal dan mengerti penggunaan serta prinsip dari alat tersebut. Serta mengetahui apa yang mau kita lakukan dengan alat itu. Usahakan apabila kita survey ketempat-tempat yang ramai seperti tempat parkir kita membawa alat bantu agar kita tetap dapat membidik target yang ingin diketahui koordinatnya walaupun target tersebut terhalang oleh mobil. Tetapi perlu diketahui pula bahwa keakuratan hasil yang didapat dengan menggunakan alat bantu itu tidak akan sebagus yang langsung / tanpa alat bantu. Diusahakan dalam setiap praktikum pengukuran sudut ( pembacaan theodolith ) ada dua kali pembacaan oleh oleh yang berbeda, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan yang relatif besar dan agar para anggota kelompoknya bisa membaca sudut dengan theodolith. Dan dalam pengolahan datanya diusahakan tidak dilakukan oleh satu orang, karena kalau dilakukan oleh satu orang akan lama dan mungkin saja data pergitungan itu akan salah. yang didapat dari

19

DAFTAR PUSTAKA

Evett, B Jack .SurveyingUnivercity Of North Carolina at Charlotte. Frick, Heize, Ilmu dan Alat Ukur tanah Jakarta : Swadaya Kissam, Philip dan Hill, Graw Surveying Practice, Book Company. Rais, Jacub. Ilmu Ukur Tanah Diktat Kuliah. Wongsotjintro, Soetomo. Ilmu Ukur Tanah. 1978. Jakarta : Swadaya

20

T h a n x

21