rahasia umum bocornya kunci jawaban
DESCRIPTION
TugasTRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
(M.K. JURNALISME INVESTIGASI)
“Rahasia Umum Bocornya Kunci Jawaban”
Nama Kelompok :
- Eugenius Eduk
- Herson Dju Djani
- Lorry Angelina Merukh
- Mansyur Wahyudi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2015
INVESTIGASI
RAHASIA UMUM BOCORNYA KUNCI JAWABAN
Penulisan Dokumen Negara Sangat Rahasia pada setiap amplop naskah Ujian Nasional
bukanlah jaminan. Tak disangka dibalik hal tersebut tersimpan begitu banyak kecurangan. Kerja-
sama antar berbagai pihak bukanlah hal yang tabu. Masyarakat sudah terbiasa dengan isu ter-
sebut namun siapakah yang paling berhak bertanggungjawab atas semua ini? Tim kami me-
reportase siswa dan tenaga pendidik dari beberapa SMA/SMK di Kota Kupang untuk menggali
keterlibatan oknum-oknum tidak bertanggungjawab.
Ujian Nasional atau yang dikenal dengan UN/UNAS dianggap sebagai suatu cara yang paling
manjur dalam meningkatkan mutu pendidikan. Perubahan sistem Ujian Nasional dan pel-
aksanaannya yang dikatakan serentak setiap tahunnya tetap saja mengalami berbagai kendala.
Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk pihak-pihak tidak bertanggungjawab bertindak.
Meskipun sudah ada aturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal tersebut namun
masih saja ditemui kecurangan di lapangan.
Menjelang UN, siswa diikutkan dengan berbagai khursus dan tes persiapan UN. Tak hanya
siswa sebagai peserta UN yang berjuang mati-matian untuk bisa lulus. Tenaga pendidik dalam
hal ini kepala sekolah, guru dan pegawaipun mulai menyusun berbagai macam cara untuk me-
luluskan siswa dan membuat nama sekolah mereka terkenal dengan presentase kelulusan men-
capai 100%. Ujian Nasional yang telah selesai beberapa bulan yang lalu menjadi saksi dan bukti
nyata rendahnya pengawasan dan minimnya kesadaran dari siswa dan tenaga pendidik.
Oknum Tidak Bertanggung jawab itu adalah Guru
“Dokumen Negara Sangat Rahasia” memiliki makna dan peran yang cukup kuat dalam pe-
laksanaan Ujian Nasional. Dikatakan sangat rahasia namun masih saja ada oknum-oknum tidak
bertanggungjawab yang memegang soal bahkan kunci jawaban. Mereka yang tidak bertanggung
jawab ini bedalih bahwa ini adalah suatu hal yang wajar. Tidak ada seorangpun yang mengingin-
kan anak mereka tidak lulus, atau sekolah mereka dikatakan tidak benar mendidik siswa. Ber-
bagai alasan mulai terdengar diluar sana untuk membela tindakan tidak terpuji itu.
Siswa salah satu SMK di Kota Kupang misalnya, ia begitu santai menghadapi ujian nasional
13 april lalu. Ketika ditanya persiapannya, ia hanya tertawa dan berkata “gampang, ketong (kita)
su (sudah) dapat kunci jawaban dari pak”.
Pernyataannya dibenarkan oleh alumni dari SMK yang sama. Beberapa tahun yang lalu, bah-
kan mungkin sudah menjadi tradisi jika oknum guru menjadi malaikat penyelamat saat men-
jelang UN. “ya, pihak sekolah biasanya sudah dapat kunci jawaban, nanti didistribusi ke seluruh
ruang ujian beberapa saat sebelum bel berakhir,”.
“Itu sudah jadi tradisi, mana ada sekolah yang mau presentase kelulusannya rendah?” tambah-
nya.
Oknum guru yang kami temui di tempat terpisah mengatakan, ini ada timbal balik dari kami.
Pihak sekolah membantu siswa dan siswa juga membantu kami tenaga pendidik. Kami memberi-
kan kunci jawaban dan siswa yang lulus membantu kami dalam menarik minat calon siswa baru.
“Anda tidak bisa menyalahkan kami, kami ini melakukan semuanya untuk kesenangan ber-
sama. Siswa senang dapat lulus, orangtua bangga, dan kami siap menerima calon siswa baru”
Tahun 2011-2013, sejak pihak sekolah turut terlibat dalam menentukan kelulusan siswa, me-
mang presentase kelulusan meningkat. Bahkan hampir seluruh sekolah SMA/SMK di Kota
Kupang presentase kelulusannya mencapai 100%. (dari hasil gabungan nilai sekolah dan nilai
UN dengan presentase nilai UN : nilai sekolah sebesar 60 : 40 persen dengan batas minimal nilai
kelulusan lebih dari 5,50). Terbukti bahwa pihak sekolah memiliki peran cukup besar. (lm)
Bocor Tiap Tahun, Kok Bisa?
Kebocoran soal ujian nasional di kota kupang beredar luas di kalangan siswa-siswi, ini me-
nurut pengamatan yang dilakukan oleh tim. Kami mewawancarai alumni-alumni siswa yang
pernah menginjaki bangku SMA & SMK. Dari tahun ke tahun selalu saja ada kebocoran soal
UN. Hal ini yang mendasari kami untuk menginvestigasi lebih jauh sebab dari kebocoran soal
UN dan oknum-oknum yang membocorkan soal UN kepada siswa-siswi di kota kupang. Inves-
tigasi dilakukan pada siswa-siswi yang baru saja tamat dari bangku SMA & SMK. Investigasi di-
mulai saat pendaftaran calon mahasiswa baru di Universitas Nusa Cendana (UNDANA). Inilah
kronologi wawancara tersenbunyi yang dilakukan tim.
Pendaftaran mahasiswa baru di UNDANA sangatlah dinanti oleh setiap calon mahasiswa
yang baru lulus dari tinggkat SMA atau SMK. Banyak calon mahasiswa berbondong-bondong
mendatangi kantor BAAK UNDANA yang lama, disamping gedung FKIP bahasa inggris untuk
mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di UNDANA. Kesempatan seperti ini sangat dinanti oleh
panitia-panitia mabing (masa bimbingan/ospek) untuk mencari dana bagi keberlangsungan ke-
giatan kampus.
Hari itu, Rabu, Sembilan juni 2015, panitia langsung bergegas menyebar keseluruh penjuru
kampus untuk menjual nasi bungkus kepada calon mahasiswa baru dan pengunjung. Disiang hari
yang panas menyengat, Aku menyamar menjadi salah satu anggota panitia yang sedang menjaja-
kan makanan dengan memegang kerdus berisi nasi menuju kantor BAAK lama.
Sesampainya disana antrian pendaftaran ulang mahasiswa baru sangatlah padat. Hal tersebut
terlihat sebagai lahan uang yang banyak. Aku sebagai salah satu tim yang di tugaskan untuk me-
nyamar sebagai penjual nasi. Aku bersama salah seorang teman dari panitia mabing memegang
kardus nasi mencoba mendekati antrian mahasiswa baru.
”Selamat siang adik? Apakah ada yang ingin membeli nasi? Harganya lima ribu rupiah saja!”.
kata teman saya dengan wajah menawan, sedikit tersenyum kepada calon mahasiswa.
“Tidak kaka, kami tidak lapar!”. kata salah seorang calon mahasiswa dengan wajah datar.
Saya pun berjalan menuju calon mahasiswa yang lain dan jawabannya hampir sama. Tetapi ada-
pun beberapa yang membeli nasi dan air minum.
Aku melihat seorang calon mahasiswa yang lagi duduk di pinggir trotoar, disamping jalan
masuk ke kantor tempat pendaftaran ulang. Dengan wajah semangat saya menghampiri calon
mahasiswa itu dengan memegang kardus nasi. Saya menawarkan nasi untuk calon mahasiswa
tersebut. Saya menghampiri calon mahasiswa tersebut dan menaruh kardus nasi di sebelah kiri
calon mahasiswa dan saya langsung duduk disebelah kanan.
“Selamat siang adik? Bagaimana kabarnya?”, percakapan diawali oleh saya dengan me-
megang bahu kanan dengan tangan kiri. Aku bertanya kembali “Apakah surat-surat untuk pen-
daftaran sudah lengkap?”
“Semuannya sudah lengkap ka”, dengan wajah santai dia menjawab pertanyaan.
Percakapan berlanjut untuk menggungkap tentang kebocoran soal UN. Dari hasil ngobrol
santai Aku mendapatkan informasi yang cukup untuk menggungkap masalah yang setiap tahun
terjadi di kota kupang. Menurut informasi yang didapat dari alumni SMA/SMK, hampir sama
dengan siswa-siswi yang baru lulus, kebanyakan mendapat bocoran soal dari oknum guru dan
pegawai dari sekolah tersebut. Sekolah yang menjadi sasaran tim investigasi untuk menguak ke-
bocoran soal yaitu SMA N 2 KUPANG. Sekolah ini masuk dalam daftar sekolah yang setiap
tahun kelulusannya 100%, dari kelulusan yang baik ini menjadi satu hal yang mencurigakan bagi
kami.
Alumni-alumni tamatan dari sekolah di SMA N 2 memberikan informasi yang sama pula. Ke-
bocoran soal ini dilakukan oleh oknum guru dan di distribusi kepada siswa pada waktu pagi hari,
yaitu pukul 05.00 WITA. Para siswa-siswi sangat senang ketika para oknum guru membagikan
kunci jawaban.
“Saya senang karena guru sangat mendukung kami”, akui salah satu siswa yang mendapatkan
kunci jawaban.
Menurut informasi yang didapat, pengawas pun turut “menyukseskan dosa” tersebut. Peng-
awas membiarkan siswa untuk melihat kunci jawaban yang diberikan pihak sekolah.
“Pengawas membiarkan kami untuk melihat kunci jawaban”, kata calon mahasiswa yang di
wawancarai secara diam-diam dengan wajah lesuh karena terik siang itu.
Kebocoran soal menjadi masalah yang terjadi setiap tahun ini, namun tidak di tindak lanjuti
oleh pihak kepolisian. Hal ini yang menjadi masalah yang harus di utamakan bagi kementrian
pendidikan agar lebih tegas dalam menindak lanjuti permasalahan yang terjadi setiap tahunnya.
Dengan laporan peliputan ini, semoga bisa menjadi refesensi bagi pemerintah sebagai salah satu
sumber informasi untuk menindaklanjuti permasalahan yang terjadi setiap tahunnya di kota
kupang. (ee)
Sama-sama Menikmati, Jangan Saling Menyalahkan
Dalam beberapa tahun terakhir, presentase kelulusan SMA/SMK di Kota Kupang terus me-
ningkat bahkan mencapai 100%. Tenaga pendidik yang harusnya mengajarkan siswa untuk jujur,
justru menjadi satu-satunya pihak yang menjerumuskan siswa. Tiga tahun masa belajar mengajar
terasa percuma jika pada akhirnya pihak sekolah memberikan kunci jawaban dengan “Cuma-
Cuma”. Disatu kesempatan kami berhasil bertemu dengan salah satu “oknum” yang mencerita-
kan panjang lebar kepada tim terkait kunci jawaban yang bererdar.
Apakah anda mengetahui adanya kebocoran kunci jawaban UN?
Kami pihak sekolah tentu sering mendengar isu tersebut.
Apa pendapat pihak sekolah tentang isu bocornya kunci jawaban UN?
Tentu kami tidak akan merusak nama sekolah kami, ketika memberikan kunci jawaban sudah
ada perjanjian antara kami dan siswa. Mereka tidak akan memberitahukan kepada pihak luar.
Bagaimana mereka dapat mengaskes jawaban? Dengan menggunakan media apa?
Kunci jawaban kami berikan dengan Cuma-Cuma namun pendistribusiannya secara diam-diam
bberapa saat sebelum ujian berakhir. Namun ada juga yang kami berikan saat ujian nasional
belum mulai. Kami mengumpulkan siswa, dalam apel pagi dan doa bersama biasanya wali kelas
sudah memberitahukan kepada siswa.
Bukankah tenaga pendidik harusnya mengajarkan yang baik kepada siswanya?
Kami bertindak seperti itu untuk mereka juga. Toh, mereka bisa lulus. Bahkan dengan nilai ter-
baik dan masuk universitas yang terpandang di Kota ini sampai keluar daerah.
Bagaimana awalnya pihak sekolah bisa mendapatkan kunci jawaban?
Pelaksanaan ujian biasanya hari senin, dan soal akan sampai pada hari sabtu atau minggu. Biasa-
nya dari tiap amplop kami mengambil satu paket dan guru mata pelajaran tertentu langsung me-
ngerjakannya.
Lalu bagaimana bisa sampai ke tangan siswa?
Siswa mendapatkan kunci jawaban dari guru wali kelas masing-masing. Mereka diberi kode ter-
tentu sesuai dengan paket soal UN.
Adakah pencegahan atau penanggulangan terkait masalah bocornya kunci jawaban Ujian
Nasional?
tentu saja ada, kami tidak mau sekolah kami ketahuan memberikan kunci jawaban. Itu dapat me-
rusak nama besar sekolah kami. (lm)
TOR LIPUTAN
“Rahasia Umum Bocornya Kunci Jawaban”
1. Latar Belakang
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini sedang di ombang-ambing. Sistem pendidikan di
Indonesia seperti amburadul dan terkesan memaksakan para siswa untuk mengikuti program pe-
merintah. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang diadakan setiap tahunnya adalah salah satu
hasil dari sistem pendidikan yang diberlakukan di Indonesia.
Ujian Nasional yang biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan
dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang
dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia. Berdasarkan UU No. 20
tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional di-
lakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara ber-
kesinambungan.
Melansir data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang dikutip
Okezone, Senin (23/9/2013), di Indonesia, sistem UN sudah ada sejak 1950-an. Seiring dinamika
kebijakan pendidikan, mendorong terjadinya perubahan sistem UN. Perubahan ini merupakan re-
spons terhadap kelemahan sistem ujian sebelumnya dan bertujuan memperbaiki agar UN men-
jadi lebih baik.
Pada 1965-1971 dinamakan Ujian Negara. Kala itu, pelaksanaannya dilakukan secara nasional
dengan pengawasan yang ketat, sehingga angka kelulusan hanya sekira 50 persen. Di sini,
banyak masyarakat menganggap sistem ini tidak adil dan menuntut agar diubah menjadi ujian
sekolah.
Selanjutnya, pemerintah mengubah itu menjadi Ujian Sekolah. Pada 1972-1979, pelaksanaan
ujian dilakukan oleh sekolah dengan pengawasan yang relatif longgar sehingga angka kelulusan
mencapai 100 persen. Tapi sayangnya, menggunakan sistem ini malah terjadi penurunan mutu
pendidikan.
Kemudian pada 1980-2002 kembali terjadi perubahan. Pemerintah mengubahnya menjadi
Ebtanas. Kelulusan peserta didik ditentukan dari hasil penggabungan nilai UN dengan ujian
sekolah. Dengan sistem ini banyak terjadi manipulasi penilaian (rumus PQR) sehingga angka ke-
lulusan mencapai 100 persen.
Pemerintah pun mengubahnya lagi. Pada 2003-2004 dinamakan Ujian Akhir Nasional (UAN).
Pelaksanaan ujian dilakukan secara nasional dan soal ujian dibuat oleh pusat. Sistem ini me-
netapkan batas minimal nilai kelulusan yakni lebih besar dari 3,00 (2003) dan lebih besar dari
4,00 (2004). Pengawasan ujian dilakukan secara ketat dan UAN dianggap satu-satunya syarat ke-
lulusan.
Setelah itu, pada 2005-2010 dimulai lagi Ujian Nasional. Ini merupakan kelanjutan dari UAN,
batas nilai kelulusan ditingkatkan menjadi lebih besar dari 4,25 (2005-2007) dan lebih besar dari
5,50 (2008-2010).
Usai UN, pada 2011-2013 ada penyempurnaan dari UN periode sebelumnya. Kelulusan pe-
serta didik ditentukan dari hasil gabungan nilai sekolah dan nilai UN dengan presentase nilai UN
: nilai sekolah sebesar 60 : 40 persen dengan batas minimal nilai kelulusan lebih dari 5,50.
Dan yang terakhir di tahun 2015 ini, sistem UN akan berubah menjadi Ujian Berbasis Internet
diberi nama computer based test (CBT). Program ujian online tersebut sudah digagas beberapa
tahun terakhir. Terlepas dari rencana Kemendikbud terkini yang akan mengubah nama unas
menjadi evaluasi nasional (enas), tes secara online itu akan tetap dijalankan. Nilai UN tidak lagi
menjadi salah satu syarat penentu kelulusan karena kelulusan siswa sepenuhnya ditentukan oleh
sekolah melalui nilai Ujian Sekolah (Usek) dan nilai rata-rata rapor tiap semester.
Walaupun sistem UN selalu berganti tiap tahunnya, seperti naskah soal, komposisi penentu
kelulusan dan sistem pengawasan. Tetapi kebocoran selalu terjadi tiap tahunnya. Entah dimana
yang salah, kebocoran soal ataupun kebocoran kunci jawaban yang selalu tersebar sebelum dan
saat pelaksanaan UN berlangsung. Bahkan ujian online yang sedang berlangsung tahun ini turut
menjadi korban para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan kunci
jawaban UN ini.
Sudah seperti jamur yang tumbuh subur di musim hujan, oknum penyebar kunci jawaban sulit
untuk diketahui dan dituntaskan. Para oknum melakukan kejahatan ini secara sistematis dan
rapih. Terkait masalah ini, penulis ingin menguak kasus kejahatan berskala nasional ini. Karena
penulis tahu kejahatan ini sudah ada dan sudah lama diketahui namun orang disekitar lebih me-
milih diam dan melanjutkan kecurangan tersebut. Penulis ingin mengetahui siapa sajakah oknum
penyebar kunci jawaban UN.
Langkah 1 : Membentuk Tim (Multi-Spesialisasi)
Anggota Tim dan Tugasnya
No Nama Tugas1 EE Menyamar sebagai masyarakat biasa dan duduk bersama target/siswa2 HDD Menyamar sebagai masyarakat biasa dan duduk bersama target/siswa (di tempat
yang berbeda).3 LM Mencari informasi awal mengenai kasus tersebut dan relasi dengan lingkungan
sekitar peliputan (lokasi dan pelaku).4 MW Mengawasi peliputan yang dijalankan, menjamin keselamatan (EE dan HDD).
Langkah 2 : Riset dan Observasi awal
Tim memutuskan untuk mulai mencari dan mengumpulkan informasi dari beberapa sumber,
yaitu:
1. Mengumpulkan informasi dari Masyarakat (siswa/i) yang mengetahui tentang kasus bocor-
nya kunci jawaban selama Ujian Nasional berlangsung.
2. Mencari informasi di media-media massa.
3. Mewawancarai para alumni yang sudah terlebih dahulu mengikuti ujian nasional untuk
menggali informasi dan asumsi mereka tentang adanya kunci jawaban yang beredar selama
Ujian Nasional berlangsung.
Setelah itu maka akan didapatkan informasi yang cukup sehingga tim dapat mendeteksi ada-
nya kebocoran kunci jawaban yang beredar selama Ujian Nasional berlangsung dan dapat di-
asumsikan siapa sajakah oknum yang tidak bertanggung jawab dalam masalah ini.
Langkah 3 : Menentukan Hipotesis dan Angle (Fokus)
a. Hipotesis
Adanya kebocoran kunci jawaban Ujian Nasional yang dilakukan oleh oknum yang tidak ber-
tanggung jawab untuk membuat kecurangan selama penyelenggaraan Ujian Nasional.
b. Pohon Masalah
Diawali dengan adanya informasi yang berkembang di masyarakat mengenai beredarnya
kunci jawaban UN yang terjadi tiap tahunnya. Kemudian ditambah lagi dengan adanya kesaksian
dari para alumni terkait kebenaran dan keberadaan kunci jawaban tiap tahunya. Hal ini tentu
menjadi asumsi dasar tim untuk mulai menginvestigasi adanya kebocoran kunci jawaban Ujian
Nasional.
c. Angle (Fokus)
Bagaimana seluk-beluk kecurangan yang dilakukan oknum yang tidak bertanggung jawab
dalam pendistribusian kunci jawaban?
Langkah 4 : Perencanaan Strategi Eksekusi
Sesuai dengan informasi yang diterima oleh LA maka, Dua anggota tim yakni EE dan HDD
menyamar dan bertemu langsung dengan target (peserta ujian nasional) untuk duduk bercerita
mengenai pelaksanaan UN saat itu. Ketika kondisi mulai mendukung maka dua anggota tim
dapat langsung beratanya atau mencari tahu inti dan seluk-beluk bagaimana cara pendistribusian
kunci jawaban (dimulai dengan kunci jawaban yang didapat dari oknum, proses penyebaran
kunci jawaban sebelum dan pada saat ujian berlangsung). Dengan cara bercakap-cakap, melihat
langsung, sambil EE mendokumentasikan dengan merekam audio dengan hati-hati agar tidak di-
ketahui. Setelah proses peliputan selesai, EE dan HDD akan dijemput oleh MW, dan bergabung
kembali bersama tim.
a. Metode Pelaksanaan
Material Trail, yaitu menelusuri atau mencari jejak dan bukti-bukti dalam
bentuk benda.
Dalam hal ini kami mengumpulkan beberapa berita dari surat kabar lokal
maupun berita media online. Tidak lupa juga kami mencari informasi terkait
pedoman dari peraturan yang sah menurut hokum tentang pelaksanaan Ujian
Nasional.
People Trail, mencari jejak - jejak orang yang terlibat atau yang bertanggung
jawab atas kasus tersebut.
Kami menemukan fakta-fakta yang mengejutkan terkait bocornya soal//kunci
jawaban Ujian Nasional dari beberapa narasumber. Dan kami membagi tiga
kategori menjadi narasumber utama (oknumm guru, tenaga pendidik, dan pe-
gawai yang bekerja di sekolah), narasumber petunjuk (siswa-siswi/para pe-
serta ujian), dan narasumber pendukung (para alumni).
Money Trail, atau follow the money, mengikuti lairan uang atau mencari jejak
uang.
Setelah menelusuri kasus ini, dalam kasus ini tidak ditemukan aliran dana.
Kunci jawaban di diperoleh dengan cara “Cuma-Cuma” tanpa harus mem-
bayar.
b. Teknik Investigasi
Penyamaran menempel (embedded), teknik ini memanfaatkan objek tertentu untuk men-
dapatkan fakta, keterangan atau akses.
Dalam melakukan invetigasi, beberapa anggota dari tim menyamarkan identitasnya. Seperti
yang dilakukan oleh EE dalam mengumpulkan informasi, EE memanfaatkan momentum ketika
di kampus UNDANA sedang ramai dikunjungi oleh calon mahasiswa baru. EE menjual barang
dangangannya (nasi bungkus) dan sesekali mengajak ngobrol pembeli ke arah pembicaraan
bocornya Ujian Nasional. EE banyak mendapatkan segala informasi dengan menggunakan
teknik penyamaran menempel ini.
c. Sumber dan pertanyaan kunci
Kami berasumsi ada unsur kolektf, sistematis dan kelembagaan dalam kasus rahasia umum
beredarnya kunci jawaban UN. Tak hanya pihak dinas dan kepala sekolah serta guru yang ber-
tanggung jawab dalam kasus ini. Namun juga alumni dan siswa peserta UN dapat berpotensi
menjadi oknum penyebar kunci jawaban.
Untuk itu, tim juga akan melakukan wawancara kepada sejumlah sumber-sumber kunci.
1. Siswa yang mengikuti Ujian Nasional (narasumber petunjuk)
Pertanyaan :
- Apa tanggapan kalian mengenai beredarnya kunci jawaban Ujian Nasional kali ini?
- Bagaimana kunci jawaban tersebut dapat anda akses/didapat? Apakah kalian membeli-
nya/didapat dengan Cuma-Cuma?
- Mengapa kunci jawaban tersebut masih beredar sampai saat ini?
- Apakah kalian mengetahui keterlibatan oknum-oknum tertentu dalam pendistribusian
kunci jawaban UN?
2. Tenaga Pendidik, Guru/pengawas ujian (Narasumber Utama)
Pertanyaan :
- Apakah anda mengetahui informasi terkait bocoran jawaban ujian nasional?
- Bagaimana mereka (siswa) dapat mengaskes kunci jawaban? Dengan menggunakan
media apa?
- Adakah pencegahan atau penanggulangan terkait masalah bocornya kunci jawaban Ujian
Nasional?
3. Alumni (narasumber pendukung)
Pertanyaan :
- Apakah semasa kalian mengikuti ujian nasional sudah ada bocoran kunci jawaban Ujian
Nasional?
- Bagaimana kunci jawaban tersebut dapat beredar ke kalangan peserta ujian?
- Apakah kalian mengetahui oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut?
d. Jadwal Turun Lapangan
TANGGAL KEGIATAN KET.15 APRIL Membentu Tim Investigasi Membentuk Tim17 APRIL Rapat Redaksi Perdana :
- Menentukan Topik- Menentukan Angle- Menentukan metode investigasi - Menyusun Proposal beserta TOR
Pembuatan Proposal dan TOR
22 APRIL Penyetujuan Proposal Proposal Diterima23-28
APRILMengumpulkan berita (cetak/online) terkait pelaksanaan ujian Nasional Tingkat SMA/SMK di Kota Kupang
Paper Trail
15 MEI Informasi kelulusan UN SMA/SMK 100% Informasi Pendukung16-17 MEI Bertemu narasumber petunjuk (Peserta
UN/Siswa)People Trail
21 MEI Mewancarai Informan dari beberapa Alumni SMA/SMK (Narasumber Pendukung)
People Trail
29 MEI Bertemu narasumber Utama (Oknum Guru) People Trail31 MEI Data Terkumpul -
1-6 JUNI Penulisan Berita Investigasi Produksi8 JUNI Penyerahan Laporan Investigasi Publikasi
Langkah 5 : Pasca Publikasi
Pasca Publikasi oleh Tim Investigasi mengenai kasus ini maka Tim Investigasi harus tetap
mempertahankan kebenaran dari peliputan yang mereka lakukan. Selain itu, tim investigasi juga
harus bekerja sama dengan aparat Hukum untuk membantu mereka menyelesaikan kasus ter-
sebut dan sekaligus meminta jaminan perlindungan bagi keselamatan tim terhadap teror atau
ancaman dari para pelaku. Diharapkan juga, dengan adanya publikasi ini maka dapat menyadar-
kan Pemerintah dan Masyarakat mengenai maraknya kasus ini dan bekerja sama untuk meng-
awasi serta mencegah munculnya kasus serupa.
Lampiran : Paper Trail
Pos Kupang
Soal UN Bocor di Internet
Kamis, 16 April 2015 08:48
POS KUPANG/NOVEMY LEOUN ONLINE --Salah satu ruang Ujian Nasional (UN) Online di SMK Negeri 1 Kupang. Gambar diambil hari Kamis (9/4/2015) pagi.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA -- Ujian Nasional (UN) pertama di era pemerintahan Joko Widodo dicemari dengan bocoran soal yang diunggah ke situs pencari, Google. Pengunggahnya adalah sebuah perusahaan percetakan yang ditugasi mencetak soal UN.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan pun berang. Ia langsung melaporkan perusahaan penggungggah soal UN tersebut ke Bareskrim Polri.
Anies pertamakali mendapatkan laporan soal UN ilegal yang diunggah ke Google Drive dari anak buahnya. Tepatnya pada hari pertama pelaksanaan UN tingkat SMA-SMK, Senin (13/4/2015). Ketika itu Anies sedang melakukan pemantauan pelaksanaan UN di Sekolah Luar Biasa di Jakarta.
"Kita menemukan 30 booklet soal UN ilegal dari Google. Itu ditemukan pas hari pertama," ujar Anies di kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Anies menyebut, soal yang diunggah ke situs Google tersebut ilegal. Oleh karena itu, ia langsung mengambil tindakan cepat dengan menghubungi pihak Google pusat serta mengirim surat untuk penghapusan file.
Usaha Anies berbuah manis. Pada hari yang sama, sekitar pukul 19.00 WIB, file di akun Google Drive tersebut langsung dihapus pihak Google.
"Pihak Google Inc dari kantor pusatnya di Amerika Serikat telah menghapus dan menonaktifkan serta menutup akses terhadap akun yang memuat file tersebut," tegas Anies.
Anies sengaja baru mengungkap temuan soal UN ilegal di internet karena ingin menjaga suasana kondusif pelaksanaan UN. Ia tak ingin kabar soal ilegal itu menganggu konsentrasi siswa dalam mengerjakan UN.
Selain melaporkan ke pihak Google, Menteri Anies juga telah melaporkan pengunggah soal UN ilegal ke Bareskrim Polri. Anies juga langsung melaporkannya ke Wakapolri Komjen Badrodin Haiti.
"Senin malam saya sudah laporkan ke Bareskrim. Saya bertemu dengan Plt Kapolri (Badrodin Haiti), beliau akan lakukan langkah-langkah," kata Anies.
Anies menuturkan, pihaknya sudah mengetahui siapa yang mengunggah soal UN ilegal ke Google. Pelakunya adalah oknum perusahaan pencetak soal UN.
"Benar pelakunya perusahaan percetakan, tapi nama perusahaan percetakan itu kita belum bisa sebutkan. Itu sudah ada di Bareskrim," tuturnya.
Wapres Minta UN Diulang
Jumat, 17 April 2015 08:21
Afrian Malik/KOMPAS.comWapres Jusuf Kalla saat memberikan sambutan pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2015 di Depok, Minggu (29/3/2015)
POS-KUPANG.COM, JAKARTA --- Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK), meminta diadakannya ujian nasional (UN) ulang di sekolah-sekolah yang siswanya mendapatkan bocoran soal UN 2015.
Wapres juga minta pihak percetakan menanggung biaya UN ulang di sekolah-sekolah tersebut.
JK mengaku telah memerintahkan penelusuran dampak yang timbul akibat kebocoran soal tersebut. Meski laporan sementara menyatakan, kebocoran soal itu sangat kecil, hanya sekitar 0,25 persen dari total 11.730 paket soal yang dibuat Kementerian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah.
"Walaupun kecil, saya perintahkan diperiksa di mana dampaknya," kata JK di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (16/4). Jika di suatu daerah ditemukan dampak nyata akibat bocornya soal UN 2015, maka sekolah di daerah tersebut harus melakukan UN ulang.
JK meminta pihak percetakan untuk bertanggung jawab dan menanggung biaya ujian ulang di sekolah-sekolah terdampak kebocoran soal UN 2015. "Harus dihukum itu percetakan," ujarnya.
JK menegaskan, perusahaan percetakan itu harus diberi sanksi keras. "Diberikan sanksi yang besar kepada orang yang membocorkan itu dan sanksi yang besar kepada percetakan. Kalau percetakan berbuat itu, maka tidak akan dikasih pekerjaan lagi. Kalau perlu (percetakan tersebut) harus bayar kerugian negara," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah melaporkan kebocoran soal UN 2015 ke polisi. Kebocoran diduga terjadi di perusahaan percetakan di Jakarta Pusat. Pegawai perusahaan itu mengunggah naskah soal ke Google Drive sehingga tersebar luas.
Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Komjen Budi Waseso menyatakan, pihaknya telah menetapkan satu orang sebagai tersangka kasus bocornya soal UN 2015. "Dia yang membuka itu (membocorkan soal)," kata Budi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (16/4/2015).
Budi mengatakan, saat polisi menggeledah kantor sebuah percetakan di Jakarta, petugas menemukan sejumlah barang yang menjadi alat bukti kasus pembocoran soal UN. Semua alat bukti telah disita Bareskrim untuk keperluan pengembangan penyelesaian.
"Ditemukan macam-macam, ada juga peralatan cetak yang sudah disita. Kami bekerja keras
untuk mengembangkan kasus itu," ujarnya.
Victory News
Ruang Kontroversial Ujian Nasional18 April 2013
OPINI
Victorynews-media.com- UJIAN Nasional (UN) merupakan ruang untuk mengukur dan memberikan nilai atas kemampuan dari proses belajar yang telah dijalani. Beberapa mata pelajaran diujikan untuk memperoleh nilai yang kemudian dijadikan ukuran kemampuan siswa. Selain itu, nilai yang berupa angka-angka juga yang akan menentukan nasib anak-anak Indonesia selanjutnya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, UN adalah hajatan agung yang menjadi agenda tahunan bangsa Indonesia. Namun demikian pelaksanaannya masih saja menemui berbagai hambatan klasik- kebocoran soal, kerusakan soal, keterlambatan, ketidaktersediaan jenis soal bagi yang berkebutuhan khusus, dll-. Penilaian yang bisa diberikan adalah ketidakinginan belajar dari para pelaksana ujian untuk mengidentifikasi dan mengantisapasi daftar hambatan yang menjadi agenda tahunan juga.
Betapa kontradiktif ruang pendidikan kita, di satu sisi menguji anak-anak Indonesia untuk memberikan nilai bagi masa depan mereka, tapi di sisi lain para pelaksana pendidikan negeri ini tidak mau belajar agar pula siap menghadapi ujian mereka sendiri yakni ”pelaksanaan UN” itu sendiri. Hingga layak pula nilai kesuksesan diberikan pada para pendidik dan tenaga kependidikan Indonesia. Tidak mengherankan jika pun pendidikan terus dilakukan, tapi terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai norma yang dianut begitu lambat. Jika UN merupakan rangkaian proses akhir seorang siswa dianggap sudah menyelesaikan pendidikannya pada level pendidikan tertentu, pertanyaannya kemudian sudahkah kita melihat siswa-siswa kita siap sebagai sumber inovasi sosial, dan berpartisipasi dalam mengajarkan corak kehidupan ideal pada masyarakat?
Menguji Manusia Ideal?
Hal ini mungkin sangat sulit untuk mengukur dan memberi nilai manusia ideal sebagai tujuan dari proses pendidikan. Apalagi menjawab bagaimana cara untuk mencapai manusia ideal.
UN ini masih saja mengukur dan memberikan nilai pada salah satu aspek yang bernama kognitif, kita melupakan bahwasanya landasan pendidikan kita tidak jauh dari implikasi pada tahap-tahap perkembangan logika, sosial, emosional, dan kepribadian yang mana juga harus mendapat porsi untuk dinilai dan direkomendasikan untuk jenjang selanjutnya.
Mari kita perhatikan fenomena yang muncul di seputar ujian nasionl, para tokoh agama memimpin para siswa berdoa menjelang ujian dilakukan, siswa berdoa sembari menangis, dan bahkan ada yang pingsan karena kekhawatiran tidak lulus. Akan tetapi, pada saat ujian berlangsung, sisi lain yang muncul justru siswa menyontek, dan bahkan ada yang telah memperoleh jawaban yang dikirim melalui ponsel mereka. Seberapa pun ketat pengawasan dan
larangan membawa alat elektronik, namun pada kenyataanya masih saja ada yang mampu mengaksesnya.
Kemudian, apa yang kita bisa pahami dari fakta sosial tersebut? Betapa aspek kepribadian, emosional, dan moral religius tidak mampu membentuk karakter siswa yang notabene adalah tujuan pendidikan. Bagaimana ke depannya mereka bertarung kritis dengan perubahan sosial yang bergulir cepat. Seberapa besar pengaruh-pengaruh belajar matematika, IPA, IPS, Agama, PPKN, dan mata pelajaran lainnya terhadap kepribadiaan siswa dan kehidupannya?
Sistem pendidikan kita baru pada tahap menciptakan “manusia mesin”, yang tidak mampu berfikir kreatif. Ketidakseimbangan antara belajar berpikir dan belajar bertindak belum terintegrasikan. Tidak salah kemudian, jika UN masih dipertahankan menjadi alat evalusai belajar yang paling handal di negeri ini. Maka tidak heran pula, jika yang dihasilkan adalah siswa yang baru mampu berpikir, tapi tidak mampu bertindak dan merasa. Sekolah masih menjadi lembaga pemroduksi dan UN adalah alat uji kelayakan sebelum barang dipasarkan.
Jika memang demikian, penundaan UN di beberapa daerah, menjadi satu fakta baru bahwasanya hajatan agung UN tidak terlalu penting dilaksanakan, menimbang alasan keterlambatan pengiriman logistik. Namun boleh diartikan, UN tidak harus dilaksanakan terpusat dengan standar penilaian yang tanpa mempertimbangkan kondisi anak didik/siswa yang beragam dan tidak memahami karakter setiap daerah.
Mungkin UN dapat dilaksanakan serempak, tapi tidak harus dengan menunggu pengiriman logistik yang bisa saja keberadaannya juga tidak netral. Masih haruskah kita mengamini UN yang perencanaan dan pengorganisasiannya gagal? Bagaimana mungkin melaksanakan uji kelayakan untuk melihat hasil itu layak dan berkualitas, jika para penanggung jawab pelaksanaannya saja juga tak siap.
Sistem Evaluasi Komprehensif
Istilah evaluasi adalah sebagai terjemahan dari istilah asing “evaluation”. Dan sebagai panduan, menurat Benyamin S Bloom (Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning) dikemukakan, bahwa “evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik”.
Apabila alur pikiran yang tertuang dalam definisi tersebut kita ambil sebagai pegangan, maka logis jika UN dilakukan sebagai upaya mengumpulkan bukti. Namun upaya ini terlihat prematur, absurd, atau secara ilmiah kurang dapat dipertanggungjawabkan. Kenapa demikian? Karena UN pada hakikatnya berbasis hafalan dan drilling. Padahal seharusnya diarahkan bagi pengembangan beragam kecerdasan anak didik (multiple intelegence). Sehingga bunuh diri karena tak lulus UN, menyontek, beli jawaban ujian tidak akan lagi menjadi fenomena yang muncul dari pelaksanaan UN. Pendidikan mesti bebas dari iklim ketidaknyamanan yang menghambat tumbuh kembang kecerdasan intelektual, kreativitas, dan kearifan. Anak didik perlu mendapat porsi tambahan untuk tumbuh kembang kreativitas dan kearifan.
Jika UN tidak lagi mampu mengakomodir tujuan dari evaluasi, penilaian dapat dilakukan tidak hanya terbatas pada alat tes tetapi juga alat penilaian bukan tes. Seperti kita ketahui bahwa UN tidak dapat lagi digunakan sebagai alat tes yang bersifat multifungsi. Penilaian kedepan tidak hanya dimaksudkan tercapainya tujuan kurikulum, tetapi juga perlu penilaian bagaimana cara mencapainya. Dominasi skor UN tidak perlu lagi tampak sebagai ukuran keberhasilan anak didik kita.
Ke depannya, suasana tegang dan tidak nyaman menanti hari pelaksanaan dan hasil UN tidak boleh lagi muncul, lebih-lebih kehilangan motivasi pada saat UN ditunda. tidak perlu lagi terdengar kepala sekolah menginstruksikan para guru berupaya maksimal “menghalalkan segala cara”, demikian juga kepala daerah ikut “mengatur” kepala sekolah agar sekolahnya berhasil meluluskan sebanyak-banyaknya siswa. Pada saat kita berharap tahun ini tensi kecemasan berkurang, justru kekhawatiran dan motivasi menurun siswa menurun karena penundaan UN.
Akhirnya, UN bukan lagi suatu gengsi, martabat dan prestasi kepala daerah, kepala sekolah, dan guru. Namun, UN harus menjadi pengejawantahan nyata untuk mengangkat potensi anak didik pada beragam kecerdasan (multiple intelegence), yakni aspek kreativitas, kearifan, dan terakhir aspek intelektual. Sehingga hasil UN dapat dipakai untuk kebutuhan lainnya- yaitu mencari kerja jika siswa tidak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Titik Kristinawati
UN Amburadul18 April 2013
Cek Bahan UN
Victorynews-media.com- PELAKSANAAN Ujian Nasional (UN) SMA/MA dan SMK di Provinsi NTT tahun ini sangat amburadul. UN yang sudah ditunda dari jadwal semula 15 April ke 18 April hari ini, dilaksanakan tidak serentak di 464 sekolah penyelenggara. Sekolah-sekolah yang sama sekali belum mendapatkan bahan UN akan mengikuti UN susulan. Sementara sekolah-sekolah yang sudah menerima bahan UN namun belum lengkap, disarankan untuk difotokopi.
Demikian penjelasan Sekretaris Dinas PPO Provinsi NTT Yohanis Mau yang ditemui di kantornya, Rabu (17/4) sore. Dia mengaku kesulitan mendistribusikan bahan-bahan UN ke daerah-daerah karena pasokan dari percetakan di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, tidak lancar.
Sebagian bahan UN, bahkan baru tiba di Kupang pada pukul 15.00 Wita kemarin, dan masih dalam proses pengecekan di tempat penitipan sementara di SPN Kupang. Bahan yang baru tiba itu sebanyak 123 koli untuk sekolah-sekolah di beberapa kabupaten di Flores, Sumba dan Alor. Dipastikan, hari ini baru bahan-bahan tersebut didistribusikan dengan pesawat udara.
Di Kota Kupang saja, bahan UN belum lengkap. Wali Kota Kupang Jonas Salean saat meninjau bahan UN SMA yang disimpan di SMAN 3 Kupang, kemarin, mengatakan, UN di Kota Kupang sebaiknya ditunda. Dia menyebut kebijakan Dinas PPO yang menyuruh sekolah memfotokopi bahan UN sebagai kebijakan yang ngawur.
“Itu (kebijakan) ngawur. Siapa yang bertanggung jawab dengan fotokopi? Dan apakah lembar jawaban yang menggunakan fotokopi bisa diterima komputer saat pemeriksaan?” tegasnya.
Pelaksanaan UN yang tidak serentak ini membuka ruang lebar bagi pembocoran soal-soal UN. Siswa di sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan UN dengan mudah menceritrakan soal-soal ujian kepada peserta dari sekolah lain yang belum ikut UN.
Bahan UN Nyasar
Pendistribusian bahan UN ke daerah-daerah sampai H-1 kemarin menyisakan persoalan serius. Naskah UN untuk Nagekeo nyasar di Alor. Bahan UN yang nyasar itu seharusnya untuk SMA Katolik St Fransiskus Xaverius Boawae. Namun entah mengapa, bahan UN diangkut pesawat TransNusa kemarin pagi ke Alor. Bahan UN yang nyasar itu baru ditemukan saat dilakukan sortir sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Kadis PPO Alor Alberth Ouwpoly menjamin semua sekolah di Alor bisa serentak menggelar UN hari ini. Padahal, sebagian bahan UN sampai kemarin, masih ada di Kupang.
Soal UN sebanyak 30 dos untuk Kabupaten Ngada, Nagekeo, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat, tercecer di Manggarai. Soal-soal ini dikirim dari Kupang oleh Dinas PPO NTT. Sementara 4 dos soal UN SMA dan 4 dos soal UN Paket C untuk Manggarai, sempat nyasar di Ende dan baru tiba di Ruteng dini hari kemarin.
“Kami sudah kontak Dinas PPO-Dinas PPO tersebut untuk datang ambil,” kaya Kadis PPO Manggarai Rafael Paseli Ogur, kemarin. Bahan UN untuk Kabupaten Manggarai, katanya, juga masih kurang.
Dia menambahkan, peserta UN yang menggunakan soal hasil fotokopi akan ditambahkan waktu sesuai waktu yang terpotong untuk menunggu fotokopi soal UN. “Misalnya satu jam dia menunggu soal dari fotokopi, kita tambahkan waktunya satu jam,” katanya.
Di Manggarai Timur, SMA Arnoldus Mukun dan SMAN 1 Sambi Rampas belum mendapat bahan UN sama sekali. “Tidak tahu soal UN untuk dua sekolah itu tercecer di mana,” ujar Sekretaris Panitia UN Matim Yois Harsan.
Dari Lewoleba dilaporkan, bahan UN untuk Kabupaten Lembata sudah tiba kemarin, namun dos-dos dalam kondisi rusak. Meski demikian, amplop bahan UN masih utuh. Sebagian bahan UN masih dijemput ke Larantuka dengan kapal laut, kemarin.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas PPO Lembata Mikhael Bala mengatakan, sampai kemarin ada satu sekolah yang belum mendapat bahan UN yakni SMK Ile Lewotolok dan SMKN 1 Nubatukan.
Di Kabupaten TTU, sejumlah sekolah masih kekurangan bahan UN. Sekretaris Panitia UN setempat Stef Toal mengatakan pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Dinas PPO untuk mencari jalan keluar.
Terpisah, Sekda NTT Frans Salem mengatakan, sejak awal pihaknya sudah ragu UN bisa dilaksanakan serentak hari ini. Sebab sesuai laporan dari Dinas PPO NTT, sampai siang kemarin, bahan UN untuk sejumlah kabupaten belum dikirim ke daerah-daerah.
(lys/jon/pol/gus/aje/D-1)
Waspadai Tawaran Kunci Jawaban17 April 201
TTU
Victorynews-media.com- PESERTA ujian nasional (UN) diimbau tidak mempercayai kebocoran soal dan mewaspadai tawaran kunci jawaban dari oknum atau kelompok tertentu. Pasalnya, kebocoran soal tak mungkin terjadi dan penyebaran kunci jawaban hanya permainan oknum tak bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan.
Imbauan itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Kadis PPO) TTU Vinsensius Saba, Bupati TTU Raymundus Sau Fernandez, Bupati Kupang Ayub Titu Eki, dan Sekda Kabupaten Kupang Hendrik Paut secara terpisah, Selasa (16/4) dan Senin (15/4). Imbauan itu menyikapi penundaan jadwal pelaksanaan dan kemungkinan bocornya soal UN.
Vinsensius Saba memastikan, kebocoran soal UN tak mungkin terjadi karena soal diacak dalam 20 paket dengan standar yang sama. Kunci jawaban di setiap provinsi pun berbeda, sehingga menutup kemungkinan penyebaran kunci jawaban. Pihaknya juga telah meminta para kepala sekolah guna mengingatkan para siswa agar tidak tergoda rayuan kunci jawaban oleh oknum tak bertanggung jawab.
Raymundus Fernandez mengimbau seluruh peserta UN di Kabupaten TTU untuk tidak mempercayai pihak atau oknum tertentu yang mencoba menawarkan kunci jawaban soal UN dengan imbalan. Sebab, hal tersebut merupakan permainan oknum untuk meraup keuntungan dan mengorbankan peserta UN. “Peserta UN tidak boleh tergiur dengan tawaran atau janji pemberian kunci jawaban dari oknum atau kelompok tertentu. Siswa-siswi harus fokus mengerjakan soal dengan baik,” ujarnya.
Mengenai keterlambatan distribusi soal, Raymundus mengatakan, akan menjadi bahan evaluasi agar pada tahun-tahun mendatang pelaksanaan UN dilaksanakan secara serempak dan daerah diberi kepercayaan mengadakan soal sendiri.
Ayub Titu Eki berpesan agar peserta UN tidak menjadikan pengunduran jadwal UN sebagai penghalang. Sebaliknya dijadikan sebagai kesempatan untuk belajar lebih giat guna meraih hasil maksimal. Hendrik Paut meminta peserta UN tetap berkonsentrasi dan tak terpengaruh pengunduran jadwal UN.
Belum Tiba
Sementara itu, hingga Selasa (16/4), soal UN untuk Kabupaten Sumba Tengah belum diterima Dinas PPO setempat. Sedangkan di Sumba Barat, meskipun Dinas PPO telah menerima soal UN, terjadi kekurangan soal untuk mata pelajaran fiqih, antropologi, dan sastra.
Kadis PPO Sumba Tengah Umbu Mbesi mengakui, pihaknya belum menerima soal UN meskipun telah terjadi pergeseran jadwal UN. “Saya pulang balik ke Weetabalu tapi tidak ada,” ujarnya. Menurut Mbesi, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas PPO NTT, namun belum ada kepastian pengiriman soal UN.
Kadis PPO Sumba Barat Semuel Umbu Awang mengaku, pihaknya masih kekurangan soal untuk mata pelajaran fiqih, antropologi, dan sastra. Mengenai pengunduran UN, pihaknya mengimbau para guru dan peserta memanfaatkan waktu yang ada agar mengikuti UN dengan baik.
(yes/epy/R-1) [email protected]
Kejujuran dalam Ujian Nasional13 April 2013
UJIAN nasional (UN) tahun ini dianggap sebagai suatu pengujian yang luar biasa karena menggunakan pola yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pola ujian tahun sebelumnya menggunakan lima paket soal (paket A, B, C, D, dan E) yang berbeda, sedangkan UN tahun ini menggunakan 20 jenis soal yang berbeda dalam satu ruangan. Kriteria penentuan kelulusan tahun ini masih menggunakan kriteria kelulusan yang sama dengan UN tahun 2011 yakni mengkolaborasikan nilai antara raport, ujian kewenangan sekolah, ujian teori, dan praktik kejuruan.
UN merupakan salah satu metode terbaik yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik secara nasional. Sejak sebelum merdeka hingga tahun 1971 sudah dilakukan UN yang namanya Ujian Negara. Pada tahun 1972 pemerintah menerapkan metode baru untuk
menentukan kelulusan dengan nama Ujian Sekolah yang digunakan hingga tahun 1992. Metode ini kembali mengalami perubahan tahun 1992 hingga tahun 2002. Selama kurun waktu itu, metode yang digunakan untuk menentukan kelulusan siswa adalah Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). Metode ini merupakan kombinasi antara penilaian yang dilakukan sekolah dan pemerintah, dimana kegiatan UN ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik di Indonesia.
Dinamika UN
Pemerintah yang berkeinginan kuat untuk tetap melaksanakan UN mengakibatkan hampir seluruh masyarakat merasa kecewa dan protes dan bahkan pernah menggugat pemerintah di pengadilan karena melanggar HAM karena membuat guru dan pelajar merasa tertekan secara psikologis.UN membuat seluruh siswa dan guru berusaha untuk sukses dalam evaluasi belajar tahunan. Banyak cara dilakukan untuk sukses dalam UN ini; menambah waktu belajar bagi siswa peserta UN dengan cara memberikan bimbingan khusus di sekolah atau biasa dikenal ditingkat sekolah dengan sebutan les tambahan. Materi les yang diajarkan biasanya berupa pembahasan soal-soal ujian 5 (lima) tahun terakhir dan pembahasan materi dengan berpatokan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diterbitkan oleh Kemendikbud. Pendalaman materi yang diberikan menyimpan satu harapan bersama yakni lulus.
Harapan siswa dan guru yang begitu kuat untuk mencapai target kelulusan mengakibatkan hampir sebagian oknum guru di sekolah-sekolah membentuk tim khusus yang terdiri dari panitia inti pelaksanaan UN dan guru mata pelajaran yang diujikan untuk menyukseskan keinginan dari guru dan siswa tersebut.
Kerja tim khusus ini dilakukan dengan berbagai cara yang sarat strategi untuk membantu siswa agar sukses dalam mengikuti UN. Tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh tim khusus ini membuat pemerintah geram sehingga menciptakan banyak strategi untuk menghapus kecurangan saat UN. Penerapan dua dan lima paket soal dalam pelaksaan UN yang dibantu pengawasan ketat dari perguruan tinggi (pengawas independen) dianggap tidak mempan. Tahun ini pemerintah menelurkan jurus baru dalam pelaksanaan UN yakni penerapan soal tanpa paket atau dikenal dengan system barcode.
Penerapan system barcode dianggap sangat merugikan siswa karena dibutuhkan ketelitian yang sangat ekstra dalam menyelesaikan soal. Kerusakan pada soal akan membuat siswa harus mengerjakan ulang soal baru dan berbeda dengan soal sebelumnya. Hal ini disebabkan sistem pengkodean soal tidak akan sama dengan yang lain karena berdasarkan barcode. Penggunaan barcode membuat peserta ujian tidak dapat saling tukar kode soal seperti tahun lalu. Kalau keduanya dipisah maka peserta didik akan menjawab tidak sesuai soal yang dikerjakan karena tidak cocok dengan lembar jawaban UN yang dimiliki. Jika terjadi kerusakan pada lembar jawaban agar digantikan satu paket dengan soal, karena merupakan satu paket dan ada kode yang
saat dipindai (scan) akan ketahuan lembar LJUN.
Ketika UN berlangsung biasanya bila persiapan peserta didik kurang memadai akan mempengaruhi mentalnya. Siswa begitu berharap untuk lulus sehingga dengan kesadaran menambah porsi belajar di waktu malam hari mengakibatkan kelelahan dan akhirnya sakit, yang berdampak pada hasil ujian yang dikerjakan. Selain itu apabila kurang persiapan, siswa terkadang tertekan dengan pemikiran bahwa soal yang dihadapi sangat sulit dan tidak mampu mengerjakan soal secara baik, hasil akhirnya ada yang dinyatakan lulus dan tidak lulus.
Bagi siswa yang lulus pasti meluapkan kegembiraan dengan berbagai macam cara seperti seperti mencoret-mencoret pakaian seragam sekolah, mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan, membentuk kelompok-kelompok kecil sambil menikmati minuman keras di trotoar sepanjang jalan raya. Bagi yang tidak lulus; kekecewaan diekspresikan dengan air mata, melempari gedung sekolah (kaca menjadi sasaran) dan bahkan ada yang secara ekstrem nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri dan menenggak racun.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan UN sehingga tidak merugikan diri sendiri, antara lainpertama, harus selalu meminta petunjuk dan tuntunan Tuhan. Kedua, pastikan bahwa Anda tidak lupa membawa perlengkapan ujian, seperti kartu peserta, ballpoint, pensil 2B, mistar, penghapus, peruncing dan papan alas. Ketiga, teliti dalam pembulatan LJK. Dalam hal ini diminta membantu mengarahkan peserta ujian dan apabila terdapat kesalahan pembulatan maka pengawas bisa memerintahkan siswa bersangkutan untuk memperbaiki pembulatan tersebut. Keempat, dahulukan menyelesaikan soal yang dianggap mudah, kemudian baru menyelesaikan soal yang dianggap sulit untuk menjawabnya.
Kelima, peserta ujian harus memastikan bahwa antara naskah soal dan LJUN masih bersatu. Kalau sudah dalam keadaan terpisah, peserta ujian wajib melaporkan kepada pengawas ruangan dan meminta ganti soal dengan soal yang baru. Peserta ujian disarankan tidak mengambil naskah soal dan LJUN yang sudah terpisah karena akan mengakibatkan hasil yang merugikan dalam penilaian. Peserta ujian wajib meminta agar soal diganti dengan yang masih dalam kondisi bersatu. Keenam, pastikan bahwa naskah soal dan LJUN tidak dalam kondisi rusak. Peserta ujian perlu memperhatikan satu persatu lembar pada naskah soal dan LJUN untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan satu pun soal dan LJUN. Jika peserta menemukan soal yang rusak di tengah-tengah proses pengerjaan soal, peserta harus meminta naskah soal dan LJUN yang baru dan peserta harus menjawab dari nomor satu lagi dengan jenis soal yang berbeda.
Dan ketujuh, setelah peserta telah memastikan naskah soal dan LJUN dalam keadaan masih bersatu dan tidak rusak, maka wajib mengisi identitas di naskah soal dan LJUN. Setelah diisi, peserta diperbolehkan melepaskan LJUN dari naskah soal. Langkah ini penting untuk antisipasi
tertukarnya naskah soal dengan LJUN.
Tekat pemerintah untuk tetap menyelenggarakan UN dikarenakan anggapan pemerintah bahwa UN merupakan suatu metode terbaik yang memiliki fungsi sebagai pengevaluasi hasil belajar untuk menentukan arah kebijakan pendidikan kita dan sebagai penentu kelulusan siswa. Tindakan positif ini harus didukung oleh orangtua, guru, dan siswa dengan cara tidak mencederai UN. Memberikan penambahan waktu belajar di sekolah dan perbanyak latihan-latihan soal disertai dengan memberikan bimbingan-bimbingan khusus. Orangtua harus dapat bertindak sebagai motivator, teman, inspirator dan penasihat bagi sang anak. siswa diharapkan dapat mempersiapkan diri, proaktif dan lebih memperhatikan hal-hal teknis pada saat menghadapi UN. Selamat menghadapi UN pada tanggal 15-18 April 2013.