purakasastra edisi 3

72
1 Sastra kabarkan Segala

Upload: majalah-purakasastra

Post on 07-Apr-2016

264 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Aktualitas dunia sastra yang terkemas segar dan visioner. Tema kami kali ini adalah Sastracyber!

TRANSCRIPT

Page 1: PURAKASASTRA EDISI 3

1

Sastra kabarkan Segala

Page 2: PURAKASASTRA EDISI 3

2

Kata Pengantar

CATATAN ANOMALI

LENTERASASTRA

KAJIANSASTRA

KOMUNITASSASTRA

PARASASTRA

KAJIANSASTRA

PUISI

INFOSASTRA

CERITA RAKYAT

PUISI

Page 3: PURAKASASTRA EDISI 3

3

INFOSASTRA

LENTERASASTRA

CERPEN

PUISI

KAJIANSASTRA

KOMUNITASASTRA

LIPUTAN KHUSUS

PUISI

CERPEN

PUISI

PUISI

KAJIAN SASTRA

Page 4: PURAKASASTRA EDISI 3

Sahabat Sastra,

Edisi Ketiga Majalah Purakasastra telah hadir di hadapan Anda. Tema

yang diusung kali ini adalah Sastra Cyber. Kehadiran dunia cyber

telah memberikan rangsangan imajinatif dalam bingkai kesusastraan.

Kian hari, urusan sastra, semakin mengalami reinterpretasi. Dunia

cyber seolah-olah menjadi pemicu dan pemacu, atas lahirnya penulis-

penulis sastra dengan wajah baru. Lantas, dunia cyber menjadi ruang

terbuka, bagi setiap jiwa untuk berekspresi, realisasi bakat,

mengkristalkan imajinasinya dalam bentuk tulisan sastra.

Kajian sastra, puisi, cerpen, informasi sastra, artikel, yang kami

tampilkan dalam edisi ini, begitu menakjubkan. Ulasan demi ulasan

menyuguhkan makna mendalam soal pergumulan identitas manusia

dan segala dimensi keberadaannya. Pertanyaan-pertanyaan soal

gairah sastra, barangkali telah termaktub dalam setiap tulisan yang

ada. Penasaran anda akan segera terjawab.

Salam Sastra,

Redaksi

KATA PENGANTAR

4

Page 5: PURAKASASTRA EDISI 3

Redaksi

Pemimpin Umum : Manaek Sinaga

Pemred : Rizal

Wapemred : Ricky Richard Sehajun

Redaktur Pelaksana : Irfan Purnama

Waredpel : Muhammad Ridwan Kholis

Dewan Redaksi:

Adi Septa Suganda

Ade Junita

Dian Rusdi

Yessy Oktaviani

Nurul Latifa

Dianie Apnialis M

Elfridus Silman

Alfian Nawawi

Israwati Samad

Kisnawati

Itur Yualistik

Enung Karwati

Syaihun Nafahad

Bonifasius Asvian

Riska Hermawati

Ellyas Rawamaju

Nilam

EDITOR :

Sindi Violinda

Heti Nuraisah

Ricky Richard Sehajun

Elfridus Silman

Desain & Artistik

Irfan Purnama

Martono Loekito

HUBUNGI KAMI :

redaksipurakasastra@ gmail.com / 0897 925 8669

5

Page 6: PURAKASASTRA EDISI 3

Manusia kian berubah. Seperti alunan air menembus batas cadas. Menari

lenggok, menyertakan riak. Memberi percik. Begitulah. Eksistensinya dinamis.

Tetapi ada yang tidak berubah. Itu adalah esensi kemanusiaan manusia. Seiring

kedinamisan eksistensi manusia, peta sastra ikut bergerak. Pola pergerakan

beranjak dari beranda totalitas akal budi yang gegap berziarah menuju hal-hal

baru. Untuk sebuah kebaruan, manusia di hadapkan pada lingkup penafsiran

berbeda. Perbedaan menghadirkan dialog dalam ruang rasionalitas yang

diperkuat retorika bahasa dengan sentuhan logika sistematis. Karena itu,

mentalitas kemarahan irasional sangat menciderai sistem dialog rasionalitas.

Pejabat pernah menunjukan pencideraan tersebut, sehingga menyembulkan

keputusan rancu. Ambigu. Benar-benar menggelisahkan. Bahasa sebagai celoteh

kebenaran kian buram.

Adalah esensi beserta eksistensi bahasa dipertaruhkan dalam tata ruang

rasionalitas. Ia menjelma menjadi medium mutlak. Menghubungkan pikiran satu

dengan yang lainnya. Dibuat lekat-merapat. Intim. Dari dialog antar pikiran, harus

memproduksi keputusan yang mengindahkan nilai kemanusiaan. Penataan

skenario rasional wajib mengedepankan perlindungan sekaligus penghargaan

atas hak asasi manusia. Membangun pola pengertian yang rasional. Merancang

keharmonisan yang dilandasi perasaan senasib, sepenanggungan. Demikianlah

bahasa tampil memecahkan kebuntuan tak saling mengerti. Ini juga berlaku untuk

Bahasa Indonesia.

CATATAN ANOMALI

Oleh : Ricky Richard Sehajun

6

Page 7: PURAKASASTRA EDISI 3

Bahasa Indonesia tampil mendobrak. Ia mengarak manusia Indonesia dalam

panggung saling mengerti. Tengoklah. Indonesia memiliki banyak bahasa daerah.

Beratus-ratus macam. Dianggap sebagai kekayaan budaya bangsa. Manusia

Indonesia berkontemplasi, “Tatkala orang menggunakan bahasa daerah masing-

masing, akan terjadi festival kebingungan mengerikan.Terkecuali digunakan pada

lingkup daerah dan konteks tertentu.” Penemuan refleksi tersebut melahirkan

idealisme baru. Bahwasanya, harus ada bahasa yang mempersatukan seluruh

bahasa. Itulah bahasa Indonesia. Suatu bahasa yang sangat dibanggakan.

Bangga, sebab lahir dari pergelutan nurani bangsa di bawah tekanan penjajah

asing. Karena itu, bahasa Indonesia menjadi cetusan semangat kemerdekaan. Ia

muncul dari kungkungan belukar bahasa asing. Menghirup udara kebebasan.

Manusia Indonesia lantas bebas bicara dengan bahasa yang satu. Sejarahnya,

putra-putri Indonesia pernah dijajah oleh bangsa lain. Baik fisik maupun ideologi.

Bahasa Indonesia secara cemerlang menyatukan umat bumi Indonesia dari

perspektif bahasa. Tanggal 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda berikrar. Tanda

goresan saksi sejarah, soal waktu pengukuhan kesatuan bahasa. Putra-putri

Indonesia bergema lantang berucap sumpah. Sebagai bukti, ditaruhkan tinta di

atas kertas. Ikrar sumpah adalah kristalisasi perjuangan bangsa untuk

menegaskan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Putra-putri Indonesia

menjadi pemenang festival atas bahasanya sendiri. Ia tidak lagi dikelabui bahasa

asing. Identitas, beserta harga diri bangsa dipertaruhkan dalam bahasa Indonesia.

Manusia Indonesia tidak lagi ingin dikorupsi ideologi bahasanya. Apalagi diberi

struktur politik “Adu Domba”. Indonesia menolak. Tegas menyatakan TIDAK atas

perendahan martabat Bangsa dan nilai bahasa Indonesia. Bukan bermaksud,

tidak boleh belajar bahasa asing. Tetapi memberi ruang pengertian soal konteks

penggunaan, sejarah dan pergulatan bahasa.

Siapa menyangka, penggunaaan bahasa asing dinilai sebagai ruang perenggutan

mentalitas kemerdekaan Indonesia dari lingkup bahasa? Barangkali ada persepsi

keliru dalam ranah bahasa. Bahwasannya, menggunakan bahasa asing di negeri

sendiri adalah cemerlang. Dan karenanya, patut digembirakan. Kita amnesia

mengenai sejarah bangsa. Bukankah penggunaan bahasa asing disinyalir sebagai

bentuk imperialism terhadap bahasa Indonesia? Bahasa asing telah menjajah

logika berpikir manusia Indonesia. Tetapi banyak orang yang tidak disentuh oleh

kesadaran soal sejarah bangsa. Yang pada gilirannya menentang cara berpikir

seperti ini. Bangga menggunakan bahasa asing berarti bangga menjadi manusia

yang dijajah.

RED/ Ricky Richard Sehajun

CATATAN ANOMALI

7

Page 8: PURAKASASTRA EDISI 3

LENTERA SASTRA

Menulis karya sastra yang berpengaruh bagi pembaca di internet merupakan

kesulitan terbesar bagi siapa pun penggiat sastra cyber. Melalui karya-karya

yang berpengaruh itulah, pembaca seperti terbius dan memberi persetujuan

atas apa yang dituliskan. Sebuah karya sastra yang berpengaruh bagi pembaca

internet, memiliki makna tulisan itu “rajin dikunjungi,” dibaca dan akhirnya

disukai banyak orang. Jika seorang penggiat sastra cyber di blog, website,

jurnal, sosial media dan apa pun bentuknya, sudah memiliki karya berpengaruh,

pembaca akan selalu kembali datang kepadanya untuk mendapatkan segala

karya terbaru dari situs tempatnya berkarya. Lebih jauh lagi kepercayaan

pembaca terhadapnya akan semakin meningkat.

Seorang pegiat sastra yang berkutat di media

cetak (buku, koran, majalah dan sebagainya)

sangat membutuhkan pengakuan dari

penikmatnya. Bagaimana dengan pegiat

sastra cyber? Internet begitu kompleks dan

komplit. Sebuah karya yang bagus akan

dibaca dan disukai, manakala karya itu sama

sekali “tidak ditemukan” oleh para pengguna

internet. Karena sastra cyber berada di

internet, maka pesastra cyber pun harus

mengetahui banyak hal tentang karakter

pengguna internet. Berbeda dengan

pembaca buku atau novel, yang biasanya

menempatkan waktu khusus puluhan jam

untuk menikmati sebuah sajian karya. Jika

konten blog anda berupa tulisan, maka anda

akan membutuhkan pembaca bukan? Jika

blog anda masih dalam tahap berkembang,

tentu artikel yang bisa mempengaruhi

pembaca akan mempercepat perkembangan

blog anda. Pembaca sangat suka dengan

sebuah tulisan yang memberi nilai lebih.8

Page 9: PURAKASASTRA EDISI 3

LENTERA SASTRA

Belajar SEO

SEO (Search Engine Optimization) adalah suatu cara atau teknik untuk

membuat situs atau blog kita, berada pada halaman/posisi satu di mesin

pencarian (search engine) seperti :

•Google < http://www.google.com >,

•Bing< http://www.bing.com >,

•dan Yahoo< http://www.yahoo.com >.

Pengertian dari SEO, sesunguhnya sangat luas. Tetapi semuanya mencakup

hal yang sama yaitu mengoptimisasi suatu halaman website/ blog, agar berada

pada halaman/posisi satu di search engine dengan kata kunci yang ditarget.

Agar semakin banyak pembaca karya sastra di situs anda, maka satu-satunya

cara adalah anda harus belajar SEO.

Tentu saja setelah SEO, anda perlu meyakinkan pembaca mengenai tulisan

yang anda buat. Keunggulan internet adalah anda tidak perlu menjadi ahli untukbisa menjadi “berpengaruh” di dunia online. Anda hanya memerlukan untuk

kesan masuk akal tentang karya anda. Lantaran, situs anda berada di halaman

utama pencarian. Sebagai contoh, anda mempunyai sebuah puisi berjudul“Puisi Satu”. Kemudian, anda optimasi halaman artikel tersebut dengan teknik

SEO yang digunakan, dengan menargetkan kata kunci “puisi satu”. Setelah

dioptimasi dengan baik, halaman tersebut dapat ranking satu dengan kata kunci

yang anda target. Bisa jadi, hasilnya adalah bukan hanya penggemar puisi

yang menemukan anda, namun juga yang bukan penikmat sastra sekalipun.Setiap kali jari jemari para user mengetik sesuatu di mesin pencari “Google”dan “Yahoo”, pastikan ada saja user yang akan segera menuju situs anda. Mau

tidak mau, situs yang memuat karya anda, harus selalu berada di halaman

pertama mesin pencari.

Di sinilah bedanya seorang pesastra cyber murni, yang belum punya nama

besar sekelas Acep Zamzam Noor. Seorang Acep tidak perlu belajar SEO,

karena memang nama dan karyanya selalu dicari orang-orang setiap saat. Di

dunia maya maupun dunia nyata. Alhasil, blog milik seorang Acep senantiasa

berada di halaman pertama karena keuntungan tersendiri itu.9

Page 10: PURAKASASTRA EDISI 3

LENTERA SASTRA

Riset, Interaksi dan Tampilan Situs

Pembaca kebanyakan menyukai konten yang memberi manfaat. Mereka tidak

suka membuang waktu percuma, untuk membaca cerpen atau menonton video

pembacaan puisi, yang bagi mereka biasa-biasa saja. Jika bertemu dengan

pembaca semacam itu, tidak ada jalan lain. Anda harus bisa membuka ruang

interaksi yang luwes dengan siapa pun. Selain membuat tulisan yang menarik,

juga harus membuat tampilan situs yang menarik. Alasanya, ketika pengunjung

datang mereka merasa nyaman untuk membacanya. Di internet banyak tutorial

blog dan website, yang bisa memandu dalam menemukan dan memasang

template dengan desain cantik dan menarik. Tujuannya adalah agar situs anda

tidak menjemukan dipandang mata. Seorang pesastra cyber, yang mengelola

sendiri situsnya, seperti blog pribadi, harus menggunakan ukuran font dan jenis

font yang indah. Misalnya, anda dan penikmat tulisan, merasa nyaman jika

menggunakan ukuran font 16px dan jenis tulisan helvetica pada blog. Jadi

pembaca blog anda akan merasa lebih nyaman menikmati sajian karya anda.

Untuk menambah kenyamanan lagi, atur jarak perbaris tulisan. Misalnya, line

heightnya 24px untuk font 16px (ini tergantung jenis font). Bagaimana mengetahui

selera pembaca anda? Tentu saja melalui riset. Riset mengenai kecenderungan

pembaca, bisa diketahui melalui riset kecil-kecilan dalam interaksi virtual. Anda

harus rajin membalas komentar mereka. Baik di blog, website, maupun di sosial

media. Pembaca karya anda adalah penggemar anda. Mereka harus direspon

dengan baik dan santun.

Konsistensi Menulis di Internet

Seperti halnya menulis dalam kehidupan nyata, konsistensi merupakan bumbu

utama dalam meraih kesuksesan menulis. Apalagi dalam dunia maya, frekuensi

anda memuat tulisan juga dapat berakibat kepada banyak atau tidaknya

pengunjung blog, situs, atau media sosial anda. Pastikan anda selalu memiliki

gairah dan semangat yang selalu terjaga utuk menulis, terlepas dari segala

macam kesibukan di dunia nyata. Mengatur tema dan subyek tulisan dapat

membantu anda untuk menghindari kejenuhan yang dapat menurunkan semangat

menulis anda. Pastikan anda tidak juga terlalu terburu-buru untuk memasukkan

ide tulisan kedalam blog, situs atau medsos anda.

10

Page 11: PURAKASASTRA EDISI 3

LENTERA SASTRA

Lakukanlah kunjungan balik kepada para penulis lain dan pembaca anda yang

juga memiliki blog, situs atau media sosial tempat mereka memajang karyanya.

Siapa tahu anda juga bisa mendapatkan inspirasi segar saat membacanya.

Istilahnya adalah Blogwalking, selain untuk meningkatkan trafik blog masing-

masing, hal ini juga dapat menjalin silaturahmi sesama blogger.

Bagaimana cara agar penggemar konten sastra mengetahui keberadaan anda

dan karya anda? Tidak ada pilihan lain. Anda harus menemukan mereka di

media sosial, komunitas blogger, dan tempat-tempat lainnya. Dibutuhkan sedikit

kreatifitas agar anda berkenalan dengan mereka. Pada akhirnya, mereka sudi

datang ke situs anda dan bercengkerama dengan karya-karya anda.

Sebagaimana penggiat pemberi informasi lainnya di internet, maka seorang

pesastra cyber, harus mempelajari dan mengetahui juga pengetahuan, seperti

tips dan tutorial blog, tutorial website, SEO, dan semacamnya. Memilih sastra

cyber berarti memilih menguasai pengetahuan teknis seputar internet.

RED/Alfian Nawawi

JANGAN BIARKAN BEBEK INI

MENJADI LEBIH TERKENAL

DARI PRODUK ANDA…

PEMASANGAN IKLAN : 0897 925 8669 (RIZAL)11

Page 12: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

Sastra telah merambah dunia teknologi komunikasi dengan berbagai situs-situs

yang kian canggih. Misalkan; blog, Facebook, Twitter, dll. Jejaring sosial tersebut

dapat dimanfaatkan sebagai wadah publikasi dan belajar bagi para penggiat

beserta penikmat sastra. Lihat saja, Fecebook memiliki banyak grup yang

bergelut dalam bidang sastra. Grup “Ruang imajinasi, pengungkapan RASA dan

kreatif bermain kata-kata” merupakan salah satu grup yang bergerak dalam

bidang sastra yang memperkenalkan beberapa Puisi Pasca Kontemporer. Salah

satu puisi yang diangkat pada tulisan ini adalah Puisi Rischjun. Puisi Rischjun

adalah salah satu bentuk puisi pasca kontemporer yang terbilang sangat baru.

Berikut kami sajikan, penjelasan mengenai Puisi Puisi Rischjun.

Puisi Rischjun termasuk puisi pasca Kontemporer. Pasca, secara harafiah

disamakan dengan kata setelah. Kontemporer dimengerti sebagai masa kekinian

atau sekarang. Maka, menyebut pasca Kontemporer, logika pikiran kita

diarahkan pada definisi masa setelah kekinian atau setelah sekarang. Dalam

lingkup puisi, Pasca Kontemporer tidak dimengerti demikian. Ia bukan dimengerti

secara future time ( waktu / masa mendatang). Tidak dimengerti sebagai masa

setelah sekarang. Ia juga bukan sebuah masa orientasi yang berada di depan.

Puisi pasca Kontemporer dimengerti sebagai antithesis dari puisi Kontemporer.

Semacam auto-kritik sekaligus memberi catatan baru atas dimensi kebebasan

puisi kontemporer. Sejatinya, Puisi Pasca Kontemporer lahir dari sebuah cara

berpikir kritis mengenai kekurangan-nyamanan atas struktur puisi kontemporer.

Puisi pasca Kontemporer hadir untuk mengingatkan kembali berkenaan dengan

tekanan pola puisi yang menyertakan rima teratur, ketat dan terstruktur. Puisi

Rischjun ini, hanya salah satu dari puisi aliran Pasca Kontemporer. Puisi Rishjun

memiliki dua macam yakni Rischjun sempurna dan tidak sempurna.

12

Page 13: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

Puisi Rischjun memiliki dua kata sebagai judul. Judul puisi punya rima akhir a-a.

Setiap larik empat kata. Setiap kata dalam satu larik memiliki rima yang sama

yakni a-a-a-a. Lain kata, setiap kata dalam satu larik memiliki akhiran (huruf)

yang sama. Setiap bait terdiri dari empat baris. Rima akhir setiap bait

menggunakan rima silang (a-b-a-b). Setiap kata depan (awalan) yang ditulis

bersambung masih dianggap sebagai satu kata dengan yang mengikutinya.

Contoh :

Baju Berdebu

Baju baruku berdebu kelabu (1)

Silang menyilang ditimang gamang (2)

Keringatku membeku berlaku batu (3)Terpasung arang lantang bergarang (4)

Debu berpacu menjangkau tubuhku (5)

Tulang berlalang diguncang kencang (6)

Aku berlaju menuju surau (7)

Menggulung arang yang terpampang (8)

Oleh : Ricky Richard sehajun

Puisi di atas, memiliki judul “baju berdebu”. Rima setiap kata yakni a-a (rima

akhiran : u, u). Pada puisi “baju berdebu” Setiap larik memiliki rima a-a-a-a.

Misalkan, larik pertama (1): Baju baruku berdebu kelabu (akhiran setiap

katannya adalah u-u-u-u). Begitupun larik 2-8. memiliki huruf akhir yang sama.Puisi Rischjun, bisa dibuat lebih dari 2 bait. Puisi “baju berdebu” memiliki dua

bait dan 8 larik, serta memiliki rima silang pada setiap bait dan rima a-a-a-a

untuk setiap larik. Lebih rincinya, Bait pertama dinamai baris 1234 dan bait ke

dua dinamai baris 5678.

Perhatikan!

Akhiran huruf pada larik 1 dan 3 sama dengan akhiran pada lirik 5 dan 7. Akhiran

larik 2 dan 4 sama dengan akhiran larik 6 dan 8. Begitu selanjutnya, bila dibuat

lebih dari 2 bait.

13

Page 14: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

Pada Rischjun sempurna dan tak sempurna, rima setiap larik dan setiap bait

sama. Puisi Rischjun tak sempurna memiliki dua kata sebagai judul. Judul puisi

punya rima akhir a-a. Setiap larik empat kata. Setiap kata dalam satu larik

memiliki rima yang sama yakni a-a-a-a. Lain kata, setiap kata dalam satu larik

memiliki akhiran (huruf) yang sama. Setiap bait terdiri dari empat baris. Rima

akhir setiap bait menggunakan rima silang (a-b-a-b). Letak perbedaan puisi

Rischjun yang tidak sempurna dengan yang sempurna yakni Pertama :Setiap

kata depan (awalan) yang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya

dihitung sebagai bagian dari kata (nama) yang mengikutinya. Misalnya, merujuk

pada tempat ( di bawah, di Jakarta). Kedua : Kalaupun menggunakan rima silang

a-b-a-b untuk setiap bait tetapi dengan akhiran(huruf) yang berbeda.

Contoh ;

Janji Suci

Berani lari mendapati hati (1)

Terus menerus lintas batas (2)

Hari ini berjanji suci (3)

Menggagas tulus spiritualitas kudus (4)

Ketika asa diterpa nestapa (5)

Diriku termangu galau malu (6)

Sucinya cinta kita di dada (7)

Bersatu padu meramu janjimu (8)

Oleh : Ricky Richard Sehajun

Puisi “janji Suci” memiliki dua bait dan 8 larik, serta memiliki rima silang pada

setiap bait dan rima a-a-a-a untuk setiap larik. Lebih rincinya, Bait pertama

dinamai baris 1234 dan bait ke dua dinamai baris 5678.

Perhatikan!

Akhiran huruf pada larik 1 dan 3 TIDAK SAMA dengan akhiran pada lirik 5 dan 7.

Akhiran larik 2 dan 4 TIDAK SAMA sama dengan akhiran larik 6 dan 8. Begitu

selanjutnya, bila dibuat lebih dari 2 bait. Dan kata depan DI dalam kata (DI

DADA) pada baris ke tujuh ditulis terpisah, tetapi masih dihitung satu dengan

kata DADA. Pada Puisi Rischjun yang sempurna tidak memuat kata

depan yang ditulis terpisah.

RED/ Adi. SS, Kisna, Ade J.14

Page 15: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

15

Page 16: PURAKASASTRA EDISI 3

Generasi saat ini, siapa yang tidak kenal internet, bahkan anak batita pun sudah

sangat dekat dengan kecanggihan teknologi tersebut. Disadari atau tidak, semua

melakukan aktifitas menulis, entah itu sekedar menginformasikan sesuatu atau

yang lebih serius lagi, seperti menyelesaikan tugas. Penyimpanan berkas,

penyebaran tulisan, promosi, informasi, diskusi, juga kerap menggunakan

sarana tersebut.

Bagi yang mempunyai keaktifan dalam menulis, mereka akan membuat suatu

ruang yang bisa menampung segala hasil tulisannya. Tidak hanya sampai di situ,

untuk menambah ilmu, wawasan dan pendewasaan tulisan mereka akan

mencari komunitas. Sebuah komunitas akan membuat seorang penulis semakin

giat dan belajar, karena di sanalah ada kegiatan bertukar pikiran, berbagi

pengalaman, informasi dan tentu saja ilmu. Dalam konteks pembelajaran, bisa

membaca bahan pustaka, baik dalam media cetak maupun lisan. Dalam dunia

maya kita dapat membuat atau bergabung dengan komunitas dan grup diskusi.

Sebuah komunitas diskusi dapat menambah pengetahuan seseorang. Di situ

akan ada ruang pertukaran ide, dialog, memberi banyak informasi. Bagi pemula,

tentunya belajar untuk bisa menulis. Bagi para penulis, ia belajar untuk semakin

baik dalam menulis.

Blog merupakan satu ruang yang semakin menjadi tren, apalagi di kalangan

muda. Para blogger selain berinteraksi di dunia cyber, pada suatu waktu mereka

juga melakukan pertemuan nyata atau kopdar. Seru pastinya. Terkadang mereka

juga mengadakan kompetisi blog dengan tema-tema unik dan menantang.

Kualitas tulisan dan kekayaan wawasan menjadi hal yang lebih diprioritaskan

bagi para blogger ketika mereka beradu dalam kompetisi.

Pada masing-masing daerah pasti memiliki cara khas dalam berkomunikasi

terhadap sesama blogger di komunitasnya. Kawan sastra bisa bergabung dan

memperkenalkan karya sastranya. Dengan aktif menulis dan berbagi dalam

komunitas maka akan melahirkan karya-karya serta akan turut berpartisipasi

memajukan literasi dan sastra Indonesia.

Komunitas SASTRA

16

Page 17: PURAKASASTRA EDISI 3

Berikut adalah alamat blog komunitas para blogger yang tersebar di kota-kota di

Indonesia: : .

1. Komunitas Blogger Aceh : http://.acehblogger.or.id2. Komunitas Blogger Medan : http://bloggermedan.org3. Komunitas Blogger Sumatera Barat : http://palanta.org4. Komunitas Blogger Pekanbaru (Riau) : http://bertuah.org5. Komunitas Blogger Batam : http://batamblogger.com6. Komunitas Blogger Jambi : http://komunitasbloggerjambi.info7. Komunitas Blogger Sumatera Selatan : http://wongkito.net8. Komunitas Blogger Lampung : http://blog-lampung.blogspot.com9. Komunitas Blogger Jakarta : http://komunitasbloggerjakarta.blogspot.com10. Komunitas Blogger Bogor : http://blogor.org11. Komunitas Blogger Jawa Barat : http://bloggerjabar.org12. Komunitas Blogger Bandung : http://batagor.net13. Komunitas Blogger Indramayu : http://bloggermangga.com14. Komunitas Blogger Solo : http://bengawan.web.id15. Blogger Banyumas : http://bloggerbanyumas.net16. Komunitas Blogger Semarang : http://loenpia.net17. Komunitas Blogger Kudus : http://bloggerkudus.com18. Komunitas Blogger Jogja : http://bloggerjogja.net atau http://bloggerjogja.org19. Komunitas Blogger Surabaya : http://tugupahlawan.com20. Komunitas Blogger Malang : http://malangselatan.com21. Blogger Kediri : http://bloggerkediri.org22. Komunitas Blogger Madura : http://plat-m.com23. Komunitas Blogger Bali : http://.baliblogger.org24. Komunitas Blogger Lombok : http://komunitasbloggerlombok.blogspot.com25. Komunitas Blogger NTT : http://bloggerntt.info26. Komunitas Blogger Pontianak (KalBar) : http://borneoblogger.org27. Komunitas Blogger Banjarmasin (KalSel) : http://bloggerbanua.com28. Komunitas Blogger Palangkaraya (KalTeng) : http://komunitasbloggerpky.blogspot.com29. Perkumpulan Blogger Samarinda (KalTim) : http://dtepian.blogdetik.com30. Komunitas Blogger Tarakan (KalUt) : http://.baisblogger.org31. Komunitas Blogger Sulawesi Utara : http://kawanuablogger.com32. Komunitas Blogger Makassar (SulSel) : http://angingmammiri.org33. Komunitas Blogger Maluku http://arumbai.org atauhttps://twitter.com/bloggermaluku34. Komunitas Blogger Manado : http://kawanuablogger.com35. Komunitas Blogger Papua http://bloggerpapua.org

RED/ LATIFA

Komunitas SASTRA

17

Page 18: PURAKASASTRA EDISI 3

PARASASTRA

Kehadiran Sastra Cyber, memunculkan berbagai pergumulan tentang

perkembangan sastra. Ada berbagai macam perspektif yang dilontarkan. Ada

yang menaruh minat padanya, tetapi ada juga yang tidak. Ada apresiasi, ada

juga kritikan. Ada satu yang pasti dari kemunculan sastra cyber yakni orang bisa

berekspresi dan mempublikasikan karyanya dengan nada kebebasan.

“Pesastra di sastra cetak, ketika mati hanya akanterkubur di pusara sastra cetak dan pesastra

seperti Acep akan memiliki dua pusara sekaligus, di pusara cetak dan pusara cyber.”

(Acep Zamzam Noor)

2 PUSARAACEP ZAMZAM NOOR

18

Page 19: PURAKASASTRA EDISI 3

PARASASTRAPolemik Sastra Cyber

Ada berbagai pandangan dan komentar mengenai kehadiran sastra cyber, di

Indonesia. Hal itu diperkirakan terjadi pada awal-awal tahun 2001. Ketika orang

berkomentar, Acep Zamzam Noor justru diam-diam jatuh cinta kepada sastra

cyber. Sastra cyber menjadikan Acep, seperti memiliki sebuah sayap baru, yang

menggairahkan dalam http://acepzamzamnoor.blogspot.com.

Kritikan pedas dari Ahmadun Yosi Herfanda (Redaktur Koran Republika) dalamsalah satu artikel yang dimuat dalam Republika, berjudul, “Puisi Cyber, Genre

atau Tong Sampah”. salah satunya menyebutkan bahwa sastra yang dituangkan

melalui media cyber, cenderung hanyalah sebagai ”tong sampah”. Menurut

Herfanda, sastra cyber merupakan karya-karya yang tidak tertampung atau

ditolak oleh media sastra cetak (2001). Lebih lanjut dikatakan, media cyber

membuka ruang yang luas bagi tumbuhnya sastra alternatif yang memberontakterhadap kemapanan – terhadap estetika yang lazim—dan bukan hanya menjadi

media duplikasi dari tradisi sastra cetak. Di sanalah tempat kebebasan kreatif,

yang liar sekalipun, yang selama ini tidak mendapat tempat selayaknya di media

sastra cetak. Seperti di rubrik sastra koran, majalah sastra, maupun antologi

sastra. Selanjutnya, Sutarji Calzoum Bachri (dalam Efendi, 2004:90) yangdikenal sebagai presiden Penyair Indonesia, mengatakan (maaf) “tai yang

dikemas secaramenarik akan lebih laku, dibandingkan dengan puisi yangdikemas secara asal- asalan.” Pernyataan ini dilontarkan berkaitan dengan

cover yang tampak pada buku antologi sastra cyber yaitu “Graffiti Gratitude”,

yang dipandang kurang baik sehingga buku itu tidak layak untuk dijual.19

Page 20: PURAKASASTRA EDISI 3

PARASASTRA

Masih berkaitan dengan sastra cyber, Maman S. Mahayana (dalam Situmorang,

2004:62) menyatakan bahwa kualitas penyair-penyair cyber masih

dipertanyakan. Ada yang masih dalam kategori penulis yang baik. Belum

sebagai penyair. Kemudian Juniarso Ridwan, seorang penyair dari Bandung,

(dalam Situmorang, 2004:255) menanggapi pernik-pernik yang tampak pada

sastra cyber seperti background, backsound, dan variasi yang terdapat pada

kata-kata. Ia mengatakan bahwa apa artinya loncatan-loncatan huruf, selain

memperlihatkan kecanggihan teknologi digital. Apa pengaruhnya suara-suara

musik yang secara esensial tidak terkait dengan teks yang muncul, selain hanya

untuk konsumsi telinga yang secara historis-biologis sulit untuk melakukan

korespondensi makna.

Berkaitan dengan pernyataan Ahmadun, Sutarji Coulsoum Bachri, Maman S.

Mahayana, dan Juniarso Ridwan di atas timbul reaksi dari berbagai pihak. Antaralain dari Sutan Iwan Soekri Munaf (2004:95). Ia mengatakan bahwa penilaian

yang dilakukan Ahmadun adalah penilaian yang terburu-buru. Ahmadun hanya

memberikan sampel yang terbatas dan rentang waktu yang pendek sehingga

perlu dipertanyakan kesahihan penilaiannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa

sebagai sarana, dunia cyber pada akhirnya, sebagaimana alam nyata, akan

memberikan ujian tersendiri bagi penyair maupun sastrawan. Hanya penyair dansastrawan teruji di dunia cyber yang akan menghasilkan karya ”berbunyi”. Tentu

saja ”berbunyi” di sini mempunyai batasan sendiri yang disepakati masyarakat

dunia cyber. Sekali waktu Acep Zamzam Noor mengaku tidak pernah

menceburkan diri dalam polemik di masa itu. Menurut Acep, sastra cetak atau

sastra cyber atau apapun itu, tidak akan ada yang pernah masuk kategori

sampah. Dan prinsip itu membuat Acep, hingga kini, tetap bergelimang di sastra

cetak dan sastra cyber sekaligus. Salah satu seloroh Acep, pesastra di sastra

cetak ketika mati hanya akan terkubur di pusara sastra cetak dan pesastra

seperti Acep akan memiliki dua pusara sekaligus. Di pusara cetak dan pusara

cyber.

RED/ Alfian Nawawi

Referensi: http://

acepzamzamnoor.blogspot.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Acep_Zamzam_Noor

20

Page 21: PURAKASASTRA EDISI 3

True MurdersDimas Pettigrew

Impian Esok PagiMaeva

The Beetles Without WingsArif Jmsh

Tanah Ilalang Di Kaki LangitRini Intama

21

Page 22: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

Dalam perkembangan zaman dewasa ini, dunia internet telah

merambah segala macam sendi kehidupan. Berbagai pengaruh pun

telah terjadi dan perubahan kebiasaan semakin nampak seiring

fasilitas yang ditawarkan oleh internet. Di samping memperlancar

komunikasi, interaksi kecepatan pengiriman data, penghematan

waktu, efisiensi, efektivitas informasi dan tentunya berbiaya relatif

lebih murah. Hal ini berimbas kepada mudahnya pelbagai hal dalam

segala aspek kehidupan,dan perkembangan literasi, dunia sastra,

hingga akhirnya kita mengenalnya dengan istilah “cybersastra” atau

Sastra Cyber.

Sekitar tahun 2001. Sastra cyber muncul ditengarai dengan terbitnya buku

Graffiti Gratitude yang merupakan buku antologi puisi cyber pada tanggal 9 Mei

2001. Penerbitan antologi tersebut dimotori oleh Sutan Iwan Soekri Munaf,

Nanang Suryadi, Nunuk Suraja, Tulus Widjarnako, Cunong, dan Medy Loekito

yang tergabung dalam satu komunitas yaitu Yayasan Multimedia Sastra (YMS).

Dalam waktu singkat kehadiran sastra cyber telah mampu memberikan ruang

segar bagi penulis pemula yang selama ini terbelenggu dengan ruang

ekskulsivisme dunia sastra.

Oleh : Ahun Sumbang

22

Page 23: PURAKASASTRA EDISI 3

Para pemula telah mendapatkan

ruang khusus untuk mampu

menunjukkan eksistensi diri mereka di

tengah jejaring komunikasi global

tanpa batas yang telah

menghilangkan jarak dan sekat antara

sastrawan mula dan sastrawan senior.

Penulis pemula seolah mampu

menjebol dinding pemisah yang telah

menjadi kendala mental dan

merupakan indikasi positif yang paling

digadang-gadang para kalangan

muda. Meski kehadiran cyber sastra

justru memunculkan kontra dari

beberapa kalangan. Salah satunya

adalah karya yang diorbitkan tidak

dibarengi dengan penekanan kualitas

para penulis pemula di dunia maya.

Bukan hanya itu, dunia industri

penerbitan pun terancam mengalami

kerugian finansial yang tak sedikit.

Banyak orang lebih memilih

menikmati sebuah puisi melalui layar

telepon genggam dan laptop

dibandingkan dengan harus membelisebuah buku puisi.

Berbagai wacana pun bermunculan

menanggapi hadirnya sastra cyber

dengan memberi perbandingan

bahwa sastra koran atau sastra

majalah dan buku mutunya lebih baik

daripada sastra cyber. Dikatakan oleh

Rahman bahwa menisbahkan sastra

pada media, tempat karya sastra

disiarkan dapat dipastikan bertolak

dari asumsi bahwa setiap media

menentukan corak dan

kecenderungan karya sastra itu

sendiri.

Rahman (2002:4). Istilah sastra

majalah, koran, dan cyber bagiRahman lebih sebagai ”politik

identitas” dalam percaturan wacana

sastra. Istilah-istilah tersebut tidak

pernah dirumuskan secara jelas,

kecuali sebagai pembeda belaka,

dengan asumsi-asumsi yang

dibangun di atas karakter atau sifatsetiap media. Oleh karena itu, istilah-

istilah tersebut cenderung beroperasi

dengan kesan, bahkan klaim subjektif,

positif dan negatif, tergantung pada

posisi si pemberi klaim. Dengan

demikian, Rahman mengatakan

bahwa karya sastra yang baik adalah

klaim yang subjektif bukan kesimpulan

yang ditarik dari pemeriksaan yang

cermat, teliti, dan saksama dalam

sebuah bagan perbandingan.

Suryadi (dalam Situmorang, 2004:9)

bahwa jika selama ini para sastrawan

hanya menampilkan karyanya pada

buku, majalah, koran—yang berwujud

kertas—maka saat ini ditemukan

karya-karya mereka yang tersebar di

media internet. Sebuah media maya

yang menghubungkan satu komputer

dengan berjuta-juta komputer lainnya.

KAJIAN SASTRA

23

Page 24: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

Suryadi (dalam Situmorang, 2004:9)

bahwa jika selama ini para

sastrawan hanya menampilkan

karyanya pada buku, majalah,

koran—yang berwujud kertas—

maka saat ini ditemukan karya-

karya mereka yang tersebar di

media internet. Sebuah media maya

yang menghubungkan satu

komputer dengan berjuta-juta

komputer lainnya.

Sementara itu Saut melihat bahwa

kehadiran Sastra Cyber bukan

untuk membunuh sastra cetak,

tetapi memberikan ruang yang lebih

luas dan bebas untuk berekspresi.

"Dunia cyber menciptakan wadah

dan bentuk baru. Belum lagi

hambatan senioritas, di mana

penulis yang sudah terkenal akan

memiliki kesempatan lebih besar

untuk dimuat dibandingkan penulis

baru. Bisa saja lantaran saking

banyaknya karya yang masuk para

redaktur tidak lagi menyeleksi karya

berdasarkan kualitas, tetapi

berdasarkan nama besar," ujar Saut

Situmorang

Di tengah perbedaan yang

meregang dunia nyata dan dunia

maya Sastra Cyber terus

berkembang. Semakin banyak

penulis yang mempublikasikan

karyanya di dunia maya. Tidak ada

kasta, semuanya berada dalam satu

ruang dan setara, tanpa

mengharuskan penulis ternama

atau penulis pemula. "Seseorang

dengan mudah dapat mengakses

penulis favoritnya dan bukan tidak

mungkin penulis itu juga akan

mampir ke blog dia," ungkap Eka

Kurniawan kepada Jurnal Nasional.

Pemahaman keberadaan sastra

cyber memunculkan fungsi menarik

tersendiri. Dengan adanya Sastra

Cyber memberikan kemudahan

untuk mengembalikan hasil

kontemplasi dan analisis

pemikirannya dari masyarakat untuk

masyarakat dan menjadi peran

komunikasi dengan para

konsumennya di dunia maya.

Bukan hanya itu, dalam tulisan yang

dibuat oleh Rulli Nasrullah berjudul

„‟Cyber Culture‟‟ yang dimuat di

Harian Padang Ekspres pada 6 Mei

2007 yang lalu, menurut Rulli.

Keberadaan internet telah mampu

membentuk sebuah kultur baru

dimana batas-batas geografis,

demografis, etnisitas, ras, dan

agama, hingga budaya menjadi

tersamarkan. Kultur baru tersebut

merupakan perwujudan dari

keinginan para netter untuk hidup

secara demokratis. Tanpa ada

intervensi, sikap egois, ingin

menyamakan kehidupan dunia

maya seperti dunia nyata.

24

Page 25: PURAKASASTRA EDISI 3

Di satu sisi, kehadiran cyber sastra

justru memunculkan kegelisahan

pada banyak kalangan. Salah

satunya adalah produktivitas yang

tidak dibarengi dengan penekanan

kualitas terhadap karya-karya yang

dilahirkan para penulis mula di dunia

maya. Bukan hanya itu, dunia

industri penerbitan pun terancam

mengalami kerugian finansial yang

tak sedikit. Banyak orang lebih

memilih menikmati sebuah puisi

melalui layar handphone dan laptop

dibandingkan dengan harus membeli

sebuah buku puisi. Namun Sastra

cyber dengan usianya yang masih

muda meski belum mempunyai etos

yang mapan, seperti sastra yang

ditulis dengan media lain (sastra

koran atau buku). Sastra cyber tetap

dapat dikaji dan dinilai.

Dikatakan olehEndraswara (2008:184) bahwa

untuk mengkaji sastra cyber ini

sama dengan sastra yang bermedia

koran atau buku. Kita dapat

menerapkan kode-kode seperti yang

disampaikan oleh Teeuw yaitu kode

sastra, kode budaya, dan kode

bahasa. Ketiga kode itu ternyata

semua ada dalam sastra cyber

sehingga mau tidak mau sastra

tersebut harus mendapat perlakuan

yang sama dengan sastra lainnya.

Dalam sastra cyber memberi ruang

kebebasan siapa pun dari kalangan

mana pun dapat menuangkan

perasaan maupun pikirannya melalui

media internet. Walaupun

keberadaan cyber sastra tidak bisa

lagi ditolak dalam kancah

kesusastraan modern dan masih

banyak kalangan yang

memperdebatkannya. Diakui atau

tidak, masyarakat telah mengakui

bahwa secara faktual telah muncul

media alternatif yang dianggap baru

untuk menyalurkan karya sastra.

(Anggoro, 2004)

Sebenarnya yang menjadi peranan

strategis sastra cyber menurut

Theora Aghata adalah bahwa sastra

cyber merupakan wahana berkreasi

yang mampu mengupdate karya

secara singkat sehingga menunjang

produktivitas dan mendorong

perkembangan sastra selain juga

mengembangkan wacana kritis dan

mengasah kemampuan maupun

pemikiran. Peran awal hanyalah

sebatas penunjang produktivitas,

selebihnya kualitas diri akan

terpulang kepada bagaimana cara

seorang pemula tersebut menyikapi

dirinya

Sumber :

Anggoro, Donny. 2004. Sastra yang Malas, Obrolan Sepintas Lalu.

Solo: TigaSerangkai.Rahman, Jamal D. 2002. ”Sastra, Majalah,Koran, Cyber”.

Dalam Horison Situmorang,Saut (Ed.). 2004. Cyber Graffiti: Polemik Sastra Cyberpunk. Bandung:

Angkasa.Endraswara,Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra.

Yogyakarta: MedPress.

http://sriwidayati58.blogspot.com/2012/08/sastra-cyber-dan-sejarah-sastra.html

http://www.jendelasastra.com/wawasan/

artikel/sastra-cyber

http://cabiklunik.blogspot.com/2013/08/

quo-vadis-sastrawan-digital.html

Jurnal Nasional, Minggu, 8 Februari 2009

KAJIAN SASTRA

25

Page 26: PURAKASASTRA EDISI 3

Keretaku Tak Jua TibaDi sela-sela jemarimu kutemu keresahan yang tertahan

dari obrolan dan geremang tersisa gumam di meja makanDi belantara rambutmu kulihat detik meloncat pucat

sepasang mata alirkan sungai kering tanpa muara

Keretaku sedang dalam perjalanan menujuku, puanbersama kopor, buku-buku, seteguk pengetahuan dan kecemasan

Maaf saja jika aku tak membuai bulanmuMaaf saja jika aku malah membuai isak tangismu

Sebab waktu akan menggaris jarak antara mataku-matamumenutup palang pintu, saat kutuntaskan kalimat keramatkalimat seperti peluru, meninggalkan lubang di tubuhmu

Di kota ini, puandi persimpangan nasib kita sendiri

kita simpulkan ketegaran dengan bahasa yang lain

dan bilatak jadi kuangkat koperku

masihkah kau teruskan sedu-sedanmu itu?

Jombang, 05 September 2014 Oleh : Aditya Ardi N

PUISI

26

Page 27: PURAKASASTRA EDISI 3

INFOSASTRA

SASTRA BULAN PURNAMA

Sastra Bulan Purnama edisi ke-39 lalu yang diselenggarakan Tembi Rumah Budaya,berlokasi di Sewon Bantul, Yogyakarta, pada Senin 8 Desember 2014 pukul 19.30 diisioleh pertunjukan puisi dari 18 penyair Magelang, Jawa Tengah. Para penyair mengolahpuisi menjadi jalinan kisah pertunjukan. Diberi tajuk “Kilometer Nol : Pertunjukan PuisiDalam Jalinan Kisah". Pertunjukan puisi ini diadakan sekaligus untuk me-launchingantologi puisi Kilometer Nol, yang menyajikan puisi karya 18 penyair dari berbagai usiayang tinggal di Magelang.

Foto : Siluet Tarian Dramatisasi Puisi

27

Page 28: PURAKASASTRA EDISI 3

Pertunjukan puisi ini menggabungkanantara sastra, musik dan teater. GepengNugroho, yang bertindak sebagaisutradara dalam pertunjukan puisi inimenjelaskan bahwa puisi-puisi dari 18penyair tersebut dipilih lalu dirangkaimenjadi semacam jalinan peristiwazaman dan waktu, dan dikolaborasikandengan tatanan musik dan bebunyianoleh Kelompok Jodo Kemil danKomunitas Hongwilaheng. “Ruangpertunjukan digambarkan sebagaisebuah tempat, sebut saja sebagaiKilometer Nol. Di sana terpadu antarapembaca puisi dan para pemain musik.Ada dua pemeran yang berkarakterkontras yang menjadi mediapenghubung sebuah pertunjukan”.Tentrem Lestari, salah satu penyair yangpuisinya tergabung dalam antologi puisiKilometer Nol mengatakan bahwa puisisebaiknya tidak selalu dibacakan secarapublik. Ketika disajikan dalam bentuksemacam reportoar atau puisi dramatik,maka puisi telah naik ke jenjang yanglebih impresif. “Selama ini puisidibacakan di sebuah podiumsebenarnya karena penyairnya jugaingin lebih eksis sebagai penampil. Olehkarenanya, dalam pertunjukan ini,sesekali penyair perlu rendah hati untukmerelakan puisinya tampil sendiri keranah publik sebagai sebuahpertunjukan,” jelas Tentrem Lestari.

Ke-18 penyair dari Magelang yangpuisinya tergabung dalan antologi puisi‘Kilometer Nol’ ialah, Agus Munaji, AtikaSekar, Cholifatul Ridwan, DamtozAndreas, Dedet Setiadi, GepengNugroho, Hari Atmoko, HernadiSasmoyo Aji, Joko Supriyono, M. Dani,A. Aronds, Melur Seruni, Munir Syalala,Nindito Nugroho, Purnawan Andra,Rekki Zakia, Tentrem Lestari, TrimanLaksana dan Wicahyanti Rejeki.

“Kilometer Nol merepresentasikanwajah sastra hari ini, setidaknya diMagelang. Puisi mereka ditulis tanpapamrih ingin populer, ingin eksis, daningin bombas. Mereka tidak disebutpenyair juga tidak masalah. KilometerNol adalah terminal tempat berangkatdan pulang, titik perjalanan yang takada ujungnya. Perjalanan kreatif tidakakan pernah selesai dan penyair tidakakan pernah berhenti untuk berkarya.”Begitu kata Darmanto Andreas, salahsatu editor dan penggagas antologi puisi‘Kilometer Nol’ yang seringmenggunakan nama Damtoz Andreasdalam puisi-puisinya.RED/ Latifa

Foto

: Wic

ahya

tiR

ejek

i

Foto : Adegan Dramatisasi Puisi

28

INFOSASTRA

Page 29: PURAKASASTRA EDISI 3

CERITA RAKYAT

Alkisah. Sawerigading, putra Mahkota kerajaan Luwu dipesisir Sulawesi Selatan baru saja pulang. Sang Pangeranyang gagah perkasa ini baru pulang melanglang buana. Dikampung halaman sendiri, ia justru jatuh hati padasaudara kembarnya, Watentri Abeng yang jelita. Tentu sajaSang Puteri menolak cinta terlarang ini. Raja danPermaisuri pun murka. Itu tak boleh terjadi. NiatSawerigading hanya akan mendatangkan petaka bagi bumiLuwu. Oleh karena itu, Sawerigading harus dilaknat.Tetapi, meski menolak cinta terlarang Sawerigading,Watentri Abeng ikut berduka. Walau bagaimana pun,Sawerigading adalah tetap saudara kembarnya.

29

Page 30: PURAKASASTRA EDISI 3

CERITA RAKYAT

Untuk menghibur Sawerigading,Watenri menyuruh saudara kembarnyaitu pergi ke negeri Tiongkok. Watentriberkata, “Di negeri Tiongkok adaseorang puteri yang wajahnya sangatmirip dengan wajahku. Puteri We Cudainamanya.” Sawerigading menerimausulan adiknya itu. Celakanya,Sawerigading tidak dapat berlayarkarena kapalnya sudah tua dan rapuh.Untuk membuat sebuah kapal yangbaru dan tangguh, ditunjukkanlahkepadanya pohon welengrenge,sebatang pohon milik Dewata diMangkutu. Pohon bertuah itu cobaditebang. Tetapi, sekuat dayadiupayakan, pohon itu tidak bisatumbang.

Atas saran Wetenri Abeng,diadakanlah upacara besar-besaraan,yang dipimpin Iangsung olehnenek Sawerigading, seorang saktimandraguna. Namun, tatkala pohonbertuah itu rubuh, Pohon welengrengelangsung masuk ke perut bumimembawa serta nenek Sawerigading.Aneh memang, bersamaan dengan itusesat kemudian muncul sebuah perahu,bagai muncul dari perut bumi, megahdan indah menakjubkan. SawerigadingTerkesima memutuskan untukmenggunakan kapal itu Makaberlayarlah Sawerigading denganperahu ajaib itu menuju negeri Tiongkokyang sangat jauh disana. SebelumSawerigading berlayar, sempat diamengucapkan sumpah bahwa dia tidakakan pulang ke tanah Luwu, kecuali bilatulangnya dibawa tikus.

Singkat cerita, Sawerigading punberhasil mempersunting Puteri WeCudai dari Tiongkok . Namun setelahsekian lamanya dia tinggal di negeriTiongkok timbul juga rasa rindu ketanah kelahirannya. Suatu ketikaakhirnya ia memutuskan berlayarkembali ke tanah Luwu. Rupanya dialupa akan sumpahnya, dan dia kembaliberlayar pulang dengan perahuWalengrenge dulu. Dewata menjadimurka, menjelang perahu mendekat kepantai Luwu, tiba-tiba perahunya pecahmenjadi beberapa bagian. Pecahanperahunya terdampar di tiga tempat diBulukumba, yaitu seluruh papanlambung perahu terdampar di Ara. Talitemali dan layarnya terdampar di Bira,Sedangkan lunas yang ada pada haluansampai buritan terhempas di Lemo-lemo. Oleh masyarakat setempatbagian-bagian perahu itu dirakit kembalimenjadi sebuah perahu yang megahdan kelak perahu itu dinamakan perahuPinisi atau Penes.

Dari cerita rakyat inilah kononmuncul ungkapan "Panre patangan’naBira, Paingkolo tu Arayya, Pabingkung tuLemo-lemoa" yang artinya,”Ahli melihatdari Bira, ahli memakai singkolo (alatuntuk merapatkan papan) dari Ara, danahli menghaluskan dari Lemo-lemo.Ungkapan ini berkaitan dengankemampuan membuat perahu yangakhirnya diwariskan turun-temurun.Para pengguna perahu pinisi yakin, bilapara ahli dari ketiga daerah ini terlibatdalam pembuatan perahu, dapatdipastikan hasilnya akan sangat prima.

30

Page 31: PURAKASASTRA EDISI 3

CERITA RAKYAT

Walau kemudian perahu pinisi sangatpopuler sebagai armada pelayaranrakyat, menjadi alat pengangkut danmenjembatani kebutuhan masyarakatdari pulau ke pulau di Indonesia, namunada juga yang mengatakan bahwa namapinisi yang dilekatkan pada perahupelaut-pelaut Bugis dari SulawesiSelatan itu, sebenarnya berasal darisebuah bandar di Laut Tengah (Italia)bernama Venice. Bandar itu termasukbandar yang ramai disinggahi olehkapal-kapal dari berbagai penjuru dunia,termasuk Indonesia. Khususnya ketikarempah-rempah dari bumi nusantara inimengalir ke Eropa.

Suku Bugis Makassar memangbiasa mengabadikan nama-namatempat yang penuh kenangan atau yangmempunyai kesan istimewa padaperahunya. Suku Bugis Makasar jugamengidentikkan perahunya dengansejenis ikan yang berenang sangat cepatdi laut lepas. Berharap perahunya dapatlari seperti ikan itu, pemilik perahupinisi banyak pula yang menamakanperahunya dengan ‘Pinisi Palari’.

Dari proses perkembangan Pinisidapat kita jumpai dari macamprototypenya yang dinamakan "Adarak",yaitu papan yang bersusun tanpa paku,lalu berkembang menjadi "Nisikkok",diikat, kemudian menjadi "Salompong"yaitu memiliki undakan pada haluannya.

Zaman menuntut Pinisibermetamorphosa menjadi"Jonggolang", dengan haluan tertutup.Sampai pinisi ini harus menyesuaikan

dengan teknologi modern, sehinggasulit akhirnya kita mengidentifikasikanyang mana pinisi yang asli.

Tapi pada dasarnya Pinisi yang asliadalah yang bertiang dua. Pinisi banyakterlihat di pelabuhan Sunda Kelapa(Pasar Ikan), masih digunakan untukangkutan tradisionil intersuler.

Tana Beru adalah salah satu buktidimana kemegahan pinisi dilahirkan.Dari Ibukota Kecamatan Bontobahari,Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan- 176 KM dari Makassar atau 23 KM danBulukumba inilah sekarang perahu pinisibanyak diproduksi. Para pembuatperahu tradisional ini, yakni: orang-orang Ara dan Bira, yang secara turuntemurun mewarisi tradisi kelautannenek moyangnya. Upacara ritual jugamasih mewarnai proses pembuatanperahu ini. Hari baik untuk mencari kayubiasanya jatuh pada hari kelima danketujuh pada bulan yang berjalan.

Angka 5 (naparilimai dalle’na)yang artinya rezeki sudah di tangan.Sedangkan angka 7 (natujuangngidalle’na) berarti selalu dapat rezeki.Setelah dapat hari baik, lalu kepalatukang yang disebut "punggawa"memimpin pencarian.

31

Page 32: PURAKASASTRA EDISI 3

Sebelum pohon ditebang, dilakukanupacara untuk mengusir roh penghunikayu tersebut. Seekor ayam dijadikansebagai korban untuk dipersembahkankepada roh. Jenis pohon yang ditebangitu disesuaikan dengan fungsi kayutersebut. Pemotongan kayu untukpapan selalu disesuaikan dengan arahurat kayu agar kekuatannya terjamin.Setelah semua bahan kayu mencukupi,barulah dikumpulkan untuk dikeringkan.

Peletakan lunas juga memakai upacarakhusus. Waktu pemotongan, lunasdiletakkan menghadap Timur Laut.Balok lunas bagian depan merupakansimbol lelaki. Sedang balok lunas bagianbelakang diartikan sebagai simbolwanita. Setelah dimantrai, bagian yangakan dipotong ditandai dengan pahat.Pemotongan yang dilakukan dengangergaji harus dilakukan sekaligus tanpaboleh berhenti. Karena itu, pemo-tongan harus dilakukan oleh orang yang

ber-tenaga kuat. Ujung lunas yangsudah terpotong tidak boleh menyentuhtanah. Bila balok bagian depan sudahputus, potongan itu harus dilarikanuntuk dibuang ke laut. Potongan itumenjadi benda penolak bala dandijadikan kiasan sebagai suami yang siapmelaut untuk mencarinafkah.Sedangkan potongan balok lunasbagian belakang disimpan di rumah,dikiaskan sebagai istri pelaut yangdengan setia menunggu suami pulangdan membawa rezeki.

Pemasangan papan pengapitlunas, disertai dengan upacara"Kalebiseang". Upacara "Anjerreki" yaituuntuk penguatan lunas, disusul denganpenyusunan papan dari bawah denganukuran lebar yang terkecil sampaikeatas dengan ukuran yang terlebar.Jumlah seluruh papan dasar untukperahu pinisi adalah 126 lembar.Setelah papan teras tersusun,diteruskan dengan pemasangan buritantempat meletakkan kemudi bagianbawah.

Apabila badan perahu sudahselesai dikerjakan, dilanjutkan denganpekerjaan "a’panisi", yaitu memasukkanmajun pada sela papan. Untuk merekatsambungan papan supaya kuat,digunakan sejenis kulit pohon barruk.

CERITA RAKYAT

32

Page 33: PURAKASASTRA EDISI 3

CERITA RAKYAT

Selanjutnya, dilakukan allepa, yaitu mendempul. Bahan dempul terbuat dari campurankapur dan minyak kelapa. Campuran tersebut diaduk Selama 12 jam, dikerjakansedikitnya 6 orang. Untuk kapal 100 ton, diperlukan 20 kg dempul badan kapal.Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan kulit pepaya. Proses terakhirkelahiran pinisi adalan peluncurannya. Upacara selamatan diadakan lagi. Untuk perahudengan bobot kurang dan 100 ton, biasanya dipotong seekor kambing. Sedangkan untukkapal 100 ton keatas, dipotong seekor sapi. Ketika pinisi sudah mengapung di laut,barulah dipasang layar dan dua tiang. Layarnya kadang-kadang berjumlah tujuh. Kapalyang diluncurkan biasanya sudah siap dengan awaknya.

Peluncuran kapal dilaksanakan pada waktu air pasang dan matahari sedang naik.Punggawa alias kepala tukang, sebagai pelaksana utama upacara tersebut, duduk disebelah kiri lunas. Setelah itu doa atau tepatnya mantra pun diucapkan: BismillahirRahmanir Rahim Bulu-bulunnako buttaya, patimbonako bosiya, kayunnakomukmamulhakim, laku sareang Nabi Haidir (Artinya: Dengan nama Allah Yang MahaPengasih lagi Penyayang. Kau adalah bulu-bulunya tanah, tumbuh karena hujan, kayudari kekayuan dari Mukmanul Hakim saya percayakan kepada Nabi Haidir untukmenjagamu). RED/ Israwaty Samad

33

Page 34: PURAKASASTRA EDISI 3

MENUA MAYA

Sewarna magenta menyapa senjaJiwamu ayu membelenggu rasaku

Segara arta menjeda ragaEngkau hulu rinduku menuju

Menyapa bunda senyata mayaWaktu sewindu memburu lalu

Nelangsa sukma mendamba suaSyahdu doaku merayu temu

Oleh:Ema

PUISI

34

Page 35: PURAKASASTRA EDISI 3

Diselenggarakan di Ubud, pusat senidan budaya Bali, Ubud Writers&Readers Festival (UWRF) telah menjadiacara budaya dan sastra tersohor danpaling inovatif se-Asia Tenggara.Pertama kali diadakan tahun 2004 olehJanet DeNeefe sebagai proyekpemulihan pasca tragedi bom Balipertama. Ubud Writers & ReadersFestival merupakan festival sastraberkelas internasional yang bertujuanmengangkat dan menyampaikan cerita-cerita luar biasa dan suara-suara berani,baik berkenaan dengan permasalahanglobal maupun gagasan-gagasan besar.

Sejak 2008, berkolaborasi denganlembaga non-profit asal Belanda, mitrafestival, Hivos, setiap tahunnya UWRFmengadakan pemilihan penulis

emerging Indonesia. Triny Tresnawulan,sebagai Communication CoordinatorUWRF menjelaskan bahwa penulisemerging adalah penulis yang sedang‘bersinar’. Mereka yang berbakat tetapibelum diakui sebagai penulis besar(ternama/established). Istilah emergingwriter dipakai di dunia sastra Baratuntuk para penulis ‘muda’ (muda dalamsegi berkarya, bukan umur), atau calonpenulis besar (established writer). Halini seperti pernah diungkapkan JanetDeNeefe (Pemrakarsa/Direktur Festival)bahwa salah satu misi utamapengadaan UWRF adalahmemperkenalkan cerita-cerita memikatdari bakat-bakat muda yang tersebar diseluruh Indonesia pada komunitassastra dan budaya internasional.

Seleksi Penulis Emerging Indonesia

INFOSASTRA

Narasumber: Triny Tresnawulan, Koordinator Komunikasi UWRFREP : Latifa

35

Page 36: PURAKASASTRA EDISI 3

Pada bulan Oktober 2014 lalu, selama 5hari, Ubud Writers & Readers Festivalke-11 telah sukses digelar. Dihadiri olehlebih dari 150 penulis, ahli dan senimanyang berasal lebih dari 25 negara, sertadikunjungi lebih dari 26,000 pengunjungpada penyelenggaraannya. Dua tokohbesar Indonesia yang hadir meramaikanFestival saat itu adalah GoenawanMohamad dan Azyumardi Azra.Sementara yang hadir dari luar negeridiantaranya adalah penulis besar peraihpenghargaan sastra: HassanBlasim (Independent Foreign FictionPrize), Eimear McBride (BaileysWomen’s Prize) dan Cyrus Mistry (2014DSC Prize). Ratunya penulis novelkriminal Val McDermid terbang keFestival dari Skotlandia. Mewakili Asia,tampil penulis avant-garde ternamaCina Can Xue, novelis Jepang MinaeMizumura serta penulis Malaysia TashAw yang menambah kehangatan diFestival.

Hadir pula tokoh-tokoh yangbersentuhan dengan isu kemanusiaanyaitu perwakilan PBB di Sudan MukeshKapila, jurnalis terdepan PallaviAiyar, penulis Indonesia etc. ElizabethPisani hingga editor surat kabar nasionalPolandia Adam Michnik. Tak ketinggalanpula hadir pemerhati isu lingkungan,Keibo Oiwa, NadyaHutagalung dan Willie Smits.

Dengan berakhirnya UWRF ke-11 padatahun 2014, panitia UWRF telah kembalimembuka kesempatan bagi para penulisberbakat Indonesia untuk mendaftarkandirinya sebagaipenulis emerging Indonesia 2015.Berikut adalah pengumuman SELEKSIPENULIS EMERGING INDONESIA UWRF2015 sebagaimana terkutip dari webresminya :www.ubudwritersfestival.com

FOTO : Pembukaan UWRF 2014

Narasumber: Triny Tresnawulan, Communication Coordinator UWRF

REP : Latifa

36

INFOSASTRA

Page 37: PURAKASASTRA EDISI 3

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan :1. Matt Oldfield, mengenai Lingkungan

Hidup2. Salah satu kegiatan Diskusi3. Salah satu kegiatan Diskusi4. Makan Malam bersama penulis – media5. Presentasi salah satu acara6. “rasa nusantara” Bondan Winarno7. Konferensi pers, tampak hadir

cendikiawan Azyumardi Azra

37

Page 38: PURAKASASTRA EDISI 3

Sumber : http://www.ubudwritersfestival.com/seleksi-penulis-uwrf-2015/38

INFOSASTRA

Page 39: PURAKASASTRA EDISI 3

LENTERA SASTRA

MENULIS di MEDsos,

kemudahan aktualisasi

Oleh: El Fietry Jamilatul Insan

Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untukmengasah kemampuan menulis. Menulis adalahkemampuan yang bukan berasal dari bakat,melainkan dari latihan yang dilakukan secara terusmenerus. Menulis bisa diibaratkan dengan sebilahbesi tumpul. Semakin sering mengasahnya,semakin cepat bilah besi itu tajam. Dari berbagaicara mengasah kemampuan menulis, salah satunyaadalah memanfaatkan dunia maya/internet yangmodern, karena kemudahaanya untuk diakses.

Hadirnya fitur-fitur media sosial di internet,memungkinkan orang untuk membuat tulisan yangbisa dibaca banyak orang. Memungkinkan parapenulis pemula, yang awalnya menyimpan malu-malu tulisannya di buku hariannya, kini beranimembuka tulisannya untuk dipajang di internet,terutama Facebook. Dari media ini dapat dilihat,sejauh mana tulisan kita berkembang. Lebih dariitu, bisa mempelajari banyak hal-hal lain,mengenai tulis-menulis dari internet.

Fakta itu lebih semarak lagi, karena didukungdengan menjamurnya grup-grup yang memangkhusus dibuat untuk setiap orang yang gemarmembuat tulisan (dibaca penulis). Selama limatahun terakhir, kehadiran grup-grup menulis dimedia sosial Facebook, menjadi angin segar bagimereka yang memiliki minat dalam menulis. Adasebuah ambisi untuk menjadi penulis terkenal.Tentunya, dari titik inilah orang bisa memanfaatkandunia maya (terutama Facebook) untuk mengasahkemampuan menulisnya. Mengapa?

39

Page 40: PURAKASASTRA EDISI 3

Ada beberapa alasan yang akan dikemukakan:

• Mudah.Kemudahan mengakses informasi melalui sosial media. Artinya, siapa pun di belahanbumi manapun kita berada, kita bisa mereguk ilmu menulis tanpa harus repot-repotmenyediakan waktu dan biaya untuk datang ke tempat kursus menulis. Tinggal dudukmanis di depan gadget, melihat, membaca dan mengetik.

• Gratis.Beberapa penulis kenamaan, ada yang menyediakan kursus menulis secara daringdengan biaya tertentu. Namun, dengan watak yang melekat di diri orang Indonesia.Banyak orang lebih menyukai sesuatu yang gratis. Melalui media sosial, orang bisamendapatkan ilmu menulis secara gratis. Misalkan, lewat grup-grup menulis yangbertebaran di sana. Asal rajin meluangkan waktu untuk menelusuri setiap jadwal digrup yang ada. Bahkan jika beruntung, bisa dibimbing oleh penulis profesional yangsuka wara wiri di Facebook dan tak pelit berbagi ilmu.

• Membangkitkan semangat.Bergabung dengan grup kepenulisan selain bisa menimba ilmu secara gratis, juga akanmembangkitkan semangat untuk terus menulis. Grup-grup menulis, biasanya selalumengadakan lomba atau event yang berhadiah.

• Merangsang ide untuk terus menulis.Ilmu tidak akan berguna tanpa praktik. Adanya lomba atau event yang diadakansebuah grup menulis secara tidak langsung merangsang orang untuk terus berlatihmenulis. Memunculkan ide-ide baru dengan tema yang disyaratkan oleh lombatersebut. Hal tersebut, membantu orang untuk semakin mengasah kemampuanmenulisnya.

• Menjalin silaturahmi sesama penulisMelalui fasilitas seperti grup memungkinkan kita mempunyai banyak teman untukberbagi ilmu mengenai dunia kepenulisan.

LENTERA SASTRA

40

Page 41: PURAKASASTRA EDISI 3

LENTERA SASTRA

Selanjutnya adalah bagaimana kitamemanfaatkan kesempatan tersebutdengan cara :

• Pintar mencuri.Pintar mencuri, dalam pengertian yangpositif, yaitu sebisa mungkin kita harusbisa mengambil setiap pelajaran sekecilapapun dalam diskusi-diskusi yangsering diadakan di sosmed. Dariseringnya mencuri inspirasi darikomunitas maya tersebut sedikit ataubanyak pasti akan mendapat ilmukepenulisan untuk kemudian diterapkandalam metode penulisan kita.

• Sering-sering ikut dalam acara-acarasastra.Menulis adalah keterampilan. Tidakakan cukup setumpuk teori tanpaberlatih. Setelah mencuri ilmukepenulisan dari diskusi-diskusi karya,saatnya menerapkan ilmu itu denganmenuliskan ide, dalam berbagai acarayang bertebaran di media sosial.

• Adu nyali.Lambat laun ilmu yang didapat daridunia maya pun semakin banyak.Namun seperti ungkapan di atas, bahwatidak akan cukup setumpuk teori tanpaberlatih. Karenanya, ketikapengetahuan mengenai tulisan sudahcukup memadai dan sudahmenerapkannya pada tulisan sendiri,saatnya menyimpan tulisan kita untukkemudian dikirim ke media yang lebihluas. Seperti, koran atau majalahberskala nasional. Kenapa disebutmenyimpan dan bukan langsung

memuat karya untuk mendapatkanmasukan dari penulis lainnya? Karenamedia seperti koran atau majalahberskala nasional tidak akan menerimatulisan yang pernah dimuat sebelumnyabahkan di media sosial. Namun bukanberarti tidak bisa memantapkan naskah,sebelum dikirim ke koran atau majalah.Kita masih bisa mendapat masukanuntuk karya kita sebelum kita kirim.Caranya dengan melalui pesan pribadikepada orang-orang yang telah kitapercaya untuk memberi masukandarinya.

• Tetap semangat.Terkadang, orang puas hanya denganmemenangkan sebuah lomba di sebuahpenerbit indie. Namun, barangkalimasih diingat dengan kiat mengikutilomba pada Purakasastra edisi 2kemarin. Bahwasanya, kemenanganbukanlah akhir dari totalitas karya.Karenanya, tidak perlu uncang-uncangkaki bersantai, setelah memenangkansebuah lomba. Tetapi harus lebih rajinlagi untuk berinteraksi dengan teman-teman penulis. Perluas pertemanandengan penulis lainnya sangat penting.Semakin banyak teman penulis di duniamaya dan semakin rajin kita bergabungdalam berbagai acara di grup-grup atauacara lainnya maka akan semakinmatang pula tulisan kita.

Sebagai penutup, mari mulai giatmencari ilmu kepenulisan. Ilmu tidakakan datang jika kita hanya berdiam dirisaja. Salam Sastra!

41

Page 42: PURAKASASTRA EDISI 3

"Untuk Pam, Linggo, Aszy, Reggi, Gembel,Harold dan mereka yang pernah datang disatu alam, mengingatkan saya untukmenjaga kewarasan. Di manapun kaliansekarang," Menuju subuh di Bandung yangmulai dingin menggigit. Hari merayapmenuju akhir penanggalan. Tak lama lagitahun berujung dan almanak-almanakbaru dibuat.

Pemujaan terhadap Desember dimulai,kenangan-kenangan tercecerdikumpulkan, doa-doa dipanjangkan,harapan-harapan dibungkus, botol-botolberdenting, dan kesibukan ritual di altaringatan dimulai dan berakhir.

CERPEN

DI UJUNGINGATAN

Oleh : Herry Sutresna

42

Page 43: PURAKASASTRA EDISI 3

CERPEN

Media- media dengan kleidoskop tahunan, para pecundang dengan resensi albumterbaik, saya dan kamar redup, kopi mendingin dan monitor menyala. Saya tak punyamemori khusus perihal menutup tahun. Saya berusaha keras membuatnya terkesanmerayap, ketika saya paham betul bagaimana semuanya bergegas ditahun ini. Entahuntuk apa. Mungkin beberapa memori belum selesai saya buat totem. Beberapa lainbelum tuntas dilupakan. Oleh karena itu, nampaknya, saya kembali berhutang banyakpada penghujan di penghujung tahun.

Hujan sore di bulan ini membuat saya bisa menerima kesenduan sebagai sesuatu yangjauh lebih baik dibanding mengutuk kehilangan dan ketertinggalan di hadapan waktu.Ditahun yang membuat saya harus memaklumi banyak hal, membiarkan kebanalanrutinitas tanpa perlawanan berarti dan mengikhlaskan beberapa kawan pergi danbeberapa mimpi memudar. Kekalahan dan kehilangan memang harus lebih pentinguntuk dicatat ketika kemenangan lebih layak dirayakan. Ada yang penting sekaligusmubazir dalam hal mengenang waktu. Meski agak buram, saya masih mengingatmengucapkannya ketika menenangkan seorang sahabat mabuk dan mengamuk di suatumalam. Menangis dan marah. Ingatan tak akan mengembalikan waktu yang hilang.Namun mungkin salah satu cara untuk menjaga kewarasan adalah mengingat waktu-waktu waras.

Ketika memori tentang segala hal yang diinginkan sebagaimana dimimpikan menemuikenyataan di perempatan jalan. Konon di situ harapan disembunyikan. Saya ingat saattak lama tahun ini dimulai, beberapa malam sebelumnya, kami berbicara di angkringanMagelang di Tugu Pahlawan yang sebenarnya tak pernah cocok untuk dipakai ngalor-ngidul berlama-lama. Ia hanya membeli tiga tusuk sate telur puyuh, saya membelisemua lauk dan 2 kepal nasi. Kelaparan. Saya berpikir, mungkin dengan sedikit kenyang,saya bisa dengan lancar mengutarakan kejujuran saya perihal kekecewaan terhadapdirinya yang saya simpan rapi berbulan-bulan, hingga akhirnya kehilangan ruang,berdesakan dengan kepingan-kepingan strategi politik, manajemen konflik,pengorganisiran komunitas, utopia basi dan omong kosong sejenis.

Saya tak menyangka jika malam itu menjadi titik balik dari apa yang hampir setengahdekade kami jalani. Dengan sedikit terbata, saya mencoba jujur dan sedikit kurang ajar.Mempertanyakan banyak hal, keanehan, gosip-gosip jalanan dan mendungnya langitBandung. Ada raut yang tak biasanya datang, kombinasi dari kekecewaan dan kelelahandi wajahnya. Kami pulang dengan obrolan menggantung. Meski tak tuntas, saya takpernah mempersoalkannya lagi. Namun sejak itu, malam-malam di tangkringan takpernah lagi sama. Malam yang mengajari kami untuk tetap menyediakan ruang untukmengikhlaskan banyak hal, sebelum menjadi duri dan gejah yang membuat kepenasaranmenjadi luka. Saya dan kawan-kawan lain memeluknya ketika malam mabuk itu.

43

Page 44: PURAKASASTRA EDISI 3

CERPEN

Tak bisa disembunyikan lagi kekecewaan besar darinya yang merasa ditinggalkan saudaradan sahabat. Kami membisik dan berteriak meyakinkannya bahwa bagaimanapun kamitetap ada. Kami tak mungkin melupakan kehadirannya selama ini ditengah- tengah kami,sebagai saudara, mengorbankan banyak hal berdiri di samping kami selama bertahunmempetisi jalanan Bandung. Tak pernah akan ada yang merubah dan menggantinya.Malam kadung terluka namun ia tahu, meski mabuk, di pojokan bumi manapun kamiakan selalu datang ketika ia meminta meski langit mulai terbelah poros memisahkan apayang dahulu kami kerjakan bersama. Dan tiba-tiba saya teringat Bani, pada suatu malamyang berakhir dengan berjalan kaki menyusuri Terusan Pasteur. Dahulu sekali saya seringmelakukannya, ketika saya dan Ibu Bapak masih tinggal di Gunung Batu.

Saya menyaksikan bus khusus rombongan Suharto melewati tol Pasteur saat jalanpemendek jarak itu diresmikan. Jalan itu adalah jalan paling nyaman digunakan berjalankaki dahulu. Sekarang menjadi jalan paling sibuk di Bandung pada akhir pekan danliburan. Saya berhenti tepat di depan Hotel Grand Aquilla, ada bayangan sosok almarhumdi benak saya. Beberapa tahun lalu kami sempat menghabiskan banyak waktu disitu,beberapa bahkan tinggal bersama para buruh hotel itu yang mogok dan mendirikantenda posko protes tepat di bibir Hotel. Pada suatu malam isu sweeping beredar, kamidatang kesana berpuluh. Rombongan SBY akan datang lewat pintu Pasteur dan walikotatak ingin ada keriuhan tak jelas yang mengotori jalanan yang akan dilewati sang Presiden.Kami diminta korlap aksi dan LBH sebagai koordinator solidaritas untuk datang berjagajika keadaan memburuk, bala bantuan bisa siaga. Bani pun datang dengan botol gepeng.Sebagian kawan mengutuknya, sebagian lagi tertawa senang. Isu sweeping tak terbuktimenjadi kenyataan, kami bersyukur, malam itu berubah menjadi salah satu malam kamiyang tak perlu susah payah untuk mengingatnya.Bani pergi empat bulan lalu, beberapa hari sebelumnya kami sempat bercanda gurau diBandung Zine Fest. Tak ada seorangpun yang mengira ia akan pergi dalam waktu dekat,meski wajahnya menguning, petanda penyakitnya tak kunjung bisa disembuhkan.Kehadirannya hari itu mengejutkan, lama ia absen, semengejutkan kepergiannya tak lamakemudian. Saya berhenti tepat di bekas lokasi tenda posko itu. Hujan tak turun malamitu, langit malam memprovokasi beberapa ingatan hadir. Saya nyalakan rokok, membukabotol dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke arah bintang paling terang di langit. Adasemburat kepergian seporsi banyak kegelisahan malam itu. Lagi-lagi, malam mengajarikami untuk tetap menyisakan ruang untuk mengikhlaskan banyak hal.

44

Page 45: PURAKASASTRA EDISI 3

CERPENAda sepertiga malam lain, ada janji yang akhirnya kami realisasikan. Seorang sahabatbersikeras berminggu-minggu menagihnya dengan militan. Ia ingin saya meluangkanwaktu bertemu lagi sahabat lama kami, kali ini tanpa kawan-kawan lain, setelah entahberapa lama ada jarak yang memisahkan untuk bisa seperti dahulu lagi.Ada sengkarutmasalah yang entah berawal dan berakhir di mana yang membuat saya tak bertegursapa dengan salah satu sahabat terdekat saya ini bertahun-tahun lalu. Sedemikian rupahingga kami sampai pada kesimpulan bahwa saling diam dan jalan dengan hidupmasing-masing adalah jalan terbaik kala itu. Kami menghabiskan malam itu dengankekonyolan lama dan minuman baru, satu kawan lain bergabung hingga tiba waktu sayapamit sebelum subuh datang. Kami berbicara banyak hal dan melupakan sedikit perihal.Menghitung kehilangan dan mempetakan perjalanan. Seperti banyak hal lain di mukabumi, ada yang tak lagi sama, banyak yang masih. Tak cukup memang. Namun saya akanmencatatnya sebagai marka waktu ingatan-ingatan yang saya sengaja kubur hadirkembali bukan hanya untuk diikhlaskan namun pula untuk ditertawakan bersama. Sayaakan selalu mengingat jalan pedang yang dahulu kami pilih, tak ada belokan memutar,dan mengingat mereka berdua sebagai sahabat yang tak pernah benar-benar pergi. Inisubuh terakhir di tahun ini. Hujan mengguyur Bandung sejak malam dan belum adatanda-tanda akan berhenti. Saya membiarkan sendunya berkelebatan sebagai sesuatuyang jauh lebih baik dibanding mengutuk kehilangan dan keterpurukan di hadapanwaktu. Ingatan tak akan mengembalikan waktu-waktu yang hilang. Saya hanya manusiadengan kebanalan biasa-biasa dan sama sekali bukan binatang jalang meski kadangterbuang dari kumpulan-kumpulan. Tapi saya ingin hidup seribu tahun lagi.

Kumpulan Puisi :

TUHAN DIMAKAN BELATUNG

Soetan Radjo Pamoentjak

45

Page 46: PURAKASASTRA EDISI 3

PUISI

Dandelion dalam sepiSepasang mata yang teduh…

Namun tajam seperti elang…Seputih kapas menyelimuti tubuhnya…

Karya indah yang Maha Kuasa…Namun, jiwanya dingin sepi..Hamburan tannya pikirku…

Tak ada yang tau…Bertemankan sepi juga tak mengerti…

Entahlah…Seperti seuntai dandelion dalam ribuan ilalang…Tampak indah namun siapapun tak melihatnya..

Hanya tertiup angin sajaa…lalu terbang bersamanya…

ke tempat sepi yang membelenggunya…teriak lalu pantulan gelombang menjawabnya..

akupun tak mengertiterlalu absurd!!!

Namun, hatiku terpanah di titik tengahnya…

Oleh:Noer Azizah

46

Page 47: PURAKASASTRA EDISI 3

CORAK puisi beragam. Ada yang lebihmementingkan unsur formal sepertiterlihat dari penonjolan rima, larik danbait. Namun ada yang lebihmemperhitungkan unsur puitis yangtidak terikat oleh kehadiran unsurformal. Puisi yang bercorak terakhir itulebih mementingkan suasana puitis,melalui imajinasi-imajimasi yangdiciptakan penyairnya. Salah satu bagianyang cukup diakrabi belakangan iniadalah corak kontemporer.Kontemporer (Bahasa Prancis :contemporaire) yang mengandungkonsep historis itu berarti kekinian. DiIndonesia, puisi tersebut bersifatinkonvensional. Artinya, sistempenulisan puisi menyimpang dari tatacara penulisan puisi pada umumnya.Penyimpangan itu terjadi, dari segibentuk dan bahasa sebagai mediaekspresinya.

Dalam perkembangannya, jenis puisikontemporer Indonesia dapat dicatatnama seperti : Sutardji Calzoum Bachri,Darmanto, Yudhistira NugrahaMarendra Marsadi, Jeihan, Darmanto,Ibrahim Sattah, Hamid Jabar. Dankhusus di kawasan Timur Indonesia,tercatat : Elkacen, Aris Swastono, danmasih ada lagi yang tidak sempat dicatatdi sini. Sasaran kajian puisi kontemporeradalah lebih mengungkapkan kehidupansosial masyarakat yang menunjukkansikap-sikap seperti: blakan-blakan,skeptis, individualis, dan anarkis.Penyair-penyairnya kurangmengindahkan simbolik, lambang-lambang imajinatif dan intuitif. Merekamenulis apa adanya. Penikmat silakanmenilainya sendiri.

Untuk tidak sekadar berbincang-bincang, berikut ini akan ditampilkanbeberapa puisi yang tergolongkontemporer dari Sdr.Aris Swastono danSdr. Elkacen.

KAJIAN SASTRA

MENGUNGKAPKAN CITRAAN REALITAS

Oleh : Usman Ganggang

47

Page 48: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

Pasar

Jalan pinggir,jalan jalan pinggir pasar pasarOrang lewat lewat pinggir pasarpasar pinggir jalanPasar sayurPasar kirabPasar firmanPasar nabiPasar tuhanPasar bubar bubar, jalan jalan pinggir pasar

Cita-cita

Aku ingin jadi insinyurJadi insinyur jadi pragawatiJadi dokterJadi ibuKalau kamuDan jawabnya“Andaikan dia itu ada, aku tak tahanUntuk tidak menjadi Dia!”

Mencermati dua puisi di atas, terbersit suatu kesimpulan bahwa puisi tersebuttergolong puisi kontemporer, karena coraknya inkonvensional. Kedua puisi itumengandalkan unsur formal seperti : pola-pola rima, larik, dan bait dan terutama lebihpada pembentukan suasana melalui imajinasi-imajinasi yang diciptakan penyairnya.Sdr.Aris, nampaknya, ia buang jauh-jauh nilai estetik dan puitik. Yang penting baginyaadalah berusaha menampilkan citra lihatan dan citra dengaran tentang realitas yang adadi lingkungannya seperti masalah pasar dan cita-cita. Kalau dipenggal mengacu padamakna denotatif (= makna yang sebenarnya atau makna mengacu pada kamus) makauntuk larik pertama dan kedua puisi pasar maka hasilnya demikian : jalan pinggir jalan,jalan pinggir pasar, pasar orang lewat, lewat pinggir pasar, pinggir jalan. Kemudian SdrAris tutup dengan pasar bubar, bubar jalan, jalan pinggir jalan.

Kata pasar dominan sekali dalam puisi tersebut. Rupanya Aris mau mengeritik, apa sajatujuan orang kalau ke pasar, iya kalau hanya jalan di pinggir jalan, mengapa tidak teruske pasar untuk membeli sayur, membeli lain-lainnya seperti kitab atau mendengarfirman dan sabda nabi dan Tuhan kalau memang di pasar ada ceramah agama? Tapiagama apa yang memberi ceramah di pasar? Bukankah pasar tempat bertemunyapenjual dan pembeli?

Begitu pun dengan Puisi Cita-cita, mengapa cita-cita seseorang itu begitu banyak? Ya,pada akhirnya, tentu bakal membingungkan, bukan? Sampai akhirnya, aku –lirik =akuyang diceritakan), mengatakan:/ Andaikan dia itu ada, aku tak tahan untuk tidakmenjadi DIA//.

48

Page 49: PURAKASASTRA EDISI 3

KAJIAN SASTRA

Benar, kata kritikus sastra bahwa puisi merupakan hasil pengamatan dan pencernaanpenyair terhadap suatu objek. Pengungkapan rada unik (tidak ada tandingannya), karenaitu, pilihan katanya pun yang berunik dan berbobot. Selain itu, kata-katanyamengandung ide yang sukar untuk dicarikan sinonimnya dengan satu atau dua kata.Kejelasannya baru diperoleh setelah menalar (=menghubung-hubungkan fakta atau datamenuju pada sebuah kesimpulan atau pendapat) dengan sungguh-sungguh melibatkandunia dalam dan dunia luar puisi sehingga plong rasanya.

Puisi berikut ini salah satu contoh.

Perempuan-perempuan TikopiaOleh : Aris

Perempun-perempuan TikopiaAnyam tikar tikar kuil suciPuja dewa-dewa

Perempuan-perempuan TikopiaPunggung pantai muka danauHormat altar suci uta

Perempuan-permpuan TikopiaHening-hening lengang tenang

Mencermati puisi di atas, maka kita butuh baca sejarah, dengan demikian ditemukannama dewa Uta yang terdapat di Tikopia. Pertanyaannya, apa yang dikerjakan olehperempun-perempuan Tikopia? Ternyata, mereka menganyam tikar kemudian dipasangpada kuil-kuil yang mereka sucikan dengan tidak boleh berbicara juga pantang untukmembelakangi kuil. Punggung mereka harus mengarah ke pantai dan wajah harus ke arah danau tempat kuil itu berada. “Nah,apakah ini merupakan ketaatan yang sejati?”Apakah diberi sanksi kalau dilanggar? Atau apakah semua orang yang ke sana harusmenaati peraturan seperti itu kalau menganyam tikar?

49

Page 50: PURAKASASTRA EDISI 3

Nah, bagaimana lagi dengan puisi Persiapan Upacara 17 Agustus karya Sdr.Elkacenberikut ini? Meski suasana puitis dihadirkan oleh penyairnya, tetapi setelah dicermati,ternyata penyairnya mau mengkritik persiapan perayaan Agustus yang cukupmelelahkan tapi hasilnya tidak memuaskan. Puisi berisi kritik yang blak-blakan inicontoh praktis dari puisi kontemporer. Kritikannya tajam, terserah orang maumenilainya. Yang jelas penyair hanya mendeskripsikan sebuah fakta yang bisa saja faktaobjektif tapi bisa juga fakta imajiner(=fakta yang ada dalam otak penyairnya). Cermatisaja kritikan tajamnya:/ Maju jalan !/ Balik kanan tidur gerak/ Bersama kita memompabadai//

Persiapan Upacara 17 AgustusOleh : Elkacen

Peserta upacara memasuki lapangan upacaraLapangan upacara disirami air mataAku terduduk menungguMimpi yang masih berlabuhDi sanaDi atas trotoarLalu lalang anak sekolahMengunyah pagi yang tak berbugkusMemendam makna yang tak terfahamiLalu lalang mentari di kepalaSeakan berkata:Kupandang matamu sampai kau mati !Lalu lalang polantas di jalanMengatur langkah pramukaMaju jalan !Balik kanan tidur gerakBersama kita memompa badai.

KAJIAN SASTRA

50

Page 51: PURAKASASTRA EDISI 3

51

PEMESANAN IKLAN : 0897 925 8669 (RIZAL)

Page 52: PURAKASASTRA EDISI 3

Komunitas SASTRA

Perkembangan sastra di dunia cyber seakan tak pernah berhenti. Bagai sebuah ekspresijiwa yang telah lama terpendam dan kembali mencuat. Bukan mustahil, dunia cybermenjadi salah satu pengembangan daya intelektualitas, dalam mengasah talenta-talentadiri serta pertumbuhannya. Di situ, mereka bisa mencoba kepiawaiannya, terutamadalam bidang sastra. Mereka menguji karya-karyanya dengan berani. Era digitalmemang sangat memudahkan untuk publikasi. Perkembangan publikasi dalam duniacyber, memungkinkan lahirnya penafsiran baru dalam bidang sastra.

Sastra cyber bisa disebut dengan sastra postmodernisme. Keberadaannya berkembangpesat, seiring dengan berkembangnya dunia cyber atau digital. Di dunia cyber, dijumpaiberbagai event dan perlombaan menulis. Kita mudah mengikutsertakan diri dalamberbagai event. Tentu saja, hal tersebut berbeda dengan konteks event dalam dunianyata. Dalam dunia nyata, sering memerlukan waktu, tenaga dan persyaratan yangbanyak, sehingga tak sedikit orang merasa minder dan tak punya waktu.

Perkembangan sastra cyber, membuktikan dengan cemerlang bahwa dunia sastra telahbangkit dan ramai kembali. Para pegiat sastra, penulis, penyair, bangkit dan berdiri.Sejarahnya, setelah sastra era modernisme melemah, sastra cyber seolah-olahmegumandangkan kebangkitan sastra serta banyak melahirkan jenis tulisan baru. Takdapat dipungkiri sastra era modernisme memang terikat dengan pakem-pakemtertentu, tetapi memberi wawasan baru dalam dunia sastra. Sastra jenis itu,berkembang pesat di dunia nyata, jauh sebelum era digital atau cyber.

RED/ Dian Rusdi

FORUM SASTRA INDONESIA

DAN

SASTRA CYBER

52

Page 53: PURAKASASTRA EDISI 3

Komunitas SASTRA

53

Dunia cyber menjadi saksi lahirnya aliran-aliran puisi baru. Melahirkan tokoh-tokoh barudalam kesusastraan Indonesia. Diskusi aliran sastra, interaksi sesama pegiat sastrasangat ramai dalam dunia cyber. Misalkan, dalam Facebook, Twitter, Fanspage(Facebook), Blog, Wordpress dsb. Untuk membantu kefokusan dalam diskusi daninteraksi, maka dibuatlah situs-situs khusus yang membahas bidang sastra. Salah satucontoh grup sastra, yang membidangi sastra adalah grup Forum Sastra Indonesia(Forsasindo). Grup yang dibentuk Pak Manaek Sinaga beserta pegiat sastra lainnya, padatanggal 22 desember 2012 ini, berhasil memikat puluhan ribu pegiat-pegiat sastra dariberbagai kalangan.

Di grup ini, dapat dilihat para pegiat sastra, penyair, penulis, sastrawan dari berbagaigolongan dan aliran puisi. Dari yang masih belajar sampai pada tahap pengajar.Termasuk juga ada para budayawan, seniman, sejarawan dll. Grup ini seakan tak pernahsepi dari postingan karya dan diskusi. Berbagai debat “panas” kerap dilontarkan,misalnya, masalah postingan, tulisan, kritikan, plagiator, dll.

Forum Sastra Indonesia (Forsasindo), merupakan grup publik. Karena itu, setiap anggotabisa mempublikasikan karya-karyanya. Setiap anggota dengan mudah dan bebasmembaca, menganalisis, mengapresiasi karyanya sendiri maupun orang lain. Tentunya,nilai kebebasan postingan karya, tetap bersentuhan dengan tanggungjawab, nilai etikadan moral. Admin grup mengemban tugas membentengi, menjaga, memelihara, danbertanggung jawab terhadap berjalannya grup agar sesuai dengan etika dan moral.

Akhirnya, kehadiran Grup Forum Sastra Indonesia (Forsasindo) merupakan wadahbelajar-mengajar, interaksi-diskusi yang bertujuan memelihara, menjaga danmeningkatkan kemajuan sastra Indonesia. Salam Jiwa sastra.

RED/ Dian Rusdi

Page 54: PURAKASASTRA EDISI 3

Meski Lelaki, Kumpulan CeritaYoga Frazt

Nadhom CintaDimas Indiyanto S.

AYINRini Intama 54

Page 55: PURAKASASTRA EDISI 3

LIPUTAN KHUSUS

Sekolah Sastra

Bulukumba dan

Ruang Alternatif

“Kota kecil macam apakah ini, sebuahkota tanpa sastra?” Sejak bertahun-tahun entah berapa kapan lampau,pertanyaan itu menggedor-gedor kepalasastrawan dan budayawan muda,Andhika Daeng Mammangka bersamaintelektual muda, Arum Spink. Bukankarena alasan Bulukumba dulu adalahtempat bermain masa kecil KrishnaPabicara, cerpenis nasional. Bukankarena Bulukumba adalah tempatkelahiran penyair dan aktor filmnasional Aspar Paturusi. Bukan pulakarena Bulukumba adalah kampunghalaman Dul Abdul Rahman, novelisyang karya-karyanya tersebar dandibaca di beberapa negara Asia. Sejarahpada akhirnya mencatat Andhika DMdan Arum Spink yang berani melabrak“prosedur” dan pakem sekolah formaldi kampung halaman, Bulukumba.

Andhika DM dan Arum Spinkmendirikan sebuah sekolah yang diberinama Sekolah Sastra Bulukumba (SSB).Sekolah tersebut diresmikan di WarungKopi Ezpresso, Jalan Jenderal Sudirman,Bulukumba, Sulawesi Selatan pada 8November 2012.

Tidak tanggung-tanggung, seorangAkbar Faisal, politisi Senayan anggotaDPR RI periode 2009-2014menyempatkan diri seharian hadir padapembukaan SSB.Menghadirkan seorangpolitisi Senayan tentu tidak semudahmembalikkan telapak tangan, karenameskipun ada jaringan dan sudah adajanji, bisa saja kehadiran seorang politisiSenayan tiba-tiba batal karena berbagaihal yang tidak bisa dihindari.

Arum Spink, Direktur Bulukumba Forumyang saat itu masih menjabat Ketua KPUKabupaten Bulukumba, memfasilitasiSSB yang untuk sementara beralamat diJalan Jenderal Sudirman, sampingPenjara Tua, depan eks Kantor PolresBulukumba. Seiring berjalannya waktu,kelas SSB berpindah-pindah tempat.Ruang kelas SSB bisa di mana saja. Salahsatu kelas mereka adalah pelataranRadio Cempaka Asri FM Bulukumba.

55

Page 56: PURAKASASTRA EDISI 3

Puluhan kegiatan sastra maupunpelbagai genre seni telahdiselenggarakan oleh SSB. Kegiatanpertama mereka yang begitu bersejarahadalah Tadarrus Puisi RamadhanSekolah Sastra Bulukumba & EkspresiRCA. Disiarkan langsung dari pelataranstudio Radio Cempaka Asri 102,5FMBulukumba, 4 Agustus 2013.Kegiatan pertama itu terselenggara ataskerjasama Sekolah Sastra Bulukumba(SSB) dan Program Ekspresi RCA 102,5FM dimana program Ekspresimerupakan program sastra dan senibudaya yang saat itu masih diasuh olehIvan Kavalera.

Banyak kalangan berharap kehadiranSSB bisa menambah wadah berlatih dansarana untuk menghasilkan karya-karyaseni budaya di Bulukumba. Seperti telahdirintis dan dilakukan oleh DarsyafPabottingi dan kawan-kawan yangberhimpun di Teater Kampong, dan atauIcdar Yeneng bersama Sanggar Seni AlFarabi. Wadah-wadah yang adatersebut, selain berlatih dan berkarya,juga dapat menggali seni budaya khasBulukumba, serta mendapat ruang danwaktu untuk melakukan eksplorasi.

Ruang Alternatif

Dalam bincang-bincang khusus bersamaAndhika Daeng Mammangka di sela-selaaktivitasnya mengajar di SSB pada 28Nopember 2014, pesastra muda itumenjelaskan SSB memang telah jauhhari diproyeksikan menjadi ruangalternatif dalam melakukan pendidikanseni dan kebudayaan bagi masyarakatBulukumba. Penulis belasan buku sastradan sejarah, kelahiran Bulukumba tahun1980 itu juga menegaskan bahwa siapapun dapat terlibat untukmengembangkan SSB.

“Siapa pun dapat terlibat untukmengembangkan SSB. Alhamdulillah.Saat ini kami juga telah mewujudkanbeberapa mimpi, di antaranya RumahBaca Malewa, pelatihan menulis karyafiksi dan non-fiksi, penelitian,pemutaran film dan sebagainya, yangdapat mendorong tumbuhnya penggiatseni sastra atau apresiator seni secaraumum. Kami pun menghadirkan pelatihdan guru yang profesional di bidangkajian masing-masing, dari berbagaiwilayah di Indonesia,” jelas sang guruyang juga pegiat sastra cyberdihttp://kelongpajaga.blogspot.com itu.

Keterangan Foto:

1. Aksi baca puisi salah seorang santri SSB dalam Tadarrus Ramadhan SSB & Ekspresi RCA 2012.

2. Sastrawan dan aktor film nasional asal Bulukumba, Aspar Paturusi bersama Andhika DM, pendiri SSB.

1

2

56

LIPUTAN KHUSUS

Page 57: PURAKASASTRA EDISI 3

Sastra Radio dan Sastra Cyber

Para santri dan santriwati (sebutan untuk siswa-siswi SSB) sejak SSB didirikan merekalangsung diajak berkenalan dan terlibat maksimal dalam berbagai seni pertunjukan.Para santri SSB sejak dini terlibat dalam sastra radio. Wadah mereka adalah RadioCempaka Asri FM. Dua program acara sastra dan budaya di radio lokal tersebut menjadiajang berkarya, baik karya tulis maupun pembacaan karya sastra secara live.Bermula dari radio itu pula para santri SSB mulai berkenalan dengan sastra cyber.Beberapa santri SSB saat ini bahkan dikenal sebagai pesastra cyber yang cukup aktif.Salah seorang diantaranya, Ahmad Muthahier dengan situs blognya dihttp://ahmadmuthahier.blogspot.com.

Bulukumba kini selalu punya penjelasan terhadap pertanyaan “Kota kecil macam apakahini, kota tanpa sastra?” Bulukumba memiliki SSB dengan Rumah Baca Malewa-nya,dengan ruang-ruang kelas di mana saja, di tengah alam terbuka pun jadi. Di ruang-ruangalternatif itu juga ada Sanggar Seni Al Farabi, Teater Kampong dan lain-lainnya yanglebih dulu ada. *Bulukumba 28/11/2014.[Liputan: Israwaty Samad/Foto: dokumen SSB]

RED/ Istawaty Samad57

LIPUTAN KHUSUS

Page 58: PURAKASASTRA EDISI 3

MENGAPA?Atas nama kami

Tuan....Kau tahu saku kami tak cukup tebal membeli hidup

Mengapa tetap kau rogoh?dan kau bilang atas nama kami

Tuan....Sejak kemarin perut kami kosong

dan baru bisa terisi pagi nantilalu kau hanya duduk di kursi

dan kau bilang atas nama kami

Tuan....Mungkin kami tak sebesar engkau

namun ketahuilahkarena kamilah kau besar

Ya, kami yg kecil iniyang kau bilang kau adalah kami

Saat kami tak lagi bernama....Kau berdiri untuk siapa?

Saat kami tak lagi kecil, namun berubah sirnaKau duduk untuk siapa?

Tanpa kami apa bisa?

Kami berdiri di gerbang kematian....dan kau mempersiapkan surga untuk para raja di seberang

Jika kau adalah kami, bukankah bersama kami kau pun akan mati?lalu mengapa masih saja kau bilang atas nama kami?

PUISI

Oleh : Lia herliawati

Ciputat, 21 November 2014

58

Page 59: PURAKASASTRA EDISI 3

“Pokoknya hari ini engkau dankelompokmu harus membawa pulangpaling tidak 3 kaloon sari bunganomor satu. Ratu berada dalamtahapan kritis. Dia harus memperolehnutrisi kelas satu. Generasi baru kitaharus lebih hebat kualitasnyadibandingkan dengan generasiterdahulu.” Yang diberi perintahmanggut-manggut dan menggoyangekor tanda mengerti sementarasayap-sayap tetap mengepak teraturmelawan gravitasi.

Itulah perintah yang diberikan olehkomandan pekerja tepat sesaat ketikafajar mulai merekah. Perintah inisebenarnya tidak berbeda denganperintah yang diberikan kemarin.Tetapi memang begitulah kerjakomandan. Perintah yang sama harusdiulang kembali untuk menunjukkanbahwa dia tetap berkuasa danmemegang komando.

REINKARNASI

DI MALAM NATAL

CERPEN

59

Page 60: PURAKASASTRA EDISI 3

Pagi itu ternyata cerah sekali. Sesuaidengan perintah yang diberikan,seluruh kelompok pekerja bekerjabenar-benar keras. Di sana-sini rumah-rumah yang berdekatan dengan taman,mulai dihias dengan pernik-pernikhiasan natal, menambah semaraksuasana pekerjaan. Sari bunga diambildan disimpan di tempat penyimpanan.Ratu harus memperoleh makananterbaik yang dapat diberikan olehtaman bunga ini.

Suasana mungkin akan tetap tenangsampai sore, jika dua pembawa pesan,tidak tiba-tiba saja muncul. Dari jauhkedatangan mereka sudah tampaknyata. Lenggangnya adalah lenggangpembawa pesan. Mereka berdua jugamembunyikan sirene. Sesaat kemudian,setelah seluruh lebah di taman ituberkumpul, pesan yang dibawa segeradisampaikan.

“Malam nanti salah seorang dari kalianakan memperoleh kesempatanistimewa. Reinkarnasi.” Teman yangberuntung ini dijadwalkan akanberreinkarnasi tepat malam Natal.Menjadi apa? Itu yang rahasia. Tetapidesa-desusnya teman ini akan menjadimanusia! Apa? Menjadi manusia? Wah… ini baru berita! Suara riuh segeramemenuhi taman.

Mereka tahu reinkarnasi itu apa.Mereka bahkan berharap reinkarnasidiberikan pada mereka, khususnya jikamereka dijadwalkan terlahir kembalisebagai manusia. Menjadi manusia

adalah impian. Menjadi manusia adalahtujuan. Tak ada yang lebihmembahagiakan kecuali memperolehkabar akan menjadi manusia.Manusia mungkin bukan mahlukterkuat di muka bumi ini. Tetapi tidakbanyak kelompok mahluk hidup lainyang dapat mengungguli ras manusia.Begitulah, mereka berulang kalimendengar dari para guru ketika masihbersekolah dulu. Bahkan pada dasarnyamanusia adalah kelompok mahluk yangdapat melakukan apa saja. Mulai darimerusak hal-hal yang sebenarnyapaling mereka butuhkan, sampaidengan menciptakan hal-hal yangpaling tidak mereka perlukan. Sebuahkemampuan yang amat paradoks.Sebuah kemampuan yang tidakmungkin dapat ditandingi olehkelompok mahluk hidup lainnya.Merusak yang diperlukan tetapi padasaat sama selalu mencipta hal-hal yangtidak diperlukan, hanya bisa danpernah dilakukan oleh manusia. Takada kelompok mahluk hidup lain yangpernah dan mau melakukan hal ini.“Boleh kami mengetahui siapa temanyang beruntung tersebut?” Kalau inibukan saja rahasia tetapi kami benar-benar tidak mengetahuinya. Kalaubegitu beri saja ciri-cirinya. Kami tidaktahu. Lalu, bagaimana dapatmemberitahu ciri-cirinya? Tetapi yangjelas, dan ini yang sangat penting,bukan?, salah satu dari antara kalianyang ada di taman inilah yang akanmemperoleh kesempatan itu. Kalautidak seperti itu, lalu untuk apa kamimengumumkan berita itu di tempat ini?

CERPEN

60

Page 61: PURAKASASTRA EDISI 3

Waktu bekerja memang masih panjangtetapi suasana benar-benar berubah.Berita yang diterima pagi itu benar-benar mampu mengubah banyak hal.Para pekerja bukan saja menjadi lebihbersemangat tetapi juga lebih gembira.Memang hanya satu yang memperolehkesempatan istimewa tetapi yang satuini adalah teman mereka, anggotakelompok mereka. Kalau giliranreinkarnasi untuk mereka, mereka akansangat gembira. Kalau giliranreinkarnasi untuk salah seorang temanmereka, mereka juga akan sangatbergembira untuk sang teman.

“Bagaimana kalau dirimu yangterpilih?” Yang ditanya memangtersenyum tetapi pompa penghisap saribunga terus dioperasiksn. Diatersenyum tetapi tidak menjawab. Kaupasti tidak akan ingat pada kami danhobi utamamu. Merusak banyak halyang diperlukan dan menciptakanbanyak hal yang kurang diperlukan,akan segera kau praktekkan. Bahkanmungkin juga di taman ini. Yang ditanyatetap diam dan terus bekerja giat.

Yang bertanya, ternyata gigih. Diamemutuskan untuk terus bertanyasampai ada jawaban. Sampai adakomentar. “Kau akan reinkarnasi malamNatal nanti? Kau masih ingat cerita dibalik kisah Natal kelahiran sang nabibesar, nabi Isa Almasih? Kau benar-benar sangat beruntung dapatdilahirkan pada malam Natal. Palingtidak ulang tahun yang biasa diperingat

oleh kaummu nanti, akan diperingatibersama-sama, dengan hari kelahiranseorang nabi yang tidak adatandingannya sepanjang masa. Apapendapatmu kawan?”

“Kawan apa? Kawan dengkulmu, ya?Kau ini terlalu banyak bacot! Tidakkahengkau lihat aku sedang sibuk bekerja?Orang tidak bisa berkonsentrasi dansibuk bekerja sambil sibuk ngobrol?”“Lho, ayo kawan! Kau harus memberitanggapan! Pekerjaan ini akan semakinmenyenangkan jika dilakukan sambilberdiskusi. Kau tentu masih ingat kisahkelahiran nabi Isa, bukan? Kalau kaumemperoleh kesempatan sepertibeliau, apakah engkau akan memilihuntuk dilahirkan di kandang? Atauapakah engkau akan memilih untukdilahirkan di rumah sakit kelas satubertaraf internasional? Yang mana?”“Apa tidak sebaiknya aku berpindah kerumpun bunga yang di sana itu? Akubisa bekerja lebih tenang.”“Apa perlu kusegarkan semangatmudengan menceritakan kembali kelahirannabi Isa yang diyakini sebagai sangMesias, sang Penebus, dan sangPenyelamat itu?”“Waduh, tidak bisakah engkaumenutup mulutmu sementara akubekerja?”

CERPEN

61

Page 62: PURAKASASTRA EDISI 3

“Begini ceritanya. Nabi Isa lahir karenaYang Maha Kuasa beranggapan bahwamoral dan perilaku manusia semakintidak karuan. Semua jenis larangan,yang disampaikan oleh para nabiterdahulu, dilanggar bahkan tidak jarangdijadikan rambu-rambu dan pedomanhidup. Kurang ajar tidak kalau sudahbegini? Maka dari itu, jika ternyatamemang engkau yang nanti dilahirkankembali di malam Natal, meskipunengkau tentu saja tidak akan menjadiNabi Isa ke II, tetapi paling tidak, engkaudapat meneladan kehendakNya danmenyebarluaskan gagasan danajaranNya.”

“Kalau ini baru bicara yang adamaknanya. Aku tidak boleh mengumpatlagi sekarang. Masalah ini terlalu seriusuntuk ditanggapi dengan kekesalan,apalagi umpatan. Tetapi … bukankahbelum pasti aku?”

Menjadi manusia adalah sebuahkesempatan. Kesempatan seperti iniakan berubah menjadi berkah dankarunia jika berguna bagi banyak orang.Begitu aku sering mendengar khotbahpara pendeta ketika dulu aku masihsering mendatangi kebun bunga didekat gereja. “Kau tahu, bukan? Kalauhari minggu banyak manusia pergi kegereja. Kau juga mungkin akan pergi kegereja, kalau hari minggu. Ada banyakjuga khotbah-khotbah yang menarik,bernas dan cerdas. Meskipun ya harusdiakui, ada juga khotbah yang konyol,menjengkelkan, dan tidak bermutu! Kauharus menjadi manusia yang berguna.

Teladani nabi Isa. Jalankan dan amalkansemua ajaranNya. Kau pasti menjadiberkah, kau pasti menjadi karunia!Tetapi itu kalau aku yang terpilih.”

Akhirnya tidak tahan juga dia. Jawabandan komentar yang diharapkan munculjuga meskipun belum seperti yangdiharapkan.

“Ya memang belum tentu engkau tetapisudah pasti salah satu di antara kita,bukan? Pembawa pesan belum pernahberbohong dan tidak akan pernahberbohong. Kita semua tahu ini! Makadari itu aku sekarang permisi, akankulakukan hal yang sama pada teman-teman yang lain. Aku tidak inginreinkarnasi pada malam Natal nantitidak menjadi berkah dan karunia bagiumat manusia. Mereka satu persatuharus kuingatkan bahwa setiap orangyang dilahirkan dimalam Natalmempunyai kesempatan yang luar biasahebatnya. Mereka harus siap mengubahkesempatan baik ini menjadi berkah dankarunia bagi sesama manusia.”

“Ya, engkau boleh melakukannya!”Kemudian si pengingat pesan dan ajaranterbang ke kuntum bunga yang lain. Disana ada banyak teman sedang sibukbekerja. “Selamat bertugas kawan!Ternyata di balik cerewetmu ada misimulia yang sedang engkau emban.Selamat, kawan!”

Lagu natal pun mulai sayup-sayup sampai ke taman itu. Holy night …Silent night …!

CERPEN

Oleh : Dr. Tri Budhi SastrioSeorang Doktor dalam bidang pendidikan bahasa dan budaya.

62

Page 63: PURAKASASTRA EDISI 3

PUISI

SURAT CINTA DARI JAUH

Kutitipkan sepucuk kata pada helai daun

Yang angin terbangkannya lintasi pohon kerinduan

Kupatahkan sepenggal pena dalam kalimat kiasan

Yang tinta mewarnanya pada lembar kosong tulisan

Belai aroma dalam kembang taman bahasa rasa

Yang penuh bunga bunga beraneka aksara

Surat ini kulampirkan di sepinya malam yang gulita

Sampaikan rindu yang sekian lama ku rasa di dada

Kau berselimut cinta

Wajah kekasih yang ku puja bermata jelita

Senyum mu mengembang rasa ingin mendekap mesra

Dalam bayangan ketika masa itu masih tak kendala

Kini, jurang waku memisahkan jarak pada kita

Yang jejak tak bisa lagi mengikuti keinginan rasa

Hanya lewati kertas saja ku sampaikan cerita

Tentang asmara yang merindukan di kejauhan kilometer menyita

Oleh : Hany Nuraeni Zulkarnaen

Pelabuhan Ratu 291114 SKB/WRK

63

Page 64: PURAKASASTRA EDISI 3

Sekumpulan Puisi, Sajak Tentang Sebuah BukuTrisnatun, M.Pd.

Secangkir Cincin, Kumpulan CeritaFenti Enawati

Rumah Yang Kita Sebut PelangiChaery Ma

64

Page 65: PURAKASASTRA EDISI 3

VIA DOLOROSA

Bagian dari cinta mana yang tak melukaiku

Batang-batang rindu yang kau tanam dulu

mengering bersama cambium cintaku disapu waktu

dahan-dahan rindu yang dulu menjelma panel surya

kini ia cuma bisa gugurkan daun-daun sendu

Bagian dari cinta mana yang tak melukaiku

angin agustus mengabar kekeringan

menggusah burung-burung di atas pohonan

terus-terusan merontokkan daunan

di taman batinku menjelma pekuburan

dan seperti kau tau, puan

menunggu membuatku seperti pepohonan

yang mengubur diri ke dasar bumi

tapi tak juga kuputuskan masuk ke jantung angin

justru sibuk menyiapkan kematian yang flamboyan.

Jombang, 21 September 2014

Oleh : Aditya Ardi N

PUISI

65

Page 66: PURAKASASTRA EDISI 3

Belajar Bisnis Ala RasullullahSelagi Mahasiswa, Why Not?

Wildan Fuady

Gagalnya CSR AgribisnisMulia Jaya. S.IP, M.SiNazia Ibrahim. S.IP

JAKARTA ARTSThe Complete 1st Season

Dimas Pettigrew

TAN MALAKA, GURU REVOLUSIONERPenggagas Pendidikan Kritis

Fridiyanto

66

Page 67: PURAKASASTRA EDISI 3

67

KAJIANSASTRA

BEDAH PUISIINVESTOR KOTOR

Investor KotorOleh : Wiwi Ardhanareswari

Beradu tinju memburu perdu

Tamu terjamu seribu candu

Mari sini mengisi kursi

Bersatu padu berburu madu

Mentri berdasi ingkari janji

Serdadu babu berbaju abu

Instansi kuasai isi konstitusi.

Inflasi kuasai negeri pertiwi

Page 68: PURAKASASTRA EDISI 3

68

KAJIANSASTRA

MARI KITA BEDAH PUISI INI !

Puisi sebagai karya sastra yang sarat akan makna, membius perhatian pembaca

dan penikmat sastra. Bagi para penikmat sastra khususnya puisi, tak cukup

hanya membaca sekilas sekadar menikmati dilidah saja. Sebagai salah satu

penikmat puisi, saya berusaha menelan dan mengolah pergulatan penulis puisi

menjadi bagian dari saya. Puisi berjudul, “Investor Kotor” ini memiliki daya tarik

tersendiri bagi saya. Kata per kata dari puisi ini menyimpan makna mendalam.

Namun, tak dapat berdiri sendiri tanpa rangkulan kata-kata lain yang

membentuknya menjadi kalimat mematikan. Mematikan di sini dalam arti begitu

telaknya menyentuh obyek yang dituju. Beralaskan semua ini, saya berkeinginan

membangun sebuah tulisan yang merupakan hasil pergumulan saya terhadap

puisi berjudul INVESTOR KOTOR karya Wiwi Ardhanareswari ini.

JUDUL

Judul puisi, “Investor Kotor”. Termasuk aliran puisi pasca Kontemporer. Nama

spesifikasinnya adalah Puisi rischjun, aliran sempurna. Puisi ini memiliki

identifikasi negatif terhadap perilaku para pelakon investasi. Terlihat dari kata

"Investor Kotor". Dengan akhiran-OR yang sama pada dua kata ini, perhatian

pembaca dicuri untuk menghirup luapan emosi dari penulis. Luapan emosi yang

membonceng identifikasi negatif ini, begitu terasa dengan penggunaan kata

"Kotor".Tajam, berani, lugas, dan tegas menyuguhkan ajakan yang menyentak

berbagai persepsi hingga menularkan tanda tanya di kepala pembaca.

Page 69: PURAKASASTRA EDISI 3

69

Inflasi kuasai negeri pertiwi

Jelas diketahui bahwa kata "inflasi" adalah kata serapan yang mengungkapkan

tentang keadaan. Nilai mata uang rupiah menurun akibat lajunya peredaran

uang (KBBI). Namun penulis di sini, ingin memberi nyawa pada kata inflasi.

Dengan kata lain, penulis menggunakan majas personifikasi. Penulis melihat,

bagaimana inflasi sebagai suatu keadaan, dapat mempengaruhi bahkan

menggerakkan para petinggi negara yang bertanggung jawab terhadap keadaan

ini. Kata "menggerakkan" ini, menunjukkan bahwa inflasi memiliki sifat layaknya

manusia, yaitu menguasai. Begitu jelas dan secara langsung digambarkan,

bagaimana kocar-kacirnya negeri pertiwi di bawah kekuasaan inflasi sebagai

penguasa.

KAJIANSASTRA

Tamu terjamu seribu candu

Pada baris kedua ini, penulis ingin mengibaratkan para investor yang dinilai

negatif di atas tadi sebagai tamu undangan. Undangan di sini berasal dari

ketertarikan para investor melihat peluang besar memperoleh keuntungan di

tengah situasi kacau negeri pertiwi. Inflasi menjadi jamuan istimewa yang

memberi candu untuk berpacu menyantap peluang investasi sebelum situasi

berganti.

Mari sini mengisi kursi

Kekesalanlah yang sesungguhnya ingin di tampakkan penulis sebagai salah

satu dari orang-orang yang prihatin akan keadaan negeri pertiwi. Ajakan di atas,

menegaskan kembali makna dari baris kedua. Penulis menggambarkan, betapa

menggiurkannya candu keadaan inflasi ini, sehingga banyak pihak yang

merasa diuntungkan. Namun, sedikit tempat yang ada akibat persaingan. Itulah

gemaan kata "Mari".

Bersatu padu berburu madu

Manis semanis madu keadaan ini. Perlu diingat, bahwa kemanisan hanya milik

para investor yang berhasil mendapat kursi. Namun, bagi penulis yang berpihak

pada kebenaran dan masyarakat pada umumnya, serta tahu akan permainan

yang dimainkan oleh pihak tertentu, madu ini bukan madu, melainkan buah yang

pahit. Inflasi sebagai penguasa, diincar eksistensinya oleh para investor kotor.

Mangsa buruan ini bukan untuk dijatuhkan, melainkan untuk memelihara

eksistensinya di atas negeri pertiwi. Tidak ada maksud lain selain menabung

hasil kerja kotor para investor, sebab mereka menganggap lebih lama, lebih baik.

Page 70: PURAKASASTRA EDISI 3

70

KAJIANSASTRA

Menteri berdasi ingkari janji

Sungguh dalam makna yang tersirat pada kata "Mentri berdasi". Dasi yang

disematkan sebagai busana khas para mentri ini melambangkan harapan serta

kepercayaan penuh masyarakat negeri pertiwi. Ikrar janji menyematkan

pandangan bahkan nilai positif bagi harga diri para mentri guna mendapat rasa

percaya masyarakat yang mahal. Tepat, jika janji berarti berdasi. Namun bila

ingkar janji berarti dasi menjadi tali untuk modal gantung diri. Fakta berbicara

lain. Janji tak lagi berharga sebagai amanah yang menuntun cara kerja para

mentri menghapus kesenjangan sosial. Situasi membutakan mata dan

merendahkan harga diri. Janji yang di dalamnya terdapat kepercayaan

masyarakat. Janji tak lagi cukup mengangkat harkat dan martabat yang

menjamin kesejahteraan hidup. Namun, ikut ambil kursi bersama para investor

kotor. Menambah keuntungan diri. Maka, para mentri berdasi ingkari janji.

Serdadu babu berbaju abu

Tak mau ketinggalan aksi para penegak hukum. Julukan abdi negara bagi para

serdadu, mengibaratkan mereka adalah babu bagi negeri pertiwi apa pun dan

siapa pun lawannya. Namun fakta malu berbicara lagi. Keadaan yang

menggiurkan mengakibatkan komitmen terhadap kebenaran menjadi abu

(warna). Tidak hitam, tidak putih. Tidak menolak negosiasi para investor dan

mentri. Namun, di mata masyarakat pun hukum serta kebenaran tetap terlihat

dijunjung tinggi. Abu tidak hitam, tidak juga putih. Dalam peribahasa,"sambil

menyelam, minum air”.

Instansi kuasai isi konstitusi.

Penulis lugas menembak dengan kata, semua pihak yang kehilangan

konsistensinya. Benar adanya instansi kepemerintahan yang dalam konteks ini,

kepemerintahan negeri pertiwi, menguasai isi konstitusi. Apa gunanya bagi

sebagian besar masyarakat mengetahui konstitusi negara ini. Anggapan lumrah

masyarakat ini, memberi ruang gerak bagi para instansi pemerintahan untuk

sesuka hati menggelindingkan ke sana-kemari konstitusi negara. Perilaku ini

berguna, agar keterlibatan mereka dalam kerja kotor para investor, tak

tertangkap kepolosan masyarakat luas.

Page 71: PURAKASASTRA EDISI 3

71

KAJIANSASTRA

Beradu tinju memburu perdu

Seperti tumbuhan perdu yang bercabang cabang, tumbuh rendah

dekat permukaan tanah (KBBI). Semua pihak beradu. Cabangnya

yang banyak menjadi kursi lowong bagi beribu investor kotor. Untuk

yang sudah memegang cabang, bukan berarti aman. Hidung singa

pemangsa lain, selalu mencium kelengahan mangsa yang telah

memegang cabang perdu. Terus dan terus diadu inflasi sebagai

pemegang kekuasaan. Entah siapa yang akan menang, selama

kepicikan masih membumi, terlihat di permukaan tanah, matahari

tetap memberi cahaya pada mata polos masyarakat, walau malam

dengan gelapnya terkadang membebaskan.

Kesimpulan

Ketertarikan akan karya sastra puisi memberi rangsangan

pada setiap pembaca agar tak merasa cukup dengan

mengecap keindahannya saja. Kecaplah, kunyahlah makna

setiap kata, dan telanlah agar dapat diproses sebagai

pergumulan ulang yang terjadi dalam diri kita sendiri.

Page 72: PURAKASASTRA EDISI 3

72

Purakasastra adalah media independen yang bertujuan untuk ikutmembangun dan memajukan dunia kesusastraan nasional.

Kami menerima semua bentuk sumbangan naskah untuk dapatdipublikasikan secara nasional melalui media ini. Sumbangantersebut dapat berupa kajian-kajian kesusasteraan, liputankegiatan sastra , tips-tips menulis, karya sastra, buku-buku sastra,dan lain-lain.