rancangan undang-undang republik indonesia … 2 memutuskan: menetapkan: undang-undang tentang...
TRANSCRIPT
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR… TAHUN…
TENTANG
ADVOKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, bertujuan mewujudkan tata
kehidupan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, tertib,
dan berkeadilan;
b. bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala campur
tangan dan pengaruh dari luar, memerlukan profesi advokat
yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab, untuk
terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil, dan
memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan;
c. bahwa advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan
bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya perlu
dijamin dan dilindungi oleh undang-undang demi
terselenggaranya upaya penegakan supremasi hukum;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum
masyarakat sehingga perlu diganti;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu
membentuk Undang-Undang tentang Advokat;
Mengingat: Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
2
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG ADVOKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini.
2. Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa konsultasi
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.
3. Klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima Jasa
Hukum dari Advokat.
4. Organisasi Advokat adalah organisasi profesi yang dibentuk oleh Advokat
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini.
5. Dewan Advokat Nasional adalah lembaga yang mempunyai tugas dan
wewenang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
6. Kode Etik Advokat yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah pedoman
etika dan perilaku yang harus dilaksanakan oleh Advokat.
7. Dewan Kehormatan Organisasi Advokat yang selanjutnya disebut Dewan
Kehormatan adalah organ yang dibentuk oleh Organisasi Advokat yang
bertugas untuk memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik di tingkat
pertama.
8. Majelis Kehormatan Kode Etik yang selanjutnya disebut Majelis
Kehormatan adalah lembaga adhoc yang dibentuk oleh Dewan Advokat
Nasional yang bertugas untuk memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode
Etik di tingkat banding yang putusannya bersifat final dan mengikat.
9. Advokat Asing adalah Advokat berkewarganegaraan asing yang
menjalankan profesinya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma adalah Jasa Hukum yang diberikan oleh
Advokat kepada Klien yang tidak mampu.
3
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum.
Pasal 2
Undang-Undang ini dilaksanakan berdasarkan asas:
a. keadilan;
b. kepastian hukum;
c. kemandirian;
d. netralitas;
e. profesionalitas;
f. akuntabilitas; dan
g. transparansi.
BAB II
FUNGSI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA ADVOKAT
Pasal 3
Advokat berfungsi sebagai pembela kepentingan hukum Klien dan masyarakat
demi kebenaran dan keadilan.
Pasal 4
Advokat berkedudukan sebagai salah satu pilar penegakan hukum yang bebas
dan mandiri dalam menjalankan profesi mulia, dengan berpegang teguh pada
Kode Etik dan sumpah Advokat untuk penegakan supremasi hukum dan
keadilan.
Pasal 5
Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 6
Advokat dalam menjalankan profesinya, berhak:
a. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam dan di luar sidang pengadilan
4
dengan tetap berpegang teguh pada Kode Etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. menjalankan tugas profesinya dengan bebas untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang teguh pada Kode Etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi
pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan
pembelaan Kliennya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. mendampingi Klien pada setiap tingkat pemeriksaan;
e. mengajukan penangguhan penahanan dengan jaminan uang dan/atau
dirinya sendiri untuk kepentingan hukum Kliennya;
f. atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien, termasuk perlindungan atas
berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan, dan
perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;
g. menerima honorarium atas Jasa Hukum yang telah diberikan kepada Klien
yang ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua pihak;
h. untuk tidak dapat dituntut secara perdata atau pidana dalam menjalankan
tugas profesinya dengan itikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien di
dalam dan di luar sidang pengadilan; dan
i. untuk tidak diidentikkan dengan Kliennya dalam membela perkara Klien
oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.
Pasal 7
(1) Advokat dalam menjalankan profesinya, berkewajiban:
a. memberikan perlakuan yang sama terhadap Klien tanpa membedakan
perlakuan berdasarkan jenis kelamin, suku, agama, ras, antargolongan,
politik, keturunan, atau latar belakang ekonomi, sosial dan budaya;
b. merahasiakan segala sesuatu yang diminta oleh Klien karena hubungan
profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;
c. memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma dan melaporkan
pelaksanaannya kepada Organisasi Advokat;
d. melaporkan pengangkatan dirinya sebagai pejabat negara baik pada saat
mulai maupun pada saat selesai menjalankan jabatannya kepada
Organisasi Advokat tempat Advokat tersebut terdaftar; dan
5
e. mengenakan atribut dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemberian
Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 8
Dalam menjalankan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1), Advokat tidak dibolehkan memegang jabatan sebagai pejabat negara,
penyelenggara negara, pegawai negeri, anggota dewan perwakilan rakyat
daerah, kepala desa, atau pejabat lain yang gaji atau honorariumnya dibiayai
oleh anggaran pendapatan dan belanja negara, atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah secara periodik dalam jangka waktu 2 (dua) tahun secara
berturut-turut.
BAB IV
PENGANGKATAN, SUMPAH ATAU JANJI, DAN PEMBERHENTIAN
Bagian Kesatu
Pengangkatan
Pasal 9
(1) Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
(2) Pengangkatan Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia;
b. bertempat tinggal di Indonesia;
c. tidak menjabat sebagai pejabat negara, penyelenggara negara, pegawai
negeri, anggota dewan perwakilan rakyat daerah, kepala desa, atau
pejabat lain yang gaji atau honorariumnya dibiayai oleh anggaran
pendapatan dan belanja negara, atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah secara periodik dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
secara berturut-turut;
d. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum;
e. mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat dan lulus ujian profesi
Advokat;
6
f. magang paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus pada
Advokat yang telah berpraktik paling singkat 5 (lima) tahun;
g. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan
h. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas.
(3) Mantan jaksa, polisi, penyidik pegawai negeri, atau hakim dapat diangkat
menjadi Advokat dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan telah berhenti dan/atau diberhentikan dengan hormat
secara tetap paling singkat 5 (lima) tahun dari jabatannya.
(4) Setiap orang yang diangkat menjadi Advokat berdasarkan Undang-Undang
ini wajib menjadi anggota Organisasi Advokat.
Pasal 10
(1) Pendidikan khusus profesi Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2) huruf e diselenggarakan oleh Organisasi Advokat.
(2) Ujian profesi Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf
e diselenggarakan oleh Organisasi Advokat.
(3) Standar pendidikan khusus profesi Advokat ditetapkan oleh Dewan
Advokat Nasional.
Pasal 11
(1) Advokat yang telah diangkat berdasarkan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dapat menjalankan praktiknya dengan
mengkhususkan diri pada bidang tertentu sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Salinan surat keputusan pengangkatan Advokat disampaikan oleh
Organisasi Advokat kepada Mahkamah Agung dan Menteri dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja.
(3) Organisasi Advokat mengeluarkan kartu Advokat dalam jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal dikeluarkannya
surat keputusan pengangkatan Advokat.
(4) Organisasi Advokat mengirimkan kartu Advokat sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) kepada Advokat yang bersangkutan dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal dikeluarkannya
kartu Advokat.
7
Bagian Kedua
Sumpah atau Janji
Pasal 12
(1) Sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib bersumpah atau berjanji
menurut agama dan kepercayaannya yang dipimpin oleh ketua Organisasi
Advokat tempat Advokat tersebut terdaftar dengan dipandu oleh
rohaniwan.
(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lafalnya sebagai
berikut:
“Demi Allah saya bersumpah atau saya berjanji:
bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai
dasar negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung
dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan
atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga;
bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa
hukum akan bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan
hukum dan keadilan;
bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar
pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau
menguntungkan bagi perkara Klien yang sedang atau akan saya tangani;
bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya di dalam dan di luar
pengadilan dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan
kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Advokat;”
(3) Pengambilan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuatkan berita acara oleh Organisasi Advokat yang salinannya
disampaikan kepada Mahkamah Agung dan Menteri.
Bagian Ketiga
Pemberhentian
Pasal 13
(1) Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh Organisasi
Advokat.
8
(2) Salinan Surat Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan oleh Organisasi Advokat kepada Mahkamah Agung
dan Menteri.
Pasal 14
(1) Advokat berhenti dari profesinya secara tetap karena:
a. meninggal dunia;
b. permohonan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Advokat diberhentikan dari profesinya secara tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c karena:
a. dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih; atau
b. berdasarkan keputusan Organisasi Advokat atau Majelis Kehormatan
karena melanggar Kode Etik.
(3) Advokat yang diberhentikan berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), tidak berhak menjalankan profesi Advokat.
BAB V
ORGANISASI ADVOKAT
Bagian Kesatu
Syarat
Pasal 15
(1) Organisasi Advokat harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Undang-Undang ini.
(2) Persyaratan Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. berbadan hukum;
b. beranggotakan Advokat;
c. memiliki program kerja dalam bidang pemberian Jasa Hukum dan Jasa
Hukum Secara Cuma-Cuma;
9
d. memiliki kepengurusan 100% (seratus persen) dari jumlah provinsi,
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota pada
setiap provinsi yang bersangkutan; dan
e. lolos verifikasi yang dilakukan setiap 4 (empat) tahun sekali oleh
Menteri.
Bagian Kedua
Pembentukan
Pasal 16
(1) Organisasi Advokat didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 35 (tiga
puluh lima) orang Advokat dengan akta notaris.
(2) Pengurus Organisasi Advokat paling sedikit terdiri atas 3 (tiga) orang, yaitu
1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris, dan 1 (satu) orang
bendahara.
(3) Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga serta kepengurusan Organisasi Advokat
tingkat pusat.
(4) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat paling
sedikit:
a. asas dan ciri Organisasi Advokat;
b. visi dan misi Organisasi Advokat;
c. nama, lambang, dan tanda gambar Organisasi Advokat;
d. tujuan dan fungsi Organisasi Advokat;
e. organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan;
f. kepengurusan Organisasi Advokat;
g. peraturan dan keputusan Organisasi Advokat;
h. pendidikan keorganisasian; dan
i. keuangan Organisasi Advokat.
Pasal 17
(1) Organisasi Advokat harus didaftarkan kepada Menteri untuk menjadi
badan hukum.
(2) Untuk menjadi badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Organisasi Advokat harus mempunyai:
a. akta notaris pendirian Organisasi Advokat;
10
b. nama, lambang, atau tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, atau
tanda gambar yang telah dipakai secara sah oleh Organisasi Advokat
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c. kantor tetap;
d. kepengurusan 100% (seratus persen) dari jumlah provinsi, paling sedikit
30% (tiga puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota pada setiap
provinsi yang bersangkutan; dan
e. memiliki rekening atas nama Organisasi Advokat.
Pasal 18
(1) Menteri menerima pendaftaran dan melakukan pemeriksaan kelengkapan
dan kebenaran data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
(2) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran data sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
diterimanya dokumen persyaratan secara lengkap.
(3) Pengesahan Organisasi Advokat menjadi badan hukum dilakukan dengan
Keputusan Menteri paling lama 15 (lima belas) hari sejak berakhirnya
proses pemeriksaan.
(4) Keputusan Menteri mengenai pengesahan Organisasi Advokat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Bagian Ketiga
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi Advokat
Pasal 19
(1) Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus didaftarkan
ke Kementerian paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak terjadinya
perubahan tersebut.
(2) Pendaftaran perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan
akta notaris mengenai perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga.
11
Pasal 20
Perubahan yang tidak menyangkut hal pokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 diberitahukan kepada Menteri.
Pasal 21
(1) Menteri mengesahkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya
dokumen persyaratan secara lengkap.
(2) Pengesahan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri.
(3) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Pasal 22
Dalam hal terjadi perselisihan Organisasi Advokat, pengesahan perubahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 tidak dapat dilakukan oleh Menteri.
Bagian Keempat
Asas dan Ciri
Pasal 23
(1) Asas Organisasi Advokat tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(2) Organisasi Advokat dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan
kehendak dan cita-cita Organisasi Advokat yang tidak bertentangan
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
(3) Asas dan ciri Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) merupakan penjabaran dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bagian Kelima
Tujuan dan Fungsi
Pasal 24
(1) Tujuan umum Organisasi Advokat adalah:
12
a. mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan hukum dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan
d. mewujudkan kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia.
(2) Tujuan khusus Organisasi Advokat adalah:
a. meningkatkan partisipasi anggota dan masyarakat dalam rangka
penegakan hukum dan pemerintahan;
b. memperjuangkan cita-cita Organisasi Advokat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
c. membangun etika dan budaya hukum dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
(3) Tujuan Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diwujudkan secara konstitusional.
Pasal 25
(1) Organisasi Advokat berfungsi sebagai sarana:
a. pendidikan hukum bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi
warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. penciptaan iklim yang kondusif bagi kemandirian hukum untuk
kesejahteraan masyarakat;
c. penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi advokat dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; dan
d. partisipasi hukum warga negara Indonesia.
(2) Fungsi Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwujudkan secara konstitusional.
Bagian Keenam
Hak dan Kewajiban
Pasal 26
Organisasi Advokat berhak:
13
a. memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara;
b. mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri;
c. memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar Organisasi
Advokatsesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d. mengajukan calon untuk mengisi keanggotaan Dewan Advokat Nasional
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
e. memperoleh bantuan keuangan dari negara dan/atau bantuan lainnya
yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 27
Organisasi Advokat berkewajiban:
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan peraturan perundang-undangan;
b. memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. berpartisipasi dalam pembangunan hukum nasional;
d. menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia;
e. melaksanakan pendidikan profesi advokat, advokasi, dan bantuan hukum;
f. melakukan pendaftaran dan memelihara ketertiban data anggota;
g. membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah
sumbangan yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat;
h. menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan yang bersumber dari dana bantuan negara secara berkala 1 (satu)
tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan; dan
i. menyosialisasikan program Organisasi Advokat kepada masyarakat.
Bagian Ketujuh
Keanggotaan dan Kedaulatan Anggota
Pasal 28
Keanggotaan Organisasi Advokat bersifat wajib, terbuka, dan tidak
diskriminatif bagi Advokat.
Pasal 29
(1) Kedaulatan Organisasi Advokat berada di tangan anggota yang
dilaksanakan menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
14
(2) Anggota Organisasi Advokat mempunyai hak dalam menentukan kebijakan
serta hak memilih dan dipilih.
(3) Anggota Organisasi Advokat wajib mematuhi dan melaksanakan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga serta berpartisipasi dalam kegiatan
Organisasi Advokat.
Pasal 30
(1) Anggota Organisasi Advokat diberhentikan keanggotannya dari Organisasi
Advokat apabila:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri secara tertulis;
c. menjadi anggota Organisasi Advokat lain; atau
d. melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga .
(2) Tata cara pemberhentian keanggotaan Organisasi Advokat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan Organisasi Advokat.
Bagian Kedelapan
Sumber Pembiayaan
Pasal 31
Anggaran pendapatan dan belanja Organisasi Advokat bersumber dari iuran
anggota dan sumbangan yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kesembilan
Dewan Kehormatan
Pasal 32
(1) Organisasi Advokat membentuk Dewan Kehormatan.
(2) Anggota Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Advokat yang telah berpraktik paling singkat 20 (dua puluh) tahun;
b. mantan penegak hukum;
c. akademisi; dan
d. tokoh masyarakat.
15
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota dan tata cara
pengangkatan anggota Dewan Kehormatan diatur dengan Peraturan
Organisasi Advokat.
Pasal 33
(1) Dewan Kehormatan memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode
Etik pada tingkat pertama.
(2) Keputusan Dewan Kehormatan tidak menghilangkan tanggung jawab
pidana jika pelanggaran terhadap Kode Etik mengandung unsur pidana.
Pasal 34
(1) Advokat dijatuhi sanksi oleh Dewan Kehormatan berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai dengan
12 (dua belas) bulan; atau
c. pemberhentian tetap dari profesinya.
(2) Sebelum Advokat dijatuhi sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepada Advokat yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk
melakukan pembelaan diri.
(3) Advokat dapat mengajukan banding atas putusan Dewan Kehormatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke Majelis Kehormatan.
(4) Advokat dalam mengajukan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan diri.
Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai Organisasi Advokat diatur dengan peraturan
Dewan Advokat Nasional.
BAB VI
DEWAN ADVOKAT NASIONAL
Bagian Kesatu
Sifat
Pasal 36
(1) Dalam upaya mengembangkan profesi Advokat dan meningkatkan
penegakan hukum di Indonesia, dibentuk Dewan Advokat Nasional.
16
(2) Dewan Advokat Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
lembaga yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik
dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan
kekuasaan lainnya.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 37
Pembentukan Dewan Advokat Nasional bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan Advokat di bidang hukum agar setiap warga negara dan penduduk
memperoleh keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.
Bagian Ketiga
Tempat Kedudukan
Pasal 38
(1) Dewan Advokat Nasional berkedudukan di ibu kota negara Republik
Indonesia dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan, dan tata kerja
perwakilan Dewan Advokat Nasional di daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Tugas
Pasal 39
Dewan Advokat Nasional bertugas:
a. meningkatkan peran profesi Advokat dalam penegakan hukum di
Indonesia;
b. meningkatkan pengetahuan, kompetensi, dan kemahiran Advokat dalam
menjalankan profesinya;
c. menyusun Kode Etik;
d. menyusun dan mengevaluasi standar pendidikan profesi Advokat secara
nasional;
17
e. mendata keanggotaan Advokat pada tingkat nasional;
f. menyelesaikan perkara pelanggaran Kode Etik Advokat pada tingkat
banding;
g. memfasilitasi Organisasi Advokat dalam menyusun peraturan di bidang
Advokat dan meningkatkan kualitas profesi Advokat;
h. menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan yang bersumber dari dana bantuan negara secara berkala 1
(satu) tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan; dan
i. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
Bagian Kelima
Wewenang
Pasal 40
(1) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Dewan
Advokat Nasional berwenang:
a. menetapkan berbagai kebijakan yang dapat meningkatkan peran profesi
Advokat dalam penegakan hukum di Indonesia;
b. menetapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan pengetahuan,
kompetensi, dan kemahiran Advokat dalam menjalankan profesinya;
c. menetapkan Kode Etik;
d. menetapkan standar pendidikan profesi Advokat secara nasional;
e. menetapkan sistem keanggotaan Advokat pada tingkat nasional;
f. menyelesaikan perkara pelanggaran Kode Etik Advokat pada tingkat
banding;
g. menetapkan pedoman bagi Organisasi Advokat dalam menyusun
peraturan di bidang Advokat dan meningkatkan kualitas profesi
Advokat; dan
h. melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.
(2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f, Dewan Advokat Nasional membentuk Majelis Kehormatan yang
terdiri atas:
a. 1 (satu) orang anggota Dewan Advokat Nasional;
b. 1 (satu) orang perwakilan Organisasi Advokat yang mengajukan perkara
banding; dan
18
c. 1 (satu) orang Advokat yang telah mempunyai pengalaman praktik
paling singkat 20 (dua puluh) tahun dan belum pernah dikenakan
sanksi atas pelanggaran kode etik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan dan pemutusan
perkara pelanggaran Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, diatur dengan Peraturan Dewan Advokat Nasional.
Bagian Keenam
Susunan dan Keanggotaan
Pasal 41
(1) Dewan Advokat Nasional terdiri atas:
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota; dan
c. 7 (tujuh) orang anggota.
(2) Dalam hal Ketua Dewan Advokat Nasional berhalangan, Wakil Ketua Dewan
Advokat Nasional menjalankan tugas dan kewenangan Ketua Dewan
Advokat Nasional.
(3) Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan, anggota Dewan Advokat
Nasional menunjuk pelaksana tugas sementara untuk menjalankan tugas
dan kewenangan Ketua Dewan Advokat Nasional.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penunjukan pelaksana tugas
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan
Dewan Advokat Nasional.
Pasal 42
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 dan Pasal 40, Dewan Advokat Nasional dibantu oleh asisten
Dewan Advokat Nasional.
(2) Asisten Dewan Advokat Nasional diangkat atau diberhentikan oleh Ketua
Dewan Advokat Nasional berdasarkan persetujuan rapat anggota Dewan
Advokat Nasional.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian serta tugas dan tanggung jawab asisten Dewan Advokat
Nasional diatur dengan Peraturan Dewan Advokat Nasional.
19
Pasal 43
Anggota Dewan Advokat Nasional dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
berdasarkan calon yang diusulkan oleh Presiden.
Pasal 44
(1) Sebelum mengajukan calon anggota Dewan Advokat Nasional kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden membentuk panitia seleksi calon
anggota Dewan Advokat Nasional.
(2) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur
pemerintah, praktisi hukum, akademisi, dan anggota masyarakat.
(3) Panitia seleksi mempunyai tugas:
a. mengumumkan pendaftaran penerimaan calon anggota Dewan Advokat
Nasional;
b. melakukan pendaftaran calon anggota Dewan Advokat Nasional dalam
jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja;
c. melakukan seleksi administrasi calon anggota Dewan Advokat Nasional
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
pengumuman pendaftaran berakhir;
d. mengumumkan daftar nama calon untuk mendapatkan tanggapan
masyarakat;
e. melakukan seleksi kualitas dan integritas calon anggota Dewan Advokat
Nasional dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal seleksi administrasi berakhir; dan
f. menentukan dan menyampaikan nama calon anggota Dewan Advokat
Nasional sebanyak 18 (delapan belas) orang kepada Presiden dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal seleksi kualitas dan integritas berakhir.
(4) Calon anggota Dewan Advokat Nasional sebagaimana dimaksud pada
huruf f, harus terdiri atas unsur praktisi, akademisi, dan anggota
masyarakat.
(5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), panitia
seleksi bekerja secara terbuka dengan memperhatikan partisipasi
masyarakat.
Pasal 45
(1) Dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak menerima nama calon
dari panitia seleksi, Presiden mengajukan 18 (delapan belas) nama calon
20
anggota Dewan Advokat Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
ayat (3) huruf f kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat wajib memilih dan menetapkan 9 (sembilan)
calon anggota Dewan Advokat Nasional dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya usul dari Presiden.
(3) Calon anggota Dewan Advokat Nasional terpilih disampaikan oleh
Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden paling lama 15 (lima
belas) hari kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya pemilihan untuk
disahkan oleh Presiden.
(4) Presiden wajib menetapkan pengangkatan calon terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak tanggal diterimanya surat Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
dengan Keputusan Presiden.
Pasal 46
Anggota Dewan Advokat Nasional memegang jabatan selama 5 (lima) tahun
dan tidak dapat dipilih kembali.
Pasal 47
(1) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Advokat Nasional dipilih dari dan oleh
anggota Dewan Advokat Nasional.
(2) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Advokat Nasional memegang masa jabatan
selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan atau separuh dari masa jabatan
keanggotaan Dewan Advokat Nasional dan dapat dipilih kembali hanya
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 48
Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Advokat Nasional berhak atas
penghasilan, uang kehormatan, dan hak-hak lain yang diatur dengan
Peraturan Dewan Advokat Nasional.
Pasal 49
Untuk dapat diangkat menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan
Advokat Nasional seseorang harus memenuhi syarat-syarat:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. sehat jasmani dan rohani;
21
d. sarjana hukum atau sarjana bidang lain yang memiliki keahlian dan
pengalaman sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun dalam bidang
hukum atau pemerintahan yang menyangkut penyelenggaraan profesi;
e. berusia paling rendah 45 (empat puluh lima) tahun;
f. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi
yang baik;
g. memiliki pengetahuan tentang profesi Advokat;
h. tidak pernah dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela; dan
j. tidak menjabat sebagai pengurus partai politik.
Pasal 50
Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Advokat Nasional dilarang merangkap
menjadi:
a. pejabat negara, penyelenggara negara, pegawai negeri, anggota dewan
perwakilan rakyat daerah, kepala desa, atau pejabat lain yang gaji atau
honorariumnya dibiayai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara,
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah secara periodik dalam
jangka waktu 2 (dua) tahun secara berturut-turut;
b. pengurus atau karyawan badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah;
c. pegawai negeri; atau
d. pengurus partai politik.
Pasal 51
(1) Sebelum menduduki jabatannya, Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan
Advokat Nasional harus mengangkat sumpah atau janji menurut
agamanya di hadapan Presiden Republik Indonesia.
(2) Bunyi sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut: “Saya bersumpah atau saya berjanji bahwa saya untuk
memperoleh jabatan ini, langsung atau tidak langsung, dengan
menggunakan nama atau cara apa pun juga, tidak memberikan atau
menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun”.
“Saya bersumpah atau saya berjanji akan memenuhi kewajiban saya
sebagai Ketua Dewan advokat Nasional/Wakil Ketua Dewan advokat
22
Nasional/anggota Dewan Advokat Nasional dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya”.
“Saya bersumpah atau saya berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak sekali-kali akan
menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun suatu janji atau
pemberian”.
“Saya bersumpah atau saya berjanji untuk memegang teguh Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
“Saya bersumpah atau saya berjanji untuk memelihara kerahasiaan
mengenai hal-hal yang diketahui sewaktu memenuhi kewajiban saya.”
Pasal 52
(1) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Advokat Nasional berhenti dari
jabatannya karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. mengundurkan diri; atau
c. meninggal dunia.
(2) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Advokat Nasional diberhentikan
dari jabatannya, karena:
a. bertempat tinggal di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. tidak lagi memenuhi persyaratan jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49;
c. dinyatakan melanggar sumpah;
d. menyalahgunakan kewenangannya sebagai anggota Dewan Advokat
Nasional, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
e. terkena larangan merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50;
f. dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dan/atau
g. berhalangan tetap atau secara terus-menerus selama lebih dari 3 (tiga)
bulan tidak dapat melaksanakan tugasnya.
(5) Apabila Ketua Dewan Advokat Nasional berhenti atau diberhentikan, Wakil
Ketua dewan Advokat Nasional menjalankan tugas dan wewenang Ketua
Dewan Advokat Nasional sampai masa jabatan berakhir.
23
(6) Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Advokat Nasional
dari jabatan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Presiden.
Bagian Ketujuh
Sumber Pembiayaan
Pasal 53
Sumber pembiayaan Dewan Advokat Nasional bersumber dari:
a. Organisasi Advokat; dan/atau
b. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.
BAB VII
ADVOKAT ASING
Pasal 54
(1) Advokat Asing dilarang beracara di sidang pengadilan, berpraktik
dan/atau membuka kantor Advokat di Indonesia.
(2) Kantor Advokat dapat mempekerjakan Advokat Asing sebagai karyawan
atau tenaga ahli dalam bidang hukum asing atas izin Pemerintah dengan
rekomendasi Organisasi Advokat.
(3) Advokat Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memberikan
kontribusi secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian
hukum.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
mempekerjakan Advokat Asing serta kewajiban memberikan kontribusi
secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 55
Advokat Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 tunduk kepada Kode
Etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
PARTISIPASI MASYARAKAT
24
Pasal 56
Masyarakat dapat berpartisipasi dengan cara:
a. melaporkan secara lisan dan/atau tertulis kepada Organisasi Advokat jika
terjadi dugaan pelanggaran Kode Etik oleh Advokat;
b. turut serta dalam unsur keanggotaan Dewan Kehormatan, dan Dewan
Advokat Nasional; dan/atau
c. memberikan sumbangan kepada Organisasi Advokat.
BAB IX
LARANGAN
Pasal 57
Setiap orang dilarang menjalankan pekerjaan profesi Advokat tanpa memenuhi
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini, kecuali ditentukan lain
berdasarkan undang-undang.
Pasal 58
Setiap orang berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang menghalang-halangi
Advokat dalam mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam maupun di luar sidang
pengadilan selama berpegang teguh pada Kode Etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 59
Setiap orang berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang menghalang-halangi
Advokat dalam memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari
instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan
tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 60
Setiap orang berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang menghalang-halangi
Advokat dalam mendampingi Kliennya pada setiap tingkat pemeriksaan.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
25
Pasal 61
Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan profesi Advokat
tanpa memenuhi ketentuan yang diatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
57, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta) rupiah.
Pasal 62
Setiap orang yang dengan sengaja menghalang-halangi Advokat dalam
menjalankan pekerjaan profesi Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
58, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta) rupiah.
Pasal 63
Setiap orang yang dengan sengaja menghalang-halangi Advokat dalam
memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi
Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan yang
diperlukan untuk pembelaan Kliennya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta) rupiah.
Pasal 64
Setiap orang yang dengan sengaja menghalang-halangi Advokat dalam
mendampingi Kliennya pada setiap tingkat pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta) rupiah.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
(1) Advokat yang telah diangkat sampai dengan tahun 2012 (dua ribu dua
belas), dinyatakan sebagai Advokat sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
26
(2) Pengangkatan sebagai Advokat yang pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku masih dalam proses penyelesaian, diberlakukan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 66
Kode Etik yang ada dan berlaku sebelum Undang-Undang ini diundangkan
dinyatakan masih tetap berlaku sampai ada Kode Etik baru yang ditetapkan
oleh Dewan Advokat Nasional.
Pasal 67
(1) Organisasi Advokat yang ada, pada saat Undang-Undang mulai berlaku
harus menyesuaikan dengan persyaratan Organisasi Advokat sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-
Undang ini mulai berlaku.
(2) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, Organisasi Advokat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum menyesuaikan dengan
persyaratan dalam Undang-Undang ini, tidak dapat dikategorikan sebagai
Organisasi Advokat.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, paling lama 6 (enam) bulan, Dewan
Advokat Nasional sudah terbentuk.
Pasal 69
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-
undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4288), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 70
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
27
2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4288), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 71
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama
1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 72
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal...
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal…
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN… NOMOR…
28
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR… TAHUN…
TENTANG
ADVOKAT
I. UMUM
Negara Indonesia adalah negara hukum yang bertujuan melindungi
segenap bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Prinsip negara
hukum menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 antara lain supremasi hukum, pembagian kekuasaan, pemerintahan
berdasarkan konstitusi, persamaan di hadapan hukum, adanya peradilan
tata usaha negara, perlindungan Hak Asasi Manusia, serta peradilan yang
bebas dan tidak memihak.
Untuk melaksanakan prinsip negara hukum tersebut, diperlukan profesi
Advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab selain lembaga
peradilan dan instansi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan.
Profesi Advokat tersebut dilaksanakan melalui pemberian Jasa Hukum
kepada masyarakat. Jasa Hukum yang dapat diberikan oleh Advokat tidak
hanya di dalam pengadilan tetapi juga di luar pengadilan.
Mengingat profesi Advokat merupakan profesi yang mulia (officium nobile),
Advokat berdasarkan Undang-Undang ini, selain memberikan Jasa Hukum
dengan imbalan berupa honorarium, juga dibebani kewajiban untuk
memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma kepada klien yang tidak
mampu. Pemberian Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma oleh Advokat tersebut
tidak hanya sekedar sebagai kontribusi dan tanggung jawab sosial Advokat
dalam kaitannya dengan fungsi sosial dari profesi tersebut tetapi lebih
merupakan kewajiban dari Advokat.
Untuk menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta untuk
meningkatkan kualitas profesi Advokat, Advokat diberikan kebebasan yang
seluas-luasnya untuk membentuk Organisasi Advokat berdasarkan
persyaratan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
29
Selanjutnya dalam rangka menegakkan Kode Etik, berdasarkan Undang-
Undang ini, dibentuk Dewan Advokat Nasional yang bersifat mandiri dan
bebas dari campur tangan kekuasaan dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya. Anggota Dewan Advokat Nasional dipilih oleh dewan
Perwakilan Rakyat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berdasarkan calon
yang diusulkan oleh Presiden berdasarkan hasil dari panitia seleksi.
Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab
perlu dilindungi oleh undang-undang. Undang-undang yang mengatur
profesi Advokat sebelum dibentuknya Undang-Undang ini adalah Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Namun keberadaan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat tersebut belum
dapat menampung perkembangan kebutuhan hukum masyarakat. Oleh
karena itu, pembentukan Undang-Undang ini dimaksudkan untuk
menggantikan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Adapun materi pokok yang diatur dalam Undang-Undang ini antara lain
mengenai pengertian Advokat; Fungsi, Kedudukan, dan Wilayah Kerja
Advokat; Hak dan Kewajiban Advokat; Pengangkatan, Sumpah atau Janji,
dan Pemberhentian; Organisasi Advokat; Dewan Advokat Nasional; Advokat
Asing; Partisipasi Masyarakat; Larangan dan Ketentuan Pidana.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa Advokat
harus adil dalam memperlakukan setiap Klien tanpa melihat
perbedaan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah bahwa
Advokat dalam menjalankan profesinya harus dapat melindungi
Klien dan masyarakat untuk mewujudkan kepastian hukum.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah bahwa
Advokat mampu bertindak atas dorongan dan kemampuan diri
30
sendiri sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas netralitas” adalah Advokat dalam
menjalankan tugas profesinya bebas dari pengaruh pihak lain.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas profesionalitas” adalah bahwa
Advokat mampu bertindak sesuai dengan keahliannya
berlandaskan pada Kode Etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah setiap
tindakan hukum Advokat harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada Klien dan/atau masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “asas tranparansi” adalah bahwa
setiap tindakan hukum Advokat dan Organisasi Advokat harus
dapat diakses oleh anggota masyarakat dan Klien sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Yang dimaksud dengan “bebas dan mandiri” adalah tanpa tekanan,
ancaman, hambatan, tanpa rasa takut, atau perlakuan yang
merendahkan harkat martabat profesi.
Kebebasan dan kemandirian tersebut dilaksanakan sesuai dengan
Kode Etik dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
31
Huruf b
Ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan hukum bagi
Advokat dalam menjalankan tugas profesinya untuk
kepentingan Kliennya di luar sidang pengadilan dan dalam
mendampingi Kliennya pada dengar pendapat di lembaga
perwakilan rakyat.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “secara wajar” adalah dengan
memperhatikan risiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan
Klien.
Yang dimaksud dengan “honorarium” adalah imbalan atas Jasa
Hukum yang diterima oleh Advokat berdasarkan kesepakatan
dengan Klien.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “itikad baik” adalah menjalankan tugas
profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk
membela kepentingan kliennya.
Yang dimaksud dengan “sidang pengadilan” adalah sidang
pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua
lingkungan peradilan.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
32
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “atribut” merupakan toga berwarna
hitam, dengan lengan lebar, simare dan bef putih dengan
atau tanpa peci hitam.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 8
Yang dimaksud dengan ”pejabat negara” adalah pimpinan dan anggota
lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Yang dimaksud dengan “penyelenggara negara” adalah pejabat negara
yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Yang dimaksud dengan “pegawai negeri” adalah pegawai negeri sipil,
anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Republik
Indonesia.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bertempat tinggal di Indonesia”
adalah bahwa pada waktu seseorang diangkat sebagai
Advokat, orang tersebut harus bertempat tinggal di
Indonesia. Persyaratan ini tidak mengurangi kebebasan
33
seseorang setelah diangkat sebagai Advokat untuk
bertempat tinggal dimanapun.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ”pejabat negara” adalah pimpinan
dan anggota lembaga negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Yang dimaksud dengan “penyelenggara negara” adalah
pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif,
legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan
tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan “pegawai negeri” adalah pegawai
negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota
Kepolisian Republik Indonesia.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “berlatar belakang pendidikan
tinggi hukum” adalah lulusan fakultas hukum, fakultas
syariah, perguruan tinggi hukum militer, dan/atau
perguruan tinggi ilmu kepolisian.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Magang dimaksudkan agar calon Advokat memiliki
pengalaman praktik yang mendukung kemampuan,
keterampilan, dan etika dalam menjalankan profesinya.
Magang dilakukan sebelum calon Advokat diangkat
sebagai Advokat.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
34
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “bidang tertentu” antara lain hak
kekayaan intelektual, pasar modal, atau perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
35
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
36
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “mantan penegak hukum” adalah
penegak hukum yang telah berhenti atau diberhentikan
dengan hormat dari instansinya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “akademisi” adalah dosen di
bidang ilmu hukum.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” adalah
seseorang yang dalam kehidupan sehari-harinya penuh
dengan bakti kepada masyarakat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pembelaan diri” adalah hak yang
diberikan kepada Advokat untuk mengemukakan alasan,
sanggahan, dan/atau bukti untuk membela dirinya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
37
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
38
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “hukum asing” adalah hukum dari
negara asalnya dan/atau hukum internasional di bidang bisnis
dan arbitrase.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kontribusi secara cuma-cuma kepada
dunia pendidikan dan penelitian hukum” antara lain menjadi
pengajar dan/atau narasumber.
Ayat (4)
Cukup jelas.
39
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Yang dimaksud dengan “masyarakat” antara lain orang perseorangan,
kelompok atau organisasi masyarakat, kelompok profesi, lembaga
swadaya masyarakat, dan masyarakat adat.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sumbangan” meliputi finansial dan non
finansial.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
40
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Advokat yang telah diangkat sampai
dengan tahun 2012 (dua ribu dua belas)" adalah Advokat yang
diangkat berdasarkan surat keputusan Menteri Kehakiman, surat
keputusan pimpinan lembaga peradilan di bawah Mahkamah
Agung, atau surat keputusan Organisasi Advokat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tidak dapat dikategorikan sebagai
Organisasi Advokat” adalah organisasi dimaksud bukan Organisasi
Advokat berdasarkan Undang-Undang ini.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
41
Pasal 72
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR…