public policy

11
Tugas : Kelompok Mata Kuliah : Epidemiologi dan Biostatistik Lanjut Dosen : Prof. Ridwan PROSES MEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK Kelompok 4 : A. St. Nurhafifa Yusuf P1802212006 Nur Asda P1802212007 Maslamah P1802212010 Ryryn Suryaman Prana Putra P1802212407 KONSENTRASI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

Upload: nur-asda

Post on 17-Nov-2014

516 views

Category:

News & Politics


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Public Policy

Tugas : KelompokMata Kuliah : Epidemiologi dan Biostatistik Lanjut Dosen : Prof. Ridwan

PROSES MEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK

Kelompok 4 :

A. St. Nurhafifa Yusuf P1802212006

Nur Asda P1802212007

Maslamah P1802212010

Ryryn Suryaman Prana Putra P1802212407

KONSENTRASI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: Public Policy

BAB I

PENDAHULUAN

Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai negara. Sejumlah

pendapat menyatakan bahwa sektor kesehatan sama seperti spons yang mana menyerap banyak

sumber daya nasional untuk membiayai banyak tenaga kesehatan. Karena pengambilan

keputusan kesehatan berkaitan dengan hal kematian dan keselamatan, kesehatan diletakkan

dalam kedudukan yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya.

Kesehatan juga dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada kaitannya dengan layanan

kesehatan: kemiskinan mempengaruhi kesehatan masyarakat, sama halnya dengan polusi, air

kotor atau sanitasi yang buruk. Kebijakan ekonomi, seperti pajak merokok, atau alkohol dapat

pula mempengaruhi perilaku masyarakat.

Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu sendiri menjadi

sedemikian pentingnya sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan masalah kesehatan utama

yang terjadi saat ini – meningkatnya obesitas, wabah HIV/AIDS, meningkatnya resistensi obat –

sekaligus memahani bagaimana perekonomian dan kebijakan lain berdampak pada kesehatan.

Kebijakan kesehatan memberi arahan dalam pemilihan teknologi kesehatan yang akan

dikembangkan dan digunakan, mengelola dan membiayai layanan kesehatan, atau jenis obat

yang dapat dibeli bebas.

Page 3: Public Policy

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KEBIJAKAN PUBLIK

Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam

kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang mengatur

kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap

pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan

sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan

sanksi (Nugroho R., 2004; 1-7).

Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik,

jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan tetapi tidak hanya sekedar

hukum namun kita harus memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang

menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut

menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para pejabat

yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik;

apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan

Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum

yang harus ditaati.

Sementara itu pakar kebijakan publik mendefinisikan bahwa kebijakan publik adalah

segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, mengapa suatu

kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi

pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi

warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan,

walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya

pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan (Thomas Dye, 1992; 2-4).

Kebijakan publik mengacu kepada kebijakan pemerintah. Sebagai contoh: Thomas Dye

(2001) menyatakan bahwa kebijakan umum adalah segala sesuatu yang dipilih oleh pemerintah

untuk dilaksanakan atau tidak. Ia berpendapat bahwa kegagalan untuk membuat keputusan atau

bertindak atas suatu permasalahan juga merupakan suatu kebijakan. Misal: pemerintah Amerika

terus menerus memutuskan untuk tidak menetapkan layanan kesehatan universal, tetapi

Page 4: Public Policy

mengandalkan program market‐plus untuk warga sangat miskin dan lansia 65 th keatas, guna

memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakatnya.

2. TAHAP- TAHAP KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT WILLIAM DUNN

1. Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas

kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut

sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu

berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam

agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang

lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang

akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering

disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul

karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah

atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan

tersebut. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari

adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu

masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,

1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986), diantaranya:

1. Telah mencapai titik kritis tertentu yang jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang

serius;

2. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang berdampak dramatis;

3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak (umat manusia) dan

mendapat dukungan media massa;

4. Menjangkau dampak yang amat luas ;

5. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;

6. Menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan

kehadirannya)

Page 5: Public Policy

Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk

waktu lama.

Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-undang

mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui.

Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.

Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan

esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan

tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.

2.Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah- masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan

masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau

pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk

dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing- masing alternatif

bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.

Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara

akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan

pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari

sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir

pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol- simbol tertentu.

Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.

4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut

estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.

Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi

kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh

proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan

Page 6: Public Policy

masalah- masalah kebijakan, program- program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah

kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

3. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

William N. Dunn (2000) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu

disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan

argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan,

sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah

kebijakan. Weimer and Vining, (1998:1): The product of policy analysis is advice.

Specifically, it is advice that inform some public policy decision. Jadi analisis kebijakan

publik lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan publik yang

berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik

berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa

diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan.

Analisis kebijakan publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk membantu para

pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah-masalah publik. Di dalam analisis

kebijakan publik terdapat informasi-informasi berkaitan dengan masalah-masalah publik serta

argumen-argumen tentang berbagai alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau

masukan kepada pihak pembuat kebijakan.

Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara

analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya kebijakan

publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada

permasalahan publik semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan

publik yang baru. Keduanya baik analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya

kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan kepada

penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas. Dunn (2000: 117)

membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu:

1.Analisis kebijakan prospektif

Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi

sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan

suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan

Page 7: Public Policy

preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif

dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.

2.Analisis kebijakan retrospektif

Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi

sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang

dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis

yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga

tipe analisis retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.

3.Analisis kebijakan yang terintegrasi

Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang

mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan

transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan

yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap

penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus

menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.

Aktivitas analisis didalam kebijakan publik pada dasarnya terbuka terhadap peran serta

disiplin ilmu lain. Oleh karena itu didalam kebijakan publik akan terlihat suatu gambaran

bersintesanya berbagai disiplin ilmu dalam satu paket kebersamaan. Berdasarkan pendekatan

kebijakan publik, maka akan terintegrasi antara kenyataan praktis dan pandangan teoritis secara

bersama- sama. Dalam kesempatan ini Ripley menyatakan (Randal B. Ripley, 1985: 31)

Didalam proses kebijakan telah termasuk didalamnya berbagai aktivitas praktis dan

intelektual yang berjalan secara bersama-sama. Pada praktik kebijakan publik antara lain

mengembangkan mekanisme jaringan aktor (actor networks). Melalui mekanisme jaringan aktor

telah tercipta jalur- jalur yang bersifat informal (second track), yang ternyata cukup bermakna

dalam mengatasi persoalan- persoalan yang sukar untuk dipecahkan. Mark Considine memberi

batasan jaringan aktor sebagai: (Mark Considine, 1994: 103)

Keterhubungan secara tidak resmi dan semi resmi antara individu- individu dan

kelompok-kelompok di dalam suatu sistem kebijakan. Terdapat 3 (tiga) rangkaian kesatuan

penting didalam analisis kebijakan publik yang perlu dipahami, yaitu formulasi kebijakan (policy

formulation), implementasi kebijakan (policy implementation) dan evaluasi kebijakan (policy

Page 8: Public Policy

evaluation). Didalam kesempatan ini dibahas lebih lanjut mengenai implementasi kebijakan,

karena memiliki relevansi dengan tema kajian.