rangkuman mata kuliah 5

17
RANGKUMAN MATA KULIAH Penilaian Resiko Pengendalian dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) A. Menilai Resiko Pengendalian Auditor mendapatkan bahwa pemahaman atas rancangan dan implementasi pengendalian internal untuk membuat penilaian awal resiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian keseluruhan auditor terhadap resiko salah saji yang material. Dalam beberapa kondisi, auditor mungkin mempelajari bahwa kelemahan dalam pengendalian adalah signifikan sehingga laporan keuangan klien tidak dapat diudit. Sehingga, sebelum membuat penilain awal atas resiko pengendalian untuk setiap kelompok transaksi yang material, auditor pertama kali harus menentukan apakah entitas tersebut dapat diaudit. Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah menukur resiko pengendalian dengan menghubungkan pengndalian kekurangan-kekurangan yng signifikan dan kelemahan-kelemahan material terhadap tujuan audit terkait dengan transaksi. 1. Menilai Apakah Laporan Keuangan Dapat Diaudit Dua faktor utama yang menentukan laporan keuangan dapat diaudit atau tidak adalah integritas manajemen dan kecukupan pencatatan akuntansi 1

Upload: santaulinasitorus

Post on 26-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

audit keuangan negara. sistem pengendalian internal pemerintahan

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman Mata Kuliah 5

RANGKUMAN MATA KULIAH

Penilaian Resiko Pengendalian dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP)

A. Menilai Resiko Pengendalian

Auditor mendapatkan bahwa pemahaman atas rancangan dan implementasi

pengendalian internal untuk membuat penilaian awal resiko pengendalian sebagai

bagian dari penilaian keseluruhan auditor terhadap resiko salah saji yang material.

Dalam beberapa kondisi, auditor mungkin mempelajari bahwa kelemahan dalam

pengendalian adalah signifikan sehingga laporan keuangan klien tidak dapat diudit.

Sehingga, sebelum membuat penilain awal atas resiko pengendalian untuk setiap

kelompok transaksi yang material, auditor pertama kali harus menentukan apakah

entitas tersebut dapat diaudit.

Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah menukur resiko pengendalian

dengan menghubungkan pengndalian kekurangan-kekurangan yng signifikan dan

kelemahan-kelemahan material terhadap tujuan audit terkait dengan transaksi.

1. Menilai Apakah Laporan Keuangan Dapat Diaudit

Dua faktor utama yang menentukan laporan keuangan dapat diaudit atau tidak

adalah integritas manajemen dan kecukupan pencatatan akuntansi

Mendapatkan dan mendokumentasikan

pemahaman atas pengendalian internal

rancangan dan pengoperasian.

Penilaian resiko pengendalian

Merancang, menjalankan dan

mengevaluasi pengujian atas pengendalian

1

Page 2: Rangkuman Mata Kuliah 5

Memutuskan resiko deteksi yang

direncanakan dari pengujian substantif

Dalam lingkungan teknologi informasi yang kompleks, banyak informasi

transaksi yang hanya tersedia dalam bentuk elektronik tanpa menghasilkan jejeak

audit nyata atas dokumen dan catatan-catatan. Dalam kasus tersebut, perusahaan

biasanya masih dapat diaudit, namun auditor harus menilai apakhmereka

memeiliki keahlian yang memadai untuk mendapatkan bukti dalam bentuk

elektronik dan dapat menugaskan personel dengan pengalaman dan keterampilan

teknologi informasi yang memadai.

2. Menentukan Penilaian Risiko Pengendalian yang Didukung oleh

Pemahaman yang Diperoleh, dengan Mengasumsikan Pengendalian Telah

Dilaksanakan.

Setelah mendapatkan pemahaman atas pngendalian internal, auditor membuat

penilaian awal resiko pengendalian sebagai bagin dari penilaian keseluruhan

auditor terhadap resiko salah saji material. Penilaian ini merupakan ukuran dari

ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal mampu mencegah terjadinya salah

saji material atau mendeteksi dan memperbaikinya jika telah terjadi.

Auditor membuat penilaian awal materialitas untuk setiap tujuan audit yang

terkait transaksi untuk setiap jenis transaksi utama disetiap siklus transaksi.

Auditor juga harus membuat penilaian awal resiko pengendalian yang

memengaruhi tujuan audit untuk akun-kun neraca serta penyajian dan

pengungkapan disetiap siklus tersebut.

3. Menggunakan Matriks Risiko Pengendalian untuk Menilai Resiko

Pengendalian.

Banyak auditor yang menggunakan matriks resiko pengendalian untuk

membantu mereka dalam proses mengukur risiko pengendalian. Tujuan dari

penggunaanmatriks tersebut adalah memberikan cara yang mudah untuk

mengorganisasikan risiko pengendalian ke setiap tujuan pengauditan, auditor

menggunakan format matriks resiko pengendqalian yang sama untuk menilai

resiko pengendalian untuk tujuan audit terkait saldo serta penyajian dan

pengungkapan.

2

Page 3: Rangkuman Mata Kuliah 5

Mengidentifikasi Tujuan Auditor

Langkah pertama dalam pengukuran adala mengidentifiksi tujuan audit untuk

kelompok transaksi, saldo akan serta penyajian dan pengungkapan yang

ditetapkan dalam penilaian tersebut. Sebagai contoh, hal ini dilakukan untuk

kelompok transaksi yang sudah dibahas sebelumnya, yang dinyatakan dalam

bentuk umum, untuk setiap jenis transaksi utama entitas. Sebagai contoh,

auditor membuat suatu penilaian atas tujuan keterjadian unt7uk penjualan dan

penilaian terpisah atas tujuan kelengkapan

Mengidentifikasi Pengendalian yang Ada

Auditor menggunakan informasi yang telah dibahas di bagian sebelumnya

dalam mendapatkan dan mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian

internal untuk mengidentifikasi pengendalian yang berpengaruh pada

pencapaian tujuan audit terkait transaksi. Salah satu cara untuk melakukan hal

tersebut yaitu dengan mengidentifikasi resiko untuk memenuhi setiap tujuan

audit. Hal yang sama juga dapat dilakukan untuk semua tujuan lainnya, juga

sangat berguna bila auditor menggunakan lima aktifitas pengendalian

(pemisahan tugas, otorisasi yang tepat, dokumen dan catatan yang memadai,

perlindungan fisik aset, dan pengecekan pekerjaan) secara independensi

sebagai pengingat pengendalian.

Auditor harus mengidentifikasi dan hanya memasukkan pengendalian-

pengendalian yang diperkirakan dapat berpengaruh besar terhadap pencapaian

tujuan audit terkait transaksi. Hal tersebut serinfg kali disebut dengan

pengendalian kunci. Alasan untuk hanya memasukkan pengendalian kunci

adalah karena pengendalian kunci tersebut akan memadai untuk mencapai

tujuan audit terkait transaksi dan juga memberikan efisiensi audit.

Menghubungkan Pengendalian dengan Tujuan Audit Terkait

Setiap pengendalian memenuhi satu atau lebih tujuan audit.

Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Kekurangan pengendalian, kekurangan –

kekurangan yang signifikan dan kelemahan-kelemahan material

Auditor harus menilai apakah pengendalian kunci tidak ada dalam

pengendalian internal atas laporan keuangan sebagai bagian dari evaluasi

terhadap resiko pengendalian dan kemungkinan terjadinya salah saji dalam

3

Page 4: Rangkuman Mata Kuliah 5

laporan keuangan. Standar audit mendefinisikan tiga tingkat ketiadaan

pengendalian internal, sebagai berikut:

1. Kekurangan pengendalian

Kekurangan pengendalian terjadi jika rancangan atau pelaksanaan

pengendalian tidak memungkinkan personel perusahaan untuk mencegah

atau pun mendeteksi salah saji dengan tepat waktu.

2. Kekurangan signifikan

Kekuarangan signifikan terjadi jika ketika satu aytau lebih kekurangan

pengendalian muncul sebagai akibat dari kemungkianan yang lebih dari

kecil bahwa salah saji yang cukup material tidak dapat dicegah atau

dideteksi.

3. Kelemahan material

Kelemahan material muncul ketika suatu kekurangan signifikan, dengan

sendirinya, atau bersama-sama dengan kekurangan signifikan lainnya,

mengakibatkan kemungkinan yang lebih dari kecil bahwa pengandalian

internal tidak mampu mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam

laporan keuangan.

Untuk menentukan apakah suatu kekurangan pengendalian internal yang

signifikan atau tersebut merupakan suatu kelemahan material, hal tersebut

arus dievaluasi bersamaan deb\ngan dua dimensi lainnya, yaitu

kemungkinan dan signifikansi.

4. Identifikasi Kekurangan, Kekurangan Signifikan dan Kelemahan Material

Pendekatan lima langkah dapat digunakan dalam mengidentifikasi

kekurangan, kekurangan signifikan dan kelemahan material, macam-macamnya

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pengendalian yang ada

Kekurangan dan kelemahan material muncul akibat ketiadaan

pengendalian yang memadai, maka auditor pertama kali harus mengetaui

pengendalian mana yang sudah ada.

2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang tidak ada.

Kuesioner pengendalian internal, bagan arus kas da penelusuran

merupakan alat yang berguna untuk mengidentifikasi dimana terjadinya

kekurangan dalam pengendalian dan kemungkinan terjadi salah saji

4

Page 5: Rangkuman Mata Kuliah 5

dengan demikian akan meningkat. Hal tersebut juga berguna dalam

menguji matriks resiko pengendalian.

3. Mempertimbangkan kemungkinan adanya pengendalian pengganti

Pengendalian pengganti merupakan pengendalian yang ada dalam suatu

sistem yang dapat menutupi kelemahan pengendalian kunci.

4. Menentukan apakah terdapat kekurangan signifikan atau kelemahan

material.

Kemungkinan salah saji dan materialitasnya digunakan untuk

mengevaluasi apakah terdapat kekurangan signifikan atau kelemahan

sigifikan

5. Menentukan potensi salah saji yang dapat terjadi

Langkah ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi salah saji spesifik yang

kemungkinan muncul akibat dan kekurangan signifikan atau kelemahan

material. Signifikansi dari kekurangan signifikan atau kelemahan material

adalah secara langsung terkait dengan kemungkinan materialitas salah

potensi salah saji.

Menghubungkan Kekurangan Signifikan dan Kelemahan Signifikansi dengan

Tujuan Audit yang Terkait

Signifikansi dengan tujuan Audit yang Terkait sama halnya seperti untuk

pengendalian, masing masing kekurangan signifikansi atau kelemahan material

dapat diterapkan di satu atau lebih tujuan audit.

Menilai Resiko Pengendalian Untuk Setiap Tujuan Audit yang Terkait

Setelah pengendalian, kekurangan signifikansi, dan kelemahan material

diidentifikasi dan dihubungkan dengan tujuan audit terkait transaksi. Hal

tersebut merupakan keputusan yang sangat penting dalam mengevaluasi

pengendalian internal. Auditor menggunakan semua informasi yang telah

dibahas sebelumnya untuk membuat penilaian resiko pengendalian yang

subjektif untuk setiap tujuan audit

5. Komunikasi dengan Mereka yang Bertanggung Jawab Dalam Tata Kelola

Perusahaan dan Memo Manajemen.

5

Page 6: Rangkuman Mata Kuliah 5

Sebagai bagian dari pemahaman atas pengendalian internal dan penilaian atas

resiko pengendalian, auditordiahruskan untuk melakukan komunikasi mengenai

beberapa hal dengan mereka yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tata

kelola perusahaan. Informasi tersebut dan rekomendasi lainnya terkait dengan

pengendalian internal sering kali dikomunikasikan dengan manajmen

Komunikasi dengan mereka yang bertanggung jawab dalam tata kelola

perusahaan.

Auditor harus mengomunikasikan kekurangan-kekurangan yang yang

signifikan dan kelmahan material secara tertulis kepada mereka yang

bertanggung jawab dalam tata kelola perusaaan segera setelah auditor

mengetahui munculnya hal tersebut. Komunikasi yang tepat waktu dapat

memberikan kesempatan bagi manajemen untuk menagani kekurangan

pengendalian sebelum laporan manajemen terhadap pengendalian internal

harus diterbitkan.

Memo manajemen

Selain hal hal diatas, auditor sering kali mengidentifikasi isu-isu terkait

pengendalian internal yang kurang signifikan, dan juga kesempatan bagi klien

untuk membuat perbaikan operasional. Hal tersebut harus dikomunikasikan

kepada klien. Bentuk k9omunikai sering kali merupakan surat yang terpisah

untuk tujuan tersebut, yang dinamakan memo manajemen. Meskipun memo

manajemen tidak diharuskan dalam standar audit, auditor biasanya

menyiapkannya sebagai pelayanan audit yang bernilai tambah.

B. Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan ( SPIP )

6

Page 7: Rangkuman Mata Kuliah 5

Penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus

dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif dan efisien. Untuk mewujudkannya

dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa

penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dapat

mencapai tujuan. Sistem inilah yang dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP).

Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset

negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian

Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta

hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak, sehingga

dalam pengembangan dan penerapannya perlu dilakukan secara komprehensif dan

harus memperhatikan aspek biaya manfaat (cost and benefit), rasa keadilan dan

kepatutan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta

mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem

Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Berkaitan dengan hal ini, Presiden selaku

Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di

lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Sedangkan Menteri Keuangan selaku

Bendahara Umum Negara menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang

perbendaharaan, Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna

Barang menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang pemerintahan

masing-masing, dan Gubernur/Bupati/Walikota selaku pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah mengatur lebih lanjut dan meyelenggarakan sistem

pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

Unsur SPIP di Indonesia mengacu pada unsur Sistem Pengendalian Intern

yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai negara, yaitu

meliputi:

7

Page 8: Rangkuman Mata Kuliah 5

1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang

memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan

Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara

keseluruhan lingkungan organisasi, sehingga dapat menimbulkan perilaku positif dan

mendukung pengendalian intern dan manajemen yang sehat.

Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:

a) Penegakan integritas dan nilai etika;

b) Komitmen terhadap kompetensi;

c) Kepemimpinan yang kondusif;

d) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya

manusia;

g) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;

h) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

2. Penilaian risiko

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang

mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini

memberikan penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan penilaian atas

risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara

mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi risiko sekurang-kurangnya

dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi

Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif, menggunakan

mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor

internal serta menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. Sedangkan analisis

resiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi

terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah dengan tetap menerapkan prinsip

kehati-hatian.

Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah perlu

menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan dengan

berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Tujuan Instansi Pemerintah

8

Page 9: Rangkuman Mata Kuliah 5

memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan

terikat waktu. Tujuan Instansi Pemerintah tersebut wajib dikomunikasikan kepada

seluruh pegawai, sehingga untuk mencapainya pimpinan Instansi Pemerintah perlu

menetapkan strategi operasional yang konsisten dan strategi manajemen yang

terintegrasi dengan rencana penilaian risiko.

Begitupula dengan tujuan pada tingkatan kegiatan, sekurangkurangnya

dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah;

2. Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan

lainnya;

3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah;

4. Mengandung unsur kriteria pengukuran;

5. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup; dan

6. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

3. Kegiatan pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi

risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan

bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Unsur ini

menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan

pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi

Instansi Pemerintah yang bersangkutan.

Penyelenggaraan kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi

Pemerintah, seperti:

a) Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

b) Pembinaan sumber daya manusia/Pegawai Pemerintahan;

c) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

d) Pengendalian fisik atas aset;

e) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

f) Pemisahan fungsi;

g) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

h) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

i) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

9

Page 10: Rangkuman Mata Kuliah 5

j) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

k) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian

penting.

Selain itu, kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko

dan disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah. Kebijakan dan prosedur

dalam kegiatan pengendalian harus ditetapkan secara tertulis dan dilaksanakan sesuai

dengan yang ditetapkan tersebut, sehingga untuk menjamin kegiatan pengendalian

masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan maka harus dievaluasi secara

teratur.

4. Informasi dan komunikasi

Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi

dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

Dalam hal ini pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat,

dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Berkaitan

dengan pengkomunikasian informasi, wajib diselenggarakan secara efektif, dengan

cara sebagai berikut:

a) Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan

b) Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus

menerus.

 

5. Pemantauan

Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah untuk memastikan

apakah sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan

sebagaimana yang diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan

telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan. Unsur ini mencakup penilaian

desain dan operasi pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan yang

diperlukan.

Pimpinan instansi harus menaruh perhatian serius terhadap kegiatan

pemantauan atas pengendalian intern dan perkembangan misi organisasi.

Pengendalian yang tidak dipantau dengan baik cenderung memberikan pengaruh yang

10

Page 11: Rangkuman Mata Kuliah 5

buruk dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, agar kegiatan pemantauan

menjadi lebih efektif, seluruh pegawai perlu mengerti misi organisasi, tujuan, tingkat

toleransi risiko dan tanggung jawab rnasing-masing.

Dalam menerapkan unsur SPIP, setiap pimpinan Instansi Pemerintah

bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, prosedur dan praktik detail

untuk menyesuaikan dengan kegiatan Instansi Pemerintah dan untuk memastikan

bahwa unsur tersebut telah menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi

Pemerintah.

Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPIP

dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan

intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi

melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern ini mencakup kelembagaan,

lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit,  pelaporan,

dan telaahan sejawat. Sedangkan Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi

penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan,

pembimbingan dan konsultansi SPIP, serta peningkatan kompetensi auditor aparat

pengawasan intern pemerintah (APIP) pada setiap instansi.erintahan.

11