raja ampat

Upload: rahayu-mulya

Post on 09-Jul-2015

477 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Masih Rendah, Indek Pembangunan Manusia di Indonesiahttp://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/03/13/masih-rendah-indek-pembangunanmanusia-di-indonesia Minggu, 13 Maret 2011 - 20:01 WIB JAKARTA (Pos Kota) Meski sudah merdeka selama 65 tahun, Indonesia masih tergolong negara lemah, bodoh dan miskin. Menurut laporan pembangunan manusia UNDP tahun 2010, Indonesia berada di rangking 108 dari 182 negara dalam bidang Iindeks Pembangungan Mmanusia (IPM) alias Human Development Index ( HDI) Karenanya, kesehatan, kualitas dan optimalisasi fungsi otak sangat penting untuk meningkatkan SDM Indonesia, kata Ketua Kelompok Kerja Neurosains BPH RS Islam Jakarta, Dr Samino SpS(K) pada peluncuran Pokja Neurosains di Jakarta, Minggu (13/3). Turut hadir Wamendiknas Fasli Jalal dan Ketua PP Muhammadiyah Malik Fadjar. Menurut Dr Samino, karena HDI merupakan indikator antara lain kesehatan, pendidikan dan ekonomi, maka ini berarti masyarakat Indonesia masih tergolong lemah, bodoh dan miskin. Dalam HDI tersebut tingkat kemiskinan dinyatakan dalam indeks kemiskinan multidimensi. Indonesia tercatat dengan indeks 0,0095, terburuk di antara negara-negara pendiri ASEAN sesudah Thailand (0,0006) dan Filipina (0,067). Perkembangan yang pesat dalam bidang politik dan hukum tampaknya tidak diimbangi dengan perkembangan pesat dalam pembangunan SDM. Wamendiknas Fasli Jalal menambahkan, otak yang sehat tidak saja berkontribusi dalam kesehatan itu sendiri, tetapi juga ke bidang pendidikan dan ekonomi. Memang butuh waktu cukup untuk membuat otak sehat itu optimal. Karena itu Pokja Neurosains mendorong penguatan perkembangan otak pada usia dini, katanya. (aby/dms)

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Naik Tipishttp://www.antaranews.com/berita/1254746524/indeks-pembangunan-manusiaindonesia-naik-tipis Senin, 5 Oktober 2009 19:42 WIB | 2225 Views

Jakarta (ANTARA News) - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2009 naik tipis menjadi 0,734 dari 0,728 pada 2007, demikian laporan pembangunan manusia United Nations Development Programme (UNDP) di Jakarta, Senin. IPM yang dibuat dengan mengacu data-data pembangunan manusia tahun 2007 itu menempatkan Indonesia pada ranking ke 111 dari 182 negara yang terdata. "Angkanya masih lebih rendah dibandingkan IPM negara tetangga. Artinya, meskipun pemerintah sudah berusaha namun usahanya belum sebesar negara-negara tetangga karena IPM mereka naik bermakna," kata Rizal malik, Team Leader of Governance Unit UNDP. Ia menjelaskan, pengukuran IPM mengacu pada tiga dimensi pembangunan manusia yakni kehidupan yang panjang dan sehat, kesempatan menikmati pendidikan dan hidup dengan standar yang layak (antara lain diukur dari daya beli dan pendapatan--red). Peningkatan IPM tak bermakna yang membuat Indonesia berada di bawah negara-negara tetangga di kawasan Asia, menurut Rizal, antara lain terjadi karena investasi pemerintah dalam pembangunan kesehatan dan pendidikan masih rendah. "Anggaran pemerintah lebih banyak dialokasikan untuk menggaji pegawai. Porsi untuk pembangungan kesehatan dan pendidikan masih rendah. Anggaran pendidikan yang barubaru ini dinaikkan menjadi 20 persen pun alokasinya saya yakin lebih untuk gaji pegawai," jelasnya. Hal itu, kata dia, membuat capaian target pembangunan kesehatan dan pendidikan yang dilihat dari peningkatan angka harapan hidup, angka melek huruf dan akses ke sarana pendidikan tidak sesuai harapan sehingga rangking IPM Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (66), Singapura (23), Filipina 9105), Thailand (87) dan bahkan Sri Lanka (102). (*)Editor: SuryantoCOPYRIGHT 2011

Indeks Pembangunan Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.[1]

SejarahIndeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. Amartya Sen menggambarkan indeks ini sebagai "pengukuran vulgar" oleh karena batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya. IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:

hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga). standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli.

Setiap tahun Daftar negara menurut IPM diumumkan berdasarkan penilaian diatas. Pengukuran alternatif lain adalah Indeks Kemiskinan Manusia yang lebih berfokus kepada kemiskinan.

IndonesiaAngka IPM Indonesia dari tahun ke tahun[2][3] 1. tahun 1980 = 0,522 2. tahun 1985 = 0,562 3. tahun 1990 = 0,624 4. tahun 1995 = 0,658 5. tahun 2000 = 0,673 6. tahun 2003 = 0,709 7. tahun 2004 = 0,714 8. tahun 2005 = 0,723 9. tahun 2006 = 0,729 10. tahun 2007 = 0,734 catatan : pada 18 December 2008 diluncurkan sistem penghitungan baru tehadap IPM dengan memasukan GDP PPP yang baru. Hal ini berakibat pada berubahnya angka IPM setiap negara dan rangkingnya terhadap dunia. Menurut daftar yang baru, IPM indonesia pada 2007 adalah = 0,734 [4]

Sejahterakan Masyarakat PerbatasanOleh : Aulia Asep Ralla | 02-Sep-2008, 21:54:50 WIB

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&dn=20080902124128KabarIndonesia - Isu perbatasan kerap muncul dalam pemberitaan, beberapa insiden di perbatasan sudah mencapai tahap mengkhawatirkan kedaulatan NKRI. Beberapa pulau terluar di Nusantara ini satu demi satu berpindah tangan ke penguasaan asing. Wilayah daratan Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Timor Leste, Malaysia, PNG dan wilayah perbatasan laut seperti Australia serta Philipina menjadi sangat rawan terhadap aksi penyusupan, penyelundupan, pencurian kayu, pencurian kekayaan laut, bahkan pemindahan patok tapal batas dari wilayah di Indonesia. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi, wilayah nusantara ini semakin tak terkontrol, negara tetangga dengan sesuka hati menduduki pulau-pulau strategis tanpa diketahui aparat kita. Pulau-pulau yang mereka duduki lama-lama diklaim sebagai wilayahnya, masyarakat setempat bahkan telah dapat dipengaruhi. Kalau sudah begini ancaman disintegrasi bangsa akan semakin nyata. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono pernah mengusulkan, pengawasan wilayah perbatasan diserahkan ke Bupati atau Walikota, sedangkan pemerintah pusat tetap membantu, baik personel dan anggarannya. Depdagri, Deplu dan Dephan, ketiga Deartemen inilah yang paling bertanggung jawab. Kita harus sepakat bahwa wilayah perbatasan menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia, kita harus peduli terhadap ancaman dari luar, kita harus berbuat sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita untuk menjaga tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Untuk itu usulan Menhan agar perbatasan diserahkan ke Pemda (Bupati dan Walikta) perlu didukung, karena keterlibatan semua komponen bangsa sangat dibutuhkan untuk mengontrol seluruh perbatasan yang menjadi batas dan simbol kedaulatan negara. Persoalan yang menghadang pemerintah adalah tingkat kesejahteraan masyarakat di perbatasan dan pengaruh luar yang kuat, dimana masyarakatnya lebih menikmati siaran asing sehingga informasi dari pemerintah sangat minim didapat. Guna meningkatkan kemampuan bela negara masyarakat di perbatasan, salat satunya adalah penguatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Selain itu sejumlah tradisi yang hidup antar warga di kedua negara yang saling membutuhkan tidak boleh dimatikan. Sedangkan untuk mempertahankan dan menjaga keutuhan wilayah perbatasan NKRI secara fisik tentu kita serahkan kepada aparat TNI, karena prajurit TNI dipersenjatai dan memang sudah dilatih untuk menghadapi gangguan keamanan. Mari kita dukung keinginan pemerintah untuk memberdayakan daerah dalam menjaga perbatasan. Jangan dibiarkan asing merampas hak, martabat dan kedaulatan yang kita miliki. Kita harus mampu menunjukkan kepada dunia bahwa TNI memiliki kesiapan untuk menghadapi hal yang terburuk. Ini penting agar negara tetangga kita seperti Australia, Malaysia dan Singapura tidak menganggap remeh kita. Sudah sering harga diri dan martabat kita diinjak-injak oleh negara tetangga.

2009-06-24

Memberdayakan Masyarakat Perbatasan

Agus Puji Prasetyono http://jakarta45.wordpress.com/2009/06/24/memberdayakan-masyarakat-perbatasan/ atas wilayah kedaulatan Indonesia dengan negara tetangga masih menjadi masalah yang memicu konflik hingga kini. Isu perbatasan yang kembali mencuat adalah konfrontasi Malaysia di Ambalat, Kalimantan Timur. Indonesia juga harus menghadapi Malaysia di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Bukan itu saja, paling tidak lima lagi batas wilayah lain yang masih belum disepakati dengan negara tetangga. Di wilayah selatan, Indonesia belum menyepakati garis batas laut dengan Timor Leste dan dengan Australia di sekitar celah batas Timor Leste. Di utara, ada masalah perbatasan dengan Republik Palau di utara laut Halmahera, dengan Filipina di utara Pulau Miangas, dan dengan Vietnam di Kepulauan Natuna. Sedangkan di timur, perbatasan wilayah darat dengan Papua Nugini juga belum mencapai titik temu. Menyatukan kepentingan dua pihak memang bukan hal yang mudah. Berbagai upaya terus ditempuh Indonesia, termasuk mengatasi kendala yang masih mengganjal di dalam negeri. Sejumlah pekerjaan rumah masih menumpuk dan belum terselesaikan, antara lain, dalam pengelolaan kawasan perbatasan dan koordinasi antarinstansi. Sementara itu, banyak kalangan menuding biang keladi permasalahan adalah tumpang-tindih program pemerintah yang project oriented, tidak komprehensif, tidak terintegrasi, tidak berkesinambungan, dan tidak menyentuh kebutuhan masyarakat setempat. Illegal logging dan illegal trafficking yang lalu lalang melalui jalan tikus, juga masih berjalan tanpa hambatan. Kenyataan itu memang tidak dapat dimungkiri telah menunjukkan bahwa pemerintah belum menjadikan wilayah perbatasan sebagai beranda depan. Masyarakat di hampir semua wilayah RI yang berbatasan dengan negara tetangga berada dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Pendekatan Untuk mengembangkan wilayah perbatasan, kata kuncinya adalah kesejahteraan, sinergi, dan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha di perbatasan, perguruan tinggi, serta lembaga penelitian dan pengembangan (litbang). Hal tersebut sesungguhnya telah dilaksanakan Pemerintah RI dengan mengeluarkan UndangUndang tentang Wilayah Negara pada Oktober 2008. Keluarnya UU ini diharapkan tidak hanya akan mengubah orientasi masyarakat di bidang geopolitik dan geostrategi, tapi juga sosial dan ekonomi. Saat ini, hampir semua negara, terutama negara maju, telah mengubah orientasi politik perbatasannya dari hard border policy ke soft border policy, yaitu dari pendekatan keamanan ke pendekatan kesejahteraan. Hal ini didorong oleh pengaruh globalisasi dan perkembangan geopolitik, serta geoekonomi dunia. Sementara itu, sekarang Indonesia masih lebih mengedepankan faktor pertahanan dan keamanan (hankam) untuk meningkatkan ketahanan wilayah perbatasan. Ke depan,

pemerintah akan lebih mendorong kegiatan masyarakat di wilayah perbatasan dalam berbagai sektor, khususnya sektor industri, perdagangan, pendidikan, dan pari- wisata. Sekarang, telah ada program pemberdayaan masyarakat pe desaan, termasuk di perbatasan, seperti PNPM, P2KT, PPK, dan Program Insentif yang digelar pemerintah. Kepedulian pemerintah dalam pembangunan wilayah perbatasan, terutama setelah lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan, beberapa tahun lalu, juga ditunjukkan dengan membentuk kementerian yang berkewenangan khusus mengelola kawasan perbatasan. Selain itu, Bappenas telah menyusun rencana induk untuk pengelolaan kawasan perbatasan. Berbagai kelompok kerja (pokja) sudah dibentuk melalui kerja sama antarlembaga, seperti Pokja Komunitas Adat Terpencil (KAT) perbatasan antarnegara dengan leading sector Departemen Sosial. Di lingkungan LPND-Ristek, beberapa program di daerah, termasuk daerah perbatasan, telah dilaksanakan, yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan daya saing daerah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti program Iptekda oleh LIPI dan Batan. Juga program pengembangan BTC (business technology center) dan program insentif yang dilaksanakan di bawah Kementerian Ristek dan Inkubator Teknologi (BPPT). Namun, tampaknya semua itu belum cukup, karena antarinstansi masih berjalan sendiri-sendiri, sehingga dampaknya nyaris tidak terdengar. Di sisi lain, belum tampak keterlibatan sektor swasta dalam mengembangkan wilayah perbatasan, misalnya melalui program CSR (corporate social responsibility). Karena itu, perlu reorientasi program untuk memperkuat pengembangan wilayah perbatasan dan sebagai salah satu energi penggerak PDB di perbatasan. Dengan disahkannya UU Wilayah Negara, kendala koordinasi diharapkan dapat teratasi. Undang-undang itu mengatur pembentukan, fungsi dan tugas badan pengelola wilayah perbatasan. Badan ini diharapkan mampu menjadi lembaga efektif dalam melaksanakan koordinasi antarpemangku kepentingan dan men- jadi think thank pembangunan perbatasan. Penerapan Iptek Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di perbatasan perlu dilakukan dengan memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang selaras dengan kondisi wilayah. Hal ini dapat ditempuh lewat penelitian dan pengembangan, pelatihan, pendampingan, serta penguatan kurikulum sekolah untuk mengembangkan wilayah perbatasan secara berkelanjutan. Di banyak negara, iptek terbukti menjadi bagian hidup untuk meningkatkan kesejahteraan dan daya saing, selaras dengan menguatnya budaya iptek di masyarakat. Dengan menanamkan budaya iptek sejak dini, akan tumbuh daya pikir dinamis, kreatif, dan mandiri dalam masyarakat, guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan mencapai kesejahteraaan mereka. Dalam hal ini, keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga litbang diperlukan sebagai katalisator dan dinamisator dalam penelitian, pengkajian, dan memetakan aplikasi iptek yang sesuai dengan karakteristik daerah. Institusi pendidikan juga diharapkan dapat memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat untuk menumbuhkan dan mengembangkan

motivasi berpikir dan berperilaku produktif dalam mengolah sumber daya lokal yang berwawasan lingkungan. Dengan begitu, mereka dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dan kesejahteraan. Beberapa program dukungan iptek yang dilaksanakan LPND-Ristek berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan, di antaranya: pemanfaatan TV perbatasan, penggunaan listrik tenaga surya, program difusi teknologi atau teknologi tepat guna berbasis pengetahuan lokal, serta kajian pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk desa di perbatasan. Adanya rentang persoalan dan tantangan wilayah perbatasan yang sangat luas maka persoalan wilayah perbatasan menjadi pekerjaan rumah para stakeholders cukup berat, terlebih jika dikaitkan dengan upaya mewujudkan wilayah perbatasan menjadi halaman depan. Jika itu terjadi, maka tidak tertutup kemungkinan dengan mudah kita dapat mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, termasuk sumber daya dan lingkungannya. Bahkan mampu mewujudkan masyarakat perbatasan yang sejahtera. Penulis adalah pengamat masalah perbatasan, bekerja di Kementerian Negara Riset dan Teknologi

Henry Subiakto: Masyarakat Perbatasan Bagian Penting IndonesiaSelasa, 1 Maret 2011 22:08 WIB | 1017 Views http://www.antaranews.com/news/248210/henry-subiakto-masyarakat-perbatasan-bagianpenting-indonesia Jakarta (ANTARA News) - Pengajar Hukum Media Universitas Airlangga Dr Henry Subiakto menyatakan pemerintah harus terus berupaya keras agar masyarakat kawasan perbatasan bisa merasakan menjadi bagian penting bangsa Indonesia. Beberapa saat setelah peresmian stasiun radio perbatasan di kota perbatasan Sendawar, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Henry melalui hubungan telepon seluler dengan ANTARA, Senin malam, menyatakan warga negara di juga memperoleh akses informasi tentang negerinya secara memadai. "Tidak hanya di`cekoki` informasi oleh media-media negara tetangga," kata Staf Ahli Menkominfo, yang juga Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA. Di Sendawar, Hendri hadir bersama Direktur Utama (Dirut) Radio Republik Indonesia (RRI), Niken Widiastuti, Anggota Komisi I DPR RI, Roy Suryo dan Wagub Provinsi Kaltim, menyaksikan peresmian Studi RRI yang ke-15 yang ada di kawasan perbatasan pedalaman RI. Radio perbatasan Sendawar di wilayah pedalaman tapal batas RI-Malaysia itu, menurutnya,

melengkapi 62 stasiun radio siaran di berbagai kota dan satu siaran luar negeri (dengan sembilan bahasa) oleh RRI. "Jadi total menjadi 78 stasiun siaran. Saat ini ada 15 stasiun radio di wilayah perbatasan, termasuk di Sendawar, Kabupaten Kutai Barat," ujarnya. Pembangunan stasiun radio di pedalaman perbatasan, katanya, bertujuan untuk memperkuat kebijakan negara dalam membangun konsep sabuk pengaman informasi Indonesia ("Indonesian information safetybelt policy").

Mengeratkan Kebangsaan Menurut Henry Subiyakto, keberadaan RRI di perbatasan, melengkapi keberadaan 112 `desa berdering` di kawasan tapal batas Indonesia-Malaysia di Kaltim. "Juga melengkapi insfrastruktur jaringan TVRI di wilayah ini. Televisi Republik Indonesia (TVRI) juga membangun transmisi di Nunukan, Sebatik, Malinau dan Gunung Lampu," ungkapnya. Ia kembali menyatakan, dengan dibangunnya infrastruktur komunikasi ini, diharapkan masyarakat pinggiran bisa menerima informasi di samping juga bisa merasakan menjadi bagian vital dari bangsa Indonesia. "Mereka juga bisa ikut berinteraksi dengan siaran RRI, mengakses internet, juga menggunakan telepon seluler, yang kesemuanya ditujukan untuk menyatukan Indonesia melalui pendekatan ICT," katanya. Selama ini, menurutnya, masyarakat pinggiran lebih akrab dengan layanan informasi dari radio dan televisi Malaysia. "Melalui keberadaan RRI yang menjangkau perbatasasn, jelas mengeratkan kebangsaan warga di perbatasan. Malah kalau perlu, kita siarkan dinamika Indonesia ke negeri tetangga, termasuk kita ekspor sitem demokrasi ke sana," tandasnya lagi. Mengutip penyampaian Dirut RRI, ia mengungkapkan, untuk membuka isolasi informasi di garda terdepan NKRI, banyak manfaatnya bagi penyatuan NKRI serta menghadapi arus atau perang informasi. "Batas wilayah darat dan laut kan yang menjaganya adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sementara dalam `perang` informasi dengan negara tetangga di wilayah perbatasan, maka RRI tampil di garis depan," katanya. Niken Widiastuti juga memaparkan, keberadaan stasiun RRI di daerah pinggiran merupakan upaya untuk membuka isolasi informasi di garda terdepan NKRI. Dalam kesempatan itu anggota Komisi I DPR RI, Roy Suryo menjelaskan tentang sistem pertahanan negara.

"Bahwa, selain pertahanan fisik, maka pertahanan secara informasi memang sangat penting. Ini harus ada sinergi antara Pemerintah Pusat, termasuk di dalamnya Kementerian Komunikasi Informasi (Kominfo), Pemerintah Daerah, RRI, TVRI serta Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA," katanya. Henry Subiyakto menyimpulkan, upaya memberdayakan warga pinggiran di perbatasan pedalaman RI merupakan hal vital agar mereka mampu tampil secara mantap membela kedaulatan ibu pertiwi serta berwibawa menampakkan citra NKRI di garis terdepan Nusantara.(*) (T.M036/T010)Editor: Ruslan BurhaniCOPYRIGHT 2011 ***

http://m.inilah.com/read/detail/311/indeks-pembangunan-manusia-bangsa-indonesia-masihjauh-tertinggal/ 25/03/2011 16:24 NASIONAL Indeks Pembangunan Manusia Bangsa Indonesia Masih Jauh Tertinggal INN Channels, Mataram Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia hingga kini masih belum mengembirakan. Berdasarkan laporan UNDP terbaru, IPM bangsa Indonesia berada di peringkat ke-108 dari 177 negara. Kondisi yang memprihatinkan ini diungkapkan Staf Ahli Menteri Kesehatan, dr Indriono Tantoro saat berbicara tentang ''Strategi Pembangunan Kesehatan dalam Mendorong Percepatan Peningkatan IPM Nasional'' pada Dialog Nasional Pemuda Indonesia, di Senggigi, Mataram. Kualitas pertumbuhan pembangunan suatu bangsa dapat diukur dengan IPM, indikator itu merupakan gabungan dari tiga variabel, yakni tingkat ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Di sektor kesehatan, variabel yang digunakan dalam menghitung IPM adalah Umur Harapan Hidup (UHH), pemerintah telah memberikan perhatian yang serius dan memadai dalam upaya meningkatkan UHH itu. Hal itu jelas tercantum dalam Perpres No: 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam RPJMN tercantum pula sasaran pembangunan kesehatan sampai tahun 2009 yaitu meningkatnya UHH dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. ''Hal lain yang harus kita perhatikan secara serius adalah kemiskinan di Indonesia, saat ini masih terdapat sekitar 76,4 juta penduduk miskin di Indonesia,'' katanya. IKM juga dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat yaitu dari indikator proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap sarana air bersih, proporsi anak dengan berat badan rendah dibanding umur dan proporsi penduduk yang kemungkinan meninggal

sebelum umur 40 tahun. Menurut UNDP nilai IKM Indonesia dewasa ini adalah 17,9 yang menduduki peringkat ke33 dari 99 negara yang dinilai. ''Dengan demikian masalah pembangunan di Indonesia masih sangat berat dan kompleks, IPM Indonesia masih rendah dan IKM Indonesia juga masih tinggi yang keduanya dipengaruhi oleh sektor kesehatan,'' katanya. Tahun 2004 Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup telah dapat diturunkan menjadi 30,8 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006. Angka kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada 2004 menjadi 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Sejalan penurunan AKB, angka UHH terus meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 69,4 tahun pada tahun 2006. ''Namun, bila dibanding dengan negara tetangga, maka Indonesia sangat tertinggal,'' katanya.(antara/rosmita)

Kemenhan Berdayakan Ekonomi Masyarakat PerbatasanPosted by antasari on August 5, 2010 0 Comment Visited 134 times, 1 so far today

http://antasari.net/kemenhan-berdayakan-ekonomi-masyarakat-perbatasan/ Lapang terbang Pitu di Kabupaten Morotai. (Foto: halmaherautara.com) 05 Agustus 2010, Morotai Lampu Precision Approach Path Indicator (PAPI) di landasan pacu lapangan terbang Pitu, Morotai tampak menyorot ke arah Hercules C-130 yang melayang di atasnya pada Senin (2/8) sore lalu. Penerbangan yang menyertakan Sekretaris Jendral Menteri Pertahanan Eris Herryanto itu akan menguji coba kelayakan landasan sepanjang 2,4 km itu untuk pendaratan malam hari. Landasan tersebut sudah ada di Kabupaten Morotai, area perbatasan Indonesia-Filipina, sejak 1942. Amerika Serikat membuat tujuh landasan pacu di area tersebut untuk mempersiapkan penyerangan atas Jepang, musuhnya dalam Perang Dunia II. Pemanfaatan kembali lapangan terbang itu, sebagaimana dikatakan Eris, adalah salah satu upaya Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk mendukung sektor perekonomian. Jadi istilahnya, defence supporting economy. Artinya, aset-aset apa dari Kemenhan yang kira-kira bisa digunakan untuk mendukung ekonomi masyarakat, kita berdayagunakan, tutur Eris di Bandara Babullah, Ternate, Senin (2/8) lalu. Sasaran itu juga menjadi tujuan Eris dan Kemenhan bagi masyarakat di Morotai. Menurut penuturan Sukemi Sahab, pelaksana tugas Bupati Morotai, kehidupan masyarkatnya yang berjumlah 64 ribu orang sangat bergantung pada hasil laut dan industri pariwisata. Laut Morotai mampu menghasilkan ikan tuna, kerapu dan juga rumput laut dalam jumlah besar. Bahkan PT Morotai Maritim Culture (MMC), satu-satunya perusahaan perikanan di Morotai, bisa melakukan ekspor hingga ke Hongkong.

Setiap kali ekspor jumlahnya mencapai 12 ton. Tahun ini MMC sudah ekspor dua kali, bulan Januari dan Maret, ungkap Ismail, kepala dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kabupaten Morotai. Masyarakat Morotai, termasuk Sukemi pun berharap, pemanfaatan kembali Lapangan Terbang Pitu bisa menyokong ekspor hasil laut yang juga akan berimbas pada pemasukan daerah. Karena saat ini kalau mau ekspor ikan perlu 8 hari untuk sampai ke Cina. Kalau bisa pakai (lapangan) ini, mungkin perusahaan bisa sewa pesawat cargo untuk ekspor, kata Sukemi. Berdasar keterangan Komandan Pangkalan Udara Pitu (Danlanud), Mayor Sadewo, dari tujuh landasan pacu yang terdapat di Lapangan Terbang Pitu, hanya empat saja yang layak untuk digunakan. Selama ini, pangkalan yang merawat landasan, dengan anggaran dari pusat, ucap Sadewo yang juga ikut dalam uji coba terbang malam ke Morotai. Mengenai pesawat apa saja yang nantinya akan memanfaatkan Lapangan Terbang Pitu, Eris tak banyak berkomentar. Belum dibicarakan pesawatnya apa saja. Tapi nanti kita akan mendiskusikannya lagi dengan Dinas Perhubungan, kata Eris. Lapangan Udara Pitu dikategorikan dalam kategori D. Hal ini dipengaruhi oleh pangkat Danlanud dan juga berbagai fasilitas yang terdapat di landasan tersebut. Memang masih banyak yang harus ditambah di (bandara) sini. Seperti avication aid , radar cuaca, radio komunikasi, dan lain sebagainya, imbuh Sadewo. Saat menghadiri jamuan makan malam di kediaman Sukemi Suhab, Eris sempat meluangkan waktu untuk melakukan dialog dengan masyarakat Morotai. Banyak di antara mereka yang berharap agar pihak Kemhan memberikan dukungan berupa fasilitas seperti perahu boat dan anggaran lainnya sebagai kelanjutan dari kunjungan tersebut. Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa. Tapi yang barusan bapak-ibu sampaikan, akan saya teruskan kepada pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan sebagainya, tutur Eris, diplomatis. Eris tak menampik, wilayah perbatasan menjadi salah satu fokus utama Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dalam masa kepemimpinannya saat ini. Selain Morotai, dalam beberapa pekan ke depan Kemhan berencana untuk menyambangi wilayah perbatasan lainnya, salah satunya, pulau Natuna. MI.com

Malik Haramain : Masyarakat Perbatasan Harus Diberdayakan

Oleh rouf Jumat, 04 Maret 2011 15:53 http://www.fpkb-dpr.or.id/menu/hn/2674-malik-haramain--masyarakat-perbatasan-harusdiberdayakan Jakarta,fpkb-dpr.or.id---Wilayah perbatasan merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara, sehingga wilayah perbatasan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Anggota Komisi II DPR RI Malik Haramain mengatakan, peran penting tersebut adalah sebagai penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. Salah unsur terpenting dari wilayah perbatasan adalah masyarakat perbatasan itu sendiri, disamping unsur-unsur lainnya tentunyakata Malik saat berbincang dengan fpkb-dpr.or.id di Jakarta, tadi malam (03/2/2011) sebelum bertolak ke Papua. Oleh karena itu, lanjutnya, masyarakat perbatasan harus diberdayakan, terutama secara ekonomi karena pembangunan wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Sudah saatnya paradigma pembangunan wilayah perbatasan dirubah dari hanya semata-mata security approach menjadi prosperity approach, yakni mensejahterakan masyarakat sekitar wilayah perbatasanpaparnya. Malik menjelaskan, keberangkatan dirinya ke Papua dalam rangka melakukan kunjungan lapangan ke daerah perbatasan antara RI dengan Papua Nugini. Selaku Anggota Komisi II DPR RI yang salah satu mitra kerjanya adalah Kementerian Dalam Negeri RI yang menangani masalah perbatasan, dirinya sangat berharap agar kementerian ini benar-benar sungguh-sungguh memperhatikan masyarakat perbatasan. Rencanya, kunjungan tersebut akan berlangsung sampai tanggal 5 Maret mendatangjelas Malik. Makna penting yang diharapkan dalam kegiatan kunjungan lapangan tersebut, menurut politisi yang pernah menjadi Ketua Umum PB PMII ini adalah bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar wilayah perbatasan, bagaimana pembangunan infrastrukturnya, bagaimana kemampuan TNI yang menjaga wilayah perbatasan baik dari kualitas dan kuantitasnya dan juga masalah penataan ataupun penambahan pos-pos perbatasan. DPR ingin memastikan dan sekaligus ingin mengecek secara langsung wilayah perbatasan. Hasilnya nanti akan kita bahas kembali dengan pemerintahpungkasnya.

Kepulauan Raja Ampat

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Raja_AmpatKepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan para penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.

Asal-usul dan sejarahAsal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu. Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat nelayan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat merupakan anggota suatu komunitas desa. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya dua kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim HindiaBelanda.

MasyarakatMasyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampungkampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu. Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.

Kekayaan sumber daya alamKepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua,

sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu. Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini. Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Manta Ray yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung. Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.

[sunting] Peninggalan prasejarah dan sejarahDi kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia. Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.

[sunting] AksesMengunjungi kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan biaya cukup besar. Kita dapat menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta ke Sorong via Menado selama 6 jam penerbangan. Dari Sorong kota yang cukup besar dan fasilitas lumayan lengkap- untuk menjelajahi Raja Ampat pilihannya ada dua, ikut tur dengan perahu pinisi atau tinggal di resor Papua Diving. Sekalipun kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non penyelam karena juga memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah, gugusan pulau-pulau karst nan mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo, serta beragam jenis anggrek.

[sunting] Ancaman terhadap kepulauan iniKekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat ancaman yang tinggi pula. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu karang dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya adalah karena aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom, sianida dan akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan).

[sunting] Usaha-usaha konservasiUntuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat, usaha-usaha konservasi sangat diperlukan di daerah ini. Ada dua lembaga internasional yang konsen terhadap kelestarian sumber daya alam Raja Ampat, yaitu CI (Conservation International) dan TNC (The Nature Conservancy). Pemerintah sendiri telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No. 81/KptsII/1993, luas wilayah ini mencapai 60.000 hektar. Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan, laut Pulau Kofiau, laut Pulau Asia, laut Pulau Sayang dan laut Pulau Ayau.Artikel bertopik pulau di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Kota dan Pulau di Indonesia yang Dilewati Garis KhatulistiwaPosted on 24 November 2010 by alamendah

http://alamendah.wordpress.com/2010/11/24/kota-dan-pulau-di-indonesia-yang-dilewatigaris-khatulistiwa/ Kota dan pulau di Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa ternyata tidak sedikit. Bahkan menjadi negara dengan titik (lokasi) yang paling banyak dilewati oleh garis khatulistiwa. Equator (garis lintang 0 derajat) itu tepat berada di beberapa pulau dan kota di Indonesia. Sumatera, Kalimantan, dan Halmahera sebagai pulau yang tepat berada di zero latitude (khatulistiwa) mungkin sudah banyak yang tahu. Seperti halnya garis khatulistiwa melewati kota Pontianak. Namun ternyata masih terdapat beberapa tempat lain yang dilalui garis maya itu. Kota di Indonesia yang dilalui garis katulistiwa, antara lain:

Kota Bonjol

Gerbang penandan garis khatulistiwa di kota Bonjol Bonjol adalah sebuah kota kecamatan yang terletak di kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Bonjol menjadi salah satu kota yang dilewati garis khatulistiwa. Sebagai penanda bahwa kota ini berada di lintang nol derajat, dibangun Taman Wisata Equator, rumah khas minangkabau, lapangan beraspal bertuliskan I crossed the equator, bangunan berbentuk bulat berwarna biru, dan gerbang dengan tulisan Anda melintasi khatulistiwa.

Kota Pontianak.

Tugu Khatulistiwa di Pontianak Kota Pontianak merupakan ibukota provinsi Kalimantan Barat. Sebagai penanda dilalui garis equator, dibangun tugu khatulistiwa sejak tahun 1928, meskipun menurut pengukuran BPPT, tugu dan monumen tersebut melenceng sejauh 100 meter dari titik 0 derajat. Garis khatulistiwa melewati beberapa pulau di Indonesia, yaitu:

Kepulauan Batu

Kepulauan Batu merupakan kepulauan dengan sekitar 48 pulau kecil yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, di antara pulau Nias dan Siberut. Kepulauan ini termasuk dalam wilayah kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Garis katulistiwa melewati sebelah utara pulau Tanahmasa dan terbesar di kepulauan Batu.

Pulau Sumatera

Di Sumatera garis khatulistiwa membentang mulai perairan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan kepulauan Riau.

Pulau Lingga

Pulau Lingga merupakan pulau terbesar pada gugusan kepulauan Lingga. Pulau seluas 889 km2 ini terdapat di timur pulau Sumatera dan termasuk dalam wilayah provinsi Kepulauan Riau. Equator melewati ujung utara pulau kecil ini.

Pulau Kalimantan

Di Kalimantan equator melintasi provinsi kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Pulau Sulawesi

Di pulau Sulawesi melintasi provinsi Sulawesi Tengah.

Kepulauan Kayoa

Kepulauan Kayoa merupakan kepulauan yang terletak di barat pulau Halmahera, Maluku. Kepulauan ini termasuk dalam wilayah kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Garis katulistiwa melewati kepulauan ini.

Pulau Halmahera

Pulau Halmahera merupakan pulau terbesar di kepulauan Maluku dan termasuk dalam wilayah provinsi Maluku Utara.

Pulau Gebe

Pulau Gebe terletak di timur pulau Halmahera dan termasuk dalam wilayah kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Pulau Gebe dilalui oleh equator (garis khatulistiwa).

Pulau Waigeo

Pulau Waigeo atau dikenal juga sebagai pulau Amberi atau Waigiu, merupakan pulau terbesar di Kepulauan Raja Ampat yang terletak di sebelah utara provinsi Papua Barat. Selain melewati kota dan pulau, di Indonesia garis khatulistiwa juga melewati daerah perairan yang meliputi selat Karimata, selat Makasar, teluk Tambu dan teluk Tomini (Sulawesi), laut Maluku, dan laut Halmahera. Bangga rasanya negeri ini mendapat anugerah dilalui oleh garis khatulistiwa. Lebih bangga lagi, mengetahui di mana saja, di sudut negeri ini, sang zero latitude membelah bumi menjadi dua bagian, utara dan selatan.

Referensi: en.wikipedia.org/wiki/Equator Gambar: wikipedia dan robbymilo.multiply.com

Berita Pers http://basabasicom.4.forumer.com/a/indonesia-itu-kaya-bung33_post1052.html

Hasil Penelitian Bersama Conservation International Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cendrawasih (Uncen), Universitas Papua (Unipa), BKSDA Papua II dan Pemerintah Daerah Raja Ampat

Mengungkap Kekayaan Hutan Papua di Kepulauan Raja Ampat

Jakarta, 7 Juli 2005 Kekayaan hutan belantara Papua masih menyimpan misteri bagi para peneliti dunia. Bukan hanya di daratan besar pulau paling timur Indonesia ini namun juga di beberapa kepulauan yang mengitarinya. Salah satunya, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di bagian barat daerah kepala burung pulau ini. Kenyataan ini terungkap melalui survei multitaksa di Pulau Batanta, Salawati dan Waigeo (tiga dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat) yang dilakukan oleh Conservation International (CI) Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cendrawasih (Uncen), Universitas Papua (Unipa), BKSDA Papua II , Museum Australia dan Pemerintah Daerah Raja Ampat.

Tim survei yang terdiri atas tiga peneliti senior di bidang amfibi dan reptil, tiga peneliti senior di bidang tumbuhan, dua peneliti senior di bidang kelelawar, tiga mahasiswa Unipa dan empat mahasiswa Uncen. Para peneliti berhasil menemukan sedikitnya 57 jenis amfibi dan reptil, 20 jenis kelelawar, 60 jenis anggrek dan lebih dari 500 jenis pohon di Pulau Batanta (sebagai fokus utama), Salawati dan Waigeo. Bahkan, mereka juga berhasil menemukan kodok jenis baru dalam survei yang berlangsung dari 4 30 Juni 2005 tersebut

Kekayaan jenis pohon di Pulau Batanta dan Salawati ternyata relatif sama, ungkap Dr. Johannes P. Mogea, ahli tumbuhan dari LIPI, dan Ismail A Rahman, ahli pengenal pohon dari Herbarium Bogoriense, Bogor. Dari 500 jenis yang ditemukan, terdapat beberapa jenis pohon yang bernilai ekonomis seperti kayu merbau (Intsia bijuga), kayu besi (Intsia palembanica), kayu bugis (Koordesio dendropinnatum) dan kayu nyatoh (Palaquium spp). Temuan lain yang harus diteliti lebih lanjut adalah tiga jenis Aristolochia (sejenis sirih-sirihan). Sebab ketiganya hingga kini belum ada contoh spesimennya di Herbarium Bogoriense. Menurut Johanes,Jenis ini kemungkinan jenis-jenis baru, namun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Sementara itu, tim kelelawar yang diketuai oleh Aksamina M. Yohanita peneliti senior dari Unipa, - berhasil menambah 12 jenis kelelawar catatan baru, tujuh diantaranya pemakan buah dan sisanya pemakan serangga. Sampai tahun 1989 jumlah jenis kelelawar di Pulau Batanta

hanya delapan jenis saja sebut Aksamina. . Jenis-jenis kelelawar pemakan buah memang sangat penting bagi pulau ini yang sedang bersuksesi lanjut M. Farid peneliti dari CI Indonesia yang ikut serta dalam penelitian tersebut. Kelelewar berhidung tabung (Nyctimene aello) yang merupakan jenis terbesar di genusnya juga berhasil dicatat oleh tim ini. Selain itu, kalong (Pteropus hypomelanus) yang bersarang di Pulau Way berjarak sekitar 30 km arah utara Pulau Batanta didapati sedang memakan buah beringin (Ficus sp). Menurut M. Farid, Survei kelelawar kali ini berbeda karena kami berhasil menangkap 7 jenis kelelawar pemakan serangga termasuk kelelawar diadem (Hipposideros diadema) sebanyak 4 ekor, kelelawar rhino (Rhinolophus philippinensis) sebanyak 2 ekor, kelelawar bertelingan trompet (Kerioula sp) dan satu ekor kelelawar yang tidak dapat diidentifikasi sampai tahap genus sekalipun. Di sisi lain, tim herpetofauna yang diketuai Keliopas Krey dari Unipa dan Burhan Tjaturadi dari CI Indonesia serta dibantu Dr. Steve Richards dari Museum Australia menemukan delapan kodok jenis baru. Satu diantaranya adalah kodok hijau yang ditemukan hanya di pohon tinggi. Dua kodok kecil (kurang dari 3 cm) hanya bisa dibedakan dari suaranya yang halus di malam hari. Tim ini juga berhasil menjumpai biawak berekor biru dan beberapa kadal yang belum dikenal sehingga masih memerlukan proses identifikasi lebih lanjut.

Hal yang menarik, ditemukan beberapa perbedaan bentuk luar dari reptil yang ada di daratan besar Papua dengan Pulau Waigeo dan Batanta. Contohnya, ular putih (Micropechis ikaheka) yang terkenal memiliki bisa mematikan. Di daratan besar Papua, ular ini berwarna keabuabuan pada bagian badannya, sedangkan jenis serupa yang ditemukan di Pulau Waigeo dan Batanta berwarna putih polos.

Kami mendukung upaya-upaya penelitian keanekaragaman hayati, terlebih lagi di Provinsi Papua yang datanya.masih sangat sedikit,ujar Dr..Dedi Darnaedi, Kepala Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Lanjutnya, jika tidak dimulai sejak dini, ada kemungkinan data keanekaragaman hayati ini akan habis akibat kegiatan pengrusakan hutan secara besarbesaran seperti adanya kebakaran hutan dan penebangan liar.

Menurut Drs. Marcus Wanma, Msi, pejabat Bupati Raja Ampat, pihaknya selalu memberikan izin kepada para peneliti di kawasan Raja Ampat untuk memperoleh data-data tentang keanekaragaman hayati. Sebagai kabupaten baru, mereka menyadari bahwa data-data ilmiah itu sangat dibutuhkan guna mengetahui aset yang menghuni hutan dan laut di Raja Ampat.

Kegiatan penelitian seperti ini sangat diperlukan. Kami memiliki enam kawasan konservasi yang minim data kekayaan hayatinya, padahal data tersebut sangat penting untuk perencanaan pengelolaan di masa mendatang ucap Yunus Rumbarar, Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Sorong.

Kami berharap hasil penemuan ini dapat dijadikan acuan bagi perencanaan pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Raja Ampat, tukas Jatna Suprijatna Ph.D, Regional Vice President Conservation International (CI) Indonesia. Sebagai peneliti senior Jatna amat menyambut gembira hasil survei yang melibatkan para pakar di bidangnya tersebut. tamanhati- 11-19-2005 Spesies Langka Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menghindari kepunahan keanekaragaman hayati di Indonesia. Dikarenakan banyak sekali spesies yang sudah diambang kepunahan seperti orangutan dan owa jawa, yaitu dua spesies kunci yang keberadaannya mempengaruhi kehidupan spesies-spesies lainnya. salah satu cara yang mungkin dialkukan adalah dengan memperketat sistem penegakan hukum merupakan hal utama yang harus segera digarap untuk menghindari kepunahan keanekaragaman hayati maupun habitatnya, selain upayaupaya penyadaran masyarakat yang harus terus menerus dilakukan. Orangutan menjadi perhatian utama karena merupakan spesies kunci yang populasinya sudah sangat mengkhawatirkan akibat habitat mereka yang berkurang secara cepat dan dalam jumlah besar. seharusnya pemerintah ambil bagian dalam mengetatkan perlindungan habitat orangutan serta mencegah terjadinya pengambilan, perburuan, dan perdagangan orangutan. Beberapa kegiatan lain yang harus didukung penuh oleh masyarakat adalah dengan memperkuat kapasitas penegak hukum dan sistem pemantauan, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan pencarian alternatif ekonomi bagi masyarakat yang berada di sekitar habitat orangutan. Seperti halnya orangutan, populasi owa jawa (Hylobates moloch) berkurang drastis dan kualitas habitatnyapun semakin menurun. Ancaman utama pada owa jawa adalah perburuan untuk dijadikan hewan peliharaan. CI Indonesia bersama-sama dengan Yayasan Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia, Perum Perhutani dan Taman Nasional Gunung GedePangrango bersama-sama berupaya untuk melestarikan owa jawa dengan memantau owa jawa di habitat aslinya secara berkala dan membantu usaha rehabilitasi owa jawa. Sudah saatnya kita menjaga apa yang telah diberikan Tuhan bagi bangsa ini. jangan biarkan mereka punah sia-sia!!! tamanhati- 11-19-2005 laporan Tim eksekutif CI http://basabasicom.4.forumer.com/a/indonesia-itu-kaya-bung33_post1052.html Papua (sebelumnya dikenal dengan Irian Jaya) adalah propinsi Indonesia paling timur dan paling kurang berkembang. Terdiri dari sebelah barat New Guinea, pulau tropis tertinggi dan terluas di dunia, dan sejumlah pulau-pulau kecil di sekitarnya. Walaupun data biologi untuk Papua belum banyak diketahui, propinsi ini diduga memiliki sekitar lima puluh persen total keanekaragaman hayati Indonesia. Tingginya tingkat keanekaragaman dan endemisitas flora dan fauna yang luar biasa (Conservation International, 1999) menunjukkan lamanya

New Guinea terisolasi dari daratan utama lainnya dan menunjukkan adanya berbagai tipe ekosistem mulai dari pesisir dan hutan tropis hingga habitat alpin di pegunungan tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Papua memberikan sumbangan besar pada status Indonesia sebagai salah satu Negara terkaya di dunia dari aspek biologi. Karena tingginya nilai keragaman hayati dan rendahnya kepadatan populasi manusia maka Conservation International (CI) pada 1997 menyatakan New Guinea sebagai "Major Tropical Wilderness Area" (TWA) atau Kawasan Rimba Tropis Utama. Dengan paling sedikit 75% tutupan hutannya masih alami, maka TWA merupakan gudang keragaman hayati yang penting, dan berperan dalam tata air. TWA juga merupakan tempat bagi masyarakat asli memiliki kesempatan untuk memelihara pola hidup mereka. Hutan-hutan di Papua hingga kini belum mengalami kehancuran sebagaimana aktivitas pembalakan kayu di wilayah barat Indonesia. Namun demikian, antara 1993 dan 1997 tutupan hutan di Papua menurun dari sembilan puluh persen menjadi delapan puluh persen (Conservation International, 1999) dan tingkat konversi hutan di Papua meningkat ketika krisis ekonomi menimpa Indonesia. Berkurangnya hutan akibat penebangan, transmigrasi, perkebunan, pertanian, pertambangan, penambangan minyak dan gas, serta proyek infrastruktur yang berkaitan dengan perumahan dan jalan merupakan ancaman bagi kerusakan sebagian besar warisan biologi Papua yang unik. Meningkatnya tekanan pembangunan mengakibatkan orang yang bertanggung jawab mengelola dan mengkonservasi sumber daya alam Papua sangat memerlukan informasi biologi. Menyadari bahwa konservasi di Papua terhambat oleh kurangnya informasi dasar tentang keragaman, distribusi, dan kelimpahan flora dan fauna, maka Lokakarya Penentuan Prioritas Konservasi Irian Jaya pada tahun 1997 menyimpulkan bahwa pengembangan kapasitas ilmuwan lokal dan pengumpulan informasi biologi adalah sangat diperlukan untuk memastikan agar-dabat bagi rekomendasi konservasi Jaya merumuskan propinsi ini. CI bekerjasama dengan pemerintah propinsi, universitas lokal dan institusi lainnya, serta masyarakat lokal dan LSM berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut. Pada bulan Maret 1998, CI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan Rapid Assessment Program (RAP) yang pertama di Papua (Mack dan Alonso, 2000). Survei di Sungai Wapoga berhasil menemukan banyak tumbuhan dan satwa yang belum pernah diketahui oleh ilmu pengetahuan, membuktikan bahwa untuk membuat kebijakan pembangunan dan konservasi yang memadai di Papua akan membutuhkan lebih banyak lagi data dasar biologi daripada yang telah tersedia sekarang ini.

Kabupaten Raja Ampat "Kepakkan Sayap" Kejar KetertinggalanPosted Tue, 11/05/2010 - 08:26 by itaibnu http://www.batukar.info/komunitas/articles/kabupaten-raja-ampat-kepakkan-sayap-kejarketertinggalan Senin, 10 Mei 2010 (Berita Daerah - Papua) - Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat mulai "mengepakkan sayap" dalam upaya mengejar ketertinggalan dari kawasan bahari lainnya, dengan modal utama kekayaan alam yang sangat potensial sebagai destinasi utama wisatawan dunia.

Raja Ampat yang terletak di bagian kepala burung dikenal bagaikan "untaian jamrud` di Papua itu sepertinya ingin tetap mempertahankan pamornya sebagai kawasan bahari dan menjadi "surga" bagi para penyelam dunia. Salah satu upaya tampil di pentas dunia, Kabupaten Raja Ampat, bertepatan dengan ulang tahun daerah itu yang ke-7, menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam upaya mengangkat potensi daerah itu di mata dunia internasional. Seperti dikemukakan Bupati Raja Ampat, Drs. Marcus Wanma, M.Si, sebenarnya Raja Ampat, sudah lama menjadi tujuan para penyelam terutama dari luar negeri, yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Namun diakuinya belum sebanyak kawasan wisata bahari lainnya yang sudah lebih dulu mengembangkan potensi wisata bawah lautnya. Kabupaten Raja Ampat memiliki sekitar 610 pulau dengan empat gugusan pulau besar yakni Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta. Terdapat 17 distrik tersebar di kabupaten ini yakni distrik kepulauan Ayau, empat distrik Waigeo yakni utara, timur, selatan, barat, distrik Wawarboni, distrik Teluk Mayalibit, distrik Meos Mansar, Waigeo Barat Kepulauan, empat distrik Misool yakni utara, timur, selatan dan barat serta distrik kepulauan Sembilan. Tiga distrik lainnya yakni Kofiau, Selat Sagawin dan distrik Salawati Utara. Pemerintah daerah Raja Ampat, menurut Bupati bersepakat menjadikan kepulauan ini sebagai pusat keanekaragaman hayati laut tertinggi dunia. Dengan terus meningkatnya kunjungan wisatawan ke daerah ini, pemerintah daerah terus membangun infrastruktur guna memudahkan akses wisatawan mengunjungi kawasan ini. Memang wisatawan tidak sedikit harus mengeluarkan `kocek` untuk bisa sampai ke Raja Ampat, yang bisa ditempuh dengan kapal ferry sekitar tiga jam dari Sorong. Keterangan yang diperoleh dari Acropora Cottage di kawasan Waisai, Raja Ampat, paket untuk ke kawasan itu termasuk nginap, makan dan "diving" bisa berkisar Rp5 juta per orang. Sementara data dinas pariwisata setempat menyebutkan wisatawan manca negara yang berkunjung ke Raja Ampat selama 2009 sekitar 7.000 wisman, terutama wisman dari Eropa, Amerika dan Australia, sedangkan wisatawan nusantara (wisnu) hanya sekitar 200 orang. Upaya lain agar lebih dikenal di pentas dunia, pemerintah daerah setempat menyelenggarakan Festival Bahari Raja Ampat 2010 yang berlangsung di kawasan pantai Waisai Tercinta (WTC), mulai 3 hingga 9 Mei 2010. Waisai, merupakan ibukota kabupaten Raja Ampat. Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat, Yusdhi Lamatenggo mengatakan, atraksi utama pada festival ini bertumpu pada wisata bahari, di antaranya penyelaman di situs yang masuk dalam 10 besar terindah dunia. Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional dan berdiam di kampungkampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Namun demikian mereka adalah

masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, katanya. Raja Ampat mempunyai obyek wisata potensial terutama wisata menyelam dan bahkan menurut berbagai sumber, perairan Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk `diving site` di seluruh dunia. Selain itu juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75 persen dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska dan 75 persen spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Ada beberapa kawasan terumbu karang yang kondisinya masih sangat baik dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90 persen yakni di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Selat Dampier ini bisa ditempuh dengan menggunakan speed boat sekitar 45 menit dari pantai Waisai. Namun dengan kekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat seperti banyaknya terumbu karang, telah membuat kawasan itu memiliki tingkat ancaman tinggi, yang umumnya disebabkan aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti menggunakan bom. Menurut ketua penyelenggara Festival Bahari Raja Ampat 2010, Becky Rahawarin, selain sebagai ajang promosi festival ini juga dimaksudkan untuk menggali budaya setempat guna dikembangkan dan dimunculkan kembali seperti parade transportasi tradisional, yang dulu digunakan nenek moyang. Selain itu ada juga makanan khas Raja Ampat yang dimunculkan dalam acara tersebut seperti papeda (sejenis sagu), masakan Mie`be ( mie dari sagu) berbagai olahan hasil laut dan tidak ketinggalan singkong rebus. Festival ini juga mengundang kabupaten-kabupaten lain, baik yang berada di Papua maupun Papua Barat, juga dari Manado, Halmahera, dan Wakatobi. Pada festival ini diselenggarakan berbagai lomba seperti lomba foto bawah laut, lomba perahu naga, lomba Kano dan berbagai parade seperti angkutan tradisional. 80 persen laut Kabupaten yang 80 persennya berupa lautan itu memiliki kekayaan sumber hayati yang tak ternilai. Untuk itu Bupati Wanma dengan tegas pada acara pembukaan Festival yang dilakukan Staf ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata bidang Pranata Sosial, Surya Yuga, Senin (3/5) menyatakan bertekad menjaga dan melestarikan kekayaan hayati tersebut. Selain menjaga agar tetap menjadi kawasan wisata bahari dan menjadi destinasi utama bagi para "diver" dunia, Raja Ampat dengan luas sekitar 46.000 km2 itu merupakan "segitiga

terumbu karang" (coral Triangle) yang terdiri atas Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Australia. Raja Ampat yang diresmikan pada 9 Mei 2003 itu atau baru genap berusia 7 tahun, melalui festival yang dirangkaikan dengan pentas seni dan budaya ini, ingin menunjukkan kesiapan daerah tersebut menjawab tantangan industri pariwisata, kata Wanma. Tidak hanya bupati, namun juga Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dalam sambutan yang disampaikan Staf Ahli Menteri bidang Pranata Sosial, Surya Yuga, dan juga Sekjen Gabungan Usaha Wisata Bahari dan Trita (Gahawisri) Didien Junaedy. Keduanya, berharap sama melalui festival ini akan dapat mengangkat Kabupaten Raja Ampat sebagai kawasan wisata bahari di pentas dunia. Selain itu berbagai program unggulan yang dimunculkan daerah ini juga diharapkan akan dapat memacu wisatawan mancanegara dan turis nusantara untuk mengunjungi Raja Ampat, sehingga bisa dimasukkan dalam "calendar of event" Kemenbudpar, kata Surya Yuga. Banyak upaya yang masih harus dilakukan masyarakat Raja Ampat selain kerja keras membangun daerah serta meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan karena seperti dituturkan bupati bahwa "Laut adalah masa depan Raja Ampat.Dari laut kita makan dan dari laut kita hidup." Semoga visi kabupaten yang masih relatif muda usia itu "mewujudkan Raja Ampat sebagai Kabupaten Bahari yang didukung potensi sumber daya alam untuk menuju masyarakat madani" akan dapat terwujud.

Sumber: http://beritadaerah.com/artikel.php? pg=artikel_papua&id=21782&sub=column&page=

01November

MENGAMATI KERAGAMAN HAYATI PULAU WAIGEOhttp://aci.detik.com/read/2010/11/01/003336/1480982/1001/mengamatikeragaman-hayati-pulau-waigeo/4 Oleh : Dadang Lesmana - PAPUA BARAT Objek Wisata Penginapan Kuliner Transportasi Oleh-oleh Your browser does not support iframes. 0 Komentar

Foto Selengkapnya

Keanekaragaman hayati di Indonesia tak akan habis dieksplorasi. Menelusuri jejak keberagaman satwa dan tumbuhan di Papua, khususnya di Pulau Waigeo, Raja Ampat bagaikan menemukan sebuah dunia yang hilang. Hanya dalam waktu sekilas saja, kita dapat menemukan spesies hewan yang belum pernah kita temukan di daerah-daerah lain. Kuskus totol hitam yang akhirnya saya ketahui bernama latin phalanger rufoniger ternyata merupakan salah satu spesies endemik Pulau Waigeo, selain jenis-jenis kuskus lain. seperti kuskus kuskus coklat, kuskus kelabu, kuskus rambut sutra dan kuskus bertotol biasa. Artinya, tak akan kita temui di daerah lain kecuali oleh perpindahan paksa oleh manusia. Dari data yang saya baca, di Waigeo terdapat sekurangnya 66 individu dari 28 jenis burung. Dari jumlah itu, tujuh jenis merupakan endemik Pulau Waigeo. Untuk mamalia, sebanyak 124 spesies telah terkumpul. Atau 13,8% dari total jenis mamalia di Papua. Sebuah fakta yang menarik bagi saya karena di pulau yang relatif kecil dan berjarak jauh dari daratan besar Pulau Papua terdapat banyak spesies endemik. Kalau saja saya berkesempatan mengunjungi Waigeo lebih lama. Apabila kita berdiri di ujung dermaga pada sore hari dan mengamati ke arah pulau, kita akan dapat menyaksikan dengan jelas burung-burung yang bermain di antara pohon-pohon besar di tengah pulau. Jenis-jenis paruh bengkok seperti Kakak tua dan nuri adalah yang paling sering kita lihat. Selain itu ada juga dari jenis paruh besar seperti rangkong dan jenis burung-burung pemakan buah lain. Dari sekian banyak jenis burung yang hidup di Waigeo, yang paling membuat saya penasaran adalah cenderawasih khas Pulau Waigeo, Wilson's bird of paradise (cicinnurus respublica). Berukuran kecil sampai dengan 21 cm saja. Burung jantan berwarna merah dan hitam dengan jubah kuning di leher, paruh hijau muda, kaki biru dan dua buah bulu ekor berwarna ungu. Sedangkan burung betina berwarna kecoklatan dengan mahkota biru. Ah, sayang, selama kunjungan kami yang singkat ini kami tak berkesempatan melihat burung surga itu. Hutan di belakang resort tempat kami menginap masih cukup lebat. masih memungkinkan bagi saya untuk melihat-lihat kehidupan asli panghuni hutan kepulauan. Beberapa jenis kadal dan biawak besar kecil dengan mudah saya temui. Varanus salvadori adalah salah satu yang saya temui di halaman belakang resort. Biawak dengan panjang hampir satu meter itu sedang asik mengorek-orek sampah organik hutan untuk mencari makan. Sepengetahuan saya biawak jenis salvadori ini dapat mencapai panjang 2,5 meter. Penyebaran biawak jenis ini adalah di wilayah Kepala Burung dan Kepulauan Raja Ampat, Fakfak dan Kaimana, hingga bagian Selatan Pulau Papua. Biawak yang bermotif cantik ini biasa memakan mamalia kecil, telur, burung dan biawak lain dari jenis yang lebih kecil. Menurut CITES, Convention on International Trade of Endangered Species, Salvadori masuk dalam Appendix II, jenis langka dan dilindungi yang dilarang untuk diperdagangkan maupun di pelihara. Sayangnya, karena kekurangtahuan masyarakat, masih banyak terjadi penangkapan liar untuk diambil kulitnya. Selain itu, masih banyak terjadi pelanggaran perdagangan satwa langka untuk diekspor ke luar negeri. Sungguh sangat disayangkan. Mengamati perikehidupan hewan di habitatnya langsung merupakan kesenangan tersendiri bagi saya. Dan Pulau Waigeo memberikan saya pengalaman baru mencermati kehidupan

mereka. Raja Ampat, 16 Oktober 2010 Persembahan sinyal bagus bagi negeri

Posted by admin in Serial Dai on 05 26th, 2010 | no responses

DAKWAH BERLIKU ANAK KEPALA SUKUhttp://majalah.hidayatullah.com/?p=220 FOTO: DOK.SAHID Status sebagai anak kepala suku tak menjamin mulus dalam berdakwah. Selain tradisi masyarakat yang masih melekat kuat, juga kondisi alam yang senantiasa menantang. Bagi sebagian juru dakwah, Papua masih menjadi kawasan yang menakutkan. Bukan semata tantangan alamnya yang ganas dengan malarianya yang mematikan. Medan Papua juga dikenal berat, dengan biaya hidup yang tinggi. Belum cukup dengan itu, di sana masih dijumpai sebagian penduduk yang kehidupannya sedikit di atas masa prasejarah, khususnya di kawasan-kawasan pedalaman, di lereng-lereng gunung, serta di pinggir sungai nun jauh di pelosok bumi Cendrawasih tersebut. Sudah barang tentu ini menjadi tantangan yang tidak ringan bagi seorang dai. Tidak mengherankan jika sejumlah dai yang semula datang dengan penuh antusias, pelanpelan pergi meninggalkan medan dakwah Papua, setelah berhadapan dengan aneka persoalan di lapangan. Said Ahmad bin Muhammad Husen Tafalas (36) termasuk di antara sedikit dai yang memilih bertahan untuk terus mencerahkan masyarakat Papua. Apalagi, Said adalah putra daerah. Lelaki tinggi besar ini kelahiran Waigama, Papua 25 Mei 1971. Sekalipun putra daerah, dia menyadari, mengubah kultur masyarakat Papua dibutuhkan intensitas tarbiyah (pendidikan) dan dakwah. Dan itu, membutuhkan waktu yang panjang serta kesabaran ekstra. Maka, sejak tahun 1991, dia bergabung dan nyantri di Pondok Pesantren Hidayatullah Cabang Sorong. Setelah empat tahun menimba ilmu, pimpinannnya menugaskan untuk berdakwah di salah satu daerah terpencil di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Di sinilah awal ujian sebagai seorang dai dimulai. Anak sulungnya, Shabrina Said (3 bulan) meningal dunia. Kala itu, usia pernikahannya dengan Suharti Hasan baru berjalan satu tahun. Mental saya hampir-hampir jatuh, ketika mendapati kenyataan ini. Untunglah, sejak awal pernikahan, kami sudah mendeklarasikannya sebagai biduk jihad, Said mengenang.

Sebenarnya, kata Said, peristiwa itu bisa dicegah, kalau saja ada kendaraan yang mengangkut anaknya berobat ke kota. Namun perjalanan takdir menghendaki lain. Transportasi ke kota Bolaang sangat sulit. Ada memang kendaraan, tapi satu-satunya adalah sejenis jip, itupun jadwalnya satu minggu sekali. Waktu itu saya benar-benar bingung. Akhirnya, buah hati saya meninggal dalam pangkuan saya, di medan yang terpencil. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun kenangnya. Rintangan di Kampung Halaman Usai peristiwa itu, dia memilih pulang kampung di Misool Raja Ampat, Papua. Bukannya ingin pensiun, karena baginya berdakwah itu tak mengenal kata pensiun. Dia ingin terus berdakwah hingga akhir hayatnya. Di Raja Ampat dia ingin mendapat semangat baru. Raja Ampat dulu bernama Kalanafat. Sekarang, daerah ini dijuluki negeri seribu pulau. Sebab, kawasan ini terdiri dari pulau-pulau yang menyebar satu sama lain dengan jarak cukup berjauhan. Gugusan kepulauan ini terletak di bagian selatan Kabupaten Sorong, Irian Jaya Barat. Sejak tahun 2005, daerah ini diresmikan menjadi kabupaten baru dengan nama Kabupaten Raja Ampat. Kawasan ini terdiri dari empat pulau besar: Batanta, Salawati, Waigeo dan Misool. Raja Ampat beribukota di Waisai, salah satu pulau di daerah Waigeo Selatan. Penduduk di masingmasing pulau (sekarang sudah menjadi kecamatan) beragama Islam dan Katolik. Prosentasi penduduknya, Islam 86 persen (dulu 95 persen) dan Katolik 14 persen. Di antara daerah yang mayoritas Muslim adalah Kecamatan Misool dan Salawati. Dalam sejarahnya, penyebaran Islam ke Papua melalui kedua daerah itu. Sayangnya, ajaran Islam tidak dijalankan secara utuh. Yang berkembang justru kepercayaan tariqat, yang ajarannya cenderung bersifat nafsi-nafsi. Maka, sungguh menyedihkan. Kita mendapati masjid dan mushalla yang ada di sini, sepi dari jamaah. Masjid baru terlihat ramai pada saat hari Jumat saja, terang pria yang pernah aktif di PII dan IPM ini. Said optimis, dakwahnya di Raja Ampat bakal berjalan lancar. Dalam benaknya, berdakwah di kampung halaman, tempat dirinya dilahirkan, tentu akan lebih mudah. Apalagi, dia putra Kepala Suku Misool, Muhammad Husen Tafalas. Jelas, statusnya itu punya pengaruh cukup besar di tengah-tengah masyarakatnya. Dia juga sudah mengenal kultur masyarakatnya. Jadi, apa susahnya? Nyatanya tidak demikian. Mula-mula, Said harus berhadapan dengan beratnya medan. Kapal yang melayari daerah ini cuma satu, yaitu kapal perintis dari Seram (Maluku) yang jangka waktunya sebulan sekali. Itu artinya, komunikasi dan hubungan dengan dunia luar sangat terbatas. Sementara kalau ingin mengisi dakwah di kampung (desa) lain, yang berada di pesisir dan pelosok yang merupakan kantongkantong Islam seperti kampung Atkari, Folle, Gamta, Lilinta, Yellu, Fafanlap, Kaerepop, dan Harapan Jaya, harus menggunakan long boat yang biaya sewanya sangat mahal, antara Rp 10 juta Rp 25 juta sekali pakai! Belum lagi kendala cuaca. Ombak dan angin cukup kencang. Sehingga wajar, kalau di daerahdaerah Muslim itu, justru yang lebih sering datang adalah para misionaris. Mereka pergi pulang dengan pesawat Cesna setiap saat. Bahkan kantong utama Muslim di Misool telah dijadikan sebagai pusatnya di Raja Ampat. Padahal dulu, daerah ini merupakan kantong umat Islam terbesar setelah Salawati dan Waigeo. Bahkan dakwah Islam di semenanjung Papua bermula dari sini.

Kesempatan Berharga Sekalipun tantangan alamnya berat, Said bertekad suatu saat akan mengunjungi penduduk yang tinggal di pulau-pulau terpencil. Allah Maha Mendengar! Satu hari, Bupati Raja Ampat, Drs. Marcus Wanma, M.Si, mengadakan kunjungan ke daerah-daerah pesisir. Tanpa buang waktu, Said mendatangi Bupati. Pak Bupati, saya mau numpang ke Sorong, bisa tidak, kata ayah empat anak ini. Di luar perkiraannya, Bupati yang beragama Nashara itu mengabulkan permintaan Said. Tidak saja ke Sorong, bahkan mempersilakannya ikut keliling dari pulau ke pulau, selama beberapa hari. Kesempatan itu dimanfaatkan secara baik oleh Said untuk mengunjungi kampung-kampung Muslim di Yellu, Harapan Jaya, dan Folle. Said menaruh harapan besar, kelak dia punya alat tranportasi sendiri, sehingga setiap saat bisa menyambangi umatnya itu. Dengan begitu dia yakin, kelak Islam bisa jaya kembali di daerah ini. Seperti pada masa lalu, katanya optimis. Said menyadari, semua kerja dan cobaan di atas tidak luput dari pandangan Allah Subhanahu wa Taala (SWT). Allah sungguh-sungguh bersama para pembela agamanya di manapun. Maka, insya Allah, ke depan, di samping akan melanjutkan kegiatan yang sudah ada, kami upayakan menembus kawasan-kawasan terisolir dimana kaum Muslimin tinggal, ungkap pria yang saat ini diberi amanah sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Hidayatullah Irian Jaya barat yang membawahi sejumlah daerah seperti Fak-Fak, Manokwari, Sorong, Sorong Selatan, Bintuni, Kaimana dan Kabupaten Raja Ampat ini. Semoga. *Ali Athwa/Suara Hidayatullah MARET 2009

99 Persen Pengunjung Raja Ampat Wisman Penulis: Robert Adhi Ksp | Editor: ksp Rabu, 12 Mei 2010 | 14:00 WIB http://travel.kompas.com/read/2010/05/12/14000878/99.Persen.Pengunjung.Raja.Ampat.Wis man KOMPAS/LASTI KURNIA Keindahan panorama bawah laut seperti di Raja Ampat ini juga bisa dinikmati di Kepulauan Widi di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Juga pantai pasir putihnya yang luar biasa. TERKAIT:

Raja Ampat Tak Izinkan Usaha Tambang Raja Ampat Promosi Wisata Bahari Raja Ampat Persiapkan Festival Bahari 2010 Ke Raja Ampat, Pesan Tempat 6 Bulan Sebelumnya Raja Ampat Buka Kantor Promosi di Bali

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin belum begitu tahu dengan Kabupaten Raja Ampat dan kekayaan apa yang dimiliki kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Papua Barat tersebut.

Kalau menyebut nama Papua, yang terlintas di benak sebagian besar masyarakat Indonesia pasti masyarakat dengan kebudayaannya yang masih sangat sederhana, pakaian yang khas (koteka) dan harga kebutuhan pokok yang mahal. Namun tidak demikian, kini Papua khususnya Provinsi Papua Barat yang terdiri atas 14 kabupaten itu sudah jauh berbeda, karena terus berbenah diri membangun infrastruktur guna memberikan kemudahan bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke Papua Barat. Salah satu kabupaten di Papua Barat yang terus "menggeliat" adalah Kabupaten Raja Ampat, meski baru diresmikan 9 Mei 2003, daerah itu terus "menyingsingkan lengan" membangun berbagai sarana dan prasarana terutama infrastruktur. Bila akan ke Raja Ampat, wisatawan bisa menggunakan kapal feri dari Sorong dengan tarif Rp120.000 per orang. Jarak tempuh dari Sorong ke pantai Waisai Tercinta (WTC), Kabupaten Raja Ampat antara 2,5 hingga tiga jam. Kabupaten Raja Ampat, yang memiliki lebih dari 610 pulau dan empat gugusan pulau besar yakni Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta itu terdiri atas 17 distrik, sangat potensial untuk tujuan utama para penyelam (diver) dan juga pencinta bawah laut. Diibaratkan Raja Ampat sebagai "surga" bagi para penyelam. Diakui oleh Bupati Raja Ampat, Marcus Wanma MSi., meski belum sebanyak diver yang berkunjung ke kawasan wisata bahari daerah lainnya, sudah banyak dikunjungi diver-diver dari luar negeri seperti Amerika Serikat , Australia, Eropa dan juga Asia. Seperti dituturkan oleh Max Ammer, pemilik dan pengelola eesort Sorido Bay & Kri Eco Resort, Raja Ampat, sebagian tamu adalah wisatawan manca negara. "Baru mulai dua tahun terakhir ini wisatawan domestik mengunjungi resort tersebut terutama untuk menyelam (diving)," kata Max Ammer. Menurut Max, yang mengaku sudah sekitar 20 tahun menggeluti bisnis ini, dari pengunjung yang menginap dan "diving" hanya sekitar 15 persen wisatawan domestik dari jumlah keseluruhan. Rata-rata setiap pekan ada 14 sampai 20 wisatawan asing yang menginap dan melakukan kegiatan menyelam terutama wisman dari Amerika, Eropa dan Asia. Max juga mengaku, bisnis yang ia geluti tidak semata untuk mencari uang tapi yang juga lebih diutamakan adalah upaya melakukan konservasi. Cukup waktu lama untuk memberi pengertian kepada penduduk setempat tentang menjaga lingkungan serta konservasi alam khususnya mencintai hewan serta kekayaan bawah laut yang sangat potensial. "Yang terpenting kita tidak melarang apa yang dilakukan mereka karena bisa tersinggung, tapi cukup memberi pengertian. Pernah saya membeli penyu dari nelayan yang baru pulang melaut, setelah saya bayar penyu itu saya lepas lagi ke laut. Mereka sempat kaget, dikira penyu itu terlepas," katanya. Tapi kemudian mereka diberi pengertian bahwa penyu itu sengaja dilepas kembali guna menjaga hewan yang dilindungi itu tidak punah, tambahnya.

Max juga mengaku dari seluruh karyawan yang dipekerjakan di resort-nya, sekitar 75 sampai 80 persen adalah tenaga lokal, terutama untuk pemandu (dive guide). "Mereka sudah kami training," tambahnya. 99 persen wisman Seperti dituturkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Jusdhi Lamatenggo pekan lalu, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat, hampir 99 persen berasal dari luar negeri seperti Eropa, Amerika, dan Australia. Dari sekitar 7.000 wisatawan yang datang ke Raja Ampat pada tahun lalu, hanya sekitar 200 wisatawan dalam negeri, katanya. Untuk itu, pihaknya terus melakukan promosi baik di luar maupun dalam negeri guna memperkenalkan Raja Ampat di dunia internasional. Promosi yang dilakukan selain mendirikan Kantor Promosi Kabupaten Raja Ampat di Kawasan Sanur, Kabupaten Badung, Bali juga menyelenggarakan Festival Bahari Raja Ampat 2010. Pemilihan Bali sebagai lokasi kantor, menurut Lamatenggo, selain untuk lebih mendekatkan diri dengan pasar yang sangat potensial juga diharapkan terdapat sinergi yang saling menguntungkan antara Bali dan Raja Ampat, apalagi Kementerian Kebudayaan Pariwisata telah menggagas program pariwisata "Beyond Bali". Program itu bertujuan meratakan pengembangan potensi pariwisata nasional sehingga tidak selalu bertumpu pada Bali. Salah satu sasarannya adalah pengembangan pariwisata di wilayah Indonesia Timur, termasuk Raja Ampat dan Sulawesi Utara serta Pulau Komodo, kata Yusdhi pada peresmian kantor promosi di Bali baru-baru ini. Promosi lainnya dengan menyelenggarakan Festival Bahari Raja Ampat 2010, yang berlangsung di pantai Waisai Tercinta (WTC) di Waisai, ibu kota kabupaten Raja Ampat. Festival Bahari itu berlangsung 3 hingga 9 Mei 2010 dan merupakan ajang promosi yang menyuguhkan berbagai tarian tradisional, lomba seperti lomba foto dan perahu dayung, juga diselenggarakan parade perahu tradisonal serta sajian berbagai jenis makanan khas daerah setempat seperti papeda. Selama di Raja Ampat , wisatawan selain "diving", snorkling juga bisa menyaksikan burung cendrawasih yang tengah "bercinta" di pagi dan sore hari. Bila wisatawan ikut paket kunjungan, selain diving, snorkling juga masuk dalam paket adalah kunjungan ke taman burung di bukit Hau di kampung Sawinggrai, pulau Gam, Kabupaten Raja Ampat. Di taman ini, selain terdapat burung cenderawasih merah juga banyak terdapat burung kakatua raja, kakaktua putih, merah, nuri, dan maleo. Menurut Hussein, pemandu wisata yang juga anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Conservation Internasional (CI) itu, tidak semua pengunjung yang ke Pulau Gam, yang ditempuh dengan speedboat sekitar 35 menit dari Waisai itu, bisa menyaksikan burung cenderawasih saat "bercinta". Di atas pohon lolan dengan ketinggian sekitar puluhan meter di perbukitan itu pengunjung bisa melihat dan mengabadikan burung-burung khususnya cenderawasih beterbangan dengan sesekali "bercinta" di atas dahan.

"Tidak semua pengunjung bisa menyaksikan, terkadang tidak ada sama sekali burung beterbangan meski sudah menunggu berjam-jam di perbukitan itu," kata Hussein. Tidak sembarang waktu dapat menyaksikan burung-burung yang dilindungi itu, karena hanya berkisar pukul 06.00-07.00 WIT dan sore hari antara pukul 4 sampai lima sore waktu setempat. "Itu pun dengan syarat pengunjung tidak berisik supaya burung-burung cenderawasih itu mau menclok di atas dahan pohon lolan tersebut," kata Hussein ketika mengantar para tamu yang akan menaiki bukit untuk menyaksikan burung cenderawasih yang langka tersebut.

Singgah di Pintu Gerbang Raja Ampat http://www.mediaindonesia.com/mediatravelista/index.php/read/2011/03/15/2323/2/Singgahdi-Pintu-Gerbang-Raja-Ampat indonesia.travel SEBELUM menuju taman laut Raja Ampat yang mempesona, Anda terlebih dahulu akan singgah di Kota Sorong. Sebaiknya Anda jangan terburu-buru. Nikmati dahulu waktu yang berjalan perlahan di pintu gerbang Raja Ampat ini. Bercerita sedikit mengenai sejarah, Sorong mendapat julukan lain sebagai Kota Minyak. Ini bermula sejak masuknya para surveyor minyak bumi dari Belanda pada 1908. Dari fakta ini Kota Sorong juga terkenal dengan Heritage Nederlands Neuw Guinea Maschcapeij atau kota yang penuh dengan warisan peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak Belanda. Jauh dari era penjajahan minyak, pemberian nama Sorong berasal dari kata Soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor berarti laut yang daIam dan bergelombang. Kata Soren sendiri digunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang pada zaman dahulu yang berlayar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama "Daratan Maladum" dengan sebutan Soren yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Thionghoa, Misionaris clad Eropa, Maluku, dan Sanger Talaut dengan sebutan Sorong. Kisah sejarah mengenai Sorong memang menarik, semenarik berbagai tujuan wisata yang ada di sekitarnya, seperti taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya serta Pulau Raam, Pulau Soop dan Pulau Doom yang terkenal dengan pantainya yang indah. Ada juga Pulau Dofior, di mana terdapat Tugu Selamat Datang di Kota Sorong dengan menggunakan bahasa Moi.

Beralih ke Sorong, di atas bukit yang menghadap ke kota, Anda akan menemukan monumen perang Tugu Arfak untuk mengenang tentara Jepang yang gugur dalam Perang Dunia II. Masih di Sorong, jangan lupa untuk berkunjung ke Tembok Dofior yang berada di Kota Sorong tepatnya di Pantai Dofior. Di tembok penangkal abrasi sepanjang 1 kilometer ini Anda bisa melihat keindahan matahari terbenam. Bila Anda ingin melihat burung cendrawasih dan burung-burung lain yang hanya ada di Papua naiklah perahu motor ke Pulau Bantata sekitar 3-4 jam. Untuk atraksi burung cendrawasih yang lebih indah, Anda dapat mengunjungi Pulau Waigeo yang berjarak sekitar 5-6 jam dengan perahu motor. Jika ingin mendapatkan pengalaman perjalanan yang spesial dan lebih terencana, Anda bisa menggunakan jasa operator perjalanan wisata Papua Expeditions (www.papuaexpeditions.com) yang memiliki pemandu wisata pribadi. Dibandingkan dengan kota-kota lain di Papua, Sorong adalah kota yang berkembang paling pesat dan dinamis. Melihat keadaan ini, Anda dapat berkeliling Sorong menggunakan berbagai alat transportasi seperti taksi, mobil sewaan, atau becak. Angkot juga terdapat di Sorong, namun disarankan Anda harus tahu lokasi yang hendak dituju. Jadi, ada baiknya bertanya terlebih dahulu kepada pegawai hotel sebelum berkeliling di sekitar kota. Jika Anda tidak ingat nomor angkot dinaiki, catatlah dan tanyakan pada orang jika memungkinkan. Selain melalui tranportasi laut, perjalanan menuju Sorong juga bisa melalui udara. Untuk informasi lebih lengkapnya, Anda bisa mengunjungi situs www.indonesia.travel.(*/X-13)

RAJA AMPAT: SERPIHAN SURGA DIBAWAH LAUT BUMI INDONESIAhttp://teguhgigoaryanto.wordpress.com/2011/02/21/raja-ampat-serpihan-surgadi-bawah-laut-bumi-indonesia/

Waisai adalah Kota kecil di Pulau Waigeo yang mana terdapat ibukota Kabupaten Raja Ampat. Pulau Waigeo sendiri adalah pulau yang terbesar di antara pulau-pulau lain di Kepulauan Raja Ampat. Disinilah semua perangkat kabupaten berkantor. Dari kantor bupati, sampai dengan kantor-kantor dinas semuanya berkumpul disini. Tanpa panjang-lebar lagi, kami langsung menuju ke hotel kecil di tengah kota yang sangat sepi, bila mengingat ini adalah ibukota kabupaten. Kami menginap di hotel sederhana 2 lantai bernama Hotel Maras Risen. Hotelnya cukup bersih dan berAC dengan kamar-kamarnya yang besar. Hotel ini bertarif cukup murah dan terjangkau. Namun sepertinya hotel ini konsepnya terlalu ngekota, sangat kurang cocok dengan suasana kepulauan. Didekat kami ada hotel berkonsep cottage; yaitu hotel yang dikelola oleh Acropora meskipun sepertinya tarifnya agak sedikit lebih mahal.

Small Harbour at WTC-Waigeo Setelah sebentar kami beristirahat, kami langsung menuju ke dermaga pantai di pantai WTC (entah apa kepanjangannya). Dermaga ini berbeda dengan dermaga kapal cepat yang tadi kami naiki, letaknya lebih ke arah barat dari Dermaga Waisai. Sebagai seorang fotografer, saya melihat dermaga dan pantai ini bisa menjadi objek foto yang bagus. Dermaga kecil berdek kayu ini memang tidak berbeda dengan dermaga-dermaga lainnya, namun perbedaannya adalah terletak pada latar belakang pemandangan alamnya yang indah. Laut biru bening, pasir putih, langit bersih menjelang senja, dan beberapa tambatan kapal-kapal nelayanwuiiih, keren. Setelah puas mengambil beberapa foto,

WTC Beach langsunglah kami menuju ke speed boat untuk menuju ke pulau kecil, Pulau Saunek Monde. Hanya 20 menit perjalanan, tibalah kami di pulau kecil tersebut. Wooooowww, pulau kecil ini memiliki dermaga terbuka yang jauh lebih bagus. Pulau kecil ini sepertinya hanya dihuni oleh pohon-pohon besar, rapat, dan hijau. Disini kami menanti matahari terbenam di ufuk barat. Disinilah kami pertama kali melihat betapa beningnya laut papua. Dengan jelas kami bisa melihat batfish dan rainbow fish, bermain-main diseputaran tiang dermaga.Oh indahnya. Beruntung hari ini hari yang cerah, sehingga kami bisa melihat bulatnya

Waiting sunset on the remote harbour...

matahari dengan nyaris sempurna, dipadu dengan komposisi warna dari langit bercampurpadu membentuk sebuah irama warna. Warna orange, merah, biru, dan abu dari komposisi langit sepertinya berlomba-lomba untuk menarik perhatian kami untuk memandangnya, dan tanpa mereka sadari, bahwa kombinasi diantara mereka-lah, yang membuat warna langit terlihat sempurna harmonis. Sebuah liburan yang menyenangkan, ketika kalian berjalan bersama teman-teman sembari memandang kagum bersama akan ciptaan Tuhan. Setelah terpesona dengan

Sunset over Papua indahnya sunset di Papua, tidak lupa saya mengucap syukur atas rahmat Allah karena telah melangkahkan kaki ku di tanah Papua dan memanjakan mataku memandang matahari terbenam dari belahan paling timur dari tanah airku yang tercinta; Indonesia. Sayang sekali, karena satu dan lain hal, trip kita di Raja Ampat hanya bisa berlangsung singkat, sedangkan Kepulauan Raja Ampat merupakan sebuah kawasan yang sangat-sangat luas untuk di jelajahi. Jadi rasanya sulit sekali untuk menjelajah Raja Ampat hanya sekali datang, apalagi kalau kita melakukan trip based on land. Trip based on liveaboard merupakan pilihan yang sangat cocok dilakukan untuk penjelajahan Kepulauan Raja Ampat, namun dikarenakan biayanya yang bisa berlipat ganda, membuat kita harus berpikir ulang. Berikut ini beberapa tempat divespot di Raja Ampat yang kami kunjungi dan kami rekomendasikan untuk dikunjungi.

Manta Point Posisi Manta Point adalah di bagian tengah agak ke barat sedikit dari Kepulauan Raja Ampat; persisnya disekitar Area Arborek, di Selat Dampier. Sebetulnya ada dua point Manta di area sini, sering kita kenal dengan Manta Sandy dan Manta Ridge. Kami mulai menyelam di Manta Sandy pada pukul 14.00 dengan diarahkan oleh seorang lokal diver guide kami. Penting bagi kita, untuk selalu dituntun oleh para local guide, karena merekalah yang paling paham akan situasi air dan tingkah laku para Manta tersebut. Agak sulit juga mencari titik Manta ini, sampai pada saat kami melihat Manta muncul dipermukaan, seolah ia berkata, Im here.Im here!!!! Di poin ini kami segera turun ke kedalaman sekitar 20 meter dan menunggu di sebuah area pasir putih yang tidak begitu luas. Arus bawah cukup kencang di area sini, sehingga para diver disarankan membawa hook pada spot ini. Tak lama kita menunggu, kemudian kita dikagetkan dengan serombongan Manta yang besar dan berjumlah 5 ekor. FANTASTIK!!!

Friendly Manta Manta tersebut bisa berukuran lebar sayap ke sayap sampai dengan 5 meter dengan warna bawah badannya ada yang berwarna hitam dan putih. Yang kita bisa lakukan, hanya duduk manis di atas pasir sembari melihat manta-manta raksasa tersebut mengelilingi grup kita hanya dalam jarak kurang dari 3 meter saja! Mereka memang memakai area ini sebagai cleaning station dibantu oleh para butterflyfish. Visibility pada area ini seringkali tidak memuaskan, dengan jarak pandang sekitar 20 meter saja. Namun hal ini tetap tidak menghalangi kita menikmati keindahan kepakan sayap Manta. Anehnya, Manta tersebut terkesan sangat-sangat friendly terhadap kita.

Beautiful Creatures Mereka sepertinya tahu, bahwa kita sedang menonton mereka, sehingga dengan gagahnya mereka sengaja memperlihatkan keelokan gerakan mereka dengan kepakan sayapnya dan gerakannya yang halus. Sering kali mereka sengaja terbang tepat di atas kita hanya dalam jarak 2 meter membuat kita menjadi semakin terpesona akan keindahannya.

Dengan sisa udara di tabung kami, kami habis-habiskan untuk mencoba

White Manta menghabiskan waktu yang tersisa dengan mengambil foto-foto narsis kami dengan latar belakang Manta. Estttaa got the best picture of it, with two mantas attraction in the background. Setelah hampir 45 menit kami menonton atraksi mereka, tibalah kami untuk kembali ke atas melalui arah agak sedikit ke arah timur. Lucunya ketika kami menyelam dan mencoba naik ke permukaan, salah satu Manta terus mengikuti kita dari belakang dari jarak dekat, seolah mereka ingin memberi kita salam dan melepas kita pergi. What a friendly creature downhere.Perfect! P47Thunderbolt Wreckplane Spot dive ini terletak hanya 30 meter dari bibir pantai di Pulau Way yang

WAY BEACH !!! sangat indah. Pulau Way sendiri merupakan pulau kecil datar dan memiliki pasir yang sangat putih, dengan pesisirnya ditumbuhi beberapa pohon seperti pohon pinus. Pemandangan dari Pulau Way sangatlah bagus, dengan pasirnya yang putih, laut biru dan terdapat sebuah rumah tradisional penduduk setempat. Kita menyiapkan segala dive gear di pulau ini, sembari berfoto-foto ria, tidak mau melewatkan tempat yang bagus ini. Setelah siap semuanya, berangkatlah kita naik boat dengan jarak hanya 30

p47 thunderbolt from WWII meter-an saja. Setelah menyelam sekitar 10 menit, barulah kita menemukan sebuah bangkai pesawat dalam posisi terbalik disebuah slope dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Dengan posisi kokpit dibawah (terbalik), pesawat ini bersandar di kedalaman 27 meter sampai dengan 34 meter, yang menandakan panjang pesawat ini dapat mencapai sekitar 15 meter, dengan rumus phytagoras. Adapun rentang sayap pesawat dari ujung kiri ke kanan, juga sekitar 15 meter panjangnya. Pesawat P47 memang tipe pesawat fighter, namun ukurannya jauh lebih besar dari pesawat tipe fighter lainnya, sehingga membuat saya cukup terperangah ketika melihatnya pertama kali bersandar bisu diantara karang-karang. My Estaaa, bahkan tidak sadar bahwa dia telah melihat sebuah bangkai

Wreckplane P47 @ 30 meters pesawat, dikarenakan tubuhnya yang telah diselimuti sempurna oleh karang-karang perintis. Tetapi sebetulnya kita masih bisa melihat jelas bentuk baling-baling didepan, dan rentang panjang sayapnya, meski sudah mulai ditutup sempurna oleh karang-karang yang mulai

Wobegong Shark menutupnya sejak pesawat ini jatuh pada Perang Dunia II sekitar tahun 1944. Visibility di area ini lumayan memuaskan , dengan jarak pandang sekitar 30 meter, dengan variasi vegetasi dan hewan yang tidak terlalu banyak, namun tetap dengan jumlah kuantitas yang tinggi seperti di area Raja Ampat lainnya. Beberapa kali kita juga menemukan Hiu Wobegong yang sedang berkamuflase di antara karang dan pasir. Max/Mikes Point Banyak dive spot-dive spot di Raja Ampat, dinamakan sesuai dengan nama yang mempopulerkan area tersebut (bukan yang menemukan). Dan ironisnya, kebanyakan namanama tersebut bukanlah nama lokal, namun semuanya n