pusat penelitian dan pengembangan perkebunan iperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... ·...
TRANSCRIPT
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan i
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan i
Laporan Tahunan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan
Tahun 2018
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan ii
TIM PENYUSUN
LAPORAN TAHUNAN Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan TA 2018
PENANGGUNG JAWAB
Kepala Puslitbang Perkebunan
KETUA TIM PENYUSUN Rustan Massinai
ANGGOTA
Elna Karmawati
Deciyanto Soetopo
I Ketut Ardana
Jelfina Canstansye Alouw
Yusniarti
1. f. Dr. lna Karmawati (Ketua Kelti Analisis Kebijakan) REDAKSI PELAKSANA
Jumari
Wisnhu Novianto
Disain sampul dan tata letak
Agus Budiharto
Sumber Dana DIPA Puslitbang Perkebunan TA 2019
Diterbitkan oleh
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN Jalan Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111 – Indonesia Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194
e-mail: [email protected] website: http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id
ISBN : 978-979-8451-91-1
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya sehingga Laporan Tahunan Puslitbang Perkebunan tahun anggaran 2018 dapat diselesaikan.
Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan anggaran yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah
ditetapkan oleh Puslitbang Perkebunan. Dalam laporan ini digambarkan tingkat kinerja Puslitbang Perkebunan selama
periode Renstra capaian 2015-2019 berdasarkan tingkat pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Melalui visi “Menjadi lembaga penelitian terkemuka penghasil teknologi dan inovasi perkebunan untuk
mewujudkan pertanian berkelanjutan dan kesejahteraan petani”, Puslitbang Perkebunan diharapkan dapat menghasilkan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang perkebunan yang dapat melahirkan produk
transformasi inovasi perkebunan Indonesia berdaya saing tinggi, dari berbasis sumber daya alam menjadi daya saing yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Inovasi perkebunan yang dihasilkan diharapkan dapat memecahkan
permasalahan tersedianya benih unggul, teknologi pendukung dan peningkatan daya saing. Untuk itu, Puslitbang Perkebunan telah melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan guna menjawab permasalahan tersebut.
Mengingat banyaknya jenis komoditas perkebunan dan kompleknya permasalahan yang ada, kami menyadari bahwa hasil penelitian pengembangan yang telah dicapai saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan semua pengguna.
Namun demikian, Puslitbang Perkebunan terus berupaya untuk mewujudkan visinya.
Laporan Tahunan ini menyajikan berbagai informasi penting tentang Kinerja
Puslitbang Perkebunan tahun 2018, berupa inovasi teknologi, kegiatan penelitian, pengembangan, diseminasi teknologi dan informasi perkebunan serta kegiatan
penunjang lainnya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di waktu yang akan datang.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan.
Bogor, Februari 2019
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
Dr. Fadjry Djufry
NIP.19690314 199403 1 001
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI .................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
RINGKASAN ...................................................................................... x
SUMMARY ....................................................................................... xiii
I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
II VARIETAS UNGGUL ..................................................................... 3
III TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI ....................................... 40
IV TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH/
PRODUK OLAHAN ....................................................................
66
V PLASMA NUTFAH ...................................................................... 75
VI BENIH SUMBER ......................................................................... 85
VII REKOMENDASI KEBIJAKAN ....................................................... 91
VIII PENGEMBANGAN DAN DISEMINASI INFORMASI PERKEBUNAN......
IX SUMBERDAYA PENELITIAN .........................................................
9.1. Sumberdaya Manusia .......................................................
9.2. Sumberdaya Sarana dan Prasarana....................................
9.3. Tata Kelola.......................................................................
9.4. Sumberdaya Keuangan ....................................................
95
114
114
116
117
118
X PENUTUP .................................................................................. 123
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan v
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Halaman
1. Produksi daging buah segar (kg) per pohon untuk tahun pertama 2018 ............................................................. 35
2. Penampilan karakter vegetatif bibit dari lima silangan kelapa Genjah x Dalam Bido ........................................ 36
3. Hasil pengamatan tiga kelapa hibrida Genjah x Dalam
Bido dan kontrolnya KHINA1 umur 1 tahun sesudah tanam di KP. Kayuwatu ................................................ 37
4. formula pupuk hayati cair dengan komposisi penelitian di laboratorium ........................................................... 56
5. Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman Perkebunan 2018
................................................................................... 75
6. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2018 ......... 85
7. Target dan Realisasi Produksi benih Perkebunan APBN-
P ................................................................................ 85
8. Target dan Realisasi Produksi benih Kopi, Karet dan Kakao tahun 2018 ....................................................... 88
9. Rekapitulasi KTI Nasional dan Internasional lingkup Puslitbang Perkebunan Tahun 2018 ............................. 96
10. Pengelompokkan Kerjasama ........................................ 111
11. Keragaan Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Menurut Pendidikan Pada Tahun 2018 .......................... 114
12. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan
Berdasarkan Jabatannya Pada Tahun 2018 ................... 115
13. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
2018 .......................................................................... 116
14. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan Sasaran Output Utama TA 2018 ............... 121
15. Target dan realisasi PNBP lingkup Puslitbang Perkebunan, 2018 ...................................................... 122
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Uraian Halaman
1. Penampilan daun, mata tunas dan pertanaman VUB Tebu PSMLG
1 Agribun ......................................................................... 3
2. Penampilan mata tunas, batang, daun dan pertanaman VUB Tebu
PSMLG 2 Agribun ............................................................... 4
3. Penampilan pertanaman dan warna serat Varietas Kapas Bronesia
1 .................................................................................... 5
4. Penampilan pertanaman dan warna serat Varietas Kapas Bronesia
2 .................................................................................... 6
5. Penampilan pertanaman dan warna serat Varietas Kapas Bronesia
3 .................................................................................... 6
6. Penampilan pertanaman, daun, bakal buah dan bunga Jarak
Kepyar Varietas Asembagus 119 Agribun ................................ 7
7. Penampilan pertanaman, cabang batang, daun, bunga dan biji
buah Jarak Kepyar Varietas Asembagus 175 Agribun ................. 8
8. Tampilan buah dan populasi Kelapa Kelapa Dalam Kelambi
Ujungkubu ........................................................................ 8
9. Populasi dan tampilan warna buah Kelapa Odeska Lobu ............. 9
10. Tampilan buah dan tinggi pohon Kelapa Genjah Pandan Wangi
Sumut ............................................................................. 10
11. Tampilan buah dan tinggi pohon Kelapa Genjah Entog ............... 10
12. Bakal benih dan induk Kelapa Genjah Entog .............................. 11
13. Penampilan pucuk, urat dan batang tengah daun kopi Varietas
Korolla 1 .................................................................................. 11
14. Penampilan daun dan warna buah Kopi Varietas Korolla 1 .......... 12
15. Penampilan daun, keragaan dan buah Kopi Varietas Korolla 2 ..... 12
16. Penampilan daun, keragaan dan buah Kopi Varietas Korolla 3 ..... 13
17. Penampilan daun, buah dan keragaan Kopi Varietas Korolla 4 ..... 14
18. Penampilan batang, tandan, dan buah Aren Parasi ................... 15
19. Keragaan batang dan buah tanaman aren Smulen ST1 ............. 15 20. atas kiri ke kanan Karakter buah, ruas batang, permukaan daun
atas dan bawah, gambar bawah perbandingan panjang daun dan
malai ............................................................................... 16 21. Pertanaman Pala Bogor, karakteristik daun, buah muda, buah
masak, biji berfuli, biji dan fuli ............................................... 17
22. Populasi Pinang Emas dan penampilan buah pohon induk umur 15
tahun ............................................................................... 18 23. Penampilan varietas tembakau lokal Jinten Pakpie .................... 18
24. Penampilan Daun dan Bunga Varietas tembakau lokal Jinten
Pakpie Varietas tembakau lokal Jinten Pakpie ........................... 19 25. Penampilan Tanaman dan bunga tembakau lokal Jinten Pakpie
Varietas tembakau lokal Manilo ............................................. 19 26. Penampilan Daun dan Bunga Varietas tembakau lokal Jinten
Pakpie Varietas tembakau lokal Manilo .................................... 20
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan vii
Gambar Uraian Halaman
27. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar A1,
B.Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar A2 ................ 21 28. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar D1,
B.Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar D2 dan
C.Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar J ................... 22 29. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Temangi,
B.Penampilan Tanaman Tembakau varietas Temangi dan
C.Penampilan Tanaman Tembakau varietas Kenceh ...................
23
30. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Sigalih, B.Penampilan
Tanaman Tembakau varietas Citrasari dan C.Penampilan Tanaman
Tembakau varietas Kubangsari .............................................. 24 31. Penampilan Tanaman, Batang, Daun, Bunga, Buah dan Biji
Varietas GOZOLL Agribun ..................................................... 25 32. Pertanaman vanili, buah dan penjemuran polong vanili .............. 26 33. Penampilan rimpang hasil panen jahe merah (I,J dan N) ............ 27
34. Penampilan pertumbuhan dan produksi rimpang jahe putih kecil .. 27
35. Keragaan uji adaptasi klon unggul baru tanaman tebu di lapang .. 28 36. Kondisi pertanaman abaka di lokasi Magelang sebelum dan saat
panen .............................................................................. 29
37. Kondisi pertanaman rosela dan yute pada umur 60 Hst .............. 30 38. Keragaan pertanaman pengujian empat galur harapan
tembakaucerutu terhadap populasi per satuan luas .................... 31
39. Kegiatan persilangan antara tembakau cerutu x tembakau tahanterhadap P. nicotianae dan R. solanacearum, menghasilkan
benih generasi F1 ............................................................... 32
40. Klon jarak pagar yang unggul di semua lokasi pengujian ............ 33
41. Kelapa hibrida Genjah Kuning Bali x Dalam Mapanget S4 (Gb. Kiri), Genjah Raja x Dalam Mapanget S4 (Gb. Tengah) dan
pembandingnya KHINA1 (Gb. Kanan) ...................................... 38
42. Pendederan untuk perkecambahan dan pembibitan lima kelapa hibrida Genjah x Dalam Bido, yaitu GTT x DBO,
GMW x DBO, GHJ x DBO, GSK x DBO, dan GAK x DBO ....... 38 43. Benih Kelapa Hibrida Hasil Persilangan dan dan
pembandingKHINA-1 umur 10 bulan setelah tanam di
KP.Kayuwatu ..................................................................... 39 44. Tahapan produksi benih G0 .................................................. 41 45. Rata-rata luas bercak (cm2) pada buah kelapa umur 6-8 bulan
dari masing-masing kultivar kelapa ......................................... 42 46. Pengujian beberapa kultivar kelapa terhadap P. palmivora di
laboratorium ...................................................................... 43
47. Konsentrasi insektisida nabati Derris eliptica dan Larva Brontispa
longissima yang mati akibat insektisida nabati Derris eliptica ....... 44 48. Keragaan pelepasan CO2 dan N2O di pertanaman sawit TM-1 di
KP. Sitiung ........................................................................ 45
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan viii
Gambar Uraian Halaman
49. Pola sebaran spatial dan temporal GRK N2O di beberapa umur tanaman kelapa sawit; (3a. Lokasi Kabupaten Gorontalo-1 (1 tahun), 3b. Lokasi Paguyaman-Gorontalo-2, sawit TM1, 3c. Lokasi
di Desa poigar Kab. Bolang Mongondow (TM-1), dan 3d. Lokasi di
Aceh Jaya (TM2) ................................................................ 45 50. Pola sebaran spatial dan temporal GRK CO2 di beberapa umur
tanaman kelapa sawit; (3a. Lokasi Kabupaten Gorontalo-1 (1 tahun), 3b. Lokasi Paguyaman-Gorontalo-2, sawit TM1, 3c. Lokasi di Desapoigar Kab. Bolang Mongondow (TM-1), dan 3d. Lokasi di
Aceh Jaya (TM2) ................................................................ 46 51. Unit pengolahan asap cair (kiri), asap cair dari debu sabut kelapa
(kanan) ............................................................................ 47
52. Keragaan tanaman tebu setelah diperlakukan dengan pupuk
hayati .............................................................................. 47 53. Pupuk Silika butiran (kiri) yang diaplikasikan pada tanaman
tebu(kanan) ...................................................................... 48 54. Pupuk vermikompos (kiri) dan aplikasinya di lapang (kanan) ....... 49 55. Pengujian daya hambat minyak cengkeh konsentrasi 100, 200,
300, 400, 500 ppm (a), asap cair batok kelapa (b) minyak temulawak 200, 300, 400, 500ppm (c) propil paraben (baris pertama), metil paraben (baris kedua), dan potasium sorbat (baris
ketiga) konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 ppm, terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus. Petri paling bawah adalah kontrol
pertumbuhan Aspergillus flavus ............................................. 50
56. Kolonisasi Aspergillus flavus pada permukaan biji pala batok yang diberi berbagai perlakuan formula coating berbentuk tepung mengandung minyak cengkeh (warna putih) dan tanpa perlakuan
(warna coklat tua) .............................................................. 51
57. Alat pengering tipe rumah, para-para dan lantai jemur .............. 52 58. Biji pala berbatok basah dan kering, dan pala kupas kering hasil
pengeringan menggunakan rak pengering tipe rumah ................ 53 59. Tanaman lada telah/sedang berbunga ketika aplikasi perlakuan
pupuk .............................................................................. 55
60. Aplikasi bakteri endofit ...................................................... 56 61. Persiapan dan pelaksanaan pengujian formula agens hayati untuk
mengendalikan penyakit BPB. (A). Media tanam lada, (B)
Penyemaian benih lada, (C) Formula Trichoderma yang
direaktivasi, (D) Formula cendawan endofit (E-15), (E) Stek lada
siap diinokulasi dan (D) Pengajiran untuk persiapan penanaman di
lapang .............................................................................. 57 62. Bibit lada yang hidup dan mati dari tiap perlakuan yang diujikan
pada umur 2 ~ 4 bulan. (A). Jamur endofit E-15 &Trichoderma, (B) Bakteri A &Trichoderma, (C) Jamur endofit E-15, bakteri A
&Trichoderma, (D) Trichoderma, (E) Kontrol, dan (F) Fungsida .... 58 63. Jumlah buku dari tiap perlakuan yang diujikan pada umur 2 ~ 4
bulan. (A). Jamur endofit E-15 &Trichoderma, (B) Bakteri A
&Trichoderma, (C) Jamur endofit E-15, bakteri A &Trichoderma,
(D) Trichoderma, (E) Kontrol, dan (F) Fungsida ........................ 59
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan ix
Gambar Uraian Halaman
64. Variasi gejala virus pada bibit lada, A. tidak bergejala, B. belang
lemah, C. mosaik lemah, D. malformasi, menebal, mosaik parah .. 60 65. Hasil DIBA. a1 dan a2. Bufer, a3 dan a4. Kontrol negatif, a5 dan
a6. Kontrol positif. b1-b4. Sampel negatif, b5-b7 dan c1-c7.
Sampel positif .................................................................... 61 66. Visualisasi hasil PCR. M. Marker.1. Kontrol negatif, 2-4. Sampel
Petaling hasil radiasi, 5-7. Sampel Natar 1. 8-11. Sampel Petaling 1.A,B, dan C. Amplifikasi DNA secara PCRberturut – turut dengan primer PYMoV ORFI; ORFII; dan ORFIII. D. One step RT-PCR
dengan primer PYMoV ORFIII ............................................... 63 67. Carrier siap diinokulasikan cendawan B. bassiana (a), Alt formulasi
B. bassiana menggunakan system dried spraying (b) ................... 65
68. Proses ekstraksi pektin ............................................................... 66 69. Pektin hasil ekstraksi limbah pod kulit kakao ................................ 67 70. (A) Perbanyakan blastospora dalam fermentor dengan media PCB,
(B) Blastospora jamur patogen serangga dalam media cair, (C) Imago PBKo terinfeksi blastospora jamur patogen ........................ 68
71. Pestisida nabati berbahan dasar asap cair ............................. 69
72. Respons tanaman kakao terhadap pemberian mikroba (kiri) dan pupuk hayati berbahan pembawa molase (kanan) ........................ 70
73. Pengolahan popeda instan di Seafast Centre IPB-Bogor ............... 71
74. Penyadapan nira aren (a), proses penguapan kadar air pada larutan gula b) dan empat produk sirup nira aren (c) ................... 72
75. Yogurt skim kelapa yang diproses menggunakan kultur murni L. bulgaricus (a) dan Kultur murni untuk pembuatan yogurt skim kelapa (b) ................................................................................. 73
76. Asap cair daun tembakau dari tembakau Purwodadi (A), Yogyakarta (B), Boyolali (C), Temanggung (D), Blitar (E),
Probolinggo (F), Jember (G), Sumenep (H), Madiun (I), Ponorogo (J), dan Garut (K) ...................................................................... 74
77. Enam jenis minyak atsiri tembakau (A: T. Temanggung; B: T.
Boyolali; C: T. Yogyakarta; D: T.Purwodadi; E: T.Blitar; F: T. Probolinggo) ............................................................................. 74
78. Plasma Nutfah Tanaman Kelapa Sawit ........................................ 77
79. Plasma Nutfah Tanaman Kelapa ................................................. 77 80. Tampilan depan data passport plasma nutfah kakao .................... 80 81. Koleksi plasma nutfah kakao, karet, kopi, dan teh di Balittri ......... 81
82. Program software database TRO ................................................. 83 83. Database koleksi plasma nutafh Kebun Percobaan Lingkup Balittro 84
84. Beberapa contoh karakter tanaman off types (menyimpang) yang harus dibuang ........................................................................... 86
85. Proses seleksi dan pembongkaran/pemusnahan tanaman off tipes rami .......................................................................................... 87
86. Kondisi pertanaman kurang optimal karena keterbatasan anggaran pemeliharaan ............................................................................ 87
87. Kondisi tanaman kenaf umur sekitar 2 bulan ............................... 87
88. Kondisi varietas kenafindo 1 menjelang panen benih .................... 88
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan x
Gambar Uraian Halaman
89. Pengendalian gulma dalam polybag secara manual dan benih kopi Arabika umur 5 bulan yang siap disertifikasi ................................ 89
90. Tempat penyemaian setek berakar dan panen setek berakar kopi
Robusta .................................................................................... 89 91. Transplanting benih karet ke Polybag dan benih karet batang
bawah yang siap diokulasi .......................................................... 90
92. Penanaman benih ke dalam polybag dan penyiraman benih kakao dalam polybag ........................................................................... 90
93. Acara Pembukaan Harteknas Pekanbaru Riau .............................. 97
94. Peserta dan pameran diseminasi produk Balittro .......................... 98 95. Launching Bogor Agro Science Technological Park Cimanggu ........ 99 96. Gelaran Sumatera Selatan Expo .................................................. 100
97. Kegiatan dan Pameran SPEKTA HORTI 2018 di Bandung .............. 102 98. Rangkaian acara launching benih di Balittri .................................. 104 99. Rangkaian acara Agroinovasi fair ................................................ 107
100. ...................................................................................................................... Rangkaiana kegiatan Peringatan Hari Perkebunan di Bandung ...... 109 101. ...................................................................................................................... Grafik Artikel Berita Web Site Puslitbang Perkebunan tahun 2018 .. 113 102. ...................................................................................................................... Grafik kontak pengunjung Puslitbang Perkebunan tahun 2018 ...... 113
103. ...................................................................................................................... Video Dokumentasi dan Pengelolaan Informasi Publik lingkup Puslitbang Perkebunan .............................................................. 114
104. ...................................................................................................................... Video Kegiatan Safari Panen Menteri Pertanian dan Kepala Badan
Litbang Pertanian di pulau Jawa ................................................. 115 105. ...................................................................................................................... Video Panen Melimpah Stok Beras Aman Produksi Video
Dirgahayu Negeriku Jayalah Pertanian Indonesia ................ 115
106. ...................................................................................................................... Peta kerja sama Puslitbang Perkebunan tahun 2018 .................... 117 107. ...................................................................................................................... Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jenis
Belanja TA 2018 ........................................................................ 123
108. ...................................................................................................................... Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Satker TA 2018 .......................................................................... 123
109. ...................................................................................................................... Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan
Output Diluar Anggaran Dukungan Manajemen Litbang TA 2018 ... 124 110. ...................................................................................................................... Persentase Realisasi Anggaran Puslibang Perkebunan TA 2014-
2018 ......................................................................................... 124
111. ...................................................................................................................... Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Satker TA 2018 .......................................................................... 125
112. ...................................................................................................................... Realisasi Anggaran UK/UPT TA 2018 ........................................... 125
113. ...................................................................................................................... Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja TA 2018 ................ 126
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xi
RINGKASAN
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan sebagai salah satu Unit kerja
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian memiliki tugas dan fungsi
sebagai penghasil teknologi dan rekomendasi kebijakan khususnya dibidang
perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan selalu mendukung
visi Kementerian Pertanian dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
serta terus berupaya untuk menghasilkan teknologi perkebunan yang mudah
diterapkan, efektif, efisien dan berdaya saing. Kegiatan penelitian dan
pengembangan selama tahun 2018 telah menghasilkan banyak teknologi inovatif
yang terkait dengan upaya peningkatan biodiversitas dan jumlah bahan
tanaman, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan, teknologi pengolahan
hasil, benih sumber, dan sintesis kebijakan.
VARIETAS UNGGUL
Sampai dengan akhir Tahun Anggaran (TA) 2018 Puslitbang Perkebunan telah
berhasil melepas 34 varietas unggul baru tanaman perkebunan yang terdiri dari :
Tebu (2 varietas), Kapas (3 varietas), Jarak Kepyar (2 varietas), Lada (1
varietas), Pala (1 varietas), Tembakau (13 varietas), Kelapa (4 varietas), Aren (2
varietas), Pinang (1 varietas), Kopi (4 varietas) dan Indigofera Zollingeriana (1
varietas).
TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERKEBUNAN
Hasil-hasil penelitian teknologi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan
selama TA 2018 yang telah dihasilkan sebanyak 14 teknologi terdiri atas
komoditas Tebu (4 teknologi); Lada (4 teknologi); Pala (2 teknologi); Kelapa
Sawit (1 teknologi) dan Kelapa (3 teknologi). Teknologi-teknologi yang sudah
dihasilkan tersebut mencakup komponen-komponen teknologi pemupukan,
teknologi pemanfaatan mikroba, teknologi budidaya tanaman, teknologi
pengendalian hama dan penyakit, dan teknologi pengolahan.
TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH/
PRODUK OLAHAN
Puslitbang Perkebunan Tahun Anggaran (TA) 2018 telah menghasilkan teknologi
diversifikasi dan peningkatan nilai tambah/produk olahan tanaman perkebunan
sebanyak 9 produk yaitu untuk komoditas Kakao (3 teknologi); Kelapa (1
teknologi); Sagu (1 teknologi); Aren (1 teknologi); Kopi (2 formula); dan
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xii
Tembakau (1 formula). Teknologi yang dihasilkan adalah berupa formula pupuk,
formula pestisida/insektisida yang ramah lingkungan, Sirup dan youghurt.
PLASMA NUTFAH TANAMAN PERKEBUNAN
Untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman, diperlukan materi genetik
tanaman perkebunan. Sampai dengan Tahun Anggaran (TA) 2018 Puslitbang
Perkebunan telah memiliki sebanyak 13.478 aksesi yang terdiri dari 370 aksesi
tanaman palma, 6.442 aksesi tanaman rempah dan obat, 648 aksesi tanaman
penyegar dan industri lainnya, serta 6.018 aksesi tanaman pemanis dan serat.
BENIH SUMBER TANAMAN PERKEBUNAN
Produksi benih sumber tanaman perkebunan dicapai melalui kegiatan
pengelolaan UPBS, dengan output berupa benih sumber : (1) Kelapa dalam (250
ton); Tebu G0 (25.000 plantlet); (3) Tebu G1 (214.800 budset); Tebu G2
(8.087.000 budset/budchip); (4) Kapas (5.875 Kg); (5) Stevia (501 polybag); (6)
Rami (150.000 rizome) dan (8) Kenaf (184,3 Kg). Disamping itu dari anggaran
Puslibang Perkebunan diproduksi : (1) tanaman rempah dan obat meliputi lada
(110.000 stek/polybag); pala (15.000 pohon); kayu manis (40.000 pohon); (2)
tanaman industri dan penyegar berupa kakao (65.000 polybag); Kopi Arabika
(110.000 pohon); (3) tanaman pemanis dan serat berupa tebu (500.000 plantlet
G0 dan G1, 5.000.000 mata G2); (4) tanaman kelapa (10.000 benih/pohon
kelapa dalam unggul yang dihasilkan Balit Palma.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Kinerja rekomendasi kebijakan dicapai melalui kegiatan analisa kebijakan.
Selama TA 2018 telah terealisasi sebanyak 4 (empat) rekomendasi kebijakan
yaitu: (1) Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia; (2) Penguatan
Kelembagaan Petani untuk Keberlanjutan Perlindungan IG (Indikasi Geografis)
Komoditas Perkebunan; (3) Penerapan Precision Farming Untuk Meningkatkan
Efisiensi Produksi Gula Nasional; (4) Kelembagaan Mendukung Sistem
Perbenihan Komoditas Perkebunan.
PENGEMBANGAN DAN DISEMINASI INFORMASI PERKEBUNAN
Adopsi teknologi oleh pengguna/petani telah dirintis percepatan penyampaian
inovasi hasil penelitian melalui diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta
kerjasama penelitian dengan mitra kerja swasta, pemerintah, dan perguruan
tinggi.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xiii
SUMBERDAYA KEUANGAN
Pagu anggaran UK/UPT lingkup Puslitbang Perkebunan Tahun 2018 sebesar Rp.
148.794.443.000,-. Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, belanja
barang dan belanja modal per 31 Desember 2018 berturut-turut mencapai
96,39%; 97,93%; dan 97,85. Realisasi untuk semua jenis belanja mencapai
angka diatas 97% menunjukkan bahwa penyerapan anggaran telah melebihi
target yang telah ditetapkan, dan pelaksanaan kegiatan berjalan lancar.
Realisasi PNBP di Puslitbang Perkebunan (102,79%), Balittro (118,42%), Balittri,
107,25%, Balitpalma 100,55%, dan Balittas (210,88%).Realisasi PNBP di lingkup
Puslitbang Perkebunan TA. 2018 dapat tercapai melebihi target yang telah
ditentukan yaitu Rp. 3.884.796.282 (121,67%) dari target 3.192.899.000,-.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xiv
SUMMARY
Indonesian Center for Estate crops Research and Development (ICERD) as one
of the centers of the Indonesian Agency for Agricultural Research and
Development (IAARD) has the task and functions as a provider of technology
and policy recommendations, especially in estate crops. ICERD always support
the vision of Ministry of Agriculture and the Indonesian Agency for Agricultural
Research and Development, as well as continually strive to produce a
competitive, effective and efficient estate crops technology that easy to be
applied. There were quite a lot of innovative technologies research resulted
during 2018 related to the improvement of biodiversity, plant materials, quality
and productivity of estate crops, processing quality, seed sources, and policy
synthesis.
HIGH YIELDING VARIETIES
Up to the end of 2018, ICERD released 34 new high yielding varieties of estate
crops, namely Sugar cane (2 variety); Cotton (3 varieties); Castor (2 varieties);
Pepper (1 Variety); Nutmeg (1 variety); Coconut (4 varieties); Sugar palm (2
varieties); Betel nut (1 variety); Tobacco (13 varieties); Coffe (4 varieties) and
Zialinga indigofera 1( variety).
PRODUCTIVITY IMPROVEMENT TECHNOLOGY OF ESTATE CROPS
As much as 14 improvement technologies had been produced by ICERD i.e Sugar
cane (4 technologies); Pepper (4 technologies); Nutmeg (2 technologies); Palm
Oil (1 teknology); and Coconut (3 technologies). Those resulted technologies
mentioned above includes technologies components of fertilization, microbial
utilization, cultivation tech, pests and diseases control, and processing
technology.
DIVERSIFICATION TECHNOLOGY AND ADDED VALUE ENHANCEMENT/
PROCCESSING PRODUCT
In 2018 there were 9 formula of diversification technology and processing
product resulted by ICERD comprising Cocoa (3 technologies); Coconut (1
technology); Sago (1 technology); Sugar palm (1 technology); Coffe (2
technologies) and Tobacco (1 formula). The resulting technologies are fertilizers
formula, environmentally friendly pesticide formula, tricoderm formula, palm
sugar syrup and yogurt.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xv
ESTATE CROPS GERMPLASM
To support plant breeding activities, the genetic material of estate crops is
neccessary. Up to 2018, the ICERD had collected as many as 13, 478 accessions
consisting of 370 accessions palm trees, 6,442 accessions spices and medicinal
plants, 648 plant accessions beverages and industrial crops, as well as the 6,018
accession sweeteners and fiber crops.
SEED SOURCE OF ESTATE CROPS
The production of estate crops seed source is achieved through UPBS
management activities by the output of: (1) Kelapa Dalam (250 tons); Sugar
cane G0 (25,000 plantlets); (3) Sugar cane G1 (214,800 budsets); Sugar cane
G2 (8,087,000 budsets / budchips); (4) Cotton (5,875 kg); (5) Stevia (501
polybags); (6) Flax (150,000 rhizome) and (8) Kenaf (184.3 Kg). Besides that,
from the budget of Puslibang Perkebunan, it is produced: (1) spices and
medicinal plants including pepper (110,000 cuttings / polybags); nutmeg (15,000
trees); cinnamon (40,000 trees); (2) industrial plants and refiners in the form of
cocoa (65,000 polybags); Arabica Coffee (110,000 trees); (3) sweetener and
fiber plants in the form of sugar cane (500,000 G0 and G1 plantlets, 5,000,000
G2 budchips); (4) coconut plants (10,000 seeds) in Balit Palma.
POLICY RECOMMENDATION
The performance of policy recommendation was achieved by policy analisys
activity. There were four policy recommendations resulted in 2018 i.e. : (1)
Restore the glory of indonesian spices Policies; (2) Strengthening farmer
institutions for the sustainability of the protection of geographical indications of
plantation commodities; (3) The application of precision farming to improve the
efficiency of national sugar production; (4) Institutional support for plantation
estate commodity seeding systems.
DEVELOPMENT AND DISSEMINATION OF ESTATE INFORMATION
For technology adoption by the user/farmer, the acceleration of delivery of
innovation had been initiated through dissemination results and the publication
of results, and research collaboration with private partners, government, and
universities.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan xvi
FINANCIAL RESOURCES
The budget of ICERD including its research institution, at the beginning of the
budget year amounting to Rp. 148.794.443.000, Based on the type of
expenditure, the realization of personnel expenditure, goods expenditure and
capital expenditure per December 31, 2018 respectively reached 96.39%;
97.93%; and 97.85%. Realization for all types of shopping reaches above 97%
indicates that the budget absorption is surpassing the set targets, and
implementation of the activities running smoothly. Realization of non-tax
revenues in Puslitbang Perkebunan (102.79%); Balittro (118.42%), Balittri,
107.25%, Balit Palma 100,55, and Balittas (210.88%) exceeded the target.
Realization of non-tax revenues in Puslitbang Perkebunan 2018 can be achieved
beyond the predetermined target of Rp 3,884,796. 282 (121.67%) of the target
of Rp. 3,192,899,000.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 1
I. PENDAHULUAN
Komoditas perkebunan memiliki kontribusi besar dalam pembangunan ekonomi
dengan perannya sebagai penyumbang devisa negara, penyedia lapangan kerja,
peningkatan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi nasional. Agar
kontribusi tersebut dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan,
pembangunan usaha perkebunan harus selalu didukung oleh IPTEK melalui
pengembangan teknologi dan inovasi untuk menghadapi permasalahan dan
tantangan pertanian kedepan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan sebagai salah satu Unit kerja
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian memiliki tugas dan fungsi
sebagai penghasil teknologi dan kebijakan khususnya dibidang perkebunan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan selalu mendukung visi
Kementerian Pertanian dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian serta
terus berupaya untuk menghasilkan inovasi teknologi perkebunan yang mudah
diterapkan, efektif, efisien dan berdaya saing.
Mengacu pada sasaran strategis Renstra Puslitbang Perkebunan 2015-2019 dan
sebagai basis dalam proses perencanaan kegiatan, kegiatan penelitian dan
pengembangan selama tahun 2018 telah menghasilkan banyak inovasi teknologi
yang terkait dengan upaya peningkatan produktivitas dan mutu hasil tanaman
perkebunan serta hasil sintesis kebijakan.
Puslitbang perkebunan tahun 2015-2019 fokus pada upaya mendukung dua
program strategis Kementerian Pertanian yaitu : (1) pencapaian swasembada
gula, (2) nilai tambah, (3) daya saing, dan (4) menghadapi kampanye negatif
yang berkaitan dengan lingkungan dan kesehatan. Kegiatan yang sudah
dilakukan meliputi, perakitan varietas unggul baru tebu dan komoditas
perkebunan lainnya, penyediaan benih sumber tebu hasil kultur jaringan dan
benih sumber tanaman perkebunan lainnya, penelitian peningkatan produktvitas
tebu, peningkatan produktivitas dan diversifikasi komoditas perkebunan
lainnya melalui perakitan teknologi budidaya pendukung serta Good Agricultural
Practice (GAP) untuk memenuhi standar kualitas produk olahan komoditas
perkebunan. Sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, Puslitbang
perkebunan juga berupaya mengembangkan berbagai komoditas dan teknologi
bioenergi.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2
Pada Tahun anggaran 2018 telah dihasilkan 1,5 juta benih G2 untuk
mendukung upaya pencapaian swasembada gula. Upaya peningkatan
produktvitas tebu dan komoditas perkebunan lainnya, melalui perakitan
varietas unggul telah dihasilkan 34 VUB, yang terdiri atas 2 varietas tebu, 3
varietas kapas, 2 varietas jarak kepyar, 1 varietas lada, 1 varietas pala, 13
varietas tembakau, Kelapa 4 varietas kelapa, Aren 2 varietas aren, 1 varietas
pinang, 4 varietas kopi dan Indigofera Zollingeriana 1 varietas Indigofera
Zollingeriana. Selain itu, juga dihasilkan 17 teknologi peningkatan produksi
komoditas tebu, kakao, kopi, lada, jambu mete, cengkeh dan kelapa. Kegiatan
litbang untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas
perkebunan telah menghasilkan 9 produk olahan dan teknologi proses, yaitu
pemanfaatan limbah kulit kakao, pemanfaatan asap cair, blastospora sebagai
bioinsektisida, pestisida nabati, formula pupuk hayati dan produk popeda
instant, sirup NIRA aren, pengolahan yogurt serta formulasi produk untuk
mendukung peningkatan produksi tanaman pemanis, serat, tembakau, dan
minyak industri.
Inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian agar dapat segera menyentuh
masyarakat maka diseminasi teknologi merupakan suatu keharusan dengan
memanfaatkan berbagai saluran dan media yang tepat dan efektif. Umpan balik
diseminasi teknologi dari masyarakat berperan penting sebagai acuan dalam
perencanaan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan para penggunanya.
Dalam upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi kinerja, Balitbangtan
merestrukturisasi program penelitian dan pengembangan pertanian, yakni
program strategis Kementerian Pertanian, penelitian dasar (basic research), yaitu
penelitian untuk menciptakan teknologi unggul dan inovasi, dan penelitian
adaptif (adaptive research) untuk pematangan teknologi yang siap dilepas.
Program penelitian dan pengembangan mendukung Agenda Riset Nasional
(ARN) merupakan bentuk kemitraan dan kerja sama dengan berbagai lembaga
penelitian nasional (Kemenristek Dikti, LAPAN, LIPI, PT dll) dan internasional.
Pembenahan organisasi dan peningkatan kemampuan sumber daya penelitian
dan tenaga penunjang terus diupayakan untuk meningkatkan produktivitas
kinerja.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 3
II. VARIETAS UNGGUL
Varietas unggul merupakan hasil penelitian yang mempunyai daya ungkit
peningkatan produktivitas tanaman atau mempunyai sifat keunggulan
dibandingkan varietas yang terdahulu. Selama TA 2018, Puslitbang Perkebunan
telah melepas 34 varietas unggul baru tanaman perkebunan yang terdiri dari :
Tebu (2 varietas), Kapas (3 varietas), Jarak Kepyar (2 varietas), Lada (1
varietas), Pala (1 varietas), Tembakau (13 varietas), Kelapa (4 varietas), Aren (2
varietas), Pinang (1 varietas), Kopi (4 varietas) dan Indigofera Zollingeriana (1
varietas). Varietas unggul yang telah dilepas beserta keunggulannya adalah
sebagai berikut:
TEBU
1. Tebu Varietas PSMLG 1 Agribun
Varietas unggul baru tebu PSMLG 1 Agribun adalah hasil persilangan PS 951 X
IRK 67-1 (Introduksi dari Jepang). VUB PSMLG 1 Agribun ini mempunyai warna
batang kuning-kemerahan, tinggi tanaman mencapai 310 cm, dengan
keunggulan sifat pelepah daun mudah lepas, masuk tipe kemasakan awal –
tengah, daya kepras baik, kadar sabut 14,8%, dengan potensi produksi tebu 94 -
140 ton/ha, rendemen 7,5 – 10,6%, dan produksi hablur gula 8,0 – 10,6 ton/ha.
Keunggulan VUB PSMLG 1 Agribun ini adalah moderat tahan terhadap Penggerek
Pucuk (top borer), Penggerek Batang (stem borer), Pokahboeng, dab Mosaic,
serta tahan terhadap karat daun, noda cincin, luka api dan RSD. VUB PSMLG 1
Agribun ini sesuai pada lahan kering tegalan jenis tanah inceptisol dengan tipe
iklim C3.
VUB Tebu PSMLG 1 AGRIBUN
Gambar 1. Penampilan daun, mata tunas dan pertanaman VUB Tebu PSMLG 1 Agribun
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 4
2. Tebu Varietas PSMLG 2 Agribun
Varietas unggul baru tebu PSMLG 2 Agribun adalah hasil persilangan VMC 87 -
599 polycross. VUB PSMLG 2 Agribun ini mempunyai karakter warna batang
kuning-kecoklatan, warna daun hijau kehijauan, tinggi tanaman mencapai 325
cm, dengan keunggulan sifat pelepah daun mudah lepas, masuk tipe kemasakan
awal – tengah, daya kepras baik, kadar sabut 14,5%, dengan potensi produksi
tebu 97 - 127 ton/ha, rendemen 7,2 – 10,9%, dan produksi hablur gula 8,9 –
11,8 ton/ha. Keunggulan VUB PSMLG 2 Agribun ini adalah moderat tahan
terhadap Penggerek Pucuk (top borer), Penggerek Batang (stem borer), tahan
terhadap Pokahboeng, rentan Mosaic dan Mosaic bergaris, serta tahan terhadap
karat daun, noda merah noda kuning, rentan terhadap luka apidan RSD. VUB
PSMLG 2 Agribun ini sesuai pada lahan kering tegalan jenis tanah inceptisol
dengan tipe iklim C3.
VUB Tebu PSMLG 2 Agribun
Gambar 2. Penampilan mata tunas, batang, daun dan pertanaman VUB Tebu PSMLG
2 Agribun
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 5
Kapas
1. Kapas Varietas Bronesia 1
Varietas unggul baru kapas Bronesia 1 adalah hasil persilangan tunggal Kanesia
7 x RLBL dan dilanjutkan dengan pedigree. VUB ini mempunyai keunggulan
percabangan kompak, warna serat cokelat muda (Munsell : 7.5 YR 7/6, RHS :
Greyed Orange Group 165C), potensi produksi : 1.359,7 – 2.534,6 kg kapas
berbiji/ha tanpa pengendalian hama; kandungan serat 33,6%, mutu kehalusan
serat 5,7 mikroner, kekuatan serat 22,4 g/tex, panjang serat 23,9 mm,
keseragaman serat 84,7%, mulur serat 6,9%. Varietas Bronesia 1 moderat
toleran terhadap kekeringan, agak rentan terhadap hama A. biguttula dengan
kerapatan bulu daun 197,3 bulu/cm2 (sedikit). Mutu serat memenuhi syarat yang
diinginkan industri tekstil.
Gambar 3. Penampilan pertanaman dan warna serat Varietas Kapas Bronesia 1
2. Kapas Varietas Bronesia 2
Varietas unggul baru kapas Bronesia 2 adalah hasil persilangan tunggal Kanesia
8 x RLBL dan dilanjutkan dengan pedigree. VUB ini mempunyai keunggulan
percabangan menyebar, warna serat cokelat muda terang (Munsell : 6,0 YR 7/6
RHS : Greyed Orange Group 165D), potensi produksi : 1.287,0 – 2.492,5 kg
kapas berbiji/ha tanpa pengendalian hama; kandungan serat 34,5 %, mutu
kehalusan serat 4,0 mikroner, kekuatan serat 23,7 g/tex, panjang serat 25,7 mm,
keseragaman serat 84,9%, mulur serat 5,9%. Varietas Bronesia 2 moderat
toleran terhadap kekeringan, agak rentan terhadap hama A. biguttula dengan
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 6
kerapatan bulu daun 197 bulu/cm2 (sedikit). Mutu serat memenuhi syarat yang
diinginkan industri tekstil.
Gambar 4. Penampilan pertanaman dan warna serat Varietas Kapas Bronesia 2
3. Kapas Varietas Bronesia 3
Varietas unggul baru kapas Bronesia 3 adalah hasil persilangan tunggal Kanesia
8 x 73814 dan dilanjutkan dengan pedigree. VUB ini mempunyai keunggulan
percabangan menyebar, warna serat cokelat tua (Munsel : 5,0 YR 6/10, RHS :
Greyed Orange Group 164A), potensi produksi : 1.231,3 – 2.288,3 kg kapas
berbiji/ha tanpa pengendalian hama; kandungan serat 33,1%, mutu kehalusan
serat 4,1 mikroner, kekuatan serat 21,2 g/tex, panjang serat 23,2 mm,
keseragaman serat 83,6%, mulur serat 8,8%. Varietas Bronesia 3 rentan
terhadap kekeringan, agak tahan terhadap hama A. biguttula dengan kerapatan
bulu daun 333,3 bulu/cm2 (sedang). Mutu serat memenuhi syarat yang
diinginkan industri tekstil.
Gambar 5. Penampilan pertanaman dan warna serat Varietas Kapas Bronesia 3
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 7
Jarak Kepyar
1. Jarak Kepyar Varietas Asembagus 119 Agribun
Varietas unggul baru (VUB) Jarak Kepyar Asembagus 119 Agribun memiliki rata-
rata produktivitas 2.494,5 kg/ha meningkat 30,16% dibandingkan dengan
varietas Asb.81, dapat beradaptasi luas dan kadar minyak 47,89%. VUB Jarak
Kepyar Asembagus 119 Agribun ini memiliki toleransi moderat terhadap cekaman
kekeringan dan agak tahan terhadap serangan hama S. litura.
Gambar 6. Penampilan pertanaman, daun, bakal buah dan bunga Jarak Kepyar
Varietas Asembagus 119 Agribun
2. Jarak Kepyar Varietas Asembagus 175 Agribun
Varietas unggul baru (VUB) Jarak Kepyar Asembagus 175 Agribun memiliki rata-
rata produktivitas 2.362,1kg/ha, meningkat 23,25% dibandingkan dengan
varietas Asb.81, dapat beradaptasi luas, memiliki kadar minyak 46,62%. VUB
Jarak Kepyar Asembagus 175 Agribun ini memiliki toleransi moderat terhadap
cekaman kekeringan dan agak tahan terhadap serangan hama S. litura.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 8
Gambar 7. Penampilan pertanaman, cabang batang, daun, bunga dan biji buah Jarak
Kepyar Varietas Asembagus 175 Agribun
Kelapa
1. Kelapa Dalam Varietas Ujungkubu
Varietas Kelapa dalam baru dengan batang pendek, jarak antar bekas daun rapat,
cepat berbuah (4 tahun mulai berbunga), Kadar minyak dan asam laurat tinggi
dan spesifik lahan pasang surut, cocok sebagai bahan baku industri kelapa parut
kering, santan, tepung kelapa dan VCO. Daerah sebaran di propinsi Sumatera
Utara.
Gambar 8. Tampilan buah dan populasi Kelapa Kelapa Dalam Kelambi Ujungkubu
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 9
2. Kelapa Dalam Varietas Odeska Lobu
Varietas Kelapa dalam baru dengan produksi tinggi, kadar minyak dan protein
tinggi, buah besar dan daging buah tebal cocok sebagai sumber benih untuk
pengembangan kelapa di lahan kering iklim basah dan sebagai bahan baku
industri kelapa parut kering, santan, tepung kelapa dan VCO. Sebaran di Provinsi
Sulawesi Utara
Gambar 9. Populasi dan tampilan warna buah Kelapa Odeska Lobu
3. Kelapa Genjah Pandan Wangi
Varietas Kelapa Genjah dengan ciri - ciri batang kecil tanpa bol, daun yang kaku,
ukuran buah besar dan warna buah hujau muda dengan keunggulan aroma dan
rasa pandan pada air dan daging buah, kadar kemanisan air buah juga bervariasi
antara 6- 8 Brix, umur tanaman Genjah, pertambahan tinggi batang lambat dan
produksi buah tinggi dengan daerah sebaran Desa Pantai Cermin Kanan,
Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 10
Gambar 10. Tampilan buah dan tinggi pohon Kelapa Genjah Pandan Wangi Sumut
4. Kelapa Genjah Entog
Varietas Kelapa Genjah dengan ciri – ciri batang kecil tanpa bol, daun yang kaku,
ukuran buah besar dan warna buah hijau muda dengan keunggulan berbunga
cepat, pertambahan tinggi batang lambat, ukuran buah yang besar, kandungan
gizi daging buah yang relatif tinggi dan kadar kemanisan air buah 6 brix dengan
kegunaan buah muda untuk konsumsi kelapa muda, buah tua untuk produksi
santan dan benih untuk perbanyakan tanaman. Penyebaran tanaman Kecamatan
Alian, Kebumen, Ambal dan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dan Jawa
Timur
Gambar 11. Tampilan buah dan tinggi pohon Kelapa Genjah Entog
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 11
Gambar 12. Bakal benih dan induk Kelapa Genjah Entog
Kopi
1. Kopi Varietas Korolla 1
Varietas unggul baru kopi Korolla 1 memiliki warna buah muda kuning setelah
tua/masak memiliki warna buah merah dan memiliki potensi produksi 2,09 kg
biji/phn/thn setara 2,87 ton biji/ha/thn dengan populasi 1.400 tanaman. Varietas
ini agak tahan penyakit karat daun dan PBKo, dapat beradaptasi cukup luas 240
– 1100 dpl. Nilai citarasa dari varietas kopi Korolla 1 mencapai 81,67 sehingga
dapat dikategorikan memiliki mutu “Excellent”
Gambar 13. Penampilan pucuk, urat dan batang tengah daun kopi Varietas Korolla 1
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 12
Gambar 14. Penampilan daun dan warna buah Kopi Varietas Korolla 1
2. Kopi Varietas Korolla 2
Varietas unggul baru kopi Korolla 2 berasal dari Tugu Jaya memiliki potensi
produksi rata-rata 2,37 kg biji/phn/thn setara 3,34 ton biji/ha/thn dengan
populasi 1.400 tanaman, agak tahan penyakit karat daun dan PBKo dan dapat
beradaptasi cukup luas 240 -1100 m dpl. Nilai citarasa dari varietas kopi Korolla
2 mencapai 82.33 sehingga dapat dikategorikan memiliki mutu “Excellent”
Gambar 15. Penampilan daun, keragaan dan buah Kopi Varietas Korolla 2
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13
3. Kopi Varietas Korolla 3
Varietas unggul baru kopi Korolla 3 berasal dari Tugu Jaya memiliki potensi
produksi rata-rata 1,69 kg biji/phn/thn setara 2,36 ton biji/ha/thn dengan
populasi 1400 tanaman, agak tahan penyakit karat daun dan PBKo dan dapat
beradaptasi cukup luas 240 – 1100 m dpl. Nilai citarasa dari varietas kopi Korolla
3 mencapai 78.58 sehingga dapat dikategorikan memiliki mutu “Very good”.
Gambar 16. Penampilan daun, keragaan dan buah Kopi Varietas Korolla 3
4. Kopi Varietas Korolla 4
Varietas unggul baru kopi Korolla 4 berasal dari Tugu Jaya memiliki potensi
produksi rata-rata 1,39 kg biji/phn/thn setara 1,89 ton biji/ha/thn dengan
populasi 1400 tanaman, agak tahan penyakit karat daun dan PBKo dan dapat
beradaptasi cukup luas 240 – 1100 m dpl. Nilai citarasa dari varietas kopi Korolla
4 mencapai 80,83 sehingga dapat dikategorikan memiliki mutu “Excellent”.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 14
Gambar 17. Penampilan daun, buah dan keragaan Kopi Varietas Korolla 4
Aren
1. Aren Varietas Parasi
Varietas ini dirilis pada Bulan Oktober 2018 dengan SK. Pelepasan dari Kementan
Nomor. 910/Kpts/KB.310/2012/2018 tanggal 31 Desember 2018 dengan
keunggulan batang pendek, lebih cepat berbuah dari rata-rata Aren Dalam (6 – 8
tahun). Kegunaan sebagai sumber benih tanaman dengan batang pendek dan
cepat berproduksi, sebagai bahan baku pembuatan gula dan alkohol teknis
dengan peta sebaran di Propinsi Banten.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 15
Gambar 18. Penampilan batang, tandan, dan buah Aren Parasi
2. Aren Varietas Smulen ST-1
Aren Smulen ST-1 sebagai varietas unggul asal Kabupaten Rejang Lebong
Provinsi Bengkulu memiliki ciri sebagai berikut : Batang ukuran sedang, kurun
tanaman relatif pendek, cepat berproduksi umur tanaman semi genjah dengan
produksi nira >15,4 liter/hari dengan lamanya waktu penyadapan > 2,5
bulan/mayang.
Gambar 19. Keragaan batang dan buah tanaman aren Smulen ST1
Lada
1. Lada Varietas Bangka
Sesuai dikembangan di lokasi dengan jenis tanah Podsolik merah-kuning,
berpasir dengan kandungan bahan organik tinggi, Asal varietas lokal Bangka
dengan silsilah seleksi populasi, warna daun hijau muda YGG 145A, tangkai daun
beralur dengan bentuk lonjong, pangkal/kaki daun membulat dengan ujung daun
meruncing sedangkan tepi daunnya rata, melengkung ke bawah. Rata-rata
produksi buah 8,34 ± 46,43 kg/pohon, rata-rata produksi lada putih 2,01 ± 0,11
kg/pohon dengan estimasi produksi lada putih (ton/ha) 6,03 (jarak tanam 1,8 x
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 16
1,8 m; populasi 3000 tanaman/ha; tajar mati tinggi 3 m) sedangkan untuk kadar
minyak atsiri sebanyak 2,10% dan kadar piperin 3,15%.
Gambar 20. atas kiri ke kanan Karakter buah, ruas batang, permukaan daun atas
dan bawah, gambar bawah perbandingan panjang daun dan malai.
Pala
1. Pala Varietas Bogor
Asal varietas adalah seleksi populasi nama asal pala Bogor dengan usulan nama
Nurpakuan Agribun, dengan ketahanan terhadap penyakit agak tahan. Bentuk
buah bulat, bulat oval warna kulit buah tua hijau kekuningan (YGG 152 D) warna
daging buah putih dengan panjang 50,80+ 5,27 mm, diameter buah 44,58+4,25
mm tebal daging 10,56+ 1,82 mm, rasa pedas dengan aroma tajam. Fuli warna
segar merah dengan bobot 1,13+0,3 gram basah/butir. Mutu minyak atsiri yang
dihasilkan Biji Muda 13.83 + 1.61%, biji sedang 7.58 + 1.18%, fuli 14.08 +
1.93% dan fuli tua 11.15 + 1.03%
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 17
Gambar 21. Pertanaman Pala Bogor, karakteristik daun, buah muda, buah masak, biji berfuli, biji dan fuli
Pinang
1. Pinang Emas
Varietas ini mempunyai karakteristik batang pendek, jarak antar nodus/bekas
daun sangat rapat (14 bekas daun per 1.5 meter batang), cepat berbunga (4-5
tahun) dan produksi tinggi mencapai 5 ton biji kering/ha/tahun. Kegunaan :
sebagai sumber benih untuk pinang tipe genjah (cepat berbunga) dan berbatang
pendek, sebagai tetua untuk merakit tanaman pinang hibrida dengan peta
sebaran tanaman di Kota Kotamobagu, Propinsi Sulawesi Utara
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 18
Gambar 22. Populasi Pinang Emas dan penampilan buah pohon induk umur 15 tahun
Tembakau
1. Varietas tembakau lokal Jinten Pakpie
Varietas ini mempunyai keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering
1,49-2,06 ton/ha, indeks mutu 70,08-78,17, indeks tanaman 105,26-147,20,
kadar nikotin 3,49-4,47% serta moderat tahan baik terhadap penyakit lanas (P.
nicotianae) maupun terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum). VUB
tembakau lokal Jinten Pakpie ini sangat sesuai untuk lahan sawah dan tegal di
Kabupaten Jombang, Lamongan dan Mojokerto.
Gambar 23. Penampilan varietas tembakau lokal Jinten Pakpie
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 19
Gambar 24. Penampilan Daun dan Bunga Varietas tembakau lokal Jinten Pakpie
Varietas tembakau lokal Jinten Pakpie
2. Varietas tembakau lokal Manilo
Varietas ini mempunyai keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering
1,43-2,04 ton/ha, indeks mutu 70,21-78,67, indeks tanaman 97,55-139,05,
kadar nikotin 3,79-4,62%,moderat tahan terhadap penyakit lanas (P. nicotianae)
dan tahan terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum). VUB tembakau
lokal Manilo ini sangat sesuai untuk lahan sawah dan tegal di Kabupaten
Jombang.
Gambar 25. Penampilan Tanaman dan bunga tembakau lokal Jinten Pakpie Varietas
tembakau lokal Manilo
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 20
Gambar 26. Penampilan Daun dan Bunga Varietas tembakau lokal Jinten Pakpie Varietas tembakau lokal Manilo
3. Varietas unggul baru tembakau lokal Tegar A1
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 23-27 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 1-1,5 ton/ha, indeks
mutu 212,91, indeks tanaman 97,55-139,05, kadar nikotin 5,2%, moderat tahan
terhadap penyakit lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R.
solanacearum). VUB tembakau lokal Tegar A1 ini sangat sesuai untuk lahan
sawah dan tegal di Kabupaten Garut.
4. Varietas unggul baru tembakau lokal Tegar A2
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 23-27 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 1-1,55 ton/ha, indeks
mutu 143, indeks tanaman 212,3, kadar nikotin 5,35%, tahan terhadap penyakit
lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R. solanacearum). VUB
tembakau lokal Tegar A2 ini sangat sesuai untuk lahan sawah dan tegal di
Kabupaten Garut.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 21
A B
Gambar 27. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar A1, B.Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar A2
5. Varietas unggul baru tembakau lokal Tegar D1
Varietas baru yang mempunyai potensi jumlah daun 20-22 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,8-1,4 ton/ha, indeks
mutu 144,8, indeks tanaman 212,65, kadar nikotin 4,89%, moderat tahan
terhadap penyakit lanas (P. nicotianae) dan rentan terhadap penyakit layu
bakteri (R. solanacearum). VUB tembakau lokal Tegar D1 ini sangat sesuai untuk
lahan sawah dan tegal di Kabupaten Garut.
6. Varietas unggul baru tembakau lokal Tegar D2
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 22-23 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,8 - 1,45 ton/ha, indeks
mutu 138,9, indeks tanaman 209,51, kadar nikotin 5,5%, tahan terhadap
penyakit lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R. solanacearum). VUB
tembakau lokal Tegar D2 ini sangat sesuai untuk lahan sawah dan tegal di
Kabupaten Garut.
7. Varietas unggul baru tembakau lokal Tegar J
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 21-23 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,8 - 1,4 ton/ha, indeks
mutu 135,42, indeks tanaman 233,68, kadar nikotin 5,13%, tahan terhadap
penyakit lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R. solanacearum). VUB
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 22
tembakau lokal Tegar J ini sangat sesuai untuk lahan sawah dan tegal di
Kabupaten Garut.
A B C
Gambar 28. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Tegar D1, B. Penampilan
Tanaman Tembakau varietas Tegar D2 dan C. Penampilan Tanaman
Tembakau varietas Tegar J
8. Varietas unggul baru tembakau lokal Temangi
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 20-26 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,93 - 1,2 ton/ha, indeks
mutu 235,35, indeks tanaman 212,85, kadar nikotin 3,9%, rentan terhadap
penyakit lanas (P. nicotianae) dan moderat tahan terhadap penyakit layu bakteri
(R. solanacearum). VUB tembakau lokal Temangi ini sangat sesuai untuk lahan
sawah dan tegal di Kabupaten Sumedang.
9. Varietas unggul baru tembakau lokal Hanjuang
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 19-26 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,65 – 1,1 ton/ha,
indeks mutu 215,54, indeks tanaman 128,16, kadar nikotin 3,5%, rentan
terhadap penyakit lanas (P. nicotianae) dan moderat tahan terhadap penyakit
layu bakteri (R. solanacearum). VUB tembakau lokal Hanjuang ini sangat sesuai
untuk lahan sawah dan tegal di Kabupaten Sumedang.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 23
10. Varietas unggul baru tembakau lokal Kenceh
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 20-22 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,62 – 1,2 ton/ha,
indeks mutu 248,8, indeks tanaman 166,92, kadar nikotin 4,7%, moderat tahan
terhadap penyakit lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R.
solanacearum). VUB tembakau lokal Kenceh ini sangat sesuai untuk lahan
sawah dan tegal di Kabupaten Sumedang.
A B C
Gambar 29. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Temangi, B.Penampilan Tanaman Tembakau varietas Temangi dan C.Penampilan Tanaman
Tembakau varietas Kenceh
11. Varietas unggul baru tembakau lokal Sigalih
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 20-22 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,4 – 0,8 ton/ha, indeks
mutu 176,02, indeks tanaman 117,8, kadar nikotin 1,72%, moderat tahan
terhadap penyakit lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R.
solanacearum). VUB tembakau lokal Sigalih ini sangat sesuai untuk lahan sawah
dan tegal di Kabupaten Majalengka.
12. Varietas unggul baru tembakau lokal Citrasari
Varietas baru ini yang mempunyai potensi jumlah daun 20-22 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,43 – 0,8 ton/ha,
indeks mutu 172,65, indeks tanaman 71,6, kadar nikotin 2,55%, moderat tahan
terhadap penyakit lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 24
solanacearum). VUB tembakau lokal Citrasari ini sangat sesuai untuk lahan
sawah dan tegal di Kabupaten Majalengka.
13. Varietas unggul baru tembakau lokal Kubangsari
Varietas baru ini mempunyai potensi jumlah daun 20-22 lembar dengan
keunggulan potensi produksi tembakau rajangan kering 0,43 – 0,8 ton/ha,
indeks mutu 172,65, indeks tanaman 71,6, kadar nikotin 2,55%, moderat tahan
terhadap penyakit lanas (P. nicotianae) dan penyakit layu bakteri (R.
solanacearum). VUB tembakau lokal Kubangsari ini sangat sesuai untuk lahan
sawah dan tegal di Kabupaten Majalengka.
A B C
Gambar 30. A. Penampilan Tanaman Tembakau varietas Sigalih, B.Penampilan Tanaman
Tembakau varietas Citrasari dan C.Penampilan Tanaman Tembakau
varietas Kubangsari
Tanaman Perkebunan lainnya
1. Indigofera zollingeriana
Berasal dari Desa Sungai Putih, Kec. Galang, Sumatera Utara, silsilah dari hasil
seleksi pohon induk umur 9 tahun dengan nama asal Indigofera zollingeriana.
Bentuk daun majemuk menyirip dengan jumlah anak daun gasal
(imparipinnatus). Batang tegak (erectus) dengan warna batang muda Coklat
keabu-abuan (Greeyed green group 198 B, warna batang tua Coklat keabu-
abuan (Greeyed green group 198 B. Bunga berbentuk Majemuk tak berbatas,
tandan (racemus), berwarna Merah muda (Red purple group 58 A) dengan
bentuk buah beruang satu (unilocularis, polong (legumen)), biji berbentuk bulat
gepeng, kecil dengan terna bobot daun (g/ tnm) 1.490 ± 224 dan bobot ranting
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 25
(g/ tnm) 1.183 ± 324. Mutu protein kasar (%) 26,06 ± 0,22 dengan serat NDF
(Neutral Detergent Fibre) (%): 35,06 ± 0,22, serat ADF (Acid Detergent Fibre)
(%): 25,30 ± 0,31 dan hemiselulosa (%) 10,19 ± 0,34.
Gambar 31. Penampilan Tanaman, Batang, Daun, Bunga, Buah dan Biji Varietas GOZOLL Agribun
Disamping varietas unggul yang telah dihasilkan tersebut diatas disampaikan
beberapa kegiatan proses penciptaan varietas unggul tanaman perkebunan yang
berpotensi dilepas sebagai varietas unggul baru di tahun anggaran 2019
1. Uji Adaptasi Klon Harapan Vanili Tahan Penyakit Busuk Batang Vanili (BBV)
Kendala utama dalam budidaya vanili di Indonesia adalah serangan penyakit
busuk batang (BBV) yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp.
vanillae,sehingga dapat menurunkan produksi 30-80%. Salah satu upaya dalam
mengatasi hal ini adalah dengan merakit varietas unggul baru yang tahan
penyakit busuk batang melalui pendekatan: persilangan dengan vanili liar, seleksi
in vitro terhadap kalus dengan ekstrak kasar toksin F. oxysporum f. sp. vanillae
dan juga irradiasi sinar gamma. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 26
karakter morfologi, produksi dan mutu tahun pertama. Tahapan yang dilakukan
yaitu uji adaptasi klon harapan vanili tahan tahan penyakit BBV di agroekologi
yang berbeda yaitu: (1) Kebun Percobaan (KP). Natar-Lampung (50 m dpl), (2)
KP. Sukamulya-Sukabumi (350 m dpl), dan (3) KP. Universitas Wiyana Mukti-
Sumedang (700 m dpl). Pengujian di masing-masing lokasi menggunakan
rancangan acak kelompok, dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang
diuji yaitu: 6 aksesi vanili toleran penyakit BBV (1 mutan, 1 hibrida, 4 somaklon
dan 2 kontrol (varietas k2 dan k4). Setiap petak percobaan terdiri atas 30
tanaman. Hasil penelitian sampai bulan Desember 2018 yaitu: Pembungaan,
pembuahan dan produksi tandan segar vanili yang ditanam di tiga agroekologi
yang berbeda menunjukkan hasil bervariasi. Berdasarkan lokasi tanam,
pertanaman vanili di KP. Natar-Lampung memperlihatkan pembungaan,
pembuahan dan hasil panen tandan segar terbanyak dibanding dengan dua
lokasi lainnya dengan rata-rata produksi 1,48 kg/pohon. Terdapat interaksi
antara faktor genetik dengan faktor lingkungan terhadap produksi vanili. Klon 6
memperlihatkan produksi tandan buah dan produksi buah basah tertinggi, baik di
lokasi KP. Natar-Lampung, maupun di dua lokasi lainnya (Sumedang dan
Sukamulya. Mutu polong vanili hasil analisa diperoleh kadar vanillin 2,81-3,35%,
kadar abu 2,84 – 4,01 dan kadar 20,37-26,33. Nilai mutu tersebut sudah
memenuhi standar SNI.
Gambar 32. Pertanaman vanili, buah dan penjemuran polong vanili.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 27
2. Persiapan pelepasan varietas jahe toleran bercak daun
Draft Dokumen memuat silsilah asal varietas, lokasi pengujian dan waktu
pengujian dilakukan, hasil analisa yang dilakukan, kandidat varietas yang
diajukan untuk dilepas dan diskripsi varietas yang akan dilepas. Kandidat varietas
jahe merah toleran bercak daun berdasarkan hasil analisis gabungan adalah JM-
N dengan karakteristik tanaman yaitu pertumbuhan tegak,kompak, warna daun
hijau agak gelap, tanaman toleran terhadap penyakit bercak daun, produksi
rimpang pada kondisi optimum 1,4 kg/rumpun. Kandidat jahe putih kecil
berdasarkan penampilan morfologi, produksi dan tingkat serangan bercak daun
di lapangan maka kandidat varietas yang dipilih adalah JPK D. Selanjutnya untuk
perbanyakan benih penjenis dilakukan di Wado, Sumedang. Nomor harapan jahe
putih kecil (D) dan satu nomor harapan jahe merah (N) yang menunjukkan hasil
rimpang tinggi dengan tingkat serangan bercak daun yang rendah (toleran
bercak daun) telah ditanam di desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten
Sumedang akhir tahun 2017. Hasil panen benih yang telah dilakukan di tahun
2018 dan ditanam kembali di KP. Cibinong Bogor dengan luas masing masing
500 m. Hasil panen rimpang benih lebih rendah dari prediksi karena pada tahun
berjalan masih banyak hujan sepanjang tahun sehingga pengisian rimpang
terganggu.
Gambar 33. Penampilan rimpang hasil panen jahe merah (I,J dan N)
Gambar 34. Penampilan pertumbuhan dan produksi rimpang jahe putih kecil
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 28
3. Uji adaptasi klon-klon tebu unggul baru
Pada kegiatan Uji daya hasil pertumbuhan klon-klon tebu umumnya normal dan
cukup bagus, terutama mulai menunjukkan perbedaan bentuk daun, tinggi
tanaman, dan jumlah anakan. Tinggi tanaman berbeda antar klon dan pada
umur 4 bulan mencapai kisaran 86–142 cm. Klon Uthong 5 menunjukkan
tanaman tidak tinggi tetapi daunnya banyak dan bentuknya melebar, sedangkan
klon CW 6535 menunjukkan tanaman yang paling tinggi diantara klon-klon yang
diuji dengan bentuk daun yang menyempit dan helai daun tegak keatas. Jumlah
anakan yang terbentuk sampai dengan umur 4 bulan, berkisar antara 6–14 per
rumpun tanaman sehingga banyak nya rumpun akan berbanding lurus dengan
jumlah populasi per juring. Jumlah anakan tertinggi dicapai oleh klon MLG 19
dan terendah oleh klon CW 6243. Tinggi tanaman dan jumlah anakan serta
jumlah tanaman per juring akan berubah dengan bertambahnya umur tanaman
tebu sampai dengan umur 9 bulan karena mulai umur 9 bulan, energi banyak
digunakan untuk pembentukan gula. Keragaan tanaman selengkapnya disajikan
pada Gambar 35.
Gambar 35. Keragaan uji adaptasi klon unggul baru tanaman tebu di lapang
4. Abaka
Abaka memiliki prospek yang cukup baik sebagai basis agrisbinis, karena serat
abaka dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri, seperti: tali,
kertas berharga, geotekstil, karpet, kantung teh, dan lain-lain. Sampai saat ini
Indonesia belum memiliki varietas unggul abaka yang dilepas oleh Menteri
Pertanian, meskipun komoditi ini sudah lama dikembangkan dan diusahakan.
Klon-klon yang ditanam petani/pengusaha masih berupa klon seadanya sehingga
baik pertumbuhan maupun produktivitasnya masih sangat rendah. Oleh karena
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 29
itu, upaya peningkatan produktivitas abaka di Indonesia melalui perakitan
varietas sangat diperlukan.
Hasil uji multilokasi klon-klon harapan abaka telah diperoleh 3 klon yang memiliki
hasil batang tergolong tinggi yaitu: klon UB-5 (20 kg/rumpun), Sangihe 2 (14,76
kg/rumpun), dan UB-8 (14,04 kg/rumpun). Klon-klon ini akan diusulkan
pelepasannya pada tahun 2019.
Gambar 36. Kondisi pertanaman abaka di lokasi Magelang sebelum dan saat panen
5. Kenaf
Di Indonesia, saat ini serat kenaf terutama digunakan sebagai bahan baku fiber
board untuk industri otomotif. Kebutuhan serat kenaf nasional berkisar 4000-
6000 ton per tahun, yang dipenuhi dari produksi dalam negeri sebesar 3000-
4000 ton,sisanya dipenuhi dari impor sebesar 1500-3000 ton per tahun.
Rendahnya produksi serat nasional disebabkan oleh karena pengusahaan
tanaman kenaf hanya sekali setahun yaitu dilakukan pada hari panjang saja. Hal
ini karena sampai saat ini varietas kenaf yang ada masih peka terhadap
fotoperiode sehingga produktivitas tertinggi hanya bisa diperoleh apabila
diusahakan pada hari panjang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi
serat kenaf nasional perlu perakitan varietas unggul kenaf yang insensitif
terhadap fotoperiode.
Upaya perakitan varietas kenaf insensitif fotoperiode diawali dengan melakukan
hibridisasi antara tetua kenaf yang insensitif terhadap fotoperiode dan varietas
kenaf produksi tinggi. Dari kegiatan hibridisasi ini dihasilkan 30 kombinasi
persilangan yang masing-masing persilangan menghasilkan benih sebanyak 6-14
gram atau kira-kira 240-520 butir.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 30
Benih dari tanaman generasi F1 hasil persilangan telah ditanam pada tanggal 23
November 2018 di KP Karangploso. Dari hasil pengamatan tinggi tanaman
diperoleh 3 populasi F1 dengan tinggi tanaman ideal, yaitu berturut-turut 189,9
cm; 177,9 cm; dan 184,0 cm yang masing-masing dicapai pada populasi P4 ×
P7; P1 × P7; dan P4 × P6. Ketiga populasi ini juga memiliki diameter yang
terbaik, yaitu P4 × P7 memiliki diameter batang 18,85 mm; P1 × P7 dan P4 × P6
masing-masing sebesar 18,17 mm dan 20,48 mm. Ketiga populasi tersebut akan
diseleksi pada musim tanam berikutnya.
6. Rosela dan Yute
Serat rosela dan yute memiliki sifat yang mirip dengan serat kenaf. Guna
memenuhi kekurangan serat kenaf untuk bahan baku otomotif, serat kenaf dapat
disubstitusi dengan serat rosela dan yute. Permasalahannya adalah sampai saat
ini belum ada varietas unggul rosela dan yute yang dilepas oleh Menteri
Pertanian RI. Untuk itu pada tahun 2018 dilakukan uji daya hasil pendahuluan
beberapa galur elit rosela dan yute yang sudah ada di Balittas.
Dari kegiatan uji daya hasil pendahuluan galur-galur yute telah diperoleh 4 galur
rosela yang mampu menghasilkan serat yang tergolong tinggi, yaitu PI 256038
menghasilkan serat sebesar 2604,0 kg; PI 468410 sebesar 2322,1 kg; NS 2
sebesar 2329,4; dan CPI 115357 sebesar 2299,2 kg per hektar; dan 7 galur yute,
yaitu Cc 22, Roxa, Cc 12, Halmahera, Lisa, Cc 5, dan Cc 15 dengan hasil serat
berturut-turut sebesar 1712,3 kg; 1602,5 kg; 1534,4 kg; 1476,0 kg; 1462,5 kg;
1366,6 kg; dan 1348,2 kg per ha.
Gambar 37. Kondisi pertanaman rosela dan yute pada umur 60 Hst
7. Tembakau
Tembakau cerutu adalah tembakau krosok sebagai bahan baku cerutu kualitas
ekspor. Tembakau cerutu yang dibudidayakan di kabupaten Jember dikenal
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 31
dengan tembakau Besuki Na Oogst (Bes NO). Delapan galur tembakau potensial
hasil seleksi diuji di dua lokasi, yaitu di Jambearum dan Tanjungrejo selama tiga
musim (2015–2017). Hasil uji multilokasi pada tiga musim tanam diperoleh 4
galur harapan terbaik, yaitu T2, T4, T6 dan T9, masing-masing lebih tinggi dari
varietas pembanding (H-382). Keempat galur tersebut akan diusulkan untuk
dilepas sebagai varietas unggul baru pada tahun 2019. Varietas-varietas unggul
baru membutuhkan teknologi pendukung untuk pengembangannya dan salah
satu teknologi budidaya yang mendukung pengembangan tembakau cerutu
adalah jumlah populasi persatuan luas.Pada tahun 2018, empat galur harapan
(T2, T4, T6, T9) tembakau cerutu diuji menggunakan empat perlakuan populasi,
yaitu: (1) 20.000 tanaman/ha (jarak tanam 100 cm x 50 cm); (2) 22.000
tanaman/ha (jarak tanam 100 cm x 45 cm); (3) 25.000 tanaman/ha (jarak
tanam 100 cm x 40 cm); dan (4) 28.000 tanaman/ha (jarak tanam 100 cm x 35
cm). Perlakuan populasi per-satuan luas tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas dan mutu dari empat galur harapan tembakau Bes NO. Dari empat
galur harapan yang diuji, galur harapan T6 menghasilkan mutu omblad tertinggi
(41,9%). Berdasarkan indeks mutu dan indeks tanaman, galur harapan T2
menghasilkan indeks mutu dan indeks tanaman terbaik dibandingkan dengan
pembanding dan tiga galur harapan lainnya.
Gambar 38. Keragaan pertanaman pengujian empat galur harapan tembakau cerutu
terhadap populasi per satuan luas
Untuk mendukung perakitan varietas unggul tembakau Bes NO yang tahan
terhadap patogen utama, pada tahun 2018 dilakukan pembentukan populasi
dasar melalui program hibridisasi. Tembakau Bes NO diperbaiki adalah H-382
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 32
dan DS (tetua betina), sedangkan tetua jantan adalah donor ketahanan terhadap
Phytophtora nicotianae dan Ralstonia solanacearum. Persilangan dilaksanakan di
KP. Karangploso, Malang, menghasilkan benih generasi F1 yang selanjutnya
diselfing untuk mendapatkan benih generasi F2 (Gambar 39).
Gambar 39. Kegiatan persilangan antara tembakau cerutu x tembakau tahan terhadap P. nicotianae dan R. solanacearum, menghasilkan benih generasi F1.
8. Minyak Industri
Pengembangan jarak pagar di lahan-lahan yang beriklim kering, perlu didukung
dengan ketersediaan varietas unggul. Salah satu metode untuk memperoleh
varietas dengan keunggulan tersebut adalah hibridisasi atau persilangan antara
tetua dengan produksi tinggi dan kadar minyak tinggi serta berumur genjah.
Perakitan varietas dilakukan dengan seleksi genotipe-genotipe berpotensi hasil
tinggi, untuk memperoleh varietas jarak pagar unggul yang produktivitasnya >4
ton/ha/th pada tahun ke tiga dan memiliki kadar minyak >40% serta berumur
genjah. Disamping memperoleh varietas unggul juga untuk memperoleh
teknologi budi daya yang sesuai dan kemungkinan pemanfaatan minyak untuk
biofarmaka.
8. Uji multilokasi jarak pagar
Kegiatan Uji multilokasi klon unggul jarak pagar yang dilakukan di KP Asembagus,
KP Pasirian, dan KP Kalipare menguji 10 klon, diperoleh lima klon jarak pagar yang
memiliki potensi produksi tinggi, yaitu HS49xSP65/32; HS49 x SP10/20; IP3A x
SP65/11; IP3P x SP65/18; dan IP3P x 1 x 17/100. Empat dari lima klon tersebut
unggul di lingkungan tertentu (spesifik), sedangkan satu klon (HS49xSP65/32)
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 33
unggul di semua lokasi. Namun karena baru tahun pertama, produktivitas belum
mencapai 4 ton/ha/tahun (pada tahun ke tiga).
Gambar 40. Klon jarak pagar yang unggul di semua lokasi pengujian
9. Perakitan Varietas Kelapa Pendek, Cepat Berbuah, Produksi Buah dan Nira Tinggi
Program penelitian kelapa diarahkan pada usaha memperbaiki produksi dan
meningkatkan produktivitas kelapa yang berkesinambungan, serta meningkatkan
pendapatan petani kelapa melalui efisiensi pemanfaatan lahan diantara kelapa
dan pemanfaatan produk-produk kelapa. Perbaikan dan peningkatan produksi
kelapa diterapkan melalui strategi penggunaan varietas kelapa unggul.
Tanaman kelapa digolongkan atas dua tipe, yaitu kelapa Dalam dan kelapa
Genjah. Kelapa tipe Dalam pada umumnya menyerbuk silang sehingga memiliki
genotipe lebih heterozygote, dan berbatang tinggi, sebaliknya kelapa tipe Genjah
pada umumnya menyerbuk sendiri, dengan demikian memiliki genotipe lebih
homozygote, dan berbatang pendek. Ukuran buah kelapa Dalam lebih besar dan
daging buah sangat cocok untuk dibuat kopra, sedangkan kelapa Genjah
berukuran buah lebih kecil, dan daging buahnya kurang sesuai untuk bahan baku
kopra. Saat ini dibutuhkan varietas kelapa yang super unggul cepat berbuah,
produksi buah banyak, hasil kopra dan minyak tinggi, produksi nira untuk gula
kelapa tinggi, dan terutama memiliki batang pendek sehingga lebih mudah
dipanen buahnya, dan lebih mudah dipanjat untuk disadap niranya.
Metode perbaikan tanaman kelapa tergantung dari tipe kelapa yang akan
diperbaiki, termasuk sistim penyerbukannya. Perakitan kelapa hibrida dilakukan
melalui hibridisasi antar dua varietas kelapa yang berbeda tipe dan berbeda
varietas. Jika kedua tetua kelapa tersebut sangat berbeda genotipenya, maka
akan terjadi daya gabung yang tinggi atau efek heterosis akan tinggi pada
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 34
keturunan dari persilangan tersebut. Pada tanaman kelapa teknik ini merupakan
salah satu metode pemuliaan yang sudah sering digunakan untuk merakit kelapa
hibrida.Perakitan kelapa hibrida yang telah dilakukan di Balai Penelitian Tanaman
Palma sejak awal tahun 1980 an adalah persilangan antara kelapa tipe Genjah x
tipe Dalam, dan beberapa kelapa hibrida Dalam x Dalam. Dari berbagai
pengujian kelapa hibrida tesebut telah dilepas varietas kelapa hibrida sejak tahun
1984 sampai tahun 2009 adalah empat hibrida Dalam x Dalam, yaitu KB-1, 2, 3
dan 4 dan lima kelapa hibrida Genjah x Dalam, yaitu KHINA-1 (GKN x DTA),
KHINA-2 (GKN x DBI), KHINA-3 (GKN x DPU), KHINA-4 (GKB x DMT), dan
KHINA-5 (GKN x DTE).
Efek heterosis terlihat pada produksi kopra ketiganya, dan nisbah kopra terhadap
berat buah utuh, buah tanpa sabut dan buah tanpa air adalah sama. Tetapi
semua jenis kelapa hibrida ini walaupun lebih awal mulai berproduksi dan
produksi kopra tinggi, tapi pertumbuhan batangnya cukup cepat menjadi tinggi.
Kelapa hibrida KHINA-1, 2 dan 3 yang ditanam tahun 1975, atau saat ini telah
berumur 40 tahun ternyata memiliki tinggi batang sekitar 20 m, dan hampir
sama tinggi dengan tetuanya kelapa Dalam Tenga, Bali dan Palu. Artinya untuk
mendapatkan varietas kelapa hibrida yang berbatang pendek dan lambat
menjadi tinggi, selain tetua betina kelapa Genjah yang pendek, harus pula
diseleksi tetua jantan kelapa Dalam yang memiliki batang pendek.Hasil eksplorasi
dan observasi sejak tahun 2015 sampai awal tahun 2016 ditemukan kelapa Bido
yang mulai berbuah umur 3 tahun, produksi buah banyak, ukuran buah besar,
berat daging buah segar 550 gr/butir, memiliki batang sangat pendek, dan
pertambahan tinggi batang lebih lambat dibandingkan kelapa Dalam lokal
lainnya. Kelapa Bido merupakan materi plasma nutfah kelapa yang sangat
penting, dan dapat digunakan untuk memperluas keragaman genetik varietas
kelapa melalui hibridisasi dengan varietas kelapa unggul lainnya.
a. Perakitan kelapa hibrida Genjah x DMT-S4 mulai berbuah umur 4 tahun dan produksi kopra >5 ton/ha/tahun
Hasil pengamatan data komponen buah dari ketiga kelapa hibrida
memperlihatkan bahwa berat buah utuh (BBU) terbesar diperoleh pada kelapa
hibrida KHINA-1 sebesar 1.764 gr, diikuti GRA x DMT-S4 sebesar 1.518 gr dan
terendah pada GKB x DMT-S4 sebesar 1.304 gr. Untuk bentuk buah terlihat dari
ukuran lingkar polar (LP) dan lingkar ekuatorial (LE) hampir sama ketiganya
untuk masing-masing ukuran, yaitu digolongkan bentuk buah egg-shaped atau
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 35
bulat telur. Berat buah tanpa sabut (BBTS) atau berat biji sejalan dengan berat
buah utuh, yaitu KHINA-1 seberat 1.359 gr dan diikuti GRA x DMT-S4 sebesar
1.175 gr dan terendah pada GKB x DMT-S4 sebesar 991 gr. Untuk lingkar polar
(LP) biji dan lingkar ekuatorial (LE) biji ketiganya seimbang ukurannya, sehingga
dapat digolongkan almost round atau hampir bulat. Tebal daging (TD) buah
ketiga kelapa hibrida hampir sama ,yakni sekitar 1,09-1,20 cm. Komponen paling
utama pada buah kelapa adalah berat daging (BD) buah. Hasil pengamatan
untuk panen buah pertama diperoleh berat daging buah tertinggi pada kelapa
hibrida KHINA-1 sebesar 523 gr/butir, diikuti GRA x DMT-S4 dan GKB x DMT-S4,
masing-masing seberat 463 gr/butir dan 451 gr/butir. Ketiga kelapa hibrida ini
memiliki berat daging buah di atas 400 gr/butir, sudah tergolong salah satu
kriteria kelapa yang baik.
Produksi daging buah segar dan estimasi hasil kopra dalam satu tahun pertama
sepanjang tahun 2018 disajikan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut dapat dilihat
rata-rata jumlah buah/pohon dari setiap ulangan kelapa hibrida yang terdiri atas
16 pohon per ulangan dan rata-rata untuk keempat ulangan. Hasil analisis
jumlah buah yang akan diproduksi untuk tahun pertama ternyata diperoleh
jumlah buah tertinggi pada kelapa hibrida GKB x DMT-S4 sebanyak 28,13 kg
kopra/pohon, diikuti GRA x DMT-S4 sebanyak 19,00 kg kopra/pohon, dan
terendah pada KHINA-1, yaitu 12,51 kg kopra/pohon. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan sementara bahwa walaupun berdasarkan ukuran buah kelapa hibrida
KHINA-1 lebih besar daripada kelapa hibrida GKB x DMTS4 dan GRA x DMTS4,
tetapi dari jumlah buah yang diproduksi ternyata kedua kelapa hibrida baru ini
lebih banyak dibandingkan kontrolnya KHINA-1.
Tabel 1. Produksi daging buah segar (kg) per pohon untuk tahun pertama 2018
Hibrida Ulangan Jumlah Rata2
I II III IV
Tahun 2018
GKB x DMT-S4 23.17 29.51 36.70 23.13 112.51 28.13
GRA x DMT-S4 12.64 18.48 18.64 26.22 75.98 19.00
KHINA-1 6.26 13.33 16.27 14.18 50.04 12.51
Berdasarkan hasil pengamatan berat daging buah segar kelapa hibrida GKB x
DMTS4, GRA x DMTS4, dan KHINA-1 diperoleh berturut-turut 28,13 ton, 19,00
ton, dan 12,1 ton kopra/pohon, maka dapat diestimasi produksi kopra ketiga
kelapa hibrida. Dengan jarak tanam dalam percobaan ini 8,5 m x 8,5 m segi
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 36
empat, maka dalam satu hektar akan terdapat sebanyak 138 tanaman.
Berdasarkan hasil analisis berat kopra di laboratorium Pemuliaan, Balit Palma,
maka diperoleh produksi masing-masing kelapa hibrida berturut-turut untuk GKB
x DMTS4, GRA x DMTS4, dan KHINA-1 adalah 2,26 ton, 1,45 ton dan 0,88 ton
kopra/ha/panen tahun pertama.
b. Perakitan kelapa pendek mulai berbuah umur 3,5 tahun dan produksi kopra
>4,5 ton/ha/tahun
Pada Tabel 2 disajikan data perkembangan vegetatif dari lima kelapa hibrida
Genjah disilangkan dengan Dalam Bido yang umur 6 bulan sesudah pendederan
pada bulan Juni 2018.
Tabel 2. Penampilan karakter vegetatif bibit dari lima silangan kelapa Genjah x Dalam Bido
PERSILANGAN
Lingkar batang (cm)
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
(helai)
GTT x BIDO X 10,70 85,08 4,65
SD 1,32 17,95 0,67
KK (%) 12,34 21,10 14,41
GMW x BIDO X 11,61 111,53 4,75
SD 1,00 12,42 0,55
KK (%) 8,61 11,14 11,58
GHJ x BIDO X 10,93 86,73 4,30
SD 1,39 26,92 0,86
KK (%) 12,72 31,04 20,00
GSK x BIDO X 10,42 89,65 4,70
SD 0,83 16,38 0,47
KK(%) 7,96 18,27 19,07
GAK x BIDO X 9,04 73,62 3,70
SD 1,21 23,63 0,98
KK(%) 13,38 32,10 26,49
Pada tabel 2 diatas dapat dilihat pertumbuhan dan perkembangan karakter
vegetatif 5 kelapa hibrida Genjah x Dalam Bido. Pada karakter lingkar batang
dapat dilihat bahwa kelapa hibrid GMW x Dalam Bido memiliki pertumbuhan
lingkar batang semu terbesar, yaitu 11,61 cm dibandingkan empat kelapa hibrida
lainnya yang berkisar 9,04 cm sampai 10,93 cm. Selanjutnya diperoleh data juga
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 37
bahwa untuk karakter tinggi tanaman dan jumlah daun ternyata kelapa hibrida
GMW x Dalam Bido yang paling tinggi dan banyak jumlah daunnya, yakni 111,53
cm dan 4,75 helai pada umur 6 bulan sesudah dideder. Tinggi tanaman kelapa
hibrida GSK x Dalam Bido diperoleh 89,65 cm, diikuti GHJ x Dalam Bido 86,73
cm, dan GTT x Dalam Bido 85,08 cm. Sedangkan yang paling rendah adalah GAK
x Dalam Bido, yakni 73,62 cm. Demikian pula untu pertambahan jumlah daun
ternyata ketiga kelapa hibrida yang di atas memiliki jumlah daun antara 4,30
helai sampai 4,70 helai.
Keragaman dalam hibrida yang sama melalui analisis Koefisien Keragaman (KK)
diperoleh cukup seragam semua karakter, kecuali hibrida GTT x Dalam Bido pada
karakter tinggi tanaman sebesar 21,10%, dan kelapa hibrida GAK x Dalam Bido
untuk karakter tinggi tanaman dan jumlah daun, yaitu 32,10% dan 26,49%.
Hasil ini memperlihatkan bahwa kedua tetua kelapa hibrida, yaitu kelapa Genjah
dan kelapa Dalam secara gentik sudah cukup seragam. Perbedaan diduga dari
daya gabung umum, terutama saat diperoleh data produksi.
Tabel 3. Hasil pengamatan tiga kelapa hibrida Genjah x Dalam Bido dan
kontrolnya KHINA1 umur 1 tahun sesudah tanam di KP. Kayuwatu
PERSILANGAN
Lingkar batang (cm)
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah Daun (helai)
Pertambahan jumlah daun
(helai)
GRA x BIDO X 17,60 150,00 5,95 2,85
SD 1,88 25,92 0,76 0,49
KK 10,68 17,28 12,77 17,19
GKB x BIDO X 16,55 127,00 5,55 2,45
SD 3,52 27,97 1,10 0,69
KK 21,27 22,02 19,81 28,16
GKN x BIDO X 16,80 132,65 5,85 2,95
SD 2,61 28,36 0,74 0,39
KK 15,54 21,38 12,65 13,22
KHINA 1 X 16,91 143,18 4,72 2,36
(Kontrol) SD 2,17 21,32 0,90 0,50
KK 12,83 14,89 19,07 21,19
Berdasarkan hasil analisis keragaman diperoleh hasil bahwa dengan batas
Koefisien Keragaman sebesar 20%, maka terlihat keragaman di atas 20% yang
artinya masih cukup besar variasinya diperoleh pada kelapa hibrida GKB x Dalam
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 38
Bido pada karakter lingkar batang semu, tinggi tanaman dan pertambahan
jumlah daun selama 6 bulan, kecuali jumlah daun. Kelapa hibrida GKN x Dalam
Bido beragam pada karakter tinggi tanaman, yaitu dengan nilai KK sebesar
21,38%, dan KHINA-1 beragam pada karakter pertambahan jumlah daun
dengan nilai KK sebesar 21,19%. Kelapa hibrida yang paling seragam adalah
GRA x Dalam Bido, dimana semua karakter vegetatif memiliki nilai KK < 20%.
Gambar 41. Kelapa hibrida Genjah Kuning Bali x Dalam Mapanget S4 (Gb. Kiri),
Genjah Raja x Dalam Mapanget S4 (Gb. Tengah) dan pembandingnya KHINA1 (Gb. Kanan)
Gambar 42. Pendederan untuk perkecambahan dan pembibitan lima kelapa hibrida Genjah x Dalam Bido, yaitu GTT x DBO, GMW x DBO, GHJ x DBO, GSK x DBO, dan GAK x DBO
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 39
Benih kelapa hibrida GTT
x DBO Benih kelapa hibrida GMW
x DBO Benih kelapa hibrida GHJ
x DBO
Benih kelapa hibrida GSK x DBO
Benih kelapa hibrida GAK x DBO
Kelapa hibrida muda silangandan pembanding
KHINA-1
Gambar 43. Benih Kelapa Hibrida Hasil Persilangan dan dan pembanding KHINA-1 umur 10 bulan setelah tanam di KP.Kayuwatu
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 40
III. TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI
Menghadapi permasalahan di bidang pertanian berupa penurunan produktivitas
tanaman, serta serangan hama dan penyakit memerlukan teknologi budidaya
yang tepat yang dapat meningkatkan produktivitas. Teknologi budidaya
perkebunan mencakup perbenihan, pemupukan dan pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan
selama TA 2018 adalah sebagai berikut:
1. Teknologi produksi benih tebu G0 dengan kultur jaringan
Teknologi produksi benih tebu G0 dengan kultur jaringan ini telah dituangkan
dan menjadi Instruksi Kerja Produksi Benih Sumber Tebu nomor
IK.BALITTAS.UB.2.01.02 (Prosedur kerja 12 hal.). Intruksi kerja ini bertujuan
agar pelaksanaan perbanyakan benih dapat dilakukan secara efektif, sehingga
memenuhi persyaratan standart ISO 9001 : 2015 dan diperoleh benih tebu
dengan mutu benih sesuai SNI dan keinginan pelanggan serta jumlah benih
sesuai target yang ditetapkan.
TAHAPAN PRODUKSI BENIH TEBU G0
Persiapan eksplan
a b c
a. daun pucuk yang masih menggulung, b. pengupasan daun pucuk untuk memperoleh bagian terdalam, c. pemotongan eksplan
Tahapan In Vitro
a b Penanaman eksplan untuk induksi kalus :
a. Eksplan yang baru ditanam pada media MS, b. eksplan telah membentuk kalus
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 41
a b
Induksi : a. Induksi pertunasan, b. induksi perakaran (masing-masing selama 30 hari)
Tahapan Aklimatisasi
a b
a. Aklimatisasi tahap I, b. Aklimatisasi tahap II
Hasil Produksi Benih Tebu G0 tahun 2018
14 varietas tebu hasil aklimatisasi II / G0 sebanyak 25.000 tanaman
Gambar 44.Tahapan produksi benih G0
2. Ketahanan Kelapa Genjah Kopyor terhadap penyakit gugur buah
Pengujian pada 19 kultivar kelapa terdiri dari 8 kelapa Genjah, 3 kelapa Genjah
Kopyor, 4 kelapa Dalam dan 4 kelapa hibrida. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Genjah Kuning Kopyor (GKK) paling peka dibandingkan dengan Genjah
Hijau Kopyor (GHK) dan Genjah Coklat Kopyor (GCK). Rata-rata luas bercak 7
hari setelah inokulasi P. palmivora pada buah yang diuji berturut-turut GKK =
58,29 cm2, GHK= 40,31 cm2, dan GCK= 26 cm2. Kelapa GKK juga lebih peka
dibandingkan dengan Genjah Kunig Nias (GKN) = 43,83 cm2 dan tujuh kelapa
Genjah lainnya yang diuji dengan luas bercak bervariasi antara 19,72 - 36,03
cm2. Selain itu kelapa GKK lebih peka dibandingkan dengan 4 kultivar kelapa
Dalam dengan luas bercak bervariasi antarai 0,25 – 11,75 cm2 dan 4 kelapa
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 42
hibrida dengan luas bercak bervariasi antarai 12,81 – 27,44 cm2. Di antara
kelapa Genjah, terlihat kelapa Genjah Hijau Jombang (GHJ) yang paling tahan
terhadap cendawan Phytophthora palmivora, dengan luas bercak 7,78 cm2. Dari
4 kultivar kelapa Dalam yang diuji ternyata yang paling tahan adalah kelapa DRL
dengan rata-rata luas bercak hanya 0,25 cm2, diikuti kelapa DBI, DTA dan DMT,
sedangkan pada kelapa Hibrida luas bercak terendah adalah KHINA 1 diikuti
Kelapa Hibrida GKB x DMT-S4, PB-121 dan Kelapa Hibrida GRA x DMT-S4
(Gambar 1.1 dan 1.2). Berdasarkan luas bercak pada buah kelapa, tenyata dari 8
kultivar kelapa Genjah yang diuji terlihat bahwa Kelapa Genjah Kuning Nias
(GKN) yang paling peka, dan kelapa Genjah yang terlihat tahan adalah Genjah
Hijau Jombang (GHJ). Untuk Kelapa Genjah Kopyor, ternyata yang lebih tahan
adalah Genjah Coklat Kopyor. Untuk kelapa Dalam yang paling tahan adalah DRL
sedangkan untuk kelapa Hibrida terlihat KHINA 1 cenderung lebih tahan
dibandingkan dengan hibrida lainnya.
Gambar 45. Rata-rata luas bercak (cm2) pada buah kelapa umur 6-8 bulan dari
masing-masing kultivar kelapa Keterangan:
GKN = Genjah Kuning Nias; GHM = Genjah Hijau Manis; GMW = Genjah Merah Waingapu; GTT = Genjah Tebing Tinggi; GRA = Genjah Raja; GSK = Genjah Salak; GKB = Genjah Kuning Bali; GHJ = Genjah Hijau Jombang; GKK = Genjah
Kuning Kopyor; GHK = Genjah Hijau Kopyor; GCK = Genjah Coklat Kopyor; DRL = Dalam Renel; DBI = Dalam Bali; DTA = Dalam Tenga; DMT = Dalam Mapanget; KHINA 1 = Kelapa Hibrida Indonesia 1 (GKN x DTA); Kelapa Hibrida
GKB x DMT-S4; Kelapa Hibrida GRA x DMT-S4; Kelapa Hibrida PB-121.
43,83
36,03 32,94
24,08 23,72
20,06 19,72
7,78
58,29
40,31
26,39
0,25 3,94 4,74
11,75 12,81
17,46 19,68
27,44
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
GK
N
GH
M
GM
W
GTT
GR
A
GSK
GK
B
GH
J
GK
K
GH
K
GC
K
DR
L
DB
I
DTA
DM
T
KH
INA
1
GK
BxD
MT4
PB
-121
GR
AxD
MT4
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 43
Gambar 46. Pengujian beberapa kultivar kelapa terhadap P. palmivora di
laboratorium
3. Efektivitas insektisida nabati Derris eliptica terhadap hama Brontispa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan akar tuba Derris eliptica sangat efektif
mengendalikan larva dan imago Brontispa longissima. Aplikasi konsentrasi akar
tuba 1,25% - 5% (Gambar 2.1) dengan bahan pelarut metanol dapat
menyebabkan mortalitas larva dan imago mencapai 100% (Gambar 2.2).
Mortalitas larva dan imago mulai terjadi 1 hari setelah aplikasi. Akar tuba dengan
pelarut air dapat menyebabkan mortalitas larva sampai 100%. Dari hasil
pengujian laboratorium ternyata insektisida nabati akar tuba Derris eliptica
dengan pelarut metanol lebih efektif dibandingkan dengan pelarut air. Hasil
pengujian ini perlu dilakukan pengujian lebih lanjut di lapangan untuk
memastikan efektivitasnya terhadap hama Borntispa longissima di lapangan.
Diharapkan teknologi yang ramah lingkungan ini dapat efektif mengendalikan
hama Borntispa longissima.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 44
Gambar 47. Konsentrasi insektisida nabati Derris eliptica dan Larva Brontispa longissima yang mati akibat insektisida nabati Derris eliptica
4. Data sebaran spatial dan temporal dinamika pelepasan gas rumah
kaca (grk) pada beberapa umur dan perlakuan pemupukan di
pertanaman kelapa sawit.
Hasil analisis pelepasan gas N2O dan CO2 menunjukkan variasi yang beragam
baik dari aspek spasial, yaitu posisi pengambilan sampel gas baik yang di
piringan sawit maupun di antara sawit (open area). Demikian pula keragaan
terjadi berdasarkan waktu (temporal) yang dibedakan pada saat pagi dan siang
sampai sore hari. Variasi pelepasan GRK baik N20 maupun CO2 beragam juga
pada sawit yang berbeda umurnya. Menarik dari penelitian ini bahwa pelepasan
GRK (N2O dan CO2) tidak pernah sama berdasarkan pada ulangan pengamatan
yang dilakukan. Trend pelepasan gas N2O terbesar terjadi di piringan dibanding
pada open area, ini terjadi karena pelepasan gas ini sangat dipengaruhi oleh
aktivitas mikroorganisme dalam proses dekomposisi nitrogen dalam tanah dan
mengikuti perubahan lingkungan fisik, seperti suhu udara yang makin meninggi
sejalan dengan gerak/posisi matahari. Sedangkan pelepasan CO2 hampir tidak
terlalu bervariasi, baik secara spatial maupun temporal pada lokasi yang sama.
Beberapa hasil analisis GRK di beberapa lokasi pertanaman sawit diperlihatkan
pada Gambar 49.
Insektisida
Nabati
Insektisida
Nabati
Insekti
sida
Nabati
Air
(Kontrol)
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 45
Gambar 48. Keragaan pelepasan CO2 dan N2O di pertanaman sawit TM-1 di KP. Sitiung
Gambar 49. Pola sebaran spatial dan temporal GRK N2O di beberapa umur tanaman kelapa sawit; (3a. Lokasi Kabupaten Gorontalo-1 (1 tahun), 3b. Lokasi Paguyaman-Gorontalo-2, sawit TM1, 3c. Lokasi di Desa poigar Kab. Bolang
Mongondow (TM-1), dan 3d. Lokasi di Aceh Jaya (TM2)
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 46
Gambar 50. Pola sebaran spatial dan temporal GRK CO2 di beberapa umur tanaman
kelapa sawit; (3a. Lokasi Kabupaten Gorontalo-1 (1 tahun), 3b. Lokasi
Paguyaman-Gorontalo-2, sawit TM1, 3c. Lokasi di Desapoigar Kab. Bolang Mongondow (TM-1), dan 3d. Lokasi di Aceh Jaya (TM2)
5. Karakterisasi Asap Cair dari Debu Sabut Kelapa dan
Pemanfaatannya sebagai Bioinsektisida
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi asap cair adalah debu sabut
kelapa. Terlebih dahulu dilakukan perancangan dan pembuatan unit
pengolahan asap cair yang terdiri atas reaktor pirolisis, pemanas, penampung
tar, kondensor. Dalam penelitian ini, temperatur pirolisis yang digunakan
120o, 150o, 180o, 210oC. Gas hasil pirolisis yang terkondensasi akan
menghasilkan asap cair. Asap cair dari masing-masing perlakuan dikumpulkan
dalam labu pemisah, dibiarkan 24 jam untuk mengendapkan tar. Bagian atas
adalah pyroligneous liquor sedangkan bagian bawah adalah endapan tar.
Selanjutnya endapan tar dipisahkan, kemudian pyroligneous liquor didestilasi
untuk mendapatkan asap cair. Kadar fenol asap cair 0,70 - 2,03%; pH 2,11 -
2,45.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 47
Gambar 51. Unit pengolahan asap cair (kiri), asap cair dari debu sabut kelapa (kanan)
6. Teknik perbanyakan masal pupuk hayati dan efek pupuk hayati pada tebu RC-2
Hasil perbanyakan masal pupuk hayati menunjukkan bahwa pupuk hayati cair
berpotensi untuk diperbanyak secara masal karena hasil pengamatan populasi
bakteri menunjukkan jumlah populasi bakteri pada 108 cfu/ml media. Upaya
yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menjaga stabilitas populasi bakteri
agar lebih lama bertahan pada carrier yang digunakan. Dari hasil uji
efektivitas pupuk hayati terhadap tanaman tebu menunjukkan bahwa
produktivitas dan hablur gula tertinggi pada perlakuan 100% N + 100% P +
Pupuk hijau C. juncea + pupuk hayati yaitu 115 ton/ha dan 10,8 ton/ha,
sedangkan rendemen tertinggi pada perlakuan 50% N + 50% P + pupuk
hayati yaitu 10,01%.
Gambar 52. Keragaan tanaman tebu setelah diperlakukan dengan pupuk hayati
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 48
7. Teknik pembuatan pupuk Si dan uji efektivitas pupuk Si terhadap
tanaman tebu
Hasil penelitian teknik pembuatan pupuk Si menunjukkan bahwa hasil ekstrak
Silika perlu ditambahkan KOH untuk mencegah terbentuknya silika gel,
sehingga pupuk Si cair selalu dalam kondisi cair. Untuk teknik pembuatan
pupuk granul perlu ditambahkan kapur dan kompos agar proses granulasi
lebih baik dengan menggunakan alat granulator. Hasil penelitian uji
efektivitas pupuk Si terhadap tanaman tebu PC varietas BL di KP. Pasirian,
Lumajang belum menunjukkan perbedaan yang nyata pada masing-masing
perlakuan pada saat tanaman tebu berumur 2,5 bulan. Pengamatan
pertumbuhan akan terus dilakukan sampai sebelum tanaman dipanen, antara
10-12 bulan setelah tanam, sehingga diketahui efektivitas terhadap
pertumbuhan tebu.
Gambar 53. Pupuk Silika butiran (kiri) yang diaplikasikan pada tanaman tebu(kanan)
8. Teknik pembuatan vermikompos bermutu tinggi dan uji efektivitas vermikompos terhadap tanaman tebu
Hasil penelitian teknik pembuatan vermikompos bermutu tinggi menunjukkan
bahwa dari 10 perlakuan yang diuji, terdapat empat perlakuan yang memiliki
C/N rasio antara 15 – 25% yaitu media yang terdiri dari 50% pupuk kandang
(PK) + 50% limbah jamur, 75% PK + 25% dedak, 50% PK + 50% dedak,
masing-masing dengan pakan limbah sayur dan 50% PK + 50% dedak
dengan pakan limbah ikan. Populasi cacing tertinggi terdapat pada media
dengan komposisi 50% pupuk kandang (PK)+ 50% limbah jamur dengan
pakan limbah sayur.
Hasil penelitian uji efektivitas vermikompos terhadap tanaman tebu
menunjukkan bahwa saat ini tanaman berumur 1 bulan, dan hasil
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 49
pengamatan terhadap prosentase kecambah berkisar antara 63–68%, dan
belum menunjukkan perbedaan yang nyata pada masing-masing perlakuan.
Gambar 54. Pupuk vermikompos (kiri) dan aplikasinya di lapang (kanan)
9. Formulasi Pestisida Nabati untuk Menekan Pencemaran
Aspergillus spp pada Biji Pala
Indonesia merupakan negara penghasil sekaligus pengekspor biji pala terbesar
di dunia. Nilai devisa dari ekspor pala pada tahun 2013 mencapai US $ 122 juta.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, volume ekspor pala, terutama ke Eropa,
terkendala karena kandungan aflatoksinnya melebihi batas maksimal. Masalah
cemaran aflatoksin tidak lepas dari belum diterapkannya standar operasioal
prosedur penanganan biji pala oleh petani, pengepul, dan eksportir, sejak dari
lapangan sampai pengepakan untuk menjaga kualitas biji pala. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan dua formula coating untuk menekan
pencemaran Aspergillus flavus. Penelitian dilakukan di laboratorium dan rumah
kaca, dimulai dari skrining anti jamur A. flavus, pembuatan formula,dan
pengujian keefektifannya terhadap kolonisasi A. flavus. Skrining terhadap
minyak cengkeh, temu lawak, dan pengawet makanan terhadap Aspergillus sp.
diperoleh hasil minyak cengkeh dan bahan pengawet makanan (metil paraben,
propil paraben, potasium sorbat) mempunyai aktivitas antijamur terhadap isolat
Aspergillus flavus penghasil aflatoksin. Berbasis hasil tersebut, dua formula
coating telah dibuat, pertama berbentuk tepung dan kedua berupa cairan
kental. Formula tepung mengandung minyak atsiri cengkeh dengan bahan
pembawa campuran MgO+CaO+CuSO4, sedangkan formula cairan kental
mengandung bahan aktif campuran metil paraben, propil paraben, dan
potasium sorbat, dengan bahan pembawa gelatin, gum arab, karboksi metil
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 50
selulosa. Pengujian keefektifan kedua formula dilakukan pada biji pala (batok
atau kupas) kemudian diinoklasi dengan suspensi konidia A. flavus. Hasil
penelitian menunjukkan keefektifan kedua formula coating masih belum
optimal, terutama untuk melindungi biji pala batok karena struktur permukaan
biji pala batok yang agak licin sehingga bahan coating tidak menempel
sempurna. Aplikasi formula coating cair mengandung bahan aktif campuran
metil paraben, propil paraben, dan potasium sorbat pada biji pala kupas, efektif
mencegah kolonisasi A. flavus. Namun, karena adanya pembatasan
penggunaan bahan pengawet makanan tersebut, terutama propil paraben,
maka perlu penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan formula coating
tesebut.
Gambar 55. Pengujian daya hambat minyak cengkeh konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500
ppm (a), asap cair batok kelapa (b) minyak temulawak 200, 300, 400, 500ppm (c) propil paraben (baris pertama), metil paraben (baris kedua),
dan potasium sorbat (baris ketiga) konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 ppm, terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus. Petri paling bawah adalah kontrol pertumbuhan Aspergillus flavus.
a b
c d
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 51
Gambar 56. Kolonisasi Aspergillus flavus pada permukaan biji pala batok yang diberi
berbagai perlakuan formula coating berbentuk tepung mengandung minyak cengkeh (warna putih) dan tanpa perlakuan (warna coklat tua)
10. Perancangan Alat Pengering Biji Pala yang Efektif Menekan Aflatoksin pada Skala Petani
Ekspor biji pala Indonesia menurun karena tercemar aflatoksin yang melebihi
batas maksimal. Persyaratan total aflatoksin maksimal adalah 10 µg/kg. Kadar
air tinggi dan cemaran Aspergilus spp. merupakan pemicu tingginya kadar
aflatoksin. Penelitian bertujuan mendapatkan teknologi pengering biji pala
yang efektif menekan cemaran aflatoksin. Teknologi pengering yang diuji
adalah (a) rak pengering tipe rumah dengan sumber panas energi matahari
kombinasi dengan api kompor minyak tanah, (b) para-para dan penutup kain
hitam, sumber panas energi matahari, (c) para-para tanpa penutup kain
hitam dengan bersumber energi matahari, (d) lantai penjemuran dan penutup
kain hitam bersumber energi matahari, dan (e) lantai penjemuran tanpa
penutup kain hitam bersumber energi matahari. Teknologi pengering diuji
pada biji pala tua berbatok yang sudah dilepas fulinya, dikeringkan sampai biji
pala berbunyi jika dikocok dan biji pala kupas, dikeringkan sampai nyaring
bunyinya jika dilempar ke lantai (keras). Parameter pengamatan meliputisuhu
dan kelembaban, lama pengeringan, rendemen basah ke kering, kadar air,
kadar minyak, oleoresin, miristisin dan kandungan aflatoksin. Hasil penelitian
diperoleh waktu pengeringan biji pala menggunakan rak pengering lebih lama
dibandingkan pengeringan dengan para-para dan lantai penjemuran. Kadar
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 52
air awal bahan uji biji pala 41,2%. Pengeringan menggunakan rak pengering
tipe rumah sampai biji pala berbunyi jika digoyang sekitar 51,5 jam diperoleh
kadar air biji 8,79% dan rendemen biji pala sebesar 63,47%. Pengeringan
diatas para-para membutuhkan waktu sekitar 30 jam diperoleh kadar air
9,83%, rendemen 65,19% - 66,21%. Pengeringan di atas lantai penjemuran
dibutuhkan waktu pengeringan sekitar 30 jam, diperoleh kadar air 9,68%,
rendemen 70,31%. Perbedaan suhu dan kelembaban pengeringan
mempengaruhi kecepatan pengeringan. Suhu rata-rata tipe rak sekitar 35,6 -
37,31ºC, para-para 40,98- 44,26ºC dan lantai penjemuran 40,30- 50,55ºC.
Kelembaban pengering tipe rumah 40,71-49,33%, para-para 18,66-28,94%
dan lantai jemur 19,96-45,83%. Kadar air biji pala yag dihasilkan dari semua
tipe pengering di bawah 10%, tetapi kadar minyak hasil pengeringan tipe rak
lebih kecil dibandingkan para-para dan lantai jemur. Biji pala kering hasil
pengeringan dari semua tipe pengering memenuhi kualitas persyaratan baik
dari segi cemaran aflatoksin, kadar air, kadar minyak dan kadar miristisin.
Total aflatoksin < 3,29 µg/kg dan jenis B1 yang merupakan paling beracun <
1,07 µg/kg.Semua teknologi pengering yang diuji dapat menekan cemaran
aflatoksin pada biji pala dan dapat diterapkan pada skala petani.
Gambar 57. Alat pengering tipe rumah, para-para dan lantai jemur
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 53
Gambar 58. Biji pala berbatok basah dan kering, dan pala kupas kering hasil
pengeringan menggunakan rak pengering tipe rumah.
11. Teknologi penetapan kebutuhan hara N, P, K di sentra produksi lada Bangka
Tanaman lada diketahui tergolong jenis tanaman yang membutuhkan banyak
hara (a high nutrient demanding crop). Apabila pemberian hara tidak sesuai
dengan kebutuhan tanaman lada khususnya unsur N, P, dan K menyebabkan
capaian produktivitas tanaman akan berada jauh di bawah potensi produksi
secara genetik. Salah satu cara untuk mengetahui kebutuhan hara tanaman
antara lain dengan mengetahui status hara tanah yang optimal bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian bertujuan untuk
mengidentifikasi status dan estimasi kebutuhan hara N, P, dan K optimal
tanaman lada di sentra produksi Bangka Belitung Tahapan kegiatan yang
dilakukan adalah: (1) Penetapan status hara tanah N. Kegiatan ini
menggunakan Rancangan percobaan Acak Kelompok dengan 5 ulangan dan
ukuran petak 12 tanaman per plot. Perlakuan yang diuji adalah pemberian
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 54
pupuk N, yang diberikan dalam bentuk urea terdiri dari 5 taraf (0; 0,2; 0,4;
0,6; 0,8 kg urea/tanaman/tahun). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
kandang 5 kg/pohon/tahun, SP-36 0,1 kg/pohon/tahun, KCl 0,3
kg/tanaman/tahun, dan dolomit 0,5 kg/pohon/tahun, (2) Penetapan status
hara tanah P. Kegiatan penelitian menggunakan Rancangan percobaan Acak
Kelompok dengan 5 ulangan dan ukuran petak 12 tanaman per plot
perlakuan. Perlakuan yang diuji adalah pemberian pupuk P, yang diberikan
dalam pupuk SP-36, terdiri dari 5 taraf ( 0; 0,05; 0,1; 0,15; 0,2 kg SP-
36/tanaman/tahun). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang 5
kg/tanaman/tahun, urea 0,4 kg/tanaman/tahun, KCl 0,3 kg/tanaman/tahun,
dan dolomit 5 kg/pohon/tahun, dan (3) Penetapan status hara tanah K.
Perlakuan pemupukan K dilakukan pada lokasi pada kondisi kandungan hara
K rendah. Kegiatan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok, 5 perlakuan
dan 5 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah pemupukan KCl 0; 0,15; 0,3;
0,45; 0,6 kg KCl/tanaman/tahun, dengan jumlah tanaman 12 tanaman/plot.
Rekomendasi pemupukan N diuji dengan uji regresi. Pupuk dasar yang
digunakan adalah pupuk kandang 10 kg/tanaman/tahun, urea 0,4
kg/tanaman/tahun, SP-36 0,1 kg/pohon/tahun, dan dolomit 0,5
kg/pohon/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perlakuan pupuk
N, P dan K memberikan respon berbeda terhadap sejumlah komponen
pertumbuhan dan produksi tanaman. Peningkatan dosis pupuk N diikuti oleh
naiknya tinggi tanaman, panjang sulur buah, jumlah sulur buah tertier cabang
dan jumlah malai bunga yang terbentuk. Pemberian pupuk P hanya
berpengaruh nyata terhadap komponen generatif, khususnya hasil lada.
perlakuan pupuk K berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan
tinggi tanaman, lebar kanopi dan panjang sulur buah, dan (2) Kebutuhan
hara optimal tanaman lada kultivar Merapin berumur 6 tahun adalah sekitar
800 g NPK/pohon/tahun, terdiri dari 200-400 g urea, 100 g SP-36, dan 150-
300 g KCl.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 55
Gambar 59. Tanaman lada telah/sedang berbunga ketika aplikasi perlakuan pupuk.
12. Peningkatan Produktivitas Lada melalui Pengelolaan Hara dan Bakteri Endofit
Penggunaan pupuk kimia secara intensif dalam jumlah besar selain berdampak
pada biaya produksi tinggi juga berdampak negatif terhadap lingkungan baik
terhadap daya dukung lahan maupun kestabilan iklim. Dengan demikian
diperlukan alternatif lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk
kimia tersebut yaitu antara lain melalui pendekatan penggunaan
mikroorganisme (bakteri endofit) yang bermanfaat bagi tanaman. Peranan
bakteri endofit antara lain memacu pertumbuhan dengan dihasilkannya
fitohormon dan dapat menyuplai hara. Hasil penelitian sebelumnya diperoleh 9
isolat yang terbaik dalam memacu pertumbuhan tanaman lada di pembibitan.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan bakteri endofit yang berpotensi dalam
memacu pertumbuhan dan efisiensi hara pada tanaman lada umur 1 tahun di
lapang. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah: (1) Pemeliharaan dan
perbanyakan isolat serta formulasi pupuk hayati di laboratorium. Kegiatan yang
telah dilakukan antara lain meliputi pemeliharaan isolat hasil tahun 2016 antara
lain: Ca2, Dj9, Sa4, LaBt8, LdBp4, Sa8, Sd10, LaBt1, LdBp9. (2) Kegiatan di
lapang: melanjutkan kegiatan pemeliharaan tanaman, aplikasi pupuk organik,
pupuk anorganik, dan bakteri endofit sesuai perlakuan.
Hasil penelitian di laboratorium: dari hasil identifikasi isolat bakteri endofit
diperoleh 5 jenis bakteri yang berbeda: Herbaspirillum aquaticum strain PT18,
Bacillus nealsonii strain MER, Bacillus wiedmannii strain FSL W8-0169, Bacillus
paranthracis strainMn5 dan Pseudomonas nitritireducens strainWZBFD3-5A2.
Hasil kegiatan formulasi telah diperoleh 2 buah formula pupuk hayati cair
dengan komposisi masing-masing pada Tabel berikut:
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 56
Tabel 4. formula pupuk hayati cair dengan komposisi penelitian di laboratorium
Formula 1 Komposisi (%) Formula 2 Komposisi (%)
Komposisi bakteri Dj 9, Sd 1, Labt 1, Sa
10 Komposisi bakteri Ca 2, Labt 8, Sa 8, Ldbp 4
10
Bahan organic 1 10 Bahan organic 1 10 Bahan organic 2 10 Bahan organic 2 10 Dan lain-lain 70 Dan lain-lain 70
Hasil penelitian di lapang menunjukkan bahwa: terdapat interaksi antara
bakteri endofit dan pupuk terhadap peningkatan pertumbuhan, dan serapan
hara NPK pada tanaman lada berumur 11 bulan setelah tanam. Adanya
pemberian endofit dapat meningkakan pertumbuhan tinggi tanaman 19,5%
(tinggi tanaman), 34,3% (jumlah ruas), dan 16,8% (jumlah cabang) pada
kombinasi bakteri endofit B1 dan 75% rekomendasi pupuk NPK. Kombinasi
perlakuan terbaik dengan menggunakan kombinasi perlakuan bakteri endofit
B2 dan 75% rekomendasi pupuk NPK untuk bobot biomas dan serapan hara.
13. Formulasi Agens Hayati untuk Mengendalikan Penyakit BPB dan
Deteksi Virus pada Benih Lada
Busuk pangkal batang dan virus kerdil pada tanaman lada merupakan kendala
dalam budidaya lada di Indonesia. Usaha pengendalian BPB sedang dan telah
dilakukan dengan mengembangkan tanaman lada toleran, aplikasi fungisida
dan perbaikan kultur teknis. Pengendalian virus pada tanaman lada lebih
Gambar 60. Aplikasi bakteri endofit
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 57
banyak difokuskan pada usaha untuk mencegah penyebarannya melalui bahan
tanaman dan serangga vektor. Sebagai komoditi ekspor, saran pengendalian
yang dianjurkan untuk pengendalian OPT pada lada harus memenuhi isu
perdagangan yang ada, yaitu ramah lingkungan. Agens hayati yang sudah
terformulasi dicobakan pada saat penyiapan perbenihan dan dilanjutkan pada
tanaman lada saat dipindah ke lapangan. Virus pada tanaman lada telah
diketahui yaitu PYMoV dan CMV, dan pada tahun 2018 ini fokus kegiatan yang
dilakukan adalah deteksi virus dari bahan tanaman yang akan digunakan
sebagai bahan perbanyakan lada.
a. Formula agens hayati untuk mengendalikan BPB
Pengujian formulasi agens hayati untuk mengendalikan BPB telah dilakukan,
berupa penanaman tanaman dalam pembibitan dan tanaman telah di tanam di
lapang (di KP Sukamulya). Inokulasi buat benih lada dengan P. capsici juga
telah dilakukan di rumah kaca, meskipun data persentase kematian benih yang
terjadi pada tiap perlakuan belum diperoleh (Gambar 41A, B, C dan D).
Gambar 61. Persiapan dan pelaksanaan pengujian formula agens hayati untuk
mengendalikan penyakit BPB. (A). Media tanam lada, (B) Penyemaian
benih lada, (C) Formula Trichoderma yang direaktivasi, (D) Formula
cendawan endofit (E-15), (E) Stek lada siap diinokulasi dan (D) Pengajiran untuk persiapan penanaman di lapang.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 58
Keragaan agens hayati jamur endofit (E-15) dan Trichoderma (SKM) yang telah
diformulasi masih menunjukkan performa yang sama saat diuji reaktivasi. Dari
10 sampel butiran yang telah diinokulasi, semuanya masih menunjukkan
adanya pertumbuhan miselium pada permukaannya setelah diinkubasi di
tempat yang lembab. Jamur endofit yang diinokulasikan pada tanaman lada
yang masih muda tidak menyebabkan kematian tanaman, dengan persentase
kematian kurang dari 5%, setelah tanaman berumur 4 bulan sejak tanam
(Gambar 42).
Paramater vegetatif tanaman berupa jumlah buku yang terbentuk pada tiap
perlakuan yang diujikan belum menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan (Gambar 43). Sedangkan parameter kandungan hormon IAA, GA3
dan kandungan asam salisilat dari tiap perlakuan sedang dalam tahap analisa
yang dilakukan di laboratorium.
Gambar 62. Bibit lada yang hidup dan mati dari tiap perlakuan yang diujikan pada umur 2
~ 4 bulan. (A). Jamur endofit E-15 &Trichoderma, (B) Bakteri A &Trichoderma, (C) Jamur endofit E-15, bakteri A &Trichoderma, (D)
Trichoderma, (E) Kontrol, dan (F) Fungsida.
0%
25%
50%
75%
100%
A B C D E F
Jum
lah
Tan
aman
(%
)
Perlakuan
Hidup(%)
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 59
Gambar 63. Jumlah buku dari tiap perlakuan yang diujikan pada umur 2 ~ 4 bulan. (A).
Jamur endofit E-15 &Trichoderma, (B) Bakteri A &Trichoderma, (C) Jamur endofit E-15, bakteri A &Trichoderma, (D) Trichoderma, (E) Kontrol, dan (F) Fungsida.
Mikroba berguna yang telah diformulasikan dan diinokulasikan baik tunggal
maupun dalam kombinasi tidak menyebabkan kematian pada perbenihan lada,
dan mikroba yang diaplikasikan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada
jumlah buku yang terbentuk. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
keragaan tanaman lada di lapang masih dalam pengamatan, karena percobaan
sedang dilangsungkan.
b. Deteksi Virus PYMoV dan CMV dengan Berbagai Metode Deteksi
Deteksi telah dilakukan secara ELISA dan molekuler terhadap 30 sampel bibit
tanaman, dari 50 sampel yang direncanakan. Bibit yang telah dideteksi adalah
varietas Petaling 1 hasil radiasi, Petaling 1 dan Natar 1, masing – masing
varietas sebanyak sepuluh sampel. Gejala pada bibit tanaman bervariasi, dari
tidak bergejala hingga bergejala parah (Gambar 44). Sebagian besar varietas
Petaling 1 dan Natar 1 menunjukkan gejala terinfeksi virus, sebaliknya seluruh
tanaman Petaling 1 hasil radiasi tidak menunjukkan gejala terinfeksi virus. Hal
ini perlu mendapat perhatian, bahwa hampir seluruh bibit yang tersedia,
bergejala terinfeksi virus, sehingga diperlukan perubahan SOP dalam teknik
penyediaan bibit lada.
0
2
4
6
8
10
A B C D E F
Jum
lah
bu
ku
Perlakuan
Nov'18
Des'18
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 60
Gambar 64. Variasi gejala virus pada bibit lada, A. tidak bergejala, B. belang lemah, C.
mosaik lemah, D. malformasi, menebal, mosaik parah.
c. Deteksi secara serologi
Hasil deteksi secara DAC-ELISA menggunakan antiserum ScBV menunjukkan
bahwa beberapa sampel bibit lada bergejala terinfeksi virus, memiliki nilai
absorban 2 kali lebih besar daripada kontrol negatif, yang menunjukkan
terjadinya reaksi positif antara antiserum ScBV dengan sampel terinfeksi virus.
Hal ini menunjukkan jika PYMoV pada bibit lada memiliki hubungan serologi
dengan ScBV. Dengan demikian, teknik DAC-ELISA menggunakan antiserum
ScBV dapat digunakan sebagai deteksi awal keberadaan PYMoV pada tanaman
lada.
Teknik DAS-ELISA menggunakan antiserum CMV juga berhasil mendeteksi
keberadaan virus pada beberapa sampel. Deteksi secara ELISA terhadap CMV
sebelumnya juga berhasil dilakukan, secara DAS-ELISA, namun dimodifikasi
dengan menggunakan beberapa macam bufer yang berbeda, mengacu pada
protokol yang dikeluarkan oleh AGDIA.
A B C D
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 61
Gambar 65. Hasil DIBA. a1 dan a2. Bufer, a3 dan a4. Kontrol negatif, a5 dan a6. Kontrol
positif. b1-b4. Sampel negatif, b5-b7 dan c1-c7. Sampel positif
Deteksi virus secara DIBA telah dilakukan terhadap beberapa sampel yang
terbukti negatif dan positif terinfeksi virus secara ELISA. Pada reaksi dengan
antiserum ScBV, hanya kontrol positif yang menunjukkan perubahan warna
ungu dengan jelas, kontrol negatif dan sampel negatif tidak terbentuk warna
ungu, sampel positif hanya menunjukkan warna ungu lemah (Gambar 45A).
Sedangkan reaksi sampel dengan antiserum CMV, belum dapat membedakan
secara jelas antara sampel positif dan negatif (Gambar 45B). Dengan demikian,
masih diperlukan optimasi lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
d. Deteksi secara molekuler
RNA dan DNA yang diperoleh dari hasil isolasi, menunjukkan kualitas cukup
baik, ditunjukkan dengan konsentrasi asam nukleat yang tinggi. Namun tingkat
kemurnian asam nukleat yang baik, hanya beberapa sampel yang memiliki nilai
A260/280 berada pada kisaran 2.00.
Deteksi secara PYMoV secara PCR, menggunakan tiga macam primer
menunjukkan jika hampir seluruh sampel teramplifikasi pita DNA PYMoV,
minimal dengan 1 primer (Gambar 46A, 46B dan 46C). Ketiga primer tersebut
mengamplifikasi bagian genom PYMoV yang berbeda, yaitu ORF I (berukuran
450 pb), ORF II (berukuran 350 pb), dan ORF III (berukuran 400 pb). Salah
satu amplikon sampel hasil amplifikasi dari setiap primer yang digunakan telah
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 62
dikonfirmasi identitasnya secara sekuensing, dan menunjukkan kedekatan
dengan PYMoV.
Hasil sekuen amplikon primer PYMoV ORF II diperoleh 347 nukleotida, memiliki
homologi nukleotida sebesar 84% dengan PYMoV isolat India asal Piper longum,
dengan kode aksesi GenBank KJ873043. Amplifikasi DNA dengan primer PYMoV
ORF III, diperoleh sekuen sebesar 398 nukleotida dan memiliki kemiripan
sebesar 93% dengan isolat PYMoV India asal tanaman lada (KJ195477).
Sedangkan primer PYMoV ORF I sudah dikonfirmasi dengan sekuensing pada
hasil penelitian sebelumnya, diperoleh sekuen sebesar 450 nukleotida, memiliki
homologi sebesar 92% dengan PYMoV isolat Vietnam asal tanaman lada
(KF056865).
Secara teori, dari tanaman terinfeksi PYMoV, akan teramplifikasi oleh ketiga
primer tersebut. Namun, karena PYMoV termasuk Badnavirus yang mampu
mengintegrasikan genomnya ke dalam genom tanaman, keberadaan sekuen
endogenus di dalam genom tanaman tidak dalam bentuk genom penuh, namun
hanya bagian – bagian genom saja.
Hasil amplifikasi DNA dengan primer ORFII menunjukkan hampir seluruh
sampel teramplifikasi pita DNA, yang memunculkan dugaan bahwa bagian ORF
II paling banyak berada sebagai genom PYMoV endogenus di dalam sampel
lada. Dengan demikian, diduga primer ORFII paling sensitif untuk deteksi
secara PCR dibandingkan primer lain. Namun, pada beberapa sampel
menghasilkan pita DNA berukuran lebih kecil, antara 200 – 300 pb (Gambar
46B). Pita DNA berukuran sesuai target primer, yaitu 350 pb, telah
disekuensing, sedangkan pita DNA yang berukuran lebih kecil belum dilakukan
sekuensing. Pita DNA yang berukuran berbeda dengan target primer harus
dikonfirmasi secara sekuensing, untuk memperoleh data keberadaan PYMoV
secara lebih akurat.
Hasil deteksi secara PCR tersebut menunjukkan adanya false positive, karena
mendeteksi baik virus aktif atau endogenus. Badnavirus aktif akan membentuk
RNA intermediate, karena proses replikasinya berlangsung secara transkripsi-
reverse transkripsi, yaitu membentuk RNA terlebih dahulu, baru RNA dibalik
menjadi DNA virus (Hohn et al., 2008). Oleh karena itu, untuk mendeteksi virus
aktif, salah satunya dapat dilakukan secara RT-PCR.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 63
Deteksi secara RT-PCR dilakukan dengan primer PYMoV ORFIII, sebagai primer
dengan hasil homologi tertinggi terhadap isolat PYMoV. Selain itu, meski primer
PYMoV ORFII lebih sensitif untuk mendeteksi PYMoV, namun karena pada
beberapa sampel teramplifikasi pita DNA tidak sesuai ukuran primer target,
diduga primer ini kurang spesifik.
Gambar 66. Visualisasi hasil PCR. M. Marker.1. Kontrol negatif, 2-4. Sampel Petaling hasil radiasi, 5-7. Sampel Natar 1. 8-11. Sampel Petaling 1.A,B, dan C. Amplifikasi
DNA secara PCRberturut – turut dengan primer PYMoV ORFI; ORFII; dan ORFIII. D. One step RT-PCR dengan primer PYMoV ORFIII.
Hasil deteksi menunjukkan teramplifikasinya pita DNA berukuran kurang lebih
400 pb. Tidak seluruh sampel yang terdeteksi positif secara PCR, positif secara
RT-PCR. Hasil ini menunjukkan jika PYMoV aktif hanya berada pada sampel
yang terdeteksi secara RT-PCR. Namun demikian, visualisasi pada gel
menunjukkan teramplifikasinya beberapa pita DNA yang diharapkan (Gambar
46D). Dengan demikian, masih diperlukan optimasi untuk RT-PCR PYMoV.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 64
Jadi isolasi DNA virus lada menggunakan bufer CTAB dan RNA menggunakan
guanidium thyiocianate berhasil diperoleh kualitas asam nukleat dengan bagus.
Deteksi awal PYMoV dapat dilakukan secara DAC-ELISA menggunakan
antiserum ScBV, dan deteksi lebih lanjut dapat dilakukan secara PCR
menggunakan primer PYMoVORFIII. Deteksi CMV pada sampel lada, sementara
baru dapat dilakukan secara DAS-ELISA.
14. Bioassay Formula Pestisida Alami Efektif Mengendalikan OPT Utama
Lada
Keberadaan berbagai hama dan penyakit di pertanaman adalah salah satu
penghambat dalam budidaya tanaman lada. Serangan hama penggerek batang
lada, Lophobris piperis, hama penggerek bunga, Dichonocoris hewetti, dan
hama penghisap buah, Dasynus piperis, serta serangan nematoda penyebab
penyakit kuning, Meloidogyne incognita dan jamur penyebab penyakit Busuk
Pangkal Batang lada, Phytophthora capsicii dapat mengganggu produksi
tanaman bahkan seringkali menyebabkan kematian tanaman lada. Tujuan
penelitian ini adalah (a) untuk memperoleh formula biopestisida berbasis
Beauveria bassiana patogenik terhadap hama utama tanaman lada, dan (b)
mengetahui konsentrasi Pestisida Nabati Bio Protektor yang efektif
mengendalikan hama tanaman lada
Formulasi dan uji efikasi Beauveria bassiana
Komposisi ideal carrier cendawan B. bassiana adalah tepung jagung (3), tepung
beras (3), dan tepung gula pasir (1). Tepung jagung dan tepung beras
berfungsi sebagai media tumbuh cendawan sesaat setelah inokulasi dilakukan
sehingga cendawan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Gula pasir
berperan sebagai sumber energi utama bagi cendawan B. bassiana sesaat
setelah formula dilarutkan ke dalam air dan siap akan digunakan.
Carrier yang telah jadi (Gambar 47) kemudian diinokulasi dengan larutan B.
bassiana menggunakan sistem dried spraying. Carrier diletakkan pada wadah
berbentuk lingkaran dan diputar menggunakan motor listrik (Gambar 48.). Saat
motor dihidupkan maka wadah akan berputar dan pada saat yang sama larutan
yang mengandung spora-spora cendawan B. bassiana disemprotkan. Proses
putaran wadah menyebabkan inokulasi cendawan merata dan carrier
membentuk gumpalan-gumpalan berukuran 0.3 sd 0.5 cm (Gambar 49). Uji
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 65
kelarutan formula dalam air menunjukkan bahwa carrier dapat terlarut
sempurna (Gambar 67) sehingga pada saat digunakan tidak menyumbat nozel.
Formula tepung selanjutnya akan dihitung kepadatan sporanya dan siap diuji
patogenisitasnya terhadap hama-hama utama lada.
Gambar 67. Carrier siap diinokulasikan cendawan B. bassiana (a), Alt formulasi B. bassiana menggunakan system dried spraying (b)
a b
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 66
IV. TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH/
PRODUK OLAHAN
Selama tahun anggaran 2018 Puslitbang Perkebunan telah menghasilkan
teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah/produk olahan tanaman
perkebunan. Teknologi ini berperan penting dalam meningkatkan pendapatan
petani dan pengembangan agribisnis.
1. Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao sebagai Bahan Baku Pektin
Kulit buah kakao merupakan salah satu sumber pektin dengan kandungan
mencapai 6-12%. Pemanfaatan kulit kakao sebagai bahan baku pektin
dapat mengurangi ketergantungan impor pektin. Proses mengolah kulit
kakao menjadi pektin melalui tahapan persiapan, ektraksi, isolasi dan
pengeringan. Telah diperoleh teknologi dengan rendemen pektin 6,31%
dengan karakter : kadar air 11.96%, kadar abu 11.57%, berat ekuivalen 2.7
mg, kadar metoksil 0.57%, kadar galakturonat 39.16% dan derajat
ekuivalen 258%. Keunggulan pektin dari kulit kakao ini adalah memiliki
karakter berat ekuivalen yang rendah dibanding pektin komersial. Namun
diliat dari segi warna, pektin dari kulit kakao ini memiliki warna lebih gelap
dibanding pektin komersial dikarenakan adanya reaksi pencokelatan pada
proses persiapan bahan baku.
Gambar 68. Proses ekstraksi pektin
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 67
Gambar 69. Pektin hasil ekstraksi limbah pod kulit kakao
2. Pemanfaatan Asap Cair sebagai Pestisida Nabati untuk Pengendalian Hama PBKo
Penelitian tentang pengendalian hama PBKo dengan menggunakan asap
cair dari limbah tanaman kulit buah kakao, serbuk gergaji, tempurung
kelapa, dan sekam padi, menunjukkan bahwa asap cair dari tempurung
kelapa berpotensi digunakan sebagai pengendali PBKo. Formula yang
digunakan adalah formula asap cair tempurung kelapa + minyak cengkeh
dan asap cair tempurung kelapa + minyak serai wangi. Formula asap cair
tempurung kelapa + minyak cengkeh dapat menyebabkan mortalitas imago
penggerek buah kopi Hypothenemus hampei di laboratorium 51,67 – 95%.
Keunggulan dari pengendalian ini adalah bahan baku tersedia di lapangan
dan mudah dicari selain itu yang utama adalah pengendalian ini ramah
lingkungan diperoleh.
3. Pemanfaatan Blastospora Jamur Entomopatogen sebagai Bioinsektisida untuk Pengendalian PBKo
Blastospora adalah potongan-potongan hifa atau fase vegetatif dari jamur
patogen serangga yang diperbanyak menggunakan alat fermentor dengan
media Potato Carrot Broth (PCB). Biopestisida berbahan aktif blastospora
jamur patogen serangga Lecanicillium lecanii, Paelomyces fumosoroseus
dan Metharizium anisopliae dalam bentuk cair dikembangkan untuk
mengendalikan hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei
yang efektif dan ramah lingkungan. Blastospora jamur L. Lecanii, P.
fumosoroseus dan M. anisopliae dapat diperbanyak secara massal dalam
fermentor dengan media PCB dalam waktu singkat.
Blastospora jamur patogen serangga mampu menginfeksi dan mematikan
imago H. hampei di laboratorium. Blastospora P.fumosoroseus dan L. lecanii
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 68
pada konsentrasi 108, 107, dan 106 mampu mematikan serangga uji lebih
dari 50% di laboratorium. Blastospora jamur patogen serangga mampu
bertahan hidup dalam media penyimpanan glukosa 5% selama 6 bulan di
laboratorium. Biopestisida berbahan aktif blastospora jamur patogen
serangga dapat bertahan hidup di alam setelah menginfeksi serangga.
Gambar 70. (A) Perbanyakan blastospora dalam fermentor dengan media PCB, (B)
Blastospora jamur patogen serangga dalam media cair, (C) Imago
PBKo terinfeksi blastospora jamur patogen
4. Pestisida Nabati Berbahan Asap Cair untuk Pengendalian PBK
Formula insektisida nabati campuran asap cair dan serai wangi dengan
konsentrasi 15% (ACS15%) lebih mampu melindungi buah kakao dari
serangan penggerek buah. Nilai persentase serangan penggerek buah
dapat ditekan sebesar 28,68%, kerusakan di dalam biji hanya mencapai
5,68%, dengan kehilangan hasil sekitar 3,04%.
Penyemprotan dilakukan tiap 2 minggu sekali. Konsentrasi 5 ml per liter.
Volume semprot sekitar 250 ml/pohon. Penyemprotan dilakukan sejak buah
berukuran panjang sekitar 10-15 cm sampai menjelang panen.
A B C
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 69
Gambar 71. Pestisida nabati berbahan dasar asap cair
5. Formula Pupuk Hayati Penambat N, Pelarut P dan K di Lahan Kakao
Terdegradasi
Pupuk hayati yang dikembangkan terdiri dari Azospirillum, Burkholderia
cepacia SS19.7, Pseudomonas migulae S7.4, Delftia lacustris BT-27 dan
fungi Aspergilllus sp. SPII yang memiliki kemampuan fungsional yang baik
bagi pertumbuhan tanaman. Bakteri Pseudomonas migulae S7.4,
Burkholderia cepacia SS19.7, Pseudomonas migulae S7.4, dan Delftia
lacustris BT-27 merupakan isolat yang mampu melarutkan P. Ketiga bakteri
tersebut juga menghasilkan hormon pemacu tumbuh IAA, GA3, dan Zeatin,
bahkan Burkholderia cepacia SS19.7, S7.4, dan Delftia lacustris BT-27 juga
terdeteksi mampu menghasilkan kinetin. Fungi Aspergilllus sp. SPII juga
memiliki kemampuan menghasilkan hormon pemacu tumbuh (IAA, Ga3,
dan Zeatin). Bakteri Delftia lacustris BT-27 dan fungi Aspergilllus sp. SPII
juga mampu menghasilkan enzim sellulase.
Respon positif terjadi pada aplikasi bakteri Burkholderia cepacia SS19.7,
Pseudomonas migulae S7.4, bakteri Delftia lacustris BT-27 dan fungi
Aspergilllus sp. SPII pada benih kakao umur 5 bulan. Hasil menunjukkan
bahwa pemberian kultur campur 4 isolat mampu meningkatkan jumlah daun
2.01%, diameter batang 15.16%, dan tinggi tanaman 7.12%.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 70
Gambar 72. Respons tanaman kakao terhadap pemberian mikroba (kiri) dan pupuk
hayati berbahan pembawa molase (kanan)
6. Popeda instant
Untuk meningkatkan nilai gizi pati sagu, telah dilakukan formulasi dengan
penambahan tepung kacang kedelai, tepung kacang hijau dan isolat protein,
sehingga diperoleh popeda instan kaya gizi. Formulasi dilakukan dalam empat
tingkatan, kemudian bahan-bahan tersebut ditambah air dalam perbandingan
tertentu, diaduk sampai homogen, dipanaskan pada suhu 90oC (20 menit),
sehingga membentuk adonan seperti bubur. Selanjutnya dikeringkan
menggunakan Drum Dryer dan lembaran produk yang dihasilkan ditepungkan
lalu dikemas. Nilai gizi popeda instan adalah sebagai berikut: kadar air 5,34-
6,76%, lemak 0,612,24%, protein 4,52-15,11%, serat kasar 0,01-1,5%, pati
46,07-63,16% dan amilosa 16,81-30,36%. Sedangkan kadar protein pati sagu
hanya 0,15-0,16%. Uji secara organoleptik keempat formula disukai panelis
dengan nilai warna 3,33-4,20; aroma 3,60-4,00 dan rasa 4,00-4,60
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 71
A B C D
E F G H
Gambar 73. Pengolahan popeda instan di Seafast Centre IPB-Bogor.
7. Sirup NIRA aren
Untuk menambah ragam produk dari nira aren, meningkatkan nilai tambah
nira aren dan meningkatan status gizi konsumen dengan tersedianya produk
olahan sirup nira aren yang bernilai gizi lebih baik. Nira hasil sadapan
disaring, pertama menggunakan saringan stainlees steel kemudian
menggunakan kain saring. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 100OC untuk
mempercepat penguapan air sampai larutan nira mencapai kadar gula 35-
40%, kemudian didinginkan dan disaring menggunakan kain saring.
Pemanasan dilanjutkan secara perlahan-lahan pada suhu 80OC, sambil diaduk
hingga diperoleh total padatan konsentrasi 65%, 70%, 75% dan 80%. Sirup
nira dikemas dalam botol kaca bening kapasitas 250 ml. Karakteristik produk
adalah sebagai berikut: kadar air (metode toluen) 22,72-33,71%, gula reduksi
0,74-5,24%, sakarosa 55,80-63,15%, fenolat 0,11-0,28% dan viskositas 119-
2180cP.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 72
(a) (b) (c)
Gambar74. Penyadapan nira aren (a), proses penguapan kadar air pada larutan gula
b) dan empat produk sirup nira aren (c)
8. Pengolahan yogurt dari skim kelapa
Pada pengolahan VCO di hasilkan produk ikutan skim kelapa. Pemanfaatan
skim kelapa yang selama ini belum digunakan dan terbuang sebagai limbah.
Penambahan starter dari kultur murni Lactobacillus bulgaricus pada
fermentasi skim kelapa menghasilkan produk yang lebih disukai dibanding
dengan campuran starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcust
hermopilus. Skim mengandung protein tinggi yang tersusun atas sejumlah
asam amino. Sekitar 15 jenis asam amino terdapat dalam skim kelapa.
Pengolahan yogurt menggunakan subsrat skim kelapa yang selanjutnya
diinokulasi dengan kultur murni Lactobacillus bulgaricus sebanyak 10% ( v /
v ) dan campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcust hermopilus.
Media diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Yogurt yang di proses
menggunakan starter dari kultur murni Lactobacillus bulgaricus lebih disukai
dibanding dengan campuran starter Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcust hermopilus. Selanjutnya untuk proses penyimpanan
menggunakan yogurt yang di proses dengan starter dari kultur murni
Lactobacillus bulgaricus. Pengujian penyimpanan dilakukan pada 2 suhu
yang berbeda, yaitu 50C dan 100C dengan periode pengamatan 0 hari , 7
hari dan 14 hari penyimpanan. Yogurt yang dihasilkan dengan perbedaan
kondisi penyimpanan memiliki pH 4, 24, 3, total asam 0, 961, 49 dan total
padatan terlarut 12130Brix.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 73
Gambar 75. Yogurt skim kelapa yang diproses menggunakan kultur murni L. bulgaricus (a) dan Kultur murni untuk pembuatan yogurt skim kelapa (b)
9. Asap Cair Daun Tembakau Sebagai Bahan Fungisida dan Bakterisida
Penelitian formulasi produk diharapkan memperoleh produk pertanian baru
yang dapat menunjang pengembangan pertanian. Dari hasil ekstraksi dan
pengujian toksisitas asap cair daun tembakau terhadap hama tanaman
perkebunan menunjukan bahwa asal daun tembakau terbaik untuk
menghasilkan asap cair yang memiliki toksisitas terbaik adalah asap cair daun
tembakau yang dihasilkan dari Probolinggo dengan LC50 sebesar 2,68% dan
persentase kematian S. litura tertinggi sebesar 85%. Teknik terbaik untuk
menghasilkan asap cair daun tembakau yang memiliki toksisitas terbaik
adalah asap cair yang dihasilkan dari suhu pirolisis sebesar 450 o C dengan
LC50 sebesar 2,49% dan persentase kematian S. litura tertinggi sebesar
88,33%.
Kegiatan ekstraksi dan pengujian toksisitas asap cair daun tembakau
terhadap penyakit tanaman perkebunan dapat disimpulkan bahwa asap cair
daun tembakau tidak memiliki aktivitas sebagai fungisida untuk jamur P.
nicotianae akan tetapi memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri R.
solanacearum. Asap cair daun tembakau yang memiliki aktivitas antibakteri
tertinggi terhadap R. solanacearum adalah asap cair yang berasal dari daerah
Temanggung dengan konsentrasi 5%.
Kegiatan ekstraksi dan pengujian aktivitas farmakologi minyak atsiri daun
tembakau dapat disimpulkan bahwa ukuran sampel dan lama waktu destilasi
mempengaruhi rendemen minyak atsiri tembakau. Rendemen tertinggi
diperoleh pada daun tembakau ukuran 10 mesh tembakau Boyolali yakni
a
a
b
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 74
sebesar 3, 39%. Lama waktu destilasi sebesar 6 jam menghasilkan rendemen
yang paling tinggi. Minyak atsiri tembakau memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri E.coli dan S.aureus dengan adanya zona hambat di media
bakteri. Zona hambat terbesar adalah pada minyak atsiri tembakau
Yogyakarta sebesar 26 mm untuk bakteri S.aureus, sedangkan untuk bakteri
E.coli zona hambat terbesar pada minyak atsiri tembakau Blitar yakni sebesar
21 mm. Minyak atsiri tembakau asal Probolinggo mampu menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus sampai konsentrasi 6,25% dan bakteri E. coli
sampai pada konsentrasi 12,5%.
Gambar 76. Asap cair daun tembakau dari tembakau Purwodadi (A), Yogyakarta (B), Boyolali (C), Temanggung (D), Blitar (E), Probolinggo (F), Jember (G), Sumenep (H), Madiun (I), Ponorogo (J), dan Garut (K).
Gambar 77. Enam jenis minyak atsiri tembakau (A: T. Temanggung; B: T. Boyolali; C:
T. Yogyakarta; D: T.Purwodadi; E: T.Blitar; F: T. Probolinggo)
A B C D F E G H I J K
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 75
V. PLASMA NUTFAH
Untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman, diperlukan materi genetik
tanaman perkebunan. Sampai dengan TA 2018, Puslitbang Perkebunan memiliki
koleksi plasma nutfah yang tersebar di Balai-balai komoditas meliputi tanaman
palma sebanyak 370 aksesi, tanaman rempah dan obat sebanyak 6.442
populasi (terdiri dari 1.111 spesies), tanaman penyegar dan industri lainnya
sebanyak 648 aksesi, serta tanaman pemanis dan serat sebanyak 6.018 aksesi
seperti yang disajikan pada Tabel 2. Kegiatan Sumber Daya Genetik (SDG)
meliputi eksplorasi, koleksi/konservasi, karakterisasi, evaluasi, dan rejuvenasi.
Kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan status plasma nutfah. Koleksi yang
mulai mengalami gangguan viabilitas, segera diremajakan melalui kegiatan
rejuvenasi, koleksi yang belum lengkap deskripsinya dikarakterisasi, dan yang
memiliki potensi untuk dimanfaatkan, dievaluasi. Komoditas yang masih sedikit
Tabel 5. Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman Perkebunan 2018
NO KOMODITAS JUMLAH AKSESI PADA TAHUN
2017 2018
BALIT PALMA (Tanaman Palma)
1 Aren 14 16
2 Kelapa 88 92
3 Kelapa sawit 204 204
4 Pinang 38 39
5 Sagu 19 19
Sub Jumlah 363 370
BALITTAS (Tanaman Pemanis dan Serat)
1 Abaca 70 70
2 Agave 25 25
3 Bunga matahari 78 78
4 Jarak kepyar 216 175
5 Jarak pagar 453 453
6 Kapas 841 841
7 Kapok 152 152
8 Kemiri Sunan 60 60
9 Kenaf dan spesies lainnya 1559 1559
10 Linum 12 12
11 Rami 83 83
12 Tebu 1065 1065
13 Tembakau 1370 1370
14 Wijen 75 75
Sub Jumlah 6.018 6.018
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 76
BALITTRI (Tanaman Penyegar dan Industri)
1 Kakao 245 245
2 Karet 50 50
3 Kopi 285 294
4 Teh 59 59
Sub Jumlah 639 648
BALITTRO (Tanaman Rempah dan Obat)
1 Cengkeh 325 325
2 Jahe 76 76
3 Jambu mete 221 221
4 Lada 91 92
5 Pala 320 321
6 Kayu manis 274 274
7 Tanaman Rempah,obat dan atsiri lainnya
5.133 5.133
Sub Jumlah *6.440 6.442
Keterangan:
*Untuk koleksi SDG Balittro, jumlah tersebut adalah jumlah populasi yang dipelihara di tujuh Kebun Percobaan.
Kegiatan Sumber Daya Genetik (SDG) yang dilakukan pada TA 2018 meliputi
koleksi/konservasi, karakterisasi, evaluasi dan dokumentasi. Volume kegiatan
dan tingkat pencapaiannya berbeda antar Balai.
TANAMAN PALMA
Koleksi Sumber Daya Genetik atau plasma nutfah tanaman palma terdiri dari
kelapa, sagu, aren, pinang dan kelapa sawit. Pada tahun 2018, dilakukan
pemeliharaan tanaman koleksi (konservasi), karakterisasi komponen produksi
tanaman kelapa, sagu, aren dan pinang, serta evaluasi nira kelapa, dan evaluasi
kelapa dalam hibrida intervarietas.
Koleksi dan Konservasi
Koleksi tanaman palma terdiri dari 99 aksesi Kelapa Sawit asal Kamerun dan 105
aksesi kelapa sawit asal Angola di KP Sitiung, Sumatera Barat, 92 aksesi kelapa
di KP. Mapanget, KP. Paniki, KP. Kima Atas, KP. Kayuwatu dan KP. Pandu, 19
aksesi sagu di KP. Mapanget dan KP. Kayuwatu, 15 aksesi aren di KP. Kima Atas,
KP. Kayuwatu dan KP. Pandu dan 40 aksesi pinang di KP. Kayuwatu.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 77
Gambar 78. Plasma Nutfah Tanaman
Kelapa Sawit Gambar 79. Plasma Nutfah Tanaman
Kelapa
Karakterisasi dan Evaluasi
Karakterisasi tanaman palma menunjukkan sejumlah kelapa Dalam memiliki
potensi produksi daging buah cukup tinggi dengan kisaran 385 – 587 g/buah.
Sejumlah kelapa Genjah menghasilkan nira 656 – 1,090 ml/tandan/hari. Kelapa
kopyor menghasillkan buah kopyor dengan persentase 7 – 37,5%. Koleksi kelapa
sawit memiliki keragaman yang tinggi pada karakter generatifnya diantaranya
buah tanpa inti, buah dengan inti tanpa cangkang, dan buah dengan 1 – 4 biji
bercangkang.
Hasil evaluasi kelapa dalam hibrida menunjukkan potensi menghasilkan buah
berkisar 10 – 13 tandan/pohon dengan jumlah kelapa 8 – 12 butir/tandan, dan
berat daging buah 412 – 585 g/butir. Hibrida DMT x DTA berpotensi
menghasilkan buah terbanyak yaitu 145 butir kelapa/pohon/tahun, dan hibrida
DMT x DSA menghasilkan kopra tertinggi yaitu 4,35 ton/tahun.
TANAMAN PEMANIS DAN SERAT
Koleksi Sumber Daya Genetik tanaman pemanis dan serat dibagi atas kelompok
tanaman semusim, dan kelompok tanaman tahunan. Tanaman semusim terdiri
dari bunga matahari, jarak kepyar, kapas, kenaf, linum, rosela, wijen, yute,
tembakau, sedangkan tanaman tahunan terdiri dari abaca, agave, jarak pagar,
kapok, kemiri sunan, rami, dan tebu.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 78
Koleksi, Konservasi dan Rejuvinasi
Pada tahun 2018, koleksi plasma nutfah tanaman semusim terdiri dari 78 aksesi
bunga matahari, 175 aksesi jarak kepyar, 844 aksesi kapas, 1.559 aksesi kenaf-
rosela-yute, 75 aksesi wijen, dan 1.377 aksesi tembakau. Koleksi plasma nutfah
tanaman tahunan dipelihara melalui konservasi eksitu di lapangan yang terdiri
dari 24 aksesi agave, 67 aksesi abaka di Kebun Karangploso, 435 aksesi jarak
pagar, 54 aksesi kemiri sunan, 75 aksesi rami, 25 Agave dan Koleksi plasma
nutfah tebu berjumlah 1103 aksesi (583 aksesi dikonservasi di KP Muktiharjo
dan KP Ngemplak, sedangkan sisanya, 520 aksesi dikonservasi di KP
Karangploso). Pada tahun 2018, Balittas memperoleh tambahan koleksi plasma
nutfah tebu sebanyak 7 aksesi, dengan rincian 4 aksesi dari PTPN XI, 2 aksesi
dari Kep. Seram dan 1 aksesi merupakan tebu lokal dari Kalipare dan semua
aksesi tersebut saat ini dalam proses pembibitan di KP. Karangploso.
Rejuvinasi plasma nutfah tanaman semusim dilakukan terhadap 20 dari 78
aksesi bunga matahari dan 30 dari 175 aksesi jarak kepyar. Rejuvenasi
menghasilkan benih-benih baru untuk disimpan sebagai koleksi Sumber Daya
Genetik.
Pengelompokan/Re-grouping Plasma Nutfah Tebu
Re-grouping atau pengelompokan kembali plasma nutfah dilakukan untuk
mengurangi duplikasi yang ada dalam koleksi plasma nutfah, sehingga
pengelolaannya dapat menjadi efisien. Pada tahun 2018, kegiatan re-grouping
diutamakan pada komoditas tebu, yaitu Isolasi DNA dari 162 aksesi tebu, Seleksi
primer pada reaksi PCR, Optimasi dan amplifikasi PCR plasma nutfah tebu dan
pengelompokan plasma nutfah tebu berdasarkan marka DNA.
TANAMAN PENYEGAR DAN INDUSTRI
Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik yang dilakukan di Balittri pada tahun
2018 meliputi koleksi/konservasi (in situ dan eks situ), karakterisasi, dan
evaluasi.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 79
Koleksi/Konservasi
Untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman, terutama pelepasan varietas,
diperlukan materi genetik tanaman industri dan penyegar. Sampai dengan akhir
TA 2018, Balittri telah memiliki sebanyak 648 aksesi. Kegiatan plasma nutfah
tahun 2018 meliputi kopi, kakao, dan karet di KP. Pakuwon, kopi Arabika dan
teh di KP. Gunung Putri. Pada tahun 2018 terjadi penambahan 4 aksesi kopi.
Jumlah aksesi plasma nutfah tanaman industri dan penyegar yang terkonservasi
dan terkarakterisasi pada tahun 2018 terdiri atas 294 aksesi kopi, 245 aksesi
kakao, dan 50 aksesi karet di KP Pakuwon, 59 aksesi teh di KP Gunung Putri,
serta 20 aksesi teh yang ada di KP Pakuwon (duplikat dari KP Gunung Puteri).
Karakterisasi
Karakterisasi tahun 2018 dilakukan terhadap 35 aksesi kopi Robusta, 15 aksesi
kakao, 50 aksesi karet, 35 aksesi teh. Kegiatan konservasi dan karakterisasi perlu
dilanjutkan untuk karakter komponen daya hasil dan karakter morfologi lainnya
Evaluasi
Evaluasi telah dilakukan terhadap plasma nutfah kopi, kakao, dan karet. Kegiatan
evaluasi dalam penelitian ini bertujuan mengetahui daya hasil dan mutu
terhadap 6 aksesi/nomor harapan plasma nutfah karet dan 9 aksesi/nomor
harapan kakao dilakukan di KP Pakuwon, KP Cahaya Negeri serta KP Natar
(Lampung), serta menguji citarasa 8 aksesi plasma nutfah kopi robusta di KP
Pakuwon. Kegiatan evaluasi tanaman karet di KP Pakuwon, KP Cahaya Negeri,
dan KP Natar, dan tanaman kakao di KP Cahaya Negeri diawali dengan
melakukan pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemeliharaan saluran
air, bobokor, dan pemupukan, serta pemeliharaan. Pertumbuhan tanaman dari
aksesi/nomor harapan karet umumnya cukup baik dan pertumbuhan
vegetatifnya cukup bervariasi. Aksesi HB 025 dan HB 022 di KP Cahaya Negeri
memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan pembanding PB 260
dan GT 1, keragaan aksesi HB 022 di KP Natar merupakan aksesi harapan yang
memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan PB 260 dan GT 1,
sedangkan di KP Pakuwon aksesi/nomor harapan HB 025 memiliki rata-rata
tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan PB 260 dan GT 1. Pada
penampilan diameter batang, tinggi tanaman dan jumlah payung aksesi harapan
HB 005 lebih baik daripada pembanding GT 1. Pada karakter pertumbuhan 14
klon kakao cukup bervariasi dan semua karakter memiliki koefisien keragaman
diatas 25%.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 80
Evaluasi terhadap 14 aksesi teh, menunjukkan klon yang dievaluasi dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu 1) Klon dengan kadar katekin dibawah 1%
terdapat pada aksesi 11, Sin 27, Jabukita, Sukuy, GMBS 1, dan GMBS 2) Klon
dengan kadar katekin antara 1 – 2% (Sin 28 dan Tambi 2), dan 3) Klon dengan
kadar katekin di atas 2% (GMB 7, Tambi 1, GMB 4, Hibrid, Kiara 8, dan Cin 143).
Dokumentasi
Data yang didokumentasikan meliputi data passport dan data karakter dari
aksesi plasma nutfah yang telah dikarakterisasi.
Gambar 80. Tampilan depan data passport plasma nutfah kakao
Disamping data base tersebut diatas, pemetaan dilakukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan dukungan beberapa
program software pemetaan diantaranya Data GPS (Global Positioning System),
ArcGis, ArcMap, dan Google Earth. Sedangkan proses dokumentasi dilakukan
menggunakan program excel dan microsoft acces. Berdasarkan hasil pelacakan
titik koordinat aksesi plasma nutfah didapatkan 800 titik pohon kopi yang
terkoleksi, 400 titik pohon kakao, dan 350 titik pohon teh yang terkoleksi.
Kegiatan dokumentasi telah menghasilkan data yang meliputi data passport dan
data karakter dari aksesi plasma nutfah kopi, kakao, karet, dan teh yang telah
dikarakterisasi. Proses dokumentasi dilakukan menggunakan program excel dan
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 81
microsoft acces. Entry data dilakukan untuk mempertahankan informasi data
plasma nutfah sehingga diperlukan pengelolaan data yang dapat dimanfaatkan
pengguna dengan tepat dan mudah, diantaranya dengan dokumentasi data yang
terkomputerisasi seperti pada aplikasi menu data utama plasma nutfah tanaman
industri dan penyegar.
Gambar 81. Koleksi plasma nutfah kakao, karet, kopi, dan teh di Balittri
TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Koleksi Sumber Daya Genetik atau plasma nutfah tanaman rempah dan obat
terdiri dari kelompok tanaman rempah, obat, atsiri dan jambu mete. Total koleksi
yang dimiliki saat ini adalah 6.440 aksesi yang terdiri dari 1.111 spesies di tujuh
kebun percobaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahun 2017 meliputi koleksi dan
konservasi serta dokumentasi plasma nutfah.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 82
Koleksi dan Konservasi
Sumber Daya Genetik tanaman rempah dan obat dikonservasi secara ek-situ di
lapangan. Untuk mempertahankan kelestarian koleksi, beberapa aksesi
dikonservasi pada beberapa kebun percobaan, sehingga aksesi yang sama ada di
beberapa lokasi. Total koleksi plasma nutfah yang dipelihara di tujuh kebun
percobaan berjumlah 7.308 aksesi. Koleksi plasma nutfah tersebar di kebun-
kebun percobaan yaitu di KP. Cikampek sebanyak 5 spesies dengan 228 aksesi,
di KP Cimanggu sebanyak 366 spesies dengan 2083 aksesi, di KP. Cibinong
sebanyak 1 spesies dengan 8 aksesi, di KP Cicurug sebanyak 185 spesies dengan
1.111 aksesi, di KP Sukamulia sebanyak 13 spesies dengan 934 aksesi, di KP
Manoko terdiri dari 223 spesies dengan 474 aksesi, di KP Laing sebanyak 140
spesies dengan 2239 aksesi, di Rumah Kaca terdiri dari 178 spesies dengan 231
aksesi. Seluruh koleksi berjumlah sebanyak 1.111 spesies.
Fokus kegiatan tahun 2017 adalah memelihara dan mempertahankan 574
spesies plasma nutfah Tanaman Rempah dan Obat di tujuh kebun percobaan
dan rumah kaca. Konservasi dan rejuvenasi koleksi kerja di kebun percobaan
Cicurug adalah 15 aksesi jahe putih besar (Zingiber officinale). Untuk KP
Sukamulya adalah 9 aksesi lada radiasi (Piper ningrum). Untuk KP Cikampek
adalah 4 aksesi asam jawa (Tamarindus indica), 26 aksesi jambu mete
(Anacardium occidentale) hasil penyambungan, 16 aksesi jambu mete hasil
eksplorasi, 28 aksesi mete hasil penyilangan untuk produksi tinggi, 25 aksesi
jambu mete hasil persilangan untuk pengujian terhadap hama Helopelthis sp.
Untuk KP Cibinong akan difokuskan untuk 8 aksesi cabe jawa (Piper
retrofractum)). Untuk KP Manoko adalah 19 aksesi mentha (Mentha sp.), 6
aksesi kumis kucing (Othosiphon aristatus), 15 aksesi kapolaga (Amomum
cardamomum), dan untuk KP Laing adalah 10 aksesi klausena (Klausena anisata)
Dokumentasi Plasma Nutfah
Dokumentasi plasma nutfah tanaman rempah dan obat telah merekam dan
memasukan (input) data ke komputer database sebanyak 31. 270 data record
yang terdiri dari 7308 data jumlah koleksi, 3.030 data passport, 15.337 data
karakterisasi, 2.850 data klasifikasi, 1.345 data deskripsi, dan 1.400 data foto
dari tujuh kebun percobaan lingkup Balittro. Dokumentasi data di kebun koleksi
dilakukan secara manual (database manual), data dan informasi dicatat dalam
bentuk lembaran form atau buku catatan (agenda), dari data base manual
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 83
tersebut kemudian di input kedalam program database komputer menggunakan
program/software Microsoft Access, dilakukan penambahan data yang sudah ada
dengan data baru hasil karakterisasi atau evaluasi dari peneliti (Gambar 32)
Gambar 82. Program software database TRO
Pembaruan (update) dan perbaikan (validasi) data koleksi plasma
nutfah
Pembaruan (update) dan perbaikan (validasi) data dilakukan terhadap data-data
yang telah ada. Data yang dimasukkan berupa data pasport, data hasil
karakterisasi dan evaluasi yang disertai dengan foto sehingga memudahkan
pengguna mengenal tanaman dan memanfaatkan aksesi yang diperlukan.
Kegiatan ini dimulai secara bertahap dengan pengumpulan data koleksi, data
pasport, data hasil karakterisasi dan evaluasi yang dilanjutkan dengan
pembuatan deskriptor untuk masing-masing tanaman termasuk foto
dokumentasi (Gambar 91).
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 84
Gambar 83. Database koleksi plasma nutafh Kebun Percobaan Lingkup Balittro
Penajaman penggunaan software data base
Pengelolaan data plasma nutfah dilakukan dengan menggunakan program
software Microsoft Access yang selalu dilakukan penyempurnaan sesuai dengan
perkembangan informasi dari pengguna. Data yang dimasukkan berupa data
koleksi, data pasport, data karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah TOA.
Operator data base plasma nutfah di kebun koleksi yang selalu berganti /tidak
tetap menyebabkan pelaksanaan entry data koleksi dari hasil pengamatan agak
terhambat. Oleh karena itu sosialisasi hasil penyempurnaan dengan tujuan
penajaman penggunaan sofware data base bagi operator harus terus dilakukan
secara berkesinambungan.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 85
VI. BENIH SUMBER
Benih sumber merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam program
pertanian. Untuk mendukung pengembangan komoditas perkebunan, Puslitbang
Perkebunan menghasilkan benih benih sumber varietas unggul yang dibutuhkan
masyarakat melalui kegiatan Pengelolaan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)
pada masing-masing Balit komoditas dan Puslitbangbun. Hasil pengelolaan
selama tahun 2018 disajikan pada Tabel 8 :
Tabel 6. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2018
No Komoditas Satuan Target Realisasi
1 Kelapa Dalam Ton 250 250
2 Tebu G0 tanaman 25.000 25.000
3 Tebu G1 budset 214.800 214.800
4 Tebu G2 Budset/Budchip 8.000.000 8.047.000
5 Kapas Kg 5.875 5.875
6 Stevia Polybag 501 501
7 Rami Ryzome 150.000 150.000
8 Kenaf Kg 184,3 184,3
Selain menghasilkan delapan jenis benih tersebut dalam Penetapan Kinerja, pada
TA 2018, Puslitbang Perkebunan mendapat alokasi anggaran APBN-P untuk
perbenihan tanaman Perkebunan untuk 13 komoditas. Target dan Realisasi benih
APBN-P tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Target dan Realisasi Produksi benih Perkebunan APBN-P
No Komoditas Target Realisasi %
1 Tebu (budchips) 5.000.000 5.416.250 100
2 Pala (pohon) 15.000 15.000 100
3 Lada (stek) 110.000 110.000 100
4 Kayu manis 40.000 40.000 100
5 Kopi Arabica (pohon) 110.000 110.000 100
6 Kakao (pohon) 65.000 65.000 100
7 Kelapa dalam unggul (butir) 10.000 10.000 100
Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balittas pada tahun anggaran 2018
memproduksi benih sumber tebu bagal mikro (benih G0, G1, dan G2). Benih
tebu G0 diproduksi sebanyak 25.000 tanaman (26 varietas), benih tumbuh G1
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 86
sebanyak 214.800 tanaman (14 varietas). Berdasarkan taksasi, benih G2 akan
dipoduksi sebanyak 8.087.000 mata (4.821.000 mata varietas BL dan PS 862
hasil kegiatan lanjutan APBNP 2017 dan 3.216.000 mata varietas BL, PS 862, dan
PS 864 hasil kegiatan baru dari dana APBN 2018). Benih tebu G2 hasil kegiatan
lanjutan APBNP 2017 telah disalurkan ke Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara sebayak 2.295.580 mata, sedangkan benih tebu G2 hasil kegiatan baru
APBN 2018 sebanyak 1.040.960 mata disalurkan ke wilayah PTPN X Jawa Timur.
Sisa benih tebu G2 yang tidak tersalurkan telah melampaui masa berlakunya
sesuai yang tercantum pada sertifikat dan telah dipanen sebagai tebu giling.
Dengan demikian, saat ini persediaan benih tebu telah habis, sedangkan benih
kapas yang dihasilkan masih dalam bentuk benih berkabu yang belum siap
disalurkan.
Perbanyakan benih dasar dan benih pokok kapas diproduksi sebanyak 5.875 kg
yang berasal atas 10 varietas kapas seri Kanesia. Benih tanaman stevia
diproduksi sebanyak 501 tanaman dari 15 aksesi. Benih unggul rami berupa
Kebun Benih Induk (KBI) varietas Ramindo-1 berlokasi di blok II di bawah
tegakan pohon koleksi plasma nutfah kapuk jenis karibia seluas sekitar 0,7 ha
yang dapat menghasilkan benih rami sebanyak 150.000 stek rizoma (standar
SNI: panjang stek 8-10 cm, diameter 0,8–2,5 cm) dengan kemurnian varietas
>99%. Perbanyakan benih kenaf varietas Kenafindo 1 menghasilkan 184,3 kg
dengan daya kecambah sekitar 84,5% dan kadar air sekitar 6,9%. Benih kenaf
telah dikemas dan disimpan di gudang UPBS dan saat ini sedang menunggu
selesainya proses sertifkasi.
Gambar 84. Beberapa contoh karakter tanaman off types (menyimpang) yang harus
dibuang
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 87
Gambar 85. Proses seleksi dan pembongkaran/pemusnahan tanaman off tipes rami
Gambar 86. Kondisi pertanaman kurang optimal karena keterbatasan anggaran
pemeliharaan
Gambar 87. Kondisi tanaman kenaf umur sekitar 2 bulan
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 88
Gambar 88. Kondisi varietas kenafindo 1 menjelang panen benih
Tabel 8. Target dan Realisasi Produksi benih Kopi, Karet dan Kakao tahun 2018
Perbenihan (Benih Sebar): Target Realisasi Tersalurkan
Kopi Arabika (Sigararutang) 350.000 360.000 104.500
Kopi Robusta (BP430, BP239, BP913,
BP42, BP534, BP358, BP308, BP939,
BP436, BP409, BP936, BP234, SA237,
SA203)
10.000 10.000
Karet (Batang bawah: GT1; PB260) 70.000 74.000
Kakao (Hibrida Lindak) 180.000 183.000
Benih Sumber:
Kopi Robusta (stek berakar) dan kakao
(sambung pucuk)
12.000 12.000
Capaian produksi benih kopi Arabika sebanyak 360.000 polybag dari 350.000
benih yang ditargetkan. Benih kopi Arabika yang dihasilkan adalah varietas
Sigarar Utang, dengan Lokasi perbenihan di KP. Pakuwon, Sukabumi. Pada akhir
Desember 2018 telah didistribusikan sebanyak 104.500 benih kopi Arabika ke
daerah Sukabumi, Garut, dan Malang.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 89
Gambar 89. Pengendalian gulma dalam polybag secara manual dan benih kopi Arabika
umur 5 bulan yang siap disertifikasi
Capaian produksi benih kopi Robusta adalah 10.000 benih setek berakar dalam
polybag dari target 10.000 polybag. Benih kopi Robusta yang dihasilkan adalah
klon BP430, BP239, BP913, BP42, BP534, BP358, BP308, BP939, BP436, BP409,
BP936, BP234, SA237, SA203. Lokasi perbenihan kopi Robusta di KP. Pakuwon,
Sukabumi. Sedangkan dari kegiatan UPBS (Unit Pengolahan Benih Sumber) pada
menghasilkan 7.000 polybag. Benih sumber kopi Robusta dari UPBS ini akan
digunakan sebagai kebun entres di Kebun Percobaan Pakuwon.
Gambar 90. Tempat penyemaian setek berakar dan panen setek berakar kopi Robusta
Produksi benih karet batang bawah terealisasi sebanyak 74.000 dari target
sebanyak 70.000. Benih karet yang diproduksi merupakan klon PB260. Lokasi
perbenihan di KP. Pakuwon, Sukabumi, dan sampai akhir Desember berumur 4-
10 bulan dipelihara untuk selanjutnya diokulasi.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 90
Gambar 91. Transplanting benih karet ke Polybag dan benih karet batang bawah
yang siap diokulasi
Target produksi benih kakao sebesar 180.000 polybag terealisasi sebanyak
183.000 benih bersertifikat atau mencapai 101.7%, namun hingga akhir tahun
2018 ini belum ada alokasi CP/CL untuk distribusi benih kakao dari
Ditjenperkebunan. Sedangkan dari kegiatan UPBS (Unit Pengolahan Benih
Sumber) pada TA 2018 dihasilkan 5.000 benih kakao dalam polybag. Benih
sumber kakao dari UPBS ini akan digunakan untuk membangun kebun entres
kakao di Kebun Percobaan Cahaya Negeri, Lampung Utara.
Gambar 92. Penanaman benih ke dalam polybag dan penyiraman benih kakao
dalam polybag
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 91
VII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Puslitbang Perkebunan melalui kegiatan “Sintesa Kebijakan” menghasilkan
rekomendasi kebijakan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi perumusan
kebijakan bidang perkebunan di tingkat Kementerian Pertanian, baik yang
bersifat antisipasif maupun responsif.
1. Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia
Untuk mendukung program Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia,
kebijakan perlu diarahkan kepada:
a. Program pengembangan rempah perlu mendapat prioritas yang
memadai.
b. Riset dan pengembangan bidang rempah yang diarahkan untuk
mendukung peningkatan produktivitas, daya saing (ramah lingkungan,
kesehatan, dan mutu), serta nilai tambah (diversifikasi produk)
c. Rehabilitasi tanaman tua/tidak produktif terutama untuk tanaman
seperti pala dan cengkeh di berbagai wilayah pengembangan.
d. Peningkatan nilai tambah rempah perlu didukung melalui
pembangunan industry pengolahan obat/kesehatan (biofarmaka/
biomedicine), pencipta rasa (makanan, wewangian, aroma, dll), dan
bahan substitusi pestisida di wilayah sentra produksi.
e. Kebijakan promosi produk rempah di wilayah pengembangan dan
nasional perlu ditingkatkan.
f. Perlu kemudahan perizinan bidang perdagangan dan investasi rempah
g. Program dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan
rempah perlu diperkuat dengan regulasi dalam bentuk perda untuk
mendorong promosi dan pemasaran produk.
h. Perlu memperkuat kelembagaan petani dan meningkatkan akses petani
terhadap lembaga permodalan
i. Penerapan sistem resi gudang pada komoditas rempah unggulan
j. Menyusun kembali sistem pendataan dalam produksi, luas areal, dan
perdagangan komoditas/produk rempah secara akurat dan rinci serta
berkesinambungan.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 92
2. Penguatan Kelembagaan Petani untuk Keberlanjutan
Perlindungan IG (Indikasi Geografis) Komoditas Perkebunan.
Kebijakan yang dibutuhkan untuk keberlanjutan perlindungan indikasi
geografis komoditas perkebunan:
a. Melakukan penguatan Kelembagaan MPIG oleh Pemerintah daerah
bersama pengurus MPIG yang bisa menjamin anggota untuk
menerapkan SOP secara konsisten, antara lain dengan:
Membuat dan mengedarkan pedoman pengelolaan MPIG
komoditas perkebunan terkait untuk anggota MPIG
Peningkatan kualitas SDM anggota MPIG melalui pelatihan
budidaya dan penanganan pasca panen komoditas perkebunan
sesuai SOP IG, studi banding pada beberapa MPIG yang lebih
maju (contoh: MPIG kopi Kintamani), atau mengundang ekspert
terkait kebutuhan.
Mendorong partisipasi petani dalam kelembagaan MPIG
Peningkatan kerjasama dan disiplin anggota
Peningkatan modal bersama
b. Meningkatkan peran MPIG dalam memperluas jaringan promosi untuk
memperoleh pasar dan harga yang lebih baik disertai upaya
menciptakan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah produk IG
c. Memelihara dan menjaga nama baik MPIG dg melakukan
pengawasan dan kontrol serta pendekatan terhadap anggota
d. Mengaktifkan peran Pemerintah Daerah dalam mensinergikan
program pengembangan komoditas perkebunan bersertifikat IG
dengan program pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan.
e. Melakukan evaluasi secara berkala untuk menentukan kelayakan
resertifikasi dan perlu tidaknya perubahan buku persyaratan IG
antara lain penyesuaian SOP, validasi wilayah IG dll.
f. Deregulasi kebijakan Pemerintah Daerah yang kontraproduktif
terhadap keberlanjutan IG.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 93
3. Penerapan Precision Farming Untuk Meningkatkan Efisiensi
Produksi Gula Nasional.
Untuk meningkatkan efisiensi produksi gula, produktivitas tebu dan
produksi gula nasional sesuai kaidah presicion farming, beberapa langkah
yang harus dilakukan adalah:
a. Memanfaatkan teknologi informasi untuk merekam data on farm
b. Melaksanakan Permentan no 53/2015 tentang Pedoman Budidaya
Tebu Giling yang baik secara optimal.
c. Memperbaiki manajemen PG dapat menerjemahkan informasi yang
terkumpul dari hasil teknologi informasi dan menindaklanjuti sesuai
dengan rekaman data yang diperoleh.
4. Kelembaaan Mendukung Sistem Perbenihan Komoditas
Perkebunan.
a. Penguatan dan pengembangan kelembagaan perbenihan tingkat
pemulia dan penangkar terutama terkait penguatan manajemen dan
infrastruktur.
b. Membangun sinergisitas seluruh elemen pengelola perbenihan baik
pemerintah, swasta dan penangkar dalam memenuhi tingkat
kebutuhan benih dan upaya pembinaan teknis terhadap petani
c. Memastikan ketersediaan benih unggul bersertifikat dengan mengacu
pada tepat jumlah, lokasi, mutu, harga dan waktu tanam.
d. Merancang dan membangun unit perbenihan modern untuk
menghasilkan benih unggul (kualitas dan produktivitas tinggi) dalam
upaya menghadapi permintaan global terhadap komoditas strategis
perkebunan sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani
e. Mensupport dan memperkuat peran pemulia, meningkatkan
pembinaan dan pemberdayaan terhadap penangkar (teknis dan non
teknis).
f. Membangun alur kebijakan, produksi dan distribusi benih perkebunan
yang efektif dan efisien dalam upaya menjamin ketersediaan dan
kualitas benih.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 94
g. Pemberian stimulus dari Pemerintah berupa pendanaan bagi
perusahaan benih yang melakukan kegiatan pemuliaan, karena hal
tersebut akan berdampak jangka panjang.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 95
VIII. PENGEMBANGAN DAN DISEMINASI
INFORMASI PERKEBUNAN
Dalam upaya mendukung percepatan hasil penelitian perkebunan ke masyarakat,
Puslitbang Perkebunan melakukan kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian.
Kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian dilakukan melalui berbagai media, atau
yang dikenal dengan system diseminasi multi channel, seperti seminar, ekspo,
laboratorium lapang, pameran, workshop, publikasi ilmiah dan semi popular,
serta kerjasama penelitian dan pengembangan perkebunan.
9.1. Publikasi Hasil Penelitian
Puslitbang Perkebunan beserta keempat Unit Pelaksana Teknis (Balittro, Balittri,
Balittas, Balit Palma) secara terus menerus melakukan penyebaran informasi
hasil penelitian dan pengembangan perkebunan melalui terbitan berkala dalam
bentuk publikasi ilmiah dan populer. Bentuk diseminasi ini dilakukan baik dalam
bentuk cetakan yang berupa jurnal, buku, booklet, leaflet, sirkuler, maupun
melalui website.
Publikasi ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian terkini dan diterbitkan secara
berkala antara lain Jurnal Littri, Perspektif, Jurnal Tanaman Industri dan
Penyegar, Buletin Tanaman Tembakau dan Serat, Buletin Tanaman Rempah dan
Obat, dan Buletin Palma. Selain itu Puslitbang Perkebunan juga menerbitkan
penerbitan berkala berisikan informasi ringkas tentang teknologi terkini dalam
bentuk Warta Littri, Infotek Perkebunan, dan Media Komunikasi Perkebunan.
Informasi ringkas tentang budidaya, pengolahan hasil maupun produk-produk
hasil penelitian diterbitkan dalam bentuk leaflet dan booklet.
Jumlah publikasi lingkup Puslitbang Perkebunan yang telah dihasilkan selama TA
2018 untuk penerbitan interen Puslitbang Perkebunan adalah sebanyak 37
terbitan publikasi (berupa jurnal, buku, sirkuler, booklet,leaflet dan Website).
Disamping publikasi tersebut tahun 2018 Puslitbang Perkebunan juga
menghasilkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Nasional dan Internasional. Sebaran KTI
tersebut seperti tertera dalam tabel 9 berikut ini.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 96
Tabel 9. Rekapitulasi KTI Nasional dan Internasional lingkup Puslitbang
Perkebunan Tahun 2018
No. Unit Kerja Jumlah
Peneliti
KTI
Nasional Internasional
1. Puslitbang Perkebunan 15 4 0
2. Balai Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat
61 19 8
3. Balai Penelitian Tanaman Pemanis
dan Serat
52 32 8
4. Balai Penelitian Tanaman Palma 27 25 8
5. Balai Penelitian Tanaman Industri
dan Penyegar
42 24 2
9.2. Pameran
Pameran merupakan salah satu sarana promosi produk baru maupun produk
lama yang telah dikemas dalam inovasi baru. Pemeran juga dapat berfungsi
sebagai media yang memperkuat citra suatu lembaga, dan mampu menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Melalui pameran dapat diperoleh umpan balik yang
bermanfaat bagi perencanaan kegiatan litbang dimasa mendatang. Pada Tahun
Anggaran 2018 Puslitbang Perkebunan telah ikut berpartisipasi pada berbagai
acara ekspose/pameran. Beberapa produk yang dipamerkan mencakup berbagai
produk olahan hasil inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Puslitbang
Perkebunan, seperti produk kesehatan (herbal aneka tanaman obat), produk
bioenergi, pestisida nabati, aneka informasi dan produk yang terkait erat dengan
inovasi teknologi dan pemanfaatan sumber daya genetik mendukung ketahanan
pangan, serta publikasi ilmiah dan semi populer yang diterbitkan Puslitbang
Perkebunan.
a. RITECH EXPO dalam rangka hari peringatan Hari Kebangkitan
Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 tahun 2018 (9-12 Agustus
2018)
Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang merupakan
tonggak sejarah kebangkitan teknologi di negeri tercinta ini, berawal dari
penerbangan perdana pesawat terbang N-250 Gatot Kaca pada tanggal 10
Agustus 1995 di Bandung. Hasil karya anak bangsa ini menjadi bukti bahwa
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 97
negara kita telah berhasil menumbuhkan inovasi dan jiwa mengembangkan
iptek nasional. Pada tahun 2017 kembali diterbangkan jenis pesawat baru N-
219.
Pelaksanaan peringatan Hakteknas ke-23 tahun 2018 di Kota Pekanbaru,
Provinsi Riau dengan Tema : “Inovasi untuk Kemandirian Pangan dan Energi”
dan Subtema “Sektor Pangan dan Energi di Era Revolusi Industri 4.0” serta
Tagline “Inovasi Bangun Negeri” diharapkan menjadi era baru
perkembangan IPTEK di Indonesia, khususnya dalam memasuki Revolusi
Industri 4.0
Ritech Expo 2018 merupakan salah satu rangkaian acara pada puncak
peringatan Hakteknas 2018 di Pekanbaru, Riau. Pameran yang menampilkan
berbagai macam inovasi dalam teknologi ini akan diisi tidak hanya oleh
berbagai universitas dalam negeri ataupun berbagai provinsi dan daerah.
Pameran ini juga akan diikuti oleh berbagai perusahaan ataupun lembaga
milik negara, seperti produsen senjata ternama asal Indonesia PT. Pindad,
LAPAN dan juga LIPI, turut memeriahkan pameran ini.
Ritech Expo memang merupakan pameran berskala Nasional yang
diperuntukkan sebagai wadah memperlihatkan inovasi teknologi dari berbagai
instansi maupun daerah di Indonesia. Kamu bisa hadir ketempat ini dan
menyaksikan karya-karya yang sangat menakjubkan hasil inovasi anak
bangsa.
Gambar 93. Acara Pembukaan Harteknas Pekanbaru Riau
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 98
Gambar 94. Peserta dan pameran diseminasi produk Balittro
b. Launching Bogor Agro Science Technological Park Cimanggu (14
Agustus 2018)
Bertempat di Kawasan Inovasi Pertanian, Cimanggu Menteri Pertanian RI, Dr.
Andi Amran Sulaiman meresmikan Bogor Agro Science Techno Park (BASTP).
Tema Launching BASTP adalah Teknologi Unggul untuk Kejayaan Pertanian
Indonesia. Dalam arahannya Mentan Amran, seluruh teknologi pertanian tidak
ada impor. “Yang bisa merubah Republik Indonesia adalah inovasi teknologi
baru khususnya pertanian,” ujarnya. Dengan keniscayaan itu, Indonesia akan
mampu bersaing dengan negara-negara lain. Bahkan, Indonesia akan
memiliki peluang untuk lebih maju. “Tidak bisa menghindar bersaing dengan
negara lain tanpa teknologi.
Dalam acara Launching tersebut dihadiri Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr.
Andi Muhammad Syakir, Dirjen Hortikultura, Dr. Suwandi, Kepala Dinas
Pertanian Kota yang mewakili Walikota Bogor, Pimpinan beserta staf Unit
Kerja (UK)/Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Balitbangtan, Para Teenant
binaan Balitbangtan, Mahasiswa, Pelajar, kelompok Wanita Tani (KWT), PKK,
Dharma Wanita Persatuan Balitbangtan dan masyarakat umum.
Kawasan inovasi pertanian (KAWITAN) Cimanggu, adalah salah satu lokasi
yang menjadi tonggak sejarah perkembangan penelitian dan teknologi
pertanian di Indonesia, yang bermula dari didirikannya Kebun Raya Bogor
pada tahun 1817 dan Kebun Budidaya Tanaman di Ciekemeuh, pada tahun
1876. Setelah mengalami perkembangan panjang. Saat ini Kawasan Inovasi
Pertanian Cimanggu terdiri dari sembilan pusat penelitian atau balai besar
penelitian pertanian dan tiga balai penelitian beserta kelengkapannya berupa
laboratorium, kebun percobaan, dan kelengkapan lainnya.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 99
Sebagai penghasil teknologi unggul pertanian kawasan inovasi pertanian
ditetapkan sebagai Taman Sains dan Teknologi Pertanian, yang didukung oleh
pusat penelitian, balai besar penelitian, balai penelitian dan balai pengkajian
teknologi pertanian di bawan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Selain itu, turut meramaikan launching BASTP antara lain, Gelar Inovasi
Teknologi Badan Litbang Pertanian salah satunya peragaan Alsintan
autonomos, tanpa sopir, Bimtek: Pembuatan Nutrisi Pengganti AB MIX
Hidroponik; pengolahan Sampah Rumah Tangga; Pasca Panen
Memperpanjang Masa Simpan Cabai dan pengolahan Cabai Giling dan Bubuk;
pengenalan tanaman rempah dan obat serta teknologi pemanfaatannya; 3)
Jalan sehat dan senam bersama.
Gambar 95. Launching Bogor Agro Science Technological Park Cimanggu
c. Gelaran Sumatera Selatan Expo (16-25 Agustus 2018)
Asian games 2018 adalah acara olah raga multi-event regional Asia yang
diselenggarakan di Indonesia mulai tanggal 18 Agustus sampai dengan 2
September 2018. Palembang adalah salah satu kota yang dipilih sebagai
tempat pelaksanaan event yang bergengsi ini. Dalam rangka menyambut
Asian Games dan mendukung serta memperkenalkan budaya dan kekayaan
alam serta produk-produk hasil anak bangsa kepada para pengunjung Asian
Games, pemerintah menyelenggarakan expo di Jakabaring, Palembang,
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 100
Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan) Kementerian Pertanian bersama unit kerja dan unit pelaksana
teknis (UK/UPT) turut berpartisipasi mengikuti SUMSEL Expo 2018 ini yang
diselenggarakan pada tanggal 16-25 Agustus 2018.
Keikutsertaan Balitbangtan dalam expo ini selain bertujuan untuk mendukung
Asian Games, juga untuk mendiseminasikan invensi maupun inovasi berupa
produk-produk pangan unggulan. Expo yang mengangkat tema “Pangan kita
sehat, kita berprestasi”. dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumatra Selatan
H. Alex Noerdin. Booth Kementerian Pertanian di Roder A, SUMSEL Expo
2018. Expo ini menjadi pameran terbesar di Sumatra Selatan. Pada pameran
ini, Kementerian Pertanian memberikan beragam informasi inovasi teknologi
yang telah dihasilkan Balitbangtan dan satker lainnya. Beberapa produk
unggulan, publikasi, dan icip-icip dibagikan secara gratis kepada pengunjung.
Pengunjung sangat antusias menyambut dan menikmati produk unggulan
Balitbangtan terutama produk Puslitbangbun diantaranya: kopi, kakao, Sagu,
Rosela, Jambu mete, lada, seraiwangi, jati belanda, dan VCO serta gula
semut. Pengunjung stand pameran bervariasi dari: petani, pelajar SD, SMP,
SMA, Mahasiswa, Swasta, PNS dan Pensiunan serta masyarakat umum.
Jayalah Pertanian Indonesia dalam Menyediakan Pangan Sehat bagi
perhelatan Asian Games 2018.
Gambar 96. Gelaran Sumatera Selatan Expo
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 101
d. Hortitek Integrated Farming System Spekta Horti – Bandung (20-
23 September 2018)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian
Pertanian menghelat acara Spekta Horti 2018 di Lembang, Bandung (20-23
Sep’18). Acara bertemakan “Hortikultura untuk Kesejahteraan Masyarakat dan
Pengentasan Kemiskinan” dibuka oleh Menteri Pertanian Dr. Andi Amran
Sulaiman didampingi oleh Kepala Balitbangtan Dr. Andi Muhamad Syakir,
Dirjen Hortikultura Dr. Suwandi dan para pejabat lingkup Balitbangtan. Pada
kesempatan tersebut Mentan sekaligus menyerahkan bibit hortikultura secara
gratis, launching benih dan distribusi benih ke Singapura, serta ekspor
sebanyak 36 truk sayuran dan tanaman hias ke 11 Negara tetangga.
Spekta Horti 2018 dihadiri oleh petani, pelaku bisnis/stakeholder dan
masyarakat sekitar ikut menyemarakan acara Spekta Horti 2018 ini. Unit
Kerja dan Unit Pelaksana Teknis lingkup Balitbangtan termasuk Pusat
Penelitian Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) turut mendukung
acara ini dengan memamerkan produk-produk unggulan hasil inovasi
teknologi perkebunan, diantaranya : Kopi arabika, Kopi robusta, Coklat bubuk,
Minyak sehat, VCO, Tepung Sagu, Kue Sagu, Teh Rosela, Gula semut.
Disamping itu juga diberikan secara gratis publikasi terbitan dan leaflet
seperti Warta Littri, Info Teknologi Perkebunan, leaflet Teh rosela, Kemiri
sunan, dan Pestisida nabati.
Pengunjung sangat tertarik pada produk hasil inovasi teknologi perkebunan
seperti: teh rosela, kopi robusta, kopi arabika, minyak sehat dan VCO.
Pengunjung stand Puslitbangbun dari berbagai kalangan yaitu para petani,
para UKM, guru, para siswa dan mahasiswa dari perguruan tinggi. Pada acara
Spekta horti Tahun 2018 ini juga dilaksanakan penandatanganan naskah
kerjasama (MoU), Temu Bisnis Alat dan Mesin Pertanian, Bimtek, Lomba
Merangkai Bunga, Horti Cooking, didukung dengan kegiatan Expo Agro
Inovasi Fair yang diikuti oleh seluruh UK dan UPT lingkup Balitbangtan.
Penandatanganan MoU komoditas perkebunan dilakukan antara Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) dengan Balai Penelitian Jeruk
Sub Tropika (Balitjestro) tentang “Pemanfaatan ekstrak tanaman atsiri untuk
aroma terapi” dan antara Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma)
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 102
dengan Balitjestro dalam rangka sinergi Pusat Unggulan Iptek (PUI) Kelapa
dengan PUI Jeruk.
Setelah berlangsung selama 4 hari, 20 - 23 September 2018, SPEKTA HORTI
2018 yang diselenggarakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
resmi ditutup siang ini. Sebanyak 24 Instansi Pemerintah dan 17 pihak
Swasta terlibat dalam pagelaran akbar hortikultura ini. Dr. Catur Hermanto
selaku Ketua Panitia memberi sambutan penutupan dan laporan pelaksanaan
kegiatan. SPEKTA HORTI 2018 sukses diselenggarakan dan berhasil menarik
lebih dari 14.500 pengunjung sampai dengan Minggu, 23 September 2018
pukul 12.00 WIB. Gelaran SPEKTA HORTI 2018 menampilkan 14 teknologi
Badan Litbang Pertanian yaitu diantaranya Proliga bawang merah, bawang
putih, kentang, dan cabai; budidaya TSS; Urban Farming; Organic Farming;
pertanian modern; Integrated Farming; Precision Farming; Perbenihan; dan
Visitor Plot) yang menarik perhatian dan keingintahuan pengunjung.
SPEKTA HORTI 2018 juga dimeriahkan dengan booth-booth pameran yang
terbagi menjadi dua area, yaitu Pasar Horti yang diikuti oleh 20 pelaku
agribisnis seperti produsen pupuk, benih dan transportasi, serta area
Florikultura Indonesia yang diikuti oleh 21 peserta dari Instansi Pemerintah.
Gambar 97. Kegiatan dan Pameran SPEKTA HORTI 2018 di Bandung
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 103
e. Launching dan Penyerahan Bibit (24 September 2018)
Kementerian Pertanian (Kementan) RI mulai mendistribusikan 10 juta benih
unggul perkebunan kepada masyarakat petani untuk mendorong kebangkitan
kejayaan rempah-rempah Indonesia. Pendistribusian benih dipimpin
Muhammad Syakir, Kepala Balitbangtan saat sambutannya mewakili Menteri
Pertanian dalam peluncuran distribusi benih perkebunan di Balai Penelitian
Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Parungkuda, Sukabumi.
Komitmen pemerintah ini telah dilakukan melalui regulasi terkait revitalisasi
dan kebangkitan rempah nasional dengan memproduksi benih komoditas
perkebunan yang unggul dan bersertifikat untuk didistribusikan kepada petani
Indonesia secara gratis. Dalam rangka mengakselerasi kebangkitan rempah
Indonesia, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memandatkan Badan
Litbang Pertanian (Balitbangtan) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan dan Balai-Balai Penelitiannya serta Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Pertanian (BBP2TP) Tahun Anggaran 2017-2018 mendapat
tugas tambahan untuk memproduksi benih sebar perkebunan.
Saat ini sudah diproduksi sebanyak 18.289.935 benih. Benih yang diproduksi
meliputi benih tebu, kopi, kakao, karet, kelapa, lada, pala, cengkeh,
kayumanis dan jambu mete. “Kita ingin mengembalikan kejayaan rempah
Indonesia untuk produk-produk yang memang menjadi keunggulan
komparatif kita. Lompatan produktivitas dan daya saing pertanian ini hanya
bisa dilakukan dengan inovasi teknologi berupa benih unggul yang nantinya
ditanam oleh petani kita,” kata Kepala Badan Litbang Pertanian (Dr. M.
Syakir). Kepala Badan menambahkan bahwa Balai-Balai di Lingkup Puslitbang
Perkebunan yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Balai Penelitian Tanaman
Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
(Balittas) memproduksi sebanyak 15.378.617 benih unggul bersertifikat.
Balitbangtan tidak lagi hanya bertugas untuk merakit varietas unggul dan
menyediakan benih sumber, tetapi juga sekaligus memproduksi benih sebar
yang dapat disalurkan langsung kepada masyarakat petani melalui koordinasi
dengan stakeholder di pusat dan daerah. Langkah Kementan ini sangat
penting, mengingat sektor perkebunan merupakan penghasil devisa negara
terbesar, melebihi pendapatan sektor minyak dan gas. Tahun 2017, data
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 104
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kontribusi sektor perkebunan
terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar Rp 471 triliun,
meningkat 9 persen dibandingkan kontribusinya pada tahun 2016. Nilai
ekspornya mencapai Rp432,4 triliun atau 96,4 persen dari total nilai ekspor
pertanian. Tingginya permintaan pasar global terhadap produk-produk
perkebunan ini, belum diimbangi dengan ketersediaan stok dalam negeri
sebagai akibat tingginya proporsi tanaman yang sudah tua dan tidak produktif
lagi.
Gambar 98. Rangkaian acara launching benih di Balittri
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 105
f. Agro Inovasi Fair 2018 - BB Pascapanen (07-09 November 2018)
Untuk meningkatkan minat dan kecintaan terhadap pangan lokal,
Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Pangan Lokal Fiesta di
Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Kampus Pertanian Cimanggu, Bogor
tanggal 7 – 9 Nopember 2018, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang
diwakili oleh Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Muhammad
Syakir dalam sambutannya mengharapkan bisa mendorong
penganekaragaman pangan lokal sekaligus meningkatkan kemandirian dan
ketahanan pangan nasional. Tak ingin sekedar seremoni, Kementan
mendorong kegiatan tersebut menjadi ajang peluncuran Model Agroindustri
Pangan Lokal sekaligus menyebarluaskan inovasi Badan Litbang Pertanian
(Balitbangtan) dalam pengembangan pangan lokal. "Inovasi teknologi yang
sudah dikembangkan untuk mengangkat pangan lokal dapat dikenal lebih
luas, serta membuka pintu gerbang komersialisasi produk pangan lokal untuk
dapat segera dihilirisasi oleh pihak swasta dan daerah potensial," kata Kepala
Balitbangtan, M. Syakir.
Salah satu inovasi yang didorong pada Pangan Lokal Fiesta kali ini adalah
penerapan inovasi untuk mengangkat pangan lokal potensial agar mampu
menjadi alternatif pengganti terigu. Hal ini penting, mengingat
ketergantungan masyarakat terhadap terigu semakin meningkat dari tahun ke
tahun, padahal baku terigu yang selama ini digunakan adalah gandum yang
bukan bahan baku lokal dan tidak dikembangkan di Indonesia. Data statistik
menunjukkan kenaikan konsumsi terigu dalam 10 tahun terakhir, dari 15,5
Kg/kapita/tahun pada tahun 2008 menjadi 25 Kg/kapita/tahun pada tahun
2018, atau meningkat 1 Kg/kapita setiap tahunnya. "Tanpa inovasi
mengembangkan pangan lokal untuk mengganti terigu, tentu akan membuat
beban devisa negara semakin meningkat karena bahan bakunya harus impor.
Pengembangan agroindustri dengan bahan baku pangan lokal menjadi ujung
tombak peningkatan nilai tambah proses dan produk," terang Syakir. Syakir
menjelaskan bahwa berbagai teknologi pengolahan dengan memanfaatkan
pangan lokal sebagai bahan baku pangan pokok ataupun kudapan kini sudah
banyak dihasilkan. Beberapa teknologi tersebut diantaranya modifikasi tepung
atau pati baik secara fisik, kimia maupun biologis. Inovasi teknologi dengan
penggunaan adaptif formulasi produk mampu menghasilkan tingkat substitusi
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 106
terigu diantaranya yaitu: roti 10-20 persen, mie 10-30 persen, cake 50-100
persen, dan kue kering serta cookies 100 persen.
Potensi pengembangan pangan lokal masih sangat luas jika menilik ragam
komoditas yang ada di Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negara
terbesar ke dua di dunia dalam keragaman hayati, yang banyak memiliki
berbagai sumber daya lokal yang bisa dikembangkan sebagai pangan pokok.
"Hutan sagu Indonesia, misalnya merupakan yang terbesar di dunia mencapai
5,5 juta hektare atau mendekati 85 persen populasi sagu dunia. Begitu juga,
tanaman sorghum sangat hemat air dan bisa tumbuh dengan baik, terutama
di daerah kering berbatu seperti di NTT. Sayangnya potensi ini belum
dikembangkan dengan baik," jelas M. Syakir. Potensi lain adalah ubi kayu dan
jagung, serta berbagai tanaman lain seperti hanjeli, garut, ganyong, talas,
sukun yang dulunya pernah menjadi sumber pangan di sebagian masyarakat
Indonesia namun kini terpinggirkan oleh konsumsi beras dan terigu yang
semakin meningkat. Kampanye cinta pangan lokal menurut M. Syakir tidak
bisa lagi dengan cara konvensional, tapi harus dengan terobosan teknologi
dan pengembangan agroindustri pangan lokal mulai dari hulu hingga hilir.
"Perlu Sinergi semua pihak untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing
produk pangan lokal sehingga optimal dan layak dikembangkan secara lebih
luas," jelas M. Syakir.
Untuk mempercepat hilirisasi inovasi pengolahan pangan lokal tersebut,
Balitbangtan menggandeng beberapa Pemerintah Daerah yang merupakan
sentra produksi ataupun sentra konsumsi pangan lokal membangun Model
Agroindustri Pangan Lokal, diantaranya di Cimahi (berbasis ubi kayu);
Sumedang (berbasis hanjeli); Demak (berbasis sorgum); Palopo, Maluku
Tengah, Sorong dan Jayapura berbasis sagu. "Dalam pengembangan Model
Agroindustri Pangan Lokal tersebut, Balitbangtan harus menyiapkan line
proses pengolahan mulai dari bahan baku hingga menjadi tepung dan produk
olahannya seperti berasan, mie dan produk turunan lainnya," pinta Syakir.
Selain Launching Model Agroindustri Pangan Lokal, acara tersebut juga
menghadirkan promosi makan mie nusantara bagi 1000 anak sekolah dan
400 tamu undangan. Mie nusantara tersebut terbuat dari sagu, hanjeli,
sorghum, jagung, dan ubi kayu akan disajikan menjadi hidangan favorit
semua masyarakat yaitu bakso.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 107
Gambar 99. Rangkaian acara Agroinovasi fair
g. Peringatan Hari Perkebunan ke 61 – Bandung (8-10 Desember
2018)
Pameran ini digelar sebagai bagian dari rangkaian Hari Perkebunan ke-61
Tingkat Nasional Tahun 2018. Gedung Sate menjadi tuan rumah
gelaran pameran produk perkebunan dari seluruh Nusantara oleh Direktorat
Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI. Pameran ini digelar sebagai
bagian dari rangkaian Hari Perkebunan ke-61 Tingkat Nasional Tahun 2018.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum bersama Dirjen Perkebunan
Kementerian Pertanian Bambang, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan Kementerian Pertanian yang juga Ketua Panitia Pameran, Dedi
Junaedi juga Menteri Pertanian 2009-2014 Anton Apriyantono membuka
secara resmi pameran perkebunan ini di Halaman Depan Gedung Sate.
Menurut Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dedi Junaedi,
pihaknya sengaja menggelar pameran ini di Gedung Sate. Jawa Barat
merupakan bagian dari sejarah perkebunan nasional. Hingga saat ini Jabar
pun masih memberikan kontribusi besar terhadap hasil perkebunan unggulan
nasional.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 108
“Ratusan tahun lalu kolonial Belanda membangun perkebunan termasuk di
Jawa Barat ini adalah salah satu pionir. Dan sampai sekarang terus
menghasilkan aneka produk perkebunan yang diekspor ke berbagai negara,”
ujar Dedi dalam sambutannya. Pameran dengan Tema: “Sinergi dan
Akselerasi Kejayaan Perkebunan” ini digelar mulai 8-10 Desember 2018 di
Gedung Sate, Kota Bandung. Ada 103 booth pameran dengan jumlah 90
peserta. Terdiri dari 33 SKPD provinsi yang membidangi perkebunan,
booth Kementerian Pertanian, asosiasi, Dewan Komoditas, perusahaan swasta,
yayasan, dan pemangku kepentingan lain terkait perkebunan dari seluruh
Indonesia.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) melalui Badan Litbang
Pertanian Kementerian Pertanian ikut berpartisipasi dalam Pameran Hari
Perkebunan ke 61 tahun 2018 yang diselenggarakan tanggal 8 – 10
Desember 2018 di Gedung Sate Bandung, dengan tema “Sinergi dan
Akselerasi Kejayaan Perkebunan”. Dalam rangka mengembalikan kejayaan
industri perkebunan Indonesia tingkat Nasional dan Dunia serta promosi
berbagai komoditas/produk unggulan perkebunan. Balittro dalam pameran ini
menampilkan beberapa komoditas unggulan perkebunan diantaranya biji
Lada putih, lada hitam, cengkeh, cabe jawa, jambu mete, balsem cengkeh,
sabun seraiwangi, dan macam-macam instan minuman herbal serta
bermacam-macam minyak atsiri. Sekda Jabar, Iwa Karniwa, mewakili
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menutup acara tersebut pada tanggal 10
Desember 2018, pada pukul 13.00 WIB.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 109
Gambar 100. Rangkaiana kegiatan Peringatan Hari Perkebunan di Bandung
Sampai bulan Desember tahun 2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan telah menginisiasi 7 (tujuh) Naskah Perjanjian Kerjasama yaitu:
1. Tindak Lanjut Kerjasama Percepatan Pendayagunaan Teknologi
Mendukung Pengembangan Lada di Kabupaten Sumedang
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 110
Selama TA. 2017 telah ditandatangani 19 (sembilan belas) perjanjian
kerjasama. Kerjasama tersebut dikelompokan berdasarkan mitra kerjasama dan
komoditas. Tertera pada Tabel 3.
Tabel 10. Pengelompokkan Kerjasama
No. Judul Kerjasama Mitra Kerja Komoditas
Pemerintah Swasta
1. Kemitraan Bidang Penelitian, Pendidikan dan Latihan
Universitas Djuanda
Penelitian dan Diklat
2. Penyediaan Bibit Cabai dan
Pendampingan Inovasi Teknologi Pertanian
Persit Kodim
0607/Kota Sukabumi
Cabai
3. Penyediaan Bibit Cabai dan Pendampingan Inovasi Teknologi Pertanian
Kementerian Agama Kab. Sukabumi
Cabai
4. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat
PT. Herbal Sehat Sejahtera
5. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Cengkeh
PT. HM. Sampoerna
Tbk
6. Pengembangan Tanaman Industri dan Penyegar di Kabupaten Wonosobo
Pemda Kab. Wonosobo
7. Akselerasi Peremajaan Kopi Arabika dan Kakao di Kabupaten
Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Badan Litbang Pertanian
Kopi dan Kakao
8. Penerapan Teknologi Model Pengembangan Kopi Arabika di Kabupaten Garut, Jawa Barat
Badan Litbang Pertanian
Kopi
9. Akselerasi Diseminasi Teknologi Tanaman Perkebunan,
Hortikultura dan Ternak Berbasis Bioindustri di Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan
Badan Litbang Pertanian
Heterogen
10. Optimalisasi Pemanfaatan
Lahan dan Diversifikasi Produk Tanaman Kelapa di Dumai, Provinsi Riau
Badan Litbang
Pertanian
Kelapa
11. Penerapan Teknologi Tebu Terpadu
Badan Litbang Pertanian
Tebu
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 111
No. Judul Kerjasama Mitra Kerja Komoditas
Pemerintah Swasta
12. Percepatan Inovasi Teknologi
Lada Melalui Identifikasi dan Diseminasi di Beberapa Sentra Produksi
Badan Litbang
Pertanian
Lada
13. Akselerasi pengembangan benih unggul tebu
Badan Litbang Pertanian
Tebu
14. Percepatan Multilokasi Klo-Klon
Unggul Tebu
Badan Litbang
Pertanian
Tebu
15. Peningkatan kualitas tanaman, relokasi kebun plasma nutfah kopi serta pemeliharaan sarana dan prasarana pendukungnya
menuju sistem pertanian bioindustri berkelanjutan
Badan Litbang Pertanian
Kopi
16. Teknologi Produksi Benih Galur-Galur Somaklonal Tebu
Badan Litbang Pertanian
Tebu
17. Percepatan diseminasi teknologi
perkebunan mendukung peningkatan nilai tambah dan daya saing produk perkebunan
Badan Litbang
Pertanian
Komoditas
Perkebunan
18. Perakitan varietas tebu toleran kekeringan dan salinitas dengan
produktivitas dan rendemen gula tinggi melalui teknik induksi mutasi dan seleksi in vitro
Tebu
19. Teknologi produksi benih saffron (crocus sativus l.)
Safron
9.4. WEBSITE
Kegiatan pengelolaan website Puslitbang Perkebunan bertujuan untuk
menyampaikan informasi perkembangan teknologi komoditas perkebunan. Dari
bulan Januari hingga Desember 2018, Inventarisasi data yaitu kegiatan
mengumpulkan data-data info teknologi dan varietas unggul yang dipublish di
web site. Data-data yang diperoleh dari UPT lingkup Puslitbang Perkebunan
(Balittro, Balittas, Balit Palma, dan Balittri) tersebut kemudian diolah untuk
disajikan dalam bentuk artikel. Artikel berita pada Website Puslitbang
Perkebunan terbagi atas 5 kategori, yaitu (1) Aktivitas Perkebunan, (2) Berita
Perkebunan, (3) Inovasi Teknologi, dan (4) Publikasi.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 112
Updating Data yang dipublish pada web site Puslitbang Perkebunan terdiri dari
Aktivitas perkebunan (info aktual) hasil liputan kegiatan, berita perkebunan
berupa info teknologi, artikel hasil penelitian dan review, berita inovasi teknologi
dan varietas unggul, serta publikasi terbitan.
Ada 229 judul berita yang di-publish pada web site Puslitbang Perkebunan pada
tahun 2018. Adapun jumlah update berita yang sudah diposting pada web site
Puslitbang Perkebunan tahun 2018 sebagaimana pada pada Gambar 101.
Gambar 101. Grafik Artikel Berita Web Site Puslitbang Perkebunan tahun 2018.
Pengelolan kontak pengunjung web site direspon/dijawab melalui email
[email protected] dan Puslitbang [email protected].
Untuk pertanyaan yang bersifat substantif dikoordinasikan dengan peneliti
lingkup Puslitbang Perkebunan sesuai dengan kepakarannya. Pada tahun 2018,
ada 55 pertanyaan melalui email pada semester I dan 73 pada semester II
sebagaimana pada gambar 102 berikut.
Gambar 102. Grafik Artikel Berita Web Site Puslitbang Perkebunan tahun 2018.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 113
Pada akhir Semester II tahun 2018 telah dilakukan upgrade/pengembangan
website Puslitbang Perkebunan dari PHP versi 5.0 ke versi 7.0 , disamping
update berita/informasi kegiatan.
9.5. Pelaksanaan Kegiatan Rumah Produksi
Rumah produksi atau biasa disebut “Production house” (PH) adalah unit
kegiatan pada sub-bidang Pendayagunaan dan Diseminasi Hasil Penelitian
(PDHP), yang bertanggung jawab pada pembuatan rekaman video, rekaman
acara siaran, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk
keperluan diseminasi hasil penelitian, sasarannya baik secara langsung maupun
melalui broadcasting. PH juga mengelola informasi gerak atau statis dimana
informasi yg didapat bersumber dari manusia ataupun peristiwa yg ada. Kegiatan
PH dimulai dari perencanaan, shooting, editing sampai dengan produksi bahan
tayang untuk disiarkan secara langsung saat kegiatan rapat kerja, pameran
ataupun melalui media sosial. Pada tahun 2018, ada beberapa kegiatan yang
didokumentasikan dan di produksi diantaranya:
Gambar 103. Video Dokumentasi dan Pengelolaan Informasi Publik lingkup
Puslitbang Perkebunan
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 114
Gambar 104. Video Kegiatan Safari Panen Menteri Pertanian dan Kepala Badan Litbang
Pertanian di pulau Jawa
Gambar 105. Video Panen Melimpah Stok Beras Aman Produksi Video Dirgahayu
Negeriku Jayalah Pertanian Indonesia
9.6. KERJASAMA
Sampai dengan 31 Desember 2018 Puslitbang Perkebunan telah menginisiasi 12
kerjasama dengan berbagai pihak antara lain : Bangka Barat, Banten, Sumatera
Selatan, Siak Sri Indrapura, Landak, Garut, Kabupaten Bogor, Kabupaten Subang
dan Bandung, Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, Kabupaten Tanjung Balai
Karimun dan Disbun Sulut (Melalui Telepon).
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 115
PENANDATANGANAN NOTA KESEPAHAMAN PENGEMBANGAN
KOMODITAS PERKEBUNAN
1. Penandatanganan serentan MOU 7 Pemda (Bogor 15-05-2018)
2. Penandatanganan MOU Sultra dan Sulut (Manado 16-11-2018)
3. Penandatanganan MOU Sumsel (Bandung 10-12-2018)
No Institusi Komoditas Unggulan
Strategis dan
Pengembangan
(Fokus)
Realisasi MoU Balit
Terkait
Status
1 Kab. Cianjur Jabar Teh, Kopi, Karet,
Kelapa dan Cengkeh
29 Maret 2018 Balitri dan
Palma
Lanjutan
2 Kab. Landak
Kalimantan Barat
Lada, Kopi dan Keret 15 Mei 2018 Balittro dan
Balittri
Lanjutan
3 Kab. Bangka Barat
Babel
Lada, Sawit, Karet,
Kelapa, Aren, Kopi,
Teh dan tanaman
rempah lainnya
15 Mei 2018 Balittro,
Balittri dan
Balit Palma
Baru
4 Provinsi Banten Kelapa, Kakao, Aren
dan Kopi
15 Mei 2018 Balit Palma
dan Balittri
Baru
5 Kab. Bogor Jabar Kopi, Pala, Cengkeh
dan Karet
15 Mei 2018 Balittri,
Balittro
Baru
6 Kab. Garut Jabar Kopi (arabika dan
robusta), Karet, Teh,
Tembakau dan Akar
Wangi
15 Mei 2018 Balittri,
Balittas dan
Balittro
Baru
7 Kab. Tanjung Balai
Karimun Kepri
Sirih dan Kelapa 15 Mei 2018 Balittro dan
Palma
Baru
8 Disbun Sumatera
Selatan
Kopi 10 Des 2018 Balittri Baru
9 Disbun Sulawesi
Utara
Kopi dan Kelapa 16 Nov 2018 Balittri dan
Palma
Baru
10 Pemda Kabupaten
Buton Sultra
Kopi dan Kelapa 16 Nov 2018 Balittri dan
Palma
Baru
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 116
Gambar 106. Peta kerja sama Puslitbang Perkebunan Tahun 2018
Kab. Tj Balai Karimun Kepri 2018 Kab. Landak Kalbar 2018
Provinsi Banten 2018 Kabupaten Garut Jabar 2018
Kabupaten Cianjur Jabar 2018
Kab. Bangka BaratBabel 2018
Kabupaten Bogor Jabar 2018
Provinsi Sumatera Selatan 2018
Provinsi Sulawesi Utara 2018
Kabupaten Buton Sultra 2018
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 117
Data pengembangan lisensi kerjasama 2018
No Mitra Kerja Sama dan Lokasi
Verifikasi
Tim Verifikasi
1 PT. Pemalang Agro Wangi
(1) Kabid KSPHP Puslitbangbun, (2) Kasie Jaslit Balittro, (3)
Inventor dan (4) TIM BPATP
2 PT. Bio Industri Nusantara-
Bandung
(1) Kabid KSPHP Puslitbangbun, (2) Kabid KSPHP BBSDLP,
(3) Kasie Jaslit Balit Tanah, (4) Kasie Jaslit Balittro, (5)
Inventor, dan (6) Tim BPATP
3 PT. Sinergi Alam Bersama-Bandung
(1) Kabid KSPHP Puslitbangbun, (2) Kasie Jslit Balittro, (3)
Inventor, dan (4) Tim BPATP
4 PT. Soho Industri Pharmas (1) Kabid KSPHP Puslitbangbun, (2) Kasie Jaslit Balittro, (3)
Inventor, dan (4) Tim BPATP
5 PT. Agritek Tani Indonesia-
(1) Kabid KSPHP Puslitbangbun, (2) Kabid KSPHP
Puslitbangtan, (3) Kasie Jaslit Balit Serealia, (4) Kasie Jaslit
Balittro, (5) Inventor, dan (6) Tim BPATP
6 PT. Global Agrotek Nusantara-
Malang
(1) Kabid KSPHP Puslitbangbun, (2) Kasie Jaslit Balittas,
(3) Inventor, dan (4) Tim BPATP
Kegiatan pasca MOU
Pemda Tahun
MoU
Waktu
Pelaksanaan
Nara
Sumber
Bentuk
Kegiatan
Output
Kegiatan
Pemda Kabupaten
Ciajur (Dinas
Pertanian
Perkebunan Pangan
dan Hortikultura)
Maret
2018
18 September
2018
Peneliti
Balittri
Sosialisasi Pasca
Panen Kopi
(Pengolahan Kopi
dengan
menggunakan
Huller dan Pulper
Petani mampu
menerapkan
teknis engolahan
kopi dengan alat
huller dan pulper
Pemda Kabupaten
Ciajur (Dinas
Pertanian
Perkebunan Pangan
dan Hortikultura)
Maret
2018
18 Oktober
2018
Peneliti
Balittri
Sosialisasi dan
Bimbingan Teknis
Pembibitan
Kelapa
Petani mampu
melukan
pembibitan
mandiri tanaman
kelapa
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 118
IX. SUMBERDAYA PENELITIAN
9.1. Sumberdaya Manusia
Kompetensi merupakan persyaratan mutlak bagi SDM Balitbangtan untuk
menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan pengembangan yang
berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas tinggi terhadap
peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga handal
dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan sumber daya
manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2018, disajikan pada Tabel 11 dan
Tabel 12.
Tabel 11. Keragaan Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Menurut Pendidikan
Pada Tahun 2018
Unit Kerja S3 S2 S1 SM/D3 D2 D1 < SLTA Jumlah
Kantor Pusat 13 2 18 5 1 1 30 70
Balittro 19 17 54 9 2 - 128 229
Balittas 11 27 47 5 - - 62 192
Balit Palma 7 11 17 2 1 - 43 81
Balittri 8 19 23 4 - - 39 93
Jumlah 58 76 159 25 4 1 302 625
Sampai dengan 31 Desember tahun 2018 Puslitbang Perkebunan didukung oleh
625 pegawai yang terdiri dari 58 orang S3, 76 orang S2 dan 159 orang S1, 25
orang SM/D3, 4 orang D2, 1 orang D1 serta 302 orang SLTA ke bawah.
Berdasarkan jabatannya sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang
Perkebunan diklasifikasikan menjadi 8 (delapan) yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi
Litkayasa, (3) Pustakawan, (4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, (6) Pranata
Humas, (7) Analisis Kepegawaian, dan (8) Fungsional Umum.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 119
Tabel 12. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan
Jabatannya Pada Tahun 2018
Unit Kerja
Peneliti
Tek. Lit -kayasa
Pusta -kawan
Pranata
Kompu -ter
Arsi -paris
Pranata humas
Ana-lisis Kepe -
gawaian
fungsional umum
Jumlah
Kantor Pusat 15 - 1 1 3 - 2 48 70
Balittro 61 47 1 - 1 1 - 118 229
Balittas 52 27 1 - 2 1 1 68 152
Balit Palma 27 9 - - - - - 45 81
Balittri 44 18 1 - 1 1 1 27 93
Jumlah 199 101 4 1 7 2 4 306 625
Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 306 orang, jumlah tersebut cukup
besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (peneliti, teknisi litkayasa dan
fungsional lainnya). Seyogyanya tenaga fungsional terutama peneliti sebagai
motor penggerak untukmencapai tujuan organisasi, lebih besar dibandingkan
dengan tenaga penunjangnya sehingga perencanaan SDM sebaiknya
mempertimbangkan komposisi tersebut.
Keragaan peneliti berdasarkan bidang kepakaran/bidang ilmu lingkup Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan TA 2018 disajikan pada Tabel .....
Bidang keahlian yang terbanyak di lingkup Puslitbang Perkebunan adalah
budidaya tanaman (54) dan pemuliaan dan genetika tanaman (54), disusul oleh
hama dan penyakit tanaman (52), teknologi pasca panen (17), ekonomi
pertanian (11) dan fisiologi tanaman (7). Bidang kepakaran yang paling sedikit
adalah sistem usahatani pertanian (3), mektan (2) serta Hidrologi dan Konservasi
Tanah dan Bioteknologi Pertanian (masing-masing 1). Kedepan pengusulan
sekolah (S2 dan S3) pada masa yang akan datang seharusnya mengikuti bidang
kepakaran yang diperlukan di masing-masing Balai Penelitian.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 120
Tabel 13. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2018
No Bidang Keahlian Kantor
Pusat
Balittro Balittas Balit
Palma
Balittri JUMLAH
1. Budidaya Tanaman 2 13 13 6 13 47
2. Ekonomi Pertanian 3 2 2 1 2 10
3. Fisiologi Tanaman - 4 2 - 2 8
4. Hama dan Penyakit Tanaman 6 19 12 5 8 50
5. Pemuliaan dan Genetika Tanaman 4 13 16 9 11 53
6. Teknologi Pasca Panen - 2 5 5 4 16
7. Teknologi Pertanian dan Mekanisasi - - 1 - - 1
8. Sistem Usaha Pertanian - 1 - 1 1 3
9. Tan. Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan
- 7 1 - 2 10
10. Hydrologi dan Konservasi Tanah - - - - 1 1
11. Boiteknologi Pertanian - - - - 1 1
Jumlah 15 61 52 27 45 200
9.2. Sumberdaya Sarana dan Prasarana
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, Puslitbang
Perkebunan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana yang
digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga penelitian
adalah Kebun Percobaan, Laboratorium, dan Rumah Kaca.
Puslitbangbun mempunyai 26 Laboratorium. Dua laboratorium sudah
terakreditasi. Selain itu, Puslitbang Perkebunan memiliki Kebun percobaan yang
tersebar di 18 lokasi dengan total luasan 821,72 ha. Dari ke 18 kebun percobaan
tersebut, terdapat satu KP dengan status pinjam pakai dengan Propinsi Sulut
yaitu KP Paniki (Balit Palma) dan tiga kebun pinjam pakai dengan Perhutani,
yaitu KP Cikampek (Balittro) dan KP Kalipare dan KP. Coban Rondo (Balittas).
Status kepemilikan KP lingkup Puslitbangbun sudah sertifikat semua kecuali KP
yang pinjam pakai. Puslitbangbun juga mempunyai 37 Rumah Kaca (Masing-
masing 15 RK di Balitro, Balittas 7, Balit Palma 3, dan 12 RK di Balittri).
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 121
9.3. Tata Kelola
Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai manifestasi
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi
pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan
kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang
berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi
perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek
berupa: (1) unified budgeting, (2)performance based budgeting, dan (3) medium
term expenditure frame work.
Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang
Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah operasional
penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Tim Satuan Pelaksana Pengendalian
Intern (Tim Satlak PI), (2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk
Teknis Pelaksanaan SPI (3) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI, dan (4)
Penyusunan Laporan Pelaksanaan SPI.
Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan
anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses
pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang
dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi
dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan
pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien.
Dokumen pelaksanaan monev dituangkan dalam LAKIN, PMK 214 dan Laporan
Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev 2015-2019
mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan
Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat
UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3)
Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk mengukur
Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan mengharuskan setiap
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 122
UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan utama
serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap triwulan.
9.4. Sumber Daya Keuangan
Pagu Anggaran Puslitbang Perkebunan beserta Unit Pelaksana Teknis (Balittro,
Balittas, Balit Palma dan Balittri) pada 31 Desember 2018 sebesar Rp.
148.794.443.000
Alokasi anggaran per jenis belanja, satker dan output pada TA 2018 disajikan
pada gambar 107 dan 108 berikut:
Gambar 107. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
jenis Belanja TA 2018
Gambar 108. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan
Satker TA 2018
PUSLIT; 37.828.601.000
BALITTRO; 33.299.915.000
BALITTAS; 24.393.047.000
BALIT PALMA; 21.839.771.000
BALITTRI; 31.433.109.000
PAGU ANGGARAN UNIT KERJA TA. 2018
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 123
Gambar 109. Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan
Output Diluar Anggaran Dukungan Manajemen Litbang TA 2018
Realisasi Keuangan Puslitbang Perkebunan per 31 Desember 2018 sebesar Rp.
145.582.284.324,- (97,84%). Realisasi anggaran pada tahun 2018 mengalami
kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun anggaran 2017 yang
mencapai 96,11%.
Pagu dan realisasi keuangan Puslitbang Perkebunan selama periode 5 tahun
terakhir ditunjukkan dalam gambar 104.
Gambar 110. Persentase Realisasi Anggaran Puslibang Perkebunan TA 2014-2018
Serapan anggaran dari TA 2014 sampai dengan TA 2015 menunjukkan
peningkatan, TA 2016 menurun sedikit dari 98,39% pada tahun 2015 menjadi
97,69% pada TA 2016 dan menurun kembali menjadi 96,10 pada TA 2017.
97,49
98,39
97,69
96,11
97,88
94
95
96
97
98
99
Realisasi
Prosentase Realisasi Anggaran Puslitbang Perkebunan TA. 2014-2018
2014 2015 2016 2017 2018
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 124
Namun mengalami kenaikan di TA 2018 menjadi 97,88, hal ini menunjukkan
kinerja keuangan yang baik, karena masih diatas 95%.
Realisasi anggaran berdasarkan satker pada TA. 2018 disajikan dalam Gambar
111 berikut:
Gambar 111. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Satker TA 2018
Gambar 112. Realisasi Anggaran UK/UPT TA 2018
Realisasi keuangan berdasarkan UK/UPT pada TA 2018, berturut-turut dari
satker Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittri, Balittas dan Balit Palma
adalah:97,69%, 97,57%, 99.08%, 96,82% dan 97,88%. Realisasi keuangan
tersebut cukup bagus (diatas 90%).
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, barang operasional, barang
non operasional dan modal per 31 Desember 2018 berturut-turut mencapai
96,39%; 97,93%; dan 99,38% dan 97,85% (Gambar 113). Realisasi anggaran
pegawai, belanja barang dan modal yang diatas 95% menunjukkan bahwa
penyerapan anggaran sudah bagus, dan pelaksanaan kegiatan sudah berjalan
dengan lancar.
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 125
Gambar 113. Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja TA 2018
Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan output utama sampai dengan akhir tahun anggaran 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
Sasaran Output Utama TA 2018
NO Kegiatan Utama
Anggaran
Pagu Realisasi
(Rp.) (Rp.) ( % )
1 2 3 4 5
Program : Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan Kegiatan : Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan
A. Puslitbangbun 148.794.443.000 144.163.083.224 96,89
1 Varietas Unggul Tanaman Perkebunan + PN
4.276.680.000 4.262.283.896 99,66
2 Benih Tebu (G2)
3 Teknologi Tanaman Perkebunan 4.770.441.000 4.656.975.273 85,91
4 Taman Sains Pertanian 11.436.050.000 9.824.508.072 99,53
5 Rekomendasi Kebijakan Perkebunan 508.850.000 506.460.652 99,17
6 Inovasi Teknologi Pengembangan Bahan Bakar Nabati dan Bioenergi
1.853.700.000 1.838.390.366 99,44
7 Diseminasi inovasi teknologi komoditas tanaman perkebunan
6.923.860.000 6.885.264.718 99,22
8 Produk/formula Komoditas Tanaman Perkebunan
893.000.000 886.019.316 99,53
9 Benih Tanaman Perkebunan Lainnnya 16.480.283.000 16.403.637.087 98,97
10 Unit Perbenihan Komoditas Strategis 13.641.423.000 13.501.300.815 97,03
11 Dukungan Manajemen 88.010.156.000 85.398.243.029 97,03
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 126
Sampai dengan 31 Desember 2018, Realisasi Keuangan berdasarkan
kegiatan/output utamanya (Tabel 14) adalah sebagai berikut: varietas unggul
mencapai 99,66%, benih tebu 0% karena kegiatan dihapus saat refocusing
anggaran, teknologi tanaman perkebunan 85,91%, Taman Sains Perkebunan
99,53%, rekomendasi kebijakan 99,17%, inovasi teknologi 99,44%, diseminasi
inovasi 99,22%, Produk olahan/teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai
tambah mencapai 99,53%, benih sumber mencapai 98,97%, unit perbenihan
perkebunan 97,03% serta dukungan manajemen 97,03%. Realisasi keuangan
seluruh output kegiatan diatas sudah mencapai 96,89%, menunjukkan kinerja
keuangan yang baik .
3.2.2. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Puslitbang Perkebunan berdasarkan peraturan yang berlaku mengumpulkan dan
menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target yang
ditetapkan pada tahun 2018 dapat terlampaui tercapai 136,67%.
Adapun Realisasi Penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai
dengan 31 Desember 2018 antara lain Penerimaan Umum sebesar Rp.
1.011.378.973,- (259,57%) dan Penerimaan Fungsional Rp. 3.884.796.282,-
(121,67%). Total penerimaan PNBP lingkup Puslitbang Perkebunan sebesar Rp.
4.896.175.255,- (137,67%) dari target Rp. 3.582.531.000,-
Tabel 15. Target dan realisasi PNBP lingkup Puslitbang Perkebunan, 2018
Penerimaan
Umum
Penerimaan
Fungsional
Penerimaan
Umum%
Penerimaan
Fungsional%
Puslibang Perkebunan 5.000.000 71.755.000 312.846.435 6.256,93 73.755.000 102,79
BALITTRO 9.500.000 1.612.897.000 208.343.432 2.193,09 1.910.050.932 118,42
BALITTAS 349.824.000 335.676.000 332.186.575 94,96 707.864.150 210,88
BALIT PALMA 22.308.000 961.281.000 27.828.000 124,74 966.523.200 100,55
BALITTRI 3.000.000 211.290.000 130.174.531 4.339,15 226.603.000 107,25
Total 389.632.000 3.192.899.000 1.011.378.973 259,57 3.884.796.282 121,67
Satker
Target (Rp) Realisasi (Rp)
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 127
X. P E N U T U P
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan sebagai penghasil teknologi
dan kebijakan khususnya dibidang perkebunan telah menghasilkan cukup banyak
inovasi teknologi di bidang perkebunan antara lain dalam peningkatan
biodiversitas dan jumlah bahan tanaman, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan, produk dan teknologi pengolahan hasil tanaman perkebunan serta
sintesis kebijakan.
Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Perkebunan selama
tahun 2017 dengan sasaran mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul,
teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan bertujuan
untuk (1) menghasilkan dan tersedianya varietas unggul, (2) menghasilkan
teknologi produktivitas tanaman perkebunan, (3) menghasilkan teknologi
diversifikasi dan peningkatan nilai tambah produk olahan, (4) menghasilkan
benih sumber dan plasma nutfah tanaman perkebunan, (5) Menghasilkan
rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan, (6) menghasilkan
pengembangan dan diseminasi informasi perkebunan dan (7) pengelolaan
sumberdaya keuangan.
Capaian hasil varietas unggul yang telah dilepas pada akhir tahun 2017 sebanyak
21 varietas tanaman perkebunan meliputi tanaman: tebu, kenaf, jarak pagar,
sisal, kelapa, pala, serai dapur, temu lawak dan kakao. Capaian dari hasil
penelitian teknologi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan yang telah
dihasilkan pada tahun 2017 sebanyak 19 teknologi baru yang meliputi 8
komoditas yaitu tebu, kopi, kakao, lada, pala, jambu mete, cengkeh dan kelapa.
Teknologi yang telah dihasilkan adalah terkait formulasi teknologi pemupukan,
pemanfaatan mikroba, perbanyakan tanaman, pengendalian hama-penyakit, dan
teknologi pengolahan. Teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah
produk olahan sepanjang tahun 2017 telah menghasilkan sebanyak 7 formulasi
untuk komodita tebu, kelapa, sagu, karet dan coklat serta teknologi yang
dihasilkan berupa formulasi pupuk, formulasi pestisida ramah lingkungan,
formulasi hidrolis serta biodegradable.
Upaya pemuliaan tanaman perkebunan diperlukan materi genetik dan pada
tahun 2017 Puslitbang Perkebunan telah memiliki koleksi aksesi sebanyak 12.468
yang terdiri atas 362 kasesi tanaman palma, 5.475 aksesi tanaman rempah dan
Laporan Tahunan 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 128
obat, 602 aksesi tanaman penyegar dan industri, serta 6.030 aksesi tanaman
pemanis dan serat. Pencapaian benih sumber dihasilkan melalui kegiatan Unit
Penyediaan Benih Sumber (UPBS) yang meliputi benih sumber tanaman rempah,
tanaman industri dan penyegar, tanaman pemanis dan serat dan tanaman
kelapa.
Hasil rekomendasi kebijakan yang telah dilakukan sebanyak 6 rekomendasi yang
terkait dengan studi dampak teknologi unggulan, percepatan adopsi sistem
tanam juring ganda tebu, akselerasi swasembada gula, pengembangan
bioindustri tanam BBN, up date neraca gula dan dukungan fasilitas bagi
percepatan adopsi teknologi juring ganda. Untuk adopsi teknologi oleh
pengguna-petani telah dirintis percepatan penyampaian inovasi hasil penelitian
melalui diseminasi dan publikasi hasil penelitian serta kerjasama penelitian
dengan mitra kerja swasta, pemerintah, dan perguruan tinggi. Selanjutnya
pengelolaan dan alokasi pagu anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan
penelitian dan pengembangan untuk satker lingkup Puslitbang Perkebunan telah
direalisasikan dengan baik berdasarkan program dan kegiatan yang ditetapkan.
Progres dan realisasi anggaran semua jenis belanjaterserap mencapai lebih dari
95% (97,69%), hal ini menunjukkan, bahwa sepanjang tahun 2017 penyerapan
anggaran berjalan bagus danpelaksanaan kegiatan sudah berjalan sebagaimana
mestinya.
Upaya memaksimalkan capaian dari target- output yang telah ditetapkan pada
renstra yang mengacu pada indikator kinerja utama (IKU) secara keselutuhan
sepanjang tahun 2017 telah tercapai walaupun masih terdapat beberapa IKU
yang belum sesuai terget sebagai akibat kendala teknis dan non teknis, namun
secara keseluruhan program/kegiatan lingkup Puslitbang Perkebuanan hasilnya
sesuai dengan yang tetapkan dan masih memerlukan evaluasi dan perencanan
yang tepat dalam upaya mencapai target semestinya.