early detection of endometrial cancer

Upload: ayu-indria-paramitha

Post on 09-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

early detection of endometrial cancer

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologi paling sering pada wanita di dunia dan urutan ketujuh penyebab kematian akibat kanker di Eropa Barat.1 Kanker endometrium paling sering terjadi di negara maju dan 50% kasus baru terdapat di negara barat. Frekuensi kanker endometrium di dunia menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Kasus terbanyak (75-85%) karsinoma endometrial muncul pada dekade keenam dan ketujuh kehidupan, dan 95% muncul pada usia lebih dari 40 tahun.2Kanker endometrial di Amerika Serikat menduduki urutan keempat tersering pada wanita, sekitar 6% dari kanker yang terjadi pada wanita. The American Cancer Society memperkirakan terdapat 47.130 kasus baru kanker endometrial dan 8.010 kematian dari kanker endometrial pada tahun 2012. Insidens dan jumlah kematian akibat kanker endometrium juga meningkat dalam beberapa dekade terakhir.5 Tingkat harapan hidup dan peningkatan jumlah dan keparahan dari obesitas turut serta meningkatkan insidens kanker endometrial. Perkiraan jumlah kasus baru kanker endometrial tiap tahun antara negara maju dan berkembang hampir sama, namun presentasi paling tinggi pada populasi di negara maju. The International Agency for Research on Cancer melalui the GLOBOCAN series memperkirakan 287.000 kasus baru kanker endometrium dan 74.000 kematian akibat kanker endometrium di seluruh dunia pada tahun 2008. Terdapat persamaan distribusi pada negara maju dan berkembang: GLOBOCAN memperkirakan terdapat 142.000 kasus baru pada negara maju dan 145.000 pada negara berkembang. Insidens kanker endometrium tertinggi di Eropa Utara dan Negara-negara industri daripada negara berkembang. Insidens dan angka harapan hidup selama 5 tahun pada kanker endometrium bervariasi berdasarkan ras. Insidens kanker endometrium pada wanita Causcasian stabil, sedangkan pada ras Afrika-Amerika meningkat 2% per tahun dan angka kematian tetap pada keduanya.6Lebih dari 90% kasus muncul pada wanita lebih dari 50 tahun, dengan usia rata-rata 63 tahun. Insidens pada wanita yang lebih tua (usia 60-79) meingkat lebih dari 40% antara 1993 dan 2007 di United Kingdom; hal ini juga merupakan kasus di kebanyakan negara-negara di Eropa.1

2.2 Faktor Risiko7,6,8,9Beberapa faktor risiko yang telah diidentifikasi adalah: obesitas (indeks massa tubuh >30 meningkatkan risiko tiga hingga empat kali), hiperestrogenism dalam jangka waktu yang lama (polikistik ovarium, terapi tamoxifem, anovulasi, nuliparitas), hipertensi, dan diabetes mellitus. Sekitar lebih dari 5% kanker endometrium terkait dengan sindrom Lynch tipe II (dikenal dengan sindrom kolorektal karsinoma non polyposis herediter) yang mana meningkatkan risiko perkembangan menjadi kanker endometrium 30-60%. Terdapat bukti penggunaan kontrasepsi oral kombinasi menurunkan risiko neoplasia endometrium, menurunkan insidens pada premenopause dan perimenopause pada wanita. a. Gaya hidup dan faktor prilaku Paparan estrogen yang terus menerus memiliki risiko berkembang menjadi kanker endometrium. Peningkatan indeks massa tubuh secara signifikan juga meningkatkan risiko berkembang menjadi kanker endometrium. Obesitas terkait dengan peningkatan risiko terjadinya obesitas melalui peningkatan kadar dan availibilitas serum estrogen. Sindrom metabolik juga berhubungan dengan karsinogenesis endometrium melalui mekanisme biologis resistensi insulin. Aktivitas tidak aktif secara tidak langsung juga meningkatkan risiko kanker endometrium sebanyak 28%. Diet tinggi lemak dan diabetes merupaka factor risiko tambahan pada kanker endometrium.b. Riwayat reproduksi dan menstruasiFaktor risiko untuk kanker endometrium terkait reproduksi dan siklus menstruasi meliputi menarche dini (sebelum 12 tahun) dan menopause terlambat (setelah 55 tahun), kemudian siklus menstrual, nuliparitas, dan infertilitas. Kehamilan mengurangi waktu wanita mengalami menstruasi dan durasi kehamilan menurunkan risiko kanker sebesar 22% per tahun. Menstruasi yang terus menerus dari awal menarche hingga menopause yang terlambat dengan kombinasi nuliparitas memicu penggantian sel pada dinding endometrial, peningkatan kemungkinan kesalahan replikasi DNA sporadik dan mutasi PTEN dan p53. Lebih dari 40% kanker endometrium tipe I kehilangan PTEN dan pengaktifan jalur PI3K/AKT/mTOR.c. Kondisi GenetikHereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) merupakan kelainan autosomal dominan, didiagnosis dengan kriteria Amsterdam dan hasil primer dari mutasi MLH1 atau MSH2. Risiko kanker endometrium pada wanita dengan HNPCC sekitar 40-60%. Sindrom Cowden, kelainan autosomal dominan dengan karakteristik multiple noncancerous hamartomas secara primer disebabkan oleh mutasi gen PTEN. Lima hingga 10% wanita dengan Cowden Syndrome menderita kanker endometrium.d. Kanker dan Pre kankerLima belas hingga 20% dari tumor ovarium sel granulosa-teka dan kanker ovarium endometroid terkait dengan kanker endometrium. Factor risiko lain meliputi peningkatan risiko menjadi 10 kali dengan riwayat keluarga dengan kanker endometrium pada usia lebih muda dari 50 tahun, riwayat kanker payudara atau kanker ovarium, riwayat radiasi sebelumnya, dan hyperplasia endometrium. Satu persen wanita dengan simple hyperplasia tanpa atipia, 3% wanita dengan hiperplasia kompleks tanpa atipia, 8% wanita dengan hyperplasia atipikal, dan 30-40% wanita dengan hyperplasia kompleks atipikal berkembang menjadi kanker endometrium.e. Polycystic Ovarian SyndromeWanita dengan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) mengalami anovulasi kronik dengan paparan estrogen terus menerus, memicu peningkatan risiko 4 kali terkena kanker endometrium ketika dibandingkan terhadap populasi umum dengan peningkatan lebih dari 2 kali ketika disesuaikan dengan indeks massa tubuh.f. Penggunaan terapi hormone estrogen tunggalWanita yang menggunakan terapi hormon estrogen tunggal terjadi peningkatan risiko berkembangnya kanker endometrium; progestin melawan efek estrogen pada dinding endometrium. Peningkatan risiko kanker endometrium yang menggunakan hormon estrogen tunggal banyak terjadi pada wanita non obesitas.g. Dampak medikasi dan lingkungan.Jumlah kanker endometrium pada wanita yang menggunakan tamoxifen adalah 2-3 per 1000 wanita per tahun, dan raloxifene adalah 1,25 per 1000 wanita per tahun. Penggunaan bedak tabur menunjukkan hubungan terjadinya kanker endometrium. Hal ini dapat dikarenakan peningkatan inflamasi dengan kadar antibody antiMUC1 yang rendah, aktivasi sitokin dan makrofag, dan peningkatan pelepasan oksigen reaktif, peningkatan cell turnover, dan peningkatan risiko kerusakan DNA.

2.3 KlasifikasiSecara klinik, patologis, dan data molecular, kanker endometrium dikategorikan menjadi 2 subgrup. Karsinoma tipe I atau kanker endometroid endometrial, sekitar 70% hingga 80% dari kanker endometroid. Mayoritas secara histologi memiliki gambaran endometroid dan merupakan grade rendah yang secara umum karena estrogen berlebihan dan memiliki karakteristik hilangnya PTEN dan mutasi pada PIK3CA, KRAS, dan b-catenin dengan instabilitas mikrosatelit. Pada diagnosis awal, prognosis kanker endometroid tipe I baik, dengan 5-year survival rates lebih dari 97% dan 80% pada stadium I dan II.10,11Karsinoma tipe II atau kanker nonendometroid endometrial, berjumlah 10% hingga 20% dari kanker endometrium. Pada umumnya memiliki morfologi serous dan clear-cell, estrogen independent, sering dikarakteristikkan dengan perubahan genetik pada p53, HER2/neu, p16, dan Ecadherin. Kanker endometrium tipe II biasanya memiliki prognosis lebih jelek daripada kanker endometrium tipe I, dan walaupun jarang, sekitar 44% kanker endometrium mengakibatkan kematian.10

Tabel 1. Karakteristik kanker endometrium tipe I dan tipe II3 KarakteristikTipe ITipe II

Pengaruh hormonal Estrogen dependentEstrogen independent

Status menstruasiPre-peri menopausalPost menopausal

HyperplasiaAda Tidak ada

RasPutih Hitam

GradeLow High

Invasi miometrialMinimal Dalam

Subtype spesifikEndometrioid Serous, clear cell

SifatStabil Agresif

Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan Histologi Kanker Endometrium Menurut Wold Health Organization3Klasifikasi Berdasarkan Histologi Kanker Endometrium Menurut Wold Health Organization

Endometroid adenokarsinoma Tipe dengan diferensiasi skuamosa Tipe villoglandular Tipe sekretori Tipe sel siliar

Karsinoma musinosa

Karsinoma serousa

Clear cell carcinoma

Karsinoma skuamosa

Karsinoma sel campuran

Karsinoma tidak berdiferensiasi

a. Endometroid Adenokarsinoma3Tipe histologi kanker endometrium yang paling sering adalah endometroid adenokarsinoma, sekitar lebih dari 75% kasus. Karakteristik tumor ini terdiri dari kelenjar yang menyerupai endometrium normal. Hal yang bersamaan adanya tipe hyperplasia endometrium berkorelasi dengan tumor tingkat rendah dan sedikit invasi myometrium. Namun demikian, ketika komponen glandular berkurang dan digantikan dengan sarang yang solid dan selubung dari sel, tumor diklasifikasikan sebagai tingkat yang lebih tinggi. Sebagai tambahan, atrofi endometrium lebih sering berhubungan dengan lesi tingkat tinggi yang pada umumnya metastase.

Gambar 1. Perbesaran Kecil Endometroid Adenokarsinoma dengan Gambran Hiperplasia

Gambar 2. Perbesaran Besar Gambaran Endometroid Adenokarsinoma

Gambar 3. Polipoid Endometroid AdenokarsinomaKarakteristik gambaran endometroid adenokarsinoma menampilkan bermacam bentuk variasi terdiri dari endometroid adenokarsinoma dengan diferensiasi skuamosa dan villoglandular, sekretori, dan variasi sel silia.

Gambar 4. Endometroid Adenokarsinoma dengan Diferensiasi Skuamosa

Gambar 5. Villoglandular endometrial Adenokarsinoma memiliki pola predominan papilar dan gambaran fibrovaskular dengan batas tegas

b. Karsinoma Serosa3Sekitar 5-10 persen dari kanker endometrial, karsinoma serosa merupakan tumor tipe II dengan agresifitas tinggi yang berkembang dari endometrium atrofi pada wanita tua. Terdapat tipe pola yang kompleks yang tumbuh papilar dengan sel berinti atipik. Pada umumnya menunjuk sebagai karsinoma serosa papilar uterine, gambaran histologi mirip dengan kanker ovarium epithelial dan badan psammoma dapat dilihat pada 30% pasien.

Gambar 6. Karsinoma serosa papilar uterine (perbesaran kecil). Karsinoma serosa papilar uterine merupakan tumor agresif. Tumor ini dikarakteristik dengan pola papilar kompleks.

Gambar 7. Karsinoma Serosa Papilar Uterina. Sel tumor tersusun dalam bentuk papilla dan biasanya pleomorfik dengan aktivitas mitotik tinggi.

Pada sediaan makroskopis, tumor eksofitik dengan penampakan papilar dari uterus yang kecil dan atrofi.

Gambar 8. Karsinoma Serosa Papilar Uterina (gambaran Makroskopis)Adakalanya tumor berada di dalam polip dan tidak ada bukti penyebarannya. Namun demikian karsinoma serosa papilar uterina dikenal memiliki kecenderungan untuk berinvasi pada myometrium dan limfatik. Penyebaran intraperitoneal, seperti perlengketan omentum, yang mana tidak biasa pada tipe endometroid adenokarsinoma, biasanya umum ketika invasi myometrium minimal atau tidak ada. Sebagai hasilnya, hal ini sulit membedakan karsinoma serosa papilar uterina dari kanker ovarium epithelial selama operasi. Hampir mirip dengan karsinoma ovarium, tumor ini biasanya mensekresikan CA125 dan pengukuran serum serial berguna untuk marker sebagai monitor penyakit postoperative. Karsinoma serosa papilar uterina merupakan tipe sel agresif dan wanita dengan kanker endometrium campuran terdiri dari kurang 25% karsinoma serosa papilar uterina dengan angka bertahan sama dengan karsinoma serosa murni.c. Clear Cell Carcinoma3Kurang dari 5 persen kanker endometrium merupakan jenis clear cell, tetapi ini merupakan jenis utama tumr tipe 2. Gambaran mikroskopis didominasi gambaran solid, kistik, tubular atau papilar dan pola paling sering adalah gabungan dua atau lebih dari pola tersebut.

Gambar 9. Clear cell adenocarcinoma (tipe solid). Clear cell adenocarcinomas memiliki sitoplasma jernih yang banyak yang memperlihatkan kandungan glikogen tinggi dan memiliki pola pertumbuhan bervariasi seperti solid atau papilar dengan oxyphilic dan shave abundant clear cytoplasm me to high glycogen content and have varied growth patterns such as solid or papillary with oxyphilic and sel seperti paku. (Courtesy: Dr. Raheela Ashfaq)

Gambar 10. Clear Cell Carcinoma (Tipe Papilar)Clear cell endometrium adenokarsinoma hamper sama pada ovarium, vagina, dan serviks. Gambaran makroskopis tidak adak gambaran yang khas tetapi seperti karsinoma serosa papilar uterine, cenderung kea rah keganasan, tumor menginvasi secara dalam. Pasien sering didiagnosis dengan penyakit tingkat lanjut dan memiliki prognosis yang jelek.

d. Karsinoma Musinosa3Sekitar 1 hingga 2 persen kanker endometrium memiliki gambaran musinosa yang terdiri lebih dari setengah bagian tumor. Namun demikian, banyak endometrioid adenokarsinoma memiliki komponen fokal. Secara khas, tumor musinosa memiliki pola glandular dengan sel kolumnar uniform dan minimal stratifikasi.

Gambar 11. Karsinoma musinosa memiliki tipe sel endocervical yang menghasilkan musin. Tumor berada mengapung pada musin yang berlebihan.Hampir semua stadium 1, lesi derajat 1 prognosisnya baik. Karena epitel endoservikal bergaung dengan segmen uterus bawah, dilemma diagnostic utama adalah membedakan tumor ini dari adenokarsinoma servikal primer. Pada situasi ini, pewarnaan imun sangat membantu, tetapi MRI preoperative diperlukan untuk klarifikasi lebih lanjut asal bagian yang paling mungkin.

e. Karsinoma campuran3Kanker endometrium dapat menunjukkan kombinasi dua atau lebih tipe murni. Untuk menklasifikasi sebagai karsinoma campuran, komponen harus terdiri paling sedikit 10 persen dari tumor. Kecuali pada gambaran histologi serosa dan clear cell, kombinasi tipe lain biasanya tidak memiliki klinis yang signifikan. Sebagai hasil, karsinoma campuran biasanya merujuk pada campuran tipe I (endometroid adenokarsinoma dan variasinya) dan karsinoma tipe II. f. Karsinoma Tidak Berdiferensiasi3Pada 1 sampai 2 persen kanker endometrium, tidak ada bukti diferensiasi glandular, sarcomatous, atau skuamosa. Tumor yang tidak berdiferensiasi dikarakteristik oleh proliferasi ukuran medium, pertumbuhan sel epitel pada selubung solid dengan pola yang tidak spesifik. Secara keseluruhan, prognosis lebih buruk dari wanita dengan endometrioid adenokarsinoma terdiferensiasi.

g. Tipe Histologis yang Jarang3Kurang dari 100 kasus karsinoma sel skuamosa endometrium telah dilaporkan. Diagnosis memrlukan eksklusi komponen adenokarsinoma dan tidak ada hubungan dengan epitel skuamosa pada serviks. Secara khusus, prognosisnya jelek. Transitional cell carcinoma dari endometrium juga jarang, dan metastasis penyakit dari kandung kemih dan ovarium harus dieksklusikan selama diagnosis.

Tabel 3. Stadium kanker endometrium berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) system12Stadium ITumor terbatas pada korpus uteri

IATidak ada invasi atau invasi kurang dari setengah myometrium

IBInvasi lebih dari atau sama dengan sebagian myometrium.

Stadium IITumor menginvasi stroma servis, tetapi tidak meluas melebihi uterus

Stadium IIIPenyebaran local dan atau regional tumor

IIIATumor menyebar serosa korpus uteri dan atau adneksa

IIIBMeliputi vaginal dan atau perimetrial

IIICMetastasis ke pelvis dan atau nodus limfa para-aortic

IIIC1Nodus limfa pelvis positif

IIIC2Nodus limfa para-aortic positif dengan atau tanpa nodus limfa pelvis positif

Stadium IVTumor menginvasi kandung kemih dan atau mukosa usus , dan atau metastasis jauh

IV ATumor menginvasi kandung kemih dan atau mukosa usus

IV BMetastasis jauh, termasuk metastasis intra-abdominal dan atau nodus limfa inguinal

2.4 Deteksi Awal Kanker EndometriumDiagnosis awal kanker endometrium secara keseluruhan tergantung pada pengenalan dan evaluasi awal terhadap perdarahan vagina yang irregular. Pada wanita premenopause, dokter harus waspada terhadap riwayat menstruasi yang panjang dan banyak atau intermenstrual spotting karena banyak kelainan jinak yang memiliki gejala yang serupa. Perdarahan postmenopause cukup mengkhawatirkan, sekitar 5 hingga 10% kemungkinan didiagnosis karsinoma endometrium. Abnormal vaginal discharge mungkin dapat menjadi gejala lain pada wanita yang lebih tua.3Sayangnya beberapa pasien yang mengalami perdarahan irregular tidak mencari pertolongan medis selama berbulan-bulan atau tahunan. Pada penyakit yang lebih lanjut, nyeri dan tekanan pada pelvis merupakan refleksi dari pelebaran uterus dan penyebaran tumor ektra uterus. Pasien dengan serous or clear cell tumor memiliki tanda dan gejala yang mengarah pada kanker ovarium epithelial.3American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan pada saat ini tidak terdapat skrining rutin kanker endometrium pada wanita baik yang memiliki faktor risiko maupun yang tidak memiliki faktor risiko. Namun, pada onset menopause, para wanita harus diberikan informasi tentang risiko dan gejala kanker endometrium. Mereka sangat dianjurkan untuk melaporkan setiap adanya perdarahan atau bercak yang tidak terduga kepada petugas kesehatan.3Namun demikian, skrining tahunan dari pengambilan sampel endometrium harus dimulai pada usia 35 tahun pada wanita yang memiliki risiko tinggi terhadap kanker endometrium karena HNPCC. Saat ini, sebanyak 40-60% wanita dengan HNPCC memiliki peluang menjadi kanker endometrium sebagai manifestasi klinis pertama. Potensial mutasi carrier dari sindrom ini dapat diidentifikasi jika mereka memiliki turunan pertama atau kedua dari anggota keluarga yang didiagnosis salah satu atau lebih dari kanker endometrial, colon, atau ovarium. Konseling genetik dapat mengklarifikasi risiko untuk memprediksi pasien.3,13Hampir seluruh karsinoma endometrium didiagnosis pada stadium awal dan memiliki prognosis yang baik. Manifestasi klinis paling sering adalah perdarahan post menopausal. Tidak terdapat skrining rutin pada kanker endometrium terutama langsung terhadap wanita dan carrier untuk lebih waspada terhadap perdarahan postmenopausal walaupun perdarahan tersebut hanya sedikit, hal tersebut merupakan sesuatu yang abnormal dan memerlukan penanganan lebih lanjut.. Kebanyakan pasien karsinoma endometrium yang timbul pada masa awal tidak dapat dipastikan kecuali dengan pemeriksaan menggunakan teknologi. Penelitian Gerber et al dengan analisis retrospektif dengan membandingkan 190 wanita postmenopause dengan gejala perdarahan dengan 123 wanita tanpa gejala tetapi pada pemeriksaan transvaginal ultrasound menunjukkan perubahan endometrium yang mengarah ke karsinoma. Pada penelitian ditemukan wanita yang tidak menunjukkan gejala tidak memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan wanita dengan gejala jika perdarahan terjadi kurang dari 8 minggu. Terdapat korelasi durasi perdarahan postmenopause peningkatan stadium tumor dan penurunan survival time. Hal yang penting adalah pada penerlitian menemukan bahwa pada wanita dengan risiko tinggi menderita karsinoma endometrium sedikit kemungkinan memiliki manifestasi klinik perdarahan postmenopausal. Walaupun perdarahan merupakan gejala awal, namun hal tersebut tidak selalu diprediksi sebagai sesuatu yang penting bagi pasien. Skrining endometrium sering menghasilkan tindakan operatif yang tidak perlu dengan meningkatkan morbiditas dan biaya.4Kebanyakan wanita dengan kanker endometrium muncul dengan perdarahan uterus abnormal atau perdarahan postmenopause dan oleh karena itu didagnosis pada awal stadium. Manifestasi klinis lain meliputi gangguan berkemih, dyspareunia, nyeri pelivis, vaginal discharge, dan hilang berat badan. Lebih dari 95% wanita didiagnosis kanker endometrium muncul dengan gejala. Kurang dari 5% wanita tanpa gejala didiagnosis melalui abnormal pap smear, penemuan abnormal gambaran radiologi, atau penemuan secara pemeriksaan patologis pada saat histerektomi.6 Pap smear bukan merupakan alat sensitif untuk mendiagnosis kanker endometrium, dan 50% wanita dengan kanker endometrium akan memiliki gambaran normal. Sel endometrium jinak adakalanya ditemukan pada Pap smear rutin pada wanita 40 tahun atau lebih tua. Pada wanita premenopause, penemuan hal seperti itu sangat terbatas, terutama jika gambaran ditemukan bersamaan dengan masa mentruasi. Namun demikian, wanita postmenopause dengan gambaran tersebeut hamper 3 hingga 5% berisiko kanker endometrium. Penggunaan terapi sulih hormon, prevalensi ditemukannya sel endometrium jinak pada sediaan meningkat, dan risiko kegananasan sedikit (1-2%). Walaupun biopsy endometrium harus dipertimbangkan pada wanita postmenopause apabila ditemukan gambaran sel endometrium jinak, kebanyakan pasien akhirnya didiagnosis dengan hyperplasia atau kanker jika disertai perdarahan abnormal.3Walaupun perdarahan postmenopause pada umumnya muncul dengan gejala, hanya 10% wanita dengan perdarahan postmenopause yang terkena kanker endometrium. Pipelle endometrial biopsy (EMB) merupakan metode evaluasi yang baik untuk perdarahan uterus abnormal karena sensitivitasnya yang tinggi, biaya yang murah, dan morbiditas rendah jika dibandingkan dengan cara pengambilan sampel yang lain. Wanita postmenopause dengan endometrial stripe pada transvaginal ultrasound (TVUS) kurang dari 4 atau 5 mm berisiko rendah terhadap kanker endometrium. Saline infusion sonohysterography memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi untuk deteksi polip endometrium tetapi dengan peningkatan potensi ketidaknyamanan pada pasien, diagnosis jaringan yang sedikit, dan harga yang lebih mahal, membuat pemeriksaan ini menjadi pemeriksaan alternative tetapi bukan metode utama untuk evaluasi perdarahan uterus yang abnormal. Wanita yang terus menerus mengalami gejala sebaiknya dilakukan dilatasi fraksional dan kuretase dengan atau tanpa histeroskopi. Saline infusion sonohysterography dan hysteroscopy secara teori memiliki risiko penyebaran sel tumor. Skrining rutin pada kanker endometrium tidak direkomendasikan untuk populasi secara umum. Pada wanita dengan HNPCC syndrome, the American Cancer Society merekomendasikan skrining tahunan dengan biopso endometrial dan atau transvaginal ultrasound mulai usia 35 tahun dan the National Comprehensive Cancer Network (NCCN) merekomendasaikan wanita dengan HNPCC melakukan pemeriksaan EMB tahunan hingga histerektomi dan bilateral salpingo-oophorectomy setelah tidak memiliki kemampuan untuk melahirkan. Wanita yang tidak memiliki gejala yang menggunakan tamoxifen harus dievaluasi jika mereka mengalami perdarahan vagina dengan EMB atau D dan C.6

2