putusan menhut soal hutan aceh ditolak
DESCRIPTION
lTRANSCRIPT
Putusan Menhut Soal Hutan Aceh Ditolak
26 Mei 2014 Junaidi Hanafiah
BANDA ACEH – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Aceh menolak
keputusan menteri kehutanan (Menhut) yang mengubah kawasan hutan menjadi kawasan
bukan hutan di Provinsi Aceh. Perubahan status hutan tersebut dinilai akan mengancam
kelestarian lingkungan dan mengganggu Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan hutan
lindung lainnya di Serambi Mekkah.
Direktur Walhi Aceh, M Nur, Minggu (25/5), menyebutkan bahwa pihak telah menyurati
Menhut terkait dikeluarkannya Keputusan Menhut Nomor SK.941/Menhut-II/2013,
tertanggal 23 Desember 2013.
“Dalam keputusan itu, menhut telah mengubah kawasan hutan menjadi bukan kawasan
hutan seluas 42.616 hektare, perubahan fungsi kawasan hutan seluas 130.542 hektare, dan
perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan 26.461 hektare,” ujar dia.
Menurut M Nur, keputusan tersebut dapat mengancam bertambah rusaknya hutan dan
mengurangi luas hutan di Provinsi Aceh. Walhi Aceh sangat menolak perubahan status dan
fungsi hutan tersebut.
“Dalam surat itu, kami mendesak menhut membatalkan keputusan itu,” M Nur
menuturkan.
Ia menjelaskan, usulan perubahan kawasan hutan ini berawal dari peta usulan perubahan
peruntukan dan fungsi kawasan hutan Aceh tertanggal 30 Oktober 2012, ditandatangani
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, dengan didasari peta Surat Keputusan (SK) Nomor
170/KptsII/2000.
“Pada peta berdasarkan usulan Pemerintah Aceh, masih terdapatnya hutan lindung yang
terletak di poligon Kabupaten Nagan Raya. Akan tetapi pada peta keputusan menhut, hutan
lindung tersebut telah hilang dari peta,” ujar M Nur.
Dalam surat keputusan Nomor 170/KptsII/2000, juga masih dimasukkan hutan lindung di
Kabupaten Bener Meriah. Namun pada peta keputusan Menhut, hutan lindung di
kabupaten tersebut hilang.
Selain itu, M Nur melanjutkan, keputusan Menhut tentang perubahan kawasan hutan
menjadi bukan kawasan hutan juga membuat hilangnya hutan produksi di poligon
Kabupaten Bireuen. Pasalnya, pada peta SK Nomor 170/KptsII/2000, hutan produksi
tersebut masih ada.
“Padahal, kedua peta tersebut ditandatangani pejabat yang berwenang, yaitu Gubernur
Aceh Zaini Abdullah dan Menhut Zulkifli Hasan. Jadi selayaknya, keputusan menhut tentang
perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan
hutan, dan perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Aceh
dicabut atau dibatalkan,” kata dia.
Di sisi lain, keputusan presiden (Keppres) tentang KEL juga menyebutkan, untuk harus
mempertahankan, melestarikan, dan memulihkan fungsi KEL, termasuk satwa dan
tumbuhan di dalamnya yang akhir-akhir ini semakin menurun karena berbagai kegiatan
yang kurang memperhatikan aspek pelestarian alam, dipandang perlu menetapkan
kebijakan pengelolaan KEL.
Sumber : http://sinarharapan.co/news/read/140526018/Putusan-Menhut-soal-Hutan-
Aceh-Ditolak