rabu, 18 agustus 2010 | media indonesia fokus … · t aman nasional tanjung puting di kabupaten...

1
T AMAN Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kota- waringin Barat, Kalimantan Tengah, jauh lebih dikenal daripada Taman Nasional Sebangau. Tanjung Puting tenar karena men- jadi habitat orang utan alias Pongo pygmaeus. Sekalipun menjadi yang nomor dua, ke- beradaan Sebangau bukan tidak kalah penting dan menarik jika dibandingkan de- ngan Tanjung Puting. Taman ini memiliki luas 568.700 hektare. Posisinya berada di tiga daerah, yakni Kabupaten Katingan (52%), Kabupaten Pulang Pisau (38%), dan Kota Palangkaraya (10%). Sebangau sebagai taman nasio- nal ditetapkan secara resmi oleh Menteri Kehutanan pada 19 Ok- tober 2004. Menteri menerbitkan surat keputusan bernomor SK 423/ Menhut-II/2004. Namun, saat itu, kondisinya sudah memprihatinkan. Sebagian areal ta- man adalah bekas areal perusahaan hak pengusahaan hutan. Setelah digerus, hutan dibiarkan menjadi lahan tandus dan gersang. Sangat ironis, karena Sebangau menjadi habitat populasi orang utan terbesar di dunia. Selain itu, kawasan ini juga merupakan hutan rawa gambut yang luas dan tempat hidup 106 jenis burung dan 35 jenis mamalia. Selain orang utan, hidup bekantan alias Nasalis larvatus, atau kera hidung besar. Tak ketinggalan lutung dan kera abu-abu. Pada 2006 silam, tim pene- liti dari Lembaga Ilmu Pe- ngetahuan Indonesia tu- run ke Sebangau. Mereka mencatat, ada 808 jenis tumbuhan yang mengandung khasiat obat, tumbuh di hutan alamnya. Catatan lain, taman nasional ini juga menjadi habitat satwa, seperti endemik Kalimantan, seperti bu- rung enggang, beruang madu, dan rusa. Yang terpenting tentu saja spesies induknya, yakni orang utan, yang saat itu populasinya diperkirakan 6.000-9.000 ekor. Universitas Palangkaraya yang juga mengutus timnya memiliki catatan lain. Di hutan Sebangun terdapat 106 jenis tumbuhan, di antaranya tanaman khas Kaliman- tan. Juga produk hutan non-timber, seperti rotan, jelutung, dan gemor, bahan baku obat nyamuk. Penyelamatan gambut Taman Nasional Sebangau sa- ngat mudah dijangkau dari Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Namun, ke- tika menyusuri taman lewat sungai, yang memakan waktu 1 jam dari Palangkaraya, sejauh mata me- mandang yang terlihat hanya lahan gersang atau ilalang yang tumbuh saat musim penghujan. Tegakan pohon hanya tersisa beberapa. Hak pengusahaan hutan (HPH) telah meninggalkan luka yang dalam. Tak kurang mengenaskan adalah kondisi lahan gambut, yang terlihat gersang, karena dikempesi sejumlah kanal. Sejumlah parit dibuat para pembalak untuk mengalirkan kayu hasil jarahan. Ya, setelah 13 pemegang HPH hengkang, mulai 1987, pembalak liar yang menggantikan. “Keberadaan kanal membuat gambut tidak bisa menyimpan air pada musim hujan. Gambut pun melepas karbon saat kemarau,” ungkap Koordinator World Wide for Nature (WWF) Indo- nesia Kalimantan Tengah, Rosenda CH Kasih. Gambut yang kering rentan terba- kar. Banjir pun datang saat musim penghujan. Karena itu, Rosenda kukuh Sebangau harus dilindungi. Kerusakan 66 ribu hektare lahan taman nasional ini terjadi akibat penebangan liar dan kebakaran hutan. Aktivis WWF pun terus bergerak. Intervensi dilakukan untuk mem- pertahankan air. Tujuannya saat kemarau gambut tidak terbakar. Tindakan nyata yang dilakukan adalah memblokade kanal. Mereka membuat 150-an dam di 80 kanal. Targetnya, pada 2010 ini, WWF dan Taman Nasional Sebangau bisa membuat 400 dam, yang berfungsi sebagai sekat kanal. “Selain me- nahan air, dam menghambat kayu keluar dari kawasan Taman,” lanjut Rosenda. Sebangau sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari Heart of Borneo Program. Ia menjadi sumber air bersih bagi semua sungai pen- ting di Kalimantan. Ini juga berarti Sebangau memberi bahan baku air SEBANGAU MASIH DIGE Pergulatan pembalak dan pecinta lingkungan terjadi di Taman Nasional Sebangau. Potensi besarnya bisa hancur jika gambut tidak bisa dipertahankan. 28 | RABU, 18 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus Surya Sriyanti ANTARA/ WIHD

Upload: domien

Post on 10-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RABU, 18 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus … · T AMAN Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kota-waringin Barat, Kalimantan Tengah, jauh lebih dikenal daripada Taman Nasional

TAMAN Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kota-waringin Barat, Kalimantan Tengah, jauh lebih dikenal

daripada Taman Nasional Sebangau. Tanjung Puting tenar karena men-jadi habitat orang utan alias Pongo pygmaeus.

Sekalipun menjadi

y a n g n o m o r dua, ke-

beradaan Sebangau

bukan tidak kalah penting

dan menarik jika dibandingkan de-

ngan Tanjung Puting. Taman ini memiliki luas 568.700 hektare. Posisinya berada di tiga daerah, yakni Kabupaten Katingan (52%), Kabupaten Pulang Pisau (38%), dan Kota Palangkaraya (10%).

Sebangau sebagai taman nasio-nal ditetapkan secara resmi oleh Menteri Kehutanan pada 19 Ok-tober 2004. Menteri menerbitkan surat keputusan bernomor SK 423/Menhut-II/2004.

Namun, saat itu, kondisinya sudah

memprihatinkan. Sebagian areal ta-man adalah bekas areal perusahaan hak pengusahaan hutan. Setelah digerus, hutan dibiarkan menjadi lahan tandus dan gersang.

Sangat ironis, karena Sebangau menjadi habitat populasi orang utan terbesar di dunia. Selain itu, kawasan ini juga merupakan hutan rawa gambut yang luas dan tempat hidup 106 jenis burung dan 35 jenis mamalia. Selain orang utan, hidup bekantan alias Nasalis larvatus, atau kera hidung besar. Tak ketinggalan lutung dan kera abu-abu.

Pada 2006 silam, tim pene-liti dari Lembaga Ilmu Pe-

ngetahuan Indonesia tu-run ke Sebangau. Mereka

mencatat, ada 808 jenis tumbuhan yang mengandung khasiat obat, tumbuh di hutan

alamnya.Catatan lain, taman nasional ini

juga menjadi habitat satwa, seperti endemik Kalimantan, seperti bu-rung enggang, beruang madu, dan

rusa. Yang terpenting tentu saja spesies induknya, yakni orang utan, yang saat itu populasinya diperkirakan 6.000-9.000 ekor.

Universitas Palangkaraya yang juga mengutus timnya memiliki catatan lain. Di hutan Sebangun terdapat 106 jenis tumbuhan, di antaranya tanaman khas Kaliman-tan. Juga produk hutan non-timber, seperti rotan, jelutung, dan gemor, bahan baku obat nyamuk.

Penyelamatan gambutTaman Nasional Sebangau sa-

ngat mudah dijangkau dari Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Namun, ke-tika menyusuri taman lewat sungai, yang memakan waktu 1 jam dari Palangkaraya, sejauh mata me-mandang yang terlihat hanya lahan gersang atau ilalang yang tumbuh saat musim penghujan.

Tegakan pohon hanya tersisa beberapa. Hak pengusahaan hutan (HPH) telah meninggalkan luka yang dalam.

Tak kurang mengenaskan adalah kondisi lahan gambut, yang terlihat gersang, karena dikempesi sejumlah kanal. Sejumlah parit dibuat para

pembalak untuk mengalirkan kayu hasil jarahan.

Ya, setelah 13 pemegang HPH hengkang, mulai 1987, pembalak liar yang menggantikan. “Keberadaan kanal membuat gambut tidak bisa menyimpan air pada musim hujan. Gambut pun melepas karbon saat kemarau,” ungkap Koordinator World Wide for Nature (WWF) Indo-nesia Kalimantan Tengah, Rosenda CH Kasih.

Gambut yang kering rentan terba-kar. Banjir pun datang saat musim penghujan. Karena itu, Rosenda kukuh Sebangau harus dilindungi. Kerusakan 66 ribu hektare lahan taman nasional ini terjadi akibat penebangan liar dan kebakaran hutan.

Aktivis WWF pun terus bergerak. Intervensi dilakukan untuk mem-pertahankan air. Tujuannya saat kemarau gambut tidak terbakar. Tindakan nyata yang dilakukan adalah memblokade kanal. Mereka membuat 150-an dam di 80 kanal. Targetnya, pada 2010 ini, WWF dan Taman Nasional Sebangau bisa membuat 400 dam, yang berfungsi sebagai sekat kanal. “Selain me-nahan air, dam menghambat kayu keluar dari kawasan Taman,” lanjut Rosenda.

Sebangau sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari Heart of Borneo Program. Ia menjadi sumber air bersih bagi semua sungai pen-ting di Kalimantan. Ini juga berarti Sebangau memberi bahan baku air

SEBANGAU MASIH DIGEPergulatan pembalak dan pecinta lingkungan terjadi di Taman Nasional Sebangau. Potensi besarnya bisa hancur jika gambut tidak bisa dipertahankan.

28 | RABU, 18 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus

Surya Sriyanti

ANTARA/ WIHD