pulp capping tutorial

35
1. Bahan Bahan yang disebut dengan istilah Resin Modified Calcium Silicate (RMCS) ini merupakan light-cured flowable resin yang pertama yang mengandung kalsium silikat (MTA) yang berperan sebagai "apatite stimulating" yang selanjutnya akan melindungi dan merevitalisasi jaringan pulpa. Resin Modified Glass Ionomer (RMGI) sampai saat ini merupakan bahan yang paling populer untuk tujuan ini. Namun karena sifatnya yang terlalu asam RMGI tidak bisa diletakkan langsung ke pulpa terbuka dan tidak dapat memberikan efek yang dibutuhkan gigi dan yang diharapkan dokter gigi. RMCS kini telah menjadi jawaban untuk masalah ini. RMCS diindikasikan untuk perawatan direct maupun indirect pulp capping, ataupun sebagai base dari suatu restorasi gigi. MTA sendiri merupakan bahan yang telah teruji efektivitasnya melalui banyak penelitian. MTA yang terkandung di dalam RMCS ini memiliki peran sebagai berikut: 1. Menyediakan ion reparatif. 2. Menciptakan suasana lingkungan yang bersifat alkaline untuk mempercepat penyembuhan jaringan. 3. Cepat membentuk ikatan dan seal. 4. Menstimulasi hidroxyl-apatite dan pembentukan jaringan dentin sekunder. Aplikasi bahan ini pun cukup mudah yaitu langsung diaplikasikan ke dalam kavitas melalui siringnya dengan ketebalan bahan kira- kira 1 mm lalu dikeraskan dengan penyinaran. Bahan pun langsung

Upload: iradatul-hasanah

Post on 03-Aug-2015

214 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pulp Capping Tutorial

1. Bahan

Bahan yang disebut dengan istilah Resin Modified Calcium Silicate (RMCS) ini merupakan

light-cured flowable resin yang pertama yang mengandung kalsium silikat (MTA) yang berperan

sebagai "apatite stimulating" yang selanjutnya akan melindungi dan merevitalisasi jaringan

pulpa.

Resin Modified Glass Ionomer (RMGI) sampai saat ini merupakan bahan yang paling populer

untuk tujuan ini. Namun karena sifatnya yang terlalu asam RMGI tidak bisa diletakkan langsung

ke pulpa terbuka dan tidak dapat memberikan efek yang dibutuhkan gigi dan yang diharapkan

dokter gigi. RMCS kini telah menjadi jawaban untuk masalah ini.

RMCS diindikasikan untuk perawatan direct maupun indirect pulp capping, ataupun sebagai base

dari suatu restorasi gigi. MTA sendiri merupakan bahan yang telah teruji efektivitasnya melalui

banyak penelitian.

MTA yang terkandung di dalam RMCS ini memiliki peran sebagai berikut:

1. Menyediakan ion reparatif.

2. Menciptakan suasana lingkungan yang bersifat alkaline untuk mempercepat penyembuhan

jaringan.

3. Cepat membentuk ikatan dan seal.

4. Menstimulasi hidroxyl-apatite dan pembentukan jaringan dentin sekunder.

Aplikasi bahan ini pun cukup mudah yaitu langsung diaplikasikan ke dalam kavitas melalui

siringnya dengan ketebalan bahan kira-kira 1 mm lalu dikeraskan dengan penyinaran. Bahan pun

langsung mengeras dan tidak mudah terhapus oleh semprotan angin maupun air.

Saat ini baru ada satu produk dari bahan RMCS ini yaitu Theracal LC yang diproduksi oleh

Bisco Dental Products.

Dental Tribune:  Theracal LC pulp capping material and liner

http://www.gigisehatbadansehat.com/2011/12/bahan-baru-untuk-terapi-pulp-capping.html

Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan eugenol, kemudian

diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan konsistensi pasta.

Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun

kalsium hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated

para chlorophenol, metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni

Page 2: Pulp Capping Tutorial

2. Teknik Pulp Capping

· Indirect Pulp Capping

Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies

profunda. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor

bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak

sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasanya dipakai

adalah Zinc Okside Eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakkan didasar

kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan jaringan pulpa akan

berekasi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar

perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar

pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya

adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa

(Pulpotomi).

· Direct Pulp Capping

Direct Pulp Capping juga digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang mendalam

mendekati pulpa tapi tidak ada gejala infeksi.

Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa.

Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan

di dekat pulpa dan selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lapisan

pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi

direstorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika

membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka

harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.

Langkah-Langkah Pulp Capping:

Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.

Isolasi gigi: Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan

saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.

Page 3: Pulp Capping Tutorial

Preparasi kavitas.: Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm

(yaitu kira-kira 0,5 mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan

hentikan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.

Ekskavasi karies yang dalam: Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-

mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan

bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp

capping.

Berikan kalsium hidroksida.: Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas

yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.

http://paradipta.blogspot.com/2011/02/perawatan-pulpcapping-pulpektomi-endo.html

Prosedur perawatan pulp Capping secara Umum

a. Pada lapisan dentin yang keras

I kunjungan pertama

1. Asepsis

Berbagai bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuag dan mengahancurkan

kontaminan bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan karet sekelilingnya. Bahan kimia

yang dipakai antara lainalkohol, senyawa ammonium kuaterner, natrium hipoklorit, ioium

organic, garam-garam merkuri, dan hydrogen peroksida. Teknik yang efektif adalah sebagai

berikut:

1. Plak dibuang dengan karet dan pumis

2. Pemasangan isolator karet

Pemasangan isolator karet merupakan hal yang harus dilakukan . pemasangan isolator karet pada

gigi normal, dengan beberapa latihan, hanya memerlukan waktu kira-kira setengah menit.

Walaupun demikian dipraktek pribadi masih jarang dilakukan pemasangan isolator karet ini.

Keuntungan pemakaian isolator karet ini adalah:

a. Mencegah tertelannya instrument endodontik yang digunakan.

b. Daerah kerja kering dan jelas serta mudah didesenfeksi.

c. Melindungi gusi, lidah dan pipi dari trauma iatrogenic.

d. Mempersingkat waktu perawatan yang dilakukan dokter gigi.

Page 4: Pulp Capping Tutorial

Sedangkan kerugiannya adalah:

a. Mempersulit foto rontgen

b. Dapat terjadi trauma pada papilla gingival.

Isolator karet terdiri dari:

a. Lembaran Karet

Ada yang berwarna terang dan gelap. Warna gelap membuat daerah kerja menjadi lebih jelas

tetapi kurang baik untuk pengambilan foto rontgen.

Ketebalan dari lembar karet ada bermacam-macam.

b. Bingkai

Bingkai isolator karet terbuat dari logam dan plastik. Gunanya untuk menahan atau meregang

lembaran karet yang digunakan. Saat ini yang sering dipakai adalah Starlite visiframe.

c. Cengkram

Untuk setiap elemen gigi mempunyai cengkeram tersendiri.

1. Permukaan gigi, cengkeram, dan karet di sekelilingnya diulas dengan hydrogen peroksida 30

%

2. Permukan dioles dengan desinfektan iodium tinktur 5%, natrium hipoklorit juga bisa

digunakan untuk menggantikannya.

Sterilisasi instrument

Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi bakteri berarti

menghilangkan organisme vegetative yang menyebabkan penyakit. Instrument yang digunakan

dalam perawatan endodontik memerlukan disinfeksi, tetapi hal ini tidak begitu memuaskan

Karena tiga alas an yaitu:

1. Metode disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi organisme yang

dapat menyebabkan penyakit.

2. Organsme yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan penyakit jika

memperoleh tambahan jaringan yang nekrosisatau rusak yang terdapat dalam ruang pulpa atau

region periapeks.

3. Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan hepatitis Bdari satu

pasien kepada yang lainnya, kecuali dilakukan sterilisasi.

Oleh kerena itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis, semua instrument

Page 5: Pulp Capping Tutorial

yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih dahulu. Selain itu, harus diingat

bahwa semua instrument yang hendak di sterilisasi harus digosok dan dibersihkan terlebih

dahulu dengan deterjen dan air karena jika terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang

lainnya, dapat menghambat jalannya sterilisasi.

Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan endodontik ini, seperti:

1. Autoklaf

2. Oven udara panas

3. Pemanas kering

4. Sterilisasi garam panas

2. Pembersihan jaringan karies

Kedalaman penetrasi lesi karies bukanlah memberi pengaruh yang bermaknapada ragangan akhir

preparasi. Bila ragangan preparasi hamper selesai dibuat maka dilakukan evaluasi pengukuran

penetrasi lateral dari karies dengan menggunakan sonde. Jika ada karies dentin yang besar,

eksavasi tidak menghilangkan karies yang terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan

dengan menggunakan bur bulat atau eksavator genggam. Bila digunakan dengan bur, sebaiknya

bur kecepatan rendah untuk mencegah pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata burnya harus

besar dan disesuaikan dengan besar gigi dan besar karies dentin yang tertinggal. Sewaktu karies

dentin ini disingkirkan, warna dan tekstur dentin yang tinggal dapat digunakan sebagai penuntun

untuk mengetahui preparasi yang tepat

3. Membersihkan permukaan preparasi

Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh sisaselapis tipis

debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat mengganggu kemapuan adaptasi

terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau

yang lebih buruk lagi, tidak begitu nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian

pula, sifat optimal semen gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh

kebersihan permukaan preparasi pada waktu penambalan.

Natrium hipoklorit (NaOCl) dalam berbagai konsentrasi adalah irigan yang paling popular dan

paling dianjurkan. Larutan ini tidak mahal, mudah diperoleh, mudah dipakai dan memperoleh

rating yang tinggi dalam penelitian. Penelitian in vitro mengindikasikan bahwa NaOCl

Page 6: Pulp Capping Tutorial

melarutkan jaringan dengan mudah, eksperimen pada gigi cabutan dan penggunaan kliniknya

tidak begitu mengesankan. Didalam saluran akar, irigan tidak akan berkontak secara luas dan

intim dengan semua daerah jaringan. Selain itu, irigan tidak mempunyai akses yang cukup

kedaerah yang terpencilmdan derah-daerah yang mengalami penyimpangan anatomi dan oleh

karenanya aka nada daerah-daerah yang debridementnya tidak bisa dilakukan dengan baik.

Sedangkan Pemakaian peroksida hydrogen (H2O2)sendiri tidak bermanfaat. Cara ini dahulu

pernah popular dan bermanfaat tapi karena ada efek berbusanya larutan akibatnya terbentuk O-

nasen yang memudahkan pembersihan debris ternyata, peningkatan debridement dengan cara ini

tidak terjadi.

Teknik Irigasi

Jarum. Tersedia berbagai tipe jarum walaupun tidak ada satu pun yang tepat. Yang penting

adalah ukurannya yang harus kecil. Lebih disukai berukuran 27 atau 28. Jarum ukuran ini

berpotensi untuk berpenetrasi lebih dalam sehingga pengeluaran lautan dapat lebih baik

demikian juga pembersihan debrisnya. Jarum yang lebih kecil cenderung menjadi tersumbat;

kecenderungan ini dapat diminimalkan dengan aspirasi setiap setelah irigasi.

Pemakaian. Faktor yang paling penting adalah penetrasi jarum dan volume irigasi. jarum yang

kecil, bersama-sama dengan irigasi yang banyak akan menghasilkan pembilasan yang lebih baik.

4. Menempatkan Subbase:

Bahan Subbase

• Ca(OH)2

Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping yang paling populer

sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak kekurangan di antaranya pada pH

12,5 menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi terutama pada lapisan superfisial pulpa. Efek

toksik dari kalsium hidroksida yang kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih

dalam, justru menyebabkan nekrosis koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital,

menyebabkan iritasi ringan pada pulpa. Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel defectt pada

pembentukan jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya bakteri dan memperlambat

proses kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, perlu mempercepat kesembuhan dengan

memicu proses regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul pensinyal untuk

memulai kaskade siklus sel agar terjadi mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk dentin

Page 7: Pulp Capping Tutorial

reparatif. 

Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1 suatu growth factor sebagai molekul pensinyal pada

perawatan direct pulp capping. Suatu pendekatan baru berbasis pengertian mekanisme seluler

dan molekuler pada regulasi dentinogenesis. Pemberian TGF - β 1 mempengaruhi respons

inflamasi yang meliputi: meningkatkan infiltrasi sel inflamasi, menurunkan perdarahan,

vakuolisasi, nekrosis dan angiogenesis. Pemberian TGF- β1 meningkatkan aktivitas fibroblas

yang meliputi: meningkatkan stellate fibroblast, odontoblastoid, mineralisasi, fosfatase alkali dan

sintesis kolagen tipe I. Pada pemberian TGF- β1, peningkatan sintesis kolagen tipe I disebabkan

oleh peningkatan diferensiasi odontoblastoid dan seiring dengan berjalannya waktu, kolagen tipe

I disintesis makin banyak.

(http://www.adln.lib.unair.ac.id/print.php?id=gdlhub-gdl-s3-2007-prijambodo-

5314&PHPSESSID=3f8e215d0335af1a5410155655b2db9f)

Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium hidroksida

diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium di atas dentin yang baru dipotong

atau sebagai insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling

populer karena bahan ini dapat dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan

ini dipakai dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum

penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik bahan ini harus

ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari noda-noda yang berserakan di semua

tempat. (Baum, 1997)

Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang diperlukan. Ukuran dan

lokasi preparasi menentukan instrumen yang paling tepat. Bagian belakang eskavator yang kecil

dapat digunakan dalam penempatan semen. Instrumen yang efektif adalah aplikator yang

berbentuk seperti sebuah sonde dengan bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat

dicelupkan setengah ke dalam campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas

(atau permukaan “atas”). Jika lebih dari setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut tidak akan

tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus mengalir ke tangkai instrumen.

Preparasi amalgam dan resin akan mempunyai underkut retentif pada dentin. Ada kecenderungan

yang kuat bahwa bahan pelapik, seperti misalnya Dycal, kunci mekanis untuk retensi. Bila hal ini

terjadi, alat-alat eksplorer atau pemotong digunakan untuk membuang bahan dari sisi retensi

setelah bahan itu mengeras.

Page 8: Pulp Capping Tutorial

Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus ditempatkan

langsung setelah pencampuran. Temperatur mulut mempercepat reksi pengerasan ini.

Kelembaban yang meningkat juga akan mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini disebabkan

karena tidak memakai isolator karet. (Baum, 1997)

• Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang dikembangkan di

Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang baik, tidak bersifat toksik,

tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah memanipulasikannya, tidak terpenganih

terhadap adanya kontaminasi darah, tidak larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan

keras (tulang dan sementum). Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih

radiopak dari dentin schingga mempermudah membedakannya daJam radiografi. Karena sifat-

sifatnya ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu: sebagai

perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan direct pulp capping

Contohnya : Ca(OH)2 / ZOE

Menempatkan pasta Ca (OH)2 (lihat gambar)

Cara penempatan pasta Ca(OH)2

penempatan semen oksida seng eugenol

5. Melapisi subbase dengan base 

BASE dan liner. 

Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal untuk menggantikan

dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik. (Eccles &

Greene, 1994 : 78). Bahan basis berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia,

menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan semalam

pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan pelindung sebelum merestorasi bergantung pada

perluasan lokasi preparasi dan material restorasi yang akan digunakan. Karena memiliki tujuan

yang sama, liner dan base tidak dibedakan secara jelas. (Baum dkk, 1997 ; 154)

Liner merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier untuk melindungi dentin

dari reaktan residual yang berdifusi keluar dari restorasi/cairan rongga mulut yang dapat

Page 9: Pulp Capping Tutorial

menembus interface gigi-restorasi. Liner juga sebagai penyekat elektrik material metalik,

memberikan perlindungan thermal dan medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan

restorasi metal yang luas ke pulpa yang tidak berikatan dengan struktur gigi seperti amalgam,

cast gold, atau restorasi indirect. 

Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal untuk pulpa dan

menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan stress local dari

restorasi ke permukaan dentin di bawahnya. Basis memberikan perlindungan bagi pulpa :

- Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi

- Insulating base : melindungi pulpa dari shock termal

- Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury

(Gatot Sutrisno, 2006)

Macam-macam basis :

Vernis

Bila digunakan tambalan amalgam atau emas, preparasi tersebut harus dilapisi dengan vernis

kavitas. Vernis kavitas bisa resin alami atau sintetik yang dilarutkan pada pelarut ester atau

kloroform. Kemudian pelarut akan menguap dan meninggalkan lapisan tipis pada preparasi

kavitas yang merupakan balut terhadap dentin yang terpotong. Vernis kavitas fungsi utamanya

adalah mengurangi kebocoran mikro yang terjadi seperti seperti pada restorasi amalagam. Vernis

kavitas ini menghambat kebocoran mikro selama beberapa minggu pertama sampai produk

korosi terbentuk. Sensitivitas yang dirangsang oleh penetrasi cairan atau debris akan sangat

berkurang. Selain itu, bila restorasi mengiritasi, seperti seng fosfat,vernis dioleskan untuk

mencegah penetrasi asam ke dentin dan pulpa.

Selapis vernis yang diletakkan dibawah restorasi logam bukan merupakan isolator panas yang

baik walaupun vernis memiliki konduktivitas panas yang rendah, bila ditempatkan dengan baik,

ketebalan lapisan tersebut hanyalah berkisar 4 mikrometer sehingga terlalu tipis untuk menyekat

panas.

Kalsium Hidroksida

Vernis tidak digunakan bila restorasi tersebut adalah komposit atau resin nirpasi. Begitu resin

berkontak dengan vernis, polimerisasi resin dapat menghambat sehingga menghasilkan

perlunakan pada permukaa antara vernis dan resin.

Suatu bahan yang secara ektensif digunakan untuk perlindungan pulpa tidak hanya dibawah resin

Page 10: Pulp Capping Tutorial

tetapi dibawah seluruh bahan restorasif adalah kalsium hidroksida. Bahan ini sangat efektif

dalam pembentukan dentin sekunder. Dentin sekunder merupakan bantuan yang penting dalam

perbaikan pulpa. Dentin tersebut nantinya akan melindungi pulpa dari iritan-iritan seperti produk

toksik dari bahan restorasi.

Semen kalsium hidroksida yang dipasarkan biasanya disediakan dalam 2 pasta. Pasta ini

mengandung 6 atau 7 bahan lain yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu.

Bahan-bahan ini pada umumnya memberikan respon pulpa yang khas terhadap kalsium

hidroksida. Bahn ini memiliki kekuatan dan kekerasan yang sangat baik sehingga digunakan

sebagai fondasi untuk bahan tambalan dan cocok untuk kerusakan yang diakibatkan oleh lesi

karies profunda.

Prosedur Peletakan Pelapik dan Basis

Vernis

Pemilihan merk vernis didasarkan pada kerusakan pribadi dan karakteristik manipulasi bahan

tersebut. Hal yang terpenting adalah untuk mendapatkan suatu lapisan yang merata dan tidak

terputus-putus diatas seluruh permukaan kavitas yang dipreparasi. Sedikitnya ada 2 lapisan yang

harus dioleskan. Mengeringnya lapisan pertama akan meninggalkan lubang-lubang kecil dan

lapisan kedua megisi rongga-rongga tersebut dan menghasilkan lapisan yang lebih homogen. 

Vernis harus mempunyai viskositas yang encer, bila terlalu kental maka tidak akan membasahi

gigi dengan baik sehingga memungkinkan kebocoran mikro diantara gigi dan vernis. Oleh

karena itu selama tidak dipakai vernis tidak dipakai maka botol vernis harus ditutup rapat. Dan

bahan pengencer yang biasanya digunakan adalah eter atau kloroform.

Vernis dioleskan pada dinding preparasi dengan menggunakan kapas kecil dan dikeringkan

dengan menggunakan angin. Pengolesan vernis dengan menggunakan kapas kan pinset, apabila

kavitas terlalu kecil bisa menggunakan sonde. Namun akan lebih efektif jika menggunakan

reamer saluran akar sebagai pembawa.

Semen

Bermacam-macam bahan untuk basis dan pembalut (dressing), diantaranya :

semen oksida seng eugenol (ose), semen seng fosfat, semen polikarboksilat, semen ionomer

kaca.

Page 11: Pulp Capping Tutorial

a. Semen Oksida Seng Eugenol

Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan,

berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini sering dipakai karena bersifat paling

sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa

dan dapat meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungna terhadap pulpa. 

Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena itu produk OSE

diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat. 

Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad dibanding glass

lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes eugenol dan diaduk sampai

mencapai suatu tekstur yang seperti kental yang bila dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil

kira-kira seukuran biji wijen dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati

kedalam kavitas. Hindari mengenai tepi-tepi kavitas.

Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat untuk ”menekan”

bahan tersebut dan membentuknya di dalam kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung lengket

ke instrument logam atau plastik, karena itu kapas harus kering. Penambahan bahan sisa

dilakukan berulangkali dengan cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.

b. Semen Seng Fosfat (ZP)

Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa. Terdiri atas bahan

bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan cairannya adalah asam ortho phosporik,

garam-garam logam dan air. Pemakaian utama dan tradisional dari bahan ini adalah untuk

merekatkan restorasi-restorasi pengecoran gigi dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan

kekuatan compresi yang besar. Semen posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan

tanpa perlindungan varnish atau jenis bahan basis lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa

yang irreversible.

Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu basis, dapat

menahan dari trauma mekanis dan memberi perlindungan yang baik dari rangsangan panas tetapi

semen ini mudah pecah dan tidak baik untuk tambalan sementara.

c. Semen Polikarboksilat

Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada komponen kalsium

dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki potensi untuk adhesi klinis ke ion

kalsium pada email dan dentin. Karena bahan ini cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan

Page 12: Pulp Capping Tutorial

upaya mengaduk semen hingga menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk

semen ini sama dengan semen seng phospat bubuk mengandung oksida seng dan sejumlah kecil

oksida magnesium. Pada saat ini oksida magnesium sering digantikan dengan oksida stanic dan

stanius flourida untuk memodifikasi waktu pengerasan dan meningkatkan kekuatan dan

karakteristik manipulasinya. Cairannya adalah asam poliakrilik dan air. pH semen

polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat tetapi respon pulpanya mirip

dengan semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin untuk tingkat iritasi yang rendah adalah

ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi melalui dentin dan penarikannya

terhadap protein yang dapat membatasi difusinya melalui tubulus dentin.

d. semen silikophospat

semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen silikat, sering disebut

sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen silikat dan 10 % semen seng fosfat.

Dengan adanya kandungan florida dalam bagian silikat dari bubuk tersebut, semen ini

memberikan pencegahan karies sekunder. Dari titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko

fosfat sering merupakan bahan semen pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk

perlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.

e. semen ionomer kaca (GI)

karena sifat biologis dari GI yang baik dan memiliki potensi perlekatan kekalsium yang ada

didialam gigi, ionomer kaca terutama digunakan sebagai bahan restoratif untuk perawatan daerah

erosi dan sebagai bahan penyemenan. Selain itu GI digunakan sebagai basis walaupun bahan

tersebut sangat sensitif terhadap air dan membutuhkan daerah yang kering.

Komposisi

GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya yaitu likuid (cairan) dan bubuk.

Bubuk

Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :

• Silica 41.9%

• Alumina 28.6%

• Aluminium Fluoride 1.6%

• Calcium Fluoride 15.7%

• Sodium Fluoride 9.3%

• Aluminium Phosphate 3.8%

Page 13: Pulp Capping Tutorial

Likuid

Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-50%.

Pelapik ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama adalah sistem bubuk-cairan konvensional serupa

dengan semen tipe 2. tipe 2 adalah ionomer kaca yang dikeraskan dengan sinar, bagian bubuknya

berisi unsur partikel kaca konvensional yang larut asam ditambah aselerator foto- aktivasi.

Cairannya dalah larutan cair asam poliakrilat atau kopolimer, gugusan grup metakrilat. Kedua

unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke kavitas, dan kemudian disinari dengan sinar pengeras

resin. Sinar mengaktifkan akselerator, menghasilkan radikal bebas dan gugusan grup metakrilat

akan mengeras dengan cara saling menempel. Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah,

untuk perekat perantara antara gigi dengan tambalan komposit. Pada dasarnya semen ini sebagai

bonding terhadap dentin.

6. Penumpatan sementaraa 

Tujuan Restorasi Sementara

Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal hermetik yang baik di atas

pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa mengganggu bagian oklusal dan

periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai. Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus

estetik serta fungsinya.

Tujuan restorasi sementara :

• Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit atau ketidaknyamanan

bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien

selama periode waktu yang singkat.

• Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.

• Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan cara merestorasi

titik kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.

• Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.

• Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak mempersulit pembersihan

mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika kavitas dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva

akibat sulit menjaga kebersihan mulut.

Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan lama, yakni :

1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah

tidak lebih baik lagi sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan.

Page 14: Pulp Capping Tutorial

Sebaliknya, kuspa mungkin perlu dikurangi dan diberi pelindung (capping).

2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensi dari inti dan sisa dentin yang masih ada. Jika

intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran akarnya dengan

memakai pasak. Namun pasak ini akan melemahkan dan mungkin menyebabkan operforasi

sehingga hendaknya dipakai jika diperlukan untuk retensi inti.

3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk memproteksi kuspa

yang tidak terdukung supaya bisa menghindari terjadinya fleksur dan fraktur. Restorasi didesain

demikian rupa sehingga beban fungsional dapat ditransmisikan melalui gigi ke jaringan

penyangga.

Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama, tekanan oklusal dan

keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya jaringan gigi yang hilang.Restorasi

sementara harus bertahan satu sampai beberapa minggu.

Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antaralain: 

Bahan pertama yaitu cavit G( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang mengandung calcium

sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv waktu mengeras, karena

penggunaanya mudah dan mempunyai kerapatan yang baik dengan dinding kavitas, digunakan

untuk waktu antar kunjungan yang singkat, kekuatan komprehensifnya yang rendah dan mudah

hilang oleh pemakaian. Cara meletakkan kekavitas adalah sebagaian demi sebagian pada dinding

kavitas dengan instrument plastis (system incremental), kelebihan bahan dibuang dan permukaan

tumpatan dihaluskan dengan kapas basah. Setelah penumpatan sebaiknya gigi tidak dipakai

untuk mengunyah paling tidak selama 1 jam. Menurut Wilrdman (1971). Kualitas penutupan

cavit G kelihatannya berdasarkan kemampuan bahan untuk mengembang saat mengeras. Cavit G

adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat mengeras dalam susasana lembab. Karena itulah,

hendaknya jangan digunakan pada gigi vital karena dapat mengeringkan dentin dan dengan

demikian dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi (cit. Grossman,dkk,1995)

Bahan kedua adalah IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan sementara yang

mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin. Bahan ini cukup untuk baik

digunakan walaupun kerapatannya kurang bila dibandingkan dengan cavit G. teknik

peletakkannya sama dengan bahan pertama. Semen ini diindikasikan diregio yang sukar diisolasi

seperti karies interproksimal subgingiva tetapi yang tidak memerlukan pemanjangan mahkota

atau gingivektomi. Semen ini harus tetap mempertahankan kontak proksimal atau jika struktur

Page 15: Pulp Capping Tutorial

gigi hanya tersisa sedikit, semen harus dikontur sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan

impaksi makanan.

Bahan yang ketiga adalah dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman) merupakan bahan

tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas. Pada saat bentuknya cair, sewaktu

mengaplikasikannya harus dihindarkan dari tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila

terkena saliva. Bahan ini mempunyai stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan juga sangat

rapat dalam menutup kavitas terutama bagian tepinya. Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi

warna yaitu warna gading untuk pemakaian normal, warna merah jambu untuk pemakaian yang

keras dan warna biru untuk kasus yang membutuhkan campuran arsenik

7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan

sementara

a. Tes termal panas

Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau tidak.

Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh dari guta perca yang

dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal gigi, karena tubuli dentin lebih banyak

dan lapisan enamel lebih tipis sehingga rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri

nyeri hebat akibat tes termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes termal yang

berlawanan.

b. Tes termal dingin

Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat menyebabkan

kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil klorida atau es berbentuk

batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan diletakkan didaerah servikal. 

c. Perkusi

Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui nyeri

dengan melihat ekspresi penderita.

d. Druk

Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di atas mahkota

gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk mengetahui nyeri dengan

Page 16: Pulp Capping Tutorial

melihat ekspresi penderita (Bila gigi lawan tidak cukup ditekan dengan pangkal kaca mulut).

2. Menanyakan Keluhan penderita 

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita,

apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan tetap sesuai dengan

lesi kariesnya.

c. Pada lapisan dentin lunak

Pengambilan karies, jaringan karies diambil secara bertahap supaya tidak perforasi dan

dimaksudkan untuk terbentuknya dentin sekunder 

1. Perawatan langsung sama dengan perawatan dentin keras.

2. Perawatan bertahap 

Kunjungan I 

1. Asepsis

2. Pembersihan jaringan karies

3. Membersihkan permukaan preparasi

4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas

5. Melapisi subbase dengan base 

6. Penumpatan sementaraa 

7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II: 

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara

2. Menanyakan Keluhan penderita 

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita,

apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan diganti yang baru setelah itu baru

dilakukan penumpatan tetap.

Dentin Sekunder

Pembentukan dentin berlangsung sepanjang hidup, dan dentin yang terbentuk setelah gigi-gigi

terkalsifikasi seluruhnya dan berfungsi disebut dentin sekunder. Dentin sekunder memberi

tambahan pada dentin semula dan cenderung muncul dalam suatu lapisan di atas dentin pada

Page 17: Pulp Capping Tutorial

pertautan pulpanya.

Dentin sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena tubuli

membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder ditumpuk secara

tidak rata pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan mempunyai pola inkremental

dan struktur tubular kurang teratur dibandingkan dentin primer. Misalnya, dentin sekunder

ditumpuk dalam kuantitas lebih besar pada dasar dan atap ruang pulpa daripada pada dinding

pulpa. Deposisi yang tidak rata ini menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan tanduk pulpa

kalau gigi menua. Deposisi dentin sekunder ini melindungi pulpa.

Dentin Reparatif

Dentin reparatif, juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier, disusun oleh pulpa

sebagai suatu respon protektif terhadap rangsangan yang membahayakan. Rangsangan ini dapat

diakibatkan karies, prosedur operatif, bahan restoratif, abrasi, erosi, atau trauma. Dentin reparatif

ditumpuk pada daerah yang dipengaruhi dengan rata-rata kecepatan yang meningkat dengan rata-

rata 1,5 µm tiap hari. Kecepatan, kualitas, dan kuantitas dentin reparatif yang ditumpuk

tergantung dari keparahan dan lamanya injuri pada odontoblas dan biasanya dihasilkan oleh

odontoblas “pengganti”.

Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada odontoblas untuk periode waktu yang panajang,

seperti abrasi, dentin reparatif mungkin ditumpuk pada suatu kecepatan lambat. Jaringan ini

ditandai oleh tubuli yang agak tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu

rangsangan mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih

sedikit dan lebih tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan

mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan

lebih tidak teratur. Bila odontoblas terkena injuri yang tidak dapat diperbaharui, odontoblas yang

hancur akan meninggalkan tubuli kosong, yang disebut dead tract kecuali kalau pulpa terlalu

atrofik. Karena dentin reparatif mempunyai lebih sedikit tubuli, meskipun kurang bermineral,

dentin reparatif mampu berfungsi sebagai lapisan yang akan merintangi masuknya produk atau

zat yang membahayakan ke dalam pulpa. Bila karies berkembang dan bila lebih banyak

odontoblast terkena injuri yang tidak dapat di perbaiki, lapisan dentin reparatif akan menjadi

lebih lebih atubular dan dapat mempunyai inklusi ( inclusion) sel, yaitu odontoblast yang

terjebak. Inklusi selular tidak umum pada gigi manusia. Pada penghilangan karies, sel mesenkim

Page 18: Pulp Capping Tutorial

daerah kaya sel akan berkembang menjadi odontoblast untuk mengganti yang mengalami

nekrosis. Odontoblast yang baru terbentuk ini dapat menghasilkan dentin yang teratur atau suatu

dentin amorfus, pengapurannya jelek dan permebel. Daerah demarkasi antara dentin sekunder

dan dentin reparatif disebut garis kalsiotraumatik.

Sepanjang hidup dentin akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, termasuk keausan normal,

karies, prosedur operatif, dan restorasi. Perubahan ini seringkali menyebabkan timbulnya respons

protektif melalui terdepositnya dentin reparatif, tetapi pembentukan dentin ini akan terbatas pada

tubulus yang berkaitan dengan daerah iritasi. Komposisi dentin reparatif dan dentin sekunder

adalah sama, dan keduanya hanya berbeda pada lokasi deposisinya.

Bila gangguan lingkungan cukup kuat, odontoblas dan prosesus tubularnya akan mati, sehingga

tubulus akan menjadi kosong. Bila terjadi pengumpulan tubulus-tubulus yang kosong, tubulus

akan kelihatan gelap pada gambaran mikroskopis dan disebut sebagai saluran yang mati. Ujung

pulpa dari tubulus biasanya tertutup oleh dentin reparatif, dan setelah waktu tertentu tubulus akan

terkalsifikasi dan pola tubular pada dentin yang terpotong akan tersumbat. Istilah lain yang

digunakan untuk menyebut tubulus yang mengalami kalsifikasi adalah dentin sklerotik.

Pertahanan terhadap karies yeng dalam berlanjut terjadi dalam bentuk dentin reparatif yang

terdeposit dalam kamar pulpa dan tubulus dentin. Jika proses karies melebihi kecepatan dari

respons pulpa, dasar dentin keras tidak akan terbentuk. Atau jika kondisi ini parah, dentin lunak

berhubungan langsung dengan pulpa itu sendiri.

Gigi dengan kavitas yang dalam pada ekskavasi dari dentin yang nekrosis, akan menunjukkan

daerah dentin yang mengalami dekalsifikasi (tebal 0,5 mm) dan lunak, tetapi tetap utuh. Jika

lapisan dentin semi-solid ini disingkirkan dan bila pulpa berhasil menahan serangan proses karies

yang hebat, biasanya akan dijumpai selapis dentin yang keras dengan permukaan licin dan

mengkilap. Meskipun demikian, semua karies dentin yang berbatasan dengan pulpa tidak harus

disingkirkan.

Penuaan Gigi

Gigi menjadi tua, sesuai dengan meningkatnya umur seseorang. Tanda yang paling nyarta dari

adanya proses penuaan adalah menurunnya aktivitas sistem penghantaran cairan karena

terbentuknya dentin reparatif. Keadaan ini kelihatannya berlangsung dengan adanya iritasi dan

termanifestasi berupa deposisi dentin reparatif, pada kamar pulpa dan di dalam tubulus dentin

Page 19: Pulp Capping Tutorial

yang bersangkutan.

Tanda-tanda klinis dari dentin reparatif bisa dilihat dengan mengekskavasi dentin yang karies

menggunakan bur bulat yang berkecepatan rendah. Tanpa anastesi, akan menarik bahwa respons

pasien terhadap rasa sakit di bagian tengah kavitas lebih sedikit daripada di daerah perifer lesi,

khususnya pada daerah yang akan dibuat alur (groove) retentif. Berdasarkan penjelasan di atas,

kelihatannya bagian tengah dari kavitas adalah tempat yang sering teriritasi sehingga pada daerah

ini telah terbentuk dentin reparatif yang lebih besar dibandingkan dengan bagian pinggirnya.

Pada rangsangan panas dan dingin tidak dirasakan pasien, diperkirakan disebabkan oleh adanya

dentin reparatif pada tubulus dan kamar pulpa.

3. Faktor Kegagalan dan Keberhasilan

Indirect Pulp Capping

Faktor keberhasilan

Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi

sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif

setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal

akan tetap vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi

pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.

Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan

perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan

pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital, membantu kelanjutan

pertumbuhan akar dan penutupan apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna.

Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.

Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga minggu

kesembilan, sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk melakukan

control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun

untuk menilai vitalitas pulpa.

Faktor kegagalan

Pada saat pengeburan, ada kemungkinan mata bur membuat perforasi atap pulpa. Hal ini

perawatan pulp capping indirect berganti menjadi pulp capping direct. 

Page 20: Pulp Capping Tutorial

Direct Pulp Capping

Keberhasilan perawatan

Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan yang valid di

bidang endodontic, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas dari gigi dengan pulpa

terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada diagnosis yang tepat sebelum

perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang

terbuka.

Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi

sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah

perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap

vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa,

berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.

Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan

perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan

pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital, membantu kelanjutan

pertumbuhan akar dan penutupan apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna.

Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.

Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga minggu

kesembilan, sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk melakukan

control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun

untuk menilai vitalitas pulpa.

Kegagalan perawatan

Perdarahan yang terjadi dapat berperan sebagai penghalang sehingga tidak terjadi kontak antara

bahan kalsium hidroksida dengan jaringan pulpa. Hal ini menyebabkan proses penyembuhan

pulpa terhambat.

Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan, misalnya

gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang tidak diinginkan.

Kemudian pada pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya gambaran radiolusen

yang menunjukkan gumpalan darah atau terjadinya resorpsi internal.

KESIMPULAN

Page 21: Pulp Capping Tutorial

• Prosedur perawatan pulp capping adalah sebagai berikut :

Kunjungan I

1. Asepsis

2. Pembersihan jaringan karies

3. Membersihkan permukaan preparasi

4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas

5. Melapisi subbase dengan base 

6. Penumpatan sementaraa 

7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:

1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara

2. Menanyakan Keluhan penderita 

Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita,

apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan tetap sesuai dengan

lesi kariesnya

• Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi

sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah

perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap

vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa,

berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.

• Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan, misalnya

gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang tidak diinginkan.

Kemudian pada pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya gambaran radiolusen yang

menunjukkan gumpalan darah atau terjadinya resorpsi internal. Kegagalan pada pulp Capping

indirect adalah terjadinya perforasi akar sehingga nantinya perawatan yang semula pulp capping

indirect beralih menjadi direct pulp capping.

• Alat – alat yang digunakan dalam Pulp Caping: bur bulat, ekscavator, hachet email atau pahat,

pinset berkerat, plastis filling instrument, alat pengaduk semen, stopper cement.

• Bahan - bahan yang digunakan dalam Pulp Caping

Semen zinc oxide eugenol terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan eugenol,

kemudian diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan konsistensi pasta

Page 22: Pulp Capping Tutorial

Beberapa sifat semen zinc oxide eugenol adalah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis, dan sifat

kimia

Kalsium Hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium hidroksida

juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated para chlorophenol,

metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni

Beberapa sifat kalsium hidroksida adlaah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis, dan sifat kimia

• Perbedaan Prosedur Pulp Caping Direct dan Indirect

Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect

5. Seluruh dentin karies dihilangkan

6. Pulpa terbuka

7. Perawatannya hanya satu kali kunjungan

8. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 5. Hanya dentin tepi yang karies disingkirkan

6. Pulpa tidak terbuka

7. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan

8. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)

• Mekanisme pembentukan dentin sekunder 

Dentin sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena tubuli

membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder ditumpuk secara

tidak rata pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan mempunyai pola inkremental

dan struktur tubular kurang teratur dibandingkan dentin primer. Misalnya, dentin sekunder

ditumpuk dalam kuantitas lebih besar pada dasar dan atap ruang pulpa daripada pada dinding

pulpa. Deposisi yang tidak rata ini menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan tanduk pulpa

kalau gigi menua. Deposisi dentin sekunder ini melindungi pulpa.

http://mydentistdiary.blogspot.com/2011/01/pulpcapping.html

Page 23: Pulp Capping Tutorial