identifikasi serangga tanaman cabai

16
1 LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN IDENTIFIKASI SERANGGA TANAMAN CABAI DI KEBUN PERCOBAAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JOSUA CRYSTOVEL 150320160005 Dosen: Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D PASCASARJANA AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2016

Upload: josua-sitorus

Post on 12-Apr-2017

54 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

1

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

IDENTIFIKASI SERANGGA TANAMAN CABAI

DI KEBUN PERCOBAAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JOSUA CRYSTOVEL

150320160005

Dosen:

Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D

PASCASARJANA AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2016

Page 2: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

2

PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum annuum, L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang

digolongkan kedalam sayuran dan paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Kebutuhan

cabai setiap tahunnya semakin meningkat dengan harga yang semakin meningkat namun

kebutuhan tersebut tidak dibarengi dengan meningkatnya produksi cabai (Khasanah 2011).

Produktivitas tanaman cabai nasional sekarang ini meningkat 10,12 %, peningkatan produksi

cabai di tahun 2012 terjadi di Pulau Jawa sebesar 15,424 ribu ton. Sedangkan di luar Pulau

Jawa meningkat sebesar 66,268 ribu ton (Badan Pusat Statistik Nasional, 2012). Sedangkan

di Provinsi Gorontalo produktivitas tanaman cabai mengalami peningkatan pada tahun 2009

sebesar 312 ton dan penurunan pada tahun 2011 sebesar 213 ton (BPS dan Direktorat Jendral

Hortikultura, 2011).

Informasi dan teknik merupakan pondasi dalam membangun suatu program manajemen

hama. Informasi yang penting antara lain (a) informasi biologis yang meliputi data tentang

cara hama makan, tumbuh, berkembang, berproduksi, dan menyebar serta habitat yang

dibutuhkan, (b) dinamika populasi yang dikaitkan dengan musuh alami, cuaca, makanan, dan

habitat. Teknik yang menjadi dasar antara lain identifikasi spesies, pemeliharaan dan

pencuplikan (Pedigo, 1999).

Salah satu penyebab terjadinya penurunan produktivitas tanaman cabai adalah

gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya hama dan penyakit. Seranga

hama dan penyakit tersebut dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi bahkan sampai

mengakibatkan gagal panen (Setiawati et. al. 2005) melaporkan terdapat 14 jenis hama

penting pada tanaman cabai di antaranya hama trips, kutu daun persik, hama tungau teh

kuning, hama ulat tanah, hama gangsir, hama anjing tanah atau orong-orong, hama uret, hama

ulat bawang, hama ulat grayak, hama penggorok daun, hama wereng kapas, hama kutu kebul,

hama dan hama lalat buah. Kehilangan hasil akibat organisme penggangu tanaman ini dapat

mencapai 20 sampai 100%.

Pemilihan varietas unggul merupakan salah taktik dalam konsep pengendalian hama

terpadu. Pada umunya cabai yanng banyak dibudikayakan oleh petani adalah cabai keriting,

cabai merah biasa, paprika dan cabai keriting hibrida ( Tim Bina Karya Tani, 2008).

Page 3: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

3

Tujuan

Tujuan pengamatan praktikum ini dengan materi “identifikasi serangga pada tanaman

cabai” adalah:

• Menambah wawasan tentang pemahaman secara langsung di lapangan bahwa apa

saja serangga yang terdapat pada tanaman cabai secara umum.

• Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga

(kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan

penglasifikasian/identifikasi di lapangan.

• Mengenali gejala secara langsung akibat jenis-jenis serangga yang bersifat

merugikan bagi tanaman cabai.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Praktikum

Kegiatan Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hama dan Penyakit Tanaman

Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat pada hari Sabtu, 19 November

2016.

.

Alat dan Bahan

Pengamatan dilakukan secara sederhana yaitu dengan visual (mata) secara langsung

pada siang hari dilapangan secara acak di bagian masing masing yang telah ditentukan oleh

dosen pengampu kuliah. Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah , kertas, pena,

buku identifikasi/ internet. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kantung

plastik, kamera atau handphone.

Page 4: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

4

PEMBAHASAN

No Nama Serangga Ordo

Serangga

Tipe

Perkembangan

Bentuk

Sayap

Tipe Alat

Mulut

Bagian

Tanaman

yang

Diserang

1 Spodoptera

exigua (Larva)

Lepidoptera Holometabola - Menggigit-

mengunyah

Daun

2 Spodoptera

litura (Larva)

Lepidoptera Holometabola - Menghisap-

menusuk

Daun

3 Belalang kayu

(Valanga

nigricornis)

Orthoptera Paurometabola Lurus Menggigit-

mengunyah

Daun

4 Walang Sangit

(Leptocorisa

acuta)

Hemiptera paurometabola Setengah

sayap

Menusuk-

menghisap

Malar

padi

5 Kepik (Nezara

viridula)

Hemiptera Paurometabola Setengah

sayap

Menusuk-

menghisap

Buah

6 Kutu Daun

(Aphis sp.)

Homoptera Paurometabola Sama Menghisap Daun

7 Lalat (Musca

domestica)

Diptera holometabola 2 sayap Imago:

Menjilat

Buah

8 Lalat Buah

(Daccus sp.)

Diptera holometabola 2 sayap Larva =

menggigit-

mengunyah

Imago =

menjilat

Buah

Page 5: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

5

Spesies Serangga Pada Tanaman Cabai Hasil Pengamatan

Belalang kayu (Valanga nigricornis)

Morfologi dari belalang kayu (Valanga nigricornis) termasuk ordo Orthoptera yang

mempunyai badan berwarna cokelat kekuningan, mempunyai kaki depan yang pendek dan

kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat, bentuk sayap lurus, dan perut

bergaris. Belalang kayu (Valanga nigricornis) termasuk serangga dengan tipe perkembangan

paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah menyerang daun pada

tanaman.

Siklus hidup dari belalang kayu (Valanga nigricornis) dimulai dari telur belalang

menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ

reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah

terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa

pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga

menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai

nimfa adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka

untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu,

dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa

hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai

belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang

mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang (Lugito, 2013).

Pengendalian belalang kayu (Valanga nigricornis) dapat dilakukan secara mekanik yaitu

dengan menangkap, membuang, memusnahkan dengan cara dibakar aga populasi dari

belalang kayu dapat berkurang.

Walang Sangit (Leptocorisa acuta)

Morfologi walang sangit (Leptocorisa acuta) termasuk ordo serangga Hemiptera yang

mempunyai warna hijau pada bagian bawah badan dan warna cokelat pada bagian atas badan,

antenna yang panjang, dan sayap setengah. Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan

serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut

menusuk-menghisap menyerang malar padi.

Siklus hidup dari hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) mengalami metamorfosis

sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago (Harahap dan

Tjahyono, 1997). Walang sangit dewasa meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman

Page 6: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

6

khususnya pada area daun bendera tanaman padi. Lama periode bertelur 57 hari dengan total

produksi terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar

pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition + 21 hari, sehingga

lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari (Balai Besar Penelitian tanaman padi,

2009). Telur setelah menetas menjadi nimfa aktif bergerak ke malai mencari bulir padi yang

masih stadia masak susu sebagai makananan. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang

panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang

dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau

malam hari (Balai Besar Penelitian tanaman padi, 2009).

Pengendalian hama walang sangait secara kultur teknik, secara biologis, serta dengan

menggunakan perilaku serangga. Pengendalian secara kultur teknis dengan cara plot-plot

kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman

perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot

tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif

berkurang populasi walang sangitnya. Secara biologis yaitu dengan cara potensi agens hayati

pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah

dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi

lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan

Beauveria sp dan Metharizum sp. Sedangkan pengendalian dengan menggunakan perilaku

serangga adalah walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman

Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama

walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai

kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit (Dimas H., 2012).

Kepik (Nezara viridula)

Morfologi kepik (Nezara viridula) termasuk ordo serangga Hemiptera yang mempunyai

bentuk badan lonjong, berwarna hijau dan bagian belakang berwarna hitam, mempunyai kaki

3 pasang, antenna pendek, dan setengah sayap. Kepik (Nezara viridula) merupakan serangga

dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menusuk-

menghisap menyerang buah pada tanaman.

Siklus hidup dari kepik adalah jumlah telurnya lebih kurang 1.100 butir. Telur

diletakkan berkelompok pada daun dengan masing-masing berjumlah 10-90 butir.

Perkembangan telur sampai dewasa lebih kurang 4-8 minggu. Jumlah daur hidupnya lebih

kurang 60-80 hari, bahkan ada yang bias mencapai setengah tahun. Warna nimfa cerah

Page 7: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

7

(Pracaya, 2004). Pengendalian kepik (Nezara viridula) dapat dilakukan secara mekanik yaitu

dengan menangkap, membuang, memusnahkan dengan cara dibakar.

Kutu Daun (Aphis sp.)

Morfologi kutu daun (Aphis sp.) termasuk ordo serangga Homoptera yang mempunyai

bentuk lonjong, sayap sama, dan berwarna hijau muda. Kutu daun (Aphis sp.) merupakan

serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut

menghisap menyerang daun pada tanaman. Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang

menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup

selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada

umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur

sampai 73 telur selama hidupnya (Ditlinhorti, 2014). Pengendalian hama kutu daun dapat

dilakukan dengan cara kultur teknik, fisik mekanik, dan hayati. Secara kultur teknik adalah

sanitasi dan pemusnahan gulma dan bagian tanaman yang terserang dengan cara di bakar.

Secara fisik adalah penggunaan kain kassa / kelambu baik di bedengan pesemaian maupun di

lapangan dan penggunaan perangkap air berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2

buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Secara

hayati adalah pemanfaatan musuh alami parasitoid Aphidius sp., predator kumbang

Coccinella transversalis, Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia

octomaculata, Microphis lineata, Veranius sp. dan patogen Entomophthora sp., Verticillium

sp (Ditlinhorti, 2014)

Lalat Buah (Daccus sp)

Morfologi lalat buah (Daccus sp.) termasuk ordo Diptera yang mempunyai 2 sayap,

berwarna cokelat bergaris hitam, dan antena pendek. Lalat buah (Daccus sp.) merupakan

serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang mempunyai tipe alat mulut pada

larva = menggigit mengunyah dan imago = menjilat menyerang buah pada tanaman.

Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva

instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Perkembangan dimulai segera

setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam

telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam

waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk

makan (vivit, 2013). Pengendalian lalat buah (Daccus sp.) dilakukan secara mekanik yaitu

dengan menangkap lalat menggunakan jaring maupun tangan kemudian membuang dan

dimusnahkan agar populasi lalat buah tidak berkembang banyak.

Page 8: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

8

Hama Ulat Grayak (Spodoptera sp.)

Hama Ulat Grayak (Spodoptera sp.) – Ulat grayak dikenal juga dengan sebutan ulat

tentara, karena menyerang tanaman secara bergerombol bagaikan tentara hingga daun

tanaman habis dan meranggas. Tingkat kerusakan akibat serangan ulat ini cukup tinggi,

bahkan Spodoptera sp. mampu menghabisi tanaman hanya dalam waktu satu malam. Seperti

halnya ulat-ulat lain, ulat grayak tergolong jenis hama malam, dimana menyerang tanaman

terutama pada malam hari. Organisme pengganggu ini terdiri dari beberapa spesies, antara

alain Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Spodoptera mauritia, dan Spodoptera exempta.

Tanaman terserang ditandai dengan adanya daun yang meranggas, hanya tersisa tulang

daunnya saja. Ulat ini menyerang dengan cara bergerombol dalam jumlah sangat banyak,

sehingga potensi kerugian petani bisa sangat tinggi. Ulat grayak terutama menyerang

tanaman pada malam hari.

Di Indonesia, ulat grayak utama adalah Spodoptera exigua (larva berwarna coklat

kehijauan) dan S. litura (larva berwarna coklat). Ulat grayak tinggal di bawah permukaan

tanah di siang hari dan aktif memakan tajuk tumbuhan pada malam hari. Serangannya dapat

sangat hebat sehingga dalam waktu semalam dapat menghabiskan suatu pertanaman, dan oleh

sebab itu dikenal sebagai "ulat tentara". Hama ini tergolong polifag, hampir setiap jenis

tanaman diserang habis-habisan. Serangan parah terjadi pada musim kemarau, pada saat

kelembaban udara rata-rata 70% dan suhu udara18-23%. Pada saat cuaca demikian, ngengat

akan terangsang untuk berbiak serta prosentase penetasan telur sangat tinggi, sehingga

populasinya menjadi sangat tinggi dan tingkat serangannya jauh melampaui ambang

ekonomi. Jenis jenis spesies ulat grayak adalah Spodoptera litura, Spodoptera exigua,

Spodoptera mauritia, dan Spodoptera exempta. Siklus hidup Spodoptera sp. berlangsung

dalam empat stadium, yaitu stadium telur, larva, pupa, dan imago atau ngengat. Ngengat

betina meletakkan telurnya di permukaan daun tanaman dengan jumlah telur antara 2000-

3000 butir. Setelah 3-5 hari, telur akan menetas menjadi larva dan hidup secara berkelompok

dalam jumlah sagat banyak. Fase ini terdiri atas lima instar, dan pada instar terakhir, ulat

sangat rakus dan bisa menghabisi daun tanaman dalam waktu satu malam. Pada siang hari,

larva akan bersembunyi di dalam tanah, dan malam harinya sangat aktif untuk memakan

daun-daun tanaman.

Fase larva berlangsung kurang lebih selama 20 hari, kemudian akan berubah menjadi

pupa. Stadium pupa akan berlangsung selama kurang lebih 8 hari, kemudian akan keluar

ngengat dewasa. Pada umur 2-6 hari, ngengat dewasa sudah kembali bertelur untuk

Page 9: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

9

menurunkan generasi baru. Gejala serangan ditandai dengan daun tanaman meranggas,

biasanya hanya tersisa tulang daunnya saja. Pada serangan parah, tanaman akan gundul

kehabisan daun. Jika populasinya sangat tinggi, larva pada stadium akhir dapat menghabisi

seluruh daun tanaman hanya dalam waktu semalam.

Walang sangit (Leptocorisa acuta)

Walang sangit (Leptocorisa acuta) menyerang umumnya tananam padi mempunyai

daerah sebaran yang sangat luas, hampir di semua negara produsen padi. Daerah penyebaran

L. acuta antara Asia Tenggara, Kepulauan Fiji, Australia, Srilangka, India, Jepang, Cina,

Pakistan dan Indonesia.Di Indonesia L. Acuta tersebar di daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan

Sulawesi (Harahap dan Tjahyono, 1997). Walang sangit (Leptocorisa acuta) mengalami

metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago.

Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna

tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm (Harahap dan

Tjahyono, 1997). Telur. Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan

diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20 butir. Telur-telur

tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan

telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah

diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai

46 hari (Willis, M. 2001). Tanaman inang alternatif hama walang sangit adalah tanaman

rumput-rumputan antara lain: Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria consanguinaria;

Eleusine coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys, Paspalum spp;dan Pennisetum

typhoideum. Dewasa walang sangit meletakan telur pada bagian atas daun tanaman. Pada

tanaman padi daun bendera lebih disukai. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat

kehitaman, diletakan satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir. Lama periode

bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari,

terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition +

21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari.

Nimpa setelah menetas bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih stadia masak

susu, bulir yang sudah keras tidak disukai. Nimpa ini aktif bergerak untuk mencari bulir baru

yang cocok sebagai makanannya. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas

bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari

rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam

hari. Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa

Page 10: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

10

walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar

sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan

berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi

dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval

tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi

perkembangan hama walang sangit.

Lalat (Musca domestica)

Lalat merupakan serangga dari ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru

berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular

penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya). Kondisi lingkungan

yang kotor dan berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan

perkembangbiakan bagi lalat rumah. Umur lalat rumah antara 1–2 bulan dan ada yang 6

bulan sampai 1 tahun. Selama dalam siklus hidupnya lalat rumah mempunyai 4 stadium.

Pertama, stadium telur. Stadium ini lamanya 12–24 jam.

Bentuk telur lonjong bulat berwarna putih. Besar telur 1–2 mm. Telur dikeluarkan oleh

betina sekaligus sebanyak 100–150 butir. Di tempat kotoran yang panas dan lembab

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi lamanya stadium ini. Makin panas makin cepat,

makin dingin makin lambat. Kedua, stadium larva. Stadium larva ini ada tiga tingkatan. (a)

Setelah keluar dari telur belum banyak bergerak. (b) Tingkat dewasa, banyak bergerak. (c)

Tingkat terakhir, tidak banyak bergerak. Kalau kita lihat lebih jauh, larva ini bentuknya bulat

panjang dengan warna putih kekuning-kuningan dan keabu-abuan, mempunyai segmen

sebanyak 13 dan panjangnya 18 mm. Larva ini selalu bergerak dan makan dari bahan–bahan

organik yang terdapat di sekitarnya. Pada tingkat terakhir (c) larva berpindah dari tempat

yang kering ke tempat yang sejuk. Untuk berubah menjadi kepompong lamanya stadium ini

2-8 hari atau 2-5 hari tergantung dari temperatur setempat. Larva ini mudah terbunuh dengan

temperatur 73oC. Ketiga, stadium pupa. Lamanya stadium ini 2-8 hari atau tergantung dari

temperatur setempat. Bentuk bulat lonjong dengan warna cokelat hitam. Stadium ini kurang

bergerak atau tidak bergerak sama sekali. Panjangnya lebih kurang 5 mm. Mempunyai

selaput luar yang keras disebut posteroor spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.

Keempat, stadium dewasa. Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud

serangga yaitu lalat. Dari stadium telur sampai stadium dewasa memakan waktu 7 hari atau

lebih tergantung pada keadaan sekitar dan macamnya lalat. Biasanya 8-20 hari.

Page 11: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

11

Tingkat Famili serangga pada Tanaman Cabai dari Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai selama Praktikum sehari pada tanggal 19

November 2016 terdapat beberapa famili yakni Famili Aphididae, Famili Thripidae, Famili

Coreidae, Famili Acrididae dan Famili Tephritidae. Dari semua jenis Famili yang disebutkan

terdapat ciri-ciri yang berbeda, secara umum cirri-ciri dari masing-masing Famili di ketahui

menggunakan buku kunci determinasi serangga.

A. Aphididae

Ciri-cirinya :

Pada Famili Aphididae tubuh lunak berbentuk buah pear, panjang tubuh 4-8 mm.

Umumnya berwarna hijau. Antena panjang, 3-7 ruas, tidak aktif. Kaki panjang dan ramping,

tidak untuk melompat, mempunyai bangunan seperti tanduk sangat kecil di ujung abdomen.

Ada yang bersayap dan ada yang tidak. Ditemukan di batang, daun, bunga dan kadang-

kadang kulit buah berbagai tanaman (khususnya yang muda). Nimfa yang baru lahir langsung

menghisap cairan tanaman secara bergerombol.

Phylum : Arthropoda

Klas : Insekta

Ordo : Homoptera

Famili : Aphididae

B. Thripidae

Ciri-cirinya :

Famili ini umumnya berwarna kekuningan, kecoklatan dan coklat kehitaman. Ukuran

tubuh 1-1,4 mm, berantena 6-9 ruas. Nimfa biasanya berwarna kuning, oranye atau merah.

Akhir periode nimfa biasanya akan menjatuhkan diri ke tanah untuk berpura-pura atau dapat

mengalami fase istrahat di dalam tanah bila kondisi sekeliling memburuk. Mempuyai

beberapa generasi dalam satu tahun. Baik nimfa maupun dewasa merusak epidermis pucuk

tanaman, daun muda, bunga ataupun buah.

Page 12: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

12

Phylum : Arthropoda

Klas : Insekta

Ordo : Thysanoptera

Famili : Thripidae

C. Coreidae

Ciri-ciri :

Famili ini memiliki kepala lebih pendek dan lebih sempit dari pada pronotum,

membrane sayap depan dengan vena yang banyak, ada yang tibia kaki belakang melebar dan

berbentuk lembaran (daun). Ukuran tubuh sedang-besar, antara 7-30 mm, kadang –kadang

memanjang, biasanya berwarna gelap, coklat hita atau kehijauan. Mempunyai kelenjar bau

yang bermuara di atas toxa tengah dan belakang.

Phylum : Arthropoda

Klas : Insekta

Ordo : Hemiptera

Famili : Coreidae

D. Acrididae

Ciri-cirinya :

Famili ini memiliki antenna pendek, pronotum tidak memenjang kebelakang, tarsi

beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih

besar dibandingkan dengan yang jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan

dab beberapa mempunyai warna yang cerah dan pada sayap belakang.

Phylum : Arthropoda

Klas : Insekta

Ordo : Orthoptera

Page 13: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

13

Famili : Acrididae

E. Tephritidae

Ciri-cirinya :

Famili ini memiliki ukuran tubuh kecil sampai sedang. Warna tubuh dan sayap cerah,

sayap bercak-bercak atau bergaris-garis lebar. Jenis tertentu mempunyai bagian sayap yang

atraktif yaitu mempunyai rambut tegak satu atau lebih yang letaknya dipertengahan bagian

depan sayap.

Phylum : Arthropoda

Klas : Insekta

Ordo : Diptera

Famili : Tephritidae

Page 14: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

14

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan yakni :

1. Terdapat beberapa family Serangga Hama yang terdapat pada tanaman cabai yakni

Famili Aphididae, Famili Thripidae, Famili Coreidae, Famili Acrididae dan Famili

Tephritidae.

2. Tingkat kehadiran yang paling tertinggi di semua varietas dan selama praktikum

pengamatan adalah Famili Thripidae dan rata-rata populasi tertinggi di semua

varietas adalah famili Aphididae.

Saran

1. Jenis serangga hama yang harus di waspadai dalam membudidayakan tanaman cabai

adalah kutu daun Aphis karena serangga ini dari jumlah populasi dan kelimpahannya

paling tinggi.

2. Para petani atau pelaku usaha di sarankan untuk menanam cabai jenis cabai rawit

varietas Unggul dari serangan hama tertentu seperti lalat buah atau kutu daun karena

serangan dari serangga tersebut sangat merugikan .

Page 15: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

15

Lampiran Foto Kegiatan

Page 16: Identifikasi Serangga Tanaman Cabai

16

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Nasional dan Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Produksi Cabe

Besar Menurut Provinsi, 2007 – 2011. (online) tersedia di

http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/pdfATAP2011/ProdCabeBesar.pdf.

Badan Pusat Statistik. 2012. Produktifitas Cabai Nasional Naik 10.12% (online) tersedia di

http://komoditasindonesia.com/2012/08/bps-produktivitas-cabainasonal-naik-1012/.

Balai Besar Penelitian tanaman padi, 2009. Siklus Hidup Hama Walang Sangit. Erlangga,

Jakarta

Balitka, 2009. Siklus Hidup Kumbang Kelapa. http://balitka.litbang.deptan.go.id.

Dimas H., 2012. Pengendalian Walang Sangit. http://dimas-hamdayu-r.blog.ugm.ac.id.

Ditlinhorti, 2014. Hama Kutu Daun dan Pengendaliannya.

http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id.

Habibi, 2012. Imago Serangga Plutella xylostella. Alamat situs:

http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com.

Habibi, 2012. Larva Serangga Plutella xylostella. Alamat situs:

http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id. diakses pada

tanggal 13 April 2014

Khasanah, N. 2011. Struktur Komunitas Arthropoda Pada Ekosistem Cabai Tanpa Perlakuan

Insektisida. Jurnal Media Litbang Sulteng IV(1) : 57-62

Lugito, 2013. Siklus Hidup Belalang Kayu. http://lugito-center.blogspot.com.

Pedigo LP. 1999. Entomology and Pest Management Third Edition. Prentice-Hall,

Englewood Cliffs, New Jersey.

Setiawati, W., Udiarto, B.K., Muharam, A. 2005. Pengenalan dan Pengendalian Hama-hama

Penting pada Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cabai. Yrama Widya. Bandung.

Vivit, 2013. Siklus Hidup Lalat Buah. http://vivitdianty.blogspot.com.