ptk skripsi - supiatun

95
PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN SENI RUPA MURNI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PAKEM PADA PESERTA DIDIK KELAS IX A UPTD SMP NEGERI 5 KERTOSONO, KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: SUPIATUN NIM :140251608080

Upload: wahyu-faisal-putra

Post on 07-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

ptk

TRANSCRIPT

BAB I

PENELITIAN TINDAKAN KELASMENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN SENI RUPA MURNI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN

PAKEM PADA PESERTA DIDIK KELAS IX A

UPTD SMP NEGERI 5 KERTOSONO,KABUPATEN NGANJUKTAHUN PELAJARAN

2014/2015

Oleh:

SUPIATUNNIM :140251608080JURUSAN SENI DAN DESAIN

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG2015KATA PENGANTAR

Bismillahir rohmannir rohiim,

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan lancar.

PTK ini peneliti susun dalam upaya pengembangan profesi guru sebagai tenaga pendidik serta untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam hal penulisan karya tulis ilmiah.

Banyak kesulitan dan hambatan yang peneliti alami dalam penulisan PTK ini, tetapi berkat bantuan saran, kritik, dan motivasi dari berbagai pihak, maka selesailah penulisan PTK ini. Untuk itu, pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.

Penyusunan PTK ini berdasarkan keadaan yang ada di sekolah serta kemampuan peneliti yang sangat terbatas. Oleh sebab itu, PTK ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu, pada kesempatan ini pula peneliti mengharapkan saran dan kritik membangun demi kesempurnaan tugas-tugas peneliti berikutnya.

Akhirnya, semoga Proposal PTK ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya bagi rekan-rekan guru yang akan melakukan penelitian.

Kertosono, Januari 2015PENYUSUN

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan dapat ditingkatkan secara efektif apabila kegiatan atau proses pembelajaran di tingkat sekolah atau kelas diperbaiki secara sistematik. Artinya, perbaikan itu dilakukan dengan terencana dan berkesinambungan. Salah satu cara memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas adalah perbaikan metode atau strategi pembelajaran.

Berdasarkan temuan di lapangan, hasil survei di UPTD SMP Negeri 5 Kertosono, Kabupaten Nganjuk menunjukkan, bahwa menurunnya mutu pendidikan disebabkan oleh penurunan prestasi belajar, khususnya pada mata pelajaran Seni Budaya. Penyebab penurunan ini akibat adanya sebagian besar guru jarang menggunakan strategi pembelajaran yang efektif untuk peserta didik. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Banyak materi pelajaran bersifat abstrak, di luar kemampuan intelektual sebagian besar peserta didik tingkat SMP.

2. Beberapa pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik umumnya hanya mengingat fakta, bukan untuk memikirkan suatu konsep.

3. Sebagian besar pelajaran di kelas tidak menumbuhkan lingkungan belajar yang kondusif.

4. Kerja kelompok maupun diskusi jarang dilakukan peserta didik.

5. Peserta didik diajarkan untuk meniru, bukan menulis atau berbicara secara kreatif.

6. Guru lebih tampak terfokus pada mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi ujian sekolah.

7. Peserta didik jarang bertanya untuk meningkatkan pemahaman.

8. Kadang-kadang guru kurang mengerti konsep yang diajarkan.

9. Sebagian besar penyampaian materi diberikan dalam bentuk ceramah.

Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tindakan kelas, yaitu: Meningkatkan kemampuan mendeskripsikan seni rupa murni dengan menggunakan metode pembelajaran PAKEM pada peserta didik kelas IX A SMP Negeri 5 Kertosono, Tahun Pelajaran 2014/2015B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah cara Meningkatkan kemampuan mendeskripsikan seni rupa murni dengan menggunakan metode pembelajaran PAKEM pada peserta didik kelas IX A SMP Negeri 5 Kertosono, Tahun Pelajaran 2014/2015 ?C.Alasan Memilih Masalah

Salah satu kendala bagi guru untuk meningkatkan cara belajar peserta didik aktif di kelas adalah peserta didik kurang berani mengemukakan pendapatnya sendiri dan menanggapi jawaban dari teman-teman lainnya, meskipun telah diminta oleh guru tersebut. Hal ini terlihat pada saat diskusi kelas tiap pelajaran. Peserta didik pasif, kurang adanya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lain dan antara peserta didik dengan guru.

Bagi guru sulit untuk mengukur sejauh mana materi pelajaran yang diajarkan dapat diserap oleh peserta didiknya. Demikian pula sulit bagi guru untuk mengembangkan materi pelajaran yang diberikan. Situasi seperti ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, sehingga prestasi belajar menjadi rendah.

D.Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dianalisis penyebab masalahnya adalah:

1. Adanya rasa takut peserta didik terhadap gurunya.

2. Adanya rasa malu terhadap teman-temannya dan guru.

3. Takut salah dalam menjawab pertanyaan guru.

4. Tidak terbiasa berbicara di depan umum.

5. Kurang dapat menyusun kalimat dengan benar.

6. Pertanyaan guru terlalu luas.

7. Guru terbiasa memberikan hukuman bila peserta didik tidak bisa menjawab dengan benar.

8. Guru selalu memvonis jawaban peserta didik.

9. Guru selalu bertanya kepada peserta didik yang menuntut jawaban ya atau tidak.E.Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menumbuhkan keberanian peserta didik berdiskusi dengan metode PAKEM dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Seni Budaya pada kompetensi dasar Meningkatkan kemampuan mendeskripsikan seni rupa murni dengan menggunakan metode pembelajaran PAKEM pada peserta didik kelas IX A SMP Negeri 5 Kertosono, Tahun Pelajaran 2014/2015F.Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Mendapatkan informasi tentang berbagai metode pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya, khususnya metode cooperative learning jenis PAKEM.

2. Manfaat Praktis

a.Bagi Guru

1)Dapat mengembangkan strategi pembelajaran dengan tepat sesuai dengan yang diharapkan peserta didik.

2)Mampu memahami konsep atau substansi yang dipelajari peserta didik.

3)Dapat mengembangkan profesinya, sehingga menjadi guru yang profesional di bidangnya.

4)Dapat mengembangkan model diskusi kelas maupun tanya jawab dalam menyampaikan materi pelajaran.

b.Bagi Peserta Didik

1)Diharapkan terjadi perubahan cara belajar peserta didik dari pasif menjadi aktif.

2)Diharapkan peserta didik berani mengemukakan pendapatnya dalam diskusi dan pertemuan-pertemuan secara aktif.

3)Terjadi peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Seni Budaya pada kompetensi dasar Mengidentifikasi seni rupa murni yang diciptakan di daerah setempat.G.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah penggunaan metode PAKEM.

2. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IX A UPTD SMP Negeri 5 Kertosono, Kabupaten Nganjuk tahun pelajaran 2014/2015.

3. Lokasi penelitian adalah UPTD SMP Negeri 5 Kertosono, Kabupaten Nganjuk.

4. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 mulai bulan September s.d. Desember 2014.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.Prestasi Belajar

1.Pengertian

Di dalam kegiatan belajar diharapkan peserta didik akan memperoleh hasil yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seorang peserta didik dalam belajar, maka diperlukan adanya pengukuran. Dengan pengukuran prestasi belajar peserta didik akan dapat diketahui, misalnya kemampuan, kesanggupan, penguasaan di dalam penyelesaian suatu tugas yang diberikan kepadanya. Setelah diperoleh pengukuran dapat dilakukan penilaian terhadap ketrampilan, sikap, dan nilai. Hasil penilaian ini dapat dijadikan alat kontrol tentang perkembangan dan kemajuan dari sesuatu hal tersebut.

Ghazali Yusuf mengemukakan, Prestasi belajar adalah suatu tahap penguasaan bahan pengajaran secara materiil maupun fungsionil oleh anak sebagai akibat dari proses pengajaran dan belajar anak-anak. (1977: 43)

Pendapat lain dikemukakan oleh Sumartono, bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau hasil sesuatu pekerjaan dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar setiap peserta didik tidak sama, tergantung pada kemampuan anak dan beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar. (1981: 25)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat peneliti simpulkan, bahwa prestasi belajar adalah tingkatan kemajuan dan keberhasilan belajar seseorang setelah melalui suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Keberhasilan belajar peserta didik banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ahmad Thonthowi menjelaskan, Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik meliputi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. (1993: 104)

Lebih jauh dikemukakan, bahwa faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Yang termasuk faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah, yaitu faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan kesempurnaan badan.

b. Faktor psikis, meliputi motivasi, intelegensi, kecakapan, minat, perasaan, emosi, dan konsentrasi.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik. Yang termasuk faktor eksternal adalah:

a. Bahan pelajaran, yaitu mengenai luas dan sempitnya serta sulit dan mudahnya materi pelajaran.

b. Metode mengajar, yaitu cara yang dipakai oleh guru dalam menyajikan materi pelajaran.

c. Media pendidikan, yaitu alat-alat yang dipakai oleh peserta didik.

d. Faktor lingkungan, yaitu meliputi lingkungan kelas, keluarga, dan masyarakat.

B.PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)

1. Pengertian PAKEM

Menurut Depdiknas (2005:28) PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Depdiknas (2005:38) mengemukakan secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Siswa terlibat berbagai kegiatan yang menyebabkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.

c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok kaca.

d. Guru menerapkan cara belajar yang kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengemukakan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran dan guru harus bisa menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan dan kreatif dalam membangun pengetahuannya.

2. Ciri-Ciri PAKEM

Menurut Santoso (2006: 26) sebagai sebuah pendekatan pengajaran PAKEM mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dari segi pendekatan pembelajaran, PAKEM lebih berpusat pada siswa, artinya dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, bukan penceramah, fokus pembelajaran pada siswa bukan guru, siswa belajar aktif, dan siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya mereka sendiri, tidak mengutip dari guru.

b. Dilihat dari segi strategi pembelajaran, PAKEM berpusat pada siswa yang bentuknya bisa bermain peran, pemecahan masalah, belajar kelompok, diskusi kelas atau debat, praktik ketrampilan, penelitian atau riset dengan menulis kata-kata sendiri.3. Peran Guru dalam PAKEM

Minarti (2004) menjelaskan peran guru dalam kegiatan pembelajaran harus mampu mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), artinya siswa diikut sertakan dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Model pendekatan PAKEM diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan mental siswa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengembangkan potensi dirinya baik dalam aspek emosional, spiritual dan intelektualnya.

Peran guru dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan siswa, karena hal ini dapat mendorong siswa lebih antusias, tekun dan termotivasi dalam belajar. Menurut Santoso (2005:50) peran guru dalam model pendekatan PAKEM meliputi :

a. Sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran.

b. Guru harus kreatif dalam mendesain pembelajaran dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

c. Menggunakan metode pembelajaran dan masalah aktual dalam proses pembelajaran.

d. Menciptakan kondisi pembelajaran yang demokratis dan mendorong siswa berani menyampaikan gagasan dan ide.

e. Mengadakan pendekatan kasih sayang.

Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal, karena guru berfungsi sebagai ujung tombak keberhasilan pengajaran. Guru harus mampu mengelola pembelajaran, mampu membaca dan memprediksi kebutuhan peserta didik.

Dengan adanya kreativitas guru dalam pembelajaran diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, sehingga materi pelajaran yang disampaikan oleh guru mudah dipahami oleh siswa.

4. Peran Siswa dalam Model Pendekatan PAKEM

Dalam proses pembelajaran siswa sebagai subyek didik dituntut aktif dan kreatif dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan demikian siswa sendiri yang harus menentukan proses pembelajaran dengan berperan sebagai fasilitator serta motivator.

Siswa sebagai subyek didik harus bisa belajar aktif dan kreatif untuk menuangkan ide, pikiran dan gagasannya dalam belajar. Menurut Santoso (2005: 2) dalam proses pendekatan PAKEM siswa dituntut untuk : a) berpikir sendiri, b) mengerjakan sendiri tugas mereka, c) mengerjakan tugas bersama, d) menulis karya sendiri, e) berdiskusi bersama teman, f) bekerja sama, g) membaca buku, h) menggunakan apa yang telah mereka pelajari dalam praktik.

Peran serta siswa penting dalam proses pembelajaran, dengan adanya peran aktif siswa maka pembelajaran menjadi bermakna dan lebih hidup karena siswa merespon pelajaran yang disampaikan oleh guru. Bahri (2000: 84) menyebutkan ciri-ciri siswa yang aktif, adalah :

a. Siswa belajar secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip dan generalisasi.

b. Siswa belajar dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah.

c. Setiap siswa berpartisipasi dalam melakukan tugas belajarnya dengan berbagai cara.

d. Siswa berani mengajukan pendapat.

e. Adanya aktivitas belajar, analisis, sintesis, penilaian dan kesimpulan.

f. Antara siswa terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan kegiatan belajar.

g. Setiap siswa mampu mengomentari dan menberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lainnya.

h. Setiap siswa berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia.

i. Adanya upaya dari siswa untuk bertanya pada guru dan meminta pendapat guru dalam kegiatan belajar.

Dengan adanya sikap aktif ini maka siswa dalam proses pembelajaran siswa menjadi kreatif menuangkan ide dan gagasannya karena adanya rasa percaya diri yang menjadikan siswa tidak takut atau minder apabila gagasan atau pendapatnya disalahkan. Soun (dalam Slameto, 2003: 147) menyebutkan bahwa individu yang kreatif menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Hasrat keingintahuannya cukup besar.

b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.

c. Panjang akal.

d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.

e. Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit.

f. Berfikir fleksibel.

g. Menanggapi pertanyaan cenderung memberi jawaban yang lebih banyak.

Pembelajaran dengan model pendekatan PAKEM dikatakan menyenangkan apabila dalam proses belajar mengajar siswa tidak takut salah, ditertawakan dan tidak takut dianggap sepele. Pembelajaran yang menyenangkan tercipta apabila dalam pembelajaran membuat anak:

a. Berani mencoba/berbuat sesuatu yang sesuai keinginan;

b. Berani bertanya bila kurang paham atau ingin tahu lebih banyak;

c. Berani mengemukakan pendapat/gagasan, serta

d. Berani mempertanyakan gagasan orang lain.

PAKEM merupakan suatu pendekatan yang diharapkan sesuai dengan kondisi siswa, karena dalam penerapannya bukan hanya siswa saja yang dituntut aktif dan kreatif tetapi guru juga dituntut hal yang serupa. Menurut Depdiknas (2005:2) PAKEM diterapkan karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya :

a. Belajar lebih efektif.

b. Siswa lebih kritis.

c. Siswa menjadi lebih kreatif.

d. Suasana dan pengalaman belajar bervariasi.

e. Meningkatkan kematangan emosional/sosial.

f. Produktivitas siswa tinggi.

g. Siswa menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan.

Guru dalam model pendekatan PAKEM berperan sebagai motivator dan fasilitator, dengan demikian siswa sendiri yang harus merencanakan proses belajarnya. Selain itu guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan siswa yang beraneka ragam tanpa harus mengajar siswa secara individual, mampu mengubah pola pikir, sikap dan pola tindakan dalam proses pembelajaran serta harus bisa membuat inovasi dan strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

C.Pembelajaran Seni Budaya

1. Pengertian dan Definisi Seni budaya Menurut Para Ahli

Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Kebutuhan akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara urutan kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan, keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, seni budaya akan berkembang apabila masyarakat makmur dan sejahtera.

Berikut ini adalah Pengertian dan definisi seni budaya menurut para ahli:a. HARRY SULASTIANTO: Senii budaya merupakan suatu keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi pandangan akan benda, suasana, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban yang lebih majub. M. THOYIBI : Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia.c. IDA BAGUS PUTU PERWITA: Seni budaya merupakan penunjang sarana upacara adatd. SARTONO KARTODIRDJO : Seni budaya merupakan sistem yang koheren karena seni budaya dapat menjalankan komunikasi efektif, antara lain dengan melalui satu bagian saja dapat menunjukkan keseluruhannya2. Seni Rupa MurniSeni rupa murni (pare/fine art) merupakan seni rupa yang tidak memperhatikan unsur praktis. Karya seni rupa murni diciptakan khusus berdasarkan kreativitas dan ekspresi pribadi pembuatnya.Dalam seni rupa murni, terdapat beberapa aliran gaya. Aliran gaya, yaitu aliran dalam gerakan seni rupa yang memiliki ideologi dan ciri khas yang unik dan baru dalam karya-karya yang dihasilkannya. Aliran seni rupa, di antaranya romantisme, ekspresionistne,impresionisme,dan surcalisme. Cabang-cabang seni rupa murni, di antaranya sebagai berikut.a. Seni Lukis

Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang berdimensi dua. Melukis adalah kegiatan membubuhkan cat (kental maupun cair) di atas bidang yang datar. Pembubuhan cat tersebut diharapkan dapat mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif. Melukis lebih bebas dalam menafsirkan objek sesuai keinginan pelukisnya. Dibanding dengan menggambar, melukis lebih cenderung mengekspresikan jiwa pelukis melalui media ungkap dan teknik penggarapannya berdasarkan prinsip-prinsip seni rupa. Kemampuan penggarapan serta penguasaan bahan dan alat merupakan aspek yang utama di dalam melukis.

(1) Bahan

Bahan melukis adalah segala material yang dapat digunakan untuk kegiatan melukis. Bahan untuk melukis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cat atau tinta (cat air, cat minyak, cat akrilik, tinta cina, dan pewarna lainnya) dan bidang lukis (kanvas, kertas, tripleks, kaca, keramik, tembok, dan lainnya).

(2) Alat

Alat melukis adalah segala perkakas yang dapat digunakan dalam kegiatan melukis. Untuk melukis, kita dapat menggunakan kuas cat air. Kuas cat minyak, pisau palet, palet, sprayer, dan esel.

(3) Teknik

Teknik melukis adalah cara-cara yang digunakan untuk melukis. Teknik melukis dapat menggunakan beberapa cara, yaitu; aquarel atau transparan, plakat atau menutup, spray atau semprot, pointilis atau titik-titik, dan tempra.

(a) Aquarel

Teknik aquarel atau transparan adalah cara melukis dengan menggunakan menggunakan bahan cat air dengan sapuan warna yang tipis sehingga hasilnya tembus pandang (transparent).(b) Plakat

Teknik plakat merupakan cara melukis dengan bahan cat air, cat akrilik, atau cat minyak dengan sapuan warna yang tebal atau kental sehingga hasilnya tampak pekat atau menutup.

(c) Spray

Teknik spray atau semprot adalah cara melukis dengan bahan cat yang cair yang disemprotkan dengan sprayer. Teknik ini sering digunakan untuk membuat reklame visual.

(d) Pointilis

Teknik pointilis atau titik-titik merupakan cara melukis yang dalam membuat gelap-terangnya gambar atau pencampuran warna dengan membuat titik-titik.(e) Tempra

Teknik tempra merupakan cara melukis pada tembok dengan sedemikian rupa sehingga hasilnya menyatu dengan arsitektur.

b. Seni Patung

(1). Pengertian dan Fungsi Patung

Patung merupakan karya seni rupa tiga dimensi, artinya benda yang memiliki volume atau isi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patung diartikan sebagai benda tiruan bentuk manusia dan binatang yang cara pembuatannya dipahat. Pengertian ini didasarkan terjemahan dari bahasa Inggris sculpture, karena pematung jaman dahulu kebanyakan mempergunakan teknik memahat.

Seni patung disebut juga plastic art atau seni plastik. Maksudnya, plastik, mudah dibentuk sesuka hati. Seni patung juga diartikan sebagai seni bentuk, maksudnya bentuk-bentuk yang memiliki keindahan.

Secara umum fungsi seni patung tidak terlepas dari tujuan diciptakannya patung tersebut. Berdasarkan tujuan pembuatannya, patung ada enam macam, yaitu;(a) Patung religi, sebagai sarana untuk beribadah atau bermakna religius

(b) Patung monumen, untuk memperingati jasa seseorang, kelompok, atau peristiwa bersejarah.

(c) Patung arsitektur, yaitu patung yang ikut aktif berfungsi dalam konstruksi bangunan.

(d) Patung dekorasi, yaitu patung untuk menghias bangunan atau memperindah lingkungan (taman atau ruangan).

(e) Patung seni, artinya patung yang diciptakan untuk dinikmati keindahan bentuknya.

(f) Patung kerajinan, yaitu patung hasil karya kerajinan.

(2) Corak Patung

Di Indonesia pada masa lampau sudah dikenal patung primitif seperti yang terdapat di Irian Jaya (Asmat) dan Sulawesi Selatan (Tanah Toraja). Pada masa Hindu-Budha patung klasik berkembang terutama di Jawa dan Bali. Karya patung primitif dan klasik secara tradisional berlangsung turun temurun hingga sekarang. Selanjutnya primitif dan klasik disebut corak tradisonal. Sedangkan patung diluar primitif dan klasik disebut patung bercorak modern.Dilihat dari perwujudannya, ragam seni patung modern dapat dibedakan menjadi tiga corak sebagai berikut.

Corak imitatif (realis/representatif) merupakan tiruan dari bentuk alam (manusia, binatang, dan tumbuhan). Perwujudan patung corak ini berdasarkan fisio plastis atau bentuk fisik baik anatomi, proporsi, maupun gerak. Patung corak realis tampat pada karya Hendra, Trubus, Saptoto dan Edy Sunarso.

Patung corak deformatif bentuknya telah banyak berubah dari tiruan alam. Bentuk-bentuk alam diolah, digubah menurut gagasan dan imajinasi pematung.

Dari bentuk-bentuk imajinasi dan geometris selanjutnya muncul corak kubistis. Corak ini tampak pada karya pematung seperti: But Mochtar, G. Sidharta, dan lain-lain.

Corak nonfiguratif (abstrak) secara umum sudah banyak meninggalkan bentuk-bentuk alam untuk perwujudannya (abstrak). Corak abstrak dipengaruhi oleh aliran konstruksi. Patung dipandang sebagai konstruksi, yaitu susunan material seperti besi, plat, kawat, kayu, plastik dan sebagainya.(3) Ragam Patung

Dalam melakukan penyusunan material ada yang harus ditempa dan dipotong. Ada pula yang tinggal menyusun bentuk-bentuk yang sudah ada. Kecenderungan lain dalam corak abstrak adalah corak yang minimal, yaitu pencarian bentuk dasar dengan sedikit variasi. Di Indonesia corak abstrak ditampilkan oleh pematung G. Sidharta, Rita Widagdo, dan sebagainya.Jenis karya patung dapat kita bedakan menjadi tiga, yaitu patung dada, patung torso dan patung lengkap.

Yang dimaksud dengan patung dada adalah penampilan karya patung sebatas dada hingga ke atas atau bagian kepala.

Torso disebut juga badan. Patung torso adalah penampilan karya patung yang hanya menampilkan bagian badan, dari dada, pinggang dan panggul.

Penampilan karya patung lengkap maksudnya terdiri dari bagian badan, anggota badan bagian atas dan bagian bawah, serta kepala.(4) Media Karya Patung(a) Bahan

Bahan lunak: yang dimaksud bahan lunak adalah material yang empuk dan mudah dibentuk. Misalnya tanah liat, plastisin dan sabun.

Bahan Sedang: artinya tidak lunak dan tidak keras. Yang termasuk bahan sedang antara lain kayu waru, kayu sengon, kayu randu, dan kayu mahoni. Pembuatan patung dengan kayu biasanya dari bentuk gelondongan (batangan) bukan dari bentuk papan. Oleh karena itu, sebelum membuat patung hendaknya mempersiapkan bahan sesuai kebutuhan.

Bahan keras: bahan keras dapat berupa kayu atau batu-batuan. Bahan keras kayu contohnya kayu jati, kayu sonokeling dan kayu ulin. Bahan batu-batuan antara lain batu padas, batu granit, batu andesit, dan batu pualam (marmer).Selain bahan-bahan tersebut di atas masih ada bahan yang dapat dipergunakan untuk membuat patung, yaitu semen, pasir, gips, kuningan, perunggu, emas, dan sebagainya.

(b) Alat

Peralatan yang dipergunakan untuk membuat patung tergantung kepada bahan dan tekniknya. Adapun alat yang digunakan untuk membuat patung adalah sebagai berikut.(i) Butsir: butsir adalah alat bantu untuk membuat patung yang terbuat dari bahan kayu dan kawat. Bentuknya sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sesuai dengan bentuknya masing-masing. Panjangnya antara 10cm hingga 15 cm.

(ii) Meja putar: Meja putar adalah meja untuk berkarya patung dan dapat digerak-gerakkan dengan cara memutar. Fungsinya untuk memudahkan dalam mengotrol bentuk dari berbagai arah.

(iii) Pahat: pahat jenisnya ada dua, yaitu pahat ukir untuk kayu dan pahat untuk batu. Pahat ukir bentuknya bervariasi, terdiri dari pahat kuku (lengkung), pahat pengikat (lurus), pahat pengot, dan pahat kol. Satu set pahat ukir jumlahnya 32 buah.(iv) Palu: Palu merupakan alat pelengkap pahat. Pahat tanpa palu tidak dapat berfungsi dengan baik. Palu dari bahan kayu disebut gandhen.

(v) Cetakan: cetakan terbuat dari bahan gips. Kegunaannya untuk mencetak karya patung dari bahan cair.

(vi) Kakatua: alat ini terbuat dari besi dan berbentuk seperti paruh burung kakatua. Kegunaannya untuk mengencangkan ikatan kawat dan memotong kawat.

(vii) Senduk Adonan: senduk adonan ini terbuat dari besi dan kayu. Bentuk senduk cukup lebar dengan tangkai dari kayu. Kegunaan alat ini untuk mengambil adonan dan menempelkannya pada kerangka patung.

(c) Teknik

(i) Teknik Membutsir

Membutsir yaitu membuat patung dengan cara memijit, menambah, dan mengurangi bahan yang dibentuk, dengan dibantu alat butsir. Membuat patung dengan cara membutsir biasanya mempergunakan bahan tanah liat atau plastisin. Butsir berfungsi sebagai alat bantu untuk mencapai bentuk yang diinginkan.

(ii) Teknik Memahat

Berbeda dengan teknik membutsir yang dapat dilakukan dengan memijit, menambah, dan mengurangi, dalam teknik memahat hanya dapat dilakukan pengurangan. Biasanya yang dipahat bahan yang cukup padat seperti kayu atau batu.(iii) Teknik Mencetak

Teknik mencetak ada dua macam yaitu cetak tekan dan cetak tuang (cor). Dalam membuat patung dengan teknik mencetak biasanya digunakan teknik cetak tuang atau cor. Bahan yang dipergunakan untuk teknik ini umumnya cair atau bahan yang dapat dicairkan.

Proses mencetak meliputi beberapa tahapan seperti: menyiapkan alat setak (cetakan), menyiapkan bahan yang sudah dicairkan, menuangkan bahan pada cetakan hingga penuh, menunggu bahan sampai patat (mengkristal), kemudian membuka cetakan yang dilanjutkan dengan menghaluskan hasil cetakan.(iv) Teknik Kontruksi

Konstruksi artinya bangunan atau susunan. Teknik konstruksi adalah membuat patung dengan cara menyusun bahan, baik dengan kerangka ataupun tanpa kersangka. Cara menyusunnya dapat direkatkan dengan lem, dilepa atau dilas/dipatri.c. Seni Grafis

Seni grafis merupakan cabang dari karya seni rupa murni yang berdimensi dua. Berdasarkan dimensinya, seni grafis sama dengan seni lukis, namun dari segi teknik pembuatannya memiliki perbedaan. Seni lukis dibuat dengan teknik aquarel, plaket, atau tempra, sedangkan seni grafis dibuat dengan teknik mencetak. Seni grafis dapat dibuat dengan teknik cetak tinggi, cetak dalam, cetak saring, dan cetak cahaya (photography).BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kertosono, desa Bangsri kecamatan Kertosono. 2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan September sampai bulan Desember 2014B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas 9 A SMP Negeri 5 Kertosono. Subyek penelitian berjumlah 20 orang. Siswa laki-laki sejumlah 12 siswa dan siswa perempuan sejumlah 8 siswa.C. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan angket.

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan model pendekatan PAKEM terhadap kemampuan siswa dalam mendeskripsikan seni rupa murni pada peserta didik kelas 9 A. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah keaktifan dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh data ini peneliti menggunakan check list KBM, dalam hal ini peneliti tinggal memberi tanda centang/chek disetiap ada kemunculan data yang dimaksud.2. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru serta untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui pengamatan jenis-jenis seni rupa murni dan cara pembuatanya sehingga dapat mendeskripsikan materi tersebut. Pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Untuk memperoleh datanya dengan cara menganalisa data dokumentasi ulangan harian siswa yang dilakukan sebelum penelitian serta menganalisa foto-foto pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas..3. Angket

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pendekatan PAKEM melalui praktikum yang telah diterapankan oleh guru. Angket yang digunakan adalah jenis angket langsung dan tertutup, dimaksudkan agar siswa dapat langsung merespon sejumlah pertanyaan dalam angket.D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) berdasarkan pendekatan "naturalistik-kualitatif", didasarkan pada pandangan bahwa penerapan penelitian tindakan di dalam kelas diharapkan mampu mendorong guru (praktik) memiliki kesadaran diri, melakukan refleksi dan kritik diri terhadap aktivitas/praktek pembelajaran yang diselenggarakan.

(M.C. Niff, 1992, Hopkins, 1985, 1993).Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur Pokok: refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan perancangan ulang. Tahapan siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan dengan bagan pada gambar I.

Gambar I Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Arikunto (2000: 16)KETERANGAN BAGAN:

SIKLUS I

1. Perencanaan

Penelitian tindakan akan diterapkan pada kelas tertentu dengan materi dan tujuan pembelajaran tertentu. Perencanaan penelitian ini meliputi:

a) Mengkaji materi yang akan disampaikan kepada siswa.

b) Mengkaji materi dengan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berupa powerpoint dan video pembelajaran terkait dengan tema.

c) Menyusun silabus dengan rencana pembelajaran.

d) Menyusun instrument penelitian hasil belajar.

e) Mempersiapkan media pembelajaran berupa presentasi powerpoint sesuai dengan materi seni rupa murni.

2. Tindakan

Tahap ini merupakan penerapan dari pembelajaran:

a. Kegiatan awal (10 menit)

1)Memotivasi siswa dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi .

2)Menyampaikan tujuan, manfaat pelajaran dan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas maupun di ruang multi media SMP Negeri 5 Kertosono.b Kegiatan Inti (60 menit)

1)

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 anak.

2) Guru membimbing siswa melakukan pengamatan presentasi powerpoint terkait dengan materi dan juga video pembelajaran dengan tema seni rupa murni sesuai dengan LKS.

3) Siswa melakukan kegiatan pembelajaran di ruang multi media SMP Negeri 5 Kertosono secara berkelompok dalam mengerjakan tugas membuat presentasi powerpoint sesuai dengan materi.

4) Siswa mencatat hasil pengamatan presentasi yang dilakukan oleh peneliti, dan juga mengamati video pembelajaran dengan tema seni rupa murni.

5) Guru dan siswa menbahas hasil pengamatan video pembelajaran Seni Rupa Murniyang ditayangkan oleh peneliti.

3.Observasi

Pengamatan dilakukan oleh:

1) Observer I, guru pengamat yang bertugas mengamati jalannya pembelajaran yang diterapkan oleh guru pelaksana.

2) Observer II, yaitu peneliti yang mengambil data hasil belajar siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

4. Refleksi

Merupakan tahap pengkajian hasil pengamatan secara menyeluruh mencakup menganalisa, menjelaskan, dan menyimpulkan dari data yang sudah diperoleh. Hasil refleksi ini digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Setelah penelitian tindakan dilakukan satu siklus sampai dengan refleksi dilihat pembelajaran yang diperoleh siswa, jika pembelajaran belum mencapai tujuan pembelajaran maka diterapkan siklus berikutnya yang mengacu pada siklus sebelumnya.

Setelah penelitian tindakan kelas dilakukan satu siklus sampai dengan refleksi dilihat pembelajaran yang diperoleh siswa, jika pembelajaran belum mencapai tujuan pembelajaran maka diterapkan siklus berikutnya yang mengacu pada siklus sebelumnya.

SIKLUS II

Siklus II ini mengacu pada refleksi siklus I terdapat masalah, maka pada siklus II masalah tersebut akan dipecahkan dengan memberikan peningkatan pada tindakan atau pelaksanaan sehingga pada siklus II diharapkan adanya peningkatan yang lebih baik.E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Data prestasi siswa ini diambil dengan menggunakan tes tertulis yang diambil setiap akhir siklus.

2. Data keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar diambil dengan menggunakan lembar check list observasi.

3. Data motivasi siswa diambil dengan menggunakan instrument angket tertutup dengan skala likert yang diambil pada akhir siklus.

4. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru serta melihat suasana pembelajaran yang berlangsung.F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui keberhasilan tindakan kelas ini akan dilakukan pengambilan data dengan menggunakan:

1. Metode Tes

Dalam penelitian ini tes digunakan untuk melihat data prestasi siswa. Data prestasi siswa diambil untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam ranah kognitif. Data prestasi ini diambil dengan menggunakan tes tertulis sedang instrumennya menggunakan lembar tes.

2. Angket

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk melihat motivasi siswa terhadap penerapan model pendekatan PAKEM melalui penerapan media pembelajaran berupa presentasi powerpoint dan video pembelajaran terkait materi. Instrumen yang digunakan berupa angket tertutup dengan skala likert yang berjumlah 10 butir. Pengisian angket motivasi siswa serta suasana dalam pembelajaran dilaksanakan di akhir siklus.

3. Observasi

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrument check list observasi digunakan untuk melihat aspek psikomotorik siswa dan aktivitas kegiatan siswa pada saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoint dan video pembelajaran terkait materi.

G. Analisa Data1. Data Prestasi Siswa

Pada penelitian tindakan kelas ini siswa diamati prestasi yang didapat dari setiap siklus. Prestasi belajar siswa harus mencapai Standart Ketuntasan Belajar (SKBM). KKM yang ditentukan dalam belajar seni budaya adalah 75.

Pencapaian indikator keberhasilan dalam penelitian ini jika lebih atau sama dengan 75% jumlah siswa secara keseluruhan telah mencapai KKM. Pencapaian indikator prestasi belajar siswa secara klasikal dihitung dengan rumus siswa yang tuntas

Belajar Tuntas = X 100 %

siswa yang tuntas2. Data Psikomotorik

Untuk mengetahui ketrampilan siswa dan keaktifan siswa dalam kegiatan praktikum dilakukan observasi pada saat kegiatan praktikum berlangsung. Ketrampilan yang diamati adalah ketrampilan dalam melakukan pengamatan atau tindakan dalam presentasi powerpoints serta mengerjakan LKS dengan benar. Sedang untuk keaktifan siswa yang diamati adalah keaktifan siswa dalam mencari informasi tentang materi seni rupa murni, keaktifan dalam bertanya dan berdikusi dalam kelompok.

Data hasil ketrampilan dan keaktifan siswa dapat dianalisa dengan rumus: skor yang didapat

Nilai Skor = X 100 %

siswa yang tuntas

Untuk memberikan skor siswa ditentukan dengan rentang nilai sebagai berikut:

1. 0 % 20 % = kurang sekali

2. 21 % 40 % = kurang

3. 41 % 60 % = cukup

4. 61 % 80 % = baik

5. 81 % 100 % = sangat baik

(Arikunto, 2005)

Pencapaian indikator keberhasilan dalam pembelajaran dengan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran berupa powerpoint dan video pembelajaran sesuai dengan materi, ini bila siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali lebih dari 75% jumlah siswa keseluruhan. Siswa dianggap mendapat predikat baik jika nilai yang didapatkan minimal mencapai 75. Pencapaian indikator ketrampilan siswa terhadap pembelajaran secara klasikal dihitung dengan rumus: siswa berpredikat baik & baik sekali

Pencapaian klasikal = X 100 %

seluruh siswa 3. Data Motivasi Belajar Siswa

Penilaian data motivasi siswa dengan lembar angket. Angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan skala likert. Data hasil angket dianalisa dengan rumus sebagai berikut:

skor yang didapat

Nilai Skor = X 100 %

siswa yang tuntas

Untuk memberikan skor siswa ditentukan dengan rentang nilai sebagai berikut: 1. 0 % 20 % = kurang sekali

2. 21 % 40 % = kurang

3. 41 % 60 % = cukup

4. 61 % 80 % = baik

5. 81 % 100 % = sangat baik

(Arikunto, 2005)

Pencapaian indikator keberhasilan dalam pembelajaran dengan model pendekatan PAKEM melalui praktikum ini bila siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali lebih dari 75% jumlah siswa keseluruhan. Siswa dianggap mendapat predikat baik jika nilai yang didapatkan minimal mencapai 61.

Pencapaian indikator motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran secara klasikal dihitung dengan rumus:

siswa berpredikat baik & baik sekali

Pencapaian klasikal = X 100 %

seluruh siswaH. Jadwal Penelitian

NOJENIS KEGIATANPELAKSANAAN PENELITIAN

SeptemberOktoberNopemberDesember

1234123412341234

1Pengajuan judulX

2Pengajuan proposalXXX

3Pelaksaan siklus I

a. Perencanaan

b. Tindakan

c. Observasi

d. Refleksi

X

X

X

X

4Pelaksaan siklus II

a. Perencanaan

b. Tindakan

c. Observasi

d. Refleksi

X

X

X

X

5Menyusun laporan XXX

BAB IV

HASIL TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Adapun penerapan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoint dan video pembelajaran terkait dengan materi, serta hasil penelitian dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:

SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran peneliti dan guru menyusun dan mempersiapkan instrument-istrument yang diperlukan diantaranya: membuat silabus dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun lembar kerja siswa (LKS), membuat presentasi dengan menggunakan media powerpoint dan video pembelajaran sesuai materi seni rupa murni, membuat soal tes, menyusun lembar angket dan lembar observasi ketrampilan siswa dan keaktifan siswa. Data silabus, RPP dan LKS disajikan selengkapnya pada lampiran 1, 2 dan 3.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pada awal kegiatan pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, selanjutnya guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan.

Guru membagi siswa dalam 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran dengan menampilan pesentasi powerpoint dan pengamatan video pembelajaran dengan materi seni rupa murni yang akan dilaksanakan diruang multi media SMP Negeri 5 Kertosono. Siswa melakukan kegiatan pengamatan dan mencatat hasil pengamatannya. Guru memantau kegiatan presentasi dan diskusi dan memberikan pengarahan seputar prosedur penelitian sesuai dengan materi.

Setelah selesai melaksanakan kegiatan praktikum semua siswa kembali ke kelas, kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya. Selanjutnya guru dan siswa menarik kesimpulan tentang materi seni rupa murni. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes tulis. Soal tes tulis pada siklus I dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 4.3. Tahap Observasi

Pada tahap observasi guru dan peneliti melakukan pengambilan data serta mengamati jalannya pengambilan data. Data yang diambil meliputi:

a. Hasil tes prestasi belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui pengunaan media pembelajaran powerpoint dan video pembelajaran sesuai materi seni rupa murniBerdasarkan data hasil evaluasi setelah dilakukan tes tulis pada setiap siswa tentang materi seni rupa murni yang dilaksanakan pada siklus I dapat diketahui hasilnya pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Prestasi Belajar Siswa

SKBMFrekuensiProsentase (%)Keterangan

< 751575Belum tuntas

75525 Tuntas

Jumlah20100

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 20 siswa, jumlah siswa yang belum tuntas belajar pada siklus I sebanyak 15 siswa dengan prosentase 75% sedangkan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 5 siswa dengan prosentase 25%. Ketuntasan belajar siswa dilihat melalui KKM yaitu yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 75. pada hasil prestasi belajar siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5.b. Hasil observasi ketrampilan siswa dalam kegiatan presentasi menggunakan powerpointHasil ketrampilan siswa dalam kegiatan praktikum dapat diketahui dengan menggunakan teknik observasi. Hasil observasi siswa dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil Observasi Ketrampilan Siswa Dalam Kegiatan Presentasi powerpointNoRentangan (%)FrekuensiProsentase (%)Predikat

1 0 20Kurang sekali

2 21 40Kurang

3 41 601050Cukup

4 61 80525Baik

5 81 100525 Sangat baik

Jumlah20100

Jumlah siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali = 10Ketercapaian indikator secara klasikal = 50%

Dari tabel 4.2 tentang hasil observasi ketrampilan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan powerpoint sebagai media pembelajaran dan pengamatan video pembelajaran pada siklus I dapat diketahui bahwa dari 20 siswa, jumlah siswa yang berpredikat cukup 5 siswa dengan prosentase 25%, jumlah siswa dengan predikat baik 10 siswa dengan prosentase 50% dan jumlah siswa dengan predikat baik sekali 5 orang dengan prosentase 25%. Pada siklus I ini hasil yang dicapai secara klasikal 50%, sehingga belum memenuhi indikator pembelajaran yang ditetapkan yaitu 75%. Data hasil observasi ketrampilan siswa dalam kegiatan presentasi powerpoint dengan materi seni rupa murni dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 6.

c. Hasil keaktifan siswa dalam kegiatan pengamatan video pembelajaranUntuk mengetahui dampak dari pelaksanaan model pendekatan PAKEM melalui pengunaan media pembelajaran berupa video mendeskripsikan seni rupa murni, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran Seni Budaya pada kelas 9A yang dilakukan pada kegiatan pengamatan video pembelajaran mendeskripsikan seni rupa murni. Data yang diambil ini berupa data keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Hasil observasi siswa dalam kegiatan praktikum siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Pengamatan Video Pembelajaran

NoRentangan (%)FrekuensiProsentase (%)Predikat

1 0 20Kurang sekali

2 21 40Kurang

3 41 60420Cukup

4 61 801260Baik

5 81 100420 Sangat baik

Jumlah20100

Jumlah siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali = 16Ketercapaian indikator secara klasikal = 80%

Dari tabel 4.3 tentang hasil observasi keaktifan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui pengamatan video pembelajaran. pada siklus I dapat diketahui bahwa dari 20 siswa, jumlah siswa yang berpredikat cukup 4 siswa dengan prosentase 20%, jumlah siswa dengan predikat baik 12 siswa dengan prosentase 60% dan jumlah siswa dengan predikat baik sekali 4 orang dengan prosentase 20%. Pada siklus I ini hasil yang dicapai secara klasikal 80% sehingga sudah memenuhi indikator pembelajaran yang ditetapkan yaitu 75%. Data hasil observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pengamatan video pembelajaran dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 7.

d. Hasil motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM.Respon belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoint dan video pembelajaran dapat di analisis dengan menggunakan metode angket. Hasil angket siswa dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Pendekatan PAKEMNoRentangan (%)FrekuensiProsentase (%)Predikat

1 0 20Kurang sekali

2 21 40Kurang

3 41 60--Cukup

4 61 801050Baik

5 81 1001050Sangat baik

Jumlah20100

Jumlah siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali = 20Ketercapaian indikator secara klasikal = 100%

Dari tabel 4.4 tentang hasil angket motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoint dan video pembelajaran pada siklus I dapat diketahui bahwa dari 20 siswa, jumlah siswa yang berpredikat cukup 0 siswa dengan prosentase 0%, jumlah siswa dengan predikat baik 10 siswa dengan prosentase 50% dan jumlah siswa dengan predikat baik sekali 10 orang dengan prosentase 50%. Pada siklus I ini hasil yang dicapai secara klasikal 100% sehingga sudah memenuhi indikator pembelajaran yang ditetapkan yaitu 75% sehingga tidak perlu lagi diberikan pada siklus II. Data hasil observasi ketrampilan siswa dalam kegiatan penelitian dengan mengguanakan pendekatan PAKEM dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 8.

4. Refleksi

Pada tahap ini guru dan peneliti melakukan analisis hasil pengamatan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran berupa powerpoint dan video pembelajaran. Dari analisis tersebut diperoleh data-data berupa prestasi belajar siswa, ketrampilan siswa, keaktifan siswa serta motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran seni budaya dengan materi seni rupa murni menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoint dan video pembelajaran dengan materi seni rupa murni.

Adapun permasalahan yang muncul pada saat proses pembelajaran pada siklus I yang mengakibatkan tidak tercapainya indikator ketuntasan prestasi belajar, ketrampilan siswa dan keaktifan siswa dalam kegiatan penelitian antara lain:

a. Siswa masih belum begitu paham tentang model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoint dan viseo pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Siswa masih belum terbiasa dengan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media powerpoints dan video pembelajaran sehingga mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk dalam mengisi LKS serta dalam membuat presentasi powerpoints.

c. Pembentukan kelompok berlangsung lambat sehingga menghabiskan banyak waktu dan menghambat kegiatan pembelajaran dalam penelitian.

d. Guru masih memandu siswa dalam membuat kesimpulan dari materi yang didiskusikan. Para siswa belum terbiasa membuat kesimpulan sendiri yang mengakibatkan suasana dalam pembelajaran menjadi gaduh. SIKLUS II

1. Tahap Perencanaan

Dari hasil refleksi pada siklus I maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II agar hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan seperti yang diharapkan yaitu mencapai indikator keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan.

Untuk memperbaiki proses pembelajaran, siswa dijelaskan terlebih dahulu langkah-langkah pelaksanaan presentasi powerpoint dan pengamatan video pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Selain itu guru juga lebih optimal dalam membimbing praktik yang dilaksanakan siswa. Sehingga siswa lebih mudah memahami materi dengan diterapkannya model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media powerpoint dan video pembelajaran sesuai dengan materi seni rupa murni.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru melaksanakan RPP dan LKS yang telah dibuat. Pada awal kegiatan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, selanjutnya guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. RPP dan LKS untuk siklus II dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 9 dan 10.

Selanjutnya guru memberi penjelasan tentang kegiatan penelitian dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami tentang kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan.

Pada saat pelaksanaan presentasi guru secara optimal memberikan membimbing siswa dan memantau siswa dalam proses kegiatan praktik sesuai dengan prosedur. Sedangkan peneliti mengobservasi proses kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh data prestasi siswa, ketrampilan siswa serta keaktifan siswa dalam kegiatan praktikum. Setelah kegiatan presentasi powerpoint dan pengamatan video pembelajaran diakhir pembelajaran diadakan tes tulis untuk mengukur prestasi belajar siswa pada siklus II. Soal test siklus II disajikan secara lengkap pada lampiran 11.

3. Tahap Observasi

Pada tahap observasi guru dan peneliti melakukan pengambilan data serta mengamati jalannya pembelajaran. Data yang diambil meliputi:

a. Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa Hasil tes prestasi belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpointBerdasarkan data hasil evaluasi setelah dilakukan tes tulis pada setiap siswa tentang materi seni budaya yang dilaksanakan pada siklus II dapat diketahui hasilnya pada tabel 4.5 dibawah ini Tabel 4.5 Hasil Prestasi Belajar SiswaSKBMFrekuensiProsentase (%)Keterangan

< 75525Belum tuntas

7525 75 Tuntas

Jumlah20100

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 20 siswa, jumlah siswa yang belum tuntas belajar pada siklus II sebanyak 5 siswa dengan prosentase 25% sedangkan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 25 siswa dengan prosentase 75%. Ketuntasan belajar siswa dilihat melalui KKM yaitu yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 75. Dengan demikian terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari siklus I ke siklus II sebesar 30%. Data hasil prestasi belajar siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 12.

b. Hasil observasi ketrampilan siswa dalam kegiatan presentasi powerpointHasil ketrampilan siswa dalam kegiatan presentasi powerpoint dapat diketahui dengan menggunakan teknik observasi. Hasil observasi siswa dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut:Tabel 4.6 Hasil Observasi Ketrampilan Siswa Dalam Kegiatan Presentasi PowerpointNoRentangan (%)FrekuensiProsentase (%)Predikat

1 0 20Kurang sekali

2 21 40Kurang

3 41 60--Cukup

4 61 801050Baik

5 81 1001050 Sangat baik

Jumlah20100

Jumlah siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali = 20Ketercapaian indikator secara klasikal = 100%

Dari tabel 4.6 tentang hasil observasi ketrampilan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui presentasi powerpoint pada siklus II dapat diketahui bahwa dari 20 siswa, jumlah siswa yang berpredikat cukup 0 siswa dengan prosentase 0%, jumlah siswa dengan predikat baik 10 siswa dengan prosentase 50% dan jumlah siswa dengan predikat baik sekali 10 orang dengan prosentase 50%. Pada siklus II ini hasil yang dicapai secara klasikal 100%, sehingga sudah memenuhi indikator pembelajaran yang ditetapkan yaitu 75%. Dengan demikian terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari siklus I ke siklus II sebesar 50%. Data hasil observasi ketrampilan siswa dalam kegiatan presentasi powerpoints dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 13.

c. Hasil keaktifan siswa dalam kegiatan pengamatan dan diskusi video pembelajaran.Untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan model pendekatan PAKEM melalui pengamatan video pembelajaran dan diskusi kelompok tentang video yang telah diamati sesuai dengan materi yaitu seni rupa murni, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran seni budaya pada kelas 9A yang dilaksanakan di ruang multi media pada kegiatan pengamatan video pembelajaran dengan materi seni budaya. Data yang diambil ini berupa data keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi. Hasil observasi siswa dalam kegiatan pengamatan dan diskusi kelompok siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Pengamatan Video Pembelajaran dan Diskusi PembelajaranNoRentangan (%)FrekuensiProsentase (%)Predikat

1 0 20Kurang sekali

2 21 40Kurang

3 41 60--Cukup

4 61 80630Baik

5 81 1001470 Sangat baik

Jumlah20100

Jumlah siswa yang mendapat predikat baik dan baik sekali = 20Ketercapaian indikator secara klasikal = 100%

Dari tabel 4.7 tentang hasil observasi keaktifan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui pengamatan video pembelajaran pada siklus II dapat diketahui bahwa dari 20 siswa, jumlah siswa yang berpredikat cukup 0 siswa dengan prosentase 0%, jumlah siswa dengan predikat baik 6 siswa dengan prosentase 30 % dan jumlah siswa dengan predikat baik sekali 14 orang dengan prosentase 70%. Pada siklus II ini hasil yang dicapai secara klasikal 100% sehingga sudah memenuhi indikator pembelajaran yang ditetapkan yaitu 75%. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yang sangat drastis sebesar 20%. Data hasil observasi keaktifan siswa dalam kegiatan penelitian dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 14. 4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan guru dan peneliti pada siklus II ditemukan peningkatan pada prestasi belajar siswa, ketrampilan siswa, keaktifan siswa serta motivasi belajar siswa. Keempat variable tersebut telah mencapai indikator ketercapaian pembelajaran yang telah ditentukan.

Dengan demikian penerapan praktikum untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 9A telah mencapai indikator keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan yaitu sebesar 75. Maka pada siklus II ini penelitian dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran berupa powerpoint dan video dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi seni budaya dengan pokok bahasan seni rupa murni dihentikan.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pembahasan dalam penelitian ini meliputi hasil tes prestasi belajar, ketrampilan siswa, keaktifan siswa serta motivasi belajar siswa setelah pelaksanaan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran berupa powerpoint dan video pembelajaran dengan tema mendeskripsikan materi seni rupa murni.1. Hasil Tes Prestasi Belajar Setelah Pernerapan Model Pendekatan PAKEM melalui Penggunaan Media Pembelajaran PowerpointPengambilan data prestasi belajar siswa dengan tes tulis yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar mengajar. Tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah proses pembelajaran. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas 9A di SMP Negeri 5 Kertosono sejumlah 20 siswa. Nilai ketuntasan belajar di SMP Negeri 5 Kertosono adalah 75, dimana siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 75 dianggap tuntas belajar.

Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa dengan prosentase 25% sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 15 siswa dengan prosentase 75%. Ketidaktuntasan belajar tersebut disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan penerapan model pendekatan PAKEM melalui praktik. Selain itu pengetahuan awal siswa tentang materi seni rupa murni masih rendah. Penyebab lain ketidaktuntasan belajar siswa pada siklus I adalah siswa yang kurang terbiasa belajar diluar kelas yang mengakibatkan suasana pembelajaran berlangsung kurang kondusif.

Pada siklus II peneliti beserta guru bidang studi seni rupa murni memberikan perubahan dari beberapa sisi pengajaran dengan lebih optimal. Guru secara optimal guru membimbing siswa dalam kegiatan presentasi menggunakan media powerpoint oleh siswa sebagai tugas dalam mendeskripsikan materi seni rupa murni. Dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran secara maksimal telah dikembangkan oleh guru dan peneliti maka pada pelaksanaan penelitian siklus II diperoleh data peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran. Pada siklus II siswa yang tuntas sejumlah 15 siswa dengan prosentase 75% dan siswa yang belum tuntas mengalami penurunan sejumlah 5 siswa dengan prosesntase sebesar 25%.. Dengan demikian terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari siklus I ke siklus II sebesar 75%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa siswa mulai mengerti dan memahami materi yang diberikan oleh guru dan siswa juga paham akan kegiatan presentasi powerpoint yang sudah dilakukan. Pada pembelajaran siklus II siswa termotivasi untuk lebih trampil dan aktif dalam kegiatan presentasi dengan menggunakan media pembelajaran berupa powerpoints. Hal ini disebabkan karena penerapan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media powerpoint mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Pada siklus II indikator ketercapaian pembelajaran telah tercapai yaitu ketercapaiannya lebih dari 75%.

Setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoints terjadi peningkatan prosentase ketuntasan prestasi belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 20%. Hal ini menunjukan bahwa dengan penerapan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media powerpoints dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga hasil prestasi belajar siswa meningkat secara signifikan.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat pada kegiatan belajar mengajar dapat memberikan peningkatan terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dengan penerapan model pendekatan PAKEM melalui presentasi media pembelajaran powerpoint dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pendekatan model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar digunakan untuk memudahkan siswa dalam menyerap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu pemilihan model pendekatan pembelajaran haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran, tingkat kecerdsan siswa, serta lingkungan dan kondisi setempat baru kemudian merancang suatu program pengajaran yang efektif dan efisien bagi peserta didik. (Zainal Aqib, 2002).

2. Hasil Ketrampilan Siswa Dalam Kegiatan Presentasi PowerpointHasil ketrampilan siswa dalam pembelajaran dengan model pendekatan PAKEM melalui pengamatan presentasi powerpoint sesuai materi seni rupa murni diperoleh dari hasil observasi peneliti pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pada siklus I pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM melalui pengamatan video pembelajaran dengan cara diskusi kelompok didapatkan data mengenai ketrampilan siswa dengan prosentase pencapaian indikator secara klasikal 50%. Pada siklus I ini siswa masih belum paham mengenai prosedur pelaksanaan penelitian sehingga mengakibatkan banyak siswa yang tidak membuat presentasi powerpoints.

Pada siklus II terjadi peningkatan prosentase ketercapaian indikator secara klasikal yaitu 100%. Prosentase ini telah memenuhi indikator keberhasilan dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi berlangsung siswa telah dapat melaksanakan presentasi powerpoint dalam mendeskripsikan materi seni rupa murni sesuai dengan prosedur, melakukan pengamatan dengan lebih teliti dan dapat mengkomunikasikan hasil presentasi powerpoint dengan lebih baik.

Ketrampilan siswa merupakan salah satu hasil belajar yaitu ranah psikomotor. Setelah proses pembelajaran diharapkan ketrampilan siswa menjadi lebih baik. Hal ini bisa diukur dari peningkatan hasil observasi siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 50%. Hasil ini sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Nasution, 1999) yang menyebutkan bahwa ada tiga ranah yang harus dicapai setelah proses pembelajaran yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

3. Hasil Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Pengamatan Video PembelajaranHasil keaktifan siswa dalam kegiatan praktikum dapat diperoleh melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pada pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan PAKEM melalui pengamatan video pembelajaran yang berlangsung pada siklus I prosentase pencapaian indikator secara klasikal 80%. Pada siklus I ini siswa belum paham betul tentang prosedur pelaksanaan pengamatan video pembelajaran yang mengakibatkan siswa menjadi pasif karena keterbatasan informasi yang dimiliki. Selain itu siswa juga canggung dalam kegiatan praktik karena kurang terbiasa melakukan kegiatan pengamatan video pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok sehingga lebih pasif pada proses belajar mengajar. Pada saat diskusi siswa juga kurang dapat secara aktif mencapaikan hasil temuan pada kegiatan pengamatan video pembeljaran dengan diskusi kelompok.

Pada siklus II terjadi peningkatan prosentase ketercapaian indikator klasikal yaitu 100%. Prosentase ini telah memenuhi indikator keberhasilan dalam pembelajaran yang ditentukan yaitu lebih dari atau sama dengan 20%. Pada siklus II guru memberikan pengarahan secara lebih detail tentang prsosedur praktik dan memberikan motivasi kepada para peserta didik untuk lebih aktif dalam diskusi kelompok. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yang sangat drastis sebesar 20%. Peningkatan keaktifan ini dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi berlangsung siswa telah dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur, melakukan pengamatan dengan lebih teliti, mampu membuat kesimpulan dalam kegiatan pengamatan video pembelajaran dengan diskusi, serta dapat secara aktif mengkomunikasikan hasil data yang diperoleh dengan lebih komunikatif.

4. Hasil Motivasi Belajar Siswa Dengan Penggunaan Metode PAKEM.Motivasi adalah ranah afektif yang merupakan faktor penting dalam belajar dimana secara umum jika motivasi belajar tinggi akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Motivasi belajar ditunjukkan siswa melalui keantusiasan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pendekatan PAKEM melalui penggunaan media pembelajaran powerpoints dan video pembelajaran.

Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa guru menerapkan model pendekatan PAKEM melalui praktik pada bidang studi seni budaya dengan pokok bahasan seni rupa murni. Dengan model pendekatan PAKEM melalui praktik siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih bersemangat dan antusias terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Hali ini disebabkan karena dengan diterapkannya model pendekatan PAKEM melalui pengunaan media pembelajaran berupa powerpoints dan video pembelajaran dapat menciptakan suasana pembeljaran yang lebih nyaman dan menyenangkan dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan.

Dari data yang diperoleh dari tabel 4.4 pada siklus I dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran dengan model pendekatan PAKEM melalui pengunaan media pembelajaran berupa powerpoints dan video pembelajaran siswa menjadi lebih trampil, aktif dan termotivasi dalam belajar. Siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi dikarenakan suasana pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan.

Pada siklus I diperoleh data angket tentang respon siswa terhadap model pendekatan PAKEM melalui media pembelajaran dan video pembelajaran pada pengajaran seni budaya dengan pokok bahasan seni rupa murni. Menurut hasil angket yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang mendapat predikat cukup sejumlah 0 siswa, siswa yang mendapat predikat baik 10 siswa dan yang mendapat predikat baik sekali 10 siswa. Dapat dikatakan 100% dari keseluruhan siswa yang sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa telah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu lebih dari atau sama dengan 75%. Dengan ketercapaian indikator motivasi belajar siswa pada siklus I maka tidak dilanjutkan pada siklus ke II.

Siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi berarti juga mempunyai kemauan belajar yang tinggi pula. Dengan semangat belajar yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Baharudin (2006) yang mengatakan bahwa motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil observasi, model pendekatan PAKEM melalui media pembelajaran powerpoints dan video pembelajaran sesuai materi yaitu seni rupa murni dapat membangkitkan keaktifan dan kreativitas siswa serta guru dalam proses pembelajaran.

2. Berdasarkan data dokumentasi ulangan harian siswa, model pendekatan PAKEM melalui media pembelajaran powerpoints dan video pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan dan pemahaman siswa dalam mendeskripsikan materi seni rupa murni.

3. Berdasarkan tanggapan siswa dalam angket, model pendekatan PAKEM melalui media pembelajaran powerpoints dan video pembelajaran dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang perlu disampaikan peneliti, diantaranya sebagai berikut :1. Untuk sekolah

Pihak sekolah diharapkan lebih melengkapi saran dan prasarana sesuai dengan kemajuan IPTEK yang menunjang model pendekatan PAKEM melalui pengunaan media pembelajaran berupa powerpoints dan video, khususnya yang berkaitan dengan pelajaran seni budaya.

2. Untuk guru

Guru Seni Budaya di SMP Negeri 5 Kertosono diharapkan terus berusaha aktif dan kreatif dalam membuat inovasi dan strategi dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak jenuh, lebih aktif, kreatif, dan mampu berperan nyata sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

3. Untuk siswa

Siswa diharapkan lebih aktif, berkreatif, bersaing sehat, mau mengembang sikap kemandirian, kemampuan, keberanian, tekun dan mempunyai sikap positif terhadap guru dan materi pelajaran yang dipelajari, sehingga siswa memiliki potensi yang berguna dikemudian hari.DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, 2006. Teori Belajar dan Pembelajaran. Malang: AR-RUS Media

BNSP.2006.Standar Isi 2006: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Budaya Untuk SMP dan MTs. JakartaDepdiknas, 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SLTP. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan.

Depdiknas, 2006. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Jakarta: Depdiknas

Gollwitzer,Gerhard.2008.Menggambar bagi pengembangan bakat.Bandung.ITBKemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin, 1992. The Action Research Planner, Victoria: Deakin University Press.

Levis,David.2004. Pencil Drawing Techniques. New York: Watson-Guptil Publication

Lucchesi,Bruno,1980. Modeling the figure in clay. New York: Watson-Guptil PublicationMartinis Yamin, 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetansi. Jakarta: Gaung Persada Press.

--------------------, 2006. Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press

Mintarsih Adimihardja, 2006. Lokakarya Peningkatan Mutu Pembelajaran. (http://eng.acr.id/download/manajemen.pt/MANAJEMEN%20%slide/Pembelajaran. Diakses 12 januari 2008)

Nasution, 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Mandar Maju.

Paulina Panen, 2006. Pedoman Pelaksanaan Praktikum. online. (http://pjjpsd.seamolec.org/system/files/u1/panduanpelaksanaanpraktikum.pdf.Diakses 12 Januari 2008)

Rahardja,Budhy.2008. Himpunan Materi Pendidikan Seni Rupa,Y.Rama,BandungRistya Wati, 2006. Iklim Kelas dan Prestasi Belajar. (online) (http://fai.elcom.umy.ac.id/mad/forum/discuss.php?=122. Diakses 12 Januari 2008)

Sachari,Agus.2004. 2004. Seni Rupa dan Desain. Bandung.CV. ArmicoSiti Djuwairiah, 2006. Penerapan Metode Belajar Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Prestasi Belajar. (online) (http://sekolah: dekopin.coop/download/Elearning.2pf. Diakses 12 Januari 2008)

Suharsimi Arikunto, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Ilmu.

-----------------------, 2006. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Jakarta: PT. Rineka Ilmu.

Zainal Aqib, 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Jakarta: Insan Cendikia

Pelaksanaan

SIKLUS I

Perencanaan

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

?

Refleksi