rancangan laporan good governance pada …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

247
RANCANGAN LAPORAN GOOD GOVERNANCE PADA ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Liana Khodijah NIM: 11140820000091 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 08-Mar-2020

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RANCANGAN LAPORAN GOOD GOVERNANCE PADA

ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Liana Khodijah

NIM: 11140820000091

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

ii

RANCANGAN LAPORAN GOOD GOVERNANCE PADA ORGANISASI

PENGELOLA ZAKAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Liana Khodijah

NIM: 11140820000091

Di Bawah Bimbingan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 03 Mei 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:

Nama : Liana Khodijah

No. Induk Mahasiswa : 11140820000091

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi :Rancangan Laporan Good Governance Pada Organisasi

Pengelola Zakat

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan

selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan

LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Mei 2018

1. Dr. Rini, M.Si.,Ak.,CA

NIP: 197603152005012002 Penguji I

2. Hepi Prayudiawan, S.E.,Ak.,M.M (……………………………)

NIP : 197205162009011006 Penguji II

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 26 September 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i :

Nama : Liana Khodijah

No. Induk Mahasiswa : 11140820000091

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi :Rancangan Laporan Good Governance pada Organisasi

Pengelola Zakat

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan

selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut dinyatakan lulus

dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 September 2019

1. Yessi Fitri SE.,M.Si.,Ak.,CA. (…………………………)

NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua Penguji

2. Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CMA.,CERA (………………………..)

NIP. 197409282008012004 Penguji Ahli

3. Dr. Rini, M.Si., Ak.,CA.

NIP. 19760315 200501 2 002

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Liana Khodijah

No. Induk Mahasiswa : 11140820000091

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa

izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui

pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa

saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang

berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 20 Agustus 2019

(Liana Khodijah)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Liana Khodijah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 28 April 1996

3. Alamat : Jl. Aliandong Rt.01 Rw.09 No.68

Bojongsari-Depok 16516

4. No. Telp : 081271595958

5. Alamat email : [email protected]

II. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Samsuri

2. Ibu : Nining Karminah

3. Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

III. PENDIDIKAN

Tahun 2002 – 2008 : SD Negeri Bojongsari 03 Depok

Tahun 2008 – 2011 : MTs Negeri 1 Bogor

Tahun 2011 – 2014 : SMK Al-Hasra Depok

Tahun 2014 – 2018 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Departemen Dana Usaha Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)

Akuntansi 2015.

2. Wakil Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi 2016

3. Bendahara KKN FIGHT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

vii

V. PENGALAMAN KERJA

1. PT. BPRS Al-Hijrah Amanah sebagai staf Magang periode Januari-Maret 2013

2. Pasadena Factory Outlet sebagai Freelancer periode Mei 2014-Januari 2017

3. PT. Rekadaya Mitra Utama sebagai Frontdesk pada Klub Tamansari Pesona Bali

(PT. Wika Realty) periode Januari 2018-Agustus 2019

viii

RANCANGAN LAPORAN GOOD GOVERNANCE PADA ORGANISASI

PENGELOLA ZAKAT

ABSTRAK

The purpose of this study was to make a draft report of good governance on zakat

management organizations and to see the implementation of good governance on zakat

management organizations in Indonesia. This study is a qualitative study using descriptive

method. Data were obtained by questionnaires and interview sessions for 4 OPZ.

Respondents of this study are amil who are in management structure of the zakat

management organization.

The result of this study shows that the draft report of good governance on zakat

management organizations involving indicators of transparency of financial and non-

financial information which includes zakat management organizations product and services,

salary ratios, non-halal income and the implementation, compliance function, internal audit

function, external audit function, self assessment of good governance implementation, total of

legal issues, information and responsibilities of each position, information on organizational

structure, total of distribution and receiver of donation, implementation of sharia principles,

transactions that contain conflicts of interest, list of consultants and advisory boards, total

internal fraud, maximum limits for distribution donation, and the last the remuneration

policy. Overall, 4 OPZ has implemented good governance according to regulation of each

OPZ.

Keyword: report of good governance, zakat management organization.

ix

RANCANGAN LAPORAN GOOD GOVERNANCE PADA ORGANISASI

PENGELOLA ZAKAT

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rancangan laporan good governance pada

organisasi pengelola zakat dan melihat pelaksanaan good governance yang telah

dilaksanakan oleh organisasi pengelola zakat di Indonesia. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif. Data diperoleh dengan cara

memberikan kuesioner dan wawancara kepada 4 OPZ. Responden penelitian ini adalah amil

yang berada di badan pengurus dari organisasi pengelola zakat.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rancangan laporan good governance pada

organisasi pengelola zakat meliputi indikator transparansi informasi keuangan dan

nonkeuangan termasuk produk dan layanan OPZ, rasio gaji, pendapatan non halal dan

pelaksanaannya, fungsi kepatuhan, fungsi internal audit, fungsi audit eksternal, self assesment

pelaksanaan GG, jumlah permasalahan hukum, informasi dan tanggung jawab dari masing-

masing jabatan, informasi struktur organisasi, jumlah penyaluran dan penerima dana,

pelaksanaan prinsip syariah, transaksi yang mengandung benturan kepentingan, daftar

konsultan dan dewan penasihat, jumlah internal fraud, batas maksimal penyaluran dana, dan

yang terakhir adalah kebijakan remunerasi. Secara keseluruhan 4 OPZ ini telah melaksanakan

good governance sesuai dengan peraturan dari masing-masing OPZ.

Kata kunci: Laporan Good Governance, Organisasi Pengelola Zakat.

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW semoga sampai kepada

keluarganya, para sahabatnya dan selaku kita para umatnya.

Penyusunan skripsi ini yang berjudul “Rancangan laporan good governance pada

Organisasi Pengelola Zakat” dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat

bersyukur atas selesainya penulisan dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, maka dari itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnnya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama

kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Samsuri dan Mamah Nining Karminah yang selalu

memberikan semangat, dukungan, materi serta doa yang tiada henti kepada penulis.

Terima kasih untuk semua kepercayaan serta limpahan kasih sayang yang telah

diberikan kepada penulis, semoga penulis dapat menjadi kebanggaan serta sumber

kebahagiaan kalian.

2. Kakak tersayang beserta suami dan anaknya, Teh Devi, A Bayu dan Raffandra yang

selalu memberikan doa, semangat dan bantuan yang tiada hentinya kepada penulis.

3. Adik tersayang, Sabina dan Nadiya yang membantu dan memberikan semangat

kepada penulis.

4. Ibu Dr. Rini., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi, sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik penulis. Terimakasih karena telah bersedia meluangkan

waktunya, tenaga serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini. Dan telah memberikan arahan serta bimbingan

kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswi di Jurusan Akuntansi

5. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si.,CA.,QIA.,BKP.,CRMP selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

xi

6. Ibu Yessi Fitri, S.E., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Fitri Damayanti, SE.,M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah

diajarkan kepada penulis. Semoga kedepannya ilmu yang telah diberikan bermanfaat

bagi penulis.

9. Seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan kemudahan kepaada penulis disetiap urusan yang penulis

butuhkan.

10. Seluruh bagian dari Badan Pengurus OPZ yang telah mendukung penulis dengan

bersedia mengisi kuesioner dan meluangkan waktu untuk bisa diwawancarai oleh

penulis serta mendoakan kelancaran pembuatan skripsi ini.

11. Keluarga keduaku, Keju (Firdha, Fatin, Najah, Mahhal dan Mutia) yang telah

menemani dan tidak pernah meninggalkan penulis dari awal kuliah hingga akhir masa

perjuangan penulisan skripsi. Terimakasih karena selalu ada dan terus memberikan

semangat, bantuan serta doa yang tiada henti. Dan terimakasih karena selalu

mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat seperjuanganku di Baliview, Eka Maulida dan Icha Kusumaningrum.

Terimakasih telah mewarnai hari-hari penulis. Terimakasih telah menjadi tempat

berkeluh kesah dan selalu menjadi sumber keceriaan bagi penulis. Terimakasih atas

bantuan, dukungan, serta doa agar penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabatku sedari SMK, Bakoye (Anggi, Fani, Eneng, Kiki, Boye, Anis, Tuti, dan

Puput) terimakasih telah selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

14. Sahabatku sedari kecil, Septi, Bagas, Fikri, Elka, April, Nia. Yang telah menemani

disaat penulis butuh hiburan dan selalu memberikan semangat dan doa kepada

penulis.

15. Keluarga kecil kelas C 2014 serta keluarga besar Akuntansi 2014 yang telah banyak

memberikan motivasi kepada penulis.

16. Keluarga besar HMJ Akuntansi yang telah memberikan banyak pembelajaran dan

pengalaman organisasi kepada penulis.

17. Sahabat dan Sahabati KOMFEIS yang telah memberikan banyak pengalaman

berorganisasi kepada penulis.

xii

18. Terimakasih kepada Dwi Oktaviani, Nisrina, Neng Halimatu dan Asri Sulastri yang

telah berjuang bersama penulis menyelesaikan skripsi ini, dan selalu mengingatkan

agar segera menyelesaikan skripsi ini.

19. Kepada Hafiz Alfian, terimakasih atas segala yang telah diberikan kepada penulis

selama ini, hingga tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan rasa terimakasih

dari penulis. Love❤

20. Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai

pihak.

Jakarta, 28 Agustus 2019

Liana Khodijah

xiii

DAFTAR ISI

COVER DALAM i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iv

LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

ABSTRACT viii

ABSTRAK ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi Masalah 10

C. Pembatasan Masalah 11

D. Rumusan Masalah 11

E. Tujuan Penelitian 11

F. Manfaat Penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14

A. Tinjauan Literatur 14

1. Pengertian Zakat 14

a. Hikmah dan Manfaat Zakat 15

b. Syarat Wajib Zakat 16

c. Macam-Macam Zakat 19

2. Organisasi Pengelola Zakat 21

xiv

a. BAZNAS Pusat 22

b. BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota 23

c. Lembaga Amil Zakat 25

3. Good Corporate Governance 26

a. Prinsip-Prinsip GCG 28

b. Manfaat GCG 35

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 43

C. Kerangka Pemikiran 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 52

A. Ruang Lingkup Penelitian 52

B. Metode Penentuan Sampel 52

C. Metode Pengumpulan Data 53

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian 54

E. Metode Analisis Data 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 58

1. Waktu Penelitian 58

2. Karakteristik Profil Responden 60

B. Hasil Penelitian 61

1. Rancangan Laporan GG untuk OPZ 62

2. Penerapan GG pada OPZ 69

a. Penerapan GG pada BAZNAS Pusat 69

b. Penerapan GG pada LAZ Al-Azhar Peduli Umat 75

c. Penerapan GG pada LAZ Baitulmaal Muamalat 83

d. Penerapan GG pada LAZISMU 88

3. Hasil dan Pembahasan Penelitian 95

a. Analisis Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan 97

b. Analisis Rasio Gaji Tertinggi dan Gaji Terendah 102

c. Analisis Pendapatan Non Halal dan Penggunaannya 103

d. Analisis Fungsi Kepatuhan 105

e. Analisis Fungsi Audit Eksternal 107

f. Analisis Self Assessment Pelaksanaan GG 109

xv

g. Analisis Jumlah Permasalahan Hukum 111

h. Analisis Rangkap Jabatan DPS 113

i. Analisis Informasi Tugas dan Tanggung Jawab, dan Informasi

Struktur Organisasi 115

j. Analisis Informasi Penyaluran Dana 118

k. Analisis Pelaksanaan Prinsip Syariah 120

l. Analisis Fungsi Audit Internal 122

m. Analisis Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan 125

n. Analisis Daftar Konsultan Keuangan dan Penasihat Lembaga 126

o. Analisis Jumlah Penyimpangan 128

p. Analisis Batas Maksimal Penyaluran Dana 129

q. Analisis Kebijakan Remunerasi 130

r. Informasi Asnaf 131

BAB V PENUTUP 132

A. Kesimpulan 132

B. Implikasi 132

C. Keterbatasan 133

D. Saran 133

DAFTAR PUSTAKA 135

LAMPIRAN-LAMPIRAN 140

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Organisasi Pengelola Zakat Skala Nasional 8

Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 44

Tabel 3.1 Kuesioner Rancangan Laporan GG 55

Tabel 3.2 Pertanyaan Wawancara 56

Tabel 4.1 Daftar Organisasi Pengelola Zakat Skala Nasional 59

Tabel 4.2 Profil Responden 60

Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Penelitian 63

Tabel 4.4 Pengelompokan Hasil Kuesioner 65

Tabel 4.5 Hasil Rancangan Laporan GG 96

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Kuesioner 138

Lampiran 2 Pertanyaan Wawancara 140

Lampiran 5 Surat Penelitian 141

Lampiran 3Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 145

Lampiran 4 Peraturan OJK 10/SEOJK.03/2014 193

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalankan operasional perusahaan tidak hanya

memperhatikan kepentingan untuk perusahaan saja. Tetapi perusahaan juga

diharuskan untuk tetap memperhatikan kepentingan para pemegang saham,

pegawai, pelanggan dan masyarakat. Maka dari itu, perusahaan harus

mempunyai sistem yang menopang kegiatan tersebut. Yaitu kegiatan

pengendalian tata kelola perusahaan yang menghubungkan antara perusahaan

dengan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan.

Pasca terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun

1998, hingga tumbangnya Pemerintahan Orde baru, masyarakat negeri ini

berharap ada perubahan yang signifikan terhadap sektor ekonomi, baik

ekonomi makro dilihat dari laju pertumbuhan infrastruktur maupun ekonomi

mikro yang dapat menyentuh dan dirasakan langsung oleh masyarakat

Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pergantian rezim ini sudah 18 tahun

lamanya dan sudah 5 (lima) kali pergantian Pemerintahan, Masyarakat negeri

ini masih menunggu terobosan Pemerintahan saat ini dalam menerapkan paket

2

kebijakan ekonomi sehingga pertumbuhan dan daya serapnya dapat dirasakan

langsung oleh masyarakat (Sobir, 2016).

Krisis ekonomi pada tahun tersebut terjadi akibat buruknya

pelaksanaan corporate governance. Kinerja perusahaan yang buruk

disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah kegagalan perusahaan

dalam melakukan pemantauan dan menentukan perencanaan strategis. Faktor

lain yang menyebabkan buruknya kinerja perusahaan adalah pelanggaran

terhadap etika bisnis. Seperti diketahui, budaya sogok-menyogok, suap-

menyuap, Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) yang marak mewarnai

praktik bisnis di Indonesia maupun di negara lainnya (Darmawan, 2013).

Kasus korupsi terus mendera BUMN kita. Kasusnya merentang luas

mulai dari pengadaan barang, anggaran fiktif, terjerat suap, hingga gratifikasi

proyek. Lebih miris lagi, pelakunya adalah direktur BUMN itu sendiri.

Belakangan, ada direktur Krakatau Steel yang terkena Operasi Tangkap

Tangan (OTT) oleh KPK karena suap. Kasus yang sama menjerat Direktur

PLN dalam kasus suap PLTU Riau 1. Belum lagi masalah investasi pertamina

yang justru mengantar mantan direkturnya, Karen Agustiawan ke jeruji besi

dengan dakwaan majelis hakim bahwa investasi tersebut merugikan Rp. 568

miliar bagi negara. BUMN harus didorong memiliki tata kelola perusahaan

yang baik atau bisa disebut good corporate governance (GCG). Ini usaha

3

lama yang tidak kunjung dapat dilakukan dengan baik. Bahkan setelah

diperjelas dalam keputusan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang

penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada BUMN juga tidak kunjung

terlaksana, malah berita korupsi pejabat BUMN yang didapat masyarakat

(detik.com).

Tidak hanya kasus korupsi pada BUMN, Polres Kota Pagaralam

akhirnya melakukan penahanan terhadap empat orang tersangka yang diduga

terlibat kasus penggelapan Dana Amil Zakat (BAZ) Kota Pagaralam. Tindak

pidana ini diduga dilakukan tersangka sejak tahun 2004 hingga 2014.

Semestinya potongan 2,5% dari gaji pegawai BAZ tidak mereka setor ke

rekening BAZ Kota Pagaralam. Sehingga dalam kurun waktu 13 tahun

berdasarkan hasil audit BPKP kerugian keuangan Negara mencapai Rp.

659.025.311. keempat tersangka dikenai pasal 8 dan 2 ayat 1, 2 UU No 31

tahun 1999 junto UU No 20/21 tentang UU tindak pidana korupsi dengan

diancam hukuman mnimal lima tahun penjara (tribunnews.com).

Selanjutnya Unit Tipikor polres Gorontalo Kota, menggiring mantan

bendahara Badan Amil Zakat Daerah (BAZNAS) Kota Gorontalo IR alias

Iyam (41), masyarakat Kelurahan Tomulabutao Selatan, Kecamatan

Dungingi, Kota Gorontalo ke ruang tahanan Polres Gorontalo Kota.

Penahanan ini dikarenakan dugaan penyaahgunaan anggaran dan kewenangan

4

sebagai bendahara di BAZNAS Kota Gorontalo sejak 2014-2015. Dalam

melaksanakan tugasnya sebagai bendahara, tersangka telah menerima setoran

dana zakat dan infaq dari para bendahara SKPD yang bersumber dari gaji

ASN yang dipotong sebesar 2,5%. Tersangka tidak melaksanakan

kewajibannya untuk menyetorkan dana zakat infaq ke rekening Baznas Kota

Gorontalo, melainkan digunakan secara pribadi, sehingga hal itu

mengakibatkan kerugian terhadap BAZNAS dengan nilai Rp. 526.627.855

(hargo.co.id).

Tak hanya kasus korupsi dana zakat di Kota Pagaralam dan Kota

Gorontalo, Majelis Pengadilan Tipikor, Pengadilan Negeri Palu menjatuhkan

vonis pidana penjara empat tahun kepada Tamsul Soda mantan bendahara

Badan Amil Zakat (BAZDA) Parigi Moutong, terdakwa kasus dugaan korupsi

sebesar Rp. 375 juta BAZDA Parimo. Dana tersebut dipergunakan Tamsul

tidak sesuai peruntukannya, tanpa sepengetahuan ketua dan pengurus Bazda

lainnya. Dana tersebut tidak disimpan di rekening resmi Bazda melainkan

rekenng pribadi miliknya (media.alkhairaat.id).

Maka dari itu penerapan tata kelola sangat penting dalam pengambilan

keputusan. Tata kelola juga menjadi tolak ukur bagi organisasi dalam

menjalankan operasionalnya. Dengan menerapkan prinsip Good Corporate

Governance atau tata kelola perusahaan bisa mencegah terjadinya Kolusi,

5

Korupsi, dan Nepotisme (KKN), meningkatkan kinerja organisasi dan

meningkatkan kualitas kerja dari para karyawan.

Efektivitas pelaksanaan corporate governance sangat tergantung dari

peran atau actions yang dilakukan oleh elemen-elemen dalam struktur corpo-

rate governance. Elemen-elemen tersebut adalah komisaris baik dari unsur

independen maupun bukan, komite audit, kepemilikan saham oleh insitusi,

kepemilikan saham dan jasa audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

bereputasi. Harapannya adalah semakin efektif peran yang dilakukan oleh

elemen-elemen struktur corporate governance, semakin meningkatkan

kualitas informasi akuntansi dari sudut pandang users (Miqdad, 2012).

Penerapan Good Corporate Governance ini dinilai dapat memperbaiki

citra organisasi yang sempat buruk, melindungi kepentingan stakeholders

serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan etika-etika umum pada industri perbankan dalam rangka

mencitrakan sistem perbankan yang sehat. Selain itu penerapan Good

Corporate Governance diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja

organisasi, dikarenakan penerapan Good Corporate Governance ini dapat

meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko akibat tindakan

pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri (Aditya P, 2015).

6

Di Indonesia, praktik GCG telah diatur dalam beberapa undang-

undang dan peraturan, sehingga implementasi prinsip-prinsip GCG salah

satunya di-dorong oleh kepatuhan terhadap regulasi (seperti UU PT no

40/2007, peraturan Bapepam-LK, Peraturan Bank Indonesia no 8/4/PBI/2006

yang dirubah menjadi no 8/14/2006 tentang Peraturan GCG bagi bank

umum)(Miqdad, 2012).

Sedangkan penerapan GCG pada perbankan syariah telah diatur oleh

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009. Pelaksanaan GCG pada

bank syariah tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh pengelolaan bank

yang sesuai dengan lima prinsip dasar yang telah ditetapkan serta sesuai

dengan prinsip syariah, akan tetapi juga ditujukan untuk kepentingan yang

lebih luas (Siswanti, 2016).

Dengan dibuatnya Pedoman Umum Good Corporate Governance

menandakan bahwa tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance

telah menjadi perhatian bagi pemerintah dan pelaku bisnis. Tata kelola

perusahaan tidak hanya diterapkan pada perusahaan yang berorientasi pada

profit. Tata kelola perusahaan juga sebaiknya diterapkan pada perusahaan

yang berorientasi pada pelayanan masyarakat atau nonprofit.

Organisasi yang berorientasi pada pelayanan yang sekarang sedang

berkembang adalah Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat. Saat ini

7

penyaluran zakat fitrah, zakat mal ataupun infaq dan shadaqah telah

terkoordinasi dengan baik. Penyaluran zakat fitrah tidak hanya dikumpulkan

oleh amil zakat untuk kemudian secara langsung disalurkan ke pihak

penerima zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS), namun dana ZIS yang diterima

dikelola untuk pengembangan ekonomi guna meningkatkan kualitas hidup

bagi penerima dana ZIS. Pengelolaan ZIS telah dilakukan oleh beberapa

lembaga dalam keorganisasian Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat.

Adanya badan pengelola ZIS tersebut merupakan suatu hal yang

menggembirakan, karena pengumpulan dana penghimpunan ZIS terus

meningkat. Namun disisi lain hal ini memunculkan tantangan bagi

pendayagunaan dana ZIS agar efektif dan berdampak luas di masyarakat

(Endahwati, 2014).

Saat ini potensi zakat umat islam di Indonesia sangat besar sehingga

perlu dikelola secara profesional, aman, dan teratur melaui Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS) sehingga bisa dimaksimalkan pemanfaatannya. Potensi

zakat di Indonesia mencapai Rp. 286 triliun. Untuk merealisasikan potensi itu

maka perlu digerakkan kesadaran membangun zakat sebagai instrumen dalam

pengentasan kemiskinan. Upaya menggali potensi dan optimalisasi peran

zakat melalui BAZNAS belum berjalan maksimal karena banyak faktor yang

menyelimutinya. Salah satu upaya merealisasikan potensi itu dapat dilakukan

8

BAZNAS dengan aktif menyosialisasikan dirinya ke masyarakat sehingga

masyarakat bisa mempercayai pengelolaan zakat. (sindonews.com)

Dalam pelaksanaannya BAZNAS ini dikelola oleh pemerintah. Selain

BAZNAS ada juga Lembaga Amil Zakat. Lembaga Amil Zakat yang dikelola

oleh pihak nonpemerintah dalam menghimpun dana zakat, lalu disalurkan

kembali kepada para mustahik.

Saat ini, BAZNAS sedang mendorong pengumpulan zakat sesuai

dengan perundangan pada setiap kabupaten/kota. Dalam penghimpunan zakat,

BAZNAS mengedepankan layanan kepada muzaki (Pembayar Zakat) dan

mustahik (penerima zakat) agar mudah dalam menunaikan zakat. Dalam

pelaksanaannya BAZNAS bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya

dibantu oleh Lembaga Amil Zakat dalam memberikan fasilitas dalam

pembayaran zakat. Pengelolaan zakat terus didorong untuk meningkatkan

akuntabilitas pengelolaan keuangan yang telah dilaksanakan.

Dengan adanya pembayaran zakat dari para muzaki, dapat mendorong

pengurangan kemiskinan yang ada di Indonesia. Zakat dapat juga menjadi

solusi dalam memecahkan masalah-masalah sosial dan ekonomi. Pengentasan

kemiskinan, kesenjangan sosial, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi

(pendapatan) merupakan beberapa contoh permasalahan yang dapat

9

dipecahkan dengan zakat. Hal ini dapat dilakukan melalui optimalisasi

pengumpulan dan distribusi zakat secara efektif kepada pihak yang berhak

menerima (Anwar, 2012).

Kondisi tersebut dapat dicapai melalui tata kelola zakat secara efektif,

professional dan bertanggung jawab. Perencanaan yang matang,

pengorganisasian yang tepat, aktualisasi dan kontrol yang baik merupakan

gambaran dari profesionalisme dan keefektivan tata kelola zakat yang

diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memecahkan

masalah sosial, ekonomi dan kemasyarakatan (Anwar, 2012).

Tabel 1.1

Daftar LAZ Skala Nasional

NO NAMA WEBSITE

LAPORAN

GCG

1 BAZNAS http://baznas.go.id/ ×

2 LAZ Dompet Dhuafa Republika https://www.dompetdhuafa.org/ ×

3 LAZ Al-Azhar Peduli Umat http://alazharpeduli.org/ ×

4 LAZ Baitulmaal Muamalat http://www.baitulmaalmuamalat.org ×

Berlanjut kehalaman berikutnya

10

Tabel 1.1 (Lanjutan)

NO NAMA WEBSITE

LAPORAN

GCG

5

Lembaga Amil Zakat Infak dan

Shadaqah Nahdatul Ulama

(LAZISNU)

https://www.nucare.id/ ×

6 LAZ Global Zakat https://globalzakat.id/ ×

7 LAZ Muhammadiyah https://www.lazismu.org/ ×

8 LAZ Dewan Da’wah Islamiyah

Indonesia http://www.laznasdewandakwah.or.id/ ×

9 LAZ Yayasan Kesejahteraan

Madani https://yakesma.org/ x

10 LAZ Yayasan Griya Yatim &

Dhuafa https://griyayatim.com/ x

11 LAZ Rumah Zakat Indonesia https://www.rumahzakat.org/ x

12 LAZ Daarut Tauhid https://dpu-daaruttauhiid.org/web/ x

13 LAZ Nurul Hayat https://www.nurulhayat.org/ x

14 LAZ Inisiatif Zakat Indonesia https://izi.or.id/ x

15 LAZ Yatim Mandiri Surabaya http://yatimmandiri.org/ x

16 LAZ Lembaga Manajemen Infak

Ukhuwah Islamiyah http://lmizakat.org/ x

17 LAZ Dana Sosial Al Falah

Surabaya http://ydsf.org/ x

Berlanjut kehalaman berikutnya

11

Tabel 1.1 (Lanjutan)

NO NAMA WEBSITE

LAPORAN

GCG

18 Yayasan Rumah Yatim Ar-

Rohman Indonesia http://www.rumah-yatim.org/web/ x

19 LAZ Baitul Maal Hidayatullah https://www.bmh.or.id/ x

18 Yayasan Rumah Yatim Ar-

Rohman Indonesia http://www.rumah-yatim.org/web/ x

20 LAZ Perkumpulan Persatuan

Islam http://www.pzu.or.id/ x

21 LAZ Yayasan Daarul Qur’an

Nusantara (PPPA) http://www.pppa.or.id/ x

22 LAZ Yayasan Baitul Ummah

Banten https://lazisbu.org/

x

23 LAZ Yayasan Mizan Amanah https://www.mizanamanah.or.id/

x

24 LAZ Panti Yatim Indonesia Al

Fajr http://pantiyatim.or.id/

x

Sumber: website masing-masing organisasi pengelola zakat

Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa dari 24 organisasi pengelola

zakat, tidak ada satupun yang sudah melaporan good governance. Hal ini

terlihat dari laporan good governance yang tidak dipublikasi melalui website.

Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan yang mengatur tentang pelaporan

good governance pada organisasi pengelola zakat. Pelaksanaan dan pelaporan

laporan good governance tersebut bisa menjadi penilaian lebih bagi kinerja

12

dari organisasi pengelola zakat dan akan meningkatkan kepercayaan dari

masyarakat terhadap organisasi pengelola zakat. Maka dari itu, peneliti sangat

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pencatatan dan pelaporan good

governance bagi lembaga amil zakat. Maka dari itu peneliti memberikan judul

penelitian ini adalah “Rancangan Laporan Good Governance pada

Organisasi Pengelola Zakat”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diambil identifikasi masalah yang

akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu Organisasi Pengelola Zakat skala

Nasional yang memerlukan laporan good governance untuk bisa

meningkatkan kinerja dari kegiatan operasional perusahaan.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki batasan penelitian. Peneliti

berfokus pada organisasi pengelola zakat skala nasional, karena organisasi

pengelola zakat juga memerlukan adanya laporan good governance untuk

mencerminkan kinerja dari kegiatan operasionalnya.

13

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang

hendak diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana rancangan laporan Good Governance yang tepat untuk

diterapkan pada organisasi pengelola zakat?

2. Sudahkah organisasi pengelola zakat melaksanakan Good Governance

dalam kegiatan operasionalnya?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk membuat rancangan laporan good governance pada organisasi

pengelola zakat.

b. Melihat pelaksanaan good governance yang telah dilaksanakan oleh

organisasi pengelola zakat.

14

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dengan tujuan dari penelitian ini, maka diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis

Bagi bidang akademik, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan

Good Governance pada organisasi pengelola zakat.

b. Manfaat Praktisi

1) Untuk organisasi pengelola zakat

Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pelaporan

Good Governance yang dapat diterapkan pada organisasi pengelola

zakat.

2) Untuk Akademisi

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai rancangan

laporan Good Governance bagi organisasi pengelola zakat. Serta

dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

3) Bagi Pemerintah

Penelitian ini bisa dijadikan acuan atau gambaran pembuatan

peraturan tentang laporan Good Governance yang sesuai dengan

organisasi pengelola zakat di Indonesia.

15

4) Bagi Masyarakat

Penelitian ini bisa dijadikan gambaran laporan good governance,

sehingga masyarakat yang sudah mengeluarkan sebagian hartanya

untuk berzakat bisa mengetahui kinerja dari organisasi pengelola

zakat.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Zakat

Zakat adalah isim masdar dari kata zaka-yazku-zakah, oleh

karena kata dasar zakat adalah zaka yang berarti berkah, tumbuh,

bersih, baik dan bertambah. Dengan makna tersebut, orang yang telah

mengeluarkan zakat diharapkan hati dan jiwanya menjadi bersih.

(Fakhrudin, 2008:13)

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah

(ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar’, artinya adalah tanaman itu

tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan zaka al-nafaqah, artinya

nafkah tumbuh dan bertambah jika diberkati. (Wahbah Al-Zuhayly,

2005:82)

Menurut Abdurrahman al-jaziri, kata zakat secara bahasa

bermakna al-tathhir wa al-nama’. Sedangkan secara terminology

(istilahan/istilah), zakat adalah pemilikan harta yang dikhususkan

kepada mustahiq (penerima) dengan syarat-syarat tertentu.

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun

2011, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim

17

atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya

sesuai dengan syariat islam.

Dari pengertian zakat diatas, dapat disimpulkan bahwa zakat

adalah sebagian harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim untuk

diberikan kepada orang yang berhak, dan zakat berfungsi untuk

membersihkan hati dan jiwa bagi yang telah mengeluarkan zakatnya.

a. Hikmah dan Manfaat Zakat

Zakat mempunyai manfaat dan hikmah yang sangat besar, baik

bagi muzakki (orang yang mengeluarkan zakat), mustahiq (orang

yang berhak menerima zakat), harta itu sendiri maupun bagi

masyarakat keseluruhan. Menurut Wahbah Al-Zuhayly, hikmah

zakat meliputi:

1) Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan

tangan para pendosa dan pencuri.

2) Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan

orang-orang yang sangat memerlukan bantuan.

3) Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil.

4) Zakat diwajibkan sebagai ungkapan syukur atas nikmat harta

yang telah dititipkan kepada seseorang.

18

b. Syarat-syarat wajib Zakat

Harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus telah memenuhi

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan secara syara’.

Wahbah Al-Zuhayly membagi syarat zakat menjadi syarat wajib

dan syarat sah.

1) Syarat wajib zakat antara lan

a) Merdeka

Seorang budak tidak dikenai kewajiban membayar

zakat, karena dia tidak memiliki sesuatu apapun. Semua

yang dimilikinya adalah milik tuannya.

b) Islam

Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat.

adapun mereka yang murtad (yang keluar dari agama

islam), terdapat beberapa pendapat. Menurut Imam Syafi’I,

orang murtad diwajibkan membayar zakat terhadap

hartanya sebelum dia murtad. Sedangkan menurut Imam

Hanafi, seorang murtad tidak dikenai zakat terhadap

hartanya karena perbuatan riddahnya telah menggugurkan

kewajiban tersebut.

19

c) Baligh dan berakal

Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada

hartanya, karena keduanya tidak termasuk dalam ketentuan

orang yang wajib mengerjakan ibadah.

d) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati.

Harta tersebut adalah harta yang memang wajib

dizakati, seperti emas dan perak, surat-surat berharga,

barang tambang dan barang temuan, barang dagangan,

tanam-tanaman dan buah-buahan, serta hewan ternak.

Harta yang dizakati disyaratkan produktif, yakni

berkembang sebab salah satu makna zakat adalah

berkembang dan produktivitas tidak dihasilkan kecuali dari

barang-barang yang produktif.

e) Harta tersebut telah mencapai nishab (ukuran jumlah)

Maksudnya ialah nishab yang ditentukan oleh syara’

sebagai tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut

yang mewajibkannnya zakat.nishab emas adalah 20 mitsqal

atau dinar. Nishab perak adalah 200 dirham. Nishab biji-

bijian, buah-buahan setelah dikeringkan, menurut selain

mazhab Hanafi ialah lima watsaq (653kg). Nishab kambing

adalah 40 ekor, unta 5 ekor dan sapi 30 ekor.

20

f) Harta tersebut adalah milik penuh.

Harta tersebut berada dibawah control dan didalam

kekuasaan pemiliknya. Menurut sebagian ulama, bahwa

harta itu berada ditangan pemiliknya, didalamnya tidak

tersangkut dengan hak orang lain dan ia dapat

menikmatinya. Atau bisa juga dikatakan sebagai

kemampuan pemilik harta mentransaksikan miliknya tanpa

campur tangan orang lain. Hal ini disyaratkan karena pada

dasarnya zakat berarti pemilikan dan pemberian untuk

orang yang berhak. Ini tidak aan terealisasi kecuali bila

pemilik harta betul-betul memiliki harta tersebut secara

sempurna.

g) Telah berlalu satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu,

dan masa).

h) Tidak adanya hutang

Jika seseorang mempunyai harta tapi berhutang, maka

hendaklah dia melunasi hutangnya dahulu, kemudian

dibayar zakatnya jika memenuhi nishab.

i) Melebihi kebutuhan dasar atau pokok

Barang-barang yang dimiliki untuk kebutuhan pokok,

seperti rumah pemukiman, alat-alat kerajinan, alat-alat

21

industry, sara transportasi dan angkutan, seperti mobil dan

perabotan rumah tangga, tidak dikenakan zakat. demikian

juga uang simpanan yang dicadangkan untuk melunasi

hutang, tidak diwajibkan zakat.

2) Syarat-syarat Sah Pelaksanaan Zakat

a) Niat

Pelaksanaan zakat termasuk salah satu amalan. Ia

merupakan ibadah seperti halnya sholat yang salah satu

syaratnya adalah niat.

b) Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada

penerimanya)

Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni

harta akan diberikan kepada mustahik (orang yang berhak

menerima zakat).

c. Macam-Macam Zakat

1) Zakat mal (zakat harta)

Adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga

badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan

orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu

tertentu dalam jumlah minimal tertentu.

22

2) Zakat fitrah (zakat jiwa)

Adalah pengeluaran yang wajib dikeluarkan oleh setiap

muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan

keluarga yang wajar pada malam dan hari raya idul fitri.

d. Asnaf penerima zakat

Dalam QS. At-Taubah ayat 60, terdapat delapan golongan

asnaf penerima zakat, yaitu:

1) Fakir, yaitu orang yang sengsara dalam hidupnya, tidak

mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi

kehidupannya.

2) Miskin, yaitu orang yang tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan dalam keadaan yang serba

kekurangan.

3) Amil, yaitu orang yang diberi wewenang untuk

mengumpulkan dan membagikan dana zakat.

4) Mualaf, yaitu orang yang baru memeluk agama islam yang

imannya masih lemah.

5) Riqab, yaitu untuk memerdekakan budak, mencakup juga

untuk melepaskan orang muslim yang ditawan oleh orang-

orang kafir.

23

6) Gharimin, yaitu orang yang terlilit hutang karena untuk

kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup untuk

membayarnya.

7) Fisabilillah, yaitu untuk keperluan pertahanan dan kejayaan

islam dan kemaslahatan kaum muslimin.

8) Ibnu sabil, yaitu orang-orang yang sedang dalam perjalanan

bukan maksiat yang mengalami kesengsaraan dalam

perjalanannya.

2. Organisasi Pengelola Zakat

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun

2011 tentang pengelolaan zakat, pengelolaan zakat adalah kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. pengelolaan zakat

bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan

dalam pengelolaan zakat, dan meningkatkan manfaat zakat untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan

kemiskinan. Dalam pelaksanaan pengelolaan zakat, pemerintah

membentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), yang melakukan

pengelolaan zakat secara nasional. Adapula Lembaga Amil Zakat

(LAZ) yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu

24

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. dan yang

terakhir ada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang dibentuk oleh

BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat.

a. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dibentuk oleh

pemerintah, yang berkedudukan di ibu kota Negara. BAZNAS

merupakan lembaga pemerintah nonstructural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional. Dalam melaksanakan tugasnya,

BAZNAS menyelenggarakan fungsi:

1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat

2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.

3) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.

4) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan

zakat.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat

bekerjasama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan

25

peraturan perundang-undangan. BAZNAS melaporkan hasil

pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui

Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

paling sedikit satu kali dalam satu tahun.

b. BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat

provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS Provinsi dan

BAZNAS Kabupaten/kota. BAZNAS Provinsi dibentuk oleh

menteri atas usul gubernur setelah mendapat pertimbangan

BAZNAS. BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau

pejabat yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah mendapat

pertimbangan BAZNAS. BAZNAS Provinsi dan BAZNAS

Kabupaten/Kota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di

provinsi atau kabupaten/kota masing-masing.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS,

BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk

UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik Negara, badan

usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan republic

Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat

kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya.

26

BAZNAS provinsi bertanggung jawab kepada BAZNAS dan

pemerintah daerah provinsi. BAZNAS provinsi melaksanakan

tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat provinsi sesuai dengan

kebijakan BAZNAS. Hal yang wajib dilakukan dalam pelaksanaan

tugas dan fungsi BAZNAS provinsi adalah sebagai berikut:

1) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di

tingkat provinsi.

2) Melakukan koordinasi dengan kantor wilayah kementrian

agama dan instansi terkait di tingkat provinsi dalam

pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.

3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan zakat,

infak dan sedekah, serta dana sosial keagamaan lainnya kepada

BAZNAS dan gubernur.

BAZNAS kabupaten/kota betanggung jawab kepada BAZNAS

provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. BAZNAS

kabupaten/kota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada

tingkat kabupaten/kota sesuai dengan kebijakan BAZNAS.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BAZNAS

kabupaten/kota wajib:

27

1) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

atas pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat di tingkat kabupaten/kota.

2) Melakukan koordinasi dengan kantor wilayah kementrian

agama dan instansi terkait di tingkat kabupaten/kota dalam

pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.

3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

zakat, infak dan sedekah, serta dana sosial keagamaan

lainnya kepada BAZNAS provinsi dan bupati/walikota.

c. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Untuk membantu BAZNAS dalam melaksanakan

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

masyarakat dapat membentuk LAZ. Pembentukan LAZ wajib

mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

Izin pembentukan LAZ berlaku untuk jangka waktu lima tahun

dan dapat diperpanjang.

LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit

kepada BAZNAS secara berkala. Seperti halnya BAZNAS, LAZ

28

terbagi menjadi LAZ berskala nasional, LAZ berskala provinsi,

dan LAZ berskala kabupaten/kota.

3. Good Corporate Governance

Forum For Corporate Governance Indonesia (FCGI: 2004)

mendefinisikan bahwa corporate governance sebagai seperangkat

aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham,

manajer, kreditur, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak pemegang

kepentingan lain baik internal maupun eksternal, berkaitan dengan

hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau sebuah system dimana sebuah

perusahaan diarahkan dan dikendalikan.

Syakhroza dalam wibawani (2006) menyatakan bahwa

corporate governance sebagai suatu sistem yang digunakan “board”

untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing,

controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi

secara efisien, efektif, ekonomis dan produktif (E3P) dengan prinsip-

prinsip; Transparansi (transapency), Akuntabilitas (accountability),

Pertanggung jawaban (responsibility), Independensi (independency)

dan keadilan (fairness) dalam ragka mencapai tujuan organisasi.

Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009

good corporate governance merupakan salah satu upaya untuk

29

melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai

etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah.

Good Corporate Governance (GCG) adalah seperangkat

sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah bagi stakeholder. GCG memacu

terbentuknya pola manajemen yang profesional, transparan, bersih dan

berkelanjutan. (Nuswandari, 2009).

Tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate

Governance (GCG) sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan sehingga diharapkan dapat memberikan kepercayaan

terhadap manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang

saham), selain itu Tata kelola perusahaan yang baik dapat

meminimalkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya

keagenan (Waryanto, 2010).

Good Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur

yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik

Modal, Komisaris/Dewan Pengawas, dan Direksi) untuk

meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan

peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi, 2014).

30

Berdasarkan pengertian good corporate governance diatas

maka dapat disimpulkan bahwa good governance bagi organisasi

pengelola zakat adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan

hubungan antara para pemegang kepentingan baik internal maupun

eksternal, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang

berlaku. Dalam hal ini salah satu hubungan pemegang kepentingan

eksternal adalah muzakki.

a. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut SK Menteri BUMN Nomor: Kep.117/M-MBU/2002

tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance

diutarakan bahwa prinsip Good Corporate Governance meliputi:

1) Transparansi

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi

materiil dan relevan mengenai perusahaan.

Menurut Fadli (2015) mengatakan bahwa transparansi

(transparency) mengandung unsur pengungkapan (disclosure)

dan penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses

oleh pemangku kepentinga. Transparansi diperlukan agar

pelaku bisnis syariah menjalankan bisnis secara objektif dan

sehat. Pelaku bisnis syariah harus mengambil inisiatif untuk

31

mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan yang sesuai dengan ketentuan syariah.

2) Akuntabilitas (Accountability)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif.

Menurut Fadli (2015) mengatakan bahwa akuntabilitas

(accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi dalam

organisasi dan cara mempertanggung jawabkannya. Pelaku

bisnis syariah harus dapat mempertanggungjawabkan

kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu bisnis

syariah harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan pelaku bisnis syariah dengan tetap

memperhitungkan pemangku kepentingan dan masyarakat

pada umumnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang

diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

32

3) Kewajaran (Fairness)

Keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Fadli (2015) mengatakan bahwa kewajaran

dan kesetaraan mengandung unsur kesamaan perlakuan dan

kesempatan. Setiap keputusan bisnis, baik dalam skala individu

maupun lembaga, hendaklah dilakukan sesuai kewajaran dan

kesetarahaan sesuai dengan apa yang biasa berlaku, dan tidak

diputuskan berdasarkan suka atau tidak suka. Pada dasarkan,

semua keputusan bisnis akan mendapatkan hasil yang

seimbang dengan apa yang dilakukan oleh setiap entitas bisnis,

baik di dunia maupun di akhirat. Dalam melaksanakan

kegiatannya, pelaku bisnis syariah harus senantiasa

memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan,

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

4) Pertanggungjawaban (Responsibility)

Kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat.

33

Menurut Fadli (2015) mengatakan bahwa dalam

pelaksanaan dengan asas responsibilitas, pelaku bisnis syariah

harus mematuhi peraturan perundang-undangan dan ketentuan

bisnis syariah, serta melaksanakan tanggungjawab terhadap

masyarakat dan lingkungan.

5) Independensi

Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan

dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat.

Menurut Fadli (2015) mengatakan bahwa pelaksanaan

asas independensi, bisnis syariah harus dikelola

secaraindependen sehingga masing-masing pihak tidak boleh

saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak

manapun.

Kriteria Good Corporate Governance menurut versi

The Organization for Economic Co-operation and

Development (OECD), yaitu sebagai berikut:

34

1) The Right pf Shareholders.

Hak para pemegang saham terdiri dari hak

untuk menerima informasi yang relevan mengenai

perusahaan pada waktu yang tepat, mempunyai peluang

untuk ikut berpartisipasi dalam setiap pengambilan

keputusan termasuk dalam hal pembagian

keuntungan/laba perusahaan. pengendalian terhadap

perusahaan haruslah dilakukan secara efisien dan

setransparan mungkin.

2) The Equitable Treatment of Shareholders

Adanya perlakuan yang adil kepada seluruh

pemegang saham, khususnya bagi para pemegang

saham minoritas atau asing, yang terdiri dari ha katas

pengungkapan yang lengkap mengenai segala informasi

perusahaan yang material. Seluruh pemegang saham

dengan kelas saham yang sama harus diperlakukan

secara adil. Anggota corporate board dan manajer

diharuskan mengungkapkan segala kepentingannya

yang material atas setiap transaksi perusahaan yang

telah terjadi.

35

3) The Role of Shareholders in Corporate Governance

Peran pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan haruslah diakui melalui penetapan

secara hukum. Kerangka kerja good corporate

governance harus dapat mendorong kerjasama yang

aktif antara pihak perusahaan dengan stakeholders demi

menciptakan kemakmuran dan perusahaan yang sehat

secara finansial.

4) Disclosure and Transparency

Adanya pengungkapan dan transparansi yang

akurat dan tepat waktu atas segala hal yang material

terhadap kinerja perusahaan, kepemilikan dan tata

kelola perusahaan, serta masalah lain yang berkaitan

dengan karyawan dan stakeholders. Laporan keuangan

haruslah diaudit oleh pihak yang independen dan

disajikan berdasarkan standar kualitas tertinggi.

5) The Responsibilities of The Board

Kerangkan kerja good corporate governance

harus menjamin adanya arahan, bimbingan dan

pengaturan yang strategis atas jalannya operasional

maupun finansial perusahaan, pemantauan dan

36

pengawasan yang efektif oleh corporate board, dan

adanya pertanggungjawaban corporate board kepada

perusahaan dan pemegang saham.

Kelima kriteria dari OECD diatas oleh The

International Corporate Governance Network (ICGN)

ditetapkan sebagai standar minimal kriteria good corporate

governance, yang dapat diterima dan merupakan titik temu

yang menakjubkan dari berbagai konsep umum mengenai

tata kelola perusahaan diberbagai Negara dengan latar

belakang budaya, praktek, dan kepentingan yang berbeda.

The International Corporate Governance Network (ICGN)

ini merupakan sebuah forum ang didirikan pada tahun

1995 dan merupakan perwakilan-perwakilan dari lembaga-

lembaga investor terkemuka, perusahaan-perusahaan,

lembaga finansial, para akademisi serta pihak-pihak lain

yang memang berkepentingan (menaruh perhatian)

terhadap perkembangan praktek tata kelola perusahaan

secara global.

37

b. Manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang menerapkan

good corporate governance, yaitu sebagai berikut:

1) Good Corporate Governance secara tidak langsung akan dapat

mendorong pemanfaatan sumber daya perusahaan kea rah yang

lebi efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut

membantu terciptanya pertumbuhan atau perkembangan

ekonomi nasional.

2) Good Corporate Governance dapat membantu perusahaan dan

perekonomian nasional dalam hal menarik modal investor

dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan

investor dan kreditor domestik maupun internasional.

3) Membantu pengelolaan perusahaan dalam

memastikan/menjamin bahwa perusahaan telah taat pada

ketentuan, hukum, dan peraturan.

4) Membantu manajemen dan corporate board dalam

pemantauan asset perusahaan.

5) Mengurangi korupsi

38

Adapun indikator yang ada dalam peraturan Bank Indonesia

nomor 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan good orporate

governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah,

adalah sebagai berikut:

1) Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai

dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pesyaratan dewan komisaris seperti jumlah, komposisi,

krteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan

lain bagi anggota dewan komisaris tunduk kepada ketentuan

Bank Indonesia yang terkait. Dewan komisaris wajib

melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan

prinsip-prinsip GCG. Anggota dewan komisaris wajib

menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya secara optimal.

2) Direksi

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk

39

kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar

pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pesyaratan direksi seperti jumlah, komposisi, krteria,

rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan lain bagi

anggota direksi tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia yang

terkait. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan

pengelolaan BUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip

syariah. Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan

kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam

anggaran dasar BUS dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap

kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang

organisasi.

3) Komite-komite

Komite dibentuk oleh dewan komisaris untuk

mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

dari dewan komisaris. Dewan komisaris wajib membentuk

paling kurang yaitu komite pemantauan risiko, komite

40

remunerasi dan nominasi, dan komite audit. Jabatan rangkap

ketua komite hanya dapat merangkap jabatan sebagai ketua

komite paling banyak satu komite lainnya pada BUS yang

sama. Tugas dan tanggung jawab komite diatur dalam PBI

nomor 11/33/PBI/2009 pasal 39. Hasil rapat komite wajib

dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan

baik.

4) Dewan Pengawas Syariah

Dewan pengawas syariah adalah dewan yang bertugas

memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi

kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah.

Pesyaratan dewan pengawas syariah seperti jumlah,

komposisi, krteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan

persyaratan lain bagi anggota dewan pengawas syariah tunduk

kepada ketentuan Bank Indonesia yang terkait. Tugas dan

tanggung jawab dewan pengawas syariah wajib dilaksanakan

sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Anggota dewan pengawas

syariah wajib menyediakan waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal.

Anggota dewan pengawas syariah wajib mengungkapkan

rangkap jabatan sebagai anggota dewan pengawas syariah pada

41

lembaga keuangan syariah lain dalam laporan pelaksanaan

GCG sebagaimana diatur dalam peraturan bank Indonesia.

5) Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern

BUS wajib memiliki satu orang direktur yang bertugas

untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Bank

Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai

direktur kepatuhan.

BUS wajib menerapkan fungsi audit intern yang efektif

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai

penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.

BUS wajib melaksanakan fungsi audit intern yang independen

terhadap satuan kerja operasional.

BUS wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor

Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia dalam

pelaksanaan audit laporan keuangan BUS.

6) Batas Maksimum Penyaluran Dana

Pelaksanaan penyaluran dana wajib mengikuti

ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum

penyaluran dana.

42

7) Aspek Transparansi Kondisi Bank Umum Syariah

BUS wajib melaksanakan transparansi kondisi

keuangan dan nonkeuangan kepada stakeholders. Dalam

pelaksanaannya BUS wajib menyusun dan menyajikan laporan

keuangan sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. Tidak

hanya transparansi kondisi keuangan, BUS wajib

melaksanakan transparansi informasi mengenai produk dan

penggunaan data nasabah BUS sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi

Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.

8) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan

dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa.

BUS wajib melaksanakan pemenuhan prinsip syariah

dalam kegiatan operasional BUS sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang pelaksanaan prinsip syariah

dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana serta

pelayanan jasa bank syariah.

9) Pelaporan internal dan benturan kepentingan

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses

pengambilan keputusan oleh direksi serta kualitas proses

43

pengawasan oleh dewan komisaris dan dewan pengawas

syariah, BUS wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan

pelaporan internal yang didukung oleh system informasi

manajemen yang memadai.

Dalam hal penanganan bentuan kepentingan, anggota

dewan komisaris, anggota direksi dan pejabat eksekutif

dilarang mengambil tindakan yang dapat mengurangi asset

atau mengurangi keuntungan BUS.

10) Laporan dan penilaian pelaksanaan GCG

BUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada

setiap akhir tahun buku. BUS wajib menyampaikan laporan

pelaksanaan GCG kepada pemegang saham dan kepada Bank

Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),

Lembaga Pemeringkat Indonesia, Perhimpunan Bank-Bank

Umum Nasional (Perbanas), satu lembaga penelitian di bidang

ekonomi dan keuangan, dan satu majalah ekonomi dan

keuangan. Paling lambat dilaporkan tiga bulan setelah tahun

buku berakhir. Laporan pelaksanaan GCG, paling kurang

meliputi:

a) Kesimpulan umum dari hasil self assesment atas

pelaksanaan GCG BUS

44

b) Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan

keuangan dan hubungankeluarga anggota Dewan

Komisaris dengan pemegang saham pengendali, anggota

Dewan Komisaris lain dan/atau anggota Direksi BUS serta

jabatan rangkap pada perusahaan atau lembaga lain.

c) Kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan

keuangan dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan

pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris

dan/atau anggota Direksi lain.

d) Rangkap jabatan sebaga anggota Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan syariah lainnya.

e) Daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan

dengan itu yang digunakan oleh BUS.

f) Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration

package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah.

g) Rasio gaji tertinggidan gaji terendah.

h) Frekuensi rapat Dewan Komisaris.

i) Frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah.

j) Jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan

upaya penyelesaian oleh BUS

45

k) Jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana

dan upaya penyelesaian oleh BUS

l) Transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

m) Buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS.

n) Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun

pihak penerima dana

o) Pendapatan non halal dan penggunaannya.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu

yang dijadikan referensi atau acuan oleh penelitian dapat dilihat dalam

tabel 2.1

46

Tabel

2.1

Hasi

l P

en

eli

tian

Terd

ahulu

No

Peneli

ti

(Tahun)

Judul

Peneli

tian

Meto

dolo

gi

Peneli

tian

Hasi

l P

eneli

tian

Pers

am

aan

Perb

edaan

1

Cahyo

Luth

fi

Adio

no

dan

Mahfu

d

Sholi

hin

(2014)

Anali

sis

Pengungkapan

Tata

K

elo

la B

ank S

yari

ah

Di

Indonesi

a

Vari

abel:

Tata

Kelo

la

Obje

k p

eneli

tian i

ni

adala

h B

ank S

yari

ah

Peneli

tian

ini

bert

uju

an

untu

k

men

guji

ti

ngkat

pengungkapan t

ata

kelo

la

pada

lapora

n

tahunan

BU

S

dengan

indik

ato

r yang

ada

dala

m

PB

I N

o. 11/3

3/P

BI/

2009.

2

Ria

n

Ikm

al

Darm

aw

an

(201

3)

Anali

sa

Penera

pan

Good

Corp

ora

te

Govern

ance

Pada

PT

. B

NI

(Pers

ero

)

Tbk

Vari

abel:

Tata

Kelo

la

Obje

k p

eneli

tian i

ni

adala

h B

ank S

yari

ah

Secara

um

um

penera

pan

pri

nsi

p-

pri

nsi

p

GC

G

yang

meli

puti

transp

ara

nsi

, kem

andir

ian,

pert

anggungja

waban,

akunta

bil

itas

dan

kew

aja

ran

pada

PT

.BN

I

dil

aksa

nakan

dengan

cukup

baik

mesk

ipun

masi

h

ada

kendala

-

kendala

yang d

ihadapi

B

ers

am

bu

ng p

ad

a h

ala

man

sela

nju

tnya

47

Tabel

2.1

(L

anju

tan

)

No

Peneli

ti

(Tahun)

Judul

Peneli

tian

Meto

dolo

gi

Peneli

tian

Hasi

l P

eneli

tian

Pers

am

aan

Perb

edaan

3

Am

ali

a

Ika

Pari

stu

(2014)

Sis

tem

P

engendali

an

Inte

rnal

Pada

Lem

baga

Am

il

Zakat

(Stu

di

Kom

para

tif

Lem

baga A

mil

Zakat

Al

Azhar

Peduli

Um

mat

dan L

em

baga A

ml

Zakat

Dom

pet

Dhuafa

)

1.

Jenis

Peneli

tian

:

Kuali

tati

f

2.

Sum

ber

data

: P

rim

er

3.

Meto

de

Anali

sis:

desk

ripti

f

kuali

tati

f

4.

Obje

k

Peneli

tian:

Lem

baga

Am

il

Zakat

Vari

abel

dis

ini

adala

h p

engendali

an

inte

rnal.

S

edangkan

peneli

tian

kali

in

i

adala

h

good

corp

ora

te

govern

ance.

LA

Z

Do

mpet

Dhuafa

m

em

enuhi

pers

yara

tan

pem

bentu

kan

LA

Z

yang t

ert

uang d

i U

U N

o.

23 T

ahun

2011

dan

LA

Z

Do

mpet

Dhuafa

menera

pkan

kom

ponen

pengendali

an i

nte

rnal

B

ers

am

bu

ng p

ad

a h

ala

man

sela

nju

tnya

48

Tabel

2.1

(L

anju

tan

)

No

Peneli

ti

(Tahun)

Judul

Peneli

tian

Meto

dolo

gi

Peneli

tian

Hasi

l P

eneli

tian

Pers

am

aan

Perb

edaan

4

Sherl

iza

Puat

Nels

on,

Raedah

Sapin

gi,

dan

Masl

ina

Ahm

ad

(2017).

Identi

fyin

g

Dis

clo

sure

Item

s fo

r Z

akat

Inst

ituti

on.

Peneli

tian

dil

akukan

pada

lem

baga

zakat

dan

untu

k

mem

beri

tahukan

item

pengungkapan

pada

lapora

n

tahunan.

Peneli

tian

dil

akukan

pada

lem

baga

zakat

di

Mala

ysi

a

Item

dari

pengungkapan z

akat

perl

u

dim

asu

kan

dala

m

lapora

n

tahunan

lem

baga z

akat.

Ite

m p

engu

ngkapan

dik

ate

gori

kan

sesu

ai

dengan

tem

a

dari

masi

ng

-masi

ng l

em

baga z

akat.

5

Biy

ati

Ahw

aru

mi,

Pro

f.

Drs

.

H.T

jip

toh

ad

i Saw

arj

uw

on

o,

M.E

c.,

Ph.d

., A

k.

(20

15)

Desa

in G

oo

d C

orp

ora

te

Govern

an

ce (

Gcg)

Un

tuk

Mencap

ai

Kap

asi

tas

Efe

kti

f

Pro

du

ksi

Di

Peru

sahaan

Air

Min

um

Dala

m

Kem

asa

n (

Am

dk)

Aid

rat

Lam

on

gan

Vari

abel

Good

Corp

ora

te

Govern

ance.

Obje

k

peneli

tian

ini

adala

h p

eru

sahaan a

ir

min

um

.

Susu

nan desa

in G

CG

yan

g beru

pa

tahapan

-tahapan

penera

pan

GC

G

yang

tela

h

dis

esu

aik

an

dengan

peru

sahaan A

MD

K.

B

ers

am

bu

ng k

eh

ala

man

beri

kutn

ya

49

Tabel

2.1

(L

anju

tan

)

No

Peneli

ti

(Tahun)

Judul

Peneli

tian

Meto

dolo

gi

Peneli

tian

Hasi

l P

eneli

tian

Pers

am

aan

Perb

edaan

6

Achm

ad

Syaif

ul

Hid

ayat

Anw

ar

(2012)

Model

Tata

kelo

la

Badan

Dan L

em

baga A

mil

Z

akat

Sebagai

Upaya

Untu

k

Menin

gkatk

an

Pem

berd

ayaan

Ekonom

i

Masy

ara

kat

(Stu

di

Pada

Badan

/ L

em

baga

Am

il

Zakat

Di

Kota

Mala

ng)

Obje

k

peneli

tian

pada

OP

Z.

Dan

anali

sis

mengenai

tata

kelo

la.

Hasi

l peneli

tian

beru

pa b

uku p

anduan

tata

kelo

la

zakat

untu

k

kegia

tan

pere

ncanaan,

pela

ksa

naan,

pengaw

asa

n

dan

pendis

trib

usi

an

zakat.

Rancangan

dra

f m

odel

tata

kelo

la

BA

Z

dan

LA

Z

menit

ikbera

tkan

pada p

ensi

nerg

ian d

an k

ete

rpaduan

pela

ksa

naan

pro

gra

m

BA

Z

dan

LA

Z,

uta

manya untu

k m

engura

ngi

pers

ain

gan

yang

kura

ng

sehat

dia

nta

ra

BA

Z

dan

LA

Z,

dan

pers

ain

gan

anta

r L

AZ

. R

ancangan

dra

f m

odel

tata

kelo

la

ters

ebut

did

asa

rkan

pada

hasi

l yang

tela

h

dic

apai

BA

Z

dan

LA

Z

sert

a

kondis

i-kondis

i yang

berp

ote

nsi

menim

bulk

an m

asa

lah.

B

ers

am

bu

ng k

eh

ala

man

beri

kutn

ya

50

Tabel

2.1

(L

anju

tan

)

No

Peneli

ti

(Tahun)

Judul

Peneli

tian

Meto

dolo

gi

Peneli

tian

Hasi

l P

eneli

tian

Pers

am

aan

Perb

edaan

7

Yosi

D

ian

Endahw

ati

(2014)

Akunta

bil

itas

Pengelo

laan

Zakat,

Infa

z, D

an S

hadaqah

(ZIS

)

Obje

k

peneli

tian

pada

Badan

Am

il

Zakat

Hanya

sebata

s

pra

kti

k

akunta

bil

itas

BA

Z

Akunta

bil

itas

pengelo

laan

ZIS

pada

BA

Z

kabupate

n

Lum

aja

ng

did

asa

rkan

pada

akunta

bil

itas

vert

ikal

dan

hori

zonta

l.

Pri

nsi

p

yang

dit

ekankan

dala

m

akunta

bil

itas

vert

ikal

adala

h

pri

nsi

p a

manah.

Sedangkan p

rinsi

p

yang

dit

ekankan

dala

m

akunta

bil

itas

hori

zonta

l adala

h

pri

nsi

p

pro

fess

ional

dan

transp

ara

n.

Pra

kti

k

akunta

bil

itas

pengelo

laan

dana

ZIS

yang

dil

akukan

ole

h

BA

Z

meru

pakan

sinerg

i dari

akunta

bil

itas

spir

itual,

akunta

bil

itas

layanan,

akunta

bil

itas

pro

gra

m,

dan

akunta

bil

itas

lapora

n.

B

ers

am

bu

ng k

eh

ala

man

beri

kutn

ya

51

Tabel

2.1

(L

anju

tan

)

No

Peneli

ti

(Tahun)

Judul

Peneli

tian

Meto

dolo

gi

Peneli

tian

Hasi

l P

eneli

tian

Pers

am

aan

Perb

edaan

8

Ahm

ad

Fadli

(2015)

Penera

pan G

ood C

orp

ora

te

Govern

ance

(GC

G)

Pada

Perb

ankan S

yari

ah

Vari

abel:

G

ood

Corp

ora

te

Govern

ance

Obje

k

peneli

tian

pada B

ank S

yari

ah

Dala

m

penil

aia

n

GC

G,

perl

u

penera

pan

terl

ebi

dahulu

dari

lem

baga

yang

bers

angkuta

n,

agar

penil

aia

n

tepat

sasa

ran

dan

sesu

ai

dengan h

ara

pan.

9

Ahm

ad

Roziq

dan

Wid

ya

Yanti

(2015)

Pengakuan,

Pengukura

n,

Penyaji

an

dan

Pengungkapan

Dana

Non

Hala

l pada

Lapora

n

Keuangan L

AZ

Obje

k

peneli

tian:

LA

Z

Peneli

tian i

ni

tenta

ng

Dana N

on H

ala

l

LA

Z R

um

ah Y

ati

m M

andir

i, L

AZ

Rum

ah

Zakat,

dan

LA

Z

DD

Sura

baya d

ala

m m

en

yusu

n l

apora

n

keuangan

mengacu

pada

PS

AK

109.

Nam

un d

ala

m p

erl

akuan d

ana

non

hala

l,

keti

ganya

belu

m

sepenuhnya

sesu

ai

dengan

kete

ntu

an yang ada di

PS

AK

109.

Dana

non

hala

l bers

um

ber

dari

peneri

maan

bunga

dan

jasa

gir

o

pada b

ank k

onvensi

on

al.

B

ers

am

bu

ng k

eh

ala

man

beri

kutn

ya

52

Tabel

2.1

(L

anju

tan

)

No

Peneli

ti

(Tahun)

Judul

Peneli

tian

Meto

dolo

gi

Peneli

tian

Hasi

l P

eneli

tian

Pers

am

aan

Perb

edaan

10

H.

Must

afa

Hasb

ar

dan

Nuru

l G

aib

i

Kurn

ia

S

(2016)

Anali

sis

Inple

menta

si

GC

G d

an P

enera

pan

PS

AK

109 T

enta

ng

Akunta

nsi

Zakat

Pada

LA

Z D

om

pet

Dhuafa

cabang S

ula

wesi

Sela

tan

Obje

k

peneli

tian

pada

Org

ansa

si

Pengelo

la

Zakat

dan v

ari

abel

GC

G

Pada

peneli

tian

ini

juga

men

ganali

sis

penera

pan

PS

AK

109

Pri

nsi

p-p

rinsi

p

GC

G

tela

h

di

imple

menta

sikan

pada

LA

Z

DD

cabang

Sula

wesi

S

ela

tan,

wala

upun

secara

le

gali

tas

kebij

akan

belu

m

secara

fo

rmil

dit

era

pkan.

PS

AK

109

tenta

ng

Akunta

nsi

Z

akat

tela

h

dit

era

pkan

pada

LA

Z

DD

C

abang

Sula

wesi

Sela

tan.

11

Warn

o

(2016)

Akunta

bil

itas

Pengelo

laan Z

akat,

Infa

k

dan S

hodaqoh (

ZIS

)

dala

m P

enera

pan U

U

Pengelo

laan Z

aat

No. 23

Tahun 2

011 P

ada

Lem

baga P

engelo

la

Zakat

Obje

k

peneli

tian

pada O

PZ

Hanya

mela

kukan

peneli

tian

pada

indik

ato

r A

udit

inte

rnal

dan

Audit

Ekst

ern

al

Enti

tas

pro

fit

maupun

non

pro

fit

mem

butu

hkan

pengelo

laan

keuangan

untu

k

bis

a

mencapai

tuju

an

dari

enti

tas

ters

ebut.

L

AZ

meru

pakan e

nti

tas

non p

rofi

t yang

sum

ber

keuangan

bera

sal

dari

masy

ara

kat.

D

engan

dik

elu

ark

an

UU

N

o.2

3

tahun

2011

dan

PP

No.1

4

tahun

2014,

maka

haru

s

dib

uat

desa

in a

udit

untu

k L

AZ

.

S

um

ber:

Dio

lah

dari

berb

ag

ai

refe

rensi

53

C. Kerangka Pemikiran

Dengan adanya laporan Good

Governance diharapkan bisa melihat

kinerja dari organisasi dan menambahkan

kepercayaan dari masyarakat terhadap

organisasi tersebut.

Berkembangnya organisasi pengelola

zakat di Indonesia. Tetapi belum ada

peraturan yang mengatur tentang

laporan good governance pada

organisasi pengelola zakat.

GAP

Rancangan Laporan Good Governance pada

Organisasi Pengelola Zakat

Hasil pengujian dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

54

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sevilla (2006)

bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang meliputi

pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab

pertanyaan yang menyangkut keadaan waktu yang sedang berjalan

dari pokok suatu penelitian (Ekky Dwi, et all: 2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan

Good Governance pada organisasi pengelola zakat. Dan

penelitian ini diharapkan bisa menghasilkan rancangan laporan

Good Governance bagi organisasi pengelola zakat.

B. Metode Penentuan Sample

Populasi penelitian ini dilakukan pada empat organisasi

pengelola zakat (OPZ) berskala nasional yang terdaftar di Badan

Amil Zakat Nasional. Sampel dari responden adalah badan

pengurus dari setiap lembaga amil zakat berskala nasional yang

berada di wilayah Jakarta. Empat OPZ yang menjadi sampel

penelitian ini dipilih karena termasuk kedalam skala nasional yang

berpusat di Jakarta dan telah mengizinkan melakukan penelitian.

53

C. Metode Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam

mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-

surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan

tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya (Sarwono J, 2006:225).

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan informasi organisasi pengelola

zakat.

2. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan segala sesuatu yang dilakukan

oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan

topik atau masalah yang sedang diteliti. Informasi tersebut bisa

diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-

karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,

ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia dan sumber-

sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

3. Kuesioner dan Wawancara

Kuesioner merupakan salah satu alat yang penting untuk

pengambilan data. Sedangkan wawancara merupakan teknik

pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-

54

pihak terkait yang bertujuan untuk mendalami informasi yang

belum didapat pada survey pendahuluan dan mengkonfirmasi

informasi yang ada pada data sekunder (Ahmad Roziq dan Widya

Yanti). Wawancara dan kuesioner ditujukan kepada badan

pengurus lembaga amil zakat yang dilakukan langsung oleh

peneliti. Wawancara dan kuesioner terdiri atas sejumlah

pertanyaan mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance

dan rancangan laporan Good Corporate Governance yang layak

diterapkan pada lembaga amil zakat.

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Perancangan merupakan proses bekerjanya sebuah sistem

yang menjalankan fungsi-fungsi yang sudah direncanakan.

Corporate governance adalah seperangkat aturan yang

mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manajer,

kreditur, pemerintah, karyawan dan pihakpihak pemegang

kepentingan lain baik internal maupun eksternal, berkaitan dengan

hak-hak dan kewajiban-kewajiban, atau sebuah sistem dimana

sebuah perusahaan diarahkan dan dikendalikan (FCGI: 2004).

Prinsip dari good corporate governance adalah Perlakuan

yang setara antar pemangku kepentingan (fairness), Transparansi

55

(transparency), Akuntabilitas (accountability), Responsibilitas

(responsibility) dan Independensi. (Sobir, 2016).

Adapun pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dan

wawancara dapat dilihat pada tabel 3.1. dan tabel 3.2.

Tabel 3.1

Kuesioner Rancangan Laporan Good Governance

No. Indikator Referensi

1 Aspek transparansi kondisi LAZ dengan

memberitahu informasi keuangan dan non

keuangan, termasuk produk atau layanan

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

2 Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

3 Pendapatan non halal dan penggunaannya PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

4 Fungsi kepatuhan PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

5 Fungsi Audit Eksternal PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

6 Self Assesment pelaksanaan GCG PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

7 Jumlah permasalahan hukum PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

8 Rangkap jabatan sebagai anggota Dewan

Pengawas Syariah pada lembaga keuangan

syariah lainnya

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

9 Informasi tugas dan tanggung jawab Dewan

Pembina

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

10 Informasi tugas dan tanggung jawab Dewan

Pengawas

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

11 Informasi tugas dan tanggung jawab Badan

Pengurus

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

12 Informasi tugas dan tanggung jawab Badan

Eksekutif

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

13 Informasi Struktur Organisasi PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

Bersambung pada halaman selanjutnya

56

Tabel 3.1. (Lanjutan)

No. Aspek Referensi

14 Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik

jumlah maupun pihak penerima dana.

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

15 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan

penghimpunan dana dan penyaluran dana serta

pelayanan jasa

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

16 Fungsi Audit Internal PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

17 Transaksi yang mengandung benturan

kepentingan

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

18 Daftar konsultan atau penasihat PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

19 Jumlah penyimpangan (Internal Fraud) yang

terjadi dan upaya penyelesaian oleh LAZ

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

20 Batas maksimum penyaluran dana PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

21 Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi

Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Badan

Pengurus dan Badan Eksekutif

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

10/SEOJK.03/2014

Sumber: PBI NO. 11/33/PBI/2009 dan 10/SEOJK.03/2014

Tabel 3.2

Pertanyaan Wawancara

No. Indikator Referensi

1 Sudahkah OPZ yang Bapak/Ibu pimpin

menerapkan good governance? Dan apa yang

menjadi acuan ketika menerapkan good

governance tersebut?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

2 Apa saja yang dilakukan OPZ untuk

menginformasikan produk dan layanan zakat?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

3 Apakah OPZ yang Bapak/Ibu pimpin

mempunyai divisi audit internal? Apa saja yang

dilaksanakan oleh fungsi audit internal dan apa

yang menjadi kendala dalam pelaksanaan audit

internal?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

Zakat Core Principle-15

Bersambung pada halaman selanjutnya.

57

Tabel 3.2 (Lanjutan)

No. Indikator Referensi

4 Apakah penyusunan laporan keuangan mengacu

pada PSAK? Apabila iya, mengacu pada PSAK

berapa dan apabila tidak, apa yang menjadi

acuan ketika menyusun laporan keuangan?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

5 Apa saja yang menjadi kendala dalam

penyusunan laporan keuangan?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

6 Apakah laporan keuangan telah diaudit oleh

auditor eksternal? Apabila sudah, KAP manakah

yang menjadi auditor eksternal?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

Zakat Core Principle-16

7 Apakah laporan keuangan telah dipublikasi

dalam website? Apabila belum, apa yang

menjadi kendalanya?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

Zakat Core Principle-17

8 Adakah konsultan keuangan atau penasihat

lembaga?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

9 Apakah ada batas maksimal penyaluran dana?

Apa yang menjadi penilaian untuk menyalurkan

dana tersebut?

PBI NO. 11/33/PBI/2009,

Sumber: PBI NO. 11/33/PBI/2009 dan Zakat Core Principle

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis data difokuskan pada analisis rancangan

laporan good governance. Dimana diawali dengan kegiatan

pengisian kuesioner dan selanjutnya identifikasi pelaksanaan good

governance yang sudah diterapkan oleh organisasi pengelola

zakat. Tujuannya untuk melihat indikator apa saja yang

dibutuhkan pada laporan pelaksanaan good governance bagi

organisasi pengelola zakat.

58

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Waktu Penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan sesi

pengisian kuesioner dan selanjutnya sesi wawancara. Pengisian kuesioner

dan sesi wawancara tersebut dilakukan secara langsung oleh peneliti

dengan mendatangi responden pada setiap organisasi pengelola zakat.

Pengisian kuesioner dan proses wawancara dilakukan mulai tanggal 2 Juli

2019 hingga 21 Agustus 2019.

Penelitian ini dilakukan terhadap badan pengurus organisasi

pengelola zakat yang meliputi bagian kepatuhan dan bagian akuntansi.

Sampel dari penelitian ini adalah 4 organisasi pengelola zakat yang

berpusat di Jakarta. Masing-masing organisasi pengelola zakat

melaksanakan satu kali wawancara dan diberikan satu kuesioner. Daftar

organisasi pengelola zakat yang menjadi responden dapat dilihat dalam

tabel 4.1

59

Tabel 4.1

Daftar Organisasi Pengelola Zakat Skala Nasional

Sumber: masing-masing website

Waktu pelaksanaan wawancara dan pengisian kuesioner pada

BAZNAS Pusat dilakukan pada tanggal 2 Juli 2019. Proses wawancara

dan pengisian kuesioner pada LAZ Al-Azhar Peduli Umat dilaksanakan

pada tanggal 18 Juli 2019. Lalu proses wawancara dan pengisian

kuesioner pada LAZ Baitulmaal Muamalat dilaksanakan pada tanggal 23

Juli 2019. Dan yang terakhir pada LAZ Muhammadiyah dilaksanakan

pada tanggal 21 Agustus 2019.

NO NAMA LAZNAS ALAMAT

1 BAZNAS

Wisma Sirca, Jl. Johar No 18,RT 18/6,

Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat Telp.

021 –21393341 Email :

[email protected]

http://baznas.go.id/

2 LAZ Al-Azhar Peduli Umat

Komplek Masjid Al-Azhar, Jl.

Sisingamangaraja, Kebayoran Baru. Jl. RS

Fatmawati No. 27, Kel. Gandaria, Kec.

Cilandak, Jakarta Selatan. Tlp. 021-7221504

http://alazharpeduli.org/

3 LAZ Baitulmaal Muamalat

Ruko Mitra Matraman Blok A1 Jl.

Matraman Raya No. 27 Jakarta. Tlp. 62 21

8591 8138, 62 21 85918139

http://www.baitulmaalmuamalat.org

4 LAZIS Muhammadiyah

Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl.

Menteng Raya 62 Jakarta Pusat 10340. Tlp.

021-3150400

https://www.lazismu.org/

60

2. Karakteristik Profil Responden

Responden dari penelitian ini adalah badan pengurus dari organisasi

pengelola zakat. Jabatan yang diamanahkan responden pada organisasi

pengelola zakat terdiri dari bagian kepatuhan dan bagian akuntansi.

Peneliti memberikan kuesioner dan melakukan wawancara secara

langsung kepada responden. Berikut ini merupakan deskripsi mengenai

identitas dari responden penelitian yang terdiri dari nama, asal organisasi

pengelola zakat, usia, jabatan dan lama bekerja pada organisasi pengelola

zakat yang akan disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2

Profil Responden

No Nama Usia Asal OPZ Jabatan Lama

Bekerja

1 Hanum 37 BAZNAS Manajer Badan

Penelitian &

Pengembangan

4 Tahun

2 Rahmatullah

Sidik

42 LAZ Al-Azhar

Peduli Umat

Kadiv.

Kepatuhan

10 Tahun

3 Mohamad

Safitri

45 LAZ

Baitulmaal

Muamalat

Manajer

Keuangan

1 Tahun

3 Bulan

4 Virelly

Angelly

43 LAZ

Baitulmaal

Muamalat

Manajer Biro

Kepatuhan

9 Bulan

5 M. Adi

Rosadi

41 LAZISMU R&D Monev 5 Tahun

6 Ria Fitria 41 LAZISMU Keuangan 2 Tahun

Sumber: data yang diolah

61

Berdasarkan tabel 4.2, satu responden berasal dari BAZNAS

Pusat, satu responden berasal dari LAZ Al-Azhar Peduli Umat, dua

responden berasal dari LAZ Baitulmaal Muamalat, dan dua responden

berasal dari LAZISMU. Terdapat dua responden merupakan manajer

badan penelitian dan pengembangan yaitu dari BAZNAS Pusat dan

LAZISMU. Dua responden merupakan bagian keuangan dan manajer

keuangan yaitu dari LAZ Baitulmaal Muamalat dan LAZISMU. Dua

responden merupakan manajer atau kepala divisi dari biro kepatuhan yaitu

dari LAZ Al-Azhar Peduli Umat dan LAZ Baitulmaal Muamalat . Jenis

kelamin dari responden sebanyak empat orang berjenis kelamin laki-laki,

dan dua orang berjenis kelamin perempuan. Usia dari masing-masing

responden mulai dari 37 tahun sampai dengan 45 tahun. Pengalaman

bekerja pada bidang yang ditekuni saat ini juga beragam, mulai dari 9

bulan sampai dengan 10 tahun.

B. Hasil Penelitian

Pembahasan dalam bab ini, melaporkan hasil penelitian yang

dilakukan pada organisasi pengelola zakat dengan melaksanakan proses

pengisian kuesioner dan sesi wawancara.

62

1. Rancangan Laporan Good Governance untuk Organisasi

Pengelola Zakat

Pembahasan pada subbab ini akan menjawab rumusan masalah

yang pertama yaitu “Bagaimana rancangan laporan Good

Governance yang tepat untuk diterapkan pada organisasi pengelola

zakat?” Peneliti memberikan kuesioner secara langsung kepada

responden. Kuesioner ini berisi indikator apa saja yang seharusnya

dilaporkan pada laporan good governance oleh organisasi pengelola

zakat ketika telah melaksanakan good governance.

Sumber dari indikator dalam kuesioner ini adalah dari

peraturan bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan

good corporate governance bagi bank umum syariah dan unit usaha

syariah, dan salinan surat edaran otoritas jasa keuangan nomor

10/SEOJK.03/2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum

syariah dan unit usaha syariah. Tabel 4.3 akan menggambarkan hasil

kuesioner dari rancangan laporan good governance bagi organisasi

pengelola zakat.

63

Ta

bel

4.3

Ku

esi

on

er d

an

hasi

l k

uesi

on

er P

en

eli

tian

Pern

yata

an

B

AZ

NA

S

LA

ZN

AS

AL

-AZ

HA

R

LA

ZN

AS

BM

M

LA

ZIS

MU

S

TS

S

T

S

S

TS

S

T

S

1

Asp

ek

transp

ara

nsi

ko

ndis

i k

euangan

dan

nonk

eu

an

gan

,

term

asu

k i

nfo

rmasi

pro

du

k a

tau l

ayan

an

X

X

X

X

2

Rasi

o g

aji

tert

ing

gi

dan g

aji

tere

ndah

X

X

X

X

3

Pend

apata

n n

on h

ala

l d

an p

enggun

aan

nya

X

X

X

X

4

Fun

gsi

kepatu

han

X

X

X

X

5

Fun

gsi

Aud

it E

kst

ern

al

X

X

X

X

6

Self

Ass

esm

en

t pela

ksa

naan

GC

G

X

X

X

X

7

Jum

lah p

erm

asa

lah

an

ho

kum

X

X

X

X

8

Rangk

ap

jabata

n s

eb

agai

an

ggo

ta D

ew

an

Pen

gaw

as

Syari

ah

pad

a l

em

bag

a k

euan

gan

syari

ah l

ain

nya

X

X

X

X

9

Info

rmasi

tu

gas

dan t

an

ggu

ng j

aw

ab D

ew

an P

em

bin

a

X

X

X

X

10

Info

rmasi

tu

gas

dan t

an

ggu

ng j

aw

ab D

ew

an P

en

gaw

as

X

X

X

X

11

Info

rmasi

tu

gas

dan t

an

ggu

ng j

aw

ab B

ad

an P

en

gu

rus

X

X

X

X

12

Info

rmasi

tu

gas

dan t

an

ggu

ng j

aw

ab B

ad

an E

kse

kuti

f X

X

X

X

13

Info

rmasi

Str

uktu

r O

rgan

isasi

X

X

X

X

Bers

am

bun

g p

ad

a h

ala

man

sela

nju

tnya.

64

Ta

bel

4.3

(la

nju

tan

)

B

AZ

NA

S

LA

ZN

AS

AL

-AZ

HA

R

LA

ZN

AS

BM

M

LA

ZIS

MU

No

. P

ern

yata

an

S

T

S

S

TS

S

T

S

S

TS

14

Pen

yalu

ran d

an

a u

ntu

k k

egia

tan s

osi

al

baik

jum

lah m

au

pun

pih

ak p

en

eri

ma d

an

a.

X

X

X

X

15

Pela

ksa

naan p

rin

sip sy

ari

ah dala

m k

egia

tan p

enghim

punan

dan

a d

an p

en

yalu

ran d

an

a s

ert

a p

ela

yan

an j

asa

X

X

X

X

16

Fun

gsi

Aud

it I

nte

rnal

X

X

X

X

17

Tra

nsa

ksi

yan

g m

en

gan

dung b

entu

ran k

ep

enti

ngan

X

X

X

X

18

Daft

ar

ko

nsu

ltan a

tau

pen

asi

hat

X

X

X

X

19

Jum

lah

pen

yim

pan

gan

(I

nte

rnal

Fra

ud

) yan

g

terj

adi

dan

upaya p

en

yele

saia

n o

leh

LA

Z

X

X

X

X

20

Bata

s m

ak

sim

um

pen

yalu

ran d

ana

X

X

X

X

21

Keb

ijakan

rem

un

era

si d

an f

asi

lita

s la

in b

agi

Dew

an P

em

bin

a,

Dew

an P

en

gaw

as,

Bad

an

Pengu

rus

dan B

ad

an E

kse

ku

tif

X

X

X

X

Su

mber:

Data

yan

g d

iola

h

65

Petunjuk pengisian kuesioner tersebut adalah responden

memilih salah satu dari pilihan jawaban atas penyataan yang

menggambarkan hal-hal yang perlu dimasukan kedalam laporan good

governance pada organisasi pengelola zakat. Responden memilih

setuju (S) atau tidak setuju (TS) dengan memberikan tanda silang

(X). Dari kuesioner yang telah diisi oleh responden, maka bisa kita

lihat pengelompokan hasil kuesioner pada table 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Pengelompokan Hasil Kuesioner

No. Pernyataan S TS

1 Aspek transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan,

termasuk informasi produk atau layanan 4

2 Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah 2 2

3 Pendapatan non halal dan penggunaannya 3 1

4 Fungsi kepatuhan 4

5 Fungsi Audit Eksternal 4

6 Self Assesment pelaksanaan GCG 4

7 Jumlah permasalahan hokum 3 1

8 Rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan syariah lainnya 4

9 Informasi tugas dan tanggung jawab Dewan Pembina 4

10 Informasi tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas 4

11 Informasi tugas dan tanggung jawab Badan Pengurus 4

12 Informasi tugas dan tanggung jawab Badan Eksekutif 4

13 Informasi Struktur Organisasi 4

14 Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun

pihak penerima dana. 4

15 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana

dan penyaluran dana serta pelayanan jasa 4

16 Fungsi Audit Internal 4

17 Transaksi yang mengandung benturan kepentingan 3 1

Berlanjut kehalaman berikutnya

66

Tabel 4.4 (Lanjutan)

No. Pernyataan S TS

18 Daftar konsultan atau penasihat 3 1

19 Jumlah penyimpangan (Internal Fraud) yang terjadi dan upaya

penyelesaian oleh LAZ 3 1

20 Batas maksimum penyaluran dana 4

21 Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Pembina,

Dewan Pengawas, Badan Pengurus dan Badan Eksekutif 3 1

Sumber: Data yang diolah

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada indikator yang pertama

yaitu aspek transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan

termasuk informasi produk atau layanan organisasi pengelola zakat

mendapat empat responden yang setuju. Pada indikator kedua yaitu

rasio gaji tertinggi dan terendah mendapat dua responden setuju dan

dua responden tidak setuju. Responden yang setuju adalah BAZNAS

Pusat dan LAZ Baitulmaal Muamalat. Dan dua responden yang tidak

setuju adalah LAZ Al-Azhar Peduli Umat dan LAZISMU. Pada

indikator yang ketiga yaitu pendapatan non halal dan penggunaannya

mendapat tiga responden setuju dan satu responden tidak setuju.

Responden yang setuju adalah BAZNAS Pusat, LAZ Al-Azhar

Peduli Umat dan LAZISMU. Sedangkan satu responden yang tidak

setuju adalah LAZ Baitulmaal Muamalat. Pada indikator keempat

yaitu fungsi kepatuhan mendapat empat responden yang setuju.

67

Pada indikator kelima yaitu fungsi audit eksternal

mendapatkan empat responden yang setuju. Sama seperti pada

indikator keenam yaitu self assessment pelaksanaan good governance

yang mendapatkan empat responden yang setuju. Pada indikator

ketujuh yaitu jumlah permasalahan hukum mendapat tiga responden

yang setuju dan satu responden yang tidak setuju. Tiga responden

yang setuju adalah BAZNAS Pusat, LAZ Baitulmaal Muamalat, dan

LAZISMU. Sedangkan satu responden yang tidak setuju adalah LAZ

Al-Azhar Peduli Umat. Pada indikator kedelapan yaitu rangkap

jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga

keuangan syariah lainnya mendapat empat responden yang setuju.

Selanjutnya pada indikator kesembilan sampai indikator ke 12

yaitu informasi tugas dan tanggung jawab dewan pembina, informasi

tugas dan tanggung jawab dewan pengawas, informasi tugas dan

tanggung jawab badan pengurus, dan informasi tugas dan tanggung

jawab badan eksekutif mendapat empat responden yang setuju. Sama

halnya dengan indikator ke 13 yaitu informasi struktur organisasi

yang mendapatkan jumlah empat responden yang setuju.

Lalu pada indikator ke 14 yaitu penyaluran dana untuk

kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak penerima dana

mendapatkan empat responden yang setuju. Selanjutnya pada

68

indikator ke 15 yaitu pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan

penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

mendapatkan empat jumlah responden yang setuju. Sama halnya

dengan indikator ke 16 yaitu fungsi audit internal yang mendapatkan

empat responden yang setuju.

Pada indikator ke 17 yaitu transaksi yang mengandung

benturan kepentingan mendapatkan tiga responden setuju dan satu

responden tidak setuju. Responden yang setuju adalah BAZNAS

Pusat, LAZ Baitulmaal Muamalat, dan LAZISMU. Sedangkan satu

responden yang tidak setuju adalah LAZ Al-Azhar Peduli Umat.

Selanjutnya pada indikator ke 18 yaitu daftar konsultan atau dewan

penasihat yang mendapatkan tiga responden yang setuju dan satu

responden tidak setuju. Responden yang setuju adalah BAZNAS

Pusat, LAZ Al-Azhar Peduli Umat, dan LAZISMU. Sedangkan satu

responden yang tidak setuju adalah LAZ Baitulmaal Muamalat.

Selanjutnya pada indikator ke 19 yaitu jumlah penyimpangan

(internal fraud) yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh organisasi

pengelola zakat mendapatkan tiga responden yang setuju dan satu

responden yang tidak setuju. Responden yang setuju adalah

BAZNAS Pusat, LAZ Baitulmaal Muamalat, dan LAZISMU.

Sedangkan satu responden yang tidak setuju adalah LAZ Al-Azhar

69

Peduli Umat. Pada indikator ke 20 yaitu batas maksimal penyaluran

dana mendaparkan empat responden yang setuju. Dan indikator yang

terakhir adalah kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi dewan

pembina, dewan pengawas, badan pengurus, dan badan eksekutif

mendapatkan tiga responden yang setuju dan satu responden yang

tidak setuju. Tiga responden yang setuju adalah BAZNAS Pusat,

LAZ Baitulmaal Muamalat, dan LAZISMU sedangkan satu

responden yang tidak setuju adalah LAZ Al-Azhar Peduli Umat.

2. Penerapan Good Governance pada Lembaga Amil Zakat Skala

Nasional

Dalam subbab ini akan menjawab rumusan masalah yang

kedua yaitu “Sudahkah organisasi pengelola zakat melaksanakan

good governance dalam kegiatan operasionalnya?”. Sumber

penelitian ini berasal dari wawancara secara langsung yang telah

dilakukan peneliti dengan responden.

a. Penerapan Good Governance pada BAZNAS Pusat

1) Penerapan dan Acuan Penerapan Good Governance

Baznas pusat telah memiliki standar organisasi yang

baku, dalam menjalankan organisasinya mengacu pada

undang-undang yang berlaku. Dari undang-undang

70

tersebut dijadikan peraturan oleh baznas pusat. Peraturan

yang menjadi acuan dalam pelaksanaan Good Governance

adalah dari Zakat Core Principle. Zakat Core Principle

ini dibuat oleh BAZNAS dan digunakan di beberapa

Negara.

Tugas daripada baznas pusat ini adalah perencanaan,

pelasksanaan pengumpulan dan penyaluran, pengendalian

pengumpulan dan penyaluran, dan pelaporan dan

pertanggung jawaban dalam pengelolaan zakat. Untuk

perencanaan dalam organisasi baznas pusat dibuatlah

peraturan mengenai rencana kegiatan dan anggaran

tahunan (RKAT).

2) Informasi Produk dan Pelayanan Zakat

Dalam pelaksanaan kegiatannya, BAZNAS Pusat

dalam menginformasikan produk dan layanan zakatnya

dengan cara sosialisasi dan edukasi mengenai BAZNAS.

Yang melaksanakan fungsi tersebut adalah divisi

marketing komunikasi dan humas. Mekanisme

penyampaian informasi produk dan layanan zakat pada

BAZNAS Pusat yaitu dengan melalui via media dan tatap

muka. Via media dilakukan melalui media cetak, media

71

elektronik dan media sosial. Sosialisasi tatap muka

dilakukan dengan mendatangi instansi atau perusahaan-

perusahaan, dan BAZNAS Pusat juga sering membuka

counter didalam mall untuk memperkenalkan produk dan

layanan dari BAZNAS Pusat.

3) Pelaksanaan Fungsi Audit Internal dan Fungsi Audit

Eksternal

Pelaksanaan fungsi audit internal pada BAZNAS Pusat

dilakukan oleh bagian audit internal yang setingkat

dengan direktorat. Dalam menjalankan fungsi audit

internal, auditor melaksanakan tiga fungsi. Yaitu audit

keuangan, audit kepatuhan syariah, dan audit audit khusus

investigasi. Audit keuangan dan audit kepatuhan syariah

adalah audit yang paling utama karena sudah diatur dan

ditetapkan dalam undang-undang. Sedangkan audit

khusus investigasi dilakukan ketika terjadi fraud dalam

pelaksanaan penyaluran dana zakat. Fraud terjadi ketika

BAZNAS Pusat bekerjasama dengan mitra untuk

menyalurkan dana zakat. Mitra tersebut wanprestasi

dengan cara tidak menyalurkan dana yang seharusnya

disalurkan kepada mustahik. Dalam menyelesaikan fraud

72

tersebut, pihak BAZNAS Pusat memberikan pilihan

kepada mitra agar mengembalikan dana atau menyalurkan

dana tersebut kepada mustahik didukung dengan laporan

pertanggung jawaban.

Kendala umum dalam pelaksanaan fungsi audit internal

dalam hal ini adalah kurangnya dokumen perencanaan

penyaluran dana zakat. Hal ini dikarenakan proses

kerjasama yang belum matang. Yaitu ketika BAZNAS

Pusat diharuskan untuk segera menyalurkan dana zakat,

tetapi kontrak kerjasama penyaluran dana zakat belum

rampung. Dalam hal pemilihan auditor internal, BAZNAS

Pusat mempunyai kriteria bahwa setiap auditor harus

kompeten dan berlatar belakang pendidikan audit.

Dalam pelaksanaan fungsi audit eksternal, BAZNAS

Pusat secara rutin telah menggunakan jasa audit eksternal

untuk mengaudit laporan keuangan BAZNAS Pusat. KAP

yang menjadi auditor eksternal dari BAZNAS Pusat

adalah KAP Ahmad Raharjo Utomo (AR Utomo). Untuk

hasil opini laporan keuangan tahun 2017, BANAS Pusat

mendapakan opini wajar tanpa pengecualian.

73

4) Penyusunan Laporan Keuangan

Dalam penyusunan laporan keuangan, BAZNAS Pusat

mengacu pada PSAK 109 yang mengatur tentang

akuntansi zakat dan infak/sedekah. Laporan keuangan dari

baznas pusat telah secara rutin dipublikasi dalam website

BAZNAS Pusat. Hal ini dikarenakan telah diatur dalam

peraturan BAZNAS no.4 tahun 2018 tentang LAZ dan

BAZNAS harus melaporkan laporan keuangan perenam

bulan sekali dan satu tahun sekali. Kendala dalam

melaporkan laporan keuangan ini adalah kurangnya

regulasi dari kemenag yang mengatur tentang kewajiban

pelaporan laporan keuangan. Sehingga banyak LAZ yang

tidak melaporkan laporan keuangannya kepada BAZNAS.

Akan lebih efektif apabila setiap LAZ diharuskan untuk

melaporkan laporan keuangannya kepada kemenag. Hal

ini dikarenakan kemenag bisa mencabut izin operasional

dari LAZ tersebut. BAZNAS Pusat mempunyai aturan

mengenai pelaporan laporan keuangan pada masing-

masing website dari LAZ. Akan tetapi, peraturan tersebut

hanya bersifat himbauan bukan kewajiban.

74

5) Konsultan dan Dewan Penasihat Lembaga

Dalam hal yang menjadi bagian dari konsultan ataupun

dewan penasihat bagi BAZNAS Pusat terletak pada fungsi

anggota. Anggota yang dimaksud disini adalah para ahli

yang membidangi fungsi-fungsi spesifik dalam

pengelolaan zakat. Seperti anggota yang mensupervisi

fungsi keuangan, anggota yang mensupervisi fungsi

penyaluran, anggota yang mensupervisi fungsi syariah.

Jadi BAZNAS Pusat tidak memiliki konsultan keuangan

maupun dewan penasihat lembaga yang berasal dari

eksternal.

6) Batas Maksimal Penyaluran Dana

BAZNAS Pusat dalam hal penyaluran dana, memiliki

SK ketua yang mengatur tentang limitasi penyaluran dana

zakat. Masing-masing dari ketentuan nominal penyaluran

dana akan disetujui oleh kepala divisi, direktur, anggota,

dan ketua anggota. Semakin tinggi jumlah penyaluran

dana, maka yang akan menyetujui penyaluran dana

tersebut berada di struktur organisasi tertinggi.

Penilaian dari BAZNAS Pusat untuk menyalurkan dana

zakat adalah orang tersebut benar-benar mustahik,

75

sehingga akan ditetapkan oleh bagian penyaluran dana

berapa jumlah dana yang akan diterima oleh mustahik

tersebut. Apabila ada saudara dari mustahik tersebut

terlibat dalam teroris, maka BAZNAS Pusat akan tetap

menyalurkan dana tersebut kepada mustahik. Hal ini

dikarenakan yang menjadi tetoris bukanlah mustahik

tersebut, melainkan saudaranya. Dan BAZNAS Pusat

tetap memberikan hak penyaluran dana zakat kepada

mustahik.

b. Penerapan Good Governance pada LAZNAS Al-Azhar

1) Penerapan dan Acuan Penerapan Good Governance

LAZ Al-Azhar Peduli Umat telah membuat peraturan

sendiri mengenai operasional tata kelola lembaga. Dengan

membuat mekanisme-mekanisme tentang pengawasan,

pengendalian dan indeks kepatuhan. Sehingga

pelaksanaan kegiatan operasional dari LAZ Al-Azhar

Peduli Umat sudah ada penilaian tersendiri.

LAZ Al-Azhar Peduli Umat sampai saat ini belum

membuat laporan pelaksanaan good governance, karena

belum ada peraturan yang mewajibkan organisasi

pengelola zakat untuk membuat laporan pelaksanaan dari

76

good governance. Dan dalam pelaksanaannya, LAZ Al-

Azhar Peduli Umat berpatokan pada peraturan yang telah

dibuat sendiri untuk memastikan bahwa kegiatan

operasional telah berjalan sesuai dengan peraturan dan

kebijakan yang dibuat oleh LAZ Al-Azhar Peduli Umat.

Pelaksanaan dan pelaporan laporan good governance

merupakan salah satu hal yang penting untuk jalannya

kegiatan dari sebuah lembaga. Dengan adanya laporan

pelaksanaan good governance membuat donatur atau

muzakki merasa lebih percaya dan tidak menyesal dalam

menyalurkan dana zakatnya kepada organisasi pengelola

zakat.

2) Informasi Produk dan Pelayanan Zakat

Dalam menginformasikan produk dan pelayanan zakat,

LAZ Al-Azhar Peduli Umat memanfaatkan media

publikasi. Media publikasi tersebut berupa media cetak

dan media sosial. Salah satu yang dibuat secara rutin dua

bulan sekali oleh LAZ Al-Azhar Peduli Umat adalah

majalah care. Majalah care ini disebarkan kepada

masyarakat, terutama muzakki dan internal Al-Azhar.

Didalamnya berisi tentang penyaluran dana zakat guna

77

mengentaskan kemisikinan. Hal lain yang dilakukan

untuk menginformasikan produk dan layanan adalah

dengan cara membuat muzakki gathering.

3) Pelaksanaan Fungsi Audit Internal dan Fungsi Audit Eksternal

Dalam pelaksanaan fungsi audit internal, LAZ Al-

Azhar Peduli Umat mempunyai direktorat pengawasan.

Direktorat pengawasan ini dibentuk oleh Yayasan

Pesantren Islam Al-Azhar. Direktorat pengawasan ini

secara rutin mengaudit LAZ Al-Azhar Peduli Umat yang

berfungsi untuk mengevaluasi kinerja dari pelaksanaan

kegiatan operasional dari LAZ Al-Azhar Peduli Umat.

Direktorat pengawasan juga membantu LAZ Al-Azhar

Peduli Umat dalam menyiapkan segala dokumen yang

dibutuhkan ketika pelaksanaan audit oleh KAP.

Dalam pelaksanaan fungsi audit eksternal, LAZ Al-

Azhar Peduli Umat telah menggunakan jasa audit

eksternal untuk mengaudit laporan keuangan LAZ Al-

Azhar Peduli Umat. KAP yang menjadi auditor eksternal

dari LAZ Al-Azhar Peduli Umat adalah KAP Mucharam

dan Rekan. Untuk hasil opini laporan keuangan tahun

78

2017, LAZ Al-Azhar Peduli Umat mendapakan opini

wajar tanpa pengecualian

4) Penyusunan Laporan Keuangan

LAZ Al-Azhar Peduli Umat dalam menyusun laporan

keuangan mengacu pada PSAK 109 mengenai Akuntansi

Zakat dan infak/sedekah. Dalam pelaksanaannya tidak ada

kendala dalam penyusunan laporan keuangan tersebut.

LAZ Al-Azhar Peduli Umat secara rutin mengirim

laporan keuangan perdua bulan sekali kepada Yayasan

Pesantren Islam Al-Azhar. Laporan keuangan tersebut

telah dipublikasi melalui media cetak seperti majalah care

yang diterbitkan sendiri oleh LAZ Al-Azhar Peduli Umat

dan diterbitkan di koran tempo. Tetapi laporan keuangan

LAZ Al-Azhar Peduli Umat belum secara rutin

diterbitkan pada website. Hal ini dikarenakan keterbatasan

yang dimiliki oleh LAZ Al-Azhar Peduli Umat, yaitu

website tersebut belum dikelola dengan baik. Tidak hanya

laporan keuangan, laporan tahunan pun belum diterbitkan

pada website.

Laporan keuangan dari LAZ Al-Azhar Peduli Umat

dikirim ke BAZNAS Pusat sesuai dengan peraturan yang

79

telah dibuat oleh BAZNAS Pusat. Laporan keuangan

tersebut adalah laporan keuangan persemester dan satu

tahun. Permintaan laporan keuangan tersebut

diinformasikan melalui surat edaran yang dikeluarkan

oleh BAZNAS Pusat.

5) Konsultan dan Dewan Penasihat Lembaga

Dalam pelaksanaannya LAZ Al-Azhar Peduli Umat

menggunakan jasa Farid Consulting sebagai konsultan

keuangan. Farid Consuting membantu LAZ Al-Azhar

Peduli Umat dalam menilai penghimpunan yang diterima

dan menilai penyaluran dana agar lebih efektif disalurkan

kepada penerima manfaat.

6) Batas Maksimal Penyaluran Dana

Salah satu kode etik amil yang ada di LAZ Al-Azhar

Peduli Umat adalah tidak boleh menolak mustahik yang

ingin mengajukan bantuan. Ketika dalam proses

wawancara untuk memenuhi persyaratan penyaluran dana,

mustahik tersebut tidak layak diberikan bantuan dana.

Maka dari LAZ Al-Azhar Peduli Umat memberikan

setidaknya uang transportasi pada calon mustahik

tersebut. Batas maksimal dan minimal penyaluran dana

80

zakat ditentukan oleh bagian penyaluran sesuai dengan

kriteria dari mustahik tersebut.

Program yang diberikan LAZ Al-Azhar Peduli Umat

tidak hanya penyaluran dana zakat berupa uang. Tetapi

mempunyai program pemberdayaan mustahik.

Perberdayaan tersebut dibagi menjadi pemberdayaan

perorangan dan keluarga, pemberdayaan komunitas,

pemberdayaan desa dan pemberdayaan berbasis kawasan.

Pemberdayaan perorangan dan keluarga ini diberikan

sejumlah modal untuk menunjang kegiatan usaha yang

telah dimiliki oleh pihak perorangan atau keluarga.

Pemberdayaan komunitas ini diberikan kepada mereka

yang mempunyai komunitas usaha. LAZ Al-Azhar Peduli

Umat akan memberikan sejumlah dana kepada Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM), dan memperbolehkan KSM

mengelola dana tersebut. Hal ini dilakukan agar

masyarakat sekitar tidak lagi meminjam uang kepada

rentenir, meningkatkan pendapatan dan merubah prilaku

masyarakat sekitar agar lebih produktif. Setiap keluarga

akan diberikan penurunan angka belanja. Maksudnya

adalah setiap keluarga akan diberikan tanaman seperti

81

tanaman cabai, terong, tomat yang disebut dengan dapur

hidup.

Pemberdayaan desa diberikan kepada desa yang telah

memenuhi persyaratan pemberdayaan dari LAZ Al-Azhar

Peduli Umat Sedangkan pemberdayaan berbasis kawasan

ini dengan menggabungkan beberapa desa yang

mempunyai potensi usaha.

Kode etik pertama dari LAZ Al-Azhar Peduli Umat

adalah tidak diperbolehkan menyalurkan dana bergulir

secara langsung kepada penerima dana atau kelompok

swadaya masyarakat. Tidak hanya memberikan dana

kepada kelompok swadaya masyarakat, LAZ Al-Azhar

Peduli Umat turut memantau dan mendampingi kegiatan

yang dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat dengan

menunjuk seorang kader atau yang biasa disebut dasamas.

Regulasi yang biasa dibuat oleh dasamas dan kelompok

swadaya masyarakat adalah dengan mengadakan dana

tabbaru. Dana tabarru tersebut berguna ketika ada

penerima dana yang tidak bisa mengembalikan dana yang

telah diberikan. Ataupun penerima dana tersebut

melakukan kecurangan. Dana tabarru ini diperoleh dari

82

masing-masing anggota kelompok swadaya masyarakat

yang dipungut setiap seminggu sekali dalam acara kajian.

Dana tabarru tersebut dikumpulkan oleh bendahara

kelompok swadaya masyarakat, dan dana tabbaru

dipisahkan dengan dana qhardulhasan.

Untuk mencegah terjadinya penyaluran dana kepada

teroris, salah satu penilaian dari LAZ Al-Azhar Peduli

Umat adalah dengan melihat pola pikir keagamaan dari

penerima dana. Salah satunya dengan menanyakan

organisasi yang dari penerima dana tersebut seperti

muhammadiyah, NU atau PERSIS.

Mekanisme tahap penilaian dari calon muzakki adalah

yang pertama dengan melengkapi berkas-berkas yang

dibutuhkan. Setelah berkas tersebut lengkap, maka akan

dilakukan proses wawancara oleh konselor terhadap calon

muzakki. Dan apabila dari hasil wawancara tersebut

kurang meyakinkan pihak konselor, maka akan ada pihak

yang mensurvei lokasi tempat tinggal dari calon muzakki

tersebut.

83

c. Penerapan Good Governance pada LAZNAS Baitulmaal

Muamalat

1) Penerapan dan Acuan Penerapan Good Governance

Secara umum LAZ Baitulmaal Muamalat telah

melaksanakan tata kelola perusahaan. Dengan

menjalankan fungsi-fungsi dari setiap struktur organisasi,

menginformasikan produk dan layanan yang ada didalam

LAZ Baitulmaal Mualamat. LAZ Baitulmaal Muamalat

telah melaksanakan kegiatan lembaga sesuai dengan

kepatuhan syariah.

Yang menjadi acuan ketika melaksanakan good

governance dari LAZ Baitulmaal Mualamat adalah Al-

Quran, Hadist, undang-undang dan peraturan pemerintah

tentang pengelolaan lembaga amil zakat. LAZ Baitulmaal

Mualamat memiliki kode etik amil yang menjadi

penilaian bagi amil. Penilaian tersebut dilihat dari shiddiq,

amanah, tabligh dan fathonah.

Bagi LAZ Baitulmaal Mualamat melaksanakan good

governance adalah hal yang penting. Karena dalam

pelaksanaannya sumber dana yang diterima oleh LAZ

Baitulmaal Mualamat adalah dari para muzakki dan

84

donatur. Dengan melaksanakan good governance dan

melaporkannya maka tingkat kepercayaan muzakki

terhadap organisasi pengelola zakat meningkat.

2) Informasi Produk dan Pelayanan Zakat

Dalam menginformasikan produk dan layanan zakat,

LAZ Baitulmaal Mualamat tidak hanya menggunakan

media cetak. Selain menggunakan media cetak, LAZ

Baitulmaal Mualamat memanfaatkan sosial media dalam

rangka menginformasikan produk dan layanan. Untuk

memudahkan para muzakki dalam menyalurkan dana

zakatnya, LAZ Baitulmaal Mualamat bekerja sama

dengan OVO dan e-commerce. Hal ini dilakukan agar

muzakki bisa menyalurkan dana zakatnya dengan tidak

mendatangi kantor LAZ Baitulmaal Mualamat secara

langsung.

3) Pelaksanaan Fungsi Audit Internal dan Fungsi Audit Eksternal

Secara struktur organisasi, LAZ Baitulmaal Mualamat

memiliki divisi audit internal. Namun dalam pelaksanaan

fungsi audit internal tersebut belum memiliki ahli yang

menempati posisi dari divisi audit internal. Selama

85

menjalankan kegiatan operasionalnya, divisi biro

kepatuhanlah yang merangkap menjadi auditor internal.

Untuk mencegah terjadinya kecurangan yang ada di

LAZ Baitulmaal Mualamat, fungsi dari bagian penyaluran

dan keuangan dilakukan secara terpisah. Dan untuk

penyaluran dana tersebut diharuskan untuk langsung

diberikan kepada mustahik. Setelah menerima dana,

mustahik diharuskan untuk melaporkan laporan

pertanggung jawaban atas penerimaan dana dari LAZ

Baitulmaal Mualamat.

Dalam pelaksanaan fungsi audit eksternal, LAZ

Baitulmaal Muamalat secara rutin telah menggunakan jasa

audit eksternal untuk mengaudit laporan keuangan LAZ

Baitulmaal Muamalat. KAP yang menjadi auditor

eksternal dari LAZ Baitulmaal Muamalat adalah KAP

Ahmad Raharjo Utomo (AR Utomo).

4) Penyusunan Laporan Keuangan

Dalam penyusunan laporan keuangan LAZ Baitulmaal

Mualamat mengacu kepada PSAK 109 tentang zakat dan

infak/sedekah. Kendala dalam penyusunan laporan

keuangan adalah pada sistem. Karena sistem dari LAZ

86

Baitulmaal Mualamat masih dalam tahap pengembangan,

sehingga dalam penyusunan laporan keuangan masih

menggunakan excel. Sehingga dalam penyusunan laporan

keuangan masih memakan waktu yang cukup lama.

LAZ Baitulmaal Mualamat tidak memiliki peraturan

yang mewajibkan membuat laporan tahunan. Tetapi

mewajibkan untuk mempublikasi laporan keuangan yang

telah diaudit oleh pihak eksternal pada website. Dan

laporan keuangan dari LAZ Baitulmaal Mualamat tersebut

telah rutin dipublikasi pada website.

5) Konsultan dan Dewan Penasihat Lembaga

LAZ Baitulmaal Mualamat tidak memiliki konsultan

keuangan, tetapi memiliki konsultan program. Dimana

konsultan program tersebut berfungsi untuk menyusun

program yang akan dijalankan oleh LAZ Baitulmaal

Mualamat. Akan tetapi, jasa dari konsultan program

tersebut tidak dilakukan secara rutin, melainkan ketika

dibutuhkan maka akan menggunakan jasa konsultan

program tersebut.

87

6) Batas Maksimal Penyaluran Dana

Batas maksimal penyaluran dana oleh LAZ Baitulmaal

Mualamat tergantung seberapa besar penghimpunan yang

telah didapatkan. Besaran penyaluran setiap program

ataupun setiap mustahik tergantung kondisi dari setiap

mustahik.

Dalam penyaluran dana, LAZ Baitulmaal Mualamat

telah membuat disclaimer yang sudah diinformasikan

pada website. Disclaimer tersebut mengenai penolakan

penerimaan dana yang berasal dari kejahatan, bertujuan

untuk pencucian uang, dan larangan lainnya sesuai dengan

ketentuan syariah.

Yang mudah dilakukan ketika menghindari

penghimpunan dana yang berasal dari tindak kejahatan

ataupun pencucian uang adalah ketika dilakukan proses

wawancara secara langsung. Apabila hasil dari proses

wawancara tersebut kurang meyakinkan, maka pihak LAZ

Baitulmaal Muamalat bisa menolak penyaluran dana

tersebut.

88

d. Penerapan Good Governance pada LAZISMU

1) Penerapan dan Acuan Penerapan Good Governance

LAZISMU adalah lembaga amil zakat yang berada

dibawah organisasi masyarakat Muhammadiyah.

LAZISMU mempunyai misi menjadi lembaga amil zakat

yang amanah, professional dan terpercaya. Salah satunya

ketika mendapatkan dana dari donatur ataupun muzakki,

maka harus disalurkan sesuai dengan berapa banyak yang

diterima oleh LAZISMU.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh LAZISMU

selalu disampaikan dan dipublikasikan melalui website.

Dengan mempublikasikan hasil kegiatan yang telah

dilakukan pada website, harapan dari LAZISMU adalah

donatur dapat percaya bahwa dana yang telah dikeluarkan

oleh donatur benar-benar tersampaikan kepada pihak yang

membutuhkan. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga

integritas dari LAZISMU.

Demi menjaga integritas, LAZISMU akan

melaksanakan setiap poin-poin yang ada pada good

governance. Dengan adanya pelaksanaan good

governance yang seharusnya diwajibkan bagi setiap

89

lembaga amil zakat, akan membantu meningkatkan

kepercayaan dari muzakki untuk tetap menyalurkan dana

zakatnya kepada lembaga amil zakat.

Ketika menjalankan kegiatan operasionalnya,

LAZISMU sudah menerapkan fungsi-fungsi dari struktur

organisasi dan standar operasional perusahaan. Dalam

menilai kinerja dari amil, LAZISMU menggunakan kode

etik amil sebagai pondasi dalam menjalankan organisasi

dari LAZISMU.

2) Informasi Produk dan Pelayanan Zakat

Yang dilakukan LAZISMU dalam menginformasikan

produk dan pelayanan zakat adalah dengan cara

memanfaatkan setiap media yang ada. Seperti media cetak

dan media sosial. Dalam media sosial seperti website,

LAZISMU secara rutin memberikan informasi mengenai

layanan yang ada pada LAZISMU dan menginformasikan

kegiatan yang telah berjalan pada website tersebut.

3) Pelaksanaan Fungsi Audit Internal dan Fungsi Audit Eksternal

Pelaksanaan fungsi audit internal dari LAZISMU

dijalankan oleh badan pengawas. Audit yang dilaksanakan

pada LAZISMU adalah audit internal yang menjadi salah

90

satu tugas dari badan pengawas, audit eksternal yang

dilaksanakan oleh KAP, dan audit yang dilakukan oleh

lembaga pemeriksa dan pengawas keuangan (LPPK) dari

Muhammadiyah. Kendala yang ditemukan ketika

pelaksanaan audit internal, biasanya berupa kurang

lengkapnya dokumen-dokumen pendukung pada kegiatan.

Sebagai lembaga amil yang banyak bersentuhan dengan

masalah keuangan, LAZISMU di berbagai lini harus dapat

menunjukkan kepada publik bahwa tata kelola

kelembagaannya terus mengalami perbaikan. Salah

satunya adalah bahwa LAZISMU dapat diaudit oleh KAP

(independen). Akan tetapi proses audit belum dapat

dilakukan kepada LAZISMU sebagai sebuah entitas

(LAZNAS) yang satu dan terintegrasi. Audit keuangan ini

baru dilakukan secara parsial di kantor LAZISMU Pusat.

Namun demikian, LAZISMU telah menginstruksikan

kepada empat perwakilan LAZISMU provinsi untuk

pelaksanaan audit eksternal. KAP yang menjadi auditor

eksternal dari LAZISMU adalah KAP Ahmad Raharjo

Utomo (AR Utomo). Hasil audit tersebut LAZISMU

mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

91

Dari hasil ini tentu menjadi modal yang baik untuk

meningkatkan kepercayaan publik.

4) Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan LAZISMU telah disusun sesuai

dengan PSAK 109 tentang zakat dan infak/sedekah.

Laporan keuangan LAZISMU telah secara rutin

dilaporkan kepada BAZNAS Pusat. Kendala yang

dihadapi ketika penyusunan laporan keuangan adalah

LAZISMU masih menginput secara manual laporan

keuangan, artinya LAZISMU masih belum menggunakan

sistem sehingga dalam menyusun laporan keuangan

memerlukan waktu yang lebih lama.

Tidak hanya laporan keuangan, LAZISMU juga

mengirimkan laporan terkait pelaksanaan operasional.

Laporan tersebut berupa data jumlah penghimpunan dan

penyaluran dana zakat, jumlah penerima manfaat atau

mustahik, dan program yang telah dilaksanakan oleh

LAZISMU. Laporan keuangan tahunan yang telah dibuat

oleh LAZISMU akan dikirimkan kepada muzakki, dan

kepada perusahaan yang menyalurkan dana zakatnya

kepada LAZISMU.

92

LAZISMU belum mempunyai peraturan mengenai

kewajiban mempublikasikan laporan keuangan pada

website. Laporan keuangan akan dilaporkan kepada

BAZNAS Pusat setiap enam bulan sekali. Jangka

waktunya adalah dua minggu awal di semester pertama

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5) Konsultan dan Dewan Penasihat Lembaga

Yang menjadi konsultan keuangan dan dewan penasihat

lembaga adalah dari Muhammadiyah. Ketika LAZISMU

diaudit oleh lembaga pemeriksa dan pengawas keuangan

dari Muhammadiyah, maka LAZISMU bisa

memanfaatkan lembaga pemeriksa dan pengawas

keuangan sebagai konsultan keuangan dan dewan

penasihat lembaga.

Selain menjadi pengawas operasional dari LAZISMU,

salah satu fungsi dari badan pengawas adalah sebagai

konsultan sekaligus dewan penasihat dari LAZISMU. Hal

ini dikarenakan badan pengawas LAZISMU ada yang

berasal dari KAP, dan dosen akuntansi. Artinya dalam hal

ini, LAZISMU tidak memiliki konsultan keuangan

maupun dewan penasihat lembaga dari ekstenal.

93

6) Batas Maksimal Penyaluran Dana

LAZISMU tidak memiliki batas maksimal penyaluran

dana. Besarnya penyaluran dana tergantung dari besarnya

penghimpunan dana yang diterima oleh LAZISMU.

Untuk proses penyaluran dana, ketika salah satu prosedur

dalam penyaluran dana belum lengkap, maka penyaluran

dana tersebut belum bisa dilakukan.

Program penyaluran yang ada pada LAZISMU tidak

hanya sebatas penyaluran dana, tetapi LAZISMU juga

mempunyai program pemberdayaan. Dimana dalam

pemberdayaan tersebut akan didampingi. Skema dalam

pendampingan pemberdayaan adalah dengan didampingi

sendiri oleh LAZISMU dan ada juga yang melalui mitra.

Dalam pelaksanaan pemberdayaan ini, LAZISMU

bekerjasama dengan majelis ekonomi yang ada di

Muhammadiyah untuk menyalurkan dana kepada

penerima manfaat. Setiap pelaksanaan pemberdayaan,

majelis ekonomi Muhammadiyah diwajibkan untuk

melaporkan laporan hasil kegiatannya kepada LAZISMU.

Tidak hanya bekerjasama dengan majelis ekonomi

Muhammadiyah, LAZISMU juga bekerjasama dengan

94

Baitul Maal wa Tanwil (BMT). Bentuk kerjasama yang

dilakukan LAZISMU adalah dengan memberikan bantuan

modal untuk operasional dari BMT. Dalam penyaluran

dana yang dilaksanakan oleh BMT, maka LAZISMU

mewajibkan kepada BMT untuk melaporkan hasil dari

penyaluran dana. Dari laporan yang telah diberikan oleh

BMT, LAZISMU akan mempublikasikan laporan pada

website dan majalah yang dibuat sendiri oleh LAZISMU.

Dalam rangka memperluas penyaluran atau

pendistribusian dana zakat, LAZISMU akan membantu

memberikan dana untuk LAZISMU tingkat daerah.

Setelah menyalurkan dana zakat, LAZISMU tingkat

daerah diwajibkan untuk memberikan laporan

pertanggungjawaban kepada LAZISMU Pusat.

Penyaluran atau pendistribusian dana tidak hanya

dilakukan di Indonesia, melainkan ketika ada Negara yang

memiliki masalah kemanusiaan, LAZISMU akan

memberikan sebagian dari yang dibutuhkan mereka.

Seperti memberikan pelayanan kepada pengungsi dan

memberikan pengetahuan tentang kesehatan.

95

3. Hasil dan Pembahasan Penelitian

Dari keempat hasil wawancara dengan organisasi pengelola

zakat yang telah diperoleh pada subbab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa organisasi pengelola zakat telah melaksanakan

good governance dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Walaupun belum ada peraturan ataupun undang-undang yang

mengatur tentang pelaksanaan good governance, tetapi organisasi

pengelola zakat mempunyai peraturan tersendiri yang berasal dari

manajemen tentang tata kelola lembaga atau good governance. Maka

dari itu dapat disimpulkan bahwa rancangan laporan good

governance pada organisasi pengelola zakat, dapat dilihat pada tabel

4.5

96

Tabel 4.5

Hasil Rancangan Laporan Good Governance

No. Pernyataan

1 Aspek transparansi kondisi keuangan dan non keuangan termasuk informasi

produk atau layanan

2 Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah

3 Pendapatan non halal dan penggunaannya

4 Fungsi kepatuhan

5 Fungsi Audit Eksternal

6 Self Assesment pelaksanaan GCG

7 Jumlah permasalahan hokum

8 Rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga

keuangan syariah lainnya

9 Informasi tugas dan tanggung jawab Dewan Pembina

10 Informasi tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas

11 Informasi tugas dan tanggung jawab Badan Pengurus

12 Informasi tugas dan tanggung jawab Badan Eksekutif

13 Informasi Struktur Organisasi

14 Penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak penerima dana.

15 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran

dana serta pelayanan jasa

16 Fungsi Audit Internal

17 Transaksi yang mengandung benturan kepentingan

18 Daftar konsultan atau penasihat

19 Jumlah penyimpangan (Internal Fraud) yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh

LAZ

20 Batas maksimum penyaluran dana

21 Kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Pembina, Dewan Pengawas,

Badan Pengurus dan Badan Eksekutif

Sumber: Data yang diolah.

97

a. Aspek transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan

termasuk informasi produk atau layanan.

Dari tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa pada indikator Aspek

transparansi kondisi keuangan dan non keuangan termasuk

informasi produk atau layanan zakat masuk kedalam rancangan

laporan good governance pada organisasi pengelola zakat, hal ini

berdasarkan dari empat responden yang memilih setuju.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada empat

organisasi pengelola zakat, dalam melaporkan laporan keuangan

organisasi pengelola zakat ini mengacu pada PSAK 109 tentang

akuntansi zakat dan infak/sedekah. Dalam Peraturan Badan Amil

Zakat Nasional Republik Indonesia nomor 4 Tahun 2018 tentang

Pelaporan Pelaksanaan Pengelolaan Zakat, bahwa setiap

pengelola zakat wajib membuat dan menyampaikan laporan

pelaksanaan pengelolaan zakat setiap 6 (enam) bulan dan akhir

tahun. Laporan pelaksanaan pengelolaan zakat per enam bulan

sekali adalah laporan keuangan, laporan kinerja, dan laporan

pelaksanaan pengelolaan zakat nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota. Sedangkan laporan akhir tahun pengelolaan zakat

adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP, laporan

98

kinerja, dan laporan pengelolaan zakat nasional, provinsi,

kabupaten/kota.

Seperti yang dikatakan oleh Nikmatuniayah dan Marliyati

(2015) bahwa dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya

organisasi non profit, yakni LAZ menerima donasi dari donator

baik berbentuk benda maupun uang. Untuk menjaga kepercayaan

masyarakat yang telah menyumbangkan sebagian hartanya,

pengelola LAZ diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan

zakat sesuai dengan PSAK 109. Sedangkan penyusunan laporan

keuangan zakat yang akuntabel dapat dilakukan, karena

implementasi akuntansi zakat berlaku efektif.

Dalam peraturan BAZNAS, waktu pelaksanaan BAZNAS

melaporan laporan keuangan per enam bulan sekali dan laporan

akhir tahun kepada menteri agama adalah paling lambat 15

agustus tahun berjalan dan untuk laporan akhir tahun paling

lambat 15 maret tahun berikutnya. BAZNAS provinsi

melaporkan laporan keuangan kepada BAZNAS dan Gubernur

paling lambat 31 Juli tahun berjalan dan laporan akhir tahun

paling lambat 28 februari tahun berikutnya. BAZNAS

Kabupaten/kota menyampaikan laporan keuangan kepada

BAZNAS Provinsi dan Bupati/Wali Kota paling lambat 21 Juli

99

tahun berjalan dan laporan akhir tahun paling lambat 15 februari

tahun berikutnya. Sedangkan LAZ berskala nasional melaporkan

kepada BAZNAS paling lambat 31 Juli tahun berjalan dan

laporan akhir tahun paling lambat 28 februari tahun berikutnya.

Setiap lembaga amil zakat memanfaatkan media cetak maupun

media elektronik dalam menginformasikan produk dan layanan

yang berguna untuk menghimpun dana zakat. Tidak hanya

menggunakan media nonverbal seperti media cetak maupun

elektronik, lembaga amil zakat juga mengambil langkah untuk

membuka counter pada waktu tertentu agar lebih dekat dengan

muzakki atau penyalur dana zakat. Hal ini yang menjadikan

keempat responden memilih setuju dalam rancangan laporan

good governance pada indikator transparansi kondisi keuangan

dan nonkeuangan termasuk informasi produk dan layanan

organisasi pengelola zakat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian H. Mustafa H dan

Nurul Gaibi K (2015) yang mengatakan bahwa pengungkapan

laporan keuangan untuk memberikan informasi pada pihak luar,

pengungkapan ini bertujuan untuk mengevaluasi prestasi kinerja

organisasi untuk satu periode serta menggambarkan

pertanggungjawaban lembaga amil zakat dalam mengelola

100

sumber daya dan kinerja yang dihasilkan dalam satu periode,

pengungkapan yang dikemukakan dalam laporan keuangan LAZ

Dompet Dhuafa cabang Sulawesi Selatan tampak pada laporan

keuangan sehingga memperoleh angka-angka dalam laporan

keuangan tersebut.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Anwar (2012) yang mengatakan bahwa salah satu bentuk

layanan BAZ dan LAZ yang bertujuan untuk memberikan

kemudahan kepada para muzakki yang belum memahami dalam

penghitungan zakat yang harus dibayarkan. Dengan demikian

diharapkan kegiatan pengumpulan zakat dapat dilakukan secara

efektif. Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang pertama

konsultasi online, cara yang kedua simulasi perhitungan zakat

yang bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran

pembayaran zakat, cara yang ketiga yaitu muzakki menghitung

sendiri jumlah kewajiban zakatnya, dan yang terakhir muzakki

dapat meminta pengelola BAZ atau LAZ untuk mengitung

kewajiban zakatnya.

Jika aspek-aspek tersebut terlaksana secara sempurna, maka

kepercayaan nasabah pada perbankan syariah akan semakin

meningkat. Sehingga, produk-produk perbankan syariah, baik

101

funding maupun lending bisa dinikmati oleh semua nasabah.

Maka dari itu, dengan adanya model penilaian GCG harapannya

perbankan syariah semakin prudent dan semakin transparan serta

bebas dari kepentingan. Karena penilaian dengan model GCG

tidak hanya penilaian dari segi manajemen semata, namun lebih

pada penerapan good governance pada lembaga keuangan syariah

(Fadli, 2015).

Maka dari itu, transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan

termasuk informasi produk atau layanan merupakan hal yang

perlu dilaporkan pada laporan good governance pada organisasi

pengelola zakat. Dikarenakan laporan keuangan merupakan hal

penting bagi setiap organisasi. Kinerja dari suatu organisasi dapat

dilihat dari laporan keuangan yang telah dibuat pada periode

tertentu. Dan dengan menginformasikan produk atau layanan

yang ada di organisasi pengelola zakat, akan memudahkan

operasional dari organisasi pengelola zakat dalam menghimpun

dana sehingga lebih efektif, dan memudahkan muzakki untuk

mengetahui berapa dana zakat yang harus dikeluarkan.

102

b. Rasio Gaji Tertinggi dan Gaji Terendah

Pernyataan nomor kedua yaitu indikator rasio gaji tertinggi dan

terendah masuk kedalam rancangan laporan good governance

pada organisasi pengelola zakat, hal ini berdasarkan dari dua

responden yang setuju, dan dua responden tidak setuju. Penelitian

ini sejalan dengan penelitian Cahyo Lutfi A dan Mahfud S (2014)

yang mengatakan bahwa ketimpangan nampak pada indikator

rasio gaji terendah dan gaji tertinggi. Sesuai dengan penelitiannya

empat bank (44%) yang selalu mengungkapkan jumlah gaji dan

remunerasi lainnya juga melaporkan rasio gajian selama tiga

tahun terakhir. Sebaliknya, pengungkapan rasio gaji tertinggi dan

terendah tidak ditemukan pada lima bank lainnya (56)%.

Hal ini berarti masih kurangnya keterbukaaan mengenai

informasi rasio gaji tertinggi dan terendah pada bank syariah.

Selaras dengan penelitian ini, bahwa pada organisasi pengelola

zakatpun, kesadaran akan transparansi informasi mengenai rasio

gaji tertinggi dan terendah masih kurang. Hal ini ditunjukan

dengan dua dari empat organisasi pengelola zakat tidak setuju

dengan informasi mengenai rasio gaji tertinggi dan terendah

dilaporkan pada laporan good governance.

103

c. Pendapatan Non Halal dan Penggunaannya

Pernyataan nomor ketiga adalah indikator pendapatan non

halal dan penggunaannya masuk kedalam rancangan laporan

good governance pada organisasi pengelola zakat, hal ini

berdasarkan dari tiga responden yang setuju dan satu responden

yang tidak setuju. Dalam penelitian ini ada tiga responden yang

setuju dengan pernyataan menginformasikan pendapatan non

halal dan penggunaannya yaitu dari BAZNAS, LAZ Al-Azhar

Peduli Umat dan LAZISMU. Hal ini dikarenakan dari ketiga

organisasi pengelola zakat tersebut masih menggunakan rekening

bank konvensional dalam menjalankan operasionalnya. Sehingga

dari penggunaan rekening tersebut organisasi pengelola zakat

menerima pendapatan non halal yang berasal dari bunga bank.

Oleh karena itu ketiga organisasi pengelola zakat ini menyetujui

bahwa organisasi pengelola zakat wajib menyampaikan informasi

pendapatan non halal dan penggunaannya. Sedangkan satu

responden yaitu LAZ Baitulmaal Muamalat tidak menyetujui

karena dalam pelaksanaan operasionalnya tidak menggunakan

rekening pada bank konvensional, LAZ Baitulmaal Muamalat

hanya memiliki rekening pada bank muamalat dan bank bni

104

syariah, sehingga LAZ Baitulmaal Muamalat tidak memiliki

pendapatan non halal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ahmad Roziq dan

Widya yanti (2012) yang mengatakan bahwa sumber dana non

halal pada LAZ Yatim Mandiri dan LAZ DD Surabaya sudah

sesuai dengan PSAK 109 yakni berasal dari penerimaan bunga

dan jasa giro sehingga alasan penerimaan dana non halal pada

kedua LAZ tersebut bisa dikatakan darurat. Namun pada LAZ

Rumah Zakat, sumber dana non halal berasal dari penerimaan

bunga dan donasi dari donatur yang merupakan bunga bank

sehingga alasan adanya penerimaan dana non halal belum bisa

dikatakan darurat sebab LAZ Rumah Zakat belum sesuai dengan

PSAK 109. Sampai saat ini, dana non halal pada LAZ Yatim

Mandiri dan LAZ DD Surabaya belum pernah disalurkan

sehingga bisa dikatakan kedua LAZ tersebut belum menerapkan

kebijakan penyaluran dana non halal sesuai dengan ketentuan

PSAK 109. Berbeda dengan LAZ Rumah Zakat, dana non halal

telah disalurkan sesuai ketentuan PSAK 109 yakni disalurkan

untuk biaya administrasi bank dan sarana umum.

Dengan demikian organisasi pengelola zakat yang mempunyai

sumber dana non halal dari pemakaian rekening pada bank

105

konvensional diwajibkan untuk mengungkapkannya pada laporan

keuangan. Dan untuk penggunaan dana non halal tersebut harus

disalurkan sesuai dengan peraturan pada organisasi pengelola

zakat, dan wajib mengungkapkan penggunaan dana non halal

pada laporan keuangan organisasi pengelola zakat.

d. Fungsi Kepatuhan

Pernyataan nomor empat adalah indikator fungsi kepatuhan

masuk kedalam rancangan laporan good governance pada

organisasi pengelola zakat, hal ini berdasarkan dari empat

responden yang memilih setuju. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Sukardi (2013) yang mengatakan bahwa fungsi

kepatuhan berfungsi sebagai pelaksana dan pengelola risiko

kepatuhan yang berkoordinasi dengan satuan kerja dalam

manajemen risiko. Fungsi kepatuhan melakukan tugas

pengawasan yang bersifat prefentif dan menjadi elemen penting

dalam pengelolaan dan operasional bank syariah, pasar modal,

asuransi syariah, pegadaian syariah serta lembaga keuangan

syariah non bank (koperasi jasa keuangan syariah). Hal ini

dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem

dan prosedur yang dilakukan oleh perbankan islam telah sesuai

106

dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan Bank

Indonesia, Pemerintah, Bapepam-LK, Fatwa MUI, serta

penetapan hukum yang telah ditetapkan dalam standar

internasional IFSB, AAOIFI, Syariah Supervisory Board (SSB).

Hal ini telah diatur dalam peraturan bank Indonesia nomor

11/33/PBI/2009 dan surat edaran ojk nomor 10/SEOJK.03/2014.

Dimana dalam peraturan bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009,

menyatakan bahwa BUS wajib memiliki satu orang direktur yang

bertugas untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Bank

Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai

direktur kepatuhan. Dalam surat edaran ojk nomor

10/SEOJK.03/2014, menyatakan bahwa satuan kerja kepatuhan

independen terhadap satuan kerja operasional. Bank telah

menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas pada satuan

kerja kepatuhan untuk menyelesaikan tugas secara efektif.

Hal ini menunjukan bahwa dalam kegiatan operasional

organisasi pengelola zakat harus memenuhi fungsi kepatuhan.

Dimana dalam pelaksanaan operasional lembaga amil zakat harus

sesuai dengan kepatuhan syariah dan segala peraturan yang

berlaku. Dan setiap organisasi pengelola zakat diwajibkan untuk

107

memiliki divisi kepatuhan yang mengawasi kegiatan

operasionalnya. Maka dari itu organisasi pengelola zakat

diwajibkan untuk menginformasikan pelaksanaan fungsi

kepatuhan dalam kegiatan operasionalnya. Karena muzakki atau

masyarakat secara luas bias melihat bahwa organisasi pengelola

zakat telah mematuhi segala peraturan yang berlaku dan tentunya

sesuai dengan prinsip syariah.

e. Fungsi Audit Eksternal

Pernyataan nomor lima adalah indikator fungsi audit eksternal,

masuk kedalam rancangan laporan good governance pada

organisasi pengelola zakat, hal ini berdasarkan dari empat

responden yang memilih setuju. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Warno (2016) yang menyatakan bahwa audit eksternal

berfungsi untuk memberikan opini pembanding atas audit internal

dalam menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip standar

akuntansi dan auditing, kesesuaian dengan prinsip syariah, dan

lain-lain. Auditor eksternal berperan untuk memastikan bahwa

laporan keuangan bank telah disajikan secara profesional dan

sesuai dengan standar laporan keuangan dan memastikan bahwa

keuntungan ataupun kerugian yang diungkapkan dalam laporan

108

keuangan benar-benar merefleksikan kondisi bank sebenarnya

serta memastikan bahwa profit yang dihasilkan bukan dari usaha

yang bertentangan dengan syariah. Auditor eksternal dalam hasil

auditnya akan memberikan opini atau pendapat apakah hal-hal

yang telah diaudit di bank syariah terutama laporan

keuangannnya telah disajikan secara wajar dan menggunakan

prinsip dan standar akuntansi yang diterima umum.

Hal ini berarti dalam pelaksanaan kegiatan operasional

organisasi pengelola zakat juga wajib menunjuk Akuntan Publik

dan Kantor Akuntan Publik untuk memeriksa apakah laporan

keuangan sudah dicatat secara wajar. Dan organisasi pengelola

zakat wajib menginformasikan laporan keuangan yang telah

diaudit pada media yang digunakan oleh organisasi pengelola

zakat, baik itu media cetak maupun media sosial. Karena dalam

pelaksanaan kegiatan operasional organisasi pengelola zakat

bersumber dari penghimpunan dana zakat para muzakki. Dengan

telah mengaudit laporan keuangannya pada KAP akan membuat

muzakki semakin percaya kepada organisasi pengelola zakat,

bahwa keuangan yang telah dikelola oleh lembaga amil zakat

telah dilaporkan secara wajar, maka dari itu kinerja dari

organisasi pengelola zakat akan meningkat.

109

Hal ini yang menjadikan keempat responden memilih setuju

dalam rancangan laporan good governance pada indikator fungsi

audit eksternal, karena pada keempat responden ini telah

melaporkan laporan keuangan dengan mengacu pada PSAK 109

dan telah dilaksanakan audit eksternal secara rutin.

f. Self Assesment Pelaksanaan GCG

Pernyataan nomor enam adalah indikator self assessment

pelaksanaan good governance, masuk kedalam rancangan laporan

good governance pada organisasi pengelola zakat, hal ini

berdasarkan dari empat responden yang memilih setuju. Dalam

peraturan bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 dan surat edaran

ojk nomor 10/SEOJK.03/2014, yang menyatakan bahwa BUS

wajib melakukan self assesment atas pelaksanaan GCG paling

kurang satu kali dalam setahun.

Evaluasi dalam bentuk assessment, audit atau scoring juga

dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang

diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu

perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian

perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat

110

mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan

rekomendasi yang doberikan (Darmawan, 2013).

Fadli (2015) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan penilaian

kesehatan, perbankan syariah terlebih dahulu melakukan self

assessment (penilaian yang dilakukan sendiri oleh bank yang

bersangkutan) terhadap tingkat pelaksanaan GCG di bank

tersebut, kemudian OJK melakukan penilaian yang meliputi

unsur-unsur tersebut. jika kedua belah pihak telah melakukan

penilaian, maka ada kroscek hasil dari penilaian kedua belah

pihak tersebut. jika ada ketidakcocokan maka dilakukan evaluasi

bersama antara pihak bank dan pihak OJK.

Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan

good corporate governance, bank diwajibkan secara berkala

melakukan self assessment secara komprehensif terhadap

kecukupan pelaksanaan good corporate governance, sehingga

apabila masih terdapat kekurangan dalam

pengimplementasiannya, bank dapat segera menetapkan rencana

tindak (action plan) yang melipui tindakan korektif (corrective

action) yang diperlukan (Arbaina, 2012).

Hal ini berarti dalam pelaksanaan good governance, organisasi

pengelola zakat juga diwajibkan melakukan self assesment atas

111

pelaksanaan good governance. Dengan melakukan self

assessment terhadap pelaksanaan good governance, maka

organisasi pengelola zakat dapat melihat seberapa besar nilai atau

peringkat yang didapat atas pelaksanaan good governance

tersebut. Self assessment pelaksanaan good governance dapat

dilakukan dengan cara melihat pelaksanaan dari governance

structure, governance process, dan governance outcome. Dan

dari self assessment tersebut bisa dijadikan evaluasi terhadap

pelaksanaan good governance pada tahun-tahun berikutnya.

g. Jumlah Permasalahan Hukum

Pernyataan nomor tujuh adalah indikator jumlah permasalahan

hukum yang mendapat jumlah tiga responden memilih setuju dan

satu responden memilih tidak setuju. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Cahyo Lutfi A dan Mahfud S (2014) yang mengatakan

bahwa sebanyak lima bank selalu mengungkapkan masalah

hukum yang dialaminya. Beberapa di antara kelima bank tersebut

bersedia memberikan rincian tentang perkara yang dihadapi,

seperti yang ditemukan pada laporan tahunan Syariah Mandiri

tahun 2010 dan 2011. Tiga BUS tidak mengungkapkan jumlah

kasus hukum pada ketiga laporan tahunannya, sementara satu

112

bank, yaitu Syariah Bukopin baru mengungkapkannya pada tahun

2011.

Hal ini menandakan bahwa melaporkan jumlah permasalahan

hukum yang dihadapi, baik itu perdata maupun pidana

merupakan bentuk dari keterbukaan suatu organisasi. Karena

dalam aspek keterbukaan atau transparansi berisikan keterbukaan

dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai

perusahaan. Hal ini berarti bagi setiap organisasi tidak hanya

BUS, organisasi pengelola zakat pun wajib menginformasikan

jumlah permasalahan hukum yang sedang dihadapi oleh

organisasi pengelola zakat. Apabila setiap organisasi pengelola

zakat menginformasikan jumlah permasalahan hukum tersebut

dan cara penyelesaiannya pada laporan good govrnance, maka

akan menambah penilaian bagi muzakki. Hal ini dikarenakan

semakin sedikit permasalahan hukum yang dihadapi oleh

organisasi pengelola zakat, maka semakin terpercaya bahwa

organisasi pengelola zakat telah melaksanakan tata kelola

perusahaan yang baik atau good governance.

113

h. Rangkap Jabatan sebagai Anggota Dewan Pengawas Syariah

pada Lembaga Keuangan Syariah Lainnya

Pernyataan nomor delapan adalah indikator rangkap jabatan

sebagai anggota dewan pengawas syariah pada lembaga keuangan

lainnya yang mendapat jumlah empat responden setuju.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cahyo Luthfi A dan

Mahfud Sholihin (2014) yang mengatakan bahwa sebanyak lima

bank syariah selalu mengungkapkan rangkap jabatan Dewan

Pengawas Syariah (DPS). Tingkat pengungkapan pun beragam,

dari hanya menyatakan telah memenuhi undang-undang yang

berlaku seperti pada laporan BRI Syariah 2010 dan 2011, hingga

terperinci dengan mengungkapkan organisasi lain tempat DPS

menjabat, seperti pada laporan BRI Syariah 2012. Bank Victoria

Syariah memiliki nilai terendah dengan tidak mengungkapkan

indikator ini pada tiga tahun terakhir.

Menurut Mardian (2015) mengatakan bahwa realita

menunjukan bahwa beberapa DPS memiliki rangkap jabatan DPS

di beberapa lembaga keuangan syariah. Karena faktor tertentu,

kondisi ini masih ditoleril oleh regulasi yang ada. Terdapat empat

aturan yang memperbolehkan rangkap jabatan tersebut, namun

masih tumpang tindih yaitu PBI No.11/3/2009 tentang Bank

114

Umum Syariah yang menyatakan bahwa DPS minimal dua orang

dan atau maksimal 50% dari jumlah direksi. Pada PBI

No.11/10/2009 tentang Unit Usaha Syariah menyatakan bahwa

DPS minimal dua orang dan maksimal tiga orang. Selanjutnya

pada PMK No.152/PMK.010/2012 tentang Tata Kelola

Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian

menyatakan bahwa DPS minimal satu orang, serta jabatan

rangkap hanya diperbolehkan di dua perusahaan. Dan yang

terakhir adalah Bapepam-LK PER.06/2012 menyatakan bahwa

DPS minimal dua orang dan maksimal boleh merangkap jabatan

di tiga perusahaan pembiayaan lainnya.

Dewan Pengawas Syariah (DPS) ini bertugas untuk mengawasi

operasional bank dan produk-produk bank syariah agar sesuai

dengan prinsip syariah. DPS harus membuat pernyataan secara

berkala (biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah

berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat

dalam laporan tahunan (annual report) bank bersangkutan

(Maradita, 2014).

Maka dari itu informasi mengenai rangkap jabatan DPS pada

lembaga keuangan lainnya diperlukan bagi organisasi pengelola

zakat. Hal ini dikarenakan masyarakat/muzakki bisa mengetahui

115

rangkap jabatan yang di emban oleh DPS pada lembaga keuangan

mana saja, dan bisa menilai tingkat keefektifan dari fungsi DPS

pada organisasi pengelola zakat.

i. Informasi Tugas dan Tanggung Jawab dari Dewan Syariah,

Badan Pengawas, Badan Pengurus, Badan Eksekutif, dan

Informasi Struktur Organisasi

Pada indikator selanjutnya yang menginformasikan tugas dan

tanggung jawab dari masing-masing divisi dan informasi struktur

organisasi, mendapat jumlah empat responden yang setuju.

Menurut Gabriel Kartika P dan Ronny H.M (2013) mengatakan

bahwa perusahaan membentuk struktur perusahaan sesuai dengan

kebutuhan perusahaan dan selalu disempunakan dari waktu ke

waktu. Perusahaan menggunakan struktur perusahaan berbentuk

lurus (line organization) artinya hubungan otoritas atasan dan

bawahan dimana seseorang atasan membuat keputusan dan

memberitahukan pada bawahannya. Fungsi unit bisnis sudah

berjalan dengan baik dan tidak ada karyawan yang merangkap

pekerjaan karena tanggung jawab masing-masing jabatan sudah

dijabarkan sangat jelas di struktur perusahaan yang dibuat.

116

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Darmawan (2013) yang mengatakan bahwa perusahaan harus

dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan

dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,

terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan syarat yang

diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman pokok pelaksanaannya adalah perusahaan harus

menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing

organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras

dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan.

Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan

semua karyawan memiliki kemampuan sesuai dengan tugas,

tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

Menurut Biyati Ahwarumi dan Tjiptohadi (2015) mengatakan

bahwa restrukturisasi organisasi pada GCG sangat penting karena

dapat membuat budaya perusahaan yang baru dapat

meningkatkan transparansi, pertanggungjawaban, akuntabilitas,

independensi perusahaan. Dengan dilakukan restrukturisasi

organisasai ini diharapkan setiap bagian paham, tau dan

117

melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tugas, kewajiban,

tanggungjawab dan target masing-masing bagian.

Hal ini sesuai dengan prinsip akuntabilitas yang menjelaskan

kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ

sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana dengan efektif. Maka

dari itu setiap organisasi wajib mempunyai struktur organisasi

yang jelas, tak terkecuali organisasi pengelola zakat sehingga

dapat memisahkan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab

dari masing-masing bagian secara efektif.

Dengan adanya struktur organisasi ini dan telah menjalankan

tugas dan tanggung jawab sesuai dengan masing-masing bagian,

organisasi pengelola zakat perlu menginformasikan hal tersebut

dalam laporan good governance. Dengan menginformasikan

fungsi dan tanggung jawab dari masing-masing struktur

organisasi, maka organisasi pengelola zakat telah memenuhi

prinsip transparansi. Karena pada aspek transparansi, termasuk

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan

relevan mengenai perusahaan. Dan dengan melaporkannya pada

laporan good governance, maka akan membuat muzakki menilai

bahwa organisasi pengelola zakat tersebut amanah dalam

118

menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan yang telah

diberikan.

j. Penyaluran Dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun

pihak Penerima Dana

Pernyataan selanjutnya adalah indikator penyaluran dana untuk

kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak penerima dana

mendapat jumlah empat responden yang setuju. Menurut Gita

Danastri P dan Mahfud Sholihin (2015) mengatakan bahwa rata-

rata per indikator tertinggi diungkapkan pada indikator dana

kegiatan sosial. Hal ini dimungkinkan karena walaupun tidak

semua BUS mencantumkannya secara spesifik pada bagian

laporan tata kelola, pengungkapan dana kegiatan sosial ini dapat

ditemukan pada laporan keuangan yang biasanya terlampir

bersama laporan tahunan perusahaan, maupun bagian tersendiri

yang membahas corporate social responsibility (CSR).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Endahwati (2014) yang

mengatakan bahwa BAZ sebagai organisasi pengelola zakat akan

berhubungan dengan muzakki dalam pengumpulan dana ZIS.

Hubungan BAZ dengan muzakki tersebut akan menciptakan

akuntabilitas layanan BAZ terhadap muzakki. Dalam

119

akuntabilitas laporan, prinsip utama yang digunakan oleh BAZ

adalah prinsip transparansi dan kejujuran. Dengan prinsip ini

BAZ berupaya memberikan informasi laporan kegiatan maupun

laporan pengumpulan dan pendistribusian dan ZIS secara jelas,

jujur dan dapat dipercaya.

Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian H. Mustafa H dan

Nurul G.K (2016) yang mengatakan bahwa pada dasarnya dana

yang dikumpulkan LAZ Dompet Dhuafa merupakan bukan milik

lembaga amil,tetapi merupakan titipan para muzakki yang harus

disalurkan sesuai dengan ketentuan syariah. Untuk itu lembaga

amil harus melaporkan kinerja dan laporan keuangan sebagai

tanggungjawab terhadap para muzakki dan masyarakat, laporan

keuangan harus dibuat secara periodic dan secara transparan dan

wajar.

Hal ini berarti organisasi pengelola zakat pun sebagai lembaga

yang menghasilkan dana dari penyaluran yang diberikan

muzakki, maka diwajibkan melaporkannya. Ketika lembaga amil

zakat menginformasikan penghimpunan dan penyaluran pada

laporan good governance, akan membuat muzakki lebih percaya

terhadap lembaga amil zakat bahwa dana yang telah dikeluarkan

oleh muzakki tersalurkan dengan baik. Dengan adanya informasi

120

tersebut akan membuat muzakki untuk tetap menyalurkan dana

zakatnya kepada lembaga amil zakat.

k. Pelaksanaan Prinsip Syariah

Pernyataan selanjutnya adalah indikator pelaksanaan prinsip

syariah dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana

mendapat empat responden yang memilih setuju. Dalam

peraturan bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 dan surat edaran

ojk nomor 10/SEOJK.03/2014, yang mewajibkan BUS untuk

melaksanakan pemenuhan prinsip syariah dalam kegiatan

operasionalnya dalam penghimpunan dan penyaluran dana serta

pelayanan jasa. Apabila tidak melaksanakan sesuai dengan

prinsip syariah, maka akan ada sanki yang akan dikenakan. Maka

dari itu organisasi pengelola zakat adalah salah satu lembaga

yang berlandaskan pada prinsip syariah, yang kegiatan

operasionalnya harus berlandaskan prinsip syariah. Dengan

menginformasikan pelaksanaan kegiatan operasional sesuai

dengan prinsip syariah pada laporan good governance, maka

muzakki bisa melihat bahwa organisasi pengelola zakat terbebas

dari unsur riba dan menjungjung tinggi prinsip syariah.

121

Hidayati (2008) mengatakan bahwa tugas dewan pengawas

syraiah adalah secara langsung melakukan pengawasan dan

kontrol terhadap segala kegiatan dari suatu lembaga keuangan

islam dalam rangka memastikan ditegakkan prinsip-prinsip islam

dalam suatu lembaga keuangan islam. Peran pengawas syariah

menjadi sangat penting dalam rangka perkembangan industri

lembaga keuangan islam. Fungsi dan tanggung jawab yang

dimiliki tidak hanya berkenaan dengan akuntabilitas dari suatu

lembaga keuangan islam, tetapi juga dalam hal pengelolaannya

yang tidak hanya dipertanggungjawabkan ke masyarakat, tetapi

juga kepada Allah SWT sebagai pemilik segalanya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Warno (2016) yang

mengatakan bahwa auditor syariah akan menunjukan hasil

auditnya dengan memberikan opini apakah entitas yang diaudit

dinyatakan shari’a compliance atau tidak. Apakah terjadi sesuatu

kesalahan ataupun pelanggaran dalam kegiatan audit entitas

syariah maka pihak yang harus bertanggung jawab adalah

manajemen bank syariah, sedangkan tanggung jawab auditor

terletak pada opini yang diberikan. Kegiatan pengawasan dan

audit pada entitas syariag adalah salah satu rangkaian yang saling

122

mendukung dalam kegiatan tata kelola perusahaan (corporate

governance) yang harus dilakukan sesuai dengan standar dan

memperhatikan kode etik. Seluruh kegiatan ini dilakukan dengan

tujuan utama yaitu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap

entitas syariah dalam melaksanakan prinsip dan aturan syariah.

Hal ini berarti sebagai organisasi pengelola zakat yang

menjalankan operasional berlandaskan prinsip syariah, maka

OPZ senantiasa melaksanakan kegiatan penghimpunan dana

maupun penyaluran dana sesuai dengan prinsip syariah. Dan

senantiasa melakukan evaluasi terhadap kegiatan agar selalu

sesuai dengan prinsip syariah.

l. Fungsi Audit Internal

Pernyataan selanjutnya adalah indikator fungsi audit internal

yang mendapat empat responden yang memilih setuju. Dalam

peraturan bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 dan surat edaran

ojk nomor 10/SEOJK.03/2014, yang menyebutkan bahwa BUS

wajib menerapkan fungsi audit internal yang efektif, dan

melaksanakan fungsi audit internal yang independen.

Pelaksanaan fungsi audit internal ini harus didukung oleh personil

dalam jumlah yang memadai dan kompeten di bidangnya.

123

Berdasarkan hasil wawancara dari responden, pelaksanaan

fungsi audit internal dari BAZNAS dijalankan oleh divisi audit

internal itu sendiri. Bagi LAZ Al-Azhar Peduli Umat,

pelaksanaan fungsi audit internal berasal dari Yayasan Pesantren

Islam Al-Azhar yaitu yayasan yang menaungi LAZ Al-Azhar

Peduli Umat. Sedangkan LAZ Baitulmaal Muamalat tidak

memiliki SDM untuk mengisi bagian dari auditor internal,

walaupun secara struktur organisasi ada. Fungsi audit internal

dijalankan oleh bagian kepatuhan. Dan yang terakhir pelaksanaan

fungsi audit internal bagi LAZISMU dilaksanakan oleh badan

pengawas dari LAZ itu sendiri dan dari lembaga pemeriksa dan

pengawas keuangan (LPPK) dari Muhammadiyah yang menaungi

LAZISMU. Hal ini yang menjadikan keempat responden memilih

setuju dalam rancangan laporan good governance pada indikator

fungsi audit internal, karena pada keempat responden ini telah

menjalankan fungsi audit internal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti Maria M dan Siska

Putri I (2015) yang mengatakan bahwa pengendalian internal

yang diukur dengan konsep COSO yang terdiri dari komponen

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan sebagian

124

besar penerapannya telah dilaksanakan pada YDSF dapat berjalan

dengan efektif dan efisien. Hal ini berdampak pada peningkatan

kepercayaan donatur untuk menaruh dana zakat, infak dan

shodakoh ke YDSF agar dikelola dan didistribusikan ke

masyarakat miskin yang membutuhkan dengan jumlah yang

meningkat pula. Sehingga tingkat kemiskinan di Kabupaten

Jember semakin berkurang.

Hal ini berarti ketika fungsi audit internal telah berjalan dengan

baik, maka kegiatan operasional dari lembaga amil zakat juga

berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan dengan terlaksananya

fungsi audit internal, maka kegiatan operasional dari lembaga

amil zakat akan dievaluasi, sehingga membantu manajemen

lembaga amil zakat dalam memberikan pertanggung jawaban

yang lebih efektif dan akan lebih dipercaya oleh masyarakat.

Penelitian ini juga sejalan dengan Paristu (2014) yang

menyatakan bahwa pengendalian intern dapat mengatasi

permasalahan yang berkaitan dengan pengawasan dan pelaporan

dalam rangka menciptakan akuntabilitas dan transparansi yang

diharapkan masyarakat. Pengendalian intern diharapkan mampu

menjadikan lembaga amil zakat sebagai lembaga pengelola zakat

yang profesional melalui penerapan tata kelola yang baik (good

125

governance) sehingga berdampak pada kepercayaan masyarakat

semakin meningkat.

m. Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan

Pernyataan selanjutnya adalah indikator transaksi yang

mengandung benturan kepentingan yang mendapat jumlah tiga

responden yang setuju dan satu responden yang tidak setuju.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cahyo Lutfi A dan

Mahfud S (2014) yang mengatakan bahwa tingkat pengungkapan

yang cukup tinggi terlihat pada indikator transaksi dengan

benturan kepentingan. Sebanyak empat bank yang selalu

mengungkapkannya, sementara empat bank mengungkapkan

pada dua tahun yang diteliti, dan satu bank yaitu Victoria Syariah

tidak ditemukan pengungkapannya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmawan (2013) yang

mengatakan bahwa untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak

dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman pokok pelaksanaan

yaitu masing-masing organ perusahaan harus menghindari

terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak

126

terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan

kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga

pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

Dalam hal ini berarti organisasi pengelola zakat harus

memastikan bahwa setiap transaksi yang ada dalam pelaksanaan

kegitan operasional harus terbebas dari benturan kepentingan.

Yaitu tidak mengurangi aset dan tidak merugikan organisasi

pengelola zakat. Maka dari itu, organisasi pengelola zakat

diperlukan untuk membuat dan menerapkan kebijakan yang

mengatur tentang benturan kepentingan ini. Yaitu bagaimana cara

organisasi pengelola zakat menangani benturan kepentingan

tersebut, dan bagaimana pencatatannya. Sehingga ketika

organisasi pengelola zakat menginformasikan dan

mengungkapkan transaksi dengan benturan kepentingan, baik itu

ada maupun tidak ada maka organisasi pengelola zakat telah

memenuhi prinsip dari profesional atau independensi.

n. Daftar Konsultan dan Dewan Penasihat

Pernyataan selanjutnya adalah indikator daftar konsultan atau

penasihat yang mendapat tiga responden setuju dan satu

responden tidak setuju. Dari hasil wawancara yang telah

127

dilakukan, secara umum organisasi pengelola zakat, baik

BAZNAS maupun LAZ tidak mempunyai konsultan keuangan

maupun dewan penasihat dari eksternal secara tetap. Fungsi

konsultan maupun dewan pengawas langsung dijalankan oleh

bagian dari struktur organisasi lembaga. Adapun LAZ Baitulmaal

muamalat yang pernah menggunakan jasa konsultan terkait

produk dan layanan. Dan LAZ Al-Azhar peduli umat memakai

Farid Consulting sebagai konsultan keuangan. Hal ini yang

menjadikan ketiga responden memilih setuju dalam rancangan

laporan good governance pada indikator daftar konsultan atau

penasihat, dan satu reponden memilih tidak setuju dengan

rancangan tersebut.

Hal ini berarti sangat penting menginformasikan dan

melaporkan lembaga yang menjadi konsultan dan dewan

penasihat bagi suatu organisasi. Dengan menginformasikan

lembaga yang menjadi konsultan atau menjadi penasihat

lembaga, maka masyarakat bisa mengetahui siapa saja yang

menjadi konsultan atau penasihat dalam pelaksanaan kegiatan

operasional dari organisasi pengelola zakat.

128

o. Jumlah Internal Fraud yang terjadi dan Upaya Penyelesaian

Pernyataan selanjutnya adalah indikator jumlah penyimpangan

(Internal Fraud) yang terjadi dan upaya penyelesaian, yang

mendapat tiga responden yang setuju dan satu responden yang

tidak setuju. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cahyo Lutfi

A dan Mahfud S (2014) yang mengatakan bahwa tingkat

pengungkapan jumlah penyimpangan (internal fraud) hanya tiga

bank dengan nilai pengungkapan tertinggi yang selalu

mengungkapkan indikator ini, yaitu Muamalat, Syariah Mandiri,

dan BCA Syariah.

Hal ini berarti dengan menginformasikan jumlah

penyimpangan yang terjadi dan cara penyelesaian yang dilakukan

oleh organisasi pengelola zakat, akan menjadikan penilaian bagi

muzakki terhadap organisasi pengelola zakat dalam

menyelesaikan penyimpangan yang terjadi. Semakin sedikit

penyimpangan, akan menjadikan organisasi pengelola zakat lebih

dipercaya dalam masyarakat, sehingga tingkat penyaluran dana

dari muzakki akan meningkat.

129

p. Batas Maksimum Penyaluran Dana

Pernyataan selanjutnya adalah indikator batas maksimal

penyaluran dana, yang mendapat empat responden yang memilih

setuju. Dalam peraturan bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009

dan surat edaran ojk nomor 10/SEOJK.03/2014, yang

mewajibkan dalam melaporkan GCG paling tidak

menginformasikan batas maksimum penyaluran dana. Hal ini

berarti bagi setiap organisasi pengelola zakat diperlukan untuk

menginformasikan apakah terdapat batasan dari penyaluran dana

zakat.

Dari hasil wawancara dengan responden, setiap lembaga amil

zakat mempunyai batas maksimal penyaluran dana, yaitu

tergantung dari berapa besar jumlah penghimpunan dana zakat

yang diterima oleh masing-masing LAZ. Pada masing-masing

LAZ mempunyai persyaratan masing-masing dalam penyaluran

dana, yang ditangani oleh bagian penyaluran dana. Hal ini yang

menjadikan keempat responden memilih setuju dalam rancangan

laporan good governance pada indikator batas maksimum

penyaluran dana, karena pada keempat responden ini memiliki

kriteria tersendiri dalam penyaluran dana.

130

q. Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lainnya bagi Dewan

Syariah, Badan Pengawas, Badan Pengurus, dan Badan

Eksekutif

Selanjutnya indikator kebijakan remunerasi dan fasilitas lain

yang diperoleh pada masing-masing bagian dari struktur

organisasi yang mendapat jumlah tiga responden yang memilih

setuju dan satu responden memilih tidak setuju. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Cahyo Luthfi A dan Mahfud Sholihin

(2014) yang mengatakan bahwa nilai rata-rata kebijakan

remunerasi dan fasilitas lain adalah yang tertinggi (91%).

Pengungkapan jumlah komisaris, direksi, dan DPS berpengaruh

signifikan terhadap terhadap tingginya nilai indicator ini, karena

informasi tersebut ditemukan pada seluruh 27 laporan keuangan

yang diteliti, baik didalam bagian tata kelola perusahaan maupun

bagian lainnya.

Hal ini menandakan bahwa dengan adanya kebijakan

remunerasi dan fasilitas lain yang diterima dan diinformasikan

dalam laporan good governance, maka masyarakat akan melihat

bahwa remunerasi dan pemberian fasilitas lain sudah dijalankan

sebagaimana mestinya, yaitu sesuai dengan kebijakan yang

berlaku pada organisasi pengelola zakat.

131

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rancangan laporan good

governance pada organisasi pengelola zakat dan mengetahui pelaksanaan

good governance pada organisasi pengelola zakat. Objek penelitian ini adalah

BAZNAS Pusat, LAZ Al-Azhar Peduli Umat, LAZ Baitulmaal Muamalat,

dan LAZISMU yang merupakan organisasi pengelola zakat skala nasional.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rancangan laporan pelaksanaan good governance atau tata kelola OPZ

terdiri dari transparansi informasi produk dan layanan LAZ, rasio gaji,

pendapatan non halal dan pelaksanaannya, fungsi kepatuhan, fungsi

internal audit, fungsi audit eksternal, self assesment pelaksanaan GG,

jumlah permasalahan hukum, informasi dan tanggung jawab dari masing-

masing jabatan, informasi struktur organisasi, jumlah penyaluran dan

penerima dana, pelaksanaan prinsip syariah, transaksi yang mengandung

benturan kepentingan, daftar konsultan dan dewan penasihat, jumlah

internal fraud, batas maksimal penyaluran dana, dan yang terakhir adalah

kebijakan remunerasi.

132

2. BAZNAS Pusat, LAZ Al-Azhar Peduli Umat, LAZ Baitulmaal Muamalat,

dan LAZISMU telah melaksanakan good governance atau tata kelola,

yang pelaksanaannya mengikuti peraturan yang ada pada masing-masing

LAZ.

B. Implikasi

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, organisasi pengelola

zakat bisa menerapkan good governance dan melaporkannya pada masing-

masing website yang dimiliki. Karena dengan adanya laporan good

governance ini akan meningkatkan kinerja dari organisasi pengelola zakat,

sehingga akan menambah kepercayaan muzakki dan masyarakat dalam

menyalurkan dana zakatnya pada OPZ.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan salah satu acuan dalam

untuk membuat laporan good governance bagi OPZ. Dan bisa dijadikan salah

satu pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat peraturan mengenai

kewajiban pelaksanaan dan pelaporan good governance pada organisasi

pengelola zakat.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa pengetauhan dan pengalaman peneliti baik

secara teoritis dan praktisi terbatas. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya literatur yang relevan di dalam penelitian ini.

133

2. Terbatasnya objek responden yang menjadi sumber dalam penelitian ini,

yaitu baru empat LAZ. Dan LAZ skala nasional yang diteliti masih dalam

wilayah Jakarta.

D. Saran

Peneliti menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman peneliti baik

secara teoritis dan praktisi masih terbatas. Dengan melihat keterbatasan pada

penelitian ini, maka saran yang bisa disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah lebih banyak literatur

yang relevan dengan topik penelitian.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa menambah jumlah objek penelitian

dan tidak hanya terbatas pada LAZ skala nasional yang ada di wilayah

Jakarta, sehingga bisa menyempurnakan penelitian ini.

134

DAFTAR PUSTAKA

Aditya P, Putra. 2015. Studi Komparatif Pelaksanaan Good Corporate Governance

(GCG) Perbankan Konvensional Dan Perbankan Syariah Di Indonesia.

Jurnal Akuntansi AKUNESA

Ahwarumi, Biyati dan Prof. Drs.H. Tjiptohadi S. 2015. Desain Good Corporate

Governance (GCG) Untuk Mencapai Kapasitas Efektif Produksi Di

Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Aidrat Lamongan. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis.

CNN Indonesia. (2017, 20 September). OJK: Praktik GCG Perusahaan Indonesia

Masih Tertinggal. Diakses pada 9 agustus 2019. Dari

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170920070153-78-242846/ojk-

praktik-gcg-perusahaan-indonesia-masih-tertinggal

Danistri P. Gita dan Mahfud Sholihin. 2015. Analisis Perbandingan Pengungkapan

Tata Kelola Perusahaan Pada Bank Umum Konvensional Dan Bank Umum

Syariah Di Indonesia 2010-2013. Jurnal Riset Manajemen, Vol.2, No.2, Hal.

114-128

Darmawan, Rian Ikmal. 2013. Analisa Penerapan Good Corporate Governance Pada

PT. BNI (Persero) Tbk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya,

Vol.2 No.1

Detik.com. (2019, 24 Juni). Sengkarut Tata Kelola BUMN Kita. Diakses pada 9

agustus 2019. Dari https://news.detik.com/kolom/d-4597705/sengkarut-tata-

kelola-bumn-kita?_ga=2.229756188.184960386.1567946946-

418549333.1567946946

Dwi Ferlinda, Ekky, et al., 2013. Implementasi Good Corporate Governance Dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan (Studi pada PT. Telkom Banyuwangi).

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal.22-30

Endahwati, Yosi Dian. 2014. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah

(ZIS). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika Vol. 4, No.1

135

Fadli, Ahmad. 2015. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada

Perbankan Syariah. Al-Mashraf, Vol.2, No.1

Faozan, Akhmad. 2010. Implementasi Good Corporate Governance dan Peran

Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Islam Volume

VII, No. 1.

Hargo.co.id (2018, 19 September). Mantan Bendahara Baznas Kota Ditahan, Mau

Tahu Alasannya?. Diakses pada 30 September 2019. Dari

http://hargo.co.id/berita/mantan-bendahara-baznas-kota-ditahan-mau-tahu-

alasannya.html

Hasbar H.Mustafa dan Nurul Gaibi K.S. 2016. Analisis Imlementasi Good Corporate

Governance Dan Penerapan PSAK 109 Tentang Akuntansi Zakat Pada

Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Cabang Sulawesi Selatan. AKMEN

Jurnal Ilmiah, Vol.13 No.1

Hery, SE., M.Si. 2013. Rahasia Pembagian Dividen Dan Tata Kelola Perusahaan.

Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Hj. Sedarmayanti, M.Pd., APU. 2007. Good Governance (Keperinthan Yang Baik)

Dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Baik).

Bandung: Sumber Sari Indah

Ika Paristu, Amalia. 2014. Sistem Pengendalian Internal Pada Lembaga Amil Zakat

(Studi Komparatif Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Umat Dan Lembaga

Amil Zakat Dompet Dhuafa. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, Vol.1

No,2, Hal. 150-168

Ilhami, Haniah. 2009. Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah Sebagai

Otoritas Pengawas Kepatuhan Syariah Bagi Bank Syariah. Mimbar Hukum,

Vol.21, No.3

Kartika P, Gabriela dan Ronny H. Mustamu. 2013. Studi Deskriptif Penerapan

Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan Keluarga Di

Bidang Manufaktur Kayu. Agora Vol.1 No.1

136

Luthfi Adiono, Cahyo dan Mahfud Sholihin. 2014. Analisis Pengungkapan Tata

Kelola Bank Syariah Di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.18,

No.2

Maradita, Aldira. 2014. Karakteristik Good Corporate Goernance Pada Bank

Syariah Dan Bank Konvensional. Yuridika, Vol.29 No.2

Mardian, Sepky. 2015. Tingkat Kepatuhan Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, Vol. 3, No.1

Maria Wardayati, Siti dan Siska Putri I. 2015. Analisis Pengendalian Intern COSO

Pada Pengelola Dana Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS) (Studi Kasus Pada

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Cabang Jember). Analisa Journal of Social

and Religion.

Media.alkhairaat.id (2017, 12 Juli). Terpidana Korupsi Zakat di Parimo Dipenjara 4

tahun. Diakses pada 30 September 2019. Dari

https://media.alkhairaat.id/terpidana-korupsi-zakat-di-parimo-dipenjara-4-

tahun/

Miqdad, Muhammad. 2012. Praktik Tata Kelola Persahaan (Corporate Governance)

Dan Usefulness Informasi Akuntansi(Telaah Teoritis dan Empiris). Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.14, No.2

Nelson, Sherliza Puat, Raedah Sapingi dan Maslina Ahmad. 2017. Identifying

Disclosure Items for Zakat Institution. Proceedings of the Asian Academic

Accounting Association (Four A) Annual Conference 2017.

Nuha, Ulin. 2018. Optimalisasi Peran Dewan Pengawas Syariah Pada Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Di Assosiasi Koperasi Warga NU

Jepara). Malia: Journal of Islamic Banking and Finance, Vol.2 No.2.

Nikmatuniayah dan Marliyati. 2015. Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga Amil

Zakat Di Kota Semarang. MIMBAR, Vol.31, No.2

137

Palembang.tribunnew.com (2017, 10 Juli). Polres Pagaralam Tahan Empat

Tersangka Kasus Dana BAZ. Kerugian Negara /capai Rp. 650 juta. Diakses

pada 30 September 2019. Dari

https://palembang.tribunnews.com/2017/07/10/polres-pagaralam-tahan-

empat-tersangka-kasus-dana-baz-kerugian-negara-capai-rp-65-m

Roziq, Ahmad dan Widya Yanti. 2015. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian Dan

Pengungkapan Dana Non Halal Pada Laporan Keuangan Lembaga Amil

Zakat. Jurnal Akuntansi Universitas Jember

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Septi K, Hana. 2015. Good Corporate Governance Dalam Meningkatkan Kepuasan

Muzakki Di Badan Amil Zakat Nasional. Jurnal Membangun Profesionalisme

Keilmuan.

Sindonews.com. (2018, 31 Mei). Zakat berpotensi entaskan kemiskinan. Diakses

pada 9 agustus 2019. Dari

https://nasional.sindonews.com/read/1310378/15/zakat-berpotensi-

entaskan-kemiskinan-1527739586

Siswanti, Indra. 2016. Implementasi Good Corporate Governance Pada Kinerja Bank

Syariah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma Vol.7, No.2, Hal.156-326

Siti Arbaina, Endang.2012. Penerapan Good Corporate Governance Pada

Perbankan Di Indonesia. Jurnal Akuntansi AKUNESA, Vol.1 No.1

Syaiful H.A, Achmad. 2012. Model Tatakeola Badan Dan Lembaga Amil Zakat

Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

(Studimpada Badan/Lembaga Amil Zakat Di Kota Malang). Jurnal Humanity

Vol.7, No.2.

Warno. 2016. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat Infak Dan Shodaqoh (ZIS) Dalam

Penerapan UU Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun 2011 Pada Lembaga

Pengelola Zakat. Jurnal STIE Semarang, Vol. 8, No.2

Warno dan Sri Wiranti S. 2015. Audit Untuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Jurnal STIE

Semarang, Vol.7 No.2

138

Wibowo, Edi. 2010. Implementasi Good Corporate Governance Di Indonesia. Jurnal

Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.10, No.2

Widyawati I.R, Nurul. 2014. Lembaga Amil Zakat, Politik Local, Dan Good

Governance Di Jember. KARSA, Vol.22 No.2

Zaid Sobir, Obing. 2016. The Implementation Of Good Corporate Gvernance (GCG)

and Learning Organization In State Companies And Government. Jurnal

Adbispreneur Vol.1, No.3, Hal. 259-266

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 11/ 33 /PBI/2009

TENTANG

PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun industri perbankan syariah yang

sehat dan tangguh, diperlukan pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah yang

efektif;

b. bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance di dalam

industri perbankan syariah harus memenuhi prinsip syariah

(sharia compliance);

c. bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance merupakan

salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan

meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum

pada industri perbankan syariah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

huruf a, huruf b dan huruf c dipandang perlu untuk menetapkan

Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;

Mengingat ...

- 2 -

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4756);

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4867);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN

GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I ...

- 3 -

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari

Bank Umum Konvensional termasuk Unit Usaha Syariah dari

kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri;

2. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank

Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;

3. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah;

4. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit

kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di

kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang

berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu

syariah dan/atau unit syariah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah;

5. Prinsip ...

- 4 -

5. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam di bidang perbankan

syariah yang tertuang dalam bentuk fatwa Dewan Syariah

Nasional – Majelis Ulama Indonesia;

6. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai

dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas;

7. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung

jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta

mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas;

8. Direktur UUS adalah direktur Bank Umum Konvensional atau

pimpinan kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di

luar negeri yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

pengurusan UUS;

9. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang

tidak memiliki:

a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham

dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham

pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota

Direksi; atau

b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham

dengan Bank,

sehingga ...

- 5 -

sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak

independen;

10. Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG,

adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip

keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional),

dan kewajaran (fairness);

11. Stakeholders adalah seluruh pihak yang memiliki kepentingan

secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan usaha dan

kelangsungan usaha Bank;

12. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bertugas

memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi

kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah; dan

13. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab

langsung kepada Direksi dan/atau mempunyai pengaruh terhadap

kebijakan dan operasional Bank seperti kepala divisi atau

pemimpin kantor cabang.

Pasal 2

(1) Bank wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya

pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

(2) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi BUS

paling kurang harus diwujudkan dalam:

a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan

Direksi;

b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi

yang menjalankan pengendalian intern BUS;

c. pelaksanaan ...

- 6 -

c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas

Syariah;

d. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern;

e. batas maksimum penyaluran dana; dan

f. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.

(3) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi UUS

paling kurang harus diwujudkan dalam:

a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS;

b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas

Syariah;

c. penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan

penyimpanan dana oleh deposan inti; dan

d. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS.

Pasal 3

Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG

Bank.

BAB II ...

- 7 -

BAB II

BANK UMUM SYARIAH

Bagian Pertama

Dewan Komisaris

Paragraf 1

Persyaratan Dewan Komisaris

Pasal 4

Jumlah, komposisi, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan

persyaratan lain bagi anggota Dewan Komisaris tunduk kepada

ketentuan Bank Indonesia terkait.

Pasal 5

(1) Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi Komisaris

Independen pada BUS yang bersangkutan sebelum menjalani

masa tunggu (cooling off) paling kurang selama 6 (enam) bulan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi

mantan Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan.

Pasal 6

(1) Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan

Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan

dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan

Nominasi.

(2) Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki

benturan kepentingan (conflict of interest) dengan usulan yang

direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib

diungkapkan ...

- 8 -

diungkapkan adanya benturan kepentingan serta pertimbangan-

pertimbangan yang mendasari usulan tersebut.

Paragraf 2

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Pasal 7

Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab

sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

Pasal 8

(1) Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas

terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha

BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2).

(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan

nasihat kepada Direksi.

(3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Dewan Komisaris wajib memantau dan mengevaluasi

pelaksanaan kebijakan strategis BUS.

(4) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan

keputusan kegiatan operasional BUS, kecuali pengambilan

keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang

kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam

Anggaran Dasar BUS atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 9 ...

- 9 -

Pasal 9

Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah

menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil

pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah

dan/atau auditor ekstern.

Pasal 10

Dewan Komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank

Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya:

a. pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan

dan perbankan; dan

b. suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha

BUS.

Pasal 11

(1) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan

tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling

kurang:

a. Komite Pemantau Risiko;

b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan

c. Komite Audit.

(2) Pengangkatan anggota komite sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan

Komisaris.

(3) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah

dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjalankan

tugasnya secara efektif.

(4) Dewan ...

- 10 -

(4) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja

setiap komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Pedoman dan tata tertib kerja komite sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) harus dievaluasi dan dilakukan pengkinian secara berkala.

Pasal 12

(1) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja

yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Komisaris.

(2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) paling kurang mencantumkan:

a. waktu kerja; dan

b. pengaturan rapat.

Pasal 13

Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

Paragraf 3

Rapat Dewan Komisaris

Pasal 14

(1) Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1

(satu) kali dalam 2 (dua) bulan.

(2) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib dihadiri paling kurang oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah

anggota Dewan Komisaris.

(3) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib dipimpin oleh Komisaris Utama.

(4) Dalam ...

- 11 -

(4) Dalam hal Komisaris Utama berhalangan hadir maka rapat Dewan

Komisaris dapat dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan

Komisaris.

Pasal 15

(1) Seluruh keputusan Dewan Komisaris yang dituangkan dalam

risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota

Dewan Komisaris.

(2) Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah

rapat dan didokumentasikan dengan baik.

(3) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions) atas

hasil keputusan rapat Dewan Komisaris, maka perbedaan

pendapat tersebut wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah

rapat beserta alasannya.

Paragraf 4

Aspek Transparansi Dewan Komisaris

Pasal 16

Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan:

a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih

pada BUS yang bersangkutan;

b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang

saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau

anggota Direksi;

c. rangkap jabatan pada perusahaan atau lembaga lain,

dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia ini.

Pasal 17 ...

- 12 -

Pasal 17

(1) Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan BUS untuk

kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat

mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.

(2) Anggota Dewan Komisaris dilarang mengambil dan/atau

menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan

fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.

(3) Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan remunerasi dan

fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan

pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia ini.

Bagian Kedua

Direksi

Paragraf 1

Persyaratan Direksi

Pasal 18

Jumlah, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga dan persyaratan

lain bagi anggota Direksi tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia

terkait.

Pasal 19

Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Direksi kepada

Rapat Umum Pemegang Saham, dilakukan dengan memperhatikan

rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.

Paragraf 2 ...

- 13 -

Paragraf 2

Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Pasal 20

(1) Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan

BUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah.

(2) Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan

tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar

BUS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21

Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS

pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 22

Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi

dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan

Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.

Pasal 23

Dalam rangka melaksanakan GCG sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 21, Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang:

a. Audit Intern;

b. Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko; dan

c. Kepatuhan.

Pasal 24 ...

- 14 -

Pasal 24

Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 25

Direksi harus mengungkapkan kepada pegawai kebijakan BUS yang

bersifat strategis di bidang kepegawaian.

Pasal 26

Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain

yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.

Pasal 27

Direksi hanya dapat menggunakan jasa konsultan, penasihat, atau

yang dapat dipersamakan dengan itu sepanjang memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. proyek bersifat khusus yang sangat diperlukan untuk kegiatan

usaha BUS;

b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang sekurang-kurangnya

mencakup tujuan, ruang lingkup kerja, tanggung jawab, jangka

waktu pelaksanaan pekerjaan dan biaya; dan

c. konsultan merupakan pihak independen yang profesional dan

memiliki kualifikasi yang cukup untuk melaksanakan proyek

secara efektif dan efisien.

Pasal 28 ...

- 15 -

Pasal 28

Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan

dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas

Syariah.

Pasal 29

(1) Setiap anggota Direksi wajib memiliki kejelasan tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat

mengikat bagi setiap anggota Direksi.

(3) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) paling kurang mencantumkan:

a. waktu kerja; dan

b. pengaturan rapat.

Pasal 30

Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung

jawab seluruh anggota Direksi.

Paragraf 3

Rapat Direksi

Pasal 31

(1) Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui

rapat Direksi.

(2) Hasil rapat Direksi wajib dituangkan dalam risalah rapat dan

didokumentasikan dengan baik.

(3) Dalam ...

- 16 -

(3) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions) atas

hasil keputusan rapat Direksi, maka perbedaan pendapat tersebut

wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta

alasannya.

Paragraf 4

Aspek Transparansi Direksi

Pasal 32

Anggota Direksi wajib mengungkapkan:

a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih,

baik pada BUS yang bersangkutan maupun pada bank dan

perusahaan lain, yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri;

b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang

saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota

Direksi lainnya,

dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia ini.

Pasal 33

(1) Anggota Direksi dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan

pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset

atau mengurangi keuntungan BUS.

(2) Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima

keuntungan pribadi dari BUS, selain remunerasi dan fasilitas

lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.

(3) Anggota ...

- 17 -

(3) Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan

GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Bagian Ketiga

Komite-Komite

Paragraf 1

Struktur dan Keanggotaan Komite

Pasal 34

(1) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf a paling kurang terdiri dari:

a. seorang Komisaris Independen;

b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

perbankan syariah; dan

c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

manajemen risiko.

(2) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang

baik.

(3) Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diketuai oleh Komisaris Independen.

(4) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau

Risiko.

(5) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite

Pemantau Risiko harus merupakan Komisaris Independen.

Pasal 35 ...

- 18 -

Pasal 35

(1) Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b paling kurang terdiri

dari:

a. 2 (dua) orang Komisaris Independen; dan

b. seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya

manusia.

(2) Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.

(3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Remunerasi

dan Nominasi.

(4) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite

Remunerasi dan Nominasi harus merupakan Komisaris

Independen.

Pasal 36

(1) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf c paling kurang terdiri dari:

a. seorang Komisaris Independen;

b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

akuntansi keuangan; dan

c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

perbankan syariah.

(2) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik.

(3) Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh

Komisaris Independen.

(4) Anggota ...

- 19 -

(4) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit.

(5) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Audit

harus merupakan Komisaris Independen.

Pasal 37

(1) Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi pihak

independen sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 ayat (1) huruf b

dan huruf c serta Pasal 36 ayat (1) huruf b dan huruf c pada BUS

yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off)

paling kurang selama 6 (enam) bulan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi

mantan Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan.

Paragraf 2

Jabatan Rangkap Ketua Komite

Pasal 38

Ketua komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3), Pasal

35 ayat (2) dan Pasal 36 ayat (3) hanya dapat merangkap jabatan

sebagai ketua komite paling banyak pada 1 (satu) komite lainnya pada

BUS yang sama.

Paragraf 3

Tugas dan Tanggung Jawab Komite

Pasal 39

Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat

(1) huruf a mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang:

a. melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko;

b. melakukan ...

- 20 -

b. melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan

manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut;

c. melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko

dan Satuan Kerja Manajemen Risiko,

guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

Pasal 40

Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf b mempunyai tugas dan tanggung jawab paling

kurang:

a. terkait dengan kebijakan remunerasi:

1) melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi;

2) melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan

remunerasi dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; dan

3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, Dewan

Pengawas Syariah, Pejabat Eksekutif dan pegawai secara

keseluruhan.

b. terkait dengan kebijakan nominasi:

1) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

sistem serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota

Dewan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah;

2) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

calon anggota Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Dewan

Pengawas Syariah;

3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

calon pihak independen yang akan menjadi anggota Komite

sebagaimana ...

- 21 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf b dan

huruf c serta Pasal 36 ayat (1) huruf b dan huruf c.

Pasal 41

Komite Remunerasi dan Nominasi dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawab terkait dengan kebijakan remunerasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40 butir a, paling kurang wajib memperhatikan:

a. kinerja keuangan;

b. pemenuhan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva;

c. kewajaran dengan peer group; dan

d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang BUS.

Pasal 42

(1) Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)

huruf c memiliki tugas dan tanggung jawab paling kurang:

a. melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam

rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk

kecukupan proses pelaporan keuangan; dan

b. melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam

rangka efektivitas pelaksanaan audit ekstern.

(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, Komite Audit paling kurang melakukan evaluasi

terhadap:

a. pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern;

b. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit

dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia,

Pasal 42 ...

auditor ...

- 22 -

auditor intern, Dewan Pengawas Syariah, dan/atau auditor

ekstern,

guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

(3) Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan

Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan

Komisaris.

Paragraf 4

Rapat Komite

Pasal 43

Hasil rapat komite wajib dituangkan dalam risalah rapat dan

didokumentasikan dengan baik.

Bagian Keempat

Dewan Pengawas Syariah

Paragraf 1

Persyaratan Dewan Pengawas Syariah

Pasal 44

Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan persyaratan lain bagi Dewan

Pengawas Syariah tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.

Pasal 45

(1) Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan

Pengawas Syariah kepada Rapat Umum Pemegang Saham

dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite

Remunerasi dan Nominasi.

(2) Masa ...

- 23 -

(2) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas Syariah paling lama sama

dengan masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris.

Paragraf 2

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah

Pasal 46

Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung

jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

Pasal 47

(1) Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah

memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi

kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.

(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:

a. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas

pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;

b. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar

sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis

Ulama Indonesia;

c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis

Ulama Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada

fatwanya;

d. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip

Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank; dan

e. Meminta ...

- 24 -

e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari

satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

(3) Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil

Pengawasan Dewan Pengawas Syariah secara semesteran.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan

kepada Bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah

periode semester dimaksud berakhir.

(5) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) akan diatur lebih rinci dalam Surat Edaran

Bank Indonesia.

Pasal 48

Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib menyediakan waktu yang

cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal.

Paragraf 3

Rapat Dewan Pengawas Syariah

Pasal 49

(1) Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling

kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

(2) Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan

berdasarkan musyawarah mufakat.

(3) Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah yang dituangkan

dalam risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh

anggota Dewan Pengawas Syariah.

(4) Hasil ...

- 25 -

(4) Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan

didokumentasikan dengan baik.

Paragraf 4

Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah

Pasal 50

Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan rangkap

jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga

keuangan syariah lain dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 51

(1) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang memanfaatkan BUS

untuk kepentingan pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang

dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.

(2) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang mengambil dan/atau

menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan

fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.

(3) Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan

remunerasi dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada

laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia ini.

(4) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang merangkap jabatan

sebagai konsultan di seluruh BUS dan/atau UUS.

Bagian ...

- 26 -

Bagian Kelima

Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern

Paragraf 1

Fungsi Kepatuhan

Pasal 52

(1) BUS wajib memiliki 1 (satu) orang direktur yang bertugas untuk

memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan

peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia mengenai direktur kepatuhan.

(2) Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas direktur sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), BUS wajib melaksanakan fungsi

kepatuhan yang independen terhadap satuan kerja operasional.

(3) Pelaksanaan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus didukung oleh personil yang paling kurang memiliki

pengetahuan dan/atau pemahaman tentang operasional perbankan

syariah.

Paragraf 2

Fungsi Audit Intern

Pasal 53

(1) BUS wajib menerapkan fungsi audit intern yang efektif

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai

penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.

(2) BUS wajib melaksanakan fungsi audit intern yang independen

terhadap satuan kerja operasional.

(3) Pelaksanaan ...

- 27 -

(3) Pelaksanaan fungsi audit intern sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus didukung oleh personil dalam jumlah yang memadai dan

kompeten di bidangnya, dengan paling kurang terdapat 1 (satu)

orang personil yang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman

tentang operasional perbankan syariah.

(4) Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan pemenuhan Prinsip

Syariah disampaikan kepada Dewan Pengawas Syariah.

Paragraf 3

Fungsi Audit Ekstern

Pasal 54

(1) BUS wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

yang terdaftar di Bank Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan

keuangan BUS.

(2) Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu

memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham

berdasarkan calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris.

(3) Pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan

Bank Indonesia yang berlaku mengenai hubungan antara BUS

dengan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.

Bagian ...

- 28 -

Bagian Keenam

Batas Maksimum Penyaluran Dana

Pasal 55

Pelaksanaan penyaluran dana wajib mengikuti ketentuan Bank

Indonesia mengenai batas maksimum penyaluran dana.

Bagian Ketujuh

Aspek Transparansi Kondisi BUS

Pasal 56

(1) BUS wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non-

keuangan kepada Stakeholders.

(2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan

non-keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUS wajib

menyusun dan menyajikan laporan sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank.

Pasal 57

BUS wajib melaksanakan transparansi informasi mengenai produk

dan penggunaan data nasabah BUS sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk

Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.

Pasal 58

(1) BUS wajib melaporkan kepada Bank Indonesia apabila terjadi

perubahan terhadap:

a. pedoman ...

- 29 -

a. pedoman manajemen risiko termasuk pedoman risk control

system, sistem pengendalian intern, sistem teknologi informasi

yang digunakan dan pedoman GCG;

b. sistem dan prosedur kerja yang digunakan dalam kegiatan

operasional BUS.

(2) BUS wajib menyampaikan laporan perubahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia paling lambat 1

(satu) bulan sejak terjadinya perubahan atau sesuai jangka waktu

tertentu apabila diatur secara khusus dalam ketentuan Bank

Indonesia lain yang mengatur mengenai penyampaian laporan

tersebut.

(3) BUS wajib melaporkan struktur kelompok usaha yang terkait

dengan BUS termasuk badan hukum pemilik BUS sampai dengan

ultimate shareholders kepada Bank Indonesia 1 (satu) tahun sekali

untuk posisi akhir tahun dan setiap terdapat perubahan struktur

kelompok usaha yang menyebabkan perubahan pengendali BUS.

(4) Laporan struktur kelompok usaha untuk posisi akhir tahun

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian dari

Laporan Tahunan BUS.

(5) BUS wajib menyampaikan laporan perubahan struktur kelompok

usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Bank

Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan setelah terjadinya

perubahan.

Bagian ...

- 30 -

Bagian Kedelapan

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Pasal 59

BUS wajib melaksanakan pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan

operasional BUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Bagian Kesembilan

Pelaporan Internal dan Benturan Kepentingan

Paragraf 1

Pelaporan Internal

Pasal 60

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan

oleh Direksi serta kualitas proses pengawasan oleh Dewan Komisaris

dan Dewan Pengawas Syariah, BUS wajib memastikan ketersediaan

dan kecukupan pelaporan internal yang didukung oleh sistem

informasi manajemen yang memadai.

Paragraf 2

Penanganan Benturan Kepentingan

Pasal 61

(1) Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Dewan

Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilarang

mengambil tindakan yang dapat mengurangi aset atau mengurangi

keuntungan BUS.

(2) Benturan ...

- 31 -

(2) Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

diungkapkan dalam setiap keputusan.

(3) Untuk menghindari pengambilan keputusan yang berpotensi

mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS, BUS harus

memiliki dan menerapkan kebijakan intern mengenai:

a. pengaturan mengenai penanganan benturan kepentingan yang

mengikat setiap pengurus dan pegawai BUS, antara lain tata

cara pengambilan keputusan; dan

b. administrasi pencatatan, dokumentasi dan pengungkapan

benturan kepentingan dimaksud dalam risalah rapat.

Bagian Kesepuluh

Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG

Paragraf 1

Laporan Pelaksanaan GCG

Pasal 62

(1) BUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada setiap akhir

tahun buku.

(2) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

paling kurang meliputi:

a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan

GCG BUS;

b. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan

keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris

dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan

Komisaris lain dan/atau anggota Direksi BUS serta jabatan

rangkap ...

- 32 -

rangkap pada perusahaan atau lembaga lain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16;

c. kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan

dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan pemegang

saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau

anggota Direksi lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32;

d. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan syariah lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50;

e. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan

itu yang digunakan oleh BUS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27;

f. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration

package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat

(3), Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 51 ayat (3);

g. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;

h. frekuensi rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (1);

i. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);

j. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya

penyelesaian oleh BUS;

k. jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana dan

upaya penyelesaian oleh BUS;

l. transaksi yang mengandung benturan kepentingan;

m. buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS;

n. penyaluran ...

- 33 -

n. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun

pihak penerima dana; dan

o. pendapatan non halal dan penggunaannya.

(3) Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain

(remuneration package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf f paling kurang mencakup jumlah anggota Dewan

Komisaris, jumlah anggota Direksi, jumlah anggota Dewan

Pengawas Syariah serta jumlah keseluruhan gaji, tunjangan

(benefits), kompensasi dalam bentuk saham, bentuk remunerasi

lainnya dan fasilitas yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang

Saham.

Pasal 63

(1) BUS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 kepada pemegang saham

dan kepada:

a. Bank Indonesia;

b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI);

c. Lembaga pemeringkat di Indonesia;

d. Perhimpunan Bank – Bank Umum Nasional (Perbanas);

e. 1 (satu) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan;

dan

f. 1 (satu) majalah ekonomi dan keuangan,

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.

(2) Bagi BUS yang telah memiliki homepage wajib

menginformasikan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana

dimaksud ...

- 34 -

dimaksud pada ayat (1) pada homepage BUS paling lambat 3

(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.

(3) BUS dianggap terlambat menyampaikan laporan pelaksanaan

GCG apabila BUS menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank

Indonesia melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi belum melampaui 1

(satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.

(4) BUS dianggap tidak menyampaikan laporan GCG apabila BUS

belum menyampaikan laporan dimaksud hingga akhir batas waktu

keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 64

Penyusunan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 62 diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 65

Penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf a dialamatkan

kepada:

a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta

10350, bagi BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor

Pusat Bank Indonesia;

b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BUS yang berkantor pusat

di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan

tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah.

Paragraf 2 ...

- 35 -

Paragraf 2

Self Assessment Pelaksanaan GCG

Pasal 66

(1) BUS wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG

yang mencakup hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2)

paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Tata cara self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 67

(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bank Indonesia dapat

melakukan evaluasi terhadap hasil self assessment pelaksanaan

GCG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1).

(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bank Indonesia dapat meminta BUS untuk melakukan perbaikan

atas pelaksanaan GCG.

BAB III

UNIT USAHA SYARIAH

Bagian Pertama

Direktur UUS

Pasal 68

Direktur UUS bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan

UUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah.

Pasal 69 ...

- 36 -

Pasal 69

Direktur UUS wajib menindaklanjuti rekomendasi dari hasil

pengawasan Dewan Pengawas Syariah.

Pasal 70

Direktur UUS wajib menyediakan data dan informasi terkait dengan

pemenuhan Prinsip Syariah yang akurat, relevan dan tepat waktu

kepada Dewan Pengawas Syariah.

Bagian Kedua

Dewan Pengawas Syariah

Pasal 71

(1) Ketentuan tentang Dewan Pengawas Syariah yang berlaku bagi

BUS sebagaimana dimaksud dalam Bab II Bagian Keempat

tentang Dewan Pengawas Syariah dalam Peraturan Bank

Indonesia ini berlaku pula bagi Dewan Pengawas Syariah pada

Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS dan kantor

cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang

memiliki UUS.

(2) Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah pada UUS yang dimiliki

oleh kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar

negeri, ditetapkan oleh pimpinan tertinggi di Indonesia dari kantor

cabang tersebut.

Bagian ...

- 37 -

Bagian Ketiga

Penyaluran Dana Kepada Nasabah Pembiayaan Inti

dan Penyimpanan Dana Oleh Deposan Inti

Pasal 72

UUS wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dana

kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan

inti.

Bagian Keempat

Aspek Transparansi Kondisi UUS

Pasal 73

(1) UUS wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non-

keuangan kepada Stakeholders.

(2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan

non-keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UUS wajib

menyusun dan menyajikan laporan sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank.

Bagian Kelima

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana

dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Pasal 74

UUS wajib melaksanakan pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan

operasional UUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Bagian ...

- 38 -

Bagian Keenam

Pelaporan Internal

Pasal 75

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengawasan oleh Dewan

Pengawas Syariah, UUS wajib memastikan ketersediaan dan

kecukupan data/informasi bagi Dewan Pengawas Syariah.

Bagian Ketujuh

Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG

Paragraf 1

Laporan Pelaksanaan GCG

Pasal 76

(1) UUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada setiap akhir

tahun buku.

(2) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan

pelaksanaan GCG Bank Umum Konvensional dan/atau kantor

cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang

memiliki UUS dimaksud.

(3) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

paling kurang meliputi:

a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan

GCG UUS;

b. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan syariah lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50;

c. daftar ...

- 39 -

c. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan

itu yang digunakan oleh UUS;

d. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration

package) bagi Dewan Pengawas Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3);

e. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);

f. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya

penyelesaiannya oleh UUS;

g. jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana dan

upaya penyelesaiannya oleh UUS;

h. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun

pihak penerima dana; dan

i. pendapatan non halal dan penggunaannya.

(4) Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain

(remuneration package) bagi Dewan Pengawas Syariah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d paling kurang

mencakup jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah, jumlah

keseluruhan gaji, tunjangan (benefits), kompensasi dalam bentuk

saham, bentuk remunerasi lainnya, dan fasilitas yang ditetapkan

Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 77

Penyusunan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 76 diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 78 ...

- 40 -

Pasal 78

(1) UUS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 kepada Bank Indonesia

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.

(2) UUS dianggap terlambat menyampaikan laporan pelaksanaan

GCG apabila UUS menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank

Indonesia melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi belum melampaui 1

(satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.

(3) UUS dianggap tidak menyampaikan laporan GCG apabila UUS

belum menyampaikan laporan dimaksud hingga akhir batas waktu

keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Penyampaian laporan pelaksanaan GCG UUS kepada Bank

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialamatkan

kepada Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No.2,

Jakarta 10350, dan/atau Kantor Bank Indonesia setempat.

Paragraf 2

Self Assessment Pelaksanaan GCG

Pasal 79

(1) UUS wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG

UUS yang mencakup hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 2

ayat (3) paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Tata cara self assesment atas pelaksanaan GCG UUS sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank

Indonesia.

Pasal 80 ...

- 41 -

Pasal 80

(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bank Indonesia dapat

melakukan evaluasi terhadap hasil self assessment atas

pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1).

(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bank Indonesia dapat meminta UUS untuk melakukan perbaikan

atas pelaksanaan GCG.

BAB IV

SANKSI

Bagian Pertama

Sanksi Pelaksanaan GCG

Pasal 81

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat

(1), ayat (3) dan ayat (4), Pasal 12 ayat (1), Pasal 13, Pasal 14 ayat (1),

ayat (2) dan ayat (3), Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 16, Pasal 17,

Pasal 20 ayat (2), Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 26,

Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 31, Pasal 32,

Pasal 33, Pasal 34 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 35 ayat (3), Pasal 36

ayat (2) dan ayat (4), Pasal 38, Pasal 41, Pasal 43, Pasal 46, Pasal 47,

Pasal 48, Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52

ayat (2) dan ayat (3), Pasal 53 ayat (5), Pasal 60, Pasal 61 ayat (1) dan

ayat (2), Pasal 62 ayat (1), Pasal 63 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 66 ayat

(1), Pasal 69, Pasal 70, Pasal 72, Pasal 75, Pasal 76 ayat (1), dan Pasal

79 ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58

Undang-Undang ...

- 42 -

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

antara lain berupa:

a) teguran tertulis;

b) penurunan tingkat kesehatan berupa penurunan peringkat faktor

manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan;

c) pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;

d) pembekuan kegiatan usaha tertentu; dan

e) pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan

mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang

Saham mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan

Bank Indonesia.

Pasal 82

(1) Dalam hal terdapat 3 (tiga) kali teguran tertulis dari Bank

Indonesia terkait pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 46,

Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 50 dan

Pasal 51, maka BUS atau UUS terkait harus mengganti anggota

Dewan Pengawas Syariah tersebut.

(2) Dalam hal Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan

tugasnya dengan baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

sampai dengan izin usaha Bank dicabut, maka anggota Dewan

Pengawas Syariah dimaksud dapat dikenakan sanksi berupa

pelarangan menjadi anggota Dewan Pengawas Syariah di

perbankan syariah paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal

pencabutan izin usaha Bank oleh Bank Indonesia.

Pasal 83 ...

- 43 -

Pasal 83

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 52 ayat (1), Pasal 53 ayat

(1) dan ayat (2), dan Pasal 54 dikenakan sanksi sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai penugasan direktur

kepatuhan dan penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank

umum dan Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank.

Pasal 84

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 55 dikenakan sanksi

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai batas

maksimum penyaluran dana.

Pasal 85

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 56 dan Pasal 57 dan UUS

yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 73 dikenakan sanksi

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Peraturan Bank Indonesia

tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data

Pribadi Nasabah.

Pasal 86

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 59 dan UUS yang tidak

memenuhi ketentuan Pasal 74 dikenakan sanksi sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah

dalam Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Bank Syariah.

Bagian ...

- 44 -

Bagian Kedua

Sanksi Pelaporan

Paragraf 1

Laporan Pelaksanaan

Pasal 87

(1) BUS yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3) dan UUS yang terlambat

menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78

ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar paling banyak

sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja

keterlambatan.

(2) BUS yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 63 ayat (4) dan UUS yang tidak menyampaikan

laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (3) dikenakan

sanksi kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan teguran tertulis oleh

Bank Indonesia.

(3) BUS yang menyampaikan laporan yang dinilai tidak benar

dan/atau tidak lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal 62 dan

UUS yang menyampaikan laporan yang dinilai tidak benar

dan/atau tidak lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal 76

dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar

paling banyak sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh

juta rupiah) dan dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal

58 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah, berupa:

a. penurunan tingkat kesehatan yaitu penurunan peringkat faktor

manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan;

b. pelarangan ...

- 45 -

b. pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;

c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;

d. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan

mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum

Pemegang Saham mengangkat pengganti yang tetap dengan

persetujuan Bank Indonesia; dan/atau

e. pencantuman anggota pengurus, pegawai, pemegang saham

Bank dalam daftar tidak lulus melalui mekanisme uji

kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).

(4) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dilakukan setelah Bank diberikan 2 (dua) kali surat

teguran oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 7 (tujuh)

hari kerja untuk setiap teguran dan Bank tidak memperbaiki

laporan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah surat

teguran terakhir.

Paragraf 2

Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah,

Pedoman, Sistem dan Prosedur serta Struktur Kelompok Usaha

Pasal 88

(1) Bank yang tidak menaati ketentuan pelaporan hasil pengawasan

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

47 ayat (4), pelaporan perubahan pedoman, sistem dan prosedur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2),

serta pelaporan perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) dan ayat (5), dapat dikenakan

sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21

tahun …

- 46 -

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa :

a. teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling

banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari

kerja kelambatan untuk setiap laporan;

b. teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling

banyak sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah)

apabila Bank tidak menyampaikan laporan.

(2) Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Bank belum

menyampaikan laporan dimaksud setelah 1 (satu) bulan sejak

batas akhir penyampaian laporan, untuk pelaporan perubahan

pedoman, sistem dan prosedur serta pelaporan perubahan

struktur kelompok usaha.

(3) Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Bank belum

menyampaikan laporan dimaksud setelah 2 (dua) bulan sejak

batas akhir penyampaian laporan, untuk pelaporan hasil

pengawasan Dewan Pengawas Syariah.

(4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

menghapuskan kewajiban Bank untuk menyampaikan laporan

dimaksud.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 89

Ketentuan mengenai larangan rangkap jabatan bagi anggota Dewan

Pengawas Syariah sebagai konsultan di BUS dan/atau UUS

sebagaimana …

- 47 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (4) wajib dipenuhi paling

lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal berlakunya Peraturan Bank

Indonesia ini.

Pasal 90

Laporan pelaksanaan GCG BUS untuk posisi laporan akhir Desember

2009 tetap mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober

2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

Bank Umum.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91

Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dalam

Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 92

Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka PBI

No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum beserta ketentuan

perubahannya dinyatakan tidak berlaku bagi BUS.

Pasal 93 …

- 48 -

Pasal 93

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

2010.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 7 Desember 2009

Pjs GUBERNUR BANK INDONESIA,

DARMIN NASUTION

Diundangkan di : Jakarta

Pada tanggal : 7 Desember 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 175

DPbS

LAMPIRAN II

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR 10/SEOJK.03/2014

TENTANG

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA

SYARIAH

- 2 -

KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT)

PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Tujuan

1. Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan

struktur dan infrastruktur tata kelola Bank agar proses pelaksanaan

prinsip Good Corporate Governance menghasilkan outcome yang sesuai

dengan harapan stakeholders Bank. Yang termasuk dalam struktur tata

kelola Bank adalah Komisaris, Direksi, Komite, Dewan Pengawas Syariah,

dan satuan kerja pada Bank. Adapun yang termasuk infrastruktur tata

kelola Bank antara lain adalah kebijakan dan prosedur Bank, sistem

informasi manajemen serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-

masing struktur organisasi.

2. Penilaian governance process bertujuan untuk menilai efektivitas proses

pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance yang didukung oleh

kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Bank sehingga

menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders Bank.

3. Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas outcome

yang memenuhi harapan stakeholders Bank yang merupakan hasil proses

pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance yang didukung oleh

kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Bank.

Yang termasuk dalam outcome mencakup aspek kualitatif dan aspek

kuantitatif, antara lain yaitu:

- kecukupan transparansi laporan;

- kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

- kepatuhan terhadap prinsip syariah;

- perlindungan konsumen;

- obyektivitas dalam melakukan assessment/audit;

- kinerja Bank seperti rentabilitas, efisiensi, dan permodalan; dan/atau

- peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku

dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi Bank seperti fraud,

pelanggaran Batas Maksimum Penyediaan Dana (BMPD), pelanggaran

ketentuan terkait laporan Bank kepada Otoritas Jasa Keuangan.

1. Pelaksanaan...

- 3 -

No Kriteria/Indikator Analisis

1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris

A. Governance Structure

1) Jumlah anggota Dewan Komisaris paling

kurang 3 (tiga) orang dan paling banyak sama

dengan jumlah anggota Direksi.

2) Paling kurang 1 (satu) orang anggota Dewan

Komisaris berdomisili di Indonesia.

3) Paling kurang 50% (lima puluh persen) dari

jumlah anggota Dewan Komisaris adalah

Komisaris Independen.

4) Dewan Komisaris tidak memiliki rangkap

jabatan kecuali terhadap hal-hal yang telah

ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku

tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah, yaitu hanya merangkap jabatan

sebagai:

a) anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau

Pejabat Eksekutif pada 1 (satu)

lembaga/perusahaan bukan lembaga

keuangan;

b) anggota Dewan Komisaris atau Direksi yang

melaksanakan fungsi pengawasan pada 1

(satu) perusahaan anak lembaga keuangan

bukan Bank yang dimiliki oleh Bank;

c) anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau

Pejabat Eksekutif pada 1 (satu) perusahaan

yang merupakan pemegang saham Bank;

atau

d) pejabat pada paling banyak 3 (tiga) lembaga

nirlaba.

5) Komisaris Independen dapat merangkap jabatan

sebagai Ketua Komite paling banyak pada 2

(dua)...

- 4 -

No Kriteria/Indikator Analisis

(dua) Komite pada Bank yang sama.

6) Mayoritas anggota Dewan Komisaris tidak saling

memiliki hubungan keluarga sampai dengan

derajat kedua dengan sesama anggota Dewan

Komisaris dan/atau anggota Direksi.

7) Dewan Komisaris telah memiliki pedoman dan

tata tertib kerja yang telah mencantumkan

antara lain pengaturan etika kerja, waktu kerja,

dan rapat.

8) Seluruh anggota Dewan Komisaris memiliki

integritas, kompetensi, dan reputasi keuangan

yang memadai.

9) Anggota Dewan Komisaris independen yang

berasal dari mantan anggota Direksi yang

berasal dari Bank yang bersangkutan dan tidak

melakukan fungsi pengawasan yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen telah menjalani masa

tunggu (cooling off) paling kurang selama 6

(enam) bulan.

10) Seluruh Komisaris Independen tidak ada yang

memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,

kepemilikan saham, dan/atau hubungan

keluarga dengan Pemegang Saham Pengendali,

anggota Dewan Komisaris lainnya, dan/atau

anggota Direksi atau hubungan keuangan

dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan

Bank, yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen.

11) Seluruh anggota Dewan Komisaris telah lulus fit

and proper test dan telah memperoleh surat

persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.

12) Anggota Dewan Komisaris memiliki kompetensi

yang memadai dan relevan dengan jabatannya

untuk menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya...

- 5 -

No Kriteria/Indikator Analisis

jawabnya serta mampu mengimplementasikan

kompetensi yang dimilikinya dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

13) Anggota Dewan Komisaris memiliki kemauan

dan kemampuan untuk melakukan

pembelajaran secara berkelanjutan dalam

rangka peningkatan pengetahuan tentang

perbankan dan perkembangan terkini terkait

bidang keuangan/lainnya yang mendukung

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

14) Komposisi Dewan Komisaris tidak memenuhi

ketentuan karena adanya intervensi pemilik.

B. Governance Process

1) Pengangkatan dan/atau penggantian anggota

Dewan Komisaris telah memperhatikan

rekomendasi Komite Nominasi atau Komite

Remunerasi dan Nominasi dan memperoleh

persetujuan dari RUPS.

2) Dewan Komisaris telah melaksanakan tugasnya

untuk memastikan terselenggaranya

pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank

pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

3) Dewan Komisaris telah melaksanakan

pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi secara berkala maupun

sewaktu-waktu, serta memberikan nasihat

kepada Direksi.

4) Dalam rangka melakukan tugas pengawasan,

Komisaris telah mengarahkan, memantau dan

mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis

Bank.

5) Dewan Komisaris telah menyetujui,

mengevaluasi kebijakan Manajemen Risiko dan

strategi...

- 6 -

No Kriteria/Indikator Analisis

strategi Manajemen Risiko paling kurang 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dalam

frekuensi yang lebih sering dalam hal terdapat

perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan usaha Bank secara signifikan.

6) Dewan Komisaris mengevaluasi pertanggung

jawaban Direksi dan memberikan arahan

perbaikan atas pelaksanaan Manajemen Risiko

secara berkala. Evaluasi dilakukan dalam

rangka memastikan bahwa Direksi mengelola

aktivitas dan Risiko-Risiko Bank secara efektif.

7) Dewan Komisaris menyetujui dan mengawasi

Rencana Bisnis Bank dan rencana korporasi.

8) Dewan Komisaris tidak terlibat dalam

pengambilan keputusan kegiatan operasional

Bank, kecuali pengambilan keputusan untuk

pemberian pembiayaan kepada Direksi

sepanjang ditetapkan dalam Anggaran Dasar

Bank dan/atau RUPS.

9) Dewan Komisaris telah memastikan bahwa

Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan

rekomendasi dari Satuan Kerja Audit Intern

(SKAI) Bank, auditor eksternal, hasil

pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, hasil

pengawasan Dewan Pengawas Syariah,

dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya.

10) Dewan Komisaris memberitahukan secara

tertulis kepada Otoritas Jasa Keuangan paling

lama 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukan

pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang keuangan dan perbankan, dan keadaan

atau perkiraan keadaan yang dapat

membahayakan kelangsungan usaha Bank.

11) Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas

dan tanggung jawab secara independen.

12) Dewan...

- 7 -

No Kriteria/Indikator Analisis

12) Dewan Komisaris telah membentuk Komite

Audit, Komite Pemantau Risiko, serta Komite

Remunerasi dan Nominasi.

13) Pengangkatan anggota Komite telah dilakukan

Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan

Komisaris.

14) Dewan Komisaris telah memastikan bahwa

Komite yang dibentuk telah menjalankan

tugasnya secara efektif.

15) Dewan Komisaris telah menyediakan waktu

yang cukup untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya secara optimal.

16) Rapat Dewan Komisaris membahas

permasalahan sesuai dengan agenda rapat dan

diselenggarakan secara berkala, paling kurang 1

(satu) kali dalam 2 (dua) bulan.

17) Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris

telah dilakukan berdasarkan musyawarah

mufakat atau suara terbanyak dalam hal tidak

terjadi musyawarah mufakat.

18) Anggota Dewan Komisaris tidak memanfaatkan

Bank untuk kepentingan pribadi, keluarga,

dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi

aset atau mengurangi keuntungan Bank.

19) Anggota Dewan Komisaris tidak mengambil

dan/atau menerima keuntungan pribadi dari

Bank selain remunerasi dan fasilitas lainnya

yang ditetapkan RUPS.

20) Pemilik melakukan intervensi terhadap

pelaksanaan tugas Dewan Komisaris yang

menyebabkan kegiatan operasional Bank

terganggu sehingga berdampak pada

berkurangnya aset Bank dan/atau

berkurangnya keuntungan Bank.

C. Governance...

- 8 -

No Kriteria/Indikator Analisis

C. Governance Outcome

1) Hasil rapat Dewan Komisaris telah dituangkan

dalam risalah rapat dan didokumentasikan

dengan baik, termasuk pengungkapan

dissenting opinions secara jelas.

2) Hasil rapat Dewan Komisaris telah dibagikan

kepada seluruh anggota Dewan Komisaris dan

pihak yang terkait.

3) Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan

rekomendasi dan/atau arahan yang dapat

diimplementasikan oleh RUPS dan/atau

Direksi.

4) Dalam laporan pelaksanaan Good Corporate

Governance, seluruh anggota Dewan Komisaris

telah mengungkapkan paling kurang:

a) kepemilikan sahamnya yang mencapai 5%

(lima persen) atau lebih pada Bank yang

bersangkutan maupun pada bank dan

perusahaan lain yang berkedudukan di

dalam dan di luar negeri;

b) hubungan keuangan dan hubungan

keluarga dengan Pemegang Saham

Pengendali, anggota Dewan Komisaris

lainnya, dan/atau anggota Direksi Bank;

c) rangkap jabatan pada perusahaan atau

lembaga lain; dan

d) remunerasi dan fasilitas lain.

5) Pelaksanaan pengawasan aktif terhadap

pelaksanaan kebijakan dan strategi Manajemen

Risiko telah dilakukan oleh Dewan Komisaris

secara efektif.

6) Peningkatan pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan anggota Dewan Komisaris dalam

pengawasan Bank yang ditunjukkan antara lain

dengan peningkatan kinerja Bank, penyelesaian

permasalahan...

- 9 -

No Kriteria/Indikator Analisis

permasalahan yang dihadapi Bank, dan

pencapaian hasil sesuai ekspektasi pemangku

kepentingan (stakeholders).

Peningkatan budaya pembelajaran secara

berkelanjutan dalam rangka peningkatan

pengetahuan tentang perbankan dan

perkembangan terkini terkait bidang

keuangan/lainnya yang mendukung

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota

Dewan Komisaris.

7) Kegiatan operasional Bank terganggu dan/atau

memberikan keuntungan yang tidak wajar

kepada pemilik yang berdampak pada

berkurangnya aset Bank dan/atau

berkurangnya keuntungan Bank, akibat

intervensi pemilik terhadap komposisi dan/atau

pelaksanaan tugas Dewan Komisaris.

8) Bank telah menerapkan Manajemen Risiko

secara efektif, yang disesuaikan dengan tujuan,

kebijakan usaha, ukuran, serta kemampuan

Bank.

2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

A. Governance Structure

1) Jumlah anggota Direksi paling kurang 3 (tiga)

orang.

2) Seluruh anggota Direksi telah berdomisili di

Indonesia.

3) Mayoritas anggota Direksi wajib memiliki

pengalaman paling kurang 4 (empat) tahun

dengan jabatan paling rendah sebagai Pejabat

Eksekutif di industri perbankan dan paling

kurang 1 (satu) tahun diantaranya menjabat

paling rendah sebagai Pejabat Eksekutif pada

Bank.

4) Direksi...

- 10 -

No Kriteria/Indikator Analisis

4) Direksi tidak memiliki rangkap jabatan sebagai

Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada

bank, perusahaan dan/atau lembaga lain

kecuali terhadap hal-hal yang telah ditetapkan

dalam ketentuan yang berlaku tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

yaitu menjadi Dewan Komisaris dalam rangka

melaksanakan tugas pengawasan atas

penyertaan pada perusahaan anak bukan Bank

yang dikendalikan oleh Bank dan/atau

menduduki jabatan pada 2 (dua) lembaga

nirlaba.

5) Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri atau

bersama-sama tidak memiliki saham melebihi

25% (dua puluh lima persen) dari modal disetor

pada perusahaan lain.

6) Mayoritas anggota Direksi tidak saling memiliki

hubungan keluarga sampai dengan derajat

kedua dengan sesama anggota Direksi,

dan/atau dengan anggota Dewan Komisaris.

7) Direksi telah memiliki pedoman dan tata tertib

kerja yang mencantumkan antara lain

pengaturan etika kerja, waktu kerja, dan rapat.

8) Direksi tidak menggunakan penasehat

perorangan dan/atau jasa profesional sebagai

konsultan kecuali untuk proyek yang bersifat

khusus, telah didasari oleh kontrak yang jelas

meliputi lingkup kerja, tanggung jawab, jangka

waktu pekerjaan, dan biaya, serta konsultan

merupakan Pihak Independen yang memiliki

kualifikasi untuk mengerjakan proyek yang

bersifat khusus.

9) Seluruh anggota Direksi memiliki integritas,

kompetensi, dan reputasi keuangan yang

memadai...

- 11 -

No Kriteria/Indikator Analisis

memadai.

10) Presiden Direktur atau Direktur Utama, berasal

dari pihak yang independen terhadap Pemegang

Saham Pengendali, yaitu tidak memiliki

hubungan keuangan, kepengurusan,

kepemilikan saham, dan hubungan keluarga.

11) Seluruh anggota Direksi telah lulus fit and

proper test dan telah memperoleh surat

persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.

12) Anggota Direksi memiliki kompetensi yang

memadai dan relevan dengan jabatannya untuk

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

serta mampu mengimplementasikan

kompetensi yang dimilikinya dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

13) Anggota Direksi memiliki kemauan dan

kemampuan untuk melakukan pembelajaran

secara berkelanjutan dalam rangka

peningkatan pengetahuan tentang perbankan

dan perkembangan terkini terkait bidang

keuangan/lainnya yang mendukung

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

14) Anggota Direksi membudayakan pembelajaran

secara berkelanjutan dalam rangka

peningkatan pengetahuan tentang perbankan

dan perkembangan terkini terkait bidang

keuangan/lainnya yang mendukung

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya

pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

15) Komposisi Direksi tidak memenuhi ketentuan

karena adanya intervensi pemilik.

B. Governance Process

1) Pengangkatan dan/atau penggantian anggota

Direksi telah memperhatikan rekomendasi

Komite Nominasi atau Komite Remunerasi dan

Nominasi...

- 12 -

No Kriteria/Indikator Analisis

Nominasi dan memperoleh persetujuan dari

RUPS.

2) Direksi telah mengangkat anggota Komite,

didasarkan pada keputusan rapat Dewan

Komisaris.

3) Anggota Direksi tidak memberikan kuasa

umum kepada pihak lain yang mengakibatkan

pengalihan tugas dan fungsi Direksi.

4) Direksi bertanggung jawab penuh atas

pelaksanaan kepengurusan Bank berdasarkan

prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.

5) Direksi mengelola Bank sesuai kewenangan dan

tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam

Anggaran Dasar dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

6) Direksi telah melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya secara independen terhadap

pemegang saham.

7) Direksi telah melaksanakan prinsip-prinsip

Good Corporate Governance dalam setiap

kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan

atau jenjang organisasi.

8) Direksi telah menindaklanjuti temuan audit

dan rekomendasi dari SKAI, auditor eksternal,

dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan,

hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah,

dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.

9) Direksi telah menyediakan data dan informasi

yang akurat, relevan, dan tepat waktu kepada

Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas

Syariah.

10) Pengambilan keputusan rapat Direksi telah

dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat

atau suara terbanyak dalam hal tidak terjadi

musyawarah mufakat.

11) Setiap...

- 13 -

No Kriteria/Indikator Analisis

11) Setiap keputusan rapat yang diambil Direksi

dapat diimplementasikan dan sesuai dengan

kebijakan, pedoman, serta tata tertib kerja yang

berlaku.

12) Direksi telah menetapkan kebijakan dan

keputusan strategis melalui mekanisme rapat

Direksi.

13) Direksi tidak memanfaatkan Bank untuk

kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak

lain yang dapat mengurangi aset atau

mengurangi keuntungan Bank.

14) Direksi tidak mengambil dan/atau menerima

keuntungan pribadi dari Bank selain

remunerasi dan fasilitas lainnya yang

ditetapkan RUPS.

15) Pemilik melakukan intervensi terhadap

pelaksanaan tugas Direksi yang menyebabkan

kegiatan operasional Bank terganggu sehingga

berdampak pada berkurangnya aset Bank

dan/atau berkurangnya keuntungan Bank.

16) Direksi telah menyusun kebijakan Manajemen

Risiko dan strategi kerangka Manajemen Risiko

secara tertulis dan komprehensif dengan

memperhatikan tingkat Risiko yang diambil dan

toleransi Risiko terhadap kecukupan

permodalan. Setelah mendapatkan persetujuan

dari Dewan Komisaris, maka Direksi

menetapkan kebijakan, strategi, dan kerangka

Manajemen Risiko paling kurang 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) tahun atau dalam frekuensi yang

lebih sering dalam hal terdapat perubahan

faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

usaha Bank secara signifikan.

17) Direksi telah menyusun, menetapkan, dan

mengkinikan prosedur dan alat untuk

mengindentifikasi...

- 14 -

No Kriteria/Indikator Analisis

mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan

mengendalikan Risiko.

18) Direksi telah mengevaluasi dan/atau

mengkinikan kebijakan strategi dan kerangka

Manajemen Risiko paling kurang 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) tahun atau dalam frekuensi yang

lebih sering dalam hal terdapat perubahan

faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

usaha Bank, eksposur Risiko dan/atau Profil

Risiko secara signifikan.

19) Direksi bertanggung jawab atas pelaksanaan

kebijakan Manajemen Risiko dan eksposur

Risiko yang diambil oleh Bank secara

keseluruhan.

20) Direksi telah menyusun dan menetapkan

mekanisme persetujuan transaksi, termasuk

yang melampaui limit dan kewenangan untuk

setiap jenjang jabatan.

21) Direksi telah mengevaluasi dan memutuskan

transaksi yang memerlukan persetujuan

Direksi.

22) Direksi telah mengembangkan budaya

Manajemen Risiko pada seluruh jenjang

organisasi.

23) Direksi telah memastikan bahwa fungsi

Manajemen Risiko telah beroperasi secara

independen.

24) Rencana Bisnis Bank telah disusun secara

realistis, komprehensif, terukur (achievable)

dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian

dan responsif terhadap perubahan internal dan

eksternal.

25) Direksi telah mengkomunikasikan rencana

bisnis Bank kepada pemegang saham Bank dan

seluruh jenjang organisasi yang ada pada Bank.

C. Governance...

- 15 -

No Kriteria/Indikator Analisis

C. Governance Outcome

1) Direksi telah mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham

melalui RUPS.

2) Pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan

tugasnya diterima oleh pemegang saham

melalui RUPS.

3) Direksi telah mengungkapkan kebijakan-

kebijakan Bank yang bersifat strategis di bidang

kepegawaian kepada pegawai dengan media

yang mudah diakses pegawai.

4) Direksi telah mengkomunikasikan kepada

pegawai mengenai arah bisnis bank dalam

rangka pencapaian misi dan visi bank.

5) Hasil rapat Direksi telah dituangkan dalam

risalah rapat dan didokumentasikan dengan

baik, termasuk pengungkapan dissenting

opinion secara jelas.

6) Dalam laporan pelaksanaan Good Corporate

Governance, seluruh anggota Direksi telah

mengungkapkan paling kurang:

a) kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima

persen) atau lebih pada Bank yang

bersangkutan maupun pada Bank dan

perusahaan lain yang berkedudukan di

dalam dan di luar negeri;

b) hubungan keuangan dan hubungan

keluarga dengan Pemegang Saham

Pengendali, anggota Dewan Komisaris,

dan/atau anggota Direksi lainnya Bank; dan

c) renumerasi dan fasilitas lainnya.

7) Peningkatan pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan anggota Direksi dalam pengelolaan

Bank yang ditunjukkan antara lain dengan

peningkatan kinerja Bank, penyelesaian

permasalahan...

- 16 -

No Kriteria/Indikator Analisis

permasalahan yang dihadapi Bank, dan

pencapaian hasil sesuai ekspektasi

stakeholders.

8) Peningkatan pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan dari seluruh karyawan Bank pada

seluruh tingkatan atau jenjang organisasi yang

ditunjukkan antara lain dengan peningkatan

kinerja individu sesuai tugas dan tanggung

jawabnya.

9) Peningkatan budaya pembelajaran secara

berkelanjutan dalam rangka peningkatan

pengetahuan tentang perbankan dan

perkembangan terkini terkait bidang

keuangan/lainnya yang mendukung

pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya pada

seluruh tingkatan atau jenjang organisasi yang

ditunjukkan antara lain dengan peningkatan

keikutsertaan karyawan Bank dalam sertifikasi

perbankan dan/atau pendidikan/pelatihan

dalam rangka pengembangan kualitas individu.

10) Pelaksanaan pengawasan secara aktif terhadap

pelaksanaan kebijakan dan strategi Manajemen

Risiko telah dilakukan oleh Direksi dengan

efektif.

11) Kegiatan operasional Bank terganggu dan/atau

memberikan keuntungan yang tidak wajar

kepada pemilik yang berdampak pada

berkurangnya aset Bank dan/atau

berkurangnya keuntungan Bank, akibat

intervensi pemilik terhadap komposisi dan/atau

pelaksanaan tugas Direksi.

12) Bank telah menerapkan Manajemen Risiko

secara efektif, yang disesuaikan dengan tujuan,

kebijakan usaha, ukuran, serta kemampuan

Bank.

13) Rencana...

- 17 -

No Kriteria/Indikator Analisis

13) Rencana Bisnis Bank telah disusun atas kajian

yang komprehensif dengan memperhatikan

peluang bisnis dan kekuatan yang dimiliki Bank

serta mengidentifikasikan kelemahan dan

ancaman (SWOT analysis)

14) Rencana Bisnis Bank telah menggambarkan

pertumbuhan Bank yang berkesinambungan.

3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite

A. Governance Structure

1) Komite Audit

a) Anggota Komite Audit paling kurang terdiri

dari seorang Komisaris Independen, seorang

Pihak Independen yang ahli di bidang

akuntansi keuangan, dan seorang Pihak

Independen yang ahli di bidang perbankan

syariah.

b) Komite Audit diketuai oleh Komisaris

Independen.

c) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi

anggota Komite Audit merupakan Komisaris

Independen.

d) Anggota Komite Audit memiliki integritas

dan reputasi keuangan yang baik.

2) Komite Pemantau Risiko

a) Anggota Komite Pemantau Risiko paling

kurang terdiri dari seorang Komisaris

Independen, seorang Pihak Independen yang

ahli di bidang perbankan syariah, dan

seorang Pihak Independen yang ahli di

bidang Manajemen Risiko.

b) Komite Pemantau Risiko diketuai oleh

Komisaris Independen.

c) Mayoritas anggota Dewan Komisaris yang

menjadi anggota Komite Pemantau Risiko

merupakan...

- 18 -

No Kriteria/Indikator Analisis

merupakan Komisaris Independen.

d) Anggota Komite Pemantau Risiko memiliki

integritas dan reputasi keuangan yang baik.

3) Komite Remunerasi dan Nominasi

a) Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi

paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang

Komisaris Independen dan seorang Pejabat

Eksekutif yang membawahi sumber daya

manusia.

b) Pejabat Eksekutif harus memiliki

pengetahuan dan mengetahui ketentuan

sistem remunerasi dan/atau nominasi serta

succession plan Bank.

c) Komite Remunerasi dan Nominasi diketuai

oleh Komisaris Independen.

d) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi

anggota Komite Remunerasi dan Nominasi

merupakan Komisaris Independen

e) Apabila Bank membentuk Komite tersebut

secara terpisah, maka:

(1) Pejabat Eksekutif anggota Komite

Remunerasi harus memiliki

pengetahuan mengenai sistem

remunerasi Bank; dan

(2) Pejabat Eksekutif anggota Komite

Nominasi harus memiliki pengetahuan

tentang sistem nominasi dan succession

plan Bank.

4) Anggota Komite Audit, Komite Pemantau Risiko,

serta Komite Renumerasi dan Nominasi bukan

merupakan anggota Direksi Bank yang sama

maupun Bank lain.

5) Rangkap jabatan Pihak Independen pada Bank

yang sama, Bank lain dan/atau perusahaan

lain telah memperhatikan kriteria independensi,

kriteria...

- 19 -

No Kriteria/Indikator Analisis

kriteria keahlian, mampu menjaga rahasia

Bank, kode etik, dan pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab sebagai anggota Komite.

6) Seluruh Pihak Independen anggota Komite tidak

memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,

kepemilikan saham, dan/atau hubungan

keluarga dengan Pemegang Saham Pengendali,

anggota Dewan Komisaris, dan/atau anggota

Direksi atau hubungan keuangan dan/atau

hubungan kepemilikan saham dengan Bank,

yang dapat mempengaruhi kemampuannya

untuk bertindak independen.

7) Seluruh Pihak Independen yang berasal dari

mantan anggota Direksi yang berasal dari Bank

yang bersangkutan dan tidak melakukan fungsi

pengawasan yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen

telah menjalani masa tunggu (cooling off) paling

kurang selama 6 (enam) bulan.

8) Rapat Komite Audit dan Komite Pemantau

Risiko paling kurang dihadiri 51% (lima puluh

satu persen) dari jumlah anggota termasuk

Komisaris Independen dan Pihak Independen.

9) Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi, paling

kurang dihadiri 51% (lima puluh satu persen)

dari jumlah anggota termasuk seorang

Komisaris Independen dan Pejabat Eksekutif.

10) Komposisi Komite tidak memenuhi ketentuan

karena adanya intervensi pemilik.

B. Governance Process

1) Komite Audit

Untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan

Komisaris:

a) Komite Audit telah memantau dan

mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan

audit...

- 20 -

No Kriteria/Indikator Analisis

audit serta memantau tindak lanjut hasil

audit dalam rangka menilai kecukupan

pengendalian intern termasuk kecukupan

proses pelaporan keuangan.

b) Komite Audit telah melakukan review

terhadap:

(1) pelaksanaan tugas SKAI;

(2) kesesuaian pelaksanaan audit oleh

Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan

standar audit yang berlaku;

(3) kesesuaian laporan keuangan dengan

standar akuntansi yang berlaku; dan

(4) pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi

atas hasil temuan SKAI, Akuntan Publik,

hasil pengawasan Otoritas Jasa

Keuangan dan/atau hasil pengawasan

Dewan Pengawas Syariah.

c) Komite Audit telah memberikan

rekomendasi penunjukan Akuntan Publik

dan KAP kepada Dewan Komisaris.

2) Komite Pemantau Risiko

Untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan

Komisaris:

a) Komite Pemantau Risiko mengevaluasi

kebijakan dan pelaksanaan Manajemen

Risiko;

b) Komite Pemantau Risiko memantau dan

mengevaluasi pelaksanaan tugas Komite

Manajemen Risiko dan Satuan Kerja

Manajemen Risiko (SKMR).

3) Komite Remunerasi dan Nominasi

Untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan

Komisaris:

a) Komite Remunerasi telah mengevaluasi

kebijakan remunerasi bagi:

(1) Dewan...

- 21 -

No Kriteria/Indikator Analisis

(1) Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah dan telah

disampaikan kepada RUPS;

(2) Pejabat Eksekutif dan pegawai dan telah

disampaikan kepada Direksi.

b) Terkait dengan kebijakan nominasi, Komite

telah menyusun sistem, serta prosedur

pemilihan dan/atau penggantian anggota

Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah untuk disampaikan

kepada RUPS.

c) Komite Nominasi, telah memberikan

rekomendasi calon anggota Dewan

Komisaris, Direksi, dan/atau Dewan

Pengawas Syariah untuk disampaikan

kepada RUPS.

d) Komite Nominasi, telah memberikan

rekomendasi calon Pihak Independen yang

dapat menjadi anggota Komite kepada

Dewan Komisaris.

4) Rapat Komite diselenggarakan sesuai

kebutuhan Bank.

5) Keputusan rapat diambil berdasarkan

musyawarah mufakat atau suara terbanyak

dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat.

6) Hasil rapat Komite merupakan rekomendasi

yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

Dewan Komisaris.

7) Pemilik melakukan intervensi terhadap

pelaksanaan tugas Komite, seperti misalnya

terkait rekomendasi pemberian remunerasi

yang tidak wajar kepada pihak terkait pemilik,

rekomendasi calon Dewan Komisaris/Direksi

yang tidak sesuai dengan prosedur pemilihan

dan/atau penggantian yang telah ditetapkan.

C. Governance...

- 22 -

No Kriteria/Indikator Analisis

C. Governance Outcome

1) Hasil rapat Komite telah dituangkan dalam

risalah rapat dan didokumentasikan dengan

baik, termasuk pengungkapan dissenting

opinions secara jelas.

2) Masing-masing Komite telah melaksanakan

fungsinya sesuai ketentuan yang berlaku

seperti misalnya pemberian rekomendasi sesuai

tugasnya kepada Dewan Komisaris.

4. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Pengawas Syariah

A. Governance Structure

1) Jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah

paling kurang 2 (dua) orang atau paling banyak

50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota

Direksi.

2) Anggota Dewan Pengawas Syariah tidak

memiliki rangkap jabatan sebagai anggota

Dewan Pengawas Syariah kecuali yang telah

ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku

tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah, yaitu paling banyak pada 4

(empat) lembaga keuangan syariah lain.

3) Dewan Pengawas Syariah telah mendapatkan

fasilitas yang layak antara lain ruang kerja,

telepon, dan lemari arsip.

4) Dewan Pengawas Syariah telah memiliki paling

kurang 1 (satu) orang pegawai untuk

mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung

jawabnya.

5) Bank wajib mengajukan calon anggota Dewan

Pengawas Syariah untuk memperoleh

persetujuan Otoritas Jasa Keuangan sebelum

menduduki...

- 23 -

No Kriteria/Indikator Analisis

menduduki jabatannya.

6) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas

Syariah oleh RUPS berlaku efektif setelah

mendapat persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

7) Pengajuan calon anggota Dewan Pengawas

Syariah kepada Otoritas Jasa Keuangan

dilakukan setelah mendapat rekomendasi

Majelis Ulama Indonesia.

8) Seluruh anggota Dewan Pengawas Syariah

memiliki integritas, kompetensi, dan reputasi

keuangan yang memadai.

B. Governance Process

1) Pengangkatan dan/atau penggantian anggota

Dewan Pengawas Syariah telah memperhatikan

rekomendasi Komite Nominasi atau Komite

Remunerasi dan Nominasi dan memperoleh

persetujuan dari RUPS.

2) Dewan Pengawas Syariah telah melaksanakan

tugas dan tanggung jawab sesuai dengan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

3) Dalam rangka melakukan tugas dan tanggung

jawabnya, Dewan Pengawas Syariah telah

memberikan nasihat dan saran kepada Direksi

serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai

dengan prinsip syariah.

4) Dewan Pengawas Syariah telah melaksanakan

tugas dan tanggung jawab yang meliputi antara

lain:

a) menilai dan memastikan pemenuhan prinsip

syariah atas pedoman operasional dan

produk yang dikeluarkan Bank;

b) mengawasi proses pengembangan produk

baru Bank agar sesuai dengan fatwa Dewan

Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;

c) meminta fatwa kepada Dewan Syariah

Nasional...

- 24 -

No Kriteria/Indikator Analisis

Nasional – Majelis Ulama Indonesia untuk

produk baru Bank yang belum ada

fatwanya;

d) melakukan review secara berkala atas

pemenuhan prinsip syariah terhadap

mekanisme penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;

dan

e) meminta data dan informasi terkait dengan

aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam

rangka pelaksanaan tugasnya.

5) Anggota Dewan Pengawas Syariah telah

menyediakan waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

secara optimal.

6) Rapat Dewan Pengawas Syariah telah

diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) bulan.

7) Pengambilan keputusan rapat Dewan

Pengawas Syariah telah dilakukan berdasarkan

musyawarah mufakat.

8) Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah

yang dituangkan dalam risalah rapat

merupakan keputusan bersama seluruh

anggota Dewan Pengawas Syariah.

9) Anggota Dewan Pengawas Syariah tidak

memanfaatkan Bank untuk kepentingan

pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang

dapat mengurangi aset atau mengurangi

keuntungan Bank.

10) Anggota Dewan Pengawas Syariah tidak

mengambil dan/atau menerima keuntungan

pribadi dari Bank selain remunerasi dan

fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.

11) Anggota Dewan Pengawas Syariah tidak

melakukan...

- 25 -

No Kriteria/Indikator Analisis

melakukan rangkap jabatan sebagai konsultan

di seluruh Bank.

C. Governance Outcome

1) Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah

dituangkan dalam risalah rapat dan

didokumentasikan dengan baik, termasuk

pengungkapan dissenting opinions secara jelas.

2) Dewan Pengawas Syariah telah menyampaikan

Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas

Syariah secara semesteran.

3) Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas

Syariah telah disampaikan kepada Otoritas

Jasa Keuangan paling lambat 2 (dua) bulan

setelah periode semester dimaksud berakhir.

4) Dalam laporan pelaksanaan Good Corporate

Governance, seluruh anggota Dewan Pengawas

Syariah paling kurang telah mengungkapkan:

a) rangkap jabatan sebagai Dewan Pengawas

Syariah pada lembaga keuangan syariah

lain.

b) remunerasi dan fasilitas lain

5) Peningkatan pengetahuan, keahlian, dan

kemampuan anggota Dewan Pengawas Syariah

dalam pengawasan kesesuaian kegiatan Bank

dengan prinsip syariah yang ditunjukkan

antara lain dengan peningkatan kinerja Bank

melalui penurunan pelanggaran terhadap

prinsip syariah dan penyelesaian permasalahan

yang terkait dengan pelanggaran terhadap

prinsip syariah.

5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam Kegiatan

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta

Pelayanan Jasa

A. Governance Structure

1) Bank...

- 26 -

No Kriteria/Indikator Analisis

1) Bank telah memiliki anggota Dewan Pengawas

Syariah dalam jumlah yang cukup dan

kompetensi yang memadai.

2) Bank telah memiliki paling kurang 1 (satu)

orang personil di fungsi kepatuhan yang

memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman

tentang operasional perbankan syariah.

3) Bank telah memiliki paling kurang 1 (satu)

orang personil di fungsi audit intern yang

memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman

tentang operasional perbankan syariah.

4) Bank memiliki fungsi pengembangan produk

yang independen terhadap unit bisnis (fungsi

penghimpunan dana, penyaluran dana, dan

pelayanan jasa).

5) Sumber daya manusia di fungsi pengembangan

produk memiliki pengetahuan dan/atau

pemahaman mengenai prinsip syariah dan

produk perbankan secara umum.

6) Sumber daya manusia di unit bisnis

(penghimpunan dana, penyaluran dana, dan

pelayanan jasa) memiliki pengetahuan

dan/atau pemahaman mengenai produk

perbankan syariah yang akan dijualnya.

B. Governance Process

1) Proses pengembangan produk baru telah

memperhatikan fatwa Dewan Syariah Nasional

dan telah mendapat pendapat syariah dari

Dewan Pengawas Syariah

2) Pelaksanaan kegiatan penghimpunan dana,

penyaluran dana, dan pelayanan jasa Bank

telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan

pendapat syariah dari Dewan Pengawas

Syariah.

C. Governance...

- 27 -

No Kriteria/Indikator Analisis

C. Governance Outcome

1) Produk yang dimiliki oleh Bank telah sesuai

dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan

Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan

telah dilengkapi dengan pendapat syariah dari

Dewan Pengawas Syariah.

2) Prosedur pelaksanaan (Standard Operating

Procedures/SOP) dalam penghimpunan dana,

penyaluran dana, dan pelayanan jasa telah

sesuai dengan prinsip syariah.

3) Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas

Syariah telah disampaikan secara semesteran

4) Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan

pemenuhan prinsip syariah telah disampaikan

kepada Dewan Pengawas Syariah.

6. Penanganan Benturan Kepentingan

A. Governance Structure

Bank memiliki kebijakan, sistem dan prosedur

penyelesaian mengenai:

1) benturan kepentingan yang mengikat setiap

pengurus dan pegawai Bank;

2) administrasi, dokumentasi dan pengungkapan

benturan kepentingan dimaksud dalam Risalah

Rapat.

B. Governance Process

Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota

Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat

Eksekutif tidak mengambil tindakan yang dapat

mengurangi aset Bank atau mengurangi

keuntungan Bank.

C. Governance Outcome

1) Benturan kepentingan yang dapat mengurangi

aset Bank atau mengurangi keuntungan Bank

telah diungkapkan dalam setiap keputusan dan

telah...

- 28 -

No Kriteria/Indikator Analisis

telah terdokumentasi dengan baik.

2) Kegiatan operasional bank bebas dari intervensi

pemilik/pihak terkait/pihak lainnya yang dapat

menimbulkan benturan kepentingan yang dapat

merugikan Bank atau mengurangi keuntungan

Bank.

3) Bank berhasil menyelesaikan benturan

kepentingan yang terjadi.

7. Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank

A. Governance Structure

1) Satuan kerja kepatuhan independen terhadap

satuan kerja operasional.

2) Pengangkatan, pemberhentian dan/atau

pengunduran diri Direktur yang membawahkan

Fungsi Kepatuhan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

3) Bank telah menyediakan sumber daya manusia

yang berkualitas pada satuan kerja Kepatuhan

untuk menyelesaikan tugas secara efektif.

B. Governance Process

1) Direktur yang membawahkan Fungsi

Kepatuhan bertugas dan bertanggung jawab

antara lain:

a) memastikan kepatuhan Bank terhadap

ketentuan dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, dengan cara:

(1) menetapkan langkah-langkah yang

diperlukan dengan memperhatikan

prinsip kehati-hatian;

(2) memantau dan menjaga agar kegiatan

usaha Bank tidak menyimpang dari

ketentuan;

(3) memantau dan menjaga kepatuhan

Bank terhadap seluruh perjanjian dan

komitmen...

- 29 -

No Kriteria/Indikator Analisis

komitmen yang dibuat oleh Bank kepada

Otoritas Jasa Keuangan dan lembaga

otoritas yang berwenang;

b) menyampaikan laporan pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab paling kurang secara

triwulanan kepada Direktur Utama dengan

tembusan kepada Dewan Komisaris atau

pihak yang berwenang sesuai struktur

organisasi Bank;

c) merumuskan strategi guna mendorong

terciptanya Budaya Kepatuhan Bank;

d) mengusulkan kebijakan kepatuhan atau

prinsip-prinsip kepatuhan yang akan

ditetapkan oleh Direksi;

e) menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan

yang akan digunakan untuk menyusun

ketentuan dan pedoman internal Bank;

f) memastikan bahwa seluruh kebijakan,

ketentuan, sistem, dan prosedur, serta

kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah

sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

g) meminimalkan Risiko Kepatuhan Bank;

h) melakukan tindakan pencegahan agar

kebijakan dan/atau keputusan yang diambil

Direksi Bank tidak menyimpang dari

ketentuan dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

i) melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait

dengan Fungsi Kepatuhan.

2) Penunjukan Direktur yang membawahkan

Fungsi Kepatuhan telah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

3) Direksi telah:

a) menyetujui kebijakan kepatuhan Bank

dalam...

- 30 -

No Kriteria/Indikator Analisis

dalam bentuk dokumen formal tentang

fungsi kepatuhan yang efektif;

b) bertanggung jawab untuk

mengkomunikasikan seluruh kebijakan,

pedoman, sistem dan prosedur ke seluruh

jenjang organisasi terkait;

c) bertanggung jawab untuk menciptakan

fungsi kepatuhan yang efektif dan permanen

sebagai bagian dari kebijakan kepatuhan

Bank secara keseluruhan.

4) Satuan kerja kepatuhan bertugas dan

bertanggung jawab antara lain:

a) membuat langkah-langkah dalam rangka

mendukung terciptanya Budaya Kepatuhan

pada seluruh kegiatan usaha Bank pada

setiap jenjang organisasi;

b) melakukan identifikasi, pengukuran,

monitoring, dan pengendalian terhadap

Risiko Kepatuhan dengan mengacu pada

peraturan yang berlaku mengenai

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;

c) menilai dan mengevaluasi efektivitas,

kecukupan, dan kesesuaian kebijakan,

ketentuan, sistem maupun prosedur yang

dimiliki oleh Bank dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

d) melakukan review dan/atau

merekomendasikan pengkinian dan

penyempurnaan kebijakan, ketentuan,

sistem maupun prosedur yang dimiliki oleh

Bank agar sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

e) melakukan upaya-upaya untuk memastikan

bahwa...

- 31 -

No Kriteria/Indikator Analisis

bahwa kebijakan, ketentuan, sistem dan

prosedur, serta kegiatan usaha Bank telah

sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perundangan-undangan yang berlaku;

f) melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait

dengan Fungsi Kepatuhan.

C. Governance Outcome

1) Bank telah menyampaikan laporan pokok

pelaksanaan tugas Direktur yang

membawahkan Fungsi Kepatuhan dan laporan

khusus kepada Otoritas Jasa Keuangan dan

pihak terkait.

2) Cakupan laporan pelaksanaan tugas Direktur

yang membawahkan Fungsi Kepatuhan

tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

3) Bank berhasil menurunkan tingkat pelanggaran

terhadap ketentuan yang berlaku.

4) Bank berhasil membangun budaya kepatuhan

dalam pengambilan keputusan dan dalam

kegiatan operasional bank.

8. Penerapan Fungsi Audit Intern

A. Governance Structure

1) Struktur organisasi SKAI Bank telah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2) Bank memiliki Standar Pelaksanaan Fungsi

Audit Intern Bank (Sistem Pengendalian dan

Fungsi Audit Internal), dengan:

a) menyusun Piagam Audit Intern (Internal

Audit Charter);

b) membentuk SKAI;

c) menyusun panduan audit intern.

3) Kelembagaan SKAI independen terhadap satuan

kerja operasional.

4) Bank...

- 32 -

No Kriteria/Indikator Analisis

4) Bank menyediakan sumber daya yang

berkualitas pada SKAI untuk menyelesaikan

tugas secara efektif.

B. Governance Process

1) Direksi bertanggung jawab atas:

a) terciptanya struktur pengendalian intern,

dan menjamin terselenggaranya fungsi audit

intern Bank dalam setiap tingkatan

manajemen;

b) tindak lanjut temuan audit intern Bank

sesuai dengan kebijakan dan arahan

Dewan Komisaris.

2) Bank menerapkan fungsi audit intern secara

efektif pada seluruh aspek dan unsur kegiatan

yang secara langsung diperkirakan dapat

mempengaruhi kepentingan Bank dan

masyarakat.

3) Bank melakukan kaji ulang secara berkala atas

efektifitas pelaksanaan kerja SKAI dan

kepatuhannya terhadap Sistem Pengendalian

dan Fungsi Audit Internal oleh pihak eksternal

setiap tiga tahun.

4) Rencana pemeriksaan SKAI Bank, kecukupan

ruang lingkup pemeriksaan serta kedalaman

pemeriksaan telah memadai.

5) Tidak terdapat penyimpangan dalam realisasi

atas rencana pemeriksaan SKAI Bank.

6) Bank merencanakan dan merealisasikan

peningkatan mutu keterampilan sumber daya

manusia secara berkala dan berkelanjutan.

7) SKAI telah melakukan fungsi pengawasan

secara independen dengan cakupan tugas yang

memadai dan sesuai dengan rencana,

pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit.

8) SKAI telah melaksanakan tugas sekurang-

kurangnya...

- 33 -

No Kriteria/Indikator Analisis

kurangnya meliputi penilaian:

a) kecukupan Sistem Pengendalian Intern

Bank;

b) efektivitas Sistem Pengendalian Intern Bank;

c) kualitas kinerja.

9) SKAI telah melaporkan seluruh temuan hasil

pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku.

10) SKAI telah memantau, menganalisis dan

melaporkan perkembangan tindak lanjut

perbaikan yang dilakukan auditee.

11) SKAI telah menyusun dan mengkinikan

pedoman kerja serta sistem dan prosedur untuk

melaksanakan tugas bagi auditor intern secara

berkala sesuai ketentuan dan perundangan

yang berlaku.

C. Governance Outcome

1) Direksi bertanggung jawab atas tersedianya

laporan kegiatan pelaksanaan fungsi audit

intern Bank kepada RUPS.

2) Temuan-temuan pemeriksaan SKAI telah

ditindaklanjuti dan tidak terjadi temuan yang

berulang.

3) SKAI bertindak obyektif dalam melakukan

audit.

4) Fungsi audit intern telah dilaksanakan secara

memadai dengan memperhatikan antara lain:

a) Program audit telah mencakup keseluruhan

unit kerja yang pelaksanaannya

mempertimbangkan tingkat risiko pada

masing-masing unit kerja.

b) Program audit dan ruang lingkup audit

telah memadai sesuai dengan prinsip-

prinsip Sistem Pengendalian dan Fungsi

Audit Internal antara lain terpenuhinya

independensi, objektivitas, tidak ada

pembatasan...

- 34 -

No Kriteria/Indikator Analisis

pembatasan dalam cakupan dan ruang

lingkup audit intern.

c) Terpenuhinya jumlah dan kualitas auditor

intern.

9. Penerapan Fungsi Audit Ekstern

A. Governance Structure

Penugasan audit kepada Akuntan Publik dan KAP

sekurang-kurangnya memenuhi aspek-aspek:

1) kapasitas KAP yang ditunjuk;

2) legalitas perjanjian kerja;

3) ruang lingkup audit;

4) standar profesional akuntan publik; dan

5) komunikasi Otoritas Jasa Keuangan dengan

KAP dimaksud.

B. Governance Process

1) Dalam pelaksanaan audit laporan keuangan

Bank, Bank menunjuk Akuntan Publik dan KAP

yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

2) Penunjukan Akuntan Publik dan KAP yang

sama oleh Bank telah sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3) Penunjukan Akuntan Publik dan KAP terlebih

dahulu memperoleh persetujuan RUPS

berdasarkan rekomendasi dari Komite Audit

melalui Dewan Komisaris.

4) Akuntan Publik dan KAP yang ditunjuk, mampu

bekerja secara independen, memenuhi standar

profesional akuntan publik dan perjanjian kerja

serta ruang lingkup audit yang ditetapkan.

5) Akuntan Publik telah melakukan komunikasi

dengan Otoritas Jasa Keuangan mengenai

kondisi Bank yang diaudit dalam rangka

persiapan dan pelaksanaan audit.

6) Akuntan Publik telah melaksanakan audit

secara...

- 35 -

No Kriteria/Indikator Analisis

secara independen dan profesional.

7) Akuntan Publik telah melaporkan hasil audit

dan Management Letter kepada Otoritas Jasa

Keuangan.

C. Governance Outcome

1) Hasil audit dan management letter telah

menggambarkan permasalahan bank yang

signifikan dan disampaikan secara tepat waktu

kepada Otoritas Jasa Keuangan oleh KAP yang

ditunjuk.

2) Cakupan hasil audit paling kurang sesuai

dengan ruang lingkup audit sebagaimana diatur

dalam ketentuan yang berlaku.

3) Auditor bertindak obyektif dalam melakukan

audit.

10. Batas Maksimum Penyaluran Dana

A. Governance Structure

Bank telah memiliki kebijakan, sistem dan

prosedur tertulis yang memadai untuk penyediaan

dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana

besar, berikut monitoring dan penyelesaian

masalahnya.

B. Governance Process

1) Bank telah secara berkala mengevaluasi dan

mengkinikan kebijakan, sistem dan prosedur

dimaksud agar disesuaikan dengan ketentuan

dan perundang-undangan yang berlaku.

2) Terdapat proses yang memadai untuk

memastikan penyediaan dana kepada pihak

terkait dan penyediaan dana dalam jumlah

besar telah sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

3) Pengambilan keputusan dalam penyediaan

dana diputuskan manajemen secara

independen tanpa intervensi dari pihak terkait

dan...

- 36 -

No Kriteria/Indikator Analisis

dan/atau pihak lainnya.

C. Governance Outcome

1) Penerapan penyediaan dana oleh Bank kepada

pihak terkait dan/atau penyediaan dana besar

telah:

a) memenuhi ketentuan yang berlaku tentang

Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)

dan memperhatikan prinsip kehati-hatian

maupun perundang-undangan yang

berlaku;

b) memperhatikan kemampuan permodalan

dan penyebaran/diversifikasi portofolio

penyediaan dana.

2) Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1)

telah disampaikan secara berkala kepada

Otoritas Jasa Keuangan secara tepat waktu.

11. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan,

Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance

dan Pelaporan Internal

A. Governance Structure

1) Bank memiliki kebijakan dan prosedur

mengenai tata cara pelaksanaan transparansi

kondisi keuangan dan non keuangan.

2) Bank wajib menyusun Laporan Pelaksanaan

Good Corporate Governance pada setiap akhir

tahun buku dengan cakupan sesuai ketentuan

yang berlaku.

3) Tersedianya pelaporan internal yang lengkap,

akurat, dan tepat waktu yang didukung oleh

SIM yang memadai.

4) Terdapat sistem informasi yang handal yang

didukung oleh sumber daya manusia yang

kompeten dan security system Teknologli

Informasi (TI) yang memadai.

B. Governance...

- 37 -

No Kriteria/Indikator Analisis

B. Governance Process

1) Bank telah mentransparansikan kondisi

keuangan dan non-keuangan kepada

stakeholders termasuk mengumumkan Laporan

Keuangan Publikasi triwulanan dan

melaporkannya kepada Otoritas Jasa Keuangan

atau stakeholders sesuai ketentuan yang

berlaku.

2) Bank mentransparansikan informasi produk

Bank sesuai ketentuan yang berlaku tentang

Transparansi Informasi Produk Bank dan

Penggunaan Data Pribadi Nasabah, antara lain:

a) informasi secara tertulis mengenai produk

Bank yang memenuhi persyaratan minimal

sebagaimana ditentukan;

b) Petugas Bank (Customer Service dan

Marketing) telah menjelaskan informasi-

informasi produk kepada nasabah;

c) informasi produk yang disampaikan sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya;

d) Bank telah menyampaikan kepada nasabah

jika terdapat perubahan-perubahan

informasi produk;

e) informasi-informasi produk dapat terbaca

dengan jelas dan dapat dimengerti;

f) Bank memiliki layanan informasi produk

yang dapat diperoleh dengan mudah oleh

masyarakat;

g) Bank telah menjelaskan tujuan dan

konsekuensi penyebaran data pribadi

tersebut kepada nasabah;

h) nasabah yang data pribadinya

disebarluaskan telah memberikan

persetujuan atas pemberian data pribadinya

tersebut.

3) Bank...

- 38 -

No Kriteria/Indikator Analisis

3) Bank mentransparansikan tata cara pengaduan

nasabah dan penyelesaian sengketa kepada

nasabah sesuai ketentuan yang berlaku tentang

Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan.

4) Bank menyusun dan menyajikan laporan

dengan tata cara, jenis dan cakupan

sebagaimana diatur dalam ketentuan yang

berlaku tentang Transparansi Kondisi

Keuangan.

5) Bank telah menyusun Laporan Pelaksanaan

Good Corporate Governance dengan isi dan

cakupan sekurang-kurangnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

6) Dalam hal Laporan Pelaksanaan Good Corporate

Governance tidak sesuai dengan kondisi Bank

yang sebenarnya, Bank segera menyampaikan

revisi secara lengkap kepada Otoritas Jasa

Keuangan, dan bagi Bank yang telah memiliki

homepage wajib mempublikasikannya pula

pada homepage Bank.

7) Dalam hal terdapat perbedaan Peringkat Faktor

Good Corporate Governance dalam hasil

penilaian (self assessment) pada Laporan

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank

dengan hasil penilaian pelaksanaan Good

Corporate Governance oleh Otoritas Jasa

Keuangan, Bank:

a) Paling kurang melakukan revisi terhadap

Peringkat Faktor Good Corporate Governance

dan Definisi Peringkat hasil penilaian (self

assessment) dimaksud kepada publik

melalui Laporan Keuangan Publikasi pada

periode yang terdekat;

b) Segera menyampaikan revisi hasil penilaian

(self assessment) Good Corporate Governance

Bank...

- 39 -

No Kriteria/Indikator Analisis

Bank secara lengkap kepada Otoritas Jasa

Keuangan, dan bagi Bank yang telah

memiliki homepage wajib

mempublikasikannya pula pada homepage

Bank.

C. Governance Outcome

1) Laporan Tahunan telah disampaikan Bank

secara lengkap dan tepat waktu kepada

pemegang saham dan sekurang-kurangnya

kepada:

a) Otoritas Jasa Keuangan;

b) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI);

c) Lembaga Pemeringkat di Indonesia;

d) Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional

(Perbanas);

e) 1 (satu) lembaga penelitian di bidang

ekonomi dan keuangan;

f) 1 (satu) majalah ekonomi dan keuangan.

2) Transparansi laporan telah dilakukan secara

tepat waktu dengan cakupan sesuai ketentuan

pada homepage Bank, meliputi:

a) Laporan Tahunan (keuangan dan non-

keuangan);

b) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan

sekurang-kurangnya dalam 1 (satu) surat

kabar berbahasa Indonesia yang memiliki

peredaran luas di tempat kedudukan kantor

pusat Bank.

3) Laporan Pelaksanaan Good Corporate

Governance telah mencerminkan kondisi Bank

yang sebenarnya atau sesuai hasil penilaian

(self assessment) Bank yang paling kurang

mencakup:

a) Kesimpulan Umum dari hasil self

assessment...

- 40 -

No Kriteria/Indikator Analisis

assessment atas pelaksanaan Good

Corporate Governance Bank;

b) kepemilikan saham, hubungan keuangan,

hubungan keluarga, dan rangkap jabatan

anggota Dewan Komisaris;

c) kepemilikan saham, hubungan keuangan,

dan hubungan keluarga anggota Direksi;

d) rangkap jabatan sebagai anggota Dewan

Pengawas Syariah pada lembaga keuangan

syariah lainnya;

e) struktur komite, keanggotaan komite, dan

keahlian anggota komite;

f) daftar konsultan, penasihat atau yang

dipersamakan dengan itu yang digunakan

oleh Bank;

g) kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya

bagi anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan

Dewan Pengawas Syariah;

h) rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;

i) frekuensi rapat Dewan Komisaris;

j) frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah;

k) jumlah penyimpangan (internal fraud) yang

terjadi dan upaya penyelesaian oleh Bank;

l) jumlah permasalahan hukum dan

penyelesaian oleh Bank;

m) transaksi yang mengandung benturan

kepentingan;

n) buy back shares dan/atau buy back obligasi

Bank;

o) penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik

jumlah maupun pihak penerima dana; dan

p) pendapatan non halal dan penggunaannya.

4) Laporan Pelaksanaan Good Corporate

Governance telah disampaikan secara lengkap

dan tepat waktu, kepada pemegang saham dan

kepada...

- 41 -

No Kriteria/Indikator Analisis

kepada:

a) Otoritas Jasa Keuangan;

b) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI);

c) Lembaga Pemeringkat di Indonesia;

d) Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional

(Perbanas);

e) 1 (satu) lembaga penelitian di bidang

ekonomi dan keuangan;

f) 1 (satu) majalah ekonomi dan keuangan.

5) Laporan pelaksanaan Good Corporate

Governance telah disajikan dalam homepage

secara tepat waktu.

6) Mediasi dalam rangka penyelesaian pengaduan

nasabah Bank dilaksanakan dengan baik.

7) Bank menerapkan transparansi informasi

mengenai produk dan penggunaan data pribadi

nasabah.

Kesimpulan:

Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria/indikator penilaian tersebut di

atas, disimpulkan bahwa:

A. Governance Structure

- Faktor-faktor positif aspek governance structure Bank adalah ....

- Faktor-faktor negatif aspek governance structure Bank adalah ....

B. Governance Process

- Faktor-faktor positif aspek governance process Bank adalah ....

- Faktor-faktor negatif aspek governance process Bank adalah ....

C. Governance Outcome

- Faktor-faktor positif aspek governance outcome Bank adalah ....

- Faktor-faktor negatif aspek governance outcome Bank adalah ....

Ditetapkan...

berkualitas...

- 42 -

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 11 Juni 2014

KEPALA EKSEKUTIF

PENGAWAS PERBANKAN,

Ttd.

NELSON TAMPUBOLON

Salinan sesuai dengan aslinya

DIREKTUR HUKUM 1

DEPARTEMEN HUKUM,

Ttd.

TINI KUSTINI