rancangan perlengkapan penyimpanan rekam medis …
TRANSCRIPT
1 Universitas Indonesia
RANCANGAN PERLENGKAPAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS BERDASARKAN VALUE ANALYSIS
DI RSIA SAMMARIE BASRA
Puput Leni Yuliani Suchery1, Wahyu Sulistiadi2
1 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok,
16424, Indonesia 2 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok,
16424, Indonesia
Abstrak Berdasarkan hasil observasi didapatkan ukuran rekam medis rawat jalan yang terlalu kecil dan terpisahnya rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap yang berdampak pada dokter yang sulit untuk menetapkan/merencakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. Oleh karena itu diperlukan suatu rancangan perlengkapan penyimpanan dokumen rekam medis berdasarkan value analysis di RSIA SamMarie Basra. Perancangan ini bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan perlengkapan yang sesuai dengan fungsinya dalam menampung serta menjaga isi/formulir rekam medis di RSIA SamMarie Basra, sehingga tercipta suatu penyimpanan rekam medis yang memudahkan untuk pengelolaan rekam medis. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah operational research (riset operasi) dengan objek pada penelitian adalah perlengkapan penyimpanan rekam medis terutama map/file folder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan kajian literatur, observasi, telaah dokumen, penyebaran form isian dan wawancara mendalam, dengan analisis data yang menggunakan enam fase/tahapan dalam Value Analysis. Hasil akhir dari penelitian ini, bahwa rancangan perlengkapan penyimpanan dokumen rekam medis (map/file folder) belum dapat meningkatkan daya tampung ruang penyimpanan rekam medis, akan tetapi rancangan perlengkapan ini telah memenuhi fungsi ideal yang harus dimiliki oleh sebuah rancangan map/file folder dalam menampung serta menjaga isi/formulir rekam medis. Kata kunci: Rekam Medis; Peralatan Penyimpanan; Perlengkapan Penyimpanan; Map/File Folder; Value Analysis.
Abstract Based on observations in medical record department, researcher obtained the size of outpatient medical record is too small and the separation of the outpatient and inpatient medical records cause a several problem, such as the doctor hard to decide which treatment/care must be given to a patient. Therefore we need to design the filing supplies of medical record based on the value analysis in RSIA SamMarie Basra. This analysis is to obtain the design of filing supplies according to the function of filing supplies in accommodating and keep the contents/medical record form in RSIA SamMarie Basra. The research method that used by the authors of this research is operational research, the object of the research is file folders of medical record. Collecting data in this study conducted with a literature review, observation, document review, and in-depth interviews, and for the analysis data is using six phases from Value Analysis. The result of this study, that filing supplies medical record (file folder) has not been able to increase the capacity of storage in medical record departement, but the design has met the ideal function that must be owned by file folders in accommodating as well as keeping the contents/medical record form. Keywords: Medical Record, Filing Equipment; Filing Supplies; Folder/File Folder; Value Analysis.
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
2
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Menurut Sabarguna (2005), salah satu syarat pengembangan rumah sakit adalah
ketersediaan data dan informasi yang akurat, tepat waktu, dan tersaji sesuai dengan format
yang telah ditetapkan. Rumah Sakit membutuhkan data tentang kondisi pasien, keluhan
pasien, pengobatan yang pernah didapatkan oleh pasien, dan data lainnya. Data-data yang
disimpan oleh sebuah rumah sakit untuk dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan
keputusan tersebut, disimpan di dalam sebuah rekod (catatan) yang disebut dengan Rekam
Medis. Berdasarkan Boelitwetan (1997), beliau mengungkapkan bahwa “Kualitas pelayanan
kesehatan yang baik di rumah sakit dicermikan oleh rekam medis yang baik pula”. Oleh
karena itu, keberadaan rekam medis sangat penting dalam pengukuran mutu pelayanan rumah
sakit.
Hal penting yang harus diatur dalam pengelolaan rekam medis di rumah sakit salah
satunya adalah penyimpanan berkas rekam medis. Penyimpanan rekam medis disebuah rumah
sakit, sangat dianjurkan untuk diperhitungkan terlebih dahulu penggunaan fasilitas fisiknya
(Abdelhak, Grostick, Hanken, & Jacobs, Health Information: Management of a Strategic
Resource, 2001, hal. 179). Mulai dari alat penyimpanan (rak penyimpanan) yang akan dipakai,
jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang petugas, sampul pelindung rekam medis, sampai
dengan penerangan dan pengaturan suhu dalam penyimpanan. Perhitungan tersebut dapat
membantu rumah sakit dalam memelihara serta mendorong semangat kerja yang dapat
meningkatkan produktivitas petugas yang bekerja di ruang penyimpanan rekam medis.
Perhitungan untuk alat-alat penyimpanan yang akan dipakai, sampul pelindung rekam
medis, sampai dengan perlengkapan lain dalam penyimpanan, dapat diperhitungkan dalam
proses perancangan desain. L.D. Miles (1972) mengungkapkan bahwa setiap proses desain
atau rancangan harus memperhatikan aspek-aspek desain yang perlu dipertimbangkan sebagai
landasan suatu konsep dan perancangan. Salah satu aspek yang perlu diperhitungkan adalah
dengan menggunakan analisa nilai yang nantinya akan disebut sebagai Value Analysis. Begitu
pula dengan perancangan tempat penyimpanan rekam medis yang harus dilakukan
perhitungan berdasarkan aspek desain termasuk Value Analysis, yang mengidentifikasi dan
mengeleminasi unnecessary cost dalam ruang penyimpanan sehingga tercipta suatu
penyimpanan rekam medis yang memudahkan untuk pengelolaan rekam medis di rumah sakit.
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak SamMarie Basra adalah rumah sakit Kelas C yang
beroperasi sejak Desember 2010 (RSIA SamMarie Basra, 2014). Sebagai rumah sakit yang
bertekad menjadi penyedia layanan kesehatan terbaik di bidang ibu dan anak, RSIA
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
3
Universitas Indonesia
SamMarie Basra terus berbenah dari dalam memberikan pelayanan bermutu. Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan menciptakan suatu pengelolaan rekaman kesehatan yang
mengacu kepada pedoman/petunjuk yang telah ditetapkan, sehingga kebutuhan akan data dan
menghasilkan sebuah informasi yang berarti akan tercipta dengan adanya pengelolaan rekam
kesehatan yang baik.
RSIA SamMarie Basra menggunakan sistem sentralisasi dalam penyimpanan rekam
medis. Menurut WHO dalam Medical Records Manual (2006, hal. 51) mengatakan bahwa
sistem sentralisasi dalam penyimpanan rekam medis yang dimaksud adalah dimana seluruh
catatan medis terkait pasien, baik itu catatan medis rawat jalan maupun catatan medis rawat
inap digabung menjadi satu dalam satu folder rekam medis dan disimpan pada satu
depatermen rekam medis. Uniknya, dalam penyimpanan rekam medis di RSIA SamMarie
Basra, untuk rekam medis pasien rawat jalan dipisahkan dengan rekam medis pasien rawat
inap. Rekam medis rawat jalan disimpan pada rekam medis berwarna kuning berukuran
24,5cm x 17,5cm. Rekam medis rawat inap disimpan pada bussiness file berukuran Folio atau
21,59cm x 35,56cm yang dibagi dalam 6 kategori warna yaitu abu-abu, kuning, merah, biru,
hijau, dan putih untuk membedakan jenis tindakan yang diberikan kepada pasien.
Dalam pelaksanaannya berdasarkan hasil wawancara dan pra observasi, terdapat beberapa
masalah yang dikeluhkan oleh staf dan yang ditemukan oleh penulis di Instalasi rekam medis.
Masalah tersebut terjadi karena kecilnya ukuran rekam medis pasien rawat jalan dan
juga dikarenakan terpisahnya rekam medis jalan dengan rawat inap. Masalah ukuran
yang tidak terlalu besar pada rekam medis rawat jalan menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam pengelolaan rekam medis, sedangkan terpisahnya rekam medis rawat jalan dan rekam
medis rawat inap adalah dokter yang melakukan pelayanan di Instalasi Rawat Jalan RSIA
SamMarie Basra tidak dapat melihat riwayat pasien dalam rekam medis rawat inap, sehingga
terjadi kesulitan dalam merencakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada
seorang pasien.
Fungsi rekam medis secara umum adalah sebagai alat komunikasi antara dokter tenaga
ahli lainnya yang ikut dalam proses pemberian pelayanan, pengobatan, dan perawatan kepada
pasien, sebagai dasar untuk merencakan pengobata/perawta yang harus diberikan kepada
seorang pasien, serta sebagai bukti tertulis maupun terekan atas segala tindakan pelayanan,
pengobatan dan perkembangan penyakit selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit
(Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, 2006, hal. 16). Dibutuhkan rekam medis yang
dapat menampung catatan medis rawat jalan maupun catatan medis rawat inap yang
digabung menjadi satu, dalam satu folder rekam medis dan disimpan pada satu
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
4
Universitas Indonesia
depatermen rekam medis, sehingga rekam medis menjadi sumber ingatan yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertanggung jawaban dan pelaporan bagi rumah sakit.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, dengan melihat fungsi rekam medis dalam
keberlangsungan rumah sakit, pentingnya rekam medis sebagai tempat pendokumentasian
utama, maka penulis berencana untuk melakukan perancangan ulang dokumen rekam medis
berdasarkan value analysis yang disesuaikan dengan situasi serta kondisi di RSIA SamMarie
Basra. Perancangan ini bertujuan untuk membentuk suatu rancangan perlengkapan
penyimpanan dokumen rekam medis berdasarkan value analysis untuk mendapatkan suatu
rancangan perlengkapan yang sesuai dengan fungsinya dalam menampung serta menjaga
isi/formulir rekam medis di RSIA SamMarie Basra.
Tinjauan Teoritis
Secara umum penyelenggaraan rekam medis di sebuah rumah sakit mencakup kegiatan
perakitan/pengumpulan/penyusunan formulir rekam medis (assembling), pengkodean
penyakit (coding), penyimpanan (filing), dan peminjaman serta pengembalan berkas rekam
medis (retrieval) (International Federation of Health Record Organization, 1992; Rahmi,
2013). IFHRO (1992) menjelaskan bahwa proses penyimpanan rekam medis berawal dari
menetapkan sistem penomoran rekam medis, menetapkan sistem penyimpanan, peralatan dan
perlengkapan penyimpanan rekam medis, dan penetapan kebijakan retensi rekam medis.
Merris Asimov (2001) mengatakan bahwa “perancangan adalah suatu aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan manusia sehingga dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban
disekitar kita”, sehingga rancangan atau desain tidak boleh hanya memperhatikan faktor
manusia saja sebagai user atau pengguna melainkan juga harus fokus pada aspek-aspek desain
lain. Menurut seorang ahli dari Amerika yaitu L.D. Miles menjelaskan bahwa dalam desain
atau rancangan yang perlu dilakukan sebuah analisa salah satunya adalah analisis nilai atau
value analysis (Miles, 1972).
Value analysis adalah analisis untuk mendapatkan rancangan dengan menghilangkan
unncessary cost tetapi tetap tegas menunjukkan kinerja fungsi dengan memperhatikan kualitas,
manfaat, tampilan, dan kemudahan desain untuk user-nya (Miles, 1972; dalam; Kelly & Male,
1993). Value analysis adalah proses analisis dalam perancangan yang berorientasi fungsional
(function oriented) yaitu menghubungkan fungsi yang diinginkan dengan nilai yang diterima
(SAVE International, 2007). Value analysis memiliki beberapa tahapan dalam meningkatkan
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
5
Universitas Indonesia
suatu nilai (vaue) perancangan, tahapan tersebut adalah fase informasi, fase analisis fungsi,
fase kreatif, fase evaluasi, fase pengembangan, fase presentasi.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah operational
research (riset operasi). Penelitian ini menggunakan metode penelitian riset operasi
dikarenakan tahapan penyelesaian dalam riset operasi mirip dengan tahapan the job plan
dalam value analysis yang berawal dari perumusan masalah, pembentukan model yang paling
paling cocok dengan kondisi, pencarian penyelesaian masalah, validasi model, sampai dengan
penerapan hasil akhir. Penelitian dilakukan pada Instalasi rekam medis di RSIA SamMarie
Basra yang terletak di daerah Jakarta Timur di Jl. Basuki Rahmat No.31, Jakarta. Rentang
waktu penelitian adalah pada Bulan Desember 2015, dengan objek pada penelitian ini adalah
perlengkapan penyimpanan rekam medis terutama map/file folder yang digunakan oleh
Instalasi Rekam Medis di RSIA SamMarie Basra.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah kajian literatur, observasi, telaah dokumen, penyebaran form isian dan wawancara
mendalam. Kajian literatur dilakukan untuk menganalisis fungsi perlengkapan penyimpanan
rekam medis, selain itu penulis juga melakukan telaah dokumen, dan melakukan wawancara
mendalam kepada pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan penyimpanan rekam
medis di RSIA SamMarie Basra. Setelah pengumpulan data dilakukan oleh penulis, hasil data
tersebut akan dilakukan pengolahan dengan menggunakan beberapa instrumen, sehingga
mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan diantaranya
berupa alat pengukur (meteran), FAST diagram, form isian mudge diagram, brainstorming,
seleksi konsep pugh, dan simulasi.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Fase Informasi
a. Gambaran Umum Penyelenggaraan Penyimpanan Rekam Medis di Instalasi Rekam
Medis RSIA SamMarie Basra
1) Sistem Penomoran
Sistem penomoran rekam medis di Instalasi Rekam Medis dan Pendaftaran
RSIA SamMarie Basra menggunakan metode penomoran Unit Numbering System.
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
6
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil wawancara terkait sistem penomoran dengan petugas
Pendaftaran dan petugas Instalasi Rekam Medis RSIA SamMarie Basra, seluruh
informan mengatakan bahwa setiap pasien mendapatkan nomor pasien yang sama
seumur hidup selama pasien tersebut berobat di RSIA SamMarie Basra.
Berdasarkan pedoman penyelenggaraan rekam medis yang dikeluarkan oleh
Depkes (Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, 2006), menjelaskan bahwa dari
tiga sistem pemberian nomor rekam medis (serial, unit, serial- unit numbering
system) sangat dianjurkan menggunakan unit numbering system. Sistem pemberian
nomor secara unit ini akan membuat semua berkas pasien akan terkumpul pada satu
berkas rekam medis yang akan mempermudah rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kepada seorang pasien (Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik,
2006, hal. 26). Jika rumah sakit menggunakan sistem unit maka penggunaan ruang
rekam medis akan lowong sekitar 25% pada rak penyimpanan, namun jiak
memakan seri unit maka hanya akan lowong pada bagian tertentu saja tergantung
dari presentase masuk ulang (high readmission rates) pasien tersebut (Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik, 2006, hal. 27).
Tipe penomoran yang digunakan oleh Instalasi Rekam Medis RSIA SamMarie
Basra adalah straight numerical, dimana setiap pasien baru yang datang
mendapatkan nomor rekam medis baru yang ditambahkan dengan nomor rekam
medis sebelumnya. Menurut IFHIMA dalam pedoman sistem penyimpanan (2012,
hal. 5) mengatakan bahwa straight numerical atau sequetial numbering
memberikan keuntungan yaitu metode yang simpel, mudah digunakan, dan mudah
untuk diawasi penggunaannya. Selain itu dari beberapa tipe penomoran yang ada,
tidak ada yang lebih baik tipe penomorannya daripada straight numerical (World
Health Organization Regional Office for the Western Pacific, 2006; International
Federation of Health Information Management Associations, 2012).
Berdasarkan hasil telaah dokumen, observasi, dan wawancara langsung dengan
bagian pendaftaran dan rekam medis, data terakhir tertanggal 30 Nopember 2015,
RSIA SamMarie Basra sudah mengeluarkan nomor rekam medis sampai dengan
nomor 01-32-93. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, dengan metode unit
numbering system dan tipe straight numerical, maka sudah terdapat 13.293 rekam
medis rawat jalan yang berada di RSIA SamMarie Basra.
Selain itu, penulis juga melakukan telaah dokumen terkait dengan jumlah
rekam medis pasien rawat inap. Keterbatasan pencatatan dan penggunaan Hysis
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
7
Universitas Indonesia
yang baru diterapkan pada tahun 2015, menyebabkan penulis sulit untuk
mendapatkan data terkait jumlah rekam medis rawat inap yang ada sampai saat ini.
Penulis kemudian mencoba mengolah data yang berasal dari excel terkait pelaporan
pasien rawat inap dari tahun 2013 sampai dengan Nopember 2015. Hasil
pengolahan tersebut, didapatkan hasil bahwa dari tahun 2013 sampai dengan
Nopember 2015 jumlah rekam medis pasien rawat inap adalah 1.565 buah. Jika
dirata-ratakan maka dalam satu bulan terdapat 45 buah rekam medis per-bulan
(1565 dibagi dengan 35), kemudian dapat diambil kesimpulan secara garis besar
bahwa dari awal tahun 2011 sampai dengan 2012 terdapat 1.074 buah rekam medis.
Berdasarkan hasil tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa di ruang
penyimpanan rekam medis (ruang 1 dan ruang 2) terdapat 2.640 buah rekam medis
pasien rawat inap yang disimpan.
2) Sistem Penyimpanan
Hasil observasi serta wawancara dengan informan 2 dan 1 didapatkan hasil
bahwa sistem penyimpanan di Instalasi Rekam Medis dan Pendaftaran RSIA
SamMarie Basra menggunakan menggunakan angka (filing by number) dengan tipe
straight numerical filing system, dimana penyimpanan rekam medis sistem
penjajarannya berdasarkan nomor rekam medis terkecil sampai dengan terbesar
(terbaru).
Menurut WHO dalam pedoman penyelenggaraan rekam medis di negara
berkembang menjelaskan secara jelas dan tegas bahwa “setiap rekam medis tidak
boleh disimpan dengan menggunakan alphabetis (filing by alphabetic)” (2006, hal.
52). Menurut WHO straight numerical filing system merupakan tipe penyimpanan
terbaik yang dapat diterapkan di rumah sakit, hal ini dikarenakan penerapan pada
tipe ini mudah dilakukan dan staf baru mudah mengerti dalam penerapan tipe
penyimpanan ini. (World Health Organization Regional Office for the Western
Pacific, 2006, hal. 52). Beda halnya dengan penjelasan WHO, menurut Depkes
(2006, hal. 86) dan IFHIMA (2012, hal. 12) pada pedoman penyelenggaraan rekam
medis yang mengatakan bahwa terminal dan middle digit filing merupakan sistem
terbaik yang dapat diterapkan di rumah sakit, karena penyimpanan rekam medis
akan tersebar merata dalam penyimpanan rak.
Metode penyimpanan rekam medis sendiri yaitu sentralisasi, dimana seluruh
berkas rekam medis disimpan dalam satu tempat yang terletak di lantai dasar RSIA
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
8
Universitas Indonesia
SamMarie Basra. Berdasarkan hasil observasi RSIA SamMarie Basra menyediakan
dua ruangan untuk penyimpanan rekam medis. Ruangan pertama dengan panjang
ruang 4,04 m dengan lebar 4,19 m merupakan ruang penyimpanan utama dimana
setiap rekam medis yang disimpan merupakan rekam medis dengan nomor rekam
medis terbaru. Rekam medis dengan nomor rekam medis terdahulu disimpan pada
ruang penyimpanan kedua dengan panjang ruang 3,4m dan lebar 1,8m.
Gambar 1 Tempat Penyimpanan Rekam Medis RSIA SamMarie Basra
Sumber: (Instalasi Rekam Medis RSIA SamMarie Basra, 2015)
Sistem sentralisasi sendiri merupakan penyimpanan rekam medis seorang
pasien dalam satu kesatuan atau satu folder rekam medis, untuk satu pasien, dengan
satu nomor, dan disimpan pada satu unit/instalasi di dalam rumah sakit. Hal ini
tertera dalam pedoman penyelenggaraan rekam medis yang dipublikasi oleh WHO
(2006, hal. 52) yang mengatakan bahwa "One Folder and Kept in the Medical
Record”, kemudian oleh IFHIMA yang mengatakan bahwa "the patient may have
different records (inpatient, emergency, and ambuatory care records) but they are
brought together in one unit record, filed under the same number in the same
place”.
3) Peralatan Penyimpanan
Peralatan yang digunakan dalam penyimpanan rekam medis terutama record
filing equipment (tempat penyimpanan rekam medis) adalah enam buah rak besi
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
9
Universitas Indonesia
dan tiga buah lemari arsip laci (filing cabinet). Pada ruang penyimpanan utama atau
Ruang 1 ditempatkan empat buah rak besi dan tiga buah lemari arsip laci,
sedangkan untuk Ruang 2 hanya dapat ditempatkan dua buah rak besi.
Penggunaan lemari arsip laci atau filing cabinet pada rumah sakit dalam
menyimpan rekam medis masih menjadi pro dan kontra. Berdasarkan pedoman
penyelenggaraan rekam medis yang dipublikasikan WHO (2006, hal. 50),
menjelaskan dengan sangat tegas bahwa penggunaan filing cabinets atau lemari
arsip laci tidak diperbolehkan dalam penyimpanan rekam medis. Beda halnya
dengan penjelasan Depkes (2006, hal. 88) yang menjelaskan bahwa alat
penyimpanan rekam medis yang dapat digunakan salah satunya adalah lemari laci
(drawer file cabinet). Oleh karena itu, penggunaan filing cabinet atau lemari arsip
laci pada penyimpanan rekam medis di RSIA SamMarie Basra diperbolehkan
mengingat keterbatasan luas ruangan penyimpanan rekam medis yang dimiliki.
Luas ruang yang begitu kecil hanya dapat ditempatkan filing cabinet pada ruang
lowong tersebut.
Rak besi yang digunakan oleh RSIA SamMarie Basra dalam menyimpan
rekam medis bukanlah jenis lemari yang dianjurkan dalam WHO, IFHIMA,
dan Depkes RI. Rak besi atau compactus filing shelves tidak boleh digunakan
dalam penyimpanan rekam medis yang aktif, akan tetapi dapat digunakan untuk
rekam medis yang in-aktif (World Health Organization Regional Office for the
Western Pacific, 2006, hal. 50). Dalam penyimpanan rekam medis inaktif tersebut,
rekam medis inaktif dimasukan terlebih dahulu dimasukan ke dalam boks kardus
yang berlubang sebagai ventilasi baru ditempatkan ke dalam rak besi (Barthos,
2007, hal. 202-205). Lemari yang direkomendasikan untuk digunakan berdasarkan
WHO (2006, hal. 50), IFHIMA (2012, hal. 23), dan Depkes (2006, hal. 88) adalah
open- shelf file (lemari arsip terbuka) seperti rak buku. Hal ini dikarenakan open-
shelf file harganya lebih murah, petugas dapat dengan mudah dalam porses retrival,
serta menghemat ruangan dengan menampung lebih banyak rekam medis
(Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, 2006, hal. 88).
Setelah dilakukan observasi, penulis mendapatkan hasil bahwa pada Ruang
Penyimpanan I dan Ruang Penyimpanan II rekam medis di RSIA SamMarie Basra
dapat menapung ........buah rekam medis. Berdasarkan hasil observasi didapatkan
hasil bahwa Rak Besi 1 pada Ruang penyimpanan I memiliki kapasitas
penampungan sebanyak 2.475 buah rekam medis rawat jalan, rak besi 2 pada
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
10
Universitas Indonesia
Ruang penyimpanan I dapat menyimpan sebanyak sebanyak 2.325 buah rekam
medis rawat jalan, rak besi 3 memiliki kapasitas penampungan rekam medis rawat
jalan sebanyak 2.350 buah rekam medis rawat jalan, rak besi 4 hanya dapat
menampung sebanyak 1.125 buah rekam medis rawat jalan, dan lemari laci di
Ruang Penyimpanan I hanya digunakan 6 laci dari 12 laci yang tersedia dengan
total rekam medis yang disimpan adalah sebanyak 683 buah rekam medis rawat
inap. Rak besi I dalam Ruang Penyimpanan II memiliki daya tampung sebanyak
2.420 buah rekam medis rawat jalan, sedangkan rak besi 2 hanya memiliki daya
tampung sebanyak 2.170 buah rekam medis rawat jalan.
4) Perlengkapan Penyimpanan
Record Folder yang digunakan oleh RSIA SamMarie Basra berbeda untuk
pasien rawat jalan dan rawat inap. Pasien rawat jalan menggunakan file folder
berwarna kuning berukuran 24,5cm x 17,5cm. Map/file folder pasien rawat jalan
berbahan karton.
Gambar 2 File Folder Rekam Medis Rawat Jalan
Sumber: (Instalasi Rekam Medis RSIA SamMarie Basra, 2015)
Pelaksanaan penyimpanan rekam medis rawat jalan harus menggunakan
perlengkapan tambahan berupa box file. Box file ini berfungsi untuk menyimpan
rekam medis pada rak besi yang telah disediakan. Desain atau rancangan map/file
folder pasien rawat jalan yang tidak terlalu besar, penambahan perlengkapan lain
sehingga map/file folder pasien rawat jalan dapat disimpan dalam rak besi.
Box file memiliki ukuran yaitu lebar 110 mm (11cm), panjang 260 mm (26cm),
dan tinggi 310 mm (31cm). Setiap box file dapat menampung secara maksimal
sampai dengan 25 buah rekam medis rawat jalan, namun jika terdapat rekam medis
rawat jalan yang sangat tebal maka diharuskan mengurangi isi dari box file tersebut.
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
11
Universitas Indonesia
Berikut ini gambar terkait box file yang digunakan dalam penyimpanan rekam
medis rawat jalan di RSIA SamMarie Basra:
Gambar 3 Box File Penyimpanan Map/File Folder Rekam Medis Rawat Jalan
Rekam medis pasien rawat inap yang disimpan pada bussiness file berukuran
F4 (21,59 cm x 35,56 cm) yang dibagi dalam 5 kategori warna yaitu abu-abu,
kuning, merah, biru, dan hijau, untuk membedakan jenis tindakan yang diberikan
kepada pasien.
Gambar 4 File Folder Rekam Medis Rawat Inap
Sumber: (Instalasi Rekam Medis RSIA SamMarie Basra, 2015)
5) Kebijakan Retensi
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas di Instalasi Rekam Medis dan
Pendaftaran di RSIA SamMarie Basra terkait dengan kebijakan retensi, didapatkan
hasil bahwa:
“kebijakan retensi rekam medis di RSIA SamMarie Basra sudah ada, 5 tahun
kan. Ya berarti Desember tahun depan donk kan sekarang baru empat tahun,
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
12
Universitas Indonesia
kebijakan retensi di RSIA SamMarie Basra dibuat dalam Surat Keputusan
Direktur RSIA SamMarie Basra”
Setelah mendengarkan hasil wawancara terkait dengan kebijakan retensi dari
salah satu informan, penulis melakukan validasi sumber dengan cara telaah
dokumen. Penulis meminta kepada petugas Instalasi Rekam Medis dan Pendaftaran
RSIA SamMarie Basra terkait dengan kebijakan retensi dalam bentuk SK tersebut.
Setelah melakukan telaah dokumen tersebut, sampai pada tahap penulisan skripsi
ini selesai penulis belum bisa mendapatkan SK tersebut. Hal ini menyebabkan
penulis belum dapat menyimpulkan apakah kebijakan terkait retensi penyimpanan
rekam medis di RSIA SamMarie Basra sudah ditetapkan atau belum ditetapkan.
b. Fungsi Map/File Folder dalam Penyimpanan Rekam Medis
Pada fase informasi ini, penulis juga mengumpulkan semua informasi terkait
fungsi dari map/file folder dalam meyimpanan rekam medis. Fungsi tersebut
diambil berdasarkan kajian literatur yang mengacu pada pedoman penyelenggaraan
rekam medis dan buku teks terkait dengan perlengkapan penyimpanan rekam
medis, yang terbit 10 tahun terakhir dari tahun 2005 sampai dengan 2015.
Selain kajian literatur yang berasal dari buku teks, penulis mencari informasi
terkait fungsi map/file folder pelindung rekam medis dari Pedoman
penyelenggaraan rekam medis yang dipublikasikan oleh World Health
Organization (WHO), International Federation of Health Information Management
Associations (IFHIMA), dan Departemen Kesehatan RI. Setelah mengumpulkan
semua informasi terkait fungsi tersebut dari literatur yang tersedia, penulis
membuat matriks kajian literatur terkait fungsi dari map/file folder.
Berdasarkan matriks kajian literatur tersebut, penulis mencari kesamaan
(compare), mencari ketidaksamaan (contrast), membandingkan (synthesize) dari
pedoman dan buku teks tersebut untuk mencari fungsi map/file folder penyimpanan
rekam medis. Setelah melakukan proses tersebut, kemudian penulis meringkas
meringkas (summarize) dari daftar atau list hasil perbandingan tersebut. Hasil dari
analisis summarize didapatkan hasil bahwa fungsi dari map/file folder diantaranya
adalah:
1. Menampung isi/formulir rekam medis.
2. Menata rekam medis dengan kecepatan tinggi dan sedikit kesalahan.
3. Terlihat jelas untuk kemudahan pengambilan.
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
13
Universitas Indonesia
4. Terlihat jelas untuk kemudahan penyimpanan kembali.
5. Memelihara keutuhan susunan lembaran rekam medis.
6. Mencegah terlepasnya lembaran rekam medis.
7. Menjaga hilangnya lembaran rekam medis saat dipinjam.
8. Melindungi isi/formulir rekam medis.
9. Mencegah kerusakan intrinsik pada lembar rekam medis.
2. Fase Analisis Fungsi
a. Analisis Fungsi dengan FAST Diagram
Berdasarkan hasil kajian literatur pada fase informasi, didapatkan 9 (sembilan) fungsi
dari sebuah map/file folder dalam penyimpanan rekam medis. Setelah mendapatkan
uraian fungsi tersebut, penulis mengkategorikan kesembilan fungsi tersebut menjadi
fungsi dasar dan fungsi sekunder yang tergambar pada Gambar 5. Fungsi dasar sebuah
map/file folder adalah menampung isi/formulir rekam medis dan melindungi isi/formulir
rekam medis. Fungsi dasar menampung isi/formulir rekam medis memiliki fungsi
sekunder yaitu menata rekam medis dengan kecepatan tinggi dan sedikit kesalahan, serta
memelihara keutuhan susunan lembaran rekam medis. Selain itu, untuk fungsi dasar
map/file folder dalam melindungi isi/formulir rekam medis memiliki fungsi sekunder
yaitu mencegah kerusakan intrinsik pada lembar rekam medis.
Fungsi utama dari sebuah map/file folder dalam penyimpanan rekam medis adalah
untuk menampung dan melindungi isi/formulir rekam medis. Fungsi utama tersebut
kemudian didapatkan 5 (lima) fungsi turunan yaitu untuk dapat terlihat jelas dalam
pengambilan, terlihat jelas dalam penyimpanan, mencegah terlepasnya lembaran rekam
medis, menjaga lembar rekam medis hilang saat dipinjam, dan mencegah kerusakan
intrinsik pada lembar rekam medis. 5 (lima) fungsi turunan ini kemudian diberikan kode
untuk proses analisis selanjutnya yaitu dengan Mudge diagram, yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Identifikasi Fungsi Turunan Map/File folder
No. Fungsi Turunan Kode 1 Terlihat jelas dalam pengambilan A 2 Terlihat jelas dalam penyimpanan B 3 Mencegah terlepasnya lembaran rekam medis C 4 Menjaga lembar rekam medis hilang saat dipinjam D 5 Mencegah kerusakan intrinsik pada lembar rekam medis E
Sumber: Data Diolah Kembali
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
14
Universitas Indonesia
Gambar 5 FAST Diagram Map/File Folder
Sumber: Data Diolah Kembali
b. Analisis Tingkat Kepentingan Fungsi dengan Mudge Diagram
Langkah berikutnya setelah mengidentifikasi fungsi turunan dan memberikan kode
pada fungsi turunan map/file folder yang di dapatkan dari FAST diagram adalah
memetakan tingkat kepentingan dari fungsi tersebut dengan menggunakan mudge
diagram. Mudge diagram prinsipnya adalah untuk melakukan pembobotan pada masing-
masing fungsi. Pelaksanaannya dengan melakukan penyebaran form isian mudge diagram
dengan orang-orang yang mengerti terkait map/file folder dalam penyimpanan rekam
medis di RSIA SamMarie Basra.
Setelah dilakukan penyebaran form isian Mudge diagram untuk memetakan tingkat
kepentingan map/file folder kepada dua informan tersebut, kemudian ditarik nilai rata-
rata dari masing-masing bobot fungsi hasil yang didapatkan dari dua informan tersebut.
Berdasarkan penarikan nilai rata-rata tersebut kemudian setiap fungsi diurut berdasarkan
tingkat kepentingannya pada Gambar 6 sebagai grafik relative importance dari map/file
folder pada penyimpanan rekam medis.
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
15
Universitas Indonesia
Gambar 6 Grafik Relative Function Map/File folder
Setelah melihat Gambar 6 terkait dengan grafik relative function map/file folder
dalam penyimpanan rekam medis, fungsi yang paling penting adalah kode E yang berarti
suatu map/file folder dirancang untuk mencegah kerusakan intrinsik pada lembar rekam
medis. Tak kalah penting dengan kode E, kode C yang berarti mencegah terlepasnya
lembaran rekam medis dan menjaga lembar rekam medis hilang saat dipinjam termasuk
juga sebagai fungsi terpenting map/file folder pada penyimpanan rekam medis. Diikuti
dengan fungsi A dan B yaitu agar terlihat jelas dalam pengambilan dan terlihat jelas
dalam penyimpanan.
3. Fase Kreatif
Fase kreatif merupakan fase pengembangan ide terhadap perancangan suatu
produk/konsep yang ingin dibuat. Pada fase ini penulis melakukan brainstroming berdasarkan
literatur yang sama dengan literatur yang digunakan dalam fase informasi. Hasil dari
brainstorming didapatkan ketentuan map/file folder yang ideal dalam suatu penyimpanan
rekam medis digambarkan pada Lampiran 1.
Hasil dari brainstorming tersebut, digabungkan dan dipilih kembali oleh penulis untuk
dijadikan landasan dalam perancangan map/file folder penyimpanan rekam medis di RSIA
SamMarie Basra. Setiap bahan, ukuran, informasi, dan perlengkapan yang akan tersedia
dalam rancangan baru map/file folder rekam medis dipilih karena paling banyak
direkomendasikan oleh setiap literatur yang digunakan. Penulis juga memilih berdasarkan
kesesuaian dengan keadaan RSIA SamMarie Basra, yang didapat berdasarkan hasil
wawancara dengan para informan yang memberikan masukan terkait dengan rancangan
41%
31%
21%
7%
0% 0% 5%
10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
E D C A B
Grafik Relative Function Map/File Folder
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
16
Universitas Indonesia
rekam medis yang diinginkan. Selain itu, penulis juga memilih untuk memenuhi fungsi yang
dianggap paling penting hasil fase analisis fungsi sebelumnya. Pemilihan ini bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan rekam medis yang akan berdampak pada mutu pelayanan kesehatan,
dengan meningkatkan fungsi sebuah map/file folder penyimpanan rekam medis dan sesuai
dengan keadaan di RSIA SamMarie Basra.
Hasil pemilihan ketentuan map/file folder dari brainstroming tersebut, dijadikan sebagai
landasan penulis untuk mengembangkan rancangan map/file folder penyimpanan rekam medis
di Instalasi Rekam Medis RSIA SamMarie Basra. Pada akhirnya rancangan tersebut yaitu
sebagai berikut:
Gambar 7 Tampak Depan dan Tampak Belakang Rancangan Map/File folder
Gambar 8 Tampak Depan Atas dan Scoring/Lipatan Rancangan Map/FileFolder
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
17
Universitas Indonesia
a. Ukuran Rancangan Map/File Folder
Ukuran yang dipilih oleh penulis, merupakan hasil dari observasi penulis terkait
ukuran isi/formulir rekam medis yang biasa digunakan oleh RSIA SamMarie Basra.
Isi/formulir rekam medis yang sering digunakan oleh RSIA SamMarie Basra dalam
menuliskan riwayat pasien dituliskan pada kertas berukuran Folio/F4. Selain berukuran
Folio/F4, terdapat beberapa isi/formulir yang berukuran A4 seperti pengkajian risiko
jatuh pada pasien dewasa, form isian daftar permintaan makanan pasien, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu karena ukuran map/file folder yang dirancang harus melebihi
ukuran kertas yang biasanya digunakan oleh RSIA SamMarie Basra, maka penulis
menetapkan untuk ukuran map/file folder yang dirancang adalah dengan ukuran lebar
24cm dengan panjang 35cm, dimana terdapat lipatan/scoring 2,5cm yang akan menjadi
tinggi 5cm jika terisi secara penuh oleh isi/formulir rekam medis.
b. Bahan Rancangan Map/File Folder
Bahan yang dipilih adalah bahan manila dengan ketebalan 11 poin. Bahan manila
memiliki beberapa macam ketebalan, dari ketebalan 8 poin yang paling tipis sampai
dengan 24 poin yang paling tebal. Berdasarkan kajian literatur, mengatakan bahwa
manila folder dengan ketebalan 11 poin adalah folder yang sering digunakan oleh rumah
sakit pada umumnya (Abdelhak, Grostick, Hanken, & Jacobs, 2001; French & Fordney,
2013; Kathleen & Shirley, 2006).
c. Perlengkapan Lain dalam Rancangan Map/File Folder
Perlengkapan lain yang digunakan dalam rancangan ini yang pertama adalah colour
coding. Colour coding merupakan perlengkapan yang diwajibkan ada dalam kajian
literatur yang ada, mengingat fungsi colour coding yang dapat meminimalisir kesalahan
penjajaran, serta yang paling utama adalah dapat cepat ditemukan saat rekam medis itu
dibutuhkan (Fungsi Kode A). Warna yang dapat digunakan untuk nomor 1 sampai
dengan 10 harus bervariasi dan dapat ditentukan sendiri oleh pihak rumah sakit sesuai
kebutuhan.
Perlengkapan lainnya adalah penjepit/fastener yang berfungsi untuk menjaga agar isi
rekam medis terlepas saat penyimpanan ataupun hilang saat peminjaman (Fungsi C dan
D). Menurut pedoman penyelenggaraan rekam medis penjepit yang baik digunakan
adalah berbahan plastik daripada berbahan metal (World Health Organization Regional
Office for the Western Pacific, 2006; Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, 2006).
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
18
Universitas Indonesia
Untuk mencegah rusaknya map/file folder karena seringnya di ambil dari tempat
penyimpanan, maka rancangan pada /file folder dibuat rounded pada setiap sisi-nya.
Gambar 9 Rounded pada Setiap Sisi Rancangan Map/File folder
d. Informasi pada Sampul Depan dan Belakang Rancangan Map/File Folder
Disediakan informasi di halaman awal map/file folder untuk memudahkan dalam
pelayanan pasien, tetapi tetap menjaga kerahasiaan dari rekam medis pasien itu sendiri.
Oleh karena itu berikut ini adalah beberapa informasi yang tertera pada halaman awal
rancangan map/file folder penyimpanan rekam medis, diantaranya:
1. Nama pasien,
2. Nomor rekam medis pasien,
3. Allergy alert/peringatan alergi,
4. Kunjungan terakhir, dan
5. Peringatan atas kerahasiaan isi rekam medis.
4. Fase Evaluasi
Setiap ide atau konsep sebuah rancangan yang telah dihasilkan pada fase kreatif, akan
dilakukan penilaian atau perbandingan dengan rancangan yang telah diterapkan, dimana
proses tersebut dapat dilakukan dengan seleksi konsep. Hasil rancangan map/file folder dari
fase kreatif kemudian dibandingkan dengan rancangan map/file folder yang ada. Hal ini untuk
melihat rancangan manakah yang telah memenuhi fungsi map/file folder untuk memenuhi
kebutuhan RSIA SamMarie Basra dalam pelayanan mutu rekam medis. Seleksi kriteria yang
digunakan dimasukkan untuk dibandingkan ke dalam matriks merupakan daftar fungsi sebuah
map/file folder penyimpanan rekam medis. Setiap rancangan baik baru ataupun awal akan
diberikan penilaian dengan menggunakan “+”, “0”, dan “-“.
Berdasarkan hasil kedua informan tersebut, penulis menarik rata-rata dari setiap jumlah
(-), (0), dan (+) untuk kedua rancangan map/file folder penyimpanan rekam medis. Hasil yang
didapatkan ialah:
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
19
Universitas Indonesia
Tabel 2 Rata-Rata Seleksi Konsep Pugh dan Rekomendasi Rancangan Map/File folder
Penilaian
Informan
1 Informan
2 Rata-Rata
Informan 1
Informan 2
Rata-Rata
Jumlah (+) 0 0 0 0 4 2
Jumlah (0) 0 1 0,5 5 1 3
Jumlah (-) 5 4 4,5 0 0 0
Hasil -4,5 2
Ideal 0,5 5
Rekomendasi Diperbaiki Digunakan
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil bahwa rancangan map/file folder yang digunakan
saat ini oleh RSIA SamMarie Basra memiliki kekurangan dan direkomendasikan untuk
diperbaiki, sedangkan untuk rancangan map/file folder yang baru atau diusulkan memiliki
nilai yang ideal sehingga direkomendasikan untuk digunakan. Jika lebih banyak poin
kekurangan daripada ideal maka suatu rancangan tidak direkomendasikan untuk digunakan,
melainkan harus diperbaiki ataupun diganti untuk meningkatkan kualitas rancangan tersebut
(Ulrich & Eppinger, 2001). Berdasarkan hal tersebut, maka rancangan map/file folder yang
digunakan saat ini oleh RSIA SamMarie Basra direkomendasikan untuk diperbaiki dengan
rancangan baru yang sesuai dengan kriteria seleksi/fungsi map/file folder penyimpanan rekam
medis.
5. Fase Pengembangan
Setelah mengetahui berdasarkan fase evaluasi bahwa rancangan map/file folder yang
digunakan saat ini oleh RSIA SamMarie Basra direkomendasikan untuk diperbaiki dengan
rancangan baru yang dibuat oleh penulis sesuai dengan kriteria seleksi/fungsi map/file folder
penyimpanan rekam medis, maka penulis melakukan pengembangan terkait dengan daya
tampung rancangan baru map/file folder di ruang penyimpanan rekam medis RSIA SamMarie
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
20
Universitas Indonesia
Basra dengan cara melakukan simulasi daya tampung terhadap penyimpanan map/file folder
rekam medis.
Setelah mengetahui daya tampung rancangan baru map/file folder yang dapat ditampung
pada Ruang Penyimpanan I dan II di RSIA SamMarie Basra, didapatkan hasil bahwa
rancangan baru yang dibuat oleh penulis hanya dapat disimpan sebanyak 13.441 buah
map/file folder. Hal ini berbeda dengan rancangan yang digunakan saat ini oleh RSIA
SamMarie Basra yang dapat disimpan sebanyak 13.458 buah map/file folder pada rak besi dan
lemari arsip laci di Ruang Penyimpanan I dan II.
Setelah dilakukan fase pengembangan pelaksanaan penyimpanan rancangan baru
map/file folder pada ketiga lemari arsip laci, empat rak besi Ruang Penyimpanan I, dua rak
besi Ruang Penyimpanan II sebenarnya tidak meningkatkan daya tampung penyimpanan
rekam medis. Hal ini dikarenakan daya tampung rancangan baru di ruang penyimpanan rekam
medis RSIA SamMarie Basra tidak sebanyak dengan daya tampung rancangan yang saat ini
digunakan oleh RSIA SamMarie Basra. Walaupun kapasitas rancangan baru lebih sedikit
daripada kapasitas rancangan yang digunakan saat ini, tetapi tidak memiliki perbedaan yang
terlalu jauh yaitu sebanyak 107 buah map/file folder. Perbedaan daya tampung tersebut
diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3 Daya Tampung Rancangan Map/File Folder yang Digunakan Saat ini dengan Rancangan Baru pada Ruang Penyimpanan Rekam Medis RSIA SamMarie Basra
No. Rak Kapasitas Rancangan Lama Kapasitas Rancangan Baru 1-Rak 1 2.475 RM 1.689 RM 1-Rak 2 2.325 RM 1.856 RM 1-Rak 3 2.350 RM 2.240 RM 1-Rak 4 1.125 RM 1.344 RM 2-Rak 1 2.420 RM 2.364 RM 2-Rak 2 2.170 RM 2.364 RM Laci 1 164 RM 528 RM Laci 2 519 RM 528 RM Laci 3 0 RM 528 RM
Jumlah 13.548 RM 13.441 RM
6. Fase Presentasi
Setelah melakukan setiap tahapan yang ada di value analysis atau tahapan the job plan,
jika melihat dari hasil simulasi, map/file folder memang tidak dapat meningkatkan daya
tampung penyimpanan rekam medis menjadi meningkat, namun tujuan dari dirancangnya
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
21
Universitas Indonesia
map/file folder ini selain untuk meningkatkan daya tampung penyimpanan melainkan juga
untuk menciptakan suatu map/file folder dengan mengidentifikasi dan mengeleminasi
unnecessary cost pada perlengkapan penyimpanan dokumen rekam medis dengan
menggunakan Value Analysis. Value Analysis dilakukan untuk mengidentifikasi unnecessary
cost terhadap kualitas produk, karena seharusnya semua biaya yang dikeluarkan untuk produk
harus memberi kontribusi terhadap kualitas dengan kata lain disebut dengan “All Cost tis For
Function” (Miles, 1972; Firmansyah, 2011). Unnecessary cost dalam value analysis adalah
nilai yang dilihat dari kegunaannya, kualitasnya, tampilan, sampai dengan keinginan
pengguna (Kelly & Male, 1993, hal. 9). Inilah yang menjadi dasar ditetapkannya perancangn
map/file folder yaitu untuk mendapatkan suatu rancangan yang sesuai dengan fungsinya
dalam menyimpan isi/formulir rekam medis, sehingga tercipta suatu penyimpanan
rekam medis yang memudahkan untuk pengelolaan rekam medis di rumah sakit.
Belum terpenuhinya fungsi map/file folder yang digunakan oleh RSIA SamMarie Basra
saat ini dalam penyimpanan rekam medis, membuat map/file folder tersebut
direkomendasikan untuk diperbaiki dan diganti dengan rancangan map/file folder penulis. Hal
dikarenakan setiap rancangan termasuk map/file folder yang dibuat, harus dapat memenuhi
fungsi spesifiknya yaitu untuk menampung dan melindungi isi/formulir rekam medis, bukan
dengan memangkas biaya dengan membuat konstruksi lebih kecil atau menggunakan bahan
yang lebih murah (Kurniawan, 2009, hal. 43).
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa rancangan perlengkapan
penyimpanan dokumen rekam medis belum dapat meningkatkan daya tampung ruang
penyimpanan rekam medis, akan tetapi rancangan perlengkapan ini telah memenuhi fungsi
ideal yang harus dimiliki oleh sebuah rancangan map/file folder dalam menampung serta
menjaga isi/formulir rekam medis. Hal ini didapatkan melalui tahapan dalam value analysis,
berikut ini hasil dari setiap fase dalam value analysis:
1. Fase Informasi
Pada fase informasi didapatkan hasil terkait penyelenggaraan penyimpanan rekam medis
di RSIA SamMarie Basra dan fungsi perlengkapan penyimpanan rekam medis.
Penyelenggaraan penyimpanan rekam medis di RSIA SamMarie Basra:
a. Menggunakan sistem penomoran unit numbering system, dengan tipe penomoran
yaitu straight numerical.
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
22
Universitas Indonesia
b. Menggunakan sistem penyimpanan berdasarkan angka (filing by number) dengan tipe
straight numerical filing system, dengan metode penyimpanan rekam medis yaitu
sentralisasi.
c. Peralatan yang digunakan dalam penyimpanan rekam medis adalah enam buah rak
besi dan tiga buah lemari arsip laci (filing cabinet). Pada ruang penyimpanan utama
atau Ruang 1 ditempatkan empat buah rak besi dan tiga buah lemari arsip laci,
sedangkan untuk Ruang 2 hanya dapat ditempatkan dua buah rak besi.
d. Perlengkapan Penyimpanan atau file folder yang digunakan oleh RSIA SamMarie
Basra berbeda antara pasien rawat jalan dengan pasien rawat inap. Pasien rawat jalan
menggunakan file folder berwarna kuning berukuran 24,5cm x 17,5cm, sedangkan
Rekam medis pasien rawat inap yang disimpan pada bussiness file berukuran F4
(21,59 cm x 35,56 cm). Selain itu, menggunakan box file yang memiliki ukuran yaitu
lebar 110 mm (11cm), panjang 260 mm (26cm), dan tinggi 310 mm (31cm), dimana
setiap box file tersebut dapat menampung secara maksimal sampai dengan 25 buah
rekam medis rawat jalan
e. Berdasarkan hasil wawancara kebijakan retensi dikatakan sudah diterbitkan dalam
bentuk Surat Keputusan Direktur RSIA SamMarie Basra, akan tetapi setelah
dilakukan telaah dokumen sampai dengan akhir penelitian penulis belum
mendapatkan terkait kebijakan retensi tersebut.
Berdasarkan hasil kajian literatur 10 tahun terakhir didapatkan 9 (sembilan) fungsi dari
map/file folder dalam meyimpanan rekam medis.
2. Fase Analisis Fungsi
Pada fase ini dari sembilan fungsi map/file folder dalam meyimpanan rekam medis di
analisis fungsi dengan FAST diagram. Hasil yang didapatkan untuk fungsi map/file folder
tersebut terdapat dua fungsi dasar (basic function) dan 5 fungsi turunan (secondary
function). Fungsi terpenting dengan urutan kedua adalah agar menjaga lembar rekam
medis hilang saat dipinjam, mencegah terlepasnya lembaran rekam medis saat
penyimpanan, terlihat jelas dalam pengambilan, dan terlihat jelas dalam penyimpanan.
3. Fase Kreatif
Suatu map/file folder yang akan dirancang harus memiliki kriteria ukuran yang melebihi
isi/formulir rekam medis (A4 dan Folio), terbuat dari bahan yang kuat untuk menampung
isi/formulir rekam medis seperti bahan manila, dilengkapi dengan perlengkapan lain
seperti fastener, colour coding, scoring atau lipatan, disetiap sisinya dibuat rounded, dan
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
23
Universitas Indonesia
harus disediakan informasi di halaman awal map/file folder untuk memudahkan dalam
pelayanan pasien, tetapi tetap menjaga kerahasiaan pasien.
Ukuran Lebar = 24cm
Panjang = 35cm
Bahan Manila 11pt
Lipatan 2,5cm
Perlengkapan Colour coding
Allergy Alert
Peringatan Kerahasiaan
Tahun Kunjungan Terakhir
Fastener/Penjepit
4. Fase Evaluasi
Setelah dilakukan perancangan, hasil dari rancangan tersebut akhirnya dilakukan evaluasi
dengan seleksi konsep yang menggunakan Seleksi Konsep Pugh. Rancangan map/file
folder yang digunakan saat ini memiliki kekurangan sebanyak 4,5 poin, dan hanya sesuai
standar sebanyak 0,5 poin. Rancangan map/file folder yang diusulkan memiliki kelebihan
dari ideal sebanyak 2 poin, dan memiliki nilai sesuai standar sebanyak 5 poin. Hasil dari
fase evaluasi dengan menggunakan seleksi konsep pugh ternyata rancangan map/file
folder yang telah digunakan oleh RSIA SamMarie Basra direkomendasikan untuk
dilakukan perbaikan dan digantikan dengan rancangan map/file folder yang baru.
5. Fase Pengembangan
Setelah dilakukan perhitungan dan simulasi, akhirnya didapatkan hasil bahwa rancangan
baru map/file folder tidak dapat meningkatkan daya tampung penyimpanan di ruang
penyimpanan rekam medis RSIA SamMarie Basra. Hal ini dilihat dari total keseluruhan
rancangan baru map/file folder yang hanya dapat ditampung sebanyak 13.441 buah jika
ditempatkan pada seluruh peralatan di ruang penyimpanan rekam medis RSIA SamMarie
Basra. Berbeda dengan rancangan map/file folder yang telah digunakan di RSIA
SamMarie Basra, walaupun tidak semua lemari arsip laci digunakan untuk menyimpan
rekam medis tetapi total rekam medis yang dapat menampung sekitar 13.548 buah
map/file folder.
Gambar 10 Spesifikasi Rancangan Map/File Folder
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
24
Universitas Indonesia
6. Fase Presentasi
Jika melihat dari hasil simulasi, map/file folder memang tidak dapat meningkatkan daya
tampung penyimpanan rekam medis menjadi meningkat, namun tujuan dari dirancangnya
map/file folder ini adalah untuk mendapatkan suatu rancangan perlengkapan yang sesuai
dengan fungsinya dalam menampung serta menjaga isi/formulir rekam medis di RSIA
SamMarie Basra. Belum terpenuhinya fungsi map/file folder yang digunakan oleh RSIA
SamMarie Basra saat ini dalam penyimpanan rekam medis, membuat map/file folder
tersebut direkomendasikan untuk diperbaiki dan diganti dengan rancangan map/file folder
penulis. Hal dikarenakan setiap rancangan termasuk map/file folder yang dibuat, harus
dapat memenuhi fungsi spesifiknya yaitu untuk menampung dan melindungi isi/formulir
rekam medis.
Saran
1. Penggunaan Rancangan Map/File Folder
Masalah yang terjadi seperti dokter ataupun petugas kesehatan tidak leluasa dalam
menuliskan diagnosa, dan lainnya, maka dibutuhkan rekam medis yang dapat menampung
catatan medis rawat jalan maupun catatan medis rawat inap yang digabung menjadi satu,
dalam satu folder rekam medis dan disimpan pada satu depatermen rekam medis, sehingga
rekam medis menjadi sumber ingatan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertanggung
jawaban dan pelaporan bagi rumah sakit. Rancangan map/file folder baru direkomendasikan
untuk digunakan karena setiap perancangannya dibuat untuk memenuhi fungsinya dalam
menampung dan melindungi isi/formulir rekam medis.
2. Lemari Penyimpanan yang digunakan dari Compactus Filing Shelves menjadi Open-Shelf
File
3. Didukung dengan tahun operasional rumah sakit yang hampir mencapai 5 tahun, maka
disarankan untuk dibuatnya jadwal retensi dokumen rekam medis untuk meningkatkan
daya tampung penyimpanan dokumen rekam medis di RSIA SamMarie Basra
4. Pembuatan Formulir Tempat Menyimpan Hasil USG
5. Perubahan Sistem Penyimpanan dari Straight Numerical Filing menjadi Terminal Digit
Filing
6. Pengaktifan Kembali Panitia Rekam Medis
7. Peningkatan Penggunaan Medical Record Electronic di Instalasi Rekam Medis dan
Pendaftaran RSIA SamMarie Basra
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
25
Universitas Indonesia
Daftar Pustaka Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2001). Perancangan dan Pengembangan Produk-Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Teknik. (N. Azmi, & I. A. Marie, Penerj.) Jakarta: Salemba Teknik. World Health Organization Regional Office for the Western Pacific. (2006). Medical Records Manual A Guide for Developing Countries. World Health Organization. Abdelhak, M., Grostick, S., & Hanken, M. A. (2015). Health Information : Management of a Strategic Resource (5th ed.). United State: Philadelphia, Pa: Elsevier Saunders. Abdelhak, M., Grostick, S., Hanken, M. A., & Jacobs, E. (2001). Health Information: Management of a Strategic Resource. United State of America: W.B Saunders Company. Barthos, B. (2007). Manajemen Kearsipan: untuk Lembaga Negara, Swasta dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara. Express, T. (2015, May). File Management Systems. Diambil kembali dari TAB Express: www.tab.com Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. (2006, 12 10). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia . Jakarta, Indonesia: Departemen Kesehatan RI. Firmansyah, F. A. (2011). Penerapan Metode Value Analysis untuk Penuruan Biaya Knalpot Tipe X pada PT.Y. Depok: FT UI. French, L. L., & Fordney, M. T. (2013). Administrative Medical Assisting (7th ed.). United Stated of America: Delmar Cengage Learning. Green, M. A., & Bowie, M. J. (2011). Essentials of Helath Information Management Principles and Practices. New York: Delmar Cengange Learning. IFHIMA. (2012). Module 1 - The Health Record. IFHIMA. International Federation of Health Information Management Associations. (2012). IFHIMA Education Module 3: Record Identification Systems, Filing and Retention of Health Records. Dipetik December 31, 2015, dari Learning Center: http://ifhima.org/learning-center/ International Federation of Health Record Organization. (1992). Learning Packages for Medical Record Practice. IFHRO. Huffman, E. K. (1994). Health Information Management (10th ed.). Berwyn: IL: Physicians Record Company. Härö, A. (1981). Planning Information Services for Health: Decision-Simulation-Approach. Helsinki: Nordic Medical Statistical Commission (NOMESCO) Report of Working Group Data Systems (ADAT). Hatta, G. R., Sampurna, B., Elise, G., Erkadius, Kasim, F., Thabrany, H., et al. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Revisi Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis/Medical Record Rumah Sakit (1991) dan Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia (1994,1997) (Edisi Revisi 2010 ed.). (G. R. Hatta, & Erkadius, Penyunt.) Jakarta: UI Press. Kurniawan, V. U. (2009). Penerapan Value Engineering dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Ke-PU-an di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum Dalam Usaha Meningkatkan Efektivitas Pengginaan Anggaran. Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil . Depok: Fakultas Teknik UI. Kathleen, M., & Shirley, E. (2006). Health Information Management: Concepts, Principles, and Practice (2nd ed.). United State of America: American Health Information Management Association (AHIMA). Kelly, J., & Male, S. (1993). Value Management in Design and Construction. London: E & FN Spon. Kementrian Kesehatan RI. (1998). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 749a/SK/Menkes/XII/89 Tentang Rekam Medis (Medical Record) di Rumah Sakit. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI. Kompasiana. (2012, April 13). Indonesia Punya Perpustakaan Terbesar Se-Asia Tenggara. Diambil kembali dari http://www.kompasiana.com/erikadamayanti/indonesia-punya-perpustakaan-terbesar-se-asia-tenggara_550f6f9ea33311bd34ba7e80 Majalah Pendidikan Online Indonesia. (2011, December 18). Perpustakaan Terbesar se-Asia Hadir di Universitas Indonesia. Diambil kembali dari http://mjeducation.com/perpustakaan-terbesar-se-asia-hadir-di-universitas-indonesia/
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
26
Universitas Indonesia
Merdeka. (2012, April 18). Mewahnya Perpustakaan UI. Diambil kembali dari http://www.merdeka.com/peristiwa/mewahnya-perpustakaan-ui.html Miles, L. D. (1972). Techniques for Value Analysis and Engineering (2 ed.). New York: McGraw-Hill. Peraturan Pemerintah RI. (2014). Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan . Indonesia: Pemerintah RI. Suchery, P. L. (2015). Instalasi Rawat Inap, Rawat Jalan dan Rekam Medis RSIA SamMarie Basra. FKM UI, AKK. Depok: FKM UI. Sugiarto, A., & Wahyono, T. (2005). Manajemen Kearsipan Modern: Dari Konvensional ke Basis Komputer. Yogyakarta: Gava Medis. SAVE International. (2007). Workbook for Value Engineering - Module I Workshop. USA: Society of American Value Engineers (SAVE) International. Sabarguna, B. (2005). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng- DIY. Rahmi, I. (2013). Gambaran Penyelenggaraan Berkas Rekam Medis di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Zahirah Tahun 2012. Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. RISTEKDIKTI Maluku Utara. (2011, May 07). UI Mengenalkan Perpustakaan Terbesar di Dunia. Dipetik December 31, 2015, dari http://www.kopertis12.or.id/2011/05/07/ui-mengenalkan-perpustakaan-terbesar-di-dunia.html RSIA SamMarie Basra. (2014). Company Profile RSIA SamMarie Basra 2014 . Jakarta, Indonesia: RSIA SamMarie Basra.
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016
27 Universitas Indonesia
Lampiran 1. Brainstorming Map/File Folder dalam Penyimpanan Rekam Medis Berdasarkan Kajian Literatur
Ukuran
Map/File Folder Rekam Medis
Bahan
Informasi yang harusTersedia di Awal
Perlengkapan Lain
Buku Teks
Pedoman
WHO
IFHIMA
Dekes RI
Sugiarto & Wahyono, 2005
Tab/Sistem Warna
Label
Buku Teks
Pedoman
WHO
IFHIMA
Kathleen & Shirley, 2006Manila
Pressboard
Square
Pedoman WHOBuku Teks
Abdelhak, Grostick, & Hanken 2015H = 91/2", W = 121/4"
Kathleen & Shirley, 2006
Fastener
Tab
Metal Prong
Divider
Cut
Green & Bowie, 2009
Tab/Colour Coding
Fastener
Scoring
Pedoman
WHO
IFHIMA
Dekes RI
Buku Teks
Green & Bowie, 2009
Allergy Alerts
Tahun terakhir Kunjungan Pasien
Peringatan Kerahasiaan atas Informasi
Cut/Rounding
Green & Bowie, 2009Manila
Kathleen & Shirley, 2006 Legal Size
Pressboard
Abdelhak, Grostick, & Hanken 2015
Scoring
Cut/Rounding
Fastener
Tab/Colour Coding
Abdelhak, Grostick, & Hanken 2015ManilaPenyekat/Divider
Barthos, 2007
Fastener/Klip
LogamTab
Lipatan/Scoring
Barthos, 2007Manila
Barthos, 2007 H= 24 cm W = 35 cm
French & Fordne, 2013
French & Fordne, 2013
French & Fordne, 2013
French & Fordne, 2013
Letter Size = 81/2" by 11"
Kraft
Allergy Alerts
Drug Reactions
Nama Pasien
Lipatan/Scoring
Fastener
Tahun Kunjungan
Tab/Colour Coding
Identitas Pasien Lainnya
Label
Side-Attached
Rounded
Plastik
Letter Size
Kraft
Manila
Allergy Alerts
Tab/Colour Coding
Plastik
Manila
Pressboard
Fastener
Nama Pasien
Nomor Rekam Medis Pasien
Identitas pasien Lainnya
Scoring/Lipatan
Fastener/Penjepit
Nomor Rekam Medis
Nama Pasien
Kode Warna
Fastener
Divider
Manila
Cardboard
Nama Pasien
Nomor Rekam Medis
Kunjungan Terakhir
Melebihi Besar Formulir (A4)
Rancangan perlengkapan ..., Puput Leni Yuliani Suchery, FKM UI, 2016