puisi karya emha ainun najib

37
Kumpulan Puisi Karya Emha Ainun Najib (Bagian 1) Jumat, 07 Januari 2011 ANTARA TIGA KOTA Oleh : Emha Ainun Najib di yogya aku lelap tertidur angin di sisiku mendengkur seluruh kota pun bagai dalam kubur pohon-pohon semua mengantuk di sini kamu harus belajar berlatih tetap hidup sambil mengantuk kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ? Jakrta menghardik nasibku melecut menghantam pundakku tiada ruang bagi diamku matahari memelototiku bising suaranya mencampakkanku jatuh bergelut debu kemanakah harus juhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga surabaya seperti ditengahnya tak tidur seperti kerbau tua tak juga membelalakkan mata tetapi di sana ada kasihku yang hilang kembangnya jika aku mendekatinya kemanakah haru kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ? Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997

Upload: unsa-farricha-alya

Post on 24-Oct-2015

179 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Kumpulan Puisi

TRANSCRIPT

Page 1: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Kumpulan Puisi Karya Emha Ainun Najib (Bagian 1)

Jumat, 07 Januari 2011

ANTARA TIGA KOTA Oleh : Emha Ainun Najib

di yogya aku lelap tertidur angin di sisiku mendengkur seluruh kota pun bagai dalam kubur pohon-pohon semua mengantuk di sini kamu harus belajar berlatih tetap hidup sambil mengantuk

kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ?

Jakrta menghardik nasibku melecut menghantam pundakku tiada ruang bagi diamku matahari memelototiku bising suaranya mencampakkanku jatuh bergelut debu

kemanakah harus juhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga

surabaya seperti ditengahnya tak tidur seperti kerbau tua tak juga membelalakkan mata tetapi di sana ada kasihku yang hilang kembangnya jika aku mendekatinya

kemanakah haru kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ?   Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997

BEGITU ENGKAU BERSUJUD Oleh : Emha Ainun Najib

Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

Page 2: Puisi Karya Emha Ainun Najib

pula telah engkau dirikan masjid Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bengun selama hidupmu? Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat

Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan

Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatullah

Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid   1987 DARI BENTANGAN LANGIT   Oleh : Emha Ainun Najib

Dari bentangan langit yang semu Ia, kemarau itu, datang kepadamu Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan menyapu hutan ! Mengekal tanah berbongkahan ! datang kepadamu, Ia, kemarau itu dari Tuhan, yang senantia diam dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.   Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997

DITANYAKAN KEPADANYA

Page 3: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Oleh : Emha Ainun Najib

Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga Tak demikian Allah menata Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya Tak demikian sunnatullah  berkata Maka cerdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya Menjadi kacaulah sistem alam semesta Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya sapakah penindas Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota Dilanggarnya tradisi alam dan manusia Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan Ialah burung terbang tinggi menuju matahari Burung Allah tak sedia bunuh diri Maka berdusta ia

Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar Ialah air yang mengalir ke angkasa Padahal telah ditetapkan hukum alam benda Maka berdusta ia

Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang Orang wajib menebangnya Agar tak berdusta ia

Kemudian siapakah orang lemah perjuangan Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan Orang harus menggertak jiwanya Agar tak berdusta ia

Page 4: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Kemudian siapakah pedagang penyihir Ialah kijang kencana berlari di atas air Orang harus meninggalkannya Agar tak berdusta ia

Adapun siapakah budak kepentingan pribadi Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya Agar tak berdusta ia

Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau Nyanyikan puisi di telinganya Agar tak berdusta ia   1988

 

DOA SEHELAI DAUN KERING

Janganku suaraku, ya 'Aziz Sedangkan firmanMupun diabaikan Jangankan ucapanku, ya Qawiy Sedangkan ayatMupun disepelekan Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah Sedangkan kasih sayangMupun dibuang Jangankan sapaanku, ya Matin Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka

Page 5: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu Sedangkan IbrahimMu dibakar Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir

Wahai Jabbar Mutakabbir Engkau Maha Agung dan aku kerdil Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan Engkau Maha Kuat dan aku lemah Engkau Maha Kaya dan aku papa Engkau Maha Suci dan aku kumuh Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab Wahai Mannan wahai Karim Wahai Fattah wahai Halim Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaan-Mu

Emha Ainun Nadjib Jakarta 11 Pebruari 1999

IKRAR Oleh : Emha Ainun Najib

Di dalam sinar-Mu Segala soal dan wajah dunia Tak menyebabkan apa-apa Aku sendirilah yang menggerakkan laku Atas nama-Mu Kuambil siakp, total dan tuntas maka getaranku Adalah getaran-Mu lenyap segala dimensi baik dan buruk, kuat dan lemah Keutuhan yang ada Terpelihara dalam pasrah dan setia

Page 6: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Menangis dalam tertawa Bersedih dalam gembira Atau sebaliknya tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu Mulus dalam nilai satu

Kesadaran yang lebih tinggi Mengatasi pikiran dan emosi menetaplah, berbahagialah Demi para tetangga tetapi di dalam kamu kosong Ialah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan

Kugenggam kamu Kau genggam aku Jangan sentuh apapun Yang menyebabkan noda Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya Berangkat ulang jengkal pertama   Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG Oleh : Emha Ainun Najib

Ketika engkau bersembahyang Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan Partikel udara dan ruang hampa bergetar Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bacaan Al-Fatihah dan surah Membuat kegelapan terbuka matanya Setiap doa dan pernyataan pasrah Membentangkan jembatan cahaya

Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri Kemudian mim sujudmu menangis Di dalam cinta Allah hati gerimis

Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup Ilmu dan peradaban takkan sampai Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Page 7: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

Sembahyang di atas sajadah cahaya Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan   1987

Page 8: Puisi Karya Emha Ainun Najib

ANTARA TIGA KOTA BEGITU ENGKAU BERSUJUD DARI BENTANGAN LANGIT DITANYAKAN KEPADANYA DOA SEHELAI DAUN KERING IKRAR KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG KITA MASUKI PASAR RIBA KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG MEMECAH MENGUTUHKAN SEPENGGAL PUISI CAK NUN SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA TAHAJJUD CINTAKU

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Page 9: Puisi Karya Emha Ainun Najib

ANTARA TIGA KOTA

Oleh :Emha Ainun Najib

di yogya aku lelap tertidur

angin di sisiku mendengkur

seluruh kota pun bagai dalam kubur

pohon-pohon semua mengantuk

di sini kamu harus belajar berlatih

tetap hidup sambil mengantuk

kemanakah harus kuhadapkan muka

agar seimbang antara tidur dan jaga ?

Jakrta menghardik nasibku

melecut menghantam pundakku

tiada ruang bagi diamku

matahari memelototiku

bising suaranya mencampakkanku

jatuh bergelut debu

kemanakah harus juhadapkan muka

agar seimbang antara tidur dan jaga

surabaya seperti ditengahnya

tak tidur seperti kerbau tua

tak juga membelalakkan mata

tetapi di sana ada kasihku

yang hilang kembangnya

Page 10: Puisi Karya Emha Ainun Najib

jika aku mendekatinya

kemanakah haru kuhadapkan muka

agar seimbang antara tidur dan jaga ?

Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997

Page 11: Puisi Karya Emha Ainun Najib

BEGITU ENGKAU BERSUJUD

Oleh :Emha Ainun Najib

Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid

Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid

Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

telah kau bengun selama hidupmu?

Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat

Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika

bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud

Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada

ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan

Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan

ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang

Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk

cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara

adzan

Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid

Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang

Allah, engkaulah kiblat

Page 12: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang

didengar Allah, engkaulah tilawah suci

Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai

Allah, engkaulah ayatullah

Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,

karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi

dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud

menjadilah engkau masjid

1987

Page 13: Puisi Karya Emha Ainun Najib

DARI BENTANGAN LANGIT

Oleh :Emha Ainun Najib

Dari bentangan langit yang semu

Ia, kemarau itu, datang kepadamu

Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang

Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan

menyapu hutan !

Mengekal tanah berbongkahan !

datang kepadamu, Ia, kemarau itu

dari Tuhan, yang senantia diam

dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa

yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.

Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997

Page 14: Puisi Karya Emha Ainun Najib

DITANYAKAN KEPADANYA

Oleh :Emha Ainun Najib

Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri

Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga

Tak demikian Allah menata

Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta

Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya

Tak demikian sunnatullah berkata

Maka cerdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas

Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya

Menjadi kacaulah sistem alam semesta

Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya sapakah penindas

Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota

Dilanggarnya tradisi alam dan manusia

Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan

Ialah burung terbang tinggi menuju matahari

Burung Allah tak sedia bunuh diri

Maka berdusta ia

Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai

Page 15: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari

Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola

Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar

Ialah air yang mengalir ke angkasa

Padahal telah ditetapkan hukum alam benda

Maka berdusta ia

Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin

Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang

Orang wajib menebangnya

Agar tak berdusta ia

Kemudian siapakah orang lemah perjuangan

Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan

Orang harus menggertak jiwanya

Agar tak berdusta ia

Kemudian siapakah pedagang penyihir

Ialah kijang kencana berlari di atas air

Orang harus meninggalkannya

Agar tak berdusta ia

Adapun siapakah budak kepentingan pribadi

Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri

Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya

Agar tak berdusta ia

Page 16: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta

Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau

Nyanyikan puisi di telinganya

Agar tak berdusta ia

1988

Page 17: Puisi Karya Emha Ainun Najib

DOA SEHELAI DAUN KERING

Janganku suaraku, ya ‘Aziz

Sedangkan firmanMupun diabaikan

Jangankan ucapanku, ya Qawiy

Sedangkan ayatMupun disepelekan

Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah

Sedangkan kasih sayangMupun dibuang

Jangankan sapaanku, ya Matin

Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan

Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka

Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus

Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka

Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban

Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati

Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali

Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti

Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu

Sedangkan IbrahimMu dibakar

Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut

Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian

Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir

Wahai Jabbar Mutakabbir

Engkau Maha Agung dan aku kerdil

Page 18: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan

Engkau Maha Kuat dan aku lemah

Engkau Maha Kaya dan aku papa

Engkau Maha Suci dan aku kumuh

Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya

Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar

Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí

Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab

Wahai Mannan wahai Karim

Wahai Fattah wahai Halim

Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu

Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu

Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu

Emha Ainun Nadjib Jakarta 11 Pebruari 1999

Page 19: Puisi Karya Emha Ainun Najib

IKRAR

Oleh :Emha Ainun Najib

Di dalam sinar-Mu

Segala soal dan wajah dunia

Tak menyebabkan apa-apa

Aku sendirilah yang menggerakkan laku

Atas nama-Mu

Kuambil siakp, total dan tuntas

maka getaranku

Adalah getaran-Mu

lenyap segala dimensi

baik dan buruk, kuat dan lemah

Keutuhan yang ada

Terpelihara dalam pasrah dan setia

Menangis dalam tertawa

Bersedih dalam gembira

Atau sebaliknya

tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu

Mulus dalam nilai satu

Kesadaran yang lebih tinggi

Mengatasi pikiran dan emosi

menetaplah, berbahagialah

Demi para tetangga

Page 20: Puisi Karya Emha Ainun Najib

tetapi di dalam kamu kosong

Ialah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan

Kugenggam kamu

Kau genggam aku

Jangan sentuh apapun

Yang menyebabkan noda

Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya

Berangkat ulang jengkal pertama

Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997

Page 21: Puisi Karya Emha Ainun Najib

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG

Oleh :Emha Ainun Najib

Ketika engkau bersembahyang

Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan

Partikel udara dan ruang hampa bergetar

Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bacaan Al-Fatihah dan surah

Membuat kegelapan terbuka matanya

Setiap doa dan pernyataan pasrah

Membentangkan jembatan cahaya

Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi

Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri

Kemudian mim sujudmu menangis

Di dalam cinta Allah hati gerimis

Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup

Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup

Ilmu dan peradaban takkan sampai

Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri

Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali

Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira

Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

Sembahyang di atas sajadah cahaya

Page 22: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia

Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya

Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah

Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika

Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang

Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan

1987

Page 23: Puisi Karya Emha Ainun Najib

KITA MASUKI PASAR RIBA

Oleh :Emha Ainun Najib

Kita pasar r iba

Medan perang keserakahan

Seperti ikan dalam air tenggelam

Tak bisa ambil jarak

Tak tahu langit

Ke kiri dosa ke kanan dusta

Bernapas air

Makan minum air

Darah riba mengalir

Kita masuki pasar riba

Menjual diri dan Tuhan

Untuk membeli hidup yang picisan

Telanjur jadi uang recehan

Dari putaran riba politik dan ekonomi

Sistem yang membunuh sebelum mati

Siapakah kita ?

Wajah tak menentu jenisnya

Tiap saat berganti nama

Tegantung kepentingannya apa

Tergantung rugi atu laba

Kita pilih kepada siapa tertawa

Page 24: Puisi Karya Emha Ainun Najib

1987

Page 25: Puisi Karya Emha Ainun Najib

KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG

Oleh :Emha Ainun Naijb

Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan

di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia

Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan

diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,

yang teramat menyakitkan ini, denganmu

Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah

persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu

Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika

mereka tancapkan pisau ke dadaku, mengucur darah dari

mereka sendiri, sehingga bersegera aku mengusapnya,

kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku

Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang,

kupeluk,

kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan

lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah

batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya,

kusumpal,

kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap,

kusayang-sayang.

1994 (Dari Kumpulan sajak Abracadabra Kita Ngumpet,Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, 1994, halaman 7)Republika, 24 Januari 1999

Page 26: Puisi Karya Emha Ainun Najib

MEMECAH MENGUTUHKAN

Oleh :Emha Ainun Najib

Kerja dan fungsi memecah manusia

Sujud sembahyang mengutuhkannya

Ego dan nafsu menumpas kehidupan

Oleh cinta nyawa dikembalikan

Lengan tanganmu tanggal sebelah

Karena siang hari politik yang gerah

Deru mesin ekonomi membekukan tubuhmu

Cambuk impian membuat jiwamu jadi hantu

Suami dan istri tak saling mengabdi

Tak mengalahkan atau memenangi

Keduanya adalah sahabat bergandengan tangan

Bersama-sama mengarungi jejeak Tuhan

Kalau berpcu mempersaingkan hari esok

Jangan lupakan cinta di kandungan cakrawala

Kalau cemas karena diiming-imingi tetangga

Berkacalah pada sunyi di gua garba rahasia

1987

Page 27: Puisi Karya Emha Ainun Najib

SEPENGGAL PUISI CAK NUN

Oleh :Emha Ainun Najib

sayang sayang kita tak tau kemana pergi

tak sanggup kita dengarkan suara yang sejati

langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri

yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri

loyang disangka emas emasnya di buang buang

kita makin buta yang mana utara yang mana selatan

yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan

yang penting disepelekan yang sepele diutamakan

Allah Allah betapa busuk hidup kami

dan masih akan membusuk lagi

betapa gelap hari di depan kami

mohon ayomilah kami yang kecil ini

Page 28: Puisi Karya Emha Ainun Najib

SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA

Oleh :Emha Ainun Najib

Satu

Masjid itu dua macamnya

Satu ruh, lainnya badan

Satu di atas tanah berdiri

Lainnya bersemayam di hati

Tak boleh hilang salah satunyaa

Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu

Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu

Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

Dua

Masjid selalu dua macamnya

Satu terbuat dari bata dan logam

Lainnya tak terperi

Karena sejati

Tiga

Masjid batu bata

Berdiri di mana-mana

Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya

Timbul tenggelam antara ada dan tiada

Mungkin di hati kita

Di dalam jiwa, di pusat sukma

Page 29: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Membisikkannama Allah ta’ala

Kita diajari mengenali-Nya

Di dalam masjid batu bata

Kita melangkah, kemudian bersujud

Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa

Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna

Empat

Sangat mahal biaya masjid badan

Padahal temboknya berlumut karena hujan

Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban

Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan

Masjid badan gmpang binasa

Matahari mengelupas warnanya

Ketika datang badai, beterbangan gentingnya

Oleh gempa ambruk dindingnya

Masjid ruh mengabadi

Pisau tak sanggup menikamnya

Senapan tak bisa membidiknya

Politik tak mampu memenjarakannya

Lima

Masjid ruh kita baw ke mana-mana

Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya

Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota

Page 30: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya

Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya

Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala

Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya

Sebab majid ruh adalah semesta raya

Jika kita berumah di masjid ruh

Tak kuasa para musuh melihat kita

Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya

Mereka menembak hanya bayangan kita

Enam

Masjid itu dua macamnya

Masjid badan berdiri kaku

Tak bisa digenggam

Tak mungkin kita bawa masuk kuburan

Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita

Melampaui ujung waktu nun di sana

Terbang melintasi seribu alam seribu semesta

Hinggap di keharibaan cinta-Nya

Tujuh

Masjid itu dua macamnya

Orang yang hanya punya masjid pertama

Segera mati sebelum membusuk dagingnya

Karena kiblatnya hanya batu berhala

Page 31: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua

Berkeliaran sebagai ruh gentayangan

Tidak memiliki tanah pijakan

Sehingga kakinya gagal berjalan

Maka hanya bagi orang yang waspada

Dua masjid menjadi satu jumlahnya

Syariat dan hakikat

Menyatu dalam tarikat ke makrifat

Delapan

Bahkan seribu masjid, sjuta masjid

Niscaya hanya satu belaka jumlahnya

Sebab tujuh samudera gerakan sejarah

Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah

Sesekali kita pertengkarkan soal bid’ah

Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah

Itu sekedar pertengkaran suami istri

Untuk memperoleh kemesraan kembali

Para pemimpin saling bercuriga

Kelompok satu mengafirkan lainnya

Itu namanya belajar mendewasakan khilafah

Sambil menggali penemuan model imamah

Sembilan

Seribu masjid dibangun

Page 32: Puisi Karya Emha Ainun Najib

Seribu lainnya didirikan

Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun

Tagihan masa depan kita cicilkan

Seribu orang mendirikan satu masjid badan

Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan

Hadir engkau semua menyodorkan kawruh

Seribu masjid tumbuh dalam sejarah

Bergetar menyatu sejumlah Allah

Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan

Melainkan dengan hikmah kepemimpinan

Allah itu mustahil kalah

Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah

Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah

Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!

1987

Page 33: Puisi Karya Emha Ainun Najib

TAHAJJUD CINTAKU

Oleh :Emha Ainun Najib

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan

Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan

Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya

Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima

Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita

Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara

Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka

Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya

Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran

Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan

Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan

Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta

Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya

1988