combustio final

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi (Sjamsuhidayat&Jong, 2005). Luka bakar lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan terbanyak (80%) terjadi di rumah serta sebagian kecil terjadi di tempat kerja. Menurut data dari National Safety Council selama tahun 1974 didapatkan 2.000.000 penderita luka bakar di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 2 x dari jumlah pada tahun 1967 yang dilaporkan oleh American Burn Association 300.000 penderita mengalami kecacatan akibat luka bakar dan lebih dari 30.000 penderita dirawat di rumah sakit, dengan lama perawatan rata-rata 64 hari. Berdasarkan data statistic tersebut, luka bakar merupakan salah satu penyakit utama di Amerika Serikat, meskipun angka kematian luka bakar lebih rendah bila dibandingkan

Upload: mardiansyah-dicka

Post on 07-Aug-2015

78 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Combustio Final

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi

para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan

yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,

listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi

(Sjamsuhidayat&Jong, 2005).

Luka bakar lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan terbanyak

(80%) terjadi di rumah serta sebagian kecil terjadi di tempat kerja. Menurut data

dari National Safety Council selama tahun 1974 didapatkan 2.000.000 penderita

luka bakar di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 2 x dari jumlah pada tahun 1967

yang dilaporkan oleh American Burn Association 300.000 penderita mengalami

kecacatan akibat luka bakar dan lebih dari 30.000 penderita dirawat di rumah sakit,

dengan lama perawatan rata-rata 64 hari. Berdasarkan data statistic tersebut, luka

bakar merupakan salah satu penyakit utama di Amerika Serikat, meskipun angka

kematian luka bakar lebih rendah bila dibandingkan dengan penyebab kematian

lainnya seperti penyakit jantung, kanker dan stroke (Schwartz et all, 1988)

Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan

dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga

terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola

oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik,

bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,

rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi (David, 2008).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang

combustio, yang meliputi, Patofisiologi, derajat luka bakar, etiologi, efek dari luka

bakar, pertolongan pertama luka bakar, penatalaksanaan dan prognosinya.

Page 2: Combustio Final

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Histologi kulit

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai

peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari

tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa

sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit

bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis

kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit

bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,

telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari

dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan

epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari

mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan

ikat (David, 2008).

1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri

dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,

Langerhans dan Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai

tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan

epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi

setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel,

sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi

(melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis terdiri atas

lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

a) Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan

berganti.

b) Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit

tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

Page 3: Combustio Final

c) Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng

yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar

yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya

akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

d) Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan

penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek

abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan

tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.

Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.

Terdapat sel Langerhans.

e) Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis

yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis

secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke

permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan

satu lapis sel yang mengandung melanosit (David, 2008).

2. Dermis

Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang

paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,

kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai

dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan

serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan

kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai

banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa

derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar

keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di

Page 4: Combustio Final

dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength,

suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi (David, 2008).

3. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri

dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan

kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya

berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.

Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi

panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock

absorber (David, 2008).

Gambar 1. Anatomi Kulit

Gambar 2. Histologi Kulit

B. Definisi

Combustio (luka bakar) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan

permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara

langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,

Page 5: Combustio Final

maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat,

basa kuat) (Sjamsuhidayat&Jong, 2005).

Combustio (luka bakar) adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan

suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab

kontak dengan suhu rendah (frosh bite) (Mansjoer, 2000).

C. Patofisiologi

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.

Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang

banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan

intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan

cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang

terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng

luka bakar derajat tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi

tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok

hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,

berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin

berkurrang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah

delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat

terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang

terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan

jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak

bewarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon

monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak

mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung,

pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih

Page 6: Combustio Final

dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24

jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan

kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya

diuresis (Sjamsuhidayat&Jong, 2005).

D. Penilaian Derajat Luka Bakar

Derajat luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan

kedalaman luka :

1. Luka bakar grade I

a) Disebut juga luka bakar superficial

b) Mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari

c) Kulit tampak sebagai eritem, dengan keluhan rasa nyeri atau

hipersensivitas setempat.

d) Misalnya tersengat matahari

Gambar 3. Luka bakar derajat I

2. Luka bakar grade II

a) Superficial partial thickness:

1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis

2) Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada

luka bakar grade I

3) Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka

Page 7: Combustio Final

4) Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang

basah

5) Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena

tekanan

6) Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena

infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

b) Deep partial thickness :

1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis

2) disertai juga dengan bula

3) permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari

vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih punya hanya sedikit

pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran

darah)

4) luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

Gambar 4 . Luka bakar derajat II

3. Luka bakar grade III

a) Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen

b) Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan

pembuluh darah sudah hancur.

Page 8: Combustio Final

c) Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan

tulang (Sjamsuhidayat&Jong, 2005).

Gambar 5. Luka bakar derajat III

E. Penilaian Luas Luka Bakar

Beberapa cara penentuan derajat luka bakar antara lain:

1. Palmar surface

Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk jari-jari) secara kasar

adalah 0,8% dari seluruh luas permukaan tubuh. Permukaan telapak tangan

dapat digunakan untuk mengukur luka bakar yang kecil (<15% >85% luas

permukaan tubuh). Untuk luka bakar dengan ukuran sedang, pengukuran

dengan cara ini tidak akurat.

2. Wallace rule of nines

Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar pada

orang dewasa. Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total daerah yang terkena

luka bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada anak-anak.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif

permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki

lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil

berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang masing-

masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %,

ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 % (John Ambulance,

2007).

Page 9: Combustio Final

3. Lund and Bowder chart

Tabel ini, apabila digunakan dengan benar, merupakan cara yang paling

akurat. Tabel ini mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan umur,

sehingga dapat memberikan perhitungan luas luka bakar yang akurat pada

anak-anak (Benjamin C, Wedro, 2008).

Gambar 6. Luas luka bakar (%)

F. Etiologi

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar

juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal

suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas : api,

air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat

terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.

Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :

1. Luka Bakar Termal

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak

dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

2. Luka Bakar Kimia

Page 10: Combustio Final

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit

dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan

banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat

kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan

zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga

dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan

militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan

luka bakar kimia.

3. Luka Bakar Elektrik

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari

energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka

dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang

elektrik itu sampai mengenai tubuh.

4. Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe

injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada

industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia

kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama

juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (James, 2005).

G. Pemeriksaan Penunjang

Terutama untuk luka bakar yang berat

1. Lab darah

o Hitung jenis

o Kimia darah

o Analisa gas darah dengan carboxyhemoglobin

o Analisis urin

o Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka bakar akibat

listrik)

o Pemeriksaan factor pembekuan darah ( BT, CT)

o

Page 11: Combustio Final

2. Radiologi

o Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat luka

bakar inhalasi atau adanya trauma dan indikasi pemasangan intubasi

o CT scan : mengetahui adanya trauma

3. Tes lain : dengan fiberoptic bronchoscopy untuk pasien dengan luka bakar

inhalasi (Naradzay, 2006).

H. Efek Dari Luka Bakar

1. Efek lokal

a) Kerusakan jaringan

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan sel darah yang ada

di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Luka bakar

menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis sel. Sel yang di perifer masih

dapat hidup tapi sebagian ada yang rusak. Akibat rusaknya

mikrosirkulasi perifer lapisan kolagen akan berubah bentuk dan rusak.

Pembuluh kapiler yang mengalami trombosis, padahal pembuluh ini

membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik., permeabilitas kapiler

akan meningkat mengakibatkan kebocoran cairan intravaskuler sehingga

terjadi oedem. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri

akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, fungsi sendi

dapat berkurang atau hilang.

b) Inflamasi

Reakasi infalamasi yang paling awal terlihat adalah erythema, yang

disebabkan karena respon neurovaskular mengakbibatkan vasodilatasi

pembuluh darah. Makin berat kerusakan jaringan, respon inflamasi yang

muncul akan makin lama bertahan. Makrofag akan menghasilkan

mediator inflamasi seperti cytokine dan sel fagosit nekrotik. Netrofil dan

limfosit akan menghalangi terjadinya infeksi.

c) Infeksi

Luka bakar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

mikroorganisme, biasanya akan menyebabkan infeksi dalam 24-48 jam.

Page 12: Combustio Final

Dalam kondisi yang lebih berat akan muncul bakteriemi atau septikemi

yang kemudian akan tejadi penyebaran infeksi ke tempat yang lain.

Bakteriemi merupakan penyebab kematian tersering pada luka bakar

mulai dari 24 jam pertama sampai pada luka bakar yang sudah sembuh.

Streptococcus β-hemolitikus dan pseudomonas memproduksi enzym

protease yang dapat mencegah penempelan dari skin graft. Infeksi ringan

dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan

nanah yang banyak. Infeksi yang invasive ditandai dengan keropeng

yang mula-mula kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang

mula-mula sehat menjadi nekrotik, akibatnya luka bakar yang mula-mula

derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis

pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan

trombosis.

2. Efek regional

a) Sirkulasi

Jika terdapat oedem yang luas, maka akan terjadi pembengkakkan, aliran

darah dari extremitas dapat mengalami obstruksi. Sirkulasi untuk otot

tangan intrinsic dapat terganggu akibat oedem, dapat terjadi nekrosis

yang lama kelamaan menjadi kontraktur. Akumulasi cairan interstitial

dalam tangan menyebabkan jaringan kolagen menggembung maksimal

sehinggga terbentuk posisi “claw” ( metacarpalphalangeal extensi, dan

proximal interphalangeal flexi ). Dapat juga terjadi muscle compartement

syndrome yang mengenai otot flexor dan extensor extremitas bagian atas

maupun bawah.

3. Efek sistemik

a) Kehilangan cairan

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula

yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume

cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan

kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke

Page 13: Combustio Final

bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan

dari keropeng luka bakar derajat tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme

kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%

akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah,

pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun,

dan produksi urin berkurrang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan,

maksimal terjadi setelah delapan jam.

b) Multiple organ failure dan Sepsis

Kegagalan progresif dari ginjal dan hepar di akibatkan karena kehilangan

cairan, toxemia karena infeksi, sepsis. Ganguan sirkulasi ke ginjal

menyebabkan iskemia ginjal ( tubulus) berlanjut dengan Akut Tubular

Necrosis yang akhirnya terjadi gagal ginjal (ARF). Gangguan sirkulasi

perifer meneybabkan iskemia otot-otot dengan dampak pemecahan

glikoprotein yang meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO). NO ini

diketau berperan sebagai modulator sepsis. Ganguan sirkulasi ke kulit

dan system integum menyebabkan gangauan system imun karena

penurunan produksi limfosit dan penurunan fungsi barier kulit

(Sjamsuhidayat&Jong, 2005).

c) Luka bakar inhalasi

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,

dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap

panas ayang terrisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat

menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,

stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon

monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin

tak mampu lagi mngeikat oksigen. Tanda keracuna ringan adalah lemas,

bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi

koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat

meninggal.

Page 14: Combustio Final

d) Komplikasi sistemik

Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat

menimbulkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala

yang sama dengan tukak peptic. Kelainan ini disebut tukak Curling.

Yang khawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit perdarahan

yang tampil sebagai hematemesis dan atau melena.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga

keseimbangan protein menjadi negatif. Protein dalam tubuh banyak

hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan

berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.

Tenaga yang diperlukan pada fase ini terutama didapat dari pembakaran

protein dari otot skelet. Oleh karena itu penderita menjadi sangat kurus,

otot mengecil dan berat badan menurun (Benjamin C, Wedro, 2008).

I. Pertolongan Pertama Pada Pasien Dengan Luka Bakar

1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan

menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan

pasokan oksigen pada api yang menyala.

2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek

Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi

oedem.

3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau

menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas

menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi

berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas.

Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan

mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan

lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk

luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak

seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun (John Ambulance,

2007).

Page 15: Combustio Final

4. Evaluasi awal

Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka

akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation)

yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar

pada survey sekunder.

Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi.

Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang

gosong. Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara,

perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan

intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask face atau

endotracheal tube.

Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari luka

tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus

dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun

perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama

dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah

cairan pengganti.

Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk

menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu

mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya

hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness), sementara luka

bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness)

(Naradzay, 2006 & Mayo clinic staff, 2008).

J. Resusitasi Cairan

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,

Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang

adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka

bakar.

Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi

cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh

Page 16: Combustio Final

tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena

keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,

kebocoran kapiler.

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan

terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum

edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian

cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang

pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular

adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output

urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :

24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar

o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam

pertama

§ ½ jumlah cairan à4000 ml diberikan dalam 8 jam

§ ½ jumlah cairan sisanya à 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans :

l. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

2. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam

( no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk

mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan

osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan

yang telah keluar )

3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat

penguapan )

Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah

jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah

cairan hari kedua.

Page 17: Combustio Final

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus

Baxter yaitu :

% x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit

yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah

cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar

seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang

diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua (John Ambulance, 2007).

K. Perawatan Luka Bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan

dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran

dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh

rasa sakit yang minimal.

Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka

ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi

luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau

jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi

pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal

mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.

1. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier

pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan

pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan

kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk

mengatasi rasa sakit dan pembengkakan

2. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,

pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan

perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat

ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami

Page 18: Combustio Final

(Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan

sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

3. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal

dan cangkok kulit (early exicision and grafting ) (Mayo clinic staff, 2008

dan Holmes&heimbach, 2005).

4.

L. Kontrol Rasa Sakit

Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang

mengalami luka bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang

mengenai jaringan epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak

nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung

kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh rangsangan. Pada

luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri, sedangkan luka bakar derajat

III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit

sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang

mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi,

penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah dan

dilatasi pupil.

1. Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi,

atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan

biasanya dari golongan opioid dan NSAID. Preparat anestesi seperti

ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur yang dirasakan

sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik

sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan

benzodiazepin dbersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan

mengurangi efek dari opioid (James M, Backer, 2008)

Page 19: Combustio Final

M. Permasalahan Pasca Luka Bakar

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang

dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu

fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang

buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan

kepercayaan diri.

Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:

1. Infeksi dan sepsis

2. Oliguria dan anuria

3. Oedem paru

4. ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)

5. Anemia

6. Kontraktur

7. Kematian (Benjamin C, Wedro, 2008)

N. Prognosis

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas

permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi,

dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-

10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam

10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor

membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan

parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa

kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut (Mansjoer A,

2000).

Page 20: Combustio Final

BAB III

KESIMPULAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

dan radiasi.

Luka bakar dibagi menjadi 3 grade dan ada 3 cara penentuan derajat luka

bakar yaitu Palmar surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder Chart.

Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak (terkena rokok, solder

atau alat-alat memasak), air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan panas

dan ter.

Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes dengan

fiberoptic bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi.

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas

permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan

kecepatan pengobatan medikamentosa.

Page 21: Combustio Final

DAFTAR PUSTAKA

Benjamin C. Wedro. 2008. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.

Agustus 2012

David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :

Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com.

Agustus 2012

James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of

Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p

118-129

Jerome FX Naradzay. 2006. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal.

Agustus 2012

Mansjoer A. 2000.  Kapita Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Media

Aesculapius. Jakarta. p 365.

Mayo clinic staff. 2008. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.

Agustus 2012

Schwartz, Shires, Spencer. 1988. Principels of Surgery. 5th Ed. Mac Grauhill:

Singapore. p 285

St. John Ambulance. 2007. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.

http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2012

Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

EGC. Jakarta. p 73-75