putusan nomor 136/php.bup-xiv/2016 demi …. termohon tidak memberikan formulir model c6kwk kepada...
TRANSCRIPT
PUTUSAN
NOMOR 136/PHP.BUP-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,
[1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan
dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko, Provinsi Bengkulu Tahun 2015, diajukan oleh:
1.a. Nama : Sapuan, S.E., M.M., Ak., CA Alamat : Jalan Mandala Utara Nomor 17 RT/RW 008/007 Tomang, Grogol,
Petamburan, Provinsi DKI Jakarta.
b. Nama : Dedy Kurniawan, S.Sos. Alamat : Jalan Lintas Bengkulu-Padang, Desa Mekar Mulya, Kecamatan
Penarik, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 Nomor Urut 1 (satu);
Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------------- PEMOHON I;
2.a. Nama : Wismen A. Razak Alamat : Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Bandar Ratu, Kecamatan Kota
Mukomuko, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.
b. Nama : H. Bambang Afriadi Alamat : Jalan Telkom Desa Medan Jaya, Kecamatan Ipuh, Kabupaten
Mukomuko, Provinsi Bengkulu.
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 Nomor Urut 3 (tiga);
Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------------ PEMOHON II;
Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 01.SKU-PHPB.I.2016,
bertanggal 11 Januari 2016, memberi kuasa kepada i) Dwi Putri Cahyawati, S.H.,
M.H., ii) Dr. Sodikin, S.H., M.H., M.Si., iii) Septa Candra, S.H., M.H., iv) Sutejo Sapto
Jalu, S.H., v) M.R. Pahlevi El-Hakim, S.H., M.H., yaitu advokat dan konsultan hukum
yang berkedudukan hukum di Komplek Pesanggrahan Permai, Blok C Nomor 38,
SALINAN
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
2 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Provinsi DKI Jakarta, baik bersama-sama
maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------------ PARA PEMOHON;
terhadap:
I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mukomuko, berkedudukan di Jalan
Soekarno-Hatta Nomor 175, Kelurahan Bandar Ratu, Kecamatan Kota Mukomuko,
Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu;
Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 5 Januari 2015
memberi kuasa dengan hak substitusi kepada i) Rodiansyah Trista Putra, S.H.,
M.H., ii) Irvan Yudha Oktara, S.H., dan iii) Nazlian R, S.H., yaitu advokat/konsultan
hukum yang tergabung dalam Tim Kuasa Hukum KPU Kabupaten Mukomuko,
yang berdomisili hukum di kantor Rodiansyah Trista Putra, S.H., M.H. & Partner,
yang beralamat di Jalan P. Natadirja Km. 6,5 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan
Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu; baik bersama-sama maupun
sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------------------------- TERMOHON;
II. 1. Nama : Choirul Huda, S.H. Alamat : Jalan Danau Nibung, Desa Kota Praja, Kecamatan Air Manjunto,
Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.
2. Nama : Haidir, S.I.P. Alamat : Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Rumbai, Kebupaten
Mukomuko, Provinsi Bengkulu.
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 Nomor Urut 2 (dua);
Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 30 Desember 2015,
memberi kuasa kepada i) Usin Abdisyah Putra Sembiring, S.H., ii) Panca
Darmawan, S.H., dan iii) Adillah Tri Putra, S.H., yaitu advokat/konsultan hukum
yang tergabung dalam Tim Advokasi Pasangan Calon Nomor Urut 2, yang
beralamat di Jalan P. Natadirja Nomor 43 Km. 6,5 Kelurahan Jalan Gedang,
Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
3
Selanjutnya disebut sebagai ----------------------------------------------- PIHAK TERKAIT;
[1.2] Membaca permohonan Pemohon;
Mendengar keterangan Pemohon;
Mendengar dan membaca Jawaban Termohon;
Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait;
Memeriksa bukti-bukti para pihak;
2. DUDUK PERKARA
[2.1] Menimbang bahwa Pemohon, telah mengajukan permohonan dengan surat
permohonannya bertanggal 19 Desember 2015 yang diterima di Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal
20 Desember 2015 berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor
40/PAN.MK/2015 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi tanggal 4
Januari 2015 dengan Akta Registrasi Perkara Konstitusi Nomor 136/PAN.MK/2016,
yang permohonan tersebut telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah
pada tanggal 3 Januari 2016, mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
I. Kewenangan Mahkamah Konstitusi 1. Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-
Undang, perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan
diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan
peradilan khusus;
2. Bahwa Permohonan Pemohon adalah perkara perselisihan penetapan perolehan
suara hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko ;
3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, menurut Pemohon Mahkamah
Konstitusi berwenang memeriksa dan mengadili perkara perselisihan penetapan
perolehan suara hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015.
II. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
4 1. Bahwa berdasarkan Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor I Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam
Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
2. Bahwa berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten Nomor 49/Kpts/KPU-MM-
VIII/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati Dan Wakil Bupati Yang
Memenuhi Persyaratan Menjadi Peserta Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko 2015 (Bukti P-3); dan Berita acara nomor : 29/KPU-MM-
08/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati Dan Wakil Bupati Yang
Memenuhi Persyaratan Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015. (Bukti P-4)
3. Bahwa berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko Nomor 51
/kpts/KPU-MM-VIII/2015 Tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon
Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko 2015 menetapkan: (Bukti P-8)
Nomor Urut Nama Pasangan Calon Untuk Jabatan 1 Sapuan, SE, MM, AK, CA Bupati
Dedy Kurniawan, S.Sos Wakil Bupati 2 Choirul Huda, SH Bupati
Haidir, S.IP Wakil Bupati 3 Wismen A. Razak Bupati
H. Bambang Afriadi, SP Wakil Bupati
4. Bahwa berdasarkan Pasal 158 ayat (2) UU 8/2015 Juncto Pasal 6 ayat (1) PMK
1/2015, Pemohon mengajukan permohonan pembatalan Penetapan Perolehan
Suara Hasil Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko, dengan
ketentuan sebagai berikut.
No. Jumlah Penduduk Perbedaan Perolehan Suara berdasarkan
Penetapan Perolehan Suara hasil Pemilihan oleh KPU/KIP Kabupaten/Kota
1. ≤ 250.000 2% 2. > 250.000 – 500.000 1.5% 3. > 500.000 – 1.000.000 1% 4. > 1.000.000 0.5%
5. Bahwa Para Pemohon sebagai pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati di
Kabupaten Mukomuko dengan jumlah penduduk kurang dari 250.000 jiwa.
Perbedaan perolehan suara antara para Pemohon dengan pasangan calon
peraih suara terbanyak berdasarkan penetapan hasil penghitungan suara oleh
Termohon paling banyak sebesar 15% dan 21%.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
5 6. Bahwa Pemohon Pertama memperoleh sebanyak 26.043 suara, Pemohon
Kedua sebanyak 20.786 suara sedangkan pasangan calon peraih suara
terbanyak 39.243 suara sehingga perolehan suara antara Para Pemohon dengan
pasangan calon peraih suara terbanyak terdapat selisih dengan Pemohon
Pertama sebanyak 13.200 (15%), sedangkan dengan Pemohon Kedua sebanyak
18.457 (21%).
7. Bahwa meskipun dari hasil penetapan penghitungan suara oleh Termohon
selisih suara tidak memenuhi persyaratan ketentuan dalam perselisihan hasil
suara namun proses yang dilalui dalam pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati
di Kabupaten Mukomuko dilakukan dengan adanya pelanggaran yang
terstruktur, sistimatis, dan masif yang dengan jelas mempengaruhi hasil dari
pemilihan tersebut.
8. Bahwa pelanggaran ini terjadi dengan pola sebagai berikut:
a. Termohon dengan sengaja menggunakan formulir untuk penghitungan suara
dengan Formulir Model C-KWK Model C1-KWK dan Lampiran Model C1-KWK
dengan format model tahun 2010 sebagaimana diatur PKPU nomor 15 tahun
2010, yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dimana dalam form tersebut tidak dapat melakukan validasi kebenaran jumlah
pemilih, pengguna hak pilih yang berimbas pada validitas hasil penghitungan
suara.
b. Termohon tidak memberikan formulir model C6-KWK kepada pemilih
sehingga banyak pemilih kehilangan hak pilih.
c. Termohon tidak mecatatkan keberadaan formulir model C6-KWK dan formulir
model C7-KWK sehingga tidak dapat dilakukan validasi hasil pemungutan
suara dengan jumlah pemilih yang benar
d. Persoalan penggunaan DPT yang tidak valid dilakukan secara sengaja oleh
Termohon untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan pasangan calon
lain.
e. Termohon menghilangkan hak pilih anggota tim kampanye/tim pemenangan
Pemohon Kedua dengan cara tidak memasukkannya dalam DPT.
f. Adanya keterlambatan pelaporan dana kampanye yang semestinya berimbas
pada ketidak sah nya pasangan calon namun permasalahan ini tidak disikapi
oleh Termohon.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
6 9. Bahwa Para Pemohon berusaha memenuhi ketentuan pasal 158 ayat (2) UU
8/2015 juncto pasal 6 ayat (2) PMK 1/2015 namun pelanggaran yang dilakukan
Termohon dan peraih suara terbanyak dilakukan secara terstruktur, sistimatis
dan massif yang menyebabkan Para Pemohon tidak dapat memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 158 ayat (2) UU 8/2015 juncto pasal 6 ayat
(2) PMK 1/2015. Pelanggaran yang dilakukan Termohon sangat mendasar yang
membuat validitas hasil perolehan suara tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sehingga, meskipun tidak memenuhi syarat pasal 158 ayat (2) UU 8/2015
juncto pasal 6 ayat (2) PMK 1/2015 tersebut, namun demi menjaga hak suara
para pemilih, Para Pemohon memandang Mahkamah Konstitusi perlu untuk
tetap mempertimbangkan Permohonan ini.
10. Bahwa merujuk pada pertimbangan hukum dalam perkara nomor 41/PHPU/.D-
VI/2008, Hakim menyatakan bahwa : “... dengan demikian, tidak satupun
pasangan calon pemilihan umum yang boleh di untungkan dalam perolehan
suara akibat terjadinya pelanggaran konstitusi dan prinsip keadilan dalam
penyelenggaraan pemilihan umum --, sehingga mahkamah dipandang perlu
menciptakan terobosan baru guna memajukan demokrasi dan melepaskan diri
dari kebiasaan praktik pelanggaran terstruktur, sistimatis, dan masif”.
11. Bahwa adapun pertimbangan hukum lainnya dalam perkara nomor 57/PHPU.D-
VI/2008, pertimbangan hakim menyatakan bahwa ”... berdasarkan konstitusi dan
undang-undang MK yang menempatkan mahkamah sebagai pengawal
konstitusi, mahkamah berwenang memutus perkara pelanggaran atas prinsip-
prinsip pemilu dan pemilukada yang diatur dalam UUD 1945 dan UU Nomor 32
Tahun 2004”.
12. Bahwa Mahkamah Konstitusi merupakan peradilan yang mana tempat mengadili
hasil pemilihan umum bukan merupakan peradilan terhadap angka hasil
penghitungan suara yang dimana di dalam proses pelaksanaan pemilihan
tersebut banyak terjadi kecurangan yang berdampak pada hasil angkanya.
13. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, menurut Pemohon, Pemohon
memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan Permohonan
Pembatalan Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko Nomor 59/Kpts-MM-XII/2015
tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dan Hasil
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko tahun 2015 dalam
Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
7
- 5 -
III. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan 1. Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 8 Tahun 2015 Juncto Pasal 5 ayat (1)
PMK 1/2015, yang pada pokoknya menyatakan permohonan hanya dapat
diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan oleh KPU/KIP
Provinsi/Kabupaten/Kota;
2. Bahwa Keputusan KPU Kab. Mukomuko Nomor 59/Kpts-MM-XII/2015 tentang
Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dan Hasil
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko tahun 2015, tanggal
17 Desember 2015 dalam Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015 bertanggal 17 Desember 2015 yang diumumkan pada
tanggal 17 Desember 2015 pukul 04.00 WIB;
3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, menurut Pemohon, permohonan
Pemohon diajukan ke Mahkamah Konstitusi masih dalam tenggang waktu
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
IV. Pokok Permohonan 1. Bahwa berdasarkan penetapan hasil penghitungan suara oleh Termohon,
perolehan suara masing-masing pasangan calon, sebagai berikut:
No Nama Pasangan Calon Perolehan Suara Sapuan SE, MM., AK., CA & Dedy Kurniawan, S.Sos 26.043
Chairul Huda dan Haidir, S.IP 39.243
Wismen A. Razak dan H. Bambang Ariadi 20.786
Jumlah Suara 86.072 2. Bahwa hasil perhitungan oleh Termohon tersebut tidak dapat dipastikan
validitasnya, Termohon menggunakan formulir untuk mencatat penghitungan
suara dengan dokumen yang tidak sah yakni menggunakan dokumen pemilihan
berupa formulir model C-KWK, formulir model C1-KWK dan lampiran model C1-
KWK dengan format formulir tahun PKPU Nomor 15 Tahun 2010 bukan format
formulir PKPU Nomor 10 Tahun 2015 sehingga tidak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penggunaan formulir yang tidak sesuai dengan ketentuan ini yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengaburkan data pemilih yang berpengaruh kepada
perolehan suara.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
8 3. Bahwa selain itu, Termohon juga telah melakukan pelanggaran-pelanggaran lain
bersifat sistematis, terstruktur dan massif yang mempengaruhi perolehan suara,
berupa tidak membagikan Surat Undangan Memilih Form C6 kepada ribuan
pemilih sehingga para pemilih kehilangan hak pilihnya, menyusun DPT yang
tidak valid sehingga para pemilih tidak dapat menggunakan hak pilih termasuk
para relawan dari Para Pemohon, Termohon Tidak mencatatkan keberadaan
formulir model C6-KWK dan formulir model C7-KWK sehingga tidak dapat
dilakukan validasi hasil pemungutan suara dengan jumlah pemilih yang benar.
4. Pelanggaran juga terjadi berupa dibiarkannya pelanggaran atas keterlambatan
pelaporan dana kampanye yang dapat mengakibatkan di-diskualifikasinya
peserta pemilihan. Termohon Menggunakan Dokumen Penghitungan Suara Model Tahun 2010 yang Menyebabkan Jumlah Pemilih Dan Hasil Perolehan Suara Tidak Valid
5. Bahwa Termohon dengan sengaja menggunakan formulir model C-KWK, formulir
model C1-KWK dan lampiran model C1-KWK berdasarkan PKPU nomor 15
tahun 2010 dan bukan menggunakan dokumen pemilihan sebagaimana diatur
dalam Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015.
6. Bahwa akibat menggunakan dokumen pemilihan yang salah, Para Pemohon
tidak dapat memastikan validitas jumlah pemilih yang menerima undangan,
jumlah pemilih yang hadir, hasil penghitungan suara dan jumlah surat suara pada
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 ini.
7. Bahwa kesalahan yang disengaja oleh Termohon terkait dengan kesalahan
penggunaan dokumen pemilihan yang tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Berita Acara Pemungutan Dan Penghitungan Suara Di Tempat
Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Tahun 2015
(Bukti P-5), lembaran formulir Model C-KWK dan formulir Model C1-KWK yang
digunakan KPUD Mukomuko dalam pencatatan dan penghitungan hasil
pemungutan suara tidak berdasarkan PKPU No. 10 tahun 2015 pasal 87 yang
menyatakan “Pada Saat Peraturan Ini Berlaku, Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 72 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Pemungutan Dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah Di Tempat Pemungutan Suara Sebagaimana Telah
Diubah Dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2010, Di
Cabut Dan Dinyatakan Tidak Berlaku”.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
9
b. Pada Lembaran formulir model C1-KWK dan Lampiran Model C1-KWK yang
digunakan oleh Termohon tidak terdapat tulisan “logo Hologram” dibawah logo
KPU disudut kiri atas sehingga patut diduga dokumen palsu.
c. Pada lembaran formulir Model C-KWK yang digunakan oleh Termohon
terdapat petunjuk agar formulir Model C6 dan formulir Model C7 tidak
disertakan dalam lampiran berita acara hasil pemungutan dan perhitungan
suara sehingga saksi pasangan calon tidak dapat mencocokkan jumlah pemilih
yang hadir dengan penggunaan surat suara.
d. Pada Lembaran formulir model C-KWK yang digunakan oleh Termohon
terdapat istilah formulir Model C8-KWK dan C9-KWK padahal dalam PKPU
No.10 tahun 2015 tidak ditemukan istilah formulir Model C8-KWK dan formulir
Model C9-KWK sehingga membingungkan semua pihak dalam menjalankan
tugasnya di KPPS.
e. Pada Lembaran formulir model C1-KWK yang digunakan oleh Termohon tidak
terdapat tabel/kolom tanda tangan saksi pasangan calon sehingga pengisian
dokumen formulir model C1-KWK hanya di isi oleh petugas KPPS tanpa di
ketahui saksi pasangan calon sehingga tidak dapat melakukan validasi hasil
pemilihan.
8. Bahwa para Pemohon baru mengetahui perbuatan Termohon tersebut pada saat
melakukan rekapitulasi penghitungan suara di sekretariat tim kampanye/tim
pemenangan. Setelah mengetahui pelanggaran tersebut tim kampanye/tim
pemenangan para Pemohon segera menyampaikan laporan ke Panwaslu dan
mempersoalkan kembali pada proses rekapitulasi berjenjang.
9. Adapun kronologi peristiwa pelanggaran ini adalah sebagai berikut:
a. Pada hari pemungutan suara Tanggal 09 Desember 2015 saksi-saki TPS
menyampaikan laporan hasil pemungutan dan penghitungan suara pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati berupa formulir Model C-KWK, formulir Model C1-
KWK dan lampiran Model C1-KWK ke masing-masing sekretariat Pemohon
Kesatu dan Pemohon Kedua
b. Pada hari kamis tanggal 10 Desember 2015 saat dilakukan rekapitulasi di
sekretariat Pemenangan Pemohon Kesatu dan Pemohon Kedua ditemukan
bahwa formulir Model C-KWK, Model C1-KWK dan Lampiran Model C1-KWK
yang digunakan oleh Termohon untuk pencatatan hasil pemungutan suara
tanggal 09 Desember 2015 tidak sesuai dengan formulir yang terlampir pada
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
10
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni tidak sesuai dengan PKPU
Nomor 10 Tahun 2015 Pasal 87.
c. Setelah mengetahui ketidak cocokan jenis formulir yang digunakan oleh
Termohon, kemudian tim pemenangan Pemohon Kedua menginstruksikan
kepada masing-masing saksi Pemohon Kedua di PPK untuk menyampaikan
keberatan pada saat pleno di PPK dan sekaligus menyampaikan surat
pengaduan dugaan pelanggaran PILKADA melalui surat nomor: 20/C/W-
B/XII/2015 tertanggal 11 Desember 2015 kepada Panwaslu Kecamatan dan
PPK yang ditembuskan kepada Panwaslu kabupaten Mukomuko dan
Termohon. (Bukti P-13)
d. Namun pada saat saksi pasangan calon datang ke PPK (jum’at, 11 Desember
2015), ternyata pleno di tingkat PPK sudah berjalan yang sifatnya penerusan
dari pleno sebelummnya dan juga telah ditemukan pleno PPK sudah selesai
saat saksi datang.
e. Ternyata PPK sudah melaksanakan pleno sejak tanggal 11 Desember 2015
jam 01.30 WIB atas perintah lisan dari komisioner KPUD Kabupaten
Mukomuko tanpa pemberitahuan/mengundang kepada saksi Pemohon
Pertama dan saksi Pemohon Kedua sedangkan saksi pasangan calon nomor
urut 2 Choirul Huda-Haidir hadir saat pleno dimulai.
f. Dikarenakan dugaan pelanggaran Pemilukada yang disampaikan kepada
panwaslu Kecamatan dan PPK tidak ditindaklanjuti, maka pada tanggal 13
Desember 2015 tim pemenangan Pemohon Kedua menyampaikan kembali
surat pengaduan dugaan pelanggaran Pemilukada Nomor: 21/C/W-B/XII/2015
tanggal 13 Desember 2015 kepada Panwaslu Kabupaten Mukomuko yang juga
ditembuskan kepada Termohon, Bawaslu Provinsi Bengkulu, KPU Provinsi
Bengkulu, KPU RI, Bawaslu RI dan DKPP RI. (Bukti P-14)
g. Terhadap pengaduan pelanggaran Pilkada sebagaimana tersebut diatas,
Panwaslu Kabupaten Mukomuko telah mengeluarkan berita acara yang
menyimpulkan bahwa telah terjadi dugaan pelanggaran berat terhadap Kode
Etik yang dilakukan oleh Komisioner KPU Kabupaten Mukomuko (Terlapor)
yakni melalui Surat Nomor: 116/BAWASLU-PROV.BE-07/XII/2015 tanggal 18
Desember 2015 prihal penyampaian berita acara rapat pleno panitia pengawas
pemilihan Kabupaten Mukomuko (Bukti P-15).
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
11
h. Sementara itu Termohon telah memulai rapat pleno Rekapitulasi penghitungan
suara pada tanggal 16 Desember 2015 pukul 10.00 WIB.
i. Pada saat rapat pleno Rekapitulasi oleh Termohon, saksi Pemohon Kedua
telah mempertanyakan prihal penggunaan dokumen/berkas Model C-KWK,
Model C1-KWK dan Lampiran C1-KWK yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan meminta Termohon untuk melakukan
penundaan rapat pleno sambil menunggu penyelesaian laporan pelanggaran
oleh Panwaslu Kabupaten Mukomuko.
j. Atas keberatan yang disampaikan tersebut di atas, maka Termohon
menyatakan bahwa dasar hukum yang digunakan oleh Termohon dalam
pencetakan formulir model C-KWK, model C1-KWK dan Model Lampiran C1-
KWK adalah PKPU No. 15 Tahun 2010 dan bukan berdasarkan PKPU No. 10
Tahun 2015. Termohon menegaskan PKPU nomor 15 tahun 2010 adalah sah
dan masih berlaku untuk Pilkada tahun 2015 dan siap bertanggung jawab atas
kesalahan dalam penggunaan dasar hukum PKPU No. 15 Tahun 2010 (Bukti
P-16) Petugas KPPS Tidak Melakukan Validasi Data Jumlah Pemilih
10. Bahwa yang terjadi dalam proses pemungutan suara di seluruh TPS adalah
petugas KPPS mencatat rincian perolehan suara pasangan calon terlebih dahulu
pada lampiran form model C1-KWK, lalu meminta tandatangan para saksi. Untuk
pengisian sertifikat hasil (C1-KWK) hanya dilakukan oleh KPPS untuk
menyesuaikan antara penggunaan jumlah surat suara dengan jumlah pemilih
tanpa diketahui oleh saksi pasangan calon.
11. Cara pencatatan jumlah pemilih dan jumlah surat suara seperti ini sengaja
dilakukan Termohon agar Para Pemohon tidak dapat menguji kebenaran data
pemilihan. Apalagi dengan menggunakan formulir C-KWK model tahun 2010,
tidak ada kolom tanda tangan saksi pada halaman depan form model C-KWK
sehingga data yang dicatat dalam form Model C-KWK tersebut tidak diketahui
kebenarannya.
12. Bahwa kesalahan ini bukan sekedar kesalahan administratif belaka, namun lebih
berdampak kepada ketidakpastian hukum pelaksanaan tahapan pemungutan
dan penghitungan suara sehingga menjadi sorotan media lokal karena ketidak
beresan penyelenggara Pilkada. (Bukti P-17)
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
12 13. Bahwa akibat dari pelanggaran yang dilakukan Termohon tersebut maka Pemilih
Yang Menerima Undangan (form C6-KWK), Jumlah Pemilih Yang Hadir
Menggunakan Hak Pilih (form C7-KWK), Hasil Penghitungan Suara dan Jumlah
Surat Suara Tidak Valid dan Tidak Dapat Diketahui Kebenarannya. Termohon Tidak Mencatatkan Distribusi Penyampaian Form C6
14. Bahwa Para Pemohon mendapatkan banyak laporan bahwa para relawan Para
Pemohon tidak mendapatkan undangan memillih Form C6 dan tidak mengetahui
dimana TPS tempat memilih yang telah ditentukan.
15. Banyaknya pemilih yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya ini bukan karena
para pemilih tidak mau menggunakan haknya, namun karena memang tidak
mendapat undangan dan tidak mengetahui dalam DPT di TPS mana mereka
berada.
16. Para pemilih yang tidak mendapat undangan pemilih sebagian besar adalah
relawan Para Pemohon yang sejak awal sadar ingin menggunakan hak pilihnya,
namun tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena Termohon sengaja
mengaburkan data pemilih. (Bukti P-7) Daftar Pemilih Tetap (DPT) Tidak Valid
17. Bahwa setelah mengetahui bahwa Termohon dengan sengaja menggunakan
dokumen pemilihan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang menyebabkan hasil penghitungan suara tidak valid, maka Para
Pemohon mencoba memeriksa keterkaitannya dengan DPT yang telah
ditetapkan. (Bukti P-18)
18. Hasilnya, Para PEMOHON menemukan bahwa DPT bermasalah (Bukti P-6).
DPT yang bermasalah ini menunjang terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh
Termohon sehingga Termohon dapat melaksanakan rencana yang merugikan
Para Pemohon dan di sisi lain menguntungkan Pasangan Calon lain.
19. Bahwa Pada hari rabu tanggal 09 Desember 2015 setelah dilaksanakannya
pemungutan suara pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun
2015 terjadi kehebohan ditengah masyarakat karena banyaknya masyarakat
yang mengaku tidak mendapat Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara
(Formulir Model C6-KWK) untuk mencoblos di TPS. Dari identifikasi yang kami
lakukan terhadap DPT yang digunakan Termohon pada Pilkada 2015, ditemukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pemilih yang tercantum dalam DPT yang digunakan oleh Termohon untuk
hari pemungutan suara tidak bersumber dari data yang valid, yaitu tidak
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
13
bersumber dari data hasil Pencocokan dan Penelitian (COKLIT) yang
dilakukan oleh Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) yang telah
ditugaskan oleh Termohon sebelumnya, dalam rangka pemutakhiran data
pemilih. (Bukti P-19) (Bukti P-20)
b. DPT yang digunakan oleh Termohon untuk hari pemungutan suara berbeda
dengan DPT yang diberikan oleh Termohon kepada Pemohon Pertama dan
Pemohon Kedua (Bukti P-21).
c. Termohon tidak memberikan salinan DPT kepada para saksi Pemohon
Pertama dan Pemohon Kedua untuk hari pemungutan suara.
d. Dalam DPT yang digunakan oleh Termohon untuk hari pemungutan suara
telah ditemukan (vide Bukti P-6)
- Termohon Mengubah beberapa nama pemilih. Akibatnya petugas KPPS
kesulitan menemukan pemilih yang terdaftar dalam DPT, sehingga banyak
surat pemberitahuan pemungutan suara (C6-KWK) yang tidak bisa
disampaikan kepada pemilih.
- Termohon melakukan pengacakan pada nomor urut pemilih. Akibatnya
pemilih kebingungan mencari TPS tempat mereka akan memilih yang pada
akhirnya banyak tidak menggunakan hak pilih.
- Pemilih tanpa Nomor Kartu Keluarga (KK) dan Nomor Induk
Kependudukan (NIK); NIK yang dicatut dari pemilih di Kabupaten/Kota lain
(Pemalsuan NIK); NIK yang tidak pernah dikeluarkan di kecamatan
manapun (NIK abal-abal), sekurang-kurangnya berjumlah 16.606 (enam
belas ribu enam ratus enam) pemilih).
- Pemilih Ganda dalam satu TPS; Pemilih Ganda antar TPS dalam satu
Desa/Kelurahan; Pemilih Ganda antar TPS dalam kecamatan dan dalam
Kabupaten Mukomuko; dan Pemilih Ganda antar Kabupaten/Kota yang
melaksanakan Pilkada serentak; sekurang-kurangnya berjumlah 2.802
(dua ribu delapan ratus dua) pemilih. Relawan-Relawan Pemohon Kedua Tidak Terdaftar Dalam DPT dan Tidak Mendapatkan Undangan Memilih
20. Bahwa Pemohon Kedua telah mengukuhkan sebanyak 57.241 orang tim
kampanye/tim pemenangan (Bukti P-9) dan telah didaftarkan secara resmi
kepada Termohon. (Bukti P-10)
21. Bahwa sebagian besar anggota tim kampanye/tim pemenangan Pemohon Kedua
yang telah memberikan pernyataan kesediaan siap memilih dengan menyertakan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
14
fotocopy KTP dan atau kartu keluarga (Bukti P-12) yang dibuktikan dengan KTA
Tim Pemenangan Pemohon Kedua tidak diberikan surat pemberitahuan tempat
dan waktu pemungutan suara (formulir Model C6-KWK) oleh Termohon.
22. Bahwa sebagai akibat dari tidak dimasukkannya sebagian besar anggota tim
kampanye/tim pemenangan pemohon kedua dalam dpt oleh termohon sehingga
hak memilihnya hilang dan perolehan suara pemohon kedua menjadi hilang
sebanyak 21.285 (dua puluh satu ribu dua ratus delapan puluh lima) suara.
(Bukti P-11)
23. Bahwa sebagian besar anggota tim kampanye/tim pemenangan Pemohon Kedua
yang hak memilihnya hilang sebanyak 21.285 suara tersebar di 15 Kecamatan
sebagai berikut : Tabel
Distribusi Pemilih Suara Yang Tidak Memilih Di Setiap Kecamatan
No. Kecamatan Suara yang tidak memilih
1 Kota Mukomuko 1.757
2 V Koto 1.140
3 Lubuk Pinang 1.603
4 Air Manjunto 793
5 XIV Koto 1.589
6 Teras Terunjam 1.293
7 Selagan Raya 995
8 Teramang Jaya 984
9 Penarik 1.378
10 Air Dikit 890
11 Sungai Rumbai 634
12 Pondok Suguh 2.928
13 Malin Deman 1.299
14 Ipuh 2.357
15 Air Rami 1.645
Total 21.285
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
15 24. Bahwa dari tabel diatas, Pemohon Kedua kehilangan potensi suara sebesar
21.285 suara karena para relawannya tidak dapat menggunakan hak pilihnya,
padahal mereka adalah penduduk Kabupaten Mukomuko yang memenuhi syarat
sebagai Pemilih dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko Tahun
2015 Tidak Validnya Data Pemilih dan Perolehan Suara Membuat Hasil Pemilihan Tidak Valid dan Tidak Sah Karenanya Harus Dilakukan Pemungutan Suara Ulang
25. Bahwa pelanggaran yang terjadi bersifat terstruktur yakni disengaja oleh
Termohon agar Para Pemohon tidak bisa memeriksa kepastian validitas pemilih
yang diundang, hasil perolehan suara, jumlah pemilih yang hadir, penggunaan
surat suara dan kesesuaian DPT dengan pemilih yang menggunakan hak
pilihnya dengan cara menggunakan dokumen yang tidak sesuai ketentuan yang
berlaku dan dilakukan oleh seluruh jajaran Termohon secara berjenjang hingga
sampai kepada petugas di TPS, sistematis berupa tindakan terencana yang
dilakukan oleh Termohon, dan masif karena terjadi di seluruh TPS di Kabupaten
Mukomuko.
26. Berdasarkan hal tersebut maka cukup alasan bagi Majelis Hakim Mahkamah
Konstitusi untuk membatalkan Penetapan dan Berita Acara Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko Tahun 2015
dan melakukan pemungutan suara ulang di seluruh TPS di Kabupaten
Mukomuko. Keterlambatan Penyampaian Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Nomor Urut 2, Choirul Huda-Haidir.
27. Bahwa selain pelanggaran tersebut di atas, terdapat pelanggaran lain berupa
keterlambatan penyampaian Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana
Kampanye (LPPDK) pasangan calon bupati/wakil bupati nomor urut 2, Choirul
Huda-Haidir.
28. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka setiap pasangan calon harus
menyampaikan LPPDK selambat-lambatnya tanggal 6 Desember 2015 pukul
18.00 WIB. Namun telah ditemukan bahwa pasangan calon bupati/wakil bupati
nomor urut 2, Choirul Huda-Haidir menyampaikan Laporan tersebut pada tanggal
6 Desember 2015 sekitar pukul 22.00 WIB. (Bukti P-22)
29. Bahwa berdasarkan Pasal 54 Peraturan Komisi Pemilihan Umum No 8 tahun
2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur Dan Wakil
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
16
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan/Atau Walikota dan Wakil Walikota.
Menyatakan bahwa:
“Pasangan Calon yang terlambat menyampaikan LPPDK kepada KPU
Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota sampai batas waktu yang
ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), dikenai
sanksi berupa pembatalan sebagai Pasangan Calon.”
30. Bahwa berdasarkan Pasal 54 Peraturan Komisi Pemilihan Umum No 8 tahun
2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur Dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Dan/Atau Walikota dan Wakil Walikota
tersebut, maka wajib dilakukan pembatalan terhadap Pasangan Calon Bupati
dan Wakil Bupati Choirul Huda-Haidir. Hal ini juga dilakukan KPU Kota Bitung
dengan Keputusan pembatalan berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kota Bitung Nomor 51/KPTS/KPU-Kota Bitung-023.436291/PILWAKO/2015
tanggal 7 Desember 2015
V. Petitum
Berdasarkan seluruh uraian sebagaimana tersebut di atas, Pemohon memohon
kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko Nomor 59/Kpts-Mm-
XII/2015 tentang Penetapan Perolehan Suara Hasil Pemilihan Calon Gubernur
dan Wakil Gubernur/Calon Bupati dan Wakil Bupati/Calon Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2015, bertanggal 17 Desember 2015 pukul 04.00 WIB;
3. Mendiskualifikasi Choirul Huda, S.H. dan Haidir S.I.P. sebagai Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko.
4. Memerintahkan Termohon untuk melaksanakan Pemungutan Suara Ulang
di seluruh TPS di seluruh Kecamatan di Kabupaten Mukomuko dengan
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati:
- Sapuan, S.E., M.M., Ak., CA (Calon Bupati) dengan Dedy Kurniawan, S.Sos
(Calon Wakil Bupati);
- Wismen A. Razak (calon Bupati) dengan H. Bambang Afriadi (Calon Wakil
Bupati).
5. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan
Provinsi/Kabupaten/Kota untuk melaksanakan putusan ini.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
17
Atau 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko Nomor 59/Kpts-Mm-
XII/2015 tentang Penetapan Perolehan Suara Hasil Pemilihan Calon Gubernur
dan Wakil Gubernur/Calon Bupati dan Wakil Bupati/Calon Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2015, bertanggal 17 Desember 2015 pukul 04.00 WIB;
3. Memerintahkan Termohon untuk melaksanakan Pemungutan Suara Ulang di
seluruh TPS di setiap Kecamatan di Kabupaten Mukomuko.
4. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan
Provinsi/Kabupaten/Kota untuk melaksanakan putusan ini.
Atau Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono).
[2.2] Menimbang bahwa untuk membuktikan dalil permohonannya, Pemohon
telah mengajukan bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti P-1 sampai dengan bukti
P-22, sebagai berikut:
1. Bukti P-1 Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mukomuko
Nomor : 59/Kpts-Mm-XII/2015 tentang Penetapan Rekapitulasi
Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dan Hasil Pemilihan
Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015
2. Bukti P-2 Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitung Perolehan Suara
Di Tingkat Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Bupati Dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko tahun 2015
3. Bukti P-3 Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mukomuko
Nomor : 49/Kpts/KPU-MM-VIII/2015 Tentang Penetapan
pasangan calon Bupati Dan Wakil Bupati Yang Memenuhi
Persyaratan Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015
4. Bukti P-4 Berita acara nomor :29/KPU-MM-08/2015 tentang Penetapan
pasangan calon Bupati Dan Wakil Bupati Yang Memenuhi
Persyaratan Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015
5. Bukti P-5 Berita Acara Pemungutan Dan Penghitungan Suara Ditempat
Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
18
Kab. Mukomuko tahun 2015
6. Bukti P-6 Identifikasi Masalah Di DPT Pilkada Kabupaten Mukomuko
7. Bukti P-7 Softcopy Daftar Pemilih Tetap Kabupaten Mukomoko tahun
2015
8. Bukti P-8 Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko Nomor: 51/kpts/KPU-
MM-VIII/2015 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon
Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko 2015
9. Bukti P-9 SK Tim Kampanye/Tim Pemenangan
10. Bukti P-10 Tanda Terima dari KPU Kabupaten Mukouko
11. Bukti P-11 Rekapitulasi Data Anggota Tim Pemenangan Yang Tidak
Terdaftar di DPT
12. Bukti P-12 Surat Pernyataan Anggota Tim Pemenangan Tentang
Kesediaan Memilih Wismen-Bambang disertai dengan
Fotocopy KTP/KK
13. Bukti P-13 Laporan Dugaan Pelanggaran Pelaksanaan Pilkada kepada
Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) se-Kabupaten
Mukomuko (Surat No.: 20/C/W-B/XII/2015)
14. Bukti P-14 Laporan Dugaan Pelanggaran Pelaksanaan Pilkada kepada
Panitia Pengawas Kabupaten Mukomuko (Surat No.: 21/C/W-
B/XII/2015).
15. Bukti P-15 Surat Nomor: 116/BAWASLU-PROV-BE.07/XII/2015 Tentang
Penyampaian Berita Acara Rapat Pleno Panwaskab
Mukomuko.
16. Bukti P-16 Catatan Kejadian khusus dan/atau keberatan saksi dalam
pelaksanaan rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara
(form Model DB2-KWK).
17. Bukti P-17 Kliping Koran tentang Pilkada.
18. Bukti P-18 DPT Yang dibagikan oleh KPU kepada Pasangan Calon.
19. Bukti P-19 DPSHP Hasil COKLIT Petugas Pemutakhiran Data Pemilih
(PPDP).
20. Bukti P-20 Rekaman audio tentang DPT.
21. Bukti P-21 DPT yang digunakan Oleh KPU Kabupaten Mukomuko Pada
saat Hari pemungutan suara.
22. Bukti P-22 Rekaman audio tentang Keterlambatan LPPDK.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
19 [2.3] Menimbang bahwa Termohon telah menyampaikan jawaban tertulis
bertanggal 10 Januari 2016 serta memberikan keterangan lisan pada sidang tanggal
12 Januari 2016, yang pada pokoknya sebagai berikut:
I. Dalam Eksepsi a. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Bahwa menurut Termohon Mahkamah Konstitusi tidak berwenang memeriksa
dan mengadili perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan
Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 yang diajukan
oleh Pemohon dengan alasan:
(1) Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015, pada pokoknya menyatakan bahwa kewenangan Mahkamah Konstitusi
adalah “memeriksa dan mengadili perkara perselisihan penetapan perolehan
suara hasil pemilihan”, sampai dibentuknya badan peradilan khusus;
(2) Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015, menyatakan bahwa Peserta Pemilihan dapat mengajukan permohonan
pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota kepada Mahkamah Konstitusi;
(3) Bahwa sebagaimana ketentuan mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi
yang telah disebutkan pada poin (1) dan (2) di atas, maka secara tegas dan
terang bahwasanya permohonan dalam perkara a quo haruslah dalam pokok
permohonannya menguraikan tentang keberatan-keberatan para Pemohon
atas “penetapan hasil penghitungan perolehan suara”, serta menguraikan
adanya “perbedaan hasil penghitungan perolehan suara” menurut para
Pemohon dengan Penetapan yang telah dibuat ataupun dikeluarkan oleh
Termohon;
(4) Bahwa setelah mencermati serta meneliti secara keseluruhan pokok
permohonan dalam perkara a quo, para Pemohon tidak sedikitpun
menguraikan mengenai adanya perbedaan hasil penghitungan perolehan
suara.
(5) Bahwa para Pemohon dalam permohonannya pada pokoknya hanya
menguraikan beberapa keberatan-keberatan para Pemohon terhadap dugaan
pelanggaran dalam tahapan penyelenggaraan Pemilihan. Oleh karenanya,
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
20
keberatan-keberatan ini merupakan ranah “pelanggaran pemilihan”,
sebagaimana ketentuan Pasal 135 ayat (1) huruf a, b, dan c Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2015. Sehingga dalam hal penyelesaian terhadap
pelanggaran pemilihan tersebut, merupakan kewenangan DKPP jika
pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran kode etik penyelenggara
pemilihan. Jika terkait dengan pelanggaran administrasi pemilihan, maka
dapat diteruskan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota.
Bahkan jika terdapat sengketa pemilihan, maka kewenangan
penyelesaiannya berada pada Bawaslu, selain itu juga sengketa pemilihan
terdiri dari “sengketa antar peserta pemilihan” dan “sengketa antara Peserta
Pemilihan dan penyelenggara Pemilihan sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota”.
(6) Bahwa berdasarkan uraian Termohon sebagaimana poin (3), poin (4) dan
poin (5) di atas, maka sudah barang tentu terhadap permohonan para
Pemohon dalam perkara a quo, bukanlah kewenangan Mahkamah Konstitusi.
Oleh karenanya, sudah selayaiaknya dan sepatutnya atas Permohonan para
Pemohon tersebut untuk dinyatakan “permohonan tidak dapat diterima”.
b. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Bahwa menurut Termohon, para Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum
(legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan perolehan suara
hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dengan alasan sebagai berikut:
(1) Bahwa Pemohon mendasarkan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon
berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peratuan Mahkamah
Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015, sementara ketentuan tersebut mengatur
tentang kedudukan hukum (legal standing) Pasangan Calon Gubernur dan
Wakil Gubernur sebagai Pemohon, sementara Pemohon di bagian lain
menyakan sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko, sehingga dan oleh karenanya Pemohon telah salah
menggunakan dasar hukum dalam mengajukan permohonan sebagai
Pemohon;
(2) Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peratuan Mahkamah
Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015, menyatakan bahwa Pemohon adalah
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati. Sementara permohonan Pemohon
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
21
diajukan oleh gabungan Pasangan Calon Bupati, sehingga dan oleh
karenanya sejak awal permohonan para Pemohon senyatanya telah dapat
dinyatakan gugur menurut hukum;
(3) Bahwa berdasarkan Pasal 158 ayat (2) Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015
juncto Pasal 6 ayat (2) huruf a Peraturan Mahmakah Konstitusi Nomor 5
Tahun 2015, permohonan diajukan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Bahwa dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 jiwa maka
perbedaan perolehan suara paling banyak 2% antara Pemohon dengan
Pasangan Calon Peraih suara terbanyak;
- Bahwa dengan jumlah penduduk > 250.000-500.000 jiwa maka perbedaan
perolehan suara paling banyak 1,5% antara Pemohon dengan Pasangan
Calon Peraih suara terbanyak;
- Bahwa dengan jumlah penduduk > 500.000-1.000.000 jiwa maka
perbedaan perolehan suara paling banyak 1% antara Pemohon dengan
Pasangan Calon Peraih suara terbanyak;
- Bahwa dengan jumlah penduduk > 250.000 jiwa maka perbedaan
perolehan suara paling banyak 0,5% antara Pemohon Pasangan Calon
Peraih suara terbanyak;
(4) Bahwa berdasarkan DP4 yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri
jumlah penduduk kabupaten Mukomuko berjumlah 125.514 jiwa. [Vide Bukti
TB-001];
(5) Bahwa berdasarkan poin 1 dan 2 tersebut diatas maka, permohonan dapat
diajukan oleh para Pemohon dengan ketentuan selisih perolehan suara
antara para Pemohon dengan Pasangan Calon Peraih suara terbanyak
sebesar 2%;
(6) Bahwa berdasarkan Keputusan Termohon Nomor 59/Kpts- MM-XII/2015
Tentang penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan
Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko Tahun 2015 [Vide Bukti
TG-001], perolehan suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
Mukomuko sebagai berikut:
Nomor Urut Nama Pasangan Calon Jumlah Perolehan Suara
Angka Prosentase
1 Sapuan, SE., MM., Ak., CA.; Dan Dedy Kurniawan, S.Sos. 26.043 30,26 %
2 Choirul Huda, SH.; Dan Haidir, S.IP. 39.243 45,59 %
3 Wismen A. Razak; 20.786 24,15 %
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
22
Nomor Urut Nama Pasangan Calon Jumlah Perolehan Suara
Angka Prosentase Dan H. Bambang Afriandi
Jumlah Suara Sah Calon 86.072 100,00 %
(7) Bahwa berdasarkan poin 4 tersebut di atas, maka Pasangan Calon Peraih
Suara Terbanyak adalah Pasangan Calon Nomor Urut 2 Choirul Huda, SH.;
dan Haidir, S.IP., dengan perolehan suara sebanyak 39.243 suara atau 45,59
% dari perolehan suara sah pasangan calon;
(8) Bahwa sebagaimana ketentuan ambang batas ketentuan dapat diajukannya
permohonan a quo kepada Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah
disebutkan pada angka (3) di atas, maka perbedaan perolehan suara antara
para Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak tidak lebih
dari 785 suara;
(9) Bahwa dengan perolehan suara Pemohon Pertama sebanyak 26.043 suara,
sedangkan pasangan calon perolehan suara terbanyak sebesar 39.243
suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara keduanya sebanyak
13.200 suara;
(10) Bahwa dengan perolehan suara Pemohon Kedua sebanyak 20.786 suara,
sedangkan pasangan calon perolehan suara terbanyak sebesar 39.243
suara, sehingga perbedaan perolehan suara antara keduanya sebanyak
18.457 suara;
(11) Bahwa berdasarkan uraian pada poin (6), poin (7), dan poin (8) maka secara
nyata perbedaan perolehan suara antara Pemohon Pertama dengan
pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak, begitu juga perbedaan
perolehan suara antara Pemohon Kedua dengan pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak, atas perbedaan perolehan suara kesemuanya
telah melampaui ambang batas ketentuan perbedaan perolehan suara
sebagaimana telah diuraikan pada poin (6) di atas;
(12) Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Para Pemohon tidak dapat
memenuhi kedudukan hukum (legal standing) sebagai Para Pemohon
sebagaimana pula diakui oleh para Pemohon dalam permohonannya poin 5
dan poin 9 halaman 3 dan 4. Dengan demikian para Pemohon tidak dapat
mengajukan permohonan perkara perselisihan hasil pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko ke Mahkamah Konstitusi, sehingga dan
oleh karenanya permohonan Pemohon sudah selayaknya dinyatakan tidak
dapat diterima oleh Mahkamah.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
23
c. Permohonan Pemohon Tidak Jelas (Obscuur Libel) Bahwa setelah mencermati serta meneliti secara keseluruhan permohonan para
Pemohon, maka menurut Termohon permohonan para Pemohon tidak jelas
(obscuur libel), hal ini dengan dikarenakan sebagai berikut:
(1) Bahwa para Pemohon tidak cermat dalam mengunakan dasar hukum sebagai
Pemohon karena para Pemohon mendasarkan kedudukan hukum (legal
standing) para Pemohon berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a
Peratuan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015, sedangkan ketentuan
tersebut mengatur tentang kedudukan hukum (legal standing) Pasangan
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur sebagai Pemohon, sementara para
Pemohon di bagian lain menyatakan kedudukan hukumnya sebagai
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko, sehingga
dan oleh karenanya para Pemohon telah salah menggunakan dasar hukum
dalam kedudukannya sebagai para Pemohon dalam mengajukan
permohonan dan tidak berdasar hukum;
(2) Bahwa para Pemohon telah salah menafsirkan objek permohonan dalam
perkara perselisihan hasil pemilihan sebagaimana permohonan a quo, karena
berdasarkan Pasal 4 huruf b juncto Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 1 tahun 2015, yang menyatakan bahwa objek
dalam perkara perselisihan hasil pemilihan adalah keputusan Termohon
tentang penetapan perolehan suara hasil pemilihan yang mempengaruhi
terpilihnya Pemohon sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati. Oleh karenanya
dengan kedudukan hukum para Pemohon sebagai Pemohon dalam
permohonan a quo, yang merupakan gabungan dari pasangan calon,
sehingga akan menimbulkan ketidakpastian hukum dalam menentukan
kepentingan hukum pasangan calon mana yang mempunyai implikasi
penentuan pasangan calon terpilih dari keputusan Termohon dalam perkara
a quo;
(3) Bahwa permohonan yang diajukan para Pemohon adalah mengenai
“permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Mukomuko tentang Pentapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan
Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko
Tahun 2015”, sehinggga dan oleh karenanya yang merupakan objek daripada
permohonan para Pemohon senyatanya adalah Keputusan Termohon
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
24
mengenai Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan
Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015,
akan tetapi dalam permohonan para Pemohon dalam pokok perkara tidak
menguraikan secara lengkap dan jelas mengenai adanya perbedaan ataupun
kesalahan hasil penghitungan perolehan suara hasil pemilihan yang telah
ditetapkan oleh Termohon, dan hasil penghitungan suara yang benar menurut
para Pemohon, sebagaimana ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b angka 5
Peraturan Mahkamah Konstitusi Tahun 2015. Sehingga berakibat pada
permohonan para Pemohon kabur (obscuur libel).
II. Dalam Pokok Perkara Bahwa terhadap dalil-dalil para Pemohon yang telah diuraikan dalam Surat
Permohonannya dimaksud, dan setelah membaca, menelaah, serta mencermati
permohonan para Pemohon dalam pokok perkara, maka terhadap permohonan
para Pemohon tersebut menurut Termohon secara keseluruhan dapat ditarik
benang merah serta dapat diklasifikasikan dalil-dalil keberatan para Pemohon
menjadi beberapa pokok bahasan inti keberatan para Pemohon yang akan
Termohon klasifikasikan sebagai berikut:
(1) Keberatan atas penggunaan dokumen Formulir Model C-KWK, Model C1-
KWK berhologram dan Lampiran Formulir Model C1-KWK berhologram, serta
Salinan Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK dan Lampiran Formulir
Model C1-KWK oleh Termohon yang tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 Tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan dan Wakil
Walikota;
(2) Keberatan yang berdasarkan asumsi para Pemohon bahwa Termohon
beserta jajaran di bawahnya tidak melakukan tugasnya dalam
membagikan/menyampaikan Formulir Model C6-KWK kepada pemilih
dan/atau anggota tim kampanye/tim pemenangan;
(3) Keberatan terhadap Termohon terkait dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT),
yang dianggap oleh para Pemohon tidak valid karena adanya asumsi relawan
dan/atau Tim Pemenangan para Pemohon yang tidak terdaftar di DPT,
sehingga asumsi para Pemohon relawan dan/atau Tim Pemenangan tersebut
tidak dapat menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Bupati dan Wakil
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
25
Bupati Mukomuko tanggal 9 Desember 2015 lalu
(4) Keberatan atas Termohon yang tidak mencatatkan keberadaan Formulir
Model C6-KWK dan Formulir Model C7-KWK. Karena menurut asumsi para
Pemohon dengan tidak dilakukannya pencatatan tersebut, berakibat pada
tidak dapat dilakukannya validasi hasil pemungutan suara dengan jumlah
pemilih yang benar.
(5) Keberatan atas dugaan keterlambatan penyampaian Laporan Penerimaan
dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) Pasangan Calon Nomor Urut 2
Chairul Huda – Haidir, S.IP.
Bahwa terhadap keberatan-keberatan PARA PEMOHON yang telah TERMOHON
klasifikasikan sebagaimana disebutkan di atas, maka terhadap masing-masing
dalil terkait keberatan dimaksud akan TERMOHON tanggapi sebagai berikut:
ad.1. Keberatan atas penggunaan dokumen Formulir Model C-KWK, Model C1-
KWK berhologram dan Lampiran Formulir Model C1-KWK berhologram,
serta Salinan Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK dan Lampiran
Formulir Model C1-KWK oleh TERMOHON yang tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015
Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan dan Wakil
Walikota;
a) Bahwa terhadap dalil para Pemohon angka 5 halaman 7 permohonan
a quo yang menyatakan Termohon dengan sengaja menggunakan
Form model C-KWK, Form model C1-KWK dan lampiran model C1-
KWK yang didasarkan pada PKPU Nomor 15 Tahun 2010 adalah tidak
benar, Termohon mengakui bahwa dalam rekapitulasi penghitungan
suara di TPS, Termohon menggunakan Form model C-KWK, Form
model C1-KWK dan lampiran model C1-KWK yang didasarkan pada
PKPU Nomor 15 Tahun 2010, namun hal tersebut terjadi bukanlah
bentuk kesengajaan Termohon melainkan disebabkan karena
kesalahan cetak yang dilakukan oleh percetakan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi yang tertuang dalam kontrak pengadaan barang
tersebut. Dalam kontrak Termohon dengan Pihak Ketiga (percetakan)
dengan jelas disampikan bentuk contoh (spesiment) Model C-KWK,
Model C1 KWK dan Lampiran Model C1-KWK, dengan demikian dalil
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
26
para Pemohon yang menyatakan Termohon dengan sengaja
menggunakan Form model C-KWK, Form model C1-KWK dan
lampiran model C1-KWK adalah mengada-ada dan tidak berdasar.
[Vide Bukti TN-003]
b) Bahwa para Pemohon pada angka 6 halaman 7 permohonan a quo,
mendalilkan bahwa akibat Termohon mengunakan dokumen pemilihan
yang salah, menyebabkan para Pemohon tidak dapat memastikan
validitas jumlah pemilih yang menerima undangan, jumlah pemilih yang
hadir, hasil penghitungan suara dan jumlah surat suara pada Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko. Menurut Termohon dalil para
Pemohon tersebut tidaklah berdasar, karena dalam Form model C-
KWK, Form model C1-KWK dan lampiran model C1-KWK yang
didasarkan pada PKPU Nomor 10 Tahun 2015 maupun PKPU 15
tahun 2010 tidak mengatur mengenai mekanisme mencantumkan data
pemilih yang menerima pemberitahuan memilih (Model C6-KWK) di
dalam Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK, dan lampirannya, oleh
karenanya dalil para Pemohon mengenai adanya pencantuman data
pemilih yang meneriman Model C6-KWK di dalam Model C-KWK,
Model C1-KWK, Lampiran C1-KWK tidak menyebutkan adanya jumlah
pemilih yang menerima undangan dan jumlah pemilih yang hadir.
Sehingga dalil para Pemohon yang menyatakan dapat memvalidasi
data pemilih yang menerima Model C6-KWK dengan hasil
penghitungan suara tersebut, tidak terdapat relevasinya dengan
formulir Model C-KWK, Model C1-KWK, dan Lampirannya. [Vide Bukti TN-003]
c) Bahwa terkait dalil para Pemohon pada angka 7 huruf b yang pada
pokoknya menyatakan bahwa:
“Dokumen Formulir Model C-KWK dan Model C1-KWK beserta
Lampirannya tidak terdapat tulisan “logo hologram” di bawah logo
KPU disudut kiri atas sehingga patut diduga dokumen palsu”
Terhadap dalil tersebut, secara tegas Termohon menolak atas dalil
tersebut, karena menurut Termohon dalil tersebut merupakan dalil
ataupun tuduhan yang tidak berdasar hukum. Hal ini tentunya
dikarenakan para Pemohon tidak secara utuh memahami Peraturan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
27
Komisi Pemilihan Konstitusi Nomor 10 Tahun 2015, karena
sesungguhnya para Pemohon telah keliru dalam memaknai peraturan
tersebut.
Bahwa terhadap dokumen Formulir Model C-KWK dan Model C1-KWK
beserta lampirannya, menurut ketentuan Pasal 23 Ayat (2) huruf 5
yang pada pokoknya menyatakan bahwa Formulir Model C-KWK dan
Model C1-KWK beserta lampirannya terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu:
- Formulir Model C-KWK dan Model C1-KWK beserta Lampiran Model
C1-KWK berhologram, dan
- Salinan Formulir Model C-KWK dan Model C1-KWK beserta
Lampiran Model C1-KWK.
Sehingga, jika para Pemohon telah menerima Formulir Model C-KWK
dan Model C1-KWK beserta Lampiran Model C1-KWK yang tidak
terdapat tanda hologram, karena sesungguhnya Saksi Pasangan
Calon di tingkat TPS hanya mendapatkan berupa “Salinan Formulir
Model C-KWK dan Model C1-KWK beserta Lampiran Model C1-KWK”
dari KPPS dan terhadap dokumen ini memang “tidak terdapat tanda
hologram” di dalamnya, sebagaimana ketentuan Pasal 55 ayat (4)
yang menyatakan bahwa:
.....
(4) KPPS menyampaikan 1 (satu) rangkap salinan formulir Model
C-KWK dan Model C1-KWK beserta lampirannya kepada
Saksi, dan PPL/Pengawas TPS pada hari Pemungutan
Suara.
Oleh karenanya, Formulir Model C-KWK dan Model C1-KWK beserta
Lampiran Model C1-KWK berhologram bukanlah untuk disampaikan
kepada Saksi Pasangan Calon, melainkan dokumen tersebut berada di
dalam “Kotak Suara Yang Tersegel” setelah rapat Penghitungan Suara
di TPS dan telah diserahkan oleh KPPS kepada PPK melalui PPS,
sebagaimana ketentuan Pasal 56 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015.
Sehingga dalil para Pemohon yang tentang dugaan adanya dokumen
palsu terhadap Formulir Model C-KWK dan Model C1-KWK beserta
Lampiran Model C1-KWK berhologram adalah tidak benar dan tidak
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
28
berdasar hukum.
d) Bahwa para Pemohon pada angka 7 huruf d halaman 7 permohonan a
quo mendalilkan pada lembaran formulir Model C-KWK yang
digunakan oleh Termohon terdapat istilah formulir Model C8-KWK dan
C9-KWK padahal dalam PKPU Nomor 10 tahun 2015 tidak ditemukan
istilah formulir model C8-KWK dan formulir C9-KWK sehingga
membinggungkan semua pihak dalam menjalankan tugasnya di KPPS
adalah dalil yang mengada-ada dan hanya bersifat asumsi para
Pemohon, karena sampai saat ini Termohon tidak pernah mendapat
keluhan dari petugas penyelenggaran pemilihan dari tingkat KPPS,
begitu pula dengan saksi pasangan calon patugas pengawas
Lapangan, kalaupun ada tentu saksi akan menyatakan keberatan atau
menyatakan adanya kejadian khusus yang termuat dalam formulir C2-
KWK; [vide BUKTI TC-001, TD-001, TE-002]
e) Bahwa para Pemohon pada angka 7 huruf e halaman 7 permohonan a
quo mendalilkan pada lembaran formulir Model C1-KWK yang
digunakan oleh Termohon tidak terdapat tabel/kolom tanda tangan
saksi pasangan calon sehingga pengisian dokumen formulir model C1-
KWK hanya diisi oleh petugas KPPS tanpa diketahui saksi pasangan
calon sehingga tidak dapat melakukan validasi hasil pemilihan.
Terhadap dalil para Pemohon tersebut, menurut Termohon adalah dalil
yang mengada-ada karena penghitungan perolehan suara disaksikan
oleh semua saksi pasangan calon termasuk PPL/Panwas di TPS
sehingga setiap pihak yang mempunyai kedudukan dalam TPS dapat
memvalidasi hasil pemilihan.
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 52 ayat (1) dan (2) Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015, yang menyatakan
bahwa:
(1) Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK dan lampiran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dan ayat (3),
ditandatangani oleh Ketua KPPS dan paling kurang 2 (dua) orang
Anggota KPPS dan dapat ditandatangani oleh Saksi yang hadir.
(2) Dalam hal Saksi yang hadir tidak bersedia menandatangani
formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), cukup
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
29
ditandatangani oleh Saksi yang bersedia menandatangani.
Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka secara nyata
“Pembubuhan Tanda Tangan Saksi Pasangan Calon” pada dokumen
Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK berhologram dan Lampiran
berhologram, maupun terhadap Salinan Formulir Model C-KWK, Model
C1-KWK beserta Lampirannya, bukanlah merupakan keharusan
ataupun kewajiban yang harus dipenuhi dalam mekanisme pengisian
formulir tersebut, karena merupakan mekanisme yang bersifat
opsional. Sehingga dengan tidak dibubuhinya tanda tangan Saksi
Pasangan Calon dalam dokumen tersebut, tidaklah mempunyai
konsekuensi hukum pada keabsahan dari isi serta data yang termuat di
dalam dokumen tersebut.
Sehingga dalil Pemohon yang menyatakan bahwa “data yang tercatat
dalam form Model C-KWK tersebut tidak diketahui kebenarannya”,
merupakan dalil yang tidak berdasar, serta tidaklah substansial untuk
dipermasalahkan mengenai pembubuhan tanda tangan pada dokumen
Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK berhologram dan Lampiran
berhologram, maupun terhadap Salinan Formulir Model C-KWK, Model
C1-KWK beserta Lampirannya tersebut.
f) Bahwa terhadap dalil Pemohon pada angka 9 huruf a halaman 8, yang
pada pokoknya telah mendalilkan bahwa saksi-saksi para Pemohon di
tingkat TPS telah melaporkan hasil pemungutan dan penghitungan
suara di masing-masing TPS tempat mereka bertugas kepada para
Pemohon melalui masing-masing Sekretariat para Pemohon, dengan
menyerahkan Salinan Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK, dan
Lampiran Model C1-KWK.
Bahwa terhadap Salinan Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK, dan
Lampiran Model C1-KWK yang telah diterima oleh masing-masing
Saksi para Pemohon di tingkat TPS dari Kelompok Panitia
Pemungutan Suara (KPPS), pada faktanya hanya Salinan Formulir
Model C1-KWK saja yang tidak terdapat tanda tangan dari masing-
masing Saksi Pasangan Calon Peserta Pemilihan, dikarenakan dalam
formulir tersebut tidak tersedia kolom tanda tangan untuk para saksi
pasangan calon, sebagaimana ketentuan Peraturan Komisi Pemilihan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
30
Umum Nomor 10 Tahun 2015, sedangkan pada Salinan Formulir
Model C-KWK dan Lampiran Model C1-KWK telah ditandatangani oleh
masing-masing Saksi Pasangan Calon yang bertugas di masing-
masing TPS. Karena Salinan Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK,
dan Lampiran Model C1-KWK merupakan satu kesatuan dokumen
yang tidak terpisahkan, serta diserahkan oleh Pihak KPPS kepada
masing-masing Saksi Pasangan Calon Peserta Pemilihan dalam
keadaan lengkap, yang dalam hal ini terdiri dari Salinan Formulir Model
C-KWK, Model C1-KWK, dan Model C1-KWK. Sehingga menjadi hal
yang senyatanya harus diketahui dan disadari kebenarannya terkait
isian data-data yang tercantum dalam Salinan Formulir Model C1-
KWK, walaupun formulir tersebut tidak dibubuhi tanda tangan dari
masing-masing Saksi TPS Pasangan Calon.
Bahwa terhadap fakta tidak ditandatanganinya Salinan Formulir Model
C1-KWK oleh Saksi Pasangan Calon, sebagaimana telah didalilkan
oleh para Pemohon, dalam Tahapan Rapat Penghitungan Suara di
TPS tidak adanya keberatan dari Pihak Saksi para Pemohon, Saksi
Pasangan Calon lainnya, PPL/Pengawas TPS, maupun Pemantau
Pemilihan atau masyarakat/pemilih melalui Saksi atau PPL/Pengawas
TPS, mengenai “keberatan atas perbedaan format dokumen Formulir
Model C-KWK, Model C1-KWK berhologram dan Lampiran Model C1-
KWK berhologram, maupun terhadap Salinan Formulir Model C-KWK,
Model C1-KWK beserta Lampiran Model C1-KWK”, yang secara resmi
tercatat dan terekam atas keberatan maupun kejadian khusus di dalam
dokumen Formulir Model C2-KWK. [vide BUKTI TC-001]
g) Bahwa terhadap dalil para Pemohon angka 9 huruf c pada halaman 8
yang pada pokoknya telah mendalilkan adanya upaya Pemohon Kedua
melaporkan dugaan pelanggaran yang telah dilakukan oleh
TERMOHON kepada Panwascam secara tertulis sebagaimana Surat
Tim Pemenangan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Wismen A.
Razak-H. Bambang Afriadi Nomor 20/C/W-B/XII/2015 tertanggal 11
Desember 2015, yang telah pula ditembuskan kepada Termohon,
terkait adanya perbedaan format Model C1-KWK yang digunakan
Termohon, dengan ketentuan format Model C1-KWK sebagaimana
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
31
diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun
2015. [vide Bukti TN-006]
Bahwa terhadap laporan tertulis yang telah disebutkan di atas, sejak
diterimanya surat tembusan tersebut hingga saat ini, Termohon tidak
pernah mendapatkan informasi secara tertulis maupun rekomendasi
tertulis dari Pihak Panwaslu Kabupaten Mukomuko terkait dugaan
pelanggaran sebagaimana telah dilaporkan Pemohon Kedua tersebut.
h) Bahwa terhadap dalil para Pemohon angka 9 huruf d dan huruf e, yang
pada pokoknya keberatan para Pemohon terhadap Pelaksanaan Rapat
Pleno Lanjutan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di
Tingkat Kecamatan yang tidak mengundang Pasangan Calon Bupati
ataupun Saksi Pasangan Calon pada Pleno Rekapitulasi Tingkat
Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), terhadap dalil ini Termohon
tanggapi sebagai berikut:
- Bahwa terhadap dalil ini, Pemohon nyatakan secara tegas bahwa
didasari atas asumsi para Pemohon belaka, karena tidak didukung
dengan bukti-bukti cukup serta data di kecamatan mana telah terjadi
sebagaimana halnya dalil yang telah dikemukakan para Pemohon;
- Bahwa terhadap Tahapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara di Tingkat Kecamatan dalam Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Tahun 2015, Termohon melalui jajaran dibawahnya
yang dalam hal ini adalah PPK telah mengundang masing-masing
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko untuk hadir
pada Rapat Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara
di Tingkat Kecamatan untuk hadir dalam rapat pleno tersebut, pada
waktu yang telah ditentukan; [vide Bukti TE-002]
- Bahwa terhadap Rapat Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara di Tingkat Kecamatan dimaksud, faktanya di
beberapa kecamatan yang pelaksanaannya memakan waktu lebih
dari 1×24 jam, maka terdapat jeda waktu untuk penundaan rapat
pleno tersebut. Terkait penundaan rapat pleno ini, untuk rapat pleno
lanjutan mekanismenya tidak lagi menggunakan undangan tertulis
yang disampaikan kepada Saksi Pasangan Calon, akan tetapi
menggunakan mekanisme kesepakatan bersama antara peserta
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
32
rapat pleno yang dalam hal ini termasuk Saksi Pasangan Calon
yang hadir di rapat pleno tersebut untuk menentukan waktu
dimulainya rapat pleno lanjutan tersebut.
- Bahwa dalam pelaksanaan Rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara di Tingkat Kecamatan tidak adanya keberatan dari
Pihak Saksi para Pemohon, Saksi Pasangan Calon lainnya,
Panwascam di masing-masing kecamatan, mengenai “keberatan
atas perbedaan format dokumen Formulir Model C-KWK, Model C1-
KWK berhologram dan Lampiran Model C1-KWK berhologram,
maupun terhadap Salinan Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK
beserta Lampiran Model C1-KWK”, yang secara resmi tercatat dan
terekam atas keberatan maupun kejadian khusus di dalam dokumen
Formulir Model DA2-KWK; [vide Bukti TE-001]
i) Bahwa terhadap dalil para Pemohon angka 9 huruf f pada halaman 8-9
yang pada pokoknya telah mendalilkan adanya upaya Pemohon Kedua
melaporkan dugaan pelanggaran yang telah dilakukan oleh Termohon
kepada Panwaslu Kabupaten Mukomuko secara tertulis sebagaimana
Surat Tim Pemenangan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
Wismen A. Razak-H. Bambang Afriadi Nomor 21/C/W-B/XII/2015
tertanggal 13 Desember 2015, yang telah pula ditembuskan kepada
Termohon, terkait adanya perbedaan format Model C1-KWK yang
digunakan Termohon, dengan ketentuan format Model C1-KWK
sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor
10 Tahun 2015. [vide Bukti TN-007]
Bahwa terhadap laporan tertulis yang telah disebutkan di atas, sejak
diterimanya surat tembusan tersebut hingga saat ini, Termohon tidak
pernah mendapatkan informasi secara tertulis maupun rekomendasi
tertulis dari Pihak Panwaslu Kabupaten Mukomuko terkait dugaan
pelanggaran sebagaimana telah dilaporkan Pemohon Kedua tersebut.
j) Bahwa terhadap dalil para Pemohon pada angka 9 huruf g yang pada
pokoknya menyatakan telah adanya Berita Acara Rapat Pleno Panitia
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Mukomuko Nomor
116/BAWASLU-PROV.BE-07/XII/2015 tanggal 18 Desember 2015,
dapat TERMOHON tanggapi bahwa terhadap surat tersebut tidak
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
33
pernah secara resmi diterima oleh Termohon, sehingga terhadap isi
serta maksud daripada dikeluarkannya surat tersebut, Termohon sama
sekali tidak mengetahuinya.
k) Bahwa terhadap dalil para Pemohon pada angka 9 huruf h, huruf i, dan
huruf j halaman 9 yang pada pokoknya menayatakan bahwa telah
dilakukannya Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di
Tingkat Kabupaten dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 oleh Termohon pada tanggal 16
Desember 2015, serta Saksi Pasangan Calon Tingkat KPU dari
Pemohon Kedua telah pula menyampaikan keberatan terkait adanya
perbedaan format Formulir Model C-KWK, Model C1-KWK, dan
Lampiran Model C1-KWK yang tidak sesuai dengan ketentuan PKPU
Nomor 10 Tahun 2015, bahwa terhadap dalil ini akan Termohon
tanggapi sebagai berikut:
- Bahwa pelaksanaan Rapat Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara di Tingkat Kabupaten dalam Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 oleh Termohon
telah dilaksanakan pada tanggal 16-17 Desember 2015;
- Bahwa dalam Rapat Pleno tersebut, dihadiri oleh Panwaslu
Kabupaten Mukomuko, Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 1
(Pemohon Pertama), Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 2 (Pihak
Terkait), dan Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 3 (Pemohon
Kedua);
- Bahwa selama proses Rapat Pleno Rekapitulasi tersebut
berlangsung, benar bahwa telah ada beberapa koreksi atas
rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat kecamatan yang
disampaikan langsung oleh pihak Panawaslu Kabupaten Mukomuko
di muka forum, serta atas koreksi tersebut langsung ditindaklanjuti
oleh Termohon pada rapat pleno tersebut dengan langsung
mengoreksi hasil rekapitulasi sesuai rekomendasi dari pihak
Panwaslu Kabupaten Mukomuko.
- Bahwa selain dari Pihak Panwaslu Kabupaten Mukomuko, Pemohon
Kedua telah mengajukan keberatan-keberatan secara tertulis
sebagaimana telah tertuang dalam Formulir Model DB2-KWK yang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
34
telah ditandatangani oleh Saksi Pemohon Kedua atas nama Jafridin,
S.T. [vide Bukti TG-005]
- Bahwa Pemohon Kedua dalam keberatan tertulisnya tersebut, tidak
pernah ada pernyataan keberatan mengenai rekapitulasi hasil
penghitungan perolehan suara;
- Bahwa terhadap seluruh proses pelaksanaan Pleno Rekapitulasi di
tingkat kabupaten tersebut maupun terhadap rekapitulasi hasil
penghitungan perolehan suara, Saksi dari Pasangan Calon Nomor
Urut 1 (Pemohon Pertama) dan Saksi Pasangan Calon Nomor Urut
2 (Pihak Terkait) tidak ada yang menyampaikan keberatan-
keberatan baik secara lisan selama proses rapat pleno berlangsung
maupun secara tertulis yang temuat dalam Formulir Model DB2-
KWK. [vide Bukti TG-008]
l) Bahwa terhadap dalil Para Pemohon pada angka 10, 11, dan 12
halaman 9-10 yang pada pokoknya menyatakan bahwa tindakan KPPS
yang telah mengisi Formulir Model C1-KWK serta dugaan
pengisiannya tanpa sengetahuan Saksi Pasangan Calon dianggap
suatu pelanggaran, terhadap dalil tersebut dapat Termohon tanggapi
sebagai berikut:
- Bahwa menurut ketentuan Pasal 48 ayat (2) dan ayat (7) Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 menyatakan bahwa:
(2) Ketua KPPS dibantu Anggota KPPS mengisi formulir Model C1-
KWK dan lampiran berhologram, serta salinan Model C1-KWK
dan lampiran, berdasarkan formulir Model C1-KWK Plano
berhologram yang telah diisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(7) Pengisian formulir hanya dilakukan oleh Anggota KPPS
- Bahwa atas dasar ketentuan tersebut di atas, maka hanya KPPS-lah
yang memiliki kewenangan untuk mengisi formulir Model C1-KWK
serta Lampiran C1-KWK.
- Bahwa dugaan para Pemohon yang menyatakan pengisian formulir
Model C1-KWK oleh KPPS ada upaya untuk disembunyikan dari
Saksi Pasangan Calon yang hadir di TPS, hal ini tentunya tidak akan
mungkin terjadi, karena data yang tercantum di dalam formulir Model
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
35
C-KWK, Model C1-KWK berhologram dan Lampiran beserta salinan
Model C-KWK, Model C1-KWK dan Lampirannya berdasarkan apa
yang telah tercantum/tertulis dalam Model C1-KWK Plano yang
secara terang benderang diketahui oleh masing-masing Saksi
Pasangan Calon serta PPL/Pengawas TPS yang berada di TPS.
[vide Bukti TC-001]
- Bahwa terhadap dalil para Pemohon tersebut di atas, hanya didasari
asumsi para Pemohon belaka, karena dalil para Pemohon tidak
didukung dengan bukti yang cukup serta para Pemohon tidak dapat
menunjukkan di TPS mana hal ini terjadi.
m) Bahwa terhadap dalil para Pemohon pada angka 11 dan angka 12
halaman 9 yang pada pokoknya menyatakan bahwa dengan tidak
ditandatanganinya formulir Model C1-KWK oleh masing-masing Saksi
Pasangan Calon berakibat data yang tercantum dalam formulir
tersebut tidak dapat diketahui kebenarannya, terhadap dalil ini
Termohon akan menanggapinya sebagai berikut:
- Bahwa terhadap mekanisme pembubuhan tanda tangan masing-
masing Saksi Pasangan calon di dalam formulir Model C1-KWK,
bukanlah bentuk dari mekanisme validasi ataupun persetujuan
mengenai data yang tercantum dalam formulir tersebut. Bahkan
tanda tangan masing-masing Saksi Pasangan Calon tersebut jika
mengacu pada ketentuan Pasal 52 ayat (1) dan (2) Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015, bukanlah
merupakan keharusan yang tidak boleh dilewati secara
proseduralnya, akan tetapi hanya merupakan mekanisme opsional
saja. Sehingga jika mekanisme pembubuhan tanda tangan masing-
masing Pasangan Calon tidak dilakukan, maka secara substansi
dari data yang tercantum dalam formulir tersebut tidaklah dapat
dikatakan isi yang tercantum dapat dikatakan tidak memiliki
keabsahan.
- Bahwa dengan ketentuan sebagaimana telah disebutkan di atas,
maka secara dengan sendirinya dalil para Pemohon dapat
terbantahkan.
ad.2. Keberatan yang berdasarkan asumsi para Pemohon bahwa Termohon
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
36
beserta jajaran di bawahnya tidak melakukan tugasnya dalam
membagikan/menyampaikan Formulir Model C6-KWK kepada pemilih dan
atau anggota tim kampanye/tim pemenangan;
Bahwa terhadap dalil para Pemohon pada angka 14, angka 15, angka 16,
dan angka 19 halaman 10 yang pada pokoknya menyatakan bahwa
banyaknya Relawan para Pemohon yang tidak mendapatkan Formulir
Model C6-KWK (Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara kepada Pemilih)
yang berakibat pada relawan para Pemohon tidak dapat menggunakan hak
pilihnya, akan Termohon tanggapi sebagai berikut:
- Bahwa terhadap dalil para Pemohon tersebut, menurut Termohon
merupakan dalil yang yang dibangun berdasarkan asumsi belaka serta
tuduhan-tuduhan tanpa dasar, karena para Pemohon tidak dapat
menyajikan dalam permohonan a quo secara rinci berapa banyak jumlah
relawan para Pemohon yang tidak menerima formulir Model C6-KWK,
tersebar di daerah mana saja relawan para Pemohon yang tidak
menerima formulir Model C6-KWK, siapa saja orangnya yang diklain
para Pemohon sebagai relawannya yang tidak menerima formulir Model
C6-KWK?
- Bahwa menurut ketentuan Pasal 6 Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 10 Tahun 2015, menyatakan bahwa:
Pemilih yang berhak memberikan suara di TPS, adalah:
a. Pemilih yang terdaftar dalam DPT di TPS yang bersangkutan (Model
A.3-KWK);
b. Pemilih yang terdaftar dalam DPTb-1 di TPS yang bersangkutan
(Model A.Tb1-KWK);
c. Pemilih yang telah terdaftar dalam DPPh (Model A.4-KWK);
d. Pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPTb-1 yang
menggunakan haknya pada hari Pemungutan Suara dan didaftar
dalam DPTb-2 (Model A.Tb2-KWK).
- Bahwa menurut ketentuan Pasal 11 Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 10 Tahun 2015, menyatakan bahwa:
Dalam hal Pemilih tidak membawa formulir Model C6-KWK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Pemilih menunjukkan
Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Paspor, atau Identitas Lain.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
37
- Bahwa menurut ketentuan Pasal 15 Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 10 Tahun 2015, menyatakan bahwa:
(1) Apabila sampai 3 hari (tiga) hari sebelum hari Pemungutan Suara
terdapat Pemilih yang belum menerima formulir Model C6-KWK,
Pemilih yang bersangkutan dapat meminta formulir Model C6-KWK
kepada Ketua KPPS paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari
Pemungutun Suara dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk,
Kartu Keluarga, Paspor atau Identitas Lain.
(2) Dalam hal formulir Model C6-KWK yang telah diterima oleh Pemilih
hilang, Pemilih menggunakan hak pilih pada hari Pemungutan Suara
dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga,
Paspor atau Identitas Lain.
(3) Ketua KPPS meneliti nama Pemilih yang belum menerima formulir
Model C6-KWK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam DPT
dan DPTb1, dan mencocokkan dengan Kartu Tanda Penduduk,
Kartu Keluarga, Paspor atau Identitas Lain.
(4) Apabila dari hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), nama Pemilih terdaftar dalam DPT dan DPTb-1, Ketua KPPS
memberikan formulir Model C6-KWK kepada Pemilih.
(5) Apabila sampai dengan hari Pemungutan Suara terdapat Pemilih
yang terdaftar dalam DPT dan DPTb-1 belum menerima formulir
Model C6-KWK, Pemilih yang bersangkutan dapat memberikan
suara di TPS dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk, Kartu
Keluarga, Paspor atau Identitas Lain.
(6) Anggota KPPS keempat atau Anggota KPPS kelima meneliti nama
Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pada DPT dan DPTb-
1, dan mencocokkan dengan Kartu Tanda Penduduk, Kartu
Keluarga, Paspor atau Identitas Lain.
(7) Apabila dari hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada ayat
(6), nama Pemilih terdaftar dalam DPT dan DPTb-1, Pemilih yang
bersangkutan dapat menggunakan hak pilihnya.
- Bahwa terhadap ketentuan-ketentuan peraturan komisi pemilihan umum
yang telah disebutkan di atas, maka terhadap dalil para Pemohon
tersebut senyatanya telah ada mekanisme antisipatif ketika pemilih yang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
38
tidak menerima formulir Model C6-KWK dan bermaksud untuk tetap
menggunakan haknya untuk memilih, khususnya pada Pemilihan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko Tahun 2015 tanggal 9 Desember
2015 lalu.
ad.3. Keberatan terhadap Termohon terkait dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT),
yang dianggap oleh para Pemohon tidak valid karena adanya asumsi
Relawan ataupun Tim Pemenangan para Pemohon yang tidak terdaftar di
DPT, sehingga asumsi para Pemohon relawan tersebut tidak dapat
menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Mukomuko tanggal 9 Desember 2015 lalu;
a) Bahwa terhadap dalil para Pemohon pada angka 19 huruf a halaman
10-11, yang pada pokoknya menyatakan bahwa DPT yang telah
ditetapkan serta digunakan oleh Termohon bersumber dari data yang
tidak valid, karena tidak bersumber dari hasil pemutakhiran data.
Terhadap dalil ini, Termohon akan tanggapi sebagai berikut:
- Bahwa dalil para Pemohon mengenai DPT tersebut, merupakan dalil
yang tidak berdasar hukum. Hal ini dikarenakan bahwa, para
Pemohon selalu dilibatkan dalam setiap tahapan pemutakhiran data
pemilih yang mengharuskan melibatkan pasangan calon pada
tahapan dimaksud.
- Bahwa para Pemohon dalam setiap tahapan pemutakhiran data
pemilih, mulai Rapat Pleno Penetapan DPS, DPSHP, DPT, DPTb1
selalu dilibatkan oleh Termohon dengan mengundang pada Rapat
Pleno tersebut. Hal ini tentunya adalah upaya Termohon agar dalam
proses di dalam tahapan pemilihan yang dalam hal ini pemutkhiran
data pemilih oleh Termohon dapat selalu dikawal, diawasi, serta
dapat memberikan masukan serta koreksi. [vide Bukti TB-002, TB-
003, TB-004, TB-005, TB-006]
- Bahwa terhadap penetapan-penetapan pada tahapan pemutakhiran
data yang telah dikeluarkan oleh Termohon, tidak terdapat
keberatan-keberatan dari para Pemohon.
- Bahwa berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka
terhadap dalil para Pemohon tersebut adalah merupakan dalil yang
tidak berdasar hukum.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
39
b) Terhadap Keberatan Pemohon Kedua atas Relawan-Relawan ataupun
Tim Pemenangan Pemohon Kedua tidak terdaftar dalam DPT dan
Tidak Mendapatkan Undangan Memilih
- Bahwa Pemohon Kedua mendalilkan Tim Kampanye Pemohon
Kedua telah didaftarkan secara resmi kepada Termohon, terhadap
dalil tersebut Termohon membahtah bahwa Tim Kampaye Pemohon
Kedua terdaftar di KPU Kabupaten Mukomuko. Benar bahwa para
Pemohon telah memasukkan berkas pendaftaran Tim Kampanye
sebanyak 57.241 orang kepada Termohon pada tanggal pada
tanggal 4 Desember 2015. [Vide Bukti TN-004];
- Bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (2) PKPU Nomor 7 Tahun 2015
menyatakan “Tim Kampanye dan Penghubung Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftarkan kepada KPU
Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten Kota pada saat
pendaftaran Pasangan Calon” Bukan sebagaimana yang dilakukan
oleh termohon yang memasukkan berkas pendaftaran tim kampanye
kepada Termohon menjelang hari pemungutan suara;
- Bahwa berdasarkan PKPU tersebut maka Termohon tidak dapat
menindaklanjutinya dengan alasan hukum karena telah lewat waktu,
selain itu jumlah tim yang hendak didaftarkan Pemohon Kedua
menjelang hari pemungutan suara tersebut cukup fantastis yaitu
57.241 orang atau hampir dari seperempat dari jumlah DPT
kabupaten Mukomuko. Terhadap waktu pendaftaran dan jumlah tim
yang hendak didaftarkan tersebut ini kami serahkan kepada
Mahkamah untuk menilainya;
- Bahwa dalil poin 21 dan 22 Pemohon Kedua yang menyatakan
bahwa sebagaian besar anggota tim pemenangan Pemohon Kedua
telah memberikan pernyataan kesedian siap memilih dengan
menyertakan KTP da/atau KK namun tidak mendapatkan model C6
mengakibatkan perolehan suara Pemohon Kedua menjadi hilang
sebanyak 21.285, adalah dalil yang dibangun berdasarkan asumsi
yang tidak berdasar.
- Bahwa jika mekanisme pemilihan dapat dilakukan dengan hanya
memberikan pernyataan sebagaimana dalil Pemohon Kedua maka
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
40
sudah barang tentu pemilihan pejabat publik dinegeri ini tidak
memerlukan instrumen demokrasi yang sedemikian rupa. Hal
demikian tentulah merusak sendi-sendi demokrasi, itulah sebabnya
mengapa asas pemilihan di negeri kita menggunakan asas
langsung, umum, bebas dan rahasia, alasannya adalah tidak lain
hanya untuk menjaga proses demokrasi di negeri ini menjadi lebih
baik;
- Bahwa terhadap dalil tersebut menyebabkan Pemohon Kedua
kehilangan potensi suara sebanyak 21.285 tidaklah berdasar,
karena Pemohon Kedua tidak menguraikan subjek dari potensi
suara tersebut, bagaimana cara yang dapat mengakibatkan
hilangnya potensi suara Pemohon Kedua tersebut. Dengan
demikian dalil Pemohon Kedua tersebut tidak beralasan hukum;
ad.4. Keberatan atas Termohon yang tidak mencatatkan keberadaan Formulir
Model C6-KWK dan Formulir Model C7-KWK. Karena menurut asumsi para
Pemohon dengan tidak dilakukannya pencatatan tersebut, berakibat pada
tidak dapat dilakukannya validasi hasil pemungutan suara dengan jumlah
pemilih yang benar;
a) Bahwa para Pemohon pada angka 7 huruf c halaman 7 permohonan a
quo mendalilkan pada lembaran formulir Model C-KWK yang
digunakan oleh Termohon terdapat petunjuk agar formulir Model C6
dan formulir Model C7 tidak disertakan dalam lampiran berita acara
hasil pemungutan dan penghitungan suara sehingga saksi pasangan
calon tidak dapat mencocokkan jumlah pemilih yang hadir dengan
penggunaan surat suara. Terhadap dalil para Pemohon tersebut
menurut Termohon tidak beralasan hukum karena baik dalam PKPU
Nomor 10 Tahun 2015 maupun PKPU Nomor 15 Tahun 2010 diatur
mengenai kewajiban KPPS hanya menyampaikan 1 (satu) rangkap
salinan formulir Model C-KWK, Model C1-KWK dan lampirannya
kepada Saksi, dan PPL/Panwas TPS, tidak ada mekanisme yang
menyatakan KPPS wajib menyerahkan Formulir C6 dan Formulir C7,
dengan demikian tindakan Termohon telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan dalil para Pemohon tidak berdasarkan
hukum;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
41
ad.5. Keberatan atas dugaan keterlambatan penyampaian Laporan Penerimaan
dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) Pasangan Calon Nomor Urut
2 Chairul Huda-Haidir, S.IP.
a) Bahwa keberatan para Pemohon atas dugaan keterlambatan
penyampaian Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye
(LPPDK) Pasangan Calon Nomor Urut 2 Chairul Huda – Haidir, S.IP.
adalah dugaan yang dibangun pemohon berdasarkan asumsi semata;
b) Bahwa dasar ketentuan mengenai penyampaian LPPDK merujuk pada
Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) PKPU Nomor 8 Tahun 2015,
menyatakan bahwa Pasangan Calon menyampaikan LPPDK kepada
KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
dan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
atau Walikota dan Wakil Walikota paling lambat 1 (satu) hari setelah
masa Kampanye berakhir dan paling lambat jam 18.00 Waktu
setempat;
c) Bahwa berdasarkan Berita Acara Nomor 55/KPU/MM/XII/2015 Tentang
Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko Tahun 2015, seluruh pasangan
calon telah menyampaikan LPPK pada hari Minggu tanggal 6
Desember 2015; [Vide Bukti TN-002]
d) Bahwa Pihak Terkait telah menyampaikan Laporan Penerimaan dan
Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) pada tanggal 6 Desember
2015 Pukul 17.48 WIB. [Vide Bukti TN-001];
e) Bahwa dengan demikian Pihak Terkait telah menyerahkan LPPDK
kepada Termohon masih dalam tenggang waktu yang diatur dalam
Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) PKPU Nomor 8 Tahun 2015, sehingga
dan oleh karenanya dalil para Pemohon tidak beralasan hukum;
f) Bahwa berdasarkan poin e tersebut diatas, maka tidak tidak ada dasar
hukum Termohon melakukan pembatalan Pihak Terkait sebagai
Pasangan Calon sebagimana dalil para Pemohon pada poin 29 dan
poin 30;
g) Bahwa terhadap Bukti P-22 (rekaman audio tentang keterlambatan
LPPDK PIHAK TERKAIT) menurut Termohon bukti autentik yang
memiliki nilai pembuktian sempurna, oleh kerenanya sudah sepatutnya
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
42
untuk diabaikan;
III. Petitum Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas, Termohon memohon kepada
Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut.
Dalam Eksepsi - Mengabulkan eksepsi Termohon untuk seluruhnya.
Dalam Pokok Perkara - Menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan benar dan tetap berlaku Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mukomuko Nomor 59/Kpts-MM-XII/2015 tentang Penetapan
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015, bertanggal 17 Desember
2015 pukul 04.00 WIB;
- Menetapkan perolehan suara hasil pemilihan calon bupati dan wakil bupati
mukomuko tahun 2015, yang benar adalah:
Nomor Urut Nama Pasangan Calon Jumlah Perolehan Suara
Angka Prosentase
1 Sapuan, SE., MM., Ak., CA.; Dan Dedy Kurniawan, S.Sos. 26.043 30,26 %
2 Choirul Huda, SH.; Dan Haidir, S.IP. 39.243 45,59 %
3 Wismen A. Razak; Dan H. Bambang Afriandi 20.786 24,15 %
Jumlah Suara Sah Calon 86.072 100,00 %
- Menetapkan Pasangan Calon Peserta Pemilihan Peraih Suara Terbanyak
adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 2 Choirul Huda,
S.H. dan Haidir, S.IP., dengan perolehan suara sebanyak 39.243 suara;
Atau apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
Bahwa untuk membuktikan jawabannya, Termohon telah mengajukan bukti
surat/tulisan yang diberi tanda bukti TA-001 sampai dengan bukti TN-007, sebagai
berikut:
1. TA - 001 Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Mukomuko Nomor: 49/Kpts/KPU-MM-VIII/2015, Tentang
Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Yang
Memenuhi Persyaratan Menjadi Peserta Pemilihan Bupati
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
43
dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko 2015
2. TA - 002 Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Mukomuko Nomor: 51/Kpts/KPU-MM-VIII/2015 Tentang
Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati Dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko
3. TB - 001 Berita Acara Nomor: 470/1898/SJ-23/BA/IV/2015 tentang
Serah Terima Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan
(DAK2) Pemilihan Kepala Daerah Secara Serentak Tahun
2015 tertanggal 17 April 2015.
4. TB - 002 Berita Acara Nomor: 31/KPU-MM/IX/2015 tentang Rapat
Pleno Penetapan Daftar Pemilih Sementara (DPS)
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati Mukomuko tahun 2015 tertanggal 2 Agustus 2015
Pukul 14.00 Wib.
5. TB - 003 Berita Acara Nomor: 39/KPU-MM/IX/2015 tentang
Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati Mukomuko tahun 2015 tertanggal 01 Oktober 2015.
6. TB - 004 Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mukomuko Nomor: 40/KPU-MM/X/2015 tentang
Penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati
Tahun 2015, tertanggal: 1 Oktober 2015.
7. TB - 005 Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mukomuko Nomor: 44/KPU-MM/X/2015 tentang
Penetapan Daftar Pemilih Tetap Tampabahn (DPTb1)
Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati Tahun 2015, tertanggal 28 Oktober 2015.
8. TB - 006 Berita Acara Nomor: 54/KPU-MM/XI/2015 tertanggal 30
November 2015 Pukul 11.00 Wib dan Berdasarkan
rekomendasi Panwaslu Nomor: 102/BAWASLU-PROV.BE-
07/XI/2015 tanggal 30 November 20215 tentang
Rekomendasi DPT di TPS Desa Lubuk Talang.
9. TC-001 Keterangan Tertulis Ketua KPPS
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
44 10. TD-001 Surat Keterangan Ketua PPS
11. TE-001 Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan
Suara Di Lingkungan Kecamatan Dalam Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Tahun 2015.
12. TE-002 Keterangan Tertulis Ketua PPK Kecamatan dalam
Kabupaten Mukomuko
13. TG - 001 Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Mukomuko Nomor: 59/Kpts-MM-XII/2015 tentang
Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan
Surat Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko Tahun 2015
14. TG - 002 Tanda terima Penyampaian Keputusan KPU Kabupaten
Mukomuko tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015
15. TG - 003 Berita acara Model DB-KWK tentang Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015
tertanggal 17 Desember 2015.
16. TG - 004 Tanda Terima Penyampaian Berita acara dan Sertifikat
Rekapitulasi Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan
Suara di tingkat Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Tahun 2015
17. TG - 005 Catatan Kejadian Khusus Dan/Atau Keberatan Saksi dalam
pelaksanaan Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
suara di tingkat Kabupaten dalam pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Tahun 2015
18. TG - 006 Model DB 6-KWK Undangan Rapat Rekapitulasi Hasil
Penghitungan suara di tingkat Kabupaten Mukomuko pada
tanggal 14 Desember 2015
19. TG - 007 Daftar Hadir Peserta Rapat Rekapitulasi Penghitungan
Perolehan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015
20. TG - 008 Uraian Singkat KPU Kabupaten Mukomuko
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
45 21. TN - 001 Tanda Terima Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana
Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati.
22. TN - 002 Berita Acara Nomor: 55/KPU/MM/XII/2015 tanggal 6
Desember 2015 tentang Hasil Laporan Penerimaan dan
Pengeluaran Dana Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Mukomuko Tahun 2015.
23. TN - 003 Surat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mukomuko
Nomor: 54/Kpts-MM-X/2015 tentnang Jenis, Satuan
Kebutuhan dan Spesifikasi Teknis Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko Tahun 2015
24. TN - 004 Se.012/TP-WB/MM/XII/2015 tertanggal 12 November 2015
Tentang Perubahan Tim Kampanye(Tim Pemenangan
Pasangan Calon Bupati dan Wakil bupati Wismen A Razak-
H.Bambang Afriadi.
25. TN - 005
Keputusan Komisi Pemilhan Umum Nomor 01 Tahun 2015
Tentang, Tahapan, Program Dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko
Tahun 2015.
26. TN- 006 Surat Tim Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Wismen
A. Razak dan H. Bambang Afriadi No.20/C/W-B/XII/2015
27. TN-007 Surat Tim Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Wismen
A. Razak dan H. Bambang Afriadi No.21/C/W-B/XII/2015
[2.4] Menimbang bahwa Pihak Terkait telah menyampaikan keterangan tertulis
dan menyampaikan keterangan secara lisan pada persidangan tanggal 12 Januari
2016, pada pokoknya sebagai berikut:
I. Dalam Eksepsi 1.1. Kewenangan Mahkamah Konstitusi 1.1.1. Bahwa merujuk pada Bab XX dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
tentang Perubahan atas UU No.1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang, maka
telah merubah pola pembagian atas proses, tahapan dan pengaturan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
46
penyelesaian ketika adanya: Pelanggaran Kode Etik, Pelanggaran
Administrasi, Penyelesaian Sengketa, Tindak Pidana Pemilihan, Sengketa
Tata Usaha Negara dan Perselisihan Hasil Pemilihan;
1.1.2. Bahwa dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara
yakni pelanggaran terhadap etika penyelenggara pemilihan yang
berpedoman pada sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas
sebagai Penyelenggara Pemilihan (norma Pasal 136 UU No. 8 Tahun 2015
tentang Perubahan atas UU No.1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang);
1.1.3. Bahwa terhadap dugaan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan
ini maka berdasarkan Pasal 137 ayat (1) UU No.8 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas UU No.1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang
diselesaikan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan (DKPP).
Sedangkan Tata Cara penyelesaian pelanggaran kode etik penyelenggara
Pemilihan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai penyelenggara pemilihan umum
sebagaimana diamanahkan dalam norma pasal 137 ayat (2) UU No.8 Tahun
2015;
1.1.4. Bahwa dalam hal adanya dugaan adanya pelanggaran Administrasi
Pemilihan sebagaimana Pasal 138 UU No.8 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang yang meliputi tata
cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi
pelaksanaan Pemilihan dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan
diluar tindak pidana Pemilihan dan Pelanggaran kode etik penyelenggara
Pemilihan.
1.1.5. Bahwa terhadap dugaan pelanggaran Administrasi Pemilihan maka tata
cara penyelesaian pelanggaran administrasi diatur pada pasal 139, pasal
140 dan Pasal 141 UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
47
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota menjadi Undang-undang dan penyelesaiannya adalah
Bawaslu Propinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota dengan memberikan
sanksi lisan ataupun tertulis;
1.1.6. Bahwa terhadap adanya sengketa antarpeserta pemilihan dan antara
peserta dengan Penyelenggara Pemilihan diatur pembagiannya dengan
Pasal 142 UU No.8 Tahun 2015 huruf a : Sengketa antar peserta pemilihan
dan huruf b.Sengketa antara Peserta Pemilihan dengan Penyelenggara
Pemilihan sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU Propinsi dan KPU
Kabupaten/Kota;
1.1.7. Bahwa tata cara sengketa antarpeserta pemilihan dan antara peserta
pemilihan dengan penyelenggara pemilihan sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan KPU Propinsi dan KPU Kabupaten/Kota diatur dalam Pasal 143
dan Pasal 144 UU No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU No. 1
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota menjadi Undang-undang, dan penyelesaiannya adalah melalui
Bawaslu Propinsi atau Panwaslih Kabupaten/Kota dalam memberikan
putusan dan rekomendasi;
1.1.8. Bahwa terhadap dugaan adanya tindak pidana pemilihan berdasarkan Pasal
145 UU No.8 Tahun 2015 huruf a merupakan pelanggaran atau kejahatan
dalam pemilihan.
1.1.9. Bahwa tata cara penyelesaian dugaan adanya tindak pidana pemilihan
diatur dalam Pasal 146 sampai pasal 152 UU No.8 Tahun 2015.
1.1.10. Bahwa terhadap adanya sengketa tata usaha negara Pemilihan
sebagaimana Pasal 153 UU No.8 Tahun 2015 merupakan sengketa yang
timbul dalam bidang tata usaha negara Pemilihan antara Calon Gubernur,
calon Bupati dan calon walikota dengan KPU Propinsi dan atau KPU
kabupaten/kota sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU Propinsi
dan/atau KPU Kabupaten/Kota.
1.1.11. Bahwa Tata cara penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan
diatur dalam pasal 154 sampai dengan Pasal 155 UU No.8 Tahun 2015.
1.1.12. Bahwa khusus adanya perselisihan hasil pemilihan antara KPU Propinsi
dan KPU Kabupaten/Kota dan peserta pemilihan mengenai penetapan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
48
perolehan suara atau penetapan calon terpilih sebagaimana diatur dalam
Pasal 156 UU No.8 Tahun 2015.
1.1.13. Bahwa menurut Pihak Terkait, Ketentuan Norma Pasal 157 ayat (1) UU
No.8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU No.1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi
Undang-undang adalah norma Peradilan atas Perselisihan Suara Hasil
Pemilihan dari adanya penetapan Termohon aquo;
1.1.14. Bahwa mandat sepanjang belum dibentuknya Peradilan Khusus, terhadap
perkara Perselisihan Suara Hasil Pemilihan diberikan kepada Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 157 ayat
(3) UU No.8 Tahun 2015, Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa dan
mengadili perkara Perselisihan Suara Hasil Pemilihan yang masuk;
1.1.15. Bahwa ternyata, Permohonan Pemohon dalam dalil-dalilnya bukanlah
merupakan suatu perkara perselisihan hasil pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015, namun lebih pada perkara
administrasi dan pelanggaran tahapan pemilihan dan atau perkara kode
etik penyelenggara pemilihan umum.
1.1.16. Bahwa berdasarkan Permohonan yang dibacakan oleh Para Pemohon,
Permasalahan yang diangkat didalam Pokok Permohonan adalah sebagai
berikut:
a. Termohon Menggunakan Dokumen Perhitungan Suara Model Tahun
2010 yang menyebabkan jumlah pemilih dan Hasil perolehan suara
tidak valid
b. Petugas KPPS Tidak Melakukan Validasi Data Jumlah Pemilih
c. Termohon tidak mencatatkan distribusi penyampaian form C6
d. Daftar Pemilih Tetap (DPT) tidak Valid
e. Relawan-relawan Pemohon Kedua tidak terdaftar dalam DPT dan
Tidak Mendapatkan Undangan Memilih
f. Tidak validnya data pemilih dan Perolehan suara membuat hasil
pemilihan tidak Valid dan Tidak Sah karenanya harus dilakukan
Pemungutan Suara Ulang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
49
g. Keterlambatan Penyampaian Laporan Penerimaan dan Pengeluaran
Dana Kampanye (LPPDK) Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Nomor
Urut 2 Chairul Huda- Haidir.
1.1.17. Bahwa menurut pihak Terkait, didalam seluruh dalil-dalil permohonan Para
Pemohon baik dalam Kedudukan Hukum (legal standing) Para Pemohon
serta pada Pokok Permohonan sebagaimana kategori diatas, Para
Pemohon tidak mendalilkan adanya perselisihan hasil perolehan suara
pemohon yang salah berdasarkan penetapan Termohon aquo dan hasil
perolehan suara menurut Pemohon yang benar sehingga Para Pemohon
yang seharusnya ditetapkan sebagai Pasangan yang Terpilih;
1.1.18. Bahwa berdasarkan perkara yang diterima Mahkamah Konstitusi dan telah
pula memeriksanya dalam persidangan Panel atas permohan Para
Pemohon maka Mahkamah dapat menyatakan tidak berwenang
memeriksa dan mengadili perkara yang bukan merupakan dalil-dalil
adanya perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan Calon
Bupati dan Wakil Bupati yang ditetapkan Termohon aquo.
1.1.19. Dan oleh karenanya sangat beralasan dan sangat berdasar bagi
Mahkamah yang Mulia menyatakan dalil-dalil Permohonan Pemohon
bukan dalil-dalil perselisihan hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 dan oleh karenanya sangat beralasan
dan sangat berdasar Mahkamah menyatakan tidak berwenang untuk
memeriksa perkara yang diajukan Para Pemohon.
1.2. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Menurut Pihak Terkait, para Pemohon tidak memiliki Kedudukan Hukum
(legal standing) untuk mengajukan Permohonan perselisihan perolehan
suara hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dengan alasan :
1.2.1. Dalil Kedudukan Hukum (Legal Standing) Para Pemohon pada point 1 tidak
dapat dijadikan dasar;
- Bahwa Para Pemohon dalam Permohonannya menyatakan dalilnya
berdasarkan Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara
dalam Perkara Perselisihan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
50
- Bahwa Para Pemohon dan Pihak Terkait adalah peserta pemilihan kepala
daerah Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015
sebagaimana didalam Surat Keputusan KPU No.49/Kpts/KPU-MM-
VIII/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
yang memenuhi Persyaratan menjadi Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 (Vide Bukti PT-1) dan Berita
Acara Nomor:29/KPU-MM-08/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati yang Memenuhi Persyaratan Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Rahun 2015 (Vide Bukti PT-2);
- Bahwa berdasarkan pada keputusan KPU Kabupaten Mukomuko
sebagaimana pada Bukti PT-1 dan Bukti PT-2 diatas, Para Pemohon dan
Pihak Terkait dengan proses pencabutan nomor urut melalui pleno KPU
yang terbuka untuk umum mendapatkan nomor urut :
a. Pemohon Pertama : nomor urut 1
b. Pihak Terkait : nomor urut 2 dan
c. Pemohon Kedua : nomor urut 3
Dengan pencabutan nomor urut di atas, lalu Termohon menetapkan
nomor urut melalui keputusan Termohon Nomor: 51/Kpts/KPU-MM-
VIII/2015 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko tahun 2015. (Vide Bukti PT-3).
- Bahwa menurut Pihak Terkait, Para Pemohon memajukan point 1 ini
dengan pasal 2 huruf a sebagai Pemohon untuk bertindak dalam
kedudukan hukumnya sebagai Pasal 3 ayat (1) huruf a adalah dasar
hukum yang keliru;
- Bahwa penerapan pasal diatas dalam dalil permohonan Para Pemohon
menunjukkan Permohonan Para Pemohon tidak Cermat untuk
Kedudukan Hukum (legal standing). Karena dasar Pasal 3 ayat (1) huruf
a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman Beracara dalam Perkara Perselisihan Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota adalah Pemohon sebagaimana dalam Pasal 2 huruf
a tersebut adalah norma yang mengatur untuk Pasangan Calon Gubernur
dan Wakil Gubernur;
- Bahwa menurut pihak Terkait Permohonan Para Pemohon harus
dibatalkan karena Para Pemohon dalam pengantar identitasnya mengaku
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
51
sebagai masing-masing sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil
Bupati. Seharusnya jika memang Para Pemohon dalam mengajukan
Permohonan ke Mahkamah Konstitusi sebagai Calon Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko maka Para Pemohon menggunakan dasar
hukum kedudukan hukumnya pada Pasal 3 ayat (1) huruf b, bukan Pasal
3 ayat (1) huruf a sebagaimana pada point 1 dalil Kedudukan Hukum
(legal standing) Pemohon.
- Bahwa Oleh karenanya Permohonan Para Pemohon telah terbukti dan
tidak berdasar, tidak cermat, tidak jelas dan tidak teliti berkenaan dengan
dasar Kedudukan Hukum (legal standing) sebagai Para Pasangan Calon
yang mengajukan Permohonan di Mahkamah Konstitusi maka dapat
disimpulkan Permohonan Para Pemohon merupakan kekeliruan dalam
Penerapan Dasar Hukum Permohonannya.
- Bahkan pada persidangan pendahuluan, Ketua Majelis Sidang Panel
yang Mulia mengingatkan kepada Para Pemohon atau Kuasanya:
“apakah Para Pemohon ada yang ingin di renvoi? namun Para Pemohon
atau Kuasanya menyatakan tidak ada lagi”.
- Bahwa oleh karenanya sangat Beralasan dan Sangat Berdasar bagi
Mahkamah yang Mulia menyatakan Kedudukan Hukum (legal standing)
Para Pemohon dalam Permohonan a quo ditolak atau setidak-tidaknya
tidak dapat diterima.
1.2.2. Bahwa Permohonan para Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan
dalam menentukan objek Permohonan yang dapat mempengaruhi
Terpilihnya Para Pemohon:
- Bahwa menurut Pihak Terkait, Para Pemohon dalam mengajukan
Permohonannya atas Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mukomuko Nomor :59/Kpts-MM-XII/2015 tentang Penetapan
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 tanggal 17
Desember 2015 adalah tidak berdasar dan tidak beralasan.
- Bahwa Subjek Para Pemohon berdasarkan Pasal 3 ayat 1 huruf (b)
Pemohon adalah Calon Bupati dan Wakil Bupati.
- Bahwa berdasarkan Pasal 4 huruf b PMK No.1 Tahun 2015 tentang
Pedoman Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
52
Gubernur, Bupati dan Walikota menyatakan Objek Permohonan adalah
Perselisihan Hasil Pemilihan yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan
Calon Bupati dan Wakil Bupati.
- Bahwa sebagaimana kita ketahui, meskipun dalam petitumnya yang
bersifat alternatif, Para Pemohon mengajukan Pemohon yang petitumnya
membatalkan objeknya dalam hal ini Keputusan Termohon a quo dan
meminta untuk melakukan pemungutan suara ulang, petitum para
Pemohon bukan meminta membatalkan atau memperbaiki hasil
perhitungan perselisihanmenurut Para Pemohon yang benar dan dapat
mempengaruhi terpilihnya Para Pemohon sebagaimana diatur dalam
pasal 4 huruf b PMK No.1 Tahun 2015 yang mana Objeknya dalam
Keputusan Termohon yang dibatalkan atau diperbaiki dapat
mempengaruhi Terpilihnya Para Pemohon.
- Bahkan ketika dalam persidangan pendahuluan pertama tanggal 7
Januari 2016, Ketua Majelis Panel yang Mulia mempertanyakan kepada
Para Pemohon tentang berapakah menurut Para Pemohon yang selisih
dan berapa menurut Para Pemohon atas perolehan suara yang benar ?
lalu Para Pemohon melalui kuasanya tidak dapat menyajikan atau
menerangkan angka perolehan suara menurut Para Pemohon yang
benar.
- Bahwa menurut Pihak Terkait, karena dalil-dalil Para Pemohon yang tidak
beralasan dan tidak berdasar maka Sangat Beralasan bagi yang Mulia
Mahkamah Konstitusi menolak Permohonan Para Pemohon atau setidak-
tidaknya dalil-dalil Para Pemohon tidak dapat diterima.
1.2.3. Bahwa dalam Permohonan para Pemohon yang diajukan secara bersama-
sama telah gugur
- Bahwa didalam Permohonan Para Pemohon yang diajukan kuasanya
pada halaman 1 menyatakan “Pemohon Pertama dan Pemohon Kedua
secara bersama-sama untuk selanjutnya disebut sebagai para Pemohon”
maka secara jelas dan nyata bahwa Permohonan Pemohon adalah
Permohonan Tunggal dan tidak berdiri sendiri ataupun secara sendiri-
sendiri.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
53
- Bahwa dengan Penggabungan subjek hukum tersebut sebagai para
Pemohon menegaskan tidak dapat dipisahkan pada kepentingan sendiri
diantara Para Pemohon.
- Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) huruf b dinyatakan Pemohon
sebagaimana dalam Pasal 2 huruf a adalah Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati;
- Bahwa Pasal 4 huruf b PMK No.1 Tahun 2015 dinyatakan pula objek
dalam perkara perselisihan hasil pemilihan adalah keputusan Termohon
tentang Penetapan Perolehan suara hasil yang memperngaruhi
terpilihnya Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf
b;
- Bahwa makna norma pasal 3 dan Pasal 4 memberikan kesempatan bagi
pasangan calon bupati dan wakil bupati yang menempati posisi nomor
urut 2 dalam perolehan hasil perhitungan yang ditetapkan Termohon
aquo yang mempengaruhi langsung terpilihnya pasangan calon pada
peringkat ke-2 dalam perolehan suara hasil pemilihan yakni Pemohon
Pertama.
- Bahwa menurut Pihak Terkait, Pemohon Kedua yaitu Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 3 atas nama Wismen A. Razak dan
H. Bambang Apriadi dalam Perolehan Suara menempati posisi peringkat
ke-3 (ketiga) dengan Perolehan Suara sebanyak 20.786 suara
sebagaimana dalam Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko No.59/Kpts-
MM-XII/2015 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015 (Vide Bukti PT-4).
- Bahwa oleh karenanya Pemohon Kedua yaitu Pasangan Calon Bupati
dan Wakil Bupati atas nama Wismen A. Razak dan H. Bambang Apriadi
tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) karena jika dalam pokok
perkara ada perbaikan atau pembetulan atas hasil perselisihan
perhitungan rekapitulasi tidak mempengaruhi Pemohon Kedua sebagai
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati terpilih.
- Bahwa karena salah satu Pemohon yakni Pemohon Kedua tidak
memenuhi kedudukan hukumnya, maka Permohonan Para Pemohon
yang dibuat secara bersama-sama dalam satu kesatuan Permohonan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
54
pada perkara aquojuga secara mutatis mutandis gugur dengan
sendirinya. oleh karenaya Sangat Beralasan dan Sangat Berdasar bagi
Mahkamah yang Mulia menyatakan permohonan para Pemohon tidak
dapat diterima.
1.2.4. Bahwa Dalil Para Pemohon Tidak Cermat, tidak Jelas dan atau Tidak
berdasar Hukum atas Penetapan 2% dari Jumlah Penduduk.
- Bahwa terhadap dalil pemohon atas Kedudukan Hukum Pemohon (legal
standing) pada point 4;
- Bahwa pada point 4 Para Pemohon menyatakan berdasarkan Pasal 158
ayat (2) UU 8/2015 adalah tidak jelas (obscur) .Karena Pasal 158 ayat (2)
masih terdapat kategorisasi ketentuan pada huruf a, b, c dan d. Dalam
hal ini, Para Pemohon ingin menggunakan dasar hukum pada Pasal 158
ayat (2) huruf apa? karena tidak mencantumkan pilihan kategori
sebagaimana pada Pasal 158 ayat (2) huruf a, maka Dasar Permohonan
Pemohon kabur (obscur);
- Bahwa pada point 4 Permohonan Para Pemohon mendalilkan
berdasarkan Pasal 6 ayat (1) PMK 1/2015 adalah Keliru, karena Pasal 6
ayat (1) PMK 1/2015 mengatur ketentuan mengatur Pemohon sebagai
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dengan ketentuan
Propinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000 jiwa dan
menggunakan 2% dari perolehan suara terbanyak berdasarkan
penetapan hasil perhitungan Termohon;
- Bahwa ketidakcermatan dan Kekeliruan dalam memajukan Dasar Hukum
Kedudukan Hukum Para Pemohon dalam Permohonan a quo sangat
beralasan bagi Mahkamah yang Mulia untuk menolak atau setidak-
tidaknya tidak dapat diterima karena Permohonan Pemohon Keliru
(Obscur Libel);
- Lagi pula, dalil dasar hukum yang diuraikan Para Pemohon sangatlah
tidak konsisten dengan tabel ketentuan sebagaimana disajikan Para
Pemohon dalam Permohonannya.
- Bahwa menguraikan jumlah penduduk di Kabupaten Mukomuko dengan
jumlah penduduk kurang dari 250.000 jiwa, penetapan tersebut Para
Pemohon tidak menguraikan dasar hukum yang digunakan untuk
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
55
menyatakan penentuan jumlah penduduk di kabupaten Mukomuko
kurang dari 250.000 jiwa.
- Bahwa Seharusnya Para Pemohon menjelaskan serta melampirkan bukti
tentang penetapan dari pemerintah daerah atau lembaga yang
menyatakan penetapan kependudukan atau setidak-tidaknya berasal dari
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Mukomuko atas
jumlah penduduk yang digunakan Para Pemohon mendalilkan
Permohonannya. Oleh karenanya Uraian Dalil Para Pemohon pada point
4 permohonannya adalah tidak jelas, kabur dan tidak cermat (Obscurd
Libel).
- Bahwa sekali lagi, pada persidangan pendahuluan yang Mulia Ketua
Majelis Panel juga telah mengingatkan, apakah ada yang akan di renvoi
oleh Para Pemohon atau kuasanya, namun Para Pemohon atau
kuasanya menyatakan tidak ada;
- Bahwa Sangat beralasan dan Sangat Berdasar bagi Mahkamah yang
Mulia menyatakan menolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima
atas dalil kedudukan hukum para Pemohon (legal standing).
1.2.5. Bahwa Para Pemohon tidak memenuhi Ketentuan dalam Kedudukan Hukum
(legal standing) untuk mengajukan Permohonan berdasarkan Pasal 6 ayat
(2) huruf a PMK No.1 Tahun 2015 jo Pasal 158 (2) huruf a UU No.8 Tahun
2015 tentang Perubahan atas UU No.1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang.
- Bahwa menurut Keterangan Pihak Terkait, berdasarkan PMK No.1 Tahun
2015 Pasal 6 ayat (2) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1
Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Perselisihan
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota serta ketentuan Pasal 158 (2)
huruf a UU No.8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU No.1 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No.1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota menjadi Undang-undang dinyatakan Pemohon yang kabupaten
berpenduduk kurang dari 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa,
pengajuan permohonan dilakukan jika terdapat perbedaan perolehan
suara paling banyak 2% (dua persen) antara Pemohon dengan Pasangan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
56
Calon Peraih Suara Terbanyak berdasarkan penetapan hasil
penghitungan suara oleh Termohon;
- Bahwa berdasarkan data penduduk dari Kementrian Dalam Negeri pada
Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil yang direalease dan Berita Acara
Serah Terima Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK2)
Pemilihan Kepala Daerah Secara Serentak Tahun 2015 tertanggal 17
April 2015 dimana data penduduk yang diserahkan Kementrian Dalam
Negeri kepada Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia dengan
No.470/1898/SJ dan No.23/BA/IV/2015jumlah penduduk kabupaten
Mukomuko adalah 125.514 jiwa (Vide Bukti PT-5);
- Bahwa dengan jumlah tersebut diatas, maka yang berlaku adalah
ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara
Perselisihan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, dimana jumlah
penduduk kurang dari 250.000 jiwa maka perhitungan selisih suara
adalah 2% dari suara pasangan calon terbanyak;
- Bahwa berdasarkan penetapan rekapitulasi perhitungan perolehan suara
dalam Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015 sebagaimana dalam Surat Keputusan Termohon
No.59/Kpts-MM-XII/2015 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 sebagai tabel dibawah ini :
Tabel 1 : Perolehan Suara masing-masing Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati berdasarkan Penetapan Termohon aquo:
No Urut
Calon
Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
Persentase
1 Sapuan,SE,MM.Ak,CA dan Dedy Kurniawan,S.Sos
26.043 30,26 %
2 Chairul Huda,SH dan Haidir,S.Ip 39.243 45,59 % 3 Wismen A. Razak dan H. Bambang
Afriadi 20.786 24,15 %
Total Suara 86.072 100%
- Bahwa berdasarkan Perolehan Suara diatas maka jika merujuk pada
ketentuan pasal 6 ayat (2)huruf a PMK Nomor:1 Tahun 2015 dapat
diperoleh perhitungan selisih adalah :
= 2 % x pasangan suara terbanyak
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
57
= 2 % x 39.243
= 785 suara
- Bahwa berdasarkan perolehan suara Para Pemohon dengan Pihak
Terkait, maka dapat dihitung selisih antara lain:
Tabel 2 : Perhitungan selisih suara dan Penghitungan ketentuan 2%
masing-masing perolehan Suara Para Pemohon berdasarkan
Penetapan Termohon aquo:
No Urut
Perolehan Suara
Selisih Suara dengan Pihak Terkait (39.243
suara)
Kurang dari atau sama dengan 2% / Kurang dari atau sama dengan 785
suara 1 26.043 suara 13.200 suara Selisih No Urut 1 dengan
Pihak Terkait Melebihi dari 785 suara
3 20.786 suara 18.457 suara Selisih No Urut 3 dengan Pihak Terkait melebih dari 785
- Bahwa karena selisih Para Pemohon telah melebihi ketentuan kurang dari
atau sama dengan 785 suara maka Sangat Beralasan dan Sangat
Berdasar bagi Mahkamah yang Mulia untuk menyatakan Permohonan
Para Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf aPMK
Nomor:1 Tahun 2015 dan Pasal 158 (2) huruf a UU No.8 Tahun 2015
tentang Perubahan atas UU No.1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-
undang.
- Bahwa oleh karenanya, sangat beralasan dan sangat berdasar pula bagi
Mahkamah yang Mulia menyatakan kedudukan hukum (legal standing)
para Pemohon tidak dapat diterima, dan oleh karenanya permohonan
para Pemohon ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.
1.2.6. Bahwa Para Pemohon dalam Permohonannya pada point 4 dan point 5
Keliru dalam penghitungan persentase perselisihan suara masing-masing
Para Pemohon dengan Pihak Terkait.
- Bahwa pada point 4 dalil permohonan Para Pemohon pada frasa:
“... Perbedaan perolehan suara antara para Pemohon dengan pasangan
calon peraih suara terbanyak berdasarkan penetapan hasil penghitungan
suara oleh Termohon paling banyak sebesar 15% dan 21%”;
- Bahwa pada point 5 dalil permohonan Para Pemohon menjelaskan:
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
58
“Bahwa Pemohon Pertama memperoleh sebanyak 26.043 suara,
Pemohon Kedua sebanyak 20.786 suara sedangkan calon peraih suara
terbanyak 39.243 suara sehingga perolehan suara antara Para Pemohon
dengan pasangan calon peraih suara terbanyak terdapat selisih dengan
Pemohon Pertama sebanyak 13.200 (15%), sedangkan dengan Pemohon
Kedua sebanyak 18.457 (21%)”.
- Bahwa menurut Pihak Terkait, Para Pemohon dalam menggunakan
rumus atas ketentuan dalam mengajukan Permohonan Perselisihan telah
terjadi kesalahan dalam menghitung selisih persentase untuk
menentukan apakah Para Pemohon telah memenuhi ketentuan 2%
selisih dengan peraih suara terbanyak (dalam hal ini Pihak Terkait)
berdasarkan penetapan perhitungan perolehan suara yang dilakukan
Termohon.
- Bahwa menurut Pihak Terkait, perhitungan persentase yang benar
adalah:
Tabel 3 : Perbandingan perhitungan persentase versi Para Pemohon
dengan Penghitungan Persentase 2% menurut Pihak Terkait: No
Urut Perolehan
Suara Selisih Suara dengan Pihak
Terkait (39.243 suara dikurang suara masing-masing
Pemohon)
Persentase selisih para Pemohon
dihitung dari total suara sah seluruh pasangan calon
(86.072)
Persentase Para Pemohon dihitung dari suara Pihak Terkait (rumus
dari Norma Pasal 6 ayat (2) huruf a)
1 PEMOHON
PERTAMA : 26.043 suara
SELISIH dengan PIHAK TERKAIT sebanyak : 13.200 suara
= 13.200 dibagi 86.072 = 15% (tidak ada dasar hukumnya)
= 2% dikali 39.243 (Suara Pihak Terkait) = 785 suara Selisih PEMOHON PERTAMA dengan Pihak Terkait adalah 13.200 suara. = 13.200 lebih besar dari ≥ 785 suara (TIDAK MEMENUHI)
2 PIHAK TERKAIT : 39.243 suara
3 PEMOHON KEDUA : 20.786 suara
SELISIH dengan PIHAK TERKAIT: 18.457 suara
= 18.457 dibagi 86.072 = 21% (TIDAK ADA DASAR HUKUMNYA)
= 2% dikali 39.243 = 785 suara Selisih PEMOHON PERTAMA adalah 18.457 suara = 18.457 lebih besar dari ≥ 785
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
59
suara (TIDAK MEMENUHI)
- Bahwa berdasarkan Tabel 3 yang berisikan perbandingan kekeliruan
rumus yang digunakan dalam dalil Permohonan Para Pemohon yang
tidak memiliki dasar hukum dengan Dalil Pihak Terkait berdasarkan
rumusan yang diatur dalam norma hukum Pasal 6 ayat (2) huruf a PMK
Nomor 1 Tahun 2015, maka sangatlah beralasan dan sangat berdasar
bagi Mahkamah untuk menyatakan kedudukan hukum (legal standing)
para Pemohon dalam perkara a quo ditolak atau setidak-tidaknya tidak
dapat diterima.
1.2.7. Bahwa Dalil Para Pemohon pada Point 7 Pengakuan secara Tegas tidak
memenuhi Kedudukan Hukum (legal standing) dalam mengajukan
Permohona a quo;
- Bahwa dalam dalil Para Pemohon pada point 7 menyatakan :
“bahwa meskipun dari hasil penetapan penghitungan suara oleh
Termohon selisih suara tidak memenuhi persyaratan ketentuan dalam
perselisihan suara......”
- Bahwa dalil point 7 pada frasa diatas menegaskan sesungguhnya Para
Pemohon sadar dan mengetahui selisih suara Para Pemohon tidak
memenuhi ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf a PMK Nomor 1 Tahun 2015;
- Bahwa oleh karena Para Pemohon telah mengakui dan menegaskan pula
dalam dalil tersebut maka sangat beralasan dan sangat berdasar bagi
Mahkamah yang Mulia untuk menolak atau setidak-tidaknya tidak dapat
diterima kedudukan hukum para Pemohon a quo.
1.2.8. Bahwa dalil para Pemohon pada point 8 huruf a sampai huruf f telah
menguraikan Pokok Permohonan, bukan tentang Kedudukan Hukum (legal
standing) Para Pemohon.
- Bahwa menurut Pihak Terkait uraian dalil Para Pemohon pada point 8
sampai pada point 12 merupakan uraian pada Pokok Permohonan, oleh
karenanya Pihak Terkait akan menanggapi hal-hal yang didalilkan Para
Pemohon diatas sebagai bahagian yang tidak terpisahkan pada point-
point dalil Pokok Permohonan yang berhubungan langsung.
1.2.9. Bahwa dalil Para Pemohon pada point 9 untuk menguraikan Kedudukan
Hukumnya tidak beralasan dan cenderung menyalahkan Pihak lain dalam
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
60
kontestasi untuk mendapatkan dukungan ataupun suara Rakyat di
Kabupaten Mukomuko.
- Bahwa dalil Para Pemohon pada point 9 sangatlah naif dalam hal Para
Pemohon sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, karena
sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati yang ikut dalam
konstestasi demokrasi secara langsung adalah bagaimana masyarakat
dapat memilih pasangan calon yang dipercaya dan telah melalui tahapan-
tahapan kampanye sebagai ranah memberikan pendidikan politik rakyat
dan mendapatkan kepercayaan rakyat;
- Bahwa Kontestasi Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
sesungguhnya bukan berusaha untuk memenuhi apa yang diamanahkan
ketentuan pasal 158 ayat (2) UU No.8 Tahun 2015 sebagaimana juga
diatur dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a PMK Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman Beracara perselisihan Gubernur, Bupati dan Walikota namun
bagaimana Para Pemohon sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati
termasuk Pihak Terkait mencari dukungan suara sebanyak-banyaknya
dengan cara yang baik dan tidak melanggar aturan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan terkait dalam pemilihan kepala
daerah;
- Bahwa Perolehan suara Pihak Terkait dan selisih yang sangat besar.
Adapun selisihantara Pihak Terkait dengan Pemohon Pertama dengan
selisih suara 13.200 (34%) dan Pihak Terkait dengan Pemohon Kedua
dengan selisih suara 18.457 (47%) memberikan gambaran sesungguhnya
kepercayaan rakyat di Kabupaten Mukomuko kepada Pihak Terkait yang
juga harus dijaga Mahkamah yang Mulia.
- Terlebih sebagai Benteng Demokrasi dan Konstitusi, Pihak Terkait
percaya Mahkamah yang Mulia sebagai penjaga demokrasi dalam
Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Mukomuko yang berjalan di
kalahkan bahkan diseret dengan ambisi Para Pemohon dengan
memaksakan dalilnya serta menyalahkan atau menuduh Termohon dan
Pihak Terkait melakukan pelanggaran Terstruktur, Sistimatis dan Massif
yang tidak beralasan dan tidak berdasar ;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
61
1.2.10. Bahwa terhadap point 10 sampai point 12 dalil para Pemohon tidak
berhubungan sebagai yurisprudensi untuk menguatkan dalil para
Pemohon;
1.2.11. Bahwa berdasarkan uraian keterangan Pihak Terkait diatas, berkaitan
dengan Kedudukan Hukum (legal standing) Para Pemohon, maka Pihak
Terkait menyimpulkan Para Pemohon tidak memiliki Kedudukan Hukum
(legal standing) untuk mengajukan Permohonan Pembatalan Keputusan
KPU Kabupaten Mukomuko Nomor :59/Kpts-MM-XII/2015 tentang
Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015.
1.3. Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan - Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) dan Pasal 5 ayat (1) PMK No.1
Tahun 2015 yang mengatur masa tenggang waktu 3 (tiga) kali 24 jam
sejak Termohon Menetapkan dan Mengumumkan Keputusannya. Incasu
Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan suara yang ditetapkan
Termohon a quo sebagaimana dalam Surat Keputusan KPU Kabupaten
Mukomuko Nomor:59/Kpts-MM-XII/2015 tertanggal 17 Desember 2015
pukul 04.00 wib;
- Bahwa untuk selanjutnya Pihak Terkait tentang tenggang waktu
pengajuan permohonan Para Pemohon, Pihak Terkait memberikan
sepenuhnya pada penilaian Mahkamah yang Mulia, karena proses
pendaftaran permohonan hingga teregistrasinya dalam permohonan ini
sudah melewati kajian kepaniteraan pada Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia.
II. Dalam Pokok Permohonan Sebelum kami menyampaikan tanggapan dan atau keterangan atas Permohonan
para pemohon, sudilah kiranya bagi kita semua bahwa dalam persidangan
Mahkamah Konstitusi ini melihat pada apakah dalil-dalil yang kita sampaikan
merupakan suatu fakta dan dilandaskan pada bukti-bukti yang berkaitan dengan
apa yang didalilkan. Karena rangkaian kalimat-kalimat yang secara kasat mata
dipandang suatu uraian yang menarik, namun setelah diteliti ternyata hanya
pepesan kosong belaka. Hal ini pula menghindari adanya dugaan unsur-unsur
yang justru merugikan pihak lain dan cenderung fitnah.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
62
Bahwa terhadap dalil-dalil yang Para Pemohon didalam permohonannya dapat
kami tanggapi sebagai berikut :
2.1. Bahwa Perolehan Suara masing-masing Pasangan Calon Bupati dan Wakil
Bupati berdasarkan Penetapan Termohon aquo Nomor:59/Kpts-MM-XII/2015
dan lampiran sertifikat Berita Acara rekapitulasi Model DB1-KWK (Vide Bukti
PT-) halaman 3 maka dapat dirincikan sebagaimana dalam Tabel 4 dibawah
ini:
Tabel 4 : Perolehan suara Pasangan calon pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati kabupaten mukomuko tahun 2015
No Urut Calon
Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
Persentase
1 Sapuan, SE, MM. AK, CA dan Dedy Kurniawan, S.Sos
26.043 30 %
2 Choirul Huda, SH dan Haidir, S.IP 39.243 46 %
3 Wismen A. Razak dan H. Bambang Afriadi
20.786 24 %
Total Suara Sah 86.072 100 %
2.2. Bahwa sebagaimana pada keterangan Pihak Terkait sebelumnya, dalil
Permohonan Para Pemohon pada point 8 huruf a dalam Kedudukan Hukum
(legal standing), pada point 2 Pokok Permohonannya mendalilkan
Penggunaan Formulir C-KWK dan Model C1-KWK serta sangkaan Para
Pemohon berkenaan validitas suara tidak dapat dipastikan adalah mengada-
ada dan tidak beralasan.
2.3. Bahwa dapat Pihak Terkait terangkan, Hal ini karena perolehan suara sah
masing-masing Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati berdasarkan Berita
Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat
Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015 sebagaimana Model DB-KWK dan ditandatangani
oleh Termohon a quo serta 2 orang saksi Pasangan Calon yakni Nasir Ahmad
mewakili Saksi Pasangan Calon nomor urut 1 (Pemohon Pertama) dan
Zulhazi yang mewakili Saksi Pasangan Calon nomor urut 2 (Pihak Terkait)
berdasarkan surat mandat yang diterima Termohon;
2.4. Bahwa Para Pemohon dalam Permohonannya tidak mendalilkan Perhitungan
yang benar menurut Para Pemohon. Pemohon hanya mengilustrasikan dan
berandai-andai dengan dalilnya sendiri tanpa menyajikan perselisihan suara
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
63
ataupun perolehan suara masing-masing pasangan calon atau perolehan
suara Para Pemohon dalam angka-angka yang dikuatkan dengan bukti-bukti.
2.5. Bahwa Justru menurut Pihak Terkait, validitas suara dan pemilih, surat suara
sangat akurat dan berkesesuaian pula didalam sertifikat Rekapitulasi halaman
1 dan halaman 2 Lampiran Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara di Tingkat Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 sebagaimana Model DB1-
KWK yang berisikan Rekapitulasi atas:
a. Data Pemilih (yang berisikan Pemilih di Kabupaten Mukomuko yang
terdaftar dalam DPT, Pemilih terdaftar dalam DPT Tambahan (DPTb-1),
Pemilih Terdaftar dalam Daftar Pemilih Pindahan (DPPh), Pemilih Daftar
Pemilih Tambahan-2 (DPtb-2) atau pengguna KTP atau Identitas
kependudukan lainnya).
b. Data Pengguna Hak Pilih (yang berisikan data-data Pemilih yang telah
menggunakan Hak Pilihnya dalam Pelaksanaan Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati yang berasal dari pemilih yang ada dalam DPT, Pemilih
terdaftar dalam DPT Tambahan (DPTb-1), Pemilih Terdaftar dalam Daftar
Pemilih Pindahan (DPPh), Pemilih Daftar Pemilih Tambahan-2 (DPtb-2)
atau pengguna KTP atau Identitas kependudukan lainnya)
c. Data Penggunaan Surat Suara (yang berisikan rincian Jumlah surat suara
yang diterima termasuk cadangan 2,5% dari Pemilih, Jumlah Surat Suara
yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak dan atau keliru coblos,
jumlah surat suara yang tidak digunakan, jumlah surat suara yang
digunakan);
d. Data jumlah suara sah dan tidak sah (yang berisikan jumlah suara sah
seluruh pasangan calon, Jumlah suara tidak sah dan total suara sah dan
tidak sah);
e. Data Pemilih Disabilitas/Penyandang Cacat (yang berisikan data jumlah
pemilih disabilitas/penyandang cacat dan jumlah pemilih
disabilitas/penyandang Cacat yang menggunakan hak pilih)
2.6. Bahwa data-data yang berisikan sebagaimana pada point 2.3 diatas secara
rinci dan terekam pada saat pleno rekapitulasi Perhitungan Perolehan Suara
ditingkat kabupaten dari data di Setiap Kecamatan dalam Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Tahun 2015. Data-data yang disampaikan dalam pleno
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
64
tersebut bersumber dari Sertifikat Model DA1-KWK (rekapitulasi kecamatan)
dibacakan oleh KPU Kabupaten Mukomuko secara bergiliran masing-masing
kecamatan dan Terbuka untuk umum
2.7. Bahwa data sertifikat lampiran DB1-KWK baik halaman 1 dan halaman 2
juga telah pula ditandatangani oleh Termohon dan Saksi Pasangan Calon
Nomor Urut 1 dan Nomor Urut 2 dengan nama yang sama seperti pada point
2.3;
2.8. Bahwa data-data yang masuk pada saat Pleno KPU Kabupaten untuk
Rekapitulasi Hasil Perolehan dari hasil rekapitulasi sebagaimana didalam
Sertifikat Model DA1-KWK seluruh kecamatan antara lain :
Tabel 5 : Data Model DA1-KWK dan keterangan kehadiran dan
penandatanganan saksi pasangan calon didalam berkas DA-
KWK dan formulir DA1-KWK
No Model DA1-KWK PPK Kecamatan
Saksi Pasangan Calon
1 DA1-KWK Kecamatan Air Dikit (Vide Bukti PT-6 )
a. Saksi No.1 tidak hadir b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 Hadir menandatangani d. Dihadiri oleh PANWAS
2 DA-1KWK Kecamatan Teras Terunjam (Vide Bukti PT-7 )
a. Saksi No.1 tidak hadir b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 tidak hadir d. Dihadiri oleh PANWAS
3 DA1-KWK Kecamatan Penarik (Vide Bukti PT-8 )
a. Saksi No.1 tidak hadir b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 tidak hadir d. Dihadiri oleh PANWAS
4 DA1-KWK Kecamatan Teramang Jaya (Vide Bukti PT-9 )
a. Saksi No.1 tidak hadir b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 Hadir namun tidak
menandatangani d. Dihadiri oleh PANWAS
5 DA1-KWK Kecamatan Selagan Raya (Vide Bukti PT-10 )
a. Saksi No.1 tidak hadir undangan sudah diterima
b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 tidak Hadir undangan
sudah diterima d. Dihadiri oleh PANWAS
6 DA1-KWK Kecamatan Ipuh (Vide Bukti PT- 11)
a. Saksi No.1 tidak hadir undangan sudah diterima
b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 tidak Hadir undangan
sudah diterima d. Dihadiri oleh PANWAS Rapat Pleno sempat ditunda menunggu
saksi hadir 7 DA1-KWK Kecamatan Pondok a. Saksi No.1 tidak hadir, undangan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
65
Suguh (Vide Bukti PT- 12)
sudah diterima b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 tidak Hadir, undangan
sudah diterima d. Dihadiri oleh PANWAS Rapat Pleno sempat ditunda menunggu
saksi hadir 8 DA1-KWK Kecamatan Sungai
Rumbai (Vide Bukti PT- 13)
a. Saksi No.1 tidak hadir, undangan sudah diterima
b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 Hadir menandatangani d. Dihadiri oleh PANWAS
9 DA1-KWK Kecamatan Air Rami (Vide Bukti PT- 14)
a. Saksi No.1 tidak hadir, undangan sudah diterima
b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 tidak Hadir, undangan
sudah diterima d. Dihadiri oleh PANWAS Rapat Pleno sempat ditunda menunggu
saksi hadir 10 DA1-KWK Kecamatan Malin
Deman (Vide Bukti PT-15 )
a. Saksi No.1 tidak hadir, undangan sudah diterima
b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 Hadir, tidak
menandatangani karena diinstruksikan oleh calon wakil bupati (surat pernyataan saksi terlampir)
d. Dihadiri oleh PANWAS Rapat Pleno sempat ditunda menunggu
saksi hadir 11 DA1-KWK Kecamatan V Koto
(Vide Bukti PT-16 ) a. Saksi No.1 tidak hadir, undangan
sudah diterima b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 Hadir dan
menandatangani d. Dihadiri oleh PANWAS Rapat Pleno sempat ditunda menunggu
saksi hadir 12 DA1-KWK Kecamatan XIV
Koto (Vide Bukti PT-17 )
a. Saksi No.1 tidak hadir, undangan sudah diterima
b. Saksi No.2 Hadir menandatangani c. Saksi No.3 tidak Hadir, undangan
sudah diterima d. Dihadiri oleh PANWAS Rapat Pleno sempat ditunda menunggu
saksi hadir 13 DA1-KWK Kecamatan Kota
Mukomuko (Vide Bukti PT-18 )
a. Saksi No.1 hadir dan menandatangani
b. Saksi No.2 Hadir dan menandatangani
c. Saksi No.3 Hadir dan menandatangani catatan khusus baik berkenaan pergantian saksi, salah masuk C1-KWK dan catatan tersebut menerima dan bersepakat
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
66
dengan peserta pleno lainnya d. Dihadiri oleh PANWAS
14 DA1-KWK Kecamatan Lubuk Pinang (Vide Bukti PT-19 )
a. Saksi No.1 tidak hadir b. Saksi No.2 Hadir dan
menandatangani c. Saksi No.3 Hadir dan
menandatangani d. Dihadiri oleh PANWAS
15 DA1-KWK Kecamatan Air Manjuto (Vide Bukti PT-20 )
a. Saksi No.1 tidak hadir b. Saksi No.2 Hadir dan
menandatangani c. Saksi No.3 Hadir dan
menandatangani d. Dihadiri oleh PANWAS
2.9. Bahwa sebagaimana diatur dalam Peraturan KPU No.11 Tahun 2015 tentang
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Waikota dan Wakil
Walikota Pasal 16 ayat (1) menerangkan bahwa Formulir rekapitulasi hasil
penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5) dan
ayat (6) ditandatangani oleh Ketua dan Anggota PPK, dan Saksi yang Hadir.
Dalam hal ini bagi Saksi Para Pemohon yang diundang namun tidak hadir
maka bukan menjadikan keabsahan formulir tidak valid atau tidak sah, karena
pada Faktanya semua Ketua dan Anggota PPK dalam 15 Kecamatan
menandatangani formulir DA-KWK, DA1-KWK dan saksi menandatangani
serta dihadiri pula Panitia Pengawas ditingkat Kecamatan;
2.10. Bahwa di dalam Pasal 16 ayat (2) Peraturan KPU No.11 Tahun 2015 tentang
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Waikota dan Wakil
Walikota dinyatakan Dalam hal Ketua dan Anggota PPK dan Saksi yang hadir
tidak bersedia menandatangani formulir sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), formulir ditandatangani oleh anggota PPK dan saksi yang hadir yang
bersedia menandatangani. Bahwa pada faktanya, disemua kecamatan yang
melaksanakan pleno PPK telah mengundang saksi-saksi pasangan calon,
dan saksi-saksi pasangan calon ikut pula menghadiri. Hal ini dapat dilihat
dalam lampiran DA2-KWK masing-masing kecamatan sebagai bahagian yang
tidak terpisahkan dari Formulir DA-KWK Kecamatan;
2.11. Bahwa disisi lain dari seluruh Hasil Rekapitulasi ditingkat PPK sebanyak 15
Kecamatan Saksi-saksi Pemohon Pertama dan atau Saksi Pemohon Kedua
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
67
juga ada yang ikut hadir dalam pleno dan menandatangani pula Berita Acara
Model DA1-KWK yang berisikan data-data rekapitulasi statistik sebagaimana
dalam point 2.3 Keterangan Pihak Terkait.
2.12. Bahwa secara substansi terhadap perolehan masing-masing calon didalam
rekapitulasi yang tercatat dalam DA-1 KWK serta data-data statistik tidak ada
saksi maupun PANWAS yang hadir dengan mengajukan keberatan ataupun
catatan khusus pada saat pleno PPK di 15 kecamatan. Terlebih yang
dipersoalkan Para Pemohon setelah diketahui Suara Para Pemohon tidak
dapat mengungguli suara dari Pihak Terkait berkaitan dengan perselisihan
suara Para Pemohon maupun berkenaan dengan C1-KWK yang dipersoalkan
Para Pemohon dalam Permohonannya.
2.13. Bahwa sumber data dalam pleno PPK dan angka perolehan masing-masing
pasangan calon baik Para Pemohon dan Pihak Terkait berasal dari formulir
C1-KWK dari seluruh TPS secara berjenjang dan disampaikan dihadapan
umum dan terbuka secara bergantian oleh masing-masing PPS.
2.14. Bahwa tidak ada perbedaan formulir C1-KWK yang diterima saksi Para
Pemohon dengan Saksi Pihak Terkait, lagi pula secara Substansi terhadap
angka-angka perolehan suara pasangan calon dalam setiap lembar formulir
C1-KWK tidak ada yang dirugikan 1 (satu) suarapun, serta tidak ada
perbedaan terhadap data-data statistik didalam lampiran berita acara C1-
KWK yang dituliskan di data statistik semua pasangan calon melalui saksi-
saksinya.
2.15. Bahwa secara substansi pula Validitas Suara dan data statistik seluruhnya
terekam dalam rekapitulasi hasil secara berjenjang dari Perhitungan di TPS,
Pleno PPK disetiap kecamatan hingga Pleno ditingkat KPU kabupaten
Mukomuko;
2.16. Bahwa oleh karenanya terhadap dalil para Pemohon yang menyatakan
penggunaan formulir C1-KWK yang tidak berlaku lagi dapat membuat
validitas suara perolehan Para Pemohon dan terhadap DPT, C6-KWK
sangatlah tidak beralasan dan sangat tidak berdasar secara substansi pada
perolehan suara dan data statistik karena tidak ada sengketa selisih pada
setiap tingkatan pleno rekapitulasi hasil;
2.17. Bahwa terhadap dalil Permohonan Para Pemohon pada point 3 sangat tidak
beralasan dan tidak berdasar. Pelanggaran yang dimaksud Para Termohon
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
68
yang bersifat sistematis, terstruktur dan massif yang mempengaruhi
perolehan suara karena tidak membagikan Surat Undangan Memilih Form
C6-KWK kepada ribuan pemilih sehingga para pemilih kehilangan hak
pilihnya merupakan dalil yang tidak bisa diterima dan tidak beralasan dan
berasumsi belaka.
2.18. Bahwa terhadap dalil ini, Para Pemohon tidak dapat memastikan siapa saja
sejumlah ribuan pemilih yang tidak mendapatkan formulir C6-KWK
pemberitahuan kepada pemilih tersebut, lagi pula apakah Para Pemohon
dapat memastikan dari ribuan pemilih yang tidak mendapat formulir C6
tersebut akan memilih Para Pemohon ? karena pada faktanya dari 89.588
pemilih (69,62%) Partisipasi Pemilih, Pihak Terkait dapat Unggul 46% dari
Para Pemohon, dan apakah ada suatu kabupaten atau kota ataupun propinsi
di seluruh republik Indonesia yang partisipasi pemilihnya bisa mencapai 100%
dari jumlah pemilih (DPT).
2.19. Bahwa jika Para Pemohon menyatakan dan memastikan ribuan pemilih
tersebut memilih Para Pemohon jelas dan nyata Para Pemohon lah yang
sesungguhnya melanggar azas Rahasia dan Langsung terhadap pemilihan
umum bupati kabupaten Mukomuko tahun 2015.
2.20. Bahwa perlu diketahui oleh Para Pemohon, Bahwa pengalaman
permasalahan surat C6-KWK dari pemilu legislatif, pemilu presiden hingga
pemilukada menjadi titik masuk (entry point) pemohon yang mengajukan
permohonan kepada Mahkamah Konstitusi. Jika pada pemilu sebelumnya
C6-KWK ditafsirkan sebagai undangan yang harus dan mutlak diterima oleh
Pemilih, namun di dalam sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah Gubernur,
Bupati dan Walikota serentak ini mengalami perubahan, dimana saat ini
berdasarkan Peraturan KPU tentang pemungutan suara pengertian C6-KWK
adalah Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara kepada Pemilih.
2.21. Bahwa Perubahan pengertian ini sesungguhnya memberikan dua makna.
Makna Pertama, yakni dahulu C6-KWK diartikan menjadi Undangan dengan
ditafsirkan undangan maka ketika tidak menerima C6-KWK pemilih tidak
dapat memberikan hak pilihnya, namun C6-KWK yang saat ini diartikan dan
diamanahkan merupakan Pemberitahuan kepada Pemilih sebagaimana
dalam Pasal 14 Peraturan KPU No.10 Tahun 2015.Makna Kedua, dengan
dicantumkan Pasal 15 ayat (1) peraturan KPU No.10 Tahun 2015 tentang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
69
Pemungutan dan penghitungan Suara maka memberikan makna Partisipasi
Pemilih juga dibutuhkan ketika pemilih belum menerima pemberitahuan untuk
meminta pemberitahuan (C6-KWK) dengan membawa identitas diri pemilih.
Artinya Pasal ini menekankan partispasi aktif dari pemilih sendiri. Terlebih jika
Para Pemohon menyatakan yang tidak menerima tersebut adalah Tim
Kampanye dan relawan Para Pemohon, akan menjadi pertanyaan bagi kami
Pihak Terkait mengapa ada masalah internal apa sampai para tim kampanye
dan relawan Para Pemohon tidak menjadi pemilih aktif dalam memenangkan
Para Pemohon untuk datang dan meminta formulir C6-KWK kepada KPPS 1
hari sebelum pemungutan suara dimana mereka bertempat tinggal? Dan
terhadap permasalahan internal Para Pemohon sehingga tim kampanye dan
relawan Para Pemohon yang tidak memilih sesungguhnya bukan
permasalahan yang harus diselesaikan oleh Termohon sampai mengaitkan
menjadi pelanggaran yang dilakukan oleh Termohon dan Pihak Terkait.
2.22. Berkenaan dengan pendistribusian lembar C6-KWK yang dipersoalkan Para
Pemohon, maka Pihak Terkait memiliki kepentingan untuk menjelaskan
dengan dasar hukum yang ada bahwa pendistribusian C6-KWK yang
dilakukan oleh KPPS sebagaimana pasal 14 ayat (1) Peraturan KPU No.10
Tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubenur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil
Walikota. Namun pada faktanya dari ketika Ketua KPPS mendistribusikan
C6-KWK dan pada saat itu pemilih dan atau keluarganya tidak berada
ditempat sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (4) Peraturan KPU No.10
Tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubenur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil
Walikota
2.23. Bahwa jika dalam masa 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara
dilakukan, Pemilih belum menerima pemberatahuan C6-KWK maka pada
saat 1 hari sebelum pemungutan suara Pemberlakuan Pasal 15 ayat (1)
Peraturan KPU No.10 Tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan
Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur, Bupati dan Wakil Bupati,
Walikota dan Wakil Walikota. Dan karena itu dinyatakan :
“Apabila sampai dengan 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara
terdapat pemilih yang belum menerima formulir Model C6-KWK, pemilh yang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
70
bersangkutan dapat meminta formulir model C6-KWK kepada Ketua KPPS
paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara dengan
menunjukkan Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Passpor atau identitas
lain”.
Bahkan berdasarkan Pasal 15 ayat (2) diberikan keluasaan jika C6-KWK
yang diterima pemilih hilangpun tetap pemilih bisa melakukan hak pilihnya
dengan membawa identitas seperti KTP, Kartu Keluarga dan identitas lain.
2.24. Oleh karenanya dalil permohonan Para Pemohon menuduh Termohon telah
melakukan pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis dan massif
dengan tidak membagikan Pemberitahuan Pemungutan Suara kepada
Pemilih (C6-KWK), terutama kepada Relawan dari Para Pemohon dan tidak
mencatatkan pada formulr C7-KWK adalah tidak beralasan dan tidak
berdasar.
2.25. Bahwa terhadap dalil Permohonan Para Pemohon yang mendalilkan adanya
pelanggaran keterlambatan penyampaian laporan LPPDK yang dilakukan
oleh Pihak Terkait sebagaimana didalam permohonan point 8 huruf f pada
Kedudukan Hukum (legal standing) Para Pemohon, Point 4, Point 27, Point
28, Point 29 dan Point 30 pada Pokok Permohonan adalah tidak beralasan
dan tidak berdasar.
2.26. Bahwa Para Pemohon mendalilkan pada poin 8 huruf f dalam Kedudukan
Hukum (legal standing) Pemohon, dan kembali pada point 4 dalam Pokok
Permohonan tentang adanya pelanggaran yang terjadi dan dibiarkannya
pelanggaran atas keterlambatan pelaporan dana kampanye yang dapat
mengakibatkan di-diskualifikasinya peserta pemilihan. Bahwa Para Pemohon
pada point 27 pokok permohonannya mendalilkan pula yang melakukan
pelanggaran dalam keterlambatan penyampaian laporan penerimaan dan
pengeluaran dana kampanye (LPPDK) pasangan calon bupati/wakil bupati
nomor urut 2 dalam hal ini Pihak Terkait. Bahwa dalil point 28, Para Pemohon
menyatakan Pihak Terkait meyampaikan laporan tersebut pada tanggal 6
Desember 2015 sekitar pukul 22.00 WIB.
2.27. Bahwa untuk meyakinkan dalilnya pada point 29 dan point 30, Para Pemohon
menjelaskan norma yang diatur dalam Pasal 54 dan Pasal 34 ayat (1) dan
ayat (2) Peraturan KPU No.8 Tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
71
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan atau
Walikota dan Wakil Walikota.
2.28. Bahwa terhadap dalil-dalil diatas, Pihak Terkait menerangkan dan
menanggapi dengan menjelaskan norma Pasal 34 ayat (1) dan Ayat (2)
Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota
dan Wakil Walikota yakni :
Ayat (1) : “Pasangan Calon menyampaikan LPPDK kepada KPU/KIP Aceh
untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan KPU
Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau
Walikota dan Wakil Walikota paling lambat 1 (satu) hari setelah
masa Kampanye berakhir”
Ayat (2) : “LPPDK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
KPU Propinsi/KIP Aceh atau KPU Kabupaten/Kota paling lambat
pukul 18.00 waktu setempat”.
2.29. Bahwa terhadap pasangan calon yang tidak melaporkan LPPDK
sebagaimana diatur dalam Pasal 34 ayat (2) Peraturan KPU Nomor 8 Tahun
2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota pada waktu
yang telah ditentukan maka sanksi yang diterapkan sebagaimana diatur pada
Norma Pasal 54 Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Dana
Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota yakni :
“Pasangan Calon yang terlambat menyampaikan LPPDK kepada KPU
Propinsi/KIP Aceh atau KPU Kabupaten/Kota sampai batas waktu yang
ditentukan sebagaimana dimaksud Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) dikenai
Sanksi berupa pembatalan sebagai Pasangan Calon.”
2.30. Bahwa berdasarkan norma Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 54
Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota
dan Wakil Walikota dengan adanya dalil-dalil Para Pemohon dalam
Kedudukan Hukum (legal standing) Para Pemohon dan pada Pokok
Permohonan seperti point-point diatas maka Pihak Terkait nyatakan dalil-dalil
ini adalah bentuk tuduhan atas rekayasa fakta nyata yang tidak berdasar.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
72
2.31. Bahwa Pihak Terkait telah melaporkan LPPDK sebagaimana diatur pada
Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) pada Hari Minggu, tanggal 6 Desember 2015
pukul 17.48 WIB sebagaimana dalam bukti Tanda Terima Laporan dan
Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) yang ditandatangani oleh staf bagian
penerima Termohon dan ditandantangi pula oleh Tim Kampanye (Pakar IT)
Pihak Terkait. (Vide Bukti PT-21 )
2.32. Bahwa di sisi lain, hingga saat ini Pihak Terkait tidak pernah dilaporkan
kepada Panwas Kabupaten Mukomuko terhadap pelanggaran atau tidak
melaporkan dana kampanye (LPPDK) sebagaimana dituduhkan oleh Para
Pemohon dalam Permohonannya;
2.33. Bahwa dengan keterangan Pihak Terkait serta bukti penerimaan LPPDK
maka dalil-dalil Para Pemohon atas adanya Pelanggaran yang dibiarkan atas
keterlambatan pelaporan dana kampanye LPPDK dengan di atas
terbantahkan dan oleh karenanya atas dalil-dalil Para Pemohon tidak terbukti
dan tidak berdasar. Oleh karenanya sangat beralasan dan sangat berdasar
bagi Mahkamah yang Mulia untuk menyatakan dalil-dalil Para Permohonan
tidak terbukti dan atau tidak dapat diterima.
2.34. Bahwa terhadap point 5 dan point 6 dalil Pokok Permohonan Para Pemohon
bahwa C1-KWK dan lampiran Model C1-KWK berdasarkan PKPU nomor 15
Tahun 2010 dan bukan menggunakan dokumen pemilihan sebagaimana
diatur dalam peraturan PKPU Nomor 10 Tahun 2015 sehingga dengan
menggunakan dokumen pemilihan yang salah Para Pemohon tidak dapat
memastikan validitas jumlah pemilih yang menerima undangan, jumlah
pemilih yang hadir, hasil penghitungan suara dan jumlah surat suara pada
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015.
2.35. Bahwa dalil Para Pemohon diatas menduga dengan adanya perubahan
peraturan KPU mengakibatkan validitas perolehan suara dan data-data
statistik atas validitas jumlah pemilih yang hadir, jumlah surat suara diragukan
adalah dalil atau alasan yang tidak berdasar. Karena menurut Pihak Terkait
perubahan peraturan KPU dalam formulir C-KWK dan lampirannya Model C1-
KWK secara substansi tidak mempengaruhi dengan data statistik serta
mempengaruhi adanya selisih perolehan suara masing-masing pasangan
calon, dalam hal ini perolehan suara Para Pemohon dan Pihak Terkait.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
73
2.36. Bahwa perubahan formulir C-KWK dan lampiran Model C1-KWK hanya pada
perubahan bentuk yang dari 2 (dua) lembar menjadi 1 (satu) lembar dan letak
tandatangan saksi, namun bentuk isian yang bersifat data statistik secara
substansi tidak ada perubahan. Semua data seperti yang dijelaskan Pihak
Terkait diatas pada point 2.5 masih terdapat dalam lampiran Model C1-KWK
yang digunakan pada saat itu. Oleh karenanya Validitas atas perolehan suara
Para Pemohon dan Pihak Terkait secara substansi dapat
dipertanggungjawabkan.
2.37. Bahwa menurut Pihak Terkait, persoalan validitas Data Statistik sebagaimana
didalam Lampiran Model C1-KWK berasal dari Model C1-KWK Plano yang
semua data-data statistik tersebut dituliskan dalam tahap Penghitungan
Suara ditingkat TPS yang dihadiri semua Saksi Para Pemohon dan Saksi
Pihak Terkait. Bahwa C1-KWK Plano sudah sesuai dan berdasarkan
Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015. Dan pada faktanya, sepanjang
penghitungan suara dan penghitungan statistik atas data pemilih (DPT,DPTb-
1, DPTb-2 dan Pemilih Pindahan), atas Data Surat Suara yang diterima KPPS
ditambah 2,5% dari jumlah pemilih di TPS tersebut, Pemilih yang
menggunakan hak pilih serta data-data lainnya tidak terdapatadanya
KEBERATAN dari semua saksi Para Pemohon dan Saksi Pihak Terkait
maupun Temuan Petugas Panwas PPL di masing-masing TPS atas adanya
perbedaan atau perselisihan pengitungan di masing-masing TPS karena pada
substansinya adalah sama sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat
Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pemungutan dan
Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota.
2.38. Bahwa terhadap dalil Pokok Permohonan Para Pemohon point 7 dan point 7
huruf yang menyatakan “kesalahan yang disengaja oleh Termohon”
merupakan tuduhan yang tidak berdasar dan cenderung fitnah. Adapun
keterangan dan Tanggapan Pihak Terkait antara lain :
a. Bahwa terhadap point 7 huruf a dalil Para Pemohon dalam Pokok
Permohonannya menyatakan dalam Berita Acara Pemungutan dan
Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015, lembaran model C-KWK dan
Formulir C1-KWK yang digunakan Termohon aquo tidak berlaku lagi
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
74
b. Bahwa perubahan lampiran C1-KWK tidak berdampak pada adanya
diskriminasi atas perubahan perolehan suara Para Pemohon di
penghitungan ditingkat TPS yang mengakibatkan kalahnya Para Pemohon
dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun
2015 karena secara substansinya perubahan tersebut tidak mengurangi
suara masing-masing Para Pemohon dan Pihak Terkait karena setelah
direkapitulasi suara dan data statistik di seluruh TPS tidak ada selisih baik
perolehan maupun datanya, apalagi akan menguntungkan Pihak Terkait
sangatlah Tidak Beralasan dan Tidak Berdasar.
c. Bahwa pada faktanya Petugas KPPS diseluruh TPS di wilayah Kabupaten
Mukomuko telah melaksanakan validasi sebelum melakukan penghitungan
suara sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (2) Peraturan KPU Nomor
10 Tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan
Wakil Walikota. Dalam hal ini dalil Para Pemohon dapat dibuktikan karena
tidak ada catatan khusus atau catatan kejadian didalam Formulir C2-KWK
yang diterima Saksi Pihak Terkait ataupun temuan Petugas PPL PANWAS
yang menyatakan adanya ketua KPPS atau anggota KPPS di seluruh TPS
yang melanggar aturan dan tahapan sebagaimana diatur dalam Pasal 47
ayat (2) tersebut. Oleh karenanya Validasi sebagaimana dikeluhkan dan
atau dituduhkan Para Pemohon sangatlah tidak beralasan dan Tidak
Terbukti;
2.39. Bahwa berkenaan dalil Permohonan Para Pemohon point 7 huruf b pada
Pokok Permohonannya, dinyatakan Lembaran Formulir Model C1-KWK dan
Lampiran Model C1-KWK tidak Terdapat tulisan “logo hologram” dibawah
logo KPU sudut kiri atas sehingga patut diduga dokumen Palsu.Bahwa
terhadap dalil ini, dapat Pihak Terkait terangkan dan tanggapi sebagai berikut:
a. Bahwa diseluruh TPS yang dihadiri oleh SAKSI Pihak Terkait semua data
sebagaimana hasil penghitungan dan rekapitulasi tertulis didalam Formulir
C1-KWK Plano bertanda hologram terbuka lebar dan dapat diakses
sebagaimana diatur didalam Pasal 47 ayat (5) Peraturan KPU Nomor 10
Tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan
Wakil Walikota.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
75
b. Bahkan di semua TPS para Petugas KPPS memberikan ruang dan
kesempatan bagi Saksi Para Pemohon dan Pihak Terkait untuk
mendokumentasikan hasil perolehan dan catatan di Lembar C1-KWK
Plano baik dalam bentuk foto maupun video sebagaimana diatur dalam
Pasal 47 ayat (6) dan ayat (7) Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015
tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota.
Namun tidak semua hak untuk pendokumentasian tersebut dimanfaatkan
oleh Saksi masing pasangan calon dan berdasarkan kesanggupan Saksi
yang disiapkan Para Pemohon dan Pihak Terkait yang memiliki fasilitas
foto dan atau video.
c. Bahwa setelah melakukan penghitungan dan pencocokan validasi
perolehan suara dan data-data statistik yang ada di C1-KWK Plano, KPPS
menyalin kembali seluruh yang tercatat di C1-KWK Plano ke dalam formulir
isian C1-KWK yang berhologram dan lampirannya.
d. Bahwa dalam penyalinan tersebut seluruhnya disaksikan oleh semua Saksi
Para Pemohon dan Saksi Pihak Terkait serta Petugas PPL Panwas yang
ditempatkan di TPS. Tidak ada catatan khusus atas kelalaian atau tidak
melibatkan saksi pasangan calon atau petugas PPL Panwas di TPS yang
dilanggar oleh Ketua KPPS maupun anggotanya atau adanya Manipulasi
angka-angka perolehan suara maupun data statistik sebagaimana diatur
dalam Pasal 48 (2) Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota.
e. Bahwa merupakan fakta hukum serta fakta dan bukti yang membantah dalil
Para Pemohon atas validitas perolehan suara dan data-data statistik yang
mempengaruhi perolehan suara Para Pemohon karena semua Saksi yang
hadir menandatangani formulir C1-KWK dan lampirannya yang
berhologram
f. Bahwa semua saksi dan Panwas Lapangan serta PPK dan Termohon
hanya menerima copy (salinan) yang tidak berhologram yang semuanya
juga ditandatangani oleh Ketua KPPS, Anggota KPPS, Saksi Pasangan
Calon dan dilampirkan daftar hadir yang didalamnya ada PPL Panwas
yang ditempatkan di TPS. Sedangkan Asli Berita Acara C-KWK dan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
76
Lampirannya C1-KWK yang berhologram dimasukkan dalam amplop
tertutup dan ditempatkan didalam kotak suara yang digembok dan
bersegel;
g. Bahwa jika ada beberapa Saksi Para Pemohon atau Pihak Terkait tidak
menandatangani sepenuhnya karena kelalaian saksi yang tidak hadir atau
tidak ada di TPS yang bersangkutan. Hal ini diatur didalam Pasal 52
Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pemungutan dan
Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota. Dan seluruh saksi Para
Pemohon dan Saksi Pihak Terkait serta Panwas di TPS tidak ada yang
menyatakan keberatan atas hasil yang tertera pada formulir C1-KWK serta
lampirannya yang diterima Saksi masing-masing.
h. Bahwa jika Para Pemohon mendalilkan harus menerima C1-KWK dan
lampirannya yang berhologram tidaklah berdasar dan salah memahami
aturan yang diatur dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati sebagaimana
didalam Pasal 51 Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota.
2.40. Bahwa Pihak Terkait mengingatkan kepada Para Pemohon dalam
pelaksanan pemungutan dan penghitungan suara di TPS, disamping
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko juga dilakukan serentak atas
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Bengkulu. jika
diperbandingkan dengan data statistik keseluruhan dimasing-masing TPS
atas data yang ada di Model lampiran C1-KWK pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati dengan lampiran Model C1-KWK pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur tidak terdapat perbedaan jumlah Pemilih, tidak terdapat perbedaan
jumlah surat suara yang ada ditingkat TPS.
2.41. Bahwa jika dibeberapa TPS terdapat perbedaan jumlah surat suara yang
terpakai dan jumlah perolehan suara antara Bupati dan Wakil Bupati dengan
Gubernur dan Wakil Gubernur sepenuhnya dipengaruhi adanya Pemilih yang
berpindah atau sedang bertugas dengan membawa formulir Model A5-KWK
melakukan hak pilihnya untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan
pemilih tersebut tidak boleh menggunakan hak pilihnya dan mendapatkan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
77
surat suara untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2.42. Bahwa bahkan Terhadap perbedaan tersebut terekam dengan jelas dan
sangat valid didalam lampiran Model C1-KWK tentang Sertifikat rekapitulasi
pemilih dimasing-masing TPS.
2.43. Bahwa terhadap dalil Pokok Permohonan Para Pemohon point 7 huruf c yang
menyatakan lembaran pada Model C-KWK yang digunakan oleh Termohon
terdapat petunjuk agar formulir Model C6 dan formulir Model C7 tidak
disertakan dalam lampiran berita acara hasil pemungutan dan perhitungan
suara sehingga saksi pasangan calon tidak dapat mencocokkan jumlah
pemilih yang hadir dengan penggunaan suarat suara adalah tidak benar dan
tidak berdasar. Dalam hal ini kami dari Pihak Terkait menerangkan dan
menanggapi sebagai berikut :
a. Bahwa berdasarkan laporan dan keterangan saksi-saksi dari Pihak Terkait
proses dan tahapan setelah penhitungan dan rekapitulasi perolehan suara
dan rekapitulasi data statistik baik pemilih, pengguna hak pilih yang
berkesesuaian dengan jumlah total surat suara ditambah 2,5% dicocokkan
dengan jumlah surat suara yang digunakan maka lembar C-KWK Plano
yang berhologram ditandatangani kemudian disalin dalam formulir C1-KWK
dan lampirannya.
b. Bahwa setelah menyalin kembali di C1-KWK dan model lampiran C1-KWK
ditandatangani semua petugas dan ketua KPPS, Saksi-saksi semua
pasangan calon bupati dan wakil bupati;
c. Bahwa setelah ditandatangani Ketua KPPS mengumumkan semua
perolehan suara dan data statistik yang telah direkapitulasi semua dan 1
(satu) rangkap di tempel ditempat umum yang bisa diakses publik disekitar
TPS;
d. Bahwa tahapan ini tidak ada yang dilanggar dan dilewati sebagaimana
dalam Pasal 55 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota.
e. Bahwa selanjutnya sebagaimana diatur dalam pasal 55 ayat (2), ayat (3)
dan ayat (4). Semua telah menerima salinan Berita Acara dan formulir C1-
KWK dan lampirannya. Dimana saksi Para Pemohon dan Saksi Pihak
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
78
Terkait maupun petugas PPL Panwas hanya menerima formulir C1-KWK
dan lampirannya sebagaimana diatur Pasal 55 ayat (4) dinyatakan :
“KPPS menyampaikan 1 (satu) rangkap salinan formulir C-KWK, Model
C1-KWK dan lampirannya kepada saksi dan PPL/Pengawas TPS pada hari
Pemungutan Suara”
Bahwa dari dasar aturan diatas, maka tidak ada kewajiban agar formulir
Model C6 dan Formulir C7 disertakan atau tidak disertakan dalam lampiran
berita acara hasil pemungutan dan perhitungan suara serta sesuai dengan
tahapan saksi telah melakukan verifikasi, validasi perolehan suara dan
data statistik pemilih, surat suara yang hadir dengan penggunaan surat
suara.
f. Bahwa dengan begitu, dalil Para Pemohon sangat tidak berasalan dan
sangat tidak berdasar, oleh karenanya sangat beralasan dan sangat
berdasar bagi Mahkamah yang Mulia menyatakan menolak atau setidak-
tidaknya mengesampingkan dalil Para Pemohon.
2.44. Bahwa terhadap dalil Para Pemohon point 7 huruf d menyatakan Model C-
KWK yang digunakan Termohon terdapat isitilah Model C8-KWK dan C9-
KWK padahal didalam Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tidak ditemukan
istilah tersebut sehingga membingungkan semua pihak dalam menjalankan
tugasnya di KPPS. Terhadap dalil ini Pihak Terkait menerangkan dan
menanggapi sebagai berikut:
a. Bahwa kekeliruan dalam Model C-KWK secara administratif tidak
menguntungkan salah satu calon dan sebaliknya tidak juga merugikan
salah satu calon. Bahwa sepanjang dalam bentuk formil C8-KWK dan C9-
KWK tidak ada atau tidak tersedia, maka hal tersebut dapat diabaikan
karena sepanjang kekeliruan dalam administrasi tanpa merubah substansi
dan data statistik perolehan suara di TPS, jumlah pemilih dalam DPT di
TPS, surat suara yang diterima di TPS, jumlah surat suara yang digunakan
sesuai dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dan sama
dengan jumlah perolehan suara sah seluruh pasangan calon dan jumlah
surat suara batal.
b. Bahwa pada faktanya, saksi-saksi Para Pemohon dan Saksi Pihak Terkait
serta Petugas pengawas lapangan (PPL) Panwas tidak ada yang bingung
dalam mengawasi jalannya pemungutan dan penghitungan suara. hal ini
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
79
dibuktikan petugas KPPS seluruh TPS dalam mengisi formulir C-KWK dan
lampiran C1-KWK tidak ada permasalahan dan semua saksi pasangan
calon menandatanganinya.
c. Bahwa karena ditingkat saksi-saksi di TPS, petugas KPPS bahkan panwas
sendiri tidak pernah melaporkan adanya kebingungan dalam menjalankan
tugasnya, lalu justru Para Pemohon yang merasa khawatir bingung.
Bahkan ke khawatiran kebingungan pada petugas dalam menjalankan
tugasnya setelah proses dan tahapan pelaksanaan pemungutan dan
penghitungan suara ditingkat TPS telah selesai dilaksanakan tanpa ada
komplain ataupun keberatan ditingkat TPS.
d. Bahwa dengan fakta-fakta diatas, sangat tidak beralasan dan tidak
berdasar dalil yang disampaikan Para Pemohon pada Pokok
Permohonannya.
2.45. Bahwa terhadap point 7 huruf e dalil pada Pokok Permohonan Para
Pemohon, maka Pihak Terkait menerangkan dan menanggapi sebagai
berikut:
a. Bahwa dalil Para Pemohon keliru dalam menterjemahkan lembar formulir
C1-KWK dan lampiran C1-KWK sebagaimana yang disediakan didalam
formulir C1-KWK tersebut;
b. Bahwa tandatangan saksi tetap ada dan pada halaman yang prinsip dan
berkenaan pada halaman angka-angka perolehan suara para calon Bupati
dan Wakil Bupati yang ikut dalam pemilihan (dalam hal ini Para Pemohon
dan Pihak Terkait);
c. Bahwa sebagaimana keterangan Pihak Terkait pada point sebelumnya
proses rekapitulasi tidak hanya saja pada rekapitulasi perolehan suara
masing-masing pasangan calon saja. Lebih dari itu, rekapitulasi juga
dilakukan atas jumlah pemilih, jumlah surat suara baik yang digunakan,
rusak, tidak digunakan, jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih,
jumlah suara batal.
d. Bahwa rekapitulasi tersebut dilakukan Ketua KPPS, Anggota KPPS
bersama-sama Saksi Para Pemohon dan Pihak Terkait , ikut pula saksi
dari pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, didampingi Petugas
PPL Panwas yang ditempatkan serta masyarakat yang masih
menunggu/memantau jalannya pemilihan di TPS;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
80
e. Bahwa berdasarkan Pasal 98 ayat (10) UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas UU Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi
Undang-undang dinyatakan :
“Segera setelah selesai penghitungan suara di TPS, KPPS membuat berita
acara dan sertifikat hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh
Ketua KPPS dan paling sedikit 2 (dua) orang anggota KPPS serta dapat
ditandatangani oleh saksi pasangan calon”
f. Bahwa makna dari kata “dapat” dalam norma hukum pada pasal 98 ayat
(10) diatas Pihak Terkait menafsirkan bisa ditandatangani atau tidak oleh
saksi pasangan calon. Justru Termohon telah menyiapkan kolom
tandatangan saksi didalam lembaran yang bersifat krusial dan prinsip pada
lembar perolehan suara pasangan calonnya. Bahkan saksi-saksi Para
Pemohon dan Pihak Terkait telah pula menandatangani C-KWK dan
lampiran C1-KWK yang ada. oleh karenanya dalil Para Permohonan
Pemohon diatas sangatlah tidak beralasan dan tidak berdasar.
2.46. Bahwa dalil Para Pemohon point 8 dan Point 9 pada Pokok Permohonannya
dapat kami tanggapi dalam keterangan Pihak Terkait sebagai berikut:
a. Bahwa kronologis sebagaimana disampaikan Para Pemohon dalam Pokok
Permohonannya adalah tidak benar dan tidak beralasan karena
pelanggaran yang secara substansial mengakibatkan perselisihan
perolehan suara Para Pemohon dengan Pihak Terkait tidak terdapat dan
saksi-saksi pun tidak ada memajukan keberatan dalam lembar keberatan
sebagai satu-kesatuan dari C1-KWK yang diterima ;
b. Bahwa sebagaimana dalam Point 9 huruf a dan huruf b, dapat kami
tanggapi untuk model C-KWK dan lampiran C1-KWKsemua saksi-saksi
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati menerima lembar Formulir C-
KWK dan lampiran C1-KWK yang sama dan tidak ada bedanya antara
saksi Para Pemohon dengan Saksi Pihak Terkait, dan tidak juga ada
bedanya dengan apa yang diterima oleh Petugas PPL Panwas disetiap
TPS.
c. Bahwa terhadap point 9 huruf c instruksi Pemohon Kedua adalah benar
dan dinyatakan pula pada beberapa saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
81
yang hadir untuk tidak menandatangani Sertifikat hasil Model DA-KWK dan
lampirannya DA1-KWK. Namun terdapat juga saksi Pemohon Kedua yang
HADIR mengetahui dan memahami tentang Prinsip dan substansi
perolehan suara tidak ada perselisihan didalam Model DA-KWK dan
lampiran DA1-KWK pleno PPK. Terdapat 3 (tiga) kategori berdasarkan alat
bukti yang menunjukkan dalil Permohonan Para Pemohon tentang Instruksi
Pemohon Kedua sesungguhnya tidak konsisten dengan fakta dan
kenyataannya, antara lain:
c.1. Saksi Pemohon Kedua Yang Hadir Dan Menandatangani
1. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Air Dikit (Vide Bukti PT-6)
2. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Sungai Rumbai (Vide Bukti
PT-13)
3. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK V Koto (Vide Bukti PT-16)
4. Saksi Pemohon Kedua Pleno PPK Kota Mukomuko (Vide Bukti
PT-18)
5. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Lubuk Pinang (Vide Bukti
PT-19)
6. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Air Manjuto (Vide Bukti PT-
20)
c.2. Saksi Pemohon Kedua Yang Hadir Tapi Tidak Tandatangan
1. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Teramang Jaya (Vide Bukti
PT-9)
2. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Malin Deman (Vide Bukti
PT-15)
c.3. Saksi Pemohon Kedua Yang Tidak Hadir Dalam Pleno PPK
1. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Teras Terunjam (Vide Bukti
PT-7)
2. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Penarik (Vide Bukti PT-8)
3. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Selagan Raya (Vide Bukti
PT-10)
4. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Ipuh (Vide Bukti PT-11)
5. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Pondok Suguh (Vide Bukti
PT-12)
6. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK Air Rami (Vide Bukti PT-14)
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
82
7. Saksi Pemohon Kedua di Pleno PPK XIV Koto (Vide Bukti PT-17)
g. Bahwa meskipun berdasarkan 104 ayat (5) UU Nomor 8 Tahun 2015
tentang Perubahan atas UU Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Walikota
menjadi Undang-undang dinyatakan :
“Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara yang
berasal dari seluruh TPS dalam wilayah kerja kecamatan yang
bersangkutan, PPK membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara yang ditandatangani oleh Ketua dan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang anggota PPK serta dapat ditandatangani oleh
saksi pasangan calon”
h. Bahwa dari bukti-bukti DA-1 KWK diatas yang ada adalah SAH dan
menunjukkan fakta sesungguhnya Pemohon Kedua menerima secara
substansi perolehan suara yang telah dilakukan rekapitulasi ditingkat pleno
PPK setiap kecamatan;
i. Bahkan instruksi untuk menyampaikan keberatan seperti yang didalilkan
Para Pemohon tidak disampaikan oleh saksi Pemohon Kedua. Saksi
Pemohon Kedua hanya menyampaikan berdasarkan instruksi kandidat
saksi tidak boleh menandatangani Berita Acara dan lembar formulir DA-
KWK dan lampiran DA-1 KWK sebagaimana didalam Pernyataan Saksi
Pemohon kedua di Pleno Kecamatan Malin Deman. (Vide Bukti PT-15).
j. Bahwa terhadap dalil Para Pemohon point 9 huruf d dan huruf e Pokok
Permohonannya dapat kami terangkan dan tanggapi pada Pelaksanaan
Pleno PPK semua kecamatan dimulai pada Tanggal 11 Desember 2015
pada pukul 08.30 wib, semua saksi Para Pemohon diundang dengan cara
dan waktu yang patut termasuk saksi Pihak Terkait dan Panwas
Kecamatan.
k. Bahwa Berkenaan dengan ketidakhadiran saksi Pemohon Pertama dan
saksi Pemohon Kedua bukanlah kewajiban PPK untuk menjemput saksi-
saksi tersebut, meskipun terdapat dibeberapa pleno kecamatan yang
ditunda untuk menunggu kehadiran saksi Para Pemohon datang dan hadir.
Hal ini dapat dilihat dari catatan khusus pada lembar DA2-KWK dibeberapa
kecamatan antara lain : Pleno PPK di Kecamatan Ipuh, Pleno Kecamatan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
83
Pondok Suguh, Pleno Kecamatan Air Rami, Pleno Kecamatan Malin
Deman, Pleno Kecamatan V Koto, Pleno Kecamatan XIV Koto.
l. Bahwa terhadap dalil point 9 huruf f dan huruf g pada permohonan Para
Pemohon dalam Pokok Permohonannya, menurut keterangan Pihak
Terkait memajukan kepada Mahkamah yang Mulia melakukan konfirmasi
dan atau meminta keterangan Panwaslu Kabupaten Mukomuko melalui
BAWASLU RI berkaitan laporan dan adanya pelanggaran etik oknum
komisioner Termohon;
m. Bahwa terhadap dalil point 9 huruf g yang menyatakan pengaduan
pelanggaran yang dilakukan oleh Pemohon Kedua telah ditindaklanjuti
dengan adanya berita acara yang menyimpulkan telah terjadi dugaan
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Komisioner KPU Kabupaten
Mukomuko melalui surat Nomor:116/BAWASLU-PROV.BE-07/X/2015
tanggal 18 Desember 2015 perihal penyampaian berita acara rapat pleno
Panitia Pengawas pemilihan Kabupaten Mukomuko. Maka Pihak Terkait
menerangkan dan menanggapi berdasarkan Pasal 137 ayat (1) Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU Nomor 1 Tahun
2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Walikota dinyatakan:
“Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 136 diselesaikan oleh DKPP”
Berkenaan dengan Pasal tersebut diatas, ditegaskan pula pada
mekanisme penyelesaiannya dalam Pasal 137 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun
2015 tentang Perubahan atas UU Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Walikota yang dinyatakan :
“Tata cara penyelesaian pelanggaran kode etik penyelenggara pemilihan
sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penyelenggara pemilihan umum”
n. Bahwa menempatkan dalil point 9 huruf g kedalam pokok permohonan
atas dugaan pelanggaran kode etik, terlebih dugaan pelanggaran yang
belum memiliki keputusan dari DKPP merupakan dalil yang belum jelas
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
84
dan tidak beralasan (abscurd) dan lagi pula norma Pasal 136 jo Pasal 137
ayat (1) dan Ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Walikota telah memberikan kompetensi Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) untuk penyelesaiannya bukan
di Mahkamah Konstitusi.
o. Bahwa berdasarkan keterangan dan tanggapan Pihak Terkait terhadap
dalil point 9 huruf f dan huruf g pada Pokok Permohonan Para Pemohon
dapat disimpulkan dalil tersebut sangat tidak beralasan dan sangat tidak
berdasar, oleh karenanya sangat beralasan dan sangat berdasar bagi
Mahkamah yang Mulia untuk menolak atau setidak-tidaknya
mengesampingkan dalil permohonan a quo;
p. Bahwa terhadap dalil point 9 huruf h dalam pokok permohonan Para
Pemohon, maka kami dari Pihak Terkait menerangkan dan menanggapi
dalil tersebut memang benar adanya, Termohon melakukan rapat Pleno
Rekapitulasi Penghitungan Suara pada Tanggal 16 Desember 2015
sebagaimana undangan rapat pleno tersebut diterima oleh Saksi Pihak
Terkait sesuai dengan tahapan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko Tahun 2015. Bahkan bukan hanya saksi Pemohon
Kedua saja yang diundang, saksi dari Pemohon Pertama juga diundang
bersama dengan Panwas Kabupaten Mukomuko dan para pihak
(stakeholders) lainnya;
q. Bahwa berkenaan dengan dalil point 9 huruf i dan huruf j dalam Pokok
Permohonan Para Pemohon maka dari Pihak Terkait dapat menerangkan
dan menanggapi dalil tersebut merupakan dalil-dalil pengulangan atas dalil
pemohon sebelumnya. Hal ini merupakan suatu bentuk permohonan yang
tidak sistematis. Namun Pihak Terkait ingin menanggapi salah satu frasa
dari dalil tersebut yakni :
“.... dan meminta Termohon untuk melakukan penundaan rapat pleno
sambil menunggu penyelesaian laporan pelanggaran oleh Panwaslu
Kabupaten Mukomuko.”
r. Bahwa pada frasa tersebut diatas menunjukkan Pemohon Kedua belum
memahami dalam hal apakah dan telah memenuhi syarat kah
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
85
TERMOHON dan atau Panwaslu Kabupaten Mukomuko dapat menunda
tahapan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun
2015 sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan;
s. Bahwa menurut Pihak Terkait menduga justru Pemohon Kedua bermaksud
atau berencana melakukan perbuatan menghalang-halangi tahapan
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015
dengan mengajukan penundaan tahapan Pleno Rekapitulasi Perhitungan
Suara sebagaimana telah ditetapkan jadwalnya.
t. Bahwa Pengajuan Penundaan yang dilakukan Pemohon Kedua telah
melanggar prinsip demokrasi yang berkeadilan (fairnes). Karena proses
pelaporan Pemohon Kedua ke Bawaslu masih dalam tahap pengkajian dan
rekomendasi, belum merupakan suatu keputusan Bawaslu ataupun
Putusan dari DKPP yang memutuskan pelanggaran administrasi dan
penundaan tahapan rekapitulasi penghitungan suara pemilihan bupati dan
wakil bupati kabupaten Mukomuko Tahun 2015.
u. Bahwa Permohonan Penundaan karena adanya Laporan dugaan
pelanggaran administratif akan berakibat hak seseorang untuk ditetapkan
menjadi Pasangan Calon terpilih dikarenakan laporan yang belum memiliki
kekuatan pembuktian dan putusan merupakan terminan tidak terpenuhinya
prinsip berkeadilan (fairness) dalam pemilu. Perangkatan hukum dan
tekhnis yang ada (UU Pilkada dan Peraturan KPU) haruslah melindungi
warga dan menjamin proses pemilu/pilkada bebas dari beragam bias
kepentingan dan manipulasi.
v. Bahwa atas keberatan yang disampaikan pada dalil permohonan Para
Pemohon point 9 huruf j diatas sepanjang telah dilaporkan Pemohon
Kedua melalui Panwaslu, Bawaslu Propinsi Bengkulu dan telah
mendapatkan rekomendasi maka penyelesaian pelanggaran administrasi
merupakan ranah penyelesaiannya di Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP). Bahwa Pihak Terkait berpegang pada secara substansi
hasil perolehan suara Para Pemohon dan Pihak Terkait tidak ada yang
menjadi perselisihan serta data-data statistik pada lampiran dari mulai C1-
KWK, lampiran DA1-KWK hingga Lampiran DB1-KWK tidak ditemukan
adanya perbedaan antara saksi Para Pemohon dengan Pihak Terkait,
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
86
terlebih dengan data Panwas Kabupaten Mukomuko sebagai pembanding
dalam rekapitulasi secara berjenjang.
w. Bahwa dengan dalil keberatan tersebut, maka sangat beralasan dan
sangat berdasar bagi Mahkamah yang Mulia untuk menyatakan dalil Pokok
Permohonan dalam Permohonannya tidak terbukti atau setidak-tidaknya
dikesampingkan.
2.47. Bahwa terhadap SUB Pokok Permohonan Pemohon tentang petugas KPPS
tidak melakukan validasi data jumlah pemilih dan dalil-dalil Para Pemohon
pada point 10 sampai dengan Point 13 (halaman 9-halaman 10 Pokok
Permohonan) dapat kami terangkan dan tanggapi sebagai berikut :
a. Bahwa terhadap dalil Pokok Permohonan point diatas, Para Pemohon
menceritakan kronologis yang bukan merupakan fakta hukum dan
membuat karangan tanpa dikuatkan dengan bukti.
b. Bahwa kronologis yang benar adalah sebagaimana dijelaskan Pihak
Terkait pada point-point sebelumnya yang berkenaan dengan formulir C-
KWK dan lampiran C1-KWK.
c. Bahwa proses validasi sesungguhnya telah dilakukan pada saat petugas
KPPS akan melakukan penghitungan, menghitung terlebih dahulu sisa
surat suara yang tidak digunakan untuk surat suara gubernur dan wakil
gubernur dan surat suara bupati dan wakil bupati;
d. Menghitung pula jumlah pemilih yang hadir yang tercatat dalam formulir
C7-KWK dan kemudian baru membuka kotak suara Calon Gubernur dan
wakil Gubernur terlebih dahulu, lalu menghitung jumlah surat suara dan
menyusunnya kemudian membuka surat suara sekaligus menghitung dan
petugas KPPS lainnya mencatat di C1-KWK Plano yang berhologram.
Setelah selesai kemudian petugas KPPS membuka kotak surat suara
calon bupati dan wakil bupati;
e. Bahwa pengitungan suara dengan membuka surat suara satu persatu oleh
petugas KPPS yang dihadiri dan disaksikan oleh Saksi-saksi pasangan
calon bupati dan wakil bupati dan juga saksi pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur serta petugas panitia pengawas lapangan yang
ditempatkan di masing-masing TPS.
f. Setelah selesai penghitungan seluruhnya baik surat suara calon gubernur
maupun calon bupati selanjutnya petugas KPPS melakukan rekapitulasi
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
87
dan mencatat di lembar C1-KWK Plano seluruh jumlah total perolehan
suara. Dan dilanjutkan dengan penandatanganan Ketua KPPS dan
Petugas KPPS lainnya serta Saksi-saksi Pasangan Calon Gubernur dan
wakil Gubernur untuk C1-KWK Plano Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur dilanjutkan dengan Penandatanganan C1-KWK pemilihan bupati
dan wakil bupati oleh Ketua dan Anggota KPPS serta Saksi-saksi Para
Pemohon dan Saksi Pihak Terkait;
g. Setelah C1-KWK Plano yang berhologram ditandatangani, kemudian
petugas KPPS menyalin seluruh angka-angka perolehan suara dan data
statistik yang ada di C1-KWK Plano ke formulir C-KWK dan lampiran C1-
KWK yang berhologram dan menyalin lagi ke C-KWK dan lampiran C1-
KWK yang tidak berhologram secara rangkap untuk diserahkan kepada
saksi-saksi dan panitia pengawas lapangan, PPK dan KPU untuk di scan.
h. Jika pun ada kesalahan dalam penjumlahan atau salah dalam penulisan
telah dilakukan pembetulan seketika di tingkat TPS dan diperbaiki dan
disepakati seluruh KPPS, saksi dan panitia pengawas lapangan;
i. Bahwa Proses dan Tahapan ini dilakukan seluruhnya di tingkat TPS, jika
terdapat adanya pelanggaran pada tahapan ini, tentulah bukan pada
permohonan persidangan ini yang akan muncul, namun muncul pada saat
di TPS dan akan menjadi catatan khusus di lembar keberatan saksi di
tingkat TPS.
j. Bahwa secara fakta hukum dan berdasarkan bukti-bukti C1-KWK yang
diterima saksi Pihak Terkait dalam bentuk dan format yang sama diterima
juga oleh Para Pemohon tidak terdapat adanya perselisihan perolehan
suara dan data-data statistik, terlebih lagi adanya keberatan saksi dari Para
Pemohon.
k. Bahwa terhadap tidak ada kolom tandatangan saksi hanya pada
perbedaan letak kolom tandatangan saja, bukan perbedaan pada jumlah
perolehan suara dan bukan pula pada perbedaan jumlah data statistik
sebagaimana dalam lampiran C1-KWK yang semua diterima saksi-saksi
pasangan calon. Oleh karenanya menurut Pihak Terkait dalil berkenaan
dengan “tidak dapat menguji kebenaran data pemilihan” hanya dalil
subjektif karena tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang tekhnologi
kepemiluan Para Pemohon yang harus dipertanyakan, karena merupakan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
88
fakta hukum tingkat pemahaman dan pengetahuan seluruh saksi Para
Pemohon dan Saksi Pihak Terkait sama dan tidak ada perbedaan.
Merupakan fakta hukum pula tidak ada 1 (satu) orang saksipun dari semua
pasangan calon bupati dan wakil bupati yang mengajukan keberatan
tentang validitas dan menuji kebenaran data pemilihan karena mereka
yang menguasai ditingkat TPS.
l. Bahwa dalil Para Pemohon yang menyatakan karena kesalahan bukan
sekedar kesalahan administratif belaka, namun lebih berdampak pada
ketidakpastian hukum pelaksanaan pemgungutan dan penghitungan suara
sehingga menjadi sorotan media lokal karena ketidakberesan
penyelenggara pilkada merupakan dalil yang mengadili terlebih dahulu
(menjustifikasi) daripada penilaian Mahkamah yang Mulia. Bagi Pihak
Terkait, kepastian hukum dalam proses pemungutan suara dan
penghitungan suara adalah suatu proses yang dilakukan dengan cara yang
benar dan prosedur yang tidak dilanggar hingga tidak ada 1 (satu)
suarapun perolehan suara Para Pemohon atau Pihak Terkait yang
dilebihkan apalagi dikurangi. Tidak ada 1 (satu) suarapun berasal dari
angka-angka fiktif dan tidak ada data-data yang dimanipulasi oleh
penyelenggara maupun para pasangan calon karena kepastian hukum
yang paling substansial dalam pemilihan bupati dan wakil bupati harus
memenuhi kepastian tidak ada kecurangan pada penyelenggaraan bukan
semata-mata karena sorotan media.
m. Bahwa terhadap dalil Para Pemohon point 13 yang menghubungkan
dengan dalil pelanggaran yang disampaikan pada point sebelumnya
mengakibatkan pemilih yang menerima undangan (form C6-KWK), jumlah
pemilih yang hadir menggunakan hak pilih (orm C7-KWK), hasil
penghitungan suara dan jumlah Surat Suara Tidak Valid dan tidak dapat
diketahui kebenarannya adalah dalil yang tidak berasalan, tidak
berhubungan dengan dalil yang disampaikan pada point sebelumnya. Para
Pemohon memaksakan kehendaknya dalam permohonan ini tanpa
memberikan fakta hukum dan korelasinya.
n. Bahwa sekali lagi Pihak Terkait meluruskan pada Para Pemohon, didalam
Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pemilihan Umum Gubernur,
Bupati dan Walikota tidak lagi menganut istilah “UNDANGAN” yang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
89
melekat pada form C6-KWK, namun sudah berubah menjadi
pemberitahuan kepada Pemilih.
o. Bahwa tidak dapat dihubungkan dengan Pemilih yang menerima C6-KWK
sama dengan Jumlah Pemilih yang menggunakan hak pilih (pasti hadir).
Karena penerima C6-KWK belum tentu semuanya hadir, hal ini dipengaruhi
dengan adanya pemilih yang pindah dari TPS lain (Model A5-KWK),
dipengaruhi juga dengan ketidakhadiran Pemilih yang menerima C6-KWK,
dipengaruhi pula pemilih yang menggunakan identitas KTP, Kartu Keluarga
ataupun identitas lainnya. Hampir diseluruh pemilihan kepala daerah,
pemilihan presiden maupun pemilihan umum legislatif dipengaruhi pada
faktor tersebut, secara umum dapat dilihat dari partisipasi pemilih.
p. Bahwa singkroninasi atau jumlah yang harus sama ketika direkapitulasi
didalam lampiran sertifikat C1-KWK kemudian berjenjang direkapitulasi ke
lampiran DA1-KWK secara berjenjang pula direkapitulasi dari lampiran
DA1-KWK ke lampiran DB1-KWK dalam Pleno KPU maka jumlah yang
harus sama adalah : Jumlah Pemilih yang hadir tercatat dalam C7-KWK
sama dengan Jumlah Pemilih yang menggunakan hak pilih sama dengan
Jumlah Perolehan Suara Pasangan Calon (Suara Sah) ditambah dengan
Suara Batal sama dengan Surat Suara yang digunakan.
q. Bahwa berdasarkan keterangan dan tanggapan pihak terkait diatas, maka
sangat beralasan dan sangat berdasar bagi Mahkamah yang Mulia
menyatakan dalil Para Pemohon Tidak Beralasan dan Tidak Berdasar, oleh
karenanya dalil tersebut di Tolak atau setidak-tidaknya dikesampingkan.
2.48. Bahwa terhadap dalil Para Pemohon didalam Pokok Permohonannya yang
menyatakan “Termohon tidak mencatatkan distribusi penyampaian form C6”,
Para Pemohon menjelaskan pada point 14telah mendapatkan laporan dimana
para relawan Para Pemohon tidak mendapatkan undangan memilih form C6
dan tidak mengetahui dimana TPS tempat memilih yang telah ditentukan.
Pada point 15 dijelaskan lagi oleh Para Pemohon dalam dalilnya bahwa
banyaknya pemilih yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya bukan karena
para pemilih tidak mau menggunakan haknya, namun karena memang tidak
mendapatkan undangan dan tidak mengetahui dalam DPT di TPS mana
mereka berada. Pada point 16, kembali lagi Para Pemohon mendalilkan
bahwa pemilih yang tidak mendapat undangan pemilih sebahagian besar
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
90
adalah relawan Para Pemohon yang sejak awal sadar ingin menggunakan
hak pilihnya, namun tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena Termohon
sengaja mengaburkan data pemilih;
2.49. Bahwa Terhadap Sub Pokok Permohonan Para Pemohon tentang “Daftar
Pemilih Tetap (DPT) tidak valid” terutama pada point 17, point 18 dan Point
19 akan digabungkan oleh Pihak Terkait dalam memberikan keterangan
sebagai bagian yang memiliki hubungan hukum antara dalil yang sama
namun bersifat pengulangan oleh pemohon Pada sub Pokok Permohonan
Para Pemohon “relawan-relawan pemohon kedua tidak terdaftar dalam DPT
dan tidak mendapatkan undangan memilih”, terutama dalil pada point 20,
Point 21 dan Point 22 halaman 11 Perbaikan Permohonan Para Pemohon.
2.50. Bahwa terhadap dalil-dalil Para Pemohon diatas, Pihak Terkait menerangkan
dan menanggapi sesungguhnya dalil pokok permohonan Para Pemohon
sangat tidak beralasan dan tidak berdasar, Para Pemohon mengklaim
relawan Para Pemohon, terutama Pemohon Kedua yang telah merekrut dan
mengukuhkan sebanyak 57.241 orang tim kampanye/tim pemenangan dan
telah didaftarkan secara resmi kepada Termohon aquo. Bahkan sebahagian
besar anggota tim kampanye/tim pemenangan Pemohon Kedua yang telah
memberikan pernyataan kesediaan siap memilih dengan menyertakan
fotocopy KTP dan atau Kartu Keluarga yang dibuktikan dengan KTA Tim
Pemenangan Pemohon Kedua tidak diberikan surat pemberitahuan tempat
dan waktu pemungutan suara (formulir C6-KWK) oleh Termohon.
2.51. Para Pemohon mendalilkan pula sebagai akibat dari tidak dimasukkannya
sebagian besar anggota tim kampanye/tim pemenangan Pemohon Kedua
dalam DPT oleh Termohon sehingga hak memilihnya hilang dan perolehan
suara Pemohon Kedua menjadi hilang sebanyak 21.285 (dua puluh satu ribu
dua ratus delapan puluh lima) suara.
2.52. Bahwa meskipun bukan ranah kami sebagai Pihak Terkait menjelaskan
kepada Para Pemohon tentang Proses Pendataan Pemilih hingga Pemilih
akhir, namun agar menjadi terang terhadap pikiran, sangkaan dan dugaan
pelanggaran atau kesalahan yang dialamatkan kepada Termohon terlebih
mengaitkan pada Pihak Terkait dapat dilihat jelas oleh Mahkamah yang Mulia.
2.53. Bahwa berkenaan dengan dalil DPT yang tidak Valid dapat ditanggapi yakni
proses pemutakhiran data pemilih sejak data tersebut diterima oleh KPU
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
91
Kabupaten Mukomuko dari Kementrian Dalam Negeri melalui KPU RI serta
tambahan perbaikan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko.
KPU Mukomuko mendistribusikan data tersebut untuk dilakukan pencocokan
dan penelitian dengan petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP). Setelah
melakukan pencocokan dan penelitian langsung ditingkat RT dan
Desa/Kelurahan tahapan tersebut dilakukan pemutakhiran, terdapat
tambahan dan terdapat pula penghapusan nama-nama yang sudah
meninggal dunia ataupun pindah sebelum disahkan menjadi Daftar Pemilih
Sementara (DPS) yang dilakukan oleh PPS. Dari data DPS kemudian
dilakukan kembali pencocokan dan penilitian serta pemutakhiran data yang di
update oleh PPS, setelah mendapatkan masukan dan perbaikan Kemudian
data tersebut disahkan menjadi Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan
(DPSHp), setelah itu KPU hingga PPS mengumumkan dan memberi
kesempatan kembali untuk masyarakat mendaftarkan diri jika namanya tidak
terdaftar dalam DPSHp melalui PPS dan Petugas PPS kemudian melalui
pleno secara berjenjang ke PPK dan KPU mengesahkan DPSHp dan
tambahan atau perbaikannya menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT) bersama
Panitia Pengawas Pemilihan dari Panwascam, Wakil Peserta Pasangan
Calon.
2.54. Bahwa setelah diplenokan menjadi DPT, kembali diumumkan melalui PPS,
PPK dan termasuk juga di Website KPU nama-nama yang terdaftar dalam
DPT, jika terdapat masih ada masyarakat yang belum terdaftar dalam tahap
ini, kembali diberikan kesempatan untuk mendaftar dan melaporkan kepada
PPS, PPK maupun KPU kabupaten untuk dimasukkan dalam daftar pemilih
tetap tambahan pertama (DPTb-1).
2.55. Bahwa oleh karena itu, tahapan pleno yang melibatkan pasangan calon (Para
Pemohon maupun Pihak Terkait) sejak tahapan pleno Daftar Pemilihan
Sementara (DPS) hingga Pleno Penetapan DPTb-1. Setiap tahapan-tahapan
tersebut selalu diawasi oleh Panwas Kabupaten Mukomuko. Nama-nama
Pemilih yang telah ditetapkan pada saat Pleno Penetapan DPT diberikan
pada seluruh pasangan calon dalam bentuk soft copy maupun hard copy.
Dan alasan diatas sangat lah tidak berdasar ketika Para Pemohon atau
Pemohon Kedua menyatakan data pemilih tidak valid dan menguntungkan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
92
pasangan calon lain. Justru bagi Pihak Terkait dalil Para Pemohon telah
diduga memanipulasi fakta dan tahapan yang telah dilalui.
2.56. Bahwa tuduhan adanya perbuatan pelanggaran Termohon yang
merencanakan merugikan Para Pemohon tidak diuraikan dengan jelas apa
akibatnya bagi pemohon dan pemilih mana yang pemohon bisa memastikan
memilih Para Pemohon di bilik suara ? dan apa yang dilakukan Termohon
yang menguntungkan Pihak Terkait juga tidak dijelaskan dan diurai dalam
dalil Para Pemohon. Oleh karena itu, bagi Pihak Terkait dalil-dalil tersebut
merupakan suatu fakta hukum adanya rekayasa dan atau manipulasi fakta
yang cenderung fitnah dan merugikan Pihak Terkait.
2.57. bagi Pihak Terkait, berdasarkan penjelasan diatas maka dalil pada point 17
dan point 18 atas tuduhan yang dialamatkan pada Termohon dengan sengaja
menggunakan dokumen pemilihan yang tidak sesuai yang menyebabkan
hasil perhitungan tidak valid. Para Pemohon mencoba memeriksa
keterkaitannya dengan DPT yang telah ditetapkan dan hasilnya Para
Pemohon menemukan DPT bermasalah ini menunjang pelanggaran yang
dilakukan Termohon yang menyebabkan hasil penghitungan suara tidak valid.
Para Pemohon menuding pelanggaran yang dilakukan Termohon dapat
melaksanakan rencana yang merugikan Para Pemohon dan disisi lain
menguntungkan pasangan calon lain adalah tidak berdasar dan sangat tidak
beralasan.
2.58. Bahwa terhadap dalil Pemohon point 19 pada Pokok Permohonannya
sangatlah tidak beralasan dan dalil yang bombastis dengan menggambarkan
adanya “kehebohan” masyarakat. Justru didalam dalil ini, kami menemukan
keterangan yang jujur dan benar berkenaan dengan istilah formulir Model C6-
KWK dan Para Pemohon menulisnya dengan lengkap “Surat Pemberitahuan
Pemungutan Suara (C6-KWK) dan tidak lagi menggunakan istilah lama
“undangan pemilih”.
2.59. Bahwa untuk dalil Point 19 huruf a pada Pokok Permohonan Para Pemohon
secara substansi dan telah kami uraikan dan tanggapi pada keterangan Pihak
Terkait point sebelumnya. Sedangkan terhadap Point 19 huruf b Pokok
Permohonan Pemohon adalah dalil ketidaktahuan Para Pemohon terutama
Pemohon Kedua tentang Penggabungan DPT antara 2 TPS menjadi 1 TPS
dalam Pemilihan bupati dan Wakil Bupati. Penggabungan ataupun
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
93
Pemisahan TPS ini dapat dilakukan sepanjang tidak menyalahi ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota.
2.60. Bahwa untuk dalil point 19 huruf b Pokok Permohonan Para Pemohon yang
menyatakan terdapat perbedaan DPT pada saat hari pemungutan
suaradengan DPT yang diberikan oleh Termohon kepada Pemohon Pertama
dan Pemohon Kedua. Bahwa bagi Pihak Terkait, Dalil Point 19 huruf b ini
terbantahkan dalil Para Pemohon pada point 19 huruf cyakni Termohon tidak
memberikan salinan DPT kepada para saksi Pemohon Pertama dan
Pemohon Kedua pada hari pemungutan suara.Karena Dalil point 19 huruf b
telah terbantahkan dengan dalil point 19 huruf c maka Pihak Terkait tidak
perlu lagi memberikan keterangan ataupun tanggapan terkait kedua dalil ini.
Karena mana mungkin bisa Para Pemohon menyatakan ada perbedaan jika
Para Pemohon tidak menerima salinan DPT pada saat pemungutan suara.
Kalo tidak menerima, bagaimana bisa membandingkan ada perbedaan ?
2.61. Bahwa dalil 19 huruf d pada Pokok Permohonan Para Pemohon merupakan
dalil yang tidak beralasan dan tidak berdasar. Menurut Pihak Terkait,
persoalan DPT sebagaimana yang sudah diterangkan dan dijelaskan dalam
point-point sebelumnya telah menjawab apa yang dituduhkan oleh Para
Pemohon kepada Termohon terlalu mengada-ada.
2.62. Bahwa Tim Kampanye Para Pemohon bersama Tim Kampanye Pihak Terkait
telah bersama-sama mengkritisi pemilih yang terdaftar dalam DPT pada saat
pleno-pleno KPU berkaitan dengan DPT. Dan tidak mungkin petugas KPPS
sulit menemukan pemilih yang terdaftar dalam DPT di wilayahnya karena
pada faktanya Petugas KPPS merupakan orang yang hidup, tinggal dan
berhubungan lama pada pemilih didalam wilayah TPSnya.
2.63. Bahwa penentuan nomor pemilih bukan penentu pengacakan, karena daftar
yang diterima Termohon adalah daftar dari Kementrian dalam negeri
sementara yang mengolah dan memutakhirkan data sesuai dengan lapangan
adalah PPS. Kemudian di uji dan diteliti kembali di rapat-rapat pleno PPK
hingga Pleno KPU Kabupaten Mukomuko dan diteliti pula oleh Panwas
Kecamatan dan Panwas Kabupaten. Terlebih atas data-data NIK yang
disangkakan Para Pemohon sudah diteliti semua pihak. Oleh karenanya Para
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
94
Pemohon dan Pihak Terkait sesungguhnya mengetahui bahwa data DPT
tidak akan mungkin diacak oleh Termohon.
2.64. Bahwa dalil adanya pemilih ganda dalam satu TPS, pemilih ganda antar TPS
dalam satu desa/kelurahan dan Pemilih Ganda antar Kabupaten yang
melaksanakan pilkada serentak sejumlah 2.802 pemilih tidak dapat dibuktikan
apakah pemilih ganda tersebut memilih lebih 1 (satu) kali dalam satu TPS,
apakah memilih lebih dari 1 (satu) kali dalam TPS yang berbeda dalam TPS
satu desa/kelurahan, apakah memang memilih lebih dari 1 (satu) kali di TPS
yang lain dalam satu Kecamatan atau apakah memilih lebih dari 1 (satu) kali
di TPS lain antar Kabupaten.
2.65. Bahwa atas dalil-dalil Para Permohonan Pemohon yang tidak beralasan dan
tidak berdasar maka sangat beralasan dan sangat berdasar bagi Mahkamah
yang Mulia menyatakan dalil-dalil Permohonan Para Pemohon ditolak atau
setidak-tidaknya dikesampingkan.
Teringat pada suatu pepatah lama orang tua kita dulu:
“menepuk air didulang, akan terkena muka sendiri ”
Pepatah tua tersebut sangat tepat untuk menggambarkan dalil Permohonan
Para Pemohon tentang klaim Pemohon Kedua hilangnya hak pilih relawan
Pemohon Kedua.
Sebelum Pihak Terkait memberikan keterangan lanjutan terhadap dalil point-
point Pokok Permohonan berikutnya, izinkanlah Pihak Terkait mengutip
sebuah tulisan yang baik dari Martua P Butarbutar dalam bukunya
“Hedonisme Arus Balik dalam Demokrasi” terbitan PT.Semesta Rakyat
Meredeka, januari 2015, halaman 28 :
“seperti halnya istilah relawan dalam banyak spanduk yang disebar disetiap
pesta demokrasi. Sudut daerah, seperti dipenuhi komitmen keterpanggilan
atau kerelaan, untuk terlibat langsung dalam proses politik, melalui aksi
dukungan melalui relawan. Relawan muncul untuk figur calon anggota-
anggota legislatif, bupati/walikota, gubernur dan pasangan calon
presiden/wakil presiden. Mereka lahir untuk membangun kemenangan politisi.
Namun dalam pergerakan, nilai arti “rela”, tidak berjalan seperti yang
seharusnya.
Relawan seharusnya lahir dari komitmen tanpa mengedepankan imbalan
materi, dalam perjalanan proses politik, banyak berubah arah. Relawan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
95
seharusnya berangkat karena keterpanggilan dan penilaian objektivitas
individu dan kelompok terhadap calon pemimpin berubah warna. Kontribusi
materi calon terhadap relawan lebih mempengaruhi eksistensi pergerakan
relawan”.
Dalam tulisan yang sama di halaman 29, penulis mengungkapkan juga :
“Kondisi ini langka dalam proses demokrasi, karena banyak elemen yang
membangun figur calon pemimpin atau calon wakil rakyat karena iming-iming
besaran honor atau biasa disebut dana operasional. Jangankan untuk
membantu pemenangan dengan keterlibatan individu atau kelompok dalam
proses demokrasi, untuk memilih atau mencoblos pada hari H pemilihan saja,
sudah banyak diwarnai transaksi. Transaksi terjadi untuk setiap hak suara
dihargai dengan uang...”
Berangkat dari tulisan dalam buku ini, Pihak Terkait menerangkan terhadap
klaim Pemohon Kedua dalam Permohonan Para Pemohon atas tidak terdaftar
dan atau tidak menerima formulir C6-KWK sehingga relawan Pemohon
Kedua yang jumlahnya melebihi suara Riil Pemohon Kedua dalam pemilihan
tidak dapat menggunakan hak pilihnya untuk memenangkan Pemohon
Kedua.
2.66. Bahwa Para Pemohon tidak dapat menguraikan masyarakat mana yang tidak
menerima Lembar C6-KWK. Meskipun tidak ada hubungan hukum antara
sangat beralasan dan tidak berdasar jika klaim Pemohon Kedua yang
memiliki relawan sebanyak 57.241 dan sebagian relawannya sejumlah 21.285
orang tidak terdaftar dalam DPT ataupun DPTb-1. Dalam hal ini Pihak Terkait
menguji dengan Tabel berikut ini :
Tabel 6 : Uji jumlah relawan yang diklaim dengan persentase
perolehan suara Pemohon Kedua
No Pertanyaan Jumlah Selisih Persen 1 Jika Relawan yang
siap memilih berjumlah 57.241 orang sedangkan yang memilih berdasarkan rekap 20.786 suara maka sisa relawan yang tidak memilih seharusnya 36.455 orang.
Hasilnya tidak konsisten karena seharusnya 36.455 orang, bukan 21.285 orang seperti yang diklaim.
15.170 orang relawan yang siap memilih Pemohon Kedua ternyata TIDAK MEMILIH PEMOHON KEDUA
42% selisih antara yang diklaim dengan sisa orang yang tidak memilih dikurang suara ril Pemohon Kedua
2 Jika Relawan yang Seharusnya Selisih antara Selisih
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
96
siap memilih 57.251 orang, sedangkan yang tidak terdaftar dan tidak bisa memilih 21.285 orang maka sisanya seharusnya menjadi suara Pemohon Kedua.
suara Pemohon Kedua berjumlah 35.956 suara di pleno KPU. Tetapi tidak menjadi terpilih karena masih kurang dari Pihak Terkait
sisa 35.956 dikurangi suara riil (Pleno KPU) 20.786 = 15.170 suara
15.170 setara 73% dari 20.786 suara Pemohon Kedua dalam Pleno
3 Jika 57.251 relawan memilih Pemohon Kedua seluruhnya, kemudian digunakan 42% yang tidak konsisten memilih Pemohon Kedua seperti persentase point 1 diatas
Maka jumlah 42% yang tidak memilih dari 57.251 orang adalah 24.041 suara. Meskipun bukan suara riil dari TPS, seharusnya suara Pemohon Kedua 33.200 suara. Dari jumlah ini tetap tidak mempengaruhi terpilihnya Pemohon Kedua
Selisih suara Pemohon Kedua dengan menggunakan persentase 42% seperti diatas maka 33.200 – suara riil 20.786 = 12.414 suara.
12.414 suara yang harus dicari agar terpenuhi berasal dari mana secara riilnya ?
2.67. Bahwa dengan uji terhadap angka-angka yang diklaim Pemohon Kedua
dengan dalil Pemohon Kedua sendiri sudah membuktikan secara nyata klaim
dalam dalil tersebut merupakan hasrat dan ambisi yang terlalu besar dari
Pemohon Kedua untuk “MENANG” dengan cara-cara yang tidak sah, terlebih
usaha untuk mengaburkan kelemahan Pemohon Kedua sendiri dalam
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko tahun 2015.
2.68. Bahwa dengan menghitung dan mengklaim secara sepihak tanpa menguji
secara nyata dan fakta di lapangan, menunjukkan sesungguhnya Pemohon
Kedua juga harus memperhitungkan Pemohon Pertama yang posisinya
nomor rangking ke-2 dari perolehan suara.Berkaca hasil uji angka yang di
klaim Pemohon Kedua. Bukankah kemungkinan juga angka klaim Pemohon
Kedua tersebut bisa memilih Pemohon Pertama atau juga bisa memilih Pihak
Terkait?. Dengan dalil klaim Pemohon Kedua ini menunjukkan kepentingan
yang lebih menonjol dari Permohonan ini adalah kepentingan Pemohon
Kedua, bukan kepentingan Para Pemohon;
2.69. Bahwa berkenaan dengan klaim relawan yang tidak mendapatkan undangan
dapat kami tanggapi seharusnya dalil tentang DPT tidak diverifikasi adalah
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
97
klaim sepihak Pemohon Kedua, karena jumlah pemilih bukan saja
berkepentingan dengan Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati
Mukomuko saja, namun data pemilih tersebut juga berhubungan dengan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Bengkulu. Jadi dalil DPT
yang ada tidak valid sehingga relawan tidak memilih karena tidak menerima
C6-KWK merupakan membuka aib sendiri, karena sangatlah tidak mungkin
relawan yang “katanya” memiliki kesadaran ingin menggunakan hak pilihnya
tidak hadir ke TPS hanya karena C6-KWK tidak diterima. Padahal istilah
kerelawanan secara hakikat adalah orang yang mengorbankan waktu, biaya
dan perhatian serta kesadaran aktiv untuk bisa memenangkan pasangan
calon yang diusung sebagaimana idelanya Relawan menurut Martua P
Butarbutar dalam bukunya yang dikutip Pihak Terkait diatas.
2.70. Bahwa berkenaan dengan relawan Para Pemohon seharusnya sebagai
seorang “relawan” dapat aktiv sebagaimana dalam aturan dan norma seperti
yang dipaparkan oleh Pihak Terkait sampaikan pada point-point sebelumnya
diawal,jika dalam 3 (tiga) hari Petugas KPPS belum memberikan
pemberitahuan kepada pemilih (formulir C6-KWK) maka relawan “milik”Para
Pemohon yang tersebar di 15 kecamatan sebagaimana didalam tabel
diuraikan Point 23 Pokok Permohonan para Pemohon dapat aktiv mendatangi
Ketua KPPS atau Anggota KPPS guna meminta formulir C6-KWK kepada
KPPS atau petugas KPPS. Atau lebih ekstrim lagi setidak-tidaknya “Relawan”
Para Pemohon dapat hadir dengan membawa KTP, Kartu Keluarga atau
identitasnya yang lain jika relawan Para Pemohon tidak terdaftar dalam Daftar
Pemilih Tetap dan jika memang benar penduduk desa setempat sudah pasti
lah relawan-relawan Pemohon Kedua mengetahui tempat pemungutan suara
karena sesuatu yang mengada-ada dan sangat naif jika pemelih dalam 1
dusun (sebutan dalam RT) saling tidak mengabari atau bertemu jika ada
pemungutan suara dilingkungannya .
2.71. Bahwa atas dasar tanggapan dan keterangan Pihak Terkait diatas, cukup
alasan bahwa dalil yang disampaikan Para Pemohon dalam point 24, point 25
adalah dalil yang tidak berdasar dan hanya klaim sepihak belaka dari
Pemohon Kedua. Oleh karenanya Sangat Beralasan dan sangat berdasar
bagi Mahkamah yang Mulia menolak dan setidak-tidaknya tidak dapat
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
98
diterima atas dalil-dalil Pemohon Kedua yang mengesampingkan Pemohon
Pertama.
2.72. Bahwa terhadap sub Pokok Permohonan dalil Para Pemohon “keterlambatan
penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye (LPPDK)
Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Nomor Urut 2 Chairul Huda-Haidir” telah
kami terangkan dan bantah sebagaimana pada point 2.25 sampai Point.2.33
pada Keterangan Pihak Terkait diatas.
2.73. Bahwa dari seluruh keterangan Pihak Terkait sampaikan diatas, maka seluruh
dalil-dalil Permohonan Para Pemohon pada Perkara aquo sangat tidak
beralasan dan tidak dapat dibuktikan baik pada fakta hukum maupun bukti-
bukti yang disajikan oleh Para Pemohon.
2.74. Bahwa justru sebaliknya, keterangan dan tanggapan Pihak Terkait sangat
berdasar dan sangat beralasan dan memiliki kekuatan pembuktian atas
bantahan dalil Para Pemohon, dan oleh karenanya Sangat Beralasan dan
berdasar pula bagi Mahkamah yang Mulia Memutuskan dan atau menetapkan
Bahwa Permohonan Pemohon ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat
diterima.
III. Petitum Dalam Eksepsi 1. Menyatakan Mengabulkan Eksepsi Pihak Terkait diterima untuk Seluruhnya;
Dalam Pokok Permohonan
a. Menyatakan Permohonan Para Pemohon ditolak atau setidak-tidaknya Tidak
dapat Diterima;
b. Menyatakan benar dan tetap berlaku Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko
Nomor:59/Kpts-MM-XII/2015 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko Tahun 2015 yang ditetapkan pada Hari Kamis,
Tanggal 17 Desember 2015 Pukul:04.00 Wib ;
c. Memerintahkan Termohon untuk melanjutkan Tahapan berikutnya
sebagaimana diatur dalam Tahapan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
kabupaten Mukomuko Tahun 2015.
Atau apabila yang Mulia Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono)
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
99 Bahwa untuk membuktikan keterangannya, Pihak Terkait telah mengajukan
bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti PT-1 sampai dengan bukti PT-21, sebagai
berikut:
1 PT-1 Surat Keputusan KPU No.49/Kpts/KPU-MM-VIII/2015 tentang
Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati
2 PT-2 Berita Acara Nomor: 29/KPU-MM-08/2015 tentang Penetapan
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati yang Memenuhi
Persyaratan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Rahun 2015
3 PT-3 Keputusan KPU Kabupaten Muko-Muko Nomor: 51/Kpts/KPU-MM-
VIII/2015 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko tahun 2015.
4 PT-4 Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko No.59/Kpts-MM-XII/2015
tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan
Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko Tahun 2015
5 PT-5 Berita Acara Agregat Kependudukan yang diserahkan oleh
Kementrian Dalam Negeri kepada Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia dengan No.470/1898/SJ dan
No.23/BA/IV/2015. Tanggal 17 April 2015. jumlah penduduk
kabupaten Mukomuko adalah 170.294 jiwa.
6 PT-6 DA1-KWK Kecamatan Air Dikit
7 PT-7 DA-1KWK Kecamatan Teras Terunjam
8 PT-8 DA-1KWK Kecamatan Penarik
9 PT-9 DA-1KWK Kecamatan Teramang Jaya
10 PT-10 DA-1KWK Kecamatan Selagan Raya
11 PT-11 DA-1KWK Kecamatan Ipuh
12 PT-12 DA-1KWK Kecamatan Pondok Suguh
13 PT-13 DA-1KWK Kecamatan Sungai Rumbai
14 PT-14 DA-1KWK Kecamatan Air Rami
15 PT-15 DA-1KWK Kecamatan Malin Deman
16 PT-16 DA-1KWK Kecamatan V Koto
17 PT-17 DA-1KWK Kecamatan XIV Koto
18 PT-18 DA-1KWK Kecamatan Kota Muko-Muko
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
100 19 PT-19 DA-1KWK Kecamatan Lubuk Pinang
20 PT-20 DA-1KWK Kecamatan Air Majuto
21 PT-21 Tanda Terima Laporan dan Pengeluaran Dana Kampanye
(LPPDK) yang ditandatangani oleh Staff bagian penerima
Termohon dan ditandantangi pula oleh Tim Kampanye (Pakar IT)
Pihak Terkait
[2.5] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka segala
sesuatu yang terjadi dalam persidangan cukup ditunjuk dalam Berita Acara
Persidangan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan
ini.
3. PERTIMBANGAN HUKUM
[3.1] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan lebih jauh tentang
permohonan Pemohon terlebih dahulu Mahkamah memandang penting untuk
mengemukakan beberapa hal sehubungan dengan adanya perbedaan pandangan
antara Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait dalam melihat keberadaan Pasal 158
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5678, selanjutnya
disebut UU 8/2015);
Pada umumnya pemohon berpandangan bahwa Mahkamah adalah sebagai
satu-satunya lembaga peradilan yang dipercaya menegakkan keadilan substantif dan
tidak boleh terkekang dengan keberadaan Pasal 158 UU 8/2015 sehingga seyogianya
mengutamakan rasa keadilan masyarakat khususnya pemohon yang mencari
keadilan, apalagi selama ini lembaga yang diberikan kewenangan menangani
pelanggaran-pelanggaran dalam pemilihan kepala daerah banyak yang tidak
berfungsi secara optimal bahkan tidak sedikit yang memihak untuk kepentingan pihak
terkait. Dalam penilaian beberapa pemohon, banyak sekali laporan yang tidak
ditindak lanjuti oleh KPU, Panwas/Bawaslu di seluruh jajarannya, demikian pula
dengan laporan tindak pidana juga tidak terselesaikan sehingga hanya Mahkamah
inilah merupakan tumpuan harapan para pemohon. Kemana lagi pemohon mencari
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
101 keadilan kalau bukan ke MK. Apabila MK tidak masuk pada penegakan keadilan
substantif maka berbagai pelanggaran/kejahatan akan terjadi, antara lain, politik
uang, ancaman dan intimidasi, bahkan pembunuhan dalam Pilkada yang selanjutnya
akan menghancurkan demokrasi. Dengan demikian, menurut sejumlah pemohon,
Mahkamah harus berani mengabaikan Pasal 158 UU 8/2015, oleh karena itu, inilah
saatnya Mahkamah menunjukkan pada masyarakat bahwa keadilan harus ditegakkan
tanpa harus terikat dengan Undang-Undang yang melanggar hak asasi manusia;
Di pihak lain, termohon dan pihak terkait berpendapat antara lain bahwa Pasal
158 UU 8/2015 merupakan Undang-Undang yang masih berlaku dan mengikat
seluruh rakyat Indonesia, tidak terkecuali Mahkamah Konstitusi, sehingga dalam
melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya haruslah berpedoman pada UUD
1945 dan Undang-Undang yang masih berlaku;
Meskipun Mahkamah adalah lembaga yang independen dan para hakimnya
bersifat imparsial, bukan berarti Hakim Konstitusi dalam mengadili sengketa
perselisihan perolehan suara pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota bebas
sebebas-bebasnya akan tetapi tetap terikat dengan ketentuan perundang-undangan
yang masih berlaku, kecuali suatu Undang-Undang sudah dinyatakan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh Mahkamah, lagipula sumpah jabatan
Hakim Konstitusi antara lain adalah akan melaksanakan UUD 1945 dan Undang-
Undang dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;
Pasal 158 UU 8/2015 merupakan pembatasan bagi pasangan calon pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk dapat diadili perkara perselisihan perolehan
suara hasil pemilihan di Mahkamah dengan perbedaan perolehan suara dengan
prosentase tertentu sesuai dengan jumlah penduduk di daerah pemilihan setempat;
Sebelum pelaksanaan pemilihan kepala daerah dilaksanakan oleh KPU, aturan
tentang pembatasan tersebut sudah diketahui sepenuhnya oleh pasangan calon
bahkan Mahkamah telah menetapkan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1
Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara Dalam
Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (selanjutnya disebut
PMK 1-5/2015) dan telah pula disosialisasikan ke tengah masyarakat sehingga
mengikat semua pihak yang terkait dengan pemilihan a quo;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
102
Meskipun Pasal 158 UU 8/2015 merupakan pembatasan, oleh karena
mengikat semua pihak maka Undang-Undang a quo merupakan suatu kepastian
hukum karena diberlakukan terhadap seluruh pasangan calon tanpa ada yang
dikecualikan. Menurut Termohon dan Pihak Terkait, setelah adanya UU 8/2015
seyogianya Mahkamah haruslah tunduk dengan Undang-Undang a quo. Mahkamah
tidak dibenarkan melanggar Undang-Undang. Apabila Mahkamah melanggar
Undang-Undang maka hal ini merupakan preseden buruk bagi penegakan hukum dan
keadilan. Apabila Mahkamah tidak setuju dengan ketentuan Pasal 158 UU 8/2015
maka seyogianya Undang-Undang tersebut terlebih dahulu dinyatakan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat atas permohonan pemohon yang merasa
dirugikan. Selama Undang-Undang tersebut masih berlaku maka wajib bagi
Mahkamah patuh pada Undang-Undang tersebut. Undang-Undang tersebut
merupakan salah satu ukuran bagi pasangan calon untuk memperoleh suara secara
signifikan;
[3.2] Menimbang bahwa setelah memperhatikan perbedaan pandangan antara
pemohon, termohon, dan pihak terkait sebagaimana diuraikan di atas dalam melihat
keberadaan Pasal 158 UU 8/2015, selanjutnya Mahkamah berpendapat sebagai
berikut:
[3.2.1] Bahwa terdapat perbedaan mendasar antara pengaturan pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota secara serentak sebagaimana dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota) dengan pengaturan pemilihan kepala daerah yang
dilaksanakan sebelumnya. Salah satu perbedaannya adalah jika pemilihan kepala
daerah sebelumnya digolongkan sebagai bagian dari rezim pemilihan umum [vide
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum], pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan
berdasarkan UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota bukan merupakan rezim
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
103 pemilihan umum. Di dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota digunakan
istilah “Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota”. Perbedaan demikian bukan hanya
dari segi istilah semata, melainkan meliputi perbedaan konsepsi yang menimbulkan
pula perbedaan konsekuensi hukum, utamanya bagi Mahkamah dalam melaksanakan
kewenangan memutus perselisihan hasil pemilihan kepala daerah a quo;
Konsekuensi hukum tatkala pemilihan kepala daerah merupakan rezim
pemilihan umum ialah kewenangan Mahkamah dalam memutus perselisihan hasil
pemilihan umum kepala daerah berkualifikasi sebagai kewenangan konstitusional
Mahkamah sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 bahwa Mahkamah berwenang memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. Dalam kerangka pelaksanaan kewenangan konstitusional tersebut,
melekat pada diri Mahkamah, fungsi, dan peran sebagai pengawal Undang-Undang
Dasar (the guardian of the constitution);
Sebagai pengawal Undang-Undang Dasar, Mahkamah memiliki keleluasaan
dalam melaksanakan kewenangan konstitusionalnya, yakni tunduk pada ketentuan
Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keleluasaan Mahkamah inilah yang antara lain melahirkan putusan-putusan
Mahkamah dalam perkara perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah pada
kurun waktu 2008-2014 yang dipandang mengandung dimensi terobosan hukum,
dalam hal ini mengoreksi ketentuan Undang-Undang yang menghambat atau
menghalangi terwujudnya keadilan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Atas
dasar itulah, putusan Mahkamah pada masa lalu dalam perkara perselisihan hasil
pemilihan umum kepala daerah tidak hanya meliputi perselisihan hasil, melainkan
mencakup pula pelanggaran dalam proses pemilihan untuk mencapai hasil yang
dikenal dengan pelanggaran bersifat terstruktur, sistematis, dan massif. Lagi pula,
dalam pelaksanaan kewenangan a quo dalam kurun waktu sebagaimana di atas,
tidak terdapat norma pembatasan sebagaimana halnya ketentuan Pasal 158 UU
8/2015, sehingga Mahkamah berdasarkan kewenangan yang melekat padanya
sebagai pengawal Undang-Undang Dasar dapat melakukan terobosan-terobosan
hukum dalam putusannya;
Berbeda halnya dengan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara
serentak yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang berlaku
saat ini, in casu UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, di samping bukan
merupakan rezim pemilihan umum sejalan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
104 Nomor 97/PUU-XIII/2013, bertanggal 19 Mei 2014, pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota telah secara tegas ditentukan batas-batasnya dalam melaksanakan
kewenangan a quo dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota;
[3.2.2] Bahwa UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota merupakan sumber
dan dasar kewenangan Mahkamah dalam memeriksa dan mengadili perkara a
quo. Kewenangan a quo dialirkan dari Pasal 157 ayat (3) UU 8/2015 yang tegas
menyatakan, “perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan
diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan
khusus”. Lebih lanjut, dalam Pasal 157 ayat (4) dinyatakan, “Peserta Pemilihan dapat
mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota kepada Mahkamah Konstitusi”. Untuk
memahami dasar dan sumber kewenangan Mahkamah a quo diperlukan pemaknaan
dalam kerangka hukum yang tepat. Ketentuan Pasal 157 ayat (3) UU 8/2015 menurut
Mahkamah haruslah dimaknai dan dipahami ke dalam dua hal berikut:
Pertama, kewenangan Mahkamah a quo merupakan kewenangan yang
bersifat non-permanen dan transisional sampai dengan dibentuknya badan peradilan
khusus. Dalam Pasal 157 ayat (1) dinyatakan, “Perkara perselisihan hasil Pemilihan
diperiksa dan diadili oleh badan peradilan khusus”. Pada ayat (2) dinyatakan, “Badan
peradilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk sebelum
pelaksanaan Pemilihan serentak nasional”. Adapun pada ayat (3) dinyatakan,
“Perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan diperiksa dan diadili
oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus”. Tatkala
“badan peradilan khusus” nantinya resmi dibentuk, seketika itu pula kewenangan
Mahkamah a quo harus ditanggalkan;
Kedua, kewenangan memeriksa dan mengadili perkara perselisihan
penetapan perolehan suara hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota merupakan
kewenangan tambahan. Dikatakan sebagai kewenangan tambahan karena menurut
Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Mahkamah berwenang, (1) menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, (2) memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, (3) memutus
pembubaran partai politik, (4) memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum,
dan (5) wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
105 Undang-Undang Dasar. Dengan perkataan lain, kewenangan konstitusional
Mahkamah secara limitatif telah ditentukan dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945.
Sebagai kewenangan tambahan maka kewenangan yang diberikan oleh UU
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk memutus perkara perselisihan
penetapan perolehan suara hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota jelas
memiliki kualifikasi yang berbeda dengan kewenangan yang diberikan secara
langsung oleh UUD 1945. Salah satu perbedaan yang telah nyata adalah sifat
sementara yang diberikan Pasal 157 UU 8/2015;
[3.2.3] Bahwa berdasarkan pemaknaan dalam kerangka hukum di atas, maka
menurut Mahkamah, dalam melaksanakan kewenangan tambahan a quo,
Mahkamah tunduk sepenuhnya pada ketentuan UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota sebagai sumber dan dasar kewenangan a quo. Dalam hal ini, Mahkamah
merupakan institusi negara yang berkewajiban untuk melaksanakan UU Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota. Menurut Mahkamah, pelaksanaan kewenangan
tersebut tidaklah dapat diartikan bahwa Mahkamah telah didegradasi dari hakikat
keberadaannya sebagai organ konstitusi pengawal Undang-Undang Dasar menjadi
sekadar organ pelaksana Undang-Undang belaka. Mahkamah tetaplah organ
konstitusi pengawal Undang-Undang Dasar 1945, akan tetapi sedang diserahi
kewenangan tambahan yang bersifat transisional untuk melaksanakan amanat
Undang-Undang. Pelaksanaan kewenangan dimaksud tidaklah berarti bertentangan
dengan hakikat keberadaan Mahkamah, bahkan justru amat sejalan dengan
kewajiban Mahkamah in casu hakim konstitusi sebagaimana sumpah yang telah
diucapkan sebelum memangku jabatan sebagai hakim konstitusi yang pada pokoknya
menyatakan, hakim konstitusi akan memenuhi kewajiban dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya, memegang teguh UUD 1945, dan menjalankan segala peraturan
perundang-undangan dengan selurus-lurusnya menurut UUD 1945; [vide Pasal 21
UU MK];
[3.2.4] Bahwa menurut Mahkamah, berdasarkan UU Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota terdapat ketentuan sebagai syarat kumulatif bagi Pemohon untuk dapat
mengajukan permohonan perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil
Pemilihan ke Mahkamah. Beberapa ketentuan dimaksud ialah:
a. Tenggang waktu pengajuan permohonan [vide Pasal 157 ayat (5) UU 8/2015];
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
106 b. Pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan (legal standing) [vide Pasal
158 UU 8/2015];
c. Perkara perselisihan yang dimaksud dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota ialah perkara tentang perselisihan penetapan perolehan hasil
penghitungan suara dalam Pemilihan [vide Pasal 157 ayat (3) dan ayat (4) UU
8/2015]; dan
d. Adanya ketentuan mengenai batasan persentase mengenai perbedaan perolehan
suara dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara yang mutlak harus
dipenuhi tatkala pihak-pihak in casu peserta pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan
suara, baik untuk peserta pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan
wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota [vide Pasal 158 ayat (1) dan ayat
(2) UU 8/2015];
[3.2.5] Bahwa menurut Mahkamah, jika diselami aspek filosofisnya secara lebih
mendalam, ketentuan syarat kumulatif sebagaimana disebutkan dalam paragraf
[3.2.4] menunjukkan di dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
terkandung fungsi hukum sebagai sarana rekayasa sosial (law as a tool of social
engineering). Maksudnya, hukum berfungsi untuk melakukan pembaruan masyarakat
dari suatu keadaan menuju keadaan yang diinginkan. Sebagai sarana rekayasa
sosial, hukum digunakan untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan yang telah lama
dipraktikkan di dalam masyarakat, mengarahkan pada tujuan-tujuan tertentu,
menghapuskan kebiasaan yang dipandang tidak sesuai lagi, menciptakan pola
perilaku baru masyarakat, dan lain sebagainya. Sudah barang tentu, rekayasa sosial
yang dikandung dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota berkenaan
dengan sikap dan kebiasaan hukum masyarakat dalam penyelesaian sengketa atau
perselisihan dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota;
[3.2.6] Bahwa hukum sebagai sarana rekayasa sosial pada intinya merupakan
konstruksi ide yang hendak diwujudkan oleh hukum. Untuk menjamin dicapainya ide
yang hendak diwujudkan, dibutuhkan tidak hanya ketersediaan hukum dalam arti
kaidah atau aturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah hukum
tersebut ke dalam praktik hukum, atau dengan kata lain, jaminan akan adanya
penegakan hukum (law enforcement) yang baik. Telah menjadi pengetahuan umum
bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung pada tiga unsur
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
107 sistem hukum, yakni (i) struktur hukum (legal structure), (ii) substansi hukum (legal
substance),dan (iii) budaya hukum (legal culture);
[3.2.7] Bahwa struktur hukum (legal structure) terdiri atas lembaga hukum yang
dimaksudkan untuk menjalankan perangkat hukum yang ada. Dalam UU Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota, struktur hukum meliputi seluruh lembaga yang
fungsinya bersentuhan langsung dengan pranata penyelesaian sengketa atau
perselisihan dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota pada
semua tahapan dan tingkatan, seperti Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas
Pemilu, Panitia Pengawas Pemilihan, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu,
Pengadilan Tata Usaha Negara, Kejaksaan, Kepolisian, Badan Peradilan Khusus,
Mahkamah Konstitusi, dan lain sebagainya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang a quo. Berkenaan dengan substansi hukum (legal substance), UU Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota menyediakan seperangkat norma pengaturan
mengenai bagaimana mekanisme, proses, tahapan, dan persyaratan calon,
kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, dan lain-lain dalam pemilihan
gubernur, bupati, dan walikota. Sedangkan budaya hukum (legal culture) berkait
dengan sikap manusia, baik penyelenggara negara maupun masyarakat, terhadap
sistem hukum itu sendiri. Sebaik apapun penataan struktur hukum dan kualitas
substansi hukum yang dibuat, tanpa dukungan budaya hukum manusia-manusia di
dalam sistem hukum tersebut, penegakan hukum tidak akan berjalan efektif;
[3.2.8] Bahwa melalui UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, pembentuk
Undang-Undang berupaya membangun budaya hukum dan politik masyarakat
menuju tingkatan makin dewasa, lebih taat asas, taat hukum, dan lebih tertib dalam
hal terjadi sengketa atau perselisihan dalam pemilihan gubernur, bupati, dan walikota.
Pembentuk Undang-Undang telah mendesain sedemikian rupa pranata penyelesaian
sengketa atau perselisihan yang terjadi di luar perselisihan penetapan perolehan
suara hasil penghitungan suara. UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota telah
menggariskan, lembaga mana menyelesaikan persoalan atau pelanggaran apa.
Pelanggaran administratif diselesaikan oleh Komisi Pemilihan Umum pada tingkatan
masing-masing. Sengketa antar peserta pemilihan diselesaikan melalui panitia
pengawas pemilihan di setiap tingkatan. Sengketa penetapan calon pasangan melalui
peradilan tata usaha negara (PTUN). Tindak pidana dalam pemilihan diselesaikan
oleh lembaga penegak hukum melalui sentra Gakkumdu, yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
dan Pengadilan;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
108 Untuk perselisihan penetapan perolehan suara hasil penghitungan suara
diperiksa dan diadili oleh Mahkamah. Dengan demikian, pembentuk Undang-Undang
membangun budaya hukum dan politik agar sengketa atau perselisihan di luar
perselisihan penetapan perolehan suara hasil penghitungan suara diselesaikan
terlebih dahulu oleh lembaga yang berwenang pada masing-masing tingkatan melalui
pranata yang disediakan. Artinya, perselisihan yang dibawa ke Mahkamah untuk
diperiksa dan diadili betul-betul merupakan perselisihan yang menyangkut penetapan
hasil penghitungan perolehan suara, bukan sengketa atau perselisihan lain yang telah
ditentukan menjadi kewenangan lembaga lain;
[3.2.9] Bahwa dengan disediakannya pranata penyelesaian sengketa atau
perselisihan dalam proses pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menunjukkan
bahwa pembentuk Undang-Undang sedang melakukan rekayasa sosial agar
masyarakat menempuh pranata yang disediakan secara optimal sehingga sengketa
atau perselisihan dapat diselesaikan secara tuntas oleh lembaga yang berwenang
pada tingkatan masing-masing. Meskipun demikian, penyelenggara negara pada
lembaga-lembaga yang terkait tengah didorong untuk dapat menyelesaikan sengketa
dan perselisihan dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sesuai proporsi
kewenangannya secara optimal transparan, akuntabel, tuntas, dan adil;
Dalam jangka panjang, fungsi rekayasa sosial UU Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota untuk membentuk budaya hukum dan politik masyarakat yang
makin dewasa dalam arti lebih taat asas, taat hukum, dan lebih tertib akan dapat
diwujudkan. Manakala sengketa atau perselisihan telah diselesaikan melalui pranata
dan lembaga yang berwenang di masing-masing tingkatan, niscaya hanya
perselisihan yang betul-betul menjadi kewenangan Mahkamah saja yang akan di
bawa ke Mahkamah untuk diperiksa dan diputus. Dalam jangka pendek,
menyerahkan semua jenis sengketa atau perselisihan dalam proses pemilihan
gubernur, bupati, dan walikota ke Mahkamah memang dirasakan lebih mudah, cepat,
dan dapat memenuhi harapan masyarakat akan keadilan. Namun, apabila hal
demikian terus dipertahankan, selain menjadikan Mahkamah adalah sebagai tumpuan
segala-galanya karena semua jenis sengketa atau perselisihan diminta untuk
diperiksa dan diadili oleh Mahkamah, fungsi rekayasa sosial dalam UU Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk membangun budaya hukum dan politik
masyarakat yang makin dewasa menjadi terhambat, bahkan sia-sia belaka;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
109 [3.2.10] Bahwa dalam paragraf [3.9] angka 1 Putusan Mahkamah Nomor 58/PUU-
XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, Mahkamah berpendapat:
“Bahwa rasionalitas Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU 8/2015 sesungguhnya merupakan bagian dari upaya pembentuk Undang-Undang mendorong terbangunnya etika dan sekaligus budaya politik yang makin dewasa yaitu dengan cara membuat perumusan norma Undang-Undang di mana seseorang yang turut serta dalam kontestasi Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota tidak serta-merta menggugat suatu hasil pemilihan ke Mahkamah Konstitusi dengan perhitungan yang sulit diterima oleh penalaran yang wajar”;
Berdasarkan pendapat Mahkamah tersebut, jelas bahwa keberadaan Pasal
158 UU 8/2015 merupakan bentuk rekayasa sosial. Upaya pembatasan demikian,
dalam jangka panjang akan membangun budaya hukum dan politik yang erat
kaitannya dengan kesadaran hukum yang tinggi. Kesadaran hukum demikian akan
terbentuk dan terlihat, yakni manakala selisih suara tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 Undang-Undang a quo, pasangan calon
gubernur, bupati, atau walikota tidak mengajukan permohonan ke Mahkamah. Hal
demikian setidaknya telah dibuktikan dalam pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
secara serentak pada tahun 2015. Dari sebanyak 264 daerah yang
menyelenggarakan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, 132 daerah yang
mengajukan permohonan ke Mahkamah. Menurut Mahkamah, pasangan calon
gubernur, bupati, atau walikota di 132 daerah yang tidak mengajukan permohonan ke
Mahkamah besar kemungkinan dipengaruhi oleh kesadaran dan pemahaman atas
adanya ketentuan Pasal 158 Undang-Undang a quo. Hal demikian berarti, fungsi
rekayasa sosial UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota bekerja dengan baik,
meskipun belum dapat dikatakan optimal;
[3.2.11] Bahwa demi kelancaran pelaksanaan kewenangan Mahkamah dalam
perkara a quo, terutama untuk melaksanakan ketentuan Pasal 158 Undang-Undang a
quo, Mahkamah melalui kewenangan yang dimiliki sebagaimana tertuang dalam
Pasal 86 UU MK telah menetapkan PMK 1-5/2015 in casu Pasal 6 PMK 1-5/2015.
Dengan demikian, seluruh ketentuan dalam Pasal 6 PMK 1-5/2015 merupakan
tafsir resmi Mahkamah yang dijadikan pedoman bagi Mahkamah dalam
melaksanakan kewenangan Mahkamah a quo dan untuk selanjutnya putusan a quo
menguatkan keberlakuan tafsir resmi Mahkamah sebagaimana dimaksud;
[3.2.12] Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-
5/2015, maka terhadap permohonan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
110 dinyatakan dalam paragraf [3.2.4], Mahkamah telah mempertimbangkan bahwa
perkara a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 158 UU
8/2015. Dalam perkara a quo, jika Mahkamah dipaksa-paksa mengabaikan atau
mengesampingkan ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015 sama
halnya mendorong Mahkamah untuk melanggar Undang-Undang. Menurut
Mahkamah, hal demikian tidak boleh terjadi, karena selain bertentangan dengan
prinsip Negara Hukum Indonesia, menimbulkan ketidakpastian dan ketidakadilan,
juga menuntun Mahkamah in casu hakim konstitusi untuk melakukan tindakan yang
melanggar sumpah jabatan serta kode etik hakim konstitusi;
[3.2.13] Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, menurut
Mahkamah, dalam melaksanakan kewenangan a quo, tidak terdapat pilihan dan
alasan hukum lain, selain Mahkamah harus tunduk pada ketentuan yang secara
expressis verbis digariskan dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Lagi
pula, dalam pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Nomor 51/PUU-XIII/2015,
bertanggal 9 Juli 2015, dinyatakan:
“… bahwa tidak semua pembatasan serta merta berarti bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan, serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum, maka pembatasan demikian dapat dibenarkan menurut konstitusi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD 1945]. Menurut Mahkamah, pembatasan bagi peserta Pemilu untuk mengajukan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara dalam Pasal 158 UU 8/2015 merupakan kebijakan hukum terbuka pembentuk Undang-Undang untuk menentukannya sebab pembatasan demikian logis dan dapat diterima secara hukum sebab untuk mengukur signifikansi perolehan suara calon”;
Dengan dinyatakannya Pasal 158 UU 8/2015 sebagai kebijakan hukum
terbuka pembentuk Undang-Undang, maka berarti, norma dalam pasal a quo tetap
berlaku sebagai hukum positif, sehingga dalam melaksanakan kewenangan
memeriksa dan mengadili perselisihan penetapan hasil penghitungan perolehan
suara dalam pemilihan gubernur, bupati, dan walikota, Mahkamah secara konsisten
harus menaati dan melaksanakannya. Dengan perkataan lain menurut Mahkamah,
berkenaan dengan ketentuan Pemohon dalam mengajukan permohonan dalam
perkara a quo, ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015 tidaklah
dapat disimpangi atau dikesampingkan;
[3.2.14] Bahwa dengan melaksanakan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-
5/2015 secara konsisten, Mahkamah bertujuan membangun dan memastikan bahwa
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
111 seluruh pranata yang telah ditentukan dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota dapat bekerja dan berfungsi dengan baik sebagaimana yang dikehendaki
oleh pembentuk Undang-Undang. Sejalan dengan hal tersebut, dapat dikatakan pula
bahwa dengan melaksanakan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015
secara konsisten, Mahkamah turut mengambil peran dan tanggung jawabnya dalam
upaya mendorong agar lembaga-lembaga yang terkait dengan pemilihan gubernur,
bupati, dan walikota berperan dan berfungsi secara optimal sesuai dengan proporsi
kewenangannya di masing-masing tingkatan;
[3.2.15] Bahwa sikap Mahkamah untuk melaksanakan Pasal 158 UU 8/2015 dan
Pasal 6 PMK 1-5/2015 secara konsisten tidak dapat diartikan bahwa Mahkamah
menjadi “terompet” atau “corong” Undang-Undang belaka. Menurut Mahkamah,
dalam kompetisi dan kontestasi politik in casu pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota, dibutuhkan terlebih dahulu aturan main (rule of the game) yang tegas agar
terjamin kepastiannya. Ibarat sebuah pertandingan olahraga, aturan main ditentukan
sejak sebelum pertandingan dimulai, dan seharusnya pula, aturan main tersebut telah
diketahui dan dipahami oleh seluruh peserta pertandingan. Wasit dalam pertandingan
sudah barang tentu wajib berpedoman pada aturan main tersebut. Tidak ada seorang
pun yang mampu melakukan sesuatu, tanpa ia melakukannya sesuai hukum (nemo
potest nisi quod de jure potest). Mengabaikan atau mengesampingkan aturan main
ketika pertandingan telah dimulai adalah bertentangan dengan asas kepastian yang
berkeadilan dan dapat berujung pada kekacauan (chaos), terlebih lagi ketentuan
Pasal 158 UU 8/2015 serta tata cara penghitungan selisih perolehan suara
sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 PMK 1-5/2015 telah disebarluaskan kepada
masyarakat melalui Bimbingan Teknis yang diselenggarakan oleh Mahkamah
maupun masyarakat yang dengan kesadaran dan tanggung jawabnya mengundang
Mahkamah untuk menjelaskan terkait ketentuan dimaksud;
Atas dasar pertimbangan di atas, terhadap keinginan agar Mahkamah
mengabaikan ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015 dalam
mengadili perkara a quo, menurut Mahkamah, merupakan suatu kekeliruan jika setiap
orang ingin memaksakan keinginan dan kepentingannya untuk dituangkan dalam
putusan Mahkamah sekalipun merusak tatanan dan prosedur hukum yang
seyogianya dihormati dan dijunjung tinggi di Negara Hukum Indonesia. Terlebih lagi
tata cara penghitungan sebagaimana dimaksud telah sangat dipahami oleh Pihak
Terkait sebagaimana yang dinyatakan dalam persidangan dalam beberapa perkara.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
112 Demokrasi, menurut Mahkamah, membutuhkan kejujuran, keterbukaan, persatuan,
dan pengertian demi kesejahteraan seluruh negeri;
Dengan pendirian Mahkamah demikian, tidaklah berarti Mahkamah
mengabaikan tuntutan keadilan substantif sebab Mahkamah akan tetap melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap perkara yang telah memenuhi persyaratan
tenggang waktu, kedudukan hukum (legal standing), objek permohonan, serta jumlah
persentase selisih perolehan suara antara Pemohon dengan Pihak Terkait.
Kewenangan Mahkamah
[3.3] Menimbang bahwa selanjutnya berkaitan dengan kewenangan Mahkamah,
Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5678, selanjutnya disebut UU 8/2015) menyatakan, “Perkara perselisihan penetapan
perolehan suara hasil pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi
sampai dibentuknya badan peradilan khusus”. Selanjutnya Pasal 157 ayat (4) UU
8/2015 menyatakan, “Peserta Pemilihan dapat mengajukan permohonan pembatalan
penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota kepada Mahkamah Konstitusi”;
[3.4] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan
keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mukomuko
Nomor 59/Kpts-MM-XII/2015 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara Dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko
Tahun 2015, bertanggal 17 Desember 2015, pukul 04.00 WIB (vide bukti P-1 = TG-
001 = PT-4). Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili permohonan
Pemohon a quo;
Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan
[3.5] Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 8/2015 dan Pasal 5 ayat (1) PMK
1/2015, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan Penetapan Perolehan
Suara Hasil Pemilihan Bupati Mukomuko Tahun 2015 paling lambat 3x24 (tiga kali
dua puluh empat) jam sejak Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
113 hasil pemilihan;
[3.5.1] Bahwa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati Kabupaten Mukomuko
diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mukomuko Nomor 59/Kpts-MM-XII/2015 tentang Penetapan Rekapitulasi
Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mukomuko Tahun 2015, bertanggal 17 Desember 2015, pukul 04.00 WIB
(vide bukti P-1 = TG-001 = PT-4);
[3.5.2] Bahwa tenggang waktu 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak
Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari
Kamis, tanggal 17 Desember 2015, pukul 04.01 WIB sampai dengan hari Minggu,
tanggal 20 Desember 2015, pukul 04.00 WIB;
[3.5.3] Bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah pada
hari Minggu, tanggal 20 Desember 2015, pukul 01.23 WIB, berdasarkan Akta
Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 40/PAN.MK/2015, sehingga permohonan
Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan yang
ditentukan peraturan perundang-undangan;
Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon
Dalam Eksepsi
[3.6] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut
tenggang waktu pengajuan permohonan dan pokok permohonan, Mahkamah terlebih
dahulu mempertimbangkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait yang
menyatakan bahwa permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 158 UU
8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015, sebagai berikut:
[3.6.1] Menimbang bahwa Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, menyatakan, “Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati adalah peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik,
gabungan partai politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten”, dan Pasal 157 ayat (4) UU 8/2015, menyatakan,
“Peserta Pemilihan dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil
penghitungan perolehan suara oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota kepada
Mahkamah Konstitusi”;
Bahwa Pasal 2 huruf a PMK 1/2015, menyatakan “Para Pihak dalam
perkara perselisihan hasil Pemilihan adalah: a. Pemohon; …”;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
114 Bahwa Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK 1-5/2015 menyatakan, “Pemohon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a adalah: … b. pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati; …”;
[3.6.2] Menimbang bahwa berdasarkan uraian sebagaimana tersebut pada
paragraf [3.6.1] di atas, Mahkamah menilai Pemohon I adalah pasangan calon
Bupati dan calon Wakil Bupati peserta Pemilihan Bupati Mukomuko Tahun 2015
Nomor Urut 1, dan Pemohon II adalah pasangan calon Bupati dan calon Wakil Bupati
peserta Pemilihan Bupati Mukomuko Tahun 2015 Nomor Urut 3. Hal demikian
dibuktikan oleh Pemohon dengan alat bukti berupa Keputusan KPU Kabupaten
Mukomuko Nomor 49/Kpts/KPU-MM-VIII/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Yang Memenuhi Persyaratan Menjadi Peserta Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015, bertanggal 24 Agustus
2015; Berita Acara Nomor: 29/KPU-MM-08/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko Yang Memenuhi Persyaratan Menjadi Peserta
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko Tahun 2015, bertanggal 24 Agustus
2015; dan Keputusan KPU Kabupaten Mukomuko Nomor: 51/Kpts/KPU-MM-VIII/2015
tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mukomuko 2015, tanpa tanggal, bulan Agustus 2015 (vide bukti P-3, bukti P-4, bukti
P-8, bukti TA-001, TA-002, bukti PT-1, bukti PT-2, dan bukti PT-3). Dengan demikian,
menurut Mahkamah Pemohon I dan Pemohon II adalah Pasangan Calon Peserta
Pemilihan Bupati Mukomuko Tahun 2015;
[3.6.3] Menimbang bahwa terkait syarat pengajuan permohonan sebagaimana
ditentukan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015, Mahkamah
mempertimbangkan sebagai berikut;
1. Mahkamah dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 51/PUU-XIII/2015,
bertanggal 9 Juli 2015, dalam pertimbangan hukumnya antara lain berpendapat
sebagai berikut:
“… bahwa tidak semua pembatasan serta merta berarti bertentangan dengan
UUD 1945, sepanjang pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan, serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum, maka pembatasan demikian dapat dibenarkan menurut
konstitusi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD 1945]. Menurut Mahkamah, pembatasan
bagi peserta Pemilu untuk mengajukan pembatalan penetapan hasil penghitungan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
115
suara dalam Pasal 158 UU 8/2015 merupakan kebijakan hukum terbuka
pembentuk Undang-Undang untuk menentukannya sebab pembatasan demikian
logis dan dapat diterima secara hukum sebab untuk mengukur signifikansi
perolehan suara calon;
2. Berdasarkan Putusan Mahkamah Nomor 51/PUU-XIII/2015, tanggal 9 Juli 2015,
tersebut di atas, syarat pengajuan permohonan sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 158 UU 8/2015 berlaku bagi siapapun pemohonnya ketika mengajukan
permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara dalam
pemilihan gubernur, bupati, dan walikota;
3. Hal tersebut di atas juga telah ditegaskan dan sejalan dengan Putusan Nomor
58/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015;
4. Bahwa pasangan calon dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pada
dasarnya memiliki kedudukan hukum (legal standing) [vide Pasal 1 angka 3 dan
angka 4 serta Pasal 157 ayat (4) UU 8/2015], namun dalam hal mengajukan
permohonan pasangan calon tersebut harus memenuhi persyaratan antara lain
sebagaimana ditentukan oleh Pasal 158 UU 8/2015;
5. Bahwa Termohon dan Pihak Terkait mengajukan eksepsi yang pada pokoknya
menyatakan Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum karena tidak memenuhi
syarat persentase selisih perolehan antara suara Pemohon dan peraih suara
terbanyak. Menurut Termohon selisih perolehan suara antara peraih suara
terbanyak dengan Pemohon I dan Pemohon II masing-masing adalah 13.200
suara dan 18.457 suara. Padahal menurut Termohon batas selisih perolehan
suara antara Pemohon dengan peraih suara terbanyak tidak boleh lebih dari 785
suara. Sehingga selisih perolehan suara tersebut telah melampaui ambang batas
syarat pengajuan permohonan sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) butir
a UU 8/2015 dan Pasal 6 ayat (2) butir a PMK 1-5/2015. Adapun Pihak Terkait
mendalilkan bahwa perolehan suara para Pemohon melebihi ambang batas selisih
perolehan suara antara Pemohon dengan paraih suara terbanyak yang sebesar
785 suara;
6. Bahwa jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Mukomuko menurut Termohon
berdasarkan Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK2) dari
Kementerian Dalam Negeri adalah 125.514 jiwa (vide bukti TB-001 dan bukti PT-
5), sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 158 ayat (2) huruf a UU 8/2015 dan
Pasal 6 ayat (1) huruf a PMK 1-5/2015, maka perbedaan perolehan suara antara
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
116
Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak untuk dapat diajukan
permohonan perselisihan hasil pemilihan ke Mahkamah adalah paling banyak
sebesar 2%;
7. Bahwa perolehan suara Pemohon I (Pasangan Calon Nomor Urut 1) adalah
sebanyak 26.043 suara, perolehan suara Pemohon II (Pasangan Calon Nomor
Urut 3) adalah sebanyak 20.786 suara, sedangkan pasangan calon peraih suara
terbanyak (Pihak Terkait) memperoleh sebanyak 39.243 suara (vide bukti P-1,
bukti P-2, bukti TG-001, bukti TG-003, dan bukti PT-4) sehingga selisih perolehan
suara antara pasangan calon peraih suara terbanyak dengan Pemohon I adalah
sejumlah 13.200 suara, dan dengan Pemohon II adalah sejumlah 18.457 suara;
Terhadap hal tersebut di atas, dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal
158 UU 8/2015, serta Pasal 6 ayat (2) huruf a dan ayat (3) PMK 1-5/2015, Mahkamah
berpendapat sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk Kabupaten Mukomuko adalah 125.514 jiwa;
b. Persentase perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan calon
peraih suara terbanyak untuk dapat diajukan permohonan perselisihan hasil
pemilihan ke Mahkamah adalah paling banyak 2%;
c. Berdasarkan data tersebut di atas maka jumlah batas maksimal antara Pemohon
dengan peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) adalah 2% x 39.243 = 785 suara;
d. Perolehan suara Pemohon I adalah 26.043 suara dan perolehan suara Pihak
Terkait (pasangan calon peraih suara terbanyak) adalah 39.243 suara. Dengan
demikian perbedaan perolehan suara antara Pihak Terkait dan Pemohon I adalah
39.243 suara - 26.043 suara = 13.200 suara (33,64%), sehingga perbedaan
perolehan suara Pemohon I melebihi batas maksimal;
e. Perolehan suara Pemohon II adalah 20.786 suara, sedangkan perolehan suara
Pihak Terkait (pasangan calon peraih suara terbanyak) adalah 39.243 suara.
Dengan demikian perbedaan perolehan suara antara Pihak Terkait dan Pemohon
II adalah 39.243 suara - 20.786 suara = 18.457 suara (47,03%), sehingga
perbedaan perolehan suara Pemohon II melebihi batas maksimal;
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Pemohon I dan Pemohon
II tidak memenuhi ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015;
[3.6.4] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, meskipun
Pemohon adalah benar Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
117 Bupati Kabupaten Mukomuko Tahun 2015, akan tetapi permohonan para Pemohon
tidak memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 158 UU 8/2015 dan
Pasal 6 PMK 1-5/2015, oleh karena itu, Eksepsi Termohon dan Eksepsi Pihak Terkait
berkenaan dengan kedudukan hukum (legal standing) para Pemohon adalah
beralasan menurut hukum;
[3.7] Menimbang bahwa oleh karena Eksepsi Termohon dan Eksepsi Pihak
Terkait berkenaan dengan kedudukan hukum (legal standing) para Pemohon
beralasan menurut hukum maka pokok permohonan para Pemohon serta eksepsi lain
dari Termohon dan Pihak Terkait tidak dipertimbangkan;
4. KONKLUSI
Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di
atas, Mahkamah berkesimpulan:
[4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo;
[4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan
permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan;
[4.3] Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait berkenaan dengan kedudukan
hukum (legal standing) para Pemohon adalah beralasan menurut hukum;
[4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan permohonan a quo;
[4.5] Pokok permohonan para Pemohon serta eksepsi lain dari Termohon dan
Pihak Terkait tidak dipertimbangkan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5678);
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
118
5. AMAR PUTUSAN
Mengadili,
Menyatakan:
1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai kedudukan
hukum (legal standing) para Pemohon;
2. Permohonan para Pemohon tidak dapat diterima.
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan
Hakim Konstitusi, yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar
Usman, Patrialis Akbar, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Maria Farida Indrati, I Dewa
Gede Palguna, Manahan MP Sitompul, dan Aswanto, masing-masing sebagai
Anggota pada hari Selasa, tanggal sembilan belas bulan Januari tahun dua ribu enam belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka
untuk umum pada hari ini, Jumat, tanggal dua puluh dua bulan Januari tahun dua ribu enam belas, pukul 17.41 WIB, oleh sembilan hakim konstitusi, yaitu Arief
Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar Usman, Patrialis Akbar,
Wahiduddin Adams, Suhartoyo, Maria Farida Indrati, I Dewa Gede Palguna, Manahan
MP Sitompul, dan Aswanto, masing-masing sebagai Anggota dengan dibantu oleh
Mardian Wibowo sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/kuasa
hukumnya, Termohon/kuasa hukumnya, dan Pihak Terkait/kuasa hukumnya.
KETUA,
ttd.
Arief Hidayat
ANGGOTA-ANGGOTA,
ttd
Anwar Usman
ttd
Patrialis Akbar
ttd
Suhartoyo
ttd
Wahiduddin Adams
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]
119
ttd
Maria Farida Indrati
ttd
I Dewa Gede Palguna
ttd
Aswanto
ttd
Manahan MP Sitompul
PANITERA PENGGANTI,
ttd
Mardian Wibowo
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]