rayuan timur dan para petualang kosmopolitan-libre

Upload: miftahwahyudi

Post on 08-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    1/13

      "

    Rayuan Timur dan Para Petualang Kosmopolitan:

    Wacana ÒOrientÓ dalam Konstruksi Ideologis Imperialisme Eropa Barat Awal

    Abad ke-19

    ÒOriginally, no one had more right than another to a particular part of the earth.Ó

    (Immanuel Kant РPerpetual Peace: A Philosophical Sketch, 1795)

    Pendahuluan

    Suatu waktu pada November 1831, di lembah Touraine yang indah tempat favorit

    raja-raja Prancis abad ke-14 dan ke-15 meluangkan waktu senggang mereka, si

     petualang muda ini berdiri tertegun di depan Kastil Valesne. Hantu sungai Gangga

    menghentikan langkahnya. Pemandangan danau Indre berubah menjadi aliran sungai

    di India, dahan kayu yang mengambang menjadi sekumpulan buaya, dan dinding

    kastil Sache mendadak seperti gedung-gedung yang berdiri elegan di benua Asia.

    Tersadar dari lamunannya, ia bertekad berlayar menuju Jawa. Dari Bourdeaux, kota

     pelabuhan Prancis, ia menumpang kapal menuju dunia Timur. ÒBanyak jalan menuju

    Roma,Ó batinnya membenarkan keputusan cepatnya.

    Ò... hasratku tak terbendung untuk sebuah petualangan. Hari demi hari, Teluk

    Gangga dan pulau-pulau sekitarnya, negeri-negeri yang berjejer di sepanjangselat Sunda, dan puisi-puisi Asiatik, menjadi obsesi yang menghantui mimpiku.

    Apakah obsesi adalah suatu hal baik atau buruk? Aku tak bisa menjawabnya

    sekarang. Bagi beberapa orang, ia menjadi alasan terciptanya karya sastra agungatau sistem politik baru. Sementara yang lain berakhir menjadi penghuni rumahsakit jiwa.Ó

    Paragraf di atas menjadi untaian kalimat mengesankan dari seorang penulis yang

    menjadi pionir realisme modern di Eropa, Honore de Balzac (1799-1850), ketika

    menyampaikan kepada pembacanya fantasi perjalanan penuh gairah di dunia Timur.

    Kisah itu terdapat dalam karya Balzac berjudul Voyage de Paris ˆ Java (1832)1 yang

    1 Tulisan ini menggunakan versi terjemahan karya Balzac dengan judul  My Journey from Paris to

     Java. Didier Millet Pte. Ltd, London. 2010.

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    2/13

      #

    terbit tidak lama setelah novelnya  Les Chuans  (Burung Hantu) dengan mengangkat

    kisah tentang pemberontakan golongan aristokrat Prancis di Vendee melawan kaum

    Republikan yang menjadikannya sebagai salah seorang penulis penting di Prancis saat

    itu. Dengan teknik yang sama, Balzac menghidupkan bayangan romantis petualangan

    di Jawa melalui Voyage. Sayup-sayup kita mendapatkan gaung lama semboyan ÒEx

    Oriente LuxÓ (cahaya datang dari timur) filsuf pencerahan seperti Voltaire di Prancis

    atau Goethe di Jerman tentang kehidupan dunia timur yang penuh makna. Timur Jauh

    adalah tempat para begawan, orang-orang suci, dan peradaban manusia pada masa

    kanak-kanaknya. Hegel pun membentuk filsafat sejarahnya dengan menempatkan

    Cina sebagai tempat kelahiran Roh Absolut sebelum bergerak menuju Eropa sebagai

     puncak peradaban manusia.

    Tulisan ini adalah makalah yang disajikan guna melengkapi tugas akhir kuliah

    Metodologi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat di Fakultas Ilmu Budaya. Sebagai penulis

    dengan latar belakang studi sejarah, segala ilustrasi yang melengkapi uraian dalam

    tulisan ini banyak berpijak pada kerangka peristiwa dalam pengalaman sejarah dunia

    awal abad ke-19 ketika kekuatan militer Eropa Barat mulai mengembangkan

    kekuasaan mereka di Timur Jauh melalui kolonisasi, terutama kolonisasi Belanda di

    wilayah Nusantara.

    Satu kerangka menarik dalam kuliah yang disajikan menyodorkan pembahasan

    tentang analisis wacana melalui pemikiran Michel Foucault yang menekankan

    implikasi politik atau hubungan kuasa di dalam konstruksi wacana. Dengan berpijak

     pada salah satu karya Foucault, The Archeology of Knowledge (1969; re-printed 2002)

    yang menyediakan kerangka metodologis terahdap karya-karya Foucault sebelumnya,

    makalah ini akan menempatkan wacana sebagai sebuah Ôbentuk pernyataan yang

    terorganisir dalam cara yang sistematikÕ dan dibaliknya mengandaikan sebuah pola

    hubungan yang timpang antara mereka yang dikuasai dan menguasai. Melalui analisis

    terhadap karya Balzac tentang kisah perjalanan imajinernya ke pulau Jawa, tulisan ini

    mencoba membongkar kekuatan-kekuatan dibalik wacana tersebut dengan

    menajamkan pandangan terhadap bagaimana pernyataan dibuat? Apa yang

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    3/13

      $

    disampaikan dan apa yang luput dari penyampaian wacana itu? Dan bagaimanakah

    ruang untuk wacana-wacana baru dapat terbentuk?

    Tentang Jawa Elok dan Sensualitas Dunia Timur 

    Dalam keseluruhan cerita, Voyage  mengulang tradisi lama kisah-kisah perjalanan

    yang populer di Eropa pada abad-abad sebelumnya. Meski pada abad ke-17 dan ke-18

     perkembangan teknologi navigasi pelayaran membantu lahirnya gambaran yang lebih

    realistik dan akurat tentang Timur Jauh di Eropa, romantisme dan fantasi tidak begitu

    saja lenyap dalam benak mereka. Voltaire (1694 Ð 1778), filsuf, sastrawan, dan

    sastrawan Prancis terkemuka, yang mengolok-olok takhyul dan fantasi para petualangabad-abad sebelumnya, termasuk Marco Polo, tentang orang-orang di pulau Jawa atau

    Cina yang mempraktekan kanibalisme dalam  Philosophies Dictionaries  (Kamus

    Filsafat, 1746), tetap saja tidak dapat melepaskan diri dari eksotisme yang

    mengesankan tentang dunia Timur dalam beberapa karyanya. Begitu juga yang kita

    temukan dalam Voyage.

    Balzac sendiri tidak pernah berlayar ke Timur Jauh atau menjejakkan kaki dalam

    kisah percintaan memabukkan di Jawa. Karyanya tentang kehidupan di pulau Jawa

    seluruhnya merupakan imajinasi penulis yang bekerja di belakang meja yang

    mengandalkan kisah-kisah para pegawai birokrasi kolonial yang pulang kampung ke

     benua Eropa. Sebagian besar kehidupannya dihabiskan di Paris. Ia menulis dengan

    gila-gilaan beragam kehidupan manusia sesuai ambisinya untuk memetakan karakter

    manusia dengan utuh, mulai dari orang-orang miskin di pemukiman kumuh, aktivis

    revolusioner, orang-orang kaya baru, kaum bangsawan dan pendukung royalis.

    Seluruh kisah itu dikumpulkan menjadi satu buku dengan judul Les Comedie humaine 

    (Komedi Manusia). Kepiawaiannya menempatkan motivasi manusia yang nyata

    sebagai unsur utama pembentuk cerita menempatkannya sebagai salah satu novelis

    Prancis yang menjadi pionir realisme kesusastraan modern Eropa.

    Dalam pandangan politik, Balzac adalah seorang konservatif. Ketika gelora revolusi

    dan kontra revolusi melanda Prancis, ia memilih berada dalam kubu anti-revolusi

    memperjuangkan kekuasaan monarki atau dikenal dengan istilah restorasi yang

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    4/13

      %

    menempatkan Raja Louis Philippe I (1773Ð1850) sebagai raja Prancis yang berkuasa

    dari 1830 sampai 1848. Bagaimanapun, Òpara penulis besar selalu punya cara

     pandang ke dalam realitas sosial yang melampaui prasangka-prasangka pribadi

    mereka,Ó tulis Karl Marx, pengagum Balzac yang penuh semangat. Ia berulangkali

    menyarankan kepada sahabat sejatinya, Friedrich Engels, untuk membaca karya-karya

    Balzac.

    Terkadang Marx meminta sahabatnya itu apakah gambaran realitas yang disampaikan

     pengarang itu memiliki kedekatan dengan kenyataan hidup dalam sejarah. Dalam

    salah satu suratnya, Marx menggunakan kisah Balzac,  Le Chef-dÕoeuvre inconnu 

    (Mahakarya yang tak dikenal) yang terbit pada 1831, sebagai ironi pengalamannya

    sendiri dalam menyelesaikan  Das Kapital  yang menghabiskan waktu selama hampir

    dua puluh tahun. Bagi Engels, Balzac adalah Ò...maestro realisme yang lebih hebat

    dibanding Zola...Ó tulisnya dalam salah satu surat untuk seorang penulis perempuan

    Inggris, Margaret Harkness. ÒSaya bahkan memahami lebih banyak rincian kehidupan

    ekonomi masyarakat Prancis dari novelnya dibanding gabungan karya sejarawan,

    ekonom dan ahli statistik pada masa itu.Ó2 

    Kisah Voyage menunjukkan kepada kita jejak pengalaman dan wacana yang

     berkembang dari para pelaut Eropa memasuki awal abad ke-15 dalam pelayaran-

     pelayaran ke Òdunia baruÓ. Kisah-kisah perjalanan para petualang Eropa di dunia

    Timur telah menjadi genre populer di Eropa. Surat-surat para pastor Jesuit di Timur

    Jauh yang mengabarkan kemajuan pekerjaan mereka mendapat pembaca luas. Gereja

     pun dengan sengaja menerbitkan kisah-kisah mereka bagi pembaca umum.

    Bagaimanapun, kisah-kisah yang disampaikan seringkali memberi pembacanya

    gambaran tumpang tindih antara fantasi dan Òkenyataan.Ó Pada pertengahan abad ke-

    14, satu karya yang terbit dari pengarang yang menggunakan nama pena John

    Mandeville (diyakini sebagai Jan de Langhe, seorang pastur Benediktan, dari

    2 Friedrich Engels menulis komentarnya tentang Balzac ketika seorang penulis perempuan Inggris,

    Margaret Harkness, yang biasa menerbitkan novel-novelnya dengan nama samaran John Law, meminta

    tanggapan Engels terhadap novelnya City Girl , Engels memberinya tanggapan pedas: Òtidak terlalu

    realistik.Ó Ia kemudian menyodorkan Balzac sebagai pembandingnya. Lihat, ÒEngels to Margaret

    Harkness in LondonÓ, dalam  Marx-Engels Correspondence 1888.

    https://www.marxists.org/archive/marx/works/1888/letters/88_04_15.htm  (akses Kamis, 18 Desember2014, 10.00 WIB).

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    5/13

      &

    Fleming), tentang raja yang Òlebih kaya dibanding raja manapun di duniaÓ yang

    memiliki istana dengan Òdinding-dinding berlapis emas dan perak,Ó saat menulis

     pengalaman perjalanannya di pulau Jawa. Kisah ini mengingatkan kita pada imajinasi

     populer kota emas El Dorado yang mendorong para pelaut dan tentara Spanyol

     berlayar menuju benua Amerika.

    Imaji tentang emas atau kekayaan lain di dunia timur tidak kita temukan dalam

    Voyage. Si petualang muda itu tidak sedang mencari emas atau pundi-pundi kekayaan

    lain. Hanya kesenangan menikmati suatu dunia melebihi keseharian orang-orang

    muda di Eropa dalam hidupnya yang membosankan. Wujud nyata kesenangan tampil

    dalam citra seorang perempuan dunia Timur, sebuah kecantikan mewakili keindahan

     bunda alam. ÒDi Paris kamu bisa melakukan apa saja: bermain, bercinta dan mabuk

    sesuka hati mengusir hari-harimu yang membosankan. Namun, di Jawa, aroma

    kematian menggantung di udara, berpendar dari senyum manis seorang perempuan

    yang bergerak lemah gemulai dengan balutan kain di tubuh mereka. Jika kamu jatuh

    cinta dan hanyut dalam rayuan ituÑkematian segera menghampirimu,Ó tulisnya.

    ÒPerempuan Jawa umumnya tergila-gila kepada pria Eropa. Kulit mereka terang

     berkilau tanpa noda sehalus perkamen terbaik yang pernah ada. Bibir mereka pucat

    dengan cuping dan telinga terang. Hanya alis mata hitam dan mata coklat yang

    kontras dengan segala warna pucat di wajah mereka...Ó

    Balzac tidak berhenti pada sensualitas itu. Satu pengalaman lain yang menjadi hadiah

     penting para petualang Eropa adalah mengawini seorang perempuan pribumi dalam

     petualangan singkat mereka. ÒSetelah tiba, seorang pria Eropa dapat mengatur

     perkawinan mempesona dengan seorang perempuan pribumi di luar apa yang

    mungkin dapat dibayangkan di malam-malam dingin negeri asal mereka.Ó Si

     petualang muda dalam kisah Balzac pun menikahi perempuan pribumi yang baru saja

    ditinggal mati oleh suaminya seorang pria Inggris. ÒPerempuan Jawa tidak menangisi

     pria yang mereka kuburÑmeski memujanya seperti dewa ketika mereka hidup dan

    melupakan begitu saja setelah kematiannya,Ó tulis Balzac.

    Tidak dapat disangkal, ada banyak fantasi dalam uraian Balzac tentang sosok

     perempuan Jawa yang menjadi wakil dari peradaban dunia Timur yang ÒmurniÓ tanpa

    keruwetan pikiran-pikiran Eropa. Bagaimanapun juga ada beberapa kenyataan dalam

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    6/13

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    7/13

      (

    orang Eropa dengan klaim kedaulatan mewakili pemerintahan negeri induk. Sistem

    kekuasaan ini berbicara atas nama hukum dan negara dengan senapan dan meriam di

     belakang mereka. Ini adalah sebuah era ketika kapitalisme tumbuh berkembang

    dengan cara-cara primitif di Eropa dan juga koloni-koloni mereka di benua Asia dan

    Afrika. Gambaran ini seluruhnya luput dalam Voyage. Balzac adalah pengarang abad

    ke-19 yang tetap terkungkung dalam wacana dunia timur yang memberi banyak

     penulis dan filsuf Eropa pada masa itu kesenangan estetis bayangan peradaban yang

     perawan.

    Gambaran lebih telanjang tentang dunia timur dan pengalaman sejarah orang-orang

    Eropa di dalamnya justru tampil dalam kalimat puitik Marx di bagian akhir  Das

     Kapital . ÒPenemuan emas dan perak di Amerika, pemusnahan, perbudakan dan

     penguburan hidup-hidup penduduk pribumi di tambang-tambang emas, penjarahan

    dan awal penundukan Hindia Timur, peralihan benua Afrika menjadi hamparan

     perburuan perdagangan budak-budak kulit hitam, adalah semburat merah fajar

     produksi kapitalis,Ó tulisnya. ÒMomen-momen akumulasi primitif itu terjadi dalam

    tempo dan kecepatan berbeda di masing-masing negara seperti Spanyol, Portugis,

    Belanda, Prancis dan Inggris sesuai urutan kronologisnya. Di Inggris pada akhir abad

    ke-17, sistem itu lahir melalui gabungan sistematis pembentukan koloni-koloni,

    hutang nasional, pajak modern dan proteksionisme ekonomi dalam negeri.Ó

    Begitu juga dengan yang terjadi dalam sejarah Jawa dan pulau-pulau sekitarnya sejak

    kedatangan armada-armada pelaut Eropa ke Nusantara memasuki abad ke-15 dan ke-

    16. Dengan mengesampingkan armada Portugis yang datang terlebih dahulu,

    kronologi sederhananya bermula ketika armada Belanda yang dipimpin Cornellis de

    Houtman menyinggahi beberapa pelabuhan di sekitar Nusantara dan membuat peta

    topografi kawasan pada 1596. Di tempat ini, bukan ladang-ladang emas yang

    membuat armada Spanyol berlayar sampai benua Amerika dan memperbudak orang-

    orang Indian, tetapi lada, kayu manis, dan rempah-rempah yang memiliki harga tinggi

    di pasaran Eropa. Dengan membangun pos-pos perdagangan di kepulauan rempah-

    rampah, dan sekaligus memaksakan perdagangan monopoli komoditi itu, keuntungan

     besar terbayang di depan mata.

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    8/13

      )

    Ketika menerima utusan VOC yang datang berkunjung ke istana kerajaan Mataram pada

    1614 berkait dengan permohonan mereka membangun pos pertahanan dan perdagangan

    di pantai Jepara, Sultan Agung yang merupakan raja terbesar dinasti Mataram pada abad

    ke-17 menjawab, ÒBuatlah sebuah benteng atau bila dikehendaki sebuah rumah

    sedemikian kuat sehingga dapat bertahan bila diserbu musuh, sampai saya dapat memberi

     bantuan ... Saya tahu benar bahwa Tuan-Tuan datang untuk tidak menduduki tanah

    Jawa.Ó Dalam perkembangan waktu, visi Sultan Agung memanfaatkan petualang Eropa

    untuk meraih keunggulan senjata dan teknologi navigasi sebagai cara mengalahkan raja-

    raja pesaingnya seperti dinasti Surabaya di Jawa Timur terbukti keliru. Belanda bukan

    saja tidak pernah ingin meninggalkan pulau Jawa, tetapi semakin memperluas wilayah

    dan pengaruh melalui beragam konsesi sebagai imbalan bantuan militer VOC dalam

     persaingan para penguasa tradisional dengan raja-raja lainnya di kepulauan Nusantara.

    Kemajuan teknologi navigasi dan mesiu di benua Eropa sejak abad ke-14 dan ke-15

    memberikan keunggulan militer menundukkan para sultan dan raja-raja di benua lain.

    Ia juga menjadi kekuatan pendukung bagi ekspansi militer bangsa-bangsa Eropa ke

    seluruh penjuru dunia. Penundukan wilayah menjadi bagian tak terhindarkan dari

    semangat eksplorasi para petualang Eropa pada masa itu. Pelayaran Vasco da Gama

    ke Asia dan Columbus ke benua Amerika mengisi catatan sejarah dunia tentangekspansi dan penundukan bangsa-bangsa Eropa di berbagai tempat di dunia.

    Perkembangan ini memiliki landasan ideologis yang memberi alasan mengapa

     penjelajahan orang-orang Eropa ke seluruh dunia berjalan seiring dengan penaklukan

    terhadap wilayah-wilayah yang mereka temui: merkantilisme.

    Secara sederhana, pandangan ini menegaskan bahwa suatu negeri akan menjadi

     bangsa yang kuat di dunia bila mereka dapat mengakumulasi kekayaan nasional di

    dalam negeri dan sekaligus menarik keuntungan besar dari perdagangan luar negeri

    terhadap barang-barang yang mereka hasilkan. Sir Thomas Smith (1513-1577),

    seorang professor universitas Cambridge dan diplomat, menyatakan dalam Discourse

    of the Common Weal of this Realm of England   bahwa ÒKita harus memperhatikan

    dengan seksama bahwa jangan sampai kita membeli lebih banyak kepada orang asing

    dibanding menjualnya. Kalau tidak kita akan menjadi semakin miskin dan pada saat

    yang sama terus memperkaya orang lainÓ (Braudel, 2002: 204) Di bawah kekuasaan

    Ratu Elizabeth (1558-1603), doktrin ini menjadi pandangan utama yang membawa

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    9/13

      *

    Inggris dalam periode keemasan dan sekaligus kemunculan mereka sebagai negara

     besar di Eropa pada abad-abad selanjutnya meninggalkan saingan utama Spanyol dan

    Prancis di Eropa daratan. Tidak ketinggalan pula adalah Portugal yang pada saat itu

    memiliki kekuatan armada laut menjelajah dunia baru melalui perjalanan Vasco da

    Gama ke Asia dan Christopher Columbus ke benua Amerika dan terus mengisi

    sejarah ekspansi Eropa ke benua-benua lain di seluruh penjuru dunia sampai abad ke-

    18 dan ke-19.

    Refleksi atas kemajuan-kemajuan yang terjadi di benua Eropa sepanjang abad-abad

    itu melahirkan pula rumusan-rumusan filosofisnya. Filsuf Jerman, Immanuel Kant

    (1724-1804), menulis tentang kemungkinan pembentukan sejarah universal umat

    manusia dalam tulisannya  Idea of Universal History from a Cosmopolitan Point of

    View  (1784). Kant membayangkan bahwa segala perkembangan yang terjadi akan

    membawa umat manusia dalam Òuniversal civic societyÓ melampaui batasan-batasan

    sempit tempat kelahiran dan asal-usul setiap individu. Adalah melalui kesatuan ras

    manusia maka segala potensi alamiah terbesar manusia akan tercapai. Impian Kant

    tentang warga dunia harus berhadapan dengan kenyataan sejarah berkait dengan

    gelombang penundukan dan peperangan di dunia baru dalam penjelajahan orang-

    orang Eropa di muka bumi.

    Sebelas tahun setelah konsepsi warga kosmopolitanismenya, Kant mengeluarkan

    sketsa filosofis dengan judul  Perpetual Peace: A Philosophical Sketch (1795).

    Melengkapi pandangan awal tentang pandangan kosmopolitanismenya, Kant

    menggarisbawahi bahwa setiap orang memiliki hak yang melekat untuk berpergian

    dan mengunjungi negeri-negeri jauhÑdalam transaksi perdaganganÑtanpa perlakuan

     buruk penduduk pribumi sebagai tuan rumah. Bagaimanapun si pendatang tetap

    terikat batasan ÒpersetujuanÓ tuan rumah untuk menerima atau menolak tawaran

    mereka. Dan meski mereka menolak tawaran itu, tuan rumah tetap memiliki

    kewajiban menerima dengan baik si pendatang dalam perjalanan mereka dan

    mengijinkannya tinggal sementara.

    Tidak dapat disangkal, keramahan universal melayani Òhak kosmopolitanÓ warga

    dunia sesungguhnya bukan sesuatu yang sulit bagi para pelaut dan petualang Eropa.

    Mereka mendapatkan itu dalam setiap perjalanannya. Masalah yang terjadi adalah

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    10/13

      "+

    sebaliknya. Howard Zinn, seorang sejarawan Amerika, memberikan gambaran

    tentang keramahan pribumi ketika armada Columbus pertama kali menjejakkan kaki

    di benua Amerika di kepulauan Bahama. Orang-orang Arawak (salah satu suku Indian

    di benua itu) menyambut awak armada Columbus dengan membawa makanan, air,

    dan beberapa cendera mata di tepi pantai. Ini menunjukkan sebuah praktek nyata

     pengakuan penduduk pribumi terhadap Òhak kosmopolitanÓ warga dunia di luar

    rumusan filosofis ala Kant. ÒMereka tidak menyandang senjata, dan sepertinya tidak

    tahu bagaimana cara menggunakannya,Ó tulis Columbus dalam catatan hariannya.

    Sebaliknya, setelah menerima sambutan itu, Columbus dan lima puluh awaknya

    Ò...menundukkan semuanya dan membuat mereka melakukan apa yang kami mau.Ó

    (Zinn, 1).

    Tradisi ini terus berlanjut sepanjang petualangan orang-orang Eropa, yang disusul

    kemudian Ameria. K isah armada Komodor Perry (1794-1858) yang membawa armada

    laut Amerika Serikat menuju Timur Jauh ketika negeri itu tumbuh menjadi kekuatan

    dunia yang patut diperhitungkan. Sesampai di perairan Jepang, Perry menuntut

     penguasa Shogun Tokugawa untuk memberi hak bagi armada Amerika berlabuh di

     perairan Jepang. Di pelabuhan Uraga, dekat kota Edo yang menjadi ibukota Jepang

    saat itu, Perry memerintahkan armadanya membombardir gedung-gedung di sekitar

     pelabuhan sampai penguasa Jepang menandantangani Konvensi Yamagata (1854)

    yang memberi izin bagi kapal-kapal Amerika berlabuh dan mendapat suplai yang

    diperlukan, perlindungan terhadap awak kapalnya apabila terjadi kecelakaan dan

     perjanjian kerjasama Amerika Serikat Jepang. Gambaran ini seakan memperkeras

    gaung pernyataan raja Prancis Louis Philippe bahwa yang terpenting adalah Òjika

    ratusan juta peluru ditembakkan di Afrika, Eropa tidak mendengarnya.Ó (310).

    Pernyataan Philippe bergulir seiring dengan petualangan Prancis ke seberang lautan

    melalui penundukan Aljazair. Dongeng kekayaan oriental dan barang rampasan

    menjadi sesuatu yang menarik bagi para orang-orang biasa untuk terjun menjadi

    serdadu memenuhi ambisi Philippe menyaingi manuver-manuver Inggris di luar

     benua Eropa.

    Awalnya sebagian besar penduduk Prancis tidak terlalu perduli tentang apa yang

    terjadi dalam petualangan itu. Namun, ketika tentara Prancis menggunakan taktik

    kotor dengan menyalakan api di mulut-mulut gua membunuh sekitar lima ratus pria,

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    11/13

      ""

     perempuan dan anak-anak Aljazair akibat sesak nafas, warga Prancis pun berang dan

    kehilangan simpati terhadap pemerintahan mereka. Beberapa tahun kemudian, Raja

    Phillippe digulingkan menyusul revolusi Komune Paris pada 1848. Namun revolusi

    di benua Eropa dengan cita-cita keadilan dan keseteraan bagi umat manusia tidak

    menghentikan laju petualangan mereka di seberang lautan. Orang-orang di Aljazair

    harus menunggu sampai pertengahan abad ke-20 sebelum gerakan perlawanan anti-

    kolonial mereka memaksa Prancis menarik mundur tentara dan aparat kolonial

    mereka. ÒKekerasan adalah bidan bagi setiap masyarakat lama yang tengah

    menyongsong kelahiran wujud baru masyarakat mereka. Kekerasan itu sendiri adalah

    kekuatan ekonomi.Ó Begitulah Marx mengakhiri paragraf kalimatnya tentang

    akumulasi primitif yang menjadi akhir era merkantilisme dan dimulainya babak baru

    sejarah kapitalisme dunia dalam  Das Kapital . Bayang-bayang ideal Òhak

    kosmopolitanÓ warga dunia seperti dirumuskan Kant pada akhirnya tidak lebih

    sekedar kata-kata indah yang tersimpan dalam keranjang filsafat.

    Penutup

    Rayuan Timur telah mengundang para Òpetualang kosmopolitanÓ berlayar ke negeri-

    negeri jauh, bahkan negeri-negeri yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan ada

    dalam imajinasi peta dunia orang-orang Eropa. Rayuan itu pula yang mengundang

     pastor-pastor Jesuit, para petualang sejati dan ilmuwan yang haus dengan penemuan-

     penemuan baru di dunia. Balzac telah mengabadikan semangat itu melalui beragam

    fantasi dan imajinasi yang mungkin memenuhi selera pembacanya tentang dunia baru

    di Timur Jauh.

     Namun, di balik imajinasi yang memabukkan, ada pula geliat sejarah penuh darah.ÒPengkhianatan, penyuapan, pembantaian massal dan kekejian,Ó adalah bagian dari

    cerita perjalanan para petualang kosmopolitan itu di negeri-negeri jauh, tulis Marx.

    Sambil mengutip The History of Java  karya Thomas Stamford Raffles, Gubernur

    Jenderal sekaligus sejarawan Inggris tentang Jawa, Marx melanjutkan, Òkemanapun

    mereka melangkah, penghancuran dan kemerosotan jumlah penduduk selalu

    mengikuti. Di Banyuwangi, salah satu propinsi Jawa, pada 1750 jumlah penduduknya

    mencapai 80.000 jiwa. Pada 1811, jumlahnya tinggal 18.000. Ini benar-benar

     perdagangan yang menggiurkan!Ó

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    12/13

      "#

    Dari beragam wacana yang lahir tentang dunia Timur yang eksotis, di balik konstruksi

    Òrayuan timurÓ yang membangkitkan hasrat dalam tulisan para sastrawan dan penyair

    Eropa, pada akhirnya kita mendapatkan genangan darah bersimbah di mana-mana

    seiring perjalanan kekuatan imperial Eropa Barat menuju dunia Timur. Kisah Voyage

    dalam uraian Balzac menjadi contoh bagaimana wacana tentang dunia timur yang

    sensual mendapatkan pembaca yang luas di benua Eropa. Bagaimanapun, dalam

    konstruksi wacana tersebut, kita tidak mendapatkan genangan darah penundukan

    kolonial yang dikalahkan oleh kisah-kisah bermuatan eksotis yang membangkitkan

    gairah seksual sensualitas Timur dalam benak para petualang kosmopolitan.

  • 8/19/2019 Rayuan Timur Dan Para Petualang Kosmopolitan-libre

    13/13

      "$

    Bibliografi

    Balk , G.L., F. Van Dijk & J.J. Kortlang. The Archives of the Dutch East IndiaCompany (VOC) and the Local Institutions in Batavia (Jakarta). Leiden,

    2007.

    Balzac, Honore de.  My Journey from Paris to Java. Didier Millet Pte. Ltd, London.

    2010.

    Braudel, Fernand. The Wheels of Commerce. Civilization and Capitalism 15th Ð 18th

    Century. Vol. 2. Pheonix Press, London. 2002.

    Engels, Friedrich. ÒEngels to Margaret Harkness in LondonÓ dalam Selected

    Correspondence. 1888. Transkrip bahasa Inggris dalam laman internetwww.marxist.org/archive/marx/works/1888/letters/88_04_15.htm 

    Foucault, Michel. The Archeology of Knowledge. Routledge, London. 2002.

    Kant, Imannuel. Idea of Universal History from a Cosmopolitan Point of View (1784).

     ____, Imannuel. Perpetual Peace: A Philosophical Sketch (1795).

    Marx, Karl. Capital: A Critique of Political Economy. Volume One. The Process of

     Production of Capital.  1867. Transkip bahasa Inggris dalam

    http://www.marxist.org/archive/marx/works/1867-

     Niemeijer, Hendrik E.  Batavia: Masyarakat Kolonial Abad ke-XVIII.  Komunitas

    Bambu, Depok. 2012.

    Parthesius, Robert. The Development of the Dutch East India Company (VOC) shipping network in Asia 1595-1660. Amsterdam University Press, 2010.

    Zinn, Howard.  A PeopleÕs History of the United States, 1492 Ð Present . Harper &

    Row, United States. 2009.