makalah individu mpk terintegrasi

Upload: mhuda200495

Post on 09-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    1/21

    Makalah Individu MPK Terintegrasi

    Menguak Kasus Multikulturalisme di Poso Melalui Pengkajian Analisis Filsafat, Etika, dan Logika

    Nama : Fauzana Fidyarizky

    NPM : 0906535473

    Program Studi Sastra Jepang

    Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya

    Universitas Indonesia 2009

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia adalah negara yang majemuk, baik dalam suku, agama, keyakinan, dan cara berpikir.

    Perbedaan-perbedaan ini tidak jarang menjadi pemicu dari kesalahpahaman yang berujung menjadi

    konflik seperti yang terjadi di kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Dampak konflik tersebut terhadap

    masyarakat luas adalah perbedaan persepsi dalam menyikapi kasus tersebut, untuk itu sebagai sumber

    informasi, penulis perlu memaparkannya dalam berbagai sudut pandang, serta memberi analisa

    mengenai kasus terkait. Dan sebelum dapat menganalisa kasus tersebut, multikultur sendiri perlu

    ditelaah lebih dalam melalui beberapa pendakatan yaitu filsafat, logika, dan etika agar manambah

    pemahaman tentang multikulturalisme dan aspek-aspek terkait.

    1.2 Rumusan Masalah

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    2/21

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    3/21

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pemaparan kasus

    A. Kronologis

    Kronologis konflik Poso berawal pada hari jumat tanggal 25 Desember 1998, terjadi

    penganiayaan di Masjid Darusalam Kel. Sayo terhadap korban yang bernama Ridwan Ramboni, agama

    Islam, suku Bugis Palopo, yang dilakukan oleh Roy Runtu Bisalemba, agama Kristen Protestan, suku

    Pamona, akibat penganiayaan korban mengalami luka potong dibagian bahu kanan dan siku kanan,

    selanjutnya dirawat di RSU Poso, tak lama kemudian timbul reaksi dari pemuda-pemuda remaja masjid

    terhadap kasus yang dimaksud dan beredar isu bahwa pelaku penganiayaan (Roy Bisalemba)

    terpengaruh minuman keras, anak kandung pemilik toko lima (Akok) WNI keturunan Cina diisukan telah

    melontarkan kata-kata Umat Islam kalau buka puasa pake miras saja dan imam masjid di Sajo telah

    dibacok di dalam masjid hingga di opname I rumah sakit, sekelompok remaja Islam menetapkan sasaranperusakan diarahkan ke rumah tempat tinggal penduduk milik tersangka (Roy Bisalemba), masa

    merusak bangunan dan isi perabot rumah tangga dengan batu, kayu, dan senjata tajam lalu dilanjutkan

    dengan penghancuran tempat-tempat hiburan malam dan penjualan minuman keras.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    4/21

    Keesokan harinya inspeksi minuman keras terus dilaksanakan sehingga membuahkan hasil sitaan

    minuman keras sebanyak 14 truk. Dengan adanya kisruh tersebut maka diakanlah rapat dan

    musyawarah tokoh agama Kristen dan Islam serta tokoh pemudanya yang dipimpin oleh Bupati bersama

    Muspida dan ketua DPR Tingkat II Poso. Dalam musyawarah tersebut diputuskan bahwa semuanya

    sepakat dan menyatakan perdamaian. Keadaan itu di sosialisasikan dan dinyatakan aman. Namun suara

    masa sudah ribut dan hiruk-pikuk karena sudah terjadi bentrok tawuran. Keadaan semakin memanas,

    sehingga massa tidak bisa diterobos, terpaksa pasukan PPH Brimob dan polisi melepaskan tembakan

    peluru hampa dan peluru karet kemudian masa kembali. Lalu tokoh memberi nasehat dan berdoa

    bersama kemudian bubar, namun di lain pihak masa masih terjadi tauran diarah kelurahan Lawanga

    dengan Lombogia masih terjadi tawuran sporadis sampai pagi hari.

    Dua hari kemudian, merasa tidak puas dengan perdamaian tersebut, masa yang dipimpin oleh

    Herman Parimo yang berkumpul di sekitar perempatan Terminal Tentena (Lombagia) sampai Desa

    Tagolu Kec. Lage bergerak menyatu ke kota Poso dan mulai menyerang kelurahan Lawangga Kampong

    arah serta melempari dengan batu. Demikian Kelurahan Bonosompe telebih lagi kelurahan Gebangrejo

    masa tersebut yang berjumlah kurang lebih 5000 personil karena di Kelurahan Lawanga sudah mulai

    terjadi maka tokoh masyarakat Islam Yahya Magun diundang oleh tokoh masyarakat Lombogia untuk

    menenangkan keadaan, namun tokoh tersebut pada waktu tiba hanya mendapat serangan dan hampir

    kena bacok parang lalu menghindar dari kerusuhan tak bisa terelakan. Masa Herman Parimo yang

    seluruhnya beragama Kristen 5000 personil itu mulai menyerang melempar dan membakar rumah

    penduduk Islam Jl. P. Kalimantan kemudian massa Islam datang satu demi satu mengadakan

    perlawanan. Oleh tokoh masyarakat Islam yang punya karismatik maka terjadilah bentrokan, dari kedua

    bela pihak dan massa Muslim bergerak dari arah Gebangrejo, Kayamanya, Moengko, Lawangga, dan

    Bonosompe lebih 1000 personil melawan 5000 personil massa Kristen yang dipimpin oleh HermanParimo. Demikanlah bentrokan terjadi tanpa seorang pun aparat keamanan yang mampu

    mengendalikan bentrokan berlangsung pada pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 12.00 siang dan

    massa Kristiani yang dipimpin Herman Parimo mengundurkan diri serta lari ke arah gunung bukit

    pancaran TVRI yang lainnya menyerah minta ampun dan minta perlindungan dari massa umat Islam

    mereka pun semuanya dilindungi dan diamankan dalam ruang gereja tanpa ada ganguan sedikitpun.

    Lalu massa Islam bersama Risma menguasai kota secara keseluruhan. Kemudian massa dari desa

    Tokorondo kecamatan Poso pesisir, Parigi dan Ampana seluruhnya kurang lebih 500 orang personil

    datang membantu mengamankan kota karna diperkirakan pasukan Herman Parimo akan datang

    menyerang kembali namun pada sampai tanggal 29 Desember 1998, tidak ada penyerangan dan

    Herman Parimo malah dikejar dan melarikan diri ke Sulawesi Selatan daerah Palopo.

    B. Latar Belakang Terjadinya Konflik Poso

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    5/21

    Latar belakang konflik Poso menurut sebagian besar pengamat merupakan konflik horizontal

    antar agama, meskipun sebenarnya konflik tersebut tidaklah sesederhana itu karena melibatkan juga

    persilangan antar etnik, baik lokal maupun pendatang dan kepentingan politik sipil maupun militer serta

    masuknya kekuatan luar.

    Konflik Poso yang muncul di permukaan lebih dilihat dari aspek SARA (suku, agama, ras dan antarkelompok). Sementara itu, kesenjangan sosial ekonomi diawali dengan masuknya pendatang ke Poso

    yang berasal dari Jawa, Bali, Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Utara dan Gorontalo. Para pendatang

    yang masuk ke Poso umumnya beragama Protestan dan Muslim. Kelompok yang disebut pertama

    berasal dari wilayah Toraja yang masuk ke Poso dari arah Selatan dan dari Minahasa serta Sangir Talaud

    dari arah utara. Sedangkan pendatang Muslim umumnya berasal dari arah selatan, yaitu suku Bugis yang

    telah bermigrasi sejak masa pra-kolonial, maupun suku Gorontalo dari arah utara. Karena itu, wilayah

    Poso Pesisir dan Kota Poso serta Pamona Selatan cukup banyak desa-desa Kristen dan desa-desa Islam

    berselang-seling dan bertetangga di satu pihak sedangkan wilayah Pamona Utara sampai dengan

    wilayah yang berbatasan dengan wilayah Poso Pesisir dan Kota Poso serta ke barat dengan wilayah Lore

    Utara dan Lore Selatan yang sangat didominasi oleh mayoritas Kristen. Jadi secara geografis, umatKristen yang mendiami bagian tengah (dalam) dari wilayah Poso terjepit baik dari arah utara maupun

    selatan dimana proporsi umat Islam semakin besar mendekati proporsi umat Kristen.

    Pandatang umumnya lebih kuat, muda dan mempunyai daya juang untuk mampu bertahan di

    daerah baru. Kedatangan para pendatang ini juga menyebabkan terjadinya peralihan lahan dari yang

    dahulunya atas kepemilikan penduduk asli, kemudian beralih kepemilikannya kepada para pendatang.

    Proses peralihan kepemilikan tersebut terjadi melalui program pemerintah dalam bentuk transmigrasi

    maupun penjualaan lahan-lahan pada para migran. Arus migrasi masuk ini cukup deras terjadi semenjak

    dasawarsa 1970-an dan 1980-an dimana program transmigrasi dilakukan dan dibukanya jalur prasarana

    angkutan darat, Trans-Sulawesi. Dikembangkannya tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti kakao

    (coklat) dan kelapa (kopra) oleh para pendatang tentunya telah menghasilkan peningkatan

    kesejahteraan para pemiliknya. Walau penduduk asli mengikuti pola tanam yang sama dengan

    pendatang, akan tetapi penguasaan pemasaran hasil-hasilnya dikuasai oleh para pendatang. Penduduk

    asli merasa dirugikan dengan keadaan tersebut dilihat dari dua hal yaitu pertama, lahan pertaniannya

    sebagian telah beralih kepemilikannya kepada pendatang. Kedua, margin yang diperoleh dari hasil

    pertanian lebih besar dinikmati oleh para pendatang.

    Sementara menurut Gerry van Kliken dari Koninklijk Instituut voor Taal (KITLV) Leiden, Belanda

    dalam konferensi internasional tentang konflik Asia Pasifik yang diadakan oleh Lembaga Ilmu

    Pengetahuan Indonesia (LIPI), MOST, UNDP dan UNESCO di Jakarta 22 Oktober 2003 menyebutkan,

    didasarkan atas penelitiannya, bahwa konflik Poso yang terjadi tahun 1998 dan 2001 lebih didorong oleh

    eskalasi isu, baik melalui penyebaran informasi lewat jalur yang sudah terbentuk (difusi) maupun

    penyebaran antar komunitas yang sebelumnya tidak memiliki ikatan sosial (brokerage). Ikatan yang

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    6/21

    kemudian muncul antar komunitas ini membuat konflik Poso yang bermula dari pertengkaran dua

    pemuda mabuk menjadi konflik antar agama yang mendapat perhatian internasional.

    2.2 Analisis Kasus

    A. Multikulturalisme

    Multikulturalisme adalah sebuah filosofi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok

    kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern.

    Dalam bukunya Multiculturalism Educations: A Teacher Guide To Linking Context, Process And Content,

    Hilda Hernandes mendefinisikan multikulturalisme adalah bertujuan untuk kerjasama, kesederajatandan mengapresiasi dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi (Hernandes, 1999: 4),

    Namun di dalam multikulturalisme, sering terjadi isu-isu berkaitan dengan perbedaan-perbedaan dalam

    keragaman yang sering menyebabkan kesalahpahaman.

    Dengan pengertian yang beragam dan kecenderungan perkembangan konsep dan praktek

    multikulturalisme, Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007,

    meringkas uraian Parekh). Perbedaan masing-masing, perlu dicamkan, bukanlah perbedaan yang

    terpisah sama sekali.

    a. Multikulturalisme Isolasionis

    Mengacu kepada masyarakat di mana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom

    dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain. Contoh-contoh kelompok ini adalah

    seperti masyarakat yang ada pada sistem millet di Turki Usmani atau masyarakat Amish di AS.

    Kelompok ini menerima keragaman, tetapi pada saat yang sama berusaha mempertahankan budaya

    mereka secara terpisah dari masyarakat lain umumnya.

    b. Multikulturalisme Akomodatif

    Masyarakat plural yang memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian dan akomodasi-

    akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural kaum minoritas. Masyarakat multikultural akomodatif

    merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara

    kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan

    mengembangkan kebudayaan mereka; sebaliknya kaum minoritas tidak menantang kultur dominan.

    Multikulturalisme akomodatif ini dapat ditemukan di Inggris, Prancis, dan beberapa negara Eropa lain.

    c. Multikulturalisme Otonomis

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    7/21

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    8/21

    Konflik poso merupakan dampak negatif multikulturalisme, dalam kasus ini dapat dinyatakan bahwa

    konflik poso merupakan multikulturalisme kritikal, di Poso telah terjadi peralihan lahan dari penduduk

    asli ke pendatang yang disebabkan oleh transmigrasi lalu pendatang baru oleh pendatang yang

    beridentitas agama Islam dan Kristen di Poso cendrung mengganti sistem-sistem yang sudah ada, karena

    pendatang baru tersebut berasal dari wilayah dan agama yang berbeda-beda, maka terjadilah konflik

    yang mengelu-elukan asas agama. Dua kelompok pendatang baru inipun merasa bersaing untuk

    menguasai Poso melalui sistem-sistem birokrasi hingga ekonomi.

    B. Filsafat

    Filsafat dapat diartikan sebagai pengetahuan yang mempelajari berbagai fenomena kehidupan

    manusia secara kritis, mempelajari dan mencari hakekat dari berbagai fenomena kehidupan manusia

    dan bersifat kritis reflektif dalam penyelidikan terhadap objek kajian yang berkaitan dengan aspekontologis, epistemologis, dan aksiologis.

    Bagi ilmu filsafat, metode atau pendekatan terhadap kajiannya sangat penting. Dengan metode yang

    tepat dan khas, orang diharapkan dapat memahami persoalan filsafat atau problema filosofis dengan

    lebih baik. Berbagai metode yang sifatnya masih sangat umum dapat membantu orang untuk

    menjelaskan dan memahami tema-tema filsafat (ontologi, epistemologi dan aksiologi). Metode-metode

    itu antara lain;

    - Metode kritis refleksif

    Cara untuk memahami suatu objek atau permasalahan dengan melihatnya secara mendalam, mendasaruntuk kemudian merenungkan kembali tentang sesuatu yang telah dilihatnya secara mendalam pula,

    metode ini membutuhkan proses pemikiran yang terus menerus sampai seseorang telah menemukan

    kebenaran atau telah puas dengan apa yang dikajinya. Selama ia masih meragukan dan ingin bertanya

    tentang sesuatu itu, maka metode kritis refleksif tetap digunakannya.

    - Metode dialektik-dialog

    Cara memahami sesuatu atau objek kajiannya dengan melakukan dialog. Dialog berarti berkomunikasi

    dengan cara dua arah, artinya, ada seseorang yang berbicara dan ada orang yang mendengarkan.Dialektik berarti proses pemikiran seseorang yang mengalami perkembangan karena mempertemukan

    antara ide yang satu dengan ide yang lainnya. Tujuan metode dialektik-dialog ini adalah

    mengembangkan cara berargumentasi di mana posisi yang sifatnya dua arah itu dapat diketahui dan

    dihadapkan satu dengan yang lainnya.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    9/21

    - Metode fenomenologi

    Metode yang digunakan orang untuk melakukan persepsi (mengetahui dan memahami) terhadap semua

    fenomena atau gejala yang berada di sekeliling manusia dan untuk kemudian berusaha menemukan

    hakekat atau eidos dari seluruh fenomena itu. Eidos diperoleh dengan cara mereduksi atau

    menanggalkan semua fenomena yang dianggapnya tidak relevan dengan keinginannya (kesadarann atau

    rasionalitas seseorang) sehingga ditemukan fenomena murni. Fenomena murni inilah yang disebut atau

    dikenal sebagai esensi dari fenomena yang telah ada atau yang semula.

    - Metode pendekatan induktif dan deduktif

    Penalaran induktif menawarkan suatu proses dinamis berpikir manusia tentang suatu realitas yang

    dihadapinya dan mampu mengambil kesimpulan terhadap apa yang telah diamati dan dipikirkannya

    secara tepat. Begitu juga dengan penalaran deduktif, adalah penalaran yang mencoba menarik

    kesimpulan dari yang sesuatu yang bersifat umum ke khusus.

    - Metode dialektika

    Cara untuk memahami dan memecahkan persoalan atau problema dengan berdasarkan tiga elemen,

    yaitu tesa, antitesa dan sintesa.

    o Tesa adalah suatu persoalan tertentu atau problem

    o Antitesa adalah suatu reaksi atau tanggapan ataupun komentar kritis terhadap tesa (argumen dari

    tesa) tersebut. Apabila kedua elemen itu saling dihadapkan maka akan muncul sintesa.

    o Sintesa adalah kesimpulan. Metode ini bertujuan untuk mengembangkan proses berpikir yang

    dinamis, dan memecahkan persoalan muncul karena adanya argumen yang saling berkontradiksi atau

    berhadapan itu sehingga dicapai kesepakatan yang rasional sifatnya

    Kolerasi dengan Kasus Terkait:

    Dalam pengkajian kasus Poso, penulis menggabungkan beberapa metode yang telah dipaparkan

    penulis dalam sub bab. Melalui cara pengkajian metode filsafat kritis refleksif, penulis mencoba

    memahami permasalahan kasus poso secara mendalam dan mendasar dengan memahami latar

    belakang terjadinya konflik, terus-menerus hingga akhirnya penulis belum puas dengan apa yang

    dikajinya sehingga, sampai detik inipun metode kritis refleksif tetap digunakan oleh penulis.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    10/21

    Penulis tidak menggunakan metode dialetik-dialog karena kasus terkait bukanlah yang baru

    terjadi, melainkan kasus yang telah terjadi beberapa tahun silam, ditambah lagi penulis tidak bisa

    melakukan komunikasi dua arah dengan kedua belah pihak terkait kasus Poso, hal ini disebabkan oleh

    keterbatasan jaringan dan biaya yang dimiliki penulis, padahal metode dialetik-dialog adalah proses

    pemikiran seseorang yang mengalami perkembangan karena mempertemukan antara ide yang satu

    dengan ide yang lainnya, yang bertujuan mengembangkan cara berargumentasi di mana posisi yang

    sifatnya dua arah itu dapat diketahui dan dihadapkan satu dengan yang lainnya.

    Karena tidak puas dengan metode kritis reflektif, pada akhirnya penulis memakai metode

    dialektika untuk memahami kasus Poso berdasarkan tiga elemen, yaitu; tesa, suatu persoalan tertentu

    atau problem, penulis memutuskan konflik Poso sebagai tesa, lalu penulis mencari antitesa yang berarti

    suatu reaksi atau tanggapan ataupun komentar kritis terhadap, dalam hal ini, argumen masyarakat

    awam bahwa penyebab konflik poso terjadi disebabkan oleh konflik agama dan argumen lainnya yang

    menganggap bahwa konflik tersebut disebabkan oleh factor yang lebih meluas merupakan antitesa.

    Dengan dihadapkannya tesa dan antitesa, penulis mendapatkan sintesa atau sebuah kesimpulan bahwa

    adanya hal yang harus dikaji setelah mempertimbangkan tesa dan antitesa yaitu, adanya kekeliruandalam tanggapan masyarakat tentang permasalahan multikulturalisme yang ditimbulkan oleh adanya

    konflik Poso, maka dari itu penulis bertujuan mengembangkan proses berpikir yang dinamis terhadap

    persoalan yang muncul karena adanya argumen yang saling berkontradiksi.

    Aplikasi dari penggabungan metode-metode yang telah dipaparkan penulis, akan dianalisis lebih

    dalam lagi dengan menggunakan metode-metode yang lebih spesifik dengan menggunakan kajian dalam

    sudut pandang yang berbeda di sub-sub bab.

    C. Logika

    Logika sebagai suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prisip yang digunakan dalam

    membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. Logika tidak hanya merupan suatu

    ilmu science, tapi juga suatu seni. Istilah logika, dari segi etimologis, berasal dari kata Yunani logos yang

    digunakan dalam beberapa arti, seperti: ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu

    (Poespoprodjo, 1985: 2). Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau

    ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan

    teratur[1]

    Dalam bukunya, Introduction to Logic, Irving M. Copi mendefinisikan logika sebagai suatu studi

    tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran yang tepat

    dari penalaran yang tidak tepat. (Copi, Irving M. 1976: 3)

    Adapun Klasifikasi jenis logika yang sekiranya berkaitan dengan analisis, logika dapat di klasifikasikan

    menjadi beberapa jenis, yaitu ;

    a. Sumber

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    11/21

    - Logika alamiah

    Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum

    dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan

    logika alamiah manusia ada sejak lahir. Dalam menghadapi masalah-masalah semacam itu manusia

    dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai mengenai hukum-hukum, cara-cara, metode-metode bagaimana seharusnya bernalar, sehingga dengan demikian baik proses atau prosedur

    penalaran maupun kesimpulan yang dihasilkannya, betul-betul terjamin kepastiannya

    - Logika ilmiah

    berbeda dengan logika alamiah yang didapat secara kodrati, logika ilmiah justru harus diperoleh dengan

    mempelajari dan menguasai hukum-hukum penalaran sebagaimana mestinya, kemudian dengan

    menerapkan hukum-hukum tersebut secara terus-menerus agar setiap bentuk kekeliruan penalaran

    dapat dihindari. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepatidalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih

    tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan

    kesesatan atau, paling tidak, dikurangi

    b. Bentuk dan Isi Argumen

    - Logika formal

    Logika formal adalah suatu argumen yang hanya dapat dikatakan sahih dari segi bentuk, bila kesimpulan

    penalaran tersebut memang diturunkan secara tepat atau lurus dari premis-premisnya atau, dengan

    perkataan lain, bila kesimpulan yang ditarik itu sungguh-sungguh merupakan implikasi logis dari premis-

    premisnya, bila ternyata proses penalarannya tepat, maka kesimpulan yang dihasilkan pasti tepat juga

    - Logika material

    logika material berurusan dengan benar tidaknya proposisi-proposisi yang membentuk suatu argumen.

    Suatu argumen hanya dapat dikatakan benar dari segi isi, bila semua proposisinya (premis-premis dan

    kesimpulan) benar, dan itu artinya, bila semua proposisinya itu sesuai dengan kenyataan. Jadi, jika satu

    saja dari proposisi-proposisi dalam suatu argumen tidak benar, maka argumen tersebut, sebagai satu

    kesatuan, dari segi isi, dikatakan tidak benar.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    12/21

    Untuk memperjelas pemaparan tentang logika formal dan logika material, penulis memberikan sebuah

    contoh dalam bentuk tabel :

    LOGIKA FORMAL (Bentuk)

    ARGUMEN

    LOGIKA MATERIAL

    (Isi)

    Tidak sahih

    (1) Semua tumbuhan adalah mahluk hidup.

    Semua bunga adalah mahluk hidup.

    Jadi, semua bunga adalah tumbuhan.

    Benar

    Sahih

    (2) Semua tumbuhan mempunyai daun.

    Semua sepeda adalah tumbuhan.

    Jadi, semua sepeda mempunyai daun.

    Tidak benar

    Tidak sahih

    (3) Semua tumbuhan mempunyai daun.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    13/21

    Semua sepeda mempunyai daun.

    Jadi, semua sepeda adalah tumbuhan.

    Tidak benar

    Sahih

    (4) Semua tumbuhan adalah mahluk hidup.

    Semua bunga adalah tumbuhan.

    Jadi, semua bunga adalah mahluk hidup.

    Benar

    c. Proses penyimpulan

    Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap shahih (valid) kalau proses penarikan

    kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Sedangkan logika secara luas dapat didefinisikan

    sebagai pengkajian berpikir secara sahih

    - Logika induktif

    Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata

    menjadi kesimpulan yang bersifat umum. setiap argumen deduktif memiliki tiga ciri khas, yaitu:

    o Analitis, artinya kesimpulan ditarik hanya dengan menganalisa proposisi-proposisi atau premis-

    premis yang sudah ada;

    o Tautologis, artinya kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara tersirat (implisit) sudah terkandung

    dalam premis-premisnya,

    o Apriori, artinya kesimpulan ditarik tanpa berdasarkan pengamatan inderawi atau observasi empiris.

    - Logika deduktif

    Logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi

    khusus yang bersifat individual, kesimpulannya berbentuk sintesis atau penggabungan dari kasus-kasus

    yang digunakan sebagai titik tolak penalaran. Karena itu, penalaran induktif sering disebut juga

    penalaran sintetis. argumen induktif selalu memiliki tiga ciri khas, yaitu:

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    14/21

    o Sintetis, artinya kesimpulan ditarik dengan jalan menyintesakan atau menggabungkan kasus-kasus

    yang terdapat dalam premis-premis;

    o General, artinya kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak atau yang

    lebih umum sifatnya ketimbang jumlah kasus yang terhimpun dalam premis-premis;

    o Aposteriori, artinya kasus-kasus konkret yang dijadikan landasan atau titik tolak argumen, selalu

    merupakan buah hasil pengamatan inderawi.

    Ciri-ciri yang demikian itu menyebabkan setiap argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak

    sahih, dan kerena itu kesimpulannya pun tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak.

    Dalam ilmu logika, terdapat beberapa metode-metode yang menunjang dalam proses berfikir secara

    logis, biasanya disebut dengan kaidah berpikir tepat dan logis yang memiliki tiga tahapan, pertama,

    proses pengertian, kedua, proses utusan dang terhakhir proses penyimpulan, berikut pemaparan unsur-

    unsur penalaran tersebut;

    - Term dan Kata

    Term adalah ungkapan lahiriah dari pengertian, term dapat terdiri dari satu kata atau lebih. Jadi, dengan

    term dimaksudkan kata atau kelompok kata yang merupakan ungkapan lahiriah dari pengertian. Termdapat diklasifikasikan berdasarkan;

    o Jumlah kata

    Ditinjau dari segi jumlah kata, term dapat dikelompokkan atas dua macam. Yaitu term tunggal dan term

    majemuk.

    o Luas

    Dari segi luas, term dapat dikenal dalam tiga jenis, yaitu term singular, term partikular, dan term

    universal

    o Sifat

    Menurut sifatnya, term dapat dibedakan atas dua macam, yaitu term distributif dan term kolektif.

    o Penggunaan Arti

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    15/21

    Suatu term atau kata dapat digunakan dalam tiga macam arti, yaitu dalam arti: univok, ekuivok, dan

    analog.

    - Preposisi

    Dalam ilmu logika juga akan membahas tentang preposisi yang merupakan ungkapan lahiriah dari

    sebuah putusan yang dapat diklasifikasikan menjadi;

    o Kuantitas

    Kuantitas sebuah proposisi kategoris ditentukan oleh luas term subjeknya. Karena luas suatu pengertian

    dapat berupa singular, partikular, dan universal, maka proposisi kategoris, berdasarkan kuantitasnya,

    dapat dibedakan atas proposisi singular, proposisi partikular, dan proposisi universal.

    o Kualitas

    Ciri khas sebuah proposisi kategoris adalah bahwa di dalamnya selalu terkandung unsur pengakuan

    (afirmasi) atau pengingkaran (negasi), dan karena itu hanya tentang proposisi kategoris dapat dikatakan

    benar atau salah. Itu berarti kualitas sebuah proposisi kategoris ditentukan oleh bentuk kopula yang

    digunakan. Atas dasar itu, menurut kualitasnya, proposisi kategoris dapat dibedakan atas dua macam,

    yakni: proposisi afirmatif dan proposisi negatif.

    - Penyimpulan Deduktif dan Silogisme

    Dalam penyimpulan (penalaran) deduktif itu, meskipun kesimpulan yang diturunkan merupakan sesuatuyang baru, namun pada hakekatnya kesimpulan tersebut sudah tersirat dalam premis-premisnya.

    Ditinjau dari segi cara menurunkan kesimpulan, penyimpulan (penalaran) itu dapat dibedakan atas dua

    macam, yaitu penyimpulan langsung dan penyimpulan tidak langsung.

    - Kesesatan Berpikir

    o Kesesatan Bahasa,

    Kesesatan yang ditimbulkan oleh kesalahpahaman bahasa yang diakibatkan oleh pengertian yang

    bercabang.

    o Kesesatan Relevansi

    Kesesatan relevansi akan timbul apabila seseorang menarik kesimpulan yang tidak relevan dengan

    premisnya, sehingga menyebabkan kesalahpahaman.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    16/21

    Kolerasi dengan Kasus Terkait:

    Dalam mengkaji kasus poso, penulis mencoba mengaplikasikan ilmu dan logika dalam proses

    analisis untuk meluruskan tanggapan-tanggapan negatif dari informasi-informasi yang didapatkan

    penulis. Secara lahiriah penulis sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir, menggunakan logika

    alamiah karena logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus

    sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.

    Untuk membantu proses pelurusan masalah tersebut, penulis juga mencoba metode ilmiah untuk

    mengkaji kasus terkait agar akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan

    lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

    Penulis mencoba mengkaji argumen-argumen melalui pendekatan bentuk dan isi argumen dari sebuah

    argumen yang didapatkan dari sumber yang didapati dengan sebuah penelitian dalam tanggapanmasyarakat yang dituangkan dalam deskripsi kronologis yang telah dipaparkan penulis dalam sub bab

    awal, sesuai dengan metode logika formal dan logika material karena penulis menyadari bahwa ada

    kesalah pahaman pengertian dalam kasus tersebut.

    Setelah mengkaji bentuk dan isi argumen, barulah penulis menarik kesimpulan. Penulis menggunakan

    metode logika induktif karena metode ini erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-

    kasus individual nyata sedangkan kasus Poso merupakan kasus nyata, lalu mengkajinya menjadi

    kesimpulan yang bersifat umum. Penulis mengkaji kasus berdasarkan tiga ciri khas logika induktif yaitu,

    menganalisis proposisi-proposisi yang sudah ada (analitis) bahwa adanya statemen sebagian masyarakat

    yang menyatakan konflik poso disebabkan oleh permasalahan agama, sebagiannya lagi menyatakan

    disebabkan oleh hal yang tidak lebih sensitif dari agama, seperti politik dan moralitas, kesimpulan yang

    ditarik dari kasus Poso adalah implisit atau secara tidak langsung argumen-argumen yang ada telah

    terbayang secara tersirat (tautologis) permasalahannya dan penulis menarik kesimpulan berdasarkan

    pengamatan inderawi atau observasi empiris (apriori) yaitu melakukan pencarian argumen masyarakat.

    Penulis mengkaitkan pengkajian bentuk argumen dengan proses penarikan kesimpulan yang dituangkan

    kedalam analisis proposisi-proposisi yang didapatkan melalui sumber-sumber yang telah dipaparkan

    penulis sebelumnya. Berikut kajian yang didapatkan penulis;

    Semua masyarakat Poso beragama.

    Semua konflik disebabkan oleh agama.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    17/21

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    18/21

    Di dalam perkembangannya etika dibedakan menjadi etika deskriptif, etika normatif dan metaetika

    (Bertens, 2001: 15-22), berikut penjelasannya;

    - Etika Deskriptif

    Etika deskriptif memberikan gambaran tentang tingkah laku moral dalam arti yang luas, seperti berbagai

    norma dan aturan yang berbeda dalam suatu masyarakat atau individu yang berada dalam kebudayaan

    tertentu atau yang berada dalam kurun atau periode tertentu. Norma atau aturan tersebut ditaati oleh

    individu atau masyarakat yang berasal dari kebudayaan atau kelompok tertentu.

    - Etika Normatif

    Etika normatif adalah etika yang mengkaji tentang apa yang harus dirumuskan secara rasional dan

    bagaimana prinsip-prinsip etis dan bertanggung jawab itu dapat digunakan oleh manusia

    - Metaetika

    Metaetika adalah kajian etika yang membahas tentang ucapan-ucapan ataupun kaidah-kaidah bahasa

    aspek moralitas, khususnya yang berkaitan dengan bahasa etis (yaitu bahasa yang digunakan dalam

    bidang moral)

    - Etika Terapan.

    Etika terapan (applied ethics) adalah studi etika yang menitikberatkan pada aspek aplikatif atas dasar

    teori etika atau norma yang ada. Etika terapan disebut sebagai terapan karena sifat etika yang praktis,

    yaitu memperlihatkan sisi kegunaannya. Sisi kegunaan itu berasal dari penerapan teori dan norma etika

    ketika berada pada perilaku manusia

    Kolerasi dengan Kasus Terkait:

    Penulis mengkaji kasus Poso melalui etika karena etika adalah landasan moral dalam mengatur dan

    mendidik suatu kelompok masyarakat agar masyarakat dapat mempunyai perilaku yang baik lalu di

    kolerasikan dengan kemajemukan yang berarti keanekaragaman karena Indonesia adalah salah satu

    yang mempunyai berbagai keanekaragaman, adapun definisi etika kemajemukan adalah sebagai

    landasan moral dalam mengatur dan mendidik masyarakat majemuk dalam mengatasi perbedaan agar

    lebih mengedepankan kepentingan bersama untuk mencapai perdamaian sedangkan konflik Poso

    adalah indikasi dari kelompok masyarakat yang tingkat etika kemajemukannya rendah.

    Berdasarkan analisis secara logika yang telah dianalisis penulis, bahwasanya telah terjadi kesesatan

    dalam berpikir terhadap sebagian masyarakat, Penulis telah mengkaji dan mendapatkan kesimpulan

    bahwa kasus tersebut cocok dikaji menggunakan metode etika normatif karena etika normatif adalah

    etika yang mengkaji tentang apa yang harus dirumuskan secara rasional, tanggapan sebagian

    masyarakat poso harus dikaji secara rasional, dan bagaimana prinsip-prinsip etis dan bertanggung jawab

    itu dapat digunakan oleh manusia.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    19/21

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Hernades, Hilda. 1999. Multiculturalisme Educations: A Teacher Guide To Linking Context, America:

    Pearson

    Nolt, John & Dennis Rohatyn. 2006. Schaum's Easy Outline of Logic, New York: McGraw-Hill

    Pratama, Anugrah Putra.2008. Etika Kemajemukan, Norma Sosial dan Norma

    Hukum.www.puputo.blogspot.com/search/label/multikulturalisme.

    J. Macionis, Jhon.2007. Sociology 11th Edition. America: Pearson International Edition.

    Copi, Irving M. 1976, Introduction to Logic. New York:The Mcmillan Company. Eagleton,

    Terry.1991.Ideology. London:Verso

    Miall, Hugh, et.al. Contemporary Conflict Resolution. Cambridge: Polity Press. 1999

    Bertens, K. 1987. Panorama Filsafat Modern, Jakarta: Gramedia

    Katsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana

    Program Pendidikan Perguruan Tinggi UI. 2009. Modul MPK Terintegrasi, Depok: PDPT Universitas

    Indonesia

    Soekadijo, RG. 1991. Logika Dasar, Jakarta: Gramedia

    Surajiyo, dkk. 2006. Dasar-Dasar Logika, Jakarta: Bumi Aksara

    Internet :

    Adnan, 2006 Kronologis Kejadian Kerusuhan Massa di Kota Poso,

    http://tragediposo.busythumbs.com/entry_id/544642/action/viewentry/, 10 Juni 2006.

    Azyumardi, 2007 Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia,

    http://www.kongresbud.budpar.go.id/58% 20azyumardi%20azra.htm, 18 November 2007.

  • 7/22/2019 Makalah Individu MPK Terintegrasi

    21/21