qbd7 pb14 ltm1 nindy fairiska 1306366426

Upload: ndy-fairiska

Post on 01-Mar-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengelolaan bencana

TRANSCRIPT

LTM QBD 7Nama : Nindy FairiskaNPM : 1306366426Kelompok : QBD 7 : Pertolongan Pertama pada Korban Bencana1. Jelaskan langkah bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) adalah upaya-upaya dan tindakan resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan baik oleh orang awam atau tenaga medis yang terlatih dan terampil untuk membantu dan memberikan pertologan cepat dan tepat kepada pasien yang sedang terancam kematian akibat henti jantung dan nafas serta menunggu bantuan atau memindahkan ketempat yang lebih layak dan memadai.[1]Dalam 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care, AHA menekankan fokus bantuan hidup dasar pada:[2]1) Pengenalan segera pada henti jantung yang terjadi tiba-tiba 2) Aktivasi sistem respons gawat darurat 3) Resusitasi jantung paru sedini mungkin 4) Segera didefibrilasi jika diindikasikanBantuan Hidup Dasar (BHD) dibutuhkan pada berbagai keadaan darurat. Bantuan hidup dasar merupakan upaya oksigenasi darurat meliputi :[2]1) Penilaian lokasi2) Pemeriksaan kesan umum3) Pemeriksaan kesadaran: Awas, Suara, Nyeri, dan Tanpa Respon (ASNT)4) Pengaktifan Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)5) Circulation support6) Airway control and cervical control7) Breathing supportResusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan upaya mengembalikan fungsi sistem sirkulasi dan pernafasan untuk menjamin tercukupinya oksigenasi sel-sel terutama sel-sel otak dan jantung, ketika fungsi sistem sirkulasi dan pernafasan berhenti mendadak.[2]RJP dilakukan bila terjadi: Henti napas: korban tidak bernafas, ditandai dengan tidak adanya pergerakan dada dan aliran udara nafas. Henti jantung: jantung berhenti berdenyut dan memompakan darah, ditandai dengan tiak terabanya denyut nadi pada arteri-arteri besar.Langkah Bantuan Hidup Dasar : Rangkaian bantuan hidup dasar pada dasarnya dinamis, namun sebaiknya tidak ada langkah yang terlewatkan untuk hasil yang optimal. Berikut ini adalah algoritma bantuan hidup dasar berdasarkan 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovacular Care, yaitu :[2]

Copyright American Heart Association, Inc. All rights reserved.

1. Penilaian LokasiApakah lokasi korban berada saat terjadi indikasi perlu dilakukannya RJP aman atau tidak.2. Kesan UmumLihat keadaan, sikap tubuh korban dan keadaan sekitar, lihat apakah kondisi korban akibat trauma atau non-trauma.3. Response Pastikan pasien dalam keadaan sadar yaitu dengan memanggil namanya dengan keras serta sentuh atau goyangkan bahu dengan mantap (teknik touch and talk)3 level kesadaran : Sadar penuh : sadar, orientasi baik terhadap diri, waktu, dan tempat Setengah sadar : mengantuk atau bingung Tidak sadar :tidak respon Jika pasien merespon maka posisi pasien dipertahankan untuk menghindari kemungkinan resiko cedera lain yang bias terjadi. Jika penolong sendirian, maka penolong tinggalkan pasien sementara untuk mencari bantuan.Jika pasien tidak merespon, maka penolong berteriak minta tolong, atur posisi pasien sebaiknya terlentang pada permukaan keras dan rata, atur posisi penolong dengan berlutut sejajar dengan bahu pasien agar bisa melalukan RJP, selanjutnya cek nadi karotis (bagi penolong awam tidak harus melakukannya). 4. Circulation SupportPengenalan tidak adanya denyut nadi dan pengadaan sirkulasi dengan pengadaan kompresi jantung luar. Cara melakukan kompresi jantung luar : Periksa arteri besar (arteri carotis atau arteri femoralis) Tentukan titik kompresi, yakni terletak di bagian setengah bawah sternum atau diantara 2 putting susu (pada garis tengah). Letakkan tumit salah satu tangan di titik kompresi. Tangan yang lain diletakkan diatas tangan pertama. Saat melakukan kompresi, posisi badan penolong tegak lurus bidang datar dengan kedua lengan lurus. Lakukan 30 kali kompresi dengan kedalaman 4-5 cm dan 2 kali breathing support agar pasien tidak kekurangan oksigen ke otak ataupun jaringan tubuh.. kompresi dilakukan dengan kecepatan 100kali/menit. 5. Airways Control Membuka jalan nafas. Yang perlu diperhatikan pada korban dengan gangguan jalan nafas adalah lihat kondisi korban. Apakah korban gelisah dan terjadi perubahan kesadaran, maka dengarkan apakah ada suara yang berhubungan dengan sumbatan jalan napas dan rasakan apakah ada aliran udara yang keluar dari mulut. Jika ada, maka lakukan pembukaan jalur nafas dengan teknik head tilt-chin lift atau jaw trustMembuka jalan napas : Secara perlahan angkat dahi dan dagu pasien (Head tilt & Chin lift) untuk buka jalan napas 1) Head Tilt & Chin Lift a. Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras b. Meletakkan telapak tangan pada dahi pasien c. Menekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan d. Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah dari tangan lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang pasien e. Menengadahkan kepala dan menahan/menekan dahi pasien secara bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi2) Jaw Trust a. Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras b. Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atasc. Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan bersama dengan jari-jari yang lain menarik dagu korban ke depan, sehingga otot-otot penahan lidah teregang dan terangkat d. Mempertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka Ambil benda apa saja yang telihat Pada bayi, posisi kepala harus normal Cek tanda kehidupan: respon dan suara napas Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan, secukupnya untuk membuka jalan napas, karena bisa berakibat cedera leher. 6. Breathing SupportJika pasien bernapas maka gulingkan ke arah recovery position dan observasi secara regular. Memberikan ventilasi buatan dan oksigenasi darurat, biasanya bersamaan dengan melakukan kompresi pada jantung dengan siklus berikan 2 kali bantuan pernafasan setiap 30 kali kompresi RJP. Bantuan dapat diberikan dengan jalan napas dan ventilasi bisa melalui: mouth to mouth, mouth to nose, atau dengan alat mouth to face mask dan ambu bagMulut ke mulut atau mulut ke hidung Tutup hidung pasien Tiup ke dalam mulut pasien sekitar 1 detik Lihat adanya pengembangan dada pada tiap tiupan Beri tiupan yang kedua Bila melalui hidung, mulut pasien harus ditutup RJP dihentikan jika, area menjadi tidak aman, staf yang lebih ahli dating, tanda-tanda kehiduoan muncul, tanda-tanda kematian (rigor mortis, dilatasi pupil), kelelahan fisik penolong atau sudah 30 menit tidak ada respon. 7. ReevaluasiRJP dapat dihentikan jika penolong kelelahan atau RJP telah berhasil atau ada pengganti pemberi RJP atau jika pemberi RJP kelelahan atau ada bantuan medis yang datang.

2. Bagaimana cara mengangkat dan memindahkan korban yang membutuhkan bantuan hidup dasarPrinsip dasar dalam pengangkatan korban, diantaranya:[3] Rencanakan gerakan dengan anggota tim atau orang-orang yang akan mengangkat korban Sikap harus tegak agar tidak terjadi yang namanya low back pain (nyeri pinggang). Konsentrasikan beban pada otot paha untuk mengangkat, bukan punggung Gunakan otot fleksor, karena otot fleksor lebih kuat daripada otot ekstensor, sehingga saat mengangkat korban posisi telapak tangan penolong harus menghadap sesuai posisi anatomis Usahakan untuk memakai alat bantu Jarak antara kedua lengan dengan tungkai adalah selebar bahu, karena jarak yang terlalu rapat akan mengurangi stabilitas benda yang diangkat.

Cara mengangkat korban :[3] Hati-hati dalam menangani korban, pegang korban secara erat namun tetap halus Perhatikan bagian kepala, leher dan tulang belakang Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya Usahakan badan korban yang diangkat dekat dengan penolong Menyeret korban dapat dilakukan jika korban pingsan atau luka parah dan tidak cukup orang

Emergency Drag (Memindahkan Korban)[4]Dalam melakukan evakuasi atau memindahkan korban ada beberapa cara dalam melakukan emergency drag, diantaranya adalah :1) Clothes DragCaranya adalah dengan menarik baju bagian belakang (kerah) dan taruh kepala korban di atas tangan untuk perlindungan dan bawa korban keluar dari bahaya 2) Blanket DragCara ini bisa dilakukan jika tubuh korban lebih besar dari penolong dan baju yang digunakan mudah robek, maka korban dipindahkan dengan menggunakan selimut atau kain besar. 3) Arm-to-arm DragCara ini dilakukan ketika korban berada di lantai, caranya dengan meletakkan tangan penolong dibawah ketiak korban dari belakang, lalu pegang pergelangan tangan korban. Cara ini digunakan untuk memindahkan pasien yang berat dengan tetap melakukan perlindungan kepala dan leher 4) Fire Fighter DragCara ini biasa dilakukan oleh para petugas kebakaran. Pertama yang dilakukan adalah mengikat pergelangan tangan korban dengan benda yang dapat digunakan untuk mengikat. Setelah diikat berlututdan taruh tangan kita diantara korban. Lalu tangan korban yang sudah diikat taruh di atas leher kita, luruskan tangan dan seret korban dengan cara merangkak dengan lutut dan tangan. Hal ini dilakukan untuk melindungi korban dan penolong dari asap atau reruntuhan bangunan saat terjadi kebakaran.5) TanduCara ini dengan menggunakan tandu. Pertama yang dilakukan adalah memeriksa tandu dari kerusakan serta dicoba mengangkat korban. Gunakan tandu dengan bagian tengah yang keras untuk membantu korban yang dicurigai menderita cedera kepala atau tulang belakang. Korban yang tidak sadar dan akan dibawa ke tempat jauh sebaiknya selalu diikat. Penolong yang berpengalaman memberikan komando untuk tiap gerakan6) MerangkulCara ini dilakukan untuk korban terluka yang masih bisa berjalan dengan sedikit bantuan. Pertama yang dilakukan adalah penolong berdiri di samping korban di sisi tubuh yang terluka, namun jika tangan atau bahu yang terluka maka berdirilah di sisi tubuh yang lain. Lalu, rangkulkan tangan dibelakang korban dan pegang pinggulnya dan rangkulkan tangan korban ke pundak penolong. Sanggahlah korban dengan bahu penolong, pegang tangannya. Selanjutnya, pindahkan korban perlahan-perlahan dan melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu

3. Bagaimana cara melakukan imobilisasi pada pasien yang dicurigai terkena patah tulangTujuan Melakukan Imobilisasi :[5] Mengurangi nyeri Mencegah gerakan fragmen tulang sendi yang cedera dan jaringan lunak yang cedera (ujung fragmen tulang yang tajam dapat mencederai saraf, pembuluh darah, dan otot) Mencegah fraktur tertutup menjadi terbuka Memudahkan transportasi Mencegah gangguan sirkulasi pada bagian distal yang cedera Mencegah pendarahan akibat rusaknya pembuluh darah akibat fragmen tulang Mencegah kelumpuhan pada cedera tulang belakangPrinsip pemasangan bidai :[5] Lepas pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera, periksa adanya luka terbuka atau tanda-tanda patah atau dislokasi Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah imobilisasi Tutup luka terbuka dengan kassa steril Pada kecurigaan trauma tulang belakang, letakkan pada posisi satu garis Imobilisasi pada bagian proksimal dan distal daerah trauma (dicurigai parah atau dislokasi) Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan imobilisasai, kecuali ada di tempat berbahaya Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku Lakukan tarikan secara perlahan sampai lurus sumbu tulang sehingga pemasangan bidai yang benar. Tarikan atau traksi segera dilepas bila saat diperiksa tampak cyanotik dan nadi lemah

4. Jelaskan prinsip dari menghentikan perdarahanPrinsip Menghentikan Perdarahan[6] Tekanan langsung ditempat perdarahan menggunakan perban elastic, kasa, atau kain bersih lainnya. Elevasi bersamaan dengan penekanan Tekanan pada tempat-tempat tertentu (memberikan point Pressure). Tujuannya menghentikan aliran darah yang menuju ke pembuluh nadi yang cedera. Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan: Imobilisasi dengan atau tanpa pembidaan Kompres dingin Metode torniket Tetap melakukan tekanan pada sumber perdarahan Dilakukan elefasi dan ditekan untuk menghentikan pendarahan Tentukan letak pemasangan torniket (tidak boleh lebih dari 5 cm di atas luka). Jika cedera terjadi di sendi maka pasang torniketnya di atas sendi Pasang torniket melingkari alat gerak. Buat sebuah ikatan di atasnya Masukkan tongkat kecil, pena atau sejenisnya antara simpul dan bahan torniket Kemudian diputar untuk mengencangkan torniketnya. Sebenarnya pemasangan torniket ini dapat menimbulkan kerusakan otot dan saraf, sehingga hanya digunakan jika dengan cara lain darah masih belum juga berhenti.Jika luka terdapat di kaki atau tangan naikkan kaki atau kaki sehingga posisi lebih tinggi dari kepala. Apabila luka disekitar telapak tangan dan jari-jari tangan tekan nadi pergelangan tangan. Apabila luka terdapat di lengan, tekan tangan anda pada nadi di ketiak dan tekan dengan bagian belakang telapak tangan Anda nadi yang terdapat di pangkal paha bagian depan agak ke bawah. Apabila luka terdapat di wajah, tekankan jari Anda pada nadi di bawah rahang bawah. Apabila luka terdapat pada kulit bagian atas kepala, tekan nadi, di samping kepala tepat di depan telinga. Apabila luka terdapat di leher atau kepala bagian belakang, tekan nadi di leher di bawah telinga.[7]

5. Sebutkan alat proteksi diri yang dibutuhkan tenaga kesehatan saat menolong korban

[8] Gloves : tujuannya untuk perawatan pasien, mencegah Infeksi melalui sentuhan, proteksi tangan Grown/apron : tujuannya sebagai proteksi tubuh Masker dan kacamata pelindung : tujuannya sebagai tambahan proteksi wajah, hidung, mulut, dan mata

6. Jelaskan perbedaan pertolongan pertama pada korban saat kehidupan sehari-hari dan pada saat terjadinya bencanaPertolongan pertama adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan lebih lanjut dari dokter.Perbedaan dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat bencana :Kehidupan sehari-hariSaat bencana

Kondisi lebih kondusif Peralatan lebih lengkap Tenaga medis lebih banyak

Kondisi mengharuskan untuk bertindak lebih cepat Peralatan terbatas Tenaga medis terbatas

7. Jelaskan mengenai triase pada bencanaTriase adalah proses pemilahan pasien berdasarkan tingkat keparahan cedera untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Triase biasa dilakukan di ruang gawat darurat, daerah bencana, atau medan perang, di mana petugas kesehatan dalam jumlah yang terbatas dibandingkan dengan jumlah pasien yang sangat banyak.[8,9] Sistem triase yang paling umum dilaksanakan adalah START (simple triage and rapid treatment). START biasanya menggunakan parameter fisiologi sehingga tenaga kesehatan mampu mengidentifikasi kebutuhan medis pasien secara cepat. Kategori triase dibagi berdasarkan tiga observasi, yaitu: respirasi, perfusi, dan mental status.[8,9]Hal yang dilakukan dalam START sistem :[9] Membawa pasien ke tempat yang aman. Pasien dianamnesis oleh tenaga kesehatan. Pasien dibedakan menurut tingkat keparahannya dengan menggunakan kode warna: Red immediate (prioritas 1)Prioritas tinggi perawatan atau pemindahan, artinya terancam jiwa atau anggota badannya (akan menjadi cacat), jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Dengan respirasi lebih dari 30 kali/menit dan tidak ada denyut nadi ketika dilakukan palpasi. Yellow delayed (prioritas 2)Prioritas sedang, artinya kurang mengancan jiwa atau anggota badannya (akan menjadi cacat), namun dapat ditunda pertolongan Misalnya luka bakar hebat dan pendarahan sedang. Pasien tidak berada dalam kategori red immediate ataupun black deceased. Green minor (prioritas 3)Pasien rawat jalan, artinya meskipun kondisinya dalam keadaan gawat tetapi ia tidak memerlukan tindakan segera. Misalnya Minor bleeding dan cedera jaringan lunak minor. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan untuk mencari pertolongan. Black deceased (prioritas 4)Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. Tanda-tandanya : Tidak ada respirasi dan denyut nadi >20 menit mulai kejadian (kecuali korban tenggelam atau korban hipotermi ektrim). Tidak ada respirasi dan denyut nadi, serta trauma yang menyebabkan RKP tidak bisa dilakukan atau tidak efektif. Dekapitasi (leher putus)Cara mengklasifikasikan korban berdasarkan pemeriksaan primer : Respirasi, Perfusi, dan Mental Status[9,10] Respirasi Semua pasien diperiksa rata-rata ventilasi dan adekuatnya Jika pasien tidak bernapas, periksa apakah ada benda asing yang menyebabkan obstruksi dan ambil benda asing tersebut. Reposisi kepala pasien Jika prosedur di atas tidak membantu inisiasi napas (napas tetap -), tandai (TAG) warna hitam. Jika pernapasan >30 / menit. Tandai (TAG) warna merah. Jika pernapasan < 30/menit, jangan tandai teruskan pemeriksaan perfusi (sirkulasi darah) Perfusi Cara pemeriksaan perfusi adalah pengisian kapiler. Jika >2 detik Tandai (TAG) warna merah Jika < 2 detik jangan ditandai dilanjutkan pemeriksaan mental status Jika pemeriksaan pengisian kapiler tidak ditemukan, palpas arteri radialis jika (-) biasanya tekanan sistolik < 80 mm Hg. Teknik kontrol pendarahan akan banyak digunakan misalnya dengan penekaan langsung dan peninggian ekstrimitas bawah. Penggunaan Walking Wounded (orang dengan trauma ringan) untuk membantu mengontrol pendarahaan bagi diri pasien sendiri atau untuk pasien lain. Mental status Untuk menilai, penolong meminta korban untuk mengikuti perintah sederhana seperti membuka/menutup mata. Jika pasien tidak dapat mengikuti perintah ini, tandai (TAG) warna merah Jika pasien dapat mengikuti perintah ini, tandai (TAG) warna kuning.[10]

Referensi : 1. Dr. IGN Truly Mahendra. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) [serial online] 2010. Available from URL: http://rsjmenur.jatimprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=181:bantuan-hidup-dasar-basic-life-support-&catid=56:artikel&Itemid=27. Accessed February 13, 2015.2. Robert A. Berg. American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Adult Basic Life Support [serial online] 2010. Available from URL: https://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S685.full. Accessed February 13, 2015.3. Prinsip Dasar Pemindahan Korban. [serial online] 2012. Available from URL: http://pertolonganpertama.info/prinsip-dasar-pemindahan-korban/. Accessed February 14, 2015.4. Rob Schnepp. Hazardous Materials Awareness and Operations Second Edition. Chapter 13. Mission-Specific Competencies: Vicyim Rescue and Recovery. [serial online]. Available from URL: https://books.google.co.id/books?id=F_ZGBQAAQBAJ&pg=PA289&dq=emergency+Drags&hl=id&sa=X&ei=5IHfVLDAM4OSuQS-loDgCQ&ved=0CC0Q6AEwAg#v=onepage&q=emergency%20Drags&f=false. Accessed February 14, 2015.5. Prosedur Tindakan Balut Bidai. [serial online] 2012. Available from URL: http://elearning.akperharum.ac.id/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Accessed February 14, 2015.6. Perdarahan Standar Kompetensi: Menjelaskan Pada Siswa Konsep Perdarahan. [serial online] 2014. Available from URL: http://www.academia.edu/3819369/BABIII_Perdarahan_standar_kompetensi_menjelaskan_pada_siswa_konsep_perdarahan. Accessed February 15, 2015.7. H.M. Iwan Gayon. Buku Pintar Seri Senior. Page 353. [serial online]. Available from URL: https://books.google.co.id/books?id=DoBWstCmOqEC&pg=PA353&dq=langkah-langkah+dasar+pertolongan+pertama+pada+kecelakaan%27&hl=id&sa=X&ei=OxngVPzoNcaPuATP7YDICw&ved=0CCEQ6AEwAQ#v=onepage&q=langkah-langkah%20dasar%20pertolongan%20pertama%20pada%20kecelakaan'&f=false. Accessed February 15, 2015.8. Koenig, Kristi L & Schultz, Carl H. 2010, Disaster Medicine: Comprehensive Principles and Practices, New York: Cambridge University Press.9. PMPA Vagus. Triase Lapangan dengan Sistem Start. [serial online]. Available from URL: http://vagus.fk.uns.ac.id/triase-lapangan-dengan-sistem-start/. Accessed February 15, 2015.10. Syaiful Saanin, SpBS. Manajeme-Penanganan Korban Bencana. Tindakan Pada Pasien Gawat Darurat. [serial online]. Available from URL: http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/First.html. Accessed February 15, 2015.