kabar jkpp

24

Upload: firkan-maulana

Post on 22-Jan-2018

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kabar JKPP
Page 2: Kabar JKPP

2

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

No.9, Feb 2005

Yang dapat kami KABARi !!

Penataan ruang dan manajemenkonflik: sebuah catatan atas proses diSanggau ...... 3

Penerapan Pemetaan Partisipatifdalam Proses Penyusunan RencanaTata Ruang ..... 6

Inisiatif Kolaborasi untuk ResolusiKonflik Ruang; Pelajaran daripengalaman “Rencana kerjasamaRAPP dan JKPP” ..... 19

Terbaru dari JKPP-Jawa…….. 21

DEWAN REDAKSI KABAR JKPP

Penanggung Jawab: Ita Natalia,Pemimpin Redaksi: Devi Anggraini,Redaktur: Ita Natalia, Kasmita Widodo,Devi Anggraini, A.H. Pramono.Distribusi: Risma. Tata Letak: Dodo.Alamat Redaksi : Jl. Arzimar III No.17Bogor 16152, Indonesia, Telp. 0251-379143, Fax.0251-379825, e-Mail:[email protected]

Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif(JKPP) berdiri pada bulan Mei 1996 diBogor. Penggagas berdirinya JKPPadalah berbagai NGO dan masyarakatadat yang memanfaatkan danmengembangkan pemetaan berbasismasyarakat sebagai salah satu alatpencapaian tujuannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan JKPP antaralain menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dan magang pemetaanpartisipatif, perluasan dan penyebaranide-ide pemetaan partisipatif,menyelenggarakan dialog-dialogkeruangan, melakukan kajian-kajiankeruangan, penerbitan dan melakukanaliansi dengan berbagai pihak yang aktifdalam gerakan-gerakan sumberdayaalam kerakyatan.

Kabar Redaksi

Pembaca yang budiman,

Senang kami bisa menemui pembaca kembali melaluiMedia Kabar JKPP ini, setelah lama terjadi kekosongandalam penerbitannya. Bukan berarti kita tidak salingmenyapa, banyak forum diskusi baik tatap muka maupunjarak jauh melalui email tetap berkomunikasi. Isu-isupemetaan dan tata ruang yang mendorong kedaulatan rakyatatas ruang terus digagas, ditulis, dibicarakan dandiimplementasikan dalam aktivitas gerakan setiap lembagapendukung dan oleh rakyat di tingkat basis.

Pergeseran waktu mendorong bergesernya isukeruangan di Indonesia. Perlahan tetapi memiliki nilai yangmenarik ketika isu pemetaan dan tata ruang oleh masyarakatmenjadi hal yang diperhatikan pemerintah daerah dibeberapa kabupaten di Indonesia serta perusahaan (privatesector). Para pendukung (NGO) terus melakukan kerjasamauntuk mendorong percepatan proses peran serta masyarakatdalam penataan ruang dan pengelolaan ruang hidupnya.

Kabar JKPP No.9, Februari 2005 ini menyampaikanbeberapa kabar tentang proses diskusi revisi tata ruang diKabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Ini dapat dimaknaisebagai peluang semua pihak untuk membicarakan tataruang kabupaten secara bersama, walau masih banyak hal-hal yang berbeda pendapat. Pada tulisan lain, dikemukaanbagaimana penerapan pemetaan partisipatif dalampenyusunan tata ruang kabupaten. Penulis pernah terlibatsebagai tenaga ahli dalam penyusunan tata ruangkabupaten, menyampaikan peluang penerapan pemetaanpartisipatif dalam penyusunan rencana tata ruangkabupaten. Dua tulisan terakhir, membicarakan beberaparencana inisiatif kolaborasi resolusi konflik ruang antaramasyarakat dengan pihak swasta, dan perkembanganterbaru dari JKPP Region Jawa.

Kami membuka segala saran dan kritik serta tulisanpara pembaca untuk memperkaya media ini. Selamatmembaca ! Terima kasih.

Redaktur

Page 3: Kabar JKPP

3

TATA RUANG SIAPA?

PADA awal Desember 2004 saya dan beberapa teman dari Seknas JKPP,WALHI dan PPSDAK Pancur Kasih menghadiri sebuah rangkaian kegiatandalam rangka revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenSanggau (Kalimantan Barat). Revisi diperlukan pemerintah kabupaten(pemkab) karena setengah dari kabupaten tersebut sudah menjadikabupaten sendiri yaitu Kabupaten Sekadau, yang dibentuk pada tahun2003. Selain itu pada tahun 2002 DPRD Kabupaten Sanggau telahmengesahkan Perda Kampung yang memberi otonomi lebih besar padakampung yang menjadi satuan sosio-politik masyarakat Dayak. Rekan-rekan penggiat dan beberapa organisasi rakyat (OR) yang tergabung dalamGerakan Rakyat untuk Pemberdayaan Kampung (GRPK) melihat revisiini sebagai momentum yang penting untuk bisa mempengaruhi prosesrevisi agar lebih berpihak pada kepentingan rakyat kecil, termasukmasyarakat Dayak. Karena itulah GRPK dan PPSDAK Pancur Kasihberusaha mengajak pemerintah kabupaten untuk bekerja samamelakukan revisi tersebut.

Kegiatan ini dimulai dengan kelompok diskusi terfokus (focus groupdiscussion - FGD) selama satu hari yang melibatkan wakil-wakil organisasirakyat anggota GRPK, pengurus GRPK, ditambah dengan rombongandari Seknas JKPP dan WALHI. Dengan dipandu oleh Abdon Nababan,yang sebelumnya telah beberapa kali memfasilitasi kegiatan GRPK,

PENATAAN RUANG DAN MANAJEMENKONFLIK: SEBUAH CATATAN ATASPROSES DI SANGGAUOleh : ALBERTUS HADI PRAMONO

Tampaknya bagimereka hak atas tanah

adalah sesuatu yangsangat nyata karena

berhubunganlangsung dengan

kehidupan mereka.Tanpa kejelasan hak

atas tanah merekatidak bisa berkebun,

meramu, berburu,mengumpulkan jenis-

jenis obat, dan lain-lain

Semiloka Tata Ruang Kabupaten Sanggau (dok.JKPP)

Page 4: Kabar JKPP

4

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

pertemuan di Wisma Tabor,Bodok, tersebut bertujuan untukmenyamakan pemahaman tentangkepentingan rakyat dalampenataan ruang dan membahasagenda-agenda kunci yangdibicarakan dalam semiloka diBalai Betomu yang berada ditengah kota Sanggau pada tiga hariberikutnya. FGD yang semulabanyak didominasi para penggiatOrnop akhirnya berlangsungcukup seru setelah para wakil ORmulai mengerti proses yang akanterjadi dalam penataan ruang.Semiloka yang diharapkan menjadiklimaks dari proses ini justrumenjadi anti klimaks.

Acara tiga hari yangmerupakan hasil kerja sama antaraGRPK dan Pemkab Sanggau dandibantu oleh PPSDAK PancurKasih, JKPP, dan DfID tersebutdimaksudkan sebagai forumpertukaran pendapat tentang revisitata ruang Sanggau dan bertujuanuntuk menghasilkan suatupersetujuan kerja sama antarapemkab dan organisasi-organisasinon-pemerintah yang hadir dalamproses revisi. Tujuan ini tidaktercapai karena tidak adanya wakil-wakil pemerintah kabupaten yangterlibat dalam seluruh prosessemiloka. Walaupun acara dibukaoleh Bupati Sanggau, namunpraktis tidak ada peserta dariPemkab Sanggau. Peserta darikalangan pemerintahan yangbertahan adalah wakil-wakil daribeberapa kecamatan, sementaradari wakil pemkab hanya dariKantor Pertanahan yang datangpada hari pertama sebagaipembicara. Akhirnya semiloka inimenjadi acara “rakyat,” karenapemkab yang diharapkan menjadi“mitra debat” tidak hadir.

Dari kedua pertemuantersebut ada beberapa catatanmenarik yang perlu disimak, danbisa dijadikan pelajaran bagisemua yang terlibat dalampenataan ruang.

Pada FGD menjadipemanasan bagi anggota-anggotadan mitra-mitra GRPK dalamproses penataan ruang ini munculhal yang menarik. Semula parapenggiat Ornop lebih banyakmemaparkan pendapatnya,sementara wakil-wakil OR lebihbanyak diam. Akhirnya salah satuwakil OR bertanya apa hubunganantara hak atas tanah dan penataanruang. Mulailah wakil-wakil ORlain bersuara. Rupanyakebanyakan dari mereka, kalautidak bisa dikatakan semua, tidakmengerti apa yang dimaksuddengan penataan ruang. Terkesanbahwa bagi mereka kata “penataanruang” adalah istilah akademis atauteknokratis yang tidak adakaitannya dengan kehidupanmereka.

Tampaknya bagi mereka hakatas tanah adalah sesuatu yangsangat nyata karena berhubunganlangsung dengan kehidupanmereka. Tanpa kejelasan hak atastanah mereka tidak bisa berkebun,meramu, berburu, mengumpulkanjenis-jenis obat, dan lain-lain.Sedangkan penataan ruang adalahsuatu istilah yang asing, danbahkan mungkin sesuatu yangabstrak. Fasilitator memberikanpenjelasan singkat dan sederhanaarti penataan ruang, tetapi jarakantara penataan ruang dengankehidupan mereka tetap terasa.Seperti kita tahu, penataan ruanglebih menekankan alokasi wilayahatas kepentingan ekonomis dan

ekologis, sementara wilayah bagipenduduk setempat juga bermaknaidentitas dan keterikatan merekadengan tempat hidup mereka.Perbedaan tersebut makinmengemuka dalam diskusi selamasemiloka yang dihadiri wakil-wakilpemerintah kabupaten.

Dalam pemaparan seorangwakil masyarakat dalam seminardan pembahasan pada lokakaryadua hari berikutnya beberapa wakilmasyarakat mengangkat masalahkonflik lahan dan sumber dayaalam yang mereka hadapi sehari-hari akibat munculnyaperkebunan, konsesi hutan danpertambangan di atas atau disekitar kampung mereka. Merekajuga bicara soal perubahanhubungan sosial dalam kampungmereka dan sulitnya merekamelakukan upacara-upacara adatyang biasa dilakukan di hutan,ladang atau sungai di wilayahkampung mereka setelahmasuknya pengaruh perusahaan-perusahaan tersebut ke dalamwilayah mereka. Jelaslah bagimasyarakat wilayah bukan semata-mata punya nilai ekonomis danekologis, tetapi punya keterikatanyang kompleks dengan kehidupanmereka.

Di lain pihak dari paparanwakil pemerintah, RTRW yangmasih berlaku dan dokumen-dokumen pemerintah lainnyadalam proses revisi ini sangat kuatterasa bahwa bagi pemerintahpenataan ruang adalah persoalanalokasi lahan dalam wilayahkabupaten berdasarkan fungsiekonomis dan ekologisnya dalambentuk permintakatan (zonasi),siapa yang bertanggung jawabuntuk mengkoordinasi dan

Page 5: Kabar JKPP

5

TATA RUANG SIAPA?

melakukannya, dan dari manaanggarannya. Jadi penataan ruanglebih menjadi persoalan teknis danbirokratis. Sayangnya para pesertatidak bisa lebih banyak belajarlebih jauh tentang pandanganpemerintah kabupaten atasperencanaan ruang, karenaketidakhadiran wakil-wakil merekadalam lokakarya. Walaupun begitukita bisa merasakan perbedaanmendasar antara masyarakat lokaldan pemerintah dalam melihatwilayah yang sama.

Bagi pemerintah, dan paraperencana wilayah yang terlibatsecara teknis dalam pembuatanrencana tata ruang, wilayah dilihatdengan kacamata ilmiah dalambentuk informasi statistik,kesesuaian lahan, jaringanpelayanan, dan sejenisnya. Yangtersirat dalam cara pandang iniadalah bahwa wilayah dianggapsebagai sesuatu yang abstrak dantercerabut dari kehidupanmanusia. Manusia dan wilayahadalah obyek yang perlu diaturdalam wilayah yang abstraktersebut. Dalam literatur geografipendekatan demikian menjadikanwilayah sebagai ruang (space) yangdiabstraksi secara kuantitatif,seolah-olah wilayah itu hanyakumpulan angka-angka dalambidang yang terbagi-bagi menurutwilayah administrasi danfungsinya.

Sebaliknya, bagi masyarakatwilayah tersebut, khususnyakampung mereka, lebih darisekadar urusan penghidupan agarmemperoleh uang dari kegiatan-kegiatan ekonomi. Dalamkampung mereka memilikikompleksitas hubungan antarmanusia dan antara manusia

dengan lingkungan di sekitarnyadalam konteks sosial, budaya danekonomi. Masyarakat mempunyaihubungan emisional yang kayadengan kampung mereka. Jadi bisadikatakan bahwa kampungbermakna sebagai tempat hidup(place). Secara pribadi pejabatpemerintah sangat mungkin jugamenganggap kampung sebagaitempat hidup mereka, namunkepentingan negara yang mencariruang bisa membuat merekatercerabut dari tempat hidupmereka.

Agar kelangsungan tempathidup tetap terjamin maka dalamFGD muncul usulan untukmembuat suatu kawasantambahan dalam RTRW kabupatenyaitu kawasan otonomi kampung.Hal ini berkaitan dengan telahdisahkannya Perda KabupatenSanggau No. 4 tahun 2002 tentangPemerintahan Kampung. Dengandemikian usulan tersebut bertujuandua: menjamin tempat hidup bagimasyarakat dan memperkuatfungsi otonomi kampung.

Pelajaran kedua yang dipetikadalah tentang ketidakhadiran parapejabat pemkab dalam semiloka diSanggau ini. Panitia semiloka yangadalah para penggiat GRPKberusaha menghadirkan parapejabat, tetapi berakhir dengantanpa hasil yang diharapkan.Dalam evaluasi singkat yangdilakukan setelah rangkaianpertemuan terasa bahwa bagirekan-rekan GRPK dan parapenggiat lainnya penataan ruangdianggap sebagai persoalan yangcenderung teknis karenaberhubungan dengan peta danberbagai analisis ilmiah. Anggapanini tidak sepenuhnya salah, namun

kurang lengkap. Memang berbagaiinformasi teknis tersebut sangatpenting, tetapi informasi tersebutadalah dasar untuk mengambilkeputusan. Pengambilankeputusan, seperti kita tahu, adalahpersoalan politik. Dengandemikian penataan ruang saratdengan kepentingan politik.

Seperti kita ketahui bersamakontrol dan akses ke suatu wilayahadalah sumber kekuatan dankekuasaan bagi semua pihak yangberkepentingan. Rakyat,pemerintah dan para pengusahasemua berkepentingan dan salingmemperebutkan sumberkekuasaan tersebut. Bahkan diantara masing-masing kelompoksering terjadi persaingan. Dengandemikian penataan ruang adalahmasalah politik.

Rasanya kesadaran danpemahaman tentang politikkeruangan demikian sudah ada diantara para penggiat. Namun sayaagak terkejut juga dengan kenaifanbahwa penataan ruang adalahsemata persoalan teknis. Mungkinkarena kebutuhan atas berbagaimacam bidang ilmu untukmenghasilkan informasi yangdibutuhkan dalam penataan ruangmenimbulkan kenaifan tersebut.Jadi sebaiknya kita jangan terjebakdalam rincian proses penataanruang dan isi tata ruangnya,sementara kita lengah dalammengamati penataan ruang secarakeseluruhan, terutama dalamkonteks relasi kuasa (power rela-tions) di antara pihak-pihak yangterlibat (baik antar maupun dalamkelompok).

Page 6: Kabar JKPP

6

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

PENERAPAN PEMETAAN PARTISIPATIFDALAM PROSES PENYUSUNAN RENCANATATA RUANG

PENDAHULUAN

ISTILAH peran serta masyarakat atau partisipasi dalam prosespembangunan di Indonesia semakin gencar diperbincangkan kesekiankalinya oleh berbagai kalangan ketika momentum era reformasi bergulir.Dengan adanya perubahan kehidupan sosial politik bernegara tersebut,upaya pelibatan masyarakat secara penuh dalam setiap aspek kegiatanpembangunan sangatlah penting diwujudkan, termasuk di dalamnyaadalah penataan ruang. Penataan ruang menyangkut seluruh aspekkehidupan sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam prosespembuatannya.

Salah satu bentuk pelaksanaan peran serta masyarakat dalampenataan ruang yang harus dipertimbangkan oleh berbagai kalanganadalah pemetaan partisipatif. Beberapa kelompok masyarakat dengandidampingi oleh LSM telah mulai mempraktekkan secara nyata peransertanya dalam penataan ruang melalui kegiatan pemetaan partisipatif.Kegiatan pemetaan partisipatif ini bergulir pertama kali pada kelompok-kelompok masyarakat adat di luar Pulau Jawa. Namun sekarang inikelompok masyarakat lainnya pun mulai menerapkan pemetaanpartisipatif seperti kelompok masyarakat petani dan juga kelompokmasyarakat adat di beberapa pelosok daerah Pulau Jawa.

Oleh : FIRKAN MAULANA, S.SOS, MT

Perencanaan tataruang dilakukan

denganmempertimbangkan

keserasian,keselarasan dan

keseimbangan fungsibudidaya dan fungsi

lindung, dimensiwaktu, teknologi dan

sosial budaya.

Abstrak

Penataan ruang di Indonesia menuntut adanyaperan serta dari masyarakat. Selama ini upayauntuk mewujudkan peran serta masyarakatdalam penataan ruang masih belummenemukan bentuknya. Padahal peran sertamasyarakat dalam penataan ruang sudahdiakomodasi dan diatur dalam peraturanperundang-undangan. Namun sayangnyapelaksanaan dari peraturan perundang-undangan tersebut masih menemukan banyakkendala. Pada saat ini, upaya masyarakatmemberikan peran sertanya dalam penataanruang sudah mulai bergulir, salah satunyamelalui kegiatan pemetaan partisipatif.Beberapa kelompok masyarakat (khususnyamasyarakat adat di luar Pulau Jawa) dengandidampingi oleh LSM telah mempraktekkanpemetaan partisipatif sebagai upaya nyataketerlibatan masyarakat dalam menata ruang.Kegiatan pemetaan partisipatif akanmemberikan arah yang jelas ketikakontribusinya ditujukan untuk mewujudkanpenataan ruang yang partisipatif.

Pengenalan GPS dalam proses pemetaan partisipatif di Desa Mekarsari-Kabupaten Lebak, Banten (dok. RMI)

Page 7: Kabar JKPP

7

TATA RUANG SIAPA?

Pada awalnya kegiatanpemetaan partisipatif merupakansuatu gerakan untuk mengorganisirmasyarakat dalam upayaperlawanan terhadap pihak-pihakyang selama ini telah mengabaikankeberadaan masyarakat untuk ikutserta mengelola dan menata ruangdi mana masyarakat itu bertempattinggal1. Selama beberapa waktuke belakang dalam prosespembangunan yang terjadi, posisisebagian besar masyarakat sangatlemah untuk ikut memberikansuaranya dalam penataan ruang.Era pemerintahan Orde Baru yangsentralistis dan otoriter tampaknyalebih memberikan peluang kepadasegolongan kecil masyarakat(pemodal besar) untukmempengaruhi arah penataanruang di Indonesia. Ironisnyaimplementasi penataan ruangdalam proses pembangunanselama ini diyakini tidakmanusiawi karena terbukti selaludiiringi oleh adanya pelanggaranHak Asasi Manusia (HAM)

Pada saat ini ketika otonomidaerah melalui upayadesentralisasi pemerintahan tengahdiwujudkan pelaksanaannya (yanghal tersebut ditandai denganbanyaknya kabupaten/kota ataupropinsi baru berdiri),sesungguhnya peluang dankesempatan keterlibatanmasyarakat dalam penataan ruangsangatlah terbuka lebar.Kabupaten/kota atau propinsi baruyang terbentuk akan selalumembuat Rencana Tata RuangWilayah (RTRW) sebagai arahanpelaksanaan programpembangunan, termasuk jugakabupaten/kota atau propinsi lama

akan selalu membuat RTRW.Peluang dan kesempatanmasyarakat untuk ikut terlibatdalam proses penyusunan tataruang tersebut bisa diwujudkanmelalui kegiatan pemetaanpartisipatif.

Kegiatan pemetaan partisipatifini mempunyai nilai strategispenting yaitu sebagai upayamasyarakat yang secara aktifmemberikan aspirasi, persepsi danpreferensinya dalam penataanruang. Singkatnya, kegiatanpemetaan partisipatif diharapkanakan mempengaruhi kebijakan tataruang suatu daerah. Pemerintahdaerah (kabupaten/kota) danDewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) biasanya akan me-legalisasi draft RTRW dalambentuk Peraturan Daerah (Perda)yang berdasar dari hasil penelitianyang telah dilakukan sebelumnya.Namun proses penelitian untukpenyusunan RTRW mempunyaibanyak kelemahan, yang salah satudi antaranya adalah rendahnyaakses masyarakat terhadap prosespenelitian tersebut. Berdasarkanhal tersebut maka kegiatanpemetaaan partisipatif bakalmempunyai peluang besar ikutterlibat dalam kegiatan penelitianyang biasanya secara teknisdilakukan oleh konsultanperencana yang ditetapkan olehinstansi yang berwenang.

Tulisan ini mengulas tentangupaya mensiasati penerapanpemetaan partisipatif dalam prosespenyusunan rencana tata ruang.Tulisan ini terbagi atas enambagian. Bagian pertamamerupakan pendahuluan yangmenjadi latar belakang penulisan.

Bagian kedua menjelaskan tentangperanan pemetaan partisipatif bagipenataan ruang. Bagian ketigamembahas tentang pengertian danwawasan penataan ruang. Bagiankeempat menguraikan tentangproses penyusunan rencana tataruang. Bagian kelima membahaskemungkinan penerapan kegiatanpemetaan partisipatif dalam prosespenyusunan rencana tata ruangdengan contoh kasus pada skalaruang tingkat kecamatan. Bagiankeenam menguraikan contohsukses penerapan peran sertamasyarakat dalam penataan ruang.Bagian ketujuh adalah kesimpulan.

PERANAN PEMETAANPARTISIPATIF BAGIPENATAAN RUANG

Sumber daya terutama sumberdaya alam berada pada ruangseperti yang dimaksud dalam UUNo. 24/1992 tentang PenataanRuang. Ruang merupakan wadahbagi manusia untuk melakukankegiatan hidupnya.Kegiatan hidupmanusia (termasuk di dalamnyakegiatan pembangunan) itumemanfaatkan sumber daya alam.Jadi dapat dikatakan bahwamanusia hidupnya sangatbergantung pada ruang, baik secaralangsung maupun tidak langsung.Pada dasarnya filosofi penataanruang adalah perencanaan,pemanfaatan dan pengendalianmengenai penggunaan lahan danaktivitas manusia yang berada diatas lahan tersebut.

Salah satu upaya mewujudkanpenataan ruang yang partisipatifadalah melalui kegiatan pemetaanpartisipatif. Pada dasarnya kegiatan

Page 8: Kabar JKPP

8

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

pemetaan partisipatif ini sangatkental dengan suasana prosespartisipasi dalam setiap tahapankegiatannya. Setiap wargakomunitas diberikan kesempatanuntuk membicarakan masalahsecara bersama-sama tentangkeadaan tempat mereka tinggaldan akhirnya membuat suatukeputusan mengenai rencana-rencana ke depan.

Secara konsepsional, berbagaitujuan pemetaan partisipatifsebetulnya dapat ditinjau dariempat sudut pandang, yaitu (1)pemetaan partisipatif sebagai suatuproses, (2) pemetaan partisipatifsebagai suatu metode, (3)pemetaan partisipatif sebagai suatuprogram dan (4) pemetaanpartisipatif sebagai suatu gerakan.Dalam konteks penataan ruang,maka pemetaan partisipatif dapatdipandang sebagai suatu metodeuntuk peningkatan peran sertamasyarakat dalam penataan ruang.Menurut Flavelle (1999), secaraumum tahapan kegiatan pemetaanpartisipatif yang benar-benarmelibatkan peran serta masyarakatterdiri atas beberapa tahapan, yaitu:

1) Memperkenalkan ide pemetaankepada masyarakat

2) Membuat kesepakatan denganmasyarakat. Pada tahap inidibicarakan tentang tujuanpemetaan, siapa yangberwenang terhadap peta yangdihasilkan, dsb.

3) Merencanakan kegiatanpemetaan bersama denganmasyarakat. Pada tahap inidibicarakan tentang informasiapa saja yang dipetakan, berapaluas areal yang dipetakan,

bagaimana mengorganisirpartisipasi masyarakat, kapankegiatan pemetaan akandilaksanakan, dsb.

4) Melakukan persiapan teknispemetaan.

5) Melakukan pelatihan pemetaankepada masyarakat

6) Memetakan secara partisipatifpengetahuan lokal. Pada tahapini dilakukan survey lapangan,membuat sketsa, survey tempat-tempat penting dengan GPS,survey kompas untukpemukiman, jalan dan yangpaling penting adalahmenggambarkan pengetahuanlokal pada peta dengan prosesyang partisipatif.

7) Membuat peta tema akhir

8) Memeriksa validasi peta

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peranan kegiatanpemetaan partisipatif bagi penataanruang bisa diringkas sebagaiberikut :

1. Untuk memberikan gambarantentang pola penggunaan lahanoleh masyarakat di suatu tempatyang mengikuti aktivitasperekonomian yang merekalakukan.

2. Untuk memberikan gambarana k t i v i t a s - a k t i v i t a sperekonomian masyarakat yangbertempat tinggal pada suatutempat tertentu.

3. Untuk mendapatkan informasiyang akurat dan detil mengenaikondisi lahan dan potensinyayang nantinya terkait denganprogram pembangunan yangakan dijalankan, yang tentunya

harus sesuai dengan kebutuhandan kepentingan masyarakat.

4. Untuk mengidentifikasirencana-rencana suatukelompok masyarakat yangbertempat tinggal di tempattertentu mengenaipengembangan wilayahmereka ke depannya nanti.

PENATAAN RUANG

Wawasan dan Pengertian

Penataan ruang padahakikatnya meliputi perencanaan,pemanfaatan dan pengendalianruang. Perencanaan tata ruangmengandung arti penataan segalasesuatu yang berada di dalamruang sebagai wadahpenyelenggaraan kehidupan. Didalam perencanaan tata ruangtercakup proses bagaimanamendistribusikan tindakanmanusia dan kegiatannya untukmencapai tujuan hidupnya.Perencanaan tata ruang dilakukandengan mempertimbangkankeserasian, keselarasan dankeseimbangan fungsi budidayadan fungsi lindung, dimensi waktu,teknologi dan sosial budaya. Selainitu mempertimbangkan pula aspekpengelolaan secara terpadusebagai sumber daya, fungsi danestetika lingkungan serta kualitaslingkungan ruang.

Perencanaan tata ruangmenghasilkan rencana tata ruang.Rencana tata ruang merupakanhasil dari suatu proses yangmengalokasikan obyek-obyek fisikdan aktivitas, yaitu :

1. Proses mengalokasikanaktivitas-aktivitas pada suatu

Page 9: Kabar JKPP

9

TATA RUANG SIAPA?

kawasan sesuai denganhubungan fungsional tertentu,yang akan ditentukan olehketersediaan sumber daya alamdan buatan serta kondisi fisik diwilayah tersebut.

2. Proses pengadaan ataupenyediaan fisik yangmenjawab kebutuhan akanruang bagi suatu aktivitas,seperti tempat bekerja,pemukiman, infrastruktur, dsb.Contoh; proses pengadaanjalan ialah faktor pendukungbagi proses pengalokasianaktivitas pada butir 1.

3. Proses pengadaan danpengalokasian tatanan ruang,kaitan antara bagian-bagianpermukaan bumi, tempatberbagai aktivitas dilakukandengan bagian atas ruang(udara) serta ke bagian dalamyang mengandung berbagaisumber daya.

Pemanfaatan ruang adalahusaha untuk memanifestasikanrencana tata ruang ke dalambentuk program-programpelaksanaan pembangunanbeserta pembiayaannya.Pemanfaatan ruang dilakukansecara bertahap sesuai jangkawaktu rencana tata ruang melaluiprogram pembangunan yangberkaitan dengan pemanfaatanruang oleh pemerintah danmasyarakat. Dalam pemanfaatanruang dikembangkan :

1. Pola pengelolaan tata gunatanah, tata guna air, tata gunaudara dan tata guna sumberdaya alam lainnya (hutan,perkebunan, pertambangan)sesuai dengan asas penataan

ruang yang ketentuannya diaturdengan Peraturan Pemerintah.

2. Perangkat yang bersifat insentifdan disinsentif denganmenghormati hak masyarakatsebagai warga negara.

Agar pemanfaatan ruangsesuai dengan rencana tata ruang,dilakukan pengendalian melaluipengawasan dan penertibanpemanfaatan ruang. Denganadanya kegiatan pengendalianpemanfaatan ruang, maka akandapat diketahui dan sekaligusdapat dihindarkan kemungkinanterjadinya penyimpangan fungsiruang yang tidak terkendali dantidak terarah sebagaimana yangtelah ditetapkan dalam rencana tataruang. Perangkat dalampengendalian pemanfaatan ruang,terdiri dari perijinan, pengawasandan penertiban.

Pengendalian pemanfaatanruang akan berlangsung secaraefektif dan efisien bilamana telahdidahului dengan perencanaan tataruang yang valid dan berkualitas.Sebaliknya rencana tata ruang yangtidak dipersiapkan dengan matangakan membuka peluang terjadinya

penyimpangan fungsi ruang danpada akhirnya akan menyulitkantercapainya tertib ruangsebagaimana telah ditetapkandalam rencana tata ruang. Kegiatanpengendalian pemanfaatan ruangakan berfungsi secara efektif danefisien bilamana didasarkan padasistem pengendalian yangmenyediakan informasi akurattentang adanya penyimpanganpemanfaatan ruang.

Dalam tata ruang dikenalistilah wilayah dan kawasan.Adapun pengertian wilayahadalah ruang yang merupakankesatuan geografis beserta segenapunsur terkait padanya yang batasdan sistemnya ditentukanberdasarkan aspek administratifdan atau aspek fungsional. Sedangkawasan adalah wilayah denganfungsi utama lindung ataubudidaya serta fungsi-fungsikhusus/tertentu. Secara diagramatispembagian kawasan dapat dilihatpada Gambar 1. Dalampembagiannya, ruang dibagimenjadi beberapa bagian menurutaspeknya:

o Berdasarkan aspek fungsi utama

Gambar 1. Diagramatis Pembagian Kawasan

Kawasan Perkotaan Kawasan Pedesaan

Kaw

asan

Bud

iday

aK

awas

anLi

ndun

g

Kawasan Tertentu

Batas Administrasi Propinsi, Kabupaten/kotaBatas Kawasan

Page 10: Kabar JKPP

10

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

kawasan, kawasan dibagimenjadi dua yaitu kawasanlindung dan kawasan budidaya.

o Berdasarkan aspek fungsi utamakawasan dan aspek kegiatan,meliputi kawasan perkotaan,kawasan pedesaan dankawasan tertentu.

o Berdasarkan administrasi, ruangterdiri dari ruang wilayahnasional, propinsi dankabupaten/kota.

Adapun pengertian beberapakawasan, yaitu sebagai berikut :

o Kawasan lindung adalahkawasan yang ditetapkandengan fungsi utamamelindungi kelestarianlingkungan hidup yangmencakup sumber daya alamdan sumber daya buatan.

o Kawasan budidaya adalahkawasan yang ditetapkandengan fungsi utama untukdibudidayakan atas dasarkondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber dayamanusia dan sumber dayabuatan.

o Kawasan tertentu adalahkawasan yang ditetapkan secaranasional mempunyai nilaistrategis yang penataanruangnya diprioritaskan.Contohnya adalah KawasanBopunjur (Bogor, Puncak,Cianjur) di wilayah PropinsiJawa Barat.

o Kawasan pedesaan adalahkawasan yang mempunyaikegiatan utama pertaniantermasuk pengelolaan sumber

daya alam dengan susunanfungsi kawasan sebagaipemukiman, pelayanan jasapemerintahan dan sosial sertakegiatan ekonomi.

Kaitan Antara PenataanRuang Dengan PenggunaanLahan

Potensi sumber dayapembangunan yang sangatberharga kita miliki adalah sumberdaya alam. Di setiap tempatpelosok Indonesia banyak terdapatsumber daya alam. Pemanfaatansumber daya alam dalam setiapproses pembangunan akan selaluberkaitan dengan penataan ruangyang didalamnya menyangkutpenggunaan lahan yang ada.Apakah sumber daya alam yangada akan digunakan untuk kegiatanperekonomian dalam sektorpertanian (pertanian lahan basahdan lahan kering, perkebunan ataukehutanan) ataukah penggunaanlahan untuk kegiatan lainnyaseperti sektor pertambangan,industri, bangunan dansebagainya. Pada prinsipnyapemanfaatan sumber daya alamyang ditunjukkan melalui polapenggunaan lahan tertentu akanselalu berhubungan denganaktivitas manusia. Setiappenggunaan lahan di suatu tempatharus direncanakan seksamamelalui penataan ruang agarpemanfaatannya bisa terusberkelanjutan dan mampumengakomodasi berbagai aktivitaspembangunan pada lokasi yangsesuai dengan peruntukkannyaserta meminimalkan konfllikkepentingan.

Penataan ruang mempunyaikedudukan yang sangat strategisdalam pembangunan nasionalkarena banyak aspeknyamencakup bidang lingkunganhidup dan pertanahan yang sangatterkait dengan aktivitas manusia.Sejak tahun 1992, kebijakanpenggunaan lahan (pertanahan) diIndonesia mulai coba diaturkembali melalui UU No. 24/1992tentang Penataan Ruang yangmenyatakan bahwa alokasi lahanbagi berbagai penggunaan lahanadalah bagian dari pemanfaatanruang. Menurut undang-undangtersebut, ruang adalah wadah bagiterselenggaranya suatu kegiatanyang dilakukan oleh manusiauntuk mencapai tingkat kehidupanyang lebih baik denganmemperhatikan aspek dayadukung wilayahnya.

Di dalam penataan ruang,berbagai sumber daya alam(agraria) ditata sebagai satukesatuan sistem lingkungan hidupyang memperhatikankeseimbangan antara satu bentukpemanfaatan terhadap bentukpemanfaatan yang lain. Dalamkonteks penataan ruang, makamanajemen lahan (pertanahan)memiliki kedudukan yang pentingkarena hampir setiap kegiatanpembangunan diselenggarakandalam areal lahan tertentu.Selanjutnya denganmempertimbangkan bahwakebutuhan akan tanah terusmeningkat, sementaraketersediaannya semakin lamajustru semakin berkurang, makapenerapan mekanisme pengaturanpemanfaatan tanah melaluiinstrumen penataan ruang ini perlu

Page 11: Kabar JKPP

11

TATA RUANG SIAPA?

ditingkatkan kualitasnya, baiksecara teori ataupun praktek.

Karakteristik Rencana TataRuang Wilayah Kabupaten

Pada bagian pembahasan ini akandiuraikan contoh dari produkpenataan ruang yaitu rencana tataruang wilayah kabupaten.Kedalaman RTRW kabupatenadalah penjabaran dari RTRWpropinsi. RTRW kabupaten sendirimasih perlu ditindaklanjuti denganpenyusunan rencana rinci tataruang yang meliputi rencana detiltata ruang (RDTR) suatu kawasan,rencana teknik ruang (RTR) danrencana umum tata ruangkecamatan (RUTR-K).

Dalam penyusunan RTRWkabupaten, ada kawasan yangsudah ditetapkan penggunaannyadi dalam RTRW nasional danRTRW propinsi. Dalam hal iniRTRW kabupaten harusmempedomani dan menjabar-kannya dalam bentuk strategipengelolaannya. Kabupaten masihmemiliki kewenangan menen-tukan penggunaan lahan untuklokasi yang tidak diatur secara tegasdan rinci dalam RTRW nasionaldan RTRW propinsi. Sebagaigambaran, berikut ini akandiuraikan karakteristik dari RTRWKabupaten yang pada dasarnyadapat dirinci berdasarkan substansiatau lingkup dari rencana yangdisusun, kandungan isi, sifat,manfaat dan penggunaan darirencana tersebut nantinya.

Substansi/Lingkup Rencana

• Tujuan dari penataan ruang

• Penjabaran struktur dan polaruang propinsi ke dalam : 1)struktur dan pola pemanfaatanruang daerah kabupaten/kota,2) rencana umum tata ruang, 3)pedoman pengendalianpemanfaatan ruang daerahkabupaten/kota

Isi

• Rencana pengelolaan kawasantertentu, lindung, budidaya,pedesaan dan perkotaan.

• Rencana sistem kegiatanpembangunan dan sistempemukiman pedesaan danperkotaan.

• Rencana sistem sarana danprasarana.

• Rencana penatagunaan tanah,air, udara, hutan, sumberdayamineral dan sumberdaya alamlainnya.

• Pedoman pemanfaatan ruang(sumberdaya alam) : tanah/lahan, air, udara, mineral, dansumberdaya lainnya sertaindikasi programpembangunan.

• Pedoman pengendalianpemanfaatan ruang(sumberdaya alam) :pengendalian penatagunaantanah/lahan, air, udara, hutan,mineral dan sumberdaya alamlainnya.

Sifat

• Dimensi waktu 10 tahun danditetapkan oleh PeraturanDaerah (perda).

• Memberikan gambaran

pemanfaatan ruang daerahkabupaten/kota bagi kegiatanperlindungan budidaya danpengembangan infrastrukturpendukung yang telahmemperhatikan sistempengembangan kegiatan.

• Acuan lokasi yangdimaksudkan menjaminadanya optimasi sinergi daneksternalitas antar kegiatanproduksi dan perlindunganlingkungan dan efisiensiinfrastruktur (rencana inidigunakan sebagai dasar prinsipinvestasi).

Manfaat

• Mewujudkan optimasi sinergidan eksternalitas kegiatanbudidaya, perlindunganlingkungan dan pemukimanserta efisiensi infrastrukturpendukung.

Penggunaan

• Sebagai pedoman untukpemanfaatan ruang daerahkabupaten/kota untukpengembangan kegiatanbudidaya, pemukiman danpengembangan infrastruktur.

• Sebagai dasar untuk menyusunprogram pembangunan didaerah kabupaten/kota.

• Sebagai dasar untuk pemberianizin prinsip, dengan asumsibahwa lokasi akan menjadioptimasi sinergi dan minimasieksternalitas antar kegiatanyang memanfaatkan ruang danefisiensi infrastrukturpendukung. Izin prinsip akan

Page 12: Kabar JKPP

12

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

digunakan investor untukmembuat rencana detail/siteplan yang kemudian menjadidasar pemberian izinbangunan.

• Pedoman untuk penyusunanrencana rinci, baik rencana rincikawasan perkotaan, pedesaanatau tertentu.

Instansi Pelaksana

Adapun instansi pelaksanapenataan ruang di tingkatkabupaten (lihat tabel 1) :

1. Bappeda Kabupaten

Instansi di tingkat kabupatenyang bertugasmengkoordinasikan penyiapanRTRW Kabupaten/Kota danpengendali struktur tata ruangwilayah Kabupaten/Kota.

2. Dinas Teknis Kabupaten

Instansi di tingkat kabupatenyang bertugas menanganipekerjaan teknis keruangansecara rinci baik baik penyiapanrencana rinci tata ruang

maupun pengendaliperuntukkan dan penggunaanlahan.

Peran Serta Masyarakatdalam Penataan Ruang

Dalam UU No. 24/1992sangat ditekankan pentingnyaindividu dalam penataan ruangdengan mengedepankan aspekhak dan kewajiban individu. UUini menjamin bahwa setiap orangberhak menikmati danmemperoleh manfaat ruang,mengetahui rencana tata ruang danberperan serta dalam penataanruang. Setiap orang juga berhakmendapat penggantian yang layakjika pelaksanaan pembangunanyang sesuai dengan rencana tataruang menyebabkan ia haruspindah tempat. Namun di sampingmemiliki hak-hak tadi, masyarakatjuga mempunyai kewajiban yaituwajib berperan serta dalammemelihara kualitas ruang danmentaati rencana tata ruang yangtelah ditetapkan.

Sementara itu pengertianperan serta masyarakat menurut PPNo. 69/1996 (lihat Bab I Pasal 1butir 11) adalah berbagai kegiatanmasyarakat, yang timbul ataskehendak dan keinginan sendiri ditengah masyarakat, untuk berminatdan bergerak dalampenyelenggaraan penataan ruang.Masyarakat dalam pengertian iniadalah orang seorang, kelompokorang, termasuk masyarakathukum adat atau badan hukum.Pengertian penyelenggaraanpenataan ruang di Indonesia berartimelakukan perencanaan tataruang, memanfaatkan ruang danmengendalikan pemanfaatanruang. Oleh karena itu di dalamkonsepsinya, peran sertamasyarakat diterapkan di semuatahapan tersebut, sehingga secarakonseptual perencana wilayah kota(penata ruang) bekerja bersama-sama dengan masyarakat disepanjang tugasnya, walaupun didalam perencanaan versi PP inimasyarakat tidak lebih dari sekedardimintai konsultasi saja (lihat anaktangga partisipasi Arnstein).

Instansi Kabupaten

Bappeda

Dinas Teknis

Tanggung Jawab Teknis Keruangan

Mengkoordinasikan penyiapan RencanaPola dan Struktur Tata Ruang

Mengendalikan struktur tata ruang

Menyiapkan rencana rinci tata ruang

Mengendalikan blok peruntukkan,tapak kawasan dan penggunaanbangunan

Produk

RTRW Kabupaten/Kota

Izin prinsip

- Rencana Detil Tata Ruang- Rencana Teknik Ruang

- Izin Site Plan- IMB

No.

1

2

Tabel 1. Pengaturan Tanggung Jawab Teknis Keruangan

Page 13: Kabar JKPP

13

TATA RUANG SIAPA?

Hak setiap orang dalampenataan ruang dapat diwujudkandalam bentuk bahwa setiap orangdapat melakukan usul,memberikan saran ataumengajukan keberatan kepadapemerintah dalam rangkapenataan ruang. Hak atas ruangyang dimiliki setiap orang iniadalah hak-hak yang diberikan ataspemanfaatan ruang daratan, ruanglautan dan ruang udara. Ada punkewajiban dalam memeliharakualitas ruang merupakanpencerminan rasa tanggung jawabsosial setiap orang terhadappemanfaatan ruang. Pengertianmemelihara kualitas ruangmencakup pula memeliharakualitas tata ruang yangdirencanakan. Pelaksanaankewajiban mentaati rencana tataruang dilakukan sesuaikemampuan tiap orang.

Penataan ruang dilakukansecara terbuka. Artinya setiap pihakdapat memperoleh keteranganmengenai produk perencanaantata ruang serta proses yangditempuh dalam penataan ruang,Dengan demikian jelas perlu adaketerbukaan (transparansi) tentangrencana tata ruang, sehingga setiaporang memahaminya, terutamadalam kaitan dengan kemungkinanlahannya (daerahnya) akan terkenapelaksanaan rencana tata ruangtersebut. Praktek spekulan lahanyang memanfaatkan ketidaktahuanmasyarakat mengenai rencana tataruang yang berdampak terhadap“direnggutnya” lahan milikmasyarakat tentunya dapat dicegahsejak awal.

Implikasi Penerapan PeranSerta Masyarakat TerhadapTeknis Penataan Ruang

Jika visi ke depan disepakatibahwa peran serta masyarakat akansemakin besar dalampembangunan, maka sudahsewajarnya mereka memperolehporsi yang cukup dalam ikutmenentukan tata ruang yang ditujubersama di masa mendatang.Dengan makin disadarinyapergeseran peran pemerintah dariprovider menjadi enabler, makasatu-satunya hal yang tetap harusmenjadi perhatian utamapemerintah adalah menjaga agarkepentingan masyarakat umummasih tetap dipakai sebagai tolakukur bersama.

Seperti telah diuraikan padabagian II.1, penataan ruang dibagimenjadi 3 (tiga) tahapan, yaitutahap merencana tata ruang,memanfaatkan ruang danmengendalikan pemanfaatanruang. Implikasi teknis yangmuncul dari pengakomodasiankegiatan peran serta masyarakattentu saja bakal ditemui pada setiapketiga tahapan tersebut. Tabel 2 dibawah ini menunjukkankemungkinan potensi kontribusiperan serta masyarakat di dalamproses penataan ruang.

Melihat dari potensi kontribusidi atas, maka implikasi teknisterhadap perencanaan tata ruangadalah sangat besar, terutamadalam skala ruang yang lebih kecil(RTRW Kawasan dan Kecamatan).Misalkan, jika proses merencanatata ruang dimulai dari perumusantujuan, pengumpulan dan analisisdata, pendefinisian alternatifkebijaksanaan, evaluasi alternatif

kebijaksanaan dan penentuankebijaksanaan, maka harusdiciptakan suatu wadah (forum,kelompok kerja atau sebagainya)di mana masyarakat secaralangsung dapat melibatkan diri danberperan serta aktif dalam tahapan-tahapan tersebut.

Di dalam penyusunan tataruang yang menyangkutkepentingan banyak orang,idealnya melibatkan seluruhkomponen masyarakat. Namundalam prakteknya hal tersebut sulitdiwujudkan karena masyarakathanya diwakili oleh orang-orangyang dikategorikan sebagai tokohmasyarakat. Kalau dipikir secararealistis, perencanaan yangmelibatkan masyarakat luas hanyamungkin terlaksana untuk wilayahyang kecil, misalnya lingkungandesa/kelurahan dan kecamatan.Untuk wilayah yang lebih luas,misalnya tingkat kabupaten ataukota, peran serta masyarakat hanyamungkin terlaksana dengan caramengundang tokoh-tokohmasyarakat yang berada di wilayahtersebut. Seringkali tokohmasyarakat hanya dilibatkan padadiskusi awal untuk memberikanmasukan dan pada diskusirancangan akhir untuk melihatapakah aspirasi masyarakat sudahtertampung atau belum.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka ada beberapapertanyaan harus dijawab :

• Siapa (pihak di masyarakat)yang harus dilibatkan danberperan serta aktif ?

• Kapan mereka harus mulaiterlibat ?

Page 14: Kabar JKPP

14

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

• Bagaimana bentuk pelaksanaanperan serta masyarakattersebut?

Pertanyaan pertama adalahuntuk membedakan atau memberipenekanan kepada kelompoksasaran di masyarakat yang palingperlu untuk dilibatkan. Hal ini akansangat menentukan bagaimana kitamenjawab pertanyaan kedua danterutama pertanyaan ketiga.

Namun demikian peluangketerlibatan masyarakat secaraumum harus tetap dibuka selebar-lebarnya. Perlu diingat juga bahwake depannya perlu adapembatasan hal-hal mana sertakegiatan-kegiatan mana yang dapatdipartisipasikan dan tidak dapatkarena merupakan hak otoritas daripemerintah pusat atau pemerintahdaerah.

Peluang keterlibatanmasyarakat dalam perencanaa TataRuang secara umum harus tetapdibuka selebar-lebarnya. Akantetapi perlu diingat juga bahwa kedepannya perlu ada pembatasanpada hal-hal apa saja serta kegiatan-kegiatan apa saja masyarakat dapatberpartisipasi, serta hal-hal apa sajayang tidak dapat diganggu gugatkarena merupakan hak otoritas daripemerintah pusat atau pemerintahdaerah.

PROSES PENYUSUNANRENCANA TATA RUANG

Jika diorientasikan padaproduk, maka setidaknya terdapattiga tahapan penyusunan rencana1tata ruang yang dilalui, yaitu :

1. penyusunan buku Laporan

Pendahuluan

2. penyusunan buku KompilasiData

3. penyusunan buku Analisis

4. penyusunan buku Rencana

Buku Laporan Pendahuluan,pada pokoknya berisikan tafsiranrinci yang disusun pihak PelaksanaPekerjaan (umumnya konsultan)terhadap TOR (Term of Reference)yang dikeluarkan pihak PemberiPekerjaan (umumnya Bappedaatau Dinas Teknis terkait). Dalamkasus pekerjaan penyusunanrencana tata ruang kecamatan,maka pihak pemberi pekerjaanadalah Bappeda Kabupaten(umumnya di setiap daerahmenjadi tanggung jawab Kepala

Perencanaan

Pemanfaatan

Pengendalian

Peninjauan kembalirencana

Proses teknis merencanaPenetapan rencanaPengesahan rencanaPenyuluhan danpemasyarakatan rencanaPenyusunan ProgramPenyusunan peraturanpelaksanaan rencana danperangkat insentif dandisinsentifPenyusunan danpengusulan program danproyekPelaksanaan program danproyekPerizinan rencanapembangunanPengawasanPenertiban

Nasional

YXXX

YX

Y

Y

X

XXY

Propinsi

YYXY

YY

+

+

X

YXY

Kabupaten/Kota

YYXY

XX

Y

+

Y

+X+

Kawasan

++YY

XX

Y

+

Y

YYY

Tingkatan Rencana Tata Ruang WilayahKegiatan

TahapanPenataan Ruang

Tabel 2. Kemungkinan Potensi Kontribusi Peran Serta Masyarakat Di Dalam Proses Penataan Ruang

Keterangan : Y = sedang, += tinggi, X = rendah

Page 15: Kabar JKPP

15

TATA RUANG SIAPA?

Bidang Fisik, Prasarana dan TataRuang).

Jika dikaitkan denganperwujudan peran sertamasyarakat dalam penataan ruang,maka substansi terpenting dalambuku Laporan Pendahuluan adalahmenyangkut metode-metode danpendekatan yang akan digunakandalam proses penyusunan rencanatata ruang. Bilamana di dalam TORdinyatakan bahwa prosespenyusunan tata ruangmensyaratkan adanya partisipasimasyarakat, maka seyogyanyapihak konsultan atau pemerintahharus bisa memberikan penjelasansecara rinci yang dapat dipahamibersama tentang hal tersebut.Penjelasan rinci diperlukanmengingat adanya keterbatasandan kesenjangan kapasitas skillpara pihak yang terlibat langsungatau tidak langsung dalam prosespenyusunan tata ruang.

Dalam penyusunan bukuKompilasi Data, sepertinyaketerlibatan masyarakat bisa lebihbanyak. Dalam buku ini disajikandata-data tentang objek rencanasuatu wilayah yang harus lengkap.Data-data yang ada sebaiknyaterdiri atas data-data kuantitatifyang berasal dari instansipemerintah dan data-data kualitatifyang berasal dari masyarakat.Selama ini seringkali produkRTRW yang dihasilkan sangatmiskin akan data kualitatif yangbiasanya memuat informasitentang kondisi nyata kehidupanmasyarakat dan keadaan suatudaerah yang menjadi subjek danobjek perencanaan.

Dalam penyusunan buku

Analisis, agak sulit bagi masyarakatuntuk ikut terlibat secara aktif danpenuh. Dengan adanyapersetujuan dari masyarakat, adabaiknya pada tahapan ini yangbanyak berperan adalah pihakkonsultan. Alasannya adalah padatahap analisis ini diperlukankapasitas skill denganmenggunakan metode akademistertentu untuk menganalisis data-data yang ada, seperti analisisekonomi, analisis kependudukan,analisis penggunaan lahan, analisissosial kemasyarakatan dansebagainya. Namun tidak menutupkemungkinan bisa saja melibatkanmasyarakat sesuai dengankapasitasnya masing-masingasalkan masukannya bersifat logis.Contohnya melibatkan tokohmasyarakat atau tetua kampunguntuk melakukan analisis sosialkemasyarakatan di daerahnya.

Pada tahap penyusunan bukuRencana, idealnya masyarakatmendapatkan kembali porsi yangmemadai karena pada tahap inidilakukan perumusan rencana.Dasar dari perumusan rencana iniadalah hasil analisis. Namun hasilanalisis ini mungkin saja melesetatau kurang tepat sehingga perlumendapatkan masukan ataumenampung usul, saran ataukeberatan dari pihak-pihak terkaityang berkepentingan, termasukmasyarakat yang bertempat tinggaldi lingkungan obyek wilayahperencanaan. Oleh karena itu padatahap perumusan rencana inipenting sekali menggelar berbagaipertemuan dengan pihak-pihakterkait tersebut untuk membahasusulan rumusan rencanaberdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan. Pertemuan-pertemuan tersebut bisa berbentukforum, diskusi atau sebagainya,tergantung dari tujuan dan hasilyang ingin diperoleh.

KEMUNGKINANPENERAPAN KEGIATANPEMETAANPARTISIPATIF DALAMPROSES PENYUSUNANRENCANA TATA RUANGTINGKAT KECAMATAN

Pada bahasan berikut ini hanyaakan difokuskan pada implikasiteknis peran serta masyarakatdalam tahap merencana tata ruangsaja yang menyangkut penyusunanbuku Kompilasi Data. Pembatasanbahasan ini bukan berartimeremehkan pelibatan masyarakatdalam penyusunan buku Analisadan Rencana, melainkan karenaadanya pertimbangan melihatsecara realistis kemungkinanpenerapannya di lapangan.

Pada dasarnya prosespenyusunan rencana tata ruanguntuk obyek apa pun tidak adabedanya, misalnya antarapenyusunan rencana tata ruangkecamatan, kabupaten, kota,kawasan tertentu dan seterusnya.Hanya saja dalam bahasan inidipilih kasus skala ruangkecamatan karena lingkupnya agakcocok dengan cakupan kegiatanpemetaan partisipatif yangbiasanya meliputi wilayahbeberapa desa. Dengan demikiandiharapkan dapat lebihmemudahkan untuk membahassiasat penerapannya dalam prosespenyusunan tata ruang.

Page 16: Kabar JKPP

16

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

Penataan ruang untuk wilayahtingkat kecamatan sebenarnyasudah dapat dilaksanakan (namunmasih jarang), biasanya disebutRencana Umum Tata RuangKecamatan (RUTR-K). Pihak yangberwenang dalam penyusunan tataruang ini adalah instansipemerintahan kabupaten, bukanaparat pemerintah dari kecamatanyang bersangkutan. Aparatkecamatan hanya sebagai pemberidata dan memberikan pendapatpada saat rencana itu didiskusikan.RUTR-K sebetulnya sudah cukupspasial dan setelah mendapatpersetujuan DPRD Kabupaten dandi-Perda-kan oleh Pemkab, makadapat digunakan dalam penentuanpemberian izin penggunaan lahan(lokasi) bagi para investor yangbergerak di berbagai bidang usaha(kehutanan, perkebunan,pertambangan dan sebagainya).

Buku Kompilasi Dataumumnya terdiri dari datasekunder dan primer, baik yangbersifat kuantitatif atau kualitatif.Selama ini pihak perencanawilayah dan kota selalumengandalkan pada datasekunder. Hal ini dikarenakandengan alasan bahwa perolehandata sekunder lebih praktis karenamudah didapatkan di instansi-instansi pemerintahan dan tidakmengeluarkan energi, biaya danwaktu yang banyak. Namun perludisadari bahwa data-data sekunderseringkali mempunyai banyakkelemahan, yang satu diantaranyayaitu tidak terdapat kedalamaninformasi karena datanya berupaderetan angka-angka saja(kuantitatif). Kelemahan ini bisaditutupi oleh data primer. Kalau

para perencana wilayah dan kotamenginginkan informasi yangmendalam tentang kondisi suatuwilayah beserta aktivitasmasyarakatnya, maka diwajibkanharus mendapatkan data-dataprimer yang bersifat kualitatif.

Dalam konteks penyusunanbuku Kompilasi Data tersebut,maka data-data primer yang bersifatkualitatif bisa didapatkan melaluikegiatan pemetaaan partisipatif.Jika hendak disusun RUTR-K, makadata-data yang dibutuhkanmempunyai ruang lingkup atasbeberapa desa di kecamatantersebut. Singkatnya data yangdibutuhkan akan menghasilkan 2(dua) produk utama, yaitu produkpeta tiap desa dengan berbagaitema dan hasil wawancara denganmasyarakat berupa aspirasi,persepsi dan preferensi tentangperencanaan tata ruang.

Untuk menghasilkan peta tiapdesa dengan berbagai tema, perludihitung alokasi waktu, tenaga danbiaya yang dibutuhkan. Lamakegiatan pemetaan partisipatif itusangat ditentukan oleh luaswilayah yang akan dipetakan,teknik pemetaan dan berapabanyak informasi tematik rinciyang diperlukan. Setiap wilayahdesa dalam suatu kecamatan pastimempunyai karakteristik tersendiriyang harus disesuaikan denganpenyediaan alokasi waktu, tenagadan biaya dalam melakukankegiatan pemetaan partisipatif.Tampaknya perlu ada eksperimenkhusus dalam pembuatan peta-peta tematik tiap desa pada suatukecamatan. Eksperimen khusustersebut merupakan ajangpembelajaran bagi semua pihak

yang terlibat.

Berkenaan dengan waktu,tenaga dan biaya yang dibutuhkantersebut, biasanya pihak instansipemberi pekerjaan dan konsultanpelaksana pekerjaan akan selaluberpegang pada prinsip “waktukerja yang singkat, biaya yangmurah dan tenaga yang efektif danefisien.” Tantangan buatmasyarakat adalah bagaimanamengorganisir dirinya agar bisamencapai mufakat dengan pihakinstansi dan konsultan terkaitdengan kecocokkan cara kerja diantara mereka. Namunsesungguhnya yang lebih pentinglagi adalah bagaimana masyarakat(tentunya dibantu oleh LSM) bisamembuat peta-peta tematik tiapdesa yang cukup meyakinkansehingga peta-peta tersebut bisaditerima oleh pihak konsultan daninstansi pemerintahan daerah.

Sementara itu data-data yangmenyangkut hasil wawancaradengan masyarakat berupaaspirasi, persepsi dan preferensiyang menyangkut perencanaantata ruang sebenarnya sudahtermasuk dalam tahapan kegiatanpemetaan partisipatif itu sendiri.Data-data tersebut bisa didapatkanpada tahapan memetakan secarapartisipatif pengetahuan lokal.Namun untuk kebutuhanperencanaan tata ruang, tidak sajapengetahuan lokal yang digalimelainkan data-data lainnya sepertidata kependudukan, aktivitasekonomi, penggunaan lahan dansebagainya. Sebagai contoh dalampengumpulan data kependudukan,lazimnya data kependudukan itudiperoleh secara sekunder keinstansi terkait. Namun bisa saja

Page 17: Kabar JKPP

17

TATA RUANG SIAPA?

data tersebut didapatkan secaraprimer untuk mengetahuikeakuratannya. Jadi data-datakependudukan sepertiketenagakerjaan, pendidikan,kelompok usia, kelamin danseterusnya bisa didapatkan dengancara sensus langsung kemasyarakat pada saat surveylapangan pemetaan dilakukan.

Selanjutnya untukmenghimpun informasi yangberupa aspirasi, persepsi danpreferensi masyarakat (dikaitkandengan UU Penataan Ruang,bahwa setiap orang berhakmengajukan usulan, memberi sa-ran dan keberatan), dapatdilakukan dengan cara diskusi-diskusi kelompok pada setiapkomunitas kampung di setiap desa.Dengan cara seperti itu, niscayakelengkapan data dan tingkatkeakuratan data lebih dapatdipertanggungjawabkan dalamproses penyusunan rencana tataruang. Namun cara ini mempunyaikelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihannya adalahjumlah peserta sedikit,pendalaman informasi cukupmemadai, cenderung terarah danfokus serta inklusif dari komunitasyang lebih luas. Kekurangannyaadalah memerlukan waktu yangpanjang dan biaya yang tidaksedikit.

Pada tingkat kecamatan bisadiadakan pertemuan kecamatanatau forum kecamatan dengantujuan yang hampir sama sepertidiskusi kelompok komunitastingkat desa. Namunpenyelenggaraannya perlu hati-hatikarena jumlah peserta yangbanyak, akan sulit untuk

mengarahkan pada isu-isu tertentusaja, cenderung mengesam-pingkan sektor-sektor tertentu darikomunitas, serta artikulasiperorangan dan kelompok-kelompok yang berkepentinganmungkin sangat dominan.Mungkin lebih realistis untukmembatasi jumlah peserta denganhanya memperkenankan utusan-utusan desa terpilih yang hadirdalam pertemuan itu.

CONTOH SUKSESPENERAPAN PERANSERTA MASYARAKATDALAM PENATAANRUANG

Pembahasan pada bagian inimenceritakan sukses keberhasilanpenerapan peran serta masyarakatdalam penataan ruang. Ceritasukses ini mungkin bisamenginspirasi bagi kegiatanpemetaan partisipatif untukmengujicobakan metodekegiatannya dalam prosespenyusunan rencana tata ruang.Cerita sukses ini tidak cukup detilpenjelasannya, namunsubstansinya sangat relevandengan upaya penerapan kegiatanpemetaan partisipatif dalam prosespenyusunan rencanan tata ruang ditingkat kecamatan.

Contoh sukes keberhasilanpenerapan peran serta masyarakatdalam penataan ruang bisaditemukan di Kabupaten Klaten diPropinsi Jawa Tengah (lihatSoewarno 1996, dalam Jamal1999). Masyarakat desa melaluiLembaga Ketahanan MasyarakatDesa (LKMD) bekerja sama dengan

konsultan yang bekerja padaBadan Pertanahan Nasional (BPN)Kabupaten Klaten berhasilmenyusun Pola Tata Ruang Desa(PRTD) skala 1:5000 yang berisiarahan penggunaan lahan bagipemukiman, pertanian, industridan jasa. PTRD ditetapkanmasyarakat dan disahkan olehBupati Klaten, sehingga adanyaperubahan PTRD harus seizinbupati. Keberadaan PTRD ternyatasangat berfungsi efektif dalammengendalikan alih fungsi lahanpertanian. Jika sebelum ada PTRDpada tahun 1988, tingkat konversilahan pertanian mencapai 350hektar, maka pada tahun 1993tingkat konversi menurun jadi 14hektar. PTRD memungkinkanmasyarakat di tingkat desamengontrol perizinan alih fungsilahan pertanian.

Keterlibatan masyarakat dalamproses perencanaan, pemanfaatandan pengendalian ruang akanmenghasilkan penggunaan lahanyang lebih efektif sehingga upayamencapai produktivitas lahansecara optimum dan lestari dapatterpenuhi. Pengalaman KabupatenKlaten menunjukkan salah satukeberhasilan mekanisme peranserta masyarakat yang terlibatsecara kritis dalam mengendalikanpenggunaan lahan. Mekanismeperan serta masyarakat melaluiperwakilan tiap desa diasumsikanakan mampu menjangkau secarafisik atau administratif setiaptahapan proses penataan ruang.Pelajaran yang bisa dipetik adalahperan serta masyarakat dalampenataan ruang harus dibarengidengan penguatan mekanismekelembagaan lokal masyarakat

Page 18: Kabar JKPP

18

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

setempat yang dapat berfungsiefektif dalam menjalankan rencanapemanfaatan dan pengendalianruang.

KESIMPULAN

Dalam Pasal 4 ayat 2 UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruangditegaskan, bahwa setiap orangberhak untuk mengetahui rencanatata ruang; berperan serta dalampenyusunan rencana tata ruang,pemanfaatan ruang danpengendalian pemanfaatan ruang;memperoleh penggantian yanglayak atas kondisi yang dialaminyasebagai akibat pelaksanaankegiatan pembangunan yangsesuai dengan rencana tata ruang.Dengan demikian prosesperencanaan tata ruang harusmelibatkan masyarakat secara aktif,yaitu masyarakat harus berperansebagai subjek perencanaan dalamsetiap kegiatan yang mencakuphampir keseluruhan prosespenyusunan rencana tata ruang.

Salah satu bentuk keterlibatanmasyarakat dalam prosespenyusunan rencana tata ruangyang paling sederhana adalah padatahap pengumpulan data, baikdata-data yang bersifat kuantitatifdan kualitatif. Data kuantitatif yangberupa angka-angka bisadidapatkan dengan cara surveylapangan berbentuk sensus. Datakualitatif yang berupa tafsiran darisuatu pendapat bisa didapatkandengan cara survey lapanganberbentuk wawancara mendalamdan juga melakukan diskusi-diskusidan pertemuan denganmasyarakat. Data kualitatif

dibutuhkan untuk mendapatkanaspirasi, persepsi dan preferensimasyarakat terhadap penataanruang di wilayahnya. Padadasarnya data-data yang diperolehadalah untuk dapatmenggambarkan kondisi saat inidan mengidentifikasi persoalanyang dihadapi suatu wilayah.

Pada tahap pengumpulan datatersebut, bisa diujicobakanpendekatan kegiatan pemetaanpartisipatif. Produk yang pentingdari kegiatan pemetaan partisipatifbagi proses penyusunan rencanatata ruang adalah adalah peta-petatematik setiap desa di suatukecamatan dan data-data dasarsetiap desa yang menyangkutkependudukan, fisik lingkungan,perekonomian, sosial kema-syarakatan, penggunaan lahan dansebagainya. Selain itu data-datayang menyangkut aspirasi, persepsidan preferensi masyarakat tentangperencanaan tata ruang didaerahnya merupakan data-datayang bisa juga didapatkan melaluikegiatan pemetaan partisipatif padasetiap pertemuan-pertemuankomunitas desa.

Dengan menerapkan peranserta masyarakat dalam prosespenyusunan rencana tata ruangmelalui kegiatan pemetaanpartisipatif, pada gilirannya akanmempengaruhi terhadap hasilakhir rencana tata ruang itu sendiri.Paling tidak, hasil akhirnya akanlebih dapat dipertanggungjawab-kan segi penerimaannya (accept-ability), karena prosesnyamelibatkan secara langsung baikmasyarakat maupun pihak terkaitlainnya di wilayah kecamatan yangmenjadi obyek perencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arnstein, Shirley. A Ladder of CitizenParticipation, dalam The Journal ofThe American Institute of Planners,Vol. 35, No. 4, July 1969

Friedmann, J. Planning in The PublicDomain: From Knowledge to Ac-tion, Princeton, Princeton Univer-sity Press, USA, 1987.

Flavelle, Alex. Panduan PemetaanBerbasis Masyarakat (terjemahan).Jaringan Kerja PemetaanPartisipatif (JKPP), Bogor, 2001.

Harman, Beny dkk. (eds). PluralismeHukum Pertanahan danKumpulan Kasus Pertanahan.Yayasan Lembaga BantuanHukum Indonesia (YLBHI), Jakarta,1996.

Jamal, E. Analisis Ekonomi danKelembagaan Alih Fungsi LahanSawah ke Penggunaan Non-Pertanian di KabupatenKarawang. Tesis MagisterPerencanaan Wilayah dan DesaProgram Pascasarjana IPB Bogor,1999.

Topatimasang, Roem. PemetaanSebagai Alat PengorganisasianMasyarakat: Sejarah dan PolitikSengketa Sumberdaya Alam danHak-Hak Kawasan MasyarakatAdat di Maluku, dalam PengakuanHak Atas Sumberdaya Alam karyaTon Dietz, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 1998.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun1992 tentang Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah Nomor 69Tahun 1996 tentang PelaksanaanHak dan Kewajiban, serta Bentukdan Tata Cara Peran SertaMasyarakat dalam PenataanRuang.

Page 19: Kabar JKPP

19

TATA RUANG SIAPA?

AKHIR-akhir ini Private Sector terutama untuk industri Kehutananmengalami tekanan yang cukup kuat dari pasar terutama pasarInternasional. Cukup banyak konsumen internasional yang mulaimempertanyakan kinerja produsennya terutama dalam kaitannya denganaspek lingkungan dan HAM. Kuatnya kampanye internasional yangmenyoalkan kebijakan perusahaan industri skala besar dalam halpencemaran lingkungan dan HAM menyebabkan terjadi keputusanboikot oleh beberapa konsumen terutama di Jepang dan Eropa. Buruknyakinerja dalam pengelolaan lingkungan dan kemanusiaan menyebabkankonflik antara masyarakat dan perusahaan semakin meruncing hampirdi seluruh areal konsesi. Tidak ada jaminan terhadap keamanan berusahabaik itu masyarakat ataupun perusahaan, masyarakat menjadi semakinterusik hak hidup dan wilayah kelolanya serta mahalnya ongkos sosialyang harus dibayar atas berbagai penyelesaian kasus tersebut. Membuatpersoalan ini perlu mendapatkan jalan keluar.

Mengamati fenomena tersebut, Multistakeholder Forestry Program(MFP) yang menjadi salah satu program kerjasama multipihak antaradepartemen Kehutanan Republik Indonesia dan pemerintah Inggris(DFID) merespon inisiatif ini dengan membuka ruang untukmendiskusikan bagaimana konflik ruang tersebut dapat dicarikan jalankeluar melalui Pemetaan Partisipatif. MFP merasa bahwa PemetaanPartisipatif dapat digunakan sebagai salah satu alat Resolusi Konflik.Diskusi menggulirkan ide untuk menjajaki kemungkinan Kolaborasi danmembangun pemahaman bersama ini dikomunikasikan kepada RiauAndalan Pulp & Paper (RAPP) dan Sekretariat Nasional JKPP di Bogor.

JKPP yang secara strategis hendak menempatkan diri sebagai JaringanKerja yang responsif terhadap persoalan-persoalan keruangan dan mampumemfasilitasi “shared learning” untuk komunikasi ruang dengan berbagaipihak dengan merespon inisiatif kolaborasi ini. Untuk meresponpermintaan tersebut, Sekretariat Nasional JKPP merasa perlu untukmendiskusikan substansinya lebih lanjut kepada anggota JKPP baikmelalui milis anggota via jaringan internet maupun berdiskusi secaralangsung, terutama dengan anggota jaringan yang berasal dari Riau.

INISIATIF KOLABORASI UNTUK RESOLUSI KONFLIK RUANG;

PELAJARAN DARIPENGALAMAN “RENCANAKERJASAMA RAPP DAN JKPP”

Pada dasarnya,wacana pemetaan

partisipatif sebagaimedia komunikasi

untuk persoalanruang mulai bergulirdi antara private sec-

tor terutama industri-industri kehutanan

Oleh : ITA NATALIA DAN DEVI ANGGRAINI

Page 20: Kabar JKPP

20

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

Atas inisiatif ini, pada bulanDesember 2004, SekNas bertemudengan beberapa organisasi nonpemerintah (ornop) di Riaubertempat di kantor YayasanHakiki. Hadir dalam pertemuantersebut adalah Yayasan Hakiki/Fasilitator Regional, Kaliptra,WALHI Riau, WWF Riau,JIKALAHARI dan AliansiMasyarakat Adat Riau (AMAR).

Pertemuan ini merekomenda-sikan beberapa prasyarat yangharus dipenuhi oleh RAPP yaitu;

1. RAPP harus mampumenjelaskan apa tujuan dariresolusi konflik tersebut

2. RAPP harus menjelaskan Proto-col/SOP konflik dan;

3. Setuju bahwa RAPP tidakmemiliki Otoritas terhadapkeputusan-keputusan strategismengenai proses dan hasil PP

Hasil diskusi ini akan dibawadalam pertemuan pertama parapihak di Jakarta pada tanggal 5-6Januari 2005.

Sebagai informasi, pada saatyang bersamaan RAPP jugamemfasilitasi Training Resolusikonflik untuk staff sebagai upayalain memperbaiki kinerjaperusahaannya. Training tersebutdifasilitasi oleh LATIN. Padakesempatan training resolusikonflik Sekretariat Nasional JKPPdiundang sebagai salah satunarasumber yang diminta untukmempersentasikan tentangpemetaan partisipatif.

Menyanggupi inisiatif untukmembuat sesi diskusi yangterfokus, Sekretariat Nasionalkemudian membantu upaya-upaya

komunikasi berbagai pihak untukpertemuan multipihak tersebut,yang sedianya akan dilaksanakanpada tanggal 5-6 Januari 2005 dikantor WWF Jakarta.

Sampai dengan tenggat waktuyang disepakati antara JKPP danMFP yaitu tanggal 22 Desember2004, RAPP tidak memberikanrespon positif terhadap inisiatifpertemuan tersebut, kemudiankami mendapat informasi melaluiemail dari RAPP (Mr. Munoz)bahwa pada akhirnya RAPPmemutuskan lebih mempriori-taskan pada peningkatan kapasitasstaff untuk resolusi konflik danbelum menggunakan PemetaanPartisipatif sebagai alatpenyelesaian persoalan persoalankeruangan, maka pertemuan itudiputuskan dibatalkan oleh JKPPSeknas.

Pada saat yang hampirbersamaan inisiatif untukmemahami pemetaan partisipatifjuga datang dari APP (Asia Pulp andPaper) yang membawahi IndahKiat Pulp Paper. Mr. John Caseysebagai perwakilan dari APPmelakukan upaya yang sama untukmembangun komunikasi yanglebih baik dengan LSM danmasyarakat. JKPP menjadi pihakyang di minta untuk memfasilitasiShared learning PemetaanPartisipatif kepada APP. Secaraprinsip JKPP kembali menjelaskantentang apa itu pemetaanpartisipatif dan prinsip-prinsipkerjanya. Hingga saat ini belumada tindak lanjut dari komunikasidengan APP.

Pelajaran yang dapat kitaperoleh dari inisiatif-inisiatif iniadalah:

1. Menjadi penting bagi JKPPmenjelaskan secara terbukakepada para pihak tentangprinsip-prinsip pemetaanpartisipatif

2. Pada dasarnya, wacanapemetaan partisipatif sebagaimedia komunikasi untukpersoalan ruang mulai bergulirdi antara private sector terutamaindustri-industri kehutanan.

3. Keinginan untuk memperbaikikinerja lingkungan dan HAMcukup terbangun di pihakperusahaan seperti RAPP danAPP karena tekanan pasarinternasional, akan tetapikeberanian mengambil resikoatas dampak pemetaan belumcukup kuat

4. Kekuatan kelompok utamayaitu organisasi masyarakat adatyang solid menjadi penentuutama keputusan berkolaborasiatau tidak dengan pihakperusahaan (private sectors)karena masyarakat adat yangharus memegang kendali atasproses negosiasi.

Kami menduga, keinginta-huan tentang Pemetaan Partisipatifakan terus berkembang di berbagaipihak, sehingga kerja-kerjapengorganisasian yang menyiap-kan organisasi masyarakat yangsolid akan mampu merespon halini secara positif.

Page 21: Kabar JKPP

21

TATA RUANG SIAPA?

PEMBENTUKAN JKPP-JAWA

JARINGAN Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP)-Jawalahir pada tahun 1999 sebagai salah satu region yangdiprakarsai pada pertemuan Forum Anggota (FA) JKPPdi Lembah Nusa, Bogor. Inisiatif ini merupakan salahsatu cara “perpanjangan tangan” JKPP untukmempercepat terwujudnya misi yang diemban yaknimempercepat Tegaknya Kedaulatan Rakyat atasRuang.

Lima tahun kepengurusan JKPP-Jawa baru sajadilalui. Pentingnya posisi dan peran yang harus‘dimainkan’ oleh JKPP-Jawa guna mendukunggerakan keruangan menjadi mandat yang sampai saatini masih tetap dijaga. Oleh karenanya, upayamelakukan pengembangan dan inovasi strategi punmasih terus dilakukan.

Sebagai bahan refleksi dan evaluasi, perubahan-perubahan harus selalu dihadapi dan dilakukan.Pertemuan Forum Region Jawa yang diselenggarakan

pada tanggal 27-28 Nopember 2004 ini merupakan salah satu mediaalternative menuju perubahan-perubahan yang terjadi. Pertemuan yangdilangsungkan selama dua hari dan dihadiri sebanyak 14 orang peserta(individu dan lembaga) telah membahas agenda kegiatan, struktur kerjadan kepengurusan baru untuk periode 2004-2005.

JKPP JAWA DAN GAWEAN-NYA

Pada tanggal 27-28 Nopember 2004, bertempat di Sekretariat, JKPPRegion Jawa telah mengadakan Pertemuan Forum Region yangmelahirkan agenda kegiatan, struktur kerja dan kepengurusan baru untukperiode 2004-2005 serta penambahan anggota JKPP Region Jawa.Pertemuan tersebut dihadiri oleh 14 orang peserta, baik yang hadirsebagai individu maupun sebagai utusan lembaga.

Terbaru dari JKPP-Jawa……..Oleh : IMAM HANAFI

Tiap-tiap simpullayanan telah

membuat agendakerja ke depan serta

bentuk-bentuklayanan yang akan

diberikan sesuaikapasitas dan

kemampuan masing-masing

Page 22: Kabar JKPP

22

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

Hasil pertemuan tersebut salahsatunya adalah penambahanKomite Strategi dan simpul-simpullayanan dalam struktur JKPP Jawa.Gagasan Komite Strategi inidimunculkan untuk mengawal alurgerakan pemetaan partisipatif baiksecara substansi, orientasi, teknisdan strategi ke depan dalamkonteks gerakan advokasi danperencanaan ruang. KomiteStrategi merupakan instrumenpenting yang diharapkan dapatberkontribusi dalam percepatan,efektivitas dan pengembangangerakan pemetaan partisipatif danissue keruangan di pulau Jawa.Sementara itu, Simpul-simpulLayanan adalah merupakan kontakperson di tiap-tiap daerah di pulaujawa yang berperan sebagai pusat-pusat pengembangan danpelayanan teknis bagi kerja-kerjapemetaan partisipatif sesuaikonteks lokal.

Tiap-tiap simpul layanan telahmembuat agenda kerja ke depanserta bentuk-bentuk layanan yangakan diberikan sesuai kapasitas dankemampuan masing-masing.Harapannya, selain adanyakejelasan agenda ke depan, tiapsimpul layanan juga mempunyaiplatform yang jelas terhadapbentuk layanan yang akandiberikan. Di samping kegiatanyang disusun dan dikembangkandi tingkat simpul layanan,hubungan kerja antar simpul jugadapat dimanfaatkan sebagai arenabelajar dan saling membantu.Sehingga dengan demikian, semuaagenda kerja sekretariat regionJKPP Jawa merupakan agenda kerjayang muncul dari tingkat simpullayanan selain agenda tahunan

JKPP Jawa yang telah diatur didalam statuta lembaga. Dari hasilForum Region JKPP Jawa, telahterbentuk 2 simpul layanan yangsudah menyatakan siap untukberproses, yaitu simpul SAHUL(Salak, Halimun dan Ujung Kulon)dan simpul PRIANGAN.

Berangkat dari hasilpertemuan JKPP Region Jawa, dibeberapa wilayah sepertiWonosobo (diinisiasi oleh JKPM)dan Jember (wilayah Tapal Kudayang diinisiasi oleh SD_Inpers) jugasedang mempersiapkan untukmembentuk simpul layanan

FORUM REGION

KOORDINATORREGION

KOMITESTRATEGI

Simpul Layanan Simpul Layanan Simpul Layanan

FORMAT STRUKTUR KERJA PERIODE KEPENGURUSAN 2004-2005,FA JKPP REGION JAWA

Koordinator JKPP Region Jawa :Imam Hanafi

Komite Strategi :1. Restu Achmaliadi2. Abdon Nababan

3. A. Hadi Pramono4. Boy Mochran5. Joko Waluyo

Anggota JKPP Region Jawa:1. Restu achmaliadi

2. Imam Hanafi3. Indra Agustiani

4. Habibudin5. Idham Kurniawan

6. Hilma S7. Asikin

8. Joko Waluyo9. Loggena Ginting

10. Abdon Nababan11. Rozak12. Harma

13. Bambang14. Herdi15. Diyan16. Ariansyah Madjid (Mumu)17. Fepy Ahmad S (Igho)18. A. Hadi Pramono (Monti)19. Ahmad Baehaqi20. Wawan21. YP2AS22. Yapemas23. Yayasan PUTER24. LATIN25. RMI26. Telapak27. Lembaga Studi Desa Untuk Petani (SdInpers)28. RACA Institute29. Serikat Petani Pasundan (SPP)30. Persatuan Perjuangan Rakyat TaniSubang (PPRTS)31. Sekretariat Bina Desa32. JKPM

Page 23: Kabar JKPP

23

TATA RUANG SIAPA?

pemetaan. Inisiasi simpul layananpemetaan ini dilakukan dalamrangka mempercepat danmemudahkan akses pelayananterhadap komunitas yangmembutuhkan peta sebagai alatadvokasi dan perencanaan ruang.Dengan adanya simpul-simpullayanan ini, diharapkan bagi tiap-tiap komunitas yang inginmelakukan proses pemetaan dapatberkoordinasi langsung dengansimpul-simpul terdekat asalkansudah ada kejelasan tentangtujuan, manfaat dan pentingnyapemetaan.

KEANGGOTAAN

Setiap orang dan lembaga bisamenjadi anggota JKPP Jawa,dengan catatan mendapatrekomendasi dari (paling sedikit) 2orang atau 2 lembaga anggotaJKPP. Proses rekruitmenkeanggotaan JKPP Jawa dilakukandalam pertemuan Forum Regionsetiap 3 tahun . Secarakeanggotaan, JKPP Region Jawa

SEKRETARIATNASIONAL JKPP

KOMITESTRATEGI

KONSULTASI,KOMUNIKASI DAN

KOORDINASI

FASILITASI,INFORMASI DAN

KOORDINASIJKPP REGION JAWA

SIMPUL LAYANAN

PENGAJUAN JENISFASLITASI,

KOMUNIKASI DANINFORMASI

PROSES FASILITASIAGENDA PP

{

{

masih terdiri dari individu danlembaga. Sampai pada periodekepengurusan 2004-2005, tercatatjumlah keanggotaan JKPP RegionJawa secara individu sebanyak 20orang yang terdiri dari 2 orangperempuan dan 18 orang laki-lakiserta anggota kelembagaansebanyak 12 lembaga yang terdiridari 2 organisasi rakyat dan 10Lembaga Swadaya Masyarakat.

Simpul, bentuk layanan danketersediaan alat:

Mengingat keterbatasansarana dan prasarana yang dimilikisekretariat JKPP Region jawa, makadalam menjalankan fungsinya,sekretariat JKPP Region Jawamenerapkan pola hubungan yangfleksibel dengan tiap-tiap simpul

maupun antar Simpul Layanan,khususnya dalam memfasilitasikerja-kerja pemetaan. SekretariatJKPP Region Jawa sampai saat inihanya bisa memfasilitasi alat danfasilitator pemetaan sebagai salahsatu bentuk dukungan terhadapkerja-kerja pemetaan di tiap-tiapsimpul layanan. Selanjutnya tiap-tiap simpul dapat mengembangkankapasitasnya sesuai kebutuhan ditingkat lokal.

AGENDA KERJA JKPPREGION JAWA

Secara garis besar, agenda kerjaJKPP Jawa dalam satu tahun kedepan adalah dalam rangkapeningkatan kapasitas layananJKPP bagi komunitas yangmembutuhkan peta. Agenda kerjaini merupakan agenda yangdisusun secara bersama olehanggota JKPP Jawa. Diharapkandalam implemetasinya akanmelibatkan secara aktif anggota

Page 24: Kabar JKPP

24

KABAR JKPP NO. 9, FEBRUARI 2005

JKPP Jawa serta masyarakat di tiap-tiap wilayah. Secara garis besaragenda kegiatan JKPP Region Jawake depan adalah :1. Identifikasi daerah-daerah

yang sudah melakukanpemetaan (data base)

2. Pengadaan kelengkapan alatpemetaan di tiap simpul

3. Pembuatan Manual PemetaanPartisipatif berbentuk audio vi-sual dan buku

4. Pembuatan Film dokumentasiproses Pemetaan Partisipatif

5. Seminar dan LokakaryaTentang Pemetaan Partisipatifdan Ruang Kelola Rakyat

6. Pelatihan (TOT dan TOF)

Peralatan yg Dimiliki

Puter: KompasTelapak:GPS &Kompas, RMI: GPS &Kompas, Telapak:Audio Visual &strategi outreach,Puter: sisteminformasi/ strategioutreach

Kompas

Sekretariat

Kantor Yayasan PuterJl. Permata CimangguBlok A No. 4 KedungBadak – Tanah Sareal,Bogor - 16710

YP2AS, Jl. WartawanIV no. 28 Buah Batu,Bandung, Jawa Barat

Wilayah kerja

G. Salak,KawasanHalimun, UjungKulon

Subang, Garut,Tasik, Ciamis

Bentuk layanan

• TOF simpul SAHUL• TOT antar simpul Jawa Barat

dan Banten• Menyediakan layanan untuk

simpul-simpul lain, dalambentuk:

– Analisis Kebijakan– Fasilitasi PP– Fasilitasi Perumusan Strategi– Peminjaman peralatan– Fasilitasi pengolahan data jadi

informasi

– Sosialisasi PP– Dokumentasi PP– Fasilitasi PP– Analisis kebijakan– Advokasi kebijakan– Perencanaan Kawasan

Pemetaan dan perencanaan

– Memfasilitasi PP– Pendokumentasian proses PP– Pelatihan PP– Pelatihan pendokumentasian

PP

KontakPerson

Puter

SPP

JKPM

Sd_Inpers

Simpul

Sahul

Periangan

Wonosobo

Tapal Kuda(jember)

No

1.

2.

3.

4.

7. Fasilitasi Proses Pemetaan

8. Pembuatan Media InformasiAktivitas Pemetaan Partisipatif

9. Penggalangan dukunganpublik.

10. Pertemuan rutin 6 bulananJKPP Jawa

11. Pertemuan Region anggotaJKPP Jawa

12. Refleksi dan evaluasi

HARAPAN

Demikian gambar dan wajah JKPPke depan, baik format, bentuk danrencana yang akan dikembangkan.Penekanan dalam proses ke depanini adalah adanya kerjasama aktif

dan komitmen yang tinggi darisemua jajaran penggiat pemetaanpartisipatif di pulau jawa untukmengimplementasikan kerja danpeningkatan kapasitas dalamrangka mendukung visi misi yangmenjadi mandat JKPP. Tetap dalamsemangat, Menuju TegaknyaKedaulatan Rakyat AtasRuang….!!!!