farida hidayati fkik

Upload: yumni-rumiwang

Post on 07-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI, PENYAKIT INFEKSI DAN PANTANG

    MAKANAN TERHADAP RISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU

    HAMIL DI PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat

    SKRIPSI

    Oleh:

    Farida Hidayati

    NIM : 107101003200

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1432 H / 2011 M

  • i

  • ii

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    Skripsi, November 2011

    Farida Hidayati, NIM: 107101003200

    Hubungan antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi, dan Pantang Makanan

    terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

    xxiii +116 halaman+ 3 bagan+ 19 tabel+ 6 lampiran

    ABSTRAK

    Menurut WHO (2005), ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    akan meningkatkan kesakitan maternal, terutama pada trimester ketiga (bulan 7-9) dan

    meningkatkan risiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi, penyakit Infeksi, dan

    pantang makanan terhadap risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota

    Tangerang Selatan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

    dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang

    melakukan kunjungan ke Puskesmas Ciputat sebanyak 108 ibu hamil. Uji statistik yang

    digunakan adalah uji Chi-Square yaitu uji hipotesis beda dua proporsi.

    Dari 108 responden, ibu hamil yang mengalami risiko KEK pada ibu hamil di

    Puskesmas Ciputat yaitu sebesar 40,4%. Pola konsumsi makanan pokok ibu hamil yang

    sesuai anjuran sebesar 42,6%, lauk hewani 46,3%, lauk nabati 67,6%, sayuran sebesar

    39,8%, dan pola konsumsi buah sebesar 31,5%. Ibu hamil yang menderita penyakit

    tuberculosis ada 8,3%, penyakit diare 32,4%. Sebagian besar ibu hamil memiliki

    pantang makanan selama kehamilan yaitu sebesar 30,6%. Dari hasil analisis bivariat

    diperoleh variabel yang berhubungan dengan risiko KEK pada ibu hamil adalah pola

    konsumsi makanan pokok, lauk hewani , lauk nabati, dan pantang makanan, sedangkan

    variabel pola konsumsi sayuran, konsumsi buah, penyakit tuberculosis, dan penyakit

    diare tidak berhubungan dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat.

    Untuk penanggulangan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat,

    disarankan sebaiknya pada pemeriksaan antenatal untuk menambah satu kegiatan

    pelayanan yaitu pengukuran LILA pada setiap ibu hamil terutama pada trimester awal,

    sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya risiko KEK, penyuluhan dan konseling

    gizi untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil

    perlu dilakukan, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tinggi energi bagi ibu

    hamil harus ditingkatkan.

    Daftar bacaan: 56 bacaan (1989 2010).

  • iii

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduated Thesis, November, 2011

    Farida Hidayati, NIM: 1071010032000

    A Relation of Consumption Habit, Infection Disease, and Food Taboo with Risk of

    Chronic Energy Deficiency (CED) on Pregnant in Public Health Center of Ciputat

    Tangerang Selatan City at 2011

    xxiii + 116 pages + 3 charts + 19 tables + 6 attachments

    ABSTRACT

    Based on WHO (2005), pregnant with risk of CED will increase maternal

    pain,especially on third trimester and increase risk of low birth weight babies. This study

    aims to determine a relation of consumption habit, infection disease, and food taboos

    with risk of chronic energy deficiency (CED) on pregnant in Public Health Center of

    Ciputat at 2011. This study uses a quantitative approach with a cross sectional study

    design. Samples are pregnant who visit to Public Health Center of Ciputat 108 pregnant.

    The statistical test used was the Chi-Square test that is two different hypothesis test

    proportions.

    Of the 108 respondents, pregnant are at risk of CED in pregnant in Public

    Health Center of Ciputat that of 40.4%. Consumption habits of staple food which

    appropriate with suggestion 42,6%, consumption habit of animal side dish 46,3%,

    consumption habit of vegetable side dish 67,6%, vegetable 39,8%, and fruit 31,5%.

    Pregnant who suffer tuberculosis disease 8,3% and diarrhea disease 32,4%. Most

    pregnant have food taboo during pregnancy 30,6%. From the results obtained by

    bivariate analysis of variables associated with risk of CED in pregnant is consumption

    habit of staple food, consumption of animal side dish, consumption of vegetable side

    dish, and food taboo, whereas other variables is consumption habit of vegetable,

    consumption habit of fruit, tuberculosis disease, and diarrhea disease not associated

    with risk of CED in pregnant at Public Health of Ciputat .

    To overcome CED in pregnant, should on antenatal examination to add one

    service activities is measured upper arm circumference in every pregnant who visit

    Public Health Center, especially on first trimester because this way easy, cheap and not

    have special expertise, so that can early detection risk of CED. Nutrition counseling to

    increase knowledge about important of balance nutrition for pregnant need held. PMT

    Giving high energy for pregnant can also be enhanced.

    Reading list: 56 readings (1989 - 2010)

  • iv

  • v

  • vi

    DATA RIWAYAT HIDUP

    DATA PRIBADI

    Nama : Farida Hidayati

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Mei 1989

    Alamat : Pamulang Indah MA Jl.Heligenia D12/28 RT.05/011

    Agama : Islam

    No.Kontak : 08569809005

    E-mail : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    TK Islam Al-Ghifary : 1994 - 1995

    SDN Pondok Cabe Udik 1 : 1995 - 2001

    SMP Negeri 1 Pamulang : 2001 - 2004

    SMA Negeri 1 Pamulang : 2004 - 2007

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2007 sekarang

    PENGALAMAN ORGANISASI

    Sekretaris ROHIS SMAN 1 Pamulang

    Bendahara Komisariat Dakwah FKIK

  • vii

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Yang diperlukan untuk menggapai mimpi adalah cuma kaki yang akan berjalan

    lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,

    mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering

    melihat ke atas, lapisan tekad yang 1000x lebih keras dari baja dan hati yang akan

    bekerja keras dari biasanya (5cm).

    Skripsi ini dipersembahkan untuk orang-orang yang ku sayang dan menyayangiku

    Terima kasih mama, bapak, mbak

    (Akhirnya Foto-ku juga bisa dipajang ^_^)

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr.Wb.

    Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    Subhanallahuwataala , penggenggam langit dan bumi, pemberi hidayah, sumber segala

    ilmu dan pemilik kebenaran, yang karena keridhoan-Nya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW

    atas cintanya menuntun jalan kehidupan bagi umatnya sampai akhir zaman.

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Kesehatan Masyarakat. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas

    segala bantuan yang diberikan dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi, terutama

    kepada :

    1. Tidak ada nama yang paling kusebut dalam doa-doa di setiap shalat-ku selain

    teruntuk orangtua no.1 se-dunia dan tidak ada cita-cita yang paling aku perjuangkan

    selain cita-cita besar-ku yaitu membuatmu bahagia...Makasih mama, bapak atas

    doa, kasih sayang dan motivasi yang tiada henti.

    2. Kakaku terbaik se-dunia mbak Evy, mbak wati serta dek kybul yang tidak pernah

    bosan untuk memberikan energi semangat untukku (aku sayang kalian ^_^).

    3. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • ix

    4. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

    sekaligus pembimbing 2 yang telah memberikan masukan dari awal hingga

    penulisan skripsi ini selesai.

    5. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku Pembimbing 1, terimakasih atas segala bimbingan,

    waktu dan fikiran yang ibu berikan kepada penulis sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    6. Ibu Febriati, M.Si selaku dosen Penanggung Jawab Peminatan Gizi, terima kasih

    atas saran-sarannya yang sangat bermanfaat bagi penulis.

    7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan

    pelajaran berharga kepada penulis selama perkuliahan.

    8. Ibu Wilda Welis, SP., M.Kes sebagai penguji sidang skripsi, terima kasih atas

    masukannya.

    9. Bpk. Dr. Abdillah Assegaf selaku kepala Puskesmas Ciputat.

    10. Bpk. Purwo, terima kasih atas kemudahan perizinan penelitian, semoga Allah

    membalas kebaikan bapak.

    11. Semua bidan-bidan yang bertugas di poli KIA (especially Bidan Oby, maaf sudah

    banyak merepotkan selama penelitian).

    12. Keluarga kedua yang selalu menjadikan hari-hari berwarna di perjalanan kuliahku,

    GeeR (Karbella Kuantanades Hasty, Melli Wulandari, Hafifatul Auliya Rahmy,

    Lisa Ellizabet Aula) Allah begitu berbaik hati untuk mempertemukanku dengan

    kalian yang HEBAT... Luv U Coz Allah .

    13. Teman terbaikku yang selalu tulus dan setia memberikan dukungan di setiap saat

    (makasih banyak Habsyi! semoga Allah selalu membalas kebaikanmu).

  • x

    14. Sahabat itu seperti bintang, walau jauh dia bercahaya. Meski kadang menghilang, dia

    tetap ada dan selamanya di hati. Saudariku GAWAT07 (Ovi, Ami, Rizka... semoga

    Persaudaraan kita karena Allah, thanks Sist ).

    15. Partner penelitianku Winda chacha, makasih banyak atas kerjasamanya selama

    penelitian.

    16. Teman-teman GIZI 2007, thanks for all friend.

    17. Saudara-saudariku di KOMDA FKIK, terima kasih atas manisnya ukhuwah yang

    terlalu singkat ini.

    18. Teman-teman seperjuangan kesmas 2007 yang selalu semangat untuk berjuang.

    Skripsi masih jauh dari sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

    saran yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.

    Wassalamualaikum Wr.Wb.

    Ciputat, November 2011

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................

    ABSTRAK..................................................................................................

    ABSTRACT................................................................................................

    PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................

    LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................

    LEMBAR PERSEMBAHAN....................................................................

    KATA PENGANTAR................................................................................

    DAFTAR ISI...............................................................................................

    DAFTAR TABEL......................................................................................

    DAFTAR BAGAN......................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................

    1.2 Rumusan Masalah...................................................................

    1.3 Pertanyaan Penelitian..............................................................

    1.4 Tujuan.....................................................................................

    1.4.1 Tujuan Umum................................................................

    1.4.2 Tujuan Khusus...............................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    viii

    xi

    xix

    xxii

    xxiii

    1

    8

    9

    10

    10

    10

  • xii

    1.5 Manfaat Penelitian..................................................................

    1.5.1 Bagi Puskesmas.........................................................

    1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat................

    1.5.3 Bagi Peneliti................................................................

    1.6 Ruang Lingkup........................................................................

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil............

    2.2 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)..............................

    2.2.1 Tujuan Pengukuran LILA...........................................

    2.2.2 Ambang Batas LILA ..................................................

    2.2.3 Cara Mengukur LILA.................................................

    2.2.4 Tindak Lanjut Pengukuran LILA................................

    2.2.5 Tindakan yang Dilakukan pada Wanita Usia Subur

    (WUS) dengan Ukuran LILA Kurang dari 23,5

    cm................................................................................

    2.2.5.1 Upaya dari Masyarakat...................................

    2.2.5.2 Upaya Petugas Lapangan................................

    2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil....

    2.3.1 Pola Konsumsi............................................................

    2.3.1.1 Anjuran Makan Ibu Hamil..............................

    2.3.2 Penyakit Infeksi...........................................................

    11

    11

    11

    11

    12

    13

    15

    16

    17

    18

    18

    20

    20

    22

    22

    22

    24

    39

  • xiii

    2.3.3 Sosial Ekonomi...........................................................

    2.3.3.1 Pekerjaan.........................................................

    2.3.3.2 Jumlah Anggota Keluarga...............................

    2.3.3.3 Pendidikan.......................................................

    2.3.3.4 Pantang Makanan............................................

    2.4 Pengukuran Pola Konsumsi....................................................

    2.4.1 Pengertian Food Frequency (Frekuensi Makanan)....

    2.4.2 Prinsip Food Frequency (Frekuensi Makanan)..........

    2.5 Kerangka Teori.......................................................................

    BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

    HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Konsep..................................................................

    3.2 Definisi Operasional..............................................................

    3.3 Hipotesis................................................................................

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Jenis Penelitian............

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..

    4.3 Popolasi dan Sampel

    4.3.1 Populasi

    4.3.2 Sampel.

    46

    46

    46

    47

    47

    53

    53

    55

    56

    57

    58

    62

    63

    63

    63

    63

    63

  • xiv

    4.4 Instrumen Penelitian...

    4.5 Pengumpulan Data..

    4.6 Pengolahan Data.

    4.7 Analisis Data...

    4.7.1 Analisis Univariat..

    4.7.2 Analisis Bivariat..

    BAB V. HASIL

    5.1 Gambaran Umum Puskesmas Ciputat

    5.2 Analisis Univariat.

    5.2.1 Gambaran Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada

    Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat..

    5.2.2 Gambaran Pola Konsumsi pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat .......................

    5.2.2.1 Gambaran Pola Konsumsi Makanan Pokok

    pada ibu Hamil di Puskesmas Ciputat .....

    5.2.2.2 Gambaran Pola Konsumsi Lauk Hewani pada

    ibu Hamil di Puskesmas Ciputat ..

    5.2.2.3 Gambaran Pola Konsumsi Lauk Nabati pada

    ibu Hamil di Puskesmas Ciputat ..

    5.2.2.4 Gambaran Pola Konsumsi Sayuran pada ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat ....

    64

    64

    66

    70

    70

    70

    72

    73

    73

    74

    74

    74

    75

    76

  • xv

    5.2.2.5 Gambaran Pola Konsumsi Buah pada ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat

    5.2.3 Gambaran Penyakit Infeksi pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat .......

    5.2.3.1 Gammbaran Penyakit Tuberculosis pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat ....

    5.2.3.2 Gambaran Penyakit Diare pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat ...

    5.2.4 Gambaran Pantang Makanan pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat .......

    5.3 Analisis Bivariat...

    5.3.1 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat

    5.3.1.1 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Makanan Pokok

    pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat..

    5.3.1.2 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Lauk Hewani

    pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat..

    5.3.1.3 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Lauk Nabati pada

    76

    77

    77

    77

    78

    78

    79

    79

    80

  • xvi

    Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat..

    5.3.1.4 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Sayuran pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat.

    5.3.1.5 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Buah pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat.

    5.3.2 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Penyakit Infeksi pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat

    5.3.2.1 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Penyakit Tuberculosis pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat.

    5.3.2.2 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Penyakit Diare pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat

    5.3.3 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pantang Makanan pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat

    BAB VI. PEMBAHASAN

    6.1 Keterbatasan Penelitian

    81

    82

    83

    85

    85

    86

    87

    89

  • xvii

    6.2 Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat..

    6.3 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan

    Pola Konsumsi pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat.

    6.3.1 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Makanan Pokok pada

    Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat.....

    6.3.2 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Lauk Hewani pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat...

    6.3.3 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Lauk Nabati pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat...

    6.3.4 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Sayuran pada Ibu Hamil

    di Puskesmas Ciputat..

    6.3.5 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Pola Konsumsi Buah pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat..

    6.4 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan

    Penyakit Infeksi pada Ibu Hamil di Puskesmas

    89

    92

    92

    95

    97

    99

    101

  • xviii

    Ciputat.

    6.4.1 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Penyakit Tuberculosis pada Ibu Hamil

    di Puskesmas Ciputat..

    6.4.2 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

    berdasarkan Penyakit Diare pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat..

    6.5 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan

    Pantang Makanan pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat.

    BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Simpulan

    7.2 Saran .

    DAFTAR PUSTAKA.

    LAMPIRAN

    103

    103

    105

    107

    110

    110

    112

  • xix

    DAFTAR TABEL

    2.1 Anjuran Makan Ibu Hamil..

    3.1 Definisi Operasional

    5.1 Distribusi Frekuensi Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu

    Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011

    5.2 Distribusi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Ibu Hamil di

    Puskesmas Ciputat Tahun 2011...

    5.3 Distribusi Pola Konsumsi Lauk Hewani pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat Tahun 2011.....

    5.4 Distribusi Pola Konsumsi Lauk Nabati pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat Tahun 2011.....

    5.5 Distribusi Pola Konsumsi Sayuran pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat Tahun 2011.....

    5.6 Distribusi Pola Konsumsi Buah pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat

    Tahun 2011......

    5.7 Distribusi Penyakit Tuberculosis pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat Tahun 2011.....

    5.8 Distribusi Penyakit Diare pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun

    2011.....

    5.9 Distribusi Pantang Makanan pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat

    Tahun 2011.....

    27

    58

    73

    74

    74

    75

    76

    76

    77

    77

    78

  • xx

    5.10 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan

    PolaKonsumsi Makanan Pokok pada Ibu Hamil di Puskesmas

    Ciputat Tahun 2011...............................................

    5.11 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola

    Konsumsi Lauk Hewani pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat

    Tahun 2011..

    5.12 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola

    Konsumsi Lauk Nabati pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat

    Tahun 2011....

    5.13 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola

    Konsumsi Sayuran pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun

    2011.

    5.14 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola

    Konsumsi Buah pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun

    2011...

    5.15 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan

    Penyakit Tuberculosis pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat

    Tahun 2011....

    5.16 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan

    Penyakit Diare pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun

    2011...

    79

    80

    81

    82

    84

    85

    86

  • xxi

    5.17 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pantang

    Makanan pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun

    2011...

    87

  • xxii

    DAFTAR BAGAN

    2.1 Skema Tindak Lanjut Pengukuran LILA

    2.2 Kerangka Teori...

    3.1 Kerangka Konsep

    19

    56

    57

  • xxiii

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian di Puskesmas Ciputat

    Lampiran 2. Pemberian izin Penelitian dari Dinkes Kota Tangerang Selatan

    Lampiran 3. Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas Ciputat

    Lampiran 4. Output Analisis Univariat

    Lampiran 5. Output Analisis Bivariat

    Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu

    keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan

    nasional secara keseluruhan. Hal ini tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia

    (IPM) yang terdiri dari umur harapan hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan per

    kapita. IPM yang rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang

    berdampak pada tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu (Kementerian

    Kesehatan, 2010). Salah satu langkah yang telah diambil pemerintah untuk

    menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) adalah

    dengan upaya penanggulangan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil yang

    merupakan salah satu cara untuk mencegah BBLR (Depkes RI, 1995).

    Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin yang

    masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu

    atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

    sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat melahirkan bayi yang

    sehat (Depkes RI, 2003).

    Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,

    sekitar 146.000 bayi usia 0-1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-28 hari) meninggal

    setiap tahun di Indonesia. AKB di Indonesia adalah 34 per 1000 kelahiran hidup,

  • 2

    sedangkan angka kematian balita adalah 44 per 1000 kelahiran hidup, dan AKI

    melahirkan di Indonesia adalah 228 per 100.000 bayi kelahiran hidup. Diharapkan

    pada 2015 angka kematian bayi turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan

    angka kematian balita turun menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Pencapaian pada

    2015 merupakan target komitmen global Tujuan Pembangunan Milenium (UNICEF,

    2010).

    Ibu hamil merupakan salah satu kelompok sasaran yang perlu mendapat

    perhatian khusus dalam penerapan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) selain ibu

    menyusui. Hal ini didasarkan pada jenis masalah gizi yang dijumpai pada ibu hamil

    dan menyusui serta dampak negatif yang ditimbulkan karena status gizi yang buruk

    pada ibu hamil dan menyusui tidak hanya mengenai diri yang bersangkutan, tetapi

    juga pada perkembangan janin yang akan dilahirkan serta perkembangan dan

    pertumbuhan anak dikemudian hari (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan

    Sosial RI, 2000). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya

    memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan dan risiko kematian dirinya,

    tetapi juga terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang

    dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia

    dewasa (Achadi, E. L, 2007).

    Pemeliharaan kehamilan dimulai dari perencanaan menu yang benar,

    masukan gizi pada ibu hamil sangat menentukan kesehatannya dan janin yang

    dikandungnya. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka

  • 3

    kemungkinan akan terjadi gangguan dalam kehamilan, baik terhadap ibu maupun

    janin yang dikandungnya (Huliana, 2001 dalam Paath, E.F, et.al, 2004).

    Menurut Klein, Susan, et.al (2009), masukan gizi yang buruk khususnya saat

    hamil dapat menyebabkan kelelahan, lemas, kesulitan melawan infeksi, masalah

    kesehatan serius lainnya, keguguran atau bayi tidak bisa tumbuh dengan baik (kecil)

    atau cacat lahir, serta meningkatkan peluang pada bayi dan ibu meninggal saat atau

    sesudah kelahiran. Kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi apabila ibu

    mengkonsumsi makanan yang beranekaragam termasuk buah segar dan sayuran

    berwarna. Dengan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, kekurangan zat

    gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan

    lainnya. Makanan yang beranekaragam memberikan manfaat yang besar terhadap

    kesehatan ibu hamil, karena makin beragam yang dikonsumsi, makin baik mutu

    makanannya (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

    Tetapi, pada kenyataannya di beberapa negara berkembang umumnya

    ditemukan larangan atau pantangan tertentu bagi makanan ibu hamil seperti berbagai

    jenis ikan, telur, udang, cumi, dan sebagainya. Dengan adanya pantangan dalam

    makanan maka semakin kecil peluang ibu untuk mengkonsumsi makan yang

    beragam. Sehingga masyarakat akan mengkonsumsi bahan makanan bergizi dalam

    jumlah yang kurang, dengan demikian penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul

    di masyarakat (Suhardjo, 1989).

  • 4

    Menurut Depkes RI (1994), ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil

    yang mempunyai ukuran lingkar lengan atas (LILA)

  • 5

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi risiko KEK

    pada WUS termasuk ibu hamil sebesar 13,6%. Dari data Survey Sosial Ekonomi

    Nasional (Susenas) pada tahun 1999 menunjukkan ibu hamil yang mengalami risiko

    KEK 27,6%, sedangkan laporan surkesnas 2002 menunjukkan 34% ibu hamil

    termasuk ke dalam risiko KEK, dan berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik

    (BPS) tahun 2000-2005 ibu hamil yang menderita KEK sebesar 15,49%. Dalam

    Riskesdas 2007, salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi diatas 10% adalah

    Provinsi Banten yaitu sebesar 12,6%.

    Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu wilayah yang terletak di

    bagian timur Provinsi Banten, kota ini berasal dari sebagian wilayah Kabupaten

    Tangerang. Menurut data dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan 2010, AKI Kota

    Tangerang Selatan 36 per 100.000 kelahiran hidup dimana salah satu penyebabnya

    adalah penyakit infeksi sebesar 10%. Dalam jurnal Malnutrition and Infection:

    Complex Mechanisms and Global Impacts oleh Schaible, et.al (2007) disebutkan

    penelitian di Kenya yang menemukan hubungan signifikan antara penyakit infeksi

    dengan lingkar lengan atas dan serum albumin. Selain itu, dalam jurnal Malnutrition

    and Pregnancy Wastage In Zambia oleh Wamie, data survey status gizi FAO

    menunjukkan 90,5% ibu hamil menderita infeksi. Penyakit infeksi merupakan faktor

    yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan ibu. Status gizi kurang akan

    meningkatkan kepekaan ibu terhadap risiko terjadinya infeksi, dan sebaliknya infeksi

    dapat meningkatkan risiko kurang gizi bahkan kematian (Achadi, E. L, 2007).

  • 6

    Sedangkan untuk angka kematian bayi 2,76 per 1000 kelahiran hidup dan

    jumlah kematian neonatal tahun 2010 sebanyak 54 bayi dan penyebab terbanyak

    yaitu BBLR sebesar 46%. Meskipun untuk angka kematian masih jauh di bawah

    angka kematian nasional, namun sebagai daerah perkotaan dimana berbagai sarana

    telah tersedia, kualitas pelayanan kesehatan tentu saja harus lebih baik, sehingga bisa

    menekan jumlah kematian, terutama kematian ibu dan bayi (Dinas kesehatan Kota

    Tangerang Selatan, 2010).

    Puskesmas Ciputat merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kota

    Tangerang Selatan. Puskesmas Ciputat mempunyai prevalensi KEK ibu hamil

    tertinggi dibandingkan dengan puskesmas lainnya. Prevalensi KEK pada ibu hamil

    di Puskesmas Ciputat Tahun 2009 sebesar 0,24% dan tahun 2010 meningkat

    menjadi 6,68%. Angka ini melebihi prevalensi KEK ibu hamil Kota Tangerang

    Selatan yang hanya sebesar 1,26%. Menurut WHO apabila prevalensi KEK 3-5%

    menunjukkan tidak ada kerawanan pangan di tingkat rumah tangga, 5-9% berarti

    harus berhati-hati kemungkinan rawan pangan, 10-19% menunjukkan situasi rawan

    pangan pada tingkat rumah tangga sudah pada tingkat buruk, 20-30% situasi rawan

    pangan gawat dan lebih dari 30% situasi rawan pangan adalah parah. Sedangkan

    menurut acuan Departemen Kesehatan (2003) tentang tingkat besaran masalah

    risiko KEK, yaitu 30%

    dikategorikan berat. Berdasarkan data bulanan Puskesmas Ciputat, pada bulan

    Januari tidak terdapat ibu hamil yang KEK, tetapi pada bulan Februari terdapat 7

  • 7

    orang dari 25 ibu hamil, bulan Maret 6 orang dari 27 ibu hamil dan bulan April

    meningkat menjadi 13 orang dari 31 ibu hamil.

    Menurut Depkes (1995), penyebab langsung KEK pada ibu hamil yaitu pola

    konsumsi dan penyakit infeksi, Sedangkan menurut Worthington (1985) dalam

    Soetjiningsih (1995) faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah pola

    konsumsi, faktor biologi yang termasuk didalamnya penyakit infeksi, dan factor

    sosio-ekonomi.

    Menurut penelitian Azma di Kota Sukabumi (2003) pola konsumsi makan

    lauk nabati mempunyai hubungan bermakna dengan ibu hamil risiko KEK. Selain

    itu, hasil penelitian yang dilakukan Saraswati di Kota Sukabumi (2005) dan

    penelitian Albugis di Depok Jawa Barat (2008) menunjukkan bahwa pola konsumsi

    merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ibu hamil KEK. Berdasarkan

    penelitian Surasih di Kabupaten Banjarnegara (2005), pola konsumsi dan pantang

    makanan mempunyai hubungan bermakna dengan ibu hamil risiko KEK.

    Hasil studi pendahuluan pada tanggal 11 Mei 2011 yang dilakukan dengan

    cara pengukuran LILA dan wawancara pada 10 ibu hamil, didapatkan 60% ibu

    termasuk kedalam risiko KEK, 80% pola konsumsi ibu tidak sesuai dengan anjuran

    makan menurut Depkes RI serta 40% ada pantang makanan selama kehamilan

    seperti telur, ikan, udang. Dari prevalensi KEK ibu hamil di Puskesmas Ciputat

    yang sudah termasuk ke dalam kemungkinan rawan pangan dan berdasarkan acuan

    Depkes (2003) dapat dikategorikan tingkat ringan, maka peneliti tertarik untuk

  • 8

    mengetahui hubungan pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan

    terhadap risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan

    Tahun 2011.

    1.2 Rumusan Masalah

    Ibu hamil yang menderita gizi kurang, terutama Kurang Energi Kronis

    (KEK) berisiko akan mengalami kesulitan pada saat persalinan, perdarahan, dan

    berpeluang untuk melahirkan bayi dengan BBLR yang akhirnya menyebabkan

    kematian pada ibu atau bayi (Depkes RI, 1996). Pemeliharaan kehamilan dimulai

    dari perencanaan menu yang benar, kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi apabila

    ibu mengkonsumsi makanan yang beranekaragam (Direktorat Gizi Masyarakat,

    2000). Tetapi, pada kenyataannya di beberapa negara berkembang umumnya

    ditemukan larangan atau pantangan tertentu bagi makanan ibu hamil yang akan

    mengakibatkan semakin kecil peluang ibu untuk mengkonsumsi makan yang

    beragam. Dengan demikian penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul (Suhardjo,

    1989).

    AKI Kota Tangerang Selatan 36 per 100.000 kelahiran hidupdimana salah

    satu penyebabnya adalah penyakit infeksi sebesar 10%. Penyakit infeksi merupakan

    faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan ibu. Status gizi kurang akan

    meningkatkan kepekaan ibu terhadap risiko terjadinya infeksi, dan sebaliknya infeksi

    dapat meningkatkan risiko kurang gizi bahkan kematian (Achadi, E. L, 2007).

  • 9

    Dari prevalensi KEK ibu hamil di Puskesmas Ciputat yang sudah termasuk

    ke dalam kemungkinan rawan pangan yaitu sebesar 6,68% dan berdasarkan hasil

    studi pendahuluan yang didapatkan 60% ibu termasuk kedalam risiko KEK, 80%

    pola konsumsi ibu tidak sesuai dengan anjuran makan menurut Depkes RI serta 40%

    ada makanan pantang selama kehamilan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

    hubungan pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan terhadap risiko

    KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimana gambaran risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di

    Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011?

    2. Bagaimana gambaran pola konsumsi (makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,

    sayuran, buah-buahan) ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan

    Tahun 2011?

    3. Bagaimana gambaran penyakit infeksi (tuberculosis, diare) pada ibu hamil di

    Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011?

    4. Bagaimana gambaran pantang makanan pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat

    Kota Tangerang Selatan Tahun 2011?

    5. Apakah ada hubungan antara pola konsumsi (makanan pokok, lauk hewani, lauk

    nabati, sayuran, buah-buahan) dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas

    Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011?

  • 10

    6. Apakah ada hubungan antara penyakit infeksi (tuberculosis, diare) dengan risiko

    KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011?

    7. Apakah ada hubungan antara pantang makanan dengan risiko KEK pada ibu

    hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Mengetahui hubungan antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan

    pantang makanan dengan risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di

    Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya gambaran risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat

    Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

    2. Diketahuinya gambaran pola konsumsi (makanan pokok, lauk hewani,

    lauk nabati, sayuran, buah-buahan) pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat

    Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

    3. Diketahuinya gambaran penyakit infeksi (tuberculosis, diare) pada ibu

    hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

    4. Diketahuinya gambaran pantang makanan pada ibu hamil di Puskesmas

    Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

    5. Diketahuinya hubungan antara pola konsumsi (makanan pokok, lauk

    hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan) dengan risiko KEK pada ibu

    hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

  • 11

    6. Diketahuinya hubungan antara penyakit infeksi (tuberculosis, diare)

    dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang

    Selatan Tahun 2011.

    7. Diketahuinya hubungan antara pantang makanan dengan risiko KEK pada

    ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Puskesmas

    Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas tentang keterkaitan

    antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan dengan risiko

    KEK pada ibu hamil. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar

    pertimbangan dalam perencanaan program gizi di wilayah Puskesmas

    khususnya program untuk ibu hamil.

    1.4.2 Bagi PSKM

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan di

    bidang kesehatan dan digunakan untuk mengembangkan keilmuan khususnya

    sebagai bahan untuk memperluas hasil-hasil penelitian yang telah ada

    sebelumnya.

    1.4.3 Bagi Peneliti

    Menambah wawasan dan menjadi pengembangan kompetensi diri sesuai

    dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah

    yang berkaitan dengan gizi masyarakat. Serta menjadi bahan bacaan dan

    bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

  • 12

    1.5 Ruang Lingkup

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi, penyakit

    infeksi dan pantang makanan dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas

    Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa

    Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juni-Juli 2011.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

    sectional. Penelitian ini dilakukan karena tingginya prevalensi KEK di Puskesmas

    Ciputat.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil

    Menurut Depkes (1995), ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang

    mempunyai ukuran LILA

  • 14

    kurang baik ini berlanjut dari status gizi pada masa bayi, balita, masa remaja, dan

    calon ibu sebagai generasi selanjutnya (Berg, A, 1986). Data menunjukkan bahwa

    sepertiga (35,65%) wanita usia subur (WUS) KEK. Masalah ini akan menghambat

    pertumbuhan janin sehingga akan menimbulkan risiko BBLR (Departemen

    Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

    Ibu hamil KEK mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada

    trimester ketiga kehamilan, akibatnya mempunyai risiko lebih besar untuk

    melahirkan BBLR. Selain itu ibu hamil KEK yang telah melalui masa persalinan

    dengan selamat, akan mengalami masa pascasalin yang sulit karena lemah dan

    mudah mengalami gangguan kesehatan. Hal ini akan mempengaruhi produksi ASI

    dan menurunkan kemampuan merawat anak serta dirinya sendiri (Depkes RI, 1995).

    Menurut Guthrie (1995) dalam Hapni (2004), ibu hamil yang menderita KEK

    dapat terjadi karena jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup, atau penggunaan

    zat gizi dalam tubuh tidak optimal, atau kedua-duanya. Hal ini menyebabkan

    penurunan jumlah sel darah dalam tubuh, sehingga suplai darah dan zat-zat gizi yang

    diberikan ke janin berkurang, maka pertumbuhan janin akan terhambat dan bayi

    yang dilahirkan akan BBLR.

    Berbagai penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa separuh dari

    penyebab terjadinya kasus BBLR adalah status gizi ibu (Achadi, E.L, 2007). Hasil

    penelitian Rosikin di Kota Cirebon (2004), menunjukkan bahwa ibu hamil dengan

    risiko KEK berisiko melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 kali dibanding ibu dengan

  • 15

    LILA normal. Demikian juga dengan penelitian Susanto (2006) dalam Khasanah

    (2010) di Biak mengatakan bahwa ibu hamil dengan risiko KEK berpeluang

    melahirkan bayi BBLR sebanyak 7 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak

    berisiko KEK. Berdasarkan penelitian Saraswati, dkk. di Jawa Barat (1998)

    menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai risiko

    2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

    LILA lebih dari 23 cm.

    2.2 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

    Menurut Depkes RI (1994), pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah

    suatu cara untuk mengetahui risiko kurang energi kronis (KEK) wanita usia subur

    (WUS), pengukuran LILA dilakukan sebagai tindakan pencegahan dan

    penanggulangan terhadap ibu hamil KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-

    45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur

    (PUS).

    Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status

    gizi dalam jangka pendek. Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

    bahwa penggunaan alat ukur LILA merupakan cara yang sederhana, sangat mudah

    dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Pengukuran LILA pada ibu hamil adalah salah

    satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi kejadian ibu hamil dengan risiko

    KEK yang mengakibatkan kejadian BBLR dan juga sebaai usaha untuk menurunkan

    AKI dan AKB (Depkes RI, 1994).

  • 16

    Penggunaan LILA cukup representatif, ukuran LILA ibu hamil terkait erat

    dengan indeks massa tubuh (IMT) ibu hamil. Semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti

    pula dengan semakin tinggi IMT ibu. Penggunaan LILA telah digunakan di banyak

    negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, pengukuran LILA

    sebagai indikator risiko KEK telah sering digunakan dalam penelitian. Selain murah,

    mudah, cepat dan praktis untuk penggunaan di lapangan, LILA cukup representatif

    dalam menentukkan status gizi ibu hamil terutama berkaitan dengan risiko KEK

    (Hardinsyah, 1999 dalam Marlenywati 2010). Menurut Gibson (2005) dalam

    Mulyaningrum (2009), pengukuran mid-upper-arm circumference (MUAC) atau

    yang lebih dikenal dengan LILA dapat melihat perubahan secara pararel dalam

    massa otot sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis kekurangan gizi.

    Pada penelitian di India didapatkan hasil yaitu besar LILA relatif stabil atau

    hanya sedikit perubahan selama masa hamil, dan pengukurannya independen

    terhadap umur kehamilan. Oleh sebab itu, LILA hanya dapat digunakan untuk

    penapisan (screening). Screening bermanfaat dalam program gizi dan kesehatan

    misalnya dalam menentukan wanita hamil yang perlu mendapatkan PMT (pemberian

    makanan tambahan) atau membutuhkan penyuluhan, pengobatan atau lainnya

    selama periode kehamilan, namun tidak disarankan untuk digunakan dalam

    mengevaluasi hasil intervensi (Shah, 2001 dalam Khasanah 2010).

    2.2.1 Tujuan Pengukuran LILA

    Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS

    baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas

  • 17

    sektoral. Adapun tujuan pengukuran LILA menurut Depkes RI (1994) adalah

    sebagai berikut:

    a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk

    menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir

    rendah (BBLR).

    b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan

    dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

    c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan

    meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

    d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi

    WUS yang menderita KEK.

    e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang

    menderita KEK.

    2.2.2 Ambang Batas LILA

    Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah

    23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita

    LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan

    melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko

    kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan

    anak (Supariasa, 2002).

  • 18

    2.2.3 Cara Mengukur LILA

    Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan yang telah ditetapkan.

    Ada tujuh urutan pengukuran LILA menurut Supariasa (2002), yaitu:

    1) Tetapkan posisi bahu dan siku

    2) Letakkan pita antara bahu dan siku

    3) Tentukan titik tengah lengan

    4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

    5) Pita jangan terlalu ketat

    6) Pita jangan terlalu longgar

    7) Cara pembacaan skala yang benar.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah

    pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.

    Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan

    tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti

    tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya tidak rata.

    2.2.4 Tindak Lanjut Pengukuran LILA

    Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari

    23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran

  • 19

    (Depkes RI, 1994). Skema tindak lanjut pengukuran LILA dapat dilihat pada

    bagan 2.1

    Bagan 2.1

    Skema Tindak Lanjut Pengukuran LILA

    Sumber: Depkes RI, 1994.

    PENGUKURAN LILA WANITA USIA SUBUR (WUS)

    Kelompok

    Masyarakat

    Posyandu Polindes/

    Pustu

    Perusahaan Dasa

    wisma

    Lain-

    lain

  • 20

    2.2.5 Tindakan yang Dilakukan pada Wanita usia Subur (WUS) dengan

    Ukuran LILA Kurang dari 23,5 cm

    2.2.5.1 Upaya dari Masyarakat

    Upaya masyarakat dapat diwujudkan melalui upaya

    perorangan/keluarga maupun upaya kelompok. Upaya tersebut antara

    lain:

    1. Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasihat/anjuran bagi

    WUS/remaja/PUS

    a. Tambah makan

    Setiap kali makan satu piring lebih banyak dari biasa dengan

    memperhatikan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

    b. Istirahat lebih banyak

    Untuk meningkatkan berat badan sebaiknya istirahat siang

    sedikitnya dua jam dalam sehari atau mengurangi kegiatan fisik

    yang melelahkan.

    c. Mengikuti KB

    - Sebaiknya ibu yang baru melahirkan segera menjadi

    peserta KB, agar kondisi ibu dapat dipulihkan kembali

    - Pendewasaan usia perkawinan pada remaja

    - PUS yang baru menikah agar menunda kehamilan.

    d. Mencegah penyakit,antara lain:

    - Malaria, dengan penggunaan kelambu

  • 21

    - Cacingan, dengan kebersihan rumah/lingkungan dan

    memakai alas kaki

    - Diare, dengan kebersihan makanan dan lingkungan.

    2. Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasihat/anjuran bagi

    ibu hamil/ibu menyusui

    a. Tambah makan

    Setiap kali makan 1 piring lebih banyak dari biasa dengan

    memperhatikan PUGS.

    b. Istirahat lebih banyak

    Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan cara istirahat

    siang hari sedikitnya 2 jam sehari atau mengurangi kegiatan

    yang melelahkan.

    c. Minum tablet besi/tablet tambah darah

    d. Periksa kehamilan secara teratur

    e. Ikut KB segera setelah melahirkan

    3. Pembagian makanan dalam keluarga diprioritaskan bagi ibu dan

    anak

    4. Pemberian makanan tambahan pemulihan

    5. Peningkatan pendapatan keluarga melalui kelompok-kelompok

    yang ada di masyarakat dengan memprioritaskan WUS yang

    menderita KEK sebagai pesertanya.

  • 22

    2.2.5.2 Upaya Petugas Lapangan

    1. Penyuluhan sesuai potensi/kondisi spesifik daerah

    2. Pencegahan dan penanggulangan sesuai bidang tugas masing-

    masing, antara lain:

    a. Pemberian tablet besi

    b. Pelayanan kontrasepsi

    c. Pemeriksaan kehamilan

    d. PMT pemulihan

    e. Pencegahan atau pengobatan penyakit

    f. Penganekaragaman konsumsi pangan

    g. Usaha peningkatan pendapatan keluarga.

    2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

    Menurut Depkes (1995), penyebab langsung KEK pada ibu hamil

    yaitu pola konsumsi dan penyakit infeksi, Sedangkan menurut Worthington

    (1985) dalam Soetjiningsih (1995) faktor yang mempengaruhi status gizi ibu

    hamil adalah pola konsumsi, faktor biologi yang termasuk didalamnya

    penyakit infeksi, dan faktor sosio-ekonomi.

    2.3.1 Pola Konsumsi

    Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang

    dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola

    konsumsi masyarakat ini dapat menunjukkan tingkat keberagaman

  • 23

    pangan masyarakat (Baliwati, dkk, 2004). Sedangkan menurut Santoso,

    dkk (2004) pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberi

    gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

    tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

    kelompok masyarakat tertentu yang dipengaruhi oleh kebiasaan,

    kesenangan, budaya, agama, ekonomi, lingkungan alam, dsb. Pola

    konsumsi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu pangan pokok,

    lauk pauk, sayur dan buah-buahan.

    Pola konsumsi pangan pokok merupakan susunan beragam

    pangan pokok (sumber karbohidrat) yang biasa dikonsumsi penduduk

    (Suhardjo, 1989). Menilai status gizi seseorang dapat melalui pola

    konsumsi yang ada, pola konsumsi seseorang tidak lepas dari kebiasaan

    makan yang dilakukannya. Kebiasaan makan seringkali merupakan

    suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang kebiasaan

    hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi

    pangan (Hardinsyah, 1989 dalam Desmawita 2002). Pola konsumsi

    adalah jenis frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi,

    biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah

    ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang (Suhardjo,

    1989).

    Dalam hal pola konsumsi, permasalahan yang dihadapi tidak

    hanya mencakup ketidakseimbangan komposisi pangan yang

    dikonsumsi, tetapi juga masalah masih belum terpenuhinya kecukupan

  • 24

    gizi. Penganekaragaman konsumsi pangan selama ini sering diartikan

    terlalu sederhana, berupa penganekaragaman konsumsi pangan pokok,

    terutama pangan non beras. Penganekaragaman konsumsi pangan

    seharusnya mengkonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai

    kelompok pangan baik pangan pokok, lauk-pauk, sayuran maupun buah

    dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman konsumsi

    pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan

    mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau

    kelompok pangan (Baliwati, dkk, 2004).

    2.3.1.1 Anjuran Makan Ibu Hamil

    Konsumsi makanan yang adekuat untuk ibu hamil adalah yang

    jika dikonsumsi tiap harinya dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi

    dalam kualitas maupun kuantitasnya serta mendukung kondisi

    fisiologis yang sedang dialami ibu hamil. Kualitas makanan

    menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam

    susunan makanan dan perbandingan yang satu terhadap lainnya.

    Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap

    kebutuhan tubuh (Sediaoetama, 1993 dalam Marlenywati 2010).

    Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada

    masa ini ibu harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk

    menyambut kelahiran bayinya. Ibu sehat akan melahirkan bayi yang

    sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu

  • 25

    adalah keadaan gizi ibu. Selama kehamilan ibu perlu memperhatikan

    makanan sehari-hari agar terpenuhi zat gizi yang dibutuhkan selama

    kehamilan (Pudjiadji, 2000).

    Menurut Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI

    (2000), kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi apabila ibu

    mengkonsumsi makanan yang beranekaragam, dengan mengkonsumsi

    makanan yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis

    makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan

    lainnya. Makanan yang beranekaragam memberikan manfaat yang

    besar terhadap kesehatan ibu hamil, karena makin beragam yang

    dikonsumsi, makin baik mutu makanannya. Makanan aneka ragam

    adalah hidangan dengan menu yang bervariasi paling sedikit terdiri

    dari:

    a) Satu jenis makanan pokok, misalnya nasi, jagung, roti, ubi, kentang,

    sagu, dsb yang merupakan sumber zat tenaga.

    b) Satu jenis lauk pauk, misalnya tempe, tahu, telur, ikan, daging, dsb

    yang merupakan zat pembangun

    c) Satu jenis sayuran dan buah-buahan yang merupakan sumber zat

    pengatur.

    Pola makanan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi

    sumber karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin dan mineral.

    Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang

    meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh

  • 26

    ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu

    hamil dapat berakibat:

    a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat

    Badan Bayi Rendah (BBLR)

    b. Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan)

    c. Lahir dengan berbagai kesulitan, dan lahir mati (Notoatmodjo,

    2003).

    Ibu hamil yang kekurangan gizi berisiko melahirkan bayi

    dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu, ibu hamil

    harus memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat bergizi

    seimbang sebagai salah satu upaya untuk menjaga keadaan gizi ibu dan

    janinnya tetap sehat (Kurniasih, dkk, 2010).

    Hidangan bagi ibu hamil sebaiknya memperhatikan prinssip

    menu seimbang, yaitu mengandung semua unsure zat gizi, yaitu sumber

    karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air. Bahkan makanan yang

    dipilih juga harus cukup mengandung serat, yaitu yang bersumber dari

    sayur dan buah. Jenis bahan makanan yang digunakan sebaiknya

    bersumber dari bahan makanan segar, hindari bahan makanan hasil

    awetan (Sulistyoningsih, 2011). Anjuran pembagian makanan sehari

    ibu hamil dapat disederhanakan dalam bentuk bahan makanan dengan

    memakai ukuran rumah tangga (URT) sebagai berikut:

  • 27

    Tabel 2.1

    Anjuran Makan Ibu Hamil

    Bahan Makanan

    atau

    Penukarny*

    Anjuran Makan Ibu Hamil

    Trimester I Trimester II & III

    Nasi 5 porsi 5 porsi

    Sayur 4 porsi 3 porsi

    Buah 3 porsi 5 porsi

    Tempe 3 porsi 3 porsi

    Daging 3 porsi 4 porsi

    Minyak 4 porsi 4 porsi

    Susu 1 porsi 1 porsi

    Sumber: Anjuran Pembagian Makanan Sehari Ibu Hamil dalam Sehat dan Bugar

    Berkat Gizi Seimbang, 2010.

    *Keterangan:

    1. Nasi 1 porsi = gls = 100 gram

    2. Sayur 1 porsi = 1 gls = 100 gram

    3. Buah 1 porsi = 1-2 bh = 50-190 gram

    4. Tempe 1 porsi = 2 ptg sdg = 50 gram

    5. Daging 1 porsi = 1 ptg sdg = 35 gram

    6. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gram

    7. Susu bubuk 1 porsi = 4sdm

    Dengan mengkonsumsi makanan tersebut diperhitungan bahwa

    kebutuhan gizi ibu hamil dapat tercukupi.

  • 28

    Menurut Almatsier (2001), dalam PUGS susunan makanan yang

    dianjurkan adalah menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat

    dicapai dengan mengkonsumsi beranekaragam makanan tiap hari. Tiap

    makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.

    Pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada

    tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai berikut:

    1. Sumber zat energi/tenaga: padi-padian, tepung-tepungan, umbi-

    umbian, sagu.

    2. Sumber zat pengatur: sayuran dan buah-buahan.

    3. Sumber zat pembangun: ikan, ayam telur, daging, susu, kacang-

    kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom.

    Untuk mencapai prinsip gizi seimbang hendaknya susunan makanan

    sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut yang

    terdiri dari:

    1. Bahan Makanan Pokok

    Dalam susunan hidangan Indonesia sehari-hari, bahan makanan

    pokok merupakan bahan makanan yang memegang peranan penting.

    Pada umumnya porsi makanan pokok dalam jumlah (kuantitas/volume)

    terlihat lebih banyak dari bahan makanan lainnya (Santoso, dkk, 2004).

    Porsi nasi dalam prinsip gizi seimbang untuk ibu hamil adalah 5 porsi

    untuk semua trimester.

  • 29

    Dari sudut ilmu gizi, bahan makanan pokok merupakan sumber

    energi dan mengandung banyak karbohidrat (Santoso, dkk, 2004).

    Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber bahan bakar

    (energi) utama bagi tubuh. Karena sebagian besar energi berasal dari

    karbohidrat, maka makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai

    makanan pokok (Kurniasih, dkk, 2010).

    Kebutuhan akan energi pada trimester 1 meningkat secara

    minimal. Setelah itu, sepanjang trimester 2 dan 3, kebutuhan akan terus

    membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi tambahan selama

    trimester 2 diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan

    volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan

    lemak. Sepanjang trimester 3, energi tambahan dipergunakan untuk

    pertumbuhan janin dan plasenta. Pertambahan energi disebabkan oleh

    peningkatan laju metabolisme basal. Selain itu, tambahan energi juga

    diperlukan untuk menjaga ketersediaan cadangan protein. Pertambahan

    energi ini terutama diperlukan pada 20 minggu terakhir dari masa

    kehamilan, yaitu ketika pertumbuhan janin berlangsung sangat pesat.

    Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004

    menganjurkan tambahan energi sebesar 180 kkal untuk trimester I, 300

    kkal untuk trimester II dan III (Arisman, 2004 ). Intake energi yang

    cukup yaitu penambahan 55.000 kkal selama 9 bulan kehamilan

    (Irawati, 2006) diperlukan untuk:

    1. Fetus (pertumbuhan fetus dan aktivitas fisik fetus)

  • 30

    2. Ibu (peningkatan basal metabolisme, simpanan lemak, pertumbuhan

    uterus dan payudara, volume darah bertambah dan perubahan

    aktivitas).

    Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Menurut Glade

    B. Curtis mengatakan bahwa tidak ada satu rekomendasi yang mengatur

    berapa sebenarnya kebutuhan ideal karbohidrat bagi ibu hamil. Namun,

    beberapa ahli gizi sepakat sekitar 60% dari seluruh kalori yang

    dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat. Jadi, ibu hamil membutuhkan

    karbohidrat sekitar 1.500 kalori (Kristiyanasari, 2010).

    Penelitian yang dilakukan oleh Syahnimar (2004), menyatakan

    bahwa terdapat hubungan bermakna antara frekuensi makan makanan

    pokok dengan risiko KEK, selain itu wanita yang mempunyai frekuensi

    makan makanan pokok yang kurang dapat berpeluang untuk mengalami

    risiko KEK sebanyak 3,2 kali dibanding dengan wanita dengan

    frekuensi makan makanan pokok cukup.

    Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya

    pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar

    selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang

    cukup ke dalam tubuhnya. Menurut Suhardjo (1988) dalam prinsip-

    prinsip ilmu gizi, seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang

    melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika

    menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun apabila kebiasaan

    menggunakan cadangan ini terus menerus, maka akan dapat

  • 31

    mengakibatkan keadaan kurang gizi khususnya energi (Kartasapoetra,

    dkk, 2003).

    Asupan energi pada trimester 1 diperlukan untuk menyalurkan

    makanan dan pembentukan hormon, sedangkan pada janin diperlukan

    untuk pembentukan organ (Sadler, 2000). Asupan energi pada trimester

    2 diperlukan untuk pertumbuhan kepala, badan, dan tulang janin.

    Trimester 3 juga terjadi pertumbuhan janin dan plasenta serta cairan

    amnion akan berlangsung cepat selama trimester 3 (Sulistyoningsih,

    2011).

    Ketika jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau

    tidak adekuat. Hal ini menyebabkan penurunan volume darah, sehingga

    aliran darah ke plasenta menurun, maka ukuran plasenta berkurang dan

    transfer nutrient juga berkurang yang mengakibatkan pertumbuhan

    janin terhambat dan bayi yang dilahirkan akan BBLR. Hal ini terjadi

    karena pentingnya peran plasenta yaitu sebagai alat transport,

    menyeleksi zat-zat makanan sebelum mencapai janin, efisiensi plasenta

    dalam mengkonsentrasikan, mensintesis, dan transport zat gizi

    menentukan suplai ke janin.

    2. Bahan Makanan Lauk Pauk

    Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang

    tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu setiap

    bahan makanan akan saling melengkapi zat makanan/gizinya yang

  • 32

    selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan dan

    perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan

    kegiatan-kegiatannya. Zat makanan (gizi) yang diperlukan tubuh

    manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau biasa disebut

    dengan lauk nabati dan ada pula yang berasal dari hewan yaitu lauk

    hewani (Kartasapoetra, dkk, 2003).

    Lauk sebaiknya terdiri dari atas campuran lauk hewani dan

    nabati. Lauk hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur

    mengandung protein dengan nilai biologi lebih tinggi daripada lauk

    nabati. Kacang-kacangan dalam bentuk kering atau hasil olahannya,

    walaupun mengandung protein dengan nilai biologi sedikit lebih rendah

    daripada lauk hewani karena mengandung lebih sedikit asam amino

    esensial metionin, merupakan sumber protein yang baik. Pengolahan

    kacang-kacangan menjadi tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom tidak

    saja meningkatkan cita rasa tetapi juga meningkatkan kecernaan dan

    ketersediaan zat-zat gizi bagi tubuh (Almatsier, 2001).

    Dalam pola makan bergizi seimbang porsi lauk-pauk sumber

    protein hewani ibu hamil harus lebih besar daripada ibu tidak hamil.

    Bila kebutuhan energy ibu hamil 2.000 kkal per hari, maka kebutuhan

    proteinnya 50 gram ditambah 17 gram protein, yang setara dengan 1

    porsi daging (35 gram) dan 1 porsi tempe (50 gram). Adapun makanan

    kaya protein nabati adalah kacang-kacangan dan hasil olahnya,

    terutama tempe, tahu susu kedelai (Kurniasih, dkk, 2010).

  • 33

    WHO menganjurkan tambahan protein sebanyak 0,75 g/kg

    berat badan bagi wanita (Pudjiadi, 2000). Sedangkan Widyakarya

    Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004 menganjurkan tambahan protein

    sebesar 17 gram, baik untuk trimester I, II maupun III (Arisman, 2004).

    Konsumsi protein kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan

    terjadinya:

    1. Defisiensi protein selama pertumbuhan fetus

    2. Pengurangan transfer protein ke fetus

    3. Penurunan jumlah sel dalam jaringan ketika lahir

    4. Efek serius pada otak (Irawati, A, 2006).

    Hasil penelitian yang dilakukan Saraswati (2006) terhadap ibu

    hamil di Sukabumi menunjukkan bahwa pola konsumsi merupakan

    faktor yang berpengaruh terhadap ibu hamil KEK. Pola konsumsi lauk

    hewani pada ibu hamil yaitu sebesar 27,60% ibu hamil tidak pernah

    mengkonsumsi daging dan diatas 65% ibu hamil tidak pernah

    mengkonsumsi hati, terlihat bahwa mereka mengkonsumsi makanan

    yang kurang dari aspek kuantitas dan kualitas. Menurut Penelitian

    Azma (2002) di Sukabumi, proporsi ibu dengan pola konsumsi lauk

    nabati tidak sesuai mengalami risiko 30,4% dan 9,4% ibu hamil dengan

    pola konsumsi lauk nabati sesuai. Ibu hamil dengan pola konsumsi lauk

    nabati tidak sesuai mempunyai risiko untuk KEK sebesar 4,225 kali

    dibanding dengan ibu hamil dengan pola konsumsi lauk nabati sesuai.

  • 34

    Dalam buku ilmu gizi, protein selain akan digunakan bagi

    pembangun struktur tubuh (pembentukan berbagai jaringan) juga akan

    disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga

    pertumbuhan terus berlangsung, akan tetapi apabila dalam keadaan

    terus-menerus menerima makanan yang tidak seimbang, dengan

    sendirinya akan terjadi pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh

    menurun, rentan terhadap penyakit, dll. Proses-proses yang berlangsung

    di dalam tubuh dikendalikan oleh tersedianya protein di dalam tubuh.

    Proses pencernaan misalnya hanya akan berlangsung secara teratur

    dengan dukungan hormon yang mencukupinya, sedangkan hormon itu

    terdiri dari protein.

    Untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan kecepatan

    sintesis protein, maka pangan yang dikonsumsi harus mengandung asam

    amino dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Asam amino arginin dan

    taurin secara fungsional penting dalam perkembangan janin dan bayi.

    Protein yang akan dihidrolisis menjadi asam amino, diabsorpsi dan

    diangkut melalui sistem portae ke hati. Asam amino masuk sirkulasi

    sistemik dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Hati merupakan tempat

    sintesis protein dari asam amino. Karena adanya penggunaan kembali

    asam amino maka sintesis dan degradasi protein akan terjadi setiap hari

    terhadap protein yang dikonsumsi. Pada saat hamil terjadi metabolisme

    asam amino yang cukup tinggi. Peningkatan volume darah dan

  • 35

    pertumbuhan jaringan ibu membutuhkan sejumlah protein (Aritonang,

    2010).

    Protein yang tidak memenuhi kebutuhan secara nyata akan

    menurunkan pertumbuhan janin yaitu penurunan berat badan ibu,

    penurunan jumlah sel, dan berbagai perubahan biokimia. Janin

    menerima asam amino dari ibu melalui plasenta dengan sistem transport

    tidak aktif (difasillitasi). Konsentrasi asam amino pada janin lebih tinggi

    daripada ibu. Plasenta sangat aktif dalam metabolisme yang berperan

    penting dalam metabolisme nitrogen. (Aritonang, 2010).

    Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin yang

    dikandung. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan sebesar sel sampai

    tubuh janin mencapai kurang lebih 3.5 kg, protein juga digunakan untuk

    pembentukan plasenta. Bila asupan protein tidak mencukupi maka

    plasenta menjadi kurang sempurna padahal plasenta berfungsi untuk

    menunjang, memelihara, dan menyalurkan makanan bagi janin. Protein

    juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak dan

    myelin selama masa janin dan berkaitan erat dengan kecerdasan. Selain

    untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, protein juga dibutuhkan

    untuk persiapan persalinan. Sebanyak 300-500 ml darah diperkirakan

    akan hilang pada persalinan sehingga cadangan darah diperlukan pada

    periode tersebut dan hal ini tidak terlepas dari peran plasenta

    (Sulistyoningsih, 2011).

  • 36

    3. Bahan Makanan Sayuran

    Vitamin dan mineral terutama banyak terdapat dalam sayur

    dan buah, khususnya yang berwarna kuning dan hijau gelap. Vitamin

    dan mineral adalah zat gizi makro yang memperlancar proses

    pembuatan energi dan proses biologis lainnya yang diperlukan untuk

    mempertahankan kesehatan. Oleh sebab itu didalam tumpeng gizi

    seimbang, sayuran dan buah dianjurkan dikonsumsi sesering mungkin

    setiap hari (Kurniasih, dkk, 2010).

    Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang

    diperlukan untuk mengatur metabolisme di dalam tubuh. Vitamin B1

    yang terdapat dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai enzim yang

    penting untuk menghasilkan energi dan metabolime karbohidrat serta

    membantu fungsi normal syaraf, otot dan jantung serta vitamin B6

    berperan dalam pembentukan protein tubuh (Almatsier, 2001). Menurut

    Kartasapoetra, dkk, (2003), vitamin B6 diperlukan pada proses

    metabolisme protein, apabila terjadi defisensi vitamin ini, maka akan

    terjadi ketidaknormalan pada metabolisme protein sehingga tidak dapat

    mengubah asam amino menjadi niasin. Vitamin B6 ini banyak

    terkandung pada sayur mayur.

    Pada penelitian Azma (2002) di Sukabumi, terlihat prevalensi

    ibu hamil yang menderita risiko KEK lebih banyak dijumpai pada ibu

    hamil dengan frekuensi konsumsi sayur

  • 37

    hamil yang frekuensi konsumsi sayur

  • 38

    dalam darah oleh sel darah putih yang mempunyai inti dengan vitamin

    B1. Dari fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa makin banyak

    karbohidrat yang dikonsumsi maka kebutuhan akan vitamin B1 akan

    banyak pula, salah satu contoh bagi ibu-ibu yang sedang hamil atau

    menyusui sudah tentu akan memerlukan vitamin B1 lebih banyak

    daripada biasanya (Kartasapoetra, dkk, 2003).

    Pada penelitian Azma (2002), terlihat prevalensi ibu hamil yang

    menderita risiko KEK lebih banyak dijumpai pada ibu hamil dengan

    frekuensi konsumsi

  • 39

    2.3.2 Penyakit Infeksi

    Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh

    agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan

    faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Penyakit

    infeksi merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dan

    keselamatan ibu. Status gizi kurang akan meningkatkan kepekaan ibu

    terhadap risiko terjadinya infeksi, dan sebaliknya infeksi dapat

    meningkatkan risiko kurang gizi (Achadi, E. L, 2007).

    Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya

    kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan

    penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat

    gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi

    kurang merupakan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit

    infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek

    dapat mempermudah infeksi, penyakit infeksi terkait status gizi yaitu

    TB, diare, dan malaria (Supariasa, 2002).

    Kekurangan zat gizi makro berkontribusi terhadap penyakit

    infeksi dan sebaliknya penyakit infeksi menyebabkan terjadinya

    malnutrisi. Orang yang menderita kekurangan gizi akan sangat rentan

    terhadap berbagai penyakit. Hal ini karena kurangnya asupan makanan

    yang bergizi yang dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh.

    Demikian pula jika seseorang terkena penyakit infeksi akan

  • 40

    menurunkan nafsu makannya sehingga jika tidak tertangani akan

    menyebabkan kekurangan gizi (Moechji, 2003).

    Dalam jurnal Malnutrition and Infection: Complex

    Mechanisms and Global Impacts oleh Schaible, et.al (2007) disebutkan

    sebuah penelitian di Kenya yang menemukan hubungan signifikan

    antara penyakit infeksi dengan lingkar lengan atas dan serum albumin.

    Infeksi menyebabkan hilangnya energi pada bagian dari individu, yang

    dapat mengurangi produktivitas pada tingkat masyarakat dan

    mengakibatkan kekurangan gizi. Contoh bagaimana infeksi dapat

    berkontribusi untuk gizi buruk adalah: (1) infeksi pencernaan bisa

    menyebabkan diare; (2) HIV / AIDS, tuberkulosis, dan infeksi kronis

    lainnya dapat menyebabkan cachexia dan anemia, dan (3) parasit usus

    dapat menyebabkan anemia dan gizi buruk. Selain itu, dalam jurnal

    Malnutrition and Pregnancy Wastage In Zambia oleh Wamie, data

    survey status gizi FAO menunjukkan 90,5% ibu hamil menderita

    infeksi.

    Bisai dan Bose (2008) dalam Marlenywati (2010)

    mengemukakan bahwa disamping asupan makanan yang inadekuat,

    KEK pada seseorang juga disebabkan oleh penyakit infeksi yang

    dideritanya. Penyakit infeksi ini menyebabkan meningkatnya angka

    kesakitan akibat menurunnya imunitas tubuh. Hal ini sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan Mulyaningrum (2009) di daerah Jakarta yang

    menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki penyakit infeksi beresiko

  • 41

    terkena KEK sebesar 30% dan penelitian Surasih (2005) di

    Banjarnegara diperoleh proporsi ibu hamil yang menderita penyakit

    infeksi (diare, TBC, dll) sebesar 36,10%.

    Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-

    balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai

    mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makan

    dan toleransi terhadap makanan. Di berbagai tempat di dunia, makanan

    dapat tercemar oleh berbagai bibit penyakit yang menimbulkan

    gangguan dalam penyerapan zat gizi oleh tubuh. Orang yang

    mengalami gizi kurang daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi

    rendah, sehingga mudah terkena serangan penyakit infeksi. Demikian

    pula sebaliknya, orang yang kena penyakit infeksi dapat mengalami gizi

    kurang (Suhardjo, 1989).

    Status gizi, atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian

    penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang

    mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga

    mempengaruhi status gizi. Infeksi dan demam dapat menyebabkan

    merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan

    mencernakan makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan

    cacing pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan dan

    dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan

    yang demikian membantu terjadinya kurang gizi. Wanita hamil dan

    menyusui yang harus melakukan beban kerja berat memerlukan banyak

  • 42

    sekali makanan baik untuk kondisi kesehatan tubuhnya maupun untuk

    kebutuhan energinya. Selama status kesehatan dan gizi saling

    mempengaruhi, diperlukan perhatian khusus untuk mencukupi kedua-

    duanya (Suhardjo, 2003).

    Scrimshaw, dkk (1959) dalam Supariasa (2002) menyatakan

    bahwa ada hubungan yang sangat erat antara interaksi (bakteri, virus

    dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang

    sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga infeksi akan

    mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanisme

    patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri

    maupun bersamaan, yaitu:

    a. Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,

    rendahnya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat

    sakit.

    b. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare,

    mual/muntah dan pendarahan terus menerus.

    c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat

    sakit (human host/parasit) yang terdapat didalam tubuh.

    1. Tuberculosis

    Infeksi pernafasan seperti tuberculosis, pneumonia, asma,

    dll berhubungan dengan tingginya kesakitan pada ibu hamil dan

    harus ditindaklanjuti dengan segera. Infeksi pernafasan banyak

  • 43

    terjadi pada ibu hamil khususnya trimester II dan III. Perempuan

    dengan infeksi pernafasan seharusnya menerima konseling sebelum

    hamil dan pendidikan tentang risiko dari kehamilan dan pengobatan

    yang berkelanjutan. Tuberculosis biasanya ditunjukkan dengan

    gejala batuk, penurunan berat badan dan keringat di malam hari

    (Stone Sophia, 2009).

    Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi kronis

    yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, biasanya

    terdapat pada paru tetapi mungkin juga terdapat pada organ lain

    seperti pada kelenjar getah bening, ginjal, jantung dan lain

    sebagainya. Reaksi pertama akibat penyakit tuberculosis adalah

    batuk, demam, berat badan menurun, dan badan lemah. Hal ini

    menyebabkan metabolisme dalam tubuh meningkat, sehingga tubuh

    membutuhkan energi lebih yang diperoleh dari makanan. Badan

    yang lemah biasanya dipengaruhi oleh nafsu makan yang menurun

    sehingga asupan makanan yang seharusnya diberikan lebih tidak

    dapat tercukupi sehingga menyebabkan berat badan menurun, efek

    TB pada kehamilan akan berpengaruh terhadap status nutrisi yang

    buruk yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortaliltas maternal

    (http://digulib.unimus.ac.id). Dalam jurnal Tuberculosis and

    Pregnancy oleh Arora, et.al (2003) menyatakan bahwa dampak TB

    pada kehamilan diataranya akan mengakibatkan kekebalan tubuh

  • 44

    menurun, stress kehamilan dan akan berpengaruh terhadap status

    gizi ibu hamil.

    Untuk mengetahui tentang penderita tuberculosis dengan

    baik harus dikenali tanda dan gejalanya. Seseorang ditetapkan

    sebagai tersangka penderita tuberculosis paru apabila ditemukan

    gejala klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala utama

    pada tersangka tuberculosis adalah:

    a. Batuk berdahak lebih dari tiga minggu

    b. Batuk berdarah

    c. Sesak nafas

    d. Nyeri dada

    Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak

    tinggi/meriang, dan penurunan berat badan. Dengan strategi DOTS

    (directly observed treatment shourtcourse), gejala utamanya adalah

    batuk berdahak dan/atau terus menerus selama 3 minggu atau lebih.

    Berdasarkan keluhan tersebut, seseorang sudah dapat ditetapkan

    sebagai tersangka (Widoyono, 2008). Dalam Riskesdas (2007),

    gejala tuberculosis yaitu batuk 2 minggu disertai dahak atau dahak

    bercampur darah dan berat badan sulit bertambah atau menurun.

    2. Diare

    Diare menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga

    mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap

  • 45

    usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari

    makanan yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap

    serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Beberapa

    gejala dan tanda diare antara lain: berak cair atau lembek dan sering

    adalah gejala khas diare, muntah, demam dan gejala dehidrasi

    (Widoyono, 2008). Gejala dan tanda dari diare yaitu buang air besar

    lembek atau cair bahkan dapat berupa cairan saja yang frekuensinya

    lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari)

    (Sarjana dkk, 2007).

    Infeksi mempengaruhi status protein. Misalnya infeksi

    ringan sekalipun akan mengakibatkan bertambahnya kehilangan

    nitrogen melalui urin. Infeksi juga membantu terjadinya kekurangan

    protein karena menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Seperti

    kita ketahui infeksi cacing bisa mengurangi absorpsi nitrogen apa

    lagi jika disertai diare. Telah banyak sekali penyelidikan yang

    menunjukkan bahwa kekurangan kalori protein yang berat terjadi

    jika menderita diare atau penyakit infeksi lainnya (Sastroamidjo,

    1980).

    Banyak infeksi mengganggu absorpsi nutrient dalam

    saluran cerna. Pada penyakit diare, absorpsi lemak dari makanan

    hanya 58% dari keadaan normalnya, dan absorpsi protein dari

    makanan hanya 44% dari keadaan normalnya. Karena hal inilah,

  • 46

    absorpsi energi dari makanan hanya sekitar 71% dari keadaan

    normalnya (Gibney, et al, 2008).

    2.3.3 Sosial Ekonomi

    2.3.3.1 Pekerjaan

    Ketersediaan bahan pangan dalam keluarga sangat

    dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Ibu

    yang bekerja dan mempunyai pengahasilan sendiri akan dapat

    menyediakan makanan yang mengandung sumber zat gizi

    dalam jumlah yang cukup dibandingkan ibu yang tidak bekerja

    (Khumaidi, 1989).

    2.3.3.2 Jumlah Anggota Keluarga

    Keluarga dengan banyak anak dan jarak kehamilan antar

    anak yang amat dekat akan menimbulkan banyak masalah. Jika

    pendapatan keluarga terbatas sedangkan anak banyak, maka

    pemerataan dan kecukupan makanan di dalam keluarga kurang

    bisa dijamin. Keluarga ini disebut keluarga rawan, karena

    kebutuhan gizinya hampir tidak pernah tercukupi dan dengan

    demikian penyakit pun terus mengintai (Apriadji, 1986).

  • 47

    2.3.3.3 Pendidikan

    Menurut Hardinsyah (1999) dalam Mulyaningrum

    (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

    ibu hamil atau suami akan semakin rendah kejadian KEK pada

    ibu hamil dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat

    pendidikan suami biasanya diikuti dengan meningkatnya

    pendapatan keluarga termasuk kesehatan dan gizi ibu hamil

    pada perhatian terhadap istri yang hamil semakin meningkat.

    Menurut Schultz (1984) dan Cadwell (1979) dalam

    Mulyaningrum (2009) mengatakan bahwa pendidikan itu dapat

    memperbaiki cara penggunaan sumberdaya keluarga, sehingga

    akan berdampak positif terhadap kelangsungan hidup keluarga,

    salah satunya dalam perawatan ibu hamil. Ibu dengan

    pendidikan tinggi tidak banyak dipengaruhi oleh praktik

    tradisional yang merugikan terhadap ibu hamil dan kualitas

    maupun kuantitas makanan untuk konsumsi setiap harinya.

    2.3.3.4 Pantang Makanan

    Makanan pantang atau pantang makanan adalah

    bahan makanan atau masukan yang tidak boleh dimakan oleh

    para individu dalam masyarakat karena alasan-alasan yang

    bersifat budaya. Biasanya pihak yang diharuskan memantang

    memiliki ciri-ciri tertentu, atau sedang mengalami keadaan

  • 48

    tertentu (misalnya karena sedang hamil atau menyusui), dan

    karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan

    tertentu terhadap bahan makanan tersebut (misalnya berkenaan

    dengan sifat keramatnya). Adat memantang makan itu diajarkan

    secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu

    yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin

    akan rasional dari alasan-alasan memantang makanan yang

    bersangkutan, dan sekedar karena patuh akan tradisi setempat

    (Swasono, 1998).

    Sedangkan menurut Sediaoetama (1990), pantang

    makanan yaitu tidak boleh makan jenis makanan tertentu

    dijumpai pada masyarakat karena alasan budaya dan kesehatan

    di berbagai negara seluruh dunia. Dari sudut ilmu gizi, pantang

    makanan dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:

    1. Kelompok pertama, pantang makanan yang tidak

    berdasarkan agama (kepercayaan)

    2. Kelompok kedua, pantang makanan yang berdasarkan

    agama (kepercayaan)

    3. Kelompok ketiga, pantangan yang jelas akibatnya terhadap

    kesehatan.

    Pangan dan gizi sangat berkaitan erat karena gizi

    seseorang sangat tergantung pada kondisi pangan yang

    dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut

  • 49

    ketersediaan pangan dan kerawanan pangan yang dipengaruhi

    oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat/kepercayaan

    yang terkait dengan tabu makanan. Banyak sekali penemuan

    para peneliti yang menyatakan bahwa faktor budaya sangat

    berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah

    gizi di berbagai masyarakat dan negara. Unsur-unsur budaya

    mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang

    kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi.

    Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda

    terhadap pangan (Baliwati, dkk, 2004).

    Kepercayaan masyarakat tentang konsepsi kesehatan

    dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan

    makanan. Semakin banyak pantangan dalam makanan maka

    semakin kecil peluang keluarga untuk mengkonsumsi makan

    yang beragam. Beberapa jenis bahan makanan dilarang dimakan

    oleh anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui ataupun kaum remaja.

    Jika ditinjau dari konteks gizi, bahan makanan tersebut justru

    mengandung nilai gizi yang tinggi, tetapi tabu itu tetap

    dijalankan dengan alasan takut menanggung risiko yang akan

    timbul. Sehingga masyarakat yang demikian akan

    mengkonsumsi bahan makanan bergizi dalam jumlah yang

    kurang, dengan demikian maka penyakit kekurangan gizi akan

    mudah timbul di masyarakat. (Suhardjo, 1989).

  • 50

    A. Berg (1986) dalam Pudjiadi (2000), diberbagai

    negara atau daerah terdapat 3 kelompok masyarakat yang

    biasanya mempunyai makanan pantangan, yaitu anak kecil, ibu

    hamil dan ibu yang menyusui. Khusus mengenai hal itu di

    Indonesia antara lain dikemukakan sebagai berikut:

    a) Pada anak kecil di banyak daerah, makanan yang bergizi

    dijauhkan dari anak-anak, karena takut akan akibat-akibat

    yang sebaliknya. Di beberapa daerah ikan dilarang untuk

    anak-anak karena menurut kepercayaan mereka ikan akan

    menyebabkan penyakit cacingan, sakit mata atau sakit kulit.

    Di tempat lain kacang-kacangan yang kaya dengan protein

    seringkali tidak diberikan kepada anak-anak karena khawatir

    perut anaknya akan kembung.

    b) Pada ibu yang sedang hamil, berdasarkan hasil studi di

    Kalimantan Tengah ditemukan fakta adanya 27 jenis ikan

    yang merupakan makanan pantangan, dengan alasan apabila

    ikan-ikan itu dimakan dapat menyebabkan maruyan

    (gangguan pada kesehatan ibu), mabuk, merusak badan, sulit

    melahirkan, peranakan bisa ke luar, dsb.

    c) Pada ibu yang sedang menyusui, di Indonesia banyak wanita

    mengurangi makan sesudah melahirkan anak untuk menjaga

    bentuk tubuhnya. Di Jawa, makan telur dipantangkan selama

    ibu sedang menyusui anaknya, karena diduga telur bisa