contoh laporan bappenas

21
Ibkk/12/8/05 1 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING KINERJA KELEMBAGAAN INSPEKTORAT BIDANG KINERJA KELEMBAGAAN I. Latar Belakang Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsi di Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan (IBKK) yang dilakukan secara terus menerus atau secara berkala. Data dan informasi yang dikumpulkan dari kegiatan monitoring selanjutnya diolah untuk kemudian digunakan sebagai dasar evaluasi. Karena itu, kegiatan monitoring dan evaluasi di IBKK merupakan rangkaian dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi, antara lain dilakukan melalui kegiatan atau pertemuan- pertemuan yang bersifat koordinatif dengan unit-unit kerja/instansi-instansi terkait. Dalam tahun 2005, ketiga kegiatan (koordinasi, monitoring, dan evaluasi) dilakukan dalam satu payung kegiatan monitoring, dikarenakan kesulitan untuk membedakan ketiga kegiatan tesebut dalam pelaksanaan Tupoksi IBKK. Agar kegiatan monitoring dapat dilaksanakan dengan efisien dan obyektif maka harus didukung oleh data dan informasi yang relevan, lengkap dan akurat (penyusunan data base, disusun dalam kegiatan tersendiri sejalan dengan kegiatan pengembangan konsep Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja/SMAK). Adapun kegiatan monitoring yang dilakukan oleh IBKK adalah sebagai berikut: 1. Monitoring kinerja atas pelaksanaan Rencana Kerja (Renja) unit kerja, berdasarkan indikator kinerja dan target yang telah ditetapkan. 2. Monitoring pelaksanaan tugas pokok dan fungsi unit-unit kerja di lingkungan Kantor Meneg PPN/Bappenas. 3. Monitoring pelaksanaan tindak lanjut temuan pengawasan/pengaduan yang terkait dengan pengawasan kinerja. 4. Monitoring pelaksanaan kegiatan-kegiatan Kementerian PPN/Bappenas yang berada di daerah.

Upload: indah-kaban-mon-bijoux

Post on 19-Jan-2016

107 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

1

LAPORAN

PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING KINERJA KELEMBAGAAN

INSPEKTORAT BIDANG KINERJA KELEMBAGAAN

I. Latar Belakang

Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsi

di Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan (IBKK) yang dilakukan secara terus menerus atau

secara berkala. Data dan informasi yang dikumpulkan dari kegiatan monitoring selanjutnya

diolah untuk kemudian digunakan sebagai dasar evaluasi. Karena itu, kegiatan monitoring dan

evaluasi di IBKK merupakan rangkaian dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Pelaksanaan

kegiatan monitoring dan evaluasi, antara lain dilakukan melalui kegiatan atau pertemuan-

pertemuan yang bersifat koordinatif dengan unit-unit kerja/instansi-instansi terkait. Dalam

tahun 2005, ketiga kegiatan (koordinasi, monitoring, dan evaluasi) dilakukan dalam satu

payung kegiatan monitoring, dikarenakan kesulitan untuk membedakan ketiga kegiatan

tesebut dalam pelaksanaan Tupoksi IBKK.

Agar kegiatan monitoring dapat dilaksanakan dengan efisien dan obyektif maka harus

didukung oleh data dan informasi yang relevan, lengkap dan akurat (penyusunan data base,

disusun dalam kegiatan tersendiri sejalan dengan kegiatan pengembangan konsep Sistem

Manajemen Akuntabilitas Kinerja/SMAK).

Adapun kegiatan monitoring yang dilakukan oleh IBKK adalah sebagai berikut:

1. Monitoring kinerja atas pelaksanaan Rencana Kerja (Renja) unit kerja, berdasarkan

indikator kinerja dan target yang telah ditetapkan.

2. Monitoring pelaksanaan tugas pokok dan fungsi unit-unit kerja di lingkungan Kantor

Meneg PPN/Bappenas.

3. Monitoring pelaksanaan tindak lanjut temuan pengawasan/pengaduan yang terkait

dengan pengawasan kinerja.

4. Monitoring pelaksanaan kegiatan-kegiatan Kementerian PPN/Bappenas yang berada di

daerah.

Page 2: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

2

5. Analisis dan evaluasi kinerja, antara lain berdasarkan hasil monitoring di atas.

6. Monitoring pelaksanaan Penyusunan Pedoman Manajemen Kinerja dan Pengukurannya

untuk peningkatan kinerja Bappenas secara keseluruhan.

7. Monitoring pelaksanaan Penyusunan Pedoman Audit Kinerja untuk kepentingan audit

kinerja di lingkungan Kementerian Negara PPN/Bappenas.

8. Monitoring atas pelaksanaan kegiatan Audit Kajian dari Unit Kerja Eselon II di

lingkungan Kementerian Negara PPN/Bappenas.

9. Monitoring pelaksanaan kegiatan Seminar Hasil Evaluasi Audit Kajian dan Persiapan

Tahun Anggaran 2006.

II. Tujuan Kegiatan

Tujuan dilakukannya kegiatan monitoring sebagai berikut:

1. Agar diketahui perkembangan pelaksanaan Rencana Kerja (Renja) lembaga/unit kerja

berdasarkan indikator kinerja yang telah disepakati.

2. Agar dapat diketahui secara dini hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Renja

tersebut dan mencari solusinya.

3. Agar dapat diperoleh feedback dari hasil evaluasi untuk penyempurnaan Renja tahun

selanjutnya (hasil/manfaat).

4. Untuk memastikan pelaksanaan tindak lanjut temuan pengawasan kinerja.

5. Agar terdapat kesamaan pandangan terhadap permasalahan antara inspektorat dengan

unit kerja yang dievaluasi (melalui koordinasi)

6. Agar tersedia data dan informasi sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan.

7. Mendiskusikan kegiatan IBKK khususnya penerapan SMAK dengan instansi-instansi

terkait atau narasumber untuk memperoleh tanggapan/pandangan guna penyempurnaan

di masa mendatang.

Page 3: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

3

8. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan Penyusunan Pedoman Manajemen

Kinerja dan Pengukurannya.

9. Agar dapat diketahui perkembangan pelaksanaan Penyusunan Manual Audit Kinerja.

10. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Audit Kajian Tahun Anggaran 2005 oleh

Unit Kerja Eselon II.

11. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Seminar Hasil Evaluasi Audit Kajian

serta Persiapan Tahun Anggaran 2006.

12. Untuk memperoleh feedback dari hasil evaluasi kegiatan-kegiatan Inspektorat Bidang

Kinerja Kelembagaan sebagai bagian dari langkah-langkah penyempurnaan kegiatan di

Tahun Anggaran 2006.

13. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan rekomendasi hasil Audit Kajian yang

telah dilakukan.

14. Menyusun perencanaan tindak lanjut/follow up dari hasil monitoring yang telah

dilaksanakan sebagai bagian dari proses penerapan sistem audit kinerja yang dirancang

untuk lingkungan Kementerian PPN/Bappenas.

III. Tahapan Kegiatan

Tahapan kegiatan monitoring (di dalamnya inheren/termasuk evaluasi dan koordinasi)

meliputi:

1. Mengadakan pertemuan-pertemuan pembahasan pelaksanaan kegiatan monitoring.

2. Mengolah data dan informasi hasil monitoring.

3. Menganalisis hasil pelaksanaan monitoring sehingga dapat dijadikan bahan masukan

untuk evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra/Renja lembaga dan Renja unit-unit

kerja; dan penyempurnaannya di masa mendatang.

4. Melakukan penilaian/evaluasi kinerja pelaksanaan tupoksi/Renja dengan

mempertimbangkan antara lain hasil-hasil monitoring.

Page 4: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

4

5. Melakukan pertemuan-pertemuan koordinasi dengan unit-unit pengawasan/ instansi

lain dalam rangka pengembangan sistem pengawasan/evaluasi kinerja.

6. Mengadakan pertemuan-pertemuan pembahasan rencana pelaksanaan kegiatan-

kegiatan TA 2006 beserta format pelaksanaan kegiatan monitoring terkait.

7. Mengadakan pembahasan internal (organisasi/unit kerja) untuk menganalisa lebih

lanjut hal-hal yang memerlukan perbaikan dalam pelaksanaan program atau kegiatan

TA 2007 antara lain penyempurnaan Penyusunan Pedoman Manajemen Kinerja dan

Pengukurannya serta Pedoman Audit Kinerja

8. Melakukan penilaian/evaluasi kinerja pelaksanaan tupoksi/Renja dengan

mempertimbangkan antara lain hasil-hasil monitoring dari kegiatan Audit Kajian TA

2005.

9. Melakukan pertemuan-pertemuan koordinasi dengan unit-unit kerja eselon II internal

Bappenas untuk membahas hasil evaluasi melalui kegiatan Seminar atau Diskusi

Terfokus.

IV. Keluaran/Hasil (Output/Outcome) Pelaksanaan Monitoring Kinerja

1. Uji Coba Penerapan Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja (SMAK) di beberapa

instansi (melalui kuesioner dan wawancara)

a Pelaksanaan: Pelaksanaan monitoring dilakukan melalui beberapa kegiatan yaitu:

1). mencari data/informasi yang sangat erat kaitannya dengan pengembangan sistem

pengawasan kinerja yang akan dikembangkan melalui payung Sistem Manajemen

Akuntabilitas Kinerja (SMAK) yang sudah mencapai tahap uji coba baik secara internal

maupun eksternal. Secara Internal dilakukan dalam lingkup Kementerian PPN/Bappenas

dengan melakukan pre test kepada beberapa responden yang diambil dari beberapa unit

kerja eselon (UKE) II secara acak sebanyak 7 orang. Secara eksternal dengan melakukan

peninjauan ke lapangan (survey) dengan sasaran beberapa Kantor Bappeda dan Kantor

Dinas di 8 Propinsi yang tugas pokok dan fungsinya berkaitan erat dengan penyusunan

rencana kerja, program, dan anggaran, serta terkait dengan pelaksanaan proyek Bappenas

yang dilakukan di beberapa propinsi tersebut;

Page 5: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

5

2). Melakukan monitoring dan koordinasi pengawasan kinerja kelembagaan yang terkait

dengan pengembangan sistem kinerja dalam lingkup Kementerian PPN/Bappenas melalui

kegiatan rapat koordinasi lintas unit kerja terkait, menindaklanjuti laporan pengawasan

kinerja dari unit kerja terkait.

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan sasaran monitoring, maka setelah pengisisan

kuesioner dilanjutkan dengan wawancara terhadap responden mengenai hasil isian kuesioner,

kondisi manajemen organisasi, pelaksanaan koordinasi yang dilakukan selama ini yang ada

hubungannya dengan kegiatan keproyekan di Bappenas, dan mengumpulkan data/informasi

model monitoring dan pengawasan kinerja dalam organisasi tersebut.

b. Analisis hasil pelaksanaan

1) Dari hasil analisis pelaksanaan uji coba Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja

(survey) tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Terjadi inskonsistensi dalam pengisian sehingga terjadi perbedaan yang

mempengaruhi hasil penilaian, seperti antara hasil kerja dikaitkan dengan proses

yang ada dalam organisasi (hasil kerja rata-rata baik, namun jika dilihat dari

proses ada yang tidak menunjang)

b) Diindikasikan sistem manajemen organisasi berjalan hanya dikarenakan faktor

kepemimpinan yang baik saja. Hal ini terlihat dari tingginya penilaian terhadap

kepemimpinan namun dalam proses dan hasil kerja ada beberapa yang tidak

mengeluarkan hasil yang baik. Dengan demikian kategori perbaikan

berkelanjutan dan kategori yang lainnya perlu juga disempurnakan.

c) Rata-rata penilaian yang dilakukan terhadap pengembangan sumber daya

manusia masih menunjukkan penilaian yang rendah/sangat rendah dan ini harus

dicari pemcahannya/dibuat kebijakan manajemen SDM yang terstrategi.

d) Masih belum jelasnya pengertian Nilai Inti Budaya Organisasi (NIBO) dengan

budaya kerja,. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa responden mengisi bahwa

NIBO sudah ada di organisasi. NIBO lebih ditekankan kepada gambaran

organisasi dalam merespon dan mensosialisasikan kebutuhan stakeholder ke

dalam program-program yang disusun dalam rangka peningkatan kesejahteraan

masyarakat (keinginan/keikutsertaan dari masyarakat dalam pelaksanaan

Page 6: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

6

pembangunan diaspirasikan). Manajemen kinerja sudah ada dibeberapa

organisasi dan apakah hal itu benar-benar sudah berjalan/ada perlu menjadi

pertanyaan/klarifikasi

2) Hasil dari pelaksanaan monitoring dan koordinasi pengawasan kinerja dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a) Pelaksanaan dilakukan tetap dengan mengacu pada konsep-konsep yang

terdapat dalam Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja dihubungkan dengan

pelaksanaan monitoing dan koordinasi yang dilakukan melalui rapat-rapat

koordinasi dengan unit kerja terkait, membantu dalam penyusunan sistem

prosedur yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen organisasi di

Kementerian PPN/Bappenas dengan tetap mengacu kepada Renstra dan Renja

yang ada. Penyusunan SOP dilakukan dalam rangka pengembangan sistem

manajemen internal untuk memudahkan unit kerja eselon II menterjemahkan

undang-undang no. 17 tahun 2001 mengenai Keuangan Negara dan Undang-

Undang no 25 tahun 2003 mengenai Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional.

b) Melakukan kerja sama dengan beberapa organisasi di luar Kementerian

PPN/Bappenas dalam mengembangkan Sistem Manajemen Akuntabilitas

Kinerja kedepan melalui pelaksanaan pre test pelaksanaan SMAK.

c) Melakukan koordinasi dalam penyusunan tugas pokok dan fungsi unit kerja

eselon II dengan biro Perencanaan, Organisasi, dan Tata laksana. Koordinasi

dilakukan berdasarkan kesamaan kepentingan bersama untuk memudahkan

masing-masing UKE II menterjemahkan tugas pokok dan fungsinya kedalam

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, disamping itu juga untuk

memudahkan Biro Perencanaan, Organisasi, dan Tata laksana dan Inspektorat

Bidang Kinerja Kelembagaan dalam melakukan penyusunan rencana kerja

dan evaluasi atas hasil pelaksanaan rencana kerja UKE II tersebut.

Page 7: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

7

c. Rekomendasi

1) Perlu dibuat suatu sistem yang terkoordinasi dalam pelaksanaan monitoring dan

kordinasi pengawasan kinerja di Kementerian PPN/Bappenas dengan mengikut

sertakan unit-unit kerja terkait dalam rangka perbaikan sistem manajemen

akuntabilitas kinerja kelembagaan yang arahnya ditujukan pada penerapan nilai-nilai

budaya yang transparan, akuntabel, dan partisipatif. Dengan demikian perlu

dirumuskan kembali langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi organisasi

Kementerian PPN/Bappenas khususnya yang berkaitan dengan pola pelaksanaan

monitoring dan evaluasi yang terjadwal dan mempunyai maknya yang penting dalam

menindaklanjuti penyusunan rencana kerja Unit Kerja Eselon II yang didasari atas

hasil analisis pelaksanaan monitoring dan evaluasi baik yang dilakukan oleh unit

kerja itu sendiri atau unit kerja yang bertanggung jawab terhadap hasil pelaksanaan

kegiatan di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas (Sekretariat Utama/Biro

Perencanaan, Organisasi, dan Tata Laksana, Inspektorat Utama).

2) Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja dapat dijadikan dasar dalam

pengembangan/perbaikan sistem manajemen organisasi di lingkungan Kementerian

PPN/Bappenas dalam rangka membantu menjalankan sistem/prosedur operasional

yang sudah ada khususnya yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi organisasi

sebagai Think Tank, koordinator dan administrator, dan membantu dalam

pengambilan keputusan bagi pimpinan.

2. Monitoring terhadap pelaksanaan Rencana Kerja (Renja) Tahun 2005

a. Pelaksanaan. Pelaksanaan monitoring dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang

terkait dengan pelaksanaan rencana kerja Kementerian Negara PPN/Bappenas. Dalam hal ini

data-data yang digunakan terutama bersumber dari Buku Rencana Kerja dan Anggaran Tahun

2005 yang dikeluarkan oleh Biro Perencanaan, Organisasi dan Tata Laksana (Renortala)

Agustus 2005, dan Laporan Pemantauan Pelaksanaan Program/Kegiatan APBN Tahun 2005

(data per September 2005 ) yang dikeluarkan oleh Biro Renortala, Oktober 2005.

Dari Laporan Pemantauan Pelaksanaan Program/Kegiatan APBN Tahun 2005 tersebut

diketahui beberapa permasalahan sebagai berikut:

Page 8: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

8

1). Secara keseluruhan realisasi penyerapan dana Kementerian Negara PPN/ Bappenas

sampai dengan akhir September 2005 baru mencapai 50,94% atau sebesar Rp.

133.814.271.494,- yang terdiri dari dana RM 51,55% dan dana PHLN 49,59%;

2). Program dengan realisasi penyerapan dana terendah untuk Anggaran Bagian 55 terdapat

pada program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan yaitu hanya sebesar 25,59%.

Sedangkan realisasi penyerapan dana terendah untuk Anggaran Bagian 69 terdapat pada

program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara yaitu masih 0%;

3). PPA dengan realisasi penyerapan dana terendah untuk anggaran bagian 55 terdapat pada

PPA Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan yaitu hanya sebesar 8,95%, sedangkan

realisasi penyerapan dana terendah untuk anggaran bagian 69 terdapat pada PPA

Pengembangan Sistem Elektronik Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu masih 0%.

Hambatan yang dikemukakan untuk kegiiatan ini adalah karena usulan-usulan kegiatan

masih dalam tahap proses pelelangan, sedangkan untuk pendidikan dan pelatihan belum

dilaksanakan.

b. Analisis Hasil Pelaksanaan.

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Biro Renortala disebutkan bahwa

penyebab rendah dan lambatnya pencapaian target realisasi penyerapan dana secara umum

adalah sebagai berikut:

1). Lambatnya proses penyelesaian dokumen DIPA tahun 2005 yang baru terbit pada April

2005, sehingga kegiatan proyek secara efektif baru dapat dimulai pada sekitar Mei 2005;

2). SDM pengelola keuangan dengan sistem baru belum dapat menyesuaikan;

3). Jumlah uang persediaan (JUP) terbatas, sehingga pembayaran hanya dapat dibayar dengan

jumlah terbatas (kecil/sedikit);

4). Kesulitan dalam pengajuan tambahan uang persediaan (TUP) yang terkait dengan PPA

lain, dan;

5). Tidak adanya juklak dan juknis mengenai proses pengelolaan keuangan dengan sistem

baru sehingga proses pencairan anggaran yang memerlukan waktu cukup lama yang

Page 9: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

9

umumnya masih dihadapi oleh para PPA sampai saat ini juga menyebabkan rendahnya

pencapaian target realisasi.

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan,

terdapat beberapa permasalahan utama dalam pelaksanaan dan pelaporan Renja tahun 2005

sebagai berikut:

1). Buku Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Renortala hanya

memuat kegiatan-kegiatan yang didukung oleh anggaran. Sedangkan kegiatan-kegiatan

penting lain yang tidak memerlukan anggaran atau didukung oleh dana pinjaman/hibah

tidak tercantum dalam buku Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2005.

2). Kerangka Acuan Kerja Kajian/Studi yang terdapat dalam buku Rencana Kerja dan

Anggaran Tahun 2005 belum memasukkan indikator output/outcome yang akan

dihasilkan oleh kajian/studi yang akan dilaksanakan. Hal ini tentunya menyulitkan bagi

pengawas/pemantau untuk mengetahui perkembangan kemajuan pelaksanaan kegiatan

secara akurat.

3). Laporan pemantauan pelaksanaan program/kegiatan APBN Th 2005 (September 2005)

yang dikeluarkan oleh Renortala hanya melaporkan dari sisi penyerapan dana, dan belum

melaporkan mengenai perkembangan penyelesaian substansi kajian/studi.

4). Pencairan dana tercepat yang diterima oleh PPA adalah Mei 2005. Hal ini mengakibatkan

tertundanya pelaksanaan kegiatan, terutama kegiatan yang dilakukan oleh pihak III

(dikontrakkan). Dengan demikian, pengawas pun mengalami kesulitan untuk melakukan

pemantauan kegiatan semester pertama yang pada umumnya baru mulai berjalan.

5). Penerapan SK Meneg PPN/Kepala Bappenas Nomor:223/M.PPN/12/2004 tentang

Pedoman Penyusunan Anggaran Biaya Kajian dan Evaluasi Kebijakan Perencanaan

Pembangunan di Lingkungan Kementerian PPN/Bappenas telah menimbulkan

kecemburuan social dan rasa ketidakadilan diantara sesama staf dikarenakan pendapatan

honorarium yang bisa jauh berbeda untuk staf dengan golongan dan jabatan yang sama.

Page 10: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

10

c. Rekomendasi

1). Sehubungan dengan masa akhir kegiatan yang sudah semakin dekat, diusulkan agar setiap

pelaksana kegiatan kajian/studi segera menyelenggarakan seminar/workshop (jika terdapat

alokasi seminar dalam RAB kajian/studi tersebut) dengan mengundang pihak-pihak terkait

serta Inspektorat.

2). Setiap unit kerja agar segera menyiapkan laporan pelaksanaan kegiatan, baik kegiatan

yang menggunakan anggaran maupun yang tidak menggunakan anggaran.

3). Bappenas, melalui Biro Renortala perlu mengkaji ulang terhadap Pedoman Penyusunan

Anggaran Biaya Kajian dan Evaluasi Kebijakan Perencanaan Pembangunan di

Lingkungan Kementerian PPN/Bappenas untuk mengantisipasi dampak yang mungkin

muncul akibat penerapan pedoman tersebut.

4). Agar Laporan Pelaksanaan Program/Kegiatan APBN Tahun 2005 yang dikeluarkan oleh

Biro Renortala tidak hanya memuat laporan penyerapan dana tetapi juga memuat laporan

hasil pelaksanaan kegiatan dari sisi substansi kegiatan.

3. Pelaksanaan Penyusunan Pedoman Manajemen Kinerja

a Pelaksanaan: Monitoring dilakukan melalui beberapa kegiatan yaitu:

Penyusunan Pedoman Manajemen Kinerja dilakukan dengan cara mencari data/informasi

yang sangat erat kaitannya dengan pengembangan sistem audit kinerja yang akan

dikembangkan sejalan dengan penerapan konsep Anggaran Berbasis Kinerja. Langkah

penerapan Penyusunan Pedoman Manajemen Kinerja terdiri dari 3 tahapan. Tahapan awal

adalah proses penelaahan kajian diagnostik untuk melihat analisis kesenjangan yang

menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan guna menyempurnakan praktek

pengukuran kinerja di Bappenas (1), proses pengembangan pedoman (2) dan tahapan

implementasi pada Unit Pilot (3). Pada tahap awal sekumpulan dokumen pendukung yang

berupa produk-produk Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan telah diserahkan kepada

Tenaga Ahli sebagai acuan dalam melakukan mapping keadaan kinerja organisasi

Bappenas secara umum. Dokumen-dokumen pendukung yang telah diserahkan seperti

Tupoksi Bappenas, Renstra tahun 2005-2009, Renja UKE II Bappenas, No. 17 thn 2003

Page 11: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

11

tentang Keuangan Negara dan UU.25 thn 2004 tentang SPN, hasil Audit Organisasi thn

2003, hasil Audit Kajian, dokumen SMAK (Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja),

buku Indikator Kinerja UKE II serta Pedoman Pengawasan Anggaran. Dalam tahap proses

pengembangan pedoman digunakan pertimbangan analisis kesenjangan untuk

mengembangkan pedoman manajemen kinerja. Hasil utama dari tahap ini adalah Pedoman

Manajemen Kinerja dan dalam tahap ini pedoman masih akan bersifat draft, sebelum

tahap implementasi pilot, perbaikan pedoman akan selesai terlaksana. Tahap implementasi

pada Unit Pilot dilakukan untuk memastikan bahwa pedoman yang dikembangkan akan

dapat diterapkan oleh semua tingkat jabatan di Bappenas. Implementasi dilakukan

terhadap 3 UKE II yaitu Direktorat Pemukiman dan Perumahan (1), Direktorat Perkotaan,

Tata Ruang dan Pertanahan (2) serta Biro Perencanaan Organisasi dan Tata Laksana (3).

Untuk memperdalam penjelasan konsep serta pemahaman implementasi Pedoman

Manajemen Kinerja di lingkungan Kementerian Negara PPN/Bappenas maka telah

dilakukan serangkaian pra workshop dan workshop dengan mengundang perwakilan 3

Unit Pilot terpilih. Dalam pra workshop dibahas mengenai strategic allignment dari

deskripsi tugas pokok dan fungsi UKE II terkait. Penyelarasan strategis merupakan bagian

dari penerapan konsep Balanced Scorecard yang memberikan penjelasan penggunaan

Sasaran dan Inisiatif serta Key Performance Indicator yang dibutuhkan untuk memperoleh

capaian Manajemen Strategis lembaga Kementerian Negara PPN/Bappenas secara

keseluruhan. Konsep ini juga menggunakan model Cascading yang berupa penjabaran

Sasaran dan Inisiatif Strategis Eselon I hingga tingkat Pejabat Fungsional Perencana. Hasil

dari penerapan model Cascading akan menghasilkan indikator-indikator yang dijadikan

acuan pengukuran kinerja berdasarkan Pedoman Manajemen Kinerja. Pendalaman

selanjutnya diadakan melalui kegiatan workshop yang mengagendakan pembahasan hasil

strategic allignment beserta perumusan indikator-indikator UKE II.

b. Analisis hasil pelaksanaan

Dari hasil analisis pelaksanaan Penyusunan Pedoman Manajemen Kinerja tersebut dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1). Terdapat ketidaksesuaian penggunaan data dalam proses pengolahannya menjadi

informasi yang terkait dengan penjabaran Sasaran dan Inisiatif Strategis dari Eselon I

Page 12: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

12

hingga tingkat Pejabat Fungsional Perencana. Ketidaksesuaian ini terjadi antara dokumen-

dokumen pendukung yang diserahkan oleh Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan

dengan dokumen yang digunakan oleh Tim Tenaga Ahli. Terdapat beberapa

dokumen/produk-produk IBKK yang belum direvisi tetap digunakan dalam analisis.

Meskipun serangkaian dokumen pendukung terbaru juga telah diikutsertakan dalam tahap

awal penyusunan pedoman. Hal ini menyebabkan hasil olahan data atau informasi yang

didapat menjadi kurang sesuai dengan kondisi UKE II yang ada saat ini.

2). Masih belum jelasnya pemahaman terhadap konsep Balanced Scorecard terutama

mengenai model Cascading yang berupa penjabaran Sasaran dan Inisiatif Strategis Eselon

I hinggga tingkat Pejabat Fungsional Perencana. Untuk penjabaran tersebut diperlukan

deskripsi pekerjaan yang spesifik dari masing-masing UKE II Unit Pilot dan tidak cukup

hanya menggunakan penjabaran umum tugas pokok dan fungsi yang tertera dalam

PerMen 01. thn 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

PPN/Bappenas. Uraian job description dibutuhkan untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai deskripsi pekerjaan dari Pejabat Fungsional Perencana dan atau Staff Perencana

sebagai tingkat manajemen terbawah dari strata fungsional yang ada di Bappenas. Selain

itu, penjabaran deskripsi pekerjaan dari Pejabat Fungsional Perencana belum bersifat

tehnis.

3). Masih belum jelasnya pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi dari Pejabat

Fungsional Perencana dan Staff Perencana karena dalam kenyataannya tugas sehari-hari

adalah untuk mendukung Eselon I atau dapat juga membantu pelaksanaan tugas dari

Eselon II dan Eselon III. Sehingga, masih diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai

hal tersebut terutama dalam hal perumusan indikator kinerja UKE II yang memungkinkan

adanya penilaian terhadap kinerja individu.

4). Dari hasil pembahasan deskripsi pekerjaan untuk penyelarasan strategis dan perumusan

indikator yang hendak dicapai, disimpulkan bahwa terdapat tugas tambahan dari UKE II

selain tugas pokok dan fungsi dasarnya yang tertera dalam PerMen 01. thn 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara PPN/Bappenas.Tugas tambahan ini diakui

cukup mendominasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dasar dari direktorat.

Page 13: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

13

c. Rekomendasi

1).Diperlukannya koordinasi antara Tim Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan dengan Tim

Tenaga Ahli terutama mengenai kelengkapan dokumen yang dibutuhkan dalam pengolahan

data menjadi informasi yang relevan dan aplikatif untuk UKE II di lingkungan Kementerian

Negara PPN/Bappenas. Hal ini untuk menghindari kesenjangan informasi sehingga tidak

menghasilkan analisa yang kurang sesuai. Untuk itu, tingkat pantauan terhadap kesesuaian

dokumen perlu ditingkatkan melalui proses re-check dengan Tim Tenaga Ahli dan Unit

Pilot. Selain itu, validitas dokumen pendukung dapat dikoordinasikan dengan pihak yang

menerbitkan/mengeluarkan dokumen tersebut seperti Biro Perencanaan Organisasi dan Tata

Laksana.

2).Penjabaran konsep Balanced Scorecard dan model Cascading pada dasarnya telah

mencakup kondisi dan lingkup tugas dari masin-masing UKE II yang menjadi Unit Pilot.

Akan tetapi, masih diperlukan pemahaman lebih lanjut terutama terkait dengan penggunaan

informasi deskripsi pekerjaan dari Eselon I hingga tingkat Pejabat Fungsional Perencana dan

Staff Perencana. Deskripsi pekerjaan yang dimaksud diharapkan dapat lebih bersifat tehnis

sehingga dapat dihasilkan suatu pola atau indikator pengukuran kinerja yang generik apabila

terdapat kesamaan inisiatif strategis antar UKE II.

3) Diperlukan pemisahan analisa pekerjaan atau tugas pokok dan fungsi utama dari direktorat

dengan tugas tambahan yang dilaksanakan direktorat. Salah satu alternatif adalah dengan

memilah dan melaksanakan tugas-tugas tambahan yang hanya mendukung pencapaian

sasaran strategis UKE II atau tugas pokok dan fungsi utama direktorat sehingga tugas

tambahan tersebut dapat memberi nilai tambah (value added) bagi direktorat. Selain itu,

dalam Pedoman Manajemen Kinerja akan diberikan format matriks tersendiri untuk

memudahkan analisa.

4) Diperlukan koordinasi dalam penyusunan tugas pokok dan fungsi unit kerja eselon II

dengan Biro Perencanaan, Organisasi, dan Tata laksana. Koordinasi dilakukan berdasarkan

kesamaan kepentingan bersama untuk memudahkan masing-masing UKE II

menterjemahkan tugas pokok dan fungsinya kedalam kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan (Inisiatif Strategis). Selain itu juga untuk memudahkan Biro Perencanaan,

Organisasi, dan Tata laksana dan Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan dalam

melakukan evaluasi atas hasil pelaksanaan inisiatif strategis UKE II tersebut.

Page 14: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

14

4. Monitoring Pelaksanaan Penyusunan Pedoman Audit Kinerja

a. Pelaksanaan: Monitoring dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: Tahapan Kegiatan I : Persiapan dan Survey Diagnostik

-- Penelaahan dokumen umum organisasi.

Pada awal hingga pertengahan bulan Mei 2006, sekumpulan dokumen pendukung yang

berupa produk-produk Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan telah diserahkan

kepada Tenaga Ahli sebagai acuan dalam melakukan mapping keadaan kinerja

organisasi Bappenas secara umum. Dokumen-dokumen pendukung yang telah

diserahkan seperti Tupoksi Bappenas, UU No. 17 thn 2003 tentang Keuangan Negara

dan UU.25 thn 2004 tentang SPN, hasil Audit Organisasi thn 2003, hasil Audit Kajian,

dokumen SMAK (Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja), buku Indikator Kinerja

UKE II serta Pedoman Pengawasan Anggaran.

a. Survey kondisi performance audit dan mapping pada unit pilot (1 atau 2) kegiatan audit

kinerja.

Pada tahap ini direncanakan melakukan survey dengan menggunakan bantuan team

tenaga ahli dan juga berkoordinasi dengan pihak internal unit pilot untuk pelaksanaan

survey. Kegiatan ini direncanakan dilakukan pada minggu ke-empat bulan Mei hingga

minggu ke-empat bulan Juni. Dalam perkembangan selanjutnya, survey baru dapat

dilaksanakan setelah tersusun draft/kerangka Pedoman Audit Kinerja dan akan

didiskusikan terkait dengan pemilihan unit pilot yang akan diberikan bimbingan

implementasi.

Tahapan Kegiatan II : Pengembangan Pedoman Audit Kinerja

-- Kajian, pendalaman konsep dan analisis pengembangan sistem Audit Kinerja yang

relevan.

Kegiatan ini dilakukan pada minggu pertama hingga minggu kedua bulan Juli tahun

2006. Pendalaman konsep dan analisis pengembangan merupakan kelanjutan dari

tahapan sebelumnya yaitu penyusunan draft/kerangka konsep Pedoman Audit Kinerja

untuk pemilihan unit pilot. Pemilihan unit pilot diputuskan tidak hanya mengacu

kepada unit pilot saja, akan tetapi dapat mengacu kepada program kerja atau kegiatan

yang dilakukan oleh unit pilot terkait.

Page 15: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

15

b. Penyusunan Draft Manual/Pedoman Audit Kinerja

Kegiatan ini sesuai dengan Jadwal Rencana Kegiatan sedang dilaksanakan pada

minggu ke-empat bulan Juli tahun 2006. Dalam tahap ini Tenaga Ahli beserta team

terkait menyusun draft tersebut dengan upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi Audit Kinerja secara lebih spesifik di lingkungan unit pilot terpilih.

Tahapan Kegiatan III : Bimbingan Implementasi Konsep

Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang meliputi antara lain pelaksanaan

Workshop dan Sosialisasi Pedoman Audit Kinerja kemudian akan direncanakan

bimbingan implementasi pada 1 atau 2 kegiatan Audit Kinerja yang relevan. Setelah itu,

akan dilakukan pemaparan dan evaluasi implementasi pada kegiatan Unit Pilot disertai

dengan penyerahan laporan final.

b.Analisis Hasil Pelaksanaan.

Analisis hasil pelaksanaan kegiatan Penyusunan Pedoman Audit Kinerja menunjukkan

beberapa kesimpulan antara lain terutama terkait dengan materi atau substansi dari

Pedoman Audit Kinerja yang masih bersifat draft.

1).Kurang jelasnya kategori audit yang dimaksud dalam Pedoman Audit Kinerja. Masih belum

terdapat pembedaan antara pemeriksaan dan evaluasi audit;

2) Belum adanya penjelasan mengenai batas atau jenis-jenis audit yang tertera dalam Pedoman

sehingga tidak terlihat spesifikasi jenis audit yang akan dilaksanakan. Pembatasan jenis

audit yang dilaksanakan akan berdampak kepada langkah-langkah audit yang digunakan;

3) Faktor perencanaan dan penjadwalan untuk kegiatan audit atau Audit Program belum

terdapat dalam Pedoman Audit Kinerja;

4) Estimasi Akibat yang terdapat dalam Identifikasi Peluang Perbaikan dapat menyebabkan

persepsi tumpang tindih antara audit anggaran dengan audit kinerja sehingga dapat

membingungkan bagi pihak auditee (pihak yang diaudit);

5) Belum jelasnya penentuan objek audit atau belum spesifik merujuk kepada objek

pemeriksanaan tertentu;

Page 16: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

16

c. Rekomendasi

1) Sebaiknya dalam Pedoman Audit Kinerja lebih diberikan batasan mengenai lingkup dan

kategori audit yang terdapat dalam pedoman. Sebab patut dipahami pula perbedaan audit

operasional dengan audit kinerja. Audit operasional lebih mengacu kepada audit proses

kegiatan yang sedang dilaksanakan. Sedangkan audit kinerja tidak hanya pada proses saja

akan tetapi juga mengacu kepada audit output yang dihasilkan kegiatan tersebut. Jika

terdapat kesenjangan antara kriteria dengan output yang dihasilkan maka langkah

selanjutnya adalah melihat proses kegiatan yang telah berjalan.

2) Perlu dilakukan upaya pembedaan jenis-jenis audit yang akan dilaksanakan seperti audit

kajian atau audit terhadap Tupoksi UKE II yang ada I lingkungan Kementerian Negara

PPN/Bappenas. Hal ini dibutuhkan untuk menetapkan langkah-langkah audit selanjutnya

dalam kegiatan audit tersebut.

3) Perlu diupayakan penetapan perencanaan dan penjadwalan kegiatan serta objek audit agar

lebih mempermudah proses atau kegiatan audit yang akan dilaksanakan.

4) Untuk estimasi akibat, diperlukan uraian lebih lanjut agar dapat dibedakan lingkup audit

anggaran dan audit kinerja dan tidak terjadi overlap. Penjelasan dapat lebih diarahkan

seperti estimasi akibat dilihat untuk menilai dampak kerugian pada organisasi sehingga

yang dimaksudkan estimasi akibat finansial adalah bukan pada konsekuensi anggaran. Hal

ini disebabkan ukuran kuantitatif selalu lebih mudah untuk digunakan.

b. Pelaksanaan Audit Kajian Tahun Anggaran 2005

a. Monitoring untuk pelaksanaan Audit Kajian TA 2005 dilakukan melalui beberapa kegiatan

seperti:

1).Pengumpulan data dan informasi dapat menggunakan tata cara diskusi terfokus, seminar, atau

bentuk lainnya untuk membangun pemahaman dan kesepakatan tentang permasalahan audit

kinerja di sektor publik khususnya di Bappenas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2).Studi literatur yang akan menggunakan sarana studi pustaka, dan bentuk pengumpulan

data/informasi lainnya yang relevan.

3) Pada tahap pendalaman dan analisa dapat dilakukan survey atau interview dengan stake

holders di dalam internal lembaga atau nara sumber lain yang dianggap kompeten.

Page 17: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

17

4).Melakukan modeling/ uji coba detail konsep yang telah dirumuskan pada sedikitnya satu (1)

buah pelaksanaan audit kinerja.

5).Presentasi hasil kajian/studi oleh penanggung jawab kajian/pimpinan unit kerja

dilanjutkan dengan tanggapan dan analisa terhadap hasil kajian oleh tim

teknis/pembahas dan peserta forum presentasi.

6).Penyelenggaraan loka-karya atau diskusi terfokus internal Bappenas untuk

membangun kesepahaman dan kesepakatan peran Bappenas dalam fungsinya sebagai

lembaga think-tank.

b. Analisis Hasil Pelaksanaan.

Pelaksanaan kegiatan Audit Kajian ini dilakukan dalam beberapa tahap dan diakhiri

dengan penulisan laporan yang berisi kesimpulan (temuan) dan rekomendasi. Lingkup kegiatan

pengukuran kinerja meliputi proses verifikasi dan penilaian terhadap pendekatan pengukuran

kinerja: input (masukan), process (aktivitas), output (hasil), dan outcomes (manfaat). Di dalam

pengukuran kinerja kegiatan pada proses/ aktivitas yang dilakukan dalam mencapai tujuan

kegiatan kajian/studi dan output serta manfaat yang dihasilkan penilaian akan dibantu oleh para

nara sumber.

1) Verifikasi dan Penilaian Awal

Pada tahap awal, auditor melakukan penilaian dan verifikasi secara umum berdasarkan kriteria

pengukuran dan indikator yang telah disepakati bersama auditee (Biro Ortala beserta tim nara

sumber). Penilaian awal lebih difokuskan pada verifikasi dan penilaian pada aspek

pengukuran verifikasi dan penilaian kinerja Input dan Proses.

2) Evaluasi Penilaian Tenaga Ahli dan Presentasi Hasil Kajian

Tim Nara Sumber akan membantu dalam proses penilaian dan evaluasi terhadap kualitas

Kinerja Output dan/ Proses, dan Outcomes atau Manfaat dalam pelaksanaan kajian yang

dilakukan oleh masing-masing UKE. Tim Nara Sumber terdiri dari para ahli dalam bidang

pembangunan masing-masing yang akan memberikan masukan evaluasi terhadap laporan

kajian dan pelaksanaan presentasi. Tim nara sumber dapat berasal dari luar Bappenas dan

dari dalam Bappenas (pejabat fungsional/struktural yang dianggap ahli dan mempunyai

pengalaman yang dapat memberikan opini dalam bidang tertentu).

Page 18: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

18

3) Loka karya/ Diskusi Terfokus

Setelah proses presentasi selesai dan tim auditors telah melakukan kompilasi

review/penilaian, selanjutnya akan dilakukan lokakarya/diskusi terfokus yang terbatas (untuk

mengefektifkan proses diskusi) akan dilakukan sebagai bagian dari proses review/penilaian

ini. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengayaan (enrichment) terhadap

rekomendasi yang akan diberikan untuk peningkatan kualitas peran Bappenas sebagai

lembaga pemikir dan pengkaji di dalam memberikan masukan dalam perumusan kebijakan

nasional. Di dalam lokakarya akan dipresentasikan dan dibahas hasil temuan review awal

yang telah dijalankan dan diskusi secara umum peran Bappenas dalam kegiatan

kajian/perumusan kebijakan. Lokakarya dilaksanakan di Bappenas.

4). Penulisan Laporan dan Rekomendasi

Hasil dari kegiatan pengawasan ini adalah laporan hasil audit kajian yang berisi kesimpulan

opini hasil audit (temuan) dan rekomendasi baik secara umum maupun per UKE II.

Berdasarkan tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dianalisa hal-hal sebagai berikut:

1). Pembuatan Kerangka Acuan Kerja (Terms of refference) belum sepenuhnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Sebagai contoh, TOR belum sepenuhnya merinci kualifikasi personil

yang terlibat terutama penggunaan SDM dalam keterlibtannya di FGD. Selain itu, belum

terdapat pemisahan TOR pekerjaan yang diswakelolakan dengan pekerjaan yang

dikontrakkan, kemudian terdapat ketidakjelasan pembagian tugas antara pihak penyelenggara

kegiatan dengan pihak ketiga terutama dalam penyelengaaraan seminar dan survey, belum

tertibnya adminsitrasi data keuangan dan SK pembentukan Tim Kajian belum sepenuhnya

merinci tugas serta tanggung jawab dari pihak personil yang terlibat. Hal ini dapat disebabkan

kurang cermatnya Unit Pelaksana Kajian dalam menyusun TOR serta Tim Perumus SK

internal Bappenas belum melakukan rincian tugas dan tanggung jawab pihak personil yang

terlibat penyusunan Kajian.

2). Proses pelaksanaan kajian yang tertera dalam laporan akhir kajian belum sepenuhnya

menunjukkan pengendalian internal yang memadai. Keterlibatan stakeholders terkait belum

selengkapnya terlihat dalam laporan akhir. Selain itu, dokumentasi proses belum sepenuhnya

lengkap dengan penekanan logical framework. Kekurangan-kekurangan ini dapat dikarenakan

pelaksana kegiatan belum memberikan informasi proses akuntabilitas dalam penyusunan

kajian secara optimal.

Page 19: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

19

3). Kualitas output menunjukkan masih diperlukannya peningkatan efisiensi dan efektivitas

dalam pencapaian tujuan. Hal ini juga dapat dilihat dari masih diperlukannya penyesuaian

topik kajian dengan Tupoksi UKE II serta fokus yang diharapkan. Penyesuaian lainnya adalah

penyesuaian ketepatan penentuan pelaksana kajian dari Bappenas agar tidak overlap dengan

departemen tehnis. Penentuan metodologi dan analisa kualitatif dari pihak ketiga belum

mendalam sehubungan dengan rancangan penelitian awal yang belum optimal. Sehingga pada

akhirnya menghasilkan rekomendasi yang bersifat umum dan akibatnya implikasi kebijakan

yang dirumuskan juga menjadi tidak jelas.

4). Dari analisa kegiatan didapati bahwa masih terdapat output yang tidak dapat segera

dimanfaatkan terutama terkait dengan peran Bappenas dan belum disertai rencana tindak

lanjut serta rencana pemanfaatan hasil kajian. Hal ini dapat disebabkan masih terdapat proses

partisipatori stakeholder yang belum dilakukan secara optimal.

c. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi terkait dengan monitoring kegiatan Audit Kajian TA 2005 dapat dilihat

sebagai berikut:

1). Perlu diupayakan sosialisasi peraturan-peraturan yang menjadi pedoman pembuatan

Kerangka Acuan Kerja pedoman pelaksanaan kajian. Sosialisasi ini dapat dilakukan oleh

Biro Perencanaan Organisasi dan Tata Laksana.

2). Tim Anggaran agar dapat lebih memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam penilaian usulan

kegiatan terutama terkait dengan usulan Rencana Anggaran Biaya.

3). Tim Perumus SK internal Bappenas agar sebaiknya merinci tugas dan tanggung jawab

masing-masing pihak/fungsi yang terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan kegiatan

kajian.

4). Perlu diupayakan proses partisipatori yang lebih baik dan optimal dengan stakeholder terkait

melalui seminar, diskusi, konsinyasi disertai dukungan pembuktian dokumentasi proses

sehingga terdapat akuntabilitas dan transparansi proses yang terlaksana.

Page 20: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

20

5). Biro Perencanaan Organisasi dan Tata Laksana serta pihak Penanggung Jawab kegiatan agar

berkoordinasi lebih baik untuk mengendalikan kualitas kajian terutama dalam hal pemilihan

topik kajian. Terkait dengan pemilihan topik kajian agar disesuaikan dengan program dam

prioritas yang terdapat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

6). Pelaksana kegiatan perlu memantau pekerjaan pihak ketiga apabila diperlukan untuk

merancang desain penelitian.

7). Pelaksana kegiatan dapat mengembangkan rekomendasi secara lebih spesifik sehingga hasil

kajian dapat lebih diaplikasikan. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan hasil

pelaksanaan kegiatan sehingga output kegiatan dapat dimanfaatkan.

8). Persiapan pelaksanaan kegiatan agar dapat dilakukan secara memadai sehingga tersusun

rencana tindak lanjut dan rencana pemanfaatan yang mempengaruhi implikasi kebijakan di

sektor terkait

5.Monitoring Pelaksanaan Seminar Hasil Evaluasi Audit Kajian TA 2005 dan Persiapan

TA 2006

Kegiatan Monitoring untuk pelaksanaan Seminar Hasil Evaluasi Audit Kajian TA 2005 dan

Persiapan TA 2006 mencakup beberapa hal seperti:

1). Seminar Hasil Evaluasi Audit Kajian TA 2005 dilaksanakan untuk mensosialisasikan hasil

kajian audit dan juga akan membahas langkah-langkah penyempurnaan kegiatan kajian dari

masing-masing direktorat untuk Tahun Anggaran 2007 mendatang. Hasil evaluasi yang

dimaksudkan berupa evaluasi terhadap proses, keluaran, hasil, dan manfaat dalam kegiatan

kajian yang dilakukan oleh setiap UKE I/II. Selain itu, hasil evaluasi kegiatan kajian

dilaksanakan bertujuan selain untuk memberikan masukan terhadap pengendalian kualitas

hasil kajian, juga sebagai bagian dari upaya penerapan nilai-nilai transparansi, partisipasi,

koordinasi, dan akuntabilitas dari kegiatan yang dilakukan dan dibiayai oleh Anggaran

Pembangunan dan Belanja Negara untuk mendukung terciptanya pelaksanaan

kepemerintahan yang baik di lingkungan kementrian PPN/Bappenas.

2). Pembahasan dalam kegiatan Seminar Hasil Evaluasi Audit Kajian berdasarkan kepada hasil

audit kajian yang telah dikumpulkan dan dipresentasikan pada pertengahan bulan Juni tahun

2006. Hasil Audit Kajian yang akan dibahas merupakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh

Page 21: contoh laporan bappenas

Ibkk/12/8/05

21

staff auditor Inspektorat Utama dengan menggunakan pertimbangan atau masukkan (critical

review) para Nara Sumber yang memiliki kompetensi terkait topik kajian. Langkah-langkah

yang tercakup dalam kegiatan Seminar Hasil Evaluasi Audit Kajian di antaranya adalah:

Pembahasan langkah-langkah penyempurnaan Kegiatan Audit Kajian untuk Tahun

Anggaran 2007.

Pembahasan langkah-langkah penyempurnaan Kegiatan Kajian dari masing-masing Unit

Kerja Eselon II untuk TA 2007 di lingkungan Kementerian Negara PPN/Bappenas.

Pembahasan penerapan implikasi-implikasi kajian terhadap kebijakan.

---ooo---