public disclosure authorized - the world bank · tabel c.3 komposisi pendapatan pemerintah propinsi...

54
APEA ANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008 MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUS 46305 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

Upload: hanhu

Post on 30-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

APEA

ANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARANYANG LEBIH BAIK DI DAERAH

OTONOMI KHUSUS

46305P

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

edP

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

edP

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

edP

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

edP

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

edP

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

edP

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

edP

ublic

Dis

clos

ure

Aut

horiz

ed

KANTOR BANK DUNIA JAKARTAIndonesia Stock Exchange Building Tower II/12th Fl.Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53Jakarta 12910Tel: (6221) 5299-3000Fax: (6221) 5299-3111Website: www.worldbank.org/id

BANK DUNIA1818 H Street N.W.Washington, D.C. 20433, U.S.A.Tel: (202) 458-1876Fax: (202) 522-1557/1560Email: [email protected]: www.worldbank.org

Dicetak pada bulan November 2008.

Foto halaman depan:Foto utama: hak cipta © Siti RahmahKanan atas: hak cipta © Kantor Bank Dunia Jakarta Analisis Belanja Publik Aceh: Mengelola Sumber Daya untuk Mencapai Keluaran yang Lebih Baik di Daerah Otonomi Khusus adalah hasil kerja staff Bank Dunia. Temuan, interpretasi dan kesimpulan dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Dewan Eksekutif Bank Dunia atau pemerintah yang mereka wakili.

Bank Dunia tidak menjamin keakuratan data yang terdapat dalam laporan ini. Batasan, warna, angka, dan informasi lain yang tercantum dalam setiap peta dalam buku ini tidak mencerminkan penilaian Bank Dunia tentang status hukum sebuah wilayah atau merupakan bentuk pengakuan dan penerimaan atas batasan tersebut.

Untuk pertanyaan lebih lanjut tentang laporan ini, silakan hubungi Ahya Ihsan ([email protected]).

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUS

ANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

APEA

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

KATA PENGANTAR2

Kata Pengantar

Laporan ABPA (Analisis Belanja Publik Aceh) Edisi Terbaru 2008 - Mengelola Sumber Daya untuk Mencapai Keluaran yang Lebih Baik di Daerah Otonomi Khusus, yang disusun melalui kerjasama antara Pemerintah Aceh, Universitas Syiah Kuala, dan Bank Dunia merupakan edisi terbaru dari Analisis Belanja Publik Aceh 2006 – Belanja Untuk Rekonstruksi dan Pengurangan Kemiskinan. ABPA Edisi Terbaru 2008 menggarisbawahi perkembangan belanja publik di Aceh dari masa rekonstruksi menuju pembangunan berkelanjutan. ABPA Edisi Terbaru 2008 memiliki dua tujuan utama. Pertama, mengidentifi kasi perkembangan terkini dalam belanja publik dan pengelolaan keuangan di Aceh. Kedua, mendukung pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Aceh secara berkelanjutan meningkatkan kapasitas pengambilan kebijakan yang didukung oleh informasi dengan memberikan analisis strategis terhadap penggunaan sumber daya publik dan efektifi tas proses penganggaran di Aceh, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus.

Mulai tahun 2008, Pemerintah Aceh telah menerima Dana Otonomi Khusus sebesar Rp. 3.59 triliun, yang setara dengan 2 persen total DAU nasional. Dana ini telah secara signifi kan meningkatkan penerimaan dan belanja daerah di Aceh, memberikan kesempatan besar untuk membangun infrastruktur dan pelayanan publik serta memajukan pembangunan ekonomi di Aceh. Dalam dua tahun terakhir, Aceh telah menunjukkan kemajuan dalam alokasi anggaran dan pencapaian keluaran sosial yang lebih baik. Alokasi anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk sektor utama seperti infrastruktur, kesehatan, dan pertanian telah meningkat. Indikator keluaran sosial juga menunjukkan adanya perbaikan dalam penyediaan pelayanan publik. Akan tetapi, tantangan besar masih tetap ada. Meskipun alokasi per kapita terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lebih tinggi dibandingkan provinsi-provinsi lain, namun kemajuan dalam keluaran sosial dalam banyak hal masih dibawah rata-rata nasional, yang menyebabkan peningkatan efektifi tas dan efi siensi belanja menjadi semakin penting. Lebih jauh lagi, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masih belum dapat mengesahkan anggaran (APBA/APBD) sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh peraturan, atau membelanjakan anggaran secara penuh dalam setiap tahun anggaran. Disamping itu, beberapa isu penting berkaitan dengan pengaturan pelaksanaan dana otonomi khusus masih harus didefi nisikan secara jelas. Peningkatan pendapatan secara signifi kan dari Dana Otonomi Khusus mulai tahun ini dan seterusnya, yang belum diikuti dengan pengesahan anggaran yang tepat waktu di Aceh, menimbulkan keprihatinan yang serius bahwa Aceh tidak dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru ini secara penuh.

Sejalan dengan hal tersebut, laporan ini mengidentifi kasi tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam alokasi anggaran dan pengelolaan keuangan di Aceh. Laporan ini juga memberikan rekomendasi untuk membantu menyelesaikan tantangan tersebut, dengan memberikan perhatian khusus pada pengelolaan Dana Otonomi Khusus dan proses pengesahan anggaran daerah di Aceh.

Kami berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat terhadap cara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan.

Husni Bahri TOB, S.H., M.M., M.HumSekretaris DaerahPemerintah Aceh

Prof. Dr. Darni M. Daud, M.ARektor

Universitas Syiah Kuala

T. Safriza SofyanDeputi Koordinator

Program Rehabilitasi Aceh-Nias Bank Dunia

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

3UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan Terima Kasih

Laporan Analisa Belanja Publik Aceh (ABPA) ini disiapkan secara bersama oleh tim dari Bank Dunia dan Universitas Syiah Kuala dengan kerjasama yang erat dengan Pemerintah Aceh. Persiapan laporan ini dipimpin oleh Ahya Ihsan (Bank Dunia) dan Bapak Islahuddin (Universitas Syiah Kuala). Tim inti terdiri dari Harry Masyrafah, Nova Idea, Sukmawah Yuningsih, dan Sylvia Njotomihardjo (Bank Dunia) dan Taufi q C. Dawood (Universitas Syiah Kuala), Inggit Maulidina, dan Rika Nurlela.

Enrique Blanco Armas dan Wolfgang Fengler dari Bank Dunia dan Bapak T.M. Lizam (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh) dan Bapak Faizal Adriansyah (Bappeda) dari Pemerintah Aceh telah memberikan arahan dan pengawasan terhadap kesuluruhan proses penyusunan laporan ini.

Tim sangat menghargai bantuan dan kerjasama yang diberikan oleh Bapak Muhammad Nasir dan timnya atas dukungan data dan informasi APBD.

Tim juga menyampaikan penghargaan kepada Said Fauzan Baabud dan Bapak Ali Amin (Bank Dunia), Bapak Karyanto dan Bapak Fahruddin (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh), Bapak M. Junaidi (Bappeda Aceh), Ibu Aff a Salwa (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Kota Banda Aceh), dan semua dinas/pihak yang terlibat dalam pengumpulan data dan analisis.

Laporan ini menerima masukan yang sangat berharga dari Cut Dian Agustina sebagai peer reviewer

Terima kasih kepada Peter Milne atas bantuan editing dan Arsianti atas bantuan format dan produksi.

Tim juga menyampaikan terima kasih kepada tim dari Pemerintah Aceh dan lembaga lainnya yang telah memberikan masukan yang sangat berharga dalam diskusi terhadap draf sebelumnya. Tim terdiri dari Bapak T.Harmawan (Ketua Tim Ad-Hoc Tim Koordinasi Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Bagi Hasil Minyak dan Gas), Bapak Bastian dan Bapak Syafri (Bappeda Aceh), Bapak Izhar (Biro Pembangunan), Bapak Muhammad dan Ibu Maryami (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh), Bapak Surya Dharma dari DPR Aceh, Bapak Said Muhammad (Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala), dan Bernhard May (ALGAP-GTZ), serta seluruh perserta diskusi seminar di Aceh.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

DAFTAR ISTILAH4

Daftar Istilah

APBA Anggaran Pendapatan dan Belanja AcehAPBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BA Alokasi Dasar (Basic Allocation)Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

CCI Indeks Kemahalan Konstruksi (Construction Cost Index)

DAK Dana Alokasi KhususDAU Dana Alokasi Umum

FA Pengalokasian Berdasarkan Formula (Formula Allocation)FC Kemampuan Fiskal (Fiscal Capacity)FN Kebutuhan Fiskal (Fiscal Needs)

GoA Pemerintah Aceh (Government of Aceh)

HDI Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

Inpres Instruksi Presiden (Presidential Instruction)

Kepmendagri Keputusan Menteri Dalam NegeriKUA Kebijakan Umum Anggaran

LoGA Undang-Undang No 11/2006 Tentang Pemerintahan Aceh (Law on Governing Aceh No. 11/2006)

Makuda Manual Keuangan DaerahMoF Departemen Keuangan (Ministry of Finance)MoHA Departemen Dalam Negeri (Ministry of Home Aff airs)MoNE Departemen Pendidikan Nasional (Ministry of National Education)

Otsus Otonomi Khusus (Special Autonomy)

PAD Pendapatan Asli DaerahPermendagri Peraturan Menteri Dalam NegeriPPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

RAPBA Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja AcehRKA Rencana Kerja dan AnggaranRPJP Rencana Pembangunan Jangka PanjangRPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

DOK Dana Otonomi Khusus (Special Autonomy Fund)SiLPA Sisa Lebih Pembiayaan AnggaranSMA Sekolah Menengah AtasSTR Rasio Siswa Terhadap Guru (Student-To-Teacher Ratio)

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

5DAFTAR ISI

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Ucapan Terima Kasih 3

Daftar Istilah 4

Daftar Isi 5

Temua-temuan Utama 8

Bab 1 Pendapatan 9

Gambaran umum pendapatan 10

Komposisi pendapatan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh 12

Pendapatan per kapita 14

Dana Otonomi Khusus dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gas 15

Proses pengesahan anggaran di Aceh 17

Rekomendasi 20

Bab 2 Belanja 21

Gambaran umum belanja 22

Belanja langsung dan tidak langsung 22

Belanja sektoral 24

Pengeluaran per kapita untuk kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur 26

Rekomendasi 28

Lampiran 29

Lampiran A: Gambar dan Tabel 30

Lampiran B: Catatan Metodologis 36

Lampiran C: Lampiran Statistik 38

Referensi 51

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

DAFTAR ISI6

Gambar

Gambar 1.1 DOK meningkatkan pendapatan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota

di Aceh secara signifi kan pada tahun 2008 10

Gambar 1.2 Komposisi pendapatan propinsi 11

Gambar 1.3 Komposisi pendapatan Kabupaten/Kota 11

Gambar 1.4 Alokasi DAU ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 12

Gambar 1.5 Alokasi DAK ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 12

Gambar1.6 Dana bagi hasil non-pajak dari pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 13

Gambar 1.7 Dana bagi hasil pajak dari pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 13

Gambar 1.8 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) propinsi 14

Gambar 1.9 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten/kota 14

Gambar 1.10 Penerimaan per kapita pemerintah kabupaten/kota di Aceh, 2007 14

Gambar 1.11 Tanggal pengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

di Aceh, tahun 2005-08 18

Gambar 2.1 Total belanja publik di Aceh telah meningkat pesat setelah tahun 2005 22

Gambar 2.2 Belanja propinsi menurut klasifi kasi ekonomi 23

Gambar 2.3 Bagian dari belanja propinsi Aceh 23

Gambar 2.4 Belanja pemerintah kabupaten/kota menurut klasifi kasi ekonomi 24

Gambar 2.5 Bagian belanja pemerintah kabupaten/kota menurut belanja langsung dan tidak langsung 24

Gambar 2.6 Pengeluaran sektoral propinsi di Aceh 25

Gambar 2.7 Pengeluaran propinsi menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi ekonomi, 2007 25

Gambar 2.8 Pengeluaran sektoral pemerintah kabupaten/kota di Aceh (harga 2006 konstan) 25

Gambar 2.9 Pengeluaran pemerintah kabupaten/kota menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi

ekonomi, 2007 25

Gambar 2.10 Pengeluaran per kapita untuk kesehatan menurut kabupaten/kota di Aceh26

Gambar 2.11 Pengeluaran per kapita untuk pendidikan menurut kabupaten/kota di Aceh 27

Gambar 2.12 Pengeluaran per kapita untuk prasarana menurut kabupaten/kota di Aceh 28

Gambar A.1 Alokasi DAU per kapita, 2008 30

Gambar A.2 Alokasi DAK per kapita, 2008 30

Gambar A.3 Mekanisme alokasi DOK untuk pemerintah kabupaten/kota di Aceh 32

Gambar A.4 Mekanisme Alokasi Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas untuk pemerintah

kabupaten/kota di Aceh 33

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

7DAFTAR ISI

Tabel

Table A.1 Pemetaan format anggaran pemerintah kabupaten/kota berdasarkan beberapa peraturan 31Tabel A.2 Perbedaan-perbedaan utama antara UU No. 18/2001 dan UU No. 11/2006 tentang sumber pendapatan, pengaturan alokasi, dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus 32Tabel A.3 Kegiatan-kegiatan utama dalam proses persetujuan anggaran di Aceh 33Tabel A.4 Tanggal disetujuinya anggaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh 34Tabel A.5. Keluaran-keluaran (outcomes) terpilih dalam sektor sosial di Aceh 35Tabel C.1 Komposisi pendapatan propinsi (harga konstan tahun 2006) 38Tabel C.2 Komposisi pendapatan pemerintah kabupaten/kota (harga konstan tahun 2006) 38Tabel C.3 Komposisi pendapatan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh, 2007 39Tabel C.4 Alokasi dana otonomi khusus dan Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas 40Tabel C.5 Belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut klasifi kasi ekonomi tahun 2007 41Tabel C.6 Komposisi sektoral belanja pemerintah propinsi (harga konstan 2006) 42Tabel C.7 Komposisi sektoral belanja pemerintah kabupatan/kota (harga konstan 2006) 42Tabel C.8 Belanja per kapita untuk kesehatan, pendidikan, infrastruktur oleh pemerintah kabupaten/kota di Aceh tahun 2004, 2006, 2007 (harga konstan 2006). 43Tabel C.9 Komposisi belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut sektor dan jenis belanja tahun 2004 44Tabel C.10 Komposisi belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut sektor dan jenis belanja tahun 2006 45Tabel C.11 Komposisi belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut sektor dan jenis belanja tahun 2007 46Tabel C.12 Persentase penduduk miskin (dalam %) menurut kabupaten/kota di Aceh 47Tabel C.13 Perbandingan guru-siswa (STR) menurut kabupaten di Aceh 47Tabel C.14 Persentase siswa SMU yang lulus UAN tahun 2007/200848Tabel C.15 Indikator kesehatan terpilih menurut kabupaten/kota di Aceh tahun 2007 49Tabel C.16 Persentase jalan raya di kabupaten/kota dengan kondisi buruk 50

Kotak

Kotak 1. Pengaturan manajemen, alokasi dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus 16

Kotak 2. Proses penyusunan anggaran di Aceh 19

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

Temuan-temuan UtamaPendapatan• Total pendapatan daerah di Aceh telah meningkat tajam tahun ini, dan diharapkan terus

meningkat pada tahun-tahun mendatang karena limpahan penerimaan dari dana otonomi khusus

• Pengaturan alokasi dan pelaksanaan dana otonomi khusus saat ini (dalam bentuk program bersama antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota) masih rumit dan beberapa hal mengenai perencanaan dan pelaksanaan masih perlu diperjelas.

• Masih terlambatnya pengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, menimbulkan keprihatinan terhadap pelaksanaan keseluruhan progam pembangunan, dan juga program bersama dari dana otonomi khusus.

Belanja• Keseluruhan belanja daerah telah meningkat tahun ini mengikuti pengingkatan signifi kan

pada sisi penerimaan. • Alokasi anggaran antar sektor baik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota menunjukkan

perbaikan. Infrastruktur, kesehatan, dan pertanian menerima kenaikan alokasi anggaran yang signifi kan pada 2007. Belanja terhadap administrasi umum pemerintahan menurun sebagai persentase dari total belanja (walaupun meningkat sedikit secara ril) dan belanja untuk pendidikan telah meningkat secara ril (walaupun menurun secara porsi dari total belanja).

• Secara umum, alokasi per kapita pemerintah kabupaten/kota untuk sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur telah meningkat dibandingkan tahun 2004, tetapi besaran kenaikan berbeda antar kabupaten/kota

Keluaran sosialKeluaran sosial terpilih menunjukkan adanya peningkatan dalam penyediaan pelayanan publik, tetapi kemajuannya masih tertinggal dari rata-rata nasional. Perbaikan dalam alokasi anggaran dan proses rekonstruksi yang sedang berjalan berkontribusi terhadap perbaikan tersebut.

Pendapatan 1

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

PENDAPATAN10

Gambaran umum pendapatan Jumlah pendapatan daerah di Aceh telah meningkat pesat tahun ini dan diharapkan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang yang disebabkan oleh limpahan pendapatan dari dana otonomi khusus (DOK).1 Tahun ini, jumlah DOK adalah sebesar Rp 3,59 triliun, meningkatkan jumlah pendapatan daerah secara signifi kan mencapai hampir Rp 16 triliun bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp 11,6 triliun (Gambar 1.1). Kenaikan tajam tersebut melebihi kompensasi penurunan (sebagian) dana bagi hasil minyak dan gas yang disebabkan oleh penipisan cadangan minyak dan gas. Akan tetapi, dana bantuan tambahan DOK akan dihapuskan secara bertahap setelah 20 tahun. Oleh karena itu, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh perlu mengembangkan suatu strategi untuk mengelola dan mengalokasikan pendapatan tambahan tersebut secara untuk memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan pelayanan publik, serta meningkatkan pembangunan ekonomi di daerah.

Gambar 1.1 DOK meningkatkan pendapatan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh secara signifi kan pada tahun 2008

Lain -lain Dana Otonomi KhususINPRES/DAK SDO/DAUDana Bagi Hasil Non-Pajak- Dana Bagi Hasil PajakPendapatan Aslli Daerah

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp m

ilyar

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Gambar balok berdasarkan harga konstan 2006, gambar garis berdasarkan harga sekarang untuk setiap tahun.

Dengan pengecualian terhadap dana bagi hasil non-pajak dan pendapatan “lain-lain”,2 seluruh jenis pendapatan telah meningkat. Transfer Dana Alokasi Umum atau DAU ke Aceh meningkat sebesar 31 persen pada tahun 2006, mengikuti peningkatan nasional, dan terus meningkat secara perlahan pada tahun 2007 dan 2008. Dana Alokasi Khusus atau DAK meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2006 dan terus meningkat pada tahun 2007 dan 2008. Pendapatan dari dana bagi hasil pajak dan pendapatan asli daerah (PAD) juga telah mengalami peningkatan besar sejak tahun 2005. PAD meningkat lebih dari dua kali lipat di tahun 2006 dan terus tumbuh pada tahun 2007 dan 2008. Akan tetapi, dana bagi hasil non-pajak dan kategori pendapatan “lain-lain” menurun pada tahun 2007 dan 2008.

DAU masih tetap merupakan sumber pendapatan terpenting bagi pemerintah daerah di Aceh, sementara DOK menggantikan penurunan dana bagi hasil non-pajak. Secara rata-rata, DAU berjumlah 44 persen dari total pendapatan daerah antara tahun 2001 dan 2008. Komposisi pendapatan sedikit berubah pada tahun ini. Porsi dana bagi hasil non-pajak telah menurun tajam sejak tahun 2007, namun telah digantikan oleh DOK pada tahun 2008.

1 Undang-Undang No. 11/2006 tentang Otonomi Khusus Aceh memberikan Aceh dana otonomi khusus yang baru —tambahan dana dari pemerintah pusat ke pemerintah propinsi yang sebanding dengan 2 persen dari alokasi DAU nasional untuk 15 tahun dan 1 persen untuk lima tahun yang berikutnya — mulai tahun 2008. Dana atas ini tambahan dari dana bagi hasil minyak dan gas sebesar 70% yang telah diterima Aceh sejak tahun 2002. Undang-Undang No. 11/2006 telah mengubah defi nisi DOK. DOK sekarang hanya mengacu kepada dana-dana yang diterima dari alokasi 2 persen dari dana DAU nasional. Sebutan “dana otonomi khusus” yang dipakai sebelumnya dari tambahan dana bagi hasil minyak dan gas telah diganti “tambahan bagi hasil minyak dan gas”.

2 Sumber pendapatan lainnya antara lain hibah, dana darurat, dan dana kontijensi lainnya dari pemerintah pusat. Dana bagi hasil pajak dari propinsi dalam anggaran pemerintah kabupaten/kota yang dicatat dalam kategori “lain-lain” telah diklasifi kasi ulang ke dalam kategori “dana bagi hasil” yang baru.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

11PENDAPATAN

Porsi dana bagi hasil non-pajak terhadap total pendapatan menurun dari 43 persen pada tahun 2002 menjadi hanya 20 persen pada tahun 2008. Porsi dana bagi hasil pajak dan PAD menjadi semakin penting setelah tahun 2005, dengan kontribusi rata-rata naik menjadi 6 persen dan 7 persen (2006-08), dibandingkan dengan 5 persen dan 4 persen (2001- 05) untuk masing-masing (Gambar 1.1).

Tahun ini DOK berjumlah lebih dari separuh pendapatan pemerintah propinsi (54 persen), meskipun sebagian besar sumber daya tersebut akan dibelanjakan di kabupaten/kota melalui program-program bersama.3 Penurunan dana bagi hasil non-pajak berdampak besar pada pendapatan propinsi, karena hal tersebut merupakan sumber pendapatan utama sebelum tahun 2008. Pendapatan tersebut berkurang separuh secara ril yaitu dari Rp 3 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp 1,5 triliun pada tahun 2008. Tanpa DOK, total pendapatan propinsi akan terus menurun pada tahun ini. PAD telah menjadi kontributor terbesar kedua bagi pendapatan propinsi sejak tahun 2006, yang didorong oleh kenaikan tajam pajak-pajak propinsi (pajak kendaraan dan bahan bakar) dan pendapatan asli daerah lainnya (Gambar 1.2). Sekarang PAD memiliki peran yang lebih besar dari peran DAU.

Gambar 1.2 Komposisi pendapatan propinsi Gambar 1.3 Komposisi pendapatan Kabupaten/Kota

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

raylim

pR

Lain -lain Dana Otonomi KhususINPRES/DAK SDO/DAUDana Bagi Hasil Non-Pajak- Dana Bagi Hasil PajakPendapatan Aslli Daerah

raylim

pR

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Lain -lain INPRES/DAKSDO/DAU Dana Bagi Hasil Non - TaxDana Bagi Hasil Pajak Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data merupakan angka riil (harga konstan 2006).

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data merupakan angka riil (harga konstan 2006).

Secara keseluruhan, pendapatan pemerintah kabupaten/kota sedikit meningkat pada tahun ini. DAU masih tetap merupakan sumber pendapatan terpenting bagi pemerintah kabupaten/kota, yang berjumlah hampir 60 persen dari total pendapatan (2001-08). DAK4 juga telah menjadi semakin penting pada tahun-tahun belakangan ini, dengan alokasinya yang meningkat tiga kali lipat dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Pada tahun ini, DAK telah menjadi kontributor terbesar kedua bagi pendapatan pemerintah kabupaten/kota secara keseluruhan, melampaui peran dana bagi hasil non-pajak, yang berjumlah 10 persen dari total pendapatan. Pendapatan dari dana bagi hasil pajak dan PAD juga telah mengalami peningkatan besar sejak tahun 2005. Pendapatan dari kategori pendapatan “lain-lain”5 agak menurun sejak tahun 2007. Sama seperti pada tingkat propinsi, pendapatan dari dana bagi hasil non-pajak juga menurun pada tingkat kabupaten/kota, yang hanya berjumlah 7,2 persen dari total pendapatan tahun ini dibanding dengan 22 persen pada tahun 2003 (Gambar 1.3).

3 Berdasarkan Qanun No. 2/2008, 60 persen dari DOK akan dialokasikan untuk membiayai program-program pembangunan pemerintah kabupaten/kota (misalnya, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur) melalui program bersama antar pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dan sisanya sebesar 40 persen akan digunakan untuk membiayai program-program propinsi (juga melalui program bersama), yang juga dilaksanakan di kabupaten/kota.

4 Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana bantuan bersyarat (telah ditentukan peruntukannya) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dari pemerintah pusat. Pada tahun 2001 dan 2002, DAK hanya meliputi dana-dana reboisasi. Sejak tahun 2003, DAK telah diperluas dan diperuntukkan bagi pendidikan, kesehatan dan prasarana, pertanian, kelautan dan perikanan, fasilitas pemerintah, dan lingkungan.

5 Pendapatan dari kategori pendapatan “lain-lain” terdiri atas hibah, dana darurat, dana penyesuaian dari pemerintah pusat, dan bantuan keuangan lainnya dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

PENDAPATAN12

Komposisi pendapatan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di AcehAlokasi DAU6 untuk pemerintah daerah di Aceh telah meningkat pada tahun-tahun belakangan ini. Peningkatan besar terjadi pada tahun 2006 ketika DAU naik sebesar 31 persen (secara ril), yang menunjukkan peningkatan alokasi DAU secara nasional sebesar 26 persen dari pendapatan domestik bersih dan cakupan gaji pegawai negeri sipil sebesar 100 persen, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 33/2004. Peningkatan besar tersebut khususnya menguntungkan pemerintah kabupaten/kota. Pada tahun ini, jumlah alokasi DAU untuk pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh mencapai Rp 6,35 triliun (Gambar 1.4). Secara per kapita, DAU Aceh mencapai Rp 1,56 juta (peringkat ke-12), sedikit di atas angka rata-rata nasional yang berjumlah Rp 1,5 juta. (Gambar A.1).

Gambar 1.4 Alokasi DAU ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh

Gambar 1.5 Alokasi DAK ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh

raylim

pR

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

%()

Bagian DAU dari total pendapatan

DAU (nominal) (LHS)

DAU (constant 2006=100) (LHS)

Bagian DAK dari total pendapatan

raylim

pR

0

200

400

600

800

1,000

1,200

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

5

10

15

20

%)

(

DAK (nominal) (LHS)

DAK (constant2006=100)(LHS)

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

Alokasi DAK juga telah meningkat secara signifi kan sejak tahun 2006. Alokasi DAK telah meningkat sebanyak lebih dari lima kali lipat secara ril sejak alokasi sektoral pertama yang diterapkan pada tahun 2003, dari Rp 174,9 milyar menjadi Rp 979,4 milyar pada tahun 2008 (Gambar 1.5). Pada tahun 2007, dana DAK dialokasikan untuk tiga sektor utama: pendidikan (28 persen), kesehatan (20 persen) dan prasarana (30 persen). Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pemerintah propinsi juga menerima DAK sebesar Rp 35,4 milyar tahun ini, yang dialokasikan untuk proyek-proyek jalan dan irigasi. Aceh telah menerima alokasi DAK per kapita sebesar Rp 247.000, yang berada sedikit di atas angka rata-rata nasional (peringkat ke-12) sebesar Rp 218.000 (Gambar A.2 pada Lampiran).

Dana bagi hasil non-pajak7 telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, baik dari sisi volumenya maupun porsi terhadap total pendapatan. Meskipun terdapat kecenderungan menurun, dana bagi hasil non-pajak masih mendominasi dana bagi hasil secara keseluruhan, yang rata-rata berjumlah 84 persen dari total dana bagi hasil (2001-08). Hal tersebut didominasi oleh dana bagi hasil dari minyak dan gas (96 persen), dan sisanya berasal dari sektor kehutanan, pertambangan dan perikanan. Pendapatan dari dana bagi hasil non-pajak telah menurun tajam sejak tahun 2006, dari Rp 4,1 triliun (35 persen dari total pendapatan) menjadi hanya Rp 2,1 triliun tahun ini (13 persen dari total pendapatan) (Gambar 1.6).

6 Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan transfer/hibah yang diberikan tidak ditentukan penggunaannya dari pemerintah pusat ke seluruh pemerintah daerah untuk mencapai perimbangan keuangan.

7 Dana bagi hasil non-pajak (SDA) mencakup pendapatan migas dari DOK berdasarkan UU No. 18/2001 pada tahun 2002-07 dan dana bagi hasil tambahan dari migas berdasarkan UU No. 11/2008 pada tahun 2008.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

13PENDAPATAN

Gambar 1.6 Dana bagi hasil non-pajak dari propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh

Gambar 1.7 Dana bagi hasil pajak dari pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh

raylim

pR

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

% d

ari p

enda

pat

an to

tal

Bagian dari total pendapatan

Constant(2006=100)

Nominal

raylim

pR

0%

5%

10%

15%

20%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008

% b

agia

n d

ari p

end

apat

an to

tal

Pajak Penghasilan (PPh)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data dalam bentuk riil harga konstan 2006.

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data dalam bentuk riil harga konstan 2006.

Pendapatan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota dari dana bagi hasil pajak telah meningkat secara terus-menerus, walaupun porsinya dari total pendapatan relatif kecil (rata-rata 5 persen pada tahun 2001-08)). Pendapatan dari dana bagi hasil pajak telah meningkat hampir tiga kali lipat, dari Rp 304 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp 824 milyar pada tahun ini (Gambar 1.7). Kontribusinya terhadap total pendapatan telah meningkat dari 3.5 persen pada tahun 2002 menjadi 6 persen pada tahun ini. Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan sebesar hampir tiga kali lipat antara tahun 2002 dan 2008, yang berasal dari perluasan basis pajak sebagai akibat dari peningkatan penggunaan tanah dan pembangunan rumah-rumah baru selama masa rekonstruksi. Pajak Bumi dan Bangunan berjumlah 83 persen dari total dana bagi hasil pajak, diikuti oleh pajak penghasilan (10 persen) dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (7 persen).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota telah meningkat pesat sejak tahun 2006. PAD propinsi telah meningkat lebih dari empat kali lipat sejak tahun 2005. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan besar pada pajak propinsi dan PAD “lain-lain”, masing-masing dengan jumlah rata-rata sebesar 58 persen dan 34 persen dari PAD propinsi pada tahun 2006-08 (Gambar 1.8). PAD pemerintah kabupaten/kota telah meningkat lebih dari dua kali lipat secara riil, yang didominasi oleh PAD “lain-lain” serta pajak dan retribusi kabupaten/kota, yang masing-masing berjumlah 50 persen dan 43 persen dari total PAD (Gambar 1.9). Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi kabupaten/kota kemungkinan besar didorong oleh dampak positif dari kegiatan rekonstruksi pasca tsunami, khususnya dengan perluasan bisnis perhotelan dan restoran, serta peningkatan tajam dalam jumlah mobil dan sepeda motor. Pendapatan dari PAD lainnya8 terutama berasal dari bunga atas deposito dan jasa giro yang dihasilkan dari akumulasi sisa lebih anggaran.9

8 Pemerintah propinsi dan beberapa pemerintah kabupaten/kota telah memasukkan zakat dalam anggaran mereka. Akan tetapi, hal tersebut hanya merupakan porsi yang sangat kecil dari PAD dan tidak dicatat secara konsisten di antara pemerintah kabupaten/kota. Oleh karena itu, zakat diklasifi kasikan sebagai PAD “lain-lain”.

9 Pada tahun 2007, sisa lebih pembayaran anggaran (SILPA) berjumlah 47,3 persen dari anggaran propinsi dan 23 persen dari anggaran pemerintah kabupaten/kota. Kurangnya daya serap tersebut terutama disebabkan oleh kelambatan dalam proses penyetujuan anggaran.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

PENDAPATAN14

Gambar 1.8 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) propinsi

Gambar 1.9 Komposisi pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten/kota

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Lain - lainKeuntungan dari Badan Usaha Negara

Retribusi

Pajak Lokal

raylim

pR

0

50

100

150

200

250

300

350

400

1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Lain - lainKeuntungan dari Badan Usaha Negara

Retribusi

Pajak Lokalraylim

pR

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Pendapatan berdasarkan harga konstan 2006.

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Pendapatan berdasarkan harga konstan 2006.

Pendapatan per kapitaKesenjangan fi skal di antara pemerintah kabupaten/kota masih tetap signifi kan ada. Sebagai contoh, Kota Sabang masih merupakan daerah terkaya berdasarkan pendapatan per kapita kabupaten/kota, sedangkan Pidie merupakan daerah termiskin. Kota Sabang memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 9,2 juta pada tahun 2007, tujuh kali lebih tinggi dari pendapatan Kab. Pidie, yang berjumlah Rp 1,3 juta (Gambar 1.10). Penerimaan rata-rata per kapita antara pemerintah kabupaten/kota adalah sebesar Rp 2,8 juta. Pada tahun 2004, Kota Sabang memperoleh hampir enam kali lipat dari pendapatan per kapita dari kabupaten termiskin (Kab. Bireuen). Kab. Pidie memiliki pendapatan terendah kedua pada tahun 2004. Sebagian besar pemerintah kabupaten/kota yang memiliki pendapatan per kapita besar memiliki populasi yang lebih kecil, seperti Kota Sabang, Aceh Jaya, Gayo Lues dan Simeulue. Pada tahun 2006, pendapatan per kapita Aceh adalah sekitar Rp 1,5 juta, yang berada pada peringkat ke-8

apabila dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya.

Gambar 1.10 Penerimaan per kapita di antara pemerintah kabupaten/kota di Aceh, 2007

0 1,000 2,000 3,000 4,000

Rupiah

5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

Kab. Pidie

Kab. Aceh Utara

Kab. Bireuen

Kab. Aceh Besar

Kab. Aceh Timur

Kab. Aceh Tamiang

Kab. Aceh Selatan

Kab. Aceh Singkil

Kota Langsa

Kota Lhokseumawe

Kab. Aceh Tenggara

Kab. Aceh Tengah

Kota Banda Aceh

Kab. Aceh Barat

Rata-rata

Kab. Bener Meriah

Kab. Aceh Barat Daya

Kab. Nagan Raya

Kab. Simeuleu

Kab. Gayo Lues

Kab. Aceh Jaya

Kota Sabang

OSR (PAD)

Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Non Pajak

DAU

DAK

Lain-lain

Rata-rata

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

15PENDAPATAN

Dana Otonomi Khusus dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gasUndang-Undang No. 11/2006 Tentang Pemerintah Aceh (UUPA) memberikan kesempatan besar bagi Aceh untuk meningkatkan penyediaan layanan publik dan mendorong pembangunan ekonomi di daerahnya. Dari segi keuangan, mulai tahun ini Aceh menerima DOK selama 20 tahun ke depan —tambahan dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi yang sebanding dengan 2 persen dari alokasi DAU nasional selama 15 tahun dan 1 persen selama lima tahun berikutnya.10 Selain itu, undang-undang yang baru menetapkan kembali porsi tambahan dana bagi hasil dari minyak dan gas (masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen), di atas Dana Bagi Hasil minyak dan gas secara nasional untuk daerah penghasil minyak & gas, masing-masing sebesar 15 persen (minyak) dan 30 persen (gas).11 Pada tahun ini, Aceh memperoleh pendapatan tambahan sebesar Rp 3,59 triliun dari alokasi DOK dan Rp 1,3 triliun dari dana tambahan bagi hasil minyak dan gas tambahan. UUPA menggantikan Undang-Undang sebelumnya tentang Status Otonomi Khusus untuk Aceh (Undang-Undang No. 18/2001), yang berlaku dari tahun 2002 sampai 2007.12

DOK ditransfer oleh pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi dan diperuntukkan bagi program-program yang diputuskan bersama antara pemerintah propinsi dan kabupaten/kota. Pengaturan distribusi dari pemerintah propinsi kepada pemerintah kabupaten/kota diatur dalam Qanun No. 2/2008. Pengelolaan DOK dipusatkan di tingkat propinsi. Pemerintah propinsi bertanggung jawab atas administrasi, alokasi, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang didanai dengan DOK. Pemerintah propinsi juga memiliki kewenangan untuk menentukan lebih dari 40 persen dari DOK, sementara sisanya yang sebesar 60 persen dialokasikan berdasarkan rumus kebutuhan keuangan tertimbang (weigthed fi scal needs)kepada 23 pemerintah kabupaten/kota13 (Gambar A.3). Semua program yang didanai dengan DOK tanpa pengecualian apakah program tersebut merupakan kebijakan pemerintah propinsi atau pemerintah kabupaten/kota, harus diputuskan bersama oleh pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Pengaturan dana tambahan bagi hasil dari minyak dan gas (antara pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota dan di antara pemerintah-pemerintah kabupaten/kota) berbeda dengan pengaturan DOK. Dana bagi hasil minyak dan gas juga ditransfer oleh pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi. Sedikitnya sebesar 30 persen dari dana tersebut disisihkan untuk pendidikan sebelum dialokasikan lebih lanjut.14 Sisanya sebanyak 70 persen akan dialokasikan untuk membiayai program-program pembangunan bersama yang diatur oleh pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota: 40 persen akan digunakan untuk program-program propinsi, dan 60 persen akan digunakan untuk membiayai program-program pemerintah kabupaten/kota. Alokasi di antara pemerintah kabupaten/kota ditentukan berdasarkan rumus pengalokasian daerah penghasil minyak&gas dan non-penghasil minyak&gas15 (Gambar A.4). Akan tetapi, seperti DOK, semua program yang dibiayai dengan dana tersebut akan diurus dan dilaksanakan oleh pemerintah propinsi.

10 Berdasarkan UUPA, Dana Otonomi Khusus ditujukan untuk mendanai pembangunan dan pemeliharaan prasarana, pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengentasan kemiskinan, dan membiayai sektor pendidikan, sosial, dan kesehatan. Penjelasan undang-undang tersebut juga menguraikan lebih lanjut bahwa Dana Otonomi Khusus juga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas para pegawai pemerintah dan guru, program beasiswa, dan kegiatan pendidikan lainnya berdasarkan prioritasnya.

11 Secara keseluruhan, Aceh menerima 70 persen Dana Bagi Hasil dari minyak dan gas.12 Lihat Tabel A.2 untuk informasi lebih lanjut tentang perbedaan utama dalam defi nisi dan skema alokasi Dana Otonomi Khusus antara

Undang-Undang No. 18/2001 dan Undang-Undang No. 11/200613 Dana tersebut dialokasikan kepada pemerintah daerah dalam bentuk program bersama. Rumus tersebut menetapkan plafon anggaran bagi

setiap pemerintah daerah, yang merupakan jumlah maksimum dari anggaran setiap pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk dapat mengusulkan “suatu program bersama” ke tingkat propinsi.

14 Undang-Undang No. 11/2006 menjelaskan bahwa sumber dana bagi hasil yang diperuntukkan bagi pendidikan hanya berasal dari dana bagi hasil tambahan dari minyak dan gas, sementara Undang-Undang No. 18/2001 mewajibkan bahwa 30 persen dari pembagian-pendapatan termasuk pajak dan non-pajak dialokasikan untuk pendidikan.

15 Penting untuk dicatat bahwa pengaturan tersebut hanya berlaku untuk Dana Bagi Hasil tambahan dari minyak dan gas (masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen). Sedangkan pembagian-pendapatan nasional reguler dari minyak (15 persen) dan gas (30 persen) disalurkan langsung dari pemerintah pusat ke propinsi dan pemerintah daerah yang bersangkutan.

--

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

PENDAPATAN16

Kotak 1. Pengaturan manajemen, alokasi dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus

Untuk mengelola dan mengatur DOK, pemerintahan provinsi telah membentuk Tim Koordinasi Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Penerimaman Bagi Hasil Minyak dan Gas, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 11/2006. Tim tersebut ditugaskan untuk memberikan nasehat kepada Gubernur tentang kebijakan pelaksanaan, perancangan dan perbaikan rumusan alokasi, penetapan kriteria untuk pemilihan program/proyek, evaluasi program dan proyek yang didanai dengan DOK, dan pemberian bantuan teknis kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengajukan usulan program/proyek. Pembentukan tim tersebut diatur dalam Peraturan Gubernur No. 24/2008. Tim tersebut dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang terdiri dari sembilan anggota dari pemerintah propinsi, dua ahli, dan dua perwakilan dari pemerintah kabupaten/kota.

Pengaturan alokasi dan pelaksanaan DOK dan Tambahan Bagi Hasil Minyak dan Gas saat ini masih rumit, dan beberapa masalah perencanaan dan pelaksanaan masih harus didefi nisikan. Dana DOK dialokasikan kepada pemerintah kabupaten/kota melalui program-program bersama yang kemudian diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah propinsi. Pemerintah kabupaten/kota harus mengusulkan proyek/program kepada pemerintah propinsi yang sesuai dengan batas anggaran yang ditetapkan berdasarkan rumus kebutuhan fi skal tertimbang. Kurangnya arahan dalam proses perencanaan khusus ini menambah rumit proses perencanaan reguler yang sudah cukup panjang. Untuk alokasi dana tahun 2008, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus menghadiri serangkaian sesi perencanaan tambahan untuk membahas dan menyepakati program-program bersama, meskipun kriteria program/proyek yang hendak didanai belum ditentukan secara jelas. Pengaturan pelaksanaan yang tersentralisasi propinsi (termasuk fungsi-fungsi yang selama ini sebagian besar telah didesentralisasi, seperti kesehatan dan pendidikan) kemungkinan dapat mengurangi kepemilikan proyek/program oleh pemerintah kabupaten/kota dan melemahkan peran pemerintah kabupaten/kota dalam fungsi yang telah desentralisasikan. Selain itu, pengaturan pelaksanaan yang tersentralisasi menciptakan beban tambahan bagi pemerintah propinsi.

Aceh dapat mengambil banyak manfaat dari DOK, meskipun beberapa perbaikan dalam hal pengaturan perencanaan dan pelaksanaan diperlukan untuk mengarahkan kepada pelaksanaan yang efektif. Pertama, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota perlu menentukan strategi (rencana induk) sebagai pedoman dan arahan bagi pelaksanaan DOK. Strategi tersebut harus memasukkan perencanaan pemerintah propinsi serta kabupaten/kota dan, antara lain, menetapkan tujuan-tujuan yang jelas, menentukan prioritas sektoral dan kriteria bagi program dan proyek yang akan didanai, menguraikan manajemen, perencanaan dan pelaksanaan, serta pengaturan pengawasan dan evaluasi. Kedua, untuk menyederhanakan proses perencanaan dan pelaksanaan, pemerintah propinsi mungkin perlu mencari pilihan-pilihan alternatif untuk menyalurkan dana secara langsung kepada pamerintah kabupaten/kota. Satu pilihan yang mungkin diambil adalah melalui dana bantuan bersyarat (seperti DAK) dalam bentuk tranfer langsung (tunai) dari pada dalam bentuk “program bersama”. Ketiga, harus ada pedoman dan pembedaan yang jelas tentang peran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah propinsi harus menyediakan pedoman yang menyeluruh serta perencanaan, manajemen dan pelaksanaan umum dan memusatkan perhatian pada program-program berskala besar yang memiliki manfaat lintas pemerintah kabupaten/kota (seperti jaringan jalan nasional dan propinsi, listrik, irigasi), dan mengawasi pelaksanaan keseluruhan. Pemerintah kabupaten/kota mungkin memiliki keunggulan komparatif dalam fungsi perencanaan dan pelaksanaan fungsi-fungsi yang telah di desentralisasi dan masalah-masalah kabupaten/kota, seperti membangun sekolah dan sarana kesehatan. Keempat, pemerintah propinsi perlu memberikan contoh dan pedoman yang baik kepada pemerintah kabupaten/kota, misalnya melalui perbaikan proses-proses anggaran dan kapasitas penyerapan. Kelima, terdapat kekhawatiran besar atas kapasitas penyerapan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota yang masih rendah. Meskipun pemerintah propinsi dan kabupaten/kota semuanya harus berusaha memperbaiki daya serapnya, ada saran dari para pembuat kebijakan untuk membuat aturan yang fl eksibel, seperti membuat dana cadangan untuk pendidikan dan DOK. Hal tersebut akan memungkinkan perencanaan menjadi Slebih baik dan menjamin keefektifan pendanaan DOK, sementara menyiapkan dan memperbaiki institusi pemerintah dan memungkinkan penggunaan DOK yang berjangka lebih panjang untuk generasi-generasi mendatang.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

17PENDAPATAN

Proses pengesahan anggaran di AcehProsespengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Aceh masih tidak mengikuti alur waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.16 Meskipun beberapa pemerintah kabupaten/kota telah mencapai kemajuan yang cukup pesat, dalam pengesahan beberapa masih mengalami ketertinggalan dengan tingkat yang berbeda-beda.17 Sebaliknya, kinerja pemerintah provinsi semakin memburuk (Gambar 1.12). Pemerintah provinsi selalu menjadi yang terakhir yang mengesahkan anggarannya dibandingkan pemerintah kabupaten/kota selama dua tahun terakhir (2007 dan 2008). Tahun ini, pemerintah provinsi hanya mampu mengesahkan anggarannya pada akhir Juni 2008. Depkeu telah mengirimkan surat teguran kepada pemerintah provinsi & kabupaten/kota akan menunda transfer DAU karena keterlambatan mengirimkan anggaran ke Depkeu.18 Dibandingkan dengan tahun lalu, sanksi tersebut efektif dalam mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk memperbaiki proses penyetujuan anggaran mereka pada tahun 2008.

Keterlambatan dalam pengesahan anggaran di tingkat provinsi menimbulkan dampak yang merugikan bagi pengesahan anggaran di tingkat kabupaten/kota, karena keterlambatan tersebut menunda penyaluran dana dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota, terutama Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas. Dalam prakteknya, sebagian besar pemerintah kabupaten/kota telah mengesahkan anggaran mereka sebelum anggaran provinsi disahkan. Hal tersebut mungkin menandakan kurangnya koordinasi anggaran antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Menurut peraturan, pemerintah daerah dan DPRD harus menyepakati anggaran yang mereka ajukan (APBA/APBD) paling tidak satu bulan sebelum dimulainya tahun anggaran melalui pengesahan peraturan daerah.

16 Beberapa undang-undang yang mengatur proses-proses dan pertanggungjawaban anggaran daerah adalah: Undang-undang No. 17/2003, Undang-undang No. 15/2004, Undang-undang No. 32/2004, Undang-undang No. 33/2004, dan Peraturan Departemen Dalam Negeri No. 13/2006

17 Rata-rata, proses-proses penyetujuan anggaran pemerintah kabupaten/kota telah mengalami kemajuan pesat sejak pertengahan bulan Mei 2005 sampai akhir bulan Maret 2008. Beberapa pemerintah kabupaten/kota menyetujui anggaran mereka pada minggu kedua bulan Januari 2008, tetapi beberapa pemerintah kabupaten/kota masih terlambat dalam menyetujui anggaran mereka sampai bulan April 2008.

18 Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 56/2005 dan Keputusan Depkeu No. 46/2006 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota harus menyerahkan anggaran mereka kepada Depkeu selambat-lambatnya pada tanggal 31 Januari. Depkeu akan mengirimkan surat peringatan apabila anggaran belum diberikan sebulan setelah tenggat waktu tersebut. Apabila dua bulan setelah pengeluaran surat peringatan, pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan belum menyerahkan anggaran kepada Depkeu, maka Depkeu dengan berkoordinasi dengan Depdagri dapat menerapkan sanksi dengan menunda penyaluran DAU (25 persen dari transfer bulanan) sampai anggaran diserahkan.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

PENDAPATAN18

Gambar 1.11 Tanggal pengesahan anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Aceh, tahun 2005-08

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

2005 2006 2007 2008

)isnipor

pkusa

mret(n/

kota

eta

pubak

hatnireme

phal

muJ

Januari Apri lMaret Mei dan bulan selanjutnya

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Data termasuk Pemerintah Aceh. Data tahun 2005 berdasarkan 17 dari 21 kabupaten/kota, data tahun 2006 berdasarkan 20 dari 21 kabupaten/kota.

Kurangnya disiplin dalam proses penyetujuan anggaran menimbulkan dampak yang merugikan bagi pelaksanaan program-program pembangunan, yang menghambat penyediaan layanan publik dan dapat membuat daerah tersebut tidak dapat mencapai tujuan dan sasaran pembangunannya. Sebelum pengesahan anggaran, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota hanya dapat melakukan belanja untuk hal-hal rutin seperti pembayaran gaji dan kegiatan administratif melalui pembayaran-pembayaran di muka dengan jumlah kecil dan tidak diperbolehkan melaksanakan program/proyek. Pelaksanaan program/proyek seperti membangun sekolah, sarana kesehatan dan jaringan jalan memerlukan proses pengadaan yang saksama, yang biasanya memerlukan 45 hari dan hanya dapat dimulai setelah anggaran disahkan. Keterlambatan penyetujuan anggaran menyisakan waktu yang terbatas untuk pelaksanaan proyek dan merugikan kualitas proyek yang dijalankan. Sebagai akibatnya, pemerintah provinsi dan beberapa kabupaten/kota memiliki sisa anggaran yang belum dibelanjakan yang semakin besar pada akhir setiap tahun anggaran.

Peningkatan pendapatan dari DOK yang cukup besar, serta lambatnya proses pengesahan anggaran di Aceh, menimbulkan keprihatinan yang besar. Pengaturan dan alokasi DOK dipusatkan pada tingkat provinsi, sehingga pemerintah provinsi harus menyelesaikan proses pengesahan anggarannya tepat waktu. Keterlambatan dalam proses pengesahan anggaran tahun ini, serta berlipat gandanya pendapatan, merupakan tantangan besar bagi propinsi. Hal ini disebabkan sisa waktu hanya enam bulan untuk pelaksanaan yang membahayakan kualitas pelaksanaan proyek. Mengingat pengaturan DOK saat ini, pemerintah provinsi memiliki kewajiban yang lebih besar lagi untuk mengesahkan anggarannya secara tepat waktu agar dapat mengarakah dan menginformasikan pemerintah kabupaten/kota dalam pengalokasian anggaran mereka.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

19PENDAPATAN

Kotak 2. Proses pengesahan anggaran di Aceh

Lambatnya proses pengesahan anggaran disebabkan oleh masalah eksternal maupun struktural: bencana tsunami, transisi politik di Aceh, dan peraturan yang terus berubah di tingkat nasional merupakan tiga faktor eksternal utama. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Aceh menghadapi banyak tantangan yang turut menyebabkan keterlambatan pengesahan anggaran: i) bencana tsunami yang terjadi pada bulan Desember 2004 berdampak besar pada pemerintah propinsi dan beberapa pemerintah kabupaten/kota, ii) penandatanganan perjanjian damai pada bulan Agustus 2005, yang diikuti dengan penyusunan Undang-undang No. 11/2006 dan serangkaian peraturan daerah (Qanun); iii) pemilihan langsung pertama yang dilakukan di Aceh pada tanggal 11 Desember 2006 dan pelantikan gubernur serta kepala daerah kabupaten/kota yang baru dipilih pada bulan Februari 2007. Pada saat yang sama, tahun tersebut (2007) adalah tahun pertama pelaksanaan format anggaran baru berdasarkan Permendagri No. 13/2006; dan (iv) tahun ini adalah tahun pertama pelaksanaan UUPA, terutama yang terkait dengan alokasi DOK. Peraturan Daerah (Qanun) tentang Manajemen Keuangan (No. 1/2008) dan Undang-undang tentang Alokasi DOK dan Pendapatan Tambahan dari Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas (No. 2/2008) disahkan pada bulan Januari 2008. Selain itu, reorganisasi kepala-kepala instansi teknis (melalui proses pemilihan yang kompetitif ) di awal tahun ini mungkin membuat perhatian kepala-kepala Dinas beralih dari penyusunan anggaran.

Hambatan struktural juga berpengaruh besar pada proses penyusunan anggaran. Hambatan tersebut antara lain adalah: i) kurangnya disiplin pemimpin di provinsi dan kabupaten/kota dan DPRD, ii) kurangnya sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas) untuk merencanakan dan membuat anggaran didalam Bappeda (instansi perencanaan) dan instansi-instansi teknis, iii) proses konsultasi yang panjang antara lembaga eksekutif dan legislatif (pertimbangan anggaran cenderung memusatkan perhatian pada baris per baris anggaran dari pada alokasi keseluruhan), iv) kepentingan politik, v) kewenangan DPRD yang besar atas pembahasan dan persetujuan ex ante (tantangan yang sama juga ditemui di tingkat nasional), dan vi) pembagian kerja yang kurang jelas antara Bappeda dan Dinas Pengelolaan Keuangan & Kekayaan Aceh atas fungsi perencanaan dan penganggaran.

Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus berupaya untuk memperbaiki proses penyusunan anggaran apabila hendak mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan. Beberapa hal utama yang perlu dilakukan untuk perbaikan proses penyusunan anggaran adalah: i) niat politik dari semua pihak (terutama lembaga eksekutif dan legislatif ) sangat penting; ii) peran dan wewenang DPRD dalam proses-proses penyusunan anggaran harus dijelaskan dan harus difokuskan pada tujuan-tujuan pembangunan yang lebih luas daripada baris per baris anggaran. Proses anggaran yang panjang harus dikaji ulang dan dipersingkat apabila mungkin (pengalaman terakhir di Papua menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin dan terbukti efektif ), iv) lembaga eksekutif dan legislatif harus bekerja sama untuk menyempurnakan peraturan daerah (Qanun) yang menyangkut proses-proses anggaran dan manajemen keuangan, v) pembagian kerja antara Bappeda dan Bagian Keuangan menyangkut fungsi-fungsi perencanaan (RPJP, RPJMD, RKA) dan penganggaran (penyusunan KUA dan APBD) harus diklarifi kasi; dan vi) kapasitas lembaga eksekutif dan legislatif dalam merencanakan dan membuat anggaran harus diperkuat (melalui pelatihan staf yang ada atau perekrutan staf yang berpengalaman dan ahli di masa mendatang). Parlemen juga perlu didukung oleh konsultan-konsultan profesional dalam menganalisa anggaran-anggaran pemerintah daerah.

Sumber: Ringkasan Rangkaian Seminar Bank Dunia, Making Aceh’s Budget Works: Challenges and Opportunities, Banda Aceh, 26 Juni 2008.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

PENDAPATAN20

Rekomendasi1. Posisi keuangan Aceh akan tetap kuat pada tahun-tahun yang akan datang karena limpahan pendapatan

dari DOK. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota perlu mengembangkan strategi untuk mengelola dan mengalokasikan sumber daya tambahan tersebut secara efi sien dan juga berinvestasi dalam program-program strategis yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga tingkat pendapatan yang tinggi dapat dipertahankan setelah DOK secara bertahap dihapuskan. Hal tersebut untuk menghindari pengalaman terakhir menyangkut penurunan pendapatan dari minyak dan gas. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga perlu meningkatkan kapasitas mereka dalam pengelola keuangan daerah.

2. Pengaturan alokasi dan pelaksanaan DOK saat ini masih rumit dan beberapa masalah yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaan masih belum ditentukan. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus mengembangkan strategi untuk menuntun dan mengarahkan pelaksanaan DOK, yang menetapkan tujuan-tujuan yang jelas, menafsirkan prioritas dan kriteria sektoral untuk program dan proyek yang akan didanai, menguraikan pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaannya, serta menentukan rencana-rencana pengawasan dan evaluasi.

3. Pemerintah dan DPRD propinsi dan kabupaten/kota harus berupaya untuk memperbaiki proses-proses anggaran mereka apabila hendak mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan. Kurangnya disiplin dalam proses-proses pengesahan anggaran menimbulkan pengaruh yang merugikan bagi pelaksanaan program pembangunan, yang mengurangi pemberian layanan publik dan dapat membuat daerah tersebut tidak dapat mencapai tujuan dan sasaran pembangunannya.

Belanja 2

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

BELANJA22

Gambaran umum belanja19

Menyusul peningkatan yang sangat besar pada sisi pendapatan, pengeluaran publik secara keseluruhan di Aceh juga telah meningkat dan diperkirakan tetap tinggi pada tahun-tahun mendatang. Setelah terjadinya penurunan tipis pada tahun 2005, pengeluaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota mulai meningkat secara signifi kan pada tahun 2006. Secara riil, total pengeluaran daerah di Aceh diperkirakan naik hampir dua kali lipat pada tahun ini dibandingkan dengan tingkat pengeluaran pada tahun 2005. Pengeluaran pemerintah pusat di Aceh melalui dana dekonsentrasi relatif stabil, hanya menurun sedikit dari Rp. 1,3 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp. 1,2 trilyun (Gambar 2.1). Selain itu, Aceh juga menerima alokasi yang cukup besar dari pemerintah pusat untuk rekonstruksi dan rehabilitasi sebesar Rp. 21 triliun (2005-09) setelah terjadinya bencana tsunami pada bulan Desember 2004, serta sebesar Rp. 1,5 triliun (2005-07) untuk memperkuat proses perdamaian dan membantu masyarakat yang terkena dampak konfl ik.

Gambar 2.1 Total belanja publik di Aceh telah meningkat pesat setelah tahun 200520

raylim

pR

0

5,000

10,000

15,000

20,000

1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Dana Dekonsentrasi (APBN)ProvinsiKab/KotaHarga saat ini

Sumber: Pemda Aceh, BRR, Bank Dunia. Data dalam harga 2006 konstan. Anggaran pemerintah kabupaten/kota untuk 2008 diproyeksikan dengan data Depkeu. Catatan: Gambar balok berdasarkan harga konstan 2006, gambar garis berdasarkan harga sekarang untuk setiap tahun.

Meskipun total pengeluaran telah meningkat, daya serap pemerintah propinsi dan kabupaten/kota masih lemah. Peningkatan dalam pengeluaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota pada tahun 2007 dibiayai oleh sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) (sisa tahun sebelumnya) dari anggaran tahun 2006. Baik pengeluaran pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota meningkat pada tahun 2007 meskipun terdapat penurunan kecil dalam penenerimaan pada tahun 2007. SILPA dari anggaran tahun 2006 berjumlah cukup besar dari anggaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota (masing-masing 47 persen dan 23 persen). Pengeluaran propinsi hampir mencapai dua kalinya pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2005, sementara pengeluaran pemerintah kabupaten/kota meningkat sebesar 67 persen dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.

Belanja langsung dan tidak langsung21

Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh telah mulai melaksanakan format anggaran yang baru sejak tahun 2007, sesuai dengan Permendagri No. 13/2006. Format anggaran yang baru dibagi menjadi dua kategori besar: belanja tidak langsung dan belanja langsung. Permendagri No. 13/2006 memperkenalkan standar-

19 Karena keterbatasan data, analisa ini menggunakan gabungan data APBD (9 kab/kota) dan realisasi (11 kab/kota) untuk tahun 2006 dan APBD untuk tahun 2007.

20 Dana bantuan pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota tidak dimasukkan untuk menghindari penghitungan ganda. Dana bantuan tersebut biasanya mewakili porsi besar pengeluaran provinsi. Misalnya, transfer tersebut mencapai Rp. 1,1 trilyun di tahun 2007.

21 Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak langsung terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan, termasuk biaya-biaya karyawan (gaji pegawai negeri), pembayaran bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, Dana Bagi Hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Belanja langsung adalah belanja yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari biaya-biaya karyawan (terutama insentif untuk mendukung pelaksanaan proyek), belanja barang dan jasa (termasuk barang dan jasa, operasi dan pemeliharaan, dan biaya perjalanan), dan belanja modal. Di masa lalu, belanja staf dan modal di kategori ini disebut sebagai “belanja pembangunan”.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

23BELANJA

anggaran baru berbasis kinerja, menggantikan format belanja aparat pemerintah dan belanja publik sesuai dengan Kepmendagri No. 29/2002.22

Perubahan pada format anggaran berpengaruh besar pada sisi belanja, yang menciptakan tantangan dalam mengawasi pengeluaran daerah secara cermat. Tantangan utama adalah bahwa klasifi kasi ekonomi barang dan jasa, operasional dan pemeliharaan, dan biaya-biaya perjalanan kini telah dilebur menjadi satu kategori tunggal, yakni “biaya barang dan jasa.” Studi terdahulu (Bank Dunia, 2006) menyoroti bahwa alokasi pengeluaran operasional dan pemeliharaan di Aceh sangat rendah (0,3 persen dari total anggaran tahun 2005), sementara pengeluaran untuk biaya perjalanan dan barang-barang dan jasa semakin meningkat. Menggabungkan ketiga sub-kategori tersebut membuat analisa yang dilakukan tidak sedalam yang dapat dicapai di masa lalu. Akibatnya, dalam laporan ini analisa hanya dilakukan pada tingkat umum. Namun demikian, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh harus secara teliti mengawasi pengeluaran operasional dan pemeliharaan mereka, karena aset-aset yang dibangun selama rekonstruksi akan segera dipindahtangankan kepada, dan memerlukan pemeliharaan oleh, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.

Pada tahun 2007, pengeluaran propinsi untuk bantuan modal dan sosial meningkat secara substansial sementara pengeluaran untuk gaji dan barang dan jasa (termasuk operasional dan pemeliharaan, dan biaya-biaya perjalanan) relatif stabil.23 Pengeluaran pembangunan propinsi meningkat cukup besar pada tahun 2002, akan tetapi sejak itu terus menurun, baik dalam hal volume maupun porsinya (dari 80 persen tahun 2002 menjadi 62 persen tahun 2007) (Gambar 2.2). Pengeluaran untuk biaya barang dan jasa (termasuk biaya operasional dan pemeliharaan dan perjalanan) meningkat tajam pada tahun 2006 dan 2007. Peningkatan besar pada biaya “lain-lain” dari Rp. 17 milyar tahun 2006 menjadi Rp. 436 milyar tahun 2007 terutama didorong oleh peningkatan untuk bantuan sosial untuk korban tsunami dan korban konfl ik. Pengeluaran modal diharapkan meningkat pada tahun ini, karena DOK wajib dialokasikan untuk pengeluaran modal. Secara keseluruhan, berdasarkan format anggaran yang baru, pengeluaran propinsi sekarang didominasi oleh belanja langsung (Gambar 2.3).

Gambar 2.2 Belanja propinsi menurut klasifi kasi ekonomi

Gambar 2.3 Proporsi belanja propinsi Aceh menurut belanja langsung & tidak langsung

Modal

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Rp m

ilyar

Pembangunan (kapital + proyek yang berkaitan dengan belanja)Belanja barang & jasa (termasuk operasional & pemeliharaan, perjalanan)Lain-lain (bantuan sosial, hibah, belanja yang tidak diharapkan, pembayaranbunga, subsidi)Belanja personel (gaji)

Belanja tidak langsung

Belanja langsung

Belanja personel(yang berkaitandengan proyek)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

%()

Belanja tidak langsung

Belanja langsung

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006.

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

Belanja modal pemerintah kabupaten/kota tumbuh pesat pada tahun 2007. Peningkatan tersebut baik secara riil (42 persen) maupun sebagai bagian dari belanja total (dari 27 persen pada tahun 2006 menjadi 32 persen pada

22 Analisa antar waktu dilakukan dengan memetakan dua format anggaran terdahulu, MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan untuk Pemerintah Kabupaten/Kota) 1981 dan Kepmendagri No. 29/2002, sampai format anggaran baru sesuai dengan Permendagri No. 13/2006 (Lampiran Tabel 2.1).

23 Sebelum tahun 2006, klasifi kasi anggaran digolongkan menjadi biaya rutin dan biaya pembangunan (termasuk biaya-biaya terkait proyek modal dan staf ). Perincian lebih lanjut berdasarkan biaya modal dan biaya karyawan yang terkait dengan proyek tidak tersedia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

BELANJA24

tahun 2007) (Gambar 2.4). Pengeluaran untuk gaji hanya meningkat sedikit meskipun terdapat peningkatan besar akhir-akhir ini dalam pengeluaran secara keseluruhan. Pengeluaran untuk barang dan jasa juga telah mengalami peningkatan yang cukup besar sejak tahun 2005. Meskipun demikian, analisa lebih jauh (yang merinci barang dan jasa, operasional dan pemeliharaan, dan biaya-biaya perjalanan) perlu dilakukan untuk memahami pemicu utama peningkatan-peningkatan tersebut. Pengeluaran modal dan gaji (terkait proyek) sedikit menurun pada tahun 2006, tetapi meningkat lagi pada tahun 2007. Secara rata-rata, dengan menggunakan klasifi kasi format anggaran yang baru, pemerintah kabupaten/kota menghabiskan lebih banyak untuk pengeluaran langsung (54 persen) daripada pengeluaran tidak langsung (Gambar 2.5).

Gambar 2.4 Belanja pemerintah kabupaten/kota menurut klasifi kasi ekonomi

Gambar 2.5 Bagian belanja pemerintah kabupaten/kota menurut belanja langsung dan tidak langsung

Pembangunan (kapital + proyek yang berkaitan dengan belanja)Belanja barang & jasa (termasuk operasional & pemeliharaan, perjalanan)Lain-lain (bantuan sosial, hibah, belanja yang tidak diharapkan, pembayaranbunga, subsidi)Belanja personel (gaji)

Belanja tidak langsung

Belanjalangsung

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Rp m

ilyar

Modal

Belanja personel(yang berkaitandengan proyek)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

%()

Belanja tidak langsung

Belanja langsung

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006.

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

Belanja sektoralAlokasi lintas sektoral pengeluaran propinsi membaik pada tahun 2007. Pengeluaran “lain-lain” (terutama bantuan sosial) dan infrastruktur semakin penting (yang merupakan prioritas kedua dan ketiga). Pengeluaran administrasi umum pemerintah24 tetap menjadi prioritas utama, meskipun porsinya terhadap bagian pengeluaran total menurun drastis dari 49 persen tahun 2006 menjadi 28 persen tahun 2007. Meskipun demikian, secara riil pengeluaran administrasi umum sedikit meningkat antara tahun 2006 dan 2007 (Gambar 2.6). Pada tahun 2007, hampir 40 persen belanja propinsi dialokasikan untuk pengeluaran modal, yang bagian-bagian terbesarnya dialokasikan pada infrastruktur dan administrasi umum, sementara biaya gaji (termasuk gaji yang terkait proyek) menghabiskan 22 persen dari pengeluaran propinsi secara keseluruhan (Gambar 2.7).

Sebagian besar sektor mengalami peningkatan alokasi yang cukup besar pada tahun 2007 karena peningkatan alokasi anggaran keseluruhan. Ketiga sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah: lain-lain; perumahan, tenaga kerja dan masalah sosial; serta pertanian dan kehutanan. Yang paling menarik, pengeluaran untuk pekerjaan umum (infrastruktur) dan kesehatan meningkat lebih dari dua kali lipat. Di sisi lain, sektor administrasi umum dan pendidikan hanya mengalami peningkatan yang sedang secara riil pada tahun 2007, tetapi mengalami penurunan drastis sebagai bagian dari pengeluaran total antara tahun 2006 dan 2007 (masing-masing dari 50 persen menjadi 28 persen dan dari 20 persen menjadi 10 persen). Kecenderungan penurunan dalam pengeluaran pendidikan tersebut terkait dengan penurunan dalam Dana Bagi Hasil Migas.25

24 Sektor administrasi pemerintah umum mencakup semua pengeluaran instansi teknis di bawah jawatan-jawatan pemerintah umum, seperti kantor gubernur (Sekda), parlemen (DPRA), Bappeda dan komunikasi dan informasi.

25 Undang-undang No. 18/2001 mengamanatkan bahwa 30 persen pendapatan dari Dana Bagi Hasil Migas harus dialokasikan untuk pendidikan.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

25BELANJA

Gambar 2.6 Belanja sektoral Propinsi Aceh Gambar 2.7 Pengeluaran propinsi menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi ekonomi, 2007

Rp m

ilyar

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Lain ( bantuan sosial, hibah, belanja tidak terduga

Industri, perdagangan, energi dan pertambangan

Pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan

Perumahan, tenaga kerja dan urusan sosial

Pendidikan dan budaya

Kesehatan dan kesejahteraan umum

PU dan transportasi

Admin umum pemerintah

22% 23% 39% 16%

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000

Admin umum

Pendidikan

Kesehatan

Infrastruktur

Lain

Total

Rp milyar

Barang & jasa (termasuk pemeliharaan & perjalanan)

Kapital

Lain-lain

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

Sama dengan pemerintah propinsi, alokasi lintas sektor pengeluaran pemerintah kabupaten/kota juga telah membaik. Meskipun prioritas sektoral belum berubah (administrasi umum, pendidikan dan infrastruktur), peningkatan sudah tampak pada pola pengeluaran untuk sektor administrasi umum, pekerjaan umum (infrastruktur) dan kesehatan (Gambar 2.8). Pengeluaran untuk pekerjaan umum dan kesehatan meningkat baik secara riil dan sebagai bagian dari total pengeluaran antara tahun 2005 dan 2007 (masing-masing dari 13,1 persen menjadi 17,8 persen dan dari 6,4 persen menjadi 8,5 persen) Alokasi untuk administrasi umum sedikit menurun sebagai bagian dari pengeluaran total, dari 36,4 pada tahun 2005 menjadi 32,3 pada tahun 2007, tetapi sedikit meningkat secara riil. Alokasi pendidikan meningkat sebanyak 40 persen secara riil dari tahun 2005 sampai 2007. Namun, alokasi itu menurun sebagai bagian dari pengeluaran total dari 27 persen tahun 2005 menjadi 25 persen tahun 2007. Pada tahun 2007, 43 persen anggaran dialokasikan untuk gaji.

Gambar 2.8 Pengeluaran sektoral pemerintah kabupaten/kota di Aceh

Gambar 2.9 Pengeluaran pemerintah kabupaten/kota menurut sektor-sektor terpilih dan klasifi kasi ekonomi, 2007

Rp m

ilyar

Lain ( bantuan sosial, hibah, belanja tidak terduga

Industri, perdagangan, energi dan pertambangan

Pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan

Perumahan, tenaga kerja dan urusan sosial

Pendidikan dan budaya

Kesehatan dan kesejahteraan umum

PU dan transportasi

Admin umum pemerintah

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Admin umum

Pendidikan

Kesehatan

Infrastruktur

Lain

Total

Rp milyar

Barang & jasa (termasuk pemeliharaan & perjalanan)

Kapital

Lain-lain

43% 17% 32% 8%

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

Keluaran-keluaran sosial pilihan (BPS, 2008) menunjukkan beberapa perbaikan dalam pemberian layanan, namun kemajuan Aceh masih tertinggal dari rata-rata nasional. Angka kemiskinan di Aceh telah menurun dari 28,69 persen tahun 2005 menjadi 23,53 persen tahun ini, namun angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 15,42 persen. Indeks pembangunan manusia (HDI) meningkat dari 68,7 pada tahun 2004 menjadi 69,4 pada tahun 2006 tetapi tetap di bawah rata-rata nasional sebesar 70,1. Angka harapan hidup meningkat dari 68,0 tahun pada tahun 2005 menjadi 68,3 tahun pada tahun 2006, tetapi sekali lagi angka tersebut masih lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 68,5 tahun. Akses kepada pendidikan bukan suatu masalah di Aceh; Aceh memiliki tingkat partisipasi sekolah yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional. Namun, Aceh masih tertinggal

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

BELANJA26

dalam hal mutu pendidikan. Data dari Departemen Pendidikan Nasional mengindikasikan angka tamatan sekolah di Aceh lebih rendah dari angka rata-rata nasional, terutama untuk sekolah menengah, dan tingkat drop-out (tidak lulus) di Aceh lebih tinggi untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama daripada rata-rata nasional. Upaya rekonstruksi yang terus berlanjut sekaligus mungkin berkontribusi pada peningkatan-peningkatan ini, dan alokasi anggaran untuk sektor-sektor utama oleh pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.

Pengeluaran per kapita untuk kesehatan, pendidikan, dan infrastrukturSecara umum, pengeluaran per kapita pemerintah kabupaten/kota untuk kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur telah meningkat dibandingkan tahun 2004, tetapi jumlah tersebut berbeda-beda antar pemerintah kabupaten/kota. Sebagian besar pemerintah kabupaten/kota secara konsisten mengalokasikan pengeluaran per kapita yang lebih tinggi untuk ketiga sektor tersebut, seperti Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Kota Banda Aceh. Jumlah pemerintah kabupaten/kota dengan pengeluaran per kapita yang masih rendah (atau tidak berubah) untuk ketiga sektor tersebut relatif sedikit, seperti di Pidie (kesehatan), Simeulue (pendidikan), dan Aceh Timur (infrastruktur). Beberapa pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan pengeluaran per kapita yang lebih rendah untuk ketiga sektor tersebut, seperti Kota Langsa, Nagan Raya, dan Aceh Timur (kesehatan); Gayo Lues, Nagan Raya, Aceh Selatan, Aceh Tenggara (pendidikan); Aceh Timur, Kota Sabang, Simeulue, Bireuen (infrastruktur).

Rata-rata pengeluaran per kapita untuk kesehatan di antara pemerintah kabupaten/kota meningkat. Rata-rata pengeluaran per kapita untuk kesehatan meningkat baik secara riil maupun sebagai persentase dari pengeluaran total, yaitu dari Rp 84.766 (6,3 persen) pada tahun 2004 menjadi Rp 275.184 (8,1 persen) pada tahun 2007. Kota Sabang mencapai level tertinggi dengan pengeluaran per kapita untuk kesehatan sekitar Rp 1,6 juta, sementara Pidie adalah yang terendah, yaitu hanya sebesar Rp 114.758 (Gambar 2.10). Akan tetapi, karena alokasi yang lebih tinggi untuk kesehatan tampaknya belum berhasil menunjukkan keluaran-keluaran yang lebih baik dalam sektor kesehatan, pemerintah kabupaten/kota dengan alokasi per kapita yang lebih tinggi perlu meningkatkan efi siensi dalam pengeluaran. Pada tahun 2007, angka kematian bayi di Kota Sabang adalah 1,6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 0,76 persen di Pidie, sedangkan angka kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan profesional lebih rendah di Sabang (79 persen) daripada di Pidie (94 persen) (Dinas Kesehatan Aceh, 2008).

Gambar 2.10 Pengeluaran per kapita untuk kesehatan menurut kabupaten/kota di Aceh

0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000

Kab. Pidie

Kab. Aceh Timur

Kab. Gayo Lues

Kota Lhokseumawe

Kab. Aceh Utara

Kab. Aceh Tenggara

Kab. Bireuen

Kab. Aceh Selatan

Kab. Aceh Besar

Kota Banda Aceh

Kab. Aceh Singkil

Kab. Simeuleu

Kab. Aceh Tamiang

Kab. Bener Meriah

Kab. Nagan Raya

Kota Langsa

Kab. Aceh Tengah

Kab. Aceh Barat Daya

Kab. Aceh Barat

Kab. Aceh Jaya

Kota Sabang

2007

2006

2004

Rupiah

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

27BELANJA

Sejak tahun 2004, rata-rata pengeluaran per kapita oleh pemerintah kabupaten/kota untuk pendidikan meningkat hampir dua kali lipat. Rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp 405.767 pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp 708.407 pada tahun 2007. Akan tetapi, porsi pendidikan dari pengeluaran total menurun dari 34,5 persen pada tahun 2004 menjadi hanya 24 persen pada tahun 2007 karena adanya peningkatan dalam jumlah anggaran. Secara konsisten, Kota Sabang berhasil mencapai alokasi per kapita tertinggi untuk pendidikan (Rp 2,2 juta pada tahun 2007), sementara Simeulue masih memberikan alokasi per kapita yang rendah (kedua terendah pada tahun 2004) (Gambar 2.11). Akan tetapi, alokasi anggaran yang lebih tinggi belum terealisasikan menjadi keluaran(outcomes) yang lebih baik dalam sektor pendidikan. Di Pidie, rasio guru-siswa (STR) lebih rendah (berarti lebih baik) dari rata-rata di Aceh dan jumlah siswa (SMU) yang lulus ujian nasional pada tahun 2008 juga lebih tinggi di Pidie dibandingkan di Sabang. Akan tetapi, Kota Sabang memiliki STR terendah untuk tingkat SD dan SMP, dan termasuk yang terendah untuk tingkat SMU (BPS dan Dinas Pendidikan Aceh).

Gambar 2.11 Pengeluaran per kapita untuk pendidikan menurut kabupaten/kota di Aceh

Rupiah

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000

Kab. Simeuleu

Kab. Aceh Timur

Kab. Aceh Singkil

Kab. Aceh Tenggara

Kab. Aceh Utara

Kab. Pidie

Kab. Bireuen

Kab. Aceh Selatan

Kab. Gayo Lues

Kota Langsa

Kab. Aceh Besar

Kab. Aceh Tamiang

Kab. Bener Meriah

Kab. Aceh Tengah

Kota Lhokseumawe

Kab. Aceh Barat

Kab. Aceh Barat Daya

Kab. Nagan Raya

Kota Banda Aceh

Kab. Aceh Jaya

Kota Sabang

2007

2006

2004

Sumber Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006

Pada tahun 2004-2007, rata-rata pengeluaran per kapita pemerintah kabupaten/kota untuk sektor infrastruktur meningkat tiga kali lipat. Rata-rata porsi pengeluaran untuk infrastruktur dari belanja total juga meningkat dari 11,1 persen pada tahun 2004 menjadi 16,4 persen pada tahun 2007. Aceh Jaya mengalokasikan pengeluaran per kapita tertinggi untuk prasarana antara tahun 2006 dan 2007, terutama untuk membangun kembali jaringan jalan dan prasarana dasar lainnya yang rusak dilanda tsunami. Pada tahun 2007, alokasi per kapita Aceh Jaya mencapai Rp 2.678.425, lebih dari 20 kali alokasi kabupaten dengan peringkat terendah di propinsi tersebut, yaitu Aceh Timur (Rp 120.195). Aceh Utara berada di peringkat kedua, walaupun memiliki porsi pengeluaran terbesar untuk prasarana (39 persen dari anggaran). Aceh Selatan, Pidie dan Aceh Timur mengalokasikan pengeluaran per kapita yang rendah untuk prasarana pada tahun 2006-2007. Beberapa pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan pengeluaran per kapita untuk prasarana yang lebih rendah pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2006, yaitu Kota Sabang, Simeulue, Bireuen, dan Aceh Timur (Gambar 2.12).

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

BELANJA28

Gambar 2.12 Pengeluaran per kapita untuk infrastruktur menurut kabupaten/kota di Aceh

Rupiah

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000

Kab. Aceh Timur

Kab. Pidie

Kab. Aceh Selatan

Kab. Aceh Besar

Kab. Aceh Singkil

Kota Langsa

Kab. Bireuen

Kab. Simeuleu

Kab. Aceh Tenggara

Kota Banda Aceh

Kab. Aceh Tengah

Kab. Bener Meriah

Kota Lhokseumawe

Kab. Aceh Tamiang

Kab. Gayo Lues

Kab. Aceh Barat Daya

Kab. Aceh Barat

Kab. Nagan Raya

Kota Sabang

Kab. Aceh Utara

Kab. Aceh Jaya

2007

2006

2004

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: Harga konstan 2006

Rekomendasi1. Tingkatkan efi siensi realisasi daya serap dalam pola pengeluaran secara keseluruhan dan pastikan agar

alokasi anggaran yang lebih tinggi untuk sektor-sektor utama dibelanjakan secara efektif dan berdampak positif pada kualitas pemberian layanan. Walaupun mungkin terdapat selisih waktu antara peningkatan investasi/pengeluaran dan hasil-hasil yang positif, hasil-hasil dalam sektor sosial di Aceh masih tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia, meskipun terdapat peningkatan dalam alokasi antar sektor secara keseluruhan dan alokasi per kapita yang lebih tinggi di sektor-sektor utama.

2. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus memberikan perhatian khusus pada peningkatan akses terhadap pendidikan menengah dan peningkatan kualitas pendidikan secara umum. Aceh telah mengalokasikan porsi anggaran yang lebih besar untuk pendidikan sejak tahun 2002, namun hasilnya hanya mengalami perubahan yang kecil. Walaupun akses terhadap pendidikan dasar bukanlah masalah di Aceh, tetapi kualitas pendidikan di Aceh masih perlu diperhatikan.

3. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota perlu mengawasi secara ketat alokasi untuk pengeluaran operasional dan pemeliharaan fasilitas umum, terutama yang berkaitan dengan pengalihan aset yang dibangun selama rekonstruksi dari BRR kepada pemerintah kabupaten/kota. Format anggaran yang baru mempersulit dilakukannya analisis menyeluruh secara seksama.

4. Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota harus mengantisipasi kecenderungan menurunnya alokasi untuk pendidikan yang terutama didorong oleh menurunnya Dana Bagi Hasil migas. Dana otonomi khusus (Dana Otsus) dapat menjadi sumber alternatif untuk pendanaan pendidikan.

Lampiran

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN30

Lampiran A: Gambar dan Tabel

Gambar A.1 Alokasi DAU per kapita, 2008

0 1 2 3 4 5 6

Prop. BantenProp. Jawa Barat

Prop. RiauProp. Jawa Timur

Prop. Jawa TengahProp. Lampung

Prop. Sumatera SelatanProp. Sumatera UtaraProp. Kepulauan Riau

Prop. D I YogyakartaProp. Kalimantan Timur

Prop. Nusa Tenggara BaratProp. Bali

Prop. Sulawesi SelatanProp. Kalimantan Selatan

Prop. JambiProp. Nusa Tenggara Timur

Prop. Kalimantan BaratProp. Sumatera Barat

AverageProp. Nanggroe Aceh Darussalam

Prop. Sulawesi UtaraProp. Sulawesi Barat

Prop. Sulawesi TengahProp. GorontaloProp. Bengkulu

Prop. Sulawesi TenggaraProp. Kepulauan Bangka Belitung

Prop. MalukuProp. Maluku Utara

Prop. Kalimantan TengahProp. Papua

Prop. Papua Barat

Juta Rupiah

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

Gambar A.2 Alokasi DAK per kapita, 2008

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Prop. Jawa BaratProp. Banten

Prop. RiauProp. Jawa Timur

Prop. Jawa TengahProp. D I Yogyakarta

Prop. LampungProp. Sumatera SelatanProp. Kalimantan Timur

Prop. Sumatera UtaraProp. Kepulauan Riau

Prop. Nusa Tenggara BaratProp. Bali

Prop. JambiProp. Sulawesi Selatan

Prop. Kalimantan SelatanProp. Kalimantan Barat

Prop. Sumatera BaratAverage

Prop. Nusa Tenggara TimurProp. Sulawesi Tengah

Prop. Nanggroe Aceh DarussalamProp. Sulawesi Barat

Prop. GorontaloProp. Sulawesi Utara

Prop. Kepulauan Bangka BelitungProp. Bengkulu

Prop. Sulawesi TenggaraProp. Kalimantan Tengah

Prop. MalukuProp. Maluku Utara

Prop. PapuaProp. Papua Barat

Rp ‘000

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

31LAMPIRAN

Table A.1 Pemetaan format anggaran pemerintah kabupaten/kota berdasarkan beberapa peraturan

Permendagri No. 3/2006 Kepmendagri No. 29/2002 MAKUDA 1981

Belanja tidak langsung

Pengeluaran staf Appratur - Adm. UmumPublik – Adm. Umum

Pengeluaran staf

Pengeluaran staf

Rutin Pengeluaran staf

Pembayaran bunga Rutin Pembayaran hutang dan bunga

Subsidi Rutin Pengeluaran yang tidak termasuk dalam pengeluaran lainnya

Hibah

Batuan Sosial Rutin Pensiun dan santunan

Pembagian pendapatan untuk Pemerintah daerah/desa

Dana Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

Rutin

Subsidi/bantuan keuangan untuk pemerintah di tingkat yang lebih rendahBantuan keuangan

untuk Pemerintah daerah/desa

Pengeluaran tak terduga

Pengeluaran tak terduga

Rutin Pengeluaran tak terduga

Belanja langsung

Belanja Barang dan Jasa Apratur -Operasional & perawatan.Publik -Operasional & perawatan.

Pengeluaran staf

Pengeluaran staf

Rutin Barang dan Jasa - RutinOperasional & pemeliharaan - RutinBiaya perjalanan dinas - Rutin

Pengeluaran staf Aparatur – Operasional & perawatan.

Publik - Operasional & perawatan

Barang dan jasaBiaya perjalanan dinasOperasional dan perawatanLain-lain

Barang dan jasaBiaya perjalanan dinasOperasional dan perawatanLain-lain

Belanja Pembangunan

Belanja Pembangunan

Belanja modal AparaturPublik

Belanja modalBelanja modal

Sumber: Makuda 1981, Kepmendagri 29/2002, Permendagri 13/2006.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN32

Tabel A.2 Perbedaan-perbedaan utama antara UU No. 18/2001 dan UU No. 11/2006 tentang sumber pendapatan, pengaturan alokasi, dan pelaksanaan Dana Otonomi Khusus

Undang-undang No. 1 8/2001 Undang-undang No. 11/2006

Sumber pendapatan untuk Otonomi Khusus

Dana Bagi Hasil tambahan dari sektor migas (masing-masing 55 persen dan 40 persen), di atas Dana Bagi Hasil nasional reguler sebesar masing-masing 15 persen dan 30 persen.

2 persen alokasi DAU nasional untuk 15 tahun, dan 1 persen alokasi DAU nasional untuk 5 tahun berikutnya

Dana Bagi HasilTambahan dari Sektor Migas

- 55 persen untuk minyak dan 40 persen untuk gas

Skema Alokasi DOK ditransfer dalam bentuk tunai berdasarkan alokasi rumus dasar produksi dan non-produksi

DOK dialokasikan dalam bentuk program gabungan (bukan tunai). Rumusnya hanya menentukan plafon anggaran (jumlah maksimum yang dapat diajukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk program-program pembangunan).

Pelaksanaan Pemerintah provinsi dan masing-masing pemerintah kabupaten/kota.

Pemerintah provinsi

Sumber: Undang-undang No. 18/2001 dan Undang-undang No. 11/2006.

Gambar A.3 Mekanisme alokasi DOK untuk pemerintah kabupaten/kota di Aceh

Alokasi dana

Dana Otonomi Khusus(Setara 2% dari DanaAlokasi Umum/DAU)

(100%)

Propinsi(40%)

Kabupaten/Kota (23)(60%)

Alokasi Dasar(30%)

Alokasi Rumus(70%)

Penduduk (30%) Daerah (30%) HDI (30%) CCI (30%)

Sumber: Qanun No. 4/2007. Catatan: HDI (Indeks Pembangunan Manusia), CCI (Indeks Kemahalan Konstruksi).

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

33LAMPIRAN

Gambar A.4 Mekanisme alokasi tambahan dana bagi hasil minyak dan gas untuk pemerintah kabupaten/kota di Aceh

Alokasi dana

Dana Bagi Hasil Tambahan dari Sektor Migas55% minyak dan 40% gas (100%)

Dana Pendidikan (30%)

Dana yang akan Dialokasikan(70%)

Provinsi(40%)

Kabupaten/Kota penghasil Migas (25%)

Kabupaten/Kota bukanpenghasil Migas (35%)

Alokasi Dasar(50%)

Alokasi Rumus(50%)

Penduduk (50%) Luas Wilayah (50%)

Sumber: Qanun No. 4/2007.

Tabel A.3 Kegiatan-kegiatan utama dalam proses persetujuan anggaran di Aceh

Kegiatan-kegiatan utama 2005 2006 2007 2008

Penyerahan rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) kepada DPR

1 Nop 2004 19 Nop 2005 16 Feb 2007 28 Nop 2007

Pembahasan rancangan KUA dan PPAS antara komite anggaran eksekutif dan legislatif

4 Nop – 14 Des 2004

20 Nop – 27 Jan 2006

29 Nop – 2 Des 2007

Penandatanganan nota persetujuan KUA dan PPAS antara Gubernur dan Ketua DPR

16 Des 2004 28 Jan 2006 8 Des 2007

Penyerahan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (RAPBA) dengan Nota Keuangan kepada DPR dan pembahasan dengan Kelompok Kerja

26 Peb – 19 Mar 2006

9-28 Apr 2007 24 Mar – 16 Mei 2008

Rapat Paripurna untuk membahas RAPBA 1 – 25 Apr 2006 16 Mar – 25 Apr 2006

2-18 Mei 2007 21 – 30 Mei 2008

Persetujuan RAPBA (menjadi APBA) 26 Apr 2006 27 Mar 2006 18 Mei 2007 24 Jun 2008

Penyerahan APBA ke Depdagri untuk dievaluasi

1 Jun 2008

Sumber: T. Surya Dharma, 2008.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN34

Tabel A.4 Tanggal pengesahan anggaran pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh

No 2005 2006 2007 2008

0 Provinsi NAD 25-Apr-05 5-May-06 20-Jun-07 24-Jun-08

1 Kab. Aceh Barat 10-Aug-05 30-Jun-06 9-Apr-07 28-Apr-08

2 Kab. Aceh Besar 13-Jun-05 1-May-06 12-Apr-07 4-Apr-08

3 Kab. Aceh Selatan 31-May-05 29-Mar-06 6-Jan-07 28-Mar-08

4 Kab. Aceh Singkil 1-Jun-05 17-Jul-06 29-Mar-07 11-Apr-08

5 Kab. Aceh Tengah 15-Mar-05 13-Mar-06 30-Mar-07 11-Jan-08

6 Kab. Aceh Tenggara 31-Mar-05 21-Apr-06 22-Mar-07 31-Mar-08

7 Kab. Aceh Timur 19-Jan-05 14-Mar-06 11-Apr-07 17-Apr-08

8 Kab. Aceh Utara 27-Jun-05 15-May-06 12-Mar-07 7-Apr-08

9 Kab. Bireuen 12-Jun-06 19-Apr-07 16-Apr-08

10 Kab. Pidie 23-May-05 28-Mar-06 13-Jun-07 28-Apr-08

11 Kab. Simeuleu 22-Nov-05 25-Mar-06 17-Jan-07 14-Jan-08

12 Kota Banda Aceh 22-Mar-06 20-Apr-07 24-Mar-08

13 Kota Sabang 26-Apr-06 8-May-07 26-Mar-08

14 Kota Langsa 24-Apr-07 4-Apr-08

15 Kota Lhokseumawe 19-Jul-05 14-Jul-06 1-May-07 1-Apr-08

16 Kab. Aceh Jaya 3-Jun-05 7-Jul-06 27-Mar-07 14-May-08

17 Kab. Nagan Raya 21-May-05 24-May-06 28-Mar-07 19-Mar-08

18 Kab. Aceh Barat Daya 20-Jul-05 19-Jun-06 5-May-07 1-Apr-08

19 Kab. Gayo Lues 28-Dec-04 10-May-06 12-Apr-07 28-Apr-08

20 Kab. Aceh Tamiang 25-Apr-05 7-Jul-06 30-May-07 24-Mar-08

21 Kab. Bener Meriah 30-Apr-05 25-Mar-06 1/25/2007 14-Jan-08

22 Kab. Pidie Jaya 17-Apr-08

23 Kota Subulussalam 10-Apr-08

Sumber: Pemerintah Aceh & Universitas Syiah Kuala.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

35LAMPIRAN

Tabel A.5. Keluaran-keluaran (outcomes) terpilih dalam sektor sosial di Aceh

Tingkat kemiskinan (%) Indeks pembangunan manusia (HDI) 2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006

Aceh 28.5 28.69 28.28 26.65 23.53 68.7 69 69.4

Nasional 16.7 16.69 17.75 16.58 15.42 68.7 69.6 70.1Sumber: BPS, 2008.

Rasio tingkat partisipasi sekolah, berdasarkan umur

sekolah (%)Tingkat melek huruf orang

dewasa (2006) 7-12 13-15 16-18 19-24 Laki-laki Perempuan

Aceh 98.88 93.83 72.43 20.95 96.26 92.38

Nasional 97.39 84.08 53.92 11.38 94.56 88.39Sumber: BPS, 2008.

Harapan hidup (thn) Tingkat kematian bayi (%) 2000 2005 2000 2005

Aceh 68 68.3 40 39

Nasional 68.1 68.5 41 32Sumber: BPS, 2008.

Tingkat penyelesaian sekolah menurut

tahapan sekolah (%)Tingkat gagal sekolah menurut tahapan

Sekolah (%)

2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007

Sekolah Dasar

Aceh 89.72 96.12 98.50 96.60 11.86 6.22 5.59 4.01

Nasional 97.41 95.05 97.40 96.81 2.97 2.99 3.17 2.37

Sekolah Menengah Pertama

Aceh 92.26 93.90 92.91 95.46 3.09 2.17 2.25 3.46

Nasional 93.32 94.24 93.79 97.56 3.54 2.83 1.97 2.88

Sekolah Menengah Atas

Aceh 98.76 96.56 95.99 92.73 4.16 3.4 2.03 2.58

Nasional 97.76 96.50 96.66 96.26 2.84 3.14 3.08 3.33

Sumber: Departemen Pendidikan Nasional.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN36

Lampiran B: Catatan Metodologi

B.1. Rumus Alokasi Dana Otonomi Khusus untuk Pemerintah Kabupaten/Kota di AcehRumus alokasi Dana Otsus untuk pemerintah kabupaten/kota terdiri dari dua komponen: i) alokasi dasar (BA), yaitu jumlah rata-rata yang diterima oleh semua pemerintah kabupaten/kota, dan ii) alokasi rumus (FA), yang ditentukan dengan indeks bobot kebutuhan keuangan pemerintah kabupaten/kota terkait dengan pemerintah kabupaten/kota lain. Rumus tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

OtsusT(i) = BAi + FAi

Catatan, OtsusT, jumlah dana otonomi khusus yang akan dialokasikan kepada pemerintah kabupaten/kota (60 persen dari jumlah total)i mewakili pemerintah kabupaten/kota

I. Alokasi Dasar/Basic Allocation (BA)Jumlah yang akan dialokasikan dengan alokasi dasar mencapai 30 persen dari jumlah alokasi. Idealnya, alokasi tersebut harus mencerminkan rata-rata alokasi minimum yang diperlukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk membiayai kesenjangan antara kapasitas keuangannya dan biaya penyediaan layanan dengan standar minimum. Akan tetapi, karena kurangnya data, komponen tersebut ditentukan bersama antara pemerintah propinsi, kabupaten/kota, dan DPRA berdasarkan beberapa simulasi. Rumusnya adalah sebagai berikut:

n = jumlah pemerintah kabupaten/kota

II. Alokasi Rumus/ Formula Allocation (FA)Alokasi rumus menerapkan pendekatan kebutuhan fi skal tertimbang, dimana kebutuhan fi skal suatu pemerintah kabupaten/kota dibebani dengan kapasitas keuangannya untuk menyeimbangkan antara sumber daya yang tersedia dan sisa kebutuhan fi skal untuk menyediakan pemberian layanan terkait dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya. Pendekatan tersebut digunakan dengan mempertimbangkan Dana Otsus sebagai sumber daya tambahan selain pendanaan rutin dari pemerintah pusat. Kebutuhan fi skal tertimbang dari setiap daerah ditimbang terkait dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya.

WFN = Kebutuhan keuangan tertimbang

1. Kebutuhan keuangan tertimbangKebutuhan keuangan tertimbang diperoleh dari indeks kebutuhan keuangan yang ditimbang dengan kapasitas keuangannya dikalikan dengan kebutuhan fi skal para pemerintah kabupaten/kota.

2. Kebutuhan Fiskal/Fiscal needs (FN)Kebutuhan fi skal diperoleh dari indeks kebutuhan pemerintah kabupaten/kota dikalikan dengan rata-rata jumlah belanja pemerintah kabupaten/kota dalam anggaran tahun sebelumnya

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

37LAMPIRAN

EXP Tt-1

= Jumlah belanja tahun sebelumnya

3. Indeks Kebutuhan/Needs IndexIndeks kebutuhan merupakan indeks gabungan yang diperoleh dari indeks populasi (pop), wilayah, human development index (HDI), dan cost construction index (CCI).

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

⋅+⋅+⋅+⋅=∑∑∑∑

10303030 .

n

CCICCI.

n

HDIHDI.

n

AreaArea.

nPop

PopIndexNeedsi

i

i

i

i

i

i

ii

4. Kapasitas Keuangan/Fiscal capacityKapasitas keuangan pendapatan pemerintah kabupaten/kota terdiri dari Dana Bagi Hasil (pajak dan non-pajak), DAU, dan DAK. Pendapatan Asli Daerah tidak diikutsertakan dalam persamaan kapasitas keuangan untuk menghindari efek disinsentif terhadap pemerintah kabupaten/kota dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

FC = Dana Bagi Hasil pajak + Dana Bagi Hasil non-pajak + DAU + DAK

III. Penyesuaian Alokasi untuk pemerintah kabupaten/kota baru (pecahan)Pemerintah kabupaten/kota baru menerima jumlah alokasi dasar yang sama. Alokasi rumus diperoleh dari alokasi yang diterima oleh pemerintah kabupaten/kota yang lama dengan menggunakan rata-rata pembagian populasi dan luas wilayah pemerintah kabupaten/kota induk dengan pemerintah kabupaten/kota yang baru berbanding dengan jumlah populasi dan luas wilayah sebelum dipecah.

i = pemerintah kabupaten/kota yang lama j = pemerintah kabupaten/kota yang baru

B.2 Alokasi Rumus Dana Bagi Hasil Tambahan dari Sektor Migas untuk Pemerintah Kabupaten/Kota di AcehPendekatan alokasi Dana Bagi Hasil tambahan dari sektor migas didasarkan atas pemerintah kabupaten/kota pengghasil dan non-penghasil minyak dan gas. Ada tiga kabupaten/kota penghasil minyak dan gas di Aceh — Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Aceh Timur — tetapi sebagian besar pendapatan dari sektor migas (97 persennya) berasal dari Aceh Utara. Penghitungan teknis dilakukan secara terpisah untuk setiap kabupaten penghasil minyak dan gas, sehingga memberikan kesempatan bagi pemerintah kabupaten/kota penghasil minyak dan gas untuk menerima alokasi non-penghasilketika mereka diperlakukan sebagai kabupaten/kota non-penhasil. Misalnya, pendapatan migas yang dihasilkan dari Aceh Utara akan dialokasikan sesuai dengan yang dijelaskan dalam Gambar A.4. Dalam hal ini, Aceh Tamiang dan Aceh Timur diperlakukan sebagai kabupaten/kota non-penghasil dan akan menerima alokasi non-penghasil. Sebaliknya, dalam menghitung alokasi pendapatan migas yang dihasilkan dari Aceh Tamiang, baik Aceh Utara maupun Aceh Timur akan diperlakukan sebagai pemerintah kabupaten/kota non-penghasil dan juga akan menerima alokasi non-penghasil.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN38

Lam

pir

an C

: Lam

pir

an S

tati

stik

Pen

dap

atan

Tab

el C

.1

Kom

pos

isi p

end

apat

an p

rop

insi

(har

ga

kon

stan

tah

un 2

006)

Pen

dap

atan

1999

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Pend

apat

an A

sli

Dae

rah

78

13.1

95

9.9

160

6.

1 1

68

10.9

305

8.

8 1

63

4.8

477

11

.7 5

18

17.8

691

12

.0

Dan

a Ba

gi H

asil

Paja

k 4

9 8.

2 7

7 8.

0 7

2 2.

8 8

1 5.

2 7

7 2.

2 5

6 1.

7 1

20

3.0

152

5.

2 1

58

2.7

Dan

a Ba

gi H

asil

Non

-Paj

ak 1

8 3.

0 3

24

33.7

2,0

78

79.5

1,0

45

67.5

2,8

08

80.9

2,8

08

83.2

3,0

09

74.0

1,7

94

61.6

1,2

83

22.2

SDO

/DAU

98

16.5

319

33

.2 2

60

9.9

124

8.

0 1

17

3.4

336

10

.0 4

61

11.3

449

15

.4 4

84

8.4

INPR

ES/D

AK

353

59

.3 1

3 1.

4 0

0.

0 6

0.

4 -

0.0

1

0.0

- 0.

0 -

0.0

31

0.5

Dan

a A

loka

si K

husu

s0.

00.

00.

00.

00.

00.

00.

00.

0 3

,119

54

.0

Lain

-lain

- 0.

0 1

33

13.8

44

1.7

124

8.

0 1

66

4.8

12

0.3

- 0.

0 -

0.0

6

0.1

Tota

l 5

96

100.

0 9

61

100.

0 2

,615

10

0.0

1,5

48

100.

0 3

,473

10

0.0

3,3

76

100.

0 4

,067

2

,914

5

,772

10

0.0

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

Tab

el C

.2

Kom

pos

isi p

end

apat

an p

emer

inta

h k

abup

aten

/kot

a (h

arg

a ko

nst

an ta

hun

200

6)

Pen

dap

atan

1999

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Pend

apat

an A

sli

Dae

rah

107

5.

8 9

8 1.

8 1

46

2.4

180

2.

6 1

96

2.8

168

2.

9 2

75

3.5

296

3.

8 3

46

4.2

Dan

a Ba

gi H

asil

Paja

k 2

03

11.1

327

5.

9 2

60

4.3

318

4.

5 4

84

7.0

343

6.

0 4

54

5.8

523

6.

7 6

66

8.2

Dan

a Ba

gi H

asil

Non

-Pa

jak

8

0.4

1,1

29

20.5

1,3

35

21.9

1,5

73

22.4

1,2

22

17.6

873

15

.3 1

,147

14

.6 8

26

10.7

587

7.

2

SDO

/DAU

779

42

.6 3

,740

67

.8 3

,583

58

.7 3

,244

46

.2 3

,774

54

.3 3

,489

61

.2 4

,560

58

.2 4

,767

61

.5 5

,031

61

.8

INPR

ES/D

AK

732

40

.0 6

5 1.

2 1

22

2.0

279

4.

0 2

62

3.8

268

4.

7 6

05

7.7

733

9.

5 8

20

10.1

Lain

-lain

- 0.

0 1

55

2.8

653

10

.7 1

,425

20

.3 1

,018

14

.6 5

64

9.9

798

10

.2 6

07

7.8

688

8.

5

Tota

l 1

,829

10

0.0

5,5

15

100.

0 6

,098

10

0.0

7,0

19

100.

0 6

,956

10

0.0

5,7

05

100.

0 7

,838

10

0.0

7,7

52

100.

0 8

,137

10

0.0

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

39LAMPIRAN

Tab

el C

.3

Kom

pos

isi p

end

apat

an p

emer

inta

h p

rop

insi

dan

kab

upat

en/k

ota

di A

ceh

, 200

7

No

Pem

erin

tah

Pr

opin

si/ D

aera

hPe

nd

apat

an A

sli

Dae

rah

Dan

a B

agi H

asil

DA

U

DA

KLa

in-l

ain

Jum

lah

Pem

bag

ian

Paj

akPe

mb

agia

n N

on P

ajak

Rp

mil

Per K

apita

(R

p)%

Rp m

ilPe

r Kap

ita

(Rp)

%Rp

mil

Per K

apita

(R

p)%

Rp m

ilPe

r Kap

ita

(Rp)

%Rp

m

ilPe

r Kap

ita

(Rp)

%Rp

m

ilPe

r Kap

ita

(Rp)

%Pe

r Kap

ita

(Rp)

Rp m

il

Pr

ovin

si N

AD

563.

013

8,23

417

.816

5.0

40,5

075.

21,

299.

231

8,99

441

.048

7.9

119,

805

15.4

0.0

00.

065

0.0

159,

597

20.5

777,

136

3,16

5.1

1Ka

b. A

ceh

Bara

t21

.113

9,42

05.

314

.394

,418

3.6

37.5

247,

857

9.4

267.

21,

765,

579

66.7

40.2

265,

351

10.0

20.3

133,

818

5.1

2,64

6,44

440

0.5

2Ka

b. A

ceh

Besa

r15

.952

,854

3.4

8.5

28,0

631.

843

.314

3,68

59.

133

5.4

1,11

3,99

870

.844

.014

6,10

69.

326

.989

,454

5.7

1,57

4,16

047

4.0

3Ka

b. A

ceh

Sela

tan

10.3

53,2

252.

618

.193

,453

4.6

50.4

260,

817

12.7

277.

71,

436,

889

70.1

39.0

201,

792

9.8

0.8

4,14

00.

22,

050,

315

396.

2

4Ka

b. A

ceh

Sing

kil

7.5

49,1

722.

39.

361

,121

2.9

16.3

106,

556

5.0

206.

91,

356,

230

63.4

40.8

267,

792

12.5

45.3

297,

299

13.9

2,13

8,17

132

6.1

5Ka

b. A

ceh

Teng

ah12

.475

,921

3.1

14.8

90,5

673.

715

.292

,730

3.8

274.

21,

675,

257

68.7

42.5

259,

880

10.7

40.0

244,

397

10.0

2,43

8,75

339

9.1

6Ka

b. A

ceh

Teng

gara

9.1

52,9

532.

315

.087

,668

3.9

69.4

405,

282

17.9

252.

51,

473,

905

65.2

36.0

209,

930

9.3

5.2

30,3

191.

32,

260,

056

387.

1

7Ka

b. A

ceh

Tim

ur8.

025

,992

1.6

96.7

313,

694

19.5

34.8

112,

882

7.0

285.

792

6,57

957

.649

.716

1,12

010

.020

.967

,818

4.2

1,60

8,08

549

5.8

8Ka

b. A

ceh

Uta

ra72

.514

5,47

410

.010

1.6

203,

915

14.0

142.

428

5,67

019

.520

3.9

409,

010

28.0

47.3

94,8

296.

516

0.9

322,

747

22.1

1,46

1,64

772

8.5

9Ka

b. B

ireue

n15

.142

,642

2.9

30.4

85,9

435.

843

.512

2,85

78.

234

5.9

976,

688

65.4

46.5

131,

341

8.8

47.3

133,

475

8.9

1,49

2,94

652

8.7

10Ka

b. P

idie

13.2

27,6

602.

129

.160

,894

4.7

34.9

73,0

395.

643

1.9

904,

946

69.2

50.1

104,

861

8.0

65.2

136,

654

10.4

1,30

8,05

362

4.3

11Ka

b. S

imeu

leu

2.6

33,2

371.

07.

999

,315

2.9

24.4

306,

594

9.0

184.

72,

322,

333

68.5

44.0

552,

631

16.3

6.1

76,8

242.

33,

390,

933

269.

7

12Ko

ta B

anda

Ace

h31

.517

6,76

16.

711

.966

,488

2.5

18.2

102,

143

3.9

308.

81,

731,

354

65.5

34.1

191,

154

7.2

66.6

373,

431

14.1

2,64

1,33

147

1.2

13Ko

ta S

aban

g8.

228

3,65

33.

115

.051

9,63

45.

633

.11,

149,

110

12.4

171.

95,

962,

814

64.6

31.2

1,08

2,97

511

.76.

823

4,98

52.

59,

233,

170

266.

2

14Ko

ta L

angs

a15

.210

9,97

55.

021

.215

3,08

67.

016

.111

5,94

85.

319

3.6

1,39

6,59

363

.428

.320

4,33

29.

330

.722

1,44

510

.12,

201,

379

305.

1

15Ko

ta L

hoks

eum

awe

20.4

130,

380

5.9

46.3

296,

734

13.4

27.9

178,

501

8.1

211.

31,

353,

441

61.2

25.7

164,

628

7.4

13.6

87,4

264.

02,

211,

110

345.

2

16Ka

b. A

ceh

Jaya

8.5

138,

741

2.8

18.7

307,

041

6.1

40.8

669,

438

13.3

191.

93,

144,

859

62.7

32.4

530,

188

10.6

13.8

225,

415

4.5

5,01

5,68

230

6.0

17Ka

b. N

agan

Ray

a11

.391

,502

3.0

19.4

156,

370

5.2

69.0

556,

946

18.5

221.

81,

790,

412

59.5

37.7

303,

967

10.1

13.4

108,

328

3.6

3,00

7,52

537

2.6

18Ka

b. A

ceh

Bara

t Day

a10

.287

,500

3.1

13.3

113,

782

4.0

55.9

478,

912

17.0

200.

71,

719,

999

61.0

34.0

291,

661

10.3

15.1

129,

052

4.6

2,82

0,90

632

9.2

19Ka

b. G

ayo

Lues

4.7

64,1

321.

69.

112

4,54

63.

138

.753

0,39

413

.220

0.6

2,74

8,27

168

.626

.736

5,45

19.

112

.717

3,35

94.

34,

006,

153

292.

5

20Ka

b. A

ceh

Tam

iang

19.2

80,9

455.

062

.926

5,38

916

.358

.624

7,37

315

.221

3.4

900,

305

55.4

29.1

122,

808

7.6

1.7

7,26

80.

41,

624,

087

385.

0

21Ka

b. B

ener

Mer

iah

4.3

39,6

601.

44.

844

,451

1.6

9.1

84,3

463.

019

8.4

1,83

3,10

266

.137

.134

2,39

012

.346

.542

9,68

115

.52,

773,

631

300.

1

Ra

ta-r

ata

Kab/

Kota

15.3

90,5

623.

527

.115

5,55

16.

341

.929

8,62

310

.424

6.6

1,75

9,17

062

.937

.928

5,48

59.

931

.416

7,96

87.

02,

757,

359

400.

2

M

inim

um K

ab/K

ota

2.6

25,9

921.

04.

828

,063

1.6

9.1

73,0

393.

017

1.9

409,

010

28.0

25.7

94,8

296.

50.

84,

140

0.2

1,30

8,05

326

6.2

M

aksi

mum

Kab

/Kot

a72

.528

3,65

310

.010

1.6

519,

634

19.5

142.

41,

149,

110

19.5

431.

95,

962,

814

70.8

50.1

1,08

2,97

516

.316

0.9

429,

681

22.1

9,23

3,17

072

8.5

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN40

Tabel C.4 Alokasi dana otonomi khusus dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gas

No Pemerintah Provinsi/DaerahDana Alokasi Khusus

(Rp mil)

Pendapatan Tambahan dari Dana Alokasi Khusus

(Rp mil)

Dana Pendidikan 395.1

Propinsi 1,412.0 368.8

1 Kab. Aceh Barat 93.6 15.1

2 Kab. Aceh Besar 98.3 18.5

3 Kab. Aceh Selatan 115.9 17.4

4 Kab. Aceh Singkil 89.4 12.8

5 Kab. Aceh Tengah 114.2 17.4

6 Kab. Aceh Tenggara 102.2 17.4

7 Kab. Aceh Timur 157.5 24.9

8 Kab. Aceh Utara 100.7 224.1

9 Kab. Bireuen 91.8 18.1

10 Kab. Pidie 93.3 18.6

11 Kab. Simeulue 89.9 12.2

12 Kota Banda Aceh 52.1 11.4

13 Kota Sabang 45.7 8.2

14 Kota Langsa 62.3 10.8

15 Kota Lhokseumawe 61.9 11.1

16 Kab. Nagan Raya 118.9 16.0

17 Kab. Aceh Jaya 110.1 14.4

18 Kab. Aceh Barat Daya 78.3 12.2

19 Kab. Gayo Lues 151.3 17.5

20 Kab. Aceh Tamiang 94.3 20.4

21 Kab. Bener Meriah 77.4 11.9

22 Kab. Pidie Jaya 55.1 11.9

23 Kota Subulussalam 63.8 10.6

Jumlah Pemerintah Provinsi 1,412.0 368.8

Jumlah Pemerintah Daerah 2,118.0 553.2

Total Keseluruhan 3,530.0 1,317.1

Rata-rata Pemerintah Daerah 92.1 24.1

Minimum Pemerintah Daerah 45.7 8.2

Maksimum Pemerintah Daerah 157.5 224.1

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

41LAMPIRAN

Belanja

Tabel C.5 Belanja pemerintah propinsi dan kabupaten/kota di Aceh menurut klasifi kasi ekonomi tahun 2007

BelanjaProvinsi Provinsi* Kabupaten/Kota Total*

Rp mil % Rp mil % Rp mil % Rp mil %

Belanja Tdk Langsung 1,979 48.9 856 29.3 4,194 41.6 5,050 38.8

Pengeluaran staf 382 9.4 382 13.1 3,372 33.4 3,753 28.8

Pembayaran bunga 0 0.0 0 0.0 7 0.1 7 0.1

Pengeluaran Subsidi 0 0.0 0 0.0 23 0.2 23 0.2

Hibah 130 3.2 130 4.4 101 1.0 230 1.8

Bantuan sosial 281 6.9 281 9.6 362 3.6 643 4.9

Dana Bagi Hasil untuk pemerintah di tingkat yang lebih rendah (Pemda dan Desa) 1,123 27.8 0 0.0 15 0.2 15 0.1

Bantuan keuangan untuk Pemda & Desa 13 0.3 13 0.5 237 2.4 251 1.9

Pengeluaran tak terduga 50 1.2 50 1.7 78 0.8 128 1.0

Belanja Langsung 2,068 51.1 2,068 70.7 5,895 58.4 7,963 61.2

Belanja pegawai 257 6.4 257 8.8 974 9.7 1,232 9.5

Belanja barang & jasa (termasuk pemeliharaan & operasional, belanja perjalanan 666 16.5 666 22.8 1,696 16.8 2,362 18.2

Belanja Kapital 1,145 28.3 1,145 39.2 3,224 32.0 4,369 33.6

Total 4,047 100.0 2,924 100.0 10,089 100.0 13,013 100.0

Sumber: Pemerintah Aceh, Depkeu, Universitas Syiah Kuala, dan perhitungan staff Bank Dunia.Catatan: *Tanpa bantuan kepada daerah bawahan (kabupaten/kota)

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN42

Tab

el C

.6

Kom

pos

isi s

ekto

ral b

elan

ja p

emer

inta

h p

rop

insi

(har

ga

kon

stan

200

6)

Sekt

or

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Adm

inis

tras

i Um

um P

emer

inta

h19

1.6

22.6

840.

836

.250

4.7

31.7

630.

338

.745

1.0

33.2

659.

048

.675

9.8

28.2

Peke

rjaan

Um

um d

an T

rans

port

asi

92.4

10.9

193.

98.

412

6.0

7.9

272.

416

.716

0.5

11.8

155.

211

.538

4.4

14.3

Kese

hata

n da

n Ke

seja

hter

aan

Um

um93

.010

.912

5.6

5.4

129.

38.

110

6.8

6.6

88.4

6.5

119.

88.

825

8.8

9.6

Pend

idik

an d

an K

ebud

ayaa

n15

5.8

18.4

610.

126

.347

2.5

29.6

417.

825

.635

6.3

26.2

267.

619

.728

1.2

10.4

Perm

ukim

an, K

eten

agak

erja

an d

an

Uru

san

Sosi

al81

.89.

627

1.5

11.7

181.

411

.439

.12.

418

4.7

13.6

24.5

1.8

265.

69.

9

Pert

ania

n, K

ehut

anan

, Per

kebu

nan,

Pe

tern

akan

, dan

Per

ikan

an15

6.9

18.5

134.

75.

814

3.0

9.0

129.

68.

078

.75.

878

.85.

824

8.6

9.2

Indu

stri,

Per

daga

ngan

, Ene

rgi d

an

Pert

amba

ngan

45.6

5.4

101.

14.

433

.22.

131

.21.

926

.21.

932

.82.

457

.02.

1

Lain

-lain

(Ban

tuan

Sos

ial,

Hib

ah,

Peng

elua

ran

Tak

Terd

uga)

32.1

3.8

44.3

1.9

4.2

0.3

2.8

0.2

12.4

0.9

17.3

1.3

436.

416

.2

Jum

lah

849.

110

0.0

2,32

1.9

100.

01,

594.

310

0.0

1,63

0.1

100.

01,

358.

210

0.0

1,35

4.9

100.

02,

691.

710

0.0

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

Tab

el C

.7

Kom

pos

isi s

ekto

ral b

elan

ja p

emer

inta

h k

abup

atan

/kot

a (h

arg

a ko

nst

an 2

006)

Sekt

or

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Rp m

il%

Adm

inis

tras

i Um

um P

emer

inta

h2,

186.

242

.11,

789.

629

.41,

794.

528

.12,

272.

733

.82,

217.

936

.42,

507.

033

.02,

998.

332

.3

Peke

rjaan

Um

um d

an T

rans

port

asi

749.

314

.477

7.0

12.8

754.

411

.847

6.5

7.1

798.

913

.11,

045.

313

.81,

651.

817

.8

Kese

hata

n da

n Ke

seja

hter

aan

Um

um24

9.1

4.8

316.

55.

239

4.2

6.2

409.

96.

138

7.3

6.4

630.

78.

378

5.2

8.5

Pend

idik

an d

an K

ebud

ayaa

n92

0.3

17.7

1,93

1.5

31.8

2,29

7.9

36.0

2,18

2.2

32.4

1,64

4.8

27.0

1,98

9.3

26.2

2,31

1.2

24.9

Perm

ukim

an, K

eten

agak

erja

an d

an

Uru

san

Sosi

al46

6.3

9.0

567.

49.

321

9.7

3.4

417.

76.

211

1.6

1.8

260.

63.

415

7.9

1.7

Pert

ania

n, K

ehut

anan

, Per

kebu

nan,

Pe

tern

akan

, dan

Per

ikan

an28

2.8

5.4

266.

74.

426

3.5

4.1

261.

13.

928

7.4

4.7

412.

35.

451

0.1

5.5

Indu

stri,

Per

daga

ngan

, Ene

rgi d

an

Pert

amba

ngan

196.

73.

820

0.2

3.3

68.1

1.1

57.9

0.9

69.4

1.1

99.8

1.3

116.

11.

3

Lain

-lain

(Ban

tuan

Sos

ial,

Hib

ah,

Peng

elua

ran

Tak

Terd

uga)

138.

22.

722

8.6

3.8

589.

09.

264

7.9

9.6

574.

09.

464

4.6

8.5

757.

18.

2

Jum

lah

5,18

8.9

100.

06,

077.

610

0.0

6,38

1.2

100.

06,

725.

910

0.0

6,09

1.3

100.

07,

589.

510

0.0

9,28

7.7

100.

0

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

43LAMPIRAN

Tab

el C

.8

Bel

anja

per

kap

ita

untu

k ke

seh

atan

, pen

did

ikan

, in

fras

truk

tur o

leh

pem

erin

tah

kab

upat

en/k

ota

di A

ceh

tah

un 2

004,

200

6,

2007

(har

ga

kon

stan

200

6).

No

Kab

upat

en/K

ota

Kes

ehat

anPe

nd

idik

anIn

fras

truk

tur

2004

2006

2007

2004

2006

2007

2004

2006

2007

Per

kapi

ta

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per

kapi

ta

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per k

apita

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per

kapi

ta

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per k

apita

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per

kapi

ta

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per

kapi

ta

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per k

apita

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Per k

apita

Rp

% d

ari

tota

l be

lanj

a

Pr

ov. A

ceh

21,0

63

6.6

19,7

945.

939

,941

6.0

77,9

9624

.361

,182

18.4

61,2

619.

354

,398

16

.940

,910

12.3

142,

534

21.6

1Ka

b. A

ceh

Bara

t13

1,79

3 8.

719

2,53

3 7.

328

1,93

19.

548

0,11

631

.958

0,13

621

.969

8,45

623

.619

1,65

3 12

.759

6,68

822

.560

5,86

420

.5

2Ka

b. A

ceh

Besa

r76

,919

7.

011

0,24

9 7.

716

8,65

410

.549

1,40

344

.951

2,77

935

.757

6,76

736

.017

0,50

6 15

.613

9,60

09.

717

2,40

510

.8

3Ka

b. A

ceh

Sela

tan

79,5

43

5.6

105,

830

7.4

165,

882

8.4

539,

383

38.1

447,

017

31.1

512,

246

25.9

109,

967

7.8

123,

292

8.6

171,

415

8.7

4Ka

b. A

ceh

Sing

kil

n.a

n.a

n.a

n.a

182,

926

8.5

n.a

n.a

n.a

n.a

420,

656

19.6

n.a

n.a

n.a

n.a

211,

234

9.8

5Ka

b. A

ceh

Teng

ah

79,2

55

6.1

166,

441

8.1

223,

678

8.7

616,

240

47.1

520,

613

25.3

640,

241

24.9

178,

016

13.6

284,

759

13.8

351,

236

13.7

6Ka

b. A

ceh

Teng

gara

87,0

83

6.5

109,

017

5.8

146,

148

7.1

496,

926

37.0

454,

229

24.1

430,

817

21.0

174,

914

13.0

167,

651

8.9

319,

213

15.6

7Ka

b. A

ceh

Tim

ur12

1,99

6 11

.793

,506

6.

111

3,74

88.

523

7,53

622

.834

8,51

722

.734

3,92

325

.860

,309

5.

830

0,70

919

.611

0,65

28.

3

8Ka

b. A

ceh

Uta

ra84

,715

4.

512

4,61

5 6.

914

2,52

95.

542

7,42

522

.944

1,35

424

.546

3,85

917

.933

8,35

4 18

.145

1,44

725

.01,

013,

438

39.1

9Ka

b. B

ireue

n59

,519

6.

211

0,88

9 7.

915

9,89

311

.048

0,52

950

.448

4,47

834

.551

2,03

135

.210

3,67

8 10

.929

0,99

620

.723

7,76

016

.4

10Ka

b. P

idie

67,9

02

6.9

85,4

71

7.3

105,

646

7.7

433,

239

44.3

438,

881

37.3

465,

665

33.7

47,9

50

4.9

115,

919

9.8

115,

855

8.4

11Ka

b. S

imeu

leu

153,

080

6.7

163,

758

6.2

189,

887

7.1

254,

297

11.0

257,

552

9.8

321,

194

12.0

283,

806

12.3

342,

121

13.0

245,

299

9.2

12Ko

ta B

anda

Ace

h62

,142

5.

610

6,72

9 5.

016

9,48

16.

054

4,75

248

.774

6,77

635

.185

6,75

830

.389

,926

8.

020

3,99

79.

633

1,91

411

.7

13Ko

ta S

aban

g43

4,11

2 7.

785

2,25

3 11

.51,

489,

110

14.1

957,

534

17.0

1,23

0,10

716

.62,

044,

743

19.4

556,

217

9.8

1,13

9,25

315

.498

3,56

39.

3

14Ko

ta L

angs

a11

,624

0.

925

5,20

6 11

.922

0,49

410

.445

5,42

536

.853

2,73

024

.957

4,00

127

.012

7,37

9 10

.322

2,89

010

.423

6,47

511

.1

15Ko

ta L

hoks

eum

awe

104,

823

6.2

106,

277

6.2

142,

132

5.4

547,

836

32.4

520,

490

30.1

682,

384

25.9

147,

954

8.7

177,

532

10.3

460,

200

17.4

16Ka

b. A

ceh

Jaya

n.a

n.a

193,

554

4.3

384,

006

5.5

n.a

n.a

863,

621

19.1

877,

291

12.6

n.a

n.a

1,36

9,26

630

.32,

465,

754

35.5

17Ka

b. N

agan

Ray

an.

an.

a18

5,96

0 8.

021

9,46

27.

3n.

an.

a54

0,63

423

.377

0,90

125

.5n.

an.

a49

0,11

121

.172

1,81

523

.9

18Ka

b. A

ceh

Bara

t Day

a78

,775

5.

521

7,01

5 9.

325

3,31

48.

647

4,96

633

.158

3,86

324

.971

4,99

124

.214

3,94

6 10

.040

9,11

517

.560

5,35

520

.5

19Ka

b. G

ayo

Lues

83,0

68

3.4

153,

339

4.3

141,

478

3.9

809,

806

33.2

612,

869

17.0

565,

819

15.5

325,

995

13.4

419,

398

11.6

589,

206

16.2

20Ka

b. A

ceh

Tam

iang

70,5

20

8.0

152,

119

8.9

209,

223

8.5

306,

160

34.6

482,

529

28.1

607,

961

24.8

114,

457

12.9

386,

503

22.5

557,

642

22.7

21Ka

b. B

ener

Mer

iah

n.a

n.a

141,

547

6.2

210,

398

8.2

n.a

n.a

507,

889

22.4

614,

626

23.8

n.a

n.a

381,

971

16.9

384,

086

14.9

Ra

ta-r

ata

Kab/

Kota

105,

110

6.3

181,

315

7.3

253,

334

8.1

503,

151

34.5

555,

353

25.4

652,

159

24.0

186,

178

11.1

400,

661

15.9

518,

590

16.4

M

inim

um K

ab/K

ota

11,6

24

0.9

85,4

71

4.3

105,

646

3.9

237,

536

11.0

257,

552

9.8

321,

194

12.0

47,9

50

4.9

115,

919

8.6

110,

652

8.3

M

axim

um K

ab/K

ota

434,

112

11.7

852,

253

11.9

1,48

9,11

0 14

.195

7,53

450

.41,

230,

107

37.3

2,04

4,74

3 36

.055

6,21

7 18

.11,

369,

266

30.3

2,46

5,75

4 39

.1

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN44

Tab

el C

.9

Kom

pos

isi b

elan

ja p

erka

pit

a p

emer

inta

h p

rop

insi

dan

kab

upat

en/k

ota

di A

ceh

men

urut

sek

tor d

an je

nis

bel

anja

tah

un 2

004

No

Kab

upat

en/K

ota

Kes

ehat

anPe

nd

idik

anin

fras

truk

tur

Tota

l Bel

anja

Rutin

Pem

bang

unan

Tota

l Ke

seha

tan

%

Kese

hata

n D

ari t

otal

Be

lanj

a

Rutin

Pem

bang

unan

Tota

l Pe

ndid

ikan

%

Pend

idik

an

Dar

i tot

al

Bela

nja

Rutin

Pem

bang

unan

Tota

l Pr

asar

ana

% P

rasa

rana

D

ari t

otal

Be

lanj

a

Rp%

Rp%

Rp%

Rp%

Rp%

Rp%

Rp%

Rp%

Rp%

Rp

1Pr

ov. A

ceh

10,1

70

59.9

6,81

740

.116

,987

6.

65,

428

8.6

57,4

72

91.4

62,9

00

24.3

6,20

7 14

.137

,662

85

.943

,870

16

.925

9,17

6

2Ka

b. A

ceh

Bara

t71

,697

67

.534

,588

32.5

106,

285

8.7

283,

151

73.1

104,

039

26.9

387,

190

31.9

23,3

70

15.1

131,

188

84.9

154,

559

12.7

1,21

5,23

3

3Ka

b. A

ceh

Besa

r42

,601

68

.719

,430

31.3

62,0

32

7.0

310,

680

78.4

85,6

13

21.6

396,

293

44.9

10,0

51

7.3

127,

454

92.7

137,

505

15.6

883,

406

4Ka

b. A

ceh

Sela

tan

44,2

89

69.0

19,8

5831

.064

,148

5.

629

6,19

6 68

.113

8,79

0 31

.943

4,98

6 38

.113

,023

14

.775

,659

85

.388

,683

7.

81,

140,

352

5Ka

b. A

ceh

Sing

kil

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

6Ka

b. A

ceh

Teng

ah

39,4

60

61.7

24

,456

38

.3

63,9

16

6.1

315,

708

63.5

18

1,25

9 36

.5

496,

968

47.1

7,

405

5.2

136,

156

94.8

14

3,56

1 13

.6

1,05

4,35

1

7Ka

b. A

ceh

Teng

gara

48,0

38

68.4

22,1

9031

.670

,228

6.

526

4,81

4 66

.113

5,93

3 33

.940

0,74

7 37

.014

,721

10

.412

6,33

8 89

.614

1,06

0 13

.01,

084,

209

8Ka

b. A

ceh

Tim

ur72

,370

73

.626

,014

26.4

98,3

84

11.7

181,

367

94.7

10,1

95

5.3

191,

561

22.8

14,1

82

29.2

34,4

54

70.8

48,6

36

5.8

839,

419

9Ka

b. A

ceh

Uta

ra49

,494

72

.418

,825

27.6

68,3

18

4.5

243,

153

70.5

101,

544

29.5

344,

697

22.9

12,4

22

4.6

260,

444

95.4

272,

866

18.1

1,50

5,28

6

10Ka

b. B

ireue

n35

,097

73

.112

,902

26.9

47,9

99

6.2

316,

896

81.8

70,6

27

18.2

387,

523

50.4

11,2

62

13.5

72,3

49

86.5

83,6

11

10.9

769,

365

11Ka

b. P

idie

46,0

44

84.1

8,71

615

.954

,760

6.

928

5,77

3 81

.863

,613

18

.234

9,38

7 44

.312

,072

31

.226

,597

68

.838

,670

4.

978

8,96

3

12Ka

b. S

imeu

leu

30,5

63

24.8

92,8

8975

.212

3,45

2 6.

734

,862

17

.017

0,21

6 83

.020

5,07

8 11

.011

,853

5.

221

7,02

3 94

.822

8,87

6 12

.31,

856,

155

13Ko

ta B

anda

Ace

h35

,583

71

.014

,532

29.0

50,1

15

5.6

381,

722

86.9

57,5

93

13.1

439,

316

48.7

25,2

94

34.9

47,2

27

65.1

72,5

21

8.0

902,

611

14Ko

ta S

aban

g22

9,20

6 65

.512

0,88

434

.535

0,09

1 7.

752

2,06

4 67

.625

0,14

1 32

.477

2,20

5 17

.094

,367

21

.035

4,19

5 79

.044

8,56

2 9.

84,

554,

868

15Ko

ta L

angs

a8,

047

85.8

1,32

814

.29,

374

0.9

283,

222

77.1

84,0

56

22.9

367,

278

36.8

16,8

87

16.4

85,8

38

83.6

102,

725

10.3

997,

439

16Ko

ta L

hoks

eum

awe

47,9

75

56.8

36,5

6043

.284

,535

6.

240

2,38

3 91

.139

,420

8.

944

1,80

3 32

.421

,521

18

.097

,797

82

.011

9,31

8 8.

71,

364,

300

17Ka

b. A

ceh

Bara

t Day

a28

,089

44

.235

,440

55.8

63,5

29

5.5

253,

807

66.3

129,

230

33.7

383,

037

33.1

9,38

2 8.

110

6,70

3 91

.911

6,08

5 10

.01,

155,

519

18Ka

b. G

ayo

Lues

31,2

36

46.6

35,7

5453

.466

,990

3.

450

9,70

6 78

.014

3,36

4 22

.065

3,07

0 33

.219

,976

7.

624

2,92

3 92

.426

2,90

0 13

.41,

965,

363

19Ka

b. A

ceh

Tam

iang

29,0

18

51.0

27,8

5349

.056

,871

8.

017

8,88

6 72

.568

,017

27

.524

6,90

3 34

.66,

706

7.3

85,5

98

92.7

92,3

04

12.9

713,

950

20Ka

b. N

agan

Ray

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

an.

a

21Ka

b. A

ceh

Jaya

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

22Ka

b. B

ener

Mer

iah

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

Ra

ta-r

ata

(dis

trik

)52

,283

63

.8

32,4

83

36.2

84

,766

6.

3 29

7,90

5 72

.6

107,

862

27.4

40

5,76

7 34

.5

19,0

88

14.7

13

1,05

5 85

.3

150,

144

11.1

1,

340,

635

Min

imum

(dis

trik

)8,

047

24.8

1,

328

14.2

9,

374

0.9

34,8

62

17.0

10

,195

5.

3 19

1,56

1 11

.0

6,70

6 4.

6 26

,597

65

.1

38,6

70

4.9

713,

950

M

aksi

mum

(dis

trik

)22

9,20

6 85

.8

120,

884

75.2

35

0,09

1 11

.7

522,

064

94.7

25

0,14

1 83

.0

772,

205

50.4

94

,367

34

.9

354,

195

95.4

44

8,56

2 18

.1

4,55

4,86

8

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

45LAMPIRAN

Tab

el C

.10

Kom

pos

isi b

elan

ja p

emer

inta

h p

rop

insi

dan

kab

upat

en/k

ota

di A

ceh

men

urut

sek

tor d

an je

nis

bel

anja

tah

un 2

006

No

K

ESEH

ATA

NPE

ND

IDIK

AN

INFR

AST

RUK

TUR

TOTA

L

Pr

ov/K

abup

aten

/K

ota

Bela

nja

Pega

wai

Bela

nja

Bara

ng &

Ja

sa

Bela

nja

Mod

al%

Ke

seha

tan/

To

tal

Bela

nja

Tota

l Ke

seha

tan

Per K

apita

Bela

nja

Pega

wai

Bela

nja

Bara

ng

& Ja

sa

Bela

nja

Mod

al%

Pe

ndid

ikan

/ To

tal B

elan

ja

Tota

l Pe

r Kap

itaBe

lanj

a Pe

gaw

aiBe

lanj

a Ba

rang

&

Jasa

Bela

nja

Mod

al%

Infra

/ T

otal

Be

lanj

a

Tota

l In

frast

rukt

urPe

r Ka

pita

BEL

AN

JA

%%

%%

Rp m

ilRp

%%

%%

Rp m

ilRp

%%

%%

Rp m

ilRp

Rp m

il

Pr

ovin

si N

AD

59.7

36.8

3.

5 5.

9 80

.619

,794

29.

8 40

.230

.0

18.4

24

9.2

61,1

82

3

1.3

21.0

60.1

12

.316

6.6

40,9

101,

354.

9

1Ka

b. A

ceh

Bara

t52

.220

.2

27.6

7.

3 29

.119

2,53

3

7

1.7

19.9

8.3

21.9

87

.858

0,13

6

6.5

5.6

88.6

22

.590

.359

6,68

840

0.7

2Ka

b. A

ceh

Besa

r59

.016

.4

24.6

7.

7 33

.211

0,24

9

8

0.9

14.6

4.5

35.7

15

4.4

512,

779

20.

1 31

.357

.2

9.7

42.0

139,

600

432.

2

3Ka

b. A

ceh

Sela

tan

54.1

31.5

14

.4

7.4

20.5

105,

830

80.

4 7.

711

.9

31.1

86

.444

7,01

7

2

4.9

43.1

45.6

8.

623

.812

3,29

227

8.2

4Ka

b. A

ceh

Sing

kil

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

n.a

267.

6

5Ka

b. A

ceh

Teng

ah47

.327

.1

25.6

8.

1 27

.216

6,44

1

7

8.8

9.4

11.8

25

.3

85.2

520,

613

6.

0 2.

592

.0

13.8

46.6

284,

759

337.

4

6Ka

b. A

ceh

Teng

gara

58.5

8.8

32.7

5.

8 18

.710

9,01

7

7

7.6

11.8

10.5

24

.1

77.8

454,

229

25.

4 34

.652

.1

8.9

28.7

167,

651

322.

6

7Ka

b. A

ceh

Tim

ur54

.420

.1

25.5

6.

1 28

.893

,506

70.

6 15

.114

.3

22.7

10

7.5

348,

517

6.

1 3.

790

.7

19.6

92.7

300,

709

473.

5

8Ka

b. A

ceh

Uta

ra58

.526

.1

15.4

6.

9 62

.112

4,61

5

7

0.7

18.8

10.4

24

.5

220.

044

1,35

4

4.9

12.7

83.2

25

.022

5.0

451,

447

899.

4

9Ka

b. B

ireue

n49

.329

.2

21.5

7.

9 39

.311

0,88

9

8

1.0

14.8

4.2

34.5

17

1.6

484,

478

5.

7 17

.877

.8

20.7

103.

029

0,99

649

6.8

10Ka

b. P

idie

58.2

21.6

20

.1

7.3

40.8

85,4

71

7

0.4

19.2

10.4

37

.3

209.

543

8,88

1

2

2.0

43.1

46.7

9.

855

.311

5,91

956

2.2

11Ka

b. S

imeu

leu

13.6

27.8

58

.6

6.2

13.0

163,

758

44.

0 14

.441

.6

9.8

20.5

257,

552

2.

0 16

.881

.5

13.0

27.2

342,

121

209.

1

12Ko

ta B

anda

Ace

h50

.720

.1

29.2

5.

0 19

.010

6,72

9

7

8.3

18.9

2.7

35.1

13

3.2

746,

776

56.

4 52

.230

.5

9.6

36.4

203,

997

379.

5

13Ko

ta S

aban

g31

.623

.3

45.1

11

.5

24.6

852,

253

64.

0 27

.18.

9 16

.6

35.5

1,23

0,10

7

2

3.7

36.4

51.4

15

.432

.81,

139,

253

213.

1

14Ko

ta L

angs

a53

.227

.6

16.7

11

.9

35.4

255,

206

74.

2 17

.18.

3 24

.9

73.8

532,

730

16.

5 33

.956

.8

10.4

30.9

222,

890

296.

3

15Ko

ta L

hoks

eum

awe

43.5

30.8

25

.7

6.2

16.6

106,

277

57.

5 28

.64.

1 30

.1

81.3

520,

490

8.

1 10

.882

.5

10.3

27.7

177,

532

269.

7

16Ka

b. A

ceh

Jaya

40.7

11.8

47

.4

4.3

11.8

193,

554

57.

7 2.

140

.2

19.1

52

.786

3,62

1

1.5

1.2

97.3

30

.383

.51,

369,

266

275.

3

17Ka

b. N

agan

Ray

a44

.622

.6

32.8

8.

0 23

.018

5,96

0

8

1.4

17.9

0.7

23.3

67

.054

0,63

4

7.2

17.3

77.2

21

.160

.749

0,11

128

7.2

18Ka

b. A

ceh

Bara

t Day

a29

.320

.7

50.1

9.

3 25

.321

7,01

5

5

7.5

29.9

12.6

24

.9

68.1

583,

863

5.

3 30

.965

.7

17.5

47.7

409,

115

273.

4

19Ka

b. G

ayo

Lues

43.3

13.6

43

.1

4.3

11.2

153,

339

61.

3 28

.110

.4

17.0

44

.761

2,86

9

6.4

9.9

84.6

11

.630

.641

9,39

826

3.3

20Ka

b. A

ceh

Tam

iang

42.1

20.6

37

.3

8.9

36.1

152,

119

64.

4 22

.712

.8

28.1

11

4.4

482,

529

4.

0 30

.566

.8

22.5

91.6

386,

503

407.

1

21Ka

b. B

ener

Mer

iah

40.6

14.2

45

.2

6.2

15.3

141,

547

70.

7 9.

419

.9

22.4

55

.050

7,88

9

4.6

17.9

78.5

16

.941

.338

1,97

124

5.1

Rata

-rat

a Ka

b/Ko

ta46

.221

.731

.97.

326

.618

1,31

569

.717

.412

.425

.497

.355

5,35

312

.922

.670

.315

.960

.940

0,66

136

1

Min

imum

Kab

/Kot

a13

.68.

814

.44.

311

.285

,471

44.0

2.1

0.7

9.8

20.5

257,

552

1.5

1.2

30.5

8.6

23.8

115,

919

209

Max

imum

Kab

/Kot

a59

.031

.558

.611

.962

.185

2,25

381

.429

.941

.637

.322

0.0

1,23

0,10

756

.452

.297

.330

.322

5.0

1,36

9,26

689

9

To

tal K

ab/K

ota

531

3,62

6,30

5

1,

946

11,1

07,0

66

1,

218

8,01

3,22

07,

590

To

tal K

ab/K

ota

+

Prov

insi

612

3,64

6,09

9

2,

195

11,1

68,2

47

1,

385

8,05

4,13

08,

944

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN46

Tab

el C

.11

Kom

pos

isi b

elan

ja p

emer

inta

h p

rop

insi

dan

kab

upat

en/k

ota

di A

ceh

men

urut

sek

tor d

an je

nis

bel

anja

tah

un 2

007

No

K

ESEH

ATA

NPE

ND

IDIK

AN

INFR

AST

RUK

TUR

TOTA

L

Pr

ov/K

abup

aten

/K

ota

Bela

nja

Pega

wai

Bela

nja

Bara

ng

& Ja

sa

Bela

nja

Mod

al%

Ke

seha

tan/

To

tal

Bela

nja

Tota

l Ke

seha

tan

Per

Kapi

taBe

lanj

a Pe

gaw

aiBe

lanj

a Ba

rang

&

Jasa

Bela

nja

Mod

al%

Pe

ndid

ikan

/ To

tal

Bela

nja

Tota

l Pe

ndid

ikan

Per K

apita

Bela

nja

Pega

wai

Bela

nja

Bara

ng

& Ja

sa

Bela

nja

Mod

al%

Infra

/ T

otal

Be

lanj

a

Tota

l In

frast

rukt

urPe

r Kap

itaB

ELA

NJA

%%

%%

Rp m

ilRp

%%

%%

Rp m

ilRp

%%

%%

Rp m

ilRp

Rp m

il

Pr

ovin

si N

AD

44.1

29.0

27

.0

6.0

177

43,3

85 4

8.3

15.6

36.1

9.

3 27

166

,544

8.8

9.8

81.3

21

.663

115

4,82

72,

924

1Ka

b. A

ceh

Bara

t57

.614

.3

28.1

9.

5 46

306,

247

71.

8 5.

622

.6

23.6

11

575

8,69

88.

0 4.

587

.5

20.5

100

658,

120

487

2Ka

b. A

ceh

Besa

r58

.910

.5

30.6

10

.5

5518

3,20

1 8

4.5

6.4

9.1

36.0

18

962

6,51

318

.2

3.2

78.6

10

.856

187,

274

524

3Ka

b. A

ceh

Sela

tan

51.7

15.1

33

.2

8.4

3518

0,18

9 8

0.9

3.1

15.9

25

.9

108

556,

427

11.5

4.

883

.7

8.7

3618

6,19

941

5

4Ka

b. A

ceh

Sing

kil

39.5

11.9

48

.6

8.5

3019

8,70

4 7

3.1

3.2

23.8

19

.6

7045

6,93

711

.2

5.7

83.2

9.

835

229,

453

356

5Ka

b. A

ceh

Teng

ah48

.716

.6

34.7

8.

7 40

242,

970

81.

1 5.

113

.7

24.9

11

469

5,46

27.

9 3.

288

.9

13.7

6238

1,53

145

6

6Ka

b. A

ceh

Teng

gara

45.8

18.7

35

.4

7.1

2715

8,75

3 4

5.6

29.0

25.4

21

.0

8046

7,97

59.

8 24

.765

.4

15.6

5934

6,74

538

2

7Ka

b. A

ceh

Tim

ur42

.818

.6

38.6

8.

5 38

123,

558

66.

4 18

.015

.7

25.8

11

537

3,58

716

.0

5.5

78.5

8.

337

120,

195

446

8Ka

b. A

ceh

Uta

ra54

.317

.5

28.2

5.

5 77

154,

822

76.

6 13

.69.

7 17

.9

251

503,

866

2.8

13.2

84.0

39

.154

91,

100,

847

1,40

5

9Ka

b. B

ireue

n66

.115

.4

18.4

11

.0

6217

3,68

4 7

9.8

9.9

10.3

35

.2

197

556,

194

8.1

15.9

76.0

16

.491

258,

267

559

10Ka

b. P

idie

65.6

11.9

22

.5

7.7

5511

4,75

8 8

4.0

6.0

10.0

33

.7

241

505,

829

11.5

3.

884

.7

8.4

6012

5,84

771

6

11Ka

b. S

imeu

leu

15.2

25.6

59

.3

7.1

1620

6,26

4 1

0.9

9.8

79.2

12

.0

2834

8,89

72.

1 5.

492

.5

9.2

2126

6,45

623

1

12Ko

ta B

anda

Ace

h47

.310

.7

42.0

6.

0 33

184,

099

84.

8 5.

210

.0

30.3

16

693

0,65

318

.1

9.1

72.8

11

.764

360,

541

547

13Ko

ta S

aban

g47

.420

.4

32.3

14

.1

471,

617,

546

72.

4 6.

720

.9

19.4

64

2,22

1,10

224

.2

4.8

70.9

9.

331

1,06

8,39

533

1

14Ko

ta L

angs

a58

.918

.3

22.7

10

.4

3323

9,51

2 7

7.1

8.3

14.6

27

.0

8662

3,50

914

.8

4.2

81.0

11

.136

256,

871

320

15Ko

ta

Lhok

seum

awe

62.6

12.2

25

.2

5.4

2415

4,39

1 6

7.4

14.4

18.2

25

.9

116

741,

240

4.5

6.2

89.3

17

.478

499,

892

447

16Ka

b. A

ceh

Jaya

40.2

9.8

50.0

5.

5 25

417,

127

58.

9 7.

233

.8

12.6

58

952,

957

1.7

0.8

97.4

35

.516

32,

678,

425

461

17Ka

b. N

agan

Ray

a46

.231

.8

21.9

7.

3 30

238,

391

76.

3 17

.16.

6 25

.5

104

837,

391

5.2

16.3

78.6

23

.997

784,

072

407

18Ka

b. A

ceh

Bara

t D

aya

46.3

16.5

37

.2

8.6

3227

5,16

2 7

1.8

11.2

17.0

24

.2

9177

6,65

94.

3 6.

489

.3

20.5

7765

7,56

737

5

19Ka

b. G

ayo

Lues

41.2

10.4

48

.4

3.9

1115

3,68

1 5

8.3

16.9

24.8

15

.5

4561

4,62

17.

8 6.

186

.1

16.2

4764

0,02

628

9

20Ka

b. A

ceh

Tam

iang

37.4

20.8

41

.9

8.5

5422

7,26

9 5

7.7

24.5

17.8

24

.8

157

660,

397

6.0

30.7

63.2

22

.714

460

5,73

963

2

21Ka

b. B

ener

Mer

iah

50.2

14.1

35

.7

8.2

2522

8,54

5 7

9.2

4.0

16.8

23

.8

7266

7,63

86.

4 19

.374

.2

14.9

4541

7,21

430

3

Ra

ta-r

ata

Kab/

Kota

48.8

16.2

35.0

8.1

37.9

275,

184

69.5

10.7

19.8

24.0

117.

470

8,40

79.

59.

281

.216

.489

.956

3,31

848

0

M

inim

um K

ab/

Kota

15.2

9.8

18.4

3.9

11.2

114,

758

10.9

3.1

6.6

12.0

27.8

348,

897

1.7

0.8

63.2

8.3

21.2

120,

195

231

M

axim

um K

ab/

Kota

66.1

31.8

59.3

14.1

77.2

1,61

7,54

684

.829

.079

.236

.025

1.1

2,22

1,10

224

.230

.797

.439

.154

8.7

2,67

8,42

51,

405

To

tal K

ab/K

ota

795

5,77

8,87

3

2,

466

1,88

910

,089

To

tal K

ab/K

ota

+

Prov

insi

972

5,82

2,25

9

2,

737

2,51

913

,013

Sum

ber:

Pem

erin

tah

Ace

h, D

epke

u, U

nive

rsita

s Sy

iah

Kual

a, d

an p

erhi

tung

an s

taff

Bank

Dun

ia.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

47LAMPIRAN

Keluaran-keluaran dalam sektor sosial

Tabel C.12 Persentase penduduk miskin (dalam %) menurut kabupaten/kota di AcehNo Kabupaten/Kota 2004 2005 2006

1 Kab. Simeulue 34.3 34.1 33.8

2 Kab. Aceh Singkil 28.9 29.2 28.4

3 Kab. Aceh Selatan 27.6 27.0 24.6

4 Kab. Aceh Tenggara 23.9 24.6 23.6

5 Kab. Aceh Timur 30.0 30.0 29.9

6 Kab. Aceh Tengah 27.9 27.7 26.7

7 Kab. Aceh Barat 35.7 35.5 34.5

8 Kab. Aceh Besar 29.9 29.4 28.7

9 Kab. Pidie 35.2 36.0 35.3

10 Kab. Bireuen 29.3 29.7 29.1

11 Kab. Aceh Utara 34.2 35.9 35.0

12 Kab. Aceh Barat Daya 28.0 28.3 28.3

13 Kab. Gayo Lues 32.4 34.0 33.5

14 Kab. Aceh Tamiang 25.2 24.5 23.9

15 Kab. Nagan Raya 35.9 36.2 35.3

16 Kab. Aceh Jaya 31.6 31.3 30.4

17 Kab. Bener Meriah 28.8 28.0

18 Kota Banda Aceh 8.9 8.4 8.3

19 Kota Sabang 31.5 29.8 28.6

20 Kota Langsa 15.3 15.0 14.0

21 Kota Lhokseumawe 15.0 15.9 14.3

Prov. NAD 28.5 28.7 28.3Sumber: BPS.

Tabel C.13 Rasio guru-siswa (STR) menurut kabupaten di Aceh SD (%) SMP (%) SMA (%) 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006

Simeulue 18.4 17.2 15.1 12.4 43.3 31.7Aceh Singkil 31.5 30.3 21.3 24.4 18.1 30.0Aceh Selatan 26.3 22.3 27.2 21.6 22.6 30.7Aceh Tenggara 12.4 21.5 4.7 20.9 25.1 28.3Aceh Timur 103.0 25.3 67.5 16.3 82.0 24.1Aceh Tengah 13.4 16.8 16.8 15.5 17.7 21.6Aceh Barat 24.0 19.7 27.9 23.6 36.4 12.6Aceh Besar 16.4 13.6 52.1 8.5 3.9 12.6Pidie 16.7 19.3 19.7 16.2 21.3 17.7Bireuen 20.6 26.9 16.5 15.2 16.7 19.0Aceh Utara 24.4 26.9 30.7 17.0 32.7 19.0Aceh Barat Daya 28.5 24.1 15.5 24.5 31.7 31.2Gayo Lues 24.4 29.8 42.7 27.2 24.0 18.7Aceh Tamiang 18.2 19.9 6.0 n.a 151.9 25.0Nagan Raya 18.2 20.8 20.5 21.5 46.2 26.2Aceh Jaya 11.4 19.8 23.0 22.7 23.4 18.5

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN48

SD (%) SMP (%) SMA (%) 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006 2004/2005 2005/2006

Bener Meriah 10.2 23.7 n.a n.a 24.4 9.8Banda Aceh 7.7 10.7 4.2 33.2 17.5 29.9Kota Sabang 14.5 9.9 10.7 5.3 18.2 11.1Kota Langsa 19.7 19.4 36.3 19.1 13.6 23.4Kota Lhokseumawe 25.2 17.2 25.8 22.1 18.4 22.2Rata-rata 23.1 20.7 24.2 19.3 32.8 22.1Minimum 7.7 9.9 4.2 5.3 3.9 9.8Maksimum 103.0 30.3 67.5 33.2 151.9 31.7

Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka.

Tabel C.14 Persentase siswa SMU yang lulus UAN tahun 2007/2008Kabupaten/Kota %

Aceh Tamiang 30.16

Nagan Raya 42.44

Aceh Besar 43.18

Aceh Barat 48.20

Aceh Timur 50.03

Aceh Jaya 64.87

Simeulue 65.32

Langsa 68.00

Sabang 72.04

Aceh Selatan 72.31

Pidie Jaya 74.60

Aceh Utara 78.75

Bener Meriah 80.08

Pidie 80.27

Aceh Barat Daya 81.31

Bireuen 84.16

Aceh Tenggara 85.82

Banda Aceh 89.51

Lhokseumawe 89.71

Aceh Singkil 89.81

Gayo Lues 90.50

Aceh Tengah 92.31

Subulusalam 96.42

Rata-rata 72.60

Minimum 30.16

Maksimum 96.42Sumber: Dinas Pendidikan Aceh.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

49LAMPIRAN

Tabel C.15 Indikator kesehatan terpilih menurut kabupaten/kota di Aceh tahun 2007

Kabupaten/Kota Tingkat kematian bayi (%)Kelahiran dibantu oleh tenaga

kesehatan profesional (%)Cakupan imunisasi BCG

(%)

Simeulue 0.09 89.52 91.21

Aceh Singkil 0.24 71.37 76.66

Aceh Selatan 0.58 61.00 69.26

Aceh Tenggara 1.43 84.63 92.96

Aceh Timur 0.16 86.44 78.14

Aceh Tengah 1.63 79.02 97.49

Aceh Barat 0.45 73.57 83.97

Aceh Besar 0.74 86.94 97.97

Pidie 0.76 94.19 89.80

Bireuen 0.33 88.16 102.66

Aceh Utara 0.25 87.09 95.15

Aceh Barat Daya 1.06 61.35 76.17

Gayo Lues 0.38 86.97 49.14

Aceh Tamiang 0.36 76.54 94.81

Nagan Raya 0.20 73.05 55.52

Aceh Jaya 0.41 80.73 59.26

Bener Meriah 1.10 75.47 181.70

Banda Aceh 0.14 89.18 94.15

Sabang 1.59 78.66 96.50

Langsa 0.86 85.17 92.38

Lhokseumawe 0.26 88.65 96.21

Rata-rata 0.62 80.84 89.10

Minimum 0.09 61.00 49.14

Maksimum 1.63 94.19 181.70Sumber: Dinas Kesehatan Aceh.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

LAMPIRAN50

Tabel C.15. Persentase jalan raya di kabupaten/kota dengan kondisi buruk

Kabupaten/Kota2004(%)

2005(%)

2006(%)

Simeulue 33.5 59.4 59.7

Aceh Singkil 71.7 54.6 59.1

Aceh selatan 26.1 22.9 23.3

Aceh Tenggara 0.0 30.7 30.7

Aceh Timur 7.4 11.9 11.9

Aceh Tengah 35.9 49.7 49.7

Aceh Barat 49.1 55.2 55.2

Aceh Besar 5.5 10.9 10.9

Pidie 0.1 33.2 33.2

Birueen 34.1 29.4 29.4

Aceh Utara 0.0 21.2 21.2

Aceh Barat Daya 29.6 43.8 43.8

Gayo Lues 41.3 50.8 50.8

Aceh Tamiang 25.5 1.5 1.5

Nagan Raya 27.9 92.7 92.7

Aceh Jaya 1.8 92.6 92.6

Banda Aceh 1.5 16.9 16.9

Sabang 31.3 6.9 32.7

Langsa 0.0 32.7 32.7

Lhoseumawe 0.0 1.1 1.1

Bener Meriah 33.7 33.7

Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka.

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARAN YANG LEBIH BAIK DI DAERAH OTONOMI KHUSUSANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

51REFERENSI

Referensi

Badan Pusat Statistik (BPS). Maret 2008. Jakarta, BPS.

Pemerintah Aceh. Qanun No.2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus

_____. Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Dana Otonomi Khusus

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Keputusan Menteri Keuangan No. 556 tahun 2000 tentang Tatacara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Alokasi Khusus.

_____. 2006. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

_____. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 56/PMK.07/2008 tentang Penetapan Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2008

_____. 2001. Undang-Undang No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

_____. 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanjan Daerah.

_____. 2003. Permendagri Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah _____. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

_____. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

_____. 2004. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

_____. 2004. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

_____. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

World Bank. 2006. Aceh Public Expenditure Analysis: Spending for Reconstruction and Poverty Reduction. Jakarta

_____. 2007. Indonesia Public Expenditure Review: Making the Most of Indonesia’s New Opportunities.

APEA

ANALISIS BELANJA PUBLIK ACEH EDISI TERBARU TAHUN 2008

MENGELOLA SUMBER DAYA UNTUK MENCAPAI KELUARANYANG LEBIH BAIK DI DAERAH

OTONOMI KHUSUS