rajawali pers - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...dilarang...

72

Upload: others

Post on 11-Jan-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RAJAWALI PERSDivisi Buku Perguruan Tinggi

PT RajaGrafindo PersadaD E P O K

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT)

Ali Nurdin Peran Manajemen Pendidikan Islam (Berbasis Ilmu Pustakawanan)/Ali Nurdin —Ed. 1, Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2019. viii, 74 hlm., 23 cm. Bibliografi: hlm. 71 ISBN 978-623-231-128-2

Hak cipta 2019, pada penulis

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2019. RAJDrs. H. Ali Nurdin, M.Pd.PERAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM(Berbasis Ilmu Pustakawanan)Cetakan ke-1, Oktober 2019

Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok

Editor : Diah SafitriSetter : Khoirul UmamDesain cover : Tim Kreatif RGP

Dicetak di Rajawali Printing

PT RAJAGRAFINDO PERSADA Anggota IKAPIKantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163 E-mail : [email protected] http: //www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.

vPrakata

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt., atas segala rida dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan buku ini. Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang telah membawa perubahan yang tak terhingga dalam kehidupan ini.

Buku yang berjudul Peran Manajemen Pendidikan Islam ini, merupakan suatu usaha mensyaratkan ilmu pendidikan yang selama ini masih sangat jarang dilakukan terutama oleh dosen yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Menulis buku bagi seorang dosen merupakan tuntutan yang harus dipenuhi, mengingat dosen adalah sebuah profesi yang dituntut untuk menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan keprofesionalannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Namun demikian, penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat untuk pembaca. Akhirnya kepada Allah lah, semua harapan penulis sampaikan apa yang menjadi tujuan dan cita-cita kita dapat tercapai, dan dapat memberikan balasan dan pahala kepada orang yang telah berbuat baik kepada sesamanya.

Jakarta, November 2017

Penulis

viiDaftar Isi

DAFTAR ISI

PRAKATA v

DAFTAR ISI vii

BAB 1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 1

A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam 1

B. Kualitas Pendidikan yang Islami 2

C. Ciri Pendidikan Islami 3

BAB 2 KERJA SAMA ANTARA DOSEN, PUSTAKAWAN DAN MAHASISWA 7

A. Kedudukan Dosen 7

B. Profesionalisme Dosen 10

C. Pustakawan 11

BAB 3 PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT 15

A. Layanan Perpustakaan 15

B. Fasilitas Belajar 17

C. Permintaan Jasa Referensi 17

D. User Education 18

Peran Manajemen Pendidikan Islamviii

BAB 4 PERAN DOSEN SEBAGAI TEACHER LIBRARIAN 23

A. Pustakawan Sekolah 23

B. Pustakawan Guru 26

BAB 5 REFERENSI, LAYANAN YANG NYARIS DILUPAKAN 29

A. Pelayanan Referensi 29

B. Bimbingan Penggunaan Koleksi Referensi 39

BAB 6 MEMAKNAI PROFESI DOSEN 37

A. Potensi Diri Seorang Dosen 37

B. Pembinaan Potensi Diri 40

C. Dosen yang Bermakna 41

BAB 7 JADILAH PELAYANAN YANG TERBAIK 47

A. Fugsi Sebuah Layanan 47

B. Ketersediaan Informasi dan Fasilitas Belajar 48

C. Kerja sama Dosen dan Pustakawan 51

D. Jadilah Pelayanan yang Baik 53

BAB 8 PENGHARGAAN TERHADAP INFORMASI (Sudut Pandang Dosen dan Pustakawan) 57

A. Al-Qur’an Sebagai Koleksi Bahan Pustaka 57

B. Mungkinkah Ada Al-Qur’an Baru? 59

BAB 9 PROFESIONALISME DOSEN BERBEKAL KOMPETENSI 63

A. Kenapa Harus Kompetensi 63

B. Dosen dan Profesionalisme 67

DAFTAR PUSTAKA 71

1 Bab 1 Manajemen Pendidikan Islam

1MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Manajemen Pendidikan IslamIlmu pendidikan Islam diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai filosofi ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Dengan redaksi yang agak singkat, ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam (Abuddin Nata, 2018).

Dari dua definisi tersebut dapat dijelaskan karakteristik yakni ajaran Islam yang kemudian akan dijelaskan menunjukkan adanya dua konsep yang melandasi ilmu pendidikan Islam, yaitu konsep education dan pedagogic. Konsep education yang dibawa oleh guru besar Amerika yang membantu perkembangan IKIP. Konsep pedagogic mulai terdesak ke belakang. Dan istilah ilmu pendidikan makin banyak yang menerima muatan konseptual yang bersal dari konsep education.” (Abuddin Natta, 2018).

Menurut bahasa pengertian pendidikan biasa diartikan dengan Al-Tarbiyah yang diartikan sebagai education (pendidikan), pengembangan, pengajaran, perintah, pembinaaan, pengajaran (Abuddin Nata, 2008).

Pengertian lain al-tarbiyah dalam pokok bahasan, yaitu:

1. Tarbiyah berasal dari kata rabaa, yarbu, tarbiyatan yang memiliki makna tambah dan berkembang.

Peran Manajemen Pendidikan Islam2

2. rabaa, yarbu, tarbiyatan yang memiliki makna tumbuh dan menjadi besar atau dewasa. Dengan mengacu kepada kata yang kedua ini, makna tarbiyah berarti usaha menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, sosial dan spiritual.

3. rabaa, yarbu, tarbiyatan yang mengandung arti memperbaiki, menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensi.

Sedangkan menurut istilah, dikemukakan berbagai ahli pendidikan, sebagai berikut:

1. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani mengatakan bahwa penddikan adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi asasi dalam masyarakat.

2. Hasan Langgulung mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola tingkah laku tertentu pada anak-anak, atau orang yang sedang didik.

3. Ali Khalil Abul A’inain mengatakan bahwa pendidikan adalah program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena itu, setiap falsafah yang dianut suatu masyarakat sesuai dengan karakternya, serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya yang dihubungkan dengan upaya menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya.

B. Kualitas Pendidikan yang IslamiAgama Islam dalam Al-Qur’an dan penjabaran dalam Al-Hadis, telah meletakkan dasar yang khas tentang berbagai aspek kehidupan, mulai dari masa sosial, politik, ekonomi, hubungan antarumat beragama, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam bidang sosial, Islam mencita-citakan suatu masyarakat yang egaliter, yaitu sistem sosial yang didasarkan atas kesetaraan dan kesederajatan sebagai makhluk Tuhan. Atas dasar ini. Kedudukan kehormatan di hadapan Tuhan dan manusia lainnya bukan dari

3 Bab 1 Manajemen Pendidikan Islam

perbedaan suku bangsa, golongan dan lain-lain, tapi didasarkan pada ketaqwaan kepada Tuhan dan darma baktinya terhadap masalah kemanusiaan.

Dalam bidang politik, suatu kehidupan negara yang dipimpin oleh orang yang adil, jujur, amanah, demokrasi dan kredibel sehingga bersangkutan tidak menyalahgunakan kekuasaannya dan senantiasa berupaya menciptakan kemakmuran bagi masyarakat. Menciptakan kemakmuran, mendengar dan memerhatikan hati nurani masyarakat yang dipimpinnya.

Bidang ekonomi, keadaan ekonomi didasarkan pada pemerataan, anti monopoli, saling menguntungkan, tidak merugikan, seperti mencuri dan menipu.

Bidang hubungan sosial antarumat Islam dan umat beragama lainnya, suatu keadaan masyarakat pada ukhuwah yang kukuh yakni ukhuwah Islamiyah, yang memungkinkan terjadinya hubungan yang harmonis dan saling membantu antarsesama manusia, baik yang beragama maupun beda agama dan sesama makhluk Tuhan lainnya.

Bidang hukum, ilmu pengetahuan yang intergrated antara ilmu agama dan non-agama. Sedangkan dalam bidang kebudayaan, Islam menolerir masuknya kebudayaan dari mana pun sepanjang sejalan dengan nilai ajaran Islam, khususnya akidah Islamiyah dan akhlak al-karimah.

Islam dalam berbagai bidang, sebagaimana disebutkan di atas, diasosialisasikan kepada masyarakat melalui jalur pendidikan, harus menjadi dasar atau prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Dengan demikian, posisi dan tugas pendidikan Islam adalah memasyarakatkan secara efektif dan efisien ajaran Islam tersebut, dan dalam waktu bersamaan cita-cita tersebut menjadi dasar atau prinsip penyelenggaraan pendidikan Islam.

C. Ciri-ciri Pendidikan yang IslamiDalam Islam tidak ada istilah pendidikan Islam yang baku, melainkan hanya ada nilai moral dan etis yang seharusnya mewarnai sistem pendidikan tersebut. Berbagai komponen yang terdapat suatu sistem pendidikan tersebut, seperti dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, pola, hubungan guru murid dan lain sebagainya harus

Peran Manajemen Pendidikan Islam4

didasarkan pada nilai moral dan etis ajaran Islam. Komponen yang ada dalam ajaran Islam, dapat diihat sebagai berikut:

a. Dasar pendidikan Islam yang islami

Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan hal yang sangat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan para penganutnya, tak terkecuali aspek pendidikan. Dalam hubungan seluruh pakar sepakat, bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kesatuan kehidupan, bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau gagal ukhrawi ditentukan oleh amal dunianya.

2. Kesatuan ilmu, tidak ada pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu umum, karena semuanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah Swt.

3. Kesatuan iman dan rasio, karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya maka harus saling melengkapi.

4. Keatuan agama, agama yang dibawa oleh para nabi kesemuanya bersumber dari Allah Swt. Prinsip yang menganut akidah, syariah dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang.

5. Kesatuan pribadi manusia mereka semua diciptakan dari tanah dan ruh Ilahi.

6. Kesatuan individu dan masyarakat, masing-masing saling menunjang (Abuddin Nata, 2008).

Dengan dasar tauhid, maka pendidikan dikembangkan oleh Islam akan mengarah kepada kesatuan dengan Tuhan, manusia dan alam semesta. Wawasan tentang ketuhanan akan menumbuhkan ideologi, idealisme, cita-cita dan perjuangan. Wawasan tentang manusia akan menumbuhkan kearifan, kebijaksanaan, kebersamaan, demokratis, dan sebaliknya menentang anarkisme dan kewenangan.

Sementara itu wawasan tentang alam akan melahirkan semangat dan sikap ilmiah, sehingga melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran yang mendalam untuk melestarikan karena alam bukan semata-mata sebagai objek yang harus

5 Bab 1 Manajemen Pendidikan Islam

dieksploitasi seenaknya, melainkan sebagai mitra dan yang ikut menentukan corak kehidupan.

b. Metode Pendidikan yang Islami

Sejalan dengan dasar dan fungsi pendidikan yang Islami sebagaimana disebutkan, maka metode yang Islami bertolak dari pandangan yang melihat manusia sebagai sasaran pendidikan, sebagai makhluk yang dimuliakan Tuhan, memiliki perbedaan dari segi kapasitas intelektual, bakat dan kecenderungan memiliki sifat yang positif dan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Islami seharusnya diterapkan dalam proses belajar mengajar belum terwujud sebagaimana seharusnya. Perlunya pengembangan wawasan emansipatoris dalam proses belajar mengajar, sehingga bagi anak didik cukup memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam rangka memiliki kemampuan metodologis untuk mempelajari materi ajaran Islam. Kesempatan bebas harus dikembangkan secara dialogis.

7 Bab 2 Kerja Sama Antara Dosen

2KERJA SAMA ANTARA DOSEN, PUSTAKAWAN DAN MAHASISWA

A. Kedudukan DosenSebagai sebuah lembaga pendidikan, perguruan tinggi mempunyai visi dan misi pengembangan SDM. Melalui pendidikan manusia mengubah dirinya menuju kehidupan lebih baik. Pendidikan tingkat perguruan tinggi sangatlah krusial bagi setiap individu yang mengikutinya, karena pada tingkat ini, mahasiswa dapat mempersiapkan dirinya untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat yang lebih luas, dengan pertemanan dari berbagai tingkat sosial dan tingkat stratanya bermacam-macam.

Besarnya harapan masyarakat dan mahasiswa menjadi tantangan tersendiri buat pendidik dan pustakawan sebagai penyedia informasi di perguruan tinggi dalam melaksanakan tugas mereka. Pertanyaan, sudahkah mereka mengantar para mahasiswa ke arah yang lebih baik dari semula?

Jawaban dari pertanyaan tersebut tidaklah sesederhana itu, karena kita tidak dapat melakukan penilaian hitam di atas putih atas keberhasilan dan kegagalan dalam mendidik mereka, tetapi yang lebih penting bagaimana kesiapan kita selaku pendidik untuk benar-benar dapat menghantarkan untuk mencapai hasil yang maksimal tujuan dari proses pembelajaran.

Peran Manajemen Pendidikan Islam8

Ada beberapa kekeliruan dalam menerapkan pembelajaran pada mahasiswa. Menurut Muhammad Zuhdi (2010) ada tiga, yaitu:

1. Pendidik terkadang lupa membedakan antara anak dan mahasiswa nota adalah sebagai orang dewasa dalam mengajar

2. Pendidik sering berasumsi bahwa mahasiswa itu tidak tahu apa-apa, dan tugas para pendidik mengajarkan

3. Karena dua asumsi di atas, pendidik juga sering merasa tidak penting untuk mendengarkan pendapat peserta didik dan terkadang merasa jatuh gengsi apabila ternyata mahasiswa lebih tahu tentang materi yang diajarkan.

Kekeliruan ditambah dengan batasnya pengetahuan mereka tentang pembelajaran. Hal ini berakibat bahwa pembelajaran yang dilakukan sering tidak maksimal dari yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran. Selain itu, pendidik juga jarang memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat informasi yang diperlukan oleh pendidik dan mahasiswa. Berdasarkan pengalaman penulis, jarang melihat dosen datang ke perpustakaan dengan berbagai alasan, seperti mereka sudah punya buku sendiri, koleksi perpustakaan hanya itu-itu saja dan mereka banyak menggunakan waktunya untuk kegiatan di luar kampusnya sendiri.

Untuk melengkapi pembahasan mengenai pembelajaran yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, adalah:

1. Tujuan pendidikan atau hasil belajar yang diinginkan

Pendidikan yang baik tentulah memiliki tujuan yang jelas. Tujuan bukan hanya penting untuk menentukan arah proses suatu pembelajaran yang berlangsung, melainkan dapat menjadi tolok ukur keberhasilan program. Penentuan tujuan akan membantu dosen dalam menentukan langkah selanjutnya dalam menyusun perencanaan.

2. Level pengetahuan/kemampuan peserta didik

Peserta didik telah memiliki informasi awal tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari. Atau sebaliknya, peserta didik mungkin sudah menguasai materi awal yang akan dipelajari. Penguasaan materi peserta didik perlu diketahui agar tidak terjadi kejenuhan.

9 Bab 2 Kerja Sama Antara Dosen

3. Kebutuhan peserta didik

Pendidik dapat melakukan penilaian terhadap kebutuhan peserta didik. Hasil analisisnya diproses akan membantu pendidik untuk menyusun dan mengorganisasikan materi agar tidak terjadi kejenuhan

4. Kesediaan fasilitas dan sumber belajar

Setiap lembaga pendidik memiliki potensi yang berbeda dalam hal fasilitas dan sumber belajar. Pendidik yang baik akan melakukan identifikasi ketersediaan fasilitas dan sumber belajar yang akan membantu peserta didik dalam mengembangkan diri dan sumber potensinya.

5. Karakteristik materi pelajaran yang akan diberikan

Tiap materi pelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Tidak semua yang diajarkan dengan cara ceramah dan diskusi. Berbagai materi memerlukan metode yang lebih efektif.

6. Waktu

Pendidik sering berambisi mengajarkan banyak hal dan mengabaikan keterbatasan waktu yang dimiliki peserta didik. Akibatnya pembelajaran jadi tidak efektif.

7. Ruang lingkup materi yang ingin disampaikan

Sama dengan waktu, memiliki pembatasan ruang lingkup, diperlukan kearifan dan kematangan seseorang dalam membatasi materi yang dipelajari peserta didik (Muhammad Zuhdi, hal 7-8)

Di manakah peran serta dosen dan pustakawan dalam proses pembelajaran ini?

Pendidikan adalah anak berbudi menjadikan luhur, bukan hanya pintar, pendidikan bertujuan untuk menyempurnakan kecerdasan manusia secara basic/potensi yang diberikan oleh Allah Swt. Dosen harus menyadari tujuan pendidikan adalah untuk mengarahkan manusia menggunakan kecerdasan yang dimiliki bukan hanya untuk kepentingan sendiri melainkan seluruh umat manusia. Peran dosen dalam proses pembelajaran sangat penting karena seorang dosen harus mengetahui kurikulum yang dapat mencerdaskan manusia atau dosen harus memperkenalkan buku yang dapat dijadikan referensi untuk dijadikan bahan bacaan kegiatan tersebut seorang dosen dan mahasiswa tidak

Peran Manajemen Pendidikan Islam10

dapat melepaskan diri dari informasi, yaitu perpustakaan dan orang yang mengelola.

B. Profesionalisme DosenMenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran dan kecakapan yang memenuhi standar atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Dosen adalah sebuah profesi yang sudah merupakan pilihan kita, terdapat tiga sisi, sisi etika, melihat profesi dalam kerangka ideal menyangkut moralitas dan manfaat profesi ini bagi masyarakat. Segi hubungan ilmu dan profesi, dapat membahas isi dari profesi berdasarkan fondasi keilmuan dari kompetisi anggota. Segi sosiologi, profesi memengaruhi dan dipengaruhi masyarakat, ketiga sisi tersebut tidak dapat dipisahkan, untuk kepentingan analisis setiap sisi dapat terpisah.

Setiap pekerjaan memerlukan pengetahuan dan keterampilan di mana penerapannya juga memerlukan pengaturan sosial. Sebuah profesi mengatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan mereka bersifat khusus, tetapi seandainya masyarakat menganggap bersifat umum, maka hasil pekerjaan dianggap tidak profesional. Di sebuah lembaga pendidikan di mana penentu kebijakan pada tingkat atas kurang meneliti keahlian atau keterampilan yang dimiliki staf sehingga di tempat baru sering terjadi kemandekan aktivitas dalam arti harus beradaptasi dengan lingkungan baru.

Menurut Abuddin Natta (2010, 69-70) bahwa sebagai jabatan profesional, pertama, ia harus menguasai bidang ilmu yang akan diajarkan secara mendalam, luas dan kompetensi. Ilmu yang dimiliki didapat melalui proses pembelajaran dan dibuktikan dengan ijazah. Kedua, menguasai teknik mengajar atas ilmu yang dikuasainya. Ketiga, memiliki kepribadian yang khas sebagai guru yang antara lain ditandai akhlak yang mulia, kepribadian yang utuh dan teladan, istikamah, pengabdi dan sebagainya.

11 Bab 2 Kerja Sama Antara Dosen

Ada tiga kemungkinan sebuah profesi menentukan batasannya. Pertama, batas tersebut diputuskan sendiri oleh anggota profesi. Kedua, ditetapkan oleh pihak yang memakai jasa profesi. Ketiga, oleh sebuah otoritas legal yang dipusatkan, misalnya sebuah negara. Profesionalisme yang paling ideal adalah yang pertama, tapi bagaimanapun profesi hidup di dalam sebuah pekerjaan dan berhubungan dengan otoritas legal, negara yang dengan kewenangannya dapat menetapkan batas sebuah profesi.

Menurut Jean Key Gate 2010/terjemahan bebas ada tiga macam unsur dasar sebuah profesi, yaitu:

a. Adanya teori secara sistematis mendukung secara khusus keterampilan yang dimiliki oleh sebuah profesi

b. Mempunyai tingkat otoritas melalui pendekatan dan teori yang sistematis

c. Adanya sanksi dari komunitas serta kewenangan untuk mengadakan akreditasi serta merumuskan standar profesi dan menegakkan peraturan untuk memberi izin jika memasuki profesi tersebut.

C. PustakawanPustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pustakawan pada perpustakaan, dokumentasi dan informasi di instansi pemerintah (Perpustakaan Nasional RI, 2010).

Tugas putakawan meliputi pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi, pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi pengembangan perpustakaan. Perpustakaan adalah suatu tempat terkumpulnya berbagai macam informasi. Dan informasi adalah rangkaian pesan yang dapat mengurangi ketidakpastian, jalan yang harus ditempuh adalah mencari informasi (Tri Margono, 2009).

Penggunaan informasi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti mutakhir, agar penggunaan tetap mengikuti perkembangan informasi terbaru, tugas, berhubungan dengan kegiatan penggunaan secara langsung dan mendalam, penggunaan mencari dan memeriksa semua informasi yang ada, khususnya yang berhubungan dengan bidang yang diminatinya.

Peran Manajemen Pendidikan Islam12

Pustakawan adalah orang yang berkecimpung dalam dunia informasi, dengan sendirinya dituntut untuk mengetahui semua informasi yang ada diperpustakaan. Dalam mengakses informasi diperlukan seorang yang penghubung untuk bagaimana cara mencari informasi yang dikehendaki. Orang yang dimintai jasa tersebut adalah pustakawan yang selalu bergulat dengan berbagai informasi yang ada dipusat informasi, seperti perpustakaan, dokumentasi lembaga arsip dan lain-lain.

Menurut FW. Lancaster (1979) bahwa kegiatan atau penelurusan informasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melakukan penelurusan langsung atau melakukan penelusuran dengan meminta bantuan pustakawan. Seorang yang mencari informasi karena dia sadar bahwa terjadi kesenjangan dalam dirinya, yaitu antara pengetahuan dengan situasi yang melengkapinya. Untuk mengatasi kesenjangan ini, manusia melakukan sesuatu yang masuk akal dengan kenyataan yang dihadapinya, yaitu menambah pengetahuan dari berbagai informasi.

Masalah yang sedang dihadapi adalah masalah yang erat dengan pembelajaran, tentunya mahasiswa dibuat pusing, maka ia akan datang ke perpustakaan untuk mencari informasi atau berkonsultasi dengan pustakawan yang ada di perpustakaan.

Untuk memberikan penjelasan, penulis menawarkan buku tentang cara penulisan skripsi, di antaranya:

1. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) tim penyusun: Hamid Nasuhi, Netty Hartanti, Syopiansyah Jaya Putra. Penerbit: Center for Quality Development and Assurance, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2007 H/Dzulhijah 1427.

2. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah. Penulis Prof. Dr. S. Nasution, M.A., dan Prof. Dr. M. Thomas. Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta, 1995.

Menurut Daoed Yoesoef (1996) bahwa dalam melaksanakan pekerjaan profesional harus disertai dengan etika yang berlaku di tengah masyarakat seperti:

1. Sesuatu perbuatan kemasyarakatan yang jelas bukan semata-mata suatu pilihan yang tersembunyi.

2. Menjanjikan pengabdian yang terus menerus tidak sekadar menyatakan preferensi yang sifatnya sesaat.

13 Bab 2 Kerja Sama Antara Dosen

3. Mengacu pada suatu panggilan hidup, tidak hanya pada suatu cara mencari penghidupan.

4. Orientasinya selalu pada perbuatan dan tidak hanya dalam pikiran

5. Melayani suatu yang luhur.

6. Memerlukan pengabdian.

7. Melibatkan karakteristik yang khas.

15 Bab 3 Perpustakaan Sebagai Wahana Pembelajaran

3PERPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT

A. Layanan PerpustakaanLayanan yang ada di perpustakaan merupakan salah satu kegiatan yang ada di perpustakaan di mana seluruh staf perpustakaan aktif memberikan layanan langsung atau tidak kepada pengguna jasa perpustakaan. Mereka bertatapan langsung secara tatap muka, kualitas layanan perpustakaan merupakan ukuran keberhasilan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan. Dari kegiatan ini terfokus kepada bagaimana memberikan layanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat jasa perpustakaan. Layanan dikatakan baik jika:

1. Layanan yang diberikan sesuai dengan keperluan yang dikehendaki pengguna jasa perpustakaan.

2. Layanan dilakukan secara tepat, akurat, mudah dan murah tepat sasaran.

3. Layanan dilakukan tidak berbelit-belit, tapi dilakukan secara sederhana.

4. Ekonomis.

5. Menarik, menyenangkan dan menimbulkan rasa empati.

6. Layanan dilakukan dengan bervariasi dan jarang monoton.

7. Layanan dapat merangsang pengguna kembali ke perpustakaan.

Peran Manajemen Pendidikan Islam16

8. Layanan harus berbasis pada keramahan, informatif, bimbingan, arahan, tetapi tidak bersifat menggurui.

9. Layanan hendaknya memberikan penemuan baru.

10. Layanan mampu menemukan rasa pecaya diri pada pengguna jasa perpustakaan (Nursalam, 1996).

Ingat bahwa melayani bukan dilayani, mendorong bukan menghambat, mempermudah bukan mempersulit, sederhana bukan berbelit, terbuka untuk semua bukan hanya untuk segelintir orang saja.

Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, berarti bahwa layanan yang diberikan oleh perpustakaan akan mendekati kepada layanan prima, yaitu cepat, tepat, akurat, mudah, murah, dan yang paling penting memberikan kepuasan kepada yang menerima layanan tersebut. Pustakawan atau yang memberi layanan harus memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing. Kompetensi ini tentunya akan sangat membantu kinerja pustakawan. Kompetensi yang seharusnya dimiliki pustakawan atau yang bergerak di bidang kepustakawanan, adalah:

1. Motif, sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh pustakawan yang menyebabkan suatu tindakan. Motif mendorong mengarahkan dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.

2. Sifat, karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi maupun informasi yang diperoleh. Ketelitian dan kecepatan dalam memberikan layanan merupakan ciri fisik kompetisi seorang pustakawan.

3. Konsep diri, sikap, nilai atau ciri diri. Percaya diri merupakan keyakinan seseorang pustakawan bahwa ia dapat secara efektif melayani pemustaka hampir dalam setiap situasi maupun kondisi yang dihadapi.

4. Pengetahuan, informasi yang dimiliki pustakawan dalam bidang kepustakawanan. Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks.

5. Keterampilan, kemampuan mengerakan tugas fisik atau menilai tertentu. (Gardjito, 2008).

Dengan melihat kompetensi tersebut, maka petugas bagian layanan di perpustakaan, seharusnya mempersiapkan diri dengan baik, dengan

17 Bab 3 Perpustakaan Sebagai Wahana Pembelajaran

bekal pengetahuan, keterampilan, keahlian, pengalaman, kemauan, dan sikap perilaku yang simpatik.

B. Fasilitas BelajarRuangan di mana di dalamnya terdapat berbagai peralatan yang diperuntukkan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar bagi pengguna jasa perpustakaan. Peralatan yang diperlukan setiap perpustakaan tentunya berbeda antara perpustakaan yang satu dengan lainnya. Namun, tetap saja penggunaannya hanya untuk kenyamanan dan kepuasaan pemustaka. Dengan demikian, pihak perpustakaan sudah memberikan yang terbaik buat peminat yang datang keperpustakaan.

Menurut Putu (2008) selain kompetensi untuk pustakawan, ada juga kompetensi informasi yang diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada pengguna jasa karena informasi tersebut bukan sembarangan informasi. Ada tiga aspek yang berkaitan dengan kompetensi informasi, yaitu:

1. Literasi dan keberaksaraan informasi yang antara lain mengandung kemampuan membaca dalam arti luas dan memahami apa yang dibaca memadai. Kemampuan membaca ini juga didukung oleh kemampuan mencari informasi yang harus didukung oleh sumber informasi yang efektif dan efisien.

2. Literasi media atau literasi komputer yang secara spesifik mengandung kemampuan dan keterampilan yang memanfaatkan berbagai media, baik elektronik maupun non-elektronik dalam rangka memperoleh informasi dan pemahaman yang meluas. Dalam perkembangannya, literasi media menyangkut pengetahuan tentang kandungan nilai sosial budaya dari setiap media.

3. Dalam kehidupan yang ada jaringan digital/internet, telepon genggam, ATM, maka kompetensi menggunakan jaringan yakni kemampuan dan keterampilan memanfaatkan jaringan sosial atau teknologi untuk mencari, mengumpulkan dan menggunakan informasi berbagai keperluan hidup.

C. Permintaan Jasa ReferensiAktifitas pelayanan referensi tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan

satu kesatuan dari keseluruhan pelayanan perpustakaan. Pelayanan

Peran Manajemen Pendidikan Islam18

referensi sangat berperan untuk memenuhi kepentingan pendidikan, penelitian, rujukan dan informasi lokal, seperti pada dokumentasi pemerintah. Oleh karena itu, pelayanan referensi dapat dilaksanakan dengan:

1. Pelayanan langsung yang terdiri

a. Pelayanan informasi yang dilakukan dengan cara, menjawab pertanyaan sederhana secara langsung, menjawab pertanyaan dengan mengarahkan buku referensi yang sudah ada, melayani permintaan data atau pertanyaaan terperinci dengan menggunakan buku-buku referensi.

b. Bimbingan pembaca, yaitu memberi petunjuk kepada pemakai jasa layanan referensi dengan menunjukkan cara menggunakan buku referensi, yaitu kamus, ensiklopedia, biografi, almanak, direktori, buku tahunan/laporan.

2. Pelayanan tidak langsung terdiri dari tidak hanya penggunaan buku, tetapi juga dalam bentuk lain, seperti majalah, surat kabar, rekaman, elektronik, dan teknologi bidang informasi.

Pustakawan referensi harus pandai merencanakan dan menguasai pertanyaan yang diajukan oleh pengguna jasa perpustakaan. Untuk memudahkan pekerjaan pustakawan referensi, maka ada baiknya disediakan blanko pertanyaan. Blanko diisi oleh penanya dan disimpan oleh pustakawan referensi sebagai arsip. Kemudian blanko disusun sesuai tanggal untuk menghitung data pembuatan statistik layanan perpustakaan pada bagian referensi untuk kemudian mengevaluasi penggunaan bahan rujukan yang digunakan.

D. User EducationDapat diartikan sebagai bimbingan pemakaian jasa perpustakaan. Bimbingan sebagai suatu bantuan yang diberikan oleh seorang pembimbing (pustakawan) terhadap si terbimbing (jasa pustakawan). Tujuannya adalah agar si terbimbing mampu memecahkan permasalahan yang ada dihadapi sehingga si terbimbing dapat mencapai efisiensi dalam menyelesaikan tugasnya. Unsur yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya, yaitu:

19 Bab 3 Perpustakaan Sebagai Wahana Pembelajaran

1. Pembimbing yang berperan memberi bantuan yang bertindak sebagai pembimbing adalah seorang pustakawan yang salah satu tugasnya adalah melayani.

2. Pemakai jasa perpustakaan. Pustakawan dengan sengaja me-rencanakan prinsip bimbingan pada orang yang memerlukan

3. Si terbimbing, yaitu pihak yang diberi bantuan bimbingan, mereka adalah pengguna jasa perpustakaan.

4. Tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan adalah kemampuan si terbimbing/pemakai jasa perpustakaan dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapinya,seperti mencari informasi untuk menyelesaikan tugasnya.

Seorang pustakawan perlu didukung oleh keterampilan khusus yang menyangkut tempat kerjanya seperti:

a. Melaksanakan pekerjaan, melakukan tugas rutin dalam pekerjaan.

b. Mengelola pekerjaan, mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam pekerjaan.

c. Mengantisipasi kemungkinan permasalahan yang mungkin timbul.

d. Mengelola lingkungan kerja, tanggung jawab dan harapan atas lingkungan kerja sama dengan orang lain.

e. Beradaptasi, mengadaptasikan/mentransfer pengetahuan, ke-terampilan serta sikap yang dimiliki ke dalam situasi baru (Putu, 2008).

Kelemahan yang melatarbelakangi perencanaan bimbingan, di antaranya adalah:

1. Masih banyak masyarakat yang berpendidikan belum pernah meng-gunakan perpustakaan sebagai akibat dari belum memasyarakatkan layanan perpustakaan di beberapa lembaga pendidikan.

2. Latar belakang pengetahuan pemakai jasa perpustakaan yang berbeda sehingga masyarakat banyak yang mengabaikan peraturan yang berlaku di perpustakaan.

3. Kebanyakan pemakai jasa perpustakaan lebih senang bertanya kepada petugas dan mohon dicarikan bahan bacaan yang diperlukan, meskipun sudah ada aturan cara pemakaian perpustakaan.

Peran Manajemen Pendidikan Islam20

4. Pelanggaran aturan diperpustakaan sering terjadi, baik oleh petugas maupun pengguna perpustakaan sendiri.

5. Kurangnya ketegasan dari pihak petugas sehingga pelanggaran sering terjadi lagi.

Dengan melihat kelemahan di atas, mka perlu diperhatikan prinsip bimbingan dan pembinaan terhadap pemakai jasa perpustakaan, di antaranya adalah:

1. Pembimbing (pustakawan) harus dapat menerapkan prinsip pembinaan dan bimbngan dalam tugasnya.

2. Pembimbing harus mempunyai sikap positif dalam berhubungan dengan anggota masyarakat.

3. Harus ada sikap dinamis dari si terbimbing dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik melalui perlakuan yang diberikan si pembimbing, sebagaimana diberikan kesan yang baik, adalah ruang membaca yang segar dan sejuk.

4. Bimbingan yang diberikan bersifat pencegahan dan pemeliharaan yang bersifat perbaikan.

5. Bimbingan dilakukan secara terus menerus dan direncanakan oleh pustakawan dan pembuat program rutin yang diadakan secara berkala.

Aktivitas yang dapat membantu perpustakaan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Aktivitas tersebut berupa latihan atau training, baik terhadap pengguna jasa perpustakaan, maupun karyawan. Pelatihan tersebut harus direncanakan secara hati-hati dan matang. Meliputi:

1. Mengajar dengan tugas pertamanya sebagai karyawan

2. Tugas tersebut dirinci menjadi beberapa komponen dasar

3. Ajarkan hanya mengenai prosedur yang benar

4. Berikan petunjuk dan langsung dipraktikkan

5. Kembangkan bakat mereka melalui praktik yang berulang-ulang

6. Berikan motivasi untuk selalu berlatih dan berpraktik.

Petugas perpustakawan yang bekerja secara tradisional dan dengan kemampuan dan keterampilan apa adanya, tentu tidak dapat memberikan

21 Bab 3 Perpustakaan Sebagai Wahana Pembelajaran

pelayanan yang memuaskan. Tentunya kemampuan dan keterampilan yang sudah dimiliki harus dikembangkan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang sedang dihadapinya. Kekurangan yang dirasakan oleh petugas perpustakaan, dapat dikelompokkan ke dalam tiga, yaitu:

1. Kelemahan dalam pengetahuan dan keterampilan.

2. Penguasaan teknologi informasi.

3. Sikap.

Ketiga hal tersebut biasanya terindentifikasi selama petugas perpustakaan melakukan pekerjaan. Maka kekurangan tersebut diperbaiki dengan jalan:

1. Meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap

2. Mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, terutama teknologi digital

3. Memperbaiki kinerja staf sejalan dengan peran perpustakaan sebagai pendukung proses pembelajaran di lembaga pendidikan.

Untuk pembinaan staff ada beberapa kegiataan yang dapat di lakukan dengan:

1. mengikuti pelatihan;

2. berpartisipasi dalam kegiatan profesional.

23 Bab 4 Peran Dosen Sebagai Teacher Librarian

4PERAN DOSEN SEBAGAI TEACHER LIBRARIAN

Menurut Sulistyo Basuki, keberadaan pustakawan Indonesia baru dikenal pada abad 18-19 dengan didirikannya perpustakaan yang modern, seperti Bibliotheek van Bataviash Genootschap van Kunsten en Wetenschap dan berbagai perpustakaan lainnya. Sekarang ini pustakawan bukan hanya bekerja sebagai kataloger pengklasifikasi atau memberi layanan pinjam dan referensi tetapi seorang pustakawan dituntut untuk lebih profesional, dan sekarang di mana ada elektronik teknologi informasi yang harus dikuasai.

Di masa mendatang para pustakawan sudah berubah meskipun keberadaannya masih sangat diperlukan. Pustakawan dalam peranan baru seperti pustakawan sekolah atau pustakawan guru sudah dapat diwujudkan.

A. Pustakawan SekolahMenurut Marlene Asselin, Jennifer L. Branch dan Diane Oberg (2003) bahwa sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan anak bagaimana mengadaptasi perubahan dan membuat keputusan dan memecahkan masalah berdasarkan informasi yang akurat dan autentik. Kemampuan berpikir kritis merupakan dasar mengevaluasi informasi dan penerapan informasi secara kreatif dan bertanggung jawab untuk memecahkan masalah.

Peran Manajemen Pendidikan Islam24

Di setiap sekolah ada perpustakaan yang menyimpan berbagai informasi yang diperlukan oleh anak didik, sebab tujuan utama pendidikan adalah agar siswa dapat mengembangkan dirinya setelah membaca berbagai literatur yang ada di perpustakaan. Perpustakaan sekolah merupakan tempat pembelajaran seumur hidup tersedia berbagai informasi jika anak didik memanfaatkan setiap saat untuk kemajuan dan di tempat ini siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar dan kebiasaan yang baik selama ia mau. Menurut Marlene Arselin, dkk 2003, siswa belajar bagaimana cara untuk:

a. mengakses informasi secara efektif dan efisien;

b. strategi memecahkan masalah;

c. mengaplikasikan kemampuan berpikir kritis;

d. membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan;

e. mengaplikasikan informasi secara akurat;

f. menciptakan produk informasi baru;

g. menggunakan efektivitas dan kreativitas kemampuan berkomunikasi;

h. menggunakan informasi secara sesuai dan rasa hormat;

i. mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar secara mandiri.

Menurut Utami Hariyadi (2005) pustakawan sekolah adalah staf perpustakaan yang mempunyai kualifikasi profesional dan bertanggung jawab mengelola perpustakaan sekolah dengan dukungan staf perpustakaan lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan bekerja sama dengan para pengajar dan pengelola sekolah tersebut.

Selama ini yang terjadi diperpustakaan sekolah adalah pengelolaan dilakukan oleh guru yang bermasalah yang merangkap sebagai petugas perpustakaan. Dan peranan perpustakaan sekolah biasanya tergantung dari kurikulum, budget dan metodologi pengajaran sekolah yang bersangkutan. Sebaiknya pustakawan sekolah mempunyai kompetensi sebagai berikut:

a. Analytical skills

Kemampuan atau keterampilan untuk berpikir analitis. Pustakawan diharap mampu menarik kesimpulan secara logis dan bisa memberi rekomendasi tindakan yang tepat serta menggunakan pendekatan sistematis dan objektif dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan.

25 Bab 4 Peran Dosen Sebagai Teacher Librarian

b. Communication skills

Pustakawan diharap mampu menjadi pendengar aktif, mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan dapat dipahami dan bisa dengan jernih menerima feedback konstruktif.

c. Creativity/innovative

Selalu mencari peluang untuk menyerap dan menerapkan ide, metode, desain dan teknologi baru.

d. Expertise/technical knowledge

Kemahiran/berpengalaman teknis, pustakawan diharapkan mempunyai pengetahuan teknisi yang luas dan mutakhir dan selalu tanggap akan perkembangan teknologi baru.

e. Fleksibility

Luwes dan mampu mengerjakan beraneka ragam tugas dan selalu siap menerima tantangan dan penugasan baru

f. Interpersonal skills

Kemampuan/keterampilan interpersonal, pustakawan diharapkan mampu membina hubungan kerja yang kokoh namun memiliki kepentingan dan empati terhadap perilaku individu dan kelompok kerja.

g. Leadership

Memiliki integritas yang tinggi, membina kepercayaan timbal balik dengan rekan kerja dan bawahan.

h. Organizational understanding and global thinking

Mempunyai pembinaan organisasi dan mampu berpikir secara global

i. Owner/accountability

Mempunyai tanggung jawab dan bisa diandalkan.

j. Resources management

Pustakawan diharapkan mampu mengelola sumber yang dimiliki, bisa mereduksi pengeluaran yang meningkatkan keuntungan.

k. Survive attitude

Memahami dan memenuhi kebutuhan penggunaan serta bisa memenuhi minat mereka (Utami Hariyadi, 2005).

Peran Manajemen Pendidikan Islam26

B. Pustakawan GuruPustakawan guru wajib mengimplementasikan visi komunitas sekolah melalui pembinaan dan pemberian jasa informasi dan perpustakaan diharapkan memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran seumur hidup. Pustakawan guru memiliki kualifikasi profesional ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai pustakawan. Oleh sebab itu, pada diri mereka memiliki kelebihan satu tingkat dari profesi guru dan profesi pustakawan.

Dalam konteks disiplin ilmu perpustakaan dan ilmu pendidikan maka kualifikasi pustakawan guru cukup unik, karena pengetahuan dan penguasaan tentang kurikulum dan ilmu pedagogik pendidikan, dikombinasikan dengan keterampilan dan pengetahuan tentang manajemen informasi dan perpustakaan. Kompetensi yang harus dimiliki pustakawan guru adalah kompetensi profesional.

Penetapan kompetensi pustakawan sekolah dan pustakawan guru bermanfaat untuk pembuatan tugas dan pengelolaan perpustakaan sekolah. Kompetensi yang ada di dalam mengandung tiga unsur yaitu mengerti, mampu menggunakan, dan mampu menerapkan. Apa yang diajarkan dan dikuasai oleh anak didik demi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem tersebut.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah (Undang-Undang Dasar RI Nomor.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, hal 2). Sedangkan Syaripudin Nurdin (2002) guru adalah orang yang menyebabkan seorang tahu atau sanggup berbuat sesuatu atau seseorang yang memberi berupa pengetahuan atau keterampilan.

Guru sebagaimana tenaga profesional lainnya juga mempunyai hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya. Hak dan kewajiban tersebut di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen agar dalam kinerjanya mereka akan merasa aman dan terlindugi. Hak dan kewajiban guru di antaranya adalah:

a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.

27 Bab 4 Peran Dosen Sebagai Teacher Librarian

b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.

d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.

e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.

f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian, dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru.

g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

h. Memiliki kebebasan berserikat dalam organisasi profesi.

i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.

j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi.

k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Selanjutnya bahwa profesional harus mencakup:

a. Bersangkutan dengan profesi.

b. Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan tugas.

c. Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.

29 Bab 5 Referensi, Layanan Yang Nyaris Dilupakan

5REFERENSI, LAYANAN YANG NYARIS DILUPAKAN

A. Pelayanan Referensi Buku referensi disebut juga dengan buku rujukan karena merupakan buku yang didesain untuk konsultasi atau diacu dari masa ke masa untuk mencari informasi khusus. Lazimnya, buku referensi tidak didesain untuk dibaca terus menerus seperti buku cerita dan buku pelajaran (Sulistyo Basuki, 1991).

Sebelum ada internet peran layanan referensi dominan bagi para pencari ilmu. Karena referensi merupakan satu-satunya alat yang sangat mudah digunakan untuk mengakses berbagai informasi. Yang dimaksud dengan pelayanan referensi adalah kegiatan yang bertujuan untuk membantu pustakawan dalam menentukan informasi yang kebanyakan dilakukan melalui pertanyaan dan jawaban yang menggunakan referensi, serta memberikan bimbingan untuk menentukan dan memakai koleksi referensi tersebut. Pelayanan referensi yang dimaksudkan adalah

a. Memungkinkan pemustaka menemukan informasi dengan cepat dan tepat.

b. Memungkinkan pemustaka menelusuri informasi dengan pilihan yang luas.

c. Memungkinkan pemustaka menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna

Peran Manajemen Pendidikan Islam30

Sedangkan fungsi pelayanan referensi adalah:

a. Memberikan jawaban atas keperluan informasi

b. Memberikan bimbingan menemukan buku-buku yang tepat

c. Memberikan pengarahan, bagaimana cara menggunakan bibliografi dan koleksi referensi lainnya

d. Untuk supervisi dalam menciptakan tata kerja pelayanan yang rapih dan memudahkan

e. Mengadakan penilaian terhadap koleksi referensi agar diperoleh daya guna yang maksimal.

Pada hakikatnya setiap buku dapat disebut dengan referensi asal informasi yang tercantum di dalamnya disusun sedemikian rupa sehingga informasi yang terkandung di dalamnya mudah diakses. Sebagaimana profesi pustakawan yang lainnya, pustakawan juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada pemustaka. Meskipun sekarang kemajuan teknologi sudah sampai pada tingkat yang memberikan kepuasan kepada pencari informasi, peranan pustakawan masih tetap diperlukan. Pustakawan dapat memilih dan memilah informasi yang diperlukan pengguna jasa perpustakaan. Internet yang merupakan teknologi hanya menyiapkan berbagai informasi yang begitu lengkap sehingga siapa saja dapat mengakses tanpa batas, meskipun informasi tersebut ada yang belum pantas diakses oleh pengguna jasa internet, seperti anak di bawah usia yang semestinya tidak boleh mengakses.

Di sinilah peran pustakawan. Dia yang memilih memilah informasi berbagai jens informasi yang ada diinternet, kemudian menyajikannya kepada pencari informasi, sesuai dengan tingkat pencari informasi tersebut. Ada beberapa faktor penunjang pelayanan referensi di antaranya, adalah

1. Petugas yang cakap dan kompeten dalam bidangnya, ramah tekun, bersedia membantu pemustaka dalam mencari informasi, memiliki pengetahuan yang luas, mengetahui jenis referensi dan penggunaannya, dan menguasai teknik membimbing penelusuran.

2. Koleksi referensi yang memadai dan ditempatkan dalam rak khusus dan terbuka.

3. Kerja sama antarpustakawan dalam penggunaan informasi.

31 Bab 5 Referensi, Layanan Yang Nyaris Dilupakan

Ada dua macam pelayanan referensi, adalah:

1. Pelayanan referensi pokok dan dibedakan menjadi lima bagian, yaitu:

a. Pemberian informasi bersifat umum

b. Pemberian informasi bersifat khusus

c. Pemberian bantuan untuk menelusuri bahan pustaka dengan menggunakan catalog, bibliografi dan alat penelusuran lainnya.

d. Pemberian bimbingan untuk menggunakan koleksi referensi

e. Pemberian bantuan pengarahan untuk menemukan pokok bahasan tertentu dalam buku yang sesuai dengan minat dan bidang studi pemakai.

2. Pelayanan referensi penunjang, dibedakan menjadi enam bagian, yaitu:

a. Mengadakan hubungan dan kerja sama dengan pustakawan lain atau dengan penyedia jasa informasi lain dalam penggunaan informasi

b. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan penggunaan, alat-alat temu kembali, misal katalog, bibliografi serta pengguna buku referensi

c. Menyelenggarakan pameran koleksi perpustakaan terutama bahan pustaka yang baru diterima

d. Mengorganisir koleksi referensi dengan baik sehingga mudah digunakan dan ditemukan oleh pencari informasi

e. Mengorganisir bahan kliping dan vertical file lain

f. Mencatat dan mengumpulkan data bagian pelayanan referensi.

Penelusuran infromasi ini sering dihubungkan dengan keahlian subjek, artinya seorang penelusur yang memiliki latar belakang disiplin ilmu tertentu ditugaskan menelusuri literatur dalam bidangnya. Spesialis subjek ini bekerja dalam bidang tertentu, namun mencakup berbagai kegiatan lainnya dalam masalah produksi, seperti pemilihan koleksi bahan pustaka, penomoran klasifikasi, bibliografi dan tugas rujukan lain.

Sehubungan dengan penggunaan teknik informasi yang semakin meruyak di Indonesia, maka perpustakaan bertugas menelusur informasi dari sarana paling sederhana berupa katalog perpustakaan, menyusul

Peran Manajemen Pendidikan Islam32

literatur sekunder berupa indeks dan abstrak, hingga ke penelusuran terpasang berupa online searching, penggunaan CD room. (Sulistyo Basuki, 1991).

Tetapi dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat, dan banyak penelusur informasi yang mencari informasi seperti menggunakan laptop, komputer dan lain-lain. Maka cara lama kurang begitu diamati sebab pencari informasi sudah diberikan kemudahan dalam mengakses, hanya berlangganan ke penyedia informasi yang saat ini sangat banyak ragamnya.

Jati diri seorang pustakawan dibentuk berbagai faktor yang memengaruhinya yaitu internal berupa bakat, minat dan potensi sejak lahir, serta eksternal, yaitu hal yang datang dari luar dirinya, seperti lingkungan keluarga, adat istiadat dan buaya, tempat tinggal, pendidikan, pelatihan dan pengalaman serta ujian perjuangan.

Menurut Soejipto (2009) mengatakan bahwa sebaiknya seorang pustakawan ada kompetensi yang dapat mendukung kinerjanya Kompetensi memiliki pustakawan dibagi menjadi dua tipe.Tipe pertama soft competency berarti kompetensi yang erat hubungannya dengan kemampuan untuk mengatur proses pekerjaan dan berinteraksi dengan orang lain. Tipe pertama ini adalah kemampuan manajerial, memimpin, komunikasi dan membangun hubungan dengan orang lain. Tipe kedua, hard competency berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis pekerjaan yang ditekuni, seperti kemampuan mengklasir, membuat indeks, abstrak, melayani pemustaka, melakukan penelusuran informasi.

B. Bimbingan Penggunaan Koleksi ReferensiBimbingan kepada pemustaka diberikan agar mampu menggunakan koleksi dan sumber referensi dengan cepat dan tepat. Karena didapati hal inilah yang menyebabkan banyak pemustaka yang kurang mampu menggunakan koleksi referensi dengan tepat perlunya bimbingan yang efektif sehingga mereka akan merasa terpuaskan dengan bimbingan yang diberikan. Bukankah tugas utama pustakawan adalah melayani? Jadi, jadilah pelayan yang baik!

Bimbingan dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Bimbingan langsung yang merupakan bimbingan melalui hubungan langsung pustakawan referensi dengan pemustaka dan ada dua sifat hubungan tersebut:

33 Bab 5 Referensi, Layanan Yang Nyaris Dilupakan

1. Yang bersifat individual-informal

Yang diberikan adalah bagaimana menggunakan koleksi referensi, katalog perpustakaan, kepada pemustaka yang menanyakannya.

2. Yang bersifat klasikal-formal

Bimbingan diberikan kepada sekelompok pemakai dalam ruang tertentu dan bersifat formal.

b. Bimbingan tak langsung

Bimbingan dilakukan melalui media tertentu, misalnya dengan menerbitkan buku informasi, buku pegangan atau penerbit lain. Tujuan bimbingan penggunaan referensi adalah agar pemustaka mengenali dan mampu menggunakan koleksi referensi sebagai sumber informasi dengan cepat dan tepat, sedangkan isi bimbingan referensi terdiri dari:

1. Memberikan pengertian mengenai hubungan antara kegiatan pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dan koleksi referensi sebagai sumber informasi

2. Uraian mengenai jenis koleksi referensi menurut sifat dan jenis isi kandungan informasi

3. Contoh koleksi referensi

4. Cara menggunakan jenis koleksi referensi sebagai sumber informasi

5. Latihan mencari dan menggunakan koleksi informasi sebagai informasi.

Semua kegiatan tersebut dapa dilakukan melalui media, ceramah, latihan dan pemberian penugasan.

Media pertanyaan dan jawaban berkaitan dengan masalah referensi, sebagai berikut:

1. Lisan, langsung, pertanyaan dan jawaban disampaikan dengan tatap muka. Tak langsung, pertanyaan dan jawaban disampaikan secara lisan melalui media telepon atau media sejenisnya.

2. Tertulis langsung, pertanyaan dan jawaban disampaikan sendiri secara tertulis, menggunakan formulir atau tidak menggunakannya.

Prosedur menjawab pertanyaan, tata urutan menjawab pertanyaan referensi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Peran Manajemen Pendidikan Islam34

a. Menerima pertanyaan

Pustakawan perlu mengetahui:

1. Untuk keperluan apa informasi tersebut!

2. Identitas, kualifikasi dan spesialisasi penanya, untuk menetapkan pertanyaan yang diberikan.

b. Mencatat dan mengklasifikasi pertanyaan

Isi pertanyaan dianalisis dan diklasifikasikan agar dapat ditentukan sumber referensi yang sesuai untuk menjawab pertanyaan tersebut.

c. Mengerjakan penelusuran

Pertanyaan yang menghendaki beberapa bahan pustaka tertentu, perlu dijawab melalui penelusuran (searching), hasil penelusuran dapat berupa sumber yang menunjukkan di mana informasi dapat ditemukan.

d. Mencatat jawaban

Jawaban tidak seketika diberikan atau yang memerlukan penelusuran, hendaknya dicatat dalam formulir pertanyaan dan jawaban referensi.

e. Menyampaikan jawaban

Jawaban dapat diberikan secara lisan maupun tulisan secara langsung maupun melalui perantara. Dalam hal pertanyaan yang tidak ditemukan jawabnya pustakawan perlu menyertakan saran-saran yang dapat membantu untuk menemukan informasi yng diperlukan pemustaka misalnya menunjuk perpustakaan atau jasa informasi seperti PDII LIPI.

Untuk lebih memudahkan pustakawan dalam mengenali ciri-ciri buku referensi, Sulistyo Basuki (1991) menerangkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Buku referensi, ditunjukkan untuk keperluan konsultasi. Lazimnya hanya bagian tertentu yang digunakan untuk suatu kepentingan, sudah pasti buku acuan seperti kamus, ensiklopedia, buku tahunan dan lain-lain. Serta sejenisnya yang menyajikan informasi secara langsung namun jenis buku referensi lain seperti bibliografi. Indeks dan abstrak tidak menyajikan informasi melainkan merujuk ke sumber lain yang memiliki informasi yang dibutuhkan pemakai.

35 Bab 5 Referensi, Layanan Yang Nyaris Dilupakan

b. Buku referensi tidak dimaksudkan untuk dibaca seperti buku biasa. Novel ditulis supaya dibaca sampai lengkap. Tidak seperti buku referensi seperti tidak seorang pun membaca kamus atau ensiklopedia dari pertama sampai akhir.

c. Buku referensi sering terdiri dari entri yang terpotong. Masing-masing entri tidak sama panjangnya. Seperti sebuah entri ensiklopedia mungkin berkaitan dengan entri lain.

d. Diperpustakaan buku referensi biasanya dipinjamkan karena buku tersebut diperlukan setiap waktu untuk konsultasi, pustakawan tidak dapat menduga bilamana sebuah buku referensi diperlukan.

e. Penggunaannya terbatas pada ruang referens saja.

f. Informasi disusun untuk memudahkan penelusuran secara cepat dan menyeluruh. Susunan ini dapat menurut abjad, judul, subjek, atau kronologi disertai dengan indeks untuk keperluan temu kembali.

Walaupun terdapat ciri-ciri buku referens seperti di atas, dalam praktik sehari-hari, buku referensi dan biasa tidaklah tajam. Keputusan untuk menentukan sebuah buku yang akan dipinjam tergantung dari perpustakaan. Namun buku seperti Ensiklopedia Indonesia, Yearbook atau Biografi Orang Terkemuka di Indonesia selalu dianggap sebagai buku referensi.

Untuk menentukan pemberian jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pemustaka, maka berikut draft bagan yang berhubungan dengan masalah referensi:

Peran Manajemen Pendidikan Islam36

Klasifikasi referens Jenis pertanyaan Sumber referensi

Bahasa, terminologi

Arti, asal kata, definisi, pengerjaan, pengucapan, singkatan, istilah, kata asing, sinonim dan simbol

Kamus

Pemilihan bahan pustaka

Buku terbaik, bidang pengetahuan, terbitan, review, perincian bibliografi, bahan pustaka

Bibliografi, indeks abstrak

Data, peristiwa, kegiatan Kejadian, statistik, tradisi, catatan, kegiatan Almanak, buku tahunan

Latar belakang pedomanInformasi umum, belajar untuk diri sendiri, cara mengerjakan sesuatu

Ensiklopedia, buku pegangan manual brosur pamflet

Orang/pribadiPemimpin/spesialis, orng terkenal, cara mengerjakan sesuatu

Sumber biografi, direktori

Organisasi dan lembagaTujuan keanggotaan, orng terkenal, struktur, nama pejabat, alamat

Direktori, buku tahunan, almanak, brosur, pamflet

tempat Lokasi dekskripsi, jarak identifikasi

Sumber, geografi, brosur, pamflet

Ilustrasi, sumber Bentuk, model, tupa, warna, desain, diagram, foto

Ensiklopedia, kamus sumber bibliografi sumber geografi, brosur pamflet

Undang-undang, peraturan, keterangan resmi

Perundang-undangan, peraturan, data/fakta, resmi

Lembaga negara, laporan pemerintah, dan terbitan resmi lainnya.

37 Bab 6 Memaknai Profesi Dosen

6MEMAKNAI PROFESI DOSEN

A. Potensi Diri Seorang DosenPerlu disadari bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan yang dimiliki harus diatasi dengan berbagai hal, tergantung pada kekurangan mana yang dia miliki sehingga kekurangan dapat diminimalisir. Sedangkan kelebihan yang dimiliki sebaiknya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat sehingga potensi dapat dijadikan sebagai pendukung kinerjanya.

Kelebihan diri bisa disebut potensi dikembangkan melalui berbagai jalur, seperti melalui diklat, seminar atau pendidikan. Bisanya hasil kerja yang didukung oleh potensi akan lebih memuaskan jika dibandingkan dengan hasil kerja yang ditopang oleh kemampuan yang pas-pasan.

Qur’an surat Al-Isra (17) ayat 84 telah melansir kinerja seseorang akan berhasil baik jika didukung bakat dan kemampuannya:

شاكته قل يعمل � علم بمن هو ۦكفربكم أ

هدى سب�� ٨٤أ

شاكته قل يعمل � علم بمن هو ۦكفربكم أ

هدى سب�� ٨٤أ

Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.

Yang dimaksud dengan keadaan ialah potensi yang mereka miliki yang terbentuk dari lingkungan di mana mereka bekerja.

Peran Manajemen Pendidikan Islam38

Sangat disayangkan, karena sebagian besar orang (termasuk dosen) tidak menyadari keberadaan potensi diri sehingga banyak potensi-potensi yang terbenam menjadi hilang karena tidak dibina dan dikembangkan. Pendapat ini diperkuat oleh Ahmad (2008) sebab terbenamnya potensi diri di mana dia berpendapat bahwa keterbenaman potensi tersebut dikarenakan oleh dua faktor berikut ini:

a. Faktor internal

1. Kegagalan yang pernah dialami

Kegagalan adalah pengalaman pahit yang melumpuhkan semangat hidup. Kita bisa menjadi tertutup, acuh dan tidak mau berkembang. Semua kesempatan yang lewat dianggapnya sebagai sesuatu yang dapat mengantarkan ke kegagalan berikutnya

2. Informasi negatif yang diterima

Disadari atau tidak, lingkungan di sekitar dengan nuansa negatif. Surat kabar, televisi, radio, media lain, kurang profesional dalam menyiarkan beritanya, dalam arti berita atau informasi yang negatif jauh lebih banyak dibandingkan dengan informasi yang positif

3. Komunitas negatif yang ditemui

Komunitas negatif di mana-mana. Karena informasi yang mereka terima kebanyakan bermuatan negatif, maka apa yang mereka sampaikan, yang mereka ucapkan kebanyakan negatif. Istilah GIGO (Gabage in Garbaggr Out) artinya jika yang diterima negatif, maka pikiran, perasaan, ucapan, tindakan juga berakibat negatif.

b. Faktor eksternal

Manusia memiliki tiga macam penyakit yang ada di dalam potensi dirinya, yaitu:

1. Penakut

Manusia pada dasarnya adalah penakut. Karena pengalaman negatifnya, manusia takut berubah, takut maju dan takut berkembang. Semua yang ada di hadapannya dianggap kenistaan, kehancuran dan kemunduran. Manusia macam ini akan mengalir hidupya. Padahal pengalaman hidup semestinya menjadi pemicu untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

39 Bab 6 Memaknai Profesi Dosen

2. Pemalu

Pengalaman masa lalu, kurangnya pengetahuan tentang potensi diri, menguatkan ego dan gengsi kita. Masa lalu untuk melakukan hal yang baik sementara harus menggerus ego dan gengsi. Senang berdiam diri dan malu keluar dari zona keamanan untuk meraih prestasi.

3. Pemalas

Malas bekerja, berpikir, bertingkah laku yang baik. Hanya menginginkan sesuatu yang menyenangkan tanpa berusaha terlebih dahulu tanpa bekerja dan tanpa mau berpikir.

Dari dua faktor tersebut, eksternal berpengaruh sangat besar dalam kehidupan kita, baik individu maupun kelompok dosen. Dan keadaan ini juga banyak terjadi di kalangan dosen yang memang tidak menghendaki kemajuan. Mereka masih berpaku pada PNS Oriented, yaitu bekerja apa adanya, yang penting mereka datang, absen di tempat bekerja. Mereka tidak mampu menciptakan pekerjaan selain bekerja harian yang mereka suda terbiasa dilakukan. Mereka tidak ada rasa untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Anggapan bahwa bekerja atau tidak pada akhir bulan mereka menerima gaji, jarang terlintas di benak mereka bahwa suatu saat nanti mereka dituntut mengumpulkan angka kredit tertentu jika akan mengusulkan kenaikan pangkat dan golongan.

Memang agak sulit untuk mengubah pola kerja dan pikiran mereka yang sudah hampir mati rasa, tapi bagaimanapun, mereka harus dibina lebih baik dan lebih maju bermanfaat dengan harapan mau mengubah dirinya sedikit demi sedikit. Dan pada akhirnya mereka sadar bahwa bekerja sebagai tenaga profesional adalah pilihan mereka sendiri.

Kesadaran yang lebih mendalam bahwa sebenarnya mereka mempunyai potensi yang kuat untuk maju. Mereka adalah seorang profesional yang bekerja berdasarkan landasan profesi. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan pekerjaan yang mereka peroleh dari pendidikan dan latihan mengenai pekerjaan yang harus dikerjakan dosen di mana persyaratan menjadi dosen minimal S2. Apalagi pengetahuan dan keterampian mereka didukung oleh potensi yang mereka miliki berdasarkan kodrat mereka sebagai seorang pendidik.

Peran Manajemen Pendidikan Islam40

B. Pembinaan Potensi DiriMenurut Sanusi Uwes (1999) bahwa pembinaan dan pengembangan mutu dosen bertolak dari kebijakan dan pengembangan kemampuan profesional ketenagaan guna meningkatkan mutu layanan akademik dan non-akademik. Tekanan pada peningkatan keahlian, perluasan wawasan, pembinaan spirit ilmiah dan pengembangan budaya ilmiah dan kebebasan akademik. Sasaran utama adalah peningkatan mutu akademik dan peningkatan kewenangan akademik. Masih menurut Sanusi Uwes, pembinaan dapat melalui:

a. Program latihan prajabatan

b. Peningkatan keahlian melalui studi lanjut

c. Studi lanjut nongelar

d. Pengembangan staf melalui pertemuan ilmiah

e. Penataran

f. Pengembangan staf melalui peningkatan mutu penelitian

g. Pengembangan staf melalui peningkatan pengabdian

h. Penguasaan.

Berikut beberapa langkah yang dipertimbangkan oleh seorang dosen:

1. Mengembangkan diri dengan banyak membaca, menghadiri pertemuan profesional, kontak formal maupun nonformal dengan dosen lain.

2. Mengembangkan kemampuan berbahasa, bukan saja bahasa Indonesia yang baik dan benar, melainkan juga bahasa asing lainnya. Seperti bahasa Inggris, Arab dan bahasa yang biasa digunakan untuk masalah keislaman.

3. Bersikap selektif terhadap teknologi baru, terutama informasi.

4. Bertindak sesuai dengan akidah dan kaidah Islam.

Dari segi pengertian, mediator adalah seorang yang mampu menemukan berbagai informasi yang diperlukan oleh yang memerlukan. Orang tersebut dapat berupa sebagai seorang dosen (pemilik informasi) dan orang yang memerlukan informasi adalah pemustaka atau anak didik. Seorang dosen sebaiknya menyadari kekurangan yang ada pada dirinya, kekurangan tersebut dapat dilihat dari hasil kerja yang selama

41 Bab 6 Memaknai Profesi Dosen

ini dilakukan, baik itu pekerjaan yang berhubungan dengan perkuliahan atau kegiatan lain yang berhubungan dengan profesinya.

C. Dosen yang BermaknaDosen merupakan salah satu profesi yang tidak saja didasarkan pada aspek keterampilan berupa kemampuan teknis semata, tetapi juga mencakup aspek intelektualitas yang bersifat dinamis. Dosen juga erat dalam memegang peran strategi dalam mendukung dan melaksanakan program Tri Dharma Perguruan Tinggi. Suatu kenyataan bahwa keberadaan profesi dosen di tengah-tengah masyarakat termasuk di lingkungan dunia akademisi belum merupakan profesi yang dibanggakan dan dihargai sebagai seorang yang profesional, sehingga pada akhirnya mereka sering mendapatkan perlakuan yang kurang sewajarnya. Ini mungkin disebabkan karena kurangnya kemampuan atau keterampilan yang mereka miliki atau kurang menyadari bahwa profesi memerlukan sesuatu yang profesional.

Untuk mengetahui, apakah keberadaan dosen bermakna atau tidak, maka ada baiknya berikut kita bahas secara kilas mengenai pengertian etos kerja yang selayaknya diketahui dan dimengerti oleh seorang dosen.

1. Dalam kata etos di mana huruf e berupa epsilon (e pendek) berarti kebiasaan, adat atau asal muasal

2. Dalam kata etos di mana e berupa eta (e panjang) berarti tempat tinggal atau stasiun adat, kesusilaan, watak atau cara berbuat dan pengertian (Boner Pasaribu, 2003).

Hubungannya dengan profesi dosen, maka penulis cenderung condong ke pengertian no. 2 yang menjelaskan bahwa etos bermakna suatu karakter atau watak. Karakteristik dosen ialah mau bekerja dengan sungguh sehingga ungkapan dan rasa tanggung jawa terhadap pekerjaan yang dibebankan dan ditugaskan kepadanya dapat dilaksanakan sesuai dengan profesinya sebagai seorang profesional. Diharapkan dengan adanya tanggung jawab tersebut. Maka akan tercipta hasil karya yang dapat dibanggakan berupa hasil karya ilmiah bidang yang diajarkannya.

Pengertian lain etos kerja dapat diartikan sebagai sikap moral yang berorientasi pada norma sebagai standar yang harus diikuti. Etos kerja dapat diartikan sebagai sikap kehendak yang menegaskan bahwa sikap itu dikehendaki secara bebas atas dasar mereka sendiri.

Peran Manajemen Pendidikan Islam42

Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa setiap pekerja harus dilandasi dan didasari oleh norma dan kesadaran. Seorang dosen memberikan informasi mengenai bagaimana meracik sebuah bom dengan memberi isi informasi tentang bom. Meskipun tugas pokok seorang dosen adalah menyebarkan berbagai informasi yang berhubungan dengan perkuliahan yang diembannya dan yang ia ketahui dan ia miliki, tetapi ada norma dan sikap moral seorang dosen yang selalu mengikatnya untuk menyebarkan informasi yang dapat mengganggu stabilitas nasional dan tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan dan etika agama.

Sebagai seorang PNS dosen berarti sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Dia dituntut untuk melakukan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Jika ia sadar terhadap tanggung jawab dan tugasnya tentu dengan penuh kesadaran ia akan melakukan dengan sebaik mungkin. Jika ditopang dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang dia kerjakan merupakan suatu ibadah yang tentunya akan mendapatkan pahala Allah Swt., karena dilakukan untuk menghidupi keluarganya.

Karena jabatan seorang dosen adalah sebuah profesi, maka diharapkan dia mampu melaksanakan tugas seorang profesioal dengan semangat etos kerja yang tinggi merupakan salah satu prime mover bagi pelipat ganda produktivitas kerja. Bomer Pasaribu (2003) mengatakan bahwa ada 13 sikap etos kerja, yaitu:

1. Efisiensi

2. Kerajinan

3. Kerapian

4. Sikap tepat waktu

5. Kesederhanaan

6. Kejujuran 100%

7. Sikap rasional dalam pengambilan keputusan dan tindakan

8. Kesediaan untuk berubah

9. Kegesitan dalam mempergunakan setiap peluang

10. Sikap bekerja secara energetic

11. Sikap tertumpu pada kekuatan sendiri

12. Sikap bekerja sama

13. Sikap memandang jauh ke depan.

43 Bab 6 Memaknai Profesi Dosen

Seorang dosen tidak hanya sekedar berkutat dengan aktivitas oleh dokumen sebagai pesiapan perkuliahan, tetapi perlu memiliki wawasan dan kepekaan sosial dalam memberikan pelayanan kepada pencari ilmu. Penyelenggaraan pelayanan informasi dapat diwujudkan dengan berbagai cara yang pada intinya adalah pemahaman terhadap keperluan informasi yang relevan dan aktual bagi penggunaan jasa informasi.

Ada akronim sharing yang penulis ambil dari tulisan M. Suprayogi (2008) yang secara ringkas dapat dikemukakan, yaitu

S = incerity (ketulusan)

H = onesty (kejujuran)

A = ppreciation (penghargaan)

R = espectful (menghargai)

I = nnovation(pembaharuan)

N = etworking (Silaturahmi)

G = ear to challenge (keberanian menerima tantangan)

Penjelasan:

Ketulusan dalam menjalankan profesi, seseorang dosen memiliki rasa tulus dalam memberikan pelayanan kepada user. Ketulusan ini akan mengalahkan segala kebimbangan hati dan gangguan berasal dari keinginan yang berasal dari gangguan yang bersifat matrealistis.

Kejujuran, pustakawan yang jujur dalam menjalankan profesinya. Kejujuran tidak selamanya harus mengatakan apa adanya tanpa mengetahui latar belakang masalah. Sebagai contoh, pustakawan harus mempertimbangkan manakala ada seorang yang meminta informasi tentang pembuatan bahan peledak untuk tujuan dedukstif atau dosen setelah berkonsultasi dengan pustakawan membatasi diri dalam menyebarluaskan informasi tentang literatur yang sedang dibaca oleh user.

Penghargaan, derajat yang dianugerahkan kepada seseorang karena memiliki kelebihan dari pada yang lain. Seorang dosen dengan ilmunya dapat digolongkan ke dalam umat yang berpengetahuan karena secara berkesinambungan hidup dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan turut mensukseskan program belajar mengajar.

Menghargai, dengan penghargaan yang dianugerahkan kepada seorang dosen, pelayanan yang ramah dan helpfull kepada pencari ilmu

Peran Manajemen Pendidikan Islam44

sewaktu memberikan perkuliahan dapat semakin ditingkatkan. Sikap ini senantiasa diorientasikan kepada kehidupan yang lebih baik, terutama kehidupan akademisi yang lebih progresif dan dinamis.

Pembaharuan, seorang dosen sebagai sebuah profesi seperti halnya profesi yang lainnya dituntut untuk terus mengadakan perbaikan dan perubahan, umpamanya dengan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, seorang dosen yang inovatif, maka profesi ini akan menempati posisi yang tawar baik dan merupakan aset bagi lembaga yang menaunginya.

Jaringan kerja lebih diarahkan kepada pola kerja berbasis ukhuwah Islamiyah. Dengan networking ini, ikatan kasih dan sayang sesama dosen akan muncul dengan sendirinya jika dibandingkan dengan networking yang dilakukan secara formal yang cenderung bernuansa komersial. Pola kerja yang berbasis pada pola ukhwah Islamiyah tidak hanya akan mendatangkan keuntungan individual, tetapi juga dapat melahirkan semangat kebersamaan yang akhirnya mampu melahirkan manfaat kolektif.

Keberanian menerima tantangan, sikap dosen yang relevan dengan kondisi zaman ialah keberanian menerima tantangan yang sebelumnya tidak pernah diimpikan. Sebagian besar masyarakat dosen, tentunya tida pernah bermimpi menjadi seorang yang profesional.

Pertanyaan yang muncul, apakah ada hubungan dengan etos kerja? Sesungguhnya 13 etos kerja sudah berjalan dengan nilai kerja seorang profesional seperti dosen dengan dukungan kegiatan Tridarma perguruan tinggi. Dan hal ini menjadi watak dan karakteristik seorang dosen profesional agar posisinya di tengah masyarakat akan dapat memberikan makna kepada masyarakat lingkungan.

Dengan demikian bahwa profesi seorang dosen akan bermakna jika:

1. Memiliki budaya kerja produktif

2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban

3. Menghormati hak orang lain

4. Gemar bekerja sama

5. Bersaing secara sehat

6. Bersikap efisien

7. Gemar bekerja keras

45 Bab 6 Memaknai Profesi Dosen

8. Menghargai hasil kerja orang lain

9. Lebih berorientasi pada prestasi dari pada prestise.

Dengan demikian, maka etos kerja harus menjadi sikap mental seseorang dosen yang dapat berkembang secara cepat dan baik jika diberi kesempatan seluasnya dan memperoleh penghargaan dan imbalan yang sesuai dengan hasil karyanya. Meskipun dalam kenyataan hidup cukup banyak faktor penghambat etos kerja karena banyaknya ketimpangan yang ada di tengah masyarakat, khususnya masyarakat akademisi.

47 Bab 7 Jadilah Pelayanan yang Terbaik

7JADILAH PELAYANAN YANG TERBAIK

Kata pelayanan berasal dari kata service diambil dari bahasa Inggris: service vt serviced; servicing (1893): to perform service for, as : a: to repair or provide maintenance for (Merriam-Webster, 2010.

Dalam perkembangannya kata service yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi servis dan menjadi serpis. Pengertian serpis mengandung beberapa yang berbeda, contoh mobil si Ahmad sedang diservis, akan berbeda artinya dengan kalimat servis dihotel Grand Kemang sangat memuaskan.

Pengertian mobil sedang diservis berarti sedang diperbaiki, sedangkan servis hotel mempunyai arti yang lebih luas berarti pelayanan, sarana, makanan, transport, alat komunikasi dan lainnya.

A. Fungsi Sebuah LayananDalam berbagai literatur mengenai pengertian layanan, dan secara dihubungkan dengan perpustakaan, dan jenis perpustakaan yang dibagi menjadi:

1. Perpustakaan Internasional

2. Perpustakaan Nasional

3. Perpustakaan Umum

4. Perpustakaan Khusus

Peran Manajemen Pendidikan Islam48

5. Perpustakaan Sekolah

6. Perpustakaan Perguruan Tinggi

7. Perpustakaan Pribadi

Memiliki jenis perpustakaan, perputakaan UIN Jakarta dan Fakultas di bawah naungan termasuk Perpustakaan Khusus. Namun karena sejarah dan kebiasaan yang berlaku, maka perpustakaan dipisahkan ke dalam kelompok perpustakaan khusus. Meskipun beda tetapi dalam perpustakaan perguruan tinggi dalam isian berbagai direktori.

Perpustakaan sebagai learning resource centre mampu mempunyai visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang dicapai sesuai dengan sifat dan kaidah perpustakaan tersebut. Pada umumnya perpustakaan berfungsi sebagai tempat pendidikan, informasi, rekreasi, penelitian, penyimpanan, dan cultural. Apa pun jenisnya semua perpustakaan melakukan enam fungsi perpustakaan. Fungsi penyimpanan lebih tinggi intensitas pelaksanaannya di Perpustakaan Nasional sebagai perpustakaan yang bertugas menyimpan semua terbitan dari sebuah negara jika dibandingkan dengan perpustakaan di perguruan tinggi. Ke dalam fungsi penelititan lebih tinggi di perguruan tinggi jika dibandingkan dengan perpustakaan sekolah. Dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi jauh lebih rendah intensitasnya dibanding perpustakaan umum. Pelayanan perpustakaan tidak hanya dilakukan oleh pustakawan saja tetapi oleh dosen yang memanfaatkan koleksi perpustakaan sebagai buku rujukan.

B. Ketersediaan Informasi dan Fasilitas BelajarLembaga pendidikan dalam informasi harus didahulukan dan disiapkan oleh lembaga yang bersangkutan. Ketersediaan informasi sudah merupakan suatu keharusan. Dapat dilihat peserta didik yang datang ke perpustakaan untuk mencari informasi yang diperlukan. Dan ini diperkuat dengan adanya tugas yang sering diterima pada dosen, tugas yang ada hubungannya dengan materi perkuliahan. Meskipun ada yang dari internet sebagai sumber informasi, tetapi koleksi tercetak yang ada di perpustakaan seperti buku, majalah dan jurnal masih menjadi tujuan utama pencarian informasi yang diperlukan. Pendidik memerlukan informasi untuk memperkaya pengetahuan dan kemudian menstransfer kepada anak didik. Anak didik memerlukan

49 Bab 7 Jadilah Pelayanan yang Terbaik

informasi untuk kelengkapan bahan perkuliahan, dan perpustakaan yang menyediakan berbagai koleksi dengan bentuk yang diperlukan dosen, mahasiswa dan pustakawan itu sendiri.

Perpustakaan memegang peran dalam mengelola sumber daya informasi yang diperlukan anggota masyarakat akademisi. Pemustaka mengharapkan akses informasi dapat dilakukan dengan mudah, murah, cepat dan akurat. Untuk sekadar mengingatkan sebagai dosen dan pustakawan yang berkecimpung di dunia pendidikan, sebaiknya, koleksi apa saja yang dimiliki oleh perpustakaan perguruan tinggi adalah:

1. Buku ajar

2. Buku yang baru diterbitkan

3. Majalah

4. Buku langka dan manuskrip

5. Koleksi lain, seperti:

a. Peta

b. Lembaran musik

c. Mikrobentuk

d. Rekaman suara

e. Film (menghibur dan dokumenter)

6. Skripsi, tesis dan disertasi

7. Arsip (ditekankan mengenai sejarah berdirinya lembaga tersebut)

8. Materi tercetak dalam bentuk khusus.

Tidak semua koleksi perpustakaan dapat dipinjam untuk jangka waktu tertentu. Ada beberapa jenis koleksi yang hanya dibaca diruang perpustakaan atau fotokopi, yaitu:

1. Buku referensi

2. Bibliografi buku

3. Katalog tercetak

4. Abstrak dan indeks

5. Koleksi khusus seperti buku langka, manuskrip, audio, visual, seperti peta, musik, mikrobentuk, rekaman

6. Majalah

Peran Manajemen Pendidikan Islam50

Buku referensi tidak dapat dipinjamkan karena dalam buku tersebut hanya tersedia beberapa pengertian atau definisi yang cukup hanya dicatat dan dikopi saja.

Gedung perpustakaan memiliki beberapa ruangan. Keberadaan ruangan tersebut disesuaikan dengan keperluan perpustakaan yang ada. Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika pada saat mendirikan bangunan perpustakaan berkonsultasi kepada dosen dan pustakawan. Dengan alasan bahwa di kemudian hari tidak akan banyak perubahan mengenai tata ruang yang diperlukan, sebab pustakawan sudah memperkirakan beberapa tahun ke depan penambahan koleksi berdasarkan pada rencana strategi dan perhitungan kasar.

Untuk perpustakaan perguruan tinggi, fasilitas yang diharapkan adalah

1. Meja baca (wajib)

2. Kursi (wajib)

3. Study carel (meja belajar tersendiri yang dilengkapi dengan peralatan belajar yang sangat memadai, seperti penerangan, lampu dan lain-lain dan disiapkan untuk dosen yang sering menulis tesis atau disertasi).

4. Karpet untuk lantai

5. AC dan kipas angin

6. Telepon

7. Jaringan internet

8. Mesin foto copy

Jenis peralatan yang ada untuk sebuah perpustakaan akan berbeda antara perpustakaan yang satu dan jenis perpustakaan yang lainnya. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk sebuah perpustakaan dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan pelayanan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, perpustakaan sudah memberikan apa yang dikehendaki oleh pemustaka.

Perpustakaan harus menyediakan komputer yang memadai yang akan digunakan oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas perkuliahan, khususnya semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsi, atau mahasiswa yang menjalankan tugas makalah. Apalagi jika sarana

51 Bab 7 Jadilah Pelayanan yang Terbaik

dilengkapi dengan saluran internet, sebab banyak mahasiswa yang sudah memiliki laptop yang dapat disambungkan ke jaringan dunia maya.

Masalah sumber daya manusia, baik pustakawan maupun sering diminta pertimbangan sewaktu akan membeli buku baru. Dikatakan memiliki peran penting, sebab dosen banyak membaca buku atau literatur yang ada di perpustakaan sebagai bahan ajar perkuliahan. Dosen harus menganjurkan kepada mahasiswa membaca buku dan literatur sebagai pengaya perkuliahan, terutama bahan yang diskusi mata kuliah yang diajarkan. Perpustakaan memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang berlaku di instansi tersebut. Taslimah Yoesoef (1996) mengatakan bahwa ada beberapa persyaratan pustakawan, yaitu:

1. Persyaratan sikap mental

Pustakawan perpustakaan umum harus mempunyai jiwa pengabdian terhadap tugs dan fungsi perpustakaan umum sebagai sarana penunjang pendidikan formal dan nonformal serta senantiasa membantu, membimbing dan memberi pelajaran kepada masyarakat secara terbuka dan sukarela sehingga tujuan perpustakaan umum tercapai.

2. Persyaratan pengetahuan

Seorang pustakawan umum harus berpengetahuan dan berwawasan luas agar dapat menjawab pertanyaan yang datang dari masyarakat. Pustakawan harus menambah pengetahuannya dengan memanfaatkan koleksi yang tersedia di perpustakaan dan mengikuti pendidikan, seminar dan ceramah kegiatan yang mendukung tugas di perpustakaan.

Meskipun persyaratan tersebut untuk perpustakaan umum, namun kita juga dapat menggeneralisasikan perpustakaan secara luas dalam arti tidak terbatas pada perpustakaan umum saja, tetapi juga berlaku untuk perpustakaan secara menyeluruh. Ini berarti jenis perpustakaan apa seorang pustakawan ini bertugas, persyaratan tersebut harus selalu mengiringi dan melekat pada dirinya sebagai seorang pustakawan profesional.

C. Kerja Sama Dosen dan PustakawanTidak semua dosen dan pustakawan mau dan ingin meningkatkan dirinya dengan membaca dan mengikuti kegiatan yang dapat menambah

Peran Manajemen Pendidikan Islam52

kemampuan dan keterampilan sebagai profesional. Hakikatnya, dosen dan pustakawan harus mengikuti perubahan zaman di bidang informasi, atau yang berhubungan dengan pengetahuan pustakawan tetapi hal ini jarang mereka sadari. Akhirnya keberadaan ini berimbas pada kemandekan mereka dari kemajuan dan profesionalisme. Mereka bekerja berdasarkan kebiasaan yang mereka lakukan tanpa melihat sekeliling di tempat mereka bekerja.

Saat ini pelayanan mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan adanya sarana teknologi informasi dan adanya koleksi digital library. Keadaan ini tentu berakibat pada kemampuan dosen untuk mengakses informasi dari teknologi informasi dan pustakawan juga mengetahui penerapan agar pemustaka dapat mengakses dengan tepat dan cepat.

Pustakawan yang bekerja pada tatanan tradisional dan kemampuan serta keterampilan yang pas-pasan, tentu tidak dapat memberikan pelayanan yang dikehendaki oleh pemustaka. Ini berarti tidak sesuai dengan tujuan didirikannya sebuah perpustakaan dan akan berlanjut pada tidak terlaksananya program Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kekurangan yang selama ini dirasakan oleh dosen dan pustakawan dapat dikategorikan ke dalam tiga hal, yaitu:

1. Kelemahan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan

2. Penguasaan teknologi informasi

3. Sikap dan apresiasi terhadap pekerjaan

Ketiga hal tersebut biasanya dapat teridentifikasi selama dosen dan pustakawan bekerja dan laporan atasan yang membawahinya. Oleh karena itu, jika dosen dan pustakawan ingin untuk meningkatkan kinerjanya secara profesional, maka perbaikilah dirinya, terutama dosen selama ini memanfaatkan perpustakaan sebagai learning center, ada beberapa hal yang dosen dan pustakawan untuk memberikan layanan yang dikehendaki pemustaka adalah:

1. Meningkatkan kemampuan, keterampilan dan sikap

2. Mengikuti perkembangan ilmu dan pengetahuan teknologi digital dan berusaha untuk mempelajarinya

3. Memperbaiki kinerja staf sejalan dengan peran pustakawan sebagai pendukung proses pembelajaran di lembaga pendidikan

4. Untuk pembinaan staf diperlukan beberapa kegiatan, seperti:

53 Bab 7 Jadilah Pelayanan yang Terbaik

a. Mengikuti pelatihan

b. Berpartisipasi dalam kegiatan profesional

c. Banyak membaca berbagai literatur yang ada hubungannya dengan kepustakawanan.

Jika hal tersebut dapat dilakukan, niscaya dosen dan pustakawan dapat mengerjakan tugas sebagai seorang profesional. Pustakawan akan mendapat apresiasi dan pengunjung atau orang yang dilayaninya. Dan dosen akan merasa dihargai karena kemampuannya tersebut. Dosen dan pustakawan harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang pelayan yang harus belajar bagaimana cara yang terbaik dalam melayani pelanggan.

D. Jadilah Pelayan yang BaikSebagai seorang dosen dan pustakawan yang berprofesi sebagai tenaga kerja profesional, kita dihadapkan pada hal yang sepele, merasa rendah hati. Sebab kita tidak menyadari bahwa sesungguhnya dosen dan pustakawan adalah sebagai pelayan. Apalagi jika pada diri masih melekat anggapan bahwa bekerja di perpustakaan merupakan hukuman dan pembuangan tenaga kerja bermasalah. Buanglah jauh anggapan ini. Begitu juga dosen, dia menyadari bahwa mengajar atau memberi ilmu sama dengan pelayanan kepada mahasiswa yang memerlukan penambahan pengetahuan.

Kita katakan sebagai seorang pelayan sebab kita selalu melayani masyarakat yang datang ke tempat perkuliahan dan perpustakaan dengan berbagai tujuan. Mereka tentu akan mencari sesuatu yang mereka perlukan. Terkadang mengalami kesulitan menemukan sesuatu. Dalam keadaan seperti ini mereka mencari petugas untuk menanyakan sesuatu yang sedang mereka bingungkan. Sebagai petugas mediator, tidak boleh berpangku tangan membiarkan mereka dalam kebingungan. Dan di sinilah perlu adanya pengetahuan dan keterampilan dosen dan pemustaka dalam menguasai segala sesuatu yang ada dan berhubungan dengan perpustakaan.

Perlu diingat bahwa melayani bukan dilayani, mendorong bukan menghambat, mempermudah bukan mempersulit, sederhana bukan berbelit, dan terbuka untuk semua bukan untuk segelitir orang saja.

Peran Manajemen Pendidikan Islam54

Nursalam (1996) mengatakan bahwa dengan pelayanan yang baik atau pelayanan prima sehingga pemustaka merasakan kesenangan dan kepuasan, adalah

1. Layanan yang diberikan sesuai dengan keperluan yang dikehendaki pengguna jasa perpustakaan.

2. Layanan dilakukan secara tepat, akurat, mudah dan murah secara tepat sasaran.

3. Layanan dilakukan tidak berbelit-belit, tetapi dilakukan dengan cara sederhana

4. Ekonomis

5. Menarik, menyenangkan, dan menimbulkan rasa senang dan simpati

6. Layanan dilakukan dengan bervariasi dan juga jangan monoton’

7. Layanan diharapkan merangsang pengguna kembali keperpustakaan

8. Layanan berbasis pada keramahan, informatif, bimbingan arahan tetapi tidak bersifat menggurui

9. Layanan hendak memberikan penemuan baru

10. Layanan mampu menumbuhkan rasa percaya diri pada pengguna jasa perpustakaan

Pemberian layanan di setiap perpustakaan akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut tergantung pada jenis perpustakaan yang menyediakan jasa layanan. Tetapi secara garis besar, layanan yang ada di perpustakaan dapat dikembangkan ke arah:

1. Menyusun rencana operasional yang meliputi berbagai layanan, sistem, tata tertib, pembiayaan peralatan dan sumber daya manusia.

2. Layanan pemberian informasi

3. Layanan sirkulasi, kegitatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam hal pemesanan, peminjaman, pengembalian serta temu kembali informasi

4. Layanan referensi, layanan yang hanya dapat diberikan secara terbatas di perpustakaan. Layanan referensi merupakan kegiatan memberikan informasi kepada pengguna jasa perpustakaan dalam bentuk cepat.

55 Bab 7 Jadilah Pelayanan yang Terbaik

5. Penelusuran literatur, kegiatan pencarian dan penemuan kembali semua perpustakaan yang pernah ada mengenai suatu bidang tertentu

6. Bimbingan pemakai, memberikan panduan penjelasan tentang pemanfaatan perpustakaan kepada pemustaka baru.

Kegiatan yang terjadi diperpustakaan sama dengan kegiatan pembelajaran, karena dalam kegiatan tersebut terjadi transfer informasi berupa pengetahuan. Dalam pembelajaran pada beberapa kegiatan disebut pendidikan dan pengajaran, dan sudah menjadi kenyataan bahwa dunia pendidikan tidak pernah selesai dan berakhir, dan bahkan tidak terelakkan. Penyebabnya adalah karena keunikan dalam kehidupan manusia yaitu tidak pernah sepi dari nilai luhur yang dicitakan. Sementara itu, manusia memang mampu membuat berbagai pertanyaan dan menciptakan berbagai jalan yang semakin lama semakin maju.

Seorang dosen dan pustakawan dikatakan sebagai pendidik yang selalu menstransfer pengetahuan berupa informasi kepada yang memerlukan. Jika informasi tidak baik dan tidak sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku, maka si penerima informasi akan terbentuk sebagai manusia yang tidak mengenal akidah dan norma masyarakat yang berlaku.

Masalah pendidikan adalah masalah manusia yang selalu terikat oleh ruang dan waktu yang terjadi karena adanya interaksi dengan yang lainnya. Ada guru atau pendidik yang pandai mentransfer pengetahuan dengan baik sehingga anak didik cepat memahaminya, tetapi banyak guru atau pendidik yang kurang mampu melakukan sehingga berakibat dengan tidak sukanya anak didik terhadap materi pelajaran tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh pendidik tersebut. Oleh sebab itu, masalah kompetensi merupakan prioritas utama bagi seorang profesional agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Menempatkan seorang bukan pada ahlinya yang akan menghambat jalannya kinerja organisasi dan bahkan menimbulkan ketidaknyamanan lingkungan, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Bukhari, yang artinya “apabila suatu persoalan atau pekerjakan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kompetensi, maka tunggulah saat kehancurannya)”.

Peran Manajemen Pendidikan Islam56

Garjito (2008) mengatakan ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang pustakawan agar dia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Kompetensi itu di antaranya:

1. Motif, sesuatu yang secara konsisten yang dipikirkan atau diinginkan oleh pustakawan yang menyebabkan suatu tindakan. Motif mendorong, mengarahkan dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.

2. Sifat, karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi maupun informasi yang diperolehnya. Ketelitian dan kecepatan dalam memberikan layanan merupakan ciri fisik kompetensi seorang pustakawan.

3. Konsep diri, sikap, nilai atau citra diri. Percaya diri merupakan keyakinan seorang dosen dan pustakawan bahwa dia dapat secara efektif melayani pemustaka hampir dalam setiap situasi maupun kondisi yang dihadapinya.

4. Pengetahuan informasi yang dimiliki pustakawan dalam bidang kepustakawanan. Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks. Skor pada tes pengetahuan sering gagal memprediksi prestasi kerja karena gagal mengukur pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang sebenarnya dipergunakan dalam pekerjaan.

5. Keterampilan kemampuan mengerjakan tugas fisik atau menilai sesuatu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan konseptual.

Sebagai dosen dan pustakawan ingin memberikan pelayanan yang prima, maka harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dan dibekali dengan berbagai pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan masalah pengetahuan dan kepustakawanan. Jika tidak, maka akan terjadi tugas yang akan membebani atasan, sebab selain tidak dinilai penuh berdasarkan surat tugas, maka sendirinya akan mengambil jam kerja atasan.

57 Bab 8 Penghargaan Terhadap Informasi

8PENGHARGAAN TERHADAP INFORMASI(Sudut Pandang Dosen dan Pustakawan)

A. Al-Qur’an Sebagai Koleksi Bahan PustakaPenjelasan dan uraian Abdullah Darraz yang dikutip oleh M. Quraish Shihab (2005) apabila membaca Al-Qur’an, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi bila Anda membacanya sekali lagi, akan ditemukan makna lain yang berbeda dengan makna yang sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai Anda menemukan kalimat atau kata yang mempunyai arti bermacam-macam. Semuanya benar atau mungkin benar. Ayat Al-Qur’an bagaikan intan; setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang dipancarkan dari sudut yang lain. Dan tidak mustahil, jika Anda mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia melihat lebih banyak ketibang apa yang Anda lihat.

Sekilas tidak melihat satu sisipan dari Al-Qur’an yang tidak mengandung ilmu pengetahuan, bahkan dari hanya satu kata, dapat diartikan dengan berbagai makna yang dapat memberikan kejelasan dari kata yang terkandung dalam ayat tersebut. Maka wajarlah jika seseorang mengetahui isi dan kandungan ayat tersebut dengan mempelajari ilmu lain untuk membongkarnya, seperti ilmu nahwu dan sharaf, dan lain-lain yang dengan ilmu tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kandungan dan tujuan dari sebuah ayat suci Al-Qur’an.

Peran Manajemen Pendidikan Islam58

Karena merupakan sumber ilmu pengetahuan, maka bermuculan berbagai buku yang membahas Al-Qur’an dengan berbagai tafsirnya, yang diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi orang yang mau mempelajari dan membacanya.

Dari segi keperluan, maka bahwa setiap perpustakaan yang ada di lembaga pendidikan keislaman pada khususnya dan lembaga pendidikan tinggi pada umumnya untuk selalu mengoleksi berbagai buku tentang Al-Qur’an dan tafsirnya sehingga manfaat buku tersebut dapat dijadikan sebagai alat pendamai dan penyejuk antarumat beragama yang ada di Indonesia.

Dengan membaca dan mempelajari buku tentang Al-Qur’an dan ilmu yang berkaitan dengannya, maka penilaian terhadap Islam tidak berfokus pada satu sudut pandang dan tafsir yang bermakna lafzhi sehingga akan berakibat pada penyudutan agama Islam ke hal yang bersifat negatif. Tetapi lebih dari itu mempelajari Islam harus dilakukan dengan menyeluruh dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat mendukungnya.

Peran perpustakaan sangat besar dalam menyediakan dan memasyarakatkan buku tentang Al-Qur’an dan tafsirnya. Pada lembaga pendidikan keislaman buku tentang Al-Qur’an dan ilmu yang terkait dengannya merupakan koleksi utama.

Pada awalnya Al-Qur’an hanya merupakan lembaran yang terpisah yang tersimpan di berbagai tempat di rumah para sahabat. Keadaan ini disebabkan untuk menjaga keutuhan dan keaslian Al-Qur’an, di mana untuk mengetahui bahwa sesaat setelah Rasulullah Saw., menerima wahyu beliau mengumpulkan beberapa orang sahabat dan sekretaris beliau untuk mencatat wahyu yang baru saja diterimanya. Peristiwa ini berulang kali dilakukan sampai beliau wafat. Sejarah mencatat bahwa ada beberapa ratus orang sahabat yang hafal Al-Qur’an.

Sejarah terbentuknya Al-Qur’an menjadi satu buku sebagaimana saksikan sekarang ini, yang merupakan kumpulan dari berapa lembaran, terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq. Faktor yang menyebabkan pengumpulan mushhaf Al-Qur’an tersebut adalah banyaknya para sahabat penghafal Al-Qur’an gugur dalam perang Yammah (perang yang terjadi antara kaum muslimin dengan pengikut musailamah al-Kadzdzab/nabi palsu) dalam kisaran 70 orang yang gugur sebagai syuhada (M.Quraish Shihab, 2005).

59 Bab 8 Penghargaan Terhadap Informasi

Ada beberapa persyaratan yang diajukan oleh Abu Bakar dalam peristiwa pembukuan ayat Al-Qur’an:

1. Harus sesuai dengan hafalan para sahabat yang lain

2. Tulisan tersebut adalah benar yang ditulis perintah dan di hadapan Nabi Muhammad Saw. Sebab ada beberapa orang sahabat yang mempunyai inisiatif untuk mencatat sendiri ayat baru saja diterima Nabi Muhammad Saw.

Jadi dengan melihat uraian tersebut, maka perilaku mencatat dokumen yang merupakan ilmu dasar kepustakaan terjadi pada zaman awal bangkitnya Islam sehingga sampai sekarang Al-Qur’an sudah dapat kita baca dan pelajari. Kita tidak dapat membayangkan jika Al-Qur’an tidak dibukukan menjadi sebuah buku, meskipun awalnya terjadi perdebatan yang sengit antara para sahabat terkemuka pada saat dibukukan Al-Qur’an menjadi satu buku, dan bukan berbentuk lembaran seperti sebelumnya.

Dan dengan adanya catatan yang sudah berbentuk buku, maka perpustakaan dapat menjadikannya sebagai koleksi bahan pustaka untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh orang yang mempelajarinya untuk meningkatkan pengetahuannya tentang Islam, apalagi sekarang sudah banyak buku yang membahas Al-Qur’an dan beberapa cabang ilmu yang terkait dengannya. Dengan mempelajari Al-Qur’an maka pengetahuan orang tersebut dapat meningkat untuk menjadikan hari esok lebih baik dan bermanfaat. Semoga saja.

B. Mungkinkah Ada Al-Qur’an Baru?

1. Sudut Pandang Ulama

Islam sebagaimana agama dipandang sebagai instrumen Makiyyah untuk memahami dunia. Oleh karena itu, kajian yang berperspektif agama selalu menjadi bahasan yang menarik terutama Islam, karena jika dibandingkan dengan agama lain, sebenarnya Islam merupakan agama yang paling mudah untuk menerima premis semacam ini. Pandangan ini telah menimbulkan keyakinan pada banyak kalangan bahwa Islam mencakup cara hidup yang total, baik, sosial, ekonomi maupun politik.

Begitu juga beberapa masalah yang terjadi saat ini, seperti munculnya beberapa orang yang mengaku dirinya nabi. Orang Islam

Peran Manajemen Pendidikan Islam60

hanya bereaksi bahwa orang tersebut mencari popularitas. Selanjutnya, mereka masih beruntung tidak disuruh membuat beberapa kalimat dalam bahasa Arab yang dapat menyamai Al-Qur’an sebagai tanda kenabian mereka.

Penciptaan beberapa kalimat yang menyamai ayat Al-Qur’an yang ditawarkan Allah Swt., kepada umat yang mendustakan Al-Qur’an, tidak seorang pun yang mampu menyanggupinya. Dan bahkan tantangan yang lebih ringan diberikan kepada mereka, tetapi mereka tidak mampu, padahal saat itu orang Arab adalah orang yang ahli dalam bahasa mereka, yaitu bahasa Arab. Tantangan tersebut termuat dalam QS At-Thur (52) : 33-34 yang berbunyi: م

ل أ ٣٣بل � يؤمنون ۥ يقولون تقو توا

بديث فليأ

م ٣٤إن كنوا صدقي ۦ مثله ل أ ٣٣بل � يؤمنون ۥ يقولون تقو توا

بديث فليأ

٣٤إن كنوا صدقي ۦ مثله م ل أ ٣٣بل � يؤمنون ۥ يقولون تقو توا

بديث فليأ

٣٤إن كنوا صدقي ۦ مثله Ataukah mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) membuat-buatnya”. Sebenarnya mereka tidak beriman, Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar (QS At-Thur [52]: 33-34).

M. Quraish Shihab (hal.114) menjelaskan bahwa kemukjizatan Al Qur’an, paling tidak terdapat dalam tiga aspek utama. Ketiga aspek tersebut adalah keindahan dan ketelitian bahasa, isyarat ilmiah, dan pemberian ghaib. Ketiga aspek tersebut boleh jadi ditemukan dalam satu surat (Al-Baqarah), namun boleh jadi hanya satu atau dua aspek yang dapat ditemukan dalam surat lain. Namun demikian, M. Quraish Shihab menegaskan “tidak satu pun surat yang tidak mengandung aspek keindahan dan ketelitian bahasa”.

Oleh karena itu, sebagai umat yang beriman, berkeyakinan bahwa Al-Qur’an yang kita baca, pelajari dan telaah isi dan kandungan seperti sekarang ini adalah Al-Qur’an yang dibaca dan dipelajari dan ditelaah oleh Nabi Muhammad Rasulullah Saw., dan para sahabat saat itu.

2. Sudut Pandang Pustakawan

Jika berbicara mengenai perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan memecarkan ilmu pengetahuan, maka kegiatan tersebut tidak terlepas dari peran pustakawan yang mengelolanya. Jadi secara tidak

61 Bab 8 Penghargaan Terhadap Informasi

langsung tugas utama pustakawan adalah mengumpulkan informasi yang diterima dan dimilikinya. Informasi dapat saja berupa catatan yang sudah terkumpul menjadi buku atau catatan yang berbagai macam ilmu pengetahuan.

Sebagaimana dikemukakan bahwa Allah menantang umat manusia untuk membuat surat atau ayat semisal surat atau ayat Al-Qur’an. Meskipun jauh tantangan Allah tersebut, tetapi bagaimanapun para nabi palsu sudah menghasilkan berbagai karya monumental di mana setiap orang yang mempelajari sejarah Islam pasti akan membacanya. Dan para da’iun menyebutkan sebagai bahan perbandingan dengan ayat Al-Qur’an. Seburuk apa pun hasil karya tersebut merupakan salah satu bentuk informasi. Seorang pustakawan tentunya harus dapat menunjukkan kepada mahasiswa mengenai informasi atau hasil karya tersebut yang mungkin dijadikan sebagai bahan kritik Arab bagi mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa Arab. Mungkin dari satu sisi dibahas mengenai gramatikanya, atau diksinya, atau misi dari isi karya tersebut.

63 Bab 9 Profesionalisme Dosen Berbekal Kompetensi

9PROFESIONALISME DOSEN BERBEKAL KOMPETENSI

A. Kenapa Harus KompetensiIstilah kompetensi diambil dari bahasa Inggris “competence” yang bermakna kecakapan, kemampuan dan wewenang. Dalam konteks kependidikan, kompetensi merupakan pengetahuan, sikap perilaku, dan keterampilan yang mencermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaaan berpikir dan bertindak dilakukan secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam bidang tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, seseorang dianggap kompeten jika ia memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar yang tercermin dari kebiasaan berpikir dan bertindak (Radno Harsanto, 2007).

Saat ini orang dapat saja tanpa berinteraksi langsung dengan para dosen dan pustakawan, karena dia dapat mengakses informasi melalui dunia maya, yaitu internet. Tetapi bagaimanapun, pengolahan dan penyediaan informasi tersebut masih dilakukan oleh pustakawan dengan kerja kerasnya. Dan didukung oleh kompetensi yang dimiliki.

Banyak pengetian dan definisi yang diberikan oleh orang yang berkecimbung dalam dunia kepustakawanan atau pusdoinfo mengenai kompetensi, di antaranya adalah:

1. Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas dengan berlandasan pada

Peran Manajemen Pendidikan Islam64

keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya, serta didukung oleh sikap kerja yang profesional. Kompetensi juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu sehingga mereka mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab efektif dan profesional serta mampu meningkatkan standar kualitas mereka (Gardjito, 2008).

2. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan karakteristik pribadi yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan suatu pekerjaan. Orang yang berkompeten adalah yang menguasai pekerjaan dan memiliki motivasi, keterampilan serta pengetahuan dan secara konsisten menjalankan tanggung jawab dengan memenuhi standar yang ditetapkan (Supriyanto, 2010).

3. Kompetensi untuk dosen dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari pengetahuan, keahlian dan kebijaksanaan yang memengaruhi kinerja kerjanya. Dengan demikian, orang yang mempunyai pengetahuan belum dikatakan memiliki kompetensi, kalau ia tidak memiliki keahlian untuk mewujudkan pengetahuan (Ruhimat, 2008).

4. Kompetensi adalah suatu karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan, peran situasi tertentu (Luthfianti Makarim, 2008).

Jika dilihat keempat komptensi ada kesamaan pendapat, di antaranya adalah masalah pengetahuan dan keterampilan, meskipun tidak secara eksplisit dan mengemuka, tetapi dengan jelas arahnya menuju kepengetahuan dan keterampilan. Kompetensi tidak terbentuk secara otomatis, tetapi terjadi dan berbentuk melalui beberapa tahapan dan pengalaman. Mungkin inilah yang melatarbelakangi persyaratan impasing, yaitu karyawan administrasi yang akan berpindah menjadi pustakawan, minimal ia bekerja di perpustakaan selama 5 tahun. Lima tahun adalah kurun waktu yang lama untuk mencari pengalaman, untuk mengasah kemampuan sehingga ia diharapkan dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.

Sedangkan saat sekarang, imposing tidak diberlakukan dan jika ada tenaga administrasi ingin menjadi pustakawan, maka ia harus mempunyai pendidikan bidang pustakawanan, karena pendidikan tempat untuk menempa seseorang dalam mencapai ilmu pengetahuan.

65 Bab 9 Profesionalisme Dosen Berbekal Kompetensi

Pengalaman akan menghasilkan keterampilan dan pendidikan yang menghasilkan pengetahuan, sehingga keduanya secara perlahan akan membentuk sebuah kompetensi. Oleh karena itu, Luthfiati Makarim, mengutip dari The Art Of HRD People and Competencies : The Route to Competitive Advantage (2003: 39-42) mengatakan ada enam yang mendasari kompetensi, yaitu:

1. Keterampilan, hal yang biasa dilakukan dengan baik contoh programming

2. Pengetahuan, apa yang diketahui seseorang tentang suatu topik, contoh: bahasa komputer

3. Peran sosial, citra yang ditunjukkan oleh seorang di muka publik peran sosial mewakiliki apa yang orang anggap penting. Peran sosial mencerminkan nilai orang itu. Contoh menjadi karyawan yang baik atau seorang pemimpin

4. Citra diri, gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri, contoh memandang dri sebagai orang yang baik

5. Watak, karakteristik yang mengakar pada diri seseorang, contoh si A biasa diandalkan si B yang mudah bergaul, dan lain-lain. Karakteristik itu ada perilaku kebiasaan yang digunakan untuk mengenali orang-orang

6. Motif, pikiran dan prefensi tak sadar yang mendorong perilaku, karena perilaku adalah sumber kepuasan, misal dorongan berprestasi dan lain-lain.

Jadi wajar ada aturan, bahwa jika seseorang diangkat menjadi pejabat struktural untuk beberapa waktu, karena suatu atau sebab, seperti untuk memperpanjang masa pensiun, maka ia dapat kembali ke posisi semula sebagai pustakawan, dia belum dapat mengajukan usulan kenaikan pangkat ke jenjang yang berikutnya sebelum waktu setahun, meskipun angka kreditnya sudah mencukupi pejabat struktural.

Beberapa alasan yang menjelaskan mengapa pengembangan proses pembelajaran didasarkan pada konsep kompetensi seseorang. Pertama, kompetensi selalu terkait dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu sehingga kompetensi mendapat konteksnya, yakni dalam proses pembelajaran di sekolah. Kedua, kompetensi akan mendeskripsikan proses pembelajaran yang dilalui seorang sehingga ia menjadi orang yang kompeten.

Peran Manajemen Pendidikan Islam66

Ketiga, keandalan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan tuntas dalam satu standar yang diukur dan dinilai melalui performance yang jelas (Radno Harsanto, Hal 2007).

Di lingkungan tempat kerjanya, seorang dosen berhadapan dengan berbagai watak dan perilaku mahasiswa beraneka ragam yang melekat pada diri mereka. Dan bukan hanya watak yang berbeda, latar belakang tingkat pendidikan, dan di lingkungan sosial sangat kontradiktif antara satu dengan lainnya. Di sinilah seorang dosen harus dibekali dengan berbagai kompetensi. Jika tidak besar kemungkinan akan terjadi persinggungan yang dapat menimbulkan konflik. Untuk itu seorang dosen mengetahui kedua kategori utama kompetensi, yaitu:

1. Kompetensi ambang batas yang karakteristik dimiliki oleh setiap pekerja khususnya dosen agar dapat mengerjakan tugas dengan efektif dan baik. Kompetensi tidak membedakan performer rata dari performer unggul.

2. Kompetensi pembeda yaitu karakteristik yang dimiliki dengan performa yang unggul, tetapi tidak ada pada diri performa rata-rata.

Ragam kompetensi yang ada dan berbeda antara satu profesi dengan profesi lainnya. Tetapi bagaimanapun setiap profesi harus memilikinya. Ada beberapa kompetensi yang merupakan rangkuman dari beberapa sumber yang pernah dibaca, dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk setiap dosen dan pustakawan yang ingin meningkatkan kinerjanya.

1. Memiliki nilai internal pribadi yang bersifat positif dimulai dari nilai pegangan hidup, seperti menciptakan dan menumbuhkan kemauan dan kemampuan melayani dan menyerap berbagai nilai positif.

2. Diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga nilai positif tersebut menjadi perilaku sehari-hari. Dengan demikian, maka kita jauh dari masalah. Jangan sampai menjadi orang yang bermasalah sehingga menjadi dosen atau pustakawan karena tidak diterima di tempat lain dan hasilnya menjadi dosen dan pustakawan bermasalah.

67 Bab 9 Profesionalisme Dosen Berbekal Kompetensi

3. Berwawasan luas, memiliki:

a. Pengetahuan dan informasi terutama yang relevan dengan pekerjaan dosen.

Seorang dosen sudah seharusnya memiliki menguasai ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya atau perkuliahan yang menjadi pegangannya, dan minimal S2 di bidangnya.

b. Keterampilan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan sebagai dosen, termasuk kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan secara kemampuan teknis lainnya seperti pemanfaatan teknologi informasi terkini. (I. Makarim, 2008).

B. Dosen dan ProfesionalismeDosen sangat berperan dalam menjalankan roda pendidikan dan pembelajaran di lembaga perguruan tinggi. Suatu perguruan tinggi dapat dikatakan berhasil jika layanan yang diberikan dapat memberi kepuasan kepada penggunanya, sebab layanan merupakan tolok ukur kinerja sebuah lembaga pendidikan. Faktor kepuasan dapat juga bergantung pada lengkapnya koleksi yang dimilikinya, tetapi yang paling penting adalah kompetensi dosen itu sendiri.

Kemampuan dan keahlian dalam memilih koleksi bahan pustaka sebagai bahan ajar dan bahan rujukan perkuliahan, akan berakibat kepada rusaknya tujuan didirikannya sebuah lembaga pendidikan, terutama perpustakaannya dan bahkan lebih dari itu akan merusak generasi yang membaca dan mempergunakan koleksi tersebut. Oleh karena itu, seorang dosen perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan, baik itu yang diperoleh dari pengalaman bekerja, ataupun ia dapatkan dari luar lembaga pendidikan yang dijalankan. Karena hanya dengan keterampilan dan pengetahuan, khusus bidang pengetahuan yang diajarkan. Dan bidang lain yang mendukung, seorang dosen akan mampu mengerjakan tugasnya dengan hasil yang maksimal dan hasilnya berbentu kinerja profesional.

Dosen adalah sebuah profesi, dan profesional mesti berintikan kerja, maka kemudian dapat melihat sistem kerja sebagai tempat di mana setiap orang dalam angkatan kerja memberikan sebuah jasa apakah berupaya, pertimbangan, nasihat dan sebagainya. Dengan demikian,

Peran Manajemen Pendidikan Islam68

maka dapat mengatakan bahwa kompetensi dosen yang dapat diarahkan dan merupakan persyaratan ke tingkat profesional adalah spesifikasi pengetahuan dan keterampilan dan sikap dosen yang diterapkan pada pekerjaan dosen sesuai dengan standar kinerja yang diharapkan sebuah institusi perguruan tinggi. Kompetensi inilah yang kemudian diukur, dievaluasi untuk menentukan apakah seorang dosen tersebut dapat dikatakan seorang profesional.

Untuk memperkuat pembahasan mengenai profesionalisme, baik untuk dosen maupun pustakawan diuraikan hasil penelitian tentang profesionalisme pustakawan yang dilakukan oleh Sulistyo Basuki, kemudian dikutip Mustika Wati (2007: 84) diadopsi Luthfiati Makarim (2008).

1. Memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan yang memadai sesuai dengan criteria yang ditetapkan institusi masing-masing.

2. Memiliki kedewasaan psikologi dalam menjalankan pekerjaan dan tugas yang dibebankan kepadanya. Wawasan psikologi yang dimaksud adalah secara mental ia siap menerima tugas dan pekerjaan tadi, serta mau bertanggung jawab atau hasil dan konsekuensi pekerjaannya.

3. Ia harus dalam kategori memiliki motivasi instrinsik untuk selalu menambah keahlian, pengetahuan, dan kemampuannya serta menambah wawasan.

4. Memiliki kesadaran bahwa kesuksesan dalam tugas atau pekerjaan tidak harus selalu diukur dari jumlah gaji dan imbalan materi yang diperolehnya, sekalipun dia tahu bahwa uang merupakan motivator besar bagi kegairahan kegiatan seseorang.

5. Memiliki kesadaran bahwa tugas dan tanggung jawab yang utama adalah memberikan layanan informasi yang sebaiknya kepada masyarakat.

6. Memiliki kemampuan untuk bertindak komunikatif serta edukatif.

7. Dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya, tidak bersitegang dengan hal rutin dan bersifat kaku, namun berani menggali hal baru dan bermanfaat bagi instansi dan masyarakat yang dilayaninya.

69 Bab 9 Profesionalisme Dosen Berbekal Kompetensi

Ketujuh hal tersebut memberikan gambaran kepada kita, bahwa seorang profesional selalu bermuara pada kepuasan pemakai jasa informasi, sebab kinerjanya selalu dilandasi dengan keterampilan, pengetahuan dan tanggung jawab, serta tidak lupa berbuat sesuai dengan aturan, etika dan standar profesi yang berlaku. Jika dicermati setiap pustakawan, maka dengan bangga akan mengatakan bahwa saya adalah pustakawan profesional. Dapat menunjukkan kebanggaan adalah merupakan jati diri seorang profesionalisme. Oleh karenanya, secara wajar, bahawa semua kompetensi yang dimiliki dosen pada akhirnya akan bermuara ke tingkat professional, dan peran dosen dan pustakawan ditunjukkan pada setiap pengunjung dan pengguna melalui hasil karya dan kinerja yang dapat memberikan kepuasan kepada mereka. Secara tidak langsung, mereka juga ikut andil dalam program pemerintahan yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, dan juga membantu mewujudkan misi lembaga induknya, dan mensukseskan tujuan didirikannya sebuah perpustakaan bagi lembaga pendidikan. Dengan demikian, maka kompetensi diri seorang dosen dan pustakawan adalah profesionalisme.

Selain itu, ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan terbentuk dari masing-masing orang, dan bukan karena paksaan. Dengan demikian, tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri, maka profesional akan merusak, dan rugi adalah diri sendiri.

71Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abrizah, dan Diljit Singh, Competencies Foer Teacher Librarians: The Malaysian Perspective. Malaysia: Faculty to Computer Science and Information Technology, University of Malaysia, 2004.

Abdurahman, Meaningful Learning Re-Invensi Kebermaknaan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran ed. Abdul halim. Jakarta: Ciputat Pers, 2012.

Asselin, Marlene and Jenifer Branch and Dianne Oberg, Achieving Information Literany ; Standards for School Library Programs in Canada. Ottawa, Ontarion: The Association School Library Association and The Association for Teacher-Librarianship in Canada, 2003.

Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Chowdhury, GG. Introduction to Information Retrieval. London: Association Publishing, 1999.

Collins, William, Collins. Concise Dictionary Plus. London and Glasgow: Collins, 1989.

Gajito, Pandangan Lembaga Perpustakaan Terhadap Kompetensi Pustakawan. Jakarta: Seminar, Sehari Kerja sama PP-IPI dengan Perpusnas RI, 17 Januari 2008.

Peran Manajemen Pendidikan Islam72

Hallen, Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pres, 2002.

Hariyadi. Utami. Kompetensi SDM di perpustakaan Madrasah Model dalam Rangka Membangun Perpustakaan Mandrasah Model. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2005.

Harsanto, Radno, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Huda, Nuril, Manajemen Pelayanan Pengguna. Bali: Diknas, 1994

Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Joesoef, Daoed, Profesi Moral dan Etos Kerja Dunia Kedokteran, Jakarta: CSIS, 1990

Lancaster, FW. Information Retrieval System: Characteristic Testing And Evaluation. New York: Wiley, 1979.

Makarim, Luthfiati, Menjadi Pustakawan : Memaknai Hidup, Jakarta: Seminar Sehari: Kerja Sama Pp-Ipi dengan Perpusnas RI, 17 Januari 2008.

Morin, Edgar, Tujuh Materi Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius, 2008

Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2010.

-----------------, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidispliner, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.

-----------------, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di indonesia, Jakarta: Kencana 2010.

-----------------, Membangun Keunggulan Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008.

Nurdin, Syarifudin dan Basyiruddin usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pres, 2002.

Nursallam, Toha, Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.

Nuryudi, Persepsi Penggunaan Pelayanan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (laporan hasil penelitian). Jakarta: al-Maktabah, Vol. 9, No. 1, Juni 2007.

Ornstein, Allan C & Daniel U. Levine, Foundation Of Education. Boston: Houghton Mifflin, 2003.

73Daftar Pustaka

Pasaribu, Bomer, Pengembangan Dunia Kerja Dan Produktivitas. Jakarta: Koferensi Produktivitas Nasional, 25-26 Agustus 2003.

Pendit, Putu Laxman, Kompetensi Informasi dan Kompetensi Pustakawan (Makalah). Jakarta: Seminar Sehari, Kerja Sama PP-IPI Dengan Perpusnas RI, 17 Januari 2008.

Perpustakaan Nasional RI., Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknik Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kredit. Jakarta: Perpusnas, RI, 2010.

Sanjaya. Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2008.

Soetjipto. Membina Kemampuan Pustakawan Utama: Harapan dan Kenyataan. Jakarta : Temu Kerja Pustakawan Madya Dan Pustakawan Utama, 4-5 Agustus 2009.

Uchrowi, Zaim. Republika Opini, Jumat 3 September 2013,

Uno, Hamzah B., Profesi Kependidikan: Problema, Solusi Dan Reformasi Pendidikan Di indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Usma, Husaini, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Uwes, Sanusi, Manajamen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Wensinck, A. J. al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfazh al-Hadits al-Nabawi. Leiden: E. J. Brill, 1943.

Yoesoef, Taslimah, Manajemen Perpustakaan Umum. Pondok Cabe: Universitas Terbuka, 1996.