analisis ketimpangan pembangunan di era otonomi … · penulis menjalani pendidikan di bangku...

114
ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI DAERAH: HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT OLEH BERY AGUNG PUSPANDIKA H14103107 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: vuonganh

Post on 14-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI DAERAH: HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI

DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

OLEH BERY AGUNG PUSPANDIKA

H14103107

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 2: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

RINGKASAN

BERY AGUNG PUSPANDIKA. Analisis Ketimpangan Pembangunan di Era Otonomi Daerah: Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Kesejahteraan Masyarakat (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO).

Indonesia memiliki perbedaan karakteristik wilayah dalam hal kepemilikan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi sosial dan budaya serta letak demografis wilayah. Karena karakteristik wilayah mempunyai pengaruh yang kuat pada terciptanya pola pembangunan ekonomi, maka tidak mengherankan bila pola pembangunan ekonomi wilayah di Indonesia tidak seragam. Ketidakseragaman ini akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk tumbuh dan yang pada gilirannya akan mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh cepat sementara wilayah lainnya tumbuh lambat. Selanjutnya, kemampuan untuk tumbuh yang berbeda ini akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah. Ketimpangan pembangunan ini berlangsung dan berwujud dalam berbagai bentuk, aspek, dan dimensi. Bukan hanya berupa ketimpangan hasil pembangunan dalam hal output regional (pendapatan) tetapi juga dalam hal pembangunan manusia. Sehubungan dengan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan pembangunan yang terjadi antar propinsi di Indonesia dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang diperlukan meliputi: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita menurut propinsi berdasarkan harga konstan Tahun 2000; (2) jumlah penduduk menurut propinsi; (3) Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta komponen-komponennya; (4) Berbagai macam data sekunder lainnya yang diambil dari berbagai sumber. Jenis data tersebut diperoleh dari: (1) Badan Pusat Statistik; (2) United Nations Support Facility for Indonesia Recovery (UNSFIR); (3) Publikasi beberapa penelitian terdahulu. Periode analisis pada penelitian ini adalah antara tahun 2001 sampai dengan 2005 dengan menggunakan tahun dasar 2000 dan pengolahan data dealam penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2003, E-Views 5.1, dan SPSS 13.0. Perangkat lunak Microsoft Excel 2003 digunakan dalam mengolah data untuk mengetahui nilai indeks ketimpangan pendapatan antar propinsi di Indonesia. Perangkat lunak Eviews 5.1 digunakan dalam mengolah data untuk melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap pembangunan manusia. Perangkat lunak SPSS 13.0 digunakan untuk analisis deskriptif hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks ketimpangan pendapatan antar propinsi di Indonesia berada pada tingkat yang tinggi. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembangunan manusia adalah pengeluaran riil perkapita sedangkan PDRB perkapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia. Antara pertumbuhan ekonomi dengan pembanggunan manusia tidak terdapat hubungan kausalitas, tetapi korelasi antara keduanya bersifat positif.

Page 3: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI DAERAH: HUBUNGAN ANTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Oleh BERY AGUNG PUSPANDIKA

H14103107

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 4: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Bery Agung Puspandika

Nomor Registrasi Pokok : H14103107

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Ketimpangan Pembangunan di Era

Otonomi Daerah: Hubungan antara

Pertumbuhan Ekonomi dengan

Kesejahteraan Masyarakat.

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si. NIP. 132 104 952

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 5: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Bery Agung Puspandika H14103107

Page 6: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

RIWAYAT HIDUP

Bery Agung Puspandika dilahirkan di Bogor pada hari Jumat tanggal 8

Februari 1985 dari pasangan Bapak Dodi Suparmadi dan Ibu Ika Sartika. Penulis

merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Penulis menjalani kehidupan yang

bahagia dari kecil sampai dewasa di kota kelahirannya, Kota Bogor, Jawa Barat.

Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991

sampai dengan tahun 1997 di SD Angkasa 2 Bogor. Selanjutnya meneruskan ke

pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTP

Negeri 4 Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di

SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan

terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen (FEM). Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif

sebagai pengurus dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Profesi dan

Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) pada tahun 2004

hingga 2005. Penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan baik untuk tingkat

departemen maupun institus i.

Page 7: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam

semesta beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat

kemudahan dan kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga senatiasa tercurah kepada Qudwah Hasanah kita,

Rasulullah Saw, yang telah mengajarkan al-Islam sebagai jalan hidup sehingga

membawa keselamatan bagi umat manusia sejagad raya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen

IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Ketimpangan Pembangunan di

Era Otonomi Daerah: Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan

Kesejahteraan Masyarakat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan

penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam

proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si. dan Jaenal Effendi, MA. Selaku dosen

penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan

ilmu yang bermanfaat.

3. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas

ilmu dan bantuan yang diberikan.

4. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Dodi Suparmadi dan Ibunda Ika

Sartika atas doa, dukungan, dan perjuangan yang telah dicurahkan. Untuk

De Widya dan Ka Ilyas atas dukungan, semangat, dan perhatian yang

diberikan. Keluarga besar penulis yang memberikan perhatian dan

semangat. Terima kasih juga kepada Fransiska Tarida Ully sekeluarga atas

doa dan perhatian yang diberikan.

Page 8: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

5. Teman-teman seperjuangan Wawan, Gilman, Tanti, Yudhis. Kepada

teman-teman yang mewarnai hari selama kuliah Giri, Suma, AO, Ucup,

Rizki, Jun, Chris, Anto, Dio, Beni, Ryan, Nofa, Rizal, Risa, Lida, Linda,

Opie, Ratih, Maiva, Beby, Abang, Aji, Aci, Sri dan seluruh teman-teman

angkatan 40 Ilmu Ekonomi dan seluruh pihak yang telah membantu

penulis, kalian semua akan terkenang dan tidak pernah mati.

6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kang Ade Holis dan

Fickry di Intercafe atas bantuannya dalam pengolahan data.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak

kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan

kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.

Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

maupun semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bogor, Agustus 2007

Bery Agung Puspandika H14103107

Page 9: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan .................................................................................................. 7

1.4 Manfaat ................................................................................................ 7

1.5 Ruang Lingkup .................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ......................... 9

2.1 Konsep Otonomi Daerah ..................................................................... 9

2.2 Ketimpangan ........................................................................................ 11

2.3 Pendapatan Domestik Regional Bruto ................................................. 15

2.4 Konsep Pembangunan Manusia ........................................................... 18

2.5 Pembangunan Manusia dan Pengukurannya ....................................... 20

2.6 Pengukuran Ketimpangan .................................................................... 22

2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 25

2.7.1 Penelitian Mengenai Ketimpangan ............................................. 26

2.7.2 Penelitian Mengenai Panel Data ................................................. 28

2.8 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 29

2.9 Hipotesis .............................................................................................. 30

III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 31

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 31

3.3 Metode Analisis ................................................................................... 32

3.3.1 Indeks Williamson ...................................................................... 32

3.3.2 Analisis Panel Data ..................................................................... 33

Page 10: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

ix

3.3.3 Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data ................................. 39

3.3.3.1 Chow Test ........................................................................ 39

3.3.3.2 Hausman Test .................................................................. 41

3.3.3.3 LM Test ........................................................................... 42

3.3.4 Evaluasi Model ........................................................................... 43

3.3.4.1 Multikolinearitas .............................................................. 43

3.3.4.2 Autokorelasi ..................................................................... 43

3.3.4.3 Heteroskedastisitas ........................................................... 44

3.3.5 Model Umum Penelitian ............................................................. 45

3.3.6 Kausalitas Bivariat Granger ........................................................ 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 47

4.1 Analisis Ketimpangan Pembangunan .................................................. 47

4.1.1 Ketimpangan Pendapatan ........................................................... 47

4.1.2 Ketimpangan Pembangunan Manusia ........................................ 51

4.2 Hasil Estimasi Model dan Uji Asumsi Klasik ..................................... 55

4.3 Intepretasi Model Fixed Effect dengan Perlakuan Cross Section Weights dan White Heteroscedasticity ................................................ 59

4.4 Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Kesejahteraan Masyarakat ........................................................................................... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 65

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 65

5.2 Saran .................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 68

LAMPIRAN ....................................................................................................... 71

Page 11: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Data Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2001-2005 ............................. 5

2.1 Indeks Ketimpangan Pendapatan Daerah di Jawa Barat ........................... 27

2.2 Indeks Ketimpangan Pendapatan Daerah di Propinsi Lampung ............... 27

3.1 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ............................................................ 43

4.1 Indeks Ketimpangan Pendapatan Antar Propinsi Tahun 2001-2005 .......... 48

4.2 Perbandingan Peringkat PDRB per kapita dengan IPM Antar Propinsi Tahun 2005 ........................................................................ 52

4.3 Hasil Estimasi Fungsi dengan menggunakan Model Efek Tetap dengan Pembobotan dan White Cross Section ........................................... 57

4.4 Pairwise Grangger Causality Test ............................................................. 62

4.5 Pearson Correlation .................................................................................. 63

Page 12: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Gini Rasio Indonesia Tahun 1996-2006 .................................................... 2

2.1 Kurva “U” Terbalik (Hipotesis Kuznets) ................................................. 13

2.2 Kurva Lorentz ............................................................................................ 24

2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 29

3.1 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Panel Data ...................... 41

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2005 ................................ 49

4.2 Grafik Perbandingan Indeks Ketimpangan Pendapatan Antar Propinsi tahun 2001-2005 .......................................................................... 51

4.3 Korelasi Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia ..................................................................................................... 54

Page 13: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 PDRB per Propinsi dengan Menyertakan Sektor Migas Tahun 2001-2005 (Juta, Rp) ...................................................................... 71

2 PDRB per Propinsi dengan Tidak Menyertakan Sektor Migas Tahun 2001-2005 (Juta, Rp) ....................................................................... 72

3 Jumlah Penduduk per Propinsi tahun 2001-2005 ....................................... 73

4 Indeks Pembangunan Manusia per Propinsi tahun 2001-2005 .................. 74

5 Angka Harapan Hidup per Propinsi tahun 2001-2005 .............................. 75

6 Angka Melek Huruf per Propinsi tahun 2001-2005 .................................. 76

7 Rata-Rata Lama Sekolah per Propinsi tahun 2001-2005 ........................... 77

8 Pengeluaran Riil Per Kapita per Propinsi tahun 2001-2005 ...................... 78

9 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2001 .................... 79

10 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2002 .................... 81

11 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2003 .................... 83

12 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2004 .................... 85

13 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2005 .................... 87

14 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2001 .................... 89

15 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2002 .................... 91

16 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2003 .................... 93

17 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2004 .................... 95

18 Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2005 .................... 97

19 Model Efek Tetap dengan Pembobotan (Cross Section Weights) dan White Cross Section Covariance ............................................................... 99

20 Hausman Test ......................................................................................... 100

Page 14: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam

malaksanakan pembangunan adalah masalah ketimpangan, baik ketimpangan

yang terjadi antar wilayah maupun ketimpangan yang terjadi di dalam wilayah.

Ketimpangan tersebut terlihat dari perbedaan karakteristik wilayah Indonesia

dalam hal kepemilikan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia

(SDM), kondisi sosial dan budaya serta letak demografis wilayah tersebut. Karena

karakteristik wilayah mempunyai pengaruh yang kuat pada terciptanya pola

pembangunan ekonomi, maka tidak mengherankan bila pola pembangunan

ekonomi wilayah di Indonesia tidak seragam (Wijaya, 2001). Ketidakseragaman

ini akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk tumbuh dan yang pada

gilirannya akan mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh cepat sementara

wilayah lainnya tumbuh lambat. Selanjutnya, kemampuan untuk tumbuh yang

berbeda ini akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar

wilayah. Namun, dari sudut pandang pembangunan nasional menunjukkan bahwa

ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah hal yang kurang disukai dan

lebih sering menimbulkan berbagai kerugian daripada keuntungan atau manfaat

(Wijaya, 2001). Pada Gambar 1.1 memperlihatkan kondisi ketimpangan

pendapatan di Indonesia yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya.

Page 15: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

2

Gini Ratio

00.05

0.10.15

0.20.25

0.30.35

0.40.45

1996 1999 2002 2003 2004 2005 2006

Gini Ratio

Sumber: Daryanto dan Nuryartono (2007).

Gambar 1.1. Gini Ratio Indonesia Tahun 1996 – 2006.

Ketidakpuasan dan kritik yang timbul dalam proses pembangunan pada

dasarnya bukanlah sehubungan dengan pertumbuhan yang telah dicapai akan

tetapi karena perkembangan pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi tersebut

kurang mampu menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, bahkan

ketimpangan pendapatan semakin besar dan telah menimbulkan berbagai masalah

seperti meningkatnya pengangguran, kurangnya sarana kesehatan dan pendidikan,

perumahan, kebutuhan pokok, rasa aman, dan lain- lain (Dumairy, 1996).

Keadaan seperti ini telah dialami bangsa Indonesia sejak awal proses

pembangunan dimasa Orde Baru. Meskipun pelaksanaan pembangunan senantiasa

diarahkan pada pencapaian tiga sasaran pembangunan (Trilogi Pembangunan)

yaitu stabilitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil

pembangunan, strategi dan kebijakan pembangunan di masa Orde Baru lebih

difokuskan pada pertumbuhan ekonomi dan pada periode ini telah terjadi

kecenderungan meningkatnya ketimpangan pembangunan. Berdasarkan

Page 16: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

3

pengalaman tersebut, maka periode selanjutnya strategi dan kebijakan

pembangunan nasional diarahkan pada terciptanya kondisi pembangunan yang

mendorong usaha pemerataan pendapatan. Hal ini dapat dilihat dalam trilogi

pembangunan yang lebih menekankan dan memberi bobot utama pada pemerataan

pembangunan dan pendapatan dengan tetap memperhatikan pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas perekonomian. Dengan terlaksananya strategi

pembangunan tersebut, maka pembangunan nasional harus menjamin pemerataan

bagi seluruh rakyat dengan rasa keadilan.

Memasuki babakan baru dalam konstruksi politik Orde Reformasi,

pemerintah daerah menginginkan disent ralisasi kewenangan dan tanggung jawab,

masyarakat menuntut untuk diberlakukan Otonomi Daerah, karena merasa tidak

ada keadilan selama proses pembangunan pada masa Orde Baru. Keinginan

tersebut dipenuhi oleh pemerintah dengan diberlakukannya undang-undang

tentang otonomi daerah yaitu Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang

pemerintah daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Di era Otonomi Daerah setiap daerah dituntut untuk mampu mengelola

potensi daerah yang dimilikinya secara tepat sehingga akan mendorong

terciptanya proses pembangunan dengan tingkat pemerataan yang baik dan

dibarengi oleh pertumbuhan ekonomi yang baik pula. Dengan demikian

ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya serta pendapatan antar golongan

ataupun daerah akan semakin menurun. Oleh karena itu, setiap daerah harus

Page 17: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

4

mampu membiayai pembangunan daerah baik dengan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) maupun sumber pembiayaan lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Todaro (2003), pembangunan secara tradisional diartikan sebagai

kapasitas dari sebuah perekonomian nasional untuk menciptakan dan

mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNP (Gross National

Product). Indeks ekonomi lainnya yang sering digunakan untuk mengukur tingkat

kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita atau

GNP per kapita. Namun, agar penerapan tolak ukur pembangunan lebih akurat

dan bermanfaat harus didukung oleh indikator- indikator sosial nonekonomis yaitu

konsep Indeks Pembangunan Manusia/IPM (Human Development Indeks/HDI)

yang diperkenalkan oleh UNDP.

Ketimpangan pembangunan selama ini berlangsung dan berwujud dalam

berbagai bentuk, aspek, dan dimensi. Bukan hanya berupa ketimpangan hasil

pembangunan dalam hal output regional tetapi juga dalam hal kesejahteraan

masyarakat (Tadjoedin, 2001). Output regional disini merupakan konsep analisa

ketimpangan dengan pendekatan wilayah yang dipresentasikan oleh indikator

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Sementara itu,

kesejahteraan masyarakat mencakup beberapa parameter yang melekat pada

individu. Dalam hal ini digunakan tiga kategori indikator yang merepresentasikan

kesejahteraan (welfare), yaitu pengeluaran konsumsi, pendidikan dan kesehatan.

Penggunaan ketiga kategori indikator ini mengacu pada konsep Indeks IPM yang

Page 18: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

5

diperkenalkan oleh UNDP. Perkembangan IPM Indonesia sendiri mengalami

peningkatan dari tahun ke tahunnya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Propinsi Tahun 2001 - 2005.

Propinsi IPM 2001

rank IPM 2002

rank IPM 2003

rank IPM 2004

rank IPM 2005

rank

NAD 65.3 14 66.0 15 67.4 17 68.7 17 69.0 17 Sumut 66.6 10 68.8 7 70.1 7 71.4 7 72.0 7 Sumbar 65.8 11 67.5 8 69.0 8 70.5 8 71.2 8 Riau 67.3 4 69.1 6 70.3 6 71.5 6 72.9 5 Jambi 65.4 13 67.1 10 68.6 9 70.1 9 71.0 10 Sumsel 63.9 19 66.0 16 67.8 12 69.6 11 70.2 12 Bengkulu 64.8 15 66.2 14 68.1 11 69.9 10 71.1 9 Lampung 63.0 22 65.8 17 67.1 19 68.4 18 68.8 18 Babel 63.9 20 65.4 20 67.5 16 69.6 12 70.7 11 DKI 72.5 1 75.6 1 75.7 1 75.8 1 76.1 1 Jabar 64.6 16 65.8 18 67.5 15 69.1 13 69.9 13 Jateng 64.6 17 66.3 13 67.6 14 68.9 16 69.8 14 DIY 68.7 2 70.8 3 71.9 3 72.9 3 73.5 3 Jatim 61.8 26 64.1 24 65.5 22 66.8 21 68.4 21 Banten 64.6 18 66.6 11 67.3 18 67.9 19 68.8 19 Bali 65.7 12 67.5 9 68.3 10 69.1 14 69.8 15 NTB 54.2 30 57.8 30 59.2 30 60.6 30 62.4 30 NTT 60.4 28 60.3 28 61.5 28 62.7 28 63.6 28 Kalbar 60.6 27 62.9 27 64.2 27 65.4 26 66.2 27 Kalteng 66.7 9 69.1 5 70.4 5 71.7 5 73.2 4 Kalsel 62.2 25 64.3 23 65.5 21 66.7 23 67.4 24 Kaltim 67.8 3 70.0 4 71.1 4 72.2 4 72.9 6 Sulut 67.1 7 71.3 2 72.4 2 73.4 2 74.2 2 Sulteng 62.8 24 64.4 22 65.9 23 67.3 20 68.5 20 Sulsel 63.6 21 65.3 21 65.3 25 65.3 27 66.9 26 Sultra 62.9 23 64.1 25 65.4 24 66.7 22 67.5 22 Gorontalo 67.1 8 64.1 26 64.8 26 65.4 25 67.5 23 Maluku 67.2 5 66.5 12 67.8 13 69.0 15 69.2 16 Malut 67.2 6 65.8 19 66.1 20 66.4 24 67.0 25 Papua 58.8 29 60.1 29 61.2 29 62.3 29 63.5 29 Indonesia 64.6

66.2

67.3 68.5

69.5

Sumber: BPS, 2007 (diolah).

IPM merupakan indikator penting yang dapat digunakan dalam melihat

upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah.

Page 19: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

6

Kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan

ditunjukkan oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM tidak

hanya mengukur pembangunan dari aspek ekonomi saja, tetapi juga mengukur

pembangunan dari aspek non-ekonomi.

Pembangunan manusia, dalam hal ini direpresentasikan oleh indikator-

indikator IPM, merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembangunan

ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga

akan lebih baik. Oleh sebab itu, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi

perlu dan harus memperhatikan aspek pembangunan manusia, termasuk dalam

konteks ekonomi daerah. Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong

peningkatan kualitas manusia hanya akan membuat daerah yang bersangkutan

tertinggal dari daerah yang lain, termasuk dalam hal kinerja ekonominya. Dengan

kata lain, peningkatan kualitas modal manusia juga akan memberikan manfaat

dalam mengurangi ketimpangan antar daerah.

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi ketimpangan pembangunan di Indonesia?

2. Faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap pembangunan manusia?

3. Bagaimanakah korelasi antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat?

Page 20: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

7

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis ketimpangan pembangunan yang terjadi di Indonesia.

2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap pembangunan

manusia.

3. Menganalisis korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan

masyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hal-hal yang diperoleh dari penelitian tentang analisis tingkat

ketimpangan pembangunan yang terjadi di Indonesia diharapkan dapat bermanfaat

bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti ini. Secara

ringkas, manfaat yang penulis harapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dan pihak terkait

lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan berbagai kebijakan.

2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain sebagai bahan

pelengkap penelitian yang masih relevan dengan permasalahan skripsi ini.

3. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan

mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada umumnya dalam memahami

permasalahan mengenai ketimpangan pembangunan di Indonesia.

Page 21: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan 30 propinsi dari total 33 propinsi yang ada di

Indonesia. Tiga propinsi lain seperti Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Irian

Jaya Barat tidak disertakan karena ketidaktersediaan data mengingat ketiga

propinsi ini masih baru dimekarkan. Untuk menunjang agar data yang digunakan

menjadi valid, maka data ketiga propinsi yang tersedia digabungkan dengan

propinsi asal sebelum ketiga propinsi ini dimekarkan.

Page 22: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep Otonomi Daerah

Semenjak Orde Reformasi bergulir, masyarakat menuntut kesungguhan

pemerintah dalam menjalankan pemerintahan yang adil dan merata. Oleh karena

itu, lahirlah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk mendukung kedua Undang-undang

tersebut, pemerintah telah mengesahkan dua Undang-undang baru pada 15

Oktober 2004 yaitu Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang kemudian diikuti dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.

Pengertian dari Desentralisasi dan Otonomi Daerah menurut Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sementara itu, menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun

1999, penyelengaraan otonomi daerah diperlukan wewenang dan kemampuan

menggali sumber-sumber keuangan sendiri untuk mendukung pemerintahan dan

pembangunan di daerah, adapun sumber-sumber keuangan daerah di antaranya

adalah pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain- lain

pendapatan yang sah.

Page 23: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

10

Kedua, Undang-undang tersebut menyatakan pembangunan daerah

sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan

dengan prinsip otonomi daerah dan peningkatan demokrasi dan kinerja daerah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang

bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintahan daerah

sebagai subsistem pemerintahan negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya

guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakatnya.

Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 yang digantikan oleh undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah, menyebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam

rangka penyelenggaran otonomi daerah adalah dari pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, pinjaman daerah, dan lain- lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan asli Daerah sebagai sumber pembiayan berasal dari daerah sendiri,

yang terdiri dari (1) hasil pajak daerah; (2) hasil retribusi daerah; (3) hasil

perusahan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

(4) lain- lain pendapatan asli daerah yang sah, diharapkan dapat menjadi

penyangga utama dalam membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah.

Karena semakin banyak kebutuhan daerah dapat dibiayai dengan pendapatan asli

daerah, maka semakin tinggi pula tingkat kualitas otonomi daerah, juga semakin

baik dalam bidang keuangan daerahnya.

Haris (2002), menyatakan bahwa otonomi nyata adalah keleluasaan daerah

untuk menyelengarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara

Page 24: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

11

nyata ada dan diperlukan secara tumbuh hidup dan berkembang di daerah.

Sedangkan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan

pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada

daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam

mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan

demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi

antar pusat dan daerah serta antara dalam rangka menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Ketimpangan

Ketimpangan pendapatan sebenarnya telah terjadi di seluruh negara di

dunia ini, baik negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang

berkembang. Namun perbedaannya adalah ketimpangan pendapatan lebih besar

terjadi di negara-negara yang baru memulai pembangunannya, sedangkan bagi

negara maju atau lebih tinggi tingkat pembangunannya cenderung lebih merata

atau tingkat ketimpangannya rendah. Keadaan ini antara lain dijelaskan oleh

Todaro (2003) bahwa, negara-negara maju secara keseluruhan memperlihatkan

pembagian pendapatan yang lebih merata dibandingkan dengan negara-negara

dunia ketiga yakni kelompok negara yang tergolong sedang berkembang.

Dua model ketimpangan yaitu teori Harrod-Domar dan Neo-Klasik,

memberikan perhatian khusus pada peranan kapital yang dapat dipresentasikan

dengan kegiatan investasi yang ditanamkan pada suatu daerah untuk menarik

Page 25: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

12

kapital ke dalam daerahnya, hal ini jelas akan berpengaruh pada kemampuan

daerah untuk bertumbuh sekaligus untuk menciptakan perbedaan dalam

kemampuan untuk menghasilkan pendapatan. Investasi akan lebih

menguntungkan bila dialokasikan di daerah-daerah yang dinilai mampu

menghasilkan return (pengembalian) yang besar dalam waktu yang relatif cepat.

Mekanisme pasar justru akan menyebabkan ketidakmerataan dimana daerah-

daerah yang relatif maju akan bertumbuh semakin cepat sementara daerah yang

kurang maju justru relatif lambat. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya

ketimpangan pendapatan antar daerah. Sehingga diperlukan suatu perencanaan

dan kebijakan dalam mengarahkan alokasi investasi menuju suatu kemajuan

ekonomi yang lebih berimbang di seluruh wilayah dalam negara.

Terjadinya ketimpangan antar daerah juga diterangkan oleh Mydral (1957)

yang membangun teori keterbelakangan dan pembangunan ekonominya di sekitar

ide ketimpangan regional pada taraf nasional dan internasional. Untuk

menjelaskan hal tersebut, dikembangkan ide spread effect dan backwash effect

sebagai bentuk pengaruh penjalaran dari pusat pertumbuhan ke daerah sekitar.

Spread effect didefinisikan sebagai suatu pengaruh yang menguntungkan

(favorable effect ), yang mencakup aliran kegiatan-kegiatan investasi dari pusat

pertumbuhan ke wilayah sekitar. Backwash effect didefinisikan sebagai pengaruh

yang merugikan (infavorable effect) yang mencakup aliran manusia dari wilayah

sekitar/pinggiran termasuk aliran modal ke wilayah inti, sehingga mengakibatkan

berkurangnya modal pembangunan bagi wilayah pinggiran yang sebenarnya

diperlukan untuk dapat mengimbangi perkembangan wilayah inti. Terjadinya

Page 26: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

13

ketimpangan regional menurut Mydral disebabkan oleh besarnya pengaruh

backwash effect dibandingkan dengan spread effect di negara-negara terbelakang.

Perpindahan modal cenderung meningkatkan ketimpangan regional.

Permintaan yang meningkat ke wilayah maju akan merangsang investasi yang

pada gilirannya meningkatkan pendapatan yang menyebabkan putaran kedua

investasi dan seterusnya. Lingkup investasi yang lebih baik pada sentra-sentra

pengembangan dapat menciptakan kelangkaan modal di wilayah terbelakang.

Perbedaan kemajuan wilayah berarti tidak samanya kemampuan untuk

bertumbuh sehingga yang timbul adalah terjadinya ketidakmerataan antar daerah.

Sehubungan dengan hal ini muncul pendapat dan studi-studi empiris yang

menempatkan pemerataan dan pertumbuhan pada suatu posisi yang dikotomis.

Dalam hal ini Kuznets dalam Tambunan (2003) mengemukakan suatu hipotesa

yang terkenal dengan sebutan ”Hipotesis U terbalik”.

Koefisien Gini

0 Periode

Produk Nasional Bruto per Kapita

Sumber: Tambunan (2003)

Gambar 2.1. Kurva “U” Terbalik (Hipotesis Kuznets)

Page 27: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

14

Hipotesis ini dihasilkan melalui suatu kajian empiris terhadap pola

pertumbuhan sejumlah negara di dunia, pada tahap awal pertumbuhan ekonomi

terjadi trade-off antara pertumbuhan dan pemerataan. Seiring dengan kemajuan

pembangunan ekonomi maka setelah menghadapi tahap tertentu trade-off tersebut

akan menghilang diganti dengan hubungan korelasi positif antara pertumbuhan

dan pemerataan. Pola ini disebabkan karena pertumbuhan pada tahap awal

pembangunan cenderung dipusatkan pada sektor modern perekonomian yang pada

saat itu kecil dalam penyerapan tenaga kerja. Ketimpangan membesar karena

kesenjangan antar sektor modern dan tradisional meningkat. Peningkatan tersebut

terjadi karena perkembangan di sektor modern lebih cepat dibandingkan dengan

sektor tradisional.

Dari periode 1970-an hingga sekarang sudah banyak studi empiris yang

menguji hipotesis Kuznets tersebut dengan menggunakan data agregat dari

sejumlah negara (Tambunan, 2003). Beberapa catatan penting dari penemuan-

penemuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, sebagian besar

studi-studi tersebut mendukung hipotesis Kuznets; sedangkan, sebagian lainnya

menolak atau tidak menemukan adanya korelasi seperti pada Gambar 2.1. Kedua,

walaupun secara umum hipotesis ini diterima, namun sebagian besar dari studi-

studi tersebut menunjukkan bahwa relasi positif antara pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan dalam distribusi pendapatan pada periode jangka panjang hanya

terbukti nyata untuk kelompok negara-negara dengan tingkat pendapatan yang

tinggi. Ketiga, bagian kesenjangan dari kurva Kuznets (bagian kiri pada Gambar

2.1) cenderung lebih tidak stabil dibandingkan porsi kesenjangan menurun dari

Page 28: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

15

kurva tersebut. Kesenjangan cenderung menurun untuk negara-negara pada

tingkat pendapatan menengah dan tinggi.

Pemilihan indeks ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia

menunjukkan bahwa komponen antar sektor ekonomi merupakan komponen yang

sangat kecil dibanding dengan komponen di dalam sektor ekonomi yang

bersangkutan. Studi yag telah dilakukan dengan menggunakan data Sakernas 1976

(BPS) menunjukkan bahwa sumbangan ”komponen antar sektor ekonomi”

terhadap indeks ketimpangan distribusi pendapatan secara menyeluruh hanyalah

sebesar 1,85 persen dibandingkan dengan sumbangan ”komponen di dalam sektor

ekonomi” sebesar 98,15 persen Arief dalam Supriyantoro (2005).

2.3 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Besar kecilnya PDRB yang dihasilkan oleh suatu wilayah dipengaruhi

oleh ketersediaan sumber daya alam yang telah dimanfaatkan, jumlah dan mutu

sumber daya manusia, kebijaksanaan pemerintah, letak geografis serta tersedianya

sarana dan prasarana. Dalam menghitung pendapatan regional, BPS (1995)

memasukan seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang

melakukan usahanya di suatu wilayah tanpa memperhatikan pemilik atas faktor

produksi. Dengan demikian PDRB secara keseluruhan menunjukkan kemampuan

suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan pada faktor- faktor produksi yang

ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah produksi tersebut.

Penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui dua metode antara lain (Dumairy,

1996):

Page 29: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

16

a. Metode Langsung

Dalam penghitungan PDRB ini didasarkan pada data yang terpisah antara

data daerah dan data nasional, sehingga hasil penghitungannya mencakup

seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Dalam

metode ini PDRB dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11

sektor (dapat juga dibagi menjadi 9 sektor) yaitu: (1) pertanian; (2)

pertambangan dan galian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air

minum; (5) bangunan; (6) perdagangan; (7) pengangkutan dan komunikasi;

(8) bank dan lembaga keuangan lainnya; (9) sewa rumah; (10) pemerintah;

(11) jasa-jasa.

2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang turut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu

setahun. Balas jasa produksi dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah,

bunga modal dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam hal ini mencakup juga

penyusutan dan pajak-pajak tak langsung netto. Jumlah komponen semua

pendapatan per sektor disebut nilai tambah bruto sektoral. Oleh sebab itu

Page 30: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

17

PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai

tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha.

3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi: (1)

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari

keuntungan; (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan

stok; (3) pengeluaran konsumsi pemerintah; (4) ekspor netto (ekspor – impor),

dalam jangka satu tahun.

b. Metode Tidak Langsung atau Alokasi

Perhitungan PDRB dilakukan dengan cara menghitung nilai tambah suatu

kelompok kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional

kedalam masing-masing ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator

digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya

dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut.

Penghitungan PDRB pada suatu daerah/wilayah dengan menggunakan

metode langsung atau tidak langsung/alokasi sangat bergantung pada data

yang tersedia. Pada dasarnya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling

menunjang satu sama lain, karena penghitungan dengan metode langsung akan

mendorong peningkatan mutu atau kualitas data daerah, sedangkan

penghitungan dengan metode tidak langsung merupakan koreksi dan

pembanding bagi data daerah.

Dilihat dari penjelasan diatas PDRB dari suatu daerah lebih menunjukkan

besaran produksi suatu daerah, bukan pendapatan yang sebenarnya diterima

Page 31: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

18

oleh penduduk daerah yang bersangkutan. Walaupun demikian PDRB

merupakan data yang paling representatif dalam menunjukkan pendapatan

dibandingkan dengan data-data yang lainnya.

2.4 Konsep Pembangunan Manusia

Beberapa kalimat pembuka dari Human Development Report (HDR)

pertama yang dipublikasikan oleh UNDP (United Nations Development

Programmes) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang

dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik di titik global, tingkat

nasional maupun tingkat daerah, yaitu pembangunan manusia yang berpusat pada

manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan

nasional dan bukan sebagai alat dari pembangunan (UNDP, 2004). Berbeda

dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada

pertumbuhan ekonomi dengan asumsi bahwa petumbuhan ekonomi pada akhirnya

akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep

yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang

dimiliki manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan

(UNDP, 2004).

Pembangunan manusia mensyaratkan adanya kebebasan. Tujuan utama

dari pembangunan manusia yaitu untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang

dimiliki manusia tidak mungkin tercapai tanpa adanya kebebasan memilih apa

yang mereka inginkan dan bagaimana mereka akan menjalani hidup. Manusia

Page 32: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

19

harus bebas untuk melakukan apa yang menjadi pilihannya di dalam sistem pasar

yang berfungsi dengan baik.

Konsep pembangunan manusia memiliki cakupan yang lebih luas dari

teori konvensional pembangunan ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi lebih

menekankan pada peningkatan PDB daripada perbaikan kualitas hidup manusia.

Pembangunan manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input

bagi proses produksi.

Pembangunan manusia memiliki empat elemen yaitu (BPS, 2001):

1. Produktivitas

Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan

berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja.

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model

pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan

terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang

dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada.

3. Keberlanjutan

Akses terhadap kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi

sekarang tetapi juga untuk generasi mendatang. Semua bentuk sumberdaya

harus dapat diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Page 33: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

20

Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukan hanya semata-mata

untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam

pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi

tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia

menurut Sen dalam Todaro (2003), pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir.

Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas

pilihan-pilihan manusia. Walaupun demikian, tidak ada hubungan yang otomatis

antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia.

Perhatian pembangunan manusia tidak hanya terfokus pada laju

pertumbuhan ekonomi tetapi juga pada aspek pendistribusiannya. Jadi bukan

hanya masalah berapa besar pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih ditujukan pada

seperti apa? Perhatian harus lebih ditujukan pada struktur dan kualitas

pertumbuhan (Tadjoedin, 2001). Untuk menjamin bahwa pertumbuhan diarahkan

untuk mendukung perbaikan kesejahteraan manusia baik bagi generasi sekarang

maupun generasi mendatang. Perhatian utama dari kebijakan pembangunan harus

ditekankan pada bagaimana keterkaitan tersebut dapat diciptakan dan diperkuat

(Tadjoedin, 2001).

2.5 Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

Pada Human Development Report (HDR) yang pertama tahun 1990,

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disusun dari Pendapatan Nasional (sebagai

pendekatan dari standar hidup) dan dua indikator sosial, yaitu angka harapan

Page 34: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

21

hidup dan angka melek huruf usia dewasa (kurang dari pengetahuan). Indeks ini

merupakan pendekatan yang mencakup berbagai dimensi dari pilihan-pilihan yang

dimiliki manusia. Tetapi indeks ini masih memiliki kelemahan yang sama dengan

pengukuran pendapatan, yaitu bahwa angka rata-rata nasionalnya

menyembunyikan ketimpangan regional dan ketimpangan lokal (UNDP, 2004).

Selama bertahun-tahun telah dilakukan berbagai penyempurnaan IPM

dengan tetap mempertahankan tiga komponen intinya, yaitu lamanya hidup,

pengetahuan dan standar hidup layak, untuk menjaga kesederhanaan dan konsep

awal IPM. HDR kedua pada tahun 1991 menambahkan satu indikator baru, yaitu

rata-rata lama bersekolah kedalam komponen pengetahuan. Variabel ini diberi

bobot dua per tiga. Hal ini merupakan pengakuan akan pentingnya pembentukkan

keterampilan tingkat tinggi serta membantu pembedaan negara-negara yang

mengelompokkan data tingkat atas. IPM mencoba untuk memeringkatkan semua

negara dari skala 0 (tingkat pembangunan manusia yang paling rendah) hingga 1

(tingkat pembangunan manusia yang paling tinggi). IPM memeringkat semua

negara menjadi tiga kelompok: tingkat pembangunan manusia yang rendah (0,0 –

0,499), tingkat pembangunan manusia menengah (0,50 – 0,799), dan tingkat

pembangunan manusia tinggi (0,80 – 1,0). Secara teknis, IPM dirumuskan sebagai

berikut (BPS, 2001):

IPM = 1/3 (Indeks 1X + Indeks 2X + Indeks 3X ) (2.1)

2X = 1/3 12X + 2/3 22X (2.2)

Dimana:

1X = Indeks lamanya hidup (tahun)

Page 35: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

22

2X = Indeks tingkat pendidikan

3X = Indeks pengeluaran riil per kapita (Rp 000.)

12X = Rata-rata lama bersekolah (tahun)

22X = Angka melek huruf (persen)

Perhitungan Indeks dari masing-masing indikator tersebut adalah:

Indeks ),( jiX = )(max)(

)(),(

mimii

mimiji

XX

XX

−−

−∗

+

+ (2.3)

Dimana:

),( jiX = Indikator ke- i dari daerah j

min)( −iX = Nilai minimum dari iX

max)( −iX = Nilai maksimum dari iX

2.6 Pengukuran Ketimpangan

Penyajian ketimpangan pendapatan antar daerah pada dasarnya hanyalah

memberikan gambaran secara makro mengenai ketimpangan pendapatan rata-rata

antara berbagai wilayah tertentu dan tidak memperlihatkan pola pembagian

pendapatan antar go longan penerima pendapatan. Todaro (2003) menggambarkan

ketimpangan dengan mempertimbangkan hubungan antara tingkat pendapatan per

kapita dan tingkat ketimpangan pendapatan untuk negara maju dan negara sedang

berkembang dan menggambarkan ketimpangan dari negara-negara tersebut dalam

tiga kelompok, dimana pengelompokan ini disesuaikan dengan tinggi, sedang dan

Page 36: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

23

rendahnya tingkat pendapatan yang diukur menurut koefisien Gini dan produk

nasional bruto.

Distribusi pendapatan daerah menggambarkan merata atau timpangnya

pembagian hasil pembangunan suatu daerah di kalangan penduduknya (Todaro,

2003). Dalam melakukan pengukuran terhadap ketimpangan pendapatan

khususnya antar daerah perkotaan dan perdesaan, maka ukuran yang sering

digunakan dalam mengukur ketimpangan ini adalah rasio konsentrasi Gini yang

sering disebut dengan koefisien Gini atau indeks Gini, dengan rumus:

( ) ( )1

1n

i t i i i tG X X Y Y+ += − − +∑ (2.4)

( )11

1n

i i tG f Y Y += − +∑ (2.5)

Dimana:

G = Rasio Gini

fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas-i

Xi = Proporsi jumlah kumulatif rumah tangga dalam kelas-i

Yi = Proporsi jumlah kumulatif pendapatan dalam kelas-i

Koefisien Gini adalah ukuran ketimpangan agregat yang angkanya

berkisar dari angka 0 sampai 1, yang menjelaskan kadar pemerataan pendapatan.

Koefisien yang semakin mendekati 0 berarti distribusi pendapatan semakin

merata, koefisien yang mendekati 1 berarti distribusi pendapatan semakin

timpang. Pada prakteknya, koefisien Gini untuk negara-negara yang derajat

ketimpangannya tinggi berkisar antara 0.50 sampai 0.70, sedangkan untuk negara-

negara yang distribusi pendapatannya relatif merata, angkanya berkisar antara

Page 37: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

24

0.20 hingga 0.35 (Todaro, 2003). Angka atau rasio Gini dapat ditaksir secara

visual langsung dari kurva Lorentz yaitu perbandingan luas area yang terletak

diantara kurva Lorentz dan diagonal terhadap luas area segitiga, seperti yang

terlihat pada Gambar 2.2. Semakin melengkung kurva Lorentz akan semakin luas

area yang dibagi rasio Gininya akan semakin besar, menyiratkan distribusi

pendapatan yang semakin timpang.

C

Persentase

Pendapatan Garis Pemerataan

Kurva Lorentz

0 Persentase Populasi Penduduk B Sumber: Todaro (2003) Gambar 2.2 Kurva Lorentz

Selain itu, cara pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama

oleh Bank Dunia, adalah dengan penetapan kriteria ketidakmerataan didasarkan

atas porsi pendapatan suatu daerah yang dinikmati oleh tiga lapis penduduk

(Dumairy, 1996), yakni 40 persen penduduk berpendapatan terendah (penduduk

termiskin); 40 persen penduduk berpendapatan menengah; serta 20 persen

penduduk berpendapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan atau

ketidakmerataan pendapatan dinyatakan parah jika 40 persen penduduk

Page 38: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

25

berpendapatan terendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan,

ketimpangan dianggap sedang jika 40 persen penduduk termiskin menikmati 12-

17 persen dari pendapatan. Sedangkan jika 40 persen penduduk yang

berpendapatan terendah (penduduk termiskin) menikmati 17 persen dari

pendapatan maka ketimpangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan dianggap

cukup merata.

Metode CVw umum digunakan untuk mengukur ketimpangan PDRB per

kapita. Metode inilah yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur

ketimpangan pendapatan antar propinsi di Indonesia. Tingkat ketimpangan yang

terjadi pada metode ini tercermin dalam sebuah angka indeks. Cara pengukuran

ini diperkenalkan oleh Williamson (1965) dengan menimbang proporsi penduduk.

Semakin besar angka indeks berarti semakin tinggi pula tingkat ketimpangan

regional yang terjadi. Indeks CVw yang dihasilkan dari hasil perhitungan akan

sangat peka terhadap perbedaan data yang digunakan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Dalam sub bab ini akan dibahas penelitian-penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan topik penelitian mengenai ketimpangan dan juga ditulis

beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan analisis panel data. Penelitian

dengan menggunakan data dimaksudkan untuk memperkaya pemahaman terhadap

panel data (meskipun topik penelitian berbeda dengan apa yang penulis lakukan).

Page 39: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

26

2.7.1 Penelitian Mengenai Ketimpangan

Penelitian pertama untuk memperoleh wawasan antar daerah dilakukan

oleh Esmara dalam Wijaya (2001) dengan menggunakan data PDRB dan

menerapkan formulasi koefisien Williamson yang dibobot. Penelitian tersebut

memperkirakan tingkat perbedaan pendapatan regional untuk tahun 1968-1972.

Indeks ketimpangan Williamson dari tahun tersebut meningkat tajam dari 0.571

menjadi 0.945 jika semua pendapatan dimasukkan. Tetapi, jika pendapatan dari

minyak bumi dikeluarkan dari PDRB propinsi-propinsi yang kaya minyak (Riau

dan Kalimantan Timur) maka angka-angka itu berkisar antara 0.340 sampai 0.552.

Propinsi-propinsi dengan pendapatan per kapita yang lebih tinggi juga

mempunyai biaya hidup yang lebih tinggi, sehingga kalau PDRB per kapita

dikoreksi berdasarkan perbedaan-perbedaan harga, indeks ketidakmerataan

tersebut akan banyak merosot.

Mattola (1985) melakukan penelitian untuk menganalisis besarnya

ketimpangan pendapatan daerah di Jawa Barat tahun 1977-1981 dengan

menggunakan formulasi Williamson. Mattola juga menganalisis peran sektor

pertanian dalam mengurangi ketimpangan pendapatan daerah. Untuk melihat

peranan tersebut, diband ingkan besarnya ketimpangan pendapatan daerah dengan

tanpa memasukkan PDRB sektor pertanian dalam penghitungan. Hasil yang

diperoleh dari analisis tersebut menunjukkan bahwa besarnya ketimpangan

dengan memasukkan PDRB sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

pertanian mempunyai peran untuk mengurangi ketimpangan pendapatan yang

terjadi.

Page 40: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

27

Tabel 2.1. Indeks Ketimpangan Pendapatan Daerah di Jawa Barat

Tahun CVw

Tanpa PDRB Sektor Pertanian

CVw Dengan PDRB

Sektor Pertanian

Persentase Penurunan Ketimpangan Pendapatan

daerah 1977 0.467 0.323 44.6 1978 0.380 0.256 48.4 1979 0.382 0.269 42.0 1980 0.377 0.274 37.6 1981 0.316 0.222 42.3

Sumber: Mattola (1985)

Hendra (2004) menganalisis besarnya ketimpangan pendapatan daerah di

propinsi Lampung tahun 1995-2001 dengan menggunakan formulasi Williamson.

Selain itu juga dianalisis peran sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan

pendapatan daerah. Untuk melihat peranan tersebut, dibandingkan besarnya

ketimpangan pendapatan daerah dengan tanpa memasukkan PDRB sektor

pertanian dalam penghitungan. Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut

menunjukkan bahwa besarnya ketimpangan dengan memasukkan PDRB sektor

pertanian dalam penghitungan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tanpa

memasukkan PDRB sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

pertanian mempunyai peran untuk mengurangi ketimpangan pendapatan yang

terjadi.

Tabel 2.2. Indeks Ketimpangan Pendapatan Daerah di Propinsi Lampung

Tahun CVw

Tanpa PDRB Sektor Pertanian

CVw Dengan PDRB

Sektor Pertanian

Persentase Penurunan Ketimpangan Pendapatan

daerah 1995 0.8373 0.4404 47.4 1996 0.8380 0.4499 46.3 1997 0.8391 0.4846 42.2 1998 0.8369 0.44226 47.1 1999 0.7951 0.4207 47.1 2000 0.7793 0.4160 46.0 2001 0.7680 0.4068 47.0

Sumber: Hendra (2004)

Page 41: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

28

2.7.2 Penelitian Mengenai Panel Data

Hasil penelitian Sembiring (2005) tentang Pengaruh Ukuran Aset Bank

terhadap Efektifitas Kebijakan Moneter: Relevansi terhadap Konsolidasi

Arsitektur Perbankan Indonesia, menunjukkan bahwa untuk menganalisis kategori

bank berdasarkan aset menggunakan model efek tetap (fixed effect). Dari hasil

estimasi menunjukkan koefisien variabel yang sama untuk setiap individu dan

intrersep yang berbeda untuk setiap individu. Variabel penjelas signifikan secara

statistik untuk SEC (pertumbuhan surat-surat berharga), DEF (pertumbuhan

saving deposit), AR(1). Sedangkan SBI (pertumbuhan suku bunga SBI), DSBI1

(dummy slope kategori 1), DSBI3 (dummy slope kategori 3) dan DSBI4 (dummy

slope kategori 4) tidak signifikan pada taraf nyata a = 10 persen.

Holis (2006) melakukan penelitian mengenai Relevankah Merger Bank di

Indonesia? (Pendekatan Efisiensi dan Skala Ekonomi) dengan menggunakan

metode analisis panel data. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk

menganalisis struktur biaya bank dapat digunakan model efek tetap (Fixed Effect).

Dari hasil estimasi menunjukkan koefisien variabel yang sama untuk setiap

individu dan intersep yang berbeda untuk setiap individu. Berdasarkan hasil

estimasi fungsi biaya terdapat dua puluh satu variabel penjelas yang signifikan

dan terdapat enam variabel penjelas yang tidak signifikan terhadap taraf nyata

0.05 persen.

Pada penelitian ini, analisis panel data dilakukan untuk melihat faktor-

faktor yang mempengaruhi fungsi pembangunan manusia Indonesia. Pendekatan

panel data untuk memilih antara model fixed effect dengan random effect pada

Page 42: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

29

penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Hausman (Hausman Test) dengan

hipotesis, jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari 2χ - Tabel, maka cukup

bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol yaitu random effect

model, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, dan begitu juga

sebaliknya.

2.8 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Perbedaan SDA dan SDM

Ketimpangan Pembangunan

Ketimpangan Pendapatan

Ketimpangan Pembangunan Manusia

PDRB Per Kapita

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Jumlah Penduduk

Pertumbuhan Ekonomi

Kesejahteraan Masyarakat

Keterkaitan dan korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Kesejahteraan Masyarakat

Page 43: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

30

Adanya perbedaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia

yang dimiliki masing-masing propinsi di Indonesia menyebabkan terjadinya

ketimpangan pembangunan. Ketimpangan pembangunan mencakup ketimpangan

pendapatan dan ketimpangan dalam hal pembangunan manusia. Indikator dari

ketimpangan pendapatan antara lain adalah jumlah penduduk dan PDRB per

Kapita, sedangkan indikator dari pembangunan manusia adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi, dapat

dilihat dari pertumbuhan PDRB perkapita, sedangkan untuk melihat tingkat

kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari pembangunan manusianya.

2.9 Hipotesis

1. Tingkat PDRB perkapita berpengaruh signifikan terhadap pembangunan

manusia.

2. Terdapat hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara pertumbuhan ekonomi

dengan pembangunan manusia.

3. Nilai indeks ketimpangan dengan menyertakan sektor migas dalam

perhitungannya akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan nilai

indeks ketimpangan dengan tidak menyertakan sektor migas.

Page 44: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

31

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian skripsi ini dimulai pada bulan April 2007 waktu yang

diperlukan dalam rencana penulisan penelitian, pengumpulan data hingga

penulisan laporan dilakukan sampai bulan Juli 2007.

Penelitian ini mengambil 30 propinsi di Indonesia sebagai objek studi dan

sekaligus sebagai lokasi penelitian. Lokasi ini diambil dengan pertimbangan: (1)

tersedianya data PDRB propinsi-propinsi yang ada di Indonesia ; (2) kondisi

sumber daya alam yang begitu melimpah namun kesejahteraan masyarakat

rendah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diharapkan ketimpangan yang terjadi

dapat tergambar dengan nyata dan terdapat solusi penanggulangannya pada

penelitian ini.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data yang diperlukan meliputi: (1) PDRB per kapita menurut propinsi

berdasarkan harga konstan Tahun 2000; (2) jumlah penduduk menurut propinsi;

(3) Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM); (4) Berbagai macam data sekunder

lainnya yang diambil dari berbagai sumber. Jenis data tersebut diperoleh dari: (1)

Badan Pusat Statistik; (2) United Nations Support Facility for Indonesia Recovery

(UNSFIR); (3) Publikasi beberapa penelitian terdahulu. Periode analisis pada

Page 45: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

32

penelitian ini adalah antara tahun 2001 sampai dengan 2005 dengan menggunakan

tahun dasar 2000 dan pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak

Microsoft Excel 2003, E-Views 5.1 dan SPSS 13.0.

3.3. Metode Analisis

Untuk menganalisis ketimpangan regional antar daerah pembangunan

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif akan

dipresentasikan secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan

menggunakan beberapa metode, antara lain; (a) Indeks Williamson; (b) Panel

Data, dan; (c) Granger Causality.

3.3.1 Indeks Williamson (CVw)

Pengukuran ketimpangan pendapatan antar daerah di Indonesia dilakukan

dengan menggunakan metode CVw dengan rumus:

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

(3.1)

Dimana:

CVw = Weighted Coeficient of Variation

in = Penduduk di daerah i

n = Penduduk total

iΥ = PDRB perkapita di daerah i

Υ = Rata-rata PDRB perkapita untuk semua daerah

Page 46: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

33

Matolla (1985) menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk

menentukan apakah ketimpangan ada pada ketimpangan taraf rendah, sedang atau

tinggi. Untuk itu, ditentukan kriteria sebagai berikut:

a. ketimpangan taraf rendah, bila indeks ketimpangan kurang dari 0,35

b. ketimpangan taraf sedang, bila indeks ketimpangan 0,35 – 0,5

c. ketimpangan taraf tinggi bila indeks ketimpangan lebih dari 0,5.

3.3.2. Analisis Panel Data

Analisis panel data secara umum dapat didefinisikan sebagai analisis satu

kelompok variabel yang tidak saja mempunyai keragaan (dimensi) dalam waktu

runtun waktu (time series) tetapi juga dalam kerat lintang atau antar individu

(cross section). Proses mengkombinasi data kerat lintang dan runtut waktu untuk

membentuk panel data itu sendiri disebut pooling. Analisis panel data adalah

subyek dari salah satu bentuk yang cukup aktif dan inovatif dalam literatur

ekonometrik. Hal ini dikarenakan metode analisis data panel menyediakan

informasi yang cukup kaya untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teori.

Dalam bentuk praktis, peneliti telah dapat menggunakan data runtun waktu (time

series) dan kerat lintang (cross section) untuk menganalisis masalah yang tidak

bisa diatasi jika hanya menggunakan salah satu metode saja.

Terdapat beberapa keuntungan dalam estimasi data panel dibandingkan

estimasi runtun waktu ataupun kerat lintang. Keuntungan estimasi data panel

dimaksud adalah (Baltagi, 1995) :

Page 47: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

34

1. Memberikan data yang informatif, lebih bervariasi, menambah derajat bebas,

lebih efisien dan mengurangi kolinieritas antar variabel.

2. Memungkinkan analisis terhadap sejumlah permasalahan ekonomi yang

krusial yang tidak dapat dijawab oleh analisis data runtun waktu atau kerat

lintang saja.

3. Memperhitungkan derajat heterogenitas yang lebih besar yang menjadi

karakteristik dari individual antar waktu.

4. Adanya fleksibilitas yang lebih tinggi dalam memodelkan perbedaan perilaku

antar individu dibandingkan data kerat lintang.

5. Dapat menjelaskan dynamic adjustment secara lebih baik.

Model umum analisis regresi data panel dapat diformulasikan sebagai

berikut:

tititi uxy ,,, ++= βα (3.2)

Dimana ),0(~ 2, σIIDu ti dan i = 1,2,3,...,N adalah jumlah observasi antar

individu sementara t = 1,2,3,...,T adalah observasi runtut waktu. Dalam persamaan

(3.9), intersep (α) dan slope (β) diasumsikan homogenous diantara seluruh N

individu dan T runtut waktu. Namun kondisi ini tidak selamanya sesuai dengan

kerangka ekonomi yang akan dianalisis. Ketidaksesuaian ini dimungkinkan atas

dua kemungkinan, yaitu:

1. Suatu kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen )( ji αα ≠

sementara slopenya homogen )( ji ββ = .

Page 48: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

35

2. Suatu kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen )( ji αα ≠

demikian pula slopenya )( ji ββ ≠ .

Dari kedua hal tersebut di atas, model estimasi data panel dapat

diekspresikan dalam sejumlah bentuk. Jadi terdapat empat macam model estimasi

data panel yang dapat digunakan:

1. Apabila diasumsikan bahwa intersep bervariasi antar individu sementara slope

bersifat konstan, maka persamaan (3.2) akan menjadi:

titiiti uxy ,,, ++= βα (3.3)

2. Apabila diasumsikan bahwa intersep bervariasi antar individu dan antar waktu

sementara slope bersifat konstan, maka persamaan (3.2) akan menjadi:

titititi uxy ,,,, ++= βα (3.4)

3. Apabila diasumsikan bahwa intersep dan slope bervariasi antar individu tetapi

konstan antar waktu, maka persamaan (3.2) akan menjadi:

titiiiti uxy ,,, ++= βα (3.5)

4. Apabila diasumsikan bahwa intersep dan bervariasi antar individu dan antar

waktu, maka persamaan (3.2) akan menjadi:

tititititi uxy ,,,,, ++= βα (3.6)

Dari keempat model di atas koefisien (α) dan (β) diasumsikan tertentu

(fixed). Klasifikasi lainnya adalah ketika diasumsikan bahwa parameter-parameter

ini diasumsikan random generating dan disebut sebagai random coefficient

models. Selain itu dari keempat model di atas, jika asumsi homogenitas baik pada

intersep maupun slope ditolak, maka heterogenitas antar individu akan tercermin

Page 49: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

36

pada salah satu atau lebih persamaan (3.3) hingga persamaan (3.6). Tujuan dari

penentuan model yang sesuai adalah untuk menghilangkan bias dari variabel-

variabel yang digunakan dalam model. Bias yang diakibatkan pengabaian

heterogenitas dari koefisien-koefisien estimasi disebut juga sebagai heterogenity

bias. Mengabaikan heterogenitas baik intersep maupun slope dapat

mengakibatkan hasil estimasi yang tidak konsisten dan meaningless.

Penentuan model analisis data panel dalam rangka menghilangkan

heterogenity bias dapat dilakukan dengan plotting variabel dependen terhadap

variabel independen. Analisis plotting ini berfungsi sebagai mekanisme

identifikasi model yang sesuai dalam analisis data panel. Sementara itu untuk

menguji terjadi atau tidaknya heterogenity bias dapat dilakukan uji hipotesis

heterogenitas. Uji dilakukan dengan mengestimasi persamaan (3.5) dimana

diasumsikan slope bersifat homogen antar individu. Kemudian uji hipotesis

dilakukan terhadap:

ββββ ==== NH ...: 210

ββββ ≠≠≠≠ NaH ...: 21

Uji hipotesis di atas dapat dilakukan dengan mekanisme Wald-test. Jika

pengujian tidak menolak hipotesis nol, maka koefisien indifidual bersifat random

dan identik dengan rata-ratanya. Dalam hal ini, estimasi dilakukan pada model

yang mengasumsikan slope bersifat homogen seperti pada persamaan (3.2) sampai

(3.3).

Terdapat beberapa asumsi dasar yang melandasi penentuan model data

panel. Asumsi dasar ini ditentukan oleh conditionality dari variabel bebas (xi,t)

Page 50: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

37

yang digunakan dalam model data panel itu sendiri. Asumsi dasar dimaksud

adalah sebagai berikut :

1. Individual-varying time-invariant, dimana nilai variabel (baik kuantitatif

maupun kualitatif) yang sama untuk sebuah unit kerat lintang sepanjang waktu

namun berbeda antar unit kerat lintang. Contohnya adalah jenis kelamin, latar

belakang sosioekonomi dan sebagainya.

2. Period-varying individual-invariant, dimana nilai variabel (baik kuantitatif

maupun kualitatif) sama untuk semua unit kerat lintang namun berubah

menurut runtun waktu. Contohnya adalah tingkat bunga.

3. Individual time-varying variables, dimana nilai variabel (baik kuantitatif

maupun kualitatif) bervariasi antar unit kerat lintang dan waktu. Contohnya

adalah keuntungan perusahaan, tingkat penjualan.

Dari pemilihan model tersebut di atas kemudian akan menentukan metode

estimasi dari model panel panel yang dipilih. Terdapat tiga metode dalam

mengestimasi data panel, yaitu:

1. Pooled Least Square (PLS)

Dalam metode ini terdapat (K) regressor dalam )( itx , kecuali konstanta.

Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM). Jika efek

individual )( iα konstan sepanjang waktu (t) dan spesifik terhadap setiap unit (i)

maka modelnya akan sama dengan model regresi biasa. Jika nilai )( iα sama untuk

setiap unitnya, maka OLS akan menghasilkan estimasi yang konsisten dan efisien

untuk (α) dan (β). Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan dalam

mengestimasi persamaan (3.2). Metode ini sederhana namun hasilnya tidak

Page 51: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

38

memadai karena setiap observasi diperlakukan seperti observasi yang berdiri

sendiri.

2. Fixed Effects Model (FEM)

Model ini menggunakan semacam peubah boneka untuk memungkinkan

perubahan-perubahan dalam intersep- intersep kerat lintang dan runtut waktu

akibat adanya peubah-peubah yang dihilangkan. Intersep hanya bervariasi

terhadap individu namun konstan terhadap waktu sedangkan slopenya konstan

baik terhadap individu maupun waktu. Jadi iα adalah sebuah grup dari spesifik

nilai konstan pada model regresi. Formulasi umum model ini mengasumsikan

bahwa perbedaan antar unit dapat diketahui dari perbedaan nilai konstantanya.

Kelemahan model efek tetap adalah penggunaan jumlah derajat kebebasan yang

banyak serta penggunaan peubah boneka tidak secara langsung

mengidentifikasikan apa yang menyebabkan garis regresi bergeser lintas waktu

dan lintas individu. Modelnya ditulis sebagai iiii xy εβα ++= .

3. Random Effects Models (REM)

Intersepnya bervariasi terhadap individu dan waktu namun slopenya konstan

terhadap individu maupun waktu. Jadi )( iα adalah sebuah grup dari gangguan

khusus, mirip seperti )( itε kecuali untuk setiap grup ada nilai khusus yang masuk

dalam regresi secara identik untuk setiap perioda. Nilai )( iα terdistribusi secara

acak pada unit-unit kerat lintang. Metode ini juga dikena l sebagai variance

components estimation. Model ini meningkatkan efisiensi proses pendugaan

kuadrat terkecil dengan memperhitungkan pengganggu-pengganggu kerat lintang

Page 52: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

39

dan deret waktu. Model estimasinya yang digunakan adalah

itiitiit xy εµβα +++= ' dengan )( iµ adalah nilai gangguan acak pada observasi

(i) dan konstan sepanjang waktu.

Dari penjabaran metode estimasi di atas dapat dikatakan bahwa FEM

digunakan atas asumsi bahwa dampak dari gangguan mempunyai pengaruh yang

tetap (dianggap sebagai bagian dari intersep). Sedangkan REM digunakan atas

asumsi bahwa gangguan diasumsikan bersifat acak. Penentuan model atas

pertimbangan perilaku dari gangguan yang bersifat tetap atau acak pada individu

(i) akan berpengaruh terhadap bias dari hasil estimasi. Bias yang terjadi akibat

kesalahan menentukan model berdasarkan perilaku gangguannya disebut dengan

selectivity bias.

3.3.3. Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data

Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan

berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini memiliki tujuan untuk memperoleh

dugaan yang efisien. Alur pengujian statistik untuk memilih model yang

digunakan dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1.

3.3.3.1 Chow Test

Chow Test dimana beberapa buku menyebutnya sebagai pengujian F-

statistik adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled

Least Square atau Fixed Effect. Sebagaimana yang diketahui bahwa terkadang

asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung

Page 53: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

40

tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section memiliki

perilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai

berikut:

H0 : Model Pooled Least Square

H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap Hipotesa Nol (H0) adalah dengan menggunakan F-

statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow:

CHOW = ( ) ( )

( ) ( )KNNTESS

NESSESS

−−

−−

2

21 1 (3.7)

Dimana:

1ESS = Residual Sum Square hasil pendugaan model fixed effect

2ESS = Residual Sum Square hasil pendugaan model pooled least square

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas

Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas

( )KNNTN −−− ,1 jika nilai CHOW statistics (F-stat) hasil pengujian lebih

besar dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap

Hipotesa Nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect , dan

begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut sebaga i Chow Test karena

kemiripannya dengan Chow Test yang digunakan untuk menguji stabilitas

parameter (stability test).

Page 54: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

41

Hausman Test

Chow Test

LM Test

Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

3.3.3.2.Hausman Test

Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita

dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect.

Seperti yang kita ketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu

unsur trade-off yaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukan variabel dummy.

Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan

pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat.

Hausman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Sebagai dasar penolakan Hipotesa Nol maka digunakan Statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan:

m = ( )( ) ( )bMMb −−− − ββ 110 ~ ( )K2χ (3.8)

Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor

statistik variabel random effect, 0M adalah matriks kovarians untuk dugaan fixed

FIXED EFFECT

POOLED LEAST SQUARE

RANDOM EFFECT

Page 55: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

42

effect model dan 1M adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect model.

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari 2χ - Tabel, maka cukup bukti untuk

melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan

adalah model fixed effect, dan begitu pula sebaliknya.

3.3.3.3.LM Test

LM Test atau lengkapnya The Breusch-Pagan LM Test digunakan sebagai

pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect atau Pooled Least

Square. LM Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Pooled Least Square

H1 : Model Random Effect

Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan statistik LM yang

mengikuti distribusi dari Chi-Square.

Statistik LM dihitung dengan menggunakan residual OLS yang diperoleh dari

hasil estimasi model Pooled, dimana:

( )

2

2

22

112

−=

∑∑∑

it

iT

TNT

LMε

ε ~ 2χ (3.9)

Jika nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari 2χ - Tabel, maka cukup bukti

untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol, sehingga model yang

digunakan adalah model random effect, dan begitu pula sebaliknya.

Page 56: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

43

3.3.4. Evaluasi Model

3.3.4.1.Multikolinearitas

Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F-statistik

hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t-statistik diduga tidak

signifikan sementara dari hasil F-hitung signifikan, maka patut diduga adanya

multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan menghilangkan variabel

yang tidak signifikan.

3.3.4.2.Autokorelasi

Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk

mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson

(DW) dalam Eviews. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka

dilakukan dengan membandingkan DW-statistik dengan DW-tabel. Adapun

kerangka identifikasi autokorelasi terangkum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kerangka Identifikasi Autokorelasi Nilai DW Hasil

4-dl < DW < 4 Tolak H0, korelasi serial negatif

4-dl < DW < 4-du Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4-du Terima H0, tidak ada korelasi serial

du < DW < 2 Terima H0, tidak ada korelasi serial

dl < DW < dl Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < dl Tolak H0, korelasi serial positif

Sumber: Holis (2006).

Korelasi serial ditemukan jika error dari periode waktu yang berbeda

saling berkorelasi. Hal ini bisa dideteksi dengan melihat pola random error dari

Page 57: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

44

hasil regresi. Pada analisis seperti yang dilakukan dalam model, jika ditemukan

korelasi serial, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan

konsisten. Perlakuan untuk pelanggaran ini adalah dengan menambahkan AR(1)

atau AR(2) dan seterusnya, tergantung dari banyaknya autokorelasi pada model

regresi yang kita gunakan.

3.3.4.3.Heteroskedastisitas

Dalam regresi linear ganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar

taksiran parameter dalam model tersebut BLUE adalah Var (ui) = 2σ (konstan),

semua varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya, heteroskedastisitas

diperolah pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas,

maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dengan kata

lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka

pada hasil regresi akan terjadi “misleading” (Gujarati, 1995).

Untuk menguji adanya pelanggaran asumsi Heteroskedastisitas, digunakan

uji White-heteroskedasticity yang diperoleh dalam program Eviews. Dengan uji

white, membandingkan Obs* R-Squared dengan 2χ (Chi-Squared) tabel, jika

nilai Obs* R-Squared lebih kecil daripada 2χ -tabel maka tidak ada

heteroskedastisitas pada model. Dalam pengolahan data panel dalam Eviews 4.1

yang menggunakan metode General Least Square (Cross Section Weights), maka

untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum

Square Resid pada Weighted Statistics dengan Sum Squared Resid Unweighted

Statistics. Jika Sum Square Resid pada Weighted Statistics < Sum Squared Resid

Page 58: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

45

Unweighted Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas. Perlakuan untuk

pelanggaran tersebut adalah dengan mengestimasi GLS dengan White

Heteroscedasticity.

3.3.5. Model Umum Penelitian

Model yang digunakan untuk melihat hubungan antara pembangunan

manusia dengan variabel-variabel penyusunnya adalah sebagai berikut:

tiitititititti prpkrlsamhahhpdrby ,54321, εβββββα ++++++= (3.10)

Dimana:

ity = Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

pdrb = PDRB per kapita dengan harga konstan tahun 2000 (Rupiah)

ahh = Angka Harapan Hidup (tahun)

amh = Angka Melek Huruf (persen)

rls = Rata-rata Lama Sekolah (tahun)

prpk = Rata-rata Pengeluaran Riil per Kapita (Rupiah)

α = Intersep

β = Slope

i = Individu ke-i

t = Periode waktu ke-t

ε = Error / simpangan

Page 59: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

46

3.3.6. Kausalitas Bivariat Granger

Kausalitas Bivariat Granger dilakukan untuk melihat hubungan sebab

akibat diantara variabel-variabel yang digunakan dalam analisis. Terjadinya

kausalitas secara nyata atau tidak nyata, dapat diketahui dengan membandingkan

probabilitas dengan nilai kritis yang digunakan. Pada penelitian ini, apabila

probabilitas lebih besar dari 0.05 maka dikatakan tidak terjadi kausalitas yang

signifikan.

Page 60: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Ketimpangan Pe mbangunan

Ketimpangan pembangunan berlangsung dan berwujud dalam berbagai

bentuk, aspek, dan dimensi. Bukan hanya berupa ketimpangan hasil pembangunan

dalam hal pendapatan tetapi juga dalam hal pembangunan manusia. Oleh karena

itu, dalam penelitian ini akan menganalisis ketimpangan-ketimpangan tersebut.

4.1.2. Ketimpangan Pendapatan

Ketimpangan pendapatan dapat diukur dan dijelaskan dengan

menggunakan beberapa rumus atau formula. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan rumus atau formulasi yang dikemukakan oleh Williamson (1965),

yang kemudian dikenal dengan CV Williamson (CVw). Nilai CVw yang kecil

menggambarkan tingkat ketimpangan yang rendah atau tingkat pemerataan yang

lebih baik, dan sebaliknya apabila nilai CVw besar maka menggambarkan tingkat

ketimpangan yang tinggi atau tingkat pemerataan yang semakin timpang. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan dalam melakukan

perhitungan nilai indeks ketimpangan pendapatan. Dalam perhitungan pertama

(CVw*) menggunakan data PDRB per Kapita dengan menyertakan migas, dan

dalam perhitungan kedua (CVw**) menggunakan data PDRB per Kapita tanpa

menyertakan migas. Tujuan dari pendekatan tersebut adalah untuk mengetahui

kontribusi sektor migas terhadap nilai indeks ketimpangan.

Page 61: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

48

Setelah dilakukan perhitungan terhadap ketimpangan pendapatan antar

propinsi di Indonesia, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai indeks ketimpangan

Indonesia berada pada kisaran 0.8, hal ini mengindikasikan bahwa nilai indeks

ketimpangan Indonesia berkategori tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa

perkembangan ketimpangan mengalami fluktuasi dan mengalami perkembangan

yang kurang baik, dalam artian bahwa ketimpangan pendapatan antar propinsi

terlihat adanya kecenderungan yang semakin besar. Kondisi ini dapat diketahui

dari nilai penghitungan CV Williamson yang telah dilakukan seperti yang terlihat

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Indeks Ketimpangan Pendapatan Antar Propinsi di Indonesia Tahun 2001-2005 Tahun CVw* CVw** 2001 0.8375 0.8258 2002 0.8421 0.8453 2003 0.8293 0.8399 2004 0.8390 0.8534 2005 0.8418 0.8555

Sumber: BPS, 2007 (diolah).

Nilai yang dihasilkan dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai

ketimpangan pendapatan antar propinsi yang terjadi cenderung semakin

membesar. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa usaha dalam

menciptakan pemerataan pendapatan antar propinsi di Indonesia kurang berhasil,

walaupun tidak secara mutlak kondisi ini terjadi. Kenyataan ini dapat kita ketahui

dimana pada tahun 2001, indeks ketimpangan pendapatan antar propinsi di

Indonesia adalah 0.8375, kemudian pada tahun 2005 nilai indeks ketimpangan

pendapatan mengalami kenaikan sehingga mencapai 0.8418.

Page 62: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

49

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 hasil perhitungan perkembangan nilai

indeks ketimpangan dari tahun ke tahun mengalami kondisi yang naik turun. Pada

tahun 2001 sampai 2002 nilai indeks ketimpangan (CVw*) mengalami kenaikan

dengan masing-masing nilai sebesar 0.8375 menjadi 0.8421. Namun, pada tahun

2003 nilai indeks ketimpangan mengalami penurunan sebesar 0.0128 menjadi

0.8293. Hal ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi pada tahun

2003, yang pada tahun 2002 adalah sebesar 1.47 meningkat menjadi 4.02. Hal

tersebut memicu turunnya indeks ketimpangan pada tahun yang sama. Namun,

peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut tidak berlangsung lama karena pada

tahun 2004, pertumbuhan ekonomi kembali turun menjadi 2.31. Sehingga indeks

ketimpangan mengalami peningkatan lagi menjadi sebesar 0.8390, seperti yang

terlihat pada Gambar 4.1. Kondisi peningkatan terus berlangsung sampai tahun

2005, sehingga nilai indeks ketimpangan menjadi sebesar 0.8418.

00.5

11.5

22.5

33.5

44.5

2002 2003 2004 2005

tahun

per

sen

Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Tahun 2001-2005

Page 63: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

50

Namun, apabila diperhatikan dari hasil perhitungan tersebut terdapat perbedaan

nilai indeks ketimpangan antara CVw* dan CVw**. Nilai indeks ketimpangan

tanpa menyertakan sektor migas (CVw**) pada tahun 2001 adalah sebesar

0.82580, di tahun 2002 meningkat menjadi 0.8453. Pada tahun 2003 nilai indeks

ketimpangan tanpa menyertakan sektor migas mengalami penurunan menjadi

0.8399. Kemudian terjadi peningkatan di tahun 2004 dan 2005. Dimana nilai

indeks ketimpangan tanpa menyertakan sektor migas di tahun 2004 adalah

0.8534, dan di tahun 2005 adalah 0.8555.

Dengan tidak menyertakan sektor migas pada PDRB, perhitungan nilai

indeks ketimpangan menghasilkan nilai indeks yang lebih besar daripada dengan

menyertakan sektor migas. Nilai indeks ketimpangan yang lebih besar tersebut

terjadi karena hanya terdapat empat propinsi saja yang memiliki sumbangan

terbesar PDRB dari sektor migas, empat propinsi tersebut antara lain; NAD, Riau,

Kalimantan Timur dan Papua. Kontribusi sektor migas terhadap PDB Indonesia

hanya berkisar antara 8.9 – 10.9 persen saja berbeda dengan era sebelum otonomi

daerah dimana sektor migas memiliki kontribusi yang besar bagi PDB sehingga

apabila sektor migas dikeluarkan dari perhitungan, maka kondisi ketimpangan

pendapatan Indonesia akan menjadi lebih besar.

Page 64: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

51

0.81000.81500.82000.82500.83000.83500.84000.84500.85000.85500.8600

2001 2002 2003 2004 2005

tahun

ind

eks

CVw**CVw*

Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Perhitungan Indeks Ketimpangan Pendapatan Antar Propinsi di Indonesia Tahun 2001-2005

4.1.2. Ketimpangan Pembangunan Manusia

Untuk menganalisis ketimpangan dalam hal pembangunan manusia akan

dilakukan dengan analisis deskriptif dengan mengintepretasikan data yang telah

diperoleh dan diolah dari BPS. Dalam penelitian ini, untuk menggambarkan

kondisi ketimpangan dalam hal pembangunan manusia Indonesia, digunakan

indikator IPM. Penggunaan indikator ini dinilai cukup representatif untuk melihat

kondisi pembangunan manusia (UNDP, 2004).

Tabel 4.2 menunjukkan bagaimana kondisi ketimpangan pembangunan

manusia yang terjadi di Indonesia. Seperti yang terlihat dalam Tabel 4.2, rata-rata

nilai IPM Indonesia adalah 69.5. Hal tersebut menjadikan pembangunan manusia

Indonesia pada kategori menengah (Todaro, 2003). Namun, dari 30 propinsi,

terdapat 15 propinsi yang masih berada dibawah rata-rata, hal tersebut

mengindikasikan adanya ketimpangan dalam hal pembangunan manusia. Tabel

Page 65: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

52

4.2 memperlihatkan perbedaan yang signifikan diantara 30 propinsi yang

dianalisis, dari DKI Jakarta yang memiliki nilai IPM sebesar 76.1 sampai Nusa

Tenggara Barat yang memiliki nilai IPM sebesar 62,4.

Tabel 4.2 Perbandingan Peringkat PDRB Per Kapita dengan IPM antar Propinsi di Indonesia Tahun 2005.

Propinsi

PDRB Per Kapita (Rp Juta)

rank

IPM

rank

DKI Jakarta 33.325 1 76.1 1 Sulawesi Utara 5.987 16 74.2 2 DI Yogyakarta 5.066 19 73.5 3 Kalimantan Tengah 7.290 8 73.2 4 Riau 18.733 3 72.9 5 Kalimantan Timur 32.852 2 72.9 6 Sumatera Utara 7.059 10 72.0 7 Sumatera Barat 6.386 13 71.2 8 Bengkulu 4.027 25 71.1 9 Jambi 4.788 20 71.0 10 Bangka Belitung 7.883 6 70.7 11 Sumatera Selatan 7.318 7 70.2 12 Jawa Barat 6.308 14 69.9 13 Jawa Tengah 4.471 22 69.8 14 Bali 6.228 15 69.8 15 Maluku 2.604 27 69.2 16 NAD 8.667 5 69.0 17 Lampung 4.121 23 68.8 18 Banten 6.436 12 68.8 19 Sulawesi Tengah 5.111 18 68.5 20 Jawa Timur 7.064 9 68.4 21 Sulawesi Tenggara 4.089 24 67.5 22 Gorontalo 2.196 30 67.5 23 Kalimantan Selatan 6.568 11 67.4 24 Maluku Utara 2.530 28 67.0 25 Sulawesi Selatan 4.664 21 66.9 26 Kalimantan Barat 5.787 17 66.2 27 Nusa Tenggara Timur 2.286 29 63.6 28 Papua 9.771 4 63.5 29 Nusa Tenggara Barat 3.639 26 62.4 30 Indonesia

7.775

69.5

Sumber: BPS, 2007 (diolah).

Page 66: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

53

Hal yang sangat menarik perhatian disini adalah daerah yang memiliki

potensi SDA yang kaya dan tingkat PDRB per kapita yang tinggi seperti NAD.

Propinsi yang berada pada peringkat lima besar dalam PDRB per kapita ini hanya

berada pada peringkat 17 pada pembangunan manusia. Lebih parah lagi, propinsi

Papua yang memiliki PDRB per kapita terbesar keempat di Indonesia dan

merupakan propinsi yang memiliki kekayaan SDA ini hanya menduduki peringkat

29 pada pembangunan manusia. Hal ini, menunjukkan bahwa selama ini

penerimaan pendapatan propinsi Papua tidak semuanya dialokasikan untuk

pembangunan manusia. Berbeda dengan propinsi-propinsi lain yang terbelakang

dalam perolehan PDRB per kapita seperti D.I Yogyakarta, Sulawesi Utara,

Bengkulu dan Jambi, propinsi-propinsi tersebut telah berhasil mengkonversikan

pertumbuhan ekonomi menjadi pembangunan manusia, hal ini terbukti pada

peringkat propinsi-propinsi tersebut yang berada pada sepuluh besar dalam

pembangunan manusia. Hal inilah yang memicu adanya ketimpangan dalam hal

pembangunan manusia. Untuk melihat lebih jelas kondisi pertumbuhan PDRB per

kapita dan IPM dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Page 67: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

54

0.160.140.120.100.080.060.040.020.00-0.02

ipm

0.20

0.10

0.00

-0.10

pd

rb_p

er_k

apit

a

30

29

28

27

26

25

24

23

22

211918

1716

15

14

13

1210 9

8

7

6

5

4

32

1

R Sq Linear = 0.001

Keterangan: 1. NAD 11. Jabar 21. Kalsel 2. Sumut 12. Jateng 22. Kaltim 3. Sumbar 13. DIY 23. Sulut 4. Riau 14. Jatim 24. Sulteng 5. Jambi 15. Banten 25. Sulsel 6. Sumsel 16. Bali 26. Sultra 7. Bengkulu 17. NTB 27. Gorontalo 8. Lampung 18. NTT 28. Maluku 9. Babel 19. Kalbar 29. Malut 10. Jakarta 20. Kalteng 30. Papua

Gambar 4.3 Kondisi dan Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia.

Pada Era Otonomi Daerah, tingkat ketimpangan pembangunan antar

wilayah di Indonesia cenderung semakin membesar. Hal ini tidak sesuai dengan

tujuan pemerintah yang pada pelaksanaan Otonomi Daerah diharapkan

ketimpangan pembangunan akan berkurang. Hal ini disebabkan adanya kesalahan

Page 68: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

55

dalam formulasi DAU yang menyebabkan daerah yang tidak memiliki celah fiskal

(selisih antara kebutuhan daerah dengan potensi penerimaan dari daerah) ikut

menikmati porsi dari DAU tersebut, sehingga daerah yang kaya akan potensi SDA

akan semakin kaya dan daerah yang tidak memiliki potensi SDA akan semakin

miskin. Selain itu, alokasi dari DAU sebesar 70 - 80 persen digunakan untuk

membiayai pengeluaran operasional kepegawaian sedangkan sisanya digunakan

untuk kebutuhan lain- lain termasuk untuk sektor pendidikan dan kesehatan.

Sehingga pembangunan manusia menjadi sedikit terabaikan.

4.2. Hasil Estimasi Model dan Uji Asumsi OLS Klasik

Hasil estimasi terhadap fungsi dalam penelitian ini akan ditampilkan

dengan menggunakan program software Eviews 5.1 dengan berbagai kelebihan

dan kelemahan penggunaan program software tersebut. Model untuk propinsi-

propinsi yang diteliti menggunakan estimasi data panel sebagaimana diuraikan

pada metode penelitian ini.

Model panel data memiliki tiga model yaitu Pooled (OLS), Fixed Effect

(LSDV) atau model efek tetap dan Random Effect (GLS) atau model efek acak.

Dikarenakan model pooled mengasumsikan bahwa intersept dan slope dari

persamaan regresi dianggap konstan baik antar individu maupun antar waktu,

maka model pooled tidak dapat digunakan pada penelitian ini. Sehingga model

yang akan digunakan adalah antara model fixed effect dan model random effect.

Untuk mengetahui model mana yang akan dipilih, maka dapat dilakukan Uji

Hausman (Hausman Test). Berdasarkan Uji Hausman maka didapatkan nilai

Page 69: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

56

statistik Hausman sebesar 24.65673 dengan nilai probabilitas (P-Value) sebesar

0.000162 dan nilai 2χ sebesar 11.0705 yang berarti bahwa kita menolak hipotesis

untuk menggunakan model efek acak. Berdasarkan hasil pengujian ini maka akan

digunakan model efek tetap (fixed effect) untuk mengestimasi model penelitian

ini. Dalam penelitian ini tidak menggunakan Uji Chow (Chow Test) dan Uji LM

(LM Test), karena kita tidak dapat menganalisis heterogenitas individu jika

melakukan estimasi dengan menggunakan metode pooled least square.

Selain itu, beberapa dasar pertimbangan untuk memilih model fixed effect

adalah dikarenakan unit cross section yang dipilih dalam sample tidak diambil

secara acak dan pemilihan model fixed effect ini dimaksudkan untuk memberikan

keleluasan dalam melihat heterogenitas tiap unit cross section dalam sample

penelitian. Dengan model fixed effect, intersep antar unit cross section dapat

bervariasi, dan perbedaan nilai konstanta ini diasumsikan sebagai perbedaan antar

unit cross section.

Hasil estimasi dengan menggunakan model efek tetap (fixed effect model),

dapat dilihat dalam Tabel 4.3. Model ini menunjukan variabel yang sama untuk

setiap individu pengamatan. Variabel penjelas yang signifikan secara statistik

dengan tingkat α = 5 persen adalah variabel AHH, AMH, RLS dan PRPK,

sedangkan untuk variabel PDRB tidak signifikan secara statistik dengan tingkat

α = 5 persen. Model estimasi pada tabel 4.3 tidak memenuhi asumsi klasik OLS

atau belum terbebas dari masalah statistik. Untuk itu, maka dilakukan estimasi

dengan menggunakan estimasi model Fixed Effect dengan pembobotan (Cross

Section Weights) dan White Cross Section Covariance.

Page 70: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

57

Tabel 4.3 Hasil Estimasi Fungsi dengan menggunakan Model Efek Tetap dengan Pembobotan (Cross Section Weights) dan White Cross Section Covariance.

Variable Coefficient Standard Error

t-Statistic Probability

C -2.194935 0.495948 -4.425740 0.0000 LOG(PDRB) 0.009577 0.011436 0.837431 0.4041 LOG(AHH) 0.262067 0.090641 2.891254 0.0046

AMH 0.003425 0.000947 3.617983 0.0004 LOG(RLS) 0.130123 0.031300 4.157242 0.0001

LOG(PRPK) 0.715975 0.044756 15.99720 0.0000 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variabel)

Weighted Statistics

R-squared 0.990909 Mean dependent var. 5.683910 Adjusted R-squared 0.988222 S.D. dependent var. 3.924492 S.E. of regression 0.011681 Sum squared resid 0.015691 F-statistik 368.6918 Durbin-Watson stat. 2.463235 Prob(F-statistik) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.990131 Mean dependent var. 4.202651 Sum squared resid 0.017035 Durbin-Watson stat. 2.109118 Sumber: BPS, 2007 (diolah).

Nilai R2 atau koefisien determinasi pada hasil estimasi model adalah

sebesar 0.9909, hal ini menunjukan bahwa 99.09 persen keragaman (shifting)

pembangunan manusia yang terjadi pada propinsi-propinsi di Indonesia dapat

dijelaskan oleh model diatas, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain

diluar model. Hasil uji ini diperkuat dengan tingginya probabilitas F-statistik yang

signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen dan tingkat α = 5 persen yaitu

sebesar 0.00 yang berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat sehingga model penduga sudah layak untuk menduga

parameter yang ada dalam fungsi.

Page 71: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

58

Menurut Gujarati (1995), untuk memilih model yang terbaik juga harus

memenuhi asumsi klasik regresi. Oleh karena itu, model Fixed Effect dengan

pembobotan (Cross Section Weights) dan White Cross Section Covariance, harus

dilakukan uji OLS klasik. Uji OLS klasik yang dilakukan adalah model harus

terbebas dari Autokorelasi, Heteroskedastisitas dan Multikolinearitas.

Untuk melihat ada atau tidaknya Autokorelasi dapat dilihat dari nilai

Durbin-Watson (DW), jika DW mendekati 2 maka diasumsikan model tidak

mengandung Autokerelasi. Hasil estimasi dalam penelitian ini tidak bisa

menentukan ada atau tidaknya autokorelasi, dimana 4-du(2.17)<DW(2.46)<4-

dl(2.93). Hal ini bisa terjadi karena jumlah series yang digunakan hanya 5 tahun.

Asumsi adanya autokorelasi dapat diabaikan dalam penelitian ini. Langkah

selanjutnya adalah mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Karena

dalam mengestimasi model diberi perlakuan cross section weights dan white

heteroscedasticity-consistent standard error and covariance, maka asumsi adanya

heteroskedastisitas dapat diabaikan.

Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari hasil t

dan F-statistik hasil regresi. Dari statistik hasil regresi, kita melihat bahwa F-

statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen dan taraf nyata α = 5

persen dengan nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.00.

Berdasarkan estimasi dan evaluasi dengan menggunakan uji syarat OLS

klasik terhadap model fixed effect dengan perlakuan cross section weights dan

white heteroscedasticity-consistent standard error and covariance, maka model

tersebut merupakan model terbaik yang dapat digunakan untuk penelitian ini.

Page 72: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

59

4.3. Intepretasi Model Fixed Effect dengan Perlakuan Cross Section Weights dan White Heteroscedasticity-consistent Standard Error and Covariance

Setelah mengestimasi model maka langkah selanjutnya adalah intepretasi

terhadap persamaan regresi dari model di atas. Model tersebut menunjukan bahwa

variabel Angka Harapan Hidup atau AHH berpengaruh signifikan terhadap

pembangunan manusia dan berhubungan positif. Koefisien AHH sebesar

0.262067 artinya, jika terjadi peningkatan dari angka harapan hidup sebesar 1

persen, maka indeks pembangunan manusia akan naik sebesar 0.262067 persen.

Hal ini menjelaskan bahwa apabila angka harapan hidup penduduk Indonesia

menjadi lebih tinggi, maka Indeks Pembangunan Manusia akan menjadi lebih

tinggi juga, dengan demikian hal tersebut turut mendorong pembangunan manusia

Indonesia.

Variabel Angka Melek Huruf atau AMH berpengaruh signifikan terhadap

pembangunan manusia dan memiliki hubungan yang positif. Koefisien AMH

memiliki nilai sebesar 0.003425, artinya jika terjadi peningkatan angka melek

huruf sebesar 1 persen, maka indeks pembangunan manusia akan naik sebesar

0.003425 persen. Dengan tingginya angka melek huruf, maka kesejahteraan

masyarakat pun akan semakin bertambah karena kemampuan masyarakat untuk

membaca menjadi lebih tinggi. Hal ini memudahkan masayarakat untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih layak sehingga pendapatan mereka akan

bertambah.

Variabel Rata-Rata Lama Sekolah atau RLS berpengaruh signifikan

terhadap pembangunan manusia dan memiliki hubungan yang positif. Koefisien

Page 73: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

60

RLS memiliki nilai sebesar 0.130123, artinya jika terjadi peningkatan rata-rata

lama sekolah sebesar 1 persen, maka indeks pembangunan manusia akan naik

sebesar 0.130123 persen. Dengan bertambahnya rata-rata lama sekolah akan

menjadikan tingkat pendidikan penduduk masyarakat menjadi lebih tinggi, hal ini

sangat positif karena dengan demikian masyarakat dapat mencari pekerjaan yang

lebih baik dengan penghasilan yang lebih besar. Dengan penghasilan yang lebih

besar itulah masyarakat dapat lebih mensejahtaerakan hidupnya.

Variabel Pengeluaran Riil Per Kapita atau PRPK berpengaruh signifikan

terhadap pembangunan manusia dan memiliki hubungan yang positif. Koefisien

PRPK memiliki nilai sebesar 0.715975, artinya jika terjadi peningkatan rata-rata

pengeluaran riil per kapita sebesar 1 persen, maka indeks pembangunan manusia

akan naik sebesar 0.715975 persen. Apabila pengeluaran riil masyarakat

bertambah, maka dengan demikian pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan

akan bertambah sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat.

Variabel PDRB berpengaruh tidak signifikan terhadap pembangunan

manusia dan berhubungan positif. Koefisien PDRB sebesar 0.009577, artinya jika

PDRB per Kapita naik sebesar 1 persen maka akan terjadi peningkatan

pembangunan manusia sebesar 0.009577 persen. Ini tidak sesuai dengan hipotesis

bahwa terjadi korelasi atau hubungan yang signifikan antara pertumbuhan

ekonomi dengan pembangunan manusia.

Dari hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa variabel yang paling signifikan

adalah variabel PRPK atau Pengeluaran Riil Per Kapita. Hal ini terlihat dari nilai

koefisien PRPK sebesar 0.715975, yang merupakan nilai terbesar diantara

Page 74: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

61

variabel-variabel lainnya dan nilai probabilitas sebesar 0.0000. Hal tersebut

menandakan bahwa variabel PRPK merupakan variabel yang sangat berpengaruh

terhadap pembangunan manusia. Hal ini dikarenakan, untuk mendapatkan

pendidikan yang lebih tinggi dan tingkat kesehatan yang lebih baik, yang

merupakan indikator kesejahteraan masyarakat, masyarakat harus melakukan

pengeluaran yang lebih banyak. Dengan demikian akan tercapai kesejahteraan

masyarakat dan meningkatkan indeks pembangunan manusia.

4.4. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kesejahteraan Masyarakat

Dalam penelitian ini, pertumbuhan ekonomi direpresentasikan oleh

pertumbuhan PDRB perkapita dan untuk kesejahteraan masyarakat

direpresentasikan oleh indeks pembangunan manusia. Setelah melihat hasil

perhitungan dengan menggunakan metode panel data, seperti yang terlihat pada

Tabel 4.3, menunjukan bahwa variabel PDRB berpengaruh tidak signifikan

terhadap pembangunan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa antara pertumbuhan

ekonomi dengan pembangunan manusia tidak memiliki hubungan yang

signifikan.

Untuk melihat lebih jelas hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

pembangunan manusia, maka digunakan Uji Kausalitas Bivariat Granger. Pada

penelitian ini, Uji Kausalitas dilakukan dengan menggunakan Pairwise Granger

Causality yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Page 75: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

62

Tabel 4.4 Pairwise Granger Causality Tests Null Hypothesis:

Obs. F-Statistic Probability

PDRB does not Granger Cause IPM 90 0.26263 0.76964 IPM does not Granger Cause PDRB 2.34783 0.10175 Sumber: BPS, 2007 (diolah).

Pada uji kausalitas ini, H0 yang diuji adalah adanya hubungan kausalitas diantara

kedua variabel, sementara H1 adalah tidak adanya hubungan kausalitas diantara

kedua variabel. Untuk menerima atau menolak H0, digunakan nilai probabilitas

yang dibandingkan dengan nilai kritis 0.05. Bila nilai probabilitas lebih besar dari

nilai kritis maka tolak H0 atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan diantara

variabel-variabel yang diuji. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa angka

probabilitas PDRB terhadap IPM sebesar 0.76964 dan angka probabilitas IPM

terhadap PDRB adalah sebesar 0.10175. Kedua angka probabilitas tersebut lebih

besar dari nilai kritis 0.05 sehingga H0 dapat ditolak, hal ini menunjukan bahwa

tidak terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan

pembangunan manusia.

Namun, jika dilihat dari segi korelasinya, antara pertumbuhan ekonomi

dengan pembangunan manusia memiliki korelasi yang positif seperti yang terlihat

pada Gambar 4.3. Korelasi yang positif dapat dilihat pada garis kemiringan

(slope) yang menaik keatas, hal ini menunjukkan bahwa variabel PDRB dan

variabel IPM bervariasi dengan arah yang sama. Pada Gambar 4.3.

memperlihatkan korelasi antara pertumbuhan ekonomi, yang direpresentasikan

dengan laju pertumbuhan PDRB perkapita tahun 2001-2005, dengan

pembangunan manusia, yang direpresentasikan dengan laju pertumbuhan indeks

pembangunan manusia tahun 2001-2005.

Page 76: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

63

Dari data tersebut, dengan menggunakan software SPSS 13.0, korelasi

dapat diuji dengan menggunakan Pearson Correlation seperti yang terlihat pada

Tabel 4.5 Pada uji korelasi ini, H0 yang diuji adalah tidak adanya korelasi diantara

kedua variabel, sementara H1 adalah adanya korelasi diantara kedua variabel.

Untuk menerima atau menolak H0, digunakan nilai probabilitas yang

dibandingkan dengan nilai kritis 0.05. Bila nilai probabilitas lebih kecil dari nilai

kritis maka tolak H0 atau dengan kata lain terdapat korelasi diantara variabel-

variabel yang diuji. Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa angka probabilitas antara

kedua variabel adalah sebesar 0.047. Angka probabilitas tersebut lebih kecil dari

nilai kritis 0.05 sehingga H0 dapat ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia.

Tabel 4.5 Pearson Correlation IPM PDRB IPM Pearson Correlation 1 0.047 Sig. (2-tailed) 0.805 N 30 30 PDRB Pearson Correlation 0.047 1 Sig. (2-tailed) 0.805 N 30 30

Sumber: BPS, 2007 (diolah).

Setelah melakukan analisis perhitungan mengenai hubungan kausalitas

dan korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia,

didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara pertumbuhan

ekonomi dengan pembangunan manusia dan korelasi antara kedua variabel

tersebut adalah positif.

Hal tersebut terjadi karena dalam upaya mempercepat pertumbuhan

ekonomi, pemerintah daerah kurang memperhatikan pembangunan manusia.

Page 77: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

64

Sehingga tingginya pertumbuhan ekonomi tidak menjamin terjadinya hal yang

sama pada pembangunan manusia. Meskipun sudah diberlakukannya Otonomi

Daerah yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut, namun masih ada

kesalahan dalam formulasi DAU. Daerah yang tidak memiliki celah fiskal (selisih

antara kebutuhan daerah dengan potensi penerimaan dari daerah) ikut menikmati

porsi dari DAU tersebut, sehingga daerah yang kaya akan potensi SDA akan

semakin kaya dan daerah yang tidak memiliki potensi SDA akan semakin miskin.

Selain itu, alokasi dari DAU sebesar 90 persen digunakan untuk membiayai

pengeluaran operasional kepegawaian sedangkan sisanya digunakan untuk

kebutuhan lain- lain termasuk untuk sektor pendidikan dan kesehatan. Sehingga

pembangunan manusia menjadi sedikit terabaikan.

Page 78: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

65

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penghitungan terhadap indeks ketimpangan pendapatan

antar propinsi di Indonesia, didapatkan hasil bahwa ketimpangan pendapatan antar

propinsi di Indonesia berada pada kategori tinggi. Indeks ketimpangan tersebut

mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya kecuali pada tahun 2003, dimana

pada saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Hal ini menandakan bahwa usaha pemerintah selama ini

dalam mengurangi ketimpangan pendapatan kurang berhasil walaupun tidak

secara mutlak kondisi ini terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia adalah Angka

Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah

(RLS) dan Pengeluaran Riil Per Kapita (PRPK). Namun, faktor yang paling

berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia Indonesia adalah

pengeluaran riil perkapita masyarakat. Hal ini dikarenakan, untuk mendapatkan

pendidikan yang lebih tinggi dan tingkat kesehatan yang lebih baik, yang

merupakan indikator kesejahteraan masyarakat, masyarakat harus melakukan

pengeluaran yang lebih banyak. Dengan demikian akan tercapai kesejahteraan

masyarakat dan meningkatkan indeks pembangunan manusia.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat, dapat ditarik kesimpulan bahwa,

Page 79: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

66

hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat di

daerah yang bersangkutan sangat lemah. Tingginya kekayaan daerah tidak secara

signifikan diikuti oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi pula. Jadi

terdapat kegagalan untuk merefleksikan pertumbuhan ekonomi menjadi

perkembangan pembangunan manusia, khususnya di beberapa daerah yang kaya

akan sumber daya alam. Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata tingkat kesejahteraan

masyarakat di daerah kaya kurang lebih sama dengan rata-rata nasional, bahkan

untuk kasus Papua ternyata tingkat kesejahteraan masyarakatnya jauh tertinggal

dari rata-rata nasional.

Lemahnya hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan

manusia diakibatkan oleh ketidakjelasan fungsi distribusi antara pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah dan formula yang salah dalam merumuskan redistribusi

fiskal atau DAU juga berperan dalam meningkatkan ketimpangan pembangunan.

Bagaimana tidak, apabila pemerintah daerah masih harus menanggung biaya

operasional kepegawaian sendiri. Hal ini menyebabkan anggaran belanja rutin

daerah akan tersita 70 - 80 persen, dengan anggaran kepegawaian sebesar itu,

maka hanya tersedia sedikit untuk anggaran yang dapat mendukung

perkembangan pembangunan manusia seperti sektor pendidikan dan kesehatan.

5.2 Saran

Untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antar propinsi di

Indonesia, pemerintah hendaknya mengeluarkan kebijakan pemerataan yang

memberikan ksempatan pada daerah-daerah kaya SDA untuk mencapai tingkat

Page 80: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

67

kesejahteraan lebih tinggi yang relatif lebih berimbang dengan tingginya tingkat

PDRB di daerah yang bersangkutan. Kebijakan tersebut tetap harus memberikan

jaminan bahwa setiap daerah akan mampu memberikan suatu standar

kesejahteraan minimal yang disepakati bersama sebagai komitmen nasional.

Selama ini, 20 persen dana anggaran untuk kesehatan hanya digunakan

untuk membangun bangunan seperti rumah sakit saja, tetapi tidak digunakan

untuk memperbaiki kualitas layanan kesehatan Indonesia. Oleh karena itu,

seyogyanya pemerintah lebih alokatif dalam penyaluran anggaran, akan lebih baik

apabila anggaran tersebut lebih dititikberatkan pada peningkatan kualitas layanan

kesehatan, terutama yang memihak masyarakat miskin. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Page 81: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. 2002. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai

Suatu Alternatif. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi di

Indonesia 2001 - 2005. BPS, Jakarta. Baltagi, B.H. 1995. Econometrics Analysis of Panel Data. Third Edition. John

Wiley and Sons, Chicester. Daryanto, A dan N. Nuryartono. 2007. Penguatan Ketahanan Masyarakat Desa

(Community Resilience) dalam Pembangunan Sosial Ekonomi Desa. Paper dipresentasikan pada Seminar Desa Mandiri Menuju 2030. Mei 2007. Bogor.

Devas, N. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. UI Press, Jakarta. Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta. Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. McGraw-Hill, New York. Hanie. 2006. Analisis Konvergensi Nominal dan Riil diantara Negara-negara

ASEAN-5, Jepang dan Korea Selatan [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Haris, S. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi,

Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah. LIPI Press, Jakarta. Hendra. 2004. Peranan Sektor Pertanian Dalam mengurangi Ketimpangan

Pendapatan Antardaerah di Propinsi Lampung [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Holis, A. 2006. Relevankah Merger Bank di Indonesia? (Pendekatan Efisiensi

dan Skala Ekonomi) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

International Centre of Applied Financial and Economy dan Bank Indonesia.

2006. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Perkonomian Daerah [Working Paper]. PPSK-BI, Jakarta.

Page 82: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

69

Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lypsey, R.G, P.N Courant, D.D Purvis dan P.O Steiner. 1997. Pengantar

Makroekonomi. Bina Rupa Aksara, Jakarta. Mankiw, N.G. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta. Mattola, A.Z. 1985. Peran Sektor Pertanian Terhadap Peningkatan dan

Pemerataan Pendapatan Daerah di Jawa Barat. Program Perencanaan Wilayah dan Kota, Pasca Sarjana ITB. Bandung.

Mydrall, G. 1957. Economic Theory and Underdeveloped Region. Methuen.

London. Nicholson, W. 1999. Teori Mikroekonomi: Prinsip Dasar dan Perluasan. Edisi

Kelima. Drs. Daniel Wirajaya [penerjemah]. Binarupa Aksara, Jakarta. Pasaribu, S.H, D. Hartono dan T. Irawan. 2005. Pedoman Penulisan Skripsi.

Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Supriyantoro, G. 2005. Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota

di Propinsi Jawa Tengah [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tadjoedin, M.Z, dkk. 2001. Aspirasi Terhadap Ketidakmerataan: Disparitas

Regional dan Konflik Vertikal di Indonesia. UNSFIR Working Paper. Jakarta.

Tambunan, T.T.H. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting.

Ghalia Indonesia, Jakarta. Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer. 2006. Pengolahan Data

Statistik dengan SPSS 14. Salemba Infotek, Jakarta. Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Todaro. M.P dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.

United Nation Development Program. 2001. Indonesia National Human

Development Report 2001. BPS, Jakarta. United Nation Development Program. 2004. Indonesia National Human

Development Report 2004. BPS, Jakarta.

Page 83: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

70

Walpole, R.E. 1982. Pengantar Statistik. Edisi Ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wijaya, Adi. 2001. Kajian Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antar Wilayah

Indonesia. PEP-LIPI, Jakarta. Williamson, J.G. 1965. Regional and Equility and The Process of National

Development: A Description Patern. Economic Development and Cultural Change, Vol. 13, No. 4, Hal. 3-45.

Page 84: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun
Page 85: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

71

Lampiran 1. PDRB per Propinsi dengan menyertakan Sektor Migas tahun 2001-2005 (dalam juta)

Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 35262979.69 42338751.33 44677163.2 40374282.3 34942300.38 Sumut 71908359.19 75189140.89 78805608.56 83328948.58 87897791.21 Sumbar 23727373.94 24840187.76 26146781.63 27578136.58 29159480.54 Riau 94381592.38 96872503.01 99853745.5 103725782.4 109665087 Jambi 10205592.3 10803423.29 11343279.54 11953885.47 12619972.18 Sumsel 42337430.46 43643276.17 45247400.63 47344395 49634518 Bengkulu 5070101.65 5310017.09 5595028.74 5896255.33 6239364.35 Lampung 24079607.66 25433275.29 26898051.9 28262288.53 29325618.28 Babel 6461874.79 6904686.93 7719713.28 7966849.48 8225704.3 DKI 238656137.3 250331156.6 263624241.9 278524822.2 295270318.9 Jabar 203369000 211391702.7 221628173.7 233057690.9 245798061.8 Jateng 118816400.3 123038541.1 129166462.5 135789872.3 143051213.9 DIY 14055070.59 14687284.33 15360408.85 16146423.44 16939682.45 Jatim 210448570.2 218452389.1 228884458.5 242228892.2 256374726.8 Banten 47495383.36 49449321.34 51957457.73 54880406.5 58106948.22 Bali 17879875.31 18423860.69 19080895.84 19963243.81 21072444.79 NTB 13085322.55 13544495.89 14073340.01 14953219.73 15225043.18 NTT 8221573.17 8622490.95 9016717.28 9446769.83 9739372.29 Kalbar 19838486.33 20741896.8 21376951.43 22401190.28 23450354.71 Kalteng 11304871.77 11904502.01 12488475.1 13182799.17 13959955.73 Kalsel 17949190.96 18606511.92 19483168.54 20487442.09 21555200.75 Kaltim 86348106 87850398 89483542 91050494.61 93589180.92 Sulut 10928975.92 11291462.78 11652793.37 12149501.26 12744549.77 Sulteng 9089907.87 9600363.96 10196749.88 10925465.1 11728617.22 Sulsel 32323534.71 33645402.74 35410566.05 37291394.11 39544283.27 Sultra 6063985.85 6468061.84 6957662.46 7480180.34 8026856.22 Gorontalo 1554971.75 1655327.91 1769187.99 1891763.26 2025321.31 Maluku 2768291.36 2847739.01 2970465.69 3101995.93 3259244.35 Malut 1911042.79 1957715.68 2032571.71 2128108.25 2236798.65 Papua 24118805.33 25355899.56 25632583.48 21247338.44 27539679.71 Indonesia 46988747.18 49040059.56 51284454.9 53491994.58 56298256.37

Page 86: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

72

Lampiran 2. PDRB per Propinsi dengan tidak menyertakan Sektor Migas tahun 2001-2005 (dalam juta)

Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 19539800.55 21095274.34 21875760.39 22260704.21 22528849.03 Sumut 71036930.25 74326325.49 77995379.46 82675238.79 87240282.6 Sumbar 23727373.94 24840187.76 26146781.63 27578136.58 29159480.54 Riau 46025833.9 49539638.16 53155905.15 57550892.72 62092389.57 Jambi 8724131.205 9264356.298 9778184.816 10411851.29 11062278.12 Sumsel 28804122.46 30083324.17 31810724.63 33969083 36318656 Bengkulu 5070101.648 5310017.091 5595028.739 5896255.329 6239364.35 Lampung 23749066.66 24676013.29 26065200.9 27567276.53 28765508.28 Babel 6461874.792 6904686.932 7253850.28 7566617.483 7907428.3 DKI 237381406.1 249097904.8 262564636 277537330.5 294354341.9 Jabar 193271945.1 201421740 211747822.4 223349891.7 236925108.2 Jateng 112343861.7 115762928.1 121271927.9 127212002.6 133578035.6 DIY 14055070.59 14687284.33 15360408.85 16146423.44 16939682.45 Jatim 209838116.3 217878040.3 228301906 241628131.3 255744992.9 Banten 47495383.36 49449321.34 51957457.73 54880406.5 58106948.22 Bali 17879875.31 18423860.69 19080895.84 19963243.81 21072444.79 NTB 13085322.55 13544495.89 14073340.01 14953219.73 15225043.18 NTT 8221573.172 8622490.949 9016717.279 9446769.833 9739372.285 Kalbar 19838486.33 20741896.8 21376951.43 22401190.28 23450354.71 Kalteng 11304871.77 11904502.01 12488475.1 13182799.17 13959955.73 Kalsel 17444474.45 18085603.67 18976955.82 19974565.85 21010075.84 Kaltim 32420024 34764412 36586682 39307500.7 41877513.81 Sulut 10919016.2 11273401.91 11631388.92 12127462.64 12725589.77 Sulteng 9089907.867 9600363.959 10196749.88 10925465.1 11728318.09 Sulsel 32252074.67 33569970.96 35333532.92 37211934.43 39460245.8 Sultra 6063985.853 6468061.842 6957662.455 7480180.344 8026856.217 Gorontalo 1554971.753 1655327.914 1769187.993 1891763.264 2025321.311 Maluku 2754707.62 2833834.735 2956167.351 3087487.405 3244432.59 Malut 1911042.786 1957715.678 2032571.708 2128108.255 2236798.653 Papua 23043358.18 24300199.65 24468120.1 19948610.54 26150247.49 Indonesia 41843623.7 43736106.04 45927545.79 48342018.11 51296530.54

Page 87: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

73

Lampiran 3. Jumlah Penduduk per Propinsi tahun 2001-2005 Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 4142100 4166000 4213281 4075599 4031589 Sumut 11587713 11891742 11856907 12068731 12450911 Sumbar 4243510 4289647 4456816 4528242 4566126 Riau 4884308 5307863 5557880 5679643 5854067 Jambi 2436741 2479469 2568598 2619553 2635968 Sumsel 6932637 7170327 6486015 6596057 6782339 Bengkulu 1425271 1640597 1517181 1541551 1549273 Lampung 6720262 6862338 6928822 7028388 7116177 Babel 963043 913868 976031 1012655 1043456 DKI 8396500 8379069 8603776 8725630 8860381 Jabar 36070065 36914933 37980422 38472185 38965440 Jateng 31063818 31691866 32052840 32397431 31997968 DIY 3128735 3156229 3207385 3220808 3343651 Jatim 34703595 35148579 36499078 36396534 36294280 Banten 8258055 8529749 8956229 9083144 9028816 Bali 3156392 3216881 3351353 3393620 3383572 NTB 3862854 4127519 4005238 4076040 4184411 NTT 3991037 3924871 4073249 4139206 4260294 Kalbar 3788862 4167293 3947691 4010338 4052345 Kalteng 1838539 1947263 1826659 1867231 1914900 Kalsel 2999262 3054129 3174551 3219398 3281943 Kaltim 2489988 2566125 2704851 2761575 2848798 Sulut 1998463 2043742 2127820 2154235 2128780 Sulteng 2097977 2268046 2210100 2245242 2294841 Sulsel 7855472 8244890 8213864 8342083 8479133 Sultra 1815548 1915326 1875585 1911103 1963025 Gorontalo 850798 855057 881057 896004 922176 Maluku 1203877 1261083 1217472 1238812 1251539 Malut 784974 794024 853161 869235 884142 Papua 2155233 2387427 2349644 2502262 2818400 Indonesia 205845629 211315952 214673556 217072535 219188741

Page 88: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

74

Lampiran 4. Indeks Pembangunan Manusia per Propinsi tahun 2001-2005 Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 65.3 66.0 67.4 68.7 69.0 Sumut 66.6 68.8 70.1 71.4 72.0 Sumbar 65.8 67.5 69.0 70.5 71.2 Riau 67.3 69.1 70.3 71.5 72.9 Jambi 65.4 67.1 68.6 70.1 71.0 Sumsel 63.9 66.0 67.8 69.6 70.2 Bengkulu 64.8 66.2 68.1 69.9 71.1 Lampung 63.0 65.8 67.1 68.4 68.8 Babel 63.9 65.4 67.5 69.6 70.7 DKI 72.5 75.6 75.7 75.8 76.1 Jabar 64.6 65.8 67.5 69.1 69.9 Jateng 64.6 66.3 67.6 68.9 69.8 DIY 68.7 70.8 71.9 72.9 73.5 Jatim 61.8 64.1 65.5 66.8 68.4 Banten 64.6 66.6 67.3 67.9 68.8 Bali 65.7 67.5 68.3 69.1 69.8 NTB 54.2 57.8 59.2 60.6 62.4 NTT 60.4 60.3 61.5 62.7 63.6 Kalbar 60.6 62.9 64.2 65.4 66.2 Kalteng 66.7 69.1 70.4 71.7 73.2 Kalsel 62.2 64.3 65.5 66.7 67.4 Kaltim 67.8 70.0 71.1 72.2 72.9 Sulut 67.1 71.3 72.4 73.4 74.2 Sulteng 62.8 64.4 65.9 67.3 68.5 Sulsel 63.6 65.3 65.3 65.3 66.9 Sultra 62.9 64.1 65.4 66.7 67.5 Gorontalo 67.1 64.1 64.8 65.4 67.5 Maluku 67.2 66.5 67.8 69.0 69.2 Malut 67.2 65.8 66.1 66.4 67.0 Papua 58.8 60.1 61.2 62.3 63.5 Indonesia 64.57 66.15 67.33 68.51 69.44

Page 89: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

75

Lampiran 5. Angka Harapan Hidup per Propinsi tahun 2001-2005 Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 67.9 67.7 67.8 67.9 68.0 Sumut 67.1 67.3 67.7 68.2 68.7 Sumbar 65.6 66.1 66.8 67.6 68.2 Riau 67.9 68.1 68.9 69.8 70.7 Jambi 66.7 66.9 67.2 67.6 68.1 Sumsel 65.7 65.7 66.7 67.7 68.3 Bengkulu 65.6 65.4 66.4 67.4 68.8 Lampung 66.1 66.1 66.8 67.6 68.0 Babel 65.6 65.6 66.4 67.2 68.1 DKI 71.9 72.3 72.3 72.4 72.5 Jabar 64.7 64.5 65.6 66.7 67.2 Jateng 68.5 68.9 69.3 69.7 70.6 DIY 71.3 72.4 72.5 72.6 72.9 Jatim 65.5 66.0 66.6 67.2 68.5 Banten 62.4 62.4 62.8 63.3 64.0 Bali 69.7 70.0 70.1 70.2 70.4 NTB 68.5 59.3 59.3 59.4 60.5 NTT 63.8 63.8 64.1 64.4 64.9 Kalbar 64.3 64.4 64.6 64.8 65.2 Kalteng 68.0 69.4 69.6 69.8 70.7 Kalsel 62.4 61.3 61.4 61.6 62.1 Kaltim 67.6 69.4 69.5 69.7 70.3 Sulut 68.1 61.3 66.1 71.0 71.7 Sulteng 63.0 63.3 63.9 64.6 65.4 Sulsel 68.3 68.6 68.6 68.7 68.7 Sultra 65.1 65.1 65.5 66 66.8 Gorontalo 64.2 64.2 64.3 64.5 65.0 Maluku 67.5 65.5 65.8 66.2 66.2 Malut 63.0 63.0 63.1 63.3 64.2 Papua 64.7 65.2 65.5 65.8 67.3 Indonesia 66.36 65.97 66.51 67.10 67.73

Page 90: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

76

Lampiran 6. Angka Melek Huruf per Propinsi tahun 2001-2005 Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 95.8 95.8 96.2 95.7 96.0 Sumut 96.2 96.1 96.8 96.6 97.0 Sumbar 94.0 95.1 95.6 95.7 96.0 Riau 94.2 96.5 96.1 96.4 97.8 Jambi 93.9 94.7 95.1 95.8 96.0 Sumsel 92.9 94.1 95.1 95.7 95.9 Bengkulu 91.6 93.0 93.5 94.2 94.7 Lampung 91.3 93.0 91.6 93.1 93.5 Babel 89.8 91.7 91.4 93.5 95.4 DKI 97.2 98.2 98.4 98.3 98.3 Jabar 92.9 93.1 93.8 94.0 94.6 Jateng 83.3 85.7 85.7 86.7 87.4 DIY 82.4 85.9 85.7 85.8 86.7 Jatim 80.9 83.2 83.3 84.5 85.8 Banten 91.3 93.8 93.7 94.0 95.6 Bali 81.0 84.2 84.4 85.5 86.2 NTB 76.0 77.8 75.1 78.3 78.8 NTT 82.3 84.1 84.9 85.2 85.6 Kalbar 83.6 86.9 87.5 88.2 89.0 Kalteng 95.1 96.4 96.1 96.2 97.5 Kalsel 92.0 93.3 93.5 94.8 95.3 Kaltim 93.4 95.2 94.8 95.0 95.3 Sulut 98.1 98.8 98.9 99.1 99.3 Sulteng 92.8 93.3 93.6 94.4 94.9 Sulsel 81.6 83.5 83.4 84.5 84.6 Sultra 88.6 88.2 90.4 90.7 91.3 Gorontalo 93.1 95.2 94.7 94.7 95.0 Maluku 96.9 96.3 97.0 97.8 98.0 Malut 93.3 95.8 95.5 95.2 95.2 Papua 69.1 74.4 74.4 74.2 74.9 Indonesia 89.49 91.11 91.21 91.79 92.39

Page 91: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

77

Lampiran 7. Rata-Rata Lama Sekolah per Propinsi tahun 2001-2005 Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 7.6 7.8 8.3 8.4 8.4 Sumut 8.1 8.4 8.3 8.4 8.5 Sumbar 7.4 8.0 7.9 8.0 8.0 Riau 7.5 8.3 8.1 8.2 8.4 Jambi 7.0 7.4 7.3 7.4 7.5 Sumsel 6.8 7.1 7.0 7.4 7.5 Bengkulu 6.9 7.6 7.4 7.8 8.0 Lampung 6.5 6.9 6.6 7.0 7.2 Babel 6.2 6.6 6.4 6.5 6.6 DKI 9.6 10.4 10.1 10.1 10.6 Jabar 6.8 7.2 7.1 7.2 7.4 Jateng 6.1 6.5 6.4 6.5 6.6 DIY 7.7 8.1 8.1 8.2 8.4 Jatim 6.0 6.5 6.4 6.6 6.8 Banten 7.2 7.9 7.5 7.7 8.0 Bali 7.2 7.6 7.2 7.3 7.4 NTB 5.7 5.8 5.5 6.4 6.6 NTT 5.7 6.0 6.0 6.2 6.3 Kalbar 5.8 6.3 6.4 6.4 6.6 Kalteng 7.3 7.6 7.6 7.8 7.9 Kalsel 6.3 7.0 7.0 7.2 7.3 Kaltim 7.9 8.5 8.3 8.5 8.7 Sulut 8.2 8.6 8.3 8.6 8.8 Sulteng 7.0 7.3 7.4 7.5 7.6 Sulsel 6.5 6.8 6.8 6.9 7.0 Sultra 7.0 7.3 7.4 7.5 7.6 Gorontalo 6.1 6.5 6.5 6.8 6.8 Maluku 8.4 8.0 8.0 8.4 8.5 Malut 7.3 8.4 7.7 8.5 8.5 Papua 5.6 6.0 6.0 6.1 6.2 Indonesia 6.98 7.41 7.30 7.52 7.66

Page 92: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

78

Lampiran 8. Pengeluaran Riil Per Kapita per Propinsi tahun 2001-2005 Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005

NAD 562.8 557.5 571.6 585.8 588.9 Sumut 568.7 589.2 602.6 616.0 618.0 Sumbar 577.3 589.0 602.3 615.7 618.2 Riau 579.6 588.3 602.4 616.6 623.2 Jambi 574.3 585.6 600.3 615.1 620.8 Sumsel 564.5 582.9 595.6 608.4 610.3 Bengkulu 576.6 586.6 601.0 615.5 617.1 Lampung 567.0 583.3 594.0 604.8 605.1 Babel 588.2 588.2 607.7 627.2 628.0 DKI 593.4 616.9 617.5 618.1 619.5 Jabar 584.2 592.0 604.0 616.1 619.7 Jateng 583.8 594.2 606.4 618.7 621.4 DIY 597.8 611.3 624.0 636.7 638.0 Jatim 579.0 593.8 605.2 616.6 622.2 Banten 608.7 608.7 613.3 618.0 619.2 Bali 588.9 596.3 605.5 614.8 618.2 NTB 565.9 583.1 597.0 611.0 623.2 NTT 576.9 563.1 574.1 585.1 589.8 Kalbar 571.2 580.4 593.5 606.7 609.6 Kalteng 565.4 585.8 600.6 615.5 623.6 Kalsel 576.7 596.2 608.0 619.8 622.7 Kaltim 578.1 591.6 605.9 620.2 621.4 Sulut 578.3 620.2 616.0 611.9 616.1 Sulteng 569.0 580.2 592.3 604.4 610.3 Sulsel 571.0 586.7 600.9 615.2 616.8 Sultra 571.8 577.9 587.0 596.1 598.9 Gorontalo 573.3 573.3 579.6 585.9 607.8 Maluku 576.9 576.3 586.2 596.1 597.3 Malut 583.4 583.4 586.1 588.9 590.3 Papua 579.9 578.2 581 583.8 585.2 Indonesia 577.7533 588.0067 598.72 609.49 613.36

Page 93: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 9. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2001

PROPINSI

PDRB

PENDUDUK

Aceh 35262979.69 4142100 8.5133 1.3086 1.7124 0.0201 0.0345 Sumatra Utara 71908359.19 11587713 6.2056 (0.9992) 0.9983 0.0563 0.0562 Sumatra Barat 23727373.94 4243510 5.5914 (1.6133) 2.6027 0.0206 0.0537 Riau 94381592.38 4884308 19.3234 12.1187 146.8631 0.0237 3.4848 Jambi 10205592.30 2436741 4.1882 (3.0165) 9.0993 0.0118 0.1077 Sumatra Selatan 42337430.46 6932637 6.1070 (1.0978) 1.2051 0.0337 0.0406 Bengkulu 5070101.65 1425271 3.5573 (3.6474) 13.3038 0.0069 0.0921 Lampung 24079607.66 6720262 3.5831 (3.6216) 13.1159 0.0326 0.4282 Babel 6461874.79 963043 6.7099 (0.4949) 0.2449 0.0047 0.0011 Jakarta 238656137.26 8396500 28.4233 21.2186 450.2274 0.0408 18.3649 Jabar 203368999.99 36070065 5.6382 (1.5666) 2.4541 0.1752 0.4300 Jateng 118816400.29 31063818 3.8249 (3.3798) 11.4231 0.1509 1.7238 DIY 14055070.59 3128735 4.4923 (2.7125) 7.3575 0.0152 0.1118 Jatim 210448570.19 34703595 6.0642 (1.1406) 1.3009 0.1686 0.2193 Banten 47495383.36 8258055 5.7514 (1.4533) 2.1122 0.0401 0.0847 Bali 17879875.31 3156392 5.6647 (1.5401) 2.3718 0.0153 0.0364 NTB 13085322.55 3862854 3.3875 (3.8172) 14.5714 0.0188 0.2734 NTT 8221573.17 3991037 2.0600 (5.1447) 26.4681 0.0194 0.5132 Kalbar 19838486.33 3788862 5.2360 (1.9687) 3.8759 0.0184 0.0713 Kalteng 11304871.77 1838539 6.1488 (1.0559) 1.1149 0.0089 0.0100 Kalsel 17949190.96 2999262 5.9845 (1.2202) 1.4889 0.0146 0.0217 Kaltim 86348106.00 2489988 34.6781 27.4734 754.7875 0.0121 9.1302 Sulut 10928975.92 1998463 5.4687 (1.7360) 3.0138 0.0097 0.0293 Sulteng 9089907.87 2097977 4.3327 (2.8720) 8.2485 0.0102 0.0841

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 94: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulsel 32323534.71 7855472 4.1148 (3.0899) 9.5478 0.0382 0.3644 Sultra 6063985.85 1815548 3.3400 (3.8647) 14.9359 0.0088 0.1317 Gorontalo 1554971.75 850798 1.8277 (5.3771) 28.9128 0.0041 0.1195 Maluku 2768291.36 1203877 2.2995 (4.9052) 24.0614 0.0058 0.1407 Malut 1911042.79 784974 2.4345 (4.7702) 22.7548 0.0038 0.0868 Papua 24118805.33 2155233 11.1908 3.9861 15.8889 0.0105 0.1664 Jumlah 1409662415.41 205845629 216.1417 36.4124 Rata-rata 7.2047 6.0343

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 6.0343

7.2047 CVw = 0.8375

Page 95: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 10. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2002

PROPINSI

PDRB

PENDUDUK

Aceh 42338751.33 4166000 10.1629 2.8716 8.2463 0.0197 0.1626 Sumatra Utara 75189140.89 11891742 6.3228 (0.9685) 0.9380 0.0563 0.0528 Sumatra Barat 24840187.76 4289647 5.7907 (1.5006) 2.2517 0.0203 0.0457 Riau 96872503.01 5307863 18.2508 10.9595 120.1098 0.0251 3.0169 Jambi 10803423.29 2479469 4.3572 (2.9341) 8.6092 0.0117 0.1010 Sumatra Selatan 43643276.17 7170327 6.0867 (1.2046) 1.4512 0.0339 0.0492 Bengkulu 5310017.09 1640597 3.2366 (4.0547) 16.4402 0.0078 0.1276 Lampung 25433275.29 6862338 3.7062 (3.5851) 12.8528 0.0325 0.4174 Babel 6904686.93 913868 7.5555 0.2642 0.0698 0.0043 0.0003 Jakarta 250331156.6 8379069 29.8758 22.5845 510.0587 0.0397 20.2248 Jabar 211391702.7 36914933 5.7265 (1.5648) 2.4487 0.1747 0.4278 Jateng 123038541.1 31691866 3.8823 (3.4090) 11.6210 0.1500 1.7428 DIY 14687284.33 3156229 4.6534 (2.6379) 6.9583 0.0149 0.1039 Jatim 218452389.1 35148579 6.2151 (1.0762) 1.1582 0.1663 0.1926 Banten 49449321.34 8529749 5.7973 (1.4940) 2.2321 0.0404 0.0901 Bali 18423860.69 3216881 5.7272 (1.5640) 2.4463 0.0152 0.0372 NTB 13544495.89 4127519 3.2815 (4.0098) 16.0784 0.0195 0.3140 NTT 8622490.95 3924871 2.1969 (5.0944) 25.9530 0.0186 0.4820 Kalbar 20741896.8 4167293 4.9773 (2.3140) 5.3545 0.0197 0.1056 Kalteng 11904502.01 1947263 6.1135 (1.1778) 1.3873 0.0092 0.0128 Kalsel 18606511.92 3054129 6.0922 (1.1990) 1.4377 0.0145 0.0208 Kaltim 87850398 2566125 34.2347 26.9434 725.9446 0.0121 8.8155 Sulut 11291462.78 2043742 5.5249 (1.7664) 3.1202 0.0097 0.0302

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 96: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 9600363.96 2268046 4.2329 (3.0584) 9.3539 0.0107 0.1004 Sulsel 33645382.74 8244890 4.0808 (3.2105) 10.3075 0.0390 0.4022 Sultra 6468061.84 1915326 3.3770 (3.9143) 15.3217 0.0091 0.1389 Gorontalo 1655327.91 855057 1.9359 (5.3554) 28.6799 0.0040 0.1160 Maluku 2847739.01 1261083 2.2582 (5.0331) 25.3323 0.0060 0.1512 Malut 1957715.68 794024 2.4656 (4.8257) 23.2877 0.0038 0.0875 Papua 25355899.56 2387427 10.6206 3.3293 11.0843 0.0113 0.1252 Jumlah 1471201767 211315952 218.7388 37.6952 Rata-rata 7.2913 6.1396

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 6.1396

7.2913

CVw = 0.8421

Page 97: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 11. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2003

PROPINSI

PDRB

PENDUDUK

Aceh 44677163.2 4213281 10.6039 3.1351 9.8287 0.0196 0.1929 Sumatra Utara 78805608.56 11856907 6.6464 (0.8224) 0.6764 0.0552 0.0374 Sumatra Barat 26146781.63 4456816 5.8667 (1.6021) 2.5668 0.0208 0.0533 Riau 99853745.5 5557880 17.9662 10.4973 110.1943 0.0259 2.8529 Jambi 11343279.54 2568598 4.4161 (3.0527) 9.3188 0.0120 0.1115 Sumatra Selatan 45247400.63 6486015 6.9761 (0.4927) 0.2427 0.0302 0.0073 Bengkulu 5595028.74 1517181 3.6878 (3.7810) 14.2962 0.0071 0.1010 Lampung 26898051.9 6928822 3.8821 (3.5868) 12.8648 0.0323 0.4152 Babel 7719713.28 976031 7.9093 0.4405 0.1940 0.0045 0.0009 Jakarta 263624241.9 8603776 30.6405 23.1717 536.9285 0.0401 21.5192 Jabar 221628173.7 37980422 5.8353 (1.6335) 2.6683 0.1769 0.4721 Jateng 129166462.5 32052840 4.0298 (3.4390) 11.8268 0.1493 1.7659 DIY 15360408.85 3207385 4.7891 (2.6797) 7.1810 0.0149 0.1073 Jatim 228884458.5 36499078 6.2710 (1.1978) 1.4348 0.1700 0.2440 Banten 51957457.73 8956229 5.8013 (1.6675) 2.7807 0.0417 0.1160 Bali 19080895.84 3351353 5.6935 (1.7753) 3.1518 0.0156 0.0492 NTB 14073340.01 4005238 3.5137 (3.9551) 15.6426 0.0187 0.2918 NTT 9016717.28 4073249 2.2136 (5.2552) 27.6168 0.0190 0.5240 Kalbar 21376951.43 3947691 5.4151 (2.0538) 4.2179 0.0184 0.0776 Kalteng 12488475.1 1826659 6.8368 (0.6320) 0.3995 0.0085 0.0034 Kalsel 19483168.54 3174551 6.1373 (1.3315) 1.7729 0.0148 0.0262 Kaltim 89483542 2704851 33.0826 25.6138 656.0669 0.0126 8.2663 Sulut 11652793.37 2127820 5.4764 (1.9924) 3.9697 0.0099 0.0393

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 98: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 10196749.88 2210100 4.6137 (2.8551) 8.1516 0.0103 0.0839 Sulsel 35410566.05 8213864 4.3111 (3.1577) 9.9713 0.0383 0.3815 Sultra 6957662.46 1875585 3.7096 (3.7592) 14.1317 0.0087 0.1235 Gorontalo 1769187.99 881057 2.0080 (5.4608) 29.8201 0.0041 0.1224 Maluku 2970465.69 1217472 2.4399 (5.0289) 25.2903 0.0057 0.1434 Malut 2032571.71 853161 2.3824 (5.0864) 25.8716 0.0040 0.1028 Papua 25632583.48 2349644 10.9091 3.4403 11.8358 0.0109 0.1295 Jumlah 1538533647 214673556 224.0643 38.3619 Rata-rata 7.4688 6.193698

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 6.1937

7.4688

CVw = 0.8293

Page 99: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 12. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2004

PROPINSI

PDRB

PENDUDUK

Aceh 40374282.3 4075599 9.9063 2.3478 5.5121 0.0188 0.1035 Sumatra Utara 83328948.58 12068731 6.9045 (0.6540) 0.4278 0.0556 0.0238 Sumatra Barat 27578136.58 4528242 6.0903 (1.4683) 2.1559 0.0209 0.0450 Riau 103725782.4 5679643 18.2627 10.7042 114.5792 0.0262 2.9979 Jambi 11953885.47 2619553 4.5633 (2.9952) 8.9714 0.0121 0.1083 Sumatra Selatan 47344395 6596057 7.1777 (0.3809) 0.1451 0.0304 0.0044 Bengkulu 5896255.33 1541551 3.8249 (3.7337) 13.9403 0.0071 0.0990 Lampung 28262288.53 7028388 4.0212 (3.5374) 12.5132 0.0324 0.4052 Babel 7966849.48 1012655 7.8673 0.3087 0.0953 0.0047 0.0004 Jakarta 278524822.2 8725630 31.9203 24.3618 593.4949 0.0402 23.8566 Jabar 233057690.9 38472185 6.0578 (1.5007) 2.2522 0.1772 0.3992 Jateng 135789872.3 32397431 4.1914 (3.3672) 11.3379 0.1492 1.6922 DIY 16146423.44 3220808 5.0132 (2.5454) 6.4791 0.0148 0.0961 Jatim 242228892.2 36396534 6.6553 (0.9033) 0.8159 0.1677 0.1368 Banten 54880406.5 9083144 6.0420 (1.5166) 2.2999 0.0418 0.0962 Bali 19963243.81 3393620 5.8826 (1.6760) 2.8089 0.0156 0.0439 NTB 14953219.73 4076040 3.6686 (3.8900) 15.1321 0.0188 0.2841 NTT 9446769.83 4139206 2.2823 (5.2763) 27.8393 0.0191 0.5308 Kalbar 22401190.28 4010338 5.5859 (1.9727) 3.8915 0.0185 0.0719 Kalteng 13182799.17 1867231 7.0601 (0.4985) 0.2485 0.0086 0.0021 Kalsel 20487442.09 3219398 6.3637 (1.1948) 1.4276 0.0148 0.0212 Kaltim 91050494.61 2761575 32.9705 25.4119 645.7664 0.0127 8.2154 Sulut 12149501.26 2154235 5.6398 (1.9187) 3.6816 0.0099 0.0365

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 100: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 10925465.1 2245242 4.8661 (2.6925) 7.2496 0.0103 0.0750 Sulsel 37291394.11 8342083 4.4703 (3.0883) 9.5375 0.0384 0.3665 Sultra 7480180.34 1911103 3.9141 (3.6445) 13.2824 0.0088 0.1169 Gorontalo 1891763.26 896004 2.1113 (5.4472) 29.6723 0.0041 0.1225 Maluku 3101995.93 1238812 2.5040 (5.0546) 25.5485 0.0057 0.1458 Malut 2128108.25 869235 2.4483 (5.1103) 26.1152 0.0040 0.1046 Papua 21247338.44 2502262 8.4913 0.9327 0.8699 0.0115 0.0100 Jumlah 1604759837 217072535 226.7568 40.2119 Rata-rata 7.5586 6.3413

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 6.3413

7.5586

CVw = 0.8390

Page 101: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 13. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2005

PROPINSI

PDRB

PENDUDUK

Aceh 34942300.38 4031589 8.6671 0.8920 0.7957 0.0184 0.0146 Sumatra Utara 87897791.21 12450911 7.0595 (0.7156) 0.5121 0.0568 0.0291 Sumatra Barat 29159480.54 4566126 6.3860 (1.3891) 1.9296 0.0208 0.0402 Riau 109665087 5854067 18.7331 10.9580 120.0780 0.0267 3.2070 Jambi 12619972.18 2635968 4.7876 (2.9875) 8.9253 0.0120 0.1073 Sumatra Selatan 49634518 6782339 7.3182 (0.4569) 0.2088 0.0309 0.0065 Bengkulu 6239364.35 1549273 4.0273 (3.7478) 14.0464 0.0071 0.0993 Lampung 29325618.28 7116177 4.1210 (3.6542) 13.3528 0.0325 0.4335 Babel 8225704.3 1043456 7.8831 0.1080 0.0117 0.0048 0.0001 Jakarta 295270318.9 8860381 33.3248 25.5497 652.7849 0.0404 26.3879 Jabar 245798061.8 38965440 6.3081 (1.4670) 2.1522 0.1778 0.3826 Jateng 143051213.9 31997968 4.4706 (3.3045) 10.9197 0.1460 1.5941 DIY 16939682.45 3343651 5.0662 (2.7089) 7.3382 0.0153 0.1119 Jatim 256374726.8 36294280 7.0638 (0.7114) 0.5060 0.1656 0.0838 Banten 58106948.22 9028816 6.4357 (1.3394) 1.7940 0.0412 0.0739 Bali 21072444.79 3383572 6.2279 (1.5473) 2.3940 0.0154 0.0370 NTB 15225043.18 4184411 3.6385 (4.1366) 17.1116 0.0191 0.3267 NTT 9739372.29 4260294 2.2861 (5.4891) 30.1297 0.0194 0.5856 Kalbar 23450354.71 4052345 5.7869 (1.9883) 3.9532 0.0185 0.0731 Kalteng 13959955.73 1914900 7.2902 (0.4850) 0.2352 0.0087 0.0021 Kalsel 21555200.75 3281943 6.5678 (1.2073) 1.4576 0.0150 0.0218 Kaltim 93589180.92 2848798 32.8522 25.0770 628.8575 0.0130 8.1733 Sulut 12744549.77 2128780 5.9868 (1.7883) 3.1982 0.0097 0.0311

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 102: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 11728617.22 2294841 5.1109 (2.6643) 7.0983 0.0105 0.0743 Sulsel 39544783.27 8479133 4.6638 (3.1114) 9.6805 0.0387 0.3745 Sultra 8026856.22 1963025 4.0890 (3.6861) 13.5874 0.0090 0.1217 Gorontalo 2025321.31 922176 2.1962 (5.5789) 31.1240 0.0042 0.1309 Maluku 3259244.35 1251539 2.6042 (5.1709) 26.7387 0.0057 0.1527 Malut 2236798.65 884142 2.5299 (5.2452) 27.5124 0.0040 0.1110 Papua 27539679.71 2818400 9.7714 1.9963 3.9850 0.0129 0.0512 Jumlah 1688948191 219188741 233.2540 42.8386 Rata-rata 7.7751 6.5451

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 6.5451

7.7751 CVw = 0.8418

Page 103: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 14. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2001

PROPINSI PDRB

Tanpa Migas

PENDUDUK

Aceh 19539800.55 4142100 4.7174 (1.1744) 1.3792 0.0201 0.0278 Sumatra Utara 71036930.25 11587713 6.1304 0.2386 0.0569 0.0563 0.0032 Sumatra Barat 23727373.94 4243510 5.5914 (0.3003) 0.0902 0.0206 0.0019 Riau 46025833.9 4884308 9.4232 3.5314 12.4711 0.0237 0.2959 Jambi 8724131.205 2436741 3.5802 (2.3115) 5.3431 0.0118 0.0633 Sumatra Selatan 28804122.46 6932637 4.1549 (1.7369) 3.0168 0.0337 0.1016 Bengkulu 5070101.648 1425271 3.5573 (2.3345) 5.4498 0.0069 0.0377 Lampung 23749066.66 6720262 3.5339 (2.3578) 5.5593 0.0326 0.1815 Babel 6461874.792 963043 6.7099 0.8181 0.6693 0.0047 0.0031 Jakarta 237381406.1 8396500 28.2715 22.3797 500.8515 0.0408 20.4299 Jabar 193271945.1 36070065 5.3582 (0.5335) 0.2846 0.1752 0.0499 Jateng 112343861.7 31063818 3.6166 (2.2752) 5.1766 0.1509 0.7812 DIY 14055070.59 3128735 4.4923 (1.3995) 1.9586 0.0152 0.0298 Jatim 209838116.3 34703595 6.0466 0.1548 0.0240 0.1686 0.0040 Banten 47495383.36 8258055 5.7514 (0.1404) 0.0197 0.0401 0.0008 Bali 17879875.31 3156392 5.6647 (0.2271) 0.0516 0.0153 0.0008 NTB 13085322.55 3862854 3.3875 (2.5043) 6.2714 0.0188 0.1177 NTT 8221573.172 3991037 2.0600 (3.8318) 14.6823 0.0194 0.2847 Kalbar 19838486.33 3788862 5.2360 (0.6558) 0.4300 0.0184 0.0079 Kalteng 11304871.77 1838539 6.1488 0.2571 0.0661 0.0089 0.0006 Kalsel 17444474.45 2999262 5.8163 (0.0755) 0.0057 0.0146 0.0001 Kaltim 32420024 2489988 13.0202 7.1284 50.8140 0.0121 0.6147 Sulut 10919016.2 1998463 5.4637 (0.4281) 0.1832 0.0097 0.0018

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 104: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 9089907.867 2097977 4.3327 (1.5591) 2.4307 0.0102 0.0248 Sulsel 32252074.67 7855472 4.1057 (1.7861) 3.1901 0.0382 0.1217 Sultra 6063985.853 1815548 3.3400 (2.5517) 6.5113 0.0088 0.0574 Gorontalo 1554971.753 850798 1.8277 (4.0641) 16.5169 0.0041 0.0683 Maluku 2754707.62 1203877 2.2882 (3.6036) 12.9857 0.0058 0.0759 Malut 1911042.786 784974 2.4345 (3.4572) 11.9524 0.0038 0.0456 Papua 23043358.18 2155233 10.6918 4.8001 23.0406 0.0105 0.2412 Jumlah 1255308711 205845629 176.7528 23.6746 Rata-rata 5.8918 4.8657

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 4.8657

5.8918 CVw = 0.8258

Page 105: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 15. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2002

PROPINSI PDRB

Tanpa Migas

PENDUDUK

Aceh 21095274.34 4166000 5.0637 (0.9375) 0.8789 0.0197 0.0173 Sumatra Utara 74326325.49 11891742 6.2502 0.2491 0.0620 0.0563 0.0035 Sumatra Barat 24840187.76 4289647 5.7907 (0.2104) 0.0443 0.0203 0.0009 Riau 49539638.16 5307863 9.3333 3.3321 11.1028 0.0251 0.2789 Jambi 9264356.298 2479469 3.7364 (2.2647) 5.1291 0.0117 0.0602 Sumatra Selatan 30083324.17 7170327 4.1955 (1.8056) 3.2603 0.0339 0.1106 Bengkulu 5310017.091 1640597 3.2366 (2.7645) 7.6426 0.0078 0.0593 Lampung 24676013.29 6862338 3.5959 (2.4053) 5.7855 0.0325 0.1879 Babel 6904686.932 913868 7.5555 1.5543 2.4158 0.0043 0.0104 Jakarta 249097904.8 8379069 29.7286 23.7274 562.9904 0.0397 22.3236 Jabar 201421740 36914933 5.4564 (0.5448) 0.2968 0.1747 0.0518 Jateng 115762928.1 31691866 3.6528 (2.3484) 5.5150 0.1500 0.8271 DIY 14687284.33 3156229 4.6534 (1.3477) 1.8164 0.0149 0.0271 Jatim 217878040.3 35148579 6.1988 0.1976 0.0390 0.1663 0.0065 Banten 49449321.34 8529749 5.7973 (0.2039) 0.0416 0.0404 0.0017 Bali 18423860.69 3216881 5.7272 (0.2739) 0.0750 0.0152 0.0011 NTB 13544495.89 4127519 3.2815 (2.7197) 7.3966 0.0195 0.1445 NTT 8622490.949 3924871 2.1969 (3.8043) 14.4726 0.0186 0.2688 Kalbar 20741896.8 4167293 4.9773 (1.0239) 1.0483 0.0197 0.0207 Kalteng 11904502.01 1947263 6.1135 0.1123 0.0126 0.0092 0.0001 Kalsel 18085603.67 3054129 5.9217 (0.0795) 0.0063 0.0145 0.0001 Kaltim 34764412 2566125 13.5474 7.5463 56.9461 0.0121 0.6915 Sulut 11273401.91 2043742 5.5161 (0.4851) 0.2353 0.0097 0.0023

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 106: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 9600363.959 2268046 4.2329 (1.7683) 3.1269 0.0107 0.0336 Sulsel 33569970.96 8244890 4.0716 (1.9296) 3.7232 0.0390 0.1453 Sultra 6468061.842 1915326 3.3770 (2.6242) 6.8863 0.0091 0.0624 Gorontalo 1655327.914 855057 1.9359 (4.0652) 16.5262 0.0040 0.0669 Maluku 2833834.735 1261083 2.2471 (3.7540) 14.0927 0.0060 0.0841 Malut 1957715.678 794024 2.4656 (3.5356) 12.5005 0.0038 0.0470 Papua 24300199.65 2387427 10.1784 4.1772 17.4493 0.0113 0.1971 Jumlah 1312083181 211315952 180.0351 25.7324 Rata-rata 6.0012 5.0727

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 5.0727

6.0012 CVw = 0.8453

Page 107: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 16. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2003

PROPINSI PDRB

Tanpa Migas

PENDUDUK

Aceh 21875760.39 4213281 5.1921 (1.0084) 1.0169 0.0196 0.0200 Sumatra Utara 77995379.46 11856907 6.5781 0.3775 0.1425 0.0552 0.0079 Sumatra Barat 26146781.63 4456816 5.8667 (0.3338) 0.1114 0.0208 0.0023 Riau 53155905.15 5557880 9.5641 3.3635 11.3134 0.0259 0.2929 Jambi 9778184.816 2568598 3.8068 (2.3937) 5.7298 0.0120 0.0686 Sumatra Selatan 31810724.63 6486015 4.9045 (1.2960) 1.6796 0.0302 0.0507 Bengkulu 5595028.739 1517181 3.6878 (2.5127) 6.3139 0.0071 0.0446 Lampung 26065200.9 6928822 3.7619 (2.4387) 5.9471 0.0323 0.1919 Babel 7253850.28 976031 7.4320 1.2315 1.5165 0.0045 0.0069 Jakarta 262564636 8603776 30.5174 24.3169 591.3094 0.0401 23.6987 Jabar 211747822.4 37980422 5.5752 (0.6253) 0.3910 0.1769 0.0692 Jateng 121271927.9 32052840 3.7835 (2.4170) 5.8420 0.1493 0.8723 DIY 15360408.85 3207385 4.7891 (1.4114) 1.9922 0.0149 0.0298 Jatim 228301906 36499078 6.2550 0.0545 0.0030 0.1700 0.0005 Banten 51957457.73 8956229 5.8013 (0.3993) 0.1594 0.0417 0.0067 Bali 19080895.84 3351353 5.6935 (0.5070) 0.2571 0.0156 0.0040 NTB 14073340.01 4005238 3.5137 (2.6868) 7.2188 0.0187 0.1347 NTT 9016717.279 4073249 2.2136 (3.9869) 15.8952 0.0190 0.3016 Kalbar 21376951.43 3947691 5.4151 (0.7855) 0.6170 0.0184 0.0113 Kalteng 12488475.1 1826659 6.8368 0.6363 0.4048 0.0085 0.0034 Kalsel 18976955.82 3174551 5.9778 (0.2227) 0.0496 0.0148 0.0007 Kaltim 36586682 2704851 13.5263 7.3258 53.6674 0.0126 0.6762 Sulut 11631388.92 2127820 5.4663 (0.7342) 0.5390 0.0099 0.0053

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 108: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 10196749.88 2210100 4.6137 (1.5868) 2.5180 0.0103 0.0259 Sulsel 35333532.92 8213864 4.3017 (1.8988) 3.6055 0.0383 0.1380 Sultra 6957662.455 1875585 3.7096 (2.4909) 6.2047 0.0087 0.0542 Gorontalo 1769187.993 881057 2.0080 (4.1925) 17.5770 0.0041 0.0721 Maluku 2956167.351 1217472 2.4281 (3.7724) 14.2310 0.0057 0.0807 Malut 2032571.708 853161 2.3824 (3.8181) 14.5780 0.0040 0.0579 Papua 24468120.1 2349644 10.4135 4.2130 17.7496 0.0109 0.1943 Jumlah 1377826374 214673556 186.0155 27.1234 Rata-rata 6.2005 5.2080

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 5.2080

6.2005 CVw = 0.8399

Page 109: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 17. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2004

PROPINSI PDRB

Tanpa Migas

PENDUDUK

Aceh 22260704.21 4075599 5.4619 (0.9022) 0.8140 0.0188 0.0153 Sumatra Utara 82675238.79 12068731 6.8504 0.4862 0.2364 0.0556 0.0131 Sumatra Barat 27578136.58 4528242 6.0903 (0.2739) 0.0750 0.0209 0.0016 Riau 57550892.72 5679643 10.1328 3.7687 14.2030 0.0262 0.3716 Jambi 10411851.29 2619553 3.9747 (2.3895) 5.7096 0.0121 0.0689 Sumatra Selatan 33969083 6596057 5.1499 (1.2142) 1.4744 0.0304 0.0448 Bengkulu 5896255.329 1541551 3.8249 (2.5393) 6.4479 0.0071 0.0458 Lampung 27567276.53 7028388 3.9223 (2.4419) 5.9627 0.0324 0.1931 Babel 7566617.483 1012655 7.4721 1.1079 1.2275 0.0047 0.0057 Jakarta 277537330.5 8725630 31.8071 25.4430 647.3458 0.0402 26.0213 Jabar 223349891.7 38472185 5.8055 (0.5587) 0.3121 0.1772 0.0553 Jateng 127212002.6 32397431 3.9266 (2.4375) 5.9416 0.1492 0.8868 DIY 16146423.44 3220808 5.0132 (1.3510) 1.8252 0.0148 0.0271 Jatim 241628131.3 36396534 6.6388 0.2746 0.0754 0.1677 0.0126 Banten 54880406.5 9083144 6.0420 (0.3221) 0.1038 0.0418 0.0043 Bali 19963243.81 3393620 5.8826 (0.4816) 0.2319 0.0156 0.0036 NTB 14953219.73 4076040 3.6686 (2.6956) 7.2662 0.0188 0.1364 NTT 9446769.833 4139206 2.2823 (4.0819) 16.6618 0.0191 0.3177 Kalbar 22401190.28 4010338 5.5859 (0.7783) 0.6057 0.0185 0.0112 Kalteng 13182799.17 1867231 7.0601 0.6959 0.4843 0.0086 0.0042 Kalsel 19974565.85 3219398 6.2044 (0.1597) 0.0255 0.0148 0.0004 Kaltim 39307500.7 2761575 14.2337 7.8696 61.9302 0.0127 0.7879 Sulut 12127462.64 2154235 5.6296 (0.7346) 0.5396 0.0099 0.0054

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 110: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 10925465.1 2245242 4.8661 (1.4981) 2.2443 0.0103 0.0232 Sulsel 37211934.43 8342083 4.4607 (1.9034) 3.6229 0.0384 0.1392 Sultra 7480180.344 1911103 3.9141 (2.4501) 6.0029 0.0088 0.0528 Gorontalo 1891763.264 896004 2.1113 (4.2528) 18.0864 0.0041 0.0747 Maluku 3087487.405 1238812 2.4923 (3.8719) 14.9912 0.0057 0.0856 Malut 2128108.255 869235 2.4483 (3.9159) 15.3342 0.0040 0.0614 Papua 19948610.54 2502262 7.9722 1.6081 2.5859 0.0115 0.0298 Jumlah 1450260543 217072535 190.9245 29.5007 Rata-rata 6.3641 5.4315

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 5.4315

6.3641 CVw = 0.8534

Page 111: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Lampiran 18. Penghitungan Indeks Ketimpangan Williamson Tahun 2005

PROPINSI PDRB

Tanpa Migas

PENDUDUK

Aceh 22528849.03 4031589 5.5881 (1.0643) 1.1327 0.0184 0.0208 Sumatra Utara 87240282.6 12450911 7.0067 0.3544 0.1256 0.0568 0.0071 Sumatra Barat 29159480.54 4566126 6.3860 (0.2663) 0.0709 0.0208 0.0015 Riau 62092389.57 5854067 10.6067 3.9543 15.6368 0.0267 0.4176 Jambi 11062278.12 2635968 4.1967 (2.4557) 6.0305 0.0120 0.0725 Sumatra Selatan 36318656 6782339 5.3549 (1.2975) 1.6835 0.0309 0.0521 Bengkulu 6239364.35 1549273 4.0273 (2.6251) 6.8911 0.0071 0.0487 Lampung 28765508.28 7116177 4.0423 (2.6101) 6.8126 0.0325 0.2212 Babel 7907428.3 1043456 7.5781 0.9257 0.8570 0.0048 0.0041 Jakarta 294354341.9 8860381 33.2214 26.5690 705.9137 0.0404 28.5355 Jabar 236925108.2 38965440 6.0804 (0.5720) 0.3272 0.1778 0.0582 Jateng 133578035.6 31997968 4.1746 (2.4778) 6.1395 0.1460 0.8963 DIY 16939682.45 3343651 5.0662 (1.5861) 2.5159 0.0153 0.0384 Jatim 255744992.9 36294280 7.0464 0.3941 0.1553 0.1656 0.0257 Banten 58106948.22 9028816 6.4357 (0.2167) 0.0469 0.0412 0.0019 Bali 21072444.79 3383572 6.2279 (0.4245) 0.1802 0.0154 0.0028 NTB 15225043.18 4184411 3.6385 (3.0139) 9.0833 0.0191 0.1734 NTT 9739372.285 4260294 2.2861 (4.3663) 19.0645 0.0194 0.3706 Kalbar 23450354.71 4052345 5.7869 (0.8655) 0.7491 0.0185 0.0138 Kalteng 13959955.73 1914900 7.2902 0.6378 0.4068 0.0087 0.0036 Kalsel 21010075.84 3281943 6.4017 (0.2507) 0.0628 0.0150 0.0009 Kaltim 41877513.81 2848798 14.7001 8.0477 64.7653 0.0130 0.8418 Sulut 12725589.77 2128780 5.9779 (0.6745) 0.4549 0.0097 0.0044

iY ( )YYi − ( )2YYi −nfi ( )

nf

YY ii .

2−

Page 112: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

Sulteng 11728318.09 2294841 5.1107 (1.5416) 2.3767 0.0105 0.0249 Sulsel 39460245.8 8479133 4.6538 (1.9986) 3.9943 0.0387 0.1545 Sultra 8026856.217 1963025 4.0890 (2.5633) 6.5708 0.0090 0.0588 Gorontalo 2025321.311 922176 2.1962 (4.4561) 19.8571 0.0042 0.0835 Maluku 3244432.59 1251539 2.5924 (4.0600) 16.4837 0.0057 0.0941 Malut 2236798.653 884142 2.5299 (4.1225) 16.9947 0.0040 0.0686 Papua 26150247.49 2818400 9.2784 2.6260 6.8960 0.0129 0.0887 Jumlah 1538895916 219188741 199.5712 32.3860 Rata-rata 6.6524 5.6909

CVw = ( )

Υ

⋅Υ−Υ∑i

ii n

n

CVw = 5.6909

6.6524 CVw = 0.8555

Page 113: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

99

Lampiran 19. Model Efek Tetap dengan Pembobotan (Cross Section Weights) dan White Cross Section Covariance.

Lampiran 20. Hausman Test

Hausman Test dilakukan dengan menggunakan bahasa program Eviews

5.1, hal tersebut bisa dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

Dependent Variable: LOG(IPM) Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 06/21/07 Time: 06:29 Sample: 2001 2005 Cross-sections included: 30 Total panel (balanced) observations: 150 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.194935 0.495948 -4.425740 0.0000

LOG(PDRB) 0.009577 0.011436 0.837431 0.4041 LOG(AHH) 0.262067 0.090641 2.891254 0.0046

AMH 0.003425 0.000947 3.617983 0.0004 LOG(RLS) 0.130123 0.031300 4.157242 0.0001

LOG(PRPK) 0.715975 0.044756 15.99720 0.0000 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.990909 Mean dependent var 5.683910

Adjusted R-squared 0.988222 S.D. dependent var 3.924492 S.E. of regression 0.011681 Sum squared resid 0.015691 F-statistic 368.6918 Durbin-Watson stat 2.463235 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.990131 Mean dependent var 4.202651

Sum squared resid 0.017035 Durbin-Watson stat 2.109118

Page 114: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI ERA OTONOMI … · Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 ... Era Otonomi Daerah: ... kritik dan saran yang membangun

100

• Estimasi dengan Random Effect kemudian tuliskan perintah berikut pada

Command Editor.

vector b_re=eq_re.@coef b_re=@subextract(b_re,2,1,6,1) matrix cov_re=eq_re.@cov cov_re=@subextract(cov_re,2,2,6,6)

• Estimasi dengan Fixed Effect kemudian tuliskan perintah berikut pada

Command Editor.

vector b_fe=eq_fe.@coef b_fe=@subextract(b_fe,2,1,6,1) matrix cov_fe=eq_fe.@cov cov_fe=@subextract(cov_fe,2,2,6,6)

• Hitung nilai statistik Hausman dengan melakukan perintah berikut pada

Command Editor.

vector b_diff=b_fe-b_re matrix cov_diff=cov_fe-cov_re matrix h=@transpose(b_diff)*@inverse(cov_diff)*b_diff

• Bandingkan dengan nilai Chi-Square table atau bisa dengan langsung

menghitung p-value dengan melakukan perintah berikut pada Command

Editor.

matrix p=@chisq(24.65673,5)

Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai statistik Hausman sebesar

24.65673 dengan nilai probabilitas P-Value sebesar 0.000162 dan nilai 2χ

sebesar 11.0705 yang berarti bahwa kita menolak hipotesis untuk menggunakan

model efek acak. Berdasarkan hasil pengujian ini maka akan digunakan model

efek tetap atau fixed effect untuk mengestimasi model penelitian ini.