publikasi ilmiah pengembangan aplikasi sistem...

20
PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM RANAH AFEKTIF (SEPPA) BERBASIS WEBSITE TINGKAT MADRASAH TSANAWIYAH Oleh LUZARRIT FIRDAUSI NIM 12010170013 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan gelar Magister Pendidikan PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PUBLIKASI ILMIAH

    PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM EVALUASI

    PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM RANAH

    AFEKTIF (SEPPA) BERBASIS WEBSITE

    TINGKAT MADRASAH TSANAWIYAH

    Oleh

    LUZARRIT FIRDAUSI

    NIM 12010170013

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan gelar Magister Pendidikan

    PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • i

    PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM RANAH AFEKTIF (SEPPA) BERBASIS WEBSITE

    TINGKAT MADRASAH TSANAWIYAH

    Luzarrit Firdausi

    Institut Agama Islam Negeri Salatiga

    [email protected]

    Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengembangan aplikasi SEPPA dan

    efektifitasnya bagi peningkatan kompetensi paedagogic guru. Metode penelitian ini adalah

    Research and Development dengan subjek penelitian guru pada Madrasah Tsanawiyah.

    Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Subjek

    penelitian ini adalah guru tingkat Madrasah Tsanawiyah. Hasil penelitian ini sebagai berikut:

    hasil uji validasi aplikasi SEPPA ini untuk ahli teknologi diuji berdasarkan kaidah media, tata

    laksana, dan kaidah software memperoleh rata-rata nilai 2,92 (layak) untuk digunakan;

    penilaian pakar pendidikan/materi dinilai berdasarkan relevansi media dengan mendapatkan

    nilai 3,25 (sangat layak); uji coba produk dilaksanakan 3 kali uji coba, yaitu: uji coba

    perorangan dengan skor 3,48; uji coba kelompok dilakukan memperoleh rerata skor 3,52; uji

    coba diperluas dilaksanakan memperoleh rata-rata skor 3,55; serta uji efektifitas terhadap

    aplikasi SEPPA berbasis Website dengan uji t 4,788 maka dengan hasil tersebut dapat

    disimpulkan bahwa aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ranah

    Afektif (SEPPA) berbasis Website efektif digunakan untuk evaluasi pembelajaran.

    Kata Kunci: aplikasi, evaluasi pembelajaran PAI, afektif, Website

    Abstract: The purpose of the research is to find out suitable development and effectivenees of

    SEPPA application for teachers. The methodology of this research is Research and

    Development and the subjects are teachers of Islamic Junior High School (MTs). The data

    collection uses interview technique, questionnaire and documentation. The subject of the

    research is teachers in Islamic Junior High School (MTs). The result of this research are as

    follows the result of validation test of SEPPA for professional is tested based on media

    principle governace and software principle wich earn an average 2.92 or suitable to use; the

    assessment from professional is based on media relevance that earn an average 3.25 or very

    suitable to use; the subjects of the research for first trial test an average was 3.48; the second

    trial test with intermediate group with an average 3.52; the third trial test there with an

    average 3.55; and the test of effectiveness of SEPPA application (Sistem Evaluasi

    Pembelajaran PAI Ranah Afektif) Website-based , there from t test get value score of 4.788.

    So, with this result that SEPPA application (Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah

    Afektif) Website-based effectively used for learning evaluation.

    Keywords: Application, Islamics Education’s learning evaluation, affective, Website

  • 1

    PENDAHULUAN

    Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk membantu manusia memperoleh

    kehidupan yang bermakna, baik secara individu dan kelompok (Hamruni, 2008: 63).

    Namun pendidikan dengan pembelajaran merupakan suatu hal yang berbeda, dalam

    suatu pendidikan terdapat bagian yang disebut dengan pembelajaran.

    Proses belajar mengajar tidak akan lepas dari tiga ranah potensi peserta didik,

    yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran mestinya

    mengembangkan ketiga ranah potensi peserta didik tersebut, sehingga tidak hanya

    melahirkan peserta didik yang pintar, tetapi juga bermoral dan terampil. Dalam

    perjalanannya domain kognitif lebih menonjol dibandingkan dengan pengembangan

    afektif dan psikomotorik. Banyak peserta didik yang pintar, tetapi tidak mempunyai

    moralitas dan tidak mampu hidup mandiri dalam realitas kehidupan sosial. Dengan

    demikian, kini sudah saatnya proses belajar mengajar serta proses penilaian harus

    imbang dalam mengembangkan ketiga ranah tersebut. Oleh sebab itu, penilaian sikap

    menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses penilaian ranah kognitif (Atmaja,

    2016: 125). Kerry Stephard menuturkan bahwa a central element of education for

    sustainability is a quest for affective learning outcomes of values, attitudes and

    behaviours. It describes the theoretical foundations of this form of education and

    interprets a range of educational endeavours in these terms (Stephard, 2007: 96).

    Senada dengan hal di atas Robert R. Carkhuff memaparkan juga, students can be

    directly taught the affective-interpersonal skills they require to relate effectively to

    themselves, their teachers, and their learning experiences. Kids really do learn better

    when they communicate affectively (Carkhuff, 1982: 486).

    Pembelajaran dilaksanakan dalam serangkaian kegiatan, karena hal itu merupakan

    suatu proses bukan produk. Dari mulai perencanaan pembelajaran hingga di akhiri

    dengan evaluasi pembelajaran sebagai bahan feedback demi peningkatan mutu

  • 2

    pembelajaran berikutnya. Dari mulai ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif

    mempunyai alat dan metode untuk mengevaluasi masing-masing.

    Proses pembelajaran yang dilakukan pendidik dari awal hingga akhir

    membutuhkan kompetensi yang ada dalam diri masing-masing pendidik, khususnya

    kompetensi pedagogik. Deborah menuturkan bahwa Effective professional education

    would prepare teachers with knowledge and skills that would enable them to engage in

    instruction that helps children learn (Ball, 2010: 507). Namun, dalam kenyataannya

    tidak sedikit pendidik yang belum mampu melakukan berbagai rangkaian kegiatan

    pembelajran secara baik, terutama dalam hal evaluasi.

    Di era sekarang ini, teknologi informasi sudah mulai berkembang dengan pesat

    hingga sampai pada kegiatan evaluasi pembelajaran. Tidak sedikit para ahli yang mulai

    menciptakan alat evaluasi pembelajaran berupa aplikasi. Akan tetapi, tidak jarang

    ditemui pendidik yang masih canggung dalam mengevaluasi, apalagi menggunakan

    aplikasi tertentu. Banyak yang menganggap hal itu tidak mudah. Dari observasi penulis,

    seperti yang terjadi dalam lingkungan Madrasah Tsanawiyah Se-Kecamatan Pabelan

    banyak hal yang menghambat kegiatan evaluasi khususnya ketika akan penilaian akhir.

    Guru kesulitan dalam pengambilan nilai dan pemberian deskripsi, kesulitan itu berujung

    pada penilaian afektif yang harus detai per siswa dan dari hasil observasi atau jurnal

    yang ada. Selain itu, tidak jarang evaluasi ranah afektif dilakukan secara mendadak

    ketika penyusunan raport akhir semester. Itu pun evaluasi dilakukan secara sampel

    dengan mengambil nilai hanya hanya siswa yang mempunyai sikap menonjol positif

    dan sikap menonjol negatif.

    Melihat sistem evaluasi pembelajaran yang ada sekarang ini ada problem yang

    membuat pendidik merasa sulit untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam

    evaluasi ranah afektif. Karena dalam kurikulum 2013 ranah afektif dipaparkan

    berdasarkan sikap-sikap yang harus dijabarkan secara detail. Selain itu, untuk ranah

  • 3

    kognitif dan psikomotorik lebih jelas dengan tes. Akan tetapi, untuk ranah afektif agar

    bisa berjalan dengan baik dan tujuan pendidikan dapat terwujud, guru harus sabar dan

    detail dalam mengobservasi sikap peserta didik. Maka, dengan adanya pengembangan

    ini diharapkan pendidik lebih efektif dan efisien karena lebih mempercepat kerja guru

    untuk mengevaluasi. Dengan adanya aplikasi SEPPA akan lebih membantu guru dalam

    proses evaluasi.

    Seperti yang tercantum dalam sebuah artikel yang mengatakan bahwa you must

    import that data into your statistical analysis program of choice before you can analyze

    it. Most statistics programs, such as SAS and SPSS, can import data files correctly from

    Excel (Elliot, 2006: 337). Sehingga, dalam hal ini peneliti mencoba mengembangkan

    sebuah aplikasi untuk membuat evaluasi proses pembelajaran lebih menarik khususnya

    ranah afektif. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Pengembangan Aplikasi

    Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ranah Afektif (SEPPA)

    Berbasis Website Tingkat Madrasah Tsanawiyah”.

    Metode Penelitian

    Metode penelitian ini adalah Research and Development dengan subjek penelitian

    guru pada Madrasah Tsanawiyah. Adapun tahapan dari R&D ini sebagai berikut: (1)

    studi pendahuluan; (2) pengembangan aplikasi; (3) pengujian produk. Pengumpulan

    data menggunakan teknik wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Subjek penelitian

    ini adalah guru tingkat Madrasah Tsanawiyah.

    Evaluasi Pembelajaran SEPPA

    SEPPA merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan untuk mengevaluasi

    pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran PAI. Hal tersebut karena menitik beratkan

    dalam ranah afektif yang bias digunakan lebih detail dan valid karena dapat dievaluasi

    setiap minggu dan terdapat grafik yang memeparkan tingkat perkembangan sikap yang

    dinilai.

  • 4

    Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi merupakan kumpulan sebuah data untuk

    menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai,

    jika belum, apa sebabnya (Arikunto, 2005: 3). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi

    adalah kualitas daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai maupun arti.

    Sehingga, Zaenal Arifin menuturkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untuk

    sampai pada pemberian nilai atau pun arti bukan produk (Arifin, 2012: 9).

    Senada dengan hal di atas, in the evaluation of educational outputs, student

    evaluation is of great importance because it provides holistic information about those

    becoming involved in education service. Information provided by students can be accepted

    as one of the best pieces of feedback in order to develop educational methods and

    strategies (Gokce, 2014: 3).

    Sedangkan, pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang sistematis dan sistemik,

    yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik,

    sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan

    tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik

    atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Arifin, 2012: 13).

    Sehingga, tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara, pembelajaran,

    mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi

    pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Tujuan

    lainnya adalah untuk memperbaiki dan mendalami dan memperluas pelajaran, dan yang

    terakhir adalah untuk memberitahukan atau melaporkan kepada para orangtua/wali siswa

    mengenai penentuan kenaikan kelas atau penentuan kelulusan siswa (Mahirab, 2017: 261).

    Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi pembelajaran adalah

    suatu proses untuk memperoleh nilai atau arti dari kegiatan belajar.

    Ranah Afektif

  • 5

    Sukanti memaparkan bahwa ranah afektif, yaitu suatu predisposisi yang dipelajari

    untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang

    (Sukanti, 2011: 76).

    Sedangkan Zaenal Arifin menjelaskan bahwa ada dua hal yang berhubungan dengan

    penuilaian afektif yang harus dinilai, antara lain:

    1) Kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan

    pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

    2) Sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran terdapat empat tipe karakteristik afektif yang penting,

    yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai (Arifin, 2009: 75). Secara umum, objek sikap

    yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai

    berikut:

    1) Sikap terhadap materi pembelajaran

    2) Sikap terhadap guru/pengajar

    3) Sikap terhadap proses pembelajaran

    4) Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu

    materi pelajaran

    5) Sikap lainnya yang dimuat dalam tujuan pendidikan (Atmaja, 2016: 125).

    Seperti halnya yang dikemukakan Pullan and Hargreaves dalam sebuah artikel

    karangan Elaine Tung yang menuturkan bahwa, analyzed the relationship between teacher

    development and successful implementation of innovation and found that effective change

    consists of the "alteration of curriculum materials, instructional practices and behaviour,

    and beliefs and understandings of the part of teachers involved (Tung, 2001: 53).

    Oleh karena itu, dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ranah afektif

    merupakan salah satu ranah pendidikan yang berhubungan dengan nilai, sikap, atau norma

    yang harus tumbuh dan dinilai dalam diri peserta didik.

  • 6

    Web (Website)

    Menurut Menurut Ali Zaki dalam Rudika Harminingtyas, memaparkan bahwa

    sebuah situs wes (sering pula disingkat menjadi situs saja, website atau site) adalah sebutan

    bagi sekelompok halaman web (web page) yang umumnya merupakan bagian dari suatu

    nama domain (domain name) atau subdomain di World Wide Web (WWW) di internet.

    Sebuah web page adalah dokumen yang tertulis dalam format HTML (Hyper Text Markup

    Language), yang hamper bias diakses melalui HTTP, yaitu protocol yang menyampaikan

    informasi dari server website untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui web browser

    baik yang bersifat statis maupun dinamis (Harminingtyas, 2014: 42). Sedangkan dalam hal

    ini web yang digunakan menggunakan PHP, yaitu bahasa server-site scripting yang

    menyatu dengan HTML untuk membuat halaman web yang dinamis (Arief, 2011: 43).

    PEMBAHASAN

    Opini Guru, Kepala Madrasah dan Waka. Kurikulum Tentang Evaluasi Pembelajaran

    PAI Ranah Afektif

    Mulai berlakunya kurikulum 2013 dalam dunia pendidikan dari tingkat sekolah dasar

    hingga menengah di Indonesia menimbulkan pro dan kontra bagi pelaksana pendidikan.

    Khususnya bagi para guru yang terjun langsung dilapangan merasa kurang siap dalam

    menjalankan kurikulum tersebut. Mulai dari perangkat pembelajaran yang lebih rumit dan

    tebal, pelaksaan pembelajaran, hingga dalam evaluasi pembelajarannya. Hal ini dapat

    dilihat dari argumentasi-argumentasi dari guru, kepala madrasah, dan waka. Kurikulum

    mulai menerapkan kurikulum 2013.

    Pelaksanaan evaluasi pembelajaran khususnya ranah afektif yang dilakukan dengan

    observasi dinilai guru kurang afektif. Hal ini dikarenakan penilaian sikap diambil secara

    mendadak dengan melakukan observasi secara global dan hanya memilah siswa yang

    mempunyai sikap menonjol secara positif dan siswa yang mempunyai sikap menonjol

  • 7

    secara negatif. Selain itu, tidak jarang guru kehilangan file setelah beberapa waktu pasca

    cetak nilai raport. Kerena lupa menyimpan file atau bahkan file berada pada salah satu

    computer yang kemudian mengalami kerusakan.

    Pemerintah yang secara tegas mengumumkan penerapan berlakunya kurikulum 2013

    mempunyai tataran yang lebih tinggi, akan tetapi untuk para guru yang terjun langsung di

    lapangan awalnya merasa kesulitan dalam penerapannya. Dari pembuatan perangkat

    pembelajaran yang memakan waktu lama dan lebih tebal, pelaksanaan yang juga dianggap

    rumit, hingga cara evaluasi yang sampai memakan waktu yang lama. Bahkan pada saat

    menjelang penerimaan laporan hasil belajar, tidak jarang guru yang lembur. Aplikasi yang

    sekarang sudah beredar mempunyai banyak perbedaan, mempunyai kelebihan dan

    kekurangan masing masing. Namun, bagi guru-guru khususnya yang sudah senior tetap

    saja hal itu merupakan hal yang baru dan sulit untuk beradaptasi dibandingkan dengan

    kurikulum yang sebelumnya.

    Dalam penilaian atau evaluasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk bekerja lebih

    keras, beradaptasi dengan perubahan kurikulum dan memahami untuk diterapkan dalam

    pembelajaran membutuhkan kemampuan berpikir dan softskill dalm bidang teknologi yang

    harus mumpuni. Khususnya dalam hal evalusinya, banyak aplikasi yang digunakan saat ini,

    missal untuk pembuatan laporan hasil belajar. Akan tetapi, karena pembuatannya memakan

    waktu yang lama dan terlalu banyak jumlah halamannya, pada akhirnya yang terpenting

    raport terisi penuh dan bias dicetak. Maka, dalam hal ini dibutuhkan aplikasi yang lebih

    mudah dipahami dan mudah dalam pengisiannya.

    Namun, kurikulum akan semakin berkembang kearah yang lebih baik. Khususnya

    system evakuasi yang akan terus berkembang lebih efektif dan efisien, sederhana dan

    mudah dipahami dan dilaksanakan para guru. Seperti aplikasi yang akan terus

    dikembangkan untuk membantu proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Di sisi lain,

  • 8

    guru juga harus bertekat untuk terus belajar mengikuti perkembangan yang ada. Agar

    tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal.

    Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang relevan oleh Endah Tri Fatmawati tentang

    pengembangan aplikasi SPARKS (Sistem Penilaian Akhir Raport Kurikulum 2013)

    berbasis web. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru mengalami kesulitan

    dalam proses evaluasi pembelajaran mulai dari sistem pengambilan nilai, input nilai,

    bahkan sampai penyimpanan nilai (Fatmawati, 2017: 24).

    Needs Assessment (Analisis Kebutuhan)

    Berawal dari berbagai problematika yang ada dalam proses evaluasi pembelajaran

    ranah afektif yang telah penulis paparkan di atas, peneliti menganalisa dan menyimpulkan

    berdasarkan hasil dari needs assessment bahwasannya sistem evaluasi pembelajaran PAI

    ranah afektif kurang efektif dan efisien sehingga guru melaksanakan evaluasi ranah afektif

    secara global dalam satu semester. Dengan menggunakan metode observasi dan memilah

    siswa yang memiliki sikap menonjol positif dan siswa yang memiliki sikap menonjol

    negatif saja yang diambil sampling. Adapun untuk siswa yang dalam kategori sedang tidak

    di nilai secara detail.

    Satelah dilakukan wawancara dan observasi banyak permasalahan yang muncul.

    Dapat diketahui tingkat kebutuhan guru setelah pengisian angket dilakukan dengan hasil

    pada table di bawah ini

    Tabel 3.1 Rekapitulasi hasil needs assessment

    No. Indikator Rerata (n=30) Keterangan

    1 Format Penilaian 3,39 Sangat Butuh

    2 Materi evaluasi 3,32 Sangat Butuh

    3 Jenis Aplikasi 3,24 Sangat Butuh

    Rerata Jumlah 3,32 Sangat Butuh

    Sumber: Data Primer

  • 9

    Apabila digambarkan dengan diagram batang adalah sebagai berikut:

    Gambar 3.11 Grafik Hasil Skor Needs Assesment

    Sumber: Data Primer

    Hasil needs assessment menunjukkan angka 3,32, hal tersebut membuktikan bahwa

    dalam dunia pendidikan membutuhkan inovasi baru mengenai sistem evaluasi ranah

    afektif. Oleh karena itu, peneliti membuat inovasi pengembangan SEPPA (Sistem Evaluasi

    Pembelajaran PAI Ranah Afektif) berbasis web yang sederhana namun lebih efektif dan

    efisien, serta tepat sasaran.

    Aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif) berbasis web

    dibuat dengan sederhana, fitur-fiturnya tidak terlalu rumit, efektif, dan efisien namun tidak

    menghilangkan subtansi dari evaluasi ranah afektifnya. Berbasis web menjadi pilihan

    karena dalam peng-input-an nilai tidak terpaku dalam ruang dan waktu. Dapat diisi dimana

    saja dan kapan saja. Serta metode penyimpanan yang menginduk dalam database, juga

    lebih efektif. Guru tetap tidak akan khawatir kehilangan data apabila alat penyimpanan

    rusak atau terlupa dalam penyimpanan. Data akan tetap tersimpan rapi dalam database.

    Aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif) berbasis web

    juga dibuat lebih detail dan tepat sasaran. Artinya dalam evaluasi ranah afektif yang

    biasanya guru hanya mengambil sampel dari anak yang sikapnya menonjol secara positif

    dan menonjol secara negatif saja. Dan itu dilakukan secara umum dalam tengah dan akhir

    semester. Namun dalam aplikasi SEPPA ini, guru bisa observasi sikap siswa setia hari dan

    3.15

    3.2

    3.25

    3.3

    3.35

    3.4

    3.45

    FotmatPenilaian

    MateriEvaluasi

    JenisAplikasi

    Needs Assessment

    Needs Assessment

  • 10

    menginput data atau melakukan evaluasi dalam setiap minggu. Kemudian, dari data yang

    diinput guru dalam setiap minggu akan disertai grafik perkembangan sikap siswa dalam

    setiap bulan dan diakumulasikan dalam setiap semester.

    FGD (Focus Group Discussion)

    Tahapan selanjutnya dalam Research and Development yaitu Focus Group Discussion

    (FGD). Kegiatan ini menghadirkan dosen pembimbing, pakar teknologi, pakar

    pendidikan/materi, dan perwakilan responden. Peneliti memaparkan hasil dari penelitian

    dan pengembangan berupa produk aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI

    Ranah Afektif) Berbasis Web.

    Pakar teknologi memberikan saran agar password yang ada pada update guru perlu

    disembunyikan teksnya, sebaiknya tampilan pop-up perlu disambung atau tidak

    berpotongan, menu bawaan dari template yang tidak perlu sebaiknya dihilangkan, teks

    undefined sebaiknya dihilangkan, dan sebaiknya query tidak terlihat.

    Sedangkan, pakar pendidikan/materi memberikan masukan sebaiknya ditambahkan

    menu bagi guru yang ingin mengetik deskripsi secara manual dan sebaiknya output tidak

    hanya rekapan saja, tetapi output nilai untuk setiap siswa. Selanjutnya, pakar

    pendidikan/materi memberikan saran agar aplikasi ini kedepan bisa terintegrasi dengan

    web sekolah jika web sekolah mampu mewadahi.

    Hasil Uji Kelayakan

    Uji kelayakan aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif) berbasis

    web dilakukan dari bidang pendidikan dan juga bidang teknologi. Sebagai pakar

    pendidikan yang menguji yaitu Miftachudin, MA dari dosen IAIN Salatiga dan pakar

    teknologi yaitu Anriza Kurnia Aziiz, S.Kom dari PT. Nalysa Salatiga.

    Berdasarkan hasil uji pakar pendidikan menyatakan bahwa pengembangan aplikasi

    SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif) berbasis web sudah baik dan

    layak. Akan tetapi, harus ada perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan.

  • 11

    Uji kelayakan terdapat 4 kriteria yaitu tidak layak, kurang layak, layak dan sangat

    layak. Kriteria aplikasi ini dengan unsur dari nilai-nilai yang dapt dilihat dari table berikut:

    Tabel 3.2 Tabel hasil uji kelayakan oleh pakar teknologi

    No Indikator Penilaian Rerata (n=1) Keterangan

    1 Kaidah Media 2,88 Layak

    2 Tata Laksana 3,00 Layak

    3 Kaidah Software 2,89 Layak

    Rerata 2,92 Layak

    Sumber: Data Primer

    Apabila digambarkan dengan diagram batang adalah sebagai berikut:

    Gambar 3.12 Grafik Penilaian Ahli Teknologi

    Sumber: Data Primer

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji validasi yang dilakukan

    oleh pakar teknologi yang meliputi sebagai berikut: 1) kaidah media = 2,88 , 2) tata

    laksana = 3,00, 3) kaidah software = 2,89 . Sehingga menghasilkan nilai akhir 2,92 atau

    layak untuk digunakan sebagai sistem evaluasi pembelajaran.

    Tabel 3.3 Tabel uji kelayakan oleh pakar pendidikan/materi

    Indikator Penilaian Rerata (n=1) Keterangan

    Relevansi Media 3,25 Sangat Layak

    Sumber: Data Primer

    2.8

    2.85

    2.9

    2.95

    3

    3.05

    KaidahMedia

    TataLaksana

    KaidahSoftware

    Penilaian Ahli Teknologi

    Penilaian AhliTeknologi

  • 12

    Adapun jika digambar dengan diagram batang yaitu:

    Gambar 3.13 Grafik Penilaian Ahli Pendidikan/Materi

    Sumber: Data Primer

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji validasi oleh pakar/ahli

    pendidikan menunjukkan bahwa nilai akhir pada indicator relevansi media memperoleh

    nilai 3,25 atau sangat layak digunakan.

    Berdasarkan hasil pengembangan aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran

    PAI Ranah Afektif) berbasis website dari membuat rancangan awal produk aplikasi,

    melakukan bimbingan kepada ahli pendidikan/materi dan ahli teknologi, kemudian

    merevisi sesuai saran, dan mendapat penilaian dari ahli pendidikan/materi dan ahli

    teknologi memperoleh hasil sebagai berikut:

    Ahli teknologi menyatakan bahwa aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran

    PAI Ranah Afektif) berbasis website sudah baik dan layak untuk digunakan dalam evaluasi

    pembelajaran dengan menghasilkan rata-rata 2,92. Sedangkan ahli pendidikan/materi

    menyatakan bahwa aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif)

    berbasis website menghasilkan rata-rata 3,25 atau sangat layak digunakan dalam evaluasi

    pembelajaran. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang relevan oleh Riyan Muhammad

    Syafi’I. hasil validasi dari ahli pendidikan menunjukkan bahwa pengembangan penilaian

    autentik berbasis software Microsoft Excel dalam muatan pelajaran IPA untuk mengukur

    sikap, pengetahuan, dan keterampilan menunjukkan hasil yang sangat baik dan dapat

    digunakan untuk evaluasi pembelajaran (Syafi’I, 2018: 28).

    0

    2

    4

    RelevansiMedia

    Penilaian Ahli Pendidikan/Materi

    Penilaian AhliPendidikan/Materi

  • 13

    Berdasarkan temuan tersebut, maka aplikasi SEPPA (Sistem Evaluasi Pembelajaran

    PAI Ranah Afektif) berbasis website dilanjutkan dengan uji coba perorangan, uji coba

    kelompok, dan uji coba diperluas.

    Efektifitas Pengembangan Aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama

    Islam Ranah Afektif (SEPPA) Berbasis Website

    1. Deskriptif Statistik

    Deskriptif statistik dari hasil Pretest dan Posttest guru menggunakan aplikasi Sistem Evaluasi

    Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ranah Afektif (SEPPA) Berbasis Website diperoleh

    hasil sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest

    Pretest Posttest

    N Valid 30 30

    Missing 0 0

    Mean 30.87 52.50

    Median 31.00 52.00

    Mode 32 52

    Std. Deviation 3.579 2.910

    Sum 926 1575

    Sumber: Data Primer

    Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pada hasil Pretest menunjukkan N= 30, mean= 30,87,

    median= 31, modus= 32, standar deviasi= 3579, dan jumlah= 3,579. Sedangkan untuk hasil

    Posttest menunjukkan N= 30, mean= 52,50, median= 52, modus= 52, standar deviasi= 2,910,

    dan jumlah= 2,910. Uji Normalitas Data

    Uji normalitas data Pretest dan Posttest, sebelum dilakukan uji t, maka dilakukan uji

    normalitas dengan hasil seperti pada tabel berikut:

  • 14

    Tabel 4.2 Uji Normalitas Pretest dan Posttest

    Skor

    Shapiro-Wilk

    Statistic df Sig.

    Hasil Pretest

    .960

    3

    0

    .301

    Posttest

    .961

    3

    0

    .319

    Sumber: Data Primer

    Berdasarkan hasil uji normalitas di atas dapat diperoleh bahwa p=0.301>0.05 dan

    p=0.319>0.05. Maka dapat disimpulkan data Pretest dan Posttest berdistribusi normal.

    2. Uji Efektifitas

    Uji efektifitas aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ranah Afektif

    (SEPPA) berbasis Website dari hasil pretest dan posttest yang telah diuji normalitas. Maka,

    dilakukan uji efektifitas dengan uji Wilcoxon. Hal tersebut dilaksanakan dengan data

    terdistribusi secara normal. Adapun hasilnya sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Uji Wilcoxon Pretest dan Posttest

    Posttest – Pretest

    Z -4.788a

    Asymp. Sig.

    (2-tailed)

    .000

    a. Based on negative ranks.

    b. Wilcoxon Signed Ranks Test

    Sumber: Data Primer

    Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh hasil t hitung 4,788, sedangkan t hitung= 2,0581.

    Maka t hitung > t tabel, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak, dari hasil ini dapat disimpulkan

  • 15

    bahwa pengembangan aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ranah

    Afektif (SEPPA) berbasis Website efektif dapat meningkatkan kompetensi guru khususnya

    dalam bidang evaluasi pembelajaran.

    Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama

    Islam Ranah Afektif (SEPPA) Berbasis Website

    Suatu sistem memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pun dengan apliksi SEPPA

    berbasis Website. Kelebihan aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Ranah Afektif (SEPPA) berbasis Website ini, antara lain: 1) Aplikasi SEPPA berbasis

    Website ini guru tidak perlu membuat blanko penilaian secara manual; 2) aplikasi ini sangat

    sederhana sehingga mudah dioperasikan oleh gurudari berbagai jenjang usia; 3) aplikasi ini

    efektif dan efisien dikarenakan guru ketika akan melaksanakan evaluasi tidak perlu membuat

    secara manul, hanya memilih predikat dan sikap yang sering dan berkembang pada siswa dan

    juga langsung muncul dalam rekap dan raport baik mingguan atau pun semester; 4) aplikasi

    ini lebih valid karena data yang dimasukkan berupa data observasi mingguan sehingga lebih

    terlihat perkembangan sikap siswa dan dilengkapi dengan grafik perkembangan sikap siswa

    yang kemudian dapat direkap menjadi nilai sikap pada raport; 5) aplikasi ini menggunakan

    sistem penyimpanan dalam database sehingga guru tidak khawatir akan kehilangan data; dan

    6) aplikasi ini mempermudah guru untuk output data yang selanjutnya dapat dijadikan bahan

    pembuatan raport semester.

    Sedangkan kekurangan aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Ranah Afektif (SEPPA) berbasis Website ini guru harus dalam jejaring (online) ketika

    melakukan input data. Selain itu, guru harus cermat dan teliti dalam memasukkan atau

    memilih nilai untuk masing-masing siswa. Serta saat pembuatan raport, guru harus

    mengambil nilai sikap dari aplikasi ini yang kemudian dikombinasikan dengan nilai

    pengetahuan dan psikomotorik.

  • 16

    Berdasarkan uji efektifitas terhadap guru dari Madrasah Tsanawiyah se-Kecamatan

    Pabelan, pengembangan aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Ranah Afektif (SEPPA) berbasis Website menunjukkan hasil yang sangat baik. Data

    kemudian dianalisis menggunakan SPSS 16 dan diperoleh t hitung 4,788 sedangkan t tabel

    2,0481. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan aplikasi Sistem Evaluasi

    Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ranah Afektif (SEPPA) berbasis Website efektif

    terhadap peningkatan kompetensi paedagogik guru Madrasah Tsanawiyah.

    Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang relevan oleh Budiyono Sputro, M. Mas’ud, H.

    Saputro, dan A. Kuswaya tentang Learning effectiveness of Department-based Intregeted

    Science Interpretation is effective in improving the learning outcomes of the science

    interpretation for Tadris IPA of IAIN Salatiga students. Adapun kelebihan aplikasi SEPPA ini

    adalah input nilai per minggu dan menampilkan grafiknya, serta penyimpanan dalam

    database. Sedang kekurangannya, dalam akses harus menggunakan internet.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    1. Kondisi nyata sistem evaluasi pembelajran PAI khususnya ranah afektif banyak menemui

    kendala rumit dalam memasukkan data dan penggunaan membutuhkan waktu yang lama.

    Selain itu, kebanyak guru menilai ranah afektif dengan observasi secara global di akhir

    semester ketika akan membuat raport. Hasil dari needs assessment tentang pengembangan

    aplikasi SEPPA dengan indicator sebagai berikut: 1) format penilaian dengan rata-rata skor

    3,39; 2) materi evaluasi dengan rata-rata skor 3,32; dan 3) jenis aplikasi dengan rata-rata skor

    3,24. Sehingga rata-rata seluruh aspek menjadi 3,32. Berdasarkan angket needs assessment

    membuktikan bahwa pengembangan aplikasi SEPPA sangat dibutuhkan.

  • 17

    2. Hasil uji kelayakan SEPPA dilakukan dengan tiga tahap yaitu FGD, validasi ahli, dan uji

    coba lapangan. Hasil FGD dengan usulan agar password disembunyikan dan halaman depan

    dengan warna yang cerah. Hasil uji validasi dari pakar teknologi dengan indikator penilaian

    kelayakan dengan indikator antara lain, kaidah media, tata laksana, kaidah software dengan

    rata-rata skor 2,92 atau layak digunakan. Sedangkan uji validasi pakar pendidikan mengenai

    relevansi media evaluasi memperoleh ini 3,25 atau sangat layak untuk digunakan. Hasil uji

    kelayakan Aplikasi SEPPA dilakukan dengan tiga tahap, yaitu uji coba perorangan

    memperoleh rata-rata skor 3,48, uji coba kelompok memperoleh rata-rata skor 3,52, dan uji

    coba diperluas memperoleh rata-rata skor 3,55.

    3. Hasil pengembangan Aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Ranah Afektif (SEPPA) berbasis Website efektif terhadap peningkatan kompetensi

    peadagogik guru Madrasah Tasanawiyah hal ini dibuktikan melalui uji Wilcoxon

    menghasilkan t hitung 4,788 dengan t tabel 2,0481.

    Saran

    Aplikasi Sistem Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ranah Afektif

    (SEPPA) berbasis Website dapat digunakan guru untuk melakukan evaluasi ranah afektif.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arief M. R. Pemprograman Website Dinamis Menggunakan Php dan Mysql, Yogyakarta:

    Andi Offset. 2011.

    Arifin, Z. Evaluasi Pembelajaran Cet. 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. 2012.

    Arifin, Z. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    2009.

    Arikunto, S. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2005.

    Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

    1998.

    Atmaja, N P. Evaluasi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press. 2016.

  • 18

    Aziz, M K, “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Android untuk

    Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI”, Tesis,

    UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

    Ball, D L, dkk, “The Work of Teaching and the Challenge for Teacher Education”, Journal

    of Teacher Education, Vol. 60 No. 5, (January 2010), 496-511.

    Carkhuff, R R., “Affective Education in the Age of Productivity”, Education Leadership

    Journal, Vol. 5, No. 1, (June 1982), 483-491.

    Elliot, A C., dkk, “Preparing Data for Analysis Using Microsoft Excel”, Journal of

    Investigative Medicine, Vol. 54 No. 6, (September 2006), 334-341.

    Fatmawati, E T, “Pengembangan Aplikasi SPARKS (Sistem Penilaian Akhir Rapor

    Kurikulum 2013) Tingkat Madrasah Ibtidaiyah Berbasis WEBSITE”, Tesis, IAIN

    Salatiga, 2017.

    Gokce, F, “Evaluation of Educational Outputs in Cognitive and Affective Domain”, Uludag

    University of Journal, Vol. 27, No. 1, (May 2014), 1-8.

    Hamruni. Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN

    Sunan Kalijaga. 2008.

    Harminingtyas, R. “Analisis Layanan Website Sebagai Media Promosi, Media Transaksi, dan

    Media Informasi dan Pengaruhnya Terhadap Brand Image Perusahaan pada Hotel

    Ciputra Kota Semarang”, Jurnal STIE Semarang, Vol. 6, No. 3, (Oktober 2014), 42.

    Mahirab B., “Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa)”, Jurnal Idaarah Fakultas Tarbiyah dan

    Keguruan, UIN Alauddin Makassar, Vol. 1, No. 2, (September 2017), 257-268.

    Musyafak, M. Kondisi Nyata Evaluasi Pembelajaran Ranah Afektif, Wawancara, tanggal 13

    Februari 2020.

    Rizqa, F. R. Kondisi Nyata Evaluasi Pembelajaran Ranah Afektif, Wawancara, tanggal 13

    Februari 2020.

    Rofiq, M. Kondisi Nyata Evaluasi Pembelajaran Ranah Afektif, Wawancara, tanggal 10

    Februari 2020.

    Saputro, B. Manajemen Penelitian Pengembangan, Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2011.

    Sukanti, “Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi”, Jurnal Pendidikan Akuntansi

    Indonesia. Vol. IX. No. 1. (Januari 2011): 72-79.

    Syafi’i, R. M., “Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Software Microsoft Excel dalam

    Muatan Pembelajaran IPA untuk mengukur Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan”,

    Tesis, IAIN Salatiga, 2018.

    Tung, E, “Teacher Development and Affective Education”, Educational Research Journal

    The Hong Kong Institute of Education, Vol. 16, No. 1, (February 2001), 49-59.