qowaid

7
DELIMA ANTARA BIAYA PENDIDIKAN DAN ISTITHO’AH DALAM HAJI I. PENDAHULUAN Maraknya keberangkatan haji Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, mereka seolah-olah hobi melaksanakan haji, pada hal jika kita mau cermati kewajiban haji itu cukup hanya sekali itu saja bagi yang mampu, dan jika dibenturkan kepada taraf pendidikan di Indonesia yang jauh masih di bawah standar akibat ekonomi juga sarana prasarana pendidikan yang sangat tertinggal, sangatlah terjadi ketimpangan besar. Para hartawan lebih suka menghambur-maburkan uang dengan berkali-kali haji demi popularitas, disamping mengangkat harkat dan martabat bangsa dengan meng4entaskan kemiskinan dan memperbaiki pendidikan yang ada di Indonesia. Hal ini perlu pembahasan serius dari berbagai pihak karena pendidikan sangat penting, dan tidak kalah pentingnya dengwan keberangkatan haji kedua ketiga para hartawan itu. Dari sini terbersit untuk mengusulkana pemerintah agar melarang keberangkatan haji kedua atau ke tiga dan seterusnya bagi rakyatnya mengingat juga area haji di tanah suci yang hampir tak 1

Upload: xahrial-anthony-stark

Post on 11-Jun-2015

334 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Qowaid

DELIMA ANTARA BIAYA PENDIDIKAN DAN

ISTITHO’AH DALAM HAJI

I. PENDAHULUAN

Maraknya keberangkatan haji Indonesia dari tahun ke tahun semakin

meningkat, mereka seolah-olah hobi melaksanakan haji, pada hal jika kita mau

cermati kewajiban haji itu cukup hanya sekali itu saja bagi yang mampu, dan

jika dibenturkan kepada taraf pendidikan di Indonesia yang jauh masih di

bawah standar akibat ekonomi juga sarana prasarana pendidikan yang sangat

tertinggal, sangatlah terjadi ketimpangan besar. Para hartawan lebih suka

menghambur-maburkan uang dengan berkali-kali haji demi popularitas,

disamping mengangkat harkat dan martabat bangsa dengan meng4entaskan

kemiskinan dan memperbaiki pendidikan yang ada di Indonesia.

Hal ini perlu pembahasan serius dari berbagai pihak karena pendidikan

sangat penting, dan tidak kalah pentingnya dengwan keberangkatan haji kedua

ketiga para hartawan itu.

Dari sini terbersit untuk mengusulkana pemerintah agar melarang

keberangkatan haji kedua atau ke tiga dan seterusnya bagi rakyatnya

mengingat juga area haji di tanah suci yang hampir tak mencukup karena

banyaknya jamaah haji, jika dibiarkan bisa jadi potensi ketik sempurnaan haji

bagi jamaan haji bertambah karena melewati batas wukuf dan lain sebagainya,

dengan membatasi itu semua kita berkontribusi mengurangi itu, dengan

dialihkan kepada biaya sekolah atau pengentasan fakir miskin.

II. PEMBAHSAN

1. Konsep Kaidah Fiqih

” wajib itu tidakdapat ditinggalkan kecuali karena wajib yang lain”

lebih lanjut, diterangkan bahwa meninggalkan kewajiaban karena

kewajiban lain, dengan catatan ketika dua perkara (kewajiban) ini

dilaksanakan dalam satu waktu dan kondisi, tidak memungkinkandan

1

Page 2: Qowaid

mengharuskan memilih sala satu di antara keduanya. Contoh dalam

keadaan sujud, di satu sisi wajib meletakkan tangan ketiak sujud, di sisi

lain kewajiban menutup sebagian aurat dengan tangan, maka dipilih

kewajiaban yang kedua.

Kaidah ini mempunyai ibarat lain yang hampir sama, yaitu:

1. wajib itu tidak dapat ditinggalkan karena sunnah

2. Seauatu yang terlarang ketika diperbolehkan, maka menjadi wajib

3. Sesuatu yang menjadi keharusan, tidak boleh ditinggalkan, kecuali

karena suatu keharusan.

Dari kaidah diatas, permasalahan menjadi berkembang ketika

dihadapkan dengan konteks sekarang, seperti, delima antara biaya

pendidikan dengan kewajiban haji bagi orang yang sudah mampu. Untuk

lebih lanjut deterangkan dalam bagian selanjutnya.

2. Penekanan Permasalahan

Di satu sisi , merupakan suatu kewajiaban bagi setiap muslim,

melaksanakan ibadah haji yang merupakan pilar (rukun) islam yang

kelima. Ibadah yang satu ini adalah merupakan ibadah yang di samping

memerlukan kekuatan fisik yang ekstra, juga memerlukan biaya yang

tidak sedikit untuk melakukan perjalanan ketanah suci. Maka dari itu,

Allah SWT mewajibkan ibadah ini hanya bagi muslim yang menyandang

predikat mampu, dalam bahasa agama disebut istitha’ah. Baca al-Qur’an,

surat Ali Imran : 97, ”mengerjakan haji adalah kewajiban menusia

terhadap Allah Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan

ke Baitullah”. Serta kewajiban ini hanya dibebankan kepada setiap

muslim satu kali seumur hidup.

Disisi lain, pendidikan dalam wacana keislaman menempati

rangking atas kewajiban tiap umat islam. Untuk dapat meraih predikat

hamba yang saleh dan menjalankan semua syari’at Allah, langkah awal

yang ditempuh adalah melalui jalur pendidikan, pengetahuan dan

pemahaman yang detail akan essensi sunnah Rasul dan segala ajarannya,

2

Page 3: Qowaid

harus ditempuh melalui proses edukasi terlebih dahulu. Dengan harapan

agar ibadah atau transaksi muamalah yang dilakukan tidak sampai

illegal(menyimpang dari hukum syari’at). Memandang latar belakang

yang krusial inilah, agama islam mengelompokan kewajiban menuntun

ilmu pengetahuan sebagai kewajiabn setiap individu muslim. Bahkan

sejak usia dini, rangsangan dan minat belajar dan menimba ilmu perlu

ditanamkan oleh orang tua terhadap putra-putrinya. Pendidikan moral,

akhlak, etika akan menuai hasil sesuai harapan manakala orang tua

menuangkan porsi yang cukup ekstra terhadap hal itu, menjadi tanggung

jawab bagi orag tua semua proses pendidikan bagi anak, temasuk dalam

hal ini adalah biaya pendidikan.

III. ANALISIS / KESIMPULAN

Berangkat dari gambaran permasalahan diatas, mengantarkan satu

pertanyaan, bagaimana sikap kita, ketika dihadapkan dua pemasalahan yang

sama-sama urgens bahkan wajib dalam hal ini adalah ibadah haji dan biaya

pendidikan.? Dengan konsep kaidah di atas. Sebelum melangkah lebih jauh,

alangkah lebih baik, jika kita menganalisa konsep istitha’ah serta kreteri-

kreteria pendidikan yang wajib. Pada konteks ini dituntut seleksi yang ketat

untuk memberikan label istitha’ah pada setiap individu, sebagaimana imam

Syafi’i membagi konsep ini menjadi dua kelompok, yaitu kemampuan fisik

dan kemampuan finansial. Hal ini menjadi penting , karena tidak mungkin

seorang melakuakn ibadah haji , sedangkan kesehatannya tidak dalam keadaan

normal, begitu juga biaya yang tidak sedikit.

Disamping itu karena perjalanan yang oleh para calon jama’ah haji

memakan waktu yang lama , keluarga yang ditinggalkan pun tentunya

hendaknya mendapat perhatian ekstra, kebutuhan keluarga selama

pelaksanaan ibadah haji itu tetap menjadi kewajibannya meskipun kepala

keluarga akan berpisah. Baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan yang lain

3

Page 4: Qowaid

yan berkenaan dengan kelangsungan rutunitas anggota keluarga harus bisa

berjalan sebagaimana semestinya.

Melihat ini pendidikan dapat dikelompokan menjadi kebutuhan pokok

yang harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anak yang masih dalam masa

pembelajaran, karena pendididikan merupakan kewajiaban yang dibebankan

oleh islam terhadap setiap muslim. Sehingga keluarga yang berada di tanah

air tetap menjalani hidup dengan tenang dan aman. Sebagai aspek pendukung

utama inilah menghantarkan konsep al-istitho’ah. Jika biaya ibadah haji

mengakibatkan keungan serta pendidikan keluarga menjadi terbelit, maka

ibadah haji dapat ditangguhkan dulu, sampai menunggu benar-benar mendapat

label istitho’ah. Hal ini berdasarkan kaidah fiqih:

”kewajiban tidak dapat ditinggalkan kecuali karena kewajiaban

yang lain”.

IV. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat kami sampaiakan kurang lebihnya mohon

di maafkan, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, jika ada

kesalahan mohon di ingatkan dan dibenarkan, sebagai perbaikan saya ke

depan.

Semoga apa yang tertera disini bisa membawa manfaat untuk kita semua

dan bisa menambah wawsan kita semua dalam kompeternsi terkait.

REFERENSI

Drs. Moh. Adib Bisri, Terjemah Al Faroidul Bahiyah,

Menara Kudus, Kudus, 1977.

Respon Ma’had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam

Kontemporer, Fiqih Realitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.

4

Page 5: Qowaid

5