rangkuman materi psikologi sosial

87
1 Taman Pertama Perilaku Manusia erilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003). P Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang mengatakan: As we have already indicated, attitudes lie behind many of the significant and dramatic instances of man behavior. It is for reason that many psychologists regard the study of attitudes as the central problems of social psychology. Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada

Upload: fuad-nasir

Post on 17-Jun-2015

11.725 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman Materi Psikologi sosial

1

Taman Pertama

Perilaku Manusia

erilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia  dan

dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau

genetika. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003).

PMenurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus – Organisme – Respon.

Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang mengatakan: As we have already

indicated, attitudes lie behind many of the significant and dramatic instances of man

behavior. It is for reason that many psychologists regard the study of attitudes as the central

problems of social psychology. Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada

pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang

bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk

struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan (expressed

attitudes).Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang

lain.

Sementara Kurt Lewin (1951 ) merumuskan satu model hubungan perilaku yang

mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E),

dengan rumus: B = f(P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif,

nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian

berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor

Page 2: Rangkuman Materi Psikologi sosial

2

lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang

kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,

bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik

maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap

lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif

(tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit).

Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang

dilakukan oleh makhluk hidup ( Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1).

MenurutEnsiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme

terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu

yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian

maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y.

Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme

yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar.

Untuk memahami lebih lanjut tentang perilaku manusia, marilah kita baca penjelasan-

penjelasan berikut ini.

Jenis-Jenis Perilaku Manusia

Ada beberapa jenis perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda, antara lain:

a. Perilaku tertutup dan perilaku terbuka.

Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera, melainkan

harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes. Perilaku tertutup adalah

respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert).

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Page 3: Rangkuman Materi Psikologi sosial

3

Contohnya: berpikir; berfantasi, kreatifitas, dll.  Sedangkan perilaku terbuka yaitu

perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi melalui alat indera manusia. Respon

seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Contohnya: tertawa, berjalan, berbaring, dll.

b. Perilaku reflektif dan perilaku non reflektif.

Perilaku Reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap

stimulus yang diterima oleh individu tidak sampai ke pusat susunan saraf atau otak, tapi

langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus diterima

oleh reseptor respon timbul melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran atau otak

(Walgito, 2004).Misal reaksi kedip mata bila kena sinar, menarik jari bila kena panas,

dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi dengan sendirinya secara otomatis tanpa

perintah atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga di luar kendali manusia.

Lain halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku Non – Reflektif merupakan

perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Setelah stimulus

diterima oleh reseptor akan diteruskan ke otak dan terjadi respon melalui afektor.

Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut sebagai proses

psikologi. Perilaku atau aktivitas atas dasar psikologis disebut sebagai aktivitas

psikologi atau perilaku psikologis (Branca, 1994 dalam Walgito).Perilaku ini

dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadarn atau otak. Proses perilaku ini disebut

proses psikologis.

c. Perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan

oleh  otak, yang terarah kepada obyektif, faktual, dan logis, seperti berpikir dan

mengingat. Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi

manusia yang biasanya bersifat subyektif. Perilaku  motorik yaitu perilaku yang

melibatkan gerak fisik seperti memukul, menulis, lari, dan lain  sebagainya.

Karakteristik Perilaku Manusia

1. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dan

dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya.

Page 4: Rangkuman Materi Psikologi sosial

4

2. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu : frekuensi,

durasi, dan intensitas.

3. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang yang

terlibat dalam perilaku tersebut.

4. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.

5. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).

6. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi oleh

orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau hal

pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain yang

terlibat dalam perilaku tersebut.

7. Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan cita-citanya di

kemudian hari menentukan perilaku individu dimasa kini yang berbeda-beda pula.

8. perilaku manusia sebenarnya tidak pernah berhenti pada satu titik. Perilaku

manusia pada masa lalu merupakan lanjutan perilaku sebelumnya.

9. Perilaku manusia bersifat situasional, artinya perilaku manusia akan berbeda pada

situasi yang berbeda.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Dalam memahami perilaku manusia, para ahli psikologi memiliki pandangan yang

berbeda-beda. Aliran Psikoanalisis, misalnya, memandang manusia sebagai makhluk yang

berkeinginan (Homo Valens). Oleh karenanya, menurut pandangan ini perilaku manusia

ditentukan oleh keinginan-keinginan dan dorongan libido. Sedangkan aliran Behaviorisme

memandang bahwa manusia adalah makhluk yang bersikap pasif terhadap lingkungan.

Sehingga perilaku manusia menurut teori ini merupakan bentukan dari kondisi lingkungan.

Selanjutnya dalam pandangan psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia adalah

eksistensi yang positif dan menentukan. Berangkat dari pandangan ini mereka berpendapat

bahwa perilaku manusia berpusat pada konsep diri. Jika dicermati secara seksama, perbedaan

pandangan dari masing-masing aliran mengenai perilaku disebabkan adanya perbedaan

pandangan terhadap konsep tentang manusia.

Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Di antaranya ada yang yang bersifat biologis

yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul

untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh. Misalnya saja kekurangan

Page 5: Rangkuman Materi Psikologi sosial

5

kadar makanan atau kekurangan kadar air dalam organ tubuh. Ada pula yang

bersifat psikologis dan spiritual. Yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting

dan lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa. Dari

kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang

mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua kebutuhan

tersebut.

a. Faktor Biologis

Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki motivasi biologis untuk mempertahankan

eksistensi diri dan kelangsungan spesies (keturunan). Mereka akan membutuhkan makanan

dan minuman untuk dapat bertahan hidup dan melarikan diri ketika melihat musuh yang

menakutkan serta membutuhkan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya. Oleh karena

itu, motivasi biologis memiliki pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Ketika motivasi

itu muncul maka akan mendorong manusia untuk melakukan upaya adaptasi yang bertujuan

untuk memuaskan kebutuhannya. Upaya pemuasan ini bertujuan untuk menyeimbangkan

kembali kondisi tubuhnya.

b. Faktor  Sosiopsikologis

Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang

memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai

faktor sosiopsikologis yang dapat memengaruhi perilaku manusia.beberapa ahli

mengklasifikasikannya ke dalam tiga komponen, yaitu komponen afektif, kognitif,

dan konatif. Komponen pertama merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis.

Sementara komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang

diketahui manusia. Dan komponen konatif adalah aspek visonal yang berhubungan dengan

kebiasaan dan kemauan bertindak.

Komponen afektif dari faktor sosiopsikologis terdiri dari motifsosiogenesis, sikap dan

emosi.

1) Motif sosiogenesis

Motif sosiogenesis merupakan motif sekunder yang dapat memengaruhi perilaku

sosial manusia. Secara singkat, motif-motifsosiogenesis dapat dijelaskan meliputi

motif ingin tahu, yang meliputi mengerti, menata, menduga, motif kompetensi,

Page 6: Rangkuman Materi Psikologi sosial

6

motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untu mencari identitas, kebutuhan akan

nilai dan kedambaan akan makna kehidupan serta kebutuhan akan pemenuhan diri.

2) Sikap

Sikap adalah salah satu konsep dalam psikologi sosial yang paling banyak

didefinisikan para ahli. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis

motif sosiogenesis yang diperoleh melalui proses belajar. Ada pula yang melihat

sikap dengan kesiapan saraf sebelum memberikan respon. Dari beberapa definisi

yang ada, Jalaludin menyimpulkan beberapa hal berikut: Sikap adalah

kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi

objek, ide, situasi atau nilai, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi,

relatif lebih menetap serta mengandung aspek evaluatif dan muncul dari

pengalaman.

3) Emosi

Emosi adalah kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala

kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Coleman dan Hammen

mengungkapkan bahwa emosi dapat berfungsi sebagai pembangkit energi,

pembawa informasi tentang diri seseorang, pembawa pesan kepada orang lain dan

sumber informasi tentang keberhasilan.

Selanjutnya komponen kognitif dari faktor-faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan.

Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang ghaib. Akan tetapi hanyalah

keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,

pengalaman atau intuisi. Dengan demikian kepercayaan di sini adalah yang memberikan

presepsi pada manusia dalam mempresepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan

keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap.

Sementara komponen konatif dari faktor sosiopsikologis terdiri atas kebiasaan dan

kemauan. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara

otomatis, tidak direncanakan. kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada

waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Sementara

kemauan merupakan usaha seseorang dalam mencapai tujuan. Usaha di sini tentu sangat

berkaitan dengan pengetahuan seseorang tentang hal yang akan dicapai tersebut.

Page 7: Rangkuman Materi Psikologi sosial

7

c. Faktor Spiritual (ruhani)

Selain motivasi biologis dan sosiopsikologis, manusia juga memiliki motivasi yang

bersifat spiritual. Motivasi ini tidak berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan eksistensi

diri atau memelihara kelanggengan spesies. Motivasi spiritual erat hubungannya dengan

upaya memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian, motivasi ini juga menjadi

kebutuhan pokok manusia. Karena motivasi inilah yang bisa memberikan kepuasan hidup,

rasa aman, tentram, dan bahagia.

d. Faktor Situasional

Perilaku manusia terkadang juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada

di luar dirinya. Faktor ini sering disebut sebagai  faktor situasional. Secara garis besar, faktor

ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu aspek-aspek objektif dari lingkungan,

lingkungan psikososial dan stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku. Aspek-

aspek objektif dari lingkungan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang terdiri atas

beberapa faktor sebagai berikut:

1)        Faktor ekologis

2)        Faktor desain dan arsitektural

3)        Faktor temporal

4)        Faktor analisis perilaku

5)        Faktor teknologis

6)        Faktor sosial

Sementara faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku manusia terdiri atas sistem

peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi dan

karakteristik populasi. Presepsi seseorang tentang lingkungan akan memengaruhi perilakunya

dalam lilngkungan itu. Lingkungan lazim disebut dengan iklim. Faktor-faktor situasional di

atas, tidaklah mengesampingkan faktor-faktor personal yang dimiliki seseorang. Namun

demikian juga tidak dapat dipungkiri besarnya pengaruh situasi dalam menentukan perilaku

manusia. Perlu disadari bahwa manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap

situasi yang dihadapi sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Dengan

Page 8: Rangkuman Materi Psikologi sosial

8

perkataan lain perilaku manusia merupakan hasil interaksi antara keunikan individu dengan

keumuman situasional.

Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang

yaitu Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan

perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu

(endogen), antara lain:

a. Jenis Ras

Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku

khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid

antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras

Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering

mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang

berbeda pula.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan

pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan

wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut

maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.

c. Sifat Fisik

Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya

perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik

tinggi kurus.

d. Sifat Kepribadian

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya

yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang

datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu

merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut,

kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.

e. Bakat Pembawaan

Page 9: Rangkuman Materi Psikologi sosial

9

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu

latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya

berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.

f. Intelegensi

Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi,

1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk

membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa

intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada

individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak

tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam

mengambil keputusan akan bertindak lambat.

Dalam sumber lain, dijelaskan bahwa perilaku manusia juga dipengaruhi oleh faktor

luar, diantarannya :

a. Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar

mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar

pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda

perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.

b. Agama

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang

diajarkan oleh agama yang diyakininya.

c. Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku

seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada

kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.

d.    Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,

biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku

Page 10: Rangkuman Materi Psikologi sosial

10

individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk

mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan

dapat dikuasainya.

e.       Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku

seseorang.

Teori-Teori Mengenai Perilaku Manusia

Perilaku  manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungannya.

Perilaku itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada

beberapa teori. Di antara teori tersebut sebagai berikut.

a. Teori Insting

Teori ini dikemukakan oleh McDougall, sebagai pelopor dari psikologi sosial,

yang menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali.Menurutnya, perilaku itu

disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku innate, yaitu perilaku bawaan,

dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat ini mendapat

tanggapan yang cukup tajam dari Allport yang berpendapat bahwa perilaku manusia

itu disebabkan karena banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya

dengan perilakunya.

b. Teori dorongan (drive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai

dorongan-dorongan atau drive tertentu.Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan

kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila

organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya

maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku

dan dapat memenuhi kebutuhan itu, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari

dorongan-dorongan tersebut. Oleh karena itu, menurut Hull, teori ini biasanya disebut

juga sebagai nama sebuah teori yang berteori drive reduction.

c. Teori Insentif (incentive theory)

Page 11: Rangkuman Materi Psikologi sosial

11

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu

disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme itu

berbuat atau berperilaku. Insentif atau bisa disebut reinforcement ada yang positif ada

yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah, sedangkan

reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman. Reinforcement yang positif

akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan  reinforcement negatif akan

dapat menghambat dalam organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul

karena adanya insentif atau reinforcement. Perilaku semacam ini dikupas secara tajam

dalam kategori yang disebut sebagai psikologi belajar.

d. Teori Atribusi

Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah

perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap, dan sebagainya)

atau oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukan oleh Fritz Heider dan teori ini

menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat

atribusi internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal. Mengenal hal ini lebih lanjut

akan dibicakan dalam psikologi sosial.

e. Teori Kognitif

Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka

pada umumnya yang bersangkutan akan mnemilih alternatif  perilaku yang akan

memb aa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Ini yang disebut

sebagai  model subjective expected utility (SEU). Dengan kemampuan memilih ini

berarti faktor berpikir berperan dalam mementukan pilihannya. Dengan kemampuan

berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan

pertimbangannya di samping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan

juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam

model SEU kepentingan pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang berperilaku

kadang-kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.

Berbagai Pendekatan untuk Memahami Perilaku Manusia yang Beragam

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri

adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik

dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan,

Page 12: Rangkuman Materi Psikologi sosial

12

cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda

satu sama lain.

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah;

pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan

tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan

masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.

Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari

lingkungan itu sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam

perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat

menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam

menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya

sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau

ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang

lingkungan.

Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli

lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.

Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions)

yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3. Proses

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)

adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang

ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan

perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.

Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu

mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada

respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang. Dalam

Page 13: Rangkuman Materi Psikologi sosial

13

pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian

diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.

4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman

masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu

fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa

memperhatikan proses masuknya dalam sistem.

Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus

tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya. Menurut

pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang

relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego

ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.

5. Tingkat dari Kesadaran

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi

dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,

dipertimbangkan sangat penting.

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya

aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak

dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan

berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti

bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.

Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6. Data

Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada

dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner. Pendekatan reinforcement

mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat

observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan

bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi

bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

Page 14: Rangkuman Materi Psikologi sosial

14

Domain Perilaku Manusia

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3

domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan

yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,

yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari

ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor

(psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan

pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

a. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai

dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,  kondisi

fisik.

Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam

pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Page 15: Rangkuman Materi Psikologi sosial

15

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya

dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi / objek.

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen

pokok :

Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Page 16: Rangkuman Materi Psikologi sosial

16

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support)

praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai

praktik tingkat tiga

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara

terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu

Page 17: Rangkuman Materi Psikologi sosial

17

(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut

terjadi proses berurutan yakni :

Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus (objek)

Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

Page 18: Rangkuman Materi Psikologi sosial

18

Taman Kedua

Persepsi Sosial

ersepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan

adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

penerima yaitu alat indra.Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada

umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan

proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

PPengertian Persepsi

Moskowitz & Orgel Berpendapat bahwa Persepsi merupakan proses pengorganisasian

penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga

merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integret dalam diri individu

(Psiko Social Bimo Walgito 2003 : 541).

            Menurut Davidoff Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan

menginterpretasikan terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu

yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.

            Menurut Gibson Persepsi sebagai suatu proses pengenalan maupun proses pemberian

arti terhadap lingkungan oleh individu.

Proses dan Sifat Persepsi

Proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat

indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan

pengumpulan informasi tentang stimulusyangada.

2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian

informasi.

Page 19: Rangkuman Materi Psikologi sosial

19

3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan

melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta

pengetahuan individu.

Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses

persepsi, yaitu:

1. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu

sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.

2.  Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa

banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan

perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya

informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.

3.  Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat

disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.

Aspek-Aspek dalam Persepsi

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen,

dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:

1.     Komponen kognitif, Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau

informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini

kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2.  Komponen Afektif, Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi

sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem

nilai yang dimilikinya.

3.   Komponen Konatif, Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang

berhubungan dengan obyek sikapnya.

           Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi indiviu semakin mudah dan semakin sering mereka

berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok

budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi :

1. Pengindraan (sensasi),melalui alat-alat indra kita (indra perasa,indra peraba,indra

pencium,indra pengecap,dan indra pendengar) maka pesan dikirim ke otak dan di

Page 20: Rangkuman Materi Psikologi sosial

20

pelajari.semua indra mempunyai andil dalam komunikasi manusia,penglihatan

menyampaikan pesan non verbal ke otak untuk di tafsirkan,penciuman,sentuhan dan

pengecapan,terkadang memainkan peran penting dalam berkomunikasi, seperti jabat

tanggan yang kuat.

2.  Atensi atau Perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil infirmasi dari

sejumlah besar informasi yang didapatkan dari pengindraan,ingatan,dan proses

kognitif lain.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumber daya mental yang

terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan

tertentu.

3.  Interpretasi adalah proses komunikasi  lisan atau gerakan atau antara dua atau lebih

pembicara yang dapat menggunakan symbol-simbol yang sama,baik secara simultan

(dikenal dengan interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagiai interpretasi

berurutan).

Komunikasi Non-verbal

Komunikasi non-verbal merupakan komulikasi antar individu tanpa melibatkan isi bahasa

lisan, namun mengandalkan bahasa-bahasa  non lisan melaluin expresi wajah, kontak mata,

dan bahasa tubuh. Perilaku nonverbal relative tidak bias dikekang dan sulit di control.

Petunjuk nonverbal yang ditampilkan oleh seseorang dapat mempengaruhi perasaan kita

meskipun kita tidak secara sadar memperhatikan petunjuk ini,atau sengaja membaca

perasaanya. Saluran komunikasi nonverbal ada 4,yaitu :

1. Ekspresi Wajah “Wajah adalah Gambaran Jiwa”,Perasaan dan emosi manusia

seringkali terbaca di wajahnya dan dapat di kenali melalui berbagai ekspresinya.emosi

dasar manusia ada 6 : Marah,Takut,Bahagia,Sedih,Terkejut,Jijik.contoh : orang yang

sedang marah maka raut mukanya akan memerah.

2. Kontak Mata “Mata adalah Jendela Hati”,Kita bisa mengetahui perasaan orang lain

melalui tatapan mata.kontak mata yang intensitasnya tinggi bias di interpretasikan

sebagai bentuk rasa suka,tetapa ada pengecualian jika seseorang memandangi kita

secara terus menerus dan memperhatikan kontak mata tanpa peduli apapun yang

sedang dikerjakanya,jenis pandangan ini sering disebut staring(menatap).

3. Bahasa Tubuh (gesture,postur,dan gerakan).Bahasa tubuh seringkali

menggungkapkan emosional seseorang.makin banyak pola gerakan tubuh juga

Page 21: Rangkuman Materi Psikologi sosial

21

menyerupai makna tersendiri.gesture(sikap tubuh)didalamnya terdapat

emblem(gerakan tubuh yang menyaratkan makna khusus menurut budaya tertentu).

Sentuhan,sentuhan merupak suatu hal yang dapat membangkitkan perasaan positif orang

yang di sentuh.contohnya Jabat Tangan,Jabat tangan mengungkapkan banyak hal tentang

orang lain.misal jabat tangan yang kuat merupakan teknik yang baik untuk menampilkan

kesan pertama yang menyenangkan pada orang lain

Atribusi

Atribusi merupakan proses dimana kita mencoba mencari informasi mengenai

bagaimana seseorang berbuat dan mengapa mereka berbuat demikian.

Teori Atribusi Harold Kelley, memandang individu sebagai psikologi amatir yang

mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapi, ia

mencoba menemukan apa yang menyebabkanya ,atau apa yang mendorong siapa melakukan

apa.Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa tergantung pada interpretasi kita tentang

peristiwa itu. ada 3 sumber informasi penting untuk menjawab mengapa dalam perilaku

orang lain,yaitu :

1.  Konsensus, yaitu derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa

tertentu dengan orang yang sedang kita observasi (apakah orang lain bertindak sama

seperti penanggap).

2. Konsistensi, yaitu derajat k3esamaan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus atau

suatu peristiwa yang berbeda-beda (apakah penanggap bertindak sama pada situasi

yang lain).

3.  Distingsi, yaitu derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau

peristiwa yang berbeda (apakah orang itu bertindak sama pada situasi lain atau pada

saat itu saja.

Kita mengatribusikan perilaku orang lain pada penyebab internal bila (consensus dan

distingsi rendah namun konsistensi tinggi),namun sebaliknya,kita mengantribusikan perilaku

orang lain pada penyebab eksternal bila(consensus,distingsi dan konsistensi tinggi.

Eleman Sosial dalam Penilaian

Ada 3 elemen yang merupakan petunjuk tidak langsung ketika menilai seseorang :

Page 22: Rangkuman Materi Psikologi sosial

22

1. Elemen pribadi, proses pembentukan persepsi sosial berdasarkan penilaian

pribadi,antara lain yang dilakukan dengan cepat,ketika melihat penampilan fisik,jenis

kelamin,suku/ras,status sosial ekonomi,pekerjaan,dll.contoh,seseorang laki-laki yang

menggunakan anting maka akan di persepsikan sebagai orang yang nakal,

2. Elemen situasi, Semakin banyak atau kaya pengalaman hidup seseorang,semakin

bijak persepsi sosial yang dibentuk dari situasi.contoh,seorang dosen yang berjalan

dengan siswanya bila mereka berjalan di kampus ,orang akan menilai itu hanyalah

mahasiswanya. tetapi apabila mereka berjalan di bioskop maka orang akan menilai

bahwa orang itu selingkuhanya.

3. Elemen perilaku, Perilaku membutuhkan bukti-bukti yang dapat diamati untuk

mengidentifikasi aktivitas seseorang.Ketajaman pengamatan seseorang menentukan

persepsi orang lain.orang mengandalkan perilaku nonverbal untuk menguatkan

perilakunya,namun hasilnya kadang akurat karena terletak pada kata-kata dan ekspresi

wajah.tombol komunikasi sepenuhnya berada dibawah kenali orang yang

dinilai,sehinga ia dapat mengatur kata-kata dan ekspresinya.namun isyarat bahasa

tubuh dan perubahan intonasi suara merupakan petunjuk yang sangat berharga alam

proses persepsi sosial bersumber paa elemen perilaku. Contoh, penelitian terhadap

siswa yang suka ngantuk di dalam kelas, tentunya penelitian itu tidak bisa jika hanya

dilakukan satu atau dua kali saja,,maka diperlukan waktu yang cukup banyak atau

lama untuk bisa mendapatkan kesimpulan tentang siswa yang suka nagntuk di dalam

kelas.

Pembentukan dan Manajemen Kesan

Pembentukan kesan adalah Proses dimana kita membentuk kesan tentang orang lain.

pada banyak hasil penelitian, ternyata banyak ditemukan bahwa kesan pertama sangat

berpengaruh dan sangat penting dalam kelanjutan persepsi orang lain terhadap kita. Ketika

memberi kesan pada suatu sesungguhnya kita tidak memberikan kesan sebagian-sebagian

tetapi keseluruhan dari apa yang akan kita beri kesan.

Pembentukan kesan pertama kepada orang lain terjadi dalam waktu yang relative

pendek.penyebabnya adalah implicit personality theory,yakni kecenderungan

menggabungkan beberapa sifst sentral dan peripheral.kesan pertama seringkali salah karena

lebih percaya teori sendiri daripada kenyataan.

Page 23: Rangkuman Materi Psikologi sosial

23

Slanjutnya untuk membuat kesan pertama kita baik pada seseorang, maka diperlukan

sebuah manajeman kesan yang teriri atas 2 bentuk :

1. Strategi self-enhancenent,Suatu usaha yang dilakukan untuk menampilkan kesan

pertama yang disukai pada orang lain.meliputi meningkatkan penampilan fisik

melalui gaya berbusana,charisma diri,dan penggunaan atribut sehingga berusaha

membuat deskripsi diri yang positif.misal,Pada saat dating ke pesta pernikahan

menggunakan pakaian yang rapi,jas misalnya serta menggunakan jam tangan.

2. Strategi other-enhancement,Suatu upaya untuk membuat orang yang dituju merasa

nyaman.misaql dengan pujian (membuat pernyataan yang memuji orang yang kita

tuju,sifat-sifat atau kesuksesannya).

Page 24: Rangkuman Materi Psikologi sosial

24

Taman Ketiga

Interaksi Sosial

enurut Kimball Young dan Raymond, W. Mack, interaksi sosial adalah kunci

dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan

mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain bahwa interaksi sosial

merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial dapat terwujud dalam

berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain.

MGillin dan Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan

pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup scmacam itu baru akan terjadi

apabila orang-orang atau kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling berbicara, dan

seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan

antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat

terjadinya interaksi sosial :

a.       Adanya kontak sosial (social contact)

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar

individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat

langsung (face to face) maupun tidak langsung atau sekunder. Yakni kontak sosial yang

dilakukan melaui perantara, seperti melalui telepon, orang lain, surat kabar, dan lain-lain.

Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat

negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu

interaksi sosial.

b.      Adanya Komunikasi Sosial

Page 25: Rangkuman Materi Psikologi sosial

25

yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin

disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap

perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut,

sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh

kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan

reaksi apa yang dilakukannya.

Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)        Pelaku lebih dari satu orang

2)        Adanya komunikasi di antara pelaku

3)        Adanya tujuan mungkin sama atau tidak sama antar pelaku

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor yang ada diluar

individu, seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut

dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Empat

faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial adalah sebagai berikut :

a.       Imitasi

Berarti meniru perilaku dan tindakan orang lain. Imitasi memiliki segi positif dan

negatif, dikatakan positif apabila suatu individu meniru perilaku individu lain yang baik

sesuai nilai dan norma masyarakat, dikatakan negatif ketika berlawanan dengan pernyataan

diatas.

b.      Sugesti

Sugesti merupakan suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara 

pandangan tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Akibatnya, pihak yang

dipengaruhi akan tergerak mengikuti pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak

sadar tanpa berpikir panjang. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada

usia, kepribadian,  kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang.

Sugesti dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

1. Sugesti kerumunan (crowd suggestion)

adalah penerimaan yang tidak didasarkan pada penalaran, melainkan karena

keanggotaan atau kerumunan.

2. Sugesti negatif (negative suggestion) ditujukan untuk menghasilkan tekanan-

tekanan atau pembatasan tertentu.

Page 26: Rangkuman Materi Psikologi sosial

26

3. Sugesti prestise (prestige suggestion) adalah sugesti yang muncul sebagai akibat

adanya prestise orang lain

c.       Identifikasi

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses

imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Orang lain yang menjadi

sasaran identifikasi dinamakan idola.

Sikap, prilaku, keyakinan, dan pola hidup yang menjadi idola akan melembaga bahkan

menjiwai para pelaku identifikasi, sehingga sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan

perkembangan kepribadiannya.

d.      Simpati

Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam

proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada

simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

Pola-Pola Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu proses yang dapat memberikan pola interaksinya.

Pola interkasi sosial merupakan bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang bersifat dinamis

dan mempunyai pola tertentu. Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1)      Didasarkan atas kedudukan sosial (status) dan peranannya.

2)      Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang

merupakan hasil dari kegiatan tadi.

3)      Mengandung dinamika. Artinya dalam proses interaksi sosial terdapat berbagai keadaan

nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran.

4)      Tidak mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu.

Dari pola-pola tersebut, berdasarkan bentuknya, interaksi sosial dapat diklasifikasikan

menjadi tiga pola, yaitu:

1)      Pola interaksi individu dengan indiuidu

Dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang 

mengakibatkan munculnya beberapa fenomena, seperti: jarak sosial, perasaan simpati dan

antipati, intensitas dan frekuensi interaksi.

Page 27: Rangkuman Materi Psikologi sosial

27

2)      Pola ini merupakan bentuk hubungan antara individu dengan individu sebagai anggota

suatu kelompok yang menggambarkan mekanisme kegiatan kelompoknya. Dimana setiap

perilaku didasari kepentingan kelompok, diatur dengan tatacara yang ditentukan

kelompoknya, dan segala akibat dari hubungan merupakan tanggung jawab bersama.

3)      Pola interaksi kelompok dengan kelompok

Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi antar

kelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya

perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya.

Bnetuk-Bentuk Interaksi Sosial

Gillin dan gillin menggolongkan proses sosial yang muncul akibat dari adanya interaksi

sosial menjadi dua jenis, yakni proses yang mengarah pada terwujudnya persatuan dan

integrasi sosial (asosiatif) dan proses oposisi yang berarti cara berjuang untuk melawan

seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu (disosiatif).

1. Asosiaatif

Asosiatif merupakan bentuk interaksi yang akan mendorong terciptanya pola

keteraturan sosial. Berikut adalah bentuk-bentuk dari asosiatif :

a)      Kerja Sama (cooperation)

Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut

berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan

harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi

semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas

jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu

diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat

terlaksana dengan baik.

Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley :

”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”

Page 28: Rangkuman Materi Psikologi sosial

28

b)     Akomodasi

Akomodasi (accomodation) dalam sosiologi memiliki dua pengertian, yaitu

menggambarkan suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menggambarkan suatu

keadaan berarti adanya keseimbangan interaksi sosial yang berkaitan dengan norma

dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan akomodasi sebagai suatu

proses menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan

yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang

digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-

hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya,

sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling

bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa

menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Akomodasi mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:

1)      Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan

kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Berarti, terjadi

penguasaan (dominasi) suatu kelompok atas pada kelompok yang lemah. Contoh:

dalam sistem perbudakan atau penjajahan.

2)      Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang

terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agat tercapai suatu penyelesaian.

Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi adalah semua pihak bersedia untuk

merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya. Contoh: Perjanjian antara

Indonesia dengan Malaysia tentang batas wilayah perairan.

3)      Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang

berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri, sehingga dilakukan melalui

pihak ketiga. Pihak ketiga di sini dapat ditunjuk oleh dua belah pihak atau oleh

suatu badan yang dianggap berwenang. Contoh: pertentangan antara karyawan

dan pengusaha, diselesaikan melalui serikat buruh serta Departemen Tenaga

Kerja sebagai pihak ketiga.

Page 29: Rangkuman Materi Psikologi sosial

29

4)      Mediasi (mediation), yaitu suatu bentuk akomodasi yang hampir sama

dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah bersikap

netral dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan

penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak. Contoh: mediasi pemerintah

RI untuk mendamaikan faksi-faksi yang berselisih di Kamboja. RI hanya menjadi

fasilitator, sedangkan keputusan mau berdamai atau tidak tergantung niat baik

masing-masing faksi yang bertikai.

5)      Konsiliasi (conciliation), yaitu bentuk akomodasi untuk mempertemukan

keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang bertikai untuk tercapainya

kesepakatan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan

kepada pihak-pihak yang bertikai untuk mengadakan asimilasi. Contoh: panitia

tetap penyelesaian masalah ketenagakerjaan mengundang perusahaan dan

perwakilan karyawan untuk menyelesaikan pemogokan.

6)      Toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan

yang resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara tidak sadar dan tanpa

direncanakan karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin

menghindarkan diri dari perselisihan yang saling menrugikan kedua belah pihak.

Contoh: umat yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, tidak makan di

sembarang tempat.

7)      Stalemate, yaitu bentuk akomodasi ketika kelompok yang bertikai

mempunyai kekuatan yang seimbang. Lalu keduanya sadar bahwa tidak mungkin

lagi untuk maju atau mundur, sehingga per-tentangan atau ketegangan antara

keduanya akan berhenti dengan sendirinya. Contoh: pcrsaingan antara Blok Barat

dan Blok Timur Eropa berhenti dengan sendirinya tanpa ada pihak yang kalah

ataupun menang.

8)      Ajudikasi (adjudication), yaitu penyelesain masalah atau sengketa melalui

pengadilan atau jalur hukum. Contoh: Persengketaan tanah warisan yang

diselesaikan di pengadilan.

9)      Displacement, yaitu bentuk akomodasi yang merupakan untuk mengakhiri

suatu pertentangan dengan cara mengalihkan perhatian pada objek bersama.

Contoh: adanya persengketaan Indonesia-Australia tentang batas ZEE berakhir

Page 30: Rangkuman Materi Psikologi sosial

30

setelah dilakukan pembagian eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi di Cclah

Timor. Persengketaan

yang terjadi karena keberadaan sumberdaya alam, dan bukan ZEE.

10)  Konversi, yaitu bentuk akomodasi dalam menyelesaikan konflik dimana salah

satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain. Contoh:

dua keluarga besar bermusuhan karena perbedaan prinsip, tetapi karena anak

mereka saling menjalin cinta yang tidak mungkin dipisahkan, sikap permusuhan

pun luluh dan bersedia saling menerima pertunangan anak-anaknya.

c)      Asimilasi

Asimilasi (assimilation) berarti proses penyesuaian sifat-sifat asli yang

dimiliki dengan Sifat-sifat lingkungan sekitar. Gillin dan Gillin menjelaskan bahwa

suatu proses sosial dikategorikan pada asimilasi apabila mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut.

1)      Berkurangnya perbedaan karena adanya usaha-usaha untuk mengurangi dan

menghilangkan perbedaan antara orang atau kelompok.

2)      Mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan

kepentingan serta tujuan bersama.

3)      Setiap orang sebagai kelompok melakukan interaksi secara langsung dan intensif

secara terus-menerus.

4)      Setiap individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya,

menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara

kelompok yang satu dengan kelompok lain, sehingga perbedaan-perbedaan yang ada

akan hilang atau melebur menjadi satu.

Asimilasi merupakan proses sosial tahap lanjut atau tahap penyempurnaan.

Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerjasama dan akomodasi. Asimilasi

dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut :

1)      Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.

2)      Terjadi pergaulan antar individu atau kelompok secara intensif dalam waktu yang

relatif lama.

3)      Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan

diri.

Page 31: Rangkuman Materi Psikologi sosial

31

d)     Akulturasi

Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya unsur-unsur kebudayaan yang

berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian

kebudayaannya yang asli.

Lamanya proses akulturasi sangat tergantung pada persepsi masyarakat

setempat terhadap budaya luar yang masuk. Akulturasi bisa terjadi dalam waktu yang

relatif lama apabila masuknya melalui proses pemaksaaan. Sebaliknya, apabila

masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat. Contoh:

Candi Borobudur merupakan  perpaduan kebudayaan India dengan kebudayaan

Indonesia; musik Melayu bertemu dengan musik Spanyol menghasilkan musik

keroncong.

2. Disosiatif

Walaupun proses sosial ini kurang mendorong terciptanya keteraturan sosial.

Bahkan cenderung ke arah oposisi yang berarti cara yang bententangan dengan seseorang

ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Walau demikian, ada juga manfaatnya

demi tercipta suatu keteraturan sosial. Proses disosiatif dapat dibedakan ke dalam empat

bentuk sebagai berikut :

1)      Persaingan

Persaingan (Competition) merupakan suatu proses sosial ketika berbagai pihak

saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan

terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas

atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Contoh: dalam sepakbola dikenal

istilah fair play. Hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala dingin oleh

berbagai pihak yang bersaing, tanpa ada rasa dendam. Karena sejak awal, masing—

masing pihak telah menyadari akan ada yang menang dan kalah. Persaingan memiliki

beberapa fungsi sebagai berikut :

a.       Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut

dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.

b.      Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama yang

menimbulkan konflik.

c.       Menyeleksi individu yang pantas memperoleh status dan peran yang sesuai

dengan kemampuannya.

2)      Kontravensi

Page 32: Rangkuman Materi Psikologi sosial

32

Kontravensi (contravension) merupakan proses sosial yang ditandai adanya

ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap

kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka.

Kontravcnsi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai

terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan

pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa

juga dengan pendirian masyarakat. Perang dingin merupakan kontravensi karena

tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak

diserang secara fisik, melainkan secara psikologis.

Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk

kontravensi sebagai berikut :

a.       Kontravensi umum, contoh: penolakan, perlawanan, protes, gangguan,

mengancam pihak lawan.

b.      Kontravensi sederhana, contoh: menyangkal pernyataan orang di depan umum,

memaki melalui Surat selebaran, atau mencerca.

c.       Kontravensi intensif, contoh: penghasutan, penyebaran desas-desus, memfitnah.

d.      Kontravensi rahasia, contoh: pembocoran rahasia, khianat, subversi.

e.       Kontravensi taktis, contoh: mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.

3)      Pertikaian

Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Sebab,

perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya

perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Semakin tajam perbedaan

mengakibatkan amarah dan rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai,

menghancurkan atau menyerang pihak lain. Pertikaian jelas sekali mengarah pada

disintegrasi antar individu maupun kelompok. 

4)      Konflik

Pertentangan atau konflik (conflict) adalah suatu perjuangan individu atau

kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan

yang disertai ancaman dan kekerasan. Pengertian konflik yang paling sederhana

adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud

pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai

suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, di mana pihak yang satu berusaha

Page 33: Rangkuman Materi Psikologi sosial

33

menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak

berdaya.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik adalah sebagai berikut :

a.       Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi

yang berbeda pula.

c.       Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, diantaranya

menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.

d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Konflik kadang-kadang diperlukan dalam suatu kelompok atau organisasi

sosial. Adanya pertentangan dalam suatu kelompok atau organisasi sosial merupakan

hal biasa. Apabila dari pertentangan tersebut dapat dihasilkan kesepakatan, maka akan

terwujud integrasi yang lebih erat dari sebelumnya. Konflik juga akan membawa

akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan

memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan

menjadikan masyarakat lebih baik..

Hasil dan akibat suatu konflik adalah sebagai berikut :

a.       Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalai konflik

dengan kelompok lain.

b.      Keretakan hubungun antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik

antarsuku.

c.       Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling

curiga akibat perang.

d.      Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.

e.       Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Page 34: Rangkuman Materi Psikologi sosial

34

Taman Keempat

Kelompok Sosial

alam kehidupan sehari-hari kita ,engenal adanya geng-geng motor, massa yang

sedang berdemo, orang-orang yang sedang mengikuti ujian penerimaan CPNS,

serta lomba gerak jalan santai. Itu semua adalah bagian dari kelompk sosial.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa kita adalah bagian dari kelompok sosial, sebab kita adalah

makhluk sosial. Namun kita jangan terpaku bahwa kelompok sosial merupakan sekumpulan

orang yang melakukan sesuatu dan saling kenal. Seperti pada contoh tadi, perlombaan gerak

jalan santai yang diikuti oleh ribuan orang pun disebut kelompk sosial. Sebenarnya apakah

kelompok sosial itu ? simaklah pembahasan pada bab ini untuk memahaminya, enjoy !

D

Pengertian Kelompok Sosial

Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan

dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu

(manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh

kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.

Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama

lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatan hubungan antar

individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suatu waktu dibedakan secara

kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan

arah interaksi terkecil.

Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne:

· Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.

· Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota

yang lain.

· Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan

tahun).

· Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.

Page 35: Rangkuman Materi Psikologi sosial

35

· Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka

memiliki set peran.

· Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan

keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat.

Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok social

merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling

ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong (R.M. Macler & Charles H. Page:

Society, An Introductory Analysis, Macmillan & Co.Ltd., London, 1961: 213). Kelompok

sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena

adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan

timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong

(Soejono Soekanto, 2006:104).

Ciri-Ciri dan Syarat Kelompok Sosial

Berikut ini akan disebutkan beberapa ciri kelompok sosial.

· Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain

· Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain

berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di

dalamnya.

· Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan

terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing

· Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur

interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.

· Berlangsungnya suatu kepentingan.

· Adanya pergerakan yang dinamik.

Adapun syarat kelompok sosial sebagai berikut.

a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari

kelompok yang bersangkutan.

b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.

c. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga

hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama,

kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.

d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

Page 36: Rangkuman Materi Psikologi sosial

36

Macam-Macam Kelompok Sosial

a. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada

tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt

kemudian membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya organisasi hubungan sosial antara

kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat macam antara lain:

1. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial

dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah

kecamatan.

2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak

mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.

3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan

berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh:

Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain.

4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada

persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para

anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan

organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain. Berdasarkan interaksi sosial agar

ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi

beberapa macam, antara lain:

1. Kelompok Primer

Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling

mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan, sedangkan menurut Goerge Homan,

kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali

berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung

(bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, RT, kawan sepermainan,

kelompok agama, dan lain-lain.

2. Kelompok Sekunder

Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang

kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya, partai

politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

3. Kelompok Formal

Page 37: Rangkuman Materi Psikologi sosial

37

Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran

Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari

kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

4. Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-

kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan

ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi

pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan

simpati. Misalnya, kelompok arisan dan sebagainya.

b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu

Suatu individu merupakan kelompok kecil dari suatu kelompok sosial atas dasar usia,

keluarga, kekerabatan, seks, pekerjaan, hal tersebut memberikan kedudukan prestise

tertentu/sesuai adat istiadat. Dengan kata lain keanggotaan dalam masyarakat tidak selalu

gratis.

c. In Group dan Out Group

Summer membedakan antara in group dan out group. In group merupakan kelompok

sosial yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya.

Out group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in

group jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya disebut out group. Contohnya, istilah kita

atau kami menunjukkan adanya artikulasi in group, sedangkan mereka berartikulasi out

group. Perasaan in group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan

etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang

terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Sikap in group dan out group dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau

antipati. Sikap in group dan out group merupakan dasar sikap etnosentrisme yang merupakan

sikap bahwa setiap sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan

benar. (JBAF Mayor Polak, Buku Pengantar Ringkas, Balai Buku Ikhtiar Jkt, 1966).

d. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer (primary group) atau face

to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, di mana para anggota-

anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja sama yang erat. Contohnya, keluarga,

kelompok bermain, dan lain-lain. Kelompok sekunder (secondary group) ialah kelompok

yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan

Page 38: Rangkuman Materi Psikologi sosial

38

pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng, contohnya, hubungan kontrak

jual beli.

e. Paguyuban dan Patembayan

Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa paguyuban (gemeinschaft) ialah bentuk

kehidupan bersama, di mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni

dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan

batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga,

kelompok kekeluargaan, rukun tetangga, dan lainlain.

Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka

waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat

dalam mesin. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar

pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lainlain.

f. Formal Group dan Informal Group

J.A.A. Van Doorn membedakan kelompok formal dan informal. Formal group ialah

kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya

untuk mengatur hubungan antara sesama, contohnya, organisasi. Informal group tidak

mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut

biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi dasar

pertemuan, kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama, contohnya,

klik (clique).

g. Membership Group & Reference Group

Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi

anggota kelompok tersebut. Reference group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi

acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan

perilakunya.

Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harold H. Kelley, Shibutani, dan

Ralph H.Turner mengemukakan adanya dua tipe umum reference group yakni tipe normatif,

yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan tipe perbandingan, yang

merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.

h. Kelompok Okupasional dan Volunter

Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya

fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan

yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter

indonesia, dan lain-lain.

Page 39: Rangkuman Materi Psikologi sosial

39

Okupasional diambil dari kata okupasi yang berarti menempati tempat atau objek kosong

yang tidak mempunyai penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-

orang yang dapat memonopoli suatu teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan

tertentu seperti halnya etika profesi, sedangkan volonter adalah orang yang mempunyai

kepentingan yang sama, namun tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok ini

dapat memenuhi kepentingankepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu

kepentingan masyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter karena beberapa hal

antara lain:

1) kebutuhan sandang dan pangan

2) kebutuhan keselamatan jiwa dan raga

3) kebutuhan akan harga diri

4) kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri

5) kebutuhan akan kasih sayang

i. Kelompok-kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur

Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja

diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarmereka. Ciriciri kelompok

teratur, antara lain:

· Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya tampak pada nama kelompok, simbol

kelompok,dll).

· Memiliki daftar anggota yang rinci.

· Memiliki program kegiatan yang terus-menerus diarahkan kepada pencapaian tujuan yang

jelas.

· Memiliki prosedur keanggotaan.

Contoh kelompok teratur antara lain berbagai perkumpulan pelajar atau mahasiswa, instansi

pemerintahan, parpol, organisasi massa, perusahaan, dan lainlain.

Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai macam, antara lain:

1. Kerumunan (Crowd) adalah individu yang berkumpul secara bersamaan serta kebetulan di

suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan. Bentukbentuk kerumunan antara lain:

· Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences) Merupakan

kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dann persamaan tujuan, tetapi

sifatnya pasif, contohnya menonton film.

· Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive Group) Adalah

kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan

tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan

Page 40: Rangkuman Materi Psikologi sosial

40

tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-

ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang berpesta,

berdansa, dsb.

2. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds)

· Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations)

Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya

maksud seseorang. Contoh; orang-orang yang antri karcis, orang-orang yng menunggu bis

dan sebagainya.

· Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowd)

Yaitu orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.

· Kerumunan penonton (spectator crowd)

Karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan

khalayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan,

sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.

3. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.

· Kerumunan yang bertindak emosional

· Kerumunan yang bersifat imoral.

Faktor Pembentuk Kelompok Sosial

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri

atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada

juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan

pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan

seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain

dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal.

Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak

geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan

bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk

kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan

menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok

pertemanan.

Kesamaan

Page 41: Rangkuman Materi Psikologi sosial

41

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi

juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka

berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang

dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-

karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan factor utama dalam memilih calon

pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.

Taman Kelima

Page 42: Rangkuman Materi Psikologi sosial

42

Sikap dan Perilaku

enurut Bimo Walgito dalam bukunya Psikologi Sosial suatu pengantar:

Psikologi merupakan ilmu tentang prilaku atau aktivitas-aktivitas individu

(Branca,1994;Morgan,dkk) Prilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam

pengertian yang luas, yaitu prilaku yang menampak (over behavior) dan prilaku yang tidak

menampak(inner behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas

motorik yang termasuk aktivitas emosional dan kognitif.

MPerbedaan Antara Sikap dan Perilaku

Sebagaimana diketahui perilaku  atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme

itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh

organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun

demikian, sebagian terbesar dari perilaku arganisme itu sebagai respon terhadap stimulus

eksternal. Ada ahli yang memandang bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan

sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya dan individu atau organisme seakan-akan tidak

mempunyai kemampuan untuk  menentukan perilakunya, hubungan stimulus dan respon

seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan semaca ini umumnya merupakan pandangan

yang bersifat behavioritis.

Berbeda dengan pandangan kaum behavioris adalah pandangan dari aliran kognitif,

yaitu yang memandang perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri

individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya. Ini berarti individu

dalam keadaan aktif dalam menentukan perilaku yang diambilmya (Psikologi Sosial, Prof.

Dr. Bimo Walgito).

Menurut Sarlito Warawan Sarwono, dalam bukunya Psikologi sosial:

Walaupun sikap merupakan salah satu pokok bahasan  yang penting dalam psikologi

sosial, para pakar tidak selalu sepakat tentang definisinya:

Page 43: Rangkuman Materi Psikologi sosial

43

1. Attitude is a favourable or unfavourable evaluative reaction to ward something or

someone, exhibitted in one’s belief. Feelings or intended behavior (Myers, 1996).

Myers menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau tidak

disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan

atau keinginan bersikap.

2. An attitude is a disposition to respond favourably or unfavourably to an object,

person, institution or event (Azjen, 1998). Sedangkan Azjen menyatakan sebuah sikap

adalah sebuah kecenderungan untuk merespon secara suka atau tidak suka

kepada  sebuah objek, orang, lembaga atau kejadian.

3. Attitude is a psichologycal tendency that is expressed by evaluating a particular

entity with some degree of favour or disfavour (Eagly and Chaiken, 1997). Mereka

berpendapat bahwa adalah sebuah kecenderungan psikologi yang diekspresikan

dengan penilaian sebuah identitas tertentu dengan beberapa tingkatan yang disukai

atau tidak disukai.

Dari definisi-definisi tersebut, tampak bahwa meskipun ada perbedaan, semua

sependapat bahwa ciri khas dari sikap adalah:

1. Mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya)

2. Mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka)(Sarlito

Wirawan Sarwono).

Dikutip dalam internet: perbedaan terletak pada proses terjadinya dan penerapan dari

konsep tentang sifat ini. Mengenai proses terjadinya  sebagian besar pakar berpendapat

bahwa sikap adalah suatu yang dipelajari(bukan bawaan). Oleh karena itu sikap sikap lebih

bisa untuk dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto pengertian sikap

adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di

masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan dilakukan

manusia biasanya tergantung pada apa permasalahannya serta benar-benar berdasarkan

keyakinan atau keprcayaanny masing-masing.

Ada tiga macam sikap, yaitu:

1.Negatif : isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya

hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa. Conth PKI atau orang-orang

yang beraliran komunis di Indonesia pada zaman Indonesia baru merdeka.

Page 44: Rangkuman Materi Psikologi sosial

44

2. Positif : isi ajarannya ditolak, namun penganutnya diterima serta dihargai.

Contoh  Anda beragama Islam  wajib menolak agama lain didasari oleh keyakinan

pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusiannya Anda hargai.

3.Ekumenis : isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu

terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan

keprcayaan sendiri. Contohnya anda dengan teman anda sama-sama beragama Islam

atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.

Sikap merupakan pengalaman subjektif, asumsi ini menjadi dasar untuk definisi-

definisi pada umumnya, meskipun beberapa penulis terutama Bem (1967), menganggap

bahwa berbagai pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan dari

pengamatannya atas prilakunya sendiri.

Pengertian Perilaku

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia atau

human behavior. Bentuk tingkah laku manusia adalah segala aktivitas, perbuatan dan

penampilan diri sepanjang hidupnya. Bentuk tingkah laku manusia adalah aktivitas individu

dengan relasinya dalam lingkungannya behavior(tingkah laku) adalah reaksi total, motor, dan

kalenjer yang digerikan sewaktu organisme kepada sesuatu situasi yang dihadapi(Veithzal

Rivai, kepemimpinan dan perilaku Organisasi).

Setelah lama membangun teori dan dilakukan penelitian, disepakati bahwa prerilaku

adalah:

1.Prilaku adalah akibat

Contoh: seseorang yang akan dipecat dari perusahaan akan bekerja keras

mencari lowongan kerja untuk mempertahankan hidupnya.

2.Perilaku diarahkan oleh tujuan

Contoh: seorang manager melihat tingkah efektifitas kerja bawahannya rendah

karena pendidikannya yang rendah maka diperlukan pelatihan atau kursus untuk

meningkatkan produktifitasnya.

3.Perilaku yang diamati bisa diukur

Contoh: membuat laporan, menyusun program

4.Perilaku yang tidak dapat secara langsung diamati

Contoh: berpikir

5.Perilaku dimotivasi atau didorong

Page 45: Rangkuman Materi Psikologi sosial

45

Contoh: seseorang akan termotivasi dengan adanya sesuatu yang lebih baik.

Jadi dapat kita simpulkan, bahwa perilaku menghasilkan sikap dalam arti kata

perilaku adalah sesuatu sifat yang ada dalam diri kita yang melahirkan sikap.

Teori Pembentukan Sikap

Dalam hal ini yang saya temukan hanyalah “pembentukan dan perubahan sikap”.

Sikap setiap orang sama dalam perkembangannya, tetapi berbeda dalam

pembentukannya(Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1965) hal ini meyebabkan adanya

perbedaan sikap seseorang individu dengan sikap temannya, familinya, dan tetangganya.

Banyak hal yang harus kita ketahui untuk mengetahui karakteristik sikap.

Umpamaannya, jika kita meramalkan tingkah laku seseorang dalam waktu tertentu atau jika

kita ingin mengontrol tindakannya, kita harus mengetahui cara sikap itu berkembang dan

berubah.

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui 4 macam cara:

1.Adopsi

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-

menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan

mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2.Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang

tersendiri lepas dari jenisnya.

3.Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai

pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk

sikap mengenai hal tersebut.

4.Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam

pada jiwa orang yang bersangkutan.

Pembentukan sikap dipengaruhi oleh:

1.Pengalaman pribadi

2. Kebudayaan

Page 46: Rangkuman Materi Psikologi sosial

46

3. Orang lain yang dianggap penting

4. Media Massa

5. Institusi/Lembaga Pendidikan dan Agama

6. Emosi

Teori Perilaku dan Pembentukan Perilaku

Telah dipaparkan di depan bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari adanya

individu itu sendiri dan lingkungn dimana individu itu berperilaku manusia didorong oleh

motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara

teori-teori tersebut dapat dikemukakan:

1. Teori insting

Teori ini dikemukakan oleh Mc. Dougal sebagai pelopor dari psikologi sosial

yang menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali. Menurutnya, perilaku itu

disebakan oleh insting. Mc. Dougal mengajukan suatu daftar insting, insting

merupakan suatu innate, perilaku bawaan dan insting akan mengalami perubahan

karena pengalaman.

2. Teori dorongan (drive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai

dorongan-dorongan.

3. Teori insentif

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu

disebabkan karena adanya insentif-insentif. Dengan insentiv akan mendorong

organisme berbuat atau berperilaku.

4. Teori atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab prilaku seseorang.

5. Teori kognitif

Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang harus dilakukan, maka

yang bersangkutan akan memilih alternative karena akan membawa manfaat yang

sebesar-besarnya.

Kesesuaian Sikap dan Perilaku

Page 47: Rangkuman Materi Psikologi sosial

47

Adanya ketidaksamaan antara sikap dan perilaku, sudah diketahui oleh para pakar

sejak lama. Hartshorne and May (1928) misalnya, menemukan bahwa kecurangan dalam

hubungan dalam situasi tertentu(mencontek ulangan) belum tentu berkorelasi dengan

kecurangan dalam situasi yang lain(misalnya, berbohong kepada teman di luar kelas).

Penelitian yang dilakukan oleh bagian psikologi sosial, fakultas psikologi Universitas

Indonesia dikalangan sejumlah ibu dan balita di Jakarta, menunjukan bahwa sikap mereka

terhadap pengobatan dengan oralit bagi anak-anak mereka yang menderita muntah berat

adalah positif. Akan tetapi, pada saat kejadian yang sesungguhnya mereka akan

menggunakan pengobatan tradisioanal(Sarwono dkk, 1989 dan 1990).

Karena banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak meramalkan perilaku,

pendapat bahwa psikologi tidak perlu digunakan konsep sikap (sebagai faktor internal atau

laten) tetapi langsung saja teliti perilakunya.

Hubungan dengan hasil penelitian yang kontradiktif (Warner dan Defleur)

mengemukakan tiga postulat, untuk mengidentifikasi tiga pandangan umum mengenai

hubungan sikap dan perilaku, yaitu:

1. Postulat konsistensi

Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup

akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada

suat objek sikap.

2.Postulat Variasi independent

Postulat Variasi independent menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk

menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten.

3.Postulat konsistensi tergantung

Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku

sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu.

Tampaknya postulat terakhir ini adalah postulat yang paling masuk akal dan paling

berguna menjelaskan hubungan sikap dengan perilaku.

Karakteristik Sikap

1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

Page 48: Rangkuman Materi Psikologi sosial

48

2. Sikap mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang

dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorisasikan target obyek

dimana sikap diarahkan.

3. Sikap dipelajari.

4. Sikap mempengaruhi perilaku. Pengukuhan sikap yang mengarah pada satu obyek

memberikan alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu dengan suatu cara

tertentu.

Fungsi Sikap

1. Utilitarian Function, dimana sikap memungkinkan untuk memperoleh atau

memaksimalkan ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan hukuman.

Dengan kata lain sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial, misalnya

seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu obyek tertentu

untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan.

2. Knowledge Function, yaitu bahwa sikap membantu dalam memahami lingkungan

(sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang obyek dan kelompok

obyek atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia ini.

3. Value-Expressive Function, yaitu sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai

dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.

4. Ego-Defensive Function, yaitu sikap melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi dan

sebagainya dalam rangka mempertahankan diri.

Dampak Sikap terhadap Tingkah Laku

1. Jika situasi memungkinkan (tidak ada hambatan norma), maka individu lebih bebas

menampilkan tingkah lakunya.

2. Jika ada tekanan/keterbatasan waktu individu, tidak lama berpikir, sikap sama dengan

tingkah laku.

3. Jika situasinya sesuai dengan sikap yang kita miliki, maka individu cenderung

menampilkan tingkah lakunya

Taman Keenam

Prasangka Sosial

Page 49: Rangkuman Materi Psikologi sosial

49

rasangka sosial merupakan fenomena yang sering terjadi di sekitar kita, baik dalam

skala kecil di lingkungan kampus, kost-kostan, tempat rekreasi, maupun dalam

skala besar seperti prasangka sosial antar negara dan organisasi besar lainnya.

Prasangka ini sendiri ada yang baik dan ada yang buruk. Namun, yang jadi masalah bukanlah

baik atau buruknya, namun kita tidak bisa menilai sesuatu berdasarkan prasangka semata.

Bagaimana sebenarnya psikologi mengkaji masalah ini ? Normalkah ini ? Untuk

mengetahuinya, silahkan baca bab ini dengan seksama. Selamat membaca !

P

Pengertian Prasangka Sosial

Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000) prasangka dibatasi sebagai sifat negatif

yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan individu anggotanya.

Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada

individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok.

Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan

mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial. Menurut Mar’at (1981),

prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negatif, tetapi

biasanya lebih bersifat negatif.

Sedangkan menurut David O. Sears dan kawan-kawan (1991), prasangka sosial

adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada

keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau

kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya.

Selanjutnya Kartono, (1981) menguraikan bahwa prasangka merupakan penilaian

yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifatnya

berat sebelah dan dibarengi tindakan yang menyederhanakan suatu realitas. Prasangka

sosial menurut Papalia dan Sally, (1985) adalah sikap negatif yang ditujukan pada orang

lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya alasan. yang mendasar pada pribadi

orang tersebut.

Menurut Sears, individu yang berprasangka pada umumnya memiliki sedikit

pengalaman pribadi dengan kelompok yang diprasangkai. Prasangka cenderung tidak

Page 50: Rangkuman Materi Psikologi sosial

50

didasarkan pada fakta-fakta objektif, tetapi didasarkan pada fakta-fakta yang minim yang

diinterpretasi secara subjektif. Jadi, dalam hal ini prasangka melibatkan penilaian apriori

karena memperlakukan objek sasaran prasangka (target prasangka) tidak berdasarkan

karakteristik unik atau khusus dari individu, tetapi melekatkan karakteristik kelompoknya

yang menonjol.

Ciri-Ciri Prasangka Sosial

Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecenderungan

individu untuk membuat kategori sosial (social categorization). Kategori sosial adalah

kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok

kita” (in group) dan “kelompok mereka” (out group). In group adalah kelompok sosial

dimana individu merasa dirinya dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”). Sedangkan

out group adalah grup di luar grup sendiri (“kelompok mereka”). Ciri-ciri dari prasangka

sosial berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group adalah:

1. Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain

Menurut Ancok dan Suroso (1995), jika ada salah seorang individu dari kelompok

luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar.

Sedangkan jika ada salah seorang individu yang berbuat negatif dari kelompok

sendiri, maka perbuatan negaitf tersebut tidak akan digeneralisasikan pada anggota

kelompok sendiri lainnya.

2. Kompetisi sosial

Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk

meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok

lain dan menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.

3. Penilaian ekstrim terhadap anggota kelompok lain

Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif

ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian

negatif.

4. Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu

Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan

stereotipe. Stereotipe adalah keyakinan (belief) yang menghubungkan sekelompok

individu dengan ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki

oleh anggota kelompok luar. Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai

Page 51: Rangkuman Materi Psikologi sosial

51

kelompok, suatu image yang pada umumnya sangat sederhana, kaku, dan klise serta

tidak akurat yang biasanya timbul karena proses generalisasi. Sehingga apabila ada

seorang individu memiliki stereotipe yang relevan dengan individu yang

mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan secara negatif.

5. Perasaan frustasi (scope goating)

Menurut Brigham (1991), perasaan frustasi (scope goating) adalah rasa frustasi

seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas

ketidakmampuannya menghadapi kegagalan. Kekecewaan akibat persaingan antar

masing-masing individu dan kelompok menjadikan seseorang mencari pengganti

untuk mengekspresikan frustasinya kepada objek lain. Objek lain tersebut biasanya

memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan dirinya sehingga membuat

individu mudah berprasangka.

6. Agresi antar kelompok

Agresi biasanya timbul akibat cara berpikir yang rasialis, sehingga menyebabkan

seseorang cenderung berperilaku agresif.

7. Dogmatisme

Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan

masalah tertentu, salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme

dapat berupa etnosentrisme dan favoritisme. Etnosentrisme adalah paham atau

kepercayaan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat segala-galanya.

Sedangkan, favoritisme adalah pandangan atau kepercayaan individu yang

menempatkan kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling

bermoral.

Sumber-Sumber Prasangka Sosial

Sumber penyebab prasangka secara umum dapat dilihat berdasarkan tiga pandangan,

yaitu:

A. Ketidaksetaraan Sosial

Ketidaksetaraan sosial ini dapat berasal dari ketidaksetaraan status dan prasangka

serta agama dan prasangka. Ketidaksetaraan status dan prasangka merupakan

kesenjangan atau perbedaan yang mengiring ke arah prasangka negatif. Sebagai

contoh, seorang majikan yang memandang budak sebagai individu yang malas, tidak

bertanggung jawab, kurang berambisi, dan sebagainya, karena secara umum ciri-ciri

Page 52: Rangkuman Materi Psikologi sosial

52

tersebut ditetapkan untuk para budak. Agama juga masih menjadi salah satu sumber

prasangka. Sebagai contoh kita menganggap agama yang orang lain anut itu tidak

sebaik agama yang kita anut.

B. Identitas Sosial

Identitas sosial merupakan bagian untuk menjawab “siapa aku?” yang dapat dijawab

bila kita memiliki keanggotaan dalam sebuah kelompok. Kita megidentifikasikan diri

kita dengan kelompok tertentu (in group), sedangkan ketika kita dengan kelompok

lain kita cenderung untuk memuji kebaikan kelompok kita sendiri.

C. Konformitas

Konformitas juga merupakan salah satu sumber prasangka sosial. Menurut penelitian

bahwa orang yang berkonformitas memiliki tingkat prasangka lebih tinggi

dibandingkan dengan yang tidak berkonformitas.

1. Prasangka secara Emosional

Prasangka sering kali timbul dipicu oleh situasi sosial, padahal faktor emosi juga

dapat memicu prasangka sosial. Secara emosional, prasangka dapat dipicu oleh

frustasi dan agresi, kepribadian yang dinamis, dan kepribadian otoriter.

2. Prasangka Kognitif

Memahami stereotipe dan prasangka akan membantu memahami bagaimana otak

bekerja. Selama sepuluh tahun terakhir, pemikiran sosial mengenai prasangka

adalah kepercayaan yang telah distereotipekan dan sikap prasangka timbul tidak

hanya karena pengkondisian sosial, sehingga mampu menimbulkan pertikaian,

akan tetapi juga merupakan hasil dari proses pemikiran yang normal. Sumber

prasangka kognitif dapat dilihat dari kategorisasi dan simulasi distinktif.

Menurut Blumer, (dalam Zanden, 1984) salah satu penyebab terjadinya prasangka

sosial adalah adanya perasaan berbeda dengan kelompok lain atau orang lain misalnya

antara kelompok mayoritas dan kelompok minoritas. Prasangka sosial terhadap

kelompok tertentu bukanlah suatu tanggapan yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan

sesuatu yang dipelajari. Menurut Kossen (1986) seseorang akan belajar dari orang lain

atau kelompok tertentu yang menggunakan jalan pintas mental prasangka. Jadi,

seseorang memiliki prasangka terhadap orang lain karena terjadinya proses belajar.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prasangka Sosial

Page 53: Rangkuman Materi Psikologi sosial

53

Proses pembentukan Prasangka sosial menurut Mar’at (1981) dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :

1. Pengaruh Kepribadian

Dalam perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula pembentukan

prasangka sosial. Kepribadian otoriter mengarahkan seseorang membentuk suatu

konsep prasangka sosial, karena ada kecenderungan orang tersebut selalu merasa

curiga, berfikir dogmatis dan berpola pada diri sendiri.

2. Pendidikan dan Status

Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status yang dimilikinya akan

mempengaruhi cara berfikirnya dan akan meredusir prasangka sosial.

3. Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua

Dalam hal ini orang tua memiliki nilai-nilai tradisional yang dapat dikatakan berperan

sebagai famili ideologi yang akan mempengaruhi prasangka sosial.

4. Pengaruh Kelompok

Kelompok memiliki norma dan nilai tersendiri dan akan mempengaruhi pembentukan

prasangka sosial pada kelompok tersebut. Oleh karenanya norma kelompok yang

memiliki fungsi otonom dan akan banyak memberikan informasi secara realistis atau

secara emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu.

5. Pengaruh Politik dan Ekonomi

Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan prasangka sosial. Pengaruh

politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya prasangka sosial terhadap

kelompok lain misalnya kelompok minoritas.

6. Pengaruh Komunikasi

Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang baik

dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi oleh media massa seperti radio,

televisi, yang kesemuanya hal ini akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial

dalam diri seseorang.

7. Pengaruh Hubungan Sosial

Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau mempertinggi

pembentukan prasangka sosial. Sehubungan dengan proses belajar sebagai sebab yang

menimbulkan terjadinya prasangka sosial pada orang lain, maka dalam hal ini orang

tua dianggap sebagai guru utama karena pengaruh mereka paling besar pada tahap

modelling pada usia anak-anak sekaligus menanamkan perilaku prasangka sosial

kepada kelompok lain. Modelling sebagai proses meniru perilaku orang lain pada usia

Page 54: Rangkuman Materi Psikologi sosial

54

anak-anak, maka orang tua dianggap memainkan peranan yang cukup besar. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashmore dan DelBoka, (dalam Sears et

all, 1985) yang menunjukkan bahwa orang tua memiliki peranan yang penting dalam

pembentukan prasangka sosial dalam diri anak.

Dari uraian singkat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prasangka sosial terjadi

disebabkan adanya perasaan berbeda dengan orang lain atau kelompok lain. Selain itu

prasangka sosial disebabkan oleh adanya proses belajar, juga timbul disebabkan oleh

adanya perasaan membenci antar individu atau kelompok misalnya antara kelompok

mayoritas dan kelompok minoritas.

Prasangka sosial pada diri seseorang menurut Kossen (1986) dipengaruhi oleh

ketidaktahuan dan ketiadaan tentang objek atau subjek yang diprasangkainya. Seseorang

sering sekali menghukum atau memberi penilaian yang salah terhadap objek atau subjek

tertentu sebelum memeriksa kebenarannya, sehingga orang tersebut memberi penilaian

tanpa mengetahui permasalahannya dengan jelas, atau dengan kata lain penilaian tersebut

tidak didasarkan pada fakta-fakta yang cukup.

Cara Mengurangi Prasangka Sosial

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah

timbulnya prasangka, yaitu:

1. Melalukan kontak langsung

2. Mengajarkan pada anak untuk tidak membenci

3. Mengoptimalkan peran orang tua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh

anak dan media massa untuk membentuk sikap menyukai atau tidak menyukai

melalui contoh perilaku yang ditunjukkan (reinforcement positive).

4. Menyadarkan individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu

belajar mengenal dan memahami individu lain berdasarkan karakteristiknya yang

unik, tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok

tertentu. Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000), upaya tersebut akan lebih

efektif jika dibarengi dengan kebijakan pemerintah melalui penerapan hukum yang

menjunjung tinggi adanya persamaan hak dan pemberian sanksi pada tindakan

diskriminasi baik berdasarkan ras, suku, agama, jenis kelamin, usia, dan faktorfaktor

lainnya.

Page 55: Rangkuman Materi Psikologi sosial

55

Terbentuknya Jarak Sosial

Prasangka sosial merupakan gejala psikologi sosial, prasangka sosial ini merupakan

masalah yang penting di bahas di dalam intergroup relation, prasangka sosial atau juga

prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu

kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk para anggotanya satu kelompok

menilai kelompok lain dengan norma atau ukuran yang terdapat di dalam kelompoknya

sendiri.

1. Dengan adanya penyelidikan yang cukup lama terlihat bahwa sosial distance di

hembuskan dari grup yang dominan sesuai dengan status dan sudut pandangannya.

Agar grup-grup yang lemah atau gruop minoritas dapat di terima kedalam grup

moyoritas mau tidak mau harus mnyesuaikna diri dengan kelompok mayoritas dan ia

harus mnerima status yang diberikan.

2. Adanya rasa superioritas atau keunggulan kelompok atas kelompok yang lain, rasa

superioritas bisa bersumber pada agama, geografis rasa, warna kulit dan sebagainya,

anggota keolompok di sini menganggap bahwa kelompok lain berada jauh di bawah

kelompoknya.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan prasangka antara lain: Warna kulit, tingkat

hidup, agama dan sebagainya. Pada tahun 1935 dodd di dalam penelitianya menemukan

bahwa social distance yang terbesar ada pada kelompok keagamaan. Timbulnya

prasangka dapat diperkuat oleh keadaan politik individu atau kelompok yang diliputi

prasangka memiliki sikap serta pandangan yang tidak obyektif dan wajar. Hal ini tentu

saja merupakan perkembangan kepribadianya.

Usaha Menangani Prasangka Sosial

Usaha-usaha mengurangi prasangka sosial antara golongan itu kiranya jelas harus

dimulai pada didikan, jelasnya bahwa opasangka sosial itu sebenarnya adalah karena

salah sangka, miss informasi, miss interpretasi. Oleh karena itu usah untuk mengurangi

Page 56: Rangkuman Materi Psikologi sosial

56

atau menghilangkan prasangka tetap dijalankan, dikembangkan dan diusahakan

perbaikannya. Usaha mengurangi prasangka ini dibedakan atas atas dua usaha.

a. Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang atau kelompok terkena

prasangaka. Menciptakan situasi atau susasana yang tentram, damai, jauh dari rasa

permusahan. Melainkan dalam arti lapang dada dalam bergaul dengan sessama

manusia meskipun ada perbedaan, perbedaan bukan berarti pertentangan ,

memperpendek jarak sosial sehingga tidak sempat timbul prasangka. Usaha ini

sebaiknya harus di lakukan oleh orang tua pada anak, guru terhadap anak didiknya,

masyarkat, media dan sebagainya.

b. Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, usaha

disini berupa usaha menyadarkan. Prasangka adalah hal yang selalu merugikan tidak

ada hal yang bersifat positif bagi kehidupan bersama , justru adanya prasangka itu

pihak luar/pihak ketiga melahan dapat menarik kuntungan dengan jalan memperalat

atau menimbulkan suasana panas dan kacau dari golongan yang diprasangkai demi

keuntungan pihak ketiga

Stereotip

Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu seseorang terhadap

individu/kelompok yang diprasangkai. Menurut Johnson & Johnson stereotipe

dilestarikan dan  dikukuhkan  dalam empat  cara:

1. Stereotipe mempengaruhi apa yang kita rasakan dan kita ingat berkenaan dengan

tindakan orang-orang dari kelompok lain.

2. Stereotipe membentuk penyederhanaan gambaran secara berlebihan pada anggota

kelompok lain. Individu cenderung untuk begitu saja menyamakan perilaku individu-

individu kelompok lain sebagi tipikal sama.

3. Stereotipe dapat menimbulkan pengkambing hitaman.

Dampak Prasangka Sosial

Prasangka sosial menurut Rose, (dalam Gerungan, 1981) dapat merugikan masyarakat

secara dan umum dan organisasi khususnya. Hal ini terjadi karena prasangka sosial dapat

menghambat perkembangan potensi individu secara maksimal.

Page 57: Rangkuman Materi Psikologi sosial

57

Selanjutnya Steplan (1978) menguraikan bahwa prasangka sosial tidak saja

mempengaruhi perilaku orang dewasa tetapi juga anak-anak sehingga dapat membatasi

kesempatan mereka berkembang menjadi orang yang memiliki toleransi terhadap

kelompok sasaran misalnya kelompok minoritas. Rosenbreg dan Simmons, (1971) juga

menguraikan bahwa prasangka sosial akan menjadikan kelompok individu tertentu

dengan kelompok individu lain berbeda kedudukannya dan menjadikan mereka tidak

mau bergabung atau bersosialisasi. Apabila hal ini terjadi dalam organisasi atau

perusahaan akan merusak kerjasama. Selanjutnya diuraikan bahwa prasangka sosial

dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena prasangka sosial merupakan

pengalaman yang kurang menyenangkan bagi kelompok yang diprasangkai tersebut.