rancang bangun cyber extension budidaya dan … · multimedia untuk memfasilitasi diseminasi...
TRANSCRIPT
RANCANG BANGUN CYBER EXTENSION BUDIDAYA DAN
AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Averrhoa carambola L.)
IMAM FEBRIAN ISMAIL
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Cyber
Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa Carambola L.)
adalah benar karya saya dengan arahan dari Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng
dan Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Imam Febrian Ismail
NIM F14100099
ABSTRAK
IMAM FEBRIAN ISMAIL. Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan
Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa carambola L.). Dibimbing oleh
BAMBANG PRAMUDYA dan MOHAMAD SOLAHUDDIN.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan rancang bangun cyber extension
untuk komuditas belimbing. Metode ini meliputi identifikasi masalah, sumber
pengetahuan pencarian, akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan dan
rancang bangun sistem cyber extension. Sistem ini dibangun dengan
menggunakan beberapa tahapan yang meliputi tahapan analisis, desain dan
implementasi. Hasil dari penelitian sistem cyber extension budidaya dan agribisnis
belimbing ini terdiri dari modul konsultasi seperti infomasi jenis varietas
belimbing, pengendalian hama dan penyakit, pengetahuan budidaya, analisis
usaha tani, kondisi iklim dan informasi harga belimbing. Prototipe sistem telah
diimplementasikan dengan menggunakan PHP dan MySQL, kinerja sistem telah
berjalan dengan baik. Pengujian kinerja sistem dilakukan pada petani belimbing di
Kota Depok.
Kata kunci: belimbing, cyber extension
ABSTRACT
IMAM FEBRIAN ISMAIL. Design of Cyber Extension for Cultivcation and
Agribusiness of Dewa Starfruit (Averrhoa carambola L.). Supervised by
BAMBANG PRAMUDYA and MOHAMAD SOLAHUDDIN.
The purpose of this study is to develop a cyber extension for starfruit
commodities. This method includes the identification of the problem, searching
source of knowledge, knowledge acquisition, knowledge representation and
design cyber system extension. The system was built using several stages which
includes the stages of analysis, design and implementation. The results of this
research by cyber extension system agribusiness for starfruit cultivation consist of,
consultation modules for information starfruit varieties, for controlling pest and
disease, cultivation knowlegdes, economical analysis for farming, climatic
conditions and starfruit information price. The prototype system has been
implemented using PHP and MySQL and running properly in web base. The
system performed test is located on starfruit farmers in Depok.
Key words: starfruit, cyber extension
RANCANG BANGUN CYBER EXTENSION BUDIDAYA DAN
AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Averrhoa carambola L.)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
IMAM FEBRIAN ISMAIL
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian berjudul
“Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa
(Averrhoa carambola L.)” dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Desember
2014. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng selaku dosen pembimbing utama
tugas akhir yang selalu memberi arahan dan masukan.
2. Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi selaku dosen pembimbing kedua tugas
akhir yang juga selalu memberi arahan dan masukan.
3. Dr Liyantono STP, MAgr dan Supriyanto STP, MKom yang sudah banyak
memberikan masukan untuk penelitian ini dalam diskusi rutin Lab TBI.
4. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril dan
spiritual demi kebaikan penulis.
5. Erlin, Dian, Rosma, Fachri, Aulya, dan Andre yang senantiasa menemani,
memberi dukungan dan menjadi tempat berbagi.
6. Amri, Bili dan Verari selaku teman satu bimbingan yang senantiasa
bekerjasama dan saling mendukung dan memberi semangat untuk
menyelesaikan penelitian ini.
7. Teman diskusi Lab TBI 47, Danang, Tio, Aidil, Fajardo, Made, Alvin, atas
saran, kritik dan arahan mengenai pembangunan basis data dan web.
8. Semua teman-teman TMB 47 yang selalu memberikan doa dan semangat
untuk penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan
kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidangnya.
Bogor, Mei 2015
Imam Febrian Ismail
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
METODE 6
Tempat dan Waktu 6
Alat dan Bahan 6
Metode Penelitian 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 34
DAFTAR PUSTAKA 34
DAFTAR TABEL
1 Jenis varietas belimbing di Indonesia 16 2 Biaya investasi selama 3 tahun 23
3 Biaya pegeluaran alat 23
DAFTAR GAMBAR
1 Belimbing dewa 3 2 Tahapan pendekatan sistem (Eriyanto 1999) 4
3 Tahapan penelitian 7 4 Tahapan budidaya 11 5 Skema diagnosa dan pengendalian penyakit 12 6 Contoh daun belimbing yang terserang penyakit bercak daun 12 7 Diagram pohon keputusan pengendalian penyakit 13 8 Skema pengendalian hama 13 9 Contoh serangan hama 14 10 Proses pemetikan dan indeks kematangan belimbing 14 11 Proses pembersihan dan sortasi 15 12 Pengguna cyber extension 16 13 Desain basis data relasional sistem 17 14 Desain antarmuka sistem 17 15 Rancangan use case diagram pada sistem 18
16 Halaman utama sistem 19 17 Tampilan awal halaman analisis usaha tani 20 18 Tampilan setelah dimasukan data 21 19 Tampilan hasil analisis usaha tani 22 20 Dialog sistem teknologi budidaya 24
21 Tampilan halaman budidaya 24 22 Tampilan awal informasi varietas 25 23 Tampilan hasil informasi jenis 26 24 Halaman awal pengendalian hama 27 25 Halaman penjelasan pengendalian hama 27
26 Halaman awal diagnosa penyakit 28 27 Dialog sistem diagnosa penyakit 28 28 Halaman hasil sistem pengendalian penyakit 29
29 Penanganan pasca panen 29 30 Contoh tampilan halaman penanganan pasca panen 30 31 Prakiraan cuaca 30 32 Kontak petani pengepul 31
33 Kontak petani pengepul 31 34 Halaman utama forum 32 35 Halaman membuat topik baru 32 36 Halaman membalas topik 33
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belimbing dewa (Averrhoa carambola L) merupakan komoditas
agroindustri yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Depok. Kegiatan
pengembangan agroindustri belimbing dewa ini telah berjalan sejak tahun 2006 di
Kota Depok, kemudian pada tahun 2009 belimbing dewa dicanangkan menjadi
ikon resmi Kota Depok. Kegiatan pengembangan dilakukan dengan didirikannya
pusat pemasaran buah dan olahan belimbing dewa dan ditetapkannya Kelurahan
Pasir Putih, di Kecamatan Sawangan, Kota Depok sebagai kawasan Primatani
Agrowisata Belimbing. Namun, hingga saat ini belum ada pusat informasi yang
mudah untuk diakses oleh masyarakat umum serta pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pengembangan agroindustri belimbing dewa tersebut.
Internet merupakan sarana teknologi terpopuler dan banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi secara cepat dan praktis. Salah
satu peran teknologi di bidang pertanian adalah media informasi yang diberikan
petani menjadi lebih bervariasi dan juga lebih menarik. Dengan adanya teknologi
informasi di bidang pertanian maka kegiatan penyuluhan pertanianpun menjadi
lebih beragam. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan
pelaku pertanian serta kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi serta
pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi, salah satu solusi
yang ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan
pengetahuan pertanian adalah pemanfaatan teknologi informasi untuk penyuluhan
pertanian yang dikenal dengan sebutan cyber extension yang merupakan
penggunaan jaringan online, computer dan digital interactive multimedia untuk
memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian dan komunikasi antar pengguna
sistem.
Penyuluhan adalah salah satu faktor penentu di bidang pertanian,
penyuluhan pertanian pada umumnya merupakan pendidikan non formal atau
proses penyampaian informasi tentang pertanian, yang didapatkan melalui
pendidikan formal atau pengalaman langsung kepada komunitas petani. Peranan
dan fungsi penyuluhan pertanian dewasa ini memerlukan berbagai penyesuaian
selaras dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan teknologi.
Cyber extension mampu meningkatkan aksesibilitas petani terhadap
informasi pasar dan teknologi pertanian. Manfaat cyber extension yang dirasakan
langsung oleh petani adalah dapat dimanfaatkan untuk sarana komunikasi, akses
informasi, dan promosi hasil usaha tani (Mulyandari et al. 2010a). Cyber
extension juga merupakan sistem yang mampu menjadi pendorong mekanisme
pengelolaan, penyebaran, pendokumentasian, pencarian kembali, sinergisasi
inovasi pertanian yang dibutuhkan para pelaku pembangunan pertanian sehingga
dapat mendukung pengembangan inovasi yang berkelanjutan (Mulyandari 2005).
Sedangkan sarana teknologi informasi yang biasa dan paling banyak digunakan
oleh petani untuk memanfaatkan cyber extension mendukung kegiatan usaha tani
adalah telepon genggam. Sementara komputer yang terkoneksi ke jaringan
internet merupakan sarana teknologi informasi yang masih belum banyak
dimanfaatkan oleh petani. Hal ini disebabkan di antaranya oleh sifat komputer
2
yang terkoneksi ke jaringan internet yang masih dianggap sebagai sarana
teknologi informasi yang penggunaannya membutuhkan tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sarana teknologi informasi dan komunikasi
lainnya. Bahan alternatif solusi untuk petani adalah dengan penggunaan fitur SMS
(short message service) dari telepon seluler.
Pengembangan sistem kerja cyber extension merupakan salah satu
mekanisme pengembangan jaringan komunikasi inovasi pertanian yang
terprogram secara efektif. Cyber extension perlu diimplementasikan untuk
mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan
diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders
lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk
informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling
melengkapi (Mulyandari et al. 2010b). Dengan demikian diharapkan dengan
operasionalnya cyber extension dapat mendukung program revitalisasi penyuluhan
khususnya dalam melaksanakan “pengembangan kerjasama dan jejaring kerja
penyuluhan pertanian dengan instansi terkait”.
Penelitian terdahulu yang terkait diantaranya adalah Rancang Bangun
Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintahan Daerah Kota
Depok (Kautsar 2011). Sistem ini diperuntukan bagi masyarakat umum untuk
memberikan informasi terpadu terkait pengembangan agroindustri belimbing
dewa yang dibangun sebagai sistem infomasi berbasis web hanya dengan 5 paket
informasi. Kelima informasi itu adalah informasi budidaya, informasi pemasaran,
informasi industri, informasi rekayasa proses dan informasi ilmiah. Maka dari itu,
informasi yang dapat diterima petani masih kurang karena terbatasnya informasi
yang diberikan. Oleh karena itu, Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan
Agribisnis Belimbing Dewa dilakukan dengan penambahan sistem informasi
seperti analisis usaha tani, jenis varietas belimbing, informasi cuaca, informasi
hama dan penyakit yang semua sistem tersebut berbasis web. Selain itu cyber
extension ini dirancang secara user-friendly agar pengguna sistem mudah
menggunakannya. Penelitian yang terkait lainnya adalah Sistem Konsultasi
Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum L.) (Supriyanto 2011), Analisis
Usaha tani dan Faktor-Faktor Produksi Belimbing Dewa Kota Depok (Ahmad
2011), Keanekaragaman Varietas Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.) di
Kebun Plasma Nuftah Tumbuhan dan Hewan Depok (Priadi 2011).
Berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan tersebut maka sistem cyber
extension untuk budidaya dan agribisnis belimbing dewa perlu dibangun, dengan
memanfaatkan infrastruktur di dinas pertanian setempat untuk menjadi media
konsultasi, penyuluhan dan diseminasi ilmu pengetahuan teknologi untuk petani.
Perumusan Masalah
Pengembangan teknologi informasi di Kota Depok sangat dibutuhkan oleh
para petani untuk mempermudah akses informasi pertanian terbaru, komunikasi
dengan ahli di bidang budidaya belimbing dewa dan promosi hasil budidaya
belimbing dewa dalam bentuk aplikasi terpadu online. Aplikasi tersebut dikemas
dalam suatu sistem cyber extension.
3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yaitu melakukan rancang bangun cyber extension
untuk komoditas belimbing dewa, melakukan rancang bangun sistem input data
terkini yang dapat dijangkau secara luas oleh pengguna tanpa batasan ruang dan
waktu.
TINJAUAN PUSTAKA
Belimbing Dewa
Belimbing dewa merupakan salah satu varian dari belimbing manis
(Averrhoa carambola L.). Averrhoa carambola termasuk ke dalam keluarga
Oxalidacea (Gambar 1). Sebagain besar anggota keluarga Oxalidacea merupakan
tanaman herbal. Berdasarkan taksonomi tumbuhan tanaman belimbing manis
secara lengkap diklarifikasikan sebagai berikut (Sunarjono 2004):
1. Kerajaan : Plantae
2. Divisi : Magnoliophyta
3. Kelas : Magnoliopsida
4. Ordo : Oxalidales
5. Keluarga : Oxalidacea
6. Genus : Averrhoa
7. Spesies : A.carambola
Gambar 1 Belimbing dewa (Crop C 2013)
Di dalam The Columbia Encylclopedia dijelaskan bahwa Averrhoa
carambola adalah buah gemuk berwarna jingga yang memiliki banyak kandungan
asam oksalat yang menyebabkan rasa masam, getah pohon ini biasa digunakan
untuk menghilangkan pewarna pada pakaian atau bahan lain.
Pendekatan Sistem
Marimin (2004) menjelaskan bahwa pendekatan sistem adalah suatu
pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik
tolak analisis. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan dari sistem
ilmiah dalam manajemen. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk
4
pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu
masalah dalam kerangka sistem.
Pendekatan sistem diperlukan karena semakin lama semakin dirasakan
interdependensi dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem. Masalah-
masalah yang dihadapi pada saat ini tidak lagi sederhana dan dapat menggunakan
peralatan yang menyangkut satu disiplin saja, tetapi memerlukan peralatan yang
lebih komprehensif, yang dapat mengindentifikasi dan memahami berbagai aspek
dari suatu permasalahan dan dapat mengarahkan pemecahan secara menyeluruh
(Marimin 2005).
Pendekatan sistem dapat dilakukan dengan menggunakan komputer atau
tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi, adanya komputer memudahkan
penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem. Penggunaan komputer
dalam pendekatan sistem terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah
yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-
interaksi yang mempengaruhi (Gambar 2).
Gambar 2 Tahapan pendekatan sistem (Eriyanto 1999)
5
McLeod (2007), menjelaskan bahwa para pengembang sistem perlu
melakukan beberapa tahapan dengan urutan tertentu jika proyek ingin berhasil
dengan baik. Tahap-tahapnya adalah:
1. Perencanaan
2. Analisis
3. Desain
4. Implementasi
5. Penggunaan
Menurut Marimin et al. (2006), pengembangan sistem dilakukan dengan
menggunakan metode Sytem Development Life Cycle (SDLC) atau dapat juga
dilakukan dengan pendekatan prototyping. SDLC merupakan sebuah metodologi
dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka
kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan
pengembangan sistem.
Cyber Extension dan Diseminasi Teknologi Pertanian
Cyber extension menurut Mulyandari (2010) adalah mekanisme pertukaran
informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya dibalik
interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension
merupakan penggunaan jaringan online, komputer, dan digital interactive
multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini sangat
strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas
penyuluh, baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para manajer
penyuluhan.
Cyber extension juga merupakan salah satu mekanisme komunikasi inovasi
pertanian yang dapat difungsikan untuk mempertemukan lembaga penelitian,
pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik,
petani dan kelompok stakeholder lainnya yang masing-masing memiliki
kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat
berperan secara sinergis dan saling melengkapi (Mulyandari et al. 2010b).
Berdasarkan hasil penelitian Tjitroptranoto (2005) mengungkapkan bahwa
kegiatan diseminasi yang biasa dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkan teknologi baru, misalnya melalui ceramah,
pameran dan percontohan, yang bisa dilakukan melalui alat bantu berupa film atau
video yang menggambarkan bagaimana menerapkan teknologi baru, sehingga
dalam mendiseminasikan teknologi pertanian diperlukan media komunikasi dalam
penyebarannya. Selain itu, kegiatan diseminasi ini serupa dengan kegiatan
penyuluhan pertanian yang selama ini dilakukan oleh penyuluh pertanian. Melalui
pendekatan ini, dapat diharapkan bahwa sikap terhadap teknologi baru yang
diperkenalkan akan tumbuh secara positif. Meskipun demikian perlu dipahami
bahwa tumbuhnya sikap tidak dapat terjadi dalam waktu cepat, waktu yang relatif
lama disertai dengan upaya pertumbuhan berulang-ulang akan menghasilkan sikap
yang positif terhadap teknologi yang diperkenalkan, yang kemudian akan diikuti
dengan kemantapan dalam adopsi teknologinya.
Lebih lanjut, Tjitroptranoto (2005) menyatakan bahwa diseminasi teknologi
pertanian yang baik akan menghasilkan umpan balik terhadap teknologi dan
penumbuhan kebutuhan lebih lanjut tentang teknologi pertanian. Selain untuk
6
keperluan diseminasi, pendekatan tersebut di atas juga bermanfaat untuk
memperoleh umpan balik dan identifikasi masalah dan kebutuhan petani akan
teknologi pertanian.
Permasalahan yang umum terjadi dalam proses adopsi inovasi pertanian
menurut (Mulyandari et al. 2010a) adalah lambatnya adopsi teknologi oleh petani.
Hal tersebut disebabkan diantaranya oleh: (a) sulitnya informasi sampai ke petani
karena infrastrukturnya terbatas; (b) petani tidak memahami informasi yang
diterimanya; (c) petani sulit menerapkan inovasi karena keterbatasan sumberdaya
yang tersedia; (d) petani belum melihat manfaat dan dampak positif dari inovasi
yang diintroduksi; (e) sifat petani yang cenderung tidak mau ambil risiko dalam
menerapkan inovasi; dan (f) tidak mudah mengubah perilaku petani yang
berkaitan dengan kebiasaan dalam melaksanakan usaha taninya.
Sistem Kerja Cyber Extension
Mekanisme cyber agricultural extension sudah mulai diterapkan di banyak
negara dalam tahun-tahun ini sebagai suatu mekanisme penyaluran informasi yang
dapat diupayakan untuk mencukupi keterbatasan petani di pedesaan terhadap
informasi yang dibutuhkannya. Sebuah sistem cyber extension memfokuskan pada
keseluruhan pengembangan usaha tani termasuk produksi, manajemen, pemasaran,
dan kegiatan pembangunan pedesaan lainnya. Dengan demikian, konsep cyber
extension adalah model komunikasi dan penjelasan apa saja yang dapat berkaitan
dengan model ini, sebagai komunikasi cyber (cyber communication) telah
dirasakan kebutuhannya dapat menjelaskan kerangka kerja untuk kajian tentang
komunikasi internet. Model komunikasi cyber extension mengumpulkan atau
memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang
berbeda maupun yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai
dengan teks dan ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan
kepada seluruh masyarakat desa khususnya petani semacam papan pengumuman
(bulletin board) pada kios atau pusat informasi pertanian. Keuntungan yang
potensial dari komunikasi cyber extension adalah ketersediaan yang secara terus
menerus, kekayaan, informasi (informasi nyaris tanpa batas), jangkauan wilayah
internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima,
bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Adekoya
2007).
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Depok, dengan melibatkan Dinas Pertanian
dan Perikanan Kota Depok dan kegiatan wawancara dengan petani belimbing
dewa di Kota Depok, selain itu penelitian dilaksakan di Laboratorium Teknik
Bioinformatika Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Lama penelitian
terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2014.
7
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni seperangkat komputer
personal, piranti lunak DBMS (DataBase Management System) yakni MySQL,
piranti lunak untuk analisis dan perhitungan yakni Ms. Excel 2010, piranti lunak
untuk pembangunan aplikasi berbasis web yaitu antara lain Dreamweaver,
XAMPP, bahasa pemrograman PHP dan Web Browser.
Bahan
Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini data-data sekunder
bersumber dari pustaka berupa buku, tulisan populer, jurnal ilmiah, literatur, dan
hasil studi lapangan pada petani penghasil belimbing dewa di Depok.
Metode Penelitian
Adapun metodologi untuk pengembangan sistem cyber extension adalah
dengan menggunakan tahapan pendekatan sistem menurut Eriyanto (1999) yang
dimodifikasi sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
No
Yes
Gambar 3 Tahapan penelitian
Stop
Laporan
Diseminasi
Pengujian
Analisis Sistem
Perancangan Sistem
- Data Belimbing
- Proses
- Pengakses Informasi - User Interface
- Basis Data
- Program
Identifikasi masalah
Studi Pustaka
Studi Lapangan
Start
Wawancara
- Informasi Belimbing
- Penggunaan Program
- Basis Data
8
Tahap identifikasi masalah meliputi tahap pemilihan masalah dan
identifikasi tujuan yang telah diungkapkan pada tujuan dan perumusan masalah.
Informasi didapat langsung dari petani belimbing di Kota Depok. Tahap studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data
sekunder yang berasal dari instansi-instansi yang terkait dengan pengembangan
agroindustri belimbing dewa di Kota Depok, selain itu juga dengan mempelajari data
dan informasi yang terdapat pada sumber rujukan dan literatur yang berhubungan
dengan komoditas belimbing dewa serta pengembangan sistem informasi.
Tahap studi lapang dilakukan dengan mengunjungi lokasi budidaya belimbing
dewa di Kota Depok untuk melakukan wawancara guna mengetahui kebutuhan sistem
serta arah pengembangan sistem yang dilakukan. Wawancara dilakukan kepada
pejabat terkait di lingkungan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok khususnya
sub bidang tanaman pangan dan holtikurtura, pengurus PKPBDD, serta petani
belimbing dewa Kota Depok.
Tahap analisis sistem ini akan dilakukan analisa terhadap data-data apa saja
yang akan dibutuhkan guna menunjang penelitian ini dan kemudian akan dilakukan
analisa terhadap proses yang berjalan serta keluaran informasi yang dibutuhkan.
Tahap perancangan sistem pada tahap ini akan dirancang sebuah sistem dengan
menggunakan pemodelan visual web guna mendapatkan gambaran sistem yang baru
serta dilanjutkan dengan pembuatan database.
Tahap pengujian berguna untuk pengujian sistem yang telah dibuat agar
mendapatkan kesalahan-kesalahan pada sistem sehingga sistem tersebut dapat
diperbaiki guna terciptanya sistem yang maksimal.
Tahap diseminasi sistem ini dilakukan dalam rangka melakukan perkenalan
sistem, meminta masukan dari petani dan menyusun rencana tindak lanjut
pengembangan sistem. Pada kegiatan diseminasi dihadiri oleh petani belimbing
langsung yang melakukan budidaya belimbing dewa di Kota Depok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Masalah
Tuntutan kebutuhan dan memperoleh informasi pertanian dapat berpengaruh
positif terhadap keberdayaan petani. Artinya tuntutan kebutuhan informasi
berpengaruh terhadap upaya untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan
usaha tani, khususnya perbaikan dalam hal merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan mengatasi masalah agribisnis (Tamba 2007).
Pada saat ini petani membutuhkan akses terhadap berbagai infomasi
pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produk lainnya. Infomasi
peningkatkan produksi dan mutu mencakup teknologi usaha tani. Teknologi usaha
tani yang berarti bagaimana cara melakukan pekerjaan usaha tani, didalamnya
termasuk cara-cara bagaimana petani menyebar benih, pupuk, pestisida,
memelihara tanaman hingga memanen hasil tanaman. Informasi-informasi
tersebut dibutuhkan dan harus dapat diakses oleh petani agar petani menjadi
berdaya (Tamba 2007).
Dalam penyampaian informasi pertanian, penyuluh pertanian memiliki
peranan yang sangat penting karena penyuluh pertanian sangat dekat dengan
petani. Petani dapat berkonsultasi langsung dengan penyuluh pertanian untuk
9
mendapatkan informasi-informasi terkait kegiatan budidaya dan agribisnis
belimbing. Namun kenyataan di lapangan masih terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan kurang efektifnya kegiatan penyuluhan. Faktor internal yaitu faktor-
faktor yang terjadi karena kesalahan penyuluh pertanian seperti umur, pendidikan,
pengalaman bekerja sebagai penyuluh, keinovatifan, komunikasi yang kurang,
intensitas pemanfaatan multimedia penyuluhan, wawasan yang minim, intensitas
interaksi dengan sumber informasi hingga sikap profesionalisme penyuluh.
Sedangkan faktor eksternal adalah ketersediaan kelembagaan penyuluhan, sarana
komunikas yang terjangkau serta dukungan lembaga pelayanan penyuluh.
Analisis Kebutuhan Pengetahuan
Tujuan dari kegiatan analisis kebutuhan pengetahuan adalah untuk
mengiidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan oleh petani belimbing. Kegiatan
ini dilakukan dengan metode peninjauan dan pengamatan langsung. Pengamatan
dilakukan di kebun belimbing dewa yang ada di Kota Depok. Kegiatan agribisnis
merupakan kegiatan pertanian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil. Adapun
kegiatan agribisnis belimbing tidak lepas dari kegiatan-kegiatan berikut :
1. Analisis usaha tani
2. Informasi cuaca
3. Informasi varietas unggul
4. Pengendalian hama dan penyakit
5. Pemanfaatan teknologi budidaya
6. Penanganan pasca panen
7. Informasi harga pasar
Pelaksanaan kegiatan budidaya pertanian merupakan cara penting sebagai
usaha mengoptimalisasi hasil pertanian. Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan
informasi agar pelaku agribisnis dalam hal ini petani dapat mengadopsi dan
meningkatkan produksi pertaniannya dengan baik.
Akuisisi Pengetahuan
Teknik yang digunakan dalam akuisisi pengetahuan adalah dengan
melakukan diskusi informal untuk mendiskusikan tentang kegiatan agribisnis.
Selain menggali pengetahuan dari petani pada tahapan ini juga dilakukan
observasi lapangan mengenai kegiatan pertanian belimbing dalam rangka
menggali permasalahan lapangan. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani
belimbing adalah serangan hama dan penyakit. Selanjutnya pengetahuan yang
diperoleh didokumentasikan untuk menjawab keluhan-keluhan petani di lapangan.
Tahap selanjutnya, pengetahuan ditransformasikan menjadi pengetahuan eksplisit
agar dapat digunakan dalam membagun sistem cyber extension. Pengetahuan-
pengetahuan yang besumber dari buku, laporan dan hasil penelitian terdahulu
selanjutnya ditransformasi menjadi pengetahuan yang dapat menunjang kegiatan
agribisnis di lapangan.
10
Representasi Pengetahuan
Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi kemudian direpresentasikan
untuk membentuk basis pengetahuan. Metode representasi pengetahuan yang
digunakan dalam cyber extension ini disesuaikan dengan masing-masing
pengetahuan yang diperoleh. Pengetahuan disusun menjadi rule-rule yang
digunakan dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah penjelasan mengenai
teknik representasi pengetahuan dari masing-masing sistem yang dibangun dalam
penelitian ini :
Teknik Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani merupakan tahapan perhitungan secara teliti terhadap
kebutuhan ekonomi pada kegiatan agribisnis belimbing dewa. Pada penelitian ini
analisis usaha tani tidak mengakomodir adanya inflasi dan efek kenaikan harga
barang yang menyebabkan biaya produksi meningkat. Analisis usaha tani pada
sistem ini dihitung dengan asumsi sebagai berikut :
1. Analisis usaha tani dihitung untuk satu musim tanam
2. Luas lahan yang dimiliki
3. Estimasi harga jual belimbing
4. Parameter lainnya sebagai penunjang basis perhitungan
Komponen biaya produksi yang diperhitungkan dalam analisis usaha tani
adalah biaya persiapan lahan, biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya
pemeliharaan, biaya pengendalian hama penyakit, biaya pemanenan dan biaya-
biaya lain yang terkait. Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan, keuntungan,
nilai benefit cost ratio (B/C ratio), dan titik impas.
Cara perhitungan keuntungan dalam usaha tani adalah dengan
mengurangkan total pendapatan dengan total biaya produksi yang telah ditambah
dengan bunga 12% selama setahun, untuk perhitungan nilai benefit cost ratio (B/C
ratio) adalah dengan pembagian total pendapatan dengan total biaya produksi
sedangkan untuk titik impas/break event point dibagi menjadi dua perhitungan
yaitu untuk menghitung BEP harga dan BEP produksi, untuk perhitungan BEP
harga nilai total biaya produksi dibagi dengan produktivitas dalam hal ini adalah
jumlah bibit yang ditanam, hal ini dilakukan untuk menentukan harga tiap per
kilogramnya untuk mendapatkan titik impas sedangkan menghitung BEP produksi
total biaya produksi dibagi dengan estimasi harga jual belimbing, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai produksi guna mencapai titik impas.
Pengetahuan Teknologi Budidaya
Representasi pengetahuan teknologi budidaya adalah dengan membuat
hierarki pohon. Tahapan-tahapan budidaya akan dikelompokan sesuai kategorinya,
kemudian pengguna akan memilih penjelasan untuk mendapatkan informasi.
Gambar 4 merupakan kegiatan budidaya belimbing yang meliputi kegiatan
penyiapan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pengendalian OPT, pembungkusan
buah, pemupukan hingga pemanenan.
11
Gambar 4 Tahapan budidaya
Pada setiap tahapan diperlukan pemeliharaan yang spesifik sehingga perlu
dilakukan manajemen yang baik. Mulai dari perencanaan produksi sampai dengan
panen dan pasca panen, selain itu perlu diperhatikan pula adanya potensi serangan
hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman. Terdapat beberapa serangan
yang mungkin akan muncul pada setiap fase, sehingga perlu adanya
penanggulangan yang efektif dan efisien.
Diagnosa dan Pengendalian Penyakit
Diagnosa penyakit yang menyerang belimbing merupakan kegiatan dalam
budidaya pertanian yang membutuhkan pengetahuan yang baik. Berbagai gejala
yang menyerang dapat dikenali dengan ciri-ciri fisik tanaman. Ciri-ciri tersebut
dapat dilihat pada bagian akar, batang, daun dan buah. Penyebab penyakit dapat
berupa virus , bakteri dan jamur (Gambar 5). Pengendalian hama dan penyakit
dapat dilakukan baik secara mekanis dan kimia. Pemanfaatan bahan kimia tentu
akan meninggalkan residu pestisida yang digunakan pada saat pengendalian
penyakit. Sementara pengendalian secara mekanis tidak akan banyak membantu
saat serangan penyakit sudah meluas.
Perancangan Usaha
Pemilihan
Lokasi
Analisis
Kebutuhan
Pemasaran
Panen dan Pasca Panen
Mulai
Selesai
Persiapan Lahan
Kegiatan Budidaya
Penanaman Pengendalian
OPT Pemupukan
12
Terserang
Gambar 5 Skema diagnosa dan pengendalian penyakit
Jenis penyakit yang sering menyerang tanaman belimbing adalah penyakit
bercak daun. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora averrhoae yang
dapat menimbulkan bercak-bercak klorofil pada daun. Bercak-bercak klorofil
berbentuk bulat dan kecil. Gejala yang timbul adalah ada bercak-bercak bulat dan
kecil-kecil pada anak daun putih keabuan, daun menguning dan daun rontok dan
hal ini dapat mengganggu pertumbuhan buah belimbing itu sendiri terlihat pada
Gambar 6.
Gambar 6 Contoh daun belimbing yang terserang penyakit bercak daun
Pada saat pengguna konsultasi dengan sistem, maka sistem akan
memberikan jawaban berdasarkan pengetahuan yang disimpan. Teknik
representasi pengetahuan yang digunakan adalah dengan menggunakan diagram
pohon. Diagram pohon ini menjadi dasar untuk menetukan basis aturan pada
sistem yang dibangun (Gambar 7).
Tananaman
Belimbing
Daun Batang
Akar
Buah dan
bunga
Penyakit
Mekasnis
Kimiawi
Pengendalian Bakteri
Virus
Cendawan
Penyebab
Bagian Tanaman
13
Gambar 7 Diagram pohon keputusan pengendalian penyakit
Identifikasi dan Penanggulangan Hama
Langkah identifikasi hama adalah cara yang efektif untuk mengenal
berbagai macam jenis hama yang dapat merusak tanaman. Selanjutnya pelaku
agribisnis akan mengenal hama yang menyerang dan akan menentukan strategi
penanggulangan. Penanggulangan dapat dilakukan secara hayati, kimiawi dan
mekanik atau fisik (Gambar 8).
Jenis
Gambar 8 Skema pengendalian hama
Permukaan daun tertutup
warna hitam dan daun rontok
Bercak daun oleh cendawan
Cercospora Averrhoae Bercak daun oleh
cendawan Capnodium Sp
Gejala penyakit
tanaman belimbing
Gejala terjadi pada
bagian daun
Bercak membulat dan kecil-kecil pada
anak daun, menguning dan daun rontok
Tanaman
Belimbing Hama
Aphis
Jamur
Manual
Kimiawi
Codot
Ulat
Pengendalian Memilih
Pestisida
14
Terdapat berbagai jenis hama yang dapat menyerang tanaman belimbing
diantaranya ulat daun, lalat buah, Aphis Sp, codot dan jamur upas (Gambar 9).
Pengguna sistem diberikan pengetahuan berupa gambar yang berisi ciri-ciri
penyakit yang menyerang dan gejala serta akibat yang ditimbulkan oleh hama,
Setelah itu pengguna akan mendapatkan penjelasan mengenai penanggulangan
untuk pengendalian hama yang mengganggu tanaman.
Gambar 9 Contoh serangan hama kutu daun (Crop C 2013)
Pengetahuan Penanganan Panen dan Pasca Panen
Pemetikan adalah proses yang dilakukan paling pertama saat proses panen
belimbing. Belimbing yang sudah memasuki umur panen sektar 60-90 hari dapat
dipetik tanpa menggunakan pisau ataupun gunting. Pemetikan hanya dilakukan
dengan cara diputar. Biasanya klasifikasi umur buah yang termasuk kedalam 60
hari itu untuk pemasaran di supermarket, kemudian untuk untuk yang 90 hari
biasa dijual kepada para penjual buah tradisional atau penjual jus. Cara
memetiknya, buah dipetik satu persatu dengan memotong tangkainya dengan
pisau tajam atau gunting pangkas yang bersih. Banyaknya jumlah belimbing yang
dipetik per hari sesuai dengan kondisi kebutuhan pasar, baik pasar tradisional,
pasar modern bahkan pesanan perseorangan.
Gambar 10 Indeks kematangan belimbing (Dinas Pertanian Depok 2010)
Setelah proses pemetikan, belimbing yang sudah dipetik diletakan di dalam
kotak atau biasa disebut dengan tray. Kemudian belimbing yang masih dibungkus
kertas atau plastik yang digunakan saat masih berada di pohonnya, dibuka dan
dibersihkan menggunakan kain lap hingga kotoran-kotoran yang berada di
permukaan belimbing tersebut hilang. Buah belimbing yang sudah dibersihkan,
dikelompokan menjadi beberapa kelompok pemutuan. Dalam sortasi belimbing di
15
Kota Depok masih menggunakan cara manual dalam pengelompokan. Pemutuan
atau grading terbagi menjadi grade A, grade B, dan yang terakhir adalah grade C
(Gambar 10). Dalam proses pembagian kelompok-kelompok pemutuan tersebut
hanya indikator berat saja yang menggunakan alat, untuk warna dan ukuran masih
menggunakan cara manual dengan menggunakan indera penglihatan dari para
petani belimbing tersebut dengan mengikuti indikator warna belimbing (Gambar
11). Menurut Dinas Pertanian Kota Depok yang mengacu pada standart oprasional
belimbing dewa organik dibagi dalam beberapa indikator pengukuran berat, grade
A memiliki syarat harus memiliki berat > 250 g, kemudian grade B memiliki
syarat harus memiliki berat 150 g < Grade B < 250 g, dan untuk grade C
memiliki syarat harus memiliki berat <150 g.
Gambar 11 Proses pembersihan dan sortasi
Informasi Harga Pasar
Informasi harga pasar diperoleh dari data di lapangan yang bersumber dari
Dinas Pertanian Kota Depok. Informasi ini akan bersifat dinamis dan dapat
diperbarui secara berkala oleh pengelolah web. Informasi harga pasar ini berisi
harga jual tingkat pasar dan harga tingkat petani. Harga tingkat pasar adalah harga
belimbing yang sudah dilakukan wrapping, untuk satu kemasan belimbing yang
sudah dalam bentuk wrapping biasanya dihargai Rp 10 000. Sedangkan harga
tingkat petani adalah harga belimbing yang belum di wrapping dan biasanya harga
belimbing yang belum di wrapping dihargai Rp 6 000. Wrapping adalah
pengemasan belimbing. Informasi harga ini diambil dari rata-rata tiap bulannya.
Informasi Cuaca
Informasi prakiran cuaca yang ditampilkan dalam sistem ini didapatkan
secara online, hal ini dilakukan untuk menjamin informasi tentang cuaca harian
yang valid dan sesuai dengan prakiraan cuaca BMKG (Badan Meterologi,
Klimatologi dan Geofisika).
Informasi Varietas Belimbing
Tanaman belimbing merupakan tanaman hasil kebun yang telah
dibudidayakan oleh masyarakat lokal di Indonesia. Belimbing manis memiliki
banyak varietasnya (Tabel 1). Menurut data dari Direktorat Budidaya buah-
buahan Dirjen Hortikultura Deptan menjelaskan ada 8 varietas unggul maupun
non unggul yaitu Bangkok, Demak, Malaya, Penang, Rawasari, Sembiring, Filipin
16
dan yang sangat diminati oleh masyarakat yakni belimbing Dewa. Setiap varietas
memiliki perbedaan bentuk buah, daun dan bunga.
Tabel 1 Jenis varietas belimbing di Indonesia
No Nama Varietas Asal Tanaman Keterangan
1 Bangkok Thailand Unggul
2 Demak Jawa Tengah Bukan Unggul
3 Dewa Depok Unggul
4 Malaya Malaysia Unggul
5 Penang Malaysia Bukan Unggul
6 Rawasari Rawasari Bukan Unggul
7 Sembiring Sumatra Utara Bukan Unggul
8 Filipin Filipina Bukan Unggul
Analisis dan Desain Sistem
Pengguna sistem cyber extension budidaya dan agribisnis belimbing dewa
ini adalah semua orang yang mebutuhkan informasi seputar cara pembudidayaan
dan agribisnis belimbing dewa. Pengguna utama dari sistem yang dibangun
diantaranya adalah lembaga penelitian, petani, pemerintah kota, masyarakat,
penyuluh pertanian, admin, knowledge engineer, dan pakar. Pakar dan praktisi
pertanian yang akan menambahkan pengetahuan informasi harus melalui admin
terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang dimasukkan ke dalam
sistem adalah pengetahuan valid (Gambar 12).
Gambar 12 Pengguna cyber extension
Basis
data
Internet
Server
Pemerintah
Petani
Masyarakat
Admin
17
Desain Basis Data
Desain basis data relasional menggambarkan secara konseptual relasi obyek-
obyek data yang akan diimplementasikan untuk menyimpan informasi-informasi
yang terdapat di dalam sistem. Gambar 13 menunjukkan desain dari basis data
relasional yang dikembangkan pada sistem.
Gambar 13 Desain basis data relasional sistem
Desain Antar Muka
Desain antarmuka sistem yang terlihat pada Gambar 14 ini merupakan
halaman utama yang akan tampil saat diakses oleh pengguna sistem. Antarmuka
dibuat sesederhana mungkin agar dapat diakses dengan mudah oleh pengguna
sistem terutama oleh petani. Secara konseptual antarmuka utama terdiri dari
header, menu utama, halaman utama, menu kanan dan footer.
Gambar 14 Desain antarmuka sistem
18
Rancangan Fungsional Sistem
Diagram use case pada Gambar 15 ini menggunakan hubungan antara
pengguna dengan sistem cyber extension. Pengguna dapat mengakses sesuai
dengan level akses yang disediakan di dalam sistem. Pengguna umum dapat
mengakses menu-menu di dalam sistem sementara administrator dapat melakukan
perubahan konten apabila diperlukan.
Gambar 15 Rancangan use case diagram pada sistem
Informasi Jenis
Varietas
Teknologi
Budidya
Pasca Panen
Pengendalian
Hama
Pengendalian
Penyakit
Analisis
Usaha tani
Informasi Harga
Pasar
Informasi Cuaca
Login
1. Update Berita
2. Halaman admin
3. Update Pengetahuan
Petani
UMasyarakat
Admin
19
Implementasi Sistem
Sistem cyber extension budidaya dan agribisnis belimbing dewa ini
diimplemetasikan dengan menggunakan bahasa pemograman PHP dan basis data
(database) MySQL. PHP dan MySQL dipilih karena ketangguhannya mendukung
pemograman yang berbasis object oriented. PHP digunakan untuk membangun
interface dari sistem ini. Sementara MySQL digunakan sebagai penyimpan basis
data dan basis pengetahuan. Instalasi sitem dilakukan dengan mengkonfigurasikan
sistem ke dalam server, sehingga dapat diakses secara online.
Gambar 16 Halaman utama sistem
Menu-menu utama sistem terdiri dari : informasi varietas belimbing,
pengendalian hama, pengendalian penyakit, teknologi budidaya belimbing, pasca
panen, analisis usaha tani, prakiraan cuaca. Menu-menu tersebut akan dijelaskan
secara detail sebagai berikut :
Halaman Analisis Usaha Tani
Pada halaman ini, pegguna harus memasukkan beberapa nilai perhitungan
biaya pemasukan dan biaya pengeluaran guna mendapatkan hasil analisis, untuk
biaya pemasukan pengguna harus memasukan nilai luas lahan dan estimasi harga
jual belimbing yang nantinya akan menjadi parameter perhitungan analisis dan
untuk biaya pengeluaran pengguna sistem memasukan beberapa harga barang
yang digunakan untuk usaha tani mulai dari bibit hingga peralatan pertanian yang
akan digunakan yang terlihat pada Gambar 17.
20
Gambar 17 Tampilan awal halaman analisis usaha tani
21
Gambar 18 Tampilan setelah dimasukan data
Setelah pengguna mengisikan parameter seperti pada Gambar 18, data
dibutuhkan untuk basis perhitungan, maka pengguna sistem dapat melihat hasil
analisis. Analisis usaha tani yang berupa total pendapatan, B/C ratio, dan Break
event point (BEP). Total pendapatan merupakan hasil perhitungan produktivitas
(ton/ha) dikali luasan lahan (ha), sementara B/C ratio adalah perbandingan antara
pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan. Artinya jika B/C ratio > 1 maka
kegiatan bisnis menguntungkan, sebaliknya jika B/C ratio < 1 maka bisnis rugi
atau tidak menguntungkan.
BEP terdiri dari 2 jenis yaitu BEP harga dan BEP produksi. BEP harga
adalah harga minimal yang harus didapatkan oleh petani belimbing untuk
mendapatkan titik impas (balik modal). Sementara BEP produksi merupakan
gambaran basis produksi minimal yang didapatkan untuk mencapai titik impas.
Parameter tersebut menjadi dasar analisis layak atau tidaknya suatu usaha.
22
Gambar 19 Tampilan hasil analisis usaha tani
Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 19 yang dilakukan oleh sistem maka
didapatkan total pendapatan adalah sebesar Rp 200 000 000 dengan keuntungan
Rp 121 720 000. B/C rasio dari hasil perhitungan adalah 2.55 yang artinya dengan
modal Rp 78 280 000 usaha agribisnis akan memperoleh hasil penjualan 2.55 kali
lipat nilai modal yang dikeluarkan. BEP Harga adalah sebesar Rp. 1 957 / kg dan
BEP Produksi 15 656 kg yang artinya jika dengan modal usaha Rp 78 280 000
dan harga cabai Rp 1 957 dan produksi 15 656 kg secara perhitungan usaha anda
telah mencapai titik impas.
Perhitungan pada sistem ini adalah perhitungan saat tanaman belimbing
sudah menjadi pohon yang siap berbuah, untuk mendapatkan perhitungan
pengeluaran yang rinci maka perhitungan pengeluaran usaha belimbing harus
dihitung saat tanaman belimbing dari bibit sampai pohon siap berbuah. Jangka
waktu tanaman belimbing dari bibit hingga pohon adalah 2.5-3 tahun dan dalam
jangka waktu tersebut pengeluaran belimbing akan terlihat pada halaman hasil
analisis usaha tani. Perhitungan pengeluaran biaya selama 3 tahun tersebut
mengikuti parameter yang telah dimasukkan dan terlihat pada Tabel 2 dan 3.
23
Tabel 2 Biaya investasi selama 3 tahun
Sarana Produksi Harga (Rp) Jumlah
Bibit
Dosis Jumlah
Pemakaian
Jumlah (Rp)
Bibit 35 000 400 0 0 14 000 000
Pupuk NPK
(kg/pohon)
2 500 400 1.21 18 21 780 000
Pupuk Kandang
(kg/pohon)
1 000 400 25 9 90 000 000
Pestisida
(liter/pohon
170 000 400 0.005 144 48 960 000
Tenaga Kerja
(upah)
1 500 000 0 4 36 216 000 000
Sewa Lahan 3 000 000 0 0 36 108 000 000
Jumlah Pengeluaran 498 740 000
Tabel 3 Biaya pegeluaran alat
Alat
Harga Jumlah
Barang
Umur Teknis
(tahun)
Jumlah Penyusustan
Cangkul 70 000 4 4 280 000 23 333
Parang 75 000 3 3 225 000 25 000
Garu 50 000 2 4 100 000 8 333
Gunting
Stek
50 000 4 3 200 000 22 222
Golok 50 000 3 4 150 000 12 500
Sprayer 400 000 2 5 800 000 53 333
Keranjang 20 000 10 1 200 000 66 667
Tangga 200 000 4 5 800 000 53 333
Jumlah Pengeluaran 2 755 000 264 722
Total Pengeluaran Rp 501 759 722
Pengeluaran usaha tani dikelompokan menjadi 2 biaya yaitu biaya tunai dan
biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani selama
kegiatan usaha tani berlangsung dari pengolahan hingga dijual kepada tengkulak
atau dijual sendiri, sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan
oleh petani dalam bentuk nilai tunai.
Halaman Teknologi Budidaya Sesuai SOP
Dalam rangka mendukung pengembangan agribisnis belimbing di Kota
Depok, maka dalam operasionalisasinya pemerintah Kota Depok juga serius
melaksanakan pengembangan program belimbing dewa. Belimbing dewa
diharapkan juga dapat menjadi salah satu komoditas buah unggulan Kota Depok,
bahkan telah dikukuhkan sebagai salah satu maskot Kota Depok. Saat ini sudah
cukup banyak petani belimbing di Depok yang ingin memproduksi belimbing
organik, sejalan dengan hal tersebut maka untuk memberikan informasi
disusunlah Standar Operasional Prosedur (SOP) Belimbing Dewa Organik –
Depok Organik (PONIK).
24
Pada halaman ini pengguna sistem dapat menemukan informasi seputar cara
berbudidaya belimbing sesuai SOP dengan cara memilih permasalahan yang akan
ditanyakan (Gambar 20), kemudian sistem akan memberikan jawaban sesuai
dengan pemilihan pertanyaan yang digunakan oleh pengguna sistem.
Gambar 20 Dialog sistem teknologi budidaya
Setelah pengguna memilih permasalahan maka sistem akan memberikan
rekomendasi terhadap permasalahan yang diajukan dalam hal ini informasi
mengenai budidaya belimbing dewa sesuai dengan SOP (Gambar 21). Hasil yang
dikeluarkan sistem diharapkan menjadi acuan petani dalam kegiatan budidaya.
Gambar 21 Tampilan halaman budidaya
Halaman Informasi Varietas Belimbing
Pada halaman ini pengguna sistem akan mendapatkan informasi mengenai
jenis varietas belimbing yang ada di Indonesia. Informasi yang didapat mulai dari
asal tanaman, ciri fisik tanaman dan informasi perbandingan antara jenis satu
dengan yang lainnya (Gambar 22).
25
Gambar 22 Tampilan awal informasi varietas
Setelah pengguna memilih halaman ini, pengguna sistem akan melihat 8
jenis varietas belimbing yang ada di Indonesia (Gambar 23). Pengguna dapat
memilih salah satu varietas untuk mendapatkan informasi mengenai belimbing
tersebut. Setelah pengguna memilih gambar belimbing maka sistem akan
memberikan hasil seputar informasi mengenai jenis varietas belimbing tersebut.
26
Gambar 23 Tampilan hasil informasi jenis
Halaman Pengendalian Hama
Halaman ini diimplementasikan dengan memberikan pilihan kepada
pengguna, hama apa yang menyerang di lahan dengan melihat ciri-ciri serangan
hama yang menyerang tanaman. Ciri-ciri fisik itu yang menjadi dasar diagnosa,
jenis hama apa yang menyerang tanaman tersebut (Gambar 24).
Untuk memudahkan pengguna sistem dalam melakukan konsultasi,
pengguna diberikan ilustrasi gambar hama yang kemungkinan menyerang. Untuk
melakukan konsultasi, pengguna sistem harus membuka halaman pengendalian
hama. Selanjutnya pengguna memilih gambar hama yang sekiranya menyerang
tanaman belimbing. Setelah itu sistem akan memberikan penjelasan mengenai
ciri-ciri serangan dan teknik penanggulangan hama tersebut.
27
Gambar 24 Halaman awal pengendalian hama
Setelah memilih hama, pengguna sistem akan mendapatkan penjelasan
tentang hama tersebut dan cara penanggulangnya. Rekomendasi yang dihasilkan
sistem bersifat umum (Gambar 25). Pengguna harus memilih jenis pestisida yang
digunakan dalam pengendalian hama. Pengguna diberikan kebebasan memilih
apakah akan menggunakan teknik kimiawi, biologi atau mekanis untuk
pengendalian hama tersebut.
Gambar 25 Halaman penjelasan pengendalian hama
28
Halaman Pengendalian Penyakit
Pada halaman pengendalian penyakit diimplementasikan dengan
memberikan pilihan kepada pengguna sistem. Gejala-gejala ditanyakan secara
bertahap mengikuti alur diagnosa. Proses ini dimulai dengan memilih serangan
yang terlihat di bagian tanaman dalam hal ini bagian akar, daun, batang dan buah.
Selanjutnya pengguna sistem akan ditanyakan lebih lanjut untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan.
Gambar 26 Halaman awal diagnosa penyakit
Gambar 27 Dialog sistem diagnosa penyakit
29
Gambar 26 dan 27 merupakan proses repserentasi pengetahuan yang
disimpan pada basis pengetahuan pengendalian penyakit. Diagram pohon yang
menjadi basis pengetahuan dalam mengarahkan pengguna sistem ke jawaban yang
diinginkan. Pada Gambar 7 diagram pohon menggambarkan ciri-ciri penyakit
yang sedang dihadapi oleh petani.
Setelah pengguna sistem menyelesaikan pertanyaan dengan sitem maka
pengguna sitem akan mendapatkan hasil diagnosa dan rekomendasi pengendalian
penyakit yang sedang dialami oleh tanaman belimbing (Gambar 28).
Gambar 28 Halaman hasil sistem pengendalian penyakit
Halaman Pasca Panen
Pada halaman ini diimplementasikan dalam bentuk informasi mengenai
teknik-teknik atau metode dalam penanganan pasca panen buah belimbing.
Pengguna sistem akan memilih kategori pengetahuan yang dibutuhkan dalam
penanganan pasca panen belimbing (Gambar 29).
Gambar 29 Penanganan pasca panen
Pemilihan kategori pasca panen ini berisikan informasi terkait mengenai
pasca panen. Rekomendasi penanganan pasca panen dijelaskan secara jelas dan
mudah dimengerti oleh pengguna sistem yang terlihat pada Gambar 30.
30
Gambar 30 Contoh tampilan halaman penanganan pasca panen
Halaman Cuaca Harian
Halaman ini merupakan informasi cuaca harian yang disediakan bagi
pengguna untuk mengetahui prakiraan cuaca harian untuk suatu lokasi. Prakiran
cuaca yang ditampilkan dalam sistem ini didapatkan secara online, hal ini
dilakukan untuk menjamin informasi tentang cuaca harian valid dan sesuai dengan
prakiraan cuaca BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika).
Pengguna cukup mengisi nama daerah pengguna di kolom search setelah itu akan
terlihat hasil prakiraan cuaca daerah tersebut (Gambar 31).
Gambar 31 Prakiraan cuaca
Informasi Harga Pasar
Halaman informasi harga pasar merupakan informasi seputar harga
belimbing dewa tingkat petani dan harga tingkat pasar. Pada halaman ini
31
pengguna akan melihat perbedaan harga belimbing yang terjadi setiap bulannya
(Gambar 32). Data yang ditampilkan merupakan data pada tahun 2014 terhitung
dari bulan Januari sampai Desember dan data tersebut bersumber dari Dinas
Pertanian Kota Depok.
Gambar 32 Kontak petani pengepul
Kontak
Halaman kontak ini adalah informasi seputar kontak petani pengepul yang
ada di setiap kecamatan. Kegiatan pengepulan hasil panen belimbing dewa ini
dilakukan oleh setiap kelompok tani di Kota Depok (Gambar 33). Hasil panen
belimbing tersebut dikumpulkan di ketua kelompok tani masing-masing di setiap
kecamatan yang nantinya hasil tersebut akan dipasarkan, namun ada juga petani
yang menjual langsung hasil panennya. Halaman ini berfungsi untuk memberikan
informasi seputar petani pengepul kepada pengguna cyber yang bertujuan pembeli
dapat menghubungi langsung petani untuk membeli belimbing secara langsung.
Gambar 33 Kontak petani pengepul
32
Forum
Pada halaman forum ini dibuat bertujuan untuk membangun interaksi antara
pengguna cyber satu dengan yang lainnya yang berguna untuk mempermudah
pengguna cyber mendapatkan informasi lebih jelas yang didapat langsung dari
pengguna cyber lainnya. Pengguna cyber dapat melakukan diskusi dengan terlebih
dahulu membuat topik sesuai dengan keinginan pengguna. Setelah topik dibuat
pengguna cyber lainnya dapat langsung mengomentari atau menjawab pertanyaan
yang ada di forum yang terlihat pada Gambar 34 dan 35.
Gambar 34 Halaman utama forum
Gambar 35 Halaman membuat topik baru
Setelah pengguna membuat topik baru dalam forum maka pengguna cyber
lainnya dapat melihat topik tersebut di halaman depan forum dan pengguna cyber
lainnya dapat memberikan komentar seputar pertanyaan yang telah ada di
halaman depan forum yang terlihat pada Gambar 36.
33
Gambar 36 Halaman membalas topik
Diseminasi Sistem Cyber Extension
Diseminasi sitem cyber extension dilaksanakan oleh petani belimbing di
Depok. Diseminasi ini dilakukan agar adanya masukan dari petani dan menyusun
tindak lanjut perkembangan sistem sekaligus memperkenalkan sistem cyber
extension ini kepada petani. Dalam melakukan proses ini maka dilakukanlah
kegiatan-kegiatan lapang sebagai berikut :
Pengenalan Internet
Kegiatan ini dilakukan di kebun belimbing Bapak Nanang sebagai ketua
kelompok tani se-Depok dan sebagai tempat penampungan terakhir hasil produksi
yang dalam hal ini Bapak Nanang sebagai ketua kelompok tani untuk daerah
Sawangan. Hampir sebagian ketua kelompok tani dan petani di kota Depok sudah
mengenal internet, namun mereka belum dapat mengoperasikannya. Sebagian
kelompok tani sudah menggunakan komputer untuk pembuatan laporan. Kegiatan
berkumpul antar kelompok tani dilakukan sebulan sekali yang dibawahi oleh
penyuluh dari dinas Depok. Pertemuan petani dan penyuluh adalah diskusi
mengenai permasalahan di lapangan yang dihadapi oleh petani. Selain itu petani
akan dikenalkan bagaimana cara mencari solusi permasalahan yang dihadapi
melalui internet.
Petani dapat menggunakan internet sebagai salah satu saran dalam mencari
permasalahan yang dihadapi di lapangan selain itu petani juga dapat memperoleh
pengetahuan dan informasi seputar belimbing dan tanaman holtikultura lainnya.
Kendala yang dihadapi oleh petani adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana
seperti komputer dan sambungan internet. Petani juga tidak banyak yang memiliki
waktu luang untuk mengoperasikan internet. Dalam penggunaan teknologi lainnya
seperti handphone masih banyak petani yang belum memiliki alat komunikasi
tersebut yang menyebabkan sistem sms gateway tidak dapat berjalan.
34
Diskusi
Kegiatan ini adalah memperkenalkan sistem cyber extension kepada
kelompok tani dan pegawai Dinas Pertanian Depok. Pengenalan meliputi
penjelasan mengenai sistem yang ada di dalam cyber extension. Sistem yang
tersedia seperti infomasi budidaya belimbing, pengendalian hama dan penyakit,
dan pengetahuan terkait. Kegiatan ini dibantu oleh pegawai Dinas Pertanian dan
tim penyuluh untuk pengenalan dan pengoperasian sistem ini dilakukan di Dinas
Pertanian Kota Depok dan di kebun belimbing di 11 kecamatan Kota Depok,
namun untuk pengenalan sistem ini hanya diberikan kepada ketua kelompok tani
sebab pertemuan antar petani dan penyuluh hanya diwakilkan oleh ketua
kelompok tani setiap kecamatan.
Petani dan penyuluh sangat tertarik dengan sistem ini namun permasalahn
yang banyak ditanyakan petani adalah penanganan hama dan penyakit terutama
hama codot yang sangat meresahkan karena sudah banyak merugikan petani.
Petani sudah melakukan penanggulang seperti pemberian umpan beracun namun
masih belum dapat ditangani dan masih banyak codot yang memakan buah
belimbing yang menyebabkan kerugian bagi petani.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perancangan sistem cyber extension budidaya dan agribisnis belimbing dewa
ini sudah berjalan dengan baik. Tahapan akuisisi pengetahuan dilakukan dengan
studi literatur, kunjungan lapangan, dan diskusi. Pengembangan basis
pengetahuan budidaya dan agribisnis belimbing dewa sudah berjalan baik dan
pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem adalah pengetahuan yang terpilih
dan mudah dipahami oleh pengguna sistem. Cyber extension untuk belimbing
dewa sudah dibangun dan dapat diakses secara online oleh pengguna sistem yang
terkoneksi dengan internet dan telah dilakukan diseminasi kepada petani di Kota
Depok dan telah mendapatkan masukan untuk memperbaiki sistem yang ada.
Saran
Pengembangan pada sistem cyber extension ini sebaiknya ditambahkan
beberapa sistem yang bermanfaat untuk petani, contohnya sepeti sistem jual beli
online hasil pertanian yang dapat dikelola langsung oleh petani. Penelitian
selanjutnya disarankan lebih melihat masalah-masalah yang terjadi di lapang dan
mengetahui keluhan para petani guna menciptakan kesinambungan antara petani
dengan pemerintah kota.
DAFTAR PUSTAKA
Adekoya AE. 2007. Cyber extension comunicaton : A Strategic made for
agricultural and rural transformation in Nigeria. Internasional journal of food,
agriculture and environment. 5(2007): 366-368.
35
Ahmad. 2011. Analisis usaha tani dan faktor-faktor produksi belimbing dewa
Kota Depok [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Creative Crop. 2013. Phyloxerid aphid. [internet]. Tersedia pada:
http://www.gettyimages.com/detail/photo/oak-leaf-phyloxerid-aphid-females-
eggs-and-high-res-stock-photography/129835786. [4 April 2015].
Creative Crop. 2013. Starfruits of different sizes. [internet]. Tersedia pada:
http://www.gettyimages.com/detail/photo/starfruits-royalty-
freeimage/184298630. [4 April 2015].
Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.
Bogor (ID) : IPB Press.
Kautsar. 2011. Rancang bangun sistem informasi agroindustri belimbing dewa
Depok [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta (ID): Grasido.
Marimin. 2005. Teori Dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial.
Bogor (ID) : IPB Press.
Marimin, Tanjung H, dan Prabowo H. 2006. Sistem Informasi Sumberdaya
Manusia. Jakarta (ID): Grasido.
McLeod R. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta (ID): Grasido.
Mulyandari RSH. 2005. Teknik implementasi pengembangan sumber informasi
pertanian nasional dan lokal P4MI. Informatika Pertanian. 14(2005): 802-817.
Mulyandari RSH, Sumardjo, Lubis DP, Panjaitan NK. 2010a. Implementasi cyber
extension dalam komunikasi inovasi pertanian. Informatika Pertanian. 19(2):
17-43.
Mulyandari RSH, Sumardjo, Lubis DP, Panjaitan NK. 2010b. Analisis sistem
kerja cyber extension mendukung peningkatan keberdayaan petani sayuran.
Jurnal Komunikasi Pembangunan. 8(2): 1-16.
Mulyandari RSH. 2010. Cyber extension sebagai media komunikasi dalam
pemberdayaan petani sayuran [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Priadi. 2011. Keanekaragaman varietas belimbing manis (Averrhoa carambola L.)
di kebun plasma nuftah tumbuhan dan hewan depok. Depok (ID): Pusat
Penelitian Bioteknologi (LIPI).
[SOP] Standar Operasional Prosedur. 2010. Belimbing Dewa Organik. Depok
(ID): Dinas Pertanian Kota Depok.
Sunarjono HS. 2004. Berkebun Belimbing Manis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Supriyanto. 2011. Sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsiucum annum
L.) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Tjitropranoto P. 2005. Pemahaman diri, potensi/kesiapan diri, dan pengenalan
inovasi. Jurnal penyuluhan [Internet]. [8 Sept 2014]. 1 (01) : 1-6. Tersedia
pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2013.
Tamba. 2007. Kebutuhan informasi pertanian dan aksesnya bagi petani :
Pengembangan model dalam pemberdayaan petani, kasus di Propinsi Jawa
Barat [disertasi]. Bogor(ID): Sekolah Pascasarjana IPB.
36
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Februari 1992, anak kedua dari
dua bersaudara dari keluarga Bapak Abdul Muis Ismail dan Ibu Laila S. Ali.
Pendidikan SD ditempuh penulis di SD 03 Pagi Pekayon pada tahun 1998 sampai
tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pada tahun 2004 di SMP
Negeri 184 Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 pula penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 98 Jakarta dan menyelesaikannya pada
tahun 2010.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Sarjana Program Studi
Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama mengikuti
perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus divisi Olahraga dan Seni di Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2013
penulis melaksanakan Praktek Lapang selama empat puluh (40) hari di Dinas
Pertanian dan Perikana Kota Depok dengan judul Praktek Lapang “Sistem
Informasi Manajemen Produksi Belimbing Dewa di Dinas Pertanian Kota Depok”
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana teknik, penulis
melakukan kegiatan penelitian dengan judul “Rancang Bangun Cyber Extension
Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa Carambola L.)”, di bawah
bimbingan Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng dan Dr Ir Mohamad Solahudin,
MSi.