pupuk urea & padi

10
Budidaya Padi BioFob -Biost Produksi Tinggi Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalam upaya untuk mencapai swasembada beras. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang diperkirakan mencapai 41,5 juta ton atau 65,9 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2025. Sejak tahun 80-an, teknologi revolusi hijau telah memberikan hasil yang positif dalam peningkatan produksi tanaman padi. Namun demikian, beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi tersebut memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesuburan tanah. Hal ini ditandai dengan penggunaan pupuk kimia yang sudah mencapai tahap leveling off, dimana penambahan pupuk dengan dosis lebih tinggi tidak lagi mampu meningkatkan produktifitas secara nyata. Dampak lain dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia adalah ledakan hama dan penyakit tanaman yang sangat luar biasa sehingga biaya produksi menjadi sangat tinggi. Dampak negatif penggunaan pupuk kimia secara intensif terlihat jelas pada degradasi bahan organik tanah. Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa pada sentra produksi padi kandungan bahan organik lahan-lahan sawah sudah berada diambang batas minimum dimana kandungan kurang dari 2%. Hal ini mengakibatkan tingkat efektifitas pemupukan menjadi sangat rendah sehingga dosis rekomendasi pemupukan dari tahun ke tahun semakin tinggi. Sebagai contoh, penggunaan urea saat ini sudah mencapai 400 – 600 Kg/ha sedangkan hasil yang diperoleh tidak lebih dari 6 ton gabah kering panen per hektar. Upaya meregenerasi dan merevitalisasi tanah sangat perlu dilakukan dengan mengembalikan sumber energi dalam tanah. Salah satu teknologi saat ini yang banyak dikembangkan adalah teknologi HES (High Energy Soil) berbasis SRI (System of Rice Intensification). Teknologi ini menitikberatkan pada upaya pengembalian energi tanah melaluli penambahan bahan organik untuk meningkatkan keanekaragaman hayati sehingga tercipta aliran energi yang cukup untuk proses biokimia dalam tanah. Teknologi BioFOB merupakan salah satu pendekatan dalam meningkatkan keaneka ragaman hayati dengan penambahan bahan organik dan mikroorganisme bermutu yang terseleksi Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil) Pengembangan teknologi BioFOB-HES dalam budidaya padi sawah menitikberatkan pada empat komponen utama yaitu penambahan bahan organik, aplikasi pupuk hayati, pengendalian hayati/nabati dan

Upload: farisman-hidayah

Post on 07-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pupuk Urea & Padi

Budidaya Padi BioFob -Biost Produksi Tinggi

Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalam upaya untuk

mencapai swasembada beras. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang

diperkirakan mencapai 41,5 juta ton atau 65,9 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2025.

Sejak tahun 80-an, teknologi revolusi hijau telah memberikan hasil yang positif dalam peningkatan produksi

tanaman padi. Namun demikian, beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi tersebut memberikan dampak

negatif terhadap lingkungan dan kesuburan tanah. Hal ini ditandai dengan penggunaan pupuk kimia yang sudah

mencapai tahap leveling off, dimana penambahan pupuk dengan dosis lebih tinggi tidak lagi mampu meningkatkan

produktifitas secara nyata. Dampak lain dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia adalah ledakan hama dan

penyakit tanaman yang sangat luar biasa sehingga biaya produksi menjadi sangat tinggi.

Dampak negatif penggunaan pupuk kimia secara intensif terlihat jelas pada degradasi bahan organik tanah. Hasil

berbagai kajian menunjukkan bahwa pada sentra produksi padi kandungan bahan organik lahan-lahan sawah sudah

berada diambang batas minimum dimana kandungan kurang dari 2%. Hal ini mengakibatkan tingkat efektifitas

pemupukan menjadi sangat rendah sehingga dosis rekomendasi pemupukan dari tahun ke tahun semakin tinggi.

Sebagai contoh, penggunaan urea saat ini sudah mencapai 400 – 600 Kg/ha sedangkan hasil yang diperoleh tidak

lebih dari 6 ton gabah kering panen per hektar.

Upaya meregenerasi dan merevitalisasi tanah sangat perlu dilakukan dengan mengembalikan sumber energi dalam

tanah. Salah satu teknologi saat ini yang banyak dikembangkan adalah teknologi HES (High Energy Soil) berbasis

SRI (System of Rice Intensification). Teknologi ini menitikberatkan pada upaya pengembalian energi tanah melaluli

penambahan bahan organik untuk meningkatkan keanekaragaman hayati sehingga tercipta aliran energi yang

cukup untuk proses biokimia dalam tanah. Teknologi BioFOB merupakan salah satu pendekatan dalam

meningkatkan keaneka ragaman hayati dengan penambahan bahan organik dan mikroorganisme bermutu yang

terseleksi

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

Pengembangan teknologi BioFOB-HES dalam budidaya padi sawah menitikberatkan pada empat komponen utama

yaitu penambahan bahan organik, aplikasi pupuk hayati, pengendalian hayati/nabati dan pengelolaan air. Dengan

menggunakan teknologi ini maka akan mengefisienkan penggunaan pupuk an organik.

a.Penambahan Bahan Organik

Bahan organic mempunyai peranan sangat penting dalam pemupukan. Tanah yang mengandung bahan organic

yang cukup akan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menahan air dan hara sehingga tidak mudah hilang

melalui pencucian dan penguapan. Pada kandungan bahan organic kurang dari 2.5 %, proses pencucian hara sangat

sulit dikendalikan. sedangkan pada kandungan bahan organic kurang dari 2% kandungan unsur mikro sangat

rendah sehingga menggangu pembentukan enzim dalam tanah yang sangat dibutuhkan dalam proses bio kimia.

Penurunan bahan organic dari 3 % menjadi 2 % akan menurunkan kemampuan tanah dalam menyimpan unsure

nitrogen sebanyak 900 kg/ha.

Page 2: Pupuk Urea & Padi

Penambahan bahan organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan kompos jerami atau bahan organik lainnya. Pengomposan dilakukan dengan menggunakan inokulan berfungsi ganda seperti BioTRIBA yang mengandung inokulan T. lactae dan B. pantotkenticus. Mikroba ini dipilih karena sebagai dekomposer mampu menghasilkan kompos dengan mutu sangat baik dan dapat berfungsi sebagai agensia hayati, biofertilizer dan bioabsorb untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman. Pemberian OrganoTRIBA atau kompos yang telah dirpses dengan BioTRIBA dilakukan sebanyak 150 – 300 Kg/ha.

b.Penambahan Pupuk HayatiPenambahan pupuk hayati dimaksudkan untuk meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme yang menguntungkan khusus mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat dan penghasil fitohormon. Penambahan mikroba penambat nitrogen sangat diperlukan untuk meningkatkan efektifitas pemupukan N. Sebagaimana kita ketahui, untuk menghasilkan gabah 8 – 10 ton/ha diperlukan nitrogen yang cukup besar mencapai 200 – 300 kg N/ha. Pupuk hayati yang mengandung inokulan penambat N sangat diperlukan untuk mensuplai 50 – 75 % kebutuhan N sehingga aplikasi pupuk kimia tidak terlalu tinggi.

Salah satu pupuk hayati yang dapat digunakan adalah pupuk BIO PRIMA yang mengandung inokulan lengkap penambat nitrogen dan pelarut fosfat, pemantap agregat dan penghasil fitohormon.

c.Pengendalian Hama dan PenyakitPengendalian hama dan penyakit sedapat mungkin terhindar dari penggunaan bahan-bahan kimia. Penggunaan pestisida hayati dan pestisida nabati sangat diperlukan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Pengendalian penyakit secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan agensia hayati sedangkan pengendalian nabati dapat dilakukan pestisida nabati seperti Mitol 20 EC yang mengandung ekstrak cengkeh. Pengendalian hama secara hayati dapat digunakan inokulan Beauveria sp. seperti Mikoria dan produk sejenis.

d.Pengeloaan AirPengelolaan air sangat menentukan keberhasilan teknologi HES. Pengelolaan air sedapat mungkin menciptakan kondisi aerobik di dalam tanah untuk merangsang pertumbuhan mikroorganisme dan system perakaran yang banyak. Salah satu system pengairan yang perlu dalam teknologi HES adalah System of Rice Intensification (SRI) yang telah diteliti dan dikembangkan badan riset Departemen PU.

Metode Pelaksanaan Teknologi BioFOB-HESa.Persemaian benihSebelum benih disemaikan terlebih dahulu dilakukan seleksi benih dengan cara merendam benih dalam air. Benih yang mengambang lalu di buang. Benih yang baik kemudian diperam selama 24 jam. Setelah diperam benih diberi perlakuan dengan cara merendam benih dalam larutan yang mengandung Bio Triba 10 cc/liter air atau larutan yang mengandung BioFoB 20 cc/liter air selama 20 menit. Benih yang telah diperlakukan lalu disemaikan pada bedengan yang telah dipersiapkan. Bedengan dibuat dengan lebar 2 meter, tinggi 10 cm dan panjang sesuai dengan kondisi lahan. Sebelum disemai bedengan lebih dahulu ditaburi kompos OrganoTRIBA sebanyak 200 g/m2 bedengan. Pada umur 7 hari setelah semai benih dipupuk dengan menggunakan pupuk BIO PRIMA sebanyak 20 gram/m2.

b.Pengolahan lahanPengolahan lahan dilakukan seperti biasa. Setelah lahan diratakan dibuat saluran air disekeliling petakan dan dalam petakan dengan jarak 3 meter antar saluran. Dalam saluran air yang ideal diperkirakan 15 cm dengan lebar 20 cmApabila pada lahan terdapat banyak jerami perlu dikukan pengomposan dilapangan dengan menyemprotkan dekomposer yang dapat mempercepat pelapukan jerami. Pengomposan jerami dilakukan 7 hari sebelum dilakukan perataan lahan.

c.Pemupukan dasarPemupukan dasar dilakukan sebelum tanam dengan menggunakan kompos (Organo TRIBA) atau pupuk organik yang telah diolah dengan BioTRIBAsebanyak 150 – 300 kg/ha + 25 Kg pupuk HI

d.PenanamanPenanaman dilakukan pada saat bibit telah berumur 14 – 16 hari. Bibit ditanam sebanyak 1 – 2 tanaman per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm atau dengan menggunakan jarak tanam legowo 2 dengan jarak antar barisan 25 cm, dalam barisan 12.5 cm dan jarak legowo 50 cm.

e.Pemeliharaan TanamanPada umur 10 hari tanaman disemprot dengan pupuk organik cair 1 cc/liter yang dicampur dengan Mikoria (inokulan Beauveria sp.).

Pada umur 14 hari dilakukan penyiangan gulma secara manual dengan menggunakan alat penyiang.

Pada umur 15 hari dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk OrganoTRIBA 50 kg/ha + Urea 50 Kg/ha + Smart-SP 50 Kg/ha + KCl 25 Kg/ha

Page 3: Pupuk Urea & Padi

Pada umur 21 hari tanaman disemprot dengan inokulan Beauveria sp. (Mikoria) dan pupuk cair organik 1.5 cc/liter

Pada umur 30 hari dilakukan penyiangan kedua dengan cara manual atau menggunakan alat penyiang.

Pada umur 31 hari dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan urea sebanyak 50 kg/ha

Pada umur 45 hari dilakukan penyemprotan Mikoria 100g/ 15 liter air + pupuk cair organik 2.5 cc/liter.

Pada umur 60 hari dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Mikoria 100g/15 l (1 tangki)

Pada umur 70 hari dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Mitol 20EC sebanyak 3 – 5 cc/liter.

 http://meoriagro.com/index.php?option=com_content&view=article&id=75:budidaya-padi-biofob-biost-produksi-tinggi&catid=34:aplikasi-produk&Itemid=50

APLIKASI PUPUK DAN DOSIS PUPUK TANAMAN PADIPosted on 12 August 2011

TIGA TAHAP DOSIS PUPUK UNTUK TANAMAN PADIPenulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN di BANTEN )

Saya pernah bertanya pada seorang petani, nama petani itu Pak Karta. Pertanyaan saya ini, berkaitan dengan masalah pemupukan.” pak Karta, waktu pupuk tempo hari, dikasih pupuk apa aja?”” cuma urea aja, pak ““ kok cuma pupuk urea ?”“ nga punya uang tuk beli yang lain”” ohh gituu, tapi bapak pakai pupuk kandangkan?”” tahun ini, nga dikasih”” pas musim tanam kemarin, emang dikasih pupuk kandang apa, pak karta?” dikasih sih, tapi cuma 4 karung ayam petelor”” kalo jeraminya dimasukin lagi ke sawah nga pak?”” nga sih…. “

Di dalam hati saya, keluar kata, ” Innalillahi “. Kok bisa kata itu yang keluar?Kata Innalillahi adalah kata yang kita ucapkan bila kita atau orang lain mendapatkan musibah. Bukan sebatas ada orang meninggal saja, kalimat itu baru keluar dari mulut kita. Orang yang meninggal itu, salah satu bagian dari musibah.

Bagi saya, apa yang diceritakan pak Karta adalah musibah. Bukan saja bagi pak Karta tapi juga bagi sebagian besar petani di Indonesia. Pak Karta hanya mewakili saja kenyataan yang dialami sebagian besar para petani.

Saudaraku para petani,,,,

Page 4: Pupuk Urea & Padi

PUPUK KUJANG

Apa yang bisa kita harapkan dari usaha tani, bila kita sebagai petani mempersiapkan makanan bagi tanaman kita seadanya. Wajar saja bila hasil yang kita dapatkan pun seadanya juga.

Secara umum, tanaman butuh makanan, termasuk tanaman padi. Dengan makanan yang cukup, maka perkembangan fase vegetatif dan fase generatifnya akan tumbuh dengan baik. Bila kita sudah memberikan yang terbaik bagi tanaman maka tanaman akan mengeluarkan hasil terbaiknya buat kita. Jadi ada korelasi antara usaha tani yang baik dengan hasil yang baik.

Untuk tanaman padi, pola pemupukannya ( aplikasi ) dibagi dalam 3 tahap pemberian. Pada tulisan sebelumnya saya sudah menjelaskan 3 Macam Dosis untuk Tanaman Padi .

Kaidah umum pemupukan :

- Secara umum aplikasi untuk hara N adalah pupuk dasar 20 %, pupuk susulan ke-1 sebesar 40 % dan pupuk susulan ke-2 adalah 40 %. Mengapa pupuk dasar untuk hara N cuma 20 % ?? sebab tanaman padi yang berumur sekitar 8-12 hari masih kecil. Pertanyaannya : Apakah tanaman kecil dangan perakaran sedikit perlu banyak pupuk yang mengandung N? jelas tidak. Sedangkan untuk hara P dan K aplikasinya adalah sbg pupuk dasar 50 % dan pupuk susulan ke-1 sisanya 50 %. Mengapa banyak? sebab pupuk yang mengndung P atau K larut juga cuma waktunya agak lama.

- Bila pemakaian pupuk organik (terutama pupuk kandang banyak) maka penggunaan pupuk anorganik dapat dikurangi.

Sekarang marilah kita bahas 3 macan dan 3 tahap pemberiannya : ( jangan lupa memberikan pupuk kandang min 1 ton/ha sewaktu pengolahan lahan )

Page 5: Pupuk Urea & Padi

Cara Pertama,  300 kg pupuk NPK Ponska dan 150 kg pupuk Urea ( kandungan haranya 113 kg N, 45 kg P2O5 dan 45 K2O ) .

Pupuk dasar : 150 kg ponska. Ada 2 pendapat mengenai dosis ini, pertama diberikan pada awal tanam sampai 5 hst. Kedua, diberikan 8-14 hst. Saya pribadi lebih suka cara yang kedua. Mengapa? sebab pada umur 8-14 hst  perakaran padi sudah mulai berkembang dan siap menghisap pupuk yang diberikan walau jumlahnya sedikit. Makanya dosis kandungan N diawal tanam 1/2 dari dosis pupuk ke-1 dan ke-2.

Pernah saya bertanya pak seorang petani yang memberikan pupuk urea di awal tanam. “Pak, tanaman menghisap pupuk lewat akar kan?”

” ya pak”

“menurut bapak, anak-anak (bulu-bulu) akar pada bibit padi dah berkembang belum?”

“kayanya belum pak mantri”

“kalau bibit belum dapat menghisap pupuk lewat akar kenapa diberikan pak. Apalagi pupuk urea mudah menguap, mudah hilang”. Petani tersebut mengangguk setuju,,,

Untuk pupuk NPK ponska, pupuk ini punya nilai lebih sebab terdapat kandungan Sulfur sekitar 10 %. Salah satu fungsi sulfur ini adalah merangsang pertumbuhan tanaman-tanaman muda. Baca disini Fungsi Sulfur Bagi Tanaman.

Pupuk 150 kg Ponska/ha = 150 kg/10.000m2 = 15 kg/1.000 m2

Pupuk ke-1   : 150 kg ponska + urea 50 kg. Diberikan sekitar pekan  ke-3 atau 21 hst. Diberikan pada waktu selesai pengoyosan, sehingga anakkan yang dihasilkan bisa maksimal.

Pupuk Ponska 150 kg/ha = 150 kg/10.000m2 = 15 kg/1000 m2 ditambah Pupuk Urea 50 kg/ha = 50 kg/10.000 m2 = 5 kg/1.000 m2 .

Pupuk ke-2  : 100 kg urea. Diberikan sekitar 30-40 hst. Atau sebagai patokan sewaktu daun bendera atau daun terakhir keluar. Pada kondisi ini, tanaman padi membutuhkan energi ( baca pupuk ) dalam jumlah maksimal untuk menghasilkan malai.

Pupuk Urea 100 kg/ha = 100 kg/10.000m2 = 10 kg/1.000 m2.

Cara Kedua, 150 kg NPK Ponska + 300 kg pupuk NPK Kujang ( kandungan haranya 114 kg N, 40,5 kg P2O5 dan 46,5 K2O ). Sebaiknya ditambah 12 kg TSP

Pupuk dasar : 150 kg ponska

Pupuk ke-1   : 150 kg kujang + 12 kg TSP

Page 6: Pupuk Urea & Padi

Pupuk ke-2  : 150 kg kujang

Cara Ketiga, 250 kg Urea, 100 kg TSP, dan 75 kg KCL ( kandungan haranya 115 kg N, 46 kg P2O5 dan 45 kg K2O )

Pupuk dasar : 50 kg TSP + 40  kg KCL + 50 kg Urea

Pupuk ke-1   : 50 kg TSP + 35 kg KCL + 100 kg Urea

Pupuk ke-2  : 100 kg Urea

Oleh sebab itu, pemupukan yang kita berikan harus mengetahui tahap kebutuhan makanan tanaman. Dengan mengetahui kebutuhan tersebut maka pupuk yang kita berikan akan optimal diserap oleh tanaman. Sehingga pertumbuhan dan produksi yang kita harapkan akan maksimal. Dan  jangan lupa, pas pemupukan sebaiknya kondisi air di sawah dalam keadaan macak-macak.

Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

http://ceritanurmanadi.wordpress.com/2011/08/12/aplikasi-pupuk-dan-dosis-pupuk-tanaman-padi/

DOSIS PUPUK PADI YANG BERLEBIHANPenulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN BANTEN )

Saya sempat mendengar dari teman yang peduli dengan kondisi tanah, ada petani di Kerawang yang memakai pupuk sampai 700 kg per hektar.

Di dalam blog inipun, melalui pertanyaan-pertanyaan yang masuk ada sedikitnya 2 contoh yang memakai pupuk untuk tanaman padi secara berlebihan.

Dari zainul ahmadi :  Saya mau nanya mas, tapi sebelumnya saya minta maaf kalau pertanyaan saya nanti membingungkan karena saya kurang begitu pahan tentang dunia pertanian. Begini; mertua saya biasanya dalam menggunakan pupuk itu berlebihan menurut aplikasi yang biasa digunakan petani yang lain. contoh musim padi sekarang ini, pupuk dasar SP36 150 kg dan ZA 50 kg, susulan awal PONSKA 250 kg, susulan kedua UREA 250 kg(umur sebulan), dan nanti masih direncanakan lagi akan ada pemupukan lagi minimal 250 kg UREA. Bagaimana menurut mas, apakah itu berlebihan?, dan apakah kandungan unsurnya masih punya pengaruh baik untuk tanaman setelah padi?

Lihat, pupuk dasar 200 kg, pupuk ke-1 250 kg ponska, pupuk ke-2 sebesar 250 kg urea plus akan ada pupuk lagi 250 kg urea. Jadi total 950 kg !!!

Dari Budi : aslkum pak nurman..sy petani gurem yg miskin ilmu bertani.di daerah tmpt sy klau pakae standar pemupukn bpk yg dosis totalnya cuman 450kg kemungkinan hasilnya hnya 5ton/ha.karena mayoritas petani pemupukan min 700kg. itu penyebabnya apa n bagaimana solusinya?

Page 7: Pupuk Urea & Padi

Lihat, pupuk min 700 kg !!!

Mengapa para petani ada yang begitu royal terhadap pupuk kimia? padahal pupuk yang ada masih banyak disubsidi??

Apa penyebabnya? Jawabannya menurut saya karena mereka tak punya ilmu yang memadai. Dengan ilmu maka seseorang akan bijak dalam segala hal, dalam hal ini pemupukan. Oleh sebab itu diperlukan PPL yang memiliki ilmu yang memadai untuk memberikan pencerahan bagi para petani.

Kalau penyebabnya menurut petani, dengan pemupukan yang tinggi maka hasil akan tinggi pula? Tidak juga. Bahkan berdasarkan pengamatan dan info yang yang dapat dengan pemupukan berimbang didapatkan hasil yang maksimal.

Bukankah dng pupuk yang tinggi akan berbiaya mahal??

Untuk solusinya menurut saya :

- Selama ini Tanah Sawah Sakit ( kurang bahan organik/pupuk kandang dan pupuk kimia tinggi ) maka jadikan Tanah Sawah Sehat.

- Pemperbaiki  cara Pengolahan Lahan . Bagaimana? Jerami/sekam dikembalikan lagi ke sawah,  berikan Bahan Organik ( pupuk kandang )  minimal 1-2 ton/ha supaya tanah gembur, mudah dibelah, C/N rasio tinggi, pertukaran oksigen lancar dll. Berikan kesempatan tanah untuk istirahat, jangan langsung selesai dibajak kemudian 1-3 hari langsung ditanam.

- Selama ini tanah sawah miskin unsur hayati maka tambahkan unsur MO  seperti EM4, Organox dll (menambah unsur hayati dan membantu penyerapan hara)

- Selama ini Bibit-Bibit Padi yang dihasilkan kecil maka jadikan bibit yang tumbuh besar dan sehat. Caranya : Pakai Benih Bermutu, Perbaikan Tempat Pembibitan, Sistem Tanam yang sehat dan Melakukan Pengairan Berselang.

- Mengapa anakan padi sedikit, hama penyakit mudah berkembang, produksi kurang maksimal. Maka rubah sistem tanam yang acak-acakan dengan cara Legowo. Jelaskan manfaat sistem tanam ini.

- Gunakan PEMUPUKAN yang berimbang sebab pupuk adalah makanan tanaman. Berikan informasi Jenis-Jenis Pupuk, Dosis Pupuk, Aplikasi Pemupukan, dan Cara Menghitung NPK ke dalam pupuk tunggal.

- Gunakan metode POPTT ( Pengendalaian Organisme Pengganggu Tanaman Terpadu). Berikan pemahaman bahwa yang disebut pengendalian ada tahapannya : pra- serangan, pasca serangan (pertama, pakai pestisida organik. Kedua, pakai pestisida anorganik). Kenalkan apa itu musuh alami, jenis-jenis musuh alami, dll

Page 8: Pupuk Urea & Padi

Bila hal-hal di atas kita terapkan, maka dengan pupuk sesuai anjuran  maka bisa didapatkan hasil yang maksimal.

Bahkan dengan pupuk 300 NPK + 2,5 – 3 ton/ha granular pupuk organik sudah bisa memberikan hasil yang baik bagi tanaman padi sawah.

http://ceritanurmanadi.wordpress.com/2012/03/10/takaran-pupuk/