hernia inguinalis dextra reponibel

30
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 Identifikasi Nama : Tn.P Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 56 tahun Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : Buruh Status : Menikah Alamat : bogor MRS : 07 oktober 2014 1.2 Anamnesis Keluhan Utama : Terdapat benjolan pada kantong kemaluan sebelah kanan. Riwayat Perjalanan Penyakit : ± 5 tahun SMRS OS mengeluh timbul benjolan pada daerah perut kanan bawah sebesar telur puyuh. Benjolan tersebut keluar masuk. Saat aktivitas berat benjolan tersebut membesar, saat berbaring benjolan tersebut hilang. OS mengaku benjolan semakin membesar, jika pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun disaat berbaring benjolan menghilang dan sangat menganggu saat beraktivitas

Upload: liana-herdita

Post on 18-Jan-2016

333 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.

TRANSCRIPT

Page 1: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identifikasi

Nama : Tn.P

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 56 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Status : Menikah

Alamat : bogor

MRS : 07 oktober 2014

1.2 Anamnesis

Keluhan Utama :

Terdapat benjolan pada kantong kemaluan sebelah kanan.

Riwayat Perjalanan Penyakit :

± 5 tahun SMRS OS mengeluh timbul benjolan pada daerah perut kanan bawah sebesar telur

puyuh. Benjolan tersebut keluar masuk. Saat aktivitas berat benjolan tersebut membesar, saat

berbaring benjolan tersebut hilang.

OS mengaku benjolan semakin membesar, jika pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut

keluar, namun disaat berbaring benjolan menghilang dan sangat menganggu saat beraktivitas

serta sesekali nyeri pada benjolan tersebut. Benjolan tersebut masih bisa keluar masuk. Mual

dan muntah tidak ada, makan dan minum biasa, bab dan bak biasa. Demam tidak ada.

Riwayat hipertensi (-) dan riwayat pengobatan (-).

Mual muntah (-), kembung (-), demam (-), BAB darah (-). BAK tidak ada kelainan. BAB

terakhir 1 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Page 2: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

• Riw sulit BAB (-)

• Riw sulit BAK (-)

• Riw batuk lama (-)

• Riw trauma testis (-)

• Riw kencing manis (-)

Riwayat Kebiasaan :

Merokok (+). Minum alkohol (-). Olahraga (-). Riwayat mengangkat beban berat.

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Pernafasan : 18x/menit

Nadi : 88x/menit

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36,4ºC

Status Generalis

Kepala : Konjungtiva palbebra pucat (-/-)

Sklera ikterik (-/-)

Pupil : Isokor, refleks cahaya (+/+)

Leher : tidak ada kelainan

Kelenjar-kelenjar : tidak ada pembesaran

Thorax : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Genitalia : dibahas lebih lanjut dalam status lokalis

Ekstremitas Superior : tidak ada kelainan

Ekstremitas Inferior : tidak ada kelainan

Status Lokalis

Genitalia

Page 3: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7 x 7 x 5 cm di daerah

inguinal dextra ke skrotum dextra berwarna seperti warna kulit disekitarnya tidak

tegang dan tidak terdapat tanda-tanda radang

Palpasi : teraba massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7x7x5 cm di daerah

inguinal dextra ke skrotum dextra, permukaan rata, nyeri tekan (-) massa teraba

kenyal.

Auskultasi : Bising Usus (+).

Tes valsavah: (+)

Finger test : ujung jari menyentuh hernia à HIL

1.4 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi tanggal 4 Maret 2013

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 14,2g/dl 14 – 16 g/dl

Leukosit 8900 /µL 5000 – 10000 /µL

Trombosit 317.000/µL 150.000 – 400.000 /µL

Bleeding time 3 menit 1 – 6 menit

Clotting time 11 menit 10 – 15 menit

1.5 Diagnosis Banding

Hidrokel, lipoma, limfadenitis

1.6 Diagnosis Kerja

Hernia Scrotalis Dekstra

1.7 Penatalaksanaan

Non OP:

- Observasi TNRS

- IVFD RL 1000/24 jam

- Inj ceftriaxone 1x2gr

Page 4: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

- Inj ketorolac 3x30 mg

- Diet bebas

OP: Herniotomi + herniorapy

1.8 Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam Quo ad sanasionam : Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Hernia Secara Umum

Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian

lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan

keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding

perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.

Klasifikasi hernia

Hernia diberi nama menurut tempat dimana terdapat kelemahannya. Hernia dibagi menjadi

beberapa macam, antara lain :

Page 5: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

1. Berdasarkan kausanya:

a. hernia congenital

b. hernia akuisita/dapatan, dimana hernia dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra

abdominal.

2. Berdasarkan sifatnya:

a. hernia reponibilis

Jika isi kantong hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan, dan

masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri dan gejala

obstruksi usus.

Gambar 1. Hernia reponibilis

b. Hernia irreponibilis

Jika isi kantong hernia tidak dapat keluar masuk. Ini biasanya terjadi disebabkan oleh

perlengketan isi kantong hernia pada peritoneum kantong hernia. Hernia jenis ini

biasanya dikenal dengan nama hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda

sumbatan usus.

Gambar 2. Hernia irreponibilis

c. Hernia inkarserata

Page 6: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Merupakan hernia irreponibilis yang disertai tanda-tanda obstruksi usus. Pada hernia

tipe ini, isi kantung hernia terjepit sehingga terjadi gangguan aliran pasase usus,

dimana makanan tidak bisa lewat. Operasi hernia inkarserata merupakan operasi

darurat nomer 2 setelah operasi appendicitis. Selain itu hernia inkarserata merupakan

penyebab nomer satu kasus obstruksi usus di Indonesia.

Gambar 3. Hernia inkarserata

d. Hernia Strangulata

Hernia irreponibilis dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera yang

terperangkap dalam kantung hernia. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi

sudah mulai terjadi sejak jepitan dimulai. Gangguan terdiri dari beberapa tingkatan, dari

mulai bendungan sampai dengan nekrosis.

Gambar 4. Hernia strangulata

3. Berdasarkan arah hernia

a. Hernia eksterna

Merupakan hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar, karena menonjolnya ke arah

luar. Misalnya:

Page 7: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Hernia inguinalis medialis dan lateralis

hernia femoralis

hernia umbilikalis

hernia epigastrika

hernia lumbalis,dll

b. Hernia interna

Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa omentum, atau

masuk ke dalam recessus di dalam cavum abdomen. Misalnya :

hernia diafragmatika

hernia omentalis

hernia messenterika

Hernia Regio Inguinalis

1.1 Definisi.

 Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui. Menurut patogenesisnya hernia

ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis

(HIM). Ada juga yang membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis indirek.

Meskipun terapi terbaik pada hernia ini adalah sama yaitu herniotomi dan herniorafi, tapi penting

untuk mengetahui perbedaannya karena akan mempengaruhi pada teknik operasinya nanti.

Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga organ-organ

dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan

benjolan di lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis timbul karena

adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu. Biasanya terjadi pada segitiga

hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL dan HIM dipisahkan oleh vassa

epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM terletak di

bawahnya

Page 8: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

a.Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm kearah

caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal. Kanalis

inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum rotundum. Funikulus

spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis, n

ramus genital, nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus

vaginalis.

Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis

berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cephal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun

oleh aponeurosis musculus obliquus abdominis ekternus dibagian superficial, dinding inferior

dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis

inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar

kanalis inguinalis adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.

Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum Hesselbach.

Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum inguinal menjadi

batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia,

sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirek.

Page 9: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Etiologi

Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada fetus, bulan

kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya

terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei. Pada umumnya,

ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal

tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya

berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya

hernia didaerah tersebut.

Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah titik lemah,

maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen kanal itu dapat

terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang lebih

produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah

sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola makan yang

tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.

Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin lemahnya tempat

defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach.

Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi

prostat.

.

1.1 Diagnosis

1. Anamnesis

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul

terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-

abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring

atau dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk

terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia

inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke

rumah sakit dengan keadaan ini.

Page 10: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

2. Pemeriksaan Fisik

Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial

vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut berbatas atas tidak

jelas, bising usus (+), transluminasi (-).

Gejala/tanda Obstruksi usus pada hernia

inkarserata

Nekrosis/gangren pada hernia

strangulata

Nyeri Kolik Menetap

Suhu badan Normal Normal/meninggi

Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali

Leukosit Normal Leukositosis

Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas

Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik

Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang menyebabkan nekrosis atau

ganggren

Teknik pemeriksaan

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti jalannya

spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus)

sampai scrotum.  Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL dan HIM

dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan

Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :

Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus

eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia

Inguinalis Lateralis.

 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis

Medialis.

Page 11: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu

(biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

 

1.2 Diagnosis Banding

1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di

tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus.

Page 12: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal

pada hernia femoralis.

3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa

ovalis.

Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat

hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai

dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain seperti limfadenitis

femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian

1.3 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

a.Reposisi

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-

anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk

corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan

lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering

terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya

gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal

ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es

diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari

berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan

operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi

seperti pada gambar :

Page 13: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi

dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang

berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.

Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak

kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap

mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada

funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari testis

2. Operatif

Page 14: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah

hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

 

a. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan

isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat

setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)

2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)

3. Hernia Reponabilis  dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)

4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi.

Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH

harus dioperasi sebelumnya.

Tehnik Operasi

Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke tuberculum pubicum

Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus medial dan

lateralis yang merupakan anulus eksternus

Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset anatomis dan

gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus dan ke kaudal sampai

membuka annulus inguinalis eksternus. Hati2 dengan N.Ilioinguinalis dan

N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi sampai nampak funiculus spermaticus

Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga nampak

kantong peritoneum

Page 15: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka selanjutnya usus didorong ke

cavum abdomen dengan melebarkan irisan  ke proksimal sampai leher hernia, kantong

sebelah distal dibiarkan

Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah conjoint tendo dan

digantungkan

Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :

Ferguson

Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI & transversus

dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya. kemudian

aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi canalis inguinalis.

Bassini

MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus diletakkan

disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap ada.

Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR hilang

Gam

Page 16: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Teknik bassini

Halsted

Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk memperkuat /

menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis

Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan pada orang

tua, supaya dinding perut lebih kuat

Kemudian luka ditutup lapis demi lapis

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut

2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut

3. Kilit dijahit dengan zyde secara simpul

Tehnik operasi Herniotomi – Herniorafi Lichtenstein

Hernia inguinalis lateralis dan medialis:

1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau anestesi lokal

2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum

3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis Eksternus)

4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam

5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan kantong hernia

diidentifikasi

6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan tumpul sampai

anulus internus

7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan herniotomi

8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh

9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Page 17: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Komplikasi

Durante Operasi

Lesi funiculus spermaticus, usus, vu, vasa epigastrica inferior, vasa iliaca ekterna

Putusnya arteri Femoralis

Post Operasi

Hematom, Infeksi, Wound dehisiensi

Atropi testes

Hydrocele

Rekurens

b. Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah

terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti

memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia

transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus

abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut

metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus

abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi

residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau

marleks untuk menutup defek.

Shouldice

Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini multi layer, di klinik

khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk menjahit defek dinding

posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang monofilamen sintetis non absorbsi lebih

biasa dipakai diluar Toronto. Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:

Langkah pertama:

Page 18: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal dan

iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin interna, membuang

kantong dan ligasi setinggi mungkin.

Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre peritoneal.

Langkah berikutnya

dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari

tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan

Page 19: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

jarak 2-4 mm. Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya

dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya

dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar B).

Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C).

Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur

membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke

ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis

obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C).

Lichtenstein Tension free

Page 20: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) : Dilakukan terlebih

dahulu herniotomi

Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah bawah

spermatik kord.

Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :

- Medial : perios tuberkulum pubikum.

- Lateral : melingkari spermatik kord.

- Superior : pada konjoin tendon.

- Inferior : pada ligamentum inguinal.

Gambar : setelah pemasangan mesh

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus pada titik yang

berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan terdistribusi dibanyak

titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan

keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan dibanding tehnik konvensional lainnya

(Abrahamson, 1997).

Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding belakang kanalis

inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus cukup kuat sebagai

penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk menimbulkan respon inflamasi dan

cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar integrasi menjadi solid, prostesis berupa

anyaman yang berpori sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh

dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga tidak

Page 21: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

diperbolehkan kontak langsung dengan organ visera karena akan menimbulkan perlengketan

serta obstruksi atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis

baku dalam petatalaksanaan hernio plasty (Wexler, 1997).

Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan sewaktu rekonstruksi

dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca operasi dapat berkurang dengan

nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih dini, serta pencegahan

rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat

dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene

mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja

dalam 10 hari. Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil

dalam 10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.

Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup lebar untuk

menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi lipatan-lipatan,

melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis inguinal interna

Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat

tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar

atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala

klinik kecuali berupa benjolan.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang

menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan

perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ

atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah

jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa

cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya

dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga

perut.

Page 22: Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri abdomen

yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan suatu kondisi

yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

Prognosis

Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka kekambuhan setelah

pembedahan kurang dari 3%.

Daftar pustaka :

1. R, Syamsuhidajat, Wim de Jong; Buku Ajar Ilmu Bedah : Jakarta EGC, 1997 hal

700 - 711.

2. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati

Celal, editor Linda Chandranata - Jakarta, EGC, 2000, hal 509 - 515.

3. Sabiston, Devid C; Buku Ajar Bedah : Sabiston’s Essential Surgey, Alih Bahasa

Petrus Andrianto, Timah I. S; editor, Jonatan Oswan - Jakarta : EGC, 1995, hal 228 -

231.

4. Botsford-Dunphy, W.B Saunders Company Publisher, Pemeriksaan Fisik Bedah;

“Physycal Examination”, Alih Bahasa I Janvar Ahmad dkk, Yayasan Essentia Medica,

Jakarta, 1977, hal 73 - 77.

5. Schrock, Theodore R, Ilmu Bedah; Handbook of Surgey, Penerjemah Med. Ajidharma

dkk, Ed. 7 Jakarta, EGC, 1991, hal 300 - 302.