peraturan menteri keuangan ri nomor 201/pmk.06/2010

88
PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010 TENTANG KUALITAS PIUTANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

Upload: doanlien

Post on 11-Dec-2016

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RINOMOR 201/PMK.06/2010TENTANG

KUALITAS PIUTANG KEMENTERIANNEGARA/LEMBAGA DAN PEMBENTUKANPENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

Page 2: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 201/PMK.06/2010

TENTANG

KUALITAS PIUTANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan pemerintah menggunakan basis akrual untuk pengakuan aset;

b. bahwa aset berupa piutang di neraca harus terjaga agar nilainya

sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value);

c. bahwa untuk menyajikan piutang kementerian negara/lembaga dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, diperlukan penyesuaian dengan membentuk penyisihan piutang tidak tertagih berdasarkan penggolongan kualitas piutang;

d. bahwa ketentuan mengenai kualitas piutang kementerian negara/lembaga dan pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih selama ini belum diatur dalam peraturan perundang-undangan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak

Page 3: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Tertagih;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Page 4: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2008 tentang Pengenaan Bea Keluar Terhadap Barang Ekspor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4886);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KUALITAS PIUTANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:

1. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada kementerian negara/lembaga dan/atau hak kementerian negara/lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

2. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung

jawab atas pengelolaan keuangan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

Page 5: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

3. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian

negara/lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara, termasuk instansi vertikalnya.

4. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus

dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang.

5. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang

diukur berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.

6. Debitor adalah badan atau orang yang berutang menurut

peraturan, perjanjian atau sebab apapun.

7. Restrukturisasi adalah upaya perbaikan yang dilakukan Menteri/Pimpinan Lembaga terhadap Debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya yang meliputi pemberian keringanan hutang, persetujuan angsuran, atau persetujuan penundaan pembayaran.

BAB II

KUALITAS PIUTANG

Pasal 2

1. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kementerian

Negara/Lembaga wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian.

2. Dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-hatian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Menteri/Pimpinan Lembaga wajib:

a. menilai Kualitas Piutang;

b. memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan

agar hasil penagihan Piutang yang telah disisihkan senantiasa dapat direalisasikan.

3. Penilaian Kualitas Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a dilakukan dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya:

a. jatuh tempo Piutang; dan

b. upaya penagihan.

4. Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (1) dan ayat (2)

Page 6: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri Keuangan.

Pasal 3

(1) Kualitas Piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu

kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.

(2) Penilaian Kualitas Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan berdasarkan kondisi Piutang pada tanggal laporan keuangan.

Pasal 4

Piutang diklasifikasikan menjadi:

a. Piutang penerimaan negara bukan pajak.

b. Piutang pajak yang meliputi piutang di bidang:

1) perpajakan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak;

2) kepabeanan dan cukai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

c. Piutang lainnya.

Pasal 5

(1) Penggolongan Kualitas Piutang penerimaan negara bukan pajak

dilakukan dengan ketentuan:

a. kualitas lancar apabila belum dilakukan pelunasan sampai

dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan;

b. kualitas kurang lancar apabila dalam jangka waktu 1 (satu)

bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan;

c. kualitas diragukan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan; dan

d. kualitas macet apabila:

1) dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau

2) Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang

Page 7: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggolongan Kualitas Piutang:

a. pajak di bidang perpajakan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak;

b. pajak di bidang kepabeanan dan cukai diatur dengan Peraturan

Direktur Jenderal Bea dan Cukai;

c. lainnya diatur dengan peraturan unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai tugas dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.

BAB III

PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

Pasal 6

(1) Kementerian Negara/Lembaga wajib membentuk Penyisihan

Piutang Tidak Tertagih yang umum dan yang khusus.

(2) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang umum ditetapkan paling

sedikit sebesar 5‰ (lima permil) dari Piutang yang memiliki kualitas lancar.

(3) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang khusus ditetapkan sebesar:

a. 10% (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas kurang

lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan;

b. 50% (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas

diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan

c. 100% (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet

setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.

(4) Agunan atau barang sitaan yang mempunyai nilai di atas

Piutangnya diperhitungkan sama dengan sisa Piutang.

(5) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang dibentuk berdasarkan Piutang yang kualitasnya menurun, dilakukan dengan mengabaikan persentase Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kualitas Piutang sebelumnya.

Page 8: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

(6) Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri Keuangan.

Pasal 7

(1) Nilai agunan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam

pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) ditetapkan sebesar:

a. 100% (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, garansi bank, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia;

b. 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai hak tanggungan atas

tanah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) berikut bangunan di atasnya;

c. 60% (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan;

d. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir;

e. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai hipotik atas pesawat

udara dan kapal laut dengan isi kotor paling sedikit 20 (dua puluh) meter kubik;

f. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jaminan fidusia atas

kendaraan bermotor; dan

g. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara,

kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan.

(2) Agunan selain yang dimaksud pada ayat (1) dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan.

Page 9: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Pasal 8

(1) Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam

pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) ditetapkan sebesar:

a. 100% (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia;

b. 60% (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas

tanah bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya;

c. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir; dan

d. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara,

kapal laut, dan kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan.

(2) Barang sitaan selain yang dimaksud pada ayat (1) tidak

diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.

Pasal 9

(1) Nilai agunan atau barang sitaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) huruf g dan Pasal 8 ayat (1) huruf d bersumber dari nilai yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

(2) Dalam hal sumber nilai agunan atau barang sitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh, agunan atau barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.

Pasal 10

(1) Menteri Keuangan berwenang melakukan penilaian kembali atas nilai agunan dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih apabila Kementerian Negara/Lembaga tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9.

Page 10: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

(2) Kewenangan Menteri Keuangan melakukan penilaian kembali

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didelegasikan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

BAB IV

RESTRUKTURISASI

Pasal 11

Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan Restrukturisasi terhadap Debitor sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal:

a. Debitor mengalami kesulitan pembayaran; dan/atau

b. Debitor memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan

mampu memenuhi kewajiban setelah dilakukan Restrukturisasi.

Pasal 12

(1) Kualitas Piutang setelah persetujuan Restrukturisasi dapat diubah

oleh Kementerian Negara/Lembaga:

a. setinggi-tingginya kualitas kurang lancar untuk Piutang yang

sebelum Restrukturisasi memiliki kualitas diragukan atau kualitas macet; dan

b. tidak berubah, apabila Piutang yang sebelum Restrukturisasi

memiliki kualitas kurang lancar.

(2) Dalam hal kewajiban yang ditentukan dalam Restrukturisasi tidak dipenuhi oleh Debitor, Kualitas Piutang yang telah diubah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinilai kembali seolah-olah tidak terdapat Restrukturisasi.

BAB V

PENCATATAN PERUBAHAN JUMLAH PIUTANG

Pasal 13

Dalam hal terdapat penghapusan, penambahan, atau pengurangan jumlah Piutang sebagai akibat pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, dilakukan pencatatan perubahan jumlah Piutang.

Pasal 14

Page 11: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

(1) Penghapusan Piutang oleh Kementerian Negara/Lembaga

dilakukan terhadap seluruh sisa Piutang per Debitor yang memiliki kualitas macet.

(2) Penghapusan Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Perlakuan akuntansi penghapusan Piutang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang dan akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam surat keputusan.

Pasal 15

(1) Dalam hal terdapat penambahan jumlah Piutang, pencatatan

perubahan jumlah Piutang dilakukan dengan cara menambah akun Piutang sebesar selisihnya.

(2) Pencatatan penambahan jumlah Piutang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan segera setelah penerbitan surat tagihan/persetujuan/keputusan.

Pasal 16

(1) Dalam hal terdapat pengurangan jumlah Piutang, pencatatan

perubahan jumlah Piutang dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang sebesar selisihnya.

(2) Pencatatan pengurangan jumlah Piutang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan apabila:

a. surat tagihan/persetujuan/keputusan telah terbit; atau

b. Restrukturisasi telah selesai dilaksanakan.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Ketentuan mengenai penilaian agunan atau barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan ini dilaksanakan secara bertahap dalam 5 (lima) tahun.

Page 12: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan ini, dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 19

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 23 November 2010

MENTERI KEUANGAN

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 23 November 2010

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 565

Page 13: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 14: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 15: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAANNOMOR PER 85/PB/2011TENTANG

PENATAUSAHAAN PIUTANG NEGARA BUKANPAJAK PADA SATUAN KERJAKEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA

Page 16: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 17: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 18: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 19: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 20: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 21: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 22: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 23: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 24: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 25: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 26: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 27: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 28: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 29: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 30: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 31: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 32: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 33: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 34: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 35: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 36: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 37: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 38: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 39: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 40: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 41: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 42: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 43: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010
Page 44: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAANNOMOR PER 82/PB/2011TENTANG

PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANGTAK TERTAGIH PADA PADAKEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA

Page 45: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANNOMOR PER- 82/PB/2011

TENTANG

PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH

PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka terwujudnya penyajian piutang di neracaterjaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapatdirealisasikan, perlu dilakukan penyisihan piutang tak tertagih;

b. bahwa sesuai dengan Pasal 75 Peraturan Menteri KeuanganNomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan PelaporanKeuangan Pemerintah Pusat, Direktur Jenderal Perbendaharaanmengatur ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunanlaporan keuangan bagi entitas pelaporan dan pos-pos tertentuyang memerlukan perlakuan khusus;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan PiutangTak Tertagih Pada Kementerian Negara/Lembaga;

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentangBagan Akun Standar;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentangSistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentangKualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan PembentukanPenyisihan Piutang tak tertagih;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANTENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAKTERTAGIH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksuddengan:

1. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepadaKementerian Negara/Lembaga dan/atau hak KementerianNegara/Lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibatperjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

Page 46: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

2. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yangdiukur berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.

3. Penyisihan Piutang Tak tertagih adalah cadangan yang harusdibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutangberdasarkan penggolongan kualitas piutang.

4. Piutang Jangka Pendek adalah piutang yang akan jatuh tempoatau akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan sejaktanggal pelaporan.

5. Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempoatau akan direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggalpelaporan.

6. Neraca adalah komponen laporan keuangan yangmenggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporanmengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

7. Catatan atas Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikaninformasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atasnilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran,neraca, dan laporan arus kas dalam rangka pengungkapan yangmemadai

8. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnyadisebut UAKPA, adalah unit akuntansi instansi yang melakukankegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja, termasuksatuan kerja perangkat daerah yang menerima alokasi danadekonsentrasi/tugas pembantuan.

9. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yangselanjutnya disebut UAPPA-W, adalah unit akuntansi instansi yangmelakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuanganmaupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayahkerjanya.

10. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1, yangselanjutnya disebut UAPPA-E1, adalah unit akuntansi instansiyang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuanganmaupun barang seluruh UAPPA-W yang berada di wilayahkerjanya serta UAKPA yang langsung berada di bawahnya.

11. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebutUAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat KementerianNegara/Lembaga (Pengguna Anggaran) yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruhUAPPA-E1 yang berada di bawahnya.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Pedoman akuntansi penyisihan piutang tak tertagih yang diaturdalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini meliputi:

a. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembagaberdasarkan pungutan pendapatan negara, tidak termasuk dilingkungan Bendahara Umum Negara;

Page 47: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

b. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembagaberdasarkan perikatan, tidak termasuk uang muka belanja,belanja dibayar dimuka, serta pinjaman dan penerusanpinjaman;

c. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembagakarena Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.

(2) Jurnal standar dan akun-akun yang tercantum dalam Lampiranyang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan ini meliputi seluruh akun penyisihan piutang taktertagih, termasuk piutang perpajakan dan piutang ataspelaksanaan tugas Menteri Keuangan selaku BUN.

BAB III

AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH

Pasal 3

(1) UAKPA melakukan akuntansi penyisihan piutang tak tertagihterhadap piutang yang dimiliki dan/atau dikuasainya.

(2) Penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diterapkan terhadap piutang jangka pendek dan piutang jangkapanjang.

(3) Penghitungan penyisihan piutang tak tertagih dijabarkan di dalamKartu Penyisihan Piutang Tak tertagih sesuai dengan Format yangtercantum pada Lampiran I Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan ini.

(4) Nilai penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak bersifat akumulatif tetapi ditetapkan setiap semesterdan tahunan sesuai perkembangan kualitas piutang.

(5) Tata cara penetapan kualitas piutang dan besarnya tarifpenyisihan piutang tak tertagih dilaksanakan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai kualitaspiutang Kementerian Negara/Lembaga dan pembentukanpenyisihan piutang tak tertagih sebagaimana Lampiran PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan ini.

Pasal 4

Untuk mendukung pencatatan akuntansi, UAKPA melakukanpenatausahaan piutang yang mengacu kepada Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan yang mengatur mengenai PetunjukTeknis Penatausahaan Piutang PNBP pada Satuan KerjaKementerian Negara/Lembaga.

Pasal 5

Berdasarkan Kartu Penyisihan Piutang sebagaimana tersebutpada Pasal 3 ayat (3), UAKPA melakukan pencatatan ataspenyisihan piutang tak tertagih di dalam sistem akuntansi yangdibuat setiap semester dan tahunan dengan menggunakanformulir jurnal aset sesuai dengan Format yang diatur dalamLampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan ini.

Page 48: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB IV

TATA CARA PELAPORAN SERTA PENYAJIAN DANPENGUNGKAPAN

Pasal 6

(1) UAKPA menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalamneraca setiap semester dan tahunan.

(2) UAKPA mengungkapkan informasi yang lebih rinci tentangpenyisihan piutang tak tertagih di dalam Catatan atas LaporanKeuangan.

(3) UAKPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang taktertagih melalui laporan keuangan ke UAPPA-W atau UAPPA-E1setiap semester dan tahunan.

Pasal 7

(1) UAPPA-W menyajikan dan mengungkapkan penyisihan piutangtak tertagih di dalam laporan keuangan UAPPA-W setiap semesterdan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAKPA.

(2) UAPPA-W mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang taktertagih di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(3) UAPPA-W menyampaikan informasi tentang penyisihan piutangtak tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPPA-E1 setiapsemester dan tahunan.

Pasal 8

(1) UAPPA-E1 menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalamlaporan keuangan UAPPA-E1 setiap semester dan tahunanberdasarkan laporan keuangan UAPPA-W/UAKPA.

(2) UAPPA-E1 mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang taktertagih di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(3) UAPPA-E1 menyampaikan informasi tentang penyisihan piutangtak tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPA setiapsemester dan tahunan.

Pasal 9

(1) UAPA menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalam neracaUAPA setiap semester dan tahunan berdasarkan laporankeuangan UAPPA-E1.

(2) UAPA mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang tak tertagihdi dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(3) UAPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang taktertagih melalui laporan keuangan kepada Menteri Keuangan c.qDitjen Perbendaharaan setiap semester dan tahunan.

Page 49: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB V

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 10

Prosedur Akuntansi Penyisihan Piutang Tak tertagih padaKementerian Negara/Lembaga diatur dalam Lampiran PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan ini.

Pasal 11

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini berlaku sejak tanggalditetapkan dan untuk digunakan mulai penyusunan laporan keuangantahun 2011.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 30 Nopember 2011

DIREKTUR JENDERAL,

AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001

Page 50: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Lampiran I Perdirjen No: PER- 82/PB/2011Tanggal: 30 Nopember 2011

Kementerian/Lembaga: (1)

Eselon I: (2)

Wilayah: (3)

Satuan Kerja: (4)

KARTU PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

PER XX XXXXXXXXXX 20XX (5)

Jenis Piutang : (6)

No. Nama Debitur No & Tanggal SPn Saldo Piutang

(Rp.)

Agunan/Barang Sitaan

KualitasPiutang

Jumlah Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

KeteranganBentukAgunan/Sitaan

NilaiAgunan/

Sitaan

(Rp)

NilaiAgunan/Sitaan

yangdiperhitungkan

(Rp)

SaldoPiutangsetelah

Agunan/Sitaan

(RP)

ProsentasePenyisihan

(%)

JumlahPenyisihan

Piutang(Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9=4-7) (10) (11=9x10) (12)

(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

JUMLAH (19)

Mengetahui:

KPAPetugas Unit PembukuanPiutang PNBP,

Nama (20) Nama (22)

NIP (21) NIP (23)

Page 51: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

PETUNJUK PENGISIANKARTU PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

No. Uraian Isian(1) Diisi dengan kode nama kementerian/lembaga(2) Diisi dengan kode nama unit eselon I(3) Diisi dengan kode dan nama wilayah sesuai setup aplikasi SAKPA(4) Diisi dengan kode dan nama satuan kerja(5) Diisi Per 30 Juni atau 31 Desember Tahun Anggaran berjalan(6) Diisi dengan kode dan jenis piutang negara bukan pajak(7) Diisi dengan nomor urut(8) Diisi dengan nama debitur(9) Diisi dengan nomor dan tanggal SPn

(10) Diisi saldo piutang yang diambil dari Kartu Piutang per posisi tanggal laporan keuangan(Semesteran)

(11) Diisi bentuk agunan sesuai PMK mengenai Kualitas Piutang K/L dan Pembentukan PenyisihanPiutang Tidak Tertagih

(12) Diisi Nilai agunan

(13) Diisi Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sesuai PMK mengenai Kualitas Piutang K/L danPembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

(14) Diisi kualitas piutang sesuai PMK mengenai Kualitas Piutang K/L dan Pembentukan PenyisihanPiutang Tidak Tertagih

(15) Diisi dengan saldo piutang setelah dikurangi nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagaipengurang

(16) Diisi prosentase penyisihan piutang berdasarkan jenis piutang sesuai PMK mengenai KualitasPiutang K/L dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

(17) Diisi dengan saldo penyisihan piutang tak tertagih, yaitu saldo piutang setelah dikurangi nilaiagunan yang dapat diperhitungkan dikalikan prosentase penyisihan piutang yang ditetapkan

(18) Diisi dengan keterangan, misalnya keputusan penetapan kualitas piutang dan/atau tarif penyisihanpiutang, dan lain-lain yang dianggap penting dan relevan

(19) Diisi dengan hasil penjumlahan penyisihan piutang tak tertagih(20) Diisi dengan nama kuasa pengguna anggaran(21) Diisi dengan NIP kuasa pengguna anggaran(22) Diisi dengan nama petugas unit pembukuan PNBP(23) Diisi dengan NIP petugas unit pembukuan PNBP

DIREKTUR JENDERAL,

AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001

Page 52: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Lampiran II Perdirjen No: PER- 82/PB/2011Tanggal: 30 Nopember 2011

FORMULIR JURNAL ASET

Kementerian/Lembaga : (1) No. Doukumen : (5)Eselon I : (2) Tanggal : (6)Wilayah : (3) Tahun Anggaran : (7)Kode Satker : (4)

Jenis Jurnal Aset (8)Kas di Bendaharawan PenerimaKas di bendaharawan PembayarPiutangPersediaanAset TetapAset Lainnya

No(9)

Kode Perkiraan(10)

Uraian Nama Perkiraan(11)

Rupiah (12)Debet Kredit

Dibuat Oleh: (13) Disetujui oleh(14) Direkam oleh: (15)Tanggal : Tanggal : Tanggal :

Page 53: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

PETUNJUK PENGISIAN

FORMULIR JURNAL ASETNo Uraian Pengisian1 Kementerian/Lembaga Diisi dengan kode dan nama kementerian/lembaga2 Eselon I Diisi dengan kode dan nama eselon I3 Wilayah Diisi dengan kode dan uraian kantor wilayah4 Kode Satker Diisi dengan kode dan uraian satuan kerja

5

No. Doukumen Diisi dengan nomor dokumen yang ditetapkan untukformulir jurnal aset. Nomor formulir jurnal aset,ditetapkan dengan dengan menggunakan format“BABT00000” dimana BA= 3 digit kode bagiananggaran, B= bulan pembuatan jurnal, T= tahunpembuatan jurnal, 0000= no. urut

6Tanggal Diisi dengan tanggal pembuatan laporan, dengan

format sebagai berikut: HH-BB-TTTT, HH=hari,BB=bulan, TTTT=tahun

7 Tahun Anggaran Diisi dengan tahun anggaran yang dilaporkan8 Jenis Jurnal Aset Diisi dengan 6 pilihan jurnal yang sesuai9 No. Diisi dengan nomor urut transaksi dengan rincian debet

atau kredit10 Kode Perkiraan Diisi dengan 6 digit kode perkiraan11 Uraian Nama Perkiraan Diisi dengan nama perkiraan sesuai dengan kode

perkiraan12 Rupiah Diisi dengan jumlah rupiah yang didebet atau dikredit13 Dibuat oleh Diisi dengan nama dan tanda tangan staf yang

membuat formulir jurnal aset. Tanggal pembuatanformulir jurnal aset ditulis pada tempat yang disediakan

14 Disetujui oleh Diisi dengan nama dan tanda tangan penanggungjawab yang meneliti dan menyetujui formulir jurnal aset.Tanggal pembuatan formulir jurnal aset ditulis padatempat yang disediakan

15 Direkam oleh Diisi dengan nama dan tanda tangan staf yangmerekam formulir jurnal aset. Tanggal pembuatanformulir jurnal aset ditulis pada tempat yang disediakan

DIREKTUR JENDERAL,

AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001

Page 54: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB IPENDAHULUAN

Paragraph 43 PSAP 01 Lampiran II PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), menyatakan bahwa neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-

pos yang antara lain adalah piutang pajak dan piutang bukan pajak. Hal ini sejalan dengan

basis akuntansi yang diterapkan pemerintah saat ini sebagaimana diatur di dalam paragraph

39 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Lampiran II PP 71 Tahun 2010, yaitu

basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Oleh karena itu,

kementerian negara/lembaga yang memiliki piutang baik piutang pajak maupun piutang

bukan pajak wajib menyajikannya di dalam neraca.

Sesuai dengan paragraph 63 PSAP 01 Lampiran II PP 71 Tahun 2010, piutang

dicatat sebesar nilai nominal, artinya sebesar nilai yang tercantum di dalam dokumen

piutang. Namun demikian, untuk menjaga relevansinya terhadap pengambilan keputusan

serta untuk memperhitungkan ada potensi ketidaktertagihan suatu piutang.

Sehubungan dengan hal tersebut, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)

telah menerbitkan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang

Piutang yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SAP. Buletin teknis ini

menjabarkan lebih rinci tentang jenis-jenis piutang pemerintah, pengakuan, pengukuran, dan

penyajian serta pengungkapan piutang pemerintah dalam laporan keuangan pemerintah.

Lebih lanjut Buletin Teknis tersebut menguraikan tentang penyajian aset berupa

piutang di neraca harus dijaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat

direalisasikan (net realizable value). Untuk itu, diperlukan metode untuk menyesuaikan nilai

piutang berdasarkan kualitas atau tingkat resiko ketidaktertagihannya. Metode yang lazim

digunakan di dalam akuntansi adalah dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih

berdasarkan kualitas piutang pada setiap tanggal pelaporan.

Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang kualitas piutang pada

kementerian negara/lembaga dan tata cara pengukuran penyisihan piutang, pemerintah

telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tanggal 23

November 2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan

Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Ketentuan ini akan diterapkan pada penyusunan Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan K/L mulai tahun anggaran 2011.

Mengingat pengakuan, pengukuran dan penyajian piutang pemerintah tersebut

cukup kompleks maka diperlukan petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan bagi setiap

entitas di dalam melakukan proses akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, dan

Page 55: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

pengungkapan penyisihan piutang tak tertagih di dalam laporan keuangan pemerintah.

Pedoman teknis dimaksud meliputi tata cara penentuan kualitas piutang, penetapan besaran

nilai piutang untuk perhitungan penyisihan, penetapan tarif penyisihan, jurnal standar, dan

akun-akun yang digunakan.

Kementerian negara/lembaga yang tidak melakukan penilaian atas kualitas piutang

yang dimilikinya, tidak melakukan pembentukan Penyisihan Piutang Tak tertagih, dan tidak

melakukan pemantauan dan mengambil langkah-Iangkah yang diperlukan agar hasil

penagihan piutang yang telah disisihkan senantiasa dapat direalisasikan dikenakan sanksi

administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri Keuangan

Page 56: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB II

TATA CARA PENENTUAN KUALITAS PIUTANG DAN PERSENTASEPENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH

A. PENGGOLONGAN KUALITAS PIUTANG

Penggolongan kualitas piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan

besaran tarif penyisihan piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan

mempertimbangkan jatuh tempo dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan oleh

pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutang pada tanggal pelaporan.

Kualitas piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu: kualitas lancar, kualitas kurang

lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.

Beberapa jenis piutang pada beberapa unit eselon I Kementerian Keuangan

memiliki karakteristik yang spesifik, sehingga memerlukan pengaturan tersendiri.

Penggolongan piutang pajak dan kualitas piutang di bidang perpajakan diatur dengan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak, penggolongan piutang pajak dan kualitas piutang di

bidang kepabeanan dan cukai diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai,

sedangkan piutang lainnya seperti Piutang Penerusan Pinjaman diatur dengan Peraturan

Direktur Jenderal Perbendaharaan. Dengan demikian peraturan ini hanya akan membahas

penggolongan kualitas piutang penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang berada di

kementerian negara/lembaga. Namun demikian untuk penetapan kode-kode akun

penyisihan piutang tak tertagih tetap mencakup keseluruhan jenis piutang pemerintah.

Penggolangan kualitas piutang PNBP adalah sebagai berikut:

1. Kualitas lancar : Apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal

jatuh tempo yang ditetapkan.

2. Kualitas Kurang Lancar : Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak

tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan

3. Kualitas Diragukan : Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak

tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan

4. Kualitas Macet : 1) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung

sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan

pelunasan; atau

2) Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang

Page 57: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

B. PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIHKementerian negara/lembaga wajib membentuk Penyisihan Piutang tak tertagih baik

yang umum maupun yang khusus. Penyisihan piutang tak tertagih ditentukan sebagai

berikut:

1. Penyisihan piutang tak tertagih yang umum ditetapkan paling sedikit 5‰ (lima permil)

dari piutang yang memiliki kualitas lancar.

2. Penyisihan piutang tak tertagih khusus ditetapkan sebagai berikut:

a. 10% (sepuluh persen) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah

dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.

b. 50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah

dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.

c. 100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi

dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.

Nilai agunan atau barang sitaan mungkin sama, kurang, atau lebih dari nilai

piutangnya. Agunan atau barang sitaan yang nilainya melebihi saldo piutangnya

diperhitungkan sama dengan sisa piutang. Dengan demikian nilai piutang setelah dikurangi

nilai agunan atau nilai barang sitaan tidak akan minus, paling rendah nol. Hal ini

menunjukkan bahwa piutang yang memiliki nilai agunan atau nilai barang sitaan sama

dengan atau lebih dari nilai piutangnya dianggap terbebas dari risiko tak tertagih.

Prosentase penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan berdasarkan kualitas piutang

pada tanggal pelaporan dengan mengabaikan prosentase penyisihan piutang tak tertagih

periode pelaporan sebelumnya. Dengan demikian, penyisihan piutang tak tertagih

ditetapkan setiap semester berdasarkan kondisi kualitas piutang pada saat itu dan tidak

dilakukan akumulasi atas penyisihan piutang sebagaimana diperlakukan dalam penyusutan

aset tetap.

Berikut Bagan Alur Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Page 58: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

C. NILAI AGUNAN DAN BARANG SITAAN

Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan

penyisihan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut:

1. 100% dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan BI, SBN, garansi bank,

tabungan atau deposito yang diblokir pada bank, emas, dan logam mulia.

2. 80% dari nilai hak tanggungan atas tanah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak

guna bangunan (SHGB) berikut bangunan diatasnya

3. 60% dari nilai jual objek pajak atas tanah besertifikat hak milik (SHM), hak guna

bangunan (SHGB) atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya yang tidak diikat

dengan hak tanggungan

4. 50 % dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat

Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat

pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir

MenilaiKualitas Piutang

Data Piutang

Piutang ygKualitasnyaMenurun?

PENYISIHAN UMUM0,5%

PenyisihanKhusus 10%

PenyisihanKhusus 50%

PenyisihanKhusus 100%

Mulai

PENYISIHAN KHUSUS sesuaiKualitas yang Baru

Kualitas PiutangLANCAR

Kualitas PiutangKURANG LANCAR

Kualitas PiutangDIRAGUKAN

Kualitas PiutangMACET

Peny

isiha

n Pi

utan

g Ti

dak

Tert

agih

Selesai

Ya

Tidak

Page 59: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

5. 50% dari nilai hipotik atas pesawat udara dan kapal Iaut dengan isi kotor paling

sedikit 20 meter kubik

6. 50% dari nilai jaminan fidusia atas kendaraan bermotor

7. 50% dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak

diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan

8. Agunan selain di atas dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam

pembentukan penyisihan piutang tak tertagih setelah mendapat persetujuan dari

Menteri Keuangan

Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan

penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)

ditetapkan sebesar:

100% dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat

berharga negara, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam

mulia

60% dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat hak milik (SHM) , hak guna

bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya

50% dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat

Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat Iainnya yang dilampiri surat

pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir

50% dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang disertai

bukti kepemilikan.

Barang sitaan selain yang di atas tidak diperhitungkan sebagai pengurang dalam

pembentukan penyisihan piutang tak tertagih.

Nilai agunan atau barang sitaan bersumber dari nilai yang dikeluarkan oleh instansi

yang berwenang. Apabila sumber nilai agunan atau barang sitaan tersebut tidak diperoleh,

agunan atau barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang penyisihan

piutang tak tertagih. Menteri Keuangan cq. DJKN berwenang melakukan penilaian kembali

atas nilai agunan dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang

dalam pembentukan penyisihan piutang tak tertagih apabila kementerian negara/lembaga

tidak memenuhi ketentuan. Ketentuan mengenai penilaian agunan atau barang sitaan yang

diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tak tertagih

dilaksanakan secara bertahap dalam 5 (lima) tahun sejak 2010.

Page 60: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Jadi, untuk piutang yang tidak dalam kategori golongan lancar, nilai piutang yang

akan diperhitungkan untuk membentuk penyisihan piutang tak tertagih adalah setelah

dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan yang dapat diperhitungkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Untuk mempermudah pembentukan penyisihan piutang tak

tertagih entitas perlu membuat Kartu Penyisihan Piutang tak tertagih (terlampir).

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini diberikan ilustrasi sebagai

berikut:

Ilustrasi 1

Satuan kerja ABC memiliki piutang PNBP senilai Rp 75 juta yang sudah menunggak 2 bulan

dan telah diterbitkan surat tagihan pertama pada bulan November 2011. Agunan berupa

tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) dengan NJOP Rp 50 juta. Maka

perhitungan pembentukan penyisihan piutang tak tertagih per 31 Desember 2011 adalah

sebagai berikut:

- Nilai piutang yang akan dibuat penyisihannya: 75 juta – (50% x Rp 50 juta) = Rp 50

juta

- Kualitas piutang: kualitas kurang lancar

- Prosentase penyisihan piutang tak tertagih: 10%

- Penyisihan piutang tak tertagih = 10% x Rp 50 juta = Rp 5 juta

Ilustrasi 2

Satuan kerja DEF pada tanggal 31 Desember 2010 memiliki piutang yang sudahdikelompokkan berdasarkan kualitas piutang beserta agunannya seperti berikut ini:

Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet

Nilai Piutang Rp10.000.000,00 Rp1.500.000,00 Rp750.000,00 Rp250.000,00

Agunan Tanah denganhak tanggungan

Honda Astrea Grandtahun 1998

- Tanah tanpa haktanggungan

Nilai Agunan Rp8.000.000,00 Rp2.500.000,00 0 Rp6.000.000,00

Besarnya penyisihan piutang tak tertagih akan dihitung sebagai berikut:

Page 61: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet

Nilai Piutang Rp10.000.000,00 Rp1.500.000,00 Rp750.000,00 Rp250.000,00

Agunan Tanah denganhak tanggungan

Honda AstreaGrand tahun 1998

- Tanah tanpahaktanggungan

Nilai Agunan Rp8.000.000,00 Rp2.500.000,00 0 Rp6.000.000,00

Nilai AgunanygDiperhitungkan

0 = 50% X2.500.000,00

= Rp1.250.000,00

0 = 60% X6.000.000,00

=Rp3.600.000,00

Karena >Rp250.000,00

maka =Rp250.000,00

DasarPengenaan

Rp10.000.000,00 Rp250.000,00 Rp750.000,00 0

% Penyisihan 0,5% 10% 50% 100%

Penyisihan(Rp)

Rp50.000,00 Rp25.000,00 375.000,00 0

D. RESTRUKTURISASI PIUTANG

Kementerian negara/lembaga dapat melakukan restrukturisasi piutang terhadap debitor

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dengan pertimbangan debitor mengalami

kesulitan pembayaran dan/atau debitor memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan

mampu rnemenuhi kewajiban setelah dilakukan restrukturisasi. Cakupan restrukturisasi

meliputi pemberian keringanan hutang,persetujuan angsuran, atau persetujuan penundaan

pembayaran Jadi, restrukturisasi piutang dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi

penerimaan negara.

Page 62: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Restrukturisasi piutang dapat menyebabkan peningkatan kualitas piutang. Perubahan

kualitas piutang setelah persetujuan restrukturisasi dapat diubah oleh kementerian negara/

lembaga adalah sebagai berikut:

- setinggi-tingginya kualitas kurang lancar untuk piutang yang sebelum restrukturisasi

memiliki kualitas diragukan atau kualitas macet; dan

- tidak berubah, apabila piutang yang sebelum rmemiliki kualitas kurang lancar.

Apabila kewajiban yang ditentukan dalam restrukturisasi tidak dipenuhi oleh debitor, maka

kualitas piutang yang telah diubah, dinilai kembali seolah-olah tidak terdapat restrukturisasi.

Berikut ini adalah ilustrasi restrukturisasi piutang pada sebuah kementerian dengan berbagaikondisi debitor:

Pada tanggal 30 Juni 2010, Kementerian “B” mempunyai piutang a.n. Tn. “C” sebesar

Rp1.000.000.000,00 dengan kualitas diragukan. Karena mengalami kesulitan kas, Tn. “C”

mengusulkan restrukturisasi berupa pembayaran secara berkala atau angsuran dengan

skema usulan dari Tn. “C” Rp100.000.000,00 per bulan selama 10 (sepuluh) bulan mulai

bulan Juli 2010.

Kualitas Piutang

SebelumRestrukturisasi

SetelahRestrukturisasi

Debitor tidak memenuhi kewajibanrestrukturisasi

Diragukan Diragukan ataudinaikkan menjadiKurang Lancar

Diragukan atau diturunkan menjadi Macet

% PenyisihanPiutang = 50%

% Penyisihan Piutang =50% atau 10%

% Penyisihan Piutang = 50% atau 100%

Dengan pertimbangan tertentu, Kementerian “B” menerbitkan surat persetujuan pembayaran

secara berkala a.n. Tn. “C”, dengan pembayaran sebesar Rp125.000.000,00 per bulan

selama 8 (delapan) bulan mulai bulan Juli 2010.

Apabila patuh

Page 63: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Perubahan kualitas piutang ditetapkan sendiri oleh K/L dengan memperhatikan kepatuhan

membayar kewajiban oleh debitor. Penghitungan penyisihan piutang per 31 Desember 2010

apabila Tn. “C” tertib melakukan pembayaran:

Pembayaran Tn. “C” = 6 x Rp125.000.000,00 = Rp750.000.000,00

Sisa hutang Tn. “C” kepada Kementerian “B” = Rp250.000.000,00

Kualitas Piutang

Tetap Berubah

Diragukan Dinaikkan menjadi Kurang Lancar

% Penyisihan Piutang = 50% % Penyisihan Piutang = 10%

Penyisihan Piutang = Rp125.000.000,00 Penyisihan Piutang = Rp12.500.000,00

Apabila tidak patuh

Perubahan kualitas piutang ditetapkan sendiri oleh K/L dengan memperhatikan kepatuhan

membayar kewajiban oleh debitor.Penghitungan penyisihan piutang per 31 Desember 2010

apabila Tn. “C” hanya membayar 4 (empat) kali sebesar Rp600.000.000,00 sepanjang bulan

Juli s.d. Desember 2010:

Tn. “C” melakukan pembayaran sebanyak 4 (empat) kali = Rp600.000.000,00

Sisa hutang Tn. “C” kepada Kementerian “B” = Rp400.000.000,00

Kualitas Piutang

Tetap Berubah

Diragukan Diturunkan menjadi Macet

% Penyisihan Piutang = 50% % Penyisihan Piutang = 100%

Penyisihan Piutang =Rp300.000.000,00

Penyisihan Piutang = Rp400.000.000,00

Apabila semula patuh, kemudian tidak patuh

Page 64: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Misalkan, Tn. “C” semula tertib melakukan pembayaran selama 6 (enam) bulan berturut-

turut sepanjang bulan Juli s.d. Desember 2010 sehingga hutangnya telah berkurang sebesar

Rp750.000.000,00. Namun, pembayaran lanjutan di tahun 2011 tidak dilakukan.

Apabila per 31 Desember 2010 kualitas piutangnya sudah dinaikkan menjadi Kurang

Lancar, maka per 30 Juni 2011 kualitas piutangnya dikembalikan seolah-olah tidak ada

restrukturisasi, yaitu Kualitas Diragukan.

Selain itu, diperhatikan juga jangka waktu penurunan kualitas piutangnya yang dihitung

sejak kualitas piutangnya menurun menjadi Kualitas Diragukan. Apabila sejak penurunan

kualitas piutang menjadi Diragukan sudah mencapai batas penurunan kualitas selanjutnya,

maka piutang tersebut digolongkan menjadi Macet.

Kualitas Piutang

Tetap Berubah

Diragukan Diturunkan menjadi Macet

% Penyisihan Piutang = 50% % Penyisihan Piutang = 100%

Penyisihan Piutang = Rp125.000.000,00 Penyisihan Piutang = Rp250.000.000,00

Page 65: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB IIIAKUN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH

I. PENYISIHAN PIUTANG JANGKA PENDEKAkun Uraian

116 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Jangka Pendek

1611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak

11611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak

116111 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPh Migas

116112 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPh NonMigas

116113 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPN

116114 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPnBM

116115 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PBB danBPHTB

116116 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Cukai dan BeaMaterai

116117 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak Lainnya

116118 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Cukai Lainnya

1162 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Bukan Pajak

11621 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Bukan Pajak

116211 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang PNBP

116212 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Lainnya

11622 Penyisihan Piutang Tak tertagih – PT PPA

116221 Penyisihan Piutang Tak tertagih – PT PPA

11623 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangPenerusan Pinjaman

116231 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangPenerusan Pinjaman

116232 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar RDI

116233 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Potensi Tunggakan

Page 66: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Yang Dapat Ditagih

11624 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar Piutang KreditPemerintah

116241 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangKredit Pemerintah Bidang Perkebunan

116242 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangKredit Investasi Pemerintah

1163 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar Tagihan PenjualanAngsuran

11631 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanPenjualan Angsuran

116311 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanPenjualan Angsuran

1164 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

11641 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanTuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

116411 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanTuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

1165 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar Investasi Permanen

11651 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar InvestasiPermanen

116511 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar InvestasiPermanen

1166 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari Kegiatan Operasional BLU

11661 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU Penyedia Barangdan Jasa

116611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PelayananKesehatan

116612 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PelayananPendidikan

116613 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PenunjangKonstruksi

116614 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PenyediaJasa Telekomunikasi

Page 67: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

116619 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PenyediaBarang dan Jasa Lainnya

11662 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaWilayah/Kawasan Tertentu

116621 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaKawasan Otorita

116622 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaKasawan Ekonomi Terpadu

116629 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaKasawan Lainnya

11663 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU Pengelola DanaKhusus Masyarakat

116631 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaDana Investasi

116632 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaDana Bergulir

116639 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaDana Lainnya

11669 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Operasional LainnyaBLU

116691 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari KegiatanOperasional Lainnya BLU

1167 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari Kegiatan Non OperasionalBLU

11671 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa BLU

116711 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa TanahBLU

116712 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa GedungBLU

116713 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa RuanganBLU

116714 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa Peralatandan Mesin BLU

116719 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa LainnyaBLU

Page 68: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

11672 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari Penjualan AsetBLU

116721 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari PenjualanAset Tetap BLU

116722 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari PenjualanAset Lainnya BLU

11679 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Non OperasionalLainnya BLU

116791 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari KegiatanNon Operasional Lainnya BLU

Page 69: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

II. PENYISIHAN PIUTANG JANGKA PANJANG/ASET LAINNYA

155 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Jangka Panjang

1551 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan Angsuran

15511 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan Angsuran

155111 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan PenjualanAngsuran

1552 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

15521 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi

155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih – TuntutanPerbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi

1553 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan Angsuran BLU

15531 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan AngsuranBLU

155311 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan PenjualanAngsuran BLU

1554 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU

15541 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU

155411 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU

1555 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit Pemerintah

15551 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit Pemerintah

155511 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit Pemerintah BidangPertanian dan Perkebunan

155512 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit InvestasiPemerintah

1556 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Penerusan Pinjaman

15561 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Penerusan Pinjaman

155611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Penerusan Pinjaman

155612 Penyisihan Piutang Tak tertagih – RDI

Page 70: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB IV

JURNAL STANDAR

A. PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIHJurnal pembentukan penyisihan piutang tak tertagih dilakukan pada setiap tanggal

neraca, yaitu semesteran dan tahunan. Jurnal dibuat berdasarkan hasil perhitungan

penyisihan piutang tak tertagih untuk setiap jenis piutang berdasarkan kondisi nyata kualitas

piutang pada tanggal pelaporan. Jurnal penyisihan piutang tak tertagih dicatat dengan

menggunakan akun sesuai dengan akun piutang terkait.

Jurnal standar pembentukan penyisihan piutang tak tertagih dikelompokkan menurut

jatuh tempo piutang. Untuk piutang jangka pendek pembentukan penyisihan piutang tak

tertagih adalah dengan mendebet ekuitas dana lancar dan mengkredit akun penyisihan

piutang tak tertagih sebagai berikut:

Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX

Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

Sedangkan untuk satuan kerja badan layanan umum (BLU) jurnalnya adalah sebagai

berikut:

Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX

Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

Untuk piutang jangka panjang pembentukan penyisihan piutang tak tertagih adalah dengan

mendebet akun diinvestasikan dalam asset lainnya dan mengkredit akun penyisihan piutang

tak tertagih sebagai berikut:

Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX

Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

Page 71: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX

Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

B. PENYESUAIAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIHPada tanggal pelaporan berikutnya K/L melakukan evaluasi terhadap perkembangan

kualitas piutang yang dimilikinya. Apabila kualitas piutang masih sama, maka tidak perlu

dilakukan jurnal penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK. Apabila kualitas piutang

menurun, maka dilakukan penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tak tertagih

sebesar selisih antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal

dengan jurnal sebagai berikut:

1. Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek:

Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX

Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek

satker BLU:

Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX

Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

2. Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka panjang:

Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX

Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

Page 72: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX

Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

Sebaliknya, apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat restrukturisasi, maka

dilakukan pengurangan terhadap nilai penyisihan piutang tak tertagih sebesar selisih antara

angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal dengan jurnal sebagai

berikut:

1. Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek:

Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

Cr 31131X Cadangan Piutang XXXXX

Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek

satker BLU:

Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

Cr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX

2. Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka panjang:

Dr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

Cr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX

Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:

Page 73: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

Cr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX

C. PENGHAPUSBUKUAN PIUTANGBerdasarkan keputusan instansi yang berwenang dapat dilakukan penghapusbukuan

terhadap piutang pemerintah. Penghapusbukuan piutang tidak selalu diikuti oleh

penghapustagihan piutang. Oleh karena itu piutang yang sudah dihapusbukukan tetapi tetap

diupayakan penagihannya perlu ditatausahakan secara ekstrakomptabel dan diungkapkan

di dalam CaLK.

Piutang yang sudah dihapusbukukan harus dieliminasi dari neraca. Perlakuan

akuntansi penghapusan piutang dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang dan akun

Penyisihan Piutang Tak tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam surat keputusan

sebagai berikut:

Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

Cr 31131X Cadangan Piutang XXXXX

Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX

Cr 113XXX Piutang XXXXX

Sedangkan jurnal penghapusbukuan untuk satuan kerja BLU:

Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX

Cr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX

Page 74: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX

Cr 113XXX Piutang XXXXX

Untuk piutang jangka panjang atau aset lainnya jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX

Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

Dr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX

Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX

Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang - BLU XXXXX

Cr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX

Dr 31132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya BLU XXXXX

Cr 1556XX Aset Lainnya -BLU XXXXX

Page 75: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

BAB VILLUSTRASI AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH

1. Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 2011 senilai 24 juta yang akan diangsurRp 1 juta per bulan selama 24 bulan setiap tanggal 1 mulai 1 Oktober 2011. Sampai 31Desember 2011 pegawai yang bersangkutan mengangsur tepat waktu.

Tanggal 1 Oktober 2011 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi sebesarRp24.000.000 dengan jurnal sebagai berikut:

Dr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 24.000.000

Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.000.000

Tanggal 31 Desember 2011 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakui beberapaperubahan dalam aset tersebut.

o Mengakui pengurangan Tagihan Tuntutan Ganti Rugi karena pelunasan untukbulan Oktober s.d. Desember 2011

Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 3.000.000

Cr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 3.000.000

o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Dr 311311 Bagian Lancar TGR 12.000.000

Cr 113411 Cadangan Piutang 12.000.000

Page 76: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 12.000.000

Cr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 12.000.000

o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori kualitas lancar.Penyisihan piutang tak tertagih dihitung sebagai berikuto 5/1000 X Rp21.000.000= Rp105.000, alokasi untuk piutang jangka

pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untuk penyisihanbagian lancar TGR= (12.000.000/21.000.000)*Rp105.000=Rp60.000 dansedangkan untuk aset lainnya adalah(9.000.000/21.000.000)*Rp105.000=Rp45.000. Penyesuaian tersebutdicatat dengan jurnal:

Dr 311311 Cadangan Piutang 60.000

Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

60.000

Dr 311311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 45.000

Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 45.000

Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 2011akan disajikan dalam neraca sebagai berikut:

Page 77: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Neraca per 31 Desember 2011

Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 12.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

(60.000)

Piutang jangka pendek neto 11.940.000 Jumlah Kewajiban 0

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 11.940.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

(45.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 8.955.000

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 8.955.000 Jumlah Ekuitas Dana 20.985.000

Jumlah Aset 20.895.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 20.895.000

2. Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 2011 senilai 24 juta yang akan diangsurRp 1 juta per bulan selama 24 bulan. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2011pegawai yang bersangkutan menunggak cicilan pertama, kedua, dan ketiga. Atastunggakan cicilan tersebut telah diterbitkan surat tagihan kedua pada tanggal 25November 2011.Selanjutnya pada tanggal 05 Juni 2012, piutang tersebut dihapusbukukan berdasarkansurat keputusan penghapusbukuan piutang pemerintah.

Tanggal 1 Oktober 2011 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi denganjurnal sebagai berikut:

Dr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 24.000.000

Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2011 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakuibeberapa perubahan dalam aset tersebut.

Page 78: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

o Karena debitor tidak melakukan pembayaran atas utangnya maka tidakdiperlukan jurnal untuk mencatat pengurangan Tagihan Tuntutan Ganti Rugi.

o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Dalam ilustrasi ini reklasifikasi sebesar Rp15.000.000berasal dari piutang tahun 2011 (Rp3.000.000) dan 2012 (Rp12.000.000).Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Dr 113411 Bagian Lancar TGR 15.000.000

Cr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000

Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 15.000.000

Cr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 15.000.000

o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori diragukan. Penyisihanpiutang tak tertagih dihitung sebagai berikuto 50/100 X Rp24.000.000= Rp12.000.000, alokasi untuk piutang jangka

pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untuk penyisihanbagian lancar TGR=(15.000.000/24.000.000)*Rp12.000.000=Rp7.500.000 dan sedangkanuntuk aset lainnya adalah(9.000.000/24.000.000)*Rp12.000.000=Rp4.500.000. Penyesuaiantersebut dicatat dengan jurnal:

Dr 311311 Cadangan Piutang 7.500.000

Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

7.500.000

Page 79: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dr 311311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 4.500.000

Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 4.500.000

Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 2011akan disajikan dalam neraca sebagai berikut:

Neraca per 31 Desember 2011Aset Lancar Kewajiban

Piutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 15.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

(7.500.000)

Piutang jangka pendek neto 7.500.000 Jumlah Kewajiban 0

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 7.500.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

(4.500.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 4.500.000

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 4.500.000 Jumlah Ekuitas Dana 12.000.000

Jumlah Aset 12.000.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 12.000.000

Pada tanggal 30 Juni 2012, penghapusbukuan piutang pemerintah tersebut akan dicatatsebagai berikut:

Dr 116311 Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek 7.500.000

Cr 311311 Cadangan Piutang 7.500.000

Page 80: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000

Cr 113411 Bagian Lancar TGR 15.000.000

Untuk aset lainnya jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr 1556XX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang 4.500.000

Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 4.500.000

Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 9.000.000

Cr 1556XX Tuntutan Ganti Rugi 9.000.000

Neraca Per 30 Juni 2012Aset Lancar Kewajiban

Piutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 0Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

0

Piutang jangka pendek neto 0 Jumlah Kewajiban 0

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 0Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 0

Jumlah Aset 0 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 0

Page 81: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

3. Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 2011 senilai 24 juta yang akandiangsur Rp 1 juta per bulan selama 24 bulan setiap tanggal 1 mulai tanggal 1 Oktober2011. Jaminan atas penyelesaian kerugian tersebut berupa surat kepemilikankendaraan roda dua dengan nilai yang dapat diperhitungkan Rp 6 juta.

Sampai 31 Desember 2011 pegawai yang bersangkutan ternyata tidak mengangsur danatas tagihan pertama dan ke dua (Oktober dan Nopember 2011) telah diterbitkan surattagihan pertama pada tanggal 25 Nopember 2011.

Selanjutnya pada bulan Maret 2012, diterbitkan surat tagihan ke dua atas tagihan yangbelum dilunasi. Bulan Agustus 2011 pegawai yang bersangkutan membayar Rp 10 jutauntuk angsuran Oktober 2011 sampai dengan Juli 2012. Pembayaran angsuranberikutnya dibayar setiap awal bulan oleh yang bersangkutan.

Tanggal 1 Oktober 2011 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi denganjurnal sebagai berikut:

Dr 151211 Tagihan Tuntutan Perbendaraan/GantiRugi 24.000.000

Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2011 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakuibeberapa beberapa perubahan dalam aset tersebut.

o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Reklasifikasi tersebut dicatat dengan jurnal sebagaiberikut:

Dr 113411 Bagian Lancar TGR 15.000.000

Cr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000

Dr 151211 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 15.000.000

Cr 321311 Tagihan TuntutanPerbendaharaan/ Ganti Rugi

15.000.000

Page 82: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori kurang lancar.Penyisihan piutang tak tertagih dihitung sebagai berikut

o 10/100 X (24.000.000-6.000.000)= Rp1.800.000, alokasi untuk piutangjangka pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untukpenyisihan bagian lancar TGR=(15.000.000/24.000.000)*Rp1.800.000=Rp1.125.000 dan sedangkanuntuk aset lainnya adalah(9.000.000/24.000.000)*Rp1.800.000=Rp675.000. Penyesuaian tersebutdicatat dengan jurnal:

Dr 311311 Cadangan Piutang 1.125.000

Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

1.125.000

Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 675.000

Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 675.000

Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 2011akan disajikan dalam neraca sebagai berikut:

Neraca per 31 Desember 2011Aset Lancar Kewajiban

Piutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0 0Bag. Lancar Piutang TGR 15.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

(1.125.000)

Piutang jangka pendek neto 13.875.000 Jumlah Kewajiban 0

Page 83: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 13.875.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

(675.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 8.325.000

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 8.325.000 Jumlah Ekuitas Dana 22.200.000

Jumlah Aset 22.200.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 22.200.000

o Pada tanggal 30 Juni 2012 perlu diakui penambahan penyisihan piutang tak tertagihdalam akuntansi satuan kerja karena pada bulan Maret 2012 telah diterbitkan surattagihan kedua. Kualitas piutang menurun dari kualitas kurang lancar menjadi diragukandan perhitungan untuk penyisihan piutang yang tak tertagih adalah sebagai berikut:o 50/100 x (24 juta – 6 juta )= 9 juta, alokasi untuk penyisihan piutang jangka

pendek adalah (15.000.000/24.000.000)*9.000.000=Rp5.625.000 dan alokasiuntuk penyisihan piutang jangka panjang adalah(9.000.000/24.000.000)*9.000.000=Rp3.375.000

Pada Neraca per 31 Desember 2011 telah dilaporkan penyisihan piutang taktertagih-jangka pendek sebesar Rp1.125.000 maka agar saldo penyisihanPitang tak tertagih pada tanggal 30 Juni 2012 Rp5.625.000 perlu dibuatpenyisihan Piutang Tak tertagih sebesar Rp4.500.000 (5.625.000-1.125.000).Untuk menyajikan penysisihan piutang tak tertagih-jangka panjang sebesarRp3.375.000, diperlukan penambahan penyisihan piutang jangka panjangadalah sebesar Rp2.700.000 (3.375.000-675.000) dengan jurnal sebagaiberikut:

Dr 311311 Cadangan Piutang 4.500.000

Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

4.500.000

Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 2.700.000

Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 2.700.000

Page 84: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Neraca per 30 Juni 2012 akan tampak sebagai berikut:

Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 15.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

(5.625.000)

Piutang jangka pendek neto 9.375.000 Jumlah Kewajiban 0

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 9.375.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

(3.375.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 5.625.000

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 5.625.000 Jumlah Ekuitas Dana 15.000.000

Jumlah Aset 15.000.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 15.000.000

Selanjutnya untuk pengungkapan piutang dalam neraca per 31 Desember 2012, satkerperlu melakukan penyesuaian-penyesuaian sebagai berikut:

o Sampai dengan bulan Desember 2012, debitor telah membayar tunggakansebesar Rp10 juta yang dibayar pada bulan Juli dan mengangsur piutangnyasebesar Rp5.000.000 (Agustus s.d. Desember 2012), transaksi ini dicatatdengan jurnal sebagai berikut:

Dr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000

Cr 111411 Bagian Lancar TGR 15.000.000

o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Dan juga Penyisihan piutang tak tertagih harusdireklasifikasi karena akun diinvestasikan dalam aset lainnya bersaldo nihil.Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Page 85: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dr 113411 Bagian Lancar TGR 9.000.000

Cr 311311 Cadangan Piutang 9.000.000

Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 9.000.000

Cr 151411 Tagihan TuntutanPerbendaharaan/ Ganti Rugi

9.000.000

Dr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR

3.375.000

Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 3.375.000

o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal 31 Desember 2012 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi satkerberubah dari kategori macet menjadi lancar sehingga terjadi penurunan padaakun penyisihan piutang tak tertagih. Perhitungan untuk penyisihan piutang taktertagih tersebut adalah 5/1.000 X Rp9.000.000= Rp45.000.

o Saldo penyisihan bagian lancar piutang tak tertagih per 30 Juni 2012 adalahRp5.625.000, dengan demikian selama satu semester terjadi penurunanpenyisihan piutang sebesar Rp5.580.000 (Rp5.625.000-Rp45.000). Untukmencatat transaksi tersebut dilakukan dengan jurnal berikut ini:

Dr 116611 Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

5.580.000

Cr 311311 Cadangan Piutang 5.580.000

Page 86: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dengan mencatat transaksi tersebut dalam satker maka neraca per 31 Desember 2012akan nampak seperti dibawah ini:

Neraca per 31 Desember 2012

Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 9.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

(45.000)

Piutang jangka pendek neto 8.955.000 Jumlah Kewajiban 0

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 8.955.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 8.955.000

Jumlah Aset 8.955.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 8.955.000

4. Perguruan Tinggi ABC (Satker BLU) memiliki piutang pendapatan uangpendidikan sejak 1 Desember 2011 senilai 4 juta yang belum dilunasi olehmahasiswa sampai dengan 31 Desember 2011. Atas tunggakan tersebut telahditerbitkan surat tagihan pertama pada tanggal 27 Desember 2011. Piutang tersebutdilunasi pada tanggal 02 April 2012

Tanggal 1 Desember 2011 dicatat aset berupa Piutang Pelayanan Pendidikandengan jurnal sebagai berikut:

Dr 113812 Piutang BLU Pelayanan Pendidikan 4.000.000

Cr 311321 Cadangan Piutang - BLU 4.000.000

Page 87: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

o Tanggal 31 Desember 2011, Satker perlu mengakui adanya kemungkinan bahwapiutang tersebut tidak dapat ditagih dengan mengakui penyisihan piutang yang taktertagih, dengan perhitungan sebagai berikut:o Kualitas piutang adalah lancar meskipun sudah dikeluarkan surat teagihan

pertama namun surat tagihan tersebut belum melwati 1 bulan. Dengan demikiantarif penyusutannya sebesar 5 per mil dari piutangRp4.000.000X5/1000= Rp20.000

o Jurnal untuk mencatat penyisihan piutang tak tertagih tersebut adalah

Dr 311321 Cadangan Piutang - BLU 20.000

Cr 116812 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Piutang BLU Pelayanan Pendidikan 20.000

Neraca satker per 31 Desember 2011 akan Nampak sebagai berikut:POSISI NERACA 31 DESEMBER 2011

Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang dr Keg.Opr. BLU 4.000.000 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 0Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

(20.000)

Piutang jangka pendek neto 3.980.000 Jumlah Kewajiban 0

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 3.980.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 3.980.000

Jumlah Aset 3.980.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 3.980.000

o Tanggal 30 Juni 2012, satker perlu mengakui pelunasan piutang pendapatanpendidikan dan penihilan saldo penyisihan piutang tak tertagih. Jurnal untukmembukukan transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Page 88: PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010

Dr 116812 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Piutang BLU Pelayanan pendidikan 20.000

Cr 311321 Cadangan Piutang-BLU 20.000

Dr 311321 Cadangan Piutang-BLU 4.000.000

Cr 113812 Piutang BLU Pelayanan Pendidikan 4.000.000

POSISI NERACA PER 31 DESEMBER 2011

Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 0Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk

0

Piutang jangka pendek neto 0 Jumlah Kewajiban 0

Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman

0 Ekuitas Dana

Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancerTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 0Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg

0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0

Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 0

Jumlah Aset 0 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 0

DIREKTUR JENDERAL,

AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001