public policy

37
BAB 6 MODEL PRAGMATIK QUADE, MELTSNER, JENKINS-SMITH, SABATIER

Upload: ekayanti-h-ahmad

Post on 18-Apr-2017

252 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB 6MODEL PRAGMATIK

QUADE, MELTSNER, JENKINS-SMITH, SABATIER

MODEL PRAGMATIK

• Edward S. Quade : Teknokratik• Arnold J. Meltsner : Birokratik• Jenkins – Smith : Demokratik• Paul A. Sabatier : Agenda vs Mandat

Edward S. Quade : Teknokratik

Edwards S. Quade, • Seorang ilmuwan sekaligus praktisi dan guru

analisis kebijakan publik. • Konsultan senior analisis kebijakan dari Rand

Corporation , salah satu perusahaan konsultasi dibidang kebijakan publik yang terbesar di AS.

Edward S. Quade : Teknokratik

Disiplin analisis kebijakan muncul karena perumusan kebijakan publik yang tidak

memuaskan – unsatisfactory state of public policy- making. Karena itu, tujuan analisis

kebijakan adalah untuk memperbaiki pembuatan keputusan kebijakan.

Edward S. Quade : Teknokratik

• Quade mengembangkan 5 (Lima) elemen dari analisis kebijakan :

1. Tujuan (objectives)2. Alternatif3. Pengaruh atau Impact4. Kriteria5. Model

Meltsner : Birokratik

• Arnold J. Meltsner, dalam Analysis in the Bureacracy (1976) :

Mengembangkan pemetaan karakter analis kebijakan dengan mempertemukan dua variabel :

Political skill dan analytical skill.

Pemetaan karakter analis kebijakan

POLITICAL SKILL

HIGH LOW

ANALITICAL SKILL

HIGH ENTERPRENEUR TECHNICIAN

LOW POLITICIAN PRETENDER

Model Meltsner

Tipe – tipe analisis menurut karakter analisType od Analysis

Central Incentive / Motivation

Standard of Success

Main Resources

Timing of Impact

Atitude toward policy Analysis

Technician Opportunity to do policy oriented research

Quality work that satisfies him and his peers.

Comment of details and knowledge

Long term Objective and apolotocal; analysis an end in itself

Politician Opportunity for self- advancement and personal influence

Satisfies his immediate client

Communication and coordination skills

Short term Anti-analytical; analysis a means for personal influence

Entrepreneur Opportunity to pursue policy preferrencess

Acceptance of implementable policies which could aid beneficiaried

Knowledge plus communication anda coordination skills

Balance perspective; long and short term

Political and analytical; analysis a means for policy influence

Jenkins – Smith : Demokratik

• Memberikan fokus pada analisis kebijakan dalam proses demokratis.

• Proses analisis versi jenkins – smith: pengembangan pemetaan terhadap efek konflik, analisis traktabilitas (kemudahan untuk dikerjakan), dan analisis forum berkenan dengan analis kebijakan dalam debat kebijakan.

Paul A. Sabatier : Agenda vs Mandat• Menemukan dua jenis kebijakan dalam politik modern, yaitu:1. Kebijakan model agenda

model kebijakan ini,pemerintah mengangkat kebijakan2 sesuai dgn prioritas isu tanpa memandang partai yg bkuasa. Model kebijakan ini berkembang di perancis, swedia, dan Inggris.

2. Kebijakan model mandat (dan ideologi)dalam kebijakan,yang berkembang adalah kebijakan yang sesuai dengan prioritas partai yang berkuasa dan /atau kelompok konstituennya. Model ini berkembang di australia, kanada, amerika serikat, austria, jerman, belanda, belgia.

BAB 7ANALISIS KEBIJAKAN ARAS GLOBAL: DARI

AKIRA IIDA HINGGA NEO INSTITUSIONALIS

Akira Iida, dalam Paradigm Theory and Policy Making: Reconfiguring the Future (2004), menggambarkan kebijakan

publik di negara berkembang sebagai sebuah “konflik” antara kepentingan global dan kepentingan domestik.

Pemikiran Iida menekankan bahwa, pasti ada gap atau selisih antara paradigma global dan lokal. Karena itu, ada empat pilihan bagi elite politik negara berkembang, yaitu:

Pada krisis ekonomi terjadi, malaysia memilih nomor 1 (satu), singapura memilih nomor 2 (dua). Indonesia tampaknya

cenderung memilih nomor 3 (menyerah) dan 4 (membiarkan diri dikuasai negara lain).

• Pemahaman Iida memberikan perspektif baru bahwa kebijakan publik di negara berkembang pada saat ini tidak hadir dalam vakum, melainkan dalam suatu persaingan.

• Pemahaman ini dapat kita sandingkan dengan pemahaman tentang paradigma neo-institusionalisme (sebuah pemikiran dimana negara seharusnya mengembangkan kebijakan-kebijakan publik yg pro atau memfasilitasi kekuatan pasar) dalam kebijakan publik berkembang.

• Kebijakan publik dinegara berkembang pada saat ini sebenarnya berada pada rentang neo-institusionalisme dan negara kesejahteraan, dengan perkembangan terakhir lebih cenderung pada neo-institusionalisme.

• Lembaga-lembaga internasional, seperti Bank Dunia, menjadi salah satu sponsor pergerakan kebijakan publik neo-institusionalisme, diantaranya dengan memberikan dorongan agar daerah menjadi daerah yg kompetitif-ukuran kompetitif adalah seberapa jauh dapat menarik investigasi global ke daerah di satu sisi dan sisi lain memberikan fasilitas dan insentif kepada pasar.

Pemahaman Iida• Lebih baik mengembangkan kebijakan publik yg

mengintegrasikan diri pada arus kapitalisme global dlm rangka menutup gap yg tersedia.

• Pilihan ini sebenarnya dapat dikatakan merupakan varian lanjut dr teori modernisasi yg meyakini bahwa negara-negara miskin akan maju jika mendapatkan transfer kemodernan dari barat (Hoogvelt, 1986; Budiman, 1995).

BAB 8PEMAHAMAN DI INDONESIA

Perumusan proses analisis kebijakan

• A. G. Subarsono (2005) merumuskan proses analisis kebijakan dalam sekuensi

1. Perumusan masalah2. Forecasting3. Pengembangan alternatif kebijakan, dan 4. Rekomendasi kebijakan

Pemikiran subarsono banyak mengambil dan mengembangkan pemikiran Willian N. Dunn, dan merumuskan tahap analisis kebijakan sbb:

Tahap Karakteristik

Perumusan masalah Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yg menimbulkan masalah

Forecasting Memberikan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang dari diterapkannya alternatif kebijakan, termasuk apabila tdk membuat kebijakan

Rekomendasi Kebijakan Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari setiap alternatif kebijakan yg paling memberikan manfaat bersih paling tinggi.

Monitoring Kebijakan Memberikan informasi mengenai konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapknnya alternatif kebijakan, termasuk kendala-kendalanya.

Evaluasi Kebijakan Memberikan informasi mengenai kinerja atau memberikan hasil dari suatu kebijkan.

Model Subarsono

Analisis Kebijakan Bintoro Tjokroamidjojo (1985)

1. Pengembangan persepsi yg tepat

2. Melakukan diagnosis

3. Mendefinisikan masalah yang

dihadapi

4. Menentukan alternatif yg

mungkin ditempuh

5. Memilih alternatif terbaik

Analisis Kebijakan Mustopadjaja (1988)

1. Pengkajian persoalan

7. Perumusan rekomendasi

6. Penilaian alternatif

5. Penentuan kriteria

4. Penyusunan

model

3. Perumusan alternatif

2. Penentuan tujuan

Analisis Kebijakan Suharto (2005)

(1) Mendefinisikan

masalah kebijakan

(2) Mengumpulkan

bukti ttg masalah

(3) Mengkaji penyebab masalah

(4) Mengevaluasi kebijakan yg ada

(5) Mengembangkan

alternatif kebijakan

(6) Menyeleksi alternatif

kebijakan terbaik

Proses analisis kebijakan Moekidjat (1995)

Tahap KarakteristikPerumusan Menjelaskan dan membatasi masalah dan

menentukan tujuanPenyelidikan Mengidentifikasi, merancang, dan menyaring

alternatif-alternatifPeramalan Meramalkan lingkungan atau hubungan

operasional yang akan datangPembuatan Model

Membuat dan menggunakan model-model untuk menentukan pengaruh

Evaluasi Membandingkan dan membuat ranking alternatif-alternatif.

• Dapat dikatakan , pemikiran ahli analis kebijakan Indonesia yang terkodifikasi yang dijadikan bahan kajian menunjukkan bahwa sebagian besar baru mereplikasi-atau katakan mengadopsi dan mengadaptasi – pemikiran barat, dan belum menghadirkan pemikiran yang orisinal.

BAB 9PERDEBATAN, KOMPROMI, DAN

PEMETAAN

Analisis kebijakan sebagai ilmu

Ada beberapa penjelasan yg dapat dipergunakan utk memahami analisis kebijakan sebagai ilmu.• Pertama; perubahan2 yg cepat dlm praktik pd

akhirnya tdk mampu diadaptasi oleh ilmu itu sendiri.• Kedua; analisis kebijakan pd dasarnya adlh teknologi

yg ditemukan olh umat manusia u/ menyelesaikan “masalah” ttg bagaimana pengambil keputusan memastikan bhw kebijakan yg dibuatnya benar2 excellent.

Analisis kebijakan sebagai ilmu

• Ketiga; analisis kebijakan sebenarnya adlh ilmu, yg mempunyai filosofi dan grand theory-nya sendiri.

• Keempat; pada akhirnya analisis kebijakan adalah sebuah praktik yang benar-benar praktik, sebagaimana praktik perdukungan di zaman lalu atau praktik dokter di zaman sekarang.

Pemetaan Pemikiran

Politis Deliberatif

Teknis Strategis

Cakupan luas

Suasana konflik

Suasana stabil

Cakupan terbatas

Stakeholders driven

Policy analyst driven

Administrator’s/ bureucrat’s/

technocrat’s driven

Politician’s driven

Pemetaan Pemikiran

Politis : SabatierAkira Iida

Vedi Hadiz

Deliberatif :Jenkins-Smith

Hajer & Wagenaar

Teknis :Melstner

Dunn

Strategis :Quade

Patton & SavickyWelmer & Vining

Analisis Kebijakan

BAB 10ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

DALAM ARAS KONFLIK

Konflik dan Teori Konflik

Teori konflik didasari oleh cara pandang bahwa setiap sistem sosila (masyarakat, organisasi, negara, dan sebagainya) merupakan “ajang

pertandingan”, baik perorangan maupun kelompok. (Kuper & Kuper)

Konflik di Negara Berkembang

• Bagi negara berkembang , paling tidak terdapat lima jenis konflik, yaitu:

1. Konflik vertikal2. Konflik horizontal3. Kombinasi konflik vertikal-horozontal,4. Konflik elit5. Konflik separatis

Konflik Global

• Konflik militer• Konflik terorisme global• Konflik yang terjadi antar benua-benua baru• Konflik yang digerakkan olh globalisasi dlm

konteks paling mikro• Konflik diantara mainstream pembangunan di

tingkat global atau ideologi politik pembangunan di tingkat global

Sisi historis di negara berkembang

• Sisi lama yg jarang diungkap adalah bahwa konflik di negara berkembang merupakan masalah yang melembaga. Hal ini terjadi khususnya pd negara berkembang eks jajahan-misalnya Indonesia.

• Konflik bagi negara berkembang akan semakin rumit jika mereka terlalu meyakini teori-teori konflik yang ada seblm tahun 1990-an karena teori2 tsb menjadi usang dlm sbuah tatanan dunia yg serba baru, melainkan juga oleh kelangkaan-kelangkaan baru dan nilai-nilai baru dlm interaksi antarumat manusia.

• Kerugian terbesar dari adanya konflik adalah memudarkan social capital dari suatu bangsa, dan habisnya risorsis dengan sia – sia.

Kebijakan publik dalam konflik• Pada dasarnya terdapat tiga pendekatan untuk memberikan

arah kebijakan ketika kebijakan publik hadir dalam konteks konflik.

1. Pendekatan yg mengakar pd pendekatan demokratis, yaitu kebaikan bagi sebagian besar orang.

2. Memberikan arah kebijakan dalam konteks konflik adalah dgn menetapkan tingkat pencapaian yg tertinggi atau risiko atau kegagalan yang paling rendah.

3. Memberikan arah kebijakan dengan menetapkan kebijakan yang paling mungkin diterima pleh pihak yang berkonflik.