evaluasi pemanfaatan sempadan sungai...
TRANSCRIPT
1 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
EVALUASI PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI INDRAGIRI DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROPINSI RIAU
S. E. Putra, D. Rohmat *), Jupri *)
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Sungai Indragiri Terletak di Provinsi Riau dengan Panjang Kurang lebih (500 km) dan kedalaman
6-8 m. Sungai ini mengaliri tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri
Hulu, dan Kabupaten Indragiri Hilir. Saat ini masih banyak dijumpai bentuk pemanfaatan
sempadan sungai yang belum sesuai dengan peraturan yang ada di Kabupeten Indragiri Hilir. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa kondisi sempadan Sungai Indragiri saat ini sangat kurang baik yang
dipengaruhi oleh kondisi fisik sempadan sungai dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
tinggal di sempadan sungai. Sempadan Sungai Indragiri yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir
memiliki luas sebesar 2.000 hektar. Sebanyak 63,65% atau seluas 1.873 hektar wilayahnya
dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya berupa kawasan perkebunan dan sebanyak 6,35% atau
seluas 127 hektar wilayahnya dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman. Berdasarkan data
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, arahan pola pemanfaatan ruang yang ada
di Kabupaten Indragiri Hilir difungsikan kedalam 2 kawasan, yaitu kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Jenis pemanfaatan sempadan sungai yang sesuai dengan kebijakan peraturan pemerintah
yaitu pemanfaatan sempadan sungai sebagai kawasan budidaya berupa kawasan perkebunan,
sedangkan jenis pemanfaatan sempadan sungai yang tidak sesuai dengan kebijakan peraturan
pemerintah yaitu pemanfaatan sempadan sungai sebagai kawasan budidaya berupa permukiman
yang berada tepat di sempadan Sungai Indragiri.
Kata kunci : Sungai, Sempadan Sungai, Pemanfaatan sempadan.
*) Penulis Penanggung Jawab
2 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
ABSTRACT
The Indragiri river located in Riau Province with 500 meters approximately in length and 6-8
meters in depth. This river flows through 3 Regencies that is Kuantan Singingi Regency, Indragiri
Hulu Regency, and Indragiri Hilir Regency. In this time, there is a lot of floodplain utilization form
which not yet suitable with regulation that exist at Indragiri Hilir Regency. The result of research
showing that the floodplain condition of Indragiri River is very bad now which affected by the
physical condition of floodplain and the economic and social condition of people who live at
floodplain. The considerable of floodplain of Indragiri River which exist at Indragiri Hilir Regency
are 2.000 hectares. 63,65% or as wide as 1.873 hectares has been using as a cultivation area form as
a plantation area and 6,35% or as wide as 127 hectares are form as a settlement area. Based on the
data of Region Layout Plan of Indragiri Hilir regency, the guideline of space utilization model in
Indragiri Hilir Regency was functioned into 2 area, that is conservation area and cultivation area. A
kind of floodplain utilization that appropriate with the government regulation policy that is
floodplain utilization form as a plantation area, although a kind of floodplain utilization that not
inappropriate with the government regulation policy that is floodplain utilization as a cultivation
area form as a settlement area which just precisely exist in floodplain of Indragiri River.
Keywords : River, Floodplain, Floodplain utilization.
PENDAHULUAN Lingkungan adalah suatu media di
mana makhluk hidup tinggal, mencari,
dan memiliki karakter serta fungsi yang
khas yang mana terkait secara timbal
balik dengan keberadaan makhluk hidup
yang menempatinya, terutama manusia
yang memiliki peranan yang lebih
kompleks dan riil (Elly M. Setiadi, 2006).
Lingkungan bisa dibedakan menjadi
lingkungan biotik dan abiotik. Seiring
dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka
manusia pun dituntut untuk dapat
mengolah segala sumberdaya alam yang
ada di tempat tinggalnya, karena ketika
dilahirkan, manusia sudah dibekali akal
dan fikiran, sehingga manusia bertahan
hidup dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Dengan
dibekali akal dan fikiran, manusia dapat
membangun rumah sebagai tempat untuk
berlindung, dan mendirikan segala sarana
dan prasarana yang dapat menunjang
kelangsungan hidupnya. Namun
terkadang aktivitas manusia kurang
memperhatikan kondisi lingkungan
tempat tinggalnya, sehingga antara
kondisi lingkungan dengan aktivitas
manusia menjadi tidak seimbang.
Perubahan alam lingkungan hidup
manusia akan berpengaruh baik secara
positif ataupun negatif. Berpengaruh bagi
manusia karena manusia mendapatkan
keuntungan dari perubahan tersebut, dan
berpengaruh tidak baik karena dapat
dapat mengurangi kemampuan alam
lingkungan hidupnya untuk menyokong
kehidupannya. Saat ini, hampir di setiap
wilayah yang ada di Indonesia,
khususnya kota-kota besar sedang giat
melakukan kegiatan pembangunan di
segala sektor, mulai dari sektor
permukiman hingga sektor perniagaan.
Hampir di sebagian besar wilayah yang
ada di Indonesia dipenuhi oleh bangunan-
bangunan yang dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal dan kegiatan perniagaan.
Aktivitas pembukaan lahan semakin
marak terjadi, lahan yang seharusnya
dijadikan kawasan hijau pun dirubah
menjadi kawasan industri maupun
kawasan hunian dan niaga.
Karena tidak terkontrolnya
pembangunan menyebabkan banyak
daerah hijau dan pertanian berubah
menjadi permukiman, yang berakibat
pada berkurangnya daerah resapan air.
Selama ini kanalisasi dan sungai
berfungsi sebagai tempat pengumpulan
air hujan dan air limbah dari segala
3 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
macam kegiatan antara lain permukiman,
pasar, industri. Penduduk yang tinggal
dan beraktifitas di sempadan sungai
mempergunakan sungai sebagai kegiatan
MCK (Mandi Cuci Kakus) dan
pembuangan sampah, yang berakibat
terjadinya pendangkalan kedalaman
sungai, pengurangan lebar sungai (akibat
erosi dan penimbunan sungai),
pencemaran air sungai (akibat kegiatan
MCK, pembuangan sampah, dll).
Sungai secara alamiah merupakan
sebuah kesatuan, namun pada
kenyataannya pengelolaannya terkotak-
kotak ke dalam wilayah administratif.
Selain itu, sungai juga memiliki
keterkaitan dengan kondisi masyarakat
yang bertinggal di sekitarnya. Sungai
memiliki peran strategis sebagai salah
satu sumber daya alam yang mendukung
kehidupan masyarakat. Peranan sungai di
dalam konteks perkotaan menjadi sangat
penting, khususnya dalam upaya
mempertahankan sumber daya air yang
berkelanjutan. Sungai merupakan salah
satu sumber daya air yang mempunyai
manfaat dan peran yang penting dalam
kehidupan manusia dan berbagai kegiatan
perkotaan seperti industri, perumahan,
perdagangan, sarana dan prasarananya.
Sempadan sungai merupakan daerah yang
subur dan memiliki fungsi lingkungan
hidup yang penting dan merupakan
daerah konservasi yang rentan terhadap
banjir, erosi tebing dan dasar sungai,
maupun terjadinya kerusakan akibat
pemanfaatan sempadan sungai oleh
masyarakat. Berdasarkan PP No. 38/2011
pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Sungai
adalah alur atau wadah air alami
dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya,
mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan. Melihat kecenderungan-
kecenderungan di atas, zona di sekitar
sungai perlu dilindungi agar tidak didesak
oleh kepentingan peruntukan lain. Sungai
perlu diberi sempadan yang cukup untuk
dapat mengakomodasi perubahan dinamis
yang terjadi. Kawasan tepi sungai yang
sempadannya tertata asri menjadikan
properti bernilai tinggi karena terjalinnya
kehidupan yang harmonis antara manusia
dan alam. Lingkungan yang teduh dengan
tetumbuhan, ada burung berkicau di dekat
air jernih yang mengalir, menciptakan
rasa nyaman dan tenteram tersendiri. Dari
hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa sempadan sungai berfungsi
sebagai ruang penyangga antara
ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi
sungai dan kegiatan manusia tidak saling
terganggu. Jika fungsi sungai terganggu,
pada akhirnya gangguan tersebut juga
akan menimbulkan kerugian terhadap
kepentingan manusia.
Penduduk Indragiri Hilir pada tahun
2012 berjumlah 689.938 jiwa. Rata-rata
jiwa per rumah tangga adalah 4 jiwa,
tidak berubah dari tahun sebelumnya
karena kenaikan jumlah penduduk diikuti
dengan kenaikan jumlah rumah tangga.
Kecamatan yang paling banyak
penduduknya adalah Kecamatan
Tembilahan yaitu 72.424 jiwa dan
kecamatan yang paling sedikit jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Sungai
Batang yaitu 12.320 jiwa. Sungai
Indragiri Terletak di Provinsi Riau
dengan Panjang Kurang lebih (500 km)
dan kedalaman 6-8 m. sungai ini
mengaliri tiga Kabupaten yaitu
Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten
Indragiri Hulu, dan Kabupaten Indragiri
Hilir, di Kabupaten Kuantan Singingi,
Sungai Indragiri disebut juga dengan
Batang Kuantan. Sungai Indragiri berhulu
di pegunungan Bukit Barisan (Danau
Singkarak), sungai Indragiri mempunyai
tiga muara ke Selat Berhala, yaitu di Desa
sungai Belu, Desa Perigi Raja dan Kuala
Enok. Sungai Indragiri memiliki fungsi
dan peran yang sangat penting bagi
perkembangan Provinsi Riau, terutama
Kabupaten Indragiri Hilir. Sungai
Indragiri yang mempunyai fungsi dan
4 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
peran yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup masyarakat yang
tinggal di daerah yang dialiri sungai
Indragiri, sehingga harus dijaga
kelestarian dan fungsi sungai tersebut.
Sebagai upaya utama dalam menjaga
kelestarian dan kelangsungan fungsi
sungai, pemerintah Indonesia menetapkan
daerah sempadan sungai dalam
perundangan/peraturan tentang sungai.
Berdasarkan penjelasan penetapan garis
sempadan sungai dalam peraturan
tersebut, harusnya menjadi acuan untuk
penduduk Indonesia agar tidak bermukim
di sempadan sungai demi menjaga
kelestarian dan kelangsungan fungsi
sungai, namun peraturan yang telah
berlaku belum diikuti. Saat ini masih
banyak dijumpai bentuk pemanfaatan
sempadan sungai yang belum sesuai
dengan peraturan yang ada. Salah satu
bentuk pemanfaatan sempadan sungai
yang tidak sesuai dengan peraturan ialah
keberadaan bangunan perumahan yang
terdapat dalam sempadan sungai di
kawasan perkotaan di Indonesia terutama
di Kabupaten Indragiri Hilir. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi
lingkungan sempadan sungai
Indragiri di Kabupaten Indragiri
Hilir, Provinsi Riau.
2. Untuk mengetahui jenis
pemanfaatan sempadan sungai
Indragiri di Kabupaten Indragiri
Hilir, Provinsi Riau.
3. Untuk mengetahui kesesuaian
antara ketentuan/peraturan yang
sudah ada dengan kondisi aktual
di lapangan terkait dengan
pemanfaatan sempadan sungai
Indragiri di Kabupaten Indragiri
Hilir, Provinsi Riau.
METODE
Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik yang bertujuan untuk
menjelaskan dan sekaligus menganalisa
data hasil yang di dapat dari masalah
yang ada sekarang ini. Menurut (
Sumaatmadja, 1988 : 112) Populasi
penelitian geografi adalah semua kasus
dan gejala yang ada di daerah penelitian
populasi geografi meliputi kasus,
masalah, peristiwa, gejala
(fisik,sosial,ekonomi,politik) yang ada
pada ruang geografi. Populasi geografi
adalah himpunan individu atau objek
yang masing – masing mempunyai sifat
atau ciri geografi yang sama. Ciri
geografi yang dimaksud bisa bentuk fisik
maupun non fisik. Populasi dalam
penelitian ini terdiri atas populasi wilayah
dan populasi penduduk yang meliputi
wilayah Kabupaten Indragiri Hilir,
Provinsi Riau. Populasi wilayah
diutamakan di beberapa Kecamatan yang
dialiri Sungai Indragiri dan difokuskan di
kawasan permukiman yang terletak di
Sempadan Sungai Indragiri. sedangkan
untuk populasi penduduk yaitu penduduk
yang tinggal dan menetap di sempadan
sungai Indragiri. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian
ini ialah accidental sampling. Menurut
Sutrisno Hadi (1992 : 46) accidental
sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang dilakukan terhadap
responden yang secara kebetulan ditemui
di lokasi penelitian ketika observasi
sedang berlangsung. Pengambilan sampel
difokuskan di lokasi yang terletak di
pusat keramaian seperti kawasan
permukiman, pemerintahan dan
perniagaan. Terdapat dua variabel
penelitian dalam penelitian ini yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
kondisi fisik lingkungan sempadan
sungai, kondisi sosial-ekonomi
kependudukan, dan kondisi lingkungan
permukiman. Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu evaluasi pemanfaatan
sempadan Sungai Indragiri di Kabupaten
Indragiri Hilir.
5 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Indragiri Hilir resmi
menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan
Undang undang No.6 tahun 1965
tanggal 14 Juni 1965 (LN RI No.49).
Daerah ini terletak di bagian selatan
Provinsi Riau dengan luas wilayah
11.605,97 km2 dalam posisi : 00
36’Lintang Utara - 10 07’Lintang Selatan
dan 1040-10‘ Bujur Timur 1020-32’
Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah
Kabupaten Indragiri Hilir adalah :
Sebelah
Utara
: Kabupaten
Pelalawan
Sebelah
Selatan
: Kabupaten
Tanjung Jabung
Barat(Provinsi
Jambi )
Sebelah
Barat
: Kabupaten
Indragiri Hulu
Sebelah
Timur
: Kabupaten
Tanjung Balai
Karimun
(Provinsi Kepri)
Kabupaten Indragiri Hilir sangat
dipengaruhi oleh pasang surutnya air
sungai/parit, dimana sarana perhubungan
yang dominan untuk menjangkau daerah
satu dengan daerah lainnya adalah
melalui sungai/parit dengan mengunakan
kendaraan speed boat, pompong, dan
perahu. Diantara sungai-sungai yang
utama di daerah ini adalah Sungai
Indragiri yang berasal dari dari Danau
Singkarak (Provinsi Sumatera Barat)
yang bermuara di selat berhala.
Sungai Indragiri Terletak di Provinsi
Riau dengan Panjang kurang lebih (550
km) dan kedalaman rata-rata 2-22 m,
dimana untuk kedalaman minimum
sungai Indragiri yaitu 2 meter, sedangkan
untuk kedalaman maksimum yaitu 36
meter. Luas Daerah Aliran Sungai
Indragiri secara keseluruhan adalah
seluas 25.819,61 km2. Sungai ini
mengaliri tiga Kabupaten yaitu
Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas
DAS seluas 2.880 km2, Kabupaten
Indragiri Hulu dengan luas DAS seluas
6.154 km2, dan Kabupaten Indragiri Hilir
dengan luas DAS seluas 6.711 km2, di
Kabupaten Kuantan Singingi Sungai ini
disebut juga dengan Batang Kuantan.
Sungai Indragiri berhulu di pegunungan
Bukit Barisan (Danau Singkarak), sungai
Indragiri mempunyai tiga muara ke Selat
Berhala, yaitu di Desa sungai Belu, Desa
Perigi Raja dan Kuala Enok. Berikut
adalah gambaran topografi aliran Sungai
Indragiri melalui citra satelit dan
gambaran topografi Sungai Indragiri
secara vertikal.
6 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
Gambar 1 , Topografi Aliran Sungai Indragiri
Sumber : Citra SRTM Provinsi Riau
Gambar 2 , Topografi Aliran Sungai Indragiri
Sumber : Hasil Analisis Citra Satelit
Berdasarkan data Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Indragiri
Hilir, arahan pola pemanfaatan ruang
yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir
difungsikan kedalam 2 kawasan, yaitu
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Untuk kawasan lindung, sempadan
sungai termasuk kedalam kawasan
perlindungan setempat yang mana
tujuannya agar kawasan sempadan sungai
dapat terlindungi dan terjaga
kelestariaannya dari segala aktifitas
manusia. Adapun kawasan sempadan
sungai yang dijadikan lokasi prioritas
dalam penelitian ini difokuskan di
kawasan sempadan sungai Indragiri yang
melintasi Kecamatan Tembilahan yang
merupakan salah satu kecamatan dengan
tingkat kepadatan penduduk yang cukup
tinggi di Kabupaten Indragiri Hilir yang
sebagian besar permukiman penduduknya
terpusat di sepanjang sempadan Sungai
Indragiri. Sedangkan untuk lokasi non
prioritas dalam penelitian ini berada
diluar Kecamatan Tembilahan, yakni
berada di beberapa kecamatan. Adapun
kecamatan-kecamatan yang dijadikan
sebagai lokasi non prioritas yaitu
kecamatan Kempas, Kecamatan
Kecamatan Tempuling, Kecamatan
Tembilahan Hulu, dan Kecamatan
Concong. Berikut adalah Peta Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indragiri
Hilir.
7 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
Gambar 3, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
Sumber: Peta Infrastruktur Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2012
Data yang diperoleh dari kegiatan
penelitian berupa dokumen mengenai
RTRW Kabupaten, dan fakta yang
ditemukan di lapangan mengenai
pemanfaatan sempadan sungai Indragiri
di Kabupaten Indragiri Hilir. Data RTRW
Kabupaten yang diperoleh ialah data
RTRW Kabupaten Indragiri Hilir. Setelah
data terkumpul, maka selanjutnya
dilakukan proses analisis data dalam
bentuk tabel, analisis deskriptif dan
analisis digital visual dalam bentuk peta
RTRW Kabupaten yang dijadikan fokus
dalam penelitian. Berikut adalah tabel
mengenai analisis sinkronisasi antara
RTRW Kabupaten dan fakta lapangan.
8 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
Tabel 1. Analisis Sinkronisasi RTRW dengan Fakta Lapangan
Kabupaten RTRW Kabupaten Fakta Lapangan Keterangan (sesuai/tidak sesuai)
Indragiri Hilir
Kawasan Lindung
dan Kawasan
Budidaya
Kawasan Lindung
(bangunan air)
Sesuai, namun perlu diadakan suatu
pengecekan mengenai kondisi
bangunan air yang ada di sisi kiri dan
kanan sungai Indragiri agar tetap kokoh
dan terjaga dengan baik.
Indragiri Hilir
Kawasan Lindung
dan Kawasan
Budidaya
Kawasan Budidaya
(pusat perdagangan)
Sesuai, namun perlu diadakan suatu
peninjauan mengenai letak lokasi pusat
perdagangan yang cenderung dekat
dengan sungai dan perlu adanya batas
antara wilayah budidaya dan wilayah
sempadan sungai.
Indragiri Hilir
Kawasan Lindung
dan Kawasan
Budidaya
Kawasan Lindung
(bangunan air semi
permanen)
tidak sesuai, sebab jenis bangunan yang
ada cenderung bersifat semi permanen
dengan material yang tidak memenuhi
standar bangunan yang layak untuk
diberdayakan dalam menunjang
aktivitas budidaya.
Indragiri Hilir
Kawasan Lindung
dan Kawasan
Budidaya
Kawasan Lindung
(bangunan air untuk
dermaga)
Sesuai, namun perlu diadakan suatu
pengecekan mengenai kondisi
bangunan air yang ada di sisi kiri dan
kanan sungai Indragiri agar tetap kokoh
dan terjaga dengan baik.
Indragiri Hilir
Kawasan Lindung
dan Kawasan
Budidaya
Kawasan Budidaya
(permukiman)
Tidak sesuai, sebab jenis bangunan
yang ada cenderung bersifat semi
permanen dengan material yang tidak
memenuhi standar bangunan yang
layak untuk diberdayakan dalam
menunjang aktivitas budidaya, selain
itu letak permukiman tersebut
cenderung berada di dalam badan
sungai, sehingga mengganggu
kestabilan ekosistem yang ada di
sungai serta dapat menimbulkan
pencemaran sungai akibat dari
pembuangan limbah rumah tangga
yang dibuang langsung ke sungai.
Sumber : Hasil Analisis penelitian tahun 2014
Kondisi permukiman masyarakat di
sempadan Sungai Indragiri masih
terbilang sederhana dan ada di beberapa
tepat yang bisa dikatakan kondisi
permukimannya terbilang kumuh,
terutama di lokasi penelitian yang
dijadikan lokasi prioritas dalam pencarian
data penelitian penulis yang berada di
Kecamatan Tembilahan, Kabupaten
Indragiri Hilir. Dengan kondisi
permukiman yang padat dan letaknya
cenderung menjorok ke sungai dan
bangunan atau rumah-rumah yang berdiri
disana didominasi oleh bangunan semi
permanen yang dibangun dengan material
bangunan berupa kayu atau bilik dan
bentuknya berupa rumah panggung yang
mana di bawah rumah tersebut digenangi
oleh air Sungai Indragiri dan cenderung
kotor karena dipenuhi oleh sampah
rumah tangga yang dibuang langsung ke
sungai yang kemudian mengendap di
dasar rumah penduduk. Untuk aktivitas
sehari-hari, masyarakat cenderung
bergantung pada Sungai Indragiri seperti
mencuci pakaian, alat-alat dapur, bahkan
9 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
sampai aktivitas MCK yang dilakukan
langsung di sungai. Hal ini dikarenakan
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
yang tinggal di sempadan Sungai
Indragiri sebagian besar tergolong
kedalam masyarakat menengah ke
bawah, dan juga jarak dari rumah ke
sungai memang sangat dekat bahkan ada
beberapa sungai yang letaknya masuk ke
badan sungai. Atas dasar tersebut,
masyarakat memilih untuk melakukan
segala aktivitasnya di sungai karena
kemampuan masyarakat dari segi
finansial untuk melengkapi rumahnya
dengan fasilitas MCK yang memadai dan
layak pakai masih belum cukup atau
masih kurang.
Sumber : Dokumentasi Penelitian
Selain di lokasi prioritas, penulis
juga sempat mengunjungi kawasan
permukiman yang berada di sempadan
Sungai Indragiri namun kondisi
permukimannya sedikit rapi dengan
komposisi bangunan yang sudah
permanen dengan material bangunan
berupa tembok atau batu dan juga ada
beberapa yang sudah dilengkapi dengan
fasilitas MCK yang cukup memadai
meskipun masih ada beberapa yang
masih memanfaatkan sungai dalam
kegiatan sehari-hari terutama aktivitas
MCK. Jarak rumah ke sungai di lokasi ini
terbilang cukup variatif, mulai dari 5
sampai 50 meter.
10 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
Sumber : Dokumentasi Penelitian
Kondisi aktual sempadan Sungai
Indragiri yang ada di Kabupaten Indragiri
Hilir terbilang kurang mendapat
perawatan dan cenderung tidak mendapat
perhatian dari pemerintah setempat untuk
mengelola bangunan-bangunan air yang
kurang terawat tersebut. Jika melihat
kondisi sempadan sungai yang seperti itu,
penulis dapat berargumen bahwa lahan
sempadan Sungai Indragiri yang ada di
Kabupaten Indragiri Hilir sangat rentan
akan terjadinya longsor. Apabila lahan
sempadan sungai dipadati oleh bangunan-
bangunan yang dipergunakan untuk
kawasan budidaya terutama kawasan
permukiman dan perniagaan, maka hal ini
sangat berpotensi terjadi longsor akibat
ketidakmampuan lahan sempadan dalam
menahan beban bangunan yang dibangun
diatasnya. Namun, tidak semua aktivitas
budidaya dilarang, ada beberapa aktivitas
budidaya yang masih diperbolehkan
untuk dilakukan di sempadan sungai
namun sifatnya bukan berbentuk
bangunan fisik melainkan seperti
perkebunan. Akan tetapi apabila tidak ada
perawatan yang terkontrol, maka tetap
saja akan berpotensi menimbulkan
bencana. Bangunan-bangunan yang
masih diperbolehkan untuk dibangun di
sempadan sungai yaitu seperti dermaga
yang digunakan untuk keperluan
transportasi air, bangunan-bangunan
penahan dinding sungai, serta pembuatan
taman dan jalur hijau penahan intrusi air
laut terutama di lokasi prioritas yang
terletak di Kecamatan Tembilahan yang
letaknya tepat di muara Sungai Indragiri
yang berbatasan langsung dengan laut.
11 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
Sumber : Dokumentasi Penelitian
Berdasarkan Indikasi Arahan
Peraturan Zonasi Provinsi Riau, kawasan
sempadan sungai masuk kedalam
kawasan perlindungan setempat yang
ditetapkan di Provinsi Riau. Adapun
kawasan perlindungan setempat meliputi
jalur hijau penahan interusi air laut,
kawasan sempadan pantai, kawasan
sempadan sungai, kawasan sekitar
waduk/danau, dan kawasan sekitar mata
air. Dalam indikasi arahan peraturan
zonasi Provinsi Riau dikatakan bahwa
dalam kawasan sempadan sungai dapat
dilakukan kegiatan budidaya sepanjang
tidak mengakibatkan terganggunya fungsi
sungai serta masih diperkenankan
dibangun prasarana wilayah dan utilitas
lainnya dengan ketentuan tidak
menyebabkan terjadinya perkembangan
pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang
jaringan prasarana tersebut serta
dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Kondisi lingkungan sempadan
Sungai Indragiri saat ini mengalami
perubahan dari segi fungsinya. Hal ini
terkait dengan pemanfaatan sempadan
Sungai Indragiri yang kurang baik. Jika
dilihat berdasarkan jenis pemanfaatannya,
kawasan sempadan Sungai Indragiri saat
ini lebih dimanfaatkan sebagai kawasan
budidaya seperti perkebunan dan
permukiman.
Jika berpatokan pada kebijakan
RTRW Kabupaten Indragiri Hilir, ada
beberapa wilayah di Kabupaten Indragiri
Hilir yang memang di peruntukkan untuk
dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya,
namun letaknya cenderung di luar
kawasan sempadan Sungai Indragiri.
Oleh sebab itu, maka untuk kawasan
budidaya sebaiknya tidak ditempatkan di
sempadan sungai. Selain berpatokan pada
kebijakan yang tertuang dalam peraturan,
kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan
sungai yang mencakup pengelolaan serta
pemanfaatan kawasan sempadan sungai
juga harus mempertimbangkan aspek
fisik dari sungai itu sendiri.
Berdasarkan karakteristik fisiknya,
Sungai Indragiri termasuk ke dalam
kategori sungai besar. Luas Daerah
Aliran Sungai Indragiri di Kabupaten
Indragiri Hilir yaitu seluas 915,70 km2,
dengan kedalaman maksimal sedalam 16
12 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
meter, dengan panjang sungai secara
keseluruhan sepanjang 550 km dan lebar
maksimal 900 meter. Dengan demikian,
seharusnya kawasan sempadan Sungai
Indragiri difungsikan sebagai kawasan
lindung dengan dibatasi garis sempadan
selebar 100 meter.
Selain aspek kondisi fisik dari sungai
itu sendiri, kegiatan pemanfaatan
sempadan sungai juga dipengaruhi oleh
aspek kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat yang tinggal di lokasi
penelitian. Dengan kondisi masyarakat
yang didominasi oleh kalangan menengah
ke bawah yang sebagian besar tinggal dan
menetap di kawasan permukiman yang
berada tepat di sempadan Sungai
Indragiri terutama di daerah hilir yang
mendekat ke muara sungai juga menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan sempadan Sungai Indragiri.
Kawasan permukiman padat yang
didominasi oleh bangunan rumah semi
permanen yang berdiri di sempadan
sungai itu sendiri tentunya dapat
mengganggu kestabilan ekosistem yang
ada di sempadan sungai, ditambah juga
dengan kondisi rumah yang sebagian
besar tidak dilengkapi dengan sarana dan
fasilitas MCK yang memadai.
Dengan kondisi tersebut, hampir
seluruh masyarakat yang tinggal di
sempadan Sungai Indragiri sangat
bergantung pada Sungai Indragiri mulai
dari aktivitas seperti mandi serta mencuci
pakaian maupun perlengkapan rumah
tangga lainnya tersebut semuanya
dilakukan langsung di sungai yang tanpa
disadari hal tersebut dapat mencemari
Sungai Indragiri. Selain itu, keberadaan
tumpukan sampah rumah tangga yang
dibuang langsung ke Sungai Indragiri
juga harus diperhatikan terutama oleh
pihak pemerintah setempat. Apabila hal
ini tidak ditanggulangi lewat kegiatan
normalisasi sungai yang mencakup
kawasan sempadan sungai, maka lama
kelamaan Sungai Indragiri akan dipenuhi
oleh sampah rumah tangga yang nantinya
akan mengendap di dasar sungai sehingga
berpotensi menyebabkan terjadinya
pendangkalan sungai yang mendorong
terjadinya banjir akibat dari
bertambahnya debit air Sungai Indragiri
yang menyebabkan air sungai meluap.
Hal ini harus segera ditanggulangi
sebelum terjadi bencana banjir yang
sewaktu-waktu dapat terjadi di
Kabupaten Indragiri Hilir, terutama
daerah yang letaknya di hilir dan dekat
dengan muara, sebab secara tidak
langsung kawasan sempadan Sungai
Indragiri yang berada di hilir dan dekat
dengan muara tentunya dipengaruhi oleh
pasang surut air laut yang dapat
menyebabkan terjadinya intrusi air laut.
Menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum nomor 63/PRT/1993
tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan
Sungai dan Bekas Sungai sebagaimana
tercantum dalam Bab II Pasal 11 ayat 1
tentang pemanfaatan lahan di daerah
sempadan dapat dilakukan oleh
masyarakat untuk kegiatan-kegiatan
tertentu sebagai berikut :
a. Untuk budidaya pertanian
dengan jenis tanaman yang
diijinkan.
b. Untuk kegiatan niaga,
penggalian dan
penimbunan.
c. Untuk pemasangan papan
reklame, papan
penyuluhan dan
peringatan, serta rambu-
rambu pekerjaan.
d. Untuk pemasangan
rentangan kabel listrik,
kabel telepon dan pipa air
minum.
e. Untuk pemancangan tiang
atau pondasi prasarana
jalan/jembatan baik umum
maupun kereta api.
13 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
f. Untuk penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial dan
masyarakat yang tidak
menimbulkan dampak
merugikan bagi kelestarian
dan keamanan fungsi serta
fisik sungai.
g. Untuk pembangunan
prasarana lalu intas air dan
bangunan pengambilan
dan pembuangan air.
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai evaluasi pemanfaatan
sempadan Sungai Indragiri di Kabupaten
Indragiri Hilir, kenyataan yang dijumpai
di lokasi penelitian saat ini terdapat
beberapa ketidaksesuaian antara
kebijakan pemerintah terkait dengan
pemanfaatan sempadan sungai dengan
kondisi pemanfaatan sempadan aktual di
lokasi penelitian. Adapun bentuk
ketidaksesuaian tersebut yaitu di
beberapa lokasi penelitian masih
dijumpai beberapa kawasan yang
seharusnya dimanfaatkan sebagai
kawasan lindung namun kenyataannya
sempadan sungai yang ada di Kabupaten
Indragiri Hilir justru dimanfaatkan
sebagai kawasan budidaya seperti
perkebunan dan permukiman, terutama
keberadaan permukiman padat yang
letaknya di sempadan Sungai Indragiri
dan bahkan ada permukiman yang
letaknya menjorok ke Sungai Indragiri.
Berdasarkan data yang tercantum
dalam RTRW Kabupaten Indragiri Hilir,
Kawasan sepanjang sempadan Sungai
Indragiri yang ada di Kabupaten Indragiri
Hilir mulai dari Kecamatan Kempas
sampai Kecamatan Tembilahan
seharusnya difungsikan sebagai kawasan
lindung, sebab letak Kabupaten Indragiri
Hilir berada di hilir Sungai Indragiri dan
berbatasan langsung dengan laut,
sehingga kawasan sempadan Sungai
Indragiri yang ada di Kabupaten Indragiri
Hilir sangat rentan akan resiko terjadinya
bencana banjir akibat dari pengaruh
pasang surut air laut yang menyebabkan
terjadinya intrusi air laut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai “Evaluasi Pemanfaatan
Sempadan Sungai Indragiri di Kabupaten
Indragiri Hilir Provinsi Riau” diperoleh
kesimpulan dan rekomendasi mengenai
hasil penelitian. Adapun kesimpulan dari
hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Lingkungan Sempadan Sungai
Indragiri di Kabupaten Indragiri Hilir,
Provinsi Riau.
Kondisi lingkungan sempadan
Sungai Indragiri saat ini sangat kurang
baik. Selain dipengaruhi oleh kondisi
fisik sempadan sungai, kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat yang tinggal di
sekitar maupun di sempadan sungai juga
menjadi salah satu aspek yang dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan
sempadan sungai.
a. Kondisi Fisik Sempadan Sungai
Kondisi fisik lingkungan
sempadan Sungai Indragiri saat
ini mengalami penurunan dari
segi fungsinya. Hal ini dapat
dilihat dari keberadaan
permukiman semi permanen yang
berdiri di sempadan sungai dan
cenderung menimbulkan kesan
kumuh serta dapat mengganggu
kestabilan ekosistem yang ada di
sempadan Sungai Indragiri.
Selain keberadaan
permukiman semi permanen yang
dapat menimbulkan kesan kumuh
serta dapat mengganggu
kestabilan ekosistem yang ada di
sempadan sungai, keberadaan
bangunan air seperti tembok
penahan tebing sungai yang
14 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
kondisinya tidak terawat juga
dapat mengganggu ekosistem
yang ada di sempadan sungai.
Kerusakan tebing sungai berupa
longsoran merupakan salah satu
bentuk kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh rusaknya
bangunan penahan tebing sungai
yang kondisinya tidak terawat.
Selain bangunan air berupa
tembok penahan tebing sungai,
ada beberapa bangunan air
lainnya seperti dermaga yang
tidak terawat bahkan kondisinya
terbengkalai juga sangat
disayangkan, sebab apabila
dikelola dengan maksimal,
dermaga tersebut mampu
menunjang aktivitas masyarakat
di sektor transportasi air yang
memanfaatkan keberadaan Sungai
Indragiri itu sendiri sehingga
dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
b. Kondisi Sosial Sempadan Sungai
Selain kondisi fisik
lingkungan sempadan sungai,
kondisi sosial masyarakat pun
menjadi salah satu aspek yang
mempengaruhi kondisi
lingkungan sempadan sungai.
Berdasarkan hasil penelitian,
sebagian besar masyarakat yang
tinggal di sempadan sungai
merupakan penduduk asli yang
sudah tinggal di sempadan sungai
dalam kurun waktu yang cukup
lama.
Sebagian besar masyarakat
yang tinggal di sempadan sungai
berusia antara 31 sampai 50
tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa usia masyarakat yang
tinggal di sempadan sungai
masih tergolong ke dalam
kategori usia produktif. Hal ini
dapat diketahui dengan
banyaknya anggota keluarga
yang dimiliki oleh masyarakat
yaitu sebanyak 4 sampai 6 orang
yang semuanya tinggal dalam
satu rumah yang hanya memiliki
luas bangunan seluas 40 sampai
80 m2.
Dengan kondisi seperti itu,
dapat diketahui bahwa tingkat
kepadatan penduduk yang
tinggal di sempadan Sungai
Indragiri di Kabupaten Indragiri
Hilir terbilang cukup padat.
Dengan tingkat kepadatan yang
cukup tinggi tersebut tentunya
dapat mempengaruhi kondisi
lingkungan sempadan Sungai
Indragiri karena sebagian besar
masyarakat yang tinggal di
sempadan sungai melakukan
aktivitas sehari-hari seperti
mandi dan mencuci yang
semuanya dilakukan di sungai.
Selain itu, keberadaan
tumpukan sampah yang
tergenang di sungai
menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat yang tinggal di
sempadan sungai kemungkinan
membuang sampah rumah
tangganya langsung ke sungai
sehingga semakin memperburuk
kondisi lingkungan sempadan
sungai dan cenderung
menimbulkan kesan kumuh.
15 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
2. Pemanfaatan Sempadan Sungai Indragiri
di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi
Riau
Sempadan Sungai Indragiri yang ada
di Kabupaten Indragiri Hilir yang
memiliki luas wilayah sebesar 2.000
hektar, dan saat ini sebagian besar
wilayah dimanfaatkan sebagai kawasan
budidaya dimana ditemukan di beberapa
titik pengamatan yang tersebar di daerah
penelitian yaitu seluas 1.873 hektar atau
sebanyak 63,65% dari keseluruhan
wilayah sempadan sungai dimanfaatkan
sebagai kawasan perkebunan campuran
yang letaknya di sempadan sungai.
Selain dimanfaatkan sebagai
kawasan perkebunan, ada juga di
beberapa tempat terutama yang ada di
lokasi yang dijadikan sebagai lokasi
prioritas dalam penelitian ini, ada
beberapa lokasi yang daerah sempadan
sungainya dimanfaatkan sebagai kawasan
permukiman, terutama di Kecamatan
Tembilahan yang dijadikan sebagai lokasi
prioritas dalam penelitian ini. Selain di
lokasi prioritas, keberadaan permukiman
yang ada di sempadan sungai juga ada di
beberapa titik pengamatan yang ada di
lokasi non prioritas. Berdasarkan hasil
analisis data yang diperoleh, dari
keseluruhan wilayah sempadan sungai
yang memiliki luas sebesar 2.000 hektar,
sebanyak 127 hektar atau sebesar 6,35%
wilayahnya dimanfaatkan sebagai
kawasan budidaya berupa permukiman.
3. Kesesuaian Antara ketentuan/peraturan
yang sudah ada dengan kondisi aktual di
lapangan terkait dengan pemanfaatan
sempadan Sungai Indragiri di Kabupaten
Indragiri Hilir, Propinsi Riau
Berdasarkan Indikasi Arahan
Peraturan Zonasi Propinsi Riau, kawasan
sempadan sungai masuk ke dalam
kawasan perlindungan setempat yang
ditetapkan di Propinsi Riau. Adapun
kawasan perlindungan setempat meliputi
jalur hijau penahan intrusi air laut,
kawasan sempadan pantai, kawasan
sempadan sungai, kawasan sekitar
waduk/danau, dan kawasan sekitar mata
air.
Berdasarkan data Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Indragiri
Hilir, arahan pola pemanfaatan ruang
yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir
difungsikan kedalam 2 kawasan, yaitu
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Untuk kawasan lindung, sempadan
sungai termasuk kedalam kawasan
perlindungan setempat yang mana
tujuannya agar kawasan sempadan sungai
dapat terlindungi dan terjaga
kelestariannya dari segala aktivitas
manusia.
Berdasarkan hasil analisis
sinkronisasi antara RTRW Propinsi Riau
dengan RTRW Kabupaten Indragiri Hilir
menunjukkan bahwa terdapat keselarasan
antara keduanya, namun hasil tersebut
ternyata berbeda dengan fakta yang
dijumpai di daerah penelitian terkait
dengan pemanfaatan sempadan Sungai
Indragiri di Kabupaten Indragiri Hilir,
Propinsi Riau.
Jenis pemanfaatan sempadan sungai
yang sesuai dengan kebijakan peraturan
pemerintah yaitu pemanfaatan sempadan
sungai sebagai kawasan budidaya berupa
kawasan perkebunan, sebab di dalam
peraturan dikatakan bahwa kawasan
budidaya masih diperbolehkan untuk
dilakukan di sempadan sungai selama
tidak mengakibatkan terganggunya fungsi
sungai. Berdasarkan hal tersebut, penulis
berasumsi bahwa kawasan budidaya
berupa kawasan perkebunan masih
diperbolehkan dilakukan di sempadan
sungai.
Selain dimanfaatkan sebagai
kawasan budidaya berupa kawasan
perkebunan, sempadan Sungai Indragiri
juga dimanfaatkan sebagai kawasan
permukiman yang ada di lokasi prioritas
maupun lokasi non prioritas. Jika
16 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
berpedoman pada kebijakan peraturan
pemerintah mengenai pemanfaatan
sempadan sungai, keberadaan kawasan
permukiman di sempadan sungai
merupakan salah satu bentuk
pemanfaatan sempadan sungai yang tidak
sesuai, sebab tidak dicantumkan dalam
peraturan, terutama kawasan permukiman
yang ada di sempadan sungai yang
letaknya dekat dengan muara sungai
seperti kawasan permukiman sempadan
sungai yang ada di Kecamatan
Tembilahan yang menjadi lokasi prioritas
dalam penelitian ini.
Berdasarkan kebijakan peraturan
pemerintah, kawasan sempadan sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut seharusnya difungsikan sebagai
kawasan lindung berupa jalur hijau
penahan intrusi air laut. Oleh sebab itu
kawasan sempadan Sungai Indragiri yang
ada di lokasi prioritas seharusnya
dijadikan sebagai kawasan lindung
berupa jalur hijau penahan intrusi air laut,
namun fakta yang dijumpai di daerah
penelitian, kawasan sempadan sungai
tersebut tidak dimanfaatkan sebagai
kawasan lindung, melainkan
dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya
berupa kawasan permukiman.
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiady, M.Si. dkk. (2006). Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai.
Sumaatmadja, N. (1988), Studi Geografi
: Suatu Pendekatan dan Analisis
Keruangan. Bandung : Alumni.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai,
dan Bekas Sungai
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Indragiri Hilir (2013). Indragiri
Hilir Dalam Angka 2013. Tersedia
di :
http://inhilkab.bps.go.id/frontend/in
dex.php. Diakses 14 Mei 2014.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau
(2013a). RTRW Propinsi Riau
2010-2030, BAB 7 Arahan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau
(2013b). Riau Dalam Angka 2013.
Tersedia di :
http://riau.bps.go.id/frontendV21/in
dex.php. Diakses 14 Mei 2014.
Hadi, Sutrisno, 1992, Metodologi
Research II Yogyakarta: Andi
Offset, 1991.
Suganda, E., Yatmo, A.Y., Atmodiwirjo,
P. (2009). Pengelolaan Lingkungan
dan Kondisi Masyarakat Pada
Wilayah Hilir Sungai. MAKARA,
SOSIAL HUMANIORA, VOL. 13,
NO. 2, DESEMBER 2009: 143-153
Pare Eni, Sri. (2007). Perbandingan Pola
Permukiman Dan Kondisi
Lingkungan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciliwung Pada Kelurahan
Bidara Cina Dan Tanjung Barat Di
Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi
EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus
2007