pulau giliyang
TRANSCRIPT
Wisata Pulau Giliyang Jadi Icon Wisata Jatim
Submitted by admin on May 12, 2013 – 6:21 amhttp://www.maduraterkini.com
Kadar Oksigen Terbaik Sedunia
AKHIR-akhir ini, Pulau Giliyang yang terdapat di Kecamatan Dungkek, ramai dibicarakan. Terutama, terkait kadar oksigen di pulau yang terdiri dari dua desa itu. Apalagi, Giliyang disebutsebut memiliki kadar oksigen terbaik di dunia. Kabar itu tidak hanya berdasar informasi desas-desus. Melainkan, telah melalui kajian ilmiah lewat penelitian yang dilakukan beberapa lembaga berkompeten.
Informasi yang berhasil dihimpun Jawa Pos Radar Madura menyebutkan, kandungan oksigen di pulau itu tergolong bagus. Kali pertama diketahui, hasil penelitian dari Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan 2006 silam. Dari situ diketahui, kadar oksigen di Pulau Giliyang ini mencapai 21,5 persen. Itu menunjukkan kadar oksigen yang tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain.
Hasil penelitian dimaksud diperkuat lagi dengan temuan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jawa Timur beberapa hari lalu. Temuan tim juga sangat mengejutkan. Peneliti mengambil sampel glukosa secara acak di dua desa ini, yakni Desa Bancamara dan Desa Banraas. Itu dilakukan dengan target mengetahui seberapa jauh dampak kandungan oksigen itu ke masyarakat setempat sehingga menghasilkan data objektif.
Kepala BBTKLPP Jatim Zainal Ilyas Nampira kepada wartawan usai melakukan survei ke Giliyang menegaskan, berdasar survei sementara, kadar oksigen di sana mencapai 21,5 persen, lalu karbondioksida 265 ppm dengan ambang batas 387 ppm. Hal itu tak jauh berbeda dengan hasil survei Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jatim pada 2011 silam. Atas dasar itulah, para pihak kian bersemangat untuk menjadikan pulau yang jaraknya sekitar 30,4 kilometer dari kota Sumenep itu menjadi wisata kesehatan.
Seperti yang disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep Bambang Irianto. Dia menegaskan, di pulau seluas 9,15 kilometer persegi ini memang dikenal memiliki udara segar. Salah satu dampaknya terhadap kesehatan warga penghuni pulau setempat. Termasuk, ketika Jawa Pos Radar Madura mendatangi langsung ke lokasi, udara terasa sejuk seperti sedang dalam ruangan ber AC.
Dengan kondisi dimaksud, Bambang menyambut rencana bupati Sumenep untuk mengelola lebih jauh. ”Tentu, menunggu kajian para ahli lebih dalam lagi,” pungkas Bambang dengan optimistis. POTENSI wisata kesehatan di Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, terus menjadi pembicaraan. Terutama, setelah diekspose sejumlah media. Mulai dari kunjungan politisi, peneliti hingga kalangan media yang terjun langsung ke lokasi beberapa waktu lalu.
Lalu, seperti apa tanggapan dan rencana Bupati Sumenep A. Busyro Karim terhadap potensi wisata kesehatan satu-satunya di Jatim itu? Berikut petikan wawancara wartawan Jawa Pos Radar Madura Abd. Muksidyanto dengan bupati.
Sejak kapan Pemkab Sumenep mendengar potensi wisata kesehatan Giliyang?
Sebenarnya, sudah lamaterkait informasi itu (potensi wisata kesehatan, Red) sejak pemerintahan Orde Baru sudah diketahui. Artinya gaung tentang wisata kesehatan sudah lama berkembang isunya. Bahkan, waktu itu informasinya sudah ada pembebasan lahan di kawasan yang akan dijadikan objek wisata kesehatan. Namun, sempat terhenti karena situasi politik saat itu. Setelah saya jadi bupati, mencoba menyampaikan potensi itu ke Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Alhamdulillah respona Pakde Karwo (sapaan akrab Gubernur Jatim Soekarwo) cukup bagus. Gubernur juga telah mensosialisasikan di setiap pertemuan tingkat nasional dan Jatim. Kami (Pemkab Sumenep, Red) meminta agar potensi wisata kesehatan itu dijadikan ikon wisata Jatim. Termasuk ketika anggota DPRD Jatim meninjau ke lokasi beberapa waktu lalu, sangat merespons baik. Saat ini, terkait kelanjutannya, menunggu pertemuan segitiga. Seperti apa langkah konkret pada pertemuan segitiga itu?
Pertemuan segitiga dalam halini tiga lembaga terkait, di antaranya Pemprov Jatim, Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS), dan Pemkab Sumenep. Ini segera dilakukan untuk menindaklanjuti hasil penelitian terbaru, seperti yang dilakukan lembaga yang konsen di bidang kesehatan beberapa waktu lalu. Dengan hasil bahwa kadar oksigennya semakin siang semakin tinggi. Dalam ertemuan nantinya akan dibahas terkait peran masing-masing lembaga.
Kemudian akan berbagi peran terkait tugas tiga lembaga ini. Kalau pemkab apa, BPWS bidang apa, dan pemrpov apa, itu semua nantinya segera dibahas juga. Intinya, dalam waktu dekat segera dilakukan pertemuan itu, tapi masih menyesuaikan waktu lowong untuk membahas itu bersama tiga lembaga dimaksud. Bagaimana kesiapan infrastruktur untuk kepentingan wisata kesehatan itu?
Itu nantinya yang akan menjadi salah satu pokok pembicaraan. Ya, menyangkut kesiapan infrastruktur, mulai jalan hingga kondisi dermaga. Maka lewat pertemuan segitiga itu, menjadi jelas solusi untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk dijadikan wisata kesehatan. Jadi, dengan cara berbagi peran, persiapan akan lebih matang dan cepat terlaksana. Lalu, pemkab akan menyampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan lebih awal.
APBD Sumenep misalnya, kemampuannya di bidang apa. Respons masyarakat setempat seperti apa ketika ada rencana pengembangan yang lebih modern? Kemarin masyarakat sudah banyak yang kedatangan tamutamu. Wong ini wisata kesehatan, jadi respons masyarakat bagus. Sebab, tujuan wisata kesehatan tak boleh ada pencemaran udara. Maka yang akan berkunjung ke Giliyang harus tetap menaiki perahu dari Pelabuhan Dungkek. Lalu, memanfaatkan sarana transportasi masyarakat setempat.
Untuk membuktikan komitmen tidak ada pencemaran udara, dari provinsi telah memberikan bantuan sepeda gunung bagi warga setempat. Kemudian, wisata ini tidak boleh mengganggu kearifan lokal. Ha r a p a n t e r h a d a p masyarakat setempat? Ya, karena ini untuk wisata kesehatan masyarakat setempat, diharapkan ikut berpartisipasi. Salah satunya, nanti akan diadakan pelatihan bagaimana cara menghadapi warga yang baru datang. Termasuk, bagaimana menjaga keamanan di sana. Selebihnya, keterampilan masyarakat akan dilatih bersama BPWS agar bisa memanfaatkan potensi lokal untuk dipasarkan terhadap pengunjung. (radar)
Kadar Oksigen Terbaik se Dunia, BPWS Mulai Lirik Pulau Giliyang
Tgl: 25/04/2013 14:26 Reporter: Faisal Warid
http://rri.co.id
KBRN, Sumenep : Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) mulai melirik potensi wisata kesehatan di Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek Sumenep. Terbukti, lembaga yang melakukan percepatan pembangunan di wilayah Suramadu itu segera membuat konsep perencanaan pembangunan di Giliyang.
Sebelumnya, hasil penerlitian Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim (Lapan) 2006 dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Timur 2011 menyebutkan kadar oksigen Pulau Giliyang terbaik se dunia. Yakni antara 3, 3 hingga 4, 8 persen atau diatas ambang batas normal.
Wakil Bupati Sumenep, Sungkono Sidik mengakui BPWS telah turun ke pelosok Desa Benraas dan Bancamara di Pulau Giliyang sekaligus meninjau lokasi yang oksigennya dinilai bagus. Meski Lapan dalam penelitiannya merahasiakan titik puncak oksigen terbaik di Pulau tersebut, Tim Pemkab dan BPWS bisa merasakan hawa sangat dingin ketika berkunjung ke Pulau Giliyang.
"Ada hawa sangat dingin di daerah itu, bahkan mendekati puncaknya mencapai seperti ada Ac. Ini, menurut saya sangat luar biasa dan potensial menjadi wisata kesehatan," kata Sungkono, Kamis (25/04/2013).
Menurut Sungkono, BPWS menyarankan agar Pemkab membuat petunjuk arah menuju lokasi oksigen terbaik di, guna memudahkan masyarakat berkunjung. Sesuai rencana pengembangan potensi wisata kesehatan di Pulau Giliyang itu akan diawali dengan pembangunan fisik yang rencananya mulai 2014.
"Disamping itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan membangun dermaga di Dungkek dan Giliyang melalui Perubahan APBD 2013 guna memudahkan akses masuk ke objek wisata kesehatan," terang Sungkono.
Sementara itu, Gubernur Jatim Sukarwo di Sumenep menyatakan, pihaknya telah memerintahkan BPWS untuk menghitung prospek pengembangan wisata kesehatan di Pulau Giliyang dengan melibatkan pakar dan atau ahli wisata. Pemprov juga meminta BPWS untuk membangun tempat bersandarnya kapal atau dermaga sebagai sarana pintu masuk menuju pulau yang kadar oksigennya terbaik sedunia tersebut.
"Kedepan, Pemprov akan bersinergi dengan Pemkab Sumenep terkait konsep perencanaan pengembangan wisata kesehatan di Pulau Giliyang," pungkas Gubernur. (Faisal.W/LL/HF)
Pulau Giliyang, Destinasi Wisata Kesehatan
Selasa, 30 April 2013 12:53 WIB
Oleh: Slamet Hidayat
http://bali.antaranews.com
Sumenep (Antara Bali) - Pemkab Sumenep, Jawa Timur, ingin segera memaksimalkan potensi kandungan oksigen di Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, sebagai lokasi wisata kesehatan.
Bupati Sumenep A Busyro Karim, Selasa, menjelaskan hasil penelitian Pusat Pemanfaatan Saint Atmosfir dan Iklim LAPAN pada 2006 mencatat udara di Pulau Giliyang memiliki kandungan oksigen lebih dibandingkan dengan tempat lainnya.
"Hasil penelitian LAPAN pada 2006 itu diperkuat oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumenep pada 2011. Ketika di siang hari pun, udara di Pulau Giliyang masih terasa sejuk," ujarnya.
Secara kelembagaan, kata dia, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur sangat berminat mengembangkan potensi kandungan oksigen di Pulau Giliyang itu sebagai lokasi wisata kesehatan.
"Kalau tidak ada perubahan, tim dari Kementerian Kesehatan akan ke Pulau Giliyang pada Rabu (1/5) untuk melakukan penelitian," ucapnya.
Selain itu, Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) pada tahun ini memprogramkan pembangunan infrastruktur guna menunjang rencana menjadikan Pulau Giliyang sebagai lokasi wisata kesehatan.
"Tim dari BPWS sudah ke Pulau Giliyang beberapa waktu lalu. Pemprov Jatim pun akan berusaha secara maksimal supaya Pemerintah Pusat melakukan percepatan terwujudnya Pulau Giliyang sebagai lokasi wisata kesehatan," paparnya. (LHS)
Pulau giliyang sumenep miliki kadar oksigen terbaik di dunia
SURABAYA (Suarakawan.com) - Keindahan alam di Kabupaten Sumenep di Madura terus menyimpan potensi sangat luar biasa yang tidak dimiliki oleh tempat wisata lainnya di Indonesia. Potensi alam tersebut berada di Pulau Giliyang, Kecamatan Raas.
Berdasarkan penelitian saint atmosfer dan iklim oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 2006 dan Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur pada 2011, pulau itu memiliki kandungan oksigen terbaik di dunia.
Kandungan oksigen yang berada di Desa Benraas dan Bencamara berkisar 3,3 hingga 4,8 persen di atas normal. “Nah, kandungan oksigen yang tinggi inilah yang menyebabkan mayoritas warga di Pulau Giliyang awet muda dan tetap segar bugar, meski usianya mencapai 90 tahun,” ujar Kepala Desa Banra’as, H. Maswadi saat di Pulau Giliyang Sumenep, Minggu (28/04).
Pulau Giliyang dihuni 3.620 kepala keluarga (KK) atau 8.600 jiwa. Mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Banyak di antara mereka yang berumur 50 tahun hingga 75 tahun dengan kondisi tubuh yang sehat. “Di dunia hanya ada dua tempat yang kandungan oksigennya tinggi. Salah satunya Pulau Giliyang,” ujarnya.
Selain keunikan tersebut, keindahan alam juga mempesona. Pemandangan pantai dan kekayaan laut yang dimiliki Pulau Giliyang sangat cocok bagi para pelancong yang memiliki kesukaan diving dan snorkeling,dan juga di pulau ini terdapat 41 gua yang tidak berpenghuni.
“Tidak sulit menjangkau Pulau Giliyang yang terletak di ujung timur Pulau Madura itu. Salah satu pilihannya menggunakan perahu layar motor dari pelabuhan Dungkek. dengan tarif perorang sebesar Rp,5.000, dan menyewa perahu motor Rp. 150.000 pulang Pergi, serta ingin mengelilingi Pulau Giliyang manfaatkan jasa ojek dengan tarif Rp. 30.000 selama 30 menit,”ujarnya.
Maka itu pihaknya sangat senang jika ada upaya Pemerintah Propinsi Jatim maupun Pemkab Sumenep untuk menjadikan wilayah pulau Giliyang menjadi obyej wisata. “Apalagi, di pulau dengan penduduk 8000 jiwa tersebut dianggap sebagai wilayah udara terbersih,” tuturnya.
Selama ini, penduduk setempat mengandalkan penghasilan dari nelayan dengan hasil laut dieksport ke Luar Negeri. “Potensi lautnya sangat luar biasa, oleh karenannya peranan pemerintah dalam mendukung kepulauan untuk menjadi wilayah potensi pariwisata,” ujarnya.
Ahmad Iskandar anggota Komisi E DPRD Jatim dari Fraksi Partai Demokrat (FPD) menjelaskan untuk mencapai Pulau Giliyang dapat ditempuh dengan perjalanan laut dari Pelabuhan Dungkek mengunakan perahu motor. “Waktu tempu minimal 60 menit dari Pelabuhan Sumenep,” terang Iskandar.
Iskandar menyampaikan dalam penelitian LAPAN akhir Juni 2006, ternyata di wilayah kepulauan Gili mempunyai oksigen terbaik di dunia, sehingga sangat tempat wilayah kepulauan sepanjang 8 kilometer tersebut menjadi wisata kesehatan. “Disini udaranya terbersih. Sehingga, Lapan selama 3 bulan melakukan penelitian terkait udara bersih dikepulauan Giliyang,” tuturnya. (aca/era)
Punya Kadar Oksigen Bagus, Pulau Giliyang Jadi Objek Wisata Kesehatan
Jumat, 3 Mei 2013 01:14 WIB
http://www.tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, SUMENEP - Rencana pemerintah Kabupaten Sumenep menjadikan Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek sebagai lokasi wisata kesehatan akan segera terwujud.
Hasil penelitian menunjukkan, kandungan oksigen di pulau tersebut sangat luar biasa bahkan terbaik se- Asia.
Kandungan oksigen yang sangat luar biasa di pulau itu telah melalui berbagai eksprimen dan penelitian dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 lalu, peneliti dari Pusat Pemanfaatan Saint (LAPAN), mencatat kandungan oksigen di Pulau Giliyang mencapai 21 %.
Angka itu menunjukkan kandungan oksigen yang luar biasa alias di atas rata rata baku normal sebuah daerah yang tidak terkontaminasi adanya pencemaran.
Hasil penelitian LAPAN itu kemudian dimutakhirkan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLP) Surabaya dengan melakukan survei di sejumlah titik yang sebelumnya pernah dilakukan penelitian oleh tim LAPAN, Kamis (2/5/2013).
Peneliti BPTKLP Surabaya yang beranggotakan 9 orang menemukan kadar oxygen di pulau tersebut tepatnya pukul 11.00, menunjukkan angka yang sangat signifikan, yakni 20,9 % untuk kadar oksigen lebih tinggi dari baku normal. Sedangkan kandungan karbondioksida (CO2) mencapai 30,2 % lebih rendah dari baku normal 38,7 %. Pengukuran kedua dilakukan tepat pukul 11.45, saat kondisi udara sangat bagus kadar oksigen mencapai 21,5%, sementara kadar CO2nya menurun menjadi 26,5%.
Kepala BBTLKP, Zainal Ilyas Nampira, mengungkapkan, pulau Giliyang sangat cocok di jadikan objek wisata kesehatan, namun untuk pengembangan menjadi obyek wisata kesehatan. Karena kandungan oxygennya yang sangat bagus bahkan boleh dibilang satu-satunya di Indonesia atau bahkan di wilayah Asia. Sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Sumenep.
"Yang perlu dijaga agar kadar oksigen ini tidak punah adalah menyadarkan masyarakat dari polusi yang akan mencemari lingkungannya seperti akibat asap mesin perahu dan lainnya," papar Zainal Ilyas Nampira.
Bagusnya oksigen di pulau Giliyang menurut Zainal, hingga kini masih belum diketahui darimana asalnya. Pihaknya berjanji akan meneliti lebih lanjut darimana timbulnya di kepulauan tersebut hingga memiliki kandungan oksigen diatas baku mutu normal.
"Bisa saja, meningkatnya oksigen karena dipengaruhi angin yang bergerak semilir ini,"katanya saat ditemui di Pulau Giliyang.
Ditambahkan, BBTKLP Surabaya tidak hanya melakukan pengukuran udara saja, namun ada beberapa item pengukuran lain seperti analisa kualitas air, makanan dan pola hidup masyarakatnya.
"Hasilnya masih menunggu hasil dari laboratorium kami," tambahnya.
Kades Banraas, Pulau Giliyang, Masdawi, mengatakan, warga Pulau Giliyang siap mendukung objek Wisata Kesehatan yang dicanangkan.
"Warga kami 100 persen Siap ," paparnya.
Untuk mendukung itu, Masdawi berharap adanya peningkatan infrastruktur, terutama jalan dan dermaga dapat dipersiapakan lebih dahulu. Agar nantinya saat pengembangan wisata kesehatan bisa berjalan dengan baik.
Gili Iyang, Sumenep, Pulau Beroksigen Tinggi - Bernapas pun Terasa
Ringan
http://www.koran-sindo.com
Penduduk Gili Iyang menyiapkan perahu mereka
untuk mencari ikan. Berdasarkan penelitian, pulau ini memiliki kandungan oksigen hingga 27%.
Jatim juga masih memiliki potensi alam lain yang belum tersibak, bahkan keistimewaannya
hampir tak ada tandingannya.Keindahan alam Jawa Timur (Jatim) sudah cukup terkenal ke
berbagai penjuru dunia, mulai dari Gunung Bromo, Kawah Gunung Ijen, air terjun yang tersebar
di berbagai daerah, hingga pasir pantainya yang putih. Jatim juga masih memiliki potensi alam
lain yang belum tersibak, bahkan keistimewaannya hampir tak ada tandingannya.
Pulau Gili Iyang salah satunya. Pulau yang terletak di sebelah timur Kabupaten Sumenep
Madura adalah sebuah pulau yang memiliki udara dengan kadar oksigen cukup tinggi. Bahkan
ketinggian kadar oksigennya mencapai 27% adalah termasuk tertinggi di dunia selain Yordania.
Tak hanya itu, Gili Iyang juga memiliki pantai pasir putih, menawan siapa pun yang berkunjung
ke sana.
Pulau Gili Iyang sebenarnya sudah diketahui banyak orang, khususnya masyarakat Sumenep.
Namun tak banyak di antara mereka yang tahu persis keistimewaan pulau tersebut. Warga dua
desa yang tinggal di pulau itu juga belum lama ini baru tahu jika pulau yang mereka tempati
memiliki keistimewaan luar biasa. Untuk menjangkau pulau ini, memang membutuhkan
”perjuangan”.
Betapa tidak, dari Surabaya menuju Sumenep dengan perjalanan darat membutuhkan waktu
antara 3,5 – 4 jam. Untuk menuju Pulau Gili Iyang juga harus menyeberang lagi menggunakan
perahu yang biasa digunakan para nelayan. Untuk sekali penye-berangan yang memakan waktu
sekitar 40 menit itu, setidaknya harus mengeluarkan biaya Rp5.000 per orang. Namun, jika yang
datang adalah rombongan, bisa menyewa satu perahu seharga Rp150.000 untuk pulang pergi ke
pulau tersebut.
Di tengah perjalanan laut menuju pulau dengan luas hampir sembilan kilometer persegi itu,
pengunjung sudah bisa melihat dengan jelas keindahan pulau tersebut. Selama perjalanan,
pengunjung juga bisa melihat para nelayan menebar jala, dan menjaring ikan sebagai mata
pencaharian sebagian besar penduduk Gili Iyang yang berjumlah sekitar 8.000 jiwa. Semakin
mendekat ke pulau, jelas terlihat deretan perahu khas Madura yang bersandar di bibir pantai.
Begitu perahu penumpang sandar di dermaga kecil Desa Banra’as, satu dari dua desa yang ada di
pulau itu, udara segar langsung menyeruak masuk hidung hingga terasa segar di dalam paru-
paru. Memang, sangat terasa perbedaan udara di Pulau Gili Iyang dengan udara di daerah lain,
terlebih lagi udara di kawasan perkotaan terkontaminasi asap kendaraan bermotor, asap pabrik,
dan lainnya.
Ketika bernapas terasa begitu ringan, ditambah dengan hempasan udara sejuk yang mengalir
sepoi-sepoi seakan membelai halus kulit tangan dan wajah secara langsung. Rasanya berbeda
ketika bernapas di perkotaan yang terkesan cukup berat, bahkan udara perkotaan seperti
Surabaya terkadang membuat sesak napas. Betapa tidak, kadar oksigen dalam udara di perkotaan
rata-rata hanya berkisar antara 16-17 % saja, sementara di Gili Iyang bisa mencapai 27%, dan
titik terendahnya antara 20-23 %.
Ketika pengunjung dipaksa berjalan menyusuri jalan pedesaan, langkah kaki terasa begitu
ringan. Berjalan sepanjang sekitar 2-3 km pun seakan tanpa beban, kondisi udara yang cukup
bagus itu membuat napas tak tersengal-sengal, meski berjalan jauh. ”Itulah keistimewaan udara
di sini,” kata anggota Komisi E DPRD Jatim Achmad Iskandar saat berkunjung ke Gili Iyang
beberapa waktu lalu.
Dia menuturkan, keistimewaan udara di pulau tersebut diketahui tahun 2006 lalu. Saat ini,
peneliti di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mendapati dari pantauan
satelit bahwa kandungan oksigen di pulau tersebut cukup tinggi. Akhirnya LAPAN melakukan
penelitian selama tiga bulan di tempat itu dengan menebar delapan alat pengukur kandungan
oksigen di udara.
Selama tiga bulan, penelitian dilakukan terus menerus, sampai akhirnya LAPAN benar-benar
mendapati bahwa kandungan udara di Gili Iyang cukup tinggi. Bahkan sekali waktu, ketinggian
kandungan oksigen di tempat itu mengalahkan salah satu daerah di Yordania yang juga memiliki
kandungan oksigen cukup tinggi.
Penyebab kandungan oksigen yang cukup tinggi itu karena pengaruh perputaran udara dari laut
sekitar pulau itu. ”Kawasan Pulau Gili Iyang itu masih belum banyak pencemaran udara,
kawasannya masih alami dan bersih. Selain itu, di Gili Iyang juga banyak tempat – tempat bagus,
seperti gua di dalamnya ada stalaktit dan stalakmitnya. Ada juga tulang ikan paus yang
panjangnya mencapai 24 m,” kata Iskandar.
Iskandar menilai kawasan tersebut tinggal membutuhkan sedikit sentuhan untuk bisa menjadi
kawasan wisata, khususnya wisata kesehatan. Karena itu dia meminta semua instansi terkait agar
benar-benar memperhatikan potensi tersebut, mulai dari Bupati Sumenep, Dinas Pariwisata
Sumenep, dan Dinas Pariwisata Jatim.
Dengan dikembangkan sebagai kawasan wisata, tentunya akan mendatangkan nilai tambah bagi
penduduk sekitar. Terlebih untuk merasakan khasiat udara di Gili Iyang ini, setidaknya
pengunjung harus menginap. Lebih lama tinggal di Gili Iyang, semakin lebih baik untuk terapi
kesehatan. ”Rencananya, Pak Gubernur juga akan mempromosikan Gili Iyang ke presiden saat
berkunjung ke Jatim. Selain itu juga akan melakukan promosi besar besaran,” tambahnya.
Kepala Desa Banra’as Masdawi mengatakan, kualitas udara di desanya itu sudah terbukti dan
dirasakan masyarakat setempat. Salah satu bukti yang ada adalah tingkat kesehatan masyarakat
yang cukup tinggi, mereka jarang terserang penyakit. Selain itu usia masyarakat setempat juga
relatif lebih panjang.
”Tapi di Gili Iyang itu kebanyakan yang meninggal adalah yang laki-laki dulu. Sebab mayoritas
mereka itu perokok, sedangkan yang perempuan tidak. Bahkan di desa Banra’as sempat ada
wanita yang usianya sekitar 130 tahun, dan baru meninggal sekitar enam bulan lalu,” katanya.
Saat ini banyak wanita tua yang usianya sudah lebih dari 90 tahun. Yang mengherankan lagi
adalah kondisi mereka cukup sehat untuk beraktivitas sehari hari, seperti bercocok tanam, hingga
mencari rumput untuk binatang ternak mereka. ”Kebanyakan yang tua itu perempuan, dan
mereka biasanya ke ladang atau mencari pakan untuk ternak. Sedangkan kaum laki-laki,
terutama yang masih muda dan kuat, lebih memilih bekerja sebagai nelayan. Jadi di sini banyak
yang punya perahu,” sambung Masdawi.
Kekayaan alam ini pun sudah didengar Gubernur Jatim Soekarwo. Mengetahui potensi tersebut,
dia pun langsung terkesima dan akan serius menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan
destinasi wisata kesehatan. Sebab, dengan kandungan oksigen yang titik tertingginya bisa
mencapai 27% ini, akan mampu menjadi terapi penyembuhan beberapa penyakit.
”Bayangkan, untuk mendapatkan oksigen di rumah sakit harus mengeluarkan biaya cukup
mahal, sedangkan di Gili Iyang hanya cukup tiga hari tanpa mengeluarkan banyak biaya sudah
bisa menyembuhkan rematik dan lainnya,” kata Gubernur Jatim Soekarwo. ”Saya akan serius
menjualnya (Gili Iyang sebagai kawasan wisata kesehatan), saya akan kampanye besar-besaran.
Karena tempat seperti itu hanya ada dua, di Yordania dan di sini. Pasir putihnya juga cukup
bagus. Sekali lagi, saya besar-besaran akan menjual itu,” ujarnya.
Menurut Pakde Karwo, pascapembangunan Jembatan Suramadu, ada dua wisata yang akan
dijual di Madura. Yang pertama adalah wisata spiritual, sebab di Madura banyak sekali tempat-
tempat makam tinggi. Kemudian yang kedua adalah wisata kesehatan dengan konsentrasi di
Pulau Gili Iyang.
Perlu diketahui, Pulau Gili Iyang ini juga sering digunakan sebagai tempat istirahat para raja,
seperti Raja Majapahit dan Sumenep. Untuk pengembangan Madura, Pemprov Jatim akan
menggandeng Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS). Sementara itu, Kabid
Pengembangan Produk Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Handoyo mengakui
bahwa Pulau Gili Iyang cukup bagus serta berpotensi besar untuk menjadi tempat wisata
kesehatan.
”Saya telah merasakan sendiri segarnya udara di sana, cukup bagus dan berpotensi besar. Nanti
bisa dikembangkan menjadi wisata alami pedesaan. Para turis bisa menginap di rumah warga dan
ikut kegiatan sehari hari mereka. Wisata seperti itu yang saat ini banyak diminati,” ungkap
LUTFI YUHANDI SumenepHandoyo.
Wisata Kesehatan yang Terabaikan
Minggu, 22/01/2012 | 10:40 WIB
http://www.surabayapost.co.id/
Memiliki kualitas oksigen terbaik di dunia, Pulau Giliyang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata kesehatan. Sayang, keberadaanya belum ‘tersentuh’ oleh Pemprov maupun Pusat.
Udara bersih menjadi sesuatu yang mahal saat ini. Padahal, salah satu faktor utama penunjang kesehatan seseorang adalah udara yang bebas polusi. Tak percaya? Menurut catatan World Health Organization (WHO), polusi udara merenggut nyawa 2 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Hampir 1.082 kota di 91 negara, terdapat kadar tinggi polusi partikel halus yang bisa menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, asma, dan infeksi pernapasan akut.
Dengan kenyataan itu, bersyukurlah warga yang tinggal di Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep Madura. Soalnya, dari hasil penelitian tim Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN akhir Juli 2006 lalu, yang kemudian dilakukan kaji ulang pada 27
Desember 2011 lalu oleh BLH (Badan Lingkungan Hidup) Sumenep dan Jatim serta pihak Bappeda menunjukkan bahwa Pulau Giliyang satu-satunya pulau yang mempunyai oksigen terbaik di dunia sehingga sangat tepat bila kawasan itu dijadikan wisata kesehatan.
Sebagai gambaran, dari hasil penelitian Pulau Giliyang memiliki konsentrasi oksigen sebesar 20,9% dengan level explosif limit (LEL) 0,5%. Nilai kandungan tersebut berbeda dengan wilayah lain yang mempunyai nilai konsentrasi oksigen 20,9% dan LEL 0,0%. Ketika dikaji ulang, hasilnya pun sama yakni oksigen di pulau tersebut antara 3,3 hingga 4,8 persen atau di atas normal.
Pulau yang mempunyai luas 9,15 km2 itu terdiri dari dua desa, yakni Desa Banraas dengan 4.200 jiwa penduduk dan Desa Bancamara mempunyai 3.860 jiwa penduduk. Untuk mencapai lokasi, bisa ditempuh dengan perjalanan laut dari Pelabuhan Dungkek menggunakan Perahu Motor milik nelayan setempat dengan lama tempuh maksimal 1 jam.
Tarif yang dipatok para pemilik perahu hanya Rp5.000 perorang untuk sekali jalan. Dari pelabuhan Dungkek dilayani siang hari dan pagi dari pelabuhan Pulau Giliyang. Para nelayan juga melayani carter perahu dengan tarif Rp150.000 pulang pergi (PP).
Para pengunjung yang sudah sampai di Pulau Giliyang, dapat memanfaatkan jasa ojek untuk keliling pulau lewat darat dengan tarif Rp30.000 per orang. Sekitar 30 menit, sudah cukup berkeliling pulau tersebut.
Di sebelah timur pulau terdapat tebing. Warga setempat menyebutnya 'Batu Kundang' dan cocok untuk menjadi tempat mancing. Batu mirip pilar bangunan menjulang tinggi keatas itu sering menjadi lokasi istirahat para wisatawan. Tak jauh dari lokasi itu juga terdapat 10 Goa Air. Tujuh Goa berada di Desa Banraas dan tiga Goa lainnya masuk wilayah Desa Bancamara.
Untuk pesisir laut yang berpasir berada di Desa Bancamara bagian selatan dan Desa Banraas bagian utara. Hamparan pasir putih dan tidak lengket itu membuat para pengunjung semakin betah menikmati keindahan pantai Pulau Giliyang. Pengunjung juga bisa berkeliling pulau lewat laut dengan menggunakan carteran perahu rakyat dengan tarif Rp150.000 yang berkapasitas 10 orang.
Bagi yang membutuhkan air bersih, sebaiknya saat berada di Desa Banraas. Selain kualitas airnya bersih juga tawar. Namun, sumber air di wilayah Desa Bancamara terasa asin (payau). Untuk kebutuhan air minum tidak sulit didapat, hampir disemua sudut-sudut perkampungan warga terdapat warung yang menjual air mineral lengkap dengan makanan khas masyarakat setempat, yakni rujak lontong dan nasi jagung, serta tersedia nasih putih dengan ikan segar hasil tangkapan warga nelayan setempat.
Pada malam hari jauh lebih terasa nyaman dan sunyi. Penerangan listrik swasta dan sebagian lainnya dari tenaga surya membuat ketenangan lahir bathin. Rumah warga dan fasilitas pemerintahan desa yang selalu siap disewakan bagi pengunjung, juga dapat menekan pengeluaran kocek. Rumah warga yang disewakan tidak menentukan tarif. Mereka menerima imbalan seikhlasnya.
Kunjungi Pulau dengan Oksigen Terbaik di DuniaSenin, 29 April 2013 | 03:31 WIBhttp://surabayapagi.com
SUMENEP – Kepulauan di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur ternyata memiliki pulau
yang cukup menakjubkan untuk dijadikan salah satu tempat wisata andalan. Kemarin (27/4)
Achmad Iskandar, Anggota DPRD Jawa Timur dari daerah pemilihan Jatim XI (Madura) sengaja
melakukan kunjungan ke pulau yang bernama Giliyang Island, yang terletak 10 kilometer
sebelah timur pantai Sumenep, Madura.
Hebatnya lagi, pulau tersebut memiliki kandungan oksugen terbaik di dunia. Fakta tersebut
berdasarkan hasil penelitian Tim Pusat Pemanfaatan Saint Atmosfir dan Iklim LAPAN beserta
Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur sejak tahun 2006. Hasilnya, pulau Giliyang mempunyai
konsentrasi oksigen sebesar 20,90% denganlevel explosive Limit (LEL) 0,5%. Artinya, udara di
pulau Giliyang memiliki kadar oksigen 3,30% sampai 4,80% dibanding udara di tempat normal
lainnya. “Kandungan Oksigennya jelas menakjubkan, saya bisa merasakan sendiri segarnya
udara di Pulau Giliyang. Makanya saya penasaran untuk keliling pulau ini,” kata Achmad
Iskandar yang asli Sumenep ini.
Menurutnya, setelah mendengar kabar tersebut, membuat banyak pihak baik lokal maupun
Nasional tertarik. “Memang, masih belum dikembangkan apa-apa. Infrastruktur jalan juga masih
belum siap. Tapi kalau dikelola betul, pulau tidak hanya bisa dinikmati keindahannya, tapi juga
bisa dijadikan wisata kesehatan,” usul Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Jatim yang
menyebut pemandangan pulau Giliyang tidak kalah dengan Tanah Lot atau Kuta, Bali ini.
Untuk diketahui, Giliyang Island memiliki tiga panorama wisata Pantai. Yakni Pantai Roket
dengan pasir putih yang menjadi satu dengan pelabuhan ikan, lalu Pantai Batu Kondang dengan
panorama bebatuan karang yang menjorok ke laut serta Pantai Batu Cangge dengan hiasan batu
menyerupai pular yang menopang gunung batu diatasnya. Tak pantai dengan pemandangan laut
bening berwarna biru, Giliyang Island juga memiliki empat gua yang dengan kandungan stalagtit
dan stalakmit yang indah.
Diceritakan Iskandar, untuk mencapai Pulau Giliyang dapat ditempuh dengan perjalanan laut
dari Pelabuhan Dungkek mengunakan perahu motor. “Waktu tempuh tidak sampai satu jam,”
terang Iskandar yang rela berangkat dari Sumenep pukul 02.00 dinihari ini.
Anggota Komisi E DPRD Jatim ini menambahkan, hasil dari keliling ke Pulau Giliyang ini akan
dibawa dalam rapat di DPRD Jatim. DPRD dan Pemprov perlu bersama-sama membahas dan
menggalang anggaran. Serta memadukan kepentingan Pemkab Sumenep serta BPWS (Badan
Pengembangan Wilayah Suramadu). Menurut Iskandar, ada beberapa aspek yang patut
dikerjakan mulai sekarang untuk masa depan wisata di Pulau Giliyang. Antara lain, pembinaan
masyarakat untuk menjadikan daerah tersebut sebagai tempat wisata. Lalu infrastruktur serta
sarana transportasi. “Nilai anggaran yang harus disiapkan bisa menyesuaikan kebutuhan. Tapi
tidak hanya dari APBD, kita bisa melibatkan swasta mulai dari kebutuhan yang terkecil dengan
melibatkan warga setempat agar mereka tidak merasa pulaunya diekspolaitasi,” papar Iskandar.
H Masdawi Kepala Desa Banraas, Kecamatan Dungkek, Sumenep yang sebagai pemilik wilayah
menegaskan pihaknya sangat senang jika ada upaya Pemprov Jatim maupun Pemkab Sumenep
untuk menjadikan pulau Giliyang menjadi obyek wisata. “Di Pulau Giliyang ada dua desa, yakni
desa Banraas dan Desa Bancamara, kami disini siap menjadikan Giliyang sebagai obyek wisata
andalan Jawa Timur,” terang dia. Selama ini, penduduk setempat mengandalkan penghasilan dari
mencari ikan. Bahkan hasil ikan dengan jenis Teri Putih sudah eksport ke Luar Negeri.
Sementara itu, Handoyo Kabid Pengembangan dan Produk Pariwisata Dinas Pariwisata Jatim
yang ikut dalam rombongan menyampaikan temuan potensi wilayah laut dan kepulauan di sisi
timur Kabupaten Sumenep akan dilaporkan ke pemprov Jatim. “Kita akan sampaikan potensi
yang ada sehingga mampu dilakukan pembenahan,” singkatnya.
Perjuangkan Infrastruktur Bojonegoro-Tuban
Masalah infrastruktur masih menjadi masalah klasik yang sering dikeluhkan masyarakat di Jatim,
khususnya di daerah pemilihan (dapil IX) yang meliputi Bojonegoro-Tuban.
"Jujur masalah infrastuktur masih mendominasi laporan warga saat saya melakukan reses. Dan
anggaran masih menjadi alasan klasik. Meski demikian saya tetap berusaha melaporkan
keinginan tersebut ke Pemprov Jatim untuk masuk dalam pembahasan di tingkat Musrenbang,”
tegas Wakil Ketua DPRD Jatim, H. Faf Adisiswo saat ditemui, Jumat (26/4).
Salah satu yang dianggap paling penting adalah pembangunan jalan pedesaan di kawasan
Bojonegoro. Dimana, di hampir pelosok desa banyak ditemui jalan setapak yang berupa batu-
batu kapur. “Padahal itu jalan utama di desa, tapi sulit dilewati kendaraan apapun. Kalau ini
dibangun, maka hasil pertanian di desa bisa mudah dijual ke kota,”ujar politisi Partai Gerindra
ini.
Perlunya infrastruktur ini juga diharapkan bisa membantu warga yang selama ini menjadi korban
banjir kiriman akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Musibah tahunan itu, masih belum
ditangani dengan baik oleh pemerintah. “Memang untuk mengatasi banjir Bengawan Solo ini
butuh waktu dan anggaran yang besar,” pungkasnya. rko/**