pusaka tongkat sakti-dewi kz-tmt

290
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ PUSAKA TONGKAT SAKTI Karya : Tjoe Beng Siang Buku kiriman Anelinda.com Djvu oleh : Dewi KZ & Aditya Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/

Upload: andy-chong

Post on 06-Aug-2015

209 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

PUSAKA TONGKAT SAKTI Karya : Tjoe Beng Siang Buku kiriman Anelinda.com

Djvu oleh : Dewi KZ & Aditya Edit teks oleh : aaa

Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE

http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pengantar : Cersil ini sumbangan dari anelinda.com berkat jasa teman

kita aditya. Kondisi buku CUKUP parah, kertasnya sudah rapuh sehingga proses scannya oleh TIM KANGZUSI.COM memakan waktu lama. Dengan dihasilkannya DJVU diharapkan buku ini tetap lestari.

Hasil convert dari djvu ke TXT juga banyak sekali huruf cacingnya, dan tentu saja membuat kerja keras dari tim editor yang terdiri dari : aaa, dan Dewi KZ yg harus mengecek kembali hasil editan sebelum menjadi format ebook.

Untuk anda yang mengupload di web lain, atau mengconvert ke format ebook lainnya, harap jangan membuang nama-nama pembuat ebook ini. Tanpa kerja keras Tim diatas tidak akan ada ebook ini. Belajar lah menjadi Manusia yang TAU menghargai jerih payah orang lain.

Untuk yang copas di web lain MOHON diperlambat, jangan dikebut siapa tahu akan menimbulkan keinginan untuk MEMBELI BUKU ASLINYA.

JANGAN MENGKOMERSILKAN ebook ini dalam bentuk CD/DVD, Insya allah hidup anda TIDAK AKAN SELAMAT.

Trims

Tim Ebook

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Daftar Isi

PUSAKA TONGKAT SAKTI Pengantar : Jilid I Jilid II Jilid III Jilid IV Jilid V Jilid VI Jilid VII Jilid VIII

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid I

PERANG! Istilah yang terdiri dua sukukata ini, adalah suatu hal yang paling mengerikan bagi segenap bangsa-bangsa dimuka bumi ini, terutama bangsa yang cinta damai. Baik besar maupun, perang tetap menimbulkan kerusakan dan kematian, tidak saja membawa kematian bagi dua pihak yang berperang, bahkan rakyat jelatapun yang tidak turut campur dalam peristiwa terkutuk selalu banyak yang menjadi korban secara konyol! Oleh karena itulah, maka apabila terjadi perang rakyat lebih suka menyingkir guna menjauhkan diri dari tempat peperangan itu. Rumah gedung mewah mereka tinggalkan yang terlalu berabe untuk dibawa, yang penting mereka bawa adalah anak-istri mereka dan mereka ini termasuk golongan manusia yang lebih mementingkan keselamatan jiwa daripada harta-benda.

Mereka pergi mengungsi kedaerah pedesaan yang yang letaknya sejauh mungkin dari tempat yang menjadi kancah peperangan. Dan apabila situasi sudah aman kembali, baru mereka kembali ketempat asalnya, akan tetapi tidak jarang mereka dapatkan bahwa rumah mereka sudah hancur menjadi puing dan kalaupun ada juga rumah yang masih utuh, sudah dapat dipastikan dari sebelumnya bahwa isi rumah mereka sudah kosong melompong! Kecuali orang-orang hartawan yang merasa berat meninggalkan rumah dan mereka lebih merasa puas mati-hidup berdiam dirumah sendiri, dan mereka ini termasuk golongan manusia yang lebih menyayangi harta-benda daripada nyawa! Padahal dimanakah perang yang tidak manimbulkan korban? Umumnya pihak rakyatlah lebih banyak menjadi korban daripada pasukan-pasukan yang berperang!

Kota Thaygoan yang besar dan padat perumahannya pada waktu cerita ini terjadi, dapat dikatakan hampir setengah bagian sudah menjadi hancur, dirusak dan dibumihanguskan oleh kaum pemberontak dari kesatuan Tiong-gi-pay. Rumah-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rumah yang porak-poranda dan menjadi tumpukan puing itu sebagian besar milik okpa atau hartawan jahat yang sangat dibenci dan menjadi musuh rakyat jelata, disebabkan mentalitas mereka melebihi kebrutalan kaum penjajah dan kebanyakan dari mereka inilah yang menjadi antek pihak imperialis!

Sudah berkali-kali kota Thaygoan ini diranjang oleh kesatuan Tiong-gi-pay, mula-mula kesatuan melakukan penyerbuan pada waktu malam, akan tetapi makin lama ternyata makin berani sehingga waktu siang haripun tak jarang pertempuran-pertempuran terjadi didalam kota! Hanya saja usaha dari kesatuan Tiong-gi-pay ini hendak merebut kota Thaygoan dari kekuasaan penjajah sampai begitu jauh masih belum berhasil karena kenyataannya bala tentara Mongol yang menduduki kota tersebut dan sekaligus melindungi Congtok atau Gubernur yang menjadi kepala kota memang sangat kuat. Apalagi gedung kediaman gubernur sekitarnya dilindungi oleh tembok benteng yang tinggi serta tebal dan dijaga kuat oleh pasukan kerajaan sehingga karenanya sukarlah bagi kesatuan Tiong-gi-pay untuk mendekatinya, apalagi untuk merebut!

Gubernur kota Thaygoan bernama Lo Binkong atau Lazimnya disebut Lo Congtok Tayjin (Tuan besar Gubernur Lo). Dilihat dari namanya mudah diketahui bahwa gubernur ini adalah bangsa Han (Tionghoa), memanglah dia adalah bangsa Han munafik! Lo Congtok baru dua tahun lebih menjabat dikota Thay-goan akan tetapi sebelum ia merasa puas dengan kekuasaannya selaku gubernur yang sewenang-wenang, yaitu menindas memeras rakyat yang hasilnya sebagian diserahkan kepada pemerintah penjajah yang dipertuannya, dan sebagian lagi dikorupsi untuk menambah kekayaan pribadi, maka meletuslah pemberontakan dimana-mana sebagai aksi revolusi rakyat jelata dan bangsa Han sejati, sehingga oleh karena itu, secara langsung kedudukan dan jiwa Lo Congtok jadi terancam!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata Gubernur she Lo ini adalah seorang yang tidak mau menyadari gejala bahwa pemerintah penjajah yang dipertuannya sudah mendekati keambrukannya, bahkan dia menjadi marah sekali terhadap pergerakan rakyat yang dianggapnya sebagai gerombolan pengacau itu maka sesuai dengan instruksi kaisar, gubernur ini menginstruksikan pula perwira pelindungnya supaya mengerahkan seluruh bala tentaranya guna menumpas aksi pergerakan rakyat yang makin hari makin berkobar itu! Itulah sebabnya mengapa kesatuan Tiong-gi-pay sampai sebegitu jauh masih belum berhasil merebut kota Thaygoan, mereka selalu dipukul mundur oleh pasukan kerajaan yang dipimpin oleh perwira-perwira berkepandaian tinggi meninggalkan banyak kawan mereka yang terluka atau tewas. Akan tetapi sebaliknya karena ternyata bahwa kesatuan Tiong-gi-pay itu dipimpin oleh orang-orang lihay, maka korban yang jatuh dipihak pasukan penjajah banyak juga.

Sarang yang menjadi pusat Tiong-gi-pay sungguh sukar diketemukan walaupun pasukan penjajah berkali-kali sudah melakukan pengejaran dan beroperasi kedesa-desa atau kehutan-hutan, maka sebagai pelampias kemarahannya, pasukan penjajah lalu main hantam kromo, dibakarnya rumah-rumah penduduk sesudah isi rumah-rumah tersebut mereka mutasi, setiap penduduk yang menurut pandangan mereka mencurigai ditangkap, dibunuh atau dihukum gantung tanpa diperiksa terlebih dahulu apalagi diadili! Hal ini tentu saja menimbulkan rasa penasaran dan marah bagi pihak rakyat, terutama bagi Tiong-gi-pay.

Hari itu kota Thaygoan yang hampir separuhnya sudah hancur dan biasanya sepi sejak timbulnya kegentinya, suasananya tampak lebih sepi dari hari-hari sebelumnya. Para penduduk yang sebagian besar memang sudah pergi mengungsi sedang yang masih ada juga merasa enggan keluar rumah sehingga keadaan kota benar-benar seperti sudah kosong tanpa penghuni. Hanya saja menunjukkan kota

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu belum mati, sama sekali ialah rombongan-rombongan pasukan Mongol yang hilir mudik melakukan patroli dan penjagaan. Adapun yang menjadi sebab keengganan sisa para penduduk untuk keluar rumah pada hari itu bukan dikarenakan oleh teriknya sinar matahari dimusim yang seakan membakar segala sesuatu yang terdapat dipermukaan bumi melainkan justru ada suatu peristiwa hebat yang membuat mereka merasa lebih selamat tidak keluar rumah, dari pada mereka dijadikan sasaran tak karuan oleh pihak pasukan Mongol yang sok bertindak membabi buta!

Persoalannya adalah peristiwa yang terjadi waktu semalam, bahwa berkat kegiatan mata-mata telah berhasil menemukan tempat persembunyian kepala kesatuan Tiong-gi-pay didusun In-lu-chun yang terletak jauh disebelah utara kota Thaygoan. Pay Cu (ketua kesatuan) dari Tiong-gi-pay itu bernama Tan Kimpo, berusia empat puluh lima tahun dan ia adalah seorang bekas kauwsu (guru silat) yang namanya cukup terkenal dikota Thaygoan karena ilmu silatnya tinggi dan banyak anak muridnya.

Tan Kimpo adalah seorang penduduk asli kota Thaygoan, ia pernah mengecap hidup bahagia bersama istri dan seorang putrinya yang sudah meningkat dewasa dan berwajah cantik. Ia membuka bukan atau pergi urusan silat sehingga banyak pemuda dikota Thay-goan yang berguru padanya. Tentu saja dengan mudah dapat dimengerti bahwa banyak para pemuda yang berguru kepada guru silat she Tan ini bukan saja disebabkan Tan Kimpo memiliki ilmu silat bukan dari tingkat rendah, melainkan yang menjadi sebab utama bagi para pemuda yang menjadi anak muridnya itu adalah mereka tertarik oleh anak daranya yan cantik dan juga pandai bersilat itu.

Belakangan Tan Kimpo merasakan hidupnya dikota Thay-goan kurang aman, karena selain ia selalu diawasi oleh pihak penjajah, juga secara terang-terangan ia pernah didatangi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beberapa orang dari bala tentara Mongol yang melamar putrinya. Tentu saja bagi seorang yang tidak berjiwa bunglon seperti Tan Kimpo hal tersebut sangat tidak menyenangkan, maka dengan diam-diam tanpa memberitahukan kepada anak muridnya lalu bersama istri dan putri meninggalkan kota Thaygoan dan kemudian menetap disebuah dusun kecil yang jauh letaknya dari kota, yaitu dusun In-lu-chun dimana ini menurut penghidupan sebagai petani. Kemudian meletuskan revolusi dan berkorban dimana-mana, maka sebagai seorang yang berjiwa patriot Tan Kimpo lalu membentuk kesatuan Tiong-gi-pay yang banyak mendapat dukungan dari kalangan rakyat jelata terutama petani dan oleh para pendukungnya ia diangkat sebagai ketua dari kesatuan itu. Kedudukan Tiong-gi-pay makin menjadi bertambah kuat karena ada berapa orang pendekar perantau bermunculan dan mengintegrasikan diri kedalam pergerakan yang revolusioner ini serta ditambah lagi oleh sebagian bekas para anak murid Tan Kimpo yang datang mengungsi kedusun tersebut sehingga dengan demikian kesatuan ini sudah berkali-kali melakukan penyerbuan secara gagah berani yang membuat pasukan penjajah dikota Thaygoan benar-benar repot!

Malam itu kebetulan sekali Tan Kimpo merasakan kurang sehat badan dan ia bermalam dirumahnya dengan dijaga oleh isterinya Tan Lian-Giok, putrinya itu. Sedangkan biasanya jarang sekali Tan Kimpo menginap dirumahnya ia selalu bersembunyi bersama teman-temannya disebuah tempat yang dirahasiakan dimana dibuat perkemahan sementara, yaitu dalam sebuah hutan yang cukup angker terletak disebelah timur dari dusun In-lu-chun. Hal ini untuk menghindari penyelidikan dari pihak pasukan penjajah dan itulah sebabnya mengapa pihak penjajah sampai begitu jauh tidak berhasil menemukan markas Tiong-gi-pay. Agaknya malam itu merupakan malam naas bagi Tan Kimpo, karena secara diluar perhitungannya yang biasa cermat, pada waktu dinihari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hampir menjelang subuh tiba-tiba rumahnya digerebek oleh sepasukan tentara Mongol yang dikepalai seorang perwira.

Perwira itu memang sudah mengenal Tan Kimpo sewaktu guru silat ini tinggal di Thay-goan dan ia pernah mendengar bahwa yang menjadi kepala gerombolan Tiong-gi-pay adalah bekas guru silat itu sehingga ia tidak salah tangkap. Dalam penyergapan kilat itu, Tan Kimpo berhasil ditawan hidup-hidup dalam keadaan tak berdaya karena ia sedang sakit, istrinya mati seketika dibawah bacokan golok seorang prajurit Mongol, sedangkan Tian-giok berhasil melarikan diri dan menghilang digelapan malam setelah dara itu berhasil membobolkan kepungan pasukan Mongol dengan ilmu pedangnya yang hebat sehingga tujuh orang prajurit roboh mandi darah dibuatnya. Kedua tangan Tan Kimpo dibelenggu kebelakang dan mulutnya disumbat lalu dibawa pergi oleh pasukan itu dengan jalan setengah diseret disertai pukulan dan tendangan dari belakangnya.

Ternyata pasukan tersebut setelah operasinya berhasil, mereka pergi dengan segera karena betapapun juga mereka merasa merasa khawatir kalau-kalau gerombolan Tiong-gi-pay melakukan pengejaran. Digubernuran atau dapat juga disebut markas pasukan Mongol dikota Thaygoan malam itu juga Tan Kimpo dikompres, disiksa dengan aneka macam kekejaman, akan tetapi Tan Kimpo bukanlah seorang pengecut, ia lebih rela mati dari pada mesti membocorkan rahasia kesatuannya. Oleh karena itu, pihak penjajah segera mengambil keputusan untuk menghukum gantung pemimpin Tiong-gi-pay itu.

Begitulah, putusan itu segera diumumkan keseluruh penduduk kota melalui teriak-teriakan mulut para prajurit, bahwa pemimpin gerombolan Tiong-gi-pay telah ditangkap dan akan dihukum gantung dimuka pintu gerbang gubernuran nanti sore. Para penduduk yang sedikitnya mengetahui bahwa mereka adalah bangsa Han menjadi terharu dan berduka mendengar pengumuman ini. Mereka maklum bahwa Tan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kimpo adalah seorang pemimpin barisan rakyat yang gagah perkasa dan dalam masa berkecamuknya revolusi Tan Kimpo dapat disebut seorang tokoh pembela tanah air dan bangsa yang patut dipuji dan dihormati.

Akan tetapi sekarang ia terjatuh kedalam tangan penjajah berkuasa, apakah daya orang-orang lain? Akan tetapi semua orang maklum bahwa tertangkapnya pemimpin barisan rakyat she Tan itu tak kan berakhir begitu saja. Para orang gagah yang menjadi kawan Tan Kimpo tentu takkan tinggal berpeluk tangan. Pasti akan terjadi hal-hal yang hebat, pikir mereka, maka oleh karena itu mereka merasa lebih aman pada hari itu tidak keluar rumah sambil menanti datangnya saat hukuman itu dengan hati berdebar. Itulah sebabnya seperti yang diterangkan tadi, pada hari itu kota Thaygoan menjadi sunyi bagaikan kosong tanpa penghuni.

Akan tetapi ketika menjelang tengah hari dan para prajurit yang sedang bertugas menjadi keamanan sedang berteduh diemper-emper rumah untuk berlindung dari terik sinar matahari yang terasa benar-benar membakar tubuh mereka, tiba-tiba dari arah barat jalan raya kelihatan seorang pengemis muda berjalan mendatangi sambil tongkat besi yang dipegangnya sebentar-sebentar dipukul-pukulkan kesetiap butiran batu-batu koral yang terdapat diatas jalan yang dilaluinya.

Kedatangan pengemis muda ini sangat menarik perhatian para prajurit petugas tadi, karena dikala para penduduk tiada kelihatan keluar rumah, sedangkan pengemis muda itu berjalan seenaknya memasuki kota dan agaknya hendak terus berjalan memasuki pintu gerbang benteng kegubernuran, seakan-akan tidak menyadari kepentingan suasana pada hari itu, sehingga tentu saja para prajurit petugas segera menaruh curiga terhadapnya. Apalagi ketika pengemis muda itu melewati sekelompok prajurit yang sedang berteduh didepan sebuah rumah gedung besar, bukan saja seakan-akan ia tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melihat para prajurit yang biasanya dihormati dan ditakuti penduduk, bahkan sambil tongkatnya dipukul-pukulkan terus kepada batu koral seperti tadi, terdengarlah ia memaki-maki seorang diri dengan suaranya yang nyaring dan lantang.

“Huh! Bedebah! Banyak benar batu-batu tak berguna ini menghalangi langkah kakiku, maka sudah sepatutnya kuganyang dengan tongkatku ini! He-he-he-he .... ” selanjutnya ia ketawa terkekeh-kekeh seolah-olah apa yang dilakukannya itu amat menggelikan hatinya.

“Ah! Kiranya gembel sinting!” .... terdengar salah seorang prajurit mengomel seorang diri, lalu mulutnya dibuka lebar-lebar untuk melepaskan kuap sambil punggungnya disenderkan kedinding gedung. Baginya pengemis itu tak perlu diperhatikan karena memang itu tak perlu diperhatikan karena memang pada masa itu bukan sedikit pengemis-pengemis bergelandangan sambil mengorek-ngorek tempat sampah mencari kalau-kalau masih terdapat makanan guna mengisi perut mereka sehingga sudah menjadi pemandangan umum dan tak perlu diambil perhatian apalagi pengemis gila semacam gila pemuda pemukul batu itu, apanyakah yang harus diperhatikan?

Sementara para prajurit yang lainnya dalam kelompok itu agaknya sependapat dengan anggapan prajurit yang mengomel tadi, bahwa sipengemis gila itu tiada tugas sangkut pautnya dengan kewaspadaan yang menjadi tugas mereka. Hanya saja pandangan mereka mau tak mau terus mengikuti setiap gerak gerik sipengemis yang mereka anggap lucu itu dan apabila pengemis itu ketawa terkekeh-kekeh seperti ada yang menggelikan hatinya, maka secara otomatis para prajurit itu jadi turut ketawa juga. Memanglah ketawa itu adalah suatu hal yang mudah menular, kalau seorang maka melihat orang lain ketawa dengan penuh kegelian, maka mau tak mau dengan sendirinya pasti ia akan turut ketawa juga,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sungguhpun ia sama sekali tidak mengetahui bahwa apa yang ditertawakan orang itu.

Sementara itu sipengemis masih tetap dengan tawanya yang haha-hehe kemudian ketawanya berhenti dan kini mulutnya bersungut-sungut dan sedetik kemudian lalu terdengar ia mengacobelo pula dengan suaranya yang lebih nyaring serta lantang sehingga jelas terdengar bagi telinga para prajurit yang masih menertawainya.

“Huh! Sialan benar! Dasar sifat alam memang aneh! Apa yang diharapkan tak mudah berwujud, yang maksud dicari, sulit dijumpai! Seperti halnya batu-batu koral yang tak berguna ini, tak kucari, tapi selalu kujumpai sepanjang jalan. Padahal yang kucari yah, sudah lama kucari, yang sampai kini belum juga kujumpai, ialah ... sibatu juling hijau! Yah, sudah lama kucari, yang sampai kini belum juga kujumpai, ialah ... sibatu juling hijau! Yah, sibatu juling hijau, musuh besarku yang akan kuhajar dengan tongkatku ini! .....”

Sambil mengucapkan kata-katanya yang terakhir itu, tongkat diacungkan kedepan dan sambil berjalan langkah kedua kakinya dibanting-banting seakan-akan meniru langkah kaki para prajurit yang sedang berbaris itu.

Para prajurit yang melihat lagaknya makin terpingkal-pingkal tertawa. Betapa tidak! Bukankah lagak pengemis sinting itu sangat mirip dengan gaya seorang kepala barisan tengah memberi hormat terhadap jendral yang memeriksanya? setelah melangkah tegap kira kira lima tindak, tiba-tiba pengemis itu berhenti dan cara menghentikan langkahnya pun persis seperti gaya seorang prajurit yang mendapat komando. Tongkatnyapun ditundukkan kebawah sambil ia bercelingukan kekanan kiri dan tiba-tiba mulutnya bersungut pula serta kedua matanya mendelik ketika dilihatnya sebuah patung singa-singaan yang biasa dijadikan pajangan muka rumah-rumah di Tiongkok, patung berbentuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

singa itu cukup besar dan terbikin dari bat hidup berwarna hitam.

Untuk sejenak ia memandang patung singa itu dengan matanya dipicingkan lalu dihampirinya dekat-dekat seraya terus dipandangnya, kepalanya dimiringkannya kekanan dan kekiri seakan-akan layak seorang ahli sedang menilai mutu pahatan patung tersebut. Kemudian mulutnya yang tadi bersungut-sungut lalu menyeringai, menyamai menyeringainya mulutnya singaan itu yang justru seperti sedang menyeringai terhadapnya!

Adapun para prajurit yang melihatnya dari kejauhan, juga ketularan menyeringai. Kemudian mimik pengemis gila itu tiba-tiba berubah. Wajahnya membayangkan kemarahan hebat serta seiring dengan mana, tongkat ditangan kanannya tampak bergerak cepat sekali. Tahu-tahu patung singaan itu telah jadi pecah berantakan bagaikan dihantam oleh sebuah martil raksasa!

”Haha! Hahaha! ...” sipengemis ketawa bergelagak dan lalu dilanjutkan dengan ocehan ... , ”Singaan besar dan terbuat dari batu sekeras ini pun tak kuasa menahan keampuhan tongkat jimatku! Sangat ingin kucoba kekerasan kepala sijuling Batu-hijau dapat kah ia menahan kehebatan tongkatku ini?! Ah ... pasti kepala sijuling Batu-hijau itu sangat empuk melebihi tahu busuk! ...”

Selanjutnya ia ketawa pula. Ketawa menantang. Baru kinilah para prajurit memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap sigila itu bersamaan datangnya perasaan terkejut, heran dan kagum dihati mereka. Betapa tidak, hanya dengan sekali pukulan saja, dan cara pukulan tongkat itu luar biasa sekali sehingga diluar dugaan mereka, sigila dapat menghancurkan patung singaan itu. Mereka mengakui bahwa mereka sendiri tak mungkin mampu membuat singa-singaan itu hancur sedemikian rupa walaupun menggunakan martil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

besar dengan sepuluh kali pukulan, apalagi hanya mempergunakan sebatang tongkat dengan sekali pukul!

Dilihat dari fakta ini segera mereka menarik kesimpulan bahwa pengemis yang tadi mereka kurang acuhkan itu ternyata bukan sembarang pengemis dan sekaligus mereka beranggapan bahwa sipengemis itu adalah seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan kedatangannya sudah dapat dipastikan bukan tidak membawa maksud tertentu maka jelaslah sudah pengemis itu menjadi tugas mereka untuk diperiksa dan jika perlu mesti diambil tindakan sesuai dengan peraturan keadaan bahaya!

Maka serempak mereka beranjak dari tempat masing-masing sambil mempersiapkan senjata mereka, akan tetapi sebelum mereka ini mereka dapat bertindak lebih lanjut, telah didahului oleh berkelabatnya sesosok tubuh seseorang yang menghampiri sipengemis yang masih ketawa bergelak-gelak itu. Mereka segera maklum bahwa orang yang memiliki gerakan gesit itu adalah komandan mereka yaitu seorang perwira berumur hampir empat puluh tahun bernama Ho Likiat, seorang komandan yang sangat ditakuti oleh para prajurit karena selain tinggi ilmu silatnya, juga amat galak!

Adapun sigila itu masih terus ketawa seakan ia tidak sadar bahwa kini didekatnya telah berdiri seorang keamanan yang bertolak pinggang dengan sikapnya yang amat garang. Akhirnya ia jadi tersentak kaget dan ketawanya dihentikan ketika mendengar komandan itu membentak dengan suara menggeledek.

“Hei! Jempel cilik! Siapa yang kau maksudkan sijuling Batu-hijau tadi! Dan apa maksudmu datang kemari!?”

Ternyata yang menarik perhatian Ho Likiat bukanlah ilmu pukulan tongkat sipengemis yang hebat tadi, melainkan adalah karena ia mendengar kata-kata dari sipengemis tentang “sijuling batu hijau empuk melebihi tahu busuk,” yang membuatnya marah sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan kepala dimiringkan kesebelah kanan dan sepasang matanya dikedip-kedipkan beberapa kali pengemis itu menatapi Ho Likiat sampai seketika lamanya, mula-mula ditatapnya topi perwira itu yang berkucungan seutas bulu dari sayap burung garuda berwarna putih, lalu wajahnya yang bermata besar melotot dan berkumis baplang sehingga wajah itu kelihatan menakutkan.

Pendeknya ia meneliti segala sesuatu yang terdapat ditubuh perwira itu yaitu dari topi wajah, pakaian perang sama sepatu yang dikenakan oleh Ho Likiat. Bahkan senjata perwira ini, berupa tombak pendek yang ujungnya bercagak yang bergantung dikanan kiri pinggangnya, tak luput dari mata penilaiannya sementara itu Ho Likiat sendiripun diam-diam mengawasi keadaan sipengemis, yang rambutnya gondrong dan riap-riapan dibelakang tenguknya, wajahnya dekil dilapisi daki sedikit, pakaian penuh tambalan tambalan yang menutupi tubuhnya, sedangkan sepatunya terbuat dari anyaman rumput.

Adapun yang sangat menarik perhatian perwira ini, ialah sepasang mata sipengemis muda yang menurut taksirannya berumur kurang lebih delapan belas tahun itu. Begitu tajam seakan akan dapat menembus segala sesuatu yang dipandangnya. Berbeda sekali dengan umumnya mata orang-orang gila yang biasanya bergerak liar dan beringas, mata pengemis sedikitpun tidak menunjukkan bahwa ia gila!

’Hm tentu ia pura-pura gila’, pikirnya. Dan Ho Likiat melangkah maju dua tindak mendekat sipengemis sikapnya penuh ancaman karena sesungguhnya ia sudah merasa tak sabar lagi melihat sikap pengemis itu yang seakan-akan menilai dirinya sedangkan pertanyaan yang diajukan tadi, masih belum dijawab.

Melihat perwira itu mendekati dua langkah maka sipengemis membuat imbalan iapun mundur dua langkah kebelakang sambil ketawa haha hehe.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

”Setan alas! Kau tidak mau, segera menjawab pertanyaanku?”, Ho Likiat sambil tangan meraba gagang senjatanya.

”Aduh, galaknya ... !” kata pengemis itu sambil tersenyum sindir. Lalu sikapnya jadi bersungguh tatkala ia meneruskan ucapannya.

”Baiklah aku segera menjawab! Tadi kau mengajukan dua pertanyaan sekaligus maka akan kujawab sekaligus pula dua pertanyaanmu itu: Nah, dengarlah! Aku datang kemari sengaja bermaksud mencari sijuling Batu hijau atau tegasnya seorang she Tjeng (hijau) dan namanya, kalau kini tidak diganti, ialah… Kunhi…!”

Tiba-tiba Likiat menyalak dengan bentaknya:

“Apakah hubunganmu dengan Tjeng Kunhi?”

Melihat sikap marah dari perwira itu sipengemis jadi berseri

“Manusia keparat she Tjeng itu mempunyai hubungan rapat dengan tongkatku ini yang akan menggemplang kepalanya!”

“Bagus! Nyata kau adalah musuh Tjeng Hunciangkun (panglima muda Tjeng)! Maka, sebagai musuh beliau dan kekurangajaranmu berani menghinanya, kau harus ditangkap!” kata-kata ini dibarengi tangan kanannya bergerak cepat hendak mencengkram pundak pengemis itu.

Dugaan Ho Likiat memang tidak salah, bahwa pengemis muda itu sama sekali tidak gila, melainkan ia pura-pura gila sebagai siasat dari maksud yang dikandungnya, yaitu mencari Tjeng Kunhi. Pengemis itu sebagai pengemis tetiron, adalah seorang pendekar muda bernama Han Hayhauw.

Ketika melihat betapa perwira itu tiba-tiba mengirim serangan dengan suatu cengkraman yang mengarah pundaknya, maka Han Hayhauw menyambutnya dengan sikap amat tenang. Memang penyerangan dari Ho Likiat itu cepat sekali datangnya, namun Han Hayhauw tidak kalah cepat,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sehingga nyelonong melalui sampingnya dan jatuh dalam keadaan tubuh tersungkur. Demikian hebat dan cepat luar biasa gerakan yang dilakukan Han Hayhauw sehingga tak dapat diikuti oleh mata para prajurit yang melihatnya.

Sebenarnya pemuda itu hanya melakukan gerakan sederhana saja, yaitu tangan kirinya dengan jari-jari tangan terbuka menyambut datangnya lengan Ho Likiat dan pergelangan tangan perwira ini ditangkapnya yang lalu digentakkan kebelakang sambil kaki kirinya dihadangkan kekaki lawannya, maka tak ampun lagi tubuh Ho Likiat jadi terpelanting dan hampir saja hidungnya mencium pecahan batu dari singa-singaan tadi kalau tidak ia cepat-cepat membuat gerakan membalik sehingga hanya pundaknya saja yang menimpa batu sehingga mendapat luka dan berdarah.

Para prajurit yang menjadi anak buah Ho Likiat terkejut dan marah ketika melihat komandan mereka yang mereka kenal akan kehebatan ilmu silatnya telah disungkurkan oleh pengemis itu secara begitu mudah. Serentak mereka maju hendak mengeroyok akan tetapi mereka tidak berani bertindak sembarangan dan hanya mengambil posisi mengepung saja ketika mereka melihat bahwa sikomandan itu sudah berdiri pula dan kembali menyerang dengan menggunakan tombak bercagaknya.

Ho Likiat sebenarnya memiliki ilmu silat yang cukup lumayan, terutama permainan siangkeknya (sepasang tombak bercagak) yang menjadi andalannya. Memang harus dipuji, sebelum ia menghambakan dirinya kedalam pasukan penjajah, pernah menjabat kedudukan selaku kepala rampok dan ilmu siang-keknya cukup terkenal dikalangan lioklim (rimba hijau) sehingga banyak korban yang menjadi mangsanya. Dan dalam ketentaraan penjajah, setelah diuji ternyata Ho Likiat hanya diberi pangkat seutas buku garuda putih ditopinya, yaitu sebagai perwira tingkat lima alias perwira rendahan yang mendapat kepercayaan menjadi komandan dari dua puluh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lima orang prajurit. Komandan yang berwatak galak ini terlampau memandang rendah terhadap Han Hayhauw, kalau tidak, belum tentu ia dapat disungkurkan semudah itu.

Peristiwa yang terjadi hanya dalam beberapa detik itu sungguh membuatnya marah dan malu, apalagi justru terjadi didepan anak buahnya. Maka pada detik berikutnya, dengan muka merah karena marah dan malu serta meringis menahan rasa sakit dipundaknya yang menghantam batu tadi, juga kini maklum bahwa pengemis yang semula dipandang remahitu ternyata mempunyai kepandaian yang tak boleh dibuat gegabah.

Ho Likiat segera bangun dan dalam sekali saja sepasang senjatanya sudah berada di kedua tangannya, sambil loncat menubruk ia langsung mengirim serangan dengan gerak tipu Ci-thian-wa-tee atau menusuk langit menggores bumi. Tombak cagak ditangan kirinya kearah tenggorokan dan senjata sejenis ditangan kanan disodokkan kearah lambung pemuda itu. Biasanya, setiap lawan yang menghadapi serangan semacam itu, tentu akan berkelit kesamping atau loncat kebelakang dan biasanya Ho Likiat memburu sambil melancarkan serangan yang mematikan. Dengan menggunakan gerak tipu semacam inilah Ho Likiat hampir selalu berhasil menjatuhkan lawannya dalam segebrakan.

Akan tetapi kini perwira bekas kepala perampok itu ternyata ketemu batunya. Bukan saja Han Hayhauw tidak berkelit maupun meloncat untuk menghindarkan diri dari serangan itu bahkan dengan tenang-tenang saja ia berdiam diri seakan-akan membiarkan dirinya dipanggang oleh sepasang senjata berujung runcing itu.

Hal ini sangat menggirangkan hati Ho Likiat oleh karena setelah tadi ia gulingkan hanya dalam segebrakan, kini ia merasa pasti akan memampuskan pengemis itu dalam segebrakan pula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Mampuslah engkau .... !” serunya sambil meneruskan serangannya dengan penuh tenaga. Akan tetapi seruannya disusul oleh suara teriakan kaget ketika tiba-tiba dan secara luar biasa sekali pemuda itu menggerakkan tongkatnya yang sekaligus menangkis sepasang siangkeknya. Ho Likiat merasakan tongkat sipengemis yang membentur sepasang senjatanya mengandung tenaga yang kuat luar biasa tanda bahwa benturan itu disertai tenaga dalam atau iwekang yang sangat tinggi sehingga membuat kedua telapaknya yang mencengkal gagang siangkek terasa amat sakit dan pedas serta otomatis menyebabkan sepasang lengannya seakan-akan menjadi lumpuh secara mendadak sehingga tanpa disadarinya sepasang siangkeknya seketika itu juga telah terlepas dari pegangannya dan diterbangkan oleh tongkat Han Hayhauw yang digerakkan dari bawah menyabet keatas!

Cepat-cepat Ho Likiat membuat gerakan Yancu sia hui (Burung walet terbang menyamping) yaitu tubuhnya berjungkir balik tiga kali kesamping. Ia melakukan gerakan ini karena ia kuatir kalau pengemis lawannya itu akan mengirim serangan susulan, maka lebih baik menyelamatkan diri sebelum serangan datang, pikirnya. Akan tetapi, ketika ia berdiri pula ditempat sejauh lima tombak dari tempatnya semula dan memandang kepada lawannya, ternyata pemuda itu sama sekali tidak mengejarnya, melainkan hanya berdiri saja tanpa memindahkan kakinya setapakpun, sambil ketawa terkekeh-kekeh mengojeknya.

Kejadian ini benar-benar membuat hati Ho Likiat mendongkol dan panas seakan-akan dibakar ia merasa dipermainkan dan diejek. Sepanjang jalan pengalaman yang pernah ia lakoni belum pernah jadi permainan dan diejek sedemikian rupa yang berarti suatu penghinaan baginya. Kini ia menerima penghinaan dari seorang pemuda jembel, dan disaksikan oleh semua para anak buahnya yang menonton disekitarnya, dapat dibayangkan betapa malu dan marahnya! Namun kini ia tak dapat berbuat sesuatu karena sadar bahwa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengemis itu bukan merupakan lawannya, hanya berdiri saja sambil meringis menahan rasa ngilu yang melumpuhkan kedua lengan tangannya!

Ketika itu tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut dan Ho Likiat menunjukkan wajah girang oleh karena ternyata kawan-kawannya berdatangan. Jumlah prajurit yang mengitarinya bertambah banyak dan kini tahu-tahu Han Hayhauw sudah dihadapi oleh empat orang perwira dan pada topi mereka masing-masing tampak seutas bulu garuda yang berwarna hijau, biru, merah, dan kuning. Han Hayhauw berlaku waspada dan ketika melihat kini ia berhadapan dengan empat perwira yang berdatangan dalam waktu lama, maklum bahwa tentu ia akan keroyok.

Ternyata bahwa yang datang adalah perwira-perwira tingkat empat, tiga, dua, dan satu. Sikap mereka sangat gagah dan garang, dilaiha dari gerak-geriknya mencerminkan bahwa mereka rata-rata memiliki kepandaian silat tinggi!

Benar-benar kini Han Hayhauw menghadapi lawan-lawan tangguh dan sekitarnya dikurung oleh benteng prajurit, sehingga sulitlah baginya untuk meloloskan diri. Akan tetapi pemuda ini sungguh memiliki ketabahan hati yang luar biasa, tenang-tenang saja ia berdiri sambil sepasang matanya yang tajam menghadapi wajah-wajah para perwira yang bersikap mengancam itu, agaknya ia sedang mencari orang yang dicarinya, yaitu Ceng Kunhi, kalau-kalau terdapat diantara mereka. Tapi yang dicarinya itu ternyata tidak kelihatan, sehingga hati pemuda in merasa agak kecewa. Hanya saja kekecewaan hatinya tidak diperhatikan, bahkan dihatinya menyunggingkan senyuman ramah.

“Cuwi Lauwko atau saudara tua sekalian! Jembel ini memancing keributan. Ia menghina ceng Huciangkun!” demikian Ho Likiat memberi laporan kepada empat perwira itu sambil memungut siangkeknya yang menggeletak ditanah. Perwira tingkat satu, yaitu yang mengenakan tanda bulu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

garuda berwarna kuning pada topinya, adalah seorang kakek yang sudah lanjut usianya. Tubuhnya kurus kering dan punggungnya yang sedikit bungkuk membuat ia kelihatan seperti seorang kakek yang sudah loyo, ternyata yang dipegangnya adalah sebatang tongkat hitam yang salah satu ujungnya berbentuk kepala naga. Tongkat tersebut ditekan lurus ketanah seakan-akan menunjang tubuh yang kelihatan seperti hendak roboh kedepan. Kalau saja ia tidak mengenakan pakaian seragam perwira tentu orang akan menyangka bahwa ia hanya seorang kakek lemah yang hampir mampus. Kulit mukanya kerut merut tapi sepasang matanya yang sipit bersinar sangat tajam dan ditatapkan kepada Han Hayhauw dengan pandangan penuh selidik. Dan mulutnya yang ompong terdengar mengeluarkan suara ketika ia bertanya

“Enghiong ini siapakah dan dari golongan mana? Harap sudi memperkenalkan diri agar tidak sampai timbul salah paham diantara orang-orang segolongan”.

Sikap perwira tingkat satu ini berbeda amat jauh dengan sikap perwira tingkat lima tadi yang kasar. Memanglah sudah menjadi kebiasaan umum bahwa orang yang berpangkat tinggi bersikap sopan dan merendah dan sedangkan orang yang berpangkat rendah rendah sama sekali memperlihatkan kesombongannya dan bersikap galak.

Melihat sikap kakek itu yang wajar dan mendengar kata katanya yang sopan, Han Hayhauw tidak berani kurang ajar bagaimana sikap yang ia tunjukkan terhadap Ho Likiat tadi ia cepat memberi hormat dan menjawab dengan suara rendah,

”Locianpwe ada orang tua yang gagah, mohon siauwte diberi maaf sebanyaknya. Sesungguhnya siauwte tidak mencari keributan, apalagi ribut dengan alat negara yang berkuasa seperti kawan Locianpwe tadi, benar-benar siauwte tidak berani lakukan. Siauwte hanya seorang pelancong biasa saja dan bukan anggota dari golongan mana. Siauwte sedang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencari seorang bernama Ceng Kunhi dengan siapa siauwte mempunyai urusan pribadi yang hendak dibereskan tetapi kawan Locianpwe tadi menyerangku, maka tiada jalan lain bagi siauwte kecuali membela diri. Harap Locianpwe maklum serta maafkanlah siauwte dan siauwte yang rendah ini akan sangat berterimakasih apabila Locianpwe sudi memberi keterangan dimana adanya Ceng Kunhi yang siauwte cari itu, terang saja kalau Locianpwe tahu dan mengenalnya”.

Mendengar pemuda berpakaian pengemis itu tidak mau menyebutkan nama, malah bicara panjang lebar dan mengutarakan maksudnya sedang hal ini tidak ditanyakannya, maka perwira tua tingkat satu itu memperlihatkan air muka tidak senang.

“Hm, apakah engkau orang muda merasa terlalu tinggi untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu? Kalau demikian, biarlah aku memperkenalkan diriku. Ketahuilah, aku ini adalah Ma Inliang atau kalangan kangouw lebih terkenal dengan gelar Liong-thauw-tung (si Tongkat kepala naga), perwira tinggi dalam pasukan Garuda penjaga kota Thay goan. Nah, sepantasnyalah kalau sekarang kau memberitahukan namamu.”

Akan tetapi hati kakek ini jadi sangat mendongkol dan marah ketika mendengar jawaban dari pemuda itu.

“Terhadap Locianpwe, sudah selayaknya siauwte yang rendah menaruh hormat akan kedudukan Locianpwe selaku perwira tinggi dalam pasukan Garuda! Akan tetapi, siauwte merasa kurang perlu memperkenalkan nama mengingat keuntungan apakah bagi Locianpwe sekalipun mengetahui nama dari seorang jembel hina seperti siauwte ini? Terkecuali kalau dengan Ceng Kunhi, barangkali nama siawte ini merupakan hal yang penting.”

“Hm! Orang muda sombong, kau demikian memandang rendah terhadapku. Apakah namamu terlalu agung sehingga hanya berlaku bagi Ceng Huciangkun saja?! Akhirnya si

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tongkat kepala naga membentak saking tak kuasa menguasai rasa mendongkol dan kemarahannya yang menyesaki dadanya. Tongkat kepala naganya ditodongkan kepada Han Hayhauw dan ditatapnya pemuda itu dengan sinar mata berapi-api. Sementara Han Hayhauw juga sudah siap siaga. Tongkatnya dilintangkan didepan dada, sikapnya sungguh gagah.

“Sungguhpun siauwte tidak mencari keributan dan tidak mau menjadi musuh Locianpwe serta anak buahnya, tapi apabila siauwte diserang tentu siauwte tidak tinggal diam!”

Ucapan ini dirasakan suatu tantangan oleh Ma Inliang sehingga kakek ini segera memperdengarkan pekik seperti suara burung garuda marah dan ia menerkam maju sambil tongkat kepala naganya disambarkan kearah kepala pemuda itu. Hebat sekali ilmu silat tongkat dari Ma Inliang ini, dalam gerakan pertama yang berupa sabetan itu saja sudah membuktikan kelihaiannya.

Memang Ma Inliang adalah seorang tokoh silat yang namanya telah mencapai ketenaran didunia kangouw karena kehebatan ilmu silat tongkatnya jarang yang menandingi, sehingga ia sangat disegani kawan dan ditakuti lawan.

Para tokoh kangouw menaruh hormat terhadap sitongkat kepala naga ini karena selain ia sebagai pendekar pembela kaum lemah tertindas dan pembasmi sikuat yang berlaku sewenang-wenang juga ia merupakan seorang tosu (pendeta pemeluk agama To) dari cabang persilatan Ho-San-pay yang sangat terkenal pada masa itu. Tetapi sayang sekali tosu ini kemudian gugur imannya ketika ia kena dibujuk oleh seorang pembesar Mongol yang menghadiahkan kepadanya banyak uang, emas, dan permata sehingga akhirnya ia menjadi bala tentara penjajah dan mendapat kedudukan tinggi selaku perwira tingkat satu dalam pasukan Garuda dikota Thay-goan.

Han Hayhauw yang melihat betapa tongkat kakek itu menyambar sedemikian hebat seakan-akan seekor naga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyabetkan ekornya dan mendatangkan hawa pukulan sangat kuat, segera maklum akan ketangguhan kakek perwira itu. Maka cepat ia mengangkat tongkat besinya keatas untuk memapaki datangnya senjata lawan dengan sebuah tangkisan, dan terdengarlah kedua senjata itu berbenturan sambil mengeluarkan suara keras! Han Hayhauw sengaja menangkis dan membenturkan tongkatnyua dengan senjata lawan untuk menjajal tenaga kakek itu dan segera ia mendapat kenyataan bahwa tenaga tongkat kepala naga itu sungguhpun sangat kuat tanda bahwa kakek itu mempunyai Iwekang tinggi, kan tetapi tidak sampai membuat ia khawatir. Sebaliknya ketika senjata ditangkis sehingga terpental kembali, malah hampir saja terlepas dari pegangannya.

Ma Inliang mengeluarkan seruan kaget. Betapa tidak, karena ketika ia menyerang tadi ia telah menggunakan tiga perempat bagian dari seluruh tenaganya, akan tetapi dapat ditangkis demikian mudah oleh anak muda itu dan tangkisannya mengandung tenaga buakan main kuatnya sehingga tangannya jadi tergetar yang membuat senjatanya nyaris terlepas dari pegangannya. Maka maklumlah Ma Inliang kini, bahwa lawannya yang masih muda belia itu ternyata memiliki tenaga dalam yang tidak berada dibawahnya.

Karuan saja kakek perwira ini dangat penasaran dan sebagai seorang yang sudah banyak pengalaman dan tersohor dikalangan kangouw juga selaku perwira tingkat satu dalam pasukan Garuda, tentu ia tak mau memperlihatkan kelemahannya. Oleh karena itu, kakek ini lantas mengirim serangan pula sambil mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan mengerahkan segenap tenaganya.

Tongkat kepala naga yang dimainkannya benar-benar hebat, setiap serangannya cepat seakan-akan melebih kecepatan kilat dan bertenaga sehingga menimbulkan angin santer serta suara menggaung nyaring. Tongkat kepala naga itu menotok, menyodok, memukul dan menyabet bertubi-tubi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan selalu kearah sasaran yang mematikan. Karena gerakan senjata ini cepat luar biasa sehingga sukar diikuti oleh penglihatan mata, maka yang tampak hanya berupa segulungan sinar hitam menerjang-nerjang dahsayat seakan-akan gerakan seekor naga hitam sedang mengamuk.

Keempat perwira bawahan Ma Inliang sejak kakek atasan mereka mulai melancarkan serangan, sudah sam amelompat mundur karena mereka khawatir menjadi korban dari senjata nyasar, sehingga tempat itu jadi merupakan gelanggang luas untuk bertempur.

Keempat perwira itu menyaksikan batapa dahsyat dan gansnya pemimpin mereka menerjang pemuda itu. Mereka yakin bahwa nyawa pemuda itu tak lama lagi akan melayang sedangkan para prajurit yang merubung sekitar gelanggang itu terdengar besorak-sorak menyemangati pemimpin mereka, sehingga suasana ditempat itu sangat gemuruh dan gegap gempita.

Akan tetapi Han Hayhauw ternyata dalah seorang pemuda yang memiliki kertabahan serta keberanian hati yang luar biasa. Kalau saja seorang yang tidak memiliki ketabahan serta keberanian sebagaimana yang dimiliki pemuda ini, ia akan pasti akan menjadi jerih dan panik oleh karena apabila ia berhasil merobohkan kakek kosen itu, tak urung ia sendiri akan menjadi bojok dikeroyok oleh sekian banyak lawan. Sebaliknya jika ia kalah dan tak sampai tewas oleh kakek itu betapapun juga akhirnya tubuhnya dicincang oleh senjata para pengepung yang sekian banyaknya itu karena mungkin mendapatkan jalan untuk meloloskan diri! Namun Han Hayhauw sudah mempunyai perhitungan masak dan mengetahui untung ruginya dalam peristiwa ini. Oleh karena itu, maka sesuai dengan wataknya yang sabar sikapnya tinggal tetap tenang sungguhpun dengan tenang atau diam-diam ia mempertinggi kewaspadaannya. Ketika menghadapi serangan-serangan hebat dari Ma Inliang pemuda ini tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa gentar bahkan mainkan tongkat besinya dengan gerakan lambat lambat seakan-akan ia tidak dapat menggerakkan tongkatnya itu secara hebat. Hal ini tentu saja amat menggirangkan Ma Inliang, sehingga kakek ini meneruskan serangannya terlebih dahsyat dan ia merasa pasti bahwa anak muda itu akan sudah dirobohkan dalam waktu tidak lebih sepuluh jurus! Namun betapa kecewa hati Ma Inliang karena perhitungan ternyata meleset sungguhpun ia sudah melancarkan serangan sampai jurus kedua puluh jangankan ia mampu merobohkan lawan mudanya itu bahkan ia sendiri harus berlaku hati-hati lantaran serangan-serangan balasan dari anak muda itu sungguh berbahaya!

Bukan saja keempat perwira yang menyaksikan pertempuran itu merasa heran, malah Ma Inliang sendiri sangat gegutan menghadapi lawan mudanya yang mainkan tongkatnya secara istimewa itu, karena nampaknya pemuda itu hanya mengerak-gerakkan tongkatnya dengan perlahan dan lambat sekali, akan tetapi setiap gerakan dapat menangkis dan membentur kembali senjata lawannya, benturannya demikian mantap dan kuat. Tidak demikian saja, bahkan dengan tongkat besinya itu, Han Hayhauw dapat membalas dengan serangan-serangan dahsyat. Hal ini tentu saja membuat Ma Inliang terkejut sekali. Ia tidak melihat bagaimana pemuda itu menggerakkan tongkatnya, akan tetapi kemana saja tongkat kepala naga ditangannya menyerang, selalu bertemu dengan tongkat lawan yang menangkisnya! Maka sambil mendenguskan nafas karena marah, si Tongkat kepalanaga ini menyerang makin ganas dan mengeluarkan kepandaian yang paling dijadikan andalannya untuk menjatuhkan anak muda yang luar biasa itu! Yang membuat Ma Inliang sangat marah sehingga perutnya terasa panas, ialah anak muda itu menghadapinya bertempur sambil bersenyum-senyum.

Pertempuran sudah berlangsung selama limapuluh jurus. Tiba-tiba terdengar Ma Inliang membentak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Pengemis kecil, kau robohlah”

Ternyata pada suatu saat, Ma Inliang mendapatkan kesempatan yang amat baik. Tongkat kepala naganya mengirim suatu totokan kearah jalan darah Giok liong hiat yang terletak dibagian bawah tiga disebelah kiri anak muda itu. Totokan ini demikian cepat ia lakukan, ia merasa pasti bahwa anak muda itu takkan dapat membela diri karena bagian yang dijadikan sasarannya itu sama sekali tidak terlindung.

Memanglah, disaat itu kedudukan Han Hayhauw sangat berbahaya, karena tongkatnya sedang berada jauh dari tempat yang diarah oleh lawannya sehingga bagian itu merupakan tempat berbahaya yang terbuka, dan ketika melihat betapa tongkat lawannya meluncur akan menotok jalan darah tersebut yang apabila kena bisa mendatangkan kematian, marahlah anak muda ini karena kini ia mendapat kenyataan bahwa kakek itu benar-benar hendak membunuhnya. Maka ia segera membentak.

“Perwira kolot! Lepaskan senjata!!” sungguh hebat pemuda ini, biarpun tongktnya memang tak keburu untuk menangkis karena datangnya senjata lawan terlebih cepat akan tangan kirinya bergerak demikian cepat dan dengan jari-jari tangan terbuka ditangkapnya senjata lawan yang lalu diputarkannya sedemikian rupa disertai pengerahan tenaga iwekang, kemudian tongkatnya menyusul dengan suatu serangan kilat disabetkan kepada kaki lawan. Segera terdengarlah seruan kaget dari Ma Inliang. Senjata tongkat kepala naganya telah dirampas pemuda itu dan ia segera loncat kebelakang sejauh tiga kali lompatan untuk menghindarkan kakinya dari bahaya patah tulang! Kemudian kakek ini memandang bengong kepada pemuda itu ternyata tidak mengejarnya dan diam-diam hatinya mengakui bahwa ia sudah merasa tak ungkulan meneruskan pertempuran dengan anak muda yang benar-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

benar tangguh itu, sedangkan ia sendiri sudah demikian lelah kehabisan tenaga dan nafas.

“Antara kalian dan aku tidak ada permusuhan, biarlah peristiwa kecil ini diakhiri sampai disini saja dan kuanggap sebagai pelajaran bagiku. Kuminta kalian memberikan jalan bagiku untuk pergi dari sini. Dan tongkat kepala naganya ini kukembalikan kepada pemiliknya. Nah terimalah Locianpwe!”

Sambil mengucapkan perkataannya yang terakhir Hayhauw melemparkan tongkat kepala naga itu kearah Ma Inliang yang segera menyambutnya.

Han Hayhauw mengira bahwa perwira itu akan mengucapkan terimakasih atas kebaikan hatinya dan ia menanti para prajurit yang mengurungnya segera memberi jalan seperti apa yang dimintanya tadi. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian, karena Ma Inliang setelah senjatanya kembali berada ditangannya, segera ketawa terbahak-bahak dan berkata:

“Ha-ha-ha! Anak muda, setelah kau membuat kekacauan disini, tak mungkin kau pergi begitu saja! Kuperintahkan supaya kau menyerah saja, inilah satu-satunya jalan yang paling baik bagimu supaya kau dapat kami bawa menghadap kepada Ceng Huciangkun dalam keadaan selamat! Serahkan segera senjatamu kepada kami!”

Marahlah hati Han Hayhauw mendengar ucapan perwira tua yang dianggapnya tidak mengenal budi. Ia diperintah menyerahkan senjata dan akan diperlakukan seperti tawanan? Mana bisa! Biarpun ia memang hendak mencari Ceng Kunhi dan dengan jalan seperti ditawan itu akan dapat dijumpainya secara mudah, akan tetapi pemuda yang berhati keras dan gagah perkasa ini mana mau menempuh jalan ini? Betapapun juga, ia akan menemui Ceng Kunhi dengan secara jantan dan penuh rasa tanggung jawab, bukan secara pengecut penuh kerendahan! Saking marah dan penasarannya, hati mudanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang cepat panas membuat Han Hayhauw mengucapkan perkataan tantangan:

“Apa?! Aku harus menyerahkan tongkatku ini?! Tidak mungkin, kawan! Ketahuilah, tongkatku ini mungkin baru terlepas dari tanganku apabila aku telah tidak benyawa lagi. Dan biarpun kalian tidak memberi jalan, aku sendiri bisa membuat jalan dengan mempergunakan tongkatku ini. Aku bisa pergi dengan mudah semudah ketika aku datang kemari, juga pada suatu waktu nanti aku sendiri bisa menjumpai Ceng Kunhi dengan mudah, lebih mudah dari pada aku merampas tongkatmu tadi ....”

“Anjing kecil, kuhentikan gonggonganmu .... !” Teriak Ma Inliang marah dan dengan suatu gerakan kepala ia memberi isyarat kepada perwira bawahannya sehingga keempat perwira itu yang memang saja tadi menunggu perintah, terutama Ho Likiat yang menyimpan dendam terhadap pemuda itu, serempak bergerak mengeroyok Han hayhauw. Bahkan Ma Inliang sendiri memegang pimpinan dalam pengeroyokan itu! Sedangkan para prajurit yang mengitari tempat itu bersorak-sorak makin riuh, senjata mereka diacung-acungkan, laku mereka tak ubah bagaikan sekawanan anjing yang takut kehabisan tulang dari mangsa yang tengah diperebutkan majikan mereka!

Perlu dijelaskan bahwa para pengeroyok Han Hayhauw, selain Ma Inliang si Tongkat Kepala Naga yang paling tinggi ilmu silatnya diantara mereka, dan Ho Likiat siperwira tingkat lima yang bersenjatakan sepasang tombak bercagak, maka yang belum diperkenalkan kepada pembaca adalah perwira-perwira tingkat dua adalah seorang bertubuh tinggi besar mengenakan topi yang terbuat dari bulu domba dimana terpancang seutas bulu garuda warna hijau, senjata yang dipegangnya sebatang tombak panjang dan ia bernama Tohula, seorang suku bangsa Mongol. Sedangkan perwira tingkat tiga, yaitu yang mengenakan bulu garuda warna biru

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada topinya bernama Ong Sankui, orang ini berusia setengah tua dan senjata yang dipegang oleh tangan kanan-kirinya berupa sepasang kapak berbentuk besar dan lebar serta gagangnya panjang. Ong Sankui atau si Kapak Kembar inilah yang memimpin penggerebekan dan menangkap Tan Kimpo ketua Tiong-gi-pay waktu semalam tadi. Adapun orang yang bertubuh pendek buntek, bercambang bauk yan topinya berciri bulu garuda warna merah sebagai tanda perwira tingkat empat itu, ialah bernama So Banpek, dan senjatanya sungguh mengerikan yakni sebilah golok panjang besar serta dan berbentuk lengkung sehingga menyerupai parang berkilau-kilau ditimpa sinar matahari tanda bahwa senjata ini tajam luar biasa! Demikianlah pada ketika itu Han Hayhauw sudah dikeroyok secara serempak. Kelima perwira yang mengenakan lima macam senjata itu melancarkan serangan dari lima jurusan sehingga Han Hayhauw benar-benar terkurung rapat.

Akan tetapi Han Hayhauw benar-benar adalah seorang pemuda yang matang dalam gemblengan, sedikitpun ia tidak memperlihatkan sikap yang gentar. Malah ia bergela-gelak ketawa sinis dan ketika kelima macam senjata dari para pengeroyoknya yang menghujani tubuhnya dari kelima jurusan itu, maka tongkatnya digerakkan sedemikian rupa sambil ia memperdengarkan suara suatu bentakan yang nyaring dan panjang. Hebat sekali akibatnya, membuat kelima orang pengeroyoknya melompat mundur sambil masing-masing berseru kaget. Ternyata, hanya sekali putar saja tongkat pemuda itu sudah berhasil menangkis dan membentur senjata Ma Inliang, Tohula, dan So Banpek. Benturan tongkat pemuda itu kuat luar biasa membuat senjata mereka terpental, bahkan Ma Inliang merasakan benturan kali ini jauh lebih dahsyat daripada benturan yang pertama kali ia rasai tadi. Tidak demikian saja, malah tongkat pemuda itu setelah menangkis dan membentur sekaligus dari ketiga lawannya itu, secara sekaligus mengirim serangan terhadap dua orang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lainnya, yaitu Ho Likiat dan Ong Sankui. Kelima perwira itu mendapat kekagetan masing-masing, sungguhpun kekagetan itu datangnya dari akibat yang sama, itulah sebabnya maka mereka berseru kagetdan pada waktu yang hampir bersamaan mereka melompat mundur.

Han Hayhauw tidak menghentikan serangannya karena tekadnya hendak membuka jalan untuk keluar dari kepungan itu. Ia mengejar dua lawan yang menurut penglihatannya paling lemah dan hendak dijatuhkan dulu dua lawan itu agar maksudnya terlaksana, ketiga lawannya yang telah jadi nekat menubruk dan menerjang dari arah kanan kiri dan belakang sehingga Han Hayhauw terpaksa menarik kembali senjatanya yang lalu diputarkan untuk menjaga dirinya.

Ketika itu mendadak terdengar bentakan nyaring bagaikan geledek.

”Mundur semua .... !”

Dan aneh, kelima perwira itu ketika mendengar bentakan ini, tiba-tiba menahan senjata masing-masing dan cepat melompat mundur. Begitu pula suara hiru pikuk sorak-sorakan para prajurit tiba-tiba menjadi sepi bagaikan binatang belalang terinjak. Mereka kini berdiri dengan sikap penuh hormat, Han Hayhauw yang mendengar bentakan tadi dan melihat perubahan keadaan ini berdiri menanti segala kemungkinan dengan penuh waspada karena ia maklum bahwa orang yang terdengar bentakannya tadi adalah bukan orang sembarangan, terbukti dari suara bentakannya saja demikian nyaring dan berpengaruh, tanda bahwa orang itu berkhikang tinggi.

Pada berikutnya ia merasakan sambaran angin dibelakangnya dan ia cepat membalikkan tubuh, maka tahu-tahu kini ia telah berhadapan dengan seorang bertubuh tinggi besar dan sekali pandang saja maklumlah bahwa orang itu mempunyai kedudukan tinggi dalam ketentaraan. Pakaian seragamnya berwarna hijau tua dan bersisik-sisik warna emas,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

topinya yang tinggi dihias dengan bintang emas dan biarpun orang itu berumur kurang lebih lima puluh lima tahun akan tetapi pada wajahnya yang keren tak tampak kumis maupun jenggot sehingga biarpun sudah tua kelihatannya masih tampan, tanda bahwa ia sewaktu mudanya memiliki wajah yang cakap.

Orang tinggi besar ini memiliki sepasang mata sipit akan tetapi biji matanya bersinar amat tajam bagaikan mata burung rajawali. Adapun yang menarik perhatian Han Hayhauw ialah diikat pinggang orang itu tampak bergantungan dua keping benda aneh, sekeping berbentuk bundar seperti piring dan sekepin lainnya berbentuk bintang segilima, kedua-duanya rupanya terbuat dari baja tulen, begitu mengkilap, dan karena waktu itu dua keping benda tersebut kebetulan tertimpa sinar matahari, sehingga mata Han Hayhauw yang melihanya merasa kesilauan. Dan keping logam yang berbentuk bulan dan bintang itu bergoyang-goyang didepan paha orang itu, sehingga beberapa buah kerincingan kuningan yang terpasang disepanjang rangkaian rantai besi yang menjadi tali penggantungnya, mengeluarkan suara gemerincing yang nyaring dan ramai.

Nada suara ucapan orang tua ganteng itu terdengar besar dan parau dikala berkata terhadap Han Hayhauw yang masih bengong untuk seketika karena mengagumi kegagahannya dan kegantengannya.

“Enghiong muda, kegagahanmu sudah sejak tadi kusaksikan dan benar-benar kau hebat! Maka sebagai tanda pujianku yang sejujurnya, terimalah hormatku!” setelah berkata demikian, menjura dengan merangkapkan kedua tangannya didada sambil membungkukkan tubuhnya.

Dimanapun didunia ini kalau seorang tua memberi hormat terlebih mula terhadap yang muda, adalah kurang pantas dan boleh dikata merupakan hal ganjil demikian pula keganjilan ini dirasakan oleh Han Hayhauw. Akan tetapi pemuda ini segera

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

paham akan maksud dari pada keganjilan itu oleh karena ia lantas dapat menduga bahwa gerakan-gerakan yang dilakukan orang tua itu adalah semacam pukulan gelap yang mempergunakan tenaga Iwekang yang tinggi. Benar saja dugaannya ketika ia merasa ada angin menyambar dari kedua kepalan tangan orang tua itu kearah dadanya, sungguhpun jarak antara orang tua itu dan ia sejauh kira-kira enam kaki. Baiknya sejak tadi ia sudah memahami maksud orang tua itu maka kini ia cepat mengangkat tangan kiri dengan telapak tangan dikembangkan kedepan dada mendorong. Setelah melakukan gerakan ini, seraya mengerahkan Iwekangnya pula, setelah melakukan gerakan ini ia baru menyaut “Maaf siauwte yang muda tak berani menerima penghormatan dari Locianpwe.”

Bukan main terkejutnya orang tua itu ketika merasakan akibat beradunya hawa pukulan mereka. Benturan tenaga Iwekang dari anak muda itu demikian kuat sehingga tubuhnya yang besar itu jadi terhuyung kebelakang sampai tiga langkah, sedangkan pemuda itu ia lihat sendiri hanya mundur dua tindak dan sama sekali tidak terhuyung! Hal ini sudah membuat orang tua itu segera maklum bahwa anak muda itu benar-benar “berisi” serta mengakui pula bahwa Iwekang anak muda itu lebih tinggi setingkat dari pada tenaga dalam yang dimilikinya. Buktinya, ia mengerahkan Iwekang melalui kedua tangannya sedangkan anak muda itu hanya menggunakan sebelah tangan saja untuk menyambutnya tapi akibatnya ia sendiri yang kena gempur sehingga hatinya sangat penasaran! Akan tetapi orang tua itu sudah kenyang pengalaman, ia dapat mengusai perasaan hatinya dan berlaku hati-hati. Lalu bertanya pula.

“Orang muda yang gagah mengakulah terus terang bahwa kau adalah seorang anggota Tiong-gi-pay dan kedatanganmu kemari hendak menuntut pembebasan pemimpinmu yang kami tawan bukan?”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Hayhauw menggelangkan kepala sambil menjawab:

“Locianpwe sungguh aneh, bagaimana siauwte harus mengaku tentang persoalan yang siauwte sama sekali tak tahu ujung pangakalnya. Ketahuilah Locianpwe, bahwa siauwte bukan anggota Tiong-gi-pay dan ketahuilah kedatangan kemaripun tidak ada sangkut pautnya dengan perserikatan tersebut .....”

“Habis siapa dan dari manakah kau? Serta maksud apakah yang membawamu datang kemari?” tanya orang tua itu.

“Siauwte hanya seorang perantau biasa saja yang hendak mencari seseorang. Kebetulan sekali siauwte mendengar bahwa orang yang siawte cari itu berada dikota ini dan mungkin kinipun berada diantara kalian. Akan tetapi oleh karena ternyata dia tidak mau menampakkan diri, maka biarlah siauwte mohon diri saja dengan harapan bertemu dengannya”.

Setelah berkata demikian Han Hayhauw lalu membalikkan tubuh dan melangkah hendak pergi seakan-akan ia tidak sadar bahwa ia berada ditengah-tengah kurungan para perwira dan bendungan sekian banyak serdadu.

Mendengar jawaban pemuda itu yang tidak mau memperkenalkan diri dan hendak pergi begitu saja, hal ini tentu dianggap oleh orang tua itu suatu sikap yang tidak menyenangkan.

“Orang muda terhadap keluarga Kulangca atau Goat seng Thaysu yang bertindak selaku panglima tinggi dalam pasukan garuda ini kau tak boleh berlaku demikian sombong. Akan tetapi karena mengingat bahwa kau adalah seorang perantau dan belum tahu siapa adanya aku ini, kesombonganmu dapat kumaafkan. Hanya saja sebelum kau mau mengaku siapa adanya dirimu dan maksud apa yang kau bawa bagi orang yang kau cari itu, maka terpaksa takkan kuijinkan kau pergi dari sini”!!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu memang adalah panglima tinggi pasukan garuda. Dari namanya saja mudah diduga bahwa ia adalah seorang bangsa Mongol. Ia lebih terkenal dengan nama julukannya, Goat seng Thaysu (Guru besar yang bersenjatakan bulan bintang) sesuai dengan senjata yang menjadi gegemannya, yaitu dua keping logam berbentuk bulan dn bintang yang seperti sudah diterangkan tadi. Senjata berbentuk aneh ini benar-benar mempunyai kehebatan luar biasa apabila dimainkan oleh sepasang tangan dari panglima tinggi yang gagah perkasa ini. Dikota Thay goan Kulangcha diperbantukan kepada gubernur Lo Binkong, namanya saja diperbantukan padahal hakikatnya ia mempunyai tugas mengawasi tindak tanduk gubernur tersebut. Demikianlah pemerintahan Mongol menempatkan pejabat-pejabatnya. Bangsa Han, yaitu bangsa yang dijajahnya ditempatkan dalam kedudukan lebih tinggi setingkat dari pada bangsa Mongol sendiri. Cara ini berlaku dalam segala bidang pemerintahan kecuali kedudukan kaisar. Hal in adalah untuk membeli hati bangsa Han, bahwa bangsa Han dapat penghormatan dan diberi hak mengatur pemerintahan. Padahal bangsa-bangsa Han yang diberi kedudukan dan pangkat semacam itu tidak lebih hanya sebuah boneka hidup, oleh karena segala aturan dan wewenang berada ditangan bangsa Mongol yang justru merupakan orang bawahannya.

Dikota Thaygoan tentu saja Kulangcha sebagai seorang kedua dari gubernur she Lo, baik rakyat apalagi pasukan anak buahnya, sangat dihormati dan ditakuti. Bahkan gubernur Lo sendiripun tak berani kurang ajar terhadap panglima tinggi pelindungnya ini. Pendeknya Kulangcha mempunyai wewenang penuh di kota Thay-goan dan berwenang pula untuk membekuk leher Lo Congtok kalau gubernur boneka ini sewaktu-waktu menyeleweng.

Sejak masih muda Kulangcha selalu dihormati orang, oleh karena ditanah Mongol ia merupakan keturunan dari keluarga yang terpandang. Apalagi setelah ia menjadi panglima tinggi,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiada orang yang tidak menghormatinya, sungguhpun penghormatan itu sebagian besar bersifat menjilat pantat. Dan sekarang ia menjumpai seorang anak muda berpakaian pengemis yang bukan saja tidak menghormatinya, bahkan anak muda itu agaknya sangat memandang rendah terhadapnya sehingga hal in karuan saja membuat hatinya jadi hilang sabar.

Melihat betapa pemuda itu hendak berlalu begiu saja dan seakan-akan tidak mengacuhkan kata-katanya yang bersifat perintah tadi.

“Anak muda sombong! Berhenti!”

Akan tetapi ketika itu Han Hayhauw terus saja melangkah maju, menolehpun tidak. Bahkan ia seolah-olah tak melihat bahwa dihadapannya telah menghadang tiga orang perwira sambil menodongkan senjata mereka. Dan pemuda luar biasa ini terus melangkah makin mendekati ketiga perwira itu penghadangnya itu, sikapnya tetap tenang dan bibirnya membentuk senyum aneh.

“Hm! Benar-benar anjing muda ini mencari mampus!” Kulangcha menggumam geram dan lalu ia mengeluarkan perintah kepada para anak buahnya.

“Tangkap sijembel kurangajar itu! Kita gantung bersama Tan Kimpo sigembong gerombolan Tiong-gi-pay”!

Mendengar perintah dari panglima tinggi ini serempak ketiga orang perwira yang menghadang anak muda itu menubruk sambil sambil senjata mereka melancarkan serangan, sedangkan perwira yang dua orang lagi menerjang dari belakang anak muda itu.

Akan tetapi, sekali saja Han Hayhauw menggerakkan tongkatnya dan kini ditambah lagi dengan tangan kirinya serta sepasang kakinya melakukan tendangan berantai, sehingga sungguh sukar diceritakan bagaimana anak muda ini melakukan pergerakan oleh karena dalam sekejap saja tiba-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiba kelima pengeroyoknya dibikin berantakan dan akibatnya lebih hebat dari pada yang pernah terjadi satu kali tadi. Bukan saja senjata mereka terpental, bahkan mereka ada yang terjungkal atau terjengkang sambil mengaduh-aduh.

Kulangcha sendiri tak dapat melihat bagaimana anak muda itu melakukan pergerakan karena saking cepatnya, dan setelah melihat betapa kelima perwira anak buahnya menjadi sungsang sampai sedemikian rupa, panglima tinggi ini menggeram seperti harimau dan dengan sekali melompat ia menubruk sambil menggunakan kedua tangannya untuk mencengkram. Kedua jari-jari tangannya membentuk seperti cakar garuda, yang kiri hendak mencengkram pundak dan yang sebelah kanan bersiap untuk menangkap tongkat pemuda itu kalau-kalau lawannnya menggerakkan tongkat terhadapnya. Ketika itu Han Hayhauw masih berdiri dalam keadaan membelakangi pemuda itu, sehingga Kulangcha yang mengirim serangan dari belakangnya dan melihat anak muda itu tidak sempat membalikkan tubuh maupun mengelak, menjadi girang. Dan benar saja seperti yang diduganya, tiba-tiba anak muda itu menyabetkan tongkatnya kebelakang tanpa menoleh, maka secara cepat dan tepat Kulangcha dapat menangkap tongkat itu dengan cengkraman tangan kanan yang sejak tadi bersedia untuk melakukan hal ini, sementara itu tangan kirinya langsung mencengkram pundak kiri pemuda itu. Segera terdengat suara pekik kesakitan.

Ketika itu kelima perwira yang terjengkang dan terjungkal tadi sudah bangun pula sungguhpun wajah mereka pating peringis menahan sakit dan terpincang-pincang, melihat pemimpin mereka menerjang anak muda yang sudah mereka rasai kelihaiannya itu dan mendengar suara pekikan, mereka menjadi girang.

Betapa lihainya anak muda itu kini dapat dibekuk batang lehernya oleh Kulangcha, pikir mereka. Akan tetapi demi suara pekikan tadi lenyap dari pendengaran, kelima perwira ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukan main terkejutnya dan heran sehingga ketika itu mereka sama bengong terlongong-longong. Betapa tidak, karena ternyata anak muda itu masih tidak kurang suatu apa. Dia masih tetap berdiri dan kini tahu-tahu sudah menghadapi Kulangcha sedangkan tongkat yang tadi sudah jelas ditangkap oleh panglima itu, namun kini sudah berada ditangan anak muda pula. Bahkan anak muda itu ketawa mengejek sambil melihat Kulangcha yang tengah mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengatasi rasa sakit dan ngilu yang diderita sepasang lengannya yang seakan-akan diserang penyakit lumpuh mendadak.

Kalau dibicarakan memang agaknya tak masuk diakal, karena Kulangcha yang melakukan serangan selagi anak muda itu membelakangi sehingga disebut ia curang karena membokong, akan tetapi justru ia sendiri yang menerima akibatnya. Akan tetapi tetapi harus diketahui bahwa Han Hayhauw adalah pemuda yang memiliki kewaspadaan luar biasa sehingga tak mudah untuk diselomoti begitu saja. Meskipun serangan datang dari belakang dan ia tak menoleh untuk melihatnya, akan tetapi panca indranya sudah terlatih sempurna sehingga sudah maklum bagaimana sipembokong mengiri serangan, arah mana yang diserang dan ia tahu bagaimana cara menerimanya. Oleh karena Kulangcha memiliki tenaga Iwekang yang cukup sempurna, maka ketika sepasang tangannya mengirim serangan dan sebelum serangan ini mencapai sasarannya, hawa serangan yang keluar dari sepasang telapak tangannya sudah mendahului menyambar dan gejala inilah yang segera dapat ditangkap oleh ketajaman panca indra Han Hayhauw.

Sesungguhnya serangan yang dilakukan Kulangcha bukan sembarang serangan, biarpun hanya merupakan dua cengkraman dan tampaknya sangat sederhana namun sebenarnya mengandung macam-macam tipu serangan. Sepasang telapak tangan yang kelihatannya hendak mencengkram itu dapat segera dirubah jotosan tamparan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

totokan, atau dorongan, tergantung menurut perkembangan dari perlawanan … perubahan orang yang diserangnya. Akan tetapi oleh karena Kulangcha melihat anak muda itu sama sekali tidak mengelak dan hanya mengayunkan tongkatnya saja kebelakang, maka seperti apa yang dimaksudkan semula tangan kirinya langsung mencengkram pundak kiri anak muda itu dan seperti sudah dijelaskan tadi tangan kanannya menangkap tongkat! Namun ketabahan, keberanian dan kecerdikan luar biasa.

-o0odwo0o-

Jilid II Meskipun tanpa menoleh sehingga seakan-akan bagian

belakang tubuhnya bermata serta membiarkan tongkatnya ditangkap lawan malah sengaja malah sengaja tongkat itu dilepaskan dari pegangannya, akan tetapi bersamaan dengan itu ia merendahkan sedikit tubuhnya sambil melangkah setindak kebelakang dan karena perubahan ini maka tangan kiri panglima itu yang semula hendak mencengkram pundak kirinya jadi nyelonong melalui sisi lehernya dan demikian pula tangan kanan sipanglima yang merampas tongkatnya tadi kini berada diatas pundak kanannya. Kulangcha terkejut melihat perubahan ini namun ia tak kurang akal dan segera lengan tangannya ditekankan kebawah dan harus diketahui bahwa tekanan ini disertai pengerahan Iwekang yang tinggi sehingga kalau mencapai pada sasarannya maka tulang dari kedua belah pundak anak muda itu pasti akan patah-patah. Akan tetapi panglima ini ternyata kalah cepat, karena sebelum pundak anak muda itu sampai ditindihnya, Han Hayhauw mengangkat sepasang tangannya dan dengan jari-jari telunjuknya ia membuat kedua tangan lawan yang hendak membahayakan pundak kanan kirinya. Secara jitu sekali jari-jari telunjuk yang seudah terlatih sempurna sehingga menjadi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kaku dan keras seperti baja itu dapt menyentuh urat nadi dipergelangan kedua tangan Kulangcha, maka seketika itu juga panglima itu menjerit kesakitan karena urat nadi di pergelangan tangan kanan kirinya telah kena ditotok secara berbareng, yang mengakibatkan sepasang lengannya mendadak menjadi lumpuh sehingga tongkat yang ditangkapnya tadi jadi terlepas cekalannya dan kini sudah berpindah ketangan pemiliknya semula! Gerakan yang dilakukan Han Hayhauw itu ialah yang disebut gerak tipu Khi-si-ang-hok-sauw-thian atau Mengangkat-sepasang-obor-membakar-langit!

Meskipun sepasang lengannya sudah lumpuh sehingga tak berdaya untuk digerakkan, tetapi Kulangcha dalam kemarahannya jadi berlaku nekat secepat kilat ia mengayunkan kakinya dan ditendangkan kearah pinggul anak muda itu. Namun anak muda itu pada saat mana justru sudah maju pula selangkah kedepan sehingga tendangan Kulangcha yang menggeledek itu jadi menghantam angin! Dan nyaris saja panglima ini jatuh tersungkur karena tidak dapat mengatur perseimbangan tubuh disebabkan sepasang lengannya lumpuh. Inilah sebabnya Han Hayhauw yang melihatnya merasa geli hati sehingga ia mentertawainya.

Kalau saja anak muda itu menghendaki selagi Kulangcha dalam keadaan seperti itu, pasti panglima itu dengan mudah dapat dirobohkannya. Akan tetapi ternyata Han Hayhauw tidak bermaksud orang celaka sungguhpun sudah terang lawannya itu hendak mencelakakan dirinya buktinya ia hanya berdiri diam! Melihat dan ketawa.

Sebaliknya Kulangcha diam-diam menyalurkan tenaga dalam sepasang lengannya, mukanya yang pucat menahan rasa sakit dan linu disepasang lengannya, segera berubah warna menjadi merah sangking marah dan malu. Marah terhadap anak muda itu yang tak pernah disangkanya demikian lihai sehingga membuat hatinya merasa sakit dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

panas, malu karena peristiwa yang dapat menjatuhkan nama agungnya ini justru disaksikan oleh anak buahnya! Betapa tidak! Ia, Kulangcha terkenal selaku panglima tinggi dalam pasukan garuda dan tingkat kepandainnya paling unggul di Thay goan sehingga ia menjadi Thasu (guru besar) akan tetapi menangkap anak muda berpakaian pengemis macam itu ia tidak becus. Benar-benar memalukan.

Han Hayhauw menertawainya sebentar, pada detik berikutnya anak muda ini lalu membalikkan tubuh dan agaknya hendak meneruskan maksudnya pergi dari situ. Ia melangkah tenang, sementara perwira yang lima orang itu hanya melihat saja dengan muka seperti kelima dan sama sekali tidak berani bergerak untuk coba menghalangi seperti tadi, ternyata anak muda ini membuat hati mereka gentar dan jerih! Hanya para prajurit, yang begitu banyak itu yang sejak tadi mengurung menyerupai benteng tebal, terdengar berteriak-teriak gaduh dan kegaduhan mereka ini sukar ditafsir, entah mereka marah terhadap pemuda itu, entah mereka kecewa melihat pemimpin-pemimpin mereka sudah mati kutu!

Tiba-tiba suara gaduh dari para serdadu itu menjadi kenyap ketika terdengar suara bentakan seperti suara guntur. “Setan cilik! Kau mau kemana?!”

Bentakan ini bukan lain dari Kulangcha yang tatkala mana, berkat ilmunya yang tinggi, sudah dapat memulihkan kembali kesembuhan pada sepasang lengan tangannya. Kemarahan Kulangcha benar-benar sudah memuncak dan untuk memunahkan rasa sakit dan panas dihatinya tak ada lain jalan selain, membunuh anak muda itu. Maka sambil membentak tadi ia melompat mengejar dan tahu-tahu senjata bulan bintangnya sudah berputar ditangan kanan dan kirinya. Han Hayhauw kembali membalikkan tubuh dan menghadapi panglima yang sudah kalap itu! Betapapun juga anak muda in merasakan terkejut melihat betapa hebatnya senjata aneh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang dimainkan oleh kakek panglima itu. Senjata yang berupa bintang segi lima dan bulan purnama itu bergerak luar biasa cepatnya dan berputar kencang sambil mengeluarkan suara mendesing sementara kerincingan yang terpasang disepanjang kedua rangkai rantai yang menjadi gagang senjata tersebut yang ujungnya dipegang oleh tangan kanan kiri Kulangcha menerbitkan suara gemerincing nyaring mengacaukan pendengaran. Memang senjata yang langka dipergunakan orang ini luar biasa sekali lebih-lebih lagi ditangan panglima tinggi ini yang telah melatih diri belasan tahun sepasang senjata ini benar-benar sangat hebat mengerikan. Dalam pertempuran, Kulangcha dapat memainkannya secara istimewa, dengan ujung rantai yang dipegangnya merupakan tali kendali ia dapat mempergunakan senjata bulan seperti itu untuk menahan senjata lawan, sedangkan senjata bintangnya digunakan untuk mengirim serangan dari lain jurusan dan oleh karena kelima ujung dari senjata berbentuk bintang in sangat runcing lagi tajam dan juga sambil berputar kencang, maka bila mengenai tubuh orang pasti akan ambrol seperti digergaji. Demikian pula senjata bundar itu dapatlah tubuh orang bila kena hantamannya!

“Panglima tua, kau selalu mencegah aku pergi! Apakah yang kau inginkan?”, Han Hayhauw balas membentak sambil memasang kuda-kuda dan tongkatnya disiapkan untuk menjaga diri.

“Aku mau mencabut nyawamu. Mengerti?” sahut Kulangcha dan sepasang senjatanya kini benar-benar merupakan renggutan maut. Betapapun juga pemuda itu jadi mendongkol hati dia tidak mau bermusuhan dengan siapapun juga kecuali dengan orang yang dicarinya, akan tetapi panglima tua ini sudah senang hendak membunuhnya, maka ketika ia melihat sepasang senjata aneh itu menyerang dari dua jurusan senjata luar biasa sekali, ia cepat mengelak dengan jalan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melompat mundur. Kulangcha memperdengarkan suara ketawa ejekan dan terus menerjang.

Han Hayhauw baru kai ini menemukan orang yang bersenjatakan demikian aneh dan luar biasa, maka ia tidak berani berlaku ceroboh dan untuk melihat betapa perkembangannya permainan sepasang senjata lawan lebih lanjut, terpaksa ia main berkelit dan mundur sambil mempergunakan ginkangnya yang tinggi, sehingga tubuhnya melompat kian kemari sangat lincah dan gesit.

Adapun Kulangcha benar-benar tidak mau memberi kesempatan lagi. Ia terus mendesak dan sepasang senjatanya benar-benar merupakan dua ekor naga mengamuk yang sedang mengejar dan memperebutkan sebuah mutika. Sementara kelima perwira yang tadi sama bengong, kini melihat pemuda itu main mundur saja seakan-akan tak mampu melawan dan nampaknya terus terdesak, mereka jadi pulih semangat sehingga dengan gembira mereka mengurung rapat dan turut mengeroyok pemuda itu!

Pertempuran berjalan puluhan jurus, akan tetapi tetap saja sepasang senjata Kulangcha belum dapat menyentuh tubuh pemuda itu. Sesungguhnya Han Hayhauw sejak tadi tidak bermaksud membuat sengketa dengan para perwira penjajah itu, hal ini dibuktikan sudah berapa kali ia hendak pergi dari situ. Akan tetapi sekarang, melihat betapa Kulangcha benar-benar hendak membunuhnya dan ditambah lagi kelima perwira tadi turut mengeroyok pula, ini benar-benar dirasakan keterlaluan! Biarpun ia tidak merasa takut menghadapi keroyokan itu, namun kalau ia terus main berkelit dan tanpa memperlihatkan kepandaiannya tentu pengeroyokan ini takkan berakhir dalam waktu yang singkat dan lama-lama tentu ia akan merasa lelah sendiri. Oleh karena itu, ia segera mengeluarkan ilmu tongkat dengan sungguh-sungguh, sambil menggertak gigi ia melakukan serangan balasan.

Kulangcha memperdengarkan pula ketawa ejekannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hahaha! Jembel yang tak mau memperkenalkan diri biarpun kau bersayap tak mungkin dapat minggat!”

“Perwira kolot tak tahu diri, pemerintahanmu sudah sekarat kau masih berani membuka mulut besar! Siapa bilang aku tak dapat pergi dari sini? Lihatlah, kini aku hendak pergi dengan mudah!” Han Hayhauw menyahut gemas. Lalu anak muda ini memperlihatkan ketangkasan sambil menggunakan kecerdikannya. Ia berkelit dari rangsakan sepasang senjata Kulangcha sambil melompat mundur dan lalu membalikkan tubuh sehingga kini ia menghadapi dua orang perwira yang tadi mengurung dibelakangnya. Dua perwira itu, ialah Tohula dan So Banpek perwira tingkat dua dan empat segera menggerakkan senjata, masing-masing memapaki anak muda itu yang mereka kira akan berusaha minggat. Akan tetapi mereka ternyata keburu didahului oleh Han Hayhauw yang benar-benar tangkas dan hebat. Tongkat ditangan kanannya memukul golok bengkong senjata So Banpek, kemudian tongkatnya membuat gerakan memutar lalu meluncur kedepan, dan menotok iga perwira tingkat empat yang bertubuh pendek buntek itu. Adapun tangan kirinya dipergunakan untuk mengirim pukulan kearah dada Tohula setelah tombak panjang dari perwira tingkat dua ini dapat dikelitkan dengan hanya menggerakkan sedikit tubuhnya.

Maka pada detik lainnya segera tampak dua perwira itu jatuh terjengkang tanpa sempat mengeluarkan teriakan, sebab dalam saat itu juga mereka telah pingsan. Ternyata So Banpek tanpa sempat membela diri lagi jalan darah giok-liong-hiat dibagian iganya telah kena ditotok secara tepat oleh ujung tongkat pemuda itu. Oleh karena jalan darah tersebut merupakan urat nadi yang mempunyai hubungan langsung dengan alat pernafasan didalam dada, maka sebelum perwira tingkat empat itu jatuh, ia sudah pingsan. Demikian pula halnya yang terjadi dengan Tohula. Biarpun tangan pemuda yang mengirim pukulan itu tidak menyentuh dadanya, namun pukulan tersebut mengandung tenaga yang sangat kuat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sehingga perwira tingkat dua bangsa Mongol itu tahu-tahu merasakan dadanya ditumbuk oleh hawa pukulan yang luar biasa dahsyatnya, membuat ia segera kepengapan dan kepala pening, maka tanpa berdaya lagi tubuhnya yang tinggi besar lalu roboh.

Melihat kejadian ini, kembali nyali ketiga perwira lainnya seakan-akan terbang pula, mereka segera melompat mundur sebelum anak muda lihai itu mendekatinya. Betapapun juga mereka masih belum mau celaka, apalagi mati. Hanya Kulangcha saja terus menyerang makin gencar dan bernafsu karena setelah melihat betapa dua orang anak buahnya sudah roboh membuatnya makin murka! Ketika itu senjata bintangnya menyambar kearah kepala Han Hayhauw sehingga anak muda cepat mengelak sambil merendahkan tubuh dan ketika senjata bulan menyusul datang dengan sambaran yang hendak membelah dadanya, ia menyabetkan tongkat besinya dan menangkis.

“Trang . . . !” demikian nyaring suaranya ketika senjata bulan dan tongkat besi itu beradu malah disertai pula bunga api berpijar. Senjata bulan itu mental dan meluncur kembali kearah pemiliknya sedangkan Han Hayhauw cepat melakukan Iwekang kearah lengan tangan kanannya agar tenaga akibat benturan tadi tidak mempengaruhi tangannya.

Kulangcha bukan main kagetnya marasakan reaksi tangkisan dari anak muda yang untuk pertama kalinya melakukan tangkisan ini. Bukan saja ia rasakan kehebatan, tenaga lawan yang masih muda itu bahkan dengan tangkisannya, ini sekaligus dapat mengembalikan senjata bulan itu kearah pemiliknya sehingga kalau Kulangcha kurang mahir dan tidak cepat menggerakkan rantai kendalinya, agaknya senjata bulan tersebut akan makan tuan! Akan tetapi, seperti sudah diterangkan Kulangcha sudah melatih diri belasan tahun untuk memahirkan, permainan sepasang senjatanya yang istimewa ini, sehingga betapapun juga ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merupakan seorang kepandaian tangguh. Maka cepat ia melancarkan serangan pula sambil berseru keras karena marah dan penasaran. Namun kini sepasang senjatanya itu ternyata hanya menyerang tempat kosong dan kemudian ia baru tahu bahwa anak muda itu kini sudah menghilang dari hadapannya! Selagi ia keheranan dan mencari-cari sambil berpaling kekanan kiri dan belakang kalau-kalau anak muda itu menggunakan ginkangnya tiba-tiba ia mendengar suara ribut-ribut dari para perajurit dan akhirnya ia mendapat kenyataan bahwa anak muda itu sudah lari keluar dari lingkungan prajurit yang seakan-akan benteng tebal itu! Ia sempat terpesona saking merasa kagum akan kegesitan anak muda itu. Ia tidak sempat melihat anak muda luar biasa itu melakukan gerakan bagaimana, begitu cepat seakan-akan hanya sekilat dan tahu-tahu sudah lolos dari kepungan.

Ternyata selagi melihat kesempatan yang sangat baik yaitu setelah menangkis dan mengembalikan senjata . . . kepada Kulangcha . . . dan selagi panglima tua itu terkejut seraya menguasai senjatanya yang nyaris makan tuan itu, Han Hayhauw telah meloncat tinggi dengan gerakan Si hin kong thian, atau bangau sakti melesat keangkasa. Tubuhnya demikian ringan seakan-akan seekor burung kepinis dan dengan loncatan yang memerlukan ginkang tingkat tinggi ini ia hendak terbang melampui bendungan prajurit yang membentenginya. Dengan jalan inilah ia hendak pergi meniggalkan tempat itu, karena kalau ia pergi dengan menempuh benteng para prajurit biarpun ia sanggup, tapi akan banyak makan waktu dan betapapun juga pasti akan ada prajurit yang menjadi korban tongkatnya belum lagi Kulangcha serta perwira-perwira itu mengejar dan menghalanginya yang tentu merupakan gangguan pula. Maka dengan jalan bangau sakti melesat keangkasa inilah yang dipilihnya, selainjauh lebih mudah menghemat waktu dan tenaga juga amat praktis.

Akan tetap dengan hanya sekali loncatan saja Han Hayhauw tak dapat melampaui benteng prajurit yang tebal itu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setelah tubuhnya berjungkir balik diudara dua kali ia meluncur turun dengan sepasang kakinya terlebih dahulu dan jatuhnya jusru masih ditengah-tengah lapisan para prajurit itu. Para prajurit yang melihat betapa pemuda itu akan jatuh diantara mereka, siap untuk mencincang tubuh anak muda itu! Seorang prajurit yang kebetulan melihat anak muda itu meluncur diatas kepalanya segera ia menggerakkan tombaknya keatas menyambut tubuh anak muda itu dan hendak disatenya. Namun Han Hayhauw benar-benar membuktikan ketahanan, kelihaian dan kehebatan ginkangnya. Sepasang kakinya ditekuk ketika melihat sepasang tombak menyambut dibawahnya dan ketika tubuh makin meluncur kebawah, ia menggerakkan kaki kirinya menendang tombak itu yang segera terpental dan lepas dari tangan pemegangnya, berbareng kaki kanannya menyentuh kepala prajurit tadi sambil menggerakkan tenaga dan berseru keras. Ia menggunakan kepala prajurit itu sebagai batu loncatan, maka pada saat selanjutnya tubuhnya sudah melompat pula keudara dan setelah membuat . . . dua jumpalitan pula, akhirnya anak muda ini lalu turun diatas bumi, ditempat yang lowong, yaitu diluar benteng para prajurit itu! Perlu diketahui, bahwa Han Hayhauw melakukan dua kali loncatan ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa detik saja. Betapa hebatnya ilmu meringankan tubuh dari pemuda ini dapat dibayangkan sampai Kulangcha sendiri tak sempat melihatnya.

Kedua kaki Han Hayhauw turun kebumi tanpa menerbitkan suara sedikitpun, seakan-akan begitu ringan tubuhnya bagaikan sehelai daun kering saja. Lalu ia membalikkan tubuh menghadap kearah dari mana yang melompat tadi dan berkata.

“Selamat tinggal bapak-bapak tentara sekalian. Biarlah lain waktu aku akan datang kemari lagi, sekalian menjumpai sikeparat Ceng Kunhi! . . . . . ”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah berkata demikian, kembali ia membalikkan tubuh dan berlari kearah barat, yakni arah dari mana ia datang tadi. Beberapa orang prajurit yang memiliki keberanian mencoba berlari untuk mengejar sambil berteriak-teriak menghamburkan sumpah serapah, akan tetapi mereka ini tertinggal jauh oleh karena anak muda itu sesungguhnya telah menggunakan ilmu lari cepat yang disebut Hui-heng-sut (ilmu lari terbang). Sehingga larinya begitu cepat seakan-akan terbang saja.

Kata-kata Han Hayhauw tadi, sungguhpun diucapkan dengan suara biasa bercakap dengan orang yang berada dekat didepannya, namum dapat mengatasi kehirukpikukan para prajurit dan dapat terdengar jelas oleh Kulangcha yang ketika itu masih diam terpaku seakan-akan terkena pukulan. Maklumlah Kulangcha bahwa anak muda itu menggunakan ilmu Coan-im-jip-bit (mengirim suara dari jarak jauh) semacam ilmu yang harus mengandalkan khinkang tinggi.

Diam-diam Khulangcha mengeluh didalam hatinya.

“Kalau saja semua gerombolan Tiong-gi-pay berkepandaian seperti anak muda itu, sungguh bukan pekerjaan mudah untuk menumpasnya!”

Akan tetapi dalam pada itu dada panglima tua ini masih tetap panas lantaran marah dan penasaran, maka ia lalu menumpahkan kemarahannya ini kepada para anak buah dengan jalan memaki:

“Kalian kantong-kantong nasi tiada guna, percuma saja pemerintah menggaji kalian setiap bulan, untuk memegat larinya seekor tikus kecilpun kalian tak becus! Minggir . . . . !”

Setelah memaki dan membentak, panglima tua ini serta merta menggerakkan sepasang kakinya, ia lari mengejar anak muda itu. Para prajurit capat membuyar memberi jalan bagi panglima ini dan ternyata ilmu lari cepat orang mongol ini hebat juga, sebentar saja ia sudah menyusul para prajurit

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang larinya setengah pontang-panting itu. Akan tetapi untuk mengejar Han Hayhauw, Kulangcha sudah terlampau jauh ketinggalan. Namun sungguhpun demikian, panglima tua ini terus mengejar.

Sementara itu dari pintu gerbang benteng terdengar derap kaki kuda berlari dan ketika para serdadu memandang ternyata penunggang kuda berbulu hitam itu bukan lain adalah panglima muda mereka, yaitu Ceng Kunhi.

Panglima muda ini usianya kira-kira 25 tahun, bertubuh cukup tegap, namun sayang wajahnya tak dapat disebut tampan. Sebelah matanya agak juling, hidungnya bengkung seperti paruh burung betet, ditambah lagi mulutnya yang selalu terbuka membuat giginya yang longgar kelihatan nongol keluar, sehingga bila mana diadakan kontes ketampanan ia pasti mendapat nomor wahid kalau dihitung yang paling buncit. Sungguhpun demikian, namun panglima muda ini sangat pesolek, biarpun soleknya ini tidak mengurangi kejelekan mukanya. Hanya pakaian seragam kemiliterannya saja yang membuat ia kelihatan gagah, ditambah lagi sebatang pedang yang gagangnya berlapis emas, selalu menggantung dipinggang sebelah kirinya, membuat ia kelihatan tambah garang.

Ketika tiba dibekas pertempuran tadi Ceng Kunhi menarik kendali kudanya, sehingga kuda itu serempak berhenti setelah sepasang kaki depannya terangkat sebentar sambil meringkik kesakitan.

Dengan matanya yang juling sehingga sukar dikatakan kearah mana sesungguhnya ia memandang, panglima muda ini bertanya kepada tiga orang perwira yang tengah menolong dua orang kawannya yang masih pingsan, dengan suara bentakan

“Mana jembel edan yang mencari dan memaki aku tadi?”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Salah seorang perwira yang bukan lain adalah Ma Inliang si Tongkat kepala naga cepat menghadap dan memberi hormat, lalu menjawab

“Si jembel gila itu baru saja melarikan diri dan ia dikejar oleh Coat Seng Thaysu Thayciangkun”!

Ternyata Ma Inliang, dalam memberikan keterangan anak muda itu melarikan diri. Hal ini disebabkan kalau ia berterus terang selain merasa malu juga ia khawatir disemprot oleh panglima muda yang sudah terkenal pengobral makian itu.

Ceng Kunhi memperdengarkan suara yang dikeluarkan dari hidung bengkungnya dan mata julingnya memandang kearah para serdadu, yang ribut-ribut dan sebagian dari mereka tampak berlari dijalanan raya menuju kearah barat maklumlah ia bahwa sijembel kurang ajar itu kabur kejurusan tersebut. Segera ia membedal kuda tunggangnya sehingga binatang tunggangan itu berlari gesit kearah barat. Para prajurit yang berlari-lari membuntuti Kulangcha sebentar saja dilaluinya, bahkan ada seorang prajurit, yang tak keburu minggir Ceng Kunhi tidak mencoba membelokkan kudanya melainkan membiarkan saja ketika kudanya menabrak dan menerjang juga prajurit sial itu segera jatuh tersungkur dan menjerit kesakitan, karena selain ia diterjang juga tubuhnya terinjak-injak oleh keempat kaki kuda tersebut! Fakta ini saja sudah mencerminkan watak Ceng Kunhi yang kejam. Memang sesungguhnya, bahwa Ceng Kunhi adalah seorang muda yang memiliki watak kejam, setiap orang yang dicurigai dan ditangkap ia yang selalu menghadap kami. Ia dapat merangket orang sambil tersenyum-senyum, dan membunuh orang tangkapan sambil ketawa bergelak-gelak, sehingga karenanya ia mendapat julukan dari teman-temannya si Malaikat-elmaut-ketawa atau Ciauw-giam-lo. Dan memanglah dalam pasukan Garuda, Ceng Kunhi disamping menduduki pangkat panglima muda, juga merangkap jabatan selaku algojo.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Han Hayhauw mempermainkan Kulangcha dan kelima perwira tadi, seorang serdadu yang melihat bahwa atasannya tak mampu membekuk pengemis lihai itu, segera berlari kedalam benteng dan melapor kepada Ceng Kunhi yang ketika itu justru sedang bersenang-senang dengan salah seorang gundik piaraannya disebuah kamar dalam markas. Ceng Kunhi marah-marah karena kesenangannya diganggu, akan tetapi setelah mendengar penjelasan prajurit pelapor itu bahwa diluar benteng ada seorang pengemis muda mencari dan memaki-makinya serta berkepandaian lihai sekali membuat Kulangcha bersama kelima perwira sangat kewalahan untuk menangkapnya, barulah ia cepat berdandan mengenakan seragamnya dan demikianlah sambil menunggang kuda berbulu hitam kesayangannya ia keluar benteng dan selanjutnya sebagaimana sudah diceritakan diatas, ia terus membalap kudanya kearah barat sambil dihatinya bertanya-tanya.

“Siapakah jembel muda lihai yang tak mau memberitahukan namanya itu?”

Yah, siapakah sebenarnya anak muda yang sudah kita kenal bernama Han Hayhauw itu? Dari mana asal usulnya dan mengapa dalam usianya yang masih semuda itu telah memiliki ilmu sedemikian lihai? Dan mengapa pula dia mencari Ceng Kunhi? Demikian para pembaca yang budiman tentu sudah bertanya-tanya didalam hati sejak munculnya anak muda berpakaian pengemis sambil memukul-mukul batu-batu koral dijalan raya Thaygoan. Maka untuk menyingkap semua itu dan supaya para pembaca mengetahui riwayat Han Hayhauw yang menarik hati baik penulis dengan segala hormat mengajak para pembaca untuk mengikuti kisah yang pernah terjadi kira-kira tujuh atau delapan tahun yang lalu.

oooooOdwOkzOooooo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tidak dapat disangka kaisar pertama dalam yaman ahala Goan, yakni Kubilai Khan, telah berjasa memperindah kota raja yang baru, yaitu Peking. Banyak bangunan-bangunan raksasa berupa istana-istana indah didirikan, terusan-terusan digali antara sungai Yangthe dan sungai Hoangho sehingga air sungai dapat dihubungkan untuk berlalu lintas dan mengangkut keperluan-keperluan melalui jalan air. Selain ini, banyak lagi proyek-proyek raksasa yang dikerjakan terus menerus sampai puluhan tahun dan untuk mengerjakan semua ini, rakyat Tiongkoklah yang diperas dan ditindas, dikerja paksakan melebihi kuda dan kerbau sampai banyak yang tewas didalam pekerjaan itu.

Oleh karena perkerjaan proyek-proyek itu terus menerus dan dilakukan diberbagai daerah maka makin lama makin berkuranglah tenaga-tenaga bekerja pekerja paksa disebabkan banyak yang tewas. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pekerja-pekerja paksa itu Kaisar lalu mengeluarkan perintah kepada penjabat diseluruh daerah, untuk membentuk barisan-barisan “pengumpul tenaga”. Tentu saja barisan-barisan “pengumpul tenaga” tenaga ini adalah tentara mongol yang melakukan. Dan didalam pelaksanaan sebagai tenaga ini, kembali para serdadu penjajah itu mendapat kesempatan yang amat baik untuk memuaskan napsu jahat ataupun mengisi penuh kantong sendiri. Untuk memuaskan nafsu kebinatangannya, mudah saja akal mereka. Melihat gadis cantik yang membuat hati mereka seperti dicubit-cubit, mereka lalu mendatangi orang tua gadis itu dan ditakut-takuti bahwa ayah sigadis akan ditarik kerja paksa, dan tentu saja kalau siayah mau menyerahkan anak gadisnya, maka siayah akan bebas dari perintah kaisar ini. Bagaimana kalau menjumpai wanita cantik tetapi sudah menjadi istri orang? Tiada kesulitan bagi mereka. Suaminyalah yang mereka ancam akan ditarik dan bukan hal yang tidak mungkin apabila si istri ini rela berkorban asalkan suaminya bebas dari perintah kaisar. Kalau terjadi seperti hal ini, bagaimana perasaan hati si

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suami yang terang-terangan melihat istrinya “rela berkorban” untuk memuaskan nafsu para serdadu iblis itu, sulit untuk diceritakan. Akan tetapi pada jaman itu banyak suami-suami yang tidak berdaya, karena maklum bahwa “kerelaan” istrinya berkurban itu justru adalah untuk menyelamatkan jiwanya dari bahaya malapetaka.

Kalau para serdadu petugas pengumpul petugas ini ingin mengisi saku sepadatnya, mereka datangi para hartawan tuan tanah tuan tanah dan diancam akan ditarik kerja paksa. Hartawan-hartawan itu tentu saja tidak ragu-ragu lagi segera mengambil sejumlah uang atau beberapa potong emas dan diserahkan kepada para petugas itu sebagai uang sogok. Umumnya para hartawan selalu bebas dari segala macam kerja paksa karena memberikan uang roko dan menyerahkannya sambil berkata kusak-kusuk, padahal perintah kaisar itu pada prinsipnya tidak mengenal dispensasi, akan tetapi dalam pelaksanaanya para petugas yang mana tidak suka uang?

Adapun yang paling tak lain ialah rakyat jelatalah! Mereka tak mempunyai sesuatu benda yang dapat dipergunakan sebagai uang sogokan apa yang mereka miliki hanya berupa tenaga yang berada ditubuh mereka yang kurus kering. Mereka tidak berdaya sama sekali bilamana didatangi petugas pengumpul tenaga, mau tak mau mereka mesti mudah diseret dan digiring bagaikan kuda-kuda dan kerbau-kerbau jinak menuju keproyek maut. Dimana terjadi pemboyongan disitu terdengarlah jerit tangis dan suara sesambatan yang menjajah hati seakan-akan sebuah lagu perpisahan untuk selama-lamanya, karena mereka yang pergi tak mungkin akan bisa kembali.

Pada suatu hari gerakan operasi, pengumpulan tenaga semacam itu sampai juga didusun Ho Lengcun. Para petugas terdiri dari tiga puluh tentara yang dipimpin oleh seorang komandan gendut bermuka bopeng. Yang mula-mula

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

didatangi barisan petugas ini ialah rumah gedung Ceng Lobin, seorang tuan tanah yang paling kaya raya didusun itu.

Ceng Lobin menyambut kedatangan barisan petugas itu dengan segala keramahan. Komandan gemuk bopeng itu, yang bernama Be Kunbu segera menyatakan maksud kedatangannya kedusun itu dan Ceng Lobin yang mendengarkannya menganggukan maklum dan meskipun sikomandan itu tanpa menerangkan sesungguhnya situan tanah si Ceng ini sudah maklum sepenuhnya. Dan bagaimana biasa pembicaraan mereka selanjutnya dilakukan sambil berbisik-bisik dan lalu Ceng Lobin dari saku bajunya mengeluarkan sekantong uang yang memang sudah disediakan, diserahkan kepada Be Kunbu yang menerimanya sambil berseri-seri. Dengan demikian bebaslah tuan tanah itu dari wajib kerja paksa. Bahkan, dalam usahanya untuk mencari muka dan menjilat pantat, Ceng Lobin menyatakan kesediaanya mengantar para petugas itu, membantu mengumpulkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan.

Tentu saja sibopeng menjadi girang mendapatkan kebaikan tuan tanah yang berbudi itu.

“Biarlah wan-gwe tidak perlu repot-repot, biarpun kami sesungguhnya perlu bantuan akan tetapi mengingat wan-gwe sangat baik, mana kami berani merepotkan wan gwe lagi?” ujar Be Kunbu pura-pura sheji atau sungkan-sungkan.

“Tidak apa tidak apa. Biarlah aku menyuruh putraku menyertai kalian, selain sebagai petunjuk jalan bagi kalian yang tentunya masih asing di dusun ini, juga aku membuktikan bahwa aku dan anakku dengan jalan membantu usaha kalian berarti membantu negara bukan?”

“Tentu, tentu . . . !” Be Kunbu manggut-manggutkan kepalanya yang bundar seperti bal-karet kemudian berkata lagi mengumpak Wang we sungguh adalah seorang warga negara yang tahu, kewajiban.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitulah dengan, diantar oleh putra tunggal Ceng Lobin yaitu yang para pembaca sudah mengenalnya ialah Ceng Kunhi yang pada masa itu baru berusia delapan belas tahun dan disertai tiga dari lima orang tukang pukul bayaran tuan tanah Ceng, barisan pengumpul tenaga itu menjelajahi seluruh kampung. Seperti biasa, sebagaimana, gerakan operasi pengumpulan tenaga itu berlangsung maka dusun yang tadinya penuh ketentraman, berubahlah menjadi neraka penuh dengan tangis dan keluh kesah. Terdengar keluh kesah dan elahan nafas kaum laki-laki yang merasa putus asa disertai pekik mengerikan karena takut dari wanita-wanita yang diganggu oleh kebiadapan serdadu-serdadu petugas itu! Demikianlah pula suasana dusun Ho lengcun pada hari itu . . .

Dalam waktu yang sebentar saja, berkat tudingan tangan tuan muda Ceng Kunhi yang merasa dirinya turut adil besar terhadap pembangunan negara, sehingga rumah-rumah petani miskin yang terpencilpun tidak terlewat dan penghuninya baik tua maupun muda dikenakan wajib kerja paksa, sudah dapat dikumpulkan empat puluh lima orang muda. Dan kemudian Ceng Kunhi membawa rombongan itu kerumah gubuk keluarga Han Cubeng, seorang hamba tani miskin yang belum lama baru kematian istrinya dan kini didalam gubuk itu ia hanya berkawan dengan dua orang anaknya. Han Kimlan, adalah putri yang sulung dan pada masa itu sudah berumur enam belas tahun, wajahnya elok, tubuhnya langsing semampai bagaikan lilin diraut. Dan anak Han Cubeng yang kedua, atau dapat juga disebut anak bungsu, adalah anak laki-laki yang baru berusia sepuluh tahun dan anak ini sejak kecilnya sudah menunjukkan kecerdikannya yang luar biasa. Wajah bocah ini sangat tampan dan selain memiliki sepasang mata yang bersinar jernih serta tajam mencerminkan kecerdasannya, juga tekukan pada dagunya serta bibirnya yang selali tertutup rapat, menandakan bahwa bocah ini mempunyai keras hati. Pembaca tentu saja sudah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat menduganya, bahwa bocah yang dimaksudkan bukan lain ialah Han Hayhauw.

Han Cubeng adalah penduduk asli penduduk Holeng-chun. Dulu ia pernah memiliki sebidang tanah sawah warisan yang luasnya kira-kira setengah mauw. Pada waktu musim sawahnya boleh dikata tidak dapat dipungut hasilnya, karena diserang hama belalang. Oleh karena itu Han Cubeng tak dapat membayar pajak kepada pemerintah sedangkan peraturan pajak tersebut sebagaimana sudah diterangkan dibagian mula cerita ini, sama sekali tak ada pengurangan, melainkan harus dibayar penuh oleh siwajib pajak sebagaimana yang sudah ditentukan. Maka untuk menghindarkan tuntutan-tuntutan yang lebih merugikan, Han Cubeng secara terpaksa sekali lalu meminjam uang kepada tuan tanah Ceng Lobin dengan sawah yang setengah mauw itu dijadikannya barang jaminannya, dan uang hasil dari gadaian ini dipergunakan untuk membayar pajak. Sejak itu Han Cubeng mulai merasakan getirnya penghidupan, karena sungguhpun sawahnya dalam musim berikutnya dapat dipungut hasilnya, namun jangankan dapat untuk menebus sawahnya, sedangkan untuk membayar bunganyapun tidak mencukupi disebabkan bunga yang ditentukan oleh tuan tanah itu memang terlalu besar. Sampai akhirnya sawah tersebut dioper alih oleh tuan tanah Ceng Lobin dan Han Cubeng sendiri jadi penggarapnya, dengan mendapat upah yang jumlahnya jauh daripada mencukupi untuk nafkah keluarganya, yaitu selain Han Cubeng sendiri, istri dan kedua orang anaknya. Dan tentu saja untuk menambal kekurangan biaya, Han Cubeng harus memohon kebaikan hati tuan tanah Ceng, yakni pinjam uang. Makin lama nasib keluarga Han ini makin menyedihkan, rudin dan prihatin. Bersama istri dan kedua anaknya ia setiap hari kerja disawah yang kini bukan miliknya lagi.

Bukan Han Cubeng seorang saja yang mengalami nasib seperti demikian, dan bukan terjadi hanya didalam dusun Ho-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Leng-cun saja para petani kecil yang semulanya memiliki sekedar tanah sawah kemudian miliknya itu berpindah ketangan tuan tanah, bahkan nasib seperti ini justru terjadi secara merata diseluruh permukaan bumi Tiongkok pada masa itu. Rakyat jelata jadi makin rudin dan tertindas, sebaliknya kaum tuan tanah, hartawan-kedekut dan segala antek-antek penjajah makin gendut saja perut dan saku bajunya. Hampir seluruh sawa-sawah menjadi milik para kaum tuan tanah dan sebangsanya, sedangkan para rakyat jelata menjadi penggarap sawah mereka, menjadi hamba, menjadi budak.

Makin lama makin sukarlah keadaan Han Cubeng beserta anak istrinya. Hutang sudah hampir menggunung terhadap tuan tanah Ceng, bukan saja hutang pokok yang berkali-kali ia lakukan peminjaman itu sudah demikian besar, melainkan bunganyalah yang justru jauh lebih besar dari pada pokok pinjaman, sementara barang-barang yang kiranya laku dijual lama habis dan kini yang tinggal menjadi miliknya hanya berupa sepetak tanah darat diatas mana berdiri gubuk kecil tempat meneduh itulah namun agaknya biar masih hendak menguji keuletan manusia didunia dan percobaan-percobaan berat diturunkan pada manusia, untuk diderita lebih jauh oleh makhluk-makhluk yang dijelmakan kedunia tanpa mereka kehendaki sendiri, itu. Demikianlah yang dialami oleh Han Cubeng bahwa pada suatu hari istrinya sepulangnya dari sawah, telah jatuh sakit dan penyakit ini agaknya sangat berat sehingga dalam dua hari saja, ia tak dapat bangun dari bale-bale pembaringan. Bagi Han Cubeng tak ada lain jalan untuk mendapatkan uang guna mengobati istrinya itu kecuali mohon pertolongan kepada majikannya yakni tuan tanah Ceng.

Begitulah ketika Han Cubeng dengan terbungkuk-bungkuk memasuki pintu pekarangan depan gedung Geng Wangwe yang besar dan mewah, ia segera ditegor oleh seorang tukang pukul yang menjaga pekarangan tersebut yang menanyakan apa maksud kedatangannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hamba mohon bertemu dengan tuan besar tolong siaseng (tuan) menyampaikannya,” jawab Han Cubeng yang merendahkan diri, sedemikian rupa terhadap tukang pukul itu karena mengharapkan pertolongan darinya.

“Tuan besar sedang beristirahat tak dapat diganggu. Lain waktu saja kau datang kemari lagi!” Tukang pukul itu memberi keterangan dengan suara ketus.

Han Cubeng menghela nafas putus asa lalu ujarnya pula. “Kalau begitu, bolehkah hamba minta bertemu dengan tuan muda?”

Sebelum tukang pukul judes itu memberi kesanggupan, persis pada saat mana tuan muda yang Han Cubeng maksudkan, yakni Ceng Kunhi, kelihatan keluar dari rumah gedungnya sehingga Han Cubeng cepat membungkukkan diri memberi hormat, sambil mengucapkan salam. “Selamat siang, tuan muda yang hamba hormati…..”

Ceng Kunhi memang sudah mengenal orang tua ini, maka dengan tindakan kaki ogah-ogahan ia menghampirinya dan tanpa membalas penghormatan dan salam dari orang tua itu, ia bertanya. “Han lonunghu (petani tua Han), ada keperluan apa?”

Sambil tetap menghormat walaupun mulutnya terasa berat karena merasa malu untuk menyatakan maksudnya, dan lebih merasa malu lagi kalau ia ingat betapa sudah berkali-kali baik tuan besar maupun tuan muda ini menagihnya sambil memakin-maki, namun karena terdorong dari kebutuhan yang memaksa, ia menjawab dengan irama kata tergagap-gagap.

“Tuan muda, maafkan hamba ini . . . Maksud hamba menghadap kepada tuan muda, tak lain ialah . . . ialah . . . mohon pertolongan diberi lagi pinjaman uang . . .”

Ceng Kunhi mengerutkan kening sehingga wajahnya yang kurang menarik itu kelihatan makin buruk. Dan terdengar menggerutu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hm. Tak lain, pinjam uang, pinjam uang lagi!”

Han Cubeng menundukkan kepala, untuk menyembunyikan wajahnya yang membayangkan perasaan hatinya yang perih.

“Habis kalau hamba tak ditolong oleh tuan besar dan tuan muda, kepada siapa lagi hamba mesti minta pertolongan?” katanya perlahan karena hatinya benar-benar perih, istilah “pertolongan” yang diucapkannya itu sudah cukup dimakluminya bahwa sama halnya dengan arti mengulurkan leher supaya dicekik lebih keras.

“Masih ingatkah engkau, bahwa hutang-hutangmu yang dahulupun belum kau bayar? Tapi kini engkau mau pinjam lagi, sungguh engkau tak tahu malu!”

Han Cubeng hampir saja tak kuat menahan air mata yang menitik dari matanya ketika mendengar uacapan tuan muda ini. Akan tetapi ketika ingat betapa istrinya sakit dan perlu uang untuk membeli obat dan juga membeli makanan bagi pengisi perut keluarganya nanti sore ia berusaha menekan perasaan hatinya dan memaksakan diri berkata.

“Tuan muda, bukan hamba tak ingat kebaikan tuan besar dan tuan muda sendiri yang telah memberi kelonggaran mengenai hutang-hutang hamba itu, mudah-mudahan saja hamba memperoleh rejeki dan hamba bisa membayar budi kebaikan tuan besar dan tuan muda yang sesungguhnya sangat memberatkan hamba sekeluarga.

Ceng Kunhi menggelengkan kepala. “Sulit sulit! Bukan kami tak menaruh kasihan terhadapmu, Han Lonunghu, tetapi kalau terus-terusan memberi pinjaman uang tanpa dibayar-bayar, benar-benar sulit”.

Han Cubeng sudah merasa putus asa, akan tetapi demi kebutuhannya membuat ia memaksa merendahkan diri lebih rendah lagi dan mengulurkan leher supaya dicekik lebih keras lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tuan muda, bila tuan muda menghendaki, hamba akan menjual tanah berikut gubuk milik hamba untuk membayar hutang-hutang hamba. Hamba rasa dapat melunasinya dan malah mungkin masih ada sisa kelebihannya. Biarlah gubuk hamba itu untuk dijadikan barang jaminan untuk sementara, asal . . . uang untuk membeli obat dan makanan untuk . . . terus terang saja, kedua anak hamba sejak pagi tadi masih belum makan”.

Sekali lagi Ceng Kunhi kelihatan mengerutkan kening. Agaknya ia sedang berpikir keras. Sejenak kemudian ia bertanya, dan aneh sekali, irama katanya tidak seketus tadi.

“Kalau engkau masih mempunyai barang yang dapat dijadikan peganganku, sekalipun hanya berupa gubuk, baiklah aku bersedia menolongmu. Hanya saja, aku ingin tahu dulu berapa jiwa yang menjadi tanggunganmu?”

“Empat jiwa, tuan muda. Yaitu hamba, istri hamba yang sudah dua hari ini sakit dan perlu segera diobati, serta dua anakku, yaitu seorang anak perempuan bernama Kimlan yang masih gadis dan anak lelaki bernama Hayhauw yang baru berusia sepuluh tahun”.

Putra tuan tanah itu mengangguk-angguk dan lebih aneh lagi kini ia kelihatan berseri-seri.

“Berapakah yang sekarang kau butuhkan, Han Lonunghu?”

Suara pertanyaan tuan muda terdengar demikian ramah bagi telinga Han Cubeng, seakan-akan ia benar-benar menaruh kasihan terhadap orang tua miskin itu. Perasaan hati perih dan putus asa tadi segera lenyap seketika, maka sahutnya.

“Tidak banyak . . . tidak banyak, tuan muda. Hanya . . . hanya lima tail perak . . .”

Putra tuan tanah segera merogoh kantong dan dari mana ia mengambil uang dan setelah dihitung-hitung, lalu diberikan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Han Cubeng yang segera menerimanya dengan hati lega.

“Terimakasih, tuan muda. Terimakasih . . .” katanya sambil membungkuk-bungkuk.

“Nanti sore, aku akan pergi kerumahmu. Aku akan melihat-lihat keadaan rumah dan tanah yang kau jadikan barang jaminan itu. Mengerti?”

“Silahkan, silahkan. Hamba akan menanti kedatangan tuan muda dengan segala kehormatan” sahut Han Cubeng dan setelah berkali-kali mengucapkan terimakasih, ia lalu berpamit sambil berkali-kali membungkuk memberi hormat.

Uang lima tail perak itu dikepalnya erat-erat karena takut tercecer jatuh diperjalanan. Ia berjalan setengah berlari, akan tetapi sebelum ia menuju kegubuknya ia mampir dulu kerumah tukang obat dimana ia membeli obat untuk istrinya serta tak lupa pula sekalian membeli sekati gandum. Akan tetapi, alangkah hancur dan luluhnya perasaan hati orang tua malang ini ketika tiba digubuknya, ia dapatkan istrinya sudah tak bernyawa lagi, ramai ditangisi Kimlan dan Hayhauw . . .

Lemaslah seluruh tubuh Han Cubeng, sepasang kakinya seakan-akan tak kuat lagi menahan beban tubuhnya yang sebenarnya sudah kurus kering itu. Ia jatuh duduk diatas lantai tanah tak jauh dari bale-bale pembaringan raga istrinya. Obat dan sekati gandum yang dibelinya tadi, yang dibawanya dalam genggaman tangannya, jatuh berserakan. Untuk seketika lamanya orang tua ini bengong dan terpaku, dan perlahan-lahan kedua belah pipinya yang cekung itu tampak basah oleh air mata . . .

Ketika Han Cubeng sudah dapat menguasai perasaan hatinya, orang tua ini kembali merasa terbentur kepada kesulitan, kesulitan akan keuangan yang dibutuhkan lebih besar lagi, untuk membiayai penguburan jenazah istrinya . . .

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tuan muda Ceng Kunhi mendatangi gubuk tempat tinggal keluarga Han itu dengan dikawal dua orang tukang pukulnya. Betapapun juga anak muda ini merasa mencelos juga hatinya ketika kedatangannya disambut oleh keluarga miskin ini dengan isak tangis.

“Tuan muda, alangkah malangnya nasib hamba ini . . .” kata Han Cubeng yang maksudnya hendak menyambut tamunya itu, akan tetapi ia tak mampu melanjutkan kata-katanya karena kedukaan hatinya membuat ia sangat sedih sehingga selanjutnya yang terdengar hanya suara tangisnya, yang agguguk. Orang tua ini duduk bersimpuh dihadapan tuan muda itu, tangisnya benar memilukan. Disisi kanan kirinya duduk bersimpuh pula Kimlan dan Hayhauw, yang juga menangis tak kalah sedihnya. Mereka duduk bersimpuh diatas lantai tanah oleh karena didalam rumah keluarga yang malang itu ternyata sudah tidak terdapat alat-alat rumah tangga yang dapat dijadikan tempat duduk, kecuali sebuah bale-bale bambu yang mana diatas membujur kaku mayat istri Han Cubeng.

Ceng Kunhi menyaksikan suasana yang penuh kedukaan itu sambil berdiri terpaku dan membisu. Dan yang paling menarik perhatian dari tuan tanah ini, bukan kemiskinan atau kedukaan yang terdapat dalam gubuk itu, melainkan yang paling menarik perhatiannya, yang membuat sepasang mata dijulingkan menatap lama-lama ialah nona Han Kinlam. Biarpun anak dara itu hanya mengenakan baju tambalan, kulit tubuh dan mukanya agak hitam karena setiap hari bekerja disawah dibawah teriknya sinar matahari dan biarpun pada saat itu kelopak dari sepasang matanya agak bengkak disebabkan terlalu banyak menangis, akan tetapi kecantikannya yang asli dan wajah masih tampak nyata. Entah yang menarik hati tuan muda Ceng Kunhi dan justru karena inilah pula yang membuat ia memerlukan datang kemari, katanya saja hendak melihat tanah dan gubuk yang dijadikan barang jaminan dari uang yang Han Cubeng pinjam tadi,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padahal sebenarnya ia ingin melihat anak dara itu yang tadi didengarnya dari keterangan Han Cubeng sendiri.

Kemudian putra tuan tanah ini melirik dengan mata julingnya kearah dua pengawal yang berdiri dikanan kirinya dan lirikan yang penuh arti dapat dimaklumi oleh dua tukang pukul itu sehingga mereka mengangguk sambil menyengir kuda.

“Han lonunghu, aku tutut berduka cita sedalam-dalamnya atas kematian istrimu ini,” kata Ceng kunhi kemudian dan setelah ia merogoh saku bajunya yang mewah dan terbuat dari kain sutra mahal, ia lalu mengeluarkan uang sejumlah dua puluh tail perak yang segera disodorkan kepada Han Cubeng ia berkata juga. “Han lonunghu, terimalah sumbanganku ini untuk keperluan mengurus mayat istrimu. Rawat dan kuburlah baik-baik sebagaimana mestinya dan kalau masih kekurangan, kau boleh datang kerumahku dan akan kutambah lagi”.

Dengan matanya yang merah karena tangis untuk sejenak Han Cubeng hanya melihat ketelapak tangan tuan muda yang menyodorkan uang itu, sikapnya ragu-ragu tatkala ia berkata.

“Tuan muda, biarpun sesungguhnya sangat membutuhkan uang untuk mengurus penguburan mayat istriku, akan tetapi bagaimana hamba berani menerima kebaikan tuan muda yang lebih besar lagi, karena tanah sekeping dan gubuk butuh yang hamba pertanggungkan tadi, mana bisa cukup untuk . . .”

“Ah, sudah. Kau tak usah pusingkan hal itu Han lonunghu!” Ceng kunhi menukas perkataan orang tua yang belum habis itu. “Segala urusan ada dibelakang, untukmu tentu saja aku dapat mempertimbangkan baik-baik. Nah, terimalah” ia mengangsurkan uang ditelapak tangannya lebih maju sehingga begitu dekat didepan hidung Han Cubeng.

Orang tua sedang berduka sehingga pada saat mana ia tak sempat mempergunakan otaknya, untuk mengadakan pertimbangan. Yang terpikir hanya uanglah yang justru sangat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dibutuhkan yang otomatis membuat ia segera menerima uang itu dengan kedua telapak tangannya yang gemetar. Dan dari sela-sela bibirnya yang juga gemetar berulang-ulang mendesiskan ucapan

“Terimakasih . . . terimakasih . . . terimakasih . . .”

Tak lama kemudian Ceng Kunhi bersama dua orang tukang pukulnya segera meninggalkan tempat dan tentu saja setelah mata juling dari tuan muda ini memandang pula tajam-tajam kepada Kimlan.

Sudah lazim dan sering terjadi didunia ini apabila seseorang dalam keadaan terdesak oleh kebutuhan uang tiba-tiba saja ada orang yang menyodorkan bantuan, bukan mustahil kalau ia segera menerimanya tanpa banyak pikir lagi. Tanpa memperdulikan bahwa orang yang memberikan bantuan itu macam apa dan tanpa berpikir bagaimana kelak untuk membayarnya. Yang terpikir hanya penolongnya itu benar-benar adalah seorang baik hati . . . ! Demikianlah halnya yang dialami Han Cubeng sungguhpun orang tua ini merasa heran akan kebaikan tuan muda itu yang jauh berbeda dari keadaan dan wataknya yang biasa akan tetapi dengan begitu saja ia lalu menganggap bahwa tuan muda itu benar-benar adalah sangat berbudi dan baik hati. Keadaan yang menekan hati dan pikiran membuat ia lupa bahwa Ceng Kunhi adalah keturunan dari keluarga bangsawan berupa tuan tanah pemeras, dan penindas rakyat jelata yang tak mungkin akan memberikan pertolongan begitu saja kalau dalam perhitungan tak akan mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda atau kalau tidak ada maksud tertentu yang dikandung dalam hati iblisnya.

Dapatlah diceritakan dengan singkat, bahwa Han Cubeng dapat mengubur jenazah istrinya dengan disertai upacara-upacara, adat sebagaimana mestinya dengan mendapat bantuan dari para tetangga-tetangganya. Tiga hari kemudian setelah itu pada suatu senja Han Cubeng didatangi oleh seorang tukang pukul yang menyampaikan panggilan dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tuan muda Ceng Kunhi kepadanya. Segera Han Cubeng dapat, menerka bahwa panggilan ini pasti, bertalian dengan uang yang dipinjamkan, sungguhpun pikirannya bingung namun betapapun juga mesti pergi menghadap kepada tuan muda itu.

Han Kimlan dan Han Hayhauw menanti ayahnya itu dengan hati agak cemas oleh karena sampai waktu hampir magrib dan cuaca remang-remang mulai menggelap, orang tua itu masih belum kelihatan pulang. Kimlan merasakan hatinya berdebar aneh, seakan-akan dara ini sudah mendapat bisikan firasat buruk. Akan tetapi kedua kakak beradik ini merasa berlega hati tatkala kemudian, setelah cuaca gelap melingkupi bumi Han Cubeng datang.

“Ayah baru datang . . . ?” sapa Kimlan menyambut.

“Mengapa ayah pergi begitu lama . . . ?” kata-kata ini diucapkan oleh Han Hayhauw sehingga pertanyaan lebih mendekatnya tegoran dan penyesalan.

Namun Han Cubeng seakan-akan tidak memperdulikan sambutan dan teguran dari putra dan putrinya itu melainkan ia langsung saja memasuki rumah gubuknya yang hanya diterangi oleh sinar lampu pelita yang kelap kelip, kemudian ia membantingkan pantatnya berduduk dibale-bale sehingga bale-bale itu mengeluarkan suara berderak hampir ambruk! Air mukanya begitu kusut dan pucat, sepasang matanya mendelong mengawasi sebuah sudut gubuk yang gelap gulita. Sikap orang tua ini benar-benar membuat kedua anaknya tercengang, terutama Kimlan yang sudah dapat berpikir dia seperti sudah dapat menduga apa yang dialami oleh ayahnya selama berkunjung digedung tuan tanah itu, sehingga dara ini cepat menubruk pangkuan orang tua itu dan suaranya lirih tatkala bertanya.

“Ayah, apakah yang terjadi kepadamu? Mungkinkah putra tuan tanah itu menuntut pembayaran hutang dari kita dengan kekejaman?”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perlahan-lahan Han Cubeng menoleh dan memandang kepada putrinya, dan suaranya terdengar parau tatkala berkata setelah terlebih dahulu menghela nafas panjang.

“Dugaanmu sangat tepat, Lanji (anak Lan). Memanglah hutang kita ditagih dengan cara kejam, sungguh tak kusangka sama sekali bahwa kebaikan yang kita terima tempo hari harus ditebus dengan suatu pengorbanan . . . ”

Pengorbanan? Pengorbanan apakah yang ayah maksudkan? Katakanlah . . . tanya Kimlan mendesak dan hati dara ini sudah demikian, gelisah.

“Tuan muda akan membebaskan segala hutang-hutang kita, akan dikembalikan lagi sawah kita dan kita akan diangkat dari lembah kerudinan ini asal . . . aku suka menyerahkan dirimu kepadanya . . . “

“Apa . . . ? Kimlan setengah terpekik dan sepasang matanya yang jeli membelalak terhadap ayahnya. Tapi bagaimana putusanmu yang kau berikan . . . ?

Ayah itu menghela nafas sekali lagi. Aku sedah menjelaskan kepadanya, bahwa kau sudah ditunangkan sambil kuterangkan pula bahwa tunanganmu itu ialah Ong Huli. Akan tetapi tuan muda itu tidak mau mengerti alasan ini dan secara sinis sekali ia menyatakan bahwa pertunanganmu dapat dibatalkan, dan terhadap tunanganmu katanya ia sendiri yang bertanggung jawab akan membereskannya. Ah, benar-benar sulit bagiku memberi putusan kepadanya. Untuk menyetujuinya kau sudah bertunangan dengan Ong Huli, sekali pun belum, aku Han Cu Beng biarpun miskin akan tetapi masih mempunyai rasa harga diri sehingga mana sudi menyerahkan putriku sebagai pembayar hutang! Untuk hal celaka ini, tuan muda memberi kelonggaran selama tiga hari . . . “

Hampir tidak terdengar lagi oleh Kimlan kata-kata ayahnya itu. Pikirannya tidak karuan sedih bingung dan takut menjadi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

satu serasa mengaduk-aduk dibenaknya kesedihan ditinggal mati oleh ibunya masih menyesaki rongga dadanya kini tiba-tiba ditambah lagi lain macam kesedihan membuat rongga dadanya semakin sesak gengap. Jangankan ia sudah bertunangan, sekalipun belum, mana sudi menyerahkan kehormatan dirinya kepada tuan muda Ceng Kunhi yang mempunyai bentuk wajah kulit untuk dipandang dan pula jangankan hanya untuk dijadikan alat pelepas nafsu sebagai mana pernah dialami oleh gadis-gadis lain yang pernah didengar dan diketahuinya sehingga benar-benar seperti nasib tebu yang manis sepah dibuang meskipun ia dikawin dan dijadikan istri resmi ia tidak sudi! Namun kalau terang-terangan, ia menolak sudah dapat membayangkan, apa yang bakal dilakukan oleh tuan tanah itu sebagai akibatnya. Itulah sebabnya maka ia menjadi demikian sedih bingung dan takut sehingga apa yang ia mampu lakukan selanjutnya tak lain kecuali menangis tersedu-sedu diatas pangkuan ayahnya. Rambut kepala gadis itu dielus-elus oleh ayahnya sambil berkali-kali menghela nafas. Adapun Han Hayhauw sibocah yang baru berumur sepuluh tahun itu yang sejak tadi tinggal membisu dan mendengar perkataan-perkataan ayah dan cicinya sehingga sedikitnya ia maklum juga tentang kesulitan yang mereka hadapi, akan tetapi biarpun ia memiliki otak cerdas, namun kecerdasan ini tak dapat dipergunakan untuk mencampuri masalah yang menjadi persoalan orang tua, dan dewasa. Bocah ini hanya dapat menurut bersedih dan bingung, bahkan hatinya merasa sangat marah sekali terhadap tuan muda Ceng Kunhi yang dianggapnya menjadi gara-gara dari segala kejadian celaka ini.

Sungguhpun mereka diberi kelonggaran selama tiga hari, akan tetapi apa yang mereka dapat perbuat dari kekuasaan tuan muda itu? Kimlan mesti menyerah diri untuk memuaskan nafsu hati tuan muda itu? Jelas dara ini tidak mau, juga ayahnya tidak menyetujuinya. Habis bagaimana . . . ? Ah, betapapun juga akibatnya sama memenuhi keinginan tuan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

muda, itu bagi Kimlan berarti menghadapi peristiwa yang lebih mengerikan dari pada maut dan sebaliknya jika ia menolak maka sudah dapat dibayangkan akibat yang lebih celaka, minggat jangan harap, karena selain tak bisa lolos dari jaringan pengawasan pihak tuan muda itu yang sudah mengerahkan mata-matanya dan mempersiapkan tukang pukul! Juga dimana-mana tempat, terdapat tuan tanah yang sama jahatnya dengan tuan besar Ceng Lobin dan tuan muda seperti Ceng Kunhi, yang mengandalkan pengaruh kekayaannya berbuat sewenang-wenang.

Akan tetapi baru saja berselang satu hari dari apa yang disebut kelonggaran dari tuan muda bagi keluarga Han Cubeng itu tiba-tiba Ceng Kunhi sudah muncul bersama seorang komandan gendut bermuka bopeng, tiga orang tukang pukul berikut sejumlah serdadu yang mengirim sejumlah penduduk dusun yang sebagaimana sudah diceritakan bahwa hari itu terjadi operasi pengumpulan tenaga dan tuan muda Ceng itu giat sekali membatu sebagai petunjuk. Tentu jadi Ceng Kunhi sebelum mendatangi gubuk Han Cubeng terlebih dahulu ia sudah menangkap Ong Heli tunangan Kimlan dengan istilah kena ditarik kerja bakti dan pemuda dusun she Ong itu terdapat diantara mereka yang digiring dan dikawal oleh serdadu-serdadu itu, sehingga mereka beda seperti tawanan.

Han Cubeng sudah mengetahui bahwa pada hari itu diadakan gerakan pengumpulan tenaga untuk kerja paksa dan kedatangan tuan muda bersama rombongan komandan gendut bopeng itu sudah dimakluminya sebagai penukar baginya maka ia sengaja beserta Kimlan dan Hayhauw menyambut kedatangan orang yang kusen itu didepan gubuknya sambil memberi hormat sedalam-dalamnya.

“Selamat siang tuan muda dan para ciangkun sekalian”. Han Cubeng memberi salam sambil menjura dan penghormatan sedemikian terhormat dari orang tua ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membuat Ceng Kunhi hilang kegalakannya. Ia mengangguk-angguk sambil bibirnya tersenyum manis, dan mata julingnya mebidik kearah Kimlan yang menunduk ketakutan. Sementara Be Kunbu menyengir bangga karena ia disebut ciangkun (perwira) oleh orang tua itu dan sebagaimana biasa selaku petugas yang mentaati perintah kaisar dan ini melihat seorang anak dara yang menimbulkan nafsu birahinya, berdiri dibelakang orang tua itu, lalu si gendut bopeng ini mengeluarkan gertakan sambil berkata kepada tuan muda yang giat membantunya.

“Ceng kongcu (tuan muda Ceng), orang kampung ini biarpun sudah agak tua, akan tetapi tenaganya masih cukup kuat buat membangun negara, maka baik ditarik saja”.

“Memang demikian semestinya”, kata Ceng Kunhi. Akan tetapi demi persahabatan kita, aku minta bahwa terhadap orang tua ini kau mengadakan pengecualiaan oleh karena selain ia penggarap sawah kami yang paling rajin, yang terutama sekali ia adalah calon mertuaku.

“Keparat . . . !” hati Han Cubeng memaki ketika mendengar ucapan situan muda yang tidak tahu malu itu. Kimlan menutupi muka dengan telapak tangannya, hatinya yang sedih pikirannya yang bingung ditambah rasa sebal mendengar ucapan si mata keranjang yang sangat menusuk perasaan itu, membuat anak dara ini seketika itu juga jadi menangis.

Be Kunbu si komandan itu ketawa bergelak “Ceng kongcu, kionghi, kionghi (selamat, selamat). Jangan lupa aku mesti kau undang untuk menenggak arak kebahagiaan. Ha-ha-ha . . . !”

“Pasti, pasti . . . . . !” saut si tuan muda sambil nyengir dan membusungkan dada.

“Tidak! Hal ini masih belum dapat dikatakan pasti, sebab, sebagaimana pernah kuterangkan bahwa putriku ini sudah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ditunangkan!” Han Cubeng menukas dengan berani karena hati orang tua ini merasa amat muak melihat lagak tengik dari sikongcu hidung belang itu.

“Mengapa tidak pasti?” mata Ceng Kunhi menyureng memandang kepada calon mertuanya dan amat lucu sekali ketika ia memandang demikian, manik-manik matanya yang tak normal terkumpul disudut kelopak mata sehingga mengepit pangkal hidungnya. “Pemuda kampung she Ong itu akan diberangkatkan hari ini juga menuju pembangunan raksasa, dengan begini berarti pertunangan dengan putrimu menjadi batal dengan sendirinya? Dan dengan begini pula bukanlah berarti menerima gagasanku. Ha-ha-ha . . . !” Ceng Kunhi ketawa penuh kemenangan.

Kagetlah hati Han Cubeng dan Kimlan, mendengar ini dara yang merasakan nasibnya malang itu lalu membukakan telapak tangan yang tadi menutupi mukanya dan matanya yang sayu mencari-cari kalau diantara rombongan tawanan itu benar-benar terdapat tunangannya. Dari rombongan mana terlihat seorang pemuda melompat dan berlari hendak menuju kearah tuan muda, pemuda ini adalah Ong Huli, tunangan Kimlan yang menjadi nekat karena dirinya ditarik kerja paksa atas tudingan jari telunjuk putra tuan tanah itu kini ia baru sadar bahwa situan muda keparat itu hendak merampas gadis tunangannya. Betapa marahnya hati pemuda ini dapatlah dibayangkan, sehingga ia melupakan kelemahan dirinya, maka segera nekat sekali ia berlari hendak menyerang tuan muda itu. Akan tetapi jauh sebelum maksudnya tercapai, ia telah dihadang oleh seorang serdadu yang mengirim tamparan disertai tendangan. Oleh karena Ong Huli tidak mengerti ilmu silat karena tiada dannya itu hanya mengandalkan kemarahan hati sehingga ia membabi buta, maka tak ampun lagi tabokan serdadu itu mampir dipipi kirinya dan tendangan menghantam dibagian lambungnya. Ong Huli terbanting dan roboh, kepalanya sangat pening dan lambungnya ia rasakan sakit bukan main sehingga ia sudah ditanah sambil merintih-rintih.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat ini Kimlan menjerit dan tiba-tiba tubuhnya terkulai roboh dalam keadaan diri tak sadar. Han Hayhauw cepat memeluk tubuh cicinya dengan maksud mencegah tubuh dara malang itu jangan sampai terbanting ditanah, akan tetapi tenaga bocah yang baru berumur sepuluh tahun ini ternyata tak kuat menahan daya berat tubuh cicinya yang terkulai itu, sehingga bocah ini turut jatuh dan tubuhnya tertindih oleh tubuh Kimlan yang pingsan itu.

“Tuan muda! Inilah yang kemarin kau sebutkan pertanggungan jawab untuk membereskan pertunangan yang sudah mengikat putriku itu! Hm, kau sungguh keji” kata Han Cubeng yang tiba-tiba timbul keberanian hatinya sehingga ia berani mengucapkan kata-kata berupa makian terhadap tuan muda itu. Memanglah seseorang kalau saking duka bingung takut serta merasa dirinya benar-benar terpepet, maka ada kalanya timbullah keberaniannya.

Biasanya Ceng Kunhi jangankan dimaki, sedangkan kalau mendapatkan peristiwa yang hanya tidak menyenangkan hatinya saja sudah cukup membuatnya marah sekali dan ia segera dan ia segera menyuruh tukang pukul tukang pukulnya yang selalu mengawalnya memberi hajaran terhadap orang itu. Akan tetapi, kini aneh sekali dimaki oleh orang tua ia hanya ketawa dan lalu ia berkata dengan nada sinis:

“Orang tua she Han kau jangan salah tumpa dan berlaku bodoh dengan sesungguhnya hendak kuangkat kau dan anak-anakmu dari lembah kemiskinan, tetapi mengapa bukannya kau berterimakasih malah memakiku keji? Ah, benar-benar kau orang tua tak tahu diuntung. Pendeknya, waktu yang kuberikan masih ada dua hari dan selama mana berpikirlah baik-baik. Aku tunggu kabar baik darimu, tanpa banyak alasan.”

Setelah mengucapkan perkataan yang bersifat mengancam ini, akhirnya tuan muda itu mengajak rombongannya meninggalkan tempat itu. Si komandan gendut bopeng dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiga tukang pukul berjalan mengiringi si tuan muda dari belakang mereka, terdengarlah suara bentakan-bentakan dan makian-makian dari para serdadu yang mencegah para orang-orang sial yang kena ditarik kerja paksa itu. Adapun Ong Huli yang masih meringkuk ditanah, segera dipaksa bangun dan lengannya ditarik oleh seorang serdadu sehingga dalam keadaan yang sangat terpaksa pemuda itu dapat juga bangun berdiri. Akan tetapi segera ia teruyung-huyung akan jatuh lagi hanya baiknya dua orang senasibnya segera merangkul dan memapahnya, sehingga ia dapat ikut serta dalam rombongan orang-orang sial itu yang berjalan maju perlahan-lahan, diiringi bentakan-bentakan dan makian-makian serta suara lecutan cambuk dari para serdadu yang mengawal dan memboyong mereka.

Han Cubeng masih berdiri mematung. Sepasang matanya seakan-akan mengeluarkan sinar api ketika pandangannya mengikuti kepergian situan muda pembawa celaka itu, akan tetapi mata orang tua ini kemudian berubah menjadi sayu dan perlahan-lahan menitikkan air mata kesedihan ketika melihat kawan-kawan sekampung dan terutama melihat calon menantunya diboyong dan akan dikirim kedaerah proyek pembangunan raksasa, dimana malaikat elmaut selalu mananti. Orang tua ini kemudian seperti baru sadar ketika ia mendengar suara panggilan Han Hayhauw yang ketika itu masih terlentang ditanah dan memeluki cicinya yang pingsan. Cepat Han Cubeng memangku tubuh putrinya dan dibawanya kedalam gubuknya lalu diletakkan diatas bale-bale pembaringan.

“Ayah kenapa dan bagaimana cici ini?” Han Hayhauw bertanya dengan penuh kekuatiran.

”Tidak apa, ia hanya pingsan karena tak tahan menguasai penderitaan hatinya” sahut si ayah sambil berusaha menyadarkan putrinya.

Bocah itu menarik nafas lega dan berkata lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ayah serdadu-serdadu tadi sangat jahat, aku lihat calon Cihu tadi ditempling dan ditendangnya. Calon Cihu Ong bersama kawan-kawannya akan dibawa kemana oleh serdadu-serdadu itu ayah?”

Han Cubeng maklum bahwa bocah yang baru sepuluh tahun umurnya itu belum dapat mengerti akan situasi dan nasib rakyat jelata dari suatu negara yang dijajah, maka secara singkat ayah ini menerangkan bahwa mereka yang diboyong tadi, termasuk calon cihu sibocah, ditarik kerja paksa sambil dijelaskan pula betapa mereka yang diboyong itu tak mungkin dapat kembali lagi. Akhirnya ayah itu menambahkan.

“Serdadu-serdadu itu memang jahat, akan tetapi jauh lebih jahat lagi situan muda she Ceng itu, selain ia penjilat pantat penjajah sehingga banyak bangsa sendiri menjadi korban dihadiahkan terhadap kepentingan pemerintah penjajah yang lazim, juga seperti kau sendiri tahu dan lihat, dengan mempergunakan pengaruh kekayaannya, betapa dia menimpakan kesulitan kepada kita.”

Han Hayhauw bediam untuk seketika lamanya sambil sepasang matanya yang bersinar tajam itu berkedip-kedip. Agaknya bocah ini diam-diam sedang memahami dan menganalisa kata-kata ayahnya dan sejak itu tumbuhlah rasa dendam terhadap si tuan muda she Ceng dilubuk hati bocah ini.

Pada hari itu barisan operasi pengumpulan tenaga yang bergerak didusun Ho-leng-chun berhasil mengumpulkan tak kurang dari seratus orang pekerja paksa dan pada sore hari itu mereka diberangkatkan. Seperti biasa pula, akibat dari operasi biadab ini disusul dengan mengambangnya mayat-mayat wanita yang membunuh diri karena tak kuasa menanggung rasa malu setelah dirinya ternoda oleh gangguan-gangguan orang-orang berhati iblis itu, menggantungnya mayat orang-orang lelaki yang putus asa dan lain-lain pandangan yang mengerikan pula. Hanya wanita-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wanita yang kebetulan menjadi putri atau istri para hartawan yang banyak mempunyai uang sogok sajalah yang selamat tidak terganggu. Adapun nona Han Kimlan yang tinggal selamat dan tidak terganggu merupakan hak pengecualiaan. Oleh karena ia mendapatkan hak dispensasi istimewa dari tuan muda Ceng Kunhi sungguhpun keadaan ini hanya berlaku untuk sementara waktu. Yaitu dua hari . . .

Adapun pada keesokan harinya, kebingungan Han Cubeng makin bertambah-tambah. Sejak pagi hari ia kehilangan Kimlan, tadinya ia menyangka bahwa anaknya itu pergi kesungai mencuci pakaian seperti biasa, akan tetapi sampai menjelang waktu tengah hari yang dinanti belum juga muncul, ayah ini sudah mulai menaruh curiga kalau-kalau . . . . . . . .

-o0odwo0o-

Jilid III Maka ia bersama Hayhauw lalu pergi mencari keseluruh

pelosok kampung. Setiap orang ditanyanya kalau-kalau melihat putrinya itu, namun jawaban yang selalu diperolehnya hanya menyebabkan pikiran yang bingung membuat hati makin cemas dan gelisah. Beberapa orang kenalannya membantunya pula secara beramai-ramai disepanjang sungai yang tak berapa jauh letaknya dari dusun itu, usaha ini dilakukan sampai matahari sudah hampir surup dibarat, akan tetapi hasilnya hampa belaka. Han Cubeng segera berlari kegubuknya untuk melihat barangkali saja Kimlan sudah ada disitu, tetapi ternyata tiada. Orang tua ini menjatuhkan diri diatas bale-bale, sambil berkeluh kesah karena benar-benar ia sudah merasa putus asa. Han Hayhauw duduk bersandar diambang pintu seluruh tubuhnya dirasakan demikian lesu karena selain kebingungan seperti ayahnya sehabis mencari cicinya sejak tengah hari juga perutnya lapar. Tiba-tiba Han

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cubeng bangkit dan mengajak bocah ini pergi menghadap tuan muda untuk melapor hal ini.

Kebetulan sekali ketika itu ayah dan anak ini tiba didepan rumah gedung tuan tanah Ceng si tuan muda itu sendiri sedang makan angin dihalaman depan yang segera menyambutnya dengan muka berseri-seri karena mengira bahwa kedatangan mereka akan menyampaikan kabar baik. Akan tetapi setelah orang tua ini menceritakan sambil setengah menangis dan suara terputus-putus bahwa Kimlan sejak pagi hari menghilang bukan main kemarahan Ceng Kunhi.

“Bangsat tua penipu. Tentu kau sendiri yang menyembunyikan, kau hendak mengakalikukah?”

“Hamba tidak bohong tuan muda. Hamba berani disumpah . . .” Han Cubeng tidak sempat mengadakan pembelaan lebih lanjut karena tiba-tiba sebuah tamparan dari si tuan muda yang marah itu menghantam pipi kompongnya. Perlu diketahui bahwa Ceng Kunhi, pernah belajar silat para tukang pukulnya, sehingga tamparannya cukup kuat, membuat orang tua itu jadi sempoyongan.

“Tua bangka hina dina kau berani main-main dengan tuan mudamu?” Maki tuan muda itu dan saking gemas dan marahnya, kaki kanannya diayun mengirim tendangan.

“Duuuk” Dan Han Cubeng kena dihantam tendangan itu, membuat orang tua ini segera mendekap dadanya terhuyung-huyung sebentar dan tubuhnya lalu roboh ditanah Han Hayhauw menjerit dan menubruk ayahnya, bocah ini mencoba membangunkan ayahnya sambil menangis.

“Ampun tuan muda . . . Kasihanilah hamba . . . hamba . . . hamba akan akan men . . . cari lagi . . .” meskipun dadanya dirasakan sakit bukan main dan membuat nafasnya amat sesak, orang tua itu masih dapat meratap mohon ampun dengan suara terputus-putus. Ia berusaha untuk bangun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sambil meringis-ringis dan akhirnya setelah susah payah sekali inipun dibantu oleh Han Hayhauw ia dapat juga berdiri sambil sepasang tangannya memegangi pundak bocah itu sebagai penahan supaya tubuhnya tidak roboh lagi.

“Enyahlah dari sini! Tapi awas, kalau besok kau masih berani main gila lagi!” demikian bentakan dan ancaman dari Ceng Kunhi yang mengusir orang tua malang itu.

“Hamba mengerti, hamba mengerti tuan muda,” sahut Han Cubeng sambil mendorong pundak anaknya supaya berjalan. Bocah itu maklum, ia maklum akan maksud ayahnya, akan tetapi sebelum ia melangkah ia menatap tajam terhadap tuan muda itu. Ia memperhatikan bentuk wajah manusia yang menimpakan kemalangan itu dan dari dalam dadanya timbullah hawa panas yang membuat seluruh tubuh serasa terbakar, yaitu hawa yang yang timbul dari hati yang marah dimana api dendam mulai menyala!

Jarak gubuk Han Cubeng dari gedung tuan muda itu jauh juga, sehingga orang tua yang berjalan sambil setengah dipajang oleh anaknya itu sebentar-sebentar mesti berhenti mengaso, dadanya yang tipis kurus demikian nyeri akibat tendangan si tuan muda tadi, dan nafasnya terasa semakin dengan Tak hentinya orang tua ini menekan-nekan dadanya, juga pipinya yang ditampar tadi, sebentar-sebentar diurut-urut, dan ternyata pipi yang kempot itu kini membengkak serta berwarna biru menghitam.

Dan ketika mereka berjalan mendaki sebuah tanjakan, Han Cubeng benar-benar tak kuat lagi melangkahkan kakinya. Pipinya yang bengkak membuat kepalanya sangat pening, rasa nyeri didadanya makin menjadi dan nafasnya terengah-engah hampir habis. Orang tua itu duduk sambil punggungnya disandarkan kesebatang pohon sambil matanya dimeramkan, keadaannya payah sekali.

“Ayah . . .” Hayhauw memanggil ayahnya, bukan main bingung dan cemasnya hati bocah ini melihat keadaan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ayahnya yang sedamikian parahnya itu. Kalau saja tenaganya cukup kuat, ia akan menggendong saja tubuh ayahnya supaya bisa cepat sampai digubuknya. Namun ia takkan kuat menggendong, apalagi tubuh sendiripun sudah demikian penat dan lesu. Ia tidak tahu harus berbuat bagaimana untuk menolong ayahnya, ia hanya memanggil ayahnya saja tanpa dapat meneruskan ucapannya lagi.

Orang tua itu membuka matanya dan memandang kepada bocah yang duduk disisinya, dan Hayhauw dapat melihat bahwa kedua mata ayahnya bekaca-kaca seakan-akan hendak berkata, namun agaknya sulit sekali suara keluar dari mulut itu dan apa yang terdengar hanya suara rintihan.

Tiba-tiba Han Cubeng terbatuk-batuk dan batuknya ini demikian gencar sehingga punggungnya yang semula disenderkan kebatang pohon, kini terlepas dan tubuh yang kurus itu jadi rebah ditanah dalam keadaan miring serta meringkuk-ringkuk sedemikian rupa disebabkan gencarnya dari batuknya. Dengan penuh rasa iba hati dan bingung Hayhauw mempergunakan sepasang tangannya mengurut-ngurut dada serta punggung ayahnya, dengan harapan perbuatannya ini dapat meredakan batuk ayahnya. Akan tetapi batuk orang tua itu makin tambah gencar sehingga tubuhnya makin melingkar-lingkar dan akhirnya serangan batuk itu baru berhenti setelah dari mulut orang tua ini banyak memuntahkan darah.

“Ayah, ayah . . .!” Hayhauw memanggil-manggil dengan suara sesambat sambil mempergunakan bajunya ia membersihkan darah yang melumuri mulut dan pipi ayahnya. Akan tetapi orang tua diam saja dan kemudian ia baru tahu bahwa ayahnya itu pingsan. Meskipun bingung bukan main, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya membuat Hayhauw ingat betapa akal untuk membawa ayahnya kegubuknya. Serta merta bocah ini meninggalkan ayahnya dan ia berlari menuju rumah penduduk yang terdekat dan kepada mereka ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

minta pertolongan untuk membawa orang tuanya. Demikianlah, dengan diusung dua orang penduduk yang diminta bantuannya oleh Hayhauw tadi, Han Cubeng tiba digubuknya dalam keadaan masih tak sadarkan diri.

Cuaca berangsur-angsur menjadi gelap. Api pelita yang suram didalam gubuk itu menyinari tubuh Han Cubeng yang rebah terlentang diatas bale-bale, mukanya demikian pucat pasi, hanya tarikan nafasnya yang tersendat-sendat itulah saja menandakan bahwa orang tua itu masih hidup. Han Hayhauw duduk disisinya mendagu, matanya menatap kewajah ayahnya yang membuat hatinya amat cemas dan kuatir. Perut bocah ini yang tadi lapar kini perasaan mana yang tidak terasa lagi, bukan diisi nasi, melainkan perutnya dipenuhi air gentong yang ia minum sekenyang-kenyangnya tadi. Sementara cicinya Kimlan, yang selalu diharap-harap oleh bocah ini, sampai kini belum kembali. Demikian berat kedukaan yang menindih batin bocah ini dan ketika melihat betapa keadaan ayahnya yang sejak tadi pingsan sampai kini belum juga siuman, membuat ia tak tertahan lagi terisak-isak menangis. Suasana dalam begitu sunyi senyap, tiada terdengar suara daun-daun dipohon berkeresakan karena tiada angin berhembus, binatang jangkrik dan belalang yang biasanya berbunyi ramai mengiringi suasana malam juga kini tak terdengar. Begitu sepi, lengang, seakan-akan semuanya turut berduka akan penderitaan yang ditanggung oleh Hayhauw.

Akhirnya lengan Han Cubeng kelihatan bergerak perlahan, seiring pelupuk matanya terbuka perlahan-lahan dan dari mulutnya terdengar mengeluarkan suara keluhan panjang. Hayhauw menahan isaknya dan ia mengantarkan wajahnya kewajah ayahnya sambil menyebut

“Ayah . . .”

Mata orang tua itu memandang kewajah anaknya dan tangan kanannya bergerak perlahan mengusap-usap kepala bocah itu dengan penuh kasih sayang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hauw-ji (anak Hauw) cicimu masih belum pulang . . .?” suaranya demikian parau dan pesat ketika orang itu bertanya demian.

Begitu sadar dari pingsannya dan ayah ini segera tanya tentang Kimlan, menandakan bahwa ayah ini perasaannya lebih berat kepada putrinya dari pada penderitaan sendiri, membuat Hayhauw yang mendengarnya segera menggigit bibir untuk menahan perih dihatinya yang seakan-akan disayat-sayat. Dan untuk menjawab pertanyaan ayahnya tadi, karena mulutnya tidak mampu mengucapkan perkataan disebabkan rasa pilu dari kalbunya seakan-akan menyumbat kerongkongannya, maka Hayhauw hanya dapat memberikan penyahutan melalui gerakan kepalanya yang digelengkan.

Han Cubeng menghela nafas putus asa. Lalu terdengar ia mengeluh.

“Oh, Thian yang maha Agung . . . Kedosaan apakah yang telah dilakukan oleh hambaMu ini, maka hamba mesti mengalami cobaanMu yang seberat ini . . .”

Mendengar keluhan ayahnya ini, Hayhauw tak kuat lagi menahan rasa pilunya, sehingga tangannya segera merangkul dan kepalanya diletakkan diatas dada ayahnya, ia menangis.

Ketika itu tiba-tiba, diluar gubuk terdengar suara orang ribut bercakap-cakap dan terdengar pintu diketuk. Han Hayhauw terkejut dan dalam sangkaan bocah ini bahwa mereka yang mendatangi gubuknya itu adalah si tuan muda Ceng Kunhi bersama tukang pukulnya hendak menghajar ayahnya lagi. Tentu saja bocah ini menjadi sangat kebingungan dan ketakutan sehingga karenanya, tangisnya jadi terhenti dengan sendirinya.

Suara ketukan kepada daun pintu gubuk makin keras dan kini disertai dengan suara memanggil-manggil.

“Han lopek, buka pintu! Kami datang membawa Kimlan . . .!”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah yakin bahwa orang-orang diluar gubuk itu bukan rombongan si tuan muda yang sangat ditakuti, apalagi mendengar bahwa mereka datang membawa cicinya, serentak Han Hayhauw melompat dan membukakan pintu. Han Cubeng mencoba memaksakan dirinya hendak bangkit, akan tetapi tak kuasa, maka ia rebah lagi dalam keadaan miring menghadap kearah pintu. Hanya matanya saja bersinar-sinar mencerminkan bahwa hati orang tua ini begitu kegirangan mendengar Kimlan datang.

Setelah daun pintu dibukakan, tampaklah oleh Hayhauw beberapa orang berjalan masuk sambil menggotong sesosok tubuh yang basah dan kaku. Dan setelah mengetahui bahwa tubuh yang digotong benar itu adalah benar-benar tubuh cicinya yang sudah menjadi mayat, pecahlah kesepian malam oleh melengkingnya suara jeritan dan tangisan dari bocah ini.

“Kimlan . . .!” Hanya sekian suara yang terdengar keluar dari mulut Han Cubeng. Selanjutnya orang tua ini tak bersuara lagi, anggota tubuhnya tak bergerak, matanya melotot, mulutnya terbuka dan napasnya berhenti. Ternyata jantung ini sudah menderita luka hebat akibat tendangan Ceng Kunhi tadi, ketika ia melihat putrinya sudah kaku kejang pertanda sudah menjadi mayat, maka saking kaget dan dukanya membuat jantungnya menjadi pecah dan langsung mendatangkan kematian.

Ah, sungguh hebat kedukaan yang diderita Han Hayhauw. Baru saja tiga hari yang lalu ia ditinggalkan oleh ibunya, kini cici dan ayahnya secara sekaligus meninggalkannya pula. Tiada sanak tiada kandung, kini benar-benar ia hidup didunia ini hanya sebatang kara. Semalam suntuk Han Hayhauw terus menangis dan kelakuannya seperti orang gila, sebantar ia menubruk ayahnya yang mekin lama makin dingin dan kaku, sambil sipangil-panggil dan diguncang-guncangnya. Dan pada lain saat ia memeluki tubuh cicinya yang kaku kejang, hati

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kecil bocah ini protes dan mengutuk kepada tuhan yang dianggapnya tidak adil dan kejam.

Beberapa orang yang membawa mayat Kimlan tadi terus menemani Han Hayhauw sampai keesokan paginya dan tentu saja mereka ini sepanjang malam tak putus-putusnya menghibur si bocah, yang saking sedih dan dukanya, seakan-akan sudah menjadi gila itu.

Begitulah, dengan singkat dapat diceritakan bahwa keesokan paginya, berkat bantuan dari bekas kawan mendiang Han Cubeng, termasuk orang-orang yang membawa mayat Kimlan semalam, maka mayat Han Cubeng dan Kimlan dikubur baik-baik, sungguhpun tanpa disertai upacara sebagaimana mestinya. Cara penguburan itu dibuat sedemikian rupa atas kehendak Hayhauw, yaitu disisi kiri kuburan Kimlan, ditengah-tengah penguburan ibunya yang sudah ada dan disisi sebelah kanan, kuburan ayahnya.

Baru kemudian Hayhauw mengetahui dari cerita orang-orang pembawa mayat cicinya itu bahwa tubuh Kimlan yang sudah menjadi mayat mereka ketemukan jauh dihilir sungai. Jelaslah Kimlan membunuh diri dengan jalan mencemplungkan dirinya kedalam sungai, agaknya cara yang ditempuhnya itulah merupakan jalan satu-satunya bagi gadis itu untuk melepaskan diri daripada kesulitan yang dihadapinya.

Han Hayhauw sangat berterimakasih sekali terhadap mereka yang telah memberikan bantuan besar itu dan dengan sendirinya ia merasa berutang budi yang terhingga besarnya terhadap mereka. Apalagi ketika ia mendapat ajakan-ajakan dari mereka yang menaruh belas kasihan kepadanya supaya ia mau tinggal bersama mereka makin beratlah penanggungan hutang budi dirasakan oleh anak yang sebatang kara ini, sehingga atas kebaikan mereka yang setulus-tulusnya membuat ia tidak berani menerimanya. Han Hayhauw ingat kepada peribahasa yang selalu diucapkan oleh mendiang ayahnya bahwa hutang uang dapat dibayar sedangkan hutang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

budi sulit untuk menulisnya, Dan kenyataan Han Hayhauw sudah maklum, baru hutang uang ayahnya kepada si tuan muda jahat, yang biarpun tidak secara langsung tapi jelas merupakan pembunuh ayah dan cicinya, sehingga dihatinya kini tersimpan dendam yang sangat besar, tak dapat dibayar. Apalagi hutang budi yang selalu dikatakan ayahnya itu tentu lebih sulit lagi untuk membuat imbalannya, Itulah sebabnya Hayhauw tidak dapat menerima lebih banyak lagi kebaikan-kebaikan dari mereka yang berhati mulia, itu karena ia kuatir bakal tak dapat membalas.

Dan pada sore harinya orang-orang yang menaruh kasihan kepada Hayhauw merasa kehilangan si bocah malang itu. Mereka mencari ubek-ubekan seperti mereka mencari Kimlan kemarin dan hasilnya sia-sia belaka. Akhirnya mereka bertemu dengan tuan muda bersama tiga tukang pukulnya mendatangi gubuk bekas kelurga Han tinggal itu, agaknya tuan muda ini hendak menagih kepastian dari orang tua yang pernah ditolongnya itu. Akan tetapi setelah tuan muda ini mendengar keterangan dari orang-orang kampung yang ditanyainya, bukan main sedih hatinya. Sedih bukan karena berduka atas kematian Cubeng dan Kimlan, melainkan ia sedih disebabkab uang yang ia telah lepas sebagai umpan untuk maksud kejinya, jadi amblas begitu saja. Memang beginilah kalau seorang yang otak dan hatinya sudah ditunggangi pengaruh materil, kalau orang mati disebabkan perbuatan atau gara-garanya, itu bukan apa-apa, jangankan disedihkan, dipikirkanpun tidak. Akan tetapi sebaliknya kalau ia rugi atau kehilangan uang sedikit saja, maka ia sedih bukan main. Seakan-akan kehilangan sebagian dari harta kekayaannya yang berlimpah-limpah, bahkan dapat juga dikatakan seakan-akan kehilangan separuh nyawanya,

oooooooodwOkzoooooooo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemanakah Han Hayhauw, si bocah malang itu? Anak kecil sudah sudah sebatang kara dan mengalami siksaan batin yang luar biasa hebatnya, benar-benar harus dikasihani.

Sejak penguburan mayat ayah dan cicinya selesai, anak itu begitu melangsa hatinya, membuat ia tiba-tiba merasa tidak betah berdiam didusun Ho-leng-cun. Betapa tidak oleh karena manakala ia melihat keadaan gubuknya yang kini menjadi sunyi, terbayanglah didepan matanya peristiwa-peristiwa yang sangat mengenaskan. Ditambah lagi perasaan takut akan si tuan muda Ceng Kunhi yang menurut hematnya pasti akan menuntut segala kerugian terhadap dirinya. Itulah sebabnya, maka ia dengan berdiam-diam dan tidak berpamit kepada siapapun, pada hari itu juga ia lalu pergi meniggalkan kampung halamannya, yang semula sebelum terjadi malapetaka, begitu ia cintai dan ia merasa amat betah tinggal disitu.

Ia pergi tanpa perhitungan dan tanpa mempunyai arah tujuan, karena pikirannya sudah sedemikian gelap, sehingga baginya dunia ini sudah menjadi kosong melompong. Tiada bekal yang dibawa karena dari gubuknya tiada sesuatu yang dapat dijadikan bekal. Hanya rasa dendam kesumat sajalah yang ia bawa dilubuk hatinya dan justru rasa dendam inilah yang mendorongnya sehingga ia masih mempunyai kemampuan hidup. Kalau menurutkan perasaan hati yang dipenuhi kedukaan, memang ia mati saja menyusul ibu, ayah dan cicinya. Tetapi rasa dendam dihatinya mencegah ia sampai berputus asa, bahkan merupakan semacam dorongan bahwa ia harus hidup, hidup yang penuh semangat dan mempunyai tekad, sampai ia dewasa dan bertenaga kuat supaya kelak ia dapat kembali lagi kekampung halamannya untuk menjumpai sijahat Ceng Kunhi, kepada siapa ia akan mengadakan perhitungan untuk melampiaskan rasa dendamnya. Ia selalu ingat akan dongeng mendiang ayahnya bahwa didunia ini banyak terdapat pendekar-pendekar gagah perkasa dan kepergiannya ini memanglah ia mempunyai tekad

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak mencari pendekar-pendekar yang seperti sering diceritakan mendiang ayahnya itu. Ia hendak minta pertolongan kepada pendekar itu supaya membalaskan dendam dihatinya terhadap sijahat Ceng Kunhi berikut tukang pukul tukang pukulnya yang ia tahu sering menganiaya dan membunuh orang-orang kampung semau-maunya.

Akan tetapi, setelah ia mengikuti sepasang kakinya yang melangkah separan-paran sampai tiga hari dan ia sendiri tidak tahu bahwa sudah berapa jauh ia meninggalkan kampung halamannya dan entah kini ia berada dimana, tiba-tiba tubuhnya yang payah kepenatan ia rasakan tak karuan rasa. Tubuhnya sebentar terasa panas seperti dibakar dan pada saat lainnya mendadak berubah menjadi dingin seperti terbenam dibawah tumpukan salju dan membuat seluruh tubuhya menggigil, padahal saat mana waktu tengah hari dan matahari justru sedang memancarkan cahaya teriknya.

Han Hayhauw tidak tahu bahwa sebenarnya ia sudah jatuh sakit karena masuk angin. Selama tiga hari itu ia tak pernah makan apa-apa, perutnya hanya diisi air melulu yang diteguknya dari sungai-sungai atau danau-danau sebagai penghilang rasa dahaga dan sekaligus pula penghilang rasa lapar diperutnya. Ditambah lagi cara tidurnya yang tidak teratur, dimana saja ia menggeletakkan diri diemper rumah atau dikolong jembatan, asal dapat melepas keletihan yang melesui tubuhnya dan melupakan untuk sementara kedukaan yang selalu menjungkupi pikiran dan hatinya. Pakaiannya yang sudah bertambalan jadi demikian kotor dan dekil, sehingga keadaan bocah ini benar-benar seperti jembel, hanya saja meskipun perutnya terasa lapar ia masih mempunyai keangkuhan untuk minta-minta.

Dan pada hari yang ketiga itu benar-benar Han Hayhauw sudah tak dapat mengatasi kepayahan yang menguasai seluruh tubuhnya. Tubuhnya yang sebentar panas sebentar dingin membuat kepalanya sakit berdenyut-denyut dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penglihatannya kabur dan berkunang-kunang, apa yang terlihat disekelilingnya seperti berputar-putar. Akan tetapi anak ini benar-benar memiliki kekerasan hati yang luar biasa, sesungguhnya sudah payah sekali, ia masih terus memaksa diri untuk terus berjalan, sungguhpun ia sendiri tidak tahu bahwa perjalanan susah payah yang ditempuhnya ini akan menuju kemana?

Tubuh terhuyung-huyung karena langkah-langkah kakinya sudah demikian terseok-seok, matanya yang mendatangkan penglihatan seperti berputar-putar terpaksa dipejamkan, tangan kanannya digerak-gerakkan supaya ia tidak sampai menabrak sesuatu, sedangkan tangan kirinya ditekan-tekankan keperutnya yang perih dan lapar. Namun akhirnya ia harus menyerah juga terhadap serangan yang memayahkan itu, tubuhnya yang kecil dan kurus itu tak kuat lagi berjalan dan ia terguling roboh dipinggir jalan yang sunyi. Mulutnya mengeluarkan suara rintihan kecil dan sesumbat kepada ibu, ayah dan cicinya.

Kedua tangannya menekan-nekan kepalanya yang amat sakit seperti isi kepala itu ditusuk-tusuk ribuan jarum. Kedua kakinya diangkat keatas sehingga lututnya merapat kedada membuat perutnya seperti dilipat dan ditekan oleh kedua pahanya, untuk menahan rasa perih diperutnya. Kemudian dalam keadaan tubuh meringkuk seperti demikian dipinggir jalan, anak ini tak tahu apa-apa lagi. Pingsan, kalau saja Hayhauw dapat merasakan, alangkah nikmatnya pingsan itu, lenyap bingung dan duka, lenyap pula rasa pusing dikepalanya, bahkan rasa lapar yang tadinya mendatangkan rasa sakit dan perih diperutnya, kini lenyap dan apa yang terasa hanyalah kekosongan belaka.

Tentu saja Han Hayhauw tidak tahu betapa kemudian dijalanan itu dipinggir mana ia meringkuk pingsan, berjalan lewat seorang kakek yang mengenakan jubah serba putih dan ditangannya memegang sebuah tongkat. Kakek ini segera

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghentikan langkah kakinya tatkala dilihatnya dipinggir jalan meringkuk seorang anak kecil dalam keadaan demikian mengenaskan, sambil berjalan berjalan mendekati kakek in menggeleng-gelengkan kepala dan dari mulutnya terdengar keluhan yang merupakan ratapan.

“Ya Tuhan, kesenangan apakah yang pernah Kau berikan kepada anak ini sehingga sekarang dia harus menderita sehebat itu . . .?”

Kemudian kakek tua ini yang berambut panjang dan yang digelungkan keatas kepala dan diikat dengan sehelai pita putih, membungkuk dan mengangkat tubuh Hayhauw kepundaknya, dan sambil membawa anak malang yang masih pingsan itu, tahu-tahu sikakek berkelebat menghilang.

Perlu segera diperkenalkan kepada para pembaca yang budiman bahwa kakek itu adalah Tiong Sin Tojin, seorang tosu yang tak henti-hentinya menghubungi tokoh-tokoh kangouw untuk melakukan perjuangan mengusir penjajah, akan tetapi, sebagaimana sudah diterangkan dibagian permulaan dalam cerita ini, pihak penjajah terlalu kuat dan memang belum waktunya untuk ditumbangkan, maka perjuangan Tiong Sin Tojin bersama kawan-kawannya selalu mengalami kegagalan.

Begitulah pada hari itu, Tiong Sin Tojin baru saja habis melakukan pengacauan dan serbuan bersama-sama kawannya dikota Goan peng dan sial sekali mereka kena dilabrak habis-habisan oleh bala tentara Mongol sehingga beberapa orang kawannya gugur dan tosu ini berhasil meloloskan diri sambil membawa rasa sedih dihatinya. Menyadari bahwa pemerintah penjajah belum waktunya ditumbangkan dan dengan demikian berarti pula saatnya belum tiba untuk melakukan pemberontakan, maka tosu yang berjiwa patriot ini lalu mengambil keputusan mrngundurkan diri buat sementara dan kembali ketempat pemukimannya di gunung Ngotaysan. Dan dalam perjalanannya menuju tempat itulah, Tiong Sin Tojin melihat Han Hayhauw meringkuk pingsan dipinggir jalan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiong Sin Tojin memiliki ilmu silat tongkat yang amat lihay dan karenanya, disamping namanya yang cukup terkenal sebagai pendekar gagah perkasa pelindung golongan tertindas, kakek ini oleh orang-orang kangouw dijuluki Sitongkat Tojin atau Tosu bertongkat sakti. Tiong Sin Tojin belum pernah mempunyai murid, maka ketika melihat keadaan Hayhauw yang sangat menyedihkan itu ia menjadi kasihan dan menolongnya. Apalagi setelah mendapat kenyataan bahwa sebenarnya anak itu mempunyai bakat yang amat baik sekali sehingga menimbulkan hasrat baginya untuk mewariskan kepandaiannya kepada generasi muda, maka ia lalu mengambil anak itu dan dibawanya kegunung Ngotaysan, dijadikan murid tunggalnya.

Han Hayhauw sangat berterimakasih sekali setelah sakitnya sembuh berkat pertolongan dan perawatan tosu itu. Kemudian hati anak ini jadi girang bukan kepalang ketika ia mendengar pernyataan bahwa ia diambil sebagai murid tunggal Tiong Sin Tojin, keinginan atau cita-citanya yang dibawanya dari kampung halamannya sekarang ternyata tercapai. Kalau pada malaman kematian ayah dan cicinya ia pernah memprotes dan mengutuk bahwa Thian tidak adil, maka sekarang ia benar-benar memuji bahwa Thian itu memang Maha Adil.

Segera ia berlutut dihadapan Tiong Sin Tojin dan secara singkat ia menceritakan malapetaka yang menimpa dirinya. Dan akhirnya ia memohon kepada kakek itu untuk membalaskan sakit hati terhadap si laknat Ceng Kunhi.

Tiong Sin Tojin mengelus-ngelus kumis dan jenggotnya yang sudah sebagian berwarna putih dan ketika ia mendengar permohonan anak itu, menghela napas lalu berkata.

“Hayhauw, tentang pembalasan sakit hati itu adalah menjadi kewajiban sendiri untuk melaksanakan. Sangat tidak tepat kalau kau minta aku turun tangan karena urusan dendam kesumat ini sama sekali tak ada sangkut pautnya denganku. Kewajibanku hanya mendidikmu, maka untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melaksanakan kemauan hatimu, belajarlah kau dengan rajin dan tekun supaya kelak, selain kau dapat melaksanakan perhitungan dengan musuh besarmu, juga sangat kuharapkan bahwa kau dapat menjadi seorang yang sangat berguna bagi bangsa dan tanah air.”

Demikianlah, sejak saat itu Han Hayhauw mempelajari ilmu silat tongkat dari suhunya yang berkepandaian tinggi. Ia belajar dengan rajin dan tekun serta penuh kesungguhan hati. Selama ia belajar, beberapa kali suhunya meninggalkannya turun gunung sehingga ia berdiam seorang diri dipegunungan Ngotaysan itu, dan biarpun ia merasa kesunyian akan tetapi ia dapat melupakan perasaan kesepiannya sambil terus berlatih dengan giat. Maka setiap kali suhunya datang menjadi girang melihat kemajuan yang telah dicapainya begitu pesat, dan ia lalu mendapat tambahan pula tingkat pelajaran silat yang lebih tinggi. Han Hayhauw sendiri sampai tak menyadari bahwa makin lama ilmu silat yang diwariskan dari suhunya makin tinggi dan ia sudah dapat menguasainya dengan sempurna. Perubahan pada tubuhnya yang kini menjadi tegap kekar seiring dengan usianya yang meningkat dewasa, juga seakan tak disadari pula.

Memang Han Hayhauw sekarang bukan lagi Han Hayhauw dulu yang merupakan seorang bocah lemah dan kebecusannya hanya menangis. Han Hayhauw sekarang telah merupakan seorang pemuda tampan dan telah mewarisi hampir seluruh kepandaian Tiong Sin Tojin, yaitu selain ilmu silat tongkat yang amat lihay dan yang selalu dimainkan oleh tangan kanannya, juga tangan kirinya telah mewarisi semacam ilmu pukulan yang oleh gurunya dinamakan Phaciok-seng-hua-ciang atau ilmu pukulan Menggempur batu menjadi tepung dan ketika melatih ilmu pukulan ini, entah sudah berapa batu gunung yang besar menjadi hancur seperti tepung dihantam oleh hawa Iwekang yang dilancarkan melalui telapak tangan kiri Hayhauw. Disamping menerima gemblengan lahir yang merupakan kekuatan dan ketangguhan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diri, Hayhauw menerima pula gemblengan batin sehingga ia kini berbatin kuat, dapat menakan dan mengalahkan segala perasaan yang timbul dari hati yang selalu dipenuhi napsu dan dapat mempegunakan daya pikir dari otak dengan penuh pertimbangan yang masak.

“Hayhauw, sudah waktunya kau turun gunung dan kau mulai boleh menempuh hidup baru didunia ramai, yah ramai oleh segala keributan dan kegaduhan yang diperbuat oleh manusia. Kalau kau sekarang turun gunung, waktunya justru sangat tepat sekali oleh karena dewasa ini, dimana-mana rakyat jelata yang selama hidupnya tertindas, sudah mulai menggalang persatuan untuk mengusir penjajah dari bumi kita. Ketahuilah olehmu, muridku, bahwa sekarang adalah masa kebangkitan si lemah untuk membela hak-hak azasi bangsa dan negara. Waktu seperti saat ini justru sudah lama sangat kunantikan, yakni saat kebangkitan rakyat jelata yang cinta tanah air, untuk mengusir penjajah dari tanah air, mengikis habis pemimpin-pemimpin gadungan dan kurcaci-kurcaci laknat yang selalu menindas dan menyusahkan kita, rakyat jelata. Hayhauw, ceburkanlah dirimu kedalam kancah revolusi perjuangan rakyat ini. Tunaikanlah dharmabaktimu selaku patriot sejati pembela nusa dan bangsa.”

Han Hayhauw dengan penuh khidmat berlutut dihadapan Tiong Sin Tojin yang rambut kumis dan jenggotnya kini sudah putih semua itu. Tentu saja anak muda ini menjadi gembira bahwa suhunya sudah membolehkan turun gunung, dan nasehat serta anjuran dari kakek itu membuat seluruh tubuh anak muda ini terasa puas karena dibakari api semangat yang berkobar didalam dadanya.

“Suhu, nasehat suhu akan teecu jadikan obor bagi perjuangan, mudah-mudahan teecu benar-benar dapat menunaikan tugas mulia ini sebagaimana yang suhu harapkan”, kata Hayhauw dengan penuh semangat dan tiba-tiba anak muda ini teringat akan dendam kesumatnya yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah terpendam selama delapan tahun didalam dadanya “Suhu, teecu mohon bertanya, bahwa bagaimanakah pendapat suhu tentang sakit hati teecu terhadap putera si tuan tanah yang pernah teecu terangkan dahulu? Bolehkah teecu mengadakan perhitungan terhadapnya?”

“Sudah tentu boleh! Terserah kepada apa yang akan kau perbuat terhadap musuh besarmu itu, asal saja kau mesti selalu ingat bahwa pekerjaan apapun juga yang kau lakukan, kerjakanlah dengan hati bersih, dengan semangat besar, dan dengan kesadaran sepenuhnya bahwa apa yang kau kerjakan itu tidak berlawanan dengan kebajikan dan keadilan. Tegasnya, asal kau tak lupa bahwa kau mempelajari ilmu untuk bertugas sebagai pemberantas kejahatan dan pembela silemah yang tertindas.

“Teecu paham akan segala wejangan yang suhu berikan. Tapi maaf suhu, teecu sekali lagi minta penjelasan mengenai tuan tanah. Teecu masih ingat bahwa tuan tanah didusun teecu itu yaitu tuan besar Ceng Lobin sering berbuat sewenang-wenang terhadap penduduk kampung sehingga hampir semua penduduk termasuk orang tua teecu, menderita kesengsaraan dibuatnya. Apakah tuan besar she Ceng itu dapat juga disebut golongan jahat dan patutkah diberantas?”

Bibir dibalik kumis puti Tiong Sin Tojin tampak menyunggingkan senyumam tatkala orang tua ini memberi penyahutan.

“Hayhauw, sudah bukan jamannya lagi kalau sekarang menyebut tuan tanah dengan istilah tuan besar, dan lebih tepat kalau kita sekarang menamakannya lintah darat! Sudah barang tentu lintah darat - lintah darat termasuk penghisap darah rakyat jelata, terutama kaum tani, malah mereka umumnya menjadi antek-antek penjajah atau lebih tepat pula disebut anjing-anjing penjilat pantat penjajah. Maka mereka bukan lagi patut diberantas, bahkan seharusnya mereka dikikis

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

habis bersamaan dilenyapkannya kaum penjajah dari permukaan bumi ini!”

Akhirnya Tiong Sin Tojin mengangkat muridnya yang sejak tadi berlutut dihadapannya itu dan akhirnya sekali lagi kakek ini berkata.

“Nah, muridku, berangkatlah kau sekarang juga dan aku sendiripun akan berangkat. Biarpun setelah turun gunung ini perjalanan kita berpisah, tapi tekad dan perjuangan kita sama dan mungkin pada suatu waktu kelak kita akan bertemu lagi. Aku tak dapat memberi sesuatu bekal bagi perjalananmu, hanya tongkatku ini sajalah kuberikan kepadamu supaya kau selalu ingat akan segala pesan-pesanku. Terimalah, muridku!”

Han Hayhauw menerima tongkat besi pemberian suhunya dengan kedua tangannya dan sikapnya penuh hormat sambil mengucapkan terimakasih atas segala kebaikan yang ia telah terima dari suhunya selama delapan tahun itu. Sungguhpun ia maklum bahwa perkatan suhunya tadi adalah merupakan ucapan terakhir dan melihat tanda-tanda bahwa kakek itu akan segera berangkat, namun tak urung ia memberanikan hati dan bertanya.

“Tongkat suhu diberikan kepada teecu. Maka suhu sendiri menggunakan senjata apakah?”

Tiong Sin Tojin menghela napas karena bangga hatinya mendapat kenyataan bahwa muridnya itu sangat memperhatikan terhadap dirinya, maka ia menyahut sambil tersenyum.

“Tak usah kau pusingkan soal seremeh ini muridku, pergunakanlah baik-baik dan sebagai mana mestinya tongkat itu dalam menjalankan dharmabaktimu. Aku sendiri bisa mencari tongkat lain lagi. Nah, cepatlah kau berkemas, bawalah pakaian-pakaian yang kau perlukan. Aku berangkat lebih dulu! Selamat berpisah, selamat berjuang dan sampai kita berjumpa kembali, muridku!”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Hayhauw segera berlutut pula sebagai penghormatan yang terakhir terhadap gurunya, yang sudah lenyap dari situ sungguhpun kata-katanya masih bergema ditelinganya. Kakek itu sudah pergi dengan gerakan secepat kilat.

Pemuda murid tunggal Tiong Sin Tojin itu lalu memasuki sebuah pondok bambu sederhana yang selalu menjadi tempat tinggalnya selama delapan tahun ini. Diambilnya dua stel pakaian berwarna putih ditambah satu stel yang penuh tambalan seperti baju pengemis. Biarpun semula ia merasa ragu pakaian penuh tambalan ini akan tetapi tak urung dibungkusnya juga dalam satu buntalan, dengan pikiran barangkali saja pada suatu waktu ada gunanya. Buntalan pakaian itu diikat dibelakang punggungnya dan sambil tongkat pemberian suhunya dipegang ditangan kanan, mulailah ia berjalan meninggalkan pegunungan Ngotaysan.

oooooooodwOkzoooooooo

Yang pertama-tama menjadi tujuan Han Hayhauw adalah dusun Ho-leng-cun, dusun kampung halamannya, dimana ia ingin melihat perkembangan jaman setelah delapan tahun lamanya ditinggalkan. Ia ingin melihat kuburan ayah, ibu, dan cicinya, dan terutama sekali ia ingin melampiaskan rasa dendam kesumatnya terhadap si juling, sianak tuan tanah Ceng Kunhi. Sepanjang jalan perjalanan sering bertanya kepada orang-orang yang dijumpainya tentang letak dusun yang menjadi tujuannya itu sehingga biarpun perjalan yang ditempuhnya ini masih sangat asing baginya, namun ia tidak sampai sesat dijalan.

Benar saja sebagaimana yang diceritakan suhunya bahwa dimana-mana Han Hayhauw melihat orang berkompromi dan dari percakapan mereka yang ia dengar jelaslah bahwa mereka sedang menumpuk semangat dan menggalang kesatuan untuk mengadakan gerakan aksi revolusi dan ia mendengar pula bahwa yang mula-mula mencetuskan api

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

revolusi ini adalah seorang bernama Cue Goan Ciang dan api yang dicetuskan ini menyala dan berkobar disegenap pelosok. Akan tetapi ketika saat suatu hari Han Hayhauw melewati sebuah dusun ia merasa heran sekali bahwa penduduk dusun ini sama sekali tidak nampak gejala-gejala bangkit berevolusi.

Tetapi keheranan pemuda ini kemudian lenyap dan terganti oleh penasaran gemas dan marah yang merangsang dihatinya setelah mengetahui bahwa dusun ini jauh terpencil dari pergaulan ramai dan keadaan penghidupan para penduduk dusun ini secara mutlak berada didalam tangan seorang tuan tanah yang seakan-akan raja tak bermahkota didusun itu. Justru karena dan kekuasaan tuan tanah inilah membuat para penduduk dusun tersebut yang rata-rata lemah dan miskin menjadi takut untuk ikut serta menegakkan gerakan revolusi seperti saudara saudara mereka dilain tempat.

Han Hayhauw merasa tertarik sekali hatinya untuk menyelidiki situasi dusun, ini secara mendalam. Maka pada waktu malamnya dengan mempergunakan kepandaian yang tinggi, pemuda ini coba mengintip bagian dalam gubuk-gubuk para penduduk itu baik mengintip melalui celah dinding maupun melalui atap-atap genteng yang disingkapnya secara hati-hati. Betapa keadaan para penduduk, yang dilihatnya secara diam-diam itu benar-benar membuat anak muda ini jadi turut sedih dan ngenes. Keadaan mereka begitu meskipun pada sebuah gubuk, didapati seorang anak kecil merengek-rengek menangis minta makan pada ibunya yang rebah sambil merintih sakit sedang ayah dari anak itu, bertubuh kurus kering hanya dapat menghibur anaknya, dengan perkataan, ’besok saja kau makan lagi anakku sayaang? Makanan untuk hari sudah habis mudah-mudahan ayahmu dapat pinjaman, gandum dari tuan besar Li suapaya kau besok boleh makan sekenyang-kenyangnya. Sekarang, kau tidurlah hari sudah jauh malam tangismu mengganggu ibumu yang sedang sakit . . .’

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemandangan ini saja sudah menyayat hati Hayhauw, belum lagi pemandangan-pemandangan lainnya yang kesemuanya mengingatkan kepadanya akan keadaan semasa ia masih kecil.

Bok li cun, demikianlah nama dusun in, berpenghuni terdiri dari kurang lebih dua puluh lima keluarga. Dan pekerjaan mereka sehari-hari ialah menjadi buruh tani penggarap sawah yang menjadi milik dari seorang hartawan atau tuan tanah yang bernama Li Samlay. Sebagaimana umumnya kaum feodal yang menumpuk kekayaannya hasil dari pemerasan tenaga dan pengisapan darah rakyat jelata, demikian tuan tanah she Li ini yang menguasai dusun Bok li cun ini, sudah bukan merupakan persoalan yang mengherankan lagi kalau penduduk disini berkeadaan sangat menyedihkan. Lebih celaka lagi karena yang menjadi keapala kampung dusun ini bukan lain ialah si tuan tanah itu sendiri, sehingga rakyat begitu tunduk dan patuh akan segala peraturan dan perintah yang dikeluarkannya. Ketika mendengar bahwa api revolusi telah meletus dan pemberontakan timbul dimana-mana, tuan tanah Li ini maklum akan bahasa yang mengancam terhadapnya, maka segera mengadakan provokasi kepada rakyat Bok li cun disertai ancaman bahwa apabila mereka berani mencoba menerbitkan huru-hara akan dilaporkan kepada pengusaha penjajah dan akibatnya mereka tahu sendiri! Itulah sebabnya mengapa rakyat didusun ini sama sekali tidak berani berkutik dan tinggal diam dibawah tekanan sikepala kampung feodal.

Segera terbitlah dihati Hayhauw keinginan untuk menolong penduduk dusun ini. Akan tetapi sesaat ia merasa ragu, dengan cara bagaimanakah untuk menolongnya? Mereka sudah jelas memerlukan pertolongan berupa uang atau bahan makanan, dan kesemuanya itu darimanakah harus diperolehnya? Hayhauw yang baru "turba" dan masih belum berpengalaman merasa bingung untuk melaksanakan keinginan hatinya ini, sehingga untuk sesaat lamanya ia hanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kebingungan dan hatinya pilu. Kemudian ia teringat akan ucapan gurunya bahwa dikalangan kangouw berlaku semacam peraturan, bahwa apabila seorang pendekar perantau kekurangan ongkos dalam perjalanannya, ia boleh pinjam uang kepada seorang hartawan kikir dan tentu saja cara pinjam uang ini harus dilakukan dengan jalan . . . mencuri.

’Ah, apa salahnya kalau aku pinjam uang dari si tuantanah Li dan dibagi-bagikan kepada mereka ini,’ demikian pikir Hayhauw dan wajahnya berseri-seri.

Demikian, dikegelapan malam itu Hayhauw mencari si tuantanah Li untuk mencarinya tidak berapa sukar oleh karena rumah si tuantanah itu tentu merupakan bangunan gedung yang paling mewah dan justru rumah gedung kepala kampung Li didusun itu hanya satu-satunya dan letaknya agak jauh terpisah dari kelompok gubuk-gubuk butut para penduduk. Dengan mudah Hayhauw dapat memasuki pagar halaman gedung yang disekitarnya banyak dipasangi lampu-lampu teng sehingga keadaan disitu sangat terang bende-rang. Dua penjaga malam yang duduk melenggut dimuka gedung itu segera dibikinnya tidak berdaya setelah pemuda ini menimpukkan dua butir batu kerikil yang menotok jalan darah mereka dan dengan mempergunakan ginkangnya yang membuat tubuhnya ringan dan gesit seperti ge-rakan burung walet, pemuda ini segera melayang keatas genteng dan darimana ia mengintip kebawah. Giranglah hati Hayhauw ketika melihat keadaan dalam rumah itu demikian sunyi dan lebih girang lagi hati pemuda ini setelah mendapat kenyataan bahwa dari atas genteng di mana dia mengintip itu, adalah dibawahnya justru ruangan tidur sikepala kampung itu. Tak urung juga dada pemuda ini jadi berdebar karena pekerjaan mencuri ini baru sekali inilah ia lakukan selama hidupnya. Akan tetapi terdorong oleh keinginan menolong silemah yang menderita, ia menekan debaran didadanya dan memberanikan diri sehingga pada lain saat ia sudah melompat kebawah melalui lobang genteng yang dibukanya. Kedua kakinya tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menerbitkan suara sedikitpun ketika ia menjatuhkan diri didalam kamar yang terang benderang diterangi lampu teng itu. Sambil menahan napas ia cepat menghampiri tempat tidur yang ditutupi kelambu dan dari mana terdengar suara dengkur yang menggeros-geros.

Wajah Hayhauw segera menjadi merah karena jengah sendiri ketika setelah ia menyingkap kain kelambu ia melihat seorang lelaki tua berperut gendut sedang tidur nyenyak sambil berpelukan dengan seorang wanita yang masih muda. Hayhauw segera dapat menduga bahwa laki-laki tua itu tentu ialah si tuan tanah Li bersama istri atau gundiknya, baiknya mereka tidur begitu nyenyak seperti babi sehingga ia tidak terpergok dan supaya lebih aman bagi pekerjaannya yang akan dilakukan, Hayhauw lalu mempergunakan ujung tongkatnya untuk menotok jalan darah di tubuh laki-laki dan wanita itu sehingga makin nyenyaklah mereka tidur. Cepat Hayhauw membuka lemari yang terdapat disudut kamar itu dan kebetulan sekali setelah digeratakinya, isi lemari itu selain pakaian-pakaian mewah juga agaknya disitu dijadikan pula tempat penyimpanan uang. Tiga buah kantong yang cukup besar segera dibuka dan ketika diperiksa ternyata berisi uang emas dan perak.

Hayhauw bersorak gembira didalam hati dan gerakannya seperti seorang maling ulung, tali pengikat kantong itu cepat dibetulkan dan disambarnya ketiga kantong itu lalu dikepitnya ternyata berat juga. Lalu ia mengenjot tubuh dan pada lain saat ia sudah berada diatas genteng pula. Hayhauw tidak cepat turun kebawah melainkan ia ingin melihat dan memeriksa bagian gudang makanan dari tuantanah ini.

Begitulah setelah melompat-lompat seperti kucing diatas genteng dan wuwungan akhirnya ia tiba disebuah gedung yang letaknya dibelakang gedung itu dan walaupun keadaan disitu gelap, akan tetapi matanya yang sudah terlatih dapat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menilai dengan jelas bahwa gedung itu berisi gandum bertumpuk-tumpuk.

"Ah, rakyat menderita dan kelaparan, tapi gandum disini bertumpuk-tumpuk sampai membusuk" hati Hayhauw menggerutu akhirnya, tubuh pemuda ini melayang turun dan terus berlari menuju kelompok rumah-rumah penduduk yang hendak ditolongnya.

Ketika sudah sampai ditempat yang gelap ia mengendorkan larinya dan berjalan biasa dengan menghela napas lega. Tiba-tiba ia merasakan ada angin menyambar dari belakangnya. Hayhauw maklum bahwa ia diserang dari belakang maka cepat berkelit kesamping akan tetapi bersamaan dengan itu ia amat terkejut. Tahu-tahu sebuah kantong yang dikempitnya telah menghilang setelah ia rasakan sebuah renggutan merampas kantong itu. Cepat ia membalikkan tubuh sambil tongkatnya melintang didepan dada untuk menjaga segala kemungkinan. Dan dilihatnya bahwa dihadapannya kini berdiri seorang muda bertubuh kecil ramping dan berpakaian hitam serta ditangan kirinya tampak terayun-ayun kantong yang dirampasnya tadi sedangkan dikanannya kelihatan mencekal sebatang pedang yang tajam, sikapnya gagah bahkan bagi penglihatan Hayhauw, penuh ancaman.

Hayhauw mengira bahwa orang ini adalah salah seorang penjaga gedung si tuan tanah yang datang mengejarnya. Ia menunggu reaksi dari orang itu lebih lanjut, akan tetapi sungguh heran orang itu tidak segera memperlihatkan sesuatu gerakan, sehingga sesaat lamanya mereka hanya berdiri saling berhadap-hadapan sambil sama-sama diam dan membisu.

"Sahabat! Maaf, aku lancang mengganggumu dan kuminta kerelaan hatimu untuk membagi hasil curianmu yang sekantong ini" terdengar orang itu berkata dan alangkah lega dan herannva hati Han Hayhauw mendengar ucapan ini. Lega, karena orang yang memergoki perbuatannya ini ternyata bukan si pengejar yang hendak menangkapnya melainkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang segolongan dan apa yang membuatnya heran ialah bahwa setelah mendengar suara perkataan orang itu dapat diketahui bahwa orang itu adalah seorang wanita.

Timbullah sifat kejenakaan Hayhauw dan ingin menggoda wanita pencuri itu. lalu ia pura-pura membentak.

"Ah, kau mau enaknya saja, minta bagi hasil segala seakan kita mengadakan perseroan. Mengapa engkau tidak mengambil sendiri saja dari gedung si hartawan itu?"

"Oleh karena kau maling tamak tiga kantong uang dari lemari hartawan itu sudah kau sikat semua, maka selayaknya kalau aku minta bagi hasil dan yang sekantong ini menjadi bagianku."

Maklumlah Hayhauw bahwa kiranya orang itu sudah memasuki pula kegedung si tuantanah tadi hanya keburu dimasuki olehnya. Dalam cuaca segelap itu Hayhauw masih dapat melihat dengan jelas bahwa wanita yang berpakaian seperti laki-laki itu, berwajah cantik dan aneh sekali ketika matanya bertemu dengan sinarmata wanita itu, hatinya mendadak berdebar aneh. Ia makin tertarik dan hendak mengenalnya lebih lagi serta ingin mengetahui bahwa wanita muda yang dilirik tukang maling ini sudah bersuami ataukah masih . . . gadis. Maka ia lalu mempergunakan kecerdikannya untuk memancing sambil berkata.

"Aku rela memberikan kepadamu uang sekantong itu asal saja kau pergunakan untuk keperluan sosial dan tidak dijadikan untuk kepentingan sendiri. Untuk hal ini, maukah kau berjanji. nyonya?"

Perkataan "nyonya" sengaja diucapkan dengan tekanan suara sedemikian rupa, agar dapat menarik perhatian orang yang dipancingnya. Dan ternyata siasatnya berhasil karena tiba-tiba wanita itu mendesis.

"Ciiiihhh! Siapa sudi aku disebut nyonya . . . . . !? Ketahuilah bahwa nonamu ini bukan maling biasa yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengandalkan hidupnya dari penghasilan maling! Melainkan aku secara terpaksa sekali mengadakan pinjaman uang dari para tuan tanah untuk membiayai perkumpulanku."

Hayhauw tersenyum kecil karena siasatnya secara sekaligus telah berhasil mendapatkan dua kenyataan. Dan aneh sekali, debaran didadanya semakin samer setelah mengetahui bahwa wanita itu, seperti pengakuannya tadi, masih gadis.

"Maaf nona kalau aku bertanya lebih jauh. Bolehkah aku ikut tahu perkumpulan apakah yang kau nyatakan barusan?"

Terdengar gadis ini menjawab dengan suara ketus.

"Kau orang yang baru bertemu denganku kali ini tidak boleh campur tahu mengenai perkumpulan yang kumaksudkan . . . ."

"Oh, perkumpulan rahasia rupanya?!" tukas Hayhauw.

"Benar! karena perkumpulan rahasia maka kau sebagai orang luar sama sekali tidak boleh tau sungguhpun aku sangat berterimakasih sekali kepadamu atas kerelaan sumbanganmu ini. Dan sebaliknya, dua kantong uang hasil curianmu itu kau hendak pergunakan untuk apakah?"

Mendengar pertanyaan ini Hayhauw segera teringat pekerjaan yang belum selesai, maka ia segera menjawab.

"Uang yang ku"pinjam" ini akan kubagi-bagikan kepada para penduduk yang sangat memerlukan bantuan. Kalau kau mau, marilah kita kerjasama!" Setelah berkata demikian ia lalu memutar tubuh dan berlari menuju kelompok gubuk penduduk yang hendak ditolongnya tadi.

Agaknya si gadis ini ingin membuktikan ucapan simaling yang baik hati itu, maka iapun berlari mengikuti sianak muda dan segera ia mendapat kenyataan, benar saja bahwa anak muda itu membagi-bagikan uang yang dua kantong tadi dengan jalan memasukkannya uang-uang itu melalui lobang-lobang atap atau celah-celah dinding bobrok. Agaknya gadis

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itupun sangat tertarik hatinya sehingga ia segera membantu pekerjaan Han Hayhauw, maka dalam waktu sebentar saja uang yang dua kantong habis dibagikan secara merata keseluruh gubuk-gubuk yang terdapat didusun itu. Bahkan bukan itu saja pekerjaan yang mereka lakukan, karena setelah uang yang dua kantong itu habis, Hayhauw lalu berlari kegedung tuan tanah Li dan mengambil beberapa karung gandum yang diangkutnya dalam beberapa kali berlari bolak balik sementara gadis itu mendapat tugas membagi-bagikan kedalam setiap gubuk dengan jalan seperti memasukkan uang-uang tadi. Kerjasama mereka begitu cepat serta dilakukan secara diam-diam, seakan-akan mereka sudah mengadakan rencana bersama lebih dulu.

"Nah Selesailah pekerjaan kita, nona. Kuucapkan banyak terimakasih atas bantuanmu" ujar Hayhauw setelah membagikan gandum itu beres. Ia menyusut peluh dijidatnya karena capek setelah beberapa kali mengangkut gandum tadi, dan matanya menatap wajah gadis itu yang dalam penglihatannya tampak makin cantik saja, sehingga makin gencarlah debaran didadanya.

Gadis itupun menyeka peluhnya dan bibirnya yang mungil menyunggingkan senyuman manis tatkala berkata.

"Saudara dengan sejujurnya aku puji usahamu yang mulia ini. Tak usah kau berterima kasih terhadapku, karena sejak tadi kau telah memberi upah lebih dari cukup terhadapku, yakni memberi hasil sekantong uang ini. Sekarang baiklah kita berpisah dan maaf, aku pergi lebih dahulu!" Demikianlah cepat gerakan gadis itu, baru saja ucapannya selesai dan sebelum Hayhauw coba menahannya barang sebentar lagi, ia sudah menghilang dikegelapan malam.

Untuk sejenak Hayhauw yang ditinggalkan jadi terpaku seperti terkesima. Begitu hebat ginkang dari gadis itu dan tentu ia memiliki ilmu silat yang hebat pula. Apa yang menyebabkan hati anak muda itu amat menyesal ialah karena

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

belum berkenalan dengan gadis itu. Ia belum tahu siapakah nama gadis yang sudah membikin dadanya berdebaran itu! Ia segera berlari hendak mengajar dan mengikuti arah kemana gadis itu pergi tadi, akan tetapi ketika ia berlari sampai jauh diluar dusun Bok li cun dan hanya kegelapan malam saja yang dilihatnya, ia jadi menghela nafas putus-asa dan menyesal.

Waktu itu malam sudah lewat pertengahannya dan tiba-tiba saja Han Hayhauw merasa ngantuk. Anak muda ini lalu mencari pohon besar yang berdaun rimbun untuk dijadikan tempat tidurnya sebagai mana biasa ia sering tidur cabang-cabang pohon disepanjang perjalanan semenjak ia turun gunung. Sungguhpun ia sudah merasa ngantuk benar, akan tetapi matanya tidak dapat segera dipejamkan, ia duduk diatas cabang pohon sambil melamun.

Bayangan gadis tadi seakan-akan selalu bermain-main didepan matanya. Ia amat tertarik oleh gadis yang baru dijumpainya itu sehingga tak habisnya ia mengagumi dan juga tak habis-habisnya ia menyesali diri sendiri mengapa ia tadi begitu bodoh tidak memperkenalkan diri dan menanyakan nama gadis yang terus terang saja ia mengakui bahwa kuncup bunga asmara dilubuk hatinya sudah mulai berkembang karenanya! Han Hayhauw menghela napas panjang sambil menundukkan menyembunyikan kepalanya didalam pelukan kedua tangannya yang merangkul lutut. Disandarkannya pada batang pohon besar itu dan akhirnya dapat juga ia tertidur dalam keadaan duduk. Bahkan dalam tidurnya ia bermimpikan gadis tadi . . .

Kokok ayam hutan dan kicau burung-burung yang ramai selalu membuat Han Hayhauw segera menyudahi tidurnya yang selalu digoda mimpi itu. Ternyata fajar mulai menyingsing maka anak muda ini lalu meloncat turun dari tempat tidurnya dan melanjutkan perjalanannya.

Kalau saja Han Hayhauw kembali kedusun Bok li cun pada waktu fajar itu tentu ia akan menyaksikan kegirangan yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terjadi didusun itu. Li samlay, kepala kampung yang merajai dusun terebut ribut kalang kabut setelah mengetahui kecurian tiga kantong uangnya. Dicaci makinya habisan-habisan para penjaga dan tukang pukulnya dan sumpah serapahnya makin menghebat ketika diketahuinya pula bahwa simpanan gandum didalam gudangnya telah banyak berkurang. Dan kegemparan terjadi pula diantara penduduk dusun, para penduduk yang hidupnya penuh penderitaan ini merasa bingung, heran disertai rasa kegirangan yang luar biasa oleh karena begitu pagi-pagi mereka bangun dari tidurnva tahu-tahu mereka dapatkan di dalam gubuk-gubuk mereka sejumlah uang emas dan perak, ditambah pula tidak kurang dari sepuluh kati gandum.

Mereka heran dan bingung disebabkan mereka tidak mengerti uang dan gandum itu datang dari mana akan tetapi yang pasti hal ini tentu saja yang membuat mereka jadi girang sekali. Betapa tidak gandum yang kira-kira sepuluh kati dapat mereka makan sekenyang-kenyangnya, dan cukup untuk selama lima hari. Dan adanya, uang emas dan perak itu, jangankan mereka pernah memiliki uang emas dan perak sebanyak itu sedang dalam mimpipun belum dan sekarang seakan-akan mereka merasa mendadak kaya dan kekayaan ini berarti penyambung nyawa bagi keluarga mereka untuk beberapa bulan lamanya. Seakan-akan mendapat komando bahwa pada waktu sepagi buta itu didalam gubuk masing-masing para penduduk yang mendapat rejeki nomplok itu lalu sama menjatuhkan diri berlutut dan memuji nama tuhan yang maha murah yang telah mengirim “Malaikat” utusan untuk menolong mereka.

Mereka sama sekali tidak pernah menduga atau mendengar bahwa diatas atap gubuk mereka yang telah banyak bocor, itu pada waktu semalam melayang-layang bayangan dua sosok tubuh yang amat gesit dan ringan memasuk-masukkan hadiah-hadiah itu kedalam gubuk yang bobrok.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Demi setelah mereka dapatkan rejeki itu yang berarti bahwa hari-hari kehidupan yang mereka hadapi tidak terlalu gelap seperti apa yang selama ini mereka selalu alami, membuat semangat mereka yang tadinya melempem serempak menjadi bangkit. Api perjuangan yang sudah mulai berkobar dimana-mana akhirnya menggugah dan membakar semangat mereka.

Tuan tanah Li Samlay yang selama ini menindas dan memeras mereka dan selalu mereka takuti, kini semangat dan keberanian mereka bangkit, setelah mereka berkompromi tercapailah kebulatan tekad untuk tidak mau mematuhi segala perintah, menentang dan bahkan mengganyang si tuan tanah Li Samlay, seiring dengan irama perjuangan yang mengusir penjajah durhaka dan mengikis habis segala macam antek-anteknya.

Terjadinya kebangkitan semangat juang bagi penduduk dusun Bok li cun ini sungguh sesuai dan tepat dengan makna pribahasa kuno yang menyatakan bahwa rakyat akan dapat berjuang secara gagah berani dan jorjoran kalau perut mereka kenyang. Sebaliknya kalau perut rakyat lapar bagaimana akan mampu berjuang dan bertempur menghadapi lawan sedangkan untuk berjalan saja tubuhnya terhuyung-huyung lesu dan langkah kakinya gontai terseok-seok.

ooooooodwoOookzoooooo

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih sebulan dan tentu saja selama diperjalanan ia selalu mengulurkan tangan melakukan pertolongan setiap kali dijumpainya peristiwa- peristiwa yang merugikan dan menggencet si lemah akhirnya pada suatu hari sampailah ia didusun Bu leng cun, kampung halamannya yang selalu mendatangkan kenang-kenangan getir selama ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertama-tama yang dikunjunginya adalah pusara dari ayah, ibu, dan cicinya. Sungguh, batin Hayhauw sudah kuat berkat gemblengan suhunya, akan tetapi ketika ia berlutut sambil menghadapi tiga buah pusara yang menjejer itu walaupun ia sudah berusaha menekan perasaan batinnya sedapat mungkin, tak urung dari kedua mata menitikkan air mata kesedihan. Malapetaka yang terjadi delapan tahun yang lalu kembali menggores kalbunya.

Lama juga ia seorang diri berada dikuburan itu, rumput alang-alang yang tumbuh sejak delapan tahun diatas tiga buah pusara yang tidak terurus itu, dibabat dan dicabutinya sampai bersih. Wajah ayah, ibu, dan cicinya terbayang di ruang matanya, dan aneh sekali, diantaranya tiga bayangan yang amat di cintainya itu, muncul pula sebuah bayangan lain yang juga dengan diam-diam sudah dicintainya, yakni bayangan gadis yang secara kebetulan dijumpainya didusun Ho leng cun . . .

Keadaan ditempat itu sedemikian sunyi dan tenang. Kesunyian mana benar-benar mendatangkan pilu kalau mengingat bahwa hidup didunia ini sudah sebatangkara. Akan tetapi kesunyian itu akan menjadi sebaliknya, mendatangkan perasaan senang dan romantis andai kata tiba-tiba gadis yang sudah menawan hatinya itu datang saling berkenalan selanjutnya bercakap-cakap dengan hati dipenuhi perasaan mesra. Ternyata tanpa disadarinya, sambil duduk dibawah sebatang pohon kayu dan kedua tangannya menompang dagu, Hayhauw asyik melamun . . .

Tiba-tiba kesepian yang menjadikan Hayhauw melamun itu dirobek oleh suara teriak-teriakan gaduh dan biarpun suara ini datang dari tempat jauh, akan tetapi cukup mengejutkan bagi Hayhauw sehingga anak muda ini tersentak dari lamunannya.

Diperhatikannya suara gaduh itu dari mana datangnya dan biarpun sudah delapan tahun meninggalkan dusun ini namun ia masih cukup ingat dan mengenal letak-letak perumahan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kampung halamannya. Segera ia dapat menduga bahwa suara gaduh itu datangnya dari arah tempat tinggal tuan tanah Ceng Lobin.

Teringat kepada tuan tanah ini Hayhauw segera teringat pula kepada tuan muda Ceng Kunhi, si mata juling musuh besarnya, yang barusan selagi ia asyik melamun seakan-akan dilupakannya. Darah anak muda ini tiba-tiba mendidih dan setelah beranjak dari tempat duduknya, tubuhnya lalu berkelebat menuju kearah dimana gedung tuan tanah Ccng Lobin.

Selama delapan tahun Han Hayhauw meninggalkan dusun Ho leng cun, telah banyak perubahan didusun ini. Tuan tanah Ceng sudah mulai tua dan sudah tidak dibantu putera tunggalnya karena tuan muda Ceng Kunhi pada tiga tahun yang lalu sudah menikah dengan puteri seorang hartawan dikota Cintok bernama Lo Binkong dan si tuan muda itu tinggal bersama isteri dan mertuanya.

Kemudian penduduk dusun Ho leng cun mendapat kabar bahwa mertua Ceng Kunhi yakni Lo Binkong diangkat menjadi gubernur dan menjabat kedudukan itu dikota Thaygoan sebagai pengganti gubernur lama yang sudah meninggal dunia.

Adapun Ceng Kunhi yang ketika itu sudah memiliki ilmu silat tinggi setelah berguru kepada seorang hwesio bayaran kawan karib mertuanya dikota Cintok, berkat mertuanya ia mendapat kedudukan tinggi pula, yaitu menjabat pangkat selaku panglima-muda dalam Pasukan Garuda penjaga keamanan kota Thaygoan dan sekaligus merangkap sebagai barisan pelindung gubernur Lo Binkong.

Biarpun usianya makin bertambah tua dan tidak dibantu lagi oleh puteranya, akan tetapi tuan tanah Ceng Lobin masih tetap aktif untuk memperkaya dirinya yang sudah kaya raya yakni kekayaan yang dikeruk dari hasil banting tenaga dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cucur peluh para penduduk dusun Ho leng cun yang dikuasainya.

Dan pada waktu yang paling akhir, setelah mendengar pemberontakan yang dipimpin oleh Coe Goan Ciang dan timbul pula pemberontakan dimana-mana yang selain mengganyang pemerintahan Mongol juga mengganyang para tuan tanah, Ceng Lobin dengan sendirinya merasa terancam, dan karena merasa para tukang pukul yang lima orang itu kurang kuat untuk menjaga keselamatannya, maka tuan tanah ini lalu minta bantuan kepada puteranya yang segera mengirim seregu pasukan dan kebetulan sekali pasukan yang seregu ini dikepalai oleh seorang komandan yang sudah lama dikenalnya, yaitu komandan bertubuh gendut dan bermuka bopeng yang pernah mengepalai barisan pengumpul tenaga kerja paksa didusun ini dan pembaca tentu masih ingat nahwa komandan ini bernama Be Kunbu. Makin celakalah nasib para penduduk setelah adanya pasukan iblis yang didatangkan tuan tanah ini.

Akan tetapi para penduduk yang tadinya hanya merupakan kelompok manusia lemah dan merupakan makanan empuk bagi si tuan tanah dan para anjing-anjingnya, setelah mendengar perjuangan yang dipelopori oleh Coe Goan Ciang, semangat dan jiwa mereka sudah bangkit seirama dengan kebangkitan saudara-saudara mereka disegenap tanah air. Apalagi sekarang penduduk Ho leng cun ini banyak terdiri para kaum muda yang usia mereka hampir rata-rata sepantar dengan Hayhauw. Maka darah muda mereka jadi panas dan mendidih dibakar oleh api revolusi membuat mereka sangat berani menentang dan melawan segala perbuatan biadab dari para oknum pengganggu dan penindas mereka.

Mereka maklum bahwa para orang tua mereka mewariskan kemiskinan dan kesengsaraan kepada mereka, adalah disebabkan perbuatan tuan tanah Ceng. Mereka masih dan selalu ingat bahwa ayah, paman, atau kakak mereka ditarik

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kerja paksa pada delapan tahun yang lalu dan sampai kini tidak kembali dan sama sekali tiada kabar beritanya, biarpun maklum bahwa Be Kunbu yang menjalankan perintah dari atasan sehingga hal itu tidak dapat terlalu mempersalahkan kepadanya, akan tetapi kalau mengingat betapa dia dan anak buahnya melakukan perbuatan biadap mengganggu ibu-ibu atau cici-cici mereka sehingga banyak yang melakukan perbuatan nekat mengakhiri hidup mereka tak kuasa menanggung rasa malu, maka hal inilah yang justru mendatangkan rasa sakit hati mereka terhadap komandan gendut bopeng itu.

Lebih-lebih rasa sakit hati mereka terhadap tuan muda Ceng Kunhi karena putera tuan tanah inilah yang menunjuk-nunjuk ketika gerakan operasi pengumpulan tenaga. Akan tetapi sekarang, karena si tuan muda bermata juling dan berwajah setan itu tidak ada didusun Ho leng cun, maka rasa sakit hati para penduduk jadi ditimpahkan seluruhnya kepada tuan tanah Ceng Lobin, karena mereka yakin bahwa kegiatan si tuanmuda itu sudah tentu atas persetujuan atau titah dari Ceng Lobin, maka sudah semestinya bahwa situa bangka itu mereka tuntut pertanggunganjawabnya.

Ceng Lobin melihat gejala-gejala bahwa penduduk dusun akan memberontak, maka ia segera menggerakkan tukang pukul dan pasukan pengawalnya untuk menumpas. Akan tetapi, seperti sudah diterangkan bahwa para kaum muda penduduk dusun sekarang bukan lagi merupakan kelompok manusia-manusia lemah, melainkan telah merupakan patriot-patriot yang berjiwa dan bersemangat gagah, maka setiap kali mendapatkan aksi dari anjing peliharaan tuan tanah itu, secara gagah berani lalu mengadakan reaksi untuk menimpalinya sehingga oleh karena ini, timbullah bentrokan-bentrokan dan yang mendatangkan akibat jiwa melayang dan darah bercucuran dikedua pihak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akan tetapi setiap terjadi bentrokan atau pertempuran, selalu dipihak para penduduklah yang lebih banyak menderita kerugian, oleh karena selain mereka rata-rata tidak pandai silat dan hanya memiliki semangat serta keberanian belaka, juga disebabkan tiadanya pimpinan. Namun walaupun demikian semangat mereka tak jadi patah karenanya, antara mereka dan mereka tak putusnya berunding dan tekat mereka tetap bulat untuk melawan si tuan tanah berikut antek-anteknya sampai kikis habis. Untuk membela hak kebebasan dan kemerdekaan ini, untuk melepaskan diri dari penindasan, biarpun harus mengorbankan nyawa, mereka rela.

Melihat betapa secara terang-terangan para penduduk memberontak tuan tanah Ceng marah sekali dan segera ia perintah para anteknya untuk membumihanguskan gubuk-gubuk bobrok kaum pemberontak itu, supaya mereka kapok dan minta ampun. Demikian jalan pikiran Ceng Lobin dan betapapun juga ia masih mengharapkan para penduduk itu akan mau tunduk lagi dibawah kakinya, oleh karena kalau tanpa tenaga mereka yang merupakan penggarap-penggarap sawah ladang dan budak-budaknya, ia merasakan hidupnya berabe juga.

Akan tetapi kenyataannya para penduduk yang dikerasi itu benar-benar jadi makin merasa sakit hati dibuatnya, mereka terpaksa membawa para orang tua dan sebagai pembalasan dibakarnya gubuk-gubuk mereka itu, mereka membabat habis gandum-gandum yang sudah menguning disawah milik Ceng Lobin dan diangkut ketempat pengungsian sehingga dengan demikian, selain mereka mendapat ganti harga gubuk mereka yang sudah dibumihanguskan itu dengan harga gandum, juga gandum itu dapat mereka gunakan sebagai bekal perjuangan mereka. Bahkan mereka jadi bertekad untuk membakar gedung siuan tanah itu sebagai pembalasan yang setimpal.

Demikianlah terjadi pada suatu hari, para pejuang gagah berani yang oleh kaum penindas dicap pemberontak ini telah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berjalan secara berbondong menuju ketempat gedung Ceng Lobin. Mereka ini terdiri dari limapuluh orang, yang terbanyak adalah pemuda-pemuda, akan tetapi beberapa orang sudah tua serta beberapa anak tanggung ternyata tak mau ketinggalan.

Wajah mereka rata-rata menunjukkan kesungguhan tekad mereka dan mata mereka agak merah mencerminkan bahwa hati mereka dipenuhi hawa amarah yang seakan-akan sanggup membakar jagat. Senjata yang mereka bawa bermacam-macam, seperti cangkul, golok, linggis, bambu runcing, alu, martil kampak dan lain-lain lagi yang kesemuanya menyatakan bahwa rombongan pejuang ini terdiri dari kaum tani dan miskin.

Ketika mereka tiba didepan gedung Ceng Lobin, segera mereka mengambil posisi mengurung. Akan tetapi untuk beberapa saat mereka agaknya merasa ragu-ragu sehingga mereka hanya berdiri tegak diluar pagar pekarangan yang terbuat dari ruji-ruji kayu yang kokoh kuat! Yang membuat mereka ragu ialah, keadaan gedung itu demikian sepi seakan-akan kosong, tak seorangpun penjaga yang kelihatan batang hidungnya. Akan tetapi kemudian secara tiba tiba sekali, seorang diantara mereka mempelopori kawan-kawannya berseru keras.

"Serbuuu . . . !"

-o0odwookzo0o-

Jilid IV Ia sendiri membuka pintu pagar yang sudah diikat dengan

rantai besi dan ternyata ia tidak kuat membukanya, akan tetapi lima orang yang telah terbangun semangat mereka oleh pelopor ini segera maju membantunya. Pintu pagar itu didorong dan ditarik secara berbareng sehingga dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengeluarkan suara keras pintu pagar itu jebol dan roboh. Suara ambruknya pintu pagar yang gaduh ini seakan-akan menambah semangat kawan-kawan lainnya, sehingga mereka ini memasuki pekarangan gedung itu tidak melalui pintu pagar, melainkan mereka memanjat dan meloncati pagar itu, maka secara serempak sambil bersorak-sorak dan senjata mereka diangkat keatas kepala, mereka berlari melewati pekarangan dan menyerbu gedung itu. Pintu gedung yang besar terbuat dari papan tebal itu mereka gedor dan dibuka secara paksa, begitu juga daun-daun jendelanya mereka dobrak. Dan sebelum mereka berhasil membuat jalan untuk memasuki kedalam gedung itu tiba-tiba pintu jendela itu terbuka dari dalam disusul lima bayangan menyambar keluar dan pada detik itu juga terdengarlah jeritan dari lima orang penyerbu, tahu-tahu ini sudah roboh mandi darah. Ternyata yang menyambar keluar itu adalah lima orang tukang pukul dan setelah melihat betapa dalam segebrakan saja lima orang kawan mereka dibikin roboh oleh kawanan anjing pemakan najis situan tanah itu, mereka jadi marah sekali dan lalu mengeroyoknya. Akan tetapi kepandaian dari lima orang tukang pukul itu terlalu hebat bagi mereka, maka pada detik berikutnya kembali lima orang kawan mereka menjerit ngeri dan roboh.

Namun kawanan penyerbu itu tidak gentar dibuatnya, dengan gigih dan sambil berteriak-teriak untuk menambah semangat mereka terus mengadakan perlawanan secara gagah berani, agaknya mereka sudah menjadi nekad dan rela sekalipun mereka tewas dalam pertempuran ini, mereka maka maju terus pantang mundur.

Pada saat itu, tiba-tiba dari arah belakang pula penyerbu itu terdengar sorak-sorai dari serombongan orang yang entah darimana datangnya, tahu-tahu mereka sudah muncul dan senjata-senjata mereka lalu membabat tubuh-tubuh dari kawanan para penyerbu itu. Ternyata serombongan orang yang baru datang ini bukan lain adalah seregu bala tentara

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang dipimpin oleh sikomandan gendut bopeng Be Kunbu itu. Jelaslah bahwa Ceng Lobin telah dapat menduga datangnya penyerbuan ini, maka untuk menyambutnya ia sudah mengatur begundal-begundalnya sedemikian rupa. Lima tukang pukulnya sudah memapaki penyerbu itu secara langsung dari depan dan segera bala tentara sewaan yang dipimpin oleh Be Kunbu yang sudah banyak pengalaman bertempur, mengepung dari belakang sehingga dengan demikian, benar-benar kawanan penyerbu itu jadi tergencet dan dalam waktu sebentar saja tidak kurang dari tiga puluh orang kawan-kawan mereka sudah terkapar ditanah tewas atau menderita luka parah. Kini Ceng Lobin menampakkan dirinya yang gemuk itu diambang pintu gedungnya dan hartawan laknat ini ketawa bekakkan ketika dilihatnya kawanan pemberontak begitu mudah dibabat dan dijungkalkan oleh senjata-senjata ditangan para cecunguk sewaannya.

“Hahaha ... ! Bagus! Babat semua! Bikin mampus semua bangsat-bangsat pemberontak membahayakan negara ini! Hayo, kirim keneraka semua! Hahaha ... !” Demikian Ceng Lobin gembar-gembor sambil terus ketawa bekakakan seakan-akan pertempuran yang terjadi didepan matanya itu merupakan pesta pora yang menggembirakan hatinya.

Akan tetapi kemudian ketawa iblisnya siperut gede ini tiba-tiba terhenti ketika dilihatnya sesosok bayangan putih yang gesit sekali gerakannya tahu-tahu berkelebatan kian-kemari diantara kegaduhan pertempuran itu. Setiap kali bayangan putih itu berkelebat, menjerit dan robohlah seorang perajurit dan sepuluh kali bayangan putih itu bergerak dalam waktu yang cepat, tahu-tahu seregu perajurit itu sudah terjungkal semuanya. Ceng Lobin tidak percaya kepada penglihatan matanya sendiri dan ia menganggap bahwa bayangan putih yang hebat dan luar biasa gerakannya itu hanya terjadi karena khayalannya sendiri, maka dengan mulut ternganga dibukanya kedua matanya lebar-lebar untuk melihatnya lebih tegas dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketika itu, bayangan putih tadi sudah berkelebat pula membuat tiga kali gerakan berturut-turut dan akibatnya benar-benar membuat tuan tanah ini kaget bukan main, karena dilihatnya tiga orang tukang pukulnya sudah terjungkal mampus.

“Setan ... ! Ada setan putih disiang hari bisik Ceng Lobin dengan muka pucat dan ia jadi begitu ketakutan, maka cepat ia memutar tubuh gemuknya dan tubuh yang bundar itu seperti menggelundung ketika ia lari terbirit-birit kedalam gedungnya.

Pembaca kiranya sudah dapat menebak bahwa bayangan putih yang bergerak hebat luar biasa cepatnya yang datang membantu kawanan penyerbu, yang dalam waktu sedemikian cepat telah merobohkan sepuluh orang perajurit berikut tiga orang tukang pukul secara begitu mudah dan yang membuat tuan tanah merasa ketakutan setengah mampus, bukan lain ialah Han Hayhauw adanya.

Pemuda itu tiba ditempat itu sungguh tepat pada waktunya, kalau tidak, atau terlambat sedikit saja, agaknya benar-benarlah kawanan penyerbu itu akan tewas semuanya. Han Hayhauw segera dapat memilih mana kawan dan lawan, maka dengan secara cepat dan tepat ia segera turun tangan. Ia mengerahkan ginkangnya yang benar-benar hebat sehingga tubuhnya gesit berkelebatan seperti gaya seekor naga putih mengamuk. Dengan ujung tongkatnya ia membagikan totokan kepada sepuluh orang prajurit itu dan ia bekerja begitu cepat, hal ini bukan ia hendak memamerkan kepandaiannya akan tetapi ia bekerja memburu waktu supaya korban yang jatuh dipihak penyerbu tidak lebih banyak lagi.

Betapapun juga Hayhauw tidak mempunyai hati kejam terhadap perajurit penjajah itu sehingga ia tidak berlaku telongas, melainkan ia hanya menyerang dengan totokan saja tanpa membahayakan jiwa mereka. Akan tetapi kalau terlalu dan para tukang pukul yang ia ketahui kekejaman mereka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sering menganiaya para penduduk yang sampai saat ini masih diingatnya. Hayhauw marah sekali dan itulah sebabnya maka ketika ia menyerang tiga tukang pukul tadi, ia melancarkan serangan yang mematikan.

Sementara itu terjadilah perubahan dipihak para penyerbu, kalau tadinya ia sudah terdesak demikian hebat dan melihat dalam waktu sebentar saja kawan-kawan mereka sudah banyak yang roboh, menyebabkan hati mereka amat cemas dan bingung sehingga semangat juang mereka jadi mengendur sendirinya. Akan tetapi, setelah melihat betapa kawan-kawan mereka dalam waktu yang hampir bersamaan roboh berjungkalan tanpa mereka ketahui apa sebabnya oleh karena gerakan Hayhauw cepat luar biasa sehingga tak sempat terlihat oleh mereka, maka sebelum maklum apa yang telah terjadi, namun sudah barang tentu peristiwa ini membuat hati mereka menjadi girang dan semangat mereka yang tadi sudah mengendur tiba-tiba bangkit pula. Maka dengan penuh kegemasan dan marah mereka segera mencincang dan menggebuki tubuh-tubuh lawan yang sudah tak berdaya itu.

Be Kunbu merasa heran sekali ketika melihat betapa anak buahnya berjungkalan dan kini dibikin pergedel oleh para penyerbu itu, namun karena sikomandan ini mempunyai penglihatan tajam segera dapat melihat seorang pemuda berpakaian putih yang ketika itu sedang merobohkan tiga orang tukang pukul tadi. Sambil mengerang nyaring seperti harimau saking murkanya komandan ini lalu menubruk dan golok besarnya dibabatkan ketubuh pemuda baju putih itu.

Tatkala mana Han Hayhauw baru saja merobohkan tiga orang tukang pukul lainnya yang agaknya mereka ini marah sekali melihat kematian tiga orang kawannya, sudah menghampiri dan menyerang dari kanan kiri. Hayhauw memiliki kewaspadaan serta pendengaran luar biasa tajamnya, maklum bahwa selain dua tukang pukul menyerang dari kedua

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampingnya, juga ia maklum pula bahwa terdapat lagi seorang yang menyerarg dari arah belakang. Pemuda yang memiliki kecerdikan sejak kecil ini sudah menyediakan akal sempurna untuk menghadapi tiga serangan yang datangnya dalam waktu bersamaan ini, sambil berseru keras tiba-tiba tubuh anak muda ini mencelat ke udara dan karena ini, membuat ketiga penyerangnya tadi yang mempunyai arah sasaran yang sama jadi menyerang tempat kosong dan bahkan senjata mereka saling beradu dengan dahsyat sekali. Karuan saja Be Kunbu dan dua orang tukang pukul itu kaget bukan main, baiknya mereka cepat menarik senjata masing-masing dan kalau tidak, sangat mungkin tubuh mereka menjadi arah sasaran senjata kawan sendiri.

Ketika itu tubuh Hayhauw yang mumbul keudara sudah membikin gerakan jungkir balik (poksay) dan dengan kedua kaki diatas dan kepala dibawah, seiring tubuhnya meluncur turun, tongkatnya mengirim serangan kearah kepala ketiga orang itu secara sekaligus. Benar-benar serangan dari anak muda itu begitu cepat, dahsyat dan mematikan. Inilah serangan yang disebut gerak tipu Soan-hong sauw-siat atau Angin taufan menyapu salju. Ketiga orang yang diserangnya itu tatkala mana sebenarnya masih belum hilang dari rasa kaget mereka, dan kini mendadak terdengar suara keras seperti benda dipukul dan tahu-tahu seorang tukang pukul terjungkal dengan kepala pecah serta hampir bersamaan dengan itu, Be Kunbu menjerit ngeri, tubuhnya yang gemuk bulat terhuyung-huyung sebentar dan lalu jatuh tersungkur disertai suara berdebum keras. Ternyata kepala tukang pukul tadi telah pecah dihantam tongkat Hayhauw, Be Kunbu dapat menyelamatkan kepalanya karena komandan ini cepat berkelit akan tetapi justru karena kelitannya ini, ujung tongkat ditangan Hayhauw jadi menyodok pundaknya sehingga tulang pundak itu patah dan remuk.

Kedua tubuh yang baru saja roboh karena serangan Hayhauw itu lalu dijadikan rebutan kawanan penyerbu yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kini benar benar sudah pulih semangat mereka, tubuh tukang pukul yang sudah tidak bernyawa lagi karena kepalanya pecah kembali dihujani senjata dan gebukan oleh mereka. Demikian pula tubuh Be Kunbu yang gemuk itu di bak-bik-buk, secara gencar sehingga sikomandan yang sebenarnya hanya pingsan itu, akhirnya sampai ajalnya. Be Kunbu mati bukan saja dicacah dan digebuki oleh para penyerbu yang merasa dendam kepadanya, juga tubuh gendut yang kini sudah menjadi mayat itu menjadi basah dihujani ludah oleh para pembencinya.

Hanya tukang pukul seorang lagi saja dapat menyelamatkan diri dari serangan Hayhauw. Tukang pukul ini memang adalah menjadi komandan dari keempat orang tukang pukul yang sudah mampus tadi sehingga tentu saja kepandaiannya lebih tinggi dari pada kawan-kawannya. Akan tetapi betapapun tinggi kepandaian yang dimilikinya, ketika dilihat kehebatan pemuda baju putih itu yang telah membikin semua kawannya mampus, hati tukang pukul itu otomatis merasa jerih dan timbullah watak pengecutnya. Maka ketika dilihatnya tongkat sipemuda yang setelah menyodok pundak Be Kunbu tadi menyambar langsung kearah dadanya, ia sama sekali tak berani menggunakan senjatanya menangkis, melainkan cepat ia membuat gerakan Ouw liong coan siut (Naga hitam membalikkan tubuh), tubuhnya berjumpalitan kebelakang tiga kali jungkiran dan setelah itu ia berlari cepat memasuki kedalam gedung majikannya.

Ketika itu Han Hayhauw sudah berdiri pula diatas tanah dan melihat tukang pukul itu melarikan diri, ia segera membentak "Anjing tuan tanah! Kau hendak minggat kemanakah?" Tangan kirinya dengan jari-jari terbuka bergerak kearah punggung tukang pukul itu.

Sebenarnya tukang pukul itu sudah merasa lega hati dapat menjauhkan diri dari pemuda lihay itu dan melarikan diri mencari selamat akan tetapi sebelum ia sempat masuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedalam gedung majikannya, dimana tiba-tiba ia merasakan punggungnya didorong oleh suatu tenaga amat dahsyat sehingga tubuhnya mental kedepan dan menumbuk dinding tembok gedung itu. Setelah mana tubuh orang ini lalu mental lagi kebelakang dan kemudian terguling dalam keadaan terlentang tak berkutik. Ternyata nyawanya telah melayang menyusul nyawa kawan-kawannya. Serempak tubuh ini menjadi sasaran kemarahan dari para penyerbu pula. Sementara kawan-kawan yang lainnya pula, setelah melihat tiada musuh yang masih hidup lalu menyerang masuk kedalam gedung sambil berteriak-teriak.

“Sisetan she Ceng tadi kulihat masuk kesini .... !”

“Cari sampai dapat .... !”

“Bunuh mampus saja manusia laknat penindas itu.”

“Jangan dibunuh! Hukum picis saja .....”

Demikian sambil berteriak-teriak hiruk pikuk mereka menyerbu dalam gedung itu. Setiap ruangan atau kamar digeledah. Lemari-lemari mereka robohkan, tempat tidur – tempat tidur mereka obrak abrik dan gulingkan untuk mencari tuan tanah itu. Dan setelah segala perabot rumah tangga yang serba indah dan mewah didalam gedung itu menjadi porak poranda, akhirnya Ceng Lobin dapat mereka temukan juga dari tempat prsembunyiannya yaitu sebuah kamar rahasia bawah tanah.

Sebelum tempat persembunyian Ceng Lobin mereka temukan mereka sudah sama menyangka bahwa sihartawan laknat itu sudah kabur, melalui pintu belakang dan beberapa orang sudah mengejarnya kesana. Akan tetapi ketika salah seorang menggentak gentakkan kakinya di atas lantai, dan lantai itu ternyata berbunyi menandakan bahwa dibawah kosong, ia menjadi curiga dan begitulah bersama kawan kawannya, dengan menggunakan linggis, cangkul, martil, dan lain-lainnya lagi lantai itu dibongkar dan kemudian ternyata

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dibawah situlah situan tanah didapatkan. Beberapa orang segera terjun kebawah dan menubruk tuan tanah itu. Bukan main rasa takut Ceng Lobin melihat kemarahan rakyat jelata ini cepat bertekuk lutut sambil meratap setengah menangis minta ampun, tubuhnya yang gendut menggigil bagaikan diserang demam mendadak.

Akan tetapi para penyerbu yang benar benar sudah merasa marah dan gemas itu sama sekali tak menggubris segala ratap tangis dari manusia yang sudah bertahun tahun mereka benci itu. Sebuah kemplangan dari sebatang alu mengetok kepala bundar itu dan situan tanah menjerit kesakitan. Lain lain serangan menyusul pula disertai sumpah serapah dan hujan ludah dari mereka.

“Seret dia keluar ...” Seseorang diantara mereka terdengar memberi komando dan demikianlah kaki tangan dan tubuh situan tanah yang sebesar kerbau kebiri direjeng oleh beberapa orang dan mereka tidak sempat berpikir lagi untuk mencari jalan keluar, melainkan mereka mencari jalan yang paling mudah saja, yaitu secara beramai-ramai tubuh Ceng Lobin mereka ayun ambingkan dan setelah berseru.

“Satu, dua, tiga ...!” maka tubuh situan tanah itu mereka lemparkan keatas dan persis melalui lobang lantai yang mereka bongkar tadi, tubuh itu mumbul keudara seperti sebuah balon besar ditiup angin. Ceng Lobin menjerit jerit seperti seekor babi disembelih dan suara jeritan ini segera berhenti tatkala tubuhnya terbanting diatas lantai dan suaranya berdebuk keras.

Beberapa orang yang tidak turut masuk kedalam lubang lantai tadi dan mereka sengaja menanti disitu segera merejengi kaki dan tangan situan tanah yang sudah diam tak berkutik lagi itu. Tubuh Ceng Lobin lalu mereka seret dibawa keluar sambil bersorak-sorak tanda bahwa hati mereka puas dan gembira. Dan ketika mereka sampai diluar gedung, untuk sejenak mereka jadi melupakan apa yang akan mereka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lakukan terhadap tubuh tuan tanah sebagai pelampias kemarahan dan kegemasan hati mereka. Mereka berdiri terpaku sambil mata mereka terbelalak lebar karena apa yang mereka lihat benar-benar membuat mereka tercengang tak kepalang sehingga mereka jadi demikian terkesima.

Apakah yang mereka lihat di pekarangan gedung dimana tadi ia bertempur itu? Bagi penglihatan mereka hanya berupa dua bayangan putih dan hitam berkelebat kian kemari mengaburkan pandangan mata mereka, seakan-akan dua ekor naga putih dan hitam sedang bertarung hebat.

Apakah yang terjadi sebenarnya ditempat itu? Baiklah kita kembali melihat keadaan Han Hayhauw, yang telah merobohkan ketiga lawannya yang terakhir tadi, pemuda ini hendak ikut masuk bersama para penyerbu kedalam gedung situan tanah, ia akan mencari seorang manusia yang dianggap menjadi musuh besarnya, yaitu Ceng Kunhi yang selalu diingatnya, bermata juling, berwajah buruk seperti muka setan. Akan tetapi baru saja sepasang kakinya bergerak hendak segera memasuki gedung itu, tiba-tiba mendengar suara bentakan menggeladak dari arah belakangnya.

“Bedebah! Siapakah yang berani membuat kekacauan digedung ini .... ?!”

Han Hayhauw membatalkan maksudnya seraya cepat memutar tubuh dan ia dapatkan dihadapannya berdiri sambil bertolak pinggang seorang hwesio bertubuh tinggi kekar yang entah dari mana datangnya. Wajah hwesio itu nampak amat bengis dengan kumis dan jenggotnya yang hitam panjang seperti Kwan Kong atau seorang tokoh dalam cerita Sam Kok, sungguh berlawanan dengan kepalanya yang gundul klimis. Sikapnya amat garang dan matanya yang melotot menatap Hayhauw yang diam-diam menelitinya. Dipinggangnya tergantung sebatang pedang yang sarungnya dihiasi ukir-ukiran indah sekali dan yang sangat menarik perhatian anak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

muda ini, ialah bahwa hwesio itu mengenakan jubah warna hitam.

Hwesio yang belum dikenal oleh Hayhauw ini bukan lain ialah To Tek Hosiang yang pernah mewariskan ilmu pedangnya kepada Ceng Kunhi dikota Cintok. To Tek Hosiang adalah seorang hwesio keluaran dari Siauwlimpay dan oleh karena ia telah melakukan penyelewengan, maka oleh cabang- persilatan tersebut ia diusir dan bahkan tidak diakui pula sebagai anggota Siauwlimpay. Hwesio yang diusir ini lalu minggat setelah mencuri Im-yang-kiam, sebatang pedang yang menjadi barang pusaka Siauwlimpay pada masa itu dan dibawanya serta dijadikan genggaman dalam petualangannya dimana ia banyak melakukan kejahatan-kejahatan yang merugikan rakyat jelata, terutama menculik dan memperkosa gadis-gadis atau wanita-wanita muda selalu menjadi kegemarannya. Hal ini tentu saja menyebabkan sesepuh Siauwlimpay yang pada masa itu dipegang oleh Tianjin Hosiang menjadi sangat marah sekali dan segera menyuruh beberapa orang anak muridnya pergi mencari dan menghukum hwesio durjana itu, selain untuk membersihkan nama Siauwlimpay, juga untuk mengambil kembali pedang pusaka Im-yang-kiam. Tidak saja para hwesio murid dari Tianjin Hosiang pergi mencarinya, bahkan mereka ini minta bantuan para hwesio rekan-rekan mereka diberbagai tempat, akan tetapi oleh karena To Tek Hosiang selain berkepandaian tinggi juga sangat licin sehingga sangat sulit untuk ditangkap dan demikianlah sampai sebegitu lama Hwesio murtad ini selalu bebas melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk.

Dan ketika To Tek Hosiang merantau kekota Cintok, ia telah berkenalan dengan seorang hartawan bernama Lo Binkong dan tentu saja dari perkenalan ini sihwesio buronan tidak sedikit mendapat keuntungan berupa uang sebagai keeratan persahabatan dari hartawan she Lo itu. Dan pada ketika itulah Ceng Kunhi yang sudah menjadi menantu Lo Binkong, berguru kepada To Tek Hosiang. Sungguhpun Ceng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kunhi berguru kepada hwesio ini hanya tak lebih setahun, tetapi berkat ilmu silat To Tek Hosiang yang tinggi, maka ia sudah dapat mewarisi ilmu pedang yang cukup dibuat andalan.

Setelah Lo Binkong pindah kekota Thaygoan dimana ia menjabat pangkat gubernur dan Ceng Kunhipun mengikutinya dan kemudian seperti sudah diceritakan dibagian depan, berkat bantuan mertuanya, putera tunggal dari tuan tanah Ceng Lobin yang menjadi “raja” didusun Ho leng cun itu telah menjadi panglima muda pasukan Garuda.

To Tek Hosiang sering pula berangasan kepada mereka sambil menambahkan pelajaran kepada Ceng Kunhi sehingga ilmu pedang yang dimiliki oleh panglima muda ini makin matang.

Kemudian sampailah kepada hal yang menyebabkan To Tek Hosiang pada hari itu datang didusun Holengcun. Bahwasanya Ceng Kunhi yang melihat keadaan akhir-akhir ini makin genting, pemberontakan timbul, diantara menentang pemerintah kerajaan Mongol berbareng para tuan tanahpun ikut terancam, putera yang mempunyai rasa bakti terhadap orang tuannya ini, merasa kuatir akan keselamatan ayahnya maka ia lalu minta pertolongan To Tek Hosiang untuk pergi kedusun Holengcun disertai pesan bahwa ayahnya itu sebaiknya pindah dengan segera kekota Thaygoan.

“Suhu perlukah aku menitah pasukan bala tentara untuk mengawasi suhu dalam perjalanan menjemput ayah ini?” tanya Ceng Kunhi minta pendapat gurunya.

To Tek Hosiang yang berwatak sombong menjadi kurang senang mendengar pertanyaan muridnya ini. Sambil mempelembungkan dada hwesio ini menjawab “Kunhi, apakah kau tidak percaya kepada kepandaian gurumu ini maka hanya untuk menjemput ayahmu saja mesti dikawani bala tentara segala?”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ceng Kunhi maklum akan watak gurunya dan betapapun juga ia memang sudah percaya akan kepandaian hwesio itu sehingga kepindahan ayahnya dari dusun kekota Thaygoan tidak perlu terlalu dikuwatirkan apalagi kalau ingat bahwa selain gurunya yang akan menjamin keselamatan ayahnya juga masih terdapat lima orang tukang pukul yang mengawalnya lima orang tukang pukul yang sudah maklum amat jagoan itu.

Begitulah To Tek Hosiang pergi seorang diri kedusun Holengcun dan tentu saja setelah ia menerima sejumlah uang untuk ongkos jalan dari muridnya itu. Dari kota Thaygoan kedusun Holengcun jauh juga dan kalau ditempuh dengan jalan kaki biasa harus memakan waktu kurang lebih sepuluh hari. Akan tetapi oleh karena To Tek Hosiang melakukan perjalanan secara tergesa-gesa dan tentu harus mengerahkan ilmu lari cepat yang sangat tinggi maka dalam empat hari saja ia sudah tiba ditempat tujuannya. Ia tidak terlalu sulit untuk mencari dusun, holengcun oleh karena semenjak Ceng Kunhi menjadi muridnya Hwesio ini sudah pernah mampir satu kali dan memperkenalkan diri sebagai guru dari sipanglima muda kepada tuan tanah Ceng Lobin. Tentu saja hasil dari perkenalan ini ia menerima hadiah yang memadati kantong jubah hitamnya.

Adapun ketika To Tek Hosiang tiba digedung tuan tanah Ceng Lobin bukan main kagetnya hati hwesio ini tatkala dilihatnya bahwa dipekarangan gedung itu banyak tubuh-tubuh menggeletak terkapar dan diantaranya ia lihat pula terdapat pula beberapa orang prajurit kerajaan. Sementara telinganya mendengar suara sorak-sorak gaduh dari dalam gedung yang pintu dan jedelanya sudah rusak berantakan itu. To Tek Hosiang segera dapat menarik kesimpulan bahwa gerombolan pemberontakan yang menyerbu gedung sahabatnya ini. Pada saat itu ia melihat seorang pemuda yang berpakaian serba putih hendak berlari memasuki gedung ia menduga bahwa pemuda itu pasti yang memimpin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemberontakan ini maka ia segera mengejar dan membentak seperti tadi.

Biarpun Han Hayhauw belum mengenalnya akan tetapi melihat sikap galak dan marah dari hwesio berjubah hitam itu ia segera dapat menduga bahwa orang ini pasti adalah seorang antek dari pemerintah penjajah maka tanpa memberi hormat pemuda gagah ini lalu memberikan jawaban yang wajar dengan suara tegas.

“Yang membikin kekacauan disini adalah rakyat jelata yang menuntut balas terhadap kejahatan situan tanah.”

Kedua mata To Tek Hosiang terputar tanda bahwa hatinya marah. “Dan kau adalah pemimpin dari gerombolan anjing-anjing pemberontak yang menimbulkan keributan ini”

“Aku bukan pemimpin! Akan tetapi aku selaku bangsa Han dan rakyat yang selama hidupnya ditindas oleh kaum bangsawan merasa wajib turut serta dalam pergerakan ini?”

“Jawabanmu sungguh gagah, anak muda” kata To Tek Hosiang sambil senyum mengejek. “Akan tetapi sadarkah engkau, bahwa kekacauan yang kau dan kawan kawanmu perbuat ini berarti suatu pelanggaran besar terhadap peraturan negara?”

Han Hayhauw mengeluarkan suara dari hidung balas mengejek. “Huhh! Peraturan negara penjajah? bah ... ! Peraturan gila, peraturan yang selalu mendatangkan kecelakaan bagi rakyat jelata. Peraturan yang mengeluarkan segala pajak gila yang mencekik leher rakyat, peraturan yang melindugi kedudukkan kaum bangsawan dan tuan tanah. Aku, atas nama kawan-kawanku dan segenap rakyat jelata memang menyadari bahwa gerakan aksi perjuangan ini adalah melanggar peraturan pemerintah penjajah, bahkan dengan jalan ini kami hendak menjebol peraturan lapuk dari pemerintah penjajah yang sudah berada diambang pintu keambrukan ini.”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kembali, To Tek Hosiang memperlihatkan senyum mengejek. “Aku puji kelancanganmu berpidato, anak muda tetapi dapatkah dibenarkan perbuatan mengacau, menggedor rumah orang seperti perbuatan perampok ini?”

“Betapa tidak! tentu saja dibenarkan karena perbuatan kami ini sesuai dengan irama perjuangan untuk mengusir penjajah laknat mengganyang kaum bangsawan dan mengikis habis semua srigala berkulit kambing yang menjadi antek-anteknya penjajah. Kamu boleh mengatakan perbuatan kami ini seperti perampok sebagaimana kamipun dapat mengatakan bahwa perbuatan sipenjajah berikut semua antek anteknya juga seperti perampok, bahkan lebih jahat dari perbuatan perampok.”

To Tek Hosiang yg hidupnya lebih banyak mendekati kaum bangsawan dan bahkan gubernur Lo Binkong sudah menjadi sahabatnya, muridnya sudah menjadi panglima muda "pasukan garuda" dan sudah menerima kebaikan hati tuan tanah Ceng Lobin, sedangkan betapa penderitaan rakyat jelata sama sekali tidak pernah ia pusingkan. Maka sudah barang tentu pendirian hwesio ini lebih banyak condong terhadap mereka dan bahkan ia merasa wajib membela mereka. Ketika mendengar betapa lancang dan blak-blakannya ucapan sianak muda dihadapaanya itu dadanya ia rasakan panas sekali sehingga ia segera membetak.

“Bangsat kecil ternyata kau adalah seorang pemberontak yang berbahaya terimalah hukuman!” tahu-tahu hwesio ini sudah mencabut pedangnya dan secara cepat sekali ia mengirim serangan kepada Hayhauw.

Hayhauw cukup waspada dan memang anak muda ini sudah bersiap siaga akan kemungkinan yang dihadapinya. Cepat ia menggerakkan tongkat ditangannya menangkis sehingga seketika itu terdengar suara nyaring dari beradunya kedua senjata itu dan akibat dari tangkisannya ini, pedang ditangan si hwesio mental kembali dan To Tek Hosiang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

meloncat mundur karena kaget. Telapak tangannya yang memegang gagang pedang terasa sakit dan pedas bahkan seluruh lengan kanannya ia rasakan tergetar dan kesemutan. Cepat ia memeriksa pedangnya dan ternyata tidak rusak, lalu pandangannya dialihkan kepada sianak muda yang tidak disangkanya memiliki tenaga sangat hebat itu.

“Sabar, jangan menggerakkan pedang dulu, hwesio setengah tua! Aku ingin bertanya, kau siapa dan mempunyai hak apa sehingga kau bertindak seakan-akan mau menjadi hakim sendiri?”

“Sudah tentu aku berhak menjadi hakim sendiri terhadap cecunguk pemberontak! Apalagi kau. To Tek Hosiang yang menjadi guru Ceng Kunhi, melihat kejahatan dan kawan-kawanmu perbuat terhadap ayah dari muridku ini, sudah seharusnya aku bertindak sebagai hakim!” Setelah berkata demikian, karena benar-benar sudah tak dapat menahan kesabarannya lagi, To Tek Hosiang mengirim serangan pula dengan gerak cepat.

Han Hayhauw cepat berkelit dan sambil berkelit ini ia masih sempat berkata.

“To Tek Hosiang, kalau kau berbangsa Mongol tidak heran menentang pergerakan kami ini. Akan tetapi nyatanya kau bangsa Han yang menentang perjuangan bangsanya sendiri, kau adalah bangsa Han munafik! Dan justru manusia-manusia munafik macam kau inilah harus digilas oleh roda perjuangan! Bagus, kau datang sendiri mengantarkan nyawa.”

Bukan saja dada menjadi panas, bahkan saking marahnya mendengar makian anak muda itu To Tek Hosiang merasakan seluruh isi perutnya menjadi panas pula. Maka setelah serangan yang pertama tadi hanya menyambar angin karena anak muda itu berkelit, ia lalu melancarkan serangan susulan, ujung pedangnya ditunjukkan kedada Hayhauw.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari beradunya pedang dengan tongkatnya tadi Han Hayhauw maklum bahwa hwesio ini memiliki tenaga Iwekang yang tak boleh dipandang ringan. Begitu pula sambaran pedang yang baru saja dikelitnya, yang mengeluarkan suara bersiut, membuat ia tambah maklum bahwa ilmu pedang si hwesio bukan ilmu pedang sembarangan. Dan kini melihat tusukan pedang kedadanya, ia cepat berkelit pula sambil melompat kekanan. Sikapnya sangat tenang dan anak muda ini cukup maklum dengan ketangguhan lawan sehingga mesti menghadapi dengan waspada dan hati-hati. Akan tetapi gerakan To Tek Hosiang benar-benar cepat, biarpun serangan yang ditujukan kearah dada lawan mudanya itu dapat dielakkan, namun pedangnya terus diputarkan sedemikian cepat dan tahu-tahu pedang itu mengirim serangan langsung kebawah dan hendak membabat sepasang kaki Hayhauw. Dan pemuda itupun tidak mau kalah aksi, ia memperlihatkan juga ketangkasan dan kecepatannya. Dengan satu gerakan ringan ia berhasil melompat keatas untuk menghindarkan sepasang kakinya dari babatan pedang dan sebelum kakinya turun kembali ia membarengi dengan sambaran tongkatnya yang disapukan kearah iga lawan dalam gerak tipu sinar kilat menyambar pagoda.

To Tek Hosiang juga cepat berkelit lalu menyerang lagi. Hwesio ini memiliki ilmu pedang dari cabang Siauwlim yang luar biasa sekali kuat dan ganasnya. Selama dalam petualangannya ia belum pernah dikalahkan orang dan setelah ia bertempur selama tiga puluh jurus dan selalu ia lancarkan serangan-serangan yang serba mematikan terhadap anak muda yang kini dihadapinya maka bukan kepalang herannya ketika ia melihat betapa pemuda ini dapat menghadapinya dengan baik bahkan dapat mengimbangi serangan-serangannya.

Pertempuran ini berjalan sangat cepat oleh karena keduanya sama mempergunakan ginkang sehingga gerakan mereka sama gesit dan cepat seperti kelincahan dua ekor

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

naga bertempur. Dikala itulah orang-orang yang menyeret tubuh tuan tanah Ceng Lobin keluar dari dalam gedung dan mereka terpaku kesima menyaksikan hebatnya pertempuran ini.

Kalau hendak diukur kepandaiannya antara Han Hayhauw dan To Tek Hosiang memang sukar dipastikan maka yang lebih unggul oleh karena cabang persilatan mereka memang berlainan. Masing-masing mempunyai gerak tipu sediri dan memiliki keistimewaan masing-masing pula. Tentu saja Han Hayhauw yang baru turun gunung kalah pengalaman dan kalah latihan. Sebaliknya jelas nampak dari gerakan tubuh mereka bahwa anak muda itu masih menang, dalam hal ginkang sedangkan tenaga dalam mereka agaknya seimbang. Seru dan sangat menegangkan berlangsungnya pertempuran ini. Yang seorang adalah pemuda gagah perkasa yang berjuang melawan penjajah dan yang seorang lagi adalah penjilat penjajah sehingga biarpun mereka baru saja bertemu akan tetapi sudah terang terhadap lawannya sama menganggap musuh besar maka tak mengherankan kalau mereka ini bertempur mati-matian. Pada satu saat To Tek Hosiang tampak terdesak mundur dan pada lain saatnya pula kelihatan Han Hayhauw yang dirangket lawannya. Baiknya pekarangan gedung itu cukup luas sehingga mereka dapat bertempur dengan leluasa, meskipun tubuh-tubuh yang masih berkaparan sebagai kurban dari pertarungan tadi kadang-kadang mengganggu langkah-langkah kaki mereka. Bahkan pada suatu kali tubuh To Tek Hosiang jatuh terjungkal karena kakinya menyandung tubuh yang tergeletak dibawahnya dan saking kagetnya pedangnya terlepas dari tangannya akibat benturan tongkat Hayhauw. To Tek Hosiang cepat mempergunakan gerak tipu Lay-luta-cun atau Keledai malas bergulingan, tubuhnya bergulingan sedemikian rupa diatas tanah karena ia menyangka bahwa lawannya akan mengirim serangan selagi kedudukan dirinya amat sulit dan berbahaya. Akan tetapi nyatanya ia kecele sendiri. Hayhauw cukup gagah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak mau mengirim serangan selagi lawannya dalam posisi sulit, sungguhpun peristiwa mana benar-benar merupakan kesempatan baik baginya. Hal ini disebabkan Hayhauw sangat mematuhi nasehat suhunya bahwa apabila kedudukan lawan dalam keadaan sulit dan lemah yang bukan disebabkan langsung oleh serangannya, tidak boleh diserang. Oleh karena demikian ucapan suhunya yang selalu diingatnya itu, menjatuhkan serangan maut terhadap lawan yang tak berdaya, adalah bukan perbuatan orang gagah. Itulah sebabnya ketika Hayhauw melihat betapa terjungkalnya tubuh To Tek Hosiang, bukan dikarenakan serangannya, justru karena tersandung, maka ia tidak mau menyerangnya.

“Ambillah kembali pedangmu, mari pertempuran kita lanjutkan!” katanya sambil berdiri dan tongkatnya dilintangkan didepan dada, memberi kesempatan kepada lawannya untuk bangun dari bergulingan dan mengambil pedangnya yang menggeletak itu.

Diam-diam To Tek Hosiang merasa kagum akan kegagahan anak muda lawannya itu, tetapi berbareng hatinya merasa penasaran sekali oleh karena dengan demikian ia merasa dipandang rendah oleh lawannya. Cepat ia memungut pedangnya dan begitulah selanjutnya, mereka meneruskan pertempuran yang seru dan mati-matian.

Setelah pertempuran itu berlangsung sampai seratus jurus, To Tek Hosiang mau tak mau harus mengakui keunggulan lawannya yang masih muda itu Hwesio ini sudah merasakan tenaganya makin lemah, tubuhnya sudah mandi keringat yang membasahi jubah hitamnya dan napasnya sudah ngos-ngosan. Sebaliknya Hayhauw masih segar bugar dan serangan-serangannya makin gencar dan rapat sungguhpun peluhnya sudah mulai keluar membasahi keningnya. Betapapun Hayhauw tak dapat mungkir bahwa inilah pertempuran terhebat yang pernah ia alami dan To Tek

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hosiang adalah lawan terhebat baginya sehingga ia harus mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya.

Biarpun sudah merasa bahwa makin lama makin lemah dan kewalahan menghadapi serangan-serangan lawan yang makin gencar, akan tetapi hal ini justru membuat sihwesio makin merasa penasaran. Sepanjang pengalamannya, belum pernah ia bertempur sampai melewati seratus jurus dan justru ia sendiri yang kewalahan. Ah, sungguh memalukan sekali kalau tak dapat mengalahkan sigembong gerombolan pemberontak yang masih ligat ini, pikirnya. Begitulah To Tek Hosiang memainkan pedang ditangan makin nekad sambil mengeluarkan jurus-jurus yang sangat lihay dan ketika sampai kepada jurus yang seratus tiga puluh, tatkala mana ia sudah merasa lelah sekali, ia lalu mengeluarkan kepandaiannya yang paling diandalkan, yaitu tingkat tertinggi dari Siauwlim-kiamhoat yang dipelajarinya. Sambil menggereng keras seperti harimau murka To Tek Hosiang melancarkan serangan yang benar-benar hebat dan mengerikan, dalam segebrakan pedangnya membuat empat macam gerak tipu sekaligus. Mula-mula pedangnya disabetkan kearah kaki dengan gerakan dari kanan kekiri dan menyusul dari kiri pedangnya menyambar dengan gerakan nyerong keatas pada detik berikutnya pedang itu disabetkan ke kiri secara mendatar dan paling akhir, setelah pedang itu ditarik kembali, tiba-tiba dengan cepat kilat, sambil majukan kakinya dan lompatan kedepan, pedang itu meluncur kedepan menusuk bagian ulu hati lawan.

Serangan yang luarbiasa hebat dan cepatnya ini ialah yang disebut gerak tipu Naga sakti - mengarungi - lautan. Kalau yang menghadapi serangan ini adalah seorang yang kurang tinggi tingkat ilmu silatnya dan tidak mempunyai ketabahan hati, sulitlah baginya untuk menyelamatkan diri, sedikitnya ia menjadi korban salah satu dari keempat jurus tendangan beruntun itu. Tiga macam serangan yang terdahulu sebenarnya hanya berupa tipu daya untuk mengacaukan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perhatian lawan, sedangkan yang paling berbahaya adalah serangan yang terakhir, serangan yang dilakukan diluar dugaan lawan yang hanya menjaga tiga macam serangan duluan yang memang nampaknya lebih berbahaya.

Akan tetapi, biarpun pengalaman Han Hayhauw masih mentah, baiknya ia cukup matang dalam gemblengan sehingga selain ilmu tongkatnya amat tangguh untuk menghadapi serangan-serangan lawan, juga ia selalu berlagu hati-hati dan tidak mau memandang rendah terhadap setiap gerakan lawannya. Maka ketika ia melihat betapa serangan pedang To Tek Hosiang menyerampang kakinya ia berhasil memunahkannya dengan sedikit loncatan lalu ia mendoyongkan tubuhnya kesebelah kiri sehingga sabetan pedang yang menyerong keatas hanya berlalu seperti garis miring persis disisi tubuhnya yang didoyongkan. Kemudian tatkala pedang lawan itu datang pula hendak menebas lehernya, pedang itu hanya bersiut menyambar angin dan ujungnya persis lewat sejauh sejengkal didepan tenggorokan setelah ia membuat gerakan menjengkang kebelakang sambil kakinya mundur dua tindak. Disebabkan Hayhauw mundur dua tindak inilah maka To Tek Hosiang ketika mengirim tusukan pedangnya yang mematikan kearah ulu hati lawannya, ia mesti membarengi melompat dua langkah kedepan untuk mengejar. Akan tetapi ketika itu Hayhauw ternyata sudah menjaga dadanya dengan tongkatnya dalam gerak tipu Sianjin-yauw-san (Sang Dewa mengebatkan kipas). Tongkatnva yang dipegang secara tegak digoyang-goyangkan kekanan kiri sehingga benar-benar ia seperti mengipasi dirinya dengan tongkat itu dan pedang To Tek Hosiang jadi terpukul kesamping. Pada saat itulah pemuda ini melihat kesempatan baik dan tahu-tahu ujung tongkatnya menyodok dada To Tek Hosiang.

Bukan main kagetnya hwesio itu setelah mendapat kenyataan bahwa serangan-serangannya dapat dipunahkan oleh lawannya begitu mudah, padahal ia tadi sudah merasa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pasti bahwa gerak tipu yang dikeluarkannya itu akan membikin lawannya roboh. Malah kini tahu-tahu tongkat anak muda itu menyodok dadanya sehingga ia merasa kaget dan gugup, meskipun ia sempat miringkan tubuhnya namun ujung tongkat itu masih saja membentur iganya. To Tek Hosiang mengerang menahan sakit dan tubuhnya sempoyongan kebelakang. Hayhauw cepat memburu dan hendak menghabiskan riwayat hwesio munafik itu, akan tetapi bukan main rasa kagetnya hati anak muda ini ketika tiba-tiba sekali dan diluar dugaannya hwesio itu membalikkan tubuh dan tangan kirinya bergerak dari mana menyambar senjata rahasia mengarah kepada dirinya. Hayhauw cepat menjatuhkan diri sehingga senjata rahasia yang disambitkan oleh hwesio secara curang itu berdesingan lewat diatas tubuh nya. Cepat ia bangkit kembali, saking gemasnya ia memaki.

“Hwesio keparat, kau curang ...... !”

“Dalam pertempuran menghadapi musuh tiada hal yang dapat disebut adil atau curang. Yang terutama siapa yang merobohkan lawan dialah yang menang!” To Tek Hosiang membantah dan tangan kirinya setelah merogoh saku, tiba-tiba menyambitkan pula tiga batang piauw (senjata rahasia) kearah Hayhauw.

Kalau menurut peraturan dunia persilatan setiap membuka serangan terhadap lawan, apalagi menyambitkan senjata rahasia yang terhitung senjata gelap, harus memberi peringatan terlebih dulu agar supaya pihak lawan bersedia, inilah perbuatan jantan dari seorang gagah. Tidak seperti hwesio ini yang baik membuka serangan dengan pedangnya maupun menyambitkan senjata rahasia itu tanpa memberi peringatan apapun seakan-akan ia hendak menjatuhkan lawannya secara membokong, hal ini dianggap oleh orang-orang kangouw sebagai satu perbuatan curang dan pengecut, memanglah hwesio ini adalah seorang hwesio berakhlak bejat,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sehingga kecurangan dan kelicikanlah yang paling diutamakan.

Tiga batang piauw yang dilepaskan secara licik oleh hwesio itu kini mengarah kepada tiga sasaran yang mematikan terhadap Hayhauw dan pemuda ini dapat mematahkan serangan itu dengan gaya dan sikap yang mengagumkan. Serangan yang diluar dugaan seperti tadi ia dapat memunahkannya dengan mudah, apalagi sekarang serangan itu terlihat oleh matanya. Sambaran piauw yang mengarah bagian tenggorokkannya ia tangkis dengan tongkatnya sehingga senjata rahasia itu terpukul menceng, juga piauw yang menyambar kearah selangkangannya telah dibikin terpental keudara oleh tendangan kakinya dan piauw yang ketiga, yang diarahkan kedadanya, setelah ia menggeserkan tubuhnya sedikit kesebelah kanan ia mengulur tangan kirinya dan piauw itu ditangkapnya. Dengan piauw ini segera ia sambitkan kembali terhadap pemiliknya dengan gerakan tangan kirinya seperti mendorong kedepan sambil berseru.

“Terimalah kembali senjata milikmu ini!” Hwesio itu tidak mau kalah aksi. Senjata piauw yang disambitkan kembali oleh lawannya itu ia terima dengan jepitan dua jari tangan kirinya sambil ketawa mengejek dan agaknya ia hendak menyambitkan kembali kepada lawannya, akan tetapi tiba tiba hwesio ini menjerit bersamaan dengan tubuhnya yang tinggi kekar itu terpental kebelakang seperti dilemparkan tenaga raksasa dan menghantam pagar. Bersamaan dengan gaduhnya suara pagar yang ambrol dan bobol itu tubuh hwesio secara dahsyat sekali terbanting diatas tanah dalam keadaan terlentang. Han Hayhauw cepat memburu dan ketika ia melihat dari dekat betapa dari lubang telinga, hidung dan mulut hwesio itu mengalirkan darah dan tubuhnya tidak berkutik menandakan bahwa lawannya tak bernyawa lagi, sambil menyusut keringat pemuda ini menarik napas lega.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata To Tek Hosian telah salah sangka, tadi ia hanya mengira bahwa bergeraknya tangan kiri Hayhauw hanya untuk menyambitkan senjata piauw saja, tidak tahunya justru sambil bergerak menyambitkan piauw itu, sekaligus Hayhauw melancarkan pukulan Pha-ciok-seng-hun-ciang yang menghantam dada To TeK Hosiang sehingga tak ampun lagi tubuh hwesio itu terpental dan menabrak pagar dan seketika itu juga jiwanya melayang.

Sesungguhnya kalau Hayhauw menghendaki sejak tadi ia sudah dapat merobohkan lawannya dengan pukulan ampuh ini. Akan tetapi oleh karena ia tidak mau berlaku curang, maka ia hanya mengandalkan ilmu tongkatnya saja untuk menghadapi lawannya. Dan akhirnya, setelah ia mendapat kenyataan betapa curang dan licik adanya perbuatan hwesio itu, maka sebagai balasan ia secara terpaksa sekali melancarkan ilmu pukulan simpanannya itu.

Terdengarlah suara sorak-sorak gembira dan puas melihat kemenangan anak muda ini dan Hayhauw seakan-akan baru sadar bahwa ia barusan bertempur mati-matian justru adalah untuk membela dan membantu kawanan penyerbu yang kini bersorak itu.

Sambil mengebut-ngebutkan debu yang mengotori baju putihnya, pemuda ini lalu berjalan menghampiri mereka dan mereka yang dihampiri itu tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut dihadapannva sambil memberi hormat.

“Inkong! Kami yang rendah banyak menghaturkan banyak terimakasih atas pertolongan Inkong karena kalau tidak ada Inkong yang mulia sudah pasti sekarang kami sudah menjadi setan-setan penasaran!” Terdengarlah perkataan salah seorang dari mereka. Orang ini sudah tua dan berlutut paling dekat didepan Han Hayhauw.

Han Hayhauw cepat membangunkan orang tua itu sambil berkata “Paman, Berdirilah! Jangan banyak peradatan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhadapku dan jangan menyebutku Inkong (tuan penolong) segala macam.”

Orang itu berdiri setengah membungkuk dihadapan Hayhauw dan matanya bersinar-sinar ketika menatap penolongnya. Ketika itu Hayhauw melihat orang-orang dibelakang orang tua itu masih tetap berlutut sehingga anak muda yang tak dapat menerima penghormatan demikian besar dari mereka ini cepat berkata.

“Saudara-saudaraku, kuminta kalian berdiri. Aku bukan dewa maka tak perlu kalian bersikap seperti itu.”

Seiring dengan berdirinya mereka berangsur-angsur orang tua tadi dengan sikapnya tetap menghormat, terdengar berkata.

“Inkong, betapa kami takkan menganggap Inkong sebagai dewa, karena sesungguhnya Inkong adalah dewa penolong kami ...”

“Paman, sekali lagi kuminta kau jangan menyebut Inkong!” Hayhauw cepat menukas. “Sebut saja namaku Han Hayhauw dan anggaplah bahwa aku ini anak atau keponakanmu dan juga sebagai saudara atau kawan bagi semua saudara-saudara yang hadir disini, oleh karena sebenarnya aku sendiri justru adalah anak disini juga.”

Mendengar pernyataan ini semua sama tercengang heran. Terutama orang tua tadi, memandang dan menyidik-nyidik wajah Hayhauw sambil menyerong-nyerongkan mata tuanya yang sudah kurang awas itu. Dan kerena terbata-bata tatkala menegasi.

“Inkong ... Inkong ... oh, kau ... ini bernama Han Hayhauw? Bukankah kau putra dari Han ...” ia lalu memandang kelangit sambil keningnya yang sudah keriput dikerut-kerutkan. Agaknya orang tua ini berpikir keras untuk mengingat-ingat akan nama dari keluarga Han yang sudah dilupakan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ayahku adalah Han Cubeng yang sudah meninggal delapan tahun yang lalu, mungkin paman mengenalnya,” Hayhauw menerangkan.

Tiba tiba orang tua itu menubruk dan memeluk Hayhauw sambil berkata dengan suara yang dipenuhi keharuan hati.

“Oh, Thian Yang Maha Kuasa ... ! jadi ... jadi kau ini putra mendiang Han Cubeng ... ?! Kau ... kau sianak yang telah menghilang ... ?”

Mata orang tua itu tampak berlinang-linang dan suaranya melebihi kegembiraan suara Hayhauw tatkala ia memberi penjelasan.

“Aku situa bangka ini adalah Ong Tiam dan sebenarnya ... kalau tidak ada kesialan yang menggagalkan, aku dengan orang tuamu adalah pernah cinkhe (besan) ...”

Luka dihati Han Hayhauw yang belum sembuh seakan-akan mengeluarkan darah lagi tatkala mendengar ucapan orang tua itu. Seketika itu terbayanglah diruang matanya betapa ayahnya dipukul dan ditendang oleh Ceng Kunhi sehingga ayahnya mati. Dan ia masih ingat benar bahwa ketika kehilangan cicinya, banyak orang membantu mencarinya dan ketika mayat cicinya dibawa oleh mereka itu, salah seorang diantara mereka ialah orang tua yang kini memeluknya ini yaitu orang tua, ayah dari calon cihunya Ong Huli.

“Maafkanlah aku paman, kalau sejak tadi aku berlaku kurang hormat terhadap paman,” ujar Hayhauw dan serta merta anak muda ini berlutut dihadapan orang tua bekas calon mertua cicinya itu. Kini orang tua ayah dari Ong Huli itulah yang menjadi kerepotan membangunkan anak muda ini sementara kawan-kawan dari orang tua she Ong yang patriotik itu tatkala mana sudah datang! dan merubungi Hayhauw dan mereka ternyata adalah teman-teman Hayhauw bermain sama-sama masih kecil.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hayhauw, sungguh kami sama sekali tak menyangka bahwa kami akan dapat bertemu kembali denganmu pada hari ini dan ternyata sekarang kau begini gagah perkasa, benar benar kami sangat bersyukur. Hauw, kata orang tua itu dengan suara lirih yang selanjutnya bertanya tentang kemana menghilangnya. Hayhauw menceritakan bahwa ia beruntung sekali telah diangkat murid oleh Tiong Sin Tojin dan anak muda ini selanjutnya menyatakan apa yang menjadi tekad hatinya datang kekampung halamannya “Aku hendak membuat perhitungan terhadap sikeparat Ceng Kunhi. Adakah paman dan kalian, tadi dapat membekuk batang leher sisetan juling itu?” tanyanya kemudian matanya yang bersinar tajam ditatapkan terhadap mereka yang merubunginya seakan-akan minta kepastian.

Ong Tiam menghela napas tatkala memberi keterangannya. “Sayang dia telah pindah.”

“Pindah kemana ... ?” tukas Hayhauw tak sabar karena saking kecewa hatinya mendengar bahwa musuh besarnya telah pindah.

Ong Tiam menelan liur tatkala melanjutkan bicaranya yang terputus itu. “Sejak dia pindah kekota Cintok dia tinggal bersama mertuanya Lo Binkong. Kemudian kudengar kabar bahwa Lo binkong menjadi congtok atau gubernur dikota Thaygoan dan Ceng Kunhi menjadi panglima muda dalam pasukan garuda dan bertugas dikota tersebut juga ...”

“Keparat, jahanam ... !” geram hati Hayhauw tak terkatakan. Giginya berkeratukan kedua tangannya dikepalkan dan matanya seperti mengeluarkan sinar api tatkala dilirikkan, kearah dimana mayat To Tek Hosiang terkapar. Sebelum bertempur tadi ia mendengar pengakuan dari pendeta munafik itu bahwa Ceng Kunhi menjadi muridnya. Kalau ternyata dia kabur ... aku mesti cepat pergi ke Taygoan pada saat ini juga.

“Nanti dulu Hayhauw, kuminta kau jangan begitu tergesa-gesa.” Ong Tiam berkata dengan suara sabar. “Betapapun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juga kami masih perlu bantuan darimu. Bagaimanakah pendapat dan saranmu mengenai manusia kejam yang telah kami bekuk itu dan harta yang ditinggalkannya?”

Han Hayhauw tak segera menjawab kini, ia berpaling dan menatap kearah ambang pintu gedung dengan sorot mata penuh kebencian, dimana terdapat tubuh Ceng Lobin menggeletak seperti kerbau mati. Hatinya yang dipenuhi rasa dendam membuat ia seakan-akan tak sadar akan apa yang diucapkannya.

“Pendapatku mengenai perjuangan kalian ini sangat kusetujui dan aku benarkan. Tentang manusia laknat she Ceng itu, kalau belum mati harus dibikin mati dan tentang harta haram peninggalannya bakar saja sekalian berikut rumahnya.”

Terdengarlah teriak-teriakan sambutan dari kawan kawan Ong Tiam.

“Yah, benar! Bakar saja harta haram berikut gedungnya sebagai pembalasan kita .... !”

“Mayat situan tanah itu hanyutkan saja ke sungai ...”

“Juga mayat sihwesio munafik pembela penjajah dan kaum bangsawan itu ... !”

“Juga bangkai para antek anteknya yang biadap mereka melebihi iblis kita jadikan saja umpan buaya disungai ... !”

“Jangan! Bangkai-bangkai mereka semua jangan dilempar kesungai lebih baik dibakar saja sekalian dengan rumahnya ...”

Begitu hiruk pikuk teriakan teriakan mereka yang mencerminkan betapa besarnya rasa marah dan dendam dihati mereka dan ucapan luapan mereka itu agaknya benar-benar akan dilaksanakan demi kepuasan hati mereka kalau saja mereka tidak mendapat saran dari Hayhauw lebih lanjut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Saudara saudaraku, aku maklum betapa kegemasan kalian terhadap mereka yang menjadi musuh kita paling dekat ini. Akan tetapi hendaknya kita sadar bahwa kita jangan ingkar dan sifat-sifat perikemanusiaan adalah sifat-sifat dari mereka selagi hidup untuk mana kita telah menjatuhkan hukuman yang setimpal terhadap mereka yaitu membunuhi mereka sebagai penghenti perkembangan-perkembangan sifat buruk hidup mereka, hukuman yang kita jatuhkan ini sudah lebih daripada cukup. Adapun tubuh-tubuh mereka hanya merupakan jasat kasar yang tak berdosa sehingga tak layaklah kalau kita melampiaskan rasa benci, marah dan dendam kita terhadap jasad-jasad itu. Kembalikanlah jasad-jasad itu kepada asalnya, asal tanah harus kembalikan kepada tanah.”

Semua orang yang mendengar kata-kata anak muda itu pada melongo, mereka seperti sekelompok anak murid yang menerima pelajaran dari guru ahli filsafat. Pada hal Han Hayhauw mengucapkan perkataan itu tak lebih hanya meniru ujar-ujar gurunya ketika memberikan gemblengan batin.

“Benar-benar kau adalah seorang muda yg selain gagah perkasa juga bijaksana dan mulia Hayhauw” Ong Tiam memuji dengan sejujurnya

Han Hayhauw cepat mengelakkan pujian ini sambil berkata. “Maaf tak dapat lama-lama aku beserta kalian. Aku hendak segera pergi ke Taygoan. Selamat berjuang dan semoga perjuangan kita rakyat jembel yang selama hidupnya selalu tertindas ini mencapai sukses besar.”

“Hayhauw, tidak dapatkah kau menunda kepergianmu barang sehari dua hari?” Ong Tiam cepat menjelak tatkala melihat pemuda itu sudah mulai melangkahkan kakinya.

“Terimakasih paman biarlah kelak kalau perjuangan kita sudah selesai dan bila hajat masih dikandung badan aku pasti kembali kekampung halamanku ini jawab Hayhauw” dan baru kinilah mereka lihat anak muda itu tersenyum. Hayhauw memberi hormat terhadap mereka terutama kepada Ong Tiam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan mereka ini walaupun dengan perasaan berat terpaksa melepaskan kepergian pahlawan mereka sambil balas menghormat pula. Lalu Hayhauw membalikkan tubuh, akan pergi pemuda ini tiba-tiba membalik pula menghadap kepada mereka dan bertanya kepada Ong Tiam.

“Paman, hampir aku lupa bertanya, bagaimana khabar dengan Ong Huli koko yang dahulu ditarik kerjapaksa itu ?” Ternyata pemuda ini masih ingat akan nasib calon suami cicinya.

Orangtua itu seperti diingatkan lagi kepada puteranya, sehingga ia menghela napas dalam sambil menggelengkan kepala dan katanya lemah “Seperti juga yang lain-lain, dia hanya sering datang dalam impianku ...”

“'Baiklah paman, aku sekalian hendak membuat perhitungan bagi sakit hatimu dan juga bagi kalian yang pernah dibikin sakit hati oleh sisetan bermata juling itu!”

Dan semua orang jadi melongo karena mereka tak sempat melihat bagaimana anak muda itu pergi. Yang tampak oleh mereka hanya berkelebatnya bayangan putih dan tahu-tahu anak muda itu sudah menghilang dari penglihatan mereka.

Sepeninggalnya Hayhauw, mereka ini lalu sibuk mengurus kawan-kawan mereka yang terluka maupun yang sudah tewas, demikian juga kurban-kurban dari lawan sesuai dengan pesan Hayhauw, mereka urus sebagaimana mestinya dan ketika mereka mengusung mayat To Tek Hosiang, Ong Tiam mengambil pedang bekas senjata hwesio itu dan ia merasa tertarik akan kebagusan dan ketajaman pedang tersebut

“Pedang bagus, pedang bagus”, kata Ong Tiam sambil memperhatikan pedang yang dibolak-balikkan ditangannya, sementara kawan-kawannyapun merubung dan mengaguminya. “Sayang pedang sebagus ini tiada berguna bagi kita lantaran kita tak dapat mempergunakannya. Kalau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saja pedang ini menjadi senjata Hayhauw, tentu akan cocok. Sayang sekali dia tidak membawanya.”

“Kalau begitu baiklah pedang itu serahkan saja kepadaku, paman!”

Kata-kata ini membuat semua orang menoleh kepada orang yang mengucapkannya dan sekali lagi mereka melongo karena tahu Hayhauw yang tadi sudah pergi secara gaib, kini telah berada disitu lagi secara gaib pula.

Ong Tiam yang sudah maklum akan keluarbiasaan anak muda itu lalu mengangsurkan pedang itu berikut sarungnya kepada Hayhauw sambil berkata.

“Bagus, kau telah kembali lagi. Nah, bawalah pedang ini”.

Hayhauw yang memang kembali lagi sengaja hendak membawa pedang bekas senjata To Tek Hosiang yang sudah diketahuinya adalah sebilah pedang pusaka terbukti bahwa pedang itu tidak rusak sedikitpun setelah berkali-kali dibentur oleh tongkatnya tadi. Ia telah lupa untuk membawanya dan sekarang ia sengaja datang lagi untuk mengambilnya, maka segera diterimanya pedang itu diangsurkan kepadanya segera diterimanya dengan sikap hormat sambil mengucapkan terimakasih.

“Mudah-mudahan pedang ini setelah berada ditanganku akan mendatangkan manfaat”.

“Pedang yang bagus berada ditangan seorang yang pandai tentu akan mendatangkan manfaat ...” Ong Tiam menggarami dan orang tua ini seperti berkata kepada diri sendiri karena sebelum ucapannya habis, Hayhauw ternyata sudah menghilang pula.

“Hebat ...” terdengar seorang diantara mereka berseru memuji kehebatan Hayhauw itu.

“Dia tentu telah menjadi pendekar sakti!”

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Lebih tepat ia dinamakan pendekar gaib, karena datang dan perginya dia sangat gaib ... !”

“Semoga Thian Yang Maha Kuasa akan selalu melindungi dia dalam perjuangannya!” kata-kata yang berupa doa-restu ini keluar dari mulut Ong Tiam.

ooooooooOdwOoooooooo

Pedang Im-yang-kiam disarung dipinggang dan tongkatnya tetap dipegang dalam tangan kanannya erat-erat, Han Hayhauw berlari cepat meninggalkan dusun Ho-leng-cun, hati anak muda ini merasa bangga karena sedikitnya ia telah membantu perjuangan teman-teman sekampung halamannya. Dan Hayhauw tentu akan merasa lebih bangga lagi kalau saja ia mengetahui bahwa ia telah memberikan bantuan besar terhadap Siauwlimpay dengan dibunuhnya To Tek Hosiang yang kini pedangnya dibawanya itu.

Hayhauw ingin cepat-cepat sampai dikota Thaygoan untuk mencari Ceng Kunhi yang sudah didengarnya bahwa musuh besarnya itu yang sekarang telah menjadi panglima muda dalam pasukan penjajah.

“Keparat! Waktu dulu saja setan juling itu sudah begitu ugal-ugalan, apalagi sekarang setelah menjadi tentara dan berpangkat tinggi pula, tentu sepak terjangnya terhadap rakyat jelata akan lebih biadap ... !” demikian Hayhauw mengutuk didalam hatinya yang dipenuhi rasa kecemasan tak terhingga membuat sepasang kakinya berlari semakin cepat menuju kekota Thaygoan.

Berkat gemblengan Tiong Sin Tojin yang luar biasa membuat Hayhauw memiliki kekuatan seperti kuda, ia dapat terus berlari cepat dua hari dua malam tanpa pernah berhenti sehingga kini ia sudah menempuh perjalanan lebih dari separuhnya. Akan tetapi betapapun kekuatan yang dimiliki Hayhauw, setelah berlari secara “non stop” selama dua hari dua malam akhirnya pada hari yang ketiga ia merasakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya sangat lelah dan perutnya terasa lapar sehingga ia mesti berhenti untuk mengaso dan mencari makanan untuk mengisi perutnya.

Begitulah ketika ia memasuki sebuah hutan, setelah ia duduk sebentar diatas pohon tua yang sudah roboh, anak muda ini lalu mencari buah buahan dihutan ini untuk pengisi perutnya. Hayhauw sejak kecil sudah terlalu biasa menahan perut lapar dan bahkan selama tinggal di Ngotaysan oleh gurunya ia dilatih supaya tidak terlalu memanjakan perutnya, maka setelah ia makan beberapa butir buah-buahan sudah cukup membuat kesegaran tubuhnya pulih kembali dan perutnya dapat ditahan takkan minta diisi selama dua hari.

Setelah perutnya kenyang oleh buah-buahan yang dimakannya, ia duduk pula dibatang pohon tadi, ia memberi kesempatan kepada alat pencernakan didalam perutnya untuk menggiling lumatkan makanan yang barusan ditelannya. Hal ini Hayhauw mentaati perintah dari suhunya bahwa apabila sehabis perut diisi, situbuh tak boleh melakukan pergerakan berat dan sebaiknya duduk beristirahat sebentar agar alat pencernakan dapat bekerja dengan sempurna dan kalau alat pencernakan tak dapat bekerja secara sempurna disebabkan karena pergerakan tubuh terlalu banyak memakan tenaga, maka akan menimbulkan rasa sakit perut. Inilah sebabnya Hayhauw tak cepat berlari lagi melanjutkan perjalanannya dengan segera, melainkan ia duduk dibatang pohon yang sudah tumbang itu sambil memperhatikan kebagusan pedang dan sarung senjata bekas gegaman hwesio yang dibolak balikkan oleh kedua tangannya. Sarung pedang itu terbuat dari kayu tua berwarna hitam dan ukirannya berbentuk seekor naga dengan mulutnya yang terbuka lebar merupakan mulut dan sarung pedang itu. Ukir-ukirannya indah dan halus tanda bahwa sipembuatnva adalah seorang ahli. Adapun pedangnya terbuat dari pada baja murni dan bersinar kehijau-kehijauan serta mengeluarkan hawa dingin menandakan bahwa senjata ini adalah pedang mustika yang sangat ampuh. Gagangnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terbuat dari bahan yang sejenis dengan sarungnya dan terukir indah berbentuk kepala naga. Dibawah gagang ini, yaitu dipermukaan batang hulu pedang terdapat ukiran berupa tiga huruf dan karena Hayhauw mendapat sedikit pelajaran pula dari suhunya dalam hal tulis dan baca sungguhpun secara terbatas namun cukup membuat anakmuda ini tidak terlalu buta huruf, maka ia dapat membacanya tiga huruf itu yang berbunyi Im-yang-kian.

Adapun yang membuat Hayhauw merasa tertarik akan pedang ini sehingga setelah ia pergi dan segera kembali kedusun Ho-leng-cun untuk mengambilnya, bukan saja ia sudah maklum bahwa pedang ini bukan sembarang pedang akan tetapi ia ingin mempelajari ilmu tongkat dengan mempergunakan pedang yang bagus itu dan memanglah ilmu tongkat dan ilmu pedang dalam semua pergerakkannya banyak persamaan.

Hayhauw lalu bangkit dari batang pohon yang didudukinya dan berdiri tegak sambil pedang itu dipegang dalam tangan kanannya. Tangan yang biasa menggenggam tongkat besi yang berat kini Hayhauw merasakan pedang itu terlampau ringan baginya. Ketika itu ia hendak mulai mempelajari ilmu tongkat dengan mempergunakan pedang itu sebagai pengganti tongkatnya dan kelak kalau ternyata pedang lebih cocok dan lebih praktis, untuk selanjutnya ia akan mengganti senjata tongkatnya dangan pedang itu.

Akan tetapi tiba-tiba Hayhauw seperti mendapat bisikan dari hati kecilnya yang menyebabkan ia batal untuk belajar silat dengan pedang yang sudah betada ditangannya itu dan maksud akan mengganti tongkat dengan pedang seperti yang barusan ia inginkan, segera dibuangnya jauh-jauh. Bisikan dari hatinya tadi membuat Hayhauw sadar bahwa kalau ia mengganti tongkat dengan pedang, sama halnya ia mendurhakai gurunya. Bukankah gurunya mewariskan kepandaian kepadanya berupa ilmu tongkat dan bukan ilmu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pedang. Bahkan senjata tongkat gurunya itu diberikan pula kepadanya, sehingga tongkat tersebut biarpun hanya berupa besi tua akan tetapi baginya sama artinya dengan senjata pusaka. Sedangkan pedang itu, biarpun bagus dan jelas adalah senjata mestika, akan tetapi diperolehnya berasal dari seoreng hwesio munafik penjilat penjajah, maka siapa tahu kalau pedang itu mempunyai riwayat hitam?

Itulah sebabnya maka Hayhauw segera membatalkan maksud yang hampir saja membuat ia seakan-akan menghianati gurunya. Lalu pedang itu dimasukkan kembali kedalam sarungnya dan disoren kedalam sarungnya dan segera disoren dipinggangnya. Setelah ia mengambil dan menggenggam kembali tongkat pemberian gurunya, ia berjalan perlahan untuk segera mulai neneruskan perjalanannya pula. Tangan kirinya secara tak disengaja menggenggam gagang pedangnya, ia tak tahu apa gunanya membawa pedang itu kini, tetapi kalau pedang yang sebagus ini dibuang begitu saja. terang ia merasa amat sayang.

Hutan yang dilaluinya itu amat sunyi dan teduh Han Hayhauw berjalan perlahan sambil kepalanya ditundukkan, otaknya tak luput dari memikirkan akan kegunaan apakah dengan pedang yang dibawanya itu, ia menyesal, mengapa ia telah sengaja membawa pedang yang kini tak lain hanya tambah merepotkannya ini. Mungkin karena otaknya terlalu memikirkan pedang itu, tiba-tiba saja anak muda ini jadi teringat kepada seorang yang bersenjata pedang yang pernah dijumpainya pada malam gelap didusun Bok-li-cun beberapa hari yang lalu, orang yang bersenjata pedang yang selalu mendebarkan dada bila diingatnya kembali dan membuat ia selalu bertanya-tanya didalam hati, siapakah gadis gagah dan cantik yang sudah menggait jantungnya ... ? Kini ia kembali teringat pula kepada dara itu, ah, kalau saja pedang yang sebagus ini diberikan kepadanya, tentu ia akan lebih gagah, lebih cantik dan aku ... lebih cinta kepadanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ah, barangkali aku sudah menjadi gila!” Hayhauw memaki kepada diri sendiri sambil tangan kirinya dipukulkan kekeningnya dan ia lalu mempercepat tindakan kakinya. Akan tetapi makin celaka, makin cepat ia berjalan tambah jelaslah bayangan gadis itu seolah-olah menghadang didepan matanya. Bahkan kini perasaannya seolah-olah ia melihat wajah gadis itu muncul dimana-mana, ditempat-tempat yang dilaluinya. Wajah yang jelita dan gagah itu terbayang disela-sela daun-daun yang hijau dan diantara kembang merah indah.

“Celaka! Benar-benar aku sudah mabuk kepayang!” Sekali lagi Hayhauw memaki dirinya dan untuk melepaskan diri dari bayangan yang selalu menggoda hatinya dan yang seolah-olah menghadang didepannya itu, ia segera berlari cepat seperti terbang. Dan ketika ia sudah diluar dari hutan itu dan berada disebuah jalanan kecil, ia menghentikan larinya ketika didepannya dihadang, bukan oleh bayangan gadis yang sudah membuatnya mabuk kepayang, tapi kini benar-benar dihadang oleh tiga orang hwesio yang mengenakan jubah serba putih dan senjata yang kelihatan tersembul dibelakang punggung mereka sama pula. Yaitu senjata pedang. Hanya umur mereka yang berlainan, yang seorang setengah tua, yang kedua sedikit lebih muda dan yang ketiga masih sangat muda kira-kira hampir sepantar dengan Han Hayhauw.

“Sahabat yang didepan, kalau kau ingin melanjutkan perjalananmu dengan selamat, serahkan pedang yang tergantung dipinggangmu kepada kami!” Hwesio yang paling muda itu mengeluarkan ancaman sambil maju kedepan mendekati Hayhauw.

Han Hayhauw mengerutkan kening tanda bahwa hati anak muda ini merasa kurang senang mendengar perkataan dan sikap hwesio muda yang dianggapnya kurang sopan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hwesio muda, ada sangkut paut apakah antara aku denganmu maka begitu bertemu seakan-akan kau mengajak berkelahi?!” ia membalas dengan nada ketus.

-o0odwookzo0o-

Jilid V Melihat gejala yang dapat membuat situasi menjadi buruk

ini hwesio yang paling tua cepat maju dan berkata kepada Hayhauw sambil memberi hormat.

"Maaf sicu (tuan yang gagah) atas kekasaran suteku ini. Kami sebenarnya sangat tertarik sekali dengan pedang yang kau bawa itu. Dan kalau boleh kami ingin melihat keadaan pedang itu."

Han Hayhauw balas menghormat dan rasa kurang senang dihatinya segera lenyap setelah mendapatkan sikap merendah dan ramah dari hwesiotua itu.

"Losuhu tentu saja aku takkan merasa keberatan sedikitpun kalau saja hanya untuk mem perlihatkan pedang ini terhadap kalian, asal saja aku mendapat keterangan terlebih dahulu, ada hubungan apakah antara kalian dengan pedang ini?"

"Omitohud . . . ! Sicu sungguh murah hati," ujar hwesiotua itu. "Baiklah kami memperkenalkan, kami bertiga lebih dahulu bahwa pinceng ini orang menyebutku To Bi Hosiang, suteku ini To Gi Hosiang dan suteku yang paling muda ini To Li Hosiang. Kami bertiga merupakan penghuni kuil Lianhoksi dan kami mendapat tugas dari sesepuh kami ketua Siauwlimpay untuk mencari seorang rekan kami yang menyeleweng dan membawa kabur pedang pusaka. Dan sekarang pinceng lihat pedang itu dibawa olehmu, maka itulah sebabnya pinceng minta untuk melihat dan memeriksa pedang itu supaya kami mendapat ketegasan bahwa benarkah pedang itu adalah Im-yang-kiam pokiam yang kami cari ataukah bukan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terpikat juga hati Hayhauw mendengar disebutnya nama pedang itu ia menjawab dengan sejujurnya.

"Memang pedang ini adalah Imyangkian. Akan tetapi dapatlah losuhu menerangkan siapakah namanya rekan losuhu yang dikatakan nyeleweng itu?"

Pengakuan pemuda itu membuat ketiga orang hwesio mengeluarkan seruan tertahan saking girangnya hati mereka dan kemudian To Bi Hosiang cepat memberi jawaban.

"Rekan kami yang sudah dikeluarkan dari keanggautaan partai kami dan selama ini menjadi buronan kami itu ialah To Tek Hosiang. Kalau boleh pinceng bertanya, mempunyai hubungan apakah antara sicu dan To Tek Hosiang sehingga pedang pusaka Im-yang-kiam itu kini berada pada sicu?"

Hayhauw kini maklum bahwa ketiga hwesio itu tidak mengandung maksud jahat, maka dengan singkat segera menuturkan pertemuannya dengan To Tek Hosiang, betapa ia bertempur dan terpaksa menjatuhkan tangan maut terhadap hwesio itu demi membela perjuangan rakyat jelata sehingga ia membawa pedang itu.

"Omitohud . . . ", sekali lagi To Bi Hosiang memuji kebeseran nama Budha. "Pinceng atas nama sesepuh Siauwlimpay dan sekalian atas nama seluruh para anggotanya, pinceng mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan sicu yang telah memberi hukuman terhadap manusia sesat yang menodai nama partai kami. Lebih-lebih kami bersyukur setelah mendapat kenyataan bahwa pedang pusaka itu berada pada sicu maka pinceng minta dengan segala hormat supava sicu sudi menyerahkannya dan akan kami kembalikan lagi kepada sesepuh kami yang tentu akan sangat berterimakasih terhadap sicu."

Biarpun Hayhauw sudah yakin bahwa pedang itu menjadi hak mutlak mereka dan ia sendiri wajib mengembalikannya, akan tetapi masih merasa ragu akan kejujuran tiga hwesio

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang kini berada didepannya itu. Ia sangsikan akan pendirian dan mentalitas ketiga hwesio itu, apakah mereka golongan pro atau anti perjuangan seperti To Tek Hosiang. Maka untuk memberi keyakinan yang lebih jelas, berkat kecerdikannya ia tidak segera menyerahkannya pedang yang mereka minta itu, melainkan ia bertanya.

"Losuhu, kenalkah losuhu dengan Ceng Kunhi . . . ?"

To Bi Hosiang nampak heran mendengar pertanyaan sipemuda yang tiba-tiba menyimpang dari persoalan semula itu. Tapi ia menjawab. "Pinceng kenal sih tidak, hanya pinceng tahu bahwa Ceng Kunhi adalah panglima muda dalam pasukan garuda yang menjaga kota Taygoan."

"Benarkah Ceng Kunhi adalah murid dari To Tek Hosiang . . . ?".

Hal itu pinceng pernah dengar juga tapi baik To Tek Hosiang yang sudah dipecat dan tidak diakui sebagai anggota Siauwlimpay maupun Ceng Kunhi yang kami tidak tahu menahu sebagai murid dari siapa, kesemuanya tiada sangkut pautnya dengan kami.

Hayhauw bertanya lagi lebih mendesak. Losuhu sebagai bangsa Han, bagaimanakah pendapat losuhu mengenai sikap Ceng Kunhi yang menghambakan dirinya kepada penjajah asing, dan perjuangan rakyat jelata yang kini sudah berkobar dimana-mana untuk mengusir penjajah losuhu membenarkan pihak yang manakah?"

To Bi Hosiang saling pandang dengan kedua sutenya. Sesaat kemudian hwesio tua itu lalu memberi jawaban kepada Hayhauw. Maaf sicu, hal ini adalah masalah politik negara, kami tak dapat menyatakan betapa pendapat kami pada tempat yang tidak semestinya ini. "Untuk mendapat penjelasan, sicu kami undang kekuil kami dan disana ketua kami tentu akan memberi keterangan yang sejelasnya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cerdik dan waspada juga hwesiotua ini, dikira Hayhauw. Dan betapapun juga dari hasil wawancara ini dapatlah Hayhauw menarik kesimpulan bahwa ketiga hwesio itu adalah golongan pro-perjuaagan. Buktinya, mereka sama sekali tidak kelihatan marah ketika ia tadi menuturkan tentang dibunuhnya To Tek Hosiang dalam membantu perjuangan rakyat jelata. Kalau mereka terdiri dari golongan kontra-perjuangan, tentu sedikitnya mereka akan memperlihatkan reaksi. Sungguhpun demikian namun Hayhauw masih belum merasa cukup puas, ia ingin mengetahui secara lebih mendalam pula bahwa benarkah tiga hwesio itu adalah dari Siauwlimpay ataukah hanya pura-pura saja dengan maksud hendak merebut pedang Im-yang-kiam? Dan untuk mengetahui mereka itu benar dari Siauwlimpay atau bukan, jalan satu-satunya harus menyaksikan permainan pedang mereka, maka ia lalu menyatakan gagasan hatinya ini.

"Losuhu, pedang Im-yang-kiam ini kalau benar menjadi barang pusaka dari Siauwlimpay maka, sewajibnya aku mengembalikannya kepada yang berhak.

Tetapi sebelum pedang ini kuserahkan kepadamu, losuhu harus dapat memenuhi dua macam syarat yang kukemukakan, bersediakah . . . ?"

"Demi untuk membela pedang Im-yang-kiam, syarat apapun yang sicu ajukan tentu akan pinceng penuhi, asal syarat itu tidak melanggar kebajikan serta, perikemanusiaan. Katakanlah."

"Syarat pertama, losuhu dan kawan-kawanmu harus berjanji bahwa lepas dari soal politik negara, kalian mesti membantu menangkap Ceng Kunhi, kalau saja aku sendiri tak berhasil membekuk batang leher manusia keparat itu.

Kembali To Bi Hosiang saling pandang dengan kedua sutenya. Betapapun juga bagi para hwesio ini, syarat pertama yang diajukan oleh anak muda itu merupakan pekerjaan berat. Betapa tidak, mereka maklum bahwa Ceng Kunhi adalah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

panglima muda yang mempunyai bala tentara bukan sedikit. Akan tetapi, meskipun secara rahasia hwesio Siawlimpay yang berdiam dikuil Lianhoksi itu sebenarnya justru adalah pendeta-pendeta berjiwa patriot dan secara diam-diam mereka memberi bantuan yang tak kecil artinya terhadap kesatuan rakyat Tionggipay, maka sungguhpun To Bi Hosiang tidak berani terus terang menyatakan kesediaannya menerima syarat pertama dari anak muda itu namun secara cerdik ia memberikan penyautan.

Kami berjanji akan membantu sedapat mungkin sicu. Asal saja dalam hal ini kami diberi perkenaan oleh ketua kami dikuil Lianhoksi To Gun Hosiang."

"Bagus atas kesediaanmu, sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih. Mudah-mudahan To Gun losuhu dapat diminta pengertiannya dalam hal ini ujar Hayhauw dengan hati puas. Oleh karena mendengar ucapan To Bi Hosiang itu saja dapatlah segera ia menduga bahwa hwesio itu sedikitnya menyimpan rasa benci terhadap Ceng Kunhi, musuh besarnya.

"Sekarang syarat kedua, Losuhu tentu maklum bahwa sehingga pedang Im-yang-kiam berada padaku ini adalah nyawa menjadi taruhanku ketika aku bertempur dengan To Tek Hosiang. Jelaslah, kubuatkan pedang ini secara susah payah, maka sebagai imbalannya losuhu harus susah payah pula mendapat pedang ini dariku."

"Jadi . . . kau menghendaki pedang itu kurebut darimu melalui pertempuran?" tanya To Bi Hosiang sambil dikerutkan.

"Begitulah, losuhu!" Hayhauw mengiakkan pertempuran kumaksudkan bukanlah pertempuran mati-matian secara musuh. Melainkan adalah pertempuran pibu sebagai pembuka persahabatan. Bukankah orang-orang gagah sering mengatakan bahwa melalui pibu dapatlah orang saling mengenal golongan masing-masing?" Dan taruhannya adalah pedang Imyangkian ini".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau sungguh berwatak gagah sicu, akan tetapi cara bagaimanakah pibu yang kau kehendaki?"

"Maaf losuhu bukan sekali-kali aku menyombong diri akan pibu yang kuminta ini. Aku tak lebih hanya mohon sedikit pelajaran dari samwi sekalian."

Jawaban yang merendah dari pemuda itu, dapat dimaklumi oleh To Bi Hosiang bahwa dia bertiga ditantang secara sekaligus oleh anak muda itu sehingga dengan diam-diam, hwesio menganggap anak muda itu sangat sombong. Namun sebagai seorang pendeta yang mengutamakan kesabaran hati To Bi Hosiang tak mengutarakan perasaan menghadapimu seorang?

"Benar, losuhu. Dan ketentuannya, apabila aku kalah sudah logis pedang Im-yang-kiam ini kuserahkan kepada kalian.

"Akan tetapi jika pihak kami yang kalah?" To Bi Hosiang coba memancing.

"Tetap kuserahkan juga pedang ini kepada kalian dan betapapun juga mana ada harapan aku dapat menangkan kalian bertiga?"

To Bi Hosiang menghela napas. "Baiklah sicu. Biarpun sesungguhnya kami merasa kurang pantas maju bertiga namun karena hal ini menjadi syarat yang kau ajukan dan demi membela Im-yang-kiam, baiklah kami maju bertiga memperlihatkan kebodohan kami, hitung-hitung kami merebut pedang itu dari To Tek Hosiang, sendiri. Tapi ingatlah sicu bahwa hal ini bukan sekali-kali sebagai bibit permusuhan.

Han Hayhauw tersenyum dan menggarami "Losuhu bukankah tadi sudah kukatakan bahwa pibu adalah sebagai pembuka persahabatan? Nah, kupersilahkan samwi mulai maju.”

Betapapun juga To Bi Hosiang menjadi penasaran. "Jangankan kami maju bertiga, sedang aku seorang saja

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghadapimu belum tentu kau menang anak muda sombong". Demikian hwesio tua ini berkata didalam hatinya, dan setelah ia memberi isyarat kepada kedua sutenya, ia berkata pula terhadap pemuda penantangnya itu: “sicu, pinceng tentukan bahwa batas pibu ini, selama seratus jurus dan kami bertiga akan berusaha mengambil pedang Im-yang-kiam dari pinggangmu. Jikalau pedang itu selama seratus jurus ternyata tak dapat kami ambil maka kami kalah menerima kalah. Akan tetapi bagaimana seandainya kami sampai salah tangan dan pedang kami secara tak sengaja melukai dirimu?"

Han Hayhauw tersenyum "aku terima batasan yang losuhu tentukan dan terima kasih atas kekhawatiran nyasarnya pedang yang memang tak bermata itu. Tetapi percayalah bahwa selama seratus jurus aku akan menjaga pedang Im-yang-kiam dan diriku baik-baik."

"Bagus!" seru To Bi Hosiang dan ketika mana ketiga hwesio itu telah menghunus pedang mereka dan membuat gerakan mengurung. Adapun Hayhauw juga sudah siap siaga tangan kiri menyekal erat-erat gagang pedang Im-yang-kiam yang tergantung di pingganya dan tongkat ditangan kanannya sudah disilangkan didepan dada, menanti datangnya serangan.

To Bi Hosiang maklum bahwa anak muda itu tak mau menyerang lebih dulu, sambil berseru ”sicu kami mulai menyerang. Awaslah pedang!” hwesio tua ini lalu menyabetkan pedangnya kearah leher Hayhauw sebagai pembuka serangan.

Melihat datangnya sambaran pedang yang amat cepat dan kuat ini, diam-diam Hayhauw harus mengakui bahwa lawan-lawannya benar-benar memiliki kepandaian tinggi dan ia harus berlaku hati-hati untuk menghadapinya. Maka tanpa berlaku segan-segan lagi ia gerakkan tongkatnya, dan menangkis dengan gerakan tongkat menentang. To Bi Hosiang ketika

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa betapa pedangnya terbentur oleh tongkat sianak muda itu, dan seakan-akan tertendang kembali, merasa kaget dan maklum bahwa anak muda itu memiliki tenaga Iweekang yang amat kuat, maka ia lalu menggerakkan pula pedangnya dengan cepat melancarkan serangan susulan, ditiru oleh kedua sutenya sehingga tak lama kemudian Hayhauw di keroyok oleh tiga batang pedang yang digerakkan, secara hebat.

Kalau mau dibandingkan kepandaian To Bi Hosiang dengan To Tek Hosiang, maka To Bi Hosiang adalah lebih bawah dua tingkat. Akan tetapi oleh karena To bi Hosiang kini maju bertiga, maka betapapun juga mereka merupakan lawan berat bagi Hayhauw. Mereka mengurung dan mengeroyok anak muda itu dari tiga jurusan. Kalau yang seorang memancing dari depan maka yang seorang lagi berusaha untuk merampas pedang Im-yang-kiam dari pinggang Hayhauw. Baiknya Hayhauw berginkang tinggi sehingga ia dapat berlaku gesit selain ia dapat mematahkan serangan-serangan pedang lawan dengan tongkatnya yang digerakkan secara luar biasa, juga ia dapat pula mengirim serangan balasan tak kurang hebatnya.

Demikianlah, dalam waktu sebentar saja, pertarungan satu lawan tiga itu sudah mencapai kebabak lima puluh jurus dan selama mana puaslah hati Hayhauw karena kini ia sudah dapat menyaksikan pergerakan dan perkembangan ilmu pedang dari ketiga lawannya. Sekarang jelaslah baginya bahwa ketiga hwesio itu adalah benar-benar dari Cabang Siauwlimpay, karena ilmu pedang yang dimainkan sedikitpun tak beda dengan ilmu pedang yang dimainkan oleh To Tek Hosiang yang pernah dihadapi pada tiga hari yang lalu, sehingga sesudah mendapatkan keyakinan ia merasa rela untuk menyerahkan pedang Im-yang-kiam kepada mereka. Sebaliknya ketiga hwesio itu terutama To Bi Hosiang merasa penasaran sekali karena sesudah lima puluh jurus, belum juga usaha mereka berhasil. Jangankan, untuk merenggut pedang Im-yang-kiam dari pinggang anak muda itu, sedangkan untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendekati saja teramat sulit disebabkan pertahanan tongkat yang dipermainkan oleh anak muda itu sangat kuat, bagaikan benteng baja yang kokoh. Oleh karena itu To Bi Hosiang segera memberi isyarat kepada sutenya, maka ketiganya segera mengeluarkan tipu-tipu pedang Siauwlim kiamhoat yang amat lihay dan mengepung lebih rapat serta merangsak anak muda itu dengan serangan-serangan pedang mereka lebih gencar. To Bi Hosiang, yang sudah sesumbar tadi bahwa ia bersama dua sutenya akan merebut pedang Im-yang-kiam dalam seratus jurus, akan memalukan sekali kalau omongannya ini tidak sampai terlaksana, maka itulah sebabnva ketiga hwesio ini sama mengambil keputusan bahwa dalam sisa waktu yang lima puluh jurus lagi ini mereka hendak benar-benar membuktikan perkataan To Bi Hosiang tadi.

Melihat perubahan serangan dari ketiga lawannya Hayhauw maklum bahwa kini ia tidak boleh bersikap bertahan saja. Disamping mempertahankan nama dan Im-yang-kiam yang mereka akan rebut dalam lima puluh jurus yang mendatang ini, juga ingin memperlihatkan kelihaiyannya terhadap mereka terutama terhadap To Bi Hosiang yang tadi pernah sesumbar. Maka bagi anggapan Hayhauw hwesio tua terlalu memandang rendah terhadap dirinya. Tiba-tiba pemuda ini berseru keras dan tubuhnya yang dikurung rapat oleh ketiga lawannya lalu meloncat keatas dan menerjang dari atas dengan tongkatnya kearah kepala To Bi Hosiang yang gundul kelimis itu. Dalam sekejap mata saja anak muda ini sudah dapat mengimbangi perubahan serangan para lawannya. Kalau tadi ia memang sengaja hanya bertahan saja dengan memainkan ilmu tongkatnya bagian yang lambat untuk menghemat tenaga dan napas, adalah sekarang telah mengeluarkan ilmu tongkatnya yang bersifat menyerang disertai gerakan-gerakan yang gesit dan ginkangnya yang hebat, sehingga kini dialah yang menyerang karena sambil tubuhnya berkelebat kian kemari, ia dapat memecahkan kepungan ketiga lawannya, dan menyerang mereka berganti-ganti! Akan tetapi ketiga hwesio

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siauwlimpay dari kuil Lionhoksi itu bukanlah orang-orang lemah, selain memiliki ilmu kepandaian tinggi dan keuletan yang luar biasa, mereka juga mempunyai pengalaman tempur yang luas, hingga tidak mudah dibuat kecil begitu saja oleh perubahan gerakan Hayhauw. Biarpun sudah berpencar dan kedudukan mereka tidak bersifat mengurung lagi, namun karena Hayhauw harus menyerang ketiga tiganya secara bergantian, maka datangnya serangan itu berkurang cepatnya sehingga mereka tidak terlalu terdesak dan masih dapat menangkis dengan baik, hanya saja mereka kini agak sulit untuk balas menyerang disebabkan gerakan anak muda itu benar-benar melebihi kecepatan mereka.

Pertempuran hanya tinggal tiga puluh Iur jurus lagi dari pada batas yang sudah ditentukan oleh To Bi Hosiang tadi dan Hayhauw merasakan bahwa ketiga hwesio itu luarbusa uletnya. Biarpun sekarang ia menjadi pihak penyerang, namun serangan-serangannya selalu dapat dipatahkan lawan dan kalau terus-terusan begini, maka dia sendirilah yang akan jadi payah kehabisan tenaga karena ia harus mengeluarkan tenaga tiga kali lipat dari pada tenaga yang dikeluarkan oleh masing-masing lawannya. Maka ia lalu mencari akal dan berkat kecerdikannya ia segera mendapatkan siasat, tiba-tiba ia berubah lagi gerakan serangannya.

Kini ia tidak lagi, menyerang secara bergantian kepada tiga orang lawannya, melainkan mendesak To Li Hosiang, hwesio paling muda yang sudah diketahuinya paling lemah diantara ketiga hwesio itu. Ia merangsak terus serta mengirim serangan langsung bertubi-tubi, kepada To Li Hosiang. Hwesio muda ini yang tidak menyangka akan mendapat serangan bertubi-tubi, karena tadinya anak muda itu hanya memberi bagi sesekali atau sejurus serangan lalu berpindah menyerang yang lain, menjadi sibuk sekali. Setelah dapat dan berhasil menangkis tiga kali, serangan berturut-turut, serangan keempat, yang dilakukan luar biasa dan cepat seskali, tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat ia tangkis sehingga pundak kanannya kena ditotok oleh ujung tongkat sianak muda yang hebat itu.

To Li Hosiang terhuyung kebelakang dan pedangnya terlepas dari pegangan tangannya yang menjadi lumpuh. Dengan meringis kesakitan hwesio muda ini lalu melompat keluar dari kalangan pertempuran karena tangan kanannya terkulai lumpuh tak dapat digerakkan lagi.

To Bi Hosiang dan To Gi Hosiang melihat To Li Hosiang diluar kalangan sambil meringis, tanda bahwa dia mengaku kalah, menjadi tercengang dan mereka sangat menyesal sekali tak dapat membela sute mereka disebapkan serangan sianak muda yang berubah secara tiba-tiba itu tak mereka sangka sehingga To Li Hosiang kena ditotok. Disamping merasa kagum akan kelihayan pemuda itu pun sangat merasa penasaran sehingga mereka mengirim serangan-serangan yang sangat nekat seakan-akan mereka lupa bahwa pertempuran itu hanya berupa pibu. Akan tetapi, dengan mengeroyok bertiga saja mereka tak mampu mendesak Hayhauw, jangankan untuk merenggut pedang Im-yang-kiam dari pegangan sianak muda sedangkan pedang mereka satu kalipun belum sempat menyentuh pakaian lawan yang masih sangat muda namun demikian lihay, maka apalagi kini mereka maju hanya berdua dan biarpun serangan-serangan mereka dapat dikata setengah kaIap, namun mereka harus mengaku bahwa sianak muda itu benar-benar sangat tangguh.

Dalam jurus yang kedelapan puluh lima, To Gi Hosiang berhasil mengeluarkan tangannya dan hendak merenggut pedang Im-yang-kiam. Ia melakukan hal ini dari belakang sianak muda, yang tengah meladeni rangsakan To Bi Hosiang, sehingga anak muda itu tampak lengah. Ketika tangan kirinya sudah hampir menangkap sarung pedang Im-yang-kiam yang segera akan ditariknya supaya talinya yang membelit dipinggang Hayhauw menjadi putus, sedangkan pedang yang ditangan kanannya mengambil posisi mengancam, akan tetapi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sungguh diluar sangkaannya sama sekali bahwa ketika itu tongkat sianak muda setelah dipergunakan menangkis pedang To Bi Hosiang yang ada didepannya, telah diputarkan secara langsung kearah belakang dan membentur pedang bersamaan tangan kirinya yang dimiringkan menyabet kesamping. Benar-benar Hayhauw seperti mempunyai mata dibelakang tubuhnya, ia dapat melakukan gerakan yang tepat untuk mematahkan serangan lawan dari belakang, sehingga To Gi Hosiang sangat terkejut ketika pedangnya dibentur oleh tongkat, tangan kirinya cepat ia tarik kembali karena kalau tidak, besar kemungkinan tulang lengannya akan menjadi patah disabet pukulan sianak muda yang sudah diketahuinya memiliki tenaga Iwekang luar biasa kuatnya itu.

To Gi Hosiang cepat melompat mundur karena kuatir bahwa lawan muda itu akan menyusul dengan serangan yang tak terduga dan benar saja ketika itu Hayhauw telah memutar tubuh cepat sekali dan tongkatnya tahu-tahu menyambar mengarah lambung. Meskipun To Gi Hosiang sudah menduga namun tak urung menjadi gugup juga, ia cepat menangkis dengan pedangnya akan tetapi pedang itu hanya menangkis tempat kosong karena tahu-tahu tongkat pemuda itu sudah pindah arah dan kini dengan gerakan mencongkel mengancam selangkangnya. Ia cepat meloncat untuk menghindarkan selangkangannya dari serangan yang berbahaya itu, akan tetapi justru karena ia meloncat, maka ujung togkat Hayhauw jadi menyentuh tulang dengkul kaki kirinya. Sambil mengaduh kesakitan To Gi Hosiang jatuh dalam keadaan duduk dan ternyata dengkul kirinya terkilir mendatangkan rasa sakit bukan main.

Setelah berhasil membuat To Gi Hosiang tak berdaya, Hayhauw cepat menghadapi To Bi Hosiang pula yang memang memiliki kepandaian paling tinggi, sehingga sampai jurus yang kesembilan puluh lima, hwesio itu masih dapat bertahan. Sesungguhnya ketika itu To Bi Hosiang suda merasa payah karena setelah kedua kawannya kalap dan ia sendiri terus

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

didesak secara hebat, betapa mungkin ia dapat membuktikan omongan takaburnya tadi dalam waktu yang hanya tinggal lima jurus lagi saja itu. Oleh karena itu tanpa mempedulikan perasaan malunya, hwesio tua ini cepat melompat menjauhi serangan Hayhauw sambil berkata nyaring.

"Sicu, tahan tongkatmu! Pinceng mengaku kalah”.

Han Hayhauw menghentikan permainan tongkatnya dan memandang kepada To Bi Hosiang yang sudah berdiri agak jauh didepannya.

"Losuhu aku yang muda merasa berterima kasih sekali karena ternyata samwi sangat murah hati dan banyak mengalah".

To Bi hosiang menghela napas. Setelah menyarungkan pedangnya kembali dan setelah menyusut keringat yang membasahi wajah dan kepala gundulnya, sambil tubuh agak dibungkukkan berkata: "Sicu, ilmu tongkatmu benar-benar sangat hebat dan dilihat dari perkembangannya sungguh sama dengan ilmu tongkat Tiong Sin Tojin! Mungkinkah kau adalah murid tunggalnya sebagaimana kata orang tua itu ketika beberapa hari yang lalu dia mampir kekuil kami?".

Pertanyaan dan pernyataan hwesio tua itu pada Hayhauw berdebar girang, "Jadi, losuhu kenal dengan Tiong Sin Tojin . . . ?" tanyanya segera dengan wajah berseri.

"Pinceng bukan saja kenal, bahkan orang tua gagah itu adalah seorang kawan seperjuangan kami!"

Gembira hati Hayhauw tak terkatakan maka serta merta ia bertindak kedepan dan sambil mengayunkan pedang Im-yang-kiam kepada hwesio itu yang sudah jelas baginya adalah merupakan orang segolongan atau sehaluan, sehingga ia tak perlu mesti bersangsi lagi seperti semula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Losuhu, terimalah pedang pusaka ini yang menjadi hak Siauwlim ini. Maafkanlah atas kelancangan dan kekurangajaranku barusan."

Dengan sikap yang penuh hormat To Bi Hosiang menerima pedang dengan kedua tangannya dan ketika itu To Gi Hosiang yang pundak dan tangan mereka sudah sembuh pengaruh totokan tongkat Hayhauw tadi sudah berdiri dikedua sisi suheng mereka, dan mereka sama-sama bersikap hormat tatkala pedang Im-yang-kiam diterima oleh To Bi Hosiang.

"Sicu, pinceng atas nama cabang persilatan Siuawlim mengucapkan beribu-ribu terimakasih atas kemulyaan hatimu", ujar To Bi Hosiang sambil kedua tangannya menggenggam erat-erat pedang Im-yang-kiam yang di palangkan didadanya, seakan-akan takut direbut orang lagi. "Dan kalau pineng boleh mengetahui benarkah bahwa sicu ini murid tunggal Tiong Sin Tojin sitongkat sakti dari Ngotaysan . . . ?"

"Tak salah, Losuhu, dan namaku yang rendah adalah Han Hayhauw, sehingga losuhu tak perlu menyebutku dengan sebutan sicu-sicuan segala! Maaflah karena baru sekarang aku memperkenalkan nama yang tiada artinya ini!".

To Bi Hosiang tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Hebat-hebat! sitongkat sakti telah mempunyai seorang murid yang begini gagah perkasa dan gagah berani, benar-benar kami merasa bangga dan berarti pihak kita telah ditambah satu tenaga yang kuat bagi perjuangan yang kita sedang hadapi!”

Akhirnya, atas ajakan To Bi Hosiang, Hayhauw mengikuti ketiga hwesio yang berjalan menuju kekuil Lianhoksi. Disepanjang perjalanan Han Hayhauw banyak mendengar cerita To Bi Hosiang tentang letak kuil Lianhoksi diluar kota Thaygoan tentang pergerakan Tiong Gi pay dan tentang Ceng Kunhi yang selain bertindak selaku panglima muda dalam "Pasukan Garuda", juga merangkap sebagai algojo yang amat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kejam sehingga panglima muda she Ceng itu mendapat julukan Cioliamlo atau Simalaikat Elmaut tertawa!

Segala yang dituturkan oleh To Bi Hosiang tentu saja merupakan tambahan pengertian baru bagi Hayhauw yang masih belum berpengalaman, dan ketika anak muda ini mendengar betapa watak Ceng Kunhi yang menjadi musuh besarnya, membuat ingin cepat-cepat sampai dikota Thaygoan! Ia merasa tak sabaran berjalan-jalan dengan ketiga hwesio yang melangkahkan kaki mereka secara lenggang kangkung itu, maka ia lalu mengajak mereka berjalan sambil berlari. Dan begitulah empat orang itu berlari seperti membalap, dan kenyataannya ketiga hwesio itu jadi kepayahan dan tertinggal jauh oleh anak muda itu, sungguhpun mereka sebenarnya sudah mengerahkan segenap ilmua lari cepat yang mereka miliki.

Demikianlah, dua hari kemudian keempat orang itu sudah sampai dikuil Lianhoksi. Kuil ini bangunannya tidak seberapa besar dan letaknyapun amat terpencil dari kelompok perumahan penduduk. Disebelah kanannya terdapat sebuah hutan kecil yang banyak ditumbuhi pohon cemara, dibelakangnya merupakan tanah lembah dan disebelah kirinya terbentang luas tanah sawah gersang dibakar musim kemarau. Adapun didepan kuil Lianhoksi itu terdapat sebuah jalan yang kalau orang terus mengikuti jalan ini kearah timur, maka akan sampai dikota Thaygoan. Jalan ini sebenarnya merupakan jalan raya yang amat hidup karena sering dilalui para penduduk dusun sekitarnya yang membawa hasil pertanian mereka untuk dijual dikota Thaygoan. Akan tetapi Hayhauw bersama tiga hwesio tiba disitu, keadaan jalan raya ini amat sunyi, tidak kelihatan orang berlalu lalang disebabkan gentingnya suasana dalam pergolakan. Penduduk dusun sekitarnya sudah pergi mengungsi kedaerah pedalaman, hanya para hwesio penghuni kuil Lianhoksi itu saja yang masih tetap tinggal disitu, bahkan para hwesio ini masih dapat bebas berlalu lalang kian kemari, malah kedalam kota Thaygoan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dimana penduduk umumnya selalu dicurigai oleh pihak "Pasukan Garuda", para hwesio dari kuil Lianhoksi ini dapat keluar masuk kota tanpa mendapat gangguan.

Selaku ketua Lianhoksi adalah seorang hwesio yang sudah tua bernama To Gun Hosiang. Adapun pendeta-pendeta bawahannya adalah To Lek Hosiang situkang sesapu. To Gi Hosiang situkang masak dan ketiga hwesio lainnya yang pembaca sudah mengenalnya, yaitu To Bi, To Li, dan To Gi Hosiang, yang mempunyai tugas bergerak diluaran. Tiga hwesio yang belakang ini sering mendatangi para hartawan dikota Thaygoan untuk minta derma dengan alasan yang mereka kemukakan untuk membiayai kuil Lianhoksi. Oleh karena sikap mereka tampak netral, maka sampai begitu lama mereka belum dicurigai oleh pihak pembesar penjajah setempat, bahkan para balatentara Mongol sangat menghormat terhadap biarawan-biarawan dari Lianhoksi ini, padahal pada lahirnya saja mereka bersikap seperti netral, seperti tidak turut campur dengan segala urusan dunia, sedangkan keadaan sebenarnya, hwesio-hwesio dari cabang Siauwlimpai ini rata-rata memiliki jiwa patriot yang gagah dan tentu saja dalam perjuangan yang sedang berkecamuk itu mereka memihak perjuangan rakyat jelata. Mereka merupakan tokoh-tokoh pendukung dan pembantu yang aktif sekali bagi kesatuan Tiong-gi-pay, yang hasil derma sebagian besar mereka sumbangkan kepada perkumpulan pejuang itu. Hanya keaktifan mereka dilakukan sedemikian aktif dan rapi, sehingga itulah sebabnya mereka selama ini belum dicurigai oleh pihak pemerintah penjajah. Hanya waktu paling belakang saja, selelah kesatuan Tiong gi pay nampak makin kuat dan sudah beberapa kali menyerbu dan mengancam kota Taygoan sehingga mengakibatkan kerugian tak sedikit bagi pihak "Pasukan Garuda", maka pemerintah penjajah setempat secara diam-diam mulai mengadakan pengawasan terhadap gerak-gerik para hwesio penghuni kuil Lianhoksi itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pintu depan kuil Lianhoksi tertutup rapat ketika Hayhauw yang dibawa oleh To Bi Hosiang tiba disitu. To Bi Hosiang mengajak anak muda itu masuk dari pintu belakang dan ketika mereka melalui samping kuil tersebut, Hayhauw mendengar dari dalam kuil suara orang membaca liamkeng (doa).

"Toasuhu dan kawan kawan sedang sembahyang, silahkan kau duduk disini sebentar" kata To Bi Hosiang yang mempersilahkan Hayhauw menunggu diruang dapur. Dan pada saat selanjutnya Hayhauw duduk diruangan dapur itu seorang diri, karena ketiga hwesio yang datang bersamanya tadi telah memasuki kuil dan agaknya mereka turut sembahyang.

Hayhauw merasa terlalu lama duduk menunggu disitu, sedangkan hatinva ingin cepat-cepat mencari Ceng Kunhi musuh besarnya.

"Daripada aku berdiam diri lama-lama sehingga membuang waktu percuma, lebih baik aku pergi jalan-jalan dulu kekota Thaygoan, barangkali saja aku bisa menemukan sisetan bermata juling!" demikian anak muda itu berkata didalam hatinya sendiri, tetapi untuk sesaat ia merasa ragu oleh karena sudah dapat menduga, bahwa memasuki kota Thaygoan bukanlah suatu hal yang mudah, tentu ia akan banyak menemukan kerewelan-kerewelan dari bala tentara yang menjaga ketat kota tersebut, merupakan seorang yang masih sangat asing, sehingga dirinya sudah tentu takkan lepas lari pada kecurigaan! Bagaimana akal . . . ? Berkat kecerdikan yang dimilikinya sejak kecil segera ia mempunyai akal. Demikianlah, sebelum ia pergi meninggalkan ruangan dapur kuil Lianhoksi itu, terlebih dulu ia pakai baju penuh tambalan yang dibekalnya dari Ngotaysan. Buntalan pakaiannya ia tinggalkan diatas bangku bekas tempat duduknya sebagai tanda bagi para hwesio bahwa ia akan kembali lagi kesitu kalau para hwesio itu mencarinya. Dari kuil Lianhoksi ia berjalan menelusuri jalanan yang mengarah ketimur. Sebelum

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia memasuki kota Thaygoan, wajah dan rambutnya dikotori debu dan ikatan rambutnya sengaja dilepaskan sehingga rambut yang kotor itu riap-riapan menutupi wajahnya yang kotor pula. Benar-benar ia sangat mirip jembel yang jorok!

Benar saja siasat ini berhasil seperti apa yang ia kehendaki. Dengan pura-pura gila dan ngacobelo sambil memukul mukul batu-batu koral dengan ujung tongkatnya, anak muda yang cerdik dan memiliki keberanian luar biasa ini dapat berjalan memasuki kota dengan seenaknya dan para prajurit yang menjaga sama sekali tidak mengacuhkannya! Sambil ketawa ia hahehe mulut "gilanya" memaki maki ”sikeparat! juling" dan kemudian la menukil sebuah arca singa-singaan hingga hancur. Yang membuat arca batu singa-singaan, bukan oleh pukulan tongkatnya. melainkan oleh pukulan Pha Cok seng! hun ciang yang dilancarkan oleh tangan kirinya secara diam diam dan inilah kemudian yang menarik perhatian seorang komandan penjaga yang menaruh curiga serta menganggap satu penghinaan bagi panglima mudanya. Dari komandan inilah Hayhauw jadi dapat memancing dimana adanya musuh besarnya dan bagaimana kejadian yang dialaminnya oleh Han Hayhauw selanjutnya, betapa ia dikeroyok oleh para perwira "pasukan! Garuda" dan berhadapan dengan Kulangcha si panglima tua yang bersenjatakan bulan bintang yang berhasil dipermainkannya itu dan akhirnya disebabkan ia tidak dapat menjumpai musuh besar yang dicarinya betapa kemudian ia "melarikan diri", dikejar oleh Kulangcha dan disusuli oleh Ceng Kunhi yang menunggang kuda sebagaimana pertama dalam cerita ini. Pembaca tentu belum lupa, bukan?

oooooocoOdwOoooocooo

Ceng Kunhi terus membalapkan kudanya mengejar dan hatinya terus bertanya-tanya "Siapakah jembel muda lihay yang tak mau memberitahukan namanya itu ? Dan mengapa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

secara sangat kurangajar berani menghina dan mencari nya ....... ? "

Kemudian Kulangcha yang berlari duluan dapat disusulnya dan napas panglima tua bangsa Mongol itu sudah terengah-engah sehingga kemudian panglimatua ini lalu di "bonceng" oleh Ceng Kunhi dan benar benar kuda tungganngan itu kuat luarbiasa, biarpun ditunggangi oleh dua orang, ia masih kuat berlari cepat seperti terbang, sungguhpun dari mulut dan lobang hidung nya sudah mengeluarkan busa putih.

Ketika itu Hayhauw sucah tiba pula dikuil Lianhoksi dan ia mendapat kenyataan bahwa para hwesio masih belum ada yang keluar. Dari dalam kuil masih terdengar suara liankeng yang penuh khidmat. Hayhauw tidak berani membuat berisik dan oleh karena ia merasakan badannya amat gerah, maka setelah mengambil buntalan pakaiannya ia lalu mencari tempat mandi untuk membersihkan tubuhnya yang bau keringat serta wajah dan rambutnya yang sengaja dikotori debu tadi. Akan tetapi disekitar kuil itu ternyata ia tidak menemukan kamar mandi, dan kemudian ia melihat bahwa dari belakang kuil tersebut terdapat sebuah jalan kecil menurun kearah lembah. Seperti ada yang menunjukkan, maka Han Hayhauw lalu mengikuti jalan itu dan setelah berjalan jauh menuruni lembah, kemudian ternyata didasar lembah yang dalam itu ia dapatkan sebuah gubuk keci1 tempat pemandian yang airnya bersumber dari sebuah lubang didinding tebing jurang itu. Airnya begitu jernih dan sejuk sehingga Hayhauw setelah mandi disitu merasakan tubuhnya sangat segar. Ia sekalian pula mencuci pakaian yang sudah kotor. Ya, sejak ia turun gunung, baru kali inilah ia mencuci pakaian. Sambil menunggu cuciannya kering dibawah jemuran matahari, ia duduk dibawah sebatang pohon sambil merasakan kemendongkolan hatinya oleh karena tadi ia tidak sempat bertemu dengan musuh besarnya. Pikirannya bekerja keras untuk mencari akal bagaimana ia bisa mencari Ceng Kunhi sampai bertemu tanpa menjumpai banyak rintangan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari "batu-batu koral" yang tak berguna itu. Akan tetapi sebelum akal yang dicarinya itu diperoleh, tiba-tiba jalan pikirannya membelok kelain arah jadi menyeleweng melamunkan dara jelita yang selama ini sudah membuat hatinya selalu gandrung sampai tersengsam. Lagi-lagi wajah dara itu terbayang didepan matanya, tersenyum manis kepadanya membuat hatinya seperti dikitik-kitik. Anteng dan asyik ia melamunkan dara yang sudah merenggut hatinya itu, dan memanglah lagi seorang pemuda yang baru mengangkat dewasa seperti Hayhauw tak ada kenikmatan sehingga anteng dan asyik seperti terpukau dari pada melamunkan dara yang dicintainya, sungguhpun cintanya itu hanya baru berupa cinta sepihak belaka.

Angin d lembah itu bersilir-silir perlahan dan seperti biasa, apabila seorang habis mandi diwaktu tengah hari dimusim panas, mula-setelah baru rnandi memang ia rasakan segar, tetapi kemudian rasa segar itu lalu berubah menjadi lesu, ditambah lagi tiupan angin yang bersilir-silir, maka agaknya sudah menjadi sifat alam kalau orang itu didatangi perasaan mengantuk. Demikianlah apa yang dialami oleh Hayhauw ketika itu, lamunan yang tengah ia nikmati itu sudah beberapa kali diganggu oleh kuapan matanya perlahan-lahan mulai menyipit seakan akan kelupak matanya merasa berat diganduli perasaan mengantuk yang merangsangnya. Ditambah lagi sejak turun gunung memang Hayhauw boleh dibilang sangat kurang tidur, maka tanpa dapat dikuasai pula akhirnya ia tenggelam dalam kepulasan, tidur nyenyak sambil punggung dan kepalanya disandarkan sebatang pohon. Entah berapa saat lamanya ia tertidur, suasara yang sepi jempling sedikitpun tak terusik suara gaduh dan ribut yang terjadi diatas lembah curam itu, yaitu kegaduhan dan keributan yang terjadi didalam kuil Lianhoksi selama Hayhauw tidur lelap.

Kulangcha vang dibonceng oleh Ceng Kunhi menunggang kuda yang melakukan pengejaran terhadap Hayhauw tadi, akhirnya sampailah didepan kuil Lianhoksi. Mereka tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berani melakukan pengejaran terus karena maklum bahwa apabia mereka terus mengejar sampai jauh kedalam pedesaan, bahaya sekali. Maka Ceng Kunhi menghentikan kuda tunggangannya persis didepan kuil itu. Mereka meragukan bahwa pemuda lihay tadi berlari terus menuju kepedesaan sangat mungkin ia mampir dan sembunyi didalam kuil ini, demikian pikir kedua panglima itu menduga-duga. Apalagi para hwesio penghuni kuil Lianhoksi itu pada waktu paling akhir sudah berada dibawah pengawasan mereka, sudah diincar bahwa para pendeta yang selama ini kelihatan bersikap netral dan "non aktip" itu, harus dicurigai. Berdasarkan kecurigaan inilah, mereka merasa berhak untuk menggeledah seisi kuil itu, dengan alasan yang utama mencari si-pengemis muda lihay yang telah membuat kekacauan tadi.

Ceng Kunhi dan Kulangcha turun dari kuda dan keduanya segera mengetuk daun pintu itu. Berkali kali mereka mengetuk, tetapi sampai beberapa saat lamanya mereka menanti dan pintu itu belum juga dibukakan, hilanglah sabar mereka sehingga akhirnya mereka menggedor pintu itu dengan menggunakan kaki-kaki mereka yang bersepatu. Namun belum juga pintu itu dibukakan orang dari dalamnya. Ketika itu para serdadu yang tadi mengikuti Kulangcha mengejar, telah tiba disitu. Mereka yang tiba hanya sebagian saja, karena yang sebagian lagi mogok ditengah jalan, tak kuat berlari dari kota Thaygoan kekuil Lianhoksi yang jauhnya kurang lebih duapuluh li itu. Sedangkan yang mampu berlari sehingga sampai dikuil tersebut, mereka sudah payah keadaannya, nafasnya hampir habis.

Kulangcha marah sekali karena pintu kuil itu belum juga dibuka, dan ketika ia melihat bahwa para serdadu anak buahnya sudah datang, segera ia mengeluarkan perintah untuk mengurung kuil tersebut sehingga dalam sekejap saja seputar kuil Lianhoksi sudah dikurung oleh para serdadu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ceng Kunhi dan Kulangcha menendang-nendang lagi daun pintu kuil sambil mulut mereka berteriak-teriak: "Buka pintu! Buka! Kami panglima dari Pasukan Garuda datang . . . !"

Dan, akhirnya pintu itu terbuka juga bersamaan munculnya To Lek Hosiang. Hwesio situkang sapu yang berbadan tinggi kurus dan sepasang matanya yang sipit itu nampak lemah lembut akan tetapi beisinar tajam sekali. Begitu tajam dilihatnya bahwa yang berdiri dihadapannya adalah dua orang panglima dari "Pasukan Garuda", To Lek Hosiang sambil berseri lalu membungkukkan tubuh sedikit dan tangannya terangkat kedada sebagai penghormatan untuk menyambut kedatangan kedua tamu yang nampak marah-marah itu.

"Oh, kiranva yang datang adalah jiwi ciang kun. Maaf-maaflah atas kelambatan pinceng membukakan pintu sehingga membuat jiwi ciangkun lama menantinya"

"Memang kami sudah lama menanti, hampir saja hilang sabar dan akan kami dobrak pintu ini!" Ujar Ceng Kunhi, yang bukan saja tidak membalas penghormatan hwesio itu, malah perkataan yang diucapkannya sangat kasar dan bernada dingin.

Maklum bahwa panglima muda itu adalah seorang yang berwenang dan sering melakukan wewenangnya secara sewenangnya. To Lek Hosiang makin membungkukkan tubuhnya sambil bersoja-soja dan irama katanyapun halus sekali tatkala ia mengucapkan.

"Maaf, maaf. Pinceng yang sudah tua dan pikun ini mengaku telah membuat kepala yang sangat besar. Akan tetapi bolehkah pinceng mengetahui maksud kunjungan jiwi yang terhormat ini!"

Kulangcha menjawab tegas. "Losuhu, kami akan memeriksa kuil ini!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

To Lek Hosiang nampak kaget. "Akan jiwi periksa kuil kami ini? Pinceng takkan merasa keberatan, asal saja terlebih dahulu pinceng ketahui alasan yang menjadi dasarnya."

"Kami sedang mengejar seorang pemuda buronan yang telah membuat kekacauan dikota, dan pada sangkaan kami dia bersembunyi didalam kuil ini!" Kulangcha menerangkan.

To Lek Hosiang mengerutkan kening ketika memberi keterangan yang sesungguhnya.

"Harap jiwi percaya bahwa didalam kuil ini tidak ada seseorang dari luar kecuali para pendeta tetap penghuni kuil ini yang tentu jiwi sudah mengenalnya. Sesungguhnya orang yang jiwi cari itu sama sekali tidak pinceng lihat."

Memang To Lek Hosiang benar-benar tidak pernah melihat orang luar yang memasuki kuil itu, karena ketika Hayhauw yang datang bersana tiga kawannya tadi ia sedang sembahyang bersama ketua kuil dan seorang kawannya lagi pendeta si juru dapur didalam kamar khusus tempat sembahyang. Sedangkan To Bi Hosiang bertiga masuk tadi belum sempat menceritakan apa-apa karena mereka terus turut sembahyang. Inilah sebabnya maka apa yang dikatakan hwesio itu terhadap Kulangcha dan Ceng Kunhi adalah keterangan yang sebenarnya.

"Betapapun juga, kami akan memeriksa kuil ini!" kata Ceng Kunhi keras dan panglima muda ini tanpa mengacuhkan To Lek Hosiang yang masih berdiri diambang pintu seakan-akan menghedakinya, lalu bertindak memasuki kuil dan agaknya ia sengaja akan menendang. Hwesio itu cepat melangkah mundur dan kemudian ia berdiri lagi dimulut pintu yang menuju ruangan tengah, yaitu ruangan khusus tempat sembahyang.

Dan ketika Ceng Kunhi yang dibuntut oleh Kulangcha hendak masuk keruangan sembahyang itu secara paksa,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hwesio itu melintangkan tangannya kekanan kiri sambil berkata dengan nada tetap halus.

"Maaf ciangkun, untuk sementara pinceng tak mengijinkan jiwi memasuki ruangan sembahyang ini! Ketua kuil bersama-sema kawan pinceng sedang bersembahyang dan tak boleh diganggu. Kalau dapat, pinceng minta dengan hormat, harap jiwi sabar menanti sebentar, sampai selesai mereka sembahyang".

Karuan saja cegahan hwesio ini membuat kedua perwira tinggi makin curiga dan memperkuat sangkaan mereka bahwa didalam ruangan itu pasti bersembunyi pemuda yang mereka kejar. Melihat pintu yang menjurus ruangan sembahyang itu tidak tertutup dan hanya dialingi kain muili (tirai), Ceng Kunhi sama sekali tak mau mengindahkan perintah To Lek Hosiang. Secara kasar sekali ia menampar tangan kanan To Lek Hosiang yg dihalangkan itu dan dengan cepat ia melompat masuk. Akan tetapi gerakan To Lek Hosiang lebih cepat lagi, tangan kanannya yang ditampar tadi segera diputarkan kebawah dan menangkap lengan kiri panglima muda itu yang lalu digentakkannya kedepan sehingga tubuh Ceng Kunhi jadi tertarik mundur kembali dalam keadaan setengah terhuyung. Bersama dengan itu Kulangcha juga tidak tinggal diam, panglima tua ini telah menggerakkan tubuhnya, mencoba masuk pula melalui jalan disebelah kiri tubuh To Lek Hosiang, bahkan sambil menyerobot masuk tangan kirinya mengirim serangan berupa totokan kearah lambung pendeta itu. Akan tetapi To Lek Hosiang cukup waspada, maklum, bahwa panglima bangsa Mongol itu hendak memaksa masuk sambil mengirim serangan keji. Ia segera menggerakkan tangan kirinya, dengan telapak tangan miring disabetkannya kebawah dan tepat sekali pergelangan tangan Kulangcha yang mengirim totokan itu dapat dihantamnya bersamaan tangan kanan To Lek Hosiang dengan menggunakan ibu jarinya yang menjadi kaku keras seperti baja menotok jalan darah Ceng pekhiat dipinggang panglima itu sehingga pada detik itu juga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kulangcha menjerit kesakitan dan tubuh jatuh meloso kelantai. Ternyata sambungan tulang dipergelangan tangannya telah menjadi teklok dan tubuhnya lemas tak berdaya, karena Ceng pekhiat yang ditotok oleh ibu jari To Lek Hosiang itu adalah jalan darah yang melumpuhkan seluruh tubuhnya. Kulangcha meringkuk dilantai tak berdaya, sambil matanya mendelik marah panglima yang mempunyai nama julukan Goatsong Taysu ini tengah mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan kelumpuhan yang memasuki tubuhnya. Hal ini bukan disebabkan bahwa ilmu kepandaian Kulangcha kalah oleh hwesio itu, melainkan ia terlalu memandang rendah terhadap pendeta situkang sesapu, itu sehingga ia kurang waspada serta samasekali tak menyangka bahwa To Lek Hosiang akan dapat balas menyerang dengan totokan yang secepat itu, sehingga dengan malu dan marah ia mesti menerima akibat dari kecerobohan sendiri.

"Maaf, jiwi ciangkun, atas kekerasan yang terpaksa pinceng lakukan ini "ujar To Lek Hosiang dan nada katanya tetap sehalus tadi.

Akan tetapi ketika itu Ceng Kunhi sudah marah sekali. Tadi ketika tangannya dihentakkan oleh To Lek Hosiang ia sudah maklum bahwa tenaga kepala gundul itu besar sekali sehingga tubuhnya setengah terhuyung dan kalau tak cepat ia menguasai keseimbangan tubuhnya, nyaris jatuh terjengkang. Adapun kini setelah dilihatnya betapa Kulangcha meringkuk lemas akibat totokan dan mendengar perkataan To Lek Hosiang yang bagi telinganya terasa menyindir, maka panglima muda yang sejak dulunya tak pernah menerima perlakuan kasar dari orang lain ini menjadi murka sekali dan tahu-tahu ia sudah mencabut pedang yang gagangnya dilapisi emas murni itu.

"Hwesio kurang ajar! Tidak tahukah kau sedang berhadapan dengan siapa?!" Ceng Kunhi menghardik sambil menodongkan pedangnya kepada hwesio itu dan sepasang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

matanya melotot sehingga manik mata yang tak normal itu makin menjuling.

"Pinceng tahu bahwa pinceng sedang berhadapan dengan para perwira tinggi yang penuh wewenang, tapi sayang sekali mempunyai langkah yang kasar dan tidak sopan!" sahut hwesio itu, dan betapa besar kesabaran yang dimilikinya, hwesio ini tak urung menjadi panas juga hatinya.

"Kau sudah tahu bahwa kami mempunyai penuh wewenang, tetapi mengapa kau berani melarang maksud kami? Ketahuilah, segala sesuatu yang berada diwilayah Thaygoan adalah menjadi kekuasaan kami dan kami berwenang untuk mengawasi dan memeriksanya, termasuk kuil ini! Tahukah engkau, hukuman apa terhadap siapa yang berani menentangnya?" Dengan menonjolkan pengaruh kedudukannya Ceng Kunhi mengancam.

"Hukuman apa pinceng tidak tahu! hanya yang pinceng tahu ialah jangankan para panglima dari sebuah pasukan, biar kaisar sekalian yang wewenangnya paling besar, tak berhak untuk mengganggu para ulama yang sedang sembahyang."

Jawaban To Lek Hosiang ini memang sangat mengenai, sehingga hati Ceng Kunhi merasa tersinggung karena merasa dihina, maka karuan saja kemarahannya jadi meluap.

"Keledai gundul, kalau kau katakan kaisar tak berhak mengganggu, maka pedangku yang tidak bermata inilah mempunyai hak penuh!" teriaknya menggeledek sambil pedangnya digerakkan mengirim serangan kilat.

Melihat dirinya diserang hwesio ini mengebutkan lengan bajunya yang lebar dan panjang menangkis dan ia masih sempat berkata.

"Omitohut . . . ! Beginilah kalau seorang yang dirinya merasa penuh wewenang, sehingga berbuat hanya menurutkan suara hati yang dipenuhi hawa nafsu dan mengandalkan pengaruh kedudukan dan sedikit

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepandaiannya, tanpa mempertimbangkan dari otak yang sehat!"

Ceng Kunhi makin marah dan terus menerjang tambah sengit. Ilmu pedang Siauwlim-kiam-hoat warisan To Tek Hosiang yang dimainkan memang cukup hebat. Ditambah lagi mempunyai hati kejam selaku algojo sehingga ia mendapat julukan si Malaikat Elmaut tertawa, maka sedikitpun ia tak merasa segan untuk membunuh hwesio itu didalam kuil Lianhoksi yang oleh umum dipandang suci. Sebaliknya biar To Lek Hosiang adalah tukang sesapu, akan tetapi kepandaiannya justru tak boleh dipandang rendah. Apalagi kalau ia memegang senjata istimewanya, yaitu seikat sapu lidi yang biasa dipergunakan untuk menyapu halaman, ia dapat menandingi lawan yang bersenjatakan apapun oleh karena sesungguhnya ilmu kepandaian yang dimiliki oleh To Lek Hosiang hanya berbeda setingkat lebih bawah dari ilmu kepandaian To Gun Hosiang ketua kuil Lianhoksi. Maka biarpun kini senjata istimewanya tak berada ditangannya, hwesio ini dapat melayani Ceng Kunhi yang menggerakkan pedangnya secara sengit itu. Ia hanya mengandalkan sepasang lengan jubahnya untuk menangkis atau balas menyerang dan yang mengagumkan sekali ialah, biarpun tubuhnya bergerak kian kemari untuk menghindarkan diri dari serangan pedang lawan, namun sepasang kakinya tak pernah ingkar dari tempat dimana dia berinjak, sehingga dengan demikian mencerminkan bahwa ia tetap menjaga pintu ruangan sembahyang itu dengan penuh rasa tanggung jawab.

Ceng Kunhi merasa penasaran sekali karena berkali-kali ia melakukan serangan dan tujuan serangannya justru mau membunuh hwesio itu, namun kenyataannya setiap kali pedangnya kena sampokan lengan jubah yang hanya terbuat dari pada kain kasar itu, bukannya lengan jubah itu terbabat, bahkan justru membuat pedangnya membalik terpental dan ia rasakan tenaga sampokan itu kuat sekali. Selanjutnya makin sengit dan hebatlah ia mengamuk.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan bertubi-tubi dilancarkan oleh Ceng Kunhi dengan pedangnya, hanya diganda ketawa saja oleh hwesio itu. Biarpun hwesio itu tidak berpindah dari tempat berdirinya, akan tetapi justru merupakan sebuah patung yang sukar diserang, sehingga membuat panglima itu makin gemas dan penasaran. Setelah panglima muda itu menyerang lebih empat puluh jurus dan selama mana tanpa hasil, tiba-tiba hwesio itu berseru keras, ketika itu lengan jubah tangan kirinya telah membelit pedang bersamaan tangan kanannya mendorong tubuh Ceng Kunhi yang tanpa ampun lagi jadi terpelanting dan roboh mencium lantai sedangkan pedang itu telah pindah tangan.

"Bagus Lekte (adik Lek)! Serahkan pedang itu kepadaku!" tiba-tiba terdengar suara yang berpengaruh sekali dari belakang To Lek Hosiang. Hwesio ini Cepat membalik dan ternyata bahwa To Gun Hosiang, ketua kuil Lianhoksi telah berdiri diambang pintu yang dijaganya dengan perasaan penuh tanggung jawab tadi.

Sambil menjura dengan penuh hormat, To Lek Hosiang lalu serahkan pedang rampasannya itu kepada To Gun Hosiang yang menerimanya, sambil memandang tajam kepada gagang pedang yang dilapisi emas murni itu. Kemudian setelah melihat tubuh Kulangcha masih meringkuk dan belum dapat memulihkan keadaan tubuhnya yang diserang lumpuh akibat totokan To Lek Hosiang tadi, To Gun Hosiang berkata: "Lekte, tolonglah keadaan panglima tinggi yang kita hormati itu!"

To Lek Hosiang menurut dan setelah menepuk satu kali dipunggung Kulangcha, maka panglima tua ini serta merta dapat bangkit sendiri dan sungguhpun kelumpuhannya sudah lenyap, tapi ia masih meringis menahan rasa sakit dipergelangan tangannya yang sudah mulai membengkak itu, sehingga ia tidak berani berbuat sesuatu, hanya dari sepasang matanya saja seakan-akan menyorotkan sinar api karena kemarahan yang ditahannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tatkala mana To Gun Hosiang berkata pula. "Tadi pinceng dengar bahwa jiwi ciangkun hendak memeriksa kuil ini, sekarang pinceng sudah selesai sembahyang maka pinceng persilahkan . . ."

Sambil menyusut darah yang mengucur dari lubang hidungnya akibat mencium lantai tadi Ceng Kunhi memandang kepada Kulangcha yang masih meringis-ringis. Untuk sejenak mereka saling pandang seakan-akan merasa ragu. Kemudian Kulangcha yang lebih cerdik dan waspada segera mengeluarkan perintah kepada beberapa orang serdadunya yang sejak tadi menjaga dan mengurung diluar kuil dan begitulah, lima orang prajurit dengan senjata siap ditangan, mulai melakukan penggeledahan. Setiap pelosok diperiksa, setiap apa yang menghalangi dan dicurigai diungkap-ungkap, sungguhpun serdadu penggeledah itu bersikap garang, akan tetapi mereka tak berani berlaku kurang ajar oleh karena melihat sikap para hwesio penghuni kuil Lianhoksi yang berjumlah enam orang itu, yang selalu mengawasi mereka selama mereka melakukan penggeledahan, membuat bulu tengkuk mereka berdiri karena maklum bahwa para hwesio itu rata-rata memiliki kepandaian tinggi.

Penggeledahan selesai dan Kulangcha menerima laporan dari seorang serdadu bahwa anak muda yang dicarinya benar benar tiada. Kembali Kulangcha dan Ceng Kunhi saling pandang dan wajah mereka berubah merah karena kecewa dan malu, sehingga mau tak mau akhirnya mereka terpaksa menjura terhadap To Gun Hosiang sambil mengucapkan maaf.

Sambil tersenyum manis To Gun Hosiang berkata "jiwi ciangkun, pinceng puji akan ketelitian kalian ini, membuktikan bahwa kalian sangat waspada sehingga pihak kamipun tak luput dari kecurigaan kalian. Hanya sangat pinceng sesalkan bahwa kalian telah berlaku terlalu kasar dan tidak mengindahkan tata tertib yang berlaku didalam kuil ini sehingga kalian tidak memiliki disiplin kemiliteran, maka kalau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hal ini sampai terdengar oleh kaisar, bukanlah jiwi sebagai perwira tinggi akan mendapat kecaman yg tidak enak sekali? Cengciamkun, terimalah kembali senjatamu ini dan setelah ternyata kecurigaan kalian yang ditimpakan kepada kami tidak terbukti, maka pinceng harap lain kali jiwi jangan mengganggu ketentraman kuil kami lagi"

Sambil berkala demikian, To Gun Hosiang menyerahkan kembali pedang yang bergagang emas itu kepada pemiliknya dan ketika itu ia mengasurkan senjata itu ia sodorkan gagangnya kepada Ceng Kunhi sementara ia sendiri memegang ujung pedang yang runcing dan tajam itu. Dengan kepala tunduk Ceng Kunhi menerima pedangnya dan segera dimasukkan kedalaam sarungnya dan akhirnya, tanpa mengatakan minta diri baik Ceng Kunhi maupun Kulangcha, segera berjalan keluar kuil dan menyengklak kuda yang mereka berdua tunggangi tadi yang lalu, dikeprakkan sehingga kuda itu lantas berlari membawa mereka kekota Taygoan. Betapa mendongkol dan malu rasa hati kedua panglima ini, karena perkataan dari To Gun Hosiang yang terakhir benar-benar sangat menusuk telinga dan hati kecil mereka.

Kalau Ceng Kunhi dan Kulangcha meninggalkan kuil Lianhoksi dengan cepat, adalah para serdadu berjalan-jalan mungkin disebabkan mereka ini masih merasa letih sehabis berlari sekuat tenaga ketika mereka tadi. Bahkan kurang lebih sepuluh orang diantara mereka, masih tinggal berdiri merubung dikuil itu sambil berbicara berbisik-bisik. To Lek Hosiang yang ada diambang pintu merasa curiga melihat mereka, dan lalu menegurnya "pemimpin kalian sudah pergi, tetapi kalian masih berdiam merubung disini, mau tunggu apa lagi?"

Mendengar teguran ini para serdadu itu jadi kurang senang dan memang dihati mereka sedikitnya menyimpan dendam terhadap To Lek Hosiang setelah menyaksikan betapa kedua

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pe-mimpin mereka tadi dibikin tidak berdaya oleh hwesio ini. Sebentar mereka saling pandang antara kawan sendiri dan telah berunding tiba-tiba mereka sama memungut batu lalu disambitkan, kepada hwesio itu. Karuan saja To Lek Hosiang menjadi marah cepat ia menyambar seikat sapu lidi yang biasa dipakainya membersihkan halaman, yang disimpannya dipinggir pintu kuil. Seakan-akan ia tidak menghiraukan batu-batu yang menghujani tubuhnya, ia lalu menggerak-gerakan sapulidi dipekarangan dimana memang terdapat juga batu-batu koral sehingga nampaknya ia sedang menyapu pekarangan itu, sambil mulutnya mengomel.

"Bedebah! Anjing-anjing buruk ini sungguh tak tahu diri . . . !" Dan hebat sekali, sapu lidi yang digerak-gerakkannya seperti biasa ia sedang menyapu pekarangan itu, membuat batu-batu koral yang tersentuh oleh ujung sapulidi itu jadi beterbangan dan balas menghujani para serdadu itu. Inilah salah satu keistimewaan To Lek Hosiang dalam permainan sapulidinya, batang -batang sapu lidi itu dapat menjadi kaku dan keras seperti kawat baja sehingga batu-batu koral yang "disapunya" jadi berterbangan seperti disambitkan oleh tenaga yang kuat, maka para serdadu itu segera ribut berkaok-kaok kesakitan karena tubuh dan kepala mereka, dibentur oleh batu-batu yang disambitkan secara luar biasa itu. Mereka tak kuasa melindungi diri maka segera mereka lari tunggang langgang sambil mengaduh-aduh karena tubuh dan kepala mereka yang benjol mereka rasakan sakit bukan main. Mereka lari kabur diiringi oleh suara ketawa To Lek Hosiang yang terkekeh-kekeh.

Adapun Ceng Kunhi ketika sampai dimarkas dan memeriksa pedangnya, barulah dengan terkejut sekali ia melihat bahwa ujung pedangnya hilang sebagian seperti dipatahkan. Ia teringat bahwa tadi ketika memberikan pedang ini, pendeta ketua Lianhoksi yang kelihatannya alim dan lemah lembut itu memegang ujung pedang, maka teringat betapa hebatnya tenaga hwesio tua yang baru memegang saja sudah dapat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mematahkan ujung pedang yang terbuat dari baja tulen itu, dapatlah diukur betapa tingginya ilmu kepandaian hwesio tua itu. Menghadapi To Lek Hosiang saja ia sudah tidak berdaya, apalagi kalau hwesio tua ketua kuil itu turun tangan, sehingga insaflah ia sekarang bahwa tadi memang ia telah berbuat terlalu kasar. Dan diam-diam Ceng Kunbi merasa bersyukur bahwa hwesio-hwesio itu tidak bermaksud mencelakakannya, maka ia mengambil keputusan untuk tutup mulut dan tidak menceritakan peristiwa yang amat memalukan ini kepada orang lain.

Setelah mengantar dengan pandangan matanya betapa kawanan serdacu tadi lari pergi berserabutan, To lek Hosiang lalu masuk kedalam kuil dan menutup kembali pintunya. Ia menuju keruang sembahyang, dimana ia lihat bahwa kawan-kawannya sedang duduk merubung menghadapi ketua mereka yang ketika itu sedang memeriksa Im-yang-kiam yang baru saja diterimanya dari To Bi Hosiang yang lalu duduk disisi kawannya dan suasana diruangan itu begitu tenang dan tenteram, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa padahal barusan disitu sudah tejadi suatu peristiwa yang cukup menegangkan hati.

"Kita benar-benar harus berterimakasih kepada anak muda murid Tiong Sin Tojin yang sudah "mengembalikan" pedang pusaka ini, sehingga pedang Im-yang-kiam tidak dibawa nyeleweng berlarut-larut oleh bekas kawan kita yang sesat itu". Demikian keheningan yang menentramkan diruangan itu kemudian terpecah oleh To Gun Hosiang yang seakan-akan berkata pada diri sendiri. Setelah diperiksanya dengan seksama dan setelah mendapat kenyataan bahwa pedang itu adalah Im-yang-kiam maka senjata pusaka itu lalu dimasukkan kedalam sarungnya kembali diletakkan pangkuannya, lalu bertanya kepada To Bi Hosiang. "Bite (adik Bi), dimanakah sekarang anak muda yang kau ceritakan tadi?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Entah. Tadi, siauwte persilahkan dia duduk didapur, tapi barusan siauwte lihat tak ada", sahut To Bi Hosiang.

To Gun Hosiang menghela napas. "Sungguh sangat disayangkan kalau dia sudah pergi lagi sebelum aku bertemu dengannya" ujarnya dengan nada menyesal. Dan ia menundukkan kepalanya, matanya kembali ditatapkan kearah pedang Im-yang-kiam yang berada diatas pangkuannya. Kembali suasana diruangan itu dipenuhi kelenggangan yang menentramkan.

Tadi sudah diceritakan bahwa Han Hayhauw dibawa oleh To Bi Hosiang kesitu, dan kemudian pemuda itu pergi kekota Thaygoan sampai akhirnya kembali lagi dan terus pergi mandi dilembah sekalian mencuci pakaian dan tertidur, bahkan ketika Ceng Kunhi dan Kulangcha yang mengejar dan sampai dikuil Lianhoksi, para hwesio itu masih bersembahyang. Memang mereka sedang bersembahyang, akan tetapi disamping upacara sembahyang itu bersamaan mereka mengadakan rapat rahasia pula untuk berunding dan merencakan betapa tindakkan yang mereka harus lakukan sehubungan dengan peristiwa tertangkapnya Tan Kimpo, ketua Tiong gi pay, yang sebagaimana sudah diceritakan dibagian depan, bahwa pemimpin kesatuan rakyat yang gagah perkasa itu menurut pengumuman yang disiarkan dari gubernuran akan dihukum gantung di muka pintu gerbang dari tembok benteng gubernuran pada sore nanti!

Sebagai para pendeta yang berjiwa patriot dan berhati satria, yang mempunyai rasa cinta terhadap bangsa dan negara, dan merupakan badan rahasia yang mendukung perjuangan Tiong gi pay, tentu saja para hwesio penghuni Lianhoksi yang sebenarnya merupakan pendekar-pendekar dari siauwlimpay ini tak dapat tinggal diam menghadapi peristiwa serius dalam masa perjuangan itu! Betapapun juga, mereka harus berusaha membantu perjuangan Tiong gi pay. Mereka bertekad akan merebut kembali Tan Kimpo dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan penjajah laknat, meskipun dalam keadaan bagaimanapun, baik pemimpin rakyat itu masih hidup, maupun sudah menjadi mayat! Hanya saja rapat rahasia itu dilakukan secara tertib dan rapi, bahkan diutarakan To Gun Hosiang dengan kata kata sandi dan dinyatakannya melalui irama liankeng sehingga tak mungkin ada orang luar yang mengertinya, kecuali para hwesio itu sendiri. Itulah sebabnya, terdengar dari luar kuil oleh Han Hayhauw tadi, hanya suara liamkeng yang nyaring yang "baca" kan oleh To Gun Hosiang!

Sementara itu, jauh dibawah lembah, dibelakang kuil Lianhoksi, Han Hayhauw sudah terbangun dari tidurnya yang entah berapa lamanya itu. Tahu-tahu pakaian yang dicucinya sudah kering, tanda bahwa ia tidur disitu cukup lama. Dengan ingatan bahwa para hwesio di Lianhoksi kini mungkin sudah selesai sembahyang, maka ia lalu membereskan baju jemuran dan dibuntalnya kembali, kemudian meninggalkan lembah tempat mandi itu dan berjalan mendaki menuju kuil tersebut. Ketika ia memasuki pintu dapur kuil itu, keadaan masih sepi, tak seorangpun hwesio yang kelihatan olehnya hingga timbullah anggapannya bahwa mereka itu masih sedang bersembahyang. Ia lalu duduk dibangku yang diduduki tadi dengan gerakan perlahan karena ia kuatir akan membuat berisik yang dapat mengganggu para hwesio didalam kuil. Akan tetapi tiba-tiba ia mendengar dari dalam kuil suara yang memanggilnya.

"Han Hayhauw hiante, masuklah! Kami sudah lama menantimu."

Hayhauw mengenal bahwa orang yang memanggilnya itu alalah To Bi Hosiang. Ia merasa heraa akan ketajaman pendengaran hwesio itu, yang dapat mengetahui bahwa ia telah datang, padahal ia sudah melakukan gerakan perlahan dan hati-hati. Ketika ia bangkit dari tempat duduknya, pintu kuil dari arah dapur itu terbuka dan ternyata yang membukakannya adalah To Bi Hosiang sendiri, yang lalu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengajaknya memasuki kuil dan terus menuju keruangan sembahyang.

Diruangan itu, Hayhauw melihat para hwesio berdiri menyambutnya. Seorang diantaranya yang paling tua berdiri paling depan, sinar matanya amat tajam ditatapkan terhadapnya. Hayhauw maklum bahwa hwesio yang paling tua ini adalah sesepuh kuil, maka lantas ia memberi hormat sambil berkata.

"Losuhu, maafkanlah atas kedatangan siauwte ini kalau-kalau mengganggu."

To Gun Hosiang merasa tertarik hatinya melihat anak muda yang tampaa dan gagah serta bersikap sopan halus tutur sapanya ini. "Anak muda yang gagah, kaukah yang mengembalikan pedang Im-yang-kiam kepada kami sebagaimana yang dituturkan oleh To Bi Hosiang tadi?"

-o0odwookzo0o-

Jilid VI "Benar, losuhu. Dan hal ini terjadi secara kebetulan saja.

Sedangkan tadinya, sebelum siauwte bertemu dengan To Bi suhu sama sekali tak tahu bahwa pedang tersebut adalah senjata pusaka dari Siauwlimpay yang besar, maka harap maafkan siauwte kalau dengan tak sengaja siauwte pernah menganggap barang pusaka itu secara tidak sepatutnya."

To Gun Hosiang tersenyum, hatinya makin tertarik. Dan memanglah Hayhauw pernah mendapat didikan dari gurunya dalam tatacara pergaulan sehingga dengan cepat ia dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan. Terhadap orang-orang tak karuan, apalagi yang memihak lawan, tak perlu berlaku sopan dan merendah. Sebaliknya terhadap orang-orang yang dapat dijadikan kawan, jangan berlaku kurang ajar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan jangan memperlihatkan sifat tinggi hati. Hingga Hayhauw kini dipat mengikuti seluk-beluk dan suasana perjuangan.

"Anakmuda marilah bercakap-cakap sambil duduk", ujar To Gun Hosiaug sambil tetap bersenyum ramah. Setelah Hayhauw duduk berhadapan dengan pendeta ketua itu, sementara ia menyuruh To Ci Hosiang pergi kedapur menyediakan hidangan, To Lek Hosiang disuruhnya menyapu diluar kuil dan Ketiga hwesio lainnya lagi disuruhnya mengerjakan kewajiban mereka, hingga selanjutnya diruangan itu hanya ketua kuil dan Hayhauw berdua saja duduk saling berhadapan, Hayhauw sama sekali tidak tahu bahwa sebenarnya hwesio ini hendak mengadakan pembicaraan dengannya secara dibawah empat mata biarpun pada lahirnya para hwesio yang lima orang itu disuruhnya mengerjakan kewajiban mereka, padahal sebenarnya sambil bekerja mereka mempunyai tugas untuk menjaga diluar kuil.

"Anak muda, pertama aku situa bangka ini mengucapkan selamat bertemu dengan kau seorang murid tunggal dari kawanku Tiong Sin Tojin yang pada beberapa hari yang lalu pernah mampir kemari", demikian hwesio ini mulai pembicaraannya. "Aku sangat gembira mendengar kawanku telah mempunyai murid, dan kegembiraan hatiku lebih-lebih lagi setelah kini aku bertemu denganmu yang telah memberikan bantuan amat besar bagi kami, telah menjatuhkan yang setimpal terhadap sisesat To Tek Hosiang sehingga pedang Imyangkiam pindah ketanganmu dan yang kini telah berada ditanganku. Sebagaimana kau tentu sudah mendapat keterangan dari To Bi Hosiang, bahwa pedang Imyangkiam merupakan salah satu barang pusaka dari Siauwlimpay yang telah dibawa minggat oleh seorang anggota partai kami, sehingga entah sudah berapa kotornya keadaan pedang itu selama dibawa dan dipergunakan dalam kesesatannya. Siauwlimpay telah mengirim beberapa orang untuk melakukan penangkapan dan mengambil pedang itu dari manusia sesat itu, tiga orang diantaranya ialah yang telah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berjumpa diperjalanan denganmu. Sekarang sisesat itu sudah tewas sesuai dengan hukuman karmanya, dan Imyangkiam sudah dapat diamankan, semua ini berkat jasamu yang sangat besar bagi kami sehingga hanya aku tak cukup untuk membalasnya dengan hanya ucapan terimakasih belaka."

"Losuhu . . ." tukas Hayhauw, "Sudahlah, soal apa yang losuhu katakan jasa itu janganlah ditarik panjang. Hal ini tak lebih hanya siauwte melakukan apa yang dipesankan oleh Tiong Sin suhu bahwa siauwte harus bertindak terhadap sijahat dan membela silemah yang terlindas. Sekarang siauwte mohon petunjuk bagaimana siauwte harus bertindak dalam melakukan darmabakti pada jaman perjuangan ini, oleh karena sebenarnya yang menyebabkan siauwte bisa sampai disini adalah hendak mencari Ceng Kunhi yang siauwte dengar telah menjabat pangkat tinggi dalam Pasukan Garuda."

Hayhauw lalu menuturkan riwayat hidupnya dengan singkat dan diceritakan pula bahwa ia tadi sudah pergi kekota Thaygoan mencari Ceng Kunhi yang tak dapat diketemukannya.

"Pantas, pantas! Tadi mereka datang kemari dan menggeledah kuil ini", ujar hwesio itu setelah mendengar pengakuan sianak muda yang terakhir itu. "Katanya mereka hendak mencari seorang pemuda buronan yang telah mengacau dikota dan mereka sangka bersembunyi disini. Kiranya yang mereka cari itu justru engkau adanya . . ."

"Mereka . . . ? Mereka siapakah yang losuhu maksudkan dan sampai mengejar kemari . . . ?" anak muda itu menegur karena sesungguhnya seperti sudah diceritakan, ia sendiri tidak tahu apa yang telah terjadi dikuil ini selama ia tidur dilembah tadi.

"Mereka itu Ceng Kunhi dan Kulangcha bersama beberapa orang serdadu anak buah mereka".

"Keparat! Kemana mereka sekarang . . . ?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sabar anak muda" kata To Gun Hosiang ketika melihat betapa anak muda itu beranjak dari tempat duduknya dan pada wajahnya yang tampan itu membayangkan kemarahan hatinya. "Kau duduklah kembali dan jangan terlalu menurutkan dorongan hati yang dikuasai dendam kesumat."

Mendengar cegahan yang penuh wibawa ini sadarlah Hayhauw bahwa ia telah berlaku tidak semestinya. Ia duduk kembali seperti tadi dan mendengarkan dengan peauh perhatian ketika hwesio tua itu berkata pula lebih lanjut.

"Aku mengerti bahwa dendam kesumat dihatimu terhadap Ceng Kunhi sangat besar, akan tetapi pelampiasan dendam pribadi itu hendaknya jangan dilakukan secara sembrono dengan hanya mengandalkan kepandaian yang kau miliki. Seperti kau tadi telah membuat kekacauan dikota Thaygoan sehingga telah bentrok dengan perwira-pewira dari Pasukan Garuda, sedangkan tujuanmu semata-mata hanya hendak mencari Ceng Kunhi untuk menyelesaikan dendam pribadi, tindakanmu itu terus terang tak dapat kubenarkan. Oleh karena, sesungguhnya dalam Pasukan-Garuda selain Ceng Kunhi dan Kulangcha, masih terdapat dua tokoh iblis persilatan yang berkepandaian amat tinggi. Mereka kakak beradik dan masing-masing bernama Angbin Lomo dan Ouwbin Sinkay (si iblis tua bermuka merah, dan si pengemis sakti bermuka hitam). Dari cabang persilatan mana kedua tokoh itu aku tidak tahu, hanya yang terang keduanya berkepandaian amat tinggi dan menghambakan hidup mereka kepihak kaum penjajah. Kalau tidak terlalu perlu jarang sekali mereka keluar dan hanya berdiam saja digedung gubernuran karena, sesungguhnya kedua iblis itu merupakan pelindung pribadi dari Lo Binkong cangtok dan sekaligus merupakan dua tenaga yang paling diandalkan bagi Pasukan Garuda. Tadi, mujur sekali kau tidak sampai bentrok dengan kedua iblis itu, dan kalau sampai mereka turun tangan, walaupun kepandaianmu warisan dari Tiong Sin Bengyu (kawan) cukup tinggi, kurasa sukar sekali kau akan dapat meloloskan diri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itulah sebabnya maka berani kukatakan bahwa tindakanmu tadi tak dapat kubenarkan. Bukanlah kau akan jadi kecewa dan merasa diri konyol kalau dari kesembronoanmu sampai menjumpai peristiwa yang diluar dugaanmu itu?"

"Benar, losuhu. Siauwte mengharapkan petunjuk selanjutnya", kata Hayhauw sambil tunduk oleh karena hatinya benar-benar sangat menyesal setelah menginsyafi kesembronoannya tadi. Kata-kata hwesio itu seakan-akan membuka matanya, sehingga maklumlah kini bahwa di dunia ini banyak sekali orang-orang yang berkepandaian tinggi, maka diam-diam hatinya berjanji bahwa ia takkan membuat kesembronoan untuk kedua kalinya.

To Gun Hosiang mengangguk-angguk. "Tempo hari, ketika suhumu mampir kemari pernah menceritakan bahwa kau akan datang dikota Thaygoan disebabkan musuh besarmu yang selama ini kau cari itu berada dikota tersebut. Dugaan suhumu itu sungguh tepat, buktinya kau kini muncul dan disebabkan gara-gara Imyangkiam, maka kita saling bertemu dan berkenalan. Juga suhumu meninggalkan pesan untuk kusampaikan kepadamu jika bertemu, kau jangan sekali-kali bersepak terjang hanya menurutkan nafsu, dorongan hati yang dikuasai dendam dan rasa sentimen, sungguhpun hal ini menjadi tujuaamu yang utama. Dalam detik-detik perjuangan ini, dimana-mana rakyat jelata gagah perkasa bangkit dan berjuang untuk menumbangkan dan mengusir kaum penjajah yang sudah delapan puluh sembilan tahun bercokol ditanah air kita, selama mana tidak sedikit kekayaan negara kita dikuras habis-habisan dan bangsa kita ditindas dengan seribu satu macam aturan yang serba biadap sehingga tanah air yang kita cintai ini menjadi rusak dan miskin serta kehidupan rakyat jelata tak beda seperti mempunyai azas untuk menjebol dan membangun, menjebol dan meruntuhkan kerajaan penjajah asing dan membangun atau membina kerajaan baru yang dirajai oleh bangsa kita sendiri yang pandai mengatur ketatanegaraan, yang dapat memperhatikan nasib rakyat,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

supaya tidak ada lagi penindasan dan penghinaan, penghisapan manusia atas manusia. Tidak seperti jaman penjajah ini, rakyat hidup dalam lumpur kesengsaraan dan kelaparan, menjadi budak kaum penjajah. Yah, hanya kaum pengkhianat sajalah dalam jaman penjajah ini dapat hidup mewah, karena mereka justru mengekor kaum penjajah, menjadi antek penjajah, sudah seharusnya mereka sekalian dibakar habis oleh api perjuangan”.

To Gun Hosiang menunda pembicaraannya sebentar dan tentu saja ucapan yang panjang lebar itu sangat membingungkan Hayhauw yang mendengarkannya. Tetapi anak muda ini hanya diam saja dan sambil diam sedapat mungkin ia mempelajari ucapan hwesio tua itu yang sedikitnya membakar semangat pula.

"Perjuangan kita ini maha besar, yang akan mengubah keadaan negara dan nasib rakyat jelata", demikian hwesio tua ini berkata "Konon kabarnya, Coe Goan Ciang, itu pelopor dan pemimpin perjuangan kini sedang berusaha menduduki kotaraja, dan seirama dengan itu kitapun harus berusaha pula merebut kota Thaygoan dari kekuasaan penjajah, lebih cepat lebih baik! Akan tetapi . . ." tiba-tiba hwesio itu membisu dan membungkuk seakan-akan ada sesuatu yang mempengaruhi hatinya.

"Mengapa . . . losuhu?" tanya Hayhauw tak mengerti.

Hwesio itu mengangkat kepalanya dan memandang kepada Hayhauw lalu berkata pula setelah menghela nafas amat dalam.

"Baru kuingat kini, bahwa Tiong-gi-pay, kesatuan rakyat pejuang yang satu-satunya terdapat disini dan yang dapat diharapkan dapat merebut kota Thaygoan, semalam telah mengalami peristiwa hebat yang sedikitnya tentu mendatangkan penghambatan bagi perjuangan kita . . ."

"Mengapa, losuhu . . . ?" kembali Hayhauw bertanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tan Kimpo, pemimpin Tiong-gi-pay telah diculik pada waktu semalam, disebabkan dia sedang sakit maka dia tak berdaya ketika disergap dan kini telah ditawan oleh Pasukan Garuda. Pengumuman dari gubernuran yang kudengar tadi bahwa Tan Kimpo akan dijatuhi hukuman gantung dimuka pintu gerbang gubernuran nanti sore. Tadi sebelum kau datang kemari kami sudah berunding bahwa tindakan yang paling penting kita lakukan ialah kita harus menolong Tan Kimpo atau mengambil mayatnya dari tiang penggantungan. Hanya saja, entah bagaimana pelaksanaannya, kami belum mengadakan hubungan dengan para anggota Tiong-gi-pay . . ."

Tergeraklah hati Hayhauw sehingga ia cepat mengajukan pertanyaan. "Losuhu, bolehkah siauwte membantunya dalam hal ini?"

"Bukan saja boleh, bahkan sebagai murid dari Tiong Sin Tojin kau sewajibnya membantu dalam hal ini. Dan untuk setujuan, sebaiknya kita mesti mengadakan hubungan dahulu dengan kawan-kawan dikesatuan Tiong-gi pay."

"Dimanakah mereka berada? Losuhu, siauwte bersedia menghubungi mereka atas nama losuhu", ujar anak muda itu penuh semangat.

Berserilah wajah hwesio ini setelah mendengar pernyataan anak muda itu. "Bagus! Justru inilah yang sangat kuharapkan. Oleh karena dengan demikian justru kau jadi menjatuhkan diri dengan mereka, kau dapat berjuang bersama-sama dengan kesatuan Tiong-gi-pay sebagaimana suhumu pesankan. Dengan menggubungi bersama mereka, kau menjadi pejuang yang berkesatuan dan aku yakin bahwa kau akan dapat melaksanakan maksud dan tujuan perjuangan dibawah naungan Tiong-gi-pay yang kami dukung sepenuhnya, baik pikiran, harta, tenaga dan jiwa. Kebetulan Ceng Kunhi musuh besarmu itu merupakan salah seorang yang menjadi musuh bagi Tiong-gi-pay, maka disamping berjuang atas nama Tiong-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gi-pay yang bertujuan membela nusa dan bangsa, sekaligus kau dapat berhadapan langsung dengan Ceng Kunhi, terhadap siapa kau bisa melampiaskan rasa sakit hatimu!"

"Bagus! Siauwte terima saran losuhu. Tunjukkanlah tempat kesatuan tersebut, supaya siauwte dapat pergi kesana sekarang juga!"

"Baiklah! Tetapi sebelum kau berangkat mari kita duduk-duduk didapur", hwesio itu bangkit dan lalu mengajak Hayhauw keruangan dapur dimana ternyata hidangan yang masih mengepul-ngepul asapnya sudah disediakan diatas sebuah meja bundar yang telah dipersiapkan oleh To Ci Hosiang sijuru masak.

"Cite, sudah siapkah hidangan untuk menjamu tamu kita ini?" tanya ketua kuil Lianhoksi itu kepada sijuru masak yang ketika itu sedang menaruhkan tujuh buah bangku diseputar meja bundar itu.

Sebagai jawaban hwesio tukang masak itu hanya mengangguk penuh hormat sehingga To Gun Hosiang lalu berkata kepada Hayhauw.

"Nah, anak muda, mari kita makan bersama. Kuharap kau jangan banyak sungkan. Hanya saja sayang sekali hidangan yang ada pada kami tidak terdapat daging dan ikan, begitu juga kami tidak sediakan arak, sehingga untuk minumnya hanya air teh melulu untuk makan santapan yang sederhana ini?"

Han Hayhauw maklum bahwa para hwesio umumnya tidak makan barang berjiwa dan tidak suka minum arak, maka ia menjawab tanpa sungkan.

"Kenikmatan bersantap bukan disebabkan lezatnya masakan daging dan ikan, melainkan hanya disebabkan perut lapar dan justru perutku kini sudah keruyukan.!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

To Gun Hosiang ketawa dan begitulah, sesaat kemudian, setelah para hwesio lainnya yang melakukan tugas diluar kuil tadi berdatangan, maka Hayhauw lalu duduk bersama mereka dan mulai menyantap.

Betapapun juga Hayhauw merasa asing duduk bersama para hwesio, sehingga ia tidak berani sembarang makan dan minum sebelum para hwesio yang rata-rata lebih tua itu mendahuluinya. Ternyata Hayhauw mengenal juga tatacara kesopanan dalam hal makan bersama.

"Eh, mengapa engkau masih sungkan?" Melihat mangkok dan cangkir Hayhauw masih tetap kosong, kepala kuil menegornya dan lalu menyambar cangkir yang disediakan untuk anak muda itu diisinya dengan air teh wangi yang di kucurkan dari sebuah poci besar.

"Ah, losuhu. Sungguh siauwte membikin repot saja. Biarlah siauwte menuang sendiri", Hayhauw cepat mengulurkan tangan kanannya hendak direbut cangkir yang sudah diambil dan diisi air teh oleh To Gun Hosiang itu. Akan tetapi, sambil tertawa hwesio tua itu terus mengisi cangkir itu dengan air teh sampai penuh dan ketika cangkir itu sudah penuh, namun hwesio itu masih terus mengisinya sehingga kini air teh dalam cangkir itu sudah terlalu penuh dan mucung, lebih tinggi dari pada permukaan mulut cangkir. Akhirnya barulah hwesio itu menghentikan kucuran air teh dari poci dan kini ditangan kirinya terdapat cangkir berisi air teh yang terlalu penuh akan tetapi ketika cangkir itu diangsurkan kepada Hayhauw, ternyata air teh yang terlalu penuh itu sedikitpun tidak tumpah. Bagi orang yang tak paham ilmu silat tingkat tinggi, hal ini akan ditanggap sebagai sulapan atau sihir, akan tetapi anak muda ini maklum bahwa hwesio tua itu sedang memamerkan ilmu Iwekangnya. Dan memanglah sambil mengajak makan bersama ini, To Gun Hosiang ingin menjajal kepandaian anak muda itu secara halus, oleh karena hwesio ketua kuil Lianhoksi ini masih belum mengetahui betapa tinggi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenaga Iweekang yang dimiliki oleh murid tunggal dari kawannya ini, sungguhpun kehebatan ilmu tongkatnya sudah ia dengar dari sutenya yang menceritakannya tadi.

Hayhauw maklum bahwa ia hendak diuji maka sambil berkata. "Ah, losuhu sampai sudi meladeni siauwte seperti terhadap tamu agung, benar-benar membuat siauwte merasa tak enak" lalu tangan kanannya diangsurkan kedepan dan menerima cangkir yang air tehnya muncung seperti puncak bukit itu. Bahkan, ketika cangkir itu sudah berada didalam cekalannya, sengaja cangkir itu agak ia miringkan sehingga mendoyong kekiri, namun air teh yang terlalu penuh tetap tidak tumpah juga, seakan-akan air teh yang cair itu telah berubah menjadi barang kental dan hampir mengeras. Sambil menahan napas karena seluruh tenaga Iweekangnya dikerahkan ketangan yang memegang cangkir itu, Hayhauw menengadahkan wajahnya keatas dan mulutnya dibuka lebar, sementara cangkir didekatkan kepada mulutnya, seakan-akan ia siap hendak meneguk air teh itu. Akan tetapi sampai sesaat lamanya, biarpun cangkir itu sudah dimiringkan disisi bibirnya, air teh masih tetap "mengeras" malah cangkir itu sampai dibuatnya menjungkir kebawah, namun bukan saja air teh itu tetap tidak tumpah, bahkan setetespun tiada yang menitik kedalam mulutnya yang sudah, siap menadah itu. Baru akhirnya, seiring dengan tenaga Iweekangnya yang berangsur-angsur dikendurkan, air teh itu lalu mengalir perlahan dan memasuki mulutnya.

To Gun Hosiang ketawa gembira sambil bertepuk tangan, diturut oleh kawan-kawannya. Tatkala air teh dalam cangkir itu sudah kosong pindah kemulut Hayhauw yang lalu meneguknya. Dengan sikap biasa, anak muda ini lalu menaruh cangkir itu diatas meja sambil berkata.

"Sungguh harum dan nikmat air teh suguhan losuhu ini, hanya sayang terlalu kental dan agaknya setengah beku, sehingga sukar siauwte meminumnya".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hebat, hebat . . . !" seru To Gun Hosiang yang masih ketawa gembira dan bertepuk tangan. "Kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri, siapa akan percaya akan hal yang mengagumkan ini?" Setelah menghentikan ketawa dan tepuk tangannya, hwesio ini lalu bertanya kepada kawan-kawannya.

"Adik-adikku, aku telah memberi hormat kepada kawan baru kita dengan secangkir air teh sebagai pengganti arak, apakah kalian juga ingin memberi penghormatan sebagai tanda keakraban persaudaraan kita dengan murid tunggal dari Tiong Sin Tojin ini?"

Para hwesio itu maklum bahwa ketua mereka dengan secara halus menyuruh mereka menjajal juga kepandaian sianak muda itu. Terutama To Lek Hosiang dan To Ci Hosiang, betapapun juga mereka ini tidak mau ketinggalan.

To Lek Hosiang situkang sapu itu segera bangkit dan tangannya mengambil mangkok yang terletak dihadapan Hayhauw.

"Benar-benar sahabat kita ini terlalu sungkan, buktinya mangkoknya dibiarkan tinggal kosong saja. Maka baiklah pinceng mengisinya sebaigai tanda penghormatan" katanya sambil meletakkan mangkok itu ditengah-tengah meja, diantara mangkok-mangkok sayur yang tersaji disitu. Kemudian, dengan mempergunakan sepasang sumpitnya ia menjumput beberapa potongan sayuran dari dalam mangkok-mangkok hidangan itu dan aneh sekali, setiap sumpit itu menjapit potongan sayur dari setiap mangkok, tanpa menggerakkan keatas seperti dicongkel oleh ujung sumpit, kemudian meluncur turun kedalam mangkok yang menjadi bagian Hayhauw. Ia melakukan hal ini beberapa kali sambil tersenyum-senyum sehingga sebentar saja mangkok Hayhauw sudah menjadi penuh.

Hayhauw cepat mengambil mangkok yang sudah dipenuhi potongan sayur-mayur itu sambil berkata "Sungguh siauwte merasa berat sekali menerima penghormatan yang sedemikian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

besar. Akan tetapi anehnya mengapa mangkok cuwi tinggal dibiarkan kosong saja? Baiklah siauwte yang mengisinya?"

Lalu ia mengambil sumpit dan dengan meniru perbuatan To Lek Hosiang tadi yaitu ia seakan-akan mencelupkan sumpitnya kemangkok-mangkok masakan dan tanpa membuat gerakan mencokel, tahu-tahu berlompatlah potongan-potongan sayur itu kekanan dan kekiri dan secara tepat sekali memasuki mangkok-mangkok yang terletak dihadapan keenam orang hwesio itu, yang sebentar saja sudah menjadi penuh. Kagumlah mereka serta maklum bahwa anak muda itu benar-benar mempunyai "isi" yang dapat dibanggakan.

"Marilah kita mulai makan!" kata To Gun Hosiang akhirnya dengan hati puas dan begitulah selanjutya mereka makan bersama tanpa disertai sulapan-sulapan lagi. Sambil makan, To Gun Hosiang terdengar berkata terhadap Hayhauw.

”Beginilah kalau kami, para hwesio ini makan. Tanpa lauk-pauk, hanya sayur-mayur saja sebagai teman nasi sehingga karenanya sering melontarkan ejekan terhadap kami sebagai keledai pemakan rumput."

Baru kini maklum Hayhauw bahwa mengapa orang-orang suka mengejek hwesio-hwesio dengan sebutan "keledai", kiranya itulah alasannya. Akan tetapi sebagai imbangannya, anak muda ini secara cerdik sekali cepat berkata.

"Lebih baik disebut keledai pemakan rumput daripada orang-orang yang suka makan daging dan ikan sehingga mereka sangat tepat disebut srigala pemakan bangkai."

Mau tak mau mereka tersenyum dan terdengar To Ci Hosiang menggarami. "Perkataanmu tepat juga, anak muda!"

"Tetapi nyatanya siauwte sendiri suka makan daging dan ikan, juga doyan sayur-sayuran maka kiranya tepatlah kalau orang menyebutku sebagai binatang sridai!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sridai . . . ?! Binatang macam apakah sridai itu?" tanya To Bi Hosiang yang baru kini kedengaran suaranya.

Sambil ketawa Hayhauw menerangkan. "Setengah srigala dan setengah keledai".

Riuhlah mereka tertawa, To Gun Hosiang sampai terbatuk-batuk, agaknya ada sepotong sayuran yang terelak ditenggorokannya. Demikianlah mereka makan sambil bercengkerama dengan gembira sehingga akhirnya setelah segala, makanan yang dihidangkan itu ludas berpindah kedalam perut mereka yang menjadi kembung baru mereka bubar dan Hayhauw segera menyatakan bahwa ia akan segera berangkat ketempat kesatuan Tiong-gi-pay.

"Tunggu dulu sebentar, aku akan membuat surat pengantar", ujar To Gun Hosiang yang segera masuk kedalam kuil dan beberapa saat kemudian, hwesio tua itu tampak keluar dan mendapatkan Hayhauw yang menantinya didapur.

"Bawalah surat ini dan katakanlah bahwa kau diminta olehku apabila kau memasuki daerah rahasia mereka, mendapatkan rintangan. Sebagai penunjuk jalan, perjalananmu akan disertai To Li Hosiang. Nah, selamat jalan, selamat berjuang demi mencapai suksesnya perjuangan kita!"

Dengan penuh hormat Hayhauw menerima surat yang diberikan oleh ketua kuil Lianhoksi itu sambil mengucapkan terimakasih atas segala petunjuk dan kebaikan yang ia telah terima.

Akhirnya ia memberi hormat terhadap biarawan pendekar-pendekar Siauwlimpay itu sebagai salam mohon diri, dan begitulah, Hayhauw meninggalkan kuil Lianhoksi, menuju ketempat rahasia yang menjadi markas besar dari Tiong-gi-pay, dikawani oleh To Li Hosiang hwesio yang masih muda, sebagai penunjuk jalan.

ooooooooOdwOoooooooo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tempat rahasia yang menjadi markas besar Tiong-gi-pay ternyata letaknya jauh juga dari kuil Lianhoksi. Harus melampui beberapa dusun yang sudah menjadi kosong menerobosi hutan-hutan kecil dan tiga kali melewati lembah jurang yang amat dalam, sehingga Hayhauw kalau tak diantar oleh To Li Hosiang, tak mungkin ia akan dapat tiba ditempat yang dituju. Perjalanan yang ditempuhnya agak sulit dan harus melalui jalan-jalan yang amat dirahasiakan bagi umum, inilah sebabnya maka sampai begitu jauh bala tentera dari Pasukan Garuda tidak dapat menemukan rahasia Tiong gi pay.

Disepanjang perjalanan tak sedikit Hayhauw mendapat keterangan dari To Li Hosiang tentang situasi kota Taygoan dan tentang kekuatan kesatuan Tiong gi pay. Sebagaimana dibagian depan sudah diceriterakan, bahwa Tiong gi pay adalah sebuah perkumpulan yang gagah berani dipimpin oleh Tan Kimpo, seorang bekas kauwsu dikota Taygoan atau yang sudah dipecat dan ditawan oleh Pasukanan Garuda dan akan dijatuhi hukuman gantung dimuka pintu benteng gubernuran. Tiong gi pay mempunyai anggota, tak kurang dari seratus orang, sebagian besar terdiri dari rakyat jelata, miskin, dan bekas murid-murid Tan Kimpo. Dibantu pula oleh tiga orang pendekar pendatang yang menjadi pembantu utama Tan Kimpo, tiga pendekar perantau yang menyatakan diri kedalam kesatuan Tiong gipay itu masing-masing adalah Kang Culay, pendekar perantau dari Santung yang mahir sekali dalam hal ilmu panah. Orang kedua ialah seorang pendekar berasal dari Kansu bernama Lim Tongpin dan mempunyai nama julukan Toato Kansu atau siGolok besar dari Kansu oleh karena ia bersenjatakan sebilah golok besar dan berat. Adapun orang ketiga ialah seorang pendekar muda berasal dari Hokkian, namanya To Bunki berjuluk siKepalan baja oleh karena sepasang kepalannya benar-benar keras seperti baja yang menjadi sepasang senjatanya yang paling dibanggakan. Jelas pendekar muda dari Hokkian ini adalah seorang ahli gwakang atau tenaga luar yang mempunyai kekuatan tenaga luar biasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biarpun kepandaian ketiga orang pendekar ini kalau mau dibandingkan dengan Tan Kimpo masih beda dua tiga tingkat dibawahnya akan tetapi dengan pengerahan tenaga mereka, maka membawa arti yang cukup besar bagi kekuatan Tiong gipay. Demikian apa yang Hayhauw dengar dari To Li Hosiang selama dalam perjalanan itu.

Ketika mereka sudah sampai dipuncak, sebuah bukit kecil, dan didepan mereka kelihatan serumpun hutan belukar yang nampaknya angker sekali, To Li Hosiang menghentikan langkahnya sambil berkata "saudara Hayhauw, kuantar cukup sampai disini saja karena tempat tujuanmu sudah dekat. Didalam hutan belukar yang kelihatan didepan kita itu adalah markas Tionggipay, kau masuklah hutan dan kau hendaknya hati-hati. Tunjukkanlah surat dari To Gun suhu dan perhatikanlah pesan-pesannya, apabila kau hadapi rintangan dari mereka.”

"Terima kasih atas segala kebaikanmu To Li bengya. Dan kapankah sekiranya kita bisa ketemu kembali?"

"Betapapun pasti bertemu kembali, hanya kapan dapat perintah dari To Gun suhu. Namun rasanya dapat kupastikan bahwa senja nanti kita bertemu dikota Tay Goan.”

"Untuk menolong Tan Kimpo locianpwe . . . ?

"Benar! Atau kalau dia sudah tak tertolong nyawanya kita amankan jenazahnya sebagai mana To Gun sudah direncanakan tadi."

"Bagus, . . . !" seru Hayhauw penuh semangat. Dan begitulah mereka lalu berpisahan, To Li Hosiang kembali ke Lianhoksi sambil berlari, cepat adapun Hayhauw berjalan menghampiri hutan belukar yang menjadi markas besar Tiong gi pay itu.

Betapapun juga Hayhauw merasakan bulu tengkuknya meremang melihat keangkeran belukar ketempat mana ia akan menuju itu. Hembusan angin dimusim panas yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

meniup daun-daun pepohonan lebat dihutan itu terdengar menggema menderu-deru. Sinar matahari tak dapat menembus kerimbunan hutan itu sehingga dibawahnya, dimana Hayhauw mulai memasukinya bercuaca sedemikian suram setengah gelap seakan-akan didalam belukar yang menyeramkan itu menggenggam suatu rahasia yang sangat besar. Akan tetapi Hayhauw memiliki hati yang tabah dan keberanian yang amat besar, apalagi ia kesitu tidak mengandung maksud jahat, maka dengan tindakan tegap ia terus memasuki hutan itu, sungguhpun debaran jantungnya menegangkan juga.

Ia sudah mendapat keterangan dari To Li Hosiang tadi tentang letak markas besar Tiong-gi-pay ialah ditengah-tengah hutan tersebut, sehingga tanpa ragu-ragu lagi ia terus berjalan lurus kedepan dan makin maju ia berjalan maka makin lebatlah tetumbuhan yang menghadang didepannya. Banyak pohon-pohon yang tinggi besar dan agaknya sudah puluhan tahun tumbuh disitu terbukti selain batang-batangnya sudah banyak yang lapuk juga dilapisi lumut lumut tebal menghitam. Kalau saja Hayhauw tidak tahu bahwa ditengah hutan ini menjadi daerah dari kesatuan Tiong gi pay tentu sedikitnya ia akan beranggapan bahwa ditengah hutan ini belum pernah dijelajahi manusia oleh karena manusia apakah yang berani memasuki hutan belukar yang angker dan menyeramkan ini yang layak menjadi tempat kediaman binatang-binatang buas dan amat mungkin pula terdapat . . . setan?

Tatkala ia lewat dibawah sebatang pohon yang besar yang lebat daunnya tiba-tiba ia mendengar dari atas pohon itu suara hentakkan nyaring sehingga bergema dan suara kumandangnya seakan-akan memenuhi hutan.

"He, orang luar maksud apakah yang membawamu datang ketempat ini . . . ?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hayhauw tidak menjadi terkejut oleh bentakkan yang tiba-tiba ini oleh karena, ia sudah dapat menduga sebelumnya bahwa orang itu tentulah salah seorang petugas dari Tiong gipay yang menjaga batas daerah mereka. Akan tetapi apa yang membuatnya kaget setengah mati adalah bahwa ketika ia mendengar dan memandang keatas pohon, sebelum ia sempat melihat penegurnya, tiba-tiba dari arah pohon tersebut berluncuran tidak kurang dari sepuluh batang anak panah tertuju kepadanya. Begitu cepat dan pesat anak panah anak panah itu menghujani tubuhnya sehingga menerbitkan suara berdesingan, akan tetapi Hayhauw sedtkitpun tidak menjadi bingung dibuatnya, sungguhpun dihatinya mengakui bahwa sipemanah itu tentu adalah seorang yang berkepandaian tinggi terutama dalam hal ilmu panah oleh karena kalau tidak, mana mungkin dapat melepaskan sepuluh batang anak panah sekaligus.

"Locianpwe yang berada diatas pohon. Jangan menakut-nakuti siauwte yang bodoh oleh karena kedatangan siauwte kemari adalah hendak menjadi anggota Tiong gipay. Sambil berkata demikian anak muda itu mengerakkan tongkatnya dan membuat gerak tipu Tiohoatlamhay atau ombak bergulung dilaut selatan. Tongkat ditangannya diputar sedemikian rupa sehigga benar-benar seperti ombak bergulung melindungi tubuhnya dan karenanya, kesepuluh batang anak panah itu dapat disapunya, sebagian terpukul menceng dan sebagian lagi terpukul menjadi patah-patah dan rontok ditanah.

"Gerakan ombak bergulung dilaut selatanmu cukup hebat untuk mematahkan serangan yang pertama akan tetapi untuk menyambut serangan yang kedua, sungguh tiada gunanya terdengar pula suara dari atas pohon itu”.

Hayhauw merasa penasaran, sekali mendengar kata-kata itu, ia cepat mendongak sambil berseru.

"Siauwte menunggu seranganmu yang kedua itu, locianpwe."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ha ha ha ha . . . Kau mau tunggu apa lagi? Seranganku yang kedua sudah kulakukan lihatlah diseputar kakimu."

Hayhauw merasa heran dan merasa dipermainkan maka cepat ia melihat kebawah dan baru ia sadar dan makin kagum, akan kehebatan sipemanah itu, karena tanpa ia tahu dan agaknya sipemanah itu telah melepaskan anak panahnya lagi diluar dugaannya, kini, tahu-tahu ia lihat betapa disekitar kakinya telah terpancang sepuluh batang anak panah sehingga tubuhnya, benar-benar seperti telah dipagari. Hayhauw cepat mendongak lagi dan sambil menjura ia berkata "Locianpwe, siauwte benar-benar merasa tunduk terhadap kehebatan locianpwe. Siauwte mohon locianpwe sudi memberi perkenan bagi siauwte yang hendak menghadap kepada pemimpin Tiong gipay?"

Secepat ucapannya habis maka secepat itu pula ia lihat sesosok tubuh dari atas pohon melayang turun dengan gerakan seringan burung walet dan sekejap kemudian orang sudah berdiri dihadapannya. Orang itu sudah setengah tua dan sikapnya gagah sekali. Ditangan kirinya membawa sebuah gendewa besar dan sebuah bumbung yang penuh berisi anak panah, nampak tergantung dipunggungnya. Hayhauw segera maklum bahwa kini ia sedang berhadapan dengan siahli panah, dari Santung Kang Culay, maka ia segera memberi hormat.

"Locianpwe, siauwte ingin menggabungkan diri dengan Tiong gipay mohon perkenan serta petunjuk-petunjuk selanjutnya."

Kang Culay memperhatikan anak muda itu sinar mata penuh selidik, kemudian bertanya. "Anak muda aku amat menghargai hasrat dan maksudmu? Akan tetapi atas petunjuk dari siapakah maka kau bisa sampai kemari?"

Hayhauw segera mengeluarkan surat pengantar dari To Gun Hosiang dan diberikan kepada Kang Culay sambil berkata "siuwte dapat petunjuk dari To Gun losuhu. Inilah suratnya".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kang Culay menerima surat itu dan membacanya, Setelah yakin bahwa surat itu adalah tulisan tangan To Gun Hosiang, yang menyatakan bahwa sianak muda yang bernama Han Hayhauw ini adalah murid tunggal dari Tiong Sin Tojin dan mengharapkan supaya diterima jadi anggota Tiong gipay. Kang Culay lalu mengembalikan lagi surat itu kepada Hayhauw sambil berkata: "Kiranya kau adalah murid dari Tiong Sin Tojin. Kedatanganmu kemari tentu saja sangat kuhargai. Akan tetapi, tahukah akan sarat utama bagi seorang yang menggabungkan diri dalam kesatuan Tiong gi pay?"

"Bagus!" Seru Kang Culay. "Biarpun aku sudah yakin bahwa kau sebagai murid tunggal dari Tiong Sin Tojin tentu memiliki ilmu kepandaian tinggi, akan tetapi cobalah kau layani gendewaku ini barang sepuluh jurus! Bersiaplah! . . ."

Hayhauw maklum bahwa ia hendak diuji maka ia cepat melompat dari lingkaran anak panah anak panah yang memagari dirinya tadi.

"Siauwte sudah bersiap, silahkan locianpwe."

"Awas serangan . . . !" seru Kang Culay sambil maju menerjang dengan gendewanya. Ternyata selain ahli dalam ilmu panah, Kang Culay ahli pula dalam hal bersilat dengan mempergunakan gendewa sebagai senjata. Gendewa ditangannya itu bergerak-gerak sangat hebat, merupakan gulungan ombak samudra yang menerjang Hayhauw sambil mengeluarkan bunyi mengaung, sehingga Hayhauw terpaksa harus berlaku hati-hati, berkat ginkangnya yang tinggi ia berhasil mengelak setiap serangan dengan gerakan tubuhnya yang lincah. Dan sepuluh jurus, serangan Kang Culay dapat ia punahkan hanya dengan mengelak dan berkelit saja, tanpa mempergunakan tongkatnya menangkis maupun balas menyerang.

"Bagus!" seru Kang Culay sambil menghentikan serangannya yang sepuluh jurus itu. Matanya memandang dengan penuh sinar kekaguman kepada Hayhauw. "Barusan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau hanya mengelak saja, kini cobalah kau pergunakan senjatamu dalam sepuluh jurus lagi?" setelah berkata demikian, ia lalu menyerang lagi dengan gendewanya kini serangannya dilancarkan lebih hebat dari pada tadi karena maklum bahwa anak muda itu akan memberi perlawanan.

Hayhauw maklum bahwa kalau ingin diterima menjadi anggota Tiong gi pay, ia harus memperlihatkan kepandaiannya. Maka tanpa sungkan-sungkan lagi bahkan dengan perasaan gembira, ia mainkan tongkatnya dan mengeluarkan jurus yang lihay.

Kang Culay menguji Hayhauw, akan tetapi sebaliknya dengan diam-diam anak muda itu ingin menguji pula terhadap sipenguji itu, hanya sayang pertempuran saling menguji itu hanya berlangsung sepuluh jurus. Sungguhpun demikian namun bagi kedua pihak sudah dapat memaklumi akan ketangguhan masing-masing.

Setiap kali tongkat Hayhauw bertemu dengan gendewa ditangan Kang Culay anak muda ini merasa heran karena tongkatnya membal kembali seakan-akan memukul karet. Baru kemudian ia maklum bahwa setiap kali Kang Culay menggerakkan gendewanya menangkis bukan mempergunakan batangnya melainkan mempergunakan bagian tali daripada jemparing itu sehingga karenanya tak heran kalau membuat tongkatnya membal kembali. Sebaliknya, Kang Culay, sendiri harus mengakui keunggulan ilmu tongkat dari anak muda yang diujinya itu. Gerakan tongkatnya demikian kuat dan hebat, serangannya yang dilancarkan cepat luar biasa tak dapat diduga, sehingga pada jurus yang kedelapan, ia terpaksa bersilat sambi! mundur karena merasa terdesak, jurus yang kesembilan nyaris saja tongkat sianak muda itu menyodok lambung kalau ia tak cepat berkelit, dan pada jurus yang kesepuluh tahu-tahu gendewanya sudah berpindah tangan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata Hayhauw telah mempergunakan kecerdikannya dalam jurus yang kesepuluh itu. Ujung tongkatnya telah membuat gerakan mengail dan mencongkel, karena maklum bahwa orang she Kang itu selalu mempergunakan tali jemparingnya untuk menangkis maka ketika pada jurus yang terakhir itu hendak mengirim totokan kearah pundak Kang Culay orang itu menangkis dengan mempergunakan tali gendewanya, maka secara cerdik sekali, ia segera menarik sedikit tongkatnya dan disurungkan kedepan dengan gerak tipu Dewi Kwan Im memasukan benang kelubang jarum. Tongkatnya persis sekali memasuki celah diantara tali dan gendewa dan sekali ia menggentak dan menarik dengan gerakan mengait dan mencongkel, maka gendewa itu telah terlepas dari tangan Kang Culay dan ia mengulur tangan kiri untuk menangkapnya.

Saking kagumnya. Kang Culay tak dapat mengucapkan perkataan untuk memujinya. Ia hanya berdiri saja sambil memandang membengong terhadap anak muda itu.

"Locianpwe, maaf atas kelancanganku. Harap terima kembali gendewamu ini," ujar Hayhauw sambil mengangsurkan gendewa itu kepada sipemiliknya.

"Kau sungguh hebat, anak muda gagah. Tiong Gi pay takkan kecewa menerima kehadiranmu. Silahkan kau berjalan terus!" kata Kang Culay sambil menerima kembali gendewanya dan setelah kata-katanya itu habis diucapkan, tiba-tiba ia melompat keatas dan tahu-tahu sepasang kakinya telah "menclok" diatas sebatang dahan pohon dan sekali lagi ia membuat gerakan, maka lenyaplah ia dari penglihatan Hayhauw, karena teraling oleh kerimbunan daun-daunan.

Hayhauw berjalan lagi memasuki hutan rimba itu terlebih dalam sambil dihatinya benar-benar memuji kehebatan ginkang siahli panah tadi yang dapat bergerak secara luar biasa sehingga sekejap saja ia telah menghilang ketempat pos penjagaannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kira-kira ia melangkah baru seratus tindak tiba-tiba didepannya ia digalang lagi oleh seorang lelaki berusia kira-kira empat puluh lima tahun, tubuhnya tinggi kekar dan ditangannya memegang golok besar. Sikapnya garang dan matanya yang besar melotot membuat ia kelihatan sangat galak.

"Hai, anak muda asing! Mendapat ijin dari siapakah kau berani mendatangi tempat kami ini?" orang itu membentak sambil melintangkan golok besarnya itu didepan dadanya, sikapnya benar-benar galak dan mengancam.

Sekelebatan saja Hayhauw maklum bahwa orang ini sebagaimana ia sudah mendapat keterangan dari To Li Hosiang yang mengantarkan tadi, adalah si Golok besar dari Kansu, Lim Hongpin. Hayhauw mengerti betapa ia harus mengambil hati orang kasar dan galak ini.

"Tahukah engkau bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh setiap para peserta bagi kesatuan kami?"

Hayhauw pernah ditanya demikian oleh Kang Culay tadi, maka ia menjawab seperti tadi.

"Syaratnya adalah harus memiliki kepandaian tinggi . . ." cepat menghormat sambil memberi keterangan.

"Siauwte berani memasuki sarang harimau ini adalah setelah mendapat ijin dari Kang Culay locianpwe, dengan maksud hendak menggabungkan diri dengan kesatuan Tiong-gi-pay”.

"Tiong-gi-pay selalu menerima pendekar-pendekar pejuang seperti kau ini. Akan tetapi...”

Tiba-tiba orang yang bergolok besar itu yang memang bukan lain Toato Kansu Lim Hongpin adanya, ketawa bergelak-gelak sehingga Hayhauw diam melongo karena tidak tahu apa yang diketawakan oleh orang itu. Akan tetapi oleh karena ia sudah diberitahukan oleh gurunya bahwa orang-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang didunia kangouw ini aneh-aneh wataknya dan ia tak boleh sembarangan bersikap tidak sopan, maka ia hanya menunggu saja si Golok besar itu sampai ketawa puas, meskipun hatinya agak mendongkol juga oleh karena nada ketawa orang itu seakan-akan mengandung ejekan baginya.

"Orang yang hanya memiliki kepandaian tinggi saja bukan merupakan syarat mutlak untuk dapat diterima menjadi angota Tiong-gi-pay. Biarpun bagi seorang pejuang memang harus memiliki kepandaian tinggi, akan tetapi yang penting bagi Tiong-gi-pay adalah semangat patriot yang pantang mundur dalam bahaya apapun yang dihadapinya, rela berkorban nyawa demi membela kebebasan bangsa dan kemerdekaan negara! Harus tunduk kepada pimpinan sehingga menjadi pejuang yang mengenal disiplin, tidak plintat-plintut dan bertindak menurut kehendak hatinya”.

"Suhu siauwte sudah menamakan syarat-syarat kedalam semangat dan jiwa. siauwte berani pastikan bahwa syarat-syarat yang loncianpwe ajukan niscaya dapat siauwte penuhi."

"Siapakah gurumu . . . ?"

Terhadap orang dari Tiong gi pay ini Hayhauw merasa perlu juga untuk memperkenalkan nama gurunya.

"Gurunya siauwte adalah Tiong Sin Tojin."

Lim Hongping membelalakkan sepasang matanya yang memang melotot itu. "Kau . . . ? Murid sitosu ahli tongkat itu? Kebetulan sekali dia pernah dua kali datang kemari akan tetapi aku selalu tak sempat mencoba ilmu tongkatnya yang sangat disohorkan oleh paycu, atau ketua partai kami, maka aku merasa gembira sekali apabila kini aku dapat menjajal kepandaian muridnya, bersediakah engkau anak muda ?".

Diam-diam Hayhauw merasa girang karena mendapat kenyataan bahwa gurunya pernah datang kehutan ini dengan demikian dapat ia menarik kesimpulan bahwa gurunya pasti menjadi kawan dari orang-orang Tiong gi pay juga sehingga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pantas saja gurunya, itu telah berpesan Kepada To Gun Hosiang supaya menjatuhkan diri dengan kesatuan pejuang yang gagah perkasa ini. Maka sambi1 melintangkan tongkatnya didepan dada meniru gaya Lim Hongpin yang melintangkan golok besarnya itu ia menjawab tegas. "Siauwte selalu bersedia memenuhi segala syarat yang diterapkan bagi kepentingan Tiong gi pay silahkan maju, locianpwe, siauwte ini hitung-hitung bertindak mewakili suhu yang locianpwe ingin menguji kehebatan ilmu tongkatnya.

"Bagus, kau benar-benar seorang pemuda yang bersemangat jantan. Nah, awas serangan" Lim Hongpin maju menerjang sambil mengirim serangan dengan goloknya yang besar dan berat.

Han Hayhauw cepat mengelak dan otomatis membalas dengan serangan tongkatnya. Pemuda yang cerdik ini maklum bahwa ia harus sungguh memperlihatkan kepandaian warisan gurunya terhadap orang dari Kansu itu.

Jurus-jurus pertama yang dilakukan Lim Hongpin adalah gerak tipu yang disebut Jit seng to hian atau tujuh bintang jungkir balik dilakukan bertubi-tubi sehingga goloknya itu secara cepat sekali menyambar-nyambar dan kelihatannya seakan-akan menjadi tujuh batang golok menyerang Hayhauw dari tujuh jurusan. Betapapun juga Hayhauw merasa terkejut serta kagum akan kehebatan ilmu golok yang dimiliki oleh orang she lim itu sehingga dalam jurus-jurus permulaan itu ia tak sempat balas menyerang hanva berkat ginkangnya yang sudah tinggi pemuda ini dapat menghindarkan diri dari serangan dahsyat itu dengan tujuh kali gerakan mengelak dan berkelit sehingga tujuh jurus dari Jit seng to hian telah dapat dilewatkan tanpa merugikannya! Dan ketika melihat bahwa orang she Lim itu hendak mengubah dengan gerak tipu lain sebagai serangan kelanjutanya, secara cerdik sekali Hayhauw mengambil kesempatan itu dan mendesak maju balas menyerang dengan menggunakan gerak tipu Yan cu hian po

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

atau Burung walet menyambar gelombang. Ia sengaja mengeluarkan gerak tipu ini untuk membalas jurus-jurus yang "disuguhkan" oleh lawannya tadi, oleh karena gerak tipu ini mempunyai sepuluh bagian pecahan dan setiap pecahan merupakan serangan yang berbahaya! Kini bagian Lim Hongpinlah yang merasa kaget bukan main dan ia merasa seakan-akan dikeroyok oleh puluhan orang lawan oleh karena gerakan-gerakan tongkat yang dimainkan oleh anakmuda itu benar-benar membuatnya kebingungan!

Bagi penglihatan Lim Hongpin, tongkat pada satu saat bergelenggang lenggok bagaikan seekor ular yang hendak menotok dadanya, ketika ia cepat menangkis dengan goloknya, tahu-tahu tongkat itu sudah berpindah kelain sasaran dan demikianlah seterusnya kedua orang ini saling balas membalas dengan serangan mereka yang sama lihai serta hebat. Ketika mereka sedang seru serunya saling "uji" dan kemudian keduanya sama-sama merasa penasaran tiba-tiba dari jauh terdengar suara suitan nyaring yang terdengar jelas sampai ketempat itu dan seiring dengan itu secara tiba-tiba pula Lim Hongpin melompat mundur sambil berseru keras.

Hayhauw menahan serangannya. Dan suara suitan yang tidak mempunyai arti apa-apa baginya ternyata membuat Lim Hongpin menghela nafas dan berkata. "Sayang sekali, sedang gembira-gembiranya bertanding, dengan seorang muda yang benar-benar gagah, Kang Culay toato sudah menyuruhku membawamu menghadap niocu. Sudahlah mari kuantarkan kau, menghadap kepada niocu dibenteng." Setelah menyatakan penjelasan itu ia lalu mengajak anak muda itu dan taulah Hayhauw kini bahwa suara suitan itu adalah isyarat dari Kang Culay yang mencegatnya pertama tadi.

Sambil berjalan mengikuti Lim Hongpin Hayhauw berpikir mengapa terhadap ketua Tiong gi pay Lim Hongpin menyebut niocu. Niocu adaah sebutan terhadap ketua perempuan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mungkin juga, oleh karena Tan Kimpo ketua Tiong gi pay itu tertangkap oleh Pasukan Garuda, maka sebagai penggantinya lalu diangkat isterinya. Alangkah gagahnya isterinya ketua dari Tiong gi pay itu, berjuang mengikuti jejak suami dan berdiam dihutan belantara begini serta dapat menggantikan kedudukan suaminya yang tertawan itu. Membuktikan bahwa wanita itu tentu memiliki kepandaian tinggi, demikian pikir Hayhauw lebih jauh.

Akhirnya mereka sampailah ditempat yang dituju dan Hayhauw mendapat kenyataan bahwa ditengah hutan yang penuh keangkeran itu terdapat banyak gubuk-gubuk kecil dibawah naungan dahan pepohonan yang lebat. Para pemuda yang rata-rata bersikap gagah bermunculan ketika mereka mengetahui kedatangan Hayhauw yang merupakan orang baru bagi mereka. Hayhauw merasa betapa tajam dan penuh selidik pandang mata mereka dan ia maklum bahwa andai kata kedatangannya ketempat ini tidak disertai Lim Hongpin, dapat dipastikan bahwa oleh mereka ia takkan "didiamkan". Mereka itu, yakni para anggota Tiong gi pay lalu mengikuti dari belakang Lim Hongpin, "mengawal" Hayhauw dan akhirnya sampai disebuah gubuk yang letaknya ditengah-tengah "perkampungan" itu.

Lim Hongpin mengetuk daun pintu gubuk tersebut dan sesaat kemudian pintu itu terbuka seiring muncul orangnya dari dalam. Tiba-tiba hati Hayhauw terkesiap ketika dilihatnya siapa adanya orang yang muncul itu. Biarpun air muka orang itu nampak muram dan sepasang pelupuk matanya bengkak tanda bahwa sedang menderita tindihan batin yang sangat hebat, namun Hayhauw tak menjadi pangling. Ia segera mengenalnya bahwa orang itu tak lain adalah . . . sidara yang sudah membuatnya mabuk kepayang.

Memanglah yang menjadi ketua Tiong gi pay untuk sementara dipegang oleh puteri Tan Kimpo. Sebagaimana sudah diceriterakan bahwa ketika Tan Kimpo disergap oleh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pasukan Garuda, putrinya yang bernama Tan Lian giok berhasil menyelamatkan diri setelah membuka jalan darah dan menjatuhkan beberapa orang serdadu dengan pedangnya. Dara perkasa ini mewakili kedudukan ayahnya selaku paycu Tiong gi pay. Hal ini atas pengangkatan segenap anggota Tiong gi pay yang merasa sepakat karena dara itu selain memiliki ilmu pedang dan kepandaiannya memang dapat dikatakan tak ada yang menandingi dalam kesatuan tersebut, juga ia merupakan putri tunggal dari Tan Kimpo sehingga pengangkatannya sebagai ketua, adalah sangat logis pantas. Betapa besar kebingungan dan kedudukan yang ditanggung oleh Lian giok yang ayahnya tertangkap serta sudah didengarnya pengumuman bahwa ayahnya akan dijatuhi hukuman gantung nanti sore, tak dapatlah dilukiskan. Bagaimana ia harus bertindak untuk menolong ayahnya benar-benar hampir putus asa.

Kini Lim Hongpin membawa menghadap kepadanya seorang pemuda yang pernah dijumpai didusun Bok li cun. Masih diingatnya betapa pemuda itu membagi-bagikan uang dan gandum setiap gubuk penduduk miskin dan dalam pekerjaan itu ia sendiri turun tangan membantunya dengan gembira, ia merasa kagum akan tingginya kepandaian yang dimiliki oleh pemuda ini, bahkan tentang kebaikan hatinya telah sudi membagi hasil berupa sekantong uang perak dan emas yang berjumlah cukup banyak sehingga menguatkan perbendaharaan kesatuan yang dipimpin olehnya. Dan yang Lian giok tak dapat lupakan ialah tentang kegantengan serta ketampanan pemuda itu . . .

Meskipun keangkuhan hatinya selaku seorang dara, bertempur dan saling serang dengan perasaannya, namun mau tak mau dan secara diam-diam ia harus mengakui bahwa pemuda itu sudah menawan sukmanya. Semenjak pertemuan beberapa waktu yang lalu, ia sangat mengharapkan pertemuan yang kedua dan ketiga kalinya. Ia ingin berkenalan bersahabatan dengan pemuda yang sudah diketahui memiliki

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jiwa yang besar berhati mulia berkepandaian tinggi dan berwajah tampan pernah ia ceriterakan pertemuan itu kepandaianya dan apa gerangan pendapat ayahnya? Tiong gi pay sangat memerlukan orang-orang seperti pemuda itu atau dengan lain perkataan yang lebih jelas, ialah pemuda itu sangat diharapkan menjauhkan dirinya dengan Tiong gi pay. Komentar ayahnya itu memang sangat tepat bahkan sangat mengena bagi hati kecilnya sehingga karenanya ia sangat mengharapkan dapat bertemu lagi dengan pemuda itu. Adapun kini selagi Tiong gi pay menghadapi suatu kesulitan yang sangat besar dan dapat dikata menyebabkan segenap para anggota Tiong gi pay bingung dan susah, tahu-tahu pemuda itu muncul dibawa menghadap oleh Lim Hongpin, hingga untuk sejenak hatinya berdebar tegang dan matanya memandang kepada sipemuda yang justru menatap kepadanya . . .

"Niocu, aku membawa menghadap seorang pemuda yang menurut katanya hendak mempersatukan dirinya kedalam kesatuan kita. Mohon Niocu memberi putusan!" kata Hongpin yang sama sekali tak menyadari bahwa mata niocu dan mata pemuda itu masing-masing sedang mengutarakan rasa kangen.

Demi mendengar perkataan yang disampaikan Lim Hongpin, nona Tan Lian Giok segera dapat menguasai hatinya dan lalu ujarnya: "Lim pepeh (uwak Lim), kita harus menyambut dengan penuh penghargaan kedatangan calon anggota baru ini! Bawalah dia kepondokmu dulu. Sebentar lagi aku menyusul kepondokmu."

"Baiklah niocu. Dan perlukah dia diuji?" Hongpin balik bertanya.

"Nantikan saja putusanku" sahut Lian giok tegas sehingga Lim Hongpin segera mundur diikuti Hayhauw yang sedang berusaha menekan debaran jantung dibalik dadanya. Betapa tak akan berdebar keras jantung Hayhauw karena pertemuan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan dara yang selalu membuat hatinya tersengsam-sengsam selama ini benar-benar diluar dugaan. Pertemuan yang kedua kalinya ini benar membuat ia sangat merasa canggung dan kikuk dan memang beginilah sifatnya seorang pemuda yang baru pertama kali dihinggapi perasaan cinta, kalau jauh sijantung hati itu selalu terbayang-bayang didepan mata dan ingin selalu berjumpa, akan tetapi manakala bertemu dan saling berhadapan, maka canggung dan kikuklah dia seperti terkena pukau! Apalagi sicantik jelita yang selalu menusuk-nusuk kalbunya itu kini dalam kenyataan selaku ketua dari sebuah kesatuan yang gagah berani maka maklumlah ia bahwa sijelita itu mempunyai pengruh besar dan wibawa tinggi kalau tidak mana bisa para anggota antaranya seperti Kang Culay dan Lim Hongpin dapat tunduk dan mendapati segala perintahnya. Selain jantungnya berdebar keras benak anak muda inipun membuat sebuah pertanyaan bahwa apakah si jelita itu istri Tan Kimpo ataukah puterinya . . . ? Kalau istri dari ketua yang sudah ditawan itu . . . ah, betapa hancur luluh hati dan luka parah sukmanya yang baru saja ditumbuhi bunga asmara yang mulai mengembang ini? Sebaliknya, apabila ia putrinya tentu hati anak muda ini akan bersorak girang dan dalam perjuangannya selaku anggota Tiong gi pay akan diusahakannya untuk megetuk pintu hati sijuita yang sudah dicintainya secara sepihak itu. Akan tetapi bagaimana kalau sudah bersuami atau sedikitnya bertunangan? Pertanyaan terakhir ini tiba-tiba, membentur benak Hayhauw sehingga anak muda ini kembali jadi merasa kebingungan sendiri. Namun, berkat otaknya yang cerdik segera mendapat akal sehingga sebelum turut mundur bersama Hongpin dari hadapan niocu itu, ia memberanikan hati bertanya.

"Siocia . . . eh maaf, Niocu . . . Bolehkah aku bertanya? Tan Kimpo locianpwe, yang ditawan oleh Pasukan Garuda itu, apakah hubungannya dengan Niocu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia ayahku dan persetujuan semua kawan-kawan kini aku bertindak selaku penggantinya."

Bersoraklah hati Hayhauw mendengar keterangan yang sangat menggembirakan ini, tapi dia berhasil mengekang perasaan hatinya ketika berkata dengan sikap sungguh-sungguh.

"Niocu disamping aku menyampaikan salam dengan ucapan selamat bertemu kembali juga setelah aku mendapat keterangan dari niocu maka dengan jalan ini aku menyatakan turut bingung dan sedih hatiku yang tak terhingga atas kemalangan yang menimpa Tan Koncinpwe sehingga kalau niocu setuju, aku bersedia mencurahkan kebodohanku untuk membantu masalah besar yang niocu hadapi ini!"

Nona Tan Lian Giok menundukkan muka sejenak. Didalam hati dara perkasa ini sebenarnya merasa bangga mendengar pernyataan sipemuda yang sudah diketahui kelihayannya itu. Betapa ia takkan menerima kesediaan pemuda itu dikala ia sendiri justru sedang memerlukan bantuan. Akan tetapi selaku penjabat ketua dari sebuah kesatuan tentu saja ia tak dapat bersikap menurutkan suara hatinya, apa lagi dihadapan para anggota Tiong gi pay, maka dengan sikap penuh disiplin nona ini berkata, "Saudara, tentu saja kami, atas nama segenap anggota Tiong gi pay merasa sangat berterima kasih sekali akan kerelaanmu ikut serta dalam perjuangan kami ini. Asal saja kau dapat memenuhi beberapa syarat yang kami tentukan."

"Nyatakanlah syarat-syarat itu juga, niocu sahut Hayhauw bersemangat."

Mata yang suram dan wajah yang suram jadi agak berseri tatkala nona itu berkata, "syarat pertama kau harus menerangkan riwayat hidupmu. Kedua, dengan maksud dan tujuan apa maka kau membantu Tiong gi pay dan ketiga, kau harus bersumpah setia serta taat dan patuh akan perintah dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aturan yang ditentukan oleh Tiong gi pay yang aku pimpin ini."

Hayhauw mengangguk-anggukkan kepala sambil bersenyum dan dari saku bajunya ia lalu mengambil surat pengantar dari To Gun Hosiang. "Niocu, kiranya segala syarat akan dipenuhi setelah kau membaca surat untukmu ini?" Lalu surat itu dtangsurkannya dengan kedua tangannya.

"Surat dari siapakah ini?" Lian giok bertanya sambil menerima surat itu dan serta merta dibuka sampulnya lalu dibacanya.

Selama sinona membaca surat itu adalah merupakan satu kesempatan yang amat baik bagi Hayhauw untuk memperhatikan dan memuaskan hatinya memandangi keadaan diri dara jelita yang sudah mengembangkan kuncup asamara dilubuk hatinya itu. Kini ia dapat melihat secara jelas kecantikan yang dimiliki sinona, tidak seperti tempo hari dalam pertemuan diantara kelepan malam disusun Bok li cun. Meskipun wajah kusut dan muram membayangkan batinnya yang tertindih kesedihan, namun sedikitpun tak mengurangi kejelitaannya, bahkan dalam pancaran mata Hayhauw justru membuktikan kecantikan yang asli dan wajar karunia alam. Pakaian yang terbuat dari cita kembang dengan potongan singkat sebagaimana layaknya pakaian pendekar wanita, ditambah lagi sebilah pedang digantung di pinggang sebelah kirinya mengesankan betapa gagahnya ia. Hayhauw ingin selamanya dapat menikmati keindahan itu dan memanglah semenjak dunia berkembang tidak ada daya penarik yang lebih memikat hati para pemuda selain menikmati wajah dara-dara ayu.

Waktu membaca surat yang memang hanya sebentar itu dirasakan Hayhauw terlalu cepat sehingga berakhirlah kesempatan yang sangat dinikmatinya itu tatkala Lian giok selesai membaca dan memandang kepadanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi . . . kau ini yang bernama Han Hayhauw dan murid tunggal dari Tiong Sin lopepeh?" dara itu bertanya kemudian seakan-akan kurang percaya.

"Tidak salah niocu! Dan agaknya kau kenal juga dengan suhuku?"

"Bukan saja kenal bahkan Tiong Sin lopepeh menjadi kawan karib ayahku dan merupakan seorang pendukung perjuangan kami disamping To Gun Hosiang"

Hayhauw sudah dapat menduganya sesudah mendapat keterangan dari Lim Hongpin tadi bahwa gurunya sering datang ketempat ini tentu gurunya membantu perjuangan Tiong gi pay maka bukan suatu hal yang kebetulan kalau gurunya meninggalkan pesan melalui To Gun Hosiang agar ia menjatuhkan diri kedalam kesatuan Tiong gi pay ini. Tentu saja hati anak muda ini bukan main girangnya setelah mendapat keterangan yang lebih jelas dari dara itu sendiri bahwa gurunya merupakan seorang pendukung Tiong gi pay, sehingga ia yakin seyakin-yakinnya bahwa ia dapat turut berjuang membantu kesatuan ini tanpa mendapat kerewelan dari sidara ketua itu!

Sebelum Hayhauw bertanya untuk memperoleh putusan. Nona itu keburu mendahuluinya berkata.

"Surat dari To Gun Hosiang ini sudah cukup memberi jaminan bagimu untuk kita berjuang bersama dibawah panji Tiong gi pay. Kupersilahkan kau masuk, juga Lim pepeh, mari kita rundingkan bersama tentang saran dari To Gun Hosiang yang dinyatakan dalam surat ini"

Dara ini lalu menggeser dan berdiri disisi ambang pintu, pertanda bahwa orang yang akan diajak berunding ini diberi jalan untuk masuk kedalam pondoknya.

Jangankan Hayhauw, sedangkan Lim Hongpin sendiri merasa enggan untuk memasuki pondok sidara itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah berdiam sesaat dan akhirnya terpikir, bahwa hal ini atas permintaan sidara sendiri dan pula untuk merundingkan kepentingan perjuangan maka Lim Hongpin dan Hayhauw yang tadi surut mundur ini lalu masuk. Lim Hongpin masuk duluan dan Hayhauw membuntutinya, lalu diikuti oleh sidara itu sendiri setelah menutup pintu pondoknya kembali.

Mata Hayhauw seperti mendadak menjalang menatapi segala sesuatu yang terdapat dalam pondok itu. Biarpun segalanya serba sederhana dan ukuran pondok itu tidak terlalu besar, namun terawat rapi sehingga memberikan pemndangan yang menyebapkan mata. Ini tentu berkat rawatan tangan sidia, pikir Hayhauw sambil menekan perasaan dibalik dadanya yang lagi berdebar-debar keras!

Mereka duduk diatas tiga buah bangku mengitari sebuah meja persegi diatas mana terletak sebuah jembangan kecil yang menjadi tempat bunga-bunga hutan yang masih segar. Disitulah Lian giok merundingkan saran To Gun Hosiang yang dinyatakan didalam surat, yang dibawa Hayhauw tadi, bahwa tindakan pertama yang paling penting harus dikerjakan ialah menolong Tan Kimpo dari tawanan pasukan penjajah sebagaimana sudah diceriterakan, bahwa apabila nyawa Tan Kimpo tak keburu ditolong, maka jenazahnya harus diamankan, harus diambil dari tiang gantungan baik dengan jalan apapun juga.

Lim Hongpin sigolok besar dari Kansu hanya menyatakan pendapatnya bahwa ia sangat merasa setuju dengan apa yang disarankan To Gun Hosiang itu sehingga dalam perundingan singkat itu akhirnya nona Tan Lian giok mengambil putusan untuk melaksanakan saran To Gun Hosiang, tinggal saja menyusun rencana serta siasat untuk melaksanakan pekerjaan yang bukan ringan itu. Akan tetapi dengan segera siasat dapat diatur baik oleh Lim Hongpin dan Hayhauw mendapat tugas untuk mengambil jenazah Tan Kimpo dari tiang gantungan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sanggupkah kau mengerjakannya, saudara Hayhauw?" tanya Lian giok akhirnya.

Hayhauw maklum bahwa pekerjaan yang sangat berat ini sengaja mereka bebankan kepadanya adalah salah satu ujian berat baginya dalam praktek. Sungguhpun dirasakan amat berat dan berbahaya, akan tetapi karena ia sudah bertekad bulat untuk menjalankan darma baktinya kepada Tiong gi pay. Sebagaimana yang dipesankan suhunya, maka tiada suatu alasan baginya untuk menolak.

"Betapapun juga aku harus menerima tugas ini mudah-mudahan saja berhasil. Mohon dari niocu!" Jawabnya tegas tapi dengan nada merendah dan agak merayu.

Tan lian giok bangkit dari tempat duduknya. Wajah yang muram nampak makin sayu karena hatinya amat bangga bercampur haru menerima kesediaan sianak muda untuk menempuh bahaya demi kepentingannya, Ia merangkapkan kedua tangannya didepan dada sambil berkata lirih, "Saudara Hayhauw, sekali lagi aku mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaanmu. Aku yakin bahwa dengan bantuanmu perjuangan kami akan membawa hasil seperti apa yang kami harapkan, sehingga tak perlu kau berlaku sungkan merendah."

Repot juga Hayhauw menerima sikap hormat dan pernyataan dari sigadis yang menyebabkan dadanya berdebar makin keras ini. Sehingga ia hanya mampu membalas menghormat, tanpa dapat mengucapkan perkataan sebagai imbalannya.

Kemudian Lian giok menuturkan kepada Lim Hongpin bahwa ia pernah bertemu dengan Hayhauw dan memberi sumbangan, untuk biaya Tiong gi pay sekantong uang perak emas, ketika ia bersama ayahnya pergi tempo hari untuk mencari biaya tambahan sehingga taulah Hayhauw kini bahwa perkumpulan yang tidak mau disebutkan oleh gadis tempo hari kiranya adalah perkumpulan Tiong gi pay ini. Apa yang paling mengesankan bagi Hayhauw dalam pertemuan itu, ialah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahwa sigadis itu tanpa diminta telah memperkenalkan namanya, Tan Lian giok. Tiga suku kata dari nama sigadis itu segera terukir dikepingan hatinya. Begitu indah dan merdu nama itu bagi Hayhauw, sehingga tak bosan-bosannya dihatinya mengulang-ulanginya seakan-akan takut terlupa pula

Sementara diluar pondok didalam mana mereka bertiga berunding dan dilanjutkan dengan acara "ramah tamah" itu maka para anggota Tiong gi pay yang sebagian banyak terdiri dari pada anak anak muda ramai berbisik-bisik karena tidak sari-sarinya niocu mereka menerima seorang pemuda kedalam pondoknya apalagi pemuda yang merupakan orang baru seperti Hayhauw itu.

"Agaknya niocu kita merasa tertarik akan ketampanan dan kegagahan orang baru itu!" terdengar seorang anak muda menggumam.

"Mereka setimpal kalau mereka berjodoh. Sipemuda cakap, sidara cantik ditambah lagi keduanya memiliki kegagahan yang patut dipuji" terdengar suara yang menggarami, dari seorang yang usianya tak dapat disebut lagi.

"Betul juga" ujar orang muda yang lain lagi. "Tapi yang paling sial adalah kawan kita, Ho Bunki sikepala baja, sekarang ia mendapat saingan" Lalu orang yang berkata demikian itu ketawa ditahan-tahan.

Ho Bunki, sipendekar muda ahli gwakang dari Hok kian yang pada waktu mana kebetulan pula berkumpul diantara mereka dan sejak tadi, ia memang melihat kedatangan Hayhauw hatinya merasa tidak enak ketika melihat betapa Tan lian giok mempersilahkan pemuda itu masuk kedalam pondoknya. Ditambah lagi sekarang ia mendengar kelakar kawan-kawannya, maka tidak heran kalau anak muda ahli gwakang yang diam-diam telah jatuh hati dengan Lian giok ini telah merasa terbakar hatinya. Memang perkataan kawannya tadi sangat tepat bahwa ia mendapat saingan sehingga terdapat anak muda baru itu telah menimbulkan rasa cemburu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dihatinya. Maka ketika dilihatnya anak muda itu bersama Lim Hongpin yang setelah selesai berunding dan keluar dari pondok Lian giok. Bunki segera menghampiri dan dengan kasar siahli gwakang ini mengajukan pertanyaan kepada Hayhauw.

"Kawan baru! Kau mau menjadi anggota Tiong gi pay?"

Hayhauw agak tercengang mendapat pertanyaan dengan sikap yang tidak amat menyenangkan hatinya ini. Sesaat ditatapnya orang itu, yang bertubuh tegap dan disepasang lengannya nampak otot-otot besar mencerminkan bahwa ia memiliki tenaga yang sangat kuat. Hayhauw segera dapat menduga bahwa orang muda yang kasar ini adalah sikepala baja dari Hokkian seperti yang didengarnya keterangan dari To Li Hosiang yang mengantarkan tadi, maka biarpun hatinya kurang senang, namun ia lalu menjawab dengan sikap yang menjadi pembawaannya yaitu merendah.

"Benar, toako! Hal ini benar-benar sangat menggembirakan hati siauwte."

"Bagus!" seru Ho Bunki "Tapi aku ingin menjajal dulu kekuatanmu dengan kepalanku ini, nah terimalah!" Seiring dengan ucapannya tiba-tiba kepalan tangan kanannya yang besar dan kuat itu melayang kearah dada Hayhauw dan oleh karena jarak mereka sangat dekat sehingga seakan-akan Hayhauw tidak sempat berkelit, maka seketika itu juga terdengar suara "duk" yang sangat keras, yaitu suara yang timbul dari kepalan Bunki menumbuk dada Hayhauw.

Harus diakui bahwa kepalan Ho Bunki memang mempunyai kekuatan luar biasa, Ia pernah memukul kepala seekor kerbau gila yang mengamuk sehingga pecah dan kerbau itu mati.

-o0odwookzo0o-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid VII Seketika jarang sekali ia menemukan tandingan yang dapat

menahan pukulan kepalannya ini sehingga karenanya, pukulan yang berdasarkan tenaga gwkang ini selalu menjadi kebanggaan serta sangat dibuat andalannya! Hanya sayang sekali Ho Bunki mempunyai adat berangasan dan sikap kasar, sehingga bagi orang lain yang tidak mengetahui watak serta pembawaannya, ia akan dianggap seorang pemuda sombong. Dan Hayhauw pun menganggapnya demikian!

Akan tetapi Hayhauw adalah seorang anak muda yang selalu dapat mengimbangi sikap seorang, sehingga karenanya kini Ho Bunki seperti menemukan batunya! Biasanya, pukulan kepalan Ho Bunki apabila mengenakan sasarannya apalagi secara tepat, pasti orang yang dijotosnya itu akan terguling roboh dan tak dapat bangun lagi karena menderita patah tulang, akan tetapi ketika kepalanya itu menumbuk dada Hayhauw yang tampaknya tinggal mandah saja, bukan saja tidak membuat pemuda baru itu roboh, malah goyahpun tidak, dan sebaliknya, Ho Bunki yang berteriak kesakitan sendiri karena kepalannya itu seakan-akan menumbuk benteng baja yang sangat kuat, ia segera menarik kepalannya dengan wajah menangis menahan sakit. Sepasang matanya membelalak memandang Hayhauw yang nampaknya tinggal tenang-tenang saja. Bukan main heran terkejut dan penasaran hati sikepalan baja dari Hokkian ini.

Untuk menyembunyikan rasa malu yang ditanggung kawannya, Lim Hongpin segera mengetahuhinya sambil berkata.

"Hote atau adik Ho, sudahlah. Kini bukan waktunya bagimu untuk menguji kawan kita yang baru ini. Niocu telah mengeluarkan perintah bahwa pada waktu itu juga kita harus berangkat ke Taygoan. Kalau perlu kita mengadakan perang mati-matian dengan pihak musuh untuk menolong paycu kita”.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ucapan Lim Hongpin ini segera disambut oleh suara teriakan bersemangat tanda setuju dari para anggota Tiong gi pay yang hadir. Segera semua para anggota dari pasukan yang gagah berani ini berkumpul untuk mendengar perintah dan siasat-siasat yang diatur oleh Lim Hongpin dan Kang Culay. Seorang utusan lalu disuruh menyampaikan berita kepada To Gun Hosiang dikuil Lianhoksi. Dan sejak saat itulah Han Hayhauw menjadi seorang pejuang dalam kesatuan Tiong gi pay. Hayhauw maklum bahwa setelah menjatuhkan dirinya kedalam Tiong gi pay ini, tugas-tugas yang dihadapinya sangat berat. Apalagi tugas yang pertama kali ia harus lakukan ialah ambil mayat Tan Kimpo dari tiang gantungan! Betapa berat dan besar resiko pekerjaan ini ia sudah dapat dibayangkan, sangat mungkin nyawa sendiri akan melayang! Tapi sebagai seorang pejuang Hayhauw paham bahwa ia tidak boleh memperhitungkan untung ruginya perjuangan yang dihadapinya asal dengan keyakinan bahwa yang diperjuangkannya itu adalah demi membela kebenaran dan keadilan. Apalagi perjuangannya dibawah naungan kesatuan membela kebebasan bangsa dan kemerdekaan negara, maka kewajibannya harus berjuang mati-matian tanpa pamrih. Memang harus demikianlah tekad orang pejuang sejati. Perhitungan para pejuang yang membela tanah air dan bangsa tanpa pamrih hanya ada dua macam. Pertama mengakhiri perjuangan dengan kemenangan mutlak dan kedua gugur dimedan perang sebagai kesuma bangsa yang dihormati dan dibanggakan.

Akan tetapi sayang sekali Hayhauw tidak segera menyadari bahwa dalam tekadnya sebagai pejuang sebulat itu, setelah menyatukan diri kedalam pasukan Tiong gi pay ada seorang Tiong gi pay yang diam diam menaruh rasa tidak suka terhadapnya. Orang ini bukan lain ialah Ho Bunki, perasaan tidak suka yang disimpan didalam hatinya terhadap Hayhauw, disebabkan selain ia masih penasaran ketika mengujinya tadi ia merasa dibikin malu, bahkan yang utama sekali ialah ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa iri dan cemburu karena nona Tan Lian Giok ketika menyambut dan menerima Hayhauw tadi menurut pendapatnya, tidak semestinya seperti itu.

ooooooOdwOoooooo

Berbagai siksaan dan kompesan telah diderita oleh Tan Kimpo semenjak saat pemimpin Tiong gi pay itu disergap dan ditawan. Yang paling getol menyiksa adalah Ceng Kunhi sesuatu pula dengan jabatannya selaku panglima muda dan algojo. Lebih-lebih lagi ketika setelah kembali dari Lianhoksi dimana ia bersama Kulangcha dibikin malu oleh To Gun Hosiang. Kemendongkolan hatinya lalu ditimpakan terhadap tawanan itu. Padahal itu untuk kesekian kalinya tubuh Tan Kimpo yang memang semulanya sedang menderita sakit, dan ditambah lagi gara-gara siksaan sehingga keadaannya demikian lemah dan menyedihkan, digusur keluar dari kamar kurungan dan dengan siksaan oleh beberapa orang, perwira pasukan garuda, tubuh Tan Kimpo yang agak kurus itu dicambuki oleh Ceng Kunhi, dan seperti biasanya, setiap kepala yang dipancungkan terlepas dari tubuh tawanan atau setiap tubuh sitawanan menggelepar kesakitan dicambuknya selalu diiringi suara ketawa dari Ceng Kunhi dan oleh karena sifatnya yang luar biasa inilah maka Ceng Kunhi mendapat nama julukan Ciauw giam lo atau Malaikat Elmaut ketawa.

"Tar tar tar tar . . ." suara cambuk yang melecut memaksakan anak telinga diiringi bergelaknya bagaikan suara tertawa iblis dan tubuh yang disiksanya bergulingan dilantai, menggeliat menggelepar seakan-akan bergulat dengan sekan merenggut nyawa.

Baju Tan Kimpo robek-robek dan kulit tubuhnya pecah dan berdarah atau matang biru. Siksaan dari musuh ini ia terima dengan hati tabah, betapapun hebatnya siksaan ini ia derita, namun dari mulutnya, pihak penjajah tak berhasil memperoleh keterangan sekelumitpun.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Gembong pemberontakan hina! Mengakulah dimana kau menyembunyikan anak buahmu?!" Kalimat pertanyaan ini entah untuk keberapa kalinya dilontarkan oleh Ceng Kunhi. Akan tetapi yang ditanya dan disiksa itu selalu tidak mau menjawab, mulutnya tak lain hanya mengeluarkan rintihan menahan rasa sakit yang menyayat tubuhnya.

Kembali cambuk ditangan Ceng Kunhi terayun dan menyabet tubuh yang sudah lemah dan payah itu sambil mengeluarkan suara seperti halilintar, Kembali tubuh Tan Kimpo menggeliat kedua tangannya dikepalkan seluruh otot-ototnya merenggang, dan ia merintih, minta perlindungan kepada Tuhan!

"Gembong pemberontak! Aku masih memberi kesempatan supaya kau mengatakan keterangan yang kami butuhkan! Dan kesempatan ini adalah yang terakhir yang mungkin akan membatalkan maksud hati untuk menggantungmu!" Ceng Kunhi menghardik pula dan kini ia mencoba mengambil siasat memancing.

Pada detik berikutnya hati panglima muda yang kejam ini agak gembira ketika dilihat Tan Kimpo dengan susah payah berusaha bangun dan duduk dilantai. Dikiranya ia akan memberi seperti yang diharapkan. Akan tetapi sesudah ditunggu sampai sesaat lamanya Tan Kimpo masih tetap membungkam, hanya sepasang matanya yang bersinar tajam dibalik pelupuk mata yang bengkak karena aniayaan itu ditatapkan terhadap panglima bermata juling yang menyiksanya. Bibirnya tertutup rapat, hanya dari sebelah dalam bibir itulah terdengar jelas bunyi gemertakan!

"Katakanlah! Mungkin putusan kami berubah . . .!" Ceng Kunhi mendesak.

Akhirnya, perlahan-lahan sekali bibir Tan Kimpo bergerak dan nampak membuka dan benar saja kini ia berkata. Akan tetapi perkataan yang diucapkannya sungguh diluar dugaan Ceng Kunhi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Manusia keji pengkhianat bangsa dan negara! Mau bunuh aku segera bunuhlah! Tak perlu coba membujukku! Sampai ajalku tibapun jangan harap kau bisa memperoleh sesuatu keterangan dariku . . . !" Demikian perkataan yang diucapkan Tan Kimpo dengan nada marah sungguhpun suaranya sangat lemah. Perkataan dari seorang sejati selaku pemimpin Tiong gi pay yang mempunyai rasa tanggung jawab penuh tentu saja merasa lebih rela mati sebagai orang gagah dari pada membocorkan rahasia kesatuannya.

Bukan main marahnya hati Ceng Kunhi setelah mendengar ucapan Tan Kimpo, apalagi dirinya dimaki pula maka segera saja cambuknya dikerjakan pula secara bertubi-tubi sehingga, kembali tubuh ketua Tiong gi pay itu bergulingan dan menggelepar-gelepar bagaikan cacing gelisah diatas abu panas. Pakaian makin robek dan koyak serta dibasahi pula oleh peluh dan darah yang mengalir dari luka-lukanya. Ketika tubuhnya yang didera cambuk bergulingan kedekat kaki salah seorang perwira, maka perwira yang bukan lain adalah Ong Samkui, yaitu perwira tingkat tiga yang bersenjatakan sepasang kampak besar yang tentu pembaca masih ingat bahwa tertangkapnya Tan Kimpo yang sedang menderita sakit itu adalah oleh sepasukan tentera dibawah pimpinan perwira she Ong ini, segera mengayunkan kakinya dan menendang tubuh Tan Kimpo terpental dan bergulingan dan seorang perwira yang lainnya lagi meniru perbuatan Ong Samkui. Demikianlah, lebih dari lima kali tubuh ketua Tiong gi pay yang malang itu dijadikan bola sepak oleh para perwira yang hadir disitu disamping cambuk Ceng Kunhi yang terus melecut-lecut disertai ngakak tertawa iblisnya!

Kalau saja Tan Kimpo disergap bukan waktu ia sedang menderita sakit, tentu ia takkan sampai mengalami hal seperti ini dan andai kata ia sampai tertawan namun justru tidak sedang sakit, maka dalam penganiayaan ini sedikitnya tentu ia akan memperlihatkan kegagahannya! Setidak-tidaknya ia akan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjatuhkan dua atau tiga perwira musuh dahulu sebelum ajal merenggut nyawanya!

Setelah dijadikan bola tendang tadi, akhirnya Tan Kimpo terkapar dan tubuhnva sedikitpun tak bergerak! Bajunya yang sudah menjadi compang-camping itu basah kuyup dan merah. Bahkan darahnya itu banyak menodai pula lantai dimana ia ditendang pulang pergi serta dicambuki barusan.

"Ha ha ha ha . . . Rupanya dia semaput pula. Guyur air!" kata Ceng Kunhi setelah menghentikan ketawa iblisnya. Seorang perwira bawahan lalu mengambil seember air dan wajah serta tubuh Tan Kimpo yang sudah tidak karuan rupanya itu, disiraminya.

Sejak ditawan, Tan Kimpo sudah lima kali pingsan akibat siksaan dan biasanya setelah diguyur air, segera sadar pula untuk kemudian ia dikompes lagi. Tetapi kali ini, meskipun sudah di "mandikan" seember air dan ditunggu hingga beberapa saat lamanya, Tan Kimpo tak nampak gejala-gejala akan sadar. Kemudian para perwira boneka penjajah itu baru tahu setelah salah seorang memeriksanya, bahwa nafas dan denyut jantung orang yang mereka namakan kepala pemberontak yang berkepala batu itu sudah berhenti sama sekali. Tan Kimpo mati. Dan matinya ini benar-benar dapat dinamakan sebagai pahlawan bangsa dan kusuma negara.

Tubuh yang sudah menjadi mayat itu harus mengalami siksaan lebih lanjut lagi yaitu digantung dimuka pintu gerbang tembok benteng gubernuran yang dilakukan pada sore harinya, sesuai dengan putusan yang telah diumumkan pada pagi hari tadi yang sebagaimana sudah diterangkan dalam bagian permulaan dari ceritera ini.

Pasukan Tiong gi pay yang dibantu oleh keenam orang hwesio dari kuil Lianhoksi melakukan penyerbuan besar-besaran kekota Taygoan. Peristiwa ini terjadi pula pada sore hari itu juga, dikala senja hampir berganti malam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siasat peyerbuan diatur sedemikian rupa, yaitu sebagian para anggota Tiong gi pay yang hampir mencapai seratus orang lebih banyaknya itu melakukan pengacauan dipinggir kota. Banyak rumah-rumah para hartawan yang menjadi antek-antek atau pembantu pihak penjajah yang sudah tercatat dalam daftar hitam Tiong gi pay dibakar! Siasat sebagai pancingan untuk menarik perhatian pasukan penjajah ini ternyata sangat berhasil, oleh karena hampir seluruh serdadu dari pasukan garuda dikerahkan tempat itu, sehingga terjadi pertempuran yang sangat dahsyat!

Sementara para pemimpin Tiong gi pay dan dibantu keenam orang hwesio yang sudah disebutkan tadi yang kesemuanya menyamar sebagai petani dan kepala mereka yang gundul itu ditutupi topi caping yang berdaun lebar, berhasil menyelundup dan dengan mempergunakan kepandaian mereka, dapat melampaui beberapa pos penjagaan sehingga akhirnya mereka telah mendekati pintu gerbang gubernuran. Keadaan disitu sunyi sekali, seakan-akan tak dijaga.

Cuaca sudah mulai gelap akan tetapi sinar api yang membakar rumah-rumah jauh dibelakang mereka memberikan penarangan yang remang-remang sehingga apa yang nampak dipintu gerbang benteng gubernuran itu terlihat cukup jelas, sehingga karenanya Lian giok mengeluarkan jeritan tertahan:

"Ayah!" Dan nona perkasa ini hendak lompat dan lari menghampiri tubuh yang tergantung dibawah tiang gantungan terpancang dimuka pintu gerbang itu akan tetapi Lim Hongpin cepat memegang dan menarik lengannya.

"Niocu, sabar dan jangan ceroboh. Kuatkan imanmu!" bisik Lim Hongpin dengan suara perlahan dan menggetar. Hatinya amat tertusuk menyaksikan pemandangan yang amat menyedihkan jelas terlihat bahwa tubuh Tan Kimpo tergantung lehernya dibawah tiang gantungan dimuka pintu gerbang itu, tak salah lagi bahwa Tan Kimpo yang digantung

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu. Pakaiannya, masih seperti ketika ia disergap kemarin malam. Yakni baju hitam dan celana putih, yang kini sudah compang-camping dan cabikannya nampak menggelepar-gelepar ditiup angin.

"Lim pepeh, biarkan aku mengambil jenazahnya. Tak kuat hatiku melihat dia tergantung seperti itu." Tan Lian giok meronta-ronta dalam pegangan Lim Hongpin.

"Sabar niocu kita harus bertindak menurut rencana, jangan sampai mengorbankan nyawa sia-sia" kata Lim Hongpin menyabarkan dan pendekar dari Kansu ini berkata pula mengutarakan pendapatnya, "Kita tak boleh berlaku gegabah, tempat ini terlalu sunyi dan keadaan yang tidak semestinya ini aku merasa yakin bahwa ditempat tersembunyi pasti terdapat musuh berjaga-jaga yang siap akan menyergap kita. Oleh karenanya, kita harus berpencar. Kita harus dipencar menjadi tiga kelompok dan kita coba mendekati, gantungan itu dari tiga jurusan. Nah segera laksanakan siasatku ini sementara niocu Bunki Culay ialah biarlah bersamaku".

Mereka segera menyebar dan mereka ini bukan lain terdiri dari To Gun Hosiang dan To Li Hosiang merupakan kelompok kedua yang mencar kesebelah selatan. Sedangkan To Bi Hosiang To Gi Hosiang dan Hayhauw merupakan kelompok ketiga dan menyelinap kesebelah utara. Begitulah dalam keadaan sepi yang menjadi teka teki serta mencurigakan itu mereka berusaha mendekati tiang penggantungan dari tiga jurusan. Mereka menggunakan taktik gerilya, tindakan kaki mereka beridap-idap hati berdebar tegang, kewaspadaan mata dan telinga diperlipat gandakan dan senjata masing-masing sudah siap ditangan.

Lim Hongpin terus memegangi lengan Lian giok yang kini sudah tak kuat lagi membendung kesedihannya. Ketika mereka sudah berada dekat sekali dengan tiang gantungan.

"Niocu, atasilah rasa sedih dihatimu. Hendaknya kita ingat bahwa ayahmu telah tewas sebagai pahlawan besar!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terdengar Kang Culay berbisik sambil berjalan mengindap-indap dan sepuluh batang anak panah sudah dipersiapkan pada gendewanya.

Tan Lian giok menahan isak tangisnya dan setelah melihat keadaan tetap sunyi, maka tiba-tiba saja dara ini melompat kedepan dan dengan tiga kali lompatan saja ia sudah tiba dibawah penggantungan ayahnya. Ternyata Tan Lian giok tidak dapat menahan hatinya lagi. Melihat betapa ayahnya telah tergantung disitu dalam keadaan tak bernyawa lagi serta berbau amis karena darah-darah yang membeku, ia lalu mengerahkan ginkangnya sehingga dengan sekali enjot saja tubuhnya mumbul keatas dan tangan kirinya lalu menjaga besi gantungan diatasnya yang membuat tubuhnya menggelantung disisi jenazah ayahnya. Dan tangan kanannya lalu mengayunkan pedangnya untuk memutuskan tali yang menjerat leher ayahnya. Akan tetapi sebelum maksudnya ini tercapai tiba-tiba pedangnya terbentur oleh sebuah benda secara tepat sekali. Tenaga benturan itu kuat sekali sehingga pedangnya terpental serta lepas dari pegangannya. Ternyata benda yang terbentur itu datang dari atas benteng dan yang disusul lagi banyak sinar hitam menyambar kearahnya.

"Niocu, awas. Cepat lompat turun!" teriak Lim Hongpin dengan hati terkejut karena mendapat kenyataan bahwa mereka terjebak sungguhpun hal ini sudah diduganya dari semula.

Sebelum diberi peringatan, biarpun hatinya bukan main sedih dan bingung sebenarnya Tan Lian giok sudah cukup waspada, maka sebelum senjata-senjata rahasia itu sampai menyerang dirinya, ia sudah segera melompat turun dan lalu berguling dan dengan selamat ia berhasil memepetkan dirinya dibawah tembok benteng.

Setelah itu, pintu gerbang yang tadinya tertutup rapat-rapat itu tiba-tiba membuka dan secara cepat sekali dari mana berlompatan tujuh sosok tubuh keluar dan menerjang mereka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan mereka ini memperdengarkan suara ketawa yang mencerminkan cemoohannya! Ternyata mereka ini adalah ketujuh perwira dari Pasukan Garuda dan barangkali pembaca yang budiman sudah lupa lagi nama-nama mereka maka baiklah pengarang disini bantu mengingatkannya bahwa mereka adalah: sipanglima berbentuk bulat tinggi berbangsa Mongol dengan senjata istimewa yang berbentuk bulan bintang, Ceng kunhi sipanglima muda yang bermata juling itu, Ma Inliang perwira tinggi perwira tingkat satu yang lebih dikenal dengan nama julukannya sitongkat kepala naga atau Long thauw tung, Tohula alias si tongkat panjang perwira tingkat dua, Ong Samkui perwira tingkat tiga yang senjatanya berupa kampak kembar, So Banpek siperwira tingkat empat dengan sebilah golok bengkung dan panjang sebagai senjatanya, perwira tingkat lima Ho Likiat, bersenjata sepasang tombak berjagak (siangkek).

Para pemimpin Pasukan Garuda ini ternyata telah membuat siasat yang sangat tepat sekali untuk menyambut penyerbuan dari Tiong gi pay, mereka sudah memperhitungkan bahwa dengan jalan digantungnya mayat "Gembong pemberontak" dari Tiong gi pay itu para anak buahnya pasti akan datang menyerbu atau setidak-tidaknya akan mengambil mayat pemimpin mereka. Siasat ini ternyata sangat berhasil, maka ketika mengetahui bahwa para anak buan Tiong gi pay mulai mengadakan pembakaran rumah-rumah dipinggir kota, Kulangcha lalu mengerahkan para serdadunya untuk menghadapi dan memberi perintah pula terhadap para perajurit penjaga bahwa apabila melihat para pemimpin Tiong gi pay menyelundup memasuki kota dan mandatangi kearah pintu gerbang hendaknya dibiarkan karena hendak diganyang oleh para perwira yang diam-diam mengadakan bayhok dan pengintaian dibalik pintu gerbang. Maka ketika dari lubang pengintaian mereka melihat bahwa pancingan mereka disanggut sang ikan, yaitu ketika para pemimpin Tiong gi pay menghampiri tiang penggantungan Lian giok melompat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak mengambil jenazah ayahnya maka sesuai dengan rencana para serdadu yang bersembunyi diatas benteng lalu melepaskan senjata senjata rahasia serta anak panah diiringi para perwira pasukan garuda yang dipimpin oleh Kulangcha sendiri lantas keluar dari pintu benteng dan menerjang serta akan membasmi gembong-gembong pemberontak yang sudah memasuki perangkap itu.

"Anjing-anjing pemberontak! Bagus kalian datang sendiri mengantar nyawa" Bentak Kulangcha yang muncul paling depan sambil senjata bulan bintangnya sudah diputar dikedua tangannya.

"Ha ha ha . . . ! Tikus-tikus busuk ini hendak mencoba mengambil bangkai biang keladinya? Jangan harap! Malah batang leher kalianlah yang kami akan gantung bersama dedengkotnya! Ha ha ha . . . " Kata-kata ejekan-ejekan, yang dimulai dan diakhiri oleh suara ketawa yang menyeramkan ini adalah yang diucapkan oleh Ceng Kunhi alias si Malaikat Elmaut ketawa sambil menerjang dan pedangnya berkelebat mengirim serangan yang mematikan. Dan dibelakang kedua panglima ini menyerbu pula kelima orang perwira sambil bersorak-sorak.

Bukan main kaget hati Lim Hongpin setelah menyadari bahwa mereka telah masuk perangkap dan sungguhpun demikian, akan tetapi pendekar ahli golok dari Kansu ini tidak menjadi gugup. Dengan sigap dan tangkas, ia segera memutarkan goloknya menyambut serangan Kulangcha dan Ceng Kunhi yang langsung menerjangnya secara berbareng. Dan bersamaan dengan itu pula, tiba-tiba salah seorang perwira yang bersenjatakan sebilah golok bengkung dan panjang yang bukan lain ialah So Banpek perwira tingkat empat, memperdengarkan suara jerit yang mengerikan dan otomatis tubuhnya yang pendek buntek itu roboh dan berkelojotan. Ternyata perwira itu telah menjadi sasaran yang sangat jitu kesepuluh batang anak panah yang dilepaskan oleh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kang Culay yang sejak tadi telah mempersiapkan panah saktinya.

Melihat betapa seorang kawan roboh dan tubuhnya ditembus sepuluh batang anak panah sekaligus perwira lainnya karuan saja tambah marah. Demikian pula Kulangcha dan Ceng Kunhi yang sempat melihat pula seorang anak buah mereka belum apa-apa sudah menjadi korban, bukan main murkanya kedua panglima ini sehingga karenanya, secara gencar dan bagaikan gelombang samudra mengamuk, mereka menyerang dan mengurung para lokoh Tiong gi pay yang untuk sementara mereka lihat hanya empat orang itu.

Kang Culay yang tidak sempat lagi melepaskan anak panahnya disebabkan musuh sudah terlalu dekat dan mendesak, lalu memainkan gendewanya secara hebat sekali sehingga menerbitkan suara mengaung nyaring. Demikian pula Ho Bunki telah memainkan sepasang kepalan yang menjadi kebanggaannya dan memang pendekar muda ahli gwakang dari Hokkian ini dipuja kegagahannya. Ia sanggup menghadapi dua orang perwira yang bersenjata hanya dengan kedua kepalannya itu.

Sementara Lian giok, setelah melihat betapa para musuh itu mengeroyok kawannya dan sendiri seakan-akan tidak terlihat mereka. Maka gadis ini cepat melompat kebawah tiang penggantungan serta menyambar pedangnya yang terlepas dari pegangannya tadi. Lalu mengerahkan gwakangnya meloncat sambil menyabetkan pedangnya kearah tali penggantung leher mayat ayahnya.

"Bret, tali tersebut putus dan mayat Tan Kimpo terjatuh ketanah, lalu ditubruk oleh Lian giok yang tak dapat menahan kesedihan lagi.

"Ayah . . . !" keluhnya dengan ratap tangis ketika merasa betapa tubuh ayahnya itu dingin dan kaku. Akan tetapi dara ini benar-benar mememiliki kekuatan fisik dan mental yang harus dibuat kagum, ia hanya beberapa detik saja,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dipengaruhi oleh penasaran hati remuk dan pikiran bingung oleh karena pada detik berikutnya ia telah mengamukkan pedang ditangan, membantu kawan-kawannya yang dikeroyok para perwira penjajah itu, hingga terjadilah pertempuran yang sangat seru.

Kang Culay dengan gendewanya menghadapi Ma Inliang siperwira tingkat satu yang bersenjata tongkat kepala naga itu. Lian giok bertempur dengan Tahula, Ho Bunki dengan Ho Likiat, Lim Hongpin mendapat lawan Ong Samkui sikampak kembar, dan yang paling repot adalah Kang Culay yang harus melawan dua orang musuh yang paling berat, yaitu Kulancha dan Ceng Kunhi.

Untuk sementara mereka yang saling tempur ini berkeadaan seimbang, akan tetapi sebentar kemudian pihak para perwira itulah yang merasa kewalahan yakni setelah To Gun Hosiang dan kawan-kawannya terpencar tadi bermunculan dari sebelah selatan dan utara. Dengan cepat para perwira pasukan garuda itu terdesak hebat, terutama sekali ketika mereka melihat betapa seorang anak muda yang mengamuk dengan senjata tongkatnya, yang kemudian mereka kenal bahwa anak muda bersenjata tongkat bukan lain adalah sipengemis muda yang datang serta mempermainkan mereka siang tadi yaitu Han Hayhauw.

Para perwira itu terpaksa bertempur sambil mundur dan agaknya mereka hendak masuk kedalam pintu gerbang, kalau saja ketika tidak secara kebetulan sekali dari dalam pintu benteng tersebut muncul dua orang pengemis yang segera membantu mereka.

Dua orang pengemis ini ternyata adalah, kakak beradik yang berjuluk Angbin Sinkay dan Huwbin Sinkay, sebagaimana pernah diceriterakan oleh To Gun Hosiang kepada Hayhauw, bahwa sepasang pergenis kakak beradik ini adalah merupakan pengawal pribadi gubernur boneka Lo Binkong. Dua orang pengemis ini membawa sifat kodrat yang sangat aneh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengenai warna kulit wajahnya mereka yakni warna merah dan hitam. Merahnya seperti batok kepiting direbus dan hitamnya benar-benar bagaikan pantat kuali. Bentuk badan mereka sama jangkung dan kurus serta pakaian mereka sama tembelan hingga kalau tidak memiliki ciri khas dtiwajah mereka, rasanya sulitlah untuk segera mengenal mana kakak mana adik. Nama-nama asli mereka tidak seorangpun yang tahu demikian pula asal cabang persilatan yang mereka miliki sama sekali mereka tidak mau menceriterakannya kepada siapapun. Demikianlah mereka hanya dikenal nama julukannya saja, Angbin dan Ouwbin, yaitu diserasikan dengan warna wajah mereka!

Sepasang pengemis aneh yang menghambakan diri mereka sebagai penjilat pantat dan menjadi anjing gubernur boneka she Lo ini benar-benar memiliki kepandaian yang luar biasa tinggi. Buktinya, setelah mereka muncul dan membantu para perwira yang terdesak oleh kawanan Tiong gi pay itu, biarpun ditangan mereka tanpa senjata dan hanya mempergunakan tangan-tangan mereka saja dengan gaya silatnya seperti ilmu Houw jiawkang (ilmu cakar harimau) itu disertai suara ketawa mereka yang haha hehe, sekali bergerak saja tangan mereka telah berhasil merampas senjata To Lek Hosiang dan To Li Hosiang dan ketika pengemis luar biasa ini melakukan gerakan yang kedua dalam waktu yang hampir bersamaan, terdengarlah suara jeritan yang mengerikan dari kedua hwesio tersebut seiring tubuh keduanya terguling roboh ternyata kulit perut mereka telah menjadi ambrol sedemikian rupa dengan usus berkeleleran keluar akibat cengkeraman tangan Angbin Sinkay dan adiknya.

Mengetahui bahwa dua orang kawannya tewas dalam keadaan demikian menyedihkan, bukan main terkejut, sedih dan marahnya To Gun Hosiang.

"Anjing-anjing penjajah keparat! Dua saudaraku ini harus ditebus oleh delapan nyawa kalian!" serunya menggeledek

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan pedang Imyangkiam yang sengaja dibawanya kedalam perjuangan ini lalu diputarkan sedemikian dahsyat sehingga Kulangcha yang ketika itu kebetulan berada didekatnya pasti akan dibabatnya kalau tidak keburu Tohula menolorg dengan mempergunakan tongkat panjangnya menangkis. Pedang dan toya panjang itu beradu sambil mengeluarkan suara nyaring, ternyata toya panjang itu dibabat putus oleh pedang Imyangkiam, malah To Gun Hosiang merasakan tangannya bergetar hebat, ia cepat merobah gerakan pedangnya serangannya kini ditujukan kearah dada Tohula, Perwira tingkat dua dari pasukan garuda inipun tidak mau memperlihatkan kelemahannya, lalu memainkan toyanya kembali menangkis dan sementara itu Kulangcha sudah membantunya sehingga To Gun Hosiang menghadapi lawan yang tak dapat dirobohkannya dengan segera.

Adapun Ceng Kunhi setelah mendapat bantuan kedua kakek pengemis luar biasa tadi, lalu memilih lawan yang paling menarik hatinya yaitu nona Tan Lian Giok. Sambil ketawa ceriwis, sipanglima bermata juling ini mencoba hendak menangkap dara putri dari pemimpin Tiong gi pay yang sangat menyilaukan simata keranjang. Akan tetapi Lian Giok sudah berbuat nekat, ia melawan dengan gigihnya sehingga hampir saja pada satu saat panglima muda yang ceriwis itu kena disambar pedang kalau saja tak dapat mengelak. Demikianlah pertempuran itu berjalan makin hebat dan lanbat laun setelah sepasang pengemis itu muncul dan membantu para perwira maka pihak Tiong gi pay terdesak hebat. Hayhuw yang sejak melibatkan diri dalam petempuran itu sama sekali tak sempat untuk mencari musuh besarnya Ceng Kunhi, oleh karena selain ia sudah sangat kewalahan mengatasi amukan kedua pengemis sakti tadi untuk menahan supaya dipihak kawannya jangan sampai jatuh korban lebih banyak lagi, dan kini setelah maklum bahwa bagi pihaknyalah yang sangat terdesak dan agaknya tak ada jalan untuk lolos, disebabkan para musuhnya mengeroyok dan mengepungnya rapat, tiba-tiba muncullah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akal yang timbul dari otaknya yang cerdik maka cepat ia berseru nyaring.

"Kawan-kawan kalian mundurlah kini biarlah kuhadapi sendiri!" Hayhauw kini benar-benar seperti naga sakti mengamuk tongkatnya menyambar kian kemari, dan usahanya berhasil karena ternyata setelah anak muda ini mengamuk maka beberapa orang perwira tak kuasa menghadapinya sehingga terbukalah sebuah lowongan bagi pihak Tiong gi pay beberapa jalan untuk meloloskan diri dari kepungan.

Kini terbukalah mata para tokoh Tiong gi pay setelah menyaksikan betapa hebatnya Hayhauw mengamuk, para pengeroyok dan pengepung menjadi kacau balau. Kang Culay, Lim Hongpin, Lian giok, dan To gun Hosiang dan lain-lainnya lagi sempat melihat betapa sinar tongkat yang dipegang oleh anak muda itu berkelebatan kesana kemari dan saking cepat dan lincahnya Hayhauw bergerak, tubuhnya hampir tak terlihat karena terbungkus oleh sinar tongkat yang bergulung-gulung. Para tokoh Tiong gi pay itu rata-rata berkepandaian tinggi dan mempunyai pengalaman yang cukup banyak, kini melihat Hayhauw yang sedang diuji dalam praktek perjuangan yang sesungguhnya ini benar-benar hampir tidak percaya kalau anak muda yang merupakan anggota baru dalam pasukan mereka ternyata memiliki ilmu kepandaian yang sangat hebat!

Lim Hongpin dan kawannya maklum bahwa anak muda itu berbuat demikian adalah dengan maksud memberi kesempatan bagi mereka untuk lolos dari kepungan itu, akan tetapi ternyata mereka tidak demikian pengecut, apalagi setelah melihat betapa Hayhauw benar-benar membela dan terbukti kegagahannya, maka daripada lari meloloskan diri malah semangat tempur mereka mendadak timbul kembali terdengar To gun Hosiang menyaut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anak muda! Enak saja kau bicara! Apa kau kira kami semua ini takut menghadapi maut, kau harus ingat kita pantang mundur sebelum maksud kita kemari tercapai" pendeta yang gagah perkasa ini terus mengobat-abitkan pedang pusakanya. Demikian pula yang lain-lainnya mempunyai tekad yang sama seperti To Gun Hosiang agaknya mereka sudah sama berpendirian bahwa lebih baik mereka mati semua dimedan juang itu dari pada mengudurkan diri sebelum jenazah ketua mereka dapat diamankan. Biarpun sudah merasa pihaknya bakal menjadi korban oleh pihak musuh terutama yang amat menggetarkan hati mereka adalah Angbin Sinkay dan Ouwbin Sinkay yang amat ganas serta berkepandaian jauh lebih tinggi dari tingkat kepandaian mereka, namun para tokoh Tiong gi pay ini terus melakukan perlawanan dengan gigihnya dan secara nekat sekali.

Melihat kebandelan para tokoh Tiong gi pay itu Hayhauw merasa mendongkol sekali, mengapa mereka tidak mau lari dalam kesempatan yang diperbuatnya? Setelah mendengar ucapan dari To Gun Hosiang yang memang ditujukan terhadapnya.

"Hauw te! Sudah lupakah kau apa kewajibanmu datang kemari? Laksanakanlah segera apa yang niocu tugaskan!" Seolah-olah baru teringatlah Hayhauw demi mendengar seruan dari Lim Hongpin yang merupakan sebuah perintah itu. Maka dengan mempergunakan ketangkasan dan kelincahannya ia berusaha keluar dari kepungan dan hendak mengambil jenazah Tan Kimpo yang menggeletak kaku dibawah tiang penggantungan itu. Agaknya kedua orang perwira mengetahui maksudnya sehingga ia terus di alang-alangi secara rapat sambil dihujani serangan gencar. Salah seorang perwira, Ma Inliang telah melihat dengan jelas dan mengenalnya bahwa anak muda yang bersenjatakan sebatang tongkat itu adalah pengemis muda yang datang mengacau serta pernah mempermainkannya siang tadi, sehingga kemarahannya jadi memuncak dan membentak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kelinci muda! Bagus kau datang sendiri mengantar nyawa! Rasakanlah pembalasanku atas penghinaanmu siang tadi" Ma Inliang menggerakkan tongkat kepala naganya sangat hebat, dibantu oleh Likiat siperwira tingkat lima yang menerjang dengan sepasang siangkeknya.

Sungguhpun hadangan kedua orang musuh ini untuk sementara benar-benar menghalangi maksud Hayhauw akan tetapi anak muda ini sudah maklum bahwa kedua lawannya tak perlu dibuat gentar karena siang tadi ia sudah menjajal betapa kepandaian mereka. Maka sambil ketawa mengejek Hayhauw balas memaki.

"Anjing penjajah, memang kedatanganku untuk memuaskan perasaan hatimu yang penasaran. Kalau siang tadi aku hanya membuat tongkat kepala nagamu terlepas dari peganganmu, maka sekarang aku hendak membuat nyawamu terlepas dari ragamu yang kurus kering seperti pemadatan itu!!"

Karuan saja kemarahan Ma Inliang makin memuncak mendengar makian balasan itu, sehingga terjangannya benar-benar tak boleh dipandang ringan, sekarang perwira tingkat satu ini benar-benar mengeluarkan kepandaiannya yang paling diandalkan, setelah membuat dua kali gerak tipu untuk memecahkan perhatian lawan, tiba-tiba tongkat kepala naganya meluncur lurus dan cepat sekali menotok jalan darah dibagian ulu hati Hayhauw. Bersamaan dengan itu sebatang tombak cagak yang dipegang dalam tangan kanan Ho Likiat mengirim serangan kearah lambungnya.

Hayhauw memang tidak mau membuang waktu dan sekaligus ia melakukan tiga macam serangan untuk menyambut dan mematahkan serangan kedua lawannya itu. Ternyata hebat sekali akibat dari tiga macam serangan ini. Dengan kecepatan luar biasa sehingga sama sekali tak terduga oleh kedua lawannya, tongkat ditangannya telah membuat gerakan kilat dan membentur tongkat kepala

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

naganya sambil menerbitkan suara keras dan untuk kedua kalinya, seperti siang tadi tongkat kepala naganya terlepas dari pegangan Ma Inliang padahal perwira tua ini sudah berusaha agar hal ini tidak sampai terjadi. Berbareng tangan kiri Hayhauw dengan telapak terbuka melakukan dorongan kearah dada perwira she Ma itu bersamaan dengan itu pula, kaki kanan Hayhauw menendang untuk memapaki tombak cagak dari Ho Likiat yang mengancam lambungnya, Ma Inliang yang jangkung kurus itu roboh tak berkutik lagi setelah terpental beberapa kaki jauhnya akibat pukulan Pha ciok seng hunchang yang dilancarkan tangan kiri Hayhauw, sedang tendangannya telah membuat tombak cagak Ho Likiat mental dan oleh karena kepandaian perwira tingkat lima ini memang paling rendah sehingga biarpun ia berhasil memegang erat-erat senjatanya tidak sampai terlepas akibat tendangan tadi, akantetapi justru disebabkan senjata itiu tidak terlepas dari pegangannya maka jadi membalik dan memukul keningnya sendiri. Pening dan limbunglah Ho Likiat akibat senjatanya makan tuan itu, akan tetapi rasa sakit di kening dan kepeningannya itu hanya sebentar saja dideritanya oleh karena tiba-tiba terdengar suara "pletakk . . . !" Tubuhnya terjungkal seiring nyawanya melayang karena Hayhauw telah melakukan serangan susulan, yaitu sebuah pukulan dengan tongkatnya yang menyebabkan batok kepala Ho Likiat menjadi pecah.

Kini Hayhauw tidak mempunyai lawan lagi, sebab para musuhnya baru mencoba hendak menumpas kawan-kawannya. Angbin Sinkay dan Ouwbin Sinkay sedang mendesak Kang Culay dan To Gun Hosiang. Meskipun pendekar ahli panah dari Santung dan ketua pendeta Lianhoksi sudah terdesak hebat dan sama sekali tak mampu membalas menyerang, namun berkat ginkang yang dimiliki cukup tinggi sehingga gerakan mereka masih cukup lincah dan gesit untuk menghindarkan diri dari cengkeraman dua kakek pengemis luar biasa yang benar-benar ganas serta

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengerikan itu. Kalau diperhatikan memang sangat lucu, mereka bertempur seperti anak-anak main kucing-kucingan. Kang culay dan To Gun Hosiang masing-masing dikejar oleh Angbin Sinkay, mereka berlari-larian kian kemari bagaikan dua ekor tikus yang dikejar-kejar oleh dua ekor kucing galak.

Dalam pertempuran yang berkecamuk itu akhirnya Ho Bunki mendapat lawan Ong Samkuy siperwira tingkat tiga dan agaknya tingkat kepandaian mereka seimbang karena biarpun Ho Bunki yang hanya mengandalkan sepasang kepalannya saja sanggup menandingi Ong Samkuy yang bersenjatakan sepasang kampak besar dan mereka bertempur seru sekali serta belum dapat diketahui pihak siapa yang bakal menang atau kalah. Kulangcha sedang mengamukkan senjata bulan dan bintangnya, ia menggempur To Bi Hosiang dan ternyata kedua orang pendeta ini yang masing-masing mempergunakan pedang sebagai senjata dapat menjalani serangan sipanglima tua bangsa Mongol itu secara baik, sungguhpun beberapa kali kedua orang hwesio ini nyaris mendapat celaka karena senjata aneh yang berbentuk bulan bintang serta menimbulkan suara kerincingan yang membisingkan telinga itu digerak-gerakkan oleh Kulangcha secara luar biasa sekali sehingga segala gerak tipu dan perkembangannya benar-benar diluar dugaan mereka. Akan tetapi berkat kewaspadaan mereka, maka mereka selalu dapat berkelit atau mengelakkan diri dari serangan senjata aneh itu dan selanjutnya mereka balas menyerang sambil mempergunakan ilmu pedang Siauwlim Kiamhoat yang terkenal mempunyai gerak tipu yang lihay.

To Ci Hosiang mendapat lawan Tohula, juga perlawanan kedua lawan ini berjalan setanding. To Ci Hosiang sipendeta tukang masak ini bersenjatakan sepasang golok yang lucu sekali, yakni sepasang golok yang biasa dipergunakan untuk mencincang sayur mayur di'dapur kuil Lianhoksi. Sepasang golok dapur yang pendek lebar ini selain biasa ia pergunakan untuk keperluan dapur juga mahir sekali dipergunakan untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertempur karena memang hwesio tukang masak ini sudah sengaja berlatih menggunakan golok dapur itu untuk menghadapi lawan. Tohula dengan laku yang sengit sekali hendak, memukul dan mengemplang lawannya ini dengan tongkat panjangnya. Seandainya kalau menang dan merobohkan Tohula hendak menumbuk sampai lumat tubuh lawannya dengan tongkat panjangnya yang berupa sebatang alu itu. Sebaliknya To Ci Hosiangpun demikian, agaknya ia hendak mencincang tubuh perwira tingkat dua bangsa Tartar itu seperti ia mencacah sayur diatas kayu telenan. Tetapi akhirnya Tohula menjadi pihak yang terus terdesak setelah Lim Hongpin yang agaknya tidak kebagian lawan datang membantu To Ci Hosiang. Sambil terdesak dan terus mundur Tohula tetap mengadakan perlawanan mati-matian dan ilmu tongkat panjang dimainkan oleh Tohula benar-benar mempunyai daya tahan yang amat kuat, tubuhnya dikurung rapat oleh gulungan sinar tongkat yang diputarkannya yang merupakan benteng kokoh melindungi dirinya sehingga tak dapat ditembus oleh golok Lim Hongpin apalagi oleh sepasang golok To Ci Hosiang yang berukuran terlalu pendek itu.

Kini kedudukan pihak Tiong Gi pay dalam perang tanding ini dapat tidak perlu untuk dibuat khawatir dan agaknya demikianlah maksud Kang Culay dan To Gun Hosiang yang "kucing-kucingan" dengan Angbin Sinkay dan Ouwbin Sinkay karena dengan membuat kedua kakek pengetnis yang lihay itu mengejar-ngejar mereka jadi tidak memperhatikan kepada orang lainnya sehingga dengan demikian, pihak Tiong gi pay dapat bertempur tanpa terlalu repot bahkan mempunyai kesempatan untuk mendesak musuh.

Kesemuannya itu dapat dilihat oleh Hayhauw dalam waktu sekelebatan dan ia merasa puas. Akan tetapi ketika dilihatnya Lian Giok yang bertempur dengan Ceng Kunhi terdesak hebat anak muda ini segera maju dengan beberapa lompatan untuk menolong kekasihnya itu. Ia merasa lebih penting untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menolong Lian Giok dari pada mengambil tubuh Tan Kimpo yang sudah menjadi mayat itu.

Memang Lian Giok bukan tandingan Ceng Kunhi, sungguhpun dara itu sudah mengerahkan seluruh kepandaian warisan ayahnya untuk menghadapi panglima muda yang ceriwis itu. Ceng Kunhi memang mempunyai maksud buruk untuk menawan gadis putri Tan Kimpo itu hidup-hidup. Watak mata keranjangnya tak rela membunuh dara cantik itu sebelum dipermainkan untuk melepaskan nafsu jalangnya, maka ia sengaja mendesak nona itu seakan-akan digiring mendekati pintu gerbang sambil mendengarkan suara ketawa iblisnya. Lian Giok maklum akan maksud simata juling ini, biarpun sudah sangat payah ia masih terus melakukan perlawanan mati-matian dan berusaha supaya ia tidak sampai didesak mendekati pintu gerbang.

"Ha ha ha ha ha . . . ! Nona manis, kau dulu menolak lamaranku dan kemudian kau ikut ayahmu mabur, ayahmu menjadi gembong pemberontak yang sekarang sudah menjalankan hukumannya! Mengapa kau masih berkepala batu? Sebaiknya kau menyerah saja dan masuklah kepintu gerbang supaya kau aman. Aku berjanji kau akan kubebaskan dari segala tuntutan . . . !" Demikian sambil terus mendesak dengan pedangnya, Ceng Kunhi mengutarakan maksud kejinya.

"Setan bopeng penghianat! Siapa mau dengar omonganmu? Aku lebih suka mati bersama ayahku" balas Lian Giok memaksa sambil mengerahkan tenaga yang masih ada padanya mempertahankan diri.

Bukan main marahnya Ceng Kunhi mendengar dirinya dimaki setan bopeng oleh gadis yang "dikasihaninya" itu, maka sambil menghardik:

"Anjing betina pemberontak! Kalau memang kau mau mampus, nah mampuslah . . . hahaha . . . !" Pedangnya berkelebat mengirim sabetan yang mematikan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lian giok coba menangkis dengan pedangnya, namun ia tak kuat menahan benturan ketika kedua pedang itu beradu yang menimbulkan suara nyaring disertai bunga-bunga api berpijar!

"Celaka . . ." pekiknya ketika pedang itu terlepas dari cekalannya, akan tetapi ia masih sempat menggulingkan tubuhnya sehingga pedang Ceng Kunhi yang merupakan jangkauan maut dalam serangan susulan, dapat di hindarkan.

Ceng Kunhi ketawa penuh kemenangan sambil cepat menubruk. Tetapi ia tidak mempergunakan pedangnya untuk membunuh, melainkan ia hendak membuat nona itu tidak berdaya dengan sebuah totokan yang dilakukan oleh jari tangan kirinya, oleh karena betapapun juga tetap merasa sayang kalau gadis itu dibunuh begitu saja.

Tiba-tiba sesosok tubuh berkelebat mendatangi dengan kecepatan luar biasa dan "prak . . ." Tubuh Ceng Kunhi meloso dengan kepala pecah. Itulah tongkat Hayhauw yang menghantam kepala sipanglima muda musuh besarnya itu, anak muda ini menolong dalam waktu yang sangat tepat sebelum tubuh kekasihnya sempat dijamah oleh tangan si jahannam.

"Giok Moay! cepat kau lari! Aku hendak membawa jenazah ayahmu!" ujar Hayhauw yang tanpa disadarinya ia telah menyebut "adik Giok" terhadap si dara yang seharusnya ia mesti menyebut niocu itu.

Alangkah merdunya bagi telinga Lian Giok mendengar sipemuda menyebutnya dengan istilah demikian terhadap dirinya demikian merdu, dan romantis rasanya sehingga kalau saja keadaan justru tidak gawat dalam perang campuh ini agaknya niscaya ia akan terkena oleh hikmah yang mempengaruhi! Ia cepat bangkit dan memungut pedangnya lalu melompat keluar kalangan pertempuran. Akan tetapi dara ini tak terus lari sebagaimana yang diminta oleh Hayhauw melainkan ia berdiri saja untuk sejenak oleh karena alasan pertama selaku niocu ia merasa malu sekali kalau ia melarikan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diri terlebih dulu dan alasan kedua ialah ingin ia melihat apabila benar-benar jenazah ayahnya telah dibawa oleh pemuda itu. baru ia akan memberi isyarat bagi kawan-kawannya untuk mundur teratur.

Sementara itu Hayhauw sudah mendekati ketempat dimana mayat Tan Kimpo menggeletak dan akan segera dipanggulnya, akan tetapi tiba-tiba ia merasakan hawa pukulan yang menyerang dari arah belakangnya sehingga baru berkelit dan melihat kepada pembokong itu. Ternyata orang yang menyerang Hayhauw adalah Angbin Sinkay yang ketika mana sedang mengejar-ngejar Kang Culay kebetulan lewat ditempat itu, ketika melihat betapa mayat Tan Kimpo akan diambil oleh pihak lawan, tentu saja sipengemis muka merah tak mau membiarkannya, apalagi ia sudah merasa gemas sekali terhadap Kang Culay yang sangat lincah itu maka ketika melihat Hayhauw hendak mengambil mayat Tan Kimpo. Ia segera mengalihkan kegemasan hatinya terhadap anak muda itu dengan melancarkan sebuah pukulan yang mengandung hawa maut.

Akan tetapi ketika Hayhauw berhasil mengelaknya, Angbin Sinkay jadi bertambah gemas dan marah, maka segera ia maju menubruknya dengan macan lapar menerkam kambing.

Hayhauw maklum bahwa menghadapi seorang lawan yang berat, maka tubrukan sipengemis muka merah itu ia sambut dengan ilmu pukulan Pha ciok seng hun ciang dan secara jitu sekali menghantam dada pengemis itu. Pukulan ampuh dari Hayhauw ini memang hebat sekali selain dapat menghancurkan batu sesuai dengan namanya bahkan baru angin pukulannya saja sudah cukup untuk merenggut nyawa lawan. Akan tetapi Angbin Sinkay bukanlah orang lemah. Ilmu silatnya sudah termasuk tingkat tinggi. Ia sengaja menyambut pukulan itu didadanya. Kalau saja ia tak memiliki tenaga dalam yang sangat kuat, niscaya ia akan terpental dan tak bernyawa lagi. Namun kenyataannya, Angbin Sinkay hanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mundur terhuyung beberapa tindak kebelakang! Sungguhpun kakek pengemis ini mempunyai daya tahan yang luar biasa kuatnya sehingga pukulan ampuh dari Hayhauw seakan- akan tak begitu berarti baginya, namun untuk beberapa detik ia hanya berdiri seperti patung dalam keadaan setengah membungkuk oleh karena betapapun juga daya tahannya cukup kuat, namun pukulan anak itu telah mengakibatkan seluruh isi dadanya tergetar sehingga ia mesti cepat menyalurkan sinkang kedadanya, akan tetapi disebabkan nafasnya sudah empas-empis sehabis mengejar-ngejar Kang Culay tadi sedangkan menyalurkan hawa sinkang justru memerlukan kekuatan nafas sehingga karenanva ia tak dapat mengatasi getaran seisi dadanya dengan segera dan itulah sebabnya pula yang membuatnya untuk beberapa detik hanya tinggal berdiri saja seperti patung.

Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Hayhauw dari maksud semula, jenazah Tan Kimpo segera dipanggul dan anak muda ini terus berlari secepat lari kijang. Adapun Angbin Sinkay ketika itu telah berhasil menormalkan kembali keadaannya kakek ini cepat berlari mengejar Hayhauw. Akan tetapi baru saja ia berlari tiga kali lompatan, tiba-tiba ia mengeluarkan suara jeritan yang mengerikan dan tubuhnya sempoyongan seperti orang-orang mabuk arak, lalu roboh sambil kelojotan.

Ternyata kakek pengemis yang memiliki ilmu silat tingkat tinggi ini telah mati konyol dengan punggung ditembus tak kurang dari lima batang anak panah yang dilepaskan oleh Kang Culay. Bertepatan dengan itu, segera terdengar suatu bunyi panjang dan melengking nyaring, itulah suatu isyarat yang diberikan oleh Lian Giok yang menggunakan sempritan yang biasa digunakan oleh almarhum ayahnya sebagai pertanda supaya kawannya segera mundur, maka seiring dengan mana, para tokoh dari kesatuan Tiong gi pay itu segera lenyap dikegelapan malam. Dan Kulangcha, dengan kemarahan yang meluap-luap karena bukan saja pihak lawan sudah lolos dari perangkap sekalian berhasil membawa pula

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mayat Tan Kimpo yang semula ia pergunakan sebagai pancingan, bahkan dipihaknya sendiri justru jatuh korban lima orang itu, segera mengejar dan diikuti oleh pembantunya yang hanya tinggal dua orang lagi, yaitu Ong Sankuy sikampak kembar perwira tingkat tiga bersama Tohula.

"Jangan mengejar . . . Banyak bahaya . . ." Ouwbin Sinkay berseru nyaring mencegah kenekatan kawan-kawannya.

Mendengar seruan sipengemis sakti muka merah hitam ini, Ong Sankuy dan Tohula segera kembali. Hanya Kulangcha yang terus melakukan pengejaran. Ouwbin Sinkay lalu memperdengarkan bunyi isyarat berupa suitan panjang dan sesaat kemudian seregu serdadu keluar dari pintu benteng dan mengangkat tubuh Ceng Kunhi, Ma Inliang, So Bonpek, Ho Likiat yang kesemuanya ternyata sudah menjadi mayat! Sedangkan mayat Angbin Sinkay, yang dipunggungnya masih menancap lima anak panah yang menembus jantung serta bagian paru-paru sehingga pengemis berkepandaian tinggi ini menenemui ajalnya secara konyol, dipanggul dan dibawa masuk kedalam benteng oleh saudaranya Ouwbin Sinkay. Adapun yang tinggal digelanggang bekas pertempuran itu ialah dua mayat To Lek Hosiang dan To Li Hosiang, yang tak sempat dibawa oleh saudara saudaranya.

Dan tatkala menjelang subuh. Goatseng Taysu Kulangcha baru kembali sambil uring-uringan. Panglima perang ini sebelum memasuki pintu benteng dan ketika melihat dua mayat dari pihak musuh masih menggeletak disitu, setelah diselidikinya kedua mayat itu, lalu diseretnya dan kemudian digantungkan ditiang penggantungan bekas Tan Kimpo. Seakan-akan untuk melampiaskan kemarahan hatinya. Kulancha menggantungkan kedua mayat hwesio itu dengan bagian kaki diatas dan kepala dibawah. Dan akhirnya ketika ia berjalan hendak memasuki pintu benteng yang sudah dibukakan oleh prajurit penjaga yang menyambutnya terdengar ia menggerutu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kawanan kepala keledai penghuni kuil Lianhoksi memang sudah lama kucurigai, dan sekarang dua bangkai kepala gundul ini sebagai bukti nyata bahwa mereka adalah kawanan pemberontak. Hmmmm! Akan kubasmi pendeta durjana itu berikut dengan gerombolan Tiong gi pay sekalian.”

ooooooooOdwOoooooooo

Pada keesokan harinya jenazah Tan Kimpo dikubur ditengah hutan yang menjadi tempat persembunyian dari kesatuan Tiong gi pay dan untuk tiga hari lamanya kesatuan aksi yang gagah perkasa ini berada dalam suasana berkabung. Tiga hari lamanya kesatuan ini tak keluar hutan, hal ini terutama sekali disebabkan pimpinan mereka nona Tan Lian giok, sejak malam peristiiwa jenazah Tan Kimpo diselamatkan, waktu selama tiga hari itu habis dilewatkan mengeram diri didalam gubuknya menangisi kematian ayahnya dan menyedihkan pula nasib dirinya yang sudah yatim piatu, tanpa anak saudara . . .

Sungguhpun Lian Giok seakan-akan melupakan akan kewajiban selaku seorang pimpinan dari sebuah kesatuan aksi yang mempunyai kurang lebih seratus orang anggota, namun hal ini sama sekali tidak mempengaruhi akan persatuan dan kerukunan perkumpulan tersebut, sehingga para anggota yang sekian banyakya itu tetap menjalankan kewajiban masing-masing seperti biasa dan benar-benar harus dipuji tentang keteguhan disiplin yang dipegang oleh para anggota Tiong gi pay ini!

Pada senja itu Han Hayhauw duduk memencilkan diri ditepi sebatang sungai kecil yang memang terdapat didalam hutan itu. Ia duduk diatas sebuah batu dan tangannya asyik menjahit pakaiannya yang robek. Baju pemberian dari suhunya ini memang sudah tua. Sehingga kainnya sudah amob, maka tak heran ketika ia bertempur menyelamatkan jenazah Tan Kimpo yang kemudian dipanggulnya dari kota

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thaygoan sampai kehutan itu sambil berlari cepat, bajunya itu selalu terdengar brut bret dan kemudian kenyataan bahwa baju itu robek disana sini. Sehabis bertempur pada malam tempo hari itu yang baginya merupakan ujian "praktek" selaku anggota baru dari kesatuan yang kini dimasukinya, pemuda ini merasakan tubuhnya ini sangat lelah bukan main, tambahan hatinya turut pilu dan sedih melihat Lian giok yang selalu menangisi kematian ayah dan ibunya.

Selama Lian giok mengeram diri, selama itu pula anak muda ini hanya termenung-menung seperti orang linglung dan ia sendiri merasa tidak mengerti mengapa kedukaan serta kesedihan hati Lian giok sangat mempengaruhi hati dan pikirannya. Mengapa kematian Tan Kimpo menimbulkan rasa duka cita sedemikian mendalam, mengapa kematian kedua hwesio yang ia sudah terima kebaikan budinya tidak meninggalkan kesedihan yang sedemikian mendalam seperti kematian ayah Lian giok! Berkat kekuatan batinnya akhirnya Hayhauw sadar sendiri bahwa tidak seharusnya ia berperasaan seperti demikian, tidak seharusnya ia terlalu terpengaruh oleh keadaan Lian giok! Dan bersamaan datangnya ini diam-diam dihatinya timbul kepuasan yang sangat besar oleh karena bukan saja "ujian prakteknya" ia sudah laksanakan dengan hasil yang tak mengecewakan, dan sekaligus pula dalam "ujian praktek" itu ia sudah berhasil melakukan maksud hatinya yang semula yaitu membunuh Ceng Kunhi, sehingga dendam kesumat yang selama kurang lebih delapan tahun ia kandung didalam dadanya, kini punah. Dan baru sore itulah Han Hayhauw teringat pada bajunya yang robek, maka ia lalu meminjam jarum dan benang kepada salah seorang kawan kesatuan yang kebetulan memilikinya, dan lalu dijahitnya baju dibagian yang robek-robek itu sambil memencilkan diri, duduk diatas sebuah batu dipinggir sebatang sungai kecil yang airnya mengalir deras.

Bagi yang belum biasa soal menjahit atau menjerumati pakaian adalah semacam pekerjaan tak mudah dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengerjakan jarum dan benang maka tak heran kalau anak muda ini selama menjahit pakaian yang robek-robek itu berulang kali terdengar mengeluh, karena bukan saja jahitannya jarang-jarang dan kasar, bahkan dimana bagian yang dijahit itu menjadi keripat-keriput tidak karuan bisa membuat orang yang melihatnya akan menertawai! Amat menyemukan dan mendatangkan rasa kesal pekerjaan ini, sehingga kalau tak ingat akan kekuatiran kekurangan pakaian, pasti baju usang dan amoh pemberian gurunya ini sudah dibuangnya. Akan tetapi, karena mengingat pakaiannya hanya tiga perangkat berikut yang kini melekat ditubuhnya, itupun sudah usang semuanya maka secara memaksakan diri ia terus menguji ketekunannya. Bagian-bagian yang cabik dari bajunya itu terus dijahitnya sebisa-bisanya sungguhpun kalau melihat hasil jahitannya yang tidak karuan itu menimbulkan rasa geli dihatinya.

Selagi asik-asiknya Hayhauw "menyulam" tiba-tiba pendengarannya yang tajam menangkap suara yang mendatangi dari arah belakangnya, cepat ia menoleh dan setelah ia mengetahui siapa yang datang itu, secepat itu pula ia menyembunyikan pakaian yang sedang dijerumatinya itu kebalik sepasang tekukan dengkul kakinya. Sementara mulutnya menyapa.

"Niocu. mungkinkah ada perintah bagiku, sehingga niocu berkenan datang kemari? Aku siap mengerjakannya".

"Tidak! Aku datang kemari dan berjumpa denganmu disini hanya kebetulan" sahut orang itu yang bukan lain adalah Tan Lian giok yang baru kelihatan muncul selelah selama tiga hari mengeram diri didalam pondoknya. Wajah dara ini masih bermuram durja, sepasang pelupuk matanya masih cindul akibat seringnya ia menangis.

Ketika melihat dara pemimpin dari Tiong gi pay ini berjalan makin mendekati, dan seakan-akan hendak mencari tempat duduk, maka Hayhauw cepat bangkit dan karena ini, pakaian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang tadi diumpatkan dibalik tekukan dengkulnya jadi tertinggal diatas rumput. Dengan wajah merah karena jengah ia cepat memungutnya. Entah mengapa Hayhauw sendiri tidak mengerti mengapa ia merasa jengah kalau menjerumati pakaian dipergoki gadis itu.

"Hauw ko atau kakak Hauw, sejak tadi kulihat kau sedang menjahit pakaian, dan kulihat kau sukar sekali mengerjakannya. Bolehkah aku tolong menjahitkannya?"

Makin merahlah wajah Hayhauw mendengar perkataan gadis ini. Celaka pikirnya, kiranya aku diam-diam sudah ditontonnya sejak tadi. Dan setelah seperti kebingungan sesaat, ia baru menyahut gagap. "Biarlah . . . ! Tak usah! Dan lagi . . . mana aku berani merepotkan niocu?"

“Hauwko pakaianmu robek disebabkan digunakan bertempur serta membawa jenazah ayahku, maka sudah seharusnya aku yang menjahitkannya. Apalagi kau sendiri tidak bisa menjahitnya. Nah, mari serahkan padaku . . ."

"Jangan, niocu . . . !"

"Mengapa . . . ?" Dara itu mengerutkan keningnya, bibirnya yang indah mungil itu membentuk sedemikian rupa mencerminkan hatinya tidak senang.

"Karena . . . , . . . karena . . . selain sudah kujahit sehingga tak perlu dijahit ulang lagi, juga pakaian itu belum kucuci. Masih bau, dan aku kuatir niocu akan sebal dan muntah karenanya"

Diantara wajahnya yang masih diliputi kemurungan tiba-tiba berseri ketika mendengar alasan anak muda itu

"Tetap juga alasanmu yang belakangan itu, Hauw ko. Biarlah karena kau sendiri bisa mencucinya maka cucilah dulu. Baru nanti kau serahkan padaku akan kuperbaiki jahitannya, bagaimana? kau setuju?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, deh!" Hayhauw mengiakan setengah berseru dan diam-diam ia tidak mengerti mengapa nona Lian giok sampai demikian mendesak hendak menjahitkan pakaiannya. Suatu hal yang tidak seharusnya, pikirnya. Namun, betapapun juga hal ini justru membuat hati mudanya berdebar-debar girang.

Ketika itu Lian giok sudah duduk diatas batu bekas Hayhauw tadi dan pemuda ini setelah dengan sebap menyimpan pakaian butut yang dipersoalkan barusan kedalam buntalannya, lalu mengambil tempat duduk ditonjolan akar pohon tak jauh dan bahkan hampir beredengan dengan Lian giok.

-o0odwookzo0o-

Jilid VIII Untuk sesaat suasana sepi. Lian Giok masih membisu

sambil matanya dipandangkan kearah mengalirnya air anak sungai didepannya. Dan kesempatan ini tidak dilewatkan oleh Hayhauw dengan begitu saja, ia menatap wajah gadis itu dari samping dan dadanya jadi berdebar keras. Betapa tidak, dara perkasa ini sudah mengait jantungnya sejak pertemuan untuk pertama kali pada malam hari didusun Bok licun, sudah membuatnya mabuk kepayang, kini ia dan dara itu hanya berduaan, suatu kesempatan yang selalu ia harapkan. Akan tetapi anehnya pada kesempatan ini justru Hayhauw tak dapat berbuat sesuatu, jangankan mampu membuka mulut menyatakan cinta secara langsung, sedangkan bernafas pun dirasanya sukar sekali. Hingga apa yang ia sempat lakukan adalah hanya mencuri pandang menatap wajah dara itu dari samping dikala sidara sendiri sedang memandang kearah lain.

Tiba tiba Lian giok menoleh kepadanya sehingga dengan demikian, pandang mata mereka jadi saling baradu dan seakan-akan ada kekuasaan gaib yang mempengaruhi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhadap perasaan sepasang anakmuda ini karena setetalah tatap mereka bertemu seakan-akan mereka berperasaan sama tiba-tiba mereka saling seayum ...

"Hauw ko, mengapa kau mencuri pandang terhadapku?" tanya Lian giok dengan suara lirih.

Sungguhpun, suatu pertanyaan yang tak disangka oleh Hayhauw sehingga anak muda ini karuan saja menjadi agak kegelapan. Kalau saja pertanyaan mana dilontarkan dengan nada ketus, pasti Hayhauw akan mati kutu. Akan tetapi pertanyaan itu demikian lirih suaranya sambil bibir tetap bersenyum, membuat Hayhaw timbul keberaniannya dan cepat menjawab.

“Karena, niocupun tadi diam-diam mengintip aku ...”

Makin mengembanglah senyum dibibir Lian giok setelah mendengar jawaban yang tepat sebagai imbalan ini, membuat kemurungan yang bagaikan mendung meliputi wajahnya sejak tadi ketika itu menjadi sinar dan nampaklah kecerahan yang menyegarkan sukma Hayhauw.

"Hauw ko" ujar Lian Giok kemudian sambil mengalihkan letak tubuhnya sehingga kini ia duduk menghadap anak muda itu. "Mengapa kau selalu menyebutku niocu? Alangkah akan senangnya hatiku apabila kau merobah istilah panggilan itu, dengan sebutan yang sederhana dan layak ..."

Sambil menekan goncangan hatinya. Hayhauw berlagak pilon dan bertanya. "Gerangan apakah yang niocu kehendaki ... ?"

"Lagi-lagi niocu, niocu ... ! Sungkankah engkau memanggilku dengan sebutan seperti malam tempo hari?"

Melihat sikap nona itu sungguh Hayhauw dapat menarik kesimpulan bahwa si nona ternyata bukanlah seorang dara pemalu, bahkan dapat dikatakan agak berani sehingga otomatis pemuda ini menjadi lebih berani menghadapinya dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sifat jenakanya tiba-tiba timbul. Ia hendak menggoda si nona. Dengan kening dikerutkan ia pura-pura lupa sambil menggumam.

"Sebutan seperti malam tempo hari ... ? Aku telah menyebut apa ya?"

"Hmmmmm! Belum menjadi kakek sudah pelupa" cela si nona setelah mengeluarkan suara dengusan dari hidung, dan wajahnya agak memberengut.

"Oh, ya ... " tiba-tiba Hayhauw menepuk jidat, "ingatlah aku sekarang. Kalau tak salah pada malam tempo hari itu, dengan jenazah ayahmu yang kupanggul menjadi saksi aku telah memanggilmu dengan sebutan ... Bidadari kekasih hatiku ..."

"Idihhh! Kau ini barang kali mendadak gila" tukas Lian Giok sambil melengos dan jelas terlihat oleh Hayhauw betapa wajah si nona seketika dijalari warna merah.

"Boleh jadi penyakit gilaku mendadak kumat karena sebenarnya kuakui bahwa memang aku ini sudah sejak lama dihinggapi penyakit ini, jelasnya sejak aku bertemu untuk pertama kalinya dengan seorang putri dan seorang pemimpin Tiong gi pay didusun Bok li cun.”

"Cihhhh! jemu aku mendengarnya. Diajak bicara benar-benar, kau melantur tidak karuan" seiring ucapan yang bernada ketus ini, tiba-tiba Lian Giok bangkit dan agaknya ia segera akan pergi meninggalkan Hayhauw sehingga pemuda ini cepat-cepat ganti siasat dengan merubah sikap sambil berkata dengan nada sungguh-sungguh.

"Giok moay maafkan kalau kata-kataku barusan ternyata telah menyinggung perasaan hatimu! Kau takkan terus marah kan?"

Lian Giok kembali duduk, sungguhpun kulit wajahnya yang masih memerah itu tetap memberengut. Dan letak duduknya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kini membelakangi Hayhauw yang ketika itu sudah berdiri, sambil menahan rasa geli dihatinya, pemuda ini tinggal diam dan membisu sampai seketika lamanya. Ia sengaja berbuat demikian, untuk menanti reaksi dari si gadis selanjutnya.

Akan tetapi setelah selang beberapa saat kemudian, Hayhauw menjadi merasa kewalahan sendiri karena ternyata dara itu jangankan mengadakan reaksi seperti yang diharapkannya sedang menolehpun tidak. Tiba-tiba dihatinya timbul perasaan cemas kalau-kalau nona itu benar-benar marah dan ketika itu ia sendiri tidak mengerti mengapa dihatinya kalau benar-benar sampai Lian Giok membenci kepadanya.

"Giok moay ... ," akhirnya dengan suaranya bernada keluhan terucaplah dari mulut Hayhauw dua suku kata ini.

Dan pada detik berikutnya ia melihat kepala Lian giok berputar perlahan sehingga akhirnya dara itu berpaling kepadanya dan sepasang matanya yang ditatapkan dalam sikap sebuah lirikan yang sinar mata dara ini justru disambut oleh tatapan Hayhauw. Dan ketika kemudian bibir Lian giok perlahan mengembangkan senyum dikulum, maka otomatis Hayhauwpun menyambut dengan senyum sambil bibir agak digigit diiringi helaan nafas yang sangat dalam, disusul meneguk liur ...

"Hauw ko ..." kemudian baru terdengar Lian giok berkata sambil memutarkan tubuhnya sehingga letak duduknya kini kembali menghadapi pemuda itu yang tinggal berdiri seperti patung. "Sesungguhnya, aku sengaja menjumpaimu ditempat ini, hendak kusampaikan secara langsung ucapan terimakasihku, atas jasamu yang sangat besar telah membantuku menyelamatkan jenazah ayahku"

"Giok moay" Hayhauw cepat menukas "tak usah kau berkata demikian. Hal itu sudah menjadi kewajibanku, lagi pula menyelamatkan jenazah ayahmu adalah berkat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perjuangan kita bersama, sehingga tak layaklah kalau hal mana kau anggap sebagai jasaku."

Jawaban Hayhauw ini benar-benar telah meninggalkan kesan yang sangat mendalam dihati Lian giok dan dara ini segera mendapat kesimpulan bahwa pemuda yang memang sudah menarik hatinya ini ternyata tidak gila pujian. Kegagah perkasaan Hayhauw sudah ia saksikan dan selaku pimpinan kesatuan Lian giok benar-benar merasa bangga mempunyai seorang anggota baru seperti Hayhauw ini. Namun, disamping itu, dara ini masih belum merasa cukup puas sebelum mendengar betapa pendapat mengenai kesatuan aksi warisan mendiang ayahnya ini dari pemuda itu.

"Dengan sejujurnya kukatakan terus terang Hauw ko, bahwa dengan ikut sertanya kau ini membawa arti serta kekuatan yang bukan kecil bagi Tiong gi pay ini. Akan tetapi, aku sangat inginkan pengakuan yang sejujurnya pula darimu yakni bagaimanakah pendapatmu tentang Tiong gi pay ini?"

”Terus terang saja Giok moay, karena aku sebagai anggota baru dan hanya baru empat hari saja aku berada disini, maka aku masih belum dapat mengemukakan sesuatu tanggapan mengenai kesatuan ini. Namun yang terang, Giok moay, dengan sejujurnya kukatakan bahwa aku sangat gembira dapat menjatuhkan diri bersama Tiong gi pay yang kau pimpin ini. Agaknya belum pernah aku merasa segembira sekarang, kawan-kawan yang ada disini selain rata-rata memiliki jiwa patriot dan gagah perkasa, juga mereka amat baik terhadapku. Apalagi kau sendiri, Giok moay selaku pemimpin dari Tiong gi pay ini lebih-lebih pula baiknya terhadapku sehingga demi Tiong gi pay, demi untuk membalas atas kebaikanmu, maka sebagai tanda terimaka kasihku yang tak terhingga, aku rela mengorbankan nyawa di kancah perjuangan ini".

Lian giok bersenyum mendengar kata-kata Hayhauw yang bersemangat itu. Dan lalu ia bertanya "Bagaimana

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pendapatmu, Hauw ko, yakinkah bahwa perjuangan kita ini akan menang?"

"Betapa tidak? Aku yakin seyakinnya. Bukankah pemberontakan menyatakan bahwa bangsa Goan ini sudah mendekati keakhirannya? Maka aku yakin bahwa perjuangan kita ini tak akan memakan waktu yang terlalu lama."

"Mudah-mudahan demikian," kata Lian giok. "Mudah-mudahan penjajah dari utara yang sudah kurang lebih delapan puluh sembilan tahun bercokol dinegeri kita sehingga telah menimbulkan kesengsaraan bangsa kita, terutama rakyat jelata, demikian menyedihkan, akan cepat terkikis habis setidak-tidaknya terusir pergi oleh perjuangan ini. Ah ... sudah dapat kubayangkan, betapa akan bahagia serta tenteram dan damainya kehidupan kita ini setelah bebas dari kungkungan belenggu penjajah lalim," Untuk sesaat Lian giok diam dan nona ini kelihatan seperti melamun, seakan-akan membayangkan masa depannya berdasarkan ucapan yang terakhir itu.

Dan Hayhauw juga membisu sambil menengadahkan wajahnya keangkasa dimana terlihat awan-awan beriring iringan perlahan ditiup angin senja. Agaknya pemuda ini melamunkan hal yang serupa dengan lamunan Lian giok.

"Hauw ko" keheningan yang berlangsung sesaat lamanya itu kemudian dipecahkan oleh suara Lian giok.

Hayhauw menoleh dan untuk kesekian kalinya dua pasang mata dan kedua muda-mudi ini saling pandang dengan sinar mata yang mencerminkan suara hati mereka "Apa, Giok moay?" tanya Hayhauw setelah melihat nona itu tidak segera meneruskan perkataannya.

"Apabila Thian melindungi kita berdua, dan kita tetap selamat setelah berakhirnya perjuangan menumbangkan kekuatan penjajah ini apakah yang menjadi cita-citamu dalam kehidupan kemudian?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertanyaan ini tak dapat segera dijawab oleh Hayhauw dan hal ini memang sama sekali tak pernah terpikir olehnya sehingga betapa masa depannya kelak, baginya masih amat gelap, ia tak menyangka sama sekali bahwa Lian giok akan bertanya seperti itu sehingga ia bingung untuk menjawabnya dan membuatnya termenung sebentar sambil matanya memandangi mengalirnya air sungai yang kecil didepannya. Dan setelah menghela napas yang sangat dalam, ia menjawab juga akhirnya,

"Apabila, keadaan mengijinkan, aku ingin kembali kekampung halaman, dimana aku akan menuntut penghidupan petani, sebagai rakyat jelata sebagaimana aku berasal. Mudah-mudahan saja harapanmu sebagaimana yang telah kau katakan tadi benar-benar terlaksana, bahwa hidup bahagia serta tentram dan damai dalam mengecap alam kemerdekaan setelah berakhirnya alam penjajah ini." Setelah mengakhiri jawabannya ini, selanjutnya ia balik bertanya, "Dan kau sendiri, bagaimana, Giok moay?"

Kini Lian giok yang menghela nafas, lalu sahutnya dengan sember, "Entanlah ... ! Aku hanya seorang perempuan bodoh dan hidup didunia ini sebatang kara pula sehingga tak dapat kubayangkan betapa kehidupan yang akan terjadi bagi diriku kelak ... Ah ... kalau saja ayah tak cepat-cepat meninggalkan aku, niscaya aku takkan senelangsa ini ... " Tiba-tiba sepasang mata dara ini berlinang air mata. Persoalan masa depan yang ditanya jawaban dengan Hayhauw ternyata membangkitkan rasa duka dan sedih, karena teringat akan kamatian ayahnya dan yang membuatnya tak kuasa pula menahan kepiluan dihatinya sehingga pada detik berikutnya, sambil menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya, terisak-isaklah ia menangis.

"Giok moay ... Tak usah kau berkecil hati. Segala sesuatu yang belum terjadi dan kita hadapi baiklah kita serahkan saja kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalau kau sudi, aku bersedia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membantumu untuk membina masa depanmu itu ...” Sambil berkata dengan maksud menghibur ini, seakan-akan ada suatu tenaga gaib yang menggerakkannya sehingga tanpa disadari oleh Hayhauw tahu-tahu pemuda ini sudah duduk disisi, Lian giok seraya sepasang tangannya diletakkan dikedua belah pundak gadis itu.

Perbuatan Hayhauw yang terdorong oleh rasa cinta sangat besar terhadap Lian giok membuat dara itu menjadi terkejut. Lian giok melompat berdiri bagaikan disengat kalajengking untuk melepaskan kedudukannya dari pegangan anak muda itu. Wajah dan pipinya yang dibasahi air mata itu sebentar pucat sebentar merah dan sepasang matanya, yang membasah itu terbelalak lebar memandang wajah Hayhauw yang masih duduk diatas batu didepannya.

Sadarlah Hayhauw bahwa ia sudah melakukan perbuatan yang tidak semestinya, perbuatan lancang dan tidak sopan sehingga telah menyebabkan dara itu bersikap seperti itu. Maka ia cepat berdiri sambil menyatakan rasa penyesalannya.

"Maaf, Giok moay, atas kelancanganku yang tak kusadari tadi ..."

Akan tetapi, selanjutnya Hayhauw hanya tinggal bengong termangu-mangu sambil berdiri semati patung karena nona itu dengan gerakan cepat sekali lari meninggalkannya sambil membawa isak tangisnya yang makin menjadi! Sulit sekali baginya untuk dapat menyelami betapa benarnya perasaan hati Lion giok akibat perbuatan yang terdorong oleh rasa cinta dan kasih yang amat besar itu. Dan akhirnya, pikiran bingung-bingung dan hati cemas tak karuan, Hayhauw meninggalkan tempat itu. Kepalanya menunduk langkah kaki gontai ketika ia berjalan menuju kebedeng pemondokannya. Ia menghela nafas panjang berulang kali. Sikap Lian giok itu benar-benar tidak dapat dimengerti olehnya. Pada mulanya dara itu menampakkan sikap yang sangat menantang seakan-akan memancing isi hati dari Hayhauw, akan tetapi akhirnya ketika

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hayhauw meletakkan sepasang tangannya dikedua pundak Lion giok sebagai tanda besarnya rasa cinta dan kasih, mengapa dara itu tiba-tiba memperlihatkan reaksi sedemikian rupa, seakan-akan marah?! Lagi-lagi pemuda ini merasa sangat kecil hati kalau-kalau Lian giok sampai benar-benar merasa marah dan membencinya!

Ketika Hayhauw sampai ditempat pemondokannya, pemuda ini mendapatkan Ho Bunki si Kepalan baja dari Hokkian menyambutnya sambil bertanya: "Saudara Han, habis dari manakah kau barusan?"

"Aku baru saja habis duduk-duduk dipinggir sungai" sahut Han Hayhauw dengan terus terang.

"Apakah yang kau lakukan dan dengan siapakah kau duduk-duduk disana?"

Hayhauw merasa heran sekali mengapa kawan ini bertanya sampai demikian melit dan pemuda ini jadi terkejut ketika melihat wajah Ho Bunki memperlihatkan rupa marah kepadanya. Sepasang mata kawan itu tampak menyala-nyala seakan akan mengeluarkan api. Hayhauw yang berotak cerdas serta segera maklum dan dapat menduga bahwa sikepalan baja ini diam-diam sudah mengintai dan agaknya sudah mengetahui apa yang terjadi antara ia dan Lian giok disisi sungai tadi.

Sejak untuk pertama kalinya ia bertemu dengan Ho Bunki, Hayhauw sudah melihat sikap dari pemuda ahli gwakang itu yang tidak simpatik terhadapnya dan sebagai latar belakang dari gejala ini Hayhauw dapat menangkap bahwa teman seperjuangannya itu merasa cemburu terhadapnya dan memang dapat diterangkan bahwa hakekat yang sebenarnya justru demikianlah adanya. Seperti sudah diceritakan bahwa Ho Bunki secara diam-diam sudah menaruh hati terhadap Lian giok dan sungguhpun baru hanya merupakan cinta sepihak namun kedatangan Hayhauw dalam pasukan Tiong gi pay ini dan kemudian ternyata ia melihat bahwa antara Hayhauw dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lian giok nampaknya seperti sudah sama mempunyai hubungan batin yang sangat erat, maka terasalah oleh Ho Bunki bahwa kini sudah mempunyai saingan dalam hal memperebutkan hati Lian giok. Hingga segala gerak-gerik antara Hayhaw dan Lian giok selalu ia perhatikan dan rasa cemburu yang pada mulanya hanya merupakan setitik lelatu akhirnya menjadi berkobar menyala dilubuk hatinya ketika secara kebetulan sekali ia telah memergoki Hayhauw dan Lian giok duduk dipinggir sungai! Hatinya berdebar dan panas, dan kalau menurutkan adatnya yang kasar, rasanya ia ingin segera menerjang Hayhauw yang sudah berhasil merebut idaman hatinya itu. Akan tetapi karena mengingat bahwa Hayhauw berkepandaian tinggi sehingga jelas bukan tandingannya lagi pula ia selalu memang disiplin dalam kesatuan bahwa dalam saat-saat suasana segenting ini dimana sangat memerlukan persatuan kerukunan, sehingga ia sadar bahwa tidak semestinya ia membuat permusuhan dengan kawan sendiri hanya karena gara-gara memperebutkan perempuan! Itulah sebabnya, Ho Bunki jadi hanya mengintai saja dibalik rumpun semak-semak dari tempat yang agak jauh sehingga apa yang dipercakapkan oleh Hayhauw dan Lion giok tidak sampai terdengar oleh telinganya, tapi segala gerak-gerik dara idaman hati dan pemuda saingannya itu dapat disaksikan dengan jelas oleh sepasang matanya dan ketika ia melihat adegan terakhir, bukan main panasnya dada anak muda yang hatinya dibakari api cemburu ini! Maka tatkala melihat betapa Lian giok berlari pergi sambil menangis meninggalkan Hayhauw dan pemuda saingannya ini akhirnya meninggalkan tempat yang diintainya itu dengan lunglai, Bunki segera berlari kepondoknya dimana ia akan menunggu Hayhauw dan akan ditegurnya.

Mendengar teguran Bunki yang penuh nafsu itu, biarpun hati Hayhauw merasa kurang senang karenanya, namun ia yang sudah dapat menyelami isi hati serta watak temannya itu. Hayhauw tetap bersikap tenang dan lantaran pemuda inipun justru tidak menghendaki suatu bentrokan dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

temannya yang beradat berangasan ini maka secara cerdik sekali ia coba memancing untuk memadamkan api cemburu dihati Bunki sambil menyahut.

"Saudara Ho agaknya kau sudah mengintip, ketika aku bersama niocu duduk-duduk dipinggir sungai tadi sehingga kupikir tak perlu aku memungkiri lagi. Terus terang saja kuakui, kawan bahwa hati mudaku ini sangat jalang dan pada kesempatan tadi secara lancang sekali, aku telah menyatakan rasa cintaku terhadap niocu ..." Hayhauw sengaja menghentikan kata-katanya sebentar sambil matanya memperhatikan sikap Bunki.

"Bagaimana selanjutnya ... ?" Bunki tiba-tiba bangkit dari bangku yang didudukinya. Nada pertanyannya jelas sebagai pertanda kemarahan hatinya. Kedua matanya melotot dan sepasang tangannya sudah mengepal, agaknya sepasang kepalan yang menjadi senjata ampuhnya itu siap akan dihantamkan kedada Hayhauw. Rupa-rupanya terlupalah untuk seketika itu akan kedisiplinan yang selalu ia taati.

Hayhauw sengaja memperdengarkan suara helaan nafasnya yang panjang dan berkata dengan nada keluhan.

"Ah, kawan, ternyata rasa cintaku ditolaknya mentah-mentah dan kemudian baru aku tahu dari keterangan niocu sendiri bahwa rasa cinta dengan sebulat hatinya yang murni telah ia serahkan kepada ..."

"Kepada siapa?" Ho Bunki mendesak.

"Kepadamu, kawan ... !"

Untuk sejenak anak muda dari Hokkian itu melongo dan sikap galaknya tadi kini tiba-tiba menjadi lunak.

"Betulkah ia berkata begitu? Tidakkah kau bohong?"

Hayhauw merasa geli hatinya melihat siasatnya berhasil. ia sudah mengenal cukup baik sekalipun hanya bergaul baru beberapa hari saja bahwa Ho Bunki, disamping kegagahan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang dimilikinya dan berhati jujur, akan tetapi anak muda alias sikepalan baja ini tidak memiliki otak yang cerdas sehingga begitu mudah sudah kena dipancingnya dan agaknya apa yang ia katakan segera dipercayainya.

"Apa gunanya aku membohongi kawan sendiri? Percayalah kawan!" Hayhauw melanjutkan Siasatnya sementara itu ia melihat wajah Bunki berseri-seri. "Malah saking besarnya rasa penyesalan dihatiku aku, terlanjur sampai memegang kedua pundak niocu untuk menyatakan maaf yang sebesar-besarnya. Akan tetapi niocu yang sudah menjadi milikmu itu ternyata malah menjadi sangat marahnya sambil menangis karena mungkin disebabkan merasa dihina, ia berlari neninggalkan aku, dan aku masih sempat mendengar ancamannya bahwa kekurangajaranku ini, katanya akan dibertahukan kepadamu! Saudara Ho yang beruntung demikianlah pengakuanku dan sekarang dapatkah kau maafkan aku ...?"

Tiba-tiba Bunki maju dan memeluk Hayhauw. Pelukan sebagai pernyataan kegirangan yang dirasakan dihati sangat besar. Ia percaya penuh apa yang dikatakan Hayhauw, sehingga tahulah ia sekarang Lian giokpun ternyata mencintainya.

"Saudara Han, kau benar-benar berhati mulia. Aku sama sekali tidak merasa marah terhadapmu oleh karena perbuatanmu justru disebabkan kau belum tahu bahwa niocu kita itu adalah kekasihku. Karena kalau misalnya kau sudah mengetahui, pasti kaupun takkan berani berbuat seperti itu bukan?"

Sambil menahan rasa kegelian dihatinya, Hayhauw menggarami "Sudah barang tentu tidak. Aku toh, bukan orang gila, maka kalau sudah tahu sekuntum bunga indah disunting orang, apalagi orang itu justru adalah kau sendiri maka mana mungkin aku akan berani berlaku lancang dan kurang ajar yang berarti sama halnya mencari penyakit sendiri? Itulah sebabnya sekali lagi aku minta maaf darimu yang sebesar-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

besarnya dan aku menyamikan ucapan selamat atas jalinan kasih antara kau dan niocu, semoga dalam perkawinanmu kelak memperoleh kebahagiaan. Dan kawan bolehkah aku tahu, kapankah pernikahanmu itu dilangsungkan ...?"

Kasihan dan mengelikan sekali Ho Bunki yang bodoh itu. Kata-kata Hayhauw yang cerdik itu mulanya membuat ia merasa seperti disanjung dan mempunyai harapan yang tinggi dan muluk. Akan tetapi setelah mendengar pertanyaan dari Hayhauw yang terakhir, harapan yang tinggi dan muluk itu tiba-tiba terbanting jatuh dan pecah berantakan. Betapa tidak, jangankan sudah dapat ditentukan hari pernikahan, sedangkan melihat gejala-gejala bahwa Lian giok menyambut rasa hatinyapun belum, oleh karena memang perasaan hati yang menanggung rindu selama ini hanya tinggal bersarang dirongga dadanya sendiri. Karena perangai yang polos dan jujur ditambah lagi otaknya yang kurang cerdas sehingga Bunki nampak bingung sekali untuk menjawab pertanyaan Hayhauw yang benar-benar merupakan suatu pukulan hebat bagi perasaannya dan anak muda ini untuk sesaat lamanya tinggal melongo saja dan kedua matanya berkedip-kedip seakan sedang melakukan otaknya untuk mencari akal supaya bisa menjawab pertanyaan Hayhauw dengan sempurna sekedar menghilangkan rasa malu yang ketika itu sudah memerahkan wajahnya.

Sementara Bunki masih kebingungan dan Hayhauw benar-benar hampir tak kuasa menahan kegelian hatinya, tiba-tiba ketika itu terdengar bunyi suitan yang nyaring dan berulang-ulang. Kedua-duanya anak muda ini sudah maklum bahwa suara tersebut adalah merupakan isyarat dari Lim Hongpin supaya semua anggota Tiong gi pay yang ketika mana kebetulan tidak bertugas berkumpul.

"Nah, kita mesti berkumpul. Rupanya ada bahaya ... !" kata Ho Bunki yang merasa telah terlepas dari kebingungan dan pendekar muda yang berjuluk sikepalan baja ini segera

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melompat keluar gubuk dan Hayhauw mengikutinya setelah melemparkan buntalannya keatas balai-balai bambu tempat tidurnya.

Bersamaan dengan teman-teman lainnya yang sudah berlompatan dari pemondokan mereka dan berbareng dengan mereka pula Hayhauw dan Bunki berlari menuju kesebuah lapangan yang biasa dipergunakan mereka berkumpul apabila diadakan rapat kilat maupun brifing atau berunding. Sebentar saja para anggota Tiong gi pay sudah berkumpul ditempat tersebut mengitari Lim Hongpin. Dan setelah menanti sesaat guna menunggu nona Lian giok yang kemudian baru muncul dengan kedua matanya masih merah tanda baru saja menangis. Lim Hongpin dengan suara lantang dan nyaring segera memberi laporan bahwa diluar hutan kelihatan para hwesio dari kuil Lianhoksi sedang berlari-lari mendatangi. Berita ini benar-benar sangat mengejutkan semua orang karena semenjak Tiong gi pay bermarkas dihutan ini, belum pernah salah seorang dari hwesio yang menjadi pendukung dan membantu kesatuan ini mendatanginya, sekarang ternyata mereka berlari-lari mendatangi, hal yang luar biasa ini tentu saja sudah merupakan tanda yang cukup menegangkan.

Dan setelah bertukar pikiran sebentar, antara tokoh-tokoh utama dari Tiong gi pay dan nona ini bertindak mewakili ayahnya selalu berdasarkan hasil perundingan apabila menghadapi sesuatu masalah, maka mereka segera berlari menuju ketepi hutan sebelah timur guna menyongsong kedatangan para hwesio dari kuil Lianhoksi itu.

Benar saja. Sekalipun masih agak jauh namun sudah terlihat jelas oleh mereka bahwa To Gun Hosiang, To Ci Hosiang, To Bi Hosiang, dan To Gi Hosiang berlari-lari mendatangi. Nampaknya mereka amat tergesa-gesa seakan-akan keempat orang hwesio ini sedang dikejar musuh sehingga membuat para penunggunya berdebar hati bertanya-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tanya bahwa apakah yang telah terjadi dengan para hwesio itu sehingga meninggalkan kuil mereka dan datang kemari?

oooooooOdwOooooooo

Sebagimana sudah dituturkan bahwa semenjak jenazah Tan Kimpo berhasil diselamatkan serta kemudian dikebumikan, kesatuan aksi Tiong gi pay dalam suasana berkabung dan selama tiga hari kesatuan aksi ini tidak melakukan pergerakan sehingga selama itu mereka sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi dikota Thaygoan.

Goatseng Taysu Kulangcha, itu panglima perang dari "Pasukan Garuda", setelah melakukan penguntitan secara diam-diam terhadap tokoh Tiong gi pay yang berlari sambil membawa jenazah Tan Kimpo pada malam itu, maka mak1umlah ia bahw para hwesio penghuni kuil Lianhoksi yang memang sudah dicurigainya kini jelas merupakan pihak musuh dan ketika ia melakukan penguntitan lebih jauh sehingga kembali kekota Taygoan tatkala fajar hampir tiba maka taulah pula bahwa dimana yang menjadi tempat sarang Tiong gi pay.

Karuan saja kemarahan Kulangca bukan main atas kematian sekaligus kelima orang pembantu utamanya, yaitu Ma Inliang, Ceng Kunhi, So Banpek, Ho Likiat, dan Angbin Sinkay. Kejadian mana benar-benar merupakan suatu peristiwa besar bagi "pasukan garuda" dan Kulangcha harus mengakui bahwa pasukan Tiong gi pay benar-benar sangat kuat. Menurut keinginan hatinya yang dipenuhi nafsu dendam angkara murka Kulangcha hendak mengerahkan segenap kekuatan pasukannya untuk melakukan pembalasan, akan tetapi karena mengingat betapa kekuatan serta ketangguhan pihak lawan, apalagi sekarang setelah lima orang pembantu utamanya tewas sekaligus yang berarti merupakan kelemahan yang tak dapat dipungkiri lagi bagi pihaknya maka Kulangcha tidak berani segera melakukan pergerakan. Hanya satu-satunya siasat yang diperbuat adalah ia lalu menggantung dua

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mayat To Lek Hosiang dan To Li Hosiang didepan pintu gerbang ditiang pengantungan bekas yang dipergunakan menggantung Tan Kimpo. Dua mayat hwesio ini digantung sedemikian rupa, yakni dijungkirkan dengan kepala dibawah dan bagian kakinya diatas sehingga nampaknya sangat mengerikan dan hal ini sengaja dilakukan oleh Kulangcha dengan maksud sebagai pancingan agar kawan-kawan hwesio yang sudah menjadi mayat ini kembali datang mengambilnya dan disitulah ia akan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada pada "Pasukan garuda" untuk menggempurnya sebagaimana siasat yang pernah ia lakukan dengan mempergunakan mayat Tan Kimpo sebagai umpan.

Akan tetapi, setelah ditunggu sampai dua hari dan ternyata apa yang diharapkan Kulangcha sama sekali tidak terbukti, sementara mayat dua hwesio itu sudah mulai menyiarkan bau busuk sehingga akhirnya terpaksa Kulangcha menyuruh anak buahnya untuk menyingkirkan dua mayat tersebut. Dan para serdadu yang mendapat tugas ini segera membawa mayat-mayat itu dilemparkan begitu saja seperti membuang bangkai anjing disebuah dusun yang telah kosong jauh diluar kota.

Dan pada suatu hari berikutnya, sungguh dugaan Kulangcha bahwa kota Taygoan telah didatangi sepasukan tentara yang kemudian ternyata barisan seperjuangan yang dipimpin oleh seorang panglima bangsa Moneol bernama Kozila. Perlu diketahui bahwa pada waktu itu barisan pemberontak yang dipimpin oleh Coe Goan Ciang telah berhasil merebut dan menduduki kota raja tentu saja setelah mengalami pertempuran dahsyat karena mendapat perlawanan gigih dari tentara Mongol sehingga menimbulkan korban bukan sedikit bagi kedua belah pihak. Hanya sangat dibuat sayang, meskipun istana kaisar sudah diduduki namun kaisar terakhir dari kerajaan Goan tiauw yang terkenal dengan nama gelarnya Toghon Timur berhasil meloloskan diri dan berlari bersama sisa pasukannya yang terpukul mundur. Sambil mundur dan sekalipun sudah jelas kekuasaannya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

didaratan Tiongkok tak dapat dipertahankan lagi, kaisar terakhir dari wangsa Goan itu ternyata tidak mau menyerah mentah-mentah atau lebih tepat dikatakan sebagai pelampiasan marahnya, ia memerintah segenap, pasukannya bahwa sambil mundur untuk kembali keutara harus meninggalkan dibumi Tiongkok kerusakan yang sehebat-hebatnya. Akibat perintah dari kaisar buron ini benar mengerikan sekali setiap tempat dimana saja yang mereka lewati dalam keadaan terpukul mundur, musnahlah rumah-rumah penduduk dibumi hanguskan dan tiada ampun bagi semua bangsa Han yang kebetulan mereka pergoki, tidak peduli laki-laki wanita, kakek-kakek, nenek, bahkan bayi sekalipun tak terkecuali, semua dibunuh mati.

Demikianlah, setelah kekuasaan penjajah berikut kaisarnya terusir dari kota praja dan pasukan pemberontak yang dipimpin Coe Goan Ciang terus melakukan pengejaran, maka secara berturut-turut kota-kota besar diberbagai propinsi berhasil pula direbut oleh kesatuan aksi dan sehingga perjuangan untuk menggulingkan kekuasaan penjajah benar-benar sudah mencapai puncaknya.

Adapun pasukan penjajah yang dipimpin kozila seperti sudah disebutkan tadi sebenarnya merupakan sisa pasukan yang tadinya menduduki salah satu kota besar dipropinsi Honan dan dalam perjalanan menuju keutara melintasi daerah Sansi serta secara kebetulan sekali mampir dikota Taygoan dan disambut oleh Kulangcha.

Bukan main kagetnya hati Kulangcha setelah mendengar berita dan kenyataan dari Kozila bahwa sudah tiba saatnya bagi mereka untuk segera angkat kaki dari bumi Tiongkok, akan tetapi dalam pada itu hati dari panglima "pasukan garuda" ini setidak-tidaknya merasa girang juga karena mampirnya pasukan kawannya itu merupakan bantuan yang cukup kuat untuk menumpas komplotan pemberontak Tiong gi pay sebagai pelampiasan dendam yang terkandung

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

didadanya. Dan ternyata setelah Kulangcha merundingkan maksud hatinya ini kepada Kozila, maka Kozila menyetujuinya sambil berkata.

"Memang hal ini sudah seharusnya dan mutlak menjadi kewajiban kita, sesuai dengan perintah Kaisar!"

Semangat dua panglima perang itu benar-benar harus dipuji, mereka masih tetap menaati apa yang diperintahkan kaisar, sungguhpun kedudukan mereka boleh dibilang sudah terjepit! Memanglah, bangsa mongol adalah bangsa yang gagah berani dan memiliki disiplin yang amat baik sehingga jiwa besar warisan Jenghis Khan ternyata dipunyai juga oleh Kulangcha dan Kozila.

Begitulah, pada sore itu juga Kulangcha dan Kozila menggabungkan pasukan mereka lalu mengurung kuil Lionhoksi. Bahkan dalam penyerbuan ini ikut serta pula Ouwbin Sinkay karena pengemis sakti bermuka hitam ini memang merasa sakit hati sekali atas kematian saudaranya sehingga ia mempergunakan kesempatan ini untuk memunahkan dendam kesumatnya!

Pintu kuil Lianhoksi tertutup rapat-rapat dan suasana nampaknya sangat sunyi sepi, seakan-akan didalam kuil itu tiada penghuninya. Kulangcha segera menghampiri dan akan mengetuk daun pintu dari kuil tersebut, akan tetapi ia ragu-ragu dan maksudnya yang semula diurungkan. Kemudian sambil mundur disebabkan ia merasa sangat berbahaya apabila terlalu mendekati pintu itu, ia berseru dengan suara keras.

"To Gun Hosiang! Kami sudah tahu bahwa kau dan kepala gundul lainnya adalah golongan pemberontak, maka lebih baik kalian buka pintu dan keluar untuk menerima hukuman!" Suara ini bergema nyaring, kemudian keadaan sunyi sekali. Biarpun diantara mereka mengeluarkan suara, semuanya memasang mata dan telinga tanpa bergerak sambil bersiap siaga kalau-kalau terjadi suatu kemungkinan dari dalam kuil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang mereka kurung rapat disekelilingnya itu. Kemudian, terdengarlah suara jawaban dari dalam kuil dengan irama kata yang tenang dan halus, tapi nyaring menusuk telinga.

"Pinceng memang adalah gerombolan pemberontak, dan kalian telah mengurung kuil ini. Maka kalau hendak menangkap pinceng, kalian silahkan masuk saja!"

"To Gun Hosiang engkau jangan memancing? Menyerahlah baik-baik, sebelum kemarahan kami memuncak!" Balas Kulangcha.

"Menghadapi kaum penjajah, kami takkan menyerah mentah-mentah! Kalian datang bukan pinceng yang mengundang. Pinceng sudah mempersilahkan kalian masuk tapi dari jawaban yang kudengar mencerminkan bahwa kalian takut dipancing. Ah, kalau kalian benar-benar tidak berani masuk, maka lebih baik kalian pergi saja mengikuti jejak kaisar kalian yang sudah nurut seperti anjing duduk kena pukul!"

Sesaat Kulangcha dan Kozila serta Ouwbin Sinkay saling pandang, mereka sungguh tak menyangka bahwa berita tersebut sudah diketahui juga oleh hwesio pengnuni kuil ini. Lalu terdengar Kozila berseru marah karena perkataan To Gun Hosiang yang terakhir benar-benar merupakan penghinaan bagi mereka.

"Bangsat gundul keras kepala dan sombong! Kau mengatakan kami takut dan bahkan kau menghina kami, maka bukan salah kami kalau kau menghendaki kekerasan!" Setelah berkata demikian, Kozila lantas memberi abu-aba.

"Serbuuu ... !!"

Serempak bagaikan air bah, pasukan Mongol itu maju menyerbu sambil bersorak riuh rendah. Mereka ini ada yang mendobrak pintu merusak jendela yang terdapat disekitar kuil itu sehingga kuil Lianhoksi yang bentuk bangunannya tak berapa besar ini seakan-akan sebutir gula dikerubuti semut!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu daun pintu depan dan belakang serta yang terdapat disamping kuil itu, juga semua jendela-jendela sudah digedor rusak terbuka maka para serdadu lalu berlompatan masuk. Akan tetapi pada detik berikutnya tubuh-tubuh para serdadu ini beterbangan keluar kembali bagaikan sekawanan nyamuk ditembus angin santer! Tubuh yang beterbangan keluar itu menabrak dan menimpa kawan-kawan yang berada dibelakangnya sehingga disekitar kuil terdengar pekik kekagetan serta jerit kesakitan dan kemudian mereka mendapatkan bahwa tubuh-tubuh kawan mereka yang dibalikkan kembali dalam keadaan seperti terbang dari dalam kuil itu ternyata semuanya sudah tidak bernyawa.

Melihat kenyataan dalam segebrakan saja mengakibatkan tidak kurang dari dua puluh orang serdadu sudah mampus, Kozila maklum bahwa para penghuni didalam kuil itu telah melepaskan pukulan jarak jauh, suatu tanda bahwa hwesio itu memiliki kepandaian tinggi sehingga kalau penyerbuan seperti ini dilanjutkan pasti akan mendatangkan kematian bukan sedikit bagi anak buahnya, maka ia segera mengeluarkan aba-aba untuk menghentikan penyerbuan dan lalu ganti siasat.

Siasat apakah yang dilakukan oleh Kozila? Ternyata siasat ini sangat keji untuk melampiaskan kemarahannya terhadap pihak yang dianggap musuh dan hal ini memang sesuai pula dengan perintah kaisarnya. Diperintahkannya sebagian serdadu yang tetap dalam posisi mengepung disekitar kuil menyiapkan anak panah dan amgi (senjata rahasia), diarahkan kesetiap pintu dan jendela yang sudah rusak terbuka. Anak panah anak panah dan senjata-senjata rahasia ini akan segera merupakan sambaran maut apabila terlihat para hwesio mencoba melarikan diri. Sementara pasukan yang sebagian lagi sibuk bekerja, mengumpulkan daun-daun, rumput-rumput dan kayu-kayu kering, ditaruh disekitar kuil dan setelah bahan bakar ini bertumpuk lalu disiram minyak dan dibakar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebentar saja, dibantu oleh tiupan angin senja, kuil Lianhoksi terbakar. Api bernyala-nyala tinggi dan hawa panas sampai terasa oleh serdadu yang mengepung kuil itu sekalipun kepungan mereka sudah mundur enam tujuh tombak jauhnya dari posisi semula.

"Siasat bagus! Siasat bagus ... !" berulang kali Kulangcha berseru kegirangan memuji siasat kawannya. Sementara Ouwbin Sinkay terdengar ketawa terkekeh-kekeh tanda bahwa hati pengemis ini sangat puas. Adapun Kozila sibuk mengomando pasukan sehingga baugunan kuil yang seluruhnya sudah dikuasai api yang berkobar-kobar itu, juga secara terus-menerus dihujani anak panah serta senjata rahasia terarah kelubang pintu dan jendela untuk mencegah para hwesio pemberontak itu melarikan diri dari dalam kuil. Suara ledakan benda-benda yang terbakar terdengar sangat bising ditambah lagi api makan kayu berkeratakan. Tak lama kemudian, disusul suara hiruk pikuk tatkala atap kuil yang terbakar itu ambruk. Asap hitam membumbung tinggi membawa letik-letikan lelatu yang beterbangan keangkasa.

Akhirnya api padam setelah segala sesuatu yang bisa terbakar dari kuil itu musnah, yang tinggal hanya bangunan tembok yang telah menghitam. Segala macam perabot terbuat dari pada kayu termasuk pula patung-patung yang biasa menjadi benda-benda pujaan para hwesio didalam kuil Lianhoksi musnah sama sekali menjadi tumpukan puing. Melihat kenyataan ini, baik para pemimpin maupun para serdadu Goan ramai bersorak-sorak. Mereka semua tidak ada yang melihat hwesio yang ditakuti itu lari keluar tanda bahwa para hwesio kosen yang tadinya membuat mereka merasa cemas dan ketakutan kalau golongan pemberontak itu keluar dan mengamuk kini jelas sudah mampus terbakar. Inilah sebabnya mereka bersorak-sorak karena gembiranya.

Akan tetapi Kozila ternyata tidak mau bekerja kepalang tanggung segera menyerukan perintah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bongkar puing-puing itu dan mari kita lihat mayat-mayat kepala keledai itu!"

Kembali para serdadu bekerja. Kalau tadi mereka bekerja untuk membuat api, adalah sekarang sebaliknya, mereka sibuk memadamkan api diantara puing-puing yang masih membara merah. Tetapi bukan main rasa gegetun dan heran mereka, ketika setelah tumpukan-tumpukan puing dan gundukan-gundukan abu diobrak-abrik ternyata apa yang mereka cari tidak diketemukan. Semua orang penasaran dan akhirnya saling pandang, benar-benar ajaib dan mengherankan. Jelas sekali para hwesio itu tidak keluar dari kuil dan mereka yakin semuanya sudah mampus terbakar, akan tetapi kenyataannya disitu tidak terdapat mayat atau sisa-sisa mayat dari hwesio itu.

"Tak mungkin!" kini baru terdengar Kulangcha berseru keras saking penasaran dihatinya, "Kalau mereka bisa lari menyelamatkan diri pasti terlihat oleh kita yang mengurung tempat ini. Ayo, cari lagi! Bersihkan semua puing barang kali mereka mempunyai tempat perlindungan dibawah tanah."

Kembali para serdadu repot memengedug puing-puing dan abu, dan akhirnya tepatlah dugaan Kulangcha, bahwa dibagian ruangan tengah bekas kuil itu terlihatlah lantai berlobang. Kulangcha menyuruh tiga orang serdadu dengan senjata mereka siap ditangan lalu masuk, dan setelah ditunggu sesaat lamanya semua orang jadi tercengang karena ternyata tiga orang serdadu tadi tampak bermunculan dari lembah yang terdapat dibelakang bekas bangunan kuil tersebut. Kiranya lubang tadi merupakan jalan rahasia dibawah tanah dan ketika tiga orang serdadu tadi menyusurinya lebih lanjut ternyata mempunyai lubang tembusan di tebing lembah yang curam itu.

"Bedebah" Kulangcha memaki marah "Setan gundul itu rupanya telah merat dan kuyakin bahwa mereka menuju

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sarang gerombolan pemberontak Tiong gi pay. Mari kita kejar!"

Demikianlah, pasukan Goan yang dalam kesempatan terakhir hendak melakukan kerusakan dan kematian sebanyak-banyaknya bagi pihak lawan meneruskan gerakan operasinya menuju kearah barat, ketempat dimana menjadi pusat dan sarang kesatuan Tiong gi pay.

ooooooOdwOoooooo

Demikianlah adanya penuturan singkat dari To Gun Hosiang ketika ia bersama saudaranya tiba dihadapan para tokoh Tiong gi pay yang menyambutnya. "Dan pasukan penjajah kulihat sedang melakukan pengejaran, kita harus bersiap-siap!" To Gun Hosiang menutup penuturannya.

Mereka segera berunding. Betapa mestinya mereka harus mengadakan perlawanan apabila nanti pasukan penjajah itu benar-benar berani memasuki hutan dan meranjah tempat mereka. Akan tetapi pasukan penjajah itu ketika tiba ditepi hutan ternyata tidak segera melakukan penyerbuan, melainkan lalu mengambil posisi melingkar disebelah barat, utara, dan timur sekitar hutan itu. Sedangkan disebelah selatan, karena tempat mana justru adalah sebuah jurang yang sangat curam sehingga sukar dan berbahaya sekali jika menempatkan pasukan dan lagi menurut perhitungan Kulangcha tak mungkin gerombolan pemberontak akan melarikan diri melalui tempat itu karena kalau terpaksa juga menempuh jalan ini, maka dapat dipastikan mereka akan mati konyol, tubuh-tubuh mereka akan terpelanting dari tebing yang begitu tinggi dan curam.

Memang tepatlah perhitungan Kulangcha, tebing tersebut demikian lurus tegak bagaikan dinding sehingga mustahil sekali kalau orang dapat menaiki atau menuruninya, kecuali kalau orang dapat terbang! Itulah sebabnya Kulangcha merasa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tak perlu mengadakan peningkaran dibawah tebing yang merupakan tepi sebelah selatan hutan sarang Tong gi pay itu. Tapi Kozila ternyata lebih waspada dan tidak setuju kalau tebing itu tanpa dijaga sehingga akhirnya biarpun tempat dibagian itu tidak dipagari oleh pasukan, namun ditempatkan juga seberapa belas orang serdadu ahli panah!

Hutan sarang Tiong gi pay benar-benar dikurung dan pasukan Goan ini sama sekali tampaknya tidak bermaksud menyerbu memasuki hutan, hanya bersikap mengepung dan menjaga. Hal ini mungkin disebabkan bahwa ketika itu hari sudah terlalu sore, sehingga resikonya besar sekali kalau mereka sampai kegelapan didalam hutan! Itulah sebabnya pasukan ini sama sekali tidak berani bergerak maju dan kemudian, seiring udara menjadi gelap, Kulangcha dan kawan-kawannya lalu mengeluarkan perintah supaya semua serdadunya berteriak-teriak mencaci maki sehingga tantanganya supaya gerombolan pemberontak panas hati dan keluar hutan dan mudahlah mereka sergap! Akan tetapi, para pemberontak itu ternyata tak begitu bodoh dan mudah dipancing, sehingga setelah suara teriakan-teriakan riuh rendah bergema meningkahi kesunyian berlangsung hampir setengah malam, akhirnya berhenti dengan sendirinya karena semua serdadu sudah kehabisan suara, yakni serak tenggorokan mereka serasa pecah dan kering serta capek! Sedangkan keadaan didalam hutan yang mereka lingkari itu tampak semakin sunyi semakin gelap dan makin menyeramkan!

Baik Kulangcha maupun Kozila, bahkan Ouwbin Sinkay yang sudah dikenal berkepandaian tinggi akhirnya menjadi kebingungan menghadapi kenyataan ini dan mereka merasa menyesal sudah berlaku terlanjur sudah kepalang mendatangi tempat ini! Dan akhirnya Kulangcha terdengar berkata menyatakan putusannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kita sudah kepalang terlanjur, sudah kepalang mendatangi tempat ini dan kecewa sekali kalau kita harus kembali dengan tangan kosong. Maka menurut pendapatku, sekarang kita berpencar dan masing-masing memimpin pasukan dari tiga jurusan ..."

"Kemudian ... ?" tukas Kozila yang diam-diam hatinya agak mendongkol juga sampai dibawa temannya ditempat ini.

"Kita bakar hutan ini" kata Kulangcha tegas.

"Bagus, Hayo kita mulai ..." sambut Ouwbin Sinkay.

Begitulah, ketiga pemimpin utama ini segera berpencar dan bekerja sesuai dengan siasat Kulangcha tadi. Maka sibuklah para serdadu mengumpulkan bahan-bahan umpan api dan karena ditepi hutan itu sangat mudah untuk mendapatkannya sehingga sebentar saja tiga penjuru ditepi hutan itu sudah dibendung oleh onggokan-onggokan umpan api yang serba kering dan siap tinggal menunggu perintah untuk disulut.

Justru pada waktu itulah, sebelum umpan-umpan api yang sudah menggunung dan memanjang serta sudah melingkari tiga penjuru hutan dibakar, tiba-tiba didalam hutan itu terlihat cahaya api yang berkobar-kobar dan seiring dengan mana seruan-seruan nyaring yang masing-masing terarah ketiga penjuru hutan dalam waktu hampir bersamaan.

"Hei, kawan-kawan! Pasukan dari sebelah timur sudah masuk dan membakar kubu-kubu sarang pemberontak ..." Demikian seruan dari dalam hutan itu yang berupa panggilan bagi pasukan Mongol yang ada ditepi hutan sebelah barat yang dipimpin oleh Kozila. Begitu melihat cahaya berkobar-kobar didalam hutan dan mendengar seruan itu Kozila berseru gembira dan segera memberi aba-aba sehingga tanpa sempat lagi menjulut umpan-umpan api yang sudah mereka sediakan tadi serempak para serdadu maju berserabutan memasuki hutan. Begitu pula Kulangcha yang memimpin pasukan disebelah timur, ketika melihat api berkobar didalam hutan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan mendengar seruan yang menjadi minta bantuan bahwa pasukan dari sebelah barat sudah berhasil menyerbu dan membakar kubu-kubu kaum pemberontak, maka tak banyak membuang waktu lagi Kulangcha segera memimpin pasukan masuk hutan dan hal semacam ini telah dilakukan pula oleh Ouwbin Sinkay dari sebelah utara, dengan demikian, maka dalam waktu yang hampir berbareng tiga pasukan yang masing-masing dipimpin oleh perwira berkepandaian tinggi ini telah menyerbu memasuki hutan dari tiga jurusan. Dan semuanya langsung menuju ketengah hutan dimana terlihat api berkobar makin hebat disertai terdengarrya suara gaduh dan ribut beradunya senjata dan jerit pekik orang tanda bahwa dipusat pemberontak itu telah terjadi pertempuran hebat.

Apakah sebenarnya yang telah terjadi ditengah hutan sarang kesatuan Tiong gi pay itu? Untuk mengetahuinya marilah kita lihat, betapa yang diperbuat oleh para tokoh-tokoh dari kesatuan orang-orang gagah ini sementara pasukan Mongol tengah bersorak-sorak ditiga penjuru ditepi hutan memancing mereka.

Kemudian, setelah diketahui bahwa pasukan penjajah itu hendak membabakar hutan, para tokoh-tokoh Tiong gi pay ini secara kilat kembali, berunding dan akhirnya siasat yang direncanakan Hayhauw yang selanjutnya mereka lanjutkan. Hayhauw sengaja membakar beberapa buah gubuk sehingga api berkobar dan terlihat dari luar hutan. Lalu dengan dibantu Lim Hongpin dan Kang Culay anak muda yang cerdik ini berlari mendekati tepi hutan sebelah timur dan berseru-seru seperti yang telah dituturkan tadi. Sementara Lim Hongpin dan Kang Culay berbuat seperti itu pula ini didekat tepi hutan sebelah utara dan barat. Dan sebagaimana sudah dijelaskan pasukan Mongol secara mudah kena pancing.

Setelah melihat pancingannya termakan oleh pihak lawan, maka Han Hayhauw dan kawan-kawannya lalu membuat suara

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gaduh bersorak-sorak menjerit jerit sambil senjata mereka diadu-adukan sedemikian rupa sehingga menimbulkan suara seperti sedang bertempur kedengarannya. Kemudian sesudah mendapat kenyataan bahwa pihak musuh benar-benar sudah merangsek dekat, dalam waktu hampir bersamaan, maka api yang berkobar membakar gubuk-gubuk tadi segara mereka padamkan dan api itu dapat dipadamkan dengan cepat dan mudah karena beberapa wadah air untuk dipergunakan maksud itu sudah mereka sediakan sebelumnya, sehingga keadaan didalam hutan yang tadinya terang benderang kini mendadak jadi gelap gulita dan seiring mana terdengar seruan-seruan nyaring.

"Itulah, gerombolan pemberotak didepan! Ayo ganyang mereka!"

"Hayo, bikin habis saja tikus-tikus busuk ini. Jangan disisakan meski seekorpun ..."

"Serbu ... !!"

Adapun sementara itu pihak pasukan Mongol yang datangnya dari tiga jurusan benar-benar sudah saling berhadapan dan oleh karena api yang tadi menerangi pandangan mereka mendadak padam membuat mereka menjadi kegelapan didalam gelap. Demi mereka dengan aba-aba serbu, maka meskipun secara membabi buta mereka ini menerjang maju dan terjadilah pertempuran yang dahsyat sekali didalam kegelapan itu. Suara beradunya senjata sangat ramai, dibarengi suara jerih dan pekik susul-menyusul.

Dilain pihak, Han Hayhauw dan kawan-kawannya setelah mendengarkan seruan-seruan untuk mengadu dombakan musuh lalu lari cepat kesebelah selatan dan berkumpul dengan para anggota Tiong gi pay yang sekian banyak itu. Mereka berkumpul ditempat ini dengan aman karena dari sebelah selatan hutan sama sekali tidak terancam bahaya dari pihak musuh. Dan andai kata tempat ditengah hutan itu terang pasti mereka ini akan tertawa kegelian karena melihat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

betapa pasukan Mongol itu saling baku hantam dengan pihaknya sendiri.

Pasukan Mongol yang datangnya dari tiga jurusan yang berlawan dan didalam cuaca gelap itu terus saling gempur sampai sekian lamanya karena dari ketiga pihak mereka ini sama mengira bahwa yang bertemu dengan mereka itu adalah pihak pemberontak. Sungguh kasihan sekali nasib para serdadu ini, mereka bertempur dalam cuaca yang sedemikian gelapnya sehingga tak dapat mereka melihat mana lawan dan mana kawan dan karenanya, tidaklah diantara mereka menemukan ajal secara sia-sia. Dan apabila perang campuh ini berlangsung beberapa saat lagi niscaya serdadu-serdadu dalam pasukan ini akan musnah semua. Baiknya tiba-tiba terdengar aba-aba yang suaranya amat nyaring sehingga mengatasi segala kehiruk-pikukan.

"Tahan senjatamu semua! Hentikan pertempuran ini ... !" ternyata aba-aba ini dikeluarkan oleh Ouwbin Sinkay yang segera menyadari bahwa pertempuran ini telah terjadi secara tidak semestinya.

Serempak perang campuh itu jadi berhenti dan pengemis sakti bermuka hitam itu lantas membuat penerangan dengan jalan membakar sebuah gubuk yang dekat dengan mereka. Setelah api berkobar dan cuaca menjadi terang, bukan main rasa sedih, kaget, dan marah hati para perwira maupun para serdadu dari Mongol ini. Betapa tidak, karena kini mereka dapat melihat dan mendapat kenyataan bahwa diantara mereka tidak seorangpun terdapat anggota pemberontak dan tubuh-tubuh yang banyak bergelimpangan mandi darah itu semuanya ternyata adalah kawan-kawan mereka sendiri. Sadarlah mereka bahwa mereka telah bertempur hanya menurutkan nafsu dan semangat yang menyala-nyala, tanpa berdasarkan otak sehingga tahunya mereka hanya main hantam kromo saja. Terutama sekali perasaan jengel dan menyesal yang bukan main besarnya sangat dirasakan oleh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketiga orang pemimpin pasukan. Mereka selaku panglima-panglima perang yang pengalaman dan mahir Siasat serta melakukan taktik tempur ternyata sekarang mereka merasakan menjadi manusia-manusia yang paling bodoh sehingga jadi terjebak seperti ini.

"Kurcaci pemberontak jahanam! Kalau benar-benar kalian mengaku orang gagah, mengapa berbuat demikian pengecut? Keluarlah! Ayo mari kita ..." Kulangcha mengeluarkan makian marah dan nada suaranya sangat nyaring sehingga bergema dalam hutan karena panglima ini telah mengerahkan khikangnya supaya maksudnya terdengar sampai ditempai jauh. Akan tetapi ia tak dapat mengumbar tantangannya lebih lanjut dan tiba-tiba ia menjerit ngeri, tahu-tahu lima batang anak panah telah menancap sekaligus didadanya membuat orang Mongol yang mempunyai nama besar Goatseng Taysu ini, segera roboh dan putus nyawanya. Melihat kejadian ini keruan saja Kozila dan Ouwbin Sinkay berlutut, semua serdadu merasa kaget bukan main dan sementara mereka belum sempat membuat sesuatu, berluncuranlah banyak sekali anak panah anak panah dari arah selatan menyerang mereka bagaikan hujan, maka tak sedikitlah serdadu yang tubuhnya ditembus hujan anak panah ini.

"Mundur ... !" Kozila segera memberi komando dan ia sendiri bersama Ouwbin Sinkay berlari paling dulu. Semua serdadu mengikuti dibelakangnya sambil berlari pontang-panting dan berserabutan.

Serangan anak panah dari pihak Tiong gi pay makin menghebat, sehingga kasihan sekali para serdadu dari pasukan penjajah yang diserang habisan-habisan tanpa dapat membalas sama sekali itu. Bahkan kemudian dibelakang mereka terdengar sorak-sorai yang riuh dan ternyata pihak Tiong gi pay telah keluar dari tempat persembunyian dan kini melakukan pengejajaran.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kozila dan Ouwbin Sinkay makin cepat berlari sehingga seakan-akan mereka sedang berbalapan, sama sekali tak memperdulikan bagaimana nasib anak buahnya yang tertinggal jauh dibelakang. Akhirnya dua orang tokoh dari pasukan Mongol yang dalam keadaan seperti itu lebih mementingkan keselamatan nyawa sendiri ini tibalah dihutan. Tapi sama sekali kedua orang yang berkepandaian tinggi ini tidak menyangka bahwa didepan mereka tiba-tiba dicegat oleh beberapa orang.

Terdengar suara ketawa terkekek-kekeh dari seorang diantara pencegat itu.

"He he he heh ..., Hendak lari kemanakah kalian berdua ini?"

Kozila dan Owbin Sinkay segera dapat menduga bahwa orang-orang yang mencegat didepan itu tentu dari pihak Tiong gi pay. Saking marahnya dan tanpa meladeni ucapan orang ketawa terkekeh-kekeh itu Kozila terus menerjang sambil mengerjakan senjatanya. Begitu pula Owbin Sinkay telah mengirim serangan berupa cengkeraman maut yang dilakukan sepasang tangannya. Akan tetapi kedua orang yang sudah nekat ini banyak kesempatan untuk bertingkah karena orang yang selalu memperdengarkan ketawanya yang terkekeh-kekeh, yang kemudian ternyata bersenjatakan sebatang tongkat ditangannya, memiliki kelihayan luar biasa dan terlalu tangguh bagi Kozila maupun Ouwbin Sinkay yang hati dan pikirannya memang sudah panik dan kacau ini sehingga hanya dalam tiga gebrakan saja robohlah tubuh kedua perwira bangsa Mongol ini bersamaan melayangnya nyawa mereka, dihantam oleh tongkat yang digerakkan oleh orang luar biasa lihaynya itu. Selanjutnya, orang yang bersenjata tongkat dan yang selalu memperdengarkan ketawa terkekehnya itu lalu mengajak kawan-kawannya yang ternyata berjumlah cukup banyak, lalu memasuki hutan, sehingga ketika mereka ini berpapasan dengan serdadu-serdadu yang berlari kalang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kabut maka dengan seenaknya mereka mengerjakan senjata-senjata masing-masing bagaikan membabat rumput sehingga tak bada para serdadu yang terus didesak oleh pihak Tiong gi pay dari dalam hutan itu bagaikan sekawanan nyamuk yang berpapasan dengan bendungan api, begitu mereka tiba, begitu pula mereka bertemu ajal.

Makin paniklah keadaan serdadu Mongol setelah menghadapi serangan musuh dari belakang dan dari depan itu. Cahaya api dari gubuk yang dibakar Ouwbin Sinkay tadi sampai saat itu masih berkorbar sungguh sangat merugikan mereka karena kemana saja mereka lari dan dimana saja mereka coba menyembunyikan diri, seperti dibalik-balik pohon atau diantara rumpun-rumpun belukar, selalu dapat terlihat oleh pihak musuh sehingga mereka tak luput dari kejaran. Agaknya serdadu yang ternyata hanya tinggal separoh dari jumlah yang semula ini benar-benar akan binasa semua kalau pada saat kemudian terdengar seruan nyaring dari pihak pencegat di depan mereka itu.

"Hei, para serdadu Mongol! Dengar dan ketahuilah oleh kalian, bahwa dua orang komandan kalian yakni Kozila dan Ouwbin Sinkay telah mati ditangan kami, maka kalau kalian masih merasa sayang akan nyawa kalian, cepat menyatakan menyerah! Buang senjatamu dan semua berlutut ... !"

Mendengar seruan ini kegaduhan diantara para serdadu yang panik itu segera berhenti dan dalam saat yang bersamaan mereka ini lantas melemparkan senjata masing-masing dan mereka lalu berlutut sebagai tanda pernyataan bahwa mereka yang memang masih mempunyai keinginan untuk hidup, menyerah secara mutlak. Dan seiring dengan takluknya para serdadu ini, terdengarlah suara ketawa terkekeh-kekeh.

Ketika mana pihak Tiong gi pay pun sudah menghentikan gerakan senjata mereka semua. Orang dari kesatuan ini terjun sejenak hati dan pikiran mereka saling bertanya, bahwa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

siapakah gerangan orang-orang yang menjadi pihak ketiga itu serta menghentikan pertempuran? Kemudian, tampaklah salah seorang dari mereka ini melompat kedepan sambil berseru girang.

"Suhu ... !" Ternyata orang ini adalah Han Hayhauw yang segera dapat mengenal suara dan nada ketawa yang terkekeh-kekeh itu adalah suhunya, sehingga dengan hati merasa lega dan girang anak muda ini segera berlari menghampiri orang lihay yang bersenjatakan tongkat itu yang memang bukan lain ialah Tiong Sin Tojin adanya. Dibelakang Hayhauw, lalu berlompatan pula kawan-kawan mengikuti anak muda ini yaitu Lian Giok, Lim Hongpin, Kang Culay. Ho Bunki dan To Gun Hosiang berikut tiga hwesio saudaranya. Kalau Hayhauw dan Lian Giok segera berlutut dihadapan Tiong Sin Tojin, adalah para tokoh Tiong gi pay yang lainnya cukup memberi hormat sambil berdiri sebagai penyambutan guru Hayhauw.

Setelah ketawa terkekeh pula terdengar Tiong Sin Tojin berkata terhadap muridnya.

"Hauw Ji kau benar-benar telah membuat hatiku merasa bangga bukan main karena ternyata kau telah dapat memenuhi harapanku, menyumbangkan darma baktimu dalam masa perjuangan ini bersama Tiong gi pay. Muridku, berdirilah, juga kau nona Tan ... !"

Setelah Hayhauw dan Lian Giok berdiri kembali, Tiong Sin Tojin memandangi tokoh-tokoh Tiong gi pay seorang demi seorang.

"Kiranya To Gun Bengyu (sahabat) juga berada disini? Pantas tadi ketika aku tadi mencarimu dikuil Lianhoksi, aku hanya ketemukan kuil tempatmu itu sudah tinggal reruntuh".

"Benar, pinceng berada disini, Tiong Sin Toheng (saudara tua)" sahut To Gun Hosiang sambil maju kedepan dan secara singkat hwesio ini lalu menuturkan peristiwa apa yang telah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terjadi sehingga akhirnya ia bersama tiga orang saudaranya berkumpul dengan kesatuan Tiong gi pay.

Tiong Sin Tojin hanya mengangguk-angguk tanpa berkata sesuatu setelah mendengar penuturan hwesio itu. Dan selanjutnya, dengan mempergunakan pandang matanya yang dapat melihat ditempat gelap, orang tua yang bersenjatakan tongkat ini seakan-akan mencari seseorang diantara para tokoh Tiong gi pay.

"Saudara-saudaraku, diantara kalian aku tak melihat Tan Kimpo, dimanakah paycu kalian itu?" tanyanya kemudian.

Tiba-tiba terdengar isak tangis yang ditahan. Ternyata pertanyaan Tiong Sin Tojin telah membangkitkan rasa sedih dihati Lian giok sehingga gadis ini tak kuasa lagi menahan tangisnya.

"Suhu, Tan paycu telah meninggal dunia" Hayhauw memberi keterangan dan selanjutnya anak muda ini lalu mengisahkan peristiwa kematian Tan Kimpo secara ringkas. Suhunya menghela napas setelah mendengarnya dan berkata terhadap Lian giok.

"Tan siocia, ayahmu gugur sebagai pahlawan sejati sehingga kematian yang sudah menjadi kehendak Thian itu tidak perlu kau terlalu sedihkan, bahkan seharusnya kau merasa bangga bahwa ayahmu kusuma bangsa pembela negara dalam perjuangan mengakhiri kekuasaan penjajah ditanah air yang kita cintai ini! Nona Tan sudahlah, hentikanlah tangismu yang dapat melemahkan semangat perjuangan kita ini ... !" Setelah diam sebentar, kakek berkepandaian tinggi ini lalu melanjutkan perkataannya.

"Dengarlah, saudara-saudara! Pada saat ini juga kita semua harus meninggalkan hutan ini! Sudah menjadi kewajiban kalian, saudara-saudara dari Tiong gi pay untuk menduduki dan menjaga kota Thaygoan yang telah kami rebut! Sementara aku dan kawan-kawanku, hendak terus melakukan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengejaran terhadap pihak musuh yang telah buron supaya tidak mempunyai kesempatan untuk menyusun kekuatan! Jangan membuang waktu lebih lama lagi ... !"

Tentu saja berita dan perintah yang disampaikan Tiong Sin Tojin disambut dengan gembira oleh semua orang-orang Tiong gi pay dan begitulah, pada saat itu juga mereka meninggalkan hutan itu menuju kota Thaygoan.

Dalam perjalanan itu Tiong Sin Tojin sempat bercerita bahwa semenjak berpisah dengan muridnya ia lalu membentuk sebuah kesatuan yang kemudian memukul mundur pasukan penjajah yang menduduki kota di Honan. Kozila komandannya lalu menarik tentaranya dan sebagaimana sudah diketahui bahwa dalam perjalanan hendak kembali keutara, pada suatu hari Kozila bersama pasukannya tiba dikota Thaygoan dan disambut oleh Kulangcha serta Ouwbin Sinkay yang segera mengajaknya menumpas kaum pemberontak. Adapun Tiong Sin Tojin beserta kawan-kawannya, setelah berhasil merebut kota yang semula diduduki pasukan Kozila, lalu melakukan pengejaran dan akhirnya tibalah mereka dikota Thaygoan dan kebetulan sekali ketika mana sebagian pasukan Goan sedang dibawa operasi oleh Kulangcha guna menumpas pemberontak, sehingga kota tersebut yang hanya dijaga sebagian pasukan rendahan, segera dapat direbut oleh Tiong Sin Tojin. Kota Thaygoan sudah terlepas dari kekuasaan tentara penjajah dan ketika Tiong Sin Tojin mengadakan pemeriksaan, ternyata gedung gubernuran telah kosong tanpa penghuni. Agaknya Lo Binkong, gubernur boneka itu siang-siang sudah merat berikut seluruh keluarganya.

Kemudian Tiong Sin Tojin mendapar keterangan dari serdadu yang ditawan bahwa Kozila dan Kulangcha sedang pergi beroperasi menumpas Tiong gi pay. Maka orang gagah ini lalu membawa sebagian kawannya menuju tempat yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi markas Tiong gi pay dan bagaimana selanjutnya, seperti sudah diceritakan.

oooooooOdwOooooooo

Setelah berselang beberapa waktu kemudian semenjak kesatuan Tiong gi pay menduduki dan menguasai wilayah Thaygoan, maka secara resmi terjadilah peralihan wangsa yaitu dari wangsa Goan berganti kepada wangsa Beng dan kaisar daripada wangsa baru ini bukan lain adalah patriot bekas pemimpin pemberontak yang bertindak selaku pencetus perjuangan, ialah Coe Goan Ciang yang kemudian dalam sejarah Tiongkok lebih terkenal dengan nama gelar Beng Tha Coe.

Tentu saja diproklamirkannya kerajaan baru ini disambut dengan rasa syukur dan gembira oleh segenap penduduk Tiongkok, terutama sekali oleh rakyat kecil. Karena setelah hampir seabad lamanya bumi Tiongkok dijajah oleh bangsa Mongol yang telah mengakibatkan banyak kesengsaraan bagi rakyat kecil, kini kekuasaan dipegang oleh bangsa sendiri, maka dapat dipastikan bahwa keadaan penghidupan dan nasib rakyat kecil akan mengalami perubahan besar atau setidak-tidaknya tentu akan lebih baik dari pada jaman penjajahan.

Kota-kota dan dusun-dusun berangsur menjadi ramai setelah para pengungsi kembali berdatangan. Setelah api peperangan yang menimbulkan banyak kesukaran dan kematian itu padam, sangat terasalah betapa tenteram dan damainya keadaan penghidupan.

Sesungguhnya suasana sudah aman, akan tetapi kesatuan aksi Tiong gi pay masih belum dibubarkan karena pada hakekatnya tenaga dari kesatuan ini kini berfungsi menjaga keamanan dan ketertiban, sambil menunggu keputusan dari kaisar dalam menghadapi perkembangan selanjutnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Hayhauw sudah mulai merasa tidak betah dalam saat-saat seperti itu, karena hari demi hari dapat dikata hanya tinggal nganggur, benar-benar sangat menjemukan bagi hati anak muda ini. Ditambah lagi hubungan antara Lian giok dan dirinya kini nampaknya menjadi renggang. Gadis itu selalu bersikap dingin sehingga makin teballah anggapan Hayhauw bahwa nona itu sudah benar-benar membenci kepadanya akibat kelancangannya ketika mereka masih bermukim dihutan pada beberapa hari yang lalu. Han Hayhauw sering duduk termenung seorang diri sambil merasakan kepedihan dihatinya dan tak habis-habisnya ia menyesali diri sendiri atas kelancangan yang pernah diperbuatnya. Makin diingat peristiwa itu justru yang jadi sebab utama bagi anak muda ini merasa tidak kerasan berdiam dikota Thaygoan lebih lama lagi. Ia ingin menjauhi Lian-giok karena selama ia berdekatan dengan gadis itu makin terasa hatinya tersiksa. Ia ingin kembali kekampung halamannya, ia akan bersembahyang dikuburan ayah, ibu, dan cicinya sebagai pernyataan bahwa pembalasan sakit hati terhadap Ceng Kunhi yang menyebabkan kematian mereka itu, sudah dilaksanakan. Dan selanjutnya ia bercita-cita hendak menuntut penghidupan dikampung halamannya sebagai petani sebagaimana dulu sejak kecil menjadi pekerjaannya. Hayhauw sudah merasa yakin benar bahwa dengan kekuasaan dipegang bangsa sendiri, tentu takkan terdapat lagi segala macam penindasan, takkan ada lagi penghisapan manusia atas manusia seperti dizaman penjajah sebagaimana yang pernah dialaminya.

Begitulah, pada suatu hari Hayhauw lalu menyatakan keinginan hatinya ini dihadapan para tokoh Tiong gi pay yang ketika itu kebetulan mereka sedang duduk berkumpul, diantaranya terdapat juga Lian giok.

"Apa? Kau pulang ... ?" To Gun Hosiang bertanya heran setelah mendengar pernyataan Hayhauw.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, benar, Losuhu. Maksud ini sudah menjadi putusanku yang tetap setelah maklum bahwa disini kini sudah tiada lagi suatu pekerjaan yang perlu kubantu", sahut Hayhauw sejujurnya

"Hauw te, kau keliru", tiba-tiba Kang Culay terdengar menyela. "Kau jangan lupa bahwa kita ini justru sedang menantikan keputusan dari Thay Coe yang akan menganugerahkan pahala bagi kita. Jasa yang telah kau sumbangkan dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan ini bukan kecil artinya, maka Thay Coe pasti akan memberi pahala berupa pangkat atau setidaknya kedudukan terhormat bagimu! Adik Hauw, kau jangan begitu bodoh hendak meninggalkan kesempatan yang baik ini begitu saja sebelum kau mengecap nikmatnya buah hasil dari pada jasa dalam perjuanganmu."

Mau tidak mau Hayhauw jadi tersenyum mendengar perkataan si ahli panah dari Santung ini.

"Terimakasih atas nasehat dan saranmu ini, paman Kang. Akan tetapi menyesal sekali aku tak dapat menerimanya karena selain niatku sudah tetap dan pada hari ini juga aku akan berangkat, juga kalau menurut pendapatku yang bodoh sungguh kurang bijaksana kalau perjuangan yang dilakukan disertai rasa pamrih, mengharapkan pahala sebagai imbalan jasa! Aku justru mempunyai pendirian bahwa dalam hal mempertaruhkan raga dan nyawa dalam menghadapi perjuangan adalah semata-mata berdasarkan kesadaran akan kewajiban demi membela bangsa dan tanah air, dan sama sekali tanpa mengharapkan sesuatu yang dibuat pahala sebagai upah dari pada yang pernah disumbangkan terhadap perjuangan! Apalagi aku ini hanya seorang anak kampung bodoh dan apa yang telah kulakukan dalam perjuangan sungguh kecil dan tak berarti, maka mana mungkin aku akan bisa mendapatkan pahala sedangkan aku sendiri justru tidak mengharapkannya! Aku masih ingat perkataan Tiong Sin suhu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahwa yang dapat dibanggakan oleh para pejuang bukanlah pahala berupa pangkat atau kedudukan, akan tetapi perjuangan berakhir dengan kemenangan mutlak adalah justru berarti pahala yang benar-benar berhak dibanggakan! Nah, sekarang perjuangan telah berakhir dengan kemenangan mutlak, sehingga berarti untuk sementara ini kewajibanku selaku pejuang yang tak berarti sudah selesai dan inilah sebabnya yang membuat aku ingin pulang kekampung halaman yang sudah sangat kurindukan ..."

Kata-kata Han Hayhauw yang tegas dan tepat ini membuat semua orang mendengarnya jadi membisu sambil menunduk. Agaknya perkataan Hayhauw ini benar-benar sangat mengena bagi mereka karena pada hakekat yang sesungguhnya umumnya mereka sangat mengharapkan anugerah dari kaisar sebagai upah atas jasa-jasa mereka selaku pejuang.

Demikianlah, pada hari itu juga, tanpa ada orang yang berani mencegahnya Han Hayhauw berangkat pulang. Buntalan pakaian di gendong di punggungnya, senjata tongkatnya dipegang erat-erat dalam cekalan tangan kanannya, langkah kakinya lebar-lebar ketika ia berjalan langsung menuju kearah kampung halamannya. Ketika Hayhauw dilepas gurunya turun gunung ia tidak membawa apa-apa selain ilmu kepandaian, buntalan pakaian dan sebatang tongkat pemberian gurunya, disertai dada dipenuhi semangat besar. Dan kini ia pulang kekampungnya juga tiada membawa benda apa-apa selain yang itu-itu juga, tongkat yang sebatang dan baju pesalin sebuntalan yang diantaranya terdapat pakaian usang dan robek-robek yang masih belum juga selesai dijait. Adapun didadanya kini membawa dua macam perasaan, pertama perasaan bangga selaku seorang pejuang yang sudah menyelesaikan perjuangannya dengan kemenangan, kedua perasaan pedih dan sakit hati yang hancur luluh akibat cinta pertamanya telah menemui kegagalan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ooooooooOdwOooooooo

Sudah tiga hari Han Hayhauw melakukan perjalanan dan selama mana anak muda ini belum pernah mempergunakan ilmu lari-cepatnya, melainkan sengaja ia hanya berjalan seperti biasa saja sambil menikmati keindahan tamasya alam yang sedikitnya mendatangkan juga semacam pelipur lara bagi hatinya yang patah.

Hari itu udara luar biasa panasnya, sinar matahari sangat terik seakan-akan memberi segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi sehingga meskipun belum sampai tengah hari dan ketika mana Hayhauw sedang berjalan disebuah jalan kecil yang diapit sawah-sawah kering dan gundul, merasa tak kuat menahan udara yang begitu panas. Ia lalu duduk diatas rumput dbiawah teduhnya sebatang pohon yang tumbuh dipinggir jalan, untuk beristirahat barang sebentar. Hayhauw merasa heran mengapa hari ini ia rasakan badannya begitu lesu dan tidak bersemangat, sampai-sampai seakan-akan ia tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan. Keadaan ditempat itu yang memang amat sunyi dan lengang membuat perasaan hati anak muda ini benar-benar kesunyian. Sawah gersang yang sangat luas disekitarnya mendatangkan perasaan rendah diri dan serasa dirinya demikian kecil tak berarti.

Hayhauw duduk sambil memeluk lutut, kepalanya ditundukkan dan muka disembunyikan diantara kedua lututnya dan berkali-kali ia menghela nafas. Getaran sanubarinya seakan akan membisiknya, bahwa kelesuan yang dirasakan ketika itu bukan disebabkan teriknya matahari yang menyebabkan hatinya merasa kesepian karena pengaruh suasana disekitar dirinya, melainkan karena adalah oleh sebab jiwanya yang merana, kalbunya yang remuk redam, hatinya yang perih bagaikan disayat sembilu, gara-gara cintanya terhadap Lian giok bagaikan sebuah biduk yang taidinya berlayar diatas laut tenang, tiba-tiba ditiup angin kencang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sehingga sang biduk terhempas membentur batu karang dan hancur berantakan! Benar-benar kasihan anak muda ini, hidupnya ia sejak kecil penuh derita dan setelah dewasa baru pertama kali ia merasai kenikmatan dan kebahagian cinta-kasih yang mendalam terhadap seorang dara dan pertama kali ini pula cinta kasih yang pernah dinikmati hanya dalam waktu yang tidak berapa lama itu telah mengoyak hatinya, meluluhkan kalbunya dan menghancurkan harapan muluknya.

"Ah ..., Giok moay. Tak kusangka engkau akan membuatku seperti ini. Kau sendiri yang menantang lebih dulu, tapi setelah kuikrarkan cintaku padamu dengan sungguh-sungguh, kau jadi menangis, marah dan malah kau terus membenciku ... Ah, kau sungguh kejam, Giok moay ..." demikian Hayhauw mengeluh perlahan sebagai perluapan dari derita bathinnya yang dirasakan benar-benar berat.

Tak lama kemudian, setelah Hayhauw berkeluh kesah, akhirnya terlupalah derita bathinnya karena sitiran angin yang sejuk telah membuat ia ngantuk sekali sehingga tanpa dirasanya lagi ia telah tertidur pulas dalam keadaan masih duduk, dengan punggung bersandarkan batang pohon.

Entah berapa lama ia tertidur dan tatkala ia sadar serta membuka kedua matanya, alangkah tercengang dan heran hatinya sehingga ia hampir tidak percaya akan penglihatannya sendiri. Ia menggosok-gosok matanya, karena merasa sangsi bahwa apa yang dilihat didepannya adalah bayangan belaka.

"Giok moay ... ? Benarkah engkau ini Giok moay? Tidakkah aku ini sedang bermimpi ...?" Hayhauw bertanya setelah yakin bahwa apa yang dilihatnya adalah benar-benar Lian giok yang entah sejak kapan sudah duduk bersimpuh didepannya.

"Benar, aku memang Lian giok yang sengaja menyusulmu dan kebetulan sekali kau kujumpai ditempat ini." terdengar yang ditanya memberikan penyahutan dengan suara lembut penuh kehalusan budi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yakinlah Hayhauw sekarang bahwa wanita yang tahu-tahu sudah duduk didepannya itu benar-benar Lian giok adanya, bukan hanya bayangan belaka dan bukan pula terjadi dalam impian. Dan sungguhpun demikian, namun anak muda ini merasa heran.

"Giok moay, apakah yang menjadi maksudmu sehingga kau telah sudi menyusulku? Bukankah kau marah dan membenci kepadaku?" tanyanya kemudian sambil memandang tajam untuk coba menyelidiki perasaan gadis itu, rupa-rupa dugaan timbul diotaknya.

Lian-giok tak Segera menjawab dan untuk sesaat ia menundukkan kepalanya. Hayhauw masih tetap memandangnya dan dalam kesempatan ini ia mendapat kenyataan bahwa wajah gadis itu nampak agak lesu dan sinar matanya sayu membayangkan kesedihan. Baru tiga hari saja berpisah, Hayhauw yang memiliki penglihatan waspada segera dapat kenyataan bahwa tubuh gadis itu sudah agak kurus. Sungguhpun demikian, namun bagi penglihatan Hayhauw kecantikan Lian giok tidak jadi berkurang meskipun wajah itu kemerah-merahan karena terbakar teriknya sinar matahari dan agak dikotori debu yang melekat diantara peluh yang membasah di kening dan kedua belah pipinya.

"Hauw ko siapakah sebenarnya yang menyimpan rasa benci? Engkau atau aku ... ?" akhirnya terdengar juga suara Lian giok yang sangat lirih, sambil tetap menunduk.

"Kaulah yang membenciku, Giok moay. Buktinya, sejak kunyatakan isi hatiku kepadamu kau telah memperlihatkan reaksi yang menyebabkan aku jadi merasa diri paling rendah dan hina sehingga aku tak berani lagi mendekatimu. Apalagi sikapmu sampai waktu kulihat sangat dingin, kaku dan selalu membuang muka seakan-akan kau tak sudi lagi melihat aku. Bukankah hal ini sudah menjadi bukti yang sangat jelas bahwa kau membenciku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lian-giok mengangkat nuka dan ia balas memandang tajam kepada Hayhauw. Air mukanya membayangkan keharuan hatinya setelah mendengar perkataan pemuda itu. Dan ia berkata setelah menghela napas

"Ah ... , kiranya antara kita telah terjadi salah paham, akan tetapi justru antara kita masing-masing mempunyai anggapan yang banyak persamaannya."

"Apakah yang kau maksudkan, Giok moay?"

"Hauw ko, kau menganggap dan merasa bahwa aku membencimu. Demikian pula sebaliknya, aku sendiripun justru beranggapan dan merasa bahwa kau membenciku karena kenyataannya sejak kejadian sore itu yang tak bisa kulupakan, kau tak lagi menegur dan menyapaku, bahkan kau selalu menjauhiku. Apalagi ketika kau hendak berangkat, terhadapku sama-sekali kau tidak berpamitan. Bukankah hal ini sudah menjadi bukti yang sangat jelas pula bahwa kau membenciku?"

"Aku tidak membenci terhadapmu, tidak sama sekali. Giok moay! Maka kini jelaslah antara kita telah terjadi salah paham seperti yang kau katakan tadi, sehingga dengan demikian berarti pula sesungguhnya kau pun tidak membenci terhadapku, bukan ... ?"

"Kalau kau kubenci, tak mungkin aku menyusulmu sampai disini", sahut si nona sambil menggedikkan kepala dan setelah melempar kerling, lalu ia kembali menundukkan kepalanya.

Berserilah wajah Hayhauw mendengar ini, seri yang baru untuk pertama kalinya membayang diair mukanya setelah untuk beberapa waktu yang terakhir wajah itu selalu diliputi kemurungan. Seketika itu ia rasakan rongga dadanya demikian sesak karena hatinya secara tiba-tiba jadi membesar. Ia mengingsutkan duduknya kedepan sehingga lebih mendekati Lian giok sambil berkata dengan suaranya tergagap-gagap.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi ... jadi ... kau tidak membenciku ... ? Dan berarti kau juga ... mencintaiku seperti aku mencintaimu sebagaimana yang pernah kunyatakan."

Kepala Lian-giok yang menunduk semakin dalam seakan-akan gadis ini hendak menyembunyikan wajahnya yang telah dijalari warna merah karena jengah. Tangan kanannya yang berjari mungil mencabut-cabut rumput kering disisi pahanya. Rambutnya yang digelung keatas agak terlepas dan segumpal rambutnya tertiup angin melambai-lambai mengusapi jidat dan pipinya.

"Giok moay ... Kau jangan membuat hatiku menderita lebih hebat lagi ... Kini sangat kuharapkan kau akan memberi jawaban sejujurnya, jangan kau bersikap seperti tempo hari yang telah menyebabkan hatiku serasa dikoyak, kalbuku hancur luluh ..."

Perlahan-lahan Lian giok mengangkat mukanya dan ketika ia beradu pandang bengan pemuda itu, kembali ia cepat menunduk dan jelas terlihat oleh Hayhauw bahwa bibir si gadis menyunggingkan sekulum senyuman. Sinar mata itu, ditambah lagi senyuman itu, sudah merupakan jawaban yang jauh lebih sempurna dari pada ucapan yang dinyatakan melalui mulut. Hal ini segera dapat dimaklumi oleh Hayhauw sehingga anak muda ini saking besarnya pengaruh emosi yang menggelora didadanya, tahu-tahu tangan si gadis yang tadi mencabut-cabut rumput kering itu telah disambar dan lalu digenggamnya erat-erat seakan-akan tak mau melepaskannya lagi.

Kalau menurut keinginan hatinya, mau rasanya Hayhauw untuk memeluk dan mendekap tubuh Lian giok, mencium pipi dan bibirnya. Akan tetapi pemuda ini cukup sadar dan dapat membatasi pengaruh hatinya yang penuh gairah karena mengingat bahwa mereka berada ditempat terbuka, bahkan dipinggir jalan pula. Dan lagi kalau ia coba berlaku lancang seperti tempo hari ia khawatir gadis itu akan beraksi seperti

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempo hari pula. Oleh karena itu, dalam detik-detik memperluapkan perasaan hati masing-masing, maka sepasang anak muda yang tengah diayun-ambingkan dalam gelombang asmara ini hanya cukup dengan saling genggam tangan mereka yang gemetar, mulut sama membisu hanya mata mereka yang banyak bicara.

"Hauw ko ..." akhirnya pecahlah kesunyian oleh suara merdu bernada rendah yang lepas dari lapisan bibir Lian giok setelah tangan yang saling genggam itu terlepas sendirinya.

"Ya, apa, Giok adikku sayang ... ?"

"Mana bajumu yang belum sempat kujahit itu?"

Mau tak mau Hayhauw jadi ketawa tertahan mendengar ini. Nyata Liang giok masih ingat akan baju bututnya dan sekarang gadis itu benar-benar hendak menaati janjinya yang tertunda. Sungguhpun hal ini sangat remeh, tapi bagi Hayhauw sangat besar artinya, yakni sebagai tanda setia dari pada gadis itu

"Ada, dalam buntalan ini" ia menyahut sambil meraih buntalan yang ketika sebelum ia tertidur tadi telah diletakkan disisi tubuhnya, bersama tongkat yang menjadi barang pusakanya.

"Apakah kau hendak menjahitnya sekarang juga?"

"Kalau perlu, boleh! Akan tetapi, bagaimana kalau kujahit nanti saja setelah kita tiba dikampung halamanmu?"

Hayhauw tersentak. "Eh, jadi ... kau hendak ke ..."

Si gadis cepat menukas "Ho leng chun, dusun kampung halamanmu, dan siapa tahu, kalau Thian mengijinkan, kampung halamanmu itu akan menjadi tempat untuk menitipkan diriku yang hanya sebatang kara ini ..."

"Giok moay ... , Giok moay ... Jelaslah bagiku kini bahwa cinta kasihmu terhadapku tidak kalah besarnya dari pada rasa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cintaku terhadapmu! Giok moay, marilah kita berangkat! Mudah-mudahan Thian mengijinkan dan memberkahi kepada kita, apabila kita setelah tiba di Ho leng chun, cinta kasih kita ini akan lebih erat, lebih teguh sehingga merupakan bahtera laju mencapai pantai harapan!"

Demikianlah akhirnya, Hayhauw dan Lian giok segera berangkat meneruskan perjalanan mereka menuju dusun Ho leng chun, tanpa memperdulikan sinar matahari yang masih terik. Mereka berjalan saling berendeng, sambil bercakap-cakap yang diseling ketawa mesra dan kadang-kadang disertai pula saling cubit-mencubit kecil ... Mereka sama sekali tidak tahu bahwa sepeninggal Lian giok, Ho Bunki, itu kepalan baja dari Hokkian yang pernah dikibuli Hayhauw, menjadi gelapakan tak keruan karena kehilangan Lian giok yang diam-diam telah pergi tanpa pamit kepada siapapun, menyusul kekasih pilihan hatinya !

Cerita ini sebenarnya sudah berakhir sampai disini dan tak perlu ditambah sedikit catatan ini kalau sekiranya setelah kerajaan Bengtiauw berdiri, apa yang menjadi harapan para patriot bangsa yang mempunyai andil besar dalam membina kerajaan yang dirajai oleh bangsa sendiri, apa yang menjadi harapan segenap bangsa Han terutama diri kalangan rakyat jelata bahwa nasib hidup mereka akan dapat ditanggulangi setelah negara lepas dari kungkungan penjajah, terpenuhi! Adapun kenyataannya benar-benar menyedihkan!

Melihat keadaan yang tambah menyedihkan ini, sudah tentu menimbulkan rasa penasaran dan kecewa yang bukan main besarnya di hati para orang gagah yang benar-benar pernah menyumbangkan jiwa raganya demi perjuangan membangun kerajaan Beng. Tadinya ada dalam pegangan bangsa sendiri, lalu pada pulang kekampung masing-masing karena sebagian besar dari mereka ini adalah pejuang-pejuang tanpa mengharapkan pahala dan sama sekali tidak mempunyai minat ikut campur dalam urusan pemerintahan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akan tetapi setelan melihat kenyataan yang menyedihkan sehingga mendatangkan rasa kecewa dan penasaran yang bukan main besarnya dihati para kesatria ini, bangkitlah semangat mereka sehingga dimana-mana lalu bermunculan pemberontakan-pemberontakan sebagai protes terhadap kaisar yang ketika itu masih terlena dininabobokan oleh pembesar-pembesar durna. Dan dalam pemberontakan yang bertujuan mengikis habis pembesar-pembesar durna serta koruptor-koruptor, untuk menggugah kaisar dari "tidurnya" untuk menuntut perbaikan negara dan menanggulangi nasib rakyat jelata ini, dimana ikut serta juga Han Hayhauw yang rela meninggalkan Lian giok yang sedang mengandung setelah perkawinan mereka. Hayhauw segera mengambil senjatanya yang sudah lama istirahat, yang ia anggap barang pusaka, dan ia turut berjuang demi kebenaran dan keadilan.

TAMAT