quality control pesawat mammografi

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Quality assurance (QA) adalah suatu program manajemen yang dimanfaatkan untuk memastikan kesempurnaan pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem pengumpulan data dan evaluasi data yang sistematik.Quality control (QC) adalah bagian dari program QA yang meliputi teknik monitoring dan pemeliharaan alat sistem radiologi (Papp, 2006). QA dan QC telah lama dikenal di dunia radiologi.Joint Commossion on the Accreditation of Hospital (JCAH) mengungkapkan bahwa salah satu tanggung jawab kepala instalasi pelayanan radiologi adalah menjaga program QC untuk meminimalisir pengulangan prosedur pemeriksaan yang merugikan serta menghasilkan informasi diagnostik berkualitas tinggi (Gray, 1983).Penerapan QA dalam setiap prosedur radiografi diharapkan mampu memberi manfaat dalam penanganan pasien, memastikan agar setiap radiograf yang dihasilkan mempunyai nilai informasi diagnostik yang akurat, serta memberi kemungkinan minimal terhadap dosis radiasi dan efisiensi biaya pemeriksaan. (NCRP, 1988).Pembenaran yang nyata bagi upaya QA dan QC terletak dengan hasil yang dapat diperoleh, yang disebut sebagai 3 D (dose, diagnosis, dollar) (Papp,2006). Dosis yang sekecil-kecilnya, diagnosa yang akurat, serta biaya yang murah dapat menjamin kualitas pelayanan radiologi. 1 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Upload: samu-simamesa

Post on 24-Jul-2015

878 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Quality Control Pesawat Mammografi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Quality assurance (QA) adalah suatu program manajemen yang dimanfaatkan untuk

memastikan kesempurnaan pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem

pengumpulan data dan evaluasi data yang sistematik.Quality control (QC) adalah bagian

dari program QA yang meliputi teknik monitoring dan pemeliharaan alat sistem radiologi

(Papp, 2006). QA dan QC telah lama dikenal di dunia radiologi.Joint Commossion on the

Accreditation of Hospital (JCAH) mengungkapkan bahwa salah satu tanggung jawab

kepala instalasi pelayanan radiologi adalah menjaga program QC untuk meminimalisir

pengulangan prosedur pemeriksaan yang merugikan serta menghasilkan informasi

diagnostik berkualitas tinggi (Gray, 1983).Penerapan QA dalam setiap prosedur

radiografi diharapkan mampu memberi manfaat dalam penanganan pasien, memastikan

agar setiap radiograf yang dihasilkan mempunyai nilai informasi diagnostik yang akurat,

serta memberi kemungkinan minimal terhadap dosis radiasi dan efisiensi biaya

pemeriksaan.(NCRP, 1988).Pembenaran yang nyata bagi upaya QA dan QC terletak

dengan hasil yang dapat diperoleh, yang disebut sebagai 3 D (dose, diagnosis, dollar)

(Papp,2006). Dosis yang sekecil-kecilnya, diagnosa yang akurat, serta biaya yang murah

dapat menjamin kualitas pelayanan radiologi.

Kualitas didalam pelayanan radiologitidak dapat terlepas dari kepuasan pelanggan

instalasi radiologi.Oleh karena itu kualitas pelayanan juga berarticustomer

satisfaction.Keberhasilan dalam pelayanan radiologi untuk mencapai tujuan customer

satisfaction sangat dipengaruhi oleh kegiatan program jaminan mutu (QAP) dan program

kendali mutu (QCP). Program jaminan mutu merupakan cakupan keseluruhan program

manajemen yang diterapkan untuk menjamin keprimaan pelayanan kesehatan.Melalui

kegiatan ini, informasi diagnostik yang memadai dengan biaya serendah mungkin dan

dosis sekecil mungkindapat dicapai sehingga tujuan kepuasan pasien sebagai customer

terpenuhi. Sedangkan program kendali mutu (QCP) merupakan bagian dari QAP yang

berhubungan dengan teknik-teknik pengawasan dan pemeliharaan elemen-elemen teknis

suatu sistem imejing yang berpengaruh terhadap kualitas/mutu gambar.Program Jaminan

1 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 2: Quality Control Pesawat Mammografi

Mutu di radiologi hendaknya di ikuti juga oleh program Kendali Mutu, karena dalam

program kendali mutu terdapat bagian-bagian yang meliputi pemeriksaan peralatan,

lingkungan kerja, serta pengujian kinerja dalam pelaksanaan kegiatan radiologi.Bila

kualitas radiograf yang dihasilkan buruk (low quality) maka akan berimbas pada dosis

yang berlebihan terhadap pasien serta biaya yang menjadi lebih besar karena timbulnya

pengulangan/penambahan pemeriksaan yang seharusnya tidak diperlukan. Kebalikannya

bila kualitas radiograf yang dihasilkan baik (high quality) maka ketepatan diagnosa yang

akurat, dan cepat ( tepat waktu ) akan menjadikan sebagai bentuk kepuasan terhadap

pelanggan (customer satisfaction). Oleh karena itu peralatan pencitraan, sebagai salah

satu bagian penting yang mempengaruhi proses terbentuknya hasil radiograf yang

berkualitas perlu mendapatkan perhatian khusus dalam program kendali mutu (QCP).

Mamografi merupakan salah satu teknik radiografi pada payudara yang menggunakan

sinar X berenergi rendah yang bertujuan untuk mendeteksi adanya lesi atau kelainan pada

organ payudara (Djarwani ,) .Teknik ini dapat mendeteksi tumor kecil sebelum gejala

klinik yang lebih jelas muncul ( The British Journal of radiology, June 1997). Sebuah

perubahan kecil dalam teknik atau faktor prosesing dapat memberikan efek yang

signifikan pada kualitas gambar dan dosis radiasi yang diterima pasien. Untuk

menghasilkan mamografi dengan dosis terendah dengan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas diagnosa yang tinggi, maka dibutuhkan pemilihan secara tepat faktor eksposi,

posisi pasien, dan teknik imejing yang penerapannya termasuk dalamprogram kendali

mutu (AAPM report no.29 tahun 1990).

Program kendali mutu pada pesawat mamografi bertujuan agar pesawat tersebut dapat

bekerja secara optimal sehingga menghasilkan diagnosa yang tepat, meningkatkan

efisiensi, mengurangi biaya, dan mengurangi dosis radiasi yang tidak diperlukan bagi

pasien (Bushong, 2001). Food and Drug Administration(FDA) Amerika Serikat ,

American College of Radiology (ACR) dan Mammography Quality Standards Act

(MQSA) memberikan rekomendasi bahwa batas dosis di glandular pada ketebalan

payudara 4.5 cm setelah dikompresi adalah 3.0 mGy per eksposi karena jaringan tersebut

menunjukkan resiko yang tinggi untuk perkembangan karsinoma. Pada Jurnal tentang

Quality Control Programme in Mammography: second level quality controls oleh

E.Nassivera dan L.Nardin yang diterbitkan oleh The British Journal of Radiology tahun

2 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 3: Quality Control Pesawat Mammografi

1997 dinyatakan bahwa nilai batas Entrance Surface Dose yang bisa diterima adalah < 12

mGy.Fisikawan medis merupakan bagian penting dalam tim kendali mutu diharapkan

dapat bekerja sama secara penuh dan memberikan perhatian yang lebih dalam program

kendali mutu.

B. Tujuan Penulisan

Mengetahui kegiatan kegiatan QC Radiologi pada pesawat Mammografi yang

bertujuan untuk menjaga konsistensi pesawat mammografi dalam menghasilkan

gambaran radiografi dengan kontras serta resolusi yang baik, serta menjaga agar dosis

yang diterima pasien berada pada batas yang telah ditetapkan.

3 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 4: Quality Control Pesawat Mammografi

BAB II

TINJAUAN TEORI

Perangkat Pesawat Mammografi

Menurut (Papp,2006) pesawat mamografi (dedicated mammography equipment)

terdiri dari :

1.Generator Sinar-X

Generator sinar-X digunakan dalam pesawat mamografi harus terdesain sepenuhnya

untuk pencitraan mamografi. Semua generator sinar-X pada mamografi menggunakan

tiga fase atau biasa disebut dengan high frequency untuk mengurangi kebutuhan ruang

pada unit pesawat. Rentang kVp yang tersedia pada sebagian besar pesawat mamografi

antara 20-35 kVp dengan arus sebesar 80 – 100 miliampere.

Gambar 1 Generator dan Rangkaian Listrik pada Mammografi

1. Tabung Sinar-X

Secara garis besar, tabung sinar X pada pesawat Mammografi tersusun atas :

a. Window Tabung Sinar X:Pada pesawat konvensional dan fluroskopi menggunakan

bahan window dari kaca (esensial silikon dengan nomor atom 14). Pesawat

mamografi menggunakan lapisan kaca yang lebih tipis yaitu berrilium (nomor

4 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 5: Quality Control Pesawat Mammografi

atom = 4). Filter bawaan berrilium yaitu 0.1 mm Al setara dengan 0.5 mm Al pada

pesawat konvensional.

b. Target Anoda :Pada mamografi menggunakan komposisi target molibdenum,

rhodium, atau tungsten. Sinar-X yang dihasilkan oleh komposisi target diatas

adalah kombinasi dari sinar-X bremstrahlung dan sinar-X karakteristik.

c. Ukuran Titik Fokus : Besarnya ukuran titik focus dalam mammografi sangat

mempengaruhi kualitas citra mammogram yang dihasilkan. Resolusi spasial yang

dibutuhkan dalam penggambaran mamografi lebih besar daripada penggambaran

konvensional radiografi, karena diperlukan untuk menampakkan mikrokalsifikasi.

Rentang ukuran titik fokus yang digunakan yaitu 0.1 - 0.6 mm.

d. SID (source image distance) :SID yang digunakan pada mamografi adalah 50 – 80

cm. Secara efektif ditetapkan oleh FDA setidaknya minimun SID pada mamografi

adalah 55 cm.

2. Kompresi: Pada pesawat mamografi modern harus memiliki perangkat kompresi

(compression paddle) yang biasanya terbuat dari bahan plastik. Kompresi ini bertujuan

untuk membuat bentuk anatomi mammae lebih menyebar sehingga daerah patologi

pada jaringan – jaringan pada mamae dapat terlihat jelas. Selain itu, kompresi juga

akan mempengaruhi hasil mammogram yang dihasilkan sehingga lebih tajam dan

radiasi hambur yang dihasilkan juga akan lebih minimal.

Gambar 2. Mammae yang dilakukan Kompresi

5 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 6: Quality Control Pesawat Mammografi

Gambar 3. Kompresi pada Mammae dengan Compression Paddle

3. Grid : Pada tahun 1978, Fisikawan dari Jerman, Friedrich menemukan bahwa 44%

dari total radiasi pada mammografi adalah radiasi hambur. Hal inilah yang mendasari

penggunaan grid pada mammografi. Rasio grid dari 3:1 – 5:1 dengan frekuensi 30

lines/cm dan fokus pada sumber sinar-X.

4. Reseptor Gambar : Pokok pada pelaksanaan pemeriksaan mamografi adalah

penggunaan kombinasi film dan screen sebagai reseptor gambar. Film yang digunakan

adalah emulsi tunggal untuk menghilangkan efek paralak dan crossover. Fosfor rare

earth (biasanya mengandung ytrium) digunakan dalam intensifying screen untuk

membantu mengurangi dosis dan meningkatkan kontras gambar. Reseptor gambar

digital menggunakan CCD (charge-coupled devices) atau plat imejing yang mirip

penggunaannya pada digital radiografi sekarang.

Gambar 4 . Bagian bagian dalam Pesawat Mammografi

6 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 7: Quality Control Pesawat Mammografi

Gambar 5. Pesawat Mammografi

B. Film – Screen Mammografi

Ada 4 tipe reseptor gambar yang telah digunakan untuk mamografi yaitu: direct

exposure film, xeroradiografi, film-screen dan detektor digital. Hanya film-screen dan

detektor digital yang digunakan sampai saat ini, yang lainnya sudah tidak digunakan lagi

(Bushong,2001)

Intensifying screen (IS) dan film radiografi yang digunakan dibuat khusus untuk

mamografi. Film menggunakan emulsi tunggal dengan sebuah single back screen.

Dengan aransemen seperti ini sehingga tidak ada efek crossover. Butiran emulsi yang

berbentuk bundar diganti dengan yang berbentuk kotak di dalam film. Oleh karena itu

tipe film harus disamakan dengan emisi cahaya yang berkaitan dengan IS. Emulsi khusus

yang digabungkan dengan material rare earth juga bisa digunakan.

Kombinasi film-scren ditempatkan pada kaset khusus yang dirancang dengan

pelindung depan yang memiliki nomor atom kecil supaya sedikit atenuasi. IS digunakan

untuk menambah kecepatan sistem imejing, serta menghasilkan dosis pasien yang rendah.

Posisi IS dan film pada kaset adalah penting, permukaan film harus berada diatas

screen, film harus lebih dekat terhadap tabung pesawat sinar-X daripada IS. Bila

posisinya terbalik maka akan menghasilkan kekaburan dari screen. Posisi emulsi yang

mengarah pada screen akan menghasilkan resolusi spasial yang lebih baik (Bushong,

2001).

7 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 8: Quality Control Pesawat Mammografi

Gambar 6. Film pada Mammografi

A. Mammografi Digital

Mammografi digital adalah sistem mamografi yang pada dasarnya sama seperti

mamografi konvensional, tetapi dilengkapi denganreseptor digital dan komputer bukan

sebuah kaset film.Menurut Peart (2005) dalam digital mamografi karakteristik gambar

digital terdiri dari:

1. Piksel dan Matrik Gambar: Gambar matriks mengacu pada tata letak sel dalam baris

dan kolom setiap sel sesuai dengan lokasi spesifik dalam gambar. Angka dalam sel

merupakan pencerminan tingkat kecerahan dan intensitas di lokasi sel tersebut.

2. FOV (field of view): FOV dapat didefinisikan parameter yang mengontrol ukuran dari

bagian yang akan dicitrakan, sedangkan ukuran piksel adalah batasan tertentu yang

mengendalikan resolusi gambar.

3. Dynamic Range: Gambar yang dibuat pada perangkat digital atau CR ditampilkan

sebagai intensitas matrik. Dynamic Range adalah rentang nilai pada suatu pada sistem

dapat merespon intensitas matrik dan dikenal sebagai rentang skala abu-abu. Dynamic

range merujuk pada jumlah warna abu-abu yang diwakili pada setiap piksel. Nilai

dynamic range yang rendah akan meiliki nilai kontras yang besar namun memiliki

rentang latitude yang kecil dan kebalikannya.

4. Windowing : pemrosesan gambar dapat dimungkinkan hanya dengan sebuah window

dari seluruh rentang dinamis untuk dilihat pada monitor komputer. Dengan windowing

8 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 9: Quality Control Pesawat Mammografi

radiografer dapat mempersempit atau memperluas FOV untuk di fokuskan pada

daerah yang di inginkan.

5. Frekuensi Spasial: frekuensi spasial diukur dalam pasang baris per sentimeter (lp/cm)

atau dalam pasang baris per milimeter (lp/mm). Kemampuan gambar dengan frekuensi

spasial tinggi berarti kemampuan untuk menampilkan gambar objek yang sangat kecil

juga memberikan resolusi spasial yang lebih baik.

6. Noise: Semua digital imejing memiliki noise. Noise adalah informasi latar belakang

acak yang terdeteksi tetapi tidak memberikan kontribusi pada kualitas gambar.

Kebanyakan gambar digital statis akan mengandung beberapa noise visual. Noise

dapat mengurangi kontras pada gambar.

7. Display Kontras: Display kontras dalam penggambaran digital ditentukan oleh window

level. Window adalah rentang intensitas yang ditampilkan. Penggambaran digital

memiliki rentang latitude yang luas yang disebut dynamic range.

Teknologi detektor pada mamografi digital dibagi menjadi dua yaitu langsung dan

tidak langsung. Pada sistem langsung sinar-X diserap oleh detektor dan sinyal elektrik

dibentuk dalam satu langkah. Detektor Selenium (Se) flat panel biasa digunakan pada

sistem langsung. Se ideal bagi sistem mamografi karena dapat menyerap efisiensi sinar-X

yang tinggi, resolusi yang tinggi, rendah SNR, dan efisiensi dosis. Tidak terdapat radiasi

hambur (scatter) yang biasa menjadi masalah yang sering muncul pada sistem tidak

langsung, dan resolusi spasial hanya dibatasi oleh ukuran piksel, maka ukuran piksel

yang optimal ditentukan oleh pembatasan sistem display, sistem informasi , dan proses

pembuatan. Sinyal elektronik pada sistem langsung dikumpulkan dengan little lateral

spread ,tapi untuk dapat menerima ini lapisan selenium harus relatif tebal. Thin film

transistor (TFT) arrays digunakan untuk mentransfer sinyal elektronik dari selenium

fotokonduktor ke komputer.

Sistem tidak langsung melakukan proses dengan dua langkah seperti pada kombinasi

sistem film dan screen. Sebuah scintilator seperti cesium iodida (CsI) digabungkan

dengan thalium menyerap sinar-X dan menghasilkan kilauan cahaya yang kemudian akan

ditangkap oleh sebuah TFDs (thin film diodes array) yang disebut dengan fotodioda,

TFDs merubah foton cahaya menjadi sinyal elektronik yang kemudian ditangkap dengan

menggunakan TFT (Peart,2005).

9 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 10: Quality Control Pesawat Mammografi

Gambar 7. Perangkat Mammografi Digital

B. Program Jaminan Mutu Pesawat Mammografi

1. Tim Penjamin Mutu Pesawat Mammografi

The American College of Radiology (ACR) dan Mammography Quality Standard

Act (MQSA) diberi kewenangan untuk untuk membuat program kendali mutu dengan

tugas-tugas spesifik yang membutuhkan radiolog (seseorang dokter dengan

spesialisasi radiologi), fisikawan medis (seseorang yang memilki ilmu dan kapabilitas

untuk menguji dan memonitor kemampuan dari peralatan imejing), dan mammografer

(seseorang yang memiliki ijin dan kualifikasi khusus untuk menjalankan pesawat

mamografi).Program kendali mutu dirancang untuk memastikan bahwa radiolog dapat

menghasilkan diagnosa yang tepat melalui gambar mamografi yang berasal dari

peralatan imejing yang baik.(Bushong, 2001).

2. Regulasi Program Kendali Mutu Pesawat Mammografi

The American College of Radiologi's (ACR) Program Akreditasi Mamografi

menyediakan fasilitas dengan tiap laporan dan umpan balik konstruktif tentang

kualifikasi staf, peralatan, quality control (QC), jaminan mutu, kualitas gambar, dan

dosis radiasi. Dikembangkan pada tahun 1987 oleh ACR dan Satuan Tugas Kanker

Payudara, program akreditasi tersebut adalah yang pertama dan terbesar untuk

mamografi. Program ini dilaksanakan oleh ahli radiologi dan ahli fisika medis serta

Komite Akreditasi Mamografi Komisi ACR tentang Mutu dan Keselamatan.

10 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 11: Quality Control Pesawat Mammografi

Keberhasilan program ACR dalam meningkatkan kualitas mamografi termotivasi

Kongres AS untuk model ketentuan Mammography Quality Standard Act (MQSA)

pada tahun 1992, setelah Program Akreditasi Mamografi (ACR).

FDA telah menyetujui ACR sebagai badan akreditasi untuk film-screen mamografi

dan full field digital mammography / mamografi digital (FFDM) pada peralatan

sebagai berikut: General Electric Senographe 2000D, DS, and Essential, Fischer

Senoscan, Lorad Selenia, Siemens Mammomat Novation, dan Fuji FCR (computed

radiography).ACR pun telah menetapkan beberapa butir penting program kendali

mutu dalam pesawat Mammografi.

Tabel 1. Program Kendali Mutu Pesawat Mamografi (www.ACR.org)

No PengujianMininum

PelaksanaanKriteria Performa

Jangka Waktu Tindakan Pembenaran Untuk QC

Rutin

1.Evaluasi Unit Mamografi

Tahunan Melewati kriteria pabrikanSecepatnya atau 30 hari

setelah diketahui ada masalah

2.Kualitas Gambar

PhantomHarian

Nilai: ≥ 4 fiber, ≥3 speck group , ≥ 3 massa

Secepatnya

3. Missed Tissue Tahunan Tidak boleh melebihi 7 mm Secepatnya

4. Evaluasi AEC TahunanHarus melewati kriteria dari

pabrikanDiantara 30 hari setelah tes

5. Evaluasi Artefak MingguanTidak ada artefak yang

mengganggu gambaran klinisDiantara 30 hari setelah tes

6.Akurasi kVp dan Reproduksibilitas

Tahunan

Akurasi>±5%

Reproduksibilitas C.O.V. >0.02

Secepatnya

7. HVL Tahunan <kVp/100 (mmAl) Diantara 30 hari setelah tes

8. ESE dan MGD TahunanTidak boleh melebihi 3mGy pada ketebalan 4.5 mm ACR

phantomSecepatnya

9.Evaluasi (Ghost

Image)Tahunan

Harus melewati standar kriteria pabrikan

Diantara 30 hari setelah tes

10. Pengujian Kolimator Tahunan

X-ray/light >2% SID, X-ray/IR >2% SID, X-ray/IR

(cw) <0 Diantara 30 hari setelah tes

11.Modulation Transfer

Function (MTF)Tahunan

Harus melewati standar kriteria pabrikan

Secepatnya

12. Noise Empat Bulanan Dapat menampilkan semua Diantara 30 hari setelah tes

11 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 12: Quality Control Pesawat Mammografi

target terkecil untuk gambaran utama

13. SNR dan CNR TahunanSNR tidak boleh <40, Δ CNR

and Δ SNR tidak boleh >±15%

Diantara 30 hari setelah tes

14. Cek Printer TahunanHarus melewati standar

kriteria pabrikanSecepatnya

15.Viewbox luminasi dan

room iluminasiTahunan

Viewbox tidak boleh melebihi 3000 cd/m2 dan iluminasi

harus 10 luxSecepatnya

16. Kompresi Tengah TahunanTidak boleh melebihi 200

newton / 45 poundsSecepatnya

3. Program Kendali Mutu Pesawat Mammografi

Dalam AAPMReport No.29 (1990), Bushong (2001) dan ACR mengenai

persyaratan-persyaratan peralatan dan pengendalian mutu untuk mamografi, struktur

dari sebuah program kendali mutu harus dikerjakan untuk memantau kemampuan dari

peralatan mamografi dan untuk menyediakan suatu catatan dalam hal kegagalan

mesin. Ketika masalah terlihat dan dicatat, tindakan perbaikan yang sesuai harus

diambil dengan pengujian untuk memverifikasi koreksi masalah. Program kendali

mutu tersebut antara lain :

a. Densitas film: Keseragaman dan konsistensi dari densitas gambar dan kerja nyata

OD seharusnya diperiksa dan dicatat tiap minggu dengan menggunakan

keseragaman gambar pada 4.5 cm PMMA phantom. Eksposi dibuat dengan teknik

yang biasa digunakan dengan peralatan tanpa grid, dengan grid, dan teknik

magnifikasi, menggunakan AEC atau teknik manual, yang manapun yang

digunakan untuk pasien. Keseragaman gambar phantom seharusnya juga di uji

untuk prosesing dan kemungkinan artefak lain.

b. Kontras Gambar: Pengukuran dari perbedaan pada OD, bisa dilakukan dengan dua

langkah yaitu dengan sebuah step wedge alumunium tipis atau lempengan PMMA

tipis (terdiri dari 15 step dari tipe alumunium 1100 ketebalan 0.4 mm ). Tes ini

menampilkan perubahan dalam filtrasi, kVp, emulsi film, dan karakteristik

prosesor. Pengukuran kontras gambar membantu memonitor segala perubahan

dalam kemampuan membuat gambar mamografi, pengukuran tersebut tidak

mendiagnosa masalah yang spesifik. Sebuah perubahan yang besar atau prosedur

12 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 13: Quality Control Pesawat Mammografi

jangka panjang dalam penilaian densitas atau kontras yang mengindikasikan tes

yang lebih spesifik dari parameter individual yang mempengaruhi kontras –

prosesing film, gradien film, keluaran tabung sinar-X dan kualitas sinar, harus

dilaksanakan untuk lokalisir permasalahan yang aktual.

c. Entrance Skin Exposure (ESE) (free in air): ESE dihubungkan dengan

penggambaran phantom standar yang harus dihitung dengan interval pengukuran

enam bulan sekali untuk teknik yang biasa digunakan- tanpa grid, dengan grid, dan

magnifikasi. ESE dapat dihitung dari pengukuran keluaran tabung.

d. Mean Glandular Dose (MGD) dapat dihitung dari ESE dan HVL untuk komposisi

jaringan tertentu. Sebagai catatan pengukuran eksposi tanpa adanya latar belakang

radiasi hambur dibutuhkan untuk penggunaan pada perhitungan dosis.Menurut

AAPM Report No.29 (1990) Perkiraan dosis pada beberapa variabel utama yang

mempengaruhi dosis pada payudara dalam pemeriksaan mamografi termasuk:

pemilihan sistem penggambaran, prosesing film, kualitas sinar (HVL), kompresi,

komposisi payudara, penggunaan grid, dan densitas optikal guna. Mean Glandular

Dose (MGD) merupakan ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui resiko

potensial dari pemeriksaan mamografi dan dapat diperkirakan dengan ketelitian

yang baik. MGD dapat diperkirakan dengan menggunakan tabel untuk penggunaan

anoda ketika telah diketahui tebal jaringan payudara, HVL, dan Entrance Exposure

(free in air). Untuk wanita yang berusia 40 tahun dan yang lebih tua, rata-rata

komposisi jaringan payudara dapat diketahui dengan komposisi adipose 50% dan

jaringan glanduler 50% (50/50).

e. Kondisi viewbox dan pencahayaan ruangan : Kebersihan viewbox untuk memastikan

bahwa viewbox dan kondisi pencahayaan dapat terkendali dengan baik sehingga

kondisi pencahayaan yang optimal terjaga. Permukaan viewbox harus dibersihkan

dengan pembersih kaca dan dengan handuk lembut, pastikan semua kotoran hilang.

Inspeksi harus secara visual diperiksa untuk memastikan cahaya yang seragam dan

untuk memastikan bahwa semua perangkat masking berfungsi normal. Tingkat

pencahayaan ruangan harus diperiksa sebaik mungkin supaya tidak ada cahaya yang

terlalu terang atau redup.

13 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 14: Quality Control Pesawat Mammografi

f. Keluaran Radiasi: Keluaran radiasi suatu pengujian yang bermanfaat secara

menyeluruh dari kemampuan generator dan tabung dan mungkin dapat meramalkan

kerusakan/kegagalan yang terjadi pada tabung dikemudian hari.

g. Titik Fokus: Kegagalan pada titik fokus terutama sekali pada titik fokus mikro,

dapat diketahui dengan magnifikasi gambar dari pola-pola bintang pada kontras

tinggi atau menggunakan pinhole kamera. Tidak ada rekomendasi seberapa sering

pengujian ini dilakukan, bagaimanapun dasar pola-pola bintang pada film harus

diambil untuk penerimaan pengujian, kemudian disimpan untuk perbandingan jika

ada kemungkinan masalah dengan ukuran titik fokus. Putaran anoda atau hilangnya

penyimpangan mungkin diakibatkan peningkatan ukuran titik fokus.

h. Half Value Layer (HVL): Pengukuran ini seharusnya dilakukan setiap enam bulan

sekali untuk mendeteksi variasi dalam kualitas sinar karena perubahan pada kV atau

filtrasi.

i. Screen: Keseragaman gambar phantom akan dapat dideteksi dari kekotoran atau

screen yang rusak. Frekuensi dari test adalah yang ditentukan ini menurut

kebiasaan dan lingkungan kerja, tapi harus dilaksanakan kurang lebih seminggu

sekali dan setiap screen harus diperiksa tiap bulan oleh mammografer. Inspeksi

visual harus juga dilaksanakan dengan menggunakan sebuah sumber cahaya yang

kuat, dibandingkan dengan lampu standar. Sebuah lampu ultraviolet menyediakan

cara yang tepat untuk mengetahui area screen yang rusak, serta kotoran yang

menempel. Goresan yang dikarenakan kuku dan cincin seperti juga lipatan dalam

screen dapat menyebabkan artefak yang tidak di inginkan. Kontak yang baik antara

screen dan film dapat di uji tiap tengah tahun dengan menggunakan screen tembaga

datar terdiri dari 30-40 mesh(jala-jala). Artefak akibat debu dapat mudah dilihat

dengan sistem emulsi dan screen tunggal. Gambar radiograf harus dapat ditinjau

kembali secara rutin oleh mammografer dan radiolog untuk mengidentifikasi

artefak.

j. Gambar phantom: Berguna untuk memastikan bahwa OD, kontras, keseragaman,

dan kualitas gambar yang dihasilkan pesawat mamografi serta prosesor film terjaga

pada kondisi yang optimal. Percobaan ini menggunakan film dan kaset, serta

phantom yang telah terakreditasi.

14 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 15: Quality Control Pesawat Mammografi

Penilaian pada gambar phantom, dengan mengidentifikasi banyaknya fiber,

speck groups, dan massa yang tampak kasat oleh mata pada gambar phantom.

Penilaian dibutuhkan pada objek yang dihitung dari objek terbesar ke yang terkecil,

dengan nilai tiap kelompok objek mendapatkan satu nilai dari 1.0, 0.5, atau 0. Fiber

mungkin dihitung 1.0 jika seluruh panjang fiber tampak pada tempat yang tepat dan

dengan orientasi yang benar. Fiber mungkin akan diberi nilai 0.5 jika panjangnya

tampak sebagian terletak pada tempat dan orientasi yang benar, nilai akan 0 jika

fiber hanya tampak kurang dari setengah.

Speck group (bercak kelompok) mungkin dapat dihitung dengan nilai 1.0 jika

empat atau lebih dari enam bercak terlihat dengan menggunakan kaca pembesar.

Nilai 0.5 didapat bila bercak kelompok kurang dari dua dari 6 bercak kelompok,

jika kurang dari dua yang tampak maka nilainya 0.

Massa dapat dihitung dengan nilai 1.0 bila DD tampak pada lokasi yang benar

dengan batas lingkaran. Nilai 0.5 mungkin diberikan pada massa jika DD terlihat

pada tempat yang tepat namun bentuknya tidak lingkaran, jika hanya sebuah DD

maka nilainya 0. Nilai minimun yang ditentukan oleh ACR adalah empat fiber, tiga

speck groups, dan tiga massa. Nilai tersebut merupakan batas minimun dari

rekomendasi ACR untuk dapat melewati akreditasi ACR.

k. Cek list visual : Dilakukan untuk memastikan bahwa sistem pencahayaan, display,

semua hal yang berkaitan dengan peralatan mamografi berfungsi dengan baik dan

memastikan kinerjanya optimal. Mammografer harus meninjau kembali semua item

pada daftar dan mengindikasikan kondisi masing-masing alat, jika ada sebagian alat

yang belum tercantum pada dafrtar maka bisa ditambahkan kedalam daftar. Ini

membantu untuk memastikan keselamatan pasien, menghasilkan gambar yang

berkulitas , dan kenyamanan operator. Jika ada alat yang gagal saat pemeriksaan

visual secepatnya langkah selanjutnya harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan

yang terjadi, check list harus diberi tanggal dan diparaf.

l. Evaluasi Artefak pada Detektor dan Printer : Tes ini untuk menganalisa apakah

terdapat artefak yang mengganggu hasil gambaran radiograf mamografi. Pada

detektor seperti debu pada gambar yang tampak sebagai titik putih, goresan pada

plat imejing dan reader yang kotor berupa garis putih, roller mark yang terindikasi

15 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 16: Quality Control Pesawat Mammografi

sebagai kerusakan selama skening. Sedangkan pada printer biasanya diakibatkan

karena kerusakan dari printer itu sendiri (Peart,2005).

m.Pengujian pada alat kompresi : Pengujian ini dilakukan guna memastikan sistem

pada mamografi dapat menyediakan kompresi yang cukup pada mode manual

maupun otomatis untuk kecukupan waktu yang diperlukan. Pengujian ini juga harus

dapat memperlihatkan peralatan tersebut tidak memberikan kompresi yang

berlebihan pada pasien.

Hasilnya tidak boleh melebihi nilai 45 lbs pada pengaturan otomatis.Jika ini

terjadi maka alat kompresi harus dikalibrasi ulang supaya hal tersebut tidak terjadi.

Kedua pengaturan tersebut seharusnya dapat melakukan kompresi dari 25 hingga 45

lbs dan menahan proses ini kurang lebih selama 15 detik. Jika pengaturan gagal

untuk meraih standar capaian tersebut maka alat seharusnya dapat menyesuaikan

dengan baik.

n. CNR dan SNR : CNR (contrast noise to ratio) adalah suatu ukuran dari kemampuan

detektor-detektor untuk membedakan antara objek dalam satu gambaran dan noise

pada gambaran. SNR (signal noise to ratio) adalah suatu perbandingan dari tingkat

sinyal yang didapatkan dengan noise background . Fungsi dari pengujian tersebut

adalah untuk mengevaluasi noise dan kontras pada digital mamografi dengan

menggunakan eksposi yang tetap.

o. MTF (modulation transfer function) adalah pengukuran ketajaman gambar pada

digital mamografi.

16 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 17: Quality Control Pesawat Mammografi

BAB III

PENATALAKSANAAN KENDALI MUTU MAMMOGRAFI

A. Uji Ukuran Titik Fokus (Focal Spot)

1. Alat dan Bahan :

a. Multiple Pinhole Test Tool

Alat ini digunakan untuk melakukan pengukuran besar titik fokus pada pesawat

mammografi. Terbuat dari stainless steel dengan ukuran 8,5 x 5,5 cm. Tersusun atas

54 buah lubang kecil ( 9 kolom dan 6 baris) dengan diameter 50μm. Jarak antar

lubang adalah 1 cm yang diukur dari titik tengah lubang.

b. Film

c. Densitometer

2. Metode Pengujian :

a. Multiple Pinhole Test Tool diletakkan pada kolimator X Ray Mammografi dan

diletakkan pada posisi tegak lurus terhadap medan berkas sinar X

b. Atur jarak FFD sebesar 60 cm

c. Faktor Eksposi yang diberikan pada pesawat mammografi tersebut sebesar 26 kV

dan 32 mAs

d. Lakukan pengukuran densitas citra yang dihasilkan. Densitas citra yang dihasilkan

harus bernilai satu. Bila belum bernilai satu, maka eksposi harus diulang kembali

sampai densitas mencapai satu.

e. Ukur besarnya panjang dan lebar focal spot tersebut dengan rumus berikut :

,

dengan F1 adalah ukuran panjang titik focus, Fw adalah ukuran lebar titik focus, l

dan w sebagai besaran panjang dan b lebar titik focus pada film, sedangkan d adalah

ukuran jarak dari titik fokus yang ada di sebelah kiri fokus tengah sampai titik fokus

yang ada di sebelah kanan fokus tengah.

17 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 18: Quality Control Pesawat Mammografi

Gambar 8. Metode Pengukuran Focal Spot pada pesawat mammografi

B. Uji Nilai Entrance Skin Eksposure (ESE)

1. Alat dan Bahan :

a. Phantom Mammografi PMMA ukuran 10,8 cm x 10,15 cm x 4,4 cm

b. Detektor Radiasi Rad Check

Gambar 9. Phantom untuk Evaluasi ESE

2. Metode Pengujian :

a. Pengukuran keluaran output dilakukan dengan meletakkan Rad Check pada bagian

tengah meja compressor mammografi dan tegak lurus terhadap medan radiasi

berkas sinar X tersebut

18 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 19: Quality Control Pesawat Mammografi

b. Berikan eksposi pada beberapa variasi nilai tegangan sehingga akan diperoleh nilai

keluaran (mR/mAs) yang bervariasi juga. Grafik hubungan antara nilai keluaran

dengan variasi nilai tegangan yang diinginkan dapat digunakan untuk menghitung

nilai ESE pada kondisi yang diinginkan.

Pengukuran Nilai ESE diperoleh dari data keluaran (output) dan melalui

pengukuran langsung pada kondisi yang menghasilkan citra phantom yang baik.

Pengukuran keluaran dilakukan dengan menempatkan Rad Check pada meja

compressor, untuk beberapa rentang tegangan kV. Grafik antara nilai keluaran

(mR/mAs) terhadap tegangan kV digunakan untuk menghitung nilai ESE pada

kondisi yang diinginkan. Metode pengukuran selanjutnya dilakukan dengan

meletakkan phantom pada meja compressor. Kemudian Phantom dipapar sinar - X

pada kondisi penyinaran (kV dan mAs) tertentu sehingga diperoleh citra dengan

kontras serta ketajaman yang cukup baik sekitar densitas 1,2 (Papp, 2006). Paparan

pada kondisi kV dan mAs yang paling sesuai untuk menghasilkan citra yang

cukup baik digunakan sebagai nilai ESE yang diterima phantom.

Gambar 10. Pengukuran Nilai ESE Mammografi

C. Uji Linearitas mAs

1. Alat dan Bahan :

a. Dosimeter Digital

Dosimeter adalah alat yang digunakan untuk menguji resiprok dan liniearitas mA.

Nilai eksposi yang tercatat pada dosimeter merupakan penjumlahan dari dosis

radiasi alam (radiasi background) dan eksposure yang dihasilkan dari pesawat

sinar-X. Eksposi sinar-X (mR) tersebut dibagi dengan nilai mAs yang digunakan

saat melakukan eksposi (mR/mAs).

19 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 20: Quality Control Pesawat Mammografi

Gambar 11. Dosimeter Digital

2. Metode Pengujian :

a. Mempersiapkan pesawat mamografi yang akan diuji.

b. Mempersiapkan dosimeter .

c. Meletakkan dosimeter tersebut diatas reseptor gambar, tepat dibawah lampu

kolimator, SID sejauh 65 cm dan kolimasi diatur seluas dosimeter

d. Kemudian dosimeter diberi eksposi pada nilai kV yang sama tetapi nilai mAs

dilakukan variasi. Lakukan eksposi sebanyak tiga kali untuk setiap nilai pengukuran

mAs

e. Catat nilai rata - rata yang tertera pada dosimeter. Kemudian bandingkan besar

dosimeter rata rata yang terukur terhadap nilai mAs yang diberikan.

f. Linearitas mAs diperbolehkan berada pada batas ±10 %

Tabel 3. Pengaturan Linearitas mAs

D. Uji Phantom Mammografi

Pengujian ini bertujuan untuk menilai besarnya Optical Density, kontras serta kualitas

mammogram yang dihasilkan.

20 R Sammuel Mamesa| MedPhys

No kV Dipilih mAs DipilihNilai Dosimeter Rata-

Rata (mSv)1 23 1002 23 1103 23 1254 23 1405 23 160

6 23 180

Page 21: Quality Control Pesawat Mammografi

1. Alat dan Bahan :

a. Phantom Mammografi yang terstandar ACR. Terbuat dari bahan akrilik dan

memiliki ketebalan 4 mm dan berdiameter 1 cm. Phantom tersebut juga setara

dengan 4,2 cm ketebalan mammae yang dikompresi yang terdiri atas 50% kelenjar

glandular serta 50% kelenjar adipose. Phantom tersusun atas beberapa:

1) Fiber yang memiliki diameter mulai dari 0,4 mm; 0,54 mm; 0,75 mm; 0,89

mm; 1,12 mm; dan 1,56 mm.

2) Specks Group dengan diameter 0,54 mm; 0,4 mm; 0,32 mm; 0,24 mm; dan 0,16

mm.

3) Mass dengan diameter 2 mm; 1 mm; 0,75 mm; 0,5 mm; dan 0,25 mm.

2. Metode Pengujian :

a. Mempersiapkan pesawat mamografi yang akan diuji.

b. Mempersiapkan phantom mammae.

c. Memasukkan plat imejing ke dalam tempat kaset, kemudian phantom mammae

diletakkan diatas reseptor gambar tepat di bawah kolimator.

d. Mengatur kolimasi seluas lapangan kaset, SID 65 cm. Kemudian lakukan eksposi

dengan menggunakan 23 kV dan 100 mAs.

e. Kemudian melihat hasil gambar phantom mammo pada reader dan menganalisa

hasilnya.

Gambar 12. Citra Uji Phantom beserta Fiber, Speck Group dan Mass

f. Kemudian amati hasil yang tampak pada gambaran radiografi tersebut dan berikan

penilaian terhadap fiber, speck group, serta mass dengan ketentuan sebagai berikut:

21 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 22: Quality Control Pesawat Mammografi

1) Garis panjang fiber dihitung besar nilainya sama dengan satu jika tampak jelas

terlihat keseluruhan panjang fiber pada gambaran. Jika hanya sebagian yang

terlihat, maka besar nilai garis fiber tersebut adalah 0,5. Sedangkan jika

gambaran fiber yang tampak kurang dari setengah, maka nilai garis fiber

tersebut bernilai nol.

2) Untuk pengamatan specks group, dapat digunakan kaca pembesar. Bila speck

group yang tampak sebanyak empat atau lebih, maka nilai yang diberikan

adalah satu. Untuk speck group yang hanya tampak paling sedikit dua, maka

besarnya nilai yang diberikan adalah 0,5. Sedangkan speck group akan bernilai

nol bila tidak ada gambaran yang tampak sama sekali.

3) Pada pengamatan mass, jika tampak lubang mass berada pada lokasi yang tepat

serta garis tepi bulatan terlihat jelas maka penilaian terhadap mass tersebut

adalah satu. Sedangkan bila mass tampak dengan garis tepi bulatan yang kurang

jelas bulatannya, maka penilaian terhadap mass tersebut adalah 0,5. Dan mass

akan bernilai nol jika gambaran mass tidak terlihat dengan jelas.

Besarnya nilai minimum yang ditentukan oleh ACR adalah empat untuk

fiber, tiga untuk speck groups, dan tiga untuk massa. Nilai tersebut merupakan

batas minimum dari rekomendasi ACR untuk dapat melewati akreditasiACR.

E. Evaluasi Artefak pada Detektor dan Printer

1. Alat dan Bahan :

a. Phantom Akrilik

Gambar 13. Phantom Akrilik

22 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 23: Quality Control Pesawat Mammografi

2. Metode Pengujian :

a. Mempersiapkan pesawat mamografi yang akan di uji.

b. Menyiapkan akrilik

c. Memasukkan plat imejing ke dalam tempat kaset, kemudian akrilik diplester dan

diletakkan diatas reseptor gambar tepat di bawah kolimator.

d. Mengatur kolimasi seluas lapangan kaset, SID 65 cm. Kemudian lakukan eksposi

dengan menggunakan 28 kV dan 65 mAs.

e. Melakukan eksposi lalu akrilik diputar 180 derajat lalu di eksposi lagi, kemudian

melihat hasil gambar akrilik pada reader dan menganalisa hasilnya.

Gambar 14. Pengukuran Artefak pada Detektor

F. Pengujian Compression Paddle

1. Alat dan Bahan:

a. Handuk

b. Timbangan

2. Metode Pengujian :

a. Letakkan sebuah handuk di atas cassette holder untuk melindungi peralatan,

kemudian letakkan timbangan di atas handuk dengan posisi yang memudahkan

untuk membaca skala pada timbangan

b. Letakkan satu atau lebih handuk di atas timbangan tersebut untuk melindungi alat

kompresi kemudian atur alat kompresi tersebut hingga maksimal

23 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 24: Quality Control Pesawat Mammografi

c. Nilai kompresi dicatat kemudian peralatan dilepaskan. Pengujian pada alat

kompresi dilakukan tiga kali untuk mengetahui rata-rata nilai kompresi yang terlihat

pada alat timbangan.

Hasilnya tidak boleh melebihi nilai 45 pounds atau 20,45 Kg. Jika ini terjadi maka

alat kompresi harus dikalibrasi ulang. Alat kompresi seharusnya dapat melakukan

kompresi dari 25 hingga 45 pounds dan menahan proses ini kurang lebih selama 15

detik.

Gambar 15. Pengukuran Berat Compression Paddle

G. Pengujian Kesebangunan Kolimasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesebangunan dan ketegaklurusan dari

luas lapangan kolimasi dengan lapangan sinar - X yang dihasilkan. Pengujian ini penting

untuk membatasi radiasi yang mengenai pasien dengan cara memastikan bahwa radiasi

sinar X yang keluar tepat dan sesuai dengan luas kolimasi yang digunakan.

1. Alat dan Bahan:

a. Kaset Mammografi

2. Metode Pengujian:

a. Letakkan kaset mamografi di atas cassette holder pesawat mammografi

b. Nyalakan lampu kolimasi dan atur kolimasi secukupnya untuk mengeksposi area

yang lebih kecil dari ukuran film mammografi

c. Letakkan benda radiopaque seperti paper clip atau koin pada tepi kolimasi

d. Lakukan eksposi dan proses film. Bila tepi dari lapangan sinar X tidak lurus dengan

bagian tepi dari lapangan cahaya dan perbedaannya lebih dari 2% SID maka

kesebangunan kolimasi berada pada ambang batas yang buruk.

24 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 25: Quality Control Pesawat Mammografi

H. Pengujian Tegangan Puncak Efektif (kVp) tabung

1. Alat dan Bahan :

a. Detektor

b. Elektrometer

2. Metode Pengujian:

a. Posisikan detektor pada bagian tengah meja kompressi mammografi

b. Atur FFD 100 cm

c. Lakukan eksposi pada tegangan yang bervariasi mulai 22Kv sampai 34 kV dengan

arus dan waktu yang konstan

d. Tegangan yang terukur akan terbaca oleh electrometer

e. Catat besarnya tegangan tersebut kemudian bandingkan terhadap tegangan pada

panel

Gambar 16. Pengukuran Tegangan Puncak (kVp)

f. Hasil perbandingan antara tegangan terukur terhadap tegangan panel masih dapat

ditoleransi bila besaran deviasi menunjukan ≤ 5% (Royal Australian and New

Zealand College of Radiologist)

I. Pengukuran Kualitas Berkas Radiasi (HVL)

1. Alat dan Bahan :

a. Dosimeter TLD 100

25 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 26: Quality Control Pesawat Mammografi

b. Lembaran Al dengan ketebalan bervariasi

Gambar 17. Dosimeter TLD 100

2. Metode Pengukuran :

a. Mempersiapkan pesawat yang akan diuji.

b. Mempersiapkan dosimeter dan lempengan alumunium yang akan digunakan.

c. Meletakkan dosimeter tersebut diatas reseptor gambar, tepat dibawah lampu

kolimator, jarak SID 65 cm. Kolimasi diatur seluas dosimeter tersebut.

d. Mengukur Intensitas Awal (Io)

e. Lempengan alumunium diletakkan tepat dibawah kolimator, dengan cara diplester.

Kemudian, ukur besarnya intensitas setelah dilakukan penambahan lempengan

mulai dari 0,1 sampai 0,3.mm Al bertahap.

f. Kemudian hasil pengukuran dimasukan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Pengukuran HVL

Ko efis

ien Atenuasi Linier (μ) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

26 R Sammuel Mamesa| MedPhys

kV & mAs Io(nC) t(mmAl) It μ HVL(mmAl)

Page 27: Quality Control Pesawat Mammografi

atau

Penentuan kualitas berkas sinar X (HVL) digunakan untuk menentukan nilai dosis

yang diterima oleh pasien. Pengukuran HVL yang diperoleh kemudian dibandingkan

dengan nilai batas dari Radiation Safety Act 75 (2000) dan yang direkomendasikan

IAEA TecDoc 1447 yang menentukan persyaratan pengukuran HVL dilakukan pada

tegangan tabung 28 kVp

Gambar 18. Batasan nilai HVL

dengan diketahui besarnya nilai μ, maka HVL dapat diperoleh dengan menggunakan

persamaan

J. Pengukuran Mean Glandular Dose

Mammae merupakan organ yang radiosensitive dan memiliki faktor bobot jaringan

0.05 (ICRP,1991). Pada organ mammae terdapat kelenjar adipose dan kelenjar glandular.

Kelenjar Glandular memiliki sifat yang lebih radiosensitive dari kelenjar

adipose ,sehingga estimasi dosis terhadap kelenjar glandular ini merupakan bagian organ

yang penting dalam proteksi radiasi terhadap pemeriksaan Mammografi (Faulkner et al,

1995)

Mean Glandular Dose adalah dosis efektif radiasi pada kelenjar payudara (glandula).

Karena perkiraan langsung dari MGD tidak dapat diperoleh, maka pengukuran MGD

dapat diperoleh dari peninjauan pada dosis Breast Entrance Skin Eksposure dan

kemudian hasil pengukuran tersebut dikonversikan ke dalam MGD dengan menggunakan

27 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 28: Quality Control Pesawat Mammografi

faktor konversi (ACR ,1999) Pengukuran besar Breast Entrance Skin Eksposure

digunakan Ionization Chamber yang diletakkan di dalam lapangan sinar X. Namun

sebelum melakukan pengukuran tersebut, maka QC HVL .kVp dan linearitas mAs

pesawat mammografi harus dilakukan terlebih dahulu.(ACR ,1999)

Gambar 19. Pengukuran Dosis Breast Entrance Skin Eksposure dengan Ionization Chamber

K. Pengukuran Film Screen Contact

1. Alat dan Bahan :

a. Wire Mesh Test Tool

b. Film Mammografi

c. Densitometer

d. Phantom Akrilik yang setara dengan ketebalan 4 cm

2. Metode Pengukuran :

a. Secara hati hati bersihkan screen dan film yang akan di uji dengan menggunakan

pembersih yang telah direkomendasikan oleh pabrikan

b. Keringkan screen setelah dibersihkan

c. Isi kaset dengan film mammografi,kemudian tempatkan kaset yang akan diuji di

atas cassette holder. Jangan menggunakan grid

d. Tempatkan copper screen pada bagian atas kaset

28 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 29: Quality Control Pesawat Mammografi

e. Tempatkan lapisan akrilik ,bila dibutuhkan, di atas alat kompresi kemudian

pindahkan alat kompresi ke atas ,dengan jarak sedekat mungkin terhadap tabung

sinar – X.

f. Berikan faktor eksposi pada rentang 25-28kVp,sehingga diperoleh nilai densitas

film antara 0,7-0,8 saat film diukur menggunakan densitometer.

g. Lakukan prosedur di atas terhadap semua kaset mammografi

h. Tampilkan film yang sudah diproses tersebut pada viewing box dengan jarak sekitar

3 kaki (3ft) untuk memperoleh gambaran wire secara jelas. Amati area yang

memiliki kontak film screen yang rendah. (Area tersebut akan berwarna hitam

pada mesh image)

i. Ulangi pengujian terhadap kaset yang tidak lulus test tersebut

29 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 30: Quality Control Pesawat Mammografi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mammografi adalah teknik radiografi pada organ payudara yang menggunakan sinar

X berenergi rendah yang bertujuan untuk mendeteksi adanya lesi atau kelainan pada

organ payudara.

2. Program kendali mutu pada pesawat mamografi bertujuan agar pesawat tersebut dapat

bekerja secara optimal sehingga menghasilkan diagnosa yang tepat, meningkatkan

efisiensi, mengurangi biaya, dan mengurangi dosis radiasi yang tidak diperlukan bagi

pasien.

3. Terdapat beberapa program kendali mutu pesawat mammografi sebagai bagian dari

kegiatan jaminan mutu radiologi yang dibahas pada makalah ini yaitu meliputi Uji

Ukuran Titik Fokus (Focal Spot), Uji Nilai Entrance Skin Eksposure, Uji Linearitas

mAs, Uji Phantom Mammografi, Evaluasi Artefak pada Detektor & Printer, Uji

Compression Paddle, Uji Kesebangunan Kolimasi, Uji Tegangan Puncak Efektif

(kVp) tabung, Uji Kualitas Berkas Radiasi (HVL), Uji Mean Glandular Dose, dan Uji

Kontak Film Screen.

30 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 31: Quality Control Pesawat Mammografi

DAFTAR PUSTAKA

AAPM Report no.29. Equipment Requirements and Quality Control for Mammography.1990

A,P Supriyanto ,Djarwani, S dkk. Evaluasi ukuran titik fokus (focal spot) dan Entrance Skin

Eksposure (ESE) sebagai parameter Quality Control Pesawat Mammografi

Bushberg.2002 .The Essential Physics of Medical Imaging.Lippincot Williams & Wilkins .USA

Kusumawati, Dyah Dwi.2006. Pengukuran Kualitas Berkas Radiasi Sinar X Mammografi untuk

Jaminan Kualitas.PTKMR Batan

Liddington, Mark .Digital Mammography Quality Control – The Role of Technologist

Papp, Jeffrey. 2006. Quality Management in The Imaging Science. Mosby Inc : USA

Peart,Olive. 2005 .Mammography and Breast Imaging. McGraw Hill.USA

Suyati ,dkk. 2009.Pengukuran Beberapa Tegangan Puncak Pesawat Mammografi. Prosiding

Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan V. Depok

Sookpeng,Supawito ,Ketted, Potjana.2006. Mean Glandular Dose for Routine Mammography.

Naresuan University Journal. Thailand

The British Journal of Radiology, June 1997

www.acr.org

31 R Sammuel Mamesa| MedPhys

Page 32: Quality Control Pesawat Mammografi

32 R Sammuel Mamesa| MedPhys