public disclosure authorized - the world bank · tabel c.3 komposisi pendapatan pemerintah propinsi...
TRANSCRIPT
APEA
ANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARANYANG LEBIH BAIK DI DAERAH
OTONOMI KHUSUS
46305P
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
edP
ublic
Dis
clos
ure
Aut
horiz
ed
KANTOR BANK DUNIA JAKARTAIndonesia Stock Exchange Building Tower II/12th Fl.Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53Jakarta 12910Tel: (6221) 5299-3000Fax: (6221) 5299-3111Website: www.worldbank.org/id
BANK DUNIA1818 H Street N.W.Washington, D.C. 20433, U.S.A.Tel: (202) 458-1876Fax: (202) 522-1557/1560Email: [email protected]: www.worldbank.org
Dicetak pada bulan November 2008.
Foto halaman depan:Foto utama: hak cipta © Siti RahmahKanan atas: hak cipta © Kantor Bank Dunia Jakarta Analisis Belanja Publik Aceh: Mengelola Sumber Daya untuk Mencapai Keluaran yang Lebih Baik di Daerah Otonomi Khusus adalah hasil kerja staff Bank Dunia. Temuan, interpretasi dan kesimpulan dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Dewan Eksekutif Bank Dunia atau pemerintah yang mereka wakili.
Bank Dunia tidak menjamin keakuratan data yang terdapat dalam laporan ini. Batasan, warna, angka, dan informasi lain yang tercantum dalam setiap peta dalam buku ini tidak mencerminkan penilaian Bank Dunia tentang status hukum sebuah wilayah atau merupakan bentuk pengakuan dan penerimaan atas batasan tersebut.
Untuk pertanyaan lebih lanjut tentang laporan ini, silakan hubungi Ahya Ihsan ([email protected]).
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUS
ANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
APEA
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
KATA PENGANTAR2
Kata Pengantar
Laporan ABPA (Analisis Belanja Publik Aceh) Edisi Terbaru 2008 - Mengelola Sumber Daya untuk Mencapai Keluaran yang Lebih Baik di Daerah Otonomi Khusus, yang disusun melalui kerjasama antara Pemerintah Aceh, Universitas Syiah Kuala, dan Bank Dunia merupakan edisi terbaru dari Analisis Belanja Publik Aceh 2006 – Belanja Untuk Rekonstruksi dan Pengurangan Kemiskinan. ABPA Edisi Terbaru 2008 menggarisbawahi perkembangan belanja publik di Aceh dari masa rekonstruksi menuju pembangunan berkelanjutan. ABPA Edisi Terbaru 2008 memiliki dua tujuan utama. Pertama, mengidentifi kasi perkembangan terkini dalam belanja publik dan pengelolaan keuangan di Aceh. Kedua, mendukung pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Aceh secara berkelanjutan meningkatkan kapasitas pengambilan kebijakan yang didukung oleh informasi dengan memberikan analisis strategis terhadap penggunaan sumber daya publik dan efektifi tas proses penganggaran di Aceh, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus.
Mulai tahun 2008, Pemerintah Aceh telah menerima Dana Otonomi Khusus sebesar Rp. 3.59 triliun, yang setara dengan 2 persen total DAU nasional. Dana ini telah secara signifi kan meningkatkan penerimaan dan belanja daerah di Aceh, memberikan kesempatan besar untuk membangun infrastruktur dan pelayanan publik serta memajukan pembangunan ekonomi di Aceh. Dalam dua tahun terakhir, Aceh telah menunjukkan kemajuan dalam alokasi anggaran dan pencapaian keluaran sosial yang lebih baik. Alokasi anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk sektor utama seperti infrastruktur, kesehatan, dan pertanian telah meningkat. Indikator keluaran sosial juga menunjukkan adanya perbaikan dalam penyediaan pelayanan publik. Akan tetapi, tantangan besar masih tetap ada. Meskipun alokasi per kapita terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lebih tinggi dibandingkan provinsi-provinsi lain, namun kemajuan dalam keluaran sosial dalam banyak hal masih dibawah rata-rata nasional, yang menyebabkan peningkatan efektifi tas dan efi siensi belanja menjadi semakin penting. Lebih jauh lagi, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masih belum dapat mengesahkan anggaran (APBA/APBD) sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh peraturan, atau membelanjakan anggaran secara penuh dalam setiap tahun anggaran. Disamping itu, beberapa isu penting berkaitan dengan pengaturan pelaksanaan dana otonomi khusus masih harus didefi nisikan secara jelas. Peningkatan pendapatan secara signifi kan dari Dana Otonomi Khusus mulai tahun ini dan seterusnya, yang belum diikuti dengan pengesahan anggaran yang tepat waktu di Aceh, menimbulkan keprihatinan yang serius bahwa Aceh tidak dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru ini secara penuh.
Sejalan dengan hal tersebut, laporan ini mengidentifi kasi tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam alokasi anggaran dan pengelolaan keuangan di Aceh. Laporan ini juga memberikan rekomendasi untuk membantu menyelesaikan tantangan tersebut, dengan memberikan perhatian khusus pada pengelolaan Dana Otonomi Khusus dan proses pengesahan anggaran daerah di Aceh.
Kami berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat terhadap cara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan.
Husni Bahri TOB, S.H., M.M., M.HumSekretaris DaerahPemerintah Aceh
Prof. Dr. Darni M. Daud, M.ARektor
Universitas Syiah Kuala
T. Safriza SofyanDeputi Koordinator
Program Rehabilitasi Aceh-Nias Bank Dunia
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
3UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan Terima Kasih
Laporan Analisa Belanja Publik Aceh (ABPA) ini disiapkan secara bersama oleh tim dari Bank Dunia dan Universitas Syiah Kuala dengan kerjasama yang erat dengan Pemerintah Aceh. Persiapan laporan ini dipimpin oleh Ahya Ihsan (Bank Dunia) dan Bapak Islahuddin (Universitas Syiah Kuala). Tim inti terdiri dari Harry Masyrafah, Nova Idea, Sukmawah Yuningsih, dan Sylvia Njotomihardjo (Bank Dunia) dan Taufi q C. Dawood (Universitas Syiah Kuala), Inggit Maulidina, dan Rika Nurlela.
Enrique Blanco Armas dan Wolfgang Fengler dari Bank Dunia dan Bapak T.M. Lizam (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh) dan Bapak Faizal Adriansyah (Bappeda) dari Pemerintah Aceh telah memberikan arahan dan pengawasan terhadap kesuluruhan proses penyusunan laporan ini.
Tim sangat menghargai bantuan dan kerjasama yang diberikan oleh Bapak Muhammad Nasir dan timnya atas dukungan data dan informasi APBD.
Tim juga menyampaikan penghargaan kepada Said Fauzan Baabud dan Bapak Ali Amin (Bank Dunia), Bapak Karyanto dan Bapak Fahruddin (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh), Bapak M. Junaidi (Bappeda Aceh), Ibu Aff a Salwa (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Kota Banda Aceh), dan semua dinas/pihak yang terlibat dalam pengumpulan data dan analisis.
Laporan ini menerima masukan yang sangat berharga dari Cut Dian Agustina sebagai peer reviewer
Terima kasih kepada Peter Milne atas bantuan editing dan Arsianti atas bantuan format dan produksi.
Tim juga menyampaikan terima kasih kepada tim dari Pemerintah Aceh dan lembaga lainnya yang telah memberikan masukan yang sangat berharga dalam diskusi terhadap draf sebelumnya. Tim terdiri dari Bapak T.Harmawan (Ketua Tim Ad-Hoc Tim Koordinasi Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Bagi Hasil Minyak dan Gas), Bapak Bastian dan Bapak Syafri (Bappeda Aceh), Bapak Izhar (Biro Pembangunan), Bapak Muhammad dan Ibu Maryami (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh), Bapak Surya Dharma dari DPR Aceh, Bapak Said Muhammad (Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala), dan Bernhard May (ALGAP-GTZ), serta seluruh perserta diskusi seminar di Aceh.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
DAFTAR ISTILAH4
Daftar Istilah
APBA Anggaran Pendapatan dan Belanja AcehAPBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BA Alokasi Dasar (Basic Allocation)Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
CCI Indeks Kemahalan Konstruksi (Construction Cost Index)
DAK Dana Alokasi KhususDAU Dana Alokasi Umum
FA Pengalokasian Berdasarkan Formula (Formula Allocation)FC Kemampuan Fiskal (Fiscal Capacity)FN Kebutuhan Fiskal (Fiscal Needs)
GoA Pemerintah Aceh (Government of Aceh)
HDI Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
Inpres Instruksi Presiden (Presidential Instruction)
Kepmendagri Keputusan Menteri Dalam NegeriKUA Kebijakan Umum Anggaran
LoGA Undang-Undang No 11/2006 Tentang Pemerintahan Aceh (Law on Governing Aceh No. 11/2006)
Makuda Manual Keuangan DaerahMoF Departemen Keuangan (Ministry of Finance)MoHA Departemen Dalam Negeri (Ministry of Home Aff airs)MoNE Departemen Pendidikan Nasional (Ministry of National Education)
Otsus Otonomi Khusus (Special Autonomy)
PAD Pendapatan Asli DaerahPermendagri Peraturan Menteri Dalam NegeriPPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
RAPBA Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja AcehRKA Rencana Kerja dan AnggaranRPJP Rencana Pembangunan Jangka PanjangRPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
DOK Dana Otonomi Khusus (Special Autonomy Fund)SiLPA Sisa Lebih Pembiayaan AnggaranSMA Sekolah Menengah AtasSTR Rasio Siswa Terhadap Guru (Student-To-Teacher Ratio)
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
5DAFTAR ISI
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Ucapan Terima Kasih 3
Daftar Istilah 4
Daftar Isi 5
Temua-temuan Utama 8
Bab 1 Pendapatan 9
Gambaran umum pendapatan 10
Komposisi pendapatan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh 12
Pendapatan per kapita 14
Dana Otonomi Khusus dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gas 15
Proses pengesahan anggaran di Aceh 17
Rekomendasi 20
Bab 2 Belanja 21
Gambaran umum belanja 22
Belanja langsung dan tidak langsung 22
Belanja sektoral 24
Pengeluaran per kapita untuk kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur 26
Rekomendasi 28
Lampiran 29
Lampiran A: Gambar dan Tabel 30
Lampiran B: Catatan Metodologis 36
Lampiran C: Lampiran Statistik 38
Referensi 51
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
DAFTAR ISI6
Gambar
Gambar 1.1 DOK meningkatkan pendapatan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota
di Aceh secara signifi kan pada tahun 2008 10
Gambar 1.2 Komposisi pendapatan propinsi 11
Gambar 1.3 Komposisi pendapatan Kabupaten/Kota 11
Gambar 1.4 Alokasi DAU ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 12
Gambar 1.5 Alokasi DAK ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 12
Gambar1.6 Dana bagi hasil non-pajak dari pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 13
Gambar 1.7 Dana bagi hasil pajak dari pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 13
Gambar 1.8 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) propinsi 14
Gambar 1.9 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten/kota 14
Gambar 1.10 Penerimaan per kapita pemerintah kabupaten/kota di Aceh, 2007 14
Gambar 1.11 Tanggal pengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
di Aceh, tahun 2005-08 18
Gambar 2.1 Total belanja publik di Aceh telah meningkat pesat setelah tahun 2005 22
Gambar 2.2 Belanja propinsi menurut klasifi kasi ekonomi 23
Gambar 2.3 Bagian dari belanja propinsi Aceh 23
Gambar 2.4 Belanja pemerintah kabupaten/kota menurut klasifi kasi ekonomi 24
Gambar 2.5 Bagian belanja pemerintah kabupaten/kota menurut belanja langsung dan tidak langsung 24
Gambar 2.6 Pengeluaran sektoral propinsi di Aceh 25
Gambar 2.7 Pengeluaran propinsi menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi ekonomi, 2007 25
Gambar 2.8 Pengeluaran sektoral pemerintah kabupaten/kota di Aceh (harga 2006 konstan) 25
Gambar 2.9 Pengeluaran pemerintah kabupaten/kota menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi
ekonomi, 2007 25
Gambar 2.10 Pengeluaran per kapita untuk kesehatan menurut kabupaten/kota di Aceh26
Gambar 2.11 Pengeluaran per kapita untuk pendidikan menurut kabupaten/kota di Aceh 27
Gambar 2.12 Pengeluaran per kapita untuk prasarana menurut kabupaten/kota di Aceh 28
Gambar A.1 Alokasi DAU per kapita, 2008 30
Gambar A.2 Alokasi DAK per kapita, 2008 30
Gambar A.3 Mekanisme alokasi DOK untuk pemerintah kabupaten/kota di Aceh 32
Gambar A.4 Mekanisme Alokasi Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas untuk pemerintah
kabupaten/kota di Aceh 33
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
7DAFTAR ISI
Tabel
Table A.1 Pemetaan format anggaran pemerintah kabupaten/kota berdasarkan beberapa peraturan 31Tabel A.2 Perbedaan-perbedaan utama antara UU No. 18/2001 dan UU No. 11/2006 tentang sumber pendapatan, pengaturan alokasi, dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus 32Tabel A.3 Kegiatan-kegiatan utama dalam proses persetujuan anggaran di Aceh 33Tabel A.4 Tanggal disetujuinya anggaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 34Tabel A.5. Keluaran-keluaran (outcomes) terpilih dalam sektor sosial di Aceh 35Tabel C.1 Komposisi pendapatan propinsi (harga konstan tahun 2006) 38Tabel C.2 Komposisi pendapatan pemerintah kabupaten/kota (harga konstan tahun 2006) 38Tabel C.3 Komposisi pendapatan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh, 2007 39Tabel C.4 Alokasi dana otonomi khusus dan Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas 40Tabel C.5 Belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut klasifi kasi ekonomi tahun 2007 41Tabel C.6 Komposisi sektoral belanja pemerintah propinsi (harga konstan 2006) 42Tabel C.7 Komposisi sektoral belanja pemerintah kabupatan/kota (harga konstan 2006) 42Tabel C.8 Belanja per kapita untuk kesehatan, pendidikan, infrastruktur oleh pemerintah kabupaten/kota di Aceh tahun 2004, 2006, 2007 (harga konstan 2006). 43Tabel C.9 Komposisi belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut sektor dan jenis belanja tahun 2004 44Tabel C.10 Komposisi belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut sektor dan jenis belanja tahun 2006 45Tabel C.11 Komposisi belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut sektor dan jenis belanja tahun 2007 46Tabel C.12 Persentase penduduk miskin (dalam %) menurut kabupaten/kota di Aceh 47Tabel C.13 Perbandingan guru-siswa (STR) menurut kabupaten di Aceh 47Tabel C.14 Persentase siswa SMU yang lulus UAN tahun 2007/200848Tabel C.15 Indikator kesehatan terpilih menurut kabupaten/kota di Aceh tahun 2007 49Tabel C.16 Persentase jalan raya di kabupaten/kota dengan kondisi buruk 50
Kotak
Kotak 1. Pengaturan manajemen, alokasi dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus 16
Kotak 2. Proses penyusunan anggaran di Aceh 19
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
Temuan-temuan UtamaPendapatan• Total pendapatan daerah di Aceh telah meningkat tajam tahun ini, dan diharapkan terus
meningkat pada tahun-tahun mendatang karena limpahan penerimaan dari dana otonomi khusus
• Pengaturan alokasi dan pelaksanaan dana otonomi khusus saat ini (dalam bentuk program bersama antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota) masih rumit dan beberapa hal mengenai perencanaan dan pelaksanaan masih perlu diperjelas.
• Masih terlambatnya pengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, menimbulkan keprihatinan terhadap pelaksanaan keseluruhan progam pembangunan, dan juga program bersama dari dana otonomi khusus.
Belanja• Keseluruhan belanja daerah telah meningkat tahun ini mengikuti pengingkatan signifi kan
pada sisi penerimaan. • Alokasi anggaran antar sektor baik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota menunjukkan
perbaikan. Infrastruktur, kesehatan, dan pertanian menerima kenaikan alokasi anggaran yang signifi kan pada 2007. Belanja terhadap administrasi umum pemerintahan menurun sebagai persentase dari total belanja (walaupun meningkat sedikit secara ril) dan belanja untuk pendidikan telah meningkat secara ril (walaupun menurun secara porsi dari total belanja).
• Secara umum, alokasi per kapita pemerintah kabupaten/kota untuk sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur telah meningkat dibandingkan tahun 2004, tetapi besaran kenaikan berbeda antar kabupaten/kota
Keluaran sosialKeluaran sosial terpilih menunjukkan adanya peningkatan dalam penyediaan pelayanan publik, tetapi kemajuannya masih tertinggal dari rata-rata nasional. Perbaikan dalam alokasi anggaran dan proses rekonstruksi yang sedang berjalan berkontribusi terhadap perbaikan tersebut.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
PENDAPATAN10
Gambaran umum pendapatan Jumlah pendapatan daerah di Aceh telah meningkat pesat tahun ini dan diharapkan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang yang disebabkan oleh limpahan pendapatan dari dana otonomi khusus (DOK).1 Tahun ini, jumlah DOK adalah sebesar Rp 3,59 triliun, meningkatkan jumlah pendapatan daerah secara signifi kan mencapai hampir Rp 16 triliun bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp 11,6 triliun (Gambar 1.1). Kenaikan tajam tersebut melebihi kompensasi penurunan (sebagian) dana bagi hasil minyak dan gas yang disebabkan oleh penipisan cadangan minyak dan gas. Akan tetapi, dana bantuan tambahan DOK akan dihapuskan secara bertahap setelah 20 tahun. Oleh karena itu, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh perlu mengembangkan suatu strategi untuk mengelola dan mengalokasikan pendapatan tambahan tersebut secara untuk memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan pelayanan publik, serta meningkatkan pembangunan ekonomi di daerah.
Gambar 1.1 DOK meningkatkan pendapatan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh secara signifi kan pada tahun 2008
Lain -lain Dana Otonomi KhususINPRES/DAK SDO/DAUDana Bagi Hasil Non-Pajak- Dana Bagi Hasil PajakPendapatan Aslli Daerah
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rp m
ilyar
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Gambar balok berdasarkan harga konstan 2006, gambar garis berdasarkan harga sekarang untuk setiap tahun.
Dengan pengecualian terhadap dana bagi hasil non-pajak dan pendapatan “lain-lain”,2 seluruh jenis pendapatan telah meningkat. Transfer Dana Alokasi Umum atau DAU ke Aceh meningkat sebesar 31 persen pada tahun 2006, mengikuti peningkatan nasional, dan terus meningkat secara perlahan pada tahun 2007 dan 2008. Dana Alokasi Khusus atau DAK meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2006 dan terus meningkat pada tahun 2007 dan 2008. Pendapatan dari dana bagi hasil pajak dan pendapatan asli daerah (PAD) juga telah mengalami peningkatan besar sejak tahun 2005. PAD meningkat lebih dari dua kali lipat di tahun 2006 dan terus tumbuh pada tahun 2007 dan 2008. Akan tetapi, dana bagi hasil non-pajak dan kategori pendapatan “lain-lain” menurun pada tahun 2007 dan 2008.
DAU masih tetap merupakan sumber pendapatan terpenting bagi pemerintah daerah di Aceh, sementara DOK menggantikan penurunan dana bagi hasil non-pajak. Secara rata-rata, DAU berjumlah 44 persen dari total pendapatan daerah antara tahun 2001 dan 2008. Komposisi pendapatan sedikit berubah pada tahun ini. Porsi dana bagi hasil non-pajak telah menurun tajam sejak tahun 2007, namun telah digantikan oleh DOK pada tahun 2008.
1 Undang-Undang No. 11/2006 tentang Otonomi Khusus Aceh memberikan Aceh dana otonomi khusus yang baru —tambahan dana dari pemerintah pusat ke pemerintah propinsi yang sebanding dengan 2 persen dari alokasi DAU nasional untuk 15 tahun dan 1 persen untuk lima tahun yang berikutnya — mulai tahun 2008. Dana atas ini tambahan dari dana bagi hasil minyak dan gas sebesar 70% yang telah diterima Aceh sejak tahun 2002. Undang-Undang No. 11/2006 telah mengubah defi nisi DOK. DOK sekarang hanya mengacu kepada dana-dana yang diterima dari alokasi 2 persen dari dana DAU nasional. Sebutan “dana otonomi khusus” yang dipakai sebelumnya dari tambahan dana bagi hasil minyak dan gas telah diganti “tambahan bagi hasil minyak dan gas”.
2 Sumber pendapatan lainnya antara lain hibah, dana darurat, dan dana kontijensi lainnya dari pemerintah pusat. Dana bagi hasil pajak dari propinsi dalam anggaran pemerintah kabupaten/kota yang dicatat dalam kategori “lain-lain” telah diklasifi kasi ulang ke dalam kategori “dana bagi hasil” yang baru.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
11PENDAPATAN
Porsi dana bagi hasil non-pajak terhadap total pendapatan menurun dari 43 persen pada tahun 2002 menjadi hanya 20 persen pada tahun 2008. Porsi dana bagi hasil pajak dan PAD menjadi semakin penting setelah tahun 2005, dengan kontribusi rata-rata naik menjadi 6 persen dan 7 persen (2006-08), dibandingkan dengan 5 persen dan 4 persen (2001- 05) untuk masing-masing (Gambar 1.1).
Tahun ini DOK berjumlah lebih dari separuh pendapatan pemerintah propinsi (54 persen), meskipun sebagian besar sumber daya tersebut akan dibelanjakan di kabupaten/kota melalui program-program bersama.3 Penurunan dana bagi hasil non-pajak berdampak besar pada pendapatan propinsi, karena hal tersebut merupakan sumber pendapatan utama sebelum tahun 2008. Pendapatan tersebut berkurang separuh secara ril yaitu dari Rp 3 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp 1,5 triliun pada tahun 2008. Tanpa DOK, total pendapatan propinsi akan terus menurun pada tahun ini. PAD telah menjadi kontributor terbesar kedua bagi pendapatan propinsi sejak tahun 2006, yang didorong oleh kenaikan tajam pajak-pajak propinsi (pajak kendaraan dan bahan bakar) dan pendapatan asli daerah lainnya (Gambar 1.2). Sekarang PAD memiliki peran yang lebih besar dari peran DAU.
Gambar 1.2 Komposisi pendapatan propinsi Gambar 1.3 Komposisi pendapatan Kabupaten/Kota
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
raylim
pR
Lain -lain Dana Otonomi KhususINPRES/DAK SDO/DAUDana Bagi Hasil Non-Pajak- Dana Bagi Hasil PajakPendapatan Aslli Daerah
raylim
pR
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Lain -lain INPRES/DAKSDO/DAU Dana Bagi Hasil Non - TaxDana Bagi Hasil Pajak Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data merupakan angka riil (harga konstan 2006).
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data merupakan angka riil (harga konstan 2006).
Secara keseluruhan, pendapatan pemerintah kabupaten/kota sedikit meningkat pada tahun ini. DAU masih tetap merupakan sumber pendapatan terpenting bagi pemerintah kabupaten/kota, yang berjumlah hampir 60 persen dari total pendapatan (2001-08). DAK4 juga telah menjadi semakin penting pada tahun-tahun belakangan ini, dengan alokasinya yang meningkat tiga kali lipat dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Pada tahun ini, DAK telah menjadi kontributor terbesar kedua bagi pendapatan pemerintah kabupaten/kota secara keseluruhan, melampaui peran dana bagi hasil non-pajak, yang berjumlah 10 persen dari total pendapatan. Pendapatan dari dana bagi hasil pajak dan PAD juga telah mengalami peningkatan besar sejak tahun 2005. Pendapatan dari kategori pendapatan “lain-lain”5 agak menurun sejak tahun 2007. Sama seperti pada tingkat propinsi, pendapatan dari dana bagi hasil non-pajak juga menurun pada tingkat kabupaten/kota, yang hanya berjumlah 7,2 persen dari total pendapatan tahun ini dibanding dengan 22 persen pada tahun 2003 (Gambar 1.3).
3 Berdasarkan Qanun No. 2/2008, 60 persen dari DOK akan dialokasikan untuk membiayai program-program pembangunan pemerintah kabupaten/kota (misalnya, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur) melalui program bersama antar pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dan sisanya sebesar 40 persen akan digunakan untuk membiayai program-program propinsi (juga melalui program bersama), yang juga dilaksanakan di kabupaten/kota.
4 Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana bantuan bersyarat (telah ditentukan peruntukannya) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dari pemerintah pusat. Pada tahun 2001 dan 2002, DAK hanya meliputi dana-dana reboisasi. Sejak tahun 2003, DAK telah diperluas dan diperuntukkan bagi pendidikan, kesehatan dan prasarana, pertanian, kelautan dan perikanan, fasilitas pemerintah, dan lingkungan.
5 Pendapatan dari kategori pendapatan “lain-lain” terdiri atas hibah, dana darurat, dana penyesuaian dari pemerintah pusat, dan bantuan keuangan lainnya dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
PENDAPATAN12
Komposisi pendapatan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di AcehAlokasi DAU6 untuk pemerintah daerah di Aceh telah meningkat pada tahun-tahun belakangan ini. Peningkatan besar terjadi pada tahun 2006 ketika DAU naik sebesar 31 persen (secara ril), yang menunjukkan peningkatan alokasi DAU secara nasional sebesar 26 persen dari pendapatan domestik bersih dan cakupan gaji pegawai negeri sipil sebesar 100 persen, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 33/2004. Peningkatan besar tersebut khususnya menguntungkan pemerintah kabupaten/kota. Pada tahun ini, jumlah alokasi DAU untuk pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh mencapai Rp 6,35 triliun (Gambar 1.4). Secara per kapita, DAU Aceh mencapai Rp 1,56 juta (peringkat ke-12), sedikit di atas angka rata-rata nasional yang berjumlah Rp 1,5 juta. (Gambar A.1).
Gambar 1.4 Alokasi DAU ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh
Gambar 1.5 Alokasi DAK ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh
raylim
pR
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
%()
Bagian DAU dari total pendapatan
DAU (nominal) (LHS)
DAU (constant 2006=100) (LHS)
Bagian DAK dari total pendapatan
raylim
pR
0
200
400
600
800
1,000
1,200
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
5
10
15
20
%)
(
DAK (nominal) (LHS)
DAK (constant2006=100)(LHS)
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
Alokasi DAK juga telah meningkat secara signifi kan sejak tahun 2006. Alokasi DAK telah meningkat sebanyak lebih dari lima kali lipat secara ril sejak alokasi sektoral pertama yang diterapkan pada tahun 2003, dari Rp 174,9 milyar menjadi Rp 979,4 milyar pada tahun 2008 (Gambar 1.5). Pada tahun 2007, dana DAK dialokasikan untuk tiga sektor utama: pendidikan (28 persen), kesehatan (20 persen) dan prasarana (30 persen). Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pemerintah propinsi juga menerima DAK sebesar Rp 35,4 milyar tahun ini, yang dialokasikan untuk proyek-proyek jalan dan irigasi. Aceh telah menerima alokasi DAK per kapita sebesar Rp 247.000, yang berada sedikit di atas angka rata-rata nasional (peringkat ke-12) sebesar Rp 218.000 (Gambar A.2 pada Lampiran).
Dana bagi hasil non-pajak7 telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, baik dari sisi volumenya maupun porsi terhadap total pendapatan. Meskipun terdapat kecenderungan menurun, dana bagi hasil non-pajak masih mendominasi dana bagi hasil secara keseluruhan, yang rata-rata berjumlah 84 persen dari total dana bagi hasil (2001-08). Hal tersebut didominasi oleh dana bagi hasil dari minyak dan gas (96 persen), dan sisanya berasal dari sektor kehutanan, pertambangan dan perikanan. Pendapatan dari dana bagi hasil non-pajak telah menurun tajam sejak tahun 2006, dari Rp 4,1 triliun (35 persen dari total pendapatan) menjadi hanya Rp 2,1 triliun tahun ini (13 persen dari total pendapatan) (Gambar 1.6).
6 Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan transfer/hibah yang diberikan tidak ditentukan penggunaannya dari pemerintah pusat ke seluruh pemerintah daerah untuk mencapai perimbangan keuangan.
7 Dana bagi hasil non-pajak (SDA) mencakup pendapatan migas dari DOK berdasarkan UU No. 18/2001 pada tahun 2002-07 dan dana bagi hasil tambahan dari migas berdasarkan UU No. 11/2008 pada tahun 2008.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
13PENDAPATAN
Gambar 1.6 Dana bagi hasil non-pajak dari propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh
Gambar 1.7 Dana bagi hasil pajak dari pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh
raylim
pR
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
% d
ari p
enda
pat
an to
tal
Bagian dari total pendapatan
Constant(2006=100)
Nominal
raylim
pR
0%
5%
10%
15%
20%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008
% b
agia
n d
ari p
end
apat
an to
tal
Pajak Penghasilan (PPh)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data dalam bentuk riil harga konstan 2006.
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data dalam bentuk riil harga konstan 2006.
Pendapatan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota dari dana bagi hasil pajak telah meningkat secara terus-menerus, walaupun porsinya dari total pendapatan relatif kecil (rata-rata 5 persen pada tahun 2001-08)). Pendapatan dari dana bagi hasil pajak telah meningkat hampir tiga kali lipat, dari Rp 304 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp 824 milyar pada tahun ini (Gambar 1.7). Kontribusinya terhadap total pendapatan telah meningkat dari 3.5 persen pada tahun 2002 menjadi 6 persen pada tahun ini. Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan sebesar hampir tiga kali lipat antara tahun 2002 dan 2008, yang berasal dari perluasan basis pajak sebagai akibat dari peningkatan penggunaan tanah dan pembangunan rumah-rumah baru selama masa rekonstruksi. Pajak Bumi dan Bangunan berjumlah 83 persen dari total dana bagi hasil pajak, diikuti oleh pajak penghasilan (10 persen) dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (7 persen).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota telah meningkat pesat sejak tahun 2006. PAD propinsi telah meningkat lebih dari empat kali lipat sejak tahun 2005. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan besar pada pajak propinsi dan PAD “lain-lain”, masing-masing dengan jumlah rata-rata sebesar 58 persen dan 34 persen dari PAD propinsi pada tahun 2006-08 (Gambar 1.8). PAD pemerintah kabupaten/kota telah meningkat lebih dari dua kali lipat secara riil, yang didominasi oleh PAD “lain-lain” serta pajak dan retribusi kabupaten/kota, yang masing-masing berjumlah 50 persen dan 43 persen dari total PAD (Gambar 1.9). Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi kabupaten/kota kemungkinan besar didorong oleh dampak positif dari kegiatan rekonstruksi pasca tsunami, khususnya dengan perluasan bisnis perhotelan dan restoran, serta peningkatan tajam dalam jumlah mobil dan sepeda motor. Pendapatan dari PAD lainnya8 terutama berasal dari bunga atas deposito dan jasa giro yang dihasilkan dari akumulasi sisa lebih anggaran.9
8 Pemerintah propinsi dan beberapa pemerintah kabupaten/kota telah memasukkan zakat dalam anggaran mereka. Akan tetapi, hal tersebut hanya merupakan porsi yang sangat kecil dari PAD dan tidak dicatat secara konsisten di antara pemerintah kabupaten/kota. Oleh karena itu, zakat diklasifi kasikan sebagai PAD “lain-lain”.
9 Pada tahun 2007, sisa lebih pembayaran anggaran (SILPA) berjumlah 47,3 persen dari anggaran propinsi dan 23 persen dari anggaran pemerintah kabupaten/kota. Kurangnya daya serap tersebut terutama disebabkan oleh kelambatan dalam proses penyetujuan anggaran.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
PENDAPATAN14
Gambar 1.8 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) propinsi
Gambar 1.9 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten/kota
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Lain - lainKeuntungan dari Badan Usaha Negara
Retribusi
Pajak Lokal
raylim
pR
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Lain - lainKeuntungan dari Badan Usaha Negara
Retribusi
Pajak Lokalraylim
pR
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Pendapatan berdasarkan harga konstan 2006.
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Pendapatan berdasarkan harga konstan 2006.
Pendapatan per kapitaKesenjangan fi skal di antara pemerintah kabupaten/kota masih tetap signifi kan ada. Sebagai contoh, Kota Sabang masih merupakan daerah terkaya berdasarkan pendapatan per kapita kabupaten/kota, sedangkan Pidie merupakan daerah termiskin. Kota Sabang memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 9,2 juta pada tahun 2007, tujuh kali lebih tinggi dari pendapatan Kab. Pidie, yang berjumlah Rp 1,3 juta (Gambar 1.10). Penerimaan rata-rata per kapita antara pemerintah kabupaten/kota adalah sebesar Rp 2,8 juta. Pada tahun 2004, Kota Sabang memperoleh hampir enam kali lipat dari pendapatan per kapita dari kabupaten termiskin (Kab. Bireuen). Kab. Pidie memiliki pendapatan terendah kedua pada tahun 2004. Sebagian besar pemerintah kabupaten/kota yang memiliki pendapatan per kapita besar memiliki populasi yang lebih kecil, seperti Kota Sabang, Aceh Jaya, Gayo Lues dan Simeulue. Pada tahun 2006, pendapatan per kapita Aceh adalah sekitar Rp 1,5 juta, yang berada pada peringkat ke-8
apabila dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya.
Gambar 1.10 Penerimaan per kapita di antara pemerintah kabupaten/kota di Aceh, 2007
0 1,000 2,000 3,000 4,000
Rupiah
5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000
Kab. Pidie
Kab. Aceh Utara
Kab. Bireuen
Kab. Aceh Besar
Kab. Aceh Timur
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Singkil
Kota Langsa
Kota Lhokseumawe
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Aceh Tengah
Kota Banda Aceh
Kab. Aceh Barat
Rata-rata
Kab. Bener Meriah
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Nagan Raya
Kab. Simeuleu
Kab. Gayo Lues
Kab. Aceh Jaya
Kota Sabang
OSR (PAD)
Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Non Pajak
DAU
DAK
Lain-lain
Rata-rata
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
15PENDAPATAN
Dana Otonomi Khusus dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gasUndang-Undang No. 11/2006 Tentang Pemerintah Aceh (UUPA) memberikan kesempatan besar bagi Aceh untuk meningkatkan penyediaan layanan publik dan mendorong pembangunan ekonomi di daerahnya. Dari segi keuangan, mulai tahun ini Aceh menerima DOK selama 20 tahun ke depan —tambahan dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi yang sebanding dengan 2 persen dari alokasi DAU nasional selama 15 tahun dan 1 persen selama lima tahun berikutnya.10 Selain itu, undang-undang yang baru menetapkan kembali porsi tambahan dana bagi hasil dari minyak dan gas (masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen), di atas Dana Bagi Hasil minyak dan gas secara nasional untuk daerah penghasil minyak & gas, masing-masing sebesar 15 persen (minyak) dan 30 persen (gas).11 Pada tahun ini, Aceh memperoleh pendapatan tambahan sebesar Rp 3,59 triliun dari alokasi DOK dan Rp 1,3 triliun dari dana tambahan bagi hasil minyak dan gas tambahan. UUPA menggantikan Undang-Undang sebelumnya tentang Status Otonomi Khusus untuk Aceh (Undang-Undang No. 18/2001), yang berlaku dari tahun 2002 sampai 2007.12
DOK ditransfer oleh pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi dan diperuntukkan bagi program-program yang diputuskan bersama antara pemerintah propinsi dan kabupaten/kota. Pengaturan distribusi dari pemerintah propinsi kepada pemerintah kabupaten/kota diatur dalam Qanun No. 2/2008. Pengelolaan DOK dipusatkan di tingkat propinsi. Pemerintah propinsi bertanggung jawab atas administrasi, alokasi, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang didanai dengan DOK. Pemerintah propinsi juga memiliki kewenangan untuk menentukan lebih dari 40 persen dari DOK, sementara sisanya yang sebesar 60 persen dialokasikan berdasarkan rumus kebutuhan keuangan tertimbang (weigthed fi scal needs)kepada 23 pemerintah kabupaten/kota13 (Gambar A.3). Semua program yang didanai dengan DOK tanpa pengecualian apakah program tersebut merupakan kebijakan pemerintah propinsi atau pemerintah kabupaten/kota, harus diputuskan bersama oleh pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Pengaturan dana tambahan bagi hasil dari minyak dan gas (antara pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota dan di antara pemerintah-pemerintah kabupaten/kota) berbeda dengan pengaturan DOK. Dana bagi hasil minyak dan gas juga ditransfer oleh pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi. Sedikitnya sebesar 30 persen dari dana tersebut disisihkan untuk pendidikan sebelum dialokasikan lebih lanjut.14 Sisanya sebanyak 70 persen akan dialokasikan untuk membiayai program-program pembangunan bersama yang diatur oleh pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota: 40 persen akan digunakan untuk program-program propinsi, dan 60 persen akan digunakan untuk membiayai program-program pemerintah kabupaten/kota. Alokasi di antara pemerintah kabupaten/kota ditentukan berdasarkan rumus pengalokasian daerah penghasil minyak&gas dan non-penghasil minyak&gas15 (Gambar A.4). Akan tetapi, seperti DOK, semua program yang dibiayai dengan dana tersebut akan diurus dan dilaksanakan oleh pemerintah propinsi.
10 Berdasarkan UUPA, Dana Otonomi Khusus ditujukan untuk mendanai pembangunan dan pemeliharaan prasarana, pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengentasan kemiskinan, dan membiayai sektor pendidikan, sosial, dan kesehatan. Penjelasan undang-undang tersebut juga menguraikan lebih lanjut bahwa Dana Otonomi Khusus juga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas para pegawai pemerintah dan guru, program beasiswa, dan kegiatan pendidikan lainnya berdasarkan prioritasnya.
11 Secara keseluruhan, Aceh menerima 70 persen Dana Bagi Hasil dari minyak dan gas.12 Lihat Tabel A.2 untuk informasi lebih lanjut tentang perbedaan utama dalam defi nisi dan skema alokasi Dana Otonomi Khusus antara
Undang-Undang No. 18/2001 dan Undang-Undang No. 11/200613 Dana tersebut dialokasikan kepada pemerintah daerah dalam bentuk program bersama. Rumus tersebut menetapkan plafon anggaran bagi
setiap pemerintah daerah, yang merupakan jumlah maksimum dari anggaran setiap pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk dapat mengusulkan “suatu program bersama” ke tingkat propinsi.
14 Undang-Undang No. 11/2006 menjelaskan bahwa sumber dana bagi hasil yang diperuntukkan bagi pendidikan hanya berasal dari dana bagi hasil tambahan dari minyak dan gas, sementara Undang-Undang No. 18/2001 mewajibkan bahwa 30 persen dari pembagian-pendapatan termasuk pajak dan non-pajak dialokasikan untuk pendidikan.
15 Penting untuk dicatat bahwa pengaturan tersebut hanya berlaku untuk Dana Bagi Hasil tambahan dari minyak dan gas (masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen). Sedangkan pembagian-pendapatan nasional reguler dari minyak (15 persen) dan gas (30 persen) disalurkan langsung dari pemerintah pusat ke propinsi dan pemerintah daerah yang bersangkutan.
--
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
PENDAPATAN16
Kotak 1. Pengaturan manajemen, alokasi dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus
Untuk mengelola dan mengatur DOK, pemerintahan provinsi telah membentuk Tim Koordinasi Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Penerimaman Bagi Hasil Minyak dan Gas, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 11/2006. Tim tersebut ditugaskan untuk memberikan nasehat kepada Gubernur tentang kebijakan pelaksanaan, perancangan dan perbaikan rumusan alokasi, penetapan kriteria untuk pemilihan program/proyek, evaluasi program dan proyek yang didanai dengan DOK, dan pemberian bantuan teknis kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengajukan usulan program/proyek. Pembentukan tim tersebut diatur dalam Peraturan Gubernur No. 24/2008. Tim tersebut dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang terdiri dari sembilan anggota dari pemerintah propinsi, dua ahli, dan dua perwakilan dari pemerintah kabupaten/kota.
Pengaturan alokasi dan pelaksanaan DOK dan Tambahan Bagi Hasil Minyak dan Gas saat ini masih rumit, dan beberapa masalah perencanaan dan pelaksanaan masih harus didefi nisikan. Dana DOK dialokasikan kepada pemerintah kabupaten/kota melalui program-program bersama yang kemudian diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah propinsi. Pemerintah kabupaten/kota harus mengusulkan proyek/program kepada pemerintah propinsi yang sesuai dengan batas anggaran yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan fi skal tertimbang. Kurangnya arahan dalam proses perencanaan khusus ini menambah rumit proses perencanaan reguler yang sudah cukup panjang. Untuk alokasi dana tahun 2008, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus menghadiri serangkaian sesi perencanaan tambahan untuk membahas dan menyepakati program-program bersama, meskipun kriteria program/proyek yang hendak didanai belum ditentukan secara jelas. Pengaturan pelaksanaan yang tersentralisasi propinsi (termasuk fungsi-fungsi yang selama ini sebagian besar telah didesentralisasi, seperti kesehatan dan pendidikan) kemungkinan dapat mengurangi kepemilikan proyek/program oleh pemerintah kabupaten/kota dan melemahkan peran pemerintah kabupaten/kota dalam fungsi yang telah desentralisasikan. Selain itu, pengaturan pelaksanaan yang tersentralisasi menciptakan beban tambahan bagi pemerintah propinsi.
Aceh dapat mengambil banyak manfaat dari DOK, meskipun beberapa perbaikan dalam hal pengaturan perencanaan dan pelaksanaan diperlukan untuk mengarahkan kepada pelaksanaan yang efektif. Pertama, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota perlu menentukan strategi (rencana induk) sebagai pedoman dan arahan bagi pelaksanaan DOK. Strategi tersebut harus memasukkan perencanaan pemerintah propinsi serta kabupaten/kota dan, antara lain, menetapkan tujuan-tujuan yang jelas, menentukan prioritas sektoral dan kriteria bagi program dan proyek yang akan didanai, menguraikan manajemen, perencanaan dan pelaksanaan, serta pengaturan pengawasan dan evaluasi. Kedua, untuk menyederhanakan proses perencanaan dan pelaksanaan, pemerintah propinsi mungkin perlu mencari pilihan-pilihan alternatif untuk menyalurkan dana secara langsung kepada pamerintah kabupaten/kota. Satu pilihan yang mungkin diambil adalah melalui dana bantuan bersyarat (seperti DAK) dalam bentuk tranfer langsung (tunai) dari pada dalam bentuk “program bersama”. Ketiga, harus ada pedoman dan pembedaan yang jelas tentang peran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah propinsi harus menyediakan pedoman yang menyeluruh serta perencanaan, manajemen dan pelaksanaan umum dan memusatkan perhatian pada program-program berskala besar yang memiliki manfaat lintas pemerintah kabupaten/kota (seperti jaringan jalan nasional dan propinsi, listrik, irigasi), dan mengawasi pelaksanaan keseluruhan. Pemerintah kabupaten/kota mungkin memiliki keunggulan komparatif dalam fungsi perencanaan dan pelaksanaan fungsi-fungsi yang telah di desentralisasi dan masalah-masalah kabupaten/kota, seperti membangun sekolah dan sarana kesehatan. Keempat, pemerintah propinsi perlu memberikan contoh dan pedoman yang baik kepada pemerintah kabupaten/kota, misalnya melalui perbaikan proses-proses anggaran dan kapasitas penyerapan. Kelima, terdapat kekhawatiran besar atas kapasitas penyerapan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota yang masih rendah. Meskipun pemerintah propinsi dan kabupaten/kota semuanya harus berusaha memperbaiki daya serapnya, ada saran dari para pembuat kebijakan untuk membuat aturan yang fl eksibel, seperti membuat dana cadangan untuk pendidikan dan DOK. Hal tersebut akan memungkinkan perencanaan menjadi Slebih baik dan menjamin keefektifan pendanaan DOK, sementara menyiapkan dan memperbaiki institusi pemerintah dan memungkinkan penggunaan DOK yang berjangka lebih panjang untuk generasi-generasi mendatang.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
17PENDAPATAN
Proses pengesahan anggaran di AcehProsespengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Aceh masih tidak mengikuti alur waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.16 Meskipun beberapa pemerintah kabupaten/kota telah mencapai kemajuan yang cukup pesat, dalam pengesahan beberapa masih mengalami ketertinggalan dengan tingkat yang berbeda-beda.17 Sebaliknya, kinerja pemerintah provinsi semakin memburuk (Gambar 1.12). Pemerintah provinsi selalu menjadi yang terakhir yang mengesahkan anggarannya dibandingkan pemerintah kabupaten/kota selama dua tahun terakhir (2007 dan 2008). Tahun ini, pemerintah provinsi hanya mampu mengesahkan anggarannya pada akhir Juni 2008. Depkeu telah mengirimkan surat teguran kepada pemerintah provinsi & kabupaten/kota akan menunda transfer DAU karena keterlambatan mengirimkan anggaran ke Depkeu.18 Dibandingkan dengan tahun lalu, sanksi tersebut efektif dalam mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk memperbaiki proses penyetujuan anggaran mereka pada tahun 2008.
Keterlambatan dalam pengesahan anggaran di tingkat provinsi menimbulkan dampak yang merugikan bagi pengesahan anggaran di tingkat kabupaten/kota, karena keterlambatan tersebut menunda penyaluran dana dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota, terutama Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas. Dalam prakteknya, sebagian besar pemerintah kabupaten/kota telah mengesahkan anggaran mereka sebelum anggaran provinsi disahkan. Hal tersebut mungkin menandakan kurangnya koordinasi anggaran antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Menurut peraturan, pemerintah daerah dan DPRD harus menyepakati anggaran yang mereka ajukan (APBA/APBD) paling tidak satu bulan sebelum dimulainya tahun anggaran melalui pengesahan peraturan daerah.
16 Beberapa undang-undang yang mengatur proses-proses dan pertanggungjawaban anggaran daerah adalah: Undang-undang No. 17/2003, Undang-undang No. 15/2004, Undang-undang No. 32/2004, Undang-undang No. 33/2004, dan Peraturan Departemen Dalam Negeri No. 13/2006
17 Rata-rata, proses-proses penyetujuan anggaran pemerintah kabupaten/kota telah mengalami kemajuan pesat sejak pertengahan bulan Mei 2005 sampai akhir bulan Maret 2008. Beberapa pemerintah kabupaten/kota menyetujui anggaran mereka pada minggu kedua bulan Januari 2008, tetapi beberapa pemerintah kabupaten/kota masih terlambat dalam menyetujui anggaran mereka sampai bulan April 2008.
18 Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 56/2005 dan Keputusan Depkeu No. 46/2006 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota harus menyerahkan anggaran mereka kepada Depkeu selambat-lambatnya pada tanggal 31 Januari. Depkeu akan mengirimkan surat peringatan apabila anggaran belum diberikan sebulan setelah tenggat waktu tersebut. Apabila dua bulan setelah pengeluaran surat peringatan, pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan belum menyerahkan anggaran kepada Depkeu, maka Depkeu dengan berkoordinasi dengan Depdagri dapat menerapkan sanksi dengan menunda penyaluran DAU (25 persen dari transfer bulanan) sampai anggaran diserahkan.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
PENDAPATAN18
Gambar 1.11 Tanggal pengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Aceh, tahun 2005-08
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
2005 2006 2007 2008
)isnipor
pkusa
mret(n/
kota
eta
pubak
hatnireme
phal
muJ
Januari Apri lMaret Mei dan bulan selanjutnya
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data termasuk Pemerintah Aceh. Data tahun 2005 berdasarkan 17 dari 21 kabupaten/kota, data tahun 2006 berdasarkan 20 dari 21 kabupaten/kota.
Kurangnya disiplin dalam proses penyetujuan anggaran menimbulkan dampak yang merugikan bagi pelaksanaan program-program pembangunan, yang menghambat penyediaan layanan publik dan dapat membuat daerah tersebut tidak dapat mencapai tujuan dan sasaran pembangunannya. Sebelum pengesahan anggaran, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota hanya dapat melakukan belanja untuk hal-hal rutin seperti pembayaran gaji dan kegiatan administratif melalui pembayaran-pembayaran di muka dengan jumlah kecil dan tidak diperbolehkan melaksanakan program/proyek. Pelaksanaan program/proyek seperti membangun sekolah, sarana kesehatan dan jaringan jalan memerlukan proses pengadaan yang saksama, yang biasanya memerlukan 45 hari dan hanya dapat dimulai setelah anggaran disahkan. Keterlambatan penyetujuan anggaran menyisakan waktu yang terbatas untuk pelaksanaan proyek dan merugikan kualitas proyek yang dijalankan. Sebagai akibatnya, pemerintah provinsi dan beberapa kabupaten/kota memiliki sisa anggaran yang belum dibelanjakan yang semakin besar pada akhir setiap tahun anggaran.
Peningkatan pendapatan dari DOK yang cukup besar, serta lambatnya proses pengesahan anggaran di Aceh, menimbulkan keprihatinan yang besar. Pengaturan dan alokasi DOK dipusatkan pada tingkat provinsi, sehingga pemerintah provinsi harus menyelesaikan proses pengesahan anggarannya tepat waktu. Keterlambatan dalam proses pengesahan anggaran tahun ini, serta berlipat gandanya pendapatan, merupakan tantangan besar bagi propinsi. Hal ini disebabkan sisa waktu hanya enam bulan untuk pelaksanaan yang membahayakan kualitas pelaksanaan proyek. Mengingat pengaturan DOK saat ini, pemerintah provinsi memiliki kewajiban yang lebih besar lagi untuk mengesahkan anggarannya secara tepat waktu agar dapat mengarakah dan menginformasikan pemerintah kabupaten/kota dalam pengalokasian anggaran mereka.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
19PENDAPATAN
Kotak 2. Proses pengesahan anggaran di Aceh
Lambatnya proses pengesahan anggaran disebabkan oleh masalah eksternal maupun struktural: bencana tsunami, transisi politik di Aceh, dan peraturan yang terus berubah di tingkat nasional merupakan tiga faktor eksternal utama. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Aceh menghadapi banyak tantangan yang turut menyebabkan keterlambatan pengesahan anggaran: i) bencana tsunami yang terjadi pada bulan Desember 2004 berdampak besar pada pemerintah propinsi dan beberapa pemerintah kabupaten/kota, ii) penandatanganan perjanjian damai pada bulan Agustus 2005, yang diikuti dengan penyusunan Undang-undang No. 11/2006 dan serangkaian peraturan daerah (Qanun); iii) pemilihan langsung pertama yang dilakukan di Aceh pada tanggal 11 Desember 2006 dan pelantikan gubernur serta kepala daerah kabupaten/kota yang baru dipilih pada bulan Februari 2007. Pada saat yang sama, tahun tersebut (2007) adalah tahun pertama pelaksanaan format anggaran baru berdasarkan Permendagri No. 13/2006; dan (iv) tahun ini adalah tahun pertama pelaksanaan UUPA, terutama yang terkait dengan alokasi DOK. Peraturan Daerah (Qanun) tentang Manajemen Keuangan (No. 1/2008) dan Undang-undang tentang Alokasi DOK dan Pendapatan Tambahan dari Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas (No. 2/2008) disahkan pada bulan Januari 2008. Selain itu, reorganisasi kepala-kepala instansi teknis (melalui proses pemilihan yang kompetitif ) di awal tahun ini mungkin membuat perhatian kepala-kepala Dinas beralih dari penyusunan anggaran.
Hambatan struktural juga berpengaruh besar pada proses penyusunan anggaran. Hambatan tersebut antara lain adalah: i) kurangnya disiplin pemimpin di provinsi dan kabupaten/kota dan DPRD, ii) kurangnya sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas) untuk merencanakan dan membuat anggaran didalam Bappeda (instansi perencanaan) dan instansi-instansi teknis, iii) proses konsultasi yang panjang antara lembaga eksekutif dan legislatif (pertimbangan anggaran cenderung memusatkan perhatian pada baris per baris anggaran dari pada alokasi keseluruhan), iv) kepentingan politik, v) kewenangan DPRD yang besar atas pembahasan dan persetujuan ex ante (tantangan yang sama juga ditemui di tingkat nasional), dan vi) pembagian kerja yang kurang jelas antara Bappeda dan Dinas Pengelolaan Keuangan & Kekayaan Aceh atas fungsi perencanaan dan penganggaran.
Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus berupaya untuk memperbaiki proses penyusunan anggaran apabila hendak mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan. Beberapa hal utama yang perlu dilakukan untuk perbaikan proses penyusunan anggaran adalah: i) niat politik dari semua pihak (terutama lembaga eksekutif dan legislatif ) sangat penting; ii) peran dan wewenang DPRD dalam proses-proses penyusunan anggaran harus dijelaskan dan harus difokuskan pada tujuan-tujuan pembangunan yang lebih luas daripada baris per baris anggaran. Proses anggaran yang panjang harus dikaji ulang dan dipersingkat apabila mungkin (pengalaman terakhir di Papua menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin dan terbukti efektif ), iv) lembaga eksekutif dan legislatif harus bekerja sama untuk menyempurnakan peraturan daerah (Qanun) yang menyangkut proses-proses anggaran dan manajemen keuangan, v) pembagian kerja antara Bappeda dan Bagian Keuangan menyangkut fungsi-fungsi perencanaan (RPJP, RPJMD, RKA) dan penganggaran (penyusunan KUA dan APBD) harus diklarifi kasi; dan vi) kapasitas lembaga eksekutif dan legislatif dalam merencanakan dan membuat anggaran harus diperkuat (melalui pelatihan staf yang ada atau perekrutan staf yang berpengalaman dan ahli di masa mendatang). Parlemen juga perlu didukung oleh konsultan-konsultan profesional dalam menganalisa anggaran-anggaran pemerintah daerah.
Sumber: Ringkasan Rangkaian Seminar Bank Dunia, Making Aceh’s Budget Works: Challenges and Opportunities, Banda Aceh, 26 Juni 2008.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
PENDAPATAN20
Rekomendasi1. Posisi keuangan Aceh akan tetap kuat pada tahun-tahun yang akan datang karena limpahan pendapatan
dari DOK. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota perlu mengembangkan strategi untuk mengelola dan mengalokasikan sumber daya tambahan tersebut secara efi sien dan juga berinvestasi dalam program-program strategis yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga tingkat pendapatan yang tinggi dapat dipertahankan setelah DOK secara bertahap dihapuskan. Hal tersebut untuk menghindari pengalaman terakhir menyangkut penurunan pendapatan dari minyak dan gas. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga perlu meningkatkan kapasitas mereka dalam pengelola keuangan daerah.
2. Pengaturan alokasi dan pelaksanaan DOK saat ini masih rumit dan beberapa masalah yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaan masih belum ditentukan. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus mengembangkan strategi untuk menuntun dan mengarahkan pelaksanaan DOK, yang menetapkan tujuan-tujuan yang jelas, menafsirkan prioritas dan kriteria sektoral untuk program dan proyek yang akan didanai, menguraikan pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaannya, serta menentukan rencana-rencana pengawasan dan evaluasi.
3. Pemerintah dan DPRD propinsi dan kabupaten/kota harus berupaya untuk memperbaiki proses-proses anggaran mereka apabila hendak mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan. Kurangnya disiplin dalam proses-proses pengesahan anggaran menimbulkan pengaruh yang merugikan bagi pelaksanaan program pembangunan, yang mengurangi pemberian layanan publik dan dapat membuat daerah tersebut tidak dapat mencapai tujuan dan sasaran pembangunannya.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
BELANJA22
Gambaran umum belanja19
Menyusul peningkatan yang sangat besar pada sisi pendapatan, pengeluaran publik secara keseluruhan di Aceh juga telah meningkat dan diperkirakan tetap tinggi pada tahun-tahun mendatang. Setelah terjadinya penurunan tipis pada tahun 2005, pengeluaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota mulai meningkat secara signifi kan pada tahun 2006. Secara riil, total pengeluaran daerah di Aceh diperkirakan naik hampir dua kali lipat pada tahun ini dibandingkan dengan tingkat pengeluaran pada tahun 2005. Pengeluaran pemerintah pusat di Aceh melalui dana dekonsentrasi relatif stabil, hanya menurun sedikit dari Rp. 1,3 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp. 1,2 trilyun (Gambar 2.1). Selain itu, Aceh juga menerima alokasi yang cukup besar dari pemerintah pusat untuk rekonstruksi dan rehabilitasi sebesar Rp. 21 triliun (2005-09) setelah terjadinya bencana tsunami pada bulan Desember 2004, serta sebesar Rp. 1,5 triliun (2005-07) untuk memperkuat proses perdamaian dan membantu masyarakat yang terkena dampak konfl ik.
Gambar 2.1 Total belanja publik di Aceh telah meningkat pesat setelah tahun 200520
raylim
pR
0
5,000
10,000
15,000
20,000
1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Dana Dekonsentrasi (APBN)ProvinsiKab/KotaHarga saat ini
Sumber: Pemda Aceh, BRR, Bank Dunia. Data dalam harga 2006 konstan. Anggaran pemerintah kabupaten/kota untuk 2008 diproyeksikan dengan data Depkeu. Catatan: Gambar balok berdasarkan harga konstan 2006, gambar garis berdasarkan harga sekarang untuk setiap tahun.
Meskipun total pengeluaran telah meningkat, daya serap pemerintah propinsi dan kabupaten/kota masih lemah. Peningkatan dalam pengeluaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota pada tahun 2007 dibiayai oleh sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) (sisa tahun sebelumnya) dari anggaran tahun 2006. Baik pengeluaran pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota meningkat pada tahun 2007 meskipun terdapat penurunan kecil dalam penenerimaan pada tahun 2007. SILPA dari anggaran tahun 2006 berjumlah cukup besar dari anggaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota (masing-masing 47 persen dan 23 persen). Pengeluaran propinsi hampir mencapai dua kalinya pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2005, sementara pengeluaran pemerintah kabupaten/kota meningkat sebesar 67 persen dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.
Belanja langsung dan tidak langsung21
Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh telah mulai melaksanakan format anggaran yang baru sejak tahun 2007, sesuai dengan Permendagri No. 13/2006. Format anggaran yang baru dibagi menjadi dua kategori besar: belanja tidak langsung dan belanja langsung. Permendagri No. 13/2006 memperkenalkan standar-
19 Karena keterbatasan data, analisa ini menggunakan gabungan data APBD (9 kab/kota) dan realisasi (11 kab/kota) untuk tahun 2006 dan APBD untuk tahun 2007.
20 Dana bantuan pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota tidak dimasukkan untuk menghindari penghitungan ganda. Dana bantuan tersebut biasanya mewakili porsi besar pengeluaran provinsi. Misalnya, transfer tersebut mencapai Rp. 1,1 trilyun di tahun 2007.
21 Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak langsung terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan, termasuk biaya-biaya karyawan (gaji pegawai negeri), pembayaran bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, Dana Bagi Hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Belanja langsung adalah belanja yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari biaya-biaya karyawan (terutama insentif untuk mendukung pelaksanaan proyek), belanja barang dan jasa (termasuk barang dan jasa, operasi dan pemeliharaan, dan biaya perjalanan), dan belanja modal. Di masa lalu, belanja staf dan modal di kategori ini disebut sebagai “belanja pembangunan”.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
23BELANJA
anggaran baru berbasis kinerja, menggantikan format belanja aparat pemerintah dan belanja publik sesuai dengan Kepmendagri No. 29/2002.22
Perubahan pada format anggaran berpengaruh besar pada sisi belanja, yang menciptakan tantangan dalam mengawasi pengeluaran daerah secara cermat. Tantangan utama adalah bahwa klasifi kasi ekonomi barang dan jasa, operasional dan pemeliharaan, dan biaya-biaya perjalanan kini telah dilebur menjadi satu kategori tunggal, yakni “biaya barang dan jasa.” Studi terdahulu (Bank Dunia, 2006) menyoroti bahwa alokasi pengeluaran operasional dan pemeliharaan di Aceh sangat rendah (0,3 persen dari total anggaran tahun 2005), sementara pengeluaran untuk biaya perjalanan dan barang-barang dan jasa semakin meningkat. Menggabungkan ketiga sub-kategori tersebut membuat analisa yang dilakukan tidak sedalam yang dapat dicapai di masa lalu. Akibatnya, dalam laporan ini analisa hanya dilakukan pada tingkat umum. Namun demikian, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh harus secara teliti mengawasi pengeluaran operasional dan pemeliharaan mereka, karena aset-aset yang dibangun selama rekonstruksi akan segera dipindahtangankan kepada, dan memerlukan pemeliharaan oleh, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.
Pada tahun 2007, pengeluaran propinsi untuk bantuan modal dan sosial meningkat secara substansial sementara pengeluaran untuk gaji dan barang dan jasa (termasuk operasional dan pemeliharaan, dan biaya-biaya perjalanan) relatif stabil.23 Pengeluaran pembangunan propinsi meningkat cukup besar pada tahun 2002, akan tetapi sejak itu terus menurun, baik dalam hal volume maupun porsinya (dari 80 persen tahun 2002 menjadi 62 persen tahun 2007) (Gambar 2.2). Pengeluaran untuk biaya barang dan jasa (termasuk biaya operasional dan pemeliharaan dan perjalanan) meningkat tajam pada tahun 2006 dan 2007. Peningkatan besar pada biaya “lain-lain” dari Rp. 17 milyar tahun 2006 menjadi Rp. 436 milyar tahun 2007 terutama didorong oleh peningkatan untuk bantuan sosial untuk korban tsunami dan korban konfl ik. Pengeluaran modal diharapkan meningkat pada tahun ini, karena DOK wajib dialokasikan untuk pengeluaran modal. Secara keseluruhan, berdasarkan format anggaran yang baru, pengeluaran propinsi sekarang didominasi oleh belanja langsung (Gambar 2.3).
Gambar 2.2 Belanja propinsi menurut klasifi kasi ekonomi
Gambar 2.3 Proporsi belanja propinsi Aceh menurut belanja langsung & tidak langsung
Modal
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Rp m
ilyar
Pembangunan (kapital + proyek yang berkaitan dengan belanja)Belanja barang & jasa (termasuk operasional & pemeliharaan, perjalanan)Lain-lain (bantuan sosial, hibah, belanja yang tidak diharapkan, pembayaranbunga, subsidi)Belanja personel (gaji)
Belanja tidak langsung
Belanja langsung
Belanja personel(yang berkaitandengan proyek)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
%()
Belanja tidak langsung
Belanja langsung
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006.
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
Belanja modal pemerintah kabupaten/kota tumbuh pesat pada tahun 2007. Peningkatan tersebut baik secara riil (42 persen) maupun sebagai bagian dari belanja total (dari 27 persen pada tahun 2006 menjadi 32 persen pada
22 Analisa antar waktu dilakukan dengan memetakan dua format anggaran terdahulu, MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan untuk Pemerintah Kabupaten/Kota) 1981 dan Kepmendagri No. 29/2002, sampai format anggaran baru sesuai dengan Permendagri No. 13/2006 (Lampiran Tabel 2.1).
23 Sebelum tahun 2006, klasifi kasi anggaran digolongkan menjadi biaya rutin dan biaya pembangunan (termasuk biaya-biaya terkait proyek modal dan staf ). Perincian lebih lanjut berdasarkan biaya modal dan biaya karyawan yang terkait dengan proyek tidak tersedia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
BELANJA24
tahun 2007) (Gambar 2.4). Pengeluaran untuk gaji hanya meningkat sedikit meskipun terdapat peningkatan besar akhir-akhir ini dalam pengeluaran secara keseluruhan. Pengeluaran untuk barang dan jasa juga telah mengalami peningkatan yang cukup besar sejak tahun 2005. Meskipun demikian, analisa lebih jauh (yang merinci barang dan jasa, operasional dan pemeliharaan, dan biaya-biaya perjalanan) perlu dilakukan untuk memahami pemicu utama peningkatan-peningkatan tersebut. Pengeluaran modal dan gaji (terkait proyek) sedikit menurun pada tahun 2006, tetapi meningkat lagi pada tahun 2007. Secara rata-rata, dengan menggunakan klasifi kasi format anggaran yang baru, pemerintah kabupaten/kota menghabiskan lebih banyak untuk pengeluaran langsung (54 persen) daripada pengeluaran tidak langsung (Gambar 2.5).
Gambar 2.4 Belanja pemerintah kabupaten/kota menurut klasifi kasi ekonomi
Gambar 2.5 Bagian belanja pemerintah kabupaten/kota menurut belanja langsung dan tidak langsung
Pembangunan (kapital + proyek yang berkaitan dengan belanja)Belanja barang & jasa (termasuk operasional & pemeliharaan, perjalanan)Lain-lain (bantuan sosial, hibah, belanja yang tidak diharapkan, pembayaranbunga, subsidi)Belanja personel (gaji)
Belanja tidak langsung
Belanjalangsung
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Rp m
ilyar
Modal
Belanja personel(yang berkaitandengan proyek)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
%()
Belanja tidak langsung
Belanja langsung
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006.
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
Belanja sektoralAlokasi lintas sektoral pengeluaran propinsi membaik pada tahun 2007. Pengeluaran “lain-lain” (terutama bantuan sosial) dan infrastruktur semakin penting (yang merupakan prioritas kedua dan ketiga). Pengeluaran administrasi umum pemerintah24 tetap menjadi prioritas utama, meskipun porsinya terhadap bagian pengeluaran total menurun drastis dari 49 persen tahun 2006 menjadi 28 persen tahun 2007. Meskipun demikian, secara riil pengeluaran administrasi umum sedikit meningkat antara tahun 2006 dan 2007 (Gambar 2.6). Pada tahun 2007, hampir 40 persen belanja propinsi dialokasikan untuk pengeluaran modal, yang bagian-bagian terbesarnya dialokasikan pada infrastruktur dan administrasi umum, sementara biaya gaji (termasuk gaji yang terkait proyek) menghabiskan 22 persen dari pengeluaran propinsi secara keseluruhan (Gambar 2.7).
Sebagian besar sektor mengalami peningkatan alokasi yang cukup besar pada tahun 2007 karena peningkatan alokasi anggaran keseluruhan. Ketiga sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah: lain-lain; perumahan, tenaga kerja dan masalah sosial; serta pertanian dan kehutanan. Yang paling menarik, pengeluaran untuk pekerjaan umum (infrastruktur) dan kesehatan meningkat lebih dari dua kali lipat. Di sisi lain, sektor administrasi umum dan pendidikan hanya mengalami peningkatan yang sedang secara riil pada tahun 2007, tetapi mengalami penurunan drastis sebagai bagian dari pengeluaran total antara tahun 2006 dan 2007 (masing-masing dari 50 persen menjadi 28 persen dan dari 20 persen menjadi 10 persen). Kecenderungan penurunan dalam pengeluaran pendidikan tersebut terkait dengan penurunan dalam Dana Bagi Hasil Migas.25
24 Sektor administrasi pemerintah umum mencakup semua pengeluaran instansi teknis di bawah jawatan-jawatan pemerintah umum, seperti kantor gubernur (Sekda), parlemen (DPRA), Bappeda dan komunikasi dan informasi.
25 Undang-undang No. 18/2001 mengamanatkan bahwa 30 persen pendapatan dari Dana Bagi Hasil Migas harus dialokasikan untuk pendidikan.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
25BELANJA
Gambar 2.6 Belanja sektoral Propinsi Aceh Gambar 2.7 Pengeluaran propinsi menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi ekonomi, 2007
Rp m
ilyar
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Lain ( bantuan sosial, hibah, belanja tidak terduga
Industri, perdagangan, energi dan pertambangan
Pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan
Perumahan, tenaga kerja dan urusan sosial
Pendidikan dan budaya
Kesehatan dan kesejahteraan umum
PU dan transportasi
Admin umum pemerintah
22% 23% 39% 16%
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000
Admin umum
Pendidikan
Kesehatan
Infrastruktur
Lain
Total
Rp milyar
Barang & jasa (termasuk pemeliharaan & perjalanan)
Kapital
Lain-lain
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
Sama dengan pemerintah propinsi, alokasi lintas sektor pengeluaran pemerintah kabupaten/kota juga telah membaik. Meskipun prioritas sektoral belum berubah (administrasi umum, pendidikan dan infrastruktur), peningkatan sudah tampak pada pola pengeluaran untuk sektor administrasi umum, pekerjaan umum (infrastruktur) dan kesehatan (Gambar 2.8). Pengeluaran untuk pekerjaan umum dan kesehatan meningkat baik secara riil dan sebagai bagian dari total pengeluaran antara tahun 2005 dan 2007 (masing-masing dari 13,1 persen menjadi 17,8 persen dan dari 6,4 persen menjadi 8,5 persen) Alokasi untuk administrasi umum sedikit menurun sebagai bagian dari pengeluaran total, dari 36,4 pada tahun 2005 menjadi 32,3 pada tahun 2007, tetapi sedikit meningkat secara riil. Alokasi pendidikan meningkat sebanyak 40 persen secara riil dari tahun 2005 sampai 2007. Namun, alokasi itu menurun sebagai bagian dari pengeluaran total dari 27 persen tahun 2005 menjadi 25 persen tahun 2007. Pada tahun 2007, 43 persen anggaran dialokasikan untuk gaji.
Gambar 2.8 Pengeluaran sektoral pemerintah kabupaten/kota di Aceh
Gambar 2.9 Pengeluaran pemerintah kabupaten/kota menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi ekonomi, 2007
Rp m
ilyar
Lain ( bantuan sosial, hibah, belanja tidak terduga
Industri, perdagangan, energi dan pertambangan
Pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan
Perumahan, tenaga kerja dan urusan sosial
Pendidikan dan budaya
Kesehatan dan kesejahteraan umum
PU dan transportasi
Admin umum pemerintah
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Admin umum
Pendidikan
Kesehatan
Infrastruktur
Lain
Total
Rp milyar
Barang & jasa (termasuk pemeliharaan & perjalanan)
Kapital
Lain-lain
43% 17% 32% 8%
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
Keluaran-keluaran sosial pilihan (BPS, 2008) menunjukkan beberapa perbaikan dalam pemberian layanan, namun kemajuan Aceh masih tertinggal dari rata-rata nasional. Angka kemiskinan di Aceh telah menurun dari 28,69 persen tahun 2005 menjadi 23,53 persen tahun ini, namun angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 15,42 persen. Indeks pembangunan manusia (HDI) meningkat dari 68,7 pada tahun 2004 menjadi 69,4 pada tahun 2006 tetapi tetap di bawah rata-rata nasional sebesar 70,1. Angka harapan hidup meningkat dari 68,0 tahun pada tahun 2005 menjadi 68,3 tahun pada tahun 2006, tetapi sekali lagi angka tersebut masih lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 68,5 tahun. Akses kepada pendidikan bukan suatu masalah di Aceh; Aceh memiliki tingkat partisipasi sekolah yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional. Namun, Aceh masih tertinggal
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
BELANJA26
dalam hal mutu pendidikan. Data dari Departemen Pendidikan Nasional mengindikasikan angka tamatan sekolah di Aceh lebih rendah dari angka rata-rata nasional, terutama untuk sekolah menengah, dan tingkat drop-out (tidak lulus) di Aceh lebih tinggi untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama daripada rata-rata nasional. Upaya rekonstruksi yang terus berlanjut sekaligus mungkin berkontribusi pada peningkatan-peningkatan ini, dan alokasi anggaran untuk sektor-sektor utama oleh pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.
Pengeluaran per kapita untuk kesehatan, pendidikan, dan infrastrukturSecara umum, pengeluaran per kapita pemerintah kabupaten/kota untuk kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur telah meningkat dibandingkan tahun 2004, tetapi jumlah tersebut berbeda-beda antar pemerintah kabupaten/kota. Sebagian besar pemerintah kabupaten/kota secara konsisten mengalokasikan pengeluaran per kapita yang lebih tinggi untuk ketiga sektor tersebut, seperti Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Kota Banda Aceh. Jumlah pemerintah kabupaten/kota dengan pengeluaran per kapita yang masih rendah (atau tidak berubah) untuk ketiga sektor tersebut relatif sedikit, seperti di Pidie (kesehatan), Simeulue (pendidikan), dan Aceh Timur (infrastruktur). Beberapa pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan pengeluaran per kapita yang lebih rendah untuk ketiga sektor tersebut, seperti Kota Langsa, Nagan Raya, dan Aceh Timur (kesehatan); Gayo Lues, Nagan Raya, Aceh Selatan, Aceh Tenggara (pendidikan); Aceh Timur, Kota Sabang, Simeulue, Bireuen (infrastruktur).
Rata-rata pengeluaran per kapita untuk kesehatan di antara pemerintah kabupaten/kota meningkat. Rata-rata pengeluaran per kapita untuk kesehatan meningkat baik secara riil maupun sebagai persentase dari pengeluaran total, yaitu dari Rp 84.766 (6,3 persen) pada tahun 2004 menjadi Rp 275.184 (8,1 persen) pada tahun 2007. Kota Sabang mencapai level tertinggi dengan pengeluaran per kapita untuk kesehatan sekitar Rp 1,6 juta, sementara Pidie adalah yang terendah, yaitu hanya sebesar Rp 114.758 (Gambar 2.10). Akan tetapi, karena alokasi yang lebih tinggi untuk kesehatan tampaknya belum berhasil menunjukkan keluaran-keluaran yang lebih baik dalam sektor kesehatan, pemerintah kabupaten/kota dengan alokasi per kapita yang lebih tinggi perlu meningkatkan efi siensi dalam pengeluaran. Pada tahun 2007, angka kematian bayi di Kota Sabang adalah 1,6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 0,76 persen di Pidie, sedangkan angka kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan profesional lebih rendah di Sabang (79 persen) daripada di Pidie (94 persen) (Dinas Kesehatan Aceh, 2008).
Gambar 2.10 Pengeluaran per kapita untuk kesehatan menurut kabupaten/kota di Aceh
0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000
Kab. Pidie
Kab. Aceh Timur
Kab. Gayo Lues
Kota Lhokseumawe
Kab. Aceh Utara
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Bireuen
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Besar
Kota Banda Aceh
Kab. Aceh Singkil
Kab. Simeuleu
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Bener Meriah
Kab. Nagan Raya
Kota Langsa
Kab. Aceh Tengah
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Jaya
Kota Sabang
2007
2006
2004
Rupiah
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
27BELANJA
Sejak tahun 2004, rata-rata pengeluaran per kapita oleh pemerintah kabupaten/kota untuk pendidikan meningkat hampir dua kali lipat. Rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp 405.767 pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp 708.407 pada tahun 2007. Akan tetapi, porsi pendidikan dari pengeluaran total menurun dari 34,5 persen pada tahun 2004 menjadi hanya 24 persen pada tahun 2007 karena adanya peningkatan dalam jumlah anggaran. Secara konsisten, Kota Sabang berhasil mencapai alokasi per kapita tertinggi untuk pendidikan (Rp 2,2 juta pada tahun 2007), sementara Simeulue masih memberikan alokasi per kapita yang rendah (kedua terendah pada tahun 2004) (Gambar 2.11). Akan tetapi, alokasi anggaran yang lebih tinggi belum terealisasikan menjadi keluaran(outcomes) yang lebih baik dalam sektor pendidikan. Di Pidie, rasio guru-siswa (STR) lebih rendah (berarti lebih baik) dari rata-rata di Aceh dan jumlah siswa (SMU) yang lulus ujian nasional pada tahun 2008 juga lebih tinggi di Pidie dibandingkan di Sabang. Akan tetapi, Kota Sabang memiliki STR terendah untuk tingkat SD dan SMP, dan termasuk yang terendah untuk tingkat SMU (BPS dan Dinas Pendidikan Aceh).
Gambar 2.11 Pengeluaran per kapita untuk pendidikan menurut kabupaten/kota di Aceh
Rupiah
0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000
Kab. Simeuleu
Kab. Aceh Timur
Kab. Aceh Singkil
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Aceh Utara
Kab. Pidie
Kab. Bireuen
Kab. Aceh Selatan
Kab. Gayo Lues
Kota Langsa
Kab. Aceh Besar
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Bener Meriah
Kab. Aceh Tengah
Kota Lhokseumawe
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Nagan Raya
Kota Banda Aceh
Kab. Aceh Jaya
Kota Sabang
2007
2006
2004
Sumber Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006
Pada tahun 2004-2007, rata-rata pengeluaran per kapita pemerintah kabupaten/kota untuk sektor infrastruktur meningkat tiga kali lipat. Rata-rata porsi pengeluaran untuk infrastruktur dari belanja total juga meningkat dari 11,1 persen pada tahun 2004 menjadi 16,4 persen pada tahun 2007. Aceh Jaya mengalokasikan pengeluaran per kapita tertinggi untuk prasarana antara tahun 2006 dan 2007, terutama untuk membangun kembali jaringan jalan dan prasarana dasar lainnya yang rusak dilanda tsunami. Pada tahun 2007, alokasi per kapita Aceh Jaya mencapai Rp 2.678.425, lebih dari 20 kali alokasi kabupaten dengan peringkat terendah di propinsi tersebut, yaitu Aceh Timur (Rp 120.195). Aceh Utara berada di peringkat kedua, walaupun memiliki porsi pengeluaran terbesar untuk prasarana (39 persen dari anggaran). Aceh Selatan, Pidie dan Aceh Timur mengalokasikan pengeluaran per kapita yang rendah untuk prasarana pada tahun 2006-2007. Beberapa pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan pengeluaran per kapita untuk prasarana yang lebih rendah pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2006, yaitu Kota Sabang, Simeulue, Bireuen, dan Aceh Timur (Gambar 2.12).
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
BELANJA28
Gambar 2.12 Pengeluaran per kapita untuk infrastruktur menurut kabupaten/kota di Aceh
Rupiah
0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000
Kab. Aceh Timur
Kab. Pidie
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Besar
Kab. Aceh Singkil
Kota Langsa
Kab. Bireuen
Kab. Simeuleu
Kab. Aceh Tenggara
Kota Banda Aceh
Kab. Aceh Tengah
Kab. Bener Meriah
Kota Lhokseumawe
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Gayo Lues
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Aceh Barat
Kab. Nagan Raya
Kota Sabang
Kab. Aceh Utara
Kab. Aceh Jaya
2007
2006
2004
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006
Rekomendasi1. Tingkatkan efi siensi realisasi daya serap dalam pola pengeluaran secara keseluruhan dan pastikan agar
alokasi anggaran yang lebih tinggi untuk sektor-sektor utama dibelanjakan secara efektif dan berdampak positif pada kualitas pemberian layanan. Walaupun mungkin terdapat selisih waktu antara peningkatan investasi/pengeluaran dan hasil-hasil yang positif, hasil-hasil dalam sektor sosial di Aceh masih tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia, meskipun terdapat peningkatan dalam alokasi antar sektor secara keseluruhan dan alokasi per kapita yang lebih tinggi di sektor-sektor utama.
2. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus memberikan perhatian khusus pada peningkatan akses terhadap pendidikan menengah dan peningkatan kualitas pendidikan secara umum. Aceh telah mengalokasikan porsi anggaran yang lebih besar untuk pendidikan sejak tahun 2002, namun hasilnya hanya mengalami perubahan yang kecil. Walaupun akses terhadap pendidikan dasar bukanlah masalah di Aceh, tetapi kualitas pendidikan di Aceh masih perlu diperhatikan.
3. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota perlu mengawasi secara ketat alokasi untuk pengeluaran operasional dan pemeliharaan fasilitas umum, terutama yang berkaitan dengan pengalihan aset yang dibangun selama rekonstruksi dari BRR kepada pemerintah kabupaten/kota. Format anggaran yang baru mempersulit dilakukannya analisis menyeluruh secara seksama.
4. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus mengantisipasi kecenderungan menurunnya alokasi untuk pendidikan yang terutama didorong oleh menurunnya Dana Bagi Hasil migas. Dana otonomi khusus (Dana Otsus) dapat menjadi sumber alternatif untuk pendanaan pendidikan.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN30
Lampiran A: Gambar dan Tabel
Gambar A.1 Alokasi DAU per kapita, 2008
0 1 2 3 4 5 6
Prop. BantenProp. Jawa Barat
Prop. RiauProp. Jawa Timur
Prop. Jawa TengahProp. Lampung
Prop. Sumatera SelatanProp. Sumatera UtaraProp. Kepulauan Riau
Prop. D I YogyakartaProp. Kalimantan Timur
Prop. Nusa Tenggara BaratProp. Bali
Prop. Sulawesi SelatanProp. Kalimantan Selatan
Prop. JambiProp. Nusa Tenggara Timur
Prop. Kalimantan BaratProp. Sumatera Barat
AverageProp. Nanggroe Aceh Darussalam
Prop. Sulawesi UtaraProp. Sulawesi Barat
Prop. Sulawesi TengahProp. GorontaloProp. Bengkulu
Prop. Sulawesi TenggaraProp. Kepulauan Bangka Belitung
Prop. MalukuProp. Maluku Utara
Prop. Kalimantan TengahProp. Papua
Prop. Papua Barat
Juta Rupiah
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
Gambar A.2 Alokasi DAK per kapita, 2008
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Prop. Jawa BaratProp. Banten
Prop. RiauProp. Jawa Timur
Prop. Jawa TengahProp. D I Yogyakarta
Prop. LampungProp. Sumatera SelatanProp. Kalimantan Timur
Prop. Sumatera UtaraProp. Kepulauan Riau
Prop. Nusa Tenggara BaratProp. Bali
Prop. JambiProp. Sulawesi Selatan
Prop. Kalimantan SelatanProp. Kalimantan Barat
Prop. Sumatera BaratAverage
Prop. Nusa Tenggara TimurProp. Sulawesi Tengah
Prop. Nanggroe Aceh DarussalamProp. Sulawesi Barat
Prop. GorontaloProp. Sulawesi Utara
Prop. Kepulauan Bangka BelitungProp. Bengkulu
Prop. Sulawesi TenggaraProp. Kalimantan Tengah
Prop. MalukuProp. Maluku Utara
Prop. PapuaProp. Papua Barat
Rp ‘000
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
31LAMPIRAN
Table A.1 Pemetaan format anggaran pemerintah kabupaten/kota berdasarkan beberapa peraturan
Permendagri No. 3/2006 Kepmendagri No. 29/2002 MAKUDA 1981
Belanja tidak langsung
Pengeluaran staf Appratur - Adm. UmumPublik – Adm. Umum
Pengeluaran staf
Pengeluaran staf
Rutin Pengeluaran staf
Pembayaran bunga Rutin Pembayaran hutang dan bunga
Subsidi Rutin Pengeluaran yang tidak termasuk dalam pengeluaran lainnya
Hibah
Batuan Sosial Rutin Pensiun dan santunan
Pembagian pendapatan untuk Pemerintah daerah/desa
Dana Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Rutin
Subsidi/bantuan keuangan untuk pemerintah di tingkat yang lebih rendahBantuan keuangan
untuk Pemerintah daerah/desa
Pengeluaran tak terduga
Pengeluaran tak terduga
Rutin Pengeluaran tak terduga
Belanja langsung
Belanja Barang dan Jasa Apratur -Operasional & perawatan.Publik -Operasional & perawatan.
Pengeluaran staf
Pengeluaran staf
Rutin Barang dan Jasa - RutinOperasional & pemeliharaan - RutinBiaya perjalanan dinas - Rutin
Pengeluaran staf Aparatur – Operasional & perawatan.
Publik - Operasional & perawatan
Barang dan jasaBiaya perjalanan dinasOperasional dan perawatanLain-lain
Barang dan jasaBiaya perjalanan dinasOperasional dan perawatanLain-lain
Belanja Pembangunan
Belanja Pembangunan
Belanja modal AparaturPublik
Belanja modalBelanja modal
Sumber: Makuda 1981, Kepmendagri 29/2002, Permendagri 13/2006.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN32
Tabel A.2 Perbedaan-perbedaan utama antara UU No. 18/2001 dan UU No. 11/2006 tentang sumber pendapatan, pengaturan alokasi, dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus
Undang-undang No. 1 8/2001 Undang-undang No. 11/2006
Sumber pendapatan untuk Otonomi Khusus
Dana Bagi Hasil tambahan dari sektor migas (masing-masing 55 persen dan 40 persen), di atas Dana Bagi Hasil nasional reguler sebesar masing-masing 15 persen dan 30 persen.
2 persen alokasi DAU nasional untuk 15 tahun, dan 1 persen alokasi DAU nasional untuk 5 tahun berikutnya
Dana Bagi HasilTambahan dari Sektor Migas
- 55 persen untuk minyak dan 40 persen untuk gas
Skema Alokasi DOK ditransfer dalam bentuk tunai berdasarkan alokasi rumus dasar produksi dan non-produksi
DOK dialokasikan dalam bentuk program gabungan (bukan tunai). Rumusnya hanya menentukan plafon anggaran (jumlah maksimum yang dapat diajukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk program-program pembangunan).
Pelaksanaan Pemerintah provinsi dan masing-masing pemerintah kabupaten/kota.
Pemerintah provinsi
Sumber: Undang-undang No. 18/2001 dan Undang-undang No. 11/2006.
Gambar A.3 Mekanisme alokasi DOK untuk pemerintah kabupaten/kota di Aceh
Alokasi dana
Dana Otonomi Khusus(Setara 2% dari DanaAlokasi Umum/DAU)
(100%)
Propinsi(40%)
Kabupaten/Kota (23)(60%)
Alokasi Dasar(30%)
Alokasi Rumus(70%)
Penduduk (30%) Daerah (30%) HDI (30%) CCI (30%)
Sumber: Qanun No. 4/2007. Catatan: HDI (Indeks Pembangunan Manusia), CCI (Indeks Kemahalan Konstruksi).
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
33LAMPIRAN
Gambar A.4 Mekanisme alokasi tambahan dana bagi hasil minyak dan gas untuk pemerintah kabupaten/kota di Aceh
Alokasi dana
Dana Bagi Hasil Tambahan dari Sektor Migas55% minyak dan 40% gas (100%)
Dana Pendidikan (30%)
Dana yang akan Dialokasikan(70%)
Provinsi(40%)
Kabupaten/Kota penghasil Migas (25%)
Kabupaten/Kota bukanpenghasil Migas (35%)
Alokasi Dasar(50%)
Alokasi Rumus(50%)
Penduduk (50%) Luas Wilayah (50%)
Sumber: Qanun No. 4/2007.
Tabel A.3 Kegiatan-kegiatan utama dalam proses persetujuan anggaran di Aceh
Kegiatan-kegiatan utama 2005 2006 2007 2008
Penyerahan rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) kepada DPR
1 Nop 2004 19 Nop 2005 16 Feb 2007 28 Nop 2007
Pembahasan rancangan KUA dan PPAS antara komite anggaran eksekutif dan legislatif
4 Nop – 14 Des 2004
20 Nop – 27 Jan 2006
29 Nop – 2 Des 2007
Penandatanganan nota persetujuan KUA dan PPAS antara Gubernur dan Ketua DPR
16 Des 2004 28 Jan 2006 8 Des 2007
Penyerahan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (RAPBA) dengan Nota Keuangan kepada DPR dan pembahasan dengan Kelompok Kerja
26 Peb – 19 Mar 2006
9-28 Apr 2007 24 Mar – 16 Mei 2008
Rapat Paripurna untuk membahas RAPBA 1 – 25 Apr 2006 16 Mar – 25 Apr 2006
2-18 Mei 2007 21 – 30 Mei 2008
Persetujuan RAPBA (menjadi APBA) 26 Apr 2006 27 Mar 2006 18 Mei 2007 24 Jun 2008
Penyerahan APBA ke Depdagri untuk dievaluasi
1 Jun 2008
Sumber: T. Surya Dharma, 2008.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN34
Tabel A.4 Tanggal pengesahan anggaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh
No 2005 2006 2007 2008
0 Provinsi NAD 25-Apr-05 5-May-06 20-Jun-07 24-Jun-08
1 Kab. Aceh Barat 10-Aug-05 30-Jun-06 9-Apr-07 28-Apr-08
2 Kab. Aceh Besar 13-Jun-05 1-May-06 12-Apr-07 4-Apr-08
3 Kab. Aceh Selatan 31-May-05 29-Mar-06 6-Jan-07 28-Mar-08
4 Kab. Aceh Singkil 1-Jun-05 17-Jul-06 29-Mar-07 11-Apr-08
5 Kab. Aceh Tengah 15-Mar-05 13-Mar-06 30-Mar-07 11-Jan-08
6 Kab. Aceh Tenggara 31-Mar-05 21-Apr-06 22-Mar-07 31-Mar-08
7 Kab. Aceh Timur 19-Jan-05 14-Mar-06 11-Apr-07 17-Apr-08
8 Kab. Aceh Utara 27-Jun-05 15-May-06 12-Mar-07 7-Apr-08
9 Kab. Bireuen 12-Jun-06 19-Apr-07 16-Apr-08
10 Kab. Pidie 23-May-05 28-Mar-06 13-Jun-07 28-Apr-08
11 Kab. Simeuleu 22-Nov-05 25-Mar-06 17-Jan-07 14-Jan-08
12 Kota Banda Aceh 22-Mar-06 20-Apr-07 24-Mar-08
13 Kota Sabang 26-Apr-06 8-May-07 26-Mar-08
14 Kota Langsa 24-Apr-07 4-Apr-08
15 Kota Lhokseumawe 19-Jul-05 14-Jul-06 1-May-07 1-Apr-08
16 Kab. Aceh Jaya 3-Jun-05 7-Jul-06 27-Mar-07 14-May-08
17 Kab. Nagan Raya 21-May-05 24-May-06 28-Mar-07 19-Mar-08
18 Kab. Aceh Barat Daya 20-Jul-05 19-Jun-06 5-May-07 1-Apr-08
19 Kab. Gayo Lues 28-Dec-04 10-May-06 12-Apr-07 28-Apr-08
20 Kab. Aceh Tamiang 25-Apr-05 7-Jul-06 30-May-07 24-Mar-08
21 Kab. Bener Meriah 30-Apr-05 25-Mar-06 1/25/2007 14-Jan-08
22 Kab. Pidie Jaya 17-Apr-08
23 Kota Subulussalam 10-Apr-08
Sumber: Pemerintah Aceh & Universitas Syiah Kuala.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
35LAMPIRAN
Tabel A.5. Keluaran-keluaran (outcomes) terpilih dalam sektor sosial di Aceh
Tingkat kemiskinan (%) Indeks pembangunan manusia (HDI) 2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006
Aceh 28.5 28.69 28.28 26.65 23.53 68.7 69 69.4
Nasional 16.7 16.69 17.75 16.58 15.42 68.7 69.6 70.1Sumber: BPS, 2008.
Rasio tingkat partisipasi sekolah, berdasarkan umur
sekolah (%)Tingkat melek huruf orang
dewasa (2006) 7-12 13-15 16-18 19-24 Laki-laki Perempuan
Aceh 98.88 93.83 72.43 20.95 96.26 92.38
Nasional 97.39 84.08 53.92 11.38 94.56 88.39Sumber: BPS, 2008.
Harapan hidup (thn) Tingkat kematian bayi (%) 2000 2005 2000 2005
Aceh 68 68.3 40 39
Nasional 68.1 68.5 41 32Sumber: BPS, 2008.
Tingkat penyelesaian sekolah menurut
tahapan sekolah (%)Tingkat gagal sekolah menurut tahapan
Sekolah (%)
2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007
Sekolah Dasar
Aceh 89.72 96.12 98.50 96.60 11.86 6.22 5.59 4.01
Nasional 97.41 95.05 97.40 96.81 2.97 2.99 3.17 2.37
Sekolah Menengah Pertama
Aceh 92.26 93.90 92.91 95.46 3.09 2.17 2.25 3.46
Nasional 93.32 94.24 93.79 97.56 3.54 2.83 1.97 2.88
Sekolah Menengah Atas
Aceh 98.76 96.56 95.99 92.73 4.16 3.4 2.03 2.58
Nasional 97.76 96.50 96.66 96.26 2.84 3.14 3.08 3.33
Sumber: Departemen Pendidikan Nasional.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN36
Lampiran B: Catatan Metodologi
B.1. Rumus Alokasi Dana Otonomi Khusus untuk Pemerintah Kabupaten/Kota di AcehRumus alokasi Dana Otsus untuk pemerintah kabupaten/kota terdiri dari dua komponen: i) alokasi dasar (BA), yaitu jumlah rata-rata yang diterima oleh semua pemerintah kabupaten/kota, dan ii) alokasi rumus (FA), yang ditentukan dengan indeks bobot kebutuhan keuangan pemerintah kabupaten/kota terkait dengan pemerintah kabupaten/kota lain. Rumus tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
OtsusT(i) = BAi + FAi
Catatan, OtsusT, jumlah dana otonomi khusus yang akan dialokasikan kepada pemerintah kabupaten/kota (60 persen dari jumlah total)i mewakili pemerintah kabupaten/kota
I. Alokasi Dasar/Basic Allocation (BA)Jumlah yang akan dialokasikan dengan alokasi dasar mencapai 30 persen dari jumlah alokasi. Idealnya, alokasi tersebut harus mencerminkan rata-rata alokasi minimum yang diperlukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk membiayai kesenjangan antara kapasitas keuangannya dan biaya penyediaan layanan dengan standar minimum. Akan tetapi, karena kurangnya data, komponen tersebut ditentukan bersama antara pemerintah propinsi, kabupaten/kota, dan DPRA berdasarkan beberapa simulasi. Rumusnya adalah sebagai berikut:
n = jumlah pemerintah kabupaten/kota
II. Alokasi Rumus/ Formula Allocation (FA)Alokasi rumus menerapkan pendekatan kebutuhan fi skal tertimbang, dimana kebutuhan fi skal suatu pemerintah kabupaten/kota dibebani dengan kapasitas keuangannya untuk menyeimbangkan antara sumber daya yang tersedia dan sisa kebutuhan fi skal untuk menyediakan pemberian layanan terkait dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya. Pendekatan tersebut digunakan dengan mempertimbangkan Dana Otsus sebagai sumber daya tambahan selain pendanaan rutin dari pemerintah pusat. Kebutuhan fi skal tertimbang dari setiap daerah ditimbang terkait dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya.
WFN = Kebutuhan keuangan tertimbang
1. Kebutuhan keuangan tertimbangKebutuhan keuangan tertimbang diperoleh dari indeks kebutuhan keuangan yang ditimbang dengan kapasitas keuangannya dikalikan dengan kebutuhan fi skal para pemerintah kabupaten/kota.
2. Kebutuhan Fiskal/Fiscal needs (FN)Kebutuhan fi skal diperoleh dari indeks kebutuhan pemerintah kabupaten/kota dikalikan dengan rata-rata jumlah belanja pemerintah kabupaten/kota dalam anggaran tahun sebelumnya
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
37LAMPIRAN
EXP Tt-1
= Jumlah belanja tahun sebelumnya
3. Indeks Kebutuhan/Needs IndexIndeks kebutuhan merupakan indeks gabungan yang diperoleh dari indeks populasi (pop), wilayah, human development index (HDI), dan cost construction index (CCI).
⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
⋅+⋅+⋅+⋅=∑∑∑∑
10303030 .
n
CCICCI.
n
HDIHDI.
n
AreaArea.
nPop
PopIndexNeedsi
i
i
i
i
i
i
ii
4. Kapasitas Keuangan/Fiscal capacityKapasitas keuangan pendapatan pemerintah kabupaten/kota terdiri dari Dana Bagi Hasil (pajak dan non-pajak), DAU, dan DAK. Pendapatan Asli Daerah tidak diikutsertakan dalam persamaan kapasitas keuangan untuk menghindari efek disinsentif terhadap pemerintah kabupaten/kota dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.
FC = Dana Bagi Hasil pajak + Dana Bagi Hasil non-pajak + DAU + DAK
III. Penyesuaian Alokasi untuk pemerintah kabupaten/kota baru (pecahan)Pemerintah kabupaten/kota baru menerima jumlah alokasi dasar yang sama. Alokasi rumus diperoleh dari alokasi yang diterima oleh pemerintah kabupaten/kota yang lama dengan menggunakan rata-rata pembagian populasi dan luas wilayah pemerintah kabupaten/kota induk dengan pemerintah kabupaten/kota yang baru berbanding dengan jumlah populasi dan luas wilayah sebelum dipecah.
i = pemerintah kabupaten/kota yang lama j = pemerintah kabupaten/kota yang baru
B.2 Alokasi Rumus Dana Bagi Hasil Tambahan dari Sektor Migas untuk Pemerintah Kabupaten/Kota di AcehPendekatan alokasi Dana Bagi Hasil tambahan dari sektor migas didasarkan atas pemerintah kabupaten/kota pengghasil dan non-penghasil minyak dan gas. Ada tiga kabupaten/kota penghasil minyak dan gas di Aceh — Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Aceh Timur — tetapi sebagian besar pendapatan dari sektor migas (97 persennya) berasal dari Aceh Utara. Penghitungan teknis dilakukan secara terpisah untuk setiap kabupaten penghasil minyak dan gas, sehingga memberikan kesempatan bagi pemerintah kabupaten/kota penghasil minyak dan gas untuk menerima alokasi non-penghasilketika mereka diperlakukan sebagai kabupaten/kota non-penhasil. Misalnya, pendapatan migas yang dihasilkan dari Aceh Utara akan dialokasikan sesuai dengan yang dijelaskan dalam Gambar A.4. Dalam hal ini, Aceh Tamiang dan Aceh Timur diperlakukan sebagai kabupaten/kota non-penghasil dan akan menerima alokasi non-penghasil. Sebaliknya, dalam menghitung alokasi pendapatan migas yang dihasilkan dari Aceh Tamiang, baik Aceh Utara maupun Aceh Timur akan diperlakukan sebagai pemerintah kabupaten/kota non-penghasil dan juga akan menerima alokasi non-penghasil.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN38
Lam
pir
an C
: Lam
pir
an S
tati
stik
Pen
dap
atan
Tab
el C
.1
Kom
pos
isi p
end
apat
an p
rop
insi
(har
ga
kon
stan
tah
un 2
006)
Pen
dap
atan
1999
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Pend
apat
an A
sli
Dae
rah
78
13.1
95
9.9
160
6.
1 1
68
10.9
305
8.
8 1
63
4.8
477
11
.7 5
18
17.8
691
12
.0
Dan
a Ba
gi H
asil
Paja
k 4
9 8.
2 7
7 8.
0 7
2 2.
8 8
1 5.
2 7
7 2.
2 5
6 1.
7 1
20
3.0
152
5.
2 1
58
2.7
Dan
a Ba
gi H
asil
Non
-Paj
ak 1
8 3.
0 3
24
33.7
2,0
78
79.5
1,0
45
67.5
2,8
08
80.9
2,8
08
83.2
3,0
09
74.0
1,7
94
61.6
1,2
83
22.2
SDO
/DAU
98
16.5
319
33
.2 2
60
9.9
124
8.
0 1
17
3.4
336
10
.0 4
61
11.3
449
15
.4 4
84
8.4
INPR
ES/D
AK
353
59
.3 1
3 1.
4 0
0.
0 6
0.
4 -
0.0
1
0.0
- 0.
0 -
0.0
31
0.5
Dan
a A
loka
si K
husu
s0.
00.
00.
00.
00.
00.
00.
00.
0 3
,119
54
.0
Lain
-lain
- 0.
0 1
33
13.8
44
1.7
124
8.
0 1
66
4.8
12
0.3
- 0.
0 -
0.0
6
0.1
Tota
l 5
96
100.
0 9
61
100.
0 2
,615
10
0.0
1,5
48
100.
0 3
,473
10
0.0
3,3
76
100.
0 4
,067
2
,914
5
,772
10
0.0
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
Tab
el C
.2
Kom
pos
isi p
end
apat
an p
emer
inta
h k
abup
aten
/kot
a (h
arg
a ko
nst
an ta
hun
200
6)
Pen
dap
atan
1999
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Pend
apat
an A
sli
Dae
rah
107
5.
8 9
8 1.
8 1
46
2.4
180
2.
6 1
96
2.8
168
2.
9 2
75
3.5
296
3.
8 3
46
4.2
Dan
a Ba
gi H
asil
Paja
k 2
03
11.1
327
5.
9 2
60
4.3
318
4.
5 4
84
7.0
343
6.
0 4
54
5.8
523
6.
7 6
66
8.2
Dan
a Ba
gi H
asil
Non
-Pa
jak
8
0.4
1,1
29
20.5
1,3
35
21.9
1,5
73
22.4
1,2
22
17.6
873
15
.3 1
,147
14
.6 8
26
10.7
587
7.
2
SDO
/DAU
779
42
.6 3
,740
67
.8 3
,583
58
.7 3
,244
46
.2 3
,774
54
.3 3
,489
61
.2 4
,560
58
.2 4
,767
61
.5 5
,031
61
.8
INPR
ES/D
AK
732
40
.0 6
5 1.
2 1
22
2.0
279
4.
0 2
62
3.8
268
4.
7 6
05
7.7
733
9.
5 8
20
10.1
Lain
-lain
- 0.
0 1
55
2.8
653
10
.7 1
,425
20
.3 1
,018
14
.6 5
64
9.9
798
10
.2 6
07
7.8
688
8.
5
Tota
l 1
,829
10
0.0
5,5
15
100.
0 6
,098
10
0.0
7,0
19
100.
0 6
,956
10
0.0
5,7
05
100.
0 7
,838
10
0.0
7,7
52
100.
0 8
,137
10
0.0
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
39LAMPIRAN
Tab
el C
.3
Kom
pos
isi p
end
apat
an p
emer
inta
h p
rop
insi
dan
kab
upat
en/k
ota
di A
ceh
, 200
7
No
Pem
erin
tah
Pr
opin
si/ D
aera
hPe
nd
apat
an A
sli
Dae
rah
Dan
a B
agi H
asil
DA
U
DA
KLa
in-l
ain
Jum
lah
Pem
bag
ian
Paj
akPe
mb
agia
n N
on P
ajak
Rp
mil
Per K
apita
(R
p)%
Rp m
ilPe
r Kap
ita
(Rp)
%Rp
mil
Per K
apita
(R
p)%
Rp m
ilPe
r Kap
ita
(Rp)
%Rp
m
ilPe
r Kap
ita
(Rp)
%Rp
m
ilPe
r Kap
ita
(Rp)
%Pe
r Kap
ita
(Rp)
Rp m
il
Pr
ovin
si N
AD
563.
013
8,23
417
.816
5.0
40,5
075.
21,
299.
231
8,99
441
.048
7.9
119,
805
15.4
0.0
00.
065
0.0
159,
597
20.5
777,
136
3,16
5.1
1Ka
b. A
ceh
Bara
t21
.113
9,42
05.
314
.394
,418
3.6
37.5
247,
857
9.4
267.
21,
765,
579
66.7
40.2
265,
351
10.0
20.3
133,
818
5.1
2,64
6,44
440
0.5
2Ka
b. A
ceh
Besa
r15
.952
,854
3.4
8.5
28,0
631.
843
.314
3,68
59.
133
5.4
1,11
3,99
870
.844
.014
6,10
69.
326
.989
,454
5.7
1,57
4,16
047
4.0
3Ka
b. A
ceh
Sela
tan
10.3
53,2
252.
618
.193
,453
4.6
50.4
260,
817
12.7
277.
71,
436,
889
70.1
39.0
201,
792
9.8
0.8
4,14
00.
22,
050,
315
396.
2
4Ka
b. A
ceh
Sing
kil
7.5
49,1
722.
39.
361
,121
2.9
16.3
106,
556
5.0
206.
91,
356,
230
63.4
40.8
267,
792
12.5
45.3
297,
299
13.9
2,13
8,17
132
6.1
5Ka
b. A
ceh
Teng
ah12
.475
,921
3.1
14.8
90,5
673.
715
.292
,730
3.8
274.
21,
675,
257
68.7
42.5
259,
880
10.7
40.0
244,
397
10.0
2,43
8,75
339
9.1
6Ka
b. A
ceh
Teng
gara
9.1
52,9
532.
315
.087
,668
3.9
69.4
405,
282
17.9
252.
51,
473,
905
65.2
36.0
209,
930
9.3
5.2
30,3
191.
32,
260,
056
387.
1
7Ka
b. A
ceh
Tim
ur8.
025
,992
1.6
96.7
313,
694
19.5
34.8
112,
882
7.0
285.
792
6,57
957
.649
.716
1,12
010
.020
.967
,818
4.2
1,60
8,08
549
5.8
8Ka
b. A
ceh
Uta
ra72
.514
5,47
410
.010
1.6
203,
915
14.0
142.
428
5,67
019
.520
3.9
409,
010
28.0
47.3
94,8
296.
516
0.9
322,
747
22.1
1,46
1,64
772
8.5
9Ka
b. B
ireue
n15
.142
,642
2.9
30.4
85,9
435.
843
.512
2,85
78.
234
5.9
976,
688
65.4
46.5
131,
341
8.8
47.3
133,
475
8.9
1,49
2,94
652
8.7
10Ka
b. P
idie
13.2
27,6
602.
129
.160
,894
4.7
34.9
73,0
395.
643
1.9
904,
946
69.2
50.1
104,
861
8.0
65.2
136,
654
10.4
1,30
8,05
362
4.3
11Ka
b. S
imeu
leu
2.6
33,2
371.
07.
999
,315
2.9
24.4
306,
594
9.0
184.
72,
322,
333
68.5
44.0
552,
631
16.3
6.1
76,8
242.
33,
390,
933
269.
7
12Ko
ta B
anda
Ace
h31
.517
6,76
16.
711
.966
,488
2.5
18.2
102,
143
3.9
308.
81,
731,
354
65.5
34.1
191,
154
7.2
66.6
373,
431
14.1
2,64
1,33
147
1.2
13Ko
ta S
aban
g8.
228
3,65
33.
115
.051
9,63
45.
633
.11,
149,
110
12.4
171.
95,
962,
814
64.6
31.2
1,08
2,97
511
.76.
823
4,98
52.
59,
233,
170
266.
2
14Ko
ta L
angs
a15
.210
9,97
55.
021
.215
3,08
67.
016
.111
5,94
85.
319
3.6
1,39
6,59
363
.428
.320
4,33
29.
330
.722
1,44
510
.12,
201,
379
305.
1
15Ko
ta L
hoks
eum
awe
20.4
130,
380
5.9
46.3
296,
734
13.4
27.9
178,
501
8.1
211.
31,
353,
441
61.2
25.7
164,
628
7.4
13.6
87,4
264.
02,
211,
110
345.
2
16Ka
b. A
ceh
Jaya
8.5
138,
741
2.8
18.7
307,
041
6.1
40.8
669,
438
13.3
191.
93,
144,
859
62.7
32.4
530,
188
10.6
13.8
225,
415
4.5
5,01
5,68
230
6.0
17Ka
b. N
agan
Ray
a11
.391
,502
3.0
19.4
156,
370
5.2
69.0
556,
946
18.5
221.
81,
790,
412
59.5
37.7
303,
967
10.1
13.4
108,
328
3.6
3,00
7,52
537
2.6
18Ka
b. A
ceh
Bara
t Day
a10
.287
,500
3.1
13.3
113,
782
4.0
55.9
478,
912
17.0
200.
71,
719,
999
61.0
34.0
291,
661
10.3
15.1
129,
052
4.6
2,82
0,90
632
9.2
19Ka
b. G
ayo
Lues
4.7
64,1
321.
69.
112
4,54
63.
138
.753
0,39
413
.220
0.6
2,74
8,27
168
.626
.736
5,45
19.
112
.717
3,35
94.
34,
006,
153
292.
5
20Ka
b. A
ceh
Tam
iang
19.2
80,9
455.
062
.926
5,38
916
.358
.624
7,37
315
.221
3.4
900,
305
55.4
29.1
122,
808
7.6
1.7
7,26
80.
41,
624,
087
385.
0
21Ka
b. B
ener
Mer
iah
4.3
39,6
601.
44.
844
,451
1.6
9.1
84,3
463.
019
8.4
1,83
3,10
266
.137
.134
2,39
012
.346
.542
9,68
115
.52,
773,
631
300.
1
Ra
ta-r
ata
Kab/
Kota
15.3
90,5
623.
527
.115
5,55
16.
341
.929
8,62
310
.424
6.6
1,75
9,17
062
.937
.928
5,48
59.
931
.416
7,96
87.
02,
757,
359
400.
2
M
inim
um K
ab/K
ota
2.6
25,9
921.
04.
828
,063
1.6
9.1
73,0
393.
017
1.9
409,
010
28.0
25.7
94,8
296.
50.
84,
140
0.2
1,30
8,05
326
6.2
M
aksi
mum
Kab
/Kot
a72
.528
3,65
310
.010
1.6
519,
634
19.5
142.
41,
149,
110
19.5
431.
95,
962,
814
70.8
50.1
1,08
2,97
516
.316
0.9
429,
681
22.1
9,23
3,17
072
8.5
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN40
Tabel C.4 Alokasi dana otonomi khusus dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gas
No Pemerintah Provinsi/DaerahDana Alokasi Khusus
(Rp mil)
Pendapatan Tambahan dari Dana Alokasi Khusus
(Rp mil)
Dana Pendidikan 395.1
Propinsi 1,412.0 368.8
1 Kab. Aceh Barat 93.6 15.1
2 Kab. Aceh Besar 98.3 18.5
3 Kab. Aceh Selatan 115.9 17.4
4 Kab. Aceh Singkil 89.4 12.8
5 Kab. Aceh Tengah 114.2 17.4
6 Kab. Aceh Tenggara 102.2 17.4
7 Kab. Aceh Timur 157.5 24.9
8 Kab. Aceh Utara 100.7 224.1
9 Kab. Bireuen 91.8 18.1
10 Kab. Pidie 93.3 18.6
11 Kab. Simeulue 89.9 12.2
12 Kota Banda Aceh 52.1 11.4
13 Kota Sabang 45.7 8.2
14 Kota Langsa 62.3 10.8
15 Kota Lhokseumawe 61.9 11.1
16 Kab. Nagan Raya 118.9 16.0
17 Kab. Aceh Jaya 110.1 14.4
18 Kab. Aceh Barat Daya 78.3 12.2
19 Kab. Gayo Lues 151.3 17.5
20 Kab. Aceh Tamiang 94.3 20.4
21 Kab. Bener Meriah 77.4 11.9
22 Kab. Pidie Jaya 55.1 11.9
23 Kota Subulussalam 63.8 10.6
Jumlah Pemerintah Provinsi 1,412.0 368.8
Jumlah Pemerintah Daerah 2,118.0 553.2
Total Keseluruhan 3,530.0 1,317.1
Rata-rata Pemerintah Daerah 92.1 24.1
Minimum Pemerintah Daerah 45.7 8.2
Maksimum Pemerintah Daerah 157.5 224.1
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
41LAMPIRAN
Belanja
Tabel C.5 Belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut klasifi kasi ekonomi tahun 2007
BelanjaProvinsi Provinsi* Kabupaten/Kota Total*
Rp mil % Rp mil % Rp mil % Rp mil %
Belanja Tdk Langsung 1,979 48.9 856 29.3 4,194 41.6 5,050 38.8
Pengeluaran staf 382 9.4 382 13.1 3,372 33.4 3,753 28.8
Pembayaran bunga 0 0.0 0 0.0 7 0.1 7 0.1
Pengeluaran Subsidi 0 0.0 0 0.0 23 0.2 23 0.2
Hibah 130 3.2 130 4.4 101 1.0 230 1.8
Bantuan sosial 281 6.9 281 9.6 362 3.6 643 4.9
Dana Bagi Hasil untuk pemerintah di tingkat yang lebih rendah (Pemda dan Desa) 1,123 27.8 0 0.0 15 0.2 15 0.1
Bantuan keuangan untuk Pemda & Desa 13 0.3 13 0.5 237 2.4 251 1.9
Pengeluaran tak terduga 50 1.2 50 1.7 78 0.8 128 1.0
Belanja Langsung 2,068 51.1 2,068 70.7 5,895 58.4 7,963 61.2
Belanja pegawai 257 6.4 257 8.8 974 9.7 1,232 9.5
Belanja barang & jasa (termasuk pemeliharaan & operasional, belanja perjalanan 666 16.5 666 22.8 1,696 16.8 2,362 18.2
Belanja Kapital 1,145 28.3 1,145 39.2 3,224 32.0 4,369 33.6
Total 4,047 100.0 2,924 100.0 10,089 100.0 13,013 100.0
Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: *Tanpa bantuan kepada daerah bawahan (kabupaten/kota)
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN42
Tab
el C
.6
Kom
pos
isi s
ekto
ral b
elan
ja p
emer
inta
h p
rop
insi
(har
ga
kon
stan
200
6)
Sekt
or
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Adm
inis
tras
i Um
um P
emer
inta
h19
1.6
22.6
840.
836
.250
4.7
31.7
630.
338
.745
1.0
33.2
659.
048
.675
9.8
28.2
Peke
rjaan
Um
um d
an T
rans
port
asi
92.4
10.9
193.
98.
412
6.0
7.9
272.
416
.716
0.5
11.8
155.
211
.538
4.4
14.3
Kese
hata
n da
n Ke
seja
hter
aan
Um
um93
.010
.912
5.6
5.4
129.
38.
110
6.8
6.6
88.4
6.5
119.
88.
825
8.8
9.6
Pend
idik
an d
an K
ebud
ayaa
n15
5.8
18.4
610.
126
.347
2.5
29.6
417.
825
.635
6.3
26.2
267.
619
.728
1.2
10.4
Perm
ukim
an, K
eten
agak
erja
an d
an
Uru
san
Sosi
al81
.89.
627
1.5
11.7
181.
411
.439
.12.
418
4.7
13.6
24.5
1.8
265.
69.
9
Pert
ania
n, K
ehut
anan
, Per
kebu
nan,
Pe
tern
akan
, dan
Per
ikan
an15
6.9
18.5
134.
75.
814
3.0
9.0
129.
68.
078
.75.
878
.85.
824
8.6
9.2
Indu
stri,
Per
daga
ngan
, Ene
rgi d
an
Pert
amba
ngan
45.6
5.4
101.
14.
433
.22.
131
.21.
926
.21.
932
.82.
457
.02.
1
Lain
-lain
(Ban
tuan
Sos
ial,
Hib
ah,
Peng
elua
ran
Tak
Terd
uga)
32.1
3.8
44.3
1.9
4.2
0.3
2.8
0.2
12.4
0.9
17.3
1.3
436.
416
.2
Jum
lah
849.
110
0.0
2,32
1.9
100.
01,
594.
310
0.0
1,63
0.1
100.
01,
358.
210
0.0
1,35
4.9
100.
02,
691.
710
0.0
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
Tab
el C
.7
Kom
pos
isi s
ekto
ral b
elan
ja p
emer
inta
h k
abup
atan
/kot
a (h
arg
a ko
nst
an 2
006)
Sekt
or
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Rp m
il%
Adm
inis
tras
i Um
um P
emer
inta
h2,
186.
242
.11,
789.
629
.41,
794.
528
.12,
272.
733
.82,
217.
936
.42,
507.
033
.02,
998.
332
.3
Peke
rjaan
Um
um d
an T
rans
port
asi
749.
314
.477
7.0
12.8
754.
411
.847
6.5
7.1
798.
913
.11,
045.
313
.81,
651.
817
.8
Kese
hata
n da
n Ke
seja
hter
aan
Um
um24
9.1
4.8
316.
55.
239
4.2
6.2
409.
96.
138
7.3
6.4
630.
78.
378
5.2
8.5
Pend
idik
an d
an K
ebud
ayaa
n92
0.3
17.7
1,93
1.5
31.8
2,29
7.9
36.0
2,18
2.2
32.4
1,64
4.8
27.0
1,98
9.3
26.2
2,31
1.2
24.9
Perm
ukim
an, K
eten
agak
erja
an d
an
Uru
san
Sosi
al46
6.3
9.0
567.
49.
321
9.7
3.4
417.
76.
211
1.6
1.8
260.
63.
415
7.9
1.7
Pert
ania
n, K
ehut
anan
, Per
kebu
nan,
Pe
tern
akan
, dan
Per
ikan
an28
2.8
5.4
266.
74.
426
3.5
4.1
261.
13.
928
7.4
4.7
412.
35.
451
0.1
5.5
Indu
stri,
Per
daga
ngan
, Ene
rgi d
an
Pert
amba
ngan
196.
73.
820
0.2
3.3
68.1
1.1
57.9
0.9
69.4
1.1
99.8
1.3
116.
11.
3
Lain
-lain
(Ban
tuan
Sos
ial,
Hib
ah,
Peng
elua
ran
Tak
Terd
uga)
138.
22.
722
8.6
3.8
589.
09.
264
7.9
9.6
574.
09.
464
4.6
8.5
757.
18.
2
Jum
lah
5,18
8.9
100.
06,
077.
610
0.0
6,38
1.2
100.
06,
725.
910
0.0
6,09
1.3
100.
07,
589.
510
0.0
9,28
7.7
100.
0
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
43LAMPIRAN
Tab
el C
.8
Bel
anja
per
kap
ita
untu
k ke
seh
atan
, pen
did
ikan
, in
fras
truk
tur o
leh
pem
erin
tah
kab
upat
en/k
ota
di A
ceh
tah
un 2
004,
200
6,
2007
(har
ga
kon
stan
200
6).
No
Kab
upat
en/K
ota
Kes
ehat
anPe
nd
idik
anIn
fras
truk
tur
2004
2006
2007
2004
2006
2007
2004
2006
2007
Per
kapi
ta
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per
kapi
ta
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per k
apita
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per
kapi
ta
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per k
apita
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per
kapi
ta
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per
kapi
ta
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per k
apita
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Per k
apita
Rp
% d
ari
tota
l be
lanj
a
Pr
ov. A
ceh
21,0
63
6.6
19,7
945.
939
,941
6.0
77,9
9624
.361
,182
18.4
61,2
619.
354
,398
16
.940
,910
12.3
142,
534
21.6
1Ka
b. A
ceh
Bara
t13
1,79
3 8.
719
2,53
3 7.
328
1,93
19.
548
0,11
631
.958
0,13
621
.969
8,45
623
.619
1,65
3 12
.759
6,68
822
.560
5,86
420
.5
2Ka
b. A
ceh
Besa
r76
,919
7.
011
0,24
9 7.
716
8,65
410
.549
1,40
344
.951
2,77
935
.757
6,76
736
.017
0,50
6 15
.613
9,60
09.
717
2,40
510
.8
3Ka
b. A
ceh
Sela
tan
79,5
43
5.6
105,
830
7.4
165,
882
8.4
539,
383
38.1
447,
017
31.1
512,
246
25.9
109,
967
7.8
123,
292
8.6
171,
415
8.7
4Ka
b. A
ceh
Sing
kil
n.a
n.a
n.a
n.a
182,
926
8.5
n.a
n.a
n.a
n.a
420,
656
19.6
n.a
n.a
n.a
n.a
211,
234
9.8
5Ka
b. A
ceh
Teng
ah
79,2
55
6.1
166,
441
8.1
223,
678
8.7
616,
240
47.1
520,
613
25.3
640,
241
24.9
178,
016
13.6
284,
759
13.8
351,
236
13.7
6Ka
b. A
ceh
Teng
gara
87,0
83
6.5
109,
017
5.8
146,
148
7.1
496,
926
37.0
454,
229
24.1
430,
817
21.0
174,
914
13.0
167,
651
8.9
319,
213
15.6
7Ka
b. A
ceh
Tim
ur12
1,99
6 11
.793
,506
6.
111
3,74
88.
523
7,53
622
.834
8,51
722
.734
3,92
325
.860
,309
5.
830
0,70
919
.611
0,65
28.
3
8Ka
b. A
ceh
Uta
ra84
,715
4.
512
4,61
5 6.
914
2,52
95.
542
7,42
522
.944
1,35
424
.546
3,85
917
.933
8,35
4 18
.145
1,44
725
.01,
013,
438
39.1
9Ka
b. B
ireue
n59
,519
6.
211
0,88
9 7.
915
9,89
311
.048
0,52
950
.448
4,47
834
.551
2,03
135
.210
3,67
8 10
.929
0,99
620
.723
7,76
016
.4
10Ka
b. P
idie
67,9
02
6.9
85,4
71
7.3
105,
646
7.7
433,
239
44.3
438,
881
37.3
465,
665
33.7
47,9
50
4.9
115,
919
9.8
115,
855
8.4
11Ka
b. S
imeu
leu
153,
080
6.7
163,
758
6.2
189,
887
7.1
254,
297
11.0
257,
552
9.8
321,
194
12.0
283,
806
12.3
342,
121
13.0
245,
299
9.2
12Ko
ta B
anda
Ace
h62
,142
5.
610
6,72
9 5.
016
9,48
16.
054
4,75
248
.774
6,77
635
.185
6,75
830
.389
,926
8.
020
3,99
79.
633
1,91
411
.7
13Ko
ta S
aban
g43
4,11
2 7.
785
2,25
3 11
.51,
489,
110
14.1
957,
534
17.0
1,23
0,10
716
.62,
044,
743
19.4
556,
217
9.8
1,13
9,25
315
.498
3,56
39.
3
14Ko
ta L
angs
a11
,624
0.
925
5,20
6 11
.922
0,49
410
.445
5,42
536
.853
2,73
024
.957
4,00
127
.012
7,37
9 10
.322
2,89
010
.423
6,47
511
.1
15Ko
ta L
hoks
eum
awe
104,
823
6.2
106,
277
6.2
142,
132
5.4
547,
836
32.4
520,
490
30.1
682,
384
25.9
147,
954
8.7
177,
532
10.3
460,
200
17.4
16Ka
b. A
ceh
Jaya
n.a
n.a
193,
554
4.3
384,
006
5.5
n.a
n.a
863,
621
19.1
877,
291
12.6
n.a
n.a
1,36
9,26
630
.32,
465,
754
35.5
17Ka
b. N
agan
Ray
an.
an.
a18
5,96
0 8.
021
9,46
27.
3n.
an.
a54
0,63
423
.377
0,90
125
.5n.
an.
a49
0,11
121
.172
1,81
523
.9
18Ka
b. A
ceh
Bara
t Day
a78
,775
5.
521
7,01
5 9.
325
3,31
48.
647
4,96
633
.158
3,86
324
.971
4,99
124
.214
3,94
6 10
.040
9,11
517
.560
5,35
520
.5
19Ka
b. G
ayo
Lues
83,0
68
3.4
153,
339
4.3
141,
478
3.9
809,
806
33.2
612,
869
17.0
565,
819
15.5
325,
995
13.4
419,
398
11.6
589,
206
16.2
20Ka
b. A
ceh
Tam
iang
70,5
20
8.0
152,
119
8.9
209,
223
8.5
306,
160
34.6
482,
529
28.1
607,
961
24.8
114,
457
12.9
386,
503
22.5
557,
642
22.7
21Ka
b. B
ener
Mer
iah
n.a
n.a
141,
547
6.2
210,
398
8.2
n.a
n.a
507,
889
22.4
614,
626
23.8
n.a
n.a
381,
971
16.9
384,
086
14.9
Ra
ta-r
ata
Kab/
Kota
105,
110
6.3
181,
315
7.3
253,
334
8.1
503,
151
34.5
555,
353
25.4
652,
159
24.0
186,
178
11.1
400,
661
15.9
518,
590
16.4
M
inim
um K
ab/K
ota
11,6
24
0.9
85,4
71
4.3
105,
646
3.9
237,
536
11.0
257,
552
9.8
321,
194
12.0
47,9
50
4.9
115,
919
8.6
110,
652
8.3
M
axim
um K
ab/K
ota
434,
112
11.7
852,
253
11.9
1,48
9,11
0 14
.195
7,53
450
.41,
230,
107
37.3
2,04
4,74
3 36
.055
6,21
7 18
.11,
369,
266
30.3
2,46
5,75
4 39
.1
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN44
Tab
el C
.9
Kom
pos
isi b
elan
ja p
erka
pit
a p
emer
inta
h p
rop
insi
dan
kab
upat
en/k
ota
di A
ceh
men
urut
sek
tor d
an je
nis
bel
anja
tah
un 2
004
No
Kab
upat
en/K
ota
Kes
ehat
anPe
nd
idik
anin
fras
truk
tur
Tota
l Bel
anja
Rutin
Pem
bang
unan
Tota
l Ke
seha
tan
%
Kese
hata
n D
ari t
otal
Be
lanj
a
Rutin
Pem
bang
unan
Tota
l Pe
ndid
ikan
%
Pend
idik
an
Dar
i tot
al
Bela
nja
Rutin
Pem
bang
unan
Tota
l Pr
asar
ana
% P
rasa
rana
D
ari t
otal
Be
lanj
a
Rp%
Rp%
Rp%
Rp%
Rp%
Rp%
Rp%
Rp%
Rp%
Rp
1Pr
ov. A
ceh
10,1
70
59.9
6,81
740
.116
,987
6.
65,
428
8.6
57,4
72
91.4
62,9
00
24.3
6,20
7 14
.137
,662
85
.943
,870
16
.925
9,17
6
2Ka
b. A
ceh
Bara
t71
,697
67
.534
,588
32.5
106,
285
8.7
283,
151
73.1
104,
039
26.9
387,
190
31.9
23,3
70
15.1
131,
188
84.9
154,
559
12.7
1,21
5,23
3
3Ka
b. A
ceh
Besa
r42
,601
68
.719
,430
31.3
62,0
32
7.0
310,
680
78.4
85,6
13
21.6
396,
293
44.9
10,0
51
7.3
127,
454
92.7
137,
505
15.6
883,
406
4Ka
b. A
ceh
Sela
tan
44,2
89
69.0
19,8
5831
.064
,148
5.
629
6,19
6 68
.113
8,79
0 31
.943
4,98
6 38
.113
,023
14
.775
,659
85
.388
,683
7.
81,
140,
352
5Ka
b. A
ceh
Sing
kil
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
6Ka
b. A
ceh
Teng
ah
39,4
60
61.7
24
,456
38
.3
63,9
16
6.1
315,
708
63.5
18
1,25
9 36
.5
496,
968
47.1
7,
405
5.2
136,
156
94.8
14
3,56
1 13
.6
1,05
4,35
1
7Ka
b. A
ceh
Teng
gara
48,0
38
68.4
22,1
9031
.670
,228
6.
526
4,81
4 66
.113
5,93
3 33
.940
0,74
7 37
.014
,721
10
.412
6,33
8 89
.614
1,06
0 13
.01,
084,
209
8Ka
b. A
ceh
Tim
ur72
,370
73
.626
,014
26.4
98,3
84
11.7
181,
367
94.7
10,1
95
5.3
191,
561
22.8
14,1
82
29.2
34,4
54
70.8
48,6
36
5.8
839,
419
9Ka
b. A
ceh
Uta
ra49
,494
72
.418
,825
27.6
68,3
18
4.5
243,
153
70.5
101,
544
29.5
344,
697
22.9
12,4
22
4.6
260,
444
95.4
272,
866
18.1
1,50
5,28
6
10Ka
b. B
ireue
n35
,097
73
.112
,902
26.9
47,9
99
6.2
316,
896
81.8
70,6
27
18.2
387,
523
50.4
11,2
62
13.5
72,3
49
86.5
83,6
11
10.9
769,
365
11Ka
b. P
idie
46,0
44
84.1
8,71
615
.954
,760
6.
928
5,77
3 81
.863
,613
18
.234
9,38
7 44
.312
,072
31
.226
,597
68
.838
,670
4.
978
8,96
3
12Ka
b. S
imeu
leu
30,5
63
24.8
92,8
8975
.212
3,45
2 6.
734
,862
17
.017
0,21
6 83
.020
5,07
8 11
.011
,853
5.
221
7,02
3 94
.822
8,87
6 12
.31,
856,
155
13Ko
ta B
anda
Ace
h35
,583
71
.014
,532
29.0
50,1
15
5.6
381,
722
86.9
57,5
93
13.1
439,
316
48.7
25,2
94
34.9
47,2
27
65.1
72,5
21
8.0
902,
611
14Ko
ta S
aban
g22
9,20
6 65
.512
0,88
434
.535
0,09
1 7.
752
2,06
4 67
.625
0,14
1 32
.477
2,20
5 17
.094
,367
21
.035
4,19
5 79
.044
8,56
2 9.
84,
554,
868
15Ko
ta L
angs
a8,
047
85.8
1,32
814
.29,
374
0.9
283,
222
77.1
84,0
56
22.9
367,
278
36.8
16,8
87
16.4
85,8
38
83.6
102,
725
10.3
997,
439
16Ko
ta L
hoks
eum
awe
47,9
75
56.8
36,5
6043
.284
,535
6.
240
2,38
3 91
.139
,420
8.
944
1,80
3 32
.421
,521
18
.097
,797
82
.011
9,31
8 8.
71,
364,
300
17Ka
b. A
ceh
Bara
t Day
a28
,089
44
.235
,440
55.8
63,5
29
5.5
253,
807
66.3
129,
230
33.7
383,
037
33.1
9,38
2 8.
110
6,70
3 91
.911
6,08
5 10
.01,
155,
519
18Ka
b. G
ayo
Lues
31,2
36
46.6
35,7
5453
.466
,990
3.
450
9,70
6 78
.014
3,36
4 22
.065
3,07
0 33
.219
,976
7.
624
2,92
3 92
.426
2,90
0 13
.41,
965,
363
19Ka
b. A
ceh
Tam
iang
29,0
18
51.0
27,8
5349
.056
,871
8.
017
8,88
6 72
.568
,017
27
.524
6,90
3 34
.66,
706
7.3
85,5
98
92.7
92,3
04
12.9
713,
950
20Ka
b. N
agan
Ray
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
an.
a
21Ka
b. A
ceh
Jaya
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
22Ka
b. B
ener
Mer
iah
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
Ra
ta-r
ata
(dis
trik
)52
,283
63
.8
32,4
83
36.2
84
,766
6.
3 29
7,90
5 72
.6
107,
862
27.4
40
5,76
7 34
.5
19,0
88
14.7
13
1,05
5 85
.3
150,
144
11.1
1,
340,
635
Min
imum
(dis
trik
)8,
047
24.8
1,
328
14.2
9,
374
0.9
34,8
62
17.0
10
,195
5.
3 19
1,56
1 11
.0
6,70
6 4.
6 26
,597
65
.1
38,6
70
4.9
713,
950
M
aksi
mum
(dis
trik
)22
9,20
6 85
.8
120,
884
75.2
35
0,09
1 11
.7
522,
064
94.7
25
0,14
1 83
.0
772,
205
50.4
94
,367
34
.9
354,
195
95.4
44
8,56
2 18
.1
4,55
4,86
8
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
45LAMPIRAN
Tab
el C
.10
Kom
pos
isi b
elan
ja p
emer
inta
h p
rop
insi
dan
kab
upat
en/k
ota
di A
ceh
men
urut
sek
tor d
an je
nis
bel
anja
tah
un 2
006
No
K
ESEH
ATA
NPE
ND
IDIK
AN
INFR
AST
RUK
TUR
TOTA
L
Pr
ov/K
abup
aten
/K
ota
Bela
nja
Pega
wai
Bela
nja
Bara
ng &
Ja
sa
Bela
nja
Mod
al%
Ke
seha
tan/
To
tal
Bela
nja
Tota
l Ke
seha
tan
Per K
apita
Bela
nja
Pega
wai
Bela
nja
Bara
ng
& Ja
sa
Bela
nja
Mod
al%
Pe
ndid
ikan
/ To
tal B
elan
ja
Tota
l Pe
r Kap
itaBe
lanj
a Pe
gaw
aiBe
lanj
a Ba
rang
&
Jasa
Bela
nja
Mod
al%
Infra
/ T
otal
Be
lanj
a
Tota
l In
frast
rukt
urPe
r Ka
pita
BEL
AN
JA
%%
%%
Rp m
ilRp
%%
%%
Rp m
ilRp
%%
%%
Rp m
ilRp
Rp m
il
Pr
ovin
si N
AD
59.7
36.8
3.
5 5.
9 80
.619
,794
29.
8 40
.230
.0
18.4
24
9.2
61,1
82
3
1.3
21.0
60.1
12
.316
6.6
40,9
101,
354.
9
1Ka
b. A
ceh
Bara
t52
.220
.2
27.6
7.
3 29
.119
2,53
3
7
1.7
19.9
8.3
21.9
87
.858
0,13
6
6.5
5.6
88.6
22
.590
.359
6,68
840
0.7
2Ka
b. A
ceh
Besa
r59
.016
.4
24.6
7.
7 33
.211
0,24
9
8
0.9
14.6
4.5
35.7
15
4.4
512,
779
20.
1 31
.357
.2
9.7
42.0
139,
600
432.
2
3Ka
b. A
ceh
Sela
tan
54.1
31.5
14
.4
7.4
20.5
105,
830
80.
4 7.
711
.9
31.1
86
.444
7,01
7
2
4.9
43.1
45.6
8.
623
.812
3,29
227
8.2
4Ka
b. A
ceh
Sing
kil
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
267.
6
5Ka
b. A
ceh
Teng
ah47
.327
.1
25.6
8.
1 27
.216
6,44
1
7
8.8
9.4
11.8
25
.3
85.2
520,
613
6.
0 2.
592
.0
13.8
46.6
284,
759
337.
4
6Ka
b. A
ceh
Teng
gara
58.5
8.8
32.7
5.
8 18
.710
9,01
7
7
7.6
11.8
10.5
24
.1
77.8
454,
229
25.
4 34
.652
.1
8.9
28.7
167,
651
322.
6
7Ka
b. A
ceh
Tim
ur54
.420
.1
25.5
6.
1 28
.893
,506
70.
6 15
.114
.3
22.7
10
7.5
348,
517
6.
1 3.
790
.7
19.6
92.7
300,
709
473.
5
8Ka
b. A
ceh
Uta
ra58
.526
.1
15.4
6.
9 62
.112
4,61
5
7
0.7
18.8
10.4
24
.5
220.
044
1,35
4
4.9
12.7
83.2
25
.022
5.0
451,
447
899.
4
9Ka
b. B
ireue
n49
.329
.2
21.5
7.
9 39
.311
0,88
9
8
1.0
14.8
4.2
34.5
17
1.6
484,
478
5.
7 17
.877
.8
20.7
103.
029
0,99
649
6.8
10Ka
b. P
idie
58.2
21.6
20
.1
7.3
40.8
85,4
71
7
0.4
19.2
10.4
37
.3
209.
543
8,88
1
2
2.0
43.1
46.7
9.
855
.311
5,91
956
2.2
11Ka
b. S
imeu
leu
13.6
27.8
58
.6
6.2
13.0
163,
758
44.
0 14
.441
.6
9.8
20.5
257,
552
2.
0 16
.881
.5
13.0
27.2
342,
121
209.
1
12Ko
ta B
anda
Ace
h50
.720
.1
29.2
5.
0 19
.010
6,72
9
7
8.3
18.9
2.7
35.1
13
3.2
746,
776
56.
4 52
.230
.5
9.6
36.4
203,
997
379.
5
13Ko
ta S
aban
g31
.623
.3
45.1
11
.5
24.6
852,
253
64.
0 27
.18.
9 16
.6
35.5
1,23
0,10
7
2
3.7
36.4
51.4
15
.432
.81,
139,
253
213.
1
14Ko
ta L
angs
a53
.227
.6
16.7
11
.9
35.4
255,
206
74.
2 17
.18.
3 24
.9
73.8
532,
730
16.
5 33
.956
.8
10.4
30.9
222,
890
296.
3
15Ko
ta L
hoks
eum
awe
43.5
30.8
25
.7
6.2
16.6
106,
277
57.
5 28
.64.
1 30
.1
81.3
520,
490
8.
1 10
.882
.5
10.3
27.7
177,
532
269.
7
16Ka
b. A
ceh
Jaya
40.7
11.8
47
.4
4.3
11.8
193,
554
57.
7 2.
140
.2
19.1
52
.786
3,62
1
1.5
1.2
97.3
30
.383
.51,
369,
266
275.
3
17Ka
b. N
agan
Ray
a44
.622
.6
32.8
8.
0 23
.018
5,96
0
8
1.4
17.9
0.7
23.3
67
.054
0,63
4
7.2
17.3
77.2
21
.160
.749
0,11
128
7.2
18Ka
b. A
ceh
Bara
t Day
a29
.320
.7
50.1
9.
3 25
.321
7,01
5
5
7.5
29.9
12.6
24
.9
68.1
583,
863
5.
3 30
.965
.7
17.5
47.7
409,
115
273.
4
19Ka
b. G
ayo
Lues
43.3
13.6
43
.1
4.3
11.2
153,
339
61.
3 28
.110
.4
17.0
44
.761
2,86
9
6.4
9.9
84.6
11
.630
.641
9,39
826
3.3
20Ka
b. A
ceh
Tam
iang
42.1
20.6
37
.3
8.9
36.1
152,
119
64.
4 22
.712
.8
28.1
11
4.4
482,
529
4.
0 30
.566
.8
22.5
91.6
386,
503
407.
1
21Ka
b. B
ener
Mer
iah
40.6
14.2
45
.2
6.2
15.3
141,
547
70.
7 9.
419
.9
22.4
55
.050
7,88
9
4.6
17.9
78.5
16
.941
.338
1,97
124
5.1
Rata
-rat
a Ka
b/Ko
ta46
.221
.731
.97.
326
.618
1,31
569
.717
.412
.425
.497
.355
5,35
312
.922
.670
.315
.960
.940
0,66
136
1
Min
imum
Kab
/Kot
a13
.68.
814
.44.
311
.285
,471
44.0
2.1
0.7
9.8
20.5
257,
552
1.5
1.2
30.5
8.6
23.8
115,
919
209
Max
imum
Kab
/Kot
a59
.031
.558
.611
.962
.185
2,25
381
.429
.941
.637
.322
0.0
1,23
0,10
756
.452
.297
.330
.322
5.0
1,36
9,26
689
9
To
tal K
ab/K
ota
531
3,62
6,30
5
1,
946
11,1
07,0
66
1,
218
8,01
3,22
07,
590
To
tal K
ab/K
ota
+
Prov
insi
612
3,64
6,09
9
2,
195
11,1
68,2
47
1,
385
8,05
4,13
08,
944
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN46
Tab
el C
.11
Kom
pos
isi b
elan
ja p
emer
inta
h p
rop
insi
dan
kab
upat
en/k
ota
di A
ceh
men
urut
sek
tor d
an je
nis
bel
anja
tah
un 2
007
No
K
ESEH
ATA
NPE
ND
IDIK
AN
INFR
AST
RUK
TUR
TOTA
L
Pr
ov/K
abup
aten
/K
ota
Bela
nja
Pega
wai
Bela
nja
Bara
ng
& Ja
sa
Bela
nja
Mod
al%
Ke
seha
tan/
To
tal
Bela
nja
Tota
l Ke
seha
tan
Per
Kapi
taBe
lanj
a Pe
gaw
aiBe
lanj
a Ba
rang
&
Jasa
Bela
nja
Mod
al%
Pe
ndid
ikan
/ To
tal
Bela
nja
Tota
l Pe
ndid
ikan
Per K
apita
Bela
nja
Pega
wai
Bela
nja
Bara
ng
& Ja
sa
Bela
nja
Mod
al%
Infra
/ T
otal
Be
lanj
a
Tota
l In
frast
rukt
urPe
r Kap
itaB
ELA
NJA
%%
%%
Rp m
ilRp
%%
%%
Rp m
ilRp
%%
%%
Rp m
ilRp
Rp m
il
Pr
ovin
si N
AD
44.1
29.0
27
.0
6.0
177
43,3
85 4
8.3
15.6
36.1
9.
3 27
166
,544
8.8
9.8
81.3
21
.663
115
4,82
72,
924
1Ka
b. A
ceh
Bara
t57
.614
.3
28.1
9.
5 46
306,
247
71.
8 5.
622
.6
23.6
11
575
8,69
88.
0 4.
587
.5
20.5
100
658,
120
487
2Ka
b. A
ceh
Besa
r58
.910
.5
30.6
10
.5
5518
3,20
1 8
4.5
6.4
9.1
36.0
18
962
6,51
318
.2
3.2
78.6
10
.856
187,
274
524
3Ka
b. A
ceh
Sela
tan
51.7
15.1
33
.2
8.4
3518
0,18
9 8
0.9
3.1
15.9
25
.9
108
556,
427
11.5
4.
883
.7
8.7
3618
6,19
941
5
4Ka
b. A
ceh
Sing
kil
39.5
11.9
48
.6
8.5
3019
8,70
4 7
3.1
3.2
23.8
19
.6
7045
6,93
711
.2
5.7
83.2
9.
835
229,
453
356
5Ka
b. A
ceh
Teng
ah48
.716
.6
34.7
8.
7 40
242,
970
81.
1 5.
113
.7
24.9
11
469
5,46
27.
9 3.
288
.9
13.7
6238
1,53
145
6
6Ka
b. A
ceh
Teng
gara
45.8
18.7
35
.4
7.1
2715
8,75
3 4
5.6
29.0
25.4
21
.0
8046
7,97
59.
8 24
.765
.4
15.6
5934
6,74
538
2
7Ka
b. A
ceh
Tim
ur42
.818
.6
38.6
8.
5 38
123,
558
66.
4 18
.015
.7
25.8
11
537
3,58
716
.0
5.5
78.5
8.
337
120,
195
446
8Ka
b. A
ceh
Uta
ra54
.317
.5
28.2
5.
5 77
154,
822
76.
6 13
.69.
7 17
.9
251
503,
866
2.8
13.2
84.0
39
.154
91,
100,
847
1,40
5
9Ka
b. B
ireue
n66
.115
.4
18.4
11
.0
6217
3,68
4 7
9.8
9.9
10.3
35
.2
197
556,
194
8.1
15.9
76.0
16
.491
258,
267
559
10Ka
b. P
idie
65.6
11.9
22
.5
7.7
5511
4,75
8 8
4.0
6.0
10.0
33
.7
241
505,
829
11.5
3.
884
.7
8.4
6012
5,84
771
6
11Ka
b. S
imeu
leu
15.2
25.6
59
.3
7.1
1620
6,26
4 1
0.9
9.8
79.2
12
.0
2834
8,89
72.
1 5.
492
.5
9.2
2126
6,45
623
1
12Ko
ta B
anda
Ace
h47
.310
.7
42.0
6.
0 33
184,
099
84.
8 5.
210
.0
30.3
16
693
0,65
318
.1
9.1
72.8
11
.764
360,
541
547
13Ko
ta S
aban
g47
.420
.4
32.3
14
.1
471,
617,
546
72.
4 6.
720
.9
19.4
64
2,22
1,10
224
.2
4.8
70.9
9.
331
1,06
8,39
533
1
14Ko
ta L
angs
a58
.918
.3
22.7
10
.4
3323
9,51
2 7
7.1
8.3
14.6
27
.0
8662
3,50
914
.8
4.2
81.0
11
.136
256,
871
320
15Ko
ta
Lhok
seum
awe
62.6
12.2
25
.2
5.4
2415
4,39
1 6
7.4
14.4
18.2
25
.9
116
741,
240
4.5
6.2
89.3
17
.478
499,
892
447
16Ka
b. A
ceh
Jaya
40.2
9.8
50.0
5.
5 25
417,
127
58.
9 7.
233
.8
12.6
58
952,
957
1.7
0.8
97.4
35
.516
32,
678,
425
461
17Ka
b. N
agan
Ray
a46
.231
.8
21.9
7.
3 30
238,
391
76.
3 17
.16.
6 25
.5
104
837,
391
5.2
16.3
78.6
23
.997
784,
072
407
18Ka
b. A
ceh
Bara
t D
aya
46.3
16.5
37
.2
8.6
3227
5,16
2 7
1.8
11.2
17.0
24
.2
9177
6,65
94.
3 6.
489
.3
20.5
7765
7,56
737
5
19Ka
b. G
ayo
Lues
41.2
10.4
48
.4
3.9
1115
3,68
1 5
8.3
16.9
24.8
15
.5
4561
4,62
17.
8 6.
186
.1
16.2
4764
0,02
628
9
20Ka
b. A
ceh
Tam
iang
37.4
20.8
41
.9
8.5
5422
7,26
9 5
7.7
24.5
17.8
24
.8
157
660,
397
6.0
30.7
63.2
22
.714
460
5,73
963
2
21Ka
b. B
ener
Mer
iah
50.2
14.1
35
.7
8.2
2522
8,54
5 7
9.2
4.0
16.8
23
.8
7266
7,63
86.
4 19
.374
.2
14.9
4541
7,21
430
3
Ra
ta-r
ata
Kab/
Kota
48.8
16.2
35.0
8.1
37.9
275,
184
69.5
10.7
19.8
24.0
117.
470
8,40
79.
59.
281
.216
.489
.956
3,31
848
0
M
inim
um K
ab/
Kota
15.2
9.8
18.4
3.9
11.2
114,
758
10.9
3.1
6.6
12.0
27.8
348,
897
1.7
0.8
63.2
8.3
21.2
120,
195
231
M
axim
um K
ab/
Kota
66.1
31.8
59.3
14.1
77.2
1,61
7,54
684
.829
.079
.236
.025
1.1
2,22
1,10
224
.230
.797
.439
.154
8.7
2,67
8,42
51,
405
To
tal K
ab/K
ota
795
5,77
8,87
3
2,
466
1,88
910
,089
To
tal K
ab/K
ota
+
Prov
insi
972
5,82
2,25
9
2,
737
2,51
913
,013
Sum
ber:
Pem
erin
tah
Ace
h, D
epke
u, U
nive
rsita
s Sy
iah
Kual
a, d
an p
erhi
tung
an s
taff
Bank
Dun
ia.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
47LAMPIRAN
Keluaran-keluaran dalam sektor sosial
Tabel C.12 Persentase penduduk miskin (dalam %) menurut kabupaten/kota di AcehNo Kabupaten/Kota 2004 2005 2006
1 Kab. Simeulue 34.3 34.1 33.8
2 Kab. Aceh Singkil 28.9 29.2 28.4
3 Kab. Aceh Selatan 27.6 27.0 24.6
4 Kab. Aceh Tenggara 23.9 24.6 23.6
5 Kab. Aceh Timur 30.0 30.0 29.9
6 Kab. Aceh Tengah 27.9 27.7 26.7
7 Kab. Aceh Barat 35.7 35.5 34.5
8 Kab. Aceh Besar 29.9 29.4 28.7
9 Kab. Pidie 35.2 36.0 35.3
10 Kab. Bireuen 29.3 29.7 29.1
11 Kab. Aceh Utara 34.2 35.9 35.0
12 Kab. Aceh Barat Daya 28.0 28.3 28.3
13 Kab. Gayo Lues 32.4 34.0 33.5
14 Kab. Aceh Tamiang 25.2 24.5 23.9
15 Kab. Nagan Raya 35.9 36.2 35.3
16 Kab. Aceh Jaya 31.6 31.3 30.4
17 Kab. Bener Meriah 28.8 28.0
18 Kota Banda Aceh 8.9 8.4 8.3
19 Kota Sabang 31.5 29.8 28.6
20 Kota Langsa 15.3 15.0 14.0
21 Kota Lhokseumawe 15.0 15.9 14.3
Prov. NAD 28.5 28.7 28.3Sumber: BPS.
Tabel C.13 Rasio guru-siswa (STR) menurut kabupaten di Aceh SD (%) SMP (%) SMA (%) 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006
Simeulue 18.4 17.2 15.1 12.4 43.3 31.7Aceh Singkil 31.5 30.3 21.3 24.4 18.1 30.0Aceh Selatan 26.3 22.3 27.2 21.6 22.6 30.7Aceh Tenggara 12.4 21.5 4.7 20.9 25.1 28.3Aceh Timur 103.0 25.3 67.5 16.3 82.0 24.1Aceh Tengah 13.4 16.8 16.8 15.5 17.7 21.6Aceh Barat 24.0 19.7 27.9 23.6 36.4 12.6Aceh Besar 16.4 13.6 52.1 8.5 3.9 12.6Pidie 16.7 19.3 19.7 16.2 21.3 17.7Bireuen 20.6 26.9 16.5 15.2 16.7 19.0Aceh Utara 24.4 26.9 30.7 17.0 32.7 19.0Aceh Barat Daya 28.5 24.1 15.5 24.5 31.7 31.2Gayo Lues 24.4 29.8 42.7 27.2 24.0 18.7Aceh Tamiang 18.2 19.9 6.0 n.a 151.9 25.0Nagan Raya 18.2 20.8 20.5 21.5 46.2 26.2Aceh Jaya 11.4 19.8 23.0 22.7 23.4 18.5
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN48
SD (%) SMP (%) SMA (%) 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006
Bener Meriah 10.2 23.7 n.a n.a 24.4 9.8Banda Aceh 7.7 10.7 4.2 33.2 17.5 29.9Kota Sabang 14.5 9.9 10.7 5.3 18.2 11.1Kota Langsa 19.7 19.4 36.3 19.1 13.6 23.4Kota Lhokseumawe 25.2 17.2 25.8 22.1 18.4 22.2Rata-rata 23.1 20.7 24.2 19.3 32.8 22.1Minimum 7.7 9.9 4.2 5.3 3.9 9.8Maksimum 103.0 30.3 67.5 33.2 151.9 31.7
Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka.
Tabel C.14 Persentase siswa SMU yang lulus UAN tahun 2007/2008Kabupaten/Kota %
Aceh Tamiang 30.16
Nagan Raya 42.44
Aceh Besar 43.18
Aceh Barat 48.20
Aceh Timur 50.03
Aceh Jaya 64.87
Simeulue 65.32
Langsa 68.00
Sabang 72.04
Aceh Selatan 72.31
Pidie Jaya 74.60
Aceh Utara 78.75
Bener Meriah 80.08
Pidie 80.27
Aceh Barat Daya 81.31
Bireuen 84.16
Aceh Tenggara 85.82
Banda Aceh 89.51
Lhokseumawe 89.71
Aceh Singkil 89.81
Gayo Lues 90.50
Aceh Tengah 92.31
Subulusalam 96.42
Rata-rata 72.60
Minimum 30.16
Maksimum 96.42Sumber: Dinas Pendidikan Aceh.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
49LAMPIRAN
Tabel C.15 Indikator kesehatan terpilih menurut kabupaten/kota di Aceh tahun 2007
Kabupaten/Kota Tingkat kematian bayi (%)Kelahiran dibantu oleh tenaga
kesehatan profesional (%)Cakupan imunisasi BCG
(%)
Simeulue 0.09 89.52 91.21
Aceh Singkil 0.24 71.37 76.66
Aceh Selatan 0.58 61.00 69.26
Aceh Tenggara 1.43 84.63 92.96
Aceh Timur 0.16 86.44 78.14
Aceh Tengah 1.63 79.02 97.49
Aceh Barat 0.45 73.57 83.97
Aceh Besar 0.74 86.94 97.97
Pidie 0.76 94.19 89.80
Bireuen 0.33 88.16 102.66
Aceh Utara 0.25 87.09 95.15
Aceh Barat Daya 1.06 61.35 76.17
Gayo Lues 0.38 86.97 49.14
Aceh Tamiang 0.36 76.54 94.81
Nagan Raya 0.20 73.05 55.52
Aceh Jaya 0.41 80.73 59.26
Bener Meriah 1.10 75.47 181.70
Banda Aceh 0.14 89.18 94.15
Sabang 1.59 78.66 96.50
Langsa 0.86 85.17 92.38
Lhokseumawe 0.26 88.65 96.21
Rata-rata 0.62 80.84 89.10
Minimum 0.09 61.00 49.14
Maksimum 1.63 94.19 181.70Sumber: Dinas Kesehatan Aceh.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
LAMPIRAN50
Tabel C.15. Persentase jalan raya di kabupaten/kota dengan kondisi buruk
Kabupaten/Kota2004(%)
2005(%)
2006(%)
Simeulue 33.5 59.4 59.7
Aceh Singkil 71.7 54.6 59.1
Aceh selatan 26.1 22.9 23.3
Aceh Tenggara 0.0 30.7 30.7
Aceh Timur 7.4 11.9 11.9
Aceh Tengah 35.9 49.7 49.7
Aceh Barat 49.1 55.2 55.2
Aceh Besar 5.5 10.9 10.9
Pidie 0.1 33.2 33.2
Birueen 34.1 29.4 29.4
Aceh Utara 0.0 21.2 21.2
Aceh Barat Daya 29.6 43.8 43.8
Gayo Lues 41.3 50.8 50.8
Aceh Tamiang 25.5 1.5 1.5
Nagan Raya 27.9 92.7 92.7
Aceh Jaya 1.8 92.6 92.6
Banda Aceh 1.5 16.9 16.9
Sabang 31.3 6.9 32.7
Langsa 0.0 32.7 32.7
Lhoseumawe 0.0 1.1 1.1
Bener Meriah 33.7 33.7
Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka.
MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008
51REFERENSI
Referensi
Badan Pusat Statistik (BPS). Maret 2008. Jakarta, BPS.
Pemerintah Aceh. Qanun No.2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus
_____. Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Dana Otonomi Khusus
Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Keputusan Menteri Keuangan No. 556 tahun 2000 tentang Tatacara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Alokasi Khusus.
_____. 2006. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
_____. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 56/PMK.07/2008 tentang Penetapan Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2008
_____. 2001. Undang-Undang No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
_____. 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanjan Daerah.
_____. 2003. Permendagri Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah _____. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
_____. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
_____. 2004. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
_____. 2004. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
_____. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
World Bank. 2006. Aceh Public Expenditure Analysis: Spending for Reconstruction and Poverty Reduction. Jakarta
_____. 2007. Indonesia Public Expenditure Review: Making the Most of Indonesia’s New Opportunities.