raperda malang timur

164
PEMERINTAH KOTA MALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR ............. TAHUN 2011 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA SUB PUSAT MALANG TIMUR TAHUN 2012 - 2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. Bahwa pembangunan di Sub Pusat Malang Timur perlu diarahkan pada pemanfaatan ruang secara bijaksana, berdaya guna dan berHasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum, keadilan sosial dan kelestarian lingkungan; b. Bahwa pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dapat mengakibatkan penurunan kualitas pemanfaatan ruang dan ketidakseimbangan struktur dan fungsi ruang sehingga perlu ditata dengan baik; c. Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 20 Peraturan Daerah Kota Malang Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 – 2030; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, serta Memperhatikan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang Nomor ..... Tentang ......, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang kota (RDTRK) Sub Pusat Malang Timur. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa-Timur, Jawa-Tengah, Jawa-Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Upload: dimas-perdana-hadi-wijaya

Post on 14-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

menjelaskan Rancangan Peraturan Daerah Malang Timur

TRANSCRIPT

  • PEMERINTAH KOTA MALANG

    RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

    NOMOR ............. TAHUN 2011

    TENTANG

    RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA SUB PUSAT MALANG TIMUR

    TAHUN 2012 - 2032

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    WALIKOTA MALANG,

    Menimbang : a. Bahwa pembangunan di Sub Pusat Malang Timur perlu diarahkan pada pemanfaatan ruang secara bijaksana, berdaya guna dan berHasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum, keadilan sosial dan kelestarian lingkungan;

    b. Bahwa pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dapat mengakibatkan penurunan kualitas pemanfaatan ruang dan ketidakseimbangan struktur dan fungsi ruang sehingga perlu ditata dengan baik;

    c. Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 20 Peraturan Daerah Kota Malang Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 2030;

    d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, serta Memperhatikan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang Nomor ..... Tentang ......, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang kota (RDTRK) Sub Pusat Malang Timur.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa-Timur, Jawa-Tengah, Jawa-Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

  • Nomor 551); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

    Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3034);

    3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Tanah dan Benda-Benda yang Ada Diatasnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2324);

    4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318);

    5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

    6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

    7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang Nomor Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

    8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang PertaHanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

    9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

    10. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

    11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

  • 4411); 12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

    Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    13. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5073);

    14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    15. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2004);

    16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

    17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

    18. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

    19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    20. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

    21. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan

  • Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

    22. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925);

    23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

    24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

    25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015);

    26. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

    27. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

    28. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

    29. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

    30. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

    31. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

    32. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan

  • Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

    33. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170);

    34. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

    35. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214);

    36. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

    37. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1987 tentang Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang dan Kabupaten Daerah Tingkat II Malang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3354);

    38. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3372);

    39. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3559) sebagaimana diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5053);

    40. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3745);

    41. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

  • 42. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

    43. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);

    44. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

    45. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

    46. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

    47. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

    48. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

    49. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

    50. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

    51. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan

  • (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

    52. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    53. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

    54. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang TaHapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

    55. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

    56. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

    57. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);

    58. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);

    59. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

    60. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

  • 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);

    61. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);

    62. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5083);

    63. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086);

    64. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);

    65. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

    66. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104);

    67. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

    68. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5185);

    69. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasan, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221);

    70. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara

  • Republik Indonesia Nomor 5229); 71. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011

    tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230);

    72. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006;

    73. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang PengesaHan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan;

    74. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Trasidisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern;

    75. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014;

    76. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

    77. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan PertanaHan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;

    78. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1992 tentang Rencana Tapak Tanah dan Tata Tertib Pengusahaan Kawasan Industri serta Prosedur Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Undang-Undang Gangguan (UUG) / HO bagi Perusahaan Yang Berlokasi di dalam Kawasan Industri;

    79. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;

    80. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 / PRT / M / 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

    81. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

    82. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 / PRT / M / 2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

    83. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 / PRT / M / 2007 tentang Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor;

    84. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 / PRT / M / 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;

    85. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2007 tentang Kerjasama Pembangunan

  • Perkotaan; 86. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun

    2007 tentang Pedoman Pemberian KemudaHan Perizinan dan Insentif dalam Pembangunan Rumah Susun SederHana di Kawaan Perkotaan;

    87. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;

    88. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 / PRT / M / 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

    89. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11 / PERMEN / M / 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman;

    90. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

    91. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 / M-DAG / PER / 12 / 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern;

    92. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman PenyeraHan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah;

    93. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota beserta Rencana Rincinya;

    94. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) di Wilayah Perkotaan / Kawasan Perkotaan;

    95. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 / PRT / M / 2009 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang;

    96. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;

    97. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;

    98. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009, Nomor 07 / PRT / M / 2009, Nomor 19 / PER / M.KOMINFO / 03 / 2009, Nomor 3 / P / 2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi;

  • 99. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah;

    100. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Strategis;

    101. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 46 / UM.001 / MKP / 2009 tentang Pedoman Penulisan Sejarah Lokal;

    102. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 47 / UM.001 / MKP / 2009 tentang Pedoman Pemetaan Sejarah;

    103. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 49 / UM.001 / MKP / 2009 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs;

    104. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

    105. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

    106. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01 / PER / M.KOMINFO / 01 / 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi;

    107. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 / PRT / M / 2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan;

    108. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 / PRT / M /2010 tentang Standar Pelayanan Umum Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

    109. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 / PRT / M / 2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan;

    110. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 / PRT / M / 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan;

    111. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang TaHapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

    112. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2011 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain;

    113. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional;

    114. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten / Kota;

    115. Keputusan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Nomor 09 / KPTS / M / IX / 1999

  • tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D);

    116. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 Nomor 2 Seri E);

    117. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perizinan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan di Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 Nomor 6 Seri E);

    118. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor 1 Seri E);

    119. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional, dan Penataan Pasar Modern di Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor 2 Seri E);

    120. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1 Seri E);

    121. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2009 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 2 Seri E);

    122. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah Regional Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 Nomor 4 Seri E);

    123. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa Timur;

    124. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pertamanan Kota dan Dekorasi Kota (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2003 Nomor 1 Seri E);

    125. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Pasar dan Tempat Berjualan Pedagang (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2004 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 10);

    126. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pemakaman (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2006 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 32);

    127. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2006

  • Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 33);

    128. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Ijin Lokasi (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2007 Nomor 3 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 43);

    129. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2008 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 57);

    130. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2008 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 66);

    131. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2009 Nomor 4 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 73);

    132. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2010 Nomor 2 Seri E);

    133. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2009 - 2013 (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2010 Nomor 3 Seri E);

    134. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2010 Nomor 4 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 4);

    135. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2010 Nomor 5 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 5);

    136. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2010 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 7);

    137. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 - 2030 (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2011 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 4).

  • Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MALANG dan

    WALIKOTA MALANG

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA SUB PUSAT MALANG TIMUR TAHUN 2012 - 2032

    BAB I KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Malang. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai

    unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Malang. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD

    adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang. 5. Rencana Detail Tata Ruang Kota yang selanjutnya disingkat RDTRK,

    adalah penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ke dalam rencana pemanfaatan ruang kawasan dengan menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional yang dimuat dalam peta rencana berskala 1:5000 atau lebih.

    6. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan;

    7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memeliHara kelangsungan hidupnya.

    8. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 9. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

    jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

    10. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

    11. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    12. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

  • 13. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

    14. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil;

    15. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.

    16. Rencana Tata Ruang adalah Hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang.

    17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

    18. Wilayah perencanaan adalah bagian dari kota dan/atau kawasan strategis kota yang akan/perlu disusun rencana rincinya dalam Hal ini RDTR kota sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kota yang bersangkutan.

    19. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan/atau budidaya.

    20. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan;

    21. Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan Hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi yang kHas;

    22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan;

    23. Kawasan Strategis Daerah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

    24. Kota adalah wilayah otonomi yang dikepalai oleh Walikota, yang merupakan bagian langsung dari wilayah provinsi dan terdiri atas beberapa kecamatan;

    25. Lingkungan adalah bagian dari wilayah kota yang merupakan kesatuan ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu sistem pengembangan kota secara keseluruHan;

    26. Unit lingkungan adalah satuan permukiman terkecil yang secara fisik merupakan bagian unit wilayah terbangun, yang berperan dalam perkembangan daerahnya;

    27. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah. 28. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah

    dibawah Kecamatan. 29. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

    jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;

    30. Median jalan adalah bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak di sumbu/tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan. median dapat berbentuk median yang

  • ditinggikan (raised), median yang diturunkan (depressed), atau median datar (flush);

    31. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki;

    32. Perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual beli, sewa menyewa yang dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan pengaliHan Hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi;

    33. Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang;

    34. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar;

    35. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan;

    36. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu kesatuan Perumahan yang mempunyai prasarana, sarana dan utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

    37. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai Hasil upaya pemenuHan rumah yang layak huni;

    38. Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH adalah bagian dari Kota yang tidak didirikan bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri dari unsur alam (antara lain vegetasi dan air) dan unsur binaan antara lain taman kota, jalur hijau, pohon-pohon pelindung tepi jalan, hutan kota, kebun bibit, pot-pot kota, pemakaman, pertanian kota yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan.

    39. Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (Rumija) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (Ruwasja). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau;

    40. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air;

    41. Koefisian Dasar Hijau adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan antara luas lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas persil yang dikuasai.

    42. Garis sempadan adalah garis batas luar pengaman untuk mendirikan bangunan dan atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air, as rel kereta api, jaringan tenaga listrik, pipa gas;

  • 43. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan saluran/sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk Mempertahankan kelestarian fungsi sungai

    44. Garis Sempadan Bangunan adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis Sempadan Jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang kota.

    45. Garis Sempadan Jalan adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang kota.

    46. Koefisien Dasar Bangunan atau disingkat KDB adalah angka perbandingan jumlah luas lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota;

    47. Koefisien Lantai Bangunan atau disingkat KLB adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota

    48. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain (network);

    49. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi;

    50. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, caHaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika;

    51. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik;

    52. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat pengHantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 35 Kv sampai dengan 245 Kv;

    53. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui system kawat, optik, radio, atau system elektromagnetik lainnya;

    54. Sampah domestik B3 adalah sampah yang berasal dari aktivitas rumah tangga, menagandung bahan dan atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan atau beracun karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membaHayakan kesehatan manusia;

    55. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan;

    56. Tempat Penampungan Sementara atau disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

    57. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membaHayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;

    58. Rencana Blok adalah perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas unit lingkungan dengan konfigurasi tertentu.

  • 59. Rencana Sub Blok adalah perencanaan pembagian blok dalam kawasan menjadi sub blok dan jalan dengan pemanfaatan ruang atau karakter lingkungan yang homogen.

    60. Blok Peruntukan adalah bagian dari unit lingkungan yang mempunyai peruntukan pemanfaatan ruang tertentu yang dibatasi oleh jaringan pergerakan dan atau jaringan utilitas.

    61. Sub Blok Peruntukan adalah wilayah perencanaan terkecil dengan batasan wilayah administrasi Kelurahan.

    62. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

    63. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB II AZAS, SASARAN DAN RUANG LINGKUP

    Bagian Kesatu

    Azas

    Pasal 2

    Azas yang digunakan dalam penyusunan RDTRK Sub Pusat Malang Timur meliputi azas keterpaduan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayaan dan keberHasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan dan akuntabilitas.

    Bagian Kedua

    Sasaran

    Pasal 3 Sasaran dari perencanaan ini antara lain : (1) Menyusun rencana tata ruang yang dapat mewujudkan kawasan kota

    yang Harmonis dan nyaman; (2) Menyusun rencana tata ruang yang mampu menampung perkembangan

    dan dinamika kegiatan ekonomi masyarakat kota yang relatif berkembang secara pesat;

    (3) Menyusun rencana tata ruang kota yang Memperhatikan aspek kelestarian lingkungan;

    (4) Menyusun rencana tata ruang kota yang memuat program-program pembangunan secara optimal dengan jangka waktu 20 tahun;

    (5) Menyusun rencana tata ruang kota yang memuat aspek-aspek pelaksanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang kota secara tepat.

  • Bagian Ketiga Ruang Lingkup

    Pasal 4

    (1) Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah dengan batas yang

    ditentukan berdasarkan aspek administrasi mencakup wilayah daratan. (2) Wilayah perencanaan yaitu sebagian Kecamatan Kedungkandang dan

    sebagian Kecamatan Blimbing, meliputi: a. Kelurahan Sawojajar b. Kelurahan Madyopuro c. Kelurahan Lesanpuro d. Kelurahan Kedungkandang e. Kelurahan Cemorokandang.

    (3) Batas-batas administrasi Sub Pusat Malang Timur adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang; b. Sebelah Timur : Kecamatan Pakis, Tumpang, Kabupaten Malang; c. Sebelah Selatan : Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang; d. Sebelah Barat : Kecamatan Blimbing.

    (4) Luas wilayah Sub Pusat Malang Timur 1.863,49 Ha (Seribu Delapan Ratus Enam Puluh Tiga Koma Empat Sembilan Hektar).

    (5) Materi yang dibahas dalam RDTRK meliputi : a. Tujuan, kebijakan dan strategi; b. Rencana struktur ruang yang meliputi sistem pelayanan perkotaan

    dan sistem prasarana wilayah kota; c. Rencana pola ruang yang meliputi rencana kawasan lindung, rencana

    kawasan budidaya dan rencana blok; d. Rencana penanganan kawasan, lingkungan dan blok yang meliputi

    rencana penyediaan ruang bagi sektor informal, rencana penyediaan RTH dan RTNH dan rencana penanganan kawasan dan bangunan;

    e. Rencana pemanfaatan ruang yang meliputi indikasi program perwujudan rencana struktur ruang, indikasi program perwujudan rencana pola ruang dan indikasi program penanganan kawasan dan bangunan; dan

    f. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif serta sanksi.

    (6) Lingkup wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) sampai dengan ayat (4) tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

    Bagian Kesatu

    Tujuan

    Pasal 5 Tujuan penataan ruang Sub Pusat Malang Timur sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (5) huruf a meliputi: (1) Arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan,

  • (2) Pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian perizinan serta kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.

    Bagian Kedua Kebijakan dan Strategi

    Pasal 6

    (1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Sub Pusat Malang Timur

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, ditetapkan kebijakan dan strategi rencana detail tata ruang.

    (2) Kebijakan Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. Pemerataan perkembangan struktur ruang yang berkembang secara

    linear menjadi struktur ruang terpusat; b. Penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pendidikan; c. Penyediaan RTH produktif dan estetis; dan d. Penyediaan dan pengaturan perkembangan kegiatan sektor informal.

    Pasal 7 Strategi penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) meliputi : (1) Strategi untuk memeratakan perkembangan struktur ruang yang

    berkembang secara linear menjadi struktur ruang terpusat meliputi : a. Menumbuhkembangkan pergerakan baru dengan menyediakan pusat

    pelayanan baru; b. Penyediaan sarana penunjang dan sekitar pusat pelayanan baru; dan c. Penyediaan akses yang dapat menunjang proses pergerakan.

    (2) Strategi untuk penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pendidikan dengan cara mendukung kegiatan pendidikan dengan pemenuHan kebutuhan Perumahan serta sarana perdagangan dan jasa disekitar kawasan pendidikan

    (3) Strategi untuk menyediakan RTH meliputi : a. Mengembangkan taman maupun lapangan olahraga; b. Menetapkan sempadan sungai dan sempadan SUTT; c. Mewajibkan kepada pengembang (developer) untuk menyediakan RTH

    berupa taman publik pada lokasi-lokasi Perumahan baru; dan d. Menyediakan tanaman pada pot sesuai dengan ketersediaan

    lahannya sebagai Ruang Terbuka Hijau. (4) Strategi penyediaan dan pengaturan perkembangan kegiatan sektor

    informal meliputi : a. Penyediaan lahan baru bagi pelaku sektor informal; b. Pengaturan persebaran pada wilayah wilayah tertentu sesuai

    dengan jenisnya; dan c. Memberi kemudaHan dalam proses penyediaan modal dan bantuan

    teknis.

  • BAB IV RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 8 (1) Rencana struktur ruang, sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3),

    huruf b meliputi : a. Sistem pelayanan perkotaan meliputi :

    1. Sistem pusat pelayanan; dan 2. Skala pelayanan kegiatan.

    b. Rencana sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah kota meliputi: 1. Sistem prasarana utama; dan 2. Sistem prasarana lainnya.

    (2) Peta sistem pelayanan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua Sistem Pelayanan Perkotaan

    Paragraf 1

    Sistem Pusat Pelayanan

    Pasal 9 (1) Sistem pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, ayat (1)

    huruf a butir 1 meliputi: a. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK); dan b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

    (2) SPPK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a merupakan pusat pelayanan Malang Timur meliputi: a. SPPK 1 terdapat di kawasan GOR Velodrom dan sekitarnya, di

    Kelurahan Madyopuro. b. SPPK 2 terdapat di Jalan Danau Toba, Kelurahan Sawojajar.

    (3) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas 12 (dua belas) PPL, meliputi: a. PPL 1 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan III terdapat di

    koridor Jalan Ki Ageng Gribig, Kelurahan Lesanpuro. b. PPL 2 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan IV terdapat di

    Jalan Mayjen Sungkono-Jalan Muharto, Kelurahan Kedungkandang. c. PPL 3 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan III terdapat di

    Jalan Madyopuro-Jalan Untung Sudiro, Kelurahan Cemorokandang.

    Paragraf 2 Skala Pelayanan Kegiatan

    Pasal 10

    (1) Skala pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, ayat (1) huruf a

    butir 1 terdiri: a. Skala pelayanan SPPK; dan

  • b. Skala pelayanan PPL. (2) Skala Pelayanan SPPK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a

    meliputi seluruh Sub Pusat Malang Timur. (3) Skala pelayanan PPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b

    meliputi : a. PPL A.1 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan I terdapat di

    Kelurahan Sawojajar; b. PPL A.2 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan II terdapat di

    Kelurahan Madyopuro; c. PPL B.1 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan III terdapat

    di Kelurahan Lesanpuro; d. PPL B.2 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan IV terdapat

    di Kelurahan Kedungkandang; e. PPL C.1 memiliki skala pelayanan pada Unit Lingkungan V terdapat

    di Kelurahan Cemorokandang.

    Bagian Ketiga

    Sistem Jaringan Prasarana dan Sarana

    Paragraf 1 Umum

    Pasal 11

    (1) Rencana sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah kota

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf b meliputi: a. Sistem Prasarana Utama; dan b. Sistem Prasarana Lainnya.

    (2) Sistem prasarana utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di wilayah perencanaan Malang Timur, meliputi: a. Sistem jaringan transportasi darat meliputi:

    1. Jalan; 2. APK; 3. Halte; 4. Parkir; dan 5. Angkutan umum 6. APILL.

    b. Sistem jaringan transportasi udara (3) Sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    meliputi : a. Sistem jaringan energi/kelistrikan; b. Sistem jaringan telekomunikasi; c. Sistem penyediaan air minum kota; d. Sistem jaringan daerah irigasi; e. Sistem pengelolaan air limbah kota; f. Sistem persampahan; g. Sistem Drainase; h. Jalur pedestrian; i. Jalur sepeda; j. Jalur evakuasi bencana; dan k. Sistem jaringan penerangan jalan umum.

  • Paragraf 2

    Sistem Prasarana Utama

    Pasal 12 Jalan

    (1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (2)

    huruf a butir 1 meliputi : a. Jalan lokal meliputi Jalan Ranugrati, Jalan Raya Sawojajar, Jalan

    Danau Toba, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Wisnu Whardana, Jalan Madyopuro, Jalan Muharto, Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Mayjen Sungkono IV, Jalan Terusan Sulfat, Jalan Danau Limboto.

    b. Jalan lingkungan meliputi seluruh ruas yang tidak termasuk dalam jalan lokal yang merupakan akes dari kawasan permukiman menuju pusat kegiatan di sekitarnya. 1. Kelurahan Sawojajar, meliputi: Jalan Simpang Ranugrati, Jalan

    Danau Tondano Barat, Jalan Simpang Danau Tondano Barat III, Jalan Danau Tondano Dalam, Jalan Simpang Danau Tondano Dalam, Jalan Sawunggaling, Jalan Danau Mendana Barat, Jalan Danau Maninjau Tengah, Jalan Danau Maninjau Barat, Jalan Danau Maninjau Dalam, Jalan Danau Maninjau Barat dalam, Jalan Danau Diatas, Jalan Danau Dibaruh, Jalan Danau Bratan, Jalan Danau Maninjau Selatan, Jalan Danau Bratan, Jalan Danau Towuti, Jalan Danau laut Tawar, Jalan Danau Towuti Raya, Jalan Danau Poso, Jalan Danau Ranau, Jalan Narotama Barat, Jalan Danau Segara Anak, Jalan Danau Buyan, Jalan Ruko Sawojajar, Jalan Danau Maninjau, Jalan Danau Batur, Jalan Selat Karimata, Jalan Selat Bali, Jalan Selat Sunda, Jalan Selat Sunda Raya, Jalan Selat Bengkalis, Jalan Terusan Wisnu Whardana, Jalan Danau Limboto Barat, Jalan Danau Limboto, Jalan Danau Limboto Utara, Jalan Simpang Danau Limboto Barat Dalam, Jalan Danau Tondano Barat, Jalan Danau Simpang Tondano, Jalan Danau Tondano Dalam, Jalan Danau Tondano, Jalan Simpang Danau Tondano Barat Dalam, Jalan Danau Limboto Timur dalam, Jalan Danau Ngebel, Jalan Danau Surueec, Jalan Danau Tondano Barat Dalam, Jalan Danau Metana, Jalan Danau Tempe, Jalan Danau Melintang, Jalan Danau Sarangan, Jalan Danau Paniai, Jalan Danau Kenambui, Jalan Danau Sembuluh, Jalan Danau Tigi, Jalan Danau Serang, Jalan Danau Genali, Jalan Danau Lindu, Jalan Danau Semayang, Jalan Danau Towuti, Jalan Danau Ranau, Jalan Danau Kerinci, Jalan Danau Tambingan, Jalan Danau Buyam, Jalan Danau Seriang, Jalan Danau Matur, Jalan Danau Sindereng, Jalan Danau Belayan, Jalan Danau Kelimutu, Jalan Danau Jempang, Jalan Danau Singkarak, Jalan Danau Toba, Jalan Danau Yamur.

    2. Kelurahan Madyopuro, meliputi: Jalan Melati, Jalan Simpang Kesatrian (ujung), Jalan Madyopuro Gg. 8, Jalan Simpang Kesatrian (pangkal), Jalan Eltari Tengah II (ujung), Jalan Eltari Tengah III (ujung), Jalan Eltari Tengah IV (ujung), Jalan Danau Sentarum, Jalan Danau Singkarak V, Jalan Danau Bedali, Jalan Danau Sentani, Jalan Selat Malaka, Jalan Tumbal Negara, Jalan Terusan Danau Sentani, Jalan Danau paniai Utara, Jalan Danau Paniai Utara, Danau Paniai Dalam, Danau Singkarak II, Danau Belayan, Jalan Danau Paniai Utara I, Jalan Danau Paniai Utara II, Jalan Danau Paniai Dalam III, Jalan Danau Paniai Utara IV, Jalan

  • Danau amora, Jalan Danau Tursiah, Jalan Danau Gui, Jalan Danau MaHalona, Jalan Danau Genali, Jalan Danau Semayang X, Jalan Danau Jongge, Jalan Danau Sentani Utara II, Jalan Danau kelimutu I, Jalan Danau Lindu, Jalan Danau Sentani Utara, Jalan Danau Sentani Tengah, Jalan Danau Sentani Tengah I, Jalan Danau Sentani Tengah II, Jalan Danau Brata Timur, Jalan Danau Rawa pening Dalam I, Jalan Danau Rawa Pening I, Jalan Danau Rawa Pening II, Jalan Danau Rawa Pening III, Jalan Danau Rawa Pening IV, Jalan Danau Rawa Pening V, Jalan Danau Rawa Pening VI, Jalan Danau jempang, Jalan Simpang Hamid Rusdi, Jalan Danau Sentani Timur, Jalan Ki Ageng Gribig Gg. II, Jalan Terusan Danau Sentani, Jalan Melati.

    3. Kelurahan Lesanpuro, meliputi: Jalan Dirgantara IV, Jalan Dirgantara, Jalan Simpang Dirgantara I, Jalan Simpang Dirgantara II, Jalan Simpang Dirgantara III, Jalan Simpang Dirgantara IV, Jalan Simpang Dirgantara V, Jalan Simpang Dirgantara VI, Jalan Simpang Simpang Dirgantara VII, Jalan Simpang Dirgantara VIII Dirgantara IX, Jalan Dirgantara I, Jalan Dirgantara II, Jalan Dirgantara III, Jalan Selat Bengkalis, Jalan Lesanpuro VI, Jalan Lesanpuro II, Jalan Lesanpuro III, Jalan Lesanpuro IV, Jalan Lesanpuro V, Jalan Lesanpuro VI, Jalan Ki Ageng Gribig Gg. XII, Jalan Lesanpuro VI, Jalan Baran Tegaron,

    4. Kelurahan Kedungkandang, meliputi: Jalan H.Ali. Nasrudin, Jalan Kyai Sofian Yusuf, Jalan Kedungkandang Gg. II, Jalan K.Abid FA, Jalan Mayjen Sungkono IV, Jalan Kedungkandang VII, Jalan KH. Malik Gg. VIII.

    5. Kelurahan Cemorokandang, meliputi: Jalan Untung Sudiro, Jalan Sampurna Tengah, Jalan Kemayoran I, Jalan Polonia, Jalan Kemayoran II, Jalan Kemayoran III, Jalan Kemayoran IV, Jalan Kemayoran V, Jalan Kemayoran VI, Jalan Kemayoran Tengah, Jalan Iswahyudi, Jalan Simpang Polonia, Jalan Kemayoran Atas I, Jalan Kemayoran Atas II, Jalan Kemayoran Atas III, Jalan Raya Desa Baran, Jalan Sampurna Barat, Jalan Danau Santoso, Jalan Juanda, Jalan Juanda I, Jalan Juanda II, Jalan Bandara Halim Perdana Kusumah, Jalan Bandara Palmerah, Jalan Bandara Eltari, Jalan Bandara Timika.

    (2) Rencana sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. Peningkatan jaringan jalan, yaitu pelebaran di Jalan Mayjen

    Sungkono Gg. IV, Jalan Baran Gribig, Jalan Baran Tempuran, Jalan Ki Ageng Gribig Gg. XII, dan Jalan Untung Sudiro.

    b. Rencana Jalan TOL Surabaya Pasuruan Malang. c. Peningkatan fungsi jaringan jalan lokal menjadi jalan arteri primer

    meliputi Jalan Lingkar Timur berada di ruas Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Wisnu Whardana, Jalan Mayjen Sungkono.

    d. Peningkatan fungsi jaringan jalan lokal menjadi jalan arteri sekunder meliputi jalan Jalan Ranu Grati Jalan Danau Toba

    e. Peningkatan fungsi jaringan jalan lokal menjadi jalan kolektor sekunder di Ruas Jalan Muharto

    f. Rencana Jalan Tembus, yaitu menghubungkan ruas jalan antara Perumahan Puncak Buring Permai di Kelurahan Cemorokandang dengan permukiman di Kelurahan Kedungkandang.

  • (3) Peta Rencana Jaringan Jalan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 13

    APK

    (1) APK sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (2) huruf a butir 2 terdapat di Kelurahan Cemorokandang.

    (2) Rencana APK sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) meliputi pengembangan APK yang terdapat di Kelurahan Cemorokandang.

    Pasal 14

    Halte (1) Rencana Halte sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

    a. Pengembangan Halte di kawasan pusat komersial pada Jalan Raya Sawojajar, Jalan Danau Toba, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Raya Madyopuro;

    b. Pengembangan Halte di depan Sub Terminal Madyopuro, Jalan Danau Jongge;

    c. Pengembangan Halte di Jalan Terusan Danau Sentani, sekitar Kampus STIBA, Kampus UNIDHA dan Kantor PDAM Kota Malang.

    d. Pengembangan Halte di sekitar lokasi-lokasi industri, Jalan Ki Ageng Gribig.

    (2) Peta rencana Halte sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 15 Parkir

    (1) Parkir sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (2) huruf a butir 4

    meliputi : a. Parkir on street sebagian besar terdapat pada kawasan pertokoan

    modern di Jalan Danau Toba. b. Parkir off street meliputi sepanjang Jalan Raya Sawojajar dan Jalan

    Ki Ageng Gribig. (2) Rencana parkir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi

    penataan parkir on street pada Jalan Raya Sawojajar dan Jalan Ki Ageng Gribig.

    Pasal 16 Angkutan Umum

    (1) Angkutan umum sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat 2 huruf a

    butir 5 meliputi: a. Angkutan umum yang melewati Jalan Ranugati, Jalan Danau Toba,

    Jalan Danau Sentani, Jalan Danau Jongge antara lain CKL (Cemorokandang-Kedungkandang-Landungsari)

    b. Angkutan umum yang melewati Jalan Muharto, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Danau Jongge antara lain MM (Mulyorejo-Madyopuro)

  • (2) Rencana angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Peningkatan armada angkutan umum b. Pengembangan rute angkutan umum di Kelurahan Cemorokandang

    Tembus ke Kelurahan Kedungkandang melewati jalan Bandara Halim Perdana Kusuma.

    c. Pengembangan sistem angkutan umum massal (3) Peta rencana angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),

    tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 17

    APILL

    (1) Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas atau APILL sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (2) huruf a butir 6 meliputi: APILL Perempatan jalan Ranugati, Jalan Raya Sawojajar, Jalan Danau Toba, Jalan Dirgantara.

    (2) Rencana APILL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. Persimpangan Jalan Ki Ageng Gribig Jalan Jongge b. Persimpangan jalan Ki Ageng Gribig Jalan Cemorokandang. c. Persimpangan Jalan Raya Sawojajar Jalan Terusan Sulfat. d. Persimpangan Jalan Danau Toba Jalan Ki Ageng Gribig. e. Persimpangan Jalan Muharto Jalan Ki Ageng Gribig.

    (3) Rencana APILL sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tercantum dalam

    Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 18 Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan

    (1) KKOP sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf b meliputi

    Zona Penyangga Rawan Kecelakaan I dengan ketinggian bangunan maksimum 45 (empat puluh) meter adalah seluruh wilayah Sub Pusat Malang Timur yaitu Kelurahan Sawojajar, Kelurahan Madyopuro, Kelurahan Cemorokandang, Kelurahan Lesanpuro dan Kelurahan Kedungkandang.

    (2) Rencana KKOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi penetapan ketinggian bangunan maksimal 45 (empat puluh) meter.

    (3) Peta rencana KKOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Paragraf 3 Sistem Prasarana Lainnya

    Pasal 19

    Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan (1) Sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud pada pasal

    11 ayat (3) huruf a meliputi : a. Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) melintasi Kelurahan

    Kedungkandang-Kelurahan Cemorokandang, Sepanjang 6700 m (lebih kurang enam ribu tujuh ratus) meter;

  • b. Jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) terdapat di sepanjang Jalan Danau Toba, Jalan Raya Sawojajar, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Danau Kerinci, Jalan Danau Sentani, Jalan Danau Jongge, Jalan Muharto, Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Wisnuwardana, Jalan Madyopuro, Jalan Cemorokandang dan Jalan Bandara Halim Perdana Kusuma;

    c. Jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) terdapat di sepanjang jalan lingkungan yang mengalirkan listrik ke rumah penduduk.

    (2) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi pengembangan jaringan energi/kelistrikan di Kelurahan Lesanpuro.

    (3) Peta rencana sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 20 Sistem Jaringan Telekomunikasi

    (1) Sistem jaringan telekomunikasi di wilayah perencanaan terdiri dari:

    a. Jaringan Telepon; dan b. Menara Telekomunikasi.

    (2) Sistem jaringan telepon sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat (1) huruf a meliputi : a. Kelurahan Sawojajar: Jalan Sawojajar, Jalan Ranugrati, Jalan

    Simpang Ranugrati, Jalan Danau Tondano Barat, Jalan Simpang Danau Tondano Barat III,Jalan Danau Tondano Dalam, Jalan Simpang Danau Tondano Dalam, Jalan Sawunggaling, Jalan Danau Mendana Barat, Jalan Danau Maninjau Tengah, Jalan Danau Maninjau Barat, Jalan Danau Maninjau Dalam, Jalan Danau Maninjau Barat dalam, Jalan Danau Diatas, Jalan Danau Dibaruh, Jalan Danau Bratan, Jalan Danau Maninjau Selatan, Jalan Danau Bratan, Jalan Danau Towuti, Jalan Danau laut Tawar, Jalan Danau Towuti Raya, Jalan Danau Poso, Jalan Danau Ranau, Jalan Narotama Barat, Jalan Danau Segara Anak, Jalan Danau Buyan, Jalan Ruko Sawojajar, Jalan Danau Maninjau, Jalan Danau Batur, Jalan Selat Karimata, Jalan Selat Bali, Jalan Selat Sunda, Jalan Selat Sunda Raya, Jalan Selat Bengkalis, Jalan Terusan Wisnu Whardana, Jalan Danau Limboto Barat, Jalan Danau Limboto, Jalan Danau Limboto Utara, Jalan Simpang Danau Limboto Barat Dalam, Jalan Danau Tondano Barat, Jalan Danau Simpang Tondano, Jalan Danau Tondano Dalam, Jalan Danau Tondano, Jalan Simpang Danau Tondano Barat Dalam, Jalan Danau Limboto Timur dalam, Jalan Danau Ngebel, Jalan Danau Surueec, Jalan Danau Tondano Barat Dalam, Jalan Danau Metana, Jalan Danau Tempe, Jalan Danau Melintang, Jalan Danau Sarangan, Jalan Danau Paniai, Jalan Danau Kenambui, Jalan Danau Sembuluh, Jalan Danau Tigi, Jalan Danau Serang, Jalan Danau Genali, Jalan Danau Lindu, Jalan Danau Semayang, Jalan Danau Towuti, Jalan Danau Ranau, Jalan Danau Kerinci, Jalan Danau Tambingan, Jalan Danau Buyam, Jalan Danau Seriang, Jalan Danau Matur, Jalan Danau Sindereng, Jalan Danau Belayan, Jalan Danau Kelimutu, Jalan Danau Jempang, Jalan Danau Singkarak, Jalan Danau Toba, Jalan Danau Yamur

    b. Kelurahan Madyopuro: Jalan Madyopuro, Jalan Melati, Jalan Simpang Kesatrian (ujung), Jalan Madyopuro Gg. VIII, Jalan Simpang

  • Kesatrian (pangkal), Jalan Bandara Eltari Tengah II (ujung), Jalan Bandara Eltari Tengah III (ujung), Jalan Bandara Eltari Tengah IV (ujung), Jalan Danau Sentarum, Jalan Danau Singkarak V, Jalan Danau Bedali, Jalan Danau Sentani, Jalan Selat Malaka, Jalan Tumbal Negara, Jalan Terusan Danau Sentani, Jalan Danau paniai Utara, Jalan Danau Paniai Utara, Jalan Danau Paniai Dalam, Jalan Danau Singkarak II, Jalan Danau Belayan, Jalan Danau Paniai Utara I, Jalan Danau Paniai Utara II, Jalan Danau Paniai Dalam III, Jalan Danau Paniai Utara IV, Jalan Danau amora, Jalan Danau Tursiah, Jalan Danau Gui, Jalan Danau MaHalona, Jalan Danau Genali, Jalan Danau Semayang X, Jalan Danau Jongge, Jalan Danau Sentani Utara II, Jalan Danau kelimutu I, Jalan Danau Lindu, Jalan Danau Sentani Utara, Jalan Danau Sentani Tengah, Jalan Danau Sentani Tengah I, Jalan Danau Sentani Tengah II, Jalan Danau Brata Timur, Jalan Danau Rawa pening Dalam I, Jalan Danau Rawa Pening I, Jalan Danau Rawa Pening II, Jalan Danau Rawa Pening III, Jalan Danau Rawa Pening IV, Jalan Danau Rawa Pening V, Jalan Danau Rawa Pening VI, Jalan Danau jempang, Jalan Simpang Hamid Rusdi, Jalan Danau Sentani Timur ,Ki Ageng Gribig Gg. II, Jalan Terusan Danau Sentani, Jalan Melati, Jalan Madyopuro;

    c. Kelurahan Lesanpuro: Jalan Dirgantara IV, Jalan Dirgantara, Jalan Simpang Dirgantara I, Jalan Simpang Dirgantara II, Jalan Simpang Dirgantara III, Jalan Simpang Dirgantara IV, Jalan Simpang Dirgantara V, Jalan Simpang Dirgantara VI, Jalan Simpang Dirgantara X, Jalan Dirgantara I, Jalan Dirgantara II, Jalan Dirgantara III, Jalan Selat Bengkalis, Jalan Lesanpuro VI, Jalan Lesanpuro II, Jalan Ki Ageng Gribig Gg.XII, Jalan Lesanpuro VI , Jalan Baran Tegaron;

    d. Kelurahan Kedungkandang: Jalan H.Ali.Nasrudin, Jalan Kyai Sofian Yusuf, Kedungkandang GG. II, Jalan K.Abid FA, Mayjen Sungkono IV, Kedungkandang VII, KH.Malik Gg. VIII;

    e. Kelurahan Cemorokandang: Jalan Untung Sudiro, Jalan Sampurna Tengah, Jalan Kemayoran I, Jalan Polonia, Jalan Kemayoran II, Jalan Kemayoran III, Jalan Kemayoran IV, Jalan Kemayoran V, Jalan Kemayoran VI, Jalan Kemayoran Tengah, Jalan Iswahyudi, Jalan Simpang Polonia, Jalan Kemayoran Atas I, Jalan Kemayoran Atas II, Jalan Kemayoran Atas III, Jalan Raya Desa Baran, Jalan Sampurna Barat, Jalan Danau Santoso, Jalan Bandara Juanda, Jalan Bandara Juanda I, Jalan Bandara Juanda II, Jalan bandara Halim Perdana Kusumah, Jalan Bandara Palmerah, Jalan Bandara Eltari, Jalan Bandara Timika.

    (3) Sistem jaringan menara telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada

    pasal 20 ayat (1) huruf b meliputi : a. Kelurahan Sawojajar : 3 (tiga) unit; b. Kelurahan Madyopuro : 5 (lima) unit; c. Kelurahan Lesanpuro : 4 (empat) unit; d. Kelurahan Kedungkandang : 3 (tiga) unit; e. Kelurahan Cemorokandang : 4 (empat) unit.

    (4) Rencana sistem jaringan menara telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) meliputi pengembangan jaringan menara telekomunikasi bersama.

    (5) Peta Rencana Sistem Jaringan Menara Telekomunikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  • Pasal 21 Sistem Penyediaan Air Minum Kota

    (1) Sistem penyediaan air minum kota sebagaimana dimaksudkan pada

    pasal 11 ayat (3) huruf c meliputi jaringan distribusi pipa PDAM dan HIPAM.

    (2) Rencana sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) meliputi pengembangan sumber air PDAM siap minum dari keran di Kelurahan Cemorokandang, Kelurahan Lesanpuro, dan Kelurahan Kedungkandang dan HIPAM di Kelurahan Cemorokandang dan Kelurahan Kedungkandang

    (3) Peta rencana sistem jaringan sumber air minum sebagaimana tercantum dalam Lampiran X merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 22

    Sistem Jaringan Daerah Irigasi

    (1) Sistem jaringan daerah irigasi sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (3) huruf d meliputi: jaringan irigasi di Kelurahan Cemorokandang bagian utara memanfaatkan saluran irigasi dari anak sungai Amprong sepanjang 7.200 (lebih kurang tujuh ribu dua ratus) meter.

    (2) Rencana daerah irigasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi peningkatan kualitas debit air dengan menjaga penggunaan lahan di sekitar daerah irigasi Kedungkandang di Kelurahan Cemorokandang untuk mengairi sawah teknis seluas 84,95 Ha.

    (3) Peta rencana daerah irigasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 23 Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota

    (1) Sistem pengelolaan air limbah kota sebagaimana dimaksud pada pasal

    11 ayat (3) huruf e meliputi: Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) Komunal di jalan Ranugati Kelurahan Sawojajar.

    (2) Rencana sistem pengelolaan air limbah kota sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) meliputi pengelolaan limbah secara terpadu.

    (3) Peta rencana sistem pengolahan air limbah kota sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

    Pasal 24

    Sistem Persampahan

    (1) Sistem persampahan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (3) huruf f meliputi : Kelurahan Madyopuro terdapat 1 TPS, di sekitar Gor Vellodroom.

    (2) Rencana sistem persampahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Pengembangan TPS di Kelurahan Sawojajar sebanyak 2 (dua) unit; b. Pengembangan TPS di Kelurahan Madyopuro sebanyak 1 (satu) unit; c. Pengembangan TPS di Kelurahan Lesanpuro sebanyak 1 (satu) unit; d. Pengembangan TPS di Kelurahan Kedungkandang sebanyak 2 (dua)

    unit; e. Pengembangan TPS di Kelurahan Cemorokandang sebanyak 2 (dua)

    unit;

  • (3) Peta Rencana Sistem Persampahan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan daru Peraturan Daerah ini.

    Pasal 25

    Sistem Drainase

    (1) Sistem drainase sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (3) huruf g meliputi : a. Jaringan drainase primer meliputi Sungai Amprong dengan panjang

    6900 (lebih kurang enam ribu sembilan ratus) meter dan Sungai Bango dengan panjang 4200 (lebih kurang empat ribu dua ratus) meter;

    b. Jaringan drainase sekunder meliputi jalan-jalan utama wilayah perencanaan seperti Jalan Danau Toba, saluran pembuangan Sawojajar, sekunder Gribig Kanan sepanjang 1700 (lebih kurang seribu tujuh ratus) meter;

    c. Jaringan drainase tersier meliputi saluran drainase yang berada pada jalan-jalan lingkungan dan lokal, yaitu Jalan Danau Maninjau Kiri, Jalan Danau Maninjau Kanan, Jalan Danau Kerinci Kanan, Jalan Danau Kerinci Kiri, Jalan Danau Ranau Kanan, Jalan Danau Ranau Kiri, Jalan Danau Sentani Kiri, Jalan Danau Sentani Kanan, Jalan Dirgantara Kanan dan Jalan Dirgantara Kiri dengan panjang 12700 (lebih kurang dua belas ribu tujuh ratus) meter.

    (2) Rencana sistem drainase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Perbaikan dan pelebaran inlet pada saluran drainase tertutup di

    Pertigaan Jalan Ki Ageng Gribig (depan Masjid Madyopuro); b. Membuat inlet di sekitar daerah genangan dan membersihkan

    saluran yang tertutup sampah di Jalan Ki Ageng Gribig (Kelurahan Lesanpuro);

    c. Memperdalam saluran drainase dan pembersiHan saluran di Jalan Ki Ageng Gribig (Madyopuro Gang V);

    d. Normalisasi saluran di Jalan Danau Sentani (depan Kantor Telkom). (3) Peta Rencana Sistem Drainase sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    XIV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 26 Jalur Pedestrian

    (1) Jalur pedestrian sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (3) huruf h

    meliputi Jalan Ranugrati. (2) Rencana jalur pedestrian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    meliputi: Pengembangan trotoar di sepanjang jalan utama yaitu Jalan Danau Toba, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Raya Sawojajar, Jalan Danau Kerinci, Jalan Danau Sentani, Jalan Danau Jongge, Jalan Terusan Sulfat.

    (3) Peta Rencana jalur pedestrian sebagaimana tercantum dalam Lampiran XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  • Pasal 27 Jalur Sepeda

    (1) Rencana jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (3)

    huruf i meliputi: a. Ruas Jalan Ranu Grati Jalan Danau Toba Jalan Ki Ageng Gribig

    Jalan Wisnuwardana; b. Ruas jalan Terusan Sulfat Jalan Raya Sawojajar Jalan Baru

    Jalan Danau Jongge Jalan Terusan Danau Sentani; c. Ruas Jalan Bandara Halim Perdana Kusuma - Jalan Cemorokandang

    Jalan Madyopuro Jalan Ki Ageng Gribig. (2) Peta Rencana Jalur Sepeda sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    XVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 28

    Jalur Evakuasi Bencana

    (1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf j meliputi: a. Jalur evakuasi bencana banjir dan longsor di kawasan sepanjang

    sempadan Sungai Bango dan Amprong. Untuk Sungai Bango jalur evakuasi dipusatkan di ruas Jalan Raya Sawojajar, sedangkan jalur evakuasi Sungai Amprong dipusatkan di Jalan Ki Ageng Gribig dan Jalan Baran Gribig;

    b. Jalur evakuasi kebakaran ditetapkan di kawasan industri rokok, jalur evakuasi dipusatkan di ruas Jalan Ki Ageng Gribig;

    c. Melting Point berada di ruas Jalan Ki Ageng Gribig (Kantor Kelurahan Lesanpuro, Puskesmas Gribig dan Lapangan Gribig.

    (2) Peta Jalur Evakuasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 29 Sistem Jaringan Penerangan Jalan Umum

    (1) Sistem jaringan penerangan jalan umum sebagaimana dimaksud pada

    pasal 11 ayat (3) huruf k meliputi: a. Kelurahan Sawojajar: Jalan KH. Abdul Qodir Jailani, Jalan Simpang

    Ranu Grati; Jalan Ranu Grati, Jalan Danau Toba, Jalan Perumnas Sawojajar, Jalan Ruko Danau Toba, Jalan Danau Maninjau, Jalan Danau Segara Anak, Jalan Danau Maninjau IV, Jalan Danau Bratan, Jalan Danau Towuti, Jalan Danau Laut Tawar, Jalan Danau Kerinci, Jalan Danau Limbodo, Jalan Danau Tondano, Jalan Danau Tempe, Jalan Mentana Barat, Jalan Mentana, Jalan Wisma WardHana, Jalan Hanoman, Jalan Anggada, Jalan Sugriwa, Jalan Danau Sentarum, Jalan Danau Bedali, Jalan Bratan Timur, Jalan Danau Paniai, Jalan Danau Jongge, Jalan Tumbalnegara, Jalan Raya Sawojajar, Jalan Sawojajar Gg. IX, Jalan Sawojajar Gg. XI, Jalan Sawojajar Gg. XIII, Jalan Sawojajar Gg. VII, Jalan Sawojajar Gg. V, Jalan Sawojajar Gg. XV, Jalan Sawojajar Gg. XVII, Jalan Sawojajar Gg. XIX;

    b. Kelurahan Madyopuro: Jalan Ki Ageng Gibrig, Jalan Danau Sentani Timur, Jalan Ki Ageng Gribig Gg. III Lesanpuro, Jalan Ki Ageng Gribig Gg. Masjid dan Jalan Cemorokandang Gg. II Madyapuro;

  • c. Kelurahan Lesanpuro: Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Selat Karimata, Jalan Selat Bali, Jalan Lesanpuro I/3, Jalan Lesanpuro I, Jalan Lesanpuro VI, Jalan Perum Dirgantara Selat Sunda dan Jalan Simpang Dirgantara;

    d. Kelurahan Kedungkandang: Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan SMP MuHammadiyah;

    e. Kelurahan Cemorokandang: Jalan Madyopuro Gg. II, Jalan Cemoro Kandang, Jalan Untung, Jalan Sampurno, Jalan Perdana Kusuma, Jalan Sampurno I, Jalan Sampurno II, Jalan Bandara Abdurrahman Saleh, Jalan Bandara Narita, Jalan Baran Tempuran, Jalan Desa Baran, Jalan Blok IX, Jalan Blok VII, Jalan Blok VIII, Jalan Blok X, Jalan Perum Palm Merah, Jalan Perum Palm Merah Blok I, Jalan Perum Palm Merah Blok II, Jalan Perum Palm Merah Blok III, Jalan Perum Palm Merah Blok IV, Jalan Kemayoran, Jalan Kemayoran Blok I, Jalan Kemayoran Blok II, Jalan Kemayoran Blok III, Jalan Kemayoran Blok IV, Jalan Kemayoran Blok VI, Jalan Kemayoran Blok VII, Jalan Kemayoran Blok VIII.

    (2) Rencana jaringan penerangan jalan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. Kelurahan Sawojajar: Jalan Simpang Ragunawati Dalam, Jalan

    Simpang Danau Tondano Barat, Jalan Simpang Danau Tondano Dalam, Jalan Sawunggaling, Jalan Danau Mendana Barat, Jalan Danau Maninjau Dalam, Jalan Danau Diatas, Jalan Danau Dibaruh, Jalan Danau Maninjau Selatan, Jalan Simpang Danau Maninjau Selatan Dalam, Jalan Danau Poso, Jalan Danau Ranau, Jalan Narotama Barat, Jalan Danau Batur, Jalan Danau Buyan, Jalan Selat Bengkalis; Jalan Danau Limboto Utara, Jalan Simpang Danau Limboto Barat Dalam, Jalan Limboto Timur, Jalan Simpang Danau Tondano, Jalan Danau Ngebel, Jalan Danau Matana; Jalan Danau Sarangan, Jalan Danau Melintang, Jalan Danau Kenambui, Jalan Danau Tigi, Jalan Danau Serang, Jalan Danau Sembuluh, Jalan Danau Genali, Jalan Danu Buyam, Jalan Danau Seriang, Jalan Danau Tambingan, Jalan Danau Matur, Jalan Danau Sidereng, Jalan Danau Jempang, Jalan Danau Yamur, Jalan Danau Tes;

    b. Kelurahan Madyopuro: Jalan Madyopuro Gg. X, Jalan Simpang Kesatrian, Jalan Madyopuro VIII, Jalan Bandara Eltari Tengah, Jalan Danau Singkarak, Jalan Danau Bedali, Jalan Selat Malaka, Jalan Terusan Danau Sentani, Jalan Danau Paniai Utara; Jalan Danau Paniai Dalam, Jalan Danau Belayan, Jalan Danau Amora, Jalan Danau Tursiah, Jalan Danau Gui, Jalan Danau MaHalona, Jalan Danau Genali, Jalan Danau Semayang X, Jalan Danau Sentani Utara, Jalan Danau Kalimutu, Jalan Danau Lindu, Jalan Danau Sentani Tengah, Jalan Danau Bratan Timur, Jalan Danau Rawa Pening Dalam, Jalan Danau Rawa Pening, Jalan Terusan Danau Bratan, Jalan Danau Jempang, Jalan Danau Sentani Dalam, Jalan Simpang Hamid Rusdi, Jalan Melati, Jalan Simpang Terusan Danau Sentani, Jalan Danau Paniai Terusan;

    c. Kelurahan Lesanpuro: Jalan Selat Bengkalis, Jalan Baran Tegaron, Jalan Kaserin, Jalan Simpang Dirgantara;

    d. Kelurahan Kedungkandang: Jalan H. Ali Nasrudin, Jalan Kyai Sofian Yusuf, Jalan Kedungkandang Gg. II, Jalan Kyai Abid FA, Jalan Mayjen Sungkono IV, Jalan Kedungkandang VII, Jalan KH. Malik Gg. VIII;

    e. Kelurahan Cemorokandang: Jalan Polonia, Jalan Iswahyudi III, Jalan Iswahyudi, Jalan Iswahyudi II, Jalan Simpang Polonia, Gg. Sukonadi

  • V, Jalan Danau Santoso, Jalan Bandara Juanda, Jalan Bandara Eltari Tengah, Jalan Bandara Eltari, Jalan Bandara Timika.

    (3) Peta Rencana Penerangan Jalan Umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    BAB V RENCANA POLA RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 30 (1) Rencana pola ruang, sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (3),

    huruf c meliputi : a. Kawasan lindung meliputi :

    1. Sempadan sungai; 2. Sempadan SUTT; 3. Kawasan cagar budaya; dan 4. Kawasan rawan bencana kebakaran.

    b. Kawasan budidaya meliputi : 1. Kawasan peruntukan Perumahan; 2. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; 3. Kawasan peruntukan perkantoran; 4. Kawasan peruntukan industri; 5. Kawasan peruntukan pertanian; 6. Kawasan peruntukan pendidikan; 7. Kawasan peruntukan kesehatan; 8. Kawasan peruntukan peribadatan; dan 9. Kawasan peruntukan pariwisata.

    c. Rencana blok. (2) Peta Rencana Pola Ruang sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIX

    yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua Kawasan Lindung

    Paragraf 1

    Sempadan Sungai

    Pasal 31 120

    (1) Kawasan sungai sebagaimana dimaksud dalam pasal 29, ayat (1) huruf a butir 1 meliputi: a. Sungai Amprong dengan panjang 6900 (lebih kurang enam ribu

    sembilan ratus) meter; b. Sungai Bango dengan panjang 4200 (lebih kurang empat ribu dua

    ratus) meter. (2) Rencana kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) dengan luas sempadan yang berada di Malang Timur adalah 120 (seratus dua puluh) Ha meliputi: a. Sempadan Sungai Amprong dengan luas 40 (lebih kurang empat

    puluh) Ha;

  • b. Sempadan Sungai Bango dengan luas 27 (lebih kurang dua puluh lima) Ha;

    c. Sempadan anak sungai Amprong dan Bango 53 (lebih kurang lima puluh tiga) Ha.

    (3) Peta kawasan sempadan sungai sebagaimana tercantum dalam Lampiran XX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Paragraf 2

    Sempadan SUTT

    Pasal 32 (1) Kawasan sempadan SUTT sebagaimana dimaksud dalam pasal 29, ayat

    (1) huruf a butir 2 sempadan jalur SUTT yang terdapat di Malang Timur yaitu seluas 31 (lebih kurang tiga puluh satu) Ha, yang melewati Kelurahan Kedungkandang-Kelurahan Cemorokandang.

    (2) Peta Sempadan SUTT sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Paragraf 3 Kawasan Cagar Budaya

    Pasal 33

    (1) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 30, ayat (1)

    huruf a butir 3, di wilayah perencanaan Malang Timur meliputi lingkungan cagar budaya dan bangunan cagar budaya.

    (2) Lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi: a. Makam Ki Ageng Gribig di Kelurahan Madyopuro; b. Makam Bupati-Bupati Malang beserta gapura dan cungkup, berada di

    Kelurahan Madyopuro. (3) Bangunan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu

    Punden Mbah Gareng berupa sisa struktur bangunan dari batubata. Lokasi di Kelurahan Sawojajar, lokasi tidak jauh dari aliran Sungai Bango.

    (4) Rencana kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada 30 ayat (1) meliputi perlindungan terhadap cagar budaya yang ada.

    (5) Peta kawasan cagar budaya sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Paragraf 4

    Kawasan Rawan Bencana Kebakaran

    Pasal 34

    (1) Kawasan rawan bencana kebakaran sebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat (1) huruf a butir 4 meliputi kawasan permukiman padat terdapat di Kelurahan Sawojajar dan Kelurahan Madyopuro dan kawasan pengembangan industri rokok di Kelurahan Kedungkandang dan Kelurahan Lesanpuro.

    (2) Rencana kawasan rawan bencana kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

  • a. Penataan intensitas bangunan pada Kelurahan Sawojajar dan Kelurahan Madyopuro;

    b. Penempatan hidran pada Kelurahan Sawojajar, Kelurahan Madyopuro dan Kelurahan Kedungkandang;

    c. Penyediaan ruang evakuasi berupa kantor Kelurahan dan lapangan pada masing-masing Kelurahan.

    (3) Peta kawasan rawan bencana kebakaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Ketiga

    Rencana Kawasan Budidaya

    Paragraf 1 Kawasan Peruntukan Perumahan

    Pasal 35

    (1) Kawasan peruntukan Perumahan sebagaimana dimaksud pada pasal 30

    ayat (1) huruf b butir 1 meliputi: a. Kelurahan Sawojajar yaitu Perumahan Sawojajar, di Jalan Raya

    Sawojajar Sisi Timur, Jalan Danau Toba dan jalan Ki Ageng Gribig sisi barat;

    b. Kelurahan Madyopuro yaitu Perumahan Griya Santika, di Jalan Simpang Terusan Danau Sentani;

    c. Kelurahan Lesanpuro yaitu Perumahan Dirgantara Permai, di Jalan Dirgantara;

    d. Kelurahan Cemorokandang yaitu Perumahan Cassablanca, Perumahan Oma View Malang, Perumahan Buring Permai di Jalan Bandara Halim Perdana Kusuma.

    (2) Rencana kawasan peruntukan Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Rencana pengembangan Perumahan baru di Kelurahan Lesanpuro; b. Perbaikan kampung padat melalui penataan intensitas bangunan

    (GSB, KDB, KLB dan KDH) dan kondisi wilayah sekitar.

    Paragraf 2 Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

    Pasal 36

    (1) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat (1) huruf b butir 2 meliputi: a. Kelurahan Sawojajar memiliki Toko Modern berupa 1 unit Mall Giant,

    Kompleks Ruko di Jalan Raya Sawojajar dan Jalan Danau Toba dan Pasar Sawojajar dan pasar tradisional 1 unit;

    b. Kelurahan Madyopuro memiliki 1 unit pasar tradisional; c. Kelurahan Lesanpuro memiliki 1 unit pasar tradisional; d. Kelurahan Kedungkandang memiliki 1 unit pasar tradisional; e. Kelurahan Cemorokandang memiliki 1 unit pasar tradisional.

  • (2) Rencana kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Rencana pemenuHan kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa,

    yaitu mengarahkan pendistribusian secara merata fasilitas perdagangan dan jasa pada pendistribusian di daerah pinggiran dan mendorong pengembangan fasilitas perdagangan berupa warung oleh masyarakat secara swadaya;

    b. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa Pusat Perbelanjaan di Jalan Ki Ageng Gribig;

    c. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa toko modern, dengan pembatasan toko modern di ruas Jalan Ki Ageng Gribig, kompleks pertokoan di Jalan Raya Sawojajar, Jalan Danau Toba, Jalan Danau Kerinci dan Jalan Danau Sentani;

    d. Pengembangan kawasan perdagangan baru dengan berbagai skala pelayanan, mulai dari toko atau warung, pertokoan, pasar, grosir, supermarket yaitu di unit-unit lingkungan kawasan perencanaan;

    e. Rencana pengembangan perdagangan dan jasa berupa tempat penginapan diarahkan di ruas jalan utama Jalan Danau Toba, Jalan Ki Ageng Gribig dan Jalan Mayjen Sungkono.

    Paragraf 3

    Kawasan Peruntukan Perkantoran

    Pasal 37 (1) Kawasan peruntukan perkantoran sebagaimana dimaksud pada pasal

    30 ayat (1) huruf b butir 3 meliputi: a. Perkantoran Pemerintah meliputi:

    1. Kantor Kelurahan Sawojajar di Jalan Raya Sawojajar; 2. Kantor Kelurahan Madyopuro di Jalan Raya Madyopuro; 3. Kantor Kelurahan Lesanpuro di Jalan Ki Ageng Gribig; 4. Kantor Kelurahan Kedungkandang di Jalan Ki Ageng Gribig; 5. Kantor Kelurahan Cemorokandang di Jalan Raya

    Cemorokandang; 6. Kantor PertanaHan (BPN) Kota Malang di Jalan Simpang Terusan

    Danau Sentani; 7. Kantor UPT. Pendidikan Dasar di Jalan Simpang Terusan Danau

    Sentani; 8. Kantor Balai Pengembangan Sumber Daya Air di Jalan Simpang

    Wisnuwardana; 9. Kantor PDAM Kota Malang di Jalan Terusan Danau Sentani; 10. Kantor BKKBN di Jalan Ki Ageng Gribig; 11. Kantor Koramil di Jalan Ki Ageng Gribig; 12. Kantor Polsek Kedungkandang di Jalan Ki Ageng Gribig.

    b. Kantor Swasta meliputi : 1. PJTKI Tritama Bina Karya; 2. Koperasi Serba Usaha Unggul Makmur di Jalan Danau Toba; 3. Koperasi Adil Makmur Sejahtera di Jalan Danau Toba; 4. Koperasi Surya Raya di Jalan Danau Toba; 5. Koperasi Tirta Raya di Jalan Danau Toba; 6. KP-RI Dana Raya di Jalan Danau Toba; 7. Kantor Kas Aryana di Jalan Danau Toba;

  • 8. Bank Central Asia (BCA) di Jalan Danau Toba; 9. Bank Danamon di Jalan Danau Toba.

    (2) Rencana kawasan peruntukan perkantoran sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) meliputi: a. Pengembangan kondisi eksisting fasilitas perkantoran yang telah ada; b. Kawasan perkantoran dapat dilakukan dengan menggabungkan

    fungsi lain seperti perdagangan dan tempat tinggal didalamnya.

    Paragraf 4 Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan

    Pasal 38

    (1) Kawasan peruntukan industri dan pergudangan sebagaimana dimaksud

    pada pasal 30 ayat (1) huruf b butir 4 meliputi industri besar dan sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Kawasan industri dan pergudangan di Sub Pusat Malang Timur terdapat di Jalan Ki Ageng Gribig antara lain : a. Pabrik Rokok Adi Bungsu; b. Pabrik Rokok Sejahtera; c. Pabrik Rokok Putra Jagung; d. Pabrik Rokok Karya Tirta.

    (2) Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri dan pergudangan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) meliputi pengembangan kegiatan usaha industri menengah dan kecil.

    Paragraf 5

    Kawasan Peruntukan Pertanian

    Pasal 39

    (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat (1) huruf b butir 5 meliputi: a. Pertanian Lahan tegalan/lahan kering di Sub Pusat Malang Timur

    terdapat di Kelurahan Sawojajar dengan luas 16 (lebih kurang enam belas) Ha, Kelurahan Madyopuro dengan luas 234 (lebih kurang dua ratus tiga puluh empat) Ha, Kelurahan Lesanpuro dengan luas 178 (lebih kurang seratus tujuh puluh delapan) Ha. Kelurahan Kedungkandang dengan luas 184 (lebih kurang seratus delapan puluh empat) Ha. Kelurahan Cemorokandang dengan luas 245 (lebih kurang dua ratus empat puluh lima) Ha.

    b. Pertanian lahan basah terdapat di Kelurahan Cemorokandang dengan luas 84,95 Ha.

    (2) Rencana kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi a. Pengembangan sawah irigasi teknis dengan minimal luasan sebagai

    berikut: Kelurahan Cemorokandang dengan luas 84,95 Ha; b. Mempertahankan kawasan pertanian irigasi teknis dari

    pengkonversian lahan menjadi permukiman, perdagangan, industri dan fasilitas lainnya sebagai prioritas terakhir.

    c. Pengembangan kawasan terbangun diarahkan pada lahan-lahan tegalan atau lahan pertanian non-teknis, lahan yang kurang subur dengan topografi yang relatif datar

  • d. Pengoptimalan lahan yang ada untuk meningkatkan produktivitas Hasil pertanian

    e. Mempertahankan dan perbaikan jaringan irigasi yang ada dari ancaman kerusakan-kerusakan akibat pengembangan fisik kota.

    Paragraf 6 Kawasan Peruntukan Pendidikan

    Pasal 40

    (1) Kawasan peruntukan pendidikan sebagaimana dimaksud pada pasal 30

    ayat (1) huruf b butir 6 meliputi: a. Taman Kanak-Kanak sebanyak 15 unit, yang tersebar di Kelurahan

    Sawojajar 4 unit, Kelurahan Madyopuro 3 unit, Kelurahan Lesanpuro 3 unit, Kelurahan Kedungkandang 3 unit dan Kelurahan Cemorokandang 2 unit;

    b. Sekolah Dasar/sederajat tersebar merata di seluruh wilayah Sub Pusat Malang Timur sebanyak 23 unit yang menyebar di Kelurahan Sawojajar 2 unit, Kelurahan Madyopuro 9 unit, Kelurahan Lesanpuro 4 unit, Kelurahan Kedungkandang 5 unit dan Kelurahan Cemorokandang 3 unit;

    c. Sekolah Menengah Pertama/sederajat terdapat di Kelurahan Madyopu