pendapatan usahatani cabai rawit merah capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin...

122
PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH (Capsicum frutescens) PETANI MITRA PT. INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR DAN PETANI NONMITRA DI DESA CIGEDUG KECAMATAN CIGEDUG KABUPATEN GARUT SKRIPSI TUBAGUS FAZLURRAHMAN H34080050 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: dodiep

Post on 18-Mar-2019

271 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

A

PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH

(Capsicum frutescens) PETANI MITRA PT. INDOFOOD

FRITOLAY MAKMUR DAN PETANI NONMITRA

DI DESA CIGEDUG KECAMATAN CIGEDUG

KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

TUBAGUS FAZLURRAHMAN

H34080050

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

B

RINGKASAN

TUBAGUS FAZLURRAHMAN. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah

(Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan

Petani Nonmitra di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabubaten Garut.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor. (Di bawah Bimbingan RITA NURMALINA).

Secara umum di Indonesia terjadi peningkatan konsumsi cabai rawit dari

tahun 2004 hingga 2010. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan tingkat

produktivitas cabai rawit tertinggi se-Indonesia pada tahun 2007 hingga 2010

yaitu sebesar 12,04 ton pada tahun 2007; 10,82 ton pada tahun 2008; 14,96 ton

pada tahun 2009; dan 9,32 ton pada tahun 2010. Jumlah produksi cabai rawit Jawa

Barat mengalami fluktuasi pada tahun 2006 hingga 2010. Permasalahan dalam

kegiatan usahatani merupakan salah satu penyebab utama menurunnya tingkat

produksi cabai rawit. Risiko produksi merupakan salah satu faktor penurunan

jumlah produksi cabai rawit. Cabai rawit merupakan komoditas yang mengalami

fluktuasi harga yang disebabkan ketidakseimbangan antara jumlah pasokan

dengan jumlah permintaan konsumen di pasar.

Flutuasi harga dapat mempengaruhi penerimaan usahatani cabai rawit

merah. Terdapat hubungan kemitraan yang telah dijalin oleh PT Indofood Fritolay

Makmur dengan sebagian petani cabai rawit merah di Desa Cigedug Kecamatan

Cigedug Kabupaten Garut. Kemitraan tersebut mampu memberikan kepastian

harga kepada petani cabai rawit merah di Desa Cigedug. Penelitian ini bertujuan

untuk mengkaji keragaan usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, menganalisis tingkat pendapatan usahatani

petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay

Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah

yang tidak menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur.

Proses pengambilan data primer dilaksanakan di Desa Cigedug,

Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut pada bulan Mei hingga Juli 2012. Jumlah

responden dalam penelitian ini berjumlah 24 orang. Responden diambil dengan

menggunakan metode purposive menggunakan data petani yang berasal dari

Gapoktan Cagarit yang disesuaikan dengan karakter petani dan jenis tanaman

tumpang sari yang diusahakan bersama cabai rawit merah. Analisis kualitatif pada

penelitian ini dilakukan dengan mengkaji keragaan usahatani. Analisis kuantitatif

meliputi analisis biaya, penerimaan, pendapatan usahatani dan R/C rasio.

Pengolahan data menggunakan program Microsoft Office Excell 2007 kemudian

disajikan secara tabulasi dan diinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah yang

dilakukan para petani responden baik petani mitra maupun nonmitra di Desa

Cigedug memiliki perbedaan pada proses budidayanya. Perbedaan terdapat pada

penggunaan faktor-faktor input seperti jumlah dan jenis pupuk yang digunakan,

jumlah dan dosis obat-obatan yang digunakan, penggunaan tenaga kerja,

perawatan dan proses pemanenan yang dilakukan. Penggunaan jenis pupuk

cenderung sama namun yang berbeda adalah dosis pupuk yang digunakan. Petani

mitra menggunakan pupuk relatif lebih banyak dibandingkan petani nonmitra.

Sedangkan petani nonmitra lebih banyak menggunakan obat-obatan daripada

Page 3: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

C

petani mitra. Penggunaan pupuk yang baik dan sesuai kebutuhan dapat

meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga baik

pada petani mitra maupun nonmitra secara berturut-turut paling banyak digunakan

pada kegiatan pemanenan, pemeliharaan, pengolahan lahan, dan pemupukan

tambahan. Perawatan yang dilakukan petani mitra relatif lebih intensif sehingga

risiko terserang hama dan penyakit lebih sedikit dibandingkan petani nonmitra.

Besar penerimaan yang berasal dari usahatani cabai rawit merah yang

dihasilkan petani nonmitra lebih sedikit dibandingkan yang dihasilkan oleh petani

mitra yaitu sebesar Rp 204.110.3002,6 sedangkan petani mitra mampu

menghasilkan penerimaan yang berasal dari usahatani cabai rawit merah sebanyak

Rp 307.734.619,72. Hal tersebut disebabkan produktivitas yang diterima petani

mitra lebih tinggi dibandingkan produktivitas yang diterima petani nonmitra.

Biaya total usahatani cabai rawit merah yang dikeluarkan oleh petani mitra adalah

sebesar Rp 83.501.592,36 sedangkan besar biaya total usahatani cabai rawit merah

pada petani nonmitra sedikit lebih besar yaitu sebesar Rp 84.014.177,51. Biaya

total usahatani cabai rawit merah terdiri dari biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Usahatani cabai rawit merah yang dijalankan petani mitra di

Desa Cigedug juga dapat disimpulkan lebih menguntungkan karena memiliki nilai

pendapatan yang lebih tinggi daripada pendapatan petani nonmitra. Besar

pendapatan usahatani cabai rawit merah petani mitra adalah sebesar Rp

224.233.027,36 sedangkan pendapatan usahatani cabai rawit merah petani

nonmitra hanya sebesar Rp 120.096.125,06. Nilai R/C rasio atas biaya total petani

mitra sebesar 3,69 sedangkan nilai R/C rasio atas biaya total petani nonmitra di

Desa Cigedug adalah sebesar 2,43. Nilai tersebut menunjukan bahwa kegiatan

usahatani pada petani mitra lebih efisien daripada petani nonmitra.

Proses kemitraan dapat menjadi pilihan untuk dilakukan bagi petani cabai

rawit merah di Desa Cigedug karena memberikan keuntungan yang lebih besar

serta manfaat lain dilihat dari pendapatan usahatani cabai rawit merah antara

petani mitra dan nonmitra. Peran vendor pada proses kemitraan seharusnya dapat

melibatkan petani cabai rawit yang bermitra secara langsung agar margin sebesar

Rp 5.000,00/kg cabai rawit merah dapat pula dirasakan oleh petani cabai rawit

merah yang menjadi anggota Gapoktan Cagarit dalam proses kemitraan yang

dijalankan. Petani nonmitra tidak mendapatkan pembinaan dari agrofield

Indofood sehingga peran pemerintah daerah setempat melalui Penyuluh Pertanian

Lapang (PPL) sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas per hektar

lahan usahatani cabai rawit merah yang dijalankan oleh petani nonmitra untuk

memberi penyuluhan dan pendampingan mengenai tata cara tanam yang baik.

Penelitian ini belum dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar

pengaruh perubahan penggunaan faktor input produksi terhadap tingkat

produktivitas cabai rawit merah sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh perubahan penggunaan faktor input produksi terhadap

produktivitas cabai rawit merah.

Page 4: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

D

PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH

(Capsicum frutescens) PETANI MITRA PT. INDOFOOD

FRITOLAY MAKMUR DAN PETANI NONMITRA

DI DESA CIGEDUG KECAMATAN CIGEDUG

KABUPATEN GARUT

TUBAGUS FAZLURRAHMAN

H34080050

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 5: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

E

Judul Skripsi : Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum

frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan

Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug

Kabupaten Garut.

Nama : Tubagus Fazlurrahman

NIM : H34080050

Disetujui,

Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 6: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

F

PERYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pendapatan Usahatani

Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay

Makmur dan Petani Nonmitra di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten

Garut” benar-benar hasil karya sendiri dan belum pernah digunakan untuk skripsi

atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber

informasi yang berasar atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Tubagus Fazlurrahman

H34080050

Page 7: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

G

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 November 1990. Penulis

adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syamsul Bahri dan

Ibu Janthi Wijantini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Pengadilan 2 Bogor pada

tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005 di

SLTPN 5 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Bogor

diselesaikan tahun 2008. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif sebagai Ketua Forum

Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) Fakultas Ekonomi dan

Manajemen periode 2010-2011, Badan Pengawas Himpunan Profesi Mahasiswa

Peminat Agribisnis (HIPMA) Departemen Agribisnis periode 2009-2010. Selain

itu, penulis berperan sebagai Ketua Angkatan FEM 45.

Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan, antara lain Pentas Seni

Islam dan Gema Alunan Syukur (PEGAS) pada tahun 2011, Bedah Bogor pada

Tahun 2010 sebagai Kooordinator Publikas Dekorasi dan Dokumentasi (PDD),

Green In Action (Greenation) 3th pada tahun 2010, Agrination pada tahun 2010,

Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Orange FEM pada tahun 2010, dan Masa

Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB pada tahun 2009.

Page 8: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

H

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra

PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra di Desa Cigedug Kecamatan

Cigedug Kabupaten Garut”. Skripsi ini diajukan sebagai syarat dalam

menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaan usahatani cabai rawit

merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, menganalisis

tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan

dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan

usahatani petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan dengan PT

Indofood Fritolay Makmur.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Besar harapan penulis, kiranya penelitian

ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat maupun bagi para

pembaca.

Bogor, Desember 2012

Tubagus Fazlurrahman

Page 9: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

I

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya yang

senantiasadirasakan oleh penulis, terutama selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi tidak lepas dari kerjasama,

doa, dukungan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, sebagai bentuk

rasa syukur kepada Allah SWT pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan motivasi, arahan, dan masukan yang membangun

dengan penuh kesabaran serta mengikutsertakan dalam Penelitian Unggulan

Departemen (PUD) tahun 2012.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku penguji utama yang telah masukan, saran

dan perbaikan untuk penyempurnaan skripsi ini bagi penulis.

3. Dra. Yusalina, M.Si selaku penguji perwakilan Komisi Pendidikan

Departemen Agribisnis yang juga merupakan Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, waktu dan kesabaran

kepada penulis selama menempuh perkuliahan di IPB dan juga dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Orang tua dan keluarga tercinta, Ayah Syamsul Bahri dan Ibu Janthi

Wijantini atas kasih sayang, dukungan, nasehat, dan arahan yang tiada henti-

hentinya diberikan kepada penulis. Karya tulis ini adalah persembahan dan

wujud terima kasih kepada Ayah dan Ibu.

5. Kakak dan adik yang saya sayangi, Tubagus Luqmaniandri dan Tubagus

Rahsa Hanifah atas dukungan dan bantuan yang diberikan.

6. Dr. Muhammad Syukur, SP, Msi selaku Dosen Departemen Agronomi dan

Hortikultura IPB yang telah memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat

khususnya tentang cabai kepada penulis.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah

memberikan pengetahuan dan bantuan selama penulis melakukan

perkuliahan.

Page 10: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

J

8. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) beserta seluruh donatur atas bantuan

dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan studi dan penelitian bagi

penulis.

9. Rizal beserta rekan-rekan Agrofield PT. Indofood Fritolay Makmur, yang

telah bersedia memberi izin, masukan dan saran bagi penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

10. Bapak Odik dan Abdul Basith selaku Camat dan Kepala Desa Cigedug yang

telah memberikan izin, dukungan serta bantuan kepada penulis.

11. Bapak Jajang, Pak Uus, Pak Muchtar, Teh Siti, Teh Wati, The Lilis, Pak

Warjo, Pak Hendar dan seluruh staf Kantor Desa yang telah memberikan

bantuan, semangat dan dukungan bagi penulis selama melakukan penelitian.

12. Bapak H. Amin beserta keluarga atas segala bantuan dan kasih sayang yang

senantiasa diberikan kepada penulis selama tinggal di Desa Cigedug.

13. Bapak Bubun Bunyamin bersama seluruh pengurus Gapoktan Cagarit atas

segala informasi, bantuan dan kerjasamanya kepada penulis.

14. Bapak Dadang dan Pak Hedi beserta seluruh Penyuluh Pertanian Lapang atas

segala bantuan dan informasi yang diberikan kepada penulis.

15. Bapak Dikdik, Kang Aang, Kang Zaenal dan keluarga beserta seluruh warga

Desa Cigedug yang telah memberikan ilmu dan pengalaman tak terlupakan

dalam penelitian ini.

16. Asmayanti selaku rekan satu penelitian atas segala kerjasamanya serta

kesabarannya dalam memberikan dorongan, kritik dan saran dalam proses

penelitian dan penulisan yang dilakukan penulis.

17. Seluruh pihak yang telah mendukung dan berdoa bagi penulis, yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian

penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Tubagus Fazlurrahman

Page 11: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... v

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 4

1.3. Tujuan ...................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

1.5. Ruang Lingkup ........................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

2.1. Cabai Rawit Merah .................................................................. 8

2.2. Budidaya Tanaman Cabai Rawit Merah ................................... 11

2.3. Fluktuasi Harga ........................................................................ 13

2.4. Kemitraan ……………………………………………………. 14

2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................ 15

2.5.1. Penelitian Usahatani ...................................................... 15

2.5.2. Penelitian Kemitraan ..................................................... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 20

3.1.1. Konsep Usahatani ........................................................ 20

3.1.2. Penerimaan Usahatani .................................................. 23

3.1.3. Biaya Usahatani ……………………………………… 23

3.1.4. Pendapatan Usahatani ................................................... 24

3.1.5. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) ............. 25

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 25

IV. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 29

4.2. Metode Pengumpulan Data .................................................... 29

4.3. Metode Penarikan Contoh ...................................................... 29

4.4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 30

4.4.1. Analisis Keragaan Usahatani ....................................... 30

4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani .................................... 30

4.4.3. Analisis Perbandingan Penerimaan dan Biaya

(R/C ratio) ……………………………………………… 32

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... 34

5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut ................ 34

5.2. Keadaan Umum Wilayah Desa Cigedug ................................. 38

5.3. Karakteristik Petani Cabai Rawit Merah ................................. 39

5.3.1. Usia dan Pengalaman Petani Responden ....................... 39

5.3.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden ........................... 41

5.3.3. Luas dan Status Pengelolaan Lahan .............................. . 42

5.3.4. Jenis dan Pola Tanam Tumpang Sari ............................. 43

Page 12: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

ii

VI. KERAGAAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH .............. 45

6.1. Kondisi Usahatani Cabai Rawit Merah Desa Cigedug ............ 45

6.1.1. Pengolahan Lahan ......................................................... 46

6.1.2. Penyemaian Benih dan Pembibitan …………………… 48

6.1.3. Penanaman .................................................................... 50

6.1.4. Pemeliharaan Tanaman ................................................. 53

6.1.5. Panen ............................................................................. 55

6.1.6. Pemasaran Hasil Panen .................................................. 56

6.2. Kondisi Kemitraan di Desa Cigedug ....................................... 57

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT

MERAH ............................................................................................ 61

7.1. Sistem Usahatani Cabai Rawit Merah ...................................... 61

7.1.1. Bibit ................................................................................ 61

7.1.2. Lahan …………………………………………………… 62

7.1.3. Tenaga Kerja ……………………………………………. 63

7.1.4. Alat-Alat Pertanian …………………………………….. 65

7.2. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah ………….. 67

7.2.1. Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah

Petani Mitra ……………………………………………... 68

7.2.2. Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra …….. 68

7.2.3. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah

Petani Mitra …………………………………………….. 70

7.2.4. Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah

Petani Nonmitra ………………………………………... 72

7.2.5. Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra … 73

7.2.6. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah

Petani Nonmitra ………………………………………... 74

7.3. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit

Merah Petani Mitra dan Nonmitra …………………………… 76

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 79

8.1. Kesimpulan …………………………………………………... 79

8.2. Saran …………………………………………………………. 80

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 81

LAMPIRAN ……………………………………………………………. 83

Page 13: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Cabai Rawit

Jawa Barat, 2006-2010 ………………………………………. 2

2. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Ratio

Per Hektar Per Tahun Tanaman Musiman ………………….... 33

3. Perbandingan Rata-rata Luas Tanam Kentang, Tomat,

Cabe Besar, dan Cabai Rawit di Kabupaten Garut

Tahun 2011-2012 …………………………………………….. 35

4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Rawit

di Tingkat Kecamatan Kabupaten Garut Tahun 2009-2011 …. 38

5. Sebaran Petani responden berdasarkan pengalaman usahatani

cabai rawit merah di desa cigedug tahun 2012 ……………….. 41

6. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Desa Cigedug tahun 2012 ………………………………….. 42

7. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Lahan Tahun 2012 ……………………………………………. 43

8. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah

Petani Mitra Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam

Di Desa Cigedug Tahun 2011 ………………………………… 63

9. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah Petani

Nonmitra Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam

Di Desa Cigedug Tahun 2011 ……………………………….. 65

10. Penggunaan Peralatan Usahatani Cabai Rawit Merah Untuk

Satu Musim Tanam Di Desa Cigedug Per Ha Luasan Lahan ... 66

11. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra

Di Desa Cigedug Per Hektar Luasan Lahan Untuk Satu

Musim Tanam ………………………………………………… 71

12. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra

Di Desa Cigedug Per Hektar Luasan Lahan Untuk Satu

Musim Tanam ………………………………………………... 75

Page 14: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Pendapatan Usahatani

Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) (Kasus : Petani

Mitra PT Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra

Di Desa Cigedug Kec. Cigedug Kab. Garut ………………….. 28

2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut

Tahun 2007-2011 ……………………………………………... 34

3. Perbandingan Jumlah Produksi Cabai Besar dan Cabai Rawit

Kabupaten Garut Tahun 2001-2011 ………………………….. 37

4. Perbandingan Kelompok Usia Responden …………………… 40

5. Perbandingan Luas Lahan Petani Responden ………………... 42

6. Bagan Alur Proses Prooduksi Usahatani Cabai Rawit Merah

Di Desa Cigedug ……………………………………………… 46

7. (a) Pola Tanam Sejajar ; (b) Pola Tanam Menyilang ………… 48

8. Jarak dan Pola Tanam Cabai Rawit, Kol, dan Tomat Merah

di Desa Cigedug ……………………………………………… 51

Page 15: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perkembangan Konsumsi Cabai Rawit Dalam Rumah Tangga .. 84

2. Perbandingan Besar Konsumsi Cabai Rawit dengan

Cabai Merah dan Cabai Hijau Dalam Rumah Tangga

di Indonesia,2004-2010 ………………………………………… 85

3. Produksi Cabai Rawit (ton) Menurut Provinsi 2007-2010 …….. 86

4. Produktivitas Cabai Rawit (ton/ha) Menurut Provinsi

Tahun 2007-2010 ………………………………………………. 87

5. Perkembangan Harga Rata-rata (Rp) Jenis Cabai Rawit Merah

di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, 2011 ………………………. 86

6. Luas Areal Tanam (ha) Cabai Rawit Tahun 2005-2009

Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat …………………… 87

7. Harga Rata-rata Mingguan Cabai Rawit Merah di Tingkat

Petani dan Pasar Induk Kramat Jati ……………………………. 88

8. Contoh Kontrak Kemitraan Gapoktan dengan

PT. Indofood Fritolay Makmur ………………………………… 89

9. Kuesioner Pendapatan Petani Cabai Rawit ……………………. 95

10. Dokumentasi Penelitian ………………………………………… 103

Page 16: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura

(2008)1 komoditi unggulan pada tanaman sayuran selain bawang merah adalah

cabai. Di Indonesia secara umum masyarakat mengenal dua jenis cabai yakni

cabai besar dan cabai kecil (rawit). Cabai rawit merupakan salah satu jenis cabai

yang banyak dikonsumsi sebagai bahan bumbu masakan sehari-hari. Beragamnya

jenis masakan nusantara yang menggunakan cabai rawit sebagai bahan baku

membuat kebutuhan akan cabai rawit pada masyarakat Indonesia semakin besar.

Cabai rawit dipercaya dapat meningkatkan selera makan bagi sebagian orang

(Setiadi, 2005).

Di Indonesia terjadi peningkatan konsumsi cabai rawit dari tahun 2004

hingga 2010. Besar konsumsi cabai rawit pada tahun 2004 yang mencapai 1,147

kg/kapita dan mengalami peningkatan menjadi 1,298 kg/kapita pada tahun 2010

dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya mencapai 2,49 persen2. Namun,

tingkat konsumsi cabai rawit dari tahun ke tahunnya cenderung mengalami

fluktuasi. Peningkatan konsumsi cabai rawit diprediksi masih akan terjadi pada

tahun 2011. Besar peningkatan tersebut diperkirakan mencapai 1,307 kg/kapita

atau naik 0,66 persen dibandingkan tahun 2010. Pada tahun 2012 juga

diperkirakan konsumsi cabai rawit akan kembali meningkat sebesar 0,66 persen

dari besar konsumsi 2011 (Lampiran 1).

Pemenuhan kebutuhan konsumsi cabai rawit nasional yang semakin

meningkat dapat ditunjang oleh peningkatan produksi cabai rawit. Kemampuan

produksi cabai rawit dipengaruhi oleh perkembangan luas lahan dan tingkat

produktivitas cabai rawit pada daerah tertentu. Provinsi Jawa Barat merupakan

1 http://hortikultura.go.id/download/6_Pilar.pdf [diakses tanggal 22 Januari 2012]

2 BPS. 2012. Perkembangan Konsumsi Cabai Rawit Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2004-

2012

Page 17: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

2

provinsi dengan tingkat produktivitas cabai rawit tertinggi se-Indonesia3. Namun,

produktivitas cabai rawit Jawa Barat mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya

(Tabel 1).

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Cabai Rawit Jawa Barat, 2006-

2010

Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas

(ton/ha) Produksi (ton)

2006 6,66 11,00 73,30

2007 6,62 12,04 79,71

2008 6,77 10,82 73,26

2009 7,11 14,96 106,30

2010 8,47 9,32 78,90

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2011 (Diolah)

Kegiatan usahatani cabai rawit pada umumnya memiliki risiko yang sering

dihadapi oleh petani. Permasalahan/kendala utama antara lain risiko gagal panen,

tidak adanya kepastian jual, harga yang berfluktuasi, kemungkinan rendahnya

margin usaha, dan lemahnya akses pasar. Musim penghujan merupakan salah satu

faktor pada budidaya yang menyebabkan penurunan jumlah produksi cabai rawit.

Air hujan yang sangat lebat dapat menyebabkan bunga sebagai bakal buah

menjadi berguguran (Harpenas dan Dermawan 2011). Pada musim penghujan

tanaman cabai rawit lebih rentan terhadap penyakit seperti layu fusarium dan layu

bakteri (pseudomonas) sedangkan pada musim kemarau tanaman cabai rawit

rentan terhadap serangan hama. Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan

penurunan jumlah produksi sehingga berisiko pula menurunkan besar penerimaan

yang diperoleh petani. Salah satu upaya mencegah serangan hama dan penyakit

adalah menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida dapat meningkatkan biaya

usahatani cabe rawit terutama pada penggunaan fungisida dan bakterisida guna

menanggulangi layu fusarium dan bakteri pseudomonas.4 Cabai rawit memiliki

sifat perishable atau mudah rusak terutama kerusakan terjadi pada saat

3 Deptan. 2010. Produktivitas Cabai Rawit http://www.deptan.go.id/ [diakses pada 2 Februari

2012] 4 Forum Kerjasama Agribisnis. 2008. Budidaya Cabai Rawit Pada Musim Penghujan

http://foragri.blogsome.com [diakses pada 17 September 2012]

Page 18: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

3

pengemasan dan pengangkutan. Risiko-risiko tersebut akan secara langsung

mempengaruhi jumlah pendapatan petani.

Terdapat dua jenis cabai rawit yang banyak di konsumsi masyarakat yaitu

cabai rawit hijau yang termasuk ke dalam spesies C.annum dan cabai rawit merah

yang termasuk spesies C. frutescens. Cabai rawit merah memiliki rasa lebih pedas

dibandingkan dengan jenis cabai rawit hijau sehingga lebih digemari masyarakat

(Setiadi 1999). Tingginya tingkat konsumsi cabai rawit khususnya cabai rawit

merah menunjukkan tersedianya peluang pasar bagi produsen cabai rawit merah

(Lampiran 2).

Cabai rawit merah memiliki harga yang sangat fluktuasi bila dibandingkan

dengan jenis cabai lainnya termasuk cabai rawit hijau. Banyaknya jumlah pasokan

(over supply) cabai rawit merah di pasar menyebabkan rendahnya harga jual cabai

rawit di pasaran. Harga cabai rawit merah akan meningkat signifikan ketika

pasokan cabai rawiit merah di pasar tidak dapat memenuhi permintaan

konsumen5. Berdasarkan data dari Pasar Induk Kramat Jati sebagai Pasar Acuan

Nasional dapat diketahui bahwa harga rata-rata cabai rawit merah tertinggi terjadi

pada bulan Januari 2011 yang mencapai Rp 75.964/kg. Akan tetapi, harga

terendah cabai rawit merah hingga mencapai Rp 8.957/kg pada delapan bulan

kemudian. Ketidakpastian harga yang didapat oleh petani dapat menyebabkan

banyak petani mengalami kesulitan dalam menjaga kesinambungan produksinya

akibat kekurangan modal (Lampiran 5). Dibutuhkan sebuah sistem pemasaran

yang dapat memberikan jaminan harga tetap kepada petani, salah satunya adalah

melalui kemitraan.

Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra penghasil cabai rawit merah

terbesar di Propinsi Jawa Barat. Luas areal tanam cabai rawit Kabupaten Garut

merupakan yang terbesar dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat. Potensi

luas lahan sebesar 1.314 hektar pada tahun 2005 yang mengalami peningkatan

menjadi 1.463 hektar pada tahun 2009 berbanding terbalik dengan salah satu

penghasil cabai rawit di Jawa Barat yaitu Kabupaten Cianjur. Luas areal

Kabupaten Cianjur mengalami penurunan menjadi 921 hektar pada tahun 2009

5 Redaksi Agromedia. 2011. Petunjuk Praktis Bertanam Cabai. Jakarta : PT Agromedia Pustaka

Page 19: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

4

yang semula memiliki luas arela tanam sebesar 1.061 hektar pada tahun 2005 serta

belum menjalin kemitraan (Lampiran 6).

Desa Cigedug Kecamatan Cigedug adalah salah satu daerah yang

membudidayakan cabai rawit merah di Kabupaten Garut dan telah menjalankan

kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Petani mitra adalah petani cabai

rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur

karena lebih memilih untuk tidak mengambil risiko dalam menjalankan usahatani

cabai rawit merah dengan harga jual yang berfluktuasi di pasar. Beberapa manfaat

yang ditawarkan oleh PT indofood Fritolay Makmur dalam menjalin proses

kemitraan antara lain adalah harga jual yang tetap, pasar yang tetap serta sarana

berupa bantuan pinjaman modal dalam bentuk benih serta adanya pembinaan

selama menjalankan usahatani cabai rawit merah. Sedangkan petani nonmitra

adalah petani cabai rawit merah yang lebih memilih untuk mengambil risiko untuk

menjalankan usahatani cabai rawit merah dengan tetap berharap pada peningkatan

drastis harga cabai rawit merah di pasar pada waktu yang belum dapat ditentukan.

Petani yang menjalankan kemitraan bersama PT Indofood Fritolay

Makmur tergabung kedalam Gabungan Kelompok Tani Cabai Garut Intan

(Gapoktan Cagarit) yang berfungsi sebagai salah satu unit usaha pemasaran cabai

rawit merah di Desa Cigedug. Gapoktan Cagarit juga berperan sebagai vendor

bagi PT. Indofood Fritolay Makmur yaitu merupakan sebuah lembaga dalam

rantai pemasaran yang berfungsi mengumpulkan hasil produksi dari petani Desa

Cigedug, menyortir dan melakukan pengiriman, serta membuat kesepakatan harga

dengan PT. Indofood Fritolay Makmur.

1.2. Rumusan Masalah

Naiknya permintaan akan komoditi cabai rawit pada waktu tertentu

menyebabkan terjadinya fluktuasi harga di pasar. Ketika harga cabai rawit

mengalami peningkatan, petani akan berlomba-lomba untuk menanam tanaman

cabai rawit pada lahannya. Namun, jika harga cabai rawit di pasar sedang

mengalami penurunan maka petani dengan mudahnya mengganti komoditi yang

mereka tanam dengan tanaman hortikultura lainnya selain cabai rawit. Informasi

harga cabai rawit merah yang akan datang di pasar tidak dapat diketahui secara

Page 20: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

5

pasti oleh petani. Hal itu terjadi akibat penyebaran informasi yang tidak sempurna

yang berasal dari pasar kepada petani selaku produsen.

Ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dengan jumlah permintaan

yang dibutuhkan konsumen merupakan faktor penyebab utama terjadinya

fluktuasi harga pada komoditas pertanian. Sesuai dengan hukum supply dan

demand dalam pasar maka semakin tinggi jumlah pasokan (supply) hingga terjadi

sebuah excess supply akan berdampak pada turunnya harga suatu komoditas.

Begitu juga sebaliknya, jika banyaknya permintaan (demand) lebih besar daripada

jumlah pasokan (supply) yang ada akan menyebabkan kenaikkan harga komoditi

pertanian. Pola produksi secara alami (on sesason dan off season) dan pola tanam

yang digunakan oleh petani merupakan salah satu faktor penyebab

ketidakseimbangan di sisi supply.

Tanaman cabai rawit termasuk tanaman musiman dengan waktu tanam

mencapai 7 sampai 8 bulan mulai dari pembibitan hingga pemanenan. Penanaman

cabai rawit yang dilakukan oleh para petani cabai rawit di Desa Cigedug biasa

dilaksanakan pada akhir musim penghujan ataupun pada awal musim kemarau.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari musim penghujan karena tanaman

cabai rawit rentan akan penyakit saat musim penghujan.

Setiap daerah penghasil cabai rawit merah memiliki pola dan waktu tanam

yang berbeda. Perbedaan inilah yang akan menyebabkan fluktuasi supply cabai

rawit di beberapa pasar induk yang menjadi acuan harga nasional seperti Pasar

Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Cibitung mengalami fluktuasi harga. Kondisi

ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi dan kerjasama antar kabupaten

sentra produksi dalam hal jaringan informasi pasar, perkembangan produksi,

perkembangan luas tanam, penggunaan teknologi, dan tidak ada informasi alur

distribusi atau jaringan pemasaran baik di tingkat regional maupun pasar lokal6.

Petani menjadi pihak yang sering kali dirugikan akibat adanya fluktuasi

harga. Sebagai produsen petani tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam hal

penentuan harga dipasar sehingga petani hanya berperan sebagai price taker.

Petani juga harus menghadapi risiko produksi dalam kegiatan usahatani. Oleh

6 Dinas Tanaman dan Hortikultura kabupaten Garut. 2009. Profil Cabai

http://www.garutkab.go.id/ [diakses tanggal 25.Januari 2012]

Page 21: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

6

karena itu, fluktuasi harga yang terjadi sangat mempengaruhi penerimaan yang

diterima oleh petani sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan tingkat

pendapatan usahatani. Kemitraan merupakan salah satu alternatif bagi petani agar

mendapat kepastian harga pada hasil produksinya.

Kemitraan yang terjalin antara petani Desa Cigedug dengan PT Indofood

Fritolay Makmur dilandasi oleh prinsip saling menguntungkan dan saling

membesarkan usaha. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: (1)

adanya fluktuasi harga yang tajam dirasakan oleh petani; (2) modal petani yang

terbatas; dan (3) kebutuhan pasokan cabai rawit merah bagi pabrik PT. Indofood

Fritolay Makmur. Kemitraan ini telah memberikan kepastian harga yang akan

diterima oleh petani cabai rawit merah sebesar Rp 10.000,00/kg yang berasal dari

vendor. Sementara itu, vendor menerima harga sebesar Rp 15.000/kg dari PT.

Indofood Fritolay Makmur. Sehingga terdapat margin sebesar Rp 5.000,00/kg

yang diperoleh pihak vendor. Margin tersebut merupakan gambaran risiko biaya

yang dikeluarkan oleh pihak vendor atas aktifitas-aktifitas seperti biaya

pengumpulan, penyortiran, biaya penyusutan dan biaya transportasi.

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana keragaan usahatani cabai rawit di Desa Cigedug Kecamatan

Cigedug Kabupaten Garut?

2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah yang

menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur?

3. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah yang

tidak menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur?

1.3. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1 Mengkaji keragaan usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

2 Menganalisis tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah yang

menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur.

3 Menganalisis tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah yang

tidak menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur.

Page 22: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

7

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ditujukan kepada :

1. Para petani cabai rawit, sebagai informan dan narasumber untuk

membantu dalam perencanaan analisis pendapatan usahatani antara yang

bermitra dan yang tak bermitra.

2. Lembaga terkait, sebagai bahan masukan dan acuan dalam membentuk dan

membuat kebijakan yang berpihak pada petani.

3. Pihak peneliti lainnya, sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

4. Mahasiswa, sebagai salah satu bahan referensi mengenai usahatani cabai

rawit dan untuk pengetahuan pembaca.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dengan lingkup regional yaitu Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut dengan cabai rawit merah sebagai komoditi

yang diteliti. Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani

cabai rawit merah, baik yang telah menjalin kemitraan dengan PT. Indofood

Fritolay Makmur maupun yang tidak menjalin kemitraan di Desa Cigedug.

Definisi dari petani cabai rawit merah adalah petani yang membudidayakan

tanaman cabai rawit minimal satu kali dalam satu kali musim tanam di Desa

Cigedug.

Analisis kajian dibatasi untuk melihat perbandingan tingkat pendapatan

usahatani cabai rawit merah antara petani yang menjalin kemitraan dengan PT

Indofood Fritolay Makmur dan petani yang tidak menjalin kemitraan. Analisis

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis keragaan usahatani, analisis

pendapatan usahatani berdasarkan pendekatan penerimaaan dan biaya usahatani,

dan analisis R/C rasio untuk melihat tingkat efisiensi usahatani cabai rawit merah.

Page 23: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cabai Rawit Merah

Cabai termasuk kedalam jenis tanaman sayuran. Awalnya tanaman

sayuran ini dikenal sebagai tanaman perkebunan rakyat, namun sekarang lebih

dikenal dengan nama hortikultura (Sunarjono 2006, diacu dalam Siregar 2008).

Tanaman jenis ini dapat berbentuk perdu, rumput, semak, atau pohon akar

tunggang dengan akar samping yang dangkal serta memiliki banyak cabang pada

bagian batangnya. Daunnya panjang, berwarna hijau tua dengan ujung runcing

(oblongus acutus). Cabai memilki bunga sempurna dengan benang sari yang

saling lepas. Pada umumnya bunga cabai berwarna putih dengan bentuk seperti

terompet kecil. Bentuk pertumbuhannya tegak pendek, menjulang, atau menjalar

dengan hasil berupa umbi, bunga, buah atau biji. Tanaman ini tersebar ke negara-

negara benua Amerika, Eropa, dan Asia termasuk Indonesia. Cabai termasuk

kedalam family terong-terongan dan merupakan tanaman semusim berbentuk

perdu.

Cabai memiliki nama ilmiah Capsicum sp. berasal dari daerah Peru benua

Amerika. Menurut Pickersgill (1989) diacu dalam Inti (2000) terdapat lima

spesies cabai, yaitu Capsicum annum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense,

Capsicum bacctum dan Capsicum pubescens. Diantara kelima spesies tersebut

yang memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan adalah Capsicum frutescens

atau cabai rawit merah. Spesies ini banyak banyak dibudidayakan di Indonesia

bersama dengan cabai rawit hijau (Capsicum annum). Keduanya memiliki

karakteristik yang serupa teteap tidak sama. Varietas cabai rawit merah yang

sering dibudidayakan oleh petani Indonesia adalah varietas cakra putih dengan ciri

fisiologis saat muda buahnya berwarna putih kekuningan yang berubah merah

cerah saat masak. Sedangkan cakra hijau merupakan varietas cabai rawit merah

dimana saat tanaman muda buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah

merah (Prajnanta, 2004).

Capsicum frutescens atau cabai rawit merah memiliki batang yang

berbuku-buku dan bersudut, daunya tidak berbulu, berbentuk bundar telur sampai

lonjong. Panjang daunnya berkisar antara 1 - 12 cm. Bunga Capsicum frutescens

Page 24: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

9

keluar dari ketiak daun, dengan mahkota bunga berbentuk seperti bintang,

berwarna putih, putih kehijauan, atau ungu. Buahnya tegak (pada hibrida

merunduk), berbentuk bulat telur atau lonjong. Panjang buah berkisar antara 1 – 3

cm dan lebarnya 0,25 – 1,2 cm. Buahnya muda berwarna hijau tua putih atau putih

kehijau-hijauan. Buah tua yang berwarna hijau tua akan berubah warna menjadi

hijau kemerah-merahan, lalu menjadi merah. Buah tua yang berwarna putih akan

berubah warna menjadi kuning kemerah-merahan, setelah itu berubah warna

menjadi merah menyala (jingga). Selain itu, buah tua dapat juga mengalami

perubahan warna dari putih kehijau-hijauan menjadi kemerah-merahan, lalu

menjadi merah.

Capsicum baccatum memiliki batang yang lebih pendek dari Capsicum

frutescens. Bunganya memiliki mahkota yang kecil dengan panjang sekitar 1 cm.

Buahnya berbentuk telur dengan bagian tengah yang mengembung. Di Indonesia

keberadaan Capsicum baccatum belum diketahui. Capsicum chinense memiliki

ketinggian sekitar 75 cm. Posisi bunganya tegak, setengah menggantung, atau

menggantung. Mahkotanya berwarna kuning kehijau-hijauan. Buahnya tumbuh

menggerombol (3-5 buah per gerombol). Tangkai buah agak besar, melengkung,

dan bagian antara tangkai buah kelihatan mengerut. Buah tua berwarna jingga

(merah menyala). Sama halnya dengan Capsicum baccatum keberadaannya di

Indonesia belum diketahui (Setiadi, 1999).

Bagian buah dari tanaman cabai rawit merah merupakan bagian yang biasa

dikonsumsi oleh manusia. Buah cabai kaya akan kandungan gizi dan vitamin

diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, B1 dan

vitamin C. Cabai rawit merah banyak memiliki kandungan yang bermanfaat dan

tidak dimiliki oleh cabai jenis lain seperti dapat menyembuhkan sakit

tenggorokan, sakit perut, iritasi kulit, dan sekaligus perangsang nafsu makan bagi

sebagian orang. Cabai rawit merah segar mengandung 11.050 SI (Skala Indeks)

vitamin A, sedangkan cabai rawit kering 1.000 SI. Sementara itu, cabai lainnya

hanya 260 SI (cabai hijau segar), 470 SI (cabai merah segar), dan 576 SI (cabai

merah kering). Selain itu, cabai mengandung beberapa zat yang merangsang rasa

pedas dan rasa panas seperti kapsaisin, minyak atheris dihidrokapsaisin, damar,

zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, lutein, dan

Page 25: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

10

mineral tingkat kepedasan yang ada pada cabai rawit merah mencapai 50.000 –

100.000 skala Scoville, yang berarti sangat pedas. Rasa pedas itu berasal dari

senyawa kimia Capsaisin (Redaksi Agro Media 2011).

Dalam pemanfaatannya juga buah cabai rawit merah dapat digunakan

untuk beberapa keperluan antara lain masak-memasak serta sebagai bahan ramuan

obat tradisional. Selain itu, buah cabai rawit merah sering dimanfaatkan sebagai

pakan bagi burung oceh dan burung hias. Bubuk hasil pengolahan buah cabai

rawit merah dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan industri makanan dan

minuman sebagai pengganti lada dan utuk meningkatkan selera makan dari

konsumen7.

Umumnya, para petani di Pulai Jawa mengenal tiga musim, yaitu musim

labuhan (saat hujan mulai turun), musim marengan (saat hujan akan berakhir), dan

musim kemarau. Cabai rawit merah dapat dibudidayakan pada musim marengan

dan kemarau. Dalam satu tahun cabai rawit hanya dapat di tanam satu kali tetapi

dengan pemanenan setiap minggunya saat musim panen.

Cakra putih merupakan varietas yang banyak dibudidayakan oleh petani

cabai rawit merah. Pada varietas ini pertumbuhan tanaman sangat kuat dengan

membentuk banyak percabangan. Posisi buah tegak ke atas dengan bentuk agak

pipih dan rasa sangat pedas. Mampu menghasilkan buah 12 ton per hektarnya

dengan rata-rata 300 buah per tanaman, dipanen pada umur 85-90 HST (Hari

Setelah Tanam). Cakra putih ini pun tahan terhadap serangan penyakit

antraksnosa (Rukmana, 2002).

Varietas lainnya yang ada yakni cakra hijau. Varietas cakra hijau ini

mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun tinggi. Saat tanaman

muda buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah merah. Potensi hasilnya

600 g per tanaman atau 12 ton per hektar. Rasanya pedas, tahan terhadap serangan

hama dan penyakit yang biasa menyerang cabai. Panen berlangsung pada umur 80

HST.

7Widianto A. 2010. Karakteristiik dan manfaat cabai. http://www.scribd.com/ [diakses tanggal 22

Januari 2012]

Page 26: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

11

Dari sisi harga jual cabai rawit merah dapat dikatakan lebih unggul

dibandingkan dengan cabai besar serta cabai rawit hijau. Hal itu dikarenakan

cabai rawit merah lebih disenangi oleh konsumen karena rasanya yang lebih pedas

dibandinggkan dua jenis cabai lainnya.

2.2. Budidaya Tanaman Cabai Rawit Merah

Secara umum tanaman cabai dapat dengan mudah ditanam dan

dibudidayakan baik didataran tinggi maupun di dataran rendah. Namun, pada

cabai rawit merah paling cocok tumbuh pada dataran dengan ketinggian 0-500

meter dari permukaan laut. Kondisi tanah secara umum harus subur dengan

derajat keasaman (PH) tanah antara 6,0 ‐7,0, suhu yang sedang berkisar antara 15°

‐ 28° C dan kelembaban tanah dengan kandungan air yang tidak berlebihan dan

tidak kekurangan.

Pada musim penghujan umumnya tanaman cabai rawit merah rentan akan

berbagai macam penyakit terutama penyakit layu akibat tanah yang becek atau

kebanyakan air. Bunga tanaman cabai rawit merah akan mudah gugur ketika

sedang terkena hujan. Oleh karena itu tanaman cabai rawit merah biasa ditanam

pada awal kemarau atau pada akhir musim penghujan.

1. Cara Tanam

Tanaman cabai rawit merah dikembangbiakkan dengan biji yang diambil

dari buah tua atau yang berwarna merah. Biji tersebut disemaikan terlebih

dahulu. Tanah persemaian ini sebaiknya dicampur dengan pupuk kandang

supaya bibitnya lekas besar. Biji akan tumbuh setelah empat sampai tujuh

hari kemudian. Untuk lahan seluas 1 hektar diperlukan 500 gram biji

dengan daya kecambah 75 persen. Sebelum ditanam, tanah yang akan

ditanami cabai rawit merah dicangkul dan diberi pupuk kandang. Pupuk

kandang ini sebaiknya diletakkan di dalam lubang kecil yang dibuat lurus

dengan jarak antar lubang 50-60 cm dan jarak antar baris 60-70 cm,

tergantung kepada jenis yang akan ditanam. Setelah bibit berumur 1-1,5

bulan, bibit dipindahkan ke lubang tersedia. Satu bulan setelah tanam,

tanaman diberi pupuk buatan. Pupuk tersebut merupakan campuran urea,

TSP, dan KCL dengan perbandingan 1: 2: 1 sebanyak 10 gram tiap

tanaman. Oleh karena itu, diperlukan 150 kg urea, 300 kg TSP dan 150 kg

Page 27: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

12

KCL. Pada tanah tandus, pupuk urea dapat diberikan sampai 200 kg per

hektar. Pupuk buatan ini diberikan di sekeliling tanaman sejauh 5 cm dari

batangnya. Saat tanaman berumur dua bulan sebaiknya diberi urea susulan

150 kg/ ha.

2. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman cabai rawit merah tidak terlalu sulit, dengan cara

membersihkan rumput pengganggu, menjaga ketersediaan air, dan

memberantas hama serta penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman

cabai rawit merah ialah lalat buah (Dacus ferrugineus), kutu daun (Myzus

persicae), dan tungu merah (Tetranycus sp.). Lalat buah merusak dengan

menusuk buah cabai rawit merah hingga berguguran. Pemberantasan hama

ini dengan penyemprotan Kelthane 0,1- 0,2%. Penyakit yang sering

mengancam tanaman cabai rawit merah adalah penyakit busuk buah.

Penyakit ini disebabkan cendawan Collectrichum nigrum. Cendawan

Oeidium sp. menyebabkan penyakit gugur daun, sedangkan cendawan

Phytophthora capsici penyebab terjadinya penyakit busuk daun. Penyakit

busuk daun dan busuk buah tersebut dapat dicegah dengan disemprotkan

Dithane M-45 atau Anthracol 0,2%. Penyakit utama yang sering

menggagalkan tanaman cabai rawit merah ialah penyakit yang disebabkan

virus daun keriting (TMV). Virus TMV ditularkan kutu daun. Virus

tersebut merusak daun muda sehingga menjadi keriting atau menggulung

dan mengecil. Penyakit ini sampai kini belum dapat diberantas sehingga

bila ada tanaman yang terserang lebih baik dicabut dan dibuang agar tidak

menular ke tanaman yang lain.

3. Pemanenan

Pemungutan buah pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur

empat bulan pada dataran rendah dan 6-7 bulan pada dataran tinggi.

Tanaman yang baik dapat menghasilkan buah 30- 45 ton buah per hektar

atau paling maksimum mencapai 3kg/pohon dengan banyak pohon per

hektarnya mencapai 10.000 – 15.000 pohon per hektar. Hasil panen

tanaman cabai rawit merah selanjutnya dapat dipasarkan dengan harga

rata-rata antara Rp. 7.000,- sampai Rp. 15.000,- per kilogram. Hasil panen

Page 28: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

13

cabai rawit merah mempunyai pasaran yang luas, baik dalam atau luar

negeri. Dalam bentuk olahan (sambal atau tepung) telah dipasarkan sampai

Eropa dan Amerika. Akan tetapi, harga cabai rawit merah sangat tidak

stabil.

2.3. Fluktuasi Harga

Fluktuasi merupakan sebuah kondisi tidak stabil, bervariasi, dan sulit

diperkirakan. Sedangkan harga merupakan nilai yang terbentuk akibat adanya

permintaan dan penawaran dalam jumlah tertentu dalam sebuah mekanisme pasar.

Fluktuasi harga pertanian merupakan sebuah kondisi harga pada komoditi

pertanian yang tidak stabil dan bervariasi sehingga sulit di perkirakan oleh

berbagai pihak baik petani, pedagang, maupun pemerintah. Fluktuasi harga

pertanian sama-sama memiliki dampak bagi petani maupun pedagang. Namun,

petani sering kali menjadi pihak yang merasakan dampak negatif akibat adanya

fluktuasi harga pertanian. Hal tersebuut dapat terjadi akibat lemahnya posisi tawar

para petani untuk ikut serta dalam mekanisme penentuan harga pasar.

Komoditas hortikultura merupakan subsector pertanian yang memiliki

fluktuasi harga pertanian paling tinggi8. Harga yang sangat berfluktuatif secara

teoritis akan menyulitkan prediksi bisnis bagi para pelaku bisnis. Perhitungan rugi

laba maupun manajemen risiko menjadi sebuah ketidakpastian bagi para pelaku

agribisnis hortikultura. Spekulan yang berprofesi sebagai pedagang sering kali

dianggap sebagai pihak yang diuntungkan akibat adanya perubahan harga tersebut

(Ismet,2009). Tetapi dengan syarat harus disertai dengan kemampuan pengelolaan

stok dengan baik dan benar.

Menurut Irawan (2007), penerimaan dan keuntungan usaha dari hasil

kegatan usahataninya menjadi sangat berfluktuasi akibat adanya fluktuasi harga

yang tinggi di pasar. Irawan (2007) menambahkan bahwa daya tarik utama bagi

pelaku bisnis untuk melakukan investasi dan memperluas usahanya pada sektor

pertanian khususnya subsector hortikultura terhambat karena keuntungan yang

tidak stabil walaupun nilainya tinggi dalam waktu tertentu.

8http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/03/03/22066/mentan_fluktuasi_harga_hor

tikultura_indonesia_memprihatinkan/#.Tzxyi8X9P44

Page 29: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

14

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu inovasi teknologi baik teknis maupun

social untuk dapat mengatasi permasalahan fluktuasi harga yang terjadi pada

komoditas . Teknologi tersebut dapat berupa sebuah sistem yang dapat menjamin

stabilitas harga di tingkat petani sebagai produsen utama yang sering kali

dirugikan akibat fluktuasi harga.

2.4. Kemitraan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mitra dapat berarti

teman, kawan kerja, pasangan kerja, dan rekan. sedangkan kemitraan dapat berarti

perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Kemitraan adalah suatu

strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu

tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan

dan saling membesarkan. Sebagai sebuah strategi bisnis, kemitraan sangat

ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang menjalin kemitraan dalam

menjalankan etika bisnis.

Kemitraan juga dapat berarti sebagai sebuah cara untuk melakukan bisnis

dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan

bisnis bersama. Kemitraan dikatakan sebagai sebuah sistem produksi dan

pemasaran berskala menengah dimana terjadi pembagian beban risiko produksi

dan pemasaran diantara pelaku agribisnis dan petani kecil (Patrick et al 2004).

Kemitraan memiliki unsur-unsur yang yang penting dalam

pelaksanaannya. Unsur-unsur kemitraan antara lain : (1) Adanya kerjasama suatu

usaha antar pengusaha besar dan kecil. (2) Terdapat rasa saling memerlukan,

memperkuat, dan menguntungkan. (3) Adanya pembinaan dan pengembangan

dari salah satu pihak kepada pihak yang lainnya.

Kemitraan merupakan tuntutan obyektif bagi keberadaan agribisnis karena

dalam sebuah sistem agribisnis memiliki tuntutan untuk terintegrasi pada setiap

subsistem pembangunnya. Tuntutan itu berlaku karena agribisnis dibangun oleh

banyak pelaku usaha dengan tingkat keberagaman yang berbeda-beda. Kemitraan

juga diperlukan untuk mendapatkan pasar baru dan menghilangkan permasalahan

dalam sistem agribisnis.

Secara garis besar kemitraan dibutuhkan oleh masyarakat khususnya

petani adalah karena masyarakat desa perlu akan peluang perdagangan dan

Page 30: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

15

pemasaran yang baru. Pada proses kemitraan, pihak-pihak ekternal yakni

Agroindustry berusaha mengubah pola pikir para petani subsisten untuk dapat

menghasilkan produksi yang bernilai tinggi dan berorientasi ekspor. Hal tersebut

akan memiliki efek berlipat pada pekonomian pedesaan. Oleh karena itu,

mekanisme kemitraan mungkin dapat meningkatkkan kehidupan petani kecil

dengan memberi segudang manfaat untuk melawan era liberalisasi ekonomi yang

terjadi.

Beberapa manfaat kemitraan antara lain adalah dapat mengurangi biaya

transaksi yang tinggi akibat dari kegagalan pasar atau kegagalan pemerintah

dalam upaya menyediakan sarana dan prasarana input pertanian baik kredit,

asurannsi, informasi serta lembaga-lembaga pemasarannya. Dengan berkurangnya

biaya transaksi maka laba yang didapatkan oleh pihak produsen akan semakin

tinggi. Alur informasi yang lancar juga akan memberikan kemudahan akses

pemasaran.

Penerapan kemitraan dalam agribisnis dibagi menjadi 2 jenis kemitraan,

yakni kemitraan vertikal dan kemitraan horizontal. Kemitraan vertikal biasanya

akibat adanya masing-masing kebutuhan antar subsistem dalam sistem agribsnis.

Sedangkan kemitraan horizontal biasanya dilakukan didalam satu subsistem yang

sama.

2.5. Penelitian Terdahulu

2.5.1. Penelitian Usahatani

Penelitian mengenai usahatani cabai rawit yang terkait dengan kemitraan

belum pernah dijadikan sebagai topik penelitian di IPB. Adapun berbagai macam

penelitian usahatani yakni yang dilakukan pada spesies cabai lainnya seperti cabai

merah besar dan cabai keriting. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Nurliah (2002), dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran

Cabai Merah Keriting di Desa Sindangmekar, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten

Garut. Hasil pennelitian diperoleh bahwa hasil produksi cabai merah keriting

petani dalam satu musim tanam untuk luasan satu hektar sebesar 10.714,3 kg,

harga jual rata- rata yang terjadi di tingkat petani sebesar Rp. 3.000,00 sehingga

total penerimaan sebesar Rp. 32.142.900,00. Biaya tunai terbesar yang

Page 31: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

16

dikeluarkan adalah untuk tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 4.032.480,00 atau

sebesar 26,86%. Biaya tunai terbesar kedua adalah pestisida sebesar Rp.

3.375.710,00 atau sebesar 22,49%. Selain biaya tunai, dihitung pula biaya yang

diperhitungkan yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat dan

sewa tanah. Petani memperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp.

17.131.413,00 per hektar dengan R/C yang diperoleh sebesar 2,14.

Khairina (2006), juga melakukan penelitian mengenai Analisis Pendapatan

Usahatani dan Pemasaran Wortel dengan Budidaya Organik (Studi Kasus: Desa

Citeko, Kecamatan Cisarua, Bogor), dengan hasil bahwa analisis pendapatan

terbesar, baik atas biaya tunai maupun atas biaya total diterima oleh petani wortel

organik sebesar Rp.8.577.806,08 per hektar dan Rp.6.715.338,37 per hektar.

Besarnya nilai perbandingan R/C petani wortel organik atas biaya total dan biaya

tunai adalah 2,28 dan 3,53. Artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh

petani wortel organik menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,28 untuk biaya total

yang dikeluarkan dan Rp 3,53,- untuk biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan

nilai perbandingan R/C atas biaya total dan R/C atas biaya tunai petani wortel

konvensional adalah 1,70 dan 2,48. Dari nilai perbandingan R/C atas biaya tunai

dan biaya total petani responden wortel organik memiliki nilai perbandingan yang

lebih tinggi dibandingkan petani wortel konvensional. Hal ini menunjukkan

bahwa usahatani wortel organik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani

wortel konvensional.

Iryanti (2005), melakukan penelitian dengan judul Analisis Usahatani

Komoditas Tomat Organik dan Anorganik (Studi Kasus: Desa Batulayang,

Kecamatan Cisarua, Bogor). Dari analisis ini diperoleh bahwa sistem usahatani

tomat organik yang dilakukan oleh petani di Desa Batulayang secara umum sama

dengan sistem usahatani tomat secara konvensional/ anorganik. Perbedaan yang

terdapat dalam usahatani tomat secara organik dan anorganik adalah tidak adanya

penggunaan pupuk kimia dalam sistem usahatani organik. Rata- rata produksi

tomat yang dihasilkan petani organik untuk luasan rata- rata lahan 0,18 ha

sebanyak 4.589,24 kg dan untuk 1 ha yaitu sebanyak 25.495,75 kg, sedangkan

produksi tomat yang dihasilkan petani anorganik untuk luasan rata- rata lahan

0,15 ha sebanyak 4.515,95 kg dan untuk 1 ha yaitu sebanyak 30.106,33 kg. Hal ini

Page 32: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

17

menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kimia dapat mempengaruhi produksi

tomat. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petani yang berusahatani

tomat secara organik memperoleh pendapatan atas biaya tunai pada luasan lahan

0,18 ha sebesar Rp. 6.280.275,85 sedangkan pada luasan lahan 1 ha pendapatan

atas biaya tunai sebesar Rp. 34.890.421,39. Pendapatan atas biaya total yang

diperoleh pada luasan lahan 0,18 ha untuk tomat organik sebesar Rp. 5.728.221,46

sedangkan pendapatan total pada luas lahan 1 ha sebesar Rp. 31.823.452,55.

Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh dari tomat anorganik untuk lahan 0,15

dan 1 ha masing-masing adalah Rp. 4.083.678,56 dan Rp. 27.224.490,96

sedangkan pendapatan atas biaya total yang diperoleh pada lahan 0,5 dan 1 ha

masing-masing adalah Rp. 3.579.549,60 dan Rp. 23.863.631,23.

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dapat dilihat bahwa terdapat

persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini.

Persamaannya adalah sama-sama menganalisis tentang pendapatan yang

dihasilkan oleh petani, baik pada komoditas cabai ataupun komoditas lainnya

seperti tomat dan wortel. Ada juga yang bertujuan melihat pendapatan usahatani

dari organik dan organik sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat

pendapatan usahatani kemitraan dan non-kemitran. Untuk perbedaanya yaitu

lokasi penelitian yang berbeda, komoditi yang berbeda dan responden/ petani

yang digunakan juga berbeda, sehingga hasil yang diharapkan juga berbeda

dengan penelitian lainnya.

2.5.2. Penelitian Kemitraan

Penelitian tentang kemitraan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti

terdahulu. Achmad (2008) meneliti tentang manfaat kemitraan agribisnis bagi

petani (kasus: kemitraan PT Pupuk Kujang dengan kelompok tani Sri Mandiri

yang berlokasi di Desa Majalaya, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang,

Provinsi Jawa Barat. PT Pupuk Kujang melakukan kemitraan dengan petani

khususnya yang dekat dengan lokasi PT Pupuk Kujang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pola kemitraan yang dilakukan perusahaan dengan petani

yaitu kemitraan saham. Hasil analisis kuantitatif menggunakan regresi berganda

dengan bantuan sofware SPSS 13, menunjukkan bahwa variabel-variabel yang

Page 33: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

18

sangat kuat mempengaruhi manfaat kemitraan bagi petani mitra yaitu luas lahan,

jarak tempuh rumah ke lahan, sumber informasi yang digunakan, ketersediaan

modal kredit, dan proses manajemen kemitraan. Manfaat ekonomi yang diperoleh

petani mitra dari pola kemitraan yaitu produktivitas yang lebih tinggi, pendapatan

yang lebih tinggi, harga produk yang lebih baik dan meningkatkan teknologi

pertanian (pangan) melalui penggunaan pupuk yang merupakan produk

perusahaan mitra. Manfaat sosial yang diperoleh petani yaitu keberlanjutan

kerjasama antara perusahaan dengan petani, dan juga pola kemitraan yang

dilaksanakan berhubungan dengan kelestarian lingkungan.

Penelitian mengenai kemitraan yang dilakukan oleh Purnaningsih dan

Sugihen (2008) dengan judul “Manfaat Keterlibatan Petani Dalam Pola Kemitraan

Agribisnis Sayuran Di Jawa Barat” menyimpulkan bahwa keterlibatan petani

dalam pola kemitraan terbukti merupakan salah satu peubah yang berpengaruh

terhadap penggunaan teknologi yang lebih baik yang berpengaruh terhadap

pendapatan petani dengan memberi manfaat baik secara teknis maupun secara

ekonomi.

Manfaat ekonomi yang diperoleh petani dari keterlibatannya dalam pola

kemitraaan selain pendapatan yang lebih tinggi, adalah harga yang lebih pasti,

produktivitas lahan lebih tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang lebih

tinggi, dan resiko usaha ditanggung bersama. Manfaat teknis yang diperoleh

petani dari pola kemitraan adalah penggunaan teknologi yang lebih baik dalam

rangka mencapai mutu produk yang lebih baik sesuai harapan konsumen.

Manfaat sosial yang diperoleh petani dari pola kemitraan adalah ada

kesinambungan kerjasama antara petani dan perusahaan, koperasi maupun

pedagang pengumpul, serta pola kemitraan mempunyai kontribusi terhadap

kelestarian lingkungan. Keterlibatan petani dalam pola kemitraan berpengaruh

terhadap tingkat kesejahteraan petani, di mana pendapatan yang diperoleh dari

usahatani kemitraan memberi sumbangan yang sangat signifikan terhadap

pengeluaran total.

Saptana et al (2009) yang meneliti mengenai “ Strategi Kemitraan Usaha

Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Cabai Merah Di Jawa Tengah”

menyimpulkan bahwa salah satu prinsip dasar dari sebuah kemitraan adalah

Page 34: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

19

Keterbukaan (tranparancy) diantara pihak-pihak yang bermitra. Keterbukaan

tersebut iterutama dalam hal pembagian hak dan kewajiban, penetapan kontrak

atau penetapan harga, dan penegakkan kontrak berdasarkan prisisp kesetaraan.

Selain itu kemampuan dalam menembus dan memperluas jaringan pasar oleh

perusahaan mitra dan kemampuan pendalaman industry pengolahan melalui

pengembangan produk juga dapat menjadi manfaat dari sebuah pola kemitraan.

Menurut penenlitian Nurdiniyawati (1997) disimpulkan bahwa jalinan

hubungan kemitraan membawa banyak manfaat antara lain adanya jaminan pasar,

jaminan keberlanjutan, jaminan harga dan keuntungan. Hal tersebut juga tidak

berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan Marliana (2008) yang meneliti

tentang “Analisis Manfaat Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan

Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce Di PT Saung Mirwan”.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa petani yang bermitra akan

mendapatkan banyak manfaat diantaranya adalah Manfaat yang dirasakan petani

diantaranya yaitu kemudahan dalam pemasaran, harga lebih baik, keuntungan

lebih tinggi, bantuan budidaya, serta memiliki ikatan kuat atau jalinan

kekeluargaan dengan petani. Manfaat teknis lainnya dengan menjadi mitra yaitu

adanya penyediaan bibit, sehingga petani mitra tidak perlu melakukan pembibitan

sendiri.pendapatan usahatani yang lebih tinggi dibandingkan petani yang tidak

bermitra. Hal itu berdasarkan analisis pendapatan usahatani lettuce yang dilihat

dari pendapatan tunai dan non tunai serta R/C rasio.

Berdasarkan beberapa contoh penelitian terdahulu diatas terlihat bahwa

salah satu manfaat dari kemitraan adalah adanya jaminan harga dan pasar

sehingga mampu menjamin penerimaan petani. Oleh karena itu, pendapatan petani

tidak akan berfluktuasi akibat harga yang didapat oleh petani bermitra telah tetap.

Jaminan keberlanjutan bagi petani juga menjadi sebuah kepastian bagi petani yang

bermitra sedangkan yang tidak bermitra sewaktu-waktu bisa tidak mendapat

jaminan keberlanjutan.

Page 35: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

20

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatani

Beberapa definisi mengenai ilmu usahatani sudah banyak dikemukakan

oleh mereka yang melakukan analisis usahatani diantaranya yang dikemukakan

oleh Soekartawi (2006), yakni ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

terterntu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan

sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan

efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)

yang melebihi pemasukan (input).

Soekartawi et al. (1986) menambahkan bahwa tujuan berusahatani adalah

memaksimalkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep

memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya

dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan

maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan biaya, yaitu bagaimana menekan

biaya sekecil mungkin untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Ciri usahatani

Indonesia adalah : 1) sempitnya lahan yang dimilik petani, 2) kurangnya modal, 3)

terbatasnya pengetahuan petani dan kurang dinamis, dan 4) tingkat pendapatan

petani yang rendah.

Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa usahatani adalah

kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, kerja dan modal yang ditujukan

kepada produksi di lapangan pertanian. Definisi tersebut menunjukkan bahwa

komponen dalam usahatani tersebut terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan

manajemen atau pengelolaan (organisasi). Alam, tenaga kerja dan modal

merupakan unsur usahatani yang mempunyai bentuk, sedangkan pengelolaan

tidak, tetapi keberadaannya dalam proses produksi dapat dirasakan.

Tingkat produksi dan produktivitas usahatani dipengaruhi oleh teknik

budidaya, yang meliputi varietas yang digunakan, pola tanam, pemeliharaan, dan

penyiangan, pemupukan serta penanganan pasca panen. Hernanto (1996)

Page 36: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

21

berpendapat bahwa keadaan usahatani yang satu dengan yang lain berbeda dari

segi luas, kesuburan, tanaman yang ditanam serta hasilnya. Setiap bagian lahan

berbeda kemampuan dan variasinya. Hal ini membuat usahatani yang ada di

atasnya juga bervariasi. Oleh karena itu, manusia yang beragam menyebabkan

beragam juga putusan yang ditetapkan untuk usahataninya. Secara umum

beragamnya usahatani dipengaruhi oleh aspek-aspek sosial, ekonomi dan politik

yang ada di lingkungan usahataninya.

Terdapat beberapa definisi usahatani yang diambil dari buku Suratiyah

(2006), yaitu :

1. Menurut Daniel, ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara- cara

petani mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi

seperti lahan, tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih

jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga

emberikan hasil maksimal dan kontinyu.

2. Menurut Efferson, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-

cara mengorganisasikan dan mengoperasikan unit usahatani dipandang

dari sudut efisiensi dan pendapatan yang kontinyu.

3. Menurut Vink (1984), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

norma- norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh

pendapatan yang setinggi- tingginya.

4. Menurut Prawirokusumo (1990), ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang

membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan

sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau

perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian,

peternakan atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati

oleh petani/ peternak tersebut.

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan melalui

produksi pertanian yang berlebih maka diharapkan memperoleh pendapatan

tinggi. Dengan demikian harus dimulai dengan perencanaan untuk menentukan

dan mengkoordinasikan penggunaan faktor- faktor produksi pada waktu yang

akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang maksimal.

Page 37: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

22

Faktor- faktor yang bekerja dalam usahatani adalah faktor alam, tenaga

kerja dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani.

Yang termasuk dalam faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor

tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan

kesuburannya. Faktor alam sekitar yakni iklim yang berkaitan dengan

ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya. (Suratiyah, 2006).

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani

yang sangat tergantung dengan musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat

mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,

produktivitas, dan kualitas produk. Tenaga kerja dalam usahatani memiliki

karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain

yang bukan pertanian.

Karakteristik tenaga kerja bidang usahatani menurut Tohir (1983) adalah

sebagai berikut :

1. Keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan tidak

merata.

2. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas.

3. Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan.

4. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu

sama lain.

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula

dengan usahatani. Menurut Vink dalam Suratiyah (2006) benda- benda termasuk

tanah yang dapat mendatangkan pendapatan dianggap sebagi modal. Dalam

pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersamasama dengan

faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-

barang baru, yaitu produksi pertanian.

Pada usahatani yang dimaksud dengan modal adalah (Hernanto, 1996) :

1. Tanah

2. Bangunan- bangunan (gudang, kandang, pabrik, dan lain-lain)

3. Alat- alat pertanian (traktor, sprayer, cangkul, parang, dan lai-lain)

4. Tanaman, ternak dan ikan di kolam

5. Bahan- bahan pertanian (pupuk, bibit, obat- obatan)

Page 38: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

23

6. Piutang di bank

7. Uang tunai.

3.1.2. Penerimaan Usahatani

Pendapatan kotor atau dalam istilah lain penerimaan usahatani

didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu,

baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya

satu tahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga

petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, digunakan

untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan pada akhir tahun. penerimaan ini

dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang

berlaku (Soekartawi et al. 1986).

Soeharjo dan Patong (1973) menyebutkan bahwa penerimaan usahatani

berwujud tiga hal, yaitu :

1. Hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual.

Adakalanya yang dijual ialah hasil ternak, misalnya susu, daging dan telur.

Adakalanya pula yang dijual adalah hasil dari pekarangan yaitu, pisang,

kelapa, dan lain- lain.

2. Produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan

kegiatan.

3. Kenaikan nilai inventaris. Nilai benda- benda inventaris yang dimiliki

petani, berubah- ubah setiap tahun. Dengan demikian akan ada

perhitungan. Jika terjadi kenaikan nilai benda- benda inventaris yang

dimiliki petani, maka selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun

perhitungan merupakan penerimaan usahatani.

3.1.3. Biaya Usahatani

Soekartawi et al. (1986) biaya usahatani meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak

berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi. Biaya tetap meliputi pajak,

penyusutan alat produksi, bunga pinjaman, sewa lahan dan iuran irigasi.

Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan

Page 39: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

24

besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya variabel meliputi biaya input

produksi dan upah tenaga kerja.

Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya

tidak tunai (Hernanto 1996). Biaya tunai dan tidak tunai berasal dari biaya tetap

dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran

irigasi dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya input

produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya

tetap adalah biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja keluarga. Sedangkan yang

termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.

3.1.4. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani

disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur

imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi

kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang

diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan

ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan

beberapa penampilan usahatani (Soekartawi et al. 1986).

Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun

bagi pemilik faktor produksi. Tujuan utama dari analisis pendapatan ada dua,

yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, dan

menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.

analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur seberapa jauh kegiatan

usahanya pada saat ini berhasil atau tidak bagi seorang petani.

Pendapatan usahatani akan berbeda untuk setiap petani, dimana perbedaan

ini disebabkan oleh perbedaan faktor produksi, tingkat produksi yang dihasilkan

dan harga jual yang tidak sama hasilnya. Pendapatan cabang usaha adalah selisih

antara penerimaan cabang usaha yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.

Pengukuran pendapatan pada dasarnya dapat menggunakan beberapa perhitungan.

Pilihan bergantung pada tingkat perkembangan usahataninya. Jika usahatani yang

menggunakan tenaga kerja dari keluarga maka lebih tepat pendapatan itu dihitung

sebagai pendapatan yang berasal dari kerja keluarga. Pada kasus tersebut kerja

Page 40: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

25

keluarga tidak usah dihitung sebagai pengeluaran. Ada pula usahatani yang

menggunakan tenaga kerja yang diupah. Dalam hal yang demikian, upah kerja

dihitung sebagai pengeluaran.

Prinsip penting yang perlu diketahui dalam menganalisis mengenai

pendapatan pada usahatani adalah keterangan mengenai keadaan penerimaan dan

keadaan pengeluaran. Penerimaan didapat dari hasil perkalian antara berapa besar

produksi yang dicapai dan dapat dijual dengan harga satuan komoditi tersebut di

pasar. Pengeluaran usahatani dapat diperoleh dari perolehan nilai penggunaan

faktor produksi serta seberapa besar penggunaanya pada suatu proses produksi

yang bersangkutan (Soekartawi et al, 1986).

3.1.5. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Salah satu ukuran efisiensi usahatani adalah rasio imbangan penerimaan

dan biaya (Return and Cost). Rasio R/C ini menunjukkan pendapatan kotor yang

diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi tiap satuan

produksi. Alat analisis ini dapat dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari

suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan financial sehingga dapat

dijadikan penilaian terhadap keputusan petani untuk menjalankan usahatani

tertentu. Titik tekan pada konsep ini adalah unsur biaya merupakan unsur modal.

Dalam analisis ini akan dikaji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang

digunakan dalam kegiatan usahataninya dapat memberikan sejumlah nilai

penerimaan sebagai manfaatnya (Soeharjo dan Patong 1973).

Usahatani efisien apabila R/C lebih besar dari 1 (R/C>1) artinya untuk

setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari

Rp. 1,00. Sebaliknya jika rasio R/C lebih kecil satu (R/C<1) maka dikatakan

bahwa untuk setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan memberikan penerimanaan

lebih kecil dari Rp. 1,00 sehingga usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi

nilai R/C, semakin menguntungkan usahatani tersebut (Gray et al 1992).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Salah satu komoditi sayuran unggulan nasional adalah cabai. Kebutuhan

akan komoditi ini khususnya cabai rawit terus meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan industri di Indonesia

Page 41: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

26

(Lampiran 1). Penelitian ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi

pada permasalahan agribisnis cabai rawit di Indonesia. Permasalahan tersebut

menyebabkan ketidakpastian pendapatan petani akibat dari terjadinya fluktuasi

harga di pasar nasional.

Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut merupakan desa yang

memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman hortikultura khususnya cabai

rawit sebagi komoditas unggulan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi alam dan

kondisi sosial masyarakatnya yang mendukung produksi cabai rawit hingga

mencapai 5,5 ton dari total potensi sebesar 7,5 ton (Programa 2012 BP3K

Cigedug). Berdasarkan potensi tersebut, PT Indofood Fritolay Makmur menjalin

kemitraan dengan petani cabai rawit merah di Desa Cigedug. Namun, tidak semua

petani cabai rawit merah di Desa Cigedug memilih menjalin kemitraan dengan PT

Indofood Fritolay Makmur.

Resiko dari segi pasar akibat fluktuasi harga cabai rawit merah yang tinggi

dirasakan oleh petani cabai rawit merah di Desa Cigedug yang lebih memilih

untuk tidak menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Sedangkan

bagi petani cabai rawit merah yang memilih untuk menjalin kemitraan dengan PT

Indofood Fritolay Makmur mendapatkan manfaat berupa harga yang tetap, pasar

yang tetap dan pembinaan dalam menjalankan usahatani cabai rawit merah dari

pihak Indofood.

Perubahan harga cabai rawit merah tersebut kemudian digunakan sebagai

dasar pemikiran bahwa perubahan harga cabai rawit merah akan berdampak

kepada perubahan penerimaan yang diperoleh oleh petani cabai rawit merah di

desa Cigedug. Perbedaan penerimaan petani juga akan menyebabkan perbedaan

pendapatan yang diterima petani cabai rawit merah di Desa Cigedug. Hubungan

kemitraan antara petani cabai rawit merah dan perusahaan yang bermitra dapat

dijadikan salah satu alternatif solusi yang telah dilakukan oleh beberapa petani

cabai rawit merah di Desa Cigedug. Hal tersebut didasarkan kepada manfaat yang

diterima oleh para petani berupa kepastian harga yang tetap sehingga keuntungan

yang didapat oleh petani tergantung dari kemampuan efisiensi biaya produksi

yang dikeluarkan.

Page 42: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

27

Kegiatan usahatani cabai rawit merah sebagai suatu proses produksi harus

dilakukan secara efisien, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum.

Kondisi keuntungan kegiatan usahatani cabai rawit merah didekati dengan analisis

pendapatan usahatani. Identifikasi biaya dan penerimaan diperlukan dalam

analisis pendapatan usahatani tersebut. Identifikasi biaya dilakukan agar biaya-

biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani dapat diketahui. Harga jual juga

diperlukan karena merupakan komponen penerimaan cabang usahatani.

Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan.

Penerimaan yang diterima untuk setiap satuan unit biaya yang dikeluarkan dapat

dihitung dengan pendekatan rasio R/C. Usahatani yang dilakukan menguntungkan

jika rasio tersebut lebih besar dari satu.

Oleh karena itu, seberapa jauh setiap nilai rupiah yang diterima petani

cabai rawit merah dalam kegiatan usahataninya dapat memberikan gambaran

sejumlah nilai dan pengeluaran sebagai biayanya. Sehingga dapat diketahui sistem

pertanian mana yang lebih efisien antara petani bermitra dan petani yang tidak

bermitra. Berdasarkan hasil analisis pendapatan dan efisiensi maka penelitian

dapat dijadikan bahan masukan untuk para petani dalam membudidayakan cabai

rawit, baik dengan pola kemitraan maupun non-kemitraan. Bagan Alur kerangka

pemikiran dari usahatani cabai rawit dengan bermitra dan cabai rawit tanpa mitra

dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 43: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

28

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Pendapatan Usahatani Cabai Rawit

Merah (Capsicum frutescens) (Kasus : Petani Mitra PT Indofood

Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kec. Cigedug

Kab. Garut

Potensi Pengembangan

Cabai Rawit Merah di Desa

Cigedug Kecamatan Cigedug

Kabupaten Garut

Petani Cabai Rawit Merah

Bermitra Dengan PT

Indofood Fritolay Makmur

Harga Tetap

Petani Cabai Rawit Merah yang

tidak Bermitra Dengan PT

Indofood Fritolay Makmur

Harga Berfluktuasi

Analisis Pendapatan Usahatani

Cabai Rawit Merah

Analisis Pendapatan Usahatani

Cabai Rawit Merah

R/C Rasio

R/C Rasio

Rekomendasi

Page 44: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

29

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug

Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Garut

merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit di Indonesia. Pemilihan

Kecamatan Cigedug dikarenakan wilayah tepatnya di Desa Cigedug terdapat

banyak petani yang telah menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay

Makmur. Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Mei hingga Juni

2012.

4.2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

didapat dengan melakukan observasi langsung di daerah penelitian serta

pembuatan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk melakukan wawancara.

Metode yang digunakan adalah wawancara langsung kepada petani sebagai

responden dengan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu seperti yang tertera

pada Lampiran 9.

Data sekunder didapat dari instansi-instansi terkait yakni Badan Penyuluh

Pertanian (BPP), Kecamatan Cigedug, Departemen Pertanian, Departemen

Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi Pertanian

(Pusdatin), serta hasil-hasil penelitian berupa publikasi-publikasi dan jurnal-jurnal

pertanian oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP). Selain

itu, data sekunder juga didapat dari situs web internet, buletin, literatur-literatur

serta sumber-sumber yang terkait dengan topik penelitian ini.

4.3. Metode Penarikan Contoh

Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 petani cabai rawit

merah yang terdiri dari 9 petani yang menjalin kemitraan dan 15 petani yang tidak

menjalin kemitraan di wilayah Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten

Garut. Penentuan petani responden dilakukan menggunakan metode purposive

menggunakan data petani yang berasal dari Gapoktan Cagarit dan disesuaikan

Page 45: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

30

dengan karakteristik dan jenis tanaman tumpang sari yang dominan diusahakan

bersama cabai rawit merah. Adapun definisi petani cabai rawit merah yang

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah para petani Desa Cigedug yang

membudidayakan tanaman cabai rawit merah secara tumpang sari dengan

tanaman tomat dan kol minimal satu kali dalam satu musim tanam di lahan sendiri

atau di lahan garapan, baik yang telah bermitra dengan PT. Indofood Fritolay

Makmur maupun yang tidak bermitra.

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. Metode analisis data

kuantitatif menggunakan analisis pendapatan usahatani yang berdasarkan pada

penerimaan dan biaya usahatani, sedangkan R/C rasio digunakan untuk

mengetahui tingkat efisiensi usahatani tersebut. Metode analisis data kualitatif

dianalisis secara deskriptif pada analisis keragaan usahataninya. Jadi analisis data

yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis keragaan usahatani dan

analisis pendapatan usahatani dari komoditi cabai rawit merah yang telah menjalin

kemitraan dan tidak menjalin kemitraan.

4.4.1. Analisis Keragaan Usahatani

Analisis keragaan usahatani dianalisis secara deskriptif dengan mengamati

secara langsung proses usahatani mulai dari persiapan lahan, penanaman,

pemeliharaan hingga pemanenan. Analisis ini juga ditunjang dengan data-data

primer yang diperoleh melalui proses wawancara langsung terhadap petani

responden. Analisis keragaan usahatani digunakan untuk mengetahui secara detail

kegiatan usahatani yang berlangsung mulai dari sarana produksi yang digunakan

hingga teknik budidaya yang digunakan oleh masing-masing petani responden.

Keragaan usahatani ini dapat memberi penjelasan tentang hasil produksi serta

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang dijalankan.

4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua, pertama

pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) yaitu biaya yang benar-benar

dikeluarkan secara tunai oleh petani (explicit cost). Kedua, pendapatan atas biaya

Page 46: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

31

total (pendapatan total) dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan

sebagai biaya (Siregar 2008).

Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk

dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu.

Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang

dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu.

Pendapatan total usahatani dapat diartikan sebagai penerimaan total dikurang

dengan semua biaya yang telah dikeluarkan, baik biaya tunai maupun tidak tunai.

(Soekartawi 2006). Secara matematis tingkat pendapatan usahatani dapat ditulis

sebagai berikut (Soekartawi 1986) :

TR = P x Q

TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan

π atas biaya tunai = TR - biaya tunai

π atas biaya total = TR – TC

Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp)

TC : total biaya usahatani (Rp)

P : harga output (Rp/Kg)

Q : jumlah output (Kg)

π : pendapatan atau keuntungan (Rp)

Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang

dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tunai terdiri

dari sarana produksi, tenaga kerja luar keluarga, dan pajak dan sewa lahan. Biaya

tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja

petani jika penyusutan, bibit sendiri dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.

Biaya yang diperhitungkan meliputi, penyusutan alat, dan tenaga kerja dalam

keluarga serta biaya bibit sendiri.

Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi

selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya

modal pakai. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini

digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan

Page 47: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

32

diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu (Soekartawi

2006) :

Biaya penyusutan :

Dengan : Nb = Nilai pembelian (Rp)

Ns = tafsiran nilai sisa (Rp)

n = jangka usia ekonomis (Tahun)

4.4.3. Analisis Perbandingan Penerimaan dan Biaya (R/C-ratio)

Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi.

Salah satu ukuran efisiensi penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan

(revenue cost ratio) adalah analisis R/C. Analisis R/C rasio dalam usahatani

menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya yang

bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan. Selain

itu R/C rasio juga merupakan perbandingan antara penerimaan dengan

pengeluaran usahatani.

Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai

dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan

membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode

tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara

penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis

imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi

1986) :

R/C rasio atas biaya tunai = TR / biaya tunai

R/C rasio atas biaya total = TR / TC

Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp)

TC : total biaya usahatani (Rp)

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang

dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C. Suatu usaha dapat

dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio

lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa

penerimaan yang diperoleh semakin lebih besar dari tiap unit biaya yang

Page 48: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

33

dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Namun apabila nilai R/C

lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan

sehingga tidak layak untuk diusahakan karena penerimaan yang diterima lebih

kecil dari tiap unit yang dikeluarkan. Contoh perhitungan pendapatan usahatani

dapat dilihat pada Tabel 2 (Soekartawi 1986).

Tabel 2. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Ratio Per Hektar

Per Tahun Tanaman Musiman.

No Keterangan Jumlah Harga per

Satuan (Rp)

Total

(Rp)

A Penerimaan

B Biaya tunai

1 Bibit

2 Pupuk

3 Obat-obatan

4 Tenaga kerja luar keluarga

5 Plastik

6 Koran

Total biaya tunai

C Biaya yang diperhitungkan

1 Penyusutan

2 Sewa lahan

3 Tenaga kerja keluarga

Total biaya yang diperhitungkan

D Total biaya (B+C)

E Pendapatan atas biaya tunai (A-B)

F Pendapatan atas biaya total (A-D)

G R/C atas biaya tunai (A/B)

H R/C atas biaya total (A/D)

Page 49: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

34

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut

Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif

sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten Garut masih merupakan sektor

andalan karena secara geografis Kabupaten Garut bedekatan dengan Kota

Bandung yang menjadi ibukota propinsi Jawa Barat. Oleh karena itu Kabupaten

Garut dapat dikatakan sebagai daerah penyangga bagi pengembangan wilayah

Bandung Raya. Peran sektor pertanian Kabupaten Garut yang strategis dalam

memasok kebutuhan lokal Garut sekaligus warga Kota dan Kabupaten Bandung

menjadi salah satu penunjang perkembangan agroekonomi Kabupaten Garut.

Berdasarkan produktivitasnya, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Garut menyatakan bahwa terdapat enam komoditas andalan tanaman

pangan dan sayuran Kabupaten Garut yakni padi, jagung, kentang, tomat, cabai

merah dan ubi kayu.9

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun 2007-

2011

9 Disampaikan dalam acara Hari Krida Pertanian Jawa Barat oleh Ir. Tatang Hidayat (Kepala Dinas

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Garut) pada 3 Juli 2012.

-

50

100

150

200

250

300

2007 2008 2009 2010 2011

Pro

du

ktiv

itas

(K

w/h

a)

Kentang Tomat Cabe Besar Cabe Rawit Padi Jagung Ubikayu

Page 50: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

35

Bedasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa sejak tahun 2007-2011

komoditas tomat memiliki tingkat produktivitas tertinggi dengan rata-rata

produktivitas sebesar 276,32 kw/ha per tahun disusul dengan kentang sebesar

228,54 kw/ha per tahun dan ubi kayu sebesar 221,44 kw/ha per tahun. Dapat

diketahui juga rata-rata tingkat produktivitas cabai rawit sebesar 99,73 kw/ha per

tahun masih berada di bawah cabai besar dengan rata-rata produktivitas sebesar

146,05 kw/ha per tahun. Sedangkan untuk padi dan jagung secara berturut-turut

hanya memiliki rata-rata produktivitas sebesar 59,12 kw/ha dan 65,18 per tahun.

Secara geografis dan iklim di beberapa daerah Kabupaten Garut sangat

mendukung penanaman dan pengembangan komoditas sayuran seperti tomat,

kentang, serta cabai baik cabai besar maupun cabai rawit. Iklim dataran tinggi

dan dekatnya dengan sejumlah sumber mata air yang berada di sejumlah wilayah

Kabupaten Garut memang merupakan salah satu faktor utama tanaman sayuran

seperti kentang, tomat dan cabai dapat dibudidayakan dengan baik. Perbandingan

luas lahan tanam keempat komoditi sayuran tersebut di Kabupaten Garut dapat

terlihat seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Rata-rata Luas Tanam Kentang, Tomat, Cabe Besar, dan

Cabai Rawit di Kabupaten Garut tahun 2011-2012

No Komoditi LUAS TANAM (Ha)

Jumlah Rata -

rata 2007 2008 2009 2010 2011

1

Kentang

(ha)

5,448

5,230

5,342

5,919

6,065

28,004

5,601

2 Tomat (ha)

3,080

3,102

3,478

3,285

3,401

16,346

3,269

3

Cabe

Besar (ha)

848

852

972

870

933

4,475

895

4

Cabe

Rawit (ha)

1,341

1,285

1,476

1,149

2,186

7,422

1,484 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Garut

Beberapa daerah dataran tinggi di Kabupaten Garut yang cocok sebagai

tempat budidaya kentang antara lain Kecamatan Pamulihan, Cikajang,

Bayongbong, Cigedug, Cisurupan, Samarang, Wanaraja dan Pasirwangi. Terdapat

dua jenis varietas kentang yang dominan digunakan oleh para petani di Kabupaten

Garut yaitu Granola dan Atlantik. Varietas Granola biasa dibudidayakan untuk

memenuhi kebutuhan pasar-pasar tradisional sedangkan untuk varietas Atlantik

Page 51: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

36

biasa dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri-industri seperti keripik

kentang baik dalam skala industri kecil maupun besar.

PT. Indofood Fritolay Sukses Makmur merupakan salah satu pelaku

industri yang memberi pengaruh terhadap perkembangan penggunaan varietas

kentang di Kabupaten Garut. Perusahaan industri makanan tersebut memang

sengaja menjalin sebuah hubungan kemitraan dengan banyak petani kentang di

berbagia daerah termasuk Kabupaten Garut guna memenuhi kebutuhan supply

input ke pabriknya. Harga yang ditentukan oleh PT. Indofood Fritolay Makmur

bersama petani kentang adalah berkisar antara Rp 5.000,00-5.250,00 Rp/kg.

Harga tersebut berada diatas rata-rata harga pasar yang hanya berkisar Rp 4.000-

4.500/kg untuk kentang yang termasuk varietas Atlantik.

Berbeda dengan kentang, pada komoditi tomat petani di Garut cenderung

menggunakan benih hibrida yang dihasilkan baik oleh perusahaan lokal maupun

luar negeri. Varietas yang digunakan antara lain adalah maya, memara, seminis,

martha, warani, natama, permata dan livino. Kemudahan akses petani dalam

memperoleh benih tomat hibrida serta sulitnya melakukan kegiatan pembenihan

sendiri oleh petani terhadap benih lokal telah mendorong sebuah ketergantungan

terhadap benih impor. Tingginya kemampuan produktivitas pada tomat

merupakan salah satu potensi bagi Kabupaten Garut. Namun, tingginya

produktivitas para petani tomat tidak diikuti dengan harga pasar yang baik. Harga

rata-rata tomat di tingkat pasar berkisar antara 3.000-6.000 Rp/kg sedangkan di

tingkat petani hanya berkisar 500,00-3.000,00/kg.

Pada cabai besar, varietas dominan yang digunakan oleh para petani di

Kabupaten Garut antara lain varietas Biola, Fantastic, dan Tanjung. Varietas-

varietas tersebut termasuk kedalam jenis varietas hibrida yang cukup mudah untuk

diperbanyak sendiri pembenihannya. Adapun kisaran harga rata-rata yang

diterima di tingkat produsen berkisar antara Rp 5.000,00-7.000,00/kg. Namun,

harga cabai besar dapat mencapai Rp 70.000,00 /kg di tingkat pasar. Hal tersebut

terjadi akibat tingginya permintaan di pasar pada saat Hari Raya Idul Fitri.

Sedangkan untuk cabai rawit di Kabupaten Garut didominasi oleh varietas

lokal yang sering disebut dengan sebutan “cengek” atau “cabai inul”. Varietas

lokal tersebut dianggap paling cocok dibudidayakan oleh para petani di

Page 52: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

37

Kabupaten Garut karena lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit

daripada cabai sejenisnya. Besar perbandingan jumlah produksi antara cabai besar

dan cabai rawit merah di Kabupaten Garut dapat di lihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Perbandingan Jumlah Produksi Cabai Besar dan Cabai Rawit

Kabupaten Garut Tahun 2001-2011.

Berdasarkan data pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan tren jumlah produksi yang terjadi antara cabai besar dengan cabai

rawit. Pada cabai besar terjadi peningkatan jumlah produksi yang cukup signifikan

pada tahun 2008 hingga tahun 2010. Tercatat sebesar 61.045 ton produksi cabai

besar pada tahun 2008 kemudian meningkat menjadi 79.492 ton pada tahun 2010.

Sedangkan untuk jumlah produksi cabai rawit tidak mengalami perubahan yang

signifikan dengan produksi tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 22.628 ton.

Cabai rawit khususnya jenis cabai rawit merah memang merupakan salah

satu komoditas unggulan Kabupaten Garut yang mendapat perhatian karena tren

harga yang sangat berfluktuasi tiap pekannya. Dalam waktu satu tahun harga rata-

rata ditingkat petani Desa Cigedug mencapai Rp 9000,00 per kilogram sedangkan

di tingkat pasar lokal Rp 12.000,00. Beberapa kecamatan penghasil utama cabai

rawit di Kabupaten Garut antara lain adalah Kecamatan Cigedug, Caringin,

Talegong, dan Bungbulan. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui perbandingan luas

panen, produksi, dan produktivitas antara keempat kecamatan tersebut.

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

2007 2008 2009 2010 2011

Jum

lah

Pro

du

ksi (

ton

)

Cabe Besar

Cabe Rawit

Page 53: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

38

Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Rawit di Tingkat

Kecamatan Kabupaten Garut Tahun 2009-2011

Kecamatan Luas Panen (Ha)

2009 2010 2011

Caringin 318 180 283

Talegong 266 107 152

Bungbulang 162 142 139

Cigedug 162 152 254

Produksi (Ton)

Caringin 4.410 231 3.667

Talegong 3.134 1.220 1.831

Bungbulang 1.963 1.601 1.669

Cigedug 1.865 1.869 3.304

Produktivitas (Ton/Ha)

Caringin 138,68 128,17 129,58

Talegong 117,82 113,99 120,46

Bungbulang 121,17 112,75 120,07

Cigedug 115,12 122,94 130,08 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2012)

5.2. Keadaan Umum Wilayah Desa Cigedug

Desa Cigedug merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Cigedug, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak di daerah

dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara 1.200 meter di atas permukaan

laut dengan tingkat kemiringan 75 persen berbukit, 20 persen landai dan 5 persen

curam. Desa Cigedug terletak di sebelah selatan dari kabupaten Garut dengan

jarak 30 km dari ibu kota kabupaten.

Desa Cigedug memiliki luas wilayah sekitar 1138,2 ha, yang terdiri dari

tanah sawah 3,90 ha, tanah kering 644,87 ha, lahan perkebunan 67 aa, fasilitas

umum 4,14 ha, dan tanah hutan 172,39 ha. Tanah kering dimanfaatkan untuk

tanaman sayuran dan buah-buahan 76,9 persen, dan tanaman keras 22 persen, dan

kolam air 1,1 persen. Penduduk Desa Cigedug berjumlah 10.201 jiwa yang terdiri

dari 5.117 jumlah laki-laki dan 5.084 jumlah perempuan, dengan jumlah Kepala

Keluarga sebanyak 2.647 KK yang mayoritas memeluk agama islam. Secara

umum masyarakat Desa Cigedug bermata pencaharian di sektor pertanian dengan

Jumlah rumah tangga petani sebanyak 661 orang.

Jenis tanahnya terdiri dari Regosol 60 persen Latosol, 25 persen dan tanah

Alluvia,l 15% dengan keadaan drainase 70 persen baik, 20 persen cukup baik dan

Page 54: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

39

10% kurang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penanaman tanaman

sepanjang tahun. Berdasarkan hasil analisis pengamatan curah hujan tiga tahun

terakhir menunjukan bahwa rata-rata jumlah hari hujan 156 hari dan tipe iklim

untuk Kecamatan Cigedug termasuk tipe iklim C (agak basah), dimana setiap

tahunnya antara 7-8 bulan basah dan 3-4 bulan kering. Keadaan iklim seperti ini

membuat wilayah Desa Cigedug sesuai untuk pengembangan budidaya sayuran,

seperti tomat, kentang, kol, cabai, jagung, pecay, dan wortel.

5.3. Karakteristik Petani Cabai Rawit Merah

Petani Cabai Rawit Merah yang dipilih sebagai responden adalah sebanyak

30 responden di Desa Cigedug. Usahatani yang dilakukan responden

menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman pokok tumpangsari yaitu

tomat dan kol. Hal ini dilakukan karena tanaman cabai rawit merah di dataran

tinggi seperti di Desa Cigedug memiliki waktu siap panen yang cukup lama yakni

6 bulan sehingga akan lebih efisien dan ekonomis jika dijadikan sebagai tanaman

tumpang sari dari tomat dan kol yang hanya berumur 3-4 bulan.

Karakteristik petani yang akan diuraikan meliputi usia dan pengalaman

petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan luas lahan yang digarap.

Karakteristik petani responden selengkapnya diuraikan sebagai berikut.

5.3.1. Usia dan Pengalaman Petani Responden

Secara umum, rata- rata usia petani responden yang mengusahakan cabai

rawit merah baik yang melakukan kemitraan maupun yang tidak adalah antara 30-

80 tahun. Sebaran umur petani ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu petani

responden yang berusia muda dengan umur kurang dari 40 tahun, petani berusia

sedang dengan umur 41 sampai 60 tahun, dan petani responden berusia tua dengan

umur lebih dari 60 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden,

sebagian besar responden adalah petani yang usianya tergolong kategori petani

berusia sedang yaitu pada kelompok usia 41-60 tahun sebesar 54,17%. Sebaran

usia petani responden dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 55: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

40

Gambar 4. Perbandingan Kelompok Usia Responden

Menurut Nainggolan (2001) diacu dalam Iryanti (2005) bahwa umur

seseorang dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu tersebut.

Semakin muda umur petani diduga akan mempengaruhi kemampuan dan kemauan

dalam mengadopsi inovasi. Para petani tersebut melakukan kegiatan usahatani

sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan sehingga tingkat adopsi mereka

terhadap inovasi dan sistem yang baru tinggi.

Dari 24 responden yang ada diketahui bahwa sebanyak 58,33 persen

memiliki pengalaman usahatani antara 3 hingga 5 tahun, 37,50 persen telah

berusahatani cabai rawit merah kurang dari 3 tahun, dan sebanyak 4,17 persen

dari petani responden telah menjalankan usahatani cabai rawit merah selama lebih

dari 5 tahun. Bagi petani di Desa Cigedug budidaya cabai rawit merah bukanlah

hal yang relatif sulit dilakukan. Teknik budidaya cabai rawit merah tidak jauh

berbeda dengan tanaman lain sejenisnya seperti tomat dan cabai merah besar atau

cabai keriting. Pengalaman usahatani yang berbeda-beda pada setiap petani sangat

berpengaruh terhadap teknik budidaya cabai rawit merah terutama pada

penggunaan jenis dan dosis pupuk serta obat-obatan yang digunakan.

Petani yang berusia lebih tua tidak selalu memiliki pengalaman usahatani

cabai rawit merah lebih lama dibandingkan petani yang berusia lebih muda. Para

petani di Desa Cigedug rata-rata baru membudidayakan tanaman cabai rawit

merah akibat adanya peningkatan harga secara signifikan di pasaran. Usahatani

37.50 %

54.17%

8.33 %

Usia ≤40

Usia 41 - 60

Usia ≥ 61

Page 56: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

41

cabai rawit merah dianggap sebagai usahatani yang kurang menguntungkan

sebelum terjadinya ledakan harga di pasar. Kemitraan bukan merupakan alasan

para petani membudidayakan cabai rawit merah.

Tabel 5. Sebaran Petani responden berdasarkan pengalaman usahatani cabai

rawit merah di desa cigedug tahun 2012

Lama Berusahatani (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

kurang dari 3 9 37,50

3 hingga 5 14 58,33

lebih dari 5 1 4,17

Total 24 100,00

5.3.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden

Inovasi dan teknologi baru yang berkembang dalam usahatani dapat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal dalam memperoleh dan

mengaplikasikannya. Baik dari sisi produksi, pemasaran, pengolahan, maupun

keuangan. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki

pendidikan yang beragam mulai dari jenjang SD, SMP SMA dan sarjana. Sebaran

tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden,

dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh langsung terhadap

kegiatan usahatani. Pengetahuan usahatani yang petani miliki berasal dari

pengalaman bertani dan pengetahuan turun-temurun.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), tingkat pendidikan pada umumnya

akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur

yang muda menyebabkan petani lebih dinamis dalam mengadopsi inovasi baru.

Salah satu petani responden yang memiliki pendidikan setingkat sarjana terlihat

lebih matang dalam melakukan perencanaan usahataninya. Hal tersebut dapat

dilihat adanya sebuah perencanaan secara tertulis baik dalam mempersiapkan

faktor input maupun dalam hal pemasaran.

Page 57: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

42

Tabel 6. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Cigedug tahun 2012

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

SD 9 37,50

SMP 6 25,00

SMA 8 33,33

Sarjana 1 4,17

Total 24 100,00

5.3.3. Luas dan Status Pengelolaan Lahan

Rata-rata petani responden memiliki dan menggarap lahan cabai rawitnya

sendiri. Beberapa petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 ha memberikan

kepercayaan kepada orang lain untuk menggarap lahannya. Petani tersebut hanya

mengawasi dan mengambil keputusan terhadap kegiatan usahatani pada lahannya.

Besar luas lahan yang dikelola untuk lahan cabai rawit merah sangat

beragam. Namun, sebanyak 25% dari petani responden menjalankan usahatani

cabai rawit merah pada lahan yang relatif kecil yaitu kurang dari 0,2 ha. Besar

luas lahan petani responden dalam menjalankan usahatani cabai rawit merah dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Perbandingan Luas Lahan Petani Responden

25.00

37.50

16.67

20.83

Persentase Luas Lahan (%)

≤ 2.000

2.001 – 5.000

5.001 - 10.000

≥ 10.001

Page 58: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

43

Sebagian besar petani di Desa Cigedug baik yang bermitra maupun yang

tidak bermitra memiliki lahan sendiri untuk menjalankan kegiatan usahatani cabai

rawit merah. Namun ada sebagian kecil petani yang menyewa lahan untuk

menjalankan kegiatan usahataninya. Petani yang tidak memiliki lahan sehingga

harus menyewa lahan untuk menjalankan usahatani cabai rawit merah hanya

sebesar 29,17 persen dari 24 orang petani responden. Tabel 7 menunjukkan

perbandingan status kepemilikan lahan antara petani yang memiliki lahan sendiri

dengan petani yang meyewa lahan.

Tabel 7. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

Tahun 2012

Status Kepemilikan Jumlah (jiwa) Persentase

Milik 17 70,83

Sewa 7 29,17

Total 24 100,00

Hernanto (1996) menyatakan bahwa pengaruh status kepemilikan lahan

terutama lahan milik sendiri terhadap pengelolaan usahatani antara lain :

a) Petani bebas mengelola lahan pertaniannya.

b) Petani bebas merencanakan dan menentukan jenis tanaman yang akan ditanam.

c) Petani bebas menggunakan teknologi dan cara budidaya.

d) Petani bebas memperjualbelikan lahan yang dimilikinya.

e) Dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab petani terhadap apa yang

dimilikinya.

5.3.4. Jenis dan Pola Tanam Tumpang Sari

Tanaman cabai rawit merah di Desa Cigedug ditanam bersama dengan

tanaman lain atau dikenal dengan istilah pola tanam tumpang sari. Tanaman cabai

rawit merah dapat ditumpang sarikan dengan tanaman seperti tomat, kol, kentang,

kacang merah, dan pecay. Tanaman cabai rawit merah memiliki usia produktif

lebih lama dibandingkan tanaman tomat, kol, kentang dan sebagainya. Tanaman

cabai rawit dianggap sebagai tanaman yang dapat menghasilkan penerimaan

tambahan tanpa harus menambah lebih banyak biaya yang dikeluarkan.

Page 59: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

44

Sebanyak 66,67 persen petani di Desa Cigedug membudidayakan cabai

rawitnya dengan tomat dan kol dalam satu musim tanam. Tanaman pecay ditanam

sebagai substitusi dari tanaman kol sedangkan tanaman kacang merah dapat

ditanam sebagai substitusi tanaman tomat. Tanaman kentang juga bisa ditumpang

sari dengan cabai rawit merah menggunakan teknik khusus sehingga tidak banyak

petani yang melakukannya. Pada umumnya petani yang menggunakan pola tanam

seperti ini termotivasi karena efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan

penerimaan setinggi-tingginya. Petani cenderung menggunakan pola tanam

tumpang sari dengan menanam tomat dan cabai rawit secara bersamaan disusul

dengan kol saat tanaman tomat selesai di panen. Hal tersebut dapat dilakukan

karena tanaman cabai rawit memiliki umur produktif selama 1,5 tahun dengan

umur siap panen selama 6 bulan sedang umur produktif tomat dan kol hanya

berkisar 3 hingga 5 bulan saja.

Page 60: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

45

VI. KERAGAAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH

6.1. Kondisi Usahatani Cabai Rawit Merah Desa Cigedug

Kegiatan usahatani cabai rawit merah mulai berkembang di Desa Cigedug

pada 5 tahun yang lalu yaitu pada tahun 2007. Pada mulanya, benih yang

digunakan merupakan benih impor. Namun, benih impor dianggap memiliki

kelemahan antara lain adalah tidak tahan dengan serangan hama dan penyakit

serta jumlah produksi yang lebih rendah dibandingkan benih lokal. Beberapa

petani yang tidak puas menggunakan benih impor mulai mencoba menggunakan

benih lokal yang berasal dari kawasan Lembang Bandung.

Budidaya cabai rawit merah dianggap sebagai usaha yang kurang

menguntungkan karena terdapat fluktuasi harga yang berlaku di pasar pada

beberapa tahun ke belakang sehingga tidak menjadi pilihan bagi sebagian besar

petani di Desa Cigedug. Padahal, cabai rawit merupakan jenis tanaman tumpang

sari yang memiliki nilai ekonomis. Sebab sebagian biaya cabai rawit merah telah

tertutupi oleh penerimaan hasil tanaman pokok tumpang sari. Cabai rawit merah

juga memiliki masa panen yang cukup lama yakni dapat mencapai satu hingga

satu setengah tahun dengan intensitas panen satu minggu hingga dua minggu

sekali panen.

Faktor produksi yang umum digunakan dalam usahatani cabai rawit merah

di Desa Cigedug antara lain bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, obat- obatan dan

tenaga kerja. Terdapat beberapa tahapan proses usahatani cabai rawit merah di

Desa Cigedug yakni pengolahan lahan (pencangkulan, pembedengan, pemupukan

dasar, dan pemasangan mulsa), penanaman, perawatan (pemupukan,

penyemprotan, dan pengairan), hingga panen dan pasca panen. Keragaan

usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug diuraikan sebagai berikut :

Page 61: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

46

Gambar 6. Alur Proses Produksi Usahatani Cabai Rawit Merah Di Desa

Cigedug

6.1.1. Pengolahan Lahan

Pada umumnya pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani mitra

maupun nonmitra di Desa Cigedug dimulai dengan membersihkan sampah, plastik

mulsa dan sisa-sisa tanaman pada periode tanam sebelumnya. Kemudian untuk

mengembalikan kondisi kesuburan tanah agar tetap gembur, hampir 80 persen

petani mengolah tanah menggunakan cangkul. Penggunaaan cangkul dilakukan

karena hampir 80 persen petani memiliki lahan dengan luas kurang dari 0,5 ha

sehingga akan lebih efisien dibandingkan menggunakan traktor.

Tanah dicangkul hingga menjadi gembur. Kedalaman cangkul berkisar

antara 20 cm hingga 30 cm agar akar tanaman dapat dengan leluasa memperoleh

zat hara yang ada di dalam tanah. Setelah gembur tanah dibuat bedengan setinggi

30 cm hingga 40 cm, dengan lebar bedengan ± 100 cm, serta jarak antar bedengan

± 40 cm hingga 50 cm dengan tujuan agar bisa dilalui oleh petani. Sedangkan

untuk panjang bedengan bergantung pada bentuk dan luas lahan yang dimiliki

oleh petani.

Setelah tanah selesai dibedeng kemudian dilakukan pemupukan dasar.

Pemupukan dasar perlu dilakukan petani untuk menjaga kebutuhan akan unsur

hara tanah bagi tanaman yang telah hilang pada periode sebelumnya. Pemupukan

Pengolahan Lahan (Pembersihan, Pencangkulan, Pemasangan

Mulsa)

Pemupukkan Dasar (pupuk kandang)

Penanaman

Perawatan (Pemupukkan, Pengobatan, Pengairan)

Pemanenan

Penyortiran dan Pemipilan oleh Vendor (Petani

Mitra)

Pemasaran Oleh Tengkulak Desa

(Petani Nonmitra)

Page 62: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

47

dasar yang dilakukan petani menggunakan jenis pupuk kandang baik yang berasal

dari kotoran ayam maupun dari kotoran kambing atau domba.

Pada petani mitra dosis rata-rata pupuk kandang yang digunakan yang

diberikan berkisar 18 ton per hektar sedangkan pada petani nonmitra dosis rata-

rata pupuk kandang yang digunakan hanya sebesar 9,5 ton per hektar.

Penambahan zat kapur dapat ditambahkan jika kondisi tanah telah jenuh dan

bersifat asam. Tanah kembali diaduk rata dikubur pada bedengan agar kandungan

pada pupuk dasar yang diberikan merata.

Pada umumnya petani cabai rawit merah di Desa Cigedug melakukan

pemasangan mulsa pada lahannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari serangan

gulma, hama dan penyakit, menjaga kelembaban dan suhu tanah agar relatif stabil.

Plastik mulsa juga berfungsi untuk mencegah pupuk terbawa oleh air hujan. Agar

bedengan dapat tertutup rapat pemasangan mulsa dapat dilakukan pada waktu

menjelang siang hari sehingga plastik mulsa dapat sedikit memanjang akibat

pemuaian.

Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara ditarik pada kedua ujung mulsa

sepanjang bedengan yang dibuat. Plastik mulsa direkatkan ke tanah menggunakan

pasak yang terbuat dari bilah bambu berbentuk U kemudian ditancapkan pada

setiap sisi bedengan hingga permukaan atas bedengan tertutup rapat. Setelah

mulsa terpasang dengan rapih, selanjutnya mulsa diukur untuk menentukan jarak

tanaman yang diinginkan sesuai dengan pola tumpang sari yang digunakan.

Rata-rata petani mitra menggunakan pola menyilang pada setiap bedengan.

Dua lubang pada kedua sisi kanan dan kiri dengan masing jarak antar lubang 50 x

50 cm dan satu lubang yang berada di tengah kedua lubang kanan dan kiri dengan

jarak antar lubang 75 x 75 cm. Sedangkan petani nonmitra biasanya menggunakan

pola tanam sejajar pada setiap bedengan. Jarak antar masing-masing lubang

adalah 30 x 30 cm. Plastik mulsa yang telah diukur kemudian dilubangi

menggunakan alat pembolong mulsa yang dapat dibeli pada toko Saprotan

seharga Rp. 50.000/buah.

Page 63: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

48

(a) (b)

Gambar 7. (a) Pola Tanam Sejajar ; (b) Pola Tanam Menyilang

6.1.2. Penyemaian Benih dan Pembibitan

Pembibitan untuk budidaya cabai rawit merah dapat dilakukan oleh petani

responden sendiri. Pada petani mitra sebanyak 78,54 persen memperoleh bibit

dengan cara membeli dari para penyemai benih. Sedangkan pada petani nonmitra

sebanyak 36,48 persen petani yang memilih untuk membeli bibit langsung kepada

petani lain yang melakukan pembibitan. Petani lebih memilih untuk membeli bibit

yang telah jadi karena luas lahan yang dimiliki oleh rata-rata petani tidak terlalu

besar. Sedangkan untuk tomat dan kol sebagai tanaman tumpang sari benih dapat

diperoleh dengan membeli di toko yang telah di percaya oleh masing-masing

petani. Proses pembibitan dapat dilihat sebagai berikut.

6.1.2.1. Penyiapan Benih

Secara umum dalam hal penyemaian benih cabai rawit merah yang

dilakukan oleh petani mitra dan non mitra tidak memiliki perbedaa yang

signifikan. Benih cabai rawit merah diperoleh dari tanaman induk harus berasal

dari tanaman yang sehat dan buah yang baik. Biji buah cabai rawit merah diambil

dari buah yang telah matang yaitu pada saat usia tanaman mencapai sembilan

bulan. Buah yang memenuhi syarat dipotong menjadi tiga bagian yang setiap

bagiannya harus sama panjang. Biji untuk benih diambil dari potongan bagian

tengah. Potongan bagian tengah ini umumnya memiliki biji yang lebih padat,

lebih banyak, lebih besar, dan kemungkinan sudah mengalami penyerbukan

sempurna.

Potongan yang dipilih dibelah, kemudian bijinya dikeluarkan untuk

dijemur sampai kering. Setelah biji cabai rawit merah untuk benih diperoleh,

Page 64: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

49

tahap berikutnya melakukan seleksi biji untuk mendapatkan benih cabai rawit

merah yang baik. Penyeleksian dilakukan dengan cara biji calon benih

dimasukkan ke dalam ember atau bak berisi air dan diaduk- aduk. Perhatikan

hingga tampak terdapat biji yang mengambang dan yang tenggelam. Biji yang

mengambang merupakan biji yang kurang baik untuk benih. Biji ini merupakan

biji yang tidak berisi (kosong). Sebaliknya, biji yang tenggelam merupakan biji

yang berisi. Setelah dilakukan seleksi pada biji maka biji siapa untuk disemaikan.

Bila tidak langsung digunakan, benih yang terpilih dapat disimpan.

Untuk dapat disimpan benih dikeringkan terlebih dahulu dengan cara

dijemur di atas tampah, tetapi tidak langsung di bawah sinar matahari. Lama

penjemuran tergantung kondisi cuaca saat itu. Bila hari panas, lamanya

pengeringan 3 hari. Sebaliknya bila hari hujan, lamanya pengeringan dapat

dilakukan hingga seminggu. Benih yang sudah kering dapat dimasukkan ke

dalam botol hingga ¾ tinggi botol, sedangkan ruang sisanya diisi abu

pembakaran. Dengan cara ini benih cabai rawit merah dapat disimpan hingga 2-3

bulan tanpa mempengaruhi daya tumbuhnya.

Sebelum disemai, benih yang terpilih direndam selama 1-2 jam ke dalam

air hangat. Cara ini agar dapat mempercepat perkecambahan dan juga dapat

membantu menghilangkan sisa- sisa bakteri dan cendawan yang bisa

mengganggu. Setelah itu, benih dapat langsung ditebarkan ke persemaian.

Persiapan benih tanaman kol dan tomat dilakukan dengan cara yang lebih

sederhana. Benih yang dibeli di toko terpercaya cukup direndam dalam larutan

fungisida seperti Frevikur N (0,1 persen) selama ± 2 jam, kemudian dikeringkan.

Hal tersebut perlu dilakukan agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan

penyakit mati. Setelah semua perlakuan selesai dilakukan benih kol dan tomat

siap untuk disemai.

6.1.2.2. Penyemaian Benih

Penyemaian benih secara umum baik pada cabai rawit merah, kol maupun

tomat dapat dilakukan pada bedengan yang dibuat khusus untuk pembibitan atau

menggunakan suatu media yang dinamakan “complong”. Media ini terbuat dari

daun pisang yang dibentuk menyerupai tabung kecil yang berisikan campuran

tanah dan kompos sebagai media.

Page 65: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

50

Jika disemai diatas bedengan maka jarak tebaran antara 3–6 cm. Setelah

benih ditebarkan, di atas benih tersebut ditaburkan pupuk kandang dan kompos.

Setiap meter persegi luas bedengan diberi 5–10 kg pupuk kandang. Benih yang

ditebarkan harus dilindungi dari terpaan sinar matahari langsung ataupun air

hujan. Di atas bedengan diberi naungan yang tingginya sekitar 1 m di bagian barat

dan 1,5 m di bagian timur.

Untuk mendapatkan bibit yang siap tanam, tentunya semaian harus dirawat

dengan baik. Secara umum, perawatan yang dilakukan antara lain penyiraman

serta pengendalian serangan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali

sehari, yaitu pagi dan sore bila di bedengan penyemaian sangat panas. Bila udara

dingin atau terjadi hujan, penyiraman dapat ditiadakan atau hanya sekali

penyiraman saja yaitu pada pagi hari saja.

Persemaian perlu dijaga dari kemungkinan serangan hama dan penyakit.

Hama dan penyakit yang sering mengganggu persemaian antara lain semut, cacing

dan jamur. Biasanya petani responden melakukan pengendalian hama dan

penyakit dengan menggunakan pengobatan secara alami, yaitu menggunakan daun

sirsak, daun surai, ataupun bisa juga dengan daun sereh.

Setelah berumur 1–2 minggu setelah penebaran, bibit cabai rawit merah

sudah mulai bertunas. Bila umur calon bibit sudah dua minggu, sebagian

naungannya dibuang. Sisa naungannya dapat dibuang setelah umur bibit tersebut

sudah 3 minggu dan bibit sudah siap dipindah kepada lahan untuk ditanam. Bibit

tanaman kol yang telah berumur 3–4 minggu dan memiliki 4–5 daun juga dapat

dikatakan telah siap ditanam. Sedangkan bibit tanaman tomat siap untuk ditanam

setelah berumur 30–45 hari.

6.1.3. Penanaman

Secara umum budidaya cabai rawit merah di Desa Cigedug dilakukan

secara tumpang sari dengan tanaman utama kol dan tomat. Satu musim tanam

dalam budidaya tanaman cabai rawit merah ini dilakukan selama 1–1,5 tahun

yakni mengikuti usia produktif tanaman cabai rawit. Penanaman ini dilakukan

pada bedengan-bedengan lahan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Page 66: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

51

6.1.3.1. Penentuan Jarak dan Pola Tanam

Penentuan jarak tanam ditentukan saat selesai dilakukan pemasangan

mulsa. Berdasarkan pengalaman petani di Desa Cigedug jarak tanam yang lebar

akan lebih baik untuk kesehatan tanaman. Petani mitra rata-rata menggunakan

pola menyilang dengan dua lubang pada kedua sisi kanan dan kiri dengan masing

jarak antar lubang 50 x 50 cm dan satu lubang yang berada di tengah kedua

lubang kanan dan kiri dengan jarak antar lubang 75 x 75 cm. Petani nonmitra

biasanya menggunakan pola tanam sejajar pada setiap bedengan. Jarak antar

masing-masing lubang adalah 30 x 30 cm. Pola tanam antara tomat dan cabai

rawit merah bersifat saling berlawanan. Apabila tomat ditanam dengan dengan

pola menyilang, maka cabai rawit merah akan ditanam dengan pola lurus, begitu

juga sebaliknya,tetapi dengan waktu penanaman yang bersamaan.

Jarak tanam dan pola tanam yang digunakan dapat mempengaruhi

produktifitas yang didapat oleh masing-masing petani. Secara umum jarak tanam

yang lebar akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan tanaman utama

dan tanaman tumpang sari lain karena dapat mengurangi tingkat kompetisi

masing-masing tanaman dalam memperoleh makanan, air, dan sinar matahari atau

cahaya yang cukup karena tanaman akan tidak saling menaungi. Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa pada petani nonmitra dengan rata-rata pola dan jarak

tanam yang lebih rapat memiliki kemampuan produktifitas yang lebih kecil

daripada petani mitra.

Gambar 8. Jarak dan Pola Tanam Cabai Rawit, Kol, dan Tomat Merah di

Desa Cigedug.

Waktu dan pola penananam terhadap ketiga tanaman tumpang sari yakni

tomat, kol dan cabai rawit merah merupakan salah satu faktor penting penunjang

Page 67: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

52

keberhasilan produktifitas yang baik bagi semua tanaman. Waktu tanam tanaman

cabai rawit yang dibudidayakan di dataran tinggi seperti di Desa Cigedug dapat di

lakukan pada segala musim dengan tingkat risiko yang berbeda-beda. Penanaman

yang dilakukan pada musim kemarau memiliki risiko kekeringan dan hama seperti

lalat buah dan trip. Sedangkan penanaman yang dilakukan pada musim penghujan

dapat meningkatkan risiko terserang penyakit sepertis layu fusarium, busuk

batang, dan jamur. Petani mitra dituntut untuk dapat memproduksi cabai rawit

merah pada setiap musim untuk menjaga keberlanjutan pasokan ke pabrik

Indofood. Sedangkan petani responden yang tidak bermitra dapat

memperhitungkan waktu tanam yang paling tepat agar dapat mendapat harga

pasar terbaik.

Pada umumnya pola tanam yang dilakukan petani cabai rawit merah baik

yang bermitra maupun yang tidak bermitra di Desa Cigedug menanam cabai rawit

merah terlebih dahulu. Selang satu bulan tomat baru ditanam. Sedangkan

penanaman kol baru dilakukan setelah tomat selesai di panen. Pada saat itu

tanaman cabai rawit merah telah berusia 4 bulan belum mencapai masa panen.

Namun, ada pula yang menanam dengan waktu hampir secara bersamaan ketiga

tanaman tersebut tergantung pada musim saat penanaman. Jarak dan pola tanam

yang dilakukan petani Desa Cigedug dapat dilihat pada Gambar 8.

6.1.3.2. Penanaman Bibit

Sebelum penanaman biasanya perlu dilakukan penyemprotan insektisida

ke dalam lubang tanam. Bibit yang telah siap tanam ditempatkan di tengah lubang

tanam yang telah digali kemudian ditimbun kembali oleh media tanam bekas

galian sebelumnya hingga kembali cukup padat. Hal ini bertujuan agar akar

tanaman lebih kokoh dan tanaman tidak mudah goyah.

Jumlah bibit yang akan ditanam baik tomat, kol maupun cabai rawit merah

sangat bergantung pada jarak dan pola tanam ketiganya. Apabila menggunakan

jarak 50 x 50 cm maka dalam satu hektar bibit tanaman cabai rawit merah dapat

ditanam sebanyak 15.000 - 17.000 pohon. Sedangkan jika jarak tanamnya

mencapai 30 x 30 tanaman cabai rawit merah dapat ditanam sebanyak 17.000 –

20.000 pohon. Sedangkan untuk tanaman tomat dan kol secara bergantian

biasanya hanya mampu ditanam sebanyak 15.000 pohon.

Page 68: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

53

Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00-

09.00 WIB atau sore hari setelah pukul 15.00 WIB. Setelah penanaman,

penyiraman dapat langsung dilakukan. Terkadang pelindung tanaman juga

diperlukan untuk tanaman cabai merah, fungsinya untuk melindungi tanaman agar

tanaman tidak terkena sengatan sinar matahari secara langsung serta terhindar dari

terpaan air hujan dan angin kencang.

6.1.4. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan sejak tanaman ditanam hingga

tanaman selesai dipanen. Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman cabai rawit

merah beserta kol dan tomat antara lain yaitu penyulaman, pemasangan ajir,

pemupukan tambahan (cor atau suntik), pengendalian hama dan penyakit dengan

menyemprot obat-obatan yang tersedia serta penyiraman. Penyulaman tanaman

pada cabai rawit merah diperlukan untuk mengganti tanaman utama yang gagal

tumbuh atau mati. Proses penyulaman ini dilakukan sejak satu hingga dua minggu

setelah tanam. Caranya adalah dengan mengganti tanaman yang mati dengan

tanaman yang baru. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah sisa bibit

yang masih ada.

Pemasangan ajir dilakukan saat umur cabai rawit merah atau tomat

mencapai empat minggu agar tidak merusak tanaman yang masih kecil.

Pemasangannya dilakukan dengan sistem ajir miring, yaitu dua bilah bambu

ditancapkan secara menyilang secara sejajar pada percabangan tanaman cabai

rawit merah mengikuti arah panjang bedengan. Masing-masing tanaman

dipasangkan satu ajir. Antara ajir yang satu dengan ajir yang lainnya dihubungkan

dengan bilah bambu memanjang atau melintang kemudian diikat dengan tali galar

atau tali rafia. Pemasangan ajir itu dimanfaatkan sebagai penyangga tanaman

tomat dan cabai rawit merah.

Seminggu setelah penanaman, dapat pula dilakukan pemupukan tambahan.

Tujuan pemupukan ini adalah agar tanaman yang ditanam baik tomat, kol maupun

cabai rawit merah mendapat mendapatkan cukup nutrisi makanan yang tersedia

dalam tanah tanpa terjadi perebutan makanan antara masing-masing tanaman.

Proses pemupukan baik pada petani mitra maupun nonmitra dilakukan dengan

teknik kocoran larutan hasil campuran pupuk dengan air dengan dosis tertentu.

Page 69: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

54

Hal ini dilakukan agar tanah yang sudah tetutup mulsa pada permukaan mudah

menyerap nutrisi pupuk. Pupuk yang biasa digunakan baik oleh petani mitra

maupun oleh petani nonmitra adalah campuran dari pupuk kimia seperti TSP,

KCL, KNO, dan NPK. Pada tanaman tomat dan kol biasanya cukup menggunakan

larutan NPK Mutiara sebagai pupuknya. Dosis yang diberikan oleh petani mitra

cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan dosis pemakaian pupuk kimia yang

digunakan oleh petani nonmitra. Pada petani mitra pemakaian pupuk kimia

dibatasi sesuai dengan petunjuk dari agrofield Indofood sebagai syarat agar dapat

diterima di pabrik. Sedangkan pada petani nonmitra dosis pemakaian pupuk kimia

didasarkan pada pengalaman petani masing-masing.

Baik pada petani mitra maupun nonmitra, aturan pemberian pupuk pada

tomat dan kol yang dilakukan petani pada yaitu sebanyak 3 kali dalam satu

musim. Pengecoran pada tomat dilakukan ketika tanaman tomat berusia 30 hari,

60 hari dan 90 hari sedangkan untuk kol pupuk diberikan pada saat usia tanaman

kol 15 hari, 30 hari dan 45 hari. Pengecoran pupuk tambahan pada cabai rawit

merah dilakukan ketika tanaman tomat dan kol telah habis di panen. Hal ini

dilakukan agar cabai rawit tetap mendapatkan kebutuhan nutrisi untuk menunjang

hasil panen.

Pemberian obat-obatan seperti fungisida dan insektisida diberikan untuk

mencegah serangan hama dan penyakit pada tanaman terutama pada tomat dan

cabai rawit merah. Adapun jenis obat-obatan yang biasa digunakan oleh petani

responden antara lain Dakonil, Antrakol, Prepaton, Polaram, Cekpoin, Unicef,

Ekuisen, Oktanil, Manep, Bion M, Klorotaronil, Afidor, Confidor, Demolis,

Gramaxon, Kolikron, Kurakron, ABSA, Napel, Supergo, Abamektin dan obat

sejenis lainnya. Pada umumnya penyemprotan obat-obatan dilakukan setiap 2

minggu sekali. Namun jika memasuki musim penghujan maka untuk mencegah

serangan hama dan penyakit maka penyemprotan dapat dilakukan setiap satu

hingga 2 kali dalam seminggu.

Rata-rata penggunaan obat-obatan pada petani mitra relatif lebih sedikit

dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan pada petani nonmitra. Hal ini

terjadi karena perawatan terhadap serangan hama dan penyakit pada petani mitra

dilakukan berdasarkan saran dan masukan dari agrofield Indofood sehingga

Page 70: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

55

pemakaian obat diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu cara

penanggulangan terhadap tanaman yang telah terserang hama dan penyakit benar-

benar diperhatikan oleh para petani mitra, sedangkan petani nonmitra bertindak

apa adanya tanpa ada target dan batasan tertentu.

6.1.5. Panen

Proses panen pada tanaman cabai rawit merah akan dapat dilakukan

pertama kalinya pada usia 5-7 bulan setelah masa tanam. Sedangkan tomat dan

kol mulai dapat dipanen pada usia 3 bulan setelah masa tanam. Kondisi siap panen

cabai rawit merah pada dataran tinggi menjadi lebih lama dibandingkan di dataran

rendah. Tanaman cabai rawit merah pada dataran rendah mulai dapat dipanen

pada usia 3-4 bulan. Setelah mencapai usia 1,5 tahun rata-rata tanaman cabai rawit

merah tidak mampu berproduksi sehingga petani memilih untuk mencabut

tanaman tersebut. Selama masa produktif tanaman yaitu 1,5 tahun rata-rata cabai

rawit merah di Desa Cigedug dapat dipanen sebanyak 48 kali dengan intensitas

panen setiap seminggu satu kali selama satu tahun masa panen.

Pada kondisi yang ideal, jumlah hasil panen cabai rawit merah akan

mengalami peningkatan hingga mencapai panen ke -15. Kemudian biasanya akan

mengalami jumlah pemanenan yang stabil hingga panen ke-20. Kemudian secara

bertahap akan mengalami penurunan jumlah panen hingga seperti kondisi awal

panen. Setiap pemanenan membutuhkan tenaga kerja dengan maksimum kekuatan

setiap tenaga kerja dalam sehari adalah 10 hingga 15 kg.

Proses panen biasanya dilakukan pada pagi hari. Tenaga kerja yang

digunakan adalah tenaga kerja wanita. Namun beberapa petani memberikan upah

borongan untuk proses pemanenannya. Cara pemetikan buah hendaknya

dilakukan dengan mengikutkan tangkai buahnya. Tujuannya agar buah tidak cepat

busuk setelah dipanen. Tingkat kematangan buah sewaktu panen pun dapat

disesuaikan dengan kebutuhan. Petani dapat memanen dua jenis panenan, yakni

panen hijau atau panen merah.

Para petani yang melakukan kemitraan mempunyai aturan tersendiri dalam

proses pemanenan. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dari pabrik

Indofood sesuai dengan kualitas dan kualitas yang telah disepakati kedua belah

pihak. Ciri-ciri buah yang menjadi spesifikasi pabrik antara lain harus merupakan

Page 71: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

56

panen merah atau minimal lebih dari 70 persen telah berwarna merah, Warna

cabai rawit merah yang digunakan untuk pabrik akan mempengaruhi warna dari

produk yang dihasilkan yakni sambal. Buah cabai rawit merah hasil panen petani

mitra tidak boleh busuk atau terkena hama patek dan tidak boleh terlihat bekas

pestisida. Petani langsung melakukan proses penyortiran sendiri di kebun sebelum

hasil panen diberikan kepada Gapoktan Cagarit sebagai vendor Indofood yang

berada di desa untuk kembali dilakukan penyortiran dan “pemipilan” atau

pembuangan tangkai cabai agar menjadi siap olah di pabrik.

Bagi petani nonmitra, proses pemanenan tidak ada aturan khusus yang

mengikat. Petani hanya perlu memanen sesuai dengan kebutuhan. Setelah dipanen

buah cabai rawit merah langsung dikemas menggunakan karung bekas pupuk

dengan ukuran 45-50 kg per karung. Kemudian dijual kepada “calo” atau

tengkulak untuk selanjutnya didistribusikan ke pasar lokal atau pasar induk.

Proses penyortiran dilakukan oleh petani nonmitra dilakukan saat pemanenan

dikebun. Buah yang dipanen hanya buah yang sehat sedangkan buah yang terkena

hama dibiarkan begitu saja di pohon.

6.1.6. Pemasaran Hasil Panen

Hasil cabai rawit merah yang telah dipanen oleh para petani mitra

selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang disebut sebagai vendor, yaitu

Gapoktan “Cagarit” dengan harga yang diterima petani antara Rp. 10.000,00/kg

dengan margin harga sebesar Rp 5.000,00/kg yang diterima oleh vendor dari

pabrik menjadi Rp 15.000,00/kg cabai rawit merah. Vendor merupakan pihak

perwakilan para petani yang menjalin kemitraan dengan Indoofood dan memiliki

bukti hukum yang jelas yakni kontrak. Vendor indofood dalam kasus ini adalah

Gapoktan “Cagarit”. Peran Gapoktan Cagarit sebagai vendor cukup membantu

bagi pihak Indofood untuk mengkoordinir hasil dari kemitraan dari petani agar

sesuai dengan spesifikasi pabrik yang diinginkan baik dari kuantitas maupun

kualitas cabai rawit merah.

Sedangkan petani nonmitra menjual cabai rawit merah yang telah dipanen

kepada tengkulak tingkat desa yang kemudian didistribusikan ke pasar lokal yaitu

Pasar Cikajang ataupun didistribusikan langsung ke pasar-pasar induk seperti

Caringin Bandung, Tanah Tinggi Tanggerang, Cibitung Bekasi, dan Keramat Jati

Page 72: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

57

Jakarta. Salah satu faktor yang menyebabkan fluktuasi harga yang diterima oleh

petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan adalah terdapat fluktuasi

harga pasar karena adanya perbedaan waktu tanam antara masing-masing daerah

penghasil cabai rawit merah. Harga akan semakin meningkat di pasar saat

pasokan cabai rawit merah di pasar induk acuan dari daerah penghasil cabai rawit

merah lain seperti di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur belum memasuki

musim panen. Informasi mengenai waktu tanam yang tepat belum dijadikan acuan

bagi petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan di Desa Cigedug

agar dapat menjual hasil panen cabai rawit merahnya dengan harga yang tinggi di

pasar. Harga yang diterima oleh petani responden berbeda-beda tergantung

kepada masing-masing tengkulak yang menjalin kerja sama dengan petani

tersebut. Namun rata-rata harga yang diterima oleh petani non mitra adalah

sebesar Rp 10.397,00.

6.2. Kondisi Kemitraan di Desa Cigedug

Bedasarkan sudut pandang perusahaan, kemitraan antara petani di Desa

Cigedug dengan perusahaan mitra seperti PT. Indofood Fritolay Makmur telah

terjalin kurang lebih selama 5 tahun. Pada mulanya kemitraan antara petani Desa

Cigedug dengan PT Indofood Fritolay Sukses makmur dilakukan pada komoditi

kentang. Jenis kentang yang dibudidayakan oleh petani merupakan jenis kentang

impor yaitu kentang Atlantik. Jenis kentang ini berbeda dengan jenis kentang

impor lainnya yaitu kentang Granola karena kentang atlantik memiliki kadar air

dan kandungan gula yang lebih rendah sehingga cocok untuk kebutuhan industri

Indofood. Selain itu, benih kentang atlalntik belum dapat dibudidayakan di

Indonesia sehingga penggadaan benih kentang masih diatur oleh perusahaan.

PT. Indofood Fritolay Makmur melakukan pengembangan pada komoditas

cabai rawit merah dan singkong untuk memenuhi kebutuhan pabrik. Pada tahun

2009 perusahaan melakukan riset di Desa Cigedug untuk komoditi cabai rawit

merah dan mulai melakukan jalinan kemitraan pada komoditi cabai rawit merah.

Keberhasilan jalinan kemitraan pada komoditi cabai rawit merah di Cigedug

mendorong perusahaan melakukan pengembangan di daerah Kabupaten Garut dan

Tasikmalaya pada tahun 2010. Namun, pada akhir 2010 terjadi peningkatan harga

cabai rawit merah di pasaran yang sangat signifikan. Hal ini membuat sebagian

Page 73: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

58

besar petani yang menjalin kemitraan melanggar kontrak kemitraan dan menjual

hasil panen cabai rawitnya ke pasar untuk mendapatkan keutungan dari

peningkatan harga yang signifikan di pasar.

Berkurangnya jumlah pasokan yang dialami perusahaan dalam memenuhi

kebutuhan pabrik mendorong perusahaan melakukan pengembangan kemitraan di

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2012. Sebanyak

kurang lebih 500 petani cabai (rawit merah dan besar) tersebar di Pulau Jawa.

Pada dasarnya latar belakang dibentuknya kemitraan di Desa Cigedug adalah

karena perusahaan membutuhkan kepastian pasokan cabai rawit merah untuk

diolah dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Perusahaan juga membutuhkan

kepastian budgeting dalam menjalankan industrinya. Kemitraan merupakan

bentuk program pemberdayaan masyrakat khususnya petani yang dilakukan oleh

Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Indofood Fritolay Makmur.

Perbaikan aturan yang mengikat antara petani dan perusahaan senantiasa

dilakukan agar hak dan kewajiban masing-masing dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Alasan petani bermitra dengan perusahaan cenderung karena

adanya kepastian harga dan pasar yang diberikan perusahaan kepada petani.

Selain itu, adanya bantuan berupa kemudahan pinjaman modal dan saprotan

kepada petani menambah minat petani untuk menjalin kemitraan dengan PT.

Indofood Sukses Makmur. Petani juga mendapatkan pembinaan dan kesempatan

berkonsultasi kepada para agrofield Indofood yang bertugas di Desa Cigedug

mulai dari teknis budidaya hingga sistem administrasi.

Disamping hak-hak yang didapat oleh petani, petani juga memiliki

kewajiban diantaranya menjamin pasokan dari kualitas yakni panen merah dan

kuantitas sesuai hasil panen yang terdaftar pada lahan yang dibudidayakan cabai

rawit merah serta mengembalikkan segala bentuk bantuan pinjaman secara

berangsur-angsur. Pada umumnya petani menganggap proses kemitraan ini mudah

dilakukan walaupun sebagain kecil petani menganggap sulit karena terdapat

beberapa kendala seperti harga yang dianggap tidak sesuai, barang yang terkena

sortiran pabrik sehingga dikembalikkan sebagai barang afkir serta masalah

pemenuhan kuantitas produk karena hasil panen yang menurun akibat cuaca yang

Page 74: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

59

kurang mendukung. Hak dan kewajiban baik petani maupun perusahaan dapat

dilihat selengkapnya pada Lampiran 8.

Penentuan harga kemitraan didasarkan pada harga kesepakatan antara

petani dan perusahaan yang diwakilkan oleh Gapoktan Cagarit. Harga yang

menjadi rujukan adalah harga pasar induk seperti Keramat Jati, Cibitung dan

pasar-pasar induk lainnya. Besar harga yang diterima oleh petani sesuai dengan

kesepakatan pada mulanya sebesar Rp 7.000,00. Namun, harga pasar yang

cenderung naik dari tahun ke tahun membuat kesepakatan harga yang diterima

oleh petani meningkat menjadi Rp 10.000,00 dengan harga yang diterima oleh

vendor sebesar Rp 15.000,00. Oleh karena itu terdapat margin sebesar Rp

5.000,00 sebagai biaya untuk penyortiran, pemipilan, dan pengangkutan yang

dilakukan oleh Gapoktan Cagarit.

Bagi petani cabai rawit merah sendiri adanya selisih harga yang diterima

oleh Gapoktan Cagarit sebagai vendor dengan petani sebesar Rp 5.000,00

dianggap tidak wajar dan kurang menguntungkan bagi petani. Besar margin harga

sebanyak Rp 5.000,00 digunakan oleh Gapoktan Cagarit sebagai imbalan atas

proses penyortiran, pemipilan dan biaya transportasi untuk mengantar cabai rawit

merah ke pabrik. Margin ini dapat diminimalkan apabila petani mitra mau untuk

melakukan proses pascapanen masing-masing sebelum diserahkan ke pabrik

sehingga manfaat margin sebesar Rp 5.000,00/kg dapat dirasakan juga oleh para

petani yang menjalin kemitraan.

Terdapat biaya kompensasi yang diterima oleh petani mitra apabila harga

pasar melebihi Rp 20.000,00. Besar biaya kompensasi harga atas harga pasar yang

diterima oleh petani mitra adalah sebanyak 50 persen dari kelebihan harga diatas

Rp 20.000,00. Namun sebaliknya apabila harga pasar kurang dari Rp 10.000,00

maka harga yang diterima petani sesuai dengan harga kesepakatan awal yakni

sebesar Rp 10.000,00. Kebijakan yang cenderung menguntungkan bagi petani

tersebut secara nyata tidak menjadikan loyalitas petani untuk bermitra semakin

tinggi. Salah satu kelemahan dari pola kemitraan ini adalah belum ditetapkannya

sanksi yang dianggap paling bijaksana terhadap petani yang melanggar

kesepakatan kontrak selain diputus sebagai petani mitra.

Page 75: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

60

Peningkatan harga yang sangat tinggi di pasar dianggap sangat

memberikan keuntungan bagi petani dibandingkan tetap menjalin kemitraan.

Walaupun kondisi tersebut hanya terjadi pada waktu yang tidak menentu. Bagi

petani nonmitra menjalin sebuah kemitraan hanya memberikan keuntungan yang

tidak seimbang kepada petani. Sehingga petani lebih memilih tetap bertahan

dengan tengkulak yang selama ini menjadi agen pemasar dari hasil produksi cabai

rawit yang dihasilkan.

Page 76: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

61

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT

MERAH

7.1. Sistem Usahatani Cabai Rawit Merah

Faktor produksi merupakan faktor atau sarana pengantar produksi

usahatani. Beberapa sarana atau faktor produksi pada usahatani cabai rawit merah

baik pada petani mitra maupun non-mitra antara lain adalah bibit, lahan, tenaga

kerja, serta peralatan pertanian yang digunakan selama kegiatan usahatani

berlangsung. Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa faktor produksi

yang terdapat dalam kegiatan usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

7.1.1. Bibit

Bibit merupakan salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan

usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten

Garut. Bibit Cabai rawit merah yang digunakan oleh petani di Desa Cigedug

merupakan jenis bibit lokal yang diperoleh dari benih lokal hasil rekayasa para

petani yang berasal dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bibit

lokal ini memilik berbagai macam nama antara lain cabai inul, cabai domba, dan

cengek.

Dalam perkembangannya para petani di Desa Cigedug mampu

menghasilkan bibit yang berasal dari hasil panen mereka sendiri. Namun, petani di

Desa Cigedug pada umumnya cenderung untuk tidak melakukan kegiatan

pembibitan dan lebih memilih untuk membeli bibit dari petani bibit. Sebesar

78,54 persen petani mitra lebih memilih untuk membeli bibit dari petani bibit

daripada melakukan penyemaian bibit sendiri. Sedangkan pada petani nonmitra

sebesar 63,51 persen petani mitra melakukan penyemaian sendiri sebagai upaya

menekan biaya produksi. Jika dikonversi maka harga bibit buatan sendiri hanya

berkisar Rp. 20,00 hingga Rp. 30,00 per pohonnya.

Bibit lokal yang digunakan baik oleh petani mitra maupun petani nonmitra

memiliki keunggulan dibandingkan dengan bibit impor. Keunggulan tersebut

diantaranya adalah lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit lokal,

buahnya cendrung lebih besar walaupun lebih pendek, dan memiliki rasa yang

Page 77: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

62

lebih pedas. Dalam satu hektar lahan mampu ditanam sebanyak 15.000 hingga

20.000 bibit tergantung pada jarak dan pola tanam yang digunakan oleh petani.

Harga bibit cabai rawit merah secara umum di Desa Cigedug adalah Rp. 50,00 per

pohonnya sedangkan harga bibit tomat dan kol secara berturut-turut adalah

sebesar Rp. 100,00 dan Rp. 50,00 per pohonnya.

Bibit cabai rawit merah yang baik dan optimal dalam pertumbuhan dan

perkembangannya memiliki kemampuan produktivitas mencapai 3,5 kg setiap

pohonnya hingga habis satu musim tanam. Produktivitas tanaman tergantung dari

iklim perawatan yang dilakukan oleh masin-masing petani terhadap tanaman.

7.1.2. Lahan

Lahan yang digunakan oleh petani untuk berusahatani cabai rawit merah

baik oleh petani mitra maupun nonmitra di Desa Cigedug pada umumnya

merupakan lahan milik sendiri. Namun, terdapat beberapa petani baik petani mitra

maupun nonmitra masih ada yang menyewa lahan untuk usahatani cabai rawit

merah agar dapat mencapai economic of scale dari usahatani cabai rawit merah

ini. Petani yang tidak memilki lahan harus mengeluarkan biaya rata-rata sewa

lahan setiap 1 patok atau setara dengan 0,04 ha adalah sebesar Rp 350.000,00 per

musim tanam. Jadi jika dikonversikan ke dalam 1 ha luasan lahan maka biaya

rata-rata yang dikeluarkan untuk menyewa lahan adalah sebesar Rp. 8.750.000,-.

Luas kepemilikan lahan cabai rawit merah di Desa Cigedug berkisar antara

0,1 hektar hingga 6 hektar dengan rata-rata luas sebesar 0,69 ha. Luas rata-rata

lahan yang dimiliki oleh petani mitra adalah sebesar 1,06 hektar sedangkan petani

non-mitra memiliki rata-rata luas lahan sebesar 0,43 hektar. Lahan petani cabai

rawit merah di Desa Cigedug pada umumnya ditanami oleh lebih dari satu jenis

tanaman. Hal tersebut dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan

pendapatan dan mengurangi risiko produksi yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Pola tanam yang digunakan adalah tumpang sari. Pola tumpang sari juga dapat

bermanfaat dalam menjaga kesuburan tanah agar tidak jenuh terhadap satu jenis

tanaman saja. Tanaman tumpang sari yang dibudidayakan petani responden baik

yang mitra mauupun nonmitra di Desa Cigedug dalam satu kali musim tanam

adalah tomat dan kol.

Page 78: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

63

7.1.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menetukan

dalam sebuah kegatan usahatani. Tenaga kerja yang digunakan dalam sebuah

kegiatan usahatani pada umumnya dapat berupa tenaga kerja dalam keluarga yaitu

tenaga kerja yang berasal dari dalam anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar

keluarga yaitu merupakan tenaga kerja upahan.

Pada kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Cigedug pada

umumnya tidak menganggap tenaga kerja dalam keluarga sebagai biaya usahatani

yang harus dikeluarkan. Tenaga kerja dalam keluarga semata-mata hanya

dianggap sebagai salah satu bentuk kewajiban masing-masing anggota keluarga

yang ingin menikmati hasil panen dari usahatani yang dijalankan. Padahal untuk

dapat menghitung biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani seharusnya

tenaga kerja dalam keluarga dimasukkan kedalam komponen biaya yang

diperhitungkan.

Tabel 8. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra

Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Di Desa Cigedug

Tahun 2011

No Kegiatan

Usahatani

Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Total

(HOK) (%) Dalam Keluarga Luar keluarga

L P L P

1 Persiapan

Lahan 9,7 1,8 136,9 3,6 151,9 5,89

2 Penanaman 1,8 1,7 3,7 6,5 13,7 0,53

3 Penyulaman 13,6 0,0 27,6 38,6 79,8 3,09

4 Pemasangan

Ajir 2,5 0,0 13,6 15,1 31,1 1,21

5 Pemupukan 18,5 6,2 46,7 96,4 167,8 6,50

6 Pemeliharaan 54,0 0,0 130,2 12,6 196,8 7,63

7 Pemanenan 31,4 19,1 69,2 1819,3 1.939,1 75,1

5

Total 131,6 28,8 427,8 1.992,1 2.580,2 100

Nilai Tenaga Kerja 1.973.693,8 431.281,0 6.417.395,7 29.880.896 38.703.266,7

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 8 menunjukkan besarnya kontribusi tenaga kerja pada setiap proses

usahatani cabai rawit merah untuk petani yang bermitra per hektar luasan lahan.

Dapat dilihat bahwa pada kegiatan pemanenan menyerap tenaga kerja paling besar

dengan kontribusi sebesar 75,15 persen dari dari total kontribusi tenaga kerja

Page 79: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

64

sebesar 2.580,2 HOK. Hal ini terjadi karena kegiatan pemanenan memiliki

intensitas yang tinggi yaitu 48 hingga 52 kali untuk setiap musim tanamnya dan

menggunakan sistem borongan dengan upah panen Rp. 1.000,- untuk setiap

kilogram cabai rawit merah yang dapat dipanen. Tenaga kerja wanita lebih banyak

digunakan terutama pada kegiatan pemanenan yang menggunakan sistem

borongan.

Baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja upahan

diberlakukan waktu kerja untuk melaksanakan kegiatan usahatani pada umumnya

mulai dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 WIB atau setara dengan 5 jam kerja

untuk tenaga kerja laki-laki, sedangkan untuk tenaga kerja perempuan biasaya

hanya bekerja selama 4 jam kerja yaitu mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00

WIB. Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan bagi tenaga kerja laki-laki adalah

sebesar Rp 15.000,-/hari dan untuk tenaga kerja perempuan adalah sebesar Rp

12.000,-/hari. Banyaknya anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani cabai

rawit merah rata-rata sebanyak 2 orang yakni petani itu sendiri bersama istri atau

anaknya.

Dalam kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani nonmitra (Tabel 9) ,

total tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2.224,1 HOK denggan perincian

jumlah tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 376,5 HOK dan jumlah tenaga kerja

luar keluarga sebanyak 1847,6 HOK. Penggunaan tenaga kerja paling banyak

adalah pada kegiatan pemanenan yaitu sebesar 43 persen. Tenaga kerja pria

banyak digunakan pada kegiatan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar

seperti persiapan lahan dan pemeliharaan. Tenaga kerja pria yang dibutuhkan pada

persiapan lahan dan pemeliharaan mencapai 300,3 HOK dan 194,9 HOK.

Sedangkan tenaga kerja wanita paling banyak dibutuhkan dalam kegiatan

pemanenan yaitu sebanyak 866,5 HOK untuk tenaga kerja wanita luar keluarga

yang diupah menggunakan sistem borongan sebesar Rp. 1.000,- untuk setiap

kilogram cabai rawit merah yang berhasil di panen. Pada kegiatan pemanenan

tenaga kerja wanita dianggap lebih teliti dan lebih rapih dalam melakukan proses

pemanenan.

Page 80: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

65

Tabel 9. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah Petani

Nonmitra Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Di Desa

Cigedug Tahun 2011

No Kegiatan

Usahatani

Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Total

(HOK) (%) Dalam Keluarga Luar keluarga

L P L P

1 Persiapan

Lahan 35,9 7,9 264,4 63,0 371,2 16,69

2 Penanaman 4,2 0,9 7,4 9,0 21,6 0,97

3 Penyulaman 18,9 2,6 24,1 9,2 54,8 2,46

4 Pemasangan

Ajir 11,5 2,8 26,6 18,3 59,2 2,66

5 Pemupukan 71,0 12,7 123,9 114,3 321,9 14,47

6 Pemeliharaan 171,7 3,0 264,3 0,0 438,9 19,74

7 Pemanenan 28,5 4,9 56,5 866,5 956,4 43,00

Total 341,7 34,8 767,3 1.080,3 2.224,1 100,0

0 Nilai Tenaga Kerja 5.125.323 521.963,8 11.509.0 16.205.178 33.361.508,9

Sumber : Data Primer Diolah

Pemakaian tenaga kerja dalam keluarga relatif lebih sedikit dibandingkan

dengan pemakaian tenaga kerja luar keluarga. Hal ini disebabkan karena petani

mitra lebih memilih untuk memperkerjakan tenaga kerja luar keluarga untuk

kegiatan usahataninya dibandingkan menggunakan tenaga kerja upah sebagai

bentuk dampak sosial dari kegiatan usahatani yang dijalankan.

7.1.4. Alat-Alat Pertanian

Alat-alat pertanian yang digunaan dalam kegiatan usahatani cabai rawit

merah meliputi cangkul, Parang atau golok, plastik mulsa, ajir bambu, drum,

ember, jirigen, handsprayer, pembolong mulsa, tali galar/rafia, mesin penyemprot

obat, dan mesin air. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa total nilai

penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani cabai rawit

merah pada luasan seluas 1 ha adalah sebesar Rp 5.193.396,00 per tahun. Nilai

biaya penyusutan dapat diperloleh menggunakan metode garis lurus dengan

asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur

teknis.

Alat-alat pertanian tidak selalu dibeli oleh petani cabai rawit merah setiap

kali musim tanam, karena setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih

dari dua tahun sedangkan musim tanam hanya berlangsung selama 1,5 tahun.

Page 81: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

66

Jumlah penggunaan alat-alat pertanian dalam kegiatan budidaya cabai rawit merah

tergantung pada luas lahan yang digarap oleh petani.

Tabel 10. Penggunaan Peralatan Usahatani Cabai Rawit Merah Untuk Satu

Musim Tanam Di Desa Cigedug Per Ha Luasan Lahan

No Jenis

Alat

Jumlah

(Buah)

Harga

(Rp) Nilai (Rp)

Umur

Teknis

(Tahun)

Penyusutan

(Rp/Tahun)

1 Cangkul 19 50.000 950.000 5 171.000

2 Arit 9 25.000 225.000 5 40.500

3 Mulsa 13 450.000 5.850.000 1,5 3.510.000

4 Ajir 19.565 100 1.956.521 3 586.956

5 Drum 4 250.000 1.000.000 15 60.000

6 Ember 19 7.000 133.000 5 23.940

7 Jirigen 4 25.000 100.000 5 18.000

8 Hand sprayer 4 450.000 1.800.000 10 162.000

9 Mesin Obat 1 3.500.000 3.500.000 10 315.000

10 Mesin air 1 2.500.000 2.500.000 10 225.000

11 Pembolong

mulsa 3 50.000 150.000 5 27.000

12 Tali 9 10.000 90.000 1,5 54.000

Jumlah

18.254.521 5.193.396

Sumber : Data Primer Diolah

Petani cabai rawit merah di Desa Cigedung cenderung menggunakan

cangkul sebagai alat untuk mengolah lahan pertaniannya. Handtracktor atau

traktor sejenisnya tidak digunakan oleh petani cabai rawit di Desa Cigedug karena

dianggap tidak efektif untuk mengolah lahan yang hanya memiliki rata-rata luas

lahan sebesar 0.61 ha. Parang atau golok biasanya digunakan petani untuk

membersihkan atau menyiangi gulma dan rumput-rumput pada saat pengolahan

tanah dan perawatan tanaman.

Penggunaan mulsa pada lahan cabai rawit merah berguna untuk

mengurangi penguapan air dan pupuk serta mencegah gulma tumbuh selama masa

tanam berlangsung. Ajir bambu yang di bantu dengan tali galar digunakan sebagai

penyangga tanaman cabai rawit merah dan tomat yang telah dewasa. Tanaman

cabai rawit merah yang telah dewasa dapat dikatakan lebih rimbun sehingga

memiliki luas tajuk yang lebih besar dibandingkan jenis tanaman cabai lainnya

sehingga membutuhkan ajir sebagai penyangga.

Page 82: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

67

Drum, ember dan jirigen digunakan oleh petani sebagai alat untuk

menampung dan mengangkut air baik untuk kegiatan pemupukan, penyemprotan

obat maupun penyiraman jika diperlukan. Kapasitas drum yang diunakan dapat

menampung air berkisar 200 hingga 220 liter. Sedangkan handsprayer digunakan

sebagai alat untuk menyemprotkan obat-obatan dengan kapasitas angkut sebanyak

16 liter air. Pembolong mulsa digunakan oleh melubangi mulsa agar lebih rapih,

teratur dan efisien.

Tidak semua petani menggunakan mesin air dan mesin obat dalam

kegiatan usahataninya. Petani yang menggunakan mesin air dan mesin obat adalah

petani yang memiliki luas lahan garapan yang luas. Hal ini bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan air yang cukup banyak dan mengefisienkan tenaga kerja

pada kegiatan penyemrpotan obat.

7.2. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah

Pada umumnya kegiatan usahatani bertujuan untuk memperoleh

pendapatan yang optimal sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah

dijalankan oleh petani. Bibit, pupuk, tenaga kerja dan peralatan pertanian yang

digunakan selama kegiatan usahatani termasuk dalam input produksi yang

dibutuhkan. Sedangkan output produksi yang diharapakan dari sebuah kegiatan

usahatani adalah berupa hasil panen yang berlimpah. Analisis pendapatan

usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug menggambarkan besarnya

penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan demi

menghasilkan output-output produksi selama proses usahatani berlangsung.

Analisis pendapatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan dalam

penelitian ini dibedakan berdasarkan cara pemasaran yang dilakukan, yaitu petani

yang menjalankan hubungan kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur

dan petani yang tidak menjalin kemitraan dengan pihak manapun. Berdasarkan

perbedaan tersebut kemudian akan dianalisis apakah perbedaan cara pemasaran

tersebut akan berpengaruh pada penerimaan petani sehingga berpengaruh juga

pada pendapatan usahatani cabai rawit merah.

Page 83: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

68

7.2.1. Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra

Penerimaan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani yang

menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur dihitung berdasarkan

perkalian antara total produksi cabai rawit merah yang dihasilkan dengan harga

kesepakatan antara petani dengan vendor PT. Indofood Fritolay Makmur yaitu

sebesar Rp 10.000,00/kg serta produk hasil tanaman pokok tumpang sari yakni

tomat dan kol yang dikalikan dengan harga rata-rata yang berlaku. Harga yang

diterima petani mitra dapat menjadi lebih tinggi apabila petani dapat melakukan

tugas Gapoktan Cagarit sebagai vendor indofood untuk mengumpulkan, menyortir

ulang, dan melakukan pembuangan tangkai buah sehingga margin sebesar Rp

5000,00/kg yang diterima oleh Gapoktan Cagarit dapat meningkatkan penerimaan

dari petani yang bermitra dengan Indofood

Jumlah produksi rata-rata cabai rawit merah petani mitra per hektar luas

lahan per musim tanam adalah 19.979,34 kg. Maka besar penerimaan yang

diperoleh petani mitra adalah hasil kali jumlah produksi rata-rata cabai rawit

merah per hektar per musim dengan harga kesepakatan kemitraan sebesar Rp

10.000/kg yaitu sebesar Rp 199.793.382,5,-.

Penerimaan petani tidak hanya berasal dari cabai rawit merah saja. Petani

mitra juga mendapatkan penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi

tanaman utama tumpang sari yakni tomat dan kol. Jumlah rata-rata produksi tomat

dan kol per hektar luas lahan per musim secara berturut-turut adalah 37.803,67 kg

dan 25.284,09 kg. Sedangkan harga rata-rata tomat dan kol yang berlaku di

tingkat produsen secara berturut-turut adalah sebesar Rp 1.785,00 dan Rp

1.600,00.

Jadi besar penerimaan yang didapatkan oleh petani cabai rawit merah yang

berasal dari hasil produksi tomat dan kol per hektar luasan lahan per musim tanam

secara berturut-turut adalah Rp 67.486.692,00 dan Rp 40.454.545,00. Maka Total

penerimaan yang diterima oleh petani mitra baik yang berasal dari cabai rawit

merah, tomat, dan kol adalah sebesar Rp 307.734.619,5.

7.2.2. Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra

Analisis terhadap biaya yang dikeluarkan petani dilakukan dengan

menganalisis input yang digunakan untuk usahatani cabai rawit meliputi bibit,

Page 84: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

69

pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan peralatan pertanian. Menurut Soeharjo dan

Patong (1977), biaya usahatani dapat berupa biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dibayar secara tunai dengan

uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya upah tenaga kerja. Biaya

yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung seberapa besar pendapatan

kerja petani yang sesungguhnya kalau modal dan nilai tenaga kerja dalam

keluarga diperhitungkan. Besarnya nilai tenaga kerja keluarga juga dihitung

berdasarkan upah yang berlaku saat itu.

Petani mitra Desa Cigedug mengeluarkan biaya tunai dalam usahatani

cabai rawit merah dalam bentuk pembelian terhadap sarana produksi seperti bibit,

pupuk alami yakni pupuk kandang dan pupuk kimia (ZA, TSP, KCL,Phonska,

NPK dan pupuk cair), obat-obatan baik yang berjenis padat maupun yang cair

serta upah tenaga kerja dari luar keluarga. Sewa lahan bagi petani yang tidak

memilikin lahan dan pajak lahan bagi petani yang memiliki lahan sendiri juga

termasuk kedalam biaya tunai dalam usahatani cabai rawit pada petani yang

bermitra.

Pada Tabel 11 tampak bahwa biaya pupuk memiliki persentase biaya

sebesar 15,41 persen dari total seluruh biaya usahatani petani mitra. Bagi petani

mitra selain bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas pemberian pupuk

dengan dosis yang tepat juga akan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

penyakit. Oleh karena itu petani mitra relatif menggunakan pupuk lebih banyak

dan relatif mengurangi penggunaan obat-obatan kimia dibandingkan dengan

petani nonmitra.

Biaya obat-obatan merupakan biaya kedua terbesar dalam kegiatan

usahatani pada petani mitra yaitu sebesar 16,31 persen. Ada 2 jenis obat

berdasarkan bentuknya yakni padat dan cair. Obat-obatan padat termasuk kedalam

fungisida dan herbisida sedangkan yang berbentuk cair merupakan racun berupa

insektisida, pestisida, pupuk daun dan perekat sebagai bahan aktifnya. Obat-

obatan padat yang digunakan oleh petani mitra antara lain Anthrakol, Kurset,

Afidor, Dakonil, Mankosep,Klorotaronil, Polaram, Akrobat, Gita dan Smoksan.

Sedangkan obat-obatan cair antara lain Prepaton, Demolish, Kolikron, Confidor,

Petrogenol, Gramaxon, Confidor ABSA, Supergo Dan Napel.

Page 85: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

70

Biaya pembelian bibit termasuk kedalam biaya tunai yaitu sebesar 0,86

persen. Biaya sewa lahan sebesar 1,97 persen merupakan biaya yang benar-benar

dikeluarkan oleh petani mitra yang menyewa lahan untuk menjalankan

usahataninya. Bagi petani mitra yang memiliki lahan sendiri biaya atas lahan yang

dimilikinya dimasukkan kedalam biaya yang diperhitungkan.

Upah tenaga kerja luar keluarga sebesar 43,47 persen merupakan

komponen biaya tertinggi diantara komponen biaya lainnya. Tingginya biaya

tenaga kerja luar keluarga disebabkan oleh intensitas kegiatan pemanenan yang

dapat mencapai 48 hingga 52 kali menggunakan sistem borongan. Jadi total biaya

tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra adalah sebesar Rp. 68.681.023,27 atau

sebesar 82,25 persen dari total biaya usahatani cabai rawit merah yang dilakukan

oleh petani mitra.

Tabel 11 menunjukkan bahwa total biaya yang diperhitungkan dalam

kegiatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra di lokasi

penelitian rata-rata per hektar adalah sebesar Rp14.820.568,99. Biaya yang

diperhitungkan ini meliputi biaya untuk bibit, tenaga kerja dalam keluarga, dan

penyusutan peralatan. Biaya untuk bibit cabai rawit merah hanya 0,14 persen dari

total biaya sedangkan biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga sesuai dengan

tingkat upah yang berlaku sebesar Rp. 15.000,- per HOK adalah sebesar 2,88

persen, serta besar biaya untuk penyusutan peralatan sebesar 6,22 persen dari total

biaya.

7.2.3. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra

Analisis pendapatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh

petani mitra meliputi analisis pendapatan atas biaya total dan analisis pendapatan

atas biaya tunai. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11 dapat diperoleh

gambaran bahwa dari satu musim tanam selama maksimal 1,5 tahun, petani mitra

memperoleh penerimaan yang berasal dari hasil produksi cabai rawit merah,

tomat, dan kol adalah sebesar Rp. 307.734.619,72. Total biaya usahatani adalah

sebesar Rp. 83.501.592,36. Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut

terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Jadi, besar pendapatan

petani mitra atas biaya tunai untuk satu hektar cabai rawit merah di Desa Cigedug

dengan mengurangkan total penerimaan terhadap total biaya tunai adalah sebesar

Page 86: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

71

Rp 239.053.596,34. Sedangkan pendapatan atas biaya total untuk satu hektar

lahan cabai rawit adalah sebesar Rp 224.233.027,36. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa usahatani cabai rawit merah masih memberikan keuntungan bagi petani

mitra di Desa Cigedug.

Tabel 11. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra Di Desa

Cigedug Per Hektar Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam

Uraian Satuan Jumlah

Fisik

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai Total

(Rp) (%)

A. Penerimaan

Produksi Cabai Rawit Merah kg 19.979,34 10.000 199.793.382,50 64,92

Produksi Tomat kg 37.807,67 1.785 67.486.691,76 21,93

Produksi Kol kg 25.284,09 1.600 40.454.545,45 13,15

Total Penerimaan

307.734.619,72 100,00

B. Biaya Usahatani

1. Biaya Tunai

a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon 14.371 50 718.553,46 0,88

b. Bibit Tomat pohon 20.794 125 2.599.250,00 3,11

c. Bibit Kol pohon 18.542 50 927.083,03 1,11

b. Pupuk

Pupuk Kandang kg 18.105,12 300 5.431.536,39 6,50

ZA kg 376,91 1.800 678.436,66 0,81

TSP kg 514,20 2.000 1.028.406,71 1,23

KCL kg 281,93 1.700 479.286,46 0,57

NPK kg 655,18 8.000 5.241.449,54 6,28

Pupuk Cair kg 0,63 17.000 10.679,10 0,01

c. Obat-obatan

Obat Padat kg 59,95 130.000 7.794.071,00 9,33

Obat Cair liter 13,06 446.118 5.828.409,50 6,98

d. TKLK HOK 2.419,9 15.000 36.298.291,92 43,47

e. Sewa Lahan Rp

1.645.569,62 1,97

Total Biaya Tunai 68.681.023,37 82,25

2. Biaya Tidak Tunai (Yang diperhitungkan)

a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon 3.926 30 117.767,30 0,14

b. TKDK HOK 160,3 15.000 2.404.974,79 2,88

c. Penyusutan Peralatan Rp

5.193.396,52 6,22

d. Sewa Lahan Rp

7.104.430,38 8,51

Total Biaya Yang Diperhitungkan 14.820.568,99 17,75

C. Total Biaya Usahatani (B1+B2) 83.501.592,36 100,00

D. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) 239.053.596,34

E. Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) 224.233.027,36

F. R/C ratio Atas Biaya Tunai (A/B1) 4,48

G. R/C ratio Atas Biaya Total (A/C) 3,69

Page 87: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

72

Salah satu alat untuk menganalisis efisiensi pendapatan usahatani adalah

dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio

analysis). Dari analisis R/C yang telah dilakukan menunjukkan bahwa usahatani

cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra di Desa Cigedug selama satu

musim tanam memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan biaya

usahatani yang dikeluarkan. Hal ini ditunjukkan dari nilai R/C yang lebih besar

dari satu. Besar nilai R/C atas biaya tunai sebesar 4,48 berarti bahwa setiap Rp

1,00 biaya tunai yang dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp

4,48. Petani mitra di Desa Cigedug lebih banyak menggunakan faktor produksi

dengan biaya tunai, daripada biaya tidak tunai. Hal tersebut ditunjukkan dari

perbedaan nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total yang tidak berbeda

jauh. Selisih tersebut juga dapat menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah

yang dilakukan petani mitra di Desa Cigedug dikelola secara komersial.

Nilai R/C yang ada juga dapat menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit

merah yang dilakukan petani mitra telah efisien dan menguntungkan untuk

dikembangkan karena penerimaannya lebih besar dibandingkan biaya yang

dikeluarkan dan masih memberikan keuntungan bagi petani cabai rawit merah

yang bermitra di Desa Cigedug.

7.2.4. Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra

Besar penerimaan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani

nonmitra juga di peroleh dari jumlah produksi cabai rawit merah, tomat dan kol

dikalikan dengan rata-rata harga yang berlaku. Namun, perbedaannya adalah pada

petani mitra harga cabai rawit merah yang berlaku merupakan harga kesepakatan

antara Gapoktan Cagarit dengan PT. Indofood Fritolay Makmur sedangkan bagi

petani yang tidak bermitra harga didapat dari rata-rata harga yang diterima oleh

petani hasil kesepakatan dengan tengkulak. Tengkulak khususnya tengkulak

tingkat desa merupakan komponen lembaga terpenting dalam penentuan harga

cabai rawit merah kepada petani nonmitra. Harga yang diterima oleh tengkulak

sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang terjadi di pasar induk acuan seperti

Ps. Induk Kramat Jati Jakarta. Berdasarkan data harga pada Lampiran 7 dapat

Page 88: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

73

diperoleh bahwa rata-rata harga cabai rawit merah yang diterima oleh petani cabai

rawit merah yang tidak menjalin kemitraan adalah sebesar Rp 10.397,00/kg.

Harga cabai rawit merah yang berfluktuatif dapat berpengaruh secara

langsung terhadap besar penerimaan usahatani cabai rawit merah pada petani

nonmitra. Besar total penerimaaan yang diperoleh petani nonmitra berdasarkan

harga yang berlaku adalah sebesar Rp 204.110.302,57. Sebanyak 50,23 persen

penerimaan diperoleh dari hasil produksi cabai rawit merah, artinya fluktuasi

harga yang terjadi di pasar dapat memberikan pengaruh terhadap nilai penerimaan

usahatani cabai rawit merah petani nonmitra sebesar 25,11 persen. Sedangkan

untuk produksi tomat dan kol mampu memberikan kontribusi terhadap

penerimaan usahatani cabai rawit merah pada petani nonmitra sebesar 32,05

persen dan 17,72 persen.

Total penerimaan yang diterima oleh petani nonmitra relatif lebih sedikit

dibandingkan dengan total penerimaan yang diperoleh petani mitra. Hal tersebut

dikarenakan adanya perbedaan perlakuan pada proses budidaya masing-masing

petani. Petani mitra yang diberikan pengarahan dan pembinaan oleh para

Agrofield Indofood relatif merawat tanamannya dengan baik. Sedangkan petani

nonmitra relatif kurang merawat tanamannya dengan teratur. Perawatan yang baik

akan berdampak pada produktivitas yang tinggi. Sebaliknya, perawatan yang

kurang baik akan menurunkan tingkat produktivitas karena tanaman akan mudah

terserang penyakit dan hama.

7.2.5. Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra

Biaya tunai dalam kegiatan usahatani cabai rawit merah rata-rata per

hektar yang dilakukan oleh petani nonmitra adalah sebesar Rp 65.644.065,95

Salah satu biaya yang termasuk kedalam biaya tunai adalah biaya pembelian bibit

cabai rawit merah sebesar 0,53 persen sedangkan biaya untuk pupuk sebesar 12,73

persen relatif lebih sedikit dibandingkan dengan biaya pupuk yang dikeluarkan

oleh petani mitra. Alokasi biaya obat-obatan menjadi biaya tunai dengan alokasi

kedua terbesar dalam biaya usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh

petani nonmitra. Besar biaya obat-obatan yang dikeluarkan petani cabai rawit

nonmitra mencapai 25,90 persen dari total biaya usahatani yang dikeluarkan.

Tingginya biaya obat-obatan pada kegiatan usahatani cabai rawit merah

Page 89: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

74

disebabkan tingginya kebutuhan obat-obatan untuk mencegah tanaman terserang

hama dan penyakit.

Biaya untuk tenaga kerja luar keluarga merupakan biaya terbesar dalam

biaya tunai yaitu sebesar 32,99 persen dari total biaya tunai usahatani. Hal ini

disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan terutama pada

kegiatan pemanenan. Selain tenaga kerja luar keluarga, sewa lahan juga termasuk

kedalam komponen biaya tunai. Besar biaya sewa lahan adalah sebesar 2,00 dari

total biaya usahatani.

Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya pembuatan bibit, upah tenaga

kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan peralatan. Alokasi biaya yang

diperhitungkan pada usahatani cabai rawit merah petani nonmitra mencapai 21,87

persen dari total biaya usahatani cabai rawit merah. Jadi total biaya usahatani

cabai rawit merah petani nonmitra per hektar luas lahan adalah sebesar Rp

18.370.111,55. Total biaya usahatani cabai rawit merah petani nonmitra relatif

lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra

Indofood. Besar alokasi biaya-biaya usahatani cabai rawit merah petani non mitra

per hektar di Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 12.

7.2.6. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra

Tabel 12 menunjukkan besar pendapatan usahatani atas biaya tunai yang

didapat oleh petani nonmitra yaitu sebesar Rp 138.466.236,61 sedangkan

pendapaatan usahatani atas biaya total sebesar Rp 120.096.125,06. Hasil tersebut

menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh setelah seluruh

biaya tertutupi ditandai dengan seluruh biaya hasil yang bernilai positif.

Pendapatan atas biaya tunai belumdapat menggambarkan pendapatan sebenarnya

yang diterima oleh petani karena petani masih mengeluarkan biaya-biaya yang

bersifat tidak tunai atau diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yang didapat

oleh petani nonmitra merupakan pengurangan total penerimaan usahatani dengan

total biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan pendapatan usahatani atas biaya

total merupakan pengurangan dari total penerimaan usahatani dengan total biaya

usahatani termasuk biaya yang diperhitungkan di dalamnya.

Usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani nonmitra di Desa

Cigedug dapat dikatakan efisien dan menguntungkan dilihat dari nilai

Page 90: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

75

perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan

(R/C ratio). Berdasarkan Tabel 12, nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh

petani nonmitra dengan luasan lahan sebesar satu hektar adalah sebesar 2,43. Nilai

tersebut berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan

imbalan penerimaan sebesar Rp 2,43. Nilai R/C rasio bernilai positif

menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani nonmitra

pada lahan seluas satu hektar telah efisien untuk dijalankan karena besar

penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan.

Perbandingan nilai R/C atas biaya tunai juga dapat digunakan untuk menunjukkan

seberapa besar penerimaan yang didapat petani nonmitra tetapi terhadap biaya

tunai yang benar-benar dikeluarkan tanpa biaya yang diperhitungkan.

Tabel 12. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra Di Desa

Cigedug Per Hektar Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam

Uraian Satuan Jumlah

Fisik

Harga

(Rp/Satuan)

Nilai Total

(Rp) (%)

A. Penerimaan

Produksi Cabai Rawit Merah kg 9.860,17 10.397 102.516.233,4 50,23

Produksi Tomat kg 36.648,89 1.785 65.418.266,67 39,34

Produksi Kol kg 22.609,88 1.600 36.175.802,47 21,76

Total Penerimaan 204.110.302,6 100,00

B. Biaya Usahatani

1. Biaya Tunai

a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon 8.863 50 443.152,45 0,53

b. Bibit Tomat pohon 20.157 125 2.519.625,00 3,00

c, Bibit Kol pohon 16.581 50 829.050,00 0,99

d. Pupuk

Pupuk Kandang kg 9.496,26 300 2.848.878,74 3,39

ZA kg 318,26 1.800 572.868,22 0,68

TSP kg 354,01 2.000 708.010,34 0,84

KCL kg 159,43 1.700 271.033,59 0,32

NPK kg 676,38 8.000 5.411.059,43 6,44

Ponska kg 385,44 2.300 886.520,24 1,06

e. Obat-obatan

Obat Padat kg 92,70 145.000 13.441.383,91 16,00

Obat Cair liter 19,60 424.223 8.314.770,27 9,90

f. TKLK HOK 1.847,6 15.000 27.714.222,07 32,99

g. Sewa Lahan Rp

1.683.491,69 2,00

Total Biaya Tunai 65.644.065,95 78,13

Page 91: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

76

2. Biaya Tidak Tunai (Yang Diperhitungkan)

a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon 15.431 30 462.919,90 0,55

b. TKDK HOK 376,5 15.000 5.647.286,82 6,72

c. Penyusutan Peralatan Rp

5.193.396,52 6,18

d. Sewa Lahan Rp

7.066.508,314 8,41

Total Biaya Yang Diperhitungkan 18.370.111,55 21,87

C. Total Biaya Usahatani (B1+B2)) 84.014.177,51 100,00

D. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) 138.466.236,61

E. Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) 120.096.125,06

F. R/C ratio Atas Biaya Tunai (A/B1) 3,11

G. R/C ratio Atas Biaya Total (A/C) 2,43

Besar nilai R/C atas biaya tunai petani cabai rawit merah yang tidak

bermitra pada lahan satu hektar adalah 3,11. Artinya setiap Rp 1,00 rupiah biaya

tunai yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,11. Selisih

antara nilai R/C rasio atas biaya tunai dengan nilai R/C rasio atas biaya total

adalah 0,68. Selisih nilai yang relatif kecil ini menunjukka bahwa kegiatan

usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani yang tidak bermitra pada

lahan satu hektar di Desa Cigedug termasuk kedalam kegiatan komersil.

7.3. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah

Petani Mitra dan Nonmitra

Bedasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan pada petani

yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur dan petani yang

tidak menjalin kemitraan maka dapat diketahui bahwa besar pendapatan usahatani

atas biaya total yang diperoleh petani mitra yaitu sebesar Rp 224.233.027,36 lebih

besar dibandingkan pendapatan usahatani atas biaya total yang diperoleh petani

nonmitra yaitu sebesar Rp 120.096.125,06. Hal tersebut terjadi karena adanya

perbedaan penerimaan yang dipengaruhi oleh produktivitas cabai rawit merah.

Perbedaan produktivitas dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan antara petani mitra

dan nonmitra terhadap tanaman cabai rawit merah yang dibudidayakan.

Petani mitra memiliki kemampuan produktivitas lebih tinggi dibandingkan

petani nonmitra. Dalam menjalankan kegiatan usahataninya petani mitra

cenderung berfokus pada peningkatan produktifitas karena harga dan pasar yang

sudah jelas. Sedangkan bagi petani nonmitra motivasi pada kegiatan usahatani

yang dijalankan lebih kepada penambah pendapatan dari tanaman tumpang sari

Page 92: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

77

yang di budidayakan. Selain itu harga yang diterima oleh petani nonmitra juga

tidak jelas sehingga petani hanya berperan sebagai price taker.

Pendampingan dan pembinaan yang dilakukan oleh pada agrofield

Indofood dilakukan untuk menjaga kestabilan pasokan cabai rawit merah ke

perusahaan. Hal itu berdampak pada kestabilan produktivitas usahatani cabai

rawit merah yang dijalankan petani mitra. Sedangkan petani nonmitra hanya

menjalankan usahatani cabai rawit merahnya tanpa tujuan tujuan tertentu sehingga

perlakuan terhadap kegiatan usahataninya belum maksimal. Usia produktif

tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman.

Pada petani responden nonmitra terdapat beberapa responden yang memiliki usia

produktif tanaman cabai rawit merah lebih rendah dibandingkan usia produktif

tanaman pada petani mitra. Intensitas panen juga mempengaruhi produktivitas

tanaman cabai rawit merah per hektar. Intensitas panen satu kali dalam satu

minggu merupakan intensitas yang paling tepat untuk dilakukan karena mencegah

buah terlalu matang di pohon sehingga mengurangi potensi terkena serangan

hama dan penyakit.

Perbedaan nilai R/C rasio antara petani mitra dengan petani nonmitra

dapat menunjukkan perbedaan efisiensi atas kegiatan usahatani yang dilakukkan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C rasio atas biaya total pada usahatani

cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra lebih besar dibandingkan dengan

usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani nonmitra di Desa Cigedug.

Bagi petani mitra, setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan mampu

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,69 sedangkan petani nonmitra hanya

menghasilkan Rp 2,43 sehingga petani mitra dapat dikatakan memiliki efisiensi

usahatani lebih tinggi daripada petani nonmitra di Desa Cigedug.

Secara umum berdasarkan pada hasil perbandingan pendapatan usahatani

cabai rawit merah antara petani mitra dan nonmitra tersebut dapat dilihat bahwa

proses kemitraan lebih memberikan manfaat bagi usahatani yang dijalankan oleh

petani cabai rawit di Desa Cigedug. Namun, tidak semua petani yang tertarik

untuk menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Hal ini terjadi

karena faktor harga pasar yang dapat meningkat secara drastis menjadi harapan

utama bagi para petani nonmitra. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya

Page 93: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

78

petani yang tidak berkomitmen saat harga cabai rawit merah di pasar mengalami

peningkatan drastis melebihi harga kontrak yang di tetapkan.

Page 94: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

79

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

1. Keragaan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan para petani

responden baik petani mitra maupun nonmitra di Desa Cigedug pada

umumnya memiliki persamaan pada proses budidayanya. Namun terdapat

beberapa perbedaan proses budidaya yang dapat menyebabkan tingkat

produktifitas per hektar lahan. Perbedaan terdapat pada jarak tanam serta

penggunaan faktor-faktor input seperti jumlah dan jenis pupuk yang

digunakan, jumlah dan dosis obat-obatan yang digunakan, penggunaan

tenaga kerja, perawatan dan proses pemanenan yang dilakukan. Perbedaan

tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

produktifitas usahatani cabai rawit merah pada petani mitra lebih tinggi di

bandingkan dengan petani nonmitra.

2. Besar penerimaan yang berasal cabai rawit merah yang dihasilkan petani

nonmitra lebih sedikit dibandingkan yang dihasilkan oleh petani mitra

yaitu sebesar Rp 102.516.233,43 sedangkan petani mitra mampu

menghasilkan penerimaan yang berasal dari cabai rawit merah sebanyak

Rp 199.793.382,50. Hal tersebut disebabkan produktivitas petani mitra

lebih tinggi dibandingkan produktivitas petani nonmitra.

3. Usahatani cabai rawit merah yang dijalankan petani mitra di Desa Cigedug

juga dapat disimpulkan lebih menguntungkan karena memiliki nilai

pendapatan yang lebih tinggi daripada pendapatan petani nonmitra. Besar

pendapatan usahatani cabai rawit merah pada petani mitra adalah sebesar

Rp 224.233.027,36 sedangkan pendapatan usahatani cabai rawit merah

petani nonmitra hanya sebesar Rp 120.096.125,06.

4. Nilai R/C rasio petani mitra sebesar 3,69 sedangkan nilai R/C rasio petani

nonmitra di Desa Cigedug adalah sebesar 2,43. Nilai tersebut menunjukan

bahwa kegiatan usahatani pada petani mitra lebih efisien daripada petani

nonmitra.

Page 95: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

80

8.2. Saran

Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat dikembangkan

antara lain :

1. Proses kemitraan dapat menjadi pilihan untuk dilakukan bagi petani cabai

rawit merah di Desa Cigedug karena lebih efisiean dan dapat memberikan

keuntungan yang lebih besar dilihat dari pendapatan usahatani cabai rawit

merah, kepastian harga dan pasar, kemudahan pinjaman modal dan sarana

produksi pertanian serta pembinaan pada usahatani cabai rawit merah dari

agrofield Indofood.

2. Peran vendor pada proses kemitraan seharusnya dapat melibatkan petani

cabai rawit yang bermitra secara langsung agar margin sebesar Rp

5.000,00/kg cabai rawit merah dapat pula dirasakan oleh petani cabai rawit

merah yang menjadi anggota Gapoktan Cagarit dalam proses kemitraan

yang dijalankan.

3. Dalam menjalankan kegiatan usahatani cabai rawit merah petani nonmitra

tidak mendapatkan pembinaan dari agrofield Indofood, sehingga peran

pemerintah daerah setempat melalui Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)

sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas per hektar lahan

usahatani cabai rawit merah yang dijalankan oleh petani nonmitra.

4. Penelitian ini belum dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar

pengaruh perubahan penggunaan faktor input produksi terhadap tingkat

produktivitas cabai rawit merah sehingga masih diperlukan penelitian lebih

lanjut mengenai pengaruh perubahan penggunaan faktor input produksi

terhadap tingkat produktivitas cabai rawit merah.

Page 96: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

81

DAFTAR PUSTAKA

Ali F. 2005. Analisis Tingkat Pendapatan dan Kepuasan Petani Terhadap

pelaksanaan Kemitraan Jagung Manis di Kecamatan Jampang Tengah

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Cabai,2009-2010. http://www.bps.go.id [Diakses pada 21 Januari 2012].

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi

9 Februari 2011. http://dds.bps.go.id [Diakses pada 17 Februari 2012].

[Deptan RI] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010. Luas Panen Cabai

Rawit Menurut Provinsi, 2006-2010. http://www.deptan.go.id [Diakses

pada 3 Februari 2012].

[Deptan] Departemen Pertanian. 2010. Produksi Cabai Rawit Menurut Provinsi,

2006-2010. http://www.deptan.go.id [Diakses pada 3 Februari 2012]

[Deptan] Departemen Pertanian. 2010. Produktivitas Cabai Rawit Menurut

Provinsi, 2006-2010. http://www.deptan.go.id [Diakses pada 3 Februari

2012]

Dillon JL, Brian HJ. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan

Petani Kecil. Soekartawi, Soeharjo A, penerjemah; Jakarta: UI-Press.

Terjemahan dari:Farm Management Research for Small Development

[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut.

2009. Profil Kawasan Cabai Merah di Garut. http://www.garutkab.go.id

[Diakses pada 25.Januari 2012].

[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2010. Luas

Areal Tanaman Sayuran Tahun 2005 – 2009 Menurut Kabupaten dan

Kota di Jawa Barat. http://diperta.jabarprov.go.id/. [Diakses pada 21

Januari 2012]

[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Membangun

Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan.

http://hortikultura.go.id [Diakses pada 22 Januari 2012].

[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009. Gambaran Kinerja

Makro Hortikultura 2008. http://hortikultura.go.id. [Diakses pada 22

Januari 2012].

Iryanti R. 2005. Analisis Usahatani Komoditas Tomat Organik dan Anorganik

(Studi Kasus: Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Bogor). [Skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya

Khairina Y. 2006. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Wortel dengan

Budidaya Organik (Studi Kasus: Desa Citeko, Kecamatan Cisarua,

Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 97: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

82

Marliana. 2008. Analisis Manfaat dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce Di PT Saung

Mirwan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Patrick I et al. 2004. Contract farming in Indonesia : Smallholders and

agribusiness working together.

[Pemerintah Kabupaten Garut]. 2010. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah Kabupaten Garut Tahun 2009.

Pertiwi I. 2000. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Cabai

Merah Keriting (studikasus di Desa Cisarua Kabupaten Sukabumi Jawa

Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Purnaningsih N, Sugihen BG. 2008. Manfaat Keterlibatan Petani Dalam Pola

Kemitraan Agribisnis Sayuran Di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Vol. 4

No. 2 .

Purwadi T. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Ambon Melalui Program

Primatani (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Setiadi. 1999. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Jakarta: Penebar Swadaya

Setiadi. 2005. Bertanam Cabai. Jakarta : Penebar Swadaya

Siregar FM. 2008. Analisis Usahatani Cabai Merah Organik (Studi Kasus

Kelompok Tani "Kaliwung Kalimuncar" Desa Tugu Utara, Kecamatan

Cisarua, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.

Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani Cetakan Ke 3. Jakarta : Penebar Swadaya.

Soeharjo A, Patong D. 1973. Sendi- Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bogor: Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Tohir KA 1983. Seuntai Pengetahuan tentang Usahatani Indonesia. Bagian Dua.

Jakarta: PT. Bina Aksara.

Page 98: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

83

LAMPIRAN

Page 99: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

84

Lampiran 1. Perkembangan Konsumsi Cabai Rawit Dalam Rumah Tangga

di Indonesia, 2004-2012

Tahun Konsumsi (Kg/kapita) Pertumbuhan (%)

2004 1,147

2005 1,272 10,91

2006 1,168 -8,20

2007 1,517 29,91

2008 1,444 -4,81

2009 1,288 -10,83

2010 1,298 0,81

Rata-rata 1,273 2,49

2011*) 1,307 0,66

2012*) 1,316 0,66

Sumber : Susenas, BPS (2012)

Keterangan : *) angka prediksi pusdatin, Kementrian Pertanian

Page 100: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

85

Lampiran 2. Perbandingan Besar Konsumsi Cabai Rawit dengan Cabai Merah dan Cabai Hijau Dalam Rumah Tangga di

Indonesia,2004-2010

Tahun

Cabai Merah Cabai Hijau Cabai Rawit Total

Kg/Kapita Pertumbuhan

(%) Kg/Kapita Pertumbuhan

(%) Kg/Kapita Pertumbuhan

(%) Kg/Kapita Pertumbuhan

(%)

2004 1,361 0,240 1,147 2,748

2005 1,564 14,94 0,261 8,70 1,272 10,91 3,097 12,71

2006 1,382 -11,67 0,235 -10,00 1,168 -8,20 2,748 -10,10

2007 1,470 6,42 0,302 28,89 1,517 29,91 3,290 18,16

2008 1,549 5,32 0,266 -12,07 1,444 -4,81 3,259 -0,95

2009 1,523 -1,68 0,235 -11,76 1,288 -10,83 3,045 -6,56

2010 1,528 0,34 0,256 8,89 1,298 0,81 3,082 1,20

Rata-rata 1,482 1,935 0,256 2,108 1,305 2,965 3,038 2,41

Sumber : Susenas, BPS (2012)

Keterangan : *) angka prediksi pusdatin, Kementrian Pertanian

Page 101: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

86

Lampiran 3. Produksi Cabai Rawit (ton) Menurut Provinsi Tahun 2007-2010

Provinsi Tahun Pertumbuhan

2009 ke 2010 2007 2008 2009 2010

Aceh 11.207 10.238 14.093 28.825 104,53

Sumatera Utara 17.541 19.438 30.377 41.653 37,12

Sumatera Barat 2.826 5.132 5.745 6.665 16,01

R i a u 4.021 2.520 3.468 4.333 24,94

J a m b i 2.813 2.961 4.033 5.149 27,67

Sumatera Selatan 3.560 5.793 7.863 9.806 24,71

Bengkulu 4.979 7.541 7.562 12.694 67,87

Lampung 7.393 7.393 8.022 9.916 23,61

Bangka Belitung 2.919 2.638 2.791 2.989 7,09

Kep. Riau 1.647 1.792 1.589 1.441 -9,31

Jawa Barat 79.713 73.261 106.304 78.906 -25,77

Jawa Tengah 48.811 50.662 80.936 60.399 -25,37

DI Yogyakarta 1.825 1.617 1.892 2.056 8,67

Jawa Timur 140.552 130.490 177.795 142.109 -20,07

Banten 3.110 2.390 2.351 2.797 18,97

B a l i 14.677 14.713 14.506 11.826 -18,48

NTB 36.993 40.977 34.835 13.090 -62,42

NTT 3.923 7.072 5.639 3.331 -40,93

Kalimantan Barat 4.240 4.863 7.205 4.372 -39,32

Kalimantan Tengah 3.478 5.653 5.830 2.514 -56,88

Kalimantan Selatan 6.126 5.833 3.606 3.191 -11,51

Kalimantan Timur 7.728 9.781 8.653 7.721 -10,77

Sulawesi Utara 5.660 5.832 12.899 9.150 -29,06

Sulawesi Tengah 3.926 5.057 5.434 9.957 83,34

Sulawesi Selatan 8.721 11.443 9.660 14.429 49,37

Sulawesi Tenggara 1.489 915 2.600 4.952 90,46

Gorontalo 10.023 11.260 14.690 17.001 15,73

Sulawesi Barat 2.366 953 1.590 2.004 26,04

M a l u k u 1.908 617 245 768 213,47

Maluku Utara 554 1.081 290 362 24,83

Papua Barat 578 677 2.337 3.122 33,59

Papua 6.654 6.803 6.454 4.176 -35,30

Indonesia 451.965 457.353 591.294 521.704 -11,77

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)

Page 102: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

87

Lampiran 4. Produktivitas Cabai Rawit (ton/ha) Menurut Provinsi Tahun 2007-

2010

Provinsi Tahun Pertumbuhan

2009 ke 2010 2007 2008 2009 2010

Aceh 4,59 4,15 5,49 7,79 41,89

Sumatera Utara 6,70 7,13 8,07 8,43 4,46

Sumatera Barat 3,47 5,27 5,07 5,66 11,64

R i a u 3,74 2,48 3,14 3,57 13,69

J a m b i 2,91 3,30 3,67 3,74 1,91

Sumatera Selatan 2,64 3,79 5,22 4,78 -8,43

Bengkulu 2,43 3,38 4,52 5,89 30,31

Lampung 4,03 3,47 3,72 4,65 25,00

Bangka Belitung 3,81 3,35 4,71 5,86 24,42

Kep. Riau 5,58 6,29 3,48 3,83 10,06

Jawa Barat 12,04 10,82 14,96 9,32 -37,70

Jawa Tengah 3,80 3,79 5,28 4,38 -17,05

DI Yogyakarta 3,32 3,18 3,86 3,43 -11,14

Jawa Timur 3,96 3,51 3,79 3,24 -14,51

Banten 5,10 4,89 3,74 4,22 12,83

B a l i 5,76 7,08 5,72 4,22 -26,22

NTB 5,04 5,39 5,05 3,38 -33,07

NTT 4,93 6,65 6,16 3,85 -37,50

Kalimantan Barat 3,30 4,03 4,68 3,00 -35,90

Kalimantan Tengah 3,29 3,86 5,40 2,30 -57,41

Kalimantan Selatan 8,48 5,29 4,40 4,15 -5,68

Kalimantan Timur 4,18 4,35 4,63 4,05 -12,53

Sulawesi Utara 4,62 4,72 4,73 3,50 -26,00

Sulawesi Tengah 4,24 2,80 2,81 4,50 60,14

Sulawesi Selatan 2,42 2,86 2,61 3,72 42,53

Sulawesi Tenggara 3,05 2,40 3,50 3,99 14,00

Gorontalo 5,28 6,42 5,10 6,87 34,71

Sulawesi Barat 5,15 1,76 2,11 4,06 92,42

M a l u k u 6,04 4,90 3,95 3,04 -23,04

Maluku Utara 2,32 1,75 1,00 1,28 28,00

Papua Barat 3,42 3,11 6,81 9,16 34,51

Papua 4,49 4,37 5,55 4,93 -11,17

Indonesia 4,67 4,47 5,07 4,56 -10,06

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)

Page 103: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

86

Lampiran 5. Perkembangan Harga Rata-rata (Rp) Jenis Cabai Rawit Merah di

Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, 2011.

Bulan

Harga (Rp/Kg)

Cabai

Keriting

Cabai

Merah

Cabai Rawit

Merah

Cabai Rawit

Hijau

Januari 37.107 24.321 75.964 32.571

Februari 28.000 19.035 73.964 29.642

Maret 18.536 13.696 66.179 16.000

April 10.571 10.107 35.429 11.532

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

6.268

5.582

5.218

7.158

10.932

8.660

5.936

5.775

8.272

10.275

19.107

18.536

11.768

11.329

8.957

6.464

4.786

3.536

5.236

5.612

Oktober 17.196 16.714 9.921 15.536

November 24.429 28.321 13.464 13.429

Desember 30.679 27.893 21.821 10.286

Page 104: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

87

Lampiran 6. Luas Areal Tanam (ha) Cabai Rawit Tahun 2005-2009 Menurut

Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.

Kabupaten/Kota Tahun (Hektar)

2005 2006 2007 2008 2009

Bogor 226 322 371 286 253

Sukabumi 687 603 461 482 538

Cianjur 1061 924 1419 1482 921

Bandung 559 643 477 335 260

Garut 1314 1485 1343 1335 1463

Tasikmalaya 248 189 202 222 243

Ciamis 131 92 262 137 152

Kuningan 160 192 197 203 278

Cirebon 32 59 11 12 25

Majalengka 745 613 455 420 518

Sumedang 252 227 232 212 235

Indramayu 42 82 87 403 354

Subang 196 238 191 164 159

Purwakarta 95 203 146 175 224

Karawang 302 125 199 82 452

Bekasi 1 6 2 36 10

Bandung Barat 0 0 0 240 412

Bogor 15 12 12 15 26

Sukabumi 1 0 0 5 0

Bandung 2 7 7 7 5

Cirebon 7 10 4 2 2

Bekasi 4 5 8 0 4

Depok 0 0 0 0 0

Cimahi 0 2 8 2 16

Tasikmalaya 2 1 3 5 1

Banjar 13 5 5 24 16

Jumlah 6095 6045 6102 6286 6567

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)

Page 105: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

88

Lampiran 7. Harga Rata-rata Mingguan Cabai Rawit Merah di Tingkat Petani

dan Pasar Induk Kramat Jati.

Tahun

Bulan Harga di Tingkat Petani di Desa Cigedug*

Harga di Pasar Induk Kramat

Jati**

2011 Juni 10.000 18.857

9.200 16.286

9.850 18.571

9.900 20.429

Juli 9.100 14.571

8.600 12.000

8.000 10.857

7.300 9.643

Agustus 7.800 10.071

7.500 13.800

7.425 9.143

8.000 12.800

September 8.200 10.400

8.400 8.929

7.400 8.714

5.500 6.786

Oktober 5.600 8.857

5.500 10.043

7.000 10.214

7.200 10.571

November 7.100 11.429

7.325 12.429

7.300 14.286

8.125 15.714

Desember 8.000 18.429

8.500 22.714

8.500 22.857

8.100 23.286

2012 Januari 7.500 19.714

10.300 11.429

11.800 12.429

11.900 19.143

Februari 9.700 14.429

10.125 15.143

11.000 12.571

11.400 13.286

Maret 16.725 22.000

21.300 22.714

23.200 29.429

29.800 33.714

April 29.000 35.857

29.100 34.571

18.300 21.429

7.000 13.429

Mei 5.500 11.714

5.000 8.214

5.000 8.571

5.000 10.429

Rata-rata 10.397 16.685

Page 106: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

89

Lampiran 8. Contoh Kontrak Kemitraan Gapoktan dengan PT. Indofood

Fritolay Makmur.

PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA

SUPPLIER CRM CAGAR INTAN

DENGAN

………………………………………

TENTANG

PENGANGKATAN KETUA KELOMPOK TANI

Nomor :……/MOU-KT/CGD-CI/……/2011

Perjanjian kerjasama ini (selanjutnya disebut “PERJANJIAN”) dibuat dan

ditandatangani pada hari …… tanggal

………………………………….(…./…./2011) di …………. oleh dan antara:

1. Bubun Bunyamin : bertindak sebagai Supplier CRM Cagar Intan

berdasarkan

……………………………………………..yang

beralamat di Kp. Situgede No.83 RT03/RW08,

Kec. Cugedug, Kabupaten Garut, selanjutnya

dalam Nota Kesepahaman ini disebut sebagai

PIHAK PERTAMA.

2. …………….. : Selaku Ketua Kelompok Tani yang beralamat di

…………………………….., selanjutnya dalam

Nota Kesepahaman ini disebut sebagai PIHAK

KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk selanjutnya secara bersama-

sama disebut Para Pihak.

Page 107: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

90

Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Organisasi tunggal yang mewadahi dan

memperjuangkan kepentingan-kepentingan dan sekaligus sebagai pembawa

aspirasi kelompok tani sesuai dengan prinsip-prinsip kelompok tani, yang mana

ditunjuk sebagai supplier penanaman cabai rawit merah (CRM) untuk memenuhi

kebutuhan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk..

Bahwa PIHAK KEDUA adalah petani mandiri yang memiliki kewenangan untuk

megkoordinir dan mengelola beberapa orang petani anggota dengan pembagian

areal yang telah ditetapkan.

Para Pihak telah bersepakat, tentang akan bergabungnya PIHAK KEDUA

menjadi ketua kelompok tani didaerah ............... dibawah koordinasi Supplier

Cagar Intan Garut dalam kegiatan penanaman cabai rawit merah (CRM) untuk

memenuhi kebutuhan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk..

Berdasarkan uraian diatas, Para Pihak sepakat membuat dan menandatangani

Perjanjian ini dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut :

PASAL I

LINGKUP KERJASAMA

Kerjasama Para Pihak dalam hal ini adalah tentang penanaman Cabai

Rawit Merah (CRM) sebagai pemenuhan kebutuhan PT. Indofood CBP Sukses

Makmur, Tbk.

PASAL II

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

2.1. PIHAK PERTAMA

A. KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA

a.1. Memberikan uang pembinaan tepat waktu kepada PIHAK

KEDUA;

a.2. Melakukan pembinaan kepada PIHAK KEDUA;

B. HAK-HAK PIHAK PERTAMA

b.1. Berhak melakukan seleksi calon Ketua Kelompok tani;

b.2. Berhak mengangkat dan memberhentikan ketua kelompok tani

atas sepersetujuan PIHAK INDOFOOD;

Page 108: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

91

2.2. PIHAK KEDUA

A. KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

a.1. Mengajukan perencanaan tanam dan supply per 3 (tiga) bulan

terhadap PIHAK PERTAMA;

a.2. Mengantarkan supply CRM (DT) hingga kegudang penyimpanan

atau diterima oleh PIHAK PERTAMA;

a.3. Melakukan pembinaan dan pengontrolan terhadap anggota

kelompok dalam sisi teknis maupun non-teknis sesuai dengan

arahan PIHAK PERTAMA;

a.4. Bertanggungjawab atas pendataan administrasi anggota kelompok

masing-masing area kerja;

a.4. Menandatangani kontrak perjanjian di atas materai;

B. HAK-HAK PIHAK KEDUA

b.1. Menerima uang pembinaan dari PIHAK PERTAMA dengan

ketentuan sebagai berikut. Uang pembinaan didasarkan atas

supply dari masing – masing kelompok tani dengan ketentuan Rp.

400,- /Kg CRM (DT)

Keterangan :

DT = Dengan Tangkai

TT = Tanpa Tangkai

b.2. Mendapatkan uang pembinaan tepat waktu yaitu, 7 (tujuh) hari

kerja setelah supply barang (CRM) dan tagihan diterima oleh

pabrik.

PASAL III

EVALIASI KERJA DAN PEMUTUSAN KERJASAMA

3.1. Evaluasi kerja dilakukan secara periodik dengan rentang waktu per 3

(tiga) bulan;

3.2. Evaluasi kerja dihadiri oleh Para Pihak dan PIHAK INDOFOOD,

dalam hal ini sebagai pembina dan pengawas kinerja Para Pihak;

3.3. Pemutusan kerjasama dilakukan dengan dua cara yaitu:

Page 109: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

92

A. Pengunduran diri dari PIHAK KEDUA secara tertulis;

B. Pemberhentian secara sepihak dari PIHAK PERTAMA secara

tertulis setelah 2 (dua) kali surat peringatan dan berkoordinasi

dengan PIHAK INDOFOOD, dalam hal ini sebagai pemegang

keputusan tetap;

PASAL IV

PENYELESAIAN PERMASALAHAN

4.1. Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak diluar klausul-

klausul diatas maka pada dasarnya akan diselesaikan secara

musyawarah untuk mufakat;

4.2. Apabila Pasal IV ayat 4.1. tidak tercapai maka penyelesaian

permasalahan akan ditempuh melalui jalur hukum di Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

PASAL V

SANKSI-SANKSI

5.1. Apabila terjadi pengingkaran terhadap klausul-klausul di atas, PIHAK

KEDUA akan diberhentikan selaku Ketua Kelompok Tani dibawah

koordinasi Supplier Cagar Intan;

5.2. Apabila PIHAK KEDUA melakukan kecurangan dan atau

mengetahui penjualan hasil panen kelompoknya ke pihak lain dengan

tidak memberikan informasi kepada PIHAK PERTAMA dan

PIHAK INDOFOOD maka, PIHAK KEDUA akan diberhentikan

sebagai Ketua Kelompok Tani secara sepihak, dan mengembalikan 10

(sepuluh) kali dari seluruh uang pembinaan yang telah diterima;

5.3. Barang dari anggota kelompok PIHAK KEDUA yang telah terdaftar,

dijamin akan dibeli oleh PIHAK PERTAMA.

Page 110: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

93

PASAL VI

PEMBERITAHUAN

6.1. Semua pemberitahuan Para Pihak sehubungan dengan perjanjian ini

dilakukan secara lisan dan tulisan;

6.2. Pemberitahuan secara tertulis dan surat menyurat dalam rangka

perjanjian ini, dialamatkan kepada :

Pihak Pertama :

SUPPLIER CRM CAGAR INTAN

Pihak Kedua :

KETUA KELOMPOK TANI

Kp. Situgede No.83 RT03/RW08,

Kec. Cugedug, Kabupaten Garut,CODE

POS

Telp. +62….. Mobile.

+62…

PASAL VII

LAIN-LAIN

7.1. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam perjanjian ini atau perubahan-

perubahan yang dipandang perlu oleh kedua belah pihak akan diatur

kemudian atas dasar pemufakatan bersama oleh kedua belah pihak

yang dituangkan ke dalam suatu perjanjian tambahan atau addendum

yang dibuat dan ditandatangani oleh Para Pihak yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini;

7.2. Perjanjian ini hanya dapat dirubah dengan perjanjian tertulis yang

ditandatangi oleh keduabelah pihak.

PASAL VIII

PENUTUP

8.1. Perjanjian ini dinyatakan berlaku sejak tanggal ditandatangani oleh

kedua belah pihak;

Page 111: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

94

8.2. Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing-masing bermaterai

cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang setiap

halamannya diparaf oleh kedua belah pihak.

Demikian perjanjian kesepakatan ini dibuat dan disepakati oleh kedua belah

pihak, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, dengan penuh kesadaran dan

tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Perjanjian kesepakatan ini dibuat sebagai

legalitas kesepakatan bagi kedua belah pihak dan tidak dapat dipergunakan

sebagai jaminan kepada pihak ke-3 (tiga).

Garut, ................... 2011

PIHAK PERTAMA

Bubun Bunyamin,

PIHAK KEDUA

Supplier Crm Cagar Intan

Page 112: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

95

Lampiran 9. Kuesioner Pendapatan Petani Cabai Rawit

KUESIONER PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi ” Analisis

Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Petani Cabai Rawit

Capsicum frutescens. (Kasus : Sentra Usahatani Cabai Rawit Di Desa

Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut)” oleh Tubagus

Fazlurrahman (H34080050), Mahasiswa Program Sarjana, Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

No. responden :

Tanggal wawancara :

Nama responden :

Nomor telp/HP :

Kelompok tani :

Alamat :

A. Identitas dan Karakteristik Responden

1. Nama responden :

2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan

3. Alamat :

4. Umur responden : _____tahun

5. Pendidikan terakhir :_____ tahun

6. Status usahatani *) : 1) Pekerjaan utama

2) Pekerjaan sampingan

*dilihat dari curahan waktu kerja

7. Pengalaman bertani cabai rawit :_____tahun,_____bulan

8. Tergabung dalam kelompok tani :

1) Ya, sebagai ………….. ………. …… 2) Tidak

Alasan : …………………………………………………………………………….

9. Jika ya, nama kelompok tani ………………………,bergabung sejak tahun……,

10. Identitas dan Karakteristik Sumberdaya yang digunakan dalam usahatani.

Nama Umur

(Tahun)

Jenis

Kelamin

1. Lk

2. Pr

Hubungan dengan

Kepala Keluarga

1. Isteri

2. Anak Lk

3. Anak Pr 4. Hubungan Lain

5. Tanpa Hubungan

Pendidiikan

Formal

(Tahun)

Pengalaman

Bertani (Tahun)

Pekerjaan Utama

1. Petani

2. Pedagang/bisnis

3. Penerima gaji

4. Penerima Upah 5. Lainnya,

(jelaskan)

Page 113: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

96

B. Penguasaan Lahan dan Pola Tanam Cabai Rawit Merah

B.1. Penguasaan lahan cabai rawit merah

No.

Digarap sendiri Digarap orang lain Sewa Bagi Hasil Lainnya Total

Area (ha) Harga

(Rp/m2)

Area (ha) Harga

(Rp/m2)

Area

(ha)

Harga

(Rp/m2)

Area

(ha)

Harga

(Rp/m2)

Area (ha) Harga

(Rp/m2)

Area

(ha)

Harga

(Rp/m2)

1

2

3

4

5

Total

B.1. Pola Tanam setahun terakhir pada semua kebun cabai yang dikuasai:

a. Monokultur b. Tumpang Sari, dengan ………………………….

Alasan : ……………………………………………………………………………………..

B.2. Pola Tanam Tanaman cabai rawit merah per luas lahan per tahun

Luas Lahan

Tiap Persil

Bulan1)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persil 1

..…..ha

Persil 2

..…..ha

Persil 3

..…..ha

Ket : 1) Bulan 1 = Bulan Awal Tanam/Pembibitan

Page 114: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

97

C. Analisis Usahatani Cabai rawit yang Diusahakan pada Lahan yang Ditanami Cabai rawit dalam

Setahun Terakhir

1. Proses Produksi

2. Panen

a. Umur siap panen : ________________________ (*bulan/hari)

b. Intensitas panen ;__________ _______________kali per minggu

c. Usia produktif tanaman : _________________________Bulan

d. Siklus Panen

Panen Ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 total

Jumlah

Produksi (kg)

Harga (Rp)

Panen Ke - 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah

Produksi (kg)

Harga (Rp)

Total (Kg)

3. Produksi rata-rata cabai rawit : ..……………………………………………………

4. Harga rata-rata cabai rawit (Rp/kg) : ……………………………………………………

5. Produksi dan harga Tomat

Panen

Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 total

Jumlah

Produksi

(kg)

Harga

(Rp)

6. Produksi Kol (kg) : ……………………………………………………………

7. Harga Rataan Kol (Rp/kg) : ……………………………………………………

Page 115: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

98

8. Biaya- Biaya Variabel :

Uraian Fisik (Kg, Liter) Harga (Rp/Kg,Liter) Nilai (Rp)

1. Bibit Cabai Rawit Merah

a. Milik

- Varietas :……………

b. Beli

- Varietas :……………

Bibit Tomat

a. Milik

- Varietas :……………

b. Beli

- Varietas :……………

Bibit Kol

a. Milik

- Varietas :……………

b. Beli

- Varietas :……………

2. Jenis Pupuk

a. Organik

- Kandang

Beli

Milik

- Kompos

Beli

Milik

b. Anorganik

- NPK

- ZA

- Urea

- TSP

c. Lainnya

-

-

-

3. Pestisida

a. Padat

-

-

-

b. Cair

-

_

_

c. Lainnya

-

-

-

4. Biaya variable Lainnya

a. Biaya irigasi/Beli Air

b. Iuran Desa

c. Lainnya

Page 116: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

99

Uraian Fisik (Kg, Liter) Harga (Rp/Kg,Liter) Nilai (Rp)

Total

9. Biaya Tetap

a. Penyusutan Peralatan yang Digunakan dalam Usahatani Cabai rawit

Jenis Alat Jumlah

(buah)

Tahun

Pembelian/

Pembuatan

Nilai

Pembelian

(Rp)

Estimasi

umur

ekonomis

(Thn)

Biaya Penyusutan/Tahun

(Rp)

Cangkul

Sekop

Traktor tangan

Arit

Bajak (besi/kayu)

Mulsa plastik

Gunting

Botol bibit

Gelas plastic bibit

Polybag

Bedengan Pembibitan

(bambu/lainnya)

Ajir (Bambu)

Lainnya

b. Penggunaan Tenaga Kerja Per Musim Tanam

Kegiatan

Musim Tanam

Keluarga (JK) Upahan (JK) Borongan (Rp)

L P L P

1. Persiapan lahan

a. Pembersihan gulma

b. Pengolahan tanah

i. Ternak

ii. Traktor

iii. Manusia

c. Pembuatan Bedengan

d. Pemupukan lahan

e. Pemasangan mulsa

2. Pembibitan

3. Penyemaian

4. Penanaman

5. Perawatan

a. Penyulaman

b. Perempelan

c. Pemasangan Ajir

d. Pengairan

Page 117: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

100

Kegiatan

Musim Tanam

Keluarga (JK) Upahan (JK) Borongan (Rp)

L P L P

e. Penyiangan

6. Pemupukan

7. Pengendalian hama dan penyakit

8. Pemeliharaan lainnya

9. Pemanenan

10. Pasca Panen

a. Penyortiran

b. Pengemasan

c. Pengangkutan

d. Lainnya

Jumlah

Keterangan :

- Upah buruh laki-laki (termasuk nilai makan, dll) = Rp._________________untuk......jam/hari

- Upah buruh perempuan (termasuk nilai makan, dll) = Rp._________________untuk......jam/hari

- Cara pengisian kolom L atau P adalah (Jumlah orang x jam per hari x jumlah hari kerja) misal

(5 x 4 x 11) HOK

- Kalau kegiatan diborongkan tulis kolom borongan jumlah biaya borongan saja

- Kalau borongan sistem bawon (untuk panen) tulis pada kolom borongan produksi fisik yang

dikeluarkan kali harga saat panen

10. Biaya Usahatani Lainnya

Jenis Pengeluaran (Rp)

- PBB

- Lainnya

……………………………

D. Penanganan Hasil Panen dan Pemasaran oleh Petani Nonmitra

1. Bagaimana saluran pemasaran cabai rawit merah?

2. Penanganan hasil panen terakhir (Jika tidak ada, isikan dengan angka 0 (nol) )

Disimpan untuk stok dan dijual kemudian Kg

Disimpan untuk konsumsi Kg

Disimpan yang akan digunakan untuk bibit Kg

3. Pada umumnya (volume terbesar penjualan), kapan menjual hasil panen?

a. menjelang musim tanam; c. harga tinggi;

b. sedang butuh uang; d. lainnya..........................

4. Siapa yang menentukan harga cabai rawit yang dijual ?

a. Petani b. tawar-menawar c. pembeli d. harga pasar e. Lainnya,……..

5. Apakah responden mengikuti perubahan harga cabai rawit

a. Ya, dari,……………..

Page 118: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

101

b. Tidak

Jika Ya, Bagaimana perubahannya?

………………………………………………………………………………………………

6. Biaya pemasaran cabai rawit (jika petani melakukan pemasaran sendiri)

No. Uraian Penjualan (Rp/Kg)

1. Transportasi dan bongkar muat

2. Transportasi

3. Bongkar muat

4. Penyortiran

5. Pengemasan

6. Jaminan kualitas

7. Biaya penyimpanan

8. Penyusutan (hilang, rusak)

7. Apakah Bapak/Ibu akan menanam cabai rawit kembali pada periode selajutnya walaupun terjadii fluktuasi

harga?

Alasan : ……………………………………………………………………………………

E. Penanganan Hasil Panen dan Pemasaran oleh Petani Mitra

1. Alasan menjalankan kemitraan?

2. Sistem Pemasaran Hasil Produksi dengan Mitra

Uraian Bentuk 1)

Volume

(Kg)

Harga

(Rp/Kg)

Penentuan

harga 2)

Keterangan

Tingkat Petani

Vendor

(Gapoktan)

Isikan 1) : A. Muda B. Masak

2) : a. Gapoktan b. Petani c. Perusahaan Mitra

d. Lainnya

3. Hak Petani terhadap mitra ? (bisa lebih dari satu jawaban)

a. Mendapat modal dana pinjaman, sebesar ………………..

b. Mendapat modal bibit, sebanyak ………………………..

c. Mendapat Pembinaan atau pelatihan, selama …………….

d. Mendapat jaminan harga.

e. Mendapat jaminan pasar.

f. Lainnya,………………………………………………..

4. Kewajiban Petani terhadap mitra? (bisa lebih dari satu jawaban)

a. Mengembalikkan modal pinjaman

b. Mengembalikan modal bibit

c. Mengikuti Pelatihan dan pembinaan

d. Memberikan jaminan pasokan

e. Memberikan jaminan kualitas

f. lainnya,…………………………………………………

5. Kesepakatan harga saat harga melonjak seperti apa?

a. Adanya tambahan intensif bagi petani;Sebesar……………………….

b. Sesuai dengan kontrak awal;

c. Lainnya..........................

6. Persepsi terhadap kemudahan menjual hasil panen terhadap mitra ________

1= sangat mudah 2= mudah 3=kadang sulit 4= sulit

7. Harga yang menjadi pedoman penentuan harga jual cabai rawit;

a. Petani daerah lain b. harga di pasar rujukan di ….……

c. Biaya Produksi d .lainnya, ………..

8. Apakah responden mengikuti perubahan harga cabai rawit di pasar :

a. Ya, sumber informasi perubahan harga,……………..

b. Tidak

Page 119: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

102

9. Jika harga sedang tinggi, apakah beralih dari kemitraan?

a. Ya b. Tidak

Alasan ………………………………………………………………………

10. Siapa pihak yang menanggung biaya pengangkutan dan transportasi?

a. Perusahaan Mitra Seluruhnya

b. Petani seluruhnya

c. Gapoktan seluruhnya

d. Lainny,……………………………………………………………

11. Kendala dan masalah dalam proses kemitraan?

a. Budidaya bermasalah

b. Harga tidak sesuai

c. Realisasi pembinaan dan pelatihan tidak ada

d. Kualitas produk bermasalah.

e. Lainnya …………………………………………………………..

Page 120: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

103

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Lahan Cabe Rawit Merah Pembibitan

Pemasangan Mulsa Pola Tanam Sejajar

Pengukuran Lubang Mulsa Pola Tanam Zigzag

Page 121: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

104

Pola Tumpang Sari Cabe Rawit dengan Pola Tumpang Sari Cabe Rawit dengan

Kol dan Tomat Kol

Pola Tumpang Sari Cabe Rawit dengan Penyakit Patek Kering

Sawi

Patek dan Lalat Buah Obat-Obatan

Page 122: PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH Capsicum … · petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur serta menganalisis tingkat pendapatan usahatani

105

Pupuk Kandang Sortasi dan Grading