lembaran daerah kabupaten batang peraturan …portal.batangkab.go.id/jdih/perda/1_201004.pdf ·...

21
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2010 Nomor 4 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2010 Nomor 4 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan ketertiban kegiatan usaha perikanan di wilayah Kabupaten Batang agar berhasil guna dan berdaya guna, maka diperlukan keterpaduan peranan pemerintah daerah dengan

Upload: buibao

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2010 Nomor 4 9

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG

NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2010 Nomor 4 9

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG

NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATANG,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan ketertiban kegiatan usaha perikanan

di wilayah Kabupaten Batang agar berhasil guna dan berdaya guna, maka diperlukan keterpaduan

peranan pemerintah daerah dengan

Page 2: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

masyarakat dalam penyelenggaraan usaha perikanan;

b. bahwa untuk tertibnya dalam penyelenggaraan usaha perikanan, diperlukan pengaturannya dalam

bentuk izin usaha perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana huruf a tersebut, maka perlu menentapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Usaha

Perikanan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah

Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2757);

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 10 Tahun

2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4400); 5. Undang-undang Nomor 31 Tahun

2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 118, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Page 3: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4438); 8. Undang-undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan

Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan

Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4230);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

14. Peraturan Daerah Kabupaten Batang

Nomor 2 Tahun 2005 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2005 Nomor 2 Seri E Nomor 1);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok-

pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E

Nomor 1);

Page 4: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

16. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah Kabupaten Batang (Lembaran

Daerah Kabupaten Batang Tahun 2008 Nomor 3 Seri D Nomor 2).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG

dan

BUPATI BATANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Batang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Batang.

3. Bupati adalah Bupati Batang.

4. Dinas adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang.

6. Perikanan adalah kegiatan yang berhubungan dengan

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi,

pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

7. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh

atau sebagian dari siklus hidupnya berada dalam lingkungan perairan.

8. Usaha Perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau

membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.

9. Perusahaan Perikanan adalah perusahaan yang melakukan usaha perikanan dan dilakukan oleh

warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.

10. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau

daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana

pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

11. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

12. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk

memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara

Page 5: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,

mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

13. Pembudidaya ikan adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan. 14. Pembudidaya ikan kecil adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

15. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk

memelihara, membesarkan dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan

terkontrol. 16. Pengumpulan dan pengangkutan ikan adalah

kegiatan mengumpulkan hasil perikanan dan mengangkut hasil perikanan dari tempat pelelangan ikan maupun tempat produksi hasil perikanan ke

tempat pemasaran dengan menggunakan alat pengangkutan darat.

17. Pengolahan ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan dari bahan baku ikan sampai menjadi produk akhir untuk konsumsi manusia.

18. Produk perikanan adalah setiap bentuk produk pangan yang berupa ikan utuh atau produk yang

mengandung bagian ikan, termasuk produk yang sudah diolah dengan cara apapun yang berbahan baku utama ikan.

19. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan

penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkatan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan

penelitian/eksplorasi perikanan.

20. Perairan Umum adalah sungai, danau, waduk dan genangan air lainnya yang ada di wilayah Kabupaten

Batang. 21. Kapal Penangkap Ikan adalah kapal yang secara

khusus dipergunakan untuk menangkap ikan

termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkan yang berukuran tidak lebih dari

10 (sepuluh) Gross Tonnage (GT). 22. Kapal Pengangkut Ikan adalah kapal yang secara

khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan

termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan dan mengawetkan yang berukuran tidak lebih dari 10

(sepuluh) Gross Tonnage (GT). 23. Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya

disingkat SIUP adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana produksi

yang tercantum dalam izin tersebut. 24. Surat Izin Penangkapan Ikan yang selanjutnya

disingkat SIPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari SIUP. 25. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan yang selanjutnya

disingkat SIKPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan ikan.

26. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi atas jasa izin usaha perikanan yang diberikan.

27. Surat Pemberitahuan Tagihan Retribusi Daerah yang

selanjutnya disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan

Page 6: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku. 28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya

disingkat SKRD adalah surat keputusan yang

menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.

29. SKRD Jabatan adalah surat keputusan yang diterbitkan oleh pejabat dalam hal wajib retribusi tidak memenuhi SPTRD.

30. SKRD tambahan adalah surat keputusan yang diterbitkan oleh pejabat dalam hal ditemukan data

baru atau data yang semula belum terungkap dalam pemeriksaan.

31. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa

bunga dan/atau denda. 32. Surat Setoran Retribusi Daerah adalah surat yang

digunakan oleh wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi terhutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang

ditetapkan oleh Bupati. 33. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang

selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan memutuskan besarnya retribusi yang terhutang.

34. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat

keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terhutang atau tidak

seharusnya terhutang.

35. Perhitungan Retribusi adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh wajib retribusi baik

pokok retribusi, maupun sanksi administrasi. 36. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya

kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi

sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang

ditentukan. 37. Utang retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi

atas nama wajib retribusi yang tercantum pada

STRD, SKRDKB atau SKRDLB yang belum kadaluawrsa dan retribusi lainnya yang terhutang.

38. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain

yang dipersamakan, SKRDKB dan SKRDLB yang diajukan wajib retribusi.

39. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk

mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan

kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

40. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang diajukan oleh

Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

PERIZINAN USAHA PERIKANAN

Pasal 2

Page 7: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

(1) Setiap orang atau badan yang melakukan usaha perikanan di wilayah Kabupaten Batang wajib

memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) yang dikeluarkan oleh Bupati.

(2) Kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), tidak berlaku bagi nelayan skala kecil dan/atau pembudidaya ikan skala kecil.

Pasal 3

Setiap orang atau badan yang memiliki dan/atau

mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera Indonesia, berukuran 5 GT sampai dengan 10 GT dan berpangkalan di wilayah kabupaten serta tidak

menggunakan modal asing dan atau tenaga kerja asing, yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan di

wilayah pengelolaan perikanan kabupaten wajib memiliki Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) yang dikeuarkan oleh Bupati.

Pasal 4

Setiap orang atau badan yang memiliki dan/atau

mengoperasikan kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia berukuran 5 GT sampai dengan 10 GT dan

berpangkalan di wilayah kabupaten serta tidak menggunakan modal asing dan atau tenaga kerja asing, di wilayah pengelolaan perikanan Kabupaten Batang wajib

memiliki Surat Ijin Kapal Pengakutan Ikan (SIKPI) yang dikeluarkan oleh Bupati.

BAB III

RUANG LINGKUP DAN JENIS PERIZINAN USAHA

PERIKANAN

Pasal 5

(1) Usaha perikanan meliputi : a. Perikanan tangkap;

b. Pembudidayaan ikan. (2) Perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a meliputi : a. Penangkapan ikan; b. Pengangkutan ikan.

(3) Pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. Pembudidayaan ikan di air tawar; b. Pembudidayaan ikan di air payau; dan atau c. Pembudidayaan ikan di perairan umum.

d. Pengolahan ikan.

Pasal 6

(1) Pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) meliputi kegiatan pembenihan,

pembesaran ikan. (2) Usaha pembenihan dan pembesaran ikan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan secara terpisah maupun terpadu.

Pasal 7

Jenis perizinan Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 meliptui : a. SIUP dan SIPI untuk penangkapan ikan;

b. SIUP dan SIKPI untuk usaha kapal pengangkut ikan; c. SIUP untuk usaha pembudidayaan ikan.

BAB IV

PERSYARATAN IZIN USAHA PERIKANAN

Page 8: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

Bagian Pertama Surat Izin Usaha Bidang Perikanan Tangkap

Pasal 8

Untuk memperoleh izin usaha perikanan tangkap

permohonannya diajukan oleh pemohon kepada Bupati dengan melampirkan : a. rencana usaha atau proposal rencana usaha perikanan

tangkap terpadu; b. fotocopy akta pendirian perusahaan berbadan hukum /

koperasi yang menyebutkan bidang usaha perikanan yang telah disahkan oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang pengesahan badan

hukum / koperasi; c. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

penanggungjawab perusahaan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

d. pas foto berwarna terbaru pemilik kapal atau

penangungjawab perusahaan, sebanyak 2 (dua) lembar ukuran 4 x 6 cm;

e. surat keterangan domisili usaha, dan f. speciment tanda tangan pemilik kapal atau

penanggungjawab perusahaan.

Bagian Kedua

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)

Pasal 9

Untuk memperoleh SIPI, permohonannya diajukan oleh pemohon kepada Bupati dengan melampirkan : a. fotocopy SIUP;

b. fotocopy Tanda Pendaftaran Kapal (grosse akte) atau Buku Kapal yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang, atau dalam hal tidak ada pengesahan dari pejabat yang berwenang, melampirkan fotocopy tanda

pendaftaran kapal atau buku kapal perikanan dengan menunjukkan aslinya;

c. rekomendasi hasil pemeriksaan fisik dan dokumen

kapal dari pejabat yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal yang dibuat dari hasil pemeriksaan oleh petugas

pemeriksa fisik kapal; d. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

penanggungjawab perusahaan sebagaimana tersebut

dalam SIUP yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

e. fotocopy risalah lelang atau jual beli yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang, bagi kapal

yang diperoleh melalui lelang; dan f. rekomendasi dari asosiasi atau organisasi di bidang

perikanan tangkap setempat yang terdaftar di

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Bagian Ketiga Surat Izin Pembudidayaan Ikan

Pasal 10

Untuk memperoleh Izin Usaha Pembudidayaan Ikan, permohonannya diajukan oleh pemohon kepada Bupati

dengan melampirkan : a. rencana usaha, dengan bentuk dan format yang telah

ditetapkan;

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. fotocopy akte pendirian perusahaan terbatas (PT),

koperasi berbadan hukum yang menyebut bidang usaha budidaya;

d. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggungjawab perusahaan;

Page 9: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

e. analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) bagi usaha pembudidayaan ikan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan f. izin gangguan (HO) bagi usaha pengolahan ikan; g. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bupati.

BAB V

KEWAJIBAN PEMEGANG SIUP, SIPI, DAN SIKPI

Pasal 11

(1) Pemegang SIUP berkewajiban : a. melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam

SIUP;

b. memohon persetujuan tertulis kepada Bupati dalam hal akan memindahtangankan SIUP-nya;

c. mengajukan permohonan perubahan SIUP kepada Bupati dalam hal akan melakukan perubahan rencana usaha atau rencana perluasan usaha;

d. mengajukan permohonan penggantian SIUP dalam hal SIUP hilang atau rusak; dan

e. menyampaikan laporan kegiatan usaha setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Bupati.

(2) Pemegang SIPI berkewajiban :

a. melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam SIPI;

b. mengajukan permohonan perubahan atau penggantian SIPI kepada Bupati dalam hal akan melakukan perubahan data yang tercantum dalam

SIPI; c. mengajukan permohonan penggantian SIPI dalam

hal SIPI hilang atau rusak; dan d. menyampaikan laporan kegiatan penangkapan

setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati;

e. mematuhi ketentuan-ketentuan di bidang pengawasan perikanan serta pembinaan dan

pengawasan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

(3) Pemegang SIKPI berkewajiban :

a. melaksanakan ketentuan yang tercantumn dalam SIKPI;

b. mengajukan permohonan perubahan atau penggantian SIKPI kepada Bupati dalam hal akan melakukan perubahan data yang tercantum dalam

SIKPI; c. mengajukan permohonan penggantian SIKPI

dalam hal SIKPI hilang atau rusak; dan d. menyampaikan laporan kegiatan penangkapan

setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati; e. mematuhi ketentuan-ketentuan di bidang

pengawasan perikanan serta pembinaan dan

pengawasan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

Pasal 12

(1) Bentuk dan format SIUP, SIPI dan SIKPI sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme, persyaratan dan tata cara penerbitan SIUP, SIPI dan SIKPI akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB VI

MASA BERLAKUNYA IZIN

Pasal 13

Page 10: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

(1) SIUP bagi perusahaan perikanan berlaku 30 (tiga puluh) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka

waktu yang sama dengan ketentuan : a. Bidang Penangkapan Ikan berlaku selama usaha

tersebut masih berjalan dan wajib didaftar ulang

setiap 3 (tiga) tahun. b. SIPI berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat

diperpanjang oleh pemberi izin untuk jangka waktu yang sama dan wajib didaftar ulang setiap 1 (satu) tahun.

c. SIKPI berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang oleh pemberi izin untuk jangka

waktu yang sama dan wajib didaftar ulang setiap 1 (satu) tahun.

d. Bidang pembudidayaan ikan masih berlaku selama perusahaan perikanan budidaya yang bersangkutan masih melakukan kegiatan usaha

pembudidayaan ikan sebagaimana tercantum dalam SIUP dan wajib didaftar ulang setiap 3

(tiga) tahun. (2) Daftar ulang SIPI dan SIKPI sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c dan d, dituangkan dalam

bentuk Surat Tanda Bukti Lunas.

Pasal 14

Izin dinyatakan tidak berlaku apabila : a. Izin diserahkan kembali kepada pemberi izin; b. Perusahaan perikanan dinyatakan pailit;

c. Perusahaan perikanan menghentikan usahanya; atau d. Dicabut oleh pemberi izin.

BAB VII

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 15

Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut retribusi atas jasa pelayanan penerbitan izin usaha

perikanan.

Pasal 16

(1) Objek retribusi adalah setiap pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan

yang tidak menggunakan tenaga kerja asing, meliputi :

a. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP); b. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI);

c. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI). (2) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan kapal perikanan yang berukuran kurang dari 5 GT

dan lebih dari 10 GT. b. Kegiatan usaha pembudidayaan ikan yang

dilakukan oleh pembudidaya ikan kecil dengan

luas lahan atau perairan tertentu yaitu : 1. Usaha pembudidayaan ikan di air tawar :

a) pembenihan dengan areal lahan tidak lebih dari 0,75 hektar;

b) pembesaran dengsn areal lahan :

- Kolam air tenang tidak lebih dari 2 (dua) hektar;

- kolam air deras tidak lebih dari 5 (lima) unit dengan ketentuan 1 unit = 100 m2;

- keramba jaring apung tidak lebih dari 4

(empat) dengan ketentuan 1 (satu) unit = 4 x (7 x 7 x 2,5 m3);

Page 11: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

- Keramba tidak lebih dari 50 (lima puluh) unit dengan ketentuan 1 (satu) unit = 4

x 2 x 1,5 m3; 2. Usaha pembudidayaan ikan di air payau : a) pembenihan dengan areal lahan tidak lebih

dari 0,5 hektar; b) pembesaran dengan areal lahan tidak lebih

dari 5 (lima) hektar; 3. Usaha pembudidayaan ikan di laut : a) pembenihan dengan areal lahan tidak lebih

dari 0,5 hektar; b) pembesaran :

1) ikan bersirip : - Kerapu Bebek/Tikus dengan

menggunakan tidak lebih dari 2 (dua) unit keramba jaring apung dengan ketentuan 1 unit = 4 kantong

ukuran 3 x 3 x 3 m3/kantong, kepadatan antara 300-500 ekor per

kantong. - Kerapu lainnya dengan

menggunakan tidak lebih dari 4

(empat) unit keramba jaring apung dengan ketentuan 1 unit = 4 kantong

ukuran 3 x 3 x 3 m3/kantong, kepadatan antara 300-500 ekor per kantong.

- Kakap Putih dan Baronang serta ikan lainnya dengan menggunakan tidak

lebih dari 10 (sepuluh) unit keramba jaring apung dengan ketentuan 1 unit = 4 kantong ukuran 3 x 3 x 3

m3/kantong, kepadatan antara 300-500 ekor per kantong.

2) Rumput laut dengan menggunakan metode :

- Lepas dasar tidak lebih dari 8 (delapan) unit dengan ketentuan 1 unit berukuran 100 x 5 m2.

- Rakit apung tidak lebih dari 20 (dua puluh) unit dengan ketentuan 1 unit

= 20 rakit, 1 rakit berukuran 5 x 2,5 m2.

- Long Line tidak lebih dari 2 (dua)

unit dengan ketentuan 1 unit berukuran 1 (satu) ha.

3) Teripang dengan menggunakan tidak lebih dari 5 (lima) unit teknologi

kurungan pagar (penculture) dengan luas 400 (empat ratus) m2/unit.

4) Kerang Hijau dengan menggunakan :

- Rakit apung 30 unit dengan ketentuan 1 unit = 4 x 4 m2.

- Rakit tancap 30 unit dengan ketentuan 1 unit = 4 x 4 m2.

- Long line 10 unit ukuran 100 meter.

5) Abalone dengan menggunakan : - Kurungan pagar (penculture) 30 unit

dengan ketentuan 1 unit = 10 x 2 x 0,5 m3.

- Keranba jaring apung (5 mm) 60 unit

dengan ketentuan berukuran 1 x 1 x 1 m3.

Pasal 17

Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang

telah memperoleh izin usaha perikanan.

Page 12: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

BAB VIII GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 18

Retribusi Izin Usaha Perikanan termasuk golongan

retribusi perizinan tertentu.

BAB IX

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 19

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan besarnya tingkat usaha, jenis dan sifat usaha.

BAB X

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR

DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 20

Prinsip dan sasaran penetapan besarnya tarif retribusi adalah untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya

operasional penyelenggaraan izin usaha perikanan yang meliputi :

a. biaya penerbitan dokumen izin; b. biaya administrasi / penatausahaan; c. biaya pembinaan, pengaturan, pengendalian,

pengawasan, dan penegakan hukum guna melindungi kepentingan dan ketertiban umum.

BAB XI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 21

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis izin usaha perikanan yang

diberikan. (2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB XII

WILAYAH PUNGUTAN

Pasal 22

Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah daerah tempat izin diberikan.

BAB XIII MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 23

(1) Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu yang

merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dari pemerintah daerah

sebagaimana dimaksuid dalam Pasal 13. (2) Retribusi terhutang adalah pada saat ditetapkannya

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIV

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 24

Page 13: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XV

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 25

(1) Retribusi disetorkan pada Kas Daerah selambat-lambatnya 1 hari kerja atau tempat lain yang

ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus

disetorkan ke kas daerah selambat-lambatnya 1 hari kerja jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

Pasal 26

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) harus dilakukan secara tunai dan lunas.

(2) Setiap pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tanda bukti pembayaran dan

dicatat dalam buku penerimaan. (3) Tanda bukti pembayaran dan bentuk, isi, kualitas

maupun ukuran buku penerimaan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Dinas.

BAB XVI

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 27

(1) Retribusi yang terutang ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain

yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari

sejak jatuh tempo pembayaran. (3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal

Surat Teguran atau Surat Penagihan atau surat lain

yang sejenis wajib retribusi harus melunasi retribusi terhutang.

(4) Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

Pasal 28

Bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan

penagihan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, ditetapkan oleh Kepala Dinas.

BAB XVII

KADALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 29

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi

kadaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali

jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

Page 14: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :

a. diterbitkan surat teguran; atau b. ada pengakuan utang dari wajib retribusi baik

langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a maka kadaluwarsa

penagihan dihitung sejak diterimanya surat teguran. (4) Pengakuan utang retribusi secara langsung

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat

diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan

oleh wajib retribusi.

Pasal 30

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Penghapusan piutang retribusi yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah

kadaluawrsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 31

(1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen)

setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau

kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluruhnya disetor ke Kas Daerah.

BAB XIX PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN DAN

PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 32

(1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi dalam hal tertentu atas pokok retribusi dan/atau sanksinya.

(2) Pemberian keringanan dan pengurangan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan

memperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Pemberian pembebasan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), antara lain di berikan

kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam. (4) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan

pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XX

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 33

(1) SKPD yang melakukan pemungutan retribusi dapat

diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Page 15: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XXI KETENTUAN PIDANA

Pasal 34

Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan

pasal 2, pasal 3, dan pasal 4 dipidana sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Pasal 35

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan

kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini, sehingga merugikan keuangan

daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali dari jumlah retribusi yang harus dibayar.

(2) Apabila tindak pidana dilakukan oleh suatu badan maka disamping ancaman pidana tersebut ayat (1),

dapat dikenakan pembekuan izin usaha perikanannya.

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat(2) adalah pelanggaran.

BAB XXII KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 36

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai

penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan

tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih

lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan

mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang-orang pribadi atau badan sehubungan dengan

tindak pidana di bidang retribusi daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan

dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak

pidana di bidang retribusi daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan

bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi

daerah; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang

meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa

Page 16: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya

dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut

Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini

sepanjang mengenai teknis pelaksanannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 38

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Batang.

Ditetapkan di Batang

Pada tanggal 29 Januari 2010

BUPATI BATANG

ttd

BAMBANG BINTORO

Diundangkan di Batang Pada tanggal 14 Oktober 2010

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BATANG

ttd

SUSILO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2010 NOMOR 4

KEPALA BAGIAN HUKUMSETDA KABUPATEN BATANG

ttd

Pembina Tingkat INIP 19650803 199210 1 001

AGUS JAELANI MURSIDI, SH.,M.Hum

Salinan sesuai dengan aslinya,

Page 17: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG

NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa pemanfaatan sumber daya ikan

diarahkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dalam memanfaatkan sumber daya ikan tersebut senantiasa wajib menjaga

kelestariannya. Dengan demikian pengusahaan sumber daya ikan harus seimbang dengan daya

dukungnya sehingga dapat memberikan manfaat secara terus menerus dan lestari. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan adalah

dengan dilakukannya pengendalian usaha perikanan melalui perizinan.

Perizinan selain berfungsi sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya ikan, juga berfungsi untuk membina usaha perikanan dan

memberi kepastian usaha perikanan, baik perorangan maupun badan diberikan kemudahan

berupa berlakunya izin usaha perikanan selama perusahaan masih beroperasi. Hal ini bukan berarti memberi keleluasaan bagi pengusaha, terutama

penangkapan ikan untuk memanfaatkan sumber daya ikan tanpa kendali, akan tetapi pengendalian

tetap dilakukan dengan melalui penentuan jangka waktu tertentu beroperasinya kapal yang dikaitkan

dengan ketersediaannya sumber daya ikan.

Selanjutnya dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan untuk memperoleh

manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan, maka pemerintah Kabupaten Batang perlu melakukan

pembinaan, pemberdayaan, perlindungan, pengawasan, dan pengendalian melalui perizinan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah junto Undang-undang

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, maka dipandang perlu mengatur Perizinan dan Retribusi Izin Usaha

Perikanan di kabupaten Batang dengan Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan nelayan skala kecil

adalah nelayan yang menggunakan kapal berukuran kurang dari 5 GT.

Yang dimaksud dengan pembudidaya ikan

skala kecil adalah pembudidaya ikan yang produksinya kurang dari 50.000 (lima puluh

ribu) ekor benih per bulan. Pasal 3

Cukup jelas. Pasal 4

PENJELASAN

Page 18: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

Cukup jelas. Pasal 5

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 6 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.

Pasal 8 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 9 Cukup jelas.

Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11

Cukup jelas. Pasal 12

Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 15

Cukup jelas. Pasal 16

Cukup jelas. Pasal 17

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas.

Pasal 19 Cukup jelas.

Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21

Cukup jelas. Pasal 22

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 23

Page 19: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Saat retribusi terutang ditetapkannya SKRD

dalam arti SKRD diberikan kepada wajib retribusi.

Pasal 24 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tidak dapat

diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat

diserahkan pada pihak ketiga. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 25 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 26 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 27 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 28 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 29

Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas.

Pasal 31 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 32 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 35

Page 20: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37

Cukup jelas. Pasal 38

Cukup jelas.

LAMPIRAN I : Peraturan Daerah Kabupaten Batang

Nomor : 4 Tahun2010 Tanggal : 29 Januari 2010

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

Jenis Usaha Kapasitas/

Ukuran

Besarnya

Retribusi

Usaha Penangkapan Ikan

1. SIUP penangkapan ikan

2. SIPI

a. Alat tangkap : mini

purse seine dan

yang sejenisnya

b. Alat tangkap : gill

net, rawai dasar

dan (khusus

cantrang hanya

perpanjangan tidak

menerbitkan izin

baru)

c. Alat tangkap

lainnya : (trammel

net, bubu, dsb)

5-7 GT

8-10 GT

5-7 GT

8-10 GT

5-7 GT

8-10 GT

5-7 GT

8-10 GT

Rp. 35.000

Rp. 50.000

Rp. 50.000/kapal

Rp. 75.000/kapal

Rp. 35.000/kapal

Rp. 50.000/kapal

Rp. 25.000/kapal

Rp. 35.000/kapal

Usaha kapal Pengangkut

Page 21: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …portal.batangkab.go.id/jdih/PERDA/1_201004.pdf · keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara . apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

Jenis Usaha Kapasitas/

Ukuran

Besarnya

Retribusi

Ikan

1. SIUP

2. SIKPI

5-7 GT

8-10 GT

5-7 GT

8-10 GT

Rp. 35.000

Rp. 50.000

Rp. 50.000/kapal

Rp. 75.000/kapal

Usaha Pembudidayaan

Ikan

SIUP

a. Pembudidayaan ikan

air payau

- Pembenihan

- Pembesaran

b. Perairan air tawar

dan perairan umum

- Pembenihan

- Pembesaran

50.000

ekor/bln

50.001-

100.000

ekor/bln

> 100.000

ekor/bln

Semi intensif

Intensif

50.000

ekor/bln

50.001-

100.000

ekor/bln

> 100.000

ekor/bln

Semi intensif

Rp. 50.000/3 thn

Rp. 100.000/3 thn

Rp. 150.000/3 thn

Rp. 100.000/3 thn

Rp. 200.000/3 thn

Rp. 50.000/3 thn

Rp. 100.000/3 thn

Rp. 150.000/3 thn

Rp. 100.000/3 thn

Jenis Usaha Kapasitas/

Ukuran

Besarnya

Retribusi

Intensif Rp. 200.000/3 thn

BUPATI BATANG

ttd

BAMBANG BINTORO