makalah combustio 2003

95
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Luka Bakar atau Combustio “. Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatan kritis. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala bentuk bantuan dan bimbingannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada 1

Upload: robby-argo

Post on 21-Oct-2015

88 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kada

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH combustio 2003

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “ Luka Bakar atau Combustio “.

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatan

kritis. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian

penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala

bentuk bantuan dan bimbingannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh

penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para

pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 09 September 2013

Penyusun

1

Page 2: MAKALAH combustio 2003

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................... 1

Daftar Isi............................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan ...........................................................................................

6

BAB II – ISI

A. Pengertian Combustio .................................................................. 7

B.Patofisiologi................................................................................... 7

C. Pemeriksaan Diagnosa ................................................................ 8

D Komplikasi..................................................................................... 8

E. Prognosa ....................................................................................... 8

F. Fase Luka Bakar............................................................................ 9

G. Penyebab Luka Bakar................................................................... 10

H. Derajat Kedalaman........................................................................ 11

I. Luas Luka Bakar............................................................................. 12

J. Kriteria Berat Ringannya (American Burn Association)................ 13

K. Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar Fase Akut........................ 14

L. Monitoring Penderita Luka Bakar Fase Akut21

M. Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................34

2

Page 3: MAKALAH combustio 2003

Konsep Asuhan Keperawatan Combustio......................................... 34

BAB III - Penutup ................................................................................ 61

A. Kesimpulan .................................................................................. 61

Daftar pustaka ..................................................................................... 62

3

Page 4: MAKALAH combustio 2003

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas

melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.

Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan

yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar

50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan

pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup

kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%

mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk

memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.

Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini

untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka

dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata

harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.

Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus

yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi

luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang

meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif

4

Page 5: MAKALAH combustio 2003

daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan

oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan

komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan

radiasi ionisasi.

Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda

dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang

mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di

tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat

mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan

yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat

tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk

mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk

mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang

menyertai.

Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung

dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan

sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan

pengaruh lain yang menyertai.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana konsep teori combustio (luka bakar) ?

5

Page 6: MAKALAH combustio 2003

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan combustio?

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa keperawatan sebagai calon

perawat dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit / gangguan system

integumen “ Combustio/ luka bakar “ dan mengetahui penanganan dan

penatalaksanaan.

6

Page 7: MAKALAH combustio 2003

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia

yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.

B. Patofisiologi

1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya

ikut rusak sehingga dapat terjadi animea.

2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula

dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume

cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood

Volume ” setiap 1 % luka bakar.

Kerusakan kult akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan

karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).

Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala

yang khas yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat,

tekanan darah menurun dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).

3. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas

karena gas, asap atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak

nafas, takipneu, stridor, suara serak dan berdahak berwarna gelap karena

jelaga.

7

Page 8: MAKALAH combustio 2003

4. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. CO akan

mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi.

Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan

muntah.

Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO,

penderita akan meninggal.

5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik.

Stres dan beban faali yang terjadi pada luka bakar berat dapat menyebabkan

tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama gejala

tukak peptic.

Kelainan ini dikenal dengan “Tukak Curling” yang dikhawatirkan pada tukak

Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis melena.

C. Pemeriksaan Dan Diagnosis

1. Secara klinis

2. Laboratorium : Hb, Hematokrit, Electrolit dsb

D. Komplikasi

1. Syok karena kehilangan cairan.

2. Sepsis / toksis.

3. Gagal Ginjal mendadak

4. Peneumonia

E. Prognosa

1. Tergantung derajad luka bakar.

2. Luas permukaan

8

Page 9: MAKALAH combustio 2003

3. Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit

perawatan dan mudah kontraktur.

4. Usia dan kesehatan penderita.

F. Fase Luka Bakar

Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan

penyakitnya dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun

demikian pembagian fase menjadi tiga tersebuttidaklah berarti terdapat garis

pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka

berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap

harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan

berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.

1. Fase akut / fase syok / fase awal.

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat

perawatan di IRD / Unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar,

seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan gangguan

airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan

circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera

atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72 jam pasca

trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita

pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan

sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak

sistemik. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan

keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem instabilitas

9

Page 10: MAKALAH combustio 2003

sirkulasi. Permasalahan dan penanganan pada fase ini akan menjadi bahasan

utama dalam makalah ini.

2. Fase Sub akut

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi.

Luka yang terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :

a. Proses inflamasi atau infeksi.

b. Problem penutupan luka.

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase Lanjut

Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau

melalui rawat jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit

berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

timbulnya kontraktur.

G. Penyebab Luka Bakar

Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa

jenis penyebab, antara lain :

1. Luka bakar karena api.

2. Luka bakar karena air panas.

3. Luka bakar karena bahan kimia.

4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi.

5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.

6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas.

7. Luka bakar karena ledakan bom.

10

Page 11: MAKALAH combustio 2003

H. Derajat Kedalaman

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat

panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu

Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3

tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:

1. Luka bakar derajat I :

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit

hipermik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-

ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa

pengobatan khusus.

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi

inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-

ujung saraf sensorik teriritasi.

Dibedakan atas 2 (dua) bagian :

1) Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari

corium/dermis. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar

sebacea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa

terbentuk cicatrik.

11

Page 12: MAKALAH combustio 2003

2) Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa

jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut,

kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi

lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi

dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam

sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami

kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit

yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam

kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal

sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung –

ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi

epitelisasi spontan.

I. Luas Luka Bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian -bagian 9 % atau kelipatan dari 9

terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.

a. Kepala dan leher = 9 %

b. Lengan = 18 %

c. Badan Depan = 18 %

d. Badan Belakang = 18 %

e. Tungkai = 36 %

12

Page 13: MAKALAH combustio 2003

f. Genitalia/perineum = 1 % +

Total = 100 %

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak

tangan penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak -anak

dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan

pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

J. Kriteria Berat Ringannya (American Burn Association)

1. Luka Bakar Ringan.

Luka bakar derajat II <15 %

Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak

Luka bakar derajat III < 2 %

2. Luka bakar sedang

Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa

Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak

Luka bakar derajat III < 10 %

3. Luka bakar berat

Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa

Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.

Luka bakar derajat III 10 % atau lebih

Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan

genitalia/perineum.

Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

13

Page 14: MAKALAH combustio 2003

K. Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar Fase Akut.

Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada

penderita trauma-trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.

1. Evaluasi Pertama (Triage)

a. Airway, sirkulasi, ventilasi

Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan

meliputi airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Bila diperlukan segera

lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan

volume sirkulasi.

b. Pemeriksaan fisik keseluruhan.

Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan

yang steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka

bakar dapat pula mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan

trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah

tulang punggung / spine.

c. Anamnesis

Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah

penderita terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya

trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan

kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit-penyakit yang pernah di

alami sebelumnya.

14

Page 15: MAKALAH combustio 2003

d. Pemeriksaan luka bakar

Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar

sedang atau ringan.

1) Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk

menentukan luas luka bakarnya.

2) Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

2. Penanganan di Ruang Emergency

a. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan

penderita.

b. Bebaskan pakaian yang terbakar.

c. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan

adnya trauma lain yang menyertai.

d. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat

dipasang endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.

e. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan

pemasangan scalp vein. Diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah

30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak – anak di atas 2

tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.

f. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine

produksi. Dicatat jumlah urine/jam.

g. Di lakukan pemasangan nasogastrik tube untuk gastric dekompresi

dengan intermiten pengisapan.

15

Page 16: MAKALAH combustio 2003

h. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan

jangan secara intramuskuler.

i. Timbang berat badan

j. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid

booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.

k. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka

dicuci debridement dan didisinfeksi dengan savlon 1 : 30. Setelah bersih

tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD)

sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5

kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1 :

30.

l. Eskaratomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati

(eskar) dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis

jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah.

Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan

melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.

m. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi luka

telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih

dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara

persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative

superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu

split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan

tindakan definitive penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan

16

Page 17: MAKALAH combustio 2003

bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu dengan

diameter > 3 cm.

3. Penanganan Sirkulasi

Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler

yang akan diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit)

dari intravaskuler ke jaringan intertisial mengakibatkan terjadinya

hipovolemik intra vaskuler dan edema intertisial. Keseimbangan tekanan

hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi kebagian distal

terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ.

Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler

yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan masif di jaringan

interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler

mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses

transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok.

Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah

kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata

bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok

dengan metode resusitasi cairan konvensional (menggunakan regimen

cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat,

menunjukkan perbaikan prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil

(pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif

17

Page 18: MAKALAH combustio 2003

diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic

terhadap angka mortalitas.

Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal

beberapa formula berikut :

a. Evans Formula

b. Brooke Formula

c. Parkland Formula

d. Modifikasi Formula

e. Monafo Formula

4. Resustasi Cairan

a. Baxter formula

Hari Pertama :

Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24

jam

Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3

2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.

Kebutuhan faali :

< 1 Tahun : berat badan x 100 cc

1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc

3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc

½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.

½ diberikan 16 jam berikutnya.

18

Page 19: MAKALAH combustio 2003

Hari kedua

Dewasa : ½ hari I

Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

b. Menurut Evans

Cairan yang dibutuhkan :

1. RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1 cc

2. Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc

3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc

Hari 1 :

8 jam X ½

16 jam X ½

Hari 2 : ½ hari I

Hari ke III : hari ke II

5. Penanganan Pernapasan

Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki

kolerasi dengan angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi

dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada

kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai

daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas

akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat

menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring.

Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk-

produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga

19

Page 20: MAKALAH combustio 2003

dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa langsung pada

percabangan trakheobronkhial. Keracunan asap yang disebabkan oleh

termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi.

Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen

sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel – partikel

tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan

bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi

lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edema.

Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya

hipoksia jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup

kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 – 240 kali

lebih kuat dibanding kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari

Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan.

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar

mengalami hal sebagai berikut.

1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.

2. Sputum tercampur arang.

3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.

4. Penurunan kesadaran termasuk confusion.

5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik, tersedak, malas

bernafas atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau

tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa.

20

Page 21: MAKALAH combustio 2003

6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau

ronchi.

7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.

Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya

trauma inhalasi. Penanganan penderita trauma inhalasi bila tanpa distress

pernapasan maka harus dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang

resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi stabil.

L. Monitoring Penderita Luka Bakar Fase Akut

Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat.

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi

adalah prosedur yang harus dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan

laboratorium untuk monitoring juga dilakukan untuk mengikuti perkembangan

keadaan penderita. Monitoring penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada

saat di triage, selama resusitasi (0-72 jam pertama) dan pos resusitasi.

1. Triage – Intalasi Gawat Darurat

a. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan

dilakukan segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi

yang segera diatasi life saving. Penderitaluka bakar dapat pula

mengalami trauma toraks atau mengalami pneumotoraks.

b. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi,

rectal temperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena

trauma listrik, dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadi cardiac arrest.

21

Page 22: MAKALAH combustio 2003

c. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat

dilakukan pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan

dicatat tiap jam. Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada

penderita luka bakar derajat III atau akibat trauma listrik, myoglobin,

hemoglobin terdapat dalam urine menunjukkan adanya kerusakaan yang

hebat.

2. Monitoring Dalam Fase Resusitasi (sampai 72 jam)

a. Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah

resusitasi cukup adekuat / tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50

cc urine/jam.

b. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau

meningkat. Keadaan ini dapat menunjukkan keadaan hidrasi penderita.

Bilamana berat jenis meningkat berhubungan dengan naiknya kadar

glukosa urine.

c. Vital Sign

d. pH darah.

e. Perfusi perifer

f. Laboratorium

1) serum elektrolit

2) plasma albumin

3) hematokrit, hemoglobin

4) urine sodium

5) elektrolit

22

Page 23: MAKALAH combustio 2003

6) liver function test

7) renal function tes

8) total protein / albumin

9) pemeriksaan lain sesuai indikasi

g. Penilaian keadaan paru

Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk

mengetahui adanya perubahan yang terjadi antara lain stridor,

bronkhospam, adanya secret, wheezing, atau dispneu merupakan adannya

impending obstruksi. Pemeriksaan toraks foto ini. Pemeriksaan arterial

blood gas.

h. Penilaian gastrointestinal.

Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan

auskultasi untuk mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi

lambung. Adanya darah dan pH kurang dari 5 merupakan tanda adanya

Culing Ulcer.

i. Penilaian luka bakarnya.

Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada

cairan berbau atau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila

bersih perawatan selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.

Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus

1. Luka Bakar listrik

Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan

jaringan tubuh disebabkan karena beberapa hal berikut :

23

Page 24: MAKALAH combustio 2003

1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan

energi dalam jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian

tubuh yang memiliki resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh

darah). Aliran listrik dalam tubuh menyebabkan kerusakan akibat yang

ditimbulkan oleh resistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local

maupun sistemik (otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/

rabdomiosis, gagal ginjal, dan sebagai berikut).

2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.

3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat

diperkirakan luasnya. Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system

pembuluh darah disepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik (trombosis,

akulasi kapiler).

Penanganan/Special Management

1. Primary Survey

a. Airway – cervical spine.

b. Breathing

c. Circulation

d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil

e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.

2. Secoundary Survey

a. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.

b. Pakaian dan perhiasan dibuka.

c. Periksa titik kontak.

24

Page 25: MAKALAH combustio 2003

d. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.

e. Pemeriksaan neurologist.

f. Pemeriksaan trauma lain, patah tulang/dilokasi.

g. Bila perlu dipasang endotrakeal intubasi.

3. Resusitasi

a. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka

bakar.

b. Bila didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output

dipertahankan antara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.

c. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH

> 6,0.

d. Monitor jarang dipergunakan.

4. Cardiac Monitoring

a. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.

b. Ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced

Cardiac Live Support.

5. Monitoring Post Resusitasi (72 jam pascatrauma)

Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara sistematik dan

teliti meliputi observasi klinis dan data pemeriksaan laboratorium yaitu :

a. Cairan – elektrolit

b. Keadaan luka bakarnya

c. Kondisi potensial infeksi

d. Status nutrisi / gizi

25

Page 26: MAKALAH combustio 2003

2. Luka bakar dengan trauma inhalasi

a. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)

b. Luka bakar mengenai daerah muka / wajah

c. Dapat merusak mukosa jalan napas

d. Edema laring menyebabkan hambatan jalan napas.

Gejala :

a. Sesak napas

b. Takipnea

c. Stridor

d. Suara serak

e. Dahak berwarna gelap (jelaga)

Hati – hati kasus trauma inhalasi bisa mematikan.

Mekanisme kerusakan saluran napas.

1. Trauma panas langsung

Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar,

seperti jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa

langsung pada percabangan trakeobronkial.

2. Keracunan asap yang toksik

Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang

diproduksi terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida,

nitrogen dioksida, nitrogen klorida, akreolin menyebabkan iritasi dan

bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih

hebat akibat trakealbronkitis dan edema.

26

Page 27: MAKALAH combustio 2003

3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)

Intoksikasi CO menyebabkan hipoksia jaringan. Gas CO memiliki

afinitas cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih

kuat di banding dengan O2). CO memisahkan O2 dari Hb menyebabkan

hipoksia jaringan. Peningkatan kadar karboksihemoglobin (COHb) dapat

dipakai untuk evaluasi berat / ringannya intoksikasi CO.

Tanda Klinis :

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar

terdapat 3 atau lebih dari keadaan berikut :

1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar

2. Sputum tercampur arang

3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.

4. Penurunan kesadaran.

5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan

adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan

(iritasi mukosa).

6. Gejala distress napas (takipea).

7. Sesak atau tidak ada suara.

Pada fase awal terjadi kerusakan saluran napas akibat efek toksik

yang langsung terhirup. Sedangkan pada fase lanjut timbul edema paru

dengan terjadinya hipoksemia progresif yang mengakibatkan ARDS.

Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan

neurologist.

27

Page 28: MAKALAH combustio 2003

Kadar Keracunan CO Kelainan Neurologis

a. 10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual.

b. 20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan penglihatan menyempit.

c. 40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma,takipnea.

Pemeriksaan tambahan :

1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)

Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah

3 jam dari kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb

lebih dari 15 % setelah 3 jam kejadian merupakan bukti kuat terjadi

trauma inhalasi.

2. Gas Darah

PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen

50%, FiO2 = 0,5) mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya

normal pada fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.

3. Foto Toraks

Biasanya normal pada fase awal

4. Bronkoskopi Fiberoptic

Bila terdapat sputum, edema mukosa, adanya bintik – bintik

pendarahan dan ulserasi dapat diangkat diagnosa trauma inhalasi.

5. Tes Fungsi paru

Scan Paru Xenon, pemeriksaan ini tidak praktis.

Diagnosa Trauma Inhalasi :

1. Kecurigaan klinis

28

Page 29: MAKALAH combustio 2003

2. Riwayat kejadian

3. Pemeriksaan gas darah dan kadar COHb

4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic

5. Pemeriksaan fungsi paru.

Penatalaksanaan :

a. Tanpa Distres Pernapasan :

1. Intubasi / pipa endotrakeal.

2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit.

3. Penghisapan secret secara berkala.

4. Humidifikasi dengan nebulizer.

5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi).

6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan

Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.

Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit),

sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan

nilai hasil pemeriksaan analisis gas darah (8jam pertama ) dan 24

jam sampai 4-5 hari.

Pemeriksaan :

1) Analisa gas darah

a. Pada saat pertama kali (resusitasi)

b. 8 jam pertama

c. Setelah 24 jam kejadian

d. Selanjutnya sesuai kebutuhan

29

Page 30: MAKALAH combustio 2003

2) foto toraks 24 jam pasca kejadian.

3) Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah

pada jalan napas. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di

bed observasi. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat

Dengan Distres Pernapasan

Kasus ini diperlakukan secara khusus. Untuk mengatasi masalah

distress pernapasan yang dijumpai :

1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa

kanul trakeostomi.

2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.

3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta

bronchial washing.

4. Humidifikasi dengan nebulizer.

5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi setiap 6 jam.

6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.

Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)

Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit),

sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan

hasil pemeriksaan analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran

hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam samapi 4-5 hari.

7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah

pernapasan telah diatasi.

30

Page 31: MAKALAH combustio 2003

8. Kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau

setengah duduk.

9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.

3. Luka Bakar Kimia.

Klafisikasi Bahan kimia :

1. Alkalis/Basa

Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium,

kalsium atau bahan-bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction

necrosis dan denaturasi protein.

2. Acids/Asam

Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar

mandi atau kolam renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation

necrosis.

3. Organic Compounds

Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang

dapat menyebabkan kerusakan kutaneus, efek toksis terhadap ginjal

dan liver.

Berat / ringannya trauma tergantung :

1. Bahan

2. Konsentrasi

3. Volume

4. Lama kontak

5. Mekanisme trauma

31

Page 32: MAKALAH combustio 2003

Penatalaksanaan :

1. Bebaskan pakaian yang terkena

2. Irigasi dengan air yang kontinu

3. Hilangkan ras nyeri

4. Perhatikan airway, breathing dan circulation

5. Indenifikasi bahan penyebab.

6. Perhatikan bila mengenai mata.

7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.

4. Luka Bakar dan kehamilan

1. Hati-hati terhadap komplikasi

2. Komplikasi pada ibu dan janin

3. Pada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari

kehamilan.

Penatalaksanaan:

1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu

dan janin.

2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada

uterus, mengurangi uterus blood flow dan oksigen ke janin menurun.

3. Monitoring janin

4. Konsultasi dengan spesialis kandungan

Komplikasi :

32

Page 33: MAKALAH combustio 2003

1. Terminasi kehamilan akibat hipotensi, hipoksia serta adanya gangguan

cairan dan elektrolit.

2. Persalinan premature

3. Kematian janin intrauterine

33

Page 34: MAKALAH combustio 2003

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktifitas/istirahat:

Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada

area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

b. Sirkulasi:

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi

(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;

vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin

(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);

pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

c. Integritas ego:

Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.

Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,

marah.

d.  Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna

mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan

kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi

cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada

luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan

motilitas/peristaltik gastrik.

34

Page 35: MAKALAH combustio 2003

e. Makanan/cairan:

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

f. Neurosensori:

Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,

perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;

aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan

ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok

listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

g. Nyeri/kenyamanan:

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara

eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan

suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara

respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan

ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

h.   Pernafasan:

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan

cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;

ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar

dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan

laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);

stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

i. Keamanan:

35

Page 36: MAKALAH combustio 2003

Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama

3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa

luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan

pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan

dengan kehilangan cairan/status syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan

variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung

gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring

posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin

coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;

nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari

tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai

72 jam setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah

nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran

masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal

tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.

Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot

tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j.   Pemeriksaan diagnostik:

1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.

36

Page 37: MAKALAH combustio 2003

2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini

terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24

jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti

jantung.

3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,

khususnya pada  cedera inhalasi asap.

4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.

5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan

kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun

pada luka bakar masif.

8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

2. Diagnosa Keperawatan

Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning

and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi

trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah

leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan

dada.

37

Page 38: MAKALAH combustio 2003

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan

cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,

ketidak cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.

3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau

sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari

dada atau leher.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;

kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak

adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.

5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.

Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.

6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler

perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,

contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.

7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada

cedera berat) atau katabolisme protein.

8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,

nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.

9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan

kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi;

kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

38

Page 39: MAKALAH combustio 2003

11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber

informasi.

c. Rencana Intervensi

Diagnosa

Keperawata

n

Rencana Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

Resiko

bersihan

jalan nafas

tidak efektif

berhubungan

dengan 

obstruksi

trakheobronk

hial; oedema

mukosa;

kompressi

jalan nafas .

Bersihan

jalan nafas

tetap efektif.

Kriteria

Hasil :

Bunyi nafas

vesikuler,

RR dalam

batas

normal,

bebas

dispnoe/cya

nosis.

Kaji refleks

gangguan/menelan;

perhatikan pengaliran air

liur, ketidakmampuan

menelan, serak, batuk

mengi.

Awasi frekuensi, irama,

kedalaman pernafasan ;

perhatikan adanya

pucat/sianosis dan

sputum mengandung

karbon atau merah muda.

Auskultasi paru,

Dugaan cedera inhalasi

Takipnea, penggunaan

otot bantu, sianosis dan

perubahan sputum

menunjukkan terjadi

distress

pernafasan/edema paru

dan kebutuhan

intervensi medik.

Obstruksi jalan

nafas/distres pernafasan

39

Page 40: MAKALAH combustio 2003

perhatikan stridor,

mengi/gemericik,

penurunan bunyi nafas,

batuk rejan.

Perhatikan adanya pucat

atau warna buah ceri

merah pada kulit yang

cidera

Tinggikan kepala tempat

tidur. Hindari

penggunaan bantal di

bawah kepala, sesuai

indikasi

Dorong batuk/latihan

nafas dalam dan

perubahan posisi sering.

Hisapan (bila perlu) pada

perawatan ekstrem,

pertahankan teknik steril.

dapat terjadi sangat

cepat atau lambat contoh

sampai 48 jam setelah

terbakar.

Dugaan adanya

hipoksemia atau karbon

monoksida.

Meningkatkan ekspansi

paru optimal/fungsi

pernafasan.

Bilakepala/leher

terbakar, bantal dapat

menghambat

pernafasan,

menyebabkan nekrosis

pada kartilago telinga

yang terbakar dan

meningkatkan

konstriktur leher.

Meningkatkan ekspansi

paru, memobilisasi dan

drainase sekret.

40

Page 41: MAKALAH combustio 2003

Tingkatkan istirahat

suara tetapi kaji

kemampuan untuk bicara

dan/atau menelan sekret

oral secara periodik.

Selidiki perubahan

perilaku/mental contoh

gelisah, agitasi, kacau

mental.

Awasi 24 jam

keseimbngan cairan,

perhatikan

variasi/perubahan.

Lakukan program

kolaborasi meliputi :

Berikan pelembab O2

melalui cara yang tepat,

Membantu

mempertahankan jalan

nafas bersih, tetapi harus

dilakukan kewaspadaan

karena edema mukosa

dan inflamasi. Teknik

steril menurunkan risiko

infeksi.

Peningkatan

sekret/penurunan

kemampuan untuk

menelan menunjukkan

peningkatan edema

trakeal dan dapat

mengindikasikan

kebutuhan untuk

intubasi.

Meskipun sering

berhubungan dengan

nyeri, perubahan

kesadaran dapat

menunjukkan

terjadinya/memburukny

41

Page 42: MAKALAH combustio 2003

contoh masker wajah

Awasi/gambaran seri

GDA

Kaji ulang seri rontgen

Berikan/bantu fisioterapi

dada/spirometri intensif.

Siapkan/bantu intubasi

atau trakeostomi sesuai

indikasi.

a hipoksia.

Perpindahan cairan atau

kelebihan penggantian

cairan meningkatkan

risiko edema paru.

Catatan : Cedera

inhalasi meningkatkan

kebutuhan cairan

sebanyak 35% atau lebih

karena edema.

O2 memperbaiki

hipoksemia/asidosis.

Pelembaban

menurunkan

pengeringan saluran

pernafasan dan

menurunkan viskositas

sputum.

Data dasar penting

untuk pengkajian lanjut

status pernafasan dan

pedoman untuk

pengobatan. PaO2

42

Page 43: MAKALAH combustio 2003

kurang dari 50,

PaCO2lebih besar dari

50 dan penurunan pH

menunjukkan inhalasi

asap dan terjadinya

pneumonia/SDPD.

Perubahan menunjukkan

atelektasis/edema paru

tak dapat terjadi selama

2 – 3 hari setelah

terbakar

Fisioterapi dada

mengalirkan area

dependen paru,

sementara spirometri

intensif dilakukan untuk

memperbaiki ekspansi

paru, sehingga

meningkatkan fungsi

pernafasan dan

menurunkan atelektasis.

Intubasi/dukungan

mekanikal dibutuhkan

43

Page 44: MAKALAH combustio 2003

bila jalan nafas edema

atau luka bakar

mempengaruhi fungsi

paru/oksegenasi.

Resiko tinggi

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

Kehilangan

cairan

melalui rute

abnormal.

Peningkatan

kebutuhan :

status

hypermetabo

lik, ketidak

cukupan

pemasukan.

Kehilangan

perdarahan.

Pasien dapat

mendemostr

asikan status

cairan dan

biokimia

membaik.

Kriteria

evaluasi: tak

ada

manifestasi

dehidrasi,

resolusi

oedema,

elektrolit

serum dalam

batas

normal,

haluaran

urine di atas

Awasi tanda vital, CVP.

Perhatikan kapiler dan

kekuatan nadi perifer.

Awasi pengeluaran urine

dan berat jenisnya.

Observasi warna urine

dan hemates sesuai

indikasi.

Perkirakan drainase luka

dan kehilangan yang

tampak

Timbang berat badan

setiap hari

Memberikan pedoman

untuk penggantian

cairan dan mengkaji

respon kardiovaskuler.

Penggantian cairan

dititrasi untuk

meyakinkan rata-2

pengeluaran urine 30-50

cc/jam pada orang

dewasa. Urine berwarna

merah pada kerusakan

otot masif karena

adanyadarah dan

keluarnya mioglobin.

Peningkatan

permeabilitas kapiler,

perpindahan protein,

proses inflamasi dan

44

Page 45: MAKALAH combustio 2003

30 ml/jam. Ukur lingkar ekstremitas

yang terbakar tiap hari

sesuai indikasi

Selidiki perubahan

mental

Observasi distensi

abdomen,hematomesis,fe

ces hitam.

Hemates drainase NG

dan feces secara periodik.

Lakukan program

kolaborasi meliputi :

Pasang / pertahankan

kateter urine

Pasang/ pertahankan

ukuran kateter IV.

Berikan penggantian

cairan IV yang dihitung,

elektrolit, plasma,

kehilangan cairan

melalui evaporasi

mempengaruhi volume

sirkulasi dan

pengeluaran urine.

Penggantian cairan

tergantung pada berat

badan pertama dan

perubahan selanjutnya

Memperkirakan luasnya

oedema/perpindahan

cairan yang

mempengaruhi volume

sirkulasi dan

pengeluaran urine.

Penyimpangan pada

tingkat kesadaran dapat

mengindikasikan

ketidak adequatnya

volume

sirkulasi/penurunan

perfusi serebral

Stres (Curling) ulcus

45

Page 46: MAKALAH combustio 2003

albumin.

Awasi hasil pemeriksaan

laboratorium ( Hb,

elektrolit, natrium ).

Berikan obat sesuai

idikasi :

-      Diuretika contohnya

Manitol (Osmitrol)

-      Kalium

-      Antasida

Pantau:

      Tanda-tanda vital setiap

jam selama periode

darurat, setiap 2 jam

selama periode akut, dan

setiap 4 jam selama

terjadi pada setengah

dari semua pasien yang

luka bakar berat(dapat

terjadi pada awal

minggu pertama).

Observasi ketat fungsi

ginjal dan mencegah

stasis atau refleks urine.

Memungkinkan infus

cairan cepat.

Resusitasi cairan

menggantikan

kehilangan

cairan/elektrolit dan

membantu mencegah

komplikasi.

Mengidentifikasi

kehilangan

darah/kerusakan SDM

dan kebutuhan

penggantian  cairan dan

46

Page 47: MAKALAH combustio 2003

periode rehabilitasi.

      Warna urine.

      Masukan dan haluaran

setiap jam selama

periode darurat, setiap 4

jam selama periode akut,

setiap 8 jam selama

periode rehabilitasi.

      Hasil-hasil JDL dan

laporan elektrolit.

      Berat badan setiap hari.

      CVP (tekanan vena

sentral) setiap jam bial

diperlukan.

      Status umum setiap 8

jam.

Pada penerimaan rumah

sakit, lepaskan semua

pakaian dan perhiasan

dari area luka bakar.

Mulai terapi IV yang

ditentukan dengan jarum

elektrolit.

Meningkatkan

pengeluaran urine dan

membersihkan tubulus

dari debris /mencegah

nekrosis.

Penggantian lanjut

karena kehilangan urine

dalam jumlah besar

Menurunkan keasaman

gastrik sedangkan

inhibitor histamin

menurunkan produksi

asam hidroklorida untuk

menurunkan produksi

asam hidroklorida untuk

menurunkan iritasi

gaster.

Mengidentifikasi

penyimpangan indikasi

kemajuan atau

penyimpangan dari hasil

47

Page 48: MAKALAH combustio 2003

lubang besar (18G), lebih

disukai melalui kulit

yang telah terluka bakar.

Bila pasien menaglami

luka bakar luas dan

menunjukkan gejala-

gejala syok hipovolemik,

bantu dokter dengan

pemasangan kateter vena

sentral untuk pemantauan

CVP.

Beritahu dokter bila:

haluaran urine < 30

ml/jam, haus, takikardia,

CVP < 6 mmHg,

bikarbonat serum di

bawah rentang normal,

gelisah, TD di bawah

rentang normal, urine

gelap atau encer gelap.

Konsultasi doketr bila

manifestasi kelebihan

yang diharapkan.

Periode darurat (awal 48

jam pasca luka bakar)

adalah periode kritis

yang ditandai oleh

hipovolemia yang

mencetuskan individu

pada perfusi ginjal dan

jarinagn tak adekuat.

Inspeksi adekuat dari

luka bakar.

Penggantian cairan

48

Page 49: MAKALAH combustio 2003

cairan terjadi.

Tes guaiak muntahan

warna kopi atau feses ter

hitam. Laporkan temuan-

temuan positif.

Berikan antasida yag

diresepkan atau antagonis

reseptor histamin seperti

simetidin

cepat penting untuk

mencegah gagal ginjal.

Kehilangan cairan

bermakna terjadi

melalui jarinagn yang

terbakar dengan luka

bakar luas. Pengukuran

tekanan vena sentral

memberikan data

tentang status volume

cairan intravaskular.

Temuan-temuan ini

mennadakan

hipovolemia dan

perlunya peningkatan

cairan. Pada lka bakar

luas, perpindahan cairan

dari ruang intravaskular

ke ruang interstitial

menimbukan

hipovolemi.

49

Page 50: MAKALAH combustio 2003

Pasien rentan pada

kelebihan beban volume

intravaskular selama

periode pemulihan bila

perpindahan cairan dari

kompartemen interstitial

pada kompartemen

intravaskuler.

Temuan-temuan guaiak

positif ennandakan

adanya perdarahan GI.

Perdarahan GI

menandakan adaya stres

ulkus (Curling’s).

Mencegah perdarahan

GI. Luka bakar luas

mencetuskan pasien

pada ulkus stres yang

disebabkan peningkatan

sekresi hormon-hormon

adrenal dan asam HCl

oleh lambung.

50

Page 51: MAKALAH combustio 2003

Resiko

kerusakan

pertukaran

gas

berhubungan

dengan

cedera

inhalasi asap

atau sindrom

komparteme

n torakal

sekunder

terhadap luka

bakar

sirkumfisial

dari dada

atau leher.

Pasien dapat

mendemonst

rasikan

oksigenasi

adekuat.

Kriteroia

evaluasi: RR

12-24 x/mnt,

warna kulit

normal,

GDA dalam

renatng

normal,

bunyi nafas

bersih, tak

ada

kesulitan

bernafas.

Pantau laporan GDA dan

kadar karbon monoksida

serum.

Beriakan suplemen

oksigen pada tingkat

yang ditentukan. Pasang

atau bantu dengan selang

endotrakeal dan

temaptkan pasien pada

ventilator mekanis sesuai

pesanan bila terjadi

insufisiensi pernafasan

(dibuktikan dnegna

hipoksia, hiperkapnia,

rales, takipnea dan

perubahan sensorium).

Anjurkan pernafasan

dalam dengan

penggunaan spirometri

insentif setiap 2 jam

Mengidentifikasi

kemajuan dan

penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Inhalasi asap dapat

merusak alveoli,

mempengaruhi

pertukaran gas pada

membran kapiler

alveoli.

Suplemen oksigen

meningkatkan jumlah

oksigen yang tersedia

untuk jaringan. Ventilasi

mekanik diperlukan

untuk pernafasan

dukungan sampai pasie

dapat dilakukan secara

mandiri.

Pernafasan dalam

51

Page 52: MAKALAH combustio 2003

selama tirah baring.

Pertahankan posisi semi

fowler, bila hipotensi tak

ada.

Untuk luka bakar sekitar

torakal, beritahu dokter

bila terjadi dispnea

disertai dengan takipnea.

Siapkan pasien untuk

pembedahan eskarotomi

sesuai pesanan.

mengembangkan

alveoli, menurunkan

resiko atelektasis.

Memudahkan ventilasi

dengan menurunkan

tekanan abdomen

terhadap diafragma.

Luka bakar sekitar

torakal dapat membatasi

ekspansi adda.

Mengupas kulit

(eskarotomi)

memungkinkan ekspansi

dada.

Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

Pertahanan

primer tidak

adekuat;

Pasien bebas

dari infeksi.

Kriteria

evaluasi: tak

ada demam,

pembentuka

n jaringan

Pantau:

      Penampilan luka bakar

(area luka bakar, sisi

donor dan status balutan

di atas sisi tandur bial

tandur kulit dilakukan)

setiap 8 jam.

Mengidentifikasi

indikasi-indikasi

kemajuan atau

penyimapngan dari hasil

yang diharapkan.

52

Page 53: MAKALAH combustio 2003

kerusakan

perlinduinga

n kulit;

jaringan

traumatik.

Pertahanan

sekunder

tidak

adekuat;

penurunan

Hb,

penekanan

respons

inflamasi

granulasi

baik.

      Suhu setiap 4 jam.

      Jumlah makanan yang

dikonsumsi setiap kali

makan.

Bersihkan area luka

bakar setiap hari dan

lepaskan jarinagn

nekrotik (debridemen)

sesuai pesanan. Berikan

mandi kolam sesuai

pesanan,

implementasikan

perawatan yang

ditentukan untuk sisi

donor, yang dapat ditutup

dengan balutan vaseline

atau op site.

Lepaskan krim lama dari

luka sebelum pemberian

krim baru. Gunakan

sarung tangan steril dan

beriakn krim antibiotika

topikal yang diresepkan

Pembersihan dan

pelepasan jaringan

nekrotik meningkatkan

pembentukan granulasi.

Antimikroba topikal

membantu mencegah

infeksi. Mengikuti

prinsip aseptik

melindungi pasien dari

infeksi. Kulit yang

gundul menjadi media

yang baik untuk kultur

pertumbuhan baketri.

Temuan-temuan ini

53

Page 54: MAKALAH combustio 2003

pada area luka bakar

dengan ujung jari.

Berikan krim secara

menyeluruh di atas luka.

Beritahu dokter bila

demam drainase purulen

atau bau busuk dari area

luka bakar, sisi donor

atau balutan sisi tandur.

Dapatkan kultur luka dan

berikan antibiotika IV

sesuai ketentuan.

Tempatkan pasien pada

ruangan khusus dan

lakukan kewaspadaan

untuk luka bakar luas

yang mengenai area luas

tubuh. Gunakan linen

tempat tidur steril,

handuk dan skort untuk

pasien. Gunakan skort

steril, sarung tangan dan

mennadakan infeksi.

Kultur membantu

mengidentifikasi

patogen penyebab

sehingga terapi

antibiotika yang tepat

dapat diresepkan.

Karena balutan siis

tandur hanya diganti

setiap 5-10 hari, sisi ini

memberiakn media

kultur untuk

pertumbuhan bakteri.

Kulit adalah lapisan

pertama tubuh untuk

pertahanan terhadap

infeksi. Teknik steril

dan tindakan perawatan

perlindungan

lainmelindungi pasien

terhadap infeksi.

Kurangnya berbagai

rangsang ekstrenal dan

54

Page 55: MAKALAH combustio 2003

penutup kepala dengan

masker bila memberikan

perawatan pada pasien.

Tempatkan radio atau

televisis pada ruangan

pasien untuk

menghilangkan

kebosanan.

Bila riwayat imunisasi

tak adekuat, berikan

globulin imun tetanus

manusia (hyper-tet)

sesuai pesanan.

Mulai rujukan pada ahli

diet, beriakn protein

tinggi, diet tinggi kalori.

Berikan suplemen nutrisi

seperti ensure atau

sustacal dengan atau

antara makan bila

masukan makanan

kurang dari 50%.

Anjurkan NPT atau

kebebasan bergerak

mencetuskan pasien

pada kebosanan.

Melindungi terhadap

tetanus.

Ahli diet adalah

spesialis nutrisi yang

dapat mengevaluasi

paling baik status nutrisi

pasien dan

merencanakan diet

untuk emmenuhi

kebuuthan nutrisi

penderita. Nutrisi

adekuat memabntu

penyembuhan luka dan

memenuhi kebutuhan

energi.

55

Page 56: MAKALAH combustio 2003

makanan enteral bial

pasien tak dapat makan

per oral.

Nyeri

berhubungan

dengan

Kerusakan

kulit/jaringan

;

pembentukan

edema.

Manipulasi

jaringan

cidera contoh

debridemen

luka.

Pasien dapat

mendemonst

rasikan

hilang dari

ketidaknyam

anan.

Kriteria

evaluasi:

menyangkal

nyeri,

melaporkan

perasaan

nyaman,

ekspresi

wajah dan

postur tubuh

rileks.

Berikan anlgesik narkotik

yang diresepkan prn dan

sedikitnya 30 menit

sebelum prosedur

perawatan luka. Evaluasi

keefektifannya. Anjurkan

analgesik IV bila luka

bakar luas.

Pertahankan pintu kamar

tertutup, tingkatkan suhu

ruangan dan berikan

selimut ekstra untuk

memberikan kehangatan.

Berikan ayunan di atas

temapt tidur bila

diperlukan.

Analgesik narkotik

diperlukan utnuk

memblok jaras nyeri

dengan nyeri berat.

Absorpsi obat IM buruk

pada pasien dengan luka

bakar luas yang

disebabkan oleh

perpindahan interstitial

berkenaan dnegan

peningkatan

permeabilitas kapiler.

Panas dan air hilang

melalui jaringan luka

bakar, menyebabkan

hipoetrmia. Tindakan

eksternal ini membantu

menghemat kehilangan

panas.

Menururnkan neyri

56

Page 57: MAKALAH combustio 2003

Bantu dengan

pengubahan posisi setiap

2 jam bila diperlukan.

Dapatkan bantuan

tambahan sesuai

kebutuhan, khususnya

bila pasien tak dapat

membantu membalikkan

badan sendiri.

dengan

mempertahankan berat

badan jauh dari linen

temapat tidur terhadap

luka dan menuurnkan

pemajanan ujung saraf

pada aliran udara.

Menghilangkan tekanan

pada tonjolan tulang

dependen. Dukungan

adekuat pada luka bakar

selama gerakan

membantu meinimalkan

ketidaknyamanan.

Resiko tinggi

kerusakan

perfusi

jaringan,

perubahan/di

sfungsi

neurovaskule

r perifer

berhubungan

Pasien

menunjukka

n sirkulasi

tetap

adekuat.

Kriteria

evaluasi:

warna kulit

normal,

Untuk luka bakar yang

mengitari ekstermitas

atau luka bakar listrik,

pantau status

neurovaskular dari

ekstermitas setaip 2 jam.

Pertahankan ekstermitas

bengkak ditinggikan.

Mengidentifikasi

indikasi-indikasi

kemajuan atau

penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Meningkatkan aliran

balik vena dan

menurunkan

57

Page 58: MAKALAH combustio 2003

dengan

Penurunan/in

terupsi aliran

darah

arterial/vena,

contoh luka

bakar seputar

ekstremitas

dengan

edema.

menyangkal

kebas dan

kesemutan,

nadi perifer

dapat diraba.

Beritahu dokter dengan

segera bila terjadi nadi

berkurang, pengisian

kapiler buruk, atau

penurunan sensasi.

Siapkan untuk

pembedahan eskarotomi

sesuai pesanan.

pembengkakan.

Temuan-temuan ini

menandakan keruskana

sirkualsi distal. Dokter

dapat mengkaji tekanan

jaringan untuk

emnentukan kebutuhan

terhadap intervensi

bedah. Eskarotomi

(mengikis pada eskar)

atau fasiotomi mungkin

diperlukan untuk

memperbaiki sirkulasi

adekuat.

Kerusakan

integritas

kulit b/d

kerusakan

permukaan

kulit

sekunder

destruksi

Memumjukk

an

regenerasi

jaringan

Kriteria

hasil:

Mencapai

penyembuha

Kaji/catat ukuran, warna,

kedalaman luka,

perhatikan jaringan

nekrotik dan kondisi

sekitar luka.

Lakukan perawatan luka

bakar yang tepat dan

Memberikan informasi

dasar tentang kebutuhan

penanaman kulit dan

kemungkinan petunjuk

tentang sirkulasi pada

aera graft.

Menyiapkan jaringan

58

Page 59: MAKALAH combustio 2003

lapisan kulit. n tepat

waktu pada

area luka

bakar.

tindakan kontrol infeksi.

Pertahankan penutupan

luka sesuai indikasi.

Tinggikan area graft bila

mungkin/tepat.

Pertahankan posisi yang

diinginkan dan

imobilisasi area bila

diindikasikan.

Pertahankan balutan

diatas area graft baru

dan/atau sisi donor sesuai

indikasi.

Cuci sisi dengan sabun

ringan, cuci, dan minyaki

dengan krim, beberapa

waktu dalam sehari,

untuk penanaman dan

menurunkan resiko

infeksi/kegagalan kulit.

Kain nilon/membran

silikon mengandung

kolagen porcine peptida

yang melekat pada

permukaan luka sampai

lepasnya atau

mengelupas secara

spontan kulit

repitelisasi.

Menurunkan

pembengkakan

/membatasi resiko

pemisahan graft.

Gerakan jaringan

dibawah graft dapat

mengubah posisi yang

mempengaruhi

penyembuhan optimal.

Area mungkin ditutupi

59

Page 60: MAKALAH combustio 2003

setelah balutan dilepas

dan penyembuhan

selesai.

Lakukan program

kolaborasi :

- Siapkan / bantu

prosedur bedah/balutan

biologis.

oleh bahan dengan

permukaan tembus

pandang tak reaktif.

Kulit graft baru dan sisi

donor yang sembuh

memerlukan perawatan

khusus untuk

mempertahankan

kelenturan.

Graft kulit diambil dari

kulit orang itu

sendiri/orang lain untuk

penutupan sementara

pada luka bakar luas

sampai kulit orang itu

siap ditanam.

60

Page 61: MAKALAH combustio 2003

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang memerlukan

penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang

cukup tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena beberapa faktor

penderita, faktor pelayanan petugas, faktor fasilitas pelayanan dan faktor

cideranya. Untuk penanganan luka bakar perlu diketahui fase luka bakar,

penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar dan luas luka bakar. Pada

penanganan luka bakar seperti penanganan trauma yang lain ditangani secara

teliti dan sistematik. Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik-baiknya karena

pertolongan pertama kali sangat menentukan perjalanan penyakit ini.

61

Page 62: MAKALAH combustio 2003

DAFTAR PUSTAKA

1. M Sjaifudin Noer, 2006. Penanganan Luka Bakar. Airlangga University

Press

2. David S. Perdanakusuma, 2006. Penanganan Luka bakar. Airlangga

University Press

3. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit

Buku Kedokteran. EGC

4. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/ Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr.

Sutomo Surabaya. 2006

62